BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tentu akan berinteraksi dengan sesamanya, baik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maupun untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain, manusia dapat mengekspresikan perasaan dan ide melalui bahasa. Penggunaan bahasa merupakan tonggak awal dari cara berkomunikasi dan penyampaian informasi manusia. Dengan adanya bahasa, memungkinkan manusia untuk dapat memahami informasi yang disampaikan orang lain. Bahasa merupakan sarana komunikasi vital dalam kehidupannya. Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Penggunaan gaya bahasa memungkinkan seseorang dapat menilai pribadi, watak dan kemampuan individu yang mempergunakan bahasa tersebut. Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepada pengguna gaya bahasa yang tersebut. Style dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) (Keraf, 2010: 113). Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, keberadaan media massa visual saat ini banyak mempengaruhi kesadaran masyarakat, dengan 1 2 berkembangnya media massa visual yang memiliki karakteristik yang dekat dengan kesadaran masyarakat sehari-hari, media massa visual mampu mempengaruhi kesadaran dibandingkan media massa lainnya. Hal tersebut berdampak pada sikap serta pandangan hidup mayarakat. Oleh karena itu, dalam praktiknya diatur oleh kode etik. Kode etik media massa televisi meliputi (a) prinsip jurnalistik, pada pasal 9 dikemukakan pada ayat (1) ditegaskan, lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan senantiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan (imparsialitas), ayat (2) dinyatakan bahwa lembaga penyiaran wajib menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik tertulis maupun lisan, khususnya dalam program berita berbahasa Indonesia, (b) eksploitasi seks, eksploitasi seks tertuang dalam pasal 44 yang mencakup empat ayat. Dari empat ayat, ayat (1) menyinggung tentang lagu dan lirik sensual, ayat (3) mempersoalkan adegan atau lirik yang bernada merendahkan perempuan, dan (c) kata-kata kasar dan makian, ketentuan tentang kata-kata kasar dan makian tertuang dalam pasal 52 yang mencakup ayat (1) penggunaan kata-kata kasar, ayat (2) mengenai cakupan bahasa yang menyiarkan kata-kata kasar dan makian baik secara verbal maupun nonverbal. Dibandingkan dengan media surat kabar dan majalah, media televisi termasuk yang paling banyak memproduksi kata-kata kasar dan makian terutama pada tayangan acara komedi dan sinetron (Rakhmat, 2007:132). Fenomena sarkasme dalam kehidupan sekarang ini semakin tampak mewarnai aktivitas berbahasa. Oleh karena kondisi masyarakat yang demikian ini 3 pada akhirnya mempengaruhi sikap serta pandangan hidup. Fenomena sarkasme dilatarbelakangi oleh berbagai aspek keadaan. Misalnya berdasarkan tempat, waktu, situasi serta pemakai. Perbedaan tersebut dinamakan dengan variasi bahasa. Fenomena sarkasme di media massa sama saja dengan bentuk kekerasan yang tidak sepatutnya ditayangkan, terlebih lagi jika jam tayangannya memungkinkan disaksikan anak-anak. Terlebih lagi tayangan komedi-komedi yang mendapat porsi besar dalam media televisi banyak ditemui penggunaan bahasa kurang lazim untuk dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya anak-anak di bawah umur. Salah satu jenis tayangan media massa televisi yaitu komedi. Komedi sebagai suatu unsur hiburan semakin berkembang dari zaman ke zaman. Semakin hari fungsi komedi sebagai alat penghibur masyarakat menjadi semakin penting. Komedi sudah menjadi kebutuhan terutama bagi masyarakat perkotaan yang hidupnya penuh dengan tekanan. Hal ini terbukti dari nilai jual pelawak yang semakin hari semakin tinggi bahkan menyaingi popularitas pemain film dan penyanyi pop. Komedian yang dulu dikenal di panggung-panggung dalam bentuk kesenian tradisional seperti lenong dan ludruk menjadi semakin populer dengan munculnya beragam stasiun TV. Peran pelawak sebagai pengisi acara menjadi semakin besar fungsinya yang pada akhirnya memberikan penghasilan yang besar pula untuk mereka. Salah satu tayangan komedi yang ada di media televisi di ANTV yaitu Pesbukers yang hanya disiarkan selama 90 menit setiap hari selama bulam Ramadhan, mulanya dirintis oleh Olga Syahputra, Jessica Iskandar, Raffi Ahmad, 4 Melaney Ricardo, Opie Kumis, dan Kubil yang hanya menjadi acara unggulan selama menunggu berbuka puasa. Kemudian, setelah menayangkan edisi spesial lebaran, Pesbukers kini tayang selama 90 menit yaitu setiap hari senin-jumat pukul 18.00 WIB dan sabtu–minggu pukul 17.30 WIB. Dengan adanya candaan Olga terhadap Julia Perez yang menyapa dengan Assalamualaikum dan dibalas oleh Olga dengan mengatakan "Jangan pakai Assalamualaikum, seperti pengemis saja”. Tayangan itu langsung mendapat reaksi keras dari masyarakat yang mengadukannya kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), masyarakat menilai kata-kata Olga adalah pelecehan, seolah-olah pengucapan salam hanya dilakukan oleh pengemis, padahal ucapan salam adalah milik semua orang, tidak memandang kaya atau miskin, tua atau muda, dan sebagainya. Komisi Penyiaran Indonesia mengeluarkan surat penghentian program acara Pesbukers yang ditayangkan stasiun televisi swasta ANTV. Penghentian itu merupakan pengaduan masyarakat dari pelecehan tradisi umat muslimin yang dilakukan pembawa acara Pesbukers. Olga dalam melucu memang lebih banyak mengeluarkan sarkasme ataupun umpatan serta penghinaan terhadap fisik seseorang. Semua itu sebenarnya adalah guyonan yang tidak cerdas. Lebih banyak guyonan yang menjadikan pemain lain sebagai objek penderitaan sebagai bahan tertawaan yang tidak semestinya. Acara Pesbukers berbeda dengan Srimulat, walaupun sering bertema babu dan majikan, tetapi mereka tidak pernah mengumpat ataupun melecehkan pemain lain secara sarkasme. Sarkasme terhadap orang lain sangatlah tabu bagi kelompok 5 lawak legendaris Srimulat semasa masih disutradarai oleh Teguh, terutama sarkasme mengenai kekurangan dari anggota tubuh seperti “Oh dasar wajah seperti panci” atau “Itu badan apa kulkas 3 pintu”. Pelawak yang cerdas adalah mampu membuat orang tertawa tanpa membuat orang lain sebagai objek penderitaan sebagai bahan tertawaan. Dengan demikian haruslah ada kontrol diri agar lawakan dan banyolan tidak bermuara ke arah negatif. Gaya mengolok-olok kekurangan orang lain bisa berbuntut panjang jika tidak dikelola dengan baik. Pada tayangan Pesbukers ini lah yang sering memperlihatkan adegan sarkasme yang dilontarkan terhadap lawan mainnya kemudian dilapisi, diselimuti, dan dilindungi oleh payung komedi. Penelitian mengenai sarkasme bahasa sudah pernah dilakukan oleh Rini Dwi Kustanti (2007) dengan judul “Sarkasme Pada Wacana Spanduk Demonstrasi.” Penelitian ini mendeskripsikan tentang bentuk sarkasme, konotasi yang digunakan pada wacana spanduk demonstrasi, dan referensi sarkasme pada wacana spanduk demonstrasi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan aspek yang diteliti. Penelitian sebelumnya meneliti sarkasme yang digunakan pada wacana spanduk yaitu berupa bahasa tulis sebagai objek yang akan diteliti, sedangkan penelitian ini menggunakan transkripsi acara Pesbukers yaitu berupa bahasa tulis sebagai objek yang akan diteliti. Perbedaan yang lain yaitu terletak pada aspek yang diteliti. Penelitian sebelumnya meneliti sarkasme dilihat dari segi bentuk sarkasme, konotasi yang digunakan, dan referensi sarkasme, sedangkan penelitian ini meneliti sarkasme dilihat dari segi bentuk dan 6 fungsi sarkasme yang digunakan dalam acara tayangan Pesbukers. Diharapkan hasil dari penelitian ini akan berbeda dengan penelitian sebelumnya, sehingga mampu melengkapi informasi terkait dengan penggunaan bahasa sarkasme. Penelitian lain yang sejenis yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dr. Agus Trianto, M.Pd. dengan judul ”Telaah Sarkasme Judul Berita Surat Kabar.” penelitian ini mendeskripsikan sarkasme di surat kabar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian dan aspek yang akan diteliti. Penelitian sebelumnya menggunakan surat kabar sebagai objek penelitian, sedangkan penelitian ini menggunakan transkripsi acara Pesbukers (bahasa tulis) sebagai objek penelitian. Perbedaan yang lain yaitu terletak pada aspek yang diteliti. Penelitian sebelumnya meneliti tentang sarkasme di surat kabar, sedangkan penelitian ini meneliti sarkasme dilihat dari segi bentuk dan fungsi sarkasme yang digunakan dalam acara tayangan Pesbukers. Penelitian lain yang juga membahas sarkame bahasa yaitu penelitian yang dilakukan oleh Atin Wahidah (2008) dengan judul “Telaah Bahasa Vulgar dalam Berita-Berita Kriminal Pada Harian Memo Arema Edisi September-Oktober Tahun 2012.” Penelitian ini mendeskripsikan bentuk vulgar dan strategi yang digunakan dalam menggambarkan bahasa vulgar dalam berita-berita kriminal pada harian Memo Arema. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu terletak pada aspek yang akan diteliti. Peneliti sebelumnya meneliti bahasa vulgar dalam berita- berita kriminal pada Harian Memo Arema sebagai objek yang akan diteliti, sedangkan penelitian ini menggunakan transkripsi acara Pesbukers (bahasa tulis) 7 sebagai objek yang akan diteliti. Perbedaan yang lain yaitu terletak pada aspek yang diteliti. Peneliti sebelumnya meneliti pemakaian bahasa
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages11 Page
-
File Size-