MODEL PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS POTENSI KOMUNITAS PEDUSUNAN Wahyu Purwiyastuti*) , Emy Wuryani #) Abstract Dusun Ceto community is a social group which has unique and interesting life. The community comes from different social-cultural and religion background. Nevertheless, they live in harmony by appreciating one another in running any social-cultural, economy, or religion activities. Dusun Ceto has potency in tourism interest. The tourism interests are Ceto temple, Kethek temple, Saraswati Castle, custom and tradition, and beautiful natural view. Many tourists, either local or foreign, come to Ceto. Tourism management system in Ceto has not fully involved society and it has less synergy with other tourism agents. This research is conducted to find developing model which able to enforce and to build a tourism community without disturbing or damaging social order. This research is conducted using action research. Techniques conducted in collecting data are library research, survey, observation, Focus Group Discussion (FGD), deep interview, comparative study, and assistance. This technique is used to obtain ecotourism model based on its potency. Data analysis is conducted using SWOT technique. This analysis finds strength, weakness, support, and opportunity to be developed for Dusun Ceto tourism advance. The result shows that tourism developing model in Dusun Ceto based on Dusun potency through inter tourism component synergy in order to grow and develop any attraction and to increase service for tourist. Keywords: ecotourism, community, social enforcement Abstrak Komunitas Dusun Ceto merupakan kelompok masyarakat yang memiliki kehidupan unik dan menarik. Mereka terdiri atas berbagai latar belakang sosial budaya dan agama yang berbeda namun hidup rukun, saling menghormati satu dengan yang lain dalam melaksanakan berbagai aktivitas sosial budaya, ekonomi, maupun keagamaannya. Dusun Ceto memiliki potensi yang menjadi daya tarik wisatawan. Potensi daya tarik wisatawan tersebut adalah Candi Ceto, Candi Kethek, Puri Saraswati, adat dan tradisi, serta pemandangan alam. Wisatawan yang berkunjung ke Ceto berasal baik dari Indonesia maupun dari luar negeri. Sistem pengelolaan pariwisata yang berlangsung di Ceto belum sepenuhnya melibatkan masyarakat dan kurang bersinergi dengan pelaku wisata lain. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan model pengembangan yang mampu memberdayakan dan membangun sebuah komunitas wisata tanpa mengganggu atau merusak tatanan yang sudah ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan action research. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kajian pustaka, survei, observasi, Focus Group Discussion (FGD), wawancara mendalam, studi banding, dan pendampingan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan rancangan model ekowisata sesuai potensinya, sedangkan untuk analisa datanya menggunakan teknik SWOT. Melalui analisis ini ditemukan kekuatan, kelemahan, daya dukung dan peluang yang dapat dikembangkan untuk kemajuan wisata Dusun Ceto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengembangan pariwisata di Dusun Ceto berbasis potensi Dusun melalui sinergi antar komponen wisata, untuk menumbuhkan serta mengembangkan berbagai atraksi dan meningkatkan layanan bagi wisatawan. Kata kunci: ekowisata, komunitas, pemberdayaan masyarakat PENDAHULUAN Wisata (ODTW), yakni: pemandangan Dusun Ceto memiliki banyak alam, aktivitas keagamaan, aktivitas sosial potensi untuk Objek dan Daya Tarik dan budaya, serta peninggalan- *) Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga #) Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 198 MOZAIK : Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 14, No.2 Juli - Desember 2013: 100 - 219 peninggalan sejarah. Meskipun jumlah psikologi yang erat di antara mereka wisatawan yang berkunjung di wilayah ini maupun antara mereka dengan sudah cukup banyak, masyarakat belum lingkungannya. Komunitas lokal banyak yang terlibat dalam kegiatan dipahami sebagai komunitas yang tinggal pariwisata ini, bahkan cenderung belum pada area geografis yang sama, bukan menikmati keuntungan dari adanya pada basis etnis ataupun minat ODTW ini. (Hermantoro, 2011: 128-129). Dusun Berdasarkan Undang-Undang Ceto sebagai komunitas memiliki Nomor 22 tahun 1999 tentang keunikan karena masyarakatnya sangat Pemerintahan di Daerah, peran kompleks, multikultur dan multiagama pemerintah dalam pengembangan yang hidup berdampingan saling kepariwisataan nasional akan menghormati satu dengan yang lain. Oleh menumbuhkan peluang bagi daerah untuk pemerintah Kabupaten Karanganyar, merancang daerahnya masing-masing Dusun Ceto dicanangkan sebagai desa dengan mengoptimalkan potensi yang adat karena mayoritas penduduknya dimilikinya. Permasalahan yang dihadapi memeluk agama Hindu namun dalam kaitannya dengan pemberdayaan kepercayaan Jawa juga tetap dilestarikan masyarakat guna menumbuhkan dan dan dipraktikkan dalam kehidupan sosial mengembangkan potensi di ODTW ini, budayanya. adalah: 1) terbatasnya pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia serta Ekowisata kurangnya kesadaran masyarakat di Menurut World Conservation Union ODTW, 2) belum terorganisasinya dengan (WCU), ekowisata adalah perjalanan baik tata kelola dan metode usaha wisata, wisata ke wilayah-wilayah yang 3) terbatasnya sarana dan prasarana yang lingkungan alamnya masih asli, dengan berkaitan dengan pariwisata, dan 4) menghargai warisan budaya dan alamnya, terbatasnya sumber dana untuk keperluan mendukung upaya-upaya konservasi, pemberdayaan masyarakat pariwisata. Di tidak menghasilkan dampak negatif, dan sisi lain Kelompok Sadar Wisata yang memberikan keuntungan sosial ekonomi telah terbentuk belum berfungsi, serta menghargai partisipasi penduduk sedangkan pemerintah (Dinas Pariwisata) lokal (Nugroho, 2011: 15). Ekowisata ingin membangun masyarakat agar maju, Berbasis Komunitas merupakan usaha berkualitas, dan meningkat taraf hidupnya ekowisata yang dimiliki, dikelola dan tanpa meninggalkan jati dirinya. Yang diawasi oleh masyarakat setempat. menjadi pertanyaan adalah bagaimana Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan model pengembangan ekowisata yang pengembangan ekowisata dari mulai paling tepat untuk masyarakat Dusun perencanaan, implementasi, monitoring Ceto? Untuk itu perlu diketahui peta dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata pelaku usaha wisata (komponen wisata) sebanyak mungkin dinikmati oleh dan program upaya pemecahan masalah masyarakat setempat. Partisipasi harus yang berkaitan dengan pemberdayaan memberdayakan masyarakat untuk masyarakat dalam menumbuhkan dan menjadi salah satu penentu tahapan meningkatkan potensinya sebagai upaya penyelenggaraan ekowisata, sekaligus mengembangkan wisata di daerahnya. membelajarkan masyarakat untuk memiliki tanggungjawab maupun K-ONSEP KONSEP komitmen (Damanik dan Weber, 2006: Komunitas 106). Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat perlu diciptakan situasi yang Komunitas dipahami sebagai menggerakkan masyarakat untuk penduduk yang tinggal di suatu wilayah menaruh perhatian dan kepedulian pada yang sama dan memiliki ikatan sosial serta kegiatan ekowisata dan kesediaan untuk 199 Model Pengembangan Ekowisata Berbasis Potensi Komunitas Pedusunan bekerjasama secara aktif dan pengalaman. Nilai tambah ini keberlanjutan. mempengaruhi perubahan perilaku dari Hal ini menjadi harapan komunitas pengunjung, masyarakat dan pengembang Dusun Ceto yang menginginkan pariwisata agar sadar dan lebih komunitasnya maju, taraf hidup menghargai alam, nilai-nilai peninggalan meningkat, wisatawan banyak berkunjung sejarah dan budaya. d). Pertumbuhan ke Ceto tanpa merusak lingkungan tempat pasar ekowisata di tingkat internasional tinggalnya. Apa yang menjadi keinginan dan nasional. Hal ini disebabkan komunitas Dusun Ceto ini sesuai dengan meningkatnya promosi yang mendorong pedoman pengembangan ekowisata orang untuk berperilaku positif terhadap Indonesia yang tercantum dalam Garis alam dan berkeinginan untuk Besar Pedoman Pengembangan mengunjungi kawasan-kawasan yang Ekowisata Indonesia yang dikeluarkan masih alami agar dapat meningkatkan Direktorat Jenderal Departemen kesadaran, penghargaan dan Pariwisata, Seni dan Budaya tahun 1999. kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai Visi Ekowisata Indonesia adalah untuk peninggalan sejarah dan budaya setempat. menciptakan pengembangan pariwisata e). Ekowisata sebagai sarana mewujudkan melalui penyelenggaraan yang ekonomi berkelanjutan. Ekowisata mendukung upaya pelestarian lingkungan memberikan peluang untuk mendapatkan (alam dan budaya), melibatkan dan keuntungan bagi penyelenggara, menguntungkan masyarakat setempat, pemerintah dan masyarakat setempat, serta menguntungkan secara komersial. melalui kegiatan-kegiatan yang non- Penetapan Visi Ekowisata tersebut ekstraktif dan non-konsumtif sehingga didasarkan pada beberapa unsur utama: a). meningkatkan perekonomian daerah Ekowisata sangat tergantung pada kualitas setempat. sumber daya alam, peninggalan sejarah Model ekowisata seperti ini dan budaya. Kekayaan keanekaragaman diperlukan oleh komunitas Dusun Ceto hayati merupakan daya tarik utama bagi mengingat komunitas Dusun Ceto adalah pangsa pasar ekowisata, sehingga kualitas, komunitas yang terbuka terhadap keberlanjutan dan pelestarian sumber daya masyarakat luar pembaharuan serta alam, peninggalan sejarah dan budaya memiliki integritas dan komitmen untuk menjadi sangat penting untuk ekowisata. melestarikan lingkungan sumber daya Pengembangan ekowisata juga alam, peninggalan sejarah
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages10 Page
-
File Size-