HUBUNGAN TAYANGAN MASTERCHEF DI RCTI TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PROFESI DAN MINAT MASYARAKAT MENJADI CHEF DI KOTA

TESIS

Oleh AGNES APRILISNA LUBIS 147045009

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN TAYANGAN MASTERCHEF INDONESIA DI RCTI TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PROFESI DAN MINAT MASYARAKAT MENJADI CHEF DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh AGNES APRILISNA LUBIS 147045009

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Judul Tesis : HUBUNGAN TAYANGAN MASTERCHEF INDONESIA DI RCTI TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PROFESI DAN MINAT MASYARAKAT MENJADI CHEF DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : AGNES APRILISNA LUBIS Nomor Pokok : 147045009 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui, Komisi Pembimbing Ketua, Anggota,

(Drs. Syafruddin Pohan, MA, Ph.D) (Dra. Rusni, MA) NIP. 195812051989031002 NIP. 195108041985032001

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D (Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si) NIP. 196704051990032002 NIP. 197409302005011002

Tanggal Lulus :

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Telah diuji pada Tanggal :

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Anggota : 1. Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D 2. Dra. Rusni, MA 3. Dr.Nurbani, M.Si 4. Dra. Dayana Manurung, M.Si

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN

HUBUNGAN TAYANGAN MASTERCHEF INDONESIA DI RCTI TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PROFESI DAN MINAT MASYARAKAT MENJADI CHEF DI KOTA MEDAN

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa : 1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. 2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain. 3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan masukan Tim Penguji 4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 28 Oktober 2017 Peneliti,

(Agnes Aprilisna Lubis)

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN TAYANGAN MASTERCHEF INDONESIA DI RCTI TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PROFESI DAN MINAT MASYARAKAT MENJADI CHEF DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi mengenai profesi chef dan minat masyarakat menjadi chef. Penelitian ini menggunakan teori dalam kajian komunikasi massa yaitu Teori Kultivasi oleh Profesor George Gerbner, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara bebas dan studi kepustakaan. Responden penelitian ini berjumlah 123 orang yang diperoleh dari teknik accidental sampling dengan sampel yang dibagi menjadi dua yaitu 100 orang masyarakat umum Kota Medan dan 23 orang mahasiswa Program Studi Tata Boga Akademi Pariwisata Medan. Hasil uji hipotesis menggunakan rumus Rank Spearman dan diolah dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat hubungan yang positif antara tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi masyarakat umum mengenai profesi chef dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,634 dengan nilai signifikan sebesar 0,000, 2) terdapat hubungan yang positif antara tayangan MasterChef Indonesia terhadap minat masyarakat menjadi chef dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,501 dan nilai signifikan sebesar 0,000, 3) terdapat hubungan yang positif anatara tayangan MasterChef Indonesia dengan persepsi mahasiswa mengenai profesi chef dengan nilai korelasi sebesar 0,429 dan nilai signifikan sebesar 0,41, 4) terdapat hubungan yang positif antara tayangan MasterChef Indonesia dengan minat mahasiswa untuk menjadi chef dengan nilai korelasi sebesar 0,517 dan nilai signifikan 0,012.

Kata kunci : Komunikasi Massa, Reality Show, MasterChef Indonesia, Persepsi, Minat Masyarakat Medan.

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA THE CORRELATION BETWEEN MASTERCHEF INDONESIA PROGRAMME ON RCTI WITH PERCEPTION OF CHEF PROFESSION AND INTEREST TO BE A CHEF IN MEDAN

ABSTRACT

This research is conducted to determine the correlation between watching MasterChef Indonesia on RCTI with perception of chef profession and interest to be a chef. This research used Cultivation Theory by Professor George Gerbner as a relevant theory in Mass Communication study. The method used in this research is quantitative method with correlational approach. Technique of data collection used were questionnaire, unstructured interview and document study. Respondents in this research were 123 people who gained from accidental sampling technique. They were divided into two that is 100 persons were society of Medan and 23 persons were students of Program Studi Tata Boga Akademi Pariwisata Kota Medan. Methods of data analysis in this study using Rank Spearman formulas and processed using SPSS version 13. The results showed that 1) there is a positive correlation between MasterChef Indonesia Programme with perception of Medan’s society about chef profession with a corelation coefficient of 0,634 and significant value 0,000; 2) there is a positive correlation between MasterChef Indonesia Programme with interest of society to be a chef with corelation coefficient of 0,501 and significant value 0,000; 3) there is a positive correlation between MasterChef Indonesia Programme with student’s perception of chef profession with a correlation coefficient of 0,429 and significant value 0,041; 4) there is a positive correlation between MasterChef Indonesia Programme with student’s interest to be a chef with correlation coefficient of 0,517 and significant value 0,012.

Keyword : Mass Communiation, Reality Show, MasterChef Indonesia, Perception, Medan Society Interesed.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas penyertaan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dalam bentuk tesis ini. Penulis juga bersyukur atas doa yang tak pernah putus dari ayahanda tercinta S.Lubis (†) dan Ibunda T. br.Situmorang serta seluruh keluarga sehingga setiap proses bisa penulis lalui dan sampai pada titik ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan dukungan baik dalam bentuk moril maupun materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3. Ibu Prof. Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D selaku Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Penguji tesis. 4. Bapak Drs. Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 5. Ibu Dra. Rusni, MA selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 6. Ibu Dr. Nurbani, M.Si dan Ibu Dra. Dayana Manurung, M.Si selaku Komisi Pembanding, atas saran dan kritik yang diberikan. 7. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D selaku Ketua Seminar tesis, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 8. Bapak Iwan Riyadi, S.Sos, M.Si selaku Pembantu Rektor 3 Akademi Pariwisata Medan, atas bantuan dan saran yang diberikan kepada peneliti selama penelitian di Akademi Pariwisata Medan.

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9. Seluruh Mahasiswa Akademi Pariwisata yang menjadi responden tambahan dalam tesis ini. 10. Seluruh pegawai Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang selalu membantu penulis dalam pengurusan administrasi selama penulis menempuh pendidikan hingga tesis ini selesai. 11. Teman-teman di Kelas Angkatan V Reguler Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, terimakasih atas kebersamaan, dukungan, tangis dan tawa selama ini.

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Kiranya Tuhan Yang Masa Esa memberkati kita semua.

Medan, Oktober 2017 Penulis,

Agnes Aprilisna Lubis

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN TESIS ...... ii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ...... iii PERNYATAAN ...... iv ABSTRAK ...... v ABSTRACT ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... xii DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xv

BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2 RumusanMasalah...... 9 1.3 Tujuan Penelitian ...... 10 1.4 Manfaat Penelitian ...... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 11 2.1 Penelitian Terdahulu ...... 11 2.2 Paradigma Penelitian ...... 14 2.3 Kerangka Teori ...... 16 2.3.1 Komunikasi Massa ...... 16 2.3.2 Cultivation Theory ...... 29 2.3.3 Televisi ...... 36 2.3.4 Reality Show ...... 39 2.3.5 Persepsi ...... 43 2.3.6 Minat ...... 51 2.3.7 Chef ...... 54 2.3.7.1 Celebrity Chef ...... 59 2.4 Kerangka Konsep ...... 60 2.5 Hipotesis Penelitian ...... 61

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 62 3.1 Metode Penelitian ...... 62 3.2 Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian ...... 63

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.3 Metode Pengukuran ...... 63 3.3.1 Variabel Penelitian ...... 63 3.3.2 Defenisi Operasional ...... 65 3.3.3 Skala Pengukuran ...... 68 3.4 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ...... 69 3.5 Metode Pengumpulan Data ...... 71 3.5.1 Data Primer ...... 72 3.5.2 Data Sekunder ...... 75 3.6 Validitas dan Reliabilitas ...... 76 3.6.1 Uji Validitas ...... 77 3.6.2 Uji Reliabilitas ...... 77 3.7 Metode Analisa Data ...... 78 3.8 Uji Hipotesis ...... 79

BAB IV. TEMUAN PENELITIAN 81 4.1 Proses Penelitian ...... 81 4.2 Gambaran Tentang MasterChef Indonesia ...... 84 4.3 Gambaran Mengenai Lokasi Penelitian...... 90 4.3.1 Kota Medan...... 90 4.3.2 Akademi Pariwisata Medan...... 91 4.4 Hasil Penelitian ...... 94 4.4.1 Uji Validitas ...... 94 4.4.2 Uji Reliabilitas ...... 95 4.4.3 Metode Analisis Data ...... 96 4.4.3.1 Analisa Tabel Tunggal ...... 97 4.4.4 Uji Hipotesis ...... 170

BAB V. PEMBAHASAN 175 5.1 Karakteristik Responden ...... 175 5.2 Hubungan Tayangan MasterChef Indonesia Terhadap Persepsi Masyarakat mengenai Profesi Chef...... 176 5.3 Hubungan Tayangan MasterChef Indonesia Terhadap Minat Masyarakat Menjadi Chef ...... 187 5.4 Hubungan Tayangan Televisi MasterChef Indonesia Terhadap Persepsi Mahasiswa Prodi Tata Boga Mengenai Profesi Chef ...... 192 5.5 Hubungan Tayangan Televisi MasterChef Indonesia Terhadap Minat Mahasiswa Prodi Tata Boga Menjadi Chef...... 200

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 207 6.1 Simpulan ...... 207 6.2 Saran ...... 209

DAFTAR PUSTAKA ...... 212

LAMPIRAN

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Model Teoritis Penelitian 60

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 3.1 Koefisien Korelasi Guilford ...... 80 4.1 Jenis Kelamin ...... 97 4.2 Usia Responden ...... 98 4.3 Pendidikan Responden ...... 99 4.4 Pekerjaan Responden ...... 100 4.5 Karakter Juri MasterChef ...... 101 4.6 Segmen Wawancara Menimbulkan Persaingan ...... 102 4.7 Persaingan Dalam Acara MasterChef ...... 103 4.8 Intensitas Mengikuti Tayangan MasterChef ...... 104 4.9 Durasi Menonton Acara MasterChef ...... 105 4.10 Intensitas Perhatian Menonton MasterChef ...... 106 4.11 Karakter Chef Juri ...... 106 4.12 Gaya Bicara Chef Juri ...... 107 4.13 Penampilan Chef Juri ...... 108 4.14 Karakter Chef Juri dan Peserta ...... 109 4.15 Kriteria Pemilihan Peserta ...... 110 4.16 Konsisten Karakter Chef Juri ...... 110 4.17 Konsisten Karakter Peserta ...... 111 4.18 Setting Lokasi Acara MasterChef ...... 111 4.19 Penggambaran Acara MasterChef ...... 112 4.20 Kompetisi Pada Acara MasterChef ...... 113 4.21 Jalannya Acara MasterChef ...... 113 4.22 Menonton Tayangan Ulang ...... 114 4.23 Kehadiran Bintang Tamu ...... 115 4.24 Pergantian Lokasi ...... 116 4.25 Kemampuan Memasak Chef Juri ...... 117 4.27 Kemampuan Plating Chef Juri ...... 118 4.27 Kemampuan Memasak Peserta ...... 118 4.28 Kemampuan Plating Peserta ...... 119

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.29 Variasi Jenis Makanan ...... 120 4.30 Profesi Chef Sebagai Profesi Berkelas ...... 120 4.31 Pemilihan Jam Tayang Utama ...... 122 4.32 Pemilihan Jam Tayang Ulang ...... 122 4.33 Durasi Acara MasterChef Indonesia ...... 123 4.34 Konsep Acara MasterChef Indonesia ...... 124 4.35 Teknik Memasak Yang Ditampilkan ...... 125 4.36 Peralatan Memasak Yang digunakan ...... 125 4.37 Kesan Terhadap Penampilan Fisik Seorang Chef ...... 126 4.38 Kesan Terhadap Kemampuan Mengolah Makanan ...... 127 4.39 Kesan Terhadap Kemampuan Mengunakan Resep Baru .. 128 4.40 Kesan Terhadap Kemampuan Plating Chef ...... 128 4.41 Kesan Terhadap Tempat Bekerja Chef ...... 129 4.42 Kesan Terhadap Peralatan Memasak ...... 130 4.43 Kesan Terhadap Kreativitas Seorang Chef ...... 130 4.44 Kesan Terhadap Kedisiplinan Profesi Chef ...... 131 4.45 Kesan Terhadap Pengalaman Seorang Chef ...... 132 4.46 Kesan Terhadap Profesi Chef ...... 132 4.47 Pengalaman Mengenai Aktivitas Memasak ...... 133 4.48 Pengalaman Mencoba Resep Baru ...... 134 4.49 Pengalaman Dalam Mengikuti Workshop ...... 134 4.50 Pengalaman Menggunakan Media Sosial ...... 135 4.51 Pengalaman Mengikuti Perlombaan Kuliner ...... 136 4.52 Pengalaman Mengikuti Petunjuk Cara Memasak ...... 137 4.53 Pengalaman Memasak dan Memposting ...... 137 4.54 Melakukan Aktivitas Menonton ...... 139 4.55 Meniru dan Mengadopsi Teknik Memasak ...... 139 4.56 Menyukai Dunia Kuliner ...... 140 4.57 Memasak Dengan Resep Baru ...... 140 4.58 Mengajak Kerabat Mencoba Resep Baru ...... 141 4.59 Motivasi Ketika Menonton ...... 142 4.60 Motivasi Mencoba Menu Baru ...... 143 4.61 Menonton Ketika Ingin Mencoba Menu Baru ...... 144

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.62 Mengetahui Jenis Makanan Baru ...... 144 4.63 Mengetahui Seragam Chef dari Acara Kuliner ...... 145 4.64 Kegiatan Ketika Menonton ...... 146 4.65 Mencatat Tips Yang Ditampilkan ...... 147 4.66 Mencatat Resep Baru ...... 147 4.67 Menyempatkan Diri Menonton ...... 148 4.68 Menyempatkan Diri Melihat Video Kuliner ...... 149 4.69 Fokus Menonton Adegan Plating ...... 149 4.70 Fokus Pada Proses Memasak ...... 150 4.71 Fokus Memperhatikan Chef Menggunakan Peralatan 151 Memasak ...... 4.72 Durasi Menghabiskan Waktu Menonton ...... 152 4.73 Mengganti Channel Televisi ...... 152 4.74 Pengetahuan Mengenai Resep Baru ...... 153 4.75 Pengetahuan Mengenai Teknik Plating ...... 154 4.76 Menciptakan Resep Baru ...... 154 4.77 Mengerti Proses Memasak ...... 155 4.78 Menyukai Hal-hal Mengenai Profesi Chef ...... 156 4.79 Menciptakan Resep Dengan Kreasi Baru ...... 156 4.80 Menyiapkan Menu Baru ...... 157 4.81 Mengikuti Setiap Musim Acara MasterChef...... 158 4.82 Mengikuti Setiap Tayangan Ulang...... 159 4.83 Penampilan Chef...... 160 4.84 Pendidikan Chef...... 160 4.85 Chef Dengan Jenis Kelamin Tertentu...... 161 4.86 Chef Wanita...... 162 4.87 Chef Pria...... 162 4.88 Dominasi Perempuan Dalam Memasak...... 163 4.89 Jenis Kelamin dan Kemampuan Memasak...... 164 4.90 Kemampuan Seorang Chef...... 165 4.91 Melakukan Uji Coba Resep Baru...... 166 4.92 Mengikuti Liveshow/Workshop...... 167 4.93 Mempraktekkan Teknik Memasak...... 167 4.94 Mengikuti Kursus Memasak...... 168

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.95 Melakukan Teknik Plating...... 169 4.96 Mengikuti Akun Media Sosial...... 169 4.97 Korelasi Tayangan Terhadap Persepsi 171 Masyarakat...... 4.98 Korelasi Tayangan Terhadap Minat Masyarakat...... 172 4.99 Korelasi Tayangan Terhadap Persepsi Mahasiswa...... 173 4.100 Korelasi Tayangan Terhadap Minat Mahasiswa...... 174

xvi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Transkrip Wawancara Responden

3. Tabel Frequency Variabel

4. Data Kuesioner Penelitian

xvii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media massa pada saat ini memberikan banyak pilihan yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Televisi dengan menggunakan kekuatan audio visualnya masih menjadi pilihan utama diantara media massa yang lainnya. Acara televisi pada umumnya mampu mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, di mana televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka terhanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy,

2003: 192).

Konten utama dari program televisi adalah acara yang dikomersilkan dan dirancang untuk menarik khalayak luas, untuk menghibur, paling ekonomis, dan menarik perhatian khalayak sehingga dapat dijual kepada para sponsor

(Fachruddin, 2015: 70). Reality show merupakan salah satu jenis program televisi yang pada saat ini banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, hal ini dapat dilihat dari perkembangan reality show yang banyak ditayangkan hampir di seluruh stasiun televisi Indonesia (Kusnarto, 2010: 71) yang mendorong para pemilik media untuk memproduksi acara reality show dengan tujuan dapat menarik minat khalayak dan menaikkan rating stasiun televisi tersebut di industri pertelevisian.

Vivian (Fachruddin, 2015: 176), memberikan pengertian bahwa reality show adalah program yang dibintangi oleh orang-orang yang bukan artis/aktor,

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

tetapi walaupun demikian program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang ditulis oleh produser, sedangkan menurut O’Sullivan & Jewker (Fachruddin,

2015: 177) reality show mampu memberikan kita pandangan mendalam pada kehidupan seseorang serta tragedi personel yang dialami orang lain.

Reality show di Indonesia sendiri mulai masuk pada tahun 1990-an yang di mulai dengan acara pencarian bakat Asia Bagus pada tahun 1991. Jenis tayangan ini mengalami banyak pasang surut dan mulai bangkit lagi sejak kemunculan acara Situasi Komedi (sitkom) Spontan yang tayang di SCTV. Acara sitkom ini merupakan acara reality show bergenre komedi pertama di Indonesia. Reality show di Indonesia selalu datang dan pergi, selalu ada reality show yang sudah tidak ditayangkan lagi tetapi pasti ada program reality show yang menggantikannya.

Salah satu usaha untuk semakin memperkuat ikatan antara reality show dengan penontonnya adalah sistem penilaian yang didasarkan pada jumlah kiriman Short Message Service (SMS) yang didapatkan dari penonton (Himawan,

2013: 52). Kehadiran reality show ini kemudian diikuti program kuis dengan layanan SMS seperti Indonesia , , dan Kontes

Dangdut Indonesia menjadi salah satu contoh reality show yang menggunakan konsep ini.

Beberapa tahun belakangan kita juga melihat di stasiun televisi Indonesia mulai muncul reality show mengenai kuliner atau tata boga. Dahulu acara kuliner hanya merupakan dunia para ibu-ibu, tetapi beberapa tahun belakangan sudah dinikmati oleh setiap kalangan, mulai dari anak-anak, dewasa, pria maupun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

wanita. Setiap stasiun televisi di Indonesia hampir dipastikan memiliki acara yang berhubungan dengan dunia kuliner.

Peneliti tertarik untuk menganalisis tayangan reality show, yang menjadi perhatian masyarakat beberapa tahun belakangan yaitu MasterChef Indonesia yang tayang di stasiun televisi RCTI. Format acara ini merupakan hasil kreatif dari pemikiran Franc Roddam dan telah diproduksi di 20 negara termasuk

Australia, Belgia, Jerman, Belanda dan Selandia Baru. Acara ini pertama kali tayang di Indonesia pada tahun 2011, berisi acara mengenai kompetisi memasak dan berdurasi selama 2 jam (120 menit). Acara ini tayang pada hari Sabtu dan

Minggu, pukul 16.30 wib – 18.30 wib sedangkan tayangan ulang pada hari Kamis dan Jumat, pukul 15.15 wib - 17.15 wib.

Season pertama pada tanggal 1 Mei 2011 dan berakhir pada tanggal 21

Agustus 2011 dengan jumlah kontestan 20 orang. Season kedua dimulai pada tanggal 8 Juli 2012 dan berakhir pada tanggal 28 Oktober 2012 dengan jumlah kontestan yang sama dengan yang pertama yaitu 20 orang. Season yang ketiga dimulai pada tanggal 5 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 2013 dengan jumlah kontestan yang bertambah menjadi 25 orang, dan season ke empat tayang pada tanggal 31 Mei 2015 sampai dengan 12 September 2015 dengan jumlah peserta yang semakin bertambah menjadi 30 orang

(www.masterchefindonesia.com).

Acara ini menampilkan kompetisi memasak dengan kontestan yang berlatar belakang pendidikan, usia, dan profesi pekerjaan yang berbeda-beda. Para kontestan diberikan kesempatan untuk menuangkan passion mereka dalam memasak dan kemampuan mereka dalam mempresentasikan sebuah hidangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

yang bisa menggugah selera. Setiap minggunya kontestan diberikan tantangan memasak dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Pada akhir minggu akan ada kontestan yang di eliminasi. Penentuan eliminasi ini ditentukan oleh 3 orang juri yang merupakan chef profesional dengan melihat hasil dari setiap masakan yang dimasak oleh seluruh kontestan.

Tidak seperti acara reality show kuliner yang lain seperti Hell’s Kithcen di

SCTV atau Allez Cuisine di Indosiar yang dikhususkan kontestan hanya dari profesional chef, adanya keberagaman dalam pemilihan peserta ini menjadikan

MasterChef Indonesia memiliki cakupan peserta yang luas dan menjadi pintu masuk kepada masyarakat untuk menggali ilmunya di bidang kuliner dan menjadi seorang chef.

Konsep acara ini dikemas dengan sangat bagus sehingga semakin menarik perhatian penonton. Ruangan tempat berlangsungnya kompetisi yang disebut dengan galeri Masterchef Indonesia didesain menjadi sebuah dapur besar yang bersih, mewah dan modern. Para juri yang juga merangkap sebagai pembawa acara selalu berpenampilan rapi, bersih, elegan dan tidak mengenakan atribut chef pada umumnya. Kemasan ini diharapkan mampu memberikan persepsi yang baik mengenai dunia kuliner dan profesi chef.

RCTI juga telah menghadirkan program yang sama dengan usia kontestan yang berbeda yaitu MasterChef Junior Indonesia yang telah tayang selama 2 musim yaitu pada tahun 2014 dan 2015. Program ini diproduksi oleh pihak RCTI merespon tingginya minat pemirsa televisi Indonesia terhadap program kompetisi memasak. Tampak jelas bahwa dalam pemikiran masyarakat Indonesia pada saat ini bahwa menjadi seorang chef merupakan profesi yang sangat menjanjikan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

mudah untuk digeluti. Hal ini tidak hanya berdampak bagi kalangan dewasa, bahkan pemirsa usia dini atau anak-anak juga menjadi sangat menyukai profesi chef dan ingin menjadi seorang chef.

Kesuksesan acara ini juga dapat dilihat dengan bermunculannya acara dengan format serupa dibeberapa stasiun televisi. Seperti Hell’s Kitchen di SCTV yang di bawakan oleh chef Juna Rorimpandey yang sebelumnya merupakan juri di

MasterChef Indonesia. Acara ini tidak terlalu menarik minat khalayak sehingga memiliki rating yang sedikit dibandingkan pesaingnya dan hanya tayang 1 musim saja. Acara lain yang mengangkat tema reality show memasak lainnya adalah Top

Chef Indonesia yang tayang di SCTV, tayang pada tahun 2013 dibawakan oleh chef Farah Quiin. Tayangan ini hanya bertahan sebanyak 16 episode, kurang diminati masyarakat sehingga kalah saing dengan program serupa.

Profesi chef pada saat ini hampir setara dengan selebrity di Indonesia.

Dapat dilihat dari banyaknya chef di Indonesia yang menjadi model iklan di televisi, seperti chef Juna dengan iklan Nutrijelly, iklan dengan modelnya chef

Farah Quiin yang banyak terlihat salah satunya seperti Keju Prochiz, Sasa Tepung

Bumbu dan lain-lain (www.farahquinn.com), chef Ririn Marinka yang menjadi model iklan La Rasa dan chef Bara Pattiradjawane dalam iklan lemari es

Panasonic. Para chef ini juga sering di undang ke acara-acara di setiap stasiun televisi, baik sebagai bintang tamu dalam acara-acara talk show atau bahkan diundang dalam acara variety show.

Profesi chef sekarang ini tidak lagi dipandang sebelah mata, bermunculan acara televisi mengenai dunia kuliner di anggap menjadi salah satu penyebabnya.

Acara kuliner salah satunya tentu saja acara MasterChef Indonesia semakin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

mendekatkan istilah chef pada masyarakat umum, sehingga profesi ini sudah tidak asing lagi, terlihat glamour layaknya celebrity dan menjadi salah satu profesi yang menjanjikan serta incaran banyak orang.

Media sosial saat ini juga semakin banyak memberikan informasi baru mengenai profesi chef melalui akun-akun dunia kuliner yang memperlihatkan bagaimana mengolah makanan baik secara sederhana maupun modern. Melalui tampilan video dan gambar pada media sosial tersebut dapat menimbulkan keinginan masyarakat untuk mulai memasak dan mencoba menu masakan baru, kemudian mempostingnya kembali ke media sosial.

Persepsi masyarakat terhadap profesi chef merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan dalam hal ini adalah tayangan MasterChef

Indonesia. Persepsi akan timbul setelah melalui proses seleksi, organisasi dan interpretasi terhadap profesi chef setelah mereka menonton tayangan Masterchef

Indonesia. Terkait dengan tayangan televisi persepsi juga dipengaruhi oleh unsur frekuensi, durasi dan attention selama menonton.

Teori komunikasi massa menyatakan televisi juga dapat berpengaruh sampai kepada level perilaku. Ada empat dimensi efek komunikasi massa, yaitu efek kehadiran media massa, efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral

(Rakhmat, 2007: 219). Efek kehadiran media massa menjelaskan bagaimana bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Efek kognitif memaparkan bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Efek afektif menggambarkan bahwa media massa bukan hanya sekedar memberitahukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

informasi kepada khalayak tetapi lebih daripada itu khalayak juga diharapkan dapat merasakannya. Efek behavioral menggambarkan media massa juga dapat mempengaruhi perilaku khalayak. Khalayak akan mengikuti resep-resep baru yang diberikan pada saat menonton acara kuliner di televisi. Tindakan ini adalah pengaruh media massa terhadap khalayak dalam bentuk perilaku.

Penelitian yang dilakukan oleh Giorgio Di Pietro dalam jurnalnya yang berjudul The Impact Of Television Programmers On Teenage Career Aspirations:

The “MasterChef Effect” (2016) di Italy, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah remaja yang memilih untuk mengikuti dan mendaftarkan diri ke sekolah kejuruan perhotelan dan tata boga setelah mereka menyaksikan reality show MasterChef Italy. Penelitian ini mengungkapkan bahwa setiap 1% kenaikan jumlah penonton MasterChef Italy, sejalan dengan peningkatan siswa tahun terakhir sekolah menengah yang bersedia mendaftarkan diri di sekolah perhotelan dan tata boga sebesar 0,25% sampai dengan 0.35%.

Pietro mengungkapkan bahwa tayangan MasterChef bukan satu-satunya faktor penentu dalam pengambilan keputusan siswa memilih karir sebagai chef, tetapi penelitian ini membuktikan bahwa tayangan MasterChef mampu mempengaruhi penonton hingga terbentuknya minat. Kemunculan reality show ini seperti menggambarkan profesi tersebut menjadi lebih menarik dan glamor, sehingga kemungkinan dapat mempengaruhi penonton dengan karakter atau tokoh yang ditampilkan dalam tayangan tersebut.

Ketika suatu program televisi mendapat respon positif dari khalayak, maka program tersebut dikatakan dapat diterima oleh masyarakat sehingga dapat terjaga eksistensinya. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengetahui sejauh mana daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8

tarik khalayak terhadap siaran televisi tersebut. Daya tarik merupakan sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu (As’ad, 1992: 89).

Daya tarik juga merupakan proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan menjadi kekuatan komunikator yang dapat memikat perhatian, sehingga komunikan mampu mengungkapkan kembali pesan yang diperoleh dari media komunikasi.

Minat akan timbul bila suatu acara memiliki daya tarik yang kuat dimata penontonnya. Daya tarik akan menimbulkan perhatian, kemudian perhatian ini akan membangkitkan minat komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Dalam kasus tayangan MasterChef Indonesia, proses identifikasi juga dapat menimbulkan minat khalayak untuk menjadi seorang chef, seperti para chef profesional dan kontestan dalam reality show tersebut.

Penelitian ini akan melihat hubungan tayangan MasterChef Indonesia di

RCTI dengan persepsi masyarakat mengenai profesi chef dan minat masyarakat menjadi seorang chef. Peneliti juga tertarik untuk melihat bagaimana hubungan tayangan MasterChef Indonesia ini terhadap persepsi mengenai chef dan minat menjadi chef pada mahasiswa Program Studi Tata Boga, mengingat mereka saat ini sedang menempuh pendidikan resmi di bidang kuliner. Penelitian ini akan dilakukan di Kota Medan dengan populasinya masyarakat usia produktif yaitu mulai dari usia 15-60 tahun dan menggunakan 2 jenis sample yaitu sample umum

(masyarakat umum Kota Medan) dan sample khusus (mahasiswa Program Studi

(Prodi) Tata Boga Akademi Pariwisata Medan).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1) Adakah hubungan tayangan televisi MasterChef Indonesia terhadap

persepsi masyarakat mengenai profesi chef ?

2) Adakah hubungan tayangan televisi MasterChef Indonesia terhadap minat

masyarakat untuk menjadi chef ?

3) Adakah hubungan tayangan televisi MasterChef Indonesia terhadap

persepsi mahasiswa Prodi Tata Boga mengenai profesi chef ?

4) Adakah hubungan tayangan televisi MasterChef Indonesia terhadap minat

mahasiswa Prodi Tata Boga untuk menjadi chef ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk menganalisis hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap

persepsi masyarakat mengenai profesi chef.

2) Untuk menganalisis hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap

minat masyarakat untuk menjadi chef.

3) Untuk menganalisis hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap

persepsi mahasiswa Program Studi Tata Boga mengenai profesi chef.

4) Untuk menganalisis hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap

minat mahasiswa Program Studi Tata Boga untuk menjadi chef.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1) Manfaat teoritis, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pengembangan teori-teori dampak media khususnya pada teori

kultivasi terhadap persepsi dan minat dalam ilmu komunikasi.

2) Manfaat akademis untuk pembaca dan peneliti selanjutnya,

diharapkan hasil penelitian ini mampu menambah wawasan mengenai

dampak media terhadap persepsi dan minat dalam ilmu komunika

serta dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.

3) Manfaat praktis, agar menjadi masukan kepada pihak stasiun televisi

dalam mengembangkan dan meningkatkan program reality show yang

berdampak kepada masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan judul “Hubungan Intensitas Menonton Program

Memasak di Televisi dan Kompetensi Chef Presenter dalam Program Memasak terhadap Minat Penonton Untuk Memasak” yang diteliti oleh Dita Purmia Utami dari Universitas Diponegoro. Penelitian yang dipublikasikan tahun 2013 ini ingin mengetahui hubungan antara intensitas menonton program memasak di televisi dan kompetensi chef presenter dalam program memasak terhadap minat memasak.

Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, peneliti mengambil sampling sebanyak 50 orang dan menganalisis data dengan menggunakan korelasi Rank

Kendall dan perhitungan SPSS 17. Didapatlah hasil penelitian tersebut bahwa ketika intensitas menonton program memasak di televisi tinggi dan kompetensi chef presenter di dalam program tersebut baik, maka penonton semakin berminat untuk memasak.

Penelitian dengan judul “Hubungan Intensitas Melihat Tayangan

Memasak di Televisi Terhadap Minat Memasuki SMK Jurusan Boga Pada Siswa

Kelas 9 SMP Negeri 3 Depok DIY’’ yang diteliti oleh Evajune Widyawati dari

Universitas Negeri . Penelitian ini dipublikasikan pada tahun 2015 dengan tujuan penelitian untuk mengetahui intensitas melihat tayangan memasak di televisi, minat memasuki SMK jurusan Boga dan hubungan intensitas melihat tayangan memasak terhadap minat memasuki SMK Jurusan Boga. Metode yang digunakan adalah dengan pengumpulan angket tertutup dengan Skala Likert, uji

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

validitas instrumen menggunakan validitas konstruk expert judgement dan validitas isi dengan korelasi Product Moment. Analisis data menggunakan analisis deksriptif, analisis hipotesis menggunakan Product Moment. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara melihat tayangan memasak di televisi terhadap minat memasuki SMK jurusan Boga pada siswa kelas 9 SMP

Negeri 3 Depok DIY.

Penelitian dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 3, Nomor 2, 2015 yang diteliti oleh Rita Apriyanti membahas tentang persepsi masyarakat terhadap program memasak yang berjudul “Persepsi Ibu Rumah Tangga Kelurahan

Sidomulyo Samarinda Terhadap Tayangan “Ala Chef’’ di Trans TV (Studi

Deskriftif dalam Meningkatkan Minat Memasak). Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan informan sebagai sumber data, data-data yang disajikan menggunakan data primer dan sekunder melalui wawancara, buku-buku dan internet. Hasil dari penelitian ini mengetahui perkembangan pertelevisian Indonesia yang semakin pesat dan memunculkan banyak program televisi yang baru dan dibentuk sedemikian rupa agar membentuk persepsi yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat juga bahwa ibu rumah tangga menganggap tayangan reality show “Ala Chef”, merupakan suatu acara memasak yang bisa menghibur, mnghilangkan stress, dan rasa bosan, serta bisa mengisi waktu luang.

Penelitian yang berjudul “Dampak Tayangan Program Acara

MasterChef US di Channel Starworld Terhadap Minat Memasak (Studi Pada

Mahasiswa Jurusan Hotel Management Binus University)” yang diteliti oleh

Arleen Ariestyani dari Universitas Bina Nusantara . Penelitian ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

bertujuan untuk mengetahui dampak program MasterChef US pada minat memasak mahasiswa Hotel Management, dan seberapa besar dampaknya bagi mahasiswa Hotel Management Bina Nusantara. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei menggunakan kuisioner sebagai instrumen pengumpulan datanya. Hasil yang didapat adalah program MasterChef

US tersebut terbukti efektif dalam mempengaruhi minat memasak mahasiswa

Hotel Management yang dipengaruhi oleh 3 efek yaitu efek kognitif, afektif dan behavioral dengan teori uses and gratification. Merupakan tontonan yang menarik dan diminati, menimbulkan minat memasak maupun mengolah makanan setelah menonton program tersebut.

Penelitian berikutnya dengan judul “The Impact of Television

Programmes on Teenage Career Aspirations: The ‘MasterChef Effect’” yang diteliti oleh Giorgio Di Pietro dari University of Westminster Business School

United Kingdom. Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2016 ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana reality show MasterChef di Italy mempengaruhi para remaja untuk memilih profesi chef sebagai karirnya. Teori yang digunakan dalam penilitian adalah Cultivation Theory dan Wishful Identification Theory.

Penelitian ini menjelaskan bahwa setiap 1% kenaikan jumlah penonton

MasterChef Italy, sejalan dengan peningkatan siswa tahun terakhir sekolah menengah yang bersedia mendaftarkan diri di sekolah perhotelan dan tata boga sebesar 0,25% sampai dengan 0.35%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

2.2 Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2013: 42)

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma positivistik. Positivistik atau dikenal dengan sebutan “positivisme logis’’ adalah aliran dari paradigma pemikiran dalam filsafat yang menjelaskan mengenai gejala sosial, kebenarannya hanya dapat diuji dengan pengamatan ilmiah. Fungsi analisis ini mengurangi metafisika dan meneliti struktur logis pengetahuan ilmiah. Tujuan dari paradigma ini adalah menentukan serta merumuskan pernyataan ilmiah yang dapat diverifikasi secara empiris (Danandjaja, 2012: 12).

Tradisi positivisme ini melahirkan pendekatan-pendekatan paradigma kuantitatif dalam penelitian sosial di mana objek penelitian dilihat memiliki keberaturan yang naturalistik, empiris, dan behavioristik, di mana semua objek penelitian harus dapat direduksi menjadi fakta yang dapat diamati, tidak terlalu mementingkan fakta sebagai makna namun mementingkan fenomena yang tampak, serta serba bebas nilai atau objektif dengan menantang habis-habisan sikap-sikap subjektif (Bungin, 2005: 40).

2.2.1 Karakteristik Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan cara pengukuran untuk menjawab pertanyaan dalam masalah yang diteliti, dapat juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

disebut sebagai penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari

pengumpulan data, penafsiran atau perhitungan data tersebut hingga dihasilkan

kesimpulan yang juga merupakan angka, baik dalam bentuk grafik ataupun tabel.

Karakteristik penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2013: 7) adalah

sebagai berikut :

i. Berdasarkan filsafat positivisme yang memandang realitas/gejala/fenomena

dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan

gejala bersifat sebab akibat.

ii. Masalah dan hipotesis telah dirumuskan dengan spesifik dan jelas.

iii. Penelitian dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif.

iv. Terdapat jarak antara peneliti dengan yang objek penelitian, sehingga tidak ada

keterlibatan secara emosional dengan subjek penelitian.

v. Teknik pengumpulan data menggunakan kuisioner, observasi dan wawancara

terstruktur.

vi. Penelitian biasanya dilakukan pada sampel yang besar, diambil secara random

dan sudah ditentukan sejak awal.

vii. Analisis data dilakukan setelah selesai pengumpulan data, prosesnya bersifat

deduktif dan menggunakan statistik untuk menguji hipotesisnya. viii. Tujuan penelitian kuantitatif yaitu menunjukkan hubungan antar variabel,

menguji teori serta mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

2.3 Kerangka Teori

2.3.1 Komunikasi Massa

Ketika sebuah organisasi menggunakan teknologi sebagai sebuah media untuk berkomunikasi dengan khalayak yang besar, maka akan terjadi komunikasi massa (Baran & Davis, 2010: 6). Media massa pada saat ini selalu berada disekitar kita, sehari saja tanpa komunikasi massa adalah hal yang sangat mustahil bagi masyarakat saat ini. Bagaimana media beraksi dan bagaimana media tersebut mempengaruhi kehidupan manusia merupakan hal-hal yang tidak disadari dan diketahui prosesnya oleh masyarakat.

Pendapat Tan dan Wirght (Ardianto & Erdinaya, 2005: 3), komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Dari pengertian komunikasi massa di atas, kita dapat mengetahui bahwa media massa merupakan hal yang sangat erat hubungannya dalam komunikasi massa.

Beberapa karakteristik komunikasi massa yang dikemukakan William

L.Rivers, Jay W. Jensen dan Theodore Peterson dalam buku Media Massa dan

Masyarakat Modren Edisi Kedua (2003: 19) yaitu :

1) Komunikasi massa bersifat satu arah. Jika komunikasi yang dilakukan

melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat

berhubungan secara langsung sehingga dikatakan komunikasi tersebut

berlangsung satu arah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

2) Komunikasi massa selalu ada proses seleksi. Misalnya, setiap media pasti

akan memilih atau menyeleksi khalayaknya. Di lain pihak, khalayak juga

menyeleksi media, baik jenis maupun isi siaran dan berita, serta waktu untuk

menikmatinya.

3) Karena media mampu menjangkau khalayak secara luas, jumlah media yang

diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga kompetisinya selalu

berlangsung ketat.

4) Untuk meraih khalayak sebanyak mungkin, harus berusaha membidik sasaran

tertentu. Televisi akan merancang programnya untuk memikat segmen

khalayak tertentu yang akan menyebarluaskannya, misalnya reality show

untuk ibu-ibu rumah tangga.

5) Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi

lingkungannya. Ada interaksi tertentu yang berlangsung antara media dan

masyarakat. Oleh sebab itu, untuk memahami media secara baik, kita harus

memahami pula lingkungan atau masyarakat di mana media itu berada.

2.3.1.1 Unsur-unsur Komunikasi Massa

1) Komunikator

Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator dalam komunikasi massa bukan individu, tetapi kumpulan orang yang bekerja sama satu sama lain.

Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa yang pernah dikemukakan oleh Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) (Nurudin,

2014: 97) yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

1. Daya saing (competitiveness), daya saing sebuah media massa akan sangat

ditentukan oleh peran komunikatornya.

2. Ukuran dan komplesitas (size and complexity), ukuran berhubungan erat

dengan jumlah orang yang diperkerjakan dalam saluran komunikasi massa.

Semakin besar media massa, semakin besar pula jumlah orang yang terlibat di

dalamnya.

3. Industrialisasi (industrialization), merupakan salah satu konsekuensi media

massa. Media massa jelas memperkerjakan banyak orang dan banyak struktur

yang kompleks, akibatnya media ini perlu banyak dikelola seperti halnya

industri.

4. Spesialisasi (specialization), karakteristik dari komunikator dalam komunikasi

massa yang merupakan konsekuensi pembagian tugas dan wewenang internal.

Tanpa spesialisasi, media massa tidak akan bisa mengikuti perkembangan

zaman. Spesialisasi sering mutlak dimiliki komunikator dalam komunikasi

massa.

5. Perwakilan (representation), media massa yang semakin tumbuh besar

membutuhkan perwakilan lain yang bisa menopang kehidupan media itu.

Semakin besar media massa, fungsi perwakilan menjadi semakin penting

kehadirannya.

2) Isi

Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendiri-sendiri dalam pengelolaan isinya. Ray Eldon Hiebert (Nurudin, 2014: 101) mengatakan isi media setidak-tidaknya dibagi ke dalam lima kategori yakni :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

1. Berita dan informasi, merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media

massa.

2. Analisis dan interpretasi, bukan hanya sekedar memberitakan, tetapi media

massa juga mengevaluasi dan menganalisis setiap kejadian tersebut.

3. Pendidikan dan sosialisasi, ketika media massa memberikan informasi dan

menganalisisnya, secara tidak langsung memberikan ilmu pengetahuan kepada

khalayak, secara tidak langsung media sedang menjadi seorang pendidik.

4. Hubungan masyarakat dan persuasi, isi media bisa menjadi alat penghubung

antar berbagai pihak yang menjadi sasaran medianya.

5. Iklan dan bentuk penjualan lain, iklan merupakan salah satu hal yang tidak bisa

dipisahkan dari media massa. Iklan bisa bersifat persuasi. Ketika kita berbicara

tentang organisasi media massa yang ditujukan untuk mendapatkan laba maka

iklan menduduki posisi yang sangat penting.

6. Hiburan, media massa selalu menyajikan dan memberikan acara dalam setiap

perkembangannya dan sudah pasti acara tersebut dapat meghibur masyarakat.

3) Audience

Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangatlah beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran, atau jurnal ilmiah.

Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa setidak- tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut :

1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi

pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

biasanya memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi

kesadaran.

2. Audience cenderung besar, yang berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan

sasaran komunikasi massa.

3. Audience cenderung heterogen, mereka berasal dari berbagai lapisan dan

kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi

heterogenitasnya juga tetap ada.

4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator.

4) Umpan Balik

Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung dan umpan tidak langsung. Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara secara langsung. Umpan balik dalam komunikasi massa biasanya terjadi secara tidak langsung. Artinya antara komunikator dan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain.

Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada sumber/komunikan setelah dipertimbangkan dalam waktu tertentu sebelum dikirimkan. Jadi, komunikan memberikan reaksi kepada komunikator dalam jangka waktu tertentu dan tidak langsung seperti jika komunikasi tatap muka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21

5) Gangguan

1. Gangguan Saluran

Di dalam media gangguan berupa sesuatu seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, paragraf yang dihilangkan dari surat kabar, gambar tidak jelas di pesawat televisi, gangguan gelombang radio dan lain sebagainya. Semakin kompleks teknologi yang digunakan masyarakat maka semakin besar peluang munculnya gangguan. Semakin banyak variasi program acara yang disajikan, semakin meningkat munculnya gangguan.

Salah satu solusi untuk mengatasi adanya gangguan terhadap saluran misalnya dengan pengulangan acara yang disajikan. Cara yang lain dengan mempertajam saluran komunikasi massa. Misalnya dengan cara meningkatkan kualitas teknologi yang digunakan, mengoreksi secara detail kesalahan cetak paragraf pada surat kabar sebelum dicetak dan membersihkan kotoran pada layar televisi.

2. Gangguan Semantik

Semantik bisa diartikan sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Gangguan ini lebih rumit, kompleks, dan sering kali muncul. Gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri.

6) Gatekeeper

John R. Bittner (Nurudin, 2014: 119) mengistilahkan gatekeeper sebagai

“individu-individu atau kelompok orang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Semua saluran media massa mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

sejumlah gatekeeper, mereka memainkan peranan dalam beberapa fungsi, mereka juga dapat menghapus pesan atau mereka bahkan bisa memodifikasi dan menambah pesan yang akan disebarkan.

7) Pengatur

Ada pola hubungan yang saling terkait antara media massa dengan pihak lain. Hubungan ini biasanya tidak selalu harmonis sebab masing-masing pihak berbeda tuntutan dan saling menguasai satu sama lain. Yang dimaksud pengatur dalam media massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut memengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi di luar media tetapi kelompok tersebut bisa ikut dalam menetukan kebijakan redaksional. Pengatur tersebut antara lain pengadilan, pemerintah, konsumen, organisasi profesional, dan kelompok penekan, termasuk narasumber, dan pengiklan. Semua itu berfungsi sebagai pengatur.

8) Filter

Filter adalah kerangka berpikir melalui mana audience menerima pesan.

Filter ibarat sebuah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Ada beberapa filter, antara lain fisik, psikologis, budaya, dan yang berkaitan dengan informasi. Seorang audience ketika menyaring pesan yang diterimanya juga sangat tergantung dari informasi atau kata-kata yang dikuasainya. Kata “massa’’ akan dipahami secara berbeda antara orang komunikasi dengan mereka yang berasal dari sosiologi. Sehingga pengetahuan seseorang juga merupakan salah satu filter dalam menerima pesan dalam komunikasi massa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

2.3.1.2 Fungsi Komunikasi Massa

1) Informasi

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah dari berita-berita yang disajikan.

2) Hiburan

Fungsi hiburan menduduki posisi tertinggi dari fungsi-fungsi komunikasi massa lainnya. Fungsi hiburan dari komunikasi massa adalah untuk mengurangi ketengangan dalam pikiran khalayak dan sebagai sarana untuk berkumpul keluarga. Sehingga dapat kita lihat dalam acara-acara pada jam prime time (pukul

19.00 s/d 21.00 wib) akan disajikan acara-acara hiburan yang banyak diminati oleh penonton.

3) Persuasi

Bagi Joseph A. Devito (Nurudin, 2014: 72) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling dianggap penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk yaitu :

1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang;

2. Mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang;

3. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu;

4. Memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu.

4) Transmisi Budaya

Transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi menjadi bagian dari pengalaman dan pengetahuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

individu sehingga warisan pengalaman dan pengetahuan tersebut akan diwariskan yang kemudian menjadi dampak akumulasi budaya dan masyarakat sebelumnya yang telah menjadi bagian dari hak asasi manusia.

5) Mendorong Kohesi Sosial

Artinya media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain, media massa merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai-cerai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media massa memberitahukan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media massa mendorong kohesi sosial.

6) Pengawasan

Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua yakni warning beware surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau pengawasan instrumental. Fungsi pengawasan peringatan dapat dilihat dari pemberitaan yang memberikan peringatan kepada masyarakat tentang sesuatu yang akan terjadi. Fungsi pengawasan instrumental adalah penyebaran informasi yang berguna bagi masyarakat.

7) Korelasi

Fungsi korelasi adalah fungsi yang menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Biasanya dalam fungsi ini komunikasi massa berperan sebagai penghubung antara berbagai komponen masyarakat. Biasanya hal ini dilakukan untuk menghubungkan pemerintah dengan masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

8) Pewarisan Sosial

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal mau pun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi selanjutnya.

9) Melawan Kekuasaan dan Kekuatan Represif

Komunikasi massa berperan memberikan informasi, tetapi informasi yang diungkapkannya ternyata mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan. Komunikasi massa juga dapat berperan untuk memperkuat kekuasaan, tetapi bisa juga sebaliknya.

10) Menggugat Hubungan Trikotomi

Hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang antara tiga pihak. Dalam kajian komunikasi hubungan trikotomi melibatkan pemerintah, pers dan masyarakat. Ketiganya elemen tersebut biasanya tidak pernah mencapai sepakat karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak dan disinilah komunikasi massa melalui media massa memiliki tugas penting untuk mengubah hubungan trikotomi tersebut. Dengan cara memberitakan informasi-informasi yang dapat menjadi acuan dalam meyelesaikan masalah tersebut.

2.3.1.3 Efek Komunikasi Massa

Umumnya khalayak lebih tertarik bukan kepada apa yang dapat mereka lakukan terhadap media, tetapi apa yang dapat media lakukan terhadap mereka.

Seperti bagaimana media massa menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku mereka. Jalalludin Rakhmat dalam buku Psikologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

Komunikasi (2007: 219) membagi menjadi empat efek komunikasi massa, yaitu efek kehadiran media massa, efek kognitif komunikasi massa, efek afektif komunikasi massa, dan efek behavioral komunikasi massa.

1) Efek Kehadiran Media Massa

Menurut McLuhan (Rakhmat, 2007: 219), “The medium is the message” pendapat ini menjelaskan bahwa bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak karena yang mempengaruhi khalayak bukan apa yang disampaikan media tetapi jenis media komunikasi yang kita pergunakan (interpersonal, media cetak atau televisi).

Ada beberapa efek kehadiran media massa pada khalayak menurut Steven

H. Chaffee (Rakhmat, 2007: 220) seperti (1) efek ekonomis, (2) efek sosial, (3) efek penjadwalan kegiatan, (4) efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu, dan (5) efek pada perasaan orang terhadap media.

Efek ekonomis kehadiran media massa dapat menggerakkan berbagai usaha, seperti produksi, distribusi, dan konsumsi “jasa” media massa. Kehadiran televisi tentu dapat memberi nafkah bagi para juru kamera, juru rias, pengara acara, dan belasan profesi lainnya. Efek sosial kehadiran media massa dapat melihat dari meningkatnya ekonomi seseorang pasti akan berdampak pada perubahan status sosialnya di dalam masyarakat. Kehadiran televisi sebagai media massa tentu akan meningkatkan status sosial pemiliknya.

Kehadiran televisi juga telah merubah kegiatan para khalayaknya sehingga ini disebut dengan efek pada penjadwalan kegiatan sehari-hari. Sebelum adanya televisi masyarakat biasanya akan tidur lebih cepat, tetapi setelah kehadiran televisi, banyak di antara masyarakat khususnya muda-mudi yang sering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

menonton televisi sampai malam dan hal ini telah mengubah kebiasaan rutin mereka sehari-hari.

Steven H.Caffee menyebut dua efek akibat kehadiran media massa sebagai obyek fisik: hilangnya perasaan tidak enak dan tumbuhnya perasaan tertentu terhadap media massa (Rakhmat, 2007: 222). Ketika seseorang marah atau merasa kecewa terhadap sesuatu hal, media dipergunakan untuk menghilangkan perasaan tidak enak tersebut.

Kehadiran media massa bukan hanya untuk menghilangkan perasaan tertentu kepada khalayaknya tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu.

Perasaan senang atau percaya terhadap media tersebut akan timbul ketika pengalaman individu tersebut erat kaitannya dengan media massa tersebut.

Masyarakat Amerika melihat kecintaan anak-anak pada televisi, yang ternyata lebih sering menyertai mereka daripada orangtua mereka dan televisi juga terbukti lebih dipercaya daripada keduanya (Rakhmat, 2007: 222).

2) Efek Kognitif Komunikasi Massa

Media massa berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada khalayak, sehingga khalayak dapat membentuk, mempertahankan atau meredefinisikan citra.

Melalui media massa kita dapat memperoleh informasi apapun di dunia, seperti televisi yang merupakan jendela kecil untuk khalayak dalam menyaksikan berbagai peristiwa yang jauh dari jangkauan alat indra kita.

Media massa menampilkan realitas yang sudah diseleksi sehingga khalayak membentuk citra tentang lingkungan sosial berdasarkan realitas tersebut.

Pengaruh media massa terasa lebih kuat karena pada dasarnya masyarakat modren memperoleh banyak informasi tentang dunia melalui media massa. Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

juga dapat memperoleh pengetahuan yang lebih banyak serta terperinci lagi mengenai segala bidang yang diminatinya, bahkan mendapat pengetahuan baru mengenai hal-hal yang baru melalui media massa.

3) Efek Afektif Komunikasi Massa

Efek afektif komunikasi massa merupakan lanjutan dari hasil efek kognitif komunikasi massa. Menurut Salomon E. Asch (Rakhmat, 2007: 233) semua sikap khalayak bersumber pada organisasi kognitif – pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Media massa tidak akan mengubah sikap secara langsung tetapi media massa akan mengubah dulu citra khalayak terhadap sesuatu melalui informasi yang diberikan, dan kemudian citra tersebut akan mendasari sikap.

Tujuan dari komunikasi massa pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan informasi terhadap khalayak agar menjadi tahu mengenai sesuatu, tetapi diharapkan media massa juga merasakan dan mengambil sikap dalam menerima informasi tersebut.

4) Efek Behavioral Komunikasi Massa

Efek behavioral merupakan akhir dari seluruh efek komunikasi massa, efek ini merupakan akibat yang ditimbulkan media massa terhadap khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan ataupun kegiatan. Perilaku atau tindakan meliputi bidang yang luas; seperti hal-hal yang kita pilih atau yang paling sering kita bicarakan yaitu efek pada perilaku sosial yang diterima (efek prososial behavioral) dan pada perilaku agresif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

2.3.2 Cultivation Theory

Cultivation theory atau teori kultivasi merupakan teori komunikasi massa yang dapat di gunakan untuk menggambarkan pengaruh media massa kepada masyarakat. Gagasan tent ang teori ini pertama kali dikenalkan oleh Profesor

George Gerbner, seorang mantan dekan komunikasi Annenberg School of

Communication di Universitas Pennsylvania Amerika Serikat (AS).

George Gerbner (Morissan, 2010: 105) mengemukakan pendapat bahwa television is a centralized system of story-telling. It is part and parcel of our daily lives. Its drama, commercial, news and other programs bring a relatively coherent world of common images and mesages into every home. Television cultivates from infancy the very predispositions and preferences that used to be acquired from other primary sources. The repetitive patern of television’s mass- produced messages and images froms the mainstream of a common symbolic environment (televisi adalah sistem penceritaan yang terpusat. Televisi telah menjadi bagian dari kehidupan keseharian kita. drama, iklan, berita, dan program lainnya menyajikam dunia gambar dan dunia pesan yang sama yang relatif menyatu (koheren) ke dalam setiap rumah. Televisi sejak awal menanamkan kecenderungan dan preferensi yang diperolehnya dari sumber utama lainnya. Pola mengulang-ulang pesan dan gambar produksi massal televisi membentuk arus utama dari lingkungan simbolik bersama).

Teori kultivasi adalah teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media dalam jangka panjang (Morrisan, 2013: 519).

Teori ini beranggapan bahwa televisi merupakan media utama dimana khalayak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30

mempelajari tentang masyarakat dan budaya dilingkungannya, sehingga persepsi yang terbentuk dalam benak khalayak tentang masyarakat dan budaya ditentukan oleh televisi. Grebner berpendapat media massa mampu menanamkan, menyebarkan dan memelihara sikap dan nilai sehingga khalayak akan terpengaruh dan menyakininya (Hasanah, 2014: 328).

Berdasarkan banyaknya waktu yang dihabiskan dalam menonton,

Grebner (Morissan, 2013: 522) membagi penonton televisi ke dalam dua kelompok, yaitu :

1) Penonton “kelompok ringan” (light viewer) yaitu mereka yang menghabiskan

waktunya kurang dari dua jam menonton televisi. Kelompok ini cenderung

menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih bervariasi sehingga

akses terhadap media menjadi lebih luas dan pengaruh televisi tidak cukup kuat

terhadap diri mereka. Kelompok ringan dinilai lebih selektif dalam menonton

televisi, mereka hanya menghidupkan televisi hanya untuk menonton tayangan

yang mereka inginkan saja dan mematikan televisi jika acara sudah selesai.

2) Penonton “kelompok berat” (heavy viewer) yaitu mereka yang menonton

televisi minimal empat jam atau lebih per hari dan tidak hanya tayangan

tertentu. Kelompok ini cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber

informasi. Penonton heavy viewers memiliki akses dan kepemilikan media

yang lebih terbatas, sehingga mereka mengandalkan televisi sebagai sumber

informasi dan hiburan mereka. Keterpakuan terhadap media mengakibatkan

keragaman dan alternatif informasi yang mereka miliki menjadi terbatas,

sehingga terbentuknya gambaran mengenai dunia dalam pikiran penonton

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 31

berdasarkan gambaran yang ditayangkan oleh televisi (Saefuddin & Venus,

2007: 85).

Menurut Gerbner terdapat dua alasan yang menjelaskan bagaimana kultivasi dapat terjadi yaitu :

1. Mainstreaming

Adalah proses yang mengikuti arus utama yang terjadi ketika berbagai simbol, informasi, dan ide yang ditayangkan televisi mendominasi atau mengalahkan simbol, informasi, dan ide yang berasal dari sumber lain. Proses ikut arus ini menjelaskan bahwa televisi mampu membuat audience-nya menjadi homogen sedemikian rupa sehingga mereka yang menjadi anggota heavy viewer akan memiliki orientasi, prespektif dan makna yang sama satu sama lain.

West dan Turner (Morissan, 2010: 112) menyatakan sebagai akibat menonton televisi dengan intensitas tinggi maka realitas sosial yang dikonstruksikan masyarakat bergerak menuju ke arah arus utama, bukan arus utama dalam pengertian politik tetapi suatu budaya dominan yang lebih mirip dengan realitas yang disajikan televisi daripada realitas lain yang terukur dan objektif.

Mengikuti arus utama memiliki arti bahwa penonton heavy viewers yang terdiri dari latar belakang berbeda akan mengalami konvergensi, penyatuan atau menjadi sama dalam hal kepercayaan mereka terhadap dunia dibandingkan dengan sesama anggota dengan latar belakang yang sama, tetapi tidak termasuk dalam penonton kelompok berat. Dalam hal ini berarti perbedaan latar belakang tidak lagi menjadi masalah ketika penonton berada dalam satu kelompok penonton.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

Proses mainstreaming menjelaskan bahwa televisi mampu membuat penontonnya menjadi homogen sehingga mereka yang menjadi anggota penonton kelompok berat akan memiliki orientasi, prespektif dan makna yang sama satu dengan yang lain. Orang-orang menghayati realitas sosial yang pada akhirnya cenderung mengikuti mayoritas, bukan dalam artian secara politik tetapi realitas budaya dominan yang lebih dekat kepada realitas televisi daripada realitas objektif.

2. Resonansi

Terjadinya resonansi ketika apa yang disajikan oleh televisi sama dengan realitas aktual sehari-hari yang dihadapi penonton. Contohnya penonton yang bermukim di daerah yang rawan akan tindak kejahatan pencurian sepeda motor

(ranmor) dan melihat dunia kejahatan yang ditayangkan televisi mencerminkan situasi yang sama. Realitas sosial yang ditanamkan ke dalam pikiran penonton boleh jadi sama atau sesuai dengan realitas objektif mereka, namun efek yang ditimbulkan adalah terjadinya hambatan untuk terbentuknya realitas sosial yang lebih optimis atau positif, sehingga akan menghilangkan harapan bahwa penonton dapat mewujudkan situasi yang lebih baik.

Proses pengulangan (resonansi) terjadi ketika televisi menyajikan peristiwa yang pernah dialami oleh penonton sehingga menyebabkan mereka yang pernah mengalami hal tersebuh mengingat kembali peristiwa tersebut dalam memori ingatan mereka. Kondisi ini memberikan dosis ganda (double dose) terhadap pesan yang akan memperkuat proses terjadinya kultivasi, sebagaimana diungkapkan oleh Grebner (Morissan, 2010: 113) the congruence of the television world and real-life circumstances may ‘resonate’ and lead to markedly amplified

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

cultivation patterns (kesamaan yang ditayangkan dunia televisi dan situasi dunia nyata dapat menghasilkan gaung dan mengarah pada pola-pola kultivasi yang semakin diperkuat).

Tidak semua pecandu berat televisi terkultivasi secara sama, beberapa lebih mudah dipengaruhi televisi daripada yang lain (Devito, 1997: 527).

Pengaruh ini akan bergantung bukan saja pada seberapa banyak seseorang menonton televisi melainkan juga pada pendidikan, penghasilan, dan jenis kelamin penonton. Contohnya, penonton ringan berpenghasilan rendah melihat kejahatan sebagai masalah yang serius sedangkan penonton ringan berpenghasilan tinggi tidak demikian. Hal ini berarti terdapat faktor-faktor lain selain tingkat keseringan menonton televisi yang mempengaruhi persepsi penonton tentang dunia serta kesiapan untuk menerima gambaran dunia televisi sebagai dunia yang sebenarnya.

Teori kultivasi mengajukan tiga asumsi dasar untuk mengedepankan gagasan bahwa realitas yang diperantarai oleh televisi menyebabkan penonton menciptakan realitas sosial mereka sendiri yang berbeda dengan realitas sebenarnya (Morissan, 2010: 107). Ketiga asumsi tersebut antara lain :

1. Televisi adalah media yang sangat berbeda

Asumsi ini menekankan pada keunikan atau kekuatan televisi dibandingkan dengan media lainnya. Televisi merupakan media yang memiliki akses paling besar untuk menjangkau masyarakat, mulai dari yang termuda hingga tertua.

Televisi mampu menggabungkan antara suara dengan gambar, tayangan televisi umumnya dapat dinikmati tanpa perlu membayar, tidak perlu mobilitas untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

menonton televisi, cukup hanya di rumah saja. Televisi mampu menarik perhatian kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda, namun sekaligus mampu menunjukkan kesamaannya. Karena akses dan ketersediaannya kepada semua orang, televisi disebut sebagai senjata budaya yang penting (central cultural arm).

2. Televisi membentuk cara masyarakat berpikir dan berinteraksi

Analisis kultivasi tidak membahas mengenai apa yang akan dilakukan seseorang setelah ia menonton tayangan kekerasaan di televisi. Teori ini mengemukakan gagasan bahwa menyaksikan tayangan kekerasan membuat penonton merasa takut, karena tayangan kekerasan di televisi mampu menanamkan gambaran di dalam otak mengenai dunia yang jahat dan berbahaya.

3. Pengaruh televisi bersifat terbatas

Pada hakikatnya teori kultivasi tidak memandang televisi sebagai media yang memiliki kekuatan yang besar (powerful), sebaliknya gagasan ini memandang bahwa televisi sebagai media dengan pengaruh terbatas terhadap individu dan budaya. Ukuran suatu efek menjadi kurang penting dibandingkan dengan arah efek dan berlangsung terus-menerus karena walaupun efek televisi terhadap budaya relatif kecil, tetapi pengaruh itu tetap ada dan signifikan. Lebih jauh,

Grebner menyimpulkan bahwa teori kultivasi tidak membahas kasus tayangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu, tetapi menonton televisi pada umumnya akan menghasilkan pengaruh yang bersifat kumulatif dan luas dalam hal bagaimana kita memandang dunia kita.

Setiap tayangan yang ditayangkan dalam televisi dapat memberikan pengaruh kepada penontonnya. Terkadang pengaruh ini bukan hanya sampai pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

tahap kognitif atau afektif tetapi juga sampai pada tahap behavioral. Grebner

(Sumarjo, 2011: 108) menyatakan sebelum sampai pada tahap behavioral ada beberapa elemen yang terdapat dalam teori kultivasi, yaitu :

1) Attention, pada tahap ini merupakan tahap social learning. Terjadi sebuah

proses belajar (learning) di dalam benak penonton yang menontonnya. Tahap

ini menjelaskan bahwa kita baru dapat mempelajari sesuatu bila kita

memperhatikannya. Stimuli yang dapat dijadikan teladan (modelling stimuli)

diperhatikan karena karakteristik orang yang menangkap stimuli, sehingga

tidak seluruh peristiwa yang ditayangkan mendapat perhatian dari

penontonnya. Peristiwa yang menarik perhatian adalah yang tampak menonjol

dan sederhana, terjadi berulang-ulang, atau menimbulkan perasaan positif pada

pengamatnya.

2) Capacity, menurut Grebner jumlah frekuensi menonton (capacity) khalayak

terhadap suatu tayangan juga mempengaruhi terjadinya proses kultivasi.

Menurut frekuensinya Grebner membagi penonton menjadi tiga kategori, yaitu:

a). Heavy Viewers : penonton yang menonton televisi lebih dari 4 jam

sehari.

b). Moderate Viewers : penonton yang menonton televisi selama 2-4 jam

sehari.

c). Light Viewers : penonton yang menonton televisi kurang dari 2 jam

sehari.

Grebner menyatakan bahwa penonton yang tergolong dalam kategori heavy

viewers lebih mudah mempercayai realitas yang ditayangkan oleh televisi

daripada light viewers dan moderate viewers.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

3) Focusing startegic, bagaimana cara penonton ketika menonton televisi juga

mempengaruhi proses kultivasi yang terjadi karena setiap orang memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Tidak hanya

kemampuan dalam menyerap informasi, kondisi penonton pada saat menyerap

suatu informasi juga sangat mempengaruhi.

4) Involvement, mengenai keterlibatan orang lain yang berada di sekitar penonton

ketika ia sedang menonton sebuah tayangan di televisi. Keterlibatan orang lain

juga memberikan pengaruh kepada terjadinya proses kultivasi dalam diri

seseorang. Setelah proses belajar selesai, maka penonton dapat memutuskan

informasi apa yang akan diterima dan dipilih (incidental information holding)

dan akan terjadi proses constructing dalam benak penonton. Dalam proses

tersebut penonton akan mengidentifikasi informasi yang sudah diterima dan

dipilih tersebut, sehingga akan ada dorongan untuk menjadi identik dengan apa

yang ditayangkan di televisi tersebut.

Setelah mengidentifikasi terkadang penonton tidak langsung memberikan tindakan, penonton memerlukan peneguhan (reinforcement) untuk melakukannya.

Pada proses peneguhan tersebutlah penonton memerlukan keterlibatan orang lain didalamnya, apabila penonton melihat lingkungan sosialnya mengadopsi apa yang sudah ditayangkan di televisi, maka penonton akan memutuskan untuk mengubah perilakunya sesuai dengan informasi yang sudah dipilihnya tadi.

2.3.3 Televisi

Media yang saat ini sangat populer di tengah masyarakat dan memiliki pengaruh yang sangat besar dibanding media massa yang lain adalah televisi. Jika

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

ada hal-hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukan televisi (Effendy, 2002: 122).

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2008) televisi adalah pesawat yang dapat menangkap siaran, gambar, dan suara dari pemancar.

Sedangkan menurut Effendy (1993: 21) televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh komunikasi massa yaitu; berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan, komunikasinya bersifat heterogen.

Beberapa karakteristik televisi menurut Elvinaro Ardianto (2007: 137) yaitu :

1) Audiovisual, kelebihan dari televisi dari media massa yang lainnya adalah

dapat dilihat dan didengar. Jika radio hanya bisa di dengar dan surat kabar

hanya dapat dibaca maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang

bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari pada kata-

kata sehingga keduanya harus memiliki kesesuaian yang selaras.

2) Berpikir dalam gambar, ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam

gambar. Pertama adalah visualisasi yakni menerjemahkan kata-kata yang

mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua,

penggambaran yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual

sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

3) Pengoperasian lebih kompleks, dibandingkan dengan siaran radio, televisi

siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang

digunakan lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang profesional.

Karakteristik suatu peristiwa yang baik untuk dijadikan berita haruslah mengandung unsur penting dan menarik, sehingga untuk menjadikan pesan tersebut layak untuk diterima oleh khalayak dan dapat disampaikan melalui media haruslah melalui beberapa pertimbangan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan tersebut antara lain yaitu (Ardianto, 2005: 131) :

1) Pemirsa, dalam setiap bentuk komunikasi dengan menggunakan media apapun,

komunikator harus menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya.

Khusus untuk media elektronik seperti televisi, faktor pemirsa perlu mendapat

perhatian lebih, sehingga setiap acara yang ditayangkan benar-benar

merupakan kebutuhan pemirsa, bukan acara yang yang sembarangan

ditampilkan saja.

2) Waktu, faktor waktu menjadi bahan pertimbangan agar setiap acara

ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran atau

khalayak yang dituju.

3) Durasi, faktor ini berkaitan dengan waktu yakni jumlah menit dalam setiap

penayangan acara. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara

dan tuntutan skrip atau naskah, yang paling penting bahwa dengan durasi

tertentu, tujuan acara akan tercapai.

4) Metode penyajian, mengemas acara sedemikian rupa dengan metode penyajian

yang tepat dan akurat sehingga fungsi utama televisi yaitu menghibur dan

memberikan informasi akan tercapai dengan maksimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

2.3.4 Reality Show

Reality show adalah segala jenis kategori yang masuk kedalam program hiburan di televisi yang meliputi banyak hal mengenai kehidupan manusia (Hill,

2005: 2). Semakin berkembangnya kreativitas insan pertelevisian semakin berkembang pula reality show dengan berbagai macam alur cerita yang dibuat untuk mencari perhatian dan memancing reaksi dari penonton.

Jack Benza (2005: 11), dalam bukunya So You Wanna Be on Reality

Show mengatakan “Reality TV was replacing shows on prime time and it allowed pretty much anyone who had the desire to be on TV to do so”. Benza mengatakan bahwa betapa popularitas reality show telah menggeser program-program lain yang awalnya menempati posisi prime time di televisi. Reality show juga memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin tampil di layar kaca. Menjadi

“bintang” di televisi bukanlah menjadi hal yang sulit untuk diwujudkan, karena reality show telah membukakan pintu dengan memfasilitasi terwujudnya impian dan hasrat untuk menjadi “terkenal” di televisi.

Andi Fachruddin dalam bukunya yang berjudul Cara Kreatif

Memproduksi Program Televisi (2015: 177) memaparkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan tema yang sesuai dalam proses produksi sebuah reality show. Mulai dari yang betul-betul reality hidden camera hingga yang terlalu banyak rekayasa namun tetap menggunakan reality show dengan tujuan menaikkan penjualan, beberapa pendekatan itu antara lain :

1) Pendekatan konflik (penggabungan rekaman asli dan plot)

Dalam pendekatan ini penonton dan kamera hanya jadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan sehari-hari mereka, baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

yang profesional maupun pribadi. Biasanya produser menciptakan plot sehingga acara tersebut dapat lebih enak untuk ditonton oleh pemirsa. Kemudian para kru akan melakukan proses editing untuk menggabungkan setiap adegan sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga hasil akhirnya akan menghasilkan cerita yang berdurasi 30 menit pada tiap episodenya.

Contoh dari pendekatan ini dapat kita lihat dalam acara reality show

Termehek-mehek, Orang Ketiga, Katakan Putus, Playboy Kabel, dan lain-lain.

Termehek-mehek dan Playboy Kabel terbukti sukses meraih rating yang tinggi pada masa tayangnya.

2) Pendekatan Jebakan (Candid Camera)

Sebuah kamera tersembunyi merekam orang-orang dalam situasi yang sudah diset (set lokasi dan set properti). Biasanya program ini merupakan sebuah comedy reality show yang umumnya berdurasi 30 menit yang akan menangkap ekspresi terkejut korban jebakan dan kelucuan suatu situasi. Para kru akan mempersiapkan beberapa ide jahil untuk menjahili orang dan tempat secara acak.

Konten dari acara ini adalah berupa practical joke yang sifatnya situasional

(dengan mempermainkan emosi “korban”) atau joke yang menggunakan properti untuk mengerjai dan menjebak “korban” ke dalam situasi komedi yang mengundang tawa pemirsa. Contoh program reality show yang telah sukses dengan menggunakan pendekatan ini adalah Spontan, Ngacir, dan SuperTrap.

3) Pendekatan Talent (kompetisi)

Reality show dengan menggunakan pendekatan ini memiliki beberapa kontestan yang nantinya akan direkam secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna bersaing memperebutkan hadiah. Reality show ini juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41

menggambarkan proses seleksi selama beberapa hari atau minggu dalam bentuk perlombaan, permainan, atau pertanyaan hingga setiap peserta akan tersingkir satu persatu melalui pemungutan suara, baik oleh penonton maupun peserta itu sendiri.

Proses dari pendekatan ini sendiri amatlah menarik, dimulai dengan kekuatan ide inovatif, dukungan audience (penonton), jumping shot, host entertainer, juri yang aktraktif, info dukungan via sms atau telepon, clip hanger. Agar menghasilkan program kompetisi yang disukai penonton, maka fokus para tim kreatif dan produser adalah menemukan peserta kompetisi yang harus memiliki keahlian (persaingan) dan keunikan (menghasilkan kehebohan). Contoh program yang sukses dengan pendekatan ini adalah , Penghuni Terakhir,

Akademi Fantasi Indosiar, D’Terong Show, MasterChef Indonesia.

4) Pendekatan Mencari Jodoh (relationship)

Program yang menampilkan seorang kontestan harus memilih satu orang dari sejumlah orang yang berminat untuk menjadi pasangannya. Para peminat harus bersaing untuk merebut perhatian kontestan agar tidak tersingkir dari permainan.

Proses kreatif reality show ini dimulai dengan kekuatan ide inovatif, story board, tata artistik, dukungan ambience, sound effect, host entertainment, breakdown shot detail, clip hanger. Contoh reality show yang menggunakan pendekatan ini yaitu : Take Me Out, Take Him Out, Cocok Tidak Cocok.

5) Pendekatan Empati

Program yang menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah (pemulung, nelayan, buruh panggil pasar, kuli panggul pelabuhan, petani penggarap, pengamen jalanan, dan lain-lain). Informasi yang ditujukan untuk memberi pemahaman, empati, atau simpati pada masyarakat kelas bawah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42

dengan menampilkan keseharian mereka di rumah, di lingkungan sekitar, di tempat kerja, dan sebagainya contohnya reality show Jika Aku Menjadi.

Pendekatan ini dapat dilakukan dengan cara karitas atau membagi-bagi uang/barang/renovasi rumah, contohnya seperti Bedah Rumah, Uang Gratis,

Dibayar Lunas, Tangan di Atas dan sebagainya. Pendekatan ini dapat juga dilakukan dengan cara menyoroti liku-liku kehidupan seseorang (selebritis, pengusaha, dan lain sebagainya).

6) Pendekatan Mistik

Program yang terkait dengan hal-hal yang bersifat supranatural dan menyajikan tayangan yang berkaitan dengan dunia gaib, paranormal, kontak dengan roh-roh, dan lain sebagainya. Program ini merupakan program yang paling diragukan realitasnya. Karena tidak ada yang dapat membuktikan apakah peserta benar- benar melihat hantu secara nyata atau tidak, atau penampakan itu sendiri benar- benar ada atau tidak. Contoh dari pendekatan ini yaitu program Dunia Lain yang sekarang menjadi Masih Dunia Lain, Uka Uka, Percaya Tidak Percaya.

Menurut Morissan (2013: 153) suatu program televisi harus memiliki elemen yang akan dijadikan senjata untuk menarik perhatian khalayak, elemen- elemen tersebut antara lain :

1) Konflik yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter di antara

tokoh-tokoh yang terlibat, konflik akan lebih memberikan cerita yang menarik

dalam setiap acara.

2) Durasi, suatu acara yang baik adalah yang tidak bersifat hanya satu kali tayang.

Semakin lama program tersebut bertahan maka program tersebut dapat

dikatakan berhasil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

3) Kesukaan, para pemain di dalam program yang memiliki kepribadian yang

hangat, suka menghibur, sekaligus sensitif serta ramah.

4) Konsistensi, suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter pemain

yang dibawa sejak awal.

5) Energi, Vane-Geoss mendefinisikan energi sebagai kualitas yang menekankan

pada kecepatan cerita dengan menyajikan gambar yang tidak bisa ditinggalkan

penonton. Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan dalam energi harus

memiliki kecepatan cerita, excitement (daya tarik), gambar yang kuat.

6) Timing, programmer yang baik harus mempertimbangkan waktu penayangan

(timing), yaitu apakah program tersebut sudah tepat jam tayangnya atau sesuai

dengan jamannya.

7) Trend, programmer atau tim kreatif harus mengetahui dan memiliki kesadaran

mengenai hal-hal yang tengah disukai atau trend di masyarakat.

2.3.5 Persepsi

Salah satu defenisi persepsi dikemukan oleh Berelson dan Steiner

(Severin & Tankard, 2011: 84) adalah proses yang kompleks di mana orang memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan respons terhadap suatu rangsangan ke dalam situasi masyarakat dunia yang penuh arti dan logis.

Audience dalam komunikasi massa diharapkan dapat memperhatikan pesan yang disampaikan, mempelajari isi pesan tersebut, dan membuat perubahan yang besar dalam perilaku atau keyakinan dan menghasilkan respons tingkah laku yang diinginkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

Persepsi kita berbeda karena pengalaman dan peran berbeda yang mempengaruhi arti yang kita berikan terhadap cara pandang kita melihat suatu pesan. Persepsi dan komunikasi memiliki hubungan yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Persepsi membentuk cara kita memahami komunikasi orang lain dan cara kita sendiri berkomunikasi. Di saat yang sama komunikasi mempengaruhi persepsi kita tentang orang lain dan situasi.

Dalam buku Julia T.Wood (2013: 35) dikatakan bahwa persepsi terdiri dari tiga proses yaitu menyeleksi, mengatur, dan menafsirkan. Ketiga proses ini tumpang-tindih dan terus-menerus, sehingga mereka bercampur dan mempengaruhi satu sama lain, mereka juga interaktif, jadi yang satu mempengaruhi dua yang lain.

Proses seleksi ini dapat terjadi karena pengaruh sejumlah faktor. Pertama, terdapat beberapa kualitas fenomena eksternal yang menarik perhatian. Kedua, persepsi juga dipengaruhi oleh ketajaman indra. Ketiga, perubahan atau variasi mendorong perhatian, sehingga kita lebih mudah mengingat kejadian yang menegangkan daripada kegiatan yang hanya sekedar menegangkan saja. Apa yang kita pilih untuk diperhatikan juga dipengaruhi oleh siapa kita dan apa yang terjadi dalam diri kita. Semua motif dan kebutuhan kita mempengaruhi apa yang ingin kita lihat dan yang tidak ingin kita lihat.

Proses organisasi dapat dilihat dari cara bagaimana kita mengatur apa yang telah kita perhatikan dengan selektif untuk membuatnya berarti bagi kita.

Ada empat macam skema kognitif yang dapat kita gunakan dalam memahami fenomena yang terjadi yaitu (1) prototipe, yaitu struktur pengetahuan yang mendefenisikan contoh terbaik atau paling representatif dari beberapa kategori,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

(2) konstruksi personal, yaitu tolok ukur mental yang memungkinkan kita memosisikan orang dan situasi di sepanjang dimensi penilaian bipolar, (3) stereotip, yaitu generalisasi prediktif mengenai orang dan situasi, (4) naskah, yaitu pedoman tindakan berdasarkan apa yang telah kita alami dan amati.

Proses interpretasi yaitu proses subjektif dalam menjelaskan persepsi untuk menentukan arti pada persepsi itu. Terdapat dua cara yang biasa dilakukan untuk menginterpretasikan suatu arti yaitu (1) dengan cara atribusi, yaitu penjelasan mengenai mengapa sesuatu terjadi dan mengapa bertindak seperti yang mereka lakukan, (2) dengan cara bias melayani diri, yaitu kecenderungan kita membangun atribusi yang melayani kepentingan personal kita sendiri.

2.3.5.1 Persepsi Selektif

Proses menerima dan menafsirkan pesan dalam komunikasi massa juga dipengaruhi oleh persepsi selektif. Persepsi selektif dapat diartikan bahwa orang yang berbeda dapat menanggapi pesan yang sama dengan cara yang berbeda.

Persepsi selektif merupakan istilah yang dapat diaplikasikan pada kecenderungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan- kebutuhan, sikap-sikap dan faktor-faktor psikologi lainnya (Severin & Tankard,

2011: 83). Hal ini menjelaskan bahwa seorang komunikator tidak mengharapkan bahwa pesan yang disampaikan akan diterima oleh khalayak dengan arti yang sama.

Terdapat tiga bentuk proses yang sama dengan persepsi selektif yang digunakan dalam komunikasi massa (Severin & Tankard, 2011: 92), antara lain yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

1. Selective exposure (paparan selektif), yaitu kecenderungan seseorang untuk

mengekspos diri mereka sendiri pada suatu komunikasi yang sesuai dengan

sikap-sikap mereka yang ada dan untuk menghindari komunikasi-komunikasi

yang tidak sesuai.

2. Selective attention (perhatian selektif), yaitu kecenderungan seseorang untuk

memerhatikan bagian-bagian dari sebuah pesan yang sama dengan sikap,

kepercayaan, atau tingkah laku yang dipegang dengan kuat dan untuk

menghindari bagian-bagian dari sebuah pesan yang bertentangan dengan sikap-

sikap, kepercayaan, atau tingkah laku yang dipegang dengan kuat.

3. Selective retention (pengingatan selektif), kecenderungan seseorang untuk

mengingat kembali suatu informasi yang dipengaruhi oleh keinginan,

kebutuhan, sikap, dan faktor-faktor psikologis lain.

Selective attention dapat digunakan ketika seseorang menginginkan informasi yang beragam dalam sebuah pesan, ketika tidak berhasil maka ia dapat menggunakan selective perception dengan cara menyandi-balik pesan. Jika tidak juga berhasil, maka ia dapat menggunakan selective retention dengan cara melupakan informasi yang berbeda, sedangkan selective exposure dapat digunakan untuk mencari informasi sesuai dengan keputusan yang diambil sehingga dapat mengurangi kejanggalan mengenai keputusan tersebut.

2.3.5.2 Persepsi Subliminal

Salah satu persepsi yang dapat dipengaruhi oleh media massa adalah persepsi subliminal. Persepsi subliminal adalah pemikiran bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh rangsangan yang tidak mereka sadari. Persepsi ini biasanya digunakan oleh media massa yang bergerak di bidang pemasaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

Persepsi subliminal dianggap sebagai persepsi yang terjadi di bawah ambang kesadaran. Namun tidak ada batas kesadaran yang jelas sama sekali

(Severin & Tankard, 2011: 97). Suatu saat seseorang barangkali membutuhkan

1/25 detik untuk dapat mengidentifikasikan rangsangan, tetapi sesaat kemudian orang yang sama barangkali dapat mengidentifikasikan rangsangan yang tampak hanya dalam 1/100 detik.

2.3.5.3 Persepsi Gambar

Media massa khususnya televisi menggunakan gambar sebagai pendukung beritanya. Scott (Severin & Tankard, 2011: 98) mengatakan bahwa terdapat tiga cara berpikir tentang gambar di media massa yaitu sebagai gambaran nyata dari realitas, sebagai alat pembawa daya tarik afektif atau emosional, dan sebagai kombinasi simbol-simbol yang rumit untuk menyusun argumentasi- argumentasi retoris.

Scott berpendapat bahwa bidang pengolahan informasi telah dibiaskan ke arah pengolahan informasi verbal dan karenanya perlu diperluas untuk meliputi juga pengolahan citra visual. Pemikiran ini memberikan banyak cara yang realistis untuk melihat penggunaan gambar-gambar dalam media massa dan ini menambahkan dimensi kuat pada komunikasi melalui media massa.

Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2007: 80) membedakan persepsi menjadi 2 yaitu persepsi objek dan persepsi interpersonal.

Persepsi objek adalah persepsi yang kita berikan pada objek selain manusia, sedangkan persepsi interpersonal adalah persepsi yang kita gunakan untuk menggarisbawahi manusia (dan bukan benda) sebagai objek persepsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48

Persepsi interpersonal dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor inilah yang membantu kita dalam mempersepsi orang lain. Kita menduga karakteristik orang lain melalui petunjuk-petunjuk yang diberikan faktor situasional dan faktor personal tersebut.

1) Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal

1. Deskripsi Verbal

Solomon E. Asch (Rakhmat, 2007: 82) melakukan eksperimen tentang bagaimana rangkaian kata sifat dapat menentukan persepsi orang. Menurut teori ini, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian kita tentang orang lain. Dalam kenyataannya kita jarang menggunakan serangkaian kata sifat untuk mempersepsikan orang tersebut. Biasanya kita memulai dengan central trait tersebut, menjelaskan sifat itu secara terperinci, kemudian melanjutkannya pada sifat-sifat yang berikutnya.

2. Petunjuk Proksemik

Prosemik adalah studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan pesan. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Menurut pendirinya Edward T.

Hall seorang antropolog interkultural jarak hubungan antar individu dapat dibagi ke dalam empat corak yaitu: jarak publik, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab.

3. Petunjuk Kinesik

Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada kita. Seseorang pembicara yang berdiri tegak dan terlihat percaya diri mengumumkan jaminan diri, sementara orang yang selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49

membungkuk dan menyeret kaki terlihat seperti orang yang tidak yakin akan diri sendiri. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga bila petunjuk lain (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang lebih mempercayai petunjuk kinesik. Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (orang yang dipersepsi).

4. Petunjuk Wajah

Selain petunjuk kinesik, petunjuk wajah pun menimbulkan persepsi yang dapat diandalkan. Ahli komunikasi nonverbal, Dale G. Leather (Rakhmat, 2007:

87) mengatakan wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna.

Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan- perubahan halus dan nuansa makna dan mereka, pada gilirannya, menelaah kita.

5. Petunjuk Paralinguistik

Yang dimaksud dengan paralingusitik ialah cara bagaimana orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan maka petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal

(dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan).

6. Petunjuk Artifaktual

Artefak adalah objek pribadi yang disertakan ketika kita mengumumkan identitas dan melakukan personalisasi lingkungan, kita membentuk citra dengan bagaimana kita berpakaian, perhiasan yang dipakai, dan objek yang kita bawa dan gunakan (Wood, 2013: 121). Terkadang reaksi kita terhadap penampilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

seseorang terjadi lewat bawah sadar, ini karena kita memiliki stereotip yaitu gambaran kaku, yang tidak berubah-ubah, serta tidak benar terhadap penampilan tersebut. Apalagi kalau stereotip tersebut diperkuat dengan pengalaman- pengalaman masa lalu.

2) Petunjuk Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal

1. Pengalaman

Pengalaman tidak selalu terjadi lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.

2. Motivasi

Motif personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil. Bila kita melihat orang yang sukses, kita cenderung menanggapinya sebagai orang yang memiliki karakteristik baik. Dan kepada yang gagal kita limpahkan segala dosa. Jelas, motif dunia adil ini sering mendistorsi persepsi kita.

3. Kepribadian

Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain-lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Dalam hal ini orang banyak melakukan proyeksi, yaitu mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Seperti orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain.

Sehingga sangat jelas bahwa orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya.

Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, cenderung menafsirkan orang lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian positif pada orang lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

Persepsi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1) Persepsi positif, yaitu persepsi yang menggambarkan segala pengetahuan dan

tanggapan yang selaras dengan objek persepsi yang diteruskan dengan upaya

pemanfaatannya.

2) Persepsi negatif, yaitu persepsi yang mengambarkan segala pengetahuan dan

tanggapan yang tidak selaras dengan objek persepsi.

Hal ini kemudian akan dikembangkan menjadi kepastian untuk menerima atau menolak dan menentang segala usaha objek yang dipersepsikan. Persepsi positif yang ada pada khalayak terhadap suatu acara merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh media massa (Irwanto, 1997: 21).

2.3.6 Minat

Alasan seseorang untuk memutuskan melakukan atau tidak melakukan sesuatu didasarkan kepada minat orang tersebut. Minat berarti perhatian, kesukaan, hasrat terhadap suatu keinginan (Cangara, 2002: 65), sedangkan

Effendy (2003: 13) mengatakan minat merupakan kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan.

Minat juga dapat diartikan sebagai suatu ketertarikan individu terhadap satu objek tertentu yang membuat individu tersebut merasa senang dengan objek tersebut. Menurut Sukardi (1994: 62) minat mengarahkan individu terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang, perasaan ini merupakan dasar dari suatu minat. Dapat dikatakan bahwa orang yang berminat terhadap sesuatu maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52

seseorang tersebut akan merasa senang atau tertarik terhadap objek yang diminati tersebut.

Minat bukan diciptakan dari lahir, tetapi hasil dari mengamati suatu objek. Minat dapat timbul karena adanya suatu kebutuhan, kebutuhan akan sesuatu menjadi pemicu untuk menimbulkan minat. Ketika suatu objek dapat memenuhi kebutuhan tersebut, maka akan timbul minat untuk mengamati dan memperhatikan objek tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah profesi chef pada program MasterChef Indonesia di RCTI.

Menurut Crow and Crow (Sarwono, 2003: 76) timbulnya minat terdiri dari 3 faktor, yaitu :

1) Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda, sehingga dapat membuat

seseorang berminat untuk mempelajari hal-hal yang baru dan bersifat

menantang.

2) Faktor motif sosial, yaitu minat untuk mengembangkan diri dari dan dalam

ilmu pengetahuan yang didasarkan pada hasrat untuk memiliki kemampuan

dalam bekerja atau ingin mendapatkan penghargaan dari keluarga atau teman.

3) Faktor emosional, yaitu minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi.

Misalnya ketika seseorang berhasil maka akan menimbulkan perasaan puas dan

akan meningkatkan minatnya, sedangkan bila seseorang gagal maka akan

menghilangkan minatnya.

Minat dapat timbul karena adanya stimulus (S) motif yang akhirnya menimbulkan motivasi. Pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dapat dijadikan motif dalam mencari kepuasaan yang akhirnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53

dapat menimbulkan perhatian. Perhatian terhadap sesuatu tersebut yang pada akhirnya akan menimbulkan minat, dan mencapai suatu pengertian dan penerimaan sebagai sikap yang menggambarkan respons (R) di dalam diri akibat terpaan sosialisasi yang disebarkan secara luas melalui media ruang dan media luar ruang.

Beberapa unsur-unsur yang dapat menimbulkan minat antara lain

(Effendy, 2002: 70) :

1) Terjadinya sesuatu hal yang menarik

2) Terdapatnya kontras, yakni hal menonjol yang membedakan sesuatu dengan

hal lain, sehingga menimbulkan perhatian terhadapnya.

3) Adanya harapan mendapatkan keuntungan atau mungkin gangguan dari yang

dimaksud.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (2005: 116) aspek minat dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Aspek kognitif, dipandang dari segi manfaat yang akan diperoleh bagi diri

individu tersebut jika berminat kepada suatu objek. Aspek ini akan timbul dari

pengalaman pribadi atau yang dipelajari di rumah, di sekolah, atau dari media

massa.

2) Aspek afektif, merupakan sikap terhadap suatu objek atau kegiatan yang

dilakukan. Aspek ini terdiri dari rasa suka atau tidak suka, senang atau tidak

senang, pendapat yang diungkapkan mengenai kegiatan yang berkaitan dengan

minat tersebut. Aspek ini meliputi perasaan atau emosi seseorang terhadap

suatu objek.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54

2.3.7 Chef

Secara sederhana, chef atau koki atau juru masak dapat diartikan sebagai orang yang menyajikan sesuatu untuk di makan. Istilah “chef”, meskipun sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memasak, tetapi dianggap sebagai tanda hormat kepada profesi tersebut. Predikat itu hanya dapat diperoleh melalui ketekunan dan dedikasi yang tinggi. Seorang chef yang baik adalah mereka yang selalu ingin belajar, seorang leader yang baik, seorang seniman, dan seorang yang ahli mengatur (Donovan, 1997: 13).

Profesi Chef saat ini sedang sangat naik daun, sehingga mereka sangat dihormati bahkan dikagumi untuk keterampilan dan keahlian artistik mereka.

Dalam buku Food Product Management di Hotel dan Restoran milik Bartono dan

Ruffino (2005: 7), akibat kondisi global dan persaingan yang ketat, menuntut chef tidak lagi berperan tunggal melainkan memiliki multiperan bersama team management yang lain, dan ikut proaktif dalam pengambilan kebijakan-kebijakan bisnis. Oleh karena itu menjadi ahli makanan beberapa peran kini harus ikut dipikul oleh chef, antara lain :

1. Pengatur strategi produksi, chef melakukan rencana strategi produk dan inovasi

baru, melibatkan makanan dan stafnya. Strategi chef akan berjalan sinergis

dengan strategi F&B, marketing, dan manajemen.

2. Pemasar, meskipun bukan seorang manajer pemasaran, chef tak lepas dari

konsep “everybody is marketer” atau setiap orang adalah pemasar, yang akan

melakukan usaha menjual dan memaksimalkan perolehan (revenue). Tak ada

batasan dalam kegiatan sales (penjualan), bisa kepada siapa saja, kapan saja, di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55

mana saja, dan menawarkan apa saja produk hotel, apakah itu room, food, cafe,

dan sebagainya.

3. Trainer, chef memiliki peran pelatih-pendidik untuk seni memasak, dan ini

tidak terbatas terhadap staf dapur semata, namun juga terbuka bagi seluruh

anggota organisasi. Oleh karena itu dalam industri hotel, pihak hotel sering

membuka program “Apprenticeship” yang memungkinkan tiap pegawai

mempelajari ilmu-ilmu hotel lintas departemen. Gunanya menciptakan pegawai

yang sudah terampil dan menjadi pribadi yang multiskill.

4. Pemapar strategi bisnis bagi hotel, chef harus juga merupakan seorang ahli

strategi bisnis yang mampu memberi dukungan pada manajemen dan berjalan

sinergi dengan General Manager (GM), Food & Beverage Manager (FBM),

serta Marketing Manager.

Untuk menjadi seorang chef, para calon chef tersebut dapat menghadiri atau memasuki sekolah-sekolah tata boga yang sudah diakui atau terakreditasi.

Dalam proses belajar tersebut, mereka akan dibimbing langsung oleh chef-chef yang berpengalaman. Dimulai dengan keterampilan sederhana, seperti memotong bawang dan mengupas wortel kemudian akan berkembang ke seluk-beluk mempersiapkan kue-kue rumit dan makanan-makanan dengan pembuatan yang lebih rumit.

Sebuah hotel dan restoran memiliki struktur organisasi dapur yang berbeda. Sistem ini dikemukakan oleh seorang chef yang berasal dari Prancis bernama Escoffier dengan tujuan untuk menyederhanakan dan mempersempit pekerjaan di dapur. Mary Deirdre Donovan dalam buku Cooking Essential for The

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56

New Professional Chef (1997: 19) memaparkan struktur organisasi hotel dan restauran sebagai berikut :

1) The Dining Room Brigade System

Tingkatan sederhana di ruang makan sebuah restoran atau rumah makan dari yang paling tinggi ke bagian yang terendah adalah sebagai berikut :

1. The maitre d’hotel, dikenal di Amerika sebagai manager dalam sebuah

restoran, dapat menjadi penerima tamu. Posisi ini memegang tanggung jawab

yang paling penting pada pelaksanaan front-of-the-house. Posisi ini juga

bertugas sebagai trainer untuk bagian pelayanan, pemilih wine terbaik yang

akan disajikan, bekerja sama dengan chef dalam menentukan menu makanan,

dan mengatur tempat duduk para tamu selama dalam pelayanan.

2. The wine steward (Chef de vin, atau sommilier), bertanggungjawab untuk

seluruh aspek pelayanan wine di dalam restoran. Meliputi pembelian wine,

pembuatan daftar wine, membantu tamu dalam menentukan wine yang ingin

dinikmati dan melayani tamu dalam penyajian wine tersebut.

3. The head waiter (Chef de salle), posisi ini biasanya bertugas dalam semua

pelayanan di dalam restauran. Seringkali posisi ini di kolaborasikan dengan

posisi kapten atau pun the maitre di hotel.

4. The captain (Chef d’etage), memastikan secara langsung bahwa konsumen

mendapatkan meja yang mereka inginkan. Captain menjelaskan tentang menu,

menjawab pertanyaan, dan mengambil pesanan dan mempersiapkan meja

pendamping untuk memeriksa makanan yang dipesan sebelum sampai ke meja

tamu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57

5. The front waiter (chef de rang), menjamin setiap meja telah diatur dengan baik

dan benar sesuai dengan aturan penyajian, memastikan makanan tiba di meja

dengan baik, dan memastikan segala keinginan dan kebutuhan tamu telah

terpenuhi.

6. The back waiter atau busboy (demi-chef de rang atau commis de rang),

biasanya posisi ini diberikan kepada pegawai baru di restoran, bertugas

mengambil piring yang telah selesai digunakan, mengisi gelas kosong para

tamu, membantu front waiter ataupun captain bila dibutuhkan.

2) The Kitchen Brigade System

Sistem ini diterapkan untuk menyederhanakan dan meringkas pekerjaan seorang chef di dapur hotel. Hal ini diterapkan untuk mengurangi kekacauan, ketidakteraturan dan tugas berganda yang diakibatkan oleh pekerja yang tidak bertanggungjawab. Dibawah ini merupakan sistem organisasi dapur hotel dari tingkatan paling tinggi ke paling rendah, sebagai berikut :

1. The Chef (chief), penanggungjawab untuk seluruh operasional dapur termasuk

di dalamnya melakukan pemesanan barang, melakukan pengawasan terhadap

semua bagian di dalam dapur dan melakukan perubahan terhadap menu, posisi

ini biasanya dikenal dengan sebutan “chef de cuisine” atau executive chef.

2. The sous (under) chef, berperan sebagai penanggungjawab kedua, memberikan

pendapat setelah chef, bertanggungjawab dalam membuat jadwal kerja,

mengantikan posisi chef pada bagian yang kosong jika diperlukan.

3. Station chefs (chefs de partie), chef yang meliputi beberapa bagian yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58

- The saute station (saucier), bertanggungjawab untuk segala produk makanan

yang di saute (tumis) dan saus-saus. Posisi ini merupakan bagian yang paling

penting, paling bertanggungjawab dan paling glamorous on the line.

- The fish station (poissonier), bertanggungjawab untuk segala produk ikan,

termasuk dalam pemotongan dan pembuatan sausnya sendiri.

- The roast station (rotisseur), bertanggungajawab untuk seluruh makanan

yang di roasted (panggang) dan berhubungan dengan juice dan sausnya.

- The grill station (grillardin), bertanggungjawab untuk segala makanan yang

di grill (bakar), biasanya akan dikombinasikan dengan rotisseur.

- The fry station (friturier), bertanggungjawab untuk semua makanan yang di

fried (goreng), biasanya juga dikombinasikan dengan bagian rotisseur.

- The vegetable station (entremetier), bertanggungjawab untuk penyediaan

makanan pembuka yang panas, bertanggungjawab juga untuk produk soup

dan sayuran dan pasta.

- The roundsman (tournant), dikenal sebagai posisi cadangan dalam dapur. Jika

ada posisi yang kosong maka tournant akan menggantikannya.

4. The pantry chef (garde manger), bertanggungjawab untuk semua persiapan

makanan dingin termasuk salad, makanan pembuka dingin dan pates.

5. The butcher (boucher), bertanggungjawab dalam pemotongan daging, unggas

dan kadangkala ikan. Posisi ini juga terkadang bertanggungjawab dalam

pencampuran daging dan ikan.

6. The pastry chef (patissier), bertanggungjawab untuk makanan yang dipanggang

dalam oven (baked), kue-kue basah dan makanan penutup. Dalam operasional

yang besar biasanya posisi ini dibedakan dari area dapur sehingga memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59

station tersendiri. Posisi ini sendiri terdiri dari :1)Confiseur (menyiapkan

manisan ataupun kue kecil, kue basah atau kue kering), 2)Boulanger

(menyiapkan adonan tidak manis seperti roti), 3)Glacier (menyiapkan makanan

penutup yang dingin dan beku), 4)Decorateur (menyiapkan show pieces dan

kue spesial).

7. The expediter atau announcer (aboyeur), merupakan posisi yang menerima

pesanan dan memberitahukan kepada kepala bagian. Posisi ini biasanya posisi

yang terakhir untuk melihat makanan sebelum meninggalkan dapur.

2.3.7.1 Celebrity Chef

Celebrity Chef adalah chef dapur yang telah menjadi terkenal dan sering tampil menjadi bintang di media massa khususnya televisi, baik membawakan program kuliner ataupun menjadi bintang iklan suatu produk (Ashley, 2004: 185).

Fenomena maraknya tayangan masak-memasak di industri televisi dimulai sekitar tahun 1930 yang disiarkan pertama kali oleh British TV, Inggris.

Philip Harben (Ashley, 2004: 173) merupakan chef pertama yang muncul di televisi dengan kemampuan lengkap yang populer pada tahun 1950an. Harben menggambarkan beberapa karakteristik chef televisi atau yang sekarang lebih disebut dengan celebrity chef yaitu (1) mereka memiliki tampilan visual yang khusus, misalnya ciri khas tukang daging menggunakan celemek bergaris, (2) sebagai selebriti televisi mereka melintasi beberapa format hiburan televisi, misalnya mereka dapat tampil di beberapa iklan atau program televisi lainnya, (3) nama mereka diperdagangkan dalam merk tertentu yang berhubungan dengan dunia memasak, misalnya menjadi bintang iklan bahan makanan, (4) mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

berperan dalam mengembangkan pengetahuan tentang makanan dengan memperkenalkan masakan internasional, teknologi baru dalam memasak maupun bumbu-bumbu baru.

Tayangan masak memasak pada akhirnya menawarkan kesempatan bagi industri televisi untuk mendapatkan keuntungan dari bentuk media lain seperti menerbitkan buku, video, dan majalah. Celebrity chef yang sudah dikenal masyarakat dijadikan sebagai “merk” dan “paket hiburan” dalam berbagai bentuk media. Para chef dijual dengan menambahkan ciri khas yang bisa membedakan mereka dari rekan-rekan mereka, misalnya Gary Rhodes memakai potongan rambut runcing dengan gel rambut, James Martens mengenakan bandana atau

Farah Quiin yang selalu tampil seksi dalam setiap programnya.

2.4 Kerangka Konsep

Adapun model teoritis dari rencana penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti digambarkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Model Teoritis Penelitian

Persepsi (Y1) : Tayangan MasterChef  Kesan (X) :  Pengalaman

 konflik  Kepribadian  Motivasi  Durasi  Kesukaan  Konsistensi  Energi Minat (Y2) :  Timing  Perhatian  Trend  Kesenangan Sumber : Peneliti, 2016  Keterlibatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, sehingga perlu diuji kebenarannya. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H01 : Tidak terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap

persepsi masyarakat mengenai profesi chef.

Ha1 : Terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi

masyarakat mengenai profesi chef.

H02 : Tidak terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap minat

masyarakat menjadi chef.

Ha2 : Terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap minat

masyarakat menjadi chef.

H03 : Tidak terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap

persepsi mahasiswa Prodi Tata Boga mengenai profesi chef.

Ha3 : Terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi

mahasiswa Prodi Tata Boga mengenai profesi chef.

H04 : Tidak terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia

terhadap minat mahasiswa Prodi Tata Boga menjadi chef.

Ha4 : Terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia terhadap

minat mahasiswa Prodi Tata Boga menjadi chef

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode korelasional adalah metode yang bertujuan untuk mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti dan hubungan yang tercipta dapat bersifat positif dan negatif. Metode korelasional bertujuan untuk melihat bagaimana dan sejauh mana variabel yang satu mempengaruhi atau berkaitan dengan variabel lain. Apabila dua variabel saja yang dihubungkan, maka korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation), jika lebih dari dua maka korelasi yang digunakan adalah korelasi ganda (multiple correlation).

Metode korelasional digunakan untuk : (i) mengukur hubungan di antara berbagai variabel, (ii) meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas, dan (iii) meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental, (Rakhmat, 2007: 31).

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 63

3.2 Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian untuk sample umum dilaksanakan di Kota Medan.

Pemilihan kota Medan sebagai lokasi penelitian dipilih berdasarkan kepada banyaknya muncul usaha di bidang kuliner serta pesatnya pertumbuhan usaha tersebut di kota Medan beberapa tahun belakangan. Hal ini menjadikan kota

Medan sebagai salah satu tujuan wisata kuliner oleh para wisatawan

(www.kreatifonline.com).

Lokasi penelitian untuk sample khusus dilaksanakan di Kampus

Akademi Pariwisata (Akpar) Medan jl. Rumah Sakit Haji No.12, Medan.

Pemilihan Kampus Akpar sebagai lokasi penelitian adalah karena akademi ini merupakan lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang pariwisata pertama di wilayah Sumatera terutama untuk Program Studi Tata Boga

(www.akparmedan.ac.id)

Objek penelitiannya adalah masyarakat Kota Medan dan mahasiswa

Akpar Medan Prodi Tata Boga yang menonton tayangan MasterChef Indonesia.

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 - April

2017.

3.3 Metode Pengukuran

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai suatu objek yang akan dipelajari dan kemudian akan ditarik kesimpulan mengenai objek tersebut. Variabel pasti selalu memiliki variasi, contohnya seperti motivasi dan persepsi setiap orang pasti berbeda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64

sehingga juga dapat dikatakan sebagai variabel. Kerlinger (Sugiyono, 2013: 38) mengatakan bahwa variabel adalah konstruk (construct) atau sifat yang akan dipelajari, misalnya tingkat aspirasi, pendidikan, penghasilan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain.

Syofian Siregar (2013: 10) mengatakan berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :

1) Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab atau

merubah/mempengaruhi variabel lain. Variabel ini juga sering disebut dengan

variabel bebas, prediktor, stimulus, eksogen atau antecendent.

2) Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena

adanya variabel lain (variabel bebas). Juga sering disebut variabel terikat,

variabel respon atau endogen.

3) Variabel Moderating

Variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara bebas

dengan variabel terikat.Variabel ini sering juga disebut sebagai variabel bebas

kedua dan sering dipergunakan dalam analisis regresi linear.

4) Variabel Penghubung (Interviening Variable)

Variabel ini merupakan variabel yang menjadi media pada suatu hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat.Variabel ini merupakan variabel

penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 65

sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau

timbulnya variabel dependen.

5) Variabel Kontrol

Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya

variabel di luar yang diteliti tidak memengaruhi hubungan antara variabel

bebas dan terikat, atau ingin melakukan penelitian yang bersifat

membandingkan.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah variabel independent dengan dua variabel dependent. Tayangan MasterChef

Indonesia sebagai variabel independent (X) dengan variabel dependent persepsi masyarakat mengenai profesi chef (Y1) dan minat masyarakat menjadi chef (Y2).

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun dan Effendi,

2006: 46). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.3.2.1 Variabel Independent (X)

Menurut Rosengren (Rakhmat, 2007: 66) pengaruh media terhadap khalayak dapat dilihat dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

Indikator dari tayangan dapat dilihat pada elemen-elemen yang digunakan media tersebut sebagai senjata untuk menarik khalayak, antara lain yaitu :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66

1) Konflik, adanya persaingan antar peserta yang menimbulkan konflik dalam

acara Masterchef Indonesia. Peran para juri yang terkadang bersikap

menyemangati, menjatuhkan dan memprovokasi juga dapat menimbulkan

konflik dalam acara ini. Konflik dalam acara ini berperan dalam melibatkan

penonton untuk dapat memberikan keberpihakan kepada peserta, sehingga

mampu mengikat perasaan penonton untuk tetap mendukung peserta

pilihannya.

2) Durasi, diukur dari bertahannya MasterChef Indonesia hingga 4 musim yang

ditayangkan setiap hari Sabtu dan Minggu pada pukul 16.30 wib – pukul 18.30

wib dan tayangan ulangnya setiap hari Kamis dan Jumat pada pukul 15.15 wib

– 17.15 wib dalam kurun waktu 4 bulan pada setiap musimnya.

3) Kesukaan, menampilkan karakter good boy dan bad boy, karakter-karakter para

chef juri yang menjadi daya tarik dalam mengukur kesukaan khalayak dalam

menyaksikan acara MasterChef Indonesia.

4) Konsistensi, dapat dilihat dari konsistennya acara MasterChef Indonesia

selama 4 musim menggunakan tema kompetisi masak memasak. Dengan

peserta yang bukan dari profesi chef melainkan dari kalangan masyarakat

umum dan dipandu oleh 3 juri yang merupakan chef profesional dengan

karakter yang berbeda.

5) Energi, dapat dilihat dari daya tarik secara keseluruhan acara Masterchef

Indonesia. Mulai dari pemilihan settingan dapur yang menjadi lokasi

perlombaan, proses tantangan yang diberikan dan penampilan para peserta

serta chef juri dalam kompetisi tersebut yang dapat dilihat dan diingat

masyarakat sebagai penonton.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67

6) Timing, diukur dari seberapa efektif pemilihan jam tayang acara MasterChef

Indonesia. Pada hari Sabtu dan Minggu pukul 16.30 wib – 18.30 wib serta

tayangan ulang pada hari Kamis dan Jumat pukul 15.15 wib – 17.15 wib untuk

menarik minat khalayak untuk menonton acara tersebut.

7) Trend, dikaitkan bagaimana acara MasterChef Indonesia mengadopsi hal-hal

yang sedang marak di masyarakat. Misalnya cara memasak, jenis masakan

serta peralatan-peralatan dapur yang digunakan.

3.3.2.2 Variabel Dependent (Y1) Persepsi

Persepsi merupakan hasil akhir setelah responden melewati beberapa tahap dengan beberapa faktor yang mempengaruhi. Jallaluddin Rakhmat (2007:

82) berpendapat bahwa persepsi masyarakat dapat dilihat dari beberapa hal seperti:

1. Kesan, merupakan apa yang dirasakan, dipikirkan dan diingat oleh khalayak

sesudah melihat ataupun mendengar acara masak memasak.

2. Pengalaman, peristiwa yang pernah dialami, dijalani atau dirasakan oleh

khalayak baik yang sudah lama terjadi atau yang baru saja terjadi. Perbedaan

pengalaman khalayak akan mempengaruhi kecermatan mempersepsi terhadap

suatu acara.

3. Kepribadian, merupakan keseluruhan cara individu bereaksi dengan individu

lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa

diukur, yang ditunjukkan oleh seseorang.

4. Motivasi, merupakan suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang

melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68

3.3.2.3 Variabel Dependent (Y2) Minat

Minat adalah kelanjutan perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan. Minat bisa muncul secara spontan, wajar, selektif dan tanpa paksaan ketika individu memberikan perhatian.

Berdasarkan pandangan Crow and Crow mengenai faktor yang mempengaruhi timbulnya minat, maka minat dapat di ukur melalui :

1) Perhatian, merupakan sejauh mana khalayak memberikan perhatian dan fokus

terhadap suatu objek yang diminati dalam suatu acara sehingga menimbulkan

respon.

2) Kesenangan, diukur melalui gairah yang tinggi dari hal yang disukai tersebut,

serta inisiatif atau kegiatan yang di timbulkan dari rasa suka tersebut.

3) Keterlibatan, diukur dengan kegiatan yang dilakukan untuk hal yang diminati

tersebut serta kemauan untuk melakukan kegiatan tersebut.

3.3.3 Skala Pengukuran

Skala pengukuran adalah kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2013: 92). Dengan menggunakan sebuah skala pengukuran, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisien dan komunikatif.

Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala Likert yaitu skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 69

seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.

Skala yang digunakan untuk pengukuran data dalam penelitian ini yaitu skala ordinal. Skala ordinal adalah data yang berasal dari kategori yang disusun secara berjenjang mulai dari tingkat terendah sampai ke tingkat tertinggi atau sebaliknya dengan jarak/ rentang yang tidak harus sama (Siregar, 2013: 23).

Ada beberapa tipe kategori respons yang penting diperhatikan untuk skala ukuran ordinal yaitu : (1) ada variabel dengan ketegori respons telah pasti seperti halnya tingkat pendidikan, pangkat kepengawaian, pangkat di lingkungan militer atau jabatan akademik di Perguruan Tinggi, (2) menyusun beberapa alternatif ukuran yang menunjukkan urutan kategori yang berbeda, misalnya penelitian dilakukan untuk mengetahui urutan pentingnya lima karakteristik pekerjaan yang disebutkan pada kategori yang pertama, (3) peneliti menyusun kategori respons berdasarkan ranking, urutan ukuran ini dapat dua atau lebih tingkatan. Misalnya pengukuran tentang sikap terhadap pekerjaan diatas dapat diklasifikasikan sebagai sangat menyenangkan, menyenangkan, netral, tidak menyenangkan, dan sangat tidak menyenangkan.

3.4 Populasi dan Metode Pengambilan Sampel

Populasi adalah objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 70

udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Populasi dari penelitian ini adalah penduduk kota Medan yang termasuk kedalam angkatan kerja produktif yaitu mulai usia 15-60 tahun yang berjumlah 984.037 ribu jiwa (Badan

Pusat Statistik, 2016: 129).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2013: 81).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampel tidak berpeluang (Nonprobability Sampling) dengan teknik accidental sampling. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan accidental sampling adalah teknik mengambil sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu dianggap cocok sebagai sumber data.

Peneliti menentukan beberapa kriteria-kriteria pada sampel dari populasi tersebut berdasarkan penilaian atas karakteristik anggota sampel yang dengannya diperoleh data yang sesuai dengan maksud penelitian. Oleh karena itu dalam melaksanakan penelitian ini peneliti nantinya akan menyeleksi sampel dengan menentukan kriteria tertentu yang dibuat berdasarkan tujuan penelitian kemudian akan menggunakan rumus Slovin secara sistematik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 71

Rumus Slovin yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir.

Dengan menggunakan rumus diatas (e = 9%) maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 123 orang, dengan perhitungan sebagai berikut:

984.037 n = 1 + [984.037 (0.09)2]

984.037 n =

7971,69 n = 123,4 dibulatkan menjadi 123 orang

Peneliti membagi sample menjadi dua bagian, yang pertama sample umum sebanyak 100 orang dan sample khusus sebanyak 23 orang. Pembagian sample ini bertujuan untuk memperdalam hasil penelitian terhadap sample penelitian yang memiliki keterkaitan langsung dengan dunia kuliner dan tata boga.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah proses pengumpulan data primer dan data sekunder (Siregar, 2013: 17). Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan, sedangkan data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72

oleh organisasi yang bukan pengolahannya. Kegiatan ini merupakan langkah yang sangat penting, karena data yang akan dikumpulkan merupakan alat yang akan digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, wawancara dan studi dokumenter.

3.5.1 Data Primer

Data primer adalah suatu objek atau dokumen original yang dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi (Silalahi, 2009: 289). Individu, kelompok fokus, dan suatu kelompok responden secara khusus sering dijadikan peneliti sebagai sumber data primer dalam penelitiannya. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini didapat melalui pengisian kuesioner oleh responden dan wawancara bebas.

1) Observasi

Observasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut (Siregar, 2013: 19). Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan, dan merinci gejala yang terjadi.

Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian, observasi dapat dibagi menjadi dua yaitu (Sugiyono, 2013: 145) :

1. Observasi berperan serta (participant observation) yaitu peneliti terlibat

dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian. Peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 73

oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya sehingga data yang

diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat

makna dari setiap perilaku yang nampak.

2. Observasi Nonpartisipan (nonparticipant observation) yaitu observasi dimana

peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Peneliti

mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang

perilaku masyarakat sebagai sumber data penelitian. Pengumpulan data dalam

jenis ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam dan tidak sampai pada

tingkat makna.

Berdasarkan cara pengamatannya observasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu (Ardial, 2014: 370) :

1. Observasi terstruktur yaitu observasi dimana peneliti menjabarkan secara

sistematis perilaku tertentu yang menjadi fokus perhatiannya, tentang apa yang

akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Peneliti melakukan pengamatan

dengan menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan

reliabilitasnya.

2. Observasi tidak terstruktur yaitu peneliti tidak sepenuhnya melaporkan

peristiwa karena prinsip utamanya ialah hanya merangkumkan,

memsistematiskan, dan menyederhanakan representasi peristiwa.

2) Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab

(Sugiyono, 2013: 142). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74

cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas seperti populasi yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat dua jenis kuesioner dalam proses pengumpulan data, yaitu kuesioner pertanyaan tertutup dan kuesioner pertanyaan terbuka.

Kuesioner pertanyaan terbuka adalah kuesioner yang menghendaki responden menjawab atau memberi respons dalam cara yang mereka pilih

(Silalahi, 2009: 297). Responden dapat menguraikan pendapat, persepsi, atau sikap mereka mengenai hal yang ditanyakan. Kuesioner dalam jenis ini secara khusus membantu dalam penyelidikan pendahuluan yang di dalamnya peneliti tidak memiliki putusan yang mana ciri dari gejala yang relevan untuk dipelajari dan kebutuhan untuk menggambarkan semua ciri yang relevan yang potensial terperinci.

Kuesioner pertanyaan tertutup adalah kuesioner yang dirancang sedemikian rupa untuk merekam data tentang keadaan yang dialami oleh responden sendiri, kemudian semua alternatif jawaban responden telah tertera dalam kuesioner tersebut (Bungin, 2005: 135). Kuesioner ini meminta responden untuk membuat pilihan di antara satu set alternatif tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Pertanyaan yang diberikan kepada responden di dalam kuesioner sudah dalam bentuk pilihan ganda, sehingga responden tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Peneliti memilih menggunakan kuesioner pertanyaan tertutup dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 75

(Silalahi, 2009: 291). Sumber data sekunder diharapkan dapat membantu mengungkap data yang diharapkan sehingga dapat membantu memberi keterangan, atau data pelengkap sebagai bahan pembanding. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yaitu wawancara dan studi dokumenter.

1) Wawancara

Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2005: 136).

Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2013: 138) ada beberapa anggapan yang perlu dipegang dalam menggunakan metode interview dan kuisioner yaitu :

1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya

sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat

dipercaya.

3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Ada beberapa jenis wawancara dalam penelitian kuantitatif, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2013: 140). Meski terkesan bebas tetapi wawancara ini tetap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 76

tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh pewawancara.

Dalam wawancara ini, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang akan diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Kesulitan yang muncul dalam jenis wawancara ini adalah biasanya pada pencatatan hasil wawancara, yaitu kapan harus mencatat dan bagaimana bentuk pencatatan yang tepat. Hal ini muncul karena tidak semua pewawancara memiliki daya ingat yang baik untuk menyimpan atau mengingat-ingat semua jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Mengatasi hal ini biasanya peneliti juga menggunakan alat perekam untuk membantu menyimpan hasil wawancara.

2) Studi dokumenter

Studi dokumenter adalah suatu pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen tidak tertulis. Data tersebut dapat berupa buletin statistik, laporan-laporan, jurnal yang telah dipublikasikan atau yang belum dipublikasikan, analisis-analisis yang dibuat oleh para ahli dan dijadikan sebagai sumber-sumber terkait mengenai penelitian ini.

3.6 Validitas dan Reliabilitas

Terdapat perbedaan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 77

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, dan hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Sedang instrumen yang valid jika alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, dan instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama pula.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas atau kesahihan adalah menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa ingin diukur. Misalnya jika ingin mengukur tinggi atau panjang suatu benda yang ingin diukur, maka alat yang digunakan adalah meteran karena meteran merupakan alat yang valid untuk mengukur panjang suatu benda.

Pengukuran validitas instrumen penelitian ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total semua pernyataan dari seorang responden. Pengujian ini dilakukan kepada 10 orang dari masyarakat kota Medan, dengan menggunakan perangkat lunak SPSS (Statistical

Product and Service Solution). Rumus validitas yang digunakan adalah Pearson

Product Moment.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula (Siregar, 2013:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 78

55). Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Internal

Consistency dengan menggunakan Teknik Belah Dua (Split-Half).

Reliabilitas Internal Consistency dilakukan dengan cara mencoba alat ukur cukup hanya sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Dalam metode Split-Half indikator-indikator yang tidak valid dipisahkan atau dibuang, sedangkan yang valid disusun kembali dalam suatu daftar urutan kemudian kedua skor dari bagian tersebut dikorelasikan dan hasilnya merupakan indeks reliabilitas.

3.7 Metode Analisis Data

Pengolahan data untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau rumusan tertentu (Siregar, 2013: 86). Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 13. Adapun pengolahan data meliputi kegiatan sebagai berikut : a) Editing, yaitu proses pengecekan data yang telah berhasil didapatkan di

lapangan, untuk mengurangi kemungkinan ada data yang telah masuk tidak

memenuhi syarat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses editing

antara lain pengambilan sample, kejelasan data, kelengkapan isian, dan

keserasian jawaban. b) Codeting, kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk

kategori yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 79

c) Tabulasi, adalah proses penempatan data ke dalam tabel yang telah diberi kode

sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel tersebut diharapkan dapat mampu

meringkas agar memudahkan dalam proses analisis data.

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi dimaksudkan untuk melihat hubungan dari hasil pengukuran tiga variabel yang diteliti dalam penelitian ini, dan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y1 dan variabel

Y2.

3.8 Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisi korelasi dengan dua variabel independent. Uji statistik yang menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman yaitu koefisien yang digunakan untuk mengukur korelasi atau kaitan antara dua variabel yang memiliki skala paling sedikit ordinal (Silalahi, 2009: 405). Pengujian statistik penelitian ini menggunakan software SPSS versi 13.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikan (p) ≤ 0,01 maka dinyatakan sangat signifikan.

2) Jika nilai signifikan (p) ≤ 0.05, maka dinyatakan signifikan.

3) Jika nilai signifikan (p) > 0.05, maka dinyatakan tidak signifikan (Nisfiannoor,

2009: 9)

Selanjutnya untuk melihat kuat atau lemahnya hubungan menggunakan skala Guilford. Skala Guilford digunakan untuk memetakan nilai korelasi, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 80

mengukur korelasi atau keeratan hubungan antar variabel dalam statistika

(Budiyono, 2003: 56).

Tabel 3.1. Tabel Koefisien Korelasi Guilford Koefisien Tingkat hubungan 0,0 – 0,19 Sangat Rendah 0,2 – 0,39 Rendah 0,4 – 0,59 Sedang 0,6 – 0,79 Tinggi 0,8 – 1,00 Sangat Tinggi Sumber : Nisfiannoor, 2009: 154

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 81

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1. Proses Penelitian

Dalam proses pelaksanaan penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti yang disebut proses penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan peneliti, yaitu :

1). Tahap Awal

Tahap awal dari penelitian ini adalah proses pengumpulan bahan dan data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini. Pengumpulan data dan informasi mengenai gambaran acara MasterChef Indonesia pada masyarakat kota

Medan. Kemudian melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing dalam menyusun kuesioner untuk sample umum dan sample khusus. Peneliti juga mengumpulkan data awal yang diambil dari pihak Akpar Medan mengenai gambaran umum mahasiswa Prodi Tata Boga.

2). Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk sample umum dimulai pada tanggal 1 Desember

2016 – 9 Januari 2017. Peneliti melakukan penyebaran 100 kuesioner kepada masayarakat Kota Medan dibeberapa lokasi. Terlebih dahulu peneliti melakukan pendekatan dengan cara menanyakan apakah calon responden tersebut menyaksikan tayangan MasterChef Indonesia atau tidak. Beberapa kendala ditemukan peneliti pada saat penyebaran kuesioner dilakukan, salah satunya tidak sedikit calon responden yang menolak untuk membantu dalam pengisian kuesioner. Pada beberapa yang ditemui peneliti, calon responden merasa tidak terlalu nyaman ketika harus mengisi kuesioner pada saat bersantai.

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 82

Kuesioner penelitian terdiri dari 80 pernyataan yang harus diisi oleh responden. Terdiri dari 4 pernyataan mengenai karakteristik responden, 32 pernyataan mengenai indikator tayangan MasterChef Indonesia, 27 pernyataan mengenai indikator persepsi dan 17 pernyataan mengenai indikator minat. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti memandu responden dalam mengisi pernyataan- pernyataan dan membantu menjelaskan ketika ada pernyataan yang kurang dimengerti oleh responden.

Pengumpulan data untuk sample khusus dilakukan pada tanggal 17 April

2017. Peneliti menghubungi Bapak Iwan Riyadi, S.Sos, M.Si selaku Pembantu

Direktur 3 (Pudir 3) di Akademi Pariwisata Medan. Setelah mendapat ijin peneliti di arahkan untuk langsung menuju kampus Program Studi Manajemen Tata Boga.

Berdasarkan arahan dari pihak program studi, peneliti diberi kesempatan untuk menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi Tata Boga tahun kedua (middle) dalam sebuah ruangan yang cukup representatif. Peneliti memastikan bahwa seluruh mahasiswa yang menjadi calon responden telah mengetahui dan menyaksikan acara MasterChef Indonesia.

Kuesioner penelitian pada sample khusus terdiri dari 95 pernyataan yang harus diisi oleh responden. Terdiri dari 4 pertanyaan mengenai karakteristik responden, 34 pernyataan mengenai indikator tayangan MasterChef Indonesia, 35 pernyataan mengenai indikator persepsi dan 23 pernyataan mengenai indikator minat. Pada saat pengisian kuesioner, peneliti memandu responden dalam mengisi pernyataan-pernyataan dan membantu menjelaskan ketika ada pernyataan yang kurang dimengerti oleh responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 83

Selain menyebarkan kuesioner sebagai data primer dalam penelitian ini, peneliti juga melakukan wawancara bebas singkat yang dilakukan kepada 3 orang responden dari sample umum dan 2 orang responden dari sample khusus.

Wawancara bebas singkat dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat analisis data hasil penelitian yang diperoleh dari penyebaran kuesioner.

4) Proses Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data selesai dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data dari 123 responden, maka langkah selanjutnya peneliti melakukan proses pengolahan data. Adapun tahapan yang dilakukan dalam proses pengolahan data ini adalah sebagai berikut : a). Penomoran kuesioner

Kuesioner yang telah dikumpulkan diberikan nomor urut sebagai pengenal dari nomor 01-100 dan nomor 01-23, hal ini memudahkan ketika proses memasukkan data ke sistem SPSS. b). Editing

Proses ini berhubungan dengan proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan untuk menghindari kesalahan dalam proses pengisian data ke dalam kotak yang disediakan. c). Coding

Peneliti melakukan proses coding yaitu proses memindahkan jawaban responden ke kotak kode yang tersedia pada kuesioner dalam bentuk angka

(score).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 84

d). Inventarisasi Variabel

Proses menginput data mentah yang telah diperoleh ke dalam lembar Fortran

Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data kedalam satu kemasan. e). Tabulasi Data

Data dari Fortran Cobol di input ke dalam tabel tunggal yang telah dibagi kedalam beberapa kategori yaitu kategori frekuensi dan presentasi kemudian selanjutnya dilakukan analisis data.

4.2. Gambaran Tentang MasterChef Indonesia

MasterChef Indonesia merupakan sebuah acara reality show yang disponsori oleh FremantleMedia dan bekerja sama dengan RCTI. Acara ini merupakan hasil format kreatif Franc Roddam yang telah diproduksi di 20 negara termasuk Australia, Belgia, Jerman, Belanda dan Selandia Baru. Indonesia merupakan negara Asia kedua setelah India yang merilis acara MasterChef

Indonesia pada tahun 2011.

Reality show MasterChef Indonesia telah tayang selama 4 season sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dengan durasi tayang selama 2 jam (120 menit).

Season pertama tayang pada tanggal 1 Mei 2011 sampai dengan tanggal 21

Agustus 2011 yang diikuti oleh 20 orang kontestan. Season kedua tayang pada tanggal 8 July 2012 dan berakhir pada tanggal 28 Oktober 2012 diikuti oleh 20 orang. Season ketiga tayang pada tanggal 5 Mei 2013 hingga tanggal 17 Agustus

2013 dengan jumlah kontestan 25 orang dan yang terakhir season ke empat yang tayang 31 Mei 2015 hingga tanggal 12 September 2015 diikuti oleh 30 orang kontestan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 85

Sejak pertama kali ditayangkan, acara MasterChef Indonesia mendapatkan respon yang positif dari masyarakat. Dapat dilihat dari artikel Nielsen Newsletter yang mengatakan bahwa jumlah penonton MasterChef Indonesia naik secara signifikan dengan rata-rata hampir 2.000.000 orang dengan jumlah rating sebesar 3,8% dan share sebesar 21.1% (Nielsen, 2011: 2).

MasterChef Indonesia adalah reality show yang menampilkan kompetisi memasak para kontestan dengan latar belakang, pendidikan, usia, dan profesi yang berbeda-beda. Melalui setiap tantangan yang diberikan, kontestan berkesempatan dalam menuangkan kemampuan memasak dan mengolah bahan- bahan makanan menjadi sesuatu yang bukan hanya enak untuk dimakan tetapi juga berkarya seni yang tinggi. Dari tantangan yang diberikan tersebut, para peserta dapat memperlihatkan semangat, passion serta kesungguhan terhadap dunia kuliner.

Tantangan-tantangan yang diberikan kepada para kontestan juga menarik, yaitu antara lain :

1. Mysteri Box, kontestan ditantang untuk membuat sebuah masakan dari bahan-

bahan yang ada didalam kotak dimana para kontestan tidak mengetahui apa isi

kotak tersebut.

2. One Core Ingredient, kontestan akan membuat masakan dengan bahan dasar

yang telah ditentukan.

3. Signature Dish, kontestan harus membuat masakan dengan tema tertentu

4. Popstar Challenge, kontestan membuat masakan kesukaan bintang tamu.

5. Duel Captain Challenge, kapten dari sebuah tim akan bertanding memasak

dengan kapten tim lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 86

6. Offsite Challenge, tantangan yang dilakukan di luar galeri MasterChef

Indonesia.

7. Team Challenge, kontestan dibagi menjadi 2 tim atau lebih, tim-tim tersebut di

adu memasak di dalam galeri MasterChef Indonesia.

8. Pro Chef Challenge, salah satu kontestan berhadapan dengan seorang chef

profesional. Apabila berhasil menang, kontestan akan mendapatkan hadiah.

9. Pressure Test, babak eliminasi untuk beberapa peserta terburuk di tantangan

sebelumnya.

10. Spike Elimination, kontestan mengikuti babak eliminasi tetapi bukan

tantangan memasak, melainkan memilih salah satu kontestan yang menurutnya

harus dikeluarkan.

11. Elimination Test, kontestan yang belum lolos dari tantangan sebelumnya

harus bersaing agar terhindar dari eliminasi.

12. Duel Black Team, kontestan terbawah bertanding dengan salah satu

BlackTeam. Jika kontestan menang maka akan tetap mempertahankan

posisinya dan Black Team akan tereliminasi. Namun jika Black Team yang

menang maka akan bertukar posisi dengan kontestan tersebut.

13. Black Team Royal Battle, kontestan terbawah bertanding dengan seluruh

anggota Black Team. Pemenang akan bertahan dalam kompetisi dan yang

kalah akan tereliminasi.

14. Duplication Test, kontestan harus menduplikasi masakan tertentu dari segi

rasa dan presentasi.

15. Invention Test, kontestan harus menyiapkan sebuah hidangan hasil kreasi

baru dari bahan yang ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 87

16. Taste Test, tantangan menebak bahan makanan dari suatu masakan.

17. Skill Test, kontestan mengadu kecepatan dalam mengolah bahan makanan.

18. Final Test, kontestan finalis memasakan appettizer, main course, dan dessert

yang akan dinilai oleh dewan juri untuk menentukan juara MasterChef

Indonesia.

Reality show MasterChef Indonesia memiliki dua sesi yang harus diikuti oleh para peserta, yaitu :

1). Sesi pertama (babak kapten), yaitu setiap peserta memasak masakan secara

individu kemudian masakan tersebut akan dinilai oleh para juri. Peserta

dengan nilai paling tinggi tidak akan ikut babak eliminasi.

2). Sesi kedua (babak eliminasi), yaitu setiap peserta mengadukan masakannya

secara individu dan salah satu dari tiga peserta dengan nilai terendah akan di

eliminasi.

MasterChef Indonesia season pertama ditayangkan pertama kali pada tanggal 1 Mei 2011 dan berakhir pada tanggal 21 Agustus 2011 pada pukul 16.30 wib – 18.30 wib dengan durasi 2 jam (120 menit) dengan 20 orang peserta.

Setelah melakukan audisi di 3 kota besar di Indonesia yaitu Kota Medan, Kota

Surabaya, dan Jakarta. Chef profesional yang menjadi chef juri pada MasterChef

Indonesia season pertama ini yaitu chef Vindex, chef Marinka, dan chef Juna.

Suksesnya acara MasterChef Indonesia season pertama mendapatkan animo yang tinggi pula dari masyarakat, hal ini memberi kesempatan pada pihak penyelenggara untuk menambah daerah audisi. MasterChef Indonesia season kedua diadakan di 4 kota besar di Indonesia, yaitu , , dan Jakarta. MasterChef Indonesia season kedua mulai tayang pada tanggal 8 Juli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 88

2012 dan berakhir pada tanggal 28 Oktober 2012 pada waktu tayang, durasi serta jumlah peserta yang sama dengan season pertama. Format juri pada acara

MasterChef Indonesia season kedua ini sedikit mengalami perubahan yaitu, masuknya chef juri baru yaitu chef Degan Septoadji untuk menggantikan chef

Vindex Tangker.

MasterChef Indonesia season ketiga tayang pada tanggal 5 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 2013. Pada season ini audisi dilakukan di 5 kota besar di Indonesia, yaitu , Jakarta, Yogyakarta, , dan dan didapatlah 25 orang kontestan. Terjadi pergantian juri lagi di season ini, chef

Juna tidak lagi menjadi juri dalam kompetisi ini dan digantikan oleh chef Arnold

Poernomo. Dalam masa 3 season penayangannya dari tahun 2011 hingga tahun

2013 acara MasterChef Indonesia telah mendapat penghargaan Panasonic Gobel

Award selama 2 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2012 dan 2013.

MasterChef Indonesia season ke 4 tayang pada tahun 2015 yang dimulai pada tanggal 31 Mei 2015 sampai dengan tanggal 12 September 2015 pada jam tayang dan durasi yang sama. Jumlah peserta pada season ini bertambah menjadi

30 peserta. Pada season ini ada beberapa pergantian juri, yaitu chef Marinka diganti oleh chef Mateo Guerinoni dan chef Degan Septoadji tidak lagi memperpanjang kontraknya sehingga yang menjadi juri dalam season ini hanya chef Arnold dan chef Mateo. Pada season ke-4 ini rating acara ini menurun secara drastis sehingga pihak RCTI dengan kebijakannya untuk sementara tidak lagi ditayangkan pada tahun 2016.

Pada tahun 2014 MasterChef Indonesia membuat season baru yaitu season dengan peserta anak-anak yang dinamakan MasterChef Junior Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 89

MasterChef Junior Indonesia adalah bagian dari acara reality show MasterChef

Indonesia yang mencari bakat memasak dengan peserta yang merupakan anak- anak di usia 8-13 tahun dan diselenggarakan di RCTI. MasterChef Junior

Indonesia telah tayang di Indonesia selama 2 season, yaitu pada tahun 2014 untuk season pertama dan tahun 2015 untuk season kedua.

Konsep dari acara MasterChef Indonesia yaitu memberikan kesempatan kepada para kontestannya yang tidak memiliki latar belakang pendidikan chef untuk menyalurkan bakat serta keterampilannya dalam mengolah dan menginterpretasikan makanan yang enak dan menarik. Selain latar belakang peserta yang menjadi daya tarik acara ini, penyajian konsep acara serta desain dari setting lokasi secara keseluruhan juga menjadi perhatian para penonton. Konten acara MasterChef Indonesia secara keseluruhan juga mempunyai peran yang sangat penting dalam mensukseskan acara ini.

Persaingan antar peserta yang di tampilkan secara terbuka dan sengit, tayangan adegan interview para peserta yang berisi komentar-komentar yang tidak jarang berisi sikap menjatuhkan peserta lain, adegan memasak yang terkadang ditampilkan oleh para chef profesional yaitu chef juri dan chef tamu serta bintang- bintang tamu artis yang diundang dalam acara ini mampu menjadi daya tarik dan berhasil menarik animo masyarakat untuk selalu mengikuti reality show ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 90

4.3 Gambaran Mengenai Lokasi Penelitian

4.3.1 Kota Medan

Kota Medan merupakan ibukota dari Propinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, terletak di bagian utara Pulau Sumatera dengan posisi koordinatnya adalah 3°35’LU dan

98°40’BT. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah

Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah

Tingkat I Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota yang secara administratif terdiri atas 151 kelurahan dan 21 kecamatan yang terbagi ke 2001 lingkungan.

Berdasarkan sensus tahun 2016 jumlah penduduk kota Medan pada tahun 2015 sebanyak 2.210.624 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2016: 49). Kota Medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun BBMKG Wilayah I pada tahun 2014 yaitu 20,0 °C dan suhu maksimum yaitu 35,2 °C.

Kota Medan merupakan kota dengan multietnis yang penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda.

Beberapa etnis yang terdapat di Kota Medan yaitu Batak Toba, Melayu, Jawa,

Tionghoa, Mandailing, Angkola, Minangkabau, Karo, dan Tamil.

Sebagai kota multikultural Kota Medan sudah memiliki trademark sebagai salah satu kota tujuan kuliner di Indonesia (www.pemkomedan.go.id). Hal ini dikarenakan kemajemukan etnis penduduknya yang turut serta dalam membentuk berbagai cita rasa masakan khas daerah, juga didukung oleh kekayaan sumber

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 91

daya alam. Dapat kita lihat adanya keberadaan tempat-tempat makan seperti restoran, kafe, rumah makan hingga warung makan di pinggir jalan yang menawarkan berbagai jenis makanan baik nasional maupun internasional.

Keberadaan kuliner yang khas tersebut diharapkan menjadi peluang bagi pelaku kuliner untuk tidak berhenti berinovasi dalam meracik bahan-bahan dengan kreatif dan bervariasi. Hal ini juga menjadi modal utama untuk mewujudkan Kota Medan sebagai kota kuliner, dengan harapan akan menambah arus kunjungan dan lama tinggal wisatawan ke kota ini.

4.3.2 Akademi Pariwisata Medan

Akademi Pariwisata Medan (Akpar) adalah lembaga pendidikan dan latihan dibidang pariwisata pertama di wilayah Sumatera, berdiri dengan nama awal Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata (BPLP) Medan. Diresmikan pada tanggal 29 Oktober 1991 oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Bapak

Soesilo Sudarman dengan SK. MENPARPOSTEL No.KM.241/OT.001/PPT-91.

BPLP Medan beralamat di Jalan Peristis Kemerdekaan No.35 Medan yaitu gedung kampus Ex-APDN Medan milik Pemerintah Daerah Tk.1 Sumatera Utara.

Pada tanggal 12 Februari 1997 BPLP Medan berubah status menjadi

Akademi Pariwisata (Akpar) Medan, hal ini sesuai dengan keputusan yang di keluarkan oleh Menparpostel dengan SK.MENPARPOSTEL No.KM.26/ot.mmpt-

97. Terhitung sejak tanggal 5 Februari 2001 Akpar Medan menempati kampus baru milik sendiri yang beralamat di Jalan Rumah Sakit Haji No.12 Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 92

Lembaga Pendidikan ini mempunyai dua fakultas yaitu fakultas perhotelan dan fakultas kepariwisataan dengan jenjang pendidikan Diploma III.

Kedua fakultas tersebut dibagi lagi menjadi tujuh program studi yaitu :

1. Manajemen Tata Boga

Program studi menghasilkan tenaga profesional dengan keahlian mengelola bahan makanan termasuk teknik pemasaran dan produksi pemasaran melalui teknologi informasi secara profesional. Para lulusannya dipersiapkan untuk dapat mengisi jabatan sebagai pimpinan menengah di bidang usaha jasa catering, rumah makan, dan juga bidang usaha perhotelan seperti Chef de Cuisine,

Sous Chef, Cost Controller atau berwiraswasta.

2. Manajemen Patiseri

Program studi ini bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian mengelola bahan makanan roti dan kue secara profesional. Lulusannya dapat bekerja sebagai koki pastry, instruktur/trainer/akademis, food panelis, dan wirausahawan di bidang kue dan roti.

3. Manajemen Tata Hidang

Program studi ini diharapkan menghasilkan tenaga profesional dengan keahlian mengelola kegiatan profesional bidang penyajian makanan dan minuman secara profesional di restoran maupun bar. Lulusannya bekerj sebagai Head

Waiter, Head Bartender, Cost Controller, Banquet Coordinator, Manajer restoran atau Bar.

4. Manajemen Divisi Kamar

Program studi ini bertujuan menghasilkan tenaga profesional dengan keahlian mengelola operasional kantor depan atau tata graha/house keeping.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 93

Lulusannya dapat bekerja sebagai pimpinan menengah di bidang usaha jasa menengah di bidang usaha jasa akomodasi dan property pada bagian pemesanan, resepsionis, dan guest relation officer.

5. Manajemen Perencanaan dan Pemasaran Pariwisata

Program Studi yang bertujuan untuk menghasilkan tenaga profesional dengan keahlian dibidang perencanaan dan pemasaran dengan berbasis kemampuan konsep dan teknis dalam manajemen pariwisata. Lulusannya diharapkan dapat bekerja sebagai konsultan perencanaan dan pemasaran pariwisata, pengelola objek wisata, pemasaran hotel dan wirausahawan.

6. Manajemen Usaha Perjalanan

Program studi ini bertujuan menghasilkan tenaga yang ahli mengelola kegiatan manajemen dan operasional di bidang usaha perjalanan. Lulusannya diharapkan dapat bekerja sebagai pimpinan menengah dibidang usaha jasa perjalanan, MICE dan kargo dengan posisi manajer atau tour operator.

7. Manajemen Perhotelan

Para lulusan program studi ini dipersiapkan untuk dapat mengisi jabatan sebagai pimpinan menengah di bidang usaha akomodasi dan properti pada bagian reservation, reception, guest relation dan coordinator.

Peneliti melakukan penelitian pada Program Studi Manajemen Tata

Boga (Prodi MTB) karena program studi ini secara khusus mendidik dan mempersiapkan mahasiswanya untuk nantinya bekerja sebagai chef yang profesional. Program Studi Manajemen termasuk salah satu program studi tertua di Akademi Pariwisata Medan yang telah ada sejak akademi ini berdiri yaitu sudah 26 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 94

Prodi MTB menerapkan sistem pendidikan teori : praktek = 50 : 50, sehingga terdapat keseimbangan durasi antara teori dan praktek yang diharapkan akan menghasilkan mahasiswa yang benar-benar kompeten pada ilmu tata boga.

Mahasiswa dibagi menjadi 3 tingkatan berdasarkan angkatan masuknya yaitu : basic untuk mahasiswa tingkat pertama, middle untuk mahasiswa tingkat kedua, dan upper untuk mahasiswa tingkat akhir.

Sistem praktek diterapkan di setiap tingkatan dan diutamakan pada tingkatan basic. Seluruh mahasiswa basic wajib mengikuti praktek yang didampingi supervisor dan manager. Supervisor terdiri dari beberapa mahasiswa middle dan manager terdiri dari 2 orang mahasiswa upper yang telah diatur jadwal prakteknya. Hingga saat ini para alumni dari program studi ini telah banyak yang bekerja dalam bidang kuliner, antara lain membuka usaha kuliner, menjadi chef di sejumlah hotel berbintang dan juga sebagai chef kapal pesiar

(www.akparmedan.com). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas lulusan Akpar

Medan cukup diakui dalam bidangnya.

4.4 Hasil Penelitian

4.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah proses penelitian yang akan menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian.

Uji validitas ini bertujuan untuk mengukur valid tidaknya suatu item pertanyaan, dimana pertanyaan tersebut dikatakan valid apabila Corrected Item-Total

Correlation (r hitung) lebih besar daripada r tabel (Sarjono & Julianita, 2011: 45).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 95

Pengujian validitas dan reliabilitas pada penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner pada 10 orang dari masyarakat Kota Medan. 10 responden tersebut dipilih sesuai dengan kriteria dan karakteristik yang sama dengan responden yang akan digunakan pada penelitian. Data diolah menggunakan perangkat lunak SPSS versi 13 dengan menggunakan rumus

Pearson Product Moment. Butir pertanyaan yang dinyatakan valid bila melewati ambang batas 0,2, sedangkan bila dibawah 0,2 atau bertanda negatif (-) maka dinyatakan tidak valid (gugur) sesuai dengan rujukan kriteria empirik dari Crocker and Algina (Nisfiannoor, 2009: 230).

Dari hasil validitas yang dilakukan (lihat lampiran) menunjukkan bahwa seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid karena telah melewati ambang batas validitas dengan nilai 0,2, sehingga kuesioner dalam penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.

4.4.2. Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini dilakukan dengan internal consistency menggunakan Teknik Belah Dua (split-half). Teknik ini dilakukan dengan cara membagi butir-butir instrumen menjadi dua bagian.

Pembagian dilakukan berdasarkan nomor ganjil menjadi bagian pertama dan nomor genap untuk bagian yang kedua.

Skala pengukuran yang dilakukan terhadap butir pertanyaan dalam kuesioner yang telah diuji validitasnya dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitasnya lebih atau sama dengan 0,70 (Kapplan & Saccuza, 1993: 123).

Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 96

ini didapatkan hasil data reliabilitas sebesar 0,95. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian ini telah reliabel.

4.4.3 Metode Analisis Data

Proses pengumpulan data pada sample umum dalam penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober 2016 - Januari 2017. Kuesioner disebar kepada 100 orang masyarakat Kota Medan yang di dalamnya terdiri dari 80 pernyataan.

Pengumpulan data untuk sample khusus dilakukan pada tanggal 17 April 2017.

Peneliti menyebarkan kuesioner kepada 23 orang mahasiswa Prodi Tata Boga

Akpar Medan yang terdiri dari 95 pernyataan.

Kuesioner sebagai instrumen penelitian terdiri dari yang dibagi kedalam empat bagian yaitu : bagian pertama pernyataan mengenai karakteristik responden, bagian kedua pernyataan mengenai tayangan Masterchef Indonesia, bagian ketiga pernyataan mengenai persepsi masyarakat mengenai profesi chef dan bagian keempat pernyataan mengenai minat masyarakat menjadi seorang chef. Bagian akhir kuesioner juga diberikan 2 pernyataan tambahan yang bersifat terbuka yang dapat digunakan responden untuk menyampaikan pendapat, kritik dan saran terhadap acara MasterChef Indonesia.

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara memilih responden sesuai karakteristik yang telah ditentukan dan menanyakan mengenai pengetahuan responden mengenai acara MasterChef Indonesia, sehingga responden dipastikan merupakan penonton acara reality show tersebut. Saat proses pengisian kuesioner, peneliti memandu responden dan menjelaskan pernyataan yang kurang dimengerti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 97

oleh responden. Peneliti juga memastikan bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner telah diisi seluruhnya oleh responden.

Selanjutnya sebagai sumber data sekunder, peneliti juga melakukan wawancara bebas untuk melengkapi dan memperkuat data kepada 3 orang responden umum dan 2 orang responden khusus. Proses pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan seluruh data dari 123 orang responden. Pengolahan data terhadap instrumen penelitian dilakukan peneliti dengan menggunakan SPSS versi13.

4.4.3.1 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan langkah awal dalam pengolahan data, tabel ini membagi variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal terdiri dari dua kolom yaitu kolom frekuensi dan kolom presentase pada setiap variabel. Adapun hasil pengolahan tabel tunggal dalam penelitian ini dapat kita lihat pada tabel-tabel dibawah ini.

4.4.3.1.1. Pernyataan Umum Untuk Responden Umum dan Responden Khusus 4.4.3.1.1.1 Data Umum Mengenai Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Umum Responden Khusus Jenis Kelamin f % f % Laki-laki 36 36% 13 56,5% Perempuan 64 64% 10 43,5% Total 100 100% 23 100% Sumber: P1/FC.1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 98

Tabel 4.1 menunjukkan jenis kelamin dari responden penelitian ini. Hasil temuan dapat dilihat bahwa ternyata dari 100 orang responden umum yang menonton acara MasterChef Indonesia, lebih banyak penonton dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 42% sedangkan jenis kelamin laki-laki ada sebanyak 36%.

Hal ini kemungkinan dikarenakan perempuan mempunyai kecendrungan lebih menyukai dunia memasak daripada laki-laki. Alasan lain mungkin dikarenakan MasterChef Indonesia merupakan program televisi yang bergenre reality show, yang banyak menyajikan ketegangan dalam setiap episodenya dan dengan alur yang sedikit didramatisasi sehingga lebih dinikmati oleh kaum perempuan seperti layaknya drama/sinetron.

Berbeda dengan responden khusus dimana justru jumlah responden laki- laki lebih besar daripada perempuan, yaitu 56,5 persen untuk responden laki-laki dan 43,5 persen untuk responden perempuan. Angka ini sesuai dengan jumlah mahasiswa Prodi Tata Boga pada Akpar Medan yang dikumpulkan oleh pihak

Prodi pada saat penyebaran kuesioner di Akpar Medan.

Tabel 4.2 Usia Responden Responden Umum Responden Khusus Usia f % f % 15-25 tahun 68 68% 22 95,7% 26-36 tahun 26 26% 1 4,3% 37-49 tahun 4 4% 0 0 48-60 tahun 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P1/FC.2 Tabel 4.2 menunjukkan pada responden umum usia yang paling banyak menonton acara MasterChef Indonesia adalah pada usia remaja dan mahasiswa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 99

yaitu 15-25 tahun, sebanyak 68,0 persen. Hal ini menggambarkan bahwa acara

MasterChef Indonesia lebih banyak mencuri perhatian untuk penonton usia muda produktif yang masih dalam tahap menentukan masa depan dan karir. Hasil ini sama dengan usia pada responden khusus yaitu pada rentang 15-25 tahun sebanyak 95,7 persen dikarenakan responden khusus merupakan mahasiswa yang menempuh pendidikan tingkat tinggi.

Jika dilihat dari sisi kemasan, dalam menyampaikan informasi acara

MasterChef Indonesia sebenarnya mampu dinikmati oleh semua kalangan usia.

Dalam hal usia peserta, MasterChef Indonesia juga tidak mempunyai batasan umur. Hal ini juga dapat dilihat bahwa MasterChef Indonesia juga telah menghadirkan MasterChef Indonesia dengan usia lebih muda yaitu MasterChef

Junior Indonesia yang telah tayang selama 2 season di RCTI. Hal ini bisa menjadi daya tarik yang kuat dari acara MasterChef Indonesia untuk segala kalangan usia khususnya pada usia remaja-dewasa yang masih sangat produktif.

Tabel 4.3 Pendidikan Responden Responden Umum Responden Khusus Pendidikan f % f % SD 0 0 0 0 SMP 3 3% 0 0 SMA 47 47% 23 100% D-III 18 18% 0 0 S-1 30 30% 0 0 S-2 2 2% 0 0 S-3 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P1/FC.3

Tabel diatas memperlihatkan tingkat pendidikan yang paling tinggi pada kedua responden yaitu SMA baik pada responden umum maupun responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 100

khusus yaitu sebanyak 47 persen untuk responden umum dan 100 persen untuk responden khusus. Kesimpulan yang dapat diambil dari data diatas adalah bahwa tayangan MasterChef Indonesia banyak diminati oleh masyarakat yang pendidikannya tinggi dan wawasan yang luas. Tayangan ini bukan hanya sebagai hiburan melainkan menambah ilmu dalam dunia kuliner.

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden Responden Umum Responden Khusus Pekerjaan f % f % Pelajar 15 15% 0 0 Mahasiswa 39 39% 23 100% Wiraswasta 17 17% 0 0 PNS 7 7% 0 0 Profesional 11 11% 0 0 Ibu Rumah Tangga 6 6% 0 0 Lain-lain 5 5% 0 0 Total 100 100 23 100% Susmber : P1/FC.4 Pekerjaan yang paling banyak dari responden umum dan responden khusus yang tampak pada tabel 4.4 adalah mahasiswa, yaitu sebanyak 39 persen unutk responden umum dan 100 persen untuk responden khusus. Hal ini di karenakan mahasiswa mampu meluangkan waktunya pada hari jam tayang acara

MasterChef Indonesia. Data di atas juga dapat kita artikan bahwa ternyata acara

MasterChef Indonesia bukan hanya menarik perhatian para ibu-ibu tetapi malah ke seluruh kalangan pekerjaan.

Dikemas dengan begitu baik, acara ini dapat memberikan informasi serta pengetahuan yang luas mengenai makanan kepada para penontonya. Kemampuan untuk membawa emosi para penontonnya dengan setiap tantangan dan ketegangan yang berbeda pada setiap episode, mampu menumbuhkan rasa antusias, penasaran serta ketertarikan bagi setiap pemirsa. Daya tarik yang begitu kuat inilah yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 101

membuat MasterChef Indonesia menjadi reality show yang disukai oleh penontonnya terkhusus kalangan pelajar serta mahasiswa yang memang masih mudah untuk terpancing emosinya oleh media.

Karakteristik responden dalam penelitian ini sangat bervariasi. Mulai dari jenis kelamin, usia, pendidikan serta pekerjaan. Hal ini wajar dikarenakan acara reality show MasterChef Indonesia mampu di nikmati oleh kalangan manapun.

Informasi serta pengetahuan mengenai makanan serta cara pengolahannya mampu menarik perhatian para pemirsanya. Bukan hanya untuk para perempuan serta ibu- ibu rumah tangga saja tetapi MasterChef Indonesia juga mampu menarik perhatian lebih luas lagi.

4.3.3.1.1.2 Data Jawaban Responden dengan Indikator Konflik Dalam Acara.

Tabel 4.5 Karakter Juri MasterChef Indonesia Para chef juri dalam acara Responden Umum Responden Khusus MasterChef memiliki karakter sifat yang f % f % berbeda-beda Sangat setuju 24 24% 10 43,5% Setuju 75 75% 13 56,5% Kurang setuju 1 1% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P2/FC.05 Tabel diatas menunjukkan responden setuju bahwa chef juri dalam acara

MasterChef Indonesia memiliki karakter sifat yang berbeda-beda, terdapat 75 persen pada responden umum dan 56,5 persen pada responden khusus. Acara

MasterChef Indonesia memiliki 3 chef juri dalam setiap season penayangannya.

Setiap chef memiliki karakter yang berbeda dalam menilai hasil olahan masakan para pesertanya tetapi tidak memihak kepada salah satu peserta saja. Chef

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 102

Marinka memiliki sifat lembut yang dapat menjadi penyemangat untuk para peserta, juga telah mencuri hati pemirsa dengan gayanya yang stylish dan wajah cantiknya. Chef Juna yang menjadi juri pada season 1 dan ke 2 dengan gaya khasnya yang keras dan dan sedikit garang juga tidak mengurangi animo masyarakat untuk menonton acara tersebut malah semakin mendongkrak popularitasnya. Chef Matteo yang menjadi juri pada season ke 4 juga memiliki karakter yang sama seperti chef Juna.

Chef Vindex dan chef Degan yang memiliki sedikit karakter yang sama.

Kedua chef ini suka memberikan komentar yang tegas tetapi dengan lebih bijaksana, sehingga memiliki karisma yang tidak kalah dari juri yang lain. Chef

Arnold merupakan chef termuda yang menjadi juri di acara MasterChef Indonesia.

Dengan wajah yang tampan mampu mencuri perhatian penonton, sifat keras yang terkadang di perlihatkan oleh chef Arnold justru semakin menaikkan popularitas acara ini.

Tabel 4.6 Segmen Wawancara Menimbulkan Persaingan Dalam segmen wawancara dengan para peserta, Responden Umum Responden Khusus seringkali para peserta mencela kemampuan peserta lainnya dan f % f % menunjukkan persaingan Sangat setuju 17 17% 0 0 Setuju 61 61% 18 78,3% Kurang setuju 16 16% 5 21,7% Tidak setuju 6 6% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P2/FC.06 Pada tabel 4.6 sebanyak 61 persen responden umum setuju dengan pernyataan penelitian dan sebanyak 78,3 persen responden khusus menunjukkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 103

hasil yang sama. Setiap dilakukannya sesi wawancara terhadap para peserta, tidak jarang menjadi kesempatan untuk saling menjatuhkan lawan mereka. Saling mencela dan menyombongkan kemampuan masing-masing peserta merupakan salah satu daya tarik dari acara ini. Dalam sesi ini mereka saling menilai para peserta lain, dan memberikan pendapatnya mengenai kemampuan lawannya dalam reality show tersebut.

Tabel 4.7 Persaingan Dalam Acara MasterChef Indonesia Persaingan dalam acara MasterChef membuat penonton menjagokan dan Responden memihak salah satu peserta sehingga Responden Umum Khusus menimbulkan keinginan untuk tetap mengikuti acara MasterChef dengan tujuan melihat peserta pilihannya f % f % Sangat setuju 19 19% 2 8,7% Setuju 75 75% 20 87% Kurang setuju 5 5,1% 1 4,3% Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P2/FC.07

Acara reality show MasterChef Indonesia memang diformat untuk menarik perhatian penonton sehingga tetap menikmati acara tersebut. Salah satu cara yaitu dengan menimbulkan perasaan suka terhadap para pesertanya.

Pemilihan peserta serta penyampain profil peserta dengan sifat-sifatnya masing disajikan dengan sedemikian rupa hingga menarik minat penonton.

Dan untuk hal ini penyelenggara dapat dikatakan berhasil, dilihat dari tabel 4.7 yang menunjukkan sebanyak 75 persen responden umum bahwa persaingan yang ditampilkan dalam acara ini dapat menimbulkan perasaan ingin menjagokan serta memihak kepada salah satu penonton. Hal ini dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 104

menimbulkan keinginan untuk tetap menyaksikan acara MasterChef Indonesia dengan tujuan untuk melihat peserta pilihannya pada setiap minggu penanyangannya. Hasil yang sama juga ditunjukan oleh responden khusus yang setuju dengan pernyatan penelitian sebanyak 87 persen.

4.3.3.1.1.3 Data Jawaban Responden Indikator Durasi

Tabel 4.8 Intensitas Mengikuti Tayangan MasterChef Indonesia

Mengikuti setiap tayangan Responden Umum Responden Khusus utama acara MasterChef f % f % Sangat sering 5 5% 0 0 Sering 34 34% 15 34,8% Jarang 60 60% 8 65,2% Tidak pernah 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P3/FC.08 dan P3/FC.09

Sebanyak 34 persen responden umum menyatakan sering mengikuti acara MasterChef Indonesia pada tayangan utamanya yaitu pada hari Sabtu dan

Kamis pada pukul 16.30-18.30 WIB. Pemilihan jam tayang pada saat weekend merupakan pemilihan waktu yang sangat tepat untuk reality show ini. Jam yang dipilih juga sangat tepat karena merupakan jam istirahat serta waktu kumpul keluarga. Hasil wawancara dengan responden umum II dan III juga menyatakan hal yang serupa yaitu :

Responden II :

“iya kak, kadang malah kalau tidak sempat menonton tayangan utama,

saya mengikuti tayangan ulangnya”.

Responden III :

“terkadang siaran utama, kadang siaran ulangnya”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 105

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh responden khusus, yaitu sebanyak 65,2 persen responden menyatakan jarang mengukuti tayangan utama acara

MasterChef Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar responden khusus masih beraktifitas diluar rumah pada jam tayang tersebut.

Tabel 4.9 Durasi Menonton MasterChef Indonesia

Menonton acara MasterChef Responden Responden Umum lebih dari 45 menit pada setiap Khusus

episodenya f % f % Sangat sering 8 8% 3 13% Sering 44 44% 14 60,9% Jarang 40 40% 6 26,1% Tidak pernah 8 8 % 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P3/FC.09 dan P3/FC.11

Tabel 4.9 memperlihatkan sebanyak 44 persen responden umum menyatakan sering menghabiskan waktu lebih dari 45 menit untuk menonton acara MasterChef Indonesia. Hasil yang sama juga ditunjukkan oleh responden khusus dengan hasil 60,9 persen. Acara MasterChef Indonesia yang tayang selama

120 menit pada setiap episode mampu memberikan daya tarik yang kuat terhadap penontonnya. Format acara yang baik membuat penonton menikmati tahap demi tahap dari perlombaan tersebut. Hal ini menjadikan alasan responden untuk bersedia menghabiskan waktunya lebih dari 45 menit untuk menyaksikan perlombaan memasak tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 106

Tabel 4.10 Intensitas Perhatian Menonton MasterChef Indonesia

Responden Hanya fokus menonton tanpa Responden Umum Khusus melakukan kegiatan yang lain f % f % Sangat sering 6 6% 0 0 Sering 28 28% 7 30,4% Jarang 49 49% 15 65,2% Tidak pernah 17 17% 1 4,3% Total 100 100% 23 100% Sumber : P3/FC.10 dan P3/FC.12

Sebanyak 49 persen responden umum menyatakan jarang hanya fokus menonton tanpa melakukan kegiatan yang lain, dapat kita lihat dari hasil data yang diperlihatkan pada tabel 4.10 diatas, serupa dengan responden khusus yang menunjukkan hasil yang sama sebanyak 65,2 persen. Hal ini bisa saja terjadi karena penonton menonton sambil bermain handphone, membaca buku atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang bersifat ringan. Sehingga dapat dilakukan sambil menikmati acara MasterChef Indonesia.

4.3.3.1.1.4 Data Jawaban Responden dengan Indikator Kesukaan

Tabel 4.11 Karakter Chef Juri Para chef juri dalam acara Responden Responden Umum MasterChef memiliki karakter Khusus yang disukai penonton f % f % Sangat setuju 10 10% 4 17,4% Setuju 70 70% 16 69,6% Kurang setuju 18 18% 3 13% Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100 Sumber : P4/FC.11 dan P4/FC.13 Dalam tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 70 persen responden umum menyatakan bahwa karakter yang ditampilkan chef juri pada acara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 107

MasterChef Indonesia disukai oleh penontonnya, begitupun dengan responden khusus yang menunjukkan hasil yang sama sebesar 69,6 persen. Setiap chef membawa karakter masing-masing yaitu lembut, bijaksana dan tegas sehingga mempunyai daya tarik tersendiri di mata penontonnya. Karakter-karakter ini malah menjadi salah satu pendongkrak popularitas acara ini di mata penonton.

Contohnya seperti chef Juna dengan gayanya yang sedikit agak kasar dan terkesan garang, chef ini justru sangat disukai oleh para penonton. Hal ini dapat dilihat dari mulai dikenalnya chef Juna menjadi salah satu celebrity chef tanah air dan mulai banyak membintangi iklan-iklan di televisi. Wawancara dengan responden II juga menunjukkan rasa ketertarikan dengan karakter chef juri dalam acara MasterChef

Indonesia :

“itu juga sih yang buat menarik kak, soalnya tiap karakternya berbeda-

beda, adalah yang kejam ngomongnya, ada juga yang lembut kayak chef

yang cewek itu, ada juga karakter yang bijaksana kalau kasih pendapat”

Tabel 4.12 Gaya bicara Chef Juri Para chef juri memiliki gaya Responden Responden Umum bicara yang disukai para Khusus penonton f % f % Sangat setuju 10 10% 4 17,4% Setuju 62 62% 15 65,2% Kurang setuju 26 26% 4 17,4% Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P3/FC.12 dan P4/FC.14

Gaya bicara chef juri yang tampil dalam acara MasterChef Indonesia menjadi salah satu daya tarik yang menjadi kesukaan para penonton. Dengan gaya bicara yang bijaksana, intelektual, lembut serta tegas, para chef juri ini mampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 108

menarik perhatian penonton. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 4.12 yang memperlihatkan bahwa sebanyak 62 persen responden umum dalam penelitian menyatakan setuju bahwa para chef juri tersebut memiliki gaya bicara yang disukai oleh para penontonnya, begitu pula dengan responden khusus yang menunjukkan hasil yang sama sebesar 65,2 persen.

Tabel 4.13 Penampilan Chef Juri Penampilan fisik para chef juri Responden Responden Umum dalam acara MasterChef sangat Khusus menarik f % f %

Sangat setuju 19 19% 6 26,1% Setuju 68 68% 17 73,9% Kurang setuju 12 12% 0 0 Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P4/FC.13 dan P4/FC.15

Tabel 4.13 menyatakan bahwa sebanyak 68 persen responden umum menyatakan bahwa penampilan fisik para chef juri juga merupakan salah satu daya tarik dari acara tersebut. Salah satu contohnya yaitu chef Marinka, yang dengan postur badan yang kecil dan imut serta penampilan yang selalu stylish, seperti memberikan gambaran baru tentang wajah chef di mata masyarakat.

Dengan anggapan ternyata walau hanya bekerja di dapur tapi bisa juga tampil cantik serta modren seperti chef Marinka.

Sebanyak 73,9 persen responden khusus juga setuju bahwa penampilan chef juri menjadi daya tarik tayangan MasterChef Indonesia. Contoh lain adalah chef Arnold, chef muda dengan wajah ganteng serta penampilan yang sempurna ini semakin menambah nilai positif pada acara MasterChef Indonesia dan memberikan dorongan untuk para penonton yang mayoritas para perempuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 109

untuk selalu menonton acara ini hanya untuk melihat penampilan chef ganteng yang satu ini. Hasil wawancara dengan responden IV juga menyatakan menyukai penampilan pada chef juri dalam acara MasterChef Indonesia :

“menurut aku penampilan chef di MasterChef Indonesia itu udh pas kak, jurinya itu kadang pake jas tapi ketika mereka ingin menunjukkan performanya mereka juga ga lupa pakai baju seragam chef. Untuk pesertanya juga bagus kak , mereka udah memenuhi standart untuk seragam chef pada umumnya lah kak, minimal mereka pakai topi dan Apron”.

Tabel 4.14 Karakter Chef Juri dan Peserta Setiap karakter chef juri dan Responden peserta dalam acara Responden Umum Khusus MasterChef menjadi ciri khas yang di ingat oleh penonton f % f % Sangat setuju 19 19% 5 21,7% Setuju 75 75% 17 73,9% Kurang setuju 5 5% 1 4,3% Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P4/FC.14 dan P4/FC.16

Hasil yang sama ditunjukkan oleh responden umum dan responden khusus yang setuju bahwa karakter yang ditampilkan oleh chef juri maupun peserta acara MasterChef Indonesia menjadi ciri khas yang akan diingat oleh penonton. Sebanyak 75 persen untuk responden umum dan 73,9 persen untuk responden khusus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 110

4.3.3.1.1.5 Data Jawaban Dengan Indikator Konsistensi Acara

Tabel 4.15 Kriteria Pemilihan Peserta Kriteria pemilihan peserta (tidak Responden berlatarbelakang pendidikan chef) Responden Umum Khusus dalam 4 musim tayangan MasterChef sangat konsisten f % f % Sangat setuju 12 12% 3 13% Setuju 62 62% 17 73% Kurang setuju 20 20% 3 13% Tidak setuju 6 6% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P5/FC.15 dan P5/FC.17

Tabel 4.15 memperlihatkan bahwa 62 persen responden umum dan 73,9 persen responden khusus menyatakan setuju acara MasterChef Indonesia sangat konsisten dalam pemilihan pesertanya. Hal ini memang dapat kita lihat dari 4 season acara MasterChef Indonesia yang tayang di RCTI, para peserta terdiri berbagai macam pekerjaan dan usia yang semuanya tidak berlatarbelakang pendidikan chef.

Tabel 4.16 Konsistensi karakter Chef Juri Karakter chef juri yang Responden ditampilkan dalam acara Responden Umum Khusus MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara f % f % Sangat setuju 16 16% 3 13% Setuju 69 69% 18 78,3% Kurang setuju 15 15% 2 8,7% Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P5/FC.16 dan P5/FC.18

Tabel 4.16 menyatakan bahwa sebanyak 69 responden umum dan 78,3 persen responden khusus setuju bahwa karakter chef juri sangat konsisten dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 111

awal hingga akhir acara MasterChef Indonesia. Setiap chef juri memiliki karakter yang berbeda dalam memberikan penilaiannya terhadap hasil masakan peserta.

Dan hal ini berjalan konsisten dari awal hingga akhir season setiap acara

MasterChef Indonesia.

Tabel 4.17 Konsistensi Karakter Peserta Karakter peserta yang Responden ditampilkan dalam acara Responden Umum Khusus MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara f % f % Sangat setuju 12 12% 1 26,1% Setuju 71 71% 16 69,6% Kurang setuju 16 16% 6 26,1% Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P5/FC.17 dan P5/FC.19

Pernyataan penelitian bahwa karakter peserta dalam acara MasterChef

Indonesia sangat konsisten dari awal hingga akhir acara disetujui oleh 71 persen responden umum dan 69,6 persen responden khusus. Hal ini meenggambarkan bahwa responden mengikuti dan memperhatikan karakter setiap peserta dalam acara MasterChef Indonesia tersebut.

4.3.3.1.1.6 Data Jawaban Responden dengan Indikator Energi

Tabel 4.18 Setting Lokasi Acara MasterChef Indonesia Setting lokasi acara yang Responden Responden Umum menjadi galeri MasterChef Khusus sangat menarik f % f % Sangat setuju 22 22% 10 43,5% Setuju 56 56% 12 52,2% Kurang setuju 21 21% 1 4,3% Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100 23 100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 112

Sumber : P6/FC.18 dan P6/FC.20

Dari data di atas terlihat 56 persen responden umum dan 52,2 persen responden khusus memberikan pendapat setuju bahwa pengaturan lokasi acara yang menjadi galeri MasterChef Indonesia sangat menarik. Hal ini menunjukkan bahwa pengaturan lokasi juga menjadi daya tarik dalam acara ini, karena responden yang menjadi penonton juga memperhatikan dan menyukai galeri tersebut. Salah satu responden dalam wawancara juga berpendapat demikian :

Responden II :

“galerinya itu bagus kali kak, aku saja jadi pengen kali punya dapur kayak

gitu..hehehheh”

Tabel 4.19 Penggambaran acara MasterChef Indonesia Penggambaran acara Responden Responden Umum MasterChef secara visual sangat Khusus sengit dan menegangkan f % f % Sangat setuju 22 22% 3 13% Setuju 64 64% 19 82,6% Kurang setuju 13 13% 1 4,3% Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.19 dan P6/FC.21

Dari data tabel 4.19 di atas dapat dilihat sebanyak 64 persen responden umum menyatakan setuju bahwa penggambaran visualisasi acara MasterChef

Indonesia menambah suasana perlombaan menjadi lebih sengit dan menengangkan. Responden khusus bahkan menyatakan pendapat yang serupa dengan persentase yang jauh lebih besar mencapai 82,6 persen. Hal ini menggambarkan bahwa responden juga terbawa akan penyajian konsep visual

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 113

acara MasterChef Indonesia yang menambah ketegangan dan keseruan suasana perlombaan dalam acara tersebut.

Tabel 4.20 Kompetisi Pada Acara MasterChef Indonesia Kompetisi pada acara Responden Responden Umum MasterChef berjalan sangat Khussu sengit dan menegangkan f % f % Sangat setuju 18 18% 4 17,4% Setuju 70 70% 17 73,9% Kurang setuju 12 12% 2 8,7% Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.20 dan P6/FC.22

Sebanyak 70 persen responden umum dan 73,9 persen responden khusus menyatakan setuju bahwa kompetisi yang disajikan acara MasterChef Indonesia berjalan dengan sengit dan menegangkan. Tabel 4.20 menunjukkan bahwa penonton ikut terbawa oleh suasana dalam acara tersebut yang memberikan jangka waktu tertentu kepada setiap peserta untuk menyelesaikan masakannya.

Seperti kita ketahui acara MasterChef Indonesia memberikan setiap tantangan dengan batas waktu sehingga semakin menambah ketegangan. Para peserta tak hanya harus memberikan makanan yang baik tetapi juga harus berlomba dengan jangka waktu yang sudah ditetapkan.

Tabel 4.21 Jalannya Acara MasterChef Indonesia Jalannya acara menimbulkan Responden perasaan tidak ingin Responden Umum Khusus ketinggalan setiap episode acara MasterChef pada penonton f % f % Sangat setuju 9 9% 3 13% Setuju 57 57% 15 65,2% Kurang setuju 31 31% 5 21,7% Tidak setuju 3 3% 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 114

Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.21 dan P6/FC.23

Data pada tabel 4.21 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 57 persen responden umum menyatakan setuju bahwa jalannya acara MasterChef Indonesia menimbulkan perasaan tidak ingin ketinggalan setiap episodenya. Jawaban yang sama juga dinyatakan oleh responden khusus dengan persentase 65,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa acara MasterChef Indonesia mampu memberikan rasa penasaran akan jalannya perlombaan kepada para penontonnya, sehinga penonton berusaha untuk selalu mengikuti reality show ini setiap minggunya.

Tabel 4.22 Menonton Tayangan Ulang Jika tidak sempat menonton Responden tayangan utama acara Responden Umum Khusus MasterChef, penonton berusaha untuk menonton tayangan ulang f % f % acara tersebut Sangat setuju 7 7% 0 0 Setuju 47 47% 9 39,1% Kurang setuju 35 35% 14 60,9% Tidak setuju 11 11% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.22 dan P6/FC.24

Dari tabel 4.22 kita dapat melihat bahwa sebanyak 47 persen responden umum menyatakan setuju bahwa mereka akan berusaha menonton tayangan ulang acara MasterChef Indonesia jika tidak sempat menonton tayangan utama acara ini.

Tetapi dapat kita lihat yang menyatakan tidak setuju juga hanya berbeda sedikit dengan responden yang menyatakan setuju yaitu sebanyak 35 persen.

Responden khusus justru menunjukkan jawaban kurang setuju dengan persentase mencapai 60,9 persen. Hal ini dimungkinkan karena tayangan ulang acara MasterChef Indonesia di tayangkan bukan di hari weekend melainkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 115

hari kerja yaitu hari Kamis dan Jumat. Sehingga tidak semua dapat mengikuti acara ulang tersebut jika mereka ketinggalan tayangan utama.

Tabel 4.23 Kehadiran Bintang Tamu Kehadiran bintang tamu yang Responden sesekali tampil dalam acara Responden Umum Khusus MasterChef menambah daya tarik program f % f % Sangat setuju 21 21% 6 26,1% Setuju 58 58% 16 69,6% Kurang setuju 19 19% 1 4,3% Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.23 dan P6/FC.25

Dari tabel 4.23 kita dapat melihat bahwa responden yang menyatakan setuju dengan kehadiran bintang tamu pada acara MasterChef Indonesia menambah daya tarik program yaitu sebanyak 58 persen responden umum, ditambah lagi yang menyatakan sangat setuju sebanyak 21 persen.

Responden khusus juga menunjukkan jawaban yang serupa yaitu jawaban setuju sebanyak 69,6 persen dan jawaban sangat setuju sebesar 26,1 persen. Dalam hal ini kita dapat melihat bahwa kehadiran bintang tamu sangat mempengaruhi dalam acara ini. Walau hanya tampil sesekali ternyata bintang tamu juga merupakan daya tarik yang kuat dalam program tersebut. Hasil wawancara pada setiap responden juga menyatakan hal yang serupa :

Responden I :

“ohh bintang tamu ya, tujuan mereka mengundang bintang tamu, ya kalau menurut aku sebenarnya salah satu cara mereka membuat acara ini semakin terkenal karena dengan adanya bintang tamu ini penonton akan secara langsung lebih tertarik dengan acara itu karena ihhh ada si anu loo ada artis loo”’

Responden II :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 116

“itu juga salah satu menambah daya tariknya menurut kiki, apalagi kalau diundang chef profesional lainnya atau chef dari luar negeri itu jadi semakin membuat penonton jadi penasaran kak, siapa ini? gimana caranya dia masak ya? pasti tekniknya keren, jadinya ya gitulah kak, penasaran gitu”.

Responden III :

“bagus kak, menambah daya tarik acara itu, jadinya ga monoton kalau disitu aja lokasinya kak bosan, trus ada bintang tamunya jadinya suasana beda, lebih seru gitu kak”.

Responden IV :

“menurut aku itu bagus ya kak, jadi bintang tamu itu kayak hal baru gitu di acara itu, apalagi kan kalo ada bintang tamu pasti ada challenge jadi lebih menegangkan untuk penonton kak, apalagi untuk peserta ya kan..jadi lebih asik acaranya”.

Responden V :

“bagus sihh kak, mungkin kalau misalnya kita apalagi bagi pesertanya itu kalau memasak untuk artis pasti ada rasa berbedanya, apalagi untuk artis terkenal pasti agak lebih hati-hati ya walaupun memang masak itu sudah profesional semuanya, tapikan lebih terkesan apalagi ketika artisnya sudah menilai bagus ya ada rasa senang lah kak, untuk penonton juga jadi lebih ada suasana baru kak, jadi ga hanya peserta atau juri terus saja yang dilihat”.

Tabel 4.24 Pergantian Lokasi Pergantian lokasi kompetisi yang Responden sesekali dilakukan diluar galeri Responden Umum Khusus MasterChef menambah daya tarik program f % f % Sangat setuju 26 26% 7 30,4% Setuju 62 62% 15 65,2% Kurang setuju 12 12% 1 4,3% Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.24 dan P6/FC.26

Pada tabel 4.24 dapat kita lihat bahwa hampir seluruh responden menyatakan menyukai pergantian lokasi kompetisi yang dilakukan oleh acara

MasterChef Indonesia. Dari 100 orang responden umum sebanyak 62 persen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 117

menyatakan setuju dan bahkan sebanyak 26 persen berpendapat sangat setuju.

Sementara untuk responden khusus sebanyak 65,2 persen menyatakan setuju dan

30,4 persen menyatakan sangat setuju. Dari hasil data ini menunjukkan bahwa pergantian lokasi memberikan pengaruh besar dalam menarik perhatian penonton untuk mengikuti acara reality show ini, karena suasana lokasi yang baru membuat penonton tidak mengalami kejenuhan dengan desain lokasi acara MasterChef

Indonesia.

Tabel 4.25 Kemampuan Memasak Chef Juri Kemampuan memasak para Responden chef juri MasterChef yang Responden Umum Khusus sesekali ditunjukkan dalam acara menjadi daya tarik f % f % program Sangat setuju 28 28% 12 52,2% Setuju 63 63% 10 43,5% Kurang setuju 8 8% 1 4,3 Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.25 dan P6/FC.27

Pada tabel 4.25 dapat kita perhatikan bahwa kemampuan memasak yang ditampilkan oleh para chef juri dalam acara MasterChef Indonesia juga menjadi faktor daya tarik dari acara ini. Sebanyak 63 persen responden umum menyatakan setuju dan 28 persen responden umum bahkan menyatakan sangat setuju.

Sementara lebih dari separuh jumlah responden khusus menyatakan sangat setuju sebesar 52,2 persen dan menyatakan setuju sebesar 43,5 persen. Hal ini menunjukkan penonton menyukai keahlian chef profesional yang menjadi juri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 118

dalam acara MasterChef Indonesia meskipun hal tersebut hanya sesekali ditampilkan.

Tabel 4.26 Kemampuan Plating Chef Juri Kemampuan plating (menata Responden Responden Umum makanan) para chef juri Khusus menjadi daya tarik program f % f % Sangat setuju 31 31% 7 56,5% Setuju 58 58% 10 43,5% Kurang setuju 11 11% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.26 dan P6/FC.28

Dari 100 orang responden umum diketahui bahwa sebagian besar menyukai adegan pada saat para chef juri memperlihatkan kemampuannya dalam menata makanan (plating). Hasil ini dapat di lihat pada tabel 4.26 dengan rincian

58 persen berpendapat setuju dan 31 persen berpendapat sangat setuju. Sementara itu responden khusus juga menunjukkan hal yang serupa dengan rincian 56,5 persen berpendapat sangat setuju dan 43,5 persen berpendapat setuju. Dari data ini kita dapat melihat bahwa bukan hanya jalannya kompetisi dan kemampuan memasak saja yang menjadi daya tarik program tetapi juga keahlian dalam menata makanan yang sesekali diperlihatkan oleh para chef juri dalam acara tersebut.

Tabel 4.27 Kemampuan Memasak Peserta Kemampuan memasak para Responden peserta MasterChef dalam Responden Umum Khusus acara menjadi daya tarik program f % f % Sangat setuju 19 19% 7 30,4% Setuju 72 72% 16 69,6% Kurang setuju 9 9% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 119

Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.27 dan P6/FC.29

Tabel 4.27 di atas memperlihatkan bahwa ternyata bukan hanya kemampuan para chef juri saja yang menjadi daya tarik program ini tetapi juga kemampuan para pesertanya. Sebanyak 72 persen responden umum menyatakan setuju dan 69,6 persen responden menyatakan setuju terhadap pernyataan penelitian. Tidak satu orang responden pun yang menyatakan tidak setuju bahwa kemampuan memasak peserta menjadi daya tarik program MasterChef Indonesia.

Tabel 4.28 Kemampuan Plating Peserta Kemampuan plating (menata Responden makanan) para peserta dalam Responden Umum Khusus acara MasterChef menjadi daya tarik program f % f % Sangat setuju 26 26% 7 30,4% Setuju 66 66% 15 65,2% Kurang setuju 6 6% 1 4,3% Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.28 dan P6/FC.30

Tabel 4.28 memperlihatkan bahwa bukan hanya kemampuan memasak tetapi teknik plating para peserta juga mendapat perhatian dari penonton.

Sebanyak 66 persen responden umum dan 65,2 persen responden khusus berpendapat setuju dengan pernyataan tersebut. Walaupun tidak memiliki latar belakang pendidikan ataupun pekerjaan chef tetapi para peserta menampilkan kemampuan yang baik sehingga menjadi salah satu adegan yang disukai oleh penonton dan mampu menarik minat penonton untuk selalu mengikuti acara tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 120

Tabel 4.29 Variasi Jenis Makanan Variasi jenis makanan dalam Responden setiap tantangan dalam acara Responden Umum Khusus MasterChef menjadi daya tarik program f % f % Sangat setuju 28 28% 9 39,1% Setuju 62 62% 14 60,9% Kurang setuju 9 9% 0 0 Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.29 dan P6/FC.31

Pernyataan mengenai variasi makanan dalam setiap tantangan dalam acara MasterChef Indonesia menjadi daya tarik program mendapat respon sebanyak 62 persen responden umum dan 60,9 persen responden khusus yang menyatakan setuju. Ditambah lagi 28 persen responden umum dan 39,1 persen responden khusus menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa variasi makanan yang ditampilkan dalam setiap tantangan yang diberikan kepada peserta

MasterChef Indonesia dalam reality show ini berhasil menarik perhatian penontonnya.

Tabel 4. 30 Profesi Chef sebagai Profesi Berkelas Acara MasterChef Responden Responden Umum menggambarkan profesi chef Khusus merupakan profesi yang f % f % berkelas Sangat setuju 34 34% 17 73,9% Setuju 49 49% 6 26,1% Kurang setuju 13 13% 0 0 Tidak setuju 4 4% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P6/FC.30 dan P6/FC.32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 121

Pernyataan mengenai acara MasterChef Indonesia menggambarkan profesi chef sebagai profesi yang berkelas pada tabel 4.30 mendapat respon yang bervariasi dari responden. Sebanyak 49 persen responden umum berpendapat setuju dan 34 persen responden umum menyatakan sangat setuju. Responden khusus bahkan menunjukkan persentase yamg sangat besar yaitu sebesar 73,9 persen yang menyatakan sangat setuju dan 26,1 persen menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Responden yang melakukan wawancara dengan peneliti juga berpendapat setuju dengan pernyataan tersebut :

Responden I :

“kalau untuk sekarang ya, kan memang untuk sekarang ini profesi chef lagi naik daun, lagi banyak chef yang baru, muda-muda terus cantik dan ganteng, itu mereka menunjukkannya dengan kesan yang wah mewah, pintar dan eksklusif”.

Responden II :

“acara MasterChef mampu menggambarkan bahwa chef merupakan profesi yang membutuhkan kreatifitas yang tinggi, sebelumnya selama ini aku mikirnya chef itu ya hanya masak doank, tapi setelah nonton acara MasterChef dengan bahan yang kadang ga ketebak tapi mereka bisa buat makanan yang menarik dan enak berarti kan chef itu membutuhkan kreatifitas yang tinggi”.

Responden V :

“kalau dilihat sihh ya setidaknya lebih baik dari tayangan lainnya ya kak, memang ada yang lain kayak Hells Kitchen tapi masih leboh bagus MasterChef menurutku kak, disini semua penggambarannya itu memang benar-benar berkompetisi, kecepatan waktu sama cara mengolah masakanya bagus kak..belum lagi penampilan chef jurinya jadi nambah kerenkan..dari dapur bisa jadi artis juga”.

Gambaran mengenai profesi chef terhadap masyarakat melalui konsep acara, penampilan chef juri dan para peserta, kemampuan memasak dan jalannya acara kompetisi yang ditampilkan pada acara MasterChef Indonesia berhasil diterima penonton dengan sangat baik, sehingga jika kita melihat hasil data di atas makan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 122

terlihat bahwa lebih banyak penonton menyetujui bahwa chef adalah profesi yang berkelas.

4.3.3.1.1.7 Data Jawaban Responden dengan Indikator Timing Tabel 4.31 Pemilihan Jam Tayang Utama Pemilihan jam tayang utama Responden Responden Umum MasterChef, pada hari Sabtu dan Khusus Minggu pukul 16.30-18.30 WIB f % f % Sangat setuju 11 11% 7 30,4% Setuju 78 78% 13 56,5% Kurang setuju 8 8% 3 13 Tidak setuju 3 3% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P7/FC.31 dan P6/FC.33

Pernyataan mengenai pemilihan jam tayang utama MasterChef Indonesia pada hari Sabtu dan Minggu pukul 16.30 -18.30 WIB pada tabel 4.31 mendapat respon 78 persen responden umum dan 56,5 persen responden khusus menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penonton setuju pemilihan waktu tayang pada hari tersebut yang merupakan akhir pekan dan waktu berkumpul keluarga, sehingga penonton mempunyai banyak waktu untuk menyaksikan acara reality show ini.

Tabel 4.32 Pemilihan Jam Tayang Ulang Pemilihan jam tayang ulang Responden MasterChef pada hari Kamis dan Responden Umum Khusus Jumat pukul 15.15 wib- 17.15 WIB sudah tepat f % f % Sangat setuju 8 8% 1 4,3% Setuju 52 52% 16 69,6% Kurang setuju 36 36% 6 25,1% Tidak setuju 4 4% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P7/FC.32 dan P7/FC.34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 123

Tabel 4.32 menunjukkan hasil diatas jawaban responden mengenai pemilihan jam tayangan ulang acara MasterChef Indonesia pada hari Kamis dan

Jumat pada pukul 15.15-17.15 WIB sebanyak 52 persen responden umum dan

69,6 persen responden khusus berpendapat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penonton menilai pemilihan jam tayang ulang yang disiarkan oleh

RCTI sudah tepat tetapi perlu diperhatikan lagi oleh pihak penyelenggara karena tidak sedikit juga yang merasa hal tersebut kurang tepat. Hasil wawancara mengenai jam tayang pada responden juga berpendapat setuju dengan pernyataan tersebut :

Responden I :

“kalau untuk penempatan waktu sudah pas, pas kali pun karena itu hari

libur ya pas hari weekend dan acara juga sore jadi itu pas kita lagi santai

dirumah, lagi duduk sama keluarga lagi menikmati waktulah karena

acaranya menarik, bisa jadi hiburan sendiri”.

Responden II :

“udah pas kali pun kak, karena kan sabtu minggu itu libur juga memang

punya waktu untuk nontonnya jadi yah jarang kelewatan kak”.

Tabel 4.33 Durasi Acara MasterChef Indonesia

Responden Durasi tayang acara MasterChef Responden Umum Khusus selama 2 jam (120 menit) sudah tepat f % f % Sangat setuju 10 10% 3 13% Setuju 59 59% 13 56,5% Kurang setuju 25 25% 7 30,4% Tidak setuju 6 6% 0 0 Total 100 100% 23 100%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 124

Sumber : P7/FC.33 dan P7/FC.35

Pernyataan durasi tayang acara MasterChef Indonesia selama 2 jam sudah tepat, dimana sebanyak 59 persen responden umum dan 56,5 persen responden khusus menyatakan setuju. Hasil yang cukup besar juga ditunjukkan pada jawaban kurang setuju dimana 25 persen responden umum dan 30,4 persen responden khusus menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan lamanya durasi yang dipilih oleh pihak penyelenggara sudah tepat, tetapi tidak sedikit juga yang beranggapan hal tersebut kurang tepat.

4.3.3.1.1.8 Data Jawaban Responden dengan Indikator Trend

Tabel 4.34 Konsep Acara MasterChef Indonesia Konsep acara yang digunakan Responden dalam acara MasterChef selalu Responden Umum Khusus diperbaharui dengan trend yang sedang marak dimasyarakat f % f % Sangat setuju 16 16% 5 21,7% Setuju 58 58% 17 73,9% Kurang setuju 24 24% 1 4,3% Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100 23 100% Sumber : P8/FC.34 dan P8/FC.36

Tabel 4.34 di atas memperlihatkan bahwa konsep acara yang digunakan dalam acara MasterChef Indonesia selalu diperbaharui dengan trend yang sedang marak di masyarakat, mendapat jawaban setuju dari 58 persen responden umum dan 73,9 persen responden khusus. Variasi jawaban lain menunjukkan bahwa 24 responden umum kurang setuju dengan pernyataan tersebut namun 21,7 persen responden khusus justru menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa acara MasterChef Indonesia berhasil menyajikan konsep keseluruhan acara mulai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 125

dari tema, visualisasi, peralatan memasak dan proses jalannya perlombaan dengan hal-hal yang sedang modern dan marak di masyarakat.

Tabel 4.35 Teknik Memasak yang Ditampilkan Teknik memasak yang Responden ditampilkan chef juri dan peserta Responden Umum Khusus dalam acara MasterChef mengikuti teknik memasak f % f % modren (terbaru) Sangat setuju 12 12% 5 21,7% Setuju 75 75% 15 65,2% Kurang setuju 10 10% 3 13 Tidak setuju 3 3% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P8/FC.35 dan P8/FC.37

Pernyataan mengenai teknik memasak yang ditampilkan chef juri dan peserta dalam acara MasterChef Indonesia mengikuti teknik memasak yang modern pada tabel 4.35, menunjukkan hasil sebanyak 75 persen responden umum dan 65,2 persen responden khusus menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa acara MasterChef Indonesia telah berhasil memberikan pengetahuan tentang teknik memasak modern kepada para penonton melalui para chef juri dan pesertanya.

Tabel 4.36 Peralatan Memasak yang Digunakan Peralatan memasak yang Responden Responden Umum digunakan dalam acara Khusus MasterChef sangat modern f % f % (terbaru) Sangat setuju 29 29% 8 34,8% Setuju 62 62% 15 65,2% Kurang setuju 8 8% 0 0 Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P8/FC.36 dan P8/FC.38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 126

Pernyataan mengenai peralatan memasak yang digunakan dalam acara

MasterChef Indonesia sangat modern (terbaru) pada tabel 4.36 di atas, memperlihatkan sebanyak 62 persen responden umum dan 65,2 persen responden khusus menyatakan setuju. Sebanyak 29 persen responden umum dan 34,8 persen responden khusus bahkan menyatakan sangat setuju, tidak ada satu pun responden khusus yang menyatakan kurang setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa acara MasterChef Indonesia telah berhasil memperlihatkan peralatan-peralatan memasak yang terbaru di tengah masyarakat sehingga para penonton mendapat pengetahuan serta wawasan baru mengenai peralatan tersebut.

Dari 32 butir pernyataan mengenai tayangan MasterChef Indonesia di

RCTI pada responden umum hanya 3 butir yang bernilai negatif (-) dan selebihnya bernilai positif (+). Ketiga pernyataan itu adalah pernyataan mengenai responden mengikuti setiap tayangan utama MasterChef Indonesia, responden menonton acara MasterChef Indonesia lebih dari 45 menit pada setiap episode, dan responden hanya fokus menonton tanpa melakukan kegiatan yang lain. Ketiga butir pernyataan tersebut hampir seluruhnya responden menyatakan jarang melakukannya.

4.3.3.1.1.9 Data Jawaban Responden dengan Indikator Kesan

Tabel 4.37 Kesan Terhadap Penampilan fisik Seorang Chef Responden Penampilan fisik yang ditampilkan Responden Umum Khusus oleh seorang chef sangatlah menarik f % f % Sangat setuju 25 25% 13 56,5% Setuju 59 59% 10 43,5% Kurang setuju 14 14% 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 127

Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.37 dan P9/FC.39

Tabel 4.37 memperlihatkan hasil jawaban responden terkait penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef sangatlah menarik, dimana sebanyak 59 persen responden umum dan 43,5 persen responden khusus setuju dengan pernyataan tersebut. Lebih dari separuh responden khusus bahkan menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut yaitu sebesar 56,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa seorang chef berhasil memberi kesan yang baik kepada masyarakat sehingga dinilai menarik oleh sebagian besar responden.

Tabel 4.38 Kesan Terhadap Kemampuan Mengolah Makanan Profesi Chef Seorang chef memiliki Responden Responden Umum kemampuan mengolah Khusus makanan yang baik f % f % Sangat setuju 29 29% 15 65,2% Setuju 67 67% 8 34,8% Kurang setuju 4 4% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.38 dan P9/FC.40

Pernyataan bahwa seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan yang baik mendapat persetujuan dari 67 persen responden umum dan

34,8 persen responden khusus. Sebanyak 29 persen responden umum dan 65,2 persen responden khusus bahkan menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa profesi chef mampu memberikan kesan yang baik mengenai cara mengolah makanan yang merupakan tugas utama dalam profesi mereka, sehingga dapat menimbulkan persepsi yang baik pula pada masyarakat sebagai responden dalam penelitian ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 128

Tabel 4.39 Kesan Terhadap Kemampuan Menggunakan Resep Baru Seorang chef memiliki Responden kemampuan mengolah makanan Responden Umum Khusus dengan menggunakan resep- f % f % resep yang baru Sangat setuju 29 29% 12 52,2% Setuju 67 67% 11 47,8% Kurang setuju 4 4% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.39 dan P9/FC.41

Pernyataan mengenai seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan dengan menggunakan resep-resep yang baru pada tabel 4.39 di atas mendapat respon setuju dari 67 persen responden umum dan 47,8 persen responden khusus. Responden khusus yang menjawab sangat setuju bahkan mencapai 52,2 persen. Tidak ada responden khusus yang menjawab kurang setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa profesi chef telah mampu memberikan kesan yang baik dalam pengolahan makanan dengan menggunakan resep baru, sehingga sebagian besar masyarakat mempersepsikan hal tersebut dan menyetujui pernyataan tersebut.

Tabel 4.40 Kesan Terhadap Kemampuan Plating Seorang Chef Seorang chef memiliki Responden Responden Umum kemampuan plating (menata Khusus makanan) yang sangat baik f % f % Sangat setuju 33 33% 14 60,9% Setuju 60 60% 9 39,1% Kurang setuju 7 7% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.40 dan P9/FC.42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 129

Tabel 4.40 menunjukkan 60 persen responden umum menyatakan setuju dan 60,9 persen responden khusus menyatakan sangat setuju dengan pernyataan bahwa seorang chef memberikan kesan memiliki kemampuan plating (menata makanan) yang sangat baik. Tidak ada responden khusus yang menjawab kurang setuju atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kesan yang baik telah diberikan oleh seorang chef mengenai teknik plating sehingga sebagian besar responden berpendapat bahwa profesi chef tentu memiliki kemampuan plating yang sangat baik.

Tabel 4.41 Kesan Terhadap Tempat Bekerja Chef Dapur yang menjadi tempat Responden Responden Umum bekerja seorang chef harus Khusus memiliki settingan yang f % f % menarik Sangat setuju 22 22% 11 47,8% Setuju 54 54% 10 43,5% Kurang setuju 23 23% 2 8,7% Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.41 dan P9/FC.43

Pernyataan pada tabel 4.41 mengenai dapur yang menjadi tempat bekerja seorang chef harus memiliki setting yang menarik mendapat respon setuju dari 54 persen responden umum. Sebanyak 43,5 persen responden khusus menjawab setuju dan 47,8 persen menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa penonton juga menaruh perhatian terhadap setting dapur tempat seorang chef bekerja dan dapur dengan setting yang menarik memberi kesan positif terhadap profesi chef.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 130

Tabel 4.42 Kesan Terhadap Peralatan Memasak Peralatan memasak/dapur yang Responden Responden Umum dipakai oleh seorang chef sangat Khusus bagus dan professional f % f % Sangat setuju 28 28% 8 34,8% Setuju 61 61% 12 52,2% Kurang setuju 9 9% 3 13% Tidak setuju 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.42 dan P9/FC.44

Pernyataan mengenai peralatan memasak atau peralatan dapur yang dipakai oleh seorang chef sangat bagus dan profesional yang tampak pada tabel

4.42 mendapatkan respon sebanyak 61 persen responden umum menyatakan setuju bahkan dan 28 persen menyatakan sangat setuju. Responden khusus juga memberikan jawaban yang serupa yaitu sebanyak 52,2 persen menjawab setuju dan 34,8 persen menjawab sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini memberikan persepsi bahwa seorang dengan profesi chef haruslah bekerja dengan peralatan memasak yang baik dan profesional.

Tabel 4.43 Kesan Terhadap Kreatifitas Seorang Chef Profesi chef adalah profesi yang Responden Responden Umum mempunyai kreatifitas yang Khusus tinggi f % f % Sangat setuju 40 40% 16 69,6% Setuju 53 53% 7 30,4% Kurang setuju 7 7% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.43 dan P9/FC.56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 131

Data pada tabel 4.34 tentang pernyataan bahwa profesi chef adalah profesi yang mempunyai kreativitas yang tinggi mendapat respon sebanyak 53 persen responden umum menyatakan setuju dan 40 persen menyatakan sangat setuju. Responden khusus sebanyak 69,6 persen bahkan menyatakan sangat setuju dan 30,4 persen menyatakan setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapat kesan bahwa seorang dengan profesi chef haruslah memiki kreativitas yang tinggi.

Tabel 4.44 Kesan terhadap Kedisiplinan Profesi Chef Chef harus memiliki Responden Responden Umum kedisiplinan yang tinggi dalam Khusus memanajemen waktu memasak f % f % Sangat setuju 47 47% 14 60,9% Setuju 48 48% 9 39.1% Kurang setuju 5 5% 0 0 Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.44 dan P9/FC.46

Pernyataan seorang chef harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam mengatur waktu memasak pada tabel 4.44 mendapat respon yang cukup berimbang dari responden umum yaitu sebanyak 48 persen menyatakan setuju dan

47 persen menyatakan sangat setuju. Responden khusus bahkan menjawab sangat setuju sebesar 60,9 persen dan menjawab setuju sebesar 39,1 persen. Tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengetahui bahwa pengaturan waktu yang disipilin menjadi salah satu standart dalam menjalankan profesi chef. Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara terhadap responden IV :

“harus tegas, penampilannya juga jadi salah satu penilaian juga kak, kemudian dari sikap juga kak, harus kelihatannya tegas tapi tetap harus ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 132

humornya juga kak, chef juga harus disiplin kak, harus pintar memanajemen waktu, cobalah kakak liat yang di MasterChef itu kan harus tepat waktunya kak”.

Tabel 4.45 Kesan Terhadap Pengalaman Profesi Chef Profesi chef harus memiliki Responden pengalaman yang baik dan Responden Umum Khusus banyak di dunia kuliner baik di dalam maupun luar negeri f % f % Sangat setuju 39 39% 8 34,8% Setuju 55 55% 12 52,2% Kurang setuju 6 6% 3 13% Tidak setuju 0 0 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.45 dan P9/FC.48

Tabel 4.45 menunjukkan hasil sebanyak 55 persen responden umum menyatakan setuju dan 34,8 persen menyatakan sangat setuju bahwa profesi chef harus memiliki pengalaman yang baik dan banyak di dunia kuliner baik di dalam maupun luar negeri. Responden khusus juga memberikan respon yang hampir sama yaitu 52,2 persen menyatakan setuju dan 34,8 persen menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden mengharapkan bahwa seorang dengan profesi chef haruslah kaya akan pengalaman di dunia kuliner.

Tabel 4.46 Kesan Terhadap Profesi Chef Responden Profesi chef adalah profesi Responden Umum Khusus yang berkelas f % f % Sangat setuju 31 31% 15 65,2% Setuju 46 46% 8 34,8% Kurang setuju 22 22% 0 0 Tidak setuju 1 1% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P9/FC.46 dan P9/FC.56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 133

Tabel 4.46 menunjukkan hasil bahwa responden setuju jika profesi chef adalah profesi yang berkelas dengan persentase 46 persen responden umum menyatakan setuju dan 31 persen menyatakan sangat setuju. Responden khusus bahkan menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut sebesar 65,2 persen dan sebanyak 34,8 persen responden khusus lainnya menyatakan setuju. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh hal yang ditampilkan oleh profesi chef seperti kemampuan memasak, kemampuan plating, kreativitas, pengalaman hingga penampilan fisik seorang chef telah berhasil memberikan kesan berkelas di mata masyarakat sebagai responden dari penelitian ini.

4.3.3.1.1.10 Data Jawaban Responden dengan Indikator Pengalaman

Tabel 4.47 Pengalaman Mengenai Aktivitas Memasak Responden Melakukan aktivitas masak Responden Umum Khusus memasak f % f % Sangat sering 25 25% 13 56,5% Sering 31 31% 10 43,5% Jarang 42 42% 0 0 Tidak pernah 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.47 dan P10/FC.57

Tabel 4.47 menunjukkan hasil mengenai pengalaman responden melakukan aktivitas masak memasak dimana terdapat respon cukup beragam.

Sebanyak 42 persen responden umum menyatakan jarang, 31 persen menyatakan sering, dan sebanyak 25 persen responden menyatakan sangat sering. Responden khusus justru menyatakan sangat sering sebesar 56,5 persen dan sering sebanyak

43,5 persen. Hal ini wajar mengingat responden khusus merupakan mahasiswa yang secara khusus mengambil bidang tata boga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 134

Tabel 4.48 Pengalaman Mencoba Resep Baru Responden Mencoba resep-resep baru Responden Umum Khusus ketika memasak f % f % Sangat sering 18 18% 11 47,8% Sering 36 36% 12 52,2% Jarang 37 37% 0 0 Tidak pernah 9 9% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.48 dan P10/FC.58

Data pada tabel 4.48 menunjukkan hasil yang cukup berimbang antara responden umum yang jarang mencoba resep baru ketika memasak dan yang sering mencoba resep baru ketika memasak dengan persentase 37 persen dan 36 persen. Hasil yang berbeda dinyatakan oleh responden khusus dimana 52,2 persen menyatakan sering dan 47,8 persen menyatakan sangat sering. Pernyataan mengenai mencoba resep baru saat memasak tidak terlalu berbeda dengan pengalaman responden tentang intensitas melakukan aktivitas memasak, dimana responden yang menjawab sering dengan jarang jumlahnya tidak terlalu berbeda.

Tabel 4.49 Pengalaman Dalam Mengikuti Workshop Responden Mengikuti workshop/seminar Responden Umum Khusus mengenai dunia kuliner f % f % Sangat sering 8 8% 9 39,1 Sering 21 21% 7 30,4 Jarang 29 29% 7 30,4 Tidak pernah 42 42% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.49 dan P10/FC.59

Pernyataan mengenai pengalaman responden dalam mengikuti workshop atau seminar mengenai dunia kuliner ternyata mendapat respon yaitu sebanyak 42 persen responden umum menyatakan tidak pernah, 29 persen menyatakan jarang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 135

dan 21 persen menyatakan sering. Responden khusus menunjukkan hasil yang berbeda yaitu sebanyak 39,1 persen menyatakan sangat sering, 30,4 persen menyatakan sering dan 30,4 persen menaytakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden umum yang adalah masyarakat umum tidak begitu tertarik untuk mengikuti kursus atau workshop mengenai dunia kuliner untuk meningkatkan kemampuan serta menambah wawasan mereka dalam memasak, berbeda dengan responden khusus.

Tabel 4.50 Pengalaman Menggunakan Media Sosial Responden Menggunakan media sosial Responden Umum Khusus untuk menonton acara kuliner f % f % Sangat sering 9 9% 10 43,5% Sering 42 42% 13 56,5% Jarang 30 30% 0 0 Tidak pernah 19 19% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.50 dan P10/FC.60

Berbeda dengan pernyataan mengenai pengalaman responden mengikuti workshop dalam bidang kuliner, ternyata pengalaman responden menggunakan media sosial untuk menonton acara kuliner mendapat respon 42 persen responden umum menjawab sering dan 30 persen menjawab jarang. Berbeda dengan responden khusus dimana 56,5 persen menyatakan sering dan 43,5 persen menyatakan sangat sering mengakses media sosial untuk menyaksikan acara kuliner. Hal ini menunjukkan bahwa responden lebih memilih atau tertarik untuk menggunakan media sosial yang selalu dapat mereka akses dengan mudah melalui perangkat elektronik pribadi. Hasil wawancara dengan responden juga menunjukkan bahwa responden menggunakan media sosial untuk menonton acara kuliner :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 136

Responden II :

“kalau itu sangat suka kak, ada beberapa akun mengenai makanan di

Instagram yang aku follow lah kak, sering juga ikutin petunjuk tentang

masak dari situ kak, tapi ya tergantung ada atau tidak bahannya di kulkas

juga sihh”.

Responden IV :

“ada kak, kan sekarang banyak tuh akun-akun di Instagram, di Facebook

juga banyak video memasak gitu..jadi untuk menambah koleksi aku suka

nonton disitu kak”.

Tabel 4.51 Pengalaman Mengikuti Perlombaan Kuliner Responden Responden Umum Mengikuti perlombaan kuliner Khusus f % f % Sangat sering 9 9% 3 13% Sering 16 16% 7 30,4% Jarang 21 21% 12 52,2% Tidak pernah 54 54% 1 4,3% Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.51 dan P10/FC.61

Data tabel 4.51 mengenai pengalaman responden dalam mengikuti perlombaan kuliner mendapat respon lebih dari separuh responden umum menyatakan tidak pernah mengikuti perlombaan kuliner yaitu sebesar 54 persen.

Ternyata responden khusus yang cukup aktif berkecimpung dalam bidang kuliner juga menyatakan jarang mengikuti perlombaan kuliner dengan persentase sebesar

52,2 persen. Dalam hal ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa responden tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 137

tertarik mengikuti perlombaan atau kompetisi memasak untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam mengolah beragam masakan.

Tabel 4.52 Pengalaman Mengikuti Petunjuk Cara Memasak Mengikuti petunjuk dan cara Responden Responden Umum memasak yang ada di televisi Khusus dan media social f % f % Sangat sering 12 12% 4 17,4% Sering 40 40% 17 73,9% Jarang 31 31% 2 8,7% Tidak pernah 17 17% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.52 dan P10/FC.62

Pernyataan mengenai pengalaman responden dalam mengikuti petunjuk dan cara memasak yang ada di televisi dan media sosial direspon dengan 40 persen responden umum menyatakan sering dan 31 persen menyatakan jarang.

Angka yang cukup tinggi ditunjukkan oleh responden khusus yang menyatakan sering mengikuti petunjuk cara memasak yaitu sebesar 73,9 persen. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa responden lebih cenderung mendapatkan informasi mengenai dunia kuliner melalui media-media informasi yang lebih dekat dengan mereka seperti televisi dan media sosial.

Tabel 4.53 Pengalaman Memasak dan Memposting Responden Memasak dan memposting ke Responden Umum Khusus media social f % f % Sangat sering 13 13% 4 17,4% Sering 31 31% 11 47,8% Jarang 28 28% 6 26,1% Tidak pernah 28 28% 2 8,7% Total 100 100% 23 100% Sumber : P10/FC.53 dan P10/FC.63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 138

Tabel 4.53 terkait pengalaman responden memasak dan mempostingnya ke media sosial menunjukkan respon dari responden umum yaitu 31 persen menyatakan sering, 28 persen menyatakan jarang dan tidak pernah. Responden khusus menunjukkan hasil yang berbeda dimana 47,8 persen menyatakan sering,

26,1 persen menyatakan jarang dan 17,4 persen menyatakan sangat sering. Hal ini menunjukkan bahwa variasi respon dari para responden ternyata cukup berimbang pada keempat pilihan jawaban. Hasil dari wawancara menunjukkan hal yang berbeda, sebagian besar responden menyatakan jarang memposting hasil masakannya ke media sosial.

Responden I :

“karena saya bukan seorang yang aktif di media sosial, saya termasuk orang yang tidak suka foodporn, karena makanan itu menurut saya untuk dimakan bukan untuk di pajang ya walaupun prinsipnya makanan yang cantik dan indah itu juga baik tapi saya bukan tipe yang seperti itu jadi sebenarnya kembali ke diri pribadi sihh sebenarnya”.

Responden II :

“jarang kak, karena lebih sering ga menarik juga sihh yang aku masak, jadi malulah kak untuk di upload gitu, tapi kalo pas masakannya bagus ya langsung upload lah kak..hahahah”.

Responden III :

“ga pernah kak, karena masakanku selalu ga bagus hasilnya, kalau bagus pun ga juga aku mau posting, ga suka soalnya..hahahhah”.

Responden IV :

“ga terlalu suka kak pamer-pamer gitu. kurang eksposlah kak, kalau ada lagi pengen aja itupun masih jarang kak”.

Responden V :

“ya jarang kak, ga terlalu suka kayak gitu kak, ga pernah siap makan gitu terus dipoto. alay kali kek gitu kak, ga suka kayak gitu, aku lebih suka kasih ke orang lain aja kak, biar dicicipi rasanya”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 139

4.3.3.1.1.11 Data Jawaban Responden dengan Indikator Kepribadian

Tabel 4.54 Melakukan Aktivitas Menonton Responden Melakukan aktivitas menonton Responden Umum Khusus acara kuliner f % f % Sangat sering 12 12% 7 30,4% Sering 48 48% 12 52,2% Jarang 38 38% 4 17,4% Tidak pernah 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P11/FC.54 dan P11/FC.64

Tabel 4.54 menunjukkan hasil mengenai intensitas responden dalam melakukan aktivitas menonton acara kuliner dimana 48 persen responden umum menyatakan sering dan 38 persen responden menyatakan jarang. Responden khusus justru menunjukkan hasil yang berbeda dimana 52,2 persen responden menyatakan sering dan 30,4 persen menyatakan sangat sering.

Tabel 4.55 Meniru dan Mengadopsi Teknik Memasak Meniru dan mengadopsi teknik Responden memasak yang ada di televisi Responden Umum Khusus dan media sosial (Instagram, Youtube, Facebook) f % f % Sangat sering 10 10% 4 17,4% Sering 33 33% 15 65,2% Jarang 51 51% 4 17,4% Tidak pernah 6 6% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P11/FC.55 dan P11/FC.65

Pernyataan bahwa responden meniru dan mengadopsi teknik memasak yang ada di televisi dan media sosial (Instagram, Youtube, Facebook) pada tabel 4.55 mendapat respon 51 persen responden umum menyatakan jarang.

Responden khusus menunjukkan hasil yang berbeda yaitu 65,2 persen responden

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 140

menyatakan sering. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun aktivitas menonton responden umum tayangan kuliner melalui media televisi dan media sosial cukup tinggi namun tidak diikuti dengan keinginan untuk meniru dan mengadopsi teknik memasak yang telah mereka lihat.

Tabel 4.56 Menyukai Dunia Kuliner Responden Menyukai hal-hal baru Responden Umum Khusus mengenai dunia kuliner f % f % Sangat sering 16 16% 8 34,8% Sering 46 46% 15 65,2% Jarang 34 34% 0 0 Tidak pernah 4 4% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P11/FC.56 dan P11/FC.66

Pernyataan mengenai responden yang menyukai hal-hal baru dalam dunia kuliner yang ditunjukkan pada tabel 4.56 memperlihatkan 46 persen responden umum menyatakan sering dan 34 persen menyatakan jarang. Hasil berbeda ditunjukkan oleh responden khusus dimana 65,2 persen menyatakan sering dan 34,8 persen menyatakan sangat sering. Tidak ada responden khusus yang menjawab jarang dan tidak pernah terkait pernyataan tersebut.

Tabel 4.57 Memasak Dengan Resep Baru Mencoba memasak dengan Responden Responden Umum menggunakan resep-resep Khusus kreasi baru f % f % Sangat sering 13 13% 5 21,7% Sering 38 38% 16 69,6% Jarang 41 41% 2 8,7% Tidak pernah 8 8% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P11/FC.57 dan P11/FC.67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 141

Data pada tabel 4.57 di atas memperlihatkan bahwa sebanyak 41 persen responden umum jarang menggunakan dan mencoba resep-resep kreasi baru ketika memasak namun 38 persen responden umum lainnya menyatakan sering mencoba berkreasi dengan resep baru. Berbeda dengan responden khusus dimana 69,6 persen responden menyatakan sering dan 21,7 persen responden menyatakan sangat sering. Hal ini cukup wajar mengingat responden khusus sering melakukan praktek memasak untuk memperdalam ilmu sesuai studi yang sedang mereka jalani.

Tabel 4.58 Mengajak Kerabat Mencoba Resep Baru Mengajak kerabat atau teman Responden Responden Umum untuk mencoba resep baru Khusus dalam mengolah resep f % f % masakan Sangat sering 12 12% 5 21,7% Sering 35 35% 10 43,5% Jarang 36 36% 8 34,8% Tidak pernah 17 17% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P11/FC.58 dan P11/FC.68

Tabel 4.58 yang menampilkan pernyataan bahwa responden mengajak kerabat atau teman untuk mencoba resep baru dalam mengolah resep masakan menunjukkan hasil yang cukup berimbang antara responden yang menyatakan jarang dan menyatakan sering dengan persentase 36 persen dan 35 persen. Hasil serupa diberikan oleh responden khusus dimana 43,5 persen responden menyatakan sering dan 34,8 persen responden menyatakan jarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 142

4.3.3.1.1.12 Data Jawaban Responden dengan Indikator Motivasi

Tabel 4.59 Motivasi Ketika Menonton Ketika menonton acara kuliner Responden Responden Umum anda termotivasi untuk belajar Khusus mengenai ilmu tata boga f % f % Sangat setuju 21 21% 11 47,8% Setuju 45 45% 11 47,8% Kurang setuju 23 23% 1 4,3% Tidak setuju 11 11% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P12/FC.59 dan P12/FC.69 Tabel 4.59 menunjukkan bahwa 45 persen responden umum setuju ketika menonton acara kuliner mereka termotivasi untuk belajar mengenai ilmu tata boga. Responden khusus justru menunjukkan hasil yang berimbang antara setuju dan sangat setuju, dimana masing-masing memiliki persentase 47,8 persen. Hasil wawancara dengan responden juga menunjukkan bahwa responden setuju dengan pernyataan tersebut diatas.

Responden II :

“pastinya adalah kak, karena ngeliat kemampuan mereka juga, kita mikirnya chef itu pekerjaan yang sederhana, cuman masak aja ternyata setelah nonton acara MasterChef aku jadi tahu itu ternyata pekerjaan yang menyenangkan kita bisa berkreasi di situ, imajinasi bisa kita ungkapkan di masakan kita, jadi termotivasi sih kak”.

Responden IV :

“aku ga taulah ya kak gimana sama yang lain, tapi kalau untuk aku acara ini memang menimbulkan rasa penasaran dengan profesi chef itu, jadi tahu tentang profesi ini kak dan itu jugalah yang buat aku jadi daftar ke kampus ini kak, terus waktu sudah masuk dan terjun langsung setiap kegiatan misalnya pas praktek di hotel atau di kitchen kampus aku pasti ingat sama acara ini kak, ihh sama persis kayak yang di MasterChef gitulah pikiranku kak, jadi memang menurutku acara ini memang banyak menimbulkan rasa suka terhadap kuliner dan profesi chef itu sendiri”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 143

Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner mampu memberikan pengetahuan dan wawasan penontonnya mengenai dunia kuliner atau dunia tata boga sehingga menimbulkan ketertarikan dan motivasi penonton untuk mempelajarinya.

Tabel 4.60 Motivasi Mencoba Menu Baru Acara kuliner mendorong anda Responden untuk mencoba menu yang Responden Umum Khusus ditampilkan dalam acara tersebut f % f % Sangat setuju 21 21% 11 47,8% Setuju 51 51% 12 52,5% Kurang setuju 19 19% 0 0 Tidak setuju 9 9% 0 0 Total 100 100% 23 100% sumber : P12/FC.60 dan P12/FC.70

Dari tabel 4.60 dapat kita ketahui acara kuliner selain dapat menimbulkan motivasi untuk mempelajari dunia tata boga ternyata juga mampu mendorong penontonnya untuk mencoba menu yang ditampilkan dalam acara tersebut. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden umum yang berpendapat setuju akan pernyataan tersebut yaitu sebanyak 51 persen responden. Responden khusus juga menyetujui pernyataan tersebut dengan persentase 52,2 persen responden menyatakan setuju dan 47,8 persen menyatakan sangat setuju. Salah satu responden yang diwawancara dalam penelitian ini juga menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut.

Responden I :

“ohh iya iya, kalau untuk saya pribadi sih ga ada ya, saya lebih suka meniru resep-resep makanan yang ditampilkan dalam acara itu saja sihh, seperti yang saya katakan tadi kalau saya rasa resepnya mudah ya dicoba tgapi kalau kebanyakan masakan chef yang level profesional itu kan agak sulit ya, dengan bahan yang ditakar dengan akh ribetlah pokoknya jadi kalau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 144

misalnya resep yang gampang, resep yang bisa dibuat di kost akan saya buat ya saya mau, tapi kalau sulit merepotkan ya ga sihh kak”.

Tabel 4.61 Menonton Ketika Ingin Mencoba Menu Baru Ketika ingin mencoba menu Responden baru sewaktu memasak, anda Responden Umum Khusus menonton acara kuliner di televisi dan media social f % f % Sangat setuju 13 13% 7 30,4% Setuju 51 51% 12 52,2% Kurang setuju 24 24% 4 17,4% Tidak setuju 12 12% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P12/FC.61 dan P12/FC.71 Pernyataan mengenai responden yang akan menonton acara kuliner di televisi dan media sosial ketika ingin mencoba menu baru sewaktu memasak pada tabel 4.61, ternyata mendapat respon yang cukup besar dari responden umum yaitu sebesar 51 persen. Responden khusus juga menyetujui pernyataan tersebut dengan hasil sebesar 52,2 persen menyatakan setuju dan sebesar 30,4 persen menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner cukup mampu mempengaruhi penontonnya.

Tabel 4.62 Mengetahui jenis Makanan Baru Melalui Acara Kuliner Untuk mengetahui jenis Responden makanan baru, anda Responden Umum Khusus melihatnya melalui acara kuliner di televisi dan media f % f % social Sangat setuju 16 16% 4 17,4% Setuju 53 53% 14 60,9% Kurang setuju 22 22% 4 17,4% Tidak setuju 9 9% 1 4,3% Total 100 100% 23 100% Sumber : P12/FC.62 dan P12/FC.72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 145

Tabel 4.62 dengan pernyataan mengenai motivasi responden yang melihat acara kuliner di televisi dan media sosial jika ingin mengetahui jenis makanan baru, memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju sebanyak 53 persen responden umum dan 60,9 persen responden khusus.

Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner yang tayang di televisi atau di media sosial telah mampu memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai dunia kuliner khususnya jenis-jenis makanan sehingga ketika responden ingin mencari tahu mengenai hal tersebut maka mereka akan lebih memilih untuk menonton acara kuliner tersebut.

Tabel 4.63 Mengetahui Seragam Chef dari Acara Kuliner Anda mengetahui mengenai Responden Responden Umum jenis-jenis seragam bekerja Khusus para chef melalui acara kuliner f % f % di televisi dan media social Sangat setuju 11 11% 3 13% Setuju 45 45% 13 56,5% Kurang setuju 35 35% 7 30,4% Tidak setuju 9 9% 0 0 Total 100 100% 23 100% sumber : P12/FC.63dan P12/FC.74

Tabel 4.63 mengenai pernyataan bahwa untuk mengetahui jenis-jenis seragam bekerja para chef maka responden dapat mengetahuinya melalui acara kuliner yang tayang di televisi dan media sosial mendapat respon setuju dari sebanyak 45 persen responden umum dan 56,5 persen responden khusus.

Responden khusus yang menyatakan kurang setuju juga ternyata cukup banyak dengan persentase 30,4 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 146

Dari 27 butir pernyataan mengenai persepsi masyarakat terhadap profesi chef yang ditanyakan kepada responden umum maka diperoleh hasil 19 butir pernyataan bernilai positif dan 8 butir pernyataan bernilai negatif. Acara kuliner di televisi maupun media sosial mampu memberikan pengetahuan yang baik kepada masyarakat mengenai profesi chef. Banyaknya acara kuliner yang saat ini tayang di televisi juga sangat membantu terbentuknya persepsi positif ini, karena dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak lagi mengenai profesi ini.

4.3.3.1.1.13 Data Jawaban Responden dengan Indikator Perhatian

Tabel 4.64 Kegiatan Ketika Menonton Setiap menonton acara kuliner Responden Responden Umum tidak pernah melakukan Khusus kegiatan yang lain f % f % Sangat sering 3 3% 2 8,7% Sering 28 28% 7 30,4% Jarang 56 56% 12 52,2% Tidak pernah 13 13% 2 8,7% Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.64 dan P13/FC.75 Tabel 4.64 memuat pernyataan bahwa setiap menonton acara kuliner responden tidak pernah melakukan kegiatan yang lain mendapat respon dari responden umum yaitu sebanyak 56 persen dan 52,2 persen responden khusus menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata perhatian penonton tidak terfokus hanya pada acara kuliner tersebut tetapi juga kepada kegiatan lain yang sedang dikerjakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 147

Tabel 4.65 Mencatat Tips yang Ditampilkan Setiap menonton acara kuliner, Responden anda selalu mencatat tips-tips Responden Umum Khusus memasak yang diberikan pada acara tersebut f % f % Sangat sering 9 9% 3 13% Sering 19 19% 13 56,5% Jarang 42 42% 7 30,4% Tidak pernah 30 30% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.65 dan P13/FC.76

Pernyataan setiap kali menonton acara kuliner responden selalu mencatat tips-tips memasak yang diberikan pada acara tersebut ditanggapi oleh responden umum dengan 42 persen menyatakan jarang melakukannya bahkan sebanyak 30 persen responden umum menyatakan tidak pernah. Berbeda dengan responden khusus dimana 56,5 persen menyatakan sering mencatat tips-tips memasak yang diberikan saat acara kuliner berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa responden khusus membutuhkan tips-tips memasak dari tayangan kuliner yang mereka saksikan untuk digunakan pada saat memasak.

Tabel 4.66 Mencatat Resep Baru Setiap menonton acara kuliner, Responden Responden Umum saya selalu mencatat resep baru Khusus makanan yang ditampilkan f % f % pada acara tersebut Sangat sering 7 7% 3 13% Sering 24 24% 12 52,2% Jarang 44 44% 8 34,8% Tidak pernah 30 30% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.66 dan P13/FC.77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 148

Tabel 4.66 memuat pernyataan bahwa responden selalu mencatat resep baru makanan yang ditampilkan setiap menonton acara kuliner. Sebanyak 44 persen responden umum menyatakan jarang dan 30 persen menyatakan tidak pernah.

Responden khusus memberikan jawaban yang lebih bervariasi dimana 52,2 persen menyatakan sering dan 34,8 persen menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden umum lebih tertarik untuk menonton tayangan kuliner tanpa perlu mencatat resep-resep makanan yang ditampilkan.

Tabel 4.67 Menyempatkan Diri Menonton Saya selalu menyempatkan diri Responden Responden Umum untuk menonton acara kuliner Khusus di sela-sela kesibukan f % f % Sangat sering 10 10% 1 4,3% Sering 27 27% 17 73,9% Jarang 45 45% 5 21,7% Tidak pernah 18 18% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.67 dan P13/FC.

Data pada tabel 4.67 mengenai responden yang selalu menyempatkan diri untuk menonton acara kuliner di sela-sela kesibukan menunjukkan bahwa sebanyak 45 persen responden umum jarang melakukan hal tersebut berbeda dengan responden khusus dimana sebagian besar menyatakan sering dengan persentase 73,9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa responden khusus berupaya untuk tetap menonton acara kuliner karena mereka menyukai bidang tersebut dan berkaitan dengan kegiatan sehari-hari mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 149

Tabel 4.68 Menyempatkan Diri Melihat Video Kuliner Saya selalu menyempatkan diri Responden Responden Umum untuk melihat video kuliner Khusus melalui media social f % f % Sangat sering 7 7% 4 17,4% Sering 36 36% 19 82,6% Jarang 37 37% 0 0 Tidak pernah 20 20% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.68 dan P13/FC.79

Pernyataan mengenai responden yang selalu menyempatkan diri untuk melihat video kuliner melalui media sosial pada tabel 4.68 ternyata mendapatkan respon dengan 2 jawaban yang berbeda dari responden umum, 37 persen responden umum menyatakan jarang sedangkan 36 persen menyatakan sering.

Berbeda dengan responden khusus dimana seluruh responden menyempatkan diri melihat video kuliner melalui media sosial dengan persentase 82,6 persen menyatakan sering dan 17,4 persen menyatakan sangat sering.

Tabel 4.69 Fokus Menonton Adegan Plating Ketika menonton acara kuliner Responden saya selalu fokus saat chef Responden Umum Khusus melakukan plating (menata makanan) f % f % Sangat sering 9 9% 5 21,7% Sering 43 43% 18 78,3% Jarang 46 46% 0 0 Tidak pernah 2 2% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.69 dan P13/FC.80

Pernyataan mengenai responden yang selalu fokus menonton acara kuliner saat chef melakukan plating (menata makanan) pada tabel 4.69 juga mendapat respon yang besar antara yang menyatakan jarang dan sering dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 150

responden umum. Sebanyak 46 persen menyatakan jarang dan 43 persen responden menyatakan sering. Berbeda dengan responden khusus yang lebih fokus menonton adegan plating yang dilakukan oleh chef dengan persentase 78,3 persen menyatakan sering dan 21.7 persen menyatakan sangat sering. Hal ini menunjukkan bahwa adegan plating yang dilakukan chef pada acara kuliner juga menjadi perhatian dari responden walau cukup banyak responden yang tidak selalu fokus pada adegan tersebut.

Total 4.70 Fokus Pada Proses Memasak Ketika menonton acara kuliner Responden saya selalu fokus pada tahap Responden Umum Khusus proses memasak yang di lakukan chef di acara tersebut f % f % Sangat sering 11 11% 6 26,1% Sering 43 43% 16 69,6% Jarang 42 42% 1 4,3% Tidak pernah 4 4% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.70 dan P13/FC.81

Data mengenai responden yang selalu fokus pada tahap proses memasak yang dilakukan chef ketika menonton acara kuliner yang ditunjukkan pada tabel

4.70 di atas menggambarkan perbedaan yang sangat tipis antara jawaban sering dan jarang dari responden umum. Sebanyak 43 persen responden umum menyatakan sering dan 42 persen responden menyatakan jarang. Responden khusus menunjukkan hasil yang berbeda dimana 69,6 persen responden menyatakan sering dan 26,1 persen menyatakan sangat sering. Serupa dengan hasil pada tabel 4.69 responden umum menyaksikan tayangan kuliner secara keseluruhan namun tidak terlalu fokus pada aktivitas tertentu yang dilakukan oleh chef dalam tayangan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 151

Total 4.71 Fokus Memperhatikan Chef Menggunakan Peralatan Memasak Ketika menonton acara kuliner Responden saya suka memperhatikan Responden Umum Khusus bagaimana chef menggunakan peralatan memasak dalam acara f % f % tersebut Sangat sering 11 11% 6 26,1% Sering 48 48% 17 73,9% Jarang 38 38% 0 0 Tidak pernah 3 3% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P13/FC.71 dan P13/FC.82

Tabel 4.71 memuat pernyataan terkait responden yang fokus memperhatikan bagaimana chef menggunakan peralatan memasak dalam acara kuliner. Pernyataan ini mendapat respon dari responden umum dimana 48 persen responden menyatakan sering dan 38 persen menyatakan jarang. Hasil berbeda ditunjukkan oleh responden khusus dimana seluruh responden menyatakan bahwa mereka fokus meemperhatikan bagaimana chef dalam tayangan kuliner menggunakan peralatan memasak dengan perincian 73,9 persen responden khusus menyatakan sering dan 26,1 persen menyatakan sangat sering. Hal ini menunjukkan bahwa cara chef menggunakan peralatan memasak saat mengolah makanan dalam tayangan kuliner mampu menarik perhatian responden dalam menonton acara tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 152

4.3.3.1.1.14 Data Jawaban Responden dengan Indikator Kesenangan

Tabel 4.72 Durasi Menghabiskan Waktu Menonton Saya menghabiskan waktu lebih Responden Responden Umum dari 60 menit untuk menonton Khusus acara kuliner f % f % Sangat setuju 7 7% 5 21,7% Setuju 39 29% 13 56,5% Kurang setuju 44 44% 5 21,7% Tidak setuju 10 10% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P14/FC.72 dan P14/FC.83

Data pada tabel 4.72 menunjukkan bahwa 44 persen responden umum menyatakan kurang setuju jika mereka menghabiskna waktu lebih dari 60 menit untuk menonton acara kuliner, sementara 39 persen lainnya menyatakan setuju.

Responden khusus memberikan jawaban setuju terhadap pernyataan tersebut dengan persentase 56,5 persen. Dua jawaban lainnya dari responden khusus cukup berimbang yaitu antara pilihan jawaban sangat setuju dan kurang setuju dengan persentase masing-masing 21,7 persen.

Tabel 4.73 Mengganti Channel Televisi Saya tidak tertarik mengganti Responden Responden Umum channel televisi lain ketika Khusus acara kuliner sedang f % f % berlangsung Sangat setuju 9 9% 1 4,3% Setuju 40 40% 19 82,6% Kurang setuju 41 41% 3 13% Tidak setuju 10 10% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P14/FC.73 dan P14/FC.84

Pernyataan mengenai responden yang tidak tertarik untuk mengganti channel televisi lain ketika acara kuliner sedang berlangsung pada tabel 4.73,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 153

mendapat respon dari responden khusus dengan 2 jawaban yang hampir sama besarnya yaitu 41 persen menyatakan kurang setuju dan 40 persen respoden menyatakan setuju. Berbeda dengan responden khusus dimana mayoritas menyatakan setuju dengan persentase mencapai 82,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sebagai responden umum menyaksikan acara kuliner namun mengganti channel televisi lain saat adegan yang ditampilkan kurang menarik atau saat berlangsungnya jeda komersial.

Tabel 4.74 Pengetahuan Mengenai Resep Baru Saya mempunyai pengetahuan Responden Responden Umum mengenai resep-resep baru Khusus makanan setelah menonton f % f % acara kuliner Sangat setuju 7 7% 6 26,1% Setuju 53 53% 17 73,9% Kurang setuju 34 34% 0 0 Tidak setuju 6 6% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P14/FC.74 dan P14/FC.85

Tabel 4.74 memuat pernyataan mengenai responden mendapat pengetahuan tentang resep-resep makanan baru setelah menonton acara kuliner.

Sebanyak 53 persen responden umum menyatakan setuju, namun 34 persen lainnya menyatakan kurang setuju. Responden khusus seluruhnya sepakat dengan pernyataan tersebut dengan persentase 73,9 persen menyatakan setuju dan 26,1 persen menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner mampu memberikan pengetahuan kepada penontonnya mengenai resep makanan yang baru terutama bagi responde khusus yang berkecimpung didunia kuliner.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 154

Tabel 4.75 Pengetahuan Mengenai Teknik Plating Saya mempunyai pengetahuan Responden Responden Umum mengenai teknik plating Khusus (menata makanan) setelah f % f % menonton acara kuliner Sangat setuju 7 7% 4 17,4% Setuju 51 51% 18 78,3% Kurang setuju 35 35% 1 4,3% Tidak setuju 7 7% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P14/FC.75 dan P14/FC.86

Dalam tabel 4.75 mengenai responden yang mendapat pengetahuan tentang teknik plating (menata makanan) setelah menonton acara kuliner dapat dilihat bahwa sebanyak 51 persen responden umum menyatakan setuju namun 35 persen responden lainnya menyatakan kurang setuju. Berbeda dengan responden khusus yang sepakat bahwa mereka mendapat pengetahuan mengenai teknik plating setelah menonton acara kuliner dengan persentase mencapai 78,3 persen.

Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner bagi responden khusus mampu memberikan pengetahuan mengenai teknik plating yang dapat diterapkan oleh mereka dalam praktek memasak yang mereka jalani sehari-hari.

Tabel 4.76 Menciptakan Resep Baru Saya memiliki keinginan untuk Responden Responden Umum menciptakan resep baru dalam Khusus mengelola masakan setelah f % f % menonton acara kuliner Sangat setuju 10 10% 8 34,8% Setuju 46 46% 14 60,9% Kurang setuju 33 33% 1 4,3% Tidak setuju 11 11% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P14/FC.76 dan P14/FC.87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 155

Pernyataan mengenai responden yang memiliki keinginan untuk menciptakan resep baru dalam mengelola makanan setelah menonton acara kuliner pada tabel 4.76 mendapat respon sebanyak 46 persen responden umum menyatakan setuju dan 33 persen menyatakan kurang setuju. Sebanyak 60,9 persen responden khusus justru menjawab bahwa mereka sependapat dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata acara kuliner bukan hanya mampu menambah pengetahuan dalam hal memasak tetapi juga mampu menimbulkan keinginan penontonnya untuk menciptakan resep baru atau memodifikasi resep saat mengelola masakan.

Tabel 4.77 Mengerti Proses Memasak Saya menjadi mengerti proses Responden Responden Umum memasak tahap demi tahap Khusus makanan yang ingin saya masak setelah menonton acara f % f % kuliner Sangat setuju 10 10% 8 34,8% Setuju 57 57% 15 65,2% Kurang setuju 24 24% 0 0 Tidak setuju 9 9% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P14/FC.77 dan P14/FC.88

Berdasarkan tabel 4.77 dapat diambil kesimpulan bahwa acara kuliner mampu memberikan pengetahuan kepada responden mengenai proses memasak suatu makanan setelah menonton. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden umum yang menyatakan setuju dengan persentase mencapai 57 persen.

Responden khusus juga sepakat dengan pernyataan tersebut dengan memberikan jawaban setuju sebanyak 65,2 persen dan jawaban sangat setuju sebanyak 34,8 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 156

Tabel 4.78 Menyukai Hal-Hal Mengenai Profesi Chef Acara kuliner menjadikan Responden Responden Umum anda menyukai hal-hal yang Khusus berhubungan dengan profesi chef, seperti alat memasak f % f % atau seragam bekerja chef Sangat setuju 14 14% 8 34,8% Setuju 48 48% 14 60,9% Kurang setuju 30 30% 1 4,3% Tidak setuju 8 8% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P.14/FC.78 dan P14/FC.89

Tabel 4.78 di atas yang memuat pernyataan responden menjadi menyukai hal-hal mengenai profesi chef melalui acara kuliner mendapat respon setuju dari

48 persen responden umum dan 60,9 responden khusus. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa acara kuliner berhasil menimbulkan rasa suka penonton akan hal-hal baru dari tayangan yang mereka saksikan. Rasa suka dan tertarik tersebut semakin menambahkan minat penonton untuk terus menyaksikan acara tersebut.

4.3.3.1.1.15 Data Jawaban Responden dengan Indikator Keterlibatan

Tabel 4.79 Menciptakan Resep Dengan Kreasi Baru Anda tertarik menciptakan Responden Responden Umum resep makanan dengan kreasi- Khusus kreasi baru setelah menonton f % f % acara kuliner Sangat setuju 9 9% 8 34,8% Setuju 46 46% 15 65,2% Kurang setuju 36 36% 0 0 Tidak setuju 9 9% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P15/FC.79 dan P15/FC.93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 157

Pada tabel 4.79 mengenai pernyataan bahwa responden tertarik untuk menciptakan resep makanan dengan kreasi baru setelah menonton acara kuliner dapat dilihat sebanyak 46 persen responden umum menyatakan setuju namun 36 persen responden lainnya menyatakan kurang setuju. Berbeda dengan responden khusus yang menjawab setuju dengan persentase 65,2 persen dan sangat setuju sebanyak 34,8 persen. Tidak ada responden khusus yang tidak setuju atau kurang setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa tertarik untuk mencoba mempraktekkan pengetahuan yang sudah didapatnya untuk menciptakan resep baru dengan kreasi sendiri.

Tabel 4.80 Menyiapkan Menu Baru Anda mencoba menyiapkan Responden Responden Umum menu-menu makanan baru Khusus setelah menonton acara kuliner f % f % Sangat setuju 6 6% 6 26,1% Setuju 50 50% 15 65,2% Kurang setuju 33 33% 2 8,7% Tidak setuju 11 11% 0 0 Total 100 100% 23 100% Sumber : P15/FC.80 dan P15/FC.95 Data pada tabel 4.80 tentang pernyataan bahwa responden mencoba menyiapkan menu baru setelah menonton acara kuliner menunjukkan separuh dari responden umum menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut yaitu sebanyak

50 persen responden tetapi tidak sedikit juga yang menyatakan kurang setuju yaitu sebanyak 33 persen responden. Responden khusus memberikan jawaban yang berbeda dimana sebanyak 65,2 persen menyatakan setuju dan 26,1 persen menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner mampu menimbulkan minat responden untuk berkreasi dalam menciptakan variasi menu baru saat memasak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 158

Dari 17 butir pernyataan mengenai minat masyarakat menjadi seorang chef, sebanyak 9 pernyataan bernilai negatif dan 8 pernyataan bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner dapat memunculkan minat penonton untuk menjadi seorang chef. Perbedaan hasil nilai yang didapat hanya 1%, artinya acara kuliner tetap memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih luas kepada penonton, tetapi tidak mustahil juga mampu menimbulkan minat mereka untuk menjadi seorang chef.

4.3.3.1.2 Pernyataan Tambahan Untuk Responden Khusus

4.3.3.1.2.1 Data Jawaban Responden Khusus dengan Indikator Durasi

Tabel 4.81 Mengikuti Setiap Musim Acara MasterChef Indonesia Mengikuti Setiap Musim Responden Khusus tayangan MasterChef Indonesia (4 musim) f % Sangat Sering 0 0

Sering 12 52,2%

Jarang 11 47,8%

Tidak Pernah 0 0

Total 23 100%

Sumber P3/FC.08

Data pada tabel 4.81 menunjukkan bahwa sebanyak 52,5 persen responden khusus menyatakan sering mengikuti setiap musim tayangan

MasterChef Indonesia yang sudah ditayangkan sebanyak 4 musim, namun 47,8 persen responden khusus lainnya menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa responden khusus mengikuti setiap tayangan MasterChef walaupun tidak rutin pada setiap musimnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 159

Tabel 4.82 Mengikuti setiap tayangan ulang acara MasterChef Indonesia Mengikuti setiap tayangan Responden Khusus ulang acara MasterChef Indonesia f % Sangat Sering 0 0 Sering 8 52,2% Jarang 13 47,8% Tidak Pernah 2 0 Total 23 100% Sumber : P3/FC.10

Tabel 4.82 yang memuat pernyatan mengenai responden yang mengikuti setiap tayangan ulang MasterChef Indonesia menunjukkan hasil bahwa sebanyak

56,5 persen responden khusus menyatakan jarang meskipun 34,8 persen responden khusus lainnya menyatakan sering. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian responden khusus tidak lagi menyaksikan tayangan ulang MasterChef

Indonesia jika telah menyaksikan tayangan utamanya.

Dari 34 butir pernyataan dengan sample mahasiswa jurusan tata boga sebagai sample khusus mengenai variabel X yaitu tayangan MasterChef Indonesia sebanyak 31 butir pernyataan bernilai positif (+) dan hanya 3 butir pernyataan bernilai negatif (-). Ketiga pernyataan yang bernilai negatif (-) tersebut yaitu mengikuti setiap tayangan ulang acara MasterChef Indonesia, hanya fokus menonton tanpa melakukan kegiatan yang lain dan jika tidak sempat menonton tayangan utama acara MasterChef penonton berusaha untuk menonton tayangan ulang acara tersebut. Beberapa pernyataan bernilai negatif yang diberikan responden khusus juga merupakan pernyataan yang bernilai negatif yang diberikan oleh responden umum. Hal ini menunjukkan bahwa walau memberikan respon yang positif terhadap acara ini tetapi keseluruhan responden tidak selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 160

memberikan waktu dan perhatian yang khusus dalam menyaksikan acara

MasterChef Indonesia.

4.3.3.1.2.2 Data Umum Jawaban Responden dengan Indikator Kesan

Tabel 4.83 Penampilan Chef Chef harus berpenampilan Responden Khusus bersih, rapi, elegan, dan profesional f % Sangat Setuju 12 52,2%

Setuju 9 39,1%

Kurang Setuju 2 8,7%

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber :P9/FC.47

Pernyataan bahwa seorang chef harus berpenampilan bersih, rapi, elegan dan profesional yang ditunjukkan pada tabel 4.83 di atas mendapat respon sangat setuju dari 52,2 persen responden khusus dan 39,1 persen menyatakan setuju.

Artinya penampilan yang baik dan profesional telah menjadi syarat dan citra yang melekat dari seorang chef.

Tabel 4.84 Pendidikan Chef Profesi chef harus memiliki Responden Khusus pendidikan yang baik di bidang tata boga f % Sangat Setuju 4 17,4%

Setuju 15 65,2% Kurang Setuju 3 13%

Tidak Setuju 1 4,3%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 161

Tabel 4.84 memuat pernyataan bahwa seseorang dengan profesi chef harus memiliki pendidikan yang baik dalam bidang tata boga. Pernyataan ini mendapat respon setuju dari 65,2 persen responden khusus. Artinya responden menilai bahwa profesi chef tidak hanya dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kemampuan memasak yang baik melainkan juga mensyaratkan pendidikan dalam bidang tata boga baik formal ataupun non formal. Pendapat ini sesuai dengan pilihan responden khusus yang menempuh pendidikan formal dalam bidang tata boga seperti yang mereka jalani saat ini.

Tabel 4.85 Chef Dengan Jenis Kelamin Tertentu Profesi chef hanya identik Responden Khusus dengan satu jenis kelamin saja f % Sangat Setuju 1 4,3%

Setuju 4 17,4%

Kurang Setuju 9 39,1%

Tidak Setuju 9 39,1%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.50 Pernyataan bahwa profesi chef hanya identik dengan satu jenis kelamin saja baik jenis kelamin pria ataupun wanita saja, mendapat respon yang cukup beragam dari responden khusus seperti terlihat pada tabel 4.85. Sebanyak 39,1 persen responden khusus menyatakan kurang setuju dan 39,1 persen responden lainnya menyatakan tidak setuju. Hanya 1 orang responden saja yang sangat setuju dengan pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa responden khusus menilai profesi chef tidak identik atau tidak didominasi oleh kaum pria saja atau kaum wanita saja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 162

Tabel 4.86 Chef Wanita Profesi chef lebih tepat dilako Responden Khusus ni oleh wanita f % Sangat Setuju 0

Setuju 3 13%

Kurang Setuju 9 39,1%

Tidak Setuju 11 47,8%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.51 Tabel 4.86 di atas menunjukkan hasil jawaban responden terkait pernyataan bahwa profesi chef lebih tepat dilakoni oleh kaum wanita. Sebanyak

47,8 persen responden khusus menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut dan 39,1 persen responden lainnya menyatakan kurang setuju. Artinya responden khusus menilai profesi chef dapat dilakoni oleh kaum wanita maupun kaum pria.

Tabel 4.87 Chef Pria Profesi chef lebih tepat Responden Khusus dilakoni oleh pria f % Sangat Setuju 2 8,7%

Setuju 7 30,4%

Kurang Setuju 7 30,4%

Tidak Setuju 7 30,4%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.52 Tabel 4.87 memuat pernyataan bahwa profesi chef lebih tepat dilakoni oleh kaum pria. Pernyataan ini mendapat jawaban yang beragam dari responden khusus dimana 3 pilihan jawaban memiliki persentase yang sama yaitu masing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 163

30,4 persen untuk jawaban setuju, kurang setuju dan tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa menurut responden khusus baik pria maupun wanita dapat berprofesi sebagai seorang chef.

Tabel 4.88 Dominasi Perempuan Dalam Memasak Aktivitas memasak Responden Khusus seharusnya hanya didominasi oleh perempuan f % Sangat Setuju 0 0

Setuju 3 13%

Kurang Setuju 6 26,1%

Tidak Setuju 14 60,9%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.53 Pernyataan mengenai aktivitas memasak seharusnya hanya didominasi oleh kaum perempuan yang ditampilkan oleh tabel 4.88 di atas menunjukkan hasil bahwa sebanyak 60,9 persen responden khusus menyatakan tidak setuju dengan pernyatan tersebut dan 26,1 persen responden lainnya menyatakan kurang setuju.

Hasil wawancara dengan responden juga menyatakan bahwa mereka kurang setuju dengan pernyataan-pernyataan mengenai gender dalam profesi chef. Hal ini menunjukkan bahwa menurut responden khusus aktivitas memasak tidak seharusnya hanya didominasi oleh kaum wanita saja melainkan juga dapat dilakukan juga oleh kaum pria.

Responden IV :

“saya tidak setuju kalau chef itu identik hanya untuk perempuan kak, karena menurut aku sih sama ya bagusnya, memang iya memasak itu identik sama urusannya perempuan tapi menurutku kan itu dalam hubungan rumah tangga kak, tapi kalau untuk profesi rasaku sih sama aja, malahan ya kak sebenarnya pekerjaan chef itu berat kak, didapur itu berat ya karena harus berhadapan sama peralatan yang berat-berat dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 164

berbahaya kak jadi lebih cocok laki-lakilah kesitu, tapi kalau masalah kemampuan ya tetap aku bilang jenis kelamin itu ga ada ngaruhnya kak”.

Responden V :

“memang sih kalau kita lihat ya kak masak itu memang kerjaanya perempuan, tapi sekarang udah ga gitu lagi kak, sekarang malah lebih banyak laki-laki ya menurutku kak, mungkin karena acara MasterChef ini juga itu kak, jadi lebih terinspirasi gitu, jadi untuk sekarang aku ga setuju kalo memasak itu hanya untuk perempuan, laki-laki juga ga kalah bagus kok, malah bisa lebih bagus lagi”.

Tabel 4.89 Jenis Kelamin dan Kemampuan Memasak Jenis kelamin mempengaruhi Responden Khusus kemampuan memasak seorang chef f % Sangat Setuju 0 0

Setuju 11 47,8%

Kurang Setuju 6 26,1%

Tidak Setuju 6 26,1%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.54 Tabel 4.89 di atas memuat pernyataan tentang jenis kelamin tertentu mempengaruhi kemampuan memasak seorang chef. Pernyataan ini mendapat respon yang cukup variatif dari responden khusus dengan persentase tidak jauh berbeda. Sebanyak 26,1 persen responden menyatakan kurang setuju dan 26,1 persen lainnya menyatakan tidak setuju, sementara 47,8 persen responden lainnya justru menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian responden menilai jenis kelamin tertentu akan memiliki kemampuan memasak yang lebih baik dari jenis kelamin lainnya meskipun sebagian responden menolak pernyataan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 165

Tabel 4.90 Kemampuan Seorang Chef Kemampuan chef perempuan Responden Khusus dan chef pria sama baiknya f % Sangat Setuju 3 13%

Setuju 15 65,2%

Kurang Setuju 4 17,4%

Tidak Setuju 1 4,3%

Total 23 100%

Sumber : P9/FC.55 Tabel 4.90 memuat pernyataan bahwa kemampuan chef wanita dan chef pria sama baiknya sebanyak 65,2 persen responden khusus sepakat dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa menurut responden khusus kemampuan chef wanita dan chef pria dalam mengolah masakan sama baiknya tanpa memperhatikan jenis kelamin chef yang memasak.

Dari 35 butir pernyataan mengenai persepsi masyarakat terhadap profesi chef yang diberikan kepada responden khusus, 30 pernyataan bernilai positif dan

5 butir pernyataan bernilai negatif. Banyaknya pernyataan dengan nilai positif yang diberikan menunjukkan bahwa masyarakat yang menjadi responden umum dan mahasiswa sebagai responden khusus pada penelitian ini memberikan persepsi yang positif terhadap profesi chef.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 166

4.3.3.1.2.3 Data Jawaban Responden dengan Indikator Keterlibatan

Tabel 4.91 Melakukan Uji Coba Resep Baru Anda tertarik melakukan uji Responden Khusus coba resep makanan yang baru setelah menonton acara f % kuliner Sangat Setuju 8 34,8%

Setuju 15 65,2%

Kurang Setuju 0 0

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber : P15/FC.90 Tabel 4.91 menampilkan data jawaban responden terhadap pernyataan bahwa responden tertarik melakukan uji coba resep makanan yang baru setelah menonton acara kuliner. Sebanyak 65,2 persen responden menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut dan 34,8 persen responden lainnya menyatakan sangat setuju. Tidak ada responden yang tidak sepakat dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa responden khusus yang sehari-hari berkecimpung dalam dunia kuliner sering melakukan uji coba resep makanan baru yang mereka lihat dalam tayangan kuliner.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 167

Tabel 4.92 Mengikuti Liveshow/Workshop Anda tertarik untuk Responden Khusus mengikuti liveshow/workshop mengenai kuliner setelah f % menonton acara kuliner Sangat Setuju 7 30,4%

Setuju 13 56,5%

Kurang Setuju 3 13%

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber : P15/FC.90 Tabel 4.92 memuat pernyataan tentang responden yang mengikuti liveshow/workshop mengenai kuliner setelah menonton tayangan kuliner. Lebih dari separuh responden menyetujui pernyataan tersebut dengan persentase mencapai 56,5 persen dan 30,4 persen lainnya bahkan menjawab sangat setuju.

Artinya tayangan kuliner di televisi menimbulkan keinginan bagi responden khusus untuk menambah pengetahuan mengenai dunia kuliner dengan mengikuti liveshow/workshop.

Tabel 4.93 Mempraktekkan Teknik Memasak Anda tertarik untuk Responden Khusus mempraktekkan teknik memasak yang diperhatikan oleh para chef dalam acara f % kuliner Sangat Setuju 9 39,1%

Setuju 14 60,9%

Kurang Setuju 0 0

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber : P15/FC.94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 168

Berdasarkan data pada tabel 4.93 mengenai ketertarikan responden untuk mempraktekkan teknik memasak yang diperlihatkan oleh para chef dalam acara kuliner dapat dilihat bahwa seluruh responden menyetujui pernyataan tersebut.

Sebanyak 60,9 persen responden khusus menyatakan setuju dan 39,1 persen responden menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa acara kuliner menimbulkan ketertarikan responden khusus untuk mempraktekkan teknik memasak yang mereka saksikan dalam program kuliner.

Tabel 4.94 Mengikuti Kursus Memasak Anda tertarik mengikuti kelas Responden Khusus kursus memasak untuk memperdalam ilmu mengenai kuliner setelah menonton f % acara kuliner Sangat Setuju 7 30,4%

Setuju 12 52,2%

Kurang Setuju 4 17,4%

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber : P15/FC.96 Tabel 4.94 memuat pernyataan tentang ketertarikan responden khusus mengikuti kelas kursus memasak untuk memperdalam ilmu mengenai kuliner setelah menonton acara kuliner. Pernyataan ini mendapat respon sebanyak 52,2 persen responden menyatakan setuju dan 30,4 persen responden menyatakan sangat setuju. Artinya walaupun responden khusus sedang menempuh pendidikan formal dalam bidang tata boga namun tayangan-tayangan kuliner mampu menimbulkan ketertarikan responden untuk tetap menambah pengetahuan dalam bidang kuliner melalui kelas kursus memasak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 169

Tabel 4.95 Melakukan Teknik Plating Anda melakukan teknik Responden Khusus plating (menata makanan) setiap habis memasak setelah f % menonton acara kuliner Sangat Setuju 8 34,8%

Setuju 11 47,8%

Kurang Setuju 4 17,4%

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber : P15/FC.97 Pernyataan terkait responden melakukan teknik plating saat memasak setelah menonton acara kuliner pada tabel 4.95 mendapat respon positif dari sebagian besar responden khusus sebanyak 47,8 persen responden menyatakan setuju dan 34,8 persen responden menyatakan sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tayangan kuliner yang disaksikan oleh responden khusus menimbulkan keinginan untuk mempraktekkkan teknik plating yang telah mereka saksikan di acara kuliner pada saat memasak.

Tabel 4.96 Mengikuti Akun Media Sosial Mengikuti akun media sosial Responden Khusus (Instagram, Youtube, Facebook) mengenai kuliner setelah menyaksikan acara f % kuliner Sangat Setuju 10 43,5%

Setuju 13 56,5%

Kurang Setuju 0 0

Tidak Setuju 0 0

Total 23 100%

Sumber : P15/FC.98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 170

Berdasarkan data jawaban responden yang mengikuti akun media sosial mengenai kuliner setelah menyaksikan acara kuliner pada tabel 4.96 diperoleh hasil sebanyak 56,5 persen responden menyatakan setuju dan 43,5 persen lainnya menyatakan sangat setuju. tidak ada responden yang tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Artinya responden khusus setelah menyaksikan tayangan kuliner memutuskan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan terbaru dalam dunia kuliner melalui akun media sosial yang bisa mereka akses kapan pun dan dimana pun.

Dari 23 butir pernyataan mengenai minat masyarakat menjadi seorang chef, 22 pernyataan mendapatkan nilai yang positif (+) dan 1 pernyataan bernilai negatif (-). Hal ini menunjukkan bahwa acara MasterChef Indonesia memiliki hubungan dalam pembentukan minat pada masyarakat dengan sample mahasiswa jurusan tata boga untuk menjadi seorang chef. Respon positif yang diberikan untuk acara ini dapat dilihat dari banyaknya pernyataan bernilai positif pada kuesioner yang diberikan pada sample penelitian.

4.3.4 Uji Hipotesis

Uji hipotesis ini dilakukan dengan cara mengolah data statistik yang diterima untuk mengetahui apakah data hipotesis yang telah dirumuskan diterima atau tidak. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus koefisien korelasi Rank Spearman (korelasi tata jenjang). Pengolahan data dalam uji hipotesis ini menggunakan SPPS versi 13. Hipotesis yang terdapat dalam penelitian adalah :

H01 : tidak terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia

terhadap persepsi masyarakat mengenai profesi chef.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 171

Ha1 : terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia terhadap

persepsi masyarakat mengenai profesi chef.

H02 : tidak terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia

terhadap minat masyarakat menjadi chef.

Ha2 : terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia terhadap

minat masyarakat menjadi chef.

H03 : tidak terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi

mahasiswa Prodi Tata boga mengenai profesi chef.

Ha3 : terdapat hubungan tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi

mahasiswa Prodi Tata Boga mengenai profesi chef.

H04 : tidak terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia

terhadap minat mahasiswa Prodi Tata Boga menjadi chef.

Ha4 : terdapat hubungan menonton tayangan MasterChef Indonesia terhadap

minat mahasiswa Prodi Tata Boga menjadi chef

Tabel 4.97 Koefisien Korelasi Tayangan MasterChef Indonesia Dengan Persepsi Masyarakat Persepsi Tayangan masyarakat MasterChef mengenai Indonesia profesi chef Spearman's Tayangan Master Correlation 1,000 ,634(**) rho Chef Coefficient Sig. (2-tailed) . ,000 N 100 100 Persepsi Correlation masyarakat Coefficient ,634(**) 1,000 mengenai profesi chef Sig. (2-tailed) ,000 . N 100 100 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 172

Dari pengujian hipotesis pada tabel di atas memperlihatkan bahwa nilai signifikan (p) variabel X terhadap Y1 adalah 0,000 yang nilainya lebih kecil dari

0,05 atau 0,000 < 0,05 berarti hipotesis H0 ditolak, 0,05 merupakan ambang batas nilai signifikan. Nilai koefisien korelasi (r) yang didapat yaitu 0,634 menurut tingkat hubungan dalam korelasi Guilford menunjukkan tingkat hubungan yang tinggi. Hasil yang dapat disimpulkan dari uji hipotesis diatas yaitu terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tayangan MasterChef Indonesia dengan persepsi masyarakat mengenai profesi chef.

Tabel 4.98 Korelasi Tayangan MasterChef Indonesia Dengan Minat Masyarakat Tayangan Minat MasterChef masyarakat Indonesia menjadi chef Spearman's Tayangan Correlation 1,000 ,501(**) rho MasterChef Coefficient Sig. (2-tailed) . ,000 N 100 100 minat masyarakat Correlation ,501(**) 1,000 menjadi chef Coefficient Sig. (2-tailed) ,000 . N 100 100 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Data SPSS di atas menunjukkan bahwa nilai signifikan X terhadap Y2 adalah sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini berarti bahwa H0 ditolak, dan terdapat hubungan yang positif antara menonton program MasterChef Indonesia dengan minat masyarakat menjadi chef. Berdasarkan hasil hitung SPSS versi 13 yang ditunjukkan oleh analisis data di atas, didapat nilai koefisien korelasinya yaitu sebesar 0,501 dengan tingkat hubungan yang sedang

Jika di bandingkan dengan hasil dari nilai signifikan X terhadap Y1 dan nilai signifikan X terhadap Y2 pada sample umum ternyata didapat kesimpulan bahwa X memiliki hubungan yang lebih besar terhadap Y1 dibandingkan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 173

Y2. Secara keseluruhan hasil analisis data diatas adalah bahwa menonton program acara MasterChef Indonesia ternyata memiliki hubungan yang lebih besar pada persepsi masyarakat terhadap profesi chef daripada terhadap minat masyarakat untuk menjadi chef.

Tabel 4.99 Korelasi Tayangan MasterChef Indonesia terhadap Persepsi Mahasiswa Persepsi Tayangan masyarakat MasterChef mengenai Indonesia profesi chef Spearman's Tayangan Master Correlation 1,000 ,429* rho Chef Coefficient Sig. (2-tailed) . ,041 N 23 23 Persepsi Correlation masyarakat Coefficient ,429* 1,000 mengenai profesi chef Sig. (2-tailed) ,041 . N 23 23 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Data hasil pengujian hipotesis dengan SPSS di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan (p) antara variabel X terhadap Y1 dengan mahasiswa Prodi Tata Boga sebagainya samplenya. Nilai yang didapat yaitu 0,041 lebih kecil dari ambang batas nilai signifikan yaitu 0,05 atau 0,041 <

0,05 berarti nilai H0 ditolak. Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan sebesar 0,429 dengan tingkat hubungan yang sedang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 174

Tabel 4.100 Korelasi Tayangan MasterChef Indonesia Terhadap Minat Mahasiswa

Tayangan Minat MasterChef masyarakat Indonesia menjadi chef Spearman's Tayangan Master Correlation 1,000 ,517* rho Chef Coefficient Sig. (2-tailed) . ,012 N 23 23 Minat masyarakat Correlation ,517* 1,000 menjadi chef Coefficient Sig. (2-tailed) ,012 . N 23 23 * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil perhitungan SPSS di atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tayangan MasterChef Indonesia (variabel X) dengan minat menjadi chef pada mahasiswa jurusan Tata Boga (variabel Y2). Nilai yang diperoleh yaitu sebesar 0,012 yang memiliki nilai lebih kecil dari 0,05 sebagai ambang batas dari nilai signifikan. Nilai korelasi yang diperoleh sebesar 0,517

Kesimpulan yang didapat dari hasil koefisien korelasi antara tayangan

MasterChef Indonesia terhadap mahasiswa Prodi Tata Boga sebagai sample khusus adalah bahwa acara MasterChef Indonesia memiliki hubungan yang lebih besar terhadap pembentukan minat menjadi chef dan juga tidak memiliki hubungan terhadap pembentukan minat mereka untuk menjadi chef.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 175

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan sesuatu yang dapat membedakannya dengan orang lain dan dalam penelitian ini hal-hal yang membedakan itu terdiri dari jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Kriteria awal dari responden penelitian ini adalah masyarakat Kota Medan sebagai sample umum dan mahasiswa Prodi Tata Boga Akpar Medan sebagai sample khusus, berusia minimal 15 tahun dan yang paling utama yaitu menonton acara reality show

MasterChef Indonesia.

Penelitian ini mendapatkan sample sebanyak 123 orang, sebanyak 100 orang pada sample umum dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 64 persen, sedangkan laki-laki sebanyak 36 persen dan responden pada sample khusus sebanyak 23 orang dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 10 orang dan laki-laki sebanyak 13 orang. Rata-rata usia penonton yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu 15-25 tahun sebanyak 68 persen pada sample umum dan

95,7 persen pada sample khusus. Usia 15-25 tahun merupakan usia para pelajar dan mahasiswa, dan yang kemudian diketahui bahwa pekerjaan yang paling banyak menjadi responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yaitu sebanyak

39 persen pada sample umum dan tentu saja 100 persen pada sample khusus.

Selain jenis kelamin, usia dan pekerjaan, pendidikan juga merupakan karakteristik dalam penelitian ini. Penonton yang menjadi responden dalam penelitian paling banyak berpendidikan SMA.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 176

5.2 Hubungan Menonton Tayangan MasterChef Indonesia Terhadap

Persepsi Masyarakat Mengenai Profesi Chef

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program acara reality show

MasterChef Indonesia mempunyai hubungan yang positif terhadap persepsi masyarakat mengenai profesi chef dengan nilai koefisien korelasi yang didapat sebesar 0,634. Acara MasterChef Indonesia mampu memberikan pengetahuan, wawasan dan gambaran mengenai profesi chef sehingga terbentuk suatu persepsi yang positif pada responden. Hal ini juga dapat dilihat dari 27 butir pernyataan pada variabel ini, 19 pernyataan bernilai positif dan hanya 8 pernyataan yang bernilai negatif.

Temuan ini sesuai dengan teori kultivasi yang menggambarkan bagaimana televisi merupakan media utama dimana khalayak mempelajari tentang hal-hal yang sedang fenomenal di masyarakat, sehingga membentuk persepsi akan hal tersebut. Grebner (Morissan, 2013: 519) menyatakan bahwa media massa, mampu menyebabkan munculnya kepercayaan tertentu mengenai suatu realitas yang dimiliki bersama oleh konsumen media massa. Menurut teori kultivasi sebagian besar hal-hal yang kita ketahui atau apa yang kita pikir kita tahu, tidaklah kita alami sendiri melainkan kita mengetahuinya karena melalui perantaraan media massa yaitu televisi dan media sosial.

Menurut analisis kultivasi, suatu acara pada media massa akan mendapatkan perhatian yang besar oleh masyarakat jika pola komunikasi yang disajikannya dilakukan secara kumulatif dalam jangka panjang. Sesuai dengan analisis teori kultivasi di atas, acara MasterChef Indonesia dapat dikatakan mampu melakukannya melalui 4 season program acara MasterChef Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 177

yang telah tayang sejak tahun 2011-2015 dan 2 season acara MasterChef Junior

Indonesia dimulai dari tahun 2011 hingga 2015. Selama penayangan program ini selalu mendapat perhatian yang besar dari penontonnya, hal ini dapat dilihat dari prestasi acara ini yang telah beberapa kali mendapatkan penghargaan Panasonic

Gobel Award RCTI.

Proses kultivasi dalam acara ini juga dapat terlihat pada bagaimana acara

Masterchef Indonesia menjadi media atau jendela bagi para penontonnya untuk lebih mengetahui dan mempelajari mengenai profesi chef. Acara MasterChef

Indonesia mampu mempengaruhi sehingga penonton yakin dan mempercayai apa yang disajikan oleh acara tersebut merupakan gambaran bagaimana profesi chef dan penampilan seorang chef yang sebenarnya dan menghasilkan nilai positif dari responden yang artinya juga membentuk persepsi positif dari masyarakat.

Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan mengenai “acara MasterChef menggambarkan profesi chef merupakan profesi yang berkelas” sebanyak 83 persen responden memberikan nilai yang positif yaitu sangat setuju dan setuju.

Hasil wawancara dengan responden II juga menyatakan setuju dengan pernyataan di atas. Responden II berpendapat bahwa kreatifitas tinggi yang ditampilkan oleh profesi chef memberikan kesan berkelas dan acara MasterChef Indonesia membantu dalam mengambarkan kesan tersebut dengan adegan yang ditayangkannya, berikut pernyataannya :

“Menurut saya berkelas ya kak, dan menantang juga, kadang masakkan butuh mood juga kak, jadi kek mana chef itu menghadapi moodnya, mengatasi mood buruknya dan tetap menghasilkan makanan yang enak itu jadi suatu tantangan sihh menurutku kak dalam profesi ini”

“Ohh gitu kak, kalo menurut aku positif ya kak, dari cara mereka menampilkan adegan-adegan memasak dalam acara tersebut jadi memberikan gambaran yang bagus juga kak, bisa kasih inspirasi juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 178

untuk anak muda untuk memilih profesi juga, jadi ‘ga monoton gitu kan...banyak juga mungkin orang yang mikirnya kalau chef itu kebanyakan cewek tapi setelah ada chef di acara MasterChef masyarakat jadi berpikir wah ternyata ini menarik, butuh kreatifitas yang tinggi dan menurut saya dengan mereka mengaplikasikannya seperti acara MasterChef itu juga mampu menimbulkan keinginan juga untuk jadi chef”

Penampilan para pemain menjadi salah satu faktor awal suatu program acara yang menggunakan media sebagai sarana untuk mendapatkan kesan yang baik dari penonton. Hal pertama yang menjadi perhatian dari penonton dalam acara MasterChef Indonesia adalah mengenai penampilan para pelaku reality show tersebut. Chef juri dari acara ini merupakan pemeran utama dalam menarik perhatian penontonnya, dengan karakter yang berbeda-beda chef profesional sebagai juri dari acara ini mampu mendapat respon yang positif dari penonton.

Chef juri telah menjadi selebriti chef yang mulai dari cara memasak dan memberikan komentar pada setiap peserta menjadi salah satu hal yang ditunggu para fans masing-masing juri tersebut.

Analisis data mengenai pernyataan “penampilan fisik para chef juri dalam acara MasterChef Indonesia sangat menarik” mendapat nilai positif sebanyak 87 persen menyatakan sangat setuju dan setuju. Wawancara bebas dengan responden II juga semakin memperkuat hal tersebut, berikut pernyataannya:

“Itu juga sihh yang buat menarik kak, soalnya tiap karakternya berbeda-

beda, adalah yang kejam ngomongnya, ada juga yang lembut kayak chef

yang cewek itu, ada juga karakter yang bijaksana kalau kasih pendapat”

Selain pernyataan diatas, kehadiran bintang tamu dalam acara ini juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 179

menjadi salah satu aspek daya tarik untuk mempertahankan penontonnya.

Hadirnya bintang tamu baik itu artis terkenal atau chef profesional dari dalam maupun luar negeri menjadi angin segar bagi para penonton sehingga dapat menghilangkan rasa bosan akan suasana dalam acara MasterChef Indonesia.

Hal ini menjadi strategi acara MasterChef Indonesia untuk mempertahankan penikmatnya dan berhasil mendapat respon dan nilai positif dari penontonnya. Hasil analisis data menyimpulkan pernyataan mengenai “kehadiran bintang tamu yang sesekali tampil dalam acara MasterChef menambah daya tarik program” mendapatkan 79 persen responden menyatakan sangat setuju dan setuju. Wawancara bebas dengan ketiga responden semakin memperkuat hal tersebut, mereka berpendapat bahwa kehadiran bintang tamu mampu menambah acara MasterChef Indonesia semakin lebih menarik lagi, berikut pernyataannya:

Responden I : “Ohh bintang tamu ya?? tujuan mereka mengundang bintang tamu.. ya kalo menurut aku ya, sebenarnya salah satu cara mereka membuat acara ini semakin terkenal karena dengan adanya bintang tamu ini, penonton akan secara langsung lebih tertarik dengan acara itu karena ihh.. ada si anu loo ada artis loo”

Responden II : “Itu juga salah satu menambah daya tarikmya kak menurut kiki, apalagi kalau di undang chef profesional lainnya atau chef dari luar negeri itu jadi semakin membuat penonton jadi penasaran kak, siapa ini?? gimana caranya dia masak ya?? pasti tekniknya keren, jadinya ya gitulah kak penasaran gtulah”

Responden III : “Bagus kak, menambah daya tarik acara itu kak, jadinya ‘ga monoton kalau disitu aja lokasinya, kan bosan kak, kalau pindah dan ada bintang tamu jadinya suasananya beda, lebih seru gitu”

Adapun indikator yang digunakan untuk melihat persepsi masyarakat mengenai profesi chef dalam penelitian ini adalah kesan, pengalaman, kepribadian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 180

dan motivasi. Kesan adalah segala sesuatu yang dirasakan, dipikirkan dan di ingat oleh responden, sesudah melihat atau mendengar sesuatu dalam hal ini yaitu acara kuliner. Kesan responden mengenai kemampuan seorang chef mendapat nilai yang sangat positif pada penelitian ini.

Pernyataan mengenai kesan “penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef sangatlah menarik” mendapat nilai positif dari responden sebesar 84 persen dengan jawaban sangat setuju dan setuju. Pernyataan ini juga mendapat nilai positif yang tidak terlalu berbeda jauh dengan pernyataan mengenai penampilan chef juri yang digambarkan oleh tayangan MasterChef Indonesia. Hal tersebut juga diperkuat melalui hasil wawancara bebas dengan responden I yang menyatakan penampilan chef dengan seragamnya yang lebih bernuansa putih memberikan kesan yang bersih dan rapi, membuat profesi ini terlihat lebih keren dan menarik.

“Yaaak, kalau saya rasa pakaian chef itu warnanya kan putih, bersih jadi dengan serba putih mereka terlihat lebih higienis dalam hal memasak, dalam hal bekerja dan bahkan saya pernah dengar di beberapa acara memasak seorang chef itu tidak boleh membuat lengan bajunya kotor, dari situ saya tahu bahwa chef itu sendiri bukan pekerjaan yang berantakan, mereka harus rapi, bekerja efisien tanpa harus membuat dapur itu kotor, keren itu!!”

Tugas dari seorang chef pada dasarnya adalah mengolah suatu bahan masakan bukan hanya menjadi sesuatu yang layak dimakan tetapi memiliki cita rasa yang tinggi baik dari hal rasa maupun tampilan makanan tersebut dengan teknik memasak yang baik. Pernyataan “seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan dengan baik” mendapatkan nilai positif 96 persen menyatakan sangat setuju dan setuju dan pernyataan “profesi chef adalah profesi yang mempunyai kreatifitas yang tinggi” mendapatkan nilai positif sebanyak 93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 181

persen menyatakan sangat setuju dan setuju. Kedua pernyataan diatas mengambarkan bagaimana acara MasterChef Indonesia dapat memberikan pengetahuan mengenai kemampuan yang harus dimiliki seorang chef melalui adegan-adegan memasak chef profesional dan peserta kompetisi.

Hal ini semakin diperkuat dari hasil wawancara pada responden II dan responden III yang menyatakan bagaimana acara MasterChef Indonesia mampu menampilkan keahlian dari para chef profesional dan peserta kompetisi memasak tersebut. Melalui acara ini mereka semakin mengetahui bahwa seorang chef memiliki kemampuan memasak dengan kreatifitas yang tinggi dan teknik memasak yang baik, berikut pernyataannya :

Responden II menyatakan :

“Acara MasterChef mampu menggambarkan bahwa chef merupakan profesi yang membutuhkan kreatifitas yang tinggi, sebelumnya selama ini aku mikirnya chef itu ya hanya masak doank,tapi setelah nonton acara Masterchef dengan bahan yang kadang ‘ga ketebak tapi mereka bisa buat makanan yang menarik dan enak berarti kan chef itu membutuhkan kreatifitas yang tinggi”

Pernyataan berikutnya merupakan Responden II memberikan pendapat mengenai kualifikasi utama yang harus dimiliki oleh chef, pendapat ini merupakan hasil persepsi setelah melihat sosok chef dalam acara MasterChef

Indonesia, terlihat dari pernyataan sebelumnya diatas :

“Menurut aku ya kak, seorang chef itu seharusnya punya kreatifitas yang tinggi karena kalau jadi chef cuman punya imajinasi kreasi yang monoton menciptakan makanan yang begitu aja pasti orang juga ga akan tertarik sama makanan yang di buatnya, jadi menurut aku chef itu yang paling tinggi harus punya kreatifitas yang tinggi kak itu yang paling penting”

Responden III menyatakan bahwa acara MasterChef Indonesia mampu menggambarkan kemampuan chef yang memiliki teknik memasak yang baik :

“Karena cara mereka masak itu kadang belum pernah dilihat sebelumnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 182

kak, contohnya membolak balek kan makanan di teflon itu kak, sama yang keluar api di wajan itu.,’ga pernah ngelihat kayak gitu aku kak, jadi menarik menurutku terus teknik menata makanan itu kak, itu keren kak, kadang bisa aneh-aneh bentuknya, semuanya itu baru kulihat di acara ini kak”

Acara MasterChef Indonesia adalah kompetisi memasak yang diikuti oleh peserta dengan kemampuan memasak dari berbagai kalangan, adegan memasak merupakan bagian utama dari acara ini. Konsep acara MasterChef

Indonesia dinilai telah berhasil memberikan efek terhadap pemahaman penonton mengenai kemampuan chef dalam memasak bukan hanya kepada pelaku adegan didalam acara ini tetapi terhadap profesi chef pada umumnya. Dengan banyaknya nilai positif yang diberikan responden terhadap profesi chef sudah pasti akan menimbulkan kesan yang baik pula terhadap profesi tersebut. Bila kita sudah menyenangi sesuatu, maka kita akan cenderung melihat hal-hal yang baik pula dari hal tersebut (Rakhmat, 2007: 88).

Indikator kedua dalam membantu responden dalam mempersepsikan profesi chef adalah pengalaman. Maksud dari indikator pengalaman dalam variabel ini adalah bukan mengenai pengalaman yang didapat melalui proses belajar formal, melainkan rangkaian peristiwa yang pernah dialami oleh responden. Berbeda dengan indikator kesan yang mendapat banyak nilai positif, sebaliknya dari 7 pernyataan yang telah di uji validitasnya hanya 2 pernyataan yang mendapat nilai positif.

Sebagian besar pernyataan mendapat nilai negatif, contohnya “memasak dan mempostingnya ke media sosial” sebanyak 56 persen menyatakan jarang dan tidak pernah, pernyataan “mengikuti perlombaan kuliner” sebanyak 71 persen menyatakan jarang dan tidak pernah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 183

Hal ini juga terlihat dari hasil wawancara bebas dengan ketiga responden yang menyatakan :

Responden I : “Karena saya bukan seorang yang aktif di media sosial, saya termasuk orang yang tidak suka foodporn, karena makanan itu menurut saya untuk di makan bukan untuk di pajang ya walaupun prinsipnya makanan yang cantik dan indah itu juga baik tapi saya bukan tipe yang seperti itu jadi sebenarnya kembali ke diri pribadi sihh sebenarnya.”

Responden II : “Jarang kak, karena lebih sering ‘ga menarik juga sihh yang aku masak

jadi malulah kak untuk di upload-upload gitu..tapi kalo pas masakannya

bagus ya langsung upload lah kak....hahahah”

Responden III : “Ga pernah kak, karena masakanku selalu ‘ga bagus hasilnya..kalau

bagus pun ‘ga juga aku mau posting kak, ‘ga suka soalnya..hahhahha”

Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar responden mendapat pengalamannya dengan cara menonton dan bukan dengan cara melakukan aktivitas memasak secara langsung. Dalam hal ini, acara MasterChef Indonesia ternyata mempunyai hubungan yang besar terhadap pembentukan penilaian penontonnya walau hanya dengan menonton tanpa harus mengerjakannya langsung. Penonton telah mengalami dampak kultivasi acara tersebut, yaitu memahami realitas tanpa mengalaminya sendiri melainkan melalui perantaraan media massa sehingga realitas yang kita terima adalah realitas yang diperantarai

(mediated reality) (Morissan, 2013: 519).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 184

Indikator selanjutnya yang menjadi penilaian untuk membantu pembentukan persepsi responden terhadap profesi chef adalah kepribadian.

Kepribadian adalah hal yang paling menentukan bagi seorang individu, hal ini karena kepribadian seseorang menentukan bagaimana cara individu tersebut berpikir, berperilaku, serta membagi perasaannya dalam menghadapi berbagai macam situasi. Oleh karena itu hal-hal yang dilakukan oleh individu sedikit banyaknya memiliki hubungan dalam pembentukan persepsinya.

Pada indikator kepribadian dalam kuesioner penelitian ini terdapat 5 butir pernyataan. Sebagian besar dari 5 pernyataan tersebut bernilai negatif, dan hanya

2 yang bernilai positif. Pernyataan “meniru dan mengadopsi teknik memasak yang ada di televisi dan media sosial (Instagram, Youtube, Facebook)” sebanyak 57 persen mengatakan jarang dan tidak pernah melakukannya. Sebagian besar masyarakat menerima informasi melalui media, adanya perubahan dari pengetahuan, sikap dan tingkah laku masyarakat merupakan salah satu dampak dari proses penyampaian media tersebut. Efek media yang dihasilkan oleh acara

MasterChef Indonesia dalam hal ini memiliki hubungan terhadap kepribadian hanya sebatas pengetahuan kognitif, berarti acara ini hanya bersifat informatif tidak sampai mempengaruhi penonton untuk melakukan seperti yang media tampilkan (efek afektif dan efek behavioral).

Sedangkan pernyataan dengan nilai positif yang paling besar dalam indikator ini yaitu “melakukan aktivitas menonton acara kuliner” sebanyak 60 persen mengatakan sangat sering dan sering. Terlihat bahwa walau sebagian besar responden sering melakukan aktivitas menonton tetapi tidak semua mendapat efek afektif media massa tersebut. Dapat dikatakan bahwa penonton tidak hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 185

bersikap pasif dan hanya meniru saja pesan yang disampaikan media, namun penonton memiliki pilihan untuk ikut aktif dalam mengelola informasi tersebut, membentuknya dan menyimpan informasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri.

Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan indikator kepribadian para responden dengan menonton acara kuliner yang ditayangkan melalui televisi ataupun media sosial, penonton hanya menyukai sebatas menonton acaranya saja dan tidak memiliki hubungan dalam mempengaruhi penonton untuk melakukan kegiatan mengadopsi atau meniru adegan-adegan memasak yang disampaikan melalui acara tersebut.

Indikator terakhir dalam pembentukan persepsi masyarakat mengenai profesi chef adalah motivasi. Motivasi adalah suatu kehendak yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Terdapat 5 butir pernyataan yang telah diuji validitas serta reliabilitasnya untuk menggambarkan motivasi penonton dalam mempersepsikan profesi chef melalui acara kuliner. Keseluruhan pernyataan mendapatkan nilai positif, salah satunya yaitu “ketika menonton acara kuliner anda termotivasi untuk belajar mengenai ilmu tata boga” mendapatkan 66 persen menyatakan sangat setuju dan setuju.

Media massa dalam memberikan informasi pasti cenderung membawa pengaruh yang berdampak perubahan terhadap pola pikir masyarakat. Perlahan tapi efektif, media massa mampu memberikan informasi yang dapat membentuk pandangan penontonnya terhadap sesuatu yang menjadi objek dalam pesan tersebut. Acara MasterChef Indonesia dalam hal ini mampu menciptakan hal-hal yang mendorong motivasi penonton untuk lebih mengetahui lagi mengenai profesi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 186

chef sehingga menimbulkan persepsi yang positif. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil wawancara bebas dengan responden II yang menyatakan bahwa melihat kemampuan para chef dalam acara MasterChef Indonesia menimbulkan keinginannya untuk mengetahui lebih banyak mengenai dunia kuliner atau tata boga ini, berikut pernyataannya :

“Pastinya ada lah kak, karena ngeliat kemampuan mereka juga, kita mikirnya chef itu pekerjaan yang sederhana, cuman masak aja ternyata setelah nonton acara MasterChef aku jadi tahu itu ternyata pekerjaaan yang menyenangkan kita bisa berkreasi di situ, imajinasi bisa kita ungkapkan di masakan kita, jadi termotivasi sihh kak..

Dalam analisis kultivasi, sebuah program televisi memiliki hubungan walau hanya sedikit tetapi berperan penting dalam mengubah sikap, kepercayaan atau pandangan penonton yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya.

Seperti halnya acara MasterChef Indonesia yang walau hanya memiliki hubungan sebesar 40 persen terhadap pembentukan persepsi penontonnya tetapi mampu mengubah sikap dan pandangan penontonnya mengenai profesi chef. Pernyataan ini diperkuat dari hasil wawancara bebas terhadap ketiga responden, yang menyatakan mengalami perubahan pandangan mengenai dan memberikan persepsi yang positif terhadap profesi chef setelah menonton acara MasterChef

Indonesia, berikut pernyataanya :

Responden I : “Begini ya, saya pernah melihat acara di Youtube tentang shusijiro..jadi shusi ini shusi yang paling terkenal di Jepang, kalau ada pegawai baru itu selama 10 tahun hanya boleh menggoreng telur, setelah itu baru boleh memotong ikan setelah 5 tahun lagi baru dia boleh mengepal nasi, itulah susahnya menjadi seorang chef, jadi sebelum acara MasterChef ini muncul saya memang merasa bahwa chef itu pekerjaan yang memang susah dan butuh tanggung jawab yang besar,kemampuan yang besar tapi setelah lihat Macterchef kesannya jadi lebih gampang jadi chef, hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 187

dengan melihat tutorial kamu bisa jadi chef ‘ga perlu belajar, hanya punya bakat dan niat untuk selalu berlatih, kita bisa menjadi chef yang handal, itulah perubahan persepsi yang saya rasakan”

Responden II : “Jelas ada, sebelumnya saya kira chef itu monoton masak di dapur ternyata tidak setelah menonton Masterchef , mikirnya chef itu bisa di bilang kayak pembantu ternyata profesi chef itu bisa punya restoran sndri, mereka juga chef ga cuma bekerja restoran aja tapi juga ada di hotel terkenal bahkan sekarang chef bisa juga jadi artis kak kan udah banyak kita lihat di televisi kayaknya chef Farah Quinn, chef Marinka trus chef Juna, jadi di acara itu juga aku diperkenalkan gimana ya kak, kalau chef itu ‘ga hanya cewek saja, kan mikirnya tata boga ada cowok pasti ‘ga beres itu kak, pasti banci itu, ternyata setelah lihat ‘ga berbeda, cowok atau cewek ya bisa kalau mau jadi chef”

Responden III : “Jadi lebih tertarik kak, kalau dulu jujur aku anggap sebelah mata sama profesi ini, karena ga terlalu wow kali rasaku kak, karena menurutku jarang kesempatan kerjanya kak, masih sedikit lowongan kerjanya paling ya keluar negerilah, tapi kalo sekarang termasuk pekerjaan yang bisa diperhitungkan”

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan

(Rakhmat, 2007: 51). Persepsi positif terbentuk jika persepsi yang timbul menggambarkan pengetahuan dan tanggapan yang selaras dengan objek persepsi dan kemudian diteruskan dengan upaya pemanfaatannya. Persepsi positif merupakan tujuan yang diinginkan oleh media massa, dalam hal ini acara reality show MasterChef Indonesia telah berhasil memperolehnya.

5.3 Hubungan Menonton Tayangan MasterChef Indonesia Terhadap

Minat Masyarakat Menjadi Chef

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa menonton acara MasterChef

Indonesia terhadap minat masyarakat menjadi chef mempunyai hubungan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 188

positif tetapi relatif kecil dengan nilai korelasi koefisiennya yang didapat sebesar

0,501. Dari 17 butir pernyataan mengenai minat masyarakat menjadi chef didapat hasil perbandingan nilai yang sangat sedikit antara bernilai positif dan yang bernilai negatif yaitu 9 bernilai positif dan 8 bernilai negatif. Untuk melihat hubungan menonton dengan minat menjadi chef ada beberapa indikator yang digunakan yaitu perhatian, kesenangan, dan keterlibatan.

Jika melihat dari hasil analisis data, dengan indikator perhatian dari 8 butir pernyataan sebanyak 6 pernyataan bernilai negatif dan hanya 2 pernyataan yang bernilai positif. Pernyataan mengenai “setiap menonton acara kuliner tidak pernah melakukan kegiatan yang lain”, 69 persen responden memberikan nilai negatif dengan mengatakan jarang dan tidak pernah. Hasil data juga diperkuat oleh hasil wawancara bebas terhadap responden I, yang menyatakan tidak terlalu fokus setiap kali menonton acara MasterChef Indonesia, berikut pernyataannya :

“Ini kalau acara MasterChef ya, acara MasterChef itu saya pada waktu adegan masaknya saya mungkin fokus tapi karena acara MasterChef itu ada sedikit dramanya yang saya rasa ga penting, kayak chef juri yang marah-marah ga jelas, banting mangkok lah, yahhh setingan medialah saya sering ganti channel disitu, tapi pas adegan masaknya saya fokus tapi ya fokus bukan dalam artian ga ngapa-ngapain juga, ya sambil makan ya ngerjain tugas atau gimanalah, ga mungkin hanya terpaku selama 1 jam nonton itu iya tidakkk”

“Saya orang yang suka mengganti chanel, jadi setiap mengganti sesuatu apalagi di televisi ya karena banyak iklannya jadi pasti saya pindah chanelnya, kalau misalnya lewat acaranya, ya ‘ga masalah ‘ga terlalu kecarikan, misalnya dengan kembali melihat adegan yang terlewat di youtube, saya bukan penonton berat lah”

Adanya perhatian terhadap suatu objek sebagai reaksi awal dari timbulnya minat, karena minat itu timbul dari adanya ketertarikan suatu individu terhadap suatu objek yang mampu menimbulkan suatu kebutuhan sehingga individu tertarik untuk mengamati dan memperhatikan objek tersebut. Dari hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 189

analisis data diatas didapat kesimpulan bahwa acara MasterChef Indonesia kurang mampu dalam menimbulkan perhatian dari penontonnya dan minat yang diharapkan timbul hanyalah sedikit persentasenya.

Hasil analisis data dengan indikator kesenangan didapat dari 7 butir pernyataan 5 bernilai positif dan 2 bernilai negatif. Pernyataan mengenai “saya menjadi mengerti proses memasak tahap demi tahap makanan yang ingin saya masak setelah menonton acara kuliner” merupakan pernyataan dengan nilai positif terbanyak yaitu 67 persen menyatakan sangat setuju dan setuju. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan minat individu adalah faktor emosional. Ketika suatu objek mampu menyentuh perasaaan dan emosi individu sehingga menimbulkan rasa puas maka objek tersebut akan meningkatkan minatnya terhadap objek tersebut begitu juga bila sebaliknya. Hal inilah yang dikatakan dengan faktor emosional juga mampu mempengaruhi minat.

Indikator terakhir yang dapat menimbulkan minat menjadi chef dengan menonton tayangan MasterChef Indonesia dalam penelitian ini yaitu keterlibatan.

Keterlibatan dalam penelitian ini dimaksudkan dengan keinginan penonton untuk mengembangkan dirinya dengan hasrat memiliki kemampuan dari ilmu pengetahuan yang dimiliki ketika menonton acara MasterChef Indonesia.

Terdapat 2 butir pernyataan dalam indikator ini dan keduanya mendapat nilai positif. Pernyataan pertama mengenai “anda tertarik untuk menciptakan resep makanan dengan kreasi-kreasi baru setelah menonton acara kuliner” mendapat

55 persen menyatakan sangat setuju dan setuju, pernyataan kedua mengenai

“anda mencoba menyiapkan menu-menu makanan baru setelah menonton acara kuliner” mendapat 56 persen menyatakan sangat setuju dan setuju.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 190

Hasil analisis data ini diperkuat dengan hasil wawancara bebas kepada responden III yang menyatakan memiliki ketertarikan untuk menciptakan resep baru yang kreatif setelah melihat kreatifitas para chef di acara MasterChef

Indonesia, berikut pernyataannya :

“Ada sihh kak, karena pengen buat kreatifitas baru juga, ‘ga monoton ikutin yang udah ada aja pengen buat yang baru..kadang kalau lihat di Instagram ngeliat pakai bahan ini, gimana ya kalau di ganti jadi bahan ini ya?? rasa pengen bereksploarsi gitu kak”

“Pernah juga kak, tapi ‘ga terlalu seringlah.paling kalau pas mau ngikutin trend juga kak, biasanya sihh aku lihat di Instagram atau di internet, coba yang barulah”

Minat dapat timbul ketika individu tertarik kepada suatu objek yang sesuai dengan kebutuhannya, dan merasakan bahwa objek tersebut mampu memberikan suatu perasaan yang bermakna bagi dirinya. Ketika seorang individu mampu merasakannya maka secara sadar akan memberikan perhatian yang lebih dan terus menerus terhadap objek tersebut.

Analisis kultivasi menyatakan bahwa televisi mampu menanamkan atau menciptakan pandangan terhadap dunia, yang walau terkadang tidak akurat tetapi menjadi realitas hanya karena beberapa orang percaya kepada realitas tersebut.

Tetapi teori ini juga berpendapat bahwa televisi bukanlah satu-satunya sarana yang membentuk pandangan mengenai dunia. Televisi merupakan media yang paling ampuh, terutama ketika kontak dengan televisi sangat sering dan berlangsung lama (Ardianto, 2005: 65).

Hal ini dapat kita gambarkan melalui hasil analisis data mengenai hubungan menonton acara MasterChef Indonesia dengan minat menjadi chef dalan penelitian ini. Dalam teori ini acara MasterChef Indonesia dianggap mampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 191

memberikan suatu pandangan serta gambaran mengenai profesi chef tetapi kurang mampu dalam menarik perhatian yang besar dari penontonnya. Kurangnya perhatian yang ditimbulkan berdampak kepada efek media yang dirasakan oleh penonton menjadi lemah, sehingga tujuan media untuk menimbulkan suatu minat kepada penonton tidak tercapai.

Dari pembahasan penelitian diatas didapat kesimpulan bahwa efek media massa pada khalayak yang menonton acara MasterChef Indonesia terhadap persepsi masyarakat mengenai profesi chef dan minat masyarakat menjadi seorang chef, lebih mampu mempengaruhi pengetahuan dan perasaan khalayak.

Pengetahuan dan perasaan ini menimbulkan persepsi positif terhadap profesi chef.

Efek media massa dalam memperngaruhi minat khalayak untuk menjadi seorang chef tidak terlalu besar.

Hal ini juga terungkap dalam pernyataan hasil wawancara bebas pada responden I dan responden III, yang menyatakan bahwa acara MasterChef

Indonesia hanya memberikan sebatas pengetahuan lebih luas mengenai profesi chef tetapi tidak cukup mampu untuk menimbulkan minat menjadi seorang chef.

Berikut pernyataannya :

Responden I : “Kalau seperti itu ya, untuk menjadi chef sepertinya tidak ya, memang saya suka masak, hobi saya masak dan saya suka acara-acara memsak khususnya acara MasterChef tapi sampai kepada mengunggah saya untuk menjadi seorang chef itu ‘ga ya, karena memang saya tahu bahwa menjadi chef itu ‘ga gmpang ya, motong bawang aja saya masih berdarah kok apalagi mau jadi seorang chef, malu-maluin nantinya..pertama memang acara MasterChef itu memenuhi kebutuhan saya akan informasi mengenai memasak, informasi mengenai makanan baru, mengenai makanan unik, tapi kalau sampai mau membuat saya ingin jadi chef saya rasa tidak sejauh itu tapi ya saya memang sedikit banyak mendapat informasi yang besar dari acara itu”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 192

Responden III : “Ga kak, karena memang aku kan ga ada bakat sama sekali, sedangkan

untuk belajar lagi aku malas cukup jadi penonton ajalah kak..dan

masakanku pun pasti jelek hasilnya kak”

5.4 Hubungan Tayangan Televisi MasterChef Indonesia Terhadap Persepsi

Mahasiswa Program Studi Tata Boga Mengenai Profesi Chef

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa program acara MasterChef

Indonesia memiliki hubungan yang signifikan terhadap pembentukan persepsi mahasiswa Program Studi (Prodi) Tata Boga mengenai profesi chef. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien korelasi yang menunjukkan adanya nilai yang signifikan antara tayangan MasterChef Indonesia terhadap persepsi masyarakat mengenai profesi chef. Nilai signifikan yang dihasilkan yaitu sebesar

0,041 dengan nilain ambang batas sebesar 0,05 atau 0,041 < 0,05. Bukan hanya memiliki hubungan terhadap pembentukan persepsi kepada responden umum, ternyata acara MasterChef Indonesia juga dapat memberikan hubungan yang signifikan pada mahasiswa Prodi Tata Boga sebagai respoden khusus dalam penelitian ini.

Hasil perhitungan frekuensi jawaban kuesioner juga menunjukkan dari

35 pernyataan hampir seluruhnya bernilai positif. Sebanyak 30 pernyataan mendapat nilai positif dan hanya 5 pernyataan yang bernilai negatif. Indikator yang digunakan untuk melihat persepsi dalam penelitian adalah kesan, pengalaman, kepribadian, dan motivasi. Kesan menjadi hal yang paling menentukan dalam pembentukan persepsi seseorang karena terkadang reaksi kita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 193

terhadap kesan yang ditampilkan seseorang terjadi lewat alam bawah sadar dan menjadi hal yang sulit untuk dikendalikan (Rakhmat, 2007: 88).

Pernyataan mengenai “penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef sangatlah menarik” mendapat nilai 100 persen positif dari responden khusus yaitu sangat setuju sebanyak 73,9 persen dan setuju sebanyak 26,1 persen. Hal ini berbanding lurus dengan pernyataan mengenai tayangan MasterChef Indonesia mengenai penampilan fisik yang menarik dari para chef juri dalam acara yang juga mendapat nilai positif sangat besar dari responden. Penampilan yang baik memberikan citra yang bagus pada profesi chef dan acara MasterChef Indonesia membantu pembentukan persepsi positif dari responden khusus. Wawancara dengan dua orang responden khusus juga menyatakan hal yang sama.

Responden I : “Menurut aku penampilan chef di MasterChef itu udah pas kak, jurinya itu kadang pakai jas tapi ketika mereka ingin menunjukkan performanya mereka juga ‘ga lupa pakai baju seragam chef. Untuk pesertanya juga bagus kak, mereka udah memenuhi standart untuk seragam chef pada umumnya lah kak, minimal mereka pakai topi dan Apron”

Responden II : “Kalau mengenai penampilan ya kan kita itu acara televisi kak, jadi sudah pasti adalah pengaturan mengenai itu tapi memang yang ditampilkan disitu mengenai penampilan juri sama pesertanya di acara MasterChef itu sih aku bilang sudah bagus ya kak, apalagi chef jurinya itu..terkadang malah bawa karakter masing-masing kak, tiga orang chef itu bawa gaya masing-masing gitu ya kan, kerenlah pokoknya..yahh walau karena semuanya memang sudah diatur, tetap keren sihh kak..tapi kalau menurut aku sih penampilannya ga begitu bergantung ke profesinya, dia itu lebih dilihat dari cara mereka membuat produknya itu kak, kalau dari fisik ‘ga terlalu masalah sebenarnya untukku kak”

Hal pertama yang sangat diperhatikan dalam suatu program sudah pasti kemasannya yang penampilan menjadi salah satu faktor pendukung yang baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 194

Responden khusus merupakan mahasiswa Prodi Tata Boga juga berpendapat bahwa reality show memasak tersebut telah berhasil menyajikan dan memberikan gambaran yang baik sehingga acara tersebut berhasil menggambarkan bahwa

“profesi chef adalah profesi yang berkelas”.

Hasil kuesioner menunjukkan pernyataan tersebut mendapat nilai positif yang juga besar. Sebanyak 65,2 persen responden menjawab sangat setuju dan

34,8 persen menjawab setuju. Responden khusus yang ketika menyelesaikan pendidikannya akan berprofesi menjadi seorang chef berpendapat bahwa acara

MasterChef Indonesia telah memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat. Setiap adegan-adegan dalam acara tersebut juga bahkan membantu mereka untuk lebih mengetahui lagi bagaimana sebenarnya profesi mereka.

Wawancara bebas dengan responden juga menghasilkan data yang sejalan dengan data kuesiioner di atas.

Responden I : “menurutku acara ini banyak kali membantu untuk memberi informasi ke masyarakat tentang apa itu chef, acaranya itu bagus..Mereka bisa mengemas gimana masak itu menjadi hal yang asik gitu, gimana menegangkannya terus walau didapur ya kita bisa tetap tampil keren gitu,,lihat lah sekarang aja banyak chef yang jadi artis, menurutku itu salah satu dampak dari acara ini, yah mmemang sebelumnya ada acara kuliner yang lain tapi kan cuma sebatas demo-demo aja, nah kalau MasterChef ini ga begitu, lain konsepnya jadi kayak kasih liat sisi lain profesi ini gitulah.

Responden II : “MasterChef ini ngasi tahu ke masyarakat kalau profesi chef itu suatu profesi yang tidak sepele kak, bukan cuma hanya tahu masak, profesi ini juga perlu kreativitas yang tinggi, karena kalau cuma tahu mengolah tapi dengan resep yang itu aja ya mana bisa kak. Jadi kesannya gimana ya kak, kesannya elegan gitu kak, kerenlah..yah jadi profesi ini ga diremehin gitulah kak, bukan hanya sekedar tukang masak...itulah yang disampaikan acara ini kak..”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 195

Visualisasi dan penggambaran suatu program acara sangat berperan dalam pembentukan pemahaman penontonnya (Ardianto, 2005: 129).

Karakteristik televisi yang mampu membantu proses berpikir dalam gambar dengan cara visualisasi dan penggambarannya sangat membantu dalam hal ini.

Proses visualisasi dalam hal ini terjadi ketika bagaimana acara tersebut menunjukkan objek-objek dalam tayangan dengan fokus yang jelas sehingga mengandung suatu makna. Chef juri dan para peserta melakukan adegan-adegan yang baik dan menarik sehingga penonton tertarik untuk terus menyaksikan acara tersebut.

Penggambaran dalam acara juga menjadi salah satu hal yang penting, bagaimana proses ketika para peserta mengejar waktu untuk menyelesaikan masakannya menjadi salah satu daya tarik. Proses mulai dari peserta memilih bahan-bahan makanan, penggunaan peralatan memasak hingga proses pengolahan masakan tersebut disajikan acara MasterChef Indonesia dengan sangat baik.

Proses pengambilan gambar dengan kamera sehingga menghasilkan gambar yang sangat besar (big close-up), gambar di ambil dari jarak dekat (close shot) atau menyamping (panning), dari atas kebawah atau sebaliknya juga sangat baik dilakukan sehingga penonton bisa melihat dari segala sisi ruangan bagaimana kompetisi itu berlanjut.

Pandangan umum dalam masyarakat bahwa memasak adalah ranah kaum wanita saja tetapi kemunculan chef-chef pria seperti telah memutuskan tanggapan tersebut. Responden khusus juga berpendapat demikian, pernyataan mengenai

“profesi chef hanya identik dengan satu jenis kelamin saja” mendapat respon yang negatif sebanyak 78,2 persen memilih tidak setuju dan kurang setuju.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 196

Beberapa pernyataan lain mengenai hal tersebut juga mendapat nilai negatif dari responden khusus. Seperti “aktivitas memasak seharusnya hanya di dominasi oleh perempuan” mendapat 87 persen menjawab tidak setuju dan kurang setuju,

“profesi chef lebih tepat dilakoni oleh wanita” mendapat 86,9 persen menjawab tidak setuju dan kurang setuju, “profesi chef lebih tepat dilakoni oleh pria” mendapat sebanyak 60,8 persen menjawab tidak setuju dan kurang setuju, “jenis kelamin mempengaruhi kemampuan memasak seorang chef” mendapat respon sebanyak 52,2 persen berpendapat tidak setuju dan kurang setuju.

Hal diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kemampuan seorang chef. Konstruksi kultural masyarakat selama ini kerap membagi wilayah kerja berdasarkan jenis kelamin, dimana perempuan ditempatkan di wilayah ‘domestik’ dan laki-laki di wilayah ‘publik’ (Nugroho,

2008 : 117). Urusan rumah tangga termasuk dapur menjadi urusan yang identik dengan kaum perempuan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, maka bisa dilihat bahwa saat ini hampir tidak terlihat lagi perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam profesi sebagai seorang chef. Keduanya memiliki status, kesempatan, peranan yang luas, serta kemampuan yang sama dalam bidang profesi ini. Responden penelitian ini juga mengungkapkan hal yang sama pada saat wawancara :

Responden I :

“Saya tidak setuju kalau chef itu identik hanya untuk perempuan kak, karena menurut aku sih sama ya bagusnya, memang iya memasak itu identik sama urusannya perempuan tapi menurutku kan itu dalam hubungan rumah tangga kak, tapi kalau untuk profesi rasaku sih sama aja, malahan ya kak sebenarnya pekerjaan chef itu berat kak, didapur itu berat ya karena haru berhadapan sama peralatan yang berat-berat dan berbahaya kak jadi lebih cocok laki-laki lah kesitu...tapi kalau masalah kemampuan ya tetap aku bilang jenis kelamin itu ga ada ngaruhnya ya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 197

kak”

Responden II :

“Memang sih kalau kita lihat ya kak masak itu memang kerjaannya perempuan, tapi sekarang udah ga gitu lagi kak, sekarang malah lebih banyak laki-laki ya menurutku kak, mungkin karena acara MasterChef ini juga itu kak, jadi lebih terinspirasi gitu..jadi untuk sekarang aku ga setuju kalo memasak itu hanya untuk perempuan, laki-laki juga ga kalah bagus kok, malah bisa lebih bagus lagi”

Indikator kedua dalam mempersepsikan profesi chef yaitu pengalaman.

Pengalaman dalam responden khusus pada penelitian ini merujuk pada rangkaian peristiwa yang pernah dialami responden yang didapat baik dalam proses belajar formal maupun peristiwa yang pernah dialami. Terdapat 7 pernyataan dalam indikator ini, sebanyak 6 butir pernyataan bers negatif dan hanya 1 butir yang bernilai negatif.

Pernyataan mengenai “melakukan aktivitas masak memasak” mendapatkan sebanyak 100 persen jawaban yang bernilai positif, yaitu sebanyak

56,6 persen menjawab sangat sering dan 43,5 persen menjawab sering. Hasil yang sama juga diperoleh pada pernyataan mengenai 47, “mencoba resep-resep baru ketika memasak” yaitu sebanyak 54,2 persen menjawab sering dan sebanyak 8 persen menjawab sangat sering. Hal ini juga terlihat pada hasil wawancara pada kedua responden khusus :

Responden I :

“ya kalau di kampus kondisinya gini kak, kami selalu ada praktek gitu..seminggu teori trus kami seminggu praktek, menunya dosen yang nentukan kak..jadi kami udah di kasih menu sekalian sama resepnya..kalau di rumah sihh aku jarang masak kak, kecuali kalau disuruh lah”

“pengen sihh buat resep gitu, tapi belum berani kak..karena belum sampai kesana yang kami pelajari kak..jadi kadang belum percaya diri gitulah aku kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 198

Responden II :

“masak sih sering kak, kadang di kampus trus kadang di rumah..kalau di kampus kami kan memang selalu ada praktek kak jadi ya wajiblah pegang wajan..ntar pas praktek itu kami sekalian juga belajar table manner kak, jadi pas selesai masak itu kami makan bareng sama dosen hasil masakan kami itu..di rumah juga aku sering masak kak, memang aku suka masak sihh”

“kalau buat resep baru sihh aku sering kak, aku suka bereksperimen soalnya..jadi ntar kadang bahan buat masakan itu aku ganti kak, misalnya ganti sama yang lain gitu bahannya pengen ngeliat apa rasanya lebih enak atau gimana..”

Proses yang terjadi pada responden khusus dapat disebut sebagai resonansi. Resonansi merupakan suatu proses bagaimana kultivasi bekerja, resonansi terjadi ketika apa yang disajikan oleh televisi sama dengan realitas aktual sehari-hari yang dihadapi oleh penonton (Morrisan, 2010: 113). Ketika apa yang dialami sehari-hari oleh responden khusus juga di tampilkan oleh televisi melalui acara MasterChef Indonesia sehingga hal ini memberikan dosis ganda

(double dose) terhadap pesan yang akan memperkuat proses terjadinya kultivasi.

Hal ini semakin memberikan respon yang baik dari responden khusus terhadap profesi chef yang ditampilkan melalui acara MasterChef Indonesia.

Indikator selanjutnya yaitu kepribadian yang terdiri dari 5 butir pernyataan dengan keseluruhannya mendapat nilai positif. Pernyataan mengenai

“menyukai hal-hal baru mengenai dunia kuliner” merupakan pernyataan yang mendapat nilai positif terbanyak dari pernyataan yang lainnya. sebanyak 65,2 persen menyatakan sering dan sebanyak 34,8 persen menyatakan sangat sering.

Hal ini sejalan dengan hasil interview dengan kedua responden :

Responden I :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 199

“aku ga tahulah ya kak gimana sama yang lain, tapi kalo untuk aku acara ini memang menimbulkan rasa penasaran dengan profesi chef itu, jadi tahu tentang profesi ini dan itu jugalah yang buat aku jadi daftar ke kampus ini kak, terus waktu sudah masuk dan terjun langsung setiap kegiatan misalnya pas praktek di hotel atau di kitchen kampus aku pasti ingat sama acara ini kak, ihhh..sama persis kayak yang di MasterChef gitulah pikiranku kak, jadi menurutku acara ini memang banyak menimbulkan rasa suka terhadap kuliner dan profesi chefnya kak

Responden II :

“Acara MasterChef itu banyak ngasih pengetahuan kak, mulai dari peralatan dapur terus bagaimana cara kerjanya, jadi waktu lihat peseta itu mulai masak sampai kita lihat hasilnya itu jadi pengen langsung dipraktekkan kak, malah aku kadang besoknya langsung beli bahannya terus aku buat, sampai cara memplatting-nya pun aku contoh...hahahahhah kalau di kampus kan kalau masak kami sudah dikasih menunya kak jadi eksperimennya dirumahlah”

Hal ini menunjukkan bahwa acara MasterChef Indonesia mampu menimbulkan rasa suka responden terhadap profesi chef. Ketika ingin mengetahui apa saja sesuatu yang baru mengenai profesi ini, maka responden mendapatkan di acara tersebut. Televisi berhasil menjadi suatu jendela yang mampu menjadi jendela untuk menyalurkan informasi, mendidik, dan menghibur penontonnya sehingga responden khusus mengetahui dan menyukai informasi mengenai profesi chef.

Motivasi merupakan indikator akhir dalam membantu responden khusus untuk mempresepsikan acara MasterChef Indonesia sama halnya dengan indikator kepribadian, motivasi juga memiliki 5 butir pernyataan yang seluruhnya mendapat nilai positif. pernyataan mengenai “ketika menonton acara kuliner anda termotivasi untuk belajar mengenai ilmu tata boga” mendapat 95,6 persen jawaban yang bernilai positif. Sebanyak 47,8 persen menyatakan setuju dan 47,8 persen menyatakan sangat setuju. Hal ini sesuai dengan pernyataan responden I dan responden II :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 200

Responden I :

“Adalah kak, ada pengaruhnya acara MasterChef itu sampai aku masuk ke kampus ini, acaranya sangat baik dalam mempresentasikan bagaimana sebenarnya profesi chef itu, jadi memang bisa dibilang karena MasterChef ini lah aku lebih tahu mengenai profesi chef dan jadi tertarik untuk jadi chef...yahh seperti kayak aku bilang tadi kak, acara ini bisa gitu buat aku jadi penasaran sama profesinya, aku itu jadi termotivasi untuk lebih pengetahuan lagi mengenai profesi itu kak, karena penasaran itulah makanya aku jadi masuk ke kampus ini, benar-benar aku penasaran kak..terus gitu masuk dan waktu jadwal praktek jadi ingat adegan-adegan yang ada di MasterChef ini kak, jadinya kayak udah paham gitu aja..padahal awalnya awak cuman nontonnya”

Responden II :

“Keduanya ada kak, motivasi ada pengetahuan juga ada..apalagi untuk aku yang memang suka dunia memasak yahh semakin pengen jadi chef kak, apalagi melihat chef-chef profesional yang tampil di acara itu, jadi kayak semakin termotivasi...bahkan sekarang kak, setelah sudah belajar di kampus ini ada rasa bangga gitu kalau nonton acara itu, sebentar lagi aku bakal seperti mereka, jadi ada gitu dalam pikiran kak...tapi ya memang faktor lain ada juga kak, kayak keluarga dan lain-lain, ya tetap juga acara ini menjadi salah satunya juga kak”

Persepsi juga dipengaruhi oleh adanya suatu motivasi dari penontonnya.

Kebutuhan manusia untuk mengaktualisasi dirinya dapat menjadi salah satu motivasi yang baik dalam melakukan sesuatu. Rasa ingin mengasah dan menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang timbul ketika menonton acara MasterChef Indonesia menjadi salah satu unsur responden untuk mempelajari ilmu tata boga. Media massa sebagai sarana dalam memberikan informasi tersebut telah mampu menciptakan motivasi pada penontonnya sehingga responden khusus memilih untuk mempelajari lebih banyak lagi mengenai profesi chef.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 201

5.5 Hubungan Tayangan Televisi MasterChef Indonesia terhadap Minat

Mahasiswa Program Studi Tata Boga Menjadi Chef

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tayangan MasterChef Indonesia memiliki hubungan yang signifikan yang cukup kuat terhadap minat menjadi chef pada responden khusus penelitian. Nilai korelasi koefisien yang didapat yaitu sebesar 0,517 dan nilai signifikan sebesar 0,012. Dari 25 butir pernyataan mengenai minat sebanyak 24 butir bernilai positif dan hanya 1 butir pernyataan yang bernilai negatif. Untuk melihat hubungan tayangan terhadap minat menjadi seorang chef terdapat beberapa indikator yaitu perhatian, kesenangan, dan keterlibatan.

Hasil frekuensi analisis pada dengan indikator perhatian terdapat 8 butir pernyataan dengan hasil 7 butir pernyataan bernilai positif dan hanya 1 butri pernyataan yang bernilai negatif. Pernyataan “setiap menonton acara kuliner, saya selalu mencatat resep baru makanan yang ditampilkan pada acara tersebut” mendapat nilai 65,2 persen. sebanyak 52,2 persen menyatakan sering dan 13 persen menyatakan sangat sering. Hasil dengan nilai positif yang besar juga dapat dilihat pada pernyataan “ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus pada tahap demi tahap proses memasak yang dilakukan chef di acara tersebut” mendapat nilai positif sebesar 69,6 menyatakan sering dan 26,1 menyatakan sangat sering.

Dari dua pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa perhatian yang besar diberikan responden khusus ketika mencatat resep dan fokus pada proses memasak yang terdapat pada acara MasterChef Indonesia merupakan langkah awal dari timbulnya minat. Minat akan timbul ketika adanya ketertarikan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 202

mempelajari sesuatu yang akhirnya menimbulkan motivasi. Ketertarikan tersebut dapat didorong oleh faktor motif sosial yang merupakan salah satu pendorong timbulnya minat (Sarwono, 2003: 76). Faktor motif sosial merupakan minat untuk mengembangkan diri dengan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada hasrat untuk mendapatkan penghargaan dari keluarga dan teman.

Dalam hal ini acara MasterChef Indonesia berhasil menarik perhatian responden khusus dan mampu menimbulkan keinginan untuk mengikuti atau berpartisipasi dalam kegiatan tersebut contohnya dengan memilih memasuki Prodi

Tata Boga yang telah dilakukan oleh responden khusus. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara pada responden I :

“Aku ga tahulah ya kak gimana sama yang lain, tapi kalau untuk aku acara ini memang menimbulkan rasa penasaran dengan profesi chef itu, jadi tahu tentang profesi ini kak dan itu jugalah yang buat aku jadi daftar ke kampus ini kak, terus waktu sudah masuk dan terjun langsung setiap kegiatan misalnya pas praktek di hotel atau di kitchen kampus aku pasti ingat sama acara ini kak, ihhh...sama persis kayak yang di MasterChef gitulah pikiranku kak, jadi menurutku acara ini memang banyak menimbulkan rasa suka terhadap kuliner dan profesi chef itu sendiri”

“Karena dari tayangan itu kan mereka memberi tahukan ke kita penonton, begini lo memasak itu, begini loo ga sembarangan, terus begini loo persaingan di dunia kuliner ini, gimana cara membuat makanan ini..saya aja pun tertantang, dan memang kenyataannya begitu kak..persaingan di dapur itu memang banyak kak karena berlomba kreativitas kak, mana yang lebih jago mana yang lebih kreatif..ya gitulah kak memang berkompetisi sama dunia kerja..kita jadi termotivasi untuk terus belajar kak”

Indikator kedua yang dapat menimbulkan minat pada pada responden khusus yaitu kesenangan terdiri dari 7 butir pernyataan yang keseluruhannya bernilai positif. Pernyataan mengenai “saya mempunyai pengetahuan mengenai resep-resep baru makanan setelah menonton acara kuliner” mendapat sebanyak

73,9 berpendapat setuju dan sebanyak 26,1 persen berpendapat sangat setuju.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 203

Nilai positif yang besar juga diperoleh pernyataan “saya mempunyai pengetahuan mengenai teknik plating (menata makanan) setelah menonton acara kuliner” sebanyak 78,3 persen menyatakan setuju dan sebanyak 17,4 persen menyatakan sangat setuju.

Salah satu faktor pendorong timbulnya minat yaitu adanya faktor emosional yang langsung berkaitan dengan perasaan dan emosi. Ketika responden khusus mendapat pengetahuan baru dari tayangan maka akan menimbulkan perasaan senang dan puas, sehingga akan semakin memperkuat minat responden pada aktivitas yang sedang mereka lakukan. Hasil wawancara juga menyatakan hal yang sama :

Responden I :

“Setiap nonton acara ini, pasti ada dapat ilmu baru gitu kak..misalnya tentang resep makanan terus cara mengolah makanan itu..ohh ternayata bisa dibuat begitu atau bahannya bisa diganti sama yang lain..itu tentang masaknya kak lain lagi kalau dapat ilmu baru waktu chef juri atau pesertanya lagi platting...kreativitasnya itu kayak nular aja kak, jadi sering aku praktekkan..sejak ada MasterChef itu juga kita jadi tahu ohh ternyata ada laki-laki ya yang jadi chef, kayak saya langsung berkeinginan gitu kak, ga harus perempuan..seimbang gtu..akan tetapi ya penampilanlah, sikap, mental lebih kuat laki-laki..itulah yg membedakan”

Responden II :

“Acara MasterChef itu banyak ngasih pengetahuan kak, mulai dari peralatan dapur terus bagaimana cara kerjanya, jadi waktu lihat peseta itu mulai masak sampai kita lihat hasilnya itu jadi pengen langsung dipraktekkan kak, malah aku kadang besoknya langsung beli bahannya terus aku buat, sampai cara memplatting-nya pun aku contoh...hahahahhah kalau di kampus kan kalau masak kami sudah dikasih menunya kak jadi eksperimennya dirumahlah”

Indikator yang juga dapat menimbulkan minat menjadi chef dengan menonton tayangan MasterChef Indonesia yaitu indikator keterlibatan. Adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 204

keinginan penonton untuk terlibat atau mengembangkan pengetahuan yang didapat dari tayangan MasterChef Indonesia. Dari 8 butir pernyataan pada indikator keterlibatan tidak ada yang mendapatkan nilai negatif.

Pernyataan mengenai “anda tertarik untuk mempraktekkan teknik memasak yang diperlihatkan oleh chef dalam acara kuliner” mendapat sebanyak

60,9 persen menyatakan setuju dan 39,1 persen menyatakan sangat setuju. Nilai positif yang besar juga diperoleh pernyataan “anda tertarik mengikuti kelas kursus memasak untuk memperdalam ilmu mengenai kuliner setelah menonton acara kuliner”, sebanyak 52,2 persen menyatakan setuju dan 30,4 persen menyatakan sangat setuju.

Hasil wawancara juga memperkuat analisis data di atas, responden menyatakan bahwa tayangan MasterChef Indonesia menimbulkan keinginan untuk lebih lagi memperdalam ilmu mengenai dunia kuliner.

Responden I :

“yahhh seperti kayak aku bilang tadi kak, acara ini bisa gitu buat aku jadi penasaran sama profesinya, aku itu jadi termotivasi untuk lebih pengen tahu lagi mengenai profesi itu kak, karena perasaan itulah makanya aku jadi masuk ke kampus ini, benar-benar aku penasaran kak..terus gitu masuk dan waktu jadwal praktek jadi ingat adegan-adegan yang ada di MasterChef ini kak, jadinya kayak udah paham gitu aja..padahal awalnya awak cuman nontonnya”

“Ga ada ya kak, biasa aja..karena kan salah satu faktor aku masuk tata boga itu ya kurang lebih banyak karena acara ini, malahan setelah masuk ke jurusan ini kak aku juga masih banyak melihat-lihat MasterChef ini kak, dan tiap ngeliat itu ada aja ilmu yang didapat...apalagi waktu aku masih di tingkat basic dulu kak..banyak dapat ilmu-ilmu dasar disini, mulai dari kegunaan peralatan memasaknya, sampai bahan-bahan masakan yang baru kak”

Penelitian yang dilakukan Giorgio Di Pietro di Itali yang berjudul “The

Impact of Television Programmers on Teenage Career Aspiration: The

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 205

MasterChef Effect” juga menghasilkan hal yang sama. Pietro meneliti mengenai bagaimana acara MasterChef Itali memiliki hubungan terhadap peningkatan jumlah remaja yang memilih untuk mengikuti dan memilih profesi chef setelah menonton acara tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan

1 persen jumlah penonton acara MasterChef Italy berhubungan dengan peningkatan siswa tahun terakhir sekolah menengah yang bersedia mendaftarkan diri di sekolah perhotelan dan tata boga sebesar 0,25 persen sampai dengan 0,35 persen.

Meski bukan merupakan satu-satunya faktor penentu dalam pengambilan keputusan tetapi melihat hasil dari perhitungan koefisien korelasi antara tayangan

MasterChef Indonesia dengan minat menjadi chef pada mahasiswa Prodi Tata

Boga yaitu sebesar 0,517 dengan nilai yang signifikan sebesar 0,012, dapat dilihat bahwa tayangan MasterChef Indonesia juga memiliki hubungan dalam pembentukan minat menjadi seorang chef. Hal ini juga dapat kita lihat pada hasil wawancara berikut :

Responden I :

“Ada kak, acara ini memang bisa buat aku pengen jadi chef, tapi ya juga ada faktor lain kak, kayak keluarga dan kawan-kawan juga..ga sepenuhnya acara ini kak, tapi ya salah satu faktor penguat juga kak, melihat gimana penggambaran mereka mengenai profesi ini ya sangat membantu aku membuat keputusan”

Responden II :

“Keduanya ada kak, motivasi ada pengetahuan juga ada..apalagi untuk aku yang memang suka dunia memasak yahh semakin pengen jadi chef kak, apalagi melihat chef-chef profesional yang tampil di acara itu, jadi kayak semakin termotivasi...bahkan sekarang kak, setelah sudah belajar di kampus ini ada rasa bangga gitu kalau nonton acara itu, sebentar lagi aku bakal seperti mereka, jadi ada gitu dalam pikiran kak...tapi ya memang faktor lain ada juga kak, kayak keluarga dan lain-lain, ya tetap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 206

juga acara ini menjadi salah satunya juga kak”

Proses kultivasi dalam hal ini terjadi melalui beberapa elemen yaitu attention dan involvement. Attention adalah dimana terjadi proses social learning pada penonton ketika memberikan perhatian pada tayangan (Sumarjo, 2011: 108).

Proses ini menjelaskan jika penonton dapat mempelajari dan menimbulkan ketertarikan terhadap sesuatu hanya dengan memberikan perhatian pada tayangan tersebut. Adegan yang terjadi pada acara MasterChef Indonesia mendapat perhatian dari penonton dan ketika hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang maka akan menimbulkan perasaan yang positif pada penontonnya.

Proses yang kedua yaitu involvement, mengenai keterlibatan orang lain yang berada di sekitar penonton ketika sedang menyaksikan tayangan. Setelah terjadinya proses social learning, penonton akan memutuskan informasi apa yang akan diterima dan dipilih kemudian selanjutnya akan terjadi proses constructing dalam benak penonton. Pada proses ini penonton akan mengidentifikasi informasi yang diperolehnya melalui tayangan MasterChef Indonesia sehingga kemudian timbul dorongan untuk menjadi identik dengan apa yang ditayangkan pada televisi dalam hal ini yaitu menjadi seorang chef.

Ketika terjadi proses identifikasi tersebut penonton juga memerlukan peneguhan untuk keputusan yang diambilnya dan pada saat inilah dibutuhkan keterlibatan orang lain. Hal inilah juga terjadi pada responden khusus, acara

MasterChef Indonesia mempunyai hubungan pada minat untuk menjadi chef tetapi bukan menjadi faktor utama karena faktor yang lain seperti keluarga dan lingkungan juga memberi andil pada pengambilan keputusan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 207

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti, antara lain adalah :

1. Uji hipotesis penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

variabel X dan variabel Y1 dengan sampel masyarakat sebagai respondennya

sehingga dengan demikian hipotesis H0 ditolak. Hasil penelitian

menggambarkan bahwa menonton tayangan MasterChef Indonesia mampu

memberikan pengetahuan, wawasan serta gambaran yang baik mengenai

profesi chef kepada penontonnya sehingga menimbulkan persepsi yang positif

kepada profesi tersebut.

2. Hubungan yang positif juga terdapat pada menonton tayangan MasterChef

Indonesia (variabel X) dengan minat masyarakat menjadi seorang chef

(variabel Y2) sehingga uji hipotesis menyatakan bahwa hipotesis H0 ditolak.

Hasil perhitungan analisis korelasi menunjukkan adanya hubungan positif

tetapi tidak terlalu dominan antara menonton tayangan MasterChef Indonesia

terhadap timbulnya minat penonton menjadi seorang chef.

3. Terdapat hubungan yang positif antara tayangan MasterChef Indonesia

(variabel X) dengan persepsi mahasiswa terhadap profesi chef (variabel Y2)

sebagai respondennya. Hasil korelasi yang didapat menunjukkan tingkat

hubungan yang sedang dengan nilai signifikan yang lebih kecil dari nilai

ambang batas signifikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 208

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara tayangan MasterChef Indonesia (variabel X) dengan minat

mahasiswa menjadi seorang chef (variabel Y2). Tayangan MasterChef

Indonesia tidak hanya sekedar menayangkan jalannya kompetisi memasak,

namun mampu mengemas unsur-unsur di dalamnya menjadi konsep harapan

yang ideal terhadap dunia tata boga khususnya profesi chef. Konsep harapan

yang ideal inilah menjadi gambaran yang ingin dicapai oleh penontonnya,

dalam hal ini mahasiswa Prodi Tata Boga.

5. Menonton tayangan MasterChef Indonesia mempunyai hubungan yang

berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi masyarakat mengenai

profesi chef serta minat menjadi seorang chef. Pada masyarakat umum,

tayangan Masterchef Indonesia mampu menimbulkan persepsi positif terhadap

profesi chef namun tayangan ini tidak cukup menimbulkan minat penontonnya

untuk menjadi seorang chef. Berbeda dengan penonton yang adalah mahasiswa

Prodi Tata Boga, tayangan MasterChef Indonesia mampu mendorong

terbentuknya minat untuk menjadi seorang chef walau dalam persentase yang

tidak terlalu besar. Hal ini dapat dikarenakan masyarakat menilai bahwa

aktivitas memasak lebih merupakan hobi dan untuk menjadi seorang chef

diperlukan bakat dan keseriusan untuk menjalaninya sebagai sebuah profesi,

sedangkan pada mahasiswa yang telah memilih chef menjadi profesi aktivitas

memasak sudah menjadi sesuatu yang harus dipelajari dan acara MasterChef

Indonesia juga sebagai sarana untuk mengasah bakat mereka.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 209

6.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian dan evaluasi peneliti, adapun saran dari peneliti antara lain :

6.2.1 Saran teoritis :

1. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu menggunakan teori komunikasi

massa yang lebih mendalam agar dapat menggembangkan variabel-variabel

dalam penelitian.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas responden sehingga

mampu melihat pengaruh tayangan pada setiap kalangan dan lapisan penonton.

6.2.2 Saran akademis :

1. Disarankan bagi peneliti lain agar dapat melakukan penelitian yang lebih

mendalam terhadap persepsi dan minat dengan menggunakan teori-teori

komunikasi massa.

2. Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lebih

mendalam dengan menambah lagi variabel-variabel mengenai persepsi dan

minat pada penonton.

6.2.3 Saran praktis :

1. Penyelenggara acara MasterChef Indonesia diharapkan kembali menayangkan

acara tersebut dengan menambah daya tarik program acara agar masyarakat

semakin mengenal lebih mendalam lagi mengenai profesi chef.

2. Pihak Akademi Pariwisata Medan agar lebih sering mengadakan event-event

yang melibatkan masyarakat agar jurusan yang ada pada akademi tersebut

terkhusus jurusan Managemen Tata Boga lebih dikenal dan diketahui oleh

masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 210

DAFTAR PUSTAKA

Akademi Pariwisata Medan. (2017). Sejarah Akpar Medan. Diakses pada tanggal 1 Agustus 2017 pada pukul 13.45 WIB dari http://www.akparmedan.com/sejarah.php Apriyanti, Rita. (2015). Persepsi Ibu Rumah Tangga Kelurahan Sidomulyo Samarinda Terhadap Tayangan “Ala Chef” di Trans TV (Studi Deskriftif Dalam Meningkatkan Kreativitas Memasak). Jurnal Komunikasi, 3 (2): 459-473. Ardial. (2014). Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara Ashley, B, Hallows, J, Jones, Steve, &Taylor, B. (2004). Food And Cultural Studies. London And New York: Routledge Taylor & Francis Group As’ad, Moh. (1992). Sumber Daya Manusia, Ilmu Psikologi. Yogyakarta: Liberty. Ardianto, E. & Erdinaya, L. K. (2005). Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Ardianto, Elvinaro. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbosa Rekatama Media. Ariestyani, Arleen. (2011). Dampak Tayangan Program Acara “MasterChef” US di Channel STARWORLD Terhadap Minat Memasak (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Hotel Management Binus University). Thesis Universitas Bina Nusantara. Badan Pusat Statistik. (2016). Medan City in Figures 2016, (Publikasi No. 1275.1601). Medan. Badan Pusat Statistik Kota Medan. Baran, S., J dan Davis, D.K (2010). Teori Komunikasi Massa Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Bartono & Ruffino. (2005). Food Product Management di Hotel dan Restoran. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Benza, Jack. (2005). So You Wannabe On Reality TV. New York: Allworth Press. Budiyono. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. : Sebelas Maret University Press.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 211

Bungin, Burhan. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenamedia Group Cangara, Hafied. (2002). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Danandjaja.(2012). Metodologi Penelitian Sosial Disertai Aplikasi SPSS for Windwos. Yogyakarta: Graha Ilmu. Devito, Joseph. A. (1997). Komunikasi Antarmanusia Kuliah Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Profesional Books. Donovan, Mary Deidre. (1997). Cooking Essentials for The New Profesional Chef. United States of America: Van Nostrand Reinhold. Effendy, Onong Uchjana. (1993). Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Jakarta: Mandar Maju. Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fachrudin, Andi. (2015). Cara kreatif Mempoduksi Program Televisi. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Quinn, Farah. Farah Quinn Profile. (14 November 2012). Diakses pada tanggal 10 Januari 2016 pada pukul 21.15 wib dari www.farahquinn.com. Gisslen, Wayne. (1995). Profesional Cooking Third Edition. United States of America: Jhon Wiley & Sons, INC. Hasanah, Uswatun. (2014). Hubungan Antara Terpaan Tayangan Reportase Investigasi TransTV Pada Episode Trend Seks Bebas Dikalangan Pelajar Terhadap Kecemasan Pergaulan Bebas. eJournal Ilmu Komunikasi, 2 (2). Himawan, Sutanto. (2013). Pemaknaan Popularitas Instan Pada Acara Reality Show Televisi (Studi Tentang Acara “Big Brother” di Trans TV dan “Penghuni Terakhir” di ANTV Pada Kalangan Mahasiswa Pekerja ). Jurnal Humanity, 8 (2), ISSN: 0216-8995. Hill, Annette. (2005). Audiences And Popular Factual Television. London And New York: Routledge Taylor & Francis Group.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 212

Hurlock, Elizabeth. B. (2005). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Irwanto. (1997). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Kaplan, R.M dan Saccuza, D.P. (1993). Psychological Testing (Principles, Application, and Issue) 3rd Edition. California: Cole Publishing Company. Kusnarto. (2010). Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Program Acara Reality Show “Uya Emang Kuya” di SCTV. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2 (1). Kuswandi, Wawan. (2008). Komunikasi Massa, Analisis Interaktif Budaya Massa. Jakarta: PT. Rineka Cipta Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Littlejohn, Stephen.W dan Karen A. Foss. (2011). Teori Komunikasi Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika. MasterChef Indonesia. (2015). Diakses pada tanggal 27 April 2016 pada pukul 21.30 wib dari www.masterchefindonesia.com. Morissan, Wardhani, A.C, dan Hamid, F. (2010). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Ghalia Indonesia. Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Morissan. (2011). Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Mulyana, Deddy. (2008). Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nielsen, AGB. (2011). Nielsen Newsletter Edisi 19 : Data Highlights Ajang Unjuk Bakat, Animasi dan Acara Religi Tuai Penonton. Nielsenss Nisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Nugroho, R. (2008). Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nur, Achmad. (11 Februari 2016). Tentang MasterChef Indonesia Lengkap. Diakses pada tanggal 22 Januari 2017 pada pukul 03.04 wib dari www.achmadresep.com.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 213

Nurudin.(2014). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Pemerintah Kota Medan. (2016). Festival Kuliner Semakin Jadikan Medan Sebagai Kota Wisata Kuliner. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2017 pada pukul 18.30 Wib dari www.pemkomedan.go.id. Pietro, Di Giorgio. (2016). The Impact of Televisioan Programmes on Teenage Career Aspirations: The ‘MasterChef Effect’. IZA Discussion Paper No. 9840. United Kingdom. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rivers, William L, Jensen, Jay. W. dan Peterson, T. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modren Edisi Kedua. Jakarta: Prenada Media. Saefuddin, H.A & Antar Venus. (2007). Cultivation Theory. Jurnal Mediator, 8 (1). Sarjono, H. dan Julianita, W. (2011). SPSS VS LISREL : Sebuah Pengantar Aplikasi Untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat. Sarwono, S.W. (2003). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Singarimbun, M. & Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Siregar, Syofian. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Dilengkapi Dengan Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung. Sukardi, D. K. (1994). Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Sumarjo. (2011). Efek Adegan Kekerasan di Televisi (Kritik Atas Teori Kultivasi Grebner). Jurnal Inovasi, 3(2). Susanti, Fania. (28 Januari 2015). Food And Fashion Trans TV. Diakses pada tanggal 10 Januari 2016 pada pukul 21.00 wib dari www.jadwaltelevisi.com.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 214

Severin, Werner.J dan James W. T, Jr. (2011). Teori Komunikasi Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tim Cacus 64. (2015). Menyibak Ragam Kuliner Medan. Diakses pada tanggal 27 April 2016 pada pukul 22.41 wib dari www.kreatifonline.com. Tim Ganeca Sains Bandung. (2008). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Penabur Ilmu. Utami, Dita Purmia. (2013). Hubungan Intensitas Menonton Program Memasak di Televisi dan Kompetensi Chef Presenter Dalam Program Memasak Terhadap Minat Penonton Untuk Memasak. Thesis Universitas Diponegoro. Widiyawati, Evajune. (2015). Hubungan Intensitas Melihat Tayangan Memasak di Televisi Terhadap Minat Memasuki SMK Jurusan Boga Pada Siswa Kelas 9 SMP Negeri 3 Depok DIY. Thesis Universitas Negeri Yogyakarta. Wood, Julia T. (2013). Komunikasi Teori dan Praktik Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bagian I : Karakteristik Responden Khusus

1. Jenis kelamin : 1. Laki-Laki

2. Perempuan 1

2. Usia : 1. 15-25 tahun

2. 26-36 tahun

3. 37-49 tahun 2

4. 48- 60 tahun

3. Pendidikan : 1. SD 4. D-III 7. S-3

2. SMP 5. S-1

3. SMA 6. S-2 3

4. Pekerjaan : 1. Pelajar 5. Profesional 2. Mahasiswa 6. Ibu Rumah Tangga

3. Wiraswasta 7. Lain-lain Sebutkan : 4

4. PNS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Bagian II : Tayangan MasterChef Indonesia (Variabel X)

1. Konflik acara MasterChef Indonesia

No. Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju Setuju 1 Para chef juri dalam acara

MasterChef memiliki karakter 5 sifat yang berbeda-beda 2 Dalam segmen wawancara

dengan para peserta, seringkali para peserta mencela kemampuan peserta lainnya dan menunujukkan persaingan 6 3 Persaingan dalam acara

MasterChef, membuat penonton menjagokan dan memihak salah satu peserta sehingga menimbulkan 7 keinginan untuk tetap mengikuti acara MasterChef dengan tujuan melihat peserta

pilihannya.

2. Durasi dalam tayangan MasterChef Indonesia

No Peryataan Sangat Sering Jarang Tidak Sering pernah 1. Mengikuti setiap musim tayangan MasterChef (4 8 musim) 2. Mengikuti setiap tayangan utama acara MasterChef 3. Mengikuti setiap tayangan 9 ulang acara MasterChef 4. Menonton acara 10 MasterChef lebih dari 45 menit pada setiap

episodenya. 11 5. Hanya fokus menonton tanpa melakukan kegiatan yang lain 12

3. Kesukaan yang ditampilkan dalam acara MasterChef Indonesia

No. Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju Setuju 1. Para chef juri dalam acara MasterChef memiliki karakter yang disukai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

penonton

2. Para chef juri memiliki gaya bicara yang disukai para penonton 14 3. Penampilan fisik para chef juri dalam acara MasterChef sangat menarik 15

4. Setiap karakter chef juri dan peserta dalam acara MasterChef menjadi ciri khas yang di ingat 16 oleh penonton

4. Konsisten dalam acara MasterChef Indonesia

No. Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju Setuju 1. Kriteria pemilihan peserta (tidak berlatarbelakang pendidikan 17 chef) dalam 4 musim tayangan MasterChef sangat konsisten 2. Karakter para chef juri yang ditampilkan dalam acara MasterChef sangat konsisten 18 dari awal hingga akhir acara

3. Karakter peserta yang ditampilkan dalam acara 19 MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara

5. Energi dalam acara MasterChef Indonesia

No Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju Setuju 1 Settingan lokasi acara yang menjadi galeri MasterChef sangat menarik 2 Penggambaran acara MasterChef secara visual sangat sengit dan menegangkan 3 Kompetisi pada acara MasterChef berjalan sangat sengit dan menegangkan 4 Jalannya acara menimbulkan perasaan tidak ingin ketinggalan setiap episode acara MasterChef pada penonton 5 Jika tidak sempat menonton tayangan utama acara MasterChef, penonton berusaha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

untuk menonton tayangan ulang

acara tersebut 6 Kehadiran bintang tamu yang sesekali tampil dalam 25 acara MasterChef menambah daya tarik program 7. Pergantian lokasi kompetisi yang sesekali dilakukan diluar galeri Masterchef menambah 26 daya tarik program

8. Kemampuan memasak para chef juri Masterchef yang sesekali ditunjukkan dalam acara menjadi 27 daya tarik program 9. Kemampuan plating (menata makanan) para chef juri menjadi daya tarik program 10. Kemampuan memasak para 28 peserta Masterchef dalam acara menjadi daya tarik program 29 11. Kemampuan plating (menata makanan) para peserta dalam acara Masterchef menjadi daya tarik program 30

12. Variasi jenis makanan dalam setiap tantangan dalam acara Masterchef menjadi daya 31 tarik program

13. Acara Masterchef menggambarkan profesi chef merupakan profesi yang berkelas 32

6. Timing dalam tayangan MasterChef Indonesia No Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju setuju 1. Pemilihan jam tayang utama MasterChef, pada hari Sabtu dan Minggu 33 pukul 16.30-18.30 wib 2. Pemilihan jam tayang ulang MasterChef pada hari Kamis dan Jumat pukul 15.15wib-17.15 wib sudah 34 tepat 3. Durasi tayang acara MasterChef selama 2 jam 35 (120 menit) sudah tepat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Trend dalam acara MasterChef Indonesia

No Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak setuju setuju setuju

1 Konsep acara yang digunakan dalam acara Masterchef selalu diperbaharui dengan trend yang sedang marak di 36

masyarakat. 2. Teknik memasak yang ditampilkan chef juri maupun peserta dalam 37 acara Masterchef mengikuti teknik memasak

modern (terbaru) 3. Peralatan memasak yang

digunakan dalam acara 38 Masterchef sangat modern (terbaru)

Bagian III : Persepsi masyarakat mengenai profesi chef (Variabel Y1)

1. Kesan terhadap profesi chef No. Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju Setuju 1. Penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef sangatlah menarik 2. Seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan yang baik 3. Seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan dengan menggunakan resep-resep yang baru 4. Seorang chef memiliki kemampuan plating (menata makanan) yang sangat baik 5. Dapur yang menjadi tempat bekerja seorang chef harus memiliki setingan yang menarik 6. Peralatan memasak/dapur yang dipakai oleh seorang chef sangat bagus dan profesional 7. Profesi chef adalah profesi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang mempunyai kreatifitas yang tinggi 45 8. Chef harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam memanajemen 46 waktu memasak

9. Chef harus berpenampilan bersih, rapi, elegan, dan profesional 47 10. Profesi chef harus memiliki

pengalaman yang baik dan banyak di dunia kuliner baik 48 di dalam maupun luar negeri 11. Profesi chef harus memiliki pendidikan yang 49 baik di bidang tata boga 12. profesi chef hanya identik dengan satu jenis kelamin saja 50 13. profesi chef lebih tepat dilakoni oleh perempuan 51 14. profesi chef lebih tepat dilakoni oleh pria 52 15. aktivitas memasak seharusnya hanya didominasi 53 oleh perempuan 16. jenis kelamin mempengaruhi kemampuan 54 memasak seorang chef 17. kemampuan chef perempuan dan chef pria sama baiknya 55 18. Profesi chef adalah profesi yang berkelas 56

2. Pengalaman mengenai profesi chef

No. Pernyataan Sangat Sering Jarang Tidak sering Pernah 1. Melakukan aktivitas masak memasak 2. Mencoba resep-resep baru ketika memasak 3. Mengikuti workshop/seminar mengenai dunia kuliner 4. Menggunakan media sosial untuk menonton acara kuliner 5. Mengikuti perlombaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

kuliner

6. Mengikuti petunjuk dan cara memasak yang ada di televisi dan media sosial 62 7. Memasak dan memposting ke media sosial 63

3. Indikator kepribadian

No. Pernyataan Sangat Sering Jarang Tidak Sering Pernah

1. Melakukan aktivitas menonton acara kuliner 64 2. Meniru dan mengadopsi teknik memasak yang ada di televisi dan media sosial (instagram, youtube, 65

facebook) 3. Menyukai hal-hal baru mengenai dunia kuliner 66 4. Mencoba memasak dengan menggunakan resep-resep 67 kreasi baru 5. Mengajak kerabat atau teman untuk mencoba resep baru dalam mengolah resep masakan 68

4. Indikator Motivasi

No. Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju Setuju 1. Ketika menonton acara kuliner anda termotivasi untuk belajar mengenai ilmu tata boga 2. Acara kuliner mendorong anda untuk mencoba menu yang ditampilkan dalam acara tersebut 3. Ketika ingin mencoba menu baru sewaktu memasak, anda menonton acara kuliner di televisi dan media sosial 4. Untuk mengetahui jenis- jenis makanan baru, anda melihatnya melalui acara kuliner di televisi dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

media sosial 5. Anda mengetahui mengenai jenis-jenis seragam bekerja para chef melalui acara kuliner di 73 televisi dan media sosial

Bagian IV : Minat menjadi seorang chef ( Variabel Y2 )

1 . Indikator perhatian No Pernyataan Sangat Sering Jarang Tidak sering pernah 1 Setiap menonton acara kuliner tidak pernah melakukan kegiatan yang lain 2 Setiap menonton acara kuliner, anda selalu mencatat tips-tips memasak yang diberikan pada acara tersebut 3 Setiap menonton acara kuliner, saya selalu mencatat resep baru makanan yang ditampilkan pada acara tersebut 4 Saya selalu menyempatkan diri untuk menonton acara kuliner di sela-sela kesibukan 5 Saya selalu menyempatkan diri untuk melihat video kuliner melalui media sosial 6 Ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus saat chef melakukan plating (menata makanan ) 7 Ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus pada tahap demi tahap proses memasak yang di lakukan chef di acara tersebut 8 Ketika menonton acara kuliner saya suka memperhatikan bagaimana chef menggunakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

peralatan memasak dalam

acara tersebut

2 . Indikator Kesenangan No Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak setuju setuju setuju 1 Saya menghabiskan waktu lebih dari 60 menit untuk 82 menonton acara kuliner

2 Saya tidak tertarik mengganti chanel televisi lain ketika acara kuliner 83

sedang berlangsung 3 Saya mempunyai pengetahuan mengenai resep-resep baru makanan 84 setelah menonton acara kuliner 4 Saya mempunyai pengetahuan mengenai tenik plating (menata makanan) 85 setelah menonton acara

kuliner 5 Saya memiliki keinginan untuk menciptakan resep baru dalam mengelola masakan setelah menonton 86

acara kuliner 6 Saya menjadi mengerti

proses memasak tahap demi tahap makanan yang ingin saya masak setelah 87 menonton acara kuliner 7 Acara kuliner menjadikan anda menyukai hal-hal yang berhubungan dengan profesi chef, seperti alat memasak 88 atau seragam bekerja chef

3. Indikator Keterlibatan

No Pernyataan Sangat Setuju Kurang Tidak setuju Setuju setuju 1. Anda tertarik melakukan uji coba resep makanan yang baru setelah menonton acara kuliner 2. Anda tertarik untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

mengikuti live show/workshop mengenai 90 kuliner setelah menonton acara kuliner

3. Anda tertarik untuk menciptakan resep makanan dengan kreasi- 91

kreasi baru setelah menonton acara kuliner

4. Anda tertarik untuk mempraktekkan teknik memasak yang 92 diperlihatkan oleh para chef dalam acara kuliner 5. Anda mencoba menyiapkan menu masakan baru setelah 93 menonton acara kuliner

6. Anda tertarik mengikuti kelas kursus memasak untuk memperdalam ilmu 94 mengenai kuliner setelah menonton acara kuliner 7. Anda melakukan teknik plating (menata makanan) setiap habis memasak 95 setelah menonton acara

kuliner 8. Mengikuti akun media

sosial (Instagram, 96 Youtube, Facebook) mengenai kuliner setelah menyaksikan acara kuliner

Pertanyaan Tambahan :

1. Berikan pendapat anda mengenai acara MasterChef Indonesia di RCTI : ......

2. Berikan saran dan kritik anda mengenai acara MasterChef Indonesia di RCTI : ......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 2 : Transkrip Wawancara Bebas

Responden I : Nama : Putra Usia : 27 tahun Pendidikan : S-1 Pekerjaan : Wiraswasta Waktu Wawancara : Senin, 30 januari 2017 Lokasi Wawancara : Bens Cafe Dr.Mansyur Medan

Apakah anda pernah menonton tayangan MasterChef Indonesia?

“Pernah, MasterChef Indonesia pernah, MasterChef Australia pernah, Amerika juga pernah”

Yang paling anda sukai dari tayangan MasterChef Indonesia itu apa ya ?

“Aku suka liat adegan masak-masaknya itu karena ya dasarnya aku juga suka masak, jadi rasanya referensi lah”

Anda mengikuti tayangan MasterChef Indonesia setiap minggunya ?

“Sebenarnya aku agak-agak lupa tapi karenakan di Indonesia kan biasa di tayangkan Sabtu Minggu, jadi seringlah nonton gara-gara weekend kan libur”

Dari yang anda tonton, apa pendapat anda mengenai 3 chef juri dalam acara MasterChef Indonesia ?

“Sebenarnya yang aku suka itu chef jurinya itu ga ada, karena ketiganya terlalu lebai kayak si tato-tato itu siapa namanya chef Juna ya?? itu lebai kali gayanya, yang perempuan itu cuman seksi-seksi ajanya, paling yang aku suka chef yang masakan tradisional itu, siapa ya namanya lupa”

Itu berarti anda menilai dari penampilannya ya, kalau dari latar belakang pendidikannya gimana ?

“Dari yang aku tonton kayak di Indonesia ya, kayaknya cuman si tato itu yang paling sering lihat beritanya karena katanya dia pernah kerja di Amerika, terus Eropa juga kalau yang lain kurang gitu ngerti aku”

Tayangan MasterChef Indonesia sering mengundang bintang tamu seperti artis atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA chef profesional ke acara ini, bagaimana menurut pendapat anda ?

“Ohh bintang tamu ya?? tujuan mereka mengundang bintang tamu.. ya kalo menurut aku ya, sebenarnya salah satu cara mereka membuat acara ini semakin terkenal karena dengan adanya bintang tamu ini, penonton akan secara langsung lebih tertarik dengan acara itu karena ihh.. ada si anu loo ada artis loo”

Menurut anda apakah acara MasterChef Indonesia mampu menggambarkan bahwa profesi chef adalah profesi yang berkelas ?

“Kalau untuk sekarang ya, kan memang untuk sekarang ini profesi chef lagi naik daun, lagi banyak chef yang baru, muda-muda terus cantik dan ganteng, itu mereka menunjukkannya dengan kesan yang wah mewah..pintar eksklusif!!

Menurut anda jam tayang acara Masterchef Indonesia itu sudah pas atau menurut anda sebaiknya jam tayangnya diganti ke hari lain? Untuk tayangan utama hari Sabtu dan Minggu, sedangkan tayangan ulang hari kamis dan Jumat.

“Kalau untuk penempatan waktu sudah pas, pas kali pun karena itu hari libur ya pas hari weekend, dan acara juga sore jadi itu pas kita lagi santai dirumah, lagi duduk sama keluarga lagi menikmati waktulah karena acaranya menarik, bisa jadi hiburan sendiri”

Menurut anda bagaimana sih, penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef dalam acara MasterChef Indonesia ?

“Nah itu dia, kita kembali lagi ke yang namanya ini berkaitan dengan acara televisi kan?? jadi kalau menurut aku ya, karena itu acara televisi jadi penampilan itu penting saya rasa..kalau chef yang sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari sihh aku rasa ga gitu penting dengan penampilan, tapi karena ini acara televisi dan media nasional yang ditonton banyak orang, pasti media memikirkan hal itu karena banyak kasus seperti misalnya dia punya talenta tapi penampilannya kurang mendukung akhirnya gugur kayak acara-acara musik itu”

Terlepas dari situ kan tadi anda mengatakan bahwa seorang chef tidak terlalu memikirkan penampilan, coba anda jelaskan maksudnya ?

“Jadi maksud saya kalau untuk chef profesional yang beneran chef bukan chef televisi itu, saya banyak melihat beberapa chef di hotel atau restoran yang bahkan penampilannya seperti tukang becak, biasa aja gitu kayak kakek-kakek, bahkan dulu pernah lihat chef di hotel gendut hitam tapi masakannya sangat enak, jadi penampilan itu tidak terlalu penting,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA harusnya lebih ke bakat dan kemampuan ya”

Dan bagaimana pendapat anda ketika seorang chef sudah memakai seragam kerjanya ?

“Yaaak, kalau saya rasa pakaian chef itu warnanya kan putih, bersih jadi dengan serba putih mereka terlihat lebih higienis dalam hal memasak, dalam hal bekerja dan bahkan saya pernah dengar di beberapa acara memasak seorang chef itu tidak boleh membuat lengan bajunya kotor, dari situ saya tahu bahwa chef itu sendiri bukan pekerjaan yang berantakan, mereka harus rapi, bekerja efisien tanpa harus membuat dapur itu kotor, keren itu!!”

Anda sering melakukan aktivitas memasak ?

“Saya sering, kalau lagi ga kerja, kalau lagi dirumah ehh di kost, maaf saya ngekost, jd saya sering masak”

Ketika memasak itu anda sering membuat resep-resep baru yang anda ciptakan sendiri?

“Kalau gitu yaa, seringnya sihh begini... saya makan di rumah teman atau tidak di rumah makan, misal saya merasa rasanya enak ini, saya memang mau mencoba atau saya melihat di televisi, kalau resepnya gampang saya sering mencoba tapi sering gagal dan kalau kita berbicara tentang kebiasaan saya, kebetulan orang yang jarang keluar dari jalur, maksudnya saya biasa memasak secara tradisional jadi ya tetap secara tradisional”

Anda sering menonton acara kuliner ? Entah itu acara MasterChef Indonesia atau acara yang lain ?

“Ya..saya suka, saya suka”

Kalau menonton video kuliner dari media sosial ?

“Nahh itu masalahnya, saya punya ya media sosial seperti Instagram, Facebook, Twiter, Path bahkan Line tapi masalahnya saya bukan tipe yang penikmat media sosial yang aktif, jadi kebanyakan sihh apa yang saya lihat di media sosial karena di tag teman atau orang lain..”

Apakah anda sering memposting hasil masakan ke media sosial ?

“Karena saya bukan seorang yang aktif di media sosial, saya termasuk orang yang tidak suka foodporn, karena makanan itu menurut saya untuk di makan bukan untuk di pajang ya walaupun prinsipnya makanan yang cantik dan indah itu juga baik tapi saya bukan tipe yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA seperti itu jadi sebenarnya kembali ke diri pribadi sihh sebenarnya..”

Setiap menonton acara kuliner apakah anda fokus menonton atau sambil melakukan kegiatan yang lain ? Seperti melakukan pekerjaan rumah?

“Ini kalau acara MasterChef ya, acara MasterChef itu saya pada waktu adegan masaknya saya mungkin fokus tapi karena acara MasterChef itu ada sedikit dramanya yang saya rasa ga penting, kayak chef juri yang marah-marah ga jelas, banting mangkok lah, yahhh setingan medialah saya sering ganti channel disitu, tapi pas adegan masaknya saya fokus tapi ya fokus bukan dalam artian ga ngapa-ngapain juga, ya sambil makan ya ngerjain tugas atau gimanalah, ga mungkin hanya terpaku selama 1 jam nonton itu iya tidakkk”

Anda selalu menyempatkan diri menonton acara MasterChef Indonesia? Atau hanya ketika ingat saja?

“Tepatnya yang kedua ya, seberapa ingatnya tapi gini kalau soal ketertarikan saya tertarik dengan acara itu, saya suka tapi yahh karena waktunya juga kita „ga tahu kan, mungkin pada waktu acara itu di mulai saya lagi diluar tidak berada dirumah, masih berkegiatanlah di luar rumah jadi ya saya „ga harus belain juga pulang untuk acara itu”

Setiap anda menonton acara MasterChef Indonesia, walau kadang fokus atau tidak fokus biasanya ada sekitar 60 menit lebih dari durasi tayangnya 120 menit?

“60 menit mungkin ada ya, karena itu kan juga dipotong dengan drama yang „ga penting tadi, dengan iklan bahkan di dalam acara itu juga ada iklan, saya rasa lucu itu.. tapi „ga „nyampelah kayaknya 1 jam mungkin hanya 45 menit”

Ketika menonton apakah anda suka mengganti channel?? Misalnya sewaktu iklan terus anda ganti ke acara lain??

“Saya orang yang suka mengganti channel, jadi setiap mengganti sesuatu apalagi di televisi ya karena banyak iklannya jadi pasti saya pindah channel-nya, kalau misalnya lewat acaranya, ya „ga masalah „ga terlalu kecarikan, misalnya dengan kembali melihat adegan yang terlewat di Youtube, saya bukan penonton berat lah..”

Menurut anda apakah setelah menonton acara MasterChef Indonesia, menimbulkan keinginan untuk menciptakan resep baru atau menciptakan menu baru??

“Ohh iyaa iyaaa.. kalau untuk saya pribadi sihh ga ada ya, saya lebih suka meniru resep-resep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA makanan yang ditampilkan dalam acara itu saja sihh..seperti yang saya katakan sebelumnya, saya kan kalau resepnya saya rasa mudah ya dicoba tapi kalau kebanyakan masakan chef yang level profesional itu kan agak sulit ya, dengan bahan yang ditakar dengan..akh ribet lah pokoknya jadi kalau misalnya resep yang gampang, resep yang bisa dibuat di kost akan saya buat ya saya mau, tapi kalau sulit merepotkan ya „ga sihh..‟ga mungkin juga saya makan sambal barbeque di kostan, „kan „ga mungkin..”

Coba anda gambarkan secara keseluruhan menurut pendapat anda mengenai acara MasterChef Indonesia dan coba bandingkan dengan acara kuliner lain di televisi ?

“Ohhh,,gini ya menurut saya ya acara MasterChef itu bagus, karena dalam acara itu kan yang jadi peserta bukan dari kalangan chef tapi yang punya hobi masak dan kemampuan memasak yang bagus bisa ikut menjadi peserta...dalam acara ini mereka bukan hanya berkompetisi tetapi juga mereka sekaligus diajarkan bagaimana menjadi chef yang benar..mereka kan dari latar belakang yang berbeda-beda jadi bgus saya rasa karena juga memberi pesan bahwa tidak ada yang tidak mungkin, seperti itulah..jadi setiap orang pada intinya kalau dia mau berusaha mengejar mimpinya pasti bisa, dan pintar memasak ternyata bukan hanya bawaan dari lahir tapi sesuatu yang bisa di pelajari”

Menurut anda apakah kemunculan acara MasterChef Indonesia ini mampu memberi pengaruh pada pendapat atau persepsi anda mengenai profesi chef?

“Begini ya, saya pernah melihat acara di youtube tentang shusijiro..jadi shusi ini shusi yang paling terkenal di Jepang, kalau ada pegawai baru itu selama 10 tahun hanya boleh menggoreng telur, setelah itu baru boleh memotong ikan setelah 5 tahun lagi baru dia boleh mengepal nasi, itulah susahnya menjadi seorang chef, jadi sebelum acara MasterChef ini muncul saya memang merasa bahwa chef itu pekerjaan yang memang susah dan butuh tanggung jawab yang besar,kemampuan yang besar tapi setelah lihat MacterChef kesannya jadi lebih gmpang jadi chef, hanya dengan melihat tutorial kamu bisa jadi chef „ga perlu belajar, hanya punya bakat dan niat untuk selalu berlatih, kita bisa menjadi chef yang handal, itulah perubahan persepsi yang saya rasakan”

Sepertinya anda banyak pengetahuan mengenai acara-acara kuliner seperti ini ya ?

“Oia saya suka, memang saya suka apalagi mengenai masakan-masakan Korea atau China, saya suka ramen, saya suka makan dan suka masak, jadi saya memang saya punya ketertarikan untuk meliha acara seperti itu”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Menurut anda apakah acara MasterChef Indonesia mampu menimbulkan motivasi dan minat untuk menjadi seorang chef atau acara ini hanya sebatas memberikan anda pengetahuan mengenai bagaimana profesi chef itu ?

“Kalau seperti itu ya, untuk menjadi chef sepertinya tidak ya, memang saya suka masak, hobi saya masak dan saya suka acara-acara memsak khususnya acara MasterChef tapi sampai kepada mengunggah saya untuk menjadi seorang chef itu „ga ya, karena memang saya tahu bahwa menjadi chef itu „ga gmpang ya, motong bawang aja saya masih berdarah kok apalagi mau jadi seorang chef, malu-maluin nantinya..pertama memang acara MasterChef itu memenuhi kebutuhan saya akan informasi mengenai memasak, informasi mengenai makanan baru, mengenai makanan unik, tapi kalau sampai mau membuat saya ingin jadi chef saya rasa tidak sejauh itu tapi ya saya memang sedikit banyak mendapat informasi yang besar dari acara itu”

Menurut anda sebagai penikmat acara MasterChef Indonesia dan juga seseorang yang hobi masak, bagaimana sih sebenarnya seharusnya seorang chef itu ? mulai dari pendidikan hingga penampilan? coba anda gambarkan!

“Kalau itu ya, ini saya berbicara berdasarkan pengalaman saya melihat chef jadi menurut saya chef itu bisa dibilang chef atau bisa dikatakan sebagai seorang chef jika dia mampu menguasai bidang masakannya secara utuh, menurut saya jika chef mnguasai masakan Cina dan dia paham betul masakan itu dia bisa dikatakan seorang chef yang profesional tanpa harus mengetahui masakan yang lainnya seperti apa, karena menurut saya seorang ahli itu „ga harus bisa ahli dalam semua bidang tapi dia mampu expert dalam 1 bidang saja...jadi orang yang seperti itulah yang dibutuhkan untuk menjadi chef sejati, jika misalnya dia paham masakan Eropa, Amerika, Jepang atau segala macam pasti „ga terlalu dalam, tapi kalau sudah mendalami 1 bidang pasti itu chef yang andal atau pro lah namanya..”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Responden II Nama : Kiki Usia : 18 tahun Pendidikan : D-3 Pekerjaan : Mahasiswa Politeknik Negeri Medan Waktu Wawancara : Selasa, 31 Januari 2017 Lokasi Wawancara : Resto Kafelicious Medan

Apakah anda pernah menonton acara Masterchef Indonesia ?

“Pernah kak, saya sering mengikuti acara MasterChef”

Apakah anda mengikuti setiap tayangan utama acara MasterChef Indonesia ?

“Iya kak, kadang malah kalau „ga sempat menonton tayangan utama, saya ikuti tayangan ulangnya kak “

Biasanya anda mengikuti acara ini dari awal atau seberapa sempat dapatnya acara dimulai saja??

“Biasanya aku selalu ikuti dari awal hingga akhir kak, kalau memang pas waktunya kak”

Berarti bisa lebih dari 45 menit, biasanya anda fokus menonton atau sambil mengerjakan pekerjaan lain atau bahkan sesekali bisa mengganti channel??

“Biasanya sih sambil main handphone kak, mengganti chanelnya juga kadang bisa kalau pas iklan acaranya itu kak itulah yang kadang buat ga fokus kak, kebanyakan iklannya rasaku”

Menurut anda apa yang menarik dari acara MasterChef Indonesia ??

“Konsep acaranya itu kak, ini kan acara pertama di Indonesiai yang kompetisi masaknya dari orang-orang biasa, jadi kerenlah.. Terus kan tantangan-tantangan yang di perlombakan setiap minggu selalu berbeda, belum lagi kalau galerinya pindah jadi di luar galeri Masterchef, itu sangat menarik kak”

Bagaimana menurut anda mengenai chef juri dalam acara tersebut ?

“Itu juga sihh yang buat menarik kak, soalnya tiap karakternya berbeda-beda, adalah yang kejam ngomongnya, ada juga yang lembut kayak chef yang cewek itu, ada juga karakter yang bijaksana kalau kasih pendapat”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tayangan MasterChef Indonesia sering mengundang bintang tamu seperti artis atau chef profesional ke acara ini, bagaimana menurut pendapat anda??

“Itu juga salah satu menambah daya tarikmya kak menurut kiki, apalagi kalau di undang chef profesional lainnya atau chef dari luar negeri itu jadi semakin membuat penonton jadi penasaran kak, siapa ini?? gimana caranya dia masak ya??pasti tekniknya keren, jadinya ya gitulah kak penasaran gtulah”

Menurut anda bagaimana acara MasterChef Indonesia menggambarkan profesi chef itu?

“Acara MasterChef mampu menggambarkan bahwa chef merupakan profesi yang membutuhkan kreativitas yang tinggi, sebelumnya selama ini aku mikirnya chef itu ya hanya masak doank, tapi setelah nonton acara MasterChef dengan bahan yang kadang „ga ketebak tapi mereka bisa buat makanan yang menarik dan enak berarti kan chef itu membutuhkan kreativitas yang tinggi”

Tadi anda mengatakan sebelum ada acara ini, berarti anda selama ini tidak tahu gimna profesi chef itu??

“Ga tahu kak, yang saya tahu chef ya cuman masak doank, misalnya kita pesan makanan ini ya itu lah yang mereka masak tapi ternyata setelah nonton MasterChef ini, di kasih jenis bahan apa saja yang bahkan mereka tahunya ketika dalam kompetisi saja mereka mampu mengolahnya, berartikan keren kali tuch kreatifnya”

Bagaimana pendapat anda mengenai konsep acara serta desain dari seluruh acara MasterChef Indonesia?

“Menarik kak, contohnya kan kayak pas mereka dikasih tantangan ada beberapa peralatan memasaknya itu yang „ga selalu disediakan jadi kalau ada peserta yang menang tantangan sebelumnya dia punya keuntungan di tantangan berikutnya misalnya ya mendapat keistimewaan menggunakan peralatan masak yang tadi itu kak, jadi menambah keseruan acara ini kak..galerinya juga bagus, aku saja jadi pengen kali punya dapur kek gitu..hehehehe”

Mengenai pemilihan jam tayang utamanya hari Sabtu dan Minggu, terus jam tayang ulangnya hari Kamis dan Jumat, menurut anda apakah sudah pas?

“Udah pas kali pun kak, karena kan sabtu minggu itu libur jadi memang punya waktu untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA nontonnya jadi yah jarang kelewatan kak.”

Anda pernah melakukan aktivitas memasak??

“Kalau masak ya tiap hari aku kak”

Sewaktu masak itu apakah anda menyukai membuat resep atau menu-menu baru??

“Pernah juga kak, tapi ga terlalu seringlah. paling kalau pas mau ngikutin trend juga kak, biasanya sihh aku lihat di Instagram atau di internet, coba yang barulah”

Melihat di Instagram, berarti anda suka menonton acara kuliner di media sosial ?

“Kalau itu sangat suka kak, ada beberapa akun mengenai makanan di Instagram yang aku follow lah kak, sering juga ikutin petunjuk tentang masak dari situ kak, tapi ya tergantung ada atau tidak bahannya di kulkas juga sihh”

Apakah anda pernah memposting hasil masakan anda ke media sosial??

“Jarang kak, karena lebih sering „ga menarik juga sihh yang aku masak.jadi malulah kak untuk di upload-upload gtu. tapi kalo pas masakannya bagus ya langsung upload lah kak..hahahah”

Apakah anda pernah mengajak kerabat, saudara atau teman-teman untuk memasak dan mencoba resep-resep baru?

“kalau bahannya ada sihh sering kak, tergantung bahan kak..karena memang aku suka masak kak, hobilah gitu”

Apakah sewaktu menonton acara MasterChef Indonesia ada timbul rasa termotivasi ingin menambah lebih banyak lagi mengenai dunia tata boga atau kuliner?

“Pastinya ada lah kak, karena ngeliat kemampuan mereka juga, kita mikirnya chef itu pekerjaan yang sederhana, cuman masak aja ternyata setelah nonton acara MasterChef aku jadi tahu itu ternyata pekerjaaan yang menyenangkan kita bisa berkreasi di situ, imajinasi bisa kita ungkapkan di masakan kita, jadi termotivasi sihh kak..

Apakah sejauh ini anda ada melakukan usaha untuk itu?? misalnya ikuti les memasak atau perlombaan memasak?

“Kalau untuk les sihh ga ya kak, cuman ya „ngikuti pasif aja dari internet kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jadi dari motivasi itu ada keinginan nggak nanti suatu saat pengen jadi chef profesional?

“Pengennya sih ada kak, karena pasti kerjanya entar pasti di hotel, di restoran terkenal jadi pengen kali jadi chef kak, cuman belum terearlisasi aja”

Apakah anda selalu menyempatkan diri untuk menonton acara MasterChef Indonesia?

“Karena memang acaranya Sabtu Minggu dan aku selalu dirumah, jadi memang kalau pas „teng udah jamnya mulai aku ngidupin televisi dan langsung nonton kak”

Apakah anda sering menonton video mengenai kuliner di media sosial?

“Ga juga kak, tergantung kuota (hahhaha) kalau ada kuota ya aku mau buka juga kak videonya, tapi kalau pas sekarat ya „ga lah kak”

Biasanya memang sengaja membuka media sosial untuk membuka video kuliner atau pas ketemu aja yang masuk di timeline anda??

“Kadang pas ketemunya aja sihh kak, tergantung mood juga..kalau pas lapar ya pasti buka kayak gitu kak biar kenyang..(hahahaha) ada kepuasan aja kak, ngeliat cara masak dan hasil akhir masakan itu”

Apakah menonton acara MasterChef Indonesia menimbulkan keinginan untuk menciptakan resep makanan yang baru? misalnya resep yang khas kamu?

“Ada sihh kak, karena pengen buat kreativitas baru juga, „ga monoton ikutin yang udah ada aja pengen buat yang baru..kadang kalau lihat di Instagram ngeliat pakai bahan ini, gimana ya kalau di ganti jadi bahan ini ya?? rasa pengen bereksploarsi gitu kak”

Jadi sejauh ini anda sudah pernah mencobanya ?

“Sudah kak, tapi hasilnya „ga enak..,.hahahahah”

Menurut pendapat anda sebenarnya seperti apa sih seorang chef itu seharusnya??

“Menurut aku ya kak, seorang chef itu seharusnya punya kreativitas yang tinggi karena kalau jadi chef cuman punya imajinasi kreasi yang monoton menciptakan makanan yang begitu aja pasti orang juga ga akan tertarik sama makanan yang di buatnya, jadi menurut aku chef itu yang paling tinggi harus punya kreativitas yang tinggi kak itu yang paling penting”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Apakah menurut anda seorang chef itu hanya butuh kreativitas saja, bagaimana dengan faktor yang lain misalnya pengalaman dan pendidikan formal??

“Perlu juga kak, misalnya dalam pendidikan..kalau seorang chef punya pendidikan yang tinggi atau bahkan pendidikan dari luar negeri, pasti otomatis dia juga punya pengalaman yang menarik juga..punya pengetahuan mengenai bahan-bahan makanan yang lebih juga tapi kalau untuk jadi keharusan ga juga sih, karena kalau untuk belajar sendiri juga udah bisa kak, kan banyaknya sekarang sumbernya dari buku, internet kalau memang ada kemauan ya pasti bisa juga kak”

Berikan pendapat anda mengenai acara MasterChef Indonesia secara keseluruhan?

“MasterChef itu menarik ya, mulai dari masakannya, jurinya, pesertanya bahkan dari segi pesertanya saja „ga ngeliat dari latar belakang mereka, ada yang ibu rumah tangga, pengusaha, laki-laki dan perempuaan jadi memang itulah yang membuat menarik acara ini, apalagi kalau mendatangkan bintang tamu yang membuat penonton penasaran mulai dari chef lnternasional sampai artis, itu menjadi daya tarik tersendiri kak dan pemilihan jam tayangnya juga pas, weekend gitukan jadi menurut saya sangat menarik memang acara MasterChef ini”

Bagaimana menurut anda acara MasterChef Indonesia mengambarkan mengenai profesi chef??

“Maksudnya gimana kak??”

Maksud saya acara MasterChef Indonesia itu kan mengenai kompetisi memasak, yang secara tidak langsung juga memperkenalkan profesi chef kepada masyarakat, jadi menurut anda bagaimana profesi chef yang digambarkan oleh acara tersebut??

“Ohh gitu kak, kalo menurut aku positif ya kak, dari cara mereka menampilkan adegan- adegan memasak dalam acara tersebut jadi memberikan gambaran yang bagus juga kak, bisa kasih inspirasi juga untuk anak muda untuk memilih profesi juga, jadi ga monoton gitu kan...banyak juga mungkin orang yang mikirnya kalau chef itu kebanyakan cewek tapi setelah ada chef di acara MasterChef masyarakat jadi berpikir wah ternyata ini menarik, butuh kreativitas yang tinggi dan menurut saya dengan mereka mengaplikasikannya seperti acara MasterChef itu juga mampu menimbulkan keinginan juga untuk jadi chef”

Ada tidak kritikan anda untuk acara MasterChef Indonesia ini?

“Kalau menurut aku ya kak jam tayangnya itu terlalu lama kali, 120 menit itu kak, aku rasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sih 60 atau 90 menit aja sudah cukup, mengenai konsepnya juga kak, kan ada itu yang acara black team masuk lagi, itu menurut saya kurang menyenangkan, kan mereka udh tereliminasi tapi dikasih kesempatan untuk masuk lagi, itu kayak „ga enak gitu ditonton kalau sudah kalah ya kalahlah, „ga usah pakai acara masuk lagi”

Bagaimana pendapat anda mengenai profesi chef sebelum dan sesudah tayangnya acara MasterChef Indonesia ?? apakah mengalami perubahan??

“Jelas ada, sebelumnya saya kira chef itu monoton masak di dapur ternyata tidak setelah menonton MasterChef, mikirnya chef itu bisa di bilang kayak pembantu ternyata profesi chef itu bisa punya restoran sendiri, mereka juga chef ga cuma bekerja restoran aja tapi juga ada di hotel terkenal bahkan sekarang chef bisa juga jadi artis kak kan udah banyak kita lihat di televisi kayaknya chef Farah Quinn, chef Marinka terus chef Juna, jadi di acara itu juga aku diperkenalkan gimana ya kak, kalau chef itu „ga hanya cewek saja, kan mikirnya tata boga ada cowok pasti „ga beres itu kak, pasti banci itu, ternyata setelah lihat „ga berbeda, cowok atau cewek ya bisa kalau mau jadi chef”

Apakah menurut anda profesi chef termasuk profesi yang berkelas?

“Menurut saya berkelas ya kak, dan menantang juga, kadang masakkan butuh mood juga kak, jadi kek mana chef itu menghadapi -nya, mengatasi mood buruknya dan tetap menghasilkan makanan yang enak itu jadi suatu tantangan sihh menurutku kak dalam profesi ini”

Apakah acara MasterChef Indonesia ini mendorong atau menimbulkan motivasi anda untuk menjadi seorang chef atau hanya memberikan pengetahuan yang menciptakan persepsi seputar profesi chef saja?

“Setelah nonton MasterChef Indonesia sihh kak, selain aku punya pengetahuan yang baru, bahkan banyak kak mengenai chef, aku jadi pengen jadi chef juga kak, karena profesi chef itu kan berkelas, profesi menantang jadi saya terdorong untuk jadi seorang chef”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Responden III Nama : Crilis Adriani Sitanggang Usia : 21 tahun Pendidikan : S-1 Pekerjaan : Mahasiswa Universitas Methodist Medan Waktu Wawancara : Rabu, 01 Februari 2017 Lokasi Wawancara : Mcdonald Ring Road Medan

Apakah anda pernah menonton acara MasterChef Indonesia?

“Pernah kak, tapi sekali-sekali sih, pas kalau sempat aja”

Biasanya anda menonton tayangan utama atau siaran ulangnya?

“Terkadang siaran utama, kadang siaran ulangannya”

Apakah anda menonton acara MasterChef Indonesia dari awal sampai akhir? Berapa lama durasi menonton anda?

“Ga dari awal kak, sedapatnya aja sihh, terkadang kalau iklan saya suka ganti channel, dan biasanya tunggu acara yang lain itu iklan baru saya ganti ke MasterChef lagi”

Acara apa biasanya yang lain itu?

“Sinetron mungkin kak, atau acara lain yang sama jam tayangnya sihh kak”

Dari acara MasterChef Indonesia adegan apa yang tidak boleh anda lewatkan?

“Cara memasak sama pas bagian eliminasi kak, karena mau lihat siapa yang keluar di minggu itu”

Menurut pendapat anda bagaimana gambaran secara umum acara MasterChef Indonesia, mengenai konsep acara dan desainnya??

“Terkadang menarik kadang membosankan kak, yang menarik itu ya cara memasak dengan menu-menu baru kak, desain dapurnya pun bagus kali, lemari-lemari tempat penyimpanan mereka itu bagus, kulkasnya juga modren kak, persaingan peserta juga bagus, apalagi kalau sudah di wawancara itu mereka kak, kan ada adegan yang gitu, jadi nampak kali persaingannya kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hal apa yang tidak anda suka dari acara MasterChef Indonesia ini??

“kadang membosankan kak, apalagi kalau ada adegan yang marah-marah atau peserta yang menangis, seperti drama „ga menarik itu kak”

Tayangan MasterChef Indonesia sering mengundang bintang tamu seperti artis atau chef profesional ke acara ini, dan sering pindah lokasi kompetisi, bagaimana menurut pendapat anda??

“Bagus kak, menambah daya tarik acara itu kak, jadinya „ga monoton kalau disitu aja lokasinya, kan bosan kak, kalau pindah dan ada bintang tamu jadinya suasananya beda, lebih seru gitu”

Apakah menurut anda pemilihan jam tayang utamanya dan jam tayang ulangnya serta durasinya sudah pas??

“Terlalu lama durasinya 120 menit kak, kalau jam tayangnya sihh udah pas ya kak, karena udah sore kan jadi udah pada dirumah semuakan”.

Apa yang membuat anda menyukai teknik memasak peserta dan juri sehingga adegan itu menjadi sesuatu yang anda perhatikan dalam acara MasterChef Indonesia ?

“Karena cara mereka masak itu kadang belum pernah dilihat sebelumnya kak, contohnya membolak balek kan makanan di teflon itu kak, sama yang keluar api di wajan itu.,‟ga pernah ngelihat kayak gitu aku kak, jadi menarik menurutku terus teknik menata makanan itu kak, itu keren kak, kadang bisa aneh-aneh bentuknya, semuanya itu baru kulihat di acara MasterChef ini kak”

Apakah anda sering melakukan aktivitas memasak??

“kadang-kadang sih kak”

Pada saat memasak apakah anda suka membuat resep baru?

“Terkadang suka juga kak tapi tergantung mood juga kalau pengen ya di buat kak, tapi selalu aja hasilnya „ga baik”

Apakah anda pernah memposting hasil masakan ke media sosial?

“Ga pernah kak, karena masakanku selalu „ga bagus hasilnya..kalau bagus pun „ga juga aku mau posting kak, „ga suka soalnya..hahhahha”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apakah anda sering menonton video acara kuliner di media sosial?

“Sekali-sekali aja kak, tergantung ada waktu luang aku suka lihat video masakan ringan kak, kayak spaghetti, kue kukus, suka ngeliat cara memasaknya kak, rasanya kok mudah sekali”

Waktu menonton video itu, apakah anda pernah meniru cara memasaknya?

“Belum pernah sihh kak, karena bahannya „ga lengkap..kalau bahannya lengkap ya mungkin bisa jadi dibuat bakal dicoba jugalah kak”

Apakah anda pernah mengajak keluarga, kerabat atau teman untuk masak bersama dan mencoba resep baru ?

“Pernah kak, tapi balik lagi tergantung mood juga, terus tergantung bahan yang tersedia juga”

Sewaktu menonton acara MasterChef Indonesia anda termotivasi untuk belajar lebih banyak lagi mengenai ilmu tata boga?

“Iya sihh kak, ada juga rasa tertarik untuk lebih tahu tentang chef itu”

Sejauh itu apa yang anda lakukan untuk lebih mengetahui mengenai profesi chef?

“Paling baca buku aja kak, buku resep makanan gitu kadang yahh liat video di Instagramlah kak”

Apakah anda selalu menempatkan waktu menonton acara MasterChef Indonesia ? “Ga ada nyediain waktu kak, sedapatnya ajalah kak, karena „ga terlalu favorit x kak”

Pengetahuan apa yang anda dapatkan mengenai profesi chef setelah menonton acara MasterChef Indonesia?

“Ilmu plating sama istilah-istilah makanan kak, contohnya kayak masak dari campuran bahan jamur gitu kak, dulu „ga tau aku cara mengolah jamur sekarang udah tahu, gitu kak”

Setelah menonton acara MasterChef Indonesia, apakah ada timbul keinginan untuk menciptakan resep-resep baru?

“Pengen kak, jenis-jenis masakan tradisional itu kak, karena aku suka masakan tradisional, contohnya kayak olahan soup kak, olahan soup kan banyak kali jenisnya dan memang aku belum berani nyoba masakan luar”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bagaimana pendapat anda mengenai profesi chef setelah menyaksikan acara Masterchef Indonesia ?

“Jadi lebih tertarik kak, kalau dulu jujur aku anggap sebelah mata sama profesi ini, karena ga terlalu wow kali rasaku kak, karena menurutku jarang kesempatan kerjanya kak, masih sedikit lowongan kerjanya paling ya keluar negerilah, tapi kalo sekarang termasuk pekerjaan yang bisa diperhitungkan”

Menurut anda bagaimana sih seharusnya seorang chef, apakah harus memiliki pendidikan yang formal?

“Kalau menurutku pendidikan itu perlu ya kak, untuk tahu segala dasarnya kan kita dari situ tap kalau udah punya keahlian otodidak dan memang mahir ya bisa juga di bilang chef kak”

Setelah menonton acara MasterChef Indonesia apakah ada timbul keinginan untuk jadi seorang chef?

“Ga kak, karena memang aku kan ga ada bakat sama sekali, sedangkan untuk belajar lagi aku malas cukup jadi penonton ajalah kak..dan masakanku pun pasti jelek hasilnya kak”

Bagaimana menurut anda mengenai chef profesional yang ada di acara MasterChef Indonesia ?

“Mereka keren kak, memang punya kemampuan kak, dari segi pengetahuan, pengalaman, bukan hanya tampilan aja, mereka udah menggambarkan chef yang sangat berkelas”

Bagaimana pendapat anda mengenai para peserta dalam acara MasterChef Indonesia itu?

“Kalau untuk peserta yang baru kayaknya belumlah kak, tapi kalau udah semakin lama belajar disitu, pasti lebih banyak ilmunya..semakin sedikit pesertanya kan, pasti semakin tinggi kreativitas yang dituntut, jadi kalau „ga mampu ya pasti udah keluar..kalau bertahan ya berarti dia jago kak”

Berikan pendapat anda mengenai acara MasterChef Indonesia!

“Acara MasterChef itu acara yang menarik, melalui acara itu aku jadi lebih tahu banyak mengenai profesi chef, para peserta yang berlatar belakang berbeda juga membuat acara ini lebih menarik”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Responden IV

Nama : Anggi Pranowo Usia : 21 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa Waktu Wawancara :Senin, 17 April 2017 Lokasi Wawancara :Kampus Akademi Pariwisata Medan

Selamat siang, namanya siapa ya bang?

“Siang kak, namaku Anggi Pranowo kak”

Sekarang tingkat berapa bang dan umurnya berapa bang??

“Sekarang baru tingkat 2 kalau disini namanya middle kak..umurku 21 tahun kak”

Kalau tingkat satu sama tingkat tiga juga ada namanya bang??

“Kalau tingkat 1 namanya basic kak, tingkat 3 namanya upper kak”

Kamu sering menonton tayangan Masterchef?

“Sering bang, di RCTI kan??”

Kamu mengikuti per musim atau hanya per episodenya aja??

“Aku sih mengikuti tiap musim ya kak tapi terkadang ga setiap episode kak, aku suka download yang dari Youtube kak terus suka liat yang MasterChef USA juga sih”

Jadi kalau kamu tidak sempat menonton terus di download episode yang terlewat itu ya??

“Bukan kak, jadi kalau misalnya ada episode yang aku suka adegannya itu aku suka download, biar jadi bahan referensi gitu kak, kan bisa belajar juga dari situ..kadang ya nonton juga dari Youtube yang ketinggalan itu kak”

Kamu juga suka nonton MasterChef USA, jadi menurut kamu apa sih bedanya penampilan chef juri MasterChef Indonesia sama yang diluar negeri?

“Beda sihh ya kak, penampilan chef luar kan lebih „nyentrik gitu kak di bandingkan sama yang di Indonesia, kalau di Indonesia itu menurutku chef Juna lah kak yang bisa di sejejerkan sama chef di luar negeri..ya itu menurutku kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jadi menurut kamu penampilan fisik yang ditampilkan chef juri dalam acara MasterChef Indonesia itu bagaimana?

“Menurut aku penampilan chef di MasterChef itu udah pas kak, jurinya itu kadang pakai jas tapi ketika mereka ingin menunjukkan performanya mereka juga „ga lupa pakai baju seragam chef. Untuk pesertanya juga bagus kak, mereka udah memenuhi standart untuk seragam chef pada umumnya lah kak, minimal mereka pakai topi dan Apron”

“Tayangan MasterChef kan sering mengundang bintang tamu seperti artis atau chef profesional, bagaimana menurut kamu mengenai hal itu?”

“Menurut aku itu bagus ya kak, jadi bintang tamu itu kayak hal baru gitu di acara itu, apalagi kan kalo ada bintang tamu pasti ada challenge jadi lebih menegangkan untuk penonton kak, apalagi untuk peserta ya kan..jadi lebih asik acaranya”

Menurut kamu acara MasterChef itu bisa menggambarkan profesi chef yang berkelas ?

Bisa kak, basicnya saja bisa kak dari situlah contohnya bisa kita lihat kak...pada saat peserta mengolah masakan itu kesannya bagus kak, gimana ya suasananya pun di buat keren gitu”

Mengenai jam tayang setiap hari Sabtu dan Minggu menurut kamu gimana?? “Menurut aku sihh pas kak, karena itu weekend ya dan sore pulak”

Kamu sering memasak??

“Ya, kalau di kampus kondisinya gini kak...kami selalu ada praktek gitu..seminggu teori trus seminggu praktek, menunya dosen yang nentukan kak...jadi kami udah di kasih menu sekalian sama resepnya..kalau dirumah jarang masak kak, kecuali kalau disuruh lah”

Pernah berniat membuat resep baru ?

Pengen sih buat gitu, tapi belum berani kak..karena belum sampai kesana yang kami pelajari kak..jadi kadang belum percaya diri gitulah aku kak”

Selain tayangan MasterChef Indonesia kamu suka menonton tayangan yang lain?

“Banyak kak kayak Hells Kitchen yang di SCTV kan bagus juga itu..tapi kan acara MasterChef ini memang yang paling wow kak yah mungkin karena dia pulak acara yang pertama kali ya kan kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kalau menonton dari media sosial?

“Ada kak, kan sekarang banyak tuhh akun-akun di Instagram...di Facebook juga banyak video memasak gitu..jadi untuk menambah koleksi aku suka nonton distu kak”

Kamu suka memposting hasil masakan ke media sosial?

“Ga terlalu suka kak pamer-pamer gitu..kurang eksposlah kak..kalau ada lagi pengen aja itupun masih jarang kak”

Menurut kamu acara MasterChef Indonesia ini sudah memberikan gambaran mengenai profesi chef ke masyarakat ?

“Menurutku acara ini banyak kali membantu untuk memberi informasi ke masyarakat tentang apa itu chef ya kak, acaranya itu bagus..mereka itu bisa mengemas gimana masak itu menjadi hal yang asyik gitu, gimana menegangkannya terus walau didapur ya kita bisa tetap tampil keren gitu kak...lihatlah sekarang aja banyak chef yang jadi artis menurutku itu salah satu dampak dari acara ini, yah memang sebelumnya ada acara kuliner yang lain tapi kan cuma sebatas demo-demo aja, nah kalau MasterChef ini ga begitu kak, lain konsepnya jadi kayak kasih liat sisi lain profesi ini gitulah”

“Karena dari tayangan itu kan mereka memberi tahukan ke kita penonton, begini lo memasak itu, begini loo ga sembarangan, terus begini loo persaingan di dunia kuliner ini, gimana cara membuat makanan ini..saya aja pun tertantang, dan memang kenyataannya begitu kak..persaingan di dapur itu memang banyak kak karena berlomba kreativitas kak, mana yang lebih jago mana yang lebih kreatif..ya gitulah kak memang berkompetisi sama dunia kerja..kita jadi termotivasi untuk terus belajar kak”

Kalau untuk kamu acara ini ada memberi sesuatu mengenai dunia kuliner ?

Aku ga tahulah ya kak gimana sama yang lain, tapi kalau untuk aku acara ini memang menimbulkan rasa penasaran dengan profesi chef itu, jadi tahu tentang profesi ini kak dan itu jugalah yang buat aku jadi daftar ke kampus ini kak, terus waktu sudah masuk dan terjun langsung setiap kegiatan misalnya pas praktek di hotel atau di kitchen kampus aku pasti ingat sama acara ini kak, ihhh...sama persis kayak yang di MasterChef gitulah pikiranku kak, jadi menurutku acara ini memang banyak menimbulkan rasa suka terhadap kuliner dan profesi chef itu sendiri...

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berarti menurut kamu acara MasterChef Indonesia ini mampu menimbulkan minat untuk jadi seorang chef?

“Adalah kak, ada pengaruhnya acara MasterChef itu sampai aku masuk ke kampus ini, acaranya sangat baik dalam mempresentasikan bagaimana sebenarnya profesi chef itu, jadi memang bisa dibilang karena MasterChef ini lah aku lebih tahu mengenai profesi chef dan jadi tertarik untuk jadi chef...yahh seperti kayak aku bilang tadi kak, acara ini bisa gitu buat aku jadi penasaran sama profesinya, aku itu jadi termotivasi untuk lebih pengetahuan lagi mengenai profesi itu kak, karena penasaran itulah makanya aku jadi masuk ke kampus ini, benar-benar aku penasaran kak..terus gitu masuk dan waktu jadwal praktek jadi ingat adegan- adegan yang ada di MasterChef ini kak, jadinya kayak udah paham gitu aja..padahal awalnya awak cuman nontonnya”

Ada faktor lain ga yang mempengaruhi minat menjadi chef kamu itu?

“Ada kak, acara ini memang bisa buat aku pengen jadi chef, tapi ya juga ada faktor lain kak, kayak keluarga dan kawan-kawan juga..ga sepenuhnya acara ini kak, tapi ya salah satu faktor penguat juga kak, melihat gimana penggambaran mereka mengenai profesi ini ya sangat membantu aku membuat keputusan”

Sebagai penikmat acara MasterChef Indonesia dan yang sedang belajar untuk menjadi seorang chef menurut kamu bagaimana seharusnya seorang chef dalam bekerja??

“Harus tegas, penampilannya juga jadi salah satu penilaian juga kak, kemudian dari sikap juga kak, harus keliatannya tegas tapi tetap harus ada humornya juga kak, chef juga harus disiplin kak, harus pintar memanajemen waktu, cobalah kakak liat yang di MasterChef itu kan harus tepat waktunya kak”

Menurut kamu apakah seorang chef itu harus memiliki pendidikan di bidang tata boga??

“Ga juga ya kak, banyak sihh yang ga dari tata boga bisa masak juga kak..karena merekakan mungkin sebelumnya mencari passion-nya ga ketemu, jadi mungkin ketemunya di tata boga, ke dunia makanan terus ternyata tertarik jadi mereka mau jadi chef..ya memang pendidikan juga penting kak, tapi bukan yang terpenting..karena banyak juga kok kak, yang kuliah di tata boga tapi ntar pas lulus ga jadi chef kak, misalnya malah kerja di bank atau bidang pariwisata lainnya...lumayan ada tuhh kak senior kami yang begitu”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bagaimana menurut kamu dengan pernyataan mengenai dunia chef hanya identik dengan satu jenis kelamin saja?

“Saya „ga setuju, saya lebih setuju itu bahkan sangat setuju itu laki-laki sama perempuan itu berimbang kak, „ga ada yang lebih dominan, kita di jaman sekarang yang baiknya jgnlah berpikiran kayak gitu..kalau bisa seharusnya lebih seimbang”

Tapi kan biasanya aktivitas memasak itu dilakukan oleh perempuan?

“Saya tidak setuju kalau chef itu identik hanya untuk perempuan kak, karena menurut aku sih sama ya bagusnya, memang iya memasak itu identik sama urusannya perempuan tapi menurutku kan itu dalam hubungan rumah tangga kak, tapi kalau untuk profesi rasaku sih sama aja, malahan ya kak sebenarnya pekerjaan chef itu berat kak, didapur itu berat ya karena haru berhadapan sama peralatan yang berat-berat dan berbahaya kak jadi lebih cocok laki- laki lah kesitu...tapi kalau masalah kemampuan ya tetap aku bilang jenis kelamin itu ga ada ngaruhnya ya kak”

Apa sih hal yang paling kamu dapat dari acara MasterChef Indonesia ini?

“Setiap nonton acara ini, pasti ada dapat ilmu baru gitu kak..misalnya tentang resep makanan terus cara mengolah makanan itu..ohh ternayata bisa dibuat begitu atau bahannya bisa diganti sama yang lain..itu tentang masaknya kak lain lagi kalau dapat ilmu baru waktu chef juri atau pesertanya lagi platting...kreativitasnya itu kayak nular aja kak, jadi sering aku praktekkan..sejak ada MasterChef itu juga kita jadi tahu ohh ternyata ada laki-laki ya yang jadi chef, kayak saya langsung berkeinginan gitu kak, ga harus perempuan..seimbang gtu..akan tetapi ya penampilanlah, sikap, mental lebih kuat laki-laki..itulah yg membedakan”

Dan ketika kamu masuk ke dalam profesi ini, bagaimana pandangan kamu mengenai acara MasterChef Indonesia ini, apakah ada perubahan persepsi?

“Ga ada ya kak, biasa aja..karena kan salah satu faktor aku masuk tata boga itu ya kurang lebih banyak karena acara ini, malahan setelah masuk ke jurusan ini kak aku juga masih banyak melihat-lihat MasterChef ini kak, dan tiap ngeliat itu ada aja ilmu yang didapat...apalagi waktu aku masih di tingkat basic dulu kak..banyak dapat ilmu-ilmu dasar disini, mulai dari kegunaan peralatan memasaknya, sampai bahan-bahan masakan yang baru kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Responden V Nama : Dedy Usia : 21 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Mahasiswa Waktu Wawancara : Senin, 17 April 2017 Lokasi Wawancara : Kampus Akademi Pariwisata Medan

Seberapa sering kamu menonton acara MasterChef Indonesia?

“Sebenarnya jarang kak kalau mengikuti jadwal tayangnya, jadi seberapa dapatnya aja, misalnya pas dapat yang hari sabtu ya nonton, kalau dapatnya hari minggu ya di tonton, tapi aku selalu ikutin acara itu kak, kadang malah dari Youtube aku download”

Apakah kamu mengikuti MasterChef Indonesia setiap musimnya?

“Aku tonton tiap musim kak, tapi ya „ga selalu dari episode pertama sampai akhir kak”

Menurut kamu bagaimana penampilan peserta dan chef juri di acara MasterChef Indonesia itu?

“Kalau mengenai penampilan ya kan kita itu acara televisi kak, jadi sudah pasti adalah pengaturan mengenai itu tapi memang yang ditampilkan disitu mengenai penampilan juri sama pesertanya di acara MasterChef itu sih aku bilang sudah bagus ya kak, apalagi chef jurinya itu..terkadang malah bawa karakter masing-masing kak, tiga orang chef itu bawa gaya masing-masing gitu ya kan, kerenlah pokoknya..yahh walau karena semuanya memang sudah diatur, tetap keren sihh kak..tapi kalau menurut aku sih penampilannya ga begitu bergantung ke profesinya, dia itu lebih dilihat dari cara mereka membuat produknya itu kak, kalau dari fisik „ga terlalu masalah sebenarnya untukku kak”

Bagaimana menurut kamu mengenai chef juri di MasterChef Indonesia?

“Itu salah satu daya tariknya kak, dari penampilannya aja pun sudah menarik kak, kayak si chef Juna lah kak kita kan sudah tahu profesinya terus ganteng pulak ya kan, dia pun profesional kali itu kak..chef juri yang lain juga sudah benar-benar profesional kak di bidangnya jadi kita kan lebih tertarik, kalau misalnya jurinya bukan chef profesional mungkin cuma dosen atau apalah pasti ga terlalu tertarik kita kak”

Tayangan MasterChef Indonesia terkadang mengundang bintang tamu seperti artis atau chef profesional ke acara ini, bagaimana menurut anda?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

“Bagus sihh kak, mungkin kalau misalnya kita apalagi bagi pesertanya itu kalau memasak untuk artis pasti ada rasa berbedanya, apalagi untuk artis terkenal pasti agak lebih hati-hati ya walaupun memang masak itu sudah profesional semuanya..tapikan lebih terkesan apalagi ketika artisnya sudah menilai bagus ya ada rasa senang lah kak, untuk penonton juga jadi lebih ada suasana baru kak, jadi ga hanya peserta atau juri terus saja yang dilihat”

Kamu sering melakukan aktivitas memasak?

“Masak sih sering kak, kadang di kampus terus kadang di rumah..kalau di kampus kami kan memang selalu ada praktek kak jadi ya wajiblah pegang wajan kami..ntar pas praktek itu kami sekalian juga belajar table manner kak, jadi pas selesai masak itu kami makan bareng kak sama dosen juga hasil masakan kami itu..di rumah juga aku sering masak kak, memang aku suka masak sih kak”

Kamu pernah mencoba membuat resep-resep baru?

“Kalau buat resep baru sih aku sering kak, aku suka bereksperimen soalnya...jadi ntar kadang bahan buat masakan itu aku ganti kak, misalnya ganti sama yang lain gitu bahannya pengen ngeliat apa rasanya lebih enak atau gimana”

Selesai memasak hasilnya pernah diposting?

“ya jarang kak, „ga terlalu suka kayak gitu kak, „ga pernah siap makan gitu terus dipoto..alay kali kek gitu kak..‟ga suka kayak gitu..aku lebih suka kasih ke orang lain saja kak, biar dicicipi rasanya..untuk diposting „ga lah”

Selagi menonton acara MasterChef Indonesia kamu sering sambil melakukan aktivitas yang lain?

“ga kak, fokus saja sih aku, paling waktu iklan saja kak, habis itu aku fokus lagi”

Selain acara MasterChef Indonesia kamu suka nonton acara kuliner yang lainnya?

“Ada juga sihh kak, kayak bikin produk atau apa gitu ya suka liat di internet kak di media sosial kan banyak kak, apalagi di Instagram sama Facebook kan sudah banyak lagi kak”

Menurut kamu apa perbedaan acara MasterChef Indonesia dengan acara yang lain?

“Perbedaannya sihh banyak ya kak kalau acara yang lain kan itu cuma banyakkan demo- demo masak gitu kak, ada sih yang kompetisi juga kayak Hells Kitchen tapi kan pesertanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hanya chef profesional saja, sedangkan acara MasterChef itu lebih variasi kak pesertanya..jadi lebih baguskan, jadi banyak lapisan yang bisa ikut dan nonton..kalau demo masakkan cuma ya tahu gitu saja kak”

Menurut kamu acara MasterChef Indonesia ini sudah memberikan gambaran mengenai profesi chef ke masyarakat ?

“Menurut aku MasterChef ini ngasih tahu ke masyarakat kalau profesi chef itu bukan suatu profesi yang bisa di anggap sepele kak, bukan cuma hanya tahu masak profesi ini juga perlu kreativitas yang tinggi, karena kalau cuma tahu mengolah tapi dengan resep yang itu aja ya mana bisa kak, jadi kesannya gimana ya kak, kesannya elegan gitu kak, kerenlah..yah jadi profesi ini ga diremehin gitulah kak, bukan hanya sekedar tukang masak, itulah yang disampaikan acara ini kak”

Kalau untuk kamu acara ini ada memberi sesuatu mengenai dunia kuliner ?

“Pastinya ada kak, apalagi untuk aku yang suka boga itu pasti ada kak karena jadi belajar jugakan kita didalamnya, sambil melihat karakter-karakter kalau lagi berkompetisi itu gimana didalamnya kak jadi kedepannya bisalah ikut lombanya juga kan”

Biasanya kan aktivitas memasak itu lebih identik untuk kamu perempuan, sekarang malah banyak chef pria yang muncul, gimana menurut kamu?

“Memang sih kalau kita lihat ya kak masak itu memang kerjaannya perempuan, tapi sekarang udah ga gitu lagi kak, sekarang malah lebih banyak laki-laki ya menurutku kak, mungkin karena acara MasterChef ini juga itu kak, jadi lebih terinspirasi gitu..jadi untuk sekarang aku ga setuju kalo memasak itu hanya untuk perempuan, laki-laki juga ga kalah bagus kok, malah bisa lebih bagus lagi”

Menurut kamu acara MasterChef Indonesia itu sudah menggambarkan kalau profesi chef itu suatu profesi yang berkelas?

“Kalau dilihat sihh ya setidaknya lebih baik dari tayangan lainnya ya kak, memang ada yang lain kayak Hells Kitchen tapi masih lebih bagus MasterChef menurutku kak, disini semua penggambarannya itu memang benar-benar berkompetisi, kecepatan waktu sama cara mengolah masakannya bagus kak..belum lagi penampilan chef jurinya jadi nambah kerenkan..dari dapur bisa jadi artis juga”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apa sih hal yang paling kamu dapat dari acara MasterChef Indonesia ini?

“Acara MasterChef itu banyak ngasih pengetahuan kak, mulai dari peralatan dapur terus bagaimana cara kerjanya, jadi waktu lihat peseta itu mulai masak sampai kita lihat hasilnya itu jadi pengen langsung dipraktekkan kak, malah aku kadang besoknya langsung beli bahannya terus aku buat, sampai cara memplatting-nya pun aku contoh...hahahahhah kalau di kampus kan kalau masak kami sudah dikasih menunya kak jadi eksperimennya dirumahlah”

Menurut kamu tayangan ini ada memberikan motivasi untuk belajar menjadi chef atau hanya sebatas memberikan pengetahuan saja?

“Keduanya ada kak, motivasi ada pengetahuan juga ada..apalagi untuk aku yang memang suka dunia memasak yahh semakin pengen jadi chef kak, apalagi melihat chef-chef profesional yang tampil di acara itu, jadi kayak semakin termotivasi...bahkan sekarang kak, setelah sudah belajar di kampus ini ada rasa bangga gitu kalau nonton acara itu, sebentar lagi aku bakal seperti mereka, jadi ada gitu dalam pikiran kak...tapi ya memang faktor lain ada juga kak, kayak keluarga dan lain-lain, ya tetap juga acara ini menjadi salah satunya juga kak”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran I

KUESIONER

“HUBUNGAN TAYANGAN MASTERCHEF INDONESIA DI RCTI TERHADAP PERSEPSI MENGENAI PROFESI DAN MINAT MENJADI CHEF DI KOTA MEDAN”

Kode Responden :

I. Identitas Peneliti

Nama : Agnes Aprilisna Lubis

NIM : 147045009

Jurusan/Program Studi : Komunikasi / Magister Komunikasi

Fakultas : FISIP USU

Alamat : Jl. Stasiun No. 50 Kampung Lalang Medan

II. Petunjuk Penelitian

a. Responden diharapkan mengisi pernyataan sesuai dengan petunjuk pengisian dan keadaan yang dirasakan sebenar-benarnya.

b. Berikan tanda checklist (√ ) untuk pilihsn ysng sesuai dengan pendapat anda.

c. Kotak-kotak kosong yang terpisah pada sisi sebelah kanan tidak perlu diisi.

d. Bila Anda ingin memperbaiki jawaban pertama yang salah, cukup memberikan tanda garis dua (=) pada jawaban yang telah di checklist (√ ) kemudian checklist kembali jawaban yang di anggap benar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 4 :

Tabel Frequency Variabel Responden Umum

1. Jenis Kelamin

Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid Laki-laki 36 36,0 36,0 36,0

Perempuan 64 64,0 64,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

2. Usia Responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 15-25 tahun 68 68,0 68,0 68,0 26-36 tahun 26 26,0 26,0 94,0 37-49 tahun 4 4,0 4,0 98,0 48-60 tahun 2 2,0 2,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

3. Pendidikan Responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent ValidSMP 3 3,0 3,0 3,0 SMA 31 31,0 31,0 34,0 D-III 18 18,0 18,0 52,0 S1 46 46,0 46,0 98,0 S2 2 2,0 2,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

4. Pekerjaan Responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid pelajar 15 15,0 15,0 15,0 mahasiswa 39 39,0 39,0 54,0 wiraswasta 17 17,0 17,0 71,0 PNS 7 7,0 7,0 78,0 profesional 11 11,0 11,0 89,0 ibu rumah 6 6,0 6,0 95,0 tangga lain-lain 5 5,0 5,0 100,0 sebutkan Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Para Chef Juri Dalam Acara MasterChef Memiliki Karakter Sifat Yang Berbeda- beda Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang Setuju 1 1,0 1,0 1,0 Setuju 75 75,0 75,0 76,0 Sangat setuju 24 24,0 24,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

6. Dalam Segmen Wawancara Dengan Para Peserta, Seringkali Para Peserta Mencela Kemampuan Peserta Lainnya dan Menunjukkan Persaingan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Setuju 6 6,0 6,0 6,0 Kurang Setuju 16 16,0 16,0 22,0 Setuju 61 61,0 61,0 83,0 Sangat setuju 17 17,0 17,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

7. Persaingan Dalam Acara MasterChef, Membuat Penonton Menjagokan dan Memihak Salah Satu Peserta Sehingga Menimbulkan Keinginan Untuk Tetap Mengikuti Acara MasterChef Dengan Tujuan Melihat Peserta Pilihannya. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak Setuju 1 1,0 1,0 1,0 Kurang Setuju 5 5,0 5,0 6,0 Setuju 75 75,0 75,0 81,0 Sangat setuju 19 19,0 19,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

8. Mengikuti setiap tayangan utama acara MasterChef Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 1 1,0 1,0 1,0 jarang 60 60,0 60,0 61,0 sering 34 34,0 34,0 95,0 sangat sering 5 5,0 5,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

9. Menonton Acara MasterChef Lebih Dari 45 Menit Pada Setiap Episodenya. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 8 8,0 8,0 8,0 jarang 40 40,0 40,0 48,0 sering 44 44,0 44,0 92,0 sangat sering 8 8,0 8,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10. Hanya Fokus Menonton Tanpa Melakukan Kegiatan Yang Lain Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 17 17,0 17,0 17,0 jarang 49 49,0 49,0 66,0 sering 28 28,0 28,0 94,0 sangat sering 6 6,0 6,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

11. Para Chef Juri Dalam Acara MasterChef Memiliki Karakter Yang Disukai Penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 18 18,0 18,0 20,0 setuju 70 70,0 70,0 90,0 sangat setuju 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

12. Para Chef Juri Memiliki Gaya Bicara Yang Disukai Para Penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 26 26,0 26,0 28,0

setuju 62 62,0 62,0 90,0 sangat setuju 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

13. Penampilan Fisik Para Chef Juri Dalam Acara MasterChef Sangat Menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 12 12,0 12,0 13,0 setuju 68 68,0 68,0 81,0 sangat setuju 19 19,0 19,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

14. Setiap Karakter Chef Juri dan Peserta Dalam Acara MasterChef Menjadi Ciri Khas Yang di Ingat Oleh Penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 5 5,0 5,0 6,0 setuju 75 75,0 75,0 81,0

sangat setuju 19 19,0 19,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15. Kriteria pemilihan peserta (tidak berlatarbelakang pendidikan chef) dalam 4 musim tayangan MasterChef sangat konsisten. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 6 6,0 6,0 6,0 kurang setuju 19 19,0 19,0 25,0 setuju 62 62,0 62,0 87,0 sangat setuju 12 12,0 12,0 99,0 23,00 1 1,0 1,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

16.Karakter para chef juri yang ditampilkan dalam acara MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 15 15,0 15,0 15,0 setuju 69 69,0 69,0 84,0 sangat setuju 16 16,0 16,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

17. Karakter peserta yang ditampilkan dalam acara MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 16 16,0 16,0 17,0 setuju 71 71,0 71,0 88,0 sangat setuju 12 12,0 12,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

18. Setting lokasi acara yang menjadi galeri MasterChef sangat menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 21 21,0 21,0 22,0 setuju 56 56,0 56,0 78,0 sangat setuju 22 22,0 22,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19. Penggambaran acara MasterChef secara visual sangat sengit dan menegangkan Cumulativ Frequency Percent Valid Percent e Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 13 13,0 13,0 14,0 setuju 64 64,0 64,0 78,0 sangat setuju 22 22,0 22,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

20. Kompetisi pada acara MasterChef berjalan sangat sengit dan menegangkan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 12 12,0 12,0 12,0 setuju 70 70,0 70,0 82,0 sangat setuju 18 18,0 18,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

21. Jalannya acara menimbulkan perasaan tidak ingin ketinggalan setiap episode acara MasterChef pada penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 3 3,0 3,0 3,0 kurang setuju 31 31,0 31,0 34,0 setuju 57 57,0 57,0 91,0 sangat setuju 9 9,0 9,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

22. Jika tidak sempat menonton tayangan utama acara MasterChef, penonton berusaha untuk menonton tayangan ulang acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 11 11,0 11,0 11,0 kurang setuju 35 35,0 35,0 46,0 setuju 47 47,0 47,0 93,0 sangat setuju 7 7,0 7,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23. Kehadiran bintang tamu yang sesekali tampil dalam acara MasterChef menambah daya tarik program Cumulati ve Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 19 19,0 19,0 21,0 setuju 58 58,0 58,0 79,0 sangat setuju 21 21,0 21,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

24. Pergantian lokasi kompetisi yang sesekali dilakukan diluar galeri Masterchef menambah daya tarik program

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 12 12,0 12,0 12,0

setuju 62 62,0 62,0 74,0

sangat setuju 26 26,0 26,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

25. Kemampuan memasak para chef juri Masterchef yang sesekali ditunjukkan dalam acara menjadi daya tarik program Cumulativ Frequency Percent Valid Percent e Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 8 8,0 8,0 9,0 setuju 63 63,0 63,0 72,0 sangat setuju 28 28,0 28,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

26. Kemampuan plating (menata makanan) para chef juri menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 11 11,0 11,0 11,0 setuju 58 58,0 58,0 69,0 sangat setuju 31 31,0 31,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27. Kemampuan memasak para peserta Masterchef dalam acara menjadi daya tarik program Cumulativ Frequency Percent Valid Percent e Percent Valid kurang setuju 9 9,0 9,0 9,0 setuju 72 72,0 72,0 81,0 sangat setuju 19 19,0 19,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

28. Kemampuan plating (menata makanan) para peserta dalam acara Masterchef menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 6 6,0 6,0 8,0 setuju 66 66,0 66,0 74,0 sangat setuju 26 26,0 26,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

29. Variasi jenis makanan dalam setiap tantangan dalam acara Masterchef menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 9 9,0 9,0 10,0 setuju 62 62,0 62,0 72,0 sangat setuju 28 28,0 28,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

30. Acara Masterchef menggambarkan profesi chef merupakan profesi yang berkelas Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 4 4,0 4,0 4,0 kurang setuju 13 13,0 13,0 17,0 setuju 49 49,0 49,0 66,0 sangat setuju 34 34,0 34,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31. Pemilihan jam tayang utama MasterChef, pada hari Sabtu dan Minggu pukul 16.30-18.30 wib Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 3 3,0 3,0 3,0 kurang setuju 8 8,0 8,0 11,0 setuju 78 78,0 78,0 89,0 sangat setuju 11 11,0 11,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

32. Pemilihan jam tayang ulang MasterChef pada hari Kamis dan Jumat pukul 15.15wib-17.15 wib sudah tepat Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 4 4,0 4,0 4,0 kurang setuju 36 36,0 36,0 40,0 setuju 52 52,0 52,0 92,0 sangat setuju 8 8,0 8,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

33. Durasi tayang acara MasterChef selama 2 jam (120 menit) sudah tepat Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak setuju 6 6,0 6,0 6,0 kurang setuju 25 25,0 25,0 31,0 setuju 59 59,0 59,0 90,0 sangat setuju 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

34. Konsep acara yang digunakan dalam acara Masterchef selalu diperbaharui dengan trend yang sedang marak di masyarakat. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 24 24,0 24,0 26,0 setuju 58 58,0 58,0 84,0 sangat setuju 16 16,0 16,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

35. Teknik memasak yang ditampilkan chef juri maupun peserta dalam acara Masterchef mengikuti teknik memasak modern (terbaru) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Valid tidak setuju 3 3,0 3,0 3,0 kurang setuju 10 10,0 10,0 13,0 setuju 75 75,0 75,0 88,0 sangat setuju 12 12,0 12,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

36. Peralatan memasak yang digunakan dalam acara Masterchef sangat modern (terbaru) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 8 8,0 8,0 9,0 setuju 62 62,0 62,0 71,0 sangat setuju 29 29,0 29,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

37. Penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef sangatlah menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 14 14,0 14,0 16,0 setuju 59 59,0 59,0 75,0 sangat setuju 25 25,0 25,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

38. Seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan yang baik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 10 10,0 10,0 10,0 setuju 60 60,0 60,0 70,0 sangat setuju 30 30,0 30,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

39. Seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan dengan menggunakan resep-resep yang baru Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 4 4,0 4,0 4,0 setuju 67 67,0 67,0 71,0 sangat setuju 29 29,0 29,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40. Seorang chef memiliki kemampuan plating (menata makanan) yang sangat baik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 7 7,0 7,0 7,0 setuju 60 60,0 60,0 67,0 sangat setuju 33 33,0 33,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

41. Dapur yang menjadi tempat bekerja seorang chef harus memiliki setingan yang menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 23 23,0 23,0 24,0 setuju 54 54,0 54,0 78,0 sangat setuju 22 22,0 22,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

42. Peralatan memasak/dapur yang dipakai oleh seorang chef sangat bagus dan profesional Cumulativ Frequency Percent Valid Percent e Percent Valid tidak setuju 2 2,0 2,0 2,0 kurang setuju 9 9,0 9,0 11,0 setuju 61 61,0 61,0 72,0 sangat setuju 28 28,0 28,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

43. Profesi chef adalah profesi yang mempunyai kreatifitas yang tinggi

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 7 7,0 7,0 7,0 setuju 53 53,0 53,0 60,0 sangat setuju 40 40,0 40,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44. Chef harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam memanajemen waktu memasak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 5 5,0 5,0 5,0 setuju 48 48,0 48,0 53,0 sangat setuju 47 47,0 47,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

45. Profesi chef harus memiliki pengalaman yang baik dan banyak di dunia kuliner baik di dalam maupun luar negeri Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid kurang setuju 6 6,0 6,0 6,0 setuju 55 55,0 55,0 61,0 sangat setuju 39 39,0 39,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

46. Profesi chef adalah profesi yang berkelas Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 1 1,0 1,0 1,0 kurang setuju 22 22,0 22,0 23,0 setuju 46 46,0 46,0 69,0 sangat setuju 31 31,0 31,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

47. Melakukan aktivitas masak memasak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Validtidak pernah 2 2,0 2,0 2,0 jarang 42 42,0 42,0 44,0 sering 31 31,0 31,0 75,0 sangat sering 25 25,0 25,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 48. Mencoba resep-resep baru ketika memasak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 9 9,0 9,0 9,0 jarang 37 37,0 37,0 46,0 sering 36 36,0 36,0 82,0 sangat sering 18 18,0 18,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

49. Mengikuti workshop/seminar mengenai dunia kuliner Cumulativ Frequency Percent Valid Percent e Percent Valid tidak pernah 42 42,0 42,0 42,0 jarang 29 29,0 29,0 71,0 sering 21 21,0 21,0 92,0 sangat sering 8 8,0 8,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

50. Menggunakan media sosial untuk menonton acara kuliner Cumulati ve Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 19 19,0 19,0 19,0 jarang 30 30,0 30,0 49,0 sering 42 42,0 42,0 91,0 sangat sering 9 9,0 9,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

51. Mengikuti perlombaan kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 54 54,0 54,0 54,0 jarang 21 21,0 21,0 75,0 sering 16 16,0 16,0 91,0 sangat sering 9 9,0 9,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52. Mengikuti petunjuk dan cara memasak yang ada di televisi dan media sosial Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak pernah 17 17,0 17,0 17,0 jarang 31 31,0 31,0 48,0 sering 40 40,0 40,0 88,0 sangat sering 12 12,0 12,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

53. Memasak dan memposting ke media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 28 28,0 28,0 28,0 jarang 28 28,0 28,0 56,0 sering 31 31,0 31,0 87,0 sangat sering 13 13,0 13,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

54. Melakukan aktivitas menonton acara kuliner

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 2 2,0 2,0 2,0 jarang 38 38,0 38,0 40,0 sering 48 48,0 48,0 88,0 sangat sering 12 12,0 12,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

55. Meniru dan mengadopsi teknik memasak yang ada di televisi dan media sosial (instagram, youtube, facebook) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 6 6,0 6,0 6,0 jarang 51 51,0 51,0 57,0 sering 33 33,0 33,0 90,0 sangat sering 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56. Menyukai hal-hal baru mengenai dunia kuliner

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 4 4,0 4,0 4,0

jarang 34 34,0 34,0 38,0

sering 46 46,0 46,0 84,0

sangat sering 16 16,0 16,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

57. Mencoba memasak dengan menggunakan resep-resep kreasi baru Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak pernah 8 8,0 8,0 8,0 jarang 41 41,0 41,0 49,0 sering 38 38,0 38,0 87,0 sangat sering 13 13,0 13,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

58. Mengajak kerabat atau teman untuk mencoba resep baru dalam mengolah resep masakan Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak pernah 17 17,0 17,0 17,0 jarang 36 36,0 36,0 53,0 sering 35 35,0 35,0 88,0 sangat sering 12 12,0 12,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

59. Ketika menonton acara kuliner anda termotivasi untuk belajar mengenai ilmu tata boga Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 11 11,0 11,0 11,0 kurang setuju 23 23,0 23,0 34,0 setuju 45 45,0 45,0 79,0 sangat setuju 21 21,0 21,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60. Acara kuliner mendorong anda untuk mencoba menu yang ditampilkan dalam acara tersebut Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak setuju 9 9,0 9,0 9,0 kurang setuju 19 19,0 19,0 28,0 setuju 51 51,0 51,0 79,0 sangat setuju 21 21,0 21,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

61. Ketika ingin mencoba menu baru sewaktu memasak, anda menonton acara kuliner di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 12 12,0 12,0 12,0 kurang setuju 24 24,0 24,0 36,0 setuju 51 51,0 51,0 87,0 sangat setuju 13 13,0 13,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

62. Untuk mengetahui jenis-jenis makanan baru, anda melihatnya melalui acara kuliner di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 9 9,0 9,0 9,0 kurang setuju 22 22,0 22,0 31,0 setuju 53 53,0 53,0 84,0 sangat setuju 16 16,0 16,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

63. Anda mengetahui mengenai jenis-jenis seragam bekerja para chef melalui acara kuliner di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 9 9,0 9,0 9,0 kurang setuju 35 35,0 35,0 44,0 setuju 45 45,0 45,0 89,0 sangat setuju 11 11,0 11,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64. Setiap menonton acara kuliner tidak pernah melakukan kegiatan yang lain Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 13 13,0 13,0 13,0 jarang 56 56,0 56,0 69,0 sering 28 28,0 28,0 97,0 sangat sering 3 3,0 3,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

65. Setiap menonton acara kuliner, anda selalu mencatat tips-tips memasak yang diberikan pada acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 30 30,0 30,0 30,0 jarang 42 42,0 42,0 72,0 sering 19 19,0 19,0 91,0 sangat sering 9 9,0 9,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

66. Setiap menonton acara kuliner, saya selalu mencatat resep baru makanan yang ditampilkan pada acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 25 25,0 25,0 25,0 jarang 44 44,0 44,0 69,0 sering 24 24,0 24,0 93,0 sangat sering 7 7,0 7,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

67. Saya selalu menyempatkan diri untuk menonton acara kuliner di sela-sela kesibukan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 18 18,0 18,0 18,0 jarang 45 45,0 45,0 63,0 sering 27 27,0 27,0 90,0 sangat sering 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68. Saya selalu menyempatkan diri untuk melihat video kuliner melalui media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 20 20,0 20,0 20,0 jarang 37 37,0 37,0 57,0 sering 36 36,0 36,0 93,0 sangat sering 7 7,0 7,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

69. Ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus saat chef melakukan plating (menata makanan ) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 2 2,0 2,0 2,0 jarang 46 46,0 46,0 48,0 sering 43 43,0 43,0 91,0 sangat sering 9 9,0 9,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

70. Ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus pada tahap demi tahap proses memasak yang di lakukan chef di acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 4 4,0 4,0 4,0 jarang 42 42,0 42,0 46,0 sering 43 43,0 43,0 89,0 sangat sering 11 11,0 11,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

71. Ketika menonton acara kuliner saya suka memperhatikan bagaimana chef menggunakan peralatan memasak dalam acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak pernah 3 3,0 3,0 3,0 jarang 38 38,0 38,0 41,0 sering 48 48,0 48,0 89,0 sangat sering 11 11,0 11,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72. Saya menghabiskan waktu lebih dari 60 menit untuk menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 10 10,0 10,0 10,0 kurang setuju 44 44,0 44,0 54,0 setuju 39 39,0 39,0 93,0 sangat setuju 7 7,0 7,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

73. Saya tidak tertarik mengganti chanel televisi lain ketika acara kuliner sedang berlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 10 10,0 10,0 10,0 kurang setuju 41 41,0 41,0 51,0 setuju 40 40,0 40,0 91,0 sangat setuju 9 9,0 9,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

74. Saya mempunyai pengetahuan mengenai resep-resep baru makanan setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 6 6,0 6,0 6,0 kurang setuju 34 34,0 34,0 40,0 setuju 53 53,0 53,0 93,0 sangat setuju 7 7,0 7,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

75. Saya mempunyai pengetahuan mengenai teknik plating (menata makanan) setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 7 7,0 7,0 7,0 kurang setuju 35 35,0 35,0 42,0 setuju 51 51,0 51,0 93,0 sangat setuju 7 7,0 7,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76. Saya memiliki keinginan untuk menciptakan resep baru dalam mengelola masakan setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 11 11,0 11,0 11,0 kurang setuju 33 33,0 33,0 44,0 setuju 46 46,0 46,0 90,0 sangat setuju 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

77. Saya menjadi mengerti proses memasak tahap demi tahap makanan yang ingin saya masak setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 9 9,0 9,0 9,0 kurang setuju 24 24,0 24,0 33,0 setuju 57 57,0 57,0 90,0 sangat setuju 10 10,0 10,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

78. Acara kuliner menjadikan anda menyukai hal-hal yang berhubungan dengan profesi chef, seperti alat memasak atau seragam bekerja chef Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 8 8,0 8,0 8,0 kurang setuju 30 30,0 30,0 38,0 setuju 48 48,0 48,0 86,0 sangat setuju 14 14,0 14,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

79. Anda tertarik untuk menciptakan resep makanan dengan kreasi-kreasi baru setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 9 9,0 9,0 9,0 kurang setuju 36 36,0 36,0 45,0 setuju 46 46,0 46,0 91,0 sangat setuju 9 9,0 9,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80. Anda mencoba menyiapkan menu-menu makanan baru setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid tidak setuju 11 11,0 11,0 11,0 kurang setuju 33 33,0 33,0 44,0 setuju 50 50,0 50,0 94,0 sangat setuju 6 6,0 6,0 100,0 Total 100 100,0 100,0

Tabel Frequency Variabel Responden Khusus

1. Jenis Kelamin Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid laki-laki 13 56,5 56,5 56,5 perempuan 10 43,5 43,5 100,0 Total 23 100,0 100,0

2. Usia Responden

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid 15-25 tahun 22 95,7 95,7 95,7 26-36 tahun 1 4,3 4,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

3. Pendidikan Responden

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid SMA 23 100,0 100,0 100,0

4. Pekerjaan Responden

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Mahasiswa 23 100,0 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5. Para Chef Juri Dalam Acara MasterChef Memiliki Karakter Sifat Yang Berbeda- beda Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 13 56,5 56,5 56,5 Sangat Setuju 10 43,5 43,5 100,0 Total 23 100,0 100,0

6. Dalam Segmen Wawancara Dengan Para Peserta, Seringkali Para Peserta Mencela Kemampuan Peserta Lainnya dan Menunjukkan Persaingan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang Setuju 5 21,7 21,7 21,7 Setuju 18 78,3 78,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

7. Persaingan dalam acara MasterChef, membuat penonton menjagokan dan memihak salah satu peserta sehingga menimbulkan keinginan untuk tetap mengikuti acara MasterChef dengan tujuan melihat peserta pilihannya. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang Setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 20 87,0 87,0 91,3

Sangat Setuju 2 8,7 8,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

8. Mengikuti setiap musim tayangan MasterChef (4 musim) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 11 47,8 47,8 47,8 Sering 12 52,2 52,2 100,0 Total 23 100,0 100,0

9. Mengikuti setiap tayangan utama acara MasterChef Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 8 34,8 34,8 34,8 Sering 15 65,2 65,2 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10. Mengikuti setiap tayangan ulang acara MasterChef Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak pernah 2 8,7 8,7 8,7 Jarang 13 56,5 56,5 65,2 Sering 8 34,8 34,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

11. Menonton acara MasterChef lebih dari 45 menit pada setiap episodenya. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 6 26,1 26,1 26,1 Sering 14 60,9 60,9 87,0 Sangat Sering 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

12. Hanya fokus menonton tanpa melakukan kegiatan yang lain Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak pernah 1 4,3 4,3 4,3 Jarang 15 65,2 65,2 69,6 Sering 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

13. Para chef juri dalam acara MasterChef memiliki karakter yang disukai penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 16 69,6 69,6 82,6 Sangat setuju 4 17,4 17,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

14. Para chef juri memiliki gaya bicara yang disukai para penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 4 17,4 17,4 17,4 Setuju 15 65,2 65,2 82,6 Sangat setuju 4 17,4 17,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15. Penampilan fisik para chef juri dalam acara MasterChef sangat menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 17 73,9 73,9 73,9 Sangat setuju 6 26,1 26,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

16. Setiap karakter chef juri dan peserta dalam acara MasterChef menjadi ciri khas yang di ingat oleh penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 17 73,9 73,9 78,3 Sangat setuju 5 21,7 21,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

17. Kriteria pemilihan peserta (tidak berlatarbelakang pendidikan chef) dalam 4 musim tayangan MasterChef sangat konsisten Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 17 73,9 73,9 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0

Total 23 100,0 100,0

18. Karakter para chef juri yang ditampilkan dalam acara MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 2 8,7 8,7 8,7 Setuju 18 78,3 78,3 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

19. Karakter peserta yang ditampilkan dalam acara MasterChef sangat konsisten dari awal hingga akhir acara Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 6 26,1 26,1 26,1 Setuju 16 69,6 69,6 95,7 Sangat setuju 1 4,3 4,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20. Settingan lokasi acara yang menjadi galeri MasterChef sangat menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 12 52,2 52,2 56,5 Sangat setuju 10 43,5 43,5 100,0 Total 23 100,0 100,0

21. Penggambaran acara MasterChef secara visual sangat sengit dan menegangkan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 19 82,6 82,6 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

22. Kompetisi pada acara MasterChef berjalan sangat sengit dan menegangkan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 2 8,7 8,7 8,7 Setuju 17 73,9 73,9 82,6 Sangat setuju 4 17,4 17,4 100,0

Total 23 100,0 100,0

23. Jalannya acara menimbulkan perasaan tidak ingin ketinggalan setiap episode acara MasterChef pada penonton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 5 21,7 21,7 21,7 Setuju 15 65,2 65,2 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

24. Jika tidak sempat menonton tayangan utama acara MasterChef, penonton berusaha untuk menonton tayangan ulang acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 14 60,9 60,9 60,9 Setuju 9 39,1 39,1 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25. Kehadiran bintang tamu yang sesekali tampil dalam acara MasterChef menambah daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 16 69,6 69,6 73,9 Sangat setuju 6 26,1 26,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

26. Pergantian lokasi kompetisi yang sesekali dilakukan diluar galeri Masterchef menambah daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 15 65,2 65,2 69,6 Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

27. Kemampuan memasak para chef juri Masterchef yang sesekali ditunjukkan dalam acara menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 10 43,5 43,5 47,8 Sangat setuju 12 52,2 52,2 100,0 Total 23 100,0 100,0

28. Kemampuan plating (menata makanan) para chef juri menjadi daya tarik program

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 10 43,5 43,5 43,5

Sangat setuju 13 56,5 56,5 100,0

Total 23 100,0 100,0

29. Kemampuan memasak para peserta Masterchef dalam acara menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 16 69,6 69,6 69,6

Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30. Kemampuan plating (menata makanan) para peserta dalam acara Masterchef menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 15 65,2 65,2 69,6 Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

31. Variasi jenis makanan dalam setiap tantangan dalam acara Masterchef menjadi daya tarik program Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 14 60,9 60,9 60,9 Sangat setuju 9 39,1 39,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

32. Acara Masterchef menggambarkan profesi chef merupakan profesi yang berkelas

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 6 26,1 26,1 26,1

Sangat setuju 17 73,9 73,9 100,0

Total 23 100,0 100,0

33. Pemilihan jam tayang utama MasterChef, pada hari Sabtu dan Minggu pukul 16.30-18.30 wib Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 13 56,5 56,5 69,6 Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

34. Pemilihan jam tayang ulang MasterChef pada hari Kamis dan Jumat pukul 15.15wib-17.15 wib sudah tepat Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 6 26,1 26,1 26,1 Setuju 16 69,6 69,6 95,7

Sangat setuju 1 4,3 4,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35. Durasi tayang acara MasterChef selama 2 jam (120 menit) sudah tepat Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 7 30,4 30,4 30,4 Setuju 13 56,5 56,5 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

36. Konsep acara yang digunakan dalam acara Masterchef selalu diperbaharui dengan trend yang sedang marak di masyarakat. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 17 73,9 73,9 78,3 Sangat setuju 5 21,7 21,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

37. Teknik memasak yang ditampilkan chef juri maupun peserta dalam acara Masterchef mengikuti teknik memasak modern (terbaru) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 15 65,2 65,2 78,3 Sangat setuju 5 21,7 21,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

38. Peralatan memasak yang digunakan dalam acara Masterchef sangat modern (terbaru) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 15 65,2 65,2 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

39. Penampilan fisik yang ditampilkan oleh seorang chef sangatlah menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 10 43,5 43,5 43,5 Sangat setuju 13 56,5 56,5 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40. Seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan yang baik

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 8 34,8 34,8 34,8 Sangat setuju 15 65,2 65,2 100,0 Total 23 100,0 100,0

41. Seorang chef memiliki kemampuan mengolah makanan dengan menggunakan resep-resep yang baru Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 11 47,8 47,8 47,8 Sangat setuju 12 52,2 52,2 100,0 Total 23 100,0 100,0

42. Seorang chef memiliki kemampuan plating (menata makanan) yang sangat baik

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 9 39,1 39,1 39,1 Sangat setuju 14 60,9 60,9 100,0

Total 23 100,0 100,0

43. Dapur yang menjadi tempat bekerja seorang chef harus memiliki setingan yang menarik Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 2 8,7 8,7 8,7 Setuju 10 43,5 43,5 52,2 Sangat setuju 11 47,8 47,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

44. Peralatan memasak/dapur yang dipakai oleh seorang chef sangat bagus dan profesional Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 12 52,2 52,2 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45. Profesi chef adalah profesi yang mempunyai kreatifitas yang tinggi

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 7 30,4 30,4 30,4

Sangat setuju 16 69,6 69,6 100,0

Total 23 100,0 100,0

46. Chef harus memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam memanajemen waktu memasak

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 9 39,1 39,1 39,1 Sangat setuju 14 60,9 60,9 100,0 Total 23 100,0 100,0

47. Chef harus berpenampilan bersih, rapi, elegan, dan profesional Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 2 8,7 8,7 8,7 Setuju 9 39,1 39,1 47,8

Sangat setuju 12 52,2 52,2 100,0 Total 23 100,0 100,0

48. Profesi chef harus memiliki pengalaman yang baik dan banyak di dunia kuliner baik di dalam maupun luar negeri Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 12 52,2 52,2 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

49. Profesi chef harus memiliki pendidikan yang baik di bidang tata boga Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 1 4,3 4,3 4,3 Kurang setuju 3 13,0 13,0 17,4 Setuju 15 65,2 65,2 82,6 Sangat setuju 4 17,4 17,4 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50. Profesi chef hanya identik dengan satu jenis kelamin saja Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 9 39,1 39,1 39,1 Kurang setuju 9 39,1 39,1 78,3 Setuju 4 17,4 17,4 95,7 Sangat setuju 1 4,3 4,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

51. Profesi chef lebih tepat dilakoni oleh perempuan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 11 47,8 47,8 47,8 Kurang setuju 9 39,1 39,1 87,0 Setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

52. Profesi chef lebih tepat dilakoni oleh pria Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 7 30,4 30,4 30,4 Kurang setuju 7 30,4 30,4 60,9 Setuju 7 30,4 30,4 91,3

Sangat setuju 2 8,7 8,7 100,0

Total 23 100,0 100,0

53. Aktivitas memasak seharusnya hanya didominasi oleh perempuan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 14 60,9 60,9 60,9 Kurang setuju 6 26,1 26,1 87,0 Setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

54. Jenis kelamin mempengaruhi kemampuan memasak seorang chef Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 6 26,1 26,1 26,1 Kurang setuju 6 26,1 26,1 52,2 Setuju 11 47,8 47,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55. Kemampuan chef perempuan dan chef pria sama baiknya Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 1 4,3 4,3 4,3 Kurang setuju 4 17,4 17,4 21,7 Setuju 15 65,2 65,2 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

56. Profesi chef adalah profesi yang berkelas

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 8 34,8 34,8 34,8

Sangat setuju 15 65,2 65,2 100,0

Total 23 100,0 100,0

57. Melakukan aktivitas masak memasak Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 10 43,5 43,5 43,5 Sangat Sering 13 56,5 56,5 100,0

Total 23 100,0 100,0

58. Mencoba resep-resep baru ketika memasak

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 12 52,2 52,2 52,2 Sangat Sering 11 47,8 47,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

59. Mengikuti workshop/seminar mengenai dunia kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 7 30,4 30,4 30,4 Sering 7 30,4 30,4 60,9 Sangat Sering 9 39,1 39,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60. Menggunakan media sosial untuk menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 13 56,5 56,5 56,5 Sangat Sering 10 43,5 43,5 100,0 Total 23 100,0 100,0

61. Mengikuti perlombaan kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak pernah 1 4,3 4,3 4,3 Jarang 12 52,2 52,2 56,5 Sering 7 30,4 30,4 87,0 Sangat Sering 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

62. Mengikuti petunjuk dan cara memasak yang ada di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 2 8,7 8,7 8,7 Sering 17 73,9 73,9 82,6 Sangat Sering 4 17,4 17,4 100,0

Total 23 100,0 100,0

63. Memasak dan memposting ke media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak pernah 2 8,7 8,7 8,7 Jarang 6 26,1 26,1 34,8 Sering 11 47,8 47,8 82,6 Sangat Sering 4 17,4 17,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

64. Melakukan aktivitas menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 4 17,4 17,4 17,4 Sering 12 52,2 52,2 69,6 Sangat Sering 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65. Meniru dan mengadopsi teknik memasak yang ada di televisi dan media sosial (instagram, youtube, facebook) Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 4 17,4 17,4 17,4 Sering 15 65,2 65,2 82,6 Sangat Sering 4 17,4 17,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

66. Menyukai hal-hal baru mengenai dunia kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 15 65,2 65,2 65,2

Sangat Sering 8 34,8 34,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

67. Mencoba memasak dengan menggunakan resep-resep kreasi baru Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 2 8,7 8,7 8,7

Sering 16 69,6 69,6 78,3 Sangat Sering 5 21,7 21,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

68. Mengajak kerabat atau teman untuk mencoba resep baru dalam mengolah resep masakan Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 8 34,8 34,8 34,8 Sering 10 43,5 43,5 78,3 Sangat Sering 5 21,7 21,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

69. Ketika menonton acara kuliner anda termotivasi untuk belajar mengenai ilmu tata boga Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 11 47,8 47,8 52,2

Sangat setuju 11 47,8 47,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70. Acara kuliner mendorong anda untuk mencoba menu yang ditampilkan dalam acara tersebut

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 12 52,2 52,2 52,2 Sangat setuju 11 47,8 47,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

71. Ketika ingin mencoba menu baru sewaktu memasak, anda menonton acara kuliner di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 4 17,4 17,4 17,4 Setuju 12 52,2 52,2 69,6 Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

72. Untuk mengetahui jenis-jenis makanan baru, anda melihatnya melalui acara kuliner di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak setuju 1 4,3 4,3 4,3 Kurang setuju 4 17,4 17,4 21,7 Setuju 14 60,9 60,9 82,6 Sangat setuju 4 17,4 17,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

73. Anda mengetahui mengenai jenis-jenis seragam bekerja para chef melalui acara kuliner di televisi dan media sosial Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 7 30,4 30,4 30,4 Setuju 13 56,5 56,5 87,0 Sangat setuju 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74. Setiap menonton acara kuliner tidak pernah melakukan kegiatan yang lain Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Tidak pernah 2 8,7 8,7 8,7 Jarang 12 52,2 52,2 60,9 Sering 7 30,4 30,4 91,3 Sangat sering 2 8,7 8,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

75. Setiap menonton acara kuliner, anda selalu mencatat tips-tips memasak yang diberikan pada acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 7 30,4 30,4 30,4 Sering 13 56,5 56,5 87,0 Sangat sering 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

76. Setiap menonton acara kuliner, saya selalu mencatat resep baru makanan yang ditampilkan pada acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 8 34,8 34,8 34,8 Sering 12 52,2 52,2 87,0

Sangat sering 3 13,0 13,0 100,0 Total 23 100,0 100,0

77. Saya selalu menyempatkan diri untuk menonton acara kuliner di sela-sela kesibukan. Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 5 21,7 21,7 21,7 Sering 17 73,9 73,9 95,7 Sangat sering 1 4,3 4,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

78. Saya selalu menyempatkan diri untuk melihat video kuliner melalui media sosial

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 19 82,6 82,6 82,6

Sangat sering 4 17,4 17,4 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79. Ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus saat chef melakukan plating (menata makanan )

Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 18 78,3 78,3 78,3

Sangat sering 5 21,7 21,7 100,0

Total 23 100,0 100,0

80. Ketika menonton acara kuliner saya selalu fokus pada tahap demi tahap proses memasak yang di lakukan chef di acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Jarang 1 4,3 4,3 4,3 Sering 16 69,6 69,6 73,9 Sangat sering 6 26,1 26,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

81. Ketika menonton acara kuliner saya suka memperhatikan bagaimana chef menggunakan peralatan memasak dalam acara tersebut Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Sering 17 73,9 73,9 73,9 Sangat sering 6 26,1 26,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

82. Saya menghabiskan waktu lebih dari 60 menit untuk menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 5 21,7 21,7 21,7 Setuju 13 56,5 56,5 78,3 Sangat setuju 5 21,7 21,7 100,0 Total 23 100,0 100,0

83. Saya tidak tertarik mengganti chanel televisi lain ketika acara kuliner sedang berlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 19 82,6 82,6 95,7

Sangat setuju 1 4,3 4,3 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

84. Saya mempunyai pengetahuan mengenai resep-resep baru makanan setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 17 73,9 73,9 73,9 Sangat setuju 6 26,1 26,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

85. Saya mempunyai pengetahuan mengenai tenik plating (menata makanan) setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 18 78,3 78,3 82,6 Sangat setuju 4 17,4 17,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

86. Saya memiliki keinginan untuk menciptakan resep baru dalam mengelola masakan setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3

Setuju 14 60,9 60,9 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

87. Saya menjadi mengerti proses memasak tahap demi tahap makanan yang ingin saya masak setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 15 65,2 65,2 65,2

Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

88. Acara kuliner menjadikan anda menyukai hal-hal yang berhubungan dengan profesi chef, seperti alat memasak atau seragam bekerja chef Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 1 4,3 4,3 4,3 Setuju 14 60,9 60,9 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

89. Anda tertarik melakukan uji coba resep makanan yang baru setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 15 65,2 65,2 65,2

Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0

Total 23 100,0 100,0

90. Anda tertarik untuk mengikuti live show/workshop mengenai kuliner setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 3 13,0 13,0 13,0 Setuju 13 56,5 56,5 69,6 Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

91. Anda tertarik untuk menciptakan resep makanan dengan kreasi-kreasi baru setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 15 65,2 65,2 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

92. Anda tertarik untuk mempraktekkan teknik memasak yang diperlihatkan oleh para chef dalam acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 14 60,9 60,9 60,9

Sangat setuju 9 39,1 39,1 100,0

Total 23 100,0 100,0

93. Anda mencoba menyiapkan menu masakan baru setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 2 8,7 8,7 8,7 Setuju 15 65,2 65,2 73,9 Sangat setuju 6 26,1 26,1 100,0 Total 23 100,0 100,0

94. Anda tertarik mengikuti kelas kursus memasak untuk memperdalam ilmu mengenai kuliner setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 4 17,4 17,4 17,4

Setuju 12 52,2 52,2 69,6 Sangat setuju 7 30,4 30,4 100,0 Total 23 100,0 100,0

95. Anda melakukan teknik plating (menata makanan) setiap habis memasak setelah menonton acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Kurang setuju 4 17,4 17,4 17,4 Setuju 11 47,8 47,8 65,2 Sangat setuju 8 34,8 34,8 100,0 Total 23 100,0 100,0

96. Mengikuti akun media sosial (Instagram, Youtube, Facebook) mengenai kuliner setelah menyaksikan acara kuliner Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent Valid Setuju 13 56,5 56,5 56,5

Sangat setuju 10 43,5 43,5 100,0 Total 23 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Lampiran 3 : Tabel Uji Validitas Kuesioner Penelitian

Pertanyaan Nilai validitas r table Keterangan

P5 0,739 0,2 Valid

P6 0,718 0,2 Valid

P7 0,539 0,2 Valid

P8 0,365 0,2 Valid

P9 0,352 0,2 Valid

P10 0,493 0,2 Valid

P11 0,625 0,2 Valid

P12 0,903 0,2 Valid

P13 0,664 0,2 Valid

P14 0,527 0,2 Valid

P15 0,476 0,2 Valid

P16 0,829 0,2 Valid

P17 0,903 0,2 Valid

P18 0,712 0,2 Valid

P19 0,713 0,2 Valid

P20 0,531 0,2 Valid

P21 0,649 0,2 Valid

P22 0,320 0,2 Valid

P23 0,537 0,2 Valid

P24 0,276 0,2 Valid

P25 0,300 0,2 Valid

P26 0,671 0,2 Valid

P27 0,307 0,2 Valid

P28 0,467 0,2 Valid

P29 0,310 0,2 Valid

P30 0,301 0,2 Valid

P31 0,436 0,2 Valid

P32 0,217 0,2 Valid

P33 0,664 0,2 Valid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA P34 0,651 0,2 Valid

P35 0,542 0,2 Valid

P36 0,698 0,2 Valid

P37 0,698 0,2 Valid

P38 0,441 0,2 Valid

P39 0,306 0,2 Valid

P40 0,380 0,2 Valid

P41 0,384 0,2 Valid

P42 0,294 0,2 Valid

P43 0,581 0,2 Valid

P44 0,383 0,2 Valid

P45 0,280 0,2 Valid

P46 0,370 0,2 Valid

P47 0,329 0,2 Valid

P48 0,610 0,2 Valid

P49 0,577 0,2 Valid

P50 0,609 0,2 Valid

P51 0,574 0,2 Valid

P52 0,493 0,2 Valid

P53 0,575 0,2 Valid

P54 0,321 0,2 Valid

P55 0,674 0,2 Valid

P56 0,320 0,2 Valid

P57 0,579 0,2 Valid

P58 0,537 0,2 Valid

P59 0,832 0,2 Valid

P60 0,761 0,2 Valid

P61 0,267 0,2 Valid

P62 0,228 0,2 Valid

P63 0,344 0,2 Valid

P64 0,382 0,2 Valid

P65 0,353 0,2 Valid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA P66 0,353 0,2 Valid

P67 0,384 0,2 Valid

P68 0,312 0,2 Valid

P69 0,661 0,2 Valid

P70 0,423 0,2 Valid

P71 0,681 0,2 Valid

P72 0,779 0,2 Valid

P73 0,296 0,2 Valid

P74 0,205 0,2 Valid

P75 0,516 0,2 Valid

P76 0,937 0,2 Valid

P77 0,568 0,2 Valid

P78 0,524 0,2 Valid

P79 0,348 0,2 Valid

P80 0,696 0,2 Valid

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA