Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Volume 3, Nomor 1, Mei 2020 E-ISSN 2715-9612 http://jom.untidar.ac.id/index.php/repetisi/

Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA

Bondan Prakoso1, Mursia Ekawati2, Rangga Asmara3 Universitas Tidar, Jalan Kapten Suparman 39 Potrobangsan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum lengkapnya bahasan aposisi dalam materi ajar buku teks bahasa Indonesia di SMA kelas XII dan bervaratifnya penggunaan aposisi dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo. Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan aposisi yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo dan menghasilkan materi ajar kebahasaan teks artikel yang berupa aposisi untuk SMA kelas XII. Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data bersumber dari artikel laporan utama majalah Tempo versi digital dari edisi 5 Januari sampai 29 Juni 2019. Objek penelitian ini berupa aposisi. Data penelitian berupa kalimat yang termasuk ke dalam jenis aposisi. Data disediakan dengan metode simak dengan teknik pustaka dan teknik catat. Metode analisis data yang digunakan, yaitu metode agih dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik dasar dan teknik lesap sebagai teknik lanjutan. Berdasarkan analisis dan pembahasan, didapatkan hasil penelitian. Pertama, dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo edisi 5 Januari-29 Juni 2019, ditemukan enam jenis aposisi. Enam jenis aposisi dalam kalimat yang ditemukan diperinci: (1) aposisi penuh, (2) aposisi sebagian, (3) aposisi sejajar, (4) aposisi bertingkat, (5) aposisi mewatasi, dan (6) aposisi takmewatasi. Kedua, hasil penelitian yang berupa aposisi dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo dapat diimplementasikan sebagai materi ajar kebahasaan teks artikel pada KD 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah di SMA kelas XII. Kata Kunci: aposisi, laporan utama, majalah Tempo, teks artikel, materi ajar

Abstract This research is motivated by the incomplete discussion of the apposition in Indonesian textbook teaching materials in class XII high school and the varied use of apposition in the sentences of Tempo magazine main report articles. The purpose of this study is to describe the apposition contained in the sentences of Tempo magazine main report articles and produce language teaching materials in the form of text articles in the form of apposition for high school class XII. In this study, a qualitative approach with descriptive methods was used. The data are sourced from Tempo magazine's main report articles from 5th January to 29th June 2019 edition. The object of this research is apposition. Research data in the form of sentences included in the type of apposition. Data is provided by listening to the library and note-taking techniques. Data analysis methods used, namely the method of distribution with the technique for direct elements as a basic technique and the technique of fade as an advanced technique. Based on the analysis and discussion, research results are obtained. First, in the sentences of Tempo magazine's main report articles from 5th January to 29th June 2019 edition, found six types of apposition in 59 sentences. The six types of apposition in the 59 sentences found are detailed: (1) full apposition, (2) partial apposition, (3) strict apposition, (4) weak apposition, (5) restrictive apposition, and (6) nonrestrictive apposition. Second, the results of the research in the form of appositions in the sentence of Tempo magazine's main report articles from 5th

Acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License 14

January to 29th June 2019 edition can be implemented as language teaching material for the article text in KD 3.11 analyzing the language of the article and/or scientific books in class XII high school. Keywords: apposition, main report, Tempo magazine, article text, teaching material

PENDAHULUAN Silabus mata pelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013 untuk sekolah menengah atas (SMA) telah mengalami beberapa kali revisi. Setiap kali dilakukan revisi, buku teks yang digunakan guru dan siswa juga berganti sesuai dengan silabus yang berlaku. Pada silabus revisi tahun 2017, terdapat kompetensi dasar (KD) baru untuk kelas dua belas (XII) yang dibahas mengenai teks artikel. Sama halnya dengan pembelajaran teks-teks lain, dalam pembelajaran teks artikel siswa juga diajak untuk menganalisis kebahasaannya. Kegiatan analisis kebahasaan teks artikel diwadahi dalam KD 3.11 Menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah. Berdasarkan buku teks bahasa Indonesia pegangan guru dan siswa edisi revisi 2018, ada tiga ciri kebahasaan teks artikel, yaitu adverbia, konjungsi, dan kosakata (Suryaman, 2018, p. 157). Namun, apabila disimak dan dicermati lebih lanjut, penjelasan dan contoh yang dipaparkan dalam buku teks belum lengkap. Khususnya pada bagian bahasan kosakata, ada poin yang menjelaskan mengenai definisi dan ciri keterangan aposisi secara singkat tanpa ada contohnya dalam kalimat. Guna memberikan pemahaman yang mendalam bagi guru dan siswa, diperlukan materi atau bahan ajar aposisi secara lengkap. Materi ajar aposisi dengan contoh mutakhir bisa diperoleh dari hasil penelitian terkini terhadap artikel jurnalistik. Oleh karena itu, penelitian aposisi terhadap artikel jurnalistik layak dilakukan. Berdasarkan permasalahan dan alasan tersebut, aposisi dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini. Berkaitan dengan aposisi, beberapa linguis mempunyai pandangan mengenai ruang lingkup atau konsepnya. Quirk (1972, p. 620) mendeskripsikan bahwa di dalam aposisi biasanya terdapat beberapa unit konstituen dari tingkat yang sama dan saling berkoreferensi. Alieva (1991, p. 421) menyebut aposisi dengan istilah atribut pengganti, yaitu salah satu jenis atribut yang menerangkan benda atau barang dengan memberinya penyebutan yang lain. Khak (1993, p. 276) menjelaskan aposisi sebagai dua frasa nomina atau lebih yang saling berkoreferensi, berada dalam satu kalimat, dan yang satu menerangkan yang lain. Ramlan (2005, p. 144) berpandangan bahwa aposisi merupakan frase endosentrik yang unsur-unsurnya tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan atau atau dan secara semantik unsur yang satu sama dengan unsur lainnya. Ada beberapa pendapat linguis lain terkait aposisi. Kridalaksana (2009, p. 18) mengemukakan bahwa aposisi merupakan kata atau frase yang menjelaskan frase atau klausa lain yang mendahuluinya dan biasanya terdapat dalam frase modifikatif. Sugono (2009, p. 91) mengartikan aposisi sebagai keterangan yang memberikan penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Tarigan (2009, p. 65) mengklasifikasikan aposisi sebagai sebuah frasa yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama dan umumnya bersifat nominal. Alwi (2010, p. 385) berpendapat bahwa aposisi merupakan dua unsur kalimat sederajat dan mempunyai acuan yang sama atau salah satu unsur mencakup unsur lainnya.

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 15

Verhaar (2016, p. 306) mendefinisikan aposisi sebagai atribut yang memberi keterangan tambahan tentang identitas orang atau benda yang diacu oleh nomina induk. Dalam penelitian ini, digunakan definisi aposisi berdasarkan pandangan Alwi karena konsepnya mudah dipahami dan dapat mewakili definisi aposisi berdasarkan pandangan linguis lain. Terkait dengan unsur pengonstruksi aposisi, digunakan istilah unsur pusat (UP) dan aposisi (Ap) berdasarkan pendapat Ramlan (2005, p. 144). Khak (1993, p. 277) menyebut ada dua ciri-ciri utama yang terdapat dalam aposisi, yaitu ciri-ciri formal dan ciri-ciri semantis. Khak (1993, p. 278) menyebutkan, tanda baca atau pungtuasi yang menandai adanya aposisi antara lain: dua tanda koma (,...,), dua tanda pisah (--...), tanda kurung ((...)), dan titik dua (:). Khak (1993, p. 278) menyebutkan, ciri-ciri formal aposisi yang berupa kata atau frasa dan biasanya selalu mendahului aposisi, ialah di antaranya, antara lain, termasuk, terdiri dari, seperti/semacam, yaitu, misalnya, dan nama lain (Khak, 1993, p. 278). Variasi nama lain antara lain, yaitu alias, sebutan, yang bernama asli, biasa dipanggil, panggilan. Berdasarkan hubungan semantis, diuraikan makna yang diisyaratkan apositif kedua terhadap unsur pusat. Menurut Khak (1993, p. 283), hubungan semantis aposisi dibagi menjadi tiga macam, yaitu padanan, atribut, dan ketermasukan. Berkaitan dengan posisi aposisi dalam fungsi sintaktis, Putrayasa (2017, p. 11) menjelaskan, selain bertugas menerangkan unsur-unsur fungsional kalimat, aposisi juga berfungsi sebagai pengganti unsur-unsur itu sendiri. Beberapa linguis mempunyai pandangan yang berbeda dalam hal pengklasifikasian atau pemerian jenis aposisi. Kridalaksana (2009, p. 18) memerikan aposisi menjadi aposisi rapat dan aposisi rengang. Menurut Alwi (2010, p. 385-386), aposisi dibagi empat jenis, yaitu aposisi penuh, aposisi sebagian, aposisi takmewatasi, dan aposisi mewatasi. Verhaar (2016, p. 306) berpandangan bahwa aposisi ada dua jenis, yaitu aposisi pembuka dan aposisi pembatas. Dalam penelitian ini, digunakan pemerian aposisi berdasarkan pendapat Quirk karena sudut pandangnya lebih lengkap. Menurut Quirk (1985, p. 1302-1304), aposisi dikelompokkan menjadi aposisi penuh dan aposisi sebagian, aposisi sempurna dan aposisi lemah, serta aposisi restriktif dan aposisi takrestriktif. Dalam penelitian ini, digunakan istilah aposisi sejajar sebagai pengganti aposisi sempurna dan aposisi bertingkat untuk aposisi lemah, berdasarkan pendapat Khak (1993, p. 282). Selain itu, digunakan istilah aposisi mewatasi sebagai pengganti aposisi restriktif dan aposisi tak mewatasi sebagai pengganti aposisi takrestriktif, berdasarkan pandangan Alwi (2010, p. 386). Penggantian beberapa istilah aposisi ini ditujukan untuk memudahkan siswa dan guru dalam memahami materi ajar yang akan dihasilkan. Aposisi mempunyai peran yang cukup urgen dalam membangun artikel jurnalistik, baik berupa artikel berita maupun artikel opini. Dengan adanya aposisi, informasi yang terdapat dalam kalimat artikel menjadi lebih rinci dan jelas. Selain itu, penggunaan aposisi dalam artikel juga dapat mencegah kesalahpahaman informasi akibat judul umpan klik (clickbait). Hal ini penting untuk diperhatikan karena menurut Sumadiria (2016, p. 74), informasi yang disampaikan jurnalis dalam artikelnya harus memenuhi standar atau kriteria tertentu, seperti aktual,

Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 16 akurat, faktual, menarik dan penting, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat, dan etis. Berdasarkan pengamatan terhadap berbagai artikel surat kabar dan majalah, dipilihlah artikel laporan utama majalah Tempo sebagai sumber data dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, artikel majalah Tempo yang dijadikan sebagai sumber data dikhususkan pada artikel laporan utama edisi 5 Januari sampai 29 Juni 2019. Majalah Tempo dipilih karena aposisi yang digunakan dalam artikelnya khususnya artikel laporan utama bervariatif. Alasan lainnya, majalah Tempo dipilih karena sudah terverifikasi Dewan Pers sehingga informasinya valid dan akuntabel., Selain itu, sejauh ini belum ada yang peneliti lain yang mengkaji aposisi dalam artikel-artikel majalah Tempo. Supaya terhindar dari unsur plagiarisme, penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu berkaitan dengan topik dan sumber data yang digunakan.Ardhian (2013), mahasiswa Magister Linguistik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, menulis artikel jurnal yang diberi judul “Aposisi Bahasa Indonesia”. Artikel tersebut terbit dalam Transling Journal: Translation and Linguistics volume 1 nomor 1 pada halaman 53-64. Dalam artikel penelitiannya, Ardhian bermaksud untuk mengungkap motif penggunaan aposisi pada surat kabar harian Kompas edisi Oktober 2011 sebanyak tiga puluh artikel. Penelitian Ardhian (2013) dalam hasil pembahasannya ditemukan tujuh motif penggunaan aposisi dalam praktik jurnalistik. Ketujuh motif yang ditemukan, yakni edukasi informasi, keefektifan kalimat, pembangunan citra tokoh, kompetisi bahasa, kefamilieritasan bahasa, humanisme, dan ketercukupan informasi. Penelitian Ardhian (2013) memiliki persamaan tujuan dengan penelitian ini, yakni bertujuan untuk mengungkap aposisi dalam artikel media massa. Perbedaan antara penelitian Ardhian (2013) dengan penelitian ini terletak pada fokus dan sumber data yang digunakan. Penelitian Ardhian (2013) berfokus pada motif aposisi dengan sumber data surat kabar harian Kompas, sedangkan penelitian ini berfokus pada jenis aposisi dengan sumber data artikel laporan utama majalah Tempo. Artikel jurnal berjudul “Aspek Kohesi Konjungsi dalam Wacana Opini pada Majalah Tempo dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia” yang dibuat oleh Setiawati (2016) berkorelasi dengan penelitian ini. Artikel yang dimuat dalam Jurnal Gramatika: Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra volume 1 nomor 1 pada halaman 45-56 ini dibuat untuk mengungkap kohesi konjungsi dalam teks media, yaitu wacana opini dalam majalah Tempo. Hasil analisis penelitian Setiawati (2016) menunjukkan bahwa dari 16 wacana opini, teridentifikasi 95 pasang kalimat yang berdekatan. Dari 95 pasang kalimat tersebut, ditemukan 10 pasang kalimat yang menggunakan kohesi gramatikal dalam bentuk hubungannya, atau sekitar 10,5%. Selain itu, ditemukan pula 85 pasang kalimat berdekatan yang tidak menggunakan kohesi dalam bentuk hubungannya, atau sekitar 89,4%. Dari penjelasan ini, terdapat persamaan antara penelitian Setiawati (2016) dengan penelitian ini. Persamaannya, data penelitian yang digunakan bersumber dari majalah Tempo. Namun, ada juga perbedaannya, yakni terkait objek penelitian yang dipilih. Aspek kohesi konjungsi dijadikan sebagai objek penelitian yang dilakukan Setiawati (2016), sedangkan penelitian ini objeknya aposisi. Penelitian selanjutnya yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu artikel jurnal berjudul “Aposisi pada Teks Berita Utama Jawa Pos” yang ditulis oleh Cahyana (2017). Artikel penelitian yang dimuat dalam Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 17

dan Sastravolume 12 nomor 1 halaman 50-56 ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan motif penggunaan aposisi teks berita utama yang terdapat di koran Jawa Pos edisi bulan November 2016. Pada bagian hasil analisis dalam penelitian Cahyana (2017), ditemukan hasil bahwa teks berita utama yang terdapat di koran Jawa Pos terdapat aposisi pembatas (restriktif). Selain itu, ditemukan juga motif penggunaan aposisi dalam koran Jawa Pos, yaitu memberikan edukasi informasi baru kepada masyarakat, membangun citra tokoh, kompetisi bahasa dan ketercukupan informasi, serta membangun pemahaman pembaca. Kajian yang Cahyana (2017) lakukan memiliki tujuan yang sama penelitian ini, yakni bertujuan mengungkap aposisi dalam artikel jurnalistik. Adapun perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan sumber data yang digunakan. Penelitian yang dilakukan Cahyana (2017) difokuskan pada jenis dan motif penggunaan aposisi, sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada jenis aposisi. Selain itu, data penelitian yang digunakan Cahyana (2017) bersumber dari koran Jawa Pos, sedangkan dalam penelitian ini datanya berasal dari artikel laporan utama majalah Tempo. Artikel jurnal yang juga berhubungan dengan penelitian ini, yaitu artikel yang berjudul “Penggunaan Aposisi dalam Kitab Yesaya (Suatu Analisis Sintaksis)”. Artikel penelitian yang ditulis oleh Mamuko (2018) ini dimuat dalam JEFS: Jurnal Elektronik Fakultas Sastra volume 2 nomor 3. Dalam penelitiannya tersebut, Mamuko (2018) berupaya untuk mengungkap jenis (klasifikasi) dan fungsi sintaktis aposisi yang terdapat dalam kitab Yesaya. Hasil penelitian Mamuko (2018)menunjukkan bahwa ada lima puluh empat pernyataan aposisi yang ditemukan dalam kitab Yesaya. Lima puluh empat pernyataan yang ditemukan terdiri atas: (1) aposisi penuh, ketat, dan nonrestriktif; (2) aposisi penuh, ketat, dan terbatas; (3) aposisi penuh, lemah, dan membatasi; (4) aposisi parsial, ketat, dan nonrestriktif; (5) aposisi parsial, lemah, dan nonrestriktif; (6) aposisi parsial, ketat, dan terbatas; serta (7) aposisi parsial, lemah, dan membatasi. Fungsi sintaktis aposisi yang ditemukan di antaranya berupa: (1) subjek; (2) objek langsung; (3) atribut subjek; (4) atribut objek, dan (5) adverbia. Penelitian yang dilakukan Mamuko (2018) memiliki persamaan objek dengan penelitian ini, yakni berusaha untuk mengungkap jenis aposisi. Perbedaannya terletak pada sumber data yang digunakan. Penelitian ini sumber datanya artikel laporan utama majalah Tempo, sedangkan Mamuko (2018) menggunakan kumpulan kitab Yesaya. Perbedaannya lainnya, yaitu fokus dalam penelitian ini hanya jenis aposisi sehingga tidak meluas ke fungsi sintaktisnya. Karya ilmiah selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini berupa skripsi yang berjudul “Karakteristik Pemakaian Aposisi dan Perluasan Unsur dalam Berita Kriminal “Sergap” di RCTI”. Skripsi karya mahasiswa Universitas Surakarta, Idayanti (2011) ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pemakaian aposisi serta mengidentifikasi perluasan, pemindahan, serta penghilangan unsur kalimat dalam pengisian berita kriminal “Sergap” di RCTI. Pada bagian hasil penelitian, Idayanti (2011) berhasil mengungkap empat aposisi yang menerangkan: (1) nama diri; (2) pangkat, (3) profesi, dan (4) kekerabatan. Perluasan unsur yang ditemukan, yaitu: (1) perluasan nomina dengan kata, frase, dan anak kalimat; dan (2) perluasan verba berupa keterangan aspek dengan kata dan frase, serta keterangan modalitas dengan kata dan frase. Pemindahan unsur yang ditemukan ialah: (1) urutan PS-SP (predikat subjek-subjek predikat); dan (2) Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 18 unsur keterangan di awal dan di akhir kalimat serta unsur keterangan di antara S dan P. Penghilangan unsur yang ditemukan, yaitu penghilangan unsur S. Penelitian Idayanti (2011) memiliki persamaan tujuan dengan penelitian ini, yakni berusaha mengungkap aposisi. Namun, terdapat pula perbedaannya. Penelitian Idayanti (2011) berfokus pada wujud keterangan aposisi, sedangkan penelitian ini berfokus pada klasifikasi/jenis aposisi. Sumber data penelitian yang digunakan juga berbeda. Dalam penelitian Idayanti (2011) digunakan data yang bersumber dari berita kriminal “Sergap” di RCTI, sedangkan penelitian ini datanya bersumber dari artikel laporan utama majalah Tempo. Skripsi yang berjudul “Aposisi dalam Surat Kabar Rubrik Berita Edisi Maret 2017 sebagai Alternatif Bahan Ajar SMP Kelas VII” juga dijadikan bahan rujukan penelitian ini. Skripsi yang ditulis oleh Adji (2017), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, bertujuan untuk mengungkap aposisi yang terdapat dalam rubrik berita Kompas dan Jawa Pos edisi Maret 2017 dengan metode deskriptif kualitatif. Pada bagian hasil analisis dalam penelitian Adji (2017), ditemukan tiga puluh keterangan aposisi yang terdiri atas empat wujud aposisi yang menerangkan: (1) pekerjaan; (2) profesi (3) jabatan; dan (4) kekerabatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adji (2017) dijadikan sebagai bahan ajar menyusun teks tanggapan deskriptif pada pembelajaran bahasa Indonesia SMP kelas VII dalam kegiatan mendeskripsikan subjek. Kajian yang dilakukan Adji (2017) memiliki persamaan tujuan dengan penelitian ini, yakni berusaha mengungkap aposisi dalam artikel jurnalistik. Perbedaannya terletak pada sumber data, fokus penelitian, dan implementasinya. Penelitian ini datanya bersumber dari artikel laporan utama majalah Tempo, sedangkan dalam penelitian Adji (2017) datanya bersumber dari Kompas dan Jawa Pos. Selain itu, penelitian Adji (2017) berfokus pada wujud keterangan aposisi, bukan jenis (klasifikasi) aposisi. Perbedaan lainnya, hasil penelitian Adji (2017) digunakan sebagai bahan ajar teks tanggapan deskriptif di SMP kelas VII, sedangkan hasil penelitian ini diimplementasikan sebagai materi ajar kebahasaan teks artikel di SMA kelas XII. Karya ilmiah terakhir yang dijadikan bahan rujukan penelitian ini berupa makalah seminar berjudul “Peran Aposisi, Dislokasi dan Ekstraposisi dalam Kesinambungan Topik Wacana Bahasa Indonesia”. Makalah seminar ini disusun oleh Pastika (2016) dan dimuat dalam prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2016: Menggali Kekayaan Bahasa Nusantara pada halaman 395. Penelitian yang dilakukan Pastika (2016) bertujuan untuk menemukan pola- pola derivatif bentuk aposisi, dislokasi, dan ekstraposisi yang terdapat dalam acara televisi nasional serta teks surat kabar dan majalah. Pada bagian hasil analisisnya, Pastika (2016) berhasil mengungkap aposisi dalam sumber data, yaitu aposisi subjek, aposisi luar inti, dan aposisi lokatif. Dislokasi yang ditemukan berupa dislokasi kiri dan dislokasi kanan. Ekstraposisi yang diidentifikasi berupa ekstraposisi subjek, ekstraposisi objek, ekstraposisi oblik, dan ekstraposisi klausa. Dari penjelasan ini, terdapat persamaan antara penelitian yang dilakukan Pastika (2016) dengan penelitian ini, yaitu berusaha untuk mengungkap aposisi. Perbedaan penelitian Pastika (2016) dengan penelitian ini terletak pada fokus dan sumber data penelitian. Penelitian Pastika (2016) berfokus pada tiga objek, yakni aposisi, dislokasi, dan ekstraposisi, sedangkan penelitian ini hanya berfokus pada aposisi. Data penelitian yang digunakan oleh Pastika (2016) berasal dari tiga sumber, yaitu acara televisi nasional, teks surat kabar, dan majalah, sedangkan

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 19

penelitian ini sumber data penelitiannya hanya satu, yakni artikel laporan utama majalah Tempo. Atas dasar pertimbangan yang telah diuraikan, maka penelitian ini diberi judul “Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA”. Materi ajar yang disusun dari hasil analisis dan pembahasan dapat diimplementasikan pada KD 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah di SMA kelas XII.

METODE Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Zaim (2014, p. 13) menjelaskan, dengan pendekatan kualitatif, data kebahasaan yang didapat di lapangan disajikan secara langsung sesuai dengan penggunaannya dalam bentuk deskripsi dan pemerian gejala kebahasaannya. Gejala kebahasaan yang dideskripsikan dalam penelitian ini berupa aposisi yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari artikel laporan utama majalah Tempo versi digital dari edisi 5 Januari sampai 29 Juni 2019. Objek penelitian ini, yaitu aposisi yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo. Data yang digunakan dalam penelitian ini berwujud kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo yang salah satu konstituennya berupa aposisi. Salah satu kegiatan utama dalam penelitian sebelum dilakukannya kegiatan analisis adalah penyediaan data. Zaim (2014, p. 87) menegaskan, data yang disediakan peneliti harus berkualifikasi valid atau sahih dan reliabel atau andal serta dapat dipercaya. Oleh karena itu, data bahasa berupa penggunaan aposisi yang disediakan haruslah memenuhi azas ketercukupan, baik dari segi jumlah maupun dari segi tipe data yang dibutuhkan. Zaim (2014, p. 94) menambahkan, untuk menunjang kualitas penyediaan data, digunakan metode dan teknik yang tepat sehingga kesahihan data dapat dipertanggungjawabkan. Metode merupakan cara yang harus dilaksanakan (prosedural), sedangkan teknik ialah cara melaksakan metode (operasinal) (Sudaryanto, 2018, p. 9). Dalam penelitian ini, data disediakan dengan metode simak. Mahsun (2017, p. 91) menjelaskan, penyimakan yang dilakukan bukan hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan, tetapi juga bahasa tulis, seperti naskah-naskah kuno, teks narasi, bahasa media massa, dan naskah tertulis lainnya. Penyimakan dalam penelitian ini dilakukan terhadap sumber data berupa bahasa tulis, yakni artikel laporan utama majalah Tempo edisi 5 Januari sampai 29 Juni 2019. Teknik penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pustaka dan teknik catat. Teknik pustaka digunakan pada sumber tertulis berwujud majalah dan surat kabar yang di dalamnya terdapat beragam tulisan, seperti berita, tajuk, dan pojok (Zaim, 2014, p. 95). Pustaka berupa artikel laporan utama majalah Tempo, dikumpulkan dari edisi 5 Januari sampai 29 Juni 2019. Setelah pustaka terkumpul, langkah selanjutnya digunakan teknik catat. Dengan teknik catat, dilakukan pencatatan terhadap kalimat yang didalam konstruksinya memuat bentuk aposisi ke dalam tabel data. Data yang telah dicatat dalam tabel kemudian diproses lebih lanjut, yakni proses penandaan, pengkodean, dan pereduksian.

Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 20

Dalam penelitian ini, aposisi yang terdapat dalam konstruksi data yang berupa kalimat ditandai dengan dicetak tebal dan miring.Setelah ditandai, data kemudian diberi kode. Pengkodean dilakukan pada posisi unsur aposisi (UP dan Ap), bentuk lain selain aposisi, dan identitas data. Identitas data yang dimaksudkan terkait dengan posisi data dalam urutan artikel, paragraf, dan kalimat beserta tanggal terbitnya. Pereduksian data dilakukan dengan cara mereduksi teks artikel hingga didapatkan data berupa kalimat yang terkandung bentuk aposisi. Dengan demikian, bentuk yang tidak termasuk dalam data dapat dihilangkan. Setelah tersedia, data selanjutnya dianalisis. Tahapan ini dilakukan supaya kaidah yang dijadikan sebagai fenomena dan objek sasaran penelitian dapat diterangjelaskan (Sudaryanto, 2018, p. 9). Dalam rangka menerangjelaskan kaidah yang menjadi fokus penelitian--jenis aposisi--diperlukan metode dan teknik analisis data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode distribusional atau biasa dikenal dengan metode agih. Metode ini dikembangkan oleh ahli linguistik struktural Amerika, seperti Bloomfield, Nida, Hockett, dan Harris (Zaim, 2014, p. 101). Sudaryanto (2018, p. 19) menjelaskan, dalam metode agih, alat penentunya merupakan bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaktis, klausa, silabe, titinada, dan yang lain. Alat penentu dalam penelitian ini, yaitu unsur aposisi (UP dan Ap) yang dapat berwujud kata, frasa, dan klausa. Zaim (2014, p. 102) menjelaskan bahwa teknik analisis yang digunakan dalam metode agih berupa penguraian satuan lingual tertentu atas unsur-unsur terkecilnya, unsur langsungnya, penggantian suatu unsur oleh unsur lain dalam suatu konteks tertentu, perluasan, penghilangan satuan lingual, dan penyisipan suatu satuan lingual tertentu. Dalam penelitian ini, digunakan teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai teknik dasarnya. Selain itu, digunakan juga teknik lesap sebagai teknik lanjutannya. Teknik BUL digunakan untuk membagi konstruksi kalimat menjadi unsur pusat, aposisi, aposisi pertama, dan aposisi kedua, beserta bentuk lain. Teknik lesap digunakan untuk menguji syarat aposisi dikategorikan sebagai aposisi penuh dan aposisi sebagian. Untuk menentukan aposisi termasuk dalam aposisi sejajar dan aposisi bertingkat tidak digunakan teknik lanjutan, cukup dengan teknik dasar BUL. Sementara itu, pengklasifikasian data ke dalam aposisi mewatasi dan aposisi takmewatasi juga dapat diidentifikasi secara langung dengan mencermati penggunaan penanda kata dan tanda baca yang ada di antara unsur pusat dan aposisi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan aposisi dalam kalimat artikel laporan utama majalah Tempo, ada enam jenis aposisi yang berhasil ditemukan. Dari jumlah tersebut, perinciannya: aposisi penuh, aposisi sebagian, aposisi sejajar, aposisi bertingkat, aposisi mewatasi, dan data aposisi takmewatasi. Perincian ini didasarkan pada persyaratan yang dapat dipenuhi masing-masing data untuk dimasukkan dalam jenis aposisi tertentu. Selain diklasifikasikan, dibahas pula alasan pengklasifikasian data tersebut dalam bentuk deskripsi. Pembahasan lebih lanjut tersaji pada subbab aposisi penuh, aposisi sebagian, aposisi sejajar, aposisi bertingkat, aposisi mewatasi, dan aposisi takmewatasi.

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 21

Aposisi Penuh Pengklasifikasian aposisi ke dalam jenis aposisi penuh didasarkan pada tiga syarat yang dipenuhi oleh masing-masing aposisi. Tiga syarat yang dimaksud, yakni: (1) apabila salah satu unsur aposisi dihilangkan, kalimat turunannya tetap berterima, (2) masing‐masing unsur aposisi menduduki fungsi sintaktis yang sama dalam kalimat turunannya, dan (3) antara unsur pusat dengan aposisi saling berkoreferensi (Quirk, 1985, p. 1302). Guna dihasilkan kalimat turunan dengan penghilangan salah satu unsur aposisinya, maka digunakan teknik lesap terhadap data yang ditemukan. Berdasarkan persyaratan yang dipenuhi, aposisi penuh yang ditemukan dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo disajikan dalam data (1).

Data 1 (1) Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan berpesan agar Prabowo menyatakan menghormati putusan Mahkamah Konstitusi. (LU1-P5-K1-29/06/19)

Data 1 dibagi menjadi bentuk berikut. UP: Ketua Umum Partai Amanat Nasional Ap: Zulkifli Hasan BL: berpesan agar Prabowo menyatakan menghormati putusan Mahkamah Konstitusi.

Masing-masing unsur aposisi dilesapkan menjadi kalimat turunan berikut. (1a) Ketua Umum Partai Amanat Nasional berpesan agar Prabowo menyatakan menghormati putusan Mahkamah Konstitusi. (1b) Zulkifli Hasan berpesan agar Prabowo menyatakan menghormati putusan Mahkamah Konstitusi.

Aposisi yang terdapat dalam data (1) dibentuk atas dua unsur aposisi. Unsur pusatnya, yaitu bentuk Ketua Umum Partai Amanat Nasional, dan bentuk nama diri, Zulkifli Hasan, sebagai aposisinya. Kalimat data (1) diturunkan menjadi kalimat (1a) dengan pelesapan UP, sedangkan kalimat (1b) yang dilesapkan Ap. Dari proses ini, meski salah satu unsur aposisi dihilangkan, kalimat turunan (1a) dan (1b) tetap berterima. Dalam kalimat turunan (1a) dan (1b), bentuk Ketua Umum Partai Amanat Nasional dan Zulkifli Hasan, masing- masing berfungsi sebagai subjek kalimat sehingga kedudukan fungsi sintaktisnya sama. Masing-masing unsur aposisi pada data (1) saling berkoreferensi. Dalam hubungan ini, Zulkifli Hasan yang dimaksud pada kalimat turunan (1a) mengacu pada seorang yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional. Demikian pula dengan kalimat (1b), meskipun Zulkifli Hasan dihilangkan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional yang dimaksud dalam kalimat turunan ini ialah seseorang bernama Zulkifli Hasan. Dengan kata lain, masing-masing subjek pada kalimat turunan saling berkoreferensi sehingga referensi ekstralinguistisnya sama. Berdasarkan penjelasan ini, ketiga persyaratan aposisi penuh terdapat dalam Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 22 aposisi data (1). Dengan demikian, aposisi data (1) termasuk dalam jenis aposisi penuh.

Aposisi Sebagian Berbeda halnya dengan aposisi penuh, sebuah aposisi termasuk dalam aposisi sebagian apabila tidak memenuhi seluruh atau sebagian persyaratan aposisi penuh (Quirk, 1985, p. 1302). Pengklasifikasian aposisi ke dalam jenis aposisi sebagian didasarkan pada tiga syarat yang dipenuhi oleh masing-masing aposisi. Tiga syarat yang dimaksud, yakni: (1) apabila salah satu unsur aposisinya dihilangkan, salah satu atau kedua kalimat turunannya tidak berterima, (2) masing- masing unsur aposisi menduduki fungsi sintaktis yang berbeda dalam kalimat turunannya, dan (3) antara unsur pusat dengan aposisi tidak saling berkoreferensi. Apabila hanya memenuhi minimal satu syarat tersebut, sebuah aposisi dapat dikelompokkan dalam aposisi sebagian. Berdasarkan analisis dan pembahasan, aposisi sebagian yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempotersaji dalam data (2).

Data 2 (2) Simulasi dirancang tim yang terdiri atas sejumlah pakar, termasuk ahli hukum . (LU3-P10-K1-18/01/19)

Data 2 dibagi menjadi bentuk berikut. BL: simulasi dirancang tim yang terdiri atas UP: sejumlah pakar Ap: ahli hukum Yusril Ihza Mahendra

Masing-masing unsur aposisi dilesapkan menjadi kalimat turunan berikut. (2a) Simulasi dirancang tim yang terdiri atas sejumlah pakar. (2b) *Simulasi dirancang tim yang terdiri atas ahli hukum Yusril Ihza Mahendra.

Aposisi pada data (2) dibentuk atas dua unsur aposisi. Frasa sejumlah pakar menjadi unsur pusat, dan bentuk ahli hukum Yusril Ihza Mahendra sebagai aposisinya. Dengan teknik lesap, masing-masing unsur aposisi pada data (2) dilesapkan menjadi kalimat turunan (2a) dan (2b). Kalimat turunan (2a) berterima, tetapi kalimat turunan (2b) yang dihasilkan tidak berterima meski salah satu unsur aposisinya dihilangkan. Hal ini disebabkan karena bentuk terdiri atas menuntut objek lebih dari satu. Nomina sejumlah pada UP mengisyaratkan acuan jumlah yang tidak pasti. Berkenaan dengan kedudukan fungsi sintaktisnya, unsur aposisi sejumlah pakar pada kalimat (2a) berfungsi sebagai objek, dan bentuk ahli hukum Yusril Ihza Mahendra pada kalimat (2b) berfungsi sebagai objek. Dengan demikian, maka kedua unsur aposisi menjadi objek pada masing-masing kalimat turunan. Unsur pusat, sejumlah pakar, pada data (2) mencakup aposisi, ahli hukum Yusril Ihza Mahendra, tetapi ahli hukum Yusril Ihza Mahendra tidak mencakup sejumlah pakar. Dengan kata lain, Ap hanya salah satu bagian dari UP sehingga tidak saling berkoreferensi. Dimungkinkan ada pakar-pakar lain yang dimaksudkan oleh UP dengan jumlah yang tidak pasti. Dengan demikian, ada

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 23

perbedaan referensi ekstralinguistis antara unsur aposisi kalimat asli dengan salah satu unsur aposisi yang turunkan pada kalimat (2a) dan (2b). Berdasarkan penjelasan ini, data (2) memenuhi syarat untuk masuk dalam jenis aposisi sebagian.

Aposisi Sejajar Sebuah aposisi termasuk dalam jenis aposisi sejajar apabila unsur aposisi satu dengan unsur aposisi lainnya berkedudukan dalam kelas atau satuan sintaksis yang sama (Quirk, 1985, p. 1303). Maksudnya, aposisi tergolong aposisi sejajar apabila: (1) unsur pusat dan aposisi berupa kata; (2) unsur pusat dan aposisi berupa frasa; (3) unsur pusat dan aposisi berkedudukan sebagai klausa. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, aposisi sejajar yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempodisajikan dalam data (3).

Data 3 (3) Iyan mengatakan para ahli membutuhkan waktu 5-7 menit untuk membuat pemodelan tsunami setelah seluruh data dari semua sensor di lapangan, termasuk buoy yang mengapung di tengah laut, diterima. (LU3-P5-K1-05/01/19)

Data 3 dibagi menjadi bentuk berikut. BL: Iyan mengatakan para ahli membutuhkan waktu 5-7 menit untuk membuat pemodelan tsunami setelah seluruh data dari UP: semua sensor di lapangan Ap: buoy yang mengapung di tengah laut BL: diterima

Data (3) ditemukan aposisi yang terdiri atas dua unsur aposisi. Unsur aposisi yang dimaksudkan, yaitu bentuk semua sensor di lapangan sebagai unsur pusat. Bentuk buoy yang mengapung di tengah laut diidentifikasi sebagai Ap. UP terdiri atas beberapa kata yang membentuk frasa. Pada unsur Ap, konjungsi yang sebelum kata mengapung membatalkan predikat sehingga Ap termasuk dalam satuan frasa. Dari penjelasan ini, UP dan Ap berada pada satuan sintaksis yang sama. Maka dari itu, aposisi pada data (3) dikelompokkan dalam jenis aposisi sejajar.

Aposisi Bertingkat Berbeda halnya dengan aposisi sejajar, sebuah aposisi termasuk dalam jenis aposisi bertingkat apabila masing-masing unsur aposisi berkedudukan dalam kelas atau satuan sintaksis yang berbeda (Quirk, 1985, p. 1302). Kemungkinan yang terjadi pada aposisi jenis ini, yaitu: (1) unsur pusat termasuk dalam satuan sintaksis berupa kata dan aposisi berupa frasa; (2) unsur pusat termasuk dalam satuan sintaksis berupa kata dan aposisi berupa klausa; (3) unsur pusat termasuk dalam satuan sintaksis berupa frasa dan aposisi berupa klausa; ataupun sebaliknya. Berdasarkan analisis dan pembahasan, aposisi bertingkat yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo disajikan dalam data (4).

Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 24

Data 4 (4)Endun, pengunjuk rasa yang beberapa kali mengikuti kegiatan Garda Prabowo di Jalan Kertanegara, menyaksikan Jalan Kertanegara dipenuhi ratusan pengunjuk rasa yang diangkut dengan sejumlah mobil pada 20 Mei lalu. (LU1-P16-K1-08/06/19)

Data 4 dibagi menjadi bentuk berikut. UP: Endun Ap: pengunjuk rasa yang beberapa kali mengikuti kegiatan Garda Prabowo di Jalan Kertanegara BL: menyaksikan Jalan Kertanegara dipenuhi ratusan pengunjuk rasa yang diangkut dengan sejumlah mobil pada 20 Mei lalu

Aposisi pada data (4) terdiri atas dua unsur aposisi. Unsur pusatnya, yaitu, Endun, sedangkan aposisinya, yaitu pengunjuk rasa yang beberapa kali mengikuti kegiatan Garda Prabowo di Jalan Kertanegara. Berdasarkan kedudukan satuan sintaksisnya, UP dalam aposisi ini termasuk dalam satuan berupa kata. Di samping itu, Ap termasuk dalam satuan frasa karena konstruksinya terdapat konjungsi yang sehingga membatalkan predikat pada verba mengikuti. Dengan demikian, satuan sintaksis UP berbeda dengan satuan sintaksis Ap. Oleh karena itu, aposisi dalam data (4) termasuk dalam aposisi bertingkat.

Aposisi Mewatasi Aposisi dikategorikan sebagai jenis aposisi mewatasi apabila salah satu unsur aposisinya berfungsi sebagai pewatas makna atau informasi unsur aposisi yang lain. Masing-masing unsur aposisi pada aposisi mewatasi biasanya tidak dipisahkan dengan penanda berupa kata ataupun tanda baca (Quirk, 1985, p. 1303). Salah satu unsur aposisi pada aposisi ini dapat berwujud gelar, pangkat, atau jabatan yang diikuti nama diri. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, aposisi mewatasi yang ditemukan dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo disajikan dalam data (5).

Data 5 (5) Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan ada sejumlah potensi gangguan keamanan yang diantisipasi pemerintah dan aparat keamanan. (LU2-P2-K2-18/05/19)

Data 5 dibagi menjadi bentuk berikut. UP: Kepala Staf Kepresidenan Ap: Moeldoko BL: mengatakan ada sejumlah potensi gangguan keamanan yang diantisipasi pemerintah dan aparat keamanan

Aposisi dalam data (5) termasuk dalam jenis aposisi mewatasi. Alasannya, tidak ada penanda pemisah antara UP dengan Ap. UP yang dimaksud berupa jabatan, yakni Kepala Staf Kepresidenan, sedangkan nama diri, Moeldoko, merupakan Ap. Tidak adanya pemisah mengindikasikan bahwa salah satu unsur aposisinya berfungsi sebagai pewatas. Dengan tidak adanya pemisah, maka

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 25

maksud Kepala Staf Kepresidenan dalam aposisi ini diwatasi oleh Ap berupa nama diri, yakni seseorang yang bernama Moeldoko. Oleh karena itu, aposisi dalam data (5) termasuk dalam jenis aposisi mewatasi.

Aposisi Takmewatasi Aposisi takmewatasi memiliki ciri-ciri yang kontras dengan ciri-ciri aposisi mewatasi. Pada aposisi mewatasi, tiap-tiap unsur aposisi tidak dipisahkan dengan penanda kata dan tanda baca, sedangkan aposisi takmewatasi penanda kata dan tanda baca digunakan sebagai pemisah tiap-tiap unsur aposisinya (Quirk, 1985, p. 1304). Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, aposisi yang termasuk aposisi takmewatasi dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo disajikan dalam data (6).

Data 6 (6) Sejumlah ustad kondang, di antaranya Adi Hidayat dan Abdul Somad, pernah mengajar mereka. (LU1-P22-K3-23/05/19)

Data 6 dibagi menjadi bentuk berikut. UP: sejumlah ustad kondang Ap: Adi Hidayat dan Abdul Somad BL: pernah mengajar mereka

Data (6) terdapat aposisi yang terdiri atas dua unsur aposisi. UP berupa bentuk sejumlah ustad kondang dan Ap berupa bentuk Adi Hidayat dan Abdul Somad. UP dan AP pada data (6) dipisahkan dengan penanda yang berupa kata dan tanda baca. Penanda kata berupa frasa di antaranya, sedangkan penanda tanda baca berupa tanda koma (,). Ap, yaitu bentukAdi Hidayat dan Abdul Somad, menyatakan bagian dari UP dan berfungsi sebagai informasi tambahan berupa perincian. Bentuk sejumlah mengisyaratkan jumlah yang tidak pasti atau tidak definit. Berdasarkan penanda dan ciri semantis yang dipenuhi, maka aposisi dalam data (6) termasuk jenis aposisi takmewatasi. Hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan kemudian diimplementasikan dalam bentuk materi ajar kebahasaan teks artikel. Materi ajar kebahasaan teks artikel berupa aposisi yang bersifat konseptual, meliputi definisi, ciri-ciri, kedudukan dalam fungsi sintaktis, manfaat, dan jenis-jenis. Di samping itu, materi yang faktual berupa contoh teks artikel dan contoh jenis aposisi sesuai dengan pemakaian bahasa secara nyata dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo. Materi ini dapat dijadikan referensi materi ajar pada KD 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah di SMA kelas XII. Selain itu, materi ajar kebahasan teks artikel ini dapat menunjang tercapainya KD 4.11 mengonstruksi sebuah artikel dengan memperhatikan fakta dan kebahasaan. Berdasarkan teori, komponen bahan ajar terdiri atas: judul/identitas, SK (KI) dan KD, materi pembelajaran, paparan isi materi, latihan, dan penilaian (Kemendikbud, 2010). Namun, materi ajar teks artikel yang dihasilkan dalam penelitian ini dilakukan sedikit perubahan sehingga urutannya menjadi: (1) identitas, (2) kompetensi inti (KI), (3) kompetensi dasar (KD) dan indikator

Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 26 pencapaian kompetensi, (4) materi ajar, (5) tujuan pembelajaran, (6) latihan, dan (7) penilaian.

PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta implementasi materi ajar, penelitian yang berjudul “Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA”, dapat ditarik beberapa simpulan. Pertama, ditemukan enam jenis aposisi yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo edisi 5 Januari-29 Juni 2019. Kedua, hasil penelitian yang berupa aposisi dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo dapat diimplementasikan sebagai materi ajar kebahasaan teks artikel pada KD 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah di SMA kelas XII. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, enam jenis aposisi yang terdapat dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo, yakni aposisi penuh, aposisi sebagian, aposisi sejajar, aposisi bertingkat, aposisi mewatasi, dan aposisi takmewatasi. Aposisi penuh yang ditemukan terdapat dalam kalimat “Ketua Umum Partai Amanat Nasional Zulkifli Hasan berpesan agar Prabowo menyatakan menghormati putusan Mahkamah Konstitusi.” Aposisi sebagian yang ditemukan terdapat dalam kalimat “Simulasi dirancang tim yang terdiri atas sejumlah pakar, termasuk ahli hukum Yusril Ihza Mahendra.” Ada aposisi sejajar dan aposisi bertingkat yang berhasil ditemukan. Aposisi sejajar yang ditemukan terdapat dalam kalimat “Iyan mengatakan para ahli membutuhkan waktu 5-7 menit untuk membuat pemodelan tsunami setelah seluruh data dari semua sensor di lapangan, termasuk buoy yang mengapung di tengah laut, diterima.” Didapatkan pula aposisi bertingkat, seperti dalam kalimat “Endun, pengunjuk rasa yang beberapa kali mengikuti kegiatan Garda Prabowo di Jalan Kertanegara, menyaksikan Jalan Kertanegara dipenuhi ratusan pengunjuk rasa yang diangkut dengan sejumlah mobil pada 20 Mei lalu.” Ditemukan pula aposisi mewatasi dan aposisi takmewatasi. Aposisi mewatasi yang ditemukan, misalnya dalam kalimat “Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan ada sejumlah potensi gangguan keamanan yang diantisipasi pemerintah dan aparat keamanan.” Aposisi takmewatasi yang ditemukan terdapat dalam kalimat “Sejumlah ustad kondang, di antaranya Adi Hidayat dan Abdul Somad, pernah mengajar mereka.” Jenis aposisi yang dominan dalam kalimat pada artikel laporan utama majalah Tempo adalah aposisi takmewatasi. Jenis aposisi ini sering digunakan oleh tim redaksi dalam artikelnya untuk memberikan tambahkan informasi dan perincian sehingga informasi yang dihasilkan menjadi lebih jelas dan akurat. Selain itu, jenis aposisi dominan setelah aposisi takmewatasi adalah aposisi mewatasi. Aposisi jenis ini digunakan tim redaksi guna membatasi informasi supaya lebih spesifik. Adapun materi ajar kebahasaan teks artikel yang disusun dari hasil analisis dan pembahasan, dijadikan sebagai referensi materi ajar pada KD 3.11 menganalisis kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah di SMA kelas XII. Materi kebahasaan teks artikel ini terdiri atas: (1) identitas, (2) kompetensi inti (KI), (3) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (4) materi ajar, (5) tujuan pembelajaran, (6) latihan, dan (7) penilaian.

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020 E-ISSN: 2715-9612 27

DAFTAR PUSTAKA Adji, A. P. (2017). Aposisi dalam surat kabar rubrik berita edisi maret 2017 sebagai alternatif bahan ajar smp kelas vii (undergraduate thesis). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/57725/. Alieva, N. F., Arakin, V. D., Oglobin, A. K., & Sirk, Y. H. (1991). Bahasa Indonesia: deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. Alwi, H., Dardjowidjojo, S., Lapoliwa, H., & Moeliono, A. M. (2010). Tata bahasa baku bahasa Indonesia. : Balai Pustaka. Ardhian, D., Sudaryanto, & Sumarlam. (2013). Aposisi bahasa Indonesia. Transling Journal: Translation and Linguistics, 1(1), 53-64. Retrieved from https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/1782. Cahyana, D. A. (2017). Aposisi pada teks berita utama jawa pos. Lingua: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 12(1), 50-56. DOI: 10.18860/ling.v12i1.3921. Idayanti, E. N. (2011). Karakteristik pemakaian aposisi dan perluasan unsur dalam berita kriminal “sergap” di rcti (undergraduate thesis). Universitas Muhammadiyah Surakarta. Retrieved from http://eprints.ums.ac.id/19261/. Kemendikbud. (2010). Petunjuk teknis pengembangan bahan ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA. Khak, M. A. (1993). Aposisi dalam bahasa Indonesia. Penyelidikan bahasa dan perkembangan wawasannya (ed. 1). Masyarakat Linguistik Indonesia, 275- 287 Kridalaksana, H. (2009). Kamus linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. (2017). Metode penelitian bahasa: tahapan, strategi, metode, dan tekniknya. Depok: Rajagrafindo Persada. Mamuko, I. F. (2018). Penggunaan aposisi dalam kitab Yesaya (suatu analisis sintaksis). JEFS:Jurnal Elektronik Fakultas Sastra, 2(3). Retrieved from https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jefs/article/view/20283. Pastika, I. W. (2016). Peran aposisi, dislokasi dan ekstraposisi dalam kesinambungan topik wacana bahasa Indonesia. Artikel prosiding dipresentasikan saat Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2016 Denpasar: Menggali Kekayaan Bahasa Nusantara, Universitas Udayana. Putrayasa, I. B. (2017). Sintaksis (memahami kalimat tunggal). Bandung: Refika Aditama. Quirk, R., Greenbaum, S., Leech, G., & Svartvik, J. (1972). A grammar of Temporary english. Essex: Longman. Quirk, R., Greenbaum, S., Leech, G., & Svartvik, J. (1985). A comprehensive grammar of the english language. New York: Longman. Ramlan, M. (2005). Ilmu bahasa Indonesia: sintaksis. Yogyakarta: Karyono. Setiawati, S. & Pratiwi, H. A. (2016). Aspek kohesi konjungsi dalam wacana opini pada majalah Tempo dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia. Jurnal Gramatika: Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1), 45-56. DOI: 10.22202/jg.2015.v1i1.1162. Aposisi dalam Kalimat pada Artikel Laporan Utama Majalah Tempo dan Implementasinya sebagai Materi Ajar Kebahasaan Teks Artikel di SMA Prakoso 28

Sugono, D. (2009). Mahir berbahasa Indonesia dengan benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sumadiria, A. S. H. (2016). Hukum dan etika media massa: panduan pers, penyiaran, dan media siber. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Suryaman, M., Suherli, & Istiqomah. (2018). Bahasa Indonesia: buku guru (Rev. ed.). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Suryaman, M., Suherli, & Istiqomah. (2018). Bahasa Indonesia: buku siswa (Rev. ed.). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sudaryanto. (2018). Metode dan aneka teknik analisis bahasa: pengantar penelitian wahana kebudayaan secara linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press. Tarigan, H. G. (2009). Prinsip-prinsip dasar sintaksis. Bandung: Angkasa. Verhaar, J. W. M. (2016). Asas-asas linguistik umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Zaim, M. (2014). Metode penelitian bahasa: pendekatan struktural. Padang: UNP Press.

Repetisi: Riset Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 3, No. 1, Mei 2020