ISSN 1693-7139 212/AU1/P2MBII08/2009

Vol. 8, No.2, Desember 2010

Berdasl;irkan SK Kepala UPI No. 816/0/2009, tanggal28 Agusttis 2009 Jurnal Lektur Keagamaan telah terakreditasi B No. Akreditasi: 212/AUI/P2MBIIOS/2009

• ISSN 1693-7139 Jurnal 212/AU1/P2MBII08/2009 "'f';, urr R~~ 11 ~ I ~;. ;' T.•:•.'... ""..u:;'" .~""'.. """"

Vol. 8, No.2, Desember 2010 Daftar lsi

Kajian Naskah Keagamaan Lektur Keagamaan dalam Naskah Klasik Sulawesi Selatan Ahmad Rahman 183 - 206 Unsur-Unsur Islam dalam Serat Centhini Muzairi, dkk. 207 - 234 Naskah Surat-Surat dari Kerajaan Buton (Aspek Kebahasaan dan Komponen Surat) La Niampe 235 - 250 Tradisi Produksi Naskah Keagamaan di Jawa Barat: Studi Kasus di Cianjur Asep Saefullah 251 - 282 Mushaf Sultan Ternate Tertua di Nusantara: Menelaah Ulang Kolofon Ali Akbar 283 - 296 Kajian 1'okoh dan Khazanah Keagamaan Pemikiran Sufistik Syekh Abdul Wahab Rokan !vI. Iqbal Irham 297 -314 Bendera Macan Ali Koleksi Museulll Tekstil, Tawalinuddin Haris' 315-336 Lektur Kontemporer dan Telaah Buku

I Sastra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modern l! 8 Sudarnolo Abdul Hakim ./ 337 - 360 Sejarah dan lmaginasi Sejarah: Catatan untuk Buku Api Seja Karya Ahmad Mansur Suryanegara Amelia Fauzia 361 - 372 Indeks Vol. 8 Talmn 2010 373 - 384

IV Sastra Islam Perspektif Sejarah IslalTI .,.:::".

Indonesia Modern .... :...:.:

Sudarnoto Abdul Hakim Fakultas Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta

This paper attempts to look at the dynamics of modern Indonesian Islamic history through analysis of literGfy works. In this regard, the functional approach to literature will help in understanding the dynamics of histmy in general. With the various controversies that emerged from the 1930s until the earZv 1960s, Islamic literature developed by various pattern: da'wa and romanticism, satire of religion and politics, and ideologizing Islamic literature. While in the second halfofthe 1950s until the early 1960s an important period in 'which Islamic literature run a vel)' unique political function by displayilig the spirit ofchange. For the formulation of a clear ideology of Islamic literature became urgent not only for the exposition of Islamic identity but instead to mission changes: demolish Senin Planet and then rivet Panji Kalimah Tauhid (Tawhid SentenceFlag). Keywords: Literature of Islam, do 'wa, romanticism, satire of religion, ideologizing -

Tulisan ini mencoba melihat dinamika sejarah Islam Indonesia modern melalui anal isis karya-karya sastra. Dalam kaitan ini maka pendekatall fungsional terhadap katya sastra akan membantu dalam memahami dinamika sejarah secara umum. Dengan berbagai kontroversi yang muncul mulai tubun 1930an hingga awal tahun 1960an sastra [slam berkembang dengan berbagai coraknya: dakwah dan romantisisme, satire agama dan politik dan ideologisasi sastra Islam. Sementara pada paruh kedua tahun 1950an hingga awa! tahun 1960an merupakan periode penting di mana sastra Islam menjalankan fungsi politiknya yang sangat unik dengan menampiikan semangat perubahan. Untuk itu perumusan ideologi yang jelas bagi,sastra Islam menjadi urgen tidak saja untuk eksposisi identitas Islam akari'tetapi justru untuk missi perubahan: meruntuhkan Planet Senin dan ken1'udian memancangkan Panji Kalimah Tauhid.· Kata Iamci: Sastra Islam, dakwah, romantisisme, satire agama, ideologisasi

337 Jurnal Leklllr Keagamaan, Vol. 8, No.2, 2010: 337 - 360

Pendahulan TuUsan ini berusaha mencermati sastra sebagai khazanah budaya dan intelektual dalam sejarah Islam Indonesia. Dengan kajian ini karya sastni tidak akan ditempatkan sebagai subordinate statis yang tidak memiliki makna signifikan dalam keseluruhan khazanah budaya yang telah terbangun cukup lama. Tulisan ini cendenmg untuk melihat dinamika sejarah Islam Indonesia modern melalui analisis karya-karya sastra. Dalam kaitan ini malm pendekatan fungsional terhadap karya sastra akan membantu dalam memahami dinamika sejarah secara umum. Ada beberapa hal yang bisa diajukan untuk pendekatan ini terhadap karya sastra Islam antara lain ialah fungsi sosial-keaga­ 111aan dan fungsi ideologis-politis. Oleh karena itu, tidak berlebihan untuk berpendapat bahwa dalan1 perspektif ini karya sastra juga merupakan faktor penting dari inklinasi sosio-kultural maupun politik satu kOl11unitas tertentu. Teori political culture dan cultural politics Donald K. Emerson I dengan d~mikian cukup membantu untuk menjelaskan apa yang terjadi ketika perbedaan kultural dipandang dalam kerangka politik dan sebalilmya perbedaan-perbe­ daan politik menjadi bagian dari kepentingan kultural secara umum. Perdebatan sastra atau tensi ideologis-politis melalui dunia sastra yang juga a1<.an dibicarakan nanti, misalnya, dengan demikian bisa dipahami melalui perspektif ini. Artinya, ballwa salah satu letak kekuatan karya sastra-termasuk apa yang disebut dengan sastra Islam-adalah justru karena raldtan fungsionalnya dengan realitas 2 . sejarall yang berkembang.

Melayu-Islam Pra Abad Ke-20 Ticlak bisa dipungkiri bahwa pengetahuan tentang perkem­ bangan awal bahasa Melayu sangatlah terbatas. lni disebabkan

I Donald K. Emerson, Indonesia's Elite: Political Culture and Cultural Politics, (Ithaca: Cornell University Press, 1976). Bandingkan dengan Clifford Geertz, Religion ofJava, (New York: Free Press, 1960). 2 Diskusi menarik tentang sastra dan fungsinya dalam sejarah bisa dibaca antara lain P.E. de losselin de long, "Textual Anthropology and History: The Sick King," daJam Cultural Contact and Textual Interpretation, ed. C.D. Grijn dan S.O. Robson (Holland and USA: Foris Publication, 1986), h. 219-233.

338 Sastra Islam Perspektif S~iarah Islam Indonesia Modern - SlIdarnoto Abdul Hakim karena surnber akurat yang bisa digunakan juga sangat langka. Namun demikian catatan A. Teeuw nampaknya bisa menjadi bahan pertimbangan. Ia berpandangan bahwa sejumlah inskripsi tertua ternyata ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. 3 Lebih lanjut ia menguraikan:

Inskripsi-inskripsi ini telah ada sejak paruh kedua abad ketujuh. Semuanya ditemukan di sekitar Palembang, yang sekarang ini menjadi ibu kota Sumatra Selatan; di Minangkabau dan Bangka; pulau di sebelah timur Sumatra dan sebelah selatan Malaya.4

Bahkan kerajaan Sriwijaya-sebuah kerajaan yang untuk beberapa abad memainkan peran signifikan dalam sejarah Asia Tenggara-pun menjadi pusat perkembangan Bahasa Melayu; bahasa Melayu saat itu merupakan medium pengajaran filsafat, bahasa Sangsekerta dan Buddha. Bahkan juga menjadi medium bagi aktifitas agama dan komersial. 5 Kehadiran dan perkembangan lanjut Islam di Nusantara ternyata justru memperkokoh eksistensi Bahasa Melayu. Bahkan Islam secara signifikan telah memperkaya khazanah bahasa dan budaya Melayu secara umum: sejumlah kausa kata, ketatabahasaan dan juga sistim maupun metode transliterasi diperkenalkan. 6 Pengaruh kuat bahasa Arab terhadap bahasa Melayu ini sudah barang tentu terkait dengan posisi ~enting bahasa Arab dalam keseluruhan sistim kepercayaan Islam.

3 A. Teeuw, Modern , (The Hague: Martinus Nijhof, 1967), h. 4. 4 Ibid 5 Ibid. 6 Tentang perkembangan metode penulisan, bias dibaca antara lain' dalam russel Jones, "The Origins of the Malay Manuscript Tradition," dalam ell/lural Contact, h. 121-143.<;" 7 Gerhard Endress dalam salahsatu bagian'dari bab akhir bukunya::yang beljudul "Arabic: The Language of Islam" membahas soal inL Gerhard Endress, An Introduction to Islam (Edinbeurgh: Edinburgh University Press, 1988), h. 138-142. Bandingkan dengan WM. Watt and R. Bell, Introduction to the Qur'an, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1991).

339 illrnal Lektur Keagamaan, Vol. 8, No.2. 2010: 337 - 360

Kontribusi Islam dalam mempersubur dan memperkaya khaza­ nah bahasa dan budaya Melayu ini mulai nampak terutama sejak berdirinya pusat-pusat studi dan kebudayaan yang diprakarsai oleh kerajaan-kerajaan Islanl. Pada tahap inilah budaya tinggi (high culture) mulai muneul antara lain ditandai dengan mobilitas ulama Nusantara untuk melakukan peljalanan baik ke berbagai tempat di wilayah Nusantara dalam rangka penyebaran Islam maupun ke Mekkah llntuk menunaikan ibadah haji sekaligus mendalami Islam.8 Bahkan Ibn Batuta sendiri menginformasikan babwa Malik al-Zahir (1326-1371), penguasa Samudra Pasai, memprakarsai program pertemuan intensif dengan sejumlah ulama dari berbagai Negara antara lain Sharif Amir Sayyid dari Shiraz dan Taj aI-Din dad Isfahan untuk melakukan kajian bersama terutama mengenai masalah-masalah teologis. 9 Dengan demikian Pasai, di samping posisi strategisnya dalam arus perdagangan internasional, 10 juga telah berkembang menjadi pusat studi Islam kosmopolit yang cukup handa!. Hal yang sanla juga dilakukan olen kerajaan Malaka (1400­ 1511). Pusat studi Islam beljalan efektif dan berhasil menarik perhatiail sejumlah ulama dad berbagai tempat. Bahkan dua dari Wali Songo yaitu Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga punpemah mengikuti kegiatan ini. II Tahapan kemajuan yang seem'a intelektual maupun kultural nampak lebih terasa adalab periode kerajaan Islam Aceh (1511­ 1650). Di sanlping kajian-kajian keislaman sebagaimana yang dilaksallakan Pasai dan Malaka dan pelaksanaan intensif semacam program visiting professor dari Mesir, Syria dan India, 12 pada masa

8 Tentang hal ini bias disimak informasi Snouek Hugronje Mekka in ihe Latter Part ofthe 19th Century, (Leiden: EJ. Brill, 1970), h. 215-292. 9 Ibn Battuta, Travels in Asia and Aji'ica, terj. H.A.R. Gibb (London, Routledge, 1963), 233-234. Bandingkan dengan Tom Pires, Suma Oriental of Tom Pires, ed. Armando Cortesao (London: Hakluyt, 1944),2: 239. 10 Azyumardi Azra, "The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middle Eastern and Malay-Indonesian Ulama in the Seventeenth and Eigteenth Centuries, " (Ph.D. diss., Columbia University, 1992), h. 58. II B.1.O. Serieke, Indonesian Sociological Studies: Selected Writings of B. Scrieke, (The Hague: Van Hoeve, 1966),2: 261-2. 12 Baea lebih lanjut Th. W. Juynboll, "Atjeh," dalam Encyclopaedia ofislam (Leiden: Ej. Brill, 1931).

340 Saslra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modern - Sudarnoto Abdul Hakim

1m sejumlah karya tulis dalam berbagai bidang kajian keislaman secara mendalam mulai tersebar dan, dengan demikian, menjadi sallgat kontributif bagiperkembangan bahasa dan.sastraMelayu. Penulis-pellulis ternama seperti HamzahFansuri(spesialis:bidang mistisisme),13 Syamsuddill al-Sumatrani, 14Nur-al-DinahRaniri, 15Abd RaufaI-Sinkili 16 dan Bukhari al-Jauhari 17 adalah ber~~aldari

13 Fansuri adalah penulis awal Nusantara terutama dalam bidang rilistisisme. Pemikirannya nampak berpeng~ruh terhadap Serat Suluk Sukarsa, Suluk tertua di Jawa. Ada tiga puisi terkenalnya Muntahi, Zinat a/~Muwahidin (nama laindari Syariib al- 'Asyiqln) dan Asriir al- 'Ari}ln. Baca lebih lanjut Richard Windstedt, A History oj Classical Malay Literature, (Singapore: ·MBRAS, 1961), ··h. 116; dan Raden Mas Ngabehi, Kepitstakaan Djawa, (Djakarta: Djam~ batan, 1957), h. 103; J. Van Doorenbus, De Geschriften van Hamzah Fansuri (Leiden: Batteljee, 1933); M. N. AI-Attas, The Mysticism oj Hamzah Fansuri (Kuala Lumpur: University of Press, 1974); Karel Steenbrink, Mencaj'i Tuhan dengan Kacamata Barat. Kajian Kritis Mengenai AgOlilO di Indonesia, (Yogyakarta: lAIN Sunan Kalijaga Press, 1988); G.W.J. DrewessalldL.F. Brakel, The Poems ojHamzah Fansuri, (Dordrecht: Foris Publications, 1986); A.H. johns, "Malay Sufism as Illustrated in an Anonymous Collection of 17th Century Tract," JMBRAS, 30 (1957); dan A. Hasjmy, Rubai Hamzah Fanslwi Karya Saslra Sufi AbadXVII, (Kuala Lumpur: Dewan bahasa dan Pustaka, 1974). 14 Dia termasuk ulama besar yang sangat mempengaruhi Sultan (1607-1639). Dalam banyak haliaberperan sebagai penasehat spiritual Sultan Iskandar. Syamsuddin membuat komentar atas karya-karya Hamzah. Oleh sebab itu tidak mengherankan jika ada pendapat yang menyatakanbahwa dia adalah murid Hamzah. Telaah lebih lanjut C.A.O. Van Nieuwenhuijze,Syamsll'l Dill van Pasai: Bijdrage tot de Kennis del' Sumtaransche Mystiek (Leiden: Brill, 1945); I-Iawash Abdullah, Perkembangan Ilmu TasowuJ dan Tokoh-tokohnya di Nusantara (Surabaya: al-lkhlas,1980); Taufiq Abdullah and Sharon Siddique, eds, Islam andSociety in Southeast Asia, (Singapore: Institute ofSoutheast Asian Studies, 1986), h. 87. .. . IS AI-Raniri beradarah Gujarat Melayu, dikenal sebagai seorang Ulama Sufi dan bahkan juga seorang Syekh Tarekat Rijaiyah.. Pandangan-pandangannya banyak diarahkan untuk mengkritik pemikiran Hamzah dan Syamsuddin sebagai "heretical mysticism" (mistisisme yang sesat). Atau, menurut ungkapanal-Raniri sendiri, sebagai Wujitdiyah l)alalah, Mul/:ziddan Zindiq. Di antara karyanya yang menghujat Hamzah dan Syamsuddin ialah l:Jujjat al-$iddlq Ii Da!'i al-Zindiq,al­ Fatb al-Mubiil 'ala Mul/:zidln dan Kitiibfi Ma'rijah al-Adyan. Bandingkan,dengan pembahasan al-Attas, ACommentGlyon the Hujjat al-Siddiq ojNul' al~Dini al­ Raniri, (Kuala Lumpur: Ministry ofCulture, Malaysia, 1986);Drewess,"Nur al­ Din al-Raniri's Charge of Heresy Against Hamzah andShamsuddin forman International Point of View," datam Cultural Contact. Karya al-Raniri yang lain ialah Bustcin al-Solii/En. 341 Jumal Leklur Keagamaan, Vol. 8. No. 2,2010: 337·360

Aceh. Maka tidal( berlebihan wltuk berpendapat bal1wa abad ke-16 adalall merupakan awal publikasi karya, teljemallan maupun komentar tentang masalal1-masalah keislaman dan sastra yang ditulis oleh para ulama Nusantara dalam Bahasa Melayu. Diskurus intelektual dan budaya ini semakin memperoleh momentunmya Y?Dg tepat sejakkerajaan Islam Johor- (1650­ 1800) mendorong kemajuan pendidikan seCaI'a umum dan mendi­ rikaIl institusi Islam yang berpusat di Penyengat. Raja Ali Haji, di samping memiliki otoritas untuk mengajar teologi, hukum, mistisisme dan bahasa Arab, juga adalah tokoh yang begitu besar perhatiannya bagi pengembangan program scholarship. 18 Ketokohan Raja Ali Haji ini memang diakui dalam sejarah Melayu tidak saja karena perannya dalam bidang politik akaIl tetapi juga dalam bidang keilmuan. Dalam bidang. kedua ini kontribusinya terbukti melalui sejumlah karyal1ya tentang agama, sastra, politik, sejarah dan hukum. Lalu meskipun ia bukan satu-~atlU1ya intelektual pada masa itu, akan tetapi di kalangan teman-temannya ia dianggap

16 AI-Sinkili yang juga dikenal dengan nama Tengku Shah Kuala pernah menjadi murid al-Raniri. Karyanya Umdah al-Muhtadln menginfonnasikan sejumlah gurunya: Syaikh AbduJlah'al-Adani (seorang Qari' terbaik dari Yaman ketika itll), Ahmad al·Qashashi (bidang Tasawuf di Madinah). Dialah yang memberikan gelar atau posisi sebagai Khalifah Syattariyah. Gurunya yang lain ialah Syaikh Ibrahim al-Kurani (bidang Tasawuf), Syaikh Faqil Ali Ibn Muhammad Rabi' (Tafsir, Qira'at dan Hadis), al-Babili (Muhaddis terkenal dari Mesir dan guru hampir semua Muhaddis di Haramain abad ke-] 7), al-Barzanji (Tasawuf), Syaikh Sw'han Lahore dan Syaikh Abdullah Lahore. A1-Sinkili menu lis penjelasan pemikiran Ibnu Arabi tentang Mantizil al-Insiiniyah yang kemlldian dikutip dalam Asrar al- 'Arifin-nya Hamzah. Yang juga sangat penting dieatat di sini ialah bahwa al-Sinkili adalah ulama pertama yang menulis Tafsir al-Qur'an dalam Bahasa Melayu. Pembahasan tentang pemikiran Tasawuf al­ Sinkili dilakukan oleh Douwe Adolf Ritlkes, Abdoerraoej Van Singke, Bijdrage Tot de Kennis van de Mysliek op Sumatra en Java, (Heerenveen: Hepkema, 1909), Sementara tentang Tafsir TmjumclJ1 al-Mustajid-nya al-Singkili diteliti oleh Peter Riddel, "Abd al-Rauf al-Singkili's Tarjumiin al-Muslafid," (Ph.D. diss., Australian National University, 1984) dan dalam artikelnya "The Source of Abd al-Rauf's Tarjul1/tm al-Mustafid, " JIMBRAS, 57(1984): ] 13-118. 17 Bukhari al-Jauhari menulis Taj al-Salatin. Tidak banyak komentar yang diberikan oleh oara peneliti tentang Bllkhari. 18 Ismail Hamid, The Malay Islamic Hikayat, (Bangi, Selangor: University Kebangsaan Malaysia, 1983), h. 22.

342 Sastra Islam PerSpektif Sejarah Islam Indonesia Modem - Sudarnoto Abdul Hakim sebagai "cendekiawall yang termasyhur di kalangan bangsanya.,,19 Ciri kuat karya-karya Raja Ali Haji ialah di samping berakar kepada tradisi kesusasteraan Islam dan Melayu juga karena keseriusannya untuk menyajikan sejarah masa lalu dalam perspektif tuntutan masa kehidupannya. Secara keseluruhan ini bisa~ter1ihat dalam karya-karyanya: Bustan al-Katibin, Tsmarat al-Muhimmah, Intizam WazaiJ al-Mali/{, Tuhfat al-Nafis, Silsilah Melayu dan Bugis, Kitab Pengetahuan Bahasa, Gurindam Dua Belas dan sejumlah syair.20 Tentang bagaimana posisi Raja Ali Haji dalam kaitannya dengan perkembangan Bahasa Melayu, UU. Hamidy nampak ingin menegaskan bahwa Raja Ali Haji adalah tokoh peletak pedoman bahasa dan ketatabahasaan Melayu. Paling tidak ada tiga perkem­ bangan lain Bal1asa Melayu yang teljadi sebelum periode peru­ musan kaidah ketatabahasaan Bahasa Melayu Raja Ali H~ji. Perlama, masa kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 hingga abad ke­ 11. Pada masa ini Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi, bahasa dagang dan agama untuk kajian dan penyebaran agama Buddha. Periode ini juga Bahasa Melayu diperkaya dengan unsur-unsur Bahasa Sangsekerta. Kedua, periode Malakaabad lce-14-ke':'15. Bersamaan dengan periode ini kerajaan Aceh berhasil mengembangkan Bahasa Melayu melalui berbagai karya tulis para ulama. Pada periode ini juga para cendekiawan maupun ulama merancang Huruf Arab-Melayu (Arab Pegon) sebagai pengganti Huruf PaUawa dan Dewa Nagasari yang juga digunakan bahasa Melayu sebelum kedatangan Islam. Dalam kontek ini, para ulama seperti Hamzah Fansuri, al-Raniri, Syamsuddin adalah merupakan

19 Barbara Watson Andaya dan Virginia Matheson, "Pikiran Islam dan Tradisi Melayu: Tulisan Raja Ali Haji Dari Riau (ca.1809-ca.1870)," dalam Dar; Raja Ali Haji Hingga : Indonesia dan Masa Lalunya, eds., Anthony Reid dan David Marr (Jakarta: Grafiti Pers, 1983), h. 103. Di antara ilmuan Melayu semasa dengan Raja Ali Haji ialah Raja Haji Daud, Raja Zaleha, Raja Ali dan Raja Haji Abdullah. 20 UU Hamidy, "Naskah Kuno Daerah. Riau: GambaranKegiatan Cendekiawan Melayu dalam Bidang Bahasa, Sastra dan Kemasyarakatan," daJam Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, ed. Prof. Dr. S.Budisantoso (Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau, tt), h: ·142.

343 Jurnal Lektur Keagamaall, Vol. 8. No.2, 2010.. 337-360 tokoh-tokoh terkemuka pembaharuan sekaligus yang menyosiali­ sasikan penggunaan Huruf Pegon dalam tradisi Bahasa Melayu. lni bisa dilihat dalam karya-karya mereka sendiri dan juga Raja Ali .. 21 HaJl. Kita akan jumpai juga ulama-ulama lain di Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Jawa yang seem'a aktif mengembangkan, memperkaya khazanah bal1asa dan budaya Melayu dengan muatan pemikiran keislaman. 22 Didasarkan kepada jenis karya ulama tersebut, malea seeara umum ada empat gelombang penulisan. Pertama, penulis awal Iebih banyak mengonsentrasikan diri kepada nilai-miai mistis. Dalam beberapa hal ini dipengaruhi oleh ajaran Ibn Arabi dan al-Jilli. Kedua, penulis dengan pengaruh SWli yang eukup kentaI. Mereka mengkritik pemikiran kelompok pertama dengan memperkenalkan mistisisme yang standard dan fikih. Ketiga, penulis yang merepre­ sentasikan Tarekat Naqsyabandiyah dengan spirit menciptakan Islmn yang lebih ortodoks. Keempat, penulis dari apa yang disebut dengan Kaum Muda lvlodernis (kelompok pembaharu) yang nmnpak­ nya dalam beberapa hal berupaya mengabaikan Naqsyabandiyah.23 Semua ini menunjukkan bahwa Islam, kerajaan Islam maupun ulama merupakml faktor kontributif yang sangat potensiaI dalam pertumbuhan, perkembangan Bahasa Melayu sebagai bahasa yang mampu membangkitkan khazanah budaya, politik dan intelektual sebehun abad ke-20.

21 Ibid, h. 141-143. 22 Di antara para ulama tersebut ialah Abdussamad al·Palimbani yang menterjemahkan Bidayah aJ-Hidayah.nya al-Gazali dan buku keempat al-Gazali lbya' 'Uhim aJ-DEn dengan judul Siyar aJ-SaJikin llti Ibtirat Rabb al- 'AJamEn; Kemas Fakhruddin dan SyiMb ai-Din; Arsyad al-Banjari; Yusuf al·Maqassari; Syaikh Ahmad Khatib al·Minangkabawi; Sayyid UsmAn, dan sebagainya. Bandingkan dengan T. Iskandar, "Palembang Kratol1 Manuscript," A Man of Il1don~sial1 Letters, Essays in Honour ofProfessor A Teeuw, ed. eMS. Helling and Robson (Leiden: KITLV, 1986); Windstedt, Malay-Liferature; G.W.J. Drewes, Directions for Travellers 011 the Mystic Path, (The Hague: Martinus Nijhof, 1977); Karel A. Steenbrink, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abadke 19, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984). 23 Bandingkan dengan Andi Faisal Bakti, "Islam and Nation Formation in Indonesia," (Thesis Master, McGill University, Montreal, 1993), h. 24-25.

344 Sastra Islam Perspektif Sejarah Islanl Ih'donesillModern ~ Stidaftioio Abdul Hakim

Awal Abad Ke-20: Unitas Sastra Secm'a umuin awal abad ke-20 ditandai dengan geralcml dan gagasan yang diarahkan kepadaupayamenegakkan political dignity, mempertegas rumusan· tentang idehtitas diri dan penyu5unan konsep Indonesia sebagaination state. 24 Kemunculan bei;b'agai organisasi dan perdebatan intens'tentang agama, ekonomi,hlikum dan politik telah ikut mempermatang atmosphere Indonesia~Dalall1 majalah Indologen Blad Snouck Hugronje berkomentar bahwa "suatu bangsa yang masih lUnda di negeri ini, sedangsadar dan insyaf, lalu bergerak menempuh masa yang akal1 menciptanya menjadi akil balig, yang mulai memikirlcal1 hal kehidupannya dan hak lcedudukannya sebagai warga negara.,,25 Dunin pel's adalah salah satu alat efektif bagi upaya mel1.1per­ matang dan mensosialisasikan ide pergerakan nasional ini. Menunit catatan Teeuw pada tahun 1918 ada 40 surat kabar dan tujuh tahun kemudian meningkat menjadi 200. 26 Kenaikan ini di samping menunjukkan semakin tingginya antusiasme rnasyarakat untuk membaca ide progresif kaum pergerakall juga menunjukkan bahwa bahasa Melayu rneJ1jadi pilihan yang tepat sebagai alat komunikasi secara nasional selia mernainkan peran dan fungsi politiknya yang cukup efektif. Efektifitas fungsi politik bahasa Melayu ini semakin menonjol sejak pemerintah kolonial menerima secara resrni tuntutan sejumlah organisasi untuk menjadilcan bahasa Melayu, selain bahasa Belanda, sebagai bahasa yang digunakan dalam persidangan parlemel1 tanggal 25 Juni 1925.27 Pengakuan ini tentu merupakan momentum penting bagi upaya semakin mernperkokoh spirit nasionalisme dan memper-

24 Bandingkan dengan D.M.G Koch, Menudju Kemerdekaan Sedjarah Pergerakall Kebangsaan Sampai 1942, terj. Abdoel Moeis (Djakalta: Jajasan Pembangunan, 1951). Buku ini penting karena ditulis oleh seorang cendekiawan Belanda yang sejak kehadirannya di Indonesia tahun 1907 senantiasa mclakukan kritik terhadap kolonialisme dan simpati kepada pergerakan Indonesia. 25 ibid., h~ 33. ':'.:"<~:'/; 26 Teeuw, Modern Literature, 6. Perkembahgan persuratkabai'an ihijuga diu Ins sebentar dalam Takashi Shiraishi, An Age in MoNon: Popular Radicalism in Java 1912-1926. (Ithaca: Cornell University Press, 1990), h: 32-34. 27 Teeuw, lvlodern Literature. h. 8.

345 Jllrnal Lek/ur Keagamaan. Vol. 8, No.2, 2010: 337 - 360 tegas identitas keindonesiaan. Bahasa Melayu dengan demikian merupakan ekspresi nasionalisme Indonesia. Pertautan kental antara karya sastra den~an spirit keindonesiaan ini antara lain juga diungkap oleh M. Yamin2 dalam puisinya yang beljudul Bahasa, Bangsa. 29 Semaun 30 adalah tokoh lain yang beberapa tulisannya juga mengandt.mg spirit pergerakan inL Hal ini antara lain tercelmin dalam novelnya yang berjudul Hikayat Kadiroen. 3/ Melalui novel

28 Tentang Yamin baca antara lain Zuber Usman, Kesusasteraan Baru Indonesia, (Djakalta: Gunung Agung, 1959), h. 149-160; Sutrisno Kutojo, "Profesor Haji Muhammad Yamin, SH," dalam Biograji Pahlalvan Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Lembaga Sejarah dan Antropologi, 1977), h. 327-389; Depalte­ men Penerangan, PeNman Pemllda Muhammad Yamin Sekitar Sumpah Pemuda 1928, (Jakarta: Departemen Penerangan, 1962); DeliaI' Noel', "Yamin dan Hamka Dua Jalan Menuju Identitas Indonesia," dalam Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka Indonesia dan Masa Lalunya, ed., Anthony Reid dan David Marl' (Jakarta: Grafitipers, 1983), h. 37-52. Yamin lahir di sawah Lunto 23 Agustus 1908 dad keluarga kelas menengah. Sekolah di HIS, Normal School, Sekolah PeJ:lanian dan Peternakan di Bogor. Memperoleh geJar Meester in de Rechten tahun 1932 di Jakarta. la banyak hidup di Jawa. Inilah yang nampaknya mempengaruhi konsep ten tang Tanah Airnya. Semula ia menyatakan bahwa Andalas (Sumatra) adalah tallah airnya. lni terlihat dalam sajaknya Tanah Airku. Sejak di Jawa tanah airnya adalah Indonesia. Lihat sajaknya Indonesia Tanah Airku. Di samping dikenal sebagai seorang penulis yang sangat produktif Yamin termasukpenggagas ide Bahasa Persatuan Indonesia yang kemttdian diproklamasikan pada tanggal 28 Oktober ]928 (Sumpah Pemuda). Ia juga aktifis politik dan perumus dasar Negara Rl. Di antara karyanya ialah Tanah Airku; Indonesia Tanah Airku; Soeara Semangat; Tiada Bahasa flilanglah Bangsa; Jong Sumatranen Bond 1917-1922; Ken Arok dan Ken Dedes; Perguruan Tinggi Indonesia; Gadjah Mada; PahJawan Persall/an Nusantora; Sedjarah Peperangan Dipanegara; Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945; 6000 Tahul1 Sang Merah Putih; Tatanegara Mac(japahit. 29 Ajip Rosidi, Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia, (Bandung: Binatjipta, 1967), h. 20. 30 Sejauh pengetahuan penuUs belum ada tulisan khusus tentang tokoh ini. Namull demikian bllku Ruth McVey cukup berharga untllk mencoba memahami siapakah sebenarnya Semaun itu. Ruth McVey, The Rise ofIndonesian Communism, (Ithaca: Cornel University Press, 1965), h; 125-154. Bandingkan dengan Shiraishi, An Age, 98-102; Semaun, "An Early Account of the Independence Movement," telj. McVey, Indonesia, I (I 966): h. 46-75; Semaun, "Penoentoen Kaoem Boeroeh Dad Hal Sarekat Sekerdja," dalam Soeara Sosialis} 2 (I946) dan Semaun, Persdelicht Semaoen, (Semarang: Sarikat Islam Semarang, 1919). 31 Novel yang ditulis saat Semaun di tahanan ini pertama kali muncul pada tahun 1920 sebagai tulisan serial di harian Sinal' Hindia. Kemudian tulisan serial

346 Sastra Islam Perspektif Sejai'ah Islam Indonesia Modern -Sudarnotd Abdul Hakim

Illl Semaun mengungkapkan keprihatinannya terhadap praktek ketidak adilan ekonomi dan politik sekaligus menawarkan ideologi dan program politik komunisme sebagai pilihan paling tepat untuk menyelesaikall problem rakyat. S1 memang melakukan hal ,yang sama. Akan tetapi bagi Semaun S1. sudah tidak lagi efektif>,Oleh sebab itu, Komunisme-Marxislah yang dianggap paling teparseba­ gai ideologi dan politik alternatif. Jelas bahwa Hikajat Kadiroen adalah karya sastra yang sekaligus merupakan alat propaganda ideologi-politik lcomunisme Indonesia. Karakter utama novel ini ialah "penggabungan idealisme politik, romantisisme dan sentiment keagamaan. ,,32 Hal yang sama juga dilakukan oleh Rustam Effendi 33 lewat karyanya Pertjikan Permenungan. Meskipun Rustam tidak mena­ warkan ideologi dan program politik yang khas, tetapi spirit karyanya adalah perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Novel yang pemah diangkat dalam drama dengan tema Bebasari ini sebenamyamerupakan allegoric drama dimana Rustam merepresentasikan petjuangan melawan tirani dan sikap marah penguasa terhadap apa saja yang dinilai merupakan manifestasi dari nasionalisme Indonesia. Tokoh-tokoh muda lain yang juga penting untukdicatat anta1'a lain ialah Moh. Hatta, Mas Marco Kartodikromo,34 Sanusi Pane,

ini dihimpun sebagai sebuah novel dan diterbitkan tahun 1922 oleh PKJ Semarang. Novel ini kemudian dibahas oleh H. Maier, "Geschreven in Het Licht van de Gevangenis: De J-Jikajat Kadiroen Van Semaoen," A Man ofbidonesian Letters. Ed., C.M.S. Hellewig and Robson (Holland and USA: Foris Publications, 1986). 32 Teeuw, ModernLiterature, h. 16. '. . . '.' 33 Uraian singkat tentang tokoh ini dibuat antara lain oleh H: B. Jas~in, Pujangga Bam Prosa dOll Puisi. (Djakarta: Gunung Agung, 1963). Lahir di ' 13 Mei 1903. Pendidikannyadi Kweekschool BukittinggidanHogereK\veekschool Bandung. Seperti Semaun, ia adalah aktifis kOll1unis. Ketika il1eletusperistiwa 1926-1927 Rustam meninggalkan Indonesia ke Belanda, bekerja di sana hingga Perang Dunia II. Ia juga pernah menjadi anggota parlemen mewakili partai komunis di Belanda. 34 Tokoh yang lahir di eepu tahun J890 dari keluarga Ningrat hli'fidalah seorang wartawan beraliran kiri. Dia pernah menjadi anggotaSJ Merah. Dalain sebllah bllkunya Sya;"-Syair Rempah, ia menulis sebuah puisi berjudul "Sama Rasa dan Sama Rata" yang memperlihatkan secara jelas kecenderungan Marxis­ nya. Baca antara lain Harry Avelling, A Thematic HistDlY ofIndonesian PoetlY:

347 Jl!rtlal Lektur Keagall1aan, Vol. 8, No.2, 20/0: 337 - 360

Marah Rusli. Yang menarik ialahbahwa mayoritas mereka berasal dari Sumatra dengan 1atar be1akang ideologi nasiona1is, s08ia1i8 dan bahkan komunis. Wakil dari golongan Islam jushu belum nampak. Avelling berargumentasi bahwa alasmmya adalah karena keperca­ yaan Islam itu sangat kaku dan tidal, mungkil1 bisa bertemu dengan watak modernitas dan 8ekular.35 Avelling nampak ingin mengesan­ kan bahwa Islam anti 8astra dan modemitas. Meskipun pandangan ini tidak didasarkan kepada argwnentasi yang kuat, almn tetapi hampir tidak bisa ditolak satu kenyataan bahwa peran golongan Islam dalam pengembangan sastra Indonesia modem talmn 1900­ 1930 memang keeil. Faktornya, nampaknya golongan Islanl tidak terlampau tertarik untuk menggunalcan karya sastra sebagai perju­ angan nasionalisme Indonesia. Ini paling tidak, misalnya, tercermin dalanl pandangan Hanlka. Bagi Hamka, meskipun kehadiran bahasa Melayu sebagai Lingua Franca yang kemudian ditingkatkan menja­ di bahasanasional, merupakan cermin iden,titas bangsa, tapi Han1ka tidak perlu mendesak setiap orang untukmenggtUlakan bahasa Melayu dalam percakapan dan ~ulisan. DIeuI'an nasionalisme tidal, terletak kepada bahasa. Bahkan, berkaitan dengan swnpah pemuda . yang mendeklarasikan Indonesiasebagai bahasa nasional pun Hamka condong menegas~an bahwa kongres pernuda sebenarnya hanya memformulasikan sesuatu yang telah menjadi kenyataan; tidak ada pilihan bahwa hanya Melayulah yang bisa menjadi bahasa n8siona1. Lewat konggres para pemuda hanya memberikan nama baru terhadap bahasa yang sesunggulmya telah ada yaitu Melayu.36 Pengaruh dan peran kuat para penulis sastra dalam mengem­ bangkan bahasa Indonesia modern semakin memperoleh bentulrnya yang sempurna ketika diselenggarakan konggres pemuda. Konggres ini memproklamasikan tiga formulasi strategis tentang konsep persatuan Indonesia: satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.

1920 to 1974, (Michigan: Center for Southeast Asian Studies Northern Illinois University, 1974), h. 7. 31 Ibid. 36 Hamka, Kenang-kenangan Hidup, jilid II (Jakarta: Bulan Bintan% 1979), h. 165.

348 Sastra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modem --'- Slidarnofo Abdul Hakim "

Yamin memainkan peran penting. 37 Bahkan ia kemudian menulis Indonesia Twnpah Darahku.

Konseptualisasi Sastra Islam Modern Tahun 1930-an adalah tahun di mana penulisdari kelChilpok Islam mulai memainkan peran penting dalam sejarah dan khaianah sastra Indonesia modern. Bahkan sejak itulah konsep tentang sastra Islam atau sastra berunsur Islam mulai diperbincangkan; Bagi kelompok Islam upaya ini menjadi penting karena menyangkut dengan identitas. Secal"a umum, sejak akhir tahun 1930-an hingga akhir pemerintahan Orde Lama perkembangan sastra Islam modem melampaui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Dakwah dan Romantisisme Sejak akhir 1930-ari kita jumpai berbagai tillisan yang; terbit (fiksi, prosa, puisi dan naskah drama) menekankan kepada tl1juan-tujuan dakwah. Maka sejak itu l11ulai bermuneulan sejumlah penulis keagamaanantara lain Hamka.38 Karya-karya sastra Hamka yang pertamakali muneul di samping nampak melodramatik juga relijius. Inilah yang mendorong SI. Poeradi­ sastra, misalnya, untuk mengatakan bahwa "lewat sastra pun Hanlka berdakwah.,,39 Meskipun demikian muneul pandangan

37 Teeuw, Modern Literature, h. 27. Berkaitan dengan pandangan Yamin tentang formulasi ini baca Muhammad Yamin, Slimpah Indonesia Ray,a (Bukittinggi: Nusantara; t.t.). 38 Tentang I-Iamka lebih jauh baca antaralain Hamka, Kehangdii; Panitia Peringatan 70 Tahun Buya Prof. Dr. Hamka, Kenangcm 70 Tahun BlIya Hamka, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983); Rusydi, Pribadi dan A4artabat Buya Pro! Dr. Han/ka, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983); Nasir Tamara,eds.; et.all; H01nka di Mota Hati Umat, (Jakarta: Sinal' HarajJan, 1984). Ada sejumlah artikelantat'a lain Gerald Moussay, "Vne Grande Figure de L'lslam lndonesien: BuyaHamka," Archipel, 32 (tt); Steenbrink, "Hamka (1908-1981): A Mystical Teacher as Political Leader of the Islam in Indonesia," paper diskusi lAIN Jakarta;'1984; idem, "Hamka (1908- I981) and the Integration ofthe Vmat Islam of Indonesia," paper untuk seventh European Conference of Indonesia and Malay Studies, Kungalv, Swedden, /991. 39 SI. Poeradisastra, "Da1am Karya Sastrapun Berdakwahdan Berkhotbah," Hamka di Mota Hati Umat, ed. Tamara, h. 123.

349 JlIrnal Leklw' Keagamoan. Vol. 8. No.2, 20/0: 337·360

bahwa muatan keagamaan dan keyakinan seorang penulis terhadap kebenaran Islam tidak menjamin terciptanya sastra Islam. Bahkan lebih jauh Abdurrahman Wahid menilai bahwa kaitan Islam dengan sastra jauh lebih kompleks dari sekedar memuat nasehat maupun khutbah dalam karya sastra. Oleh sebab itu, ia mengajukan gugatan "sastra baik-baik sajakah yang bisa dikatagorikan sebagai sastra Islam. Bisakah sastra uraka.n clan sastra sekulaI' juga disebut sebagai sastra Islanl.,,4o . Lepas dari kontroversi ini, sebagaimana yang juga diungkap oleh E.U. Kratz, Islam mulai terlibat secara intens dalanl perde­ batan konseptual sastra Indonesia modern pada akhir 1930-an.41 Ketika itu apa yang disebut dengan "roman picisan,,42 mulai berkembang dan Hamka adalah seorang penulis roman yang produktif yang tulisan-tulisannya banyak dimuat di sebuah jurnal Islam Pedoman Masyarakat di Medan.43 Roman-roman . sejenis inilah yang kemudian menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat. Bagi kaum muslim lconservatif,44 roman­ tisisme yang diungkap oleh para penulis secara moral tidak memiliki das'lr keagamaan yang lwat dan bahkan alcan merusak tatanal1 nilai Islam yang selama ini hidup dan menjadi bagian dad masyaralcat. Oleh scbab itu, harus ditolak. Sementara kaUlTI

40 Abdurrahman Wahid, "Benarkah Buya Hamka Seorang Besar?" Sebuah Penganlar, Hamka di Mala Hati Uf/"lat, ed. Tamara, h. 24. 41 E.U. Kratz, "Islamic Attitude Toward Modern Indonesian Literature," Cultural Contact and Te.x/uallnterpretation, ed., Grijn and Robson (Holland and USA: Foris Publications, 1986), h. 60. 42 Ciri umum roman ini ialah melodramatik, I'omantis, dan mengandung muatan keagamaan. R. Roolvink menguraikan lebih lanjut tentang ciri roman ini: enak dinikmati, menarik meskipun sederhana dan imajinatif sekali. Kisah duta, hasrat bebas kaum muda lIntuk memilih jodoh dan superioritas dapat juga sering ditampilkan secara menarik dalam roman. R. Roolvink, "Roman Pitjisan Bahasa Indonesia," A. Teeuw, Poko dan Tokoh dC/lam Keslisasteraan Indonesia Bam, terj. Anku Raihul Amar Gelar Datuk ~esar (Djakarta: Jajasan Pembangunan, 1952), h. 239-251. .. 43 Di antara karyanya ialah Si Sabariah, Laila Majnun, Di Bawah Lindungan Ka'bah, Tenggelamnya Kapal Van Del' Wijck, Meranlau ke Deli, Di Lellibah Kehidupan, Tuan Direktur dan Entjik Utih. ·14 Penlilis meminjam terminologi ini dari Steenbrink, "Hamka," h. 7.

350 Sastra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modern - SudarnotoAbdul Hakim ...

muslim progresif (modernis), palingtidak yang diwakili oleh Abdul Karim Anllullah, Abdullah Almlad, dan Djamil Djambek,45 menilai bahwa roman adalah kesenian biasa. Sejauh tidal< menganj urkan prilaku devian maka tidak ada alasan baik.seeara teologis maupun moral untuk melarang karya-karya.;l:oman tersebut. Kontroversi antara kaum konservatif dengall kaum progresif sesungguhnya merupakan fenomena sosial keagamaan yang seem'a umum memang muncul di Indonesia. Berbagai perbe­ daan pandangan tentang masalah-masalah keagamaan, ji/ru', tidak saja kemudian mempengaruhipola terbentuknya inklinasi sosio-kultural masyarakat, akan tetapi juga sikap dan kecen­ derungan politik dua kelompok muslim tersebut.46 Satu pihak kaum konservatif condong melihat bahwa pemikiran kaum progresif akan mengeliminasi nilai-nilai keagamaan Islam yang seem"a tradisional selama ini menjadi bagian pentingkehidupan umat. Di lain pihak kaum progresif menilaibahwa sikap keagamaan kalangan konservatif yang terlampau adaptif terhadap nilai budaya lokal justru akan menutup kemungkinan dinamika, progresivitas Islam dml bahkan akan heretic. Dengan demikian inklinasi sosial dan keagamaan pada masa ini memang tidak sedikit diwarnai oleh tensi yang berlarut termasuk dalam bidang sastra,

2, Satire Agama dan Politik ,. Kontroversi antara dua kelompok muslim tersebut di atas berlanjut pada tahun 1940-an dan bahkan tensinya nampak semakin complicated pada tahun 1950-an.. Dimensi teologis dan juga ideologis-politis mulai ikut mewarmiikontroversi sastra Indonesia. Tahun-tahun ini adalal1masa di mana sejumlah penulis muslim mempublikasikan karya-karya satire (sindiran).

4S Tentang sikap para pembaharu ini terhadapkarya romanbias dilih~t·dalam Hamka, Kenangan, II, h. 74-76. 46 Kajian tentang ini juga dilakukan antara lainoleh Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942,(Oxford:Oxford University Press, 1973). 351 JlIrnal Leklllr Keagamaan. Vol. 8. No.2. 2010: 337 - 360

Seperti dileetahui bahwa ciri umum satire keagamaan ialah mempersonifikasi tuhan dan menghadirlean malaikat maupun rasul dalam kehidupan kontemporer, suatu tema yang sesung­ gulmya justru diperdebatkan dalam sejarah tradisi dan pemi­ kinm filsafat Islam. Dasar penolakan terhadap karya satire ini ialah teologis: pelecehan terhadap tuhan, malaikat dan rasul. Digugatnya drama radio Balrrunl Rangkuti Sinar Memantjar Dari Djabal Nur47 tahun 1948, misalnya, adalall contoh mena­ rik karya satire yang tertolak karena menampilkan Nabi Muhammad yang berpidato dengan menggunakan mikropon. Bagi para penolak, penggambaran Nabi Muhammad yang dilakukan oleh Bahrum Rangkuti adalah pelecehan. Karya yang lebih demonstratif adalah karya A. A. Navis, Robohnya Surau Kami tahun 1950. Penolalcan terhadap novel ini ialah learena imajinasi penulis yang menampilkan dialog Tuhan dengan Haji Saleh dan demonstrasi yang dipimpin oleh Saleh di akherat menentang/memprotes 'keputusan Allah yang memasukkan Saleh ke dalam neraIea meskipun Saleh merasa telah melaksanakan ketentuan-ketentuan formal 1slanl. 48 Bagi Saleh keputusan tuhan tidak logis. Berikut petikan dialog ini: - Kamu siapa? - Nama saya Saleh. Setelah menunaikan ibadah haji, nama saya menjadi Haji Saleh. - AIeu tic1ak tanya namamu. AIm tidak butuh naman1U. Nama hanya berguna untukmu di dunia saja.

Kemudian ketika demonstrasi, dialog pun terjadi lagi: - Hei, kalian mau apa? - Atas nama orang-orang yang benar-benar mel1cintai-Mu, leami minta agar Engkau meninjau kembali keputusan-Mu dan mengirimkan kami lee sorga sebagaimana yang telall Engkau janjilean dalam kitab suci-Mu.

M Ketika di dunia, kalian tinggal di mana?

47 H. B. Jassin, Heboh Sastra 1968 Suatll Pel'tanggllngan Jawab, (Jakalia: G\illung Agung, 1970), h. 7. 48 A. A. Navis, Robohnja Surau Kami, (Bukittinggi: Nusantara, 1961), h. 13.

352 Sastra Islam PerspektifSejarah Islam Indonesia Modern - Sudamoto,Abdul Ha~(,!l

- Kami, umat-Mu ini tinggal di Indonesia Tuhan. - 0, negeri yang makmur itu ya? - Ya, benar sekali Tuhan.49

Pesan keagamaan novel ini sebetulnya tida1<. terlaJ1lpau istimewa: seorang muslim yang telah melaksanakan ibadah haji tidak mustahil masuk neraka. Berislam itu tidak cukup sekedar melaksanakan ajaran ibadah formal semata. Islam jauh lebih luas dari ajaran ibadah formal. Navis, lewat novelnya ini, ingin mengajak para pembacanya agar berislam secm'a lebihsem­ puma, suatu advis yang sudah sangat biasa diperdengarkan di berbagai forum keagamaan. Akan tetapi karena pendekatan personifikasi Tuhan untuk missi dakwah dinilai merendahkan Tuhan, maka novel inipun dinilai merendahkan Tuhan. Nasib yang sama juga dialami oleh Ki Pandjikusmill dengan novelnya Langit A1akin Mendung. Dibandingkan dengan dua novel sebelumnya novel ini dinilai tidak saja telah menghina Tuhan, malaikat dan rasul akan tetapi juga menghina Pancasila dan UUD 1945,50 Ki Pandji memang menyindir kebangkrutan akibat politik otoriter melalui penggambarmU1ya tentang Planet Senin (salah satu pusat prostitusi di Jakarta pada waktu itu). Menghadapi itu sang penulis hanya mampu meng­ adu kepada Tuhan: "0, Tuhan Rabi. Tolonglah kami,,51 dan mengundang para malaikat dan rasuI untuk menyaksikan seem'a langsung situasi. hitam PlanetSenin. Rasul berkomentar: "sesungguhnya tontonan ini mengasyikkan meskipun kotor. Akal1 kuusulkan dipasang TV di sorga."S2 Idealisme Xi Pmidji jelas: Planet Senin adalah merupakan simbol kebangkrutml ideologi politik Soekarno. Oleh sebab itu, ia mencoba menyua­ rakan kejujurannya dan keprihatinannya dengan semangat perubahan. Pellgaduannya kepada Tuhan sekaligusmenunjuk­ kan spiritualitas yang total, klimaks, tidak ada lagi tempat

49 Ibid., h. 13, 17-18. so Kratz, "Islamic Attitudes," h. 61. 51 Dikutip dari Jassin, Heboh, h. 32, 52 Ibid, h.37. 353 Jurnal Lektur Keagamaan. Vol. 8, No.2. 2010: 337·360

mengadu kecuali Tuhan. Jelas sekali bahwa Langit Makin Mendung adalah satire agamadan poHtik. Oleh sebab itu, penentangnya adalah kaum muslim konservatif dan aliansi kekuatan Soekarno. 1'idak berlebihan untuk menyatakan bahwa peristiwa ini juga merepresentasikan ketegangan antara keku­ atan politik rakyat yang progresif-demolaatis dengan kekuatan politik negara yang konservatif represif. Bahkan ini juga menggambarkan tensi antara kelompok pembela kemapanan agama dengan mereka yang memperjuangkan perubahan agama.

3. Ideologisasi Sastra Agenda yang dihadapi oleh sastra Islam semakin kompleks mulai pertengahan kedua tahun 1950-an. Perdebatan tentang peran ulama dalam pengembangan sastra,· untuk siapakah sast1'a itu dan lain sebagainya mulai muncul di pe1'mukaan. Artinya, dihadapkan kepada realitas sosial-politik ~i mana tensi a11ta1'a aliaosi Soekarno yang pada waktu itu menerapkan Demokrasi Terpimpin dan Nasakom53 paling tidak dengan kelompok Islam telah mendorong kelompok Islam untuk memformulasikan ideologi seni dan sastra Islam. Upaya pengentalall ideologi Islam termasuk da1am dunia sastra iui ikut mewarnai perdebatan budaya, seni dan sast1'a Indonesia ketika itu. A1asannya hampir sama yaitu eksposisi identitas Islam. Dengan demildan tidak berlebihan untuk menyatakan bahwa periode ini merupakan periode ideologi sastl'a Islam. Satu hal yang penting digaris bawahi di sini ialah bahwa kecenderungan ideologis ini muncullebih banyakkarena faktol'

S3 Baca antara lain Soekarno, Nationalism, islam and Marxism, terj. Karel H. Waraouw Peter D. Weldon (Ithaca:CQrnell,Modern Indonesia Project, 1969); Daniel S. Lev, The Transition to Guided Democracy, (Ithaca: Cornel Modern Indonesia Project, 1966); Rex Mortimer, 1ndonesian Communism Under Sukarno, (London: Oxford University Press, 1974); S.M. Amin, Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972); Donald Hindley, The Communist Party of Indonesia 1951-1963, (Berkeley and Los Angeles: University ofCalifornia Press, J964).

354 Sastra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modem - Sudarnoto Abdul Hakim

historis: sebagai reaksi terhadap LEKRA (Lembaga Kebuda­ yaan Rakyat), sebuah.asosiasi kebudayaan yang Marxis54 yang muncul tahun 1950. Berbagaigerakan Islam pun dilancarkan dengan . didirikannya asosiasi~asosiasi kebudayaan <.Islam: LEKSIS (Lembaga Kesenian Islam) yang didirikan padata1mn 1956, HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam) yang perh~tian utamanya ialah "memberikan penyadaran kepada masYArakat Islam akan harga diri dan fungsi seni budaya dalanl' segala hubungmmya dengan agama"SS dan secm'a khusus mell-counter LEKRA, MSBI (Majelis Seniman Budayawan'Islam) sebuah asosiasi yang terdiri dad para ulama, sarjana, intelektual dan tokoh muslim. Kemudian pada tahun 1961wadah-wadah ini menyelenggarakan musyawarah seni dan budayaIslam dalam rangka, pertama, merumuskan bagaimana sehamsnyabentuk identitas Indonesia. Kedua, merumuskan carayang tepat untuk mengembangkan dan memajukan kE~budayaaIi dankesusas- teraan Islam.56 '. .... Pelajar Islam Indonesia (PH), sebuah organisasipelajar Islam yang secara inte16ktuallTIaupul1 ideologis terkaifdengan pemikiran-periiikiran niuslim l11bdemis~ Masyumi juga membuat mmusan fonnal tentang sastra Islam~' Bagi'PII, prinsip dan ajaran Islam harusditampilkan seba.gai karakter Udlll1a' dan missi kai'ya-karya sel1i. Karena itu; imtilkmelahirkan karya'seni Islam penulisnya haIllslal1 betul-betlll se()rang nluslim.·· Penegas­ an idehtitas ini menjadi pentiilgk~n~eria memangCliyakini absurditas politik dan kebudayaan sedang mengancamimasya­ rakat. Karena alasall-alasanini jugamaka ketika Mi1liifesto Kebudayaan digelorakan fahun 1963 ke1ompok Islahi juga merumuskan Manifesto Kebudayaan dan Kesenian Islam. Antara lain ditegaskan bahwa "sastra Islam harns dipal)dang,sebagai

54 Kegiatan LEKRA memang diarahkan untuk melumpuhkankantong­ kantong budaya Islam. Misalnya saja dengansangat antusias LEKRA menyerang karya-karya Hamka dengan mengatakan bahwa karya Hamka adaiah plagiat 55 Kratz," Islamic Attitude," h. 81. '. ..' 56 Ibid., h. 74. 355 Jurnal Lektllr Keagamaan. Vol. 8. No.2, 2010: 337 - 360

l'art pour dieu et l'art pour humanite dan media dakwah.,,57 Ada spirit kesadaran kesejarahan, kemanusiaan dan agama yang musti dipantulkan dalam karya seni maUptID sastra Islan1. Komitmennya del1gan demikian lebih ditekankan kepada ful1gsi perubahan sejarah ketimbang sekedar menampilkan keil1dahan bahasa. Dalam konteks spirit perubahan politik, ini bisa terekam misalnya dari puisi singkat Buya Hamka yang ditujukan kepada M. Natsir yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua Masyumi sebagai berikut:

Kemana lagi Natsir, kemana kita lagi Ini berjuta kawan sefaham Hidup dan mati bersama-sama Untuk mel1uutut ridha Hahy Dan akUPlill masukkan Dalam daftanuu.....58

Jelas bahwa puisi ini memiliki muatan ideologi politik Islam yang cukup kel1tal yang memang sedang diperjuangkan oleh Masyumi ketika itu. Di samping itu puis'i ini juga sesungguhnya merupakan bagian dari resistensi terhadap totalitarianisme politik Soekarno. Hal ini dengan tegas juga diungkap oleh Hamka sendiri ketika tahun 1959 menyampaikan pidatonya di depan sidang Konstituante. Dia mengatakan dengan lugas bahwa "demokrasi terpimpin adalah totaliter."s9 M. Natsir yang ketika itu juga menyimak pidato Hamka segera mengirimkan sebuah puisi ringkas ul1tuk Hamka:

Pancangkan Pancal1gkan panji-panji kalimah Tauhid

57 Ibid. h. 73. 58 Leon Agusta, "Di Akhir Pementasan Yang Rampung," Hamka, ed. Tamara, h. 89. Puisi ini ditulis Hamka seusai menyimak pidato Natsir tentang Dasar Negara di depan siding Konstituante tahun 1957. 59 Ibid.

356

' .

....~.,..""";1:"-=~::.:.<:~~rr:."' ••. ~.,.'-'.'",>.·~.""''/"''.'",,--.',,.!,., .. j •••y"''''''' "'.,'r..,.-,.,';•• ,.,.•,,.." ,"'""" ~_~ , "~."'"', ~,, ,,."' "'..,.."'!.,,<_.~..... •",...... '~'"'"""'--~ ,~'"".,...... _, ",..,.,'-"-> ,.t.t.:"~."".,.".,."',.".,("""'"',...~~"o;Jo"T"i;.-;.:;""""1:0..'1'-."""""'""""';0-.,..,..,. Sastra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modem -Sudarnoto Abdul Hakim

Walau karihal kafirun Berjuta kawan sefaham bersiap masuk Ke dalam daftarmu 60

Penutup Islam adalah ajaran yang diakui telah sangat mewarnai perja­ lanan dan khazanah kebudayaan masyarakat nusantara. Seeara politik paling tidak telah pernah menghidupkan satu model kepe­ mimpinan politik monarki yang sangat berpengaruh. Negara patrimonialisme nusantara tersebut temyata juga telah berhasil menunjukkan prestasinya tidak saja dalam mengembangkan Islam di Nusantara tapi juga menghidupkan tradisi keilmuan yang peripatetic serta pola keagamaan Islam yang variatif..Sejumlah ulama dan penulis terkemuka muneul pada masa ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa negara-negara patrimonial Nusantara ini di samping menjadi pusat kekuasaan politik juga pusat kebudayaan, agama dan keilmuan yang sangat kontributif. Dalam konteks pengembangan bahasa dan sastra Melayu, kontribusi para cendekiawan,ulama maupun penulis muslim tidak bisa dipungkiri. Ini terutama terlihat sebelum abad ke-20. Ketika gagasan nasionalisme Indonesia mulai digulirkan dalam waeana politik, ideologi, budaya dan intelektual awal abad ke-20, kelompok Islam tetap memainkan peran: Akan' tetapi meyakini bahwa bahasa bukan ukuran nasionalisme, maka kelompok Islam lebih eendenmg lmtuk tidak terlibat dalam petdebatahtentang ide unita.s Indonesia lewat sastra. Karena alasan ini jugalah maka peran kelompok Islam dalam konggres 1928 tidakmenorijol.· Meskipun demikial1,. apa yang disebut dengan sastra Islam kemudian ikut mel'nperkaya khazanah sastra Indonesia modern. Dengan berbagaikontroversi yang muncnl mulai tahun 1930-an hingga awal tahun1960~an sastra Islam berkembang dengan berbagai eoraknya: dakwah dan romantisisme, satire agama dan politik, dan ideologisasi sastra Islam. Berbeda dengan era dakwah dan romantisisme sastra Islam, maka paruh kedua tahun 1950-an hingga awal tahun 1,960-an

60 Ibid. 357 Jurnal Lek(ur Keagamaan, Vol. 8, No.2, 2010: 337 - 360 adalah mempakan periode penting di mana sastra Islam menjalan­ kan fungsi politilmya yang sangat unik dengan menampilkan semangat pembahan. Ul1tuk itu, penunusan ideologi yang jelas bagi sastra Islam menjadi urgen tidak saja untuk eksposisi identitas Islam akan tetapi justru untuk misi pembahan: meruntuhkan Planet Senin dan kemudian memancangkan Panji Kalimah Tauhid, simbol untuk menghancurkan otoritarianisme politik Soekamo dan mena­ warkan Islam sebagai solusi, sebagai alternatif yang diyakini paling tepat bagi kehidupan politik di Indonesia.[]

Daftar Pustakn

Agusta, Leon. 1984. "Di Akhir Pementasan Yang Rampung." Hamka Di Mata Hati Umat, ed. Nasir Tamara. Jakarta: Sinal' Harapan. . Amin, S. M. 1972. Indonesia di Bawah Rezim Demokrasi Terpimpin. Jakarta: Bulan Bintang Anwar, Khaidir. t.t. "Sumbangan Bahasa Melayu Riau Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia." Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, eds. Bl.Idisantoso. Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau. Avelling, Han)'. 1974. A Thematic History ojIndonesian Poetry: 1920 to 1974. Michigan: Centre for Southeast Asian Studies NOlthern lllinois University, Ayatrohaedi. 1.1. "Bahasa Melayu: Jejak Sejarah." lvlasyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya. eds. Budisantoso. Pekanbaru: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau Azra, Azyumardi. 1992. ''The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Networks of Middleeastem and Malay-Indonesian Ulama in the Seventeenth and Eigteenth Centuries." Ph.D diss., Columbia Uiniversity. Departemen Penerangan. 1962. Peranan Pemuda Muhammad Yamin Sekital' Sumpah Pemuda 1928. Jakarta: Departemen Penerangan. Enre, Fachruddin Ambo. 1963. Perkembangan Pusi Indonesia. Djakmta: Gunung Agung. Hamka. 1979. Kenang-kenangan Hidup, II. Jakarta: Bulan Bintang. Hindley, Donald. 1964. The Communist Party ojIndonesia 1951-1963. Berkeley and Los Angeles: University ofCalifornia Press.

'358 Sastra Islam Perspektif Sejarah Islam Indonesia Modern - Sudarnoto Abdul Hakim

Jassin, H. B. 1955. Kesusasteraan Indonesia Modern Dalam Kritik dan Essay. Djakarta: Gunung Agung. ------. 1963. Pucijangga Baru Prosa dan Pusi. Djakarta: Gunung Agung. John, Anthony H. 1979. Cultural Option and the Role of Tradition. Canbera: Faculty of Asian Studies in Association with the Australian National University Press. John, Russel. 1986. "The Origins of the Malay Manuscript Tradition," Cultural Contact and Textual Interpretation, ed. CD. Grijn and SO. Robson. Holland and USA: Foris Publications. Koch, DMG. 1951. Menudju Kemerdekaan Secijarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia Sampai 1942. terj. Abdoel Moeis. Djakarta: Jajasan Pembangunan. Kratz, EU. 1986. "Islamic Attitude Toward Modem Indonesian Literature. " Cullural Contact and Textual Ime/pretation, ed. CD. Grijn and SO. Robson. Holland and USA: Foris Publications. Kutojo, Sutrisno. 1977. "Professor Haji Muhammad Yamin, SH." Biografi Pahlawan Nasional, jilid 2. Jakarta: Lembaga Sejarah dan Antropologi. Lev, Daniel S. 1966. The Transition to Guided Democracy. Ithaca: Cornell Modem Indonesia Project. Maier, H. 1986. "Gescheven in Het Licht van De Gevangenis: De Hikajat Kadiroen Van Semaoen." A Men ofIndonesian Letters. Ed. CMS. Hellewig and SO. Robson. Holland and USA: Foris Publications. McVey, Ruth. 1965. The Rise of Indonesian Communism. Ithaca: Cornell University Press. Mortimer, Rex. 1974. Indonesian Communism Under Sukarno. London: Oxford University Press. Navis, AA. 1961. Robohnja Surau Kami. Bukittinggi: Nusantara. Noel', Deliar. 1973. The Modernist Muslim Movement in Indonesia 1900-1942. Oxford University Press. ------. 1983. "Yamin dan Hamka Dua Jalan Menuju Identitas Indonesia." Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka Indonesia dan Masa Lalunya. Ed. Anthony Reid dan David Marr. Jakarta: Grafitipers. Raffel, Burton. The Development ofModern Indonesian Poetry. New York: State University ofNew York Press, 1967. Reid, Anthony dan David Marr. 1983. Dari Raja Ali Haji Hingga Hamka Indonesia dan Masa Lall/nya. Jakarta: Grafitipers.

359 .,., ~

Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 8, No.2, 2010: 337 - 360

Roolvink, R. 1952. "Roman Pitjisan Bahasa Indonesia." Pokok dan Tokoh Dalam KeslIsasteraan Indonesia Baru. ed. A. Teeuw. Djakarta: Jajasan Pembangunan. Rosidi, Ajip. 1967 .lkhtisar Sedjarah Sastra Indonesia. Bandung: Binatjipta. Rusydi. 1983. Pribadi dan Martabat Buya Prof Dr. flamka. Jakarta: Pustaka Panjimas. Semaul1. 1919. Perdelicht Semaoen. Senmarang: Sarikat islam Semarang. ------. 1966. "An Early Account of the Independence Movement." Telj. McVey, Indonesia, I Shiraishi, Takashi. 1990. An Age in Motion: Popular Radicalism in Java 1912­ 1926. Ithaca: Cornell University Press. Soekarno. 1969. Nationalism, Islam and Marxism. Terj. Karel H. Waraouw Peter D. Weldon. Ithaca: Cornell Modern Indonesian Project. Steenbrink, Karel A.. 1984. "Hamka (1908-1981): A Mystical Teacher as Political Leader ofthe Islam in Indonesia." Paper diskusi lAIN Jakarta. ------. 1991. "Hamka (1908-1981) and the Integration of the Ummat Islam of Indonesia." Paper untuk Seventh European C,onference of Indonesian and Malay Studies, Kungalv, Swedden. . Sutrisno, Salatin. tt. "Tema Utama Dalam Karya sastra Melayu." Masarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, eds. Budisantoso. Pekanbal1\: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau. Tamara, Nasir, eds. et. all. 1984. Hamka Di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan. Teeuw, A. ed. 1959. Pokok dan Tokoh Dalam Kesusasteraan Indonesia Baru. Terj. Anku RaihuJ Amar Gelar Datuk Besar. Djakarta: Gunung Agung. Usman, Zuber. 1959. Kesusasteraan Indonesia. Djakarta: Gunung Agung. ~---~.-. 1959. Kesusasteraan Baru Indonesia. Djakarta: Gunung Agung.

360