Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124, DOI: https://doi.org/10.14421/kjc.12.02.2019 ISSN (e): 2685-1334; ISSN (p): 2775-1414, http://ejournal.uin-suka.ac.id/dakwah/kjc/index

Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin: Analisis Framing Robert N. Enmant pada Media Online

Sutan Kumala Pontas Nasution(a)(*) (a)Universitas Yogyakarta (*) Korespondensi Penulis, Jl. Brawijaya, Geblagan, Tamantirto, Kec. Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183, Email: [email protected]

A B S T R A C T

Keywords: The background of the problem in this research is how three online media, Online Media CNNIndonesia.com, Republika.co.id, and Tempo.co, framed speeches Framing Analysis, containing the words “blind” and “deaf” delivered by the candidates for Blind and Deaf, Vice President of the Republic of . K.H. Ma’ruf Amin on Saturday, Ma’ruf Amin, 2019 November 10 2018 in the presence of Barisan Nusantara (BarNus) volunteers. Presidential Election The three media were chosen based on the argumentation about the diversity of ideologies they held. This research method uses framing analysis proposed by Robert N. Entman. The data obtained were analyzed in four stages, that is define problems, diagnose causes, make moral judgement, and treatment recommendation. The results show that CNNIndonesia.com focuses more on the responses that arise from the community, especially people with disabilities; while Republika.co.id stated that the meaning of Ma’ruf Amin’s words did not refer to people with disabilities; and Tempo.co tended to be impartial by presenting neutral news.

A B S T R A K

Kata Kunci: Latar belakang masalah pada penelitian ini adalah bagaimana tiga media Analisis Framing online, CNNIndonesia.com, Republika.co.id, dan Tempo.co, membingkai Media Online, Buta pidato yang berisi kata-kata “buta” dan “budek” yang disampaikan oleh calon dan Budek, Ma’ruf Wakil Presiden Republik Indonesia, K.H. Ma’ruf Amin pada hari Sabtu 10 Amin, Pilpres 2019 November 2018 di hadapan relawan Barisan Nusantara (BarNus). Ketiga media tersebut dipilih dengan argumentasi keragaman ideologi yang dianut pemiliknya. Metode penelitian ini menggunakan analisis framing yang dikemukakan oleh Robert N. Entman. Data yang diperoleh dianalisis ke dalam empat tahap, yakni pendefinisian masalah, memperkirakan sumber masalah, membuat keputusan moral, dan menekankan penyelesaian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CNNIndonesia.com lebih menyoroti respon yang timbul dari masyarakat khususnya kaum disabilitas; sedangkan Republika.co.id menyebut bahwa maksud dari perkataan Ma’ruf Amin tidak menjurus kepada kaum disabilitas; dan adapun Tempo.co cenderung tidak berpihak dengan menyajikan berita yang netral.

All Publications by Kalijaga Journal of Communication are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Interna- © 2019 tional License. Sutan Kumala Pontas Nasution

Pendahuluan oleh perusahaan untuk menonjolkan Melalui Keputusan Komisi Pemilihan suatu aspek tertentu terhadap realitas. Umum Nomor 1131/PL.02.2-Kpt/06/ Dengan kata lain, media menempatkan IX/2018, telah ditetapkan dua pasangan isu yang menurut mereka penting untuk Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden ditampilkan di atas isu lain (Nugroho Republik Indonesia Periode 2019-2024, Bimo, Eriyanto, 1999). Penempatan isu yakni dan K.H. Ma’ruf tersebut tentu banyak dipengaruhi oleh Amin (Jokowi-Amin) serta Prabowo ideologi yang dianut pemilik perusahaan Subianto dan Sandiaga Salahuddin Uno media yang berimbas hingga ke nuansa (Prabowo-Sandi). Kedua pasangan yang pemberitaannya. tengah berlaga tersebut telah melakukan Pada Sabtu 10 November 2018, calon berbagai manuver untuk merebut simpati Wakil Presiden RI nomor urut-1 K.H. Ma’ruf calon pemilihnya di berbagai daerah di Amin menyampaikan pidato yang cukup Indonesia. Berbagai bentuk kampanye kontroversial lantaran memuat kalimat yang dilakukan pun tak luput dalam “buta” dan “budek” di dalamnya. Pidato pemberitaan di berbagai media, baik yang disampaikan di acara peresmian pos berupa surat kabar, televisi, dan tentu kemenangan dan deklarasi relawan Barisan saja media online. Nusantara (BarNus) tersebut menjadi topik Sebagai media yang paling cepat perbincangan yang cukup panas lantaran dan up-to-date dalam mengabarkan dianggap menyinggung kaum disabilitas. berita pilpres, media online kerap menjadi Seperti yang disampaikan oleh Ketua rujukan yang cukup banyak dibagikan oleh Umum Persatuan Aksi Sosial Tuna Netra para pembacanya. Adu argumen terkait Indonesia (PASTI), Arif Nurjamal, yang berita yang dibagikan tak jarang berujung memohon kepada Ma’ruf Amin untuk pada debat panjang yang justru semakin segera melakukan klarifikasi dan meminta memperlebar jurang polarisasi politik maaf kepada kaum disabilitas (Bayhaqi, yang ada di masyarakat. Kecanggihan 2018). Di lain pihak, Wakil Sekretaris Tim teknologi informasi dan komunikasi Kampanye Nasional Jokowi-Amin, Raja Juli melalui fitur algoritma pun juga turut Antoni menyebut bahwa, penggunaan kata menambah parahnya polarisasi dikarenakan “buta” dan “budek” sengaja dialamatkan pembaca berita online akan merasa puas bagi pihak-pihak yang tidak memiliki dan percaya diri ketika ia mendapat akses kemampuan melihat dan mendengar berita sesuai dengan yang ia harapkan prestasi Jokowi dikarenakan fanatisme (Rahmawati, 2018). mereka yang berlebihan (Fernandez, 2018). Tak hanya itu, banyak media online Irisan fenomena antara unsur yang bernaung di bawah perusahaan media politik dan disabilitas telah menjadi besar yang menunjukkan sikap dukungan kajian yang cukup mendalam terutama bagi masing-masing pasangan calon baik pada rumpun keilmuan sosial dan politik. dinyatakan secara terang-terangan maupun Pada topik peran serta partisipasi politik tidak. Alhasil, framing pemberitaan yang misalnya, terdapat beberapa tulisan yang muncul pada masing-masing media online membahasnya seperti sosialisasi pemilihan pun menjadi sangat jelas keberpihakannya. gubernur DKI Jakarta pada tahun 2013 Konsep framing pun kerap digunakan (Yandarisman et al., 2013); kontribusi kaum disabilitas terhadap kualitas pemilu

112 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin inklusif di Makssar, Balikpapan, Bantul, yang lebih memberikan keberagaman dan Situbondo pada tahun 2014 (Salim, sudut pandang sehingga beritanya 2015); serta peta partisipasi politik yang menjadi lebih objektif; sedangkan Jawa dijabarkan ke dalam lima wujud yakni Pos cenderung memberikan dukungan keikutsertaan dalam pemilu, organisasi, pada pasangan Joko Widodo dan Jusuf contacting, lobby dan violance yang terdapat Kalla dikarenakan sang pemilik media, di Kota Malang dan Kota Mojokerto Dahlan Iskan, adalah salah satu tokoh di tahun 2017 (Gustomy, 2017). Selain partisan dari kubu tersebut (Anggoro, partisipasi politik, tema yang menyinggung 2014). Pada Harian Sindo, pemberitaan persepsi kaum difabel pada pemilu juga pada pasangan Prabowo Subianto dan telah beberapa kali diteliti, seperti yang Hatta Rajasa ditampilkan secara positif dan telah dilakukan di Kota Surakarta pada tanpa menjelekkan lawan pasangannya; tahun 2015 (Nurrasyid & Sardini, 2018) dan pada Media Indonesia secara terang- dan Kabupaten Banyuwangi pada tahun terangan menyatakan bahwa ideologi 2017 (Putri Robiatul Adawiyah, 2017). pluralisme yang diusung pasangan Joko Aksesbilitas dan hak-hak kaum difabel Widodo dan sejalan dengan dalam politik pun juga ikut mendapat ideologi mereka (Adiwibowo, 2017). Di perhatian, seperti dua penelitian yang media daerah seperti di Kalimantan Timur, telah dilakukan di Kabupaten Padang Kaltim Post memberi sorotan lebih pada Pariaman pada tahun 2015 (Saputra sosok Dahlan Iskan yang merupakan et al., 2018) dan Kabupaten Karawang salah satu pendukung bagi pasangan Joko pada tahun 2018 (Martini & Yulyana, Widodo dan Jusuf Kalla; sedangkan Tribun 2018). Keterlibatan, persepsi, serta Kaltim ikut menonjolkan pula salah satu aksesbilitas kaum difabel terhadap ranah tokoh yakni calon presiden nomor urut-2, politik yang telah banyak dikaji tersebut Joko Widodo (Flora, 2014). menunjukkan bahwa eksistensi kaum Tak hanya pada tataran pemilihan disabilitas bukanlah suatu hal yang dapat presiden, framing berita terhadap tokoh dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, politik juga tak luput dialamatkan kepada ketika didapati salah satu figur politik yang sosok-sosok yang mencalonkan dirinya menyampaikan pendapat terkait ranah pada pemilihan umum kepala daerah disabilitas dan banyak dianggap memiliki (Pemilukada) di berbagai provinsi dan kecenderungan mendiskreditkan, tentu hal kabupaten/kota. Seperti yang terjadi pada tersebut menjadi persoalan yang cukup pemilihan Gubernur Jawa Timur di tahun serius dan sensitif. Apalagi jika ditambah 2013, harian Jawa Pos memberikan framing dengan pemberitaan di media-media yang yang berbeda terhadap dua sosok calon mengabarkannya dengan berbagai teknik yang berlaga. Dalam tahapan konstruksi pembingkaian atau framing yang tentu berita, Jawa Pos lebih banyak memberi saja dapat memicu reaksi yang beragam penekanan terhadap Soekarwo ditinjau bagi para pembacanya. dari karakter, kredibilitas, dan reputasi Framing media dalam pemberitaan yang selama ini ia raih; sedangkan pada pemilihan Presiden di Indonesia telah sosok Khofifah Indar Parawansa hanya beberapa kali menjadi kajian terutama mendapat penekanan dari aspek karakter pada momen pemilihan presiden di saja. Ditinjau dalam perspektif yang lebih tahun 2014. Misal pada harian Republika kritis, terdapat kesamaan dan perbedaan

Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 113 Sutan Kumala Pontas Nasution dari representasi dua calon Gubernur pemberitaan pidato K.H. Ma’ruf Amin Jawa Timur tersebut. Kesamaan mereka yang berisi kata “buta” dan “budek” yang berdua ialah seolah-olah digambarkan disampaikan di acara peresmian pos sebagai sosok yang maskulin; sedangkan kemenangan dan deklarasi relawan Barisan perbedaannya terletak pada penonjolan Nusantara (BarNus) pada hari Sabtu 10 Soekarwo yang dicitrakan sebagai sosok November 2018. Pemilihan berita di visioner dan peduli rakyat, sedangkan CNNIndonesia.com, Republika.co.id, dan pada Khofifah digambarkan sebagai Tempo.co sebagai objek kajian didasari sosok yang tidak mudah diajak berdamai atas keberagaman ideologi dianut masing- (Hasyim, 2013). masing media, seperti CNNIndonesia.com yang merupakan cabang dari perusahaan Pada pemilukada Walikota Pekanbaru penyiaran berita asing Cable News Network tahun di 2017, terdapat pula framing pada (CNN) di Amerika Serikat; Republika.co.id surat kabar lokal yang mengabarkannya, yang berideologikan ; serta Tempo. yakni Riau Pos dan Tribun Pekanbaru. co yang merupakan majalah pertama di Harian Riau Pos lebih banyak menggunakan Indonesia yang tidak memiliki afiliasi judul-judul yang menarik namun tetap dengan pemerintah. Dan sebagai klaim menyeimbangkan isinya dengan menyajikan studi, sampai tulisan ini dibuat belum pendapat dari berbagai narasumber. Namun ditemukan penelitian serupa yang mengkaji di balik keberimbangannya, terdapat polemik yang muncul dari kalangan ketidaklengkapan dokumentasi seperti politikus di media lantaran pengucapan foto di beberapa beritanya. Sedangkan kata-kata sensitif terkait kaum disabilitas pada pemberitaan di Tribun Pekanbaru, dalam kontestasi pemilihan Presiden dan ditemukan motif ekonomi yang memberikan Wakil Presiden di Indonesia. kesempatan bagi pasangan calon walikota siapa saja untuk mengkampanyekan dirinya di media tersebut. Meski terdapat motif Pendekatan Teoritis Melalui ekonomi, keberimbangan berita terhadap Analisis Framing Robert N. Entman pemilukada di Tribun Pekanbaru masih Robert N. Entman adalah seorang tergolong netral. ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi Framing pada pemberitaan pemilihan analisis framing untuk studi (Eriyanto, 2002). presiden 2019, terutama pada kasus pidato Konsep framing oleh Entman digunakan berisi ucapan “buta” dan “budek” yang untuk menggambarkan proses seleksi dan disampaikan oleh calon wakil presiden menonjolkan aspek tertentu dari realitas no urut 1, K.H. Ma’ruf Amin tentu oleh media (Eriyanto, 2002). Framing dapat menghasilkan realitas fakta tersendiri yang dipandang sebagai penempatan informasi diberitakan oleh media. CNNIndonesia. dalam konteks yang khas, sehingga isu com, Republika.co.id, dan Tempo.co adalah tertentu mendapatkan alokasi lebih besar contoh media-media online di Indonesia dari pada isu yang lain. Entman melihat yang memiliki latar belakang ideologi framing dalam dua dimensi besar, yaitu yang berbeda satu sama lain. Media-media seleksi isu dan penekanan serta penonjolan online tersebut dipilih oleh penulis untuk aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. dikaji lebih mendalam terhadap framing

114 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin

Tabel 1: Perangkat Framing Robert N. Entman

Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta, dari realitas yang kompleks dan bergam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? dari proses ini selalu terkandung di dalamnya bagian Seleksi Isu berita yang dimasukan, tetapi ada juga bagian berita yang tidak dimasukan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu di tampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana Penonjolan Aspek aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Sumber: (Eriyanto, 2002) Dalam konsep Entman, framing pada berfikir tertentu terhadap peristiwa yang dasarnya merujuk pada pemberian definisi, diwacanakan(Eriyanto, 2002). Adapun penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam kerangka analisis framing Robert N. suatu wacana untuk menekankan kerangka Entman dapat dipahami sebagai berikut:

Tabel 2: Kerangka Analisis Framing Robert N. Entman

Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat? Define Problems Sebagai apa? atau sebagai masalah apa? (pendefinisian masalah)

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang Diagnose Causes (memperkirakan dianggap sebagai penyebab dari suatu maslah? masalah atau sumber masalah) siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah? Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan Make Moral Judgement masalah? nilai moral apa yang dipakai untuk (membuat keputusan moral) melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi Treatment recomendation masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan untuk (menekankan penyelesaian) mengatasi masalah?

Sumber: (Eriyanto, 2002) Konsepsi framing Robert N. peristiwa atau isu itu dipahami. Peristiwa Entman tersebut menggambarkan secara yang sama dapat dipahami dengan luas bagaimana peristiwa dimaknai dan berbeda. Bingkai yang berbeda ini akan ditandakan oleh wartawan (Eriyanto, 2002). menimbulkan realitas yang berbeda. Define problems (pendefnisian masalah) Diagnose causes (memperkirakan penyebab adalah elemen yang pertama kali dapat masalah) merupakan elemen framing untuk kita lihat mengenai framing. Elemen ini membingkai siapa yang dianggap sebagai merupakan master frame/bingkai yang aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini paling utama. Ia menekankan bagaimana bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa ada masalah atau peristiwa, bagaimana dipahami, tentu saja menentukan apa dan

Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 115 Sutan Kumala Pontas Nasution siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. menyajikan realita suatu fenomena, dalam Karena itu, masalah yang dipahami secara hal ini adalah fenomena yang dipilih berbeda, penyebab masalah secara tidak adalah penyebutan kata-kata “buta” dan langsung juga akan dipahami secara berbeda “budek” yang diucapkan oleh calon Wakil pula. Make moral judgement (membuat Presiden nomor urut-1 Ma’ruf Amin di pilihan moral) adalah elemen framing dalam pidato kampanyenya. yang digunakan untuk membenarkan/ Fokus pada penelitian ini adalah memberi argumentasi pada pendefinisian untuk memahami media-media online masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah seperti CNNIndonesia.com, Republika. sudah didefenisikan, penyebab masalah co.id, dan Tempo.co dalam membingkai sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah berita penyebutan kata-kata “buta” dan argumentasi yang kuat untuk mendukung “budek” yang dilakukan oleh Ma’ruf gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip Amin dalam batas waktu antara tanggal berhubungan dengan sesuatu yang familiar 11-14 November 2018. Model analisis dan dikenal oleh khalayak. Treatment yang digunakan adalah analisis framing recommendation (menekankan penyelesaian), yang dikemukakan Robert N. Entman elemen ini dipakai untuk menilai apa yang yang terdiri dari empat tahap, yakni dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa pendefinisian masalah define( problems), yang diselesaikan untuk menyelesaikan memperkirakan sumber masalah (diagnose masalah. Penyelesaian itu tentu saja causes), membuat keputusan moral (make sangat tergantung bagaimana peristiwa itu moral judgement), dan menekankan dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyelesaian (treatment recommendation) penyebab masalah. (Entman, 2004). Model analisis framing yang dikemukan oleh Entman tersebut lah yang kemudian digunakan sebagai Metode Penelitian pisau untuk membedah makna di dalam Penelitian ini merupakan penelitian pembingkaian berita-berita tersebut (Gill di bidang ilmu komunikasi dengan et al., 2008). menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif dipilih dengan argumentasi metode yang paling umum digunakan pada Analisis Framing Pemberitaan penelitian di bidang tersebut terutama pada “Buta” dan “Budek” dalam Pidato analisis framing yang terdapat di media K.H. Ma’ruf Amin (Deddy, 2003). Analisis framing sendiri lazim digunakan pada pengiterpretasian Tulisan ini menjelaskan bagaimana berita di media cetak. Akan tetapi, analisis beberapa media online membingkai framing pada penelitian ini akan digunakan penggalan perkataan “buta” dan “budek” untuk menginterpretasi pemberitaan di yang disampaikan Ma’ruf Amin dalam media online karena baik media cetak sebuah pidatonya. Dalam hal ini, peneliti dan online memiliki kesamaan dalam menggunakan analisis framing Robert N. mengkonstruksikan realitas yang dibingkai Entman. Framing yang lebih menonjolkan oleh media (Bungin, 2008). Metode kepada penyeleksian isu serta penonjolan analisis framing dipilih untuk melihat aspek tertentu dari sebuah isu. Media konstruksi yang dibuat oleh media dalam online yang dipilih penulis untuk diteliti

116 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin yaitu CNNIndonesia.com, Republika.co.id, pemberitaan di CNNIndonesia.com dan Tempo.co. terkait pengucapan kata-kata “buta” dan “budek” oleh Ma’ruf Amin di dalam pidato Analisis Framing dalam CNNIndonesia.com kampanyenya. Berikut ini merupakan kumpulan

Gambar 1: Tangkapan Layar Berita di CNNIndonesia.com yang Diterbitkan pada 13-14 November 2018

Berdasarkan kumpulan berita-berita tengah masyarakat. Terlebih pernyataan yang terdapat di situs CNNIndonesia.com tersebut dinilai menyakiti hati dan perasaan tersebut kemudian dapat diinterpretasikan penyandang disabilitas. Akhirnya, warga ke dalam empat tahap analisis framing. tunanetra yang tergabung dalam Persatuan Dalam tahap pendefinisian masalah, Aksi Sosial Tunanetra Indonesia (PASTI) terdapat beberapa isu yang terlihat, yang menggelar aksi di depan kantor Majelis pertama adalah ucapan Ma’ruf Amin yang Ulama Indonesia (MUI) dengan tuntutan berbunyi “buta” dan “budek” menyinggung permohonan maaf terbuka oleh Ma’ruf Amin. perasaan kaum disabilitas; lalu aksi forum Judul-judul pemberitaan CNNIndonesia. tunanetra yang menuntut permohonan dari com tentang polemik pernyataan Ma’ruf maaf Ma’ruf Amin, serta klarifikasi dari Amin menjurus kepada tuntutan kaum Ma’ruf Amin yang menyamakan makna disabilitas. Hal tersebut dapat dipahami “budek” dan “tuli” dengan penggalan lirik dengan melihat pemilihan-pemilihan lagu milik Rhoma Irama. kata yang menunjukkan bahwasanya kaum disabilitas merupakan korban dari Perkiraan sumber masalah yang pernyataan Ma’ruf Amin. ditemui adalah adanya pidato Ma’ruf Amin di Jakarta yang menyebutkan “Hanya orang Pada tahapan pembuatan keputusan buta dan budek yang tidak bisa melihat moral, ditemukan dua nilai yang dipakai prestasi Jokowi” menuai kontroversi di untuk melegitimasi polemik dari kata-kata

Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 117 Sutan Kumala Pontas Nasution yang diucapkan Ma’ruf Amin. Nilai tersebut hatinya. Dari sajian-sajian data yang seperti istilah “buta” dan “budek” yang dimuat oleh CNNIndonesia.com tersebut digunakan untuk menyindir seseorang cenderung memberikan perhatian lebih yang sehat badannya, bukan buta hatinya kepada kaum disabilitas, seolah-olah dalam melihat realitas serta pernyataan CNNIndonesia.com ingin menyampaikan bahwa kelompok penyandang disabilitas kepada khalayak bahwasanya kaum mempunyai hak hidup dan politik yang disabilitas bukan merupakan maksud setara dengan penduduk lainnya. dari pernyataan Ma’ruf Amin.

Sedangkan pada tahapan penekanan Analisis Framing dalam Republika.co.id penyelesaian masalah, ditemukan tawaran penyelesaian dari Ma’ruf Amin dengan Berikut merupakan kumpulan memberikan klarifikasi bahwasanya pemberitaan di Republika.co.id terkait maksud dari pidatonya sama seperti pengucapan kata-kata “buta” dan “budek” potongan lirik lagu yang dibawakan oleh oleh Ma’ruf Amin di dalam pidato Rhoma Irama, yaitu bukan buta secara kampanyenya. fisik, melainkan buta dan tuli dari segi

Gambar 2: Tangkapan Layar Berita di Republika.co.id yang Diterbitkan pada 12-14 November 2018

Berdasarkan kumpulan berita mempolitisir kiasan “buta” dan “budek”; tersebut kemudian dapat diinterpretasikan serta sanggahan bahwa kata “buta” yang ke dalam empat tahap analisis framing. diucapkan Ma’ruf Amin bukanlah mengacu Pertama, dalam tahapan pendefinisian pada buta fisik, melainkan buta hati. masalah, ditemukan beberapa isu seperti Dalam tahapan memperkirakan penggunaan kata “buta” dan “budek” yang masalah, didapat sumber masalah yang tak memiliki niatan untuk menyinggung berawal dari pidato Ma’ruf Amin yang kelompok oposisi; anjuran agar tidak

118 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin menyebutkan “Hanya orang buta dan budek bukan dalam artian buta mata dan budek yang tidak bisa melihat prestasi Jokowi” telinga secara fisik, tetapi buta hati dan yang kemudian mendapat respon dari budek secara perasaan. pihak oposisi. Pihak oposisi beranggapan Dan pada tahapan penekanan bahwa diksi yang digunakan oleh Ma’ruf penyelesaian, Ma’ruf Amin berpendapat Amin tentunya melukai perasaan teman- bahwa pernyataannya tersebut bukan terkait teman kaum disabilitas. Namun hal ini fisik, melainkan hati. Moeldoko pun juga juga mendapat tanggapan dari wakil beranggapan tidak perlu mempolitisasi ketua Tim Kampanye Nasional (TKN), kalimat itu. Dari berita-berita yang Moeldoko, yang meminta kepada kubu telah dipaparkan, terlihat Republika. Prabowo-Sandiaga Uno untuk tidak co.id mengemas beritanya lebih pada mempolitisasi pernyataan Kiai Ma’ruf penjelasan-penjelasan mengenai maksud terkait penyebutan kata “budek” dan dan tujuan dari penggunaan kata “buta” “buta”. Menurutnya, Kiai Ma’ruf tidak dan “budek”. Media ini juga masih sangat mungkin melontarkan pernyataan itu menghormati ke-Ulamaan Ma’ruf Amin. untuk menyinggung kalangan difabel. Terbukti dari kalimat pemberitaannya yang Berlanjut pada tahapan pembuatan masih menyertakan kata “kiai”. Dengan keputusan moral, ditemukan dua nilai moral demikian, dapat disimpulkan bahwa yang digunakan untuk mendelegitimasi Republika.co.id ingin menyampaikan kata-kata yang diucapkan Ma’ruf Amin kepada masyarakat atau khalayak bahwa dalam pidato kampanyenya. Dua nilai pernyataan Ma’ruf Amin tidak sama sekali moral tersebut yakni bantahan tentang berniat menyinggung kaum disabilitas. maksud pengucapan “buta” dan budek” yang tidak ditujukan dalam wujud fisik Analisis Framing dalam Tempo.co melalui ungkapan yang terdapat dalam Berikut ini merupakan kumpulan Al-Quran yang berbunyi “Shummun pemberitaan di Tempo.co terkait pengucapan bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uun” kata-kata “buta” dan “budek” oleh Ma’ruf yang berarti pekak, bisu, dan tuli; serta Amin di dalam pidato kampanyenya. pernyataan “buta” dan “budek” tersebut

Gambar 3: Tangkapan Layar Berita di Tempo.co yang Diterbitkan pada 11-14 November 2018

Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 119 Sutan Kumala Pontas Nasution

Berdasarkan kumpulan berita untuk menjelaskan permasalahan slogan tersebut kemudian dapat diinterpretasikan yang diucapkan Prabowo, salah satunya ke dalam empat tahap analisis framing. adalah pernyataan dari kubu Prabowo Dalam tahapan pendefinisian masalah, yang menganggap bahwa kata-kata “buta” ditemukan beberapa isu seperti penyebutan dan “budek” memiliki sifat yang tidak kata-kata “buta” dan “tuli” oleh Ma’ruf elok dan jauh dari akhlak baik serta sikap Amin dianggap dilakunnya bentuk sindiran kewarganegaraan. Selain itu terdapat pula terhadap pihak lawan; peringatan dari penyampain aspirasi dari kaum difabel partai oposisi, Gerindra, yang memberi yang menyatakan bahwa mereka juga peringatan terkait perkataan Ma’ruf ingin dianggap sebagai warga negara Amin perihal “budek” dan “buta”; serta bangsa Indonesia punya hak hidup dan polemik yang muncul pasca kata “budek” hak berpolitik serta komitmen untuk dan “buta” diucapkan oleh Ma’ruf Amin menunjukkan bahwa penyandang disabilitas dalam pidatonya. di Indonesia juga dapat berekspresi di berbagai sektor. Sedangkan pada tahap perkiraan masalah, ditemukan isu yang dianggap Dan pada tahapan penekanan sebagai sumber masalah, yakni adanya penyelesaian, kubu di pihak Ma’ruf Amin pidato Ma’ruf Amin yang menyebut “buta” menganggap bahwa masalah penyebutan dan “budek” yang dinilai berbagai pihak kata-kata “buta” dan “budek” sebenarnya dapat melukai perasaan kaum disabilitas. sudah selesai dan tak perlu dipolitisir Pernyataan tersebut kemudian direspon lebih mendalam. Selain itu, Ma’ruf Amin oleh wakil ketua TKN Jokowi-Ma’ruf Amin, juga menganggap bahwa dirinya tidak Abdul Kadir Karding. Ia beranggapan melakukan kesalahan apapun, sehingga bahwa penyebutan kata “buta” dan “budek” ia tidak merasa perlu untuk melakukan merupakan suatu kiasan untuk menyindir permintaan maaf. Berita yang disajikan kubu lawan yang tak mengakui peristiwa Tempo.co tentang perkataan “budek” dan pemerintahan Presiden Joko Widodo “tuli” yang disampaikan Ma’ruf Amin, selama empat tahun terakhir. Jelasnya ia sifatnya lebih berimbang. Wartawan menyebutkan bahwa narasi itu ditujukan Tempo.com mengambil sumber dari kedua kepada kubu Prabowo Subianto, yang kubu, yaitu Prabowo dan Jokowi. Berita memang tidak bisa menilai secara objektif. yang ditampilkan juga tidak memihak Namun lain halnya dengan kubu Prabowo, salah satu pihak. Maka dapat disimpulkan melalui partai Gerindra, Ketua Bidang bahwa Tempo.co ingin menyampaikan Advokasi Perempuan Dewan Pimpinan kepada masyarakat dari dua perspektif Pusat, Rahayu Saraswati menyayangkan yaitu kubu Jokowi maupun Prabowo. penggunaan kata “buta” dan “budek” oleh calon Wakil Presiden Ma’ruf Amin untuk menggambarkan ketidakmampuan Pembahasan masyarakat menangkap informasi. Menurutnya, penggunaan kedua diksi Berdasarkan tahapan-tahapan analisis tersebut dapat melukai hati dan menciderai framing Robert N. Entman terhadap media rasa hormat terhadap penyandang disabilitas. online CNNIndonesia.com, Republika. co.id, dan Tempo.co sebelumnya, dapat Pada tahapan pembuatan keputusan dijabarkan kembali secara detil diskusi moral, ditemukan nilai-nilai yang dipakai

120 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin terkait polemik pemberitaan pidato bermakna secara harfiah melainkan kiasan kampanye Ma’ruf Amin yang memuat bagi orang-orang yang buta secara hati dan kata-kata “buta” dan “budek” di dalamnya. tidak mampu mampu mendengar secara Dalam tahapan pendefinisian masalah, perasaan. Bahkan, Republika.co.id juga ketiga media tersebut menentukan isu menambahkan penggalan ayat Al-Quran yang berbeda antara yang satu dengan yang untuk memperkuat delegitimasi perkataan lain. CNNIndonesia.com mendefinisikan Ma’ruf Amin tersebut. Di lain sisi, Tempo. secara mendasar bahwa ucapan “buta” dan co menyebut bahwa pernyataan Ma’ruf “budek” dapat menyinggung perasaan kaum Amin tidak elok dan jauh dari akhlak difabel dan dapat berpotensi memunculkan baik serta mendukung penuh hak-hak gelombang unjuk rasa terhadap Ma’ruf kaum difabel agar setara dengan warga Amin untuk segera memberi klarifikasi negara lainnya. dan meminta maaf. Sedangkan Republika. Penekanan penyelesaian yang co.id menyimpulkan isu politisasi kata ditawarkan oleh tiga media tersebut “buta” dan “budek” tidak memiliki makna menyajikan perspektif yang sama dari untuk menyinggup fisik melainkan Ma’ruf Amin namun dengan penutup yang kiasan bagi oposisi yang tidak mampu berbeda. CNNIndonesia.com menampilkan melihat prestasi dari Jokowi selama lima klarifikasi dari Ma’ruf Amin jika pidatonya tahun pemerintahannya. Dan Tempo.co sama seperti lagu yang dibawakan oleh mendefinisikan polemik pidato Ma’ruf Rhoma Irama, yaitu bukan buta secara Amin tersebut sebagai bentuk sindiran fisik, melainkan buta dan tuli dari segi yang ditujukan bagi kubu Prabowo. hatinya. Sedangkan Republika.co.id Senada dengan tahapan sebelumnya, menyatakan kembali jika ucapan Ma’ruf dalam tahapan perkiraan sumber Amin sama sekali tidak bermaksud untuk masalah, tiga media online tersebut juga menyinggung fisik orang lain. DanTempo. menyimpulkan tiga sumber masalah yang co menganggap jika masalah tersebut berbeda. CNNIndonesia.com menyebut selesai dan tidak perlu untuk dipolitisir bahwa pidato Ma’ruf Amin yang memuat kembali. Tempo.co juga menambahkan kata “buta” dan “budek” dapat menyakiti jika Ma’ruf Amin sendiri tidak merasa perasaan kaum difabel. Sedangkan melakukan kesalahan apa-apa, sehingga ia Republika.co.id menyampaikan bahwa tidak perlu melakukan permintaan maaf. pidato Ma’ruf Amin agar tidak dipolitisir oleh pihak oposisi. Dan Tempo.co sendiri menyebut sumber masalah timbul lantaran Penutup pidato Ma’ruf Amin disampaikan secara sengaja untuk menyindir pihak Prabowo Berdasarkan analisis framing Robert yang dinilai tidak mau mengakui prestasi N. Entman terhadap tiga media online, Presiden Joko Widodo selama menjabat yaitu CNNIndonesia.com, Republika.co.id, lima tahun ke belakang. dan Tempo.co, media online CNNIndonesia. com lebih memfokuskan framing-nya Dalam tahapan pembuatan keputusan terhadap respon-respon negatif yang moral, CNNIndonesia.com dan Republika.co.id muncul akibat pernyataan Ma’ruf Amin. memiliki kemiripan dalam mendelegitimasi Sedangkan Republika.co.id lebih berfokus polemik tersebut. Dua media sepakat kepada penjelasan Ma’ruf Amin dan Tim ini jika istilah “buta” dan “budek” tidak

Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 121 Sutan Kumala Pontas Nasution

Kampanye Nasional-nya yang menyatakan Bayhaqi, A. (2018). Demo di MUI, bahwa diksi “buta” dan “budek” sama Kaum Difabel Tuntut Ma’ruf sekali bukan ditujukan kepada penyandang Amin Minta Maaf soal Budek, disabilitas, melainkan kepada orang- Buta & Bisu. Merdeka.Com. orang yang memang buta mata hatinya, Bungin, B. (2008). Konstruksi Sosial Me- yang tidak bisa memberi penilaian secara dia. Kencana Prenada Media. objektif. Adapun Tempo.co, media ini Deddy, M. (2003). Metodologi Peneli- mem-framing pemberitaan melalui dua tian Kualitatif: Paradigma Baru sisi, yaitu pendukung Ma’ruf Amin, pihak Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial oposisi dan kaum disabilitas. Berita yang Lainnya. Remaja Rosda Karya. disajikan dengan mencantumkan berbagai Entman, R. (2004). Projections of Pow- pandangan narasumber, menjadikan media er: Framing News, Public Opinion ini terlihat seimbang. and US Foreign Policy. University of Chicago Press. Selain itu, penelitian ini tentu memiliki keterbatasan yang perlu dikembangkan di Eriyanto. (2002). Analisis Framing: Kon- masa yang akan datang. Penulis berharap struksi, Ideologi, dan Politik Me- penelitian ini dapat menjadi pembuka dia. LKiS. penelitian-penelitian baru berikutnya Fernandez, W. (2018). Siapa Yang Di- yang membahas relasi antara politik maksud Ma’ruf Amin Buta dan dan kaum disabilitas pada perspektif Budeg? Gatra.Com. pengambil keputusan baik pada ranah Flora, E. (2014). Analisis Framing Ber- legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Hal ita Calon Presiden RI 2014 - tersebut perlu dikaji dan dikembangkan 2015 Pada Surat Kabar Kaltim lebih mendalam mengingat isu disablilitas Pos Dan Tribun Kaltim. EJournal di dalam pusaran politik masih jarang Ilmu Komunikasi, 2(3), 347–356. tersentuh dan bahkan dianggap sebelah Gill, P., K., S., Treasure, E., & Chadwick, mata. B. (2008). Methods of Data Col- lection in Qualitative Research: Interviews and Focus Groups. British Dental Journal, 204(6), Daftar Pustaka 291–295. Adiwibowo, B. S. (2017). Analisis Fram- Gustomy, R. (2017). Partisipasi Politik Di- ing Berita Kelompok / Partai fabel Di 2 Kota. IJDS : Indonesian Pendukung Dua Pasang Ca- Journal of Disability Studies, 4(1), pres-Cawapres Pada Pilpres 51–62. https://doi.org/10.21776/ 2014 dalam Surat Kabar Media ub.ijds.2017.004.01.8 Indonesia Dan Surat Kabar Sin- do. Jurnal Komunikologi, 14(2), Hasyim, N. M. (2013). Analisis Framing 123–129. Pemberitaan Figur Soekarwo dan Khofifah dalam Kampanye Pilka- Anggoro, A. D. (2014). Media, Politik, da Jatim Tahun 2013 di Jawa Pos. dan Kekuasaan (Analisis Fram- digilib.uin-suka.ac.id. ing Model Robert N. Entman tentang pemberitaan hasil pemi- Martini, N., & Yulyana, E. (2018). Ak- lihan Presiden,9 Juli 2014 di TV sesbilitas Pemilu Bagi Penyan- One dan Metro TV). Jurnal Aris- dang Disabilitas di Kecamatan to, 2(2), 25–52. Karawang Timur Kabupaten Kar-

122 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 Polemik “Buta” dan “Budek” dalam Pidato K.H. Ma’ruf Amin

awang Pada Pemilihan Gubernur daya Masyarakat Indonesia. Ju- Jawa Barat Tahun 2018. Politikom rnal Kajian Lemhanas RI, 33(2), Indonesiana, 3(2), 163–178. 37–49. Nugroho Bimo, Eriyanto, S. F. (1999). Salim, I. (2015). Perspektif Disabilitas Politik Media Mengemas Ber- dalam Pemilu 2014 dan Kontri- ita (Habibie dalam Pemberitaan busi Gerakan Difabel Indone- Kompas dan Republika). Institut sia bagi Terbangunnya Pemilu Studi Arus Informasi. Inklusif di Indonesia. The POLI- TICS: Jurnal Magister Ilmu Poli- Nurrasyid, R., & Sardini, N. H. (2018). tik Universitas Hasanuddin, 1(2), Persepsi Politik Pemilih Kaum 127–156. Difabel (Different Ability) Terh- adap Pemilihan Umum Walikota Saputra, A. R., Jendrius, J., & Bakarud- dan Wakil Walikota Surakarta din, B. (2018). Tata Kelola Pemi- Tahun 2015. Journal of Politic lu dalam Pemenuhan Hak-Hak and Government Studies, 7(2), Pemilih Penyandang Disabili- 311–320. tas. Aristo, 7(1), 64. https://doi. org/10.24269/ars.v7i1.1336 Putri Robiatul Adawiyah. (2017). Persepsi Penyandang Difabel A Yandarisman, O., Pemerintahan, J. I., (Tuna Netra) Terhadap Penting- Diponegoro, U., Profesor, J., nya Pelatihan Pemilih Pemula di & Soedarto, H. (2013). Peran Kabupaten Banyuwangi. Politiko, Panitia Pemilihan Umum Ak- 17(2), 206–222. ses Penyandang Cacat (PPUA Penca) Dalam Sosialisasi Politik Rahmawati, D. (2018). Risiko Polarisasi Bagi Masyarakat Difabel Dalam Algoritma Media Sosial : Kajian Pemilihan Umum Gubernur Dki Terhadap Kerentanan Sosial dan Jakarta 2013. Journal of Politic Ketahanan Bangsa, Media Sosial and Government Studies, 3(2). dan Dampaknya bagi Sosial Bu-

Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124 123 Sutan Kumala Pontas Nasution

124 Kalijaga Journal of Communication, Vol. 1, No. 2, 2019: 111-124