KONTEKS SOSIAL RITUAL BAKAR TONGKANG PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA BAGANSIAPIAPI

Ely Sovita1, T. Silvana Sinar2, Nurlela2 Program Studi Linguistik Program Pascasarjana1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara1,2,3 [email protected] 1

ABSTRAK

Ritual bakar tongkang yang diselenggarakan warga etnis tonghoa di Bagansiapiapi, Provinsi merupakan tradisi yang sangat unik dan dijaga kelestariannya karena di dalamnya terdapat makna-makna budaya yang menggambarkan konteks semiotik sosial. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan konteks situasi pada tradisi bakar tongkang masyarakat Tionghoa di Kota Bagansiapiapi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data berupa teks verbal ritual bakar tongkang yaitu Chiasin (teks 1), Shangthikong (teks 2), dan Shangkongchun (teks 3). Chiasin. Data dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara dan teknik dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan berdasarkan Miles & Huberman dengan tahapan pengumpulan data, penyajian data, kondensasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna konteks situasi yang terdapat pada ritual bakar tongkang masyarakat Tionghoa di Kota Bagansiapiapi yaitu pada Teks 1 menggambarkan kisah masyarakat Tionghoa yang berperan sebagai abdi negara/kerajaan. Makna pada Teks 2 menggambarkan bagaimana kehidupan sosial kelompok masyarakat marga Cao, peran dan sumbangsihnya pada rakyat banyak dan pada kerajaan. Makna pada Teks 3 mendeskripsikan kehidupan harmonis dapat digapai bila didasari cinta kasih.

Kata Kunci : Konteks Situasi, Tradisi Ritual Bakar Tongkang, Masyarakat Tionghoa

PENDAHULUAN dilaksanakan di Kota Bagansiapiapi. Diperkirakan ribuan masyarakat Tionghoa Sistem semiotik sosial adalah sistem makna dari berbagai daerah datang untuk yang direalisasikan melalui sitem linguistik. mengikuti tradisi ritual bakar tongkang ini. Sementara sistem semiotik linguistik adalah semantik, yaitu sebagai suatu Berdasarkan wawancara penulis dengan bentuk realisasi dari semiotik sosial oleh masyarakat lokal Kota Bagansiapiapi bahwa (Sinar, 2010:28) Bagansiapiapi erat kaitannya dengan cerita awal kedatangan orang Tionghoa ke Kota Ada banyak tradisi yang dimiliki oleh etnis itu. Orang Tionghoa pertama sekali datang Tionghoa di , salah satu yang ke Kota Bagansiapiapi berasal dari daerah hingga saat ini masih dilestarikan adalah Songkhla, Thailand. Mereka sebenarnya tradisi bakar-bakaran. Sama halnya dengan adalah perantau-perantau Tionghoa yang masyarakat Tionghoa baik yang berasal berasal dari Distrik Tong’an (Tang Ua) di dari Kota Bagansiapiapi maupun yang , wilayah provinsi , Tiongkok berada di luar Kota Bagansiapiapi, sampai Selatan. Pada saat itu konflik antara orang saat ini masih melaksanakan tradisi Tionghoa dengan penduduk dimaksud yaitu tradisi Ritual Bakar Songkhla,Thailand dan hal inilah yang Tongkang. Ritual pembakaran replika menjadi penyebab terdamparnya mereka tongkang ini telah menjadi perhelatan di Bagansiapiapi. Kemudian mereka akbar setiap tahun, dan hanya melakukan pelarian dengan tiga perahu kayu (tongkang). Selama dalam perjalanan yang merupakan sumber dua sisi, antara ketiga perahu kayu (tongkang) tersebut baik dan buruk, suka dan duka, serta rejeki banyak mengalami rintangan dan masalah dan malapetaka. Tradisi bakar tongkang sehingga hanya satu tongkang yang adalah suatu tradisi lisan. selamat. Tongkang yang selamat adalah tongkang yang dipimpin oleh Ang Mei Kui Menurut Endaswara (2008:151) tradisi bersama 17 orang penumpang lainnya. lisan adalah karya yang penyebarannya Tongkang yang selamat ini kebetulan disampaikan dari mulut ke mulut secara membawa serta patung Dewa Laut Dewa turun temurun. Adapun ciri-ciri dari Thai Shun Ong Ya yang ditempatkan dalam tradisi lisan yaitu : (1) lahir dari masyarakat magun/rumah Tongkang (Hasil Wawancara yang polos, belum melek huruf, dan dengan Bapak O Liong). bersifat tradisional; (2) menggambarkan budaya milik kolektif tertentu yang tidak Menurut Kepercayaan Etnis Tionghoa yang jelas siapa penciptanya; (3) lebih ada di Kota Bagansiapiapi, Patung Dewa menekankan aspek khayalan, ada sindiran, King Ong Ya dan Tain Sun Ong Ya ini yang jenaka, dan pesan mendidik; (4) sering telah memberikan keselamatan selama melukiskan tradisi kolektif tertentu; (5) dalam pelayaran itu. Setelah berhari-hari di tradisi lisan banyak mengungkapkan kata- lautan akhirnya mereka diberikan petunjuk kata atau ungkapan-ungkapan klise, dan (6) oleh Sang Dewa, dari kejauhan mereka tradisi lisan sering bersifat menggurui. seperti melihat ada cahaya api yang berkelap-kelip sebagai tanda adanya Kata kelisanan dalam penelitian ini daratan. Cahaya api itu ternyata berasal merupakan suatu istilah yang dipakai dari kunang-kunang (siapi-api) yang dalam menjelaskan tradisi ritual bakar bertebaran di antara hutan bakau yang tongkang pada masyarakat Tionghoa tumbuh subur di tepi pantai. Di daerah Bagansiapiapi yang menggambarkan tidak bertuan inilah mereka mendarat dan konteks situasi menggunakan teori membangun permukiman mereka yang pendekatan semiotik sosial (social kemudian dikenal dengan nama semiotics) yang perkenalkan oleh Halliday. Bagansiapiapi. Para leluhur orang Tionghoa Menurut Sinar (2010:28), sistem semiotik yang menemukan Bagansiapiapi, bertekad sosial adalah sistem makna yang untuk berdiam di situ dan tidak ingin direalisasikan melalui sitem linguistik. kembali ke tempat asal mereka semula. Sementara sistem semiotik linguistik Untuk itu, Tongkang yang mereka pakai adalah semantik, yaitu sebagai suatu hingga bisa mendarat di daerah tersebut, bentuk realisasi dari semiotik sosial. Ada akhirnya dibakar. Dengan demikian, leluhur tiga variabel sebagai penentu faktor situasi Tionghoa yang telah berada di yakni ; 1) Medan, 2) sarana dan 3) pelibat. Bagansiapiapi, tetap dapat tinggal di Medan yakni membicarakan kegiatan daerah tersebut untuk selamanya. berinteraksi yang mempunyai dua dimensi yakni apa yang dibicarakaan dan untuk apa Dari penjelasan di atas dapat dilihat dibicarakan, pelibat merujuk kepada siapa pentingnya mengkaji ritual bakar tongkang yang dibicarakan atau siapa yang terlibat yang diselenggarakan warga etnis Tionghoa dalam pembicaraan tersebut, dan sarana di Kota Bagansiapiapi, Provinsi Riau yang adalah bagaimana pembicaraan itu dilaksanakan setiap bulan Mei tanggal 16 dilakukan. Teks mantra ritual bakar menurut penanggalan kalender China. tongkang masyarakat Tionghoa di kota Ritual ini dinamakan sebagai Go Gwe Cap Bagansiapiapi juga akan dikaji jenis aksi Lak. Tradisi Bakar Tongkang adalah dan reaksi yang terealisasi dalam teks pembakaran kapal dan upacara peringatan tersebut. Aksi adalah tindakan dengan atas dewa laut Ki Ong Ya dan Tai Su Ong melakukan ucapan atau tulisan, untuk meminta atau memberi informasi atau linguistik adalah merupakan wacana barang/jasa. Aksi mencakup pernyataan semantik sebagai bentuk realisasi dari atau statement (S), pertanyaan atau semiotik sosial. Teori LSF juga menjelaskan question (Q), perintah atau command (C) tentang strata bahasa yakni, strata fonologi dan tawaran atau offer (O). Reaksi yaitu yang membicarakan bunyi bahasa, pendapat pribadi yang diberikan pemakai leksikogramatika yang membicarakan bahasa ketika menyampaikan aksinya. konstruksi pembentukan klausa, dan Reaksi direaksikan oleh proses mental, semantik yang menyangkut penyatuan epitet, modalitas, eufemisme dan makna klausa menjadi wacana yang bermakna. konotatif (dalam Sinar, 2010:105). Proses Teori LSF menganut pandangan bahwa mental adalah proses yang melibatkan keberhasilan menganalisis wacana atau indera, kognisi, emosi dan persepsi dalam teks tergantung kepada konteks sosial diri manusia. Epitet adalah unsur bahasa yaitu dengan konteks situasi, konteks yang berfungsi menerangkan ciri atau budaya dan ideologi. karakteristik suatu unsur, misalnya “stasiun yang ribut” (Bloor & Bloor, 1995). Konteks situasi menurut Sinar (2010:56) Modalitas adalah pandangan, yaitu dimensi berkaitan dengan hubungan pertimbangan atau pendapat pribadi yang antara orang yang berinteraksi tersebut disampaikan oleh pemakai bahasa. dengan pelibat (tenor), yang terkait dengan Eufemisme adalah ungkapan yang lebih aktivitas sosial mereka disebut dengan halus atau kurang bersifat langsung. Makna medan (field) dan yang berhubungan konotatif adalah makna yang tidak dengan peran dan fungsi bahasa dikenal memiliki bentuk, misalnya rose dapat dengan sarana (mode). Untuk membangun diasosiasikan dengan cinta, hasrat dan pemahaman yang kongkrit dari sebuah teks kecantikan, lebih daripada sekedar maka harus melibatkan banyak komponen tanaman (Kramsch, 1998). yaitu apa yang sedang dibicarakan atau sering disebut medan. Kemudian siapa TINJAUAN PUSTAKA yang menyampaikan teks tersebut atau sering disebut dengan pelibat,dan Landasan berpijak teori yang digunakan bagaimana teks itu dilakukan atau sering pada penelitian ini adalah LSF yang kita sebut dengan istilah sarana. dikemukakan oleh Halliday (1985,1994). Menurut teori LSF, linguistik berperan Konteks budaya yaitu suatu proses sosial dalam menganalisis teks dengan tujuan yang bertahap dan berorientasi pada untuk membedakan makna dalam konteks tujuan, dan dalam masyarakat sering paradigma dan makna dalam konteks dijumpai interaksi sosial berbahasa, ketika sistematika. Konteks paradigma berfungsi anggota dalam suatu budaya melalui sebaagai system, sementara konteks tahapan-tahapan teks yang disampaikan sistematika dikenal dengan struktur dapat dimengerti. Konteks ideologi adalah bahasa. Manusia dapat pemahaman atau kepercayaan, nilai yang mengenterpretasikan hubungan secara dianut atau dipakai bersama oleh paradigma dengan sistem. masyarakat. Ideologi juga menjadi konsep sosial yang menentukan nilai yang terdapat Semiotik sosial (social semiotics) yang dalam masyarakat. Ideologi muncul karena diperkenalkan oleh Halliday tahun 70-an ada masyarakat yang mendominasi dalam dalam teori LSF (Linguistik Sistemik arti positif. Kemudian terjalin hubungan Fungsional). Teori LSF oleh M.A.K. Halliday bahasa dengan masyarakat dan penguasa. memandang bahasa adalah sistem makna Kekuasaan dapat membentuk pandangan yang direalisasikan melalui konteks sosial masyarakat terhadap sersuatu objek dan sistem linguistik. Sistem semiotik sehingga masyarakat meyakini pandangan tersebut menjadi suatu kebenaran (Sinar, Konteks sosial merupakan peran 2010:83-84). masyarakat dalam melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Halliday (1985:108) mengatakan bahasa konteks ini dijelaskan keterkaitan konteks adalah sistem semiotik sosial dengan sosial dengan konteks situasi. Dari konteks pengertian bahwa penanda dalam bahasa sosial maka akan muncul permaknaan ditentukan oleh masyarakat pemakai terhadap teks berdasarkan kepada konteks bahasa. Makna dan penanda dalam bahasa situasi dan konteks budaya. merupakan kesepakatan atau konvensi antar manusia sebagai anggota Konteks situasi adalah lingkungan yang di masyarakat. Demikian juga realisasi “arti” dalamnya ada teks yang berperan terhadap ke dalam penanda ditentukan oleh aturan hidup sebagai sebuah representasi dari masyarakat. Dengan kata lain petanda dan lingkungan tertentu memiliki hubungan penanda dalam bahasa ditentukan oleh yang relevan dengan teks. Konteks sosial masyarakat pemakai bahasa melalui merupakan sebuah jenis situasi (situation evolusi bahasa, budaya dan peradaban type). Struktur semiotik yang merupakan manusia. Nilai atau hikmah dalam budaya sebuah jenis situasi mempunyai tiga manusia telah menyatu dengan bahasa. dimensi, yaitu aktivitas sosial sedang Hal ini menegaskan dan menguatkan berlangsung (on going social activity), bahwa bahasa adalah semiotik sosial. peran hubungan (the role relationship involved), dan sarana simbolik atau retorik Menurut Halliday (1985:108) bahasa (the symbolic) yang merujuk pada medan adalah suatu sistem semiotik sosial. Sistem (field), sarana (mode),dan pelibat (tenor). semiotik bahasa tersebut meliputi unsur bahasa dan hubungan bahasa dengan Sementara Sinar (2010:24) mengatakan unsur konteks yang berada di luar bahasa dalam kontek situasi terdapat tiga variabel sebagai konteks linguistik dan konteks sebagai penentu faktor situasi yakni ; 1) sosial. Konteks sosial merupakan unsur Medan, 2) sarana dan 3) pelibat. Medan yang mendampingi bahasa dan merupakan yakni membicarakan kegiatan berinteraksi wadah terbentuknya bahasa. Bahasa dan yang mempunyai dua dimensi yakni apa konteks sosial, tempat bahasa atau teks yang dibicarakaan dan untuk apa terbentuk juga merupakan semiotik. Secara dibicarakan, pelibat merujuk kepada siapa umum bahasa sebagai semiotik sosial yang dibicarakan atau siapa yang terlibat terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu : dalam pembicaraan tersebut, dan sarana teks, situasi, register, kode, sistem adalah bagaimana pembicaraan itu linguistik (meliputi sistem semantik, dan dilakukan. Konteks budaya merupakan struktur sosial). bagian penting dari setiap interaksi, yang akan memberikan pemahaman kongkrit Konsep teks adalah kegiatan yang sifatnya kepada masing-masing individu terhadap linguistik atau kebahasaan baik bentuk tahapan yang sedang dilakukan mulai dari ujaran maupun tulisan, dalam konteks awal sampai akhir kegiatan. Dari kedua operasional dapat dibedakan berdasarkan konteks di atas maka memunculkan nilai- konteks situasi seperti terdapat dalam nilai kearifan lokal yang merupakan kamus. Teks merupakan bagian paling kekayaan budaya lokal. penting dari proses semantik. Itu berarti dapat dikatakan bahwa teks dapat Konteks budaya merupakan rangkaian merupakan pilihan pada waktu yang kegiatan yang harus dilalui karena bersamaan, dangan kata lain teks dapat dianggap merupakan syarat untuk didefinisikan sebagai perwujudan dari mencapai kesempurnaan teks. Konteks maksud atau arti apa yang dimaksud. budaya yaitu suatu proses sosial yang bertahap dan beriorentasi pada tujuan, sosiokultural tempat kebudayaan itu dan dalam masyarakat sering dijumpai sendiri ditafsirkan dalam terminologi interaksi sosial berbahasa. konteks budaya semiotik sebagai sebuah sistem informasi. menjadi ragam yang merujuk kepada Aksi adalah tindakan dengan melakukan proses sosial karena anggota dalam suatu ucapan atau tulisan, untuk meminta atau budaya melalui tahapan-tahapan perlu memberi informasi atau barang/jasa. Aksi mencapai tujuan agar teks yang mencakup pernyataan atau statement (S), disampaikan dapat dimengerti. Selanjunya pertanyaan atau question (Q), perintah dikatakan bahwa genre adalah budaya di atau command (C) dan tawaran atau offer dalam tahapan berbahasa, yang digunakan (O). Reaksi dibatasi sebagai pendapat oleh sekelompok masyarakat (Sinar, pribadi yang diberikan pemakai bahasa 2010:65). ketika menyampaikan aksinya. Reaksi direaksikan oleh proses mental, epitet, Konsep metafungsi bahasa dicetuskan oleh modalitas, eufemisme dan makna konotatif Halliday merujuk pada tiga hal penting (Saragih, 2004:105). (a) Proses mental yaitu fungsi ideasional mempresentasikan adalah proses yang melibatkan indera, aspek pengalaman manusia di dalam dan di kognisi, emosi dan persepsi dalam diri luar khususnya sebagai tanda, metafungsi manusia. (b) Epitet adalah unsur bahasa interprersonal menawarkan hubungan yang berfungsi menerangkan ciri atau antara pencipta tanda dengan penerima karakteristik suatu unsur, misalnya “stasiun tanda dan metafungsi tekstual menjelaskan yang ribut” (Bloor & Bloor, 1995). (c) pembentukan teks, kerumitan tanda-tanda Modalitas adalah pandangan, yang dihubungkan baik secaara internal pertimbangan atau pendapat pribadi yang maupun eksternal. disampaikan oleh pemakai bahasa. (d) Eufemisme adalah ungkapan yang lebih Konsep Halliday (1985:108) tentang bahasa halus atau kurang bersifat langsung. (e) sebagai semiotik sosial berarti bahwa Makna konotatif adalah makna yang tidak bentuk-bentuk bahasa mengodekan memiliki bentuk, misalnya rose dapat (encode) representasi dunia yang diasosiasikan dengan cinta, hasrat dan dikonstruksikan secara sosial sebagai kecantikan, lebih daripada sekedar produk proses sosial. Dalam peristiwa tanaman (Kramsch, 1998). komunikasi masing-masing partisipan akan menafsirkan teks yang ada berdasarkan METODE PENELITIAN pengalaman yang dimilikinya yang bersifat intersubjektif. Dengan demikian, makna Penelitian ini menggunakan pendekatan akan selalu bersifat ganda. Teks tertanam kualitatif. Data utama dalam penelitian ini dalam konteks situasi, sebuah contoh dari adalah teks verbal yang terdiri dari 3 teks jenis konteks atau situasi umum sosial, yaitu teks 1: Chiasin, teks 2: Shangthikong struktur semiotik. Hal ini mengandaikan dan teks 3: Shangongshun yang bersumber interpretasi dari sistem sosial sebagai dari teks ritual bakar tongkang. Teknik semiotik sosial, dimana sistem makna pengumpulan data melalui observasi atau mendapat tempatnya dalam realitas pengamatan dengan cara merekam budaya. menggunakan kamera handphone dan sekaligus mengadakan pencatatan secara Menurut Halliday (1985:108) bahasa sistematis mengenai proses acara ritual sebagai semiotik sosial. Berarti bahwa bakar tongkang pada masyarakat Tionghoa bentuk-bentuk bahasa mengkodekan di Kota Bagansiapiapi. Wawancara yang representasi dunia yang dikonstruksikan dilakukan dengan cara bertanya langsung secara sosial. Sebagai semiotik sosial kepada tokoh adat (saikong) dan sekaligus berarti menafsirkan bahasa dalam konteks melakukan pencatatan. Dokumentasi dengan melakukan penelaahan sejumlah Partisipan (pelibat) yang terdapat dalam buku dan bahan bacaan lainnya yang ada teks 1 adalah Saikong dan masyarakat yang kaitannya dengan tradisi ritual bakar terlibat dalam ritual bakar tongkang tongkang pada masyarakat Tionghoa di seperti: pembawa kabar (kamu), Feng, Kota Bagansiapiapi. Peneliti juga Chenqing, dan Xu. Saikong berperan menggunakan dokumentasi hasil sebagai pembaca mantra dalam kegiatan pemotretan dengan kamera dan rekaman pelaksanaan Chiasin. Pembawa kabar video menggunakan handphone. Analisis berperan sebagai orang yang semiotik sosial digunakan untuk mengkaji menyampaikan berita akan diadakannya konteks situasi data teks ritual bakar ritual bakar tongkang kepada para dewa. tongkat sedangkan hasil temuan dianalisis Feng dan Chenqing berperan sebagai pihak berdasarkan Miles & Huberman dengan kerajaan dari istana. Xu berperan sebagai tahapan pengumpulan data, penyajian penatua yang memberikan wejangan data, kondensasi data dan penarikan tentang kepercayaan dan kebahagiaan kesimpulan/verifikasi. kepada masyarakat yang terlibat dalam ritual bakar tongkang. Dengan demikian PEMBAHASAN dapat dilihat adanya peran hubungan antara masing-masing pelibat dalam teks 1. Pembahasan pada paper ini dibatasi pada Makna dari konteks manusia sebagai konteks sosial yaitu konteks situasi seorang kaki tangan negara, membawa menggunakan teori semiotik sosial yang kontribusi dan membawa kabar Artinya, dibatasi pada ketiga teks (data) yaitu peran dan hubungan antara dewa di alam Chiasin (teks 1), Shangthikong (teks 2), dan langit dengan manusia di alam bumi adalah Shangkongchun (teks 3). bersinonim. Manusia menjadi kaki tangan dewa di bumi. Dengan demikian para dewa Konteks Situasi berharap manusia di bumi mampu menjadi Teks 1: Chiasin orang yang dapat memberikan kontribusi bagi banyak manusia lainnya. Mampu Chiasin adalah suatu peran sebagai menjadi pribadi yang setia membawa pembawa kabar kepada para dewa bahwa kabar baik yang ditunggu banyak orang. akan diadakan ritual bakar tongkang. Pada Manusia di bumi harus mampu menjadi ritual bakar tongkang teks 1 membicarakan pribadi yang gigih, tulus dan dapat tentang medan (field) yaitu kegiatan dipercaya, sehingga kehidupan sesama pendahuluan. Kegiatan ini merupakan manusia di alam bumi terjalin dengan baik kegiatan awal untuk persiapan ritual bakar seperti terjalinnya hubungan manusia di tongkang yang diawali dengan pemberian bumi dengan para dewa di langit. Dikaitkan kabar akan dilakukannya ritual bakar dengan makna pelibat menurut Halliday tongkang kepada masyarakat di Kota yaitu istilah abstrak untuk hubungan antara Bagansiapiapi. orang-orang yang ikut andil dalam berbicara, maka pelibat pada teks 1 adalah Dikaitkan dengan makna medan (field) Saikong dan masyarakat yang terlibat menurut Halliday yaitu istilah abstrak bagi dalam ritual bakar tongkang seperti: pernyataan ‘apa yang sedang terjadi’ yang pembawa kabar. mengacu pada pilihan substansi linguistik si pembicara, maka aktivitas yang terjadi Sarana dari konteks adalah bermantera, yang dikategorikan sebagai medan pada membakar dupa, kimchua dan teks 1 adalah kegiatan pemberitahuan menyediakan sesajen (makanan) untuk akan diadakannya ritual bakar tongkang sarana pemberitahuan akan diadakannya kepada masyarakat di kota Bagansiapiapi. ritual bakar tongkang kepada para dewa. Dikaitkan dengan makna sarana menurut Halliday yaitu mengacu pada jenis peran yang dimainkan bahasa (bicara/pidato, Teks 3: Shangongchun esai, kuliah, instruksi), maka sarana pada teks 1 adalah aktivitas bermantera, Shang ong chun bermakna mengarak membakar dan menyediakan. replika kapal tongkang keliling Kota Bagansiapiapi diikuti oleh semua Tangki Teks 2: Shangthikong (orang yang dimasuki roh dewa) yang berasal dari semua kelenteng di Kota Medan pada Shangthikong adalah kegiatan Bagansiapiapi. Medan pada Shangongchun menyerahkan korban bakaran dan sesajen yaitu teks mantra. untuk para dewa sebagai tanda ritual bakar tongkang telah dimulai. Pelibat wacana dalam teks 3 adalah para dewa (神)。Shang ong chun (送王船) Pelibat wacana dalam teks 2: berasal dari bahasa Hokkian artinya Shangthikong adalah Thi Kong dan Marga menyerahkan kapal raja. Shang ong chun Chao. Shangthikong adalah kegiatan bermakna mengarak replika kapal menyerahkan korban bakaran dan sesajen tongkang keliling Kota Bagansiapiapi diikuti untuk para dewa sebagai tanda ritual bakar oleh semua Tangki (orang yang dimasuki tongkang telah dimulai. Shangthikong roh dewa) yang berasal dari semua berasal dari bahasa Hokkian Shang (送) kelenteng di Kota Bagansiapiapi. Selain artinya memberikan atau replika kapal tongkang juga dibawa replika mempersembahkan sedangkan kata Thi para dewa terutama dewa Thai Sun Ong Ya Kong (天公) artinya Tuhan atau dewa. dan Ki Hu Ong Ya yang berulang tahun pada tanggal 16 dan 17 bulan 5 menurut

penanggalan kalender China. Keterlibatan Melalui ritual ini, diharapkan manusia yang hidup di alam bumi harus menghormati para dewa (神) bermakna bahwa para para dewa dengan cara memberikan dewa berkuasa atas kehidupan alam langit. korban bakaran. Masyarakat kota Kehadiran dewa mampu menggetarkan Bagansiapiapi merupakan penganut bumi sehingga terdengar keriuhannya dari Taoisme, yaitu aliran kepercayaan yang jauh. Tidak hanya di alam bumi, ketika roh diajarkan oleh Lao Zhi (老子) di China dan dewa masuk ke dalam tubuh Tangki masyarakat bersama-sama meneriakkan sudah ada sebelum munculnya ajaran kata Huat la dengan keras sambil menabuh Konfusius. Taoisme berkembang dan alat pukul yang menghasilkan suara riuh memiliki banyak aliran sekte. Aliran sekte sehingga suasana semakin ramai. Keriuhan yang masuk ke Bagansiapiapi dibawa para ini merupakan tanda bahwa dewa telah perantau yang berlayar dari China yaitu datang dan acara penghormatan kepada Marga Cao. dewa dimulai dengan pembakaran replika

kapal dan replika para dewa serta seluruh Dikaitkan dengan makna medan (field), dupa dan kim cua. Para Tangki mengelilingi pelibat dan sarana menurut Halliday, maka replika yang dibakar sembari berteriak dan aktivitas yang terjadi yang dikategorikan menabuh alat pukul seperti gendang sebagai medan pada teks 2 adalah kegiatan sebagai tanda bahwa para dewa telah menyerahkan korban bakaran dan sesajen menerima seluruh persembahan untuk para dewa. Pelibat adalah masyarakat. Shangthikong adalah Thi Kong dan Marga

Chao. Sarana dalam teks 2 adalah Sarana dari konteks adalah kapal menyediakan kapal tongkang, membakar tongkang, dupa, khimcua dan sesajen dupa, khimcua dan menyiapkan sesajen. untuk dipersembangkan kepada para dewa sebagai peringatan sejarah penyertaan sebagai abdi negara/kerajaan. Dalam teks dewa Khi Hu Ong Ya dan dewa Thai Sun ini digambarkan bagaimana seharusnya Ong Ya terhadap leluhur pada saat abdi negara menyumbangkan baktinya menemukan Kota Bagansiapiapi. demi keselamatan orang banyak. Makna pada Teks 2 menggambarkan bagaimana Dikaitkan dengan makna medan (field), kehidupan sosial kelompok masyarakat pelibat dan sarana menurut Halliday, maka marga Cao, peran dan sumbangsihnya aktivitas yang terjadi yang dikategorikan pada rakyat banyak dan pada kerajaan. sebagai medan pada teks 3 adalah kegiatan Makna pada Teks 3 mendeskripsikan upacara ritual bakar tongkang dan kehidupan harmonis dapat digapai bila penghormatan kepada dewa-dewa. Pelibat didasari cinta kasih. Dengan selalu adalah Saikong dan para dewa. Sarana bersyukur dan memuja para dewa, dalam teks 2 adalah menyediakan kapal kebahagiaan dapat diraih dan limpahan tongkang, membakar dupa, khimcua dan berkat selalu menerangi kehidupan. Jenis menyiapkan sesajen. aksi pada teks ritual bakar tongkang masyarakat Tionghoa di Kota Bagansiapiapi Aksi dan Reaksi seluruhnya pernyataan sedangkan jenis reaksi yang dominan adalah mental Setelah mengurutkan ketiga teks yaitu (37,50%). Chiasin, Shangthikong dan Shangongshun mantra ritual bakar tongkang etnis DAFTAR PUSTAKA Tionghoa di Kota Bagansiapiapi ke dalam bentuk klausa (60 klausa), maka ditemukan Endraswara, Suwardi. 2008. Tradisi Lisan bahwa seluruhnya merupakan jenis aksi Jawa. Yogyakarta: Narasi. pernyataan (100%). Jenis teks yang seluruhnya adalah pernyataan karena isi Halliday, M. A K. 1978. Language as A teks bertujuan untuk memberitahukan Social Semiotics. London: Edward informasi. Jumlah reaksi yang ditemukan Arnold. sebanyak 32 reaksi yang dipilah berdasarkan jenis masing-masing terdiri ______. 1985. An Introduction to dari reaksi mental sebanyak 12 klausa Functional Grammar. 1st edition. (37,50%), reaksi epitet sebanyak 7 klausa London: Edward Arnold. (21,88%), reaksi modalitas sebanyak 3 klausa (9,37%), reaksi eufemisme ______, 1996. Some Lexicogrammatical sebanyak 3 klausa (9,37%) dan reaksi Features of the Zero Population makna konotatif sebanyak 7 klausa Growth Text, in Mann, W, and (21,88%). Jenis reaksi yang dominan adalah Thompson, S.A. (eds.) Discourse reaksi mental karena jenis kegiatan yang Description Diverse Linguistic ditunjukkan pada teks cenderung Analysis of a Fund-Raising Text. menggunakan indera, kognisi, emosi dan Amsterdam/Philadephia: John persepsi dalam diri manusia. Benjamin Publishing Company.

SIMPULAN Halliday, M.A. K dan J.R. Martin. 1993. An Introduction to Functional Makna yang terdapat pada ritual bakar Grammar. 2nd edition. London: tongkang masyarakat Tionghoa di Kota Edward Arnold. Bagansiapiapi dari konteks situasi terdiri dari medan, pelibat dan sarana. Makna Jusuf. 2000. Sekilas Budaya Tionghoa di pada Teks 1 menggambarkan kisah Indonesia. Jakarta: PT Bhuana Ilmu masyarakat Tionghoa yang berperan Populer. terhadap Tata Bahasa dan Miles, M. B & Huberman, A. M. (2014). Wacana. Medan: Buku Perkulihan Qualitative Data Analysis-A Semiotik Program Linguistik Sourcebook of New Methods, USU. Beverly Hill: SAGE Publisher, Ltd. Sinar, T. Silvana. 2011. Kearifan Lokal Moleong, Lexi J. 2009. Metodologi Berpantun dalam Perkawinan Adat Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Melayu Batubara. Medan: Remaja Rosda Karya. USU Press.

Saragih, Amrin. 2005. Bahasa dalam Hasil Wawancara: Konteks Sosial: Pendekatan Hasil Wawancara dengan Bapak O Liong. Linguistik Fungsional Sistemik