ISSN : 0126-396X

Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, Nopember 2011

Jurnal Penelitian dan Kajian Keagamaan

Pasang Surut Politik Islam

Jurnal Nomor Tahun Halaman Jakarta ISSN Dialog 072 XXXIV 150 Nop 2011 0126-396X

Terakreditasi C No: 362/AU1/P2MBI/07/2011 Terakreditasi C No: 362/AU1/P2MBI/07/2011 ISSN : 0126-396X PENGANTAR REDAKSI Pemimpin Umum: Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA. Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: DR.H.M. Hamdar Arraiyyah, M.Ag. PASANG SURUT POLITIK ISLAM Wakil Pemimpin Redaksi: H. Wahyudi, S.Pd. elasi antara Islam dan politik di Sekretaris Redaksi: memiliki perjalanan Hj. Astuti Nilawati, S.Pd. R sejarah yang cukup panjang, Mitra Bestari: dan mengalami pasang surut. Politik 1. Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, M.A. iden­titas yang coba ditampilkan oleh 2. Prof. Dr. H. Komarudin Hidayat, M.A. 3. Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar umat Islam melalui perwakilan tokoh- 4. Prof. Dr. H. Masykuri Abdillah to­kohnya mengalami kekalahan, di ­ Dewan Redaksi: antara­nya ketika tujuh kata dalam 1. Prof. Dr. H. Abdurrahman Mas’ud, M.A. piagam Jakarta dihapus. Meskipun 2. Dr.H. Imam Tholkhah begitu keper­kasaaan politik Islam pada 3. Drs. H. Muhammad Shohib, M.A. 4. Drs. Choirul Fuad Yusuf, SS, M.A. pemilu pertama menunjukan prestasi 5. H. Chamdi Pamudji, SH, MM. yang cukup baik dengan tercatat sebagai 6. Drs. H. Praptono Zamzam, M.Sc. partai pemenang kedua (Masyumi) Redaktur Eksekutif: dan ketiga (NU) setelah PNI. Namun M. Nasir, S.Th.I keperkasaan yang ditunjukan umat Redaktur Pelaksana: Islam pada pemi­ ­lu tahun 1955 rontok 1. Abas Jauhari, MSi. 2. Umu Rahmah pada masa Presiden Soekarno dengan pene­rapan Demokrasi Terpimpinnya. Administrasi: Apalagi se­te­­lah tokoh-tokoh penting 1. Mulyadi Azwan 2. Dra. Hj. Aini Moerad 3. Willa Widdharari, S.Kom.

Alamat Redaksi: Jurnal Dialog diterbitkan oleh Badan Litbang dan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Diklat Kementerian Agama RI, sebagai media informasi Gedung Kementerian Agama dalam rangka mengembangkan penelitian dan kajian Jl. M.H. Thamrin No.6 Jakarta Pusat keagamaan di Indonesia. Dialog berisi tulisan ilmiah Telp (021) 31924509 pes.277/271 fax.(021) 3920380 dan hasil penelitian dan pengembangan terkait Website: www.Balitbangdiklat.kemenag.go.id dengan masalah keagamaan. Redaksi mengundang para peneliti agama, intelektual dan akademisi untuk mengkomunikasikan gagasan secara ilmiah dan kreatif bagi pengembangan penelitian maupun kajian keagamaan di Indonesia

ii Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 partai Masyumi dipenjarakan oleh sang domestikasi terhadap gerak ideologis pre­siden, keperkasaan politik umat politik Islam. Sebagai hasil dari Islam sedikit memudar. kebijakan semacam ini, bukan saja para Gerakan reformasi pasca berakhir­ pemimpin dan aktifis politik Islam nya orde baru telah mengubah wajah gagal untuk menjadikan Islam sebagai perpolitikan Indonesia, demikian pula ideologi dan atau agama negara. Tetapi perpolitikan umat Islam. Kondisi negara mereka juga se­ring disebut sebagai yang cenderung tidak setabil menuntut kelompok yang secara politik “minoris” berbagai pihak merasa perlu untuk atau “outsi­der”. Lebih dari itu, bahkan men­desakkan demokrasi, kebebasan, politik Islam sering dicurigai sebagai trans­paransi, akuntanbilitas publik, anti ideologi Negara Pancasila. Gejala atas persoalan-persoalan bangsa, menurunnya ketegangan hubungan berkait­­an dengan seluruh tatanan antara Islam dan Negara mulai terlihat masya­rakat. Tak ayal pertentangan dan pada pertengahan tahun 1980-an. kon­­flik sosial terus terjadi. Berbagai Hal ini ditandai dengan semakin kepentingan, baik yang mendasari atas besar­nya peluang umat Islam dalam nama bangsa dan kelompok tertentu, mengem­bangkan wacana politiknya juga ikut mewarnai. serta munculnya kebijakan-kebijakan Terbukanya kran kebebasan tersebut berspektrum luas. dalam berpendapat, berkumpul, dan Munculnya partai-partai Islam di berserikat menjadi salah satu pendorong Indonesia telah menimbulkan perde- menguatnya gerakan masyarakat batan tersendiri. Dalam pandangan sipil. Di satu sisi, gerakan ini menjadi sementara kalangan, fenomena itu harapan karena mampu mendorong dinilai sebagai­ perwujudan dari hadir­ dan men­jadi stabilisator pemerintahan, nya kembali politik Islam, atau ada na­­mun di saat yang lain semakin yang mengistilahkan sebagai “repo­ mengancam. Kegetiran masyarakat atas li­ti­sasi Islam”. Ketika berhadapan berbagai persoalan terutama dalam dengan kekuasaan dan negara, politik hal ekonomi, politik, dan degradasi Islam di Indonesia sering berada pada moral menjadikan masyarakat mencari posisi dilematis. Dilema yang dihadapi alternatif baru. menyangkut tarik-menarik antara Salah satunya adalah munculnya tuntutan untuk aktualisasi diri secara berbagai pemikiran politik Islam yang deter­minan sebagai kelompok mayoritas kemudian melahirkan banyak gerakan. dan kenyataan kehidupan politik yang Konsolidasi di tingkatan negara terus tidak selalu kondusif bagi aktualisasi dilakukan, namun pada saat yang diri tersebut. Sebagai akibatnya, politik sama, terdapat konsolidasi internal di Islam seringkali dihadapkan pada kalang­an umat Islam. Eksistensi Islam beberapa pilihan strategis yang masing- politik pada masa kemerdekaan dan masing mengandung konsekuensi sampai pada pasca revolusi pernah dalam dirinya. dianggap sebagai pesaing yang dapat Jurnal Dialog vol. 72 XXXIV, 2011 mengusik basis kebangsaan negara. ini mencoba menyoroti Pasang Surut Per­sepsi tersebut membawa implikasi dan Fragmentasi Politik Islam di terhadap keinginan negara untuk Indonesia. Kajian Jurnal Dialog edisi berusaha menghalangi dan melakukan ini diawali dengan tulisan M. Firdaus

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 iii Khalimi tentang Memahami Politik Masyarakat Muslim. Dilanjutkan dengan tulisan Muhammad Himawan Sutanto, yang menulis tentang Kegagalan Partai Politik Islam : Kegagalan Agenda Setting? Sedangkan Miftahussurur meng­ hadirkan tulisannya tentang Pasang Surut dan Fragmentasi Politik Islam di Indonesia. Ifa Avianty dan Thobib Al- Asyhar menghadirkan tulisan tentang Perubahan Paradigma Peran Politik Pemuda Islam Indonesia dari Masa Ke Masa. Edisi ini kian menarik dengan hadirnya tulisan Herdi Sahrasad tentang Reformasi Mesir: Berkaca pada Indonesia? dan Ihsan Ali-Fauzi yang menghadirkan tulisan tentang “Para­ digma Karbala dan Protes Politik Kaum Syi`ah. Kajian semakin leng­kap dengan hadirnya tulisan Abdul Waid tentang Populisme Akar Ketahanan Politik Identitas: Refleksi Pasang Surut Politik Islam dari Era Orde Lama hingga Era Orde Reformasi. Pada edisi ini juga dihadirkan ka­jian Ismatu Ropi tentang Rohis: Dari Pencarian Identitas ke Ideologisasi Agama, dan tulisan Nurus Shalihin Djamra tentang Rasionalisasi Agama dalam Arena Politik: dari Pilihan Ideologis ke Pertimbangan Rasional. Kajian ini diakhiri de­ngan telaah buku yang berjudul Negara Islam karangan Musdah Mulia. Buku ini secara umum mengurai dan mengulas pemikiran Haikal tentang negara Islam. Semoga kajian yang dihadirkan Jurnal Dialog edisi ini memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya dalam kajian politik Islam, khususnya di Indonesia. Selamat Membaca!

Redaksi

iv Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 DAFTAR ISI

TOPIK Firdaus Khalimi Memahami Politik Masyarakat Muslim — 1 Muhammad Himawan Sutanto Kegagalan Partai Politik Islam : Kegagalan Agenda Setting ? — 12 Miftahussurur Pasang Surut dan Fragmentasi Politik Islam di Indonesia — 26 Ifa Avianty dan Thobib Al-Asyhar Perubahan Paradigma Peran Politik Pemuda Islam Indonesia dari Masa Ke Masa — 44 Herdi Sahrasad Reformasi Mesir : Berkaca pada Indonesia? — 63 Ihsan Ali Fauzi Paradigma Karbala dan Protes Politik Kaum Syi`ah — 83 Abdul Waid Populisme Akar Ketahanan Politik Identitas : Refleksi Pasang Surut Politik Islam dari Era Orde Lama Hingga Era Orde Reformasi — 97

PENELITIAN Ismatu Ropi Rohis: Dari Pencarian Identitas ke Ideologisasi Agama — 114 Nurus Shalihin Djamra Rasionalisasi Agama dalam Arena Politik: Dari Pilihan Ideologis ke Pertimbangan Rasional — 126

BOOK REVIEW Meilani Dewi Mengurai Pemikiran Haikal tentang Negara Islam — 140

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 v TOPIK

PERUBAHAN PARADIGMA PERAN POLITIK PEMUDA ISLAM INDONESIA DARI MASA KE MASA

Ifa Avianty*) dan Thobib Al-Asyhar**)

Abstrak Young generations might be deemed as backbone of a state. They hold the ideology state to be implemented in actions. It was recorded in the history of Indonesia that young generations, particularly Islamic young generation have contributed to establish the foun­ dations of state and pave the door to independence. They also mobilized the reformation to Soeharto’s new order regime that people could benefit the results of it. Recently, the spirit of Islamic young generations to contribute in politics apparently decreases significantly. They are in favor to be passive groups and even ignore to the dynamics of Indonesia politics. So, what are the causes of this? Is it because of materialism lifestyle? This article explains some causes of this inclination while comparing to the role of last young generation in some era of Indonesia history.

Pemuda adalah tulang punggung sebuah negara. Di tangan merekalah sebuah ideologi dipegang erat untuk diimplementasikan dalam sebuah aksi. Telah direkam dalam sejarah bahwa kaum pemuda, terutama pemuda Islam, telah berkontribusi membangun dasar-dasar berdirinya negara ini, menegakkannya pada masa awal kemerdekaan, hingga menggerakkan sebuah reformasi yang kini telah dirasakan hasilnya oleh seluruh bangsa. Namun ditengarai, akhir-akhir telah terjadi gejala penurunan besar-besaran dari partisipasi politik pemuda Islam, dimana mereka lebih memilih menjadi kaum pasif, atau bahkan bersikap masa bodoh terhadap dinamika politik nasional. Apa saja kiranya yang menjadi penyebabnya? Benarkah ini semata karena pengaruh gaya hidup materialisme yang semakin menguat? Artikel ini menjelaskan beberapa sebab penurunan tersebut disertai perbandingan peran generasi muda terdahulu pada beberapa era sejarah bangsa Indonesia.

Kata-kata kunci: Pemuda, Islam, politik, partisipasi, sejarah, aksi, gaya hidup, pendidikan

*) Seorang penulis penuh waktu, trainer kepenulisan, keperempuanan dan pemuda, dan wawasan keisla- man. Menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dan pendidikan lanju- tannya di bidang Creative Writing melalui Distant Learning di Absolute classes, NSW, Australia. **) Dosen PPs Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam (PSKTTI) Universitas Indonesia, peneliti in- dependen, dan pemerhati sosial keagamaan. Menyelesaikan Magister di PPs PSKTTI Universitas Indonesia, kini sedang menyelesaikan program doktor di UIN Jakarta.

44 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 Pendahuluan tahun 1998 sampai sekarang ini nampak torehan sejarah yang didominasi oleh Menurut Kamus Besar Bahasa peran pemuda, khususnya pemuda Indonesia (KBBI), pemuda adalah Islam. Mereka dengan kesadaran orang yang masih muda; remaja; penuh, ikut berpartisipasi aktif, taruna: harapan bangsa; akan menjadi mela­ku­kan aksi untuk memberikan pemimpin bangsa. Menurut Keputusan sumbangsihnya bagi negara ini, sesuai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan pandangan dan sikap politik RI No. 0323/V/1978 bahwa pemuda masing-masing. adalah orang di luar sekolah maupun Namun, dilihat dari eskalasi peran, perguruan tinggi yang berusia antara fungsi dan tugasnya dalam ranah 15-30 tahun. Namun, menurut para sosial-politik, akhir-akhir ini terlihat ahli sosial, tidak ada kesepakatan baku cukup jelas terjadinya fenomena penu­ tentang definisi pemuda, sehingga runan partisipasi politik kaum muda orang yang berusia hingga 45 tahunpun (pemuda). Banyak studi dan penelitian masih digolongkan sebagai pemuda.1 belakangan menunjukkan bahwa Lebih lanjut, dalam kamus Webster, kata mereka cenderung menjadi generasi pemuda (youth) didefinisikan sebagai pasif atau masa bodoh (apatis) terhadap ‘the time of life between childhood and kondisi sosial politik, yang tercermin maturity; early maturity; the state of being dari keengganan mereka terlibat dalam young or immatured or unexperienced; penyelesaian masalah-masalah negara. the freshness and viatlity characteristic Indikator yang paling jelas terbaca of a young person’. Sedangkan dalam adalah menurunnya minat mereka kerangka usia, WHO menggolongkan terhadap kegiatan-kegiatan yang usia 10-24 tahun sebagai young people, ber­bau politik atau pengembangan sedangkan remaja atau adolescent ideologi negara, meskipun sebagian berusia 10-19 tahun. Disamping faktor kecil dari mereka ‘terjerembab’ dalam usia, pengertian pemuda juga sangat ge­rakan radikalisme agama. Contoh terkait dengan peran, tugas, dan yang paling mudah adalah semakin fungsinya secara sosial pada waktu dan mem­bengkaknya fenomena golongan tempat mereka hidup. putih (golput) kalangan muda pada Di Indonesia, yang dikenal sebagai pemilihan umum, dan menurunnya negara berpenduduk muslim terbesar minat mereka menjadi kader-kader dunia juga tidak dapat dilepaskan partai politik. dari peran, tugas dan fungsi penting Berkaitan dengan hal tersebut, pemuda Islam. Sejak masih bernama tulisan ini mencoba memperbandingkan kepulauan Nusantara dan berada di dan menganalisa sebab-sebab terjadi­ bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan nya penurunan itu, dibandingkan hingga munculnya gerakan reformasi dengan partisipasi aktif pemuda era sebelumnya, bahkan era Nusantara. 1 Sekedar bukti bahwa para pemimpin dan Dalam tulisan ini, diperlihatkan pengurus organisasi pemuda seperti KNPI, FKPPI, HMI, PMII, dan lainya banyak dipegang oleh orang- bahwa latar belakang sosial ekonomi orang yang berusia di atas 45 tahun. Artinya, usia para pemuda itu kurang lebih sama, tidak menjadi ukuran yang pasti tentang definisi berasal dari keluarga terpandang/ber­ pemuda, namun juga terkait dengan semangatnya yang energik, inovatif, kreatif, dan sebagainya. keturunan/terdidik/pembelajar, dan/

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 45 atau pernah mengecap pendidikan oleh Pijnappel, seorang sarjana dari Islam (sejenis pesantren) serta umum Universitas Leiden. Teori kedua adalah yang cukup memadai. Artinya, kaum teori Tanah Persia, yang didasarkan pe­muda yang dibahas di dalam artikel pada banyaknya kesamaan budaya ini adalah kaum pemuda dari golongan antara Persia dengan masyarakat di sosial-ekonomi-pendidikan ‘menengah Nusantara, juga kesamaan bebebrapa ke atas’. Tipologi mereka umumnya kata. Teori ini mengatakan wilayah memiliki karakter dan kemampuan yang pertama kali memeluk Islam di ana­litik yang baik, gaya hidup dan pola Nusantara adalah Samudera Pasai. pikir yang spesifik, dan wawasan yang Sedangkan teori ketiga adalah teori cukup luas. Arabia, yang mengatakan Islam di Adakah penurunan ini disebabkan Nusantara dibawa langsung oleh perubahan kondisi kepemimpinan pasukan muslim di bawah komando yang semakin dianggap tidak lagi bisa para Amirul Mukminin. Literatur dipercaya, atau oleh pendidikan politik China mengatakan, bahkan pada dan wawasan keagamaan yang tidak lagi abad 7 Hijriah sudah banyak terdapat relevan dengan perkembangan zaman, kampung-kampung Islam di pesisir atau karena pengaruh perubahan gaya pantai Sumatera, dimana penduduknya hidup yang kian lama kian condong merupakan asimilasi antara orang Arab kepada materialisme? dengan penduduk lokal. Sebuah literatur kuno Arab yang berjudul Aja’ib al Hind yang ditulis oleh Peran Panjang Pemuda Islam Buzurg bin Shahriyar al Ramhurmudzi dalam Lintasan Sejarah pada tahun 1000 menjelaskan bahwa ada Kebangsaan perkampungan muslim yang dibangun Pemuda Islam memiliki peran yang di wilayah kerajaan Sriwijaya. Ibnu Abd sangat penting dalam perjalanan sejarah al Rabbih dalam karyanya Al- Iqd al -Farid bangsa Indonesia. Datang sejak abad yang dikutip oleh Azyumardi Azra pertama Hijriyah, mereka memberikan dalam bukunya “Jaringan Ulama Timur inspirasi dan aksi dalam mengantarkan Tengah dan Kepulauan Nusantara Indonesia menjadi seperti sekarang ini. Abad XVII dan XVIII” menyebutkan Menurut sejarah, setidaknya ada tiga telah terjadi korespondensi antara raja teori yang menjelaskan kedatangan Sriwijaya masa itu, Sri Indrawarman Islam ke Timur Jauh, termasuk dengan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. nusantara. Teori pertama yang diulas Tidak dijelaskan apakah selanjutnya oleh Snouck Hurgronje dalam L’arabie et Sri Indrawarman memeluk agama Islam les Indes Nederlandaises, ia menjelaskan atau tetap dengan keyakinannya. Tapi Islam Indonesia dibawa oleh para hubungan Sriwijaya dan Pemerintahan saudagar dari anak benua India, seperti Islam di Arabia telah membuka babak Gujarat Bengali, dan Malabar2. Teori baru dalam peran Islam di Nusantara, ini sebenarnya pertama kali dicetuskan yang tadinya hanya sebatas hubungan ekonomi. Kini, hubungan itu merambah 2 Snouck Hurgronje mendasarkan teorinya pada ke hubungan politik keagamaan. Sejak pengamatan, tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai saat itu Islam memasuki kehidupan budaya Arab pada Islam yang masuk ke Indonesia awal 12-13. raja-raja dan lingkar kekuasaan di

46 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 Nusantara. sangat rapi oleh Wali Sanga. Kerajaan Samudera Pasai menjadi Di Kalimantan (Borneo), Islam kerajaan Islam pertama di Nusantara. masuk melalui Pasai dan Tanah Meskipun demikian, ada pendapat yang Jawa, terutama dari kerajaan Demak. berbeda dari Prof. Ali Hasjmy, dalam Ekspedisi dakwah oleh para muballigh makalahnya pada seminar Sejarah dan ulama ini akhirnya melahirkan Masuk dan Berkembangnya Islam di Kerajaan Islam Banjar dengan ulama- pada tahun 1978. Menurutnya, ulamanya yang terkenal, seperti Syekh kerajaan Islam pertama di Nusantara Muhammad Arsyad al Banjary. Beliau adalah kerajaan Perlak3. Namun apa­ mendapatkan ilmu di istana kesultanan pun pendapat para sejarawan, diakui Banjar sejak usia 7 tahun, dan pada usia Islam telah memegang peran yang 30 tahun pergi menuntut ilmu agama ke sangat penting dalam perpolitikan Mekkah. Pada usia 7 tahun, dikisahkan di Nusantara saat itu. Pada masa ini, ia telah fasih membaca Al Quran hubungan antara Aceh/Samudera Pasai dengan suara merdu dan telah terlihat dengan Arab sudah demikian erat. kecerdasan serta bakatnya. Ini pula yang menyebabkan angkatan Di Sulawesi, kerajaan yang per­­ perang Utsmani membantu mengusir tama kali rajanya masuk Islam adalah Portugis dari pantai Pasai yang sudah Goa. Rajanya bernama Sultan Alaiddin dikuasai sejak tahun 1521. al Awwal dan perdana mentrinya Dalam waktu yang bersamaan, bernama Karaeng Matoppa tahun 1603. penyebaran Islam juga dilakukan di Dari sinilah para ulama besar terus Pulau Jawa dan pulau-pulau lainnya di mengembangkan misi dakwahnya, seluruh Nusantara. Buya dalam seperti Khatib Tunggal, Datuk Ri Sejarah Umat Islam mengatakan bahwa Bandang, datuk Patimang, dan pada tahun 674-675M, yang menjadi Datuk Ri Tiro. Yang bergelar Datuk duta dari orang-orang Ta Shih (Arab) ini adalah ulama asal Minangkabau untuk Cina adalah sahabat Rasulullah, yang menyebarkan Islam di Goa. Dari yaitu Muawiyah. Dalam perjalanannya, Goa, Islam terus menyebar ke seluruh Muawiyah sempat singgah di Pulau Sulawesi. Jawa dengan menyamar sebagai Di Maluku, setidaknya ada empat pedagang. Ekspedisinya sempat men­ kerajaan Islam pada masa Nusantara. datangi kerajaan Kalingga. Pada saat Pertama adalah kerajaan ternate dengan inilah Islam mulai bersentuhan dengan rajanya yang terkenal bernama Bayang penduduk pulau Jawa. Kelak kemudian Ullah sekitar tahun 1512. Sementara kerja panjang ini dilanjutkan dengan catatan sejarah menunjukkan Islam masuk ke ternate tahun 1440. Selain itu ada kerajaan Tidore yang sangat luas 3 Berdasarkan naskah Idhar al Haqq fi Mamlakat Ferlah wal fasi, karangan Abu Ishak al Makarani al Fa­ wilayahnya, kerajaan Bacan dengan siTazkirat Tabaqat Jumu Sultanul Salatin karya Syekh rajanya yang bersyahadat tahun 1521, Syamsul Bahri Abdullah al Asyi, dan silsilah Raja- bernama Zainulabidin, dan kerajaan raja Perlak dan Pasai, didirikan 1 Muharam 225H (840M) dengan raja pertamanya Sultan Alauddin Jailolo. Sayyid Maulana Abdil Aziz Syah. Teori ini kemu- Sementara itu, Islam masuk ke dian didukung oleh banyak sejarawan Nusantara wilayah Nusa Tenggara sejak awal dan dimasukkan ke dalam buku-buku teks pergu- ruan tinggi. abad 16 melalui hubungannya yang

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 47 erat dengan Makassar dan Bugis. Islam Wali Sanga berkembang sangat pesat di kerajaan Wali Sanga adalah kelompok ulama Bima, Lombok, dan Sumbawa. yang telah berjasa menyebarkan Islam Berdasarkan peran dan fungsinya, di Pulau Jawa, sejak masa Majapahit. para pemuda Nusantara saat itu Mereka terdiri atas Maulana Malik menjalankan dakwah memperkenalkan Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Islam kepada rakyat. Mereka mendekati Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan para penguasa dan kemudian bersama- Gunung Jati, Sunan Kudus, Sunan sama para penguasa tersebut, mereka Muria, dan Sunan Drajat. Menurut menyebarkan dakwah ke seluruh kitab Walisana karya Sunan Giri II (anak rakyat.Visi dan misi yang mereka bawa, Sunan Giri) jumlah mereka sebenarnya lebih kepada memperkenalkan Islam hanya delapan. Nama Walisana yang kepada seluruh lapisan masyarakat dan menjadi judul kitab tersebut tidak menjadikan Islam sebagai agama baru, mengacu kepada jumlah sembilan selain agama-agama sebelumnya, yaitu orang, melainkan hanya delapan. Hindu atau Buddha. Secara umum, Disebutkan pula dalam kitab tersebut, mereka melakukan partisipasi politik selain delapan orang, masih ada lagi dengan model pendekatan struktural ribuan wali jumlahnya. dan kultural. Setidaknya, mereka sudah Walisana ditulis sebagai Walisanga meyakini, bahwa untuk mendapatkan dalam kitab karya pujangga RM. Ng. akses secara kultural kepada seluruh Ranggawarsita pada abad ke 19 yang rakyat, mereka harus masuk ke dalam berjudul Serat Walisanga. Beberapa struktural pemerintahan, biasanya waktu kemudian terjadi penafsiran sebagai ulama kerajaan. Sementara ulang. Sebagian berpendapat bahwa sebelumnya, peran dan fungsi mereka sanga di sini adalah pengembangan hanya sebagai pedagang atau saudagar dari kata tsana dalam bahasa Arab yang yang kemudian mendapatkan akses berarti mulia atau terpuji. Sebagian lagi menyebarkan Islam kepada penduduk menafsirkan sanga berasal dari sana lewat interaksi perdagangan. yang dalam bahasa Jawa kuno berarti Perjalanan panjang Islam di tempat/wilayah. Nusantara dari fase perdagangan, Dalam berbagai tulisan,Wali Sanga penyebaran dakwah melalui para ulama sering diidentifikasikan sebagai ulama dan muballigh, hingga sampai pada fase sufi semata. Tetapi sesungguhnya, kekuasaan tak lepas dari peran pemuda. mereka adalah pengemban misi dakwah Semua nama yang sudah disebutkan di semua bidang kehidupan, termasuk di atas adalah pemuda, pemuda Islam syariat bernegara (politik). Hal ini jelas yang dengan kesadarannya telah dapat dilihat di kitab Primbon karya berpartisipasi melakukan aksi untuk Sunan Bonang4. menyebarkan Islam di wilayah-wilayah Sekitar tahun 1445, Raden Rah­ Nusantara dengan caranya masing- matullah atau Sunan Ampel (sekitar masing. Dapat dikatakan, mereka telah 40 tahun saat itu usianya), dari Campa melakukan partisipasi aktif dalam politik Islam, sejak awal. 4 Nama aslinya Raden Makhdum Ibrahim, mer- upakan putra sulung Sunan Ampel. Karya-karyanya antara lain: Suluk Bonang,Primbon I, dan Primbon Pemuda Penyebar Islam di Jawa: II.

48 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 datang bersama kedua saudaranya, bergabung dengan walisanga usianya Ali Murtadha dan Abu Hurairah, ke sekitar 37 tahun). Sementara itu, Sunan Jawa. Mereka menemui Raja Majapahit Kalijaga dipercaya sebagai muballigh kala itu, Sri Kertawijaya dan istrinya, keliling. Selain itu, masih banyak ulama Dwarawati yang juga bibi dari Rahmat. yang dakwahnya satu koordinasi Raja berkenan menghadiahkan tanah dengan Sunan Ampel yang saat itu kepada Rahmat di Ampel denta. berperan sebagai mufti Tanah Jawi. Tanah inilah yang kemudian dibangun Dalam mempersiapkan lembaga- menjadi sebuah pesantren oleh Sunan lembaga negara tersebut, para ulama Ampel untuk mendidik para bangsawan tersebut berbagi tugas. Misalnya Sunan dan rakyat Majapahit yang tengah Ampel dan Sunan Giri didukung para mengalami kemunduran. Kemudian santrinya, menyiapkan aturan tentang banyak kader pemuda Islam yang muamalah. Dibantu pemuda Ja’far unggul yang dilahirkan dari lembaga Shadiq (Sunan Kudus), mereka juga dengan konsep warisan Maulana Malik menyiapkan aturan jinayat dan siyasah Ibrahim tersebut. Pada fase ini, kaum pemuda Islam Raja Majapahit yang baru, yang telah mulai memiliki visi dan misi mengkudeta Sri Kertawijaya, yaitu yang lebih dari sekedar pendakwah/ Rajasawardhana, tidak menyukai penyampai ajaran agama. Secara khusus per­kembangan Islam. Sunan Ampel dan terencana, mereka telah mulai membuat strategi baru, yaitu dengan memainkan peran sebagai ‘perencana menyebar para ulama ke delapan sistem kenegaraan beradasarkan agama’ titik. Saat itu Majapahit hanya yang kemudian giat menyebarkan tinggal memiliki sembilan kadipaten. ajaran sesuai dengan sistem yang Tim Dakwah itu dinamakannya mereka buat, yang berdasar kepada Bhayangkara Ishlah, terdiri dari Sunan syariat Islam. Pada fase ini, peran Ampel sendiri, Raden Ali Murtadha, pemuda semakin meningkat. Mereka Abu Hurairah, Syekh Yakub, Maulana didukung oleh masyarakat sekitar yang Abdullah, Kyai Banh Tong, Khalif mulai menaruh kepercayaan terhadap Husayn, dan Usman Haji. Telah ajaran Islam. Para pemuda telah disiapkan pula, kader-kader santri mulai berparstisipasi dalam politik untuk menggantikan para ulama, salah kenegaraan sambil memimpin people satunya adalah Raden Hasan (yang power. kelak menjadi Sultan Demak). Dalam versi lain lagi, Dewan Wali Pemuda Bangsawan dan Ulama Sanga dibentuk tahun 1474 oleh Sunan melawan Imperialisme Ampel, dengan anggota Raden Hasan, Dari perjalanan sejarah Impe­ Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), ria­lisme Barat, terdapat dua model Qasim (Sunan Drajat), Usman Haji imperialisme, pertama Imperialisme (ayah Sunan Kudus), Raden Ainul kuno yang didirikan tahun 1494-1870, Yaqin (Sunan Gresik), Syekh Suta dipimpin oleh Paus Alexander VI. Maharaja, Raden Hamzah, dan Raden Dtandai oleh misi imperialisme dengan Mahmud. Beberapa tahun kemudian, tujuan 3G: Gold, Gospel, dan Glory. Di bergabunglah Syarif Hidayatullah dari kepulauan Nusantara ini ditandai salah Cirebon (Sunan Gunung Jati, ketika satunya dengan Hukum Ordonansi

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 49 Agama tahun 1651, yang dikeluarkan kesultanan Banten di bawah pimpinan oleh Gubernur Jenderal Reyniers, yang Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683). intinya melarang seluruh aktivitas Para tokoh pejuang ini juga pemuda agama di luar agama Kristen protestan. yang berasal dari latar belakang dan Jiwa hukum itu adalah hanya ada satu pendidikan (agama) yang memadai, agama di dalam satu negara5. yang pada masa sekarang dikatakan Kedua, imperialisme moderen sejak berada pada strata sosial/ekonomi/ tahun 1870, peristiwa ini dipicu oleh pendidikan menengah ke atas. runtuhnya Negara Agama Vatikan oleh Bisa disebut juga nama-nama gerakan nasionalis Italia tahun 1870. seperti Sultan Hasanuddin dari Goa Model imperialisme ini ditandai dengan (1653-1669), Trunojoyo (1649-1680) menjadikan tanah jajahan sebagai yang dibantu oleh ulama seperti sumber bahan mentah, sekaligus Sunan Giri dan Kyai Kajoran. Sangat market dari produksi hasil industri terkenal pula Perang Panjang, Perang negara penjajah. Di Nusantara saat itu, (1825-1830) yang dipimpin pe­merintah kolonial sedang berusaha oleh seorang pemuda bangsawan, melumpuhkan para ulama dan petani Pangeran Diponegoro, dibantu oleh Muslim yang berada di pedesaan atau Sentot Alibasyah Prawirodirjo (Putra pedalaman dengan sistem tanam paksa, Bupati Madiun), dan ulama Kyai Mojo. 1830-1919. Di Sumatera Barat ada gerakan Paderi Perlawanan bersenjata sudah yang dipimpin . dimulai sejak pasukan Portugis berusaha Di Aceh ada , dan istrinya menjajah kepulauan Nusantara. Pada Cut Nyak Dien. Di Bandung ada Kyai zaman VOC perlawanan itu semakin Tubagus Ismail. Catatan sejarah bahkan marak. VOC dikenal sangat agresif dapat menyebutkana danya perlawanan melakukan invasi militer untuk sengit dari tiap wilayah di Nusantara, menguasai daerah rempah-rempah di yang dipimpin oleh kaum muda. Nusantara. MC Ricklefs dalam Sejarah Jika kita perhatikan, hampir semua Indonesia Moderen menuturkan pejuang melawan imperialisme sejak 3 Gubernur Jendral zaman VOC mereka masih pemuda. Mereka berasal sebagai arsiteknya invasi militer, yaitu dari keluarga bangsawan/santri/ulama, Antonio van Diemen (1636-1645), Johan atau keluarga pembelajar. Tercatat Matsoeyker (1653-1678), dan Cornelis J usia beberapa pemuda Islam pejuang Speelman (1681-1684). Sasaran mereka tersebut ketika mulai melakukan sebenarnya ke wilayah timur, setelah perlawanan bersenjata atau mencapai mereka dapat mengatasi perlawanan di puncak perjuangannya, pada usia yang Pulau Jawa, terutama setelah runtuhnya relatif muda. Cut Nyak Dien pada usia Mataram yang dipimpin Sultan Agung 30 tahun sudah aktif melawan penjajah, (1613-1645), bersama Dipati Ukur, dan Cut Nyak Meutia ditangkap Belanda usia 35 tahun, KGPAA Mangkunegara I bahkan sudah mulai berjuang di usia 5 Penggantinya, yaitu Gubernur Jenderal Cam- poeis, 1684-1691, tetap memberlakukan Ordonansi 19 tahun, Pangeran Diponegoro mulai Agama ini. Ia melarang penganut agama selain mengemuka perlawanannya di usia Kristen Protestan mempraktekkan agamanya (Lihat 37 tahun, sementara Pakubuwono VI Victor Purcell, 1952. The Chinese in Southeast Asia. Oxford University Press, London. Hal 459. yang mendukung perjuangannya sejak

50 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 berusia 18 tahun. Sisingamangaraja XII Belanda saat itu, selain itu juga memimpin perjuangan di usia 28 tahun, dilandasi oleh semangat pergerakan Sultan Ageng Tirtayasa 20 tahun, Sultan rakyat yang banyak melahirkan negara Agung Hanyokrokusumo 24 tahun, baru di dunia, atau perubahan bentuk Sultan Hasanuddin dari Goa 35 tahun, negara dari monarki menjadi republik. Sultan 17 tahun, Sultan Revolusi Bolshevik di Rusia adalah dari Jambi 25 tahun. salah satu contohnya. Pada usia 19 tahun, Teuku Umar sudah Tentu saja ini membawa angin segar menjadi seorang pejuang, Imam Bonjol bagi para pemuda tanah air. Mereka memimpin Perang Paderi di usia 31 yang berasal dari keluarga bangsawan/ tahun, dan pendukungnya Tuanku pangreh praja/ulama mendapat kesem­ ­ Tambusai baru berusia 19 tahun. patan untuk melanjutkan pendidikan Di zaman ini, peran dan fungsi para atau menerima informasi dari luar pemuda sebagai pemimpin perjuangan keluarga, mulai tercerahkan pikirannya bersenjata melawan penjajah sudah untuk tampil memimpin sesuai dengan semakin jelas. Mereka terang-terangan pandangan dan aspirasi politiknya. melakukan perlawanan, bukan hanya Muncullah berbagai Pergerakan sekedar perwujudan ketidaksukaan Nasional yang dimulai dengan Sarikat terhadap penjajah, namun juga sebagai Islam, Budi Utomo, dan banyak lagi. wujud peran serta aktif mereka untuk Ada juga Ikatan-ikatan Kepemudaan menegakkan ajaran agama. Sikap dan yang sesuai dengan tempat asal atau kekejaman penjajah sudah melewati afiliasi keagamaan, contoh Jong Java, batas, termasuk dengan adanya aturan- Jong Celebes, dan Jong Islamieten aturan yang bertentangan dengan ajaran Bond. Tersebutlah kemudian nama- Islam. Di sinilah para pemuda Islam nama pemuda penggerak, seperti HOS tergerak untuk mengambil langkah Cokroaminoto yang memimpin SI ketika memimpin langsung perjuangan, usianya baru 30 tahun pada tahun 19126, berbekal konsep agama yang telah KH Mas Mansur pada usia 20 tahun mereka miliki. Inilah puncak eskalasi sudah mendirikan gerakan Nahdlatul perang bersenjata antara penjajah dan Wathan tahun 1916. Muncul juga KH rakyat yang sudah sebagian besar Hasyim Asy’ari (28 tahun) dengan memeluk Islam. pesantren Tebu Ireng dan kemudian mendirikan Nahdlatul Ulama (NU), Peran Pemuda Terdidik, Bang- KH Wahab Chasbullah, KH Ahmad sawan, dan Ulama dalam Gerakan Dahlan (20 tahun) yang kemudian Kebangkitan Kesadaran Nasional mendirikan Muhammadiyah, dan para Imperialisme moderen ternyata ulama pejuang yang sejak muda telah bergerak sesuai dengan kemajuan menempa dirinya sebagai pemimpin zaman saat itu, dimana kesadaran umat. para penjajah untuk ‘membuat pintar’ warga jajahannya semakin tinggi. Hal itu disebabkan adanya ide politik etis 6 Tokoh muda ini kemudian melakukan proses dari Mr. Conrad Th. Van Deventer kaderisasi dengan membuat semacam ‘closed circle’ yang sempat disambut hangat oleh bagi para pemuda pergerakan. Salah satu ‘murid- nya’ adalah Bung Karno, H . SM Karto- sejumlah pro dan kontra di parlemen suwiryo, dan .

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 51 Bisa disebut pula KH Agus Salim keluarga, lingkungan pendidikan, yang berjuang sejak usia muda (22 dan interaksi dengan lingkungan tahun), RA , Rd , pembelajar. Mereka adalah ‘pemuda Rohanna Kuddus (24 tahun), Rahmah dengan kasta tersendiri, yang mereka el Yunusiyah, dan beberapa nama lagi. ciptakan sendiri’, terlepas dari sekat- Tentu tak boleh ditinggalkan nama- sekat keturunan. Artinya mereka adalah nama besar Soekarno (26 tahun), Hatta pemuda yang berasal dari keluarga dan (25 tahun), Sjahrir (30 tahun), M Natsir, atau lingkungan yang bukan biasa- Buya Hamka, Rd M Husni Thamrin, biasa saja. Rd Otto Iskandardinata, dan banyak Peran mereka sudah lebih kepada nama yang telah merintis jalan menuju peran intelektual. Mereka berpolitik kesadaran kebangsaan dan pentingnya aktif dengan mendirikan atau menjadi kemerdekaan bagi Indonesia kelak7. anggota organisasi pergerakan yang Protype yang muncul kembali lagi sesuai dengan afiliasi sikap dan adalah mereka berasal dari keluarga pandnagan politik mereka. Secara yang melek pendidikan, berketurunan garis besar ada tiga type organisasi ‘orang penting’, berkesadaran keaga­ politik pemuda saat itu: nasionalis maan dan kebangsaan tinggi. Artinya (Budi Utomo, PNI), agama (JIB, SI, NU, mereka memang bukan pemuda Muhammadiyah), dan sosialis-komunis biasa, yang asyik saja bermain atau (PSI, PKI). Bahkan beberapa diantara menggarap sawah tanpa peduli bang­ mereka sudah berani masuk ke struktur sanya sedang dalam masalah besar. dengan menjadi anggota Volksraad Mereka adalah kaum muda yang (Dewan Perwakilan Rakyat) bentukan sudah tercerahkan, baik oleh pengaruh pemerintah Belanda. Lewat jalur inilah mereka memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Benang merah dari peran 7 Beberapa fakta tentang usia para pemuda-pe- dan fungsi mereka saat ini adalah mudi Islam ketika berjuang untuk negara: H Agus Salim mulai aktif dalam Partai Syarikat Islam pada penyatuan visi dan misi nasionalisme usia 28 tahun, berusia 26 tahun. Bung menuju Indonesia merdeka. Karno mendidirkan PNI saat berusia 26 tahun, Dr. Sukiman Wiryosanjoyo menjadi Ketua Perhimpu- nan Indonesia saat berusia 29 tahun. Bung Hatta Pemuda Islam dalam Ketentaraan/ ketika ditangkap di Den Haag sebagai aktivis Per- Kemiliteran himpunan Indonesia baru berusia 25 tahun. SM Kar- tosuwiryo mulai aktif dalam Partai Syarikat Islam Perang Asia Timur Raya diawali Indonesia ketika berusia 23 tahun. Rd Dewi Sartika dengan pecahnya penyerbuan armada mendirikan Sekolah Istri di Bandung pada usia 20 laut dan udara Kekaisaran jepang tahun, dan Rahmah el Yunusiyyah berusia 23 tahun saat berhasil membangun Madrasah Diniyah Lil ke pangkalan armada angkatan laut Banat. Lihat Ahmad Mansur Suryanegara, 2010. Api Amerika dan Sekutu di Pearl Harbor Sejarah 2. Salamadani, Bandung. Hal 515-516. Ter- 7 Desember 1941. Jepang terpancing catat pula awal mula para tokoh pemuda Islam lain- nya saat mulai berjuang, KH (33 ta- oleh provokasi presiden AS Franklin hun), KH Fakhruddin (22 tahun), KH Mas Mansyur Delano Roosevelt yang mengancam (30 tahun), KH (16 tahun), RP Suroso akan memberlakukan embargo atas (31 tahun), (30 tahun), Sri Sul- tan Hamengku Buwana IX (28 tahun), Sultan Syarif segala bentuk hubungan perdagangan Kasim II dari Siak (22 tahun), gatot Mangkupraja (24 AS-Jepang. tahun), (24 tahun), KH Noer Ali (24 Setelah itu Jepang secara brutal tahun), RM Tirto Adisuryo (30 tahun), dan AK Gani (24 tahun). menyerbu seluruh wilayah pendudukan

52 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 anggota-anggota Sekutu di Asia. Di Noer Ali.8 akhir Pertempuran Laut Jawa yang Jendral sendiri berasal legendaris itu, seluruh kekuatan laut dari keluarga petani kecil. Namun Belanda yang tersisa dihabisi oleh ia menunjukkan semangat be­ Jepang. Sisanya melarikan diri ke lajar dan kecerdasan yang tinggi Australia.Pertempuran itu diantaranya ketika disekolahkan oleh orang tua menewaskan Panglima Tentara angkatnya, asisten wedana Rembang, Angkatan Laut Belanda, Laksamana R Cokrosunaryo. Sejak di HIS, ia sudah Karel Dorman. menyukai pelajaran agama Islam. Sejak saat itu, Indonesia jatuh ke Ia juga amat menyukai Kepanduan tangan Jepang yang langsung menyusun (Pramuka). Hal yang sama terjadi pada strategi pengerahan kekuatan untuk Bung Tomo, yang sejak kecil dibesarkan Perang Asia Timur Raya. Salah satunya di lingkungan kepanduan dan dekat adalah pembentukan PETA (Pembela dengan nilai-nilai keagamaan. Tanah Air) tahun 1943. Badan Intelijen Fase pendudukan Jepang ditandai Jepang mensyaratkan tentara itu harus dengan bertambahnya fungsi dan mendapat dukungan luas dari seluruh peran pemuda Islam, yaitu lewat jalur lapisan rakyat, yaitu harus memiliki kemiliteran. Mereka menerapkan unsur Islam. Sebagai komandan dasar-dasar pendirian tentara Nasional batalyon harus dipilih dari kalangan Indonesia kelak. Perlu dicatat adalah, ulama, komandan kompi dan pleton seringkali adanya perbedaan kebijakan harus berasal dari kalangan priyayi dan agenda aksi antara pemuda dan pangreh praja, sementara bintara yang bergerak di ketentaraan dengan diambil dari pemuda-pemuda Muslim. pemuda yang bergerak di organisasi Dari sinilah para pemimpin dan dalam menyikapi perjuangan menuju pasukan PETA itu belajar kemiliteran, kemerdekaan. Tetapi di atas segalanya, meski hanya diberikan taktik dasar mereka memiliki tujuan yang sama oleh Jepang. Berpadu dengan yaitu mencapai kemerdekaan. Boleh kekuatan pergerakan dan diplomasi, dikatakan bahwa pada fase pergerakan kekuatan militer ini jugalah yang nasional dan penjajahan Jepang ini menopang terlaksananya Proklamasi adalah puncak peran politik pemuda Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta Islam dalam perjuangan menuju upaya-upaya mempertahankannya. kemerdekaan. Ini pulalah yang kemudian menjadi Pertentangan juga mulai sering cikal bakal terbentuklah TKR, BKR, terjadi dan menajam diantara sesama dan kemudian TNI. Bisa disebut para pemuda pergerakan. Ini mengemuka tokohnya antara lain Jendral Sudirman, pada beberapa contoh kasus, misalnya R Oerip Sumoharjo, dan Bung Tomo. peristiwa penculikan Bung Karno dan Pada fase BKR, Komandan Resimen Bung Hatta oleh sejumlah pemuda yang untuk Jawa Timur adalah KH Hasyim membawa mereka ke Rengasdengklok Asy’ari, komandan batalyonnya KH agar kedua proklamator itu mem­ Yusuf Hasyim. Sementara Komandan Resimen Jawa Tengah adalah Kasman 8 Singodimejo, dan Jawa Barat adalah KH Menurut sejarawan Belanda, BJ Boland, ini merupakan hasil/hikmah dari terbentuknya PETA, yaitu Islamisasi di kalangan tentara.

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 53 percepat rencana proklamasi. Hal yang di Pentas Reformasi: Refleksi Pemilu sama dapat disoroti pula pada sidang 1999 untuk Pemilu 2004” (Kamaruddin, BPUPKI yang membahas tentang Jakarta, Visi Publishing, 2003), meng­ Pembukaan UUD 45, dimana akhirnya isyaratkan sebuah hal penting: terjadi penghapusan tujuh kata yang kekuatan politik Islam tidak sebesar berkaitan dengan ‘syariat Islam’. Ini angka statistik dalam setiap Sensus merupakan benih perpecahan yang Penduduk Indonesia yang sering kelak, seiring waktu, akan makin memberikan predikat ‘mayoritas’. meruncing. Juga bisa disimak, kata pengantar Harry J Benda, dalam buku Herbert Pemuda Islam dalam kancah poli- Faith yang berjudul “The Indonesian tik di masa Orde Lama Election of 1955” (Ithaca Press, Modern Peran pemuda Islam dalam masa Indonesian Project, 1971), “Islam ini sudah lebih mengarah kepada ternyata tidak begitu kuat dan bahwa partisipasi aktif dalam politik, terutama kakuatan politik non-Islam ternyata dalam Parlemen dan Organisasi berhasil memporakporandakan ‘mitos kepemudaan. HMI atau Himpunan mayoritas angka’”. Mahasiswa Islam yang berdiri tahun Dapat diambil contoh pada Pemilu 1947 adalah salah satu contohnya. 1955, dua partai Islam terbesar saat itu, Organisasi yang kelak kemudian Masyumi dan NU hanya menduduki hari banyak melahirkan tokoh-tokoh peringkat kedua dan ketiga sebanyak nasional ini bersifat independen, namun 20,9% dan 18,4% dari total suara. karena pada masa Demokrasi Liberal, Sementara yang unggul adalah PNI Organisasi kemasyarakatan Pemuda dengan perolehan suara sebesar 22,3%. (OKP) banyak yang menjadi organisasi Posisi keempat diduduki oleh PKI Onderbouw atau bawahan dari Parpol dengan 16,4% suara. yang ada, maka banyak orang menduga Mengapa ini bisa terjadi di HMI adalah onderbouw Masyumi. Hal Indonesia yang mayoritas berpenduduk ini bisa jadi disebabkan oleh kedekatan muslim, belum lama merdeka dengan hubungan HMI dengan para aktivis melalui proses panjang perjuangan Partai masyumi tersebut. bersama seluruh rakyat (yang mayoritas Masa ini banyak melahirkan tokoh- muslim itu)? tokoh pemuda Islam yang tampil Jawabannya adalah mulai terjadinya di panggung parlemen (politisi). ‘perpindahan poros’ pandangan dan Namun masa ini juga memiliki ciri sikap politik masyarakat, terutama yang tak bisa dilepaskan, yaitu tidak pemuda. Mengapa pemuda? Sebab stabilnya kondisi perpolitikan tanah para pemudalah yang menjadi kelom­ air, yang ditandai dengans seringnya pok pemilih terbesar, dilihat dari berganti-ganti kabinet. Ini jelas menun­ rentang usia pemilih. Selain itu para jukkan perpecahan yang tak bisa pemuda juga merupakan elemen yang disembunyikan lagi, di kalangan sangat berperan dalam sebuah partai umat Islam dan terutama para politisi politik atau organisasi kemasyarakatan muslim. pemuda. DR. Bahtiar Efendi dalam Perpindahan poros ini bisa jadi pengantar buku “Partai Politik Islam di­sebabkan karena para pemuda

54 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 islam terdidik mulai menyadari Bisa disebut juga adanya segelintir ketertarikannya terhadap ‘ide-ide pemuda Islam yang melakukan lain’, misalnya berjuang di luar partai peran politisnya di daerah-daerah, politik Islam, atau lebih memilih dengan memperjuangkan tegaknya menjadi ‘orang nonpolitis’. Gejala ini negara Islam. Sebagai contoh adalah dimungkinkan, mengingat Indonesia para anggota DI/TII pimpinan Imam sebagai negara yang baru merdeka saat Kartosuwiryo yang menjadi awal itu, sedang mulai membangun, menata berdirinya gerakan NII, Gerakan ekonomi, sosial, dan pendidikan, Abdul Kahar Muzakkar di Sulawesi, disamping politik. Masyarakatnya PRRI/Permesta di Sumatera pimpinan juga sedang mulai berusaha mencapai Syafrudin Prawiranegara, dan Gerakan tingkat ekonomi, sosial, dan pendidikan Daud Beureuh di Aceh yang merupakan yang lebih baik dari zaman sebelumnya. cikal bakal GAM. Pada masa inilah, makin jelas Tak kurang juga banyaknya terlihat ‘perpecahan’ pemuda islam pemuda Islam yang terpikat ide- dalam sikap dan pandangan politisnya. ide Komunis yang secara legal telah Zaman sebelumnya, perpecahan mendudukkan PKI sebagai salah satu hanya terlihat di dalam pergerakan partai besar di Parlemen. Para pemuda nasional, dimana para pemuda Islam ini ada yang bergerak di tataran grass terdidik menempatkan dirinya dalam root sebagai penyampai ide kepada beberapa partai berbeda, sesuai dengan masyarakat luas, dan sebagai vote getter. pandangan politik. Zaman Orde Lama ini, mulai muncul ‘golongan nonpolitis’ Orde Baru yang Penuh Penekanan yang lebih memilih ‘bekerja sebaik- Rezim Orde Baru di bawah baiknya’ demi peningkatan status pimpinan Jendral Soeharto naik dengan ekonomi, sosial, dan pendidikan. membawa harapan baru bagi Umat Sementara di dalam tubuh Islam, yang ingin melihat hubungan organisasi politik dan kepemudaan, yang lebih baik antara pemerintah yang per­pecahan makin menajam dikarena­ berkuasa dengan umat Islam. Pada kan perbedaan sikap dan pandangan awalnya, harapan ini sedikit banyaknya politik tadi. Persaingan mendekati dirasa terpenuhi. kekuasaan makin tajam, seiring dengan Lama kelamaan, Islamophobia ketidakstabilan kondisi politik nasional. Orde Baru makin tampak jelas. Berbagai Jadi, masa ketidakstabilan politik peristiwa yang menyakitkan mulai negara republik Indonesia yang baru menyulut kekecewaan dan kemarahan berdiri ini menandai peran pemuda umat Islam. Evolusi gerakan pemuda Islam yang mulai terlihat ‘kotak- Islam perlahan terasa di lembaga- kotak’nya. Ada yang aktif bergerak di lembaga pendidikan, seperti sekolah struktural pemerintahan dan dewan dan kampus. Tak boleh dilupakan peran dengan afiliasi politik masing-masing organisasi-organisasi pemuda Islam, dan ada juga yang memilih ‘menepi’ seperti HMI, PMII, PII, IPNU, IMM, untuk berkarir di bidang nonpolitis, dan GP Anshor, dalam membangkitkan padahal sebelumnya mereka telah ikut kesadaran politik pemuda Islam. Begitu berjuang juga. juga dengan organisasi dakwah yang datang kemudian, seperti Tarbiyah,

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 55 Hizbut Tahrir, dan berbagai kelompok organisasi ini cukup dapat menampung lain. Mereka menyimpan fenomena aspirasi pemuda Islam yang terdidik gunung es yang siap meledak dalam untuk ‘berpolitik’. ICMI juga telah tekanan pemerintah rezim Orde Baru. banyak melahirkan teknokrat-politisi Sementara, pemerintahan Soeharto yang kemudian berperan di era membuka lebar-lebar peluang untuk Reformasi. kaum minoritas yang tentu saja tak Secara umum dapat disimpulkan, mau menyia-nyiakan kesempatan ini. di era Orde Baru ini, visi dan misi Mereka berhasil membangun jaringan pemuda Islam lebih kepada mencoba yang cukup kuat dan rapi, bahkan dari menyalurkan aspirasi politik yang sini muncul istilah ‘tirani minoritas’. tertahan. Tak heran, partisipasi mereka Mereka bersama Soeharto membuat lebih terpusat kepada organisasi kebijakan-kebijakan yang dinilai pemuda underbow partai (sebagian), merugikan umat Islam, baik di bidang sementara sebagiannya lagi bergiat di politik, ekonomi, maupun pendidikan. organisasi intra dan ekstra kampus, Di fase ini, penurunan partisipasi atau memilih ‘bergerak di bawah politik jelas terlihat di kalangan tanah’, seperti aktif di Tarbiyah (yang pemuda muslim. Kenyataan bahwa di era reformasi membentuk PK dan pemilu selalu memenangkan Golkar kemudian PKS), Hizbut Tahrir, dan sebagai partai berkuasa, membuat para kelompok-kelompok keagamaan lain. pemuda Islam hanya bisa menuangkan Di sisi lain, ada juga yang memilih aspirasi politiknya di satu partai saja9. bergabung dengan organisasi-orga­ Selebihnya, mereka menemukan oase ni­sasi keagamaan yang ekstrim, di organisasi-organisasi non-partai. seperti NII, LDII, dan sejenisnya, yang Pada masa ini, boleh dikatakan bertujuan untuk mendirikan negara partisipasi politik para pemuda Islam di dalam wilayah NKRI. Ada Islam lebih dirasakan dalam bentuk juga yang memilih bergabung dengan ‘perlawanan diam-diam atau terang- organisasi-organisasi bawah tanah non- terangan’ terhadap rezim. Masa ini agama yang kemudian hari sempat melahirkan beberapa nama aktivis menjadi partai, seperti PUDI pimpinan pergerakan Islam yang kemudian Dr. Sri Bintang Pamungkas, atau PRD memiliki peran signifikan dalam masa di bawah pimpinan Budiman Sujatmiko reformasi. Umumnya mereka berasal dan Faisol Reza. dari kampus-kampus yang pernah Yang bergerak di luar partai politik, mengalami NKK/BKK zaman menteri pada akhirnya bermuara pada tujuan P&K, Daud Yusuf. menurunkan rezim Suharto yang Di akhir masa berkuasa rezimnya, telah berkuasa terlalu lama. Gerakan Soeharto mendirikan ICMI yang dinilai people power ini puncaknya berhasil sebagai upaya merangkul kembali melakukan reformasi, yang ditandai umat Islam. Bagaimanapun juga, diakui dengan mundurnya Suharto sebagai Presiden, Mei 1998. 9 Selama 6 kali mengadakan Pemilu, tercatat Golkar selalu meraih perolehan suara di atas 50%. Reformasi yang ‘menyedihkan’ Tertinggi pada tahun 1997 yaitu 65%. Posisi kedua Reformasi 1998 boleh disebut selalu ditempati PPP dengan kisaran antara 12-20%, terendah pada Pemilu tahun 1987, yaitu 12,20%. sebagai ‘Letusan Partisipasi Politik

56 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 Pemuda (Islam)’, setelah sekian lama pendidikan dan kesejahteraan pemilih pemuda Islam seperti dikebiri aktivitas nasional, yang menandakan bahwa politiknya, dipaksa berpikiran seragam mereka adalah pemilih yang kritis dan dibelenggu hak-hak politisnya sekaligus realistis, mereka menganggap sebagai warga negara. Harapan yang kesadaran beragama dihadirkan membuncah dari seluruh rakyat pada hal-hal yang jauh lebih penting membuat gejala ‘euforia politis’ men­ daripada simbol. capai puncaknya. Begitu banyak partai Kedua, para pemimpin partai politik didirikan, dengan berbagai menaruh harapan terlalu tinggi, platformnya, dengan berbagai program mengingat capaian pada Pemilu 1955 kerjanya. sebesar 45,2%. Padahal kondisinya Namun kembali pada hukum sudah jauh berbeda. Nurcholish Majid seleksi alam juga kiranya, satu persatu memberikan analisanya, “Bangsa kita partai berguguran, menemui kekalahan. sudah berada dalam platform yang Pucuk pimpinan negara juga berganti berbeda sekali dengan tahun 1955. hingga empat kali. Sementara beban Inilah yang harus dibaca, platform masalah tidak juga surut. Dalam politiknya bergeser. Simbol menjadi kehidupan berpolitik, angin demokrasi tidak begitu penting, orang mencari yang dihembuskan terasa mulai ‘terlalu esensi”. Memang sejak tahun 1970- banyak’. an, terjadi arus besar perubahan­ Proses pemilihan kepala daerah orientasi politik umat Islam, dari ‘Islam (Pilkada/Pemilukada) hampir selalu Struktural’ ke ‘Islam Kultural’. dibumbui kericuhan dan keributan. Ketiga, kultur politik yang masih Sementara yang ikut memilih seringkali bersifat paternalistik. Preferensi atau tak sampai setengahnya dari jumlah pertimbangan politik masyarakat masih total warga. Kemana pergi sisanya? dipengaruhi figur. Di sini justru kita Gambaran yang jelas ada pada tidak mempunyai figur sentral yang hasil pemilu. Sebagai contoh di pemilu bisa memayungi seluruh kekuatan 1999, dari dua puluh partai Islam hanya politik umat Islam. mengantongi 37,61% daru total suara Keempat, terjadi fragmentasi dalam yang masuk. Lalu, mengapa partai tubuh kekuatan politik umat Islam itu Islam menjadi tak terlalu diminati sendiri. Ini merefleksikan beragamnya lagi? Bukankah sebelumnya partisipasi kepentingan politik umat Islam. Pada politik umat Islam dibatasi sehingga tingkat aksi bahkan sering melahirkan mereka tak bisa memilih partai yangs situasi konflik. esuai dengan aspirasinya? Kelima, faktor Islamophobia Kamaruddin, seorang pengamat yaitu pencitraan negatif terhadap politik yang juga Dosen FISIP UI, kekuatan politik Islam masih menguat. memberikan analisanya, terkait dengan Ada ketakutan kolektif terhadap hal ini. kebangkitan kembali kekuatan politik Pertama, mayoritas muslim cen­ Islam.Inilah yang menyebabkan antara derung tidak menganggap penting lain sebagian umat Islam tidak memilih simbol-simbol Islam dalam politik, partai Islam, meski partai-partai itu namun lebih peduli pada substansi. sudah berusaha tampil lebih inklusif. Ini tak lepas dari variabel tingkat Seluruh faktor ini tak lepas dari

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 57 ‘andil’ pemuda-pemuda Islam. Dan dengan pemilu seperti ini, perpecahan parahnya, faktor-faktor ini juga makin luas terjadi. membuat mereka akhirnya enggan Pada pascareformasi inilah, memilih apalagi bergabung dengan partisipasi pemuda Islam justru partai-partai tersebut. Mereka memilih semakin menurun. Hanya sedikit memperbaiki bangsa ini ‘dari luar’, yang tertarik pada politik, yang peduli mereka berpolitik dengan cara mereka terhadap kondisi perpolitikan nasional, sendiri. Atau bahkan banyak juga yang dan masih menaruh harapan terhadap memilih menjadi pasivis sama sekali. politik nasional. Sebagiannya lagi, meski Apalagi jika dihadapkan dengan begitu sama-sama berasal dari akar masyarakat banyak masalah yang tidak (belum) yang terdidik, memilih menjadi apolitis. terpecahkan setelah 66 tahun negara Mereka lebih mengkonsentrasikan diri ini merdeka atau setelah 13 tahun pada profesi masing-masing. Reformasi. Hasil survey terbaru yang dilakukan oleh Goethe Institut, The Tipologi Pemuda Islam dan Frederich Naumann Foundation for Hubungannya Terhadap Sikap, Freedom, bekerja sama dengan LSI Pandangan, dan Level Partisipasi (Lembaga Survey Indonesia) terhadap Politiknya (Pra-kesimpulan dari 2500 responden berusia 15-25 tahun Sejarah Panjang) dengan tema politik dan korupsi, Dari pengamatan tentang jejak ternyata cukup mengejutkan. Hasil langkah perjuangan pemuda Islam survey ini telah dikirim ke media massa dalam politik dan pergerakan sejak pada Selasa 14 Juni 2011. zaman Nusantara hingga pasca­ Sebanyak 48% responden merasa reformasi, dapat diambil kesimpulan tak tertarik politik, karena menganggap tentang tipologi pemuda Islam politik itu membosankan. 28,6% berdasarkan tingkat kesadaran dan responden saja yang tertarik dengan pemahaman terhadap Islam dan Politik, politik. 70% tidak faham politik dan dihubungkan dengan lingkungan, hanya 5% yang benar-benar berminat sikap, pandangan, dan level partisipasi terhadap politik dan parpol. 66,7% politiknya. menganggap korupsi dan suap tidak Pertama, ada beberapa tipologi berkurang di Indonesia, dan tidak bisa pemuda Islam berdasarkan tingkat diperbaiki oleh politisi. Karenanya, pemahaman dan kesadaran keluarga 62,6% yakin bahwa politisi hanya terhadap Islam dan politik: berkepentingan untuk menjaring 1. Mereka yang berasal dari kembali suara di Pemilu 2014. keluarga bangsawan, ulama, Sementara itu, jumlah golput juga pegawai pangreh praja/pegawai semakin membengkak dari tahun ke pemerintahan. Mereka sedikit tahun. Beberapa alasan dikemukakan banyak mendapat wawasan yang untuk hal ini. Selain ketidaktertarikan lebih luas dari keluarganya, ter­ dan kejenuhan terhadap politik, utama dari orang tuanya. Seperti mereka menganggap pemilu hampir di­ungkapkan oleh Clifford T Geertz tak merubah apapun keadaan negeri tentang pembagian masyarakat ini. Ada juga yang beranggapan justru Islam di Jawa (terdiri dari santri,

58 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 priyayi, dan abangan), terlihat zaman ke zaman, jumlah pemuda yang bahwa yang banyak berperan dalam seperti ini makin banyak. pergerakan politik adalah pemuda Selanjutnya, ada beberapa tipo­ yang berasal dari golongan santri logi pemuda Islam berdasarkan dan priyayi, atau pemuda abangan tingkat pendidikan kebangsaan dan yang diasuh oleh kedua golongan keagamaannya: tersebut. 1. Pemuda yang sempat mengenyam pendidikan agama dan kebangsaan 2. Mereka yang berasal dari keluarga dengan porsi cukup besar dan aktif biasa (tidak/belum terdidik/ter­ dalam proses pendidikan tersebut. cerahkan), tetapi merupakan Ini adalah type pemuda Islam yang keluarga pembelajar, keluarga selalu tampil di depan dalam setiap yang senang belajar. Pemuda yang jenis perjuangan. Mereka biasanya berasal dari kalangan seperti ini sudah berlatih berpolitik sejak dini. biasanya pada zaman dahulu ditandai dengan kedua orang 2. Pemuda yang sempat mengenyam tuanya menitipkannya kepada pendidikan agama dan kebangsaan kerabat yang status sosial ekono­ dengan porsi cukup besar, namun mi­nya lebih tinggi. Ini dapat tidak aktif atau mengikutinya diambil contoh misalnya, Jendral dengan terpaksa. Pemuda seperti Sudirman, dan Jendral Soeharto. ini biasanya akan menjadi pasivis, Dari keluarga angkat inilah, sang yang memilih untuk tidak peduli pemuda mendapatkan wawasan pada politik dan pergerakan. kebangsaan, keagamaan, dan ter­ masuk juga wawasan politik. 3. Pemuda yang tidak sempat me­ ngenyam pendidikan agama dan 3. Mereka yang berasal dari keluarga kebangsaan, atau hanya sedikit yang tak peduli dengan nilai-nilai saja. Ini juga hampir bisa dipastikan keagamaan dan kebangsaan. Ini akan menambah jumlah pemuda mendominasi jumlah pemuda pasivis. Islam dari masa ke masa. Tak peduli bagaimana status sosial Logikanya, semakin terasah daya ekonominya, keluarga seperti ini analitis dan wawasannya, ia akan selalu ada dari zaman ke zaman. menjadi seorang pemuda yang kritis, Hasilnya adalah pemuda yang realistis, sekaligus idealis dan selalu acuh dan tak tertarik sama sekali ingin ikut bergerak bersama zaman. untuk berpartisipasi dalam politik Para pemimpin negara ini, dari zaman atau pergerakan. ke zaman, termasuk ke dalam tipologi nomor satu. Mereka selalu siap untuk Pada umumnya, pemuda yang berperan aktif dalam setiap pergerakan terlahir dari keluarga type nomor 3 jika zaman. dia tidak mendapatkan pencerahan Semakin tinggi wawasan ke­aga­ dari lembaga pendidikan, ia akan maan,politik, dan kebangsaannya, yang meneruskan sikap masa bodohnya ini diterima dari lungkungannya, baik kepada anak keturunannya kelak. Dari keluarga maupun pendidikan, seorang

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 59 pemuda akan semakin memiliki Turunnya partisipasi politik kaum kesadaran politik. muda juga terasa dalam pemilu. Karena itu, semakin kaya wawasan Banyak yang akhirnya memilih menjadi dan kesadaran keagamaan dan pasivis dalam arti tidak ikut memilih. kebangsaannya, semakin banyak peran Alasan yang diberikanpun cenderung yang bisa diberikan seorang pemuda menafikan siapapun yang terpilih, yang kepada bangsanya. Hal ini berarti akan penting hidup mereka senang. Ada juga semakin tinggi pula level partisipasi yang tidak memilih dengan alasan tidak politiknya. Lalu, partisipasi seperti apa tertarik berpolitik, hanya ingin bekerja yang diberikan para pemuda Islam dari dan ‘bermain’ demi terpenuhinya zaman ke zaman? kebutuhan pribadi dan keluarga. Ada 1. Sebagai konseptor/penggagas suatu yang bahkan terang-terangan menyebut kebijakan, aksi, atau pergerakan. alasan tidak percaya lagi kepada para pemimpin bangsa. 2. Sebagai pimpinan aksi atau per­ Kenyataan yang mengejutkan gerakan. adalah, mereka yang memilih menjadi pasivis secara sadar ini adalah termasuk 3. Sebagai anggota sebuah aksi atau golongan pemuda berpendidikan dan pergerakan. Termasuk menjadi berasal dari keluarga terpelajar. Ini anggota sebuah organisasi massa berarti, hubungan antara wawasan atau politik. keagamaan, kebangsaan serta politik yang dimiliki seorang pemuda pada 4. Sebagai pendukung sebuah aksi zaman ini tidak selalu berbanding lurus atau pergerakan. Di sini termasuk dengan kesadaran dan level partisipasi juga pemuda sebagai pemilih aktif politiknya. dalam setiap proses pemilihan Dari uraian yang telah kami (pemilu, pemilukada dll). paparkan di atas, dapat dilakukan perbandingan, bahwa peran partisipasi Namun, akhir-akhir ini terjadi politik pemuda Islam justru memuncak penurunan yang makin tajam dari pada masa perjuangan melawan partisipasi politik pemuda Islam. penjajah dan masa pergerakan Mereka lebih memilih untuk bergerak Kebangsaan sebelum kemerdekaan. dalam simbol-simbol formalitas yang Pada masa itu, hampir semua pemuda jika tidak hati-hati, malah menjebak dari kalangan terpelajar bergerak. pada pemahaman ekstrim. Disamping Partisipasi itu semakin menurun itu banyak pula yang hanya sekedar ketika kemerdekaan telah berhasil meramaikan sebuah trend tertentu, diraih, dikarenakan tarikan-tarikan misalnya Ramadhan. Ketika Ramadhan berbagai ideologi sema­kin terasa tiba, mereka aktif melakukan kegiatan (ditandai dengan friksi-friksi politik penyadaran keberagamaan, yang di pemerintahan), dan juga tekanan sebenarnya merupakan bagian dari kebutuhan sosial-ekonomi-pendidikan politik juga. Tetapi ketika Ramadhan dimana para pemuda mulai sibuk selesai, mereka kembali lagi pada sikap membangun karir masing-masing. asyik sendiri dan hanya menyisakan Puncaknya, adalah ketika reformasi rasa bangga sebagai orang Islam saja. telah berhasil menumbangkan rezim

60 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 Orde baru. Di sinilah terjadi puncak Kesimpulan penurunan partisipasi politik pemuda Perjalanan sebuah bangsa diten­ Islam. Alam demokrasi yang semakin tukan oleh kualitas pemudanya. terbuka justru membuat mereka jenuh, Semakin baik kualitas pemudanya, ditambah dengan ketidakpercayaan akan semakin banyak kontribusi yang terhadap pemerintah yang makin diberikan kepada bangsa tersebut. meningkat. Belum lagi, tuntutan ke­bu- Sayangnya, semakin lama kualitas para tuhan sosial-ekonomi-pendidikan yang pemuda tidak selalu berbanding lurus semakin tinggi ditambah dengan arus dengan pendidikan yang diterima gaya hidup moderen (dimana golongan dari keluarga dan lingkungannya. pemuda menengah ke atas seperti ini Nilai-nilai kemajuan zaman terkadang yang paling terkena dampaknya) yang melunturkan kualitas mereka yang secara tidak langsung mempengaruhi sudah cukup baik itu. pola pikir. Yang diperlukan untuk menye­ Dari alasan-alasan yang dikemu­ lamatkan sebuah bangsa yang kakan, ada beberapa sebab yang dapat pemudanya makin menjadi pasivis, dijadikan bahan renungan: bukan dengan doktrin pendidikan 1. Ketidakpercayaan yang kronis dan politik, kebangsaan, dan atau keaga­ akut terhadap para pemimpin, me- maan. Yang harus diperbaiki adalah lihat keadaan bangsa yang tak juga karakter pemimpin dan pemudanya. berubah lebih baik, dan semakin Jadi yang wajib ditingkatkan adalah kurangnya contoh pemimpin­ yang pendidikan pembangunan karakter dan baik dan dapat dipercaya. pendidikan dengan contoh. Sangat perlu digagas sebuah 2. Tuntutan kehidupan yang semakin formulasi pendidikan karakter di meningkat, sehingga mereka setiap jenjang pendidikan, mulai dari ber­pikir lebih baik bekerja dan yang terendah, baik formal maupun mengurus keluarga saja yang nonformal. Program ini disnergikan baik dan benar, daripada pusing dengan peran media sebagai salah memikirkan negara. satu sarana pembangun karakter bangsa. Yang tak boleh dilupakan 3. Pendidikan keagamaan dan ke­ adalah pendidikan dari para pemimpin bangsaan yang diterima di bangku dan tokoh bangsa melalui contoh sekolah atau dari keluarga, di­ perilaku, sikap, dan aksi terpuji, yang rasakan tidak cukup menyentuh akan menggugah para pemuda untuk mereka untuk turut berpartisipasi mencontoh dan mengembalikan aktif. Hal ini berbeda jauh dengan kepercayaan mereka. zaman-zaman sebelumnya, dimana Ini bukan proses yang singkat para pemuda demikian terkesan dan mudah. Perlu kesungguhan dengan pendidikan keagamaan dan ketekunan semua pihak untuk dan kebangsaan yang diterima. mengembalikan kejayaan peran pemuda Islam, dimulai dengan kembali 4. Sikap individualis yang merupakan membangkitkan kesadaran terhadap salah satu ‘akibat’ semakin majunya peran politis mereka. Semoga dengan peradaban manusia.

Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011 61 ini, kejayaan para pemuda Islam seperti Ricklefs, MC. 1991. Sejarah Indonesia yang terjadi pada masa lalu, akan Moderen (terj.). Jogjakarta. Gajah kembali terulang, bahkan bisa jadi lebih Mada University Press. baik lagi. Amin.[] Suryanegara, Ahmad Mansur. 2009. Api Sejarah 1. Bandung. Salamadani. Suryanegara, Ahmad Mansur, 2010. Api Sejarah 2. Bandung, Salamadani. Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Pemberontakan Tentara PETA. DAFTAR PUSTAKA Jakarta. Yayasan Wira Patria Anderson, Benedict ROG. 1972. Java in Mandiri. a Time of Revolution Occupation Tim Generasi Cerdas, 2009. Mengenal and Resistance, 1944-1946. Ithaca. Pahlawan Indonesia. Jakarta, Cornell University Press. Generasi Cerdas. Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Majalah Bandung. Mizan. Sabili. Edisi Khusus “Sejarah Emas Feith, Herbert. 1971. The Indonesian Muslim Indonesia”. No.9 thn X. Election of 1955. Ithaca Press: 2003 Modern Indonesian Project.

Hamka, Prof. 1981. Sejarah Umat Islam Websites jilid IV. Jakarta, PT. Bulan Bintang. http://www.dw-world.de/dw/article Hasjmy, Ali, Prof. 1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di http://infoummat.wordpress. Indonesia, Kumpulan Prasaran com2011/06/27/demokrasi- Seminar di Aceh. Bandung. PT Al politik-dan-kaum-muda-muslim/ Maarif. http://acehdalamsejarah. Kahin, George Mc Turnan. 1970. blogspot.,com/2009/02/kerajaan- Nationalism and Revolution Indo­ jeumpa-aceh-adalah-kerajaan. nesia. Ithaca. Cornell University html Press. http://faktaandalusia.blogspot. Kamaruddin. 2003. Partai Politik Islam com/2007/08/10/sejarah-awal- di Pentas Reformasi: Refleksi Pemilu islam-maluku-papua/ 1999 untuk Pemilu 2004. Jakarta. Visi Publishing. Noer, Deliar. 1991. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942. Jakarta, LP3ES.

62 Dialog Vol. 72, No. 2, Tahun. XXXIV, November 2011