Jurnal Komunikasi P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647 Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

Indonesian : A Fabricated Reality for Commodification

Nuril Ashivah Misbah Staff Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Wiraraja, Sumenep Email: [email protected]

Abstrak

Maraknya reality program mampu mengubah konstelasi ekonomi industri televisi. Perubahan konstelasi ini paling besar dapat dilihat dari pemasukan yang bisa diraup oleh industri televisi dari reality program. Pertanyaan yang diajukan dalam kajian ini adalah bagaimana proses komodifikasi ‘realitas’ dalam reality program? Hasil kajian menunjukkan dikonstruksi sedemikian rupa agar sesuai dengan standar market price dan menghasilkan marketable product, atau ketika logika ekonomi media. Untuk mencapai standar tersebut, terjadi proses komodifikasi, di mana rating menjadi ukuran/patokan. Komodifikasi content itu dilakukan melalui beragam cara, diantaranya setting panggung, pilihan juri, ataupun format lomba dalam Indonesian Idol. Keseluruhan komodifikasi itu pada akhirnya menguntungkan industri televisi, dalam hal ini RCTI dan lebih-lebih Fremantle Media yang merupakan penggagas program siaran tersebut.

Kata Kunci: Reality show, Indonesian idol, komodifikasi

Abstract

Reality program today has shifted the economic constellation of television industry. It is mainly portrayed by the increased of television industry profit which is generated from reality programs. The popularity of reality program is established based on assumption about the nature of these shows that is believed to be natural, real, familiar, and depicts common people. This article aims to problematize that assumption by referring to logic of media economics. This background leads to questions on how commodification process of ‘reality’ in reality program. This study analyzes Indonesian Idol as case study using political economy media approach. The study shows that Indonesian Idol is constructed in many ways to adjust the market standards and to appear as marketable product which is compatible with rating demand. Content commodification of Indonesian Idol has been done in many and certain means, such as stage setting, the panel, and contest format. Eventually, those commodification benefited television industry, both RCTI and, particularly, Fremantle Media, the original program owner.

Keywords: reality show, indonesian idol, commodification of content

29

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

Latar Belakang televisi yang merentang mulai dari Popularitas reality program dalam gameshow, talent show, talkshow, sport, satu dekade terakhir begitu tinggi, charity, cooking, dan travelling. Di termasuk di . Merujuk catatan Indonesia, beberapa reality misalnya Hill (2005) maraknya reality program Indonesian Idol (RCTI), Main Kata mampu mengubah konstelasi ekonomi (Global TV), Bosan jadi Pegawai, ala Chef, industri televisi. Perubahan konstelasi ini Ethnic Runaway, Celebrity on Vacation paling besar dapat dilihat dari pemasukan (Trans TV), Bolang, Jejak Petualang, Cita- yang bisa diraup oleh industri televisi dari citaku (Trans7), dan masih banyak lagi. reality program. Dengan popularitas yang Dalam analisisnya, Hill tinggi, tentunya, rating pun tinggi, dan menyatakan tingginya popularitas reality secara otomatis pemasukan yang program salah satunya dikarenakan diperoleh dari program tersebut pun program ini ditonton oleh audiens berusia tinggi. Dalam kaitan ini, Hill muda yang memiliki range paling luas mengemukakan bahwa popularitas reality dari range usia lainnya, yaitu antara usia program di Amerika untuk beberapa 15 tahun – 35 tahun. Dengan range seluas program seperti , misalnya, ini, menjadi wajar reality program mampu mencapai angka 50% untuk mencapai popularitas yang tinggi. market share-nya, yang berarti separuh Popularitas di kalangan penonton ini masyarakat Amerika menonton program kemudian ditunjang juga oleh para ini di setiap kali penayangannya. Beberapa pengiklan yang menjadikan usia muda program lain seperti Big Brother, Joe sebagai target utama dari banyak produk Millionaire, dan The Big Loser juga sehingga tayangan reality program terus mendapatkan penonton yang besar. menjadi pilihan bagi para produser Fenomena maraknya reality televisi sebagai tawaran utama di banyak program ini terjadi tidak hanya di channel. Amerika, dalam catatan Hill (2005: 4), One of the reasons the reality reality program merupakan genre yang genre has been so powerful in populer di seluruh dunia. Dia memberikan the television market is that is appeals to younger adults in gambaran di negara-negara Eropa, particular. For example, Amerika Latin, Afrika, dan Australia. reality gameshows and talent shows in the USA are especially Meski data Hill tidak mencakup Asia, tapi popular with ‘young viewers dapat dipastikan reality TV merupakan who have watched reality show in far bigger numbers fenomena yang juga marak di Asia, thatn anything else on termasuk Indonesia. Secara sederhana, television and are the consumers most coveted by hal ini bisa dilihat dari jumlah program advertisers’ (Hill, 2005: 5). bergenre reality TV di tiap-tiap stasiun

30

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

Masih berdasarkan pada analisis The ratings success of network reality series has ensured that Hill (2005), popularitas yang mampu some television executives are dicapai oleh program-program ber-genre ready to embrace plans for a radical restructuring of the reality ini pada dasarnya bukan network business. Such merupakan kesengajaan, tapi lebih kepada restructuring may involve the provision of new programming ‘kebetulan yang menguntungkan’. fifty-two weeks of the year, a Tuntutan untuk membuat program yang reduction in scripted series by Hollywood studios, and an lebih murah sebagai efisiensi ekonomi increase in product placement menjadi semacam pijakan awal bagi within programmes (Hill, 2005: 6). lahirnya reality program. Dibandingkan dengan program drama yang kala itu Pada perkembangan selanjutnya, menjadi hidangan utama televisi, reality reality program menjadi pilihan yang program hanya membutuhkan hampir selalu dipilih oleh pada produser seperempat dari biaya produksi satu jam di dunia pertelevisian dalam membuat drama. Ini karena reality program hanya sebuah program baru. Luasnya ragam membutuhkan tim produksi kecil dengan kategori yang tergolong ke dalam reality sangat sedikit scriptwriter dan hampir program pun menjadi sebuah kelebihan tidak menggunakan aktor/aktris dari genre ini sehingga para produser profesional dalam tiap produksinya. memiliki pilihan yang luas dalam Secara kebetulan, meskipun reality memformulasi sebuah program baru. Ada program awalnya dibuat karena banyak ragam diantaranya talent show, pertimbangan menekan biaya produksi, game show, talk show, sport, charity, ternyata reality program mampu atau lainnya. memberikan pemasukan yang besar bagi Jika reality program menjadi industri televisi karena ia pun ternyata pilihan populer di kalangan produsen dan begitu populer di kalangan penonton. eksekutif industri televisi karena secara Oleh karena itu, reality program menjadi ekonomi sangat menjanjikan, maka sangat menarik bagi para produsen pertanyaannya kemudian adalah apa televisi. sebenarnya yang membuat reality Keberhasilan reality program program populer di kalangan audiens? yang mampu menimbulkan perubahan Menyadur keterangan Chief Execuive ekonomi dalam industri televisi hingga Freemantle Media, Catherine Mackay, kemudian me-restrukturasi bisnis televisi. “reality shows are a lot cheaper to make, Restrukturasi berupa pengurangan and yet they are getting just as many terhadap jatah program-program berskrip ayeballs in many instances and, panjang dan menambahkan jumlah jam sometimes, even more because of the tayang dengan program-program reality. event nature of these shows” (dalam Hill,

31

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

2005: 7). Dari pernyataan Mackay dalam media agar kedekatan yang tersebut, yang penting untuk dirasakan penonton dapat terus-menerus digarisbawahi terkait pilihan audiens atas direproduksi sehingga di sisi lain program reality show adalah ‘even more keuntungan secara ekonomi dari reality because of the event nature of these program dapat terpenuhi dan terus shows’. Sifat reality program sendiri jelas meningkat? Upaya tersebut tentu saja merupakan program yang berbasis pada harus sejalan dengan misi ekonomi media, kenyataan dan tidak berpatokan pada yaitu dengan logika industri dan bisnis sekenario yang telah ditentukan berdasar operation (Alexander, 2004: 5). alur cerita tertentu. Dengan kata lain, Singkatnya, upaya tersebut adalah upaya reality program adalah program yang untuk menghadirkan ‘realitas’ yang ‘layak menghadirkan realitas kepada penonton jual’. Untuk mencapai realitas yang layak dan tidak bersifat fiktif. Hal inilah yang jual tersebut, ada proses komodifikasi atas kemudian menjadikan reality program realitas tersebut. Hal inilah yang ingin “seolah” dekat dengan penonton. dijawab dalam tulisan ini, yakni bagaimana proses komodifikasi ‘realitas’ In many ways, the classification dalam reality program? of reality TV in relation to ‘reality’ is connected with Tanpa bertujuan untuk menjawab audience understanding of the proses komodifikasi realitas dalam performance of non-professional actors in the programmes, and seluruh program reality, tulisan ini akan the ways ‘real people’ play up to mengambil kasus pada satu program the cameras (Hill, 2005: 54). reality yang sedang marak di Indonesia, Perasaan dekat dengan orang yang yaitu Indonesian Idol. Sebuah talent show berada dalam program karena merasa yang mencari orang dengan bakat sama-sama orang biasa (common people), menyanyi terbaik. Di tiap musimnya, atau perasaan dekat dengan setting atau Indonesian Idol selalu memiliki iklan tempat atau suasana yang digambarkan utama atau sponsor utama. Nantinya, dalam kamera, merupakan rasa yang analisis akan fokus pada bagaimana menciptakan proximity dari para realitas ditampilkan dalam program penonton terhadap reality program. Sifat Indonesian Idol sebagai bentuk reality program yang mampu komodifikasi terhadap realitas itu sendiri menciptakan kedekatan itulah yang bisa dan kaitannya dengan aspek ekonomi ditangkap sebagai alasan mengapa reality politik lembaga media yang program menjadi begitu populer di menyiarkannya. kalangan penonton televisi (audiens).

Permasalahannya kemudian, bagaimana kemudian realitas tersebut ditampilkan

32

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

Komodifikasi Isi (Media): Sell berlangsung dalam setiap proses produksi, Everything, Everything is Sold distribusi, dan konsumsi. Relasi kuasa ini Golding dan Murdock (1992: 18) yang kemudian coba dibongkar melalui melihat bahwa produk media merupakan pendekatan ekonomi politik, yakni hasil konstruksi yang disesuaikan dengan bagaimana relasi kuasa yang terjalin dinamika ekonomi yang sedang dalam media di setiap prosesnya— berlangsung dan struktur-sturktur dalam produksi, distribusi, konsumsi— institusi yang menyokong berputarnya mempengaruhi isi media dan menentukan roda institusi media. Menurut kedua bagaimana isi (media content) tersebut penulis ini, berita yang disajikan pada nantinya bekerja sesuai logika industri. masyarakat disusun berdasarkan relasi- Sebagaimana Golding dan relasi yang ada antara pemilik insitusi Murdock, Vincent Moscó (2009: 24) juga pers (owner), editor, jurnalis, dan sumber menekankan persoalan relasi kuasa dalam berita. Dari apa yang disampaikan definisinya tentang ekonomi politik. Golding dan Murdock tersebut, dapat Mosco, dalam hal ini, mengemukakan, dikatakan bahwa dalam produksi pesan “the study of the social relation, (isi) media ada relasi-relasi yang terjalin particularly the power relation, that mulai dari proses produksi hingga mutually constitute the production, distribusi pesan yang melibatkan para distribution, and consumption of pekerja, teknologi, audiens, serta resources”. Lebih lanjut, Moscó kepentingan industri media sekaligus mengemukakan “a specific set of social kepentingan pemiliknya. Untuk melihat realations organized around power or the dan membongkar relasi dalam setiap ability to control other people, process, proses yang terjadi dalam media, and things, even in the face of resistance”. pendekatan ekonomi politik adalah salah Dengan demikian, menurut Moscó, satu alat dalam membongkar relasi-relasi seorang analis ekonomi politik akan tersebut. mampu melihat bentuk-bentuk Menurut Golding dan Murdock pergeseran dari kontrol tersebut di (1992: 18), sebagai sebuah pendekatan seputar proses produksi, distribusi, dan kritis, ekonomi politik selalu berada dalam distribusi. hubungan saling pengaruh- Salah satu cara dalam melihat mempengaruhi antara lembaga ekonomi relasi kuasa dalam proses produksi, dan politik, juga kehidupan sosial dan distribusi, dan konsumsi dalam media kultural. Di sinilah, terjadi tarik-menarik adalah melalui analisis komodifikasi kepentingan baik dalam distribusi dalam praktik media. Komodifikasi kekuasaan (display of power), kontrol, sendiri secara sederhana disebut Moscó orientasi ekonomi media, dan ideologi

33

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

sebagai proses berubahnya nilai guna (use dibuat Moscó, yaitu komodifikasi isi values) ke nilai tukar (exchange values). (content). Merujuk Moscó, setiap analis Commodification refers to the ekonomi politik dalam mengkaji bentuk process of turning use values into exchange values, of komodifikasi komunikasi, hampir selalu transforming products whose dimulai dengan komodifikasi content. value is determined by their ability to meet individual and Komodifikasi content menurut Moscó social needs into products (2009: 133) akan selalu, “…involves whose value is set by their market price (Moscó, 2009: transforming messages, ranging from 132). bits of data to systems of meaningful

Dari definisi Moscó di atas, thought, into marketable products”. didapatkan kata kunci dari komodifikasi, Dengan kata lain, teks media dikonstruksi yaitu individual needs yang berarti use sedemikian rupa sehingga teks tersebut values dan market price berarti exchange mampu bertindak sebagai sebuah produk values. Ketika sebuah produk tidak lagi yang layak jual di pasaran, yang mampu ditentukan oleh kegunaan dari sebuah mendatangkan keuntungan dan surplus produk yang disesuaikan dengan value bagi media yang menyiarkannya. kebutuhan individu atau kebutuhan sosial, Proses perubahan teks media menjadi tapi lebih dikendalikan oleh pasar yang exchange value ini akan selalu melibatkan membentuk pseudo-needs, maka proses yang kompleks dari relasi-relasi komodifikasi telah terjadi. sosial yang ada termasuk pekerja, Moscó membagi tiga bentuk konsumen (audiens), dan modal. komodifikasi dalam komunikasi (2009: Pada akhirnya, media content 133-141). Pertama, komodifikasi isi (teks) memang seolah hanya menjadi (content), dimana pesan (teks media) produk semata. Namun, Moscó sendiri diproduksi dengan menggunakan simbol- memberi catatan bahwa teks media simbol sebagai arena representasi hingga berbeda dengan komoditas lain, dan mewujud dalam bentuk produk yang cenderung spesial karena ia merupakan dapat dipasarkan. Kedua, komodifikasi powerful comodity. Ini karena ia audiens, dimana audiens dijadikan mengandung simbol-simbol dan citra- komoditas yang “dijual“ kepada para citra yang maknanya mampu membentuk pengiklan. Ketiga, komodifikasi pekerja, kesadaran tertentu pada audiens yang dimana keahlian dan jam kerja para menerimanya sehingga teks media pekerja dijadikan komoditas dan dihargai mampu menjadi arena potensial tempat dengan gaji. Dalam tulisan ini, penulis terjadinya komodifikasi. akan menggunakan kategori pertama yang

34

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

Seluruh proses komodifikasi yang actors, unscripted dialogue, surveillance dijelaskan Moscó dan kembali pada apa footage, hand-held cameras, seeing yang disampaikan Golding dan Murdock events unfold as they are happening in sebelumnya, dapat ditarik sebuah premis front of the camera”, maka Indonesian bahwa proses komodifikasi terjadi karena Idol di satu sisi tidak dapat sepenuhnya menyesuaikan dengan kepentingan dikatakan sebagai tanpa script dan benar- industri media, yang berarti bahwa sesuai benar memperlihatkan events unfold as dengan kepentingan dari si pemilik media. they are happening in front of the Dengan kata lain, kebijakan yang diambil camera. Ini karena pada dasarnya, konsep pemilik akan sangat menentukan proses audisi, kompetisi di setiap minggu, komodifikasi yang terjadi dalam media. eliminasi, juri, dan vote SMS merupakan Oleh karena itu, penting untuk melihat sebuah konstruksi atas realitas. Yakni bagaimana kepentingan owner RCTI membentuk sebuah realitas sehingga sebagai lembaga media yang menyiarkan sesuai dengan bentuk “talent show” Indonesian Idol dan hubungannya dengan sebagai konsep acara dari Indonesian Fremantle Media sebagai perusahaan Idol. Meski di sisi lain, Indonesian Idol produser program Idol. juga menghadirkan karakternya sebagai sebuah reality program misalnya tokoh- The Manipulation of Reality tokoh yang dihadirkan dalam program Dalam Indonesian Idol, realitas adalah bukan selebritis (orang biasa) yang yang dihadirkan merupakan sebuah memerankan dirinya sendiri serta kompetisi yang diawali dari audisi hingga membawa identitasnya sendiri. Ia bukan spektakuler show di mana masing-masing tokoh rekaan dengan identitas yang peserta dieliminasi satu-persatu sesuai sengaja dibuat untuk memenuhi alur dengan vote yang tiap peserta peroleh cerita yang juga telah ditentukan. Peserta berdasar SMS yang masuk. Di setiap berasal dari seluruh Indonesia yang proses kompetisi, akan ada juri yang diseleksi melalui proses audisi di beberapa menjadi penilai dan kritikus terhadap kota dan mereka belum pernah masuk ke penampilan yang dibuat semua peserta. dalam industri musik Indonesia. Selain Komentar juri biasanya berpengaruh itu, dalam praktiknya, apa yang terhadap perolehan vote SMS, apakah ditayangkan di televisi itulah yang sedang menjadi lebih tinggi atau lebih rendah. berlangsung. Hanya saja, seperti yang Jika kita perhatikan penjelasan telah disinggung di atas, konsep kompetisi Hill (2005: 41) tentang reality program, sendiri merupakan sebuah realitas yang yang menyatakan, “there are a variety of dikonstruksi berdasarkan standar styles and techniques associated with program pencarian bakat dan faktor reality TV, such as non-profeessional lainnya.

35

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

Analisis di atas sedikit banyak realitas dalam Indonesian Idol yang sesuai dengan apa yang diungkapkan Ron kemudian berpengaruh pada teks media Simon (2005: 179-180). Secara sederhana, yang disiarkan pada audiens mengalami Simon membedakan reality program perbedaan. Bentuk panggung pun berubah sebagai lawan dari program hiburan yang mengikuti gedung yang digunakan. Dari mainstream di televisi yang biasanya sini, dari faktor yang sangat sederhana, selalu berdasar pada script dan dapat berpengaruh terhadap proses bintang/selebritis. Hal penting dari konstruksi realitas. pemikiran Simon adalah kritiknya atas Ketika ekonomi media menjadi reality program tentang betapa sulitnya faktor yang sangat menentukan dan sebenarnya kondisi kehidupan biasa dominan maka seluruh proses produksi, (ordinary life) untuk kemudian sesuai distribusi, dan konsumsi teks media akan dengan “standar” televisi. Oleh karena itu, selalu diarahkan pada akumulasi untuk menyesuaikan dengan “standar” ini, keuntungan (surplus value) atau dapat dipastikan konstruksi atas realitas pemasukan media. Oleh karena itu, yang terjadi. Selain itu, bagaimana televisi kemudian menjadi “standar” dari proses merefleksikan dunia nyata (concrete konstruksi realitas adalah “layak jual” atau world) ke dalam teks media juga selalu market price. Di sinilah, proses ditentukan oleh beragam faktor, misalnya komodifikasi atas realitas berlangsung. teknologi, ide-ide kreatif produsen, Realitas yang dihadirkan dalam program ekspektasi atau keinginan audiens, atau Indonesian Idol pada akhirnya ekonomi media. Faktor-faktor ini, tentu disesuaikan dengan pasar sehingga saja, berpengaruh pada bagaimana bukannya menghadirkan informasi realitas dikonstruksi, seperti apa sebagai upaya memenuhi kebutuhan prosesnya, bagian apa yang ditonjolkan, informasi masyarakat (use value), tapi dan bagian mana yang tidak bagaimana memproduksi teks media direpresentasikan. (program) yang bisa dijual di pasaran dan Hal paling sederhana, misalnya, mampu mendatangkan keuntungan faktor fasilitas gedung yang digunakan (exchange value). Alih-alih meng-capture untuk spektakuler show Indonesian Idol. realitas yang sedang terjadi dengan apa Untuk musim pertama hingga kelima, adanya, pada dasarnya, apa yang Indonesian Idol menggunakan Balai dihadirkan pada audiens merupakan Sarbini sebagai tempat spektakuler show, sebuah realitas yang telah dimanipulasi sementara untuk musim keenam dengan disesuaikan pada kepentingan menggunakan Central Park, dan musim yang ingin dicapai. ketujuh, menggunakan Studio 8 RCTI. Dari penggunaan gedung saja, konstruksi

36

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

Orientasi ekonomi (profit) ini larutnya televisi ke dalam kehidupan dan sangat jelas terlihat dari iklan Indonesian larutnya kehidupan ke dalam televisi. Ini Idol, yaitu memiliki iklan utama untuk berakibat pada mana yang sebenarnya mendukung terselenggaranya program. realitas dan mana yang bukan sangat sulit Pada musim ketujuh, iklan utama untuk dibedakan, atau dalam bahasa Indonesian Idol adalah Cross Mobile, dan Baudrillard “a real without origin or beberapa iklan utama-pendukung lain reality”. Kondisi seperti ini yang seperti Tolak Angin, Mie Sedap, Honda, kemudian dilukiskan Baudrillard sebagai Coolant Wardah, Bank Bukopin, Fiesta, hyperreality, saat media berhenti menjadi dan MDS. Dalam tulisan ini, yang cerminan realitas, tetapi justru menjadi dimaksud iklan utama adalah iklan yang realitas itu sendiri, atau bahkan lebih selalu disebutkan di sepanjang acara atau nyata daripada realitas itu. Dengan kata berupa video dari peserta yang lain, ketika dunia dikuasai simulasi, menggunakan produk iklan tertentu di simulasi menjadi realitas itu sendiri dan luar waktu siaran iklan komersial. Dengan bahkan lebih nyata darinya. Maka yang adanya iklan utama, menjadi jelas tertinggal akhirnya hanyalah konstruksi bagaimana logika pasar masuk ke dalam atas realitas, yang dalam konteks proses produksi, distribusi, hingga Indonesian Idol, konstruksi tersebut konsumsi program Indonesian Idol. Ini disetir oleh standar “layak jual di pasaran berarti bahwa dengan menjadi iklan (market price)”. utama, dia turut menentukan bagaimana realitas dikonstruksi/dibentuk hingga Fabricated Reality TV: It’s All about kemudian dihadirkan pada audiens. Rating Pada akhirnya, apa yang Saat realitas dalam Indonesian ditampilkan di televisi hanyalah Idol dikonstruksi sedemikian rupa agar manipulasi realitas yang telah disesuaikan sesuai dengan standar market price dan dengan berbagai faktor dan standar pada menghasilkan marketable product, atau proses produksinya. Merujuk Baudrillard ketika logika ekonomi media seperti yang (1994), apa yang dilihat di televisi dirumuskan Alison Alexander (2004) hanyalah simulasi belaka di mana realitas mendominasi, maka untuk mencapai sendiri telah tergantikan oleh simulacra standar tersebut telah terjadi proses atau reproduksi objek atau peristiwa. komodifikasi, di mana rating menjadi Dengan kaburnya perbedaan antara tanda ukuran/patokan telah tercapai atau dan realitas, semakin sukar mengenali tidaknya standar tersebut. Ini bisa dilihat yang tulen dari barang tiruan. Baudrillard bahwa selama episode Spektakuler Show, (dalam Ritzer & Goodman, 2004: 642) rating Indonesian Idol selalu tinggi, selalu memberikan contoh tentang bagaimana berada di peringkat antara 1-3. Market

37

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

share yang dicapai pun tidak pernah di Indonesia, masyarakat Indonesia sebagai bawah 20%, dengan angka paling rendah target audiens digiring untuk memiliki 21.3% dan tertinggi 26.2%.1 keinginan akan lahirnya seorang Idola Dalam rangka melihat bagaimana yang benar-benar berbakat yang mampu proses komodifikasi terjadi, kembali mengalahkan beribu-ribu orang lainnya merujuk pada Moscó (2009), perlu dengan talent di bidang yang sama. Proses kiranya dilihat bagaimana relasi-relasi mencari Idola baru ini kemudian dalam proses produksi, distribusi, dan difasilitasi dengan keberadaan juri sebagai konsumsi. Dalam proses produksi, pihak yang menilai, memberikan misalnya, akan melihat pilihan simbol- komentar, dan juga memutuskan siapa simbol yang digunakan dalam program yang berhak lolos selama proses audisi. Indonesian Idol sehingga mampu Logika lomba seperti ini pada dasarnya mewujud ke dalam sebuah program yang memang merupakan sebuah logika yang marketable (layak jual dan layak dekat dengan masyarakat, misalnya, dipasarkan). Untuk mampu melihat lomba-lomba 17 Agustus yang menjadi bagaimana jalinan-jalinan di seluruh acara wajib di berbagai daerah dan kota di proses, baik produksi, distribusi, dan Indonesia untuk menyambut konsumsi, analisis akan melihat logika- kemerdekaan. Setiap lomba biasanya logika atau alur atau apa yang selalu seru, menegangkan, dan sekaligus direpresentasikan dalam program menyenangkan sehingga, dengan Indonesian Idol.2 Ini karena melalui menggunakan logika lomba ini, audiens logika-logika, alur, dan representasi akan lebih mudah mencerna arah program dan diketahui bagaimana realitas dikonstruksi membayangkan keseruan dalam mencari sehingga menjadi sebuah market product Idola baru Indonesia. dan sesuai dengan market price. Selanjutnya, yang perlu dicatat dari logika lomba ini adalah bagaimana Logika Lomba: Ada Peserta, Talent, lomba yang dinamakan Indonesian Idol Juri, dan Pemenang ini dikemas. Pertama, yang berhak Dengan dalih mencari orang menjadi peserta untuk program ini adalah dengan bakat menyanyi terbaik di semua masyarakat Indonesia dari daerah manapun. Semua yang berumur 16 – 27 1 Data rating diperoleh dari seorang teman yang bekerja di Dentsu Advertising Agency. Data rating tahun dan merasa memiliki bakat dalam adalah data resmi, namun untuk kepentingan bidang menyanyi boleh mendaftar sebagai karirnya, nama teman tidak dapat disebutkan dalam tulisan ini. peserta. Dengan “seolah” melibatkan 2 Seluruh data mengenai Indonesian Idol selain semua lapisan masyarakat Indonesia, berdasarkan pada pengamatan penulis di setiap episode Indonesian Idol musim ketujuh ini, juga program ini menjadi sebuah cara untuk beberapa data diambil dari situs resmi Indonesian Idol, http://www.indonesianidol.com/ meng-catch attention dari masyarakat

38

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

tentang egaliternya program ini. Ini kapasitas lebih, yang lebih mengerti karena pada dasarnya tidak semua orang musik, persoalan vokalitas, atau stage bisa mengikuti program ini karena performance selain mereka. Misalnya, permasalahan akses. Audisi hanya saja guru-guru vokal yang selama ini diselenggarakan di sembilan kota besar di justru menjadi guru dari para penyanyi Indonesia, yaitu , , besar Indonesia. Namun, mereka , , Ambon, , bukanlah orang yang dikenal masyarakat. , Padang, dan . Meski akan Mereka adalah orang-orang di balik layar ada banyak dalih tentang penyelenggaraan yang tidak pernah disorot media sehingga audisi hanya di kota-kota ini saja, tapi, di ketika mereka dipilih sebagai juri sisi lain, hal ini juga sekaligus tidak Indonesian Idol, masyarakat akan memberi kesempatan pada mereka yang bertanya-tanya siapa mereka. Masyarakat tidak tinggal di sekitar kota-kota besar tidak familiar dengan orang-orang di balik tersebut. Kedua, pilihan juri Indonesian layar sehingga ini akan mempersulit Idol. Pada dasarnya, juri merupakan catching the audiences’ attention yang individu-individu yang telah sangat nantinya itu bisa mengancam jumlah dikenal masyarakat sebagai musisi dan penonton Indonesian Idol dan berarti pula penyanyi. Agnes misalnya, telah dikenal hal itu bisa mengancam rating. semenjak dia masih artis cilik hingga kini Ketiga, dalam mencari pemenang yang membuktikan talentanya di bidang keseruan dibentuk dengan proses audisi musik melalui berbagai prestasi dan dan eliminasi yang panjang. Proses audisi penghargaan, ditambah lagi dengan dan eliminasi ini merepresentasi betapa proyek go international-nya, begitu juga sulit dan berlikunya jalan yang harus Dhani dan Anang yang telah berpuluh ditempuh oleh peserta untuk menjadi tahun melanglangbuana di industri musik pemenang (Idola Indonesia). Ada empat Indonesia dan terbukti telah melahirkan tahap yang harus dilalui seorang peserta penyanyi-penyanyi besar Indonesia untuk menjadi pemenang. Tahap pertama seperti KD dan . Juri-juri ini adalah audisi yang diselenggarakan di dipilih dengan beragam alasan. Salah beberapa kota besar Indonesia. Di tahap satunya adalah mereka merupakan orang- audisi ini, seorang peserta harus orang yang mengerti musik. Mereka mendapatkan golden ticket untuk bisa adalah orang-orang dengan talenta musik melanjutkan ke tahap dua. Tahap dua yang telah terbukti mapan di industri. adalah tahap eliminasi, yaitu mereka yang Singkatnya, mereka adalah orang yang mendapatkan golden ticket disaring memiliki kapasitas untuk menjadi juri. kembali hingga mengerucut pada 15 orang Tanpa menafikan jawaban tersebut, saja. Lima belas orang yang lolos tahap sebenarnya, ada banyak orang dengan eliminasi masuk ke tahap Top 15 Show

39

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

untuk kemudian disaring kembali menjadi Performance, Tata Panggung dan 12 besar. Para peserta yang masuk ke Kesan dalam 12 besar berarti masuk ke tahap Selain logika perlombaan yang selanjutnya, yaitu Spektakuler Show. Di dikemas sedemikian rupa seperti tahap Spektakuler Show, peserta akan dijelaskan di atas, kemudian perlombaan dieliminasi satu-persatu di tiap itu sendiri dikemas pun adalah proses minggunya, hingga di minggu ke 13 (The yang penting. Perlombaan yang akan Result Show) terpilihlah seorang dibahas di sini adalah pada tahap pemenang (Idola baru Indonesia). Spektacular Show karena di tahap inilah Tahapan-tahapan tersebut program Indonesian Idol ditayangkan merepresentasi perjuangan dari tiap-tiap secara langsung (live) dan menjadi tahap peserta untuk bisa melewatinya. yang paling utama dari seluruh proses Tentunya, di setiap perlombaan, selalu audisi. Spektacular Show pada dasarnya menarik untuk melihat siapa yang merupakan tahapan di mana perlombaan nantinya akan keluar sebagai pemenang. berlangsung. Ada banyak cara untuk Hal ini juga yang ditawarkan di menyajikan sebuah perlombaan menjadi Indonesian Idol. Setelah masuk menarik untuk ditonton dan terus diikuti, Spektacular Show, misalnya, tiap-tiap dan dalam case Indonesian Idol, tata peserta akan dibuatkan sebuah video yang panggung, lighting, sound system, berisi bagaimana perasaan mereka, pengambilan gambar, musik pengiring, tantangan yang mereka hadapi di minggu LED screen, busana dan make up peserta, ini, apa kesulitan yang dihadapi, dan dan para penonton yang berada di studio sebagainya yang akan ditayangkan pada adalah proses konstruksi terhadap realitas para penonton tepat sebelum mereka lomba agar menarik dan mampu meraup mulai menyanyi. Tujuannya untuk banyak penonton. menggalang dukungan dari para Penampilan peserta kemudian penonton, baik yang menonton langsung tidak hanya disokong oleh musik semata atau pun yang menonton melalui televisi yang menjadi supporting system utama di rumah, berupa vote SMS/telpon. dalam perlombaan menyanyi, tetapi juga Dukungan ini yang kemudian disokong oleh banyak faktor yang turut membedakan Indonesian Idol dengan menentukan kesan penampilan seorang logika lomba konvensional di mana juri peserta. Kesan ini kemudian menjadi memegang keputusan mutlak. Dukungan penting karena akan menentukan vote melalui vote SMS/telpon ini yang SMS/telpon terhadap seorang peserta. nantinya menentukan siapa yang Misalnya saja, lighting yang digunakan tereliminasi di tiap minggunya dan pada yang menambah kesan mewah, anggun, akhirnya siapa yang menjadi pemenang. atau ceria atau cara pengambilan gambar

40

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

(angle) selama tayangan berlangsung dan kita membawa pada persoalan ekonomi apa yang ditayangkan akan menentukan politik media, maka ada apa yang ditonton oleh penonton di pemasukan/keuntungan lain yang tidak rumah dan ini juga turut menimbulkan hanya diperoleh media dari pemasukan kesan-kesan tertentu bagi penonton. iklan semata. Namun, juga dari tarif SMS dan telpon yang dikenakan pada setiap Keterlibatan Audiens: Vote atau SMS/telpon yang masuk dimana tarif Idola Tereliminasi tersebut seluruhnya ditanggung oleh Seperti telah disinggung sepintas audiens (pengirim SMS dan penelpon) pada bagian sebelumnya, dalam namun kemudian masuk sebagai salah Indonesian Idol, ada logika dukungan satu pemasukan dari program Indonesian yang dipakai. Dukungan berupa vote Idol. melalui SMS atau telpon untuk tiap Dukungan audiens ini yang disebut peserta tertentu. Untuk vote melalui SMS Moscó bahwa dalam setiap proses bisa dikirimkan dengan mengetik nama komodifikasi, yaitu proses perubahan teks peserta yang didukung dan dikirimkan ke media menjadi exchange value dan upaya 6288 dengan tarif 2000/pes SMS. perpanjangan surplus value selalu Sementara dukungan telpon, para peserta bergantung pada banyak faktor, termasuk bisa menelpon operator dengan nomer salah satunya adalah konsumen (audiens). yang ditentukan selama perlombaan. Mosco menuliskan, “The extent of surplus Nomor yang dituju disesuaikan dengan value realization depends on numerous nomor urut tampil peserta. Dukungan dari factors, in labor, consumers, and capital para audiens baru bisa digunakan di market” (Moscó, 2009: 134). Pada Spektakuler Show. Sebelum Spektakuler akhirnya, apakah proses komodifikasi Show, semua keputusan berada di tangan telah berhasil dan tercapai akan juri. ditentukan oleh konsumen (audiens). Adanya logika dukungan ini seolah menempatkan audiens sebagai pihak yang Promosi Iklan yang Subtle memilih dan menentukan siapa the next Iklan, sebagai salah satu Indonesian Idol. Dengan menciptakan pemasukan utama media, merupakan hal keterlibatan audiens selama program yang sentral dalam kritik ekonomi politik Indonesian Idol, hal ini sekaligus media. Ini karena seluruh proses mengikat audiens untuk terus menonton produksi, distribusi, dan konsumsi Indonesian Idol, yang pada akhirnya akan seluruhnya pada akhirnya hanya mengacu menentukan rating Indonesian Idol dan pada bagaimana iklan selalu datang. juga pemasukan yang diterima pihak Komodifikasi terhadap realitas, media penyiar. Dari dukungan ini, ketika bagaimana realitas yang dimunculkan

41

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

dalam program Indonesian Idol dipromosikan oleh para peserta biasanya merupakan sebuah konstruksi sedemikian juga iklan-iklan utama dari Indonesian rupa agar menjadi sebuah marketable Idol. product pun ujung-ujungnya hanyalah Tidak hanya video promosi produk untuk terus mengikat iklan yang ada dan seperti disebut di atas, iklan utama juga terus menarik iklan-iklan lainnya agar sangat menentukan dan mengatur apa terus berdatangan. Oleh karena itulah, saja yang perlu diucapkan host acara posisi iklan begitu sentral dalam selama siaran berlangsung. Di setiap menentukan arah produksi program, atau pembukaan acara, apakah itu di awal atau distribusi hingga konsumsi. Dalam di setiap selesai jeda iklan komersial, atau Indonesian Idol, iklan pun sangat di akhir segmen menuju iklan komersial menentukan bagaimana program atau pada penutupan acara, host akan diproduksi hingga dikonsumsi oleh selalu menyebutkan iklan utama di audiens. Sentralnya posisi iklan ini dalamnya. Misalnya, “kembali lagi di direpresentasi ke dalam promosi produk Indonesian Idol yang dipersembahkan dengan cara yang cukup halus, yaitu oleh Cross Mobile..” atau “tetap di dengan melibatkan para peserta (yang Indonesian Idol, dipersembahkan oleh selama program Indonesian Idol Cross Mobile, it’s your pride..”. berlangsung memiliki penggemar/ Relasi-relasi kuasa seperti yang pendukung tetap dan bahkan setia). dijelaskan di atas, tentang bagaimana Biasanya siaran tentang iklan ini akan pemilihan juri, realitas mana yang dimunculkan di segmen terakhir sebelum dikedepankan, dan seperti apa realitas iklan komersial dimulai. dibentuk, bagaimana iklan diposisikan Iklan biasanya akan menggunakan dalam program merupakan relasi-relasi setting keseharian para peserta. Misalnya, yang disebut Moscó menentukan proses di ruang tamu asrama peserta, dua atau komodifikasi atas content (teks) media tiga peserta sedang sibuk dengan hingga akhirnya program Indonesian Idol handphone masing-masing. Lalu, satu di menjadi teks media yang layak jual dan antara mereka mengeluhkan betapa mampu menarik banyak penonton sedikitnya fasilitas yang dimiliki sehingga mendapatkan rating tinggi dan handphone-nya sehingga dia tidak bisa kemudian mendapatkan pemasukan besar bermain-main. Dua peserta lainnya melalui iklan yang itu berarti adalah kemudian akan menganjurkannya untuk keuntungan (surplus value) terhadap mengganti handphone miliknya dengan media yang menyiarkan, yaitu RCTI. handphone merk Cross. Promosi-promosi Realitas yang dihadirkan di televisi pun seperti ini yang biasanya ditayangkan pada akhirnya adalah hasil konstruksi kepada para audiens. Produk yang dengan maksud komodifikasi atasnya,

42

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

inilah yang disebut Hill (2007: 140) bantuan produksi untuk program- sebagai fabricated reality. program yang dimilikinya. Di Indonesia, Fremantle Media memiliki partner lokal Rating Tinggi Indonesian Idol = PT. Dunia Visitama Produksi. Lembaga ini (BUKAN) Keuntungan RCTI yang kemudian juga involve dalam Seperti dapat dilihat di atas, pengerjaan produksi Indonesian Idol. persoalan ekonomi politik media dan Selain Indonesian Idol, program-program bagaimana relasi kuasa di dalamnya tidak lain dari Fremantle Media yang tayang di pernah bisa dilepaskan dari persoalan Indonesia adalah Master Chef, Take Me kepemilikan (ownership) media tersebut. Out, dan Indonesia’s Got Talent.3 Dalam kasus Indonesian Idol, secara Sementara itu, mengenai kepemilikan eksplisit, dapat dikatakan bahwa pundi- Fremantle Media dan dari mana asal pundi keuntungan yang diperoleh dari perusahaan ini, Fremantle Media adalah komodifikasi realitas akan masuk pada anak perusahaan dari RTL Group, yaitu pemilik RCTI sebagai media yang perusahaan jaringan entertainment menyiarkan. Namun, dalam perspektif terbesar di Eropa. RTL Group membawahi yang lebih luas, keuntungan tidak berhenti 46 stasiun televisi dan 29 stasiun radio di hanya pada (pemilik) RCTI. Ini karena sembilan negara sekaligus produksi Indonesian Idol sendiri merupakan program di hampir seluruh dunia. RTL program yang diproduksi berdasarkan Group terpusat di Inggris, namun kerjasama dengan Fremantle Media, yaitu memiliki banyak cabang di negara-negara perusahaan produser program televisi. Ini lain khususnya Eropa. Saham RTL Group berarti bahwa keuntungan dari program sebesar 92.3% dimiliki oleh Bertelsmann Indonesian Idol melalui komodifikasinya AG, sementara saham sisanya sebesar atas realitas juga mengalir pada Fremantle 7.7% diperdagangkan secara publik di Media. Brussels dan Luxembourg.4 Fremantle Media sendiri merupakan perusahaan produser program 3 Data tentang Fremantle Media dirangkum dari televisi (content business production) situs resmi Fremantle Media, http://www.fremantlemedia.com/Production.aspx, terbesar di dunia. Produksinya mencakup http://www.fremantlemedia.com/Production/Who serial drama, entertainment & reality _We_Work_With.aspx, http://www.fremantlemedia.com/Production/Our_ show, game show, dan komedi yang Brands.aspx, terdistribusi di 43 negara seperti Inggris, http://www.fremantlemedia.com/Production/Our_ Brands/Idols.aspx, Amerika Serikat, Australia, Indonesia, 4 Data kepemilikan saham diambil dari situs resmi Jerman, Belanda, dan banyak lagi. RTL Group yang dapat diakses di http://www.rtlgroup.com/www/htm/profile.aspx Fremantle Media bekerja dengan cara dan di situs resmi Fremantle Media http://www.fremantlemedia.com/About_Us/Struc menjual konsep program sekaligus ture.aspx

43

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

Sederhananya, kepemilikan Fremantle terus memproduksi program-program Media jika digambarkan akan seperti ini: yang lahir dari rahim Fremantle Media. Contoh paling sederhana adalah Indonesian Idol. Acara ini terus diadakan tiap tahunnya karena rating yang tinggi. Keberlanjutan program tentu saja berarti keberlanjutan kerjasama antara RCTI dan Fremantle Media, dan itu juga berarti keberlanjutan kontrak antara keduanya (ini berarti pemasukan terhadap Fremantle Media). Contoh lainnya,

semakin banyak program-program yang Dengan logika kepemilikan seperti diproduksi berdasar program Fremantle di atas, maka keuntungan terbesar akan Media seperti Master Chef dan Take Me masuk ke kantong Bertelsmann AG Out. Semakin tinggi jumlah program- sebagai pemilik saham terbesar di RTL program asal Fremantle Media yang Group yang menjadi induk perusahaan diproduksi, maka akan semakin besar pula dari Fremantle Media, dan bukannya keuntungan di pihak Fremantle Media RCTI. Urutannya, Fremantle Media (Bertelsmann AG). Merunut logika ini, memiliki ide program yang dijual ke maka dapat dikatakan bahwa konstruksi banyak negara, yaitu program “Idol” (di realitas dalam Indonesian Idol yang Indonesia menjadi Indonesian Idol, di bertujuan untuk komodifikasi, pada Amerika menjadi American Idol). akhirnya hasil terbesar dari proses Penjualan ini juga sekaligus membantu komodifikasi tersebut jatuhnya justru produksi program melalui partner lokal bukan pada RCTI sebagai media siarnya, yang dimiliki Fremantle Media. Ketika tapi pada Fremantle Media (RTL Group) rating Indonesian Idol tinggi, pemasukan dan ujung-ujungnya bermuara pada terhadap media penyiar pun besar. Bertelsmann AG. Namun sebenarnya, selain ada yang di- share oleh RCTI pada Fremantle Media Kesimpulan sebagai pihak yang memiliki ide otentik Tulisan ini mengkaji program program berupa pembelian ide program, realiti Indonesia Idol dengan perspektif rating yang dicapai program Idol di ekonomi politik. Hasil kajian Indonesia (Indonesian Idol) adalah materi menunjukkan bahwa Indonesia Idol yang kemudian “dijual” oleh Fremantle merupakan bagian dari proses Media pada negara-negara lain untuk komodifikasi content yang diorientasikan untuk memaksimalkan keuntungan

44

Nuril Ashivah Misbah, Indonesian Idol: A Fabricated Reality for Commodification

televisi, dalam hal ini RCTI. Komodifikasi menguntungkan industri televisi, dalam content itu dilakukan melalui beragam hal ini RCTI dan lebih-lebih Fremantle cara, diantaranya setting panggung, Media yang merupakan penggagas pilihan juri, ataupun format lomba dalam program siaran tersebut. Indonesian Idol. Keseluruhan komodifikasi itu pada akhirnya

Daftar Pustaka:

Simon, Ron. 2005. “The Changing Alexander, Alison (ed.). 2004. Media Definition of Reality Economics: Theory and Television”. dalam Gary R. Practice. Third Edition. New Edgerton & Brian G. Rose Jersey: Lawrence Erlbaum (ed.). Thinking Outside The Associates. Box: A Contemporary Baudrillard, Jane. 1994. Simulacra and Television Genre Reader. Simulation. Ann Arbor: Kentucky: University Press of University of Michigan Press. Kentucky. Golding, Peter dan Graham Murdock. 1992. ‘Culture, Situs: Communications, and political Economy.’ Dalam Curran, http://www.indonesianidol.com/ , diakses James and Michael Gurevitch pada tanggal 7 Juni – 7 Juli (ed). Mass Media and Society. 2012. London: Edward Arnold. http://www.fremantlemedia.com/Product Hill, Annette. 2005. Reality TV: ion.aspx, diakses pada tanggal Audiences and Factual 10 Juli 2012. Popular Television. New York: http://www.fremantlemedia.com/Product Routledge. ion/Who_We_Work_With.as ______. 2007. Restyling Factual px, diakses pada tanggal 10 TV: Audiences and News, Juli 2012. Documentary and Reality http://www.fremantlemedia.com/Product Genres. New York: Routledge. ion/Our_Brands.aspx, diakses Mosco, Vincent. 2009. The Political pada tanggal 10 Juli 2012. Economy of Communication. http://www.fremantlemedia.com/Product Second Edition. London: Sage ion/Our_Brands/.aspx, Publications. diakses pada tanggal 10 Juli Ritzer, Geroge & Douglas J. Goodman. 2012. 2004. Teori Sosiologi Modern http://www.rtlgroup.com/www/htm/prof (terj.). Edisi Keenam. Jakarta: ile.aspx, diakses pada tanggal Prenada Media. 10 Juli 2012.

http://www.fremantlemedia.com/About_

Us/Structure.aspx, diakses

pada tanggal 10 Juli 2012.

45

Jurnal Komunikasi, Volume 11, Nomor 1, Oktober 2016

46