PerancangPeraturan Perundang-undangan

Vol. 1 No. 1 - Mei 2015

Pidana Mati Menurut Hukum di dan Menurut Syariat Islam

Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan Antara Kepastian Hukum dan Keadilan (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013 terhadap Judicial Review Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam Perkara Peninjauan Kembali (PK) Antasari Azhar)

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dalam Pandangan Hukum Islam

Menyoal Eksistensi Norma Pengujian dalam Anatomi Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Peran Guru Tidak Tetap dalam Kerangka Hukum Positif Indonesia (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)

JHP3 Vol. 1 Nomor 1 , Mei 2015 Hlm 1 - 50

DARI REDAKSI

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat menerbitkan edisi perdana Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015 hasil kerja sama antara Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM RI dengan Hanns Seidel Foundation (HSF) Indonesia. Jurnal ini diterbitkan sebagai wadah khusus bagi Perancang Peraturan Perundang-undangan dalam menuangkan ide, pemikiran serta gagasan untuk menunjang proses pembentukan peraturan perundang-undangan baik di pusat maupun di daerah. Pada penerbitan ini redaksi telah berusaha untuk memilih artikel- artikel yang telah kami terima, dengan memperhatikan kaedah-kaedah yang telah ditentukan bagi suatu Jurnal hukum. Pada penerbitan Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015 ini memuat artikel mengenai: Pidana Mati Menurut Hukum di Indonesia dan Menurut Syariat Islam, Antara Kepastian Hukum dan Keadilan (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013 terhadap Judicial Review Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam Perkara Peninjauan Kembali (PK) Antasari Azhar), Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dalam Pandangan Hukum Islam, Menyoal Eksistensi Norma Pengujian dalam Anatomi Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan Peran Guru Tidak Tetap dalam Kerangka Hukum Positif Indonesia (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Pada Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015 redaksi mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Suhariyono, S.H., M.H., dan Bapak A. Ahsin Thohari, S.H.,M.H., yang telah turut berpartisipasi sebagai editor dalam penerbitan jurnal ini. Saran dan kritik pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan isi Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan serta sumbangan pemikiran dalam bentuk tulisan dari pembaca sangat kami harapkan.

Salam Redaksi.

iii

Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

DAFTAR ISI Dari redaksi iii Daftar isi: iv

Pidana Mati Menurut Hukum di Indonesia dan Menurut Syariat Islam R. Tony Prayogo 1 - 16

Antara Kepastian Hukum Dan Keadilan (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/Puu-Xi/2013 Terhadap Judicial Review Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Dalam Perkara Peninjauan Kembali (PK) Antasari Azhar) May Lim Charity 17 - 24

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi dalam Pandangan Hukum Islam Arif Susandi 25 - 32

Menyoal Eksistensi Norma Pengujian dalam Anatomi Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Mohammad Zamroni 33 - 38

Peran Guru Tidak Tetap dalam Kerangka Hukum Positif Indonesia (Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen) Rulita 39 - 46

Panduan Untuk Penulis Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan 47 -50

Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH)

PIDANA MATI MENURUT HUKUM DI INDONESIA DAN MENURUT SYARIAT ISLAM

R. Tony Prayogo, SH Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan pada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl. HR. Rasuna Said Kav.6-7, Jakarta Selatan Indonesia e-mail: [email protected] (Naskah diterima 20/04/2015, direvisi 30/04/2015, disetujui 11/05/2015)

1. Pendahuluan • Suku dari Tenggara Kalimantan: orang yang Pidana mati merupakan jenis pidana bersumpah palsu dipina mati dengan jalan yang paling berat dari susunan sanksi pidana ditenggelamkan. dalam sistem pemidanaan di Indonesia. Pidana • Sulawesi Selatan: pemberontakan terhadap mati sudah dikenal oleh hampir semua suku- pemerintah kalau yang bersalah tak mau suku bangsa di Indonesia. Suku-suku bangsa pergi ketempat pembuangannya, maka ia Indonesia telah mengenal pidana mati jauh boleh dibunuh oleh setiap orang. sebelum bangsa Belanda datang. Jadi bukan • Sulawesi Tengah: seorang wanita kabisenya bangsa Belanda dengan Wetboek van Strafrecht yaitu seorang wanita yang berhubungan (WvS)-nya yang memperkenalkan pidana mati dengan seorang pria batua yaitu budak, itu pada bangsa Indonesia. maka tanpa melihat proses dipidana mati. Cara pelaksanaan pidana mati yang • Kepulauan Aru: orang yang membawa diterapkan oleh suku-suku bangsa di Indonesia dengan senjata mukah, kalau ia tak dapat juga bermacam-macam, seperti: ditusuk dengan membayar denda ia dipidana mati keris/pedang, ditenggelamkan, digantung, dirajam, ditombak, dipanah, dijemur dibawah • Pulau Bonerate: pencuri-pencuri dipidana matahari hingga mati, ditumbuk kepalanya mati dengan jalan tidak diberi makan, dengan alu dan lain-lain. pencuri itu diikat kaki tangannya kemudian ditidurkan dibawah matahari hingga mati. Dari beberapa daerah di Indonesia yang pernah memberlakukan hukuman mati • Nias: bila dalam tempo tiga hari belum jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia, memberikan uang sebagai harga darah diantaranya:1 pada keluarga korban, maka pidana mati diterapkan. • Aceh: seorang istri yang berzina dibunuh. • Pulau Timor: tiap-tiap kerugian dari • Batak: jika pembunuh tidak membayar kesehatan atau milik orang harus dibayar yang salah dan keluarga dari yang terbunuh atau dibalaskan. Balasan itu dpat berupa menyerahkan untuk pidana mati, maka pidana mati. pidana mati segera dilaksanakan. Demikian pula bila seseorang melanggar perintah • Lampung: terdapat beberapa delik yang perkawinan yang eksogami. diancamkan dengan pidana mati yaitu pembunuhan, delik salah putih (zina antara • Minangkabau: menurut pendapat konservatif bapak atau ibu dengan anaknya atau antara dari Datuk ketemanggungan dikenal hukum mertua dengan menantu dsb) dan berzina balas, siapa yang mencurahkan darah juga dengan istri orang lain. dicurahkan darahnya. Dari sejarah penerapan hukuman mati • Cirebon: penulik atau perampok wanita, tersebut, hukuman mati juga masih diterapkan entah itu penduduk asli atau asing, yang sampai dengan saat ini, walaupun penerapannya menculik atau menggadaikan pada orang telah mengalami perubahan. Ketentuan tentang Cirebon dianggap kejahatan yang dapat Pidana mati yang saat ini ada, diatur dalam dipidana mati beberapa peraturan perundang-undangan, dan • Bali: pidana mati juga diancamkan bagi pelaksanaannya pun dengan cara ditembak pelaku kawin sumban (perkawinan yang dengan senjata api 2. terjadi antara saudara)

1 Syahruddin Husein, Digitized by USU Digital Library, 2003 2 Penggunaan senjata api untuk melaksanakan eksekusi pidana mati diatur dalam UU No. 2/PNPS/1964 tentang Tatacara Pelaksanaan Pidana Mati Yang Dijatuhkan Oleh Pengadilan di Lingkungan Peradilan Umum dan Militer Jo. Peraturan Kepala Kepolisian Negara RI No. 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana mati.

1 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

Dalam perkembangannya, dari masa ke masa pemberontakan (bughah) dan semacamnya, mengenai penerapan pidana mati, selalu saja perbuatan murtad, perjudian, serta perbuatan menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. lainnya. ada yang setuju menerapkan hukuman pidana Dalam konsep filosofis Pidana Islam, mati dan ada pula yang tidak setuju. Masyarakat ‘hukuman’ atas sesuatu perbuatan haruslah yang tidak setuju terhadap penerapan hukuman ‘setimpal’ dengan kejahatan yang dilakukan. mati, mendasarkan pemikirannya pada beberapa ‘Hukuman’ harus sesuai dengan ‘rasa keadilan’ alasan yaitu: (1) bahwa penerapan hukuman mati dan rasa keadilan di sini yang dijadikan sebagai telah mengingkari hak untuk hidup, sebagai hak parameter adalah rasa keadilan dari Tuhan. asasi yang dimiliki oleh setiap manusia (2) bahwa adanya fakta terjadinya ketidaksempurnaan Dalam pandangan Islam, menghilangkan sistem peradilan pidana, yang dapat nyawa orang lain hanya boleh karena kehendak mengakibatkan kemungkinan dihukumnya Allah dan konsekuensi penegakan Hukum-Nya orang-orang yang tidak bersalah. Sementara (eksekusi atas putusan hakim). Atas dasar itu, itu, pidana mati bersifat irreversible, sehingga hukum Islam menetapkan perbuatan tertentu seseorang yang telah dijatuhi pidana mati dan yang dianggap sebagai kejahatan yang melanggar telah dieksekusi bila kemudian orang itu ternyata hukum (jarimah), dan karenanya diancam tidak bersalah, kekeliruan demikian menjadi dengan hukuman (‘uqubah). fatal karena tidak mungkin lagi untuk diperbaiki, Hukuman yang dikenakan bagi pelaku (3) bahwa adanya instrumen-instrumen hak tindak pidana (Jarimah) dalam pandangan Islam, asasi manusia internasional yang menghendaki bergantung pada jenis perbuatannya, dan yang penghapusan hukuman mati, seperti halnya paling berat adalah hukuman mati. Hukuman dalam Universal Declaration of Human Rights, mati marupakan salah satu jenis hukuman International Covenant on Civil and Political yang paling berat dalam sistem pemidanaan. Rights, dan berbagai instrumen internasional Pidana mati dalam pandangan Islam dan dalam lainnya yang menghendaki dihapuskannya pidana hukum posistif yang berlaku di Indonesia (dalam mati. (4) hukuman mati bertentangan dengan peraturan perundang-undangan) pada dasarnya filosofi pemidanaan Indonesia yang lebih menitik memiliki suatu persamaan dan perbedaan. beratkan pada usaha rehabilitasi dan reintegrasi Bentuk persamaan yang nyata-nyata ada sosial bagi pelaku tindak pidana, filosofi adalah bahwa penerapan hukuman mati di pemidanaan yang menekankan pada aspek Indonesia sejalan dengan ajaran Islam yang juga balas dendam (retributive) telah ditinggalkan oleh menerapkan hukuman mati. sistem hukum Indonesia. (5) bahwa penerapan Hal inilah yang kemudian menjadi pidana mati tidak membawa efek jera, sehingga perhatian bagi penulis, untuk mengetahui lebih penerapannya hanya didasarkan pada spekulasi dalam bentuk perbedaan maupun persamaan semata. (6) bahwa sebagian besar bangsa-bangsa penerapan pidana mati baik menurut perspektif di dunia telah menghapuskan ketentuan pidana Islam dan menurut hukum positif di Indonesia mati dalam paraturan perundang-undangannya. (yang termuat dalam peraturan perundang- Adanya pemikiran-pemikiran tersebut, maka undangan). Sehingga dengan mengetahui bentuk menjadikan perdebatan mengenai penerapan persamaan dan perbedaan mengenai penerapan pidana mati terus saja akan terjadi. Hal inilah hukuman mati tersebut, dapat menegaskan yang kemudian memerlukan perspektif lain kembali bahwa sesungguhnya penerapan pidana sebagai bahan pertimbangan guna menegaskan mati dalam peraturan perundang-undangan di kembali bahwa sesungguhnya penerapan pidana Indonesia sudah tepat. mati dalam peraturan perundang-undangan di Berdasarkan latar belakang dalam uraian Indonesia sudah tepat. Perspektif lain tersebut diatas, maka penulis berpendapat bahwa menjadi yaitu dalam perspektif Islam. sangat penting untuk mengetahui tentang Dalam ajaran Islam, ketentuan hukum persamaan dan perbedaan konsepsi penerapan pidana merupakan salah satu bagian yang pidana mati menurut hukum positif di Indonesia termuat dalam Alquran. Mengenai perbuatan dan menurut syariat Islam. Hal-hal yang menjadi pidana yang disebutkan dalam Alquran antara pokok permasalahan dalam makalah ini, yaitu: lain: perbuatan pencurian, perzinahan (termasuk 1. Apakah yang menjadi dasar perbedaan homoseksual dan lesbian) menuduh orang yang penerapan pidana mati menurut Islam dan baik-baik berbuat zina, (al-qadzaf), meminum menurut hukum positif di Indonesia? minuman memabukkan (khamar), membunuh 2. Apakah yang menjadi dasar persamaan dan/atau melukai seseorang, merusak harta penerapan pidana mati menurut Islam dan seseorang, melakukan gerakan kekacauan/ menurut hukum positif di Indonesia?

2 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH)

B. Perbedaan Konsepsi Pidana Mati Menurut pengertian di antaranya: Islam dan Konsepsi Pidana Mati di 1. Ijma’ yaitu kebulatan pendapat fuqaha Indonesia mujtahidin pada suatu masa atas suatu B.1. Konsepsi Pidana Mati Menurut Islam hukum sesudah masa Nabi Muhammad B.1.1. Prinsip Dasar Hukum Pidana Islam SAW. Dalam ajaran Islam yang dijadikan landasan 2. Ijtihad yaitu perincian ajaran Islam yang sebagai sumber hukum sekaligus petunjuk bagi bersumber dari Alquran dan Al Hadits kehidupan umat manusia bersumber dari: (1) yang bersifat umum. Orng yang melakukan Alquran, (2) Sunnah, dan (3) Ar-Ra’yu. perincian dimaksud disebut mujtahid. Alquran adalah sumber ajaran Islam yang Mujtahid adalah orang yang memenuhi pertama, memuat kumpulan wahyu-wahyu Allah persyaratan untuk melakukan perincian SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad hukum dari ayat-ayat Alquran dan Al Hadits SAW. Isi kandungan Alquran diantaranya yang bersifat umum. memuat tentang peraturan-peraturan hidup 3. Qiyas merupakan hukum suatu perkara untuk mengatur kehidupan manusia dalam yang belum ada ketetapan hukumnya hubungannya dengan Allah, hubungan dengan dengan suatu perkara yang sudah ada perkembangan dirinya, hubungan dengan ketentuan hukumnya. Persamaan ketentuan sesama manusia, dan hubungan dengan alam hukum dimaksud didasari oleh adanya beserta makhluk lainnya. Alquran memuat unsur-unsur kesamaan yang sudah ada ajaran Islam, yang diantaranya: ketetapan hukumnya dengan yang belum 1. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah, ada ketetapan hukumnya yang disebut illat. Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir, Qadha dan Qadhar dan sebagainya 4. Istihsan yaitu mengecualikan hukum suatu peristiwa dari hukum peristiwa-peristiwa 2. Prinsip-prinsip syariah mengenai ibadah lain yang sejenisnya dan memberikan khas (shalat, puasa, zakat, dan haji) dan kepadanya hukum yang lain yang sejenisnya. ibadah umum (perekonomian, pernikahan, Pengecualian dimaksud dilakukan karena pemerintahan, hukum pidana, hukum ada dasar yang kuat perdata, dan sebagainya). 3. Janji kepada orang yang berbuat baik dan 5. Mashlahat Mursalah yaitu hukum ancaman kepada orang yang berbuat jahat berdasarkan kemashlahatan (kebaikan, (dosa). kepentingan) yang tidak ada ketentuannya dari syara’ baik ketentuan umum maupun 4. Sejarah nabi-nabi yang terdahulu, ketentuan khusus. Contoh: mendahulukan masyarakat dan bangsa terdahulu. kepentingan umum dari kepentingan pribadi 5. Ilmu pengetahuan mengenai ilmu tauhidan, dan golongan. agama, hal-hal yang menyangkut manusia, 6. Sadduz zari’ah yaitu menghambat/menutup masyarakat, dan yang berhubungan dengan sesuatu yang menjadi jalan kerusakan untuk 3 alam. menolak kerusakan. Contoh: melarang orang Sunnah Nabi Muhammad SAW merupakan meminum eteguk khamar (padahal seteguk sumber ajaran Islam yang kedua, hal-hal yang itu tidak memabukkan) untuk menutup diungkapkan oleh Alquran yang bersifat umum jalan jalan sampai kepada meminum yang atau memerlukan penjelasan, maka Nabi banyak Muhammad SAW menjelaskan melalui sunnah. 7. Urf yaitu kebiasaan yang sudah turun Sunnah adalah perbuatan, perkataan, dan menurun tetapi tidak bertentangan dengan perizinan Nabi Muhammad SAW. (Af’alu, Aqwalu, ajaran Islam. Contoh: jual beli dengan jalan dan Taqriru). Pengertian sunnah yang dimikian serah terima, tanpa mengucapkan ijab- mempunyai ksamaan pengertian hadis. Hal ini qabul. 4 akan diuraikan pada pengertian sunnah. Dari penjelasan tersebut diatas bahwa Ar-Ra’yu atau penalaran adalah sumber Alquran, sunnah dan Ar-Ra’yu adalah sebagai ajaran Islam yang ketiga. Penggunaan akal sumber dari ajaran Islam sekaligus sebagai hukum (penalaran) manusia dalam menginterpretasikan Islam yang memuat tentang peraturan-peraturan ayat-ayat Alquran dan sunnah yang bersifat hidup untuk mengatur kehidupan manusia dalam umum. Hal itu dilakukan oleh ahli hukum Islam hubungannya dengan Allah, hubungan dengan karena memerlukan penalaran manusia. Oleh perkembangan dirinya, hubungan dengan sesama karena itu, Ar-Ra’yu mengandung beberapa manusia, dan hubungan dengan alam beserta

3 Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, MA, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm. 15 4 Ibid, hlm. 16-17

3 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

makhluk lainnya termasuk ketentuan mengenai sesuatu perbuatan haruslah ‘setimpal’ dengan hukum pidana didalamnya. kejahatan yang dilakukan. ‘Hukuman’ harus Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan sesuai dengan ‘rasa keadilan’ dan rasa keadilan dari kata fiqh jinayah. Fiqh jinayah adalah segala di sini yang dijadikan sebagai parameter adalah ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau rasa keadilan dari Tuhan. perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang- Salah satu tujuan hukuman ‘setimpal’ adalah orang mukallaf (orang yang dapat dibebani untuk menanamkan rasa takut kepada setiap kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas orang yang ingin melakukan perbuatan tersebut. dalil-dalil hukum yang terperinci dari Alquran Jika kejahatan ‘membunuh’ dihukum dengan dan hadits.5 Tindakan kriminal dimaksud, ‘qishash’ (pembalasan), maka setiap orang, adalah tindakan-tindakan kejahatan yang barangkali akan berfikir berkali-kali ketika akan mengganggu ketentraman umum serta tindakan melakukan pembunuhan. Namun karena saat melawan peraturan perundang-undangan yang ini hukuman yang berlaku atas kejahatan ini bersumber dari alquran dan hadits. terasa ringan, tambahan lagi proses penegakan Hukum pidana Islam merupakan syariat hukum yang tidak memenuhi rasa keadilan dan Allah yang mengandung kemaslahatan bagi masih bisa ditawar-tawar, membuat orang-orang kehidupan manusia didunia maupun diakhirat. yang lemah imannya tidak takut melakukan Syariat Islam dimaksud, secara materiil pembunuhan. mengandung kewajiban asasi bagi setiap Dalam pandangan Islam, menghilangkan manusia untuk melaksanakannya. Konsep nyawa orang lain hanya boleh karena kehendak kewajiban asasi syariat, yaitu menempatkan Allah dan konsekuensi penegakan hukum-Nya Allah sebagai pemegang segala hak, baik yang (eksekusi atas putusan hakim). Atas dasar itu, ada pada diri sendiri maupun yang ada pada hukum Islam menetapkan perbuatan tertentu orang lain. Setiap orang hanya pelaksana yang yang dianggap sebagai kejahatan yang melanggar berkewajiban memenuhi perintah Allah. Perintah hukum (jarimah), dan karenanya diancam Allah dimaksud, harus ditunaikan untuk dengan hukuman (‘uqubah). kemaslahatan dirinya dan orang lain. Alquran Atas dasar itulah, kemudian dalam merupakan penjelasan Allah tentang syariat, pandangan Islam bahwa membunuh orang lain, sehingga disebut al-Bayan (penjelasan). Penjelasan hukumannya yang setimpal adalah dengan dimaksud secara garis besar mempunyai empat membunuh si pelaku. Menyakiti atau memotong cara dan salah satun diantaranya adalah Allah bagian tubuh orang lain, hukumannya yang memberikan penjelasan dalam bentuk nash setimpal adalah dengan perbuatan serupa. (tekstual) tentang syariat sesuatu, misalnya Sebab jika pembunuh diganjar dengan penjara orang yang membunuh tanpa hak, sanksi enam atau tujuh tahun saja, selain terasa tidak hukum bagi pembunuh yaitu harus dibunuh setimpal, juga dapat menimbulkan kejahatan oleh keluarga korban atas adanya putusan dari baru, di mana keluarga terbunuh tidak merasa pengadilan, orang berzina dicambuk 100 kali puas atas hukuman itu. Akibatnya pelampiasan bagi pelaku yang berstatus pemuda pemudi, rasa dendam tak dapat dihindari untuk namun bagi pelaku yang berstatus janda atau membunuh si pelaku pembunuhan. Masalahnya duda dan/atau sudah menikah hukumannya tidak berakhir sampai di sini. Masing-masing 6 adalah rajam. pihak saling menuntut pembalasan yang mengakibatkan terjadinya pembunuhan B.1.2. Filosofi ‘Hukuman Mati’ dalam Islam berkesinambungan. Tapi, jika sejak awal hukum Pidana mati adalah jenis pidana atau ‘qishash’ dijatuhkan kepada si pembunuh. hukuman yang paling berat. Pidana mati Masing-masing pihak tidak lagi menyimpan diadakan dengan maksud antara lain sebagai rasa dendam. Karena hukumannya setimpal, sarana untuk melindungi kepentingan umum sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan yang yang bersifat kemasyarakatan yang dibahayakan menjatuhkannya adalah negara, bukan salah oleh kejahatan dan penjahat yang sudah tidak satu pihak yang bertikai. dapat diperbaiki lagi. Sesungguhnya pidana mati diundangkan Dalam hukum Islam mengenai ketentuan Allah SWT dalam hukumnya yang bertujuan pidana mati ditujukan dalam rangka menegakkan untuk menjamin keamanan dan kelangsungan syariat yang telah ditentukan oleh Allah SWT hidup manusia secara umum. Dalam hukum serta memberikan jaminan yang cukup besar bagi Qishash itu terdapat jaminan yang cukup besar perlindungan terhadap hak asasi manusia. Dalam bagi perlindungan terhadap hak asasi manusia. konsep filosofis Pidana Islam, ‘hukuman’ atas Betapa tidak, dengan menjalankan Qishash, tak

5 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 1992, hlm.86 6 Zainuddin, Op.Cit, hlm. 1

4 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH) setetes darahpun yang tumpah, dapat diabaikan sendiri; dan barang siapa yang sesat maka begitu saja. Hak hidup manusia terjamin dengan sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) sebenar-benarnya. Adapun dalam keadaan di dirinya sendiri. Dan seseorang yang berdosa mana hukum syari`at tidak dijalankan, maka tidak dapat memikul dosa orang lain, dan nyawa manusia lebih murah dari nyawa seekor Kami tidak akan mengazab sebelum Kami ayam. Kemudian ‘hukuman’ harus sesuai mengutus seorang rasul”. dengan ‘rasa keadilan’. Rasa keadilan di sini QS. Al-An’am/6: ayat 19: yang dijadikan sebagai parameter adalah rasa keadilan Tuhan. “Katakanlah (Muhammad),”siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” katakanlah, Salah satu tujuan hukuman ‘setimpal’ ”Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan adalah untuk menanamkan rasa takut kepada kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku setiap orang yang ingin melakukan perbuatan agar dengan itu aku memberi peringatan tersebut. Jika kejahatan ‘membunuh’ dihukum kepadamu dan kepada orang yang sampai dengan ‘qishash’ (pembalasan), maka setiap (Al-Qur’an kepadanya). Dapatkah kamu orang, barangkali akan berfikir berkali-kali benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan- ketika akan melakukan pembunuhan. Namun tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, karena hukuman atas kejahatan ini terasa ”aku tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, ringan, tambahan lagi proses penegakan hukum ”Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang mungkin masih bisa ditawar-tawar, membuat Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa orang-orang yang lemah imannya tidak takut yang kamu persekutukan (dengan Allah).” melakukan pembunuhan. Padahal dalam pandangan Islam, menghilangkan nyawa orang 2. Asas Larangan Memindahkan Kesalahan lain hanya boleh karena dua faktor : Kepada Orang Lain yaitu asas yang 1. Kehendak Allah, dan menyatakan bahwa setiap perbuatan manusia, baik perbuatan yang baik maupun 2. Konsekuensi penegakan Hukum-Nya perbuatan yang jahat akan mendapatkan (eksekusi atas putusan hakim). imbalan yang setimpal. Asas ini terdapat Atas dasar itu, konsep Hukum Islam didalam Alquran: menetapkan perbuatan tertentu yang dianggap QS. Al-An’am/6: ayat 165: sebagai kejahatan yang melanggar hukum (jarimah), dan karenanya diancam dengan ”Dan Dialah yang menjadikan kamu hukuman (‘uqubah). Ancaman ‘pidana mati’ sebagai khalifah-khalifah di bumi dan dalam pidana Islam mencakup empat kejahatan: Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas 1. perbuatan zina bagi yang telah bersuami (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. istri dengan dirazam (konsep Hukuman mati Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat yang tertulis dalam teks al Qur’an) sampai memberi hukuman dan sungguh, Dia maha mati; Pengampun, Maha Penyayang”. 2. perampokan dan penodongan. QS. Al-Fatir/35: ayat 18: 3. pembunuhan (menghilangkan nyawa orang lain) dalam hal tidak mendapat kemaafan ”Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dari ahli waris, dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang 4. Pemberontakan (subversi,) dan lain) untuk memikul bebannya itu tidak pengkhianatan terhadap agama (murtad). akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. B.1.3. Asas-Asas Hukum Pidana Islam Sesungguhnya yang dapat engkau beri Asas-asas hukum pidana islam merupakan peringatan hanya orang-orang yang takut asas yang mendasari pelaksanaan hukum kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) pidana Islam, yang terdiri dari: mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barang siapa 1. Asas Legalitas adalah asas yang menyatakan menyucikan dirinya, sesungguhnya dia bahwa tidak ada pelanggaran dan tidak menyucikan diri untuk kebaikan dirinya ada hukukan sebelum ada peraturan yang sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat mengaturnya. Asas ini didasarkan kepada kembali”. QS. Al-Israa/17: ayat 15 dan QS. Al- An’am/6: ayat 19. QS. Az-Zumar/39: ayat 7: QS. Al-Israa/17: ayat 15 : ”Jika kamu kafir (ketahuilah) maka “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan sesungguhnya Allah tidak memerlukan kamu hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia dan dia tidak meridai kekafiran hamba- berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya hamba-Nya. Jika kamu bersyukur, Dia meridai

5 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

kesyukuranmu itu. Seseorang yang berdosa orang yang dibunuh; orang merdeka dengan tidak memikul dosa orang lain. Kemudian orang merdeka, hamba dengan hamba dan kepada Tuhanmulah kembalimu lalu dia wanita dengan wanita. Maka barangsiapa beritakan kepadamu apa yang telah kamu yang mendapat suatu pemaafan dari kerjakan. Sungguh, Dia maha mengetahui saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) apa yang tersimpan dalam dada (mu).” mengikuti dengan cara yang baik, dan QS. An-Najm/53: ayat 38: hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan ”(yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak cara yang baik (pula). Yang demikian itu akan memikul dosa orang lain,” adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu QS. Al-Muddatstsir/74: ayat 38: dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya ”setiap orang bertanggungjawab atas apa siksa yang sangat pedih”. yang telah dilakukannya” b. QS. Al-Baqarah/2: ayat 179: 3. Asas Praduga Tak Bersalah yaitu asas yang mendasari bahwa seseorang yang dituduh “Dan dalam qishash itu ada (jaminan melakukan suatu kejahatan harus dianggap kelangsungan) hidup bagimu, hai orang- tidak bersalah sebelum hakim dengan bukti- orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. bukti yang meyakinkan menyatakan dengan c. QS. An-Nisaa/4: ayat 92 : tegas kesalahannya itu. “Dan tidak layak bagi seorang mukmin B.1.4. Jenis Perbuatan yang Dapat Dikenakan membunuh seorang mukmin (yang lain), Pidana Mati Menurut Islam kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang 1) Perbuatan Membunuh mukmin karena tersalah (hendaklah) ia Pembunuhan adalah suatu perbuatan memerdekakan seorang hamba sahaya yang dilakukan oleh seseorang atau yang beriman serta membayar diat yang beberapa orang yang mengakibatkan diserahkan kepada keluarganya (si seseorang atau beberapa orang meninggal terbunuh), kecuali jika mereka (keluarga dunia. Pembunuhan ini diklasifikasikan terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) menjadi tiga, yaitu: dari kaum yang memusuhimu, padahal ia a. Pembunuhan sengaja (amd), yaitu mukmin, aka (hendaklah si pembunuh) perbuatan yang dilakukan oleh memerdekakan hamba sahaya yang seseorang dengan tujuan untuk mukmin. Dan jika ia (si terbunuh) dari membunuh orang lain dengan kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) menggunakan alat yang dipandangdang antara mereka dengan kamu maka layak untuk membunuh. (hendaklah sipembunuh membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si b. Pembunuhan tidak disengaja (khata), terbunuh) serta memerdekakan hamba yaitu perbuatan yang dilakukan oleh sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang seseorang dengan tidak ada unsur tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si kesengajaan yang mengakibatkan orang pembunuh) berpuasa dua bulan berturut- lain meninggal dunia. turut sebagai cara taubat kepada Allah”. c. Pembunuhan semi sengaja, yaitu d. QS. An-Nisaa/4: ayat 93: perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan “Dan barang siapa membunuh seorang tujuan mendidik. Contohnya: seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya guru yang memukulkan penggaris adalah jahannam, kekal ia di dalamnya dan kepada kaki seorang muridnya, tiba- Allah murka kepadanya, dan mengutukinya tiba murid yang dipukul meninggal serta menyediakan azab yang besar baginya”. dunia, maka perbuatan guru tersebut e. QS. Al-Maidah/5: ayat 45 : dinyatakan sebagai pembunuhan semi “Dan kami telah tetapkan terhadap mereka sengaja (syibhu al-amdi) di dalamnya (At-Taurat) bahwasannya Dasar hukum atau dalil hukum didalam jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan Alquran yang mengatur tentang sanksi hukum mata, hidung dengan hidung, telinga pembunuhan, diantaranya termuat dalam: dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka- luka (pun) ada qishashnya. Barangsiapa a. QS. Al-Baqarah/2: ayat 178: yang melepaskan (hak qishash) nya, maka “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa atas kamu qishash berkenaan dengan orang- baginya. Barangsiapa tidak memutuskan

6 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH)

perkara menurut apa yang diturunkan itu melampaui batas dalam membunuh. Allah, maka mereka itu adalah orang-orang Sesungguhnya ia adalah orang yang yang zalim”. mendapat pertolongan”. f. QS. Al-Maidah/5: ayat 32 : Beberapa Hadits menyebutkan mengenai “Oleh karena itu kami tetapkan (suatu perbuatan pembunuhan sebagaimana yang hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa diriwayatkan oleh: yang membunuh seorang manusia, bukan a. “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. karena orang itu (membunuh) orang lain, Katanya: Sesungguhnya Rasullullah SAW atau bukan karena membuat kerusakan di bersabda: Hari kiamat itu akan berlaku muka bumi, maka seakan-akan dia telah setelah banyaknya peristiwa Harj. Mereka membunuh manusia seluruhnya. Dan bertanya: Wahai Rasullullah, apakah harj barangsiapa yang memelihara kehidupan itu? Baginda bersabda: Pembunuhan, seorang manusia, maka seolah-olah dia pembunuhan”. 7 telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesngguhnya telah b. “Hadis Ibnu Abbas ra : Diriwayatkan dari datakpada merekasul-rasul Kami dengan Said bin Jubair ra. Katanya: Ahli kufah (membawa) keterangan-keterangan yang telah berselisih pendapat tentang ayat yang jelas, kemudian banyak diantara mereka bermaksud: Siapa yang membunuh seorang esudah itu sungguh-sungguh melampaui mukmin secara sengaja maka balasannya batas dalam berbuat kerusakan di muka adalah Neraka Jahanam. Lalu aku pergi bumi”. menemui Ibnu Abbas memberitahu Ayat tersebut merupakan ayat yang terakhir g. QS. Al-Furqan/25: ayat 68: diturunkan, oleh karena itu tidak ada yang “Dan orang-orang yang tidak menyembah menasakhkannya”. 8 Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak Berdasarkan penjelasan mengenai membunuh jiwa yang diharamkan Allah perbuatan membunuh sebagaimana disebutkan (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) di dalam Alquran dan hadis tersebut diatas, yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa dapat diuraikan sebagai berikut: yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)”. a. pelaku pembunuhan yang disengaja, pihak keluarga korban dapat memutuskan salah h. QS. Al-An’aam/6: ayat 151: satu dari tiga pilihan, yaitu: “Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang 1) qishash, yaitu hukuman pembalasan diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: setimpal dengan penderitaan korbannya; janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap 2) diat, yaitu pembunuh harus membayar kedua orang ibu bapa, dan janganlah denda sejumlah 100 ekor unta, atau kamu membunuh anak-anak kamu karena 200 ekor sapi atau 1000 ekor kambing, takut kemiskinan, Kami akan memberi atau bentuk lain seperti uang senilai rezki kepadamu dan kepada mereka, dan harganya. Diat tersebut diserahkan janganlah kamu mendekati perbuatan- kepada pihak keluarga korban; perbuatan yang keji, baik yang nampak 3) pihak keluarga memaafkannya apakah di antaranya maupun yang tersembunyi, harus dengan syarat atau tanpa syarat. dan janganlah kamu membunuh jiwa b. pelaku pembunuhan yang tidak sengaja, yang diharamkan Allah (membunuhnya) pihak keluarga diberikan pilihan, yaitu: melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”. Demikian itu yang diperintahkan 1) Pelaku membayar diat; kepadamu supaya kamu memahami (nya.) 2) Membayar kifarah (memerdekakan i. QS. Al-Israa/17: ayat 33: budak mukmin; “Dan janganlah kamu membunuh jiwa 3) Jika tidak mampu maka pelaku yang diharamkan Allah (membunuhnya), pembunuhan diberi hukuman moral, melainkan dengan suatu (alasan) yang yaitu berpuasa selama dua bulan benar [853]. Dan barangsiapa dibunuh berturut-turut. secara zalim, maka sesungguhnya Kami c. Pelaku pencederaan dalam bentuk telah memberi kekuasaan [854] kepada penusukan badik/parang ke bagian perut ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris korban maka pelakunya dikenakan sanksi

7 hadis ini dikutip dari CD Holy Quran & Alhadis: Kumpulan hadis Riwayat Bukhary & Muslim, 2002, hadis No. 986 8 Ibid, hadis No. 1378.

7 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

hukum, yaitu ditusuk perutnya dengan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka badik/parang sesuai perbuatannya yang perbuat”. membuat korban menderita.selain itu juga c. QS An-Nur/24: ayat 31: dapat tidak dikenai hukuman bila pihak korban memaafkan orang yang melukainya. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Dalil hukum dalam hal ini mengungkapkan “Hendaklah mereka menahan pandangannya, bahwa mata dibalas dengan mata, telinga dan kemaluannya, dan janganlah mereka dibalas dengan telinga, hidung dibalas menampakkan perhiasannya, kecuali dengan hidung, dan seterusnya. yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung Dari uraian tersebut nampak bahwa nyawa kedadanya, dan janganlah menampakkan seseorang adalah mahal, karena itu harus perhiasannya kecuali kepada suami mereka, dijaga dan dilindungi. Ketentuan hukuman atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, qishash mempunyai relevansi kuat dalam upaya atau putera-putera mereka, atau putera- melindungi manusia, sehingga para pelaku putera suami mereka, atau saudara-saudara kejahatan timbul kejeraan lantaran harus laki-laki mereka, atau putera-putera saudara menanggung beban yang sama yang diderita oleh lelaki mereka, atau putera-putera saudara korbannya jika ia melakukan kejahatan tersebut. perempuan mereka, atau wanita-wanita Selain itu pihak keluarga korban diberikan hak islam, atau budak-budak yang mereka otonomi sepenuhnya untuk memilih hukuman miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang yang bakal dikenakan terhadap pelaku yang tidak mempunyai keinginan (terhadap hal ini dengan mempertimbangkan psikologi wanita) atau anak-anak yang belum mengerti keluarga. tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka 2) Perbuatan Zina memukulkan kakinyua agar diketahui Zina secara harfiah berarti fahisyah, perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan yaitu perbuatan keji, zina dalam pengertian bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, istilah adalah hubungan kelamin antara hai orang-orang yang beriman supaya kamu seorang laki-laki dengan seorang perempuan beruntung”. yag satu sama lain tidak terikat dalam d. QS. An-Nisaa/4: ayat 15: hubungan perkawinan. (Abdurrahman Doi, “Dan (terhadap) para wanita yang Tindak Pidana dalam Syariat Islam, Jakarta: mengerjakan perbuatan keji [275], hendaklah Rineka Cipta, 1991, hlm.31) Para ahli ada empat orang saksi diantara kamu (yang hukum Islam (fuqaha) mengartikan zina, menyaksikannya). Kemudian apabila mereka yaitu melakukan hubungan seksual dalam telah memberi persaksian, maka kurunglah arti memasukkan kelamin pria (zakar) mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah ke dalam vagina wanita yang dinyatakan sampai mereka menemui ajalnya, atau haram, bukan karena syubhat, dan atas sampai Allah memberi jalan lain kepadanya”. dasar syahwat (nafsu). e. QS. Al-Israa/17: ayat 32: Dasar hukum atau dalil hukum didalam Alquran yang mengatur tentang sanksi hukum “Dan janganlah kamu mendekati zina; zina, diantaranya termuat dalam: sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang a. QS. An-Nur/24: ayat 2: buruk”. “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang Bahwa cukup banyak hadis yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari menyebutkan mengenai perbuatan zina keduanya seratus dali dera, dan janganlah diantaranya sebagaimana yang diriwayatkan belas kasihan kepada keduanya mencegah oleh: kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari a. “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) Bahwasannya: Nabi SAW. bersabda: Allah hukuman mereka disaksikan oleh SWT telah menentukan bahwa anak Adam sekumpulan orang-orang yang beriman”. cenderung terhadap perbuatan zina. Keinginan tersebut tidak dapat dielakkan, b. QS An-Nur/24: ayat 30: yaitu melakukan zina mata dalam bentuk “Katakanlah kepada orang laki-laki pandangan, zina mulut dalam bentuk yang beriman: “Hendaklah mereka penuturan, zina perasaan melalui cita-cita menahan pandanganya, dan memelihara dan keinginan mendapatkannya. Namun, kemaluannya; yang demikian itu adalah kemaluanlah yang menentukan dalam lebih suci bagi mereka, sesungguhnya berbuat zina atau tidak”.9 .

9 hadis ini dikutip dari CD Holy Quran & Alhadis: Kumpulan hadis Riwayat Bukhary & Muslim, 2002, hadis No. 1550)

8 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH) b. “Diriwayatkan dari sayyidina Umar bin hukuman itu akan dijatuhkan kepadanya tanpa Al-Khattab ra, katanya: sesungguhnya memandang kedudukan atau status sosial. Allah telah mengutus Muhammad SAW 3) Perbuatan Penodongan dan Perampokan dengan kebenaran dan telah menurunkan kepada binda kitab Alquran. Diantara Perbuatan penodongan dan perampokan yang diturunkan kepada baginda ialah dalam hukum pidana Islam merupakan salah ayat yang menyentuh tentang hukuman satu perbuatan yang sanksi hukumannya rajam. Kami selalu membaca, menjaga dapat dikenakan pidana mati bagi pelakunya. dan memikirkan ayat tersebut. Rasullullah Dalam hukum Islam perilaku kriminal berupa saw tela melaksanakan hukuman rajam penodongan dan/atau perampokan di istilahkan tersebut dan selepas baginda, kamipun dalam kitab-kitab fikih klasik aitu muharib, dan melaksanakan juga hukuman itu. Pada secara harfiah adalah hirabah yang cenderung akhir jaman aku merasa takut, akan ada mendekati pengertian mencuri. orang yang akan mengatakan: kami tidak Mengenai pengertian penodongan adalah menemukan hukuman rajam dalam kitab merampas atau mengambil harta milik orang lain Allah yaitu Alquran sehingga mereka akan dengan cara memaksa korbannya. Pengertian menjadi sesat karena meninggalk salah ini sama dengan perampokan. Perbedaan pada satu kewajibn yang telah diturunkan oleh umumnya antara penodongan dan perampokan Allah. Sesungguhnya hukuman rajam yaitu kata penodong lebih lazim dipakai terhadap yang terdapat dalam kitab Allah itu mesti tindak pidana yang dilakukan diluar rumah dilaksanakan kepada pezina yang pernah sedangkan perbuatan yang dilakukan leh pelaku kawin baik laki-laki maupun perempuan di dalam rumah atau gedung disebut dengan bila terdapat bukti ang nyata, atau dia telah perampok. hamil ataupun dengan pengakuan sendiri”.10 Perbedaan antara perbuatan hirabah dan Berdasarkan penjelasan mengenai perbuatan perbuatan mencuri adalah mencuri berarti zina sebagaimana disebutkan di dalam Alquran mengambil barang milik orang lain secara diam- dan hadis tersebut diatas, dapat diuraikan diam sedangkan hirabah adalah mengambil sebagai berikut: barang orang lain dengan cara anarkis, seperti merampok, mengancam atau dengan cara a. Sanksi hukum bagi wanita dan/atau laki- menakut-nakuti orang serta dengan kekerasan laki berstatus pemuda dan/atau pemudi lainnya. Sehingga para fuqaha (ahli hukum Islam) adalah hukuman cambuk seratus kali. mengategorikan penodongan atau perampokan b. Dalam pelaksanaan cambuk tidak ada belas dengan pencurian besar. kasihan kepada pelaku zina serta eksekusinya Seseorang dapat disebib bila tindak-tanduknya disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang mencerminkan perilaku sebagai berikut: 11 yang beriman. a. Apabila ia keluar rumah dengan niat c. Pelaksanaan hukuman cambuk tidak boleh mengambil harta milik orang lain dengan ada belas kasihan kepada keduanya yang cara anarkis sehingga membuat suasana mencegah kamu untuk menjalankan hukum menakutkan atau mencekam, walaupun ia Allah jika kamu beriman kepada Allah dan tidak berhasil mengambil harta dan/atau hari akhir. membunuh pemilik harta. d. Sanksi hukum bagi wanita dan/atau laki- b. Apabil ia keluar rumah dengan niat laki yang berstatus janda dan/atau duda mengambil harta milik orang lain dengan adalah hukuman rajam (ditanam sampai cara anarkis dan berhasil mengambil harta leher kemudian dilempari batu sampai tetapi tidak membunuh pemilik harta. meninggal). Dalam pelaksanaan hukuman rajam tidak ada belas kasihan kepada c. Apabila ia keluar rumah dengan niat pelaku zina serta eksekusinya disaksikan mengambil harta milik orang lain dengan oleh sekumpulan dari orang-orang yang cara anarkis, tidak berhasil mengambil beriman. harta tetapi membunuh pemilik harta. Bahwa bagi pelaku perbuatan zina, syariat d. Apabila ia keluar rumah dengan niat Islam tidak membedakan setiap orang, apakah mengambil harta milik orang lain dengan ia seorang raja atau putra raja dan/atau hamba cara anarkis, berhasil mengambil harta dan sahaya, kaya atau miskin, hitam atau putih. membunuh pemiliknya. Oleh karena itu bila seorang terbukti melakukan Dasar hukum atau dalil hukum didalam perbuatan zina tanpa keraguan sedikitpun, maka Alquran yang mengatur tentang sanksi hukum

10 Ibid, hadis No. 997 11 Fauzan Al-Anshari & Halawi Makmun, Pidana Terorisme, Jakarta: Lembaga Kajian Syariat Islam, 2005, hlm. 17.

9 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

penodongan atau prampokan, diantaranya hatinya tetap tenang dalam beriman (dia termuat dalam: tidak berdosa), akan tetapi orang yang a. QS. Al-Maidah/5: ayat 33: melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang- azab yang besar”. Allah SWT menunjukan orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya kemurkaannya terhadap perbuatan murtad. dan membuat kerusakan di muka bumi, Khusus untuk orang yang murtad, hukuman hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau diberlakukan setelah kepada mereka ialah dipotong tangan dan kaki mereka dengan bahwa mereka diminta bertaubat terlebih bertimbal balik [414], atau dibuang dari dahulu (istitabah). Kalau ia enggan, maka negeri (tempat kediamannya). Yang demikian baru dibunuh. Sebagaimana diriwayatkan itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka dari Mu’adz, Rasul saw bersabda kepadanya: didunia, dan di akhirat mereka beroleh Lelaki mana saja yang murtad dari Islam, siksaan yang besar”. maka ajaklah ia kembali. Jika ia kembali, b. QS. Al-Maidah/5: ayat 34: bebaskan, jika tidak, penggallah lehernya. Dan perempuan mana saja yang murtad “kecuali orang-orang yang taubat (di antara dari Islam, maka ajaklah ia kembali. Jika mereka) sebelum kamu dapat menguasai ia kembali, bebaskan, jika tidak, penggallah (menangkap) mereka; maka ketahuilah lehernya. ) Fath al-Bari kitab istitabah al- bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi murtaddin bab hukmil-murtad. Menurut Ibn Maha Penyayang”. Hajar, sanad hadits ini hasan. Al-Mu’jam al- Berdasarkan penjelasan mengenai Kabir bab Mu’adz ibn Jabal no. 93).12 perbuatan penodongan dan/atau perampokan di dalam Alquran tersebut diatas, adalah lebih Dasar hukum atau dalil hukum didalam berat jika dibandingkan dengan perbuatan Alquran yang mengatur tentang sanksi hukum pencurian, yaitu sanksi hukumannya dengan bughah dan riddah, diantaranya termuat dalam: dibunuh atau disalib (dipotong tangan dan a. QS. Al-Hujaraat/49: ayat 9: kakinya), atau dibuang. Adapun syarat-syarat hukuman bagi penodongan yaitu baligh dan “Dan kalau ada dua golongan dari mereka berakal (taklif), menggunakan senjata, jauh dari yang beriman itu berperang hendaklah kamu tempat ramai, dan terang-terangan. damaikan antara keduanya Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang 4) Perbuatan Pemberontakan atau Subversi lain, hendaklah yang melanggar perjanjian (Bughah) dan Murtad (Riddah) itu kamu perangi sampai surut kembali Dalam istilah hukum Islam yang pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, dimaksud bughah adalah suatu usaha atau damaikanlah antara keduanya menurut gerakan yang dilakukan oleh suatu kelompok keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; dengan tujuan untuk menggulingkan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang pemerintahan yang sah. Secara harfiah yang berlaku adil”. bughah berarti menanggalkan atau b. QS. Al-Maidah/5: ayat 33, yang berbunyi: melanggar. “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang- Riddah secara harfiah berarti kembali. orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya Yang dimaksud dengan kembali hal ini dan membuat kerusakan di muka bumi, adalah kembalinya seorang muslim yang hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau berakal dan baligh untuk memilih keyakinan dipotong tangan dan kaki mereka dengan agama lain atas dasar pilihannya bukan atas bertimbal balik [414], atau dibuang dari paksaan. Dari pengertian tersebut anak- negeri (tempat kediamannya). Yang demikian anak yang menyatakan memilih agama itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka berbeda dengan agama orang tuannya tidak didunia, dan di akhirat mereka beroleh termasuk murtad, begitu pula dengan orang siksaan yang besar”. gila. Dalam pandangan Islam tentang Murtad c. QS. An-Nahl/16: ayat 106: ini sebagaimana disebutkan dalam QS. An- “Barangsiapa yang kafir kepada Allah Nahl/16: ayat 106 berbunyi: “Barangsiapa sesudah dia beriman (dia mendapat yang kafir kepada Allah sesudah dia kemurkaan Allah), kecuali orang yang beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang kecuali orang yang dipaksa kafir padahal dalam beriman (dia tidak berdosa), akan

12 http://pemikiranislam.net/2010/05/hukuman-mati-dalam-perspektif-hadits/

10 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH)

tetapi orang yang melapangkan dadanya mempunyai sanksi yang negatif, sehingga untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah dengan sistem sanksi yang negatif tersebut menimpanya dan baginya azab yang besar”. tumbuh pandangan bahwa pidana hendaknya d. QS. At-Taubah/9: ayat 12: diterapkan jika upaya lain sudah tidak memadai lagi. Hukum pidana mempunyai fungsi yang “Jika mereka merusak sumpah (janji)nya subsidier. sesudah mereka berjanji, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah Pidana adalah suatu reaksi atas delik pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, (punishment) dan berwujud suatu nestapa yang karena sesungguhnya mereka itu adalah dengan sengaja ditimpakan (sifat negatif) oleh orang-orang (yang tidak dapat dipegang) negara atau lembaga negara terhadap pembuat janjinya, agar supaya mereka berhenti”. delik. Nestapa hanya merupakan suatu tujuan yang terdekat saja, bukanlah suatu tujuan Berdasarkan penjelasan mengenai perbuatan terakhir yang dicita-citakan sesuai dengan upaya bughah di dalam Alquran tersebut diatas, dapat pembinaan (treatment).14 dikatakan bahwa gerakan anti pemerintah dinyatakan pemberontak dan dihukum yaitu: Menurut Moeljatno hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berdiri a. sanksi hukum terhadap orang-orang sendiri. Dalam hukum pidana harus ada kepastian yang memerangi Allah dan Rasul Nya dan apakah terdakwa benar-benar melakukan tindak membuat kerusakan di muka bumi adalah pidana atau tidak. 15 Sedangkan pengertian di bunuh. Tindak pidana artinya suatu perbuatan yang b. Dipotong tangan dan kaki mereka dengan pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana. bertimbal balik Tindak pidana menurut Simon yaitu perbuatan yang diancam pidana melawan hukum dilakukan c. Di buang dari negeri (tempat kediamannya. oleh orang yang dapat dipertanggung jawabkan Adapun dalam penerapan hukum dimaksud perbuatannya.16 dilaksanakan harus memenuhi persyaratan- Berdasarkan kepustakaan, hukum pidana persyaratan, yaitu: merupakan hukum publik, oleh karenanya : a. pemegang kekuasaan yang sah bersikap adil a. Penjatuhan pidana dijatuhkan untuk dalam menetapkan kebijakan mempertahankan kepentingan umum. b. pemberontak merupakan suatu kelompok b. Pelaksanaannya sepenuhnya ditangan yang memiliki kekuatan, sehingga pemerintah. pemerintah untuk mengatasi gerakan tersebut harus bekerja keras. Jika gerakan c. Mengatur hubungan antara individu dengan tersebut hanya dilakukan segelintir orang negara. yang mudah diatasi dan dikontrol, tidak Merujuk sifat dari hukum pidana di atas, termasuk bughah. maka nampak bahwa fungsi hukum pidana ada c. Dari gerakan tersebut diperoleh bukti-bukti 2 yaitu: kuat yang menunjukan sebagai gerakan a. Fungsi secara khusus hukum pidana yaitu untuk memberontak guna menggulingkan secara khusus ialah melindungi kepentinqan pemerintahan yang sah. Jika tidak gerakan hukum terhadap perbuatan, tindakan atau tersebut dikategorikan sebagai pengacau aktivitas atau kegiatan yang membahayakan. keamanan atau perampok Yang dimaksud dengan Kepentingan Hukum d. Gerakan tersebut mempunyai sistem itu sendiri yaitu : kepemimpinan, karena tanpa ada seorang 1. kepentingan hukum terhadap nyawa pemimpin tidak mungkin kekuatan akan manusia. terwujud.13 Maknanya di sini yaitu bahwa siapapun B.2. Konsepsi Pidana Mati Di Indonesia tidak boleh melakukan perbuatan, kegiatan, aktivitas yang membahayakan B.2.1. Prinsip Dasar Hukum Pidana Indonesia atau melanggar kepentingan hukum Sanksi hukum yang berupa pidana yang yang berupa nyawa manusia. Bagi diancamkan kepada pembuat delik merupakan siapa saja yang membahayakan ciri perbedaan hukum pidana dengan jenis atau melanggar kepentingan hukum hukum yang lain. Pada dasarnya hukum pidana terhadap nyawa manusia, dapat dijerat

13 Zainuddin Ali, Op. cit, hlm. 76 14 Aruan Sakidjo, SH, MH, dan DR. Bambang Poernomo, SH, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Ghalia Indone- sia, Jakarta, 1990, hlm. 69 15 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Rieneka Cipta, 1993, hlm. 8-9 16 Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, Bandung, Asy Syamil, 2000, hlm. 97

11 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

dengan ketentuan KUHP, misainya 340 dapat membahayakan kelangsungan KUHP, 338 KUHP, 359 KUHP. kehidupan berbangsa dan bernegara. 2. kepentingan hukum terhadap badan 2. kepentingan hukum terhadap atau tubuh manusia. masyarakat. Ketentuan yang dapat dijatuhkan kepada Masyarakat harus dilindungi dari setiap mereka yang melakukan tindakan orang yang melakukan perbuatan atau perbuatan yan membahayakan atau aktivitas atau tindakan yang atau melanggar kepentingan hukum membahayakan kehidupan masyarakat. terhadap badan atau tubuh manusia, 3. kepentingan hukum terhadap individu. yaitu antara lain, Pasal 351 KUHP, 354 KUHP. Seperti sudah diuraikan di atas, maka individupun harus diberi perlindungan 3. kepentingan hukum terhadap atas perbuatan atau aktivitas kehormatan. atau tindakan dari setiap orang Kehormatan seseorang dijamin oleh yang membahayakan kepentingan peraturan perundang-undangan hukumnya. pidana. Dengan demikian, jika ada b. Fungsi secara umum hukum pidana yaitu orang yang melakukan perbuatan atau mengatur kehidupan kemasyarakatan. tindakan atau aktivitas yang melanggar Sedangkan tujuan dari hukum pidana yaitu: kehormatan orang lain, maka pelanggar tersebut dapat dijerat telah melanggar a. Untuk menakut-nakuti orang jangan Pasal 310 KUHP. Jika disertai dengan sampai melakukan kejahatan, baik yang ancaman, maka dapat dijerat dengan ditujukan: ketentuan Pasal 335 KUHP. -- menakut-nakuti orang banyak 4. kepentingan hukum terhadap (generale preventie); kemerdekaan. -- menakut-nakuti orang tertentu Demkian juga dengan kemerdekaan, yang sudah menjalankan kejahatan siapapun tidak boleh merampas agar di kemudian hari tidak kemerdekaan orang lain. Perampasan melakukan kejahatan lagi (speciale kemerdekaan ini, jika dilakukan preventie) bukan oleh aparat penegak hukum, b. Untuk mendidik atau memperbaiki apalagi tidak ada alasan berdasarkan orang-orang yang sudah menandakan undangundang, maka pelaku suka melakukan kejahatan agar menjadi perampasan kemerdekaan ini dapat orang yang baik tabiatnya sehingga dijerat dengan Pasal 333 KUHP. bermanfaat bagi masyarakat. 5. kepentingan hukum terhadap harta c. Menurut Wirjono Prodjodikoro, kedua benda tujuan tersebut merupakan tujuan Harta benda seseorang, dilindungi oleh yang bersifat tambahan/sekunder, dan undang-undang. Dengan demikian, bagi menurut dia melalui tujuan tersebut, siapa saja tanpa alasan berdasarkan akan berperanan dalam meluruskan undang-undang, melakukan perbuatan neraca kemasyarakatan yang yang dapat mengakibatkan melanggar merupakan tujuan primer. harta benda orang lain, antara lain Terkait dengan sifat, fungsi, dan tujuan dapat dikenakan Pasal 362 KUHP, 372 Hukum Pidana, masalah pengaturan sanksi KUHP. pidana dalam peraturan perundang-undangan, Dari uraian di atas, dapat juga dikemukakan dikenal apa yang disebut dengan isitilah Ultimum bahwa 5 kepentingan hukum dapat diringkas Remidium dan Primim Remidium. menjadi 3 kepentingan hukum yaitu: 1. Ultimum Remidium. 1. kepentingan hukum terhadap negara. Makna Ultimum Remedium, yaitu sanksi Yang dimaksud dengan kepentingan pidana dipergunakan manakala sanksi- hukum terhadap negara di sini sanksi yang lain sudah tidak berdaya. yaitu bahwa negara perlu mendapat Dengan perkataan lain, dalam suatu perlindungan dari perbuatan atau undang-undang sanksi pidana dicantumkan aktivitas atau tindakan yang merongrong, sebagai sanksi yang terakhir, setelah sanksi merendahkan, membahayakan, perdata, maupun sanksi administratif. menggulingkan Pemerintahan yang sah. Termasuk di sini perbuatan, 2. Primum Remidium. tindakan, aktivitas atau kegiatan yang Makna Primum Remidium ini, yaitu sanksi

12 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH)

pidana dipergunakan sebagai senjata utama • Pemerasan dengan pemberatan, Pasal 368 atau yang pertama kali diancamkan dalam ayat (2). suatu ketentuan undang-undang. Sanksi Di luar KUHP, pidana mati sering dijatuhkan hukum pidana yang tajam inilah yang terhadap pelaku tindak pidana seperti tindak membedakan dengan sanksi-sanksi dalam pidana terorisme (Undang-Undang Nomor 15 hukum-hukum yang lain. Tahun 2003 tentang Penetapan Perppu No.1 Th. B.2.2. Pidana Mati di Indonesia 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang) dan pelaku Pidana mati adalah merupakan jenis tindak pidana narkotika (Undang-Undang Nomor pidana yang paling berat dari susunan sanksi 22 Tahun 1997 tentang Narkotika). pidana dalam sistem pemidanaan di Indonesia. Ketentuan tentang Pidana mati saat ini diatur Didalam perkembangan kemudian, ada dalam peraturan perundang-undangan seperti beberapa undang-undang yang memuat lain dalam KUHP. Ketentuan Pidana mati yang diatur yang memuat ancaman pidana mati, antara lain dalam KUHP tercantum dalam Ketentuan Pasal Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang 10, yang memuat dua macam pidana, yaitu Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 26 pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. pokok, terdiri dari Pidana mati, Pidana penjara, Dari beberapa ketentuan peraturan Pidana kurungan dan Pidana denda; Pidana perundang-undangan tersebut memiliki arti tambahan terdiri dari Pencabutan hak tertentu, yaitu bahwasannya ancaman pidana mati dalam perampasan barang tertentu dan pengumuman ketentuan perundang-undangan di Indonesia keputusan hakim. Tata cara pelaksanaan Pidana masih jelas ada, bahkan semakin dikukuhkan mati diatur dalam UU Nomor 2/PnPs/1964 yang dengan terbitnya beberapa undang-undang yang dipedomani sampai saat ini. diberlakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan Di dalam KUHP terdapat beberapa pasal yang berkembang di Indonesia. berisi ancaman pidana mati, seperti makar B.3. Perbedaan Konsepsi Pidana Mati Menurut pembunuhan terhadap Presiden (Pasal 104), Islam dan Konsepsi Pidana Mati di pembunuhan berencana (Pasal 340), dan Indonesia sebagainya. Bahkan beberapa pasal KUHP Berdasarkan uraian mengenai konsepsi mengatur tindak pidana yang dincam pidana pidana mati menurut Islam dan konsepsi 17 mati, misalnya: pidana mati di Indonesia tersebut diatas, dapat • Makar membunuh kepala negara, Pasal 104; disimpulkankan adanya perbedaan, yaitu: • Mengajak negara asing guna menyerang 1. menurut Konsepsi Pidana Mati Menurut Indonesia, Pasal 111 ayat (2); Islam: • Memberi pertolongan kepada musuh waktu a. yang dijadikan dasar untuk menentukan Indonesia dalam perang, Pasal 124 ayat (3); pidana mati bersumber dari: (1) • Membunuh kepala negara sahabat, Pasal Alquran, (2) Sunnah, dan (3) Ar-Ra’yu. 140 ayat (1); Alquran, sunnah dan Ar-Ra’yu adalah sebagai sumber dari ajaran Islam • Pembunuhan dengan direncanakan lebih sekaligus sebagai hukum Islam yang dahulu, Pasal 140 ayat (3) dan 340; memuat tentang peraturan-peraturan • Pencurian dengan kekerasan oleh dua hidup untuk mengatur kehidupan orang atau lebih berkawan, pada waktu manusia dalam hubungannya dengan malam atau dengan jalan membongkar dan Allah, hubungan dengan perkembangan sebagainya, yang menjadikan ada orang dirinya, hubungan dengan sesama berluka berat atau mati, Pasal 365 ayat (4); manusia, dan hubungan dengan alam beserta makhluk lainnya termasuk • Pembajakan di laut, di pesisir, di pantai, dan ketentuan mengenai hukum pidana di kali, sehingga ada orang mati, Pasal 444; didalamnya. • Dalam waktu perang menganjurkan huru- b. Dalam hukum Islam mengenai hara, pemberontakan, dan sebagainya ketentuan pidana mati ditujukan antara pekerja-pekerja dalam perusahaan dalam rangka menegakkan syariat yang pertahanan negara , Pasal 124 bis; telah ditentukan oleh Allah swt serta • Dalam waktu perang menipu waktu memberikan jaminan yang cukup besar menyampaikan keperluan angkatan perang, bagi perlindungan terhadap hak asasi Pasal 127 dan 129; manusia.

17 R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor, 1974, hlm. 31

13 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

c. Hukuman mati harus sesuai dengan individu yaitu karena individupun harus ‘rasa keadilan’ dan rasa keadilan di diberi perlindungan atas perbuatan sini yang dijadikan sebagai parameter atau aktivitas atau tindakan dari setiap adalah rasa keadilan dari Tuhan. orang yang membahayakan kepentingan d. Dalam konsep filosofis Pidana Islam, hukumnya. ‘hukuman’ atas sesuatu perbuatan c. tujuan diterapkannya pidana mati haruslah ‘setimpal’ dengan kejahatan adalah untuk: yang dilakukan. Bahwa membunuh Untuk menakut-nakuti orang jangan orang lain, hukuman yang setimpal sampai melakukan kejahatan, baik yang adalah dengan membunuh si pelaku. ditujukan: Menyakiti atau memotong bagian tubuh orang lain, hukumannya yang setimpal -- menakut-nakuti orang banyak adalah dengan perbuatan serupa. (generale preventie); e. Dalam hukum ‘qishash’ (pembalasan) -- menakut-nakuti orang tertentu yang itu terdapat jaminan yang cukup besar sudah menjalankan kejahatan agar bagi perlindungan terhadap hak asasi di kemudian hari tidak melakukan manusia. karena dengan menerapkan kejahatan (speciale preventie) Qishash, hak hidup manusia terjamin d. Dalam ketentuan Pidana Mati Di dengan sebenar-benarnya. Indonesia, menghilangkan nyawa f. Dalam pandangan Islam, menghilangkan terpidana adalah karena melaksanakan nyawa orang lain hanya boleh karena Undang-Undang yang merupakan kehendak Allah dan konsekuensi penegakan produk politik. Hukum-Nya (eksekusi atas putusan C. Persamaan Konsepsi Pidana Mati Menurut hakim) Islam Dan Konsepsi Pidana Mati Di 2. menurut Konsepsi Pidana Mati Di Indonesia Indonesia a. yang di jadikan dasar untuk menentukan Dalam pandangan Islam, sebagaimana telah pidana mati bersumber dari peraturan diuraikan sebelumnya bahwa hukum Islam perundang-undangan, yang saat ini mengenai ketentuan pidana mati ditujukan diatur dalam beberapa peraturan dalam rangka menegakkan syariat yang telah perundang-undangan seperti: dalam ditentukan oleh Allah swt serta memberikan KUHP, Undang-Undang Nomor 15 jaminan yang cukup besar bagi perlindungan Tahun 2003 tentang Penetapan Perppu terhadap hak asasi manusia. Karena itu No.1 Th. 2002 Tentang Pemberantasan penerapan hukuman mati hanya dapat Tindak Pidana Terorisme Menjadi dijatuhkan oleh negara sesuai dengan ketentuan Undang-Undang, Undang-Undang syariat. Nomor 22 Tahun 1997 tentang Hukuman mati harus sesuai dengan Narkotika, Undang-Undang Nomor 5 ‘rasa keadilan’ dan rasa keadilan di sini yang Tahun 1997 tentang Psikotropika dan dijadikan sebagai parameter adalah rasa Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 keadilan dari Tuhan. Hukuman atas sesuatu tentang Pengadilan HAM. perbuatan haruslah ‘setimpal’ dengan kejahatan b. penentuan pidana mati didasarkan yang dilakukan. Bahwa membunuh orang pada 3 kepentingan hukum yaitu: (1) lain, hukuman yang setimpal adalah dengan kepentingan hukum negara yaitu bahwa membunuh si pelaku. Menyakiti atau memotong negara perlu mendapat perlindungan bagian tubuh orang lain, hukumannya yang dari perbuatan atau aktivitas setimpal adalah dengan perbuatan serupa. atau tindakan yang merongrong, Oleh karena itu, hukum ‘qishash’ merendahkan, membahayakan, (pembalasan) itu didalamnya terdapat jaminan menggulingkan Pemerintahan yang yang cukup besar bagi perlindungan terhadap sah. Termasuk di sini perbuatan, hak asasi manusia. karena dengan menerapkan tindakan, aktivitas atau kegiatan yang Qishash, hak hidup manusia terjamin dengan dapat membahayakan kelangsungan sebenar-benarnya. kehidupan berbangsa dan bernegara. (2) kepentingan hukum terhadap Penerapan hukuman mati menurut islam masyarakat, yaitu karena masyarakat memiliki persamaan dengan konsepsi pidana harus mendapatkan perlindungan dari mati yang berlaku di Indonesia, yang bertujuan setiap orang yang melakukan perbuatan dalam rangka memberikan perlindungan atau aktivitas atau tindakan yang baik terhadap kepentingan hukum negara, membahayakan kehidupan masyarakat, kepentingan hukum terhadap masyarakat, dan (3) kepentingan hukum terhadap kepentingan hukum terhadap individu.

14 Pidana Mati Menurut Hukum.....(R.Tony Prayogo, SH)

Sehingga dengan demikian, bahwa terhadap masyarakat, dan kepentingan ketentuan yang mengatur mengenai pidana hukum terhadap individu. mati sebenarnya adalah untuk memberikan 4. Walaupun adanya perbedaan konsepsi perlindungan terhadap hak asasi manusia. penerapan pidana mati antara hukum Tidak hanya terhadap individu semata, Islam dengan hukum positif yang berlaku di namun kepentingan hukum negara maupun Indonesia, keduanya menerapkan mengatur kepentingan masyarakat juga akan terlindungi ketentuan tentang pidana mati. dengan diterapkannya hukuman mati, yang dalam penerapannya harus sesuai syariat atau Daftar Pustaka ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Buku-Buku : Aruan Sakidjo, SH, MH, dan DR. Bambang D. Kesimpulan Poernomo, SH, Hukum Pidana Dasar Aturan Berdasarkan uraian yang telah disebutkan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Ghalia diatas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu: Indonesia, Jakarta, 1990 1. Terdapat perbedaan prinsip ketentuan Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata pidana mati menurut Islam dan ketentuan Sosial, Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Pidana Mati Di Indonesia. Ketentuan pidana Kemasyarakatan, 1992 mati menurut Islam ditujukan dalam rangka Fauzan Al-Anshari & Halawi Makmun, Pidana menegakkan syariat yang telah ditentukan Terorisme, Jakarta: Lembaga Kajian Syariat oleh Allah swt, selain itu pidana mati Islam, 2005 menurut Islam adalah untuk memberikan ‘rasa keadilan’ dan rasa keadilan di sini yang Hadis dikutip dari CD Holy Quran & Alhadis: dijadikan sebagai parameter adalah rasa Kumpulan hadis Riwayat Bukhary & keadilan dari Tuhan, yang hal ini berbeda Muslim, 2002. dengan rasa keadilan dalam ketentuan Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Pidana Mati Di Indonesia. Rieneka Cipta, 1993 2. Dalam pandangan Islam, menghilangkan Prof. Dr. H. Zainuddin Ali, MA, Hukum Pidana nyawa orang lain hanya boleh karena Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007 kehendak Allah dan konsekuensi penegakan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Hukum-Nya (eksekusi atas putusan hakim) Pidana, Politeia, Bogor, 1974 sedangkan dalam ketentuan Pidana Mati Di Indonesia, menghilangkan nyawa terpidana Syahruddin Husein, Digitized by USU Digital adalah karena melaksanakan Undang- Library, 2003 Undang yang merupakan produk politik. Topo Santoso, Menggagas Hukum Pidana Islam, 3. Terdapat persamaan konsepsi penerapan Bandung, Asy Syamil, 2000 pidana mati menurut Islam dengan konsepsi pidana mati yang berlaku di Indonesia, yaitu Website : yang bertujuan dalam rangka memberikan perlindungan baik terhadap kepentingan http://pemikiranislam.net/2010/05/hukuman- hukum negara, kepentingan hukum mati-dalam-perspektif-hadits/

15 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

16 Antara Kepastian Hukum dan .....(May Lim Charity)

ANTARA KEPASTIAN HUKUM DAN KEADILAN (ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 34/PUU-XI/2013 TERHADAP JUDICIAL REVIEW KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) DALAM PERKARA PENINJAUAN KEMBALI (PK) ANTASARI AZHAR)

May Lim Charity Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl. HR. Rasuna Said Kav.6-7, Jakarta Selatan Indonesia Email : [email protected] (Naskah diterima 08/04/2015, direvisi 30/04/2015, disetujui 11/05/2015)

A. Latar Belakang dari sekali. Judicial Review yang dimohonkan oleh Antasari Azhar dengan alasan bukti baru Pada tanggal 11 Februari 2010 Antasari (novum) dapat diajukan berkali-kali. Langkah 1 Azhar divonis melalui putusan Pengadilan Negeri judicial review merupakan upaya tiada henti Jakarta Selatan Nomor 1532/Pid.B/2009/ dan tidak menyerah yang dilakukan Antasari PN.Jkt.Sel dengan hukuman 18 tahun penjara. Azhar untuk menuntut kebenaran dan keadilan Dalam perkara tersebut, vonis tersebut masih bagi dirinya yang telah dikriminalisasi terkait bertahan di tingkat kasasi Mahkamah Agung. terbunuhnya Nasrudin Zulkarnaen. Bahkan upaya hukum luar biasa peninjauan kembali yang diajukan oleh Antasari Azhar Pada tanggal 6 Maret 2014, melalui pun ditolak oleh Mahkamah Agung melalui putusannya Nomor 34/PUU-XI/2013, putusannya Nomor 117 PK/PID/2011. Mahkamah Konstitusi (MK) telah mengabulkan uji materiil KUHAP terhadap Undang-Undang Terkait dengan kasus di atas, pihak Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Antasari Azhar menyatakan adanya skenario 1945 (UUDNRI Tahun 1945). Amar Putusan dan rekayasa terhadap kasus yang menimpanya. MK menyatakan Pasal 268 ayat (3) KUHAP Upaya hukum untuk mencari keadilan terus bertentangan dengan UUDNRI Tahun 1945 dan dilakukan untuk membuktikan dirinya tidak tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. bersalah. Antasari masih memiliki keyakinan Dikabulkannya permohonan Antasari Azhar dan mampu menunjukkan sebuah bukti baru maka memungkinkan dilakukannya peninjauan (novum) yang diharapkan dapat mematahkan kembali lebih dari satu kali oleh terpidana jika vonis 18 tahun penjara yang diterimanya. Namun terdapat bukti dan keadaan baru (novum). upaya tersebut menemui hambatan karena Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut Peninajauan Kembali (PK) sebagai upaya hukum mendapat respon beragam dari berbagai luar biasa terhambat dengan adanya ketentuan kalangan. Walaupun kekuatan putusan MK norma hukum Undang-Undang Nomor 8 Tahun bersifat final dan mengikat tanpa ada interpretasi 1981 (UU No. 8 Tahun 1981) tentang Kitab lagi, akan tetapi banyak kalangan yang menolak Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dan mempertanyakan pertimbangan MK. Pasal 268 ayat (3) yang secara tegas menyatakan Namun tidak sedikit pula yang menghormati bahwa permintaan peninjauan kembali atas bahkan mendukung putusan MK. Mengenai suatu putusan hanya dapat dilakukan satu kali respons atas putusan tersebut, terdapat dua saja. arus pendapat, mereka yang menolak putusan Adanya ketentuan tersebut membuat upaya tersebut berargumen bahwa keputusan untuk mencari keadilan dan kebeneran materil Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan uji dibatasi. Oleh karena itu sebagai upaya untuk materil KUHAP tentang pengajuan peninjauan mendapatkan keadilan, maka langkah yang kembali akan menimbulkan ketidakpastian diambil oleh Antasari mengajukan judicial review hukum, dan mereka yang mendukung putusan terhadap ketentuan Pasal 268 Ayat (3) KUHAP di dengan berargumen proses pencarian keadilan Mahkamah Konstitusi. Dalam permohonannya, tidaklah bisa dibatasi, atau kalaupun di antara Antasari meminta agar upaya hukum luar biasa keduanya saling bertentangan maka yang harus peninjauan kembali (PK) bisa dilakukan lebih didahulukan adalah keadilan.

1. Antasari Azhar (lahir di , Kepulauan Bangka Belitung, 18 Maret 1953) adalah mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia diberhentikan secara tetap dari jabatannya pada tanggal 11 Oktober 2009 oleh Presiden , setelah diberhen- tikan sementara pada tanggal 6 Mei 2009. Pada 11 Februari 2010 Antasari divonis hukuman penjara 18 tahun karena terbukti bersalah turut serta melakukan pembujukan untuk membunuh Nasrudin Zulkarnaen. http://id.wikipedia.org/wiki/Antasari_Azhar

17 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

Gustav Radbruch adalah seorang filosof dalam masyarakat harus selalu ditaati meskipun hukum dan seorang legal scholar dari Jerman hukum positif itu kurang adil. terkemuka mengajarkan konsep tiga ide unsur Sementara Van Apeldoorn berpendapat dasar hukum sebagaimana dikutip oleh Sudikno bahwa kepastian hukum yaitu adanya kejelasan Mertokusumo, bahwa tiga unsur cita hukum skenario perilaku yang bersifat umum dan harus ada secara proporsional, yaitu: kepastian mengikat semua warga masyarakat termasuk hukum (rechtsscherkeit), keadilan (gerechtigkeit), konsekuensi-konsekuensi hukumnya. 2 dan kemanfatan (zwechmasigkeit) . Tulisan ini Kepastian hukum dapat juga berarti hal yang akan mencoba menelaah perdebatan antara dapat ditentukan dari hukum dalam hal-hal kepastian hukum dan keadilan terkait putusan yang konkrit.5 Van Apeldoorn juga menyebut MK terhadap implikasinya terhadap pranata bahwa kepastian hukum mempunyai dua segi. Peninjauan Kembali (herziening). Pertama, mengenai soal dapat ditentukannya B. Kepastian Hukum, Keadilan, dan (bepaalbaarheid) hukum dalam hal-hal yang Kemanfaatan konkret. Artinya pihak-pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apakah yang menjadi Analisis atas putusan Mahkamah Konstitusi hukumnya dalam hal yang khusus, sebelum yang mengabulkan permohonan Antasari Azhar ia memulai perkara. Kedua, kepastian hukum tentang peninjauan kembali (PK) mengundang berarti keamanan hukum. Artinya, perlindungan perdebatan dalam ranah filsafat dan teori bagi para pihak terhadap kesewenangan hakim.6 hukum. Sejak awal perkembangan teori dan filsafat hukum, terutama sejak adanya ajaran Kepastian hukum adalah jaminan bahwa cita hukum (idée des recht) yang dikembangkan hukum dijalankan, yang berhak menurut hukum oleh Gustav Radbruch3. Cita hukum tersebut dapat memperoleh haknya dan bahwa putusan merupakan satu kesatuan, tidak bisa dapat dilaksanakan. Berdasarkan hal tersebut, dipisahkan satu per satu, ketiganya harus maka kepastian hukum dapat dimaknai, yakni: diusahakan ada dalam setiap aturan hukum. Pertama, adanya kejelasan hukum itu sendiri. Dalam pelaksanaanya, ketiga unsur cita hukum Kedua, hukum itu tidak menimbulkan keraguan tersebut saling membutuhkan. Tiga unsur atau multitafsir. Ketiga, hukum itu tidak cita hukum tersebut harus diwujudkan dalam menimbulkan atau mengakibatkan kontradiktif. 7 masyarakat. Dan keempat, hukum itu dapat dilaksanakan. Dalam pandangan Jan Michiel Otto, B.1. Kepastian Hukum kepastian hukum yang sesungguhnya memang Radbruch memberikan pendapat yang lebih berdimensi yuridis. Otto mendefinisikan cukup mendasar mengenai kepastian hukum. kepastian hukum sebagai kemungkinan bahwa Ada empat hal yang berhubungan dengan dalam situasi tertentu:8 makna kepastian hukum. Pertama, bahwa hukum positif itu yakni perundang-undangan. a) Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta atau jernih, konsisten dan mudah diperoleh atau hukum yang ditetapkan itu pasti. Ketiga, (accesible), yang diterbitkan oleh kekuasaan bahwa kenyataan (fakta) harus dirumuskan negara; dengan cara yang jelas sehingga menghindari b) bahwa instansi-instansi penguasa kekeliruan dalam pemaknaan. Keempat, hukum (pemerintahan) menerapkan aturan-aturan positif tidak boleh mudah berubah.4 Pendapat hukum tersebut secara konsisten dan juga Gustav Radbruch tersebut didasarkan pada tunduk dan taat kepadanya; pandangannya bahwa kepastian hukum adalah c) bahwa mayoritas warga pada prinsipnya kepastian tentang hukum itu sendiri. Kepastian menyetujui muatan isi dan karena itu hukum merupakan produk dari hukum atau menyesuaikan perilaku mereka terhadap lebih khusus dari perundang-undangan. aturan-aturan tersebut; Berdasarkan pendapatnya tersebut, maka menurut Gustav Radbruch, hukum positif yang d) bahwa hakim-hakim (peradilan) yang mengatur kepentingan-kepentingan manusia mandiri dan tidak berpihak menerapkan

2 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum; Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, 2009), hlm. 92. 3 Gustav Radbruch adalah seorang filosof hukum dan seorang legal scholar dari Jerman yang terkemuka yang mengajarkan konsep tiga ide unsur dasar hukum. Ketiga konsep dasar tersebut dikemukakannya pada era Perang Dunia II. Ide unsur dasar hukum yang dikemukakannya tersebut oleh berbagai pakar diidentikkan juga sebagai tujuan hukum. 4 Fence M. Wantu, Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 77 5 Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (Terjemahan dari Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1990), hlm. 24-25 6 L.J van Apeldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, (Bandung PT Revika Aditama,2006), hlm. 82-83. 7 Fence M. Wantu, Peranan Hakim dalam Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan di Peradilan Perdata, (Disertasi Program Pas- casarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2011), hlm. 8. 8 Jan Michiel Otto terjemahan Tristam Moeliono dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, Op. Cit, hlm. 85.

18 Antara Kepastian Hukum dan .....(May Lim Charity)

aturan-aturan hukum tersebut secara setiap orang sama banyaknya dengan tidak konsisten sewaktu mereka menyelesaikan mengingat jasa-jasa perseorangan. Keadilan sengketa hukum; dan komutatif dalam prakteknya dapat dilihat dalam e) bahwa keputusan peradilan secara konkrit kegiatan tukar menukar, pada pertukaran dilaksanakan. Hukum yang di tegakkan barang dan jasa, dimana sebanyak mungkin oleh instansi penegak hukum diberi mandat harus terdapat persamaan antara apa yang untuk menjalankan tugas tersebut harus dipertukarkan. menjamin kepastian hukum demi tegaknya Kemudian John Rawls memberikan ketertiban dan keadilan dalam kehidupan pandangannya yakni untuk mencapai suatu masyarakat. keadilan, disyaratkan sekaligus adanya unsur keadilan yang substantif (justice) yang mengacu B.2. Keadilan kepada hasil dan unsur keadilan procedural Keberadaan hukum sebagai pada dasarnya (fairness). Atas dasar demikian munculah memiliki tujuan. Dalam pandangan teori etis, istilah yang digunakan oleh Rawls yakni justice tujuan hukum hukum semata-mata untuk as fairness, meskipun dari istilah justice as mewujudkan keadilan.9 Sementara penganut fairness tersebut mengandung arti bahwa unsur teori utilitas seperti Jeremy Bentham berpendapat fairness sudah tercapai, maka keadilan sudah hukum bertujuan untuk mewujudkan apa yang tercapai. Dengan demikian unsur fairness atau berfaedah atau yang sesuai dengan daya guna keadilan procedural sangat erat hubungannya “the greatest happiness for the greatest number” dengan keadilan substantif (justice).14 Keadilan artinya kebahagiaan yang terbesar untuk jumlah merupakan salah satu hal yang harus yang terbanyak. Ajaran Bentham disebut juga diwujudkan oleh pengadilan. Berbagai pendapat sebagai eudaemonisme atau utilitarisme.10 Teori- ahli hukuman menyatakan hukuman salah teori hukum alam yang mengutamakan the search satunya adalah memberikan keadilan (dispensing of justice sejak Socrates hingga Francois Geny justice) bagi masyarakat siapa saja. tetap mempertahankan keadilan sebagai mahkota Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 11 hukum. Sementara itu, dalam pandangan Plato 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman sudah keadilan adalah kemampuan memperlakukan diwajibkan kepada para hakim untuk menggali setiap orang sesuai dengan haknya masing- nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang masing. Dapat dikatakan keadilan merupakan hidup di masyarakat. Oleh karenanya, agar nilai kebijakan yang tertinggi (justice is supreme penegakan hukum di Indonesia dapat lebih virtue which harmonization all other virtues). baik diperlukan penegakan hukum yang Selain itu Plato juga menyatakan bahwa berkeadilan. Konsekuensinya sebagai salah satu keadilan merupakan nilai kebajikan untuk tujuan hukum, maka keadilan harus dicapai semua yang diukur dari apa yang seharusnya diantaranya melalui setiap keputusan pengadilan dilakukan secara moral. Bukan hanya diukur atau pertimbangan hakim yang memutuskan dari tindakan dan motif manusia. Pandangan persoalan hukum. Keadilan demikian hanya Plato ini memiliki keterkaitan dengan dapat dicapai kalau keputusan pengadilan atau kebijaksanaan sehingga hukum dibutuhkan pertimbangan hakim tidak memihak kepada sebagai sarana untuk menciptakan keadilan.12 salah satu pihak yang terlibat dalam persoalan Sementara itu, Aristoteles menyatakan bahwa hukum. keadilan menuntut supaya tiap-tiap perkara harus ditimbang sendiri (ius suum cuique B.3. Kemanfaatan tribuere). Aristoteles mengajarkan bahwa ada dua Kemanfaatan berkembang pada penganut macam keadilan yakni keadilan distributief dan aliran Utilistis seperti Jeremy Bentham, John keadilan commutatief.13 Keadilan distributif ialah Stuart Mill dan Rudolf von Jhering. Mereka keadilan yang memberikan kepada tiap orang berpendapat bahwa pada intinya hukum harus jatah menurut jasanya. Keadilan distributif tidak bermanfaat untuk membahagiakan kehidupan menuntut supaya tiap-tiap orang mendapat manusia. Hukum yang baik menurut aliran bagian yang sama banyaknya, bukan persamaan, ini adalah hukum yang dapat mendatangkan melainkan kesebandingan. Sementara keadilan kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi komutatif ialah keadilan yang memberikan pada masyarakat. Bentham menyatakan pada

9 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence), (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 217. 10 Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Hukum, Sebuah Sketsa, (Bandung : Refika Aditama, 2003), hlm. 24-28 11 Theo Huijbers, Filsafat hukum dalam Lintasan Sejarah cet. viii (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 196 12 Bernard L. Tanya dkk, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, (Jogyakarta: Genta Publishing, 2013), hlm. 41. 13 Van Apeldoorn, Op.Cit, hlm. 13. 14 Lihat John Rawls, A Teory Of Justice, Harvard University Press Cambridge, Massachusetts sebagaimana diterjemahkan, U. Fauzan dan H. Prasetyo, Teory Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 12

19 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

hakikatnya manusia akan bertindak untuk putusan pengadilan yang sudah berkekuatan mendapatkan kebahagiaan yang sebesar- hukum mengikat (inkracht van gewijsde) bisa besarnya dan mengurangi penderitaannya. dibatalkan manakala berdasarkan bukti-bukti Kebahagiaan tersebut diartikan sebagai baru (novum) yang diakui kebenarnya oleh kebebasan untuk mengemukakan diri dalam pengadilan dalam proses peninjauan kembali. 15 membela hak-hak asasi manusia itu sendiri. Keberadaan PK sebagai suatu instrumen Dalam kaitan lain, Bentham, berpendapat upaya hukum dalam hukum acara peradilan bahwa pembentuk undang-undang hendaknya pidana dimaksudkan untuk memungkinkan dapat melahirkan undang-undang yang dapat terjadinya proses koreksi jika ditentukan memberikan kebahagiaan yang sebesar- adanya kelemahan dalam proses pembuktian besarnya bagi sebesar-besar jumlah individu di peradilan yang dilaksanakan secara hierarkis dalam masyrakat (the greatest happiness of the mulai dari peradilan tingkat pertama, peradilan 16 greatest number). tingkat banding, hingga tingkat kasasi. John Stuart Mill mengkaitkan lebih jauh Peninjauan kembali dapat diajukan kepada hubungan antara unsur kemanfaatan dan Mahkamah Agung apabila terdapat keadaan unsur keadilan. Mill berpendapat bahwa: baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa standar keadilan harus didasarkan pada unsur jika keadaan itu sudah diketahui pada waktu kemanfaatan, tetapi sumber keadilan itu bukan sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa terletak pada keadilan, melainkan pada 2 (dua) putusan bebas atau putusan lepas dari segala hal yaitu rangsangan untuk mempertahankan tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum diri dan perasaan simpati. Sumber keadilan tidak dapat diterima atau terhadap perkara terletak pada naluri manusia untuk menolak itu diterapkan ketentuan pidana yang lebih atau membalas kerusakan yang dideritanya, ringan. PK juga dapat diajukan apabila dalam baik oleh diri sendiri maupun oleh siapa saja pelbagai putusan terdapat pernyataan bahwa 17 yang mendapat simpati dari orang lain. sesuatu telah terbukti, akan tetapi hal atau Secara garis besar pendapat Mill lebih bersifat keadaan sebagai dasar dan alasan putusan yang menyempurnakan gagasan dari Bentham. Mill dinyatakan telah terbukti itu, ternyata telah mengkaitkan kebahagiaan perorangan dengan bertentangan satu dengan yang lain. Alasan keharusan untuk menciptakan kebahagiaan lain dalam dasar pengajuan PK adalah apabila manusia seharusnya. putusan itu dengan jelas memperlihatkan suatu kekhiIafan hakim atau suatu kekeliruan yang C. Posisi Peninjauan Kembali dalam Hukum nyata. 18 Acara Pidana Oleh karena itu, keberadaan PK sebagai Peninjauan Kembali (PK) dalam hukum suatu instrumen upaya hukum dalam acara dinisbahkan sebagai suatu upaya hukum hukum acara peradilan dimaksudkan untuk luar biasa yang hanya dapat diajukan satu memungkinkan terjadinya proses koreksi jika kali dan sifat pengajuannya tidak menunda ditemukan adanya kelemahan dalam proses pelaksanaan eksekusi. Penempatan PK sebagai pembuktian di peradilan yang dilaksanakan salah satu upaya hukum dalam sistem hukum secara hierarkis sejak peradilan tingkat pertama, acara peradilan dimaksudkan sebagai upaya tingkat banding, hingga kasasi. Seringkali untuk memberikan perlindungan atas hak asasi muncul persepsi bahwa jika seorang yang sudah manusia, tanpa mengorbankan asas kepastian diputus bersalah dan putusan tersebut sudah hukum yang merupakan salah satu sendi dasar memiliki kekuatan hukum dan terpidananya dari suatu negara hukum. sudah berada di balik jeruji besi, maka proteksi Eksistensi suatu upaya hukum PK memang konstitusi tidak akan terlepas terhadapnya. Oleh sejak awal diintegrasikan dalam sistem hukum karenanya, menurut Irmanputra Sidin, hukum acara berada di tengah tarikan nilai keadilan yang berakibat mencabut kebebasan, bahkan dan kepastian hukum. Meskipun instrumen mencabut hak hidup warga sesungguhnya peninjauan kembali dimaksudkan untuk adalah ultimum remedium dalam arti jikalau memberikan keadilan, namun dalam batas Negara sudah tak mampu atau putus asa, tertentu dapat bersifat paradoks dengan dimensi bahkan malas memperbaiki atau merestorasi kepastian hukum. Hal ini disebabkan dalam suatu ekuilibrium warganya.19 Indonesia merupakan

15 Roscoe Pound. An Introduction to the Philosophy of Law, (New Haven: Yale University Press, 1978) sebagaimana dikutip oleh Fence M. Wantu, Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan, Op.Cit, hlm. 12. 16 Jhon Stuart Mill, Utilitarianism On Liberty Essay On Bentham. Together With Selected Writings Of Jeremy Bentham And John Austin. (Cleveland and New York: The World Publishing Company, 1962), hlm. 254. lugāwiyyah dan al-qawā’id al-uşūliyyah al-tasyrī’iyyah. 17 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan keempat, (Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, 20 18 Lihat Pasal 263 KUHAP. 19 Keterangan Saki Ahli dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013,hlm. 38-39 06), hlm. 24.

20 Antara Kepastian Hukum dan .....(May Lim Charity) negara hukum seperti yang teruang di dalam yaitu bahwa setiap perkara hukum itu harus ada Pasal 1 ayat (3) : “Negara Indonesia adalah akhirnya. Namun, ketika terjadi gesekan antara Negara Hukum”. kepentingan kepastian hukum dengan kepastian Menurut A.V. Dicey, beberapa unsur yang keadilan, maka hukum seharusnya memberikan harus ada di dalam konsep negara hukum (rule of ruang agar kepastian keadilan dapat tercapai. law) di antaranya; supremasi hukum (supremacy Namun pada perkara Antasari Azhar, MK telah of law), persamaan di depan hukum (equality mengambil putusan yang berbeda dengan before the aw) dan konstitusi yang berdasarkan putusan sebelumnya yakni mengabulkan atas hak-hak asasi manusia (constitution based permohonan PK dapat dilakukan lebih dari on human rights). 20 Pasal 24 ayat (1) juga sekali. Ini menujukkan bahwa putusan MK telah menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman mengalami perubahan karena pertimbangan merupakan kekuasaan yang merdeka untuk asas keadilan sebagai tujuan utama penegakan menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum. Namun di sisi lain, putusan MK tidak hukum dan keadilan. Pasal 28D ayat (1): konsisten dengan putusan sebelumnya. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, D. Dualisme Interpretasi Hukum: Kepastian perlindungan dan kepastian hukum yang adil Hukum versus Keadilan serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Hak untuk mendapatkan keadilan adalah hak Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor setiap warga negara tanpa kecuali terutama 34/PUU-XI/2013 yang menyatakan Pasal warga negara yang sedang memperjuangkan 268 ayat (3) UU No 8 Tahun 1981 tentang keadilan dan siapapun tidak boleh menghalangi KUHAP bertentangan dengan UUD 1945 dan warga negara atau pencari keadilan untuk tidak mempunyai kekuatan mengikat telah mendapatkan keadilan. Dari persepektif hak menimbulkan interpretasi hukum yang berbeda. asasi manusia, putusan PK ini merupakan suatu Pasal 268 ayat (3) KUHAP menyatakan bahwa bentuk respons MK dalam meneguhkan hak ”Permintaan peninjauan kembali atas suatu hidup setiap orang sebagai non derogable right. putusan hanya dapat dilakukan satu kali saja”, Meskipun seseorang telah dihukum mati dan yang dalam putusan MK tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum mengingat, namun bertentangan dengan UUD dan membuka tepat terbuka lebar ruang untuk mendapatkan peluang PK bisa diajukan lebih dari satu kali. keadilan materiil melalui peninjauan kembali Mahkamah menyatakan Pasal 268 ayat (3) sehingga tetap memiliki hak untuk hidup. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Menurut penulis, putusan MK tentang Hukum Acara Pidana, selengkapnya berbunyi: PK, di satu sisi menimbulkan kontroversi, “Permintaan Peninjauan Kembali atas suatu namun dipandang dari aspek penegakan putusan hanya dapat dilakukan satu kali saja, hak asasi manusia, PK tetap memberikan kecuali terhadap alasan ditemukannya keadaan kesempatan kepada seseorang yang telah baru (novum) dapat diajukan lebih dari sekali”. dihukum oleh pengadilan dan mempunyai Pengujian norma Pasal 268 ayat (3) terhadap kekuatan hukum mengikat untuk memiliki hak norma UUD 1945 mencakup Pasal 1 ayat (3) hidup karena terbuka kesempatan kepadanya yang menegaskan bahwa Negara Indonesia mendapatkan keadilan. Memang putusan MK adalah negara hukum; Pasal 24 ayat (1) bahwa yang mengabulkan permohonan Antasari Azhar kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan dalam peninjauan kembali tidak konsisten dengan putusan Mahkamah sebelumnya peradilan guna menegakkan hukum dan terhadap norma pasal 268 ayat (3) dalam perkara keadilan; Pasal 28A UUD 1945 secara eksplisit Nomor 16/PUU-VIII/2010 dan Nomor 64/PUU- mengatakan setiap orang berhak untuk hidup VIII/2010. Dimana MK menolak uji materiil pasal serta berhak mempertahankan hidup dan 268 ayat (3). Menurut Mahkamah jika ketentuan kehidupannya; Pasal 28C ayat (1) bahwa setiap permohonan peninjauan kembali sebagai orang berhak mengembangkan diri melalui upaya hukum luar biasa tidak dibatasi maka pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak akan terjadi ketidakjelasan dan ketidakpastian mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat hukum sampai berapa kali peninjauan kembali dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan dapat dilakukan. budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia; dan Pertimbangan Mahkamah Kontitusi Pasal 28D ayat (1) bahwa setiap orang berhak pada perkara Nomor 16/PUU-VIII/2010 dan atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan Nomor 64/PUU-VIII/2010 tersebut tepat, jika kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang diletakkan pada asas “lites finiri oportet”, sama di hadapan hukum”.

20 A.V. Dicey, An Introduction to Study of the Law of the Constitution, 10th edition, (London: English Language Book Society and MacMillan, 1971),hlm. 223-224

21 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

Dalam putusannya, Mahkamah telah kebenaran metariil dengan cara melenturkan memutuskan bahwa peninjauan kembali sebagai atau mengembangkan atau melakukan penafsiran upaya hukum luar biasa boleh diajukan lebih ekstensif terhadap ketentuan-ketentuannya. Oleh dari satu kali. PK dapat dilakukan lebih dari karena itu, perlu menggeser perspektif ketentuan sekali dengan syarat alasan novum. Namun, hukum acara pidana, dari offender oriented pembatasan dapat juga terhadap novum yang menjadi victim oriented dan dari keadilan valid dengan cara pemanfaatan ilmu pengetahuan retributive menjadi keadilan restorative atau dan tekhnologi sehingga dapat diformulasikan keadilan sosiologis. Pasal 268 ayat (3) KUHAP. Permintaan Karakter kebenaran mengenai peristiwa Peninjauan Kembali atas suatu putusan hanya yang menjadi dasar dalam putusan perkara dapat dilakukan satu kali saja, kecuali terhadap pidana adalah kebenaran materil berdasarkan alasan ditemukannya keadaan baru (novum) pada bukti yang dengan bukti-bukti tersebut berdasarkan pemanfaatan ilmu pengetahuan meyakinkan hakim, yaitu kebenaran yang teknologi dan terhadap perkara pidana dengan secara rasional tidak terdapat lagi keraguan ancaman hukuman mati, maka dapat diajukan di dalamnya karena didasarkan pada bukti lebih dari sekali. Dengan demikian peninjauan yang sah dan meyakinkan. Oleh karena kembali atau request civiel yaitu memeriksa itu, dalam perkara pidana bukti yang dapat dan mengadili atau memutus kembali putusan diajukan hanya ditentukan batas minimalnya, pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tidak maksimalnya. Dengan demikian, untuk hukum tetap karena diketahui terdapat hal- memperoleh keyakinan dimaksud hukum harus hal baru yang dulu tidak dapat diketahui, yang memberikan kemungkinan bagi hakim untuk apabila terungkap maka keputusan hakim akan membuka kesempatan diajukannya bukti yang menjadi lain. Dalam artian Peninjauan Kembali lain, sampai dicapainya keyakinan dimaksud. dapat diajukan kembali sepanjang keputusan yang telah berkekuatan hukum tetap termasuk Memang dalam putusan PK, terdapat Peninjauan Kembali sekalipun, untuk memenuhi kontroversi, terutama ketika kepastian hukum kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang dengan keadilan dihadapkan pada posisi yang sama di hadapan hukum sesuai Pasal 28D ayat dikotomis, mana yang harus didahulukan di (1) UUD. antara keduanya. Apakah keadilan mengharuskan Dalam putusan Mahkamah, pengajuan PK kepastian hukum atau demikian sebaliknya. yang kedua kalinya adalah terhadap putusan Pandangan seorang ahli filsafat hukum Islam yang berkekuatan hukum tetap (inkracht), dari abad ke 13, Ibnu Hazm dalam kitab Al dengan demikian PK yang kedua bukan menguji Muhalla seperti dikutip Yusril Ihza Mahendra Putusan PK Pertama, dengan kata lain bukan sebagai salah satu saksi ahli mengatakan bahwa PK terhadap PK. Putusan PK apabila diterima inti dari syari’ah (hukum) adalah keadilan. Oleh dapat berupa putusan bebas, onslag atau karena itu menurutnya norma hukum yang pengurangan hukuman. Apabila PK ditolak maka bertentangan dengan norma keadilan sebagai tidak bermakna apapun dan tidak berpengaruh norma moral dan filosofis, sesungguhnya tidak layak untuk dianggap sebagai norma hukum yang terhadap pelaksanaan putusan yang telah 21 berkekuatan hukum tetap (inkracht), sehingga mengikat. Pendapat tersebut diartikan bahwa apabila terdapat novum maka sudah seharusnya konsep kepastian hukum yang terkandung di PK dapat diajukan lebih dari sekali. dalam sebuah norma tertulis di dalamnya harus mengandung semangat yang menjunjung tinggi Menurut Mahkamah, tujuan dari hukum prinsip keadilan sebagai konsekuensi dari asas acara pidana, adalah untuk mencari dan negara hukum. mendapatkan, atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran selengkap- Keadilan dan kepastian hukum merupakan lengkapnya dari suatu perkara pidana, dengan satu kesatuan utuh yang harus berjalan secara menerapkan ketentuan hukum acara pidana linear. tidak ada kepastian hukum tanpa secara jujur dan tepat. Tujuannya adalah keadilan, dan tidak akan pernah ada keadilan untuk mencari siapakah pelaku yang dapat tanpa kepastian hukum. Di dalam konstitusi didakwakan melakukan suatu pelanggaran Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 jelas berisi jaminan hukum dan selanjutnya meminta pemeriksaan akan adanya kepastian hukum yang adalah dan putusan dari pengadilan, guna menemukan bagi semua orang. Sementara dalam konteks apakah terbukti suatu tindak pidana telah hukum positif Indonesia, kepastian hukum lebih dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu banyak berurusan dengan norma hukum acara. dapat dipersalahkan, maka KUHAP harus secara Sementara keadilan, berkaitan dengan norma maksimal digunakan untuk mendapatkan hukum materil, apakah suatu putusan itu adil atau

21 Keterangan Saksi Ahli dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013, hlm. 34.

22 Antara Kepastian Hukum dan .....(May Lim Charity) tidak jika dikaitkan dengan alat-alat bukti yang cepat, dan biaya ringan. Dengan pembatasan itu terungkap di persidangan. Norma hukum materil pula akan terhindarkan adanya proses peradilan mengandung semangat keadilan, namun norma berkepanjangan dan mengakibatkan berlarut hukum acaranya yang mengandung kepastian larutnya pula upaya memperoleh keadilan hukum, tetapi kerap mengabaikan asas keadilan. yang pada akhirnya justru dapat menimbulkan Menurut pertimbangan Mahkamah, pengingkaran terhadap keadilan itu sendiri kepastian hukum haruslah diletakkan sebagaimana dilukiskan dalam adagium dalam kerangka penegakan keadilan (justice “justice delayed justice denied”. Pertanyaannya, enforcement), sehingga jika antara keduanya bagaimana cara membatasinya? Dalam tidak sejalanmaka keadilanlah yang harus putusannya, Mahkamah tidak memerintahkan dimenangkan, sebab hukum adalah alat pada Mahkamah Agung atau pemerintah untuk untukmenegakkan keadilan substansial memberikan pembatasan pada PK, tetapi (materiil) di dalam masyarakat, bukan alat Mahkamah memberikan pertimbangan hukum untuk mencari kemenangan secara formal. bahwa demi terwujudnya asas kepastian hukum maka bisa saja pembatasan terhadap PK. E. Pembatasan Peninjauan Kembali Disinilah menurut penulis, peran Mahkamah Agung penting untuk menindaklanjuti putusan Apakah makna frasa PK dapat diajukan lebih Mahkamah agar PK sebagai sebuah upaya dari sekali berarti PK dapat diajukan secara terus hukum luar biasa dapat dibatasi sehingga menerus tanpa ada kepastian hukum? Dalam penegakan keadilan bisa tetap sejalan dengan pertimbangan Mahkamah, PK dapat diajukan kepastian hukum. Penting untuk bagaimana lebih dari satu kali bukan berarti dapat diajukan mengelaborasi putusan MK tersebut, untuk secara terus menerus dan menunda eksekusi. mampu mewujudkan suatu badan peradilan yang Pengajuan PK bisa saja dapat dibatasi. Dalam andal (reliable judiciary), suatu yang tampaknya putusannya, MK menguraikan bahwa jikalau sederhana tapi sesungguhnya mengandung pun terdapat pembatasan yang ditetapkan oleh persyaratan yang berat bagi Indonesia22. Undang-Undang adalah semata-mata dalam rangka penghormatan terhadap pelaksanaan F. Penutup hak asasi manusia orang lain [vide Pasal 28J ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Judicial Review Pasal 268 ayat (3) Kitab Republik Indonesia Tahun 1945]. Apabila tidak Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) diatur mengenai pembatasan berapa kali upaya dalam perkara Antasari Azhar yang telah hukum (dalam hal ini peninjauan kembali) dapat diputuskan oleh Putusan Mahkamah Konstitusi dilakukan maka akan terjadi ketidakjelasan Nomor 34/PUU-XI/2013 jika dikaitkan dan ketidakpastian hukum sampai berapa dengan tujuan penerapan hukum adalah kali peninjauan kembali dapat dilakukan yang upaya pencapaian keadilan yang merupakan mengakibatkan penanganan perkara tidak kebutuhan manusia yang sangat mendasar. pernah selesai. Bahkan lebih mendasar dari kebutuhan manusia tentang kepastian hukum. Dalam menyikap Selain itu juga dapat membuat menunda putusan Mahkamah Konstitusi ini, agar tegaknya keadilan bagi pencari keadilan itu semua lembaga penegak hukum di Indonesia sendiri hingga jangka waktu yang tidak dapat memahami filosofi Putusan MK tersebut, dan ditentukan mengingat potensi akan timbulnya tidak ada lagi ruang perdebatan antara kepastian fakta hukum baru (novum) yang bisa mengubah hukum dan keadilan. Mahkamah Agung (MA) putusan Peninjauan Kembali yang telah ada juga diharapkan melakukan fungsinya untuk sebelumnya. Selain itu, sistem peradilan pidana membina keseragaman dalam penerapan hukum (criminal justice system) yang fair akan menjadi upaya peninjauan kembali diseluruh wilayah sistem peradilan pidana yang berkepanjangan, Indonesia agar dapat diterapkan secara benar. melelahkan, serta kepastian hukum dan keadilan hukum juga tidak akan kunjung diperoleh. Daftar Pustaka Karena itu, pembatasan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum atas Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) penyelesaian suatu perkara, sehingga seseorang dan Teori Peradilan (Judicialprudence), tidak dengan mudahnya melakukan upaya (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hukum peninjauan kembali secara berulang- 2009) ulang. A.V. Dicey, An Introduction to Study of the Law Menurut Mahkamah, pembatasan of the Constitution, 10th edition, (London: tersebut sejalan dengan proses peradilan yang English Language Book Society and menghendaki diterapkannya asas sederhana, MacMillan, 1971)

22 Charles Himawan, Hukum sebagai Pembangunan, ( Jakarta: Kompas, 2003), hlm.35

23 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

Bernard L. Tanya dkk, Teori Hukum: Srategi (Bandung: Penerbit Citra Aditya Bakti, Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, 2006) (Jogyakarta: Genta Publishing, 2013) Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Charles Himawan, Hukum sebagai Pembangunan, Tawaran Kerangka Berfikir, (Bandung PT ( Jakarta: Kompas, 2003) Revika Aditama, 2006)

Dudu Duswara Machmudin, Pengantar Ilmu Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum; Hukum, Sebuah Sketsa, (Bandung : Refika Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: Liberty, Aditama, 2003) 2009)

Fence M. Wantu, Peranan Hakim dalam Theo Huijbers, Filsafat hukum dalam Lintasan Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan, Sejarah cet. viii (Yogyakarta: Kanisius, dan Kemanfaatan di Peradilan Perdata, 1995) (Disertasi Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 2011) U. Fauzan dan H. Prasetyo, Teory Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) ------, Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan, (Yogyakarta: Pustaka Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum Pelajar, 2011) (Terjemahan dari Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht), (Jakarta: Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, cetakan keempat, Pradnya Paramita, 1990)

24 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM

Arif Susandi Fungsional Perancang pada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl. HR.Rasuna Said Kav.6-7, Jakarta Selatan, Indonesia Email: [email protected] (Naskah diterima 21/04/2015, direvisi 30/04/2015, disetujui 11/05/2015)

A. Pendahuluan menjaga semangat pengungkapan HAM berat masa lalu sebagaimana telah diamanatkan oleh Semangat pengungkapan pelanggaran hak Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang asasi manusia (HAM) berat masa lalu telah ada Pengadilan Hak Asasi Manusia. sejak didelegasikannya pembentukan komisi kebenaran dan rekonsiliasi (KKR) dalam Undang- Pengungkapan Kebenaran atas kasus Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan pelanggaran HAM berat masa lalu juga ditujukan Hak Asasi Manusia, bahwa penyelesaian kasus demi kepentingan para Korban dan Keluarga pelanggaran HAM berat sebelum adanya Undang- Korban yang merupakan ahli warisnya untuk Undang tentang Pengadilan HAM dilakukan oleh mendapatkan Kompensasi dan Rehabilitasi. sebuah komisi kebenaran dan rekonsiliasi dalam Namun demikian, harus dipahami bahwa sebuah Undang-Undang. Namun sejak lahirnya Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat yang Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang terjadi pada masa lalu pada umumnya didasarkan komisi Kebenran dan Rekonsliasi, konsep pada perbedaan politik dan pembuktiannya sulit mengenai KKR banyak mengundang perdebatan secara formal di pengadilan, misalnya bukti- dan puncaknya pada saat pengujian substansi bukti yang sudah sulit ditemukan saat ini dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang juga saksi yang telah tiada. Komisi Kebenran dan Rekonsliasi di Mahkamah Oleh karena itu keberadaan KKR menjadi Konstitusi. penting untuk mengungkap kebenaran atas Isu krusial yang memicu diujinya substansi kasu pelanggaran HAM berat masa lalu, kerugian mengenai Komisi Kebenaran dan Rekonsliasi materi, jiwa, dan psikologis yang diderita para tersebut mengenai, pertama pemberian amnesti, korban seharusnya dapat terobati, Konsep KKR kedua mengenai digantungkannya pemberian yang ideal seharusnya dibangun kembali. kompensasi dan rehabilitasi kepada korban pada Saat ini Pemerintah telah menginisiasi adanya amnesti, dan ketiga, konsep mengenai pembentukan Rancangan Undang-Undang eksistensi Komisi Kebenaran dan Rekonsliasi tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsliasi yang menggantikan (substitusi) peran pengadilan (RUU KKR) sebagai tindak lanjut dari Putusan dalam penyelesaian kasus pelanggaran HAM Mahkamah Konstitusi serta dalam rangka berat. menjaga semangat pengungkapan pelanggaran Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi HAM berat masa lalu. Namun konsep KKR dalam yang membatalkan seluruh substansi Undang- RUU KKR masih tidak berubah dari konsep Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang Komisi dalam Undang-Undang sebelumnya, terutama Kebenran dan Rekonsliasi, praktis tidak ada terkait mengenai posisi KKR yang menggantikan upaya kembali untuk mengungkapkan dan (substitusi) pengadilan HAM ad hoc. menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat Telah banyak dilakukan berbagai kajian sebelum terbentuknya Undang-Undang Nomor terhadap konsep KKR yang menggantikan posisi 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi pengadilan HAM ad hoc, dalam hal ini kita Manusia. Pelanggaran HAM Berat yang terjadi dihadapkan pada dua pemikiran pokok terkait pada masa sebelum berlakunya Undang-Undang konsep KKR, yakni KKR sebagai pengganti Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak pengadilan HAM ad hoc atau sebagai pelengkap Asasi Manusia semestinya ditelusuri kembali saja (tidak menggantikan pengadilan HAM ad untuk mengungkapkan Kebenaran serta hoc). Dengan melihat praktik KKR yang ada menegakkan keadilan dan membentuk budaya di negara lain sebenarnya dapat dianalisa menghargai HAM sehingga dapat diwujudkan kelabihan dan kekurangannya, dan menjadi Rekonsiliasi untuk terciptanya perdamaian bahan pertimbangan konsep KKR yang paling dan persatuan bangsa, di samping itu upaya tepat diterapkan di Indonesia. Konsep KKR yang tersebut merupakan bentuk kesungguhan dipilih oleh Indonesia adalah KKR yang dapat

25 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

menggantikan pengadilan HAM ad hoc, dengan namun dalam rumusan Pasal 1 angka 9 kata lain, konsep KKR di Idonesia menyebabkan UU KKR justru mengatur bahwa amnesti perbuatan pidana dapat dilepaskan begitu saja diberikan kepada pelaku pelanggaran HAM tanpa ada proses pengadilan. berat. Konsep KKR di Indonesia tersebut menarik e. Pasal 44 UU KKR memposisikan KKR untuk didiskusikan lebih lanjut, dan lebih khusus sebagai lembaga yang sama dengan lembaga lagi, penulis akan menganalisanya dalam kajian peradilan telah menutup akses korban hukum Islam, apakah dari khasanah keilmuan untuk mendapat penyelesaian melalui hukum pidana Islam (jinayah) terdapat kajian proses yudisial. mengenai absennya lembaga peradilan dalam f. Pasal 44 tidak membuka peluang lagi menyelesaikan perkara pidana? dilakukan pemeriksaan di pengadilan HAM B. Pembahasan ad hoc apabila kasus pelanggaran HAM berat telah diselesaikan melalui KKR. B.1. Konsep KKR di Indonesia Sejak Lahirnya Undang-Undang Nomor Pelanggaran HAM menurut H.R. Abdussalam 27 Tahun 2004 tentang komisi Kebenran dalam aspek substansi adalah jenis pelanggaran dan Rekonsliasi, keberadaan KKR memang HAM yang terdiri dari pelanggaran hukum sebagai pengganti lembaga peradilan dalam administrasi negara, pelanggaran hukum menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat. perdata dan pelanggaran hukum pidana baik konsep tersebut tercantum dalam Pasal 44 dalam lingkup nasional maupun dalam lingkup Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tentang internasional, namun dalam pembahasan komisi Kebenran dan Rekonsliasi, yang berbunyi lebih lanjut lebih fokus pada pelanggaran bahwa: HAM daam konteks pidana. Pelanggaran HAM “Pelanggaran hak asasi manusia yang berat dalam konteks pidana di bagi menjadi dua, yang telah diungkapkan dan diselesaikan yakni pelanggaran HAM dalam keadaan damai oleh Komisi, perkaranya tidak dapat dalam keadaan konflik bersenjata.1 Pelanggaran diajukan lagi kepada Pengadilan Hak Asasi HAM yang ditangani KKR tidak membedakan Manusia Ad Hoc.” apakah dalam masa damai atau masa konflik, dalam Undang-Undang KKR hanya menentukan Dari pengertian Pasal ini sangat jelas posisi bahwa pelanggaran HAM yang ditangani oleh KKR adalah menggantikan lembaga peradilan, KKR adalah pelanggaran yang terjadi sebelum dalam hal ini pengadilan hak asasi manusia ad lahirnya UU tentang Pengadilan HAM ad hoc. hoc. Secara singkat pokok permohonan pemohon Dalam perkembangannya setelah putusan menyatakan bahwa Pasal 27, Pasal 44, dan Mahkamah konstitusi, sampai saat ini muncul Pasal 1 angka 9 UU KKR bertentangan dengan Rancangan Undang-Undang tentang Komisi UUD NRI Tahun 1945 dengan argumen sebagai Kebenaran dan Rekonsliasi sebagai tindak lanjut berikut: dari Putusan Mahkamah Konstitusi. Dalam salah satu rumusan pasalnya mengatur kembali a. Ketentuan Pasal 27 UU KKR hak korban atas mengenai keberadaan KKR sebagaimana diatur kompensasi dan rehabilitasi digantungkan dalam Undang-Undang nomor 27 Tahun 2004 pada dikabulkannya amnesti, bukan pada tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, substansi perkara pelanggaran HAM berat bahwa kasus-kasus pelanggaran HAM yang yang periksa; telah diselesaikan oleh KKR tidak lagi dapat b. Ketentuan mengenai amnesti dalam dilakukan penyelesaiannya melalui pengadilan UU KKR mensyaratkan adanya pelaku HAM ad hoc. tindak pidana, sehingga apabila tidak Posisi KKR yang tidak berubah dari konsep ada pelaku yang dapat ditemukan maka semula memang telah mendapat justifikasi amnesti tidak mungkin dapat diberikan, melalui Putusan MK nomor 006/PUU-IV/2006, hal ini mengakibatkan korban tidak akan bahwa posisi KKR dalam Pasal 44 undang-Undang mendapat jaminan atas pemulihan; 27 Tahun 2004 tentang Komisi Kebenaran dan c. Ketentuan Pasal 27 telah mendudukan Rekonsliasi tidak bertentangan dengan Pasal 28D korban dalam keadaan tidak seimbang ayat (1) sebagaimana didalilkan oleh pemohon. dan tertekan sebab korban diberikan Namun pada saat dilakukan uji materiil, persyaratan untuk mendapatkan haknya, pemohon mendalilkan bahwa KKR seharusnya yakni bergantung pada pemberian amnesti. tidak menggantikan posisi lembaga peradilan. d. Amnesti bagi pelanggaran HAM berat Keberadaan KKR hanya sebagai lembaga ekstra bertentangan dengan hukum internasional, yudisial sebagaiman diuraikan dalam penjelasan

1 H.R. Abdussalam, HAM dalam Perspektif Proses Peradilan, PTIK, Jakarta, 2010, hlm. 292.

26 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

umum alinea ketiga Undang-Undang Nomor 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsliasi 27 Tahun 2004 tentang komisi Kebenran dan terkait dengan posisi KKR mendalilkan beberapa Rekonsliasi. Bahwa Penjelasan Umum Alinea hal sebagai berikut: Ketiga UU KKR menyatakan sebagai berikut: a. Bahwa setiap orang berhak mendapatkan “Untuk mengungkap pelanggaran hak asasi penyelesaian secara hukum melalui proses manusia yang berat perlu dilakukan langkah- yudisial yang adil dan tidak memihak; langkah konkrit dengan membentuk Komisi b. Jaminan atas akses menuju keadilan Kebenaran dan Rekonsiliasi sesuai dengan merupakan bentuk pengakuan, jaminan, yang diamanatkan oleh Pasal 47 Ayat (2) UU dan perlindungan hukum yang berkeadilan Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan (right to access to justice). Akibatnya, Hak Asasi Manusia. Selain amanat tersebut, hak konstitutional para Pemohon telah pembentukan UU tentang Komisi Kebenaran terlanggar; dan Rekonsiliasi ini juga didasarkan pada Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat c. Bahwa Pasal 44 UU KKR yang memposisikan Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan KKR sebagai lembaga yang sama dengan Persatuan dan Kesatuan Nasional yang pengadilan telah menutup akses setiap menugaskan untuk membentuk Komisi orang untuk mendapat penyelesaian melalui Kebenaran dan Rekonsiliasi sebagai lembaga proses yudisial; ekstra yudisial…” d. Pasal 44 UU KKR bertentangan dengan Pasal Pemohon mendalilkan bahwa ekstra yudisial 28D Ayat (1) UUD 1945, yang menyatakan berarti di luar pengadilan atau hukum. Istilah bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, ekstra yudisial ini dalam literatur hukum sering jaminan, perlindungan, dan kepastian dipahami juga dengan penggunaan mekanisme hukum yang adil serta perlakuan yang sama penyelesaian sengketa melalui lembaga seperti di hadapan hukum. mediasi, arbitrasi, atau yang lebih dikenal dengan Dari uraian di atas, dapat diambil Alternative Dispute Resolution (ADR). Sehingga pemahaman bahwa keberadaan KKR dalam KKR sebagai lembaga ekstra yudisial, maka KKR Pasal 44 undang-Undang Nomor 27 Tahun 2004 tidak dimaksudkan sebagai pengganti Lembaga tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsliasi dan Pengadilan, yakni pengadilan Hak Asasi Manusia juga dalam RUU KKR saat ini bahwa: ad hoc dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM berat. KKR dibentuk dengan maksud a. Konsep KKR menutup kesempatan korban untuk melengkapi (sebagai komplementer) dari untuk mendapat keadilan melalui proses penyelesaian melalui mekanisme pengadilan. peradilan. Karena pada prinsipnya, penyelesaian b. Konsep KKR mengeliminir kewajiban negara pelanggaran HAM berat melalui KKR tidak dapat dalam menuntut pelaku tindak pidana. menuntut pertanggungjawaban pidana secara c. Konsep KKR menghapuskan lembaga individual oleh pelaku, tetapi hanya mencari peradilan (kekuasaan yudikatif) untuk dan menemukan kebenaran pola umum kasus menyelesaikan perkara pidana. pelanggaran HAM berat yang telah terjadi dan Menurut jawaban pemerintah atas gugatan memberikan rekomendasi kebijakan untuk tersebut2, bahwa pembentukan KKR merupakan memulihkan demokrasi kepada pemerintah. sebuah ikhtiar kolektif yang mengedepankan Konsep KKR sebagai ekstra yudisial (yang nilai-nilai islah dalam rangka perlindungan dan hanya bersifat komplementer) seharusnya tidak penegakan HAM. Salah satu esensi yang sangat menutup kemungkinan untuk mendapatkan penting dalam menyelesaikan pelanggaran HAM keadilan melalui lembaga peradilan. berat yang terjadi pada masa lalu adalah antara Terdegradasinya lembaga peradilan dalam pelaku dan korban saling memaafkan guna penyelesaian kasus pidana (pelanggaran HAM terwujudnya rekonsiliasi nasional dalam rangka berat) oleh KKR justru kontradiktif dengan memantapkan persatuan dan kesatuan nasional. semangat untuk menyelesaikan kasus. Konsep Menurut jawaban Pemerintah, apabila KKR dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun pelaku mengakui kesalahannya secara sukarela, 2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsliasi mengakui kebenaran fakta-fakta, menyatakan akhirnya menghilangkan kemungkinan upaya penyesalan atas perbuatannya, dan bersedia pencarian keadilan oleh korban melalui jalur meminta maaf kepada korban dan keluarga lembaga peradilan. korban yang merupakan ahli warisnya, tetapi Lebih lanjut dalam gugatan pemohon atas korban atau keluarga korban tidak bersedia pengujian Undang-Undang Nomor 27 Tahun memaafkan, maka KKR akan memutus

2 Risalah sidang perkara No. 006/PUU-IV/2006.

27 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

pemberian rekomendasi amnesti kepada Presiden yang digunakan dalam menentukan suatu secara mandiri dan objektif. Dan apabila pelaku permasalahan hukum, pembahasan mengenai pelanggaran HAM berat tidak bersedia dan dasar-dasar istinbāţ hukum menjabarkan tidak mengakui kesalahannya, tidak mengakui tentang metodologi formulasi hukum Islam dalam kebenaran fakta-fakta, serta tidak menyesali ranah al-qawā’id al-uşūliyyah al-tasyrī’iyyah.4 perbuatnanya, maka pelaku tersebut akan Al-qawā’id al-uşūliyyah al-tasyrī’iyyah adalah kehilangan haknya untuk mendapatkan amnesti ranah tujuan legislasi. Kaidah ini bermuara dari presiden dan kasus pelanggaran HAM berat kepada maksud dan tujuan disyari’atkannya tersebut dapat diajukan ke pangadilan HAM ad hukum Islam, yakni untuk merealisasikan hoc berdasarkan Pasal 43 ayat (1) UU pengadilan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia. HAM. Dalam ranah ini sering terjadi perdebatan Yang menjadi pembahasan utama dari di kalangan para ulama ahli hukum Islam tulisan ini adalah apakah KKR merupakan tentang terminologi yang digunakan oleh para pengganti (substitusi) pengadilan atau tidak. ulamaSumber-sumber Hukum Islam. Adapun Sebagaimana diatur dalam UU KKR bahwa sumber hukum Islam terdiri atas: pelanggaran HAM berat telah diputus oleh KKR, a. Al-Qur’an. maka pengadilan HAM ad hoc tidak berwenang Sebagaimana diyakini oleh berbagai memutuskan, kecuali apabila permohonan kalangan ahli hukum Islam bahwa al-Qur’an amnesti ditolak oleh Presiden. Menurut Mahamah adalah sumber hukum Islam yang paling Konstitusi3, Meskipun KKR merupakan unggul dan paling penting kedudukannya alternatif terhadap pengadilan HAM dan bukan karena ia adalah petunjuk bagi orang-orang merupakan badan penegakan hukum, maka hal yang bertaqwa. Ia tidak dapat ditawar-tawar ini menjadikan KKR sebagai alternative dispute lagi soal kehujahannya. Dalam QS. Al- resolution yang menyelesaikan perselisihan Baqarah: 2 menjelaskan bahwa: HAM secara amicable dan apabila berhasil akan menutup mekanisme penyelesaian secara “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan hukum. Menurut Mahkamaha konstitusi padanya; petunjuk bagi mereka yang walaupun pemohon menggunakan argumen- bertaqwa.” argumen dan prinsip HAM internasional yang Al-Qur’an dalam kajian ushul fiqih menentang impunitas, akan tetapi penyelesaian merupakan objek utama dan pertama pada pelanggaran HAM dengan cara demikian telah kegiatan penelitian dalam memecahkan diterima oleh praktik internasional, misalnya suatu hukum. Al-Qur’an menurut bahasa di Afrika Selatan, dan telah dikenal pula dalam berarti “bacaan” dan menurut istilah ushul hukum adat. Tertutupnya proses hukum melalui fiqih al-Qur’an berarti kalam (perkataan) pengadilan HAM ad hoc yang dikarenakan Allah yang diturunkanNya dengan adanya penyelesaian di KKR adalah akibat yang perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi logis dari suatu mekanisme alternative dispute Muhammad dengan bahasa Arab serta resolution sehingga tidak perlu dilihat sebagai membacanya adalah ibadah.5 pembenaran impunitas. Hukum Islam salah satunya berasal Pada umumnya, penyelesaian dengan atau bersumber dari al-Qur’an, dan dari al- mekanisme hukum terhadap pelanggaran HAM Qur’an juga sebagai pangkal dari perbedaan berat sebelum berlakunya UU Pengadilan HAM pendapat dari para ulama mulai dari zaman mengalami kesukaran dengan berlalunya jangka ulama imam madzhab sampai sekarang. waktu yang lama yang menyebabkan hilangnya Perbedaan di antara para ahli hukum Islam alat bukti untuk dijadikan dasar pembuktian tersebut disebabkan adanya perbedaan dalam pendekatan individual criminal penafsiran dan berbagai sudut pandang responsibility. KKR bertujuan untuk menegakkan dalam memahami al-Qur`an. keadilan sejauh masih dimungkinkan dalam mekanisme penyelesaian secara alternatif. b. Al-Hadis. Al-hadis atau al-Sunnah adalah sumber B.2. Hukum Islam hukum yang kedua setelah al-Qur’an. Untuk memahami tentang konsep KKR Menurut Hafidz Abdurrahman, Sunnah dalam pandangan keilmuan Islam, penting untuk secara etimologis adalah ţarīq (jalan) atau mengetahui akan dasar-dasar istinbāţ hukum manhāj (metode). Menurut ulama ahli hadis,

3 Risalah sidang perkara No. 006/PUU-IV/2006. 4 Lihat Ahmad Rofiq,“Kritik Metodologi Formulasi Hukum Islam”, dalam Epistemologi Syara’, ed. Anas Haris Himawan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 104. Ia membagi metodologi formulasi hukum Islam menjadi dua ranah (domain) yakni al-qawā’id al-uşūliyyah al-lugāwiyyah dan al-qawā’id al-uşūliyyah al-tasyrī’iyyah. 5 Satria Effendi, Ushul Fiqih, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 79. 6 Hafidz Abdurrahman,Ushul Fiqih, Membangun Paradigma Berfikir Tasri’i, (Bogor: Al Azhar Press, 2003), hlm. 71.

28 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

sunnah adalah perkataan, perbuatan, taqrīr c. Ijma’ (legislasi), sifat akhlak dan anggota badan yang Ijma’ adalah konsensus para ulama disandarkan kepada Rasulullah. Sedangkan dalam memahami al-Qur`an terhadap menurut ulama ushul fiqih, sunnah fenomena sosial yang berkembang. Terjadi adalah perkataan, perbuatan dan legislasi perbedaan pandangan di kalangan para terhadap suatu perkataan atau perbuatan ulama mengenai ijma’ siapa yang dapat 6 yang datang dari Rasulullah. Ini adalah menjadi sumber hukum. Dalam buku pendapat dari kalangan fundamentalis, Ushul Fiqih karya Hafidz Abdurrahman berbeda dengan Hasbi Assyiddiqi mengenai menjelaskan bahwa ijma’ sahabatlah yang sunnah sebagai sumber hukum yang kedua, dapat menjadi sumber hukum. Sedangkan Hasbi mengatakan sunnah adalah segala dalam buku karya Muhammad Hashim perbuatan, ucapan, dan taqrīr (persetujuan Kamali menjelaskan bahwa ijma’ yang dapat atau keputusan) nabi yang berhubungan diambil sebagai sumber hukum adalah ijma’ 7 dengan hukum. Hasbi membatasi sunnah para mujtahid pada masa setelah wafatnya sebagai dasar hukum hanya terbatas pada Rasul. Gagasan ini diambil oleh Kamali dari masalah-masalah hukum, tidak mengambil Amidi dalam karyanya ihkām. seluruh dari apa yang melekat pada diri Nabi seperti pakaian. d. Qiyas Mengenai kehujjahan hadis sebagai Menurut Abdul Wahaf Khallaf , Qiyas sumber hukum Islam dapat dilihat pada ialah “menyamakan suatu masalah yang tidak rekaman peristiwa diutusnya Mu’adz ibn terdapat ketentuan hukumnya dalam nash Jabbal ke negeri Yaman oleh Rasul. Telah (al-Qur’an dan al-sunah) dengan masalah 9 terjadi dialog atau lebih tepatnya tanya yang telah ada persamaan illat hukumnya . jawab antara mereka mengenai apa yang bahwa dalam keilmuan Islam tidak semua digunakan untuk memutuskan hukum. realitas yang terjadi terdapat dalil al- Secara berurutan, jawaban Mu’adz tersebut Qur`an yang mengaturnya, sehingga untuk menjadi dasar dalam memutuskan hukum mengatasi permasalahan-permasalahan Islam yakni al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad. dalam kehidupan masyarakat, para ulama Adapun bunyi hadis tersebut penulis menggunakan qiyas (analogi), yakni dengan mengambil dari Sunan Abu Dawud yakni mengambil prinsip-prinsip (‘illat hukum) hadis ke 3592 sebagai berikut: yang telah diatur dalam al-Qur`an dan al- Hadits dan menyamakannya dengan prinsip .yang terjadi di masyarakat .م. : Dalam paradigma ushul fiqih klasik selalu : : : . م. : dinyatakan bahwa sumber paling pokok . م. . : . 8 (maşādir aşliyyah asāsiyyah) dalam Islam secara ,hirarkis hanya ada empat, yaitu al-Qur’an ص. م. : . “Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika al-Hadis, ijma’ (konsensus para ulama), dan hendak mengutus Mu’az ke negeri Yaman qiyas (analogi). Sementara maşlahah mursalah, bersabda: “Bagaimana kamu memutuskan istihsān, syar’u man qablanā (syari’at umat atau hukum ketika dihadapkan kepada (perkara) nabi-nabi terdahulu), ‘urf (tradisi, adat) dan yang putusan?”, Mu’az menjawab: “Saya lain merupakan sumber hukum Islam pada memutuskan dengan kitab Allah.” Rasulullah level kedua atau disebut dengan istilah maşādir bersabda: “Jika tidak kamu temukan dalam ţabā’iyah. kitab Allah?”, Mu’az menjawab: “Maka Karena itu, maka tampak dengan jelas bahwa dengan sunnah Rasulullah SAW.” Rasulullah al-Qur’an kemudian al-Hadis menempati posisi bersabda: “Jika tidak kamu temukan sentral di dalam hirarki sumber-sumber hukum dalam sunnah Rasulullah SAW dan kitab Islam. Segala jenis tindakan dan kegiatan harus Allah?”, Mu’az menjawab: “Saya berijtihad selalu berada dalam kendali dan kontrol al- dengan pemikiranku dan saya tidak akan Qur’an dan al-Hadis. Bahkan, masa kini dan dan serampangan (mengabaikan kitab Allah dan yang akan datang sekalipun harus juga berada sunnah Rasul). Maka Rasulullah menepuk dalam ruang penaklukkan kitab al-Qur’an dan dadanya dan bersabda: “Segala puji bagi al-Hadis, kitab yang mana telah hadir ribuan Allah yang telah memberi taufiq kepada tahun yang lalu itu. Hal ini disamping al-Qur’an utusan rasulullah dengan apa yang diridlai telah dinamai sebagai kitab wahyu dari Allah Rasulullah”. SWT, juga karena al-Qur’an diyakini memiliki

7 Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqih Indonesia, Penggagas dan Gagasannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hlm.111 8 Abū Dāwud Sulaiman al- As’aś al-Sijistnī, Sunan Abu Dawud, (Beirut, Libanon: Dar al-Hadis, 1999), III: 1554. 9 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cetakan VIII, Dar al-Fikr, Beirut: 1986, hlm. 106.

29 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

daya jangkau meliputi masa silam, sekarang, landasan normatif yang sangat kuat terhadapnya. dan yang akan datang. Universalitas HAM sebagai khazanah kemnausiaan yang landasan normatif dan filosofisnya bisa B.3. Kajian Hukum Islam tentang KKR di dilacak dan dijumpai dalam berbagai sistem nilai Indonesia dan tradisi agama, termasuk Islam. Pandangan B.3.1. HAM dalam Pandangan Islam ketiga ini menurut penulis lebih sesuai dengan pandangan masyarakat, khususnya muslim di Seiring dengan menguatnya kesadaran Indoensia karena ajaran Islam pada prinsipnya masyarakat dunia berkaitan dengan HAM saat mengandung nilai-nilai moral, baik nilai ini, persoalan tentang universalitas HAM dan kemanusiaan, keadilan, dan nilai kemaslahatan hubungannya dengan berbagai sistem nilai atau yang lain. Nilai-nilai tersebut tersurat dan tersirat tradisi agama terus menjadi pusat perhatian, dalam teks al-Quran dan al-Hadits. kajian, serta diskusi wacana HAM kontemporer. Kajian HAM dan agama menjadi menarik B.3.2. KKR dalam Khazanah Keilmuan Islam karena pada kenyataannya Agama berperan memberikan landasan etik dalam kehidupan Proses penyelesaian perkara di luar manusia. Perkembangan wacana HAM dalam pengadilan yang dikenal dengan alternative dunia keilmuan Islam sering menghasilkan dispute resolution, jika diterjemahkan dalam diskusi yang menarik. bahasa Indonesia berarti alternatif penyelesaian perkara, yaitu suatu peroses penyesaian perkara Menurut Supriyanto Abdi sebagaimana non litigasi dimana para pihak yang berperkara 10 dikutip oleh Majda el-Muhtaj , bahwa paling dapat membantu atau dilibatkan dalam tidak terdapat tiga varian pandangan tentang penyelesaian perkara tersebut atau melibatkan hubungan Islam dan HAM, yakni pertama, pihak ketiga yang bersifat netral. menegaskan bahwa Islam tidak sesuai dengan gagasan dan konsepsi HAM modern, pandangan Sementara itu, dalam hukum Islam, seperti ini berangkat dari asas esensialisme dan dikemukakan oleh Amin Summa, bahwa lembaga relativisme kultural. Pandangan esensialisme pemaafan adalah lembaga yang dapat diadopsi menegaskan bahwa suatu gagasan atau konsep dalam hukum pidana dari hukum Islam (fiqh pada dasarnya mengakar atau bersumber pada jinayah). Lembaga pemaafan yang dimaksud satu sistem nilai, tradisi, atau peradaban tertentu, di sini adalah lembaga alternatif penyelesaian sedangkan pandangan relativisme kultural sengketa di luar mekanisme peradilan. menegaskan bahwa suatu gagasan yang lahir Dalam fiqh jinayah11, tidak ada perbedaan atau terkait dengan sistem nilai tertentu tidak pendapat di kalangan ulama tentang kebolehan bisa berlaku dan diterapkan dalam masyarakat keluarga korban pembunuhan memaafkan dengan sistem nilai yang berbeda. Sebagaiman pelaku. Melalui pemaafan, hukuman qishas telah diketahui bahwa secara historis HAM lahir dapat dihapus dan diganti dengan hukuman lain di Eropa dan Barat, HAM pada dasarnya terkait berupa diyat, sebagaimana ditentukan dalam pada konsep-konsep kultural terutama Barat. QS. al-Baqarah ayat 178 yang artinya: Kedua, pandangan yang menyatakan “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bahwa konsep HAM perlu dilakukan islamisasi, atas kamu qishaash berkenaan dengan pandangan ini muncul sebagai reaksi “kegagalan” orang-orang yang dibunuh; orang merdeka HAM versi Barat dalam mengakomodasi dengan orang merdeka, hamba dengan kepantingan terbesar masyarakat muslim. hamba, dan wanita dengan wanita. Gerakan ini merupakan alternatif yang diyakini Maka barangsiapa yang mendapat suatu mampu menjembatani pemikiran HAM dalam pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang perspektif Islam. Dalam perkembangannya telah memaafkan) mengikuti dengan cara yang berhasil dirumuskan piagam deklarasi universal baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) HAM perspektif Islam. Dalam pertemuan The membayar (diyat) kepada yang memberi maaf Organization of Islamic conference (OIC) pada dengan cara yang baik (pula). Yang demikian bulan Agustus 1990 di Kairo telah berhasil itu adalah suatu keringanan dari Tuhan merumuskan “The Cairo Declaration of Human kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang Right in Islam” yang substansinya banyak melampaui batas sesudah itu, maka baginya berbeda dengan standar HAM Internasional versi siksa yang sangat pedih”. Barat. Menurut ayat tersebut, sanksi yang Ketiga, pandangan yang menegaskan bahwa dikenakan kepada pembunuh menjadi HAM modern adalah khazanah kemanusiaan kewenangan dari keluarga korban untuk memilih universal dan Islam seharusnya memberikan hukuman yang akan dikenakan terhadapnya,

11 Umar at-Tamimi, Lembaga Pemaafan Sebagai Alaternatif penyelesaian Perkara Pidana Perspektif Hukum Islam, Jurnal diskursus Islam , Vol. 1 Nomor 3 Tahun 2013. 10 Majda el-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam konstitusi Indoensia, Kencana Prenada Mendia Group, Jakarta, hlm. 58-60.

30 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

apakah mengambil qishas atau memaafkannya dengan pidana. Misalnya perkara yang terjadi dan meminta diyat. Untuk merealisasikan antara Ali bin Abi Thalib dengan Mu’awiyah bin konsep ayat tersebut perlu ada campur tangan Abi Sufyan yang menyebabkan terjadinya perang negara dalam menyediakan lembaga tertentu siffin yang diselesaikan dengan mekanisme yang guna menjembatani kepentingan korban dikenal dalam sejarah sebagai tahkim. dan kepentingan pelaku. Lembaga tersebut Melihat ayat yang pertama di atas, maka dapat dijadikan sebagai sebuah lembaga yang kasus pidana yang secara jelas dapat diserahkan dibentuk untuk menyelurkan aspirasi korban kepada lembaga pemaafan ini, adalah kasus dan keluaraga korban, apakah akan memilih pidana pembunuhan, sebab kasus itulah yang hukuman yang telah ditentukan terhadap pelaku disebutkan secara tegas dan langsung dalam al- tindak pidana atau memilih hukuman lain Quran, yang memberikan hak kepada keluarga dengan kompensasi yang disepakati. Lembaga korban untuk menentukan jenis hukuman apa pemaafan adalah sebuah lembaga yang dapat yang diberikan kepada pelaku tindak pidana. digunakan oleh korban atau pihak keluarga Namun ada hadits nabi SAW yang menunjukan korban untuk menyelesaikan kasus pidana yang bahwa kasus-kasus pidana yang lain pun dapat menimpa keluarganya di luar pengadilan. diselesaikan melalui mekanisme non litigasi. Dalam konteks KKR di Indonesia terdapat Menurut pandangan Islam, setiap perkara prisip yang hampir sama, yakni mengakomodir hukum seharusnya diselesaikan melalui keinginan korban dan keluarga korban dalam mekanisme di luar peradilan, sebab suatu proses pengungkapan pidana pelanggaran perkara yang sudah sampai ke pangadilan, akan HAM berat. Namun memang tujuan dari diselesaikan berdasarkan ketentuan-ketentuan dibentuknya KKR adalah untuk pengungkapan yang berlaku, dan tampaknya semua kasus kebenaran dan mewujudkan rekonsiliasi, bukan hukum dapat diselesaikan melalui mekanisme untuk menjatuhkan hukuman. Keberadaan lembaga non litigasi. Dalam sebuah hadits nabi KKR memang tidak dapat dipersamakan SAW dinyatakan dinyatakan bahwa “selesaikan secara presisi dengan petunjuk dalam al- kasus hukum di antara kalian sebelum Quran, namun terdapat prinsip bergesernya diserahkan kepada beliau”. Kasus hukum di pertanggungjawaban pidana, bahwa terhadap sini bersifat umum, tidak mengacu pada kasus- pelaku tndak pidana tidak harus dijatuhkan kasus hukum tertentu (perdata). hukuman namun berdasarkan kesepakatan antara korban dan pelaku dapat diselesaikan C. Penutup dengan kekeluargaan, saling memaafkan, dan pembayaran diyat yang dengan difasilitasi oleh Dalam khazanah keilmuan Islam, khususnya negara. fiqh jinyah, untuk jenis pidana qishas/diyat membuka kemungkinan bagi keluarga korban Pandangan bahwa Islam sangat menekankan untuk menentukan jenis hukuman bagi pelaku penyelesaian perkara di luar mekanisme tindak pidana. Konsep qishas /diyat dapat peradilan, juga dapat ditelusuri dari berbagai menggeser prinsip pertanggungjawaban pidana konsep dalam al-Quran, misalnya konsep Islah menjadi diyat (pembayaran sejumlah uang (perdamaian). Sebagaimana ditegaskan dalam kepada korban), dan apabila dimaafkan diyat QS. Al-Hujurat ayat 9. Bahwa islah adalah tersebut juga bisa dihapuskan. Konsep ini suatu akad dengan maksud untuk mengahiri menurut penulis ada kesamaan dengan konsep persengketaan antara 2 (dua) pihak yang saling KKR yang mana membuka peluang untuk berperkara. Islah merupakan sebab untuk kasus pelanggaran HAM berat masa lalu untuk mencegah suatu perselisihan dan memutuskan diselesaikan melalui mekanisem non litigasi dan suatu pertentangan dan pertikaian. pertentangan menggeser pertanggung jawaban pidana oleh apabila berkepanjangan akan mendatangkan pelaku namun mengusahakan penyelesaian kehancuran, untuk itu maka islah mencegah secara damai guna mewujudkan perdamaian hal-hal yang menyebabkan kehancuran, (islah) dan rekonsiliasi. menghilangkan hal-hal yang membangkitkan fitnah dan pertentangan, serta yang menimbulkan Kewajiban negara untuk menuntut pelaku sebab-sebab yang menguatkan, yakni persatuan tindak pidana juga mengalami pergeseran, yakni dan persetujuan. Hal itu merupakan kebaikan negara hanya memberikan fasilitasi kepada yang dianjurkan oleh syara’. Islah dimaksud kedua belah pihak, yakni pihak korban dan di sini tentu saja perdamaian sebelum perkara pihak pelaku untuk saling memberi informasi pidana diajukan ke pengadilan. mengenai kejadian/peristiwa yang sesungguhnya terjadi. Negara hadir sebagai penengah sekaligus Selain itu terdapat juga konsep tahkim, sebagai pemutus antara kedua belah pihak. meskipun konsep tahkim lebih mengacu pada perkara perdata yaitu perceraian, tetapi dalam Tentu saja tidak semua tindak pidana dapat perkembangannya ternyata konsep tahkim juga diselesaikan dengan tuntas melalui KKR, kasus- digunakan dalam perkara-perakara yang terkait kasus tertentu yang sulit pembuktiannya di

31 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015 Komisi Kebenaran dan Rekosiliasi Dalam ....(Arief Susandi)

pengadilan menjadi penting untuk diselesaikan Abū Dāwud Sulaiman al- As’aś al-Sijistnī, Sunan secara damai melalui lembaga KKR ini. Artinya Abu Dawud, (Beirut, Libanon: Dar al- keberadaan KKR menjadi pilihan saja. Kasus yang Hadis, 1999), III: 1554. cukup bukti untuk diajukan ke pengadilan masih H.R. Abdussalam, HAM Dalam Proses Peradilan, terbuka peluang untuk diajukan ke pengadilan. PTIK, Jakarta: 2010. Kajian mengenai KKR dari sudut pandang Islam secara spesifik memang masih sangat jarang, oleh Hafidz Abdurrahman, Ushul Fiqih, Membangun karena itu masih dibutuhkan adanya penelitian Paradigma Berfikir Tasri’i, Al Azhar Press, secara lebih mendalam dan lebih komprehensif. Bogor, 2003. Konsep KKR dan konsep penyelesaian pidana Majda el-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam dalam Islam memang tidak sepenuhnya sama konstitusi Indoensia, Kencana Prenada persis, namun setidaknya konsep penyelesaian Mendia Group, Jakarta, 2012. pidana dalam Islam dapat menjadi pembanding Nourouzzaman Shiddiqi, Fiqih Indonesia, terhadap konsep KKR di Indonesia yang sedang Penggagas dan Gagasannya, Pustaka dirumuskan dalam RUU KKR. Pelajar, Yogyakarta, 1997. Daftar Pustaka Satria Effendi, Ushul Fiqih, Prenada Media, Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cetakan Jakarta, 2005. VIII, Dar al-Fikr, Beirut: 1986. Umar at-Tamimi, Lembaga Pemaafan Sebagai Ahmad Rofiq, “Kritik Metodologi Formulasi Alaternatifpenyelesaian Perkara Pidana Hukum Islam”, dalam Epistemologi Syara’, Perspektif Hukum Islam, Jurnal diskursus ed. Anas Haris Himawan, Pustaka Pelajar, Islam , Vol. 1 Nomor 3 Tahun 2013. Yogyakarta, 2000. Risalah sidang perkara no. 006/PUU-IV/2006.

32 Menyoal Eksistensi Norma Pengujian ....(Mohammad Zamroni, S.H.)

MENYOAL EKSISTENSI NORMA PENGUJIAN DALAM ANATOMI UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Mohammad Zamroni, S.H. Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan pada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl. HR. Rasuna Said Kav.6-7, Jakarta Selatan Indonesia e-mail: [email protected] (Naskah diterima 13/04/2015, direvisi 30/04/2015, disetujui 11/05/2015)

A. Latar Belakang undang diatur lebih lanjut dengan undang- undang.” Namun demikian, ruang lingkup materi Pada tanggal 12 Agustus 2011, Presiden muatan (substansi yang diatur) dalam Undang- Republik Indonesia mengesahkan Rancangan Undang ini diperluas tidak saja Undang-Undang Undang-Undang tentang Pembentukan tetapi mencakup juga Peraturan Perundang- Peraturan Perundang-undangan yang undangan lainnya, selain Undang-Undang Dasar kemudian oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Manusi diundangkan dengan penempatannya Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. dalam Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82. Kemudian, sebagai penyempurnaan terhadap Kehadiran Undang-Undang ini sesungguhnya Undang-Undang sebelumnya2, ada beberapa merupakan undang-undang pengganti dari materi muatan baru yang ditambahkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Undang-Undang ini, yaitu: yang menurut pembentuknya dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan a. penambahan Ketetapan Majelis kebutuhan hukum masyarakat khususnya Permusyawaratan Rakyat sebagai dalam rangka meberikan aturan pembentukan salah satu jenis Peraturan Perundang- peraturan perundang-undangan yang baik1. undangan dan hierarkinya ditempatkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang setelah Undang-Undang Dasar Negara Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Tahun 19453; lahir dengan didasari pada semangat pemikiran b. perluasan cakupan perencanaan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum Peraturan Perundang-undangan yang (rechtsstaat). Dimana sebagai negara hukum, tidak hanya untuk Prolegnas dan Prolegda seluruh aspek kehidupan dalam bidang melainkan juga perencanaan Peraturan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan termasuk pemerintahan harus berdasarkan Peraturan Perundang-undangan lainnya; atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan c. pengaturan mekanisme pembahasan hukum yang berlaku di Indonesia dengan Rancangan Undang-Undang tentang semua elemennya yang saling menunjang satu Pencabutan Peraturan Pemerintah dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi Pengganti Undang-Undang; dan mengatasi permasalahan yang timbul d. pengaturan Naskah Akademik sebagai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, suatu persyaratan dalam penyusunan dan bernegara yang berdasarkan Pancasila Rancangan Undang-Undang atau dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Rancangan Peraturan Daerah Provinsi Indonesia Tahun 1945. dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan merupakan e. pengaturan mengenai pelaksanaan dari perintah Pasal 22A Undang- keikutsertaan Perancang Peraturan Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Perundangundangan, peneliti, dan 1945 yang menyatakan bahwa “Ketentuan lebih tenaga ahli dalam tahapan Pembentukan lanjut mengenai tata cara pembentukan undang- Peraturan Perundang-undangan; dan

1 Lihat konsiderans “menimbang” huruf c Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 3 Lihat penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang berbunyi: Yang dimaksud dengan “Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/ MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003. Untuk lebih jelas lihat Zamroni, Mohammad, “Mencermati Eksistensialisme Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat: Sebuah Pergulatan Pemikiran”, Jurnal Legislasi Indonesia Volume 10 Nomor 1 Maret 2013.

33 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

f. penambahan teknik penyusunan Naskah menguji peraturan perundangan-undangan Akademik dalam Lampiran I di bawah undang-undang terhadap undang- Undang-Undang ini. undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Kemudian, Selanjutnya, secara umum Undang-Undang Pasal 24C UUD NRI Tahun 1945 dinyatakan Nomor 12 Tahun 2011 memuat materi-materi bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang pokok yang disusun secara sistematis meliputi: mengadili pada tingkat pertama dan terakhir asas pembentukan Peraturan Perundang- yang putusannya bersifat final untuk menguji undangan; jenis, hierarki, dan materi muatan undang-undang terhadap Undang-Undang Peraturan Perundang-undangan; perencanaan Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Peraturan Perundang-undangan; penyusunan negara yang kewenangannya diberikan oleh Peraturan Perundang-undangan; teknik Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran penyusunan Peraturan Perundang-undangan; partai politik, dan memutus perselisihan tentang pembahasan dan pengesahan Rancangan hasil pemilihan umum. Undang-Undang; pembahasan dan penetapan Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dan Berdasarkan ketentuan norma Konstitusi di Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota; atas, maka kandungan UU 12 Tahun 2011 yang pengundangan Peraturan Perundang-undangan; mencantumkan ketentuan mengenai “pengujian penyebarluasan; partisipasi masyarakat dalam peraturan perundang-undangan” dapat dinilai Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; sebagai sebuah perluasan substantif pengaturan dan ketentuan lain-lain yang memuat mengenai dalam undang-undang yang berpotensi cukup pembentukan Keputusan Presiden dan lembaga signifikan secara asas pembentukan peraturan negara serta pemerintah lainnya. perundang-undangan terjadi penyimpangan atau deviasi norma. Pada titik ini maka menjadi Salah satu materi pokok dalam UU Nomor suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih 12 Tahun 2011 adalah ketentuan mengenai jauh apa sesungguhnya original intens para “pengujian norma” peraturan perundang- pembentuk UU 12 Tahun 2011 dengan cara: undangan terhadap peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi berikut kewenangan a. Menelusuri secara cermat kronologis (kompetensi absolut) dari lembaga yudisal pembahasan terkait Pasal 8 RUU tentang untuk mengujinya. Dimana ketentuan tersebut Pembentukan Peraturan Perundang- tertuang dalam rumusan Pasal Pasal 9 UU undangan mulai dari tahap perencaaan Nomor 12 Tahun 2011 yang berbunyi sebagai sampai dengan tahap pembahasan di DPR; berikut: b. Mencermati dengan detail apa yang (1) Dalam hal suatu Undang-Undang terkandung dalam naskah akademik diduga bertentangan dengan Undang- RUU tentang Pembentukan Peraturan Undang Dasar Negara Republik Perundang-undangan yang merupakan Indonesia Tahun 1945, pengujiannya embrio atau cikal bakal konsepsi yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. telah teruji secara teoritis melalui kajian dan penelitian yang komprehensif dan (2) Dalam hal suatu Peraturan Perundang- mendalam; undangan di bawah Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang- c. Apakah dalam proses penyusunan atau Undang, pengujiannya dilakukan oleh pembentukan UU tentang Pembentukan Mahkamah Agung. Peraturan Perundang-undangan tersebut muncul semacam inisiasi atau gagasan Dari kedua rumusan ayat dalam Pasal 9 untuk dilakukannya “konsolidasi” di atas, menurut hemat penulis sesungguhnya naskah peraturan perundang-undangan dapat dinilai sebagai sebuah “ekstensifikasi” yang secara materiil mengatur tentang atau perluasan substansi pokok yang harus Pembentukan Peraturan Perundang- tertampung dalam UU tentang Pembentukan undang layaknya sebuah naskah UU Peraturan Perundang-undangan. Karena kodifikasi. secara normatif, kelahiran UU ini merupakan delegasian langsung dari ketentuan Pasal 22A Berdasarkan uraian singkat di atas, maka UUD NRI Tahun 1945. Sementara, jika dilihat penulis mencoba mengangkat tema dengan dari isi atau kandungan Pasal 9 UU 12 Tahun judul: Menyoal Eksistensi Norma Pengujian 2011 tersebut secara nyata merupakan norma dalam Anatomi Undang-Undang tentang Pasal 24A ayat (1) dan Pasal 24C ayat (1) UUD Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, NRI Tahun 1945. Dimana Pasal 24A ayat (1) dalam perspektif historis perjalanan pengujian konstitusi menyatakan bahwa Mahkamah Agung peraturan perundang-undangan di Indonesia berwenang mengadili pada tingkat kasasi, dan ketentuan hukum positif.

34 Menyoal Eksistensi Norma Pengujian ....(Mohammad Zamroni, S.H.)

B. Pengujian Peraturan Perundangan- (2) Mahkamah Agung berkuasa djuga undangan dalam Lintasan Sejarah menjatakan dengan tegas bahwa suatu ketentuan dalam peraturan Pemikiran mengenai pengujian UU terhadap ketatanegaraan atau dalam undang- UUD atau pengujian aspek konstitutionalitas undang daerah-bagian tak menurut UU melalui judicial review di Indonesia dalam Konstitusi, djika ada surat permohonan sejarah pembentukan UUD pada tahun 1945, jang beralasan jang dimadjukan, untuk pernah dilontarkan oleh Mohammad Yamin Pemerintah Republik Indonesia Serikat, pada saat pembahasan rancangan UUD di oleh atau atas nama Djaksa Agung pada Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Mahkamah Agung, ataupun, untuk Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Mohammad suatu pemerintah daerah-bagian jang Yamin melontarkan gagasan mengenai perlunya lain, oleh Kedjaksaan pada pengadilan suatu lembaga yang melakukan pengujian tertinggi daerah-bagian jang dimaksud konstitusionalitas UU sekaligus mengusulkan kemudian. agar masuk dalam rumusan rancangan UUD yang sedang disusun. Pasal 157 Gagasan Mohammad Yamin diucapkan (1) Sebelum pernjataan tak menurut pada Rapat Besar (Pleno) BPUPKI tanggal 15 Juli Konstitusi tentang suatu ketentuan 1945 yang menyangkut sistem pemerintahan dalam peraturan ketatanegaraan atau negara dan sistem kekuasaan kehakiman undang-undang suatu daerah-bagian yang kemudian ditanggapi serta dibahas oleh untuk pertama kali diutjapkan atau Ketua dan beberapa Anggota BPUPKI secara disjahkan, maka Mahkamah Agung demokratis antara lain oleh Soepomo. memanggil Djaksa Agung pada Madjelis itu, atau kepala Kedjaksaan pada Gagasan atau ide Mohammad Yamin pengadilan tertinggi daerah-bagian ini kemudian setelah kemerdekaan dengan bersangkutan, untuk didengarkan berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945- dalam madjelis pertimbangan. 1949), masa Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 (1949-1950), masa berlakunya (2) Keputusan Mahkamah Agung jang UUD Sementara 1950 (1950-1959), masa UUD dalamnja pernjataan tak menurut 1945 periode 1959-1966 (Orde Lama) dan Konstitusi untuk pertama kali periode 1966-1998 (Orde Baru), diterjemahkan diutjapkan atau disjahkan, diutjapkan walaupun tidak secara keseluruhannya hanya pada sidang pengadilan umum. sebatas pada pengujian peraturan perundang- Pernjataan itu selekas mungkin undangan di bawah UU terhadap UU (periode diumumkan oleh Djaksa Agung pada UUD Sementara 1950 dan UUD 1945) dan Mahkamah Agung dalam warta resmi pengujian peraturan perundang-undangan Republik Indonesia Serikat. negara/daerah bagian terhadap konstitusi pada Pasal 158 periode Konstitusi Republik Indonesia Serikat (1) Djika dalam perkara perdata atau 1949. Lembaga pengujinya pun Mahkamah dalam perkara hukuman perdata, Agung bukan Mahkamah Konstitusi. pengadilan lain daripada Mahkamah Dalam Konstitusi RIS 1949, peraturan Agung menjatakan suatu ketentuan perundang-undangan negara atau daerah dalam peraturan ketatanegaraan atau bagian dapat diuji oleh Mahkamah Agung undang-undang daerah-bagian tak terhadap Konstitusi sebagaimana ditentukan menurut Konstitusi, dan Mahkamah dalam Pasal 156-158 Konstitusi RIS 1949 yang Agung karena sesuatu sebab memeriksa berbunyi sebagai berikut: perkara itu, maka karena djabatannja ia mempertimbangkan dalam Pasal 156 keputusannja apakah pernjataan tak (1) Djika Mahkamah Agung atau menurut Konstitusi itu dilakukan pada pengadilan-pengadilan lain jang tempatnja. mengadili dalam perkara perdata atau (2) Terhadap pernjataan tak menurut dalam perkara hukuman perdata, Konstitusi sebagai dimaksud dalam beranggapan bahwa suatu ketentuan ajat jang lalu, pihak-pihak jang dikenai dalam peraturan ketatanegaraan atau kerugian oleh pernjataan itu dan undang-undang suatu daerah-bagian jang tidak mempunjai alat hukum berlawanan dengan Konstitusi ini, terhadapnja, dapat memadjukan maka dalam keputusan kehakiman itu tuntutan untuk kasasi karena djuga, ketentuan itu dinjatakan dengan pelanggaran hukum kepada Mahkamah tegas tak menurut Konstitusi. Agung.

35 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

(3) Djaksa Agung pada Mahkamah Agung kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dan djuga kepala Kedjaksaan pada dari pengaruh siapa pun atau lembaga apa pun. pengadilan tertinggi daerah-bagian itu, Terlepas di kemudian hari ternyata dalam praktik dapat karena djabatannja memadjukan tidak benar-benar bebas dan merdeka karena tuntutan kepada Mahkamah Agung sesuai dengan UU No. 14/1970 pengurusan untuk kasasi karena pelanggaran hakim di bidang organisasi, administrasi, dan hukum terhadap pernjataan tak finansial masih di tangani pemerintah (dalam menurut Konstitusi jang tak terubah hal ini Departemen Kehakiman, Departemen lagi dimaksud dalam ajat (1). Agama, dan Departemen Hankam), “pengaruh (4) Pernjataan tak menurut Konstitusi pemerintah” masih tetap ada sampai dengan tentang suatu ketentuan dalam datangnya era reformasi yang benar-benar peraturan ketatanegaraan suatu memisahkan fungsi-fungsi eksekutif dari fungsi daerah-bagian oleh pengadilan lain yudikatif. daripada Mahkamah Agung, djika Larangan pengujian UU terhadap UUD tidak dengan tegas berdasarkan diulang kembali dalam UUDS 1950. Dalam pernjataan tak menurut Konstitusi Pasal 95 ayat (2) UUDS 1950 dikatakan bahwa jang sudah dilakukan oleh Mahkamah UU tidak dapat diganggu gugat. Kalau di KRIS Agung terhadap ketentuan itu dan 1949 dan UUDS 1950 ada larangan secara tegas jang telah diumumkan menurut bahwa UU tidak boleh diganggu gugat, artinya pasal 157, haruslah disjahkan oleh tidak boleh diuji terhadap UUD, bagaimanakah Mahkamah Agung, sebelum keputusan pengujian UU terhadap UUD di bawah UUD kehakiman jang berdasar atasnja 1945 (sebelum amendemen). Dalam UUD 1945 dapat didjalankan. Permohonan tidak diatur larangan pengujian UU terhadap untuk pensjahan dirundingkan dalam UUD sebagaimana halnya dalam KRIS 1949 madjelis pertimbangan. Permohonan dan UUDS 1950. Oleh karena itu secara teoritis itu ditiadakan djika pernjataan tak pengujian UU terhadap UUD dapat dilakukan di menurut Konstitusi itu dihapuskan bawah naungan UUD 1945. Alasannya, secara sebelum perundingan itu selesai. konstitusional pelaksana kedaulatan rakyat Djika Mahkamah Agung menolak sepenuhnya ada di tangan MPR. Sedangkan permohonan pensjahan itu, maka pembentuk UU (wetgever) yaitu Presiden dan Mahkamah menghapuskan keputusan DPR, bukan pelaksana kedaulatan rakyat, kehakiman jang memuat pernjataan sehingga secara teoritis sesungguhnya suatu UU tak menurut Konstitusi sekadar itu dapat diuji konstitusionalitasnya terhadap UUD dan Mahkamah itu pun bertindak 1945. Pertanyaannya siapakah lembaga negara selandjutnja seakan-akan salah suatu yang boleh menguji UU terhadap UUD. Karena pihak telah memadjukan tuntutan dalam UUD 1945 sistem yang dianut adalah untuk kasasi karena pelanggaran sistem Supremasi MPR maka Mahkamah Agung hukum. karena di bawah MPR kedudukannya tidak (5) Tentang jang ditentukan dalam dapat menguji produk hukum yang dibuat oleh pasal ini dan kedua pasal jang lalu, DPR dan Presiden yang sederajat dengannya. dengan undang-undang federal dapat Berlainan dengan sistem cheks and balances ditetapkan aturan-aturan lebih landjut, dalam ajaran trias politica sebagaimana yang termasuk tenggang-tenggang. dianut dalam sistem ketatanegaraan Amerika Serikat. Oleh karena itu UU dapat diuji terhadap Sedangkan UU federal tidak dapat diganggu UUD hanya oleh MPR sebagai lembaga tertinggi gugat (onschendbaar) sebagaimana ditentukan negara. Dengan demikian pengujiannya dalam Pasal 130 ayat (2) KRIS 1949 yang berbunyi: bukanlah dilakukan oleh lembaga peradilan Undang-undang federal tidak dapat diganggu- (judicial review) namun oleh lembaga politik gugat. Artinya, undang-undang Federal tidak sehingga disebut legislative atau political review. dapat diuji konstitusionalitasnya terhadap konstitusi. Aturan dasar dalam konstitusi ini Pada tahun 2001 dengan dibentuknya kemudian dijabarkan dalam UU No. 1 Tahun Mahkamah Konstitusi dalam Perubahan Ketiga 1950 tentang Susunan, Kekuasaan dan Jalan UUD 1945 gagasan Mohammad Yamin tentang Pengadilan Mahkamah Agung Indonesia. UU pengujian UU terhadap UUD direalisasikan No. 1/1950 ini pada masa Orde Lama kemudian oleh MPR hasil Reformasi ke dalam UUD dicabut atau dinyatakan tidak berlaku oleh UU Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Namun No. 16/1964 jo UU No. 13/1965 dan kemudian pelakunya bukan Mahkamah Agung seperti pada masa Orde Baru tahun 1985 diganti yang diinginkan Mohammad Yamin, melainkan dengan UU No. 14/1985 setelah terlebih dahulu Mahkamah Konstitusi yang berdiri mandiri ditetapkannya UU No. 14/1970 sebagai payung terpisah dari Mahkamah Agung sebagai pelaku peraturan perundang-undangan di bidang kekuasaan kehakiman disamping Mahkamah

36 Menyoal Eksistensi Norma Pengujian ....(Mohammad Zamroni, S.H.)

Agung. Dalam hal ini Mahkamah Agung diberi daerah. Bahkan dalam beberapa Undang- kewenangan juga untuk menguji peraturan Undang tentang Pemerintahan Daerah yang perundang-undangan di bawah UU terhadap UU pernah atau sedang berlaku di Indonesia diatur (vide Pasal 24A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945). pula pengujian terhadap rancangan Peraturan Dalam praktik di Indonesia selama ini, Daerah (executive preview) dalam rangka pengujian undang-undang, baik dalam arti pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan 4 formal maupun material, dapat dilakukan tidak otonomi daerah (pengawasan preventif) . hanya oleh lembaga peradilan saja melainkan Sementara itu, pengujian peraturan yang dapat dilakukan lembaga legislatif dan/atau dilakukan oleh lembaga legislatif, baik MPR, eksekutif. Pengujian juga dapat dilakukan secara DPR maupun DPRD, disebut sebagai legislative 5 internal oleh pembentuknya sendiri maupun review . secara eksternal yang dilakukan oleh lembaga Seperti halnya executive review, pada di luar pembentuknya. Demikian pula pengujian dasarnya ketika lembaga legislatif mengadakan dapat dilakukan pula terhadap rancangannya perubahan atau penggantian terhadap produk (preview). Dengan kata lain pengujian peraturan hukumya maka sebenarnya lembaga legislatif perundang-undangan merupakan bagian tersebut telah melakukan tindakan pengujian, atau unsur dari sistem peraturan perundang- bahkan ketika mempersiapkan rancangannya udangan Indonesia. Tujuan dari pengujian pun lembaga legislatif tersebut telah mengujinya peraturan perundang-undangan adalah untuk melalui tingkatan persiapan dan penulisan memperbaiki, mengganti, atau meluruskan isi naskah akademik sebelum dituangkan ke dalam dari undang-undang agar tidak bertentangan rancangan peraturan perundang-undangan dengan UUD atau peraturan perundang– agar substansinya selaras, serasi dan harmonis undangan di bawah undang-undang, sehingga dengan ketentuan UUD 1945. Demikian pula peraturan perundang-undangan tersebut dapat ketika suatu RUU yang dipersiapkan Pemerintah memberikan kepastian hukum (rechtszekerheid) sejak tahapan perencanaan sampai dengan dan perlindungan hukum (rechtsbescherming) pembahasan dengan DPR juga telah melewati serta memberikan keadilan (rechtvaardigheid) proses pengharmonisasian baik secara vertikal dan kemanfaatan (nuttigheid) bagi masyarakat maupun horisontal yang pada dasarnya juga luas. Termasuk dalam pengertian pengujian merupakan proses pengujian secara internal secara luas adalah pengujian terhadap pembentuk RUU tersebut. rancangan peraturan perundang-undangan (preview). C. Penutup Pengujian yang dilakukan oleh lembaga Pengujian peraturan perundang-undangan eksekutif disebut executive review. Pengujian dalam arti luas pada dasarnya di samping ini berkaitan dengan aspek legalitas dari untuk mengoreksi produk hukum legislatif baik peraturan perundang-undangan yang dibentuk Pusat maupun Daerah agar sesuai atau tidak oleh lembaga eksekutif misalnya Peraturan bertentangan dengan konstitusi sehingga produk Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan hukum tersebut dapat memberikan kepastian Menteri, apakah bertentangan tidak dengan hukum, perlindungan hukum, keadilan hukum peraturan perundang-undangan yang lebih dan kemanfaatan kepada setiap orang atau tinggi (secara hierarki) yang merupakan sumber masyarakat secara keseluruhan. Disamping itu, dari pembentukan peraturan perundang- dari perspektif ajaran trias politica sesungguhnya undangan tersebut. Termasuk dalam pengertian pengujian peraturan perundang-undangan executive review adalah pengujian yang dimaksudkan untuk memberikan perlindungan dilakukan terhadap peraturan perundang- dan penegakan hak asasi manusia dalam undangan tingkat daerah (Perda dan peraturan konteks proses berdemokrasi dan menegakkan pelaksanaannya). Khusus pengujian peraturan negara hukum yang demokratis atau negara perundang-undangan tingkat daerah ini erat demokrasi yang berdasar konstitusi. kaitannya dengan teori pemencaran kekuasaan Karena pengujian peraturan perundang- dalam bentuk desentralisasi atau otonomi undangan baik yang dilakukan oleh lembaga

4 Misalnya dalam UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan daerah, Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) mengenai APBD, Tata Ruang, Pajak dan Retribusi Daerah sebelum disahkan/ditetapkan oleh Pemerintah Daerah harus “diuji” dahulu dalam bentuk evaluasi oleh Pemerintah Pusat. 5 Sebagai contoh legislative review adalah TAP MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Produk-produk Negara di Luar Produk MPR yang Tidak Sesuai dengan UUD 1945 juncto TAP MPRS No. XXXIX/MPRS/1968 tentang Pelaksanaan TAP MRRS No. XIX/MPRS/1966 yang ditetapkan MPRS di awal Orde Baru yang menilai apakah UU/Perpu/ Perpres/PNPS yang dibuat selama Orde Lama bertentangan atau tidak dengan UUD 1945 yang melahirkan antara lain UU No. 25 Tahun 1968, UU No. 10 Tahun 1966, UU No. 13 Tahun 1968, dan UU No. 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden Sebagai Undang-Undang dan UU No. 6 Tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang dan Perpu; TAP MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 Sampai Dengan Tahun 2002 yang meninjau atau menguji 139 TAP MPRS/MPR apakah bertentangan atau tidak dengan UUD 1945 serta apakah masih dapat diberlakukan atau tidak berlaku lagi karena isinya sudah ditampung di Perubahan UUD 1945.

37 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

yudikatif, ekskutif, maupun legislatif merupakan tentang Mahkamah Agung, Undang-Undang bagian yang tidak terpisahkan dari sistem tentang Mahkamah Konstitusi menjadi undang- peraturan perundang-undangan, maka ke depan undang “organik” sebagai aturan pelaksanaan sangatlah ideal kalau pengujian peraturan norma pasal-pasal konstitusi a quo. Sehingga perundang-undangan yang dilakukan lembaga ke depan diharapkan dapat terwujud suatu yudikatif menggunakan sistem satu atap (one roof tatanan hukum nasional yang tertib, harmonis system) yaitu semua jenis peraturan perundang- dan berkeadilan sesuai nilai-nilai Pancasila dan undangan dan segala tingkatannya diuji di konstitusi Republik Indonesia. Mahkamah Konstitusi. Dengan hanya Mahkamah Pada akhirnya semoga tulisan yang Konstitusi yang berwenang menguji semua jenis sederhana ini bisa memberikan sumbangsih dan tingkatan peraturan perundang-undangan pemikiran, ide, atau gagasan baru yang positif maka pengujian tersebut dapat dilakukan secara dan konstruksi dalam upaya memperbaharui efisien dan efektif serta menghindari terjadinya sekaligus menyempurnakan substansi hukum conflict of interest dan conflict of interpretation yang terkandung dalam anatomi UU Nomor 12 dengan Mahkamah Agung. Karena pada Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan dasarnya peraturan perundang-undangan dari Perundang-undangan. mulai Undang-Undang Dasar, Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daftar Pustaka Presiden, sampai dengan peraturan perundang- H.A.S. Natabaya, Sistem Peraturan Perundang- undangan tingkat daerah merupakan satu undangan Indonesia, Sekretariat Jenderal kesatuan sistem hukum yang terpadu dan saling Mahkamah Kanstitusi, 2005 terkait (integrated legislation system).Pengujian peraturan perundang-undangan dengan Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, pendekatan sistem satu atap ini diharapkan Konstitusi Press, 2003 mampu menciptakan kepastian dan keadilan Maria Farida Indriati S., Ilmu Perundang- hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Dengan demikian sesungguhnya kehadiran Muatan, Jilid I, Kanisius 2007 atau eksistensi norma bermuatan pengujian Sri Soemantri, Hak Uji Materiil, Alumni, Bandung peraturan perundang-undangan yang termaktub 1983 dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan UII Press, 2004 Perundang-undangan perlu dikaji lebij jauh lagi dengan memperhatikan peraturan perundang- Mahmud Aziz, Sistem Pengujian Peraturan undangan yang sejenis dan merupakan delegatif Perundang-undangan di Indonesia, Jurnal eksplisit (pendelegesian kewenangan mengatur Konstitusi, Vol.2 cetakan bulan juni 2010 lebih lanjut) dari Pasal 24A ayat (1) dan Pasal Sri Hariningsih, Catatan Kritis terhadap Undang- 24C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang memang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang memerintahkan untuk diatur dalam undang- Pembentukan Peraturan Perundang- undang. Dalam konteks ini, Undang-Undang undangan, Jurnal Legislasi Indonesia, tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang volume 1 edisi Maret 2013

38 Peran Guru Tidak Tetap dalam....(Rulita, S.H.,M.H.)

PERAN GURU TIDAK TETAP DALAM KERANGKA HUKUM POSITIF INDONESIA (UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN)

Rulita, S.H.,M.H. Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan pada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl. HR.Rasuna Said Kav.6-7, Jakarta Selatan, Indonesia Email: [email protected] (Naskah diterima 20/04/2015, direvisi 30/04/2015, disetujui 11/05/2015)

A. Pendahuluan menjadi warga negara yang demokratis dan Seorang Guru sebagai pendidik anak bangsa bertanggung jawab. dan ikut mencerdaskan kehidupan berbangsa, Pada tanggal 11 Februari di Mahkamah Guru sepatutnya diberi penghargaan yang tinggi Konstitusi, dengan perkara Nomor 10/PUU- atas jasanya dalam mencerdakan anak didik XIII/2015 mengenai UU Guru dan Dosen yang sebagai penerus bangsa. Oleh karena itu, demi diterbitkan semenjak Tahun 2005, telah diajukan mencerdaskan anak bangsa, seorang Guru dalam untuk diuji materiil oleh beberapa Guru yang menjalankan tugasnya dituntut menjadi orang mengatasnamakan seorang Guru Iidak Tetap yang profesional dalam mendidik anak didiknya pada sekolah Negeri di wilayah Banyuwangi sebagai salah satu syarat utama mewujudkan Jawa timur setempat. Adapun alasan pemohon pendidikan bermutu. Hal ini dilakukan guna (yang memohonkan pengujian Undang-Undang) mewujudkan cita-cita negara sesuai dengan dengan mengajukan pengujian UU Guru dan bunyi Pembukaan alinea ke 4 Undang- Dosen adalah karena Pemohon merasa hak Undang Dasar Negara Republik Indonesia konstitusionalnya dilanggar karena ketidakadilan Tahun 1945 (UUDNRT Tahun 1945) yaitu “... dan kepastian hukum ada status mereka sebagai kemudian daripada itu untuk membentuk suatu guru tidak tetap untuk memperoleh kehidupan Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi yang layak seperti Guru lainnya sebagaimana segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah diatur dalam Ketentuan Pasal 13 ayat (1), Pasal darah Indonesia dan untuk memajukan 14 ayat (1) huruf a dan Pasal 15 ayat (1), Pasal kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan 15 ayat (2) UU Guru dan Dosen. Dalam UU Guru bangsa....””. Untuk mewujudkan cita-cita negara dan Dosen, Guru didefinisikan sebagai pendidik tersebut, pemerintah telah mengupayakan profesional dengan tugas utama mendidik, langkah-langkah strategis untuk meningkatkan mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, profesionalitas guru di tanah air. menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada Menyadari begitu pentingnya peran guru pendidikan anak usia dini jalur pendidikan dalam pendidikan dan guna memberikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan penghargaan bagi guru yang profesional, menengah. Ketentuan Pasal 2 UU Guru dan Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Dosen menentukan bahwa guru mempunyai Republik Indonesia dalam meningkatkan status kedudukan sebagai tenaga profesional pada Guru telah mengeluarkan Undang-Undang jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dan pendidikan anak usia dini pada jalur Dosen pada tanggal 30 Desember 20051 (yang pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan selanjutnya dibaca dengan UU Guru dan Dosen). peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional Penjelasan umum UU Guru dan tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik”. Dosen ditentukan bahwa kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan Bahwa dalam tuntutan Pemohon yang untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional berstatus Guru tidak Tetap yang adalah Guru dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, Non PNS yang diangkat oleh satuan pendidikan yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar yang didirikan oleh Pemerintah yang dalam hal menjadi manusia yang beriman dan bertakwa ini menurut Pemohon semestinya Pemerintah kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengangkat mereka sebagai PNS dan memperoleh sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta gaji sesuai dengan peraturan dan perundang-

1. Lembaran Negara RI Tahun 2005 nomor 157, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586).

39 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

undangan dan tidak pula ditetapkan sebagai jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, CPNS, sehingga menimbulkan ketidakpastian dan pendidikan tinggi perlu dikukuhkan dengan hukum, tidak menghargai martabat guru pemberian sertifikat pendidik. Sertifikat tersebut dan tidak memperhatikan peningkatan merupakan pengakuan atas kedudukan guru kesejahteraan. dan dosen sebagai tenaga profesional. Dalam Berdasarkan alasan tersebut diatas, melaksanakan tugasnya, guru dan dosen harus diketemukan dua titik point dari permasalahan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup yang nantinya dapat dibahas disini yaitu minimum sehingga memiliki, kesempatan untuk mengenai apakah keberadaan Guru Tidak Tetap meningkatkan kemampuan profesionalnya. diakui dalam peraturan perundang-undangan? Pengakuan kedudukan guru dan dosen Bagaimanakah seharusnya sebagai Guru Tidak sebagai tenaga profesional merupakan bagian tetap menjadi Guru yang diakui menurut dari pembaharuan sistem pendidikan nasional kerangka berpikir UUD 1945? yang pelaksanaannya memperhatikan berbagai Oleh karena itu, untuk dapat menemukan ketentuan peraturan perundang-undangan di dari pertanyaan tersebut di atas, digunakan bidang pendidikan, kepiawaian, ketenagakerjaan, cara penelitian yang sifatnya normatif yuridis keuangan, dan pemerintahan daerah. dengan melalui penelitian norma hukum dalam Peran Guru dalam sistem pendidikan kerangka peraturan perundang-undangan. nasional adalah sangat strategis sebagai tenaga profesional (vide Pasal 39 ayat (2) UU Nomor 20 B. Pandangan Guru Berdasarkan Peraturan Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional) Perundang-undangan dengan cara mewujudkan penyelenggaraan Ketentuan Pasal 31 UUDNRI Tahun 1945 pembelajaran yang sesuai dengan prinsip mengamanatkan bahwa “(1) Setiap warga negara profesionalitas2 yang dilaksanakan berdasarkan berhak mendapatkan pendidikan; (2) Setiap warga sebagai berikut: negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah idealisme; mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan b) memiliki komitmen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dalam rangka mencerdaskan kehidupan dan akhlak mulia; bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang; (4) c) memiliki kualifikasi akademik dan latar Negara memperioritaskan anggaran pendidikan belakang pendidikan sesuai dengan bidang sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) tugas; dari anggaran pendapatan dan belanja d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai negara serta dari anggaran pendapatan dan dengan bidang tugas; belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional; dan (5) e) memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tugas keprofesionalan; teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai f) memperoleh penghasilan yang ditentukan agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan sesuai dengan prestasi kerja; peradaban serta kesejahteraan umat manusia. g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan B.1.Guru Menurut UU Guru dan Dosen keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; Mengacu pada permohonan yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi, dalam faktanya guru h) memiliki jaminan perlindungan hukum juga dikenal sebagai guru tidak tetap yang dalam dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; kedudukannya tidak jelas dan tegas diatur dalam dan kerangka hukum positif yaitu UU Guru dan i) memiliki organisasi profesi yang mempunyai Dosen. Oleh karena itu, perlu diteliti seberapa kewenangan mengatur hal-hal yang jauhkah peran guru tidak tetap dalam perannya berkaitan dengan tugas keprofesionalan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun guru. penelitian dimulai dengan melihat Guru dalam Pengertian profesional sebagaimana UU Guru dan Dosen. diuraikan diatas, menurut Pasal 1 angka 4 Dalam rangka meningkatkan penghargaan UU Guru dan Dosen, adalah pekerjaan atau terhadap tugas guru dan dosen, kedudukan guru kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan dan dosen khususnya guru pada pendidikan menjadi sumber penghasilan kehidupan anak usia dini jalur pendidikan formal, pada yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau

2 Penjelasan umum UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

40 Peran Guru Tidak Tetap dalam....(Rulita, S.H.,M.H.) kecakapan yang memenuhi standar mutu atau guru tidak tetap tidak dikenal dalam UU norma tertentu serta memerlukan pendidikan tersebut, sehingga timbul pertanyaan dimanakah profesi.untuk dapat diakui secara profesional kedudukan Guru tidak tetap diatur? Untuk itu seorang guru dapat diakui dengan dibuktikan diuraikan sebagaimana dibawah ini. dengan cara sertifikasi yang merupakan Guru Tidak Tetap menurut Pemohon Perkara pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan Nomor 10/PUU-XII/2015 digolongkan dalam kompetensi profesional. Oleh karena itu, beberapa kriteria yaitu Guru Non PNS yang proses sertifikasi dipandang sebagai bagian diangkat berdasarkan kebutuhan dari sekolah esensial dalam upaya memperoleh sertifikat Negeri maupun sekolah swasta yang diangkat kompetensi sesuai dengan standar yang telah berdasarkan kebutuhan sekolah masing-masing ditetapkan. Sertifikasi guru merupakan proses yang belum terpenuhi oleh Pemerintah. Selain uji kompetensi bagi guru yang ingin memperoleh itu, guru tidak tetap juga dapat digolongkan pengakuan dan/atau meningkatkan kompetensi kepada guru yang sudah mendapatkan sertifikasi sesuai profesi yang dipilihnya. Representasi namun sampai saat ini belum juga diangkat pemenuhan standar kompetensi yang telah oleh penyelenggara pendidik sehingga tidak ditetapkan dalam sertifikasi kompetensi adalah mendapatkan gaji dan tunjangan seperti yang sertifikat kompetensi pendidik. Sertifikat ini diperoleh guru menurut UU guru dan Dosen. sebagai bukti pengakuan atas kompetensi guru yang memenuhi standar untuk melakukan Menurut sumber penelusuran data, guru tidak pekerjaan profesi guru pada jenis dan jenjang tetap adalah salah satunya guru honorer yang pendidikan tertentu. belum berstatus minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, dan digaji per jam pelajaran. Seringkali Setelah proses pensertifikasian lewat uji mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di kompetensi telah selesai dilakukan, Setiap bawah gaji minimum yang telah ditetapkan Guru dapat memiliki kesempatan yang sama secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering untuk menjadi guru pada satuan pendidikan nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, tertentu. Bahwa dalam rangka meningkatkan bahkan mengenakan seragam Pegawai Negeri kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik Sipil layaknya seorang guru tetap. Hal tersebut bagi guru dalam jabatan yang diangkat oleh sebenarnya sangat menyalahi aturan yang telah satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh ditetapkan Pemerintah. Pada umumnya, mereka Pemerintah, Pemerintah daerah, dan masyarakat, menjadi tenaga sukarela demi diangkat menjadi dilakukan dengan cara mewajibkan Pemerintah Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur honorer, dan Pemerintah daerah untuk menyediakan ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus anggaran. Setelah Guru memiliki sertifikat tes Calon Pegawai Negeri Sipil formasi umum.3 pendidik yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang Selanjutnya mengenai kriteria Guru Tidak diselenggarakan oleh masyarakat, guru berhak Tetap Non PNS sebenarnya tidak diketemukan memperoleh penghasilan di atas kebutuhan dalam UU Guru dan Dosen, namun dalam hidup minimum dan jaminan kesejahteraan PP No.74 Tahun 2008 tentang Guru sebagai sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup pelaksanaan dari UU Guru dan Dosen, Guru minimum meliputi gaji pokok, tunjangan terbagi menjadi dua kategori yaitu Guru tetap dan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain guru dalam Jabatan dimana dalam definisinya berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, Guru Tetap adalah Guru yang diangkat oleh tunjangan khusus, dan maslahat tambahan Pemerintah, Pemerintah Daerah, penyelenggara yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang pendidikan, atau satuan pendidikan untuk ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas jangka waktu paling singkat 2 (dua) tahun dasar prestasi. secara terus menerus, dan tercatat pada satuan Dengan demikian dari uraian diatas, secara administrasi pangkal di satuan pendidikan yang jelas dan gamblang seorang guru yang diangkat memiliki izin pendirian dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah serta melaksanakan tugas dalam jabatannya harus memiliki persyaratan 4 untuk dapat diangkat menjadi Guru dan pokok sebagai Guru. diberikan sertifikat sebagai pengakuan negara Sedangkan Guru Dalam Jabatan adalah Guru terhadap Guru. pegawai negeri sipil dan Guru bukan pegawai negeri sipil yang sudah mengajar pada satuan B.2.Keberadaan Guru tidak Tetap dalam pendidikan, baik yang diselenggarakan Pemerintah, Kerangka Hukum Positif Pemerintah Daerah, maupun penyelenggara Dengan mengacu pada keterangan tentang pendidikan yang sudah mempunyai Perjanjian Guru dalam UU guru dan Dosen sebelumnya Kerja atau Kesepakatan Kerja Bersama.5

3 Wikipedia.go.id 4 Pasal 1 angka 8 PP 74 Tahun 2008 Guru 5 Pasal 1 angka 9 PP 74 Tahun 2008 tentang Guru

41 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

Dengan demikian, berdasarkan uraian di guru yakni bingkai nilai :... “ing ngarso atas, jelas guru tidak tetap tidak dikenal dalam sung tuladha, ing madia mangun karsa, UU Guru dan Dosen namun dalam PP 74 Tahun Tut wuri handayani”. Nilai-nilai luhur 2008 tentang Guru sebagai pelaksanaan UU ini merupakan legacy-filosofik yang Guru dan Dosen hanya menetapkan penyebutan dengan sadar diadopsi ke dalam Undang- guru tetap bukan guru tidak tetap dan sedangkan Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal penambahan dalam PP ini penyebutan Guru 4 angka 4 sebagai salah satu Prinsip tidak tetap dimaksudkan adalah guru dalam Pendidikan Nasional yang dengan Jabatan. tegas menyatakan bahwa “Pendidikan diselenggarakan dengan memberi B.3.Analisis Terhadap Keberadaan Guru Tidak keteladanan, membangun kemauan, Tetap dan mengembangkan kreativitas peserta Dengan adanya gugatan Permohonan didik dalam proses pembelajaran”. ke Mahkamah Konstitusi mengenai status Pemikiran besar Bung Karno tentang dan kedudukan Guru Tidak Tetap dalam guru sebagai Rasul Kebangunan (disebut ranah hukum postitif baik UU Guru dan 6 kali), dan refleksi substansial Ki Dosen serta peraturan dibawahnya terdapat Hadjar Dewantara tentang guru sebagai ketidaksinkronan dalam pengaturannya. Untuk teladan, sebagai pemberi inspirasi, dan lebih menambah wawasan dari pisau analisis sebagai pembimbing, saya yakin telah mengenai ada tidaknya Guru tidak tetap, perlu menginspirasi para penyusun Undang- disampaikan beberapa pendapat dari para ahli Undang Nomor 14 Tahun 2015 Tentang dibidang pendidikan dibawah ini. Guru dan Dosen, untuk menempatkan guru profesional sebagai salah satu 1. Pendapat Ahli Prof. Dr. H. Udin komponen dan determinan sistem S.Winataputra, MA yang memandang dalam pendidikan nasional. proses Penyusuan UU Guru Dan Dosen dalam konteks ideologis pendidikan nasional Komitmen untuk mendudukkan sebagaimana termuat dalam Pembukaan guru sebagai komponen menentukan Undang-Undang Dasar Negara Republik dalam sistem pendidikan itu, secara Indonesia Tahun 1945, dan penjabarannya konstitusional dinyatakan dalam Pasal dalam Pasal 31 UUD NRI 1945 yang 1 Butir 1 Undang-Undang Nomor 14 selanjutnya dituangkan dalam dalam Pasal Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 demikian6. Untuk itu setiap orang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan yang menjadi guru harus betul-betul Nasional. Ada dua hal yang dikemukakan berkewenangan (qualified/bevoegd) dan dalam konteks ideologi yaitu : berkemampuan (competent/bekwaam) secara utuh atau menurut Bung Karno a) Konsep tentang guru dan pendidikan sebagai Rasul Kebangunan. guru dilihat dari Filsafat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. b) Pengaturan tentang guru dan pendidikan guru dilihat secara holistik-sistemik Konsep ini mengatur guru profesional dalam konteks Sistem Pendidikan itu secara holistik-sistemik dalam Nasional. sebuah Undang-undang yang eksklusif/ tersendiri dan merupakan Undang- Kongruen dengan konsep filosofik dan undang yang bersifat lex specialis? Hal akademik tentang guru profesional, ini dilihat dari pidato Presiden Soekarno yang Rasul Kebangunan itu, saya yang pada intinya menyatakan seorang memahami dan meyakini bahwa semua Guru adalah Guru memikul tugas dan imperatif dalam Undang-Undang No. tanggung jawab yang sangat eksklusif- 14 Tahun 2005 beserta ketentuan analog dengan tugas dan tanggung turunannya dirancang secara holistik- jawab seorang Rasul yang menerima sistemik untuk mengatur guru dan perintah dan pengetahuan dari Tuhan dosen demikian rupa. Yang Maha Esa - Allah Subhanahu Wa Pertama, bahwa setiap orang yang Taala untuk dirinya dan umat manusia. menjadi guru harus terdidik dengan Sementara itu, jauh sebelumnya adalah baik (well- educated) - yakni memiliki Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan kualifikasi akademik Sarjana atau Nasional yang menggariskan dasar Diploma IV dari perguruan tinggi yang filosofi pendidikan nasional yang terakreditasi7. sekaligus juga menjadi filosofi tentang

6 Bab I Ketentuan Umum UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen 7 Vide Pasal 8, 9,20,23 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

42 Peran Guru Tidak Tetap dalam....(Rulita, S.H.,M.H.)

Kedua, bahwa Guru yang sudah terdidik anak bangsa- dan Rasul Kebangunan baik itu (yakni memenuhi sarat butir itu. Pertama, harus terlatih dengan baik Keenam, last but not the least, (well-trained). Keterlatihan guru secara keseluruhan penanganan tentang guru, profesional diukur dengan penguasaan memerlukan governance/ tatakelola kompetensi guru yang mencakup yang sungguh-sungguh baik11. Secara kompetensi kepribadian, kompetensi nasional-sistemik persyaratan keenam pedagogik, kompetensi profesional, ini sangat menentukan terwujudnya dan kompetensi sosial yang menjadi atau terpenuhinya sarat 1,2,3,4,dan prasarat akademik-pedagogik untuk 5.12 Oleh karena itu, Ahli berpendapat mendapatkan setifikat pendidik dari dari cara pandang holistik-filosofik perguruan tinggi yang memiliki atau pendidikan, khususnya tentang guru menyelenggarakan program pendidikan dan pengelolaan guru merupakan tenaga kependidikan, dan mendapat masalah pengelolaan guru. penugasan dari Pemerintah.8 2. Pandangan Ahli Prof. Dr. Muclas Samani Ketiga, bahwa Guru yang sudah yang berpendapat bahwa Penelitian terdidik baik dan terlatih baik itu (yakni Mourshed, Chijioke & Barber (2008) di memenuhi sarat Pertama dan Kedua) Amerika Serikat menyimpulkan bahwa 53% harus tertanggungggugat dengan baik, hasil belajar siswa ditentukan oleh guru. antara lain ia harus melaksanakan Sementara itu penelitian John Hattie di New 9 tugas mengajar 24 jam per minggu . Zeland menyebut kontribusi guru terhadap Keempat, bahwa bila seorang guru sudah hasil belajar siswa sebesar 58%. Untuk di dinyatakan terdidik baik, terlatih baik, Indonesia, penelitian Pujiastuti, Raharjo dan tertanggunggugat baik (memenuhi dan Widodo (2012) menyebutkan bahkan persratan Pertama, Kedua dan Ketiga), kompetensi profesional guru berkontribusi maka guru yang bersangkutan harus 54,5% terhadap hasil belajar siswa. memperoleh penghargaan yang Masih ada beberapa penelitan lain, tetapi baik, yakni mendapatkan tunjangan semuanya memiliki angka kontribusi guru sertifikasi setiap bulan sebesar satu terhadap hasil belajar siswa di atas 50%.13. kali gaji pokok. Itulah artinya dihargai Uraian Abu-Duhou (1999) menjelaskan dengan baik10 . pengaruh guru tersebut, karena prestasi siswa ditentukan oleh inovasi pembelajaran Dengan kata lain tunjangan profesi bagi yang dilakukan oleh guru. Artinya jika di seorang guru hanya berhak diperoleh sekolah tersedia guru yang kompeten dan setelah memenuhi ke tiga sarat bekerja dengan baik, maka lebih separuh tersebut yang bersifat kumulatif yang masalah pendidikan di sekolah tersebut harus dipenuhi oleh setiap orang guru terselesaikan. Sehingga wajar jika beberapa secara individual. Peran Pemerintah, negara, misalnya Finlandia dan Jepang pemerintah daerah, masyarakat tentu sangat memperhatikan faktor guru dalam diperlukan untuk memberi kemudahan upaya meningkatkan mutu pendidikan. yang optimal. Namun demikian juga Bahkan ketika kalah dalam Perang Dunia tentunya hal itu akan tergantung pada Kedua, yang ditanyakan oleh Kaisar Jepang kondisi fiskal/keuangan negara. bukan berapa tentara yang masih dimiliki, Kelima, Para guru yang sudah terdidik tetapi berapa guru yang tersisa. Tampaknya baik, terlatih baik, bertugas sebagai Kaisar meyakini untuk membangun kembali guru dengan baik, serta dan mendapat Jepang yang segera perlu dilakukan adalah imbalan kesejahteraan mereka harus mengejot pendidikan dan untuk itu yang terlindungi dengan baik. Sarat kelima paling diperlukan adalah guru. Finlandia ini tentu saja harus dipenuhi oleh melakukan reformasi pendidikan dengan Pemerintah, pemerintah daerah, atau menempatkan profesi guru pada posisi yang masyarakat. Dengan demikian mereka, sangat tinggi setara dengan profesi dokter guru profesional itu akan mau, mampu, (Sahlberg, 2011). Hanya lulusan SLTA yang dan ikhlas bekerja sebagai pendidik bagus yang boleh menjadi guru. Dengan

8 Vide Pasal.8,10,11,20,23 UU 14/2005, PP74/2008. 9 well-accounted, Vide Pasal 35 UU 14/2008 10 well paid/rewarded - Vide Pasal.12,13 ,14 s/d 19,36-38 UU 14/2005;PP 74/2008. 11 well-managed - Ps.24 s/d 34 UU 14/2005 12 Prof Dr. H. Udin S.Winataputra, M.A.(Guru Besar Ilmu Pendidikan, FKIP Univeristas Terbuka, yang menulis artikel untuk keterangan ahli dalam Pembacaan Ahli di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 15 April 2015 13 Samani, Cholik dan Buditjahjanto, 2015

43 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

cara itu Finlandia dapat menggantungkan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan proses pendidikan kepada guru, tanpa jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi dirisaukan oleh kurikulum dan kita dapat fisik tertentu atau latar belakang keluarga melihat pendidikan Finlandia bermutu dan status sosial ekonomi peserta didik sangat bagus dan sekarag menjadi salah dalam proses pembelajaran, menjunjung saru rujukan dunia. tinggi peraturan perundang-undangan, Terhadap pendidikan di Shanghai hukum dan kodel etik guru, serta nilai- menyimpulkan bahwa pendidikan di nilai agama dan etika, dan memelihara dan Sanghai meningkat dengan cepat karena memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. lima faktor, yaitu: (1) komitmen yang Pasal 35 ayat (2) menyebutkan beban kerja sangat tinggi terhadap pendidikan guru, (2) guru sekurang-kurang 24 jam tatap muka pengembangan keprofesionalan guru yang dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap sangat sistematis, (3) pelibatan orangtua muka dalam satu minggu. dalam proses belajar anak-anaknya, (4) Istilah guru tetap dan guru tidak tetap tidak dorongan dari pimpinan sekolah untuk dikenal dalam UU No. 14 Tahun 2005, tetapi memegang standar hasil belajar yang tinggi, merupakan istilah dalam keseharian. Yang dan (5) budaya menghargai pendidikan termasuk guru tetap adalah: (1) guru PNS dan menghormati guru. Jadi peningkatan yang ditugaskan di sekolah negeri, (2) guru mutu pendidikan di Sanghai juga sangat PNS di tugaskan di sekolah swasta yang digantungkan kepada guru14. biasa disebut guru DPK, dan (3) guru yang Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar diangkat sebagai guru tetap oleh Yayasan Dewantara yang mengenalkan pendidikan untuk sekolah tertentu dibawah yayasan dengan sistem among juga menempatkan tersebut dan biasa disebut dengan GTY. guru sebagai kunci utama dalam Guru tetap terikat oleh aturan-aturan sesuai pendidikan. Guru ditempatkan sebagai dengan lembaga yang mengangkat. Guru pamong (pengasuh) yang mendampingi PNS terikat oleh aturan sebagai pegawai siswa dalam proses belajar. Untuk itulah Ki negeri. GTY terikat oleh aturan yayasan yang Hajar mengenalkan konsep “ing ngarso sung mengangkat. Guru tetap mendapatkan gaji tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri setiao bulan sesuai dengan aturan tertentu. handayani”. Maksudnya dalam mengemong Guru tidak tetap yang biasa disebut dengan atau mengasuh siswa, guru harus memberi GTT adalah mereka adalah guru yang ditugasi teladan ketika berada di depan siswanya, oleh sekolah atau yayasan atau pemerintah membangun semangat ketika berada daerah untuk mengajar matapelajaran di tengah-tengah mereka, dan memberi tertentu atau membina kegiatan tertentu motivasi bahkan mendo’akan ketika berada di sekolah. Mereka tidak terikat oleh di belakang siswanya. Hanya dengan cara aturan guru tetap. Mereka mendapatkan itu, siswa dapat belajar secara maksimal. honorarium sesuai dengan jam mengajar Peran guru menjadi semakin sentral, ketika atau sesuai dengan kegiatan yang dilakukan Indonesia mengarusutamakan pendidikan atau sesuai dengan perjanjian kerja yang karakter. Banyak pakar mengatakan bahwa disepakati. Banyak GTT yang merupakan karakter atau akhlak atau budi pekerti harus guru tetap sekolah lain atau karyawan tetap ditumbuhkembangkan melalui keteladanan. di instansi tertentu. Jadi guru tetap dan guru Karakter tidak dapat diajarkan tetapi dapat tidak tetap merupakan entitas yang berbeda, ditularkan15 Dan sekali lagi gurulah yang sehingga memiliki hak dan kuwajiban yang 16 menjadi teladan utama bagi siswa di sekolah. berbeda pula . Terkait dengan arahan agar guru berkinerja C. Penutup tinggi, pasal 20 menjelaskan apa yang perlu dilakukan guru untuk meningkatkan Dari uraian diatas, beberapa hal dapat keprofesionalannya, antara lain disimpulkan terkait keberadaan Guru Tidak merencanakan dan melaksanakan proses Tetap yang dapat dijabarkan di bawah ini sebagai pembelajaran yang bermutu, meningkatkan berikut: dan mengembangkan kualifikasi akademik 1. bahwa UU Guru dan Dosen mendefinisikan dan kompetensi secara berkelanjutan sesuai Guru sebagai pendidik yang profesional dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga untuk menilai profesionalitasannya teknologi dan seni, bertindak obyektif dan perlu dibuktikan dengan sertifikat.

14 Kajian Thomas Friedman (2013) 15 Samani dan Haryanto, 2011. 16 Pandangan Ahli Prof. Dr.Muchlas Samani (Guru Besar Pendidikan di Universitas Negeri Surabaya, Wakil Ketua Ikatan Sarjana Pendidikan Indoesia, Anggota Dewan Penasehat PGRI Jawa Timur) pada Tanggal 15 April 2015 dalam rangka tanggapan permohonan di Mahkamah Konstitusi.

44 Peran Guru Tidak Tetap dalam....(Rulita, S.H.,M.H.)

2. Untuk mendapatkan sertifikat seorang guru pendidik profesional. Dengan demikian, tugas haruslah melalui kualifikasi, uji kompetensi konstitusional pemerintahan Negara Republik sehingga memperoleh sertifikat. Indonesia tercinta, untuk mencerdaskan 3. Guru Tidak Tetap sebagaimana diatur dalam kehidupan bangsa akan secara pasti dapat PP 74 Tahun 2008 tidak dikenal hanya dwujudkan. dikenal Guru tetap dan Guru dalam Jabatan yang dikonotasikan oleh para Guru Honorer dan Guru Non PNS sebagai guru yang harus Daftar Pustaka disamakan kedudukannya dengan Guru Makalah sebagaimana diatur dalam UU Guru dan Prof. Dr.Muchlas Samani , Tanggapan terhadap Dosen. Guru, untuk dibacakan dalam Mahkamah 4. Terkait dengan penjabaran dengan kedua Konstitusi(Guru Besar Pendidikan di peraturan perundang-undangan tersebut, Universitas Negeri Surabaya, Wakil Ketua ternyata antara UU Guru dan Dosen dan Ikatan Sarjana Pendidikan Indoesia, peraturan dibawahnya terjadi aturan yang Anggota Dewan Penasehat PGRI Jawa tidak sinkron. Timur, 15 April 2015 Berdasarkan uraian di atas, penulis Prof Dr. H. Udin S.Winataputra, M.A.(Guru menyarankan pertama, terhadap kedudukan Besar Ilmu Pendidikan, FKIP Univeristas guru tidak tetap dengan cara mengusulkan Terbuka, yang menulis artikel untuk kepada Pemerintah sebagai lembaga eksekutor keterangan ahli dalam Pembacaan Ahli dan legislator sebaiknya memikirkan ke di Mahkamah Konstitusi pada tanggal 15 depannya bagaimana nasib dari guru tidak tetap April 2015. yang sudah terlanjur menjadi guru yang telah bekerja layaknya guru yang profesional dengan cara meningkatkan berbagai kualifikasi dan uji Peraturan Perundang-undangan kompetensi yang disesuaikan dengan peraturan Undang-Undang Dasar 1945 yang berlaku sehingga tidak terjadi antara Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang guru dan guru tidak tetap menjadi terkotak Sistem Pendidikan Nasional kotak. Kedua, bahwa guru tidak tetap adalah masalah tatakelolanya. Oleh karena itu, perlu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang diperbaiki sistem pengelolaan dan peningkatan Guru Dan Dosen profesi guru sebagai upaya untuk mewujudkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 proses pendidikan oleh guru-guru yang tentang Pelaksanaan Undang-Undang berjiwa, berkemampuan, dan bekerja sebagai Guru dan Dosen.

45 Jurnal Hukum Perancangan Peraturan Perundang - undangan Vol. 1 N0. 1 - Mei 2015

46 Pedoman Penulisan Naskah ....

PANDUAN UNTUK PENULIS JURNAL HUKUM PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (Center, Bold, Bodoni MT 12, Spasi Ganda)

Penulis Pertama, Penulis Kedua, dan Penulis Ketiga Lembaga/Instansi alamat, telp/fax lembaga/instansi email: [email protected] (Center, Bodoni MT 12)

A. Pendahuluan B. Bab Kedua Bab pendahuluan merupakan bab pertama Bab kedua untuk naskah hasil penelitian dari karangan ilmiah yang berisi gambaran memuat “Hasil Penelitian dan Pembahasan” mengenai topik penelitian yang hendak disajikan.1 yang mencakup tinjauan pustaka, data dan Pada bagian ini, penulis harus menguraikan analisis. Sedangkan untuk naskah hasil kajian sesuatu yang menjadi ketertarikannya pada teoritis/konseptual, judul bab dirinci sesuai objek bahasan. Oleh karena itu, kepekaan dengan permasalahan yang dibahas. untuk memperhatikan fenomena-fenomena yang Apabila dalam naskah disajikan Tabel, mutakhir di bidang yang sedang ditekuni menjadi penulisan dan pengutipannya sebagaimana kebutuhan. Tidak jarang, sebuah karangan terlihat dalam Tabel 1: ilmiah mendapat sambutan hangat karena membahas topik-topik yang sedang hangat. Tabel 1 Data dan Angka Bab pendahuluan naskah hasil kajian teoritis/konseptual memuat latar belakang Variable Speed (rpm) Power (kw) yang merupakan uraian informasi sehubungan x 10 8.6 dengan timbulnya masalah penelitian. Informasi atau data mengenai timbulnya masalah y 15 12.4 penelitian tersebut perlu dicari untuk mengetahui z 20 15.3 kedudukan masalah dengan pasti. Selain itu, paparan singkat tentang teori yang relevan juga Sumber : Subdit Publikasi perlu ada dalam latar belakang, sedangkan bab Sedangkan apabila dalam naskah disajikan pendahuluan naskah hasil penelitian memuat gambar, grafik atau flowcachart, penulisannya latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, dapat terlihat dalam Gambar 1: ruang lingkup dan metodologi.

PERMOHONAN PENDAFTARAN Naskah Jurnal Legislasi Indonesia diketik HAK CIPTA dengan spasi ganda, jenis huruf/font Bodoni MT ukuran 12, diatas kertas ukuran A4, dan -- MENGISI FORMULIR PENDAFTARAN; minimal 20 (dua puluh) halaman. Penulisan -- MELAMPIRKAN CONTOH CIPTAAN & URAIAN ATAS CIPTAAN YANG DIMOHONKAN; baku daftar acuan (references) dan daftar -- MELAMPIRKAN BUKTI KEWARGANEGARAAN PENCIPTA ATAU PEMEGANG HAK CIPTA; -- MELAMPIRKAN BUKTI BADAN HUKUM BILA PEMOHON ADALAH BADAN pustaka (bibliography) dalam Jurnal Legislasi HUKUM; Indonesia menggunakan Chicago Style. Jika dalam tulisan mengutip informasi, pandangan TIDAK LENGKAP PEMERIKSAAN ADMINISTRATIF DILENGKAPI maupun pendapat sesorang penulis lainnya, Maks. 3 Bulan TIDAK LENGKAP maka nama penulis dicantumkan dengan tahun YA publikasinya dalam tanda kurung, dan nama EVALUASI penulis tersebut harus masuk dalam daftar DITOLAK pustaka. Sebagai contoh penulisan kutipan (citation): “…Pemberdayaan masyarakat adalah Gambar 1 suatu cara terbaik dalam pengelolaan wilayah Alur Penerbitan Jurnal Legislasi Indonesia pesisir secara lestari.” (Dahuri, 1996). Apabila Sumber: Subdit Publikasi dalam karangan ilmiah terdapat penulisan Dalam bab dapat juga terdiri dari sub bab, istilah dalam bahasa asing, maka penulisannya sebagai contoh penulisan sub bab disajikan menggunakan huruf cetak miring (italic). dibawah ini:

1 Peneliti, Amir, 2013. Metode Penulisan Jurnal Hukum Perancang Peraturan Perundang-undangan (Italic), Subdit Publikasi Pustaka, Jakarta, hlm 5. (Bodoni MT 10, Chicago Style)

47 B.1. Sub Bab Satu Contoh: xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx O’Connell, John F., and George M. Perkins. 2003. The economics of private liberal arts colleges. Journal of business 76: 499-514. B.2. Sub Bab Kedua xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx 4. Artikel Majalah C. Penutup Nama akhir dan nama awal pengarang. Tahun Bab Penutup merupakan bab terakhir pada publikasi. Judul artikel. Judul majalah, suatu naskah karangan ilmiah. Penutup menjadi tanggal bulan, halaman awal-halaman akhir hal yang penting pada sebuah karangan ilmiah, dari seluruh artikel. di mana pada naskah karangan ilmiah ini Contoh: terdapat beberapa hal pokok yaitu rangkuman atau biasa di tulis Simpulan/Kesimpulan dan Serrill, Michael S. 1990. Soviet Union war of Saran. Untuk naskah hasil penelitian, penutup nerves. Time, April 2, 26-30. naskahnya menggunakan judul “Kesimpulan”.

Daftar Pustaka 5. Artikel Surat Kabar Daftar pustaka atau bibliografi adalah daftar Artikel-artikel surat kabar tidak didaftar dalam buku-buku dan artikel yang menjadi acuan atau bibliografi. Sebagai gantinya, pengarang dan refrensi dalam penulisan karya ilmiah. Daftar surat kabar dikutip sebagai bagian dari teks pustaka ditulis pada akhir tulisan dan berfungsi (tidak dalam tanda kurung). Contoh berikut ini agar pembaca dapat melihat kembali sumber mengilustrasikan satu cara penulisan seperti asli dari referensi karya ilmiah yang ditulis. kutipan. Semua referensi harus yang paling relevan dan Contoh: up to date dan dengan menggunakan format Dalam teks: … Dalam the Des Moines Register daftar pustaka Chicago Style. Adapun penulisan pada 31 Desember 2005, Lee Rood menyebutkkan daftar pustaka secara lengkap akan dipaparkan … berikut ini: Sumber Tercetak : 1. Buku dengan seorang Pengarang Sumber-Sumber Elektronik : Nama awal dan kedua penulis. Tahun publikasi. Judul buku. Kota {meliputi negara, provinsi, 1. Artikel Ensiklopedi Online atau kota}: Penerbit. Ensiklopedi, kamus, dan karya referensi lain Contoh: t id a k d id a f t a r d a l a m bibl io g r a fi . S eb a g a i g a nt i ny a, pengarang, topik, dan judul referensi (termasuk Budiarjo, Miriam. 1992. Dasar-Dasar Ilmu Politik. tahun atau nomor volume) dikutip sebagai bagian Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. dari teks. Contoh berikut mengilustrasikan satu cara penulisan kutipan seperti tiu. 2. Buku dengan Dua Pengarang Contoh: Nama awal dan kedua penulis pertama dan Dalam teks: … Berdasarkan artikel John Hart nama awal dan kedua penulis kedua. Tahun tentang polusi air dalam Microsoft Encarta publikasi. Judul buku. Kota {meliputi negara, Online Encyclopedia 2006, … provinsi, atau kota}: Penerbit.

Contoh: 2. Artikel Majalah Online Bailey, Garrick, and James Peoples. 1999. Nama akhir, awal, tengah pengarang. Tahun Introduction to cultural anthropology. Publikasi. Judul artikel. Magazine Title Belmont, CA: Thomson Wadsworth. (tanggal bulan {tanggal publikasi}). URL (diakses tanggal bulan, tahun {tanggal 3. Artikel Jurnal retrieved dari Web}). Nama awal dan kedua penulis pertama dan Contoh: nama awal dan kedua penulis kedua. Nash, J. Madeleine. 2006. Where the waters are Tahun publikasi. Judul artikel.Judul Jurnal rising. Time (February 20). http://www.time. volume: halaman awal-halaman akhir dari com/time/magazine/0,9263,7601050425,00. seluruh artikel. html (accesed April 25, 2006).

48 3. Dokumen Pemerintah Online, tidak ada Pengiriman naskah berupa hard copy dan/ nama pengarang atau soft copy ditujukan kepada : Government Agency. Tahun publikasi. Judul Publikasi. Kota: Penerbit {jika tersedia}. URL (diakses tanggal bulan, tahun {tanggal retrieved dari Web}). Redaksi Jurnal Hukum Perancang Contoh: Peraturan Perundang-undangan United States Department of Education, Office Direktorat Jenderal Peraturan of Innovation and Improvement. 2004. Perundang-undangan Innovations in Education: Alternative Routes Kementerian Hukum dan HAM RI to Teacher Ceritfication. Washington, D.C.: Jl. HR. Rasuna Said Kav. 6-7 Education Publications Center. http://www. Kuningan - Jakarta Selatan ed.gov/admins/tchrqual/recruit/ altroutes/ Telepon (021) 5264517/Fax (021) 52921242, report.html (accessed April 20, 2006). e-mail : [email protected]

49 50