JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930

MENGUNGKAP AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN SUBAK DENGAN KONSEP KEARIFAN LOKAL PANG PADA MELAH (Studi Kasus Pada Subak Gading Atas, Desa Tegalmengkeb,Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan)

1| Ni Made Setiari Marleni, 1| I Nyoman Putra Yasa,2| Nyoman Trisna Herawati Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha ,

e-mail : {1 [email protected],1 [email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap akuntabilitas pengelolaan keuangan subak dengan konsep kearifan lokal Pang Pada Melah pada Subak Gebang Gading Atas, Desa Tegalmengkeb,Kecamatan Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang menitiberatkan pada deskripsi serta interprestasi perilaku manusia. Informan penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Data diperoleh dari observasi,wawancara,dokumentasi dan studi kepustakaan. Data ini selanjutnya diolah melalui tiga tahapan,yaitu 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) menarik simpulan dan pemberian saran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Pengelolaan keuangan subak yang bersumber dari internal dikelola oleh pengurus subak sedangkan sumber dari eksternal dikelola Gapoktan (gabungan kelompok tani). 2) Kearifan lokal Pang Pada Melah diterapkan pada pembayaran iuran maupun dalam pembagian air yang dilakukan secara adil dan merata, melalui kesepakatan antara pengurus dan krama subak. 3) Pencatatan dalam pengelolaan keuangan di Subak Gebang Gading Atas dibagi menjadi dua sistem yang berbeda dicatat dengan sistem manual dan sistem modern.

Kata Kunci: Subak, Pang Pada Melah, Akuntabilitas , Pencatatan

Abstract This study aimed at finding out the financial management accountability of subak ( a farming organization for water irrigation) with the concept of local wisdom Pang Pada Melah at Subak Gebang Gading Atas,Tegalmengkeb Village, Selemadeg Timur Subdistrict, . This research was conducted with qualitative method which emphasized the description and interpretation of human behavior. The informants of this study were selected by purposive sampling.The data were obtained from observation, interview, documentation and literature study.The data were then processed through three stages, namely 1) data reduction, 2) data presentation, 3) conclusion and suggestion. The results of this study indicated that: 1) the financial management of subak coming from internal sources was managed by subak management while that of external sources was managed by Gapoktan (joint farmer groups). 2) The local wisdom of Pang Pada Melah was applied to the payment of contribution as well as in the distribution of water which was carried out fairly through an agreement between the management and the subak members. 3) The recording in financial management at Subak Gebang Gading Atas was divided into two different systems: manual and modern systems.

Keywords: Subak, Pang Pada Melah, Accountability, Recording

26

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930

PENDAHULUAN gotong royong dan musyawarah yang merupakan salah satu provinsi di merupakan ciri yang kuat dari masyarakat Indonesia yang mempunyai nilai budaya dan petani di Bali. Berpijak dari gotong royong adat istiadat masih dilestarikan yang dikenal nilailah kepentingan bersama dilandasi rasa hingga ke manca negara. Selain itu, Bali paras paros selunglung sebayantaka memiliki pesona dan keindahaan panorama (tenggang rasa dan senang sama ditanggung alam, telah menjadikan Bali sebagai tujuan bersama), semua yang terkait dengan masalah wisata yang sangat diminati oleh banyak pertanian disatukan sehingga muncullah suatu wisatawan,baik lokal maupun manca Negara. organisasi sosiall yang disebut subak Bentuk adat istiadat dan nilai budaya Sumarta(dalam Santi 2015). Dengan seluruh Bali yang khas juga diterapkan dalam bentuk warisan budaya yang sudah tentu memiliki pemerintahan desa. desa di Bali mempunyai suatu nilai religius yang merupakan sisi dua bentuk pemerintahan desa, yaitu desa menarik yang ingin kita ketahui, sama dengan dinas dan desa adat atau desa pakraman. halnya organisasi subak yang ada di Bali, Masing-masing mempunyai fungsi, sistem atau kepentingan subak dipadukan dengan nilai- struktur organisasi yang berbeda. Selain itu, nilai agama Hindu, yang menjadikan organisasi terdapat juga lembaga tradisional yang subak mempunyai nilai sosial-spiritual yang mewadahi kegiatan sosial, budaya dan religius. Dengan Keberadaan Subak yang keagamaan khususnya bagi masyarakat Bali merupakan filosofi/konsep Tri Hita Karana. Tri yang bekerja disektor pertanian dikenal dengan Hita Karana berasal dari kata “Tri” yang artinya sebutan Subak. tiga, “Hita” yang berarti Subak merupakan salah satu kebahagiaan/kesejahteraan dan “Karana” yang kelembagaan tradisional yang telah terbukti artinya penyebab. Tri Hita Karana berarti “Tiga efektivitasnya dalam menyangga penyebab terciptanya kebahagiaan dan pembangunan pertanian dan perdesaan di kesejahteraan”. Penerapannya di dalam sistem Bali. Karena keunikan dan berbagai subak: Parahyangan yaitu hubungan yang karakteristik lainnya, Subak telah terkenal ke harmonis antara manusia dengan Tuhan, berbagai penjuru dunia khususnya di kalangan Pawongan yaitu hubungan yang harmonis pakar pembangunan pertanian dan perdesaan, antara manusia dengan sesamanya, maupun ahli-ahli ilmu sosial (Sosiolog dan Palemahan yakni hubungan yang harmonis Antropolog), serta pemerhati masalah teknis antara manusia dengan alam dan keirigasian. lingkungannya. Berbicara mengenai pertanian di Bali, Subak memiliki peranan yang sangat diidentikan dengan sistem subak yang memiliki penting, terutama bagi masyarakat Bali yang ciri khas pertanian di Bali. Seperti yang di kultur asli masyarakatnya berupa masyarakat sebutkan oleh Pitana (1997), subak di Bali agraris yang berprofesi di bidang pertanian dan memiliki lima ciri yaitu (a). subak merupakan tentunya memiliki fungsi sebagai penggerak organisasi petani pengelolaan air irigasi untuk partisipasi anggota dan masyarakat dalam anggota-anggotanya. Sebagai sebuah proses pelaksanaannya. Organisasi subak organisasi subak memiliki pengurus dan dengan kebersamaan dan sistem gotong peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak royong yang diterapkan bukan karena tertulis. (b) subak mempunyai satu sumber air kepentingan-kepentingan lain seperti ingin bersama, berupa bendungan (empelan) di memperoleh laba. Maka dari itu, subak sungai, mata air, air tanah ataupun suatu termasuk organisasi nirlaba atau non profit. sumber utama dari irigasi. (c) subak Subak yang termasuk dalam organisasi nirlaba mempunyai suatu areal persawahan. (d). atau organisasi non profit ini sangat subak mempunyai otonomi baik internal bergantung pada donatur, pendapatan dari maupun eksternal dan.(e) subak mempunyai hibah, pendapatan dari kegiatan program, satu atau lebih pura bedugul atau pura yang pendapatan dari iuran anggota dan denda dari berhubungan dengan persubakan. anggota untuk keberlangsungan subak. Konsep kebersamaan dalam kelompok Salah satu subak di Bali yaitu Subak petani di Bali diaplikasikan melalui kegiatan Gebang Gading Atas merupakan subak yang

27

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930 berada di Desa Tegalmengkeb, Kecamatan akhir tahun. Namun,dalam akuntabilitas Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Subak pengelolaan keuangan masih saja ada krama ini merupakan subak pertanian lahan basah subak yang tidak hadir dalam paruman subak (sawah). Sebagian besar masyarakatnya (rapat), maka dikenakan sanksi berupa denda bekerja di sektor pertanian yang terhimpun sebesar Rp 10.000. Krama subak menggangap dalam organisasi subak. Saat ini anggota uang Rp 10.000 kecil sehingga mereka lebih subak berjumlah 174 orang yang berasal dari memilih untuk bekerja dari pada ikut gotong tiga tempek yaitu Tempek Klecung, Tempek royong maupun rapat. Oleh karena itu, untuk Tegalmengkeb Kelod dan Tempek tahun depan pekaseh akan menaikkan denda Kegalmengkeb Kaje. Dalam pengelolaanya, bagi krama yang tidak hadir saat gotong subak ini dibagi menjadi dua pembagian umum royong maupun paruman subak (rapat). yaitu pertama, dikelola oleh pengurus subak Pengelolaan keuangan Subak Gebang ,dan kedua, sepenuhnya dikelola oleh Gading Atas menggunakan dua sistem Gapoktan (gabungan kelompok tani). pencatatan yang berbeda. Pertama, dicatat Prinsip-prinsip subak yang masih dengan sistem manual dan tidak sesuai dilestarikan sampai saat ini seperti Tri hita dengan standar akuntansi. Hal ini dikarenakan karana, dan rasa paras paros selunglung dana yang dikelola sedikit dan sebayantaka (tenggang rasa dan senang sama pertanggungjawaban kepada krama subak ditanggung bersama) yang merupakan suatu yang sebagian besar tidak terlalu konsep kearifan lokal. Kearifan lokal memperdulikan pencatatan tersebut. Kedua, merupakan produk budaya masa lalu yang dicatat dengan sistem modern sudah sesuai patut secara terus menerus dijadikan dengan standar akuntansi meskipun masih pegangan hidup, meskipun bernilai lokal tetapi sederhana. pencatatan dengan menggunakan nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sistem modern karena dana yang dikelola sangat universal. Keberadaan kearifan lokal cukup besar, serta pertanggungjawabannya (local wisdom) yang secara turun temurun tidak hanya pada subak saja tetapi juga dengan konsep pang pada melah, menjadi kepada pemerintah. Sehingga memerlukan landasan dalam melakukan kegiatan/aktivitas pencatatan yang lebih terperinci. persubakan di Subak Gebang Gading Atas. Standar Akuntansi Keuangan merupakan Pang pada melah menjadi salah satu kerangka acuan dalam prosedur yang kearifan lokal yang diterapkan dan berkaitan dengan penyajian laporan keuangan. berkembang di tengah-tengah organisasi Dalam Standar Akuntansi hanya ada satu Subak Gebang Gading Atas Desa laporan keuangan pada suatu organisasi. Tegalmengkeb disamping konsep yang telah Namun dalam oganisasi Subak Gebang disebutkan diatas. Konsep pang pada melah ini Gading Atas terdapat dua pecatatan dalam dipengang erat oleh krama subak, untuk laporan keuangannya. Dengan adanya dua menghilangkan rasa kecemburuan sosial atau pencatatan yang berbeda akan mengakibatkan perselisihan antara pemilik asli tanah dengan kebingungan pihak pemakai laporan keuangan, pemilik luar tanah. Maka dari itu, Biar sama- karena harus membandingkan dan memahami sama enak, dicari kesepakatan bersama antara dari dua sistem pencatatan yang berbeda. pemilik asli dan luar dilakukan nya pararem Sumber daya manusia yang kurang mengenai baik itu tentang pembayaran,pembagian air pemahaman tentang akuntansi mengakibatkan maupun yang lainnya, begitupun dengan pengurus Subak Gebang Gading Atas hanya program-program yang diberikan pemerintah. mengandalkan pengetahuannya saja secara Dalam segi pembayaran yang dilakukan langsung. Dengan segala kesederhanaan pemilik asli dan luar diperlakukan berbeda. dalam pengelolaan keuangan, subak dan Dalam melaksanakan kegiatan baik gapoktan dapat mempertanggungjawabkan upacara keagamaan, pembangunan maupun pengelolaan keuangan secara baik. program perlu adanya akuntabilitas dalam Berdasarkan hal tersebut diatas, adapun pengelolaan keuangannya. Akuntabilitas penelitian yang mendukung dari penelitian ini pengelolaan keuangan ini diwujudkan dalam yaitu penelitian yang dilakukan oleh Shanti bentuk laporan keuangan yang nantinya akan Widnyani (2015) yang bertujuan untuk diungkapkan secara transparan pada saat mengungkap akuntabilitas pengelolaan sumber paruman subak (rapat) yang diadakan setiap daya lokal subak dalam mewujudkan

28

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930 pembangunan berkelanjutan di desa juga Tegalmengkeb, 2).Untuk mengetahui menunjukkan bahwa dalam hal membentuk penerapan kearifan lokal pang pada melah di akuntabilitas pengelolaan keuangan, seluruh Subak Gebang Gading Atas, Desa krama subak menjungjung tinggi konsep dan Tegalmengkeb, 3). Untuk mengetahui nilai-nilai agama hindu dan memupuk rasa akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan saling percaya dengan sesama krama subak. Subak Gebang Gading Atas dengan Selain itu, penelitian yang dilakukan Darmada menggunakan dua sistem pencatatan yang (2015) yang bertujuan untuk mencari makna berbeda kearifan lokal yaitu Pade Gelahang pada organisasi lokal subak Delod Sema Desa METODE PENELITIAN Penarukan terutama pelaksanaan akuntabilitas Penelitian ini dilakukan dengan pelaporan keuangan organisasi subak di menggunakan metode kualitatif, dimana Subak Delod Sema Desa Penarukan. peneliti akan melakukan observasi langsung Penelitian lain juga dilakukan Yeny (2017) ke lapangan dan mengumpulkan data yang yang bertujuan Implementasi Pengelolaan akan di analisis berdasarkan pengamatan dan Sumber Daya Kolektif Organisasi pengetahuan peneliti. Menurut Bogdan dan Berlandasakan Kearifan Budaya Lokal Sareng Taylor (dalam Moleong, 2014:4) penelitian Nunas Lantur Kerahayuan menunjukkan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan bahwa Kepemilikan dari sumber daya kolektif data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau dimiliki oleh anggota subak dan pemerintah, lisan dari orang-orang dan perilaku yang serta sumbangan bersumber dari anggota diamati. Lokasi dari penelitian ini adalah subak. Subak Gebang Gading Atas Desa Subak Gebang Gading Atas Desa Tegalmengkeb, Kecamatan Selemadeg Tegalmengkeb dipilih sebagai objek kajian Timur, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. dalam penelitian ini. Adapun alasan Jenis data yang digunakan dalam penelitian dilakukannya penelitian pada organisasi Subak ini lebih banyak menggunakan data kualitatif. Gebang Gading Atas yaitu pertama, Sedangkan sumber data yang digunakan pengelolaan keuangan Subak Gebang Gading penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori Atas dikelola oleh subak itu sendiri dan data yaitu : Data primer dan data sekunder. Gapoktan. Kedua, diterapkannya konsep Dalam penelitian ini informan penelitian kearifan lokal pang pada melah di tengah- merupakan para pemberi informasi yang tengah organisasi subak disamping konsep Tri mampu menjawab yang akan diajukan oleh Hita Karana. Ketiga, Dalam Standar Akuntansi peneliti. Informan dalam penelitian ini ditunjuk hanya ada satu laporan keuangan pada suatu secara purposive sampling, yaitu memilih organisasi. Namun dalam oganisasi Subak orang-orang yang dinilai memiliki Gebang Gading Atas menggunakan dua pengetahuan dan mampu menjawab sistem pencatatan yang berbeda dalam permasalahan penelitian. Adapun metode laporan keuangannya. Informasi tersebut pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian diperoleh dari bapak I Wayan Windia selaku ini yaitu menggunakan metode observasi, pekaseh Subak Gebang Gading Atas. Hal metode wawancara,metode dokumentasi,dan inilah yang membedakan dengan penelitian metode studi kepustakaan. Teknik analisis sebelumnya, sehingga peneliti tertarik untuk data dalam penelitian ini yaitu menggunakan mengadakan penelitian di Subak Desa model Miles dan Humberman (dalam Tegalmengkeb. Adapun yang menjadi tujuan Sugiyono, 2016:243) yang meliputi 1) penelitian ini yaitu 1).Untuk mengetahui pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) pengelolaan keuangan yang di lakukan oleh penyajian data,4) penarikan simpulan dan Subak Gebang Gading Atas Desa pemberiansaran. HASIL DAN PEMBAHASAN dapat dikatakan sebagai lembaga tradisional Sumber Pendapatan Subak Gebang Gading yang bergerak dalam tata guna air (sistim Atas irigasi) serta mengatur sistem pengelolaan Subak adalah kekayaan budaya dan satu pertanian yang bersifat sosial religius, mandiri aset kelembagaan tradisional yang telah (otonom) yang anggotanya terdiri dari petani terbukti peranya dalam menjaga pembangunan yang berada di dalam suatu kesatuan wilayah pertanian dan pedesaan di Bali. Subak juga tertentu dan diatur dalam awig-awig. Subak

29

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930

Gebang Gading Atas merupakan subak yang eksternalnya berupa bantuan keuangan berada di Desa Tegalmengkeb, Kecamatan khusus dan program dari pemerintah. Hal ini Selemadeg Timur, Kabupaten Tabanan. Subak dapat simak dari penuturan pekaseh subak ini merupakan subak pertanian lahan basah Bapak I Wayan Windia beliau mengatakan (sawah). Sebagian besar masyarakatnya bahwa : bekerja di sektor pertanian yang terhimpun “Untuk pengelolaan keuangan subak ini dalam organisasi subak. dikelola oleh subak itu sendiri dan Adapun sumber-sumber pendapatan gapoktan (Gabungan kelompok tani). dari Subak Gebang Gading Atas yaitu : 1). Pengurus subak mengelola dana yang Sumber Pendapatan Dari Pemerintah Bantuan bersumber dari pendapatan internalnya yang diberikan oleh pemerintah dinamakan (pengaci dan denda) sedangkan dana Bantuan Keuangan Khusus (BKK) yang yang dikelola oleh gapoktan berasal dari diberikan berbeda setiap tahunnya untuk tahun eksternalnya ( bantuan keuangan khusus 2018 bantuan yang diberikan sebesar Rp dan program)”. 48.000.000. Sedangkan untuk bantuan Dana eksternal merupakan dana yang pekerjaan seperti program beras sehat bersumber dari Bantuan Keuangan Khusus termasuk bantuan sapi. 2) Sumber pendapatan (BKK) pada Tahun 2018 berjumlah Rp Dari Peturunan atau Iuran Peturunan 48.000.000, jumlah tersebut untuk setiap merupakan sistem pemungutan yang sangat tahunya tidak menentu tergantung berapa yang unik di Bali yang dilakukan pada organisasi diberikan oleh pemerintah. Jika bantuan kecil seperti banjar, dadia dan subak dengan dalam bentuk program seperti Gebang pangan mewajibkan para anggotanya untuk membayar serasi(beras padi sehat) berupa fasilitas subak sejumlah uang yang nantinya dana peturunan misalnya pupuk, pestisida, kompos dll. Dana itu digunakan untuk memfasilitasi organisasi diterima oleh pekaseh langsung diserahkan lokal kecil tersebut dalam menjalankan kepada yang memproduksi pupuk organik. aktivitas operasionalnya. Peturunan atau iuran Untuk beras padi sehat dilaksanakan oleh subak ini seperti yang telah dijelaskan krama subak, setelah sudah berhasil terkumpul memang dipungut sehabis panen setiap dan gabah terjual dengan nilai Rp 6.000 akan empat bulan sekali yang dipergunakan khusus dikembalikan ke subak harus berkoordinasi untuk membeli banten saat upacara mesabe dengan pelaksana bukan seluruhnya kembali di subak. 3) Sumber Pendapatan dari Denda ke subak menurut berapa persen diambil. Krama Denda merupakan hukuman yang Sedangkan untuk sekarang pupuk per sak Rp berupa keharusan membayar dalam bentuk 40.000 sesuai dengan kesepakatan antara uang (karena melanggar peraturan, undang- pengurus subakdengan krama cuma undang,dan sebagainya). Subak Gebang dikembalikan sebesar Rp 10.000. Gading Atas ini selalu mengutamakan Pendapatan 10.000 inilah dikali sekian ton itu keadilan dalam organisasi. Semua yang yang masuk ke pengelola berupa dana bersih. melanggar akan dikenakan denda tanpa Sedangkan untuk keuangan yang memandang status sosial krama, sehingga bersumber dari internal subak hanya menjadikan toleransi antar krama subak dipertanggungjawbakan kepada krama subak menjadi sangat erat dan tetap terjaga dengan dengan sistem yang sederhana,yang akan di baik. laporkan pada saat paruman subak. Setelah dana peturunan tersebut terkumpul kelihan Sistem Pengelolaan Keuangan Di Subak tempek menyerahkan peturunan tersebut ke Gebang Gading Atas petengen. Sedangakan untuk tanda bukti setor Pengelolaan keuangan Subak Gebang kas digunakan pada saat petengen menyimpan Gading Atas dibagi menjadi dua pembagian uang peturunan maupun sisa hasil mesabe umum yaitu pertama, dikelola oleh pengurus yang telah terkumpul ke LPD. Biasanya dalam subak itu sendiri,dimana sumber pendapatan penggunaan kas tersebut diperlukan yang dikelola berupa sumber pendapatan dokumen-dokumen pendukung sebagai tanda internalnya seperti peturunan dan denda dari bukti pengeluaran kas. Namun di Subak krama subak, sedangkan yang kedua, Gebang Gading Atas dalam pembelian banten sepenuhnya dikelola oleh Gapoktan (gabungan saat upacara Mesabe tidak menggunakan kelompok tani) sumber pendapatan dokumen seperti nota atau kwintansi

30

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930 penerimaan maupun pembelian. Namum termasuk Subak Gebang Gading Atas. Konsep disubak ini mengenal istilah tender-tenderan kearifan lokal Tri Hita Karana dalam subak saat pembelian banten upacara mesabe. memberikan dasar pijakan atas pemahaman Tahap selanjutnya yaitu tahap manusia akan pentingnya kejujuran kepada pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Tuhan (prahayangan), kepada sesama ( yang harus dipertanggungjawbakan oleh pawongan), dan kepada lingkungan masing-masing pengelola keuangan subak. (palemahan). Selain itu Subak Gebang Gading Pertanggungjawaban merupakan suatu Atas menerapkan konsep pang pada melah kewajiban yang harus dilakukan oleh pengurus yang dijadikan pedoman dalam melakukan sebagai organisasi kapada anggotanya. aktivitasnya di subak. Akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan Pang Pada Melah pada subak ini subak harus dipertanggungjawabkan secara dimaksudkan sebagai suatu konsep dimana terbuka kepada semua stakeholder. seluruh anggota diberlakukan sama dibidang hak dan kewajibannya serta menjunjung tinggi Pihak-Pihak yang Terlibat dalam rasa saling percaya,sehingga tidak terjadi Pengelolaan Keuangan Subak Gebang perselisihan antar anggota subak. Subak Gading Atas Gebang Gading Atas menerapkan konsep Adapun pihak yang terlibat dalam pang pada melah mengingat kepemilikan pengelolaan keuangan subak baik yang sawah bukan hanya dari wilayah desa itu bersumber dari internal dan eksternal subak sendiri melainkan ada juga dari luar desa. Hasil yaitu sebagai berikut : wawancara dengan pekaseh Subak Gebang Dalam pengelolaan keuangan subak yang Gading Atas Bapak I Wayan Windia beliau bersumber dari internal tidak hanya dikelola mengatakan bahwa: oleh petengen tetapi adapula yang membantu, “Subak ini (disini) mengenal istilah seperti pekaseh yang membantu petengen di Pang Pada Melah. Pang Pada Melah be dalam mengelola keuangan subak serta di mekelo (sudah lama ) diterapkan. dalam persetujuan penggunaan uang dari karena di subak pemilik sawah tidak krama subak. Penyarikan sekaligus wakil hanya berasal dari wilayah desa ini pekaseh tidak ikut dalam pengelolaan melainkan ada dari luar desa. Biar sama- keuangan. Sedangkan pengelolaan keuangan sama enak, dicari kesepakatan bersama dari sumber eksternal tidak hanya bendahara antara pemilik asli dan luar dilakukan nya saja yang bekerja semua pengurus gapoktan pararem baik itu tentang pembayaran seperti ketua dan sekertaris juga ikut ataupun yang lainnya. Dari segi membantu, hal ini dikarenakan dana yang pembayaran digunakan sistem 3/7 dikelola oleh gapoktan sangat besar yang diartikan Rp 3000 per are untuk pemilik nantinya harus dipertanggungjawabkan kepada asli sawah dan Rp 7000 per are untuk pemerintah. pemilik luar keto yen dini dek ( begitu kalau disini dek ). Selain to (itu) jika ada Penerapan Konsep Kearifan Lokal Pang program baru yang di berikan Pada Melah Di Subak Gebang Gading Atas pemerintah tyang selalu meminta Menurut Ridwan (dalam Alus,2014) persetujuan krama subak, amon (kalau) kearifan lokal sering disebut local wisdom krama subak setuju dengan program dapat dipahami sebagai usaha manusia yang tyang sampaikan maka program itu dengan menggunakan akal budinya (kognisi) akan jalan,begitupun sebalikne dek”. untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu objek, peristiwa, yang terjadi dalam ruangan Konsep pang pada melah ini dipengang tertentu. Berlandaskan budaya lokal yang tidak erat oleh krama subak, untuk menghilangkan pernah pudar dalam setiap kegiatan aktivitas rasa kecemburuan sosial maupun yang dilakukan oleh krama Subak Gebang perselisihan antara pemilik asli tanah dengan Gading Atas. Seperti halnya konsep Tri Hita pemilik luar tanah. Maka dari itu,Biar sama- Karana dan rasa paras paros selunglung sama enak, dicari kesepakatan bersama antara sebayantaka (tenggang rasa dan senang sama pemilik asli dan luar dengan dilakukan nya ditanggung bersama), yang menjadi landasan pararem terlebih dahulu baik tentang kuat dalam organisasi tradisional subak, pembayaran ataupun yang lainnya. Dalam

31

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930 segi pembayaran yang dilakukan pemilik asli “Pertanggungjawaban sangat diperlukan dan luar diperlakukan berbeda dengan karena luar biasa pentingnya, menurut menggunakan sistem 3/7 (tiga berbanding dana subak dipakai untuk apa saja tujuh) yang dapat diartikan pembayaran Rp dankemana saja aliran dananya makanya 3000 per are untuk pemilik asli sedangkan Rp pertanggungjawaban selalu disampaikan 7000 per are untuk pemilik luar. Walaupun tidak hanya kepada krama subak pembayaran berbeda, ini merupakan sebuah melainkan kepada pemerintah juga”. kesepakatan yang diterima oleh krama subak, Koppell (dalam Indrawati,2016) melalui jalan tengah yang sudah mendapat mengajukan lima dimensi akuntabilitas. Kelima persetujuan baik dari krama pemilik asli dimensi tersebut adalah transparansi, liabilitas, maupun pemilik luar. Dalam hal ini, pang pada kontrol, responsibilitas,dan responsivitas. melah bukan berarti sama atau adil dalam Kelima kategori tersebut tidaklah mutually pembayaran melainkan semua pihak menerima exclusive,yaitu organisasi bisa saja akuntabel kesepakatan yang telah disetujui. dilihat dari beberapa pandangan. Meski Pang pada melah jika dilihat dari konsep demikian,transparansi dan liabilitas dipandang kearifan lokal Tri Hita Karana pada unsur mendasari konsep akuntabilitas dalam segala palemahan subak merupakan pertanian yang bentuk manifestasinya. di dasarkan atas pengambilan air bersama Transparansi merupakan unsur yang untuk mengairi sawah pertanian di wilayah harus dipenuh oleh Subak Gebang Gading subak. Biar sama-sama enak atau dalam istilah Atas. Hal ini dapat dilihat pada akhir tahun saat bali pang pada melah sebelum pembagian air paruman (rapat) tutup buku yang dilakukan secara adil dan merata kepada menyampaikan pertanggungjawaban krama subak maka diadakalah paruman (rapat) pengelolaan keuangan subak selama satu terlebih dahulu untuk mencari kesepakatan tahun kepada krama subak dan juga bersama antara pengurus dengan krama pemerintah. subak. Liabilitas Pengurus subak mempertanggungjawabkan seluruh Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Subak pengelolaan keuangan kepada krama subak Berlandasakan Kearifan Lokal Pang Pada maupun pemerintah, mereka percaya dalam Melah konteks hindu yang secara langsung Menurut Darmada (2015) Pengelolaan berhubungan dengan niskala yang dikaitan keuangan yang akuntabel merupakan suatu dengan penerapan ajaran Tri Hita Karana kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap khususnya pawongan yaitu hubungan organisasi demi kelangsungan hidup suatu harmonis dengan manusia. Pawongan pada organisasi tersebut. Untuk mewujudkan suatu subak ini dimaksudkan bahwa pengurus subak organisasi yang akuntabel,organisasi harus selalu menjaga hubungan persaudaraan di mempertanggungjawabkan kinerjanya secara Subak Gebang Gading Atas dengan selalu transparan. Maka dari itu,suatu organisasi mempertanggungjawabkan keuangan kepada harus dikelola secara baik dan benar,terukur krama subak dan pemerintah. serta sesuai dengan kepentingan organisasi Kontrol dari pemerintah pada saat yang tetap meperhatikan kepentingan yang pengumpulan laporan pertanggungjawaban terkait. Akuntabilitas merupakan prasyarat keuangan berupa bantuan yang diberikan yang wajib dilaksanakan untuk mencapai kepada subak sudah sesuai apa belum. kinerja yang berkesinambungan. Demikian Sedangkan kontrol dari krama subak yaitu halnya dengan subak, eksistensi organisasi kewajiban penyampaian pelaporan keuangan tradisional ini sudah tidak diragukan lagi. mengenai penggunaan dana kepada seluruh Meskipun subak hanya merupakan oraganisasi krama. tradisional. Subak Gebang Gading Atas Responsibility tercermin dari bentuk senantiasa selalu menyesuaikan laporan keuangan subak, karena sumber- pertanggungjawabanya dengan pelaksanaan sumber pendapatan subak berasal dari krama kegiatan operasionalnya. Adapun kutipan subak dan juga pemerintah. maka dari itu wajib wawancara yang disampaikan pekaseh pengurus subak menjelaskan bagaimana subakBapak I Ketut Sumerta menyatakan posisi keuangan Subak Gebang Gading Atas. bahwa sebagai berikut:

32

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930

Responsivitas ini dapat dilihat kebutuhan Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Keuangan krama subak sudah terpenuhi melalui Subak Dengan Menggunakan Dua Sistem paruman-paruman yang diadakan tiga kali Pencatatan Yang Berbeda dalam setahun, yang membahas mengenai Akuntabillitas merupakan prinsip awal tanam, mesabe di subak dan pertanggungjawaban yang berarti bahwa penyampaikan segala informasi mengenai proses penganggaran dimulai dari laporan keuangan kepada krama subak. perencanaan, penyusunan, pelaksanaan yang Proses pengelolaan keuangan suatu harus benar-benar dilaporkan dan organisasi merupakan suatu hal yang tidak dipertanggungjawabkan kepada pemerintah dapat dipisahkan dari pertanggungjawaban. dan masyarakat. Masyarakat tidak hanya Menurut Warisando (2017) menyatakan memiliki hak untuk mengetahui anggaran bahwa konsep pang pada melah menjelaskan tersebut tetapi juga berhak untuk menuntut bahwa dengan adanya transparansi pertanggungjawaban atas rencana ataupun pengelolaan keuangan pada upacara ngeteg pelaksanaan anggaran tersebut. Mardiasmo linggih dapat membentuk suasana keluarga (dalam Meitriani,2018) yang harmonis tanpa ada pihak yang merasa Laporan keuangan pada umumnya dirugikan melainkan saling menguntungkan. adalah proses akuntansi yang dapat digunakan Begitupun dengan Subak Gebang Gading Atas sebagai alat untuk mengkomunikasikan data pengelolaan keuangan diwujudkan dalam keuangan atau aktivitas-aktivitas yang bentuk laporan keuangan yang nantinya akan berkaitan dengan organisasi Hery (dalam diungkapkan secara transparan pada saat Monliasih 2018). Salah satu komponen penting paruman subak (rapat) yang diadakan setiap dalam pengelolaan keuangan adalah masalah akhir tahun. Namun, dalam akuntabilitas pencatatan. Pencatatan yang dilakukan pengelolaan keuangan masih saja ada krama dengan baik dan benar akan merujuk pada subak yang tidak hadir dalam paruman subak pengelolaan yang baik dan benar juga. Dalam (rapat), maka dikenakan sanksi. rangka mendukung terwujudnya tata kelola Berdasarkan penuturan pekaseh bapak I yang baik, pengelolaan keuangan subak Wayan Windia mengatakan dilakukan berdasarkan prinsip transparansi, pertanggungjawaban pengelolaan keuangan akuntabel dan partisipatif serta dilakukan subak dilaksanakan pada akhir tahun yang di dengan tertib, pengelolan keuangan subak ungkapkan secara transparan bukan hanya dibagi menjadi dua pembagian umum seperti kepada krama subak melainkan juga kepada yang telah di dibahas sebelumnya. Perbedaan pemerintah, hal ini dikarenakan dana yang proses sistem pencatatan dalam pengelolaan dikelola subak cukup besar. Biar sama-sama keuangan dapat dilihat dari enak (pang pada melah) semua krama pertanggungjawabanya. Pertanggungjawaban diharapkan untuk hadir pada paruman (rapat) atas pencatatan dalam pengelolaan keuangan, tersebut. Namun, dalam paruman (rapat) masih yang pencatatanya menggunakan dua sistem saja ada krama yang tidak hadir maka yang berbeda. Adapun kutipan wawancara dari konsekuensinya dikenakan denda sebesar Rp Petengen subak Bapak I Ketut Sumerta 10.000. Krama subak menggangap uang Rp sebagai berikut: 10.000 kecil sehingga mereka lebih memilih “Pencatatan keuangan subak ini untuk bekerja dari pada ikut gotong royong menggunakan dua sistem yang berbeda. maupun rapat. Oleh karena itu, untuk tahun Pecatatan keuangan ane tyang catat depan pekaseh akan menaikkan denda bagi (yang saya catat) masih tyang tulis tangan krama yang tidak hadir saat gotong royong (manual) dengan mengikuti arahan maupun paruman subak (rapat). Dalam pekaseh mengenai pemasukan dan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pengeluaran keuangan subak. Berbeda dengan adanya denda disubak ini agar tidak dengan pencatatan dalam pengelolaan ada yang merasa di rugikan melainkan saling keuangan yang dibuat oleh gapoktan yang menguntungkan antara krama subak dengan sudah modern”. pengurus subak. Sedangkan dari hasil wawancara dengan sekertaris gapoktan Bapak I Dewa Putu Sudela beliau mengatakan bahwa:

33

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930

“Untuk pencatatan yang tyang buat kurang mengerti, terutama dilaporan dengan sistem modern sesuai dengan keuangan Neraca. Karena tyang sing arahan, membuat Neraca setiap tahunnya ngerti (tidak mengerti) makanya tyang dicatat secara rinci karena dana yang tetap percayakan semuanya kepada dikelola gapoktan cukup besar serta pengurus subak”. dipertanggungjawabkan bukan hanya Dalam pelaksanaan pertanggungjawaban kepada krama subak saja tetapi kepada tidak akan terjadi dengan baik apabila tidak pemerintah” didukung dengan penggunaan sistem yang Pernyataan dalam kutipan wawancara baik. Suatu sistem akuntansi yang disusun diatas menjelaskan bahwa Pencatatan dalam sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pengelolaan keuangan di Subak Gebang pelaporan biaya atau pendapatan dilakukan Gading Atas dibagi menjadi dua sistem yang sesuai dengan pertanggungjawaban dalam berbeda yaitu pertama bersumber dari internal organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk subak dicatat dengan sistem manual dan tidak orang atau kelompok yang bertanggungjawab sesuai dengan standar akuntansi. Penyajian atas penyimpanan biaya atau pendapatan laporan pertanggungjawaban sumber yang dianggarkan. Sebagai suatu organisasi pendapatan internal dibuat lebih sederhana. tradisional yang tidak mendapatkan perhatian Hal ini dikarenakan dana yang dikelola sedikit dari akuntan maupun para ahli akuntansi, dan pertanggungjawaban kepada krama subak subak sebenarnya telah membangun yang sebagian besar tidak terlalu persepsinya sendiri mengenai akuntansi. memperdulikan pencatatan tersebut. Kedua Pencatatan pengelolaan keuangan di dicatat dengan sistem modern sudah sesuai Subak Gebang Gading Atas sudah dapat dengan standar akuntansi meskipun masih memenuhi beberapa dimensi akuntabilitas, sederhana. Pencatatan dengan menggunakan yaitu sebagai berikut: 1) Akuntabilitas hukum sistem modern karena dana yang dikelola dan kejujuran, dua sistem pencatatan yang cukup besar, serta pertanggungjawabannya berbeda pengurus subak dapat tidak hanya pada krama subak saja tetapi juga mempertanggungjawabkan keuangan dengan kepada pemerintah. Sehingga memerlukan baik. Karena pengurus subak selalu pencatatan yang lebih terperinci. memengang prinsip ketaatan hukum dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) kejujuran. 2) Akuntabilitas manajerial, pengurus merupakan kerangka acuan dalam prosedur subak dalam mencatat pengelolaan keuangan yang berkaitan dengan penyajian laporan dengan menggunakan dua sistem yang keuangan. Keberadaanya dibutuhkan untuk berbeda sudah baik, dilihat dari dipilihnya membentuk kesamaan prosedur dalam subak untuk mengikuti perlombaan di dinas menjelaskan bagaimana laporan keuangan karena Subak Gebang Gading Atas sudah bisa disusun dan disajikan, oleh karenanya sangat membuat laporan keuangan seperti Neraca. 3) berarti dalam hal laporan keuangan bagi Akuntabilitas program, Subak Gebang Gading perusahaan. Dalam Standar Akuntansi hanya Atas dalam melaksanakan program yang ada satu laporan keuangan pada suatu diberikan selalu dijalankan dengan baik dan organisasi. Namun dalam oganisasi Subak sudah pertanggungjawaban kepada Gebang Gading Atas terdapat dua pecatatan pemerintah melalui pencatatan yang dibuat dalam laporan keuangannya. Dengan adanya dengan sistem modern. 4). Akuntabilitas dua pencatatan yang berbeda akan Financial Subak Gebang Gading Atas selalu mengakibatkan kebingungan pihak pemakai mempertanggungjawabkan penggunaan dana laporan keuangan, karena harus kepada krama subak maupun pemerintah membandingkan dan memahami dari dua dalam bentuk pencatatan laporan keuangan sistem pencatatan yang berbeda. Berdasarkan yang di siarkan pada saat paruman (rapat) hasil wawancara dengan salah satu krama subak akhir tahun. subak Bapak I Nyoman Yastra beliau mengatakanbahwa : Implikasi Penelitian “Mengenai pencatatan laporan keuangan Dengan adanya penelitian ini, akan yang di buat pengurus, dengan menambah pengetahuan Subak Gebang menggunakan dua pencatatan Gading Atas mengenai pentingnya pencatatan mengakibatkan tyang bingung dan dengan menggunakan standar akuntansi

34

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930 yang berlaku umum dalam penyusunan untuk menghilangkan rasa kecemburuan laporan keuangan,yang diatur dalam PSAK 45 sosial atau perselisihan antara pemilik asli karena Subak Gebang Gading Atas termasuk tanah dengan pemilik luar tanah. Maka dari dalam organisasi nirlaba atau nonprofit . Subak itu, biar sama-sama enak, dicari kesepakatan Gebang Gading Atas juga dapat mengetahui bersama antara pemilik asli dan luar dilakukan bahwa dalam standar akuntansi hanya ada nya pararem baik itu tentang pembayaran satu laporan keuangan pada suatu organisasi. ataupun yang lainnya. Pang pada melah bukan Dengan adanya satu laporan keuangan pada berarti sama atau adil dalam pembayaran subak ini tidak akan mengakibatkan melainkan semua pihak menerima kebingungan pihak pemakai laporan keuangan kesepakatan yang telah disetujui. Selain itu, tersebut. Sehingga Subak Gebang Gading konsep pang pada melah juga dapat dilihat Atas bisa menyajikan laporan keuangan yang dari Tri Hita Karana dari unsur palemahan relevan guna meningkatkan akuntabilitas subak merupakan pertanian yang di dasarkan dalam organisasi. Selain itu pengurus subak atas pengambilan air bersama untuk mengairi dapat meminimalkan masalah atau kendala- sawah pertanian di wilayah subak. Dalam kendala dalam proses pengelolaan keuangan rangka memenuhi kebutuhan akan air, krama dan dapat menyelesaikan masalah tersebut Subak Gebang Gading Atas membangun dengan menerapkan konsep Pang Pada pengairan, seperti temuku-temuku/empelan. Melah. Biar sama-sama enak atau dalam istilah bali pang pada melah sebelum pembagian air SIMPULAN DAN SARAN dilakukan secara adil dan merata kepada Simpulan krama subak maka diadakalah pararem (rapat) Dari penelitian yang telah dilakukan, maka terlebih dahulu untuk mencari kesepakatan dapat ditarik beberapa simpulan sebagai bersama antara pengurus dengan krama berikut : subak. Sumber-sumber pendapatan yang Untuk Pertanggungjawaban pengelolaan diperoleh subak walaupun hanya sebagai keuangan subak dilaksanakan pada akhir suatu organisasi pertanian yang tentu saja tahun yang di ungkapkan secara transparan sifatnya nirlaba (tidak mencari keuntungan). bukan hanya kepada krama subak melainkan Adapun sumber pendapatan pada Subak juga kepada pemerintah, biar sama-sama enak Gebang Gading Atas berasal dari internal dan (pang pada melah). Namun, dalam paruman eksternal. Untuk Pengelolaan keuangan (rapat) tersebut masih saja ada krama yang Subak Gebang Gading Atas dibagi menjadi tidak hadir maka konsekuensinya dikenakan dua pembagian umum yaitu pertama, dikelola denda sebesar Rp 10.000. krama subak oleh pengurus subak itu sendiri, dimana menggangap uang Rp 10.000 kecil sehingga sumber pendapatan yang dikelola berupa mereka lebih memilih untuk bekerja dari pada sumber pendapatan internalnya, sedangkan ikut gotong royong maupun rapat. Dalam yang kedua, sepenuhnya dikelola oleh pertanggungjawaban pengelolaan keuangan Gapoktan (gabungan kelompok tani) sumber dengan adanya denda di subak ini agar tidak pendapatan eksternal. Adapun pihak yang ada yang merasa di rugikan melainkan saling terlibat dalam pengelolaan keuangan subak menguntungkan antara krama subak dengan baik yang bersumber dari internal dan pengurus subak. eksternal subak yaitu Pengelolaan keuangan Salah satu komponen penting dalam subak yang bersumber dari internal dikelola pengelolaan keuangan adalah masalah oleh petengen dan pekaseh didalam mengelola pencatatan. Pencatatan yang dilakukan keuangan subak serta persetujuan dengan baik dan benar akan merujuk pada penggunaan uang. sedangkan pengelolaan pengelolaan yang baik dan benar juga. Untuk keuangan dari sumber eksternal dikelola oleh pencatatan dalam pengelolaan keuangan di bendahara,ketua dan sekertaris juga ikut Subak Gebang Gading Atas dibagi menjadi membantu. dua sistem yang berbeda yaitu Pertama Subak Gebang Gading Atas menerapkan bersumber dari internal subak dicatat dengan kearifan lokal pang pada melah pada setiap sistem manual dan tidak sesuai dengan aktivitas di persubakan. Konsep pang pada standar akuntansi. Penyajian laporan melah ini dipengang erat oleh krama subak, pertanggungjawaban sumber pendapatan

35

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930 internal dibuat lebih sederhana, Kedua menggunakan subak yang ada di seluruh bersumber dari eksternal subak dicatat dengan Kabupaten Tabanan dengan masalah sistem modern sudah sesuai dengan standar penelitian yang sama. akuntansi meskipun masih sederhana. Pencatatan dengan menggunakan sistem DAFTAR PUSTAKA modern karena dana yang dikelola cukup Alus,Christeward.2014. Peran Lembaga Adat besar, serta pertanggungjawabannya tidak Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku hanya pada krama subak saja tetapi juga Sahu Di Desa Balisoan Kecamatan Sahu kepada pemerintah. Selain itu, penyajian Kabupaten Halmahera Barat. Journal laporan keuangan pertanggungjawaban yang “Acta Diurna” Volume III.No.4. ditunjukan kepada pemerintah bersifat lebih lengkap dan lebih terstruktur. Darmada, Dewa Kadek. 2015.Pade Gelahang Dalam pencatatan pengelolaan keuangan Sebagai Kearifan Budaya Lokal Untuk di Subak Gebang Gading Atas sudah dapat Mewujudkan Integrasi Dalam memenuhi beberapa dimensi akuntabilitas, Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan yaitu Akuntabilitas hukum dan kejujuran, Organisasi Subak ( Studi Fenomenologi Akuntabilitas manajerial, Akuntabilitas program, Pada Subak Multikultur di Desa dan Akuntabilitas Financial. Penarukan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng,Provinsi Bali). Saran Skripsi Akuntansi Program S1. Bali: Berdasarkan atas penelitian yang telah Universitas Pendidikan Ganesha. dilakukan, adapun saran yang dapat diberikan kepada Subak Gebang Gading Atas yaitu: 1) Indrawati,Kadek Yunita.2016. Akuntabilitas Untuk Bendahara (Petengen) subak Pengelolaan Keuangan Pada Sistem Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat Dana Punia Di Desa Pakraman Sudaji, diadakannya paruman subak laporan Kecamatan Sawan, Kabupaten keuangan masih dibuat secara manual, maka Buleleng, Provinsi Bali. Skripsi Akuntansi dari itu dalam pencatatan pengelolaan Program S1. Bali: Universitas keuangan dari sumber pendapatan internalnya Pendidikan Ganesha. sebaiknya dicatat secara komputerisasi juga dengan sistem akuntansi yang diterapkan Meitriani,Komang Ayu.2018. Mengungkap secara terperinci. Dicatat secara komputerisasi Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan agar arsip data-data tidak mudah hilang dan Berlandaskan Konsep Tri Hita Karana tersimpan dengan baik. Dalam Pada Desa Pakraman (Studi Kasus pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, Pada Desa Pakraman Dharmajati, masih saja ada krama subak yang tidak Tukadmungga). Skripsi Akuntansi mengerti mengenai laporan keuangan yang Program S1. Bali: Universitas dibuat oleh pengurus subak. Maka dari itu, Pendidikan Ganesha. pengurus subak harus lebih memberi pemahaman kepada krama mengenai Sugiyono.2016.Metodologi Penelitian pencatatan laporan keuangan, agar krama Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: benar-benar paham dan mengerti dari mana PT Alfabeta medapatkan dana maupun mengenai akun- akun yang ada di Neraca dijelaskan dengan Sunaryasa, I. M. 2002. Upaya Revitalisasi bahasa yang sederhana seperti bahasa sehari- Peran Subak Dalam Pelestarian Fungsi hari yang mudah dipahami oleh krama subak Lingkungan (Studi Kasus: Subak misalnya dalam mejelaskan laporan keuangan Jatiluwih dan Subak Kloda terdapat akun aset bisa diganti dengan Tabanan,Bali). Tesis Magister Ilmu kekayaaan. 2) Untuk peneliti selanjutnya, Lingkungan Universitas Diponegoro, Adapun kelemahan dalam penelitian ini hanya Semarang. menggunakan satu lokasi penelitian yaitu Subak Gebang Gading Atas. Untuk Peneliti Warisando,Kadek David.2017. Akuntabilitas selanjutnya diharapkan agar menggunakan Pengelolaan Keuangan Pada Upacara lebih dari satu lokasi penelitian, misalnya Ngenteg Linggih (Studi Kasus Pada

36

JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 10 No: 1 Tahun 2019 e-ISSN: 2614 – 1930

Dadia Pasek Gegel Di Desa Pakraman Tanggungwisia, Kecamatan Seririt). Skripsi Akuntansi Program S1. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha

Widnyani, Ni Made Shanti.2015. Mengungkap Akuntabilitas Pengelolaan Sumber Daya Lembaga Lokal Subak Dalam Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan Di Pedesaan ( Studi Kasus Pada Subak Tabola, Desa PakramanTabola,Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem). Skripsi Akuntansi Program S1. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.

37