PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DI DESA MUARA KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG ( Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Publik
Oleh:
Asti Apriliyanti Putri
6661131302
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
Hidup bagaikan sepeda agar tetap seimbang maka anda harus tetap bergerak (Albert Einsten)
Selalu ada harapan untuk yang terus berdoa dan selalu ada jalan untuk yang tanpa henti berusaha
(Asti Apriliyanti Putri)
Skripsi ini kupersembahkan
Untuk Ibu, Bapak, Adik-adikku
Orang-orang yang ku sayang
Dan orang-orang yang menyayangiku..
ABSTRAK
ASTI APRILIYANTI PUTRI. 2017. 6661131302. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016). Program Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017. Pembimbing I: Riny Handayani, M.Si dan Pembimbing II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si. Permasalahan dalam penelitian ini adalah pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang tahun 2015-2016 yaitu kurang terjalinnya koordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang sehingga merusak agenda impelementasi dan menyebabkan mundurnya kegiatan, rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dianggap mengganggu distribusi bantuan, minimnya pembinaan kepada masyarakat berupa penyuluhan dan pelatihan, tidak adanya pengawasan secara lanjut sehingga permasalahan pada impelementasi tidak dapat diselesaikan, tidak adanya sanksi dengan adanya penambangan pasir liar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu dari Dahuri (2008). Tujuan penelitian ini mengetahui pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015-2016. Penelitian ini menggunakan teori Dahuri (2008) dengan metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif dalam proses analisis data dari Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006: 5). Saran dalam penelitian ini ditingkatkannya jalinan koordinasi dengan adanya pembagian tugas dalam pelaksanaan program, ditingkatkannya kualitas sumber daya manusia dapat ditambahkannya penyuluhan, pelatihan, dan sosialisasi di Desa Muara untuk masyarakat Desa Muara sebelum pelaksanaan program atau terkait dalam keberlangsungan hidup, diadakannya pengawasan secara lanjut, diadakannya sanksi yang tegas untuk penambangan pasir liar di Desa Muara.
Kata Kunci: Manajemen, Masyarakat Pesisir.
ABSTRACT
ASTI APRILIYANTI PUTRI. 2017. 6661131302. Coastal Area Management in Muara Village, Teluk Naga Sub-district, Tangerang District (Case Study of Coastal Community Development Program of Tangerang Regency Year 2015- 2016). Public Administration Science Program. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa, Serang 2017. Advisor I: Riny Handayani, M. Si and Advisor II: Drs. Oman Supriyadi, M.Si. The problem in this research is the management of coastal area in Muara Village in the development program of coastal community of Tangerang Regency in 2015- 2016 that is less coordination with Environmental and Cleanliness Service of Tangerang Regency, thus damaging the implementation agenda and causing the withdrawal of activity, the low quality of human resources is considered disturbing the distribution of aid, lack of guidance to the community in the form of counseling and training, the absence of further supervision so that problems on implementation can not be resolved, the absence of sanctions in the presence of illegal sand mining. The theory used in this research is Integrated Coastal Management Theory of Dahuri (2008). The purpose of this research is to know the management of coastal area in Muara Village in coastal community development program of 2015-2016. This research uses Dahuri theory (2008) with descriptive research method of qualitative approach in data analysis process from Bogdan and Biklen in Irawan (2006: 5). Suggestions in this research is enhanced coordination with the division of tasks in the implementation of the program, the increased quality of human resources can be added counseling, training, and socialization in the village of Muara Muara Village community before the implementation of the program or related to the survival, supervision, strict sanctions for illegal sand mining in Muara Village.
Keywords: Management, Coastal Communities.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengelolaan
Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
(Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten
Tangerang Tahun 2015-2016). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat tugas akhir Studi Strata Satu (S1) untuk mendapat gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dan kesempurnaan pada penyusunan penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan motivasi dan masukan untuk menambah wawasan terkait bidang yang diteliti oleh penulis. Oleh sebab itu, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Rahmawati, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
i
4. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Listyaningsih, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Arenawati, M.Si Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Riny Handayani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah
memberikan waktu, tenaga, arahan dan motivasi dalam menyelesaikan
proposal penelitian ini.
9. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah memberikan bimbingan dan arahan dalam mengembangkan
pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
10. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak bisa
Saya sebutkan satu persatu, yang telah membekali ilmu selama
perkuliahan dan membantu dalam memberikan informasi selama proses
perkuliahan.
11. Kedua orang tuaku tercinta yaitu Ayahanda Drs.Bambang Haryono,M.M
dan Ibunda Durmiyati yang senantiasa mendoakan, mendidik, membantu
baik materil maupun non-materil dengan sentuhan kasih sayang dan
ii
saudariku yaitu Sita Jayanti Putri, Anggita Meliana Istiqomah, Zella
Nabila Agustina.
12. Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang yang
telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan
memberikan data dalam penelitian ini.
13. Kepala Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin
peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data dalam
penelitian ini.
14. Staff Pelaksana Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data dalam penelitian ini. 15. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data dalam penelitian ini. 16. Kepala Seksi Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan data dalam penelitian ini. 17. Kepala Desa Muara yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di Desa Muara. 18. Relawan dan kelompok masyarakat Desa Muara yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian. 19. Rohmat Adi Setiawan yang telah menemani dalam melakukan penelitian dan memberikan dukungan, semangat dan doanya.
iii
20. Sahabatku sejak kecil yakni Rismala Nur Oktavian yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 21. Para sahabatku yang selalu memberikan kebahagiaan, semangat dan doa yaitu Nadia Nur Azizah, Vina Melinda, Siti Badriyah, Amalia Indriana, Alber Kahani, Riko Oktavianto, Ismar Alifidiar, Reno Satya Mukti, Angga Lista Utama, Faisal Tamim, Riky Gunawan, Andika Dwi Pratama, Avila Juandi. 22. Sahabat seperjuanganku yang menjadi partner dalam memperoleh Gelar S1 yang selalu ada disaat suka maupun duka dari semester awal yaitu Riri Agnestri. 23. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2013, khususnya kelas B Administrasi Negara yang telah menjadi warna tersendiri selama menjalani perkuliahan. 24. Serta semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis untuk memberikan arahan, bimbingan, semangat, dan doa yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa sebagai manusia yang tak luput dari kesempurnaan yang tentunya memiliki keterbatasan yang terdapat kekurangan dalam penyusunannya. Oleh sebab itu, penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam proposal penelitian ini. Penulis mengharapkan segala masukan baik kritik maupun saran dari pembaca yang dapat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Serang,Desember 2017
Asti Apriliyanti Putri
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
Kata Pengantar ...... i
Daftar Isi ...... v
Daftar Tabel ...... x
Daftar Gambar...... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1
1.2 Identifikasi Masalah ...... 20
1.3 Pembatasan Masalah ...... 21
1.4 Rumusan Masalah ...... 21
1.5 Tujuan Penelitian ...... 21
1.6 Manfaat Penelitian ...... 22
1.7 Sistematika Penulisan ...... 22
v
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI
DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka ...... 25
2.1.1 Definisi dan Konsep Manajemen ...... 26
2.1.1.1 Proses atau Fungsi Manajemen...... 27
2.1.1.2 Impelentasi Kebijakan Publik…...... 33
2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut ...... 34
2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai ( Pesisir ) Perairan/
Laut ...... 38
2.1.2.2 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir ...... 39
2.1.2.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir ...... 41
2.1.2.4 Paradigma Baru dan Pendekatan yang Serasi
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ...... 42
2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir ...... 45
2.1.3.1 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir ..... 46
2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah
Pesisir ...... 47
2.1.3.3 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah
Pantai ...... 48
2.1.3.4 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai ...... 48
2.1.3.5 Konsepsi Dasar Pengembangan dan
Pengendalian Pantai ...... 49
vi
2.1.4 Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu ...... 50
2.2 Penelitian Terdahulu ...... 52
2.3 Kerangka Berpikir ...... 55
2.4 Asumsi Dasar...... 58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ...... 59
3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian ...... 60
3.3 Lokasi Penelitian ...... 60
3.4 Variabel Penelitian/ Fenomena yang diamati ...... 61
3.4.1 Definisi Konsep ...... 61
3.4.2 Definisi Operasional ...... 61
3.5 Instrumen Penelitian ...... 62
3.6 Informan Penelitian ...... 64
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...... 65
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ...... 65
3.7.1.1 Metode Observasi (Pengamatan) ...... 66
3.7.1.2 Wawancara...... 68
3.7.1.2.1 Pedoman Wawancara ...... 69
3.7.1.3 Studi Kepustakaan ...... 73
3.7.1.4 Studi Dokumentasi ...... 74
3.7.2 Teknik Analisis Data ...... 74
3.7.2.1 Uji Keabsahan Data ...... 78
vii
3.8 Jadwal Penelitian ...... 80
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...... 82
4.1.1 Gambaran Umum Desa Muara ...... 82
4.1.2 Keputusan Bupati Tangerang Nomor 902/Kep.172-
HUK/2017 tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai
Negeri Sipil Pada Kegiatan Fasilitasi Pembangunan
Kawasan Budidaya Tahun Anggaran 2017 ...... 86
4.1.2.1 Gambaran Umum Dinas Perikanan
KabupatenTangerang ...... 89
4.1.2.2 Gambaran Umum Bidang Perencanaan
Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Daerah Kabupaten
Tangerang ...... 97
4.1.2.3 Gambaran Umum Seksi Perencanaan Tata
Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan
Kabupaten Tangerang ...... 99
4.1.2.4 Gambaran Umum Seksi Konservasi,
Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman
Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Tangerang ...... 100
4.2 Deskripsi Data ...... 102
viii
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian ...... 102
4.2.2 Deskripsi Informan ...... 104
4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian ...... 106
4.3.1` Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
Tahun 2015-2016 ...... 106
4.3.2 Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 ...... 142
4.3.3 Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 ...... 174
4.3.4 Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016 ...... 182
4.4 Pembahasan ...... 189
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...... 197
5.2 Saran ...... 198
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Kecamatan di Kabupaten Tangerang...... 6
1.2 Daftar Pulau/ Pantai di Kabupaten Tangerang ...... 11
1.3 Evaluasi Capaian Rencana Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai di Desa Muara 2015-2016...... 14
1.4 Jumlah Penduduk di Desa Muara berdasarkan Pendidikan
Tahun 2016 ...... 17
1.5 Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk Naga
Tahun 2015 ...... 20
3.1 Informan Penelitian ...... 65
3.2 Pedoman Wawancara ...... 70
3.3 Jadwal Penelitian ...... 81
4.1 Batas Wilayah Desa Muara ...... 83
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 83
4.3 Sarana Peribadatan Desa Muara Kecamatan Teluk Naga
Kabupaten Tangerang ...... 84
4.4 Sarana Pendidikan di Desa Muara ...... 85
4.5 Sarana Perekonomian di Desa Muara...... 85
4.6 Informan Penelitian ...... 105
4.7 Isu Strategis Aspek Sumber Daya Alam & Lingkungan Desa
Pesisir Kabupaten Tangerang ...... 107
x
4.8 Isu Strategis Aspek Perekonomian Wilayah Timur Kabupaten
Tangerang ...... 108
4.9 Isu Strategis Aspek Infrastruktur Dasar Wilayah Timur
Kabupaten Tangerang ...... 109
4.10 Perencanaan Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai Desa Muara ...... 132
4.11 Jumlah Penduduk Desa Muara Berdasarkan Pendidikan ...... 153
4.12 Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk NagaTahun
2015 ...... 187
4.13 Temuan Lapangan ...... 192
xi
DAFTAR GAMBAR
1.1 Framework Integrated Coastal Management System ...... 8
2.1 Rangkaian Implementasi Kebijakan………………………… .... 34
2.2 Kerangka Berpikir ...... 57
3.1 Komponen Dalam Analisis Data ...... 77
4.1 Kerangka Kerja ICM Sistem Sebagai Dasar Implementasi
Program Gerbang Mapan ...... 122
4.2 Rencana Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang ...... 128
4.3 Pengadaan Sarana Air Bersih di Desa Muara...... 157
4.4 Pelatihan Ekosistem Mangrove Di Desa Muara ...... 158
4.5 Pesisir Mengajar di Desa Muara...... 161
4.6 Presentase Penilaian Aspek Tata Kelola Pengelolaan Wilayah
Pesisir Desa Muara ...... 185
4.7 Presentase Penilaian Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara ...... 186
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar didunia dengan jumlah pulau sekitar 17.500 pulau dan memiliki garis panjang pantai terpanjang kedua didunia setelah Kanada, sekitar 70% (5,8 juta km2) wilayahnya termasuk
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan wilayah lautan. Dengan potensi tersebut, Indonesia memiliki potensi ekonomi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.
Disamping itu, secara geografis Indonesia terletak di antara benua, Asia dan Australia. Dan juga diantara dua samudera, yakni Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik, yang merupakan kawasan paling dinamis dalam percaturan dunia baik secara ekonomis dan politis. Keunikan letak geografis tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara yang memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap aspek kelautan dan sangat logis jika pembangunan sector pesisir dan laut sebagai tumpuan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Berbicara mengenai sektor kelautan, maka akan selalu berhubungan dengan sektor pesisir, karena sektor pesisir dan sektor kelautan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Secara sederhana, wilayah pesisir merupakan derah pertemuan antara darat dan laut. Sementara Menurut Masyhudzulhak dalam
Proceeding Book Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011).
1 2
Daerah pesisir adalah daerah pertemuan antara pengaruh daratan dan lautan, ke arah darat sampai pada daerah masih adanya pengaruh perembesan air laut dan angin laut, dan ke arah laut sampai pada daerah masih ada pengaruh air tawar yang memiliki beragam sumberdaya. Secara sosial ekonomi wilayah pesisir merupakan tempat aktivitas manusia bersosialisasi, yaitu kepemerintahan, sosial, ekonomi budaya, pertahanan dan keamanan.
Daerah Pesisir memiliki berbagai macam potensi, meliputi sumber makanan utama yang mengandung protein (khususnya protein hewani yang berasal dari ikan, udang dan sejenisnya), potensi pariwisata, pemukiman dan pengembangan industri. Oleh karena itu, daerah pesisir menjadi daerah yang strategis untuk dikelola dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terutama berkaitan dengan pembangunan ekonomi yang dapat menunjang perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah daerah maupun pihak-pihak lainnya.
Secara keseluruhan, sumber daya alam hayati dan non hayati membentuk sebuah sistem yang mempunyai hubungan timbal balik (reversible) disebut sebagai ekosistem. Potensi yang berupa sumber daya laut yang dimiliki dapat sebagai sumber mata pencaharian serta salah satu sumber bahan makanan utama khususnya protein hewani. Sementara wilayah darat, dapat dimanfaatkan untuk transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman penduduk.
Semua sumber daya tersebut sebenarnya dapat digunakan sebagai senjata utama dalam sektor ekonomi jika dimanfaatkan dengan benar dan tepat sasaran
3
melalui program-program pengembangan wilayah pesisir dan laut secara terpadu dimana dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 23/PERMEN-
KP/2016 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil disebutkan sumber daya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Dalam dekade terakhir ini telah terjadi kemunduran fungsi (kerusakan) di wilayah pesisir di Indonesia. Kemunduran fungsi tersebut sebagian besar disebabkan oleh berkembangnya permukiman kumuh tanpa sistem sanitasi yang layak, berkembangnya berbagai jenis industri, serta pembukaan lahan untuk usaha akualtur dan permukiman mewah tanpa melalui studi kelayakan dan studi dampak proposional. Berbagai dampak dari kemunduran fungsi tersebut telah terjadi di sebagian besar wilayah pesisir di Indonesia. (www.oseonografi.lipi.go.id diakses pada tanggal 04 oktober 2016 ).
Dan disamping berbagai potensi kewilayahan dan kekayaan sumber daya yang dimiliki di wilayah pesisir tersebut, pada wilayah pesisir sangat rentan terhadap perubahan lingkungan dan bencana, mengingat letak dan posisi geografis yang sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, longsor lahan, banjir dan sebagainya. Selain itu, wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil juga rentan terhadap bencana akibat kegiatan manusia, seperti erosi pantai, sedimentasi, intrusi laut akibat kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun. (Mukhtasor: 2007).
4
Dalam pengelolaan daerah pesisir tentu saja melibatkan banyak pemangku kepentingan (stakeholders), sehingga berbagai kepentingan pun bertemu atas nama pembangunan daerah pesisir. Namun kenyataannya, masing-masing pihak terkait tersebut menyusun perencanaannya tanpa mempertimbangkan perencanaan yang disusun pihak lain, khususnya diwilayah pesisir yang berkembang pesat.
Perbedaan fokus rencana tersebut memicu kompetisi pemanfaatan dan tumpang tindih perencanaan yang bermuara pada konflik pengelolaan. Konflik ini berkembang akibat lemahnya kemampuan Pemerintah Daerah dalam mengkoordinasikan berbagai perencanaan sektor.
Untuk itu diperlukan suatu manajemen yang baik dalam mengelola serta mengembangkan kawasan pesisir sehingga tujuan dapat terwujud dengan optimal, pemborosan terhindari dan semua potensi yang dimiliki pada wilayah pesisir dapat bermanfaat. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan suatu pengorganisasian, perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, antar sektor, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hampirnya sebagian besar wilayah Indonesia berbatasan langsung dengan wilayah perairan. Salah satunya Provinsi Banten. Provinsi Banten mempunyai 78 pulau-pulau, diperkirakan 1/3 wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas perairan
Provinsi Banten sekitar 11.134,224 km2 (belum termasuk perairan nusantara/ territorial dan ZEEI yang dapat dimanfaatkan) dengan panjang pantai sekitar 509
5
km serta 55 pulau-pulau kecil. Sehingga dapat dikatakan Provinsi Banten memiliki banyak wilayah pesisir. (Sumber: bantenprov.go.id diakses pada 04
Oktober 2016).
Adapun dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada wilayah pesisir di
Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang adalah sebuah kabupaten di
Provinsi Banten dengan Ibukota Tigaraksa. Kabupaten ini berada di bagian Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Luas wilayah pesisir Kabupaten
Tangerang adalah 301,62 km2 dan panjang garis pantainya 51 km. Secara administrativ pemerintah menetapkan jarak wilayah perairan pesisir Kabupaten
Tangerang dari garis pantai (batas antara laut dan darat) sampai ke perairan tengah laut adalah 4 mil atau 6,4 km. Wilayah pesisir pantainya berada di bagian Utara yang meliputi 8 Kecamatan pantai yaitu: Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekar
Baru, Kecamatan Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan
Teluk Naga, Kecamatan Kosambi dan Kecamatan Sukadiri. (Sumber: Wawancara dengan Kepala Seksi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Tangerang, 2016).
6
Tabel 1.1
Kecamatan di Kabupaten Tangerang
No Kecamatan Luas Wilayah (Km) Keterangan 1 Cisoka 26.98 Non pesisir 2 Solear 29.01 Non pesisir 3 Tigaraksa 48.74 Non pesisir 4 J a m b e 26.02 Non pesisir 5 Cikupa 42.68 Non pesisir 6 Panongan 34.93 Non pesisir 7 C u r u g 27.41 Non pesisir 8 Kelapa Dua 24.38 Non pesisir 9 L e g o k 35.13 Non pesisir 10 Pagedangan 45.69 Non pesisir 11 Cisauk 27.77 Non pesisir 12 Pasar Kemis 25.92 Non pesisir 13 Sindang Jaya 37.15 Non pesisir 14 Balaraja 33.56 Non pesisir 15 Jayanti 23.89 Non pesisir 16 Sukamulya 26.94 Non pesisir 17 K r e s e k 25.97 Non pesisir 18 Gunung Kaler 29.63 Non pesisir 19 K r o n j o 44.23 Kecamatan Pesisir 20 Mekar Baru 23.82 Kecamatan Pesisir 21 M a u k 51.42 Kecamatan Pesisir 22 K e m i r i 32.7 Kecamatan Pesisir 23 Sukadiri 24.14 Kecamatan Pesisir 24 R a j e g 53.7 Non pesisir 25 Sepatan 17.32 Non pesisir 26 Sepatan Timur 18.27 Non pesisir 27 Pakuhaji 51.87 Kecamatan Pesisir 28 Teluknaga 40.58 Kecamatan Pesisir 29 Kosambi 29.76 Kecamatan Pesisir Jumlah 959.61 (Sumber: Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Tangerang, 2016)
7
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, terdapat program unggulan untuk wilayah pesisir yakni Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai atau GERBANG MAPAN dengan penyusunan roadmap gerakan pembangunan masyarakat pantai dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pantai utara. Program GERBANG MAPAN difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar yang memadai dan dikuatkan untuk melalui pemberdayaan masyarakat desa.
Dalam implementasi program, Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework) Pembangunan Berkelanjutan di wilayah pesisir dari
Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA), yang dikenal dengan ICM system, yang didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola
(governance) dan aspek implementasi skema pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
8
Gambar 1.1
Framework Integrated Coastal Management system
(Sumber: Dinas Perikanan, 2016)
Adapun framework ICM system dimaksud sebagaimana kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut komprehensif yang mengacu kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental
Management in The Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu :
9
a. Aspek Tata Kelola (Governance). Aspek ini terdiri dari 6 elemen dasar
yaitu:
1. Kebijakan (policy), Strategi dan Perencanaan
2. Aransemen kelembagaan
3. Legislasi
4. Informasi dan Penyadaran publik
5. Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan
6. Pengembangan kapasitas dan pengelolaan. b. Aspek pembangunan berkelanjutan (sustainable development aspects),
yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu :
1. Perlindungan dan pengelolaan Kerusakan Sumberdaya Alam dan
buatan (Man-made and natural hazard management and protection)
2. Perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat (habitat protection,
restoration and management);
3. Pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air (water uses and supply
management)
4. Ketahanan pangan dan Manajemen Mata Pencaharian (food security
and livelihood),
5. Pengurangan polusi dan pengelolaan Limbah (pollution reduction
and waste management).
10
Aspek-aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar dalam pelaksanaan
Gerbang Mapan, sehingga Gerbang Mapan akan berhasil jika telah menyelesaikan 11 elemen dalam kerangka di atas. Hal ini linkages dengan harapan akhir dari Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu (integrated coastal village zone management) dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten
Tangerang secara optimal dan berkelanjutan.
Wilayah Kecamatan Teluk Naga salah satu kecamatan pesisir di
Kabupaten Tangerang yang menjadi salah satu sasaran dari program Gerbang
Mapan yang dianggap strategis dikarenakan berbatasan dengan perairan di
Ibukota Jakarta. Kecamatan Teluk Naga dijadikannya sebagai pusat pertumbuhan berada diwilayah pesisir dengan mengedepankan industri pariwisata alam dan bahari, industri maritim, perikanan, pertambakan dan pelabuhan. Dapat dilihat dari daftar pulau/ pantai Kabupaten Tangerang,
Kecamatan Teluk Naga memiliki jumlah pulau/pantai terbanyak dibandingkan kecamatan lain.
(Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Konservasi dan Pengawasan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang, 2016).
11
Tabel 1.2
Daftar Pulau/ Pantai di Kabupaten Tangerang
Luas Nama Pulau/ Pantai Letak Kecamatan (Ha) Pantai Tanjung Kait 1,5 Ha Desa Tanjung Anom Kecamatan Mauk Pantai Tanjung Pasir 10 Ha Desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Pantai Muara 10 Ha Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Pantai Tanjung Burung Kecamatan Teluk Naga Pantai Salembaran Jati Kecamatan Teluk Naga Pantai Dadap 50 Ha Desa Dadap Kecamatan Kosambi Pulau Cangkir 6 Ha Desa Kronjo Kecamatan Kronjo (Sumber: Database Pariwisata Kabupaten Tangerang, 2015)
Pada Kecamatan Teluk Naga, secara geografis terletak di wilayah Timur bagian Utara Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang atau di sebelah Utara
Pulau Jawa. Dengan luas wilayah sebesar 53,303 Km meliputi 13 desa yaitu: Desa
Babakan Asem, Desa Bojong Renged, Desa Kampung Besar, Desa Kampung
Melayu Barat, Desa Kampung Melayu Timur, Desa Kebon Cau, Desa Lemo,
Desa Muara, Desa Pangkalan, Desa Tanjung Burung, Desa Tanjung Pasir, Desa
Tegal Angus, Desa Teluk Naga. Secara umum kondisi topografi wilayah
Kecamatan Teluk Naga merupakan dataran rendah dan pesisir pantai dengan ketinggian 0–7 m dpl yang terletak merata di seluruh Kecamatan Teluk Naga. Ada
4 desa yang termasuk ke dalam desa pesisir yatu: Desa Tanjung Burung, Desa
Tanjung Pasir, Desa Lemo dan Desa Muara. Kecamatan Teluk Naga memiliki potensi wilayah pesisir yang dapat dikembangkan antara lain sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan meliputi perikanan dan pariwisata.
12
Hasil wawancara dengan pelaksana bidang pengembangan kelembagaan perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mengutarakan pada Kecamatan
Teluk Naga merupakan wilayah pesisir yang memprihatinkan khususnya Desa
Muara. Kualitas lingkungan menurun, akses jalan yang tidak memadai sehingga pada Desa Muara sulit diketahui publik.
Desa Muara terletak disebelah Utara Kantor Kecamatan Teluk Naga dengan jarak tempuh 10 km dimana pada Desa Muara memiliki pantai wisata dengan luas sebesar 10 Ha yang menawarkan wisata panorama alam dengan ombak yang tenang, pengunjung dapat menikmati perjalanan menuju Kepulauan
Seribu dengan tersedianya fasilitas pendukung untuk para pengunjung seperti usaha penyebrangan perahu, usaha kios cinderamata, usaha makanan ringan.
(Sumber: Wawancara dengan Kepala Seksi Pariwisata Dinas Pemuda Olahraga,
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tangerang, 2017).
Ditinjau dari sudut pandang pengelolaan, Desa Muara memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan antara lain Sumber Daya Alam dan jasa-jasa lingkungan meliputi perikanan dan pariwisata.
Letak Desa Muara sebagai wilayah pesisir memiliki arti sangat penting untuk masyarakat wilayah pesisir di Desa Muara baik secara ekonomis maupun sosial. Secara ekonomi, Desa Muara dijadikan tempat penunjang mata pencaharian penduduk mayoritas nelayan dan petani. Secara sosial, Desa Muara dijadikan salah satu gerbang komunikasi dan hubungan sosial lainnya dengan melibatkan penduduk desa pesisir itu sendiri dengan masyarakat luar karena adanya pariwisata yang berada di Desa Muara. Diantaranya, pada Desa Muara
13
selain dapat menikmati pantai yang tenang, dapat menyebrang ke pulau-pulau, adanya Hutan Mangrove dan tambak ikan yang dijadikan tempat pemancingan untuk pariwisata sehingga seringkali didatangi luar penduduk itu sendiri.
Adanya berbagai potensi sumber daya yang dapat dikembangkan tersebut membutuhkan pengelolaan yang baik dari pihak pemerintah, pihak lainnya yang terlibat dan peran serta masyarakat sekitar agar pemanfaatan potensi-potensi tersebut dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar dan pemerintah daerah tentunya serta pemanfaatan tersebut tidak menimbulkan pengrusakan lingkungan yang sangat rentan terjadi wilayah pesisir.
Program gerbang mapan menjadi salah satu cara pengelolaan wilayah pesisir pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mengatasi permasalahan yang berada di wilayah pesisir. Dapat dilihat pada Rencana Jangka Menengah Daerah
Kabupaten pada program Gerbang Mapan untuk Desa Muara terdapat perencanaan untuk dukungan infrastruktur dasar desa dan dukungan pemberdayaan masyarakat.
14
Tabel 1.3
Evaluasi Capaian Rencana Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di
Desa Muara 2015-2016
Evaluasi Capaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa Muara 2015-2016 Realisasi Sisa target No. Perencanaan Pelaksanaan Program Target sampai 2015 2016 akhir RPJMD
Dukungan Infrastruktur Dasar Desa Peningkatan Rehabilitasi Pos Sarana dan 1 Kesehatan dan 150 jt 0 0 150 jt Prasarana Posyandu Publik Peningkatan Sarana dan Prasarana Membuat sumur dan 462 2 Publik Penangunan air bersih 400 jt 0 selesai Sanitasi dan komunal jt Kesehatan Lingkungan Peningkatan Penyediaan kendaraan Sarana dan 3 operasional 1,2 M 0 0 1,2 M Prasarana pengangkut sampah Ekonomi 1. Perbaikan saluran Peningkatan irigasi pendalaman 1,5 M 0 0 1,5 M Sarana dan sungai Prasarana 2.Pembangunan jembatan 210 Jt, 1 210 Jt, 1 0 0 4 Transportasi penghubung Jembatan Jembatan dan 3. Jalan desa Perhubungan 4. Jalan paving blok Wilayah 75 Jt 65 Jt 0 selesai jalan kampong
15
Realisasi Sisa target No. Perencanaan Pelaksanaan Program Target sampai 2015 2016 akhir RPJMD Peningkatan Sarana dan Bedah rumah tidak 120 Jt/ 120 Jt/ 5 0 0 Prasarana layak huni rumah rumah Permukiman Dukungan Pemberdayaan Masyarakat Pelatihan Integrated Coastal Management 5 1 1 3 perdesaan untuk aparat desa Penyiapan mitigasi desa pesisir dari 1 M 0 0 1 M Promosi Pengelolaan bencana 1 Pesisir Terpadu Pelatihan perencanaan 5 1 0 4 desa partisipatif Bimbingan teknis pengelolaan dan pendayagunaan 5 0 0 5 keuangan dan kekayaan desa Penyuluhan peningkatan 6 1 0 5 produktifitas Aspek pemasaran dan 3 1 0 2 pengolahan Peningkatan Aspek ketahanan 2 Kapasitas Masyarakat 2 0 0 2 sosial budaya Desa Penyuluhan motivasi dengan Archievement 4 0 0 4 Motivation Training Pelatihan manajemen 4 0 0 4 usaha dan pemasaran Pengembangan Program Pengelolaan kelompok pengelolaan 3 Lingkungan Pesisir 250 Jt 0 0 250 Jt pesisir berbasis Berbasis Masyarakat masyarakat
16
Realisasi Sisa target No. Perencanaan Pelaksanaan Program Target sampai 2015 2016 akhir RPJMD Penguatan Kelembagaan 4 Produk Unggulan Desa Ekonomi Masyarakat Inisiasi forum 250 Jt/ 250 pemberdayaan 0 0 tahun masyarakat desa pesisir Jt/thn Pelatihan fasilitator Program pemberdayaan 5 Pendampingan masyarakat bagi 6 1 0 5 pemuda dan tokoh masyarakat Forum konsultasi 250 Jt/ 250 0 0 produktif dan bisnis tahun Jt/thn Pengembangan Tenaga 150 Jt 0 0 150 Jt Obat Keluarga Pelatihan keorganisasian 4 0 0 4 kepemimpinan kader Program pemuda pesisir Pemberdayaan Pelatihan 6 Keluarga, keorganisasian 4 0 0 4 Pemuda dan kepemimpinan kader Perempuan perempuan pesisir
Pelatihan ketrampilan 5 0 0 5 untuk kaum perempuan Program pesisir 156.5Jt/ 156.5 Jt/ 0 0 mengajar tahun tahun (Sumber: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang, 2016).
Hasil wawancara terkait pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015-2016 terdapat kendala antara lain: pertama, permasalahan pada koordinasi antar organisasi perangkat daerah terakit masih sangat kurang yaitu dengan Dinas Lingkungan
17
Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang hal ini yang diungkapkan oleh pelaksana bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan Dinas Perikanan
Kabupaten Tangerang yang menyatakan dikarenakan mempunyai program unggulan yang belum selesai. Hal ini disebabkan karena kepentingan organisasi perangkat daerah dirasa belum padu yang merimbas apabila terus berlarut dapat merusak agenda implementasi dan menyebabkan mundurnya kegiatan yang berdampak pada kerugian materi dan waktu. (Rabu, 10 Agustus 2016).
Kedua, rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia di Desa Muara dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, masih banyaknya usia 7-45 Tahun tidak bersekolah/ tidak tamat SD sehingga tidak dapat mengelola potensi yang ada dengan optimal, hal ini yang diungkapkan oleh bidang konservasi Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang yang menyatakan dianggap mengganggu proses distribusi bantuan karena menolaknya masyarakat dan tidak dapat berkembang di Desa Muara.(Senin, 22 Agustus 2016).
Tabel 1.4
Jumlah Penduduk di Desa Muara berdasarkan Pendidikan
Tahun 2016
NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (ORANG)
1 Sarjana 11 2 SLTA 85 3 SMP 98 4 SD 180 5 Tidak Tamat SD 455 6 Usia 7-45 Th tidak sekolah 1990 7 Belum Sekolah 675 (Sumber: Data Monografi Desa, 2016)
18
Ketiga, pendidikan yang dimiliki kebanyakan masih rendah menyebabkan keterbatasan dalam ketrampilan dan pengetahuan sehingga pola fikirnya kurang maju dalam mengembangkan usahanya hal ini seperti yang diungkapkan oleh kepala Desa Muara yang menyatakan minimnya pembinaan kepada masyarakat oleh pemerintah berupa penyuluhan dan pelatihan, hampir tidak ada di desa muara yang mendapatkan program penyuluhan, pelatihan dan pendampingan secara continue baik terhadap kualitas hidup ataupun yang terkait pekerjaan. Pada perencanaan program Gerbang Mapan terdapat pemberdayaan masyarakat agar dapat melakukan perlindungan, dengan dari kesadaran masyarakat pesisir itu sendiri yang harus menjaga ekosistem pesisir, melihat pada tabel 1.3 masih minimnya pembinaan yang diberikan untuk masyarakat jika melihat organisasi pemerintahan, lembaga penyuluhan sebenarnya sudah ada seperti Balai
Penyuluhan Pertanian, penyuluh kesehatan dan penyuluh agama. (Sabtu, 27
Agustus 2016).
Keempat, tidak adanya pengawasan secara berkelanjutan sehingga permasalahan pada pelaksanaan tidak dapat diatasi, sarana dan prasarana yang telah diberikan pada Desa Muara menjadi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh ketua kelompok masyarakat mangrove Desa
Muara yang menyatakan dalam pemberian alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik oleh masyarakat Desa Muara tidak digunakan dikarenakan faktor minimnya pengetahuan mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme perkomposannya dan menjadi tidak teratasi karena tidak adanya pengawasan
19
secara berkelanjutan sehingga tidak adanya tindakan keberlanjutan. (Sabtu, 27
Agustus 2016).
Kelima, tidak adanya sanksi dengan adanya penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat dengan tidak ada yang memiliki izin usaha tambang dari Pemerintah Kabupaten Tangerang. Hal ini yang diungkapkan oleh masyarakat setempat yang menyatakan didepan Muara Kali Kramat ke arah Timur atau kearah laut banyak masyarakat yang mengambil pasir laut dengan menggunakan kapal-kapal kecil dibawa melalui Kali Kramat ke tempat yang sudah ditentukan di darat dan di depan pantai tersebut ke arah laut juga terjadi pengambilan pasir laut yang semuanya dibawa oleh kapal-kapal kecil melalui Kali
Kramat ke daratan, dimana alur pelayaran kapal pengangkut pasir ini akan melalui
DAS Cisadane yang berada di Desa Tanjung Burung. Jumlah kapal yang beroperasi untuk mengangkut pasir laut setiap hari ada sekitar 20 kapal, dan setiap kapal satu hari dapat mengangkut pasir laut hingga lima kali. Telah menyebabkan kerusakan pada mangrove dan apabila terus dilakukan di pesisir Desa Muara dapat semakin bertambahnya abrasi mengingat Desa Muara telah terjadi abrasi sepanjang 3 Km dan akan berdampak buruk bagi keberlangsungan kehidupan sumber daya hayati yang ada dilaut untuk kedepannya. (Sabtu, 27 Agustus 2016).
20
Tabel 1.5 Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk Naga Tahun 2015
Panjang Garis Panjang Desa Pantai (Km) Abrasi (Km)
Muara 5 3 Tanjung Burung 4 3 Tanjung Pasir 5 1,0 Total 14 7,0 (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2016)
Dari data yang ditemukan pada observasi awal, permasalahan- permasalahan yang timbul dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara studi kasus program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang periode 2015-2016 adalah Pertama, kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait yang menyebabkan mundurnya kegiatan.
Kedua, rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga tidak dapat mengelola potensi yang ada dengan optimal dan tidak berkembang serta mengganggunya distribusi bantuan untuk pengelolaan pesisir yang baik.
Ketiga, minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa
Muara yang berdampak pada rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan kegiatan program yang dijalani.
Keempat, Tidak adanya pengawasan secara lanjut yang tidak dapat menyelesaikan masalah pada pelaksanaan pengelolaan.
Kelima, tidak adanya sanksi dari pemerintah dengan adanya penambangan pasir liar yang dapat semakin bertambahnya abrasi pada Desa Muara.
21
Dengan permasalahan-permasalahan yang ditemukan pada observasi awal, berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk membuat penelitian yang berjudul “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program
Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Periode
2015-2016).”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah pada alokasi penelitian diantaranya:
1. Kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait
2. Rendahnya sumber daya manusia di Desa Muara
3. Minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa Muara
4. Tidak adanya pengawasan secara lanjut terkait pelaksanaan program di Desa
Muara
5. Tidak adanya sanksi dari pemerintah daerah terkait aktivitas penambangan
liar.
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat dilakukan secara mendalam, maka dalam penelitian ini peneliti hanya membatasi bahasan masalah yang akan diteliti yaitu mengenai
“Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang”.
22
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada pendahuluan dan dengan memperhatikan identifikasi masalah pada batasan masalah, maka hal yang menjadi kajian peneliti yaitu “Bagaimana Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang periode 2015-2016?”
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengelolaan Wilayah
Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang ( Studi kasus
Program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang periode
2015-2016).
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis.
Secara Teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan yang berkaitan mengenai ilmu administrasi negara terutama mengenai pengelolaan di wilayah pesisir serta dapat mengembangkan teori-tori yang telah ada sehingga menimbulkan pengetahuan yang baru.
Secara Praktis diharapkan penelitian dapat dijadikan referensi yang menjadikan pengelolaan wilayah pesisir sebagai objek penelitian dan data
23
meningkatkan referensi berpikir serta menambah ilmu bagi peneliti maupun mahasiswa lainnya.
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah mengapa peneliti mengambil judul penelitian tersebut, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN DASAR DAN ASUMSI DASAR
Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli yang relevan terhadap masalah dan fenomena yang ada. Setelah memaparkan teori, lalu membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori dan kemudian asumsi dasar yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diteliti.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian mencakup beberapa uraian penjelasan mengenai metode penelitian, informan penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data, dan tempat dan waktu penelitian tersebut dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Penjelasan mengenai obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara
jelas, struktur organisasi, dari informan atau key informan yang telah
ditentukan, serta hal lain berhubungan dengan obyek penelitian.
24
4.2 Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisis data yang relevan.
4.3 Pembahasan
Melakukan pembahasan lanjut terhadap hasil analisis data. Pada akhir
pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai kebatasan yang mungkin
terdapat dalam pelaksanaan penelitiannya.
BAB V PENUTUP
Terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang diungkapkan secara jelas, singkat dan mudah dipahami dan memberikan saran dengan berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun secara praktis.
HALAMAN BELAKANG
DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar referensi yang digunakan dalam penyusunan skripsi
LAMPIRAN:
1. Surat ijin penelitian
2. Lampiran tabel
3. Lampiran gambar
4. Lampiran grafik
5. Instrument penelitian
6. Riwayat hidup
7. Dokumen lainnya yang relevan.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kumpulan teori-teori yang akan digunakan oleh peneliti untuk menjawab masalah atau fenomena yang sedang diteliti.
Beberapa definisi teori yang dikemukakan dan disajikan akan memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradigma definisi berpengaruh terhadap konser dasar teorinya. Marx dan Goodson (1976: 235) dalam Moleong (2006: 57) menyatakan bahwa teori ialah aturan menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representif simbolik.
Definisi berikutnya, Glaser dan Strauss (1967: 1,3,35) dalam Moleong
(2006: 57) yang menyatakan bahwa teori ialah membobolkan konsep dasar teori klasik dengan menyodorkan rumusan teori dari dasar, yaitu teori yang berasal dari data dan yang diperoleh secara analitis dan sistematis melalui metode komparatif, selanjutnya dikemukakan bahwa unsur-unsur teori mencakup kategori konseptual dengan kawasannya dan hipotesis atau hubungan yang digeneralisasikan diantara kategori dan kawasannya. Dengan penggunaan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang tepat untuk memperingan pekerjaan.
Deskripsi teori dalam suatu penelitian menurut Sugiyono (2011: 60) merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pakar atau penulis
26
buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefisinian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori Manajemen, dan mengenai
Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu.
2.1.1 Definisi dan Konsep Manajemen
Menurut H. Koontz & O’Donnel dalam Handayaningrat (2001: 19)
mengemukakan definisi manajemen ialah:
“Management involve getting things done through and with
people.”
(Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang
dilakukan melalui dan cara dengan beberapa orang).
Dalam definisi ini manajemen menitikberatkan kepada usaha
memanfaatkan beberapa orang dalam mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, maka orang-orang didalam organisasi harus jelas
wewenang dan tanggung jawab dalam tugas pekerjaannya.
27
Selain itu, manajemen menurut Millet dalam Siswanto (2011: 1) adalah:
“is the process of directing and facilitating the work of people organizedin formal groups to achieve a desired goal”. (Manajemen adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan).
Manajemen menurut Daft (2002: 8) pencapaian sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien melalui perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian sumberdaya organisasi. Manajemen menurut Terry dan Rue (2005: 1) manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.
Berdasarkan definisi-definisi yang disampaikan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan manajemen adalah proses suatu organisasi untuk mencapai sebuah tujuan.
2.1.1.1 Proses atau Fungsi Manajemen
H.Fayol menyebut pengertian sama yaitu proses atau fungsi
merupakan unsur (element).
William H. Newman dalam Handayaningrat (2001: 20)
menyebut “The Work of Administrator/ Manager”. (pekerjaan
seorang Administrator/ Manager) yang dapat dibagi dalam lima
proses, yaitu:
28
1. Perencanaan (Planning).
Perencanaan ini meliputi serangkaian keputusan-
keputusan termasuk penentuan-penetuan tujuan,
kebijaksanaan, membuat program-program, menentukan
metode dan prosedur serta menetapkan jadwal waktu
pelaksanaan.
2. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian yaitu pengelompokkan kegiatan-
kegiatan yang diwadahkan dalam unit-unit untuk
melaksanakan rencana dan menetapkan hubungan
antara pimpinan dan bawahannya (atasan dan bawahan)
di dalam setiap unit.
3. Pengumpulan Sumber (Assembling Resources).
Pengumpulan sumber berarti pengumpulan sumber-
sumber yang digunakan untuk mengatur penggunaan
daripada usaha-usaha tersebut yang meliputi personal,
uang atau kapital, alat-alat atau fasilitas dan hal-hal lain
yang diperlukan untuk melaksanakan rencana.
4. Pengendalian kerja (Supervising).
Pengendalian kerja ialah memberikan instruksi,
motivasi (dorongan) agar mereka secara sadar menuruti
segala instruksinya, mengadakan koordinasi daripada
kegiatan pekerjaan dan memelihara hubungan kerja
29
baik antara atasan dan bawahan (the “boss” and
“subordinate”).
5. Pengawasan (Controling).
Pengawasan dimaksudkan untuk mengetahui bahwa
hasil pelaksanaan pekerjaan sedapat mungkin sesuai
dengan rencana (“Seeing that the operating resulte
conform as nearely as possible to the plan”). Hal ini
menyangkut penentuan standar dan bila perlu
mengadakan koreksi atau pembetulan apabila
pelaksanaannya menyimpang daripada rencana.
Menurut Luther Gullick proses daripada administrasi dan manajemen (The Process of Administration of Management) dalam
Handayaningrat (2001: 24) adalah:
1. Perencanaan (Planning).
Perencanaan adalah perincian dalam garis besar untuk
memudahkan pelaksanaannya dan metode yang
digunakan dalam menyelesaikan maksud atau tujuan
badan usaha itu.
2. Pengorganisasian (Organizing).
Menetapkan struktur formal daripada kewenangan
dimana pekerjaan dibagi-bagi sedemikian rupa,
ditentukan dan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
30
3. Penyusunan Pegawai (Staffing).
Keseluruhan fungsi daripada kepegawaian sebagai
usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan
memelihara situasi pekerjaan yang menyenangkan.
4. Pembinaan kerja (Directing).
Merupakan tugas yang terus menerus didalam
pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah
khusus atau umum dan instruksi-instruksi dan bertindak
sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau
organisasi.
5. Pengkoordinasian (Coordinating).
Merupakan kewajiban yang penting untuk
menghubungkan berbagai-bagai kegiatan daripada
pekerjaan
6. Pelaporan (Reporting).
Dalam hal ini pimpinan yang bertanggung jawab harus
mengetahui apa yang sedang dilakukan, baik bagi
keperluan pimpinan maupun bawahannya melalui
catatan penelitian maupun inspeksi.
7. Anggaran (Budgetting).
Semua kegiatan akan berjalan dengan baik bila disertai
dengan usaha pembiayaan dalam bentuk anggaran,
perhitungan anggaran dan pengawasan anggaran.
31
Sedangkan menurut George Terry dalam Handayaningrat (2001:
25) dengan bukunya: Principles of Management menggunakan pendekatan
“Proses daripada Manajemen”, yaitu:
1. Perencanaan (Planning).
Perencanaan adalah suatu pemilihan yang berhubungan
dengan kenyataan-kenyataan, membuat dan
menggunakan asumsi-asumsi yang berhubungan
dengan waktu yang akan datang (future) dalam
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan
yang diusulkan dengan penuh keyakinan untuk
tercapainya hasil yang dikehendakinya.
2. Pengorganisasian (Organizing).
Pengorganisasian adalah menentukan,
mengelompokkan dan pengaturan berbagai kegiatan
yang dianggap perlu untuk pencapaian tujuan,
penugasan orang-orang dalam kegiatan ini, dengan
menetapkan faktor-faktor lingkungan fisik yang sesuai,
dan menunjukkan hubungan kewenangan yang
dilimpahkan terhadap setiap individu yang ditugaskan
melaksanakan kegiatan tersebut.
3. Penggerakan Pelaksanaan (Actuating).
Penggerakan pelaksanaan adalah usaha agar semua
anggota kelompok suka melaksanakan tercapainya
32
tujuan dengan kesadarannya dan berpedoman pada
perencanaan (planning) dan usaha
pengorganisasiannya.
4. Pengawasan (Controlling).
Pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus
diselesaikan yaitu: pelaksanaan, penilaian pelaksanaan,
bila perlu melakukan tindakan korektif agar supaya
pelaksanaannya tetap sesuai dengan standar.
Selain itu John F. Mee dalam Handayaningrat (2001: 26) mengemukakan dalam bukunya Management Thought in a Dynamic
Economy fungsi manajemen yang terdiri atas:
1. Perencanaan (Planning) adalah proses pemikiran
yang matang untuk dilakukan dimasa yang akan dating
dengan menentukan kegiatan-kegiatannya.
2. Pengorganisasian (Organizing) adalah seluruh
proses pengelompokkan orang-orang, peralatan,
kegiatan, tugas, wewenang dan tanggung jawab,
sehingga merupakan organisasi yang tepat digerakan
secara keseluruhan dalam rangka tercapainya tujuan
yang telah ditentukan.
3. Pemberian Motivasi (Motivating) adalah seluruh
proses pemberian motif (dorongan) kepada para
karyawan untuk bekerja lebih bergairah sehingga
33
mereka dengan sadar mau bekerja demi tercapainya
tujuan organisasi secara berhasil guna dan berdaya
guna.
4. Pengawasan (Controlling) adalah proses
pengamatan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan dapat
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
Dari beberapa definisi yang sudah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan proses dan fungsi manajemen adalah tahapan dalam menentukan tujuan sampai dengan pencapaian tujuan.
2.1.1.2 Implementasi Kebijakan
Nugroho (2003:159) Kebijakan publik dalam bentuk
Undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang
memerlukan kebijakan publik penjelas atau yang sering
diistilahkan sebagai peraturan pelaksana.
Nugroho (2003:159) Rangkaian implementasi kebijakan
yaitu dimulai dari program, ke proyek dan kegiatan. Model
tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim di dalam manajemen
khususnya manajemen sektor publik.
34
Gambar 2.1
Rangkaian Implementasi Kebijakan
Kebijakan Publik
Kebijakan Program Publik Penjelas Intervensi
Proyek Intervensi
Kegiatan Intervensi
Publik/ Masyarakat
(Sumber: Nugroho (2003:159)
Nugroho (2003:162) Pelaksanaan atau implementasi
kebijakan di dalam konteks manajemen berada di dalam kerangka
organizing-leading-controlling. Jadi ketika kebijakan sudah dibuat,
maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan
kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan dan melakukan
pengendalian pelaksanaan tersebut.
2.1.2 Karakteristik Umum Pesisir dan Laut
Wilayah pesisir adalah wilayah yang membentuk batasan antara daratan dan laut dan dapat memanjang ke arah darat dan ke arah laut dengan luas yang beragam, tergantung pada keadaan topografi, tujuan dan
35
kebutuhan dan program khusus. Sesuai dengan 23/PERMEN-KP/2016, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan laut yang ditentukan oleh 12 mil batas wilayah kearah perairan dan batas kabupaten/ kota kearah pedalaman.
Wilayah Pesisir memiliki keunikan tersendiri dibandingkan wilayah lainnya karena wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Dahuri dkk (Mulyadi
2005: 1) yang menyatakan wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Definisi wilayah pesisir juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut yang dipengaruhi oleh perubahan darat dan laut. Sesuai dengan 23/PERMEN-KP/2016, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan laut yang ditentukan oleh
12 mil batas wilayah ke arah perairan dan batas kabupaten/ kota ke arah pedalaman.
Beattley, et al. dalam bukunya La Sara (2014: 11) menjelaskan wilayah pesisir adalah wilayah dinamik yang saling berhubungan dimana daratan, air dan udara berinteraksi dalam keseimbangan yang mudah terganggu (fragile) yang secara tetap dirubah oleh pengaruh alam dan manusia. Secara umum, wilayah pesisir sebagai wilayah pertemuan antara ekosistem darat, ekosistem laut, dan ekosistem udara yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan. Kerentanan tersebut dipengaruhi
36
karena kawasan pesisir dan laut memiliki karakteristik khusus, baik dalam sifat ekologis maupun keanekaragaman sehingga perlunya mendapatkan perhatian khusus.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan lautan, dimana terdapat ekosistem yang saling berhubungan dan berinteraksi antara daratan, air dan udara. Ruang lingkup wilayah pesisir merupakan ruang lautan dan daratan yang saling memiliki pengaruh antara keduanya menjadi satu kesatuan dan mempunyai potensi cukup besar yang pemanfaatannya berbasis sumber daya, lingkungan dan masyarakat.
Pengelolaan dan pemanfaatan wilayah pesisir harus mengacu pada prinsip-prinsip dasar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu, ada 15 prinsip dasar yang sebagian besar mengacu Clark (1992) yaitu:
1. Wilayah Pesisir adalah suatu sistem sumberdaya (resource
system) yang unik, yang memerlukan pendekatan khusus dalam
merencanakan dan mengelola pembangunannya;
2. Air merupakan faktor kekuatan pemersatu utama dalam
ekosistem air;
3. Tata ruang daratan dan lautan harus direncanakan dan
dikelola secara terpadu;
4. Daerah perbatasan laut dan darat hendaknya dijadikan
faktor utama dalam setiap program peengelolaan wilayah pesisir;
37
5. Batas suatu wilayah ditetapkan berdasarkan pada isu dan permasalahan yang hendak dikelola serta bersifat adaptif;
6. Fokus utama dari pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk mengkonservasi sumberdaya milik bersama;
7. Pencegahan kerusakan akibat bencana alam dan konservasi sumber daya alam harus dikombinasikan dalam suatu program pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu;
8. Semua tingkatan di Pemerintahan dalam suatu wilayah terus diikutsertakan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir;
9. Pendekatan pengelolaan yang disesuaikan dengan sifat dan dinamika alam adalah tepat dalam pembangunan wilayah pesisir;
10. Evaluasi pemanfaatan ekonomi dan sosial dari ekosistem pesisir serta partisipasi masyarakat lokal dalam program pengelolaan wilayah pesisir;
11. Konservasi untuk pemanfaatan yang berkelanjutan adalah tujuan dari pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir;
12. Pengelolaan multiguna (multiple uses) sangat tepat digunakan untuk semua sistem sumber daya wilayah pesisir;
13. Pemanfaatan multiguna (multiple uses) merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan
38
14. Pengelolaan sumber daya pesisir secara tradisional harus dihargai;
15. Analisis dampak lingkungan sangat penting bagi pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.
2.1.2.1 Batasan Kawasan Pantai (Pesisir) dan Perairan/ Laut
Dalam menentukan batasan wilayah pesisir harus dapat mempunyai persepsi yang sama bahwa: (1) wilayah pesisir merupakan sebuah bentang lurus dari darat sampai laut, (2) wilayah pesisir dari onshore ke offshore menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kegiatan hidup manusia-masyarakat berbicara tentang “being at the coast atau on the coast, but never in the coast”. Dalam perspektif yang lebih luas, penentuan batasan wilayah pesisir ini tergantung pada pertimbangan politik, administrasi, hukum, ekologi dan pragmatis sebab wilayah pesisir terdapat seperangkat kemungkinan isu-isu pesisir. Pengaruh yang beragam terhadap wilayah pesisir menyebabkan batas fisik wilayah pesisir dan laut sangat beragam yaitu meliputi daerah pesisir, pantai, daerah pasang surut dan perairan dangkal. Dahuri, dkk
(2008:6) menjelaskan batasan pendekatan wilayah pesisir, yaitu:
1. Batas wilayah pesisir kea rah darat pada umumnya
adalah jarak arbitrer dari rata-rata pasut tinggi dan batas
kea rah laut umumnya adalah sesuai dengan batas
jurisdiksi provinsi.
39
2. Batas kearah darat dari suatu wilayah pesisir
ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk
wilayah perencanaan dan batas untuk wilayah
pengaturan atau pengelolaan keseharian. Wilayah
perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan
apabila terdapat kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan dampak secara nyata terhadap
lingkungan dan sumber daya di pesisir. Oleh karena itu,
batas wilayah pesisir kea rah darat untuk kepentingan
perencanaan dapat sangat jauh kearah hulu. Jika suatu
program pengelolaan pesisir menetapkan dua batasan
wilayah pengelolaannya maka wilayah perencanaan
selalu lebih luas daripada wilayah pengaturan.
3. Batas kea rah darat dari suatu wilayah pesisir dapat
berubah.
2.1.2.2 Karakteristik Ekosistem Wilayah Pesisir
Ekosistem wilayah pesisir setidaknya mempunyai lima karakteristik penting yang harus dipahami agar pengelolaannya memenuhi kaidah-kaidah sustainability, yaitu sebagai berikut:
Pertama, komponen hayati dan non hayati dalam wilayah pesisir membentuk suatu ekosistem yang kompleks hasil dari berbagai proses biofisik (ekologis) dari ekosistem daratan dan lautan, antara lain angin, gelombang, pasar surut, suhu, dan
40
salinitas-dimana substansi dan perilakunya bervariasi dan secara grasual berubah dari arah darat ke laut. Sebagai akibat.nya ekosistem pesisirdapat sangat tahan atau sebaliknya sangat rentan terhadap gangguan (perubahan) lingkungan yang di sebabkan oleh kegiatan maupun bencana alam.
Kedua, wilayah pesisir oleh karena ragam komponen ekologi maupun keuntungan faktor lokasi (locational advantage) biasanya di temukan beragam macam kemanfaatan untuk kepentingan pembangunan seperti tambak perikanan tangkap, pariwisata, pertambanagan industri dan permukiman. Terdapat kaitan langsung yang sanggat komplek antara proses-proses dan fungsi lingkungan dengan penggunaan sumber daya alam.
Ketiga, dalam suatu wilayah pesisir, pada umumnya terdapat lebih dari 1 komplek masyarakat (orang) yang memiliki ketrampilan/ keahlian dan kesenangan bekerja yang berbeda, sebagai petani, nelayan, petani tambak, petani rumput laut, pendamping wisata, wisata, kerajian rumah tangga, dan sebagainya. Sangat sungkar atau hampir tidak mungkin, untuk mengubah kesenangan bekerja.
Keempat, secara ekologis maupun ekonomis, pemanfaatan suatu wilayah pesisir secara monokultur sangat rentan terhadap perubahan internal maupun eksternal yang menjurus pada kegagalan usaha.
41
Kelima, kawasan pesisir pada umumnya merupakan sumber daya milik bersama/ (common property resources) yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access). Isu ini merupakan sumber utama konflik hubungan dan kepentingan lahan dan alokasi pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir. Hal tersebut disarankan ketika tingkat permintaan terhadap sumber daya lebih besar ketimbang jumlah yang disediakan oleh alam. Itu sebabnya, sistem alokasi harus senantiasa dikembangkan sejalan semakin tingginya kepentingan tingkat persaingan wingkat wilayah pesisir dan lautan.
2.1.2.3 Karakteristik Masyarakat Pesisir
Menurut Purba (2005: 35), menyatakan bahwa masyarakat yang berdiam di pesisir setidaknya dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah pesisir dengan segala kondisi geografisnya, tiga kategori masyarakat tersebut, yaitu:
1. Masyarakat perairan, yaitu masyarakat yang hidup dari
sumber daya perairan, cenderung terasing dari kontak-kontak
dengan masyarakat-masyarakat lain, lebih banyak berada
dilingkungan perairan daripada didaratan dan selalu berpindah-
pindah tempat disuatu wilayah perairan tertentu. Hanya sedikit
masyarakat asli setempat yang benar-benar menggantungkan
kehidupan ekonominya di sumber daya perairan.
42
2. Masyarakat nelayan, yaitu masyarakat yang paling banyak
memanfaatkan hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan
pesisir untuk kelangsungan hidupnya. Masyarakat nelayan lebih
banyak menghabiskan kehidupan sosial budayanya di daratan
walaupun hidup mereka bergantung kepada sumber daya
perairan.
3. Masyarakat pesisir tradisional, yaitu masyarakat-
masyarakat pesisir yang berdiam di perairan laut, akan tetapi
sedikit sekali menggantungkan kelangsungan hidup dari sumber
daya laut. Mereka lebih banyak bergantung dari pemanfaatan
sumber daya daratan, baik sebagai pemburu ataupun sebagai
petani tanaman pangan atau jasa.
2.1.2.4 Paradigma Baru dan Pendekatan Yang Serasi Dalam
Pengelolaan Sumberdaya Kelautan
Otonomi Daerah telah dilaksanakan sejak tanggal 1 Januari
2001. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya (UU No 22
Tahun 1999, pasal 1H). Kewenangan daerah di wilayah perairan laut meliputi, (pasal 10 ayat 2):
1. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut
sebatas wilayah laut (sejauh 4 mil laut diukur dari garis pantai
perairan laut).
43
2. Pengaturan kepentingan administrative
3. Pengaturan tata ruang
4. Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan
oleh dari daerah atau yang dilimpahkan kewenangannya oleh
Pemerintah (Pusat)
5. Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan Negara
Paradigma baru dalam sistem pemerintahan adalah dari sentralisasi ke desentralisasi. Dalam pengelolaan sumber daya perairan laut mempunyai makna:
1. Pengelolaan berorientasi pada mekanisme pasar (demand
and market driven)
2. Pengelolaan berbasis sumberdaya dan masyarakat
(resources and community based development)
3. Pengelolaan tidak harus seragam tetapi harus sesuai
kepentingan dan budaya masyarakat lokal
4. Pengelolaan secara berkeadilan (harus memperhatikan
kebutuhan dan kemampuan seluruh masyarakat)
Paradigma baru tersebut dijabarkan kepada pendekatan dalam pengelolaan sumber daya perairan laut, diantaranya sebagai berikut:
1. Pendekatan komprehensif (holistic), multisektoral dan
terpadu
2. Pendekatan secara parsial
44
3. Pendekatan partisipatif
4. Pendekatan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
Meskipun konsep tahapan pemanfaatan sumber daya diatas adalah sangat lengkap tetapi dalam pelaksanaanya mengalami hambatan dan keterbatasan apabila dikaitkan dengan tujuan reformasi yang menuntut dilaksanakan perubahan dan perbaikan di segala bidang untuk menerapkan azas transaparansi (keterbukaan bagi masyarakat), akuntabilitas (pertanggung jawaban kepada rakyat), desentralisasi (memberikan kewenangan kepada daerah- daerah), maka dalam pengelolaan sumber daya alam, khususnya sumber daya perairan laut untuk menerapan pendekatan yang serasi yang beriorientasi kepada:
1. Pemanfaatan sumberdaya perairan laut berdasarkan
mekanisme pasar, sehingga tidak terjadi pengrusakan.
2. Menerapkan prinsip 3E (ekonomis, efisien dan efektif) agar
pemanfaatan perairan laut secara optimal.
3. Pemanfaatan sumber daya perairan laut berorientasi kepada
masa depan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dalam jangka panjang.
4. Perencanaan dan pembangunan sumberdaya perairan laut
dilakukan dari bawah agar benar-benar sesuai kebutuhan dan
kepentingan masyarakat.
45
5. Pembangunan dan pengelolaan sumber daya perairan laut
dilakukan secara terpadu, komperehensif, multi sektoral,
spasial, partisipatif, berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan.
2.1.3 Potensi Pembangunan Wilayah Pesisir
Potensi pembangunan yang terdapat diwilayah pesisir lautan secara garis besar dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Sumber daya dapat pulih (renewable resource)
2. Sumber daya tidak dapat pulih (non-renewable resource)
3. Jasa-jasa lingkungan (environment service)
Sumber daya dapat pulih terdiri atas hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut serta sumber daya perikanan laut.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditas ekspor baru berkembang pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Sumber daya perikanan laut sebagai sumber daya yang dapat pulih sering dapat disalah tafsirkan sebagai sumber daya yang dieksploitasi secara terus menerus tanpa batas. (Mulyadi, 2005: 44).
Sumber daya tidak dapat pulih meliputi seluruh mineral dan geologi, misalnya mineral terdiri dari tiga kelas, yaitu A (mineral strategis misalnya minyak, dan gas), B (mineral vital, meliputi emas, timah, nikel, bausit), dan C (mineral industri, termasuk bahan bangunan dan galian seperti granit).
46
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia juga memiliki berbagai macam jasa lingkungan yang sangat potensial bagi kepentingan pembangunann dan bahkan kelangsungan hidup manusia. Jasa-jasa lingkungan yang dimaksud meliputi kawasan pesisir dan lautan sebagai tempat rekreasi dan parirwisata, media transportasi dan komunikasi, sumber energi, sarana pendidikan dan penelitian, pertahanan keamanan, penampung limbah, pengatur iklim (climate regulator), kawasan perlindungan ( konservasi dan preservasi ) dan sistem penunjang.
2.1.3.1 Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir
Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan di
Indonesia dari sudut pembangunan berkelanjutan dihadapkan pada
kondisi yang mendua atau berada di persimpangan jalan. Di satu
pihak, ada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan dan
dikembangkan dengan intensif. Akibatnya, indikasi telah
terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan dari
ekosistem pesisir dan laut. Seperti pencemaran, tangkap lebih,
degradasi fisik habitat pesisir, dan observasi pantai telah muncul di
kawasan pesisir.
Aktivitas perekonomian utama yang menimbulkan
permasalahan pengelolaan sumber daya dan lingkungan wilayah
pantai dan lautan, yaitu:
1. Perkapalan dan transportasi (tumpukan minyak, limbah
padat dan kecelakaan)
47
2. Perikanan (over fishing, pencemaran pesisir, pemasaran dan
distribusi, modal dan tingkat keahlian)
3. Budidaya peraturan (ekstrensivikasi dan konservasi hutan)
4. Pertambangan (penambangan pasir dan terumbu karang)
5. Kehutanan (penebangan dan konservasi hutan)
6. Industri (reklamasi dan pengerukan tanah)
7. Pariwisata (pembangunan infrastruktur dan pencemaran air)
( Mulyadi, 2005:54 ).
2.1.3.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Wilayah Pesisir
Tujuan jangka panjang pembangunan wilayah pesisir pantai di
Indonesia secara umum, antara lain:
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perluasan
lapangan kerja dan kesempatan usaha
2. Pengembangan program dan kegiatan yang mengarah
kepada peningkatan dan pemanfaatan secara optimal dan
lestari sumber daya di pesisir dan lautan
3. Peningkatan kemampuan peran serta masyarakat pantai
dalam pelestarian lingkungan
4. Peningkatan pendidikan, latihan, riset dan pengembangan
di wilayah pesisir dan lautan (Mulyadi, 2005: 67).
Sementara itu, sasaran pembangunan wilayah pesisir dan lautan adalah terwujudnya kedaulatan atas wilayah perairan Indonesia dan yuridikasi nasional dalam wawasan nusantara, terciptanya industri
48
kelautan yang kokoh dan maju yang di dorong oleh kemitraan usaha yang erat antara badan usaha koperasi. Negara dan swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan professional dengan iklim usaha yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesehahteraan rakyat secara optimal, serta terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup. Negara dan swasta serta pendayagunaan sumber daya laut yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, maju dan professional dengan iklim usaha yang yang sehat serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta terwujud kemampuan untuk mendayagunakan potensi laut guna peningkatan kesejahteraan masyarakat secara optimal, serta terpeliharanya kelestarian hidup.
2.1.3.3 Dasar Pertimbangan Pengembangan Daerah Pantai
Pada suatu faktor yang umum dapat dikemukakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan daerah pantai terjadi karena potensi sumber daya alam yang dimiliki daerah pantai yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis, seperti perikanan dan hasil laut lainnya serta potensi keindahan alam pantai yang dapat dinikmati.
2.1.3.4 Tipologi Perkembangan Daerah Pantai
Ada dua jenis utama dari pola pengembangan pantai:
“Pertama, perkembangan daerah pantai yang intensif maupun yang efektif secara continue disepanjang daerah pantai. Pola perkembangan
49
demikian terutama terjadi disepanjang daerah pantai di Pulau Jawa dan sebagian di Pulau Sumatera. Perkembangan tersebut terjadi karena telah berkembangnya jaringan sarana perhubungan darat yang menghubungkan daerah-daerah sepanjang pantai. Kedua, perkembangan intensif yang terjadi karena berpencar di kota-kota tertentu yang secara historis mempunyai potensi perekonomian. Dalam pola yang kedua ini perkembangan dan pertumbuhan hanya terjadi secara intensif pada lokasi- lokasi tertentu saja dengan orientasi kedalaman”.
Dari segi fungsinya, daerah pantai dapat berkembangan sebagai suatu kota, suatu desa, suatu pusat kegiatan rekreasi dan sebagai suatu kegiatan fungsional khusus seperti industri, stasiun angkatan laut, pusat pengolahan atau kegiatan khusus lainnya.
2.1.3.5 Konsepsi Dasar Pengembangan dan Pengendalian Potensi
Berdasarkan kecenderungan dan kemungkinan perkembangan fungsi pantai, laut dan daerah sekitarnya, secara konseptual usaha pengembangan dan pengendalian tanah pantai dapat dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Pengembangan daerah pantai secara mengelompok
2. Sehubungan dengan usaha pemanfaatan dan penggunaan
tanah pantai tersebut, usaha pengaturan dan pengendalian
perlu pula dilandasi oleh peraturan-peraturan serta
pengendalian yang baik
2.14 Manajemen Kawasan Pesisir Secara Terpadu
50
Masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan pesisir yang pesat dapat mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada wilayah pesisir baik dari lingkungan pesisir atau sumberdaya yang dimiliki. Untuk itu, mencari solusi bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir untuk pembangunan terus dilanjutkan tanpa menimbulkan dampak kerusakan. Bentuk-bentuk manajemen kawasan pesisir secara terpilih melihat sumber daya pesisir dan pemanfaatan sumber daya secara komperehensif lebih dari sebagai isu sumber daya tunggal dan menterpadukan banyak penggunaan sumber daya pesisir dan kebutuhan yang bertentangan ke dalam suatu proses pengambilan keputusan yang seimbang menjadi alat sebagai pemecahannya.
Menurut Dahuri (2008: 12) pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan.
Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu pengelolaan terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.
Sedangkan menurut Cincin-Sain, et. al. na “Pengelolaan pesisir secara terpadu didefinisikan sebagai sebuah proses dinamik dan terus
51
menerus untuk perumusan keputusan pemanfaatan berkelanjutan pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumber daya pesisir dan laut”.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengatasi fragmentasi yang melekat didalam pendekatan pengelolaan sektoral. Orientasi pengelolaan wilayah pesisir terpadu adalah multi tujuan, yaitu: (1) menganalisis implikasi pembangunan, konflik pemanfaatan, dan hubungan antara proses fisik dan kegiatan manusia, dan (2) mendukung keterkaitan dan harmonisasi diantara kegiatan sektoral pesisir dan laut. (Cincin-Sain and
Knecht, 1998).
Menurut Sorensen dan Mc Ceary dalam Dahuri (2008: 5) adalah sebagai berikut:
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu adalah pengelolaan pemanfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat dikawasan pesisir dengan cara melakukan penilaian menyeluruh tentang kawasan pesisir beserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terdapat didalamnya, menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan, dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Proses pengelolaan ini dilakukan secara continue dan dinamis dengan mempertimbangkan segenap aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat pengguna kawasan pesisir serta konflik kepentingan dan konflik pemanfaatan kawasan pesisir yang mungkin ada.
52
Tujuan manajemen kawasan pesisir adalah untuk melindungi,
melestarikan dan melakukan restorasi sumberdaya-sumberdaya alam
dimana memungkinkan dan perlu mendorong pertumbuhan dan
pembangunan melalui perencanaan yang sehat secara interdisiplin dan
terpadu terhadap dampak lingkungan dari kegiatan-kegiatan dan proyek-
proyek yang dilakukan dan mengukur serta mengevaluasi konsekuensi-
konsekuensinya sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.
Pengelolaan wilayah pesisir dan laut yang baik membutuhkan
suatu program pengelolaan yang terintegrasi. Program pengelolaan yang
terintegrasi dapat dilaksan akan jika didukung oleh tersedianya
informasi-informasi yang obyektif, akurat dan terbaharui guna membantu
penyusunan kebijakan dan perencanaan pengelolaan pesisir menjadi
terintegrasi sehingga pengelolaannya dapat lebih efektif dan tepat sasaran.
2.2 Penelitian Terdahulu
Untuk menghasilkan sebuah penelitian yang komperehensif dan berkolerasi maka penelitian ini mencoba mengambil beberapa penelitian awal sebagai bahan rujukan yang pembahasan penelitiannya memiliki relevansi yang sama dengan penelitian ini. Diharapkan dengan rujukan tersebut dapat membentuk kerangka berpikir dalam melakukan kajian. Berikut adalah bahan rujukan penelitian terdahulu diantaranya:
Penelitian pertama adalah skripsi yang berjudul “Analisis Pengelolaan
Wilayah Pesisir di Kecamatan Kronjo Kabupaten Tangerang” ditulis oleh Irma
53
Widya Laksana mahasiswi studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa tahun 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan sumber daya wilayah pesisir pantai di Kecamatan
Kronjo Kabupaten Tangerang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan teori keterpaduan dalam pengelolaan wilayah pesisir yaitu keterpaduan sektor,keterpaduan wilayah atau ekologis, keterpaduan stakeholders, keterpaduan antar berbagai disiplin ilmu dan keterpaduan antar Negara atau wilayah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya keterpaduan tumpang tindih, tidak keseimbangan dalam pengelolaan darat dan laut, kurang berjalannya program dari pemerintah karena kurangnya koordinasi melakukan pengelolaan pesisir secara bersama-sama walaupun hanya sekedar membahas mengenai permasalahan-permasalahan yang ada.
Penelitian kedua adalah skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat
Dalam Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluk Naga” ditulis oleh Abdulah Sapei pada tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat pesisir dalam program PDPT di
Desa Tanjung Pasir, Tanjung Burung dan Muara Kecamatan Teluk Naga. Metode penelitian yang digunakan ialah dengan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan teori partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemeliharaan dan pemanfaatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih rendahnya masyarakat dalam berpartisipasi. Proses perencanaan tidak melibatkan masyarakat luas hanya perwakilan dari setiap RW, dalam
54
pengawasan masyarakat tidak mengikuti pengawasan karena masyarakat hanya mengetahui pengawasan dilakukan oleh pihak-pihak terkait dalam pemanfaatan masyarakat merasakan manfaat yang sudah dilakukan namun dalam pemeliharaan masih kurang baik dikarenakan belum kuatnya kelembagaan yang ada.
Penelitian ketiga adalah skripsi dengan judul “Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang” ditulis oleh Ratih
Permita pada tahun 2013. Tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana pengelolaan wilayah pesisir di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten
Serang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian menggunakan teori manajemen pengelolaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan tidak melibatkan masyarakat, lemahnya pengawasan, dan evaluasi dilakukan secara bersamaan dengan pengawasan sehingga tidak continue.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian diatas ialah ruang lingkup penelitian ialah mengangkat tema wilayah pesisir. Penelitian pertama mengkaji kerusakan lingkungan yang terjadi di wilayah pesisir dilihat dari keterpaduan beberapa sektor. Namun fokus yang dikaji dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian pertama. Penelitian ini berfokus kepada manajemen pengelolaan dimana perlu diterapkan dari tahap perencanaan sampai dengan evaluasi.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang kedua ialah pada lokus dalam penelitian yakni mengenai pesisir di Kecamatan Teluk Naga hanya saja dalam penelitian ini hanya fokus pada 1 desa di Kecamatan Teluk Naga yaitu di
Desa Muara dan perbedaannya pada penelitian kedua dengan penelitian ini adalah pada penelitian kedua mengenai bagaimana partisipasi masyarakat Kecamatan
55
Teluk Naga dalam program desa pesisir tangguh dan pada penelitian ini membahas mengenai manajemen pengelolaan pesisir di Desa Muara.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang ketiga ialah menjelaskan mengenai manajemen pengelolaan di wilayah pesisir. Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada lokus penelitian yang berbeda dengan masalah yang ada.
2.3 Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2005: 65). Kerangka berpikir memuat teori, dalil, atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka berpikir menjelaskan antar variabel. Kerangka berpikir merupakan proses yang sangat penting dalam menyusun suatu penelitian, karena dalam proses ini pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti dan bagaimana urutan penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016).
Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti memperoleh data dan informasi melalui pengamatan dan observasi langsung kelapangan serta wawancara kepada pihak yang bersangkutan yaitu Badan Pembangunan dan
Perencanaan Daerah Kabupaten Tangerang, Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang, Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Dinas
56
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang, Kepala Desa Muara,
Relawan Pesisir Mengajar dan Kelompok Masyarakat Pesisir di Desa Muara.
Pada saat melaksanakan pengamatan dan observasi dilapangan peneliti menemukan hambatan dan kesulitan dalam melaksanakan Pengelolaan Wilayah
Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun
2015-2016).
Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana teori Menurut Dahuri (2008:
12) digunakan untuk menganalisa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Secara Terpadu dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang tahun 2015-2016 dengan pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu
(integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan.Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu pengelolaan
(management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
57
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir
Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi kasus program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015-2016)
Masalah-Masalah: 1. Kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait 2. Rendahnya sumber daya manusia di Desa Muara 3. Minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa Muara 4. Tidak adanya pengawasan secara lanjut mengenai pelaksanaan program di Desa Muara 5. Tidak adanya sanksi dari pemerintah daerah terkait aktivitas penambangan liar.
Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu menurut Dahuri ( 2008:12 ) 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengawasan 4. Evaluasi
Output: Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa Muara sesuai Roadmap Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
Outcome: Terlaksananya pengelolaan pesisir secara terpadu yakni
pengorganisasian perencanaan, pengawasan, pengendalian sumber daya pesisir dan pulau kecil yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, antar sektor, antar ekosistem darat dan laut serta
antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
(Sumber:Peneliti 2017)
58
2.4 Asumsi Dasar
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, maka peneliti berasumsikan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan
Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016) masih belum optimal, masih diperlukan perbaikan-perbaikan dalam pengelolaannya dilihat dari bagaimana pelaksanaan yang dilakukan, bentuk pengawasan yang dilakukan sampai evaluasi yang sesuai dengan perencanaan.
59
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Untuk mengetahui manajemen pengelolaan wilayah pesisir dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai yang digunakan untuk mengatasi permasalahan di Wilayah Pesisir Desa Muara
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Sugiyono (2011:9), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Menurut Satori dan Aan (2010: 22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan diamati. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian mendalam tentang ucapan, tulisan atau perilaku yang diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam suatu
60
setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komperhensif dan holistik.
Sedangkan menurut Moleong (2006: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa lisan melalui ucapan dan perilaku orang-orang yang diamati, dan dapat digunakan untuk meneliti tentang bagaimana kehidupan di dalam masyarakat menurut tingkah laku, sejarah, aktivitas sosial, dan juga sejarah.
3.2 Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian
Dengan memperhatikan identifikasi masalah yang sudah dikemukakan sebelumnya maka fokus penelitian pada penelitian ini adalah tentang pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang periode 2015-2016.
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Tangerang, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas Tata Ruang dan
61
Bangunan Kabupaten Tangerang, dan di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga
Kabupaten Tangerang.
3.4 Variabel Penelitian/ Fenomena yang diamati
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual berfungsi untuk memberikan
penjelasan tentang konsep dari variabel yang akan diteliti menurut
pendapat peneliti berdasarkan kerangka teori yang akan digunakan.
Adapun definisi konseptual penelitian ini adalah:
1. Manajemen
Manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang
dilakukan melalui dan cara dengan beberapa orang.
2. Wilayah Pesisir
Wilayah peralihan antara ekosistem daratan dan laut yang
ditentukan oleh 12 mil batas wilayah ke arah perairan dan batas
kabupaten/ kota ke arah pedalaman.
3.4.2 Definisi Operasional
Mengacu dari konsep serta teori yang dipakai oleh peneliti,
maka dalam penelitian ini yaitu berdasarkan teori Menurut Dahuri
(2008: 12) pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu
pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau
lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan
(pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan
wilayah pesisir secara berkelanjutan.
62
Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi:
sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa
suatu pengelolaan terdiri dari empat tahap utama: perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi. Maka jiwa atau nuansa
keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan
sampai evaluasi.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011: 223), dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Menurut Nasution (1988) dalam Sugiyono (2011:224) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian
63
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami
dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering
merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan
data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai
balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan
7. Dalam penelitian dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang
menyimpang justri diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan
dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
Menurut Lofland dan Loflang dalam Moleong (2005: 157) sumber data primer dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan atau data sekunder seperti dokumen, gambar dan lain-lain. Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data berupa wawancara, buku catatan, kamera dan alat perekam.
64
3.6 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, pengambilan sampel sumber data berkaitan dengan siapa yang hendak dijadikan informan dalam penelitian. Menurut Bungin dalam Penelitian Kualitatif (2009: 76-77) menjelaskan objek dan informan dalam penelitian kualitatif adalah menjelaskan objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitiannya. Jadi, objek penelitiannya yaitu Pengelolaan
Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang dan informan penelitiannya diperoleh dengan cara teknik pengambilan sumber data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah purposive.
Menurut Patton dalam Denzim (2009:29), alasan logis dibalik teknik sampel bertujuan dalam penelitian kualitatif adalah bagaimana menentukan informan kunci (key informan) di dalam situasi yang sesuai dengan fokus penelitian. Sedangkan, pemilihan informan kedua (secondary informan) berfungsi sebagai cara alternatif bagi peneliti yang tidak dapat menentukan secara partisipan langsung.
Berdasarkan kriteria diatas, maka dalam penelitian ini yang akan menjadi informan peneliti adalah semua konstituen yang terlibat langsung dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Yang menjadi informan kunci (key informan) dan informan kedua (secondary informan), adalah:
65
Tabel 3.1 Informan Penelitian Kode No. Informan Status Sosial Keterangan Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan 1 I1 Pemberdayaan Masyarakat Badan Perencanaan Key Informan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan 2 I Key Informan 2 Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Pelaksana Bidang Pengembangan Kelembagaan 3 I Key Informan 3 Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
KepalaSeksi Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan 4 I Key Informan 4 Bangunan Kabupaten Tangerang KepalaSeksi Konservasi Rehabilitasi Lahan Kritis I5 dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Key Informan 5 Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang
6 I6 Kepala Desa Muara Key Informan
Secondary 7 I Relawan Pesisir Mengajar Desa Muara 7 Informan Kelompok Masyarakat Wisata Mangrove Desa Secondary 8 I 8 Muara Informan Secondary 9 I Kelompok Masyarakat Tambak Desa Muara 9 Informan
Kelompok Masyarakat Nelayan Tangkap Desa Secondary 10 I 10 Muara Informan
(Sumber: Peneliti, 2016)
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Pengolahan Data
Menurut Sugiyono (2011: 226) teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Berikut adalah beberapa
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini:
66
3.7.1.1 Metode Observasi (Pengamatan)
Nasution dalam Sugiyono (2011: 226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi observasi partisipan.
Soehartono (2004: 70) menjelaskan dalam observasi partisipan, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber penelitian atau pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. Dalam jenis prosedur ini, peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi.
Dalam observasi nonpartisipan, pengamat berada diluar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kgiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Dengan demikian pengamat akan lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang diharapkan.
Black & Champion menjelaskan dalam prosedur ini, peneliti adalah bagian dari keadaan alamiah, tempat dilakukannya observasi. Prosedur ini dapat dikembangkan dengan beberapa cara.
Observasi partisipan dianggap memiliki daya tarik yang tinggi sebagai suatu metode, namun tidak setiap orang ingin atau mampu.
67
Black & Champion (2005: 289) menyatakan dalam observasi non partisipan peranan tingkah laku peneliti dalam kegiatan yang berkenaan dengan kelompok yang diamati kurang dituntut. Observasi non partisipan adalah suatu prosedur yang dengan peneliti mengamati tingkah laku orang lain dalam keadaan alamiah, tetapi peneliti tidak melakukan partisipasi terhadap kegiatan dilingkungan yang diamati.
Sugiyono (2011: 228) menyatakan berdasarkan cara pengamatan yang dilakukan, observasi juga membedakan menjadi
2 bagian yaitu observasi tidak berstruktur dan observasi berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan. Soehartono menjelaskan, observasi berstruktur digunakan apabila peneliti memusatkan perhatian pada tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku apa saja yang diamati.
Dalam penelitin ini, peneliti melakukan observasi non partisipan. Dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam
68
mengawasi Manajemen Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang dan peneliti hanya menjadi pengamat yang independen.
3.7.1.2 Wawancara
Moleong (2006: 186) menyatakan metode wawancara merupakan metode yang lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Sedangkan menurut Soehartono (2004: 68), wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban- jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.
Metode wawancara dapat diperlukan hanya sebagai tool pengumpul data bersama-sama dengan instrumen lain.
Menurut Sugiyono (2011: 138) menjelaskan bahwa: wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlahnya sedikit/ kecil.
69
Sugiyono (2011: 140) mengemukakan bahwa wawancara dapat dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon, media internet, atau dapat dilakukan wawancara tertulis melalui surat bertujuan menggali informasi yang dibutuhkan sesuai dengan topik penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi tidak berperan dan wawancara mendalam. Dimana menurut Bungin
(2009: 108) wawancara mendalam ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan dengan atau tanpa pedoman wawancara.
3.7.1.2.1 Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara digunakan peneliti dalam
mencari data dari para informan dan memudahkan peneliti
dalam menggali sumber informan untuk mendapatkan
informasi, seperti berikut:
70
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara Indikator Informan Penelitian Pertanyaan
1. Panning/ I1, I2, I3, I4 1. Penetapan tujuan-tujuan dalam
Perencanaan pengelolaan wilayah pesisir
program gerakan pembangunan
masyarakat pantai
2. Penetapan strategi dalam
mencapai tujuan dari pengelolaan
wilayah pesisir program gerakan
pembangunan masyarakat pantai
3. Penetapan sasaran dalam
pengelolaan wilayah pesisir
program gerakan pembangunan
masyarakat pantai
4. Pihak yang terkait dalam
perencanaan pengelolaan di
wilayah pesisir program gerakan
pembangunan masyarakat pantai
5. Perencanaan dan pengelolaan
sumber daya pesisir berdasarkan
kepentingan masyarakat
71
6. Keterpaduan perencanaan dari
berbagai sektor
7. Transparansi terhadap
perencanaan pengelolaan wilayah
pesisir program gerakan
pembangunan masyarakat pantai
8. Hambatan yang dialami dalam
perencanaan pengelolaan program
gerakan pembangunan masyarakat
pantai di Desa Muara
2. Pelaksanaan I2, I3, ,I5, ,I6,I7,I8,I9,I10 1. Pihak yang bertanggung jawab
dalam mengelola wilayah pesisir
2. Koordinasi dinas-dinas terkait
dalam pengelolaan wilayah
pesisir
3. Bantuan yang diberikan untuk
masyarakat Desa Muara
4. Pengembangan dari potensi yang
ada
5. Koordinasi antara Pemerintah
dengan masyarakat Desa Muara
72
6. Keterbukaan/ Transparansi
dalam pelaksanaan program
gerakan pembangunan
masyarakat pantai di Desa Muara
7. Peran masyarakat dalam
mengelola Desa Muara
8. Tanggapan mengenai adanya
program gerakan pembangunan
masyarakat pantai di Desa Muara
dalam pengelolaan wilayah
pesisir
9. Hambatan dari pelaksanaan
pengelolaan wilayah pesisir
3. Pengawasan I2, I3, I8,I9,I10 1. Bentuk pengawasan yang
dilakukan dalam pengelolaan
wilayah pesisir program gerakan
pembangunan masyarakat pantai
2. Masyarakat ikut dilibatkan dalam
pengawasan
3. Hambatan dalam pengawasan
pengelolaan wilayah pesisir
73
program gerakan pembangunan
masyarakat pantai
4. Evaluasi I2,I3, 1. Sanksi yang diberikan kepada
penyimpangan pengelolaan
wilayah pesisir program gerakan
pembangunan masyarakat pantai
2. Kepastian hukum yang berlaku
3. Acuan dalam perencanaan
program gerakan pembangunan
msyarakat paantai dalam
pengelolaan wilayah pesisir di
desa muara sudah baik
4. Target yang dicapai
( Sumber: Peneliti, 2017 )
3.7.1.3 Studi Kepustakaan
Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah
oleh para ahli, diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka,
tinjauan pustaka, kajian teoritis dan tinjauan teoritis. Penggunaan
istilah-istilah tersebut pada dasarnya merujuk pada upaya umum
yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan
dengan topik penelitian. Oleh karena itu, studi kepustakaan
74
meliputi proses umum, seperti: mengidentifikasi teori secara
sistematis, penemuan pustaka, analisis dokumen yang memuat
informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.
Dalam hal ini, peneliti melakukan studi kepustakaan
melalui hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan, buku-buku,
maupun artikel atau memuat konsep dan teori yang dibutuhkan
terkait dengan Pengelolaan Wilayah Pesisir.
3.7.1.4 Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data
sekunder didalam penelitian ini. Menurut Guba dan Licoln (2009:
290), dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang
penyidik. Selanjutnya studi dokumentasi dapat diartikan sebagai
teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang
diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian,
baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil
pekerjaan serta berupa foto.
3.7.2 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan pekerjaan yang sangat sulit dalam penelitian, membutuhkan kerja keras, ketelitian dan memerlukan adanya kreatifitas yang tinggi. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Irawan (2006:
5), analisis data adalah proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip interview, catatan dilapangan dan bahan-bahan lain yang
75
didapatkan yang kesemuanya itu dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu fenomena dan membantu untuk mempresentasikan penemuan kepada orang lain. Tersirat dalam penjelasan ini, bahwa analisis data terkait dengan pengumpulan dan interpretasi data.
Sedangkan analisis data kualitatif, menurut Bogdan dan Biklen didalam Moleong (2006: 248) analisis kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.
Menurut Moleong (2006: 280) analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengumpulkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja. Pada penelitian tindakan, analisis datanya lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif. Sehingga pada penelitian ini peneliti menggunakan proses analisis data dari Prasetya Irawan yang terdiri dari pengumpulan data mentah, transkip data, pembuatan koding, kategorisasi data, penyimpulan sementara, triangulasi, penyimpulan akhir.
1. Pengumpulan data mentah
Analisis data dimulai dengan melakukan pengumpulan data mentah,
misalnya dengan wawancara, observasi lapangan dan kajian pustaka.
Pada tahap ini dibutuhkan alat-alat pendukung seperti tape recorder,
76
kamera dan lain-lain. Yang dicatat adalah data apa adanya (verbatim),
tidak diperkenankan untuk mencampur adukkan pikiran, pendapat
maupun sikap dari peneliti itu sendiri.
2. Transkip Data
Pada tahap ini, catatan hasil wawancara diubah kebentuk tertulis
seperti apa adanya (verbatim), bukan hasil pemikiran dan pendapat
peneliti.
3. Pembuatan Koding
Pada tahap ini, membaca ulang seluruh data yang sudah di transkip.
Baca pelan-pelan dengan sangat teliti, sehingga menemukan hal-hal
penting yang perlu dicatat dengan mengambil kata kuncinya, data
kata kunci ini kemudian diberi kode.
4. Kategorisasi Data
Pada tahap ini, meneliti mulai “menyederhanakan” data dengan cara
“mengikat” konsep-konsep atau kata-kata kunci dalam satu besaran
yang dinamakan “kategori”.
5. Penyimpulan Sementara
Membuat penyimpulan sementara berdasarkan data yang ada tanpa
memberi penafsiran dari pikiran penulis/ peneliti, kesimpulan ini
100% harus berdasarkan data. Jika ingin memberikan penafsiran
sendiri maka tuliskan pada bagian akhir kesimpulan sementara yang
disebut dengan Observer’s Comments (OC).
77
6. Triangulasi
Teknik triangulasi bertujuan untuk memperkuat temuan-temuan,
adalah proses check and recheck antara satu sumber data dengan
sumber lainnya.
7. Penyimpulan Akhir
Apabila temuan yang dihasilkan peneliti dapat terjamin validitasi dan
reabilitasnya maka dibuat simpulan akhir.
Pendapat lain menurut Miles dan Huberman ( 2007: 26 ), memahami bahwa: “ Aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan adanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu Reduction, data display dan conclusion drawing/ verification.
Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber: Milles dan Huberman, 2007:54
Data Collecting Data Display
Data Reduction
Verification
78
3.7.2.1 Uji Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2011: 267) keabsahan data atau validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Data dalam penelitian kualitatif, dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek peneliti.
Validitas dalam penelitian kualitatif memiliki keterkaitan dengan deskripsi dan eksplanasi dan terlepas apakah eksplanasi- eksplanasi tersebut sesuai dan cocok dengan deskripsi atau tidak.
Terdapat dua macam, validitas yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal dalam penelitian kualitatif disebut kredibilitas, yaitu hasil penelitian memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi sesuai dengan fakta dilapangan.
Kemudian validitas eksternal dalam penelitian kualitatif disebut transferabilitas. Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian.
Sedangkan reliabilitas menunjuk pada keterandalan alat ukur atau instrument penelitian reliabilitas. Stainback menyatakan bahwa reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan
79
stabilitas data atau temuan. Peneliti kualitatif lebih menekankan pada aspek validitas karena suatu realitas itu bersifat majemuk, dinamis sehingga tidak ada yang konsisten dan berulang seperti semua.
Penelitian ini, adapun untuk pengujian keabsahan datanya peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber menurut Patton dalam Moleong (2005: 330-331) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda alam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
80
Selain itu, peneliti pun melakukan membercheck, yaitu proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, tujuan
membercheck adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai
tandatangan sebagai bukti otentik bahwa penliti telah melakukan
membercheck. ( Moleong, 2005: 330-331 ).
3.8 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan dilakukan. Berikut ini merupakan jadwal penelitian Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang (Studi kasus program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang periode
2015-2016).
81
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
Waktu Penelitian No. Kegiatan 2016 2017 Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan 1 Pengajuan Judul 2 Observasi Awal 3 Penyusunan Proposal 4 Seminar Proposal 5 Revisi Proposal 6 Pengumpulan Data 7 Pengolahan dan Analisis data 8 Sidang Skripsi 9 Revisi Skripsi
82
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Deskripsi objek penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian yang diteliti dan memberikan deskripsi wilayah gambaran umum Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, gambaran umum Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, gambaran umum
Bidang Perencanaan Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang, gambaran umum Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas
Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, gambaran umum Seksi
Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang. Hal tersebut dipaparkan dibawah ini.
4.1.1 Gambaran Umum Desa Muara
Desa Muara adalah salah satu desa pesisir yang berada di
Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Wilayah Desa Muara
sangat strategis karena mempunyai kawasan diantara dua kota yaitu Kota
Tangerang dan DKI Jakarta. Letak geografis Desa Muara terletak pada
10o20’-106o43’ Bujur Timur dan 6o00’6o00’6o20’ Lintang Selatan. Luas
wilayah Desa Muara 505 Ha dan merupakan daerah daratan rendah
dengan ketinggian dari permukaan laut 40 m.
83
Secara administratif, Desa Muara terdiri dari 8 dusun, 8 RW dan
22 RT dengan berbatasan langsung dengan wilayah/ daerah lain yaitu:
Tabel 4.1
Batas Wilayah Desa Muara
Sebelah Utara Laut Jawa
Sebelah Timur Desa Lemo
Sebelah Selatan Desa Lemo
Sebelah Barat Desa Tanjung Pasir
( Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, 2016)
Jumlah penduduk Desa Muara pada tahun 2016 berjumlah 3494 jiwa dengan 1698 jiwa penduduk laki-laki dan 1796 jiwa penduduk perempuan dengan jumlah Kartu Keluarga 979.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Rukun Warga (RW) Jenis Thn Kelamin& 1 Jumlah Jumlah KK & 3 4 5 6 7 8 2 Perempuan 662 170 130 170 150 145 369 1796 2016 Laki-Laki 531 210 130 210 230 165 222 1698 Jumlah KK 265 125 100 115 95 90 189 979 (Sumber: Data Monografi Desa, 2016)
Penduduk Desa Muara mayoritas berasal dari suku betawi. Dengan
kata lain menjunjung tinggi Kulturalisme. Ini tak ubahnya dengan
84
kehidupan masyarakat Betawi di Jakarta zaman dahulu. Secara biologis,
mereka yang mengaku sebagai orang betawi adalah hasil perkawinan dari
campuran aneka suku dan bangsa. Mereka adalah hasil perkawinan antar
etnis dan bangsa di masa lalu. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan
berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta.
Dilihat dari agamanya, di Desa Muara mayoritas menganut agama islam
dengan jumlah presentase 87% dan adat istiadat yang dianut ditengah
masyarakat senantiasa berkaitan dengan agama yang dianut dapat dilihat
dari sarana peribadatan di Desa Muara dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Sarana Peribadatan Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang
Sarana Peribadatan Jumlah Masjid 2 Mushola 8 Majelis Ta'lim 6 Sarana Peribadatan 0 Lainnya (Sumber: Data Monografi Desa, 2016)
Sarana pendidikan sangat penting dalam dunia pendidikan karena sebagai alat penggerak suatu pendidikan. Sarana dan prasarana dapat pendidikan berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu wilayah tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sarana pendidikan yang berada di Desa Muara:
85
Tabel 4.4
Sarana Pendidikan di Desa Muara
Sarana Pendidikan Jumlah PAUD 2 SD Negeri 3 SLTP Terbuka 1 SLTA 0 (Sumber: Data Monografi Desa,2016)
Sarana dan prasarana ekonomi masyarakat dapat berguna untuk mendukung penyelenggaraan proses perekonomian masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu wilayah tertentu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.sarana perekonomian pada Desa Muara:
Tabel 4.5
Sarana Perekonomian di Desa Muara
Sarana Perekonomian Jumlah Koperasi 2 Pasar 0 Kedai 32 Kios Kelontong 5 Bengkel 6 Toko 2 Percetakan/Sablon Material Swalayan Supermall 0 Penggadaian Bank BRI Bank Swasta Pos Giro (Sumber: Data Monografi Desa, 2016)
86
4.1.2 Keputusan Bupati Tangerang Nomor 902/Kep.172-HUK/2017
tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada
Kegiatan Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya Tahun
Anggaran 2017
Keputusan Bupati Tangerang Nomor 902/Kep.172-HUK/2017 tentang Pembentukan Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan
Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya Tahun Anggaran 2017 menetapkan:
1. Membentuk Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan
Fasilitasi Pembangunan Kawasan Budidaya Tahun Anggaran
2017, dengan susunan keanggotaan sebagaimana berikut:
a. Pengarah : Sekretaris Daerah Kabupaten
Tangerang.
b. Penanggung Jawab : Kepala Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang
c. Wakil Ketua : Kepala Bidang Pengembangan
Kelembagaan Perikanan pada Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang
d. Sekretaris : SM. A. Hari Mahardika, S.Pi
e. Anggota :
1) Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
87
2) Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang
3) Kepala Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup
dan Kebersihan Kabupaten Tangerang
4) Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang
5) Kepala Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Budidaya
pada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
6) Kepala Bidang Pengembangan Budidaya Dinas Perikanan
Kabupaten Tangerang
7) Kepala Seksi Kawasan Budidaya pada Dinas Perikanan
Kabupaten Tangerang
Tim sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu, mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Pengarah
a. Merekomendasikan kebijakan untuk berkelanjutan pelaksanaan
kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;
b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran,
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/
kelurahan.
2) Penanggungjawab
88
a. Merekomendasikan keberlanjutan pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;
b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/
kelurahan.
3) Wakil Ketua
a. Melakukan identifikasi permasalahan prioritas berkaitan dengan
aspek manusia, usaha, sumberdaya, infrastruktur/ lingkungan,
bencana dan perubahan iklim, serta kelembagaan desa sasaran;
b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/
kelurahan;
c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana diperlukan dalam
pelaksanaan dan keberlanjutan Pemberdayaan Sosial Budaya
Masyarakat Pesisir di daerah.
4) Sekretaris
a. Membantu Ketua Tim Kerja melakukan identifikasi
permasalahan prioritas berkaitan dengan aspek manusia, usaha,
sumberdaya, infrastruktur/ lingkungan bencana dan perubahan
iklim, serta kelembagaan desa sasaran;
b. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan,
pembimbingan, pengarahan, saran, dan bahan pertimbangan
dalam pelaksanaan kegiatan di desa/ kelurahan;
89
c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana diperlukan dalam
membantu Ketua Tim Kerja melaksanakan dan keberlanjutan
kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di
daerah;
d. Pengarsipan semua dokumen yang berkaitan dengan tim kerja.
5) Anggota
a. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan,
pembimbingan, pengarahan, saran dan bahan pertimbangan
dalam pelaksanaan kegiatan di desa/ kelurahan;
b. Melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya
Masyarakat Pesisir di daerah.
4.1.2.1 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang
Dinas Perikanan merupakan unsur pelaksana otonomi daerah
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Perikanan Kabupaten Tangerang sebagai lembaga teknis daerah
dibentuk sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor
11Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Tangerang.
Sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang
bertanggung jawab kepada Bupati Kabupaten Tangerang, Dinas
90
Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai tugas membantu
Bupati Kabupaten Tangerang dalam menyelenggarakan
Pemerintahan Daerah di Bidang Perikanan, sehingga keberadaan
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai arti penting
bagi masyarakat khususnya pada wilayah pesisir. a. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 106 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
Tugas
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai tugas
pokok yaitu perumusan kebijakan teknis bidang perikanan,
pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang perikanan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang
perikanan, pelaksanaan administrasi dinas perikanan dan
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Fungsi
1) Merumuskan program kerja Dinas Perikanan;
91
2) Mengkoordinasikan kebijakan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,
bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;
3) Membina kegiatan bidang pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, bidang
pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya, bidang
pengembangan dan kelembagaan perikanan;
4) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,
bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;
5) Menyelenggarakan kegiatan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,
bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan;
6) Mengevaluasi pelaksanaan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan pembudidaya,
bidang pengembangan dan kelembagaan perikanan; b. Susunan Organisasi Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 11
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
92
Kabupaten Tangerang dan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 106 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang terdiri dari 1
(satu) Kepala Dinas dan Sekretariat, 2 (dua) Sub Bagian, 3 (tiga)
Bidang, dan 6 (enam) seksi dan Unit Pelaksana Teknis (UPT).
1. Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang berkedudukan
dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi:
a. Tugas Pokok
Membantu Bupati merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan,
membina dan mengendalikan urusan pemerintahan di bidang
perikanan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas
pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah Daerah.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud,
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1) Merumuskan program kerja Dinas Perikanan;
2) Mengkoordinasikan kebijakan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan
93
pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan
kelembagaan perikanan;
3) Membina kegiatan bidang pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan, bidang pengelolaan dan pemberdayaan
pembudidaya, bidang pengembangan dan kelembagaan
perikanan;
4) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan
pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan
kelembagaan perikanan;
5) Menyelenggarakan kegiatan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan
pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan
kelembagaan perikanan;
6) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan
pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan
kelembagaan perikanan;
7) Melaporkan pelaksanaan bidang pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, bidang pengelolaan dan
pemberdayaan pembudidaya, bidang pengembangan dan
kelembagaan perikanan;
94
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris, mempunyai
tugas pokok melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan,
koordinasi, pembinaan dan pengendalian Sekretariat Dinas.
Sekretariat membawahi 2 (dua) sub bagian, masing-masing
sub bagian bertanggung jawab kepada Sekretaris.
a. Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan
Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan mempunyai tugas pokok
merencanakan kegiatan perencanaan dan keuangan dinas.
b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan kegiatan bidang umum dan
kepegawaian.
3. Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Nelayan
Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Nelayan dipimpin
oleh Kepala Bidang dan mempunyai tugas pokok penyiapan
rumusan kebijakan teknis kegiatan terkait pengembangan sarana
nelayan, pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, penyiapan
rencana dan program kerja kegiatan terkait pengembangan sarana
nelayan, pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, penyiapan
pengendalian kegiatan terkait pengembangan sarana nelayan,
pengelolaan dan pemberdayaan nelayan, penyiapan bimbingan
95
kegiatan terkait pengembangan sarana nelayan, pengelolaan dan
pemberdayaan nelayan, pengelolaan administrasi kegiatan terkait
pengembangan sarana nelayan, pengelolaan dan pemberdayaan
nelayan.
Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Nelayan
membawahi 2 (dua) seksi yaitu:
a. Seksi Pengembangan Sarana Nelayan
Seksi Pengembangan Sarana Nelayan mempunyai tugas pokok
yakni melakukan penyusunan kegiatan bidang pengembangan
sarana nelayan.
b. Seksi Pengelolaan, Pemberdayaan dan Perlindungan Nelayan
Seksi Pengelolaan, Pemberdayaan dan Perlindungan Nelayan
mempunyai tugas pokok melakukan penyusunan kegiatan
pengelolaan, pemberdayaan dan perlindungan nelayan.
4. Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya
Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya
dipimpin oleh Kepala Bidang dan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,
melaksanakan pembinaan dan pengendalian bidang pengelolaan
dan pemberdayaan pembudidaya.
Bidang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pembudidaya
membawahi 2 (dua) seksi yaitu:
96
a. Seksi Teknologi Produksi dan Usaha Budidaya
Seksi Teknologi Produksi dan Usaha Budidaya mempunyai tugas
melakukan penyusunan kegiatan teknologi produksi dan usaha
budidaya. b. Seksi Pemberdayaan Pembudidaya dan Pengelolaan Kawasan
Budidaya c. Seksi Pemberdayaan Pembudidaya dan Pengelolaan Kawasan
Budidaya mempunyai tugas melakukan penyusunan kegiatan
Pemberdayaan, Pembudidaya dan Pengelolaan Kawasan Budidaya.
5. Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan
Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan
dipimpin oleh Kepala Bidang dan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan dan pengendalian Bidang Pengembangan dan
Kelembagaan Perikanan.
Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan
membawahi 2 (dua) seksi yaitu:
a. Seksi Teknologi Hasil Perikanan
Seksi Teknologi Hasil Perikanan mempunyai tugas melakukan
penyusunan kegiatan teknologi hasil perikanan.
97
b. Seksi Akses Pasar, Permodalan dan Kelembagaan
Perikanan
Seksi Akses Pasar, Permodalan dan Kelembagaan Perikanan
mempunyai tugas melakukan penyusunan kegiatan akses
pasar, permodalan dan kelembagaan perikanan.
6. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Unit Pelaksana Teknis melaksanakan kegiatan teknis
operasional/ kegiatan teknis penunjang dilingkungan Dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas. Unit Pelaksana Teknis dibentuk berdasarkan kriteria adanya
pekerjaan yang bersifat teknis operasional karena wilayah kerja
atau karena jam tertentu.
4.1.2.2 Gambaran Umum Bidang Perencanaan Ekonomi
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Daerah Kabupaten Tangerang
Bidang perencanaan ekonomi adalah salah satu bidang
yang berada di Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang sebagaimana Peraturan Bupati No 109
Tahun 2016 tentang kedudukan, susunan organisasi, tugas pokok
dan fungsi, serta tata kerja Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Tangerang yang berkedudukan dibawah dan
98
bertanggung jawab kepada Kepala Badan. Bidang perencanaan
ekonomi dipimpin oleh kepala bidang dengan membawahi Sub
bidang ketahanan pangan dan pemberdayaan masyarakat, sub
bidang investasi dan usaha daerah, dan sub bidang tugas
pembantuan dan kerja sama.
Bidang perencanaan ekonomi mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi,
pembinaan dan pengendalian bidang ketahanan pangan dan
pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta tugas
pembantuan dan kerjasama. Dalam melaksanakan tugas, Bidang
perencanaan ekonomi mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Penyiapan rumus kebijakan teknis bidang ketahanan pangan dan
pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta
tugas pembantuan dan kerjasama;
2) Penyiapan rencana dan program bidang ketahanan pangan dan
pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta
tugas pembantuan dan kerjasama;
3) Penyiapan pengendalian program ketahanan pangan dan
pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta
tugas pembantuan dan kerjasama;
99
4) Penyiapan bimbingan pelaksanaan program ketahanan pangan
dan pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha daerah serta
tugas pembantuan dan kerjasama;
5) Pengelolaan administrasi pelaksanaan program ketahanan
pangan dan pemberdayaan masyarakat, investasi dan usaha
daerah serta tugas pembantuan dan kerjasama.
4.1.2.3 Gambaran Umum Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas
Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang
Seksi perencanaan tata ruang adalah salah satu seksi pada
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang yang bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Tata Ruang sebagaimana
Peraturan Bupati Tangerang Nomor 101 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, Serta Tata Kerja
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang.
Seksi perencanaan tata ruang di pimpin oleh Kepala Seksi.
Kepala seksi perencanaan mempunyai tugas pokok melakukan
penyusunan kegiatan perencanaan tata ruang. Dalam melaksanakan
tugas, kepala seksi perencanaan tata ruang mempunyai rincian
tugas: a. Merencanakan kegiatan perencanaan tata ruang berdasarkan
rencana strategis;
100
b. Membimbing pelaksanaan kegiatan perencanaan tata ruang yang
meliputi penyiapan bahan dan konsep kebijakan dalam rangka
penyusunan dan atau evaluasi rencana rinci tata ruang sesuai
dengan peraturan yang berlaku, pengendalian pemanfaatan ruang,
pelaksanaan sosialisasi peraturan yang berkaitan dengan penataan
ruang sebagai perwujudan penyebarluasan informasi penataan
ruang; c. Menyiapkan konsep surat keterangan peruntukkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku sebagai perwujudan kesesuaian
pengembangan wilayah dengan rencana tata ruang; d. Membagi tugas pelaksanaan kegiatan kepada bawahan pada
lingkup seksi perencanaan tata ruang sesuai dengan keahlian yang
dimiliki; e. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan perencanaan tata ruang; f. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pada lingkup seksi
perencanaan tata ruang; dan g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
terkait dengan tugas dan fungsinya.
4.1.2.4 Gambaran Umum Seksi Konservasi, Rehabilitasi Lahan
Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang
101
Sesuai dengan Peraturan Bupati Tangerang Nomor: 147 Tahun
2017 Tentang Tugas Pokok, Rincian Tugas dan Tata Kerja Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang, Seksi
Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati
mempunyai fungsi melaksanakan penyusunan konservasi, rehabilitasi
lahan kritis dan keanekaragaman hayati dan dipimpin oleh kepala
seksi. Selain melaksanakan fungsi, Kepala Seksi Konservasi,
Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati juga
mempunyai tugas, antara lain: a. Merencanakan kegiatan konservasi, rehabilitasi lahan kritis dan
keanekaragaman hayati sesuai dengan program seksi konservasi,
rehabilitasi lahan kritis fan keanekaragaman hayati sebagai pedoman
pelaksanaan tugas; b. Melakukan pemantauan dan pengawasan pelaksanaan konservasi
keanekaragaman hayati; c. Menyelesaikan konflik dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati; d. Mengembangkan sistem informasi dan pengelolaan database
keanekaragaman hayati; e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi serta pelaporan
penyelenggaraan sub bidang konservasi dan rehabilitasi lahan kritis
dan keanekaragaman hayati; f. Mengevaluasi hasil kegiatan pelaksanaan seksi konservasi dan
rehabilitasi lahan kritis dan keanekaragaman hayati;
102
g. Membuat laporan hasil kegiatan seksi konservasi dan rehabilitasi
lahan kritis dan keanekaragaman hayati;
h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
terkait dengan tugas dan fungsinya.
4.2 Deskripsi Data
4.2.1 Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat
dari hasil penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori
pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu menurut Dahuri (2008:12) ,
teori tersebut menggambarkan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu
adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua
atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (
pembangunan ) secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah
pesisir secara berkelanjutan.
Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi:
sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Mengingat bahwa suatu
pengelolaan terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, implementasi,
monitoring, dan evaluasi. Maka jiwa atau nuansa keterpaduan tersebut
perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi. Dalam
penelitian mengenai Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara
Kecamatan Teluk Naga (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016) ini metode penelitian yang
103
digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif sehingga data yang diperoleh bersifat deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi lapangan dan dokumentasi. Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan yang berupa dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari informan penelitian yang telah ditetapkan. Selanjutnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisis datanya pun peneliti melakukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, bahwa dalam proses analisa dalam penelitian ini yaitu menggunakan proses analisis data dari Prasetya Irawan yang terdiri dari pengumpulan data mentah, transkip data yakni catatan hasil wawancara diubah kebentuk tertulus seperti apa adanya ( verbatim ), pembuatan koding, kategorisasi data yaitu mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-konsep atau kata-kata kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori, selanjutnya membuat penyimpulan sementara, memakai teknik triangulasi bertujuan untuk memperkuat temuan-temuan dengan proses check and recheck antara satu sumber data dengan sumber lainnya berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda alam penelitian kualitatif dan terkahir membuat kesimpulan akhir Apabila temuan yang dihasilkan peneliti dapat terjamin validitasi yang dimana hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas yang tinggi bilamana para pembaca memperoleh gambaran dan
104
pemahaman yang jelas tentang konteks dan focus penelitian dan dilakukan reabilitasnya dengan melakukan membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa penliti telah melakukan membercheck.
4.2.2 Deskripsi Informan
Deskripsi informan yaitu menggambarkan secara umum informan- informan yang diambil yang bersifat purposive sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga data dan informasi yang diambil mencapai titik jenuh dalam penelitian kualitatif ini. Dalam sebuah penelitian sosial dengan metode kualitatif, informan menjadi salah satu hal yang sangat penting, informan sebagai sumber data kualitatif.
Adapun informan-informan yang peneliti tentukan adalah orang yang menurut peneliti adalah orang yang memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan demikian, dalam penelitian Pengelolaan
Wilayah Pesisir Desa Muara Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai Tahun 2015-2016) ini yang menjadi informan antara lain:
105
Tabel 4.6
Informan Penelitian
No Kode Nama Informan Keterangan
Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Ruslan Farid, 1 I Masyarakat Badan Perencanaan dan 1 S.P.,M.M Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang Kepala Bidang Pengembangan dan Hairul Latif, 2 I Kelembagaan Perikanan Dinas 2 A.Pi.,M.M Perikanan Kabupaten Tangerang Pelaksana Bidang pengembangan dan SM. Hari 3 I Kelembagaan Perikanan Dinas 3 Mahardika, S.Pi Perikanan Kabupaten Tangerang Kepala Seksi Perencanaan Tata 4 I4 Erni Nurlaeni Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang Kepala Seksi Konservasi, Rehabilitasi Lahan Kritis dan Endang Setiawan, 5 I Keanekaragaman Hayati Dinas 5 S.P Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang
6 I6 Mohamad Yasin Kepala Desa Muara
7 I7 Tamimah Relawan Desa Muara Kelompok Masyarakat Mangrove 8 I Aab 8 Desa Muara Kelompok Masyarakat Tambak Desa 9 I Yatno 9 Muara Kelompok Masyarakat Nelayan 10 I Sugeng 10 Tangkap Desa Muara
106
4.3 Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian
Pembahasan adalah langkah melakukan pemaparan lebih lanjut terhadap hasil analisis data yang telah dideskripsikan. Dalam pembahasan peneliti akan menguraikan pembahasan mengenai hasil penelitian yang didasari data yang didapat peneliti melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun pembahasan pada penelitian ini menggunakan teori Pengelolaan Wilayah Pesisir
Secara Terpadu menurut Dahuri (2008:12) dimana dalam teori Dahuri proses pengelolaan ini melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Dan bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari empat tahap utama: perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi.
4.3.1` Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Tahun 2015-
2016
Tahap awal dari proses perencanaan adalah dengan cara
mengidentifikasi dan mendefinisikan isu dan permasalahan yang ada, yang
menyangkut kerusakan sumber daya alam, konflik penggunaan,
pencemaran dimana perlu dilihat penyebab dan sumber permasalahan
tersebut, selanjutnya juga perlu diperhatikan sumber daya alam dan
ekosistem yang ada yang menyangkut potensi, daya dukung, status, tingkat
107
pemanfaatan, kondisi sosial ekonomi dan budidaya setempat seperti
jumlah dan kepadatan penduduk, keragaman suku, jenis mata pencaharian
masyarakat lokal, sarana dan prasarana ekonomi dan lain-lain. Berikut isu
yang berada di desa pesisir Kabupaten Tangerang:
Tabel 4.7
Isu Strategis Aspek Sumber Daya Alam & Lingkungan
Desa Pesisir Kabupaten Tangerang
Lokasi (Kecamatan/ Desa) No Isu Strategis . K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 1 Abrasi Pantai √ √ √ √ √ 2 Degradasi Ekosistem √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sampah dan Limbah 3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Domestic 4 Pencemaran Industri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5 Banjir √ √ √
(Sumber: Dinas Perikanan, 2017)
108
Tabel 4.8
Isu Strategis Aspek Perekonomian Wilayah Timur Kabupaten Tangerang
Lokasi (Kecamatan/ Desa) No Isu Strategis K5 K6 K7 K8 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Air laut yang digunakan sebagai input produksi 1 √ √ √ √ √ √ √ bandeng tercemah limbah
Permodalan untuk pengembangan koperasi 2 √ √ √ √ √ √ nelayan masih sangat minim Pemahaman dan keterampilan masyarakat pantai (petani dan 3 √ √ √ √ √ √ √ nelayan) dalam mengelola koperasi masih sangat terbatas Lahan untuk budidaya ikan bandeng dan rumput 4 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ laut merupakan properti perusahaan Pantai dan perairan pesisir banyak dipenuhi 5 √ √ √ √ √ oleh sampah, bambu dan limbah rumah tangga Permodalan untuk pengembangan usaha 6 pengolahan bandeng √ presto terkendala oleh ketersediaan modal Pengolahan pupuk kandang sapi masih berskala rumah tangga 7 √ dan memerlukan suntikan modal untuk pengembangan usahanya
(Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, 2017)
109
Tabel 4.9
Isu Strategis Aspek Infrastruktur Dasar Wilayah Timur Kabupaten
Tangerang
Lokasi (Kecamatan/Desa) No Isu Strategis K5 K6 K7 K8 12 13 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Sarana Publik 1 Tempat Pemakaman Umum √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 2 Kantor Desa (rehab) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 Pos kesehatan/ Posyandu √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sarana Prasarana Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan 4 MCK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 5 Bak Sampah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 6 Tempat Pembuangan Sampah √ √ √ √ √ √ √ √ 7 Drainase (SPAL) √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 8 Sarana Air Bersih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sarana Prasarana Ekonomi 9 Saluran Irigasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sarana Prasarana Pendidikan 10 Gedung PAUD √ √ √ √ √ √ √ 11 Gedung TPA √ √ √ √ √ √ 12 Bangunan TK √ √ √ √ √ √ 13 Pembangunan Sekolah (SD-SMP) √ √ √ √ √ √ √ √ √ 14 Perpustakaan √ √ Sarana Peribadatan 15 Majelis Taklim √ √ √ √ √ √ √ √ √ 16 Mushola √ √ √ √ √ √ √ √ 17 Masjid (rehab) √ √ √ √ √ √ √ √ Sarana Transportasi & Perhubungan 18 Pembangunan Jembatan √ √ √ √ √ √ √ √ 19 Jalan Lingkungan/ Poros Kampung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 20 Jalan Desa √ √ √ √ √ √ √ √ 21 Jalan Pavin Blok √ √ √ √ √ √ √ √
(Sumber: Dinas Perikanan, 2017)
110
Keterangan Tabel:
K1 : Kecamatan Mekarbaru
1 : Desa Jenggot
K2 : Kecamatan Kronjo
2 : Desa Kronjo
3 : Desa Pagedangan Ilir
4 : Desa Muncung
K3 : Kecamatan Kemiri
5 : Desa Patra Manggala
6 : Desa Lontar
7 : Desa Karanganyar
K4 : Kecamatan Mauk
8 : Desa Mauk Barat
9 : Desa Ketapang
10 : Desa Tanjung Anom
11 : Desa Marga Mulya
K5 : Kecamatan Sukadiri
12 : Desa Karang Serang
13 : Desa Surya Bahari
111
14 : Desa Kohot
15 : Desa Sukawali
16 : Desa Kramat
K7 : Kecamatan Teluk Naga
17 : Desa Tanjung Burung
18 : Desa Tanjung Pasir
19 : Desa Muara
20 : Desa Lemo
K8 : Kecamatan Kosambi
21 : Desa Kosambi Barat
22 : Desa Kosambi Timur
23 : Desa Salembaran Jaya
24 : Desa Salembaran Jati
25 : Desa Dadap
Kabupaten Tangerang memiliki salah satu program pembangunan unggulan, yang dikenal dengan GERBANG MAPAN (gerakan pembangunan masyarakat pantai). Program GERBANG MAPAN dirancang, direncanakan, dan dilaksanakan secara matang dengan tahapan dan indikator yang jelas dan terukur, sehingga program tersebut dipahami dan mudah dilaksanakan oleh pelaksana dan penerima manfaat yaitu
112
aparat pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu, program Gerbang
Mapan mempunyai arti penting bagi masyarakat khususnya masyarakat pesisir.
Adapun dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dalam program gerbang mapan menetapkan tujuan program
Gerbang Mapan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh I3, menjelaskan tujuan diadakan program gerbang mapan sebagai berikut:
“Program Gerbang Mapan merupakan salah satu program unggulan dari Bupati Tangerang untuk mengatasi permasalahan dan isu di wilayah pesisir termasuk Desa Muara dengan tujuan mempercepat penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan memberdayakan masyarakat di wilayah pesisir.”
Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dengan adanya program Gerbang Mapan untuk mengatasi isu dan permasalahan yang berada di desa dengan menyediakan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian masyarakat dan memberdayakan masyarakat pesisir sendiri.
Selanjutnya dijelaskan oleh I4 sebagai berikut:
“Program Gerbang Mapan adalah program unggulan Bupati
Tangerang yang ditujukan untuk wilayah desa pesisir dan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang salah satunya memang di Desa Muara pada
Kecamatan Teluk Naga untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
113
pada desa pesisir dengan mengadakan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.”
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program Gerbang Mapan adalah program unggulan Bupati Tangerang yang memang ditujukan untuk wilayah pesisir mengatasi permasalahan yang berada dalam desa pesisir dengan mengadakan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.
Dari kedua hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan program Gerbang Mapan adalah salah satu program unggulan Bupati
Tangerang yang mengatasi permasalahan-permasalahan pada wilayah pesisir salah satunya Desa Muara dengan mempercepat penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.
Hal ini juga senada dengan pernyataan I1 menjelaskan:
“Gerbang Mapan ini ialah untuk masyarakat pantai dengan mendapatkan pemberdayaan baik untuk perekonomiannya maupun sarana prasarana dan memang salah satunya Desa Muara yang dipilih yang berada di Kecamatan Teluk Naga dalam program pembangunan masyarakat pantai ini.”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa tujuan program Gerbang Mapan ialah memang untuk masyarakat pantai dalam hal infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat.
114
Hal ini dipertegas oleh Kepala Bidang Pengembangan dan
Kelembagaan Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang (I2), mengatakan:
“ Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pesisir termasuk Desa Muara.
Program GERBANG MAPAN ini memang dari permasalahan dan isu yang kami lakukan survey lapangan salah satunya Desa Muara dengan kami melihat dari kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa.
Gerbang Mapan memang difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar yang memadai yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, dikuatkan melalui pemberdayaan masyarakat desa agar dapat melakukan perlindungan, dengan dari kesadaran masyarakat pesisir itu sendiri yang harus menjaga ekosistem pesisir.”
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa dengan adanya program Gerbang Mapan untuk mengatasi dari permasalahan dan isu dengan dilakukannya survey lapangan di desa melihat dari kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa.
Dari empat hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penetapan tujuan-tujuan pengelolaan wilayah pesisir dalam program Gerbang Mapan adalah dengan melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa. Pada
115
program Gerbang Mapan diatasi dengan tersedianya infrastruktur dasar masyarakat desa pesisir yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat secara signifikan di desa, efektifnya program pemberdayaan masyarakat di desa pesisir agar masyarakat sendiri dapat melakukan perlindungan dari kesadaran menjaga ekosistem pesisir.
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang mengadakan program
Gerbang Mapan untuk mengatasi permasalahan dan isu yang berada di wilayah pesisir termasuk pada Desa Muara. Untuk mencapai tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir dalam program Gerbang Mapan ditetapkan strategi dalam pelaksanaannya.
Hal ini disampaikan oleh I4 berikut:
“Yang saya tahu dalam strategi yang digunakan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini adalah Integrated
Management Coastal yaitu dari Partnership for Environmental
Management South East Sea (PEMSEA) yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui strategi yang digunakan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini adalah Integrated Management Coastal yaitu dari Partnership for
Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang terdapat
116
pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.
Hal ini juga disampaikan oleh I3 berikut:
“Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja
(framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari
Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.
Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental Management in The
Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu Aspek Tata Kelola.
Aspek ini terdiri dari 6 elemen dasar yaitu Kebijakan ,strategi dan perencanaan aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan
Penyadaran public, Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan dan pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Yang kedua yaitu aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat, pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air, ketahanan pangan dan manajemen mata
117
pencaharian, pengurangan polusi dan pengelolaan liimbah. Aspek- aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar dalam pelaksanaan
Gerbang Mapan, sehingga Gerbang Mapan akan berhasil jika telah menyelesaikan 11 elemen tersebut. Dengan harapan akhir dari Program
Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa- desa pesisir Kabupaten Tangerang secara optimal dan berkelanjutan termasuk Desa Muara.”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir dalam program Gerbang Mapan adalah dengan mengikuti alur kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental Management South East Sea
(PEMSEA) yang dikenal dengan Integrated Coastal Management system.
Dari kedua hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa strategi yang digunakan dalam program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang adalah alur kerangka kerja pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dari Partnership for
Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang biasa dikenal ICM SYSTEM yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola
118
dan aspek implementasi skema pembangunan. Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental Management in The Sea of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu Aspek Tata Kelola. Aspek ini terdiri dari
6 elemen dasar yaitu Kebijakan ,strategi dan perencanaan aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan penyadaran publik, mekanisme pendanaan yang berkelanjutan dan pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Yang kedua yaitu aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat, pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air, ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan polusi dan pengelolaan liimbah. Aspek-aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar dalam pelaksanaan Gerbang Mapan, sehingga Gerbang
Mapan akan berhasil jika telah menyelesaikan 11 elemen tersebut.
Dengan harapan akhir dari Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Tangerang secara optimal dan berkelanjutan termasuk Desa Muara.
Hal ini juga disampaikan oleh I1 berikut:
119
“Dalam Gerbang Mapan di desain mengikuti alur kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari
Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat di wilayah pantai utara
Kabupaten Tangerang yang difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang di dukung infrastruktur dasar memadai dan di kuatkan melalui pemberdayaan masyarakat desa.”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam menetapkan strategi Gerbang Mapan mengikuti alur kerangka kerja pembangunan berkelanjutan wilayah pesisir dari Partnership for
Environmental Management South East Sea (PEMSEA) untuk mempercepat infrastruktur masyarakat pantai di Kabupaten Tangerang dengan dilaksanakannya pengembangan ekonomi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I2 berikut:
“Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan, Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus
ICM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai, meliputi efisiensi ekonomi
(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
120
terpeliharanya kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan design by nature.”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam menetapkan strategi program Gerbang Mapan mengikuti skema siklus
ICM untuk mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai.
Dari kedua wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam menetapkan strategi dalam mencapai tujuan pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan ialah dengan ICM SYSTEM yang didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola (governance) dan aspek implementasi skema pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus
ICM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai, meliputi efisiensi ekonomi
(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, terpeliharanya kelestarian sumber daya alam sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan design by nature.
Dari keempat wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam menetapkan strategi dalam mencapai tujuan pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan ialah dengan ICM SYSTEM yang didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola (governance) dan aspek
121
implementasi skema pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental
Management in The Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu : a. Aspek Tata Kelola (Governance). Aspek ini terdiri dari 6 elemen
dasar yaitu:
1) Kebijakan (policy), Strategi dan Perencanaan
2) Aransemen kelembagaan
3) Legislasi
4) Informasi dan Penyadaran publik
5) Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan
6) Pengembangan kapasitas dan pengelolaan b. Aspek Pembangunan berkelanjutan (sustainable development
aspects), yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu :
1) Perlindungan dan pengelolaan Kerusakan Sumberdaya Alam dan
buatan (Man-made and natural hazard management and
protection)
2) Perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat (habitat
protection, restoration and management);
122
3) Pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air (water uses and
supply management)
4) Ketahanan pangan dan Manajemen Mata Pencaharian (food
security and livelihood),
5) Pengurangan polusi dan pengelolaan Limbah (pollution reduction
and waste management).
Gambar 4.1
Kerangka kerja ICM system sebagai sebagai dasar implementasi Program
Gerbang Mapan
(Sumber: Pemsea, 2003)
Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan,
Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus ICM. Enam
tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance
123
indikator yang ingin dicapai, meliputi : (1) efisiensi ekonomi
(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), (2) keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (3) terpeliharanya kelestarian sumber daya alam sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan (4) design by nature.
Sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang
Mapan adalah untuk masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang salah satunya masyarakat Desa Muara.
Hal ini disampaikan oleh I1:
“Sasaran tentunya masyarakat pesisir yang berada di Kabupaten
Tangerang salah satunya Desa Muara.”
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan adalah masyarakat pesisir yang berada di Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“Sasaran tentunya untuk masyarakat pesisir Kabupaten
Tangerang sendiri termasuk Desa Muara karena kami melakukan pembangunan infrastruktur dasar, membantu perekonomian dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk kemajuan wilayah pesisir
Kabupaten Tangerang.”
124
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan adalah untuk masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara. Dalam program Gerbang Mapan untuk pengelolaan wilayah pesisir dilakukannya pembangunan infrastruktur dasar, membantu dalam perekonomian dan diadakannya pemberdayaan masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I4:
“Sasaran itu sendiri untuk masyarakat Desa Muara ya mba karena pembantuan infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat untuk masyarakat Muara sendiri.”
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang Mapan dengan diberikannya bantuan infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat untuk masyarakat Desa Muara.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Sasaran bantuan untuk masyarakat Desa Muara sendiri diberikannya juga penyuluhan dan pelatihan agar mereka dapat memahami bantuan yang diberikan selanjutnya program pelatihan
Integrated Coastal Management ditujukan untuk perangkat desa agar dapat membina masyarakat lebih baik mengenai pengelolaan wilayah pesisir di desa.”
125
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan ditujukan untuk masyarakat Desa Muara termasuk organisasi perangkat desa.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah masyarakat Desa Muara dan organisasi perangkat desa agar dapat membina masyarakat lebih baik mengenai pengelolaan wilayah pesisir.
Dari keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran pada pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah masyarakat dengan diberikannya bantuan pembangunan infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat
Dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir program Gerbang
Mapan ini pihak yang terkait bukan hanya pada Dinas Perikanan saja.
Hal ini disampaikan oleh I2 yaitu:
“Pada perencanaan program Gerbang Mapan kami melibatkan seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir kabupaten tangerang sendiri salah satunya Desa
Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan
126
pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam perencanaan program Gerbang Mapan ini tidak hanya pada Dinas
Perikanan Kabupaten Tangerang tetapi melibatkan seksi perencanaan tata ruang Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang dan bidang perencanaan ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang.
Hal ini juga disampaikan oleh I3 yaitu:
“ Pada perencanaan program Gerbang Mapan seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir
Kabupaten Tangerang sendiri salah satunya Desa Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan pada Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang karena termasuk dalam tim anggaran pemerintah daerah.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa dalam perencanaan program Gerbang Mapan juga melibatkan seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui ruang wilayah desa pesisir di Kabupaten
Tangerang dan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang.
127
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang yang dilibatkan dalam perencanaan adalah Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang, Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang, dan
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang.
Hal ini disampaikan oleh I1 yaitu:
“Kalau kita BAPEDA di perencanaan sebatas sebagai koordinator pihak mana yang terlibat, BAPEDA koordinasikan dan BAPEDA terkait penganggaran. Penganggaran juga kita sesuai roadmapnya apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa dan mengerjakan apa kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah sejauh mana penganggarannya, BAPEDA kan termasuk dalam Tim
Anggaran Pemerintah Daerah jadi menentukan penganggarannya.
Perencanaan ada di Dinas Perikanan, kita hanya menginput, menghimbau bahwa program ini memang terintegrasi, terintegrasi artinya dikerjakan bareng-bareng.. ”
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa pada Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah dalam perencanaan program gerakan pembangungan masyarakat pantai sebagai koordinator dan terkait penganggaran.
Terkait terlibat dalam perencanaan hal ini juga disampaikan oleh
I4 yaitu:
128
“Saya ikut dalam Gerbang Mapan pada di perencanaan biasanya mengenai ruangnya. Dimana tempat yang bisa ditanam mangrove, ruang yang boleh untuk pemukiman dan pembangunan lainya agar memang sesuai ruangnya. Pada Desa Muara kan di Gerbang Mapan salah satunya menyelenggarakan konservasi mangrove , di kami kaitannya itu bener ga disini titiknya, datarannya apa? jadi kami hanya kesesuaian pada ruangnya saja sesuai di rencana ruang dan wilayah gitu mba.”
Gambar 4.2
Rencana Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang
(Sumber: Dinas Tata Ruang dan Wilayah,2017)
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Tata
Ruang dan Wilayah Kabupaten Tangerang dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai terkait letak ruang yang akan
129
digunakan atau dibangun dalam kegiatan program gerakan pembangunan masyarakat pantai sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah
Kabupaten Tangerang.
Pada keempat wawancara di atas, dapat peneliti simpulkan pihak yang terkait dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang yaitu Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Bidang Perencanaan
Ekonomi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang sebagai koordinator dan mengenai penganggaran dan Kepala
Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten
Tangerang berkaitan mengenai ruang.
Dalam pembuatan perencanaan program Gerbang Mapan pengelolaan wilayah pesisir haruslah berdasarkan kepentingan dan kebutuhan masyarakat agar program yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan fokus dalam membantu masyarakat untuk mensejahterakan masyarakat pesisir. Seperti yang dikatakan I1:
“Ya tentu kepentingan masyarakat karena sebelumnya dilakukan survey lapangan memang untuk melihat kondisi langsung dari kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa jadi apa yang dibutuhkan desa, masyarakat dianalisis dan dibuat perencanaan.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa perencanaan program Gerbang Mapan berdasarkan kepentingan
130
masyarakat dengan dilakukannya survey lapangan untuk melihat kondisi desa dan dianalisis sehingga dalam perencanaan sesuai dengan kebutuhan desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Dalam perencanaan pembuatan program Gerbang Mapan sudah pasti kita sesuai kebutuhan masyarakat karena kan kita mengunjungi desa-desa sasaran salah satunya Desa Muara di Kecamatan Teluk Naga setelah itu kami melakukan survey lapangan mengenai kondisi fisik,sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa, mengumpulkan data sosial ekonomi masyarakat, melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan desa dan kecamatan serta dengan masyarakat desa dari situ baru kami analisis dari data yang kami peroleh untuk dibuatnya pada perencanaan.”
Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa dalam pembuatan perencanaan dilakukan dengan survey lapangan untuk mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki pada desa sasaran salah satunya Desa Muara Kecamatan Teluk Naga.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan program Gerbang Mapan berdasarkan kepentingan masyarakat dengan dilakukannya survey lapangan untuk melihat kondisi desa, melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan desa dan
131
kecamatan serta dengan masyarakat desa dan dianalisis sehingga dalam perencanaan sesuai dengan kebutuhan desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“Kita menyusun perencanaan dari semua desa pesisir pantai di
Kabupaten Tangerang salah satunya Desa Muara, kita jabarkan setiap desa itu kebutuhannya apa? 5 tahun yang akan datang apa saja yang harus dibangun, apa saja yang dibutuhkan di desa kalau Muara ya Muara gitu.”
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan perencanaan sesuai dengan kebutuhan desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I4:
“Ya mba sudah pasti berdasarkan kepentingan masyarakat karena kan sebelumnya dilakukan survey lapangan untuk mengetahui permasalahan yang berada di desa.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan program Gerbang Mapan berdasarkan kepentingan masyarakat dengan dilakukannya survey lapangan untuk mengetahui permasalahan yang berada di desa.
132
Dari kedua wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa
perencanaan dalam program Gerbang Mapan untuk pengelolaan wilayah
pesisir memang berdasarkan kepentingan masyarakat dikarenakan
sebelumnya dilakukannya survey lapangan pada setiap desa sasaran salah
satunya Desa Muara yang untuk mengetahui kondisi fisik dan potensi
dalam desa tersebut.
Dari keempat wawancara, dapat peneliti simpulkan bahwa
perencanaan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai
berdasarkan kepentingan masyarakat dengan dilakukannya survey
lapangan untuk mengetahui kondisi fisik dan potensi dalam Desa Muara
sehingga yang direncanakan memang sesuai dengan yang dibutuhkan pada
Desa Muara.
Tabel 4.10
Perencanaan Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Desa Muara
Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa Muara No Perencanaan Program Dukungan Infrastruktur Dasar Desa Peningkatan Sarana dan Prasarana 1 Rehabilitasi Pos Kesehatan dan Posyandu Publik Peningkatan Sarana dan Prasarana Membuat sumur dan Penangunan air 2 Publik Sanitasi dan Kesehatan bersih komunal Lingkungan Peningkatan Sarana dan Prasarana Penyediaan kendaraan operasional 3 Ekonomi pengangkut sampah
133
Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa Muara No Perencanaan Program Perbaikan saluran irigasi pendalaman Peningkatan Sarana dan Prasarana sungai 4 Transportasi dan Perhubungan Pembangunan jembatan penghubung Wilayah Jalan desa Jalan paving blok jalan kampong Peningkatan Sarana dan Prasarana 5 Bedah rumah tidak layak huni Permukiman Dukungan Pemberdayaan Masyarakat Pelatihan Integrated Coastal Management perdesaan untuk aparat desa Penyiapan mitigasi desa pesisir dari Promosi Pengelolaan Pesisir 1 bencana Terpadu Pelatihan perencanaan desa partisipatif Bimbingan teknis pengelolaan dan pendayagunaan keuangan dan kekayaan desa Penyuluhan peningkatan produktifitas Aspek pemasaran dan pengolahan Peningkatan Kapasitas Masyarakat 2 Aspek ketahanan sosial budaya Desa Penyuluhan motivasi dengan Archievement Motivation Training Pelatihan manajemen usaha dan pemasaran Program Pengelolaan Lingkungan Pengembangan kelompok pengelolaan 3 Pesisir Berbasis Masyarakat pesisir berbasis masyarakat Penguatan Kelembagaan Ekonomi 4 Produk Unggulan Desa Masyarakat Inisiasi forum pemberdayaan masyarakat desa pesisir Pelatihan fasilitator pemberdayaan 5 Program Pendampingan masyarakat bagi pemuda dan tokoh masyarakat Forum konsultasi produktif dan bisnis
134
Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang pada Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Desa Muara No Perencanaan Program Pengembangan Tenaga Obat Keluarga Pelatihan keorganisasian kepemimpinan kader pemuda pesisir Program Pemberdayaan Keluarga, 6 Pelatihan keorganisasian kepemimpinan Pemuda dan Perempuan kader perempuan pesisir Pelatihan ketrampilan untuk kaum perempuan Program pesisir mengajar (Sumber: Dinas Perikanan, 2017).
Dalam pencapaian dari pengelolaan wilayah pesisir harus sesuai
dengan tahap-tahap pengelolaan, yaitu dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan sampai evaluasi. Dan didalam melaksanakan
tahapan tersebut perlu adanya keterpaduan dari berbagai sektor. Hal ini
disampaikan oleh I1:
“Memang pada program gerakan pembangunan masyarakat
pantai ini ada beberapa organisasi perangkat daerah yang terlibat bukan
hanya bapeda atau dinas perikanan saja tapi ada tata ruang yang
melokasikan ruang yang boleh tidaknya untuk pembangunan pada di desa
muara tersebut lalu ada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kan ada
aspek sosial, ekonomi, lingkungan dapat terpenuhi jadi ya harus terpadu
lalu apa yang dibutuhkan masyarakat desa dilakukannya sosialisasi agar
apa yang direncanakan memang kebutuhan mereka dan buat pengelolaan
pesisir menjadi lebih baik.”
135
Berdasarkan wawancara di atas bahwa perlu adanya keterpaduan dalam perencanaan dari berbagai sektor dan aspek untuk pengelolaan wilayah pesisir yang lebih baik.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“Dalam pembuatan perencanaan kami melakukan survey lapangan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan desa dan masyarakat desa nah kami kan dari perikanan tidak mengetahui mengenai kebersihan, lingkungan, dan sebagainya harus sesuai juga dengan rencana tata ruang dan wilayah jadi program ini berkoordinasi dengan dinas lain jadi memang harus adanya keterpaduan dengan semua pihak.”
Berdasarkan wawancara dengan I2 sangat perlu adanya keterpaduan dari perencanaan berbagai sektor agar perencanaan dapat dibuat dengan baik dilakukan oleh yang mengerti di bidangnya.
Dari kedua wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa keterpaduan dalam perencanaan dari berbagai sektor dan aspek dapat membuat perencanaan dengan baik yang diharapkan dapat melaksanakan pengelolaan juga lebih baik.
Hal ini juga disampaikan oleh I4:
“Terpadu, karena dengan kami saja kaitannya mengenai ruang yang akan dilaksanakan kegiatan agar memang sesuai dengan RTRW yang telah ada.”
136
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa terpadunya dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang dengan memperhatikan lingkungan dan keadaan yang terlibat seperti dalam tata ruang dan wilayah melibatkan seksi perencanaan Dinas Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten
Tangerang.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Dalam perencanaan ada Dinas Tata Ruang, BAPEDA dimana butuhnya keterpaduan seperti tata ruang untuk mengetahui ruang wilayah
Desa Muara, BAPEDA sebagai koordinator dan untuk masalah penganggaran karena termasuk ke dalam Tim Anggaran Pemerintah
Daerah jadi apa yang kami rencanakan, yang akan dilaksanakan memang disetujui oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa butuhnya keterpaduan dikarenakan terlibatnya beberapa organisasi perangkat daerah selain Dinas Perikanan yaitu Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang sehingga yang direncanakan dapat sesuai dengan ruang wilayah pada Desa Muara dan di setujui oleh tim anggaran pemerintah daerah.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa butuhnya keterpaduan dalam perencanaan program gerakan pembangunan
137
masyarakat pantai dikarenakan melibatkannya beberapa organisasi perangkat daerah.
Dari keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa perlu adanya keterpaduan dari perencanaan berbagai sektor agar perencanaan dapat dibuat dengan baik dilakukan oleh yang mengerti di bidangnya sehingga dapat membuat perencanaan dengan baik yang diharapkan dapat melaksanakan pengelolaan juga lebih baik.
Dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir adanya keterbukaan/ transparansi diperlukan agar berbagai pihak khususnya masyarakat desa muara dapat mengetahui pelaksanaaan atau perubahan yang akan dilaksanakan pada wilayahnya. Hal ini disampaikan oleh I3:
“Untuk perencanaan sendiri dalam program ini transparansi melalui kepala desa dan beberapa ada di media kabar cetak seperti koran kabupaten tangerang ya sehingga masyarakat pesisir termasuk muara dapat mengetahui dan membaca info tersebut.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan I3 transparansi yang dilakukan adalah adanya media sehingga masyarakat dapat mengetahui dan membacanya.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“saat kami melakukan survey lapangan sudah diwakili oleh kepala desa dan kelompok masyarakat yang berada didesa untuk mengetahui
138
kondisi dan kebutuhan masyarakat itu mba sebelum kami akan melaksanakan program juga kami mengundang kepala desanya terlebih dahulu karena tidak mungkin ya mbak kalau harus menemui masyarakat satu persatu gitu jadi kami melalui kepala desa sih transparansi perencanaannya.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2 transparansi dilakukan melalui kepala desa untuk menginformasikan mengenai program tersebut karena dianggap mewakili masyarakat satu desa.
Dari kedua wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa adanya transparansi/ keterbukaan dalam perencanan program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara melalui kepala desa dan tersedia dalam media cetak dan online sehingga masyarakat dapat mengetahui berjalannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini.
Hal ini juga disampaikan oleh I1:
“Untuk transparansi paling hanya melalui kepala desa mengenai perencanaan yang telah dibuat yang akan dilaksanakan di Desa.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi pada perencanaan yang akan dilaksanakan di Desa melalui kepala desa.
139
Hal ini juga disampaikan oleh I4:
“Kalau transparansi pasti dari kepala desa dan kelompok masyarakat yang di Muara ya mba sebagai perwakilan masyarakat 1
(satu) desa.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya transparansi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat di Desa Muara sebagai perwakilan masyarakat 1 (satu) desa.
Berdasarkan kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya transaparansi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat sebagai perwakilan masyarakat Desa Muara.
Berdasarkan keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya transparansi/ keterbukaan dalam perencanan program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara melalui kepala desa, kelompok masyarakat dan tersedia dalam media cetak dan online sehingga masyarakat dapat mengetahui berjalannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini.
Adapun dalam pembuatan perencanaan terdapat hambatan- hambatan. Hal ini disampaikan oleh I1:
“Hambatan paling kalau dari tim anggaran pemerintah daerah sering kali dihadapkan skala prioritas, lalu keterbatasan anggaran APBD
140
5 (lima) triliun tapi kenyataannya tidak bebas kami menentukan, dari pusat sudah ada pos jadi kami hanya mengandalkan dari PAD sebesar 1,7 triliun.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan adanya hambatan keterbatasan anggaran yang sudah ditentukan sehingga pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai mengandalkan dari pendapatan asli daerah.
Untuk perencanaan dalam menentukan ruang dan wilayah yang dibutuhkan tidak ada hambatan yang dialami. Hal ini disampaikan oleh I4:
“Hambatan di kami tidak ada sih mbak karena ruang yang diberikan untuk pelaksanaan program Gerbang Mapan memang sesuai dengan keadaan RTRW di Muara dimana dapat letak mangrove, permukiman/ bangunan itu aja sih mbak kalau dari tata ruang.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada hambatan yang dialami dari perencanaan mengenai ruang dan wilayah yang dibutuhkan sehingga perencanaan sudah dapat dilaksanakan sesuai ruang yang dibutuhkan.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hambatan hanya dari keterbatasan penganggaran. sehingga pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai mengandalkan dari pendapatan asli daerah.
141
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“Kalau hambatan selama ini tidak ada sih dari 2015-2016 dari kita jabarkan perencanaan apabila BAPEDA oke ya sudah kami jalankan.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hambatan yang dialami dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Tidak ada hambatan karena dalam perencanaan dibantu dengan baik oleh Dinas Tata Ruang lalu BAPEDA.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hambatan dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai karena terjalinnya komunikasi yang baik oleh Dinas
Tata Ruang dan Bangunan dan Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Tangerang.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hambatan sulit yang dialami dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai karena adanya komunikasi yang baik.
Dari keempat wawancara di atas hanya adanya hambatan dalam keterbatasan penganggaran sehingga pada program gerakan
142
pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang mengandalkan dari pendapatan asli daerah.
Berdasarkan uraian diatas yang terdapat pada indikator
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara (Studi Kasus
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang
Tahun 2015-2016) sudah maksimal. Dikatakan sudah maksimal dikarenakan perencanaan pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dengan melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan yang dimiliki desa sehingga perencanaan yang dibuat adalah perencanaan yang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat Desa Muara dan adanya transparansi yang dilakukan yakni melalui kepala desa dan terdapat dalam media cetak sehingga masyarakat mengetahui perencanaan pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai diwilayahnya. Hambatan yang dialami adalah mengenai keterbatasan penganggaran yang dapat di atasi dengan pendapatan asli daerah.
4.3.2 Pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten
Tangerang Tahun 2015-2016
Pada tahap pelaksanaan diperlukan kesiapan dari semua pihak yang terlibat didalamnya yaitu masyarakat itu sendiri maupun organisasi perangkat daerah yang terlibat dalam bertanggung jawab mengelola wilayah pesisir.
143
Hal ini disampaikan oleh I2:
“Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan
Pembangunan Kawasan Budidaya itu dibentuk organisasi perangkat daerah yang memang menangani namun untuk pengelolaan berada di desa sendiri ya masyarakat desanya karena mereka yang berada di desa tersebut dan yang mengelolanya.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa yang bertanggung jawab dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah orgnasisasi perangkat daerah dan masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan
Pembangunan Kawasan Budidaya memang pihak dari organisasi perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan sendiri, Bidang Perencanaan
Ekonomi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang, Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Tangerang. Kepala Seksi Perencanaan Tata
Ruang pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang sudah siap sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir di daerah selain
144
itu tentunya kesiapan dari pihak desa dan masyarakat desa sendiri yang terlibat dalam pengelolaan wilayah mereka untuk dari itu kami membuat pemberdayaan masyarakat agar mereka memahami dan mengetahui apa saja yang dapat merusak wilayahnya yang tidak boleh dilakukan dan penanggulangannya.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pihak yang terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah organisasi perangkat daerah, pihak desa dan masyarakat desa itu sendiri.
Hal ini juga disampaikan oleh I5:
“Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan
Pembangunan Kawasan Budidaya pihak dari organisasi perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan, bidang perencanaan ekonomi pada
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, seksi perencanaan tata ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan, bidang konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Tangerang.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi perangkat daerah yang terlibat dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup dan
145
Kebersihan Kabupaten Tangerang dan Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang.
Dari ketiga wawancara di atas dapat peneliti simpulkan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah organisasi perangkat daerah yaitu Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang dan Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, organisasi perangkat desa dan masyarakat desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I6:
“Pemerintah daerah dan masyarakat Desa Muara karena memang apabila masyarakat mengelola sendiri tanpa pemerintah tentu tidak akan bisa dari segi pengetahuan pengelolaan, materi untuk pengelolaan dan apabila pemerintah telah memberikan bantuan namun masyarakat tidak dapat mengelola juga percuma jadi ya harus berdampingan.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan pemerintah daerah dan masyarakat desa berdampingan dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Hal ini juga disampaikan oleh I8:
“Ya masyarakat desa tapi masyarakat desa juga kan banyak keterbatasan jadi dapat didukung oleh pemerintah daerah.”
146
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan yang mempunyai peran besar dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah masyarakat desa namun dengan keterbatasan yang dimiliki, dibutuhkannya pendampingan dari pemerintah daerah dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan masyarakat desa dan pemerintah daerah harus berdampingan dalam pengelolaan wilayah pesisir sehingga dapat mengelola wilayah pesisir yang terpadu.
Masyarakat dalam mengelola Desa Muara mempunyai peran yang besar. Seperti yang disampaikan oleh I2:
“Tentu masyarakat sebagai pengelola yang besar karena memang berada di desa dan bantuan yang kami berikan dalam program gerbang mapan ini memang untuk desa yang dipakai masyarakat agar dikelola dengan baik.”
Pada wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan pengelola yang utama karena berada di desa dan bantuan yang diberikan untuk masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I6:
“Masyarakat ya sebagai pengelola yang paling dominan ya karena yang berada di desa, melihat kondisi desa setiap hari.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah pengelola yang dominan karena berada di desa setiap hari.
147
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah pengelola yang mempunyai peran besar untuk wilayah
Desa Muara karena setiap hari berada di desa dan bantuan yang diberikan untuk masyarakat agar dapat mengelola Desa Muara menjadi lebih baik.
Hal ini juga disampaikan oleh I5:
“Masyarakat ya sebagai pengelola ya neng karena masyarakat mempunyai peran penting untuk Desa Muara sendiri karena apabila bukan masyarakat siapa lagi yang akan mengelola, percuma kalau missal dari pemerintah sudah berupaya memberikan ini itu kalau masyarakat tidak kelola dengan baik.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai peran terpenting dalam pengelola Desa Muara dikarenakan
Desa Muara merupakan daerah mereka.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Tentu menjadi pengelola yang besar karena merupakan penghuni
Desa Muara itu sendiri jadi yang bertanggung jawab mengelola Desa
Muara ya masyarakat Muara sendiri.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai pengelola yang besar karena merupakan masyarakat Desa Muara yang bertanggung jawab menjaga dan mengelola wilayahnya.
148
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai pengelola yang besar karena Desa Muara adalah tempat yang ditinggal yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.
Dari keempat wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai peran besar dalam mengelola Desa Muara karena
Desa Muara adalah tempat yang dihuni oleh mereka dan masyarakat berada di Desa Muara setiap hari yang selalu dapat melihat kondisi desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I9:
“Masyarakat sebagai pengelola karena yang di desa terus dapat melihat kondisi desa setiap hari.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai peran sebagai pengelola yang dapat melihat kondisi desa setiap hari.
Hal ini juga disampaikan oleh I8:
“Masyarakat sebagai pengelola yang utama karena yang berada di desa, melihat kondisi desa setiap hari.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai pengelola utama karena masyarakat tinggal di Desa Muara yang dapat melihat kondisi desanya setiap hari.
149
Hal ini juga disampaikan oleh I10:
“Masyarakat tentunya pengelola ya mba karena yang tinggal di desa yang merasakan baik buruknya dalam pengelolaan.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan masyarakat mempunyai peran sebagai pengelola karena masyarakat berada di Desa Muara yang merasakan dari baik atau buruknya dalam pengelolaan.
Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai peran pengelola utama dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara karena masyarakat berada di Desa Muara setiap hari yang dapat melihat kondisi desa dan masyarakat yang merasakan sendiri baik atau buruknya dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara.
Pada tahap implementasi/ pelaksanaan diperlukan kesamaan persepsi antara masyarakat lokal sehingga masyarakat benar-benar memahami rencana yang akan dilaksanakan selain itu juga diperlukan koordinasi dan keterpaduan antar sektor dan stakeholder yang ada sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau ego sektoral.
Hal ini disampaikan oleh I5:
“Koordinasi sangat diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih atau ego dari masing-masing sektoral supaya memang program selesai tepat waktu dan dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan namun dalam pelaksanaan kami mengalami hambatan
150
yaitu koordinasi. Dikarenakan kami juga mempunyai program unggulan yang memang harus kami kerjakan. Selain itu hambatan kami ialah pada masyarakat Desa Muara itu sendiri masih memiliki sifat curiga sehingga distribusi bantuan pun terhambat. Rendahnya sumber daya manusia pun pada Desa Muara berpengaruh dalam mencerna bantuan atau penyuluhan yang telah kami berikan.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi sangat diperlukan supaya tidak terjadinya tumpang tindih atau ego sehingga program dapat berjalan dengan baik namun adanya hambatan dari koordinasi dikarenakan setiap pelaksana organisasi perangkat daerah yang tidak dapat fokus 1 (satu) program dan koordinasi ke masyarakat yang memiliki sifat tidak percaya yang dapat menghambat distribusi bantuan.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“Kalau koordinasi memang jadi hambatan kami ya karena dari setiap organisasi perangkat daerah mempunyai program unggulan sendiri jadi terhambatnya pelaksanaan program ini tapi karena program dari organisasi perangkat daerah lain ada yang hampir sama jadi tidak begitu terlalu sulit.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi menjadi hambatan dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan
151
masyarakat pantai karena organisasi perangkat daerah mempunyai program unggulan sendiri.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Bahwa dalam program Gerbang Mapan memang program yang terintegrasi yang artinya dikerjakan bareng-bareng oleh sebab itu memerlukan koordinasi dan keterpaduan. Namun untuk mengkoordinasikan semua organisasi pemerintah daerah terkait memang sangat sulit dikarenakan mereka mempunyai pekerjaan masing-masing sehingga terjadinya pemunduran kegiatan yang merugikan waktu dan menumpuknya biaya.”
Dari ketiga wawancara diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa adanya masalah pada koordinasi karena setiap organisasi perangkat daerah mempunyai pekerjaan sendiri yang membuat mundurnya implementasi sehingga ruginya waktu dan biaya.
Dari wawancara I5 adanya masalah koordinasi ke masyarakat yang sulit dikarenakan adanya sifat curiga yang dapat menghambat kegiatan distribusi bantuan itu sendiri. Hal ini disampaikan oleh I10:
“Karena tidak adanya sosialisasi atau pemberitahuan terlebih dahulu sehingga kami tidak tau apa yang akan dilaksanakan dan manfaat dari bantuan itu apa.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kecurigaan masyarakat yang berakibat menghambat kegiatan distribusi karena tidak
152
adanya sosialisasi sehingga masyarakat tidak mengetahui yang akan dilaksanakan di wilayahnya dan manfaat dari bantuan tersebut.
Hal ini juga disampaikan oleh I6:
“Dalam program gerbang mapan terdapat pengadaan sarana air bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar si SDN
01 Muara namun disini memang hampir tidak ada adanya sosialisasi,penyuluhan atau pelatihan secara continue seperti sarana dan prasarana yang telah diberikan pada Desa Muara dalam program
Gerbang Mapan menjadi tidak berfungsi dengan baik dalam pemberian alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik tidak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Muara dikarenakan faktor minimnya pengetahuan mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme perkomposannya sehingga alat tersebut disimpan saja karena memang masyarakat tidak paham.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan I6 dapat disimpulkan bahwa sosialisasi, penyuluhan atau pelatihan secara continue penting dilaksanakan untuk masyarakat Desa Muara agar pengelolaan wilayah pesisir dapat berjalan dengan baik dan bantuan yang telah diberikan dapat dimanfaatkan secara maksimal mengingat pada Desa Muara rendahnya sumber daya manusia.
153
Tabel 4.11
Jumlah Penduduk Desa Muara Berdasarkan Pendidikan
NO TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH (ORANG)
1 Sarjana 11 2 SLTA 85 3 SMP 98 4 SD 180 5 Tidak Tamat SD 455 6 Usia 7-45 Th tidak sekolah 1990 7 Belum Sekolah 675 (Sumber: Data Monografi Desa, 2016)
Koordinasi yang dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat merupakan kegiatan penting dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa
Muara sehingga berbagai kepentingan bertemu atas nama pembangunan daerah pesisir. Hal ini disampaikan oleh I2:
“Koordinasi kami melalui kepala desa, perangkat desa, dan disana terdapat kelompok masyarakat ya karena tidak selalu memungkinkan kami langsung dengan masyarakat gitu.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya koordinasi dari pihak pemerintah daerah dan masyarakat yaitu melalui kepala desa, organisasi perangkat desa, dan kelompok masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Kami melakukan koordinasi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat yang berada di Desa Muara saja karena tidak memungkinkan juga kami dapat koordinasi masyarakat satu persatu.”
154
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan melalui kepala desa dan kelompok masyarakat.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kepala desa, organisasi perangkat desa dan kelompok masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I5:
“Koordinasi melalui kepala desa dan kelompok masyarakat yang berada di Desa Muara neng jadi memang tidak secara langsung ya palingan kalau ada penyuluhan saja.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang digunakan antara pemerintah daerah dan masyarakat tidak langsung hanya melalui kepala desa dan kelompok masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I6:
“Untuk koordinasi melalui saya dan kelompok masyarakat disini untuk menyampaikan mengenai gerbang mapan baik dari perencanaan sampai pelaksanaan.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat adalah kepala desa dan kelompok masyarakat dari perencanaan sampai pelaksanaannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat memang secara tidak langsung yaitu melalui kepala desa dan kelompok masyarakat dari perencanaan
155
sampai pelaksanaannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai.
Hal ini juga disampaikan oleh I10:
“Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat dan kepala desa itu sendiri untuk memudahkan sebagai perantara berkomunikasi dengan masyarakat.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang dilakukan antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kepala desa dan kelompok masyarakat bertujuan sebagai perantara untuk kemudahan komunikasi.
Hal ini juga disampaikan oleh I9:
“Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala desa.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi yang digunakan antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kelompok masyarakat dan kepala desa.
Hal ini juga disampaikan oleh I8:
“Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala desa mengenai gerbang mapan dari perencanaan, pelaksanaan dan kami juga dilibatkan dalam pengawasan.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat melalui kepala desa dan kelompok
156
masyarakat. Kelompok masyarakat juga dilibatkan pengawasan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai.
Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai melalui kepala desa dan kelompok masyarakat sebagai perantara komunikasi.
Bantuan dari pemerintah dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir untuk menunjang berjalannya pengelolaan dan berjalannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara. Hal ini disampaikan oleh I5:
“Pada tahun 2015 di Desa Muara terdapat pengadaan sarana air bersih komunal sebanyak 2 (dua) unit neng dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat pesisir karena masalah pada desa pesisir umumnya termasuk Desa Muara memang kesulitan mendapatkan air bersih lalu pada tahun 2016 pengadaan filter air dan reverse osmosis di desa muara masing-masing 1 (satu) unit agar kualitas air dapat layak dikonsumsi.”
Berdasarkan wawancara dengan I5 program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dilaksanakan pengadaan sarana air bersih sebanyak 2 (dua) unit, pengadaan filter air dan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu).
157
Gambar 4.3
Pengadaan Sarana Air Bersih di Desa Muara
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
“Bantuan yang telah diberikan pada program ini untuk Desa
Muara adalah infrastruktur berupa penyuluhan dalam bidang hybrid engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove lalu terdapat jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaan air bersih sebanyak 2 (dua unit). Untuk pemberdayaan masyarakat kami membentuk tiga kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus-september 2015 dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dan prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan, pencarian benih, pembibitan, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima
158
puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng.
Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal
Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga yang dilaksanakan setiap hari sabtu.”
Gambar 4.4
Pelatihan Ekosistem Mangrove Di Desa Muara
Berdasarkan wawancara dengan I2 pada Desa Muara telah diberikannya bantuan dari segi infrastruktur, laporan penguatan ekonomi dan pemberdayaan sosial budaya dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015 dan 2016.
159
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Bantuan yang diberikan untuk Desa Muara penyuluhan dalam bidang hybrid engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove, terdapat jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaaan air bersih sebanyak 2 (dua) unit. Untuk pemberdayaan masyarakat kami membentuk tiga kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus- september 2015 dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dam prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan, pencarian benih, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng.
Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal
Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga yang dilaksanakan setiap hari sabtu.”
Berdasarkan wawancara di atas bantuan yang telah diberikan untuk
Desa Muara tahun 2015-2016 telah terlaksana segi infrastruktur dasar, penguatan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat.
160
Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan yang diberikan untuk Desa Muara diberikannya bantuan dari segi infrastruktur, laporan penguatan ekonomi dan pemberdayaan sosial budaya dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015 dan
2016.
Selain itu terlaksananya pemberdayaan masyarakat salah satu dari program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang yang dilakukan di Desa Muara adalah program pesisir mengajar. Pesisir mengajar bertujuan menanamkan pengajaran sejak dini mengenai wilayah pesisir supaya anak-anak pesisir mencintai wilayahnya sehingga yang diharapkan dapat menjaga dan tidak merusak yang dimiliki desa pesisir.
Hal ini disampaikan oleh I7:
“Dalam program gerbang mapan terdapat pesisir mengajar mba jadwal mengajar dilakukan seminggu sekali pada setiap sabtu di SDN 01
Muara agar tidak mengganggu pelajaran saat mereka sekolaj. Yang kami ajarkan beberapa materi pelajaran, setiap sebulan sekali ada kegiatan gemar makan ikan yang dimaksudkan anak-anak pesisir dapat menyukai makan ikan namun ikan yang dipakai untuk kegiatan tersebut beli catering bukan dari hasil yang dimiliki pada wilayah tersebut dan setiap 3 (tiga) bulan dilakukan pengajaran kelapangan untuk penanaman mangrove yang diharapkan anak-anak dapat menanam, menjaga mangrove bukan merusak.”
161
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pesisir mengajar selain materi pelajaran yang menjadi kegiatan tersebut, terdapat makan ikan dan penanaman mangrove yang diharapkan bahwa anak-anak pesisir dapat diajarkan mencintai wilayah pesisir itu sendiri.
Hal ini juga disampaikan oleh I5:
“Pesisir mengajar adalah salah satu kegiatan kami dalam pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari penanaman mangrove, mencintai makan ikan. Hal ini perlu ditanam dari jiwa sejak dini agar mereka sudah mengetahui dan menyukai apa yang ada pada wilayah mereka, agar mereka dapat menjaga itu.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pesisir mengajar merupakan salah satu dari pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menanamkan kecintaan pada wilayah pesisir sejak dini.
Gambar 4.5
Pesisir Mengajar di Desa Muara
162
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai tahun 2015 dan 2016 telah memberikan bantuan untuk pembangunan pada wilayah desa pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga baik dari segi infrastruktur, pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat yang dianggap memang sudah cukup baik untuk membantu dalam desa pesisir tersebut.
Dilaksanakannya pengembangan dari potensi yang ada dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai untuk Desa Muara. Hal ini disampaikan oleh I2:
“Di Desa Muara disana mayoritas memiliki tambak bandeng jadi kami terdapat budidaya bandeng agar kualitas bandeng dapat baik dan menjadi ciri khas dari Desa Muara sendiri.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan potensi yang ada melalui budidaya bandeng dengan tujuan kualitas bandeng di Desa Muara dapat lebih baik.
163
Hal ini juga disampaikan oleh I5:
“Yang saya tahu pertambakan bandeng neng dari Dinas
Perikanan sendiri agar kualitas bandeng disana dapat baik karena rata- rata mereka tidak dapat menjual bandengnya karena kualitasnya buruk jadi mereka hanya untuk wisata pemancingan.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan potensi yang ada yaitu pertambakan bandeng dari Dinas
Perikanan dikarenakan masyarakat Desa Muara tidak dapat menjual hasil bandengnya karena kualitas bandeng yang buruk sehingga mereka hanya menjadikan tambak bandeng sebagai wisata pemancingan.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Karena pada Desa Muara terdapat potensi pertambakan bandeng yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat maka dilakukan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari persiapan wadah yang meliputi persiapan tambak dengan pengeringan pelataran, pengisian air sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah kurang lebih 7 hari dari pemupukan, pemasukan air kembali hingga ketinggian kurang lebih 10 cm diatas pelataran tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm, pemeliharaan bandeng, pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp 50kg/ha lalu pemupukan dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼
164
bagian ditambah pemberian pakan pellet mulai dilakukan dan pemupukan dilakukan seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg dan tsp 30 kg.
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa potensi pengembangan yang ada dilakukannya pertambakan bandeng dimulai dari persiapan wadah sampai pemberian pakan pelet untuk kualitas bandeng di
Desa Muara lebih baik.
Berdasarkan ketiga wawancara di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengembangan potensi yang ada dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah dengan pertambakan bandeng dengan kegiatan dimulai dari persiapan wadah sampai pemberian pakan pelet.
Adanya pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah untuk kemajuan desa pesisir. Seperti yang disampaikan oleh I3:
“Ya, diadakannya program gerbang mapan untuk kemajuan desa pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara agar tidak termasuk desa yang tertinggal, untuk itu dibantunya pembuatan infrastruktur dasar, membantu perekonomian dan adanya pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan wilayahnya dengan baik.”
165
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir menjadikan Desa Muara sebagai tidak termasuk desa yang tertinggal.
Hal ini juga disampaikan oleh I6:
“Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten
Tangerang termasuk Desa Muara yang lebih baik agar desa memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa dapat mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan wilayahnya dengan baik.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir menjadikan Desa Muara lebih baik dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara adalah menjadikan desa yang tidak tertinggal dan lebih baik dari segi infrastruktur, perekonomian dan masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
166
“Program gerbang mapan ini untuk membantu desa pesisir
Kabupaten Tangerang dalam membantu pembangunan infrastruktur, membantu perekonomian masyarakat pada desa pesisir dan dengan ada pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mengelola dengan baik di desa. Menurut kami dalam menjalankan program 2015-2016 sudah dirasa cukup baik karena kami sudah menjalankan pembangunan infrastruktur yang terdapat pengadaan air bersih, membantu dalam pertambakan bandeng dan sudah dilakukannya penyuluhan meskipun memang kami akuin masih adanya kekurangan.”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa
Muara adalah membantu dalam pembangunan infrastruktur, membantu perekonomian masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh I5:
“Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten
Tangerang termasuk Desa Muara yang lebih baik agar desa memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa dapat mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan wilayahnya dengan baik.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa
167
Muara untuk desa yang memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan adanya pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat yang menjaga lingkungan dan wilayahnya dengan baik.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa
Muara menjadikan Desa Muara sebagai desa yang memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakatnya dengan adanya pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat dapat menjaga dan melindungi wilayahnya.
Berdasarkan keempat wawancara dapat peneliti simpulkan diadakannya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa
Muara menjadikan Desa Muara menjadikan Desa Muara sebagai desa yang memadai dari segi infrastruktur, perekonomian dan masyarakatnya sehingga Desa Muara tidak desa yang tertinggal.
Adanya pesisir mengajar merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk usia dini. Dengan adanya pesisir mengajar diharapkan dapat mengajarkan menjaga dan mencintai wilayah pesisir dengan baik. Seperti yang disampaikan oleh I7:
“Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten
Tangerang di Desa Muara khususnya dapat mencintai dan melindungi wilayah pesisir, karena yang mudah untuk diubah kan anak kecil ya terus
168
perjalanan mereka juga masih panjang jadi nasib pesisir di tangan mereka.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan adanya pesisir mengajar diharapkan anak-anak di Desa Muara dapat melindungi dan mencintai wilayah pesisir.
Namun adanya hambatan dalam pelaksanaan kegiatan pesisir. Hal ini disampaikan oleh I7:
“Kalau hambatan dari pesisir mengajar itu sendiri sih palingan dari modul yang harus kami ajarkan apa missal untuk minggu ini bahasa inggris tapi anak-anak lebih menyukai mangrove jadi kami harus bagaimana supaya anak-anak mau belajar sesuai modul. Karena kan kami satu bulan diberikan modul oleh Dinas Perikanan untuk kegiatan mengajar.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan hambatan dari kegiatan pesisir mengajar adalah modul yang diberikan oleh Dinas Perikanan yang akan diajarkan di pesisir mengajar dalam satu bulan.
Tanggapan dari masyarakat Desa Muara bahwa bantuan yang diberikan belum optimal. Seperti yang disampaikan oleh I9:
“Pada pengembangan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari persiapan wadah yang meliputi persiapan tambak dengan pengeringan pelataran, pengisian air sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah ± 7 hari dari
169
pemupukan, pemasukan air kembali hingga ketingian ± 10 cm diatas pelataran tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm, pemeliharaan bandeng,pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp, 50 kg/ha lalu pemupukan dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼ bagian ditambah pemberian pakan pelet mulai dilakukan dan pemupukan dilakukan seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg dan tsp 30 kg. Memang secara umum kegiatan dan tahapan budidaya sudah dilakukan dengan baik namun tahapan yang tidak dilakukan yaitu pemeberantasan hama dengan menggunakan saponin dikarenakan karena tidak adanya peralatan hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada bandeng sangat lambat karena menjadi kondisi air kurang optimum selain itu pemberian pakan bandeng yang diberhentikan karena truk yang membawa pakan tersebut tidak dapat masuk ke desa kami sehingga laju pertumbuhan hanya 1,68 % dan berat rata rata bandeng 6,35 g itu rendah. Secara umum laju pertumbuhan spesifik ikan bandeng adalah 2-7 % tergantung pada umur bandeng dan kondisi eksternal, sedangkan berat rata-rata anatara 10-12 g sehingga kami masyarakat kembali menjadikan tambak bandeng kami hanya sebagai wisata pemancingan karena kualitas tidak baik tidak dapat dijual mba.
Dari wawancara dengan I9 dapat disimpulkan bahwa bantuan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai yang diberikan masyarakat Desa Muara untuk penguatan ekonomi kurang optimal sehingga dianggap tidak begitu membantu dalam perekonomian masyarakat desa sehingga masyarakat kembali menjadikan pertambakan menjadi pariwisata.
170
Hambatan dalam bantuan penguatan ekonomi dari pertambakan kurang optimal hal ini disebabkan oleh pangan dan kualitas air yang ada di
Desa Muara.
Hal ini disampaikan oleh I3:
“Hambatan kami adalah jalan yang menuju Desa Muara hanya selebar 3 m, truk yang membawa pangan bandeng tidak dapat masuk ke dalam desa selain itu memang kami kekurangan sumber daya manusia untuk pemberian pangan agar pertumbuhan ikan optimal dilakukan dengan mengacu pada program pemberian pakan memang dari segi waktu kami tidak memungkinkan. Selain itu, kondisi perairan yang menjadi faktor utama perkembangan ikan bandeng adalah oksigen terlarut, salinitas, suhu, kadar amonia, H2S dan pH, pemantauan kualitas air memang tidak dapat dilakukan karena tidak adanya peralatan.”
Berdasarkan wawancara di atas, hambatan dalam pemberian pangan adalah jalan untuk masuknya Desa Muara memang hanya selebar 3 meter yang mengakibatkan truk yang membawa pangan tidak dapat masuk setelah itu kurangnya sumber daya manusia apabila pemberian pangan bandeng mengacu pada program pemberian pangan. Hambatan lainnya adalah kualitas air yang berada di Desa Muara.
Selain itu tanggapan belum optimalnya dari pembangunan FS embung air bersih.
171
Hal ini disampaikan oleh I8:
“Belum adanya hasil optimal dari pembangunan embung air kami masih merasakan banjir saat musim hujam dan kesulitan air saat kemarau.”
Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa bantuan yang diberikan pada embung air dirasa belum cukup optimal. Hal ini disebabkan terdapat kendala seperti yang disampaikan oleh I5:
“Kendala yang kami alami adalah pembebasan lahan seharusnya kami telah melanjutkan pada tahap DED dan pengadaan lahannya agar saat musim hujan dapat minimalisir banjir dan saat kemarau dapat digunakan untuk perairan dan sumber air bersih.”
Berdasarkan wawancara di atas, terdapat kendala pada pembebasan lahan dalam pembangunan embung air sehingga embung air belum dirasakan dengan optimal.
Dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir adanya transparansi diperlukan agar berbagai pihak khususnya masyarakat Desa
Muara dapat mengetahui pelaksanaan yang dilaksanakan pada wilayahnya.
Hal ini disampaikan oleh I5:
“Dalam pelaksanaan ada spanduk kegiatan yang dilaksanakan jadi masyarakat mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung itu dari program gerbang mapan dapat dilihat dan dibaca sendiri.”
172
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya transparansi yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai yaitu adanya spanduk kegiatan sehingga masyarakat dapat melihat dan membaca kegiatan yang sedang berlangsung.
Hal ini juga disampaikan oleh I6:
“Ada spanduk setiap pelaksanaan mba dilaksanakan apa dari program gerbang mapan gitu jadi ya masyarakat dapat melihat.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya transparansi setiap pelaksanaan dengan terpasangnya spanduk kegiatan yang sedang dilaksanakan sehingga masyarakat dapat mengetahui.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai yaitu adanya spanduk kegiatan sehingga masyarakat dapat melihat dan membaca kegiatan yang sedang berlangsung.
Hal ini juga disampaikan oleh I8:
“Ada spanduk setiap pelaksanaan di tempat yang sedang dijalankan.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan pembangunan
173
masyarakat pantai adanya spanduk di tempat pelaksanaan kegiatan berlangsung.
Hal ini juga disampaikan oleh I9:
“Ada spanduk panjang mba di tempat pelaksanaan agar masyarakat dapat mengetahui yang sedang dijalankan.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya transparansi pada pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dengan adanya spanduk di tempat pelaksanaan.
Hal ini juga disampaikan oleh I10:
“Ada spanduk ko mba pastinya di setiap tempat pelaksanaan agar masyarakat mengetahui yang sedang dijalankan.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi pada tempat pelaksanaan kegiatan adanya spanduk sehingga masyarakat dapat mengetahui.
Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan transparansi yang dilakukan saat pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai adanya spanduk di tempat pelaksanaan kegiatan berlangsung sehingga masyarakat Desa Muara dapat mengetahui.
Dilakukannya transparansi dengan adanya spanduk pada setiap kegiatan pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai
174
sehingga masyarakat dapat mengetahui kegiatan berlangsung termasuk kegiatan pada pesisir mengajar. Hal ini disampaikan oleh I7:
“Kalau untuk pesisir mengajar sendiri pelaksanaan diketahui oleh kepala desa ya mba jadi justru kepala desa yang mengusulkan pada SDN
01 Muara untuk dilaksanakan pesisir mengajar. Nah, dalam keterbukaan sendiri pelaksanaan program pesisir mengajar telah disampaikan ya murid dari gurunya mba dan murid menyampaikan kepada orang tuanya bahwasanya sabtu ada kegiatan pesisir mengajar gitu mba.”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan adanya transaparansi setiap kegiatan program gerakan pembangunan masyarakat pantai termasuk kegiatan pesisir mengajar dengan menyampaikannya kepada guru untuk murid dan murid memberitahu kepada orang tuanya.
Berdasarkan uraian di atas, indikator pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara program gerakan pembangunan masyarakat pantai kabupaten tangerang tahun 2015-2016 masih belum optimal.
Permasalahan koordinasi antar organisasi perangkat daerah yaitu dengan
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang sehingga masih banyaknya program yang belum terlaksana. Selain itu permasalahan koordinasi dengan masyarakat yang mengakibatkan hambatan dalam distribusi bantuan karena tidak dilakukan sosialisasi terlebih dahulu sehingga masyarakat memiliki rasa curiga. Dan yang telah
175
terlaksananya program masih banyaknya kekurangan yang harus diperbaiki sehingga masyarakat belum dapat merasakan dengan optimal.
4.3.3 Pengawasan Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten
Tangerang Tahun 2015-2016
Tahap yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan wilayah pesisir adalah pengawasan. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan.
Dalam hal pengelolaan wilayah pesisir dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai bentuk pengawasan yang dilakukannya yaitu monitor setahun 2 (dua kali).
Seperti yang telah dijelaskan oleh I2:
“Sebenarnya kita monitor kesana tapi memang tidak continue karena kita keterbatasan aparatur, dibidang saya saja hanya saya dan pak hari tidak ada pendamping terkadang kita monitor kalau mau kesana ya kesana minimal setahun sekali atau 2 (dua) kali untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatannya.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa adanya monitoring yang dilakukan setahun sekali atau 2 (dua) kali namun pengawasan yang dilakukan tidak continue.
176
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Kita melakukan pengawasan selama pembanguna atau saat berlangsungnya kegiatan, kami berharap masyarakat telah diberikan bantuan dapat dijaga dan digunakan dengan baik, itu saja sih ti.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengawasan dilakukan saat pembangunan atau saat berlangsungnya kegiatan selanjutnya diserahkan oleh masyarakat Desa Muara.
Dari kedua wawancara diatas, dapat disimpulkan dilakukannya pengawasan saat berlangsungnya kegiatan atau pembangunan, monitoring minimal setahun sekali untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan dari bantuan yang telah diberikan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa
Muara namun tidak adanya pengawasan secara continue.
Hal ini dapat menyebabkan bantuan yang telah diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik salah satunya dalam pemberian alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik.
Seperti yang disampaikan oleh I6:
“Alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik tidak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Muara dikarenakan masih minimnya pengetahuan mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme perkomposannya lalu karena tidak ada keberlanjutannya.
177
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pengawasan secara lanjut tidak dapat mengetahui seberapa jauh manfaat dari bantuan yang telah diberikan.
Selain pihak pemerintah, pengawasan dilakukan oleh masyarakat desa yaitu kelompok masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh I3:
“Disana dibentuk kelompok masyarakat 3 (tiga) yang diberi tugas memang untuk mengawasi karena mereka yang setiap saat berada di desa terdapat kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak, dan kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan kepada kami jika memang ada pelanggaran.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan I3 masyarakat ikut dilibatkan dalam hal pengawasan karena kelompok masyarakat berada pada desa yang dapat mengawasi hampir setiap saat yang diberikan tugas hanya boleh dapat melaporkan.
Hal ini disampaikan oleh I2:
“Disana terdapat kelompok masyarakat 3 (tiga) yang kami bentuk diberi tugas untuk mengawasi karena mereka yang berada di desa ada kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak, dan kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan kepada kami mengenai pengelolaan disana terhadap bantuan yang telah kami berikan lalu apabila jika memang ada pelanggaran.”
178
Berdasarkan hasil wawancara di atas, adanya kelompok masyarakat yang dibentuk mengawasi karena masyarakat yang berada di wilayah desa yang dapat melaporkan mengenai pengelolaan di desa dan apabila ada pelanggaran.
Dari kedua wawancara di atas, dapat disimpulkan dibentuknya kelompok masyarakat di Desa Muara yaitu kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak dan kelompok masyarakat nelayan tangkap yang dapat mengawasi secara dekat dan dapat melaporkan mengenai pengelolaan dan apabila ada pelanggaran.
Hal ini juga disampaikan oleh I10:
“Kami hanya membuat laporan sih mba apabila memang ada pelanggaran atau masalah dalam pengelolaan yang memang kami laporkan kepada dinas perikanan namun laporan pun tidak ada keberlanjutan seperti memang kendala dalam pelaksanaan alat dekomposter yang memang tidak digunakan dikarenakan masih minimnya pengetahuan.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa tugas kelompok masyarakat membuat laporan apabila terjadinya masalah atau pelanggaran yang dilakukan dalam pengelolaan di desa yang dilaporkan kepada dinas perikanan namun tidak adanya tindak lanjut dari laporan tersebut.
179
Hal ini juga disampaikan oleh I8:
“kami mengawasi dan melaporkan apabila memang adanya masalah, hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program gerbang mapan dengan membuat laporan kepada Dinas Perikanan namun apabila laporan kami tidak adanya keberlanjutan maka pelaksanaan pengelolaan pun tidak akan selesai.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun kelompok masyarakat telah menjalankan tugasnya namun tidak ada keberlanjutan pengawasan dari Dinas Perikanan tidak akan terselesainya permasalahan pada pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai.
Hal ini juga disampaikan oleh I9:
“Kami memang mengawasi dan melaporkan mba apabila memang adanya masalah, hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program gerbang mapan dengan membuat laporan kepada Dinas
Perikanan namun laporan kami tidak adanya keberlanjutan jadi bagaimana masalah teratasi mba.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok masyarakat turut dalam pengawasan namun laporan yang dibuat tidak adanya keberlanjutan sehingga masalah tidak dapat teratasi.
180
Dari ketiga wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat ikut dilibatkan dalam hal pengawasan dikarenakan yang dapat mengawasi lebih efisien dengan terbentuknya 3 (tiga) kelompok masyarakat yaitu kelompok masyarakat tambak, kelompok masyarakat nelayan tangkap, kelompok masyarakat mangrove yang dapat melaporkan kepada Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang apabila terjadinya masalah atau pelanggaran meski begitu apabila tidak adanya pengawasan secara continue dari Dinas Perikanan maka permasalahan dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir tidak akan selesai.
Hambatan dalam pengawasan karena terbatasnya sumber daya manusia. Hal ini disampaikan oleh I2:
“Seperti yang kami sebutkan bahwa sebenarnya memang kami keterbatasan aparatur untuk mengawasi ya jadi memang kalau ingin kesana ya kita kesana tapi kami kan udah ada dari kelompok masyarakat itu sendiri.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam pengawasan yaitu keterbatasan aparatur dalam pengawasan.
Hal ini juga disampaikan oleh I3:
“Hambatan memang SDM kita terbatas untuk mengawasi, tapi kami sudah ada kelompok masyarakat yang mengawasi.”
181
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam pelaksanaan yaitu terbatasnya sumber daya manusia untuk mengawasi sehingga kelompok masyarakat yang mempunyai peran penting dalam pengawasan.
Dari kedua wawancara di atas dapat disimpulkan hambatan dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah terbatasnya sumber daya manusia untuk pengawasan tetapi adanya kelompok masyarakat yang dapat mengawasi di Desa Muara.
Namun dari kelompok masyarakat terdapat hambatan. Seperti yang disampaikan oleh I8:
“Ya itu tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pemerintah daerah sehingga yang kami laporkan mengenai keberlanjutan pengelolaan di Desa Muara dan pelanggaran yang terjadi tidak ada tindakannya.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pihak pemerintah daerah sehingga laporan yang disampaikan tidak ada tindakannya.
Hal ini juga disampaikan oleh I9:
“Tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh Dinas Perikanan mba jadi kami bingung kami laporan untuk apa.”
182
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara yaitu tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh Dinas Perikanan.
Hal ini juga disampaikan oleh I10:
“Paling hambatannya kalau dari kami ya jadi bingung sendiri mba karena laporan tidak ada keberlanjutan terus jadinya bagaimana?
Sedangkan kami mengawasi dan melaporkan tapi tindakan dari yang kami laporkan itu tidak ada.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa hambatan dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara yaitu laporan yang diberikan kelompok masyarakat tidak adanya keberlanjutan.
Berdasarkan uraian di atas pada indikator pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai masih belum optimal, dikarenakan tidak adanya pengawasan secara continue yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dalam laporan yang diberikan oleh kelompok masyarakat.
183
4.3.4 Evaluasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa Muara
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten
Tangerang Tahun 2015-2016
Terakhir dalam proses pengelolaan adalah tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari tahap pengelolaan untuk perbaikan pada pelaksanaan berikutnya.
Dalam pengelolaan wilayah pesisir tahap evaluasi diperlukan acuan dalam perencanaan. Hal ini disampaikan oleh I3:
“Dalam implementasi program, Gerbang Mapan mengikuti alur kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari
Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA), yang dikenal dengan ICM system yang terdapat 2 (dua) aspek yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi. Aspek inilah yang.diacu menjadi pra- syarat dasar dan keberhasilan dalam pelaksanaan Gerbang Mapan.”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa acuan perencanaan dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara program gerakan pembangunan masyarakat pantai adalah dengan Partnership for
Environmental Management South East Sea (PEMSEA).
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
184
“Acuan yang digunakan adalah aspek tata kelola terdiri dari 6 elemen dasar yaitu kebijakan, strategi, aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan penyadaran publik, pendanaan yang berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Lalu aspek pembangunan berkelanjutan yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan, perlindungan pemulihan dan pengelolaan habitat, ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan solusi dan pengelolaan limbah.”
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa acuan yang digunakan menggunakan aspek tata kelola yang terdiri dari 6 elemen dan aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 elemen sehingga program gerakan pembangunan masyarakat pantai dapat dikatakan berhasil apabila 11 (sebelas) elemen tersebut terlaksana.
Dalam pengelolaan wilayah pesisir perencanaan pengelolaan yang baik apabila dari perencanaan sampai pelaksanaan sesuai dengan target serta adanya pengawasan yang baik dan diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui penyebab serta kendala dalam pelaksanaan pengelolaan.
Dalam pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang yang dilakukan aspek tata kelola sudah dirasa optimal. Hal ini disampaikan oleh I3:
185
“Segi dari kebijakan, strategi, rencana, aransemen
kelembagaan,legislasi,mekanisme pembiayaan tidak ada hambatan yang
sulit pada perencanaan di Desa Muara dari menganalisis masalah desa
dengan melakukan survey lapangan sampai pembeuatan perencanaan.
Hanya saja memang kami kesulitan dalam informasi dan penyadaran
publik untuk masyarakat Desa Muara hal ini disebabkan karena untuk
mengubah pola pikir manusia memang tidak mudah.”
Gambar 4.6
Presentase Penilaian Aspek Tata Kelola Pengelolaan Wilayah Pesisir Desa
Muara
Nilai dari Aspek Tata Kelola
14 12 10 8
Nilai 6 4 2 0 Kebijakan, Aranseme Legilasi Informasi Mekanism Strategi n dan e dan Kelembaga Penyadara Pembiayaa Rencana an n Publik n Series1 9,72 8,33 12,5 6,18 12,5
(Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang,2017)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
aspek tata kelola pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dalam
program gerakan pembangunan masyarakat pantai sudah optimal. Dapat
186
dilihat pada gambar 4.6 terdapat nilai yang tinggi pada setiap aspek tata kelola dari nilai yang diharapkan.
Namun hal itu berbanding kebalik dengan penilaian aspek pembangunan berkelanjutan yang belum optimal.
Hal ini seperti disampaikan oleh I2:
“Pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih rendah pada program yang kami laksanakan ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air soal lahan dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.”
187
Gambar 4.7
Presentase Penilaian Aspek Pembangunan Berkelanjutan Pengelolaan
Wilayah Pesisir di Desa Muara.
(Sumber: Dinas Perikanan, 2017).
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa masih
banyaknya kekurangan dalam pelaksanaan aspek pembangunan
berkelanjutan di Desa Muara sehingga dirasa belum optimal.
Dari hasil wawancara dengan I2 bahwa adanya penambangan
secara liar yang dapat berdampak buruk bagi keberlangsungan
kehidupan sumber daya hayati yang ada dilaut kedepannya.
Hal ini disampaikan oleh I3:
“Menurut informasi masyarakat banyak yang mengambil pasir
laut dengan menggunakan kapal kecil melalui Kali Kramat ke tempat
yang sudah ditentukan didarat dan depan pantai dimana alur pelayaran
kapal melalui daerah aliran sungai cisadane yang berada diwilayah
188
Desa Tanjung Burung. Kapal yang beroperasi sekitar 20 kapal dengan setiap kapal mengangkut pasir hingga lima kali.”
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa adanya penambangan pasir secara liar yang dapat membuat dampak buruk bagi kehidupan hayati yang ada di laut Desa Muara dan dapat bertambahnya abrasi.
Tabel 4.12 Jumlah Panjang Abrasi Pantai di Kecamatan Teluk Naga Tahun 2015
Panjang Garis Panjang Desa Pantai (Km) Abrasi (Km)
Muara 5 3 Tanjung Burung 4 3 Tanjung Pasir 5 1,0 Total 14 7,0 (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tangerang, 2016)
Tidak adanya sanksi yang diberikan kepada penyimpangan dalam pengelolaan wilayah pesisir termasuk penambangan secara liar.
Hal ini seperti disampaikan oleh I3:
“Itu salah satu kelemahan kami memang tidak adanya sanksi paling berupa teguran saja.”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan tidak adanya sanksi tegas oleh pemerintah daerah terkait penambangan liar tersebut.
Hal ini juga disampaikan oleh I2:
189
“Memang tidak adanya sanksi paling kalau kami sana kami tegur
saja. Yang rugi kan sebenarnya mereka yak arena wilayah mereka yang
rusak”
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan hanya teguran
apabila berada didesa yang dilakukan untuk mengatasi penambangan liar
tersebut.
4.4 Pembahasan
Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian dimana berdasarkan teori pengelolaan secara terpadu menurut Dahuri (2008:12) bahwa suatu pengelolaan terdari dari 4 (empat) tahap utama yaitu perencanaan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara, pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir
Desa Muara, pengawasan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dan evaluasi pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara.
Pada perencanaan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara dalam program pembangunan masyarakat pantai tujuannya adalah mempercepat penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan memberdayakan masyarakat di wilayah pesisir dengan harapan akhir dari
Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu (integrated coastal village zone management) dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Tangerang secara
190
optimal dan berkelanjutan dengan melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa. Pada program Gerbang
Mapan diatasi dengan tersedianya infrastruktur dasar masyarakat desa pesisir yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut, peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat secara signifikan di desa, efektifnya program pemberdayaan masyarakat di desa pesisir agar masyarakat sendiri dapat melakukan perlindungan dari kesadaran menjaga ekosistem pesisir.
Dalam menetapkan strategi untuk mencapai tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir dalam program Gerbang Mapan adalah dengan mengikuti alur kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari
Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai, meliputi : (1) efisiensi ekonomi (menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), (2) keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (3) terpeliharanya kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan (4) design by nature.
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara (Studi Kasus
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang
Tahun 2015-2016) sudah maksimal. Dikatakan sudah maksimal dikarenakan perencanaan pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai di Desa
191
Muara melakukan survey lapangan untuk melihat kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan yang dimiliki desa sehingga perencanaan yang dibuat adalah perencanaan yang dibutuhkan untuk kepentingan masyarakat Desa
Muara dan adanya transparansi yang dilakukan yakni melalui kepala desa dan terdapat dalam media cetak sehingga masyarakat.
Selanjutnya, pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir Desa Muara masih belum optimal.Kurangnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang mengakibatkan kemunduran waktu dan menumpuknya biaya dikarenakan tidak dapat fokus dalam 1 (satu) program sehingga masih banyaknya yang belum terlaksana. Kurangnya koordinasi dengan masyarakat yang mengakibatkan hambatan dalam distribusi bantuan karena tidak dilakukan sosialisasi terlebih dahulu sehingga masyarakat memiliki rasa curiga. Dan yang telah terlaksananya program masih banyaknya kekurangan yang harus diperbaiki sehingga masyarakat belum dapat merasakan dengan optimal.
Selanjutnya, pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan. Dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dilibatkannya masyarakat dalam pengawasan yaitu terbentuknya kelompok masyarakat namun dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara program gerakan pembangunan masyarakat pantai masih belum optimal,
192
dikarenakan tidak adanya pengawasan secara continue yang dilakukan sehingga yang dilaporkan kelompok masyarakat tidak adanya keberlanjutannya.
Evaluasi yang digunakan adalah acuan yang menggunakan aspek tata kelola yang terdiri dari 6 elemen dan aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 elemen sehingga program gerakan pembangunan masyarakat pantai dapat dikatakan berhasil apabila 11 (sebelas) elemen tersebut terlaksana.
Pada aspek tata kelola sudah optimal dari kebijakan, strategi, rencana, aransemen kelembagaan,legislasi,mekanisme pembiayaan tidak ada hambatan yang sulit pada perencanaan di Desa Muara dari menganalisis masalah desa dengan melakukan survey lapangan sampai pembuatan perencanaan. Kesulitan hanya dalam informasi dan penyadaran publik untuk masyarakat Desa Muara disebabkan untuk mengubah pola pikir manusia memang tidak mudah. Hal ini berbeda pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih rendah pada program yang dilaksanakan ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air soal lahan dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.
193
Tabel 4.13
Temuan Lapangan
No. Indikator Temuan
1 Perencanaan 1. Berdasarkan keterangan dari Dinas Perikanan bahwa dalam pembuatan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir melibatkan beberapa organisasi perangkat daerah yaitu Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, Kepala seksi perencanaan Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang. 2. Perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai berorientasi pada kepentingan masyarakat desa dikarenakan dilakukannya survey lapangan untuk mengetahui kondisi fisik, sumber daya alam, dan potensi yang dimiliki desa. 3. Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan. 4. Terdapat transparansi pada perencanaaan yaitu melalui kepala desa dan kelompok masyarakat yang dianggap sudah mewakili masyarakat satu desa.
2 Pelaksanaan 1. Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-
Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja
pegawai Negeri Sipil pada Kegiatan
Pembangunan Kawasan Budidaya dari
194
organisasi perangkat daerah terdapat Dinas
Perikanan, Bidang Perencanaan Ekonomi pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Tangerang, Bidang Konservasi pada
Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kabupaten Tangerang, Kepala Seksi
Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Tata
Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang
tapi dalam pengelolaan Desa Muara yang punya
pengaruh besar adalah masyarakat desanya
karena mereka yang berada di desa tersebut dan
yang mengelolanya.
2. Kurangnya koordinasi dengan Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan dikarenakan
pekerjaan/ program yang dimiliki yang
mengakibatkan mundurnya waktu dan
menumpuknya biaya.
3. Minimnya sosialisasi, penyuluhan sehingga
masyarakat memiliki sifat curiga yang berakibat
menghambatnya distribusi bantuan
4. Bantuan yang telah diberikan adalah pengadaan
air bersih, pelatihan dan penanaman ekosistem
mangrove, pengembangan budidaya bandeng,
195
sarana pengolahan sampah, pelatihan Integrated
Coastal Management, pengadaan reverse
osmosis, pengadaan filter air, penyuluhan dalam
bidang hybrid engineering, pelatihan state of
coast tetapi masih adanya kekurangan dalam
pelaksanaan program sehingga tidak optimal.
5. Pengembangan potensi yang ada dalam
peningkatan perekonomian gerakan
pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara
dilaksanakan pengembangan bandeng untuk
meningkatkan kualitas bandeng Muara namun
kurangnya peralatan, pangan bandeng yang
belum sesuai program pemberian pangan dan
kondisi perairan yang mengakibatkan
masyarakat kembali menjadikan tambak
bandeng sebagai pusat pariwisata,
6. Koordinasi yang dilakukan antara pemerintah
dengan masyarakat Desa Muara hanya melalui
perantara kepala desa dan kelompok
masyarakat.
7. Adanya transparansi dalam pelaksanaan
program gerakan pembangunan masyarakat
pantai di Desa Muara dengan adanya spanduk
196
pemberitahuan sedang berlangsungnya program
gerakan pembangunan masyarakat pantai Desa
Muara sehingga masyarakat dapat mengetahui
pelaksanaan kegiatan tersebut.
3 Pengawasan 1. Dilibatkannya masyarakat dalam
pengawasan yaitu kelompok masyarakat
Desa Muara yang terdiri dari kelompok
masyarakat mangrove, kelompok
masyarakat tambak dan kelompok
masyarakat nelayan tangkap.
2. Tidak adanya pengawasan secara
berkelanjutan sehingga masalah pada
pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir di
Desa Muara tidak dapat diselesaikan.
4 Evaluasi 1. Tidak adanya sanksi yang diberikan kepada
penyimpangan dalam pengelolaan wilayah
pesisir di Desa Muara yaitu adanya
penambangan pasir liar yang dapat
merusak ekosistem pesisir Desa Muara.
2. Acuan yang digunakan adalah aspek tata kelola terdiri dari 6 elemen dasar yaitu kebijakan, strategi, aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan
197
penyadaran publik, pendanaan yang berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan pengelolaan sudah baik. Lalu aspek pembangunan berkelanjutan yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan, perlindungan pemulihan dan pengelolaan habitat, ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan solusi dan pengelolaan limbah masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng, pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air permasalahan lahan dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.
197
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk Naga
Kabupaten Tangerang dalam studi kasus Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016 sebagai mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pantai utara Kabupaten
Tangerang difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar yang memadai dan dikuatkan untuk melalui pemberdayaan masyarakat desa belum optimal dan masih perlu pembenahan dalam beberapa aspek. Hasil analisis pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang dalam studi kasus Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Tahun 2015-2016 sebagai berikut:
Pertama, kurang terjalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Tangerang yang menyebabkan mundurnya kegiatan. Kedua, rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga tidak dapat mengelola potensi yang ada dengan optimal dan tidak berkembang serta mengganggunya distribusi bantuan untuk pengelolaan pesisir yang baik.
198
Ketiga, minimnya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa
Muara yang berdampak pada rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan kegiatan program yang dijalani. Keempat, Tidak adanya pengawasan secara lanjut yang dapat menyelesaikan masalah pada pelaksanaan pengelolaan. Kelima, tidak adanya sanksi dari pemerintah dengan adanya penambangan pasir liar yang dapat semakin bertambahnya abrasi pada Desa
Muara.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa rekomendasi yaitu:
1. Ditingkatkan jalinnya koordinasi antar organisasi perangkat daerah terkait
yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Tangerang dengan adanya pembagian tugas dalam pelaksanaan program
gerakan pembangunan masyarakat pantai agar Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan Kabupaten Tangerang dalam pelaksanaan program ini
tidak terlalu banyak memegang pekerjaan sehingga dapat fokus dan
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan yang diharapkan dapat
membagi dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan masyarakat
pantai dan pelaksanaan pekerjaannya.
2. Ditingkatkannya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara dengan
ditambahkannya penyuluhan, pelatihan, dan sosialisasi di Desa Muara
untuk masyarakat Desa Muara baik sebelum pelaksanaan program gerakan
199
pembangunan masyarakat pantai atau terkait dalam keberlangsungan
hidup agar masyarakat dapat memahami mengenai bantuan yang diberikan
agar dapat digunakan dengan maksimal dan masyarakat dapat melindungi,
menjaga wilayahnya.
3. Ditingkatkannya pembinaan berupa penyuluhan dan pelatihan pada Desa
Muara agar masyarakat memiliki pengetahuan yang lebih mengenai
pengelolaan wilayah pesisir dan kegiatan program yang dijalani.
4. Diadakannya pengawasan secara lanjut untuk menyelesaikan
permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan di program gerakan
pembangunan masyarakat pantai agar dalam pelaksanaan program gerakan
pembangunan masyarakat pantai di Desa Muara dapat dirasakan dengan
optimal.
5. Diadakannya sanksi yang tegas untuk penambangan pasir liar di Desa
Muara agar tidak ada lagi yang merusak ekosistem pesisir Muara.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Burhan, Bungin. 2009. Analisis Penelitian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.
Daft, Richard L. 2002. Manajemen Edisi Kelima Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.
Dahuri, Rokhmin. 2008. Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Darajati. 2004. Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
dan Berkelanjutan. Makalah Sosialisasi Nasional MFCDP. Jakarta:
BAPPENAS.
Fayol, Henry. Industri dan Manajemen Umum, Terjemahan Winardi. London: Sir
Issac and Son, 1985
Handayaningrat, Soewarno. 2001. Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Haji Mas Agung.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. DIA FISIP Universitas Indonesia.
Milles, Mathew dan Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif ( Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru ). Jakarta: UI Press.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Mulyadi. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Moleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nugroho,Riant. 2003. Kebijakan Publik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
198
Purba, Jhonny. 2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Sara, La. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir. Bandung. Penerbit Alfabeta
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta.
Terry, George R. dan Rue, Leslie W. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta.
Bumi Aksara
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sumber Lain:
Laksana, Irna Widya. 2011.Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Kabupaten
Tangerang. Serang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Permita, Ratih. 2014. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Lontar Kecamatan
Tirtayasa Kabupaten Serang. Serang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Sapei, Abdulah. 2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pengembangan
Desa Pesisir Tangguh di Kecamatan Teluk Naga. Serang: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik bantenprov.go.id ( diakses pada tanggal 04 oktober 2016 ).
199
Mukhtar. 2013. http:// mukhtar-api.blogspot.com/2013/01/pentingnya-
pengelolaan-tata-ruang.html?m=1 ( diakses pada tanggal 04 oktober 2016
). www.oseonografi.lipi.go.id ( diakses pada tanggal 04 oktober 2016 ).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 23 Tahun 2016 tentang
Perencanaan Pengelolan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018. Roadmap Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang tahun 2013-2018
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang.
Wawancara dengan Kepala Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang.
Wawancara dengan Pelaksana Bidang Pengembangan dan Kelembagaan Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang.
Wawancara dengan Kepala Seksi Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang.
KepalaSeksi Konservasi Rehabilitasi Lahan Kritis dan Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang
Wawancara dengan Kepala Desa Muara
Wawancara dengan Relawan Pesisir Mengajar Desa Muara
Wawancara dengan Ketua Kelompok Masyarakat Mangrove Desa Muara.
Wawancara dengan Kelompok Masyarakat Tambak Desa Muara
Pengadaan dua filter air di Desa Muara
Pesisir Mengajar di Desa Muara
Pembuatan sarana air bersih komunal di Desa Muara
Penanaman mangrove di Desa Muara
Pelatihan Ekosistem Mangrove Di Desa Muara
Pendampingan penanaman mangrove di Desa Muara
‘
Matriks Hasil Wawancara Sesudah Reduksi Data
1. Perencanaan/ Planning.
Apakah tujuan dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan I/Q pembangunan masyarakat pantai?
Gerbang mapan ini ialah untuk masyarakat pantai dengan mendapatkan pemberdayaan baik untuk perekonomiannya maupun sarana prasarana dan memang salah satunya Desa Muara yang dipilih yang berada di Kecamatan Teluk Naga dalam program pembangunan masyarakat pantai ini. I1
Tujuannya untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pesisir termasuk Desa Muara. Program GERBANG MAPAN ini memang dari permasalahan dan isu yang kami lakukan survey lapangan salah satunya Desa Muara dengan kami melihat dari kondisi fisik, sumber daya alam dan lingkungan desa. Gerbang Mapan memang difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar yang memadai yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, dikuatkan melalui pemberdayaan masyarakat desa agar dapat melakukan perlindungan, dengan dari kesadaran masyarakat pesisir itu sendiri yang harus menjaga ekosistem pesisir. I2
Program Gerbang Mapan merupakan salah satu program unggulan dari Bupati Tangerang untuk mengatasi permasalahan dan isu di wilayah pesisir termasuk Desa Muara dengan tujuan mempercepat penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan memberdayakan masyarakat di wilayah pesisir. I3 Program Gerbang Mapan adalah program unggulan Bupati Tangerang yang ditujukan untuk wilayah desa pesisir dan masyarakat pantai Kabupaten Tangerang salah satunya memang di Desa Muara pada Kecamatan Teluk Naga untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pada desa pesisir dengan mengadakan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat. I4
Apa strategi dalam mencapai tujuan dari pengelolaan wilayah pesisir program I/Q gerakan pembangunan masyarakat pantai
Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur masyarakat pantai yang terdapat diwilayah pantai utara kabupaten tangerang yang difokuskan pada pengembangan ekonomi masyarakat yang didukung infrastruktur dasar memadai dan dikuatkan untuk melalui I1 pemberdayaan masyarakat desa. Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan, Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus ICM. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance indikator yang ingin dicapai, meliputi efisiensi ekonomi (menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, terpeliharanya kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan design by nature. I2 Dalam Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework) pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang dikenal dengan ICM SYSTEM yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan. Kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dan laut adalah sebuah framework komprehensif yang mengacu kepada skema yang dikembangkan Partnership for Environmental Management in The Seas of East Asia (PEMSEA) tahun 2003, dimana frameworknya merupakan elemen yang terdiri dari 3 aspek, yaitu Aspek Tata Kelola. Aspek ini terdiri dari 6 elemen dasar yaitu Kebijakan ,strategi dan perencanaan aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan Penyadaran public, Mekanisme pendanaan yang berkelanjutan dan pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Yang kedua yaitu aspek pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari 5 prinsip dasar, yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan perlindungan, pemulihan dan pengelolaan habitat, pemanfaatan dan penyediaan sumberdaya air, ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan polusi dan pengelolaan liimbah. Aspek-aspek tersebut diacu menjadi pra-syarat dasar dalam pelaksanaan Gerbang Mapan, sehingga Gerbang Mapan akan berhasil jika telah menyelesaikan 11 elemen tersebut. Dengan harapan akhir dari Program Gerbang Mapan ini yaitu dapat terwujudnya pembangunan wilayah desa pesisir secara terpadu dengan memperkuat pembangunan infrastruktur, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa pesisir Kabupaten Tangerang secara optimal dan berkelanjutan termasuk Desa Muara. I3
Sasaran dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan I/Q masyarakat pantai
Ya saya tau dalam strategi yang digunakan dalam program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini adalah Integrated Coastal yaitu dari Partnership for I4 Environmental Management South East Sea (PEMSEA) yang terdapat pada 2 hal yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi skema pembangunan.
Sasaran tentunya masyarakat pesisir yang berada di Kabupaten Tangerang salah I1 satunya Desa Muara
Sasaran tentunya untuk masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang sendiri termasuk Desa Muara karena kami melakukan pembangunan infrastruktur dasar, membantu I2 perekonomian dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk kemajuan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Sasaran bantuan untuk masyarakat Desa Muara sendiri diberikannya juga penyuluhan dan pelatihan agar mereka dapat memahami bantuan yang diberikan selanjutnya I3 program pelatihan Integrated Coastal Management ditujukan untuk perangkat desa agar dapat membina masyarakat lebih baik mengenai pengelolaan wilayah pesisir di desa. Sasaran itu sendiri untuk masyarakat Desa Muara ya mba karena pembantuan I4 infrastruktur dasar, perekonomian dan pemberdayaan masyarakat untuk masyarakat Muara sendiri.
Pihak terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan I/Q masyarakat pantai
Kalau kita BAPEDA di perencanaan sebatas sebagai koordinator pihak mana yang terlibat, BAPEDA koordinasikan dan BAPEDA terkait penganggaran. Penganggaran juga kita sesuai roadmapnya apa yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa dan mengerjakan apa kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah sejauh mana penganggarannya, BAPEDA kan termasuk dalam Tim Anggaran Pemerintah Daerah jadi menentukan penganggarannya. Perencanaan ada di Dinas Perikanan, kita hanya menginput, menghimbau bahwa program ini memang I1 terintegrasi, terintegrasi artinya dikerjakan bareng-bareng. Pada perencanaan program Gerbang Mapan kami melibatkan seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir kabupaten tangerang sendiri salah satunya Desa Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten
I2 Tangerang.
Pihak terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir program gerakan pembangunan I/Q masyarakat pantai
Pada perencanaan program Gerbang Mapan seksi perencanaan tata ruang untuk mengetahui keadaan dari ruang wilayah desa pesisir kabupaten tangerang sendiri salah I3 satunya Desa Muara jadi apa yang kami lakukan memang sesuai ruang wilayahnya dan pada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang karena termasuk dalam Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Saya ikut dalam Gerbang Mapan pada di perencanaan biasanya mengenai ruangnya. Dimana tempat yang bisa ditanam mangrove, ruang yang boleh untuk pemukiman dan pembangunan lainnya agar memang sesuai ruangnya. Pada Desa Muara kan di Gerbang I4 Mapan salah satunya menyelenggarakan konservasi mangrove di kami kaitannya itu bener ga disini titiknya, datarannya apa? jadi kami hanya kesesuaian pada ruangnya saja sesuai di rencana ruang dan wilayah gitu mba.
Perencanaan dan pengelolaan sumber daya pesisir berdasarkan kepentingan I/Q masyarakat
Ya tentu kepentingan masyarakat karena sebelumnya dilakukan survey lapangan memang untuk melihat kondisi langsung dari kondisi fisik,sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa jadi apa yang dibutuhkan desa, masyarakat dianalisis dan I1 dibuat perencanaan. Kita menyusun perencanaan dari semua desa pesisir pantai di Kabupaten Tangerang salah satunya Desa Muara, kita jabarkan setiap desa itu kebutuhannya apa? 5 tahun yang akan datang apa saja yang harus dibangun, apa saja yang dibutuhkan di desa kalau I2 Muara ya Muara gitu. Dalam perencanaan pembuatan program Gerbang Mapan sudah pasti kita sesuai kebutuhan masyarakat karena kan kita mengunjungi desa-desa sasaran salah satunya Desa Muara di Kecamatan Teluk Naga setelah itu kami melakukan survey lapangan mengenai kondisi fisik,sumber daya alam dan lingkungan yang ada di desa, mengumpulkan data sosial ekonomi masyarakat, melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan desa dan kecamatan serta dengan masyarakat desa dari situ baru kami analisis dari data yang kami peroleh untuk dibuatnya pada perencanaan I3 Ya mba sudah pasti berdasarkan kepentingan masyarakat karena kan sebelumnya dilakukan survey lapangan untuk mengetahui permasalahan yang berada di desa. I4
I/Q Keterpaduan perencanaan dari berbagai sektor
Memang pada program gerakan pembangunan masyarakat pantai ini ada beberapa organisasi perangkat daerah yang terlibat bukan hanya bapeda atau dinas perikanan saja tapi ada tata ruang yang melokasikan ruang yang boleh tidaknya untuk pembangunan pada di desa muara tersebut lalu ada dinas lingkungan hidup dan kebersihan kan ada aspek sosial, ekonomi, lingkungan dapat terpenuhi jadi ya harus terpadu lalu apa yang dibutuhkan masyarakat desa dilakukannya sosialisasi agar apa yang direncanakan memang kebutuhan mereka dan buat pengelolaan pesisir menjadi I1 lebih baik. Dalam pembuatan perencanaan kami melakukan survey lapangan untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan desa dan masyarakat desa nah kami kan dari perikanan tidak mengetahui mengenai kebersihan, lingkungan, dan sebagainya harus sesuai juga dengan rencana tata ruang dan wilayah jadi program ini berkoordinasi dengan dinas lain jadi memang harus adanya keterpaduan dengan semua pihak. I2 Dalam perencanaan ada Dinas Tata Ruang, BAPEDA dimana butuhnya keterpaduan seperti tata ruang untuk mengetahui ruang wilayah Desa Muara, BAPEDA sebagai coordinator dan untuk masalah penganggaran karena termasuk kedalam Tim Anggaran Pemerintah Daerah jadi apa yang kami rencanakan, yang akan dilaksanakan memang disetujui oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. I3 Terpadu, karena dengan kami saja kaitannya mengenai ruang yang akan dilaksanakan
I4 kegiatan agar memang sesuai dengan RTRW yang telah ada.
Transparansi terhadap perencanaan pengelolaan wilayah pesisir program I/Q gerakan pembangunan masyarakat pantai Untuk transparansi paling hanya melalui kepala desa mengenai perencanaan yang telah I1 dibuat yang akan dilaksanakan di Desa Saat kami melakukan survey lapangan sudah diwakili oleh kepala desa dan kelompok masyarakat yang berada didesa untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan masyarakat itu mba sebelum kami akan melaksanakan program juga kami mengundang kepala desanya terlebih dahulu karena tidak mungkin ya mbak kalau harus menemui masyarakat satu persatu gitu jadi kami melalui kepala desa sih transparansi I2 perencanaannya. Untuk perencanaan sendiri dalam program ini transparansi melalui kepala desa dan beberapa ada di media kabar cetak seperti koran kabupaten tangerang ya sehingga
I3 masyarakat pesisir termasuk muara dapat mengetahui dan membaca info tersebut. Kalau transaparansi pasti dari kepala desa dan kelompok masyarakat yang di Muara ya
I4 mba sebagai perwakilan masyarakat 1 desa.
Hambatan yang dialami dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir program I/Q gerakan pembangunan masyarakat pantai Hambatan paling kalau dari kami tim anggaran pemerintah daerah sering kali dihadapkan skala prioritas, lalu keterbatasan anggaran APBD 5 triliun tapi kenyataannya tidak bebas kami menentukan, dari pusat sudah ada pos jadi kami hanya I1 mengandalkan dari PAD sebesar 1,7 triliun. Kalau hambatan selama ini tidak ada sih dari 2015-2016 dari kita jabarkan perencanaan apabila BAPEDA oke yasudah kami jalankan. I2 Tidak ada hambatan karena dalam perencanaan dibantu dengan baik oleh dinas tata I3 ruang lalu BAPEDA. Hambatan di kami tidak ada sih mbak karena ruang yang diberikan untuk pelaksanaan program Gerbang Mapan memang sesuai dengan keadaan RTRW di Muara dimana I4 dapat letak mangrove, permukiman/ bangunan itu saja sih mbak kalau dari tata ruang.
2. Pelaksanaan/ Implementasi.
I/Q Pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola wilayah pesisir Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pembangunan Kawasan Budidaya itu dibentuk organisasi perangkat daerah yang memang menangani namun untuk pengelolaan berada di desa sendiri ya masyarakat desanya karena mereka yang berada I2 di desa tersebut dan yang mengelolanya. Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 tentang pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pembangunan Kawasan Budidaya memang pihak dari organisasi perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan sendiri, Bidang Perencanaan Ekonomi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang sudah siap sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan sosial budaya masyarakat pesisir di daerah selain itu tentunya kesiapan dari pihak desa dan masyarakat desa sendiri yang terlibat dalam pengelolaan wilayah mereka untuk dari itu kami membuat pemberdayaan masyarakat agar mereka memahami dan mengetahui apa saja yang dapat merusak wilayahnya yang tidak boleh dilakukan dan penanggulangannya. I3 Dalam Keputusan Bupati Nomor 902/Kep.172-Huk/2017 pembentukan tim kerja pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pembangunan Kawasan Budidaya pihak dari organisasi perangkat daerah ada dari Dinas Perikanan, Bidang Perencanaan Ekonomi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tangerang, Bidang Konservasi pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tangerang. I5
I/Q Pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola wilayah pesisir Pemerintah daerah dan masyarakat Desa Muara karena memang apabila masyarakat mengelola sendiri tanpa pemerintah tentu tidak akan bisa dari segi pengetahuan I6 pengelolaan, materi untuk pengelolaan dan apabila pemerintah telah memberikan bantuan namun masyarakat tidak dapat mengelola juga percuma jadi ya harus berdampingan. Ya masyarakat desa tapi masyarakat desa juga kan banyak keterbatasan jadi dapat I8 didukung oleh pemerintah daerah. I9 Masyarakat dan pemerintah daerah Pemerintah dan masyarakat desa Muara mba karena apabila masyarakat sendiri pun I10 banyak keterbatasan yang dimiliki jadi harus didukung, di dorong oleh pemerintah daerah.
I/Q Koordinasi dinas-dinas terkait dalam pengelolaan wilayah pesisir
Kalau koordinasi memang jadi hambatan kami ya karena dari setiap organisasi perangkat daerah mempunyai program unggulan sendiri jadi terhambatnya pelaksanaan program ini tapi karena program dari organisasi perangkat daerah lain ada yang hampir sama jadi tidak begitu terlalu sulit. I2 Bahwa dalam program Gerbang Mapan memang program yang terintegrasi yang artinya dikerjakan bareng-bareng oleh sebab itu memerlukan koordinasi dan keterpaduan. Namun untuk mengkoordinasikan semua organisasi pemerintah daerah terkait memang sangat sulit dikarenakan mereka mempunyai pekerjaan masing-masing sehingga terjadinya pemunduran kegiatan yang merugikan waktu dan menumpuknya I3 biaya. Koordinasi sangat diperlukan agar tidak terjadi tumpang tindih atau ego dari masing- masing sektoral supaya memang program selesai tepat waktu dan dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan namun dalam pelaksanaan kami mengalami hambatan yaitu koordinasi dari semua pelaksana organisasi perangkat daerah yang terlibat. Dikarenakan kami juga mempunyai program unggulan yang memang harus kami kerjakan. Selain itu hambatan kami ialah pada masyarakat Desa Muara itu sendiri masih memiliki sifat curiga sehingga distribusi bantuan pun terhambat. Rendahnya sumber daya manusia pun pada Desa Muara
I5 berpengaruh dalam mencerna bantuan atau penyuluhan yang telah kami berikan.
I/Q Bantuan yang diberikan untuk masyarakat Desa Muara
Bantuan yang telah diberikan pada program ini untuk Desa Muara adalah infrastruktur berupa penyuluhan dalam bidang hybrid engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove lalu terdapat jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaan air bersih sebanyak 2 (dua unit). Untuk pemberdayaan masyarakat kami membentuk tiga kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus-september 2015 dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dan prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan, pencarian benih, pembibitan, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng. Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga yang dilaksanakan setiap hari sabtu. I2 Bantuan yang diberikan untuk Desa Muara penyuluhan dalam bidang hybrid engineering, pusat restorasi dan pembelajaran mangrove, terdapat jasa konsultasi feasibility study embung dan pengadaan air bersih sebanyak 2 (dua unit). Untuk pemberdayaan masyarakat kami membentuk tiga kelompok pelestari mangrove pada bulan agustus-september 2015 dengan pelatihan ekosistem mangrove, tata cara dan prosedur pelaksanaan rehabilitasi mulai dari penyiapan, pembibitan, pencarian benih, pembibitan, pemilihan lokasi, penanaman serta pemeliharaan juga kami ada pengadaan sarana pengolahan sampah sebanyak 50 (lima puluh) tabung komposter dan 1 (satu) paket bak sampah. Untuk laporan penguatan ekonomi kami melakukan pengembangan budidaya bandeng. Pada tahun 2016 kami mengadakan pelatihan Integrated Coastal Management (ICM), pelatihan State Of Coast (SOC) dan kami memberikan pengadaan reverse osmosis sebanyak 1 (satu) yang dapat banyak kegunaannya salah satunya teknologi untuk pengolahan air minum itu sendiri di Desa Muara selain itu ada pesisir mengajar juga yang dilaksanakan setiap hari sabtu. I3 Pada tahun 2015 di Desa Muara terdapat pengadaan sarana air bersih komunal sebanyak 2 (dua) unit neng dalam rangka memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat pesisir karena masalah pada desa pesisir umumnya termasuk Desa Muara memang kesulitan mendapatkan air bersih lalu pada tahun 2016 pengadaan filter air dan reverse osmosis di desa muara masing-masing 1 (satu) unit agar kualitas air dapat layak dikonsumsi. Lalu terdapat pesisir salah satu kegiatan kami dalam pemberdayaan masyarakat yang terdiri dari penanaman mangrove, mencintai makan ikan. Hal ini perlu ditanam dari jiwa sejak dini agar mereka sudah mengetahui dan menyukai apa yang ada pada wilayah mereka, agar mereka dapat menjaga itu. I5
Bantuan yang diberikan untuk masyarakat Desa Muara I/Q
Dalam program gerbang mapan terdapat pengadaan sarana air bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara namun disini memang hampir tidak ada adanya sosialisasi,penyuluhan atau pelatihan secara continue seperti sarana dan prasarana yang telah diberikan pada Desa Muara dalam program Gerbang Mapan menjadi tidak berfungsi dengan baik dalam pemberian alat dekomposter untuk pengolahan limbah organik tidak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Muara dikarenakan faktor minimnya pengetahuan mengenai bagaimana merakit alat dan mekanisme perkomposannya sehingga alat tersebut disimpan saja karena memang masyarakat tidak paham. I6 Dalam program gerbang mapam terdapat pesisir mengajar mba jadwal mengajar dilakukan seminggu sekali pada setiap sabtu di SDN 01 Muara agar tidak mengganggu pelajaran mereka saat sekolah. Yang kami ajarkan beberapa materi pelajaran, setiap sebulan sekali ada kegiatan gemar makan ikan yang dimaksudkan anak-anak pesisir dapat menyukai makan ikan namun ikan yang dipakai untuk kegiatan tersebut beli catering bukan dari hasil yang dimiliki pada wilayah tersebut dan setiap tiga bulan dilakukan pengajaran kelapangan untuk penanaman mangrove yang diharapkan anak-anak dapat menanam, menjaga mangrove bukan merusak. I7 Dalam program gerbang mapan terdapat pengadaan sarana air bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara I8 Adanya pengadaan sarana air bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter
I9 untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara. Dalam program gerbang mapan sudah dilaksanakan pengadaan sarana air bersih, penanaman mangrove, pembantuan alat dekomposter untuk pengolahan sampah, pertambakan bandeng dan pesisir mengajar di SDN 01 Muara. I10
I/Q Pengembangan dari potensi yang ada
di Desa Muara disana mayoritas memiliki tambak bandeng jadi kami terdapat budidaya bandeng agar kualitas bandeng dapat baik dan menjadi ciri khas dari Desa Muara sendiri. I2
Pengembangan dari potensi yang ada I/Q Karena pada Desa Muara terdapat potensi pertambakan bandeng yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat maka dilakukan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari persiapan wadah yang meliputi persiapan tambak dengan pengeringan pelataran, pengisian air sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah ± 7 hari dari pemupukan, pemasukan air kembali hingga ketingian ± 10 cm diatas pelataran tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm,pemeliharaan bandeng,pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp, 50 kg/ha lalu pemupukan dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼ bagian ditambah pemberian pakan pelet mulai dilakukan dan pemupukan dilakukan seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg dan tsp 30 kg. I3 yang saya tau pertambakan bandeng neng dari Dinas Perikanan sendiri agar kualitas bandeng disana dapat baik karena rata-rata mereka tidak dapat menjual bandengnya karena kualitasnya buruk jadi mereka hanya untuk wisata pemancingan.
I5
I/Q Koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan masyarakat Desa Muara Koordinasi kami melalui kepala desa, perangkat desa dan disana terdapat kelompok masyarakat ya karena tidak selalu memungkinkan kami langsung dengan masyarakat I2 gitu. Kami melakukan koordinasi melalui Kepala Desa dan Kelompok Masyarakat yang berada di Desa Muara saja karena tidak memungkinkan juga kami dapat koordinasi masyarakat satu persatu. I3 Koordinasi melalui Kepala Desa dan Kelompok Masyarakat yang berada di Desa Muara neng jadi memang tidak secara langsung ya palingan kalau ada penyuluhan saja. I5 Untuk koordinasi melalui saya dan kelompok masyarakat disini untuk menyampaikan mengenai Gerbang Mapan baik dari perencanaan sampai pelaksanaan. I6 Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala desa mengenai Gerbang Mapan dari perencanaan, pelaksanaan dan kami juga dilibatkan dalam I8 pengawasan
I9 Untuk koordinasi melalui kami kelompok masyarakat atau kepala desa. Karena tidak adanya sosialisasi atau pemberitahuan terlebih dahulu sehingga kami tidak
I10 tau apa yang akan dilaksanakan dan manfaat dari bantuan itu apa.
Keterbukaan/ transparansi dalam pelaksanaan program gerakan pembangunan I/Q masyarakat pantai di Desa Muara
Kepala desa, kelompok masyarakat desa dan sebelum melaksanakan kegiatan di desa muara terdapat spanduk/ plang akan dilaksanakan misal pengadaan air bersih gitu ya dari program gerbang mapan jadi itu sudah menjadi transparansi kegiatan program gerbang mapan, masyarakat dapat membaca. I2 Dalam pelaksanaan terdapat spanduk berupa kegiatan yang dilaksanakan jadi masyarakat mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung. I3 Dalam pelaksanaan ada spanduk kegiatan yang dilaksanakan jadi masyarakat mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung itu dari program Gerbang Mapan dapat dilihat dan dibaca I5 sendiri. Ada spanduk setiap pelaksanaan mba dilaksanakan apa dari program Gerbang Mapan gitu jadi ya masyarakat dapat melihat. I6 Kalau untuk pesisir mengajar sendiri pelaksanaan diketahui oleh Kepala Desa ya mba jadi justru kepala desa yang mengusulkan pada SDN 01 Muara untuk dilaksanakan pesisir mengajar. Nah dalam keterbukaan sendiri pelaksanaan program pesisir mengajar telah disampaikan ya murid dari gurunya mba dan murid menyampaikan kepada orang tuanya bahwasanya sabtu ada kegiatan pesisir mengajar gitu mba. I7 Ada spanduk setiap pelaksanaan ditempat yang sedang dijalankan I8 Ada spanduk panjang mba di tempat pelaksanaan agar masyarakat dapat mengetahui yang
I9 sedang dijalankan. Ada spanduk ko mba pastinya di setiap tempat pelaksanaan agar masyarakat mengetahui I10 yang sedang dijalankan.
I/Q Peran masyarakat dalam mengelola Desa Muara
Tentu masyarakat sebagai pengelola yang besar karena memang berada di desa dan bantuan yang kami berikan dalam program gerbang mapan ini memang untuk desa yang dipakai masyarakat agar dikelola dengan baik. I2 Tentu menjadi pengelola yang besar karena merupakan penghuni Desa Muara itu sendiri jadi yang bertanggung jawab mengelola Desa Muara ya masyarakat Muara sendiri. I3 Masyarakat ya sebagai pengelola ya neng karena masyarakat mempunyai peran penting untuk Desa Muara sendiri karena apabila bukan masyarakat siapa lagi yang akan mengelola, percuma kalau misal dari pemerintah sudah berupaya memberikan ini itu kalau masyarakat tidak kelola dengan baik. I5
I/Q Peran masyarakat dalam mengelola Desa Muara
Masyarakat ya sebagai pengelola yang paling dominan ya karena yang berada di desa, I6 melihat kondisi desa setiap hari. Masyarakat sebagai pengelola yang paling utama karena yang berada di desa, melihat
I8 kondisi desa setiap hari. Masyarakat sebagai pengelola karena yang di desa terus dapat melihat kondisi desa setiap I9 hari. Masyarakat tentunya pengelola ya mba karena yang tinggal di desa yang merasakan baik I10 buruknya dalam pengelolaan.
Tanggapan mengenai adanya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di I/Q Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir
Program gerbang mapan ini untuk membantu desa pesisir Kabupaten Tangerang dalam membantu pembangunan infrastruktur, membantu perekonomian masyarakat pada desa pesisir dan dengan ada pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mengelola dengan baik di desa. Menurut kami dalam menjalankan program 2015-2016 sudah dirasa cukup baik karena kami sudah menjalankan pembangunan infrastruktur yang terdapat pengadaan air bersih, membantu dalam pertambakan bandeng dan sudah dilakukannya penyuluhan meskipun memang kami akuin masih adanya kekurangan. I2 Ya diadakannya program Gerbang Mapan untuk kemajuan desa pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara agar tidak termasuk desa yang tertinggal, untuk itu dibantunya pembuatan infrastruktur dasar, membantu perekonomian dan adanya pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan I3 wilayahnya dengan baik. Program Gerbang Mapan untuk desa pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara yang lebih baik agar desa memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa dapat mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan I5 wilayahnya dengan baik.
Adanya program Gerbang Mapan untuk desa pesisir Kabupaten Tangerang termasuk Desa Muara yang lebih baik agar desa memadai dari segi infrastruktur, perekonomiannya dan masyarakat desa dapat mencintai, menjaga dan melindungi wilayahnya dengan adanya pemberdayaan masyarakat agar pemikiran mereka dapat menjaga lingkungan dan I6 wilayahnya dengan baik.
Tanggapan mengenai adanya program gerakan pembangunan masyarakat pantai di I/Q Desa Muara dalam pengelolaan wilayah pesisir Adanya program gerbang mapan untuk desa pesisir Kabupaten Tangerang di Desa Muara khususnya pada pesisir mengajar untuk mengajarkan secara dini bagaimana dapat I7 mencintai dan melindungi wilayah pesisir, karena yang mudah untuk diubah kan anak kecil ya terus perjalanan mereka juga masih panjang jadi nasib pesisir akan di tangan mereka. Belum adanya hasil optimal dari pembangunan embung air kami masih merasakan banjir saat musim hujan dan kesulitan air saat kemarau sehingga pelaksanaan program gerbang
I8 mapan belum dapat kami rasakan secara optimal.
Pada pengembangan budidaya bandeng kegiatan dimulai dari persiapan wadah yang meliputi persiapan tambak dengan pengeringan pelataran, pengisian air sampai ketinggian 5 cm di pelataran, pemupukan awal 50 kg urea dan 30 tsp dan klekap tumbuh setelah ± 7 hari dari pemupukan, pemasukan air kembali hingga ketingian ± 10 cm diatas pelataran tambak, penebaran benih bandeng ukuran 5-7 cm, pemeliharaan bandeng,pemupukan ulang untuk menumbuhkan klekap dengan cara pemupukan urea 100 kg/ha dan tsp, 50 kg/ha lalu pemupukan dilakukan pada bulan kedua atau pada saat klekap sudah tinggal ¼ bagian ditambah pemberian pakan pelet mulai dilakukan dan pemupukan dilakukan seminggu sekali setelah umur 2 bulan dengan dosis urea 50 kg dan tsp 30 kg. Memang secara umum kegiatan dan tahapan budidaya sudah dilakukan dengan baik namun tahapan yang tidak dilakukan yaitu pemeberantasan hama dengan menggunakan saponin dikarenakan karena tidak adanya peralatan hal tersebut mengakibatkan pertumbuhan pada bandeng sangat lambat karena menjadi kondisi air kurang optimum selain itu pemberian pakan bandeng yang diberhentikan karena truk yang membawa pakan tersebut tidak dapat masuk ke desa kami sehingga laju pertumbuhan hanya 1,68 % dan berat rata rata bandeng 6,35 g itu rendah. Secara umum laju pertumbuhan spesifik ikan bandeng adalah 2-7 % tergantung pada umur bandeng dan kondisi eksternal, sedangkan berat rata-rata anatara 10- 12 g sehingga kami masyarakat kembali menjadikan tambak bandeng kami hanya sebagai wisata pemancingan karena kualitas tidak baik tidak dapat dijual mba.
I9 Ya bagus sih mba jadi masyarakat Muara terbantu ya dari air bersih sudah ada kemajuan jadi tidak begitu ada kesulitan, mangrove juga mulai tumbuh, adanya pesisir mengajar juga terus pertambakan diberinya pangan namun memang masih belum optimal sih mba masih I10 banyaknya kekurangan, hambatan.
I/Q Hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan wilayah pesisir
Hambatan kami dari koordinasi ya karena menjadi pemunduran waktu, dari masyarakat sendiri juga yang kadang menolak bantuan kami, dalam program yang kami telah jalankan adanya hambatan seperti tambak faktor jalan dan peralatan selanjutnya FS Embung air karena lahan juga sehingga menyebabkan kurang optimal dalam I2 pelaksanaan itu sendiri. Hambatan kami pada koordinasi karena organisasi perangkat daerah mempunyai pekerjaan sendiri dan dalam pelaksanaan pertambakan bandeng adalah jalan yang menuju Desa Muara hanya selebar 3 m, truk yang membawa pangan bandeng tidak dapat masuk ke dalam desa selain itu memang kami kekurangan sumber daya manusia untuk pemberian pangan agar pertumbuhan ikan optimal dilakukan dengan mengacu pada program pemberian pakan memang dari segi waktu kami tidak memungkinkan. Selain itu, kondisi perairan yang menjadi faktor utama perkembangan ikan bandeng adalah oksigen terlarut, salinitas, suhu, kadar amonia, H2S dan pH, pemantauan kualitas air memang tidak dapat dilakukan karena tidak adanya peralatan sehingga dalam pelaksanaan masih kurang optimal. I3 Hambatan kami pada koordinasi karena kami mempunyai pekerjaan sendiri ketika rapat memang harusnya ada pembagian tugas nah dulu belum jadi kan kita punya tugas dan pertanggung jawaban masing-masing jadi memang koordinasi yang agak susah dan dalam pelaksanaan kami sering dicurigai oleh masyarakat jadi terhambatnya distribusi I5 itu sendiri neng. Kalau hambatan kurangnya peralatan, kurang adanya sosialisasi ya sehingga masyarakat masih banyak yang belum paham dan mengerti maksud bantuan yang I6 diberikan. Kalau hambatan dari pesisir mengajar itu sendiri sih palingan dari modul yang harus kami ajarkan apa misal untuk minggu ini bahasa inggris tapi anak-anak lebih menyukai mangrove jadi kami harus bagaimana supaya anak-anak mau belajar sesuai modul. Karena kan kami satu bulan diberikan modul oleh Dinas Perikanan untuk kegiatan I7 mengajar. Kalau hambatan paling dalam pelaksanaan seperti kurangnya peralatan, dalam pembantuan pun masih kurang adanya sosialisasi ya sehingga masyarakat masih
I8 banyak yang belum paham dan mengerti maksud bantuan yang diberikan. Kalau hambatan paling dalam pelaksanaan kurangnya peralatan aja mba jadi
I9 pelaksanaan menjadi kurang optimal. Kalau hambatan sih mba peralatan yang kurang biasanya dari pelaksanaan program jadi I10 kurang optimal gitu.
3. Pengawasan
Bentuk pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan wilayah pesisir program I/Q gerakan pembangunan masyarakat pantai
Sebenarnya kita monitor kesana tapi memang tidak continue karena kita keterbatasan aparatur, dibidang saya saja hanya saya dan pak hari tidak ada pendamping terkadang kita monitor kalau mau kesana ya kesana minimal setahun sekali atau 2 (dua) kali untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatannya. I2
Kita melakukan pengawasan selama pembangunan atau saat berlangsungnya kegiatan, kami berharap masyarakat telah diberikan bantuan dapat dijaga dan digunakan dengan baik, itu saja sih ti. I3
I/Q Masyarakat ikut dilibatkan dalam pengawasan
Disana terdapat kelompok masyarakat 3 (tiga) yang kami bentuk diberi tugas untuk mengawasi karena mereka yang berada di desa ada kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak, dan kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan kepada kami mengenai pengelolaan disana terhadap bantuan yang telah kami berikan lalu apabila jika memang ada pelanggaran. I2 Disana dibentuk kelompok masyarakat 3 (tiga) yang diberi tugas memang untuk mengawasi karena mereka yang setiap saat berada di desa terdapat kelompok masyarakat mangrove, kelompok masyarakat tambak, dan kelompok masyarakat nelayan tangkap. Mereka dapat melaporkan kepada kami jika memang ada I3 pelanggaran. Kami mengawasi dan melaporkan apabila memang adanya masalah, hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program gerbang mapan dengan membuat laporan kepada Dinas Perikanan namun apabila laporan kami tidak adanya keberlanjutan maka pelaksanaan pengelolaan pun tidak akan selesai. I8 Kami memang mengawasi dan melaporkan apabila memang adanya masalah, hambatan atau pelanggaran dalam pengelolaan pesisir program gerbang mapan dengan membuat laporan kepada Dinas Perikanan namun laporan kami tidak adanya I9 keberlanjutan jadi bagaimana masalah teratasi mba. Kami hanya membuat laporan sih mba apabila memang ada pelanggaran atau masalah dalam pengelolaan yang memang kami laporkan kepada dinas perikanan namun laporan pun tidak ada keberlanjutan seperti memang kendala dalam pelaksanaan alat dekomposter yang memang tidak digunakan dikarenakan masih minimnya pengetahuan I10
Hambatan dalam pengawasan pengelolaan wilayah pesisir program gerakan I/Q pembangunan masyarakat pantai Seperti yang kami sebutkan bahwa sebenarnya memang kami keterbatasan aparatur untuk mengawasi ya jadi memang kalau ingin kesana ya kita kesana tapi kami kan sudah ada dari kelompok masyarakat itu sendiri I2 Hambatan memang SDM kita terbatas untuk mengawasi, tapi kami sudah ada
I3 kelompok masyarakat yang mengawasi. Ya itu tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pemerintah daerah sehingga yang kami laporkan mengenai keberlanjutan pengelolaan di Desa Muara dan pelanggaran I8 yang terjadi tidak ada tindakannya. Tidak adanya pengawasan secara lanjut oleh pemerintah daerah sehingga yang kami
I9 laporkan tidak ada tindakannya. Paling hambatan kalau dari kami ya jadi bingung sendiri mba karena laporan tidak ada keberlanjutan terus jadinya bagaimana? Sedangkan kami mengawasi dan melaporkan I10 tapi tindakan dari yang kami laporkan itu tidak ada.
4. Evaluasi
Sanksi yang diberikan kepada penyimpangan pengelolaan wilayah pesisir I/Q program gerakan pembangunan masyarakat pantai Memang tidak adanya sanksi paling kalau kami sana kami tegur saja. Yang rugi kan
I2 sebenarnya mereka ya karena wilayah mereka yang rusak. Menurut informasi masyarakat banyak yang mengambil pasir laut dengan menggunakan kapal kecil melalui Kali Kramat ke tempat yang sudah ditentukan didarat dan depan pantai dimana alur pelayaran kapal melalui daerah aliran sungai cisadane yang berada diwilayah Desa Tanjung Burung. Kapal yang beroperasi sekitar 20 kapal dengan setiap kapal mengangkut pasir hingga lima kali. Itu salah satu kelemahan kami
I3 memang tidak adanya sanksi paling berupa teguran saja.
I/Q Kepastian hukum yang berlaku
Tidak ada sih mba ini kan salah satu program unggulan bupati Tangerang untuk wilayah
I2 pesisir di Kabupaten Tangerang. Tidak ada karena ini merupakan program unggulan Bupati Tangerang yang masuk ke dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018. I3
Acuan dalam perencanaan program gerakan pembangunan masyarakat pantai I/Q dalam pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara sudah baik
Acuan yang digunakan adalah aspek tata kelola terdiri dari 6 elemen dasar yaitu kebijakan, strategi, aransemen kelembagaan, legislasi, informasi dan penyadaran publik, pendanaan yang berkelanjutan, pengembangan kapasitas dan pengelolaan. Lalu aspek pembangunan berkelanjutan yaitu perlindungan dan pengelolaan kerusakan sumberdaya alam dan buatan, perlindungan pemulihan dan pengelolaan habitat, ketahanan pangan dan manajemen mata pencaharian, pengurangan solusi dan pengelolaan limbah. Pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih rendah pada program yang kami laksanakan ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air soal lahan dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir. I2
Dalam implementasi program, Gerbang Mapan mengikuti alur kerangka kerja pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir dari Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA), yang dikenal dengan ICM system yang terdapat 2 (dua) aspek yaitu aspek tata kelola dan aspek implementasi. Aspek inilah yang.diacu menjadi pra-syarat dasar dan keberhasilan dalam pelaksanaan Gerbang Mapan. Segi dari kebijakan, strategi, rencana, aransemen kelembagaan,legislasi,mekanisme pembiayaan tidak ada hambatan yang sulit pada perencanaan di Desa Muara dari menganalisis masalah desa dengan melakukan survey lapangan sampai pembuatan perencanaan. Hanya saja memang kami kesulitan dalam informasi dan penyadaran publik untuk masyarakat Desa Muara hal ini disebabkan karena untuk mengubah pola pikir manusia memang tidak mudah. Sedangkan pada aspek pembangunan berkelanjutan memang dalam pelaksanaan program gerbang mapan di Desa Muara memperhatikan elemen-elemen masih rendah pada program yang kami laksanakan ketahanan pangan dan peningkatan mata pencaharian masih dirasa belum optimal dikarenakan masih kurangnya peralatan yang digunakan pada pertambakan bandeng, selain itu pengelolaan sumber daya air masih ada kekurangan pada embung air soal lahan dan pengelolaan kerusakan akibat alam atau manusia masih adanya penambangan pasir liar yang dapat merusak ekosistem pesisir.
I3
I/Q Target yang dicapai
Target yang kami ingin capai ya kami ingin adanya kemajuan pada desa pesisir di Kabupaten Tangerang di Desa Muara dari pembangunan infrastruktur, perekonomian masyarakatnya sehingga masyarakat pesisir di Desa Muara dapat mandiri mengelola wilayahnya dengan
I2 baik. Yang ingin dicapai ya terbangunnya infrastruktur dasar, terbantunya dalam perekonomian untuk Desa Muara, dan terlaksananya pemberdayaan masyarakat di Desa Muara sehingga Desa Muara dapat menjadi desa yang mandiri. I3
Kabupaten Tangerang memiliki salah satu program pembangunan unggulan, yang dikenal dengan jargon GERBANG MAPAN (gerakan pembangunan masyarakat pantai). Program ini bertujuan untuk mempercepat penyediaan infrastruktur dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan memberdayakan masyarakat di wilayah pesisir, yang mencakup 8 (delapan) kecamatan pesisir dan 25
(duapuluh lima) desa pesisir. Program GERBANG MAPAN harus dirancang, direncanakan, dan dilaksanakan secara matang dengan tahapan dan indikator yang jelas dan terukur, sehingga program tersebut dipahami dan mudah dilaksanakan oleh pelaksana dan penerima manfaat yaitu aparat pemerintah dan masyarakat.
Penyusunan Roadmap Gerbang Mapan ini merupakan salah satu unsur penting dari pembangunan suatu daerah, guna menentukan fokus dan lokus pembangunan.
Oleh karena itu, dalam rangka menciptakan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang lebih fokus, terukur, dan terpadu serta berkelanjutan, maka diperlukan suatu studi penyusunan perencanaan pembangunan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tangerang. Dokumen ini adalah bentuk nyata sebuah desain dan rencana program pembangunan di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tangerang yang komprehensif, yang secara khusus disebut Roadmap Program GERBANG MAPAN.
1.2. Maksud dan Tujuan
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendesain perencanaan implementasi program
GERBANG MAPANG Kabupaten Tangerang selama 5 (lima) tahun, dalam bentuk roadmap (peta jalan), untuk mempercepat pertumbuhan infrastruktur
dasar, pengembangan perekonomian masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat di desa-desa wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.
Adapun tujuan kegiatan ini adalah:
a) Mesnistesis potensi sumberdaya di desa-desa wilayah pesisir dan laut
Kabupaten Tangerang.
b) Mengidentifikasi dan menganalisis isu dan permasalahan strategis di desa
wilayah pesisir dan laut Kabupaten Tangerang.
c) Menyusun Rencana Pengembangan Masyarakat Pantai di desa dan
kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang secara terpadu.
d) Menyusun roadmap GERBANG MAPAN Kabupaten Tangerang.
1.3. Output dan Outcome
Output kegiatan ini adalah:
Tersedianya Roadmap Implementasi GERBANG MAPAN Kabupaten Tangerang di desa dan kecamatan pesisir utara Kabupaten Tangerang yang didalamnya tersaji:
1. Sintesis Potensi wilayah desa pesisir Kabupaten Tangerang
2. Isu dan permasalahan strategis di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang
3. Rencana Implementasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
dengan pendekatan Integrated coastal development di Desa Pesisir dalam
kurun waktu jangka menengah.
Outcome kegiatan ini adalah:
a. Terjadinya perubahan tata kelola dalam perencanaan dan implementasi
pengembangan wilayah pesisir.
b. Tersedianya infrastruktur dasar masyarakat desa pesisir yang berkaitan
dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut.
c. Peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat secara signifikan di desa
dan kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang.
d. Efektifnya program pemberdayaan masyarakat di desa pesisir Kabupaten
Tangerang.
1.4.Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kajian penyusunan Roadmap yang dilaksanakan meliputi ruang lingkup dan ruang lingkup wilayah kajian, yang meliputi:
1) Mengunjungi desa-desa sasaran;
2) Melakukan survey lapangan mengenai kondisi fisik, sumberdaya alam dan
lingkungan desa-desa sasaran;
3) Mengumpulkan data sosial ekonomi masyarakat di desa-desa sasaran;
4) Melakukan wawancara dengan aparat pemerintahan desa dan kecamatan
serta dengan masyarakat desa
5) Melakukan konsultasi publik untuk menjaring aspirasi dan kebutuhan dasar
wilayah;
6) Menganalisis data-data yang diperoleh;
7) Melakukan rapat pembahasan secara bertahap;
8) Menyusun roadmap GERBANG MAPAN;
9) Membuat kesimpulan dan rekomendasi Roadmap GERBANG MAPAN.
Sedangkan secara kewilayahan, lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah
kecamatan pesisir di Kabupaten Tangerang, yang terdiri dari 8 kecamatan dan 25
desa seperti dijabarkan pada Tabel 1-1.
Tabel 1-1. Lokasi Sasaran Kajian Roadmap Gerbang Mapan
No Kecamatan Kode Desa/Kelurahan Pesisir
Kecamatan
1 Kecamatan Mekarbaru K1 1. Jenggot
2 Kecamatan Kronjo K2 2. Kronjo
3. Pagedangan Ilir
4. Muncung
3 Kecamatan Kemiri K3 5. Patra Manggala
6. Lontar
7. karanganyar
4 Kecamatan Mauk K4 8. Mauk Barat
9. Ketapang
10. Tanjung Anom
11. Marga Mulya
No Kecamatan Kode Desa/Kelurahan Pesisir
Kecamatan
4 Kecamatan Mauk K4 1. Mauk Barat
2. Ketapang
3. Tanjung Anom
4. Marga Mulya
5 Kecamatan Sukadiri K5 5. Karang Serang
6 Kecamatan Pakuhaji K6 6. Surya Bahari
7. Kohot
8. Sukawali
9. Kramat
7 Kecamatan Teluk Naga K7 10. Tanjung Burung
11. Tanjung Pasir
12. Muara
13. Lemo
8 Kecamatan Kosambi K8 14. Kosambi Barat
15. Kosambi Timur
16. Salembaran Jaya
17. Salembaran Jati
18. Dadap
1.5. Metodologi
1.5.1. Pendekatan Studi
Penyusunan Roadmap Program Gerbang Mapan Kabupaten Tangerang pada dasarnya merupakan penyusunan model-model pengembangan dan program- program pembangunan yang akan dilakukan selama 5 (lima) tahun, yang disertai indikator kinerja untuk masing-masing model, yang bersifat operasional, implementatif, spesifik lokasi dan berbasis masyarakat. Sehingga penyusunan roadmap perlu dilakukan dengan berbagai pendekatan, perkiraan (estimasi), kajian serta analisis secara mendalam dan komperehensif terhadap berbagai aspek, antara lain : aspek sumberdaya alam dan lingkungan, aspek sumberdaya manusia, aspek sosial ekonomi, aspek pengembangan infrastruktur wilayah, dan aspek kelembagaan.
Pendekatan studi penyusunan Roadmap Program Gerbang Mapan Kabupaten
Tangerang ini, dilakukan dengan pendekatan sistem, dimana suatu hasil akan ditentukan oleh input terhadap kajian dan proses yang dilakukan sehingga akan menghasilkan output yang optimal. Agar dapat dihasilkan sebuah roadmap yang implementatif dan komprehensif, maka input yang ada diproses melalui sebuah proses kajian komprehensif dengan metode pengumpulan data yang tepat dan kemudian dianalisis sampai dihasilkan output yang baik. Karena mengikuti alur pikir sistem (system thinking), kerangka pendekatan studi memiliki 3 komponen utama, yaitu input, proses dan output. Output yang akan dihasilkan adalah
Roadmap serta rencana pengelolaannya. Untuk mencapai output tersebut, maka
input yang diperlukan adalah berupa potensi SDA dan kondisi Sosbud. Input tersebut kemudian dianalisis secara partisipatif menjadi sebuah rencana pengembangan yang kemudian digabungkan dengan analisis potensi menjadi rencana pengembangan. Dengan menggunakan beberapa analisis holistic konfrehensif seperti analisis prioritas dengan pendekatan kolaboratif maka fokus dan lokus pengembangan dapat dihasilkan. Framework pendekatan studi disajkan
Gambar 1-2 berikut
INPUT PROSES OUTPUT
Analisis Dukungan
Potensi Pemberdayaan SDA
FGD
Analisis Rencana Road Map Policy Pengembangan Pengembangan
Ekonomi Prioritas
Kondisi Dukungan Perencanaan Implementasi Sosbud Partisipatif Infrastruktur
Observasi dasar
. Monitoring &Evaluasi
1.5.2. Pendekatan Implementasi Gerbang Mapan
Dalam implementasi program, Gerbang Mapan didesain mengikuti alur kerangka kerja (framework) Pembangunan Berkelanjutan di wilayah pesisir dari
Partnership for Environmental Management South East Sea (PEMSEA), yang dikenal dengan ICM system, yang didasarkan pada 2 hal yaitu aspek tata kelola
(governance) dan aspek implementasi skema pembangunan berkelanjutan
(sustainable development).
Agar implementasi Program Gerbang Mapang dapat berkelanjutan, hendaknya
Program Gerbang Mapan juga mengikuti skema siklus ICM yang terdiri dari 6
(enam) tahap. Enam tahapan siklus ICM dirahkan untuk mencapai 4 (empat) performance indicator yang ingin dicapai, meliputi : (1) efisiensi ekonomi
(menguntungkan dan dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi), (2) keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pembangunan, (3) terpeliharanya kelestarian SDA sehingga daya dukung lingkungan laut menjadi optimal dan (4) design by nature.
Agar hasil kajian ini applicable. Jika mengikuti alur pikirnya, Fokus Gerbang
Mapan adalah ekonomi unggulan, yag diperkuat dengan dukunga ifrastruktur dasar da penguatan pemberdayaan melalui peningkatan kapasitas dan kelembagaan masyarakat Secara sekwensi, roadmap ini memerlukan waktu implementasi 5 (lima) tahun yang dibagi ke dalam 3 tahap. Tahap pertama (2014) adalah perencanaan (berupa roadmap ini), tahap selanjutnya (2015) harus ditindaklanjuti dengan serangkaian aktivitas implementasi yang riil, sehingga
hasil rekomendasi kegiatan ini bukan semata hasil kajian tetapi juga dapat diimplementasikan. Aktifitas implementasi dimulai dengan implementasi program prioritas, dengan membuat sebuah program initial di desa tertentu atau bidang tertentu, yang sekaligus disiapkan program peningkatan kapasitas (capacity building) dan fasilitasi (berupa fasilitasi teknis, sosial, pasar dan penguatan perbaikan/dukungan infrastruktur dasar pendukung aktifitas). Tahap lanjut dari skema Gerbang Mapan adalah tahap pengembangan yang meliputi tahap scaling up produksi, pengembangan produk lanjut dan perluasan pangsa pasar. Sekwensi waktu Program Gerbang Mapan dibagi ke dalam tahapan sebagaimana tercantum pada Gambar 1-4.
Gambar 1-4. Framework kerangka waktu implementasi Gerbang Mapan di Desa
Pesisir Kabupaten Tangerang
1.5.3. Metode Pelaksanaan Kajian
Secara umum metode penelitian yang digunakan adalah metode survei partisipatif.
Untuk melakukan kegiatan ini, pentahapan kegiatan dilakukan masing-masing adalah: (1) pengumpulan data dan informasi (melalui survei data sekunder dan data primer); (2) kegiatan analisis data; dan (3) formulasi kebijakan.
Dalam melaksanakan kajian dilalui melalui beberapa tahapan, yang mencakup pengumpulan data dan informasi (sekunder dan primer), melakukan pengkajian terhadap data dan informasi (termasuk review hasil studi awal), serta pendekatan analisis dengan menggunakan beberapa metode analisis dan perumusan hasil, sebagaimana Gambar 1-5.
Kondisi Perencanaan Rencana, Input; Kawasan saat Penyusunan Kebijakan & sinkronisasi ini Roadmap Regulasi kebijakan (Tim + Pemda) &rencana
Pengumpulan data dan informasi (rapid survey) FGD Input; masukan dan (Desa+Kecamatan usulan ) Draft 1 Roadmap Workshop Roadmap
Draft 2 Roadmap
Paparan Hasil
Dokumen Roadmap GERBANG MAPAN
Untuk melakukan survei, kegiatan dilakukan melalui tahap persiapan, perencanaan detil dan survei situasi serta pengumpulan data lapang (Bunce, et al.,
2000). Secara rinci, tahap pelaksanaan kegiatan dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Pengumpulan Data dan Informasi
Metode pengumpulan data dan informasi pekerjaan Penyusunan Roadmap
Perencanaan Program Gerbang Mapan Kabupaten Tangerang adalah sebagai berikut:
1) Tahapan persiapan survei, meliputi persiapan dasar berupa pengkajian data
dan literatur yang telah ada yang berkaitan dengan rencana pengembangan
kawasan kelautan dan pesisir, persiapan teknik survei, penyiapan peta-peta
dasar, penyusunan daftar data yang diperlukan, dan daftar kuesioner (bila
diperlukan).
Tahap persiapan dilakukan dengan mempelajari kerangka acuan, memberi
tanggapan dan menyusun rencana kerja (proposal). Tahap persiapan ini juga
disertai mobilisasi individu yang terlibat dalam kegiatan, baik tenaga ahli,
asisten ahli maupun tenaga administrasi.
2) Tahapan survei lapangan :
. Survei lapang dilakukan untuk pengumpulan data baik data primer
maupun data sekunder. Survei data sekunder dilakukan pada lembaga-
lembaga pemerintah (daerah), universitas, perusahaan maupun lembaga
lain yang terkait. Sedangkan survei data primer dilakukan baik melalui
. survei pendahuluan, survei situasi (reconnaisance survey) maupun
survey lanjutan (Bunce et al., 2000). Untuk mengatasi luasnya lokasi
dan kondisi geografis, maka survei data primer dilakukan dengan
mengelompokan daerah-daerah yang mempunyai kategori/tipikal yang
sama atau berdekatan. Pendekatan pengelompokan ini dilakukan
berdasarkan pada kedekatan dan intensitas antar kelompok masyarakat,
dengan tetap memperhatikan variabilitas dan kekhasan daerah lokasi.
. Pengambilan data dengan pendekatan survei merujuk pada pengambilan
data yang berbasis pada contoh atau sampel responden (Singarimbun
dan Efendi, 1995; Bunce et al., 2002; Taryono, 2004; Taryono, 2009).
Mengingat terbatasnya waktu dan luasan daerah, maka survei data
primer dilakukan menggunaan metode survei cepat (rapid appraisal),
diskusi kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) setiap
komponen stakeholders pada masing-masing wilayah, maupun diskusi
mendalam (indepth interview) kepada informan kunci baik formal
maupun non-formal.
. Pada penelitian ini, karena yang diharapkan adalah informasi mengenai
fenomena yang ada/terjadi di masyarakat saat ini yang dapat digunakan
untuk perencanaan masa mendatang, maka digunakan metode
pengambilan sampel (sampling method) non-probabilistik sampling.
Non-probabilistik sampling adalah desain pengambilan contoh yang
tidak memungkinkan setiap elemen populasi menjadi contoh pada
tingkat probabilitas yang sama. Salah satu bentuk non-probabilistik
sampling adalah purposive sampling. Sehingga dalam survei ini,
pengambilan sampel responden didasarkan pada metode purposive
sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada sejumlah
kriteria yang dirumuskan oleh peneliti (Singarimbun dan Efendi, 1995). a. Populasi dan Sampel
Populasi dalam pengkajian ini adalah nelayan, penyuluh serta staf dinas-dinas di kabupaten dan provinsi, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Dalam hal ini yang dijadikan sampel adalah para peserta FGD, yang terdiri dari sejumlah orang yang berasal dari kelompok nelayan, aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan kelompok-kelompok masyarakat yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan perekonomian masyarakat pesisir. Jumlah total peserta FGD ini berkisar 10 – 20 orang di setiap lokasi. b. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dan observasi di lapangan, untuk mengidentifikasi dan menelaah berbagai informasi meliputi: a. Data karakteristik eksisting inovasi teknologi perikanan. b. Data karakteristik eksisting inovasi kelembagaan yang dikembangkan. c. Data kelompok usaha bersama (KUBE) meliputi ketersediaan wilayah
tangkapan ikan, tenaga kerja, biaya, produksi dan pendapatan nelayan. d. Data kelembagaan masyarakat meliputi keberadaan kelompok nelayan dan
pembinaan yang dilakukan.
Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berkaitan dengan pengkajian yang dilakukan. Data sekunder yang akan dikumpulkan meliputi: i). Kondisi geografis
Letak wilayah, topografi, iklim dan musim.
Aksesibilitasnya (jalan yg tersedia, kondisi jalan, dll). ii) Infrastruktur dan kelembagaan
Sarana ekonomi yang tersedia (pasar, pabrik dll).
Sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia.
Akses penduduk terhadap saranaprasarana dan pemanfaatannya.
Eksisting kelembagaan penunjang usaha nelayan. iii). Kondisi Sumberdaya alam, potensi dan pengelolaannya
Potensi SDA (ekosistem pesisir seperti terumbu karang, mangrove, lamun,
ikan, hutan, perkebunan, pertanian, perikanan, dll),
Pengembangan eksisting pengelolaan perikanan (luas lahan/perairan,
produksi, produktivitas). iv). Jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk.
Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.
Perkembangan penduduk yang signifikan (karena pengaruh migrasi atau
pertumbuhan alami) dan faktor-faktor yang berpengaruh.
v). Kualitas SDM (pendidikan dan keterampilan)
Tingkat pendidikan tertinggi yang dicapai.
Keterampilan masyarakat dalam konteks pemanfaatan sumberdaya lokal
(SDA, SDL, dan sumber ekonomi lainnya).
B. Tahap Focus Group Discuccion (FGD).
Diskusi kelompok terfokus dimaksudkan untuk menggali segala informasi, potensi, masalah, aspirasi dan keinginan stakeholders terhadap suatu masalah.
FGD dilakukan dengan pendekatan partisipatif, artinya semua peserta memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam menyuarakan informasi dan aspirasinya, karena itu teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan meta card atau meta plan. Tahapan yang dilaksanakan dalam FGD adalah:
a. Mengidentifikasi stakeholders yang akan menjadi peserta, sejauh mungkin
semua kepentingan terwakili sehingga hasilnya mewakili seluruh
kepentingan
b. Menentukan stakeholders terpilih untuk diundang
c. Mempersiapkan tempat pertemuan, berupa gedung pertemuan, dan meta
card, sarana dan prasarana FGD (kehadiran),
d. Mengundang dengan resmi kepada stakeholders untuk hadir
e. Melaksanakan musyawarah umum
f. Melaksanakan FGD dengan membagi ke dalam kelompok-kelompok
sesuai kepentingan.
g. Dalam pelaksanaan FGD, tahapan yang perlu dijalankan adalah:
(1) Menjaring isu dan masalah strategis
(2) Menjaring potensi-potensi pengembangan dan pemetaan
partisipatif
(3) Menjaring stakeholders kunci dan peran-perannya
(4) Menjaring solusi-solusi atas problem dan isu strategis
(5) Lain-lain, sesuai dengan kebutuhan.
C. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan teknik-teknik yang memungkinkan sesuai dengan ketersediaan data, baik analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis juga dilakukan terhadap hasil diskusi kelompok terutama penelusuran hubungan kausalitas (causes and effects) dari satu kondisi tertentu serta stakeholders-nya.
Identifikasi isu dan masalah strategis ekonomi menggunakan metode focus group discussions yang didukung dengan obervasi/survei cepat, indepth interview, diskusi kelompok maupun penelusuran terhadap program yang telah dilakukan sebelumnya, serta merujuk hasil analisis data yang telah dilakukan sebelumnya.
Langkah berikutnya adalah pemetaan isu berdasarkan stratifikasi kelompok masyarakat maupun kluster wilayah di Kabupaten Tangerang.
Identifikasi strategi ekonomi menggunakan pendekatan metode triangulasi partisipatif yang digali melalui metode focus group discussions. Sementara kajian pasar menggunakan hibryd market analysis – lokal, regional, nasional.
Perumusan rencana strategi pengembangan ekonomi pesisir (CEP) menggunakan pendekatan strategic planning.
C.1. Analisis kesenjangan (Gap Analysis)
Analisis kesenjangan dilakukan untuk melihat apa yang diperlukan oleh masyarakat sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraannya, baik pada sektor ekonomi maupun non-sektor ekonomi. Prinsip kerja analisis kesenjangan dapat dilihat dalam Gambar 1.4.
Kondisi Faktual Kondisi Ideal
Analisis Kesenjangan
Analisis Kebutuhan Program Program Need Asessement
Analisis kesenjangan ini dilakukan untuk menganalisis kebutuhan program
(program need assessment), sebagai salah satu output penting dalam studi ini.
Analisis Parapihak
Analisis parapihak digunakan untuk memetakan hubungan-hubungan yang terjadi antar parapihak (stakeholders) dalam kaitan dengan pengembangan masyarakat.
Analisis ini diantaranya meliputi:
a) Analisis parapihak (stakeholders) terkait.
b) Analisis kepentingan dan peran parapihak terkait.
c) Analisa relasi dan posisi para pihak dalam perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan.
d) Matriks tingkat kepentingan dan keterlibatan para pihak.
Pemetaan parapihak yang terlibat terutama ditujukan untuk mendapatkan posisi relatif serta tingkat kepentingan dan tingkat kontribusinya pada posisi sekarang.
Secara sederhana, relasi ini dapat dilihat dalam Tabel 1.2
Tabel 1.2. Matriks analisis kepentingan dan keterlibatan parapihak
TINGKAT KEPENTINGAN
TINGGI RENDAH
TINGKAT KUAT
KE
TERLIBATAN
LEMAH
Sumber : Diadapatasi dari Bryson (2004)
Analisis DPSIR
Analisis DPSIR adalah sebuah metode analisis untuk mengidentifikasi dan sekaligus menganalisis isu dan permasalahan secara komprehensif dan terstrata, dengan mengidentifikasi secara pasti faktor yang berperan sebagai pemicu
(drivers), sebagai penekan (pressure), kondisi (state), atau dampak (impact), dan mana respon (tanggapan). Analisis DPSIR akan memudahkan kita untuk menemukan usulan program pada respon atau tanggapan atas setiap mermasalahan. Skema matrik identifikasi dengan metode DPSIR disajikan pada
Table 1.3, sedangkan ilustrasi analisis keterkaitan DPSIR dicantumkan dalam
Gambar 1-7.
Tanggapan:Kebijakan/ Penyebab/ program/tindakan/ Pemicu solusi
Dampak (Ekologi/Biologi/Welfare/Sosial /health) Aktifitas
Status hasil/disebabkan dari aktifitas
Kondisi Pemicu Tekanan/ Dampak/ Skor Kategori Isu/Permasalahan / Drivers Pressure Impact Prioritas State
Isu/ Isu/
Permasalahan Permasalahan 1
Infrastruktur Isu/
Permasalahan 2
dst
Isu/
Permasalahan Isu/
Ekonomi Permasalahan 1
RIWAYAT HIDUP
Identifikasi Pribadi:
1. Nama : Asti Apriliyanti Putri 2. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 02 April 1995 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Pekerjaan : Mahasiswi 6. Status Perkawinan : Belum Kawin 7. Alamat : Villa Tangerang Indah Jalan Gunung Bromo CA 8 No. 16 RT 07 RW 10 Kelurahan Gebang Raya Kecamatan Periuk Kota Tangerang 15132 8. Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan:
1. SDS Garuda Chandra Buana III angkatan 2007 berijazah; 2. SMP Bonavita angkatan 2010 berijazah; 3. SMA Islamic Centre angkatan 2013 berijazah; 4. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2013-sekarang