1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total luas 1.9 juta/km2 dan jumlah penduduk nomor empat dunia yang terbesar ( data 2010). Kondisi geografis dan demografi Indonesia merupakan wilayah yang prospektif bagi kehadiran sebuah bisnis transportasi udara dalam perpindahan barang dan orang. Transportasi udara memegang peranan yang sangat penting bagi perekonomian nasional. Pertumbuhan industri penerbangan sebagai alat transportasi udara akan memengaruhi pertumbuhan dan kemakmuran masa depan suatu negara. Kondisi geografis Indonesia membuat sarana tranportasi udara sangat berperan dalam menunjang kemajuan ekonomi dan merupakan jantung tranportasi modern di era ekonomi global. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini menjadi peluang bagi maskapai penerbangan. Bisnis maskapai penerbangan terus melaju seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkisar 6% sehingga mendorong peningkatan jumlah penumpang. Berdasarkan pengalaman empiris, estimasi pertumbuhan 1%GDP akan menciptakan penambahan jumlah penumpang baru sebanyak 2 sampai 3% (INACA 2010). Menurut BPS yang dimuat dalam Investor Daily Indonesia (2013), jumlah penumpang udara penerbangan domestik periode Januari sampai Agustus 2013 mencapai 36.3 juta orang dan persentasenya meningkat sebesar 36.92% sedangkan penumpang udara internasional mencapai 8.6 juta orang, meningkat sebesar 8.47 juta orang dibanding periode yang sama tahun 2012. Selain itu, pada tahun 2012 pertumbuhan arus penumpang menurut BPS, pada Januari sampai Juni 2012 jumlah penumpang pesawat domestik mencapai 26.3 juta orang atau naik 4.68% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25.1 juta orang. Sedangkan selama Januari hingga Juni 2012 jumlah penumpang angkutan udara ke luar negeri, baik menggunakan penerbangan nasional maupun asing, mencapai 5.8 juta orang atau naik 10.84% dibandingkan jumlah penumpang pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 5.3 juta orang. Menurut Direktur Angkutan yang dimuat dalam Antara News.com, jumlah penumpang pesawat terbang baik domestik maupun internasional yang diangkut maskapai nasional selama 2012 naik 10-15% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan jumlah penumpang diikuti pula oleh pertumbuhan jumlah maskapai penerbangan komersial yang beroperasi terutama sejak dikeluarkan deregulasi yang mengatur transportasi udara pada tahun 1999, berupa serangkaian paket deregulasi, salah satunya adalah Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2004 tentang pendirian perusahaan penerbangan di Indonesia. Data Direktorat Jendral Perhubungan Udara Kementria Perhubungan (2013) menunjukkan bahwa jumlah perusahaan penerbangan di Indonesia yang memiliki izin usaha Niaga berjadwal dan Niaga tidak berjadwal saat ini berjumlah 57 perusahaan. Semakin banyaknya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di Indonesia dapat menciptakan persaingan yang cukup ketat diantara perusahaan tersebut, meskipun disisi lain adanya permintaan dan jumlah penumpang akan jasa penerbangan yang terus meningkat membuat peluang usaha di bidang ini 2

menjadi semakin tinggi. Peningkatan pertumbuhan penumpang domestik dan internasional dari tahun 2008 sampai 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Pertumbuhan penumpang domestik dan internasional di Indonesia tahun 2008 sampai 2012 Penumpang 2008 2009 2010 2011 2012 Domestik 37 404 437 43 808 033 51 775 656 60 197 306 71 421 464 Internasional 4 102 210 5 004 056 6 614 937 812 133 9 938 291 Total 41 506 647 48 812 089 58 390 593 61 009 439 81 359 755 Sumber: data diolah dari Indonesia Aviation Outlook (2013)

Data Kementerian Perhubungan Desember 2013 menunjukan meskipun terdapat 57 izin maskapai penerbangan komersial yang ada, namun hanya terdapat 22 perusahaan yang aktif dan mampu bertahan. Dari data tersebut dapat disimpulkan intensitas persaingan yang cukup tinggi, hanya perusahaan yang mampu bersaing yang dapat terus bertahan sedangkan perusahaan yang tidak mampu bersaing dengan sendirinya akan tersisih. Tabel 2 menunjukkan market share penumpang angkutan udara regular berjadwal dalam negeri tahun 2008 sampai 2012.

Tabel 2 Market share penumpang angkutan udara regular berjadwal dalam negeri di Indonesia tahun 2008 sampai 201 (%) No Operator 2008 2009 2010 2011 2012 1 PT. 12.76 13.94 13.08 11.22 9.76 2 PT. Mandala 9.22 8.11 4.54 - 0.18 3 PT. 20.49 19.17 19.30 22.76 21.43 4 PT. Merpati Nusantara 6.62 5.01 4.56 3.63 3.53 5 Indonesia Airasia 4.02 3.32 2.05 2.17 3.04 6 PT. Lion 24.63 30.54 38.05 41.48 41.22 7 PT. Sriwijaya 11.42 12.47 13.55 12.26 11.34 8 PT. Wing Air 6.21 2.90 1.61 3.31 3.64 9 Lain-lain 4.63 4.54 3.26 3.17 5.86 Sumber: Data diolah dari Indonesia Aviation Outlook dan INACA Annual Report (2013)

Selain itu, dunia industri penerbangan tahun 2015 akan memasuki era liberalisasi penerbangan ASEAN dengan nama ASEAN Open Sky Policy, yaitu kebijakan untuk membuka wilayah udara antar sesama anggota negara ASEAN yang telah menjadi komitmen kepala negara masing-masing negara anggota dalam Concord II yang dideklarasikan pada konferensi tingkat tinggi ASEAN tahun 2003. Dalam Bali Concord II disebutkan cita-cita terbentuknya ASEAN Economic Comunity 2020 dengan angkutan udara menjadi salah satu dari 12 sektor yang akan diintegrasikan pada tahun 2010. Kekuatan dari negara-negara ASEAN ini harus segera dipersatukan layaknya Eropa dengan Uni Eropa untuk menghadapi tantangan dan persaingan dari negara besar Asia, seperti Cina dan India. Tabel 3 menunjukkan market share beberapa maskapai penerbangan nasional yang berjadwal luar negeri.

3

Tabel 3 Market share penumpang angkutan udara berjadwal luar negeri di Indonesia tahun 2008 sampai 2012 yang diangkut oleh maskapai penerbangan nasional (%) No Operator 2008 2009 2010 2011 2012 1 PT. Garuda Indonesia 57.49 44.34 36.95 38.03 34.93 2 PT. Lion 11.35 7.67 12.55 11.80 15.92 3 Indonesia Airasia 22.61 39.72 41.09 41.58 39.26 4 PT. Batavia Air 1.58 1.22 3.28 3.59 5.21 5 PT. 0.00 2.77 2.59 2.25 1.88 6 PT. Wing Abadi 3.41 1.30 1.60 1.70 1.24 7 Lain-lain 3.56 2.98 1.94 1.05 1.56 Sumber: Data diolah dari Indonesia Aviation Outlook dan INACA Annual Report (2013)

Kehadiran kebijakan penerapan Open Sky tidak dapat dihindari oleh seluruh maskapai penerbangan yang ada di wilayah ASEAN khususnya Indonesia. Open Sky di era globalisasi dan liberalisasi harus dilakukan untuk meningkatkan prestasi industri penerbangan Indonesia, jika tidak dilakukan maka industri penerbangan Indonesia akan jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain. Kehadiran Open Sky merupakan sebuah peluang, tantangan, juga ancaman bagi maskapai penerbangan Indonesia. Oleh karena itu, menjelang Open Sky diberlakukan maka sangat penting bagi Indonesia untuk mempersiapkan diri baik dari sisi regulasi, maskapai, SDM, juga infrastruktur yang tentunya merupakan tantangan dan pekerjaan rumah bagi seluruh stakeholder untuk bekerja keras agar pada saatnya nanti dapat bersaing. Secara garis besar ada beberapa masalah yang dihadapi Indonesia dalam menghadapi open Sky Policy, diantaranya adalah sarana dan prasarana dalam dunia penerbangan Indonesia masih kurang memadai, belum mempunyai hukum udara dan ruang angkasa yang jelas, dan kurang siapnya operator yang qualified dalam mendukung kegiatan penerbangan di Indonesia. Pemerintah sebagai regulator tentunya harus mampu mengambil langkah yang tepat dalam memanfaatkan peluang, menyiapkan peraturan dan kebijakan yang mendorong kemajuan serta kompetisi industri penerbangan nasional. Selain itu, pemerintah juga harus melindungi kepentingan maskapai nasional agar Indonesia tidak dirugikan pada akhirnya. Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki 26 bandara internasional sedangkan Singapura hanya memiliki satu bandara dan memiliki enam bandara. Dengan demikian Indonesia memiliki pintu yang banyak untuk dimasuki dengan mudah oleh maskapai maskapai asing. Kebijakan Open Sky Policy atau globalisasi penerbangan tidak dapat dihindari oleh seluruh maskapai penerbangan nasional termasuk oleh PT. Sriwijaya Airmerupakan salah satu maskapai penerbangan swasta nasional dengan kategori niaga berjadwal. Hal ini menjadi sebuah peluang, tantangan, dan ancaman yang harus dihadapi oleh PT. Sriwijaya Air. Oleh karena itu, Sriwijaya harus melakukan upaya dan langkah yang tepat dalam menghadapi globalisasi tersebut. Sriwijaya Airharus menggali keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki dan juga perlu membenahi kekurangan-kekurangan dan melakukan pembenahan di setiap lini agar dapat bersaing dalam liberalisasi penerbangan pada tahun 2015. 4

Beberapa maskapai penerbangan tersisisih dalam persaingan seperti Mandala dan . Selain kedua maskapai penerbangan tersebut masih ada beberapa nama maskapai penerbangan lain yang berhenti beroperasi diantaranya yang didirikan pada Desember 2003, awalnya Adam Air memiliki kinerja yang cukup baik, pada 9 November 2006, Adam Air menerima penghargaan Award of Merit dalam the category Low Cost of the Year 2006 dalam acara 3rdAnnual Asia Pasific and Middle East Aviation Outlook summit di Singapura. Namun setelah itu, kinerjanya terus menurun dan setelah kecelakaan yang dialami oleh Adam Air membuat maskapai tersebut mendapatkan sanksi administratif dari Kementrian Perhubungan dan Maret 2008 izin terbang Adam Air dicabut. Diawal tahun 2013, PT. Metro Batavia dikenal dengan nama Batavia Air yang merupakan pesaing ketat dalam perolehan market share dengan Sriwijaya dinyatakan pailit dan berhenti beroperasi. Kepailitan Batavia Air ini tentunya salah satu dari kesalahan strategi yang dijalankan. Saat ini ini Sriwijaya Airmenduduki Market share ke-tiga penumpang angkutan udara regular berjadwal dalam negeri, namun persentase market share nya jauh berada di bawah market share ke-dua dan pertama. Selain itu walaupun Sriwijaya mampu menduduki market share ke-tiga dengan melihat kondisi persaingan saat ini langkah srategis dan kinerja yang baik harus ditingkatkan oleh Sriwijaya Airagar mampu bertahan dan bersaing pada kondisi persaingan yang sedang terjadi bahkan dapat memenangkan persaingan serta tidak mengalami kebangkrutan seperti beberapa maskapai penerbangan lain.

Perumusan Masalah

Tingkat persaingan yang semakin meningkat dan bersifat global mengharuskan Sriwijaya Airmengambil langkah yang strategis agar dapat bertahan dan bersaing dengan kompetitornya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Faktor-faktor eksternal dan internal apa saja yang memengaruhi posisi strategis Sriwijaya Airkedepannya? 2. Bagaimana respon strategi yang dijalankan saat ini terhadap faktor-faktor tersebut? 3. Strategi alternatif apa yang harus dijalankan oleh Sriwijaya Airdalam menghadapi persaingan kedepan agar dapat bertahan dan bersaing?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan diatas maka tujuan penelitian ini, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal yang memengaruhi posisi strategis Sriwijaya Air. 2. Melakukan evaluasi atas kinerja strategi perusahaan yang dijalankan saat ini dan kaitannya dalam merespon faktor-faktor yang memengaruhi posisi strategis Sriwijaya Airkedepannya. 5

3. Merumuskan strategi alternatif yang dapat dijalankan oleh Sriwijaya Airuntuk bertahan dalam persaingan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak yang terkait, diantaranya: 1. Manfaat khusus bagi penulis, memberikan wawasan lebih jauh tentang industri penerbangan, mengasah kemampuan berpikir dalam menghadapi masalah di perusahaan serta mampu memberikan solusi dan strategi alternatif yang tepat bagi perusahaan. 2. Bagi Sriwijaya Air, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi, bahan rujukan, masukan dan pemahaman mengenai model pengembangan dan merencanakan strategi perusahaan strategi perusahaan untuk meningkatkan daya saing. 3. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah studi empiris tentang teori dan fakta di lapangan dalam mempelajari model strategi.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini merupakan analisa manajemen strategi yang berada di level korporasi, meliputi analisis faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan, bagaimana faktor-faktor tersebut membentuk tren persaingan industri penerbangan komersial kedepan dan bagaimana posisi relatif perusahaan Sriwijaya Airdi dalam peta persaingan saat ini dan yang akan datang. Mengevaluasi kinerja strategi yang dijalankan saat ini oleh perusahaan, merumuskan strategi alternatif termasuk didalamnya kompetensi apa yang akan dibangun untuk dapat bertahan (survive) dan secara bertahap mampu memenangkan persaingan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Maskapai Penerbangan

Maskapai penerbangan adalah perusahaan yang menyediakan jasa/layanan angkutan udara yang lebih dikenal dengan nama airlines dan merupakan bagian dari penerbangan sipil. Perusahaan penerbangan diakui dengan sertifikat operasi udara atau lisensi yang dikeluarkan oleh badan penerbangan pemerintah setempat atau negara, ijin pengoperasian pesawat udara ini di Indonesia disebut Air Operator Certificate (AOC) yang dikeluarkan oleh Kementrian Perhubungan- Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. Industri penerbangan adalah industri yang mempunyai karakteristik antara lain: padat modal, padat teknologi, padat aturan, dan padat SMD. Direktorat

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB