BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan sejarah, media kerap kali digunakan sebagai
saluran untuk menyebarkan pernyataan-pernyataan pemerintah yang
kerap kali telah di campur tangani oleh tokoh politik yang berkuasa.
Hal ini mencerminkan bahwa adanya perang pengaruh, media bukan
lagi sebagai industri yang menyuguhkan informasi yang aktual dan
berimbang, tetapi lebih kepada informasi yang telah dimonopoli oleh
penguasanya. Berita di televisi, menurut Garin, tak lepas dari campur
tangan penguasa atau kekuasaan.
Intervensi demikian menyebabkan begitu banyak peristiwa dan
tokoh pelanggar hukum tak tersorot kamera berita televisi karena
adanya kedekatan dengan kekuasaan. Garin mencontohkan sebuah
situasi saat Sudotomo (saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum dan Keamanan), saat itu Sudotomo hadir di
Kejaksaan Agung karena terkait kasus pembobolan Bank
Pembangunan Indonesia (BAPINDO) bersama Eddy Tanzil.
Dalam hal ini pemberitaan khusunya yang meliput menempatkan
kamera sangat jauh untuk menangkap gambarnya, hingga
menyebabkan objek terlihat samar saja. Hal ini berbeda dengan kasus
para buruh atau orang kecil yang berulah, maka kamera akan
intens/intim menceritakan alur peristiwa tersebut, dengan catatan
selama tidak mengusik penguasa mereka.
1
Hingga saat ini media semakin ditempatkan pada situasi yang gamang, media sekarang bukan hanya digunakan untuk membuat sumir suatu kasus yang menimpa penguasa/pejabat, melainkan sekarang kerap kali juga digunakan sebagai sarana kampanye tanpa memperdulikan etika dan prinsip-prinsip keadilan.
Berkat Keputusan Menteri Penerangan RI No.
190A/Kep/Menpen/1987 tentang siaran saluran terbatas, peluang televisi swasta untuk beroperasi menjadi mungkin (Jahja, 2006:1).
Mulai dari saat itu televisi semakin banyak dalam menghadirkan kepentingan para pemilik stasiun tv kedalam layar kaca, yang rata-rata pemilik stasiun televisi tersebut merupakan orang-orang politik.
Media di Indonesia sendiri yang dimiliki oleh penguasa diantaranya yaitu Media Nusantara Citra Group (Hary Tanoesoedibjo),
Kompas Gramedia Group (Jakob Oetama, Agung Adiprasetyo), Jawa
Pos Group (Dahlan Iskan), antv, TVOne, VIVAnews (Aburizal
Bakrie), Media Group (Surya Paloh), Trans Corpora (Chairul
Tanjung), dan masih banyak lainnya.
Banyaknya media yang dikuasai oleh penguasa-penguasa politik ini membuat media indonesia bukan lagi sebagai tolak ukur yang objektif untuk masyarakat, hal ini dapat kita lihat secara jelas pada
Pilpres tahun 2014, dimana media bukan menyalurkan informasi yang berimbang melainkan justru menjadi alat propaganda dua kubu. Pada pemilu tahun 2014, TV One dan Metro Tv adalah televisi yang paling
2 menjadi sorotan masyarakat, bukan karena keakuratan informasi tetapi justru karena ketimpangan pemberitaan yang sangat terlihat.
Menurut data KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sepanjang periode
19-25 Mei saja, Metro TV yang dimiliki oleh politisi Partai Nasdem
Surya Paloh, menyiarkan 184 kali berita tentang pasangan capres nomor dua Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan durasi total 3.577 detik.
Sementara itu, berita tentang Prabowo-Hatta hanya diputar 110 kali dengan durasi 14.561 detik.
Sebaliknya pada periode yang sama TVOne yang dimiliki oleh politisi Golkar Aburizal Bakrie menyiarkan 153 kali pemberitaan tentang Prabowo-Hatta dengan durasi 36.561 detik. Pemberitaan tengang Joko Widodo-Jusuf Kalla hanya ada 77 kali dengan durasi
10.731 detik. Hal ini mencerminkan bahwa pers di Indonesia mulai tidak bisa menjadi poros informasi yang baik untuk masyarakat.
Ini tentu sangat bertentangan dengan undang undang No. 32 tahun
2002 pasal 36 sendiri sudah sangat jelas di sebutkan bahwasannya “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu”, dari undang-undang ini sudah sangat jelas bahwasannya pers/ media di Indonesia dalam menciptakan suatu berita harus dijaga kenetralannya, tapi dalam faktanya dewasa ini pers masih banyak yang tidak independen.
Media-media yang dipengaruhi oleh penguasanya pasti memiliki nilai ideologi sendiri-sendiri yang dianut. Setiap media memiliki cara sendiri dalam mengemas suatu informasi/berita yang akan
3 disajikannya. Semua realitas yang didapatkan tidak begitu saja disajikan, melainkan perlu proses mekanisme, termasuk konsep
Framing yang selalu digunakan media dalam setiap proses penulisan berita. Framing digunakan untuk menonjolkan suatu informasi agar mencapai tujuan tertentu.
Satu informasi yang sama akan berbeda penyajian jika dilihat dari media yang berbeda. Hal ini karena ada kepentingan tertentu yang harus dipenuhi oleh media untuk mendukung penguasanya.
Pembingkaian-pembingkaian informasi ini dilakukan bukan hanya untuk kepentingan ekonomi penguasa tetapi juga untuk menyebarkan nilai-nilai ideologi tertentu untuk masyarakat. Nilai-nilai ideologi penguasa yang disebarkan oleh media secara intens akan menimbulkan pemahaman yang dikehendaki pada masyarakat.
Suatu informasi/nilai yang kerap kali dimuat oleh media maka hal itu juga yang akan dipercayai oleh masyarakat. Konsep framing media seperti ini diungkapkan oleh pendekatan konstruktivis. Salah satu kasus yang menarik perhatian peneliti yaitu kasus pembatalan publikasi dokumen TPF kasus Munir yang dilakukan oleh pemerintah
(PTUN).
Pada tanggal 16 Februari 2017 PTUN telah memutuskan untuk membatalkan keputusan KIP (Komisi Informasi Pusat) terkait publikasi dokumen hasil temuan TPF Munir kepada publik, hal ini diputuskan dengan alasan bahwasannya publikasi dokumen TPF kasus
4
Munir yang di ajukan oleh KIP, bukanlah wewenang sekretariatan negara untuk mempublikasi dan mencari dokumen tersebut.
Hal ini membuat banyak pihak berspekulasi dengan adanya sangkut paut organisasi atau orang besar (pejabat) terkait kasus pembunuhan Munir yang berusaha ditutupi oleh pemerintah.
Berbanding terbalik dengan fakta bahwasannya dalam Kepres no. 111 poin 9 (2004) dinyatakan bahwa pemerintah/ Presiden harus melakukan publikasi dokumen TPF kasus Munir kepada publik hal ini guna penindak lanjutan lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah.
Dalam kasus ini pemerintah dituntut tegas oleh publik, masyarakat mulai merasa bahwasannya pemerintah menangani kasus ini dengan tidak serius, hal ini tercermin pada putusan PTUN yang membatalkan kewajiban kemensetneg dalam hal publikasi, sedangkan menurut kemensetneg kewajiban publikasi dokumen TPF Munir bukanlah ranah Kemensetneg dan akan dijawab oleh menkopolhukam. Hal ini diterangkan oleh Kemensetneg dalam berita yang ditulis oleh Supriatin dalam kanal merdeka.com bahwasannya,
“Intinya pemerintah terus menerus berupaya memperbaiki
penegakan HAM, menyelesaikan permasalahan-permasalahan
masa lalu terlepas dari ada atau tidak adanya anu (desakan
sejumlah pihak) ya, itu komitmen pemerintahan Jokowi,“Nanti pak
Menko Polhukam akan jelaskan
Ketidak jelasan pemerintah dalam menangani kasus ini membuat
publik geram hingga menuntut bahwasannya kasus ini sampai
5 kapanpun harus dikuap kebenarannya. Kecurigaan bahwa pejabat- pejabat besar ada kaitannya dibalik pembunuhan Munir ini bukanlah hal baru, seperti yang di muat dalam bbc.com bahwasannya
“They told the court that the pilot, Pollycarpus Priyanto, had ties with the state intelligence agency, and that the agency planned to kill
Munir.”
“And prosecutors say they will bring forward five new witnesses, including an intelligence agent, Raden Mohammad Patma Anwar, who claims that he was ordered by a superior to kill Munir before presidential elections in October 2004, a month before his death”
Salah satu arus media online Indonesia yang gencar dalam mengawasi berita mengenai Munir yakni CNN (Cable News Network)
Indonesia dan Kompas.com. CNN merupakan salah satu media besar yang berasal dari USA (United States of America), CNN sendiri dibangun oleh konglomerat asal Amerika yaitu Ted Turner pada tahun 1980. Saat diluncurkan CNN adalah satu satunya televisi berita yang menyiarkan liputan berita 24 jam dan satu satunya televisi berita di USA.
Hingga saat ini CNN sudah memiliki begitu banyak cabang dan salah satunya di Indonesia dengan mengusung nama CNNIndonesia.
CNNIndonesia sendiri berdiri di naungan CT Corp yang dimiliki oleh
Chairul Tanjung. Transtv pada awal berdiri hingga sekarang tidak dapat dipungkiri sangat besar, media ini telah mengalami break event
6 point by operation pada tahun 2003. Titik balik yang dialami oleh
Trans TV terjadi sejak kuartal satu tahun 2002.
Menurut survei Nielsen Media Research, saat itu Trans TV berada di peringkat kelima sebagai peraih iklan terbanyak dari 10 stasiun televisi, yakni sebesar Rp 149,2 miliar. Setelah hal ini Trans berkembang secara pesat hingga dipercaya untuk bekerja sama dengan
Turner International untuk meluncurkan stasiun televisi dan situs berita CNNIndonesia. CNNIndonesia sendiri diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2015.
Sedangkan Kompas .com mulai muncul pada tahun 14 september
1995 dengan alamat situs www.kompas.co.id. Kompas.com muncul disebabkan oleh kesulitan distribusi harian Kompas yang dialami oleh
Kompas Gramedia karena faktor-faktor geografis serta meningkatnya peminatan masyarakat akan jejaring internet yang makin meningkat menyebabkan kebiasaan konsumsi harian Kompas masyarakat menurun.
Kompas Online muncul untuk memberikan layanana kepada konsumen harian Kompas ditempat yang sulit dijangkau seperti wilayah Indonesia bagian timur dan diluar negeri agar tidak menunggu distribusi yang sering terhambat. Pada awal tahun 1996
Kompas Online resmi berubah alamat web menjadi Kompas.com.
Setelah penggantian alamat web ini Kompas Online semakin populer buat pembaca setia harian Kompas diluar negeri khususnya.
7
Kompas.com melihat potensi pada dunia digital yang sudah populer di masyarakat, maka pada tanggal 6 Agustus 1988 Kompas
Online dikembangkan menjadi unit bisnis sendiri dibawah naungan
PT. Kompas Cyber Media (KCM). Pada era baru ini, pembaca tidak hanya mendapatkan replika harian Kompas, tapi juga mendapatkan informasi yang update terjadi sepanjang hari.
Pada tahun 2008, Kompas.com me rebranding dirinya, dengan merujuk kembali pada brand Kompas yang selama ini dikenal selalu menghadirkan jurnalisme yang memberi makna. Pada hal ini, Kompas merubah menyempurnakan lamannya, semakin banyaknya kanal- kanal berita ditambah, produktivitas sajian berita ditingkatkan memberi memberikan informasi yamg update dan aktual kepada pembaca.
Rebranding Kompas.com ini guna menegaskan bahwasanya
Kompas hadir ditengah pembaca sebagai acuan berita yang terpecaya disaat maraknya pemberitaan jurnalis yang sangat tidak jelas kebenarannya. Melihat perkembangan Kompas yang sangat pesat hingga sekarang, Kompas termasuk menjadi media yang dipercaya oleh masyarakat Indonesia sebagai media yang Independen dan benar- benar memberi informasi yang kredibilitas.
Rivers (dalam Wahyu Wibowo, 2009:59) seorang kritikus mengatakan bahwasannya di Amerika Serikat media masih dikendalikan oleh kelompok industri atau konglomerasi yang
8
berpengaruh, media Amerika tidak seperti pada negara lain yang
menganut paham revolusioner yang dimana media di lingkungan
demokrasi yang dipenggang oleh opini publik, Amerika masih
menggunakan media sebagai media propaganda untuk sepenuhnya
kepentingan bisnis.
Melihat era sekarang media rentan dengan pengaruh penguasa
ataupun pemerintah dalam memproduksi sebuah berita , peneliti patut
mencurigai ada atau tidaknya relasi antara gencarnya pemberitaan
terkait kasus pembatalan publikasi dokumen TPF Munir yang di
lakukan oleh CNNIndonesia.com dan Kompas.com dengan
kepentingan-kepentingan tertentu dalam menutupi suatu kepentingan
penguasa.
Berdasarkan penelusuran peneliti, CNN Indonesia dan
Kompas.com teramat gencar dalam memuat berita terkait pembatalan
publikasi dokumen TPF Munir ini dengan memuat sebanyak 7 artikel
(CNNIndonesia.com) dan 13 artikel (Kompas.com), sedangkan pada
arus media (online) besar lain seperti BBC.Com tidak ditemui adanya
artikel terkait kasus pembatalan publikasi dokumen TPF Munir
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah :
A. Bagaimana CNNIndonesia.com dan Kompas.com membingkai
kasus putusan pembatalan publikasi dokumen TPF Munir?
9
B. Makna ideologis apa yang tersembunyi dibalik pembingkaian
kasus pembatalan publikasi dokumen TPF Munir pada kanal
CNNIndonesia.com dan Kompas.com jika ditinjau dari model dari
model Pan dan Kosicki?
1.3 Tujuan :
A. Menginterpretasi Framing berita putusan pembatalan publikasi
dokumen TPF Munir pada kanal CNNIndonesia.com dan
Kompas.com.
B. Menginterpretasi nilai ideologi yang terkandung dibalik
pembingkaian teks pada kasus putusan pembatalan publikasi
dokumen TPF Munir pada kanal CNNIndonesia.com dan
Kompas.com ditinjau dari model dari model Pan dan Kosicki.
1.4 Manfaat
A. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan akan memberi pengetahuan akan
Framing yang digunakan CNNIndonesia.com dan Kompas.com
terkait kasus pembatalan publikasi dokumen TPF Munir, penelitian
ini diharapkan mampu untuk berpatisipasi dalam mengembangkan
kajian ilmu komunikasi terutama pada kajian Analisis Framing.
Penelitian ini serta diharapkan dapat bermanfaat bagi program
studi Ilmu Komunikasi kedepannya untuk membantu mahasiswa
dalam mengembangkan dan memecahkan kasus dalam setiap
pengajaran khusunya terkait Analisis Framing.
10
B. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menjadi
informasi untuk penelitian-penelitian serupa di masa yang akan
datang. Penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman
positif terhadap pembaca yang akan datang dan atau yang sedang
melakukan penelitian terkait Analisis Framing berdasarkan
perspektif Pan dan Kosicki.
11