“Agenda Media Dalam Isu Persebaya di Halaman Khusus Jawa Pos Edisi 21 Februari – 21 Maret 2017”

Disusun oleh: AKIRA TANDIKA PARAMITANINGTYAS 13.11.0019 JURNALISTIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI ALMAMATER WARTAWAN 2017

ABSTRAK

Persebaya dalam sejarahnya, merupakan klub besar kebanggaan warga Surabaya yang juga memiliki peran penting dalam perkembangan persepakbolaan Indonesia. Penelitian ini berfokus pada pemberitaan Persebaya yang menarik hampir semua kalangan. Jawa Pos menyadari bahwa Persebaya merupakan klub kebanggan warga Surabaya. Selain itu Jawa Pos dan Persebaya memiliki kedekatan dengan masyarakat Surabaya baik secara geografis maupun secara emosional. Persebaya juga tidak terlepas dengan para suporternya yang begitu setia mendukung di manapun mereka berada dan dalam keadaan apapun, mereka adalah Bonek (sebutan untuk suporter Persebaya). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui agenda apa yang ingin diangkat Jawa Pos pada pemberitaan Persebaya. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan beberapa indikasi agenda media menurut Mc. Comb dan Donald L. Shaw. Adapun indikasi yang digunakan yaitu, isu yang diberitakan oleh media, panjang berita, serta penempatan isu. Metode yang digunakan adalah analisis isi deskriptif kuantitatif. Jumlah berita yang dianalisis adalah 49 teks berita dalam edisi 21 Februari – 21 Maret 2017. Dari data yang telah dianalisis menunjukkan bahwa sebesar 28,57% isu tentang suporter Persebaya atau yang biasa disebut Bonek, lebih dominan dalam pemberitaan Persebaya di halaman khusus koran Jawa Pos. Kata Kunci : Agenda Media, Persebaya, Jawa Pos, Bonek.

i

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI……………………………………… i

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI……………………………………….. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………………………….. iii

MOTTO…………………………………………………………………………… iv

ABSTRAK…………………………………………………………………………. v

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. vi

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ix

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….. 1

1. Latar Belakang………………………………………………………… 1 2. Rumusan Masalah……………………………………………………… 8 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………… 9 3.1 Tujuan Penelitian…………………………………………………… 9 3.2 Manfaat Penelitian………………………………………………… 9 3.2.1 Manfaat Teoritis…………………………………………… 9 3.2.2 Manfaat Praktis……………………………………………… 9 4. Landasan Teori………………………………………………………….. 10 4.1 Surat Kabar sebagai Media Komunikasi Massa……………………. 10 4.2 Agenda Setting……………………………………………………… 13 4.3 Analisis Isi Kuantitaif……………………………………………….. 16 5. Kerangka Penelitian…………………………………………………….. 21 6. Metodologi Penelitian………………………………………………….. 22 6.1 Metode dan Jenis Penelitian………………………………………… 22 6.2 Populasi …………………………………………………………….. 22 6.3 Teknik Sampling……………………………………………………. 22 6.4 Sampel………………………………………………………………. 23 7. Variabel Penelitian dan Operasional Konsep…………………………… 23 7.1 Operasional Konsep…………………………………………………. 23 7.2 Indikator Variabel…………………………………………………… 24 8. Hipotesis Riset………………………………………………………….. 25 9. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………… 26 10. Teknik Analisa Data……………………………………………………. 26

i

11. Teknik Validitas dan Reliabilitas Data…………………………………. 26 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN……………………………………. 28

1. Gambaran Umum Jawa Pos……………………………………………. 28 2. Jawa Pos edisi Surabaya……………………………………………….. 31 3. Jawa Pos edisi Luar Surabaya………………………………………….. 31 4. Deskripsi Isi tiap Halaman……………………………………………… 32 5. ……………………………………………………… 33 BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA……………………………………. 41

1. Uji Reliabilitas…………………………………………………………… 41 1.1 Profil Arie Noer Rachmawati………………………………………… 41 1.2 Profil Nabilla Aulia Rahma…………………………………………... 41 2. Hasil Uji Reliabilitas……………………………………………………. 42 2.1 Kategori Isu yang Ditampilkan oleh Media………………………… 44 2.2 Kategori Panjang Berita…………………………………………….. 45 2.3 Kategori Penempatan Isu…………………………………………… 45 3. Penyajian Data………………………………………………………….. 46 3.1 Kategori Isu yang Ditampilkn oleh Media………………………… 46 3.2 Kategori Panjang Berita…………………………………………….. 49 3.3 Kategori Penempatan Isu…………………………………………… 50 4. Hasil Analisa Data……………………………………………………….. 51 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………. 56

1. Kesimpulan …………………………………………………………….. 56 2. Saran …………………………………………………………………….. 59 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 61

LAMPIRAN…………………………………………………………………………. 63

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasional Konsep………………………………………………… 23

Tabel 3.1 Isu yang Diberitakan oleh Media…………………………………… 43

Tabel 3.2 Panjang Berita dan Penempatan Isu………………………………… 44

Tabel 3.3 Hasil Analisis Isu yang Diberitakan oleh Media……………………. 46

Tabel 3.4 Hasil Analisis Panjang Berita……………………………………….. 50

Tabel 3.5 Hasil Analisis Penempatan Isu………………………………………. 51

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo Jawa Pos…………………………………………………….. 28

Gambar 2.2 Logo Persebaya……………………………………………………. 33

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Agenda media merupakan turunan konsep dari teori agenda setting

yang dikemukakan oleh McComb dan Shaw. Ide dasar dari teori ini adalah

media memberikan perhatian yang berbeda pada setiap isu. Dari berbagai

isu yang muncul atau mengemuka, ada isu (peristiwa, orang) yang

diberitakan dengan porsi besar, ada yang diberitakan dengan porsi kecil.

Perbedaan perhatian media terhadap isu ini akan berpengaruh terhadap

kognisi (pengetahuan dan citra) suatu peristiwa di mata masyarakat. Orang

cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan

menerima susunan prioritas yang diberikan oleh media massa terhadap

isu-isu yang berbeda.

Menurut McComb dan Shaw, dalam McQuail dan Sven Windahl

(1996: 104), khalayak tidak hanya mempelajari berita dan hal-hal lainnya

melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting

yang diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa

memberikan penekanan terhadap topik tertentu. Misalnya, dalam

memberitakan Persebaya, Jawa Pos terlihat telah menentukan topik mana

yang penting.

Jawa Pos adalah perusahaan media yang pernah mencapai tiras

lebih dari 300.000 eksemplar per harinya. Jawa Pos juga merupakan koran

nasional yang memiliki basis di Surabaya. Dengan penghasilan serta basis

1

yang besar di Surabaya, bisa dipastikan pembaca terbesar Jawa Pos berada di Surabaya, selain di kota-kota besar lainnya seperti, Kalimantan,

Sulawesi, NTB, NTT hingga Irian Jaya.

Memiliki basis pembaca yang kuat di Surabaya, tidak disia-siakan begitu saja oleh Jawa Pos. Dengan hal itu, Jawa Pos mencoba memanfaatkan peluang yang ada. Seperti halnya Persebaya yang juga dijadikan sebagai peluang untuk Jawa Pos. Dengan jumlah pembaca yang banyak, serta suporter Persebaya yang banyak pula, Jawa Pos seolah mendapat peluang bisnis besar dalam hal tersebut.

Persebaya berdiri pada 18 Juni 1927 dengan nama Soerabhaiasche

Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Persebaya juga tidak terlepas dengan para suporternya yang begitu setia mendukung di manapun mereka berada dan dalam keadaan apapun, mereka adalah Bonek (sebutan untuk suporter

Persebaya). Di manapun Persebaya berlaga, baik di Surabaya atau di luar kota Surabaya, Bonek akan turut mendukung. Bonek juga tidak surut memberikan dukungan untuk Persebaya, saat tim kebanggannya dalam keadaan terburuk.

Persebaya turut berjasa dalam pengembangan persepakbolaan

Indonesia, yaitu dengan mendirikan Persatuan Sepak bola Seluruh

Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930 bersama dengan VIJ , BIVB

Bandung (sekarang ), MIVB (sekarang PPSM Magelang),

MVB (PSM Madiun), VVB (), dan PSM (PSIM Yogyakarta).

Kembalinya Persebaya pada laga persepakbolaan Indonesia menjadi

2

momen yang paling ditunggu, mengingat telah hampir delapan tahun lamanya Persebaya tidak meramaikan lapangan sepak bola Indonesia.

Persebaya dan Jawa Pos menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jawa Pos adalah sahabat kecil bagi Persebaya. Dulu, di era 80- an, Persebaya juga mendapati masa sulitnya dan disaat itu juga Jawa Pos seakan menopang permasalahan Persebaya. Sejarah seperti terulang bagi

Jawa Pos dan Persebaya.

Dulu ketika Jawa Pos di era Dahlan Iskan, memutuskan agar pelatih Persebaya “digebuki” melalui tulisan-tulisan di Jawa Pos dengan harapan untuk memotivasi Persebaya. Namun hal itu tidak membuahkan hasil, performa Persebaya malah semakin turun. Dari hal itulah, Jawa Pos memutar haluan dengan menambahkan berita yang bersifat membangun citra Persebaya. Hasil pembentukan citra tersebut dapat dilihat dengan lolosnya Persebaya ke final pada 1987.

Tidak berhenti sampai disitu, Jawa Pos, melalui redaktur olahraga,

Zainal Muttaqien, memberi julukan “Green Force” untuk Persebaya.

Green Force memiliki arti pasukan tempur yang pemberani dan terlatih.

Selain julukan, Jawa Pos juga mencetak atribut-atribut khusus Persebaya, di antaranya, topi, kaos, dan selendang serba hijau yang menjadi identitas

Persebaya serta supporternya. Hal itu dilakukan Dahlan Iskan ketika baru saja pulang dari London untuk sebuah urusan dan melihat antusiasme pertandingan sepak bola yang tentu saja berbeda dengan di Indonesia.

Pada saat itu, Jawa Pos menciptakan slogan khusus bagi Persebaya

“Kami Haus Gol Kamu” dibarengi logo kepala laki-laki menggunakan ikat

3

kepala dengan mulut terbuka lebar seperti berteriak. Persebaya adalah satu-satunya klub yang memiliki slogan dan logo khusus pada waktu itu.

Belakangan logo itu disebut 'Ndas Mangap' dan mengalami modifikasi beberapa kali sesuai perkembangan zaman.

Tidak hanya sampai di situ, Jawa Pos juga memprakarsai dan menjadi pemberi subsidi pemberangkatan suporter ke Senayan menyaksikan Persebaya berlaga. Puluhan ribu orang bergerak dari

Surabaya ke Jakarta dan menjadi gelomang ‘awayday’ pertama dan terbesar yang membelah Jawa kala itu. Jawa Pos menyebutnya ‘tret tet tet’ yang menirukan suara terompet gas yang biasa dibunyikan suporter di lapangan.

Pada awal 2000-an, Jawa Pos sempat menjadi sponsor utama bagi

Persebaya. Sementara Dahlan Iskan mendapat posisi sebagai manajer

Persebaya. Adanya maksud bisnis dibalik ini memang dibenarkan oleh pihak Jawa Pos. Pada saat itu, Jawa Pos memang membutuhkan “mesin” untuk bisa bangkit dan perlahan menggeser Surabaya Post. Oleh sebabnya, pemberitaan Persebaya digunakan untuk mengangkat kembali jumlah oplah Jawa Pos.

(http://beritajatim.com/sorotan/293124/jawa_pos,_persebaya,_dan_(tak_se kadar)_takdir_sejarah.html diakses 4 April 2017).

Namun sayang, hal itu tidak terjadi lama. Dahlan Iskan memilih mundur dari jabatan manajer Persebaya. Kemudian tidak lama setelahnya,

Jawa Pos dikelola oleh anaknya, yaitu Azrul Ananda. Pemberitaan perihal

Persebaya sudah tidak segencar sebelumnya, dikarenakan Azrul memang

4

lebih tertarik untuk menghidupkan atmosfer kompetisi bola basket pelajar melalui Development Basketball League (DBL).

Pada tanggal 7 Februari 2017, Jawa Pos secara resmi memiliki saham atas Persebaya sebesar 70%. Hal itu tentu saja membuat Persebaya dan juga para pecinta Persebaya bahagia, karena berarti tidak lama lagi tim kebanggaan arek suroboyo itu akan kembali berlaga. Disusul pada tanggal

18 Februari 2017, Jawa Pos memberikan informasi tentang halaman khusus yang sengaja dibuat untuk memberitakan Persebaya. Halaman tersebut diberi nama #SuplemenPersebaya yang terbit tiap hari Selasa dan terdiri dari empat halaman.

Menurut fungsinya, media massa memiliki empat peranan diantaranya, untuk menyiarkan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence). Pertama adalah untuk menyiarkan, media massa berfungsi untuk menyiarkan pesan, penemuan, serta informasi-informasi terbaru dan dianggap pantas untuk diberitahukan kepada seluruh khalayak. Kedua, yaitu untuk mendidik.

Dalam pesan-pesan yang disampaikan media massa, sangat diharapkan mampu menjadi bahan ajar bagi khalayak yang melihatnya. Ketiga adalah untuk menghibur. Pada fungsi ini, media massa dapat menghibur khayalak dengan sajian yang ringan dan bermuatan relaksasi seperti, musik, film, dan lain-lain. yang keempat adalah media massa untuk mempengaruhi.

Dalam hal ini media massa memiliki peranan penting dalam membangun masyarakat. Media massa mampu mempengaruhi khalayak baik secara pikiran (kognitif), perasaan (afektif), maupun tindakan (behavioral).

5

Keberadaan media dalam memberitakan suatu peristawa memang sangat penting. Media massa berfungsi sebagai pemberi informasi yang terjadi dan berkaitan dengan kepentingan publik. Dalam (Rakhmat,

1994:224), Mc Luhan mengatakan bahwa media massa merupakan perpanjangan masyarakat. Melalui media massa kita mendapat informasi kasat mata seperti, benda, manusia, atau bahkan tempat yang belum pernah kita kunjungi.

Saat ini, pers, selaku bagian dari media massa seperti kehilangan independensi dalam diri. Karena dalam kenyataannya, pers lebih tunduk pada pemilik media atau pemilik modal. Bisa kita lihat dalam suatu pemberitaan yang sama-sama diliput oleh beberapa media. Akan ditemui beberapa hal yang berbeda dari pemberitaan tersebut. Ada yang memberitakannya secara gamblang tanpa ditutup-tutupi. Atau bahkan ada yang memberitakan dengan mengurangi beberapa bagian, yang dianggap tidak sesuai dengan pemilik modal. Hal itu kerap terjadi di Indonesia, apalagi bila itu ada kaitannya dengan politik.

Keberadaan media dalam memberitakan suatu isu dinilai sangat penting. Bukan hanya untuk memberikan warta ke masyarakat, melainkan juga untuk memastikan bahwa keadilan terjadi di sana.

Tapi dalam praktiknya, pelaksanaan media sebagai fungsi kontrol sosial atas peristiwa ataupun konflik yang terjadi diterjemahkan sesuai dengan ideology media. Bahkan yang terjadi saat ini, cara media memahami persoalan disesuaikan dengan kepentingan pemodal. Peneliti memberikan satu contoh yaitu kasus lumpur Lapindo yang diberitakan di

6

media beberapa waktu lalu. Di Bakrie Group (Antv, TV One), berita yang dimuat terkesan memihak ke PT. Lapindo Brantas. Dari sinilah perbedaan angle, frame ataupun wacana yang dikemas dalam pemberitaan bermula.

Meskipun contoh tersebut tidak berkenaan dengan Persebaya maupun olahraga, namun peneliti merasa bahwa contoh tersebut bisa mewakili tidak seimbangnya media dalam pemberitaan.

Jawa Pos sebagai media yang namanya cukup besar, dalam pemberitaan Persebaya ini, seperti ada tendensi tersendiri oleh Jawa Pos terhadap Persebaya. Jawa Pos lebih memfokuskan pemberitaan pada hal baik yang ada di tubuh Persebaya. Selain ingin mengulang sejarah, Jawa

Pos juga ingin menaikkan kembali nama dan oplah dengan menjadikan

Persebaya sebagai isu publik. Masyarakat diajak untuk selalu ingin tahu tentang kegiatan Persebaya dan sudah sampai mana kemajuan Persebaya setelah dipegang oleh Jawa Pos. Hal tersebut adalah agenda yang dibuat oleh Jawa Pos, yaitu dengan meramu isu terhangat saat ini, kemudian diteruskan kepada publik. Jika publik, menjadikan isu tersebut sebagai topik utama, bisa dikatakan bahwa agenda yang telah dibuat oleh media tersebut berhasil.

Pada edisi #SuplemenPersebaya, Jawa Pos memberitakan keseharian Persebaya. Dari empat halaman tersebut, di halaman pertama dihiasi dengan cover yang cukup besar, hanya menyisakan kolom kecil dibawah, tempat untuk Azrul Ananda menulis opini. Kemudian di halaman berikutnya, diisi dengan berita performa Persebaya atau biografi pemain Persebaya. Kadang juga diisi dengan biografi pelatih Persebaya.

7

Sementara itu, di halaman ketiga, diisi dengan jadwal pertandingan,

klasemen sementara, dan juga berita tentang anak binaan Persebaya.

Sementara untuk lebih dekat dengan Bonek, Jawa Pos dalam edisi

#SuplemenPersebaya, memberikan halaman terakhirnya untuk membahas

Bonek. Yang lebih menarik lagi, di halaman tersebut ada sub rubrik yang

membahas tentang Bonita -sapaan bagi penggemar Persebaya wanita.

Pemilihan edisi 21 Februari – 21 Maret 2017 oleh peneliti juga

memiliki alasan tersendiri. Pada edisi tersebut, Persebaya baru saja

memulai babak baru dalam perjalanannya bersama Jawa Pos, setelah

sekian lama Persebaya tidak terdengar gaungnya. Serta pada edisi tersebut,

Jawa Pos seperti ingin menyalakan semangat Persebaya yang akan berlaga

Homecoming di Stadion Gelora Bung Tomo pada hari Minggu (19/3).

Berdasar pada latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui

agenda media dalam isu Persebaya di halaman khusus Jawa Pos edisi 21

Februari – 21 Maret 2017. Peneliti memilih fokus penelitian dengan

menggunakan teori agenda agenda setting, yang mana pada metode ini

diharapkan dapat menunjukkan agenda apa yang dibuat oleh suatu media.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas yang melandasi

penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

“Bagaimana agenda media dalam pemberitaan Persebaya di halaman

khusus Jawa Pos edisi 21 Februari – 21 Maret 2017?”

8

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3.1 Tujuan Penelitian

Berdasar pada rumusan masalah tersebut diatas, tujuan dari

penelitian ini adalah untuk “Mengetahui Agenda Media dalam Isu

Persebaya di halaman khusus Jawa Pos edisi 21 Februari - 21 Maret

2017”.

3.2 Manfaat Penelitian

3.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan

masukan bagi penelitian komunikasi yang berhubungan dengan

agenda media, serta hasil dari ini bisa menjadi landasan

pemikiran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

3.2.2 Manfaat Praktis

Penulis berharap, penelitian ini memberikan gambaran

tentang bagaimana sebuah media megangkat isu ke permukaan,

yang dapat menjadi masukan bagi industri dan praktisi media

dalam mengangkat suatu isu. Penelitian ini juga diharapkan

mampu menjadi bahan pertimbangan bagi Jawa Pos, untuk

memberitakan Persebaya secara objektif tanpa melihat adanya

kedekatan khusus.

9

4. Kajian Pustaka

4.1 Surat Kabar Sebagai Media Komunikasi Massa

Surat kabar adalah Media komunikasi massa yang memuat serba-

serbi pemberitaan, meliputi bidang politik, ekonomi, social budaya,

maupun pertahanan dan keamanan. Fungsinya sebagai penyebar

informasi pendidikan, menghibur, mengawasi atau mengatur massa.

(Gunadi, 1998:83)

Adapun karakteristik surat kabar adalah:

a. Publisitas

b. Perioditas

c. Universalitas

d. Aktualitas

e. Terdokumentasi (bisa diarsip)

f. Faktualitas (sesuai dengan fakta)

Faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat membaca surat kabar

adalah sebagai salah satu pencarian informasi dan hiburan. Terlebih

lagi media informasi cetak ini mudah dibawa kemanapun dan dapat

dibaca pada waktu senggang. Surat kabar juga memiliki penyampaian

yang sistematis dalam hal pembagan sub-sub pokok pemberitaan.

Berbagai macam surat kabar telah bermunculan dari berbagai macam

jenis hingga surat kabar yang menkhususkan diri pada bagian gaya

hidup.

10

Membaca surat kabar merupakan bagian penting dalam gaya hidup masyarakat intelek, khusunya di daerah perkotaan yang haus akan informasi dan berita terkini. Membaca surat kabar juga sebagai sarana pembelajaran masyarakat luas agar kritis dalam menanggapai suatu fenomena berita yang terjadi di masyarakat yang sedang berkembang.

Dalam hal ini sebagai sebuah media yang dapat mencakup masyarakat secara luas.

Surat kabar mempunyai dampak yang luas dalam komunikasi massa, dikarenakan dampak yang meluas bagi para pembacanya.

Menurut Jay Black dan Frederick C Whitney dalam Yuli Setiowati

(2006):

“Komunikasi massa adalah sebuah proses pesan yang diproduksi secara massal atau tidak sedikit, itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas.”

Dan menurut Joseph R Dominick dalam Yuli Setiowati (2006):

“Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang komplek dengan mesin bantuan satu atau lebih memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.”

Adapun fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut

Dominick:

a. Pengawasan

 Pengawasan dan Peringatan

Fungsi yang terjadi ketika media massa

menginformasikan tentang sesuatu yang berupa

11

ancaman, seperti bahaya tsunami, banjir, gempa,

kenaikan harga, dan lain-lain.

 Pengawasan Instrumental

Penyebaran atau penyampaian informasi yang memiliki

kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti resep makanan, produk-

produk baru, dan lain-lain. b. Penafsiran

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi

juga memberikan penafsiran terhadap kejaidan-kejadian

penting. Contoh: tajuk rencana (editorial) berisi komentar dan

opini dilengkapi perspektif terhadap berita yang disajikan di

halaman lain. c. Pertalian

Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang

beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian)berdasarkan

kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu. d. Penyebaran Nilai-nilai

Fungsi sosialisasi: cara dimana individu mengadopsi

perilaku dan nilai kelompok. e. Hiburan

12

Banyak dijumpai pada media televisi dan radio. Surat kabar

pula merupakan sebuah penyampaian yang strategis dalam

pemberitaan serta pembangunan opini publik. Karena surat

kabar merupakan sarana yang cukup efektif dalam usaha untuk

dapat mencerdaskan masyarakat.

Selain sebagai media komunikasi massa, surat kabar juga sering

digunakan sebagai lahan dagang oleh pemiliknya. Melalui pemasangan

iklan produk dengan gambar yang menarik, sampai dengan iklan yang

dikemas melalui tulisan atau biasa disebut dengan artikel advertising.

4.2 Agenda Setting

Teori agenda setting dapat ditemukan pada bab pertama buku milik

Walter Lipman tahun 1922 yang berjudul Public Opinion. Pada bab

“The World Outside and The Pictures in Our Heads”, Lippmman

berpendapat bahwa media massa adalah pemegang kekuatan pertama

yang menghubungkan anatara dunia luar dengan gambaran-gambaran

yang ada di pemikiran masyarakat. mengikuti Lippmman, pada tahun

1963, Bernard Cohen mengamati bahwa “mungkin mereka (media)

tidak akan berhasil untuk memberitahu apa yang dipikirkan oleh

seseorang, tapi mereka dapat meminta apa yang seharusnya orang

pikirkan”. Sejak saat itu, Cohen telah mengungkapkan gagasan yang

kemudian diformalisasi oleh McComb dan Shaw sebagai teori agenda

setting. McCombs dan Shaw sependapat dengan pernyataan

Lippmman mengenai peran media sebagai mediator antara dunia luar

dan gambaran pemikiran di masyarakat. menurut mereka, ada korelasi

13

yang kuat dan signifikan antara apa yang diagendakan media dana pa

yang menjadi agenda publik.

Teori agenda setting adalah teori yang menyatakan bahwa media

massa merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan

media massa untuk mentransfer dua elemen yaitu kesadaran dan

informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran

publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh

media massa. Dua asumsi dasar yang mendasari penelitian tentang

penentuan agenda adalah:

a. Masyarakat pers dan media massa tidak mencerminkan

kenyataan; mereka menyaring dan membentuk isu.

b. Konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah

masyarakat untuk ditanyangkan sebagai isu-isu yang lebih

penting daripada isu-isu lain.

Agenda media merupakan turunan konsep dari teori agenda setting yang dikemukakan oleh McComb dan Shaw. Ide dasar dari teori ini adalah media memberikan perhatian yang berbeda pada setiap isu. Dari berbagai isu yang muncul atau mengemuka, ada isu (peristiwa, orang) yang diberitakan dengan porsi besar, ada yang diberitakan dengan porsi kecil.

Perbedaan perhatian media terhadap isu ini akan berpengaruh terhadap kognisi (pengetahuan dan citra) suatu peristiwa di mata masyarakat. Orang cenderung mengetahui tentang hal-hal yang diberitakan media massa dan menerima susunan prioritas yang diberikan oleh media massa terhadap isu-isu yang berbeda.

14

Menurut McComb dan Shaw, dalam McQuail dan Sven Windahl

(1996: 104), khalayak tidak hanya mempelajari berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti penting yang diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tertentu.Teori agenda setting pertama kali dikemukakan oleh McComb dan Donald L. Shaw sekitar tahun 1968. Teori ini menyatakan bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk memengaruhi agenda publik. Media tidak selalu berhasil memberitahu apa yang dipikirkan audience, tetapi media berhasil memberitahu audience tentang apa yang dipikirkan media. Media massa memberikan agenda-agenda melalui pemberitaannya, sedangkan audience mengikutinya. Ini berarti bahwa, media memiliki kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu.

Konsep agenda setting menyatakan masalah-masalah yang banyak diberi perhatian di dalam media, yang nantinya juga akan dirasakan oleh khalayak sebagai masalah yang paling penting. Ide dasarnya adalah di antara sejumlah masalah atau topik yang disampaikan, yang banyak mendapat perhatian dari media, akan semakin diingat oleh masyarakat dan dirasakan penting dalam suatu waktu jangka tertentu. Sementara yang mendapat sedikit perhatian dari media berangsur-angsur akan hilang dari perhatian khalayak.

Rogers dan Dearing mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, agenda

15

media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, agenda media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya memengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan (policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik.

(Kriyantono, 2006:225)

Menurut McComb dan Shaw, khalayak tidak hanya mempelajari seberapa besar arti penting diberikan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tertentu. Media massa telah menetapkan agenda dalam isu yang dianggap penting atau besar. Hal itu bukan terletak pada kenyataan bahwa isu itu memang besar, tetapi lebih karena media kerap memberitakan isu tersebut.

Berdasarkan teori tersebut, diturunkanlah konsep mengenai

“agenda media”. Konsep mengenai agenda media itu sendiri relatif sederhana dan tidak kompleks. Konsep ini tidak mempunyai dimensi, sehingga dari konsep langsung dapat diturunkan melalui indikator yang dapat diukur. Konsep ini, merujuk pada teori agenda setting yang dikemukakan oleh McComb dan Shaw mempunyai tiga indikator.

Pertama, isu yang diberitakan oleh media. Kedua, panjang berita dalam surat kabar. Ketiga, penempatan isu dalam jumlah besar, dengan halaman yang panjang dan ditempatkan di tempat yang mencolok, mencerminkan agenda yang dibawa oleh media pada publik.

16

4.3 Analisis Isi Kuantitatif

Eriyanto, dalam bukunya (2011) menjelaskan tentang definisi

analisis isi yaitu, suatu teknik penelitian ilmiah yang ditujukan untuk

mengetahui gambaran karakteristik isi dan menarik inferensi dari isi.

Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi

komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif,

valid reliabel, dan dapat direplikasi. (Eriyanto, 2006:15)

Dengan menggunakan analisis isi, peneliti dapat secara sistematis

melakukan pembacaan terhadap teks sehingga bisa menyempitkan

berbagai macam kemungkinan kesimpulan yang muncul dari berbagai

macam fakta yang teramati, intensi, kondisi mental, dan sebagainya.

Penggunaan analisis isi tentu dapat memberikan gambaran mengenai

teks tersebut sehingga dapat membantu menjawab rumusan masalah.

Analisis isi memiliki beberapa ciri dalam penerapannya. Menurut

Eriyanto (2006) menjelaskan sebagai berikut:

a. Objektif

Penelitian dilakukan untuk mendapat gambaran dari suatu isi

secara apa adanya, tanpa ada campur tangan dari peneliti.

Analisis isi disebut objektif jika peneliti benar-benar melihat

apa yang ada dalam teks, dan tidak memasukkan subjektifitas.

b. Sistematis

Selain objektif, analisis isi juga harus sitematis. Ini berarti,

semua tahapan dan proses penelitian telah dirumuskan secara

jelas, dan sistematis.

17

c. Replikabel

Salah satu ciri penting dari analisis isi yaitu harus replikabel.

Penelitian dengan temuan-temuan tertentu dapat menghasilkan

temuan yang sama pula. Hasil-hasil dari analisis isi sepanjang

menggunakan bahan dan teknik yang sama, harusnya juga

menghasilkan temuan yang sama pula. Temuan ini berlaku

untuk peneliti yang berbeda, waktu yang berbeda, dan konteks

yang berbeda. d. Manifest (isi yang tampak)

Analisis isi dapat dipakai untuk melihat semua karakteristik

dari isi, baik yang tampak (manifest), maupun tidak tampak

(latent). Tetapi beberapa ahli, Barelson dan Holsti,

mengemukakan bahwa analisis isi hanya dapat dipakai untuk

menyelidiki yang tampak. e. Perangkuman (summarizing)

Ciri lain dari analsisi isi yang ditujukan untuk membuat

perangkuman/summarizing. Analisi isi umumnya dibuat untuk

membuat gambaran umum karakteristik dari suatu isi/pesan.

Analisis isi sebaliknya tidak berpretensi untuk menyajikan

secara detail satu atau beberapa kasus isi. Analisis isi dapat

dikategorikan sebagai penelitian yang bertipe nomotetik yang

ditujukan untuk membuat generalisasi dari pesan, dan bukan

penelitian jenis idiographic yang umumnya bertujuan membuat

gambaran detail suatu fenomena.

18

f. Generalisasi

Analisis isi tidak hanya bertujuan untuk melakukan

perangkuman tetapi juga berpretensi untuk melakukakn

generalisasi. Ini terutama jika analisis isi menggunakan sampel.

Hasil dari analisis dimaksudkan untuk memberikan gambaran

populasi. (Eriyanto, 2006:16-30)

Analisis isi memiliki unit untuk memisahkan data yang akan diteliti. Menurut Krippendorff, unit analisis didefinisikan sebagai apa yang diobservasi, dicatat dan dianggap sebagai data, dipisahkan menurut batas- batasnya dan diidentifikasi untuk analisis berikutnya. Bagian dari isi ini dapat berupa kata, kalimat, foto, scene (potongan adegan), paragraf.

Bagian-bagian ini harus terpisah dan dapat dibedakan dengan unit yang lain, dan menjadi dasar kita sebagai peneliti untuk melakukan pencatatan.

(Eriyanto, 2006:59)

Secara umum unit analisis yang terdapat dalam analisis isi adalah:

a. Unit Fisik (Physichal Units)

Unit fisik merupakan unit pencatatan yang didasarkan pada

ukuran fisik dari suatu teks.

b. Unit Sintaksis (Syntactical Units)

Unti sintaksis adalah unit analisis yang menggunakan elemen

atau bagian-bagian dari suatu isi.

c. Unit Referensial (Referential Units)

19

Unit referensial ini merupakan perluasan dari unit sintaksis.

Pada unit sintaksis yang dicatat dan dihitung adalah pemakaian

dari kata atau kalimat, kata yang berbeda dihitung dan dicatat

sebagai satuan yang berbeda. Sementara dalam unit referensial,

kata-kata yang mirip, sepadan, atau punya arti yang sama

dicatat sebagai satu kesatuan. d. Unit Proposisional (Propotitional Units)

Unit proposisional adalah unit analisis yang menggunakan

pernyataan (proposisi). Peneliti menghubungkan dan

mempertautkan satu kalimat dan kalimat lain dan

menyimpulkan pernyataan (proposisi) yang terbentuk dari

rangkaian antar kalimat. e. Unit Tematik (Thematic Units)

Unit tematik adalah unit analisis yang lebih melihat (topik)

pembicaraan suatu teks. Unit tematik secara sederhana

berbicara mengenai “teks berbicara mengenai apa dan tentang

apa”. Ia tidak berhubungan dengan kandungan kata atau

kalimat seperti halnya dalam unit analisis, proposional dan

referensial. (Eriyanto, 2006:64-84).

20

5. Kerangka Penelitian

JAWA POS MENJADI BAGIAN PERSEBAYA MELALUI AZRUL ANANDA YANG MENJABAT SEBAGAI PRESIDEN PERSEBAYA

BAGAIMANA AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PERSEBAYA DI HALAMAN KHUSUS JAWA POS EDISI 21 FEBRUARI – 21

MARET 2017

AGENDA SETTING MC COMB DAN DONALD L. SHAW

JUMLAH PANJANG PENEMPATAN PEMBERITAAN BERITA ISU

ANALISIS ISI

UNIT FISIK UNIT TEMATIK

MENGETAHUI AGENDA MEDIA DALAM PEMBERITAAN PERSEBAYA DI HALAMAN KHUSUS JAWA POS 21 EDISI 21 FEBRUARI – 21 MARET 2017

6. Metodologi Penelitian

6.1 Metode dan Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis deskriptif kuantitatif dengan menggunakan

metode analisis isi, yaitu metode yang digunakan untuk meriset atau

menganalisis isi komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif.

Analisis isi kuantitatif lebih memfokuskan pada isi komunikasi yang

tampak (tersurat/manifest/nyata). (Kriyantono, 2008:60-61)

6.2 Populasi

Populasi adalah semua anggota dari objek yang ingin kita ketahui

isinya. Penentuan jumlah populasi bagi peneliti merupakan upaya bagi

peniliti untuk membatasi ruang lingkup analisisnya. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh berita mengenai Persebaya yang ada di

halaman khusus Jawa Pos edisi 21 Februari – 21 Maret 2017 sebanyak

49 berita.

6.3 Teknik Sampling

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non probability

dimana sampel tidak melalui teknik random (acak). Disini semua

anggota populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk

dipilih menjadi sampel.

22

Penelitian ini mengambil sampel secara keseluruhan dari jumlah

populasi, yakni pemberitaan Persebaya di halaman khusus Jawa Pos

edisi 21 Februari – 21 Maret 2017.

6.4 Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel berdasarkan

kemudahan (available sampling/convenience sampling), yaitu

pemilihan sampel berdasarkan kemudahan data yang dimiliki oleh

populasi (Kriyantono, 2006:160).

Alasan peneliti menggunakan Available Sampling karena untuk

mempermudah peneliti dalam menganalisa pemberitaan Persebaya di

halaman khusus Jawa Pos yang berjumlah 49 berita. Kriteria yang

diambil peneliti dalam penentuan sampel adalah berita yang khusus

memberitakan Persebaya di halaman khusus Jawa Pos pada edisi 21

Februari – 21 Maret 2017.

7. Variabel Penelitian dan Operasional Konsep

7.1 Operasional Konsep

Berdasarkan kerangka penelitian yang telah diuraikan diatas, maka

dibentuklah operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan

kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 1.1 Operasional Konsep

VARIABEL INDIKATOR BUTIR (LEMBAR CODING)

23

Pemberitaan 1. Jumlah Tema berita Surat Kabar:

Persebaya pemberitaan 1. Official Persebaya

2. Pemain Persebaya

3. Grup Asuhan

4. Bonek

5. Alumni Persebaya

6. Green Force

(Persebaya)

2. Panjang berita Panjang berita (dalam mm):

1. Panjang

2. Sedang

3. Pendek

3. Penempatan isu Penempatan isu dalam

(dimana isu halaman surat kabar:

diposisikan 1. Halaman depan

dalam halaman (headline)

surat kabar) 2. Halaman depan, tidak

headline

3. Halaman belakang

4. Halaman dalam

7.2 Indikator Variabel

Indikator variabel yang terdapat dalam pemberitaan Persebaya di

halaman khusus Jawa Pos adalah sebagai berikut:

24

a. Jumlah Pemberitaan

Peneliti membaca pemberitaan Persebaya di halaman khusus

Jawa Pos dari edisi 21 Februari – 21 Maret 2017, kemudian

membagi pemberitaan tersebut ke dalam beberapa kategori

yaitu, official Persebaya, Pemain Persebaya, Grup Asuhan,

Bonek, Alumni Persebaya, dan Green Fore (Persebaya).

b. Panjang Berita

Dalam kategori ini, peneliti mengukur panjang kolom yang

digunakan untuk satu berita. Kolom terbesar yang ada pada

Jawa Pos adalah satu halaman penuh atau sekitar 1983 cm dan

yang terpendek adalah sekitar 126 cm. Peneliti membuat

indikator tersendiri untuk ukuran kolom. Jadi, berita tersebut

bisa dikatakan panjang, apabilaukuran kolomnya mulai dari

500-1983 cm. Dikatakan sedang apabila ukuran kolomnya

mulai dari 120-500 cm. serta akan dikatakan pendek apabila

ukuran kolomnya kurang dari 120 cm.

c. Penempatan Isu

Penempatan isu merupakan di mana pemberitaan tersebut

ditempatkan. Biasanya dibagi menjadi, Halaman depan

(headline), Halaman depan (tidak headline), Halaman

belakang, dan Halaman dalam.

8. Hipotesis Riset

25

Tidak semua penelitian kuantitatif menyajikan hipotesis penelitian.

Penelitian kuantitatif yang bersifat eksploratis dan deskriptif biasanya

tidak menyajikan hipotesis. Oleh karena itu sub-bab hipotesis penelitian

tidak harus ada dalam proposal tesis atau disertasi.

9. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang diambil secara langsung dari surat kabar Jawa Pos yang berupa

unit berita pada edisi 21 Februari – 21 Maret 2017 yang telah

didokumentasikan lebih dahulu. Prosedur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah: pertama, dengan melakukan pencatatan tiap unit

pemberitaan Persebaya pada halaman khusus Jawa Pos. kedua, setiap data

yang didapatkan akan dimasukkan ke dalam lembar koding dengan

kategori-kategori yang ditentukan sebelumnya.

10. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisis data, terlebih dahulu data yang terkumpul akan

diuraikan menggunakan lembar koding. Selanjutnya teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah agenda media dalam berita.

Data dianalisis menggunakan tabel kategorisasi melalui tabel frekuensi.

Dari tabel tersebut akan dilakukan analisis dan penghitungan prosentase

atas jumlah pemberitaan, panjang berita, dan penempatan isu yang

diungkapkan dalam pemberitaan Persebaya di halaman khusus Jawa Pos.

26

11. Teknik Validitas dan Reliabilitas Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas konstruk

sebagai acuan. Validitas konstruk menghubungkan antara instrument

penelitian dengan teori untuk meyakinkan bahwa pengukuran secara logis

berkaitan dengan konsep-konsep dalam kerangka teori. (Kriyantono,

2006:150)

Menurut Kassarjian, uji reliabilitas data dilakukan untuk

memberikan jaminan bahwa data yang diperleh, independen dari peristiwa,

instrument atau orang yang mengukurnya (Eriyanto, 2011:282). Peneliti

menggunakan Persentase Persetujuan (percent agreement), dengan rumus

sebagai berikut:

Reliabilitas Antar-Coder= A

N

Keterangan:

A= jumlah persetujuan dari dua orang coder

N = jumlah unit yang diuji

(Eriyanto, 2011:288)

27

BAB II

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

1. Gambaran Umum Jawa Pos

Gambar 2.1 Logo Jawa Pos

Jawa Pos didirikan oleh The Chung Shen pada 1 Juli 1949 dengan

nama Djawa Post. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai

bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus

memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk

membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos, The Chung

Shen mendirikan pula koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The

Chung Shen di bidang surat kabar tidak selamanya mulus pada akhir tahun

1970-an, omzet Jawa Pos mengalami kemerosotan yang tajam. Tahun

1982, oplahnya hanya tinggal 6.800 eksemplar saja. Koran-korannya yang

lain sudah lebih dulu pensiun. Ketika usianya menginjak 80 tahun, The

Chung Shen akhirnya memutuskan untuk menjual Jawa Pos. dia merasa

tidak mampu lagi mengurus perusahaannya, sementara tiga orang anaknya

lebih memilih tinggal di London, Inggris.

Jawa Pos pertama kali berkantor di Jalan Kembang Jepun dengan

oplah 6.000 eksemplar per hari. Mulai 1982, manajemen Jawa Pos diambil

1

alih oleh PT Grafiti Pers (Majalah dan koran Tempo) yang dipimpin oleh

Dahlan Iskan dan berkembang pesat sampai sekarang.

Kepemimpinan Dahlan Iskan

Pada tahun 1982, Eric FH Samola, waktu itu adalah Direktur

Utama PT Grafiti Pers (penerbit Majalah Tempo) mengambil alih Jawa

Pos. dengan manajemen baru, Eric mengangkat Dahlan Iskan, yang sebelumnya adalah Kepala Biro Tempo di Surabaya untuk memimpin

Jawa Pos. Eric Samola kemudian meninggal pada tahun 2000. Dahlan

Iskan adalah sosok yang membuat Jawa Pos yang pada waktu itu hampir mati dengan oplah 6.000 eksemplar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah 300.000 eksemplar.

Lima tahun kemudia terbentuklah Jawa Pos News Network

(JPNN), salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia, dimana memiliki lebih dari 80 surat kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada tahun 1997, Jawa Pos pindah ke gedung baru berlantai 21, Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit di

Surabaya. Tahun 2002 dibangun Graha Pena di Jakarta. Kemudian saat ini bermunculan gedung-gedung Graha Pena di hampur semua wilayah di

Indonesia.

Jawa Pos dicetak di atas 360.000 eksemplar setiap hari, hal itu yang telah membuat kini menduduki peringkat kedua dalam sepuluh urutan koran terbesar di Indonesia. Basis pemasaran terkuat berada di

2

Jawa Timur, menyusul mengembang di Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT hingga Irian Jaya. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, untuk meningkatkan kualitas layanan pembaca Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh dengan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di , Banyuwangi, Nganjuk,

Solo, Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan beberapa kota lain di

Indonesia.

Mulai September 1998 Jawa Pos tampil dengan format baru, yaitu

Broadshett Muda dengan lembar tujuh kolm seperti koran di luar negeri.

Jawa Pos kini juga tampil dengan beragai koran Radar yang berisi berita- berita dari berbagai daerah. Ini merupakan terobosan untuk menguatkan image sebagai pelopor. (wikipedia indonesia.com)

Jawa Pos kini mulai diminati warga nefara Indonesia yang tinggal di Malaysia dan Arab Saudi, mereka ingin mengetahui perkembangan

Indonesia. Bagi pembaca di luar negeri lainnya, dapat mengikuti berita- berita Jawa Pos lewat fasilitas internet. (JP Net: www.jawapos.co.id)

Jawa Pos memiliki ratusan wartawan yang ditempatkan di berbagai kota penting, baik itu di dalam maupun di luar negeri. Beberapa diantaranya pernah ditempatkan di Frankfrut, London, Roma, Hongkong,

Washington DC, Sant Paulo serta Bulgaria. Karena pertimbangan efisiensi, kini penempatan wartawan di luar negeri sangat dipertimbangkan terutama jika ada acara khusus kalau perlu.

3

2. Jawa Pos Edisi Surabaya

Jawa Pos edisi Surabaya beredar di daerah Kota Surabaya dan

sekitarnya (Kabupaten Sidoarjo dan Gresik), terbit dengan tiga bagian

utama:

a. Jawa Pos (utama), berisi berita-berita utama, politik, ekonomi/bisnis,

Jawa Timur, nasional, internasional, dan rubrik-rubrik tematik lainnya.

b. Metropolis, berisi berita Kota Surabaya dan sekitarnya (Kabupaten

Sidoarjo dan Gresik), Deteksi (halaman untuk remaja, salah satunya

berisi polling harian), hiburan, kesehatan, dan rubrik-rubrik ringan

lainnya serta rubrik mingguan.

c. Olahraga, berisi tentang berita olahraga, terutama ulasan bola dan

balap (Formula 1 dan MotoGP). Bagian ini juga berisi iklan baris.

3. Jawa Pos Edisi Luar Surabaya

Hal yang membedakan Jawa Pos edisi Surabaya dan luar Surabaya

adalah bagian Metropolis. Di luar Surabaya, bagian ini diganti dengan

bagian yang lebih regional dan disebut degan Radar. Radar berisi tentang

berita-berita regional dalam jumlah yang cukup banyak. Rubrik

Metropolis (seperti di Jawa Pos edisi Surabaya) beberapa bagian masih

dipertahankan. Bagian Jawa Pos utama dan bagian Olahraga, sama persis

dengan edisi Surabaya.

4

Isi berita dari Radar bersifat lokal, dan memuat iklan yang bersifat

lokal serta bagian olahraga local. Saat ini Jawa Pos memiliki 15 Radar,

yang masing-masing memiliki redaksi sendiri di kotanya, yaitu:

a. Radar Banyuwangi, beredar di Banyuwangi dan Situbondo.

b. Radar Jember, beredar di Jember dan Lumajang.

c. Radar Bromo (Kota Pasuruan), beredar di Pasuruan dan Probolinggo.

d. Radar Malang, beredar di Malang dan Batu.

e. Radar Mojokerto, beredar di Mojokerto dan Jombang.

f. Radar Kediri, berdar di Kediri dan Nganjuk.

g. Radar Tulungagung, beredar di Tulungagung, Trenggalek, dan Blitar.

h. Radar Bojonegoro, beredar di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan

Blora.

i. Radar Madiun, beredar di Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo, dan

Pacitan.

j. Radar Madura (Bangalan), beredar di Pulau Madura.

k. Radar Bali, beredar di Denpasar Bali.

4. Deskripsi Isi Tiap Halaman

Jumlah halaman koran Jawa Pos sebanyaj 40 halaman. Jawa Pos

tidak pernah absen dalam penerbitan. Jawa Pos juga selalu terbit meskipun

hari libur nasional. Berikut adalah deskripsi halaman Jawa Pos secara

umum:

a. Halaman 1 berisi tentang Headline.

b. Halaman 2 dalam Rubrik Politik berisi tentang berita politik.

5

c. Halaman 3dalam Rubrik Berita Utama.

d. Halaman 4-5 dalam Rubrik Internasional berisi tentang berita tentang

luar negeri baik permasalahan politik maupun ekonomi.

e. Halaman 6 dalam Rubrik Opini berisi tentang opini masyarakat.

f. Halaman 7-10 dalam Rubrik Ekonomi Bisnis berisi tentang ekonomi

dan bisnis.

5. Persebaya Surabaya

Gambar 2.2 Logo Persebaya

Persebaya adalah sebuah klub sepak bola professional di Indonesia

yang berbasis di Surabaya yang lahir pada 18 Juni1927 dengan nama

Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) oleh Paijo dan M.

Pamoedji. Sebelumnya, di Surabaya juga telah hadir klub sepak bola

dengan nama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), klub ini berdiri pada

tahun 1910 namun pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di

Surabaya.

6

Tiga tahun setelahnya, yaitu tepat pada tanggal 19 April 1930.

SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung (sekarang Persib

Bandung), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun),

VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran

Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. Kala itu, SIVB diwakili oleh

M. Pamoedji. Setahun setelahnya, baru diadakan kompetisi tahunan antar kota/perserikatan dan SIVB berhasil masuk final kompetisi pada tahun

1938 meskipun harus kalah dengan VIJ Jakarta. Tahun 1960, nama

Persibaja diubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya).

Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM

Makassar, Persib Bandung maupun . Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan

1990.

Selain Persebaya, prestasi PSSI juga turut gemilang pada waktu itu. Hal tersebut terjadi ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan

Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Tiga tahun kemudian Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia, tepatnya pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun

2005.

7

Dalam perjalanannya, Persebaya juga sempat beberapa kali mengalami kejadian yang kontroversial, yaitu ketika menjuarai Kompetisi

Perserikatan tahun 1988. Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah “sepak bola gajah”, hal itu terjadi karena Persebaya mengalah kepada 0-12 untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS yang pada tahun sebelumnya memupuskan harapan Persebaya di final Kompetisis Perserikatan. Alhasil, taktik tersebut membawa Persebaya juara dalam Kompetisis Perserikatan tahun

1988 dengan menyingkirkan PSMS 3-1.

Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai.

Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian atau tahun 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS dan PSM untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

Awal Persebaya Surabaya mengalami degradasi ke Divisi Utama yaitu pada musim 2009/2010. Hal tersebut diakibatkan karena Persebaya dipaksa untuk melakukan pertandingan ulang dengan selama tiga kali oertandingan dengan lokasi yang berbeda pula yaitu, Kediri,

Yogyakarta, dan Palembang. Namun pada pertandingan ketiga, Persebaya menolak dan tidak terima dengan perlakuan tersebut. Kemudian Persebaya

8

memilih untuk mengikuti Liga Primer Indonesia. Persebaya juga mengganti namanya dari Persebaya Surabaya (PT Surabaya Indonesia) diubah menjadi Persebaya 1927 (PT Persebaya Indonesia). Pada musim

2015 Persebaya Surabaya (kini Bhayangkara FC) merubah nama menjadi

Bonek FC dan Surabaya United dikerenakan Persebaya 1927 (PT

Persebaya Indonesia) memenangkan gugatan hak paten nama dan logo, yang mana secara otomatis legalitas Persebaya Surabaya adalah dibawah

PT.Persebaya Indonesia.

Pada musim 2016 Surabaya United melakukan merger dengan PS

Polri dan kemudian kembali merubah namanya menjadi Bhayangkara

Surabaya United dan berlanjut sampai dengan mengikuti kompetisi

Indonesia Soccer Championship, pada paruh kedua kompetisi tepat pada bulan Mei 2016, Polri resmi membeli 100% saham Bhayangkara Surabaya

United dan menghapus nama belakang klub sehingga sekarang bernama Bhayangkara FC. Pada bulan yang sama hasil rapat Exco yang di gelar di solo, Persebaya 1927 disahkan kembali sebagai anggota PSSI dan akan disahkan pada KLB di serta akan kembali berkompetisi di

Divisi Utama musim 2017. Namun, pada kongres PSSI yang dilakukan di

Jakarta pada 10 November 2016 membatalkan agenda pengesahan tersebut. Ketua PSSI terpilih, Edy Rahmayadi menjanjikan akan menyelesaikan permasalahan Persebaya pada kongres selanjutnya di

Bandung.

Terlepas dari segala kontroversi yang ada, Persebaya merupakan klub bola yang bisa dinobatkan sebagai klub hebat. Karena disamping

9

kontroversi, Persebaya juga kerap menjuarai beberapa pertandingan perserikatan. Berikut beberapa kejuaraan yang pernah diikuti dan dijuarai oleh Persebaya:

1. Kompetisi Perserikatan

 1938 - Juara II, kalah dari VIJ Jakarta

 1941 - Juara, menang atas VIJ Jakarta

 1942 - Juara II, kalah dari Persis Solo

 1950 - Juara, menang atas Persib Bandung

 1951 - Juara, menang atas Persija Jakarta

 1952 - Juara, menang atas Persija Jakarta

 1965 - Juara II, kalah dari PSM Ujungpandang

(sekarang PSM Makassar)

 1967 - Juara II, kalah dari PSMS Medan

 1971 - Juara II, kalah dari PSMS Medan

 1973 - Juara II, kalah dari Persija Jakarta

 1977 - Juara II, kalah dari Persija Jakarta

 1978 - Juara, menang atas PSMS Medan

 1981 - Juara II, kalah dari Persiraja Banda

 1987 - Juara II, kalah dari PSIS Semarang

 1988 - Juara, menang atas Persija Jakarta

 1990 - Juara II, kalah dari Persib Bandung

2. Liga Indonesia

 1994/1995 - Posisi ke-9, Wilayah Timur

 1995/1996 - Posisi ke-7, Wilayah Timur

10

 1996/1997 - Juara Liga Indonesia

 1997/1998 - dihentikan

 1998/1999 - Juara II Liga Indonesia

 1999/2000 - Posisi ke-6, Wilayah Timur

 2001 - Babak 8 besar

 2002 - Degradasi ke Divisi Satu (sekarang Divisi

Utama)

 2003 - Juara Divisi Satu (sekarang Divisi Utama)

 2004 - Juara Liga Indonesia

 2005 - Mundur dari babak 8 besar (awalnya diskorsing

dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan,

kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi

Satu)

 2006 - Juara Divisi Satu (sekarang Divisi Utama)

 2007 - Posisi ke-14, Wilayah Timur (Tidak lolos ke

Super Liga)

 2008 - Peringkat ke-4

3. Liga Champions Asia

 1998 - Babak pertama (masih bernama Piala

Champions Asia)

 2005 - Babak pertama

Persebaya Saat Ini

11

Setelah melalui masa pembekuan yang cukup lama, kini Persebaya kembali lagi untuk mengaharumkan nama Surabaya. Hal yang telah lama dinantikan oleh masyarakat Surabaya yaitu untuk melihat kembali kebanggaannya berlaga. Tepat di Jakarta pada 8 Januari 2017, Persebaya disahkan kembali sebagai anggota dalam Kongres PSSI. Setelah dilaksanakannya RUPS pada 7 Pebruari 2017, kini 70% saham Persebaya

Surabaya dimiliki oleh Jawa Pos Group melalui anak perusahaanya yaitu

PT. Jawa Pos Sportainment. Sedangkan 30% lainnya dimiliki oleh 20 klub anggota Persebaya yang tergabung dalam Koperasi Surya Abadi Persebaya

(KSAP).

Persebaya kini dipimpin oleh Azrul Ananda sebagai Presiden

Persebaya. Manajemen Persebaya yang baru ini berusaha semaksimal untuk mengembalikan Persebaya menjadi lebih baik. Tidak hanya pada tubuh Persebaya saja, namun juga sampai pada supporter Persebaya. Serta tidak ketinggalan yaitu perubahan tiket yang serupa dengan member card dan dibagi menjadi dua kelas yaitu, Fans dan Super Fans. Untuk member kategori Fans dibanderol dengan harga Rp 200.000,- termasuk Bonek card, tujuh tiket laga kandang serta asuransi. Sementara untuk member kategori

Super Fans dibanderol dengan harga Rp 750.000,- termasuk jersey original, Bonek card, tujuh tiket laga kandang, serta asuransi.

Selain itu, untuk persoalan pemain, manajemen Persebaya juga telah merombak beberapa posisi agar diisi oleh pemain baru, namun tetap ada posisi yang dipertahankan oleh pemain lama. Beberapa nama yang masuk dalam daftar pemain Persebaya adalah seagai berikut:

12

1. Miswar Saputra

2. Samuel Reimas

3. Rachmat Latief

4. Abdul Azis

5. Andri Muliadi

6. Rahmat Juliandri

7. M. Irvan Febrianto

8. Siswanto

9. Thaufan Hidayat

10. Irfan Jaya

11. Mat Halil

12. Rendi Irwan Saputra

13. Rachmat Afandi

14. Rachmat Irianto

15. Ridwan Awaluddin

16. Dimas Galih Pratama

17. M. Sidik Saimima

18. Abu Rizal Maulana

19. M. Solikin

20. M. Syaifudin

21. Oktafianus Fernando

13

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

1. Uji Reliabilitas

Analisis isi dilakukan secara objektif. Ini berarti tidak boleh ada

penafsiran antara satu coder dengan coder yang lain. Reliabilitas ini

melihat pada apakah alat ukur dapat dipercaya menghasilkan temuan yang

sama, ketika dilakukan oleh orang yang berbeda. (Eriyanto, 2011:282)

Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai coder adalah peneliti

sendiri sebagai peneliti, coder 1 adalah Arie Noer Rachmawati dan coder 2

adalah Nabilla Aulia Rahma.

1.1 Profil Arie Noer Rachmawati

Arie Noer Rachmawati merupakan mahasiswa Stikosa-AWS yang

baru saja menyelesaikan pendidikan S1 nya selama 4 tahun persis.

Perempuan yang lahir di Surabaya, 27 September 1994 ini merupakan

mahasiswi yang terhitung pandai dan menguasai beberapa teori tentang

komunikasi. Tidak jarang, banyak teman seangkatan yang meminta

bantuannya untuk sekedar memberi pencerahan atau menjadi hakim

coder. Selain itu, Arie juga pernah bekerja sebagai scriptwriter di

Radio SHE FM juga sebagai copywriter di sebuah portal online di

Sidoarjo. Saya merasa dengan pengalaman tersebut, menjadi alasan

peneliti memilih Arie sebagai coder dalam penelitian ini.

1.2 Profil Nabilla Aulia Rahma

Nabilla Aulia Rahma merupakan mahasiswa Stikosa-AWS

kelahiran Mojokerto, 22 September 1995 yang tak kalah pandai

1

dengan Arie. Nabilla juga menguasai beberapa teori tentang

komunikasi, serta memiliki pengalaman mengisi lembar coding untuk

penelitian. Dengan pengalaman tersebut, peneliti memilki alasan untuk

memeilih Nabilla sebagai coder dalam penelitian ini.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Dalam analisis ini, penulis menggunakan Persentase Persetujuan

(percent agreement) mengukur reliabilitas antar coder. Perhitungan

reliabilitas ini merupakan perhitungan yang paling sederhana. Meski

paling sederhana, perhitungan reliabilitas ini paling banyak dipakai dalam

analisis isi. Reliabilitas dihitung dari berapa jumlah persetujuan

(agreement) dibagi dengan jumlah sampel kasus yang dihitung. Secara

konseptual, rumus untuk menghitung presentase persetujuan sebagai

berikut:

Reliabilitas antar-coder=

Keterangan:

A : jumlah persetujuan dari dua orang coder

N : jumlah unit yang dites

Angka reliabilitas bergerak dari angka 0 hingga 1, di mana angka 0

menunjukkan reliabilitas yang rendah (tidak ada persetujuan satu pun) dan

1 menunjukkan reliabilitas yang tinggi (persetujuan total). Makin besar

angka, menunjukkan makin tinggi reliabilitas antar-coder. Minimum,

2

angka reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,08 atau 80% menurut Riffe et al. dalam buku Eriyanto (2011).

Setelah dilakukan uji reliabilitas oleh peneliti dan coder 1 adalah sdri Arie dan coder 2 sdri Nabilla. Maka berdasarkan penafsiran yang dikemukakan melalui presentase persetujuan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Isu yang diberitakan media

Isu yang diberitakan oleh media

N = 49

Official Pemain Grup Bone Alumni Green

Persebay Persebay Asuha k Persebay Force

a a n a (Persebay

a)

Coder 1 7 9 8 15 6 4

Coder 2 8 9 10 14 4 4

Reliabilit 100% as Antar

Hakim

3

Tabel 3.2 Panjang Berita dan Penempatan Isu

Panjang berita Penempatan Isu

N = 49 N = 49

Pan Sed Pen Halaman Halaman Halaman Halaman

jang ang dek Depan Depan belakang dalam

(headline) tidak

Headline

Coder 1 6 13 30 5 - 15 29

Coder 2 6 13 30 5 - 15 29

Reliabili 100% 100% tas

Antar

Hakim

2.1 Kategori Isu yang Diberitakan oleh Media

Reliabilitas Coder 1

Reliabilitas Coder 2

Reliabilitas Antar-coder

Kesepakatan antar-coder untuk kategori isu yang diberitakan oleh

media sebesar 1 (100%), maka dalam kategori ini dapat dinyatakan sah

karena memiliki indeks reliabilitas koding di atas 0,080 atau 80%.

4

2.2 Kategori Panjang Berita

Reliabilitas coder 1

Reliabilitas coder 2

Reliabilitas antar-coder

Kesepakatan antar-coder untuk kategori panjang berita sebesar 1

(100%), maka dalam kategori ini dapat dinyatakan sah karena

memiliki indeks reliabilitas koding di atas 0,080 atau 80%.

2.3 Kategori Penempatan Isu

Reliabilitas coder 1

Reliabilitas coder 2

Reliabilitas antar-coder

Kesepakatan antar-coder untuk kategori penempatan isu sebesar 1

(100%), maka dalam kategori ini dapat dinyatakan sah karena

memiliki indeks reliabilitas koding di atas 0,080 atau 80%.

Dari hasil perhitungan uji reliabilitas tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa ketiga kategori yang digunakan dalam penelitian

tersebut reliabel, karena telah memenuhi indeks reliabilitas koding

minimal 0,08 atau 80%, maka hasil koding bisa dianalisa dan

diinterpretasikan.

5

3. Penyajian Data

Sampel penelitian mengenai Agenda Media Dalam Pemberitaan

Persebaya di Halaman Khusus Jawa Pos adalah 49 berita. Alat ukur yang

digunkaan adalah lembar koding yang berisi berita-berita mengenai

Persebaya edisi 21 Februari – 21 Maret 2017. Berita-berita yang telah

ditemukan peneliti kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel

di bawah ini. Dalam melakukan lembar koding, peneliti membedahnya

sesuai dengan teori Agenda Media milik Mc Comb dan Shaw:

1. Isu yang diberitakan oleh media

2. Panjang berita

3. Penempatan isu

3.1 Kategori Isu yang Diberitakan oleh Media

Dalam pemberitaan Persebaya, Jawa Pos secara tersirat telah

membaginya ke beberapa tema/isu. Sebelumnya, peneliti telah

membagi terlebih dahulu isu-isu yang coba ditampilkan oleh Jawa Pos.

Berikut merupakan hasil analisis pemberitaan Persebaya ditinjau dari

kategori isu yang diberitakan oleh media.

Tabel 3.3 Hasil Analisis kategori Isu yang Dibuat oleh Media

Isu yang Dibuat oleh Jumlah Pemberitaan Presentase (%) Media Official Persebaya 6 12,24% Pemain Persebaya 9 18,37% Grup Asuhan 9 18,37% Bonek 14 28,57% Alumni Persebaya 4 8,16% Green Force (Persebaya) 7 14,29% Jumlah 49 100%

6

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada kategori isu yang dibuat oleh media, terdapat enam isu yang diangkat oleh Jawa

Pos. Sebanyak 12,24% terdapat isu tentang Official Persebaya, di mana Jawa Pos memberitakan tentang kondisi tatanan manajemen sampai pada kepelatihan. Kemudian pada isu Pemain Persebaya dan

Grup asuhan atau klub internal masing-masing sebesar 18,37%. Isu tersebut mengangkat tentang profil pemain Persebaya dan juga klub internal Persebaya yang mulai bangkit kembali sejak disahkannya

Persebaya oleh PSSI. Posisi paling banyak ditempati oleh isu mengenai Bonek yaitu sebesar, 28,57%. Karena Bonek selalu menjadi sorotan negatif, oleh karena itu Jawa Pos mencoba mengangkat isu perihal Bonek yang sedang mencoba mengubah diri menjadi lebih baik. Kemudian sebesar 8,16% ditempati oleh isu mengenai Alumni

Persebaya atau mantan pemain Persebaya, yang memberikan sedikit petuahnya melalui Jawa Pos. Yang terakhir sebesar 14,29% diisi oleh isu tentang Persebaya sendiri. Isu ini biasanya berisikan tentang progres Persebaya.

Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Official Persebaya adalah pada berita yang berjudul

“Persebaya: Cinta Berbalas Cinta”, yaitu:

“Saya selalu tertawa ketika membaca comment yang meminta agar manajemen tidak mencari untung terlalu banyak. Lha jujur, kalau saya mau untung secara pribadi, ya saya tidak terjun di Persebaya. Wong saya pribadi tidak mengambil gaji di Persebaya. Hidup saya sudah jauh lebih cukup (lebih untung) dari yang lain. Tapi, kelangsungan hidup Persebaya sehari-hari kan harus ada yang mengerjakan. Harus ada staf manajemen, harus ada tim pelatih, harus ada barisan tim pemain, dan

7

lain-lain. dan seperti ditegaskan di awal tulisan ini, semua punya mimpi untuk Persebaya.” Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Pemain Persebaya adalah pada berita yang berjudul “Darah

Muda untuk Garuda”, yaitu:

“Nah, sumbangsih Persebaya untuk Garuda –julukan timnas- masih terus mengalir. Sebab, ada beberapa wonderkid di skuad Green Force yang siap meramaikan persaingan merebut posisi di timnas. Mereka adalah Sidik Saimima dan Rachmat Irianto. Saimima adalah hasil tempaan klub internal Anak Bangsa, sedangkan Rian -sapaan akrab Rachmat- merupakan binaan Indonesia Muda (IM).” Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Grup asuhan atau Klub Internal adalah pada berita yang berjudul “Klub Internal Bergairah Lagi”, yaitu:

“Kembalinya Persebaya ke kompetisi resmi plus masuknya manajemen baru berimbas ke klub internal. Jumlah murid baru yang mendaftar di klub-klub internal anggota Persebaya meningkat. Dengan berlaganya Persebaya di kompetisi resmi PSSI, mereka berharap klub- klub internal itu menjadi bintang klub berjuluk Green Force pada masa mendatang.” Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Bonek adalah pada berita yang berjudul “No Ticket, No

Game”, yaitu:

“Generasi muda suporter Persebaya juga sepakat dengan kampanye No Ticket, No Game. Ujang Ilyas salah satunya. Menurut ketua Komunitas Bonek Campus itu, membeli tiket masuk dalam kategori wajib bagi seorang suporter sepak bola. Atau istilah lainnya, lanjut Ujang, dosa besar kalau sampai Bonek berani-beraninya nonton Persebaya dengan cara mencari gratisan.” Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Alumni Persebaya atau Mantan pemain Persebaya adalah pada berita yang berjudul “Sulit Lupakan Memori 1988”, yaitu:

8

“Banyak trofi yang sudah diraih Mustaqim saat masih aktif sebagai pemain. Namun, bagi Mustaqim, juara perserikatan bersama Persebaya Surabaya pada musim 1987-1988 adalah trofi yang paling berkesan. Mustaqim lalu menerawang memori 29 tahun silam. Ketika itu, dalam final yang berlangsung di Senayan (kini Stadion Utama Gelora Bung Karno) pada 27 Maret 1988, Persebaya berhasil mengalahkan Persija Jakarta dengan skor 3-2, Mustaqim ikut menyumbang satu gol di laga tersebut. Gol itu dianggap sebagai salah satu gol terbaiknya. Sebab, gol yang tercipta di masa perpanjangan waktu itu menjadi gol penentu kemanangan Green Force -julukan Persebaya.” Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari

indikator Green Force adalah pada berita yang berjudul “Evaluasi

sebelum berkompetisi”, yaitu:

“Dari fase grup Dirgantara Cup itu pula, tim teknis Persebaya bisa merangkum sejumlah evaluasi untuk bahan pembenahan sebelum berlaga di kompetisi . Apa saja? Pelatih Iwan Setiawan menyebut, koordinasi lini belakang dan transisi sektor gelandang dari bertahan ke menyerang maupun sebaliknya. Kelemahan itu sangat kentara saat Mat Halil dkk bertanding. Terutama saat menghadapi lawan yang punya karakter cepat dan sabar dalam membangun serangan. Gol kilat PSN Ngada pada menit ketiga di laga pertama serta dua gol penyebab kekalahan dari Cilegon United jumat (5/3) adalah buktinya.” Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa Jawa Pos lebih banyak

mengangkat isu tentang Bonek yang mendominasi dalam kategori isu

yang ditampilkan. Dalam pemberitaan tersebut, Jawa Pos memilih

memberitakan Bonek dari sisi positifnya. Bukan tidak beralasan,

namun memang jika dilihat pada realitanya, Bonek memang sedang

membenahi diri untuk memperbaiki citra mereka sendiri.

3.2 Kategori Panjang Berita

Dalam kategori ini, peneliti akan mengukur panjang dan lebar

kolom yang ditempati oleh satu berita. Biasanya, semakin besar kolom

yang digunakan, memungkinkan berita yang ditampilkan juga

9

memiliki informasi penting. Berikut adalah hasil analisis pemberitaan

Persebaya ditinjau dari kategori panjang berita.

Tabel 3.4 Hasil Analisis Panjang Berita

Panjang Berita dalam Jumlah Pemberitaan Presentase (%) Surat Kabar Panjang 7 14,29% Sedang 12 24,49% Pendek 30 61,22% Jumlah 49 100%

Dalam tabel tersebut, Jawa Pos banyak menampilkan berita

Persebaya dengan kolom kecil (61,22%). Bila diukur, kolom kecil pada

koran Jawa Pos tidak lebih dari seperempat halaman. Dengan ukuran

kolom tersebut, Jawa Pos dapat memberitakan Persebaya lebih banyak.

Dan pada realitanya, berita yang banyak paragrafnya belum tentu akan

menempati kolom yang panjang, bisa saja menempati kolom yang

berukuran sedang. Peneliti berpendapat, dalam penyajian Jawa Pos, berita

yang menempati kolom berkuran pendek lebih banyak daripada yang

berukuran panjang dan sedang. Dengan menempati kolom pendek, sangat

memungkinkan akan banyak tempat yang bisa digunakan untuk diisi

dengan berita lain atau iklan.

3.3 Kategori Penempatan Isu

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis pada halaman

mana berita itu ditempatkan. Berikut analisis pemberitaan Persebaya

ditinjau dari kategori penempatan isu.

10

Tabel 3.5 Hasil Analisis Penempatan Isu

Penempatan Isu Jumlah Pemberitaan Presentase (%) Halaman Depan (headline) 5 10,2% Halaman Depan Tidak - 0 Headline Halaman Belakang 15 30,61% Halaman Dalam 29 59,19% Jumlah 49 100%

Pada tabel tersebut, terlihat bahwa penempatan isu pada headline

hanya sejumlah 5 pemberitaan (10,2%) dan kelima berita itu

merupakan tulisan milik Presiden Persebaya, Azrul Ananda.

Penempatan terbanyak ada pada halaman dalam, di mana dalam

halaman tersebut sebenarnya lebih banyak memuat tentang Persebaya

sendiri dan juga grup asuhan Persebaya. Sementara itu di halaman

belakang, lebih banyak diisi tentang suporter Persebaya.

4. Hasil Analisa Data

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, dapat disimpulkan

bahwa ada enam isu yang ingin ditampilkan oleh Jawa Pos melalui

Persebaya. Diantaranya ialah, official Persebaya, pemain Persebaya, grup

asuhan, bonek, alumni persebaya, serta Green Force. Bila ditinjau melalui

isu yang ingin ditampilkan, Bonek merupakan isu terbanyak dan sering

11

muncul dalam pemberitaan Persebaya oleh Jawa Pos. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan presentase sebesar 28,57%. Sementara isu yang ingin ditampilkan berikutnya adalah pemain Persebaya dan grup asuhan

Persebaya atau Klub Internal, dengan perolehan presentase masing-masing sebesar 18,37%.

Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Official Persebaya adalah pada berita yang berjudul “Filosofi

Iwan Setiawan”, yaitu:

“Iwan tak punya sebutan khusus untuk filosofinya. Dia hanya merangkumnya dalam dua kata: defense counter. Penjabaran sederhananya, filosofi tersebut mengharuskan empat bek dengan cepat menutup serangan balik lawan maksimal di seperempat wilayah sendiri. Begitu bola berhasil direbut, segera lakukan serangan balik kilat dengan bertumpu pada kedua winger dan satu gelandang serang. Dengan catatan, harus jeli melihat celah dan tidak buang-buang waktu mengolah bola.”

Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Pemain Persebaya adalah pada berita yang berjudul “Kejar

Happy Ending”, yaitu:

“Terakhir? Ya, di usianya yang sudah tergolong gaek, Persebaya mungkin bisa menjadi pelabuhan terakhir bagi Halil. Pria yang biasa bermain di posisi fullback kiri itu pun berharap bisa mempersembahkan kado manis buat Persebaya di penghujung karirnya. “Itu (pensiun) memang sudah sempat saya pikirkan. Tetapi, tidak ada yang tahu masa depan,” kata Halil. “Yang penting, sekarang saya fokus dulu membawa Persebaya naik (promosi) tahun depan,” sambung salah seorang pemilik klub internal El Faza tersebut.”

Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Grup asuhan atau Klub Internal adalah pada berita yang berjudul

“Juara Bermodal Fisik dan Jiwa Militer”, yaitu:

12

“Raihan juara PSAL-B dalam Kompetisi Internal Persebaya 2016 lalu memang mengejutkan. Sebab, klub yang mayoritas pemainnya berasal dari TNI-AL itu sama sekali tidak diunggulkan. Bahkan, kemampuan skill individu pemainnya sangat jauh jika dibandingkan dengan pemain klub- klub internal Green Force lainnya.”

Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Bonek adalah pada berita yang berjudul “Persebaya itu Tak

Ubahnya Pangeran”, yaitu:

“Lantas, sampai kapan Nabilla bakal menjadi Bonek? Dengan tegas, dia berkata selamanya. Bagi dia, Persebaya sudah menjadi bagian hidupnya. Persebaya telah mengajarinya arti cinta dan kesetiaan. “Ibarat dongeng, Persebaya itu pangerannya dan saya tuan putrinya. Saya akan mencintai pangeranku selamanya,” tuturnya.”

Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari indikator Alumni Persebaya atau Mantan pemain Persebaya adalah pada berita yang berjudul “Nama Besar Jadi Taruhan”, yaitu:

“Lantas, apakah ada beban dalam melatih klub internal dengan status mereka sebagai mantan pemain Persebaya? Muharom, Hally, dan Nurkiman justru menikmati aktivitas yang satu itu. Namun, tidak demikian Seger. Dia merasakan ada sedikit beban melatih klub sekelas IM. “Ya, karena nama saya jadi taruhannya. IM kan terkenal telah melahirkan banyak pemain ternama. Dari IM, banyak pemain yang menjadi andalan untuk Persebaya. Saya juga termotivasi meyumbang pemain untuk Persebaya, bahkan timnas kita,” kata Seger. Keempatnya pun kompak ingin memoles pemain menjadi profesional.” Contoh berita yang termasuk kategori isu yang ditampilkan dari

indikator Green Force adalah pada berita yang berjudul “Evaluasi

sebelum berkompetisi”, yaitu:

“Dari fase grup Dirgantara Cup itu pula, tim teknis Persebaya bisa merangkum sejumlah evaluasi untuk bahan pembenahan sebelum berlaga di kompetisi Liga 2. Apa saja? Pelatih Iwan Setiawan menyebut, koordinasi lini belakang dan transisi sektor gelandang dari bertahan ke menyerang maupun sebaliknya. Kelemahan itu sangat

13

kentara saat Mat Halil dkk bertanding. Terutama saat menghadapi lawan yang punya karakter cepat dan sabar dalam membangun serangan. Gol kilat PSN Ngada pada menit ketiga di laga pertama serta dua gol penyebab kekalahan dari Cilegon United jumat (5/3) adalah buktinya.” Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa Jawa Pos lebih banyak mengangkat isu tentang Bonek yang mendominasi dalam kategori isu yang ditampilkan. Dalam pemberitaan tersebut, Jawa Pos memilih memberitakan Bonek dari sisi positifnya. Bukan tidak beralasan, namun memang jika dilihat pada realitanya, Bonek memang sedang membenahi diri untuk memperbaiki citra mereka sendiri.

Sementara itu, dari kategori panjang berita, isu yang ditampilkan

Jawa Pos lebih banyak menempati kolom-kolom berkuran kecil

(61,22%). Hal ini berhubungan dengan kategori penempatan isu, di mana dalam kategori tersebut berita banyak ditampilkan pada halaman dalam (59,19%). Oleh karena itu, kolom berita akan lebih diminimalisir dengan menggunakan kolom kecil, sehingga dapat menampilkan lebih banya berita, daripada harus menggunakan kolom besar. Kecenderungan news value pada kolom kecil memang sedikit berkurang bila dibandingkan dengan pemberitaan di kolom besar.

Pada kategori penempatan isu, berita yang ditampilkan di halaman dalam mendapat persentase sebesar 59,19%. Hal tersebut dikarenakan, pada halaman depan (headline) sudah penuh dengan berita yang disampaikan oleh pihak official serta gambar cover yang cukup menyita banyak tempat. Sehingga berita-berita yang seharusnya masih

14

bisa ditempatkan di muka, akhirnya hanya ditempatkan di halaman dalam serta belakang.

Ditinjau dari teori agenda setting milik McComb dan Shaw, dalam isu Persebaya ini, Jawa Pos lebih sering memunculkan pemberitaan tentang suporter Persebaya atau yang biasa disebut Bonek. Meskipun hanya berjumlah tiga berita dan ditempatkan pada bagian belakang koran, Jawa Pos secara rutin memberitakannya setiap minggu tanpa mengurangi porsi seperti sebelumnya. Melalui pemberitaan tersebut,

Jawa Pos lebih sering memberitakan sisi positif dari Persebaya dan juga Bonek. Hal tersebut ada pada berita berjudul, “Respek Kepada

Sesama”, yaitu:

“Karena itu manajemen Persebaya berharap Bonek bisa menjaga diri. Terutama saat mendampingi Persebaya bertanding di kandang lawan. “Kita harus respek kepada tuan rumah. Kalau kita baik, tentu mereka akan baik kepada kita. Imbasnya juga akan baik untuk Persebaya dan Bonek,” ujarnya. Suara yang sama dilontarkan para pentolan Bonek. Suara itu digemakan di banyak media. Seperti di forum-forum pertemuan, cangkrukan, atau pesan di media sosial. Mereka menegaskan bahwa perjuangan mengembalikan hak Persebaya untuk berkompetisi tidak pantas dikotori dengan ulah negatif. Sebab, ulah negatif itu akan berimbas kepada Persebaya.” Pada contoh berita di atas, sudah menggambarkan bagaimana Jawa

Pos mengangkat isu Persebaya ke permukaan dan bagaimana Jawa Pos mencoba memperbaiki citra Persebaya.

15

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini adalah untuk melihat agenda media pada pemberitaan

Persebaya di halaman khusus Jawa Pos edisi 21 Februari – 21 Maret 2017

jumlah berita yang diteliti sebanyak 49 teks berita sebagai sampel.

Kategorisasi yang digunkaan peneliti untuk mengukur agenda media

adalah kategorisasi agenda media oleh Mc Comb dan Shaw dalam buku

Eriyanto (2011:197).

Kesimpulan yang dapat dipaparkan dari hasil penelitian tesebut

adalah sebagai berikut:

 Berdasar hasil lembar koding yang dibuat oleh peneliti dan

disetujui oleh coder 1 dan coder 2, menyatakan bahwa dari

49 sampel pemberitaan Persebaya, untuk indikator isu yang

diberitakan oleh media, peneliti mengelompokkan ke dalam

enam isu yang paling menonjol yaitu, Official Persebaya,

Pemain Persebaya, Grup Asuhan, Bonek, Alumni

Persebaya, dan Green Force (Persebaya). Dari enam isu

tersebut, isu mengenai Bonek yang paling banyak

diberitakan dengan konsisten tiga berita per edisinya. Dari

hal ini terlihat jelas bahwa Jawa Pos, ingin sekali

16

menjadikan isu mengenai Bonek sebagai isu yang

diperhatikan oleh masyarakat. Seperti yang kita ketahui,

bahwa Bonek memiliki track record yang kurang baik dan

dikenal anarki ketika klub Persebaya sedang berlaga, baik

dalam laga di Surabaya maupun luar Surabaya. Dengan

kekuatan media yang cukup besar, Jawa Pos berusaha

mengubah pandangan masyarakat terhadap Bonek dengan

memberitakan sisi positif dari Bonek itu sendiri.

 Pada indikator panjang berita, 61,22% dari keseluruhan

berita lebih banyak dengan menggunakan kolom yang

kecil. Bila dilihat dalam data yang ditemukan oleh peneliti,

halaman khusus Jawa Pos ini hanya berjumlah empat

halaman. Pada halaman pertama, diisi penuh dengan

ilustrasi gambar serta tulisan milik Azrul Ananda, yang

dalam satu waktu memiliki dua peran penting yaitu sebagai,

CEO Jawa Pos dan Presiden Persebaya. Kemudian berita

yang lain akan ditempatkan pada halaman selanjutnya.

Kemungkinan yang pertama, penyebab banyaknya berita

dengan kolom berukuran kecil adalah karena untuk

meminimalisir halaman. Dengan kolom berita yang kecil,

akan dapat menampilkan lebih banya berita jika

dibandingkan dengan kolom berita yang besar.

Kemungkinan kedua, berita dengan kolom berita kecil

dapat diindikasi tidak memiliki news value karena ulasan

17

yang kurang mendalam, tulisan tersebut hanya digunakan

untuk pemenuhan isu yang ingin ditonjolkan oleh Jawa Pos.

 Kemudian pada indikator penempatan isu, Jawa Pos

mendapat 59,19% untuk berita yang ditempatkan pada

dalam (tengah) halaman. Seperti yang peneliti sampaikan

sebelumnya, jika pada halaman khusus Jawa Pos, di

halaman pertama diisi oleh ilustrasi gambar dan tulisan

milik Azrul Ananda. Hal tersebut mempengaruhi

penempatan berita di lain halaman. Yang seharusnya, dapat

dimaksimalkan di empat halaman, ini hanya bisa digunakan

tiga halaman untuk berita-berita yang lain. Sehingga pada

halaman dalam, peneliti menjumpai lebih banyak

pemberitaan yang mungkin seharusnya dari beberapa berita

tersebut, dapat ditempatkan di depan walaupun tidak

menjadi headline.

 Edisi Khusus Suplemen Persebaya pada koran Jawa Pos

merupakan bentuk agenda media yang diangkat Jawa Pos

ke permukaan. Jawa Pos menyadari bahwa Persebaya

merupakan klub kebanggan warga Surabaya. Selain itu

Jawa Pos dan Persebaya memiliki kedekatan dengan

masyarakat Surabaya baik secara geografis maupun secara

emosional. Dari keenam indikator isu yang telah dibuat

oleh peneiliti berdasar pemberitaan di Jawa Pos, ada satu

isu yang menojol dan bisa dikatakan sebagai agenda media

18

Jawa Pos yaitu, isu tentang Bonek. Berdasar teori agenda

setting milik McComb dan Shaw, tampak Jawa Pos

mengangkat isu Persebaya tentang Bonek agar isu tersebut

juga menjadi perhatian oleh masyarakat. pada realitanya,

Persebaya dan seluruh jajarannya sedang berada di tahap

perbaikan diri dan citra. Dengan memberitakan sisi positif

dari Persebaya, secara tidak langsung Jawa Pos sedang

mencoba mempengaruhi pemikiran masyarakat bahwa, saat

ini Persebaya dan Bonek sudah berubah.

2. Saran

 Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitaif deskriptif

yang bertujuan untuk mengetahui agenda media seperti apa yang

ingin ditonjolkan oleh Jawa Pos. Metode ini hanya melihat data

yang tampak (manifest) dari tiap pemberitaan kemudian

memasukkannya pada lembar koding sesuai kategori yang telah

ditentukan kemudian dianalisa. Sehingga metode pada penelitian ini

tidak menggali lebih dalam apa yang terdapat dibalik tiap paragraf

tersebut.

Untuk penelitian selanjutnya, yang ingin memperdalam penelitian

ini, diharapkan juga mengkaji tentang apakah agenda Persebaya ini

ditampilkan karena memang milik Persebaya atau karena

keikutsertaan Azrul Ananda sebagai pimpinan Jawa Pos dan juga

Presiden Persebaya.

19

 Peneliti juga memberikan saran kepada Jawa Pos sebagai media

yang disertakan peneliti dalam penelitian ini, diharapkan dapat lebih

mengoptimalkan kembali halaman yang akan digunakan untuk

menampilkan berita. Contohnya, penggunaan halaman headline.

Halaman tersebut bisa digunakan untuk tiga sampai empat berita.

Namun, kenyataannya dalam halaman tersebut, Jawa Pos hanya

menggunakannya untuk penempatan ilustrasi gambar serta tulisan

milik Azrul Ananda.

 Peneliti juga memerikan saran kepada masyarakat agar dapat

memilih dan memilah isu yang sedang diberitakan oleh media.

Karena belum tentu semua yang diberitakan media adalah isu yang

murni tanpa ada kepentingan dari pemilik media tersebut. Serta

diharapkan untuk masyarakat bisa mendapat informasi lebih dari

satu media, untuk mengurangi unsur bias dalam informasi yang

disampaikan.

20

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2005. “Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana.

Eriyanto. 2011. “Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana.

Hikmat, Kusumaningrat. 2005. “Jurnalistik Teori dan Praktik”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2008. “Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2010. “Theories of Human Communication”. Ong Grove, IL: Waveland Press, Inc.

McQuail, Denis. 1987. “Teori Komunikasi Massa”. Jakarta: Erlangga.

Moerdijati, Sri. 2012. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi”. Surabaya: PT. Revka Petra Media.

Severin, Werner J. dan Tankard, Jr., James W. 2001. “Teori Komunikasi. Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa”. Jakarta: Kencana

Sobur, Alex. 2006. “Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisi Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

21

Suhandang, K. 2004. “pengantar jurnalistik: seputar organisasi, produk dan kode etik.” Bandung: Nuansa.

Non Book

Virginia, Elizabeth Sherly. 2016. “Obyektivitas Pemberitaan Salim Kancil di beritajatim.com (Analisis Isi Pemberitaan beritajatim.com periode 27 September – 6 Oktober 2015)”

Utomo, Moch. Khaesar Januar. 2016. “Objektivitas Berita Politik Selama Masa Kampanye di Jawa Pos dan Kompas Tanggal 1 Januari 2014 – 30 April 2014”

Astritasari, Novi. 2014. “Personal Branding Joko Widodo dalam Buku ‘Jokowi, Spirit Bantaran Kali Anyar’”

http://beritajatim.com/sorotan/293124/jawa_pos,_persebaya,_dan_(tak_sekadar)_t akdir_sejarah.html http://emosijiwaku.com http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/459/jbptunikompp-gdl-budiyanton-22917-5- unikom_b-i.pdf http://repository.uin-suska.ac.id/2659/3/BAB%20II.pdf http://www.kompasiana.com/hr76211/bonek-persebaya-dan-happy-ending- perjuangannya_589bd34282afbdfe038b4576

22

23

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini adalah untuk melihat agenda media pada pemberitaan

Persebaya di halaman khusus Jawa Pos edisi 21 Februari – 21 Maret 2017

jumlah berita yang diteliti sebanyak 49 teks berita sebagai sampel.

Kategorisasi yang digunkaan peneliti untuk mengukur agenda media

adalah kategorisasi agenda media oleh Mc Comb dan Shaw dalam buku

Eriyanto (2011:197).

Kesimpulan yang dapat dipaparkan dari hasil penelitian tesebut

adalah sebagai berikut:

 Berdasar hasil lembar koding yang dibuat oleh peneliti dan

disetujui oleh coder 1 dan coder 2, menyatakan bahwa dari

49 sampel pemberitaan Persebaya, untuk indikator isu yang

diberitakan oleh media, peneliti mengelompokkan ke dalam

enam isu yang paling menonjol yaitu, Official Persebaya,

Pemain Persebaya, Grup Asuhan, Bonek, Alumni

Persebaya, dan Green Force (Persebaya). Dari enam isu

tersebut, isu mengenai Bonek yang paling banyak

diberitakan dengan konsisten tiga berita per edisinya. Dari

hal ini terlihat jelas bahwa Jawa Pos, ingin sekali

menjadikan isu mengenai Bonek sebagai isu yang

1

diperhatikan oleh masyarakat. Seperti yang kita ketahui,

bahwa Bonek memiliki track record yang kurang baik dan

dikenal anarki ketika klub Persebaya sedang berlaga, baik

dalam laga di Surabaya maupun luar Surabaya. Dengan

kekuatan media yang cukup besar, Jawa Pos berusaha

mengubah pandangan masyarakat terhadap Bonek dengan

memberitakan sisi positif dari Bonek itu sendiri.

 Pada indikator panjang berita, 61,22% dari keseluruhan

berita lebih banyak dengan menggunakan kolom yang

kecil. Bila dilihat dalam data yang ditemukan oleh peneliti,

halaman khusus Jawa Pos ini hanya berjumlah empat

halaman. Pada halaman pertama, diisi penuh dengan

ilustrasi gambar serta tulisan milik Azrul Ananda, yang

dalam satu waktu memiliki dua peran penting yaitu sebagai,

CEO Jawa Pos dan Presiden Persebaya. Kemudian berita

yang lain akan ditempatkan pada halaman selanjutnya.

Kemungkinan yang pertama, penyebab banyaknya berita

dengan kolom berukuran kecil adalah karena untuk

meminimalisir halaman. Dengan kolom berita yang kecil,

akan dapat menampilkan lebih banya berita jika

dibandingkan dengan kolom berita yang besar.

Kemungkinan kedua, berita dengan kolom berita kecil

dapat diindikasi tidak memiliki news value karena ulasan

2

yang kurang mendalam, tulisan tersebut hanya digunakan

untuk pemenuhan isu yang ingin ditonjolkan oleh Jawa Pos.

 Kemudian pada indikator penempatan isu, Jawa Pos

mendapat 59,19% untuk berita yang ditempatkan pada

dalam (tengah) halaman. Seperti yang peneliti sampaikan

sebelumnya, jika pada halaman khusus Jawa Pos, di

halaman pertama diisi oleh ilustrasi gambar dan tulisan

milik Azrul Ananda. Hal tersebut mempengaruhi

penempatan berita di lain halaman. Yang seharusnya, dapat

dimaksimalkan di empat halaman, ini hanya bisa digunakan

tiga halaman untuk berita-berita yang lain. Sehingga pada

halaman dalam, peneliti menjumpai lebih banyak

pemberitaan yang mungkin seharusnya dari beberapa berita

tersebut, dapat ditempatkan di depan walaupun tidak

menjadi headline.

 Edisi Khusus Suplemen Persebaya pada koran Jawa Pos

merupakan bentuk agenda media yang diangkat Jawa Pos

ke permukaan. Jawa Pos menyadari bahwa Persebaya

merupakan klub kebanggan warga Surabaya. Selain itu

Jawa Pos dan Persebaya memiliki kedekatan dengan

masyarakat Surabaya baik secara geografis maupun secara

emosional. Dari keenam indikator isu yang telah dibuat

oleh peneiliti berdasar pemberitaan di Jawa Pos, ada satu

isu yang menojol dan bisa dikatakan sebagai agenda media

3

Jawa Pos yaitu, isu tentang Bonek. Berdasar teori agenda

setting milik McComb dan Shaw, tampak Jawa Pos

mengangkat isu Persebaya tentang Bonek agar isu tersebut

juga menjadi perhatian oleh masyarakat. pada realitanya,

Persebaya dan seluruh jajarannya sedang berada di tahap

perbaikan diri dan citra. Dengan memberitakan sisi positif

dari Persebaya, secara tidak langsung Jawa Pos sedang

mencoba mempengaruhi pemikiran masyarakat bahwa, saat

ini Persebaya dan Bonek sudah berubah.

2. Saran

 Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitaif deskriptif

yang bertujuan untuk mengetahui agenda media seperti apa yang

ingin ditonjolkan oleh Jawa Pos. Metode ini hanya melihat data

yang tampak (manifest) dari tiap pemberitaan kemudian

memasukkannya pada lembar koding sesuai kategori yang telah

ditentukan kemudian dianalisa. Sehingga metode pada penelitian ini

tidak menggali lebih dalam apa yang terdapat dibalik tiap paragraf

tersebut.

Untuk penelitian selanjutnya, yang ingin memperdalam penelitian

ini, diharapkan juga mengkaji tentang apakah agenda Persebaya ini

ditampilkan karena memang milik Persebaya atau karena

keikutsertaan Azrul Ananda sebagai pimpinan Jawa Pos dan juga

Presiden Persebaya.

4

 Peneliti juga memberikan saran kepada Jawa Pos sebagai media

yang disertakan peneliti dalam penelitian ini, diharapkan dapat lebih

mengoptimalkan kembali halaman yang akan digunakan untuk

menampilkan berita. Contohnya, penggunaan halaman headline.

Halaman tersebut bisa digunakan untuk tiga sampai empat berita.

Namun, kenyataannya dalam halaman tersebut, Jawa Pos hanya

menggunakannya untuk penempatan ilustrasi gambar serta tulisan

milik Azrul Ananda.

 Peneliti juga memerikan saran kepada masyarakat agar dapat

memilih dan memilah isu yang sedang diberitakan oleh media.

Karena belum tentu semua yang diberitakan media adalah isu yang

murni tanpa ada kepentingan dari pemilik media tersebut. Serta

diharapkan untuk masyarakat bisa mendapat informasi lebih dari

satu media, untuk mengurangi unsur bias dalam informasi yang

disampaikan.

5

Daftar Pustaka

Bungin, Burhan. 2005. “Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana.

Eriyanto. 2011. “Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta: Kencana.

Hikmat, Kusumaningrat. 2005. “Jurnalistik Teori dan Praktik”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kriyantono, Rachmat. 2008. “Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.

Littlejohn, Stephen W. & Foss, Karen A. 2010. “Theories of Human Communication”. Ong Grove, IL: Waveland Press, Inc.

McQuail, Denis. 1987. “Teori Komunikasi Massa”. Jakarta: Erlangga.

Moerdijati, Sri. 2012. “Buku Ajar Pengantar Ilmu Komunikasi”. Surabaya: PT. Revka Petra Media.

Severin, Werner J. dan Tankard, Jr., James W. 2001. “Teori Komunikasi. Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa”. Jakarta: Kencana

Sobur, Alex. 2006. “Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisi Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suhandang, K. 2004. “pengantar jurnalistik: seputar organisasi, produk dan kode etik.” Bandung: Nuansa.

1

Non Book

Virginia, Elizabeth Sherly. 2016. “Obyektivitas Pemberitaan Salim Kancil di beritajatim.com (Analisis Isi Pemberitaan beritajatim.com periode 27 September – 6 Oktober 2015)”

Utomo, Moch. Khaesar Januar. 2016. “Objektivitas Berita Politik Selama Masa Kampanye di Jawa Pos dan Kompas Tanggal 1 Januari 2014 – 30 April 2014”

Astritasari, Novi. 2014. “Personal Branding Joko Widodo dalam Buku ‘Jokowi, Spirit Bantaran Kali Anyar’”

http://beritajatim.com/sorotan/293124/jawa_pos,_persebaya,_dan_(tak_sekadar)_t akdir_sejarah.html http://emosijiwaku.com http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/459/jbptunikompp-gdl-budiyanton-22917-5- unikom_b-i.pdf http://repository.uin-suska.ac.id/2659/3/BAB%20II.pdf http://www.kompasiana.com/hr76211/bonek-persebaya-dan-happy-ending- perjuangannya_589bd34282afbdfe038b4576

2