Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah

PAHAM QADARIYAH DAN JABARIYAH (suatu kajian Teologi) Qadariyah Understand And Jabariyah (A Study Of Theologi)

Muliati Sekolah Tinng Agama Negeri Parepare

Abstract, One of the crucial talks in Islamic is a matter of human actions (af'al ai-'ibad). In this study talked about the will (masyi'ah) and power (istitha'ah) human. This is because every act intend to power and will. The question, whether man is free to determine his actions in accordance with the will and its own, or whether all human actions are predetermined by qadha and qadhar In the history of Islamic thought, the question is then gave birth Qadarites understand and know Jabarīyah. Qadarites understand the birth of Islam influenced by free thinkers that developed among Christian faiths, " of the East, first of all define human freedom and irresponsibility are fully in all actions. According Jabarīyah, all human experience, both past and future, whether natural disasters or fortune, has been determined by Allah swt., Man is like water flowing in different directions, without will and without choice. Only God Almighty., Who willed and determine the fate of mankind and its survival in the world. All this is happening dijagat highway solely qhada and Qadr Allah, not the will of the creature. Keywords : Islamic theology, Qadariyah, Jabariyah satu pembicaraan penting dalam teologi Islam masalah perbuatan manusia (af'al ai-'ibad). Dalam kajian ini dibicarakan tentang kehendak (masyi'ah) dan daya (istitha'ah) manusia. Hal ini karena setiap perbuatan berhajat kepada daya dan kehendak. Persoalannya, apakah manusia bebas menentukan perbuatan-perbuatannya sesuai dengan kehendak dan dayanya sendiri, ataukah semua perbuatan manusia sudah ditentukan oleh qadha dan qadhar Tuhan Dalam sejarah pemikiran Islam, persoalan inilah yang kemudian melahirkan paham Qadarīyah dan paham Jabarīyah. Lahirnya paham Qadarīyah dalam Islam dipengaruhi oleh paham bebas yang berkembang dikalangan pemeluk agama Masehi, “Teologi Masehi di dunia Timur pertama-tama menetapkan kebebasan manusia dan bertanggung jawabnya yang penuh dalam segala tindakannya. Menurut Jabarīyah, segala yang dialami manusia, baik masa lalu maupun masa depan, baik musibah atau keberuntungan, telah ditentukan oleh Allah swt., Manusia bagaikan air yang mengalir ke berbagai arah, tanpa kehendak dan tanpa pilihan. Hanya Allah swt., yang berkehendak dan menentukan nasib manusia serta kelangsungan hidupnya di dunia. Semua yang terjadi dijagat raya ini semata-mata qhada dan qadar Allah, bukan kehendak mahluk.

PENDAHULUAN pemikiran Islam, persoalan inilah yang Salah satu pembicaraan penting dalam kemudian melahirkan paham Jabari>yah dan teologi Islam adalah masalah perbuatan manusia Qadari>yah. (af'al ai-'ibad). Dalam kajian ini dibicarakan Menurut Ahmad Amin, persoalan ini tentang kehendak (masyi'ah) dan daya (istitha'ah) timbul karena manusia-dari satu segi-melihat manusia. Hal ini karena setiap perbuatan dirinya bebas berkehendak, melakukan apa saja berhajat kepada daya dan kehendak. yang ia suka, dan ia bertanggung jawab atas Persoalannya, apakah manusia bebas perbuatannya itu. Namun, dari segi lain, manusia menentukan perbuatan-perbuatannya sesuai melihat pula bahwa Tuhan mengetahui segala dengan kehendak dan dayanya sendiri, ataukah sesuatu, llmuTuhan meliputi segala sesuatu yang semua perbuatan manusia sudah ditentukan oleh terjadi dan yang akan terjadi. Tuhan juga qadha dan qadhar Tuhan.1 Dalam sejarah mengetahui kebaikan dan keburukan yang akan terjadi pada diri manusia. Hal demikian 1Ahmad , Theology Islam (Ilmu ) (Cet. menimbulkan asumsi bahwa manusia tidak IV; Jakarta: Bulan Bintang. 1982), h. 18. mampu berbuat apa-apa, kecuali sesuai dengan

254 Volume 3 Nomor 2 Maret 2016 ISTIQRA’ Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah apa yang dikehendaki oleh Allah. Maka dan kekuatan.5 Menurut pengertian muncullah persoalan jabar dan ikhtiyar, yakni terminologi, Qadarīyah adalah satu apakah manusia itu terpaksa atau bebas aliran yang percaya bahwa segala memilih? tindakan manusia tidak diintervensi Persoalan apakah manusia terpaksa atau Tuhan. Aliran ini berpendapat tiap-tiap bebas memilih merupakan masalah klasik yang manusia adalah pencipta bagi segala banyak menyita perhatian para pemikir.2 Jauh perbuatannya. Dia dapat berbuat sesuatu sebelum datang Islam, para filosof Yunani telah atau meninggalkannya atas kehendaknya membicarakannya. Demikian pula pemikir- sendiri. Berdasarkan pengertian pemikir Suryani yang mempelajari filsafat tersebut, dapat dipahami bahwa Yunani. Bahkan pengikut-pengikut Zoroaster Qadarīyah dipakai untuk satu paham dan kaum Kristiani pernah pula membahas yang memberikan penekanan atas persoalan yang serupa. Di kalangan umat Islam, kebebasan dan kekuatan manusia dalam pembicaraan mengenai masalah ini terjadi mewujudkan perbuatan-perbuatannya. setelah selesai masa penaklukan.3 Dalam hal ini Harun Nasution Berdasarkan uraian latar belakang di menengaskan bahwa nama Qadarīyah atas, maka yang menjadi rumusan masalah berasal dari pengertian bahwa manusia pokok dalam kajian adalah paham Qadari>yah mempunyai qudrah atau kekuatan untuk dan paham Jabari>yah. Bagaimana sejarah melaksanakan kehendaknya, dan bukan munculnya 1. paham Qadari>yah dan berasal dari pengertian bahwa manusia Jabari>yah? 2. Bagaimana doktrin-doktrin tunduk pada qadar Tuhan.6 Dalam paham Qadari>yah dan Jabari>yah? istilah Inggrisnya paham ini dikenal PEMBAHASAN dengan dan free act. A. Paham Qadarīyah Tidak jelas kapan Qadarīyah Salah satu pembicaraan penting muncul dan siapa tokohnya. Merupakan dalam teologi Islam adalah masalah tema yang masih diperdebatkan. perbuatan manusia (afʻāl al-‘Ibād). Dalam Menurut Aḥmad Amīn, ada ahli teologi kajian ini dibicarakan tentang kehendak yang mengatakan bahwa Qadarīyah (masyī’ah) dan daya (istiṭa’ah) manusia. pertama sekali dimunculkan oleh Hal ini karena setiap perbuatan berhajat Ma’bad Al-Jauhanī dan Ghailān al- kepada daya dan kehendak. Dimasyqī. Ma’bad adalah seorang tabi’in Persoalannya, apakah manusia bebas yang dapat dipercaya dan pernah menentukan perbuatan-perbuatannya berguru pada Hasan Basri. Adapun sesuai dengan kehendak dan daya Ghailān adalah seorang orator berasal 7 sendiri, ataukah semua perbuatan dari Damaskus. manusia sudah ditentukan oleh qaḍa dan Ibnu Nabatah dalam kitab Syarh al- qaḍar Tuhan. Dalam sejarah pemikiran Uyun, seperti dikutip Ahmad Amin, Islam, persoalan inilah yang kemudian memberi informasi lain bahwa yang melahirkan paham Qadarīyah dan pertama sekali memunculkan faham paham Jabarīyah.4 Qadarīyah adalah orang Irak yang semula a. Sejarah Lahirnya beragama Kristen kemudian masuk Qadarīyah berasal dari bahasa Islam dan balik lagi ke agama Kristen. Arab, yaitu qadara artinya kemampuan Dari orang inilah, Ma’bad dan Ghāilan mengambil faham ini.8 Orang Irak yang

2Abual wa faal Taftazani, llm al-Kalam wa Ba'd Musykilatih, Daral-Tsaqafah, Kairo, 1979, hal.135 5Luwis Ma’luf Al-Yusu’i, Al-Munjīd (Al- 3Ahmad Amin, Fajr al-lslam, Singapura: akhatahulukiyah: Beirut, 1945), h. 436. Sulaeman Maraghi, 1965, h. 286. 6Harun Nasution, op.cit. h. 33 4Aḥmad Amīn, Fajr al-Islam, (Dar al-Kitab al- 7Aḥmad Amīn, Fajr al-Islam, h. 285. Kitābī, Beirut Lebanon, 1975), h. 285. 8Ibid.,

ISTIQRA’ Volume III Nomor 2 Maret 2016 255 Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah memperoleh informasi dari Al-Auzai, Irak yang bernama Ma’bad Al-Jauhāni adalah Susan.9 dan Ghilan al-Dimasyqī dari Syam. Dari penjelasan di atas, dapat Ma’bad Al-Jauhāni suatu hari dikatakan, bahwa lahirnya paham bertanya kepada gurunya, Hasan Al- Qadarīyah dalam Islam dipengaruhi Basri, mengenai penguasa Daulah oleh paham bebas yang berkembang Umayyah yang sedang memerintah. dikalangan pemeluk agama Masehi, Sampai sejauhmana kebenaran tindakan dalam hal ini Max Horten dalam Daulah Umayyah itu dalam anggapan bukunya “die Philosophie des Islam”. Ia mereka atas qaḍa dan qaḍār. Tanyanya. menyatakan bahwa “Teologi Masehi di Gurunya menjawab. “Mereka itu musuh- dunia Timur pertama-tama menetapkan musuh Allah dan para pembohong.” 11 kebebasan manusia dan bertanggung Paham Qadarīyah berpendapat jawabnya yang penuh dalam segala bahwa manusia memiliki kemampuan tindakannya. Karena dalil-dalil pendapat atas perbuatan-perbuatannya. Tokohnya ini memuaskan golongan bebas Islam, yaitu Ma’bad Al-Jauhāni dan Ghilan al- (Qadarīyah), maka mereka perlu Dimasyqī. Paham Jabarīyah berpendapat mengambilnya. bahwa manusia terpaksa, tidak bebas Versi lain menjelaskan bahwa memilih. Karena manusia tidak Qadarīyah mula-mula timbul sekitar 70 mempunyai kehendak dan kemampuan, H/689 M, dipimpin oleh Ma’bad al- tidak bisa apa-apa kecuali yang Jauhani dan al-Bisri dan Ja’ad ibn dikendaki oleh Allah, tidak mempunyai Dirham, pada masa pemerintahan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu Khalifah Abdul Malik ibn Marwan (685- tetapi semua perbuatannya diciptakan 705 M).10 oleh Allah swt. Tokohnya adalah Jaham Latar belakang timbulnya ibn Safwan.12 Qadarīyah ini sebagai isyarat menentang a. Doktrin-doktrin Qadarīyah kebijaksanaan politik Bani Umayyah Dalam kitab al-Milāl wa al-Nihāl, yang dianggap kejam. Apabila paham pembahasan masalah Qadarīyah Jabarīyah berpendapat khalifah Bani disatukan dengan pembahasan doktrin- Umayyah membunuh orang, hal itu doktrin Muʻtazilah, sehingga perbedaan karena sudah ditakdirkan Allah swt., hal antara kedua paham ini kurang begitu ini merupakan topeng kekejaman, maka jelas.13 Ahmad Amin menjelaskan bahwa paham Qadarīyah mau membatasi qadar doktrin qadar lebih luas dikupas oleh tersebut. Mereka mengatakan bahwa kalangan Muʻtazilah sebab paham ini kalau Allah swt., itu adil maka Allah juga menjadikan salah satu dokrtin swt., akan menghukum orang yang Muʻtazilah. Akibatnya sering kali orang bersalah dan memberi pahala kepada menamakan Qadarīyah dengan orang yang berbuat baik. Manusia harus Muʻtazilah karena kedua aliran ini sama- bebas dalam menentukan nasibnya sama untuk mewujudkan tindakan tanpa sendiri dengan memilih perbuatan yang campur tangan Tuhan.14 baik atau yang buruk. Harun Nasution menjelaskan Paham kepasrahan (fatalis) yang pendapat Gailan ad-Dimasyqī, manusia dianut Jabarīyah ditentang oleh berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Qadarīyah. aliran teologi yang dikenal Manusia sendirilah yang melakukan baik rasional dan mendukung kebebasan manusia ini dipelopori seorang ulama 11Ahmad Sahidin, ‘Aliran-’Aliran dalam Islam, op.cit., h. 38-39. 12Yudian Wahyudi, ‘Aliran dan Teori Filsafat 9Ibid., Islam, (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h. 153. 10Sahilun A. Nasir, Pemikiran Ilmu Kalam (Teologi 13Muhammad ibn ‘Abd al-Karim al-Syahrastāni, Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, op.cit., h. 139. al-Milāl wa al-Nihāl, op.cit., h. 85. 14Aḥmad Amīn, Fajr al-Islam, h. 287.

256 Volume 3 Nomor 2 Maret 2016 ISTIQRA’ Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah

atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang Terjemah: melakukan atau menjauhi perbuatan- Sesungguhnya Allah tidak merobah perbuatan jahat atas kemauan dan keadaan sesuatu kaum sehingga mereka dayanya sendiri.15 Dalam paham ini merobah keadaan.16 manusia merdeka dalam tingkah Menurut Quraish Shihab, ayat lakunya. Ia berbuat baik atau berbuat tersebut di atas berbicara tentang buruk atas kehendaknya sendiri. perubahan nikmat, ada beberapa hal Dari beberapa penjelasan di atas, yang perlu digarisbawahi menyangkut dapat dipahami bahwa doktrin ayat tersebut di atas: Qadarīyah pada dasarnya menyatakan Pertama, ayat tersebut berbicara bahwa segala tingkah laku manusia tentang perubahan sosial, bukan dilakukan atas kehendaknya sendiri. perindividu. Ini dipahami dari .qaum/Masyarakat ( ﻗوم ) Manusia mempunyai kewenangan untuk penggunaan kata melakukan segala perbuatan atas Dapat disimpulkan bahwa perubahan kehendaknya sendiri, baik berbuat baik sosial tidak dapat dilakukan oleh seorang atau berbuat jahat. Oleh sebab itu, ia manusia saja. Hanya boleh saja berhak mendapatkan pahala atas perubahan dimulai dari seseorang, ketika kebaikan yang dilakukannya dan berhak ia melontarkan dan menyebarluaskan masuk surga kelak di akhirat, juga ide-idenya, diterima dalam masyarakat. berhak memperoleh hukuman atas Bermula dari pribadi dan berakhir pada kejahatan yang diperbuatnya dan diberi masyarakat. ganjaran siksaan dengan balasan neraka Kedua, penggunaan kata “qaum”, kelak di akhirat. juga menunjukkan bahwa hukum ke Allah swt., memberikan masyarakatan ini tidak hanya berlaku kebebasan kepada manusia untuk bagi kaum muslimin atau suku, ras dan berbuat, dan tidak akan tergesa-gesa agama tertentu, tetapi ia berlaku umum, menjatuhkan hukuman kepada orang kapan dan di manapun berada. yang menyimpan di jalanNya, dan Selanjutnya karena ayat tersebut memberikan kesempatan kepada manusia berbicara tentang kaum, maka ini berarti untuk bertaubat, siapa saja yang tidak sunnatullah yang dibicarakan berkaitan bertaubat di berikan balasan sesuai dengan duniawi. dengan perbuatannya dan dia akan di Ketiga, ayat tersebut juga berbicara masukkan ke dalam neraka dan siapa tentang dua pelaku perubahan. Pelaku saja yang bertaubat akan di berikan yang pertama adalah Allah swt., yang balasan sesuai dengan perbuatannya dan mengubah nikmat yang dia akan dimasukkan kedalam surga. dianugrahkanNya kepada suatu Dinilah letak keadilan Allah swt., yang masyarakat, sedang pelaku yang kedua memberikan balasan kepada manusia adalah manusia, dalam hal ini masyarakat sesuai dengan kadar perbuatannya. yang melakukan perubahan pada sisi ﻣﺎ (َﺑ ِﺎ َﻧْﻔ ُﺴِ ﺤِ ﻢ) Firman Allah swt., dalam Q.S. Al- dalam mereka atau dalam istilah Rad/13: 11 apa yang terdapat dalam diri mereka. Keempat, ayat tersebut juga menerangkan bahwa perubahan yang ..          dilakukan oleh Allah swt., haruslah didahului oleh perubahan yang ....  dilakukan oleh masyarakat menyangkut sisi dalam mereka, tanpa perubahan ini

16Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan terjemahnya, ibid., h. 370. 15Harun Nasution, op.cit., h. 35.

ISTIQRA’ Volume III Nomor 2 Maret 2016 257 Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah mustahil ada perubahan sosial. Dapat di ditentukan dari semula oleh qahda dan tegaskan bahwa dalam pandangan Al- kadar Tuhan.20 Qur’an yang paling pokok untuk Paham Jabarīyah timbul keberhasilan perubahan sosial adalah bersamaan dengan Qadarīyah, tanpaknya perubahan sisi dalam manusia.17 reaksi dari padanya. Daerah tempat Dari penjelasan ayat di atas timbulnya pahan Jabarīyah di Khurasan berbicara tentang perubahan sosial Persia. Paham ini dikenal sebagai bukan perubahan individu, namun hal ini pelopor teologi fatalis dalam Islam. bisa saja terjadi kalau dimulai dari Menurut Jabarīyah, segala yang dialami perubahan individu ketika ia manusia, baik masa lalu maupun masa menyampaikan ide-idenya dan dapat depan, baik musibah atau diterima oleh masyarakat. Hukum keberuntungan, telah ditentukan oleh kemasyarakatan berlaku secara umum Allah swt., Manusia bagaikan air yang bagi manusia dan berlaku di dunia, dan mengalir keberbagai arah, tanpa pelaku perubahan ada dua pelaku yang kehendak dan tanpa pilihan. Hanya Allah pertama adalah Allah swt., yang swt., yang berkehendak dan menentukan mengubah nikmat yang nasib manusia serta kelangsungan dianugrahkanNya kepada suatu hidupnya di dunia. Semua yang terjadi masyarakat, sedang pelaku yang kedua dijagat raya ini semata-mata qhada dan adalah manusia. Dapat di tegaskan qadar Allah, bukan kehendak mahluk. bahwa dalam pandangan Al-Qur’an yang Demikian pokok pemikiran teologi yang paling pokok untuk keberhasilan dikembangkan aliran Jabarīyah. perubahan sosial adalah perubahan sisi Mengenai kemunculan paham al- dalam diri manusia. Jabr ini, para ahli sejarah pemikiran 2. Paham Jabari>yah mengkajinya melalui pendekatan a. Sejarah Lahirnya geokoltural bangsa Arab. Menurut Jabariyah berasal dari Jabara yang Ahmad Amin, ia menggambarkan bahwa mengandung arti memaksa. Di dalam Al- kehidupan bangsa Arab yang dikungkung Munjid, dijelaskan bahwa nama Jabarīyah oleh gurun pasir Sahara memberikan berasal dari kata Jabara yang pengaruh besar ke dalam cara hidup mengandung arti memaksa dan mereka.21 Ketergantungan mereka mengharuskannya melakukan sesuatu. 18 kepada alam Sahara yang ganas telah Menurut Asy-Syahratasāni menegaskan memunculkan sikap penyerahan diri bahwa paham al-jabr berarti terhadap alam. menghilangkan perbuatan manusia dalam Harun Nasution menjelaskan arti yang sesungguhnya dan bahwa dalam situasi demikian, menyandarkan kepada Allah.19 Memang masyarakat Arab tidak melihat jalan dalam aliran ini terdapat paham bahwa untuk mengubah keadaan sekeliling manusia mengerjakan perbuatannya mereka sesuai dengan keinginan mereka dalam keadaan terpaksa (fatalism atau sendiri. Mereka merasa dirinya lemah ). Paham yang menyebutkan dan tak berkuasa dalam menghadapi bahwa perbuatan manusia telah kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya mereka bergantung kepada alam. Hal ini membawa mereka kepada sikap fatalistis.22

17Quraish Shihab, Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an ( Volume 12. Cet. V; Jakarta: 20Harun Nasution, Teologi Islam ‘Aliran-Aliran Lentera Hati, 2006) h. 568-569. Sejarah Analisa Pebandingan, op.cit., h. 31. 18Luwis Ma’luf Al-Yusu’i, Al-Munjid, (Al- 21Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, akhatahulukiyah: Beirut, 1998,) h. 78.. (Cet. II; Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h. 64. 19 ibn ‘Abd al-Karim Al-Syahrastāni, 22Harun Nasution, Teologi Islam ‘Aliran-Aliran Al-Milal wa Al –Nihal op.cit., h op.cit., h. 85. Sejarah Analisa Pebandingan, op.cit., h. 34.

258 Volume 3 Nomor 2 Maret 2016 ISTIQRA’ Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah

Berkaitan dengan kemunculan pertama yang dikemukakan oleh Quraisy aliran Jabarīyah, ada yang mengatakan Shihab di atas lebih dekat kepada bahwa kemunculannya diakibatkan oleh kebenaran, terlepas dari perbedaan pengaruh pemikiran asing, yaitu pendapat teolog antara penganut pengaruh agama Yahudi bermazhab Fatalisme (Jabari>yah) atau penganut Qurra dan agama Kristen bermazhab paham kebebasan manusia Yacobit.23 Namun tanpa pengaruh asing (Qadari>yah) ataukah penganur paham itu, paham Jabarīyah muncul juga di kasb yang berusaha menengahi kedua kalangan umat Islam. Di dalam Al- pendapat sebelumnya. Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat yang a. Doktrin-doktrin Jabarīyah dapat menimbulkan paham Jabarīyah, Menurut Asy-Syarastānī, Jabarīyah antara lain: dapat dikelompokkan menjadi dua Firman Allah swt., dalam Q.S ash- bagian, ekstrim dan moderat. Di antara Shaffat/37: 96. doktrin Jabarīyah ekstrim berpendapat bahwa segala perbuatan manusia bukan perbuatan yang timbul dari kemauannya     sendiri, tetapi perbuatan yang dipaksakan Terjemah: atas dirinya. Diantara pemuka Jabarīyah “Padahal Allah-lah yang menciptakan Ekstrin adalah Abū Mahrus Jahm ibn kamu dan apa yang kamu perbuat itu".24 Shofyan. Menurut Quraish Shihab, ayat Ia berasal dari Khurasan, tersebut di atas menceritakan tentang bertempat tinggal di Khufah ia seorang Nabi Ibrahim as. Yang menghacurkan da’i yang fasih dan lincah (orator) ia berhala-berhala kaum musyrikin menjabat sebagai sekretaris Hariṡ ibn kaumnya, berita tersebut sampai kepada Surais, seorang mawali yang menentang masyarakat umum. Mereka datang pemerintahan Bani Umayyah di kepada Nabi Ibrahim as untuk menuntut Khurasan. Pendapatnya yang berkaitan mempertanggungjawabkan dengan persoalan teologi adalah sebagai perbuatannya. Mereka Bertanya” Apakah berikut 1) Manusia tidak mampu untuk engkau yang melakukan perbuatan ini berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim? daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, Beliau menunjuk berhala yang peling dan tidak mempunyai pilihan. 2) Surga besar dan berkata tanyakan kepada dan neraka tidak kekal. berhala itu, jika mereka dapat berbicara” Pendapat ekstrim yang kedua Maka Nabi Ibrahim dengan lantang adalah Ja’ad ibn Dirham seorang mengecam mereka. Ia berkata maulana Bani Hakim, tinggal di menunjukkan kesalahan mereka: Damaskus, doktrinnya sebagai berikut 1) “Apakah kamu menyembah patung- Al-Qur’an itu adalah mahluk. 2) Allah patung yang kamu buat sendiri? Padahal tidak mempunyai sifat yang serupa Allah yang menciptakan kamu dan apa yang dengan makhluk seperti berbicara, kamu buat itu”. Ini suatu kebodohan melihat dan mendengar 3) Manusia yang luar biasa yang kamu perbuat. 25 terpaksa oleh Allah dalam segala- 26 Melihat konteks uraian Nabi galanya. Ibrahim as. Di sini, agaknya pendapat Menurut Jabarīyah eksrtim ini segala perbuatan mausia tidak merupakan perbuatan yang timbul dari 23Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, op.cit. h. kemauannya sendiri, tetapi perbuatan 133. yang dipaksakan oleh dirinya sendiri. 24Departemen Agama Republik Indonesia, Al- Qur’an dan Terjemahnya, op.cit., h. 724. 25Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan 26Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, dan Keserasian Al-Qur’an , op.cit., h. 58 op.cit., h. 67-68.

ISTIQRA’ Volume III Nomor 2 Maret 2016 259 Muliati, Paham Qadariyah dan Jabariyah

Contohnya kalau seorang pencuri Doktrin Jabariyah moderat umpamanya, maka perbuatan mencuri berpendapat bahwa manusia punya andil itu bukanlah terjadi atas kehendaknya dalam mewujudkan perbuatannya. sendiri, tetapi itu adalah kada dan kadar Dalam pandangan Dhirar satu perbuatan Tuhan, dengan kata lain ia mencuri dapat ditimbulkan oleh dua pelaku, yaitu bukan atas kehendaknya tetapi Tuhanlah Tuhan dan manusia. Tuhan menciptakan yang memaksanya mencuri. perbuatan dan manusia memperolehnya. PENUTUP Tuhan adalah pencipta hakiki dari Timbulnya paham Qadarīyah perbuatan manusia, manusia turut disebabkan oleh dua faktor. Pertama, berperan dalam mewujudkan perbuatan- faktor extern yaitu agama Nasrani, perbuatannya. Dan inilah yang dimaksud dimana jauh sebelumnya mereka telah dengan kasb atau acquisition. memperbincangkan tentang qaḍar Tuhan DAFTAR PUSTAKA dalam kalangan mereka. Kedua, faktor Abual wa faal Taftazani, llm al-Kalam wa Ba'd intern, yaitu merupakan reaksi terhadap Musykilatih, Daral-Tsaqafah, Kairo, paham Jabarīyah dan merupakan upaya 1979. protes terhadap tindakan-tindakan Aḥmad Amīn, Fajr al-Islam, (Dar al-Kitab al- penguasa Bani Umayyah yang bertindak Kitābī, Beirut Lebanon, 1975. atas nama Tuhan dan berdalih kepada Al-Syahrastani, Muhammad ibn ‘Abd al-Karim, takdir Tuhan. al-Milāl wa al-Nihāl. Berkaitan dengan kemunculan aliran Amin, Ahmad, Fajr al-lslam, Singapura : Jabarīyah, ada yang mengatakan bahwa Sulaeman Maraghi, 1965. kemunculannya diakibatkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, Al- pengaruh pemikiran asing, yaitu Qur’an dan terjemahnya. pengaruh agama Yahudi bermazhab Glasse, Cyril, The Concise Ensyclopaedia of Islam, Qurra dan agama Kristen bermazhab Kata Pengantar, Huston Smith, Yacobit. Namun tanpa pengaruh asing diterjemahkan oleh Ghufron A. Mas’adi, itu, paham Jabarīyah muncul juga di dengan judul Ensiklopedi Islam Ed. I, Cet. kalangan umat Islam. 3; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Doktrin Qadarīyah pada dasarnya 2002. menyatakan bahwa segala tingkah laku Hanafi, Ahmad, Theology Islam (Ilmu Kalam) Cet. manusia dilakukan atas kehendaknya IV; Jakarta: Bulan Bintang. 1982. sendiri. Manusia mempunyai Luwis Ma’luf Al-Yusu’i, Al-Munjid Al- kewenangan untuk melakukan segala akhatahulukiyah: Beirut, 1998 perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik Nasution, Harun, Teologi Islam ‘Aliran-’Aliran berbuat baik atau berbuat jahat. Oleh Sejarah Analisa Perbandingan Cet. V; sebab itu, ia berhak mendapatkan pahala Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press, atas kebaikan yang dilakukannya dan 2011. berhak masuk surga kelak di akhirat, juga Abdul, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Cet. II; berhak memperoleh hukuman atas Bandung: CV Pustaka Setia, 2006. kejahatan yang diperbuatnya dan diberi Ahmad, ‘Aliran-’Aliran dalam Islam Cet. I; ganjaran siksaan dengan balasan neraka Bandung: PT. Salamadani Pustaka kelak di akhirat. Semesta, 2009. Doktrin Jabarīyah ekstrim dan Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan moderat. Di antara doktrin Jabarīyah Keserasian Al-Qur’an Volume 8. Cet. V; ekstrim berpendapat bahwa segala Jakarta: Lentera Hati, 2006. perbuatan manusia bukan perbuatan Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan yang timbul dari kemauannya sendiri, Keserasian Al-Qur’an Volume 12. Cet. V; tetapi perbuatan yang dipaksakan atas Jakarta: Lentera Hati, 2006 dirinya. Yudian, ‘Aliran dan Teori Filsafat Islam, Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2002.

260 Volume 3 Nomor 2 Maret 2016 ISTIQRA’