Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020

Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Agrowisata Di Desa Tulungrejo, Kota Batu (Studi Kasus: Top Apel Mandiri)

Bella Chintya Melatia, 1, Nararya Narottamaa, 2 [email protected], [email protected] aProgram Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, JL. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232

Abstract

Tulungrejo is a village located in Batu, East . This village surrounded by mountains and most of its people working as a farmer. The most popular agricultural product of Batu is apple and Tulungrejo is a village with the largest farm in Batu. As a village with the largest farms it should make the farmers live prosperous, but the fact shows that the farmers in Batu are not so prosperous. Since 2010 the number of apple production has also declined, many farmers choose to plant orange than apple. Some farmers of Tulungrejo Village established an Agro Tourism called Top Apel Mandiri with the aim to improve the farmer's economy. The research aim is to see how much the involvement of farmers in agro-tourism management.

The method used in this research is descriptive qualitative. Data collection techniques using observation, interviews, and literature. The informant for this research are the owner of Top Apel Mandiri, the farmers in Tulungrejo, and also the vendors as the key informants. The results of this research is the community are involved in the planning and controlling process through Top Apel Mandiri, although not entirely. The the type of participation is Spontaneous Participation . At the organizing and actuating processs, the community still participates with the type of participation is Induced Participation .

Keywords: Agro-tourism, tourism impact, local community

I. PENDAHULUAN branding “Shinning Batu”. Oleh Bappenas, Kota Batu dijuluki sebagai “The real tourism city of Indonesia” Dinamika pariwisata mendorong inovasi (http://ciptakarya.pu.go.id). City branding “Shinning penyajian sebuah daya tarik wisata. Hal ini Batu” memiliki arti Kota Batu yang bersinar dalam disebabkan karena sebagian besar wisatawan bidang pertanian, pariwisata, dan pendidikan. menginginkan sesuatu yang berbeda yang belum Sebagai sebuah kota yang berada di dataran tinggi pernah dirasakan ketika berada di tempat asal. sebagian besar penduduknya bermata pencaharian Keunikan dari sebuah daya tarik wisata menjadi sebagai petani dan buah apel menjadi produk poin penting dalam perkembangan pariwisata pertanian unggulan. Kota Batu memiliki tiga varietas disebuah daerah tujuan wisata. Pemerintah daerah apel unggulan yaitu, apel Rome Beauty, apel kota wisata Batu Provinsi Jawa Timur, giat berupaya Manalagi dan Apel Anna. Hal tersebut yang membuat dalam pengembangan pariwisata untuk Kota Batu memiliki julukan lain yaitu sebagai Kota meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik Apel. dari segi peningkatan sarana prasarana, maupun penambahan daya tarik wisata baru (Rahmatin, dkk., Namun tidak seluruh wilayah Kota Batu 2016). dikelilingi perkebunan apel, kecamatan di Kota Batu yang memiliki banyak perkebunan apel adalah Kota Batu merupakan kota wisata yang Kecamatan Bumiaji. Namun jumlah petani di Kota masuk dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Batu justru mengalami penurunan. Berdasarkan Timur, ada berbagai jenis daya tarik wisata di Kota data sensus pertanian 2003 jumlah petani di Batu Batu, baik jenis wisata alam, minat khusus, buatan, masih sebanyak 19.326 rumah tangga, sedangkan maupun budaya. Kota Batu merupakan sebuah kota pada 2013 turun menjadi 17.358 rumah tangga, data kecil yang merupakan hasil pemekaran dari yang digunakan merupakan data dari BPS Kota Batu Kabupaten , Provinsi Jawa Timur, Indonesia. 2013 dikarenakan tidak adanya data terbaru. Selain Kota Batu merupakan kota pariwisata dengan city itu penurunan jumlah petani juga terjadi akibat hasil

82

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020 panen apel dari tahun ke tahun yang terus Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2013 dari total penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa 1.398.851 pohon produktif bisa menghasilkan 14,99 jauh petani dapat ikut terlibat dalam pengelolaan kilogram per pohon, atau setiap tahunnya bisa agrowisata, seperti apa sinergitas antara petani menghasilkan 20.968 ton. Kemudian di tahun 2014 dengan agrowisata petik apel dan dampak apa saja mengalami penurunan yakni 1.181.484 pohon yang akan timbul dari sinergitas masyarakat petani produktif bisa menghasilkan buah 14,99 kilogram dan agrowisata petik apel. Oleh karena itu penting per pohonnya. Setiap tahunnya bisa mengahasilkan untuk diketahui seberapa besar keterlibatan 17. 710 ton. Tahun 2015 juga mengalami penurunan masyarakat dalam pengelolaan agrowisata di Desa hingga 1.115.081 pohon produktif. Produksi Tulungrejo, Kota Batu, Kabupaten Malang. Hasil buahnya per pohon 15,05 kilogram, sehingga jumlah penelitian ini dapat disosialisasikan kepada per tahunnya mencapai 16.781 ton. Hingga tahun masyarakat petani serta pelaku agrowisata yang ada 2016 juga mengalami penurunan pohon produktif di Desa Tulungrejo bahwa dengan melibatkan yakni 900.545 (BatuTimes, 6 Oktober 2016). masyarakat dalam pengelolaa agrowisata dapat Penurunan jumlah hasil panen ini disebabkan membawa hal yang positif untuk kesejahteraan kualitas tanah yang semakin buruk. Penggunaan masyarakat. pupuk kimia yang berlebihan dan terus menerus Pada penelitian ini tingkat partisipasi dapat meninggalkan residu pupuk kimia dalam masyarakat lokal diteliti menggunakan tipe tanah yang dari tahun ke tahun terus tertimbun, partisipasi menurut Tosun (2004) yang terdiri atas timbunan residu pupuk kimia tersebutlah yang Partisipasi Paksaan (Coercive Participation) yaitu menyebabkan kualitas tanah menjadi buruk jenis partisipasi yang masih bersifat paksaan, pasif, (BatuTimes, 6 Oktober 2016). penuh manipulasi, dan dibuat-buat. Kedua Partisipasi Terdorong (Induced Participation) yaitu Selain hasil panen yang menurun harga apel partisipasi masyarakat masih tidak secara langsung, pun ikut mengalami penurunan yang drastis, masyarakat sudah bisa didengar dan mendengar menjelang liburan panjang pergantian akhir tahun pandangan masyarakat belum tentu 2017, harga apel Kota Batu untuk satu kilogram apel dipertimbangkan namun masyarakat sudah mulai yang biasanya dibandrol dengan harga Rp 20 ribu mendapatkan keuntungan secara adil. Tipe terakhir sampai Rp 30 ribu, kini diobral dengan harga adalah Partisipasi Spontan (Spontaneous kisaran Rp 2 ribu sampai Rp10 ribu (Malangtoday, Participation) yaitu partisipasi aktif, masyarakat 29 Desember 2017). Masyarakat petani tidak dapat terlibat dalam pengambilan keputusan, masyarakat berbuat apa-apa mengenai harga apel, hal ini juga memiliki wewenang sepenuhnya. dikarenakan yang menentukan harga pasaran apel Penelitian sebelumnya yang membahas adalah para tengkulak. Oleh karena itu masyarakat mengenai hubungan kerjasama antara sektor petani di Kota Batu banyak yang berhenti menanam pertanian dan sektor pariwisata serta mengenai apel dan berpindah ke jeruk serta banyak pula yang dampak yang dihasilkan adalah yang pertama berhenti menjadi petani dan beralih ke sektor jasa berjudul “Dampak Ekowisata Dan Agrowisata (Eko- seperti menjadi anggota hotel, rumah makan Agrowisata) Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat ataupun pusat oleh-oleh di Kota Batu. Hal ini sangat Di Desa Cibuntu” oleh Alfatianda dan Djuwendah disayangkan karena yang membuat Kota Batu (2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terkenal adalah pertanian apelnya. Selama petani keragaman eko-agrowisata, menganalisis partisipasi masih bergantung pada tengkulak dan tidak bisa masyarakat dan lembaga lainnya dalam pengelolaan menjual langsung ke konsumen akhir maka petani eko-agrowisata serta untuk mengetahui dan akan tetap merugi. menganalisis dampak eko-agrowisata terhadap Hal inilah yang melatar belakangi munculnya keadaan sosial dan ekonomi masyarakat di Desa agrowisata yang dapat memadukan sektor pertanian Cibuntu. dengan sektor pariwisata di Kota Batu khususnya di Penelitian kedua berjudul “Analisis Dampak Kecamatan Bumiaji yang memungkinkan petani Sosial Ekonomi Agrowisata Petik Jeruk Terhadap untuk dapat menjual hasil pertaniannya secara Petani Jeruk (Studi Kasus di Desa Selorejo Kec. Dau langsung ke konsumen. Sehingga pembahasan dalam Kab. Malang, Jawa Timur)” oleh Atmaja (2016). penelitian ini adalah mengenai bagaimana Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan masyarakat terlibat dalam pengelolaan agrowisata wisata petik jeruk dari segi perubahan sosial di Desa Tulungrejo, Kota Batu, Kabupaten Malang ekonomi petani jeruk di Desa Selorejo Kabupaten dan bagaimana dampak yang muncul dari Malang, serta untuk mengetahui sikap petani keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan terhadap penerapan Agrowisata petik jeruk. agrowisata tersebut. Penelitian ketiga adalah penelitian oleh Narottama, Suarja, dan Lestari (2017) dengan judul “Tumpek 83

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020

Wariga as an Ecological Based Local Genius In yang dilaksanakan sebanyak 12 kali dalam kurun Supporting Sustainable Tourism (Case Study Of Plaga waktu satu bulan dimaksudkan untuk melakukan Village, Badung, Bali)”. Penelitian ini membahas pengamatan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mengenai pembangunan besar-besaran yang terjadi keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan di Bali sehingga mempengaruhi dan mengancam agrowisata Desa Tulungrejo, serta dampak yang lingkungan dan mengubah pola sosial masyarakat. ditimbulkan. Kemudian melalui wawancara secara Tumpek Wariga merupakan satu jenis lokal genius langsung dan mendalam kepada ketua “Top Apel Bali yang bertujuan untuk menjaga harmoni dengan Mandiri”, beberapa petani apel, dan tengkulak Desa semua makhluk.. Tulungrejo menggunakan pedoman wawancara sehingga memperoleh data mengenai sejarah II. METODE PENELITIAN munculnya agrowisata petik apel, partisipasi Penelitian ini dilaksanakan di Desa masyarakat petani dalam kegiatan agrowisata, dan Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, dampak yang muncul akibat dari keterlibatan Kabupaten Malang. Desa Tulungrejo merupakan masyarakat dalam pengelolaan agrowisata tersebut. desa yang sangat subur terletak di dataran tinggi Terakhir melalui studi kepustakaan yang merupakan yang dikelilingi oleh gunung Anjasmoro, Welirang, teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi Arjuno yang membuat sebagian besar penelaahan terhadap buku-buku, catatan-catatan, masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan sayur-mayur dan buah apel. Jarak Desa Tulungrejo masalah yang dipecahkan (Nazir 1998:111). Studi menuju Kota Surabaya sekitar dua jam atau satu jam kepustakaan yang dimaksud dalam penelitian ini dari kota Malang. adalah kegiatan mencari data mengenai sinergitas Ruang lingkup dalam penelitian ini bertujuan masyarakat petani dengan agrowisata petik apel, untuk mempertegas batas permasalahan sehingga partisipasi masyarakat dalam pengelolaan aspek data menjadi jelas. Adapun ruang lingkup agrowisata Desa Tulungrejo dan praktik penelitian ini adalah : pelaksanaan pariwisata berbasis masyarakat dari 1. Partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan penelitian sebelumnya untuk memperkuat hasil Top Apel Mandiri yang merupakan usaha wisata penelitian. Teknik analisis data yang dipergunakan petik apel pertama yang dikembangkan dan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. dikelola oleh masyarakat. Pada penelitian ini dengan menggunakan langkah-langkah seperti yang yang dimaksud dengan masyarakat lokal sebatas dikemukakan oleh Bungin (2007) masyarakat petani saja bukan masyarakat Desa Tulungrejo secara keseluruhan. III. PEMBAHASAN 2. Pemahaman mengenai dampak dari keterlibatan 1. Sejarah Usaha Wisata Petik Apel Desa masyarakat dalam pengelolaan agrowisata di Tulungrejo Desa Tulungrejo adalah mengenai dampak sosial Kota Batu merupakan sentra penghasil apel di dan dampak ekonomi. Indonesia. Lahan apel di Kota Batu seluas 2.993,89 Jenis data yang digunakan dalam peneliian Ha terpusat di Kecamatan Bumiaji yang tersebar di ini adalah data kualitatif dengan data mengenai Desa Tulungrejo, Sumbergondo, Sumberbrantas, gambaran umum obyek penelitian yang berupa Punten, Bulukerto, Bumiaji, Giripurno dan gambaran umum Desa Tulungrejo serta gambaran Gunungsari. Luas lahan apel di desa Tulungrejo 400 umum tentang agrowisata petik apel, bentuk Ha dengan jumlah pohon apel 24.000 pohon, total partisipasi masyarakat lokal yang dibedah dalam produksi apel 11.000 ton per musim panen dengan unsur-unsur pengelolaan agrowisata petik apel, dan produktivitas 27.5 ton/Ha/tahun (BPS Kota Batu, juga dampak yang muncul dari dari keterlibatan 2016). Namun meskipun dikaruniai dengan tanah masyarakat dalam pengelolaan agrowisata. yang subur serta hasil pertanian yang melimpah Sumber data dalam penelitian ini adalah tidak menjadikan masyarakat petani Kota Batu data primer berupa atraksi di agrowisata Desa sejahtera secara ekonomi. Hal ini dikarenakan Tulungrejo, harga tiket, sejarah awal pengembangan produksi apel semakin lama semakin menurun. agrowisata petik apel, dan dari keterlibatan Penyebabnya bermacam-macam mulai dari kondisi masyarakat dalam pengelolaan agrowisata kesuburan tanah yang menurun, adanya serangan sedangkan data sekundernya berupa jumlah petani hama penyakit, hingga masyarakat petani yang tidak yang turut dalam agrowisata petik apel, jumlah mampu menentukan harga jual produknya sendiri penurunan produksi apel, jumlah pengiriman apel melainkan pasrah dengan harga yang ditentukan ke luar Kota Batu, jumlah daya tarik wisata di Kota oleh tengkulak. Terkadang petani harus merugi Wisata Batu, gambaran umum agrowisata petik apel. dengan hasil panennya dikarenakan harga yang Teknik pengumpulan data dalam penelitian ditawarkan tengkulak terlalu rendah dan tidak dapat ini dilakukan melalui observasi di Desa Tulungrejo menutupi pengeluaran semasa merawat kebunnya 84

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020 yang terbilang cukup tinggi. Hal ini mengakibatkan banyak petani apel yang mulai berpindah menjadi petani jeruk atau petani sayur. Hal ini tentu merisaukan karena Kota Batu merupakan kota dengan ikon buah apel, namun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa buah apel mulai mengalami penurunan produksi. Dikarenakan hal-hal tersebut maka masyarakat petani harus mencari cara agar penjualan apelnya dapat meningkat. Salah seorang petani dari Desa Tulungrejo menjadi pionir untuk memulai sebuah usaha petik apel yang dapat membuat petani Gambar 1. Pos Informasi Wisata Petik Apel Milik Top menentukan harga jual apelnya. Pada tahun 2010 Apel Mandiri usaha wisata petik apel Top Apel Mandiri terbentuk Sumber: Hasil Penelitian, 2019 sebagai sebuah usaha yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat lokal. Sehingga usaha Harga tiket untuk wisata petik apel di Top Apel wisata petik apel ini memiliki potensi untuk Mandiri sebesar Rp.25.000/orang. Ketika sampai di dikembangkan sebagai atraksi wisata yang berbeda kebun wisatawan akan diberikan Welcome Drink di Kota Batu karena dalam usaha wisata petik apel berupa sari buah apel kemudian wisatawan dapat melibatkan sektor pertanian serta melibatkan langsung menikmati buah apel sepuasnya selama masyarakat lokal secara penuh. Wisata petik apel masih berada di kawasan perkebunan dan apabila juga merupakan sarana yang tepat untuk wisatawan ingin memetik apel dan dibawa pulang meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani. akan dikenakan biaya perkilonya 2. Profil Top Apel Mandiri 3. Pengelolaan Wisata Petik Apel Top Apel Top Apel Mandiri merupakan sebuah organisasi Mandiri atau lembaga yang berbentuk paguyuban atau a. Perencanaan asosiasi. Bukan lembaga yang berorientasi profit Arochman Mustofa selaku ketua Top Apel penuh karena lebih berorientasi kepada pada Mandiri ingin meningkatkan perekonomian peningkatan kesejahteraan masyarakat masyarakat. masyarakat petani melalui usaha wisata petik apel. Top Apel Mandiri bergerak di bidang wisata petik Meskipun sulit untuk menggandeng masyarakat apel yang berdiri sejak Tahun 2010. Usaha wisata petani agar mau bergabung dalam pengembangan berbasis pertanian ini diketuai oleh Arochman usaha wisata petik apel. Ide mengenai usaha wisata Mustofa. Pada awal berdirinya, Top Apel Mandiri petik apel ini tetap direalisasikan meskipun awalnya hanya beranggotakan beberapa orang saja. Namun hanya beberapa orang saja yang menjadi sekarang telah beranggotakan lebih dari 50 orang pengurusnya. Masyarakat Desa Tulungrejo yang yang terdiri dari seorang ketua, dua orang belum memiliki pekerjaan diajak untuk bergabung. bendahara, tujuh orang guide, serta kurang lebih Usaha wisata petik apel ini merupakan langkah awal sebanyak 50 orang pada bagian marketing dan yang baik untuk mulai meningkatkan popularitas seluruh anggotanya merupakan masyarakat Desa apel Kota Batu kembali. Hal ini dikarenakan kondisi Tulungrejo itu sendiri. Top Apel Mandiri bekerja petani apel di Kota Batu sedang memprihatinkan. sama dengan kurang lebih sekitar 30 petani apel Meningkatkan kesadaran akan kegiatan yang memiliki kurang lebih 40 kebun apel seluas pariwisata, dibentuk kelompok sadar wisata di Desa rata-rata 2000-4000m2. Kantor Top Apel Mandiri Tulungrejo, dengan dibentuknya Pokdarwis berada di Jalan Raya Junggo No.33, Tulungrejo, diharapkan agar semua kegiatan dalam pengelolaan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur 65336. Apabila agrowisata akan lebih terorganisir, sehingga akan wisatawan tidak mengetahui lokasi kantor Top Apel memperhatikan kekompakan tim serta Mandiri wisatawan masih dapat menemukan pos- membuktikan kesuksesan dalam program tersebut. pos informasi wisata petik apel di sepanjang jalan Hal ini juga ditunjang dengan dibentuk dan raya dari arah pusat kota hingga Desa Tulungrejo. dikepalainya pokdarwis oleh orang-orang yang berasal dari daerah yang sama. Sehingga dimungkinkan hubungannya dapat fleksibel dan tidak terlalu terikat oleh aturan yang biasanya bersifat mengekang ataupun memaksa. Melalui segala upaya untuk mengembangkan agrowisata Desa Tulungrejo, anggaran biaya

85

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020 pertama yang didapatkan berasal dari uang pribadi SMA, ibu rumah tangga, hingga orang-orang yang Arochman Musatafa selaku pendiri sekaligus ketua pengangguran di desa. Hal ini dikarenakan ketua Top Apel Mandiri. Bahkan untuk membuat kantor Top Apel Mandiri ingin dapat meningkatkan Top Apel Mandiri semua juga menggunakan dana kesejahteraan masyarakat Desa Tulungrejo tanpa pribadi dari ketua, kantor ini berdiri diatas lahan memandang status seseorang melainkan melalui milik Arochman Musatafa yang lokasinya berada di minat bekerja mereka. depan rumah pribadinya. Seiring berjalannya Pokdarwis desa Tulungrejo terbentuk pada agrowisata Top Apel Mandiri pendanaan tidak lagi 28 Mei 2010 dan terbilang masih baru sedangkan berasal dari satu orang saja melainkan dari pariwisata di Desa Tulungrejo sudah terkenal sejak keuntungan hasil penjualan tiket yang dimasukkan lama dikarenakan Desa Tulungrejo memiliki kas. beberapa daya tarik wisata unggulan Kota Batu Partisipasi masyarakat dalam perencanaan seperti, Taman Rekreasi Selecta, Coban Talun, dan Agrowisata Top Apel Mandiri bersifat top-down, hal Pura Giri Arjuno. Dikarenakan pokdarwis di Desa ini dibuktikan dengan adanya dorongan dari seorang Tulungrejo baru terbentuk maka untuk pemilihan inisiator untuk dikembangkannya agrowisata. ketua diputuskan oleh Dinas Pariwisata Kota Batu. Masyarakat berpartisipasi secara pasif pada awal Arochman Mustofa terpilih sebagai ketua pokdarwis pengembangan karena kurangnya informasi dan Desa Tulungrejo dikarenakan oleh Dinas Pariwisata pemahaman mengenai agrowisata. Disamping itu, Kota Batu yang menunjuk beliau untuk menjadi partisipasi masyarakat dalam perencanaan dinilai ketua pokdarwis. Hal ini dikarenakan pada saat itu pasif, karena masyarakat mengikuti apa yang telah Desa Tuungrejo belum memiliki kelompok sadar ditetapkan. Masyarakat hanya tahu bahwa kebunnya wisata meskipun pariwisata di Desa Tulungrejo akan digunakan sebagai lokasi agrowisata, sehingga sudah berkembang. Terpilihnya Arochman Mustofa diminta menjaga kualitas apelnya untuk menunjang sebagai ketua pokdarwis Desa Tulungrejo tidak kegiatan agrowisata. terlepas dari prestasi yang dihasilkan di bidang Masyarakat berpartisipasi secara tidak langsung pariwisata. Adapun struktur organisasi dapat dilihat pada tahap perencanaan. Hal ini ditunjukkan dengan pada bagan berikut: tidak adanya keterlibatan masyarakat secara langsung dalam mengambil langkah-langkah pada Gambar 2. Struktur Organisasi Kelompok Sadar tahap pembentukan agrowisata. Seperti pada Wisata Desa Tulungrejo penjelasan sebelumnya bahwa agrowisata Desa

Tulungrejo dibentuk karena terdapat permasalahan PEMBINA terkait menurunnya jumlah produksi apel serta Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu semakin rendahnya harga jual apel melalui tengkulak, kemudian langkah pertama yang diambil PENASEHAT Kepala Desa Tulungrejo untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan agrowisata petik apel. Langkah tersebut dipikirkan KETUA POKDARWIS oleh inisiator di Desa Tulungrejo. Dengan demikian Arochman Mustofa berarti masyarakat diarahkan pada pilihan alternatif untuk mengatasi suatu permasalahan yang WAKIL KETUA kemudian nantinya masyarakat mendapatkan Endik Cahya S.U feedback dari pilihan alternatif tersebut. Akan tetapi, SEKRETARIS DAN masyarakat diberikan kewenangan untuk BENDAHARA 1. Bagus menentukan harga jual apel pada perencanaan. 2. Sigit Harnadi Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan berada pada tipe partisipasi dorongan (induced SIE SIE SEKSI DAYA SEKSI HUMAS SEKSI KEAMANAN KEBERSIHAN TARIK DAN Erna Rhanti PENGEMBANGAN participation) DAN DAN KENANGAN USAHA KETERTIBAN KEINDAHAN Dedik Purminanto Purwanto Alfan Salim b. Pengorganisasian Pelaksanaan usaha wisata petik apel milik Top Apel Mandiri ini sepenuhnya dilaksanakan oleh ANGGOTA masyarakat Desa Tulungrejo yang dipimpin oleh 1. Pelaku wisata Arochman Mustofa selaku ketua Top Apel Mandiri 2. Pengusaha UMKM 3. Seniman sekaligus ketua dari pokdarwis Desa Tulungrejo. 4. Petani Semua pihak yang terlibat dalam usaha wisata petik apel Top Apel Mandiri ini berasal dari semua Sumber: Kelompok Sadar Wisata Tulungrejo (2010) kalangan baik remaja yang hanya lulusan SMP atau 86

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020

Berdirinya Top Apel Mandiri di Desa Tulungrejo sudah mulai mendapatkan sharing profit Tulungrejo memiliki tujuan untuk meningkatkan dari adanya kegiatan pariwisata. Berdasarkan kesejahteraan masyarakat lokalnya. pihak Top Apel penjelasan tersebut, maka partisipasi masyarakat Mandiri tidak akan mengambil keuntungan untuk dalam pelaksanaan pengelolaan Desa Tulungrejo diri sendiri melainkan untuk membantu dapat dikatakan terletak pada tipe Partisipasi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun Spontan (Spontaneous Participation). demikian, Top Apel Mandiri mampu menarik minat masyarakat Desa Tulungrejo untuk turut c. Penggerakan berpartisipasi dalam pengelolaan agrowisata. Kepemimpinan dalam manajemen Top Apel Hingga saat ini ada 7 orang guide lokal yang Mandiri dalam rangka untuk menggerakkan bertugas untuk memandu wisatawan selama masyarakat dilakukan melalui pendekatan langsung kegiatan wisata. Guide lokal ini juga yang akan kepada masyarakat dengan cara membicarakan menjelaskan tata cara memetik apel yang benar agar permasalahan-permasalahan yang muncul dalam tidak merusak kebun milik petani. selain itu, Top kegiatan agrowisata. Pendekatan tersebut berupa Apel Mandiri juga memiliki kurang lebih sebanyak pemberian masukan, bimbingan, pengetahuan bagi 50 orang pada bagian marketing yang bertugas masyarakat dalam menjalankan usaha untuk mempromosikan agrowisata milik Top Apel pariwisatanya. Masyarakat dianggap sebagai rekan Mandiri. Sepanjang jalan dari pusat kota hingga kerja dalam melaksanakan kegiatan pariwisata menuju Desa Tulungrejo didirikan pos-pos informasi sehingga mereka akan diperlakukan dengan adil yang menyediakan berbagai informasi mengenai bukan dengan semena-mena karena mereka agrowisata Desa Tulungrejo, selain itu promosi juga dianggap sebagai bawahan saja. dilakukan melalui penyebaran brosur, dan melalui Hubungan yang terjalin antar masyarakat dalam web. Selain itu, Top Apel mandiri juga menggandeng pengelolaan agrowisata sangat bergantung pada para supir angkutan umum jurusan Batu- aktivitas pariwisata yang terjadi. Selama ini Sumberbrantas untuk bekerjasama dalam melayani pariwisata dianggap sebagai suatu hal baik yang wisatan yang ingin berwisata sehingga apabila ada menyalurkan motivasi positif bagi masyarakat, rombongan besar yang ingin beragrowisata dapat karena praktek pariwisata yang terjadi menyentuh diantar menuju lokasi wisata menggunakan lapisan masyarakat secara langsung dan angkutan umum. Sedangkan untuk masyarakat yang memberikan berbagai keuntungan, baik dalam segi kebunnya dijadikan lokasi agrowisata tidak dibatasi ekonomi maupun non-ekonomi seperti pengetahuan oleh Top Apel Mandiri. dan cara bersosialisasi dengan wisatawan. Hal demikian yang kemudian menjadikan masyarakat Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan berupaya sebaik mungkin dalam mengembangkan pengelolaan Desa Tulungrejo cenderung bersifat agrowisata di Desa Tulungrejo dengan cara saling bottom-up. Hal ini ditunjukkan dengan sistematik menghargai satu sama lain dan bersaing secara pemilihan anggota Top Apel Mandiri, yang sehat dalam mengelola agrowisata di Desa memungkinkan masyarakat dengan ketertarikan Tulungrejo. Ketika ada permasalahan yang muncul dalam pengelolaan agrowisata di Desa Tulungrejo akan dicari solusinya melalui seorang yang bebas untuk bergabung dalam keanggotaan. Selain kompeten dalam bidang pariwisata untuk itu pada pelaksanaan kegiatan wisata yang tidak melakukan pendekatan dengan pihak yang membatasi perkebunan siapa yang bisa digunakan berkontra sehingga akan menciptakan komunikasi sebagai lokasi agrowisata asalkan kualitas buahnya dan timbul suatu pengertian yang dapat dipahami bagus dan aksesnya terjangkau. Hal ini kemudian oleh pihak-pihak yang berkontra. Selain itu, dalam menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai penyelesaian masalah yang bersangkutan dengan kewenangan dalam pengambilan keputusan terkait agrowisata maka akan dicarikan sebuah solusi yang dengan pelaksanaan pengelolaan, sehingga sudah sebisa mungkin tidak akan merugikan masyarakat memiliki pengaruh dan pandangan mereka tetap sehingga kegiatan agrowisata di Desa Tulungrejo dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. akan terus berjalan harmonis. Partisipasi yang masyarakat berikan pada Partisipasi masyarakat dalam penggerakan tahap pelaksanaan adalah partisipasi langsung, hal dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam ini ditunjukkan dengan adanya keterlibatan pendekatan dan diskusi atas permasalahan- masyarakat secara langsung dalam kepengurusan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kelompok sadar wisata maupun kepengurusan Top agrowisata, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi Apel Mandiri, banyaknya masyarakat yang menjadi masyarakat bersifat bottom-up. Kemudian guide dalam kegiatan agrowisata, dan banyaknya masyarakat berpartisipasi secara aktif karena dalam masyarakat yang terlibat dalam pemasaran pengelolaan agrowisata Top Apel Mandiri agrowisata. Dengan demikian, masyarakat Desa masyarakat dianggap sebagai rekan kerja dan bukan 87

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020 sebagai alat atau sekedar penyedia atraksi wisata untuk menentukan standar keberhasilan semata. Apabila terjadi kontra ditengah-tengah pengelolaan agrowisata. Berdasarkan uraian masyarakat terkait dengan penyelenggaraan tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi masyarakat kegiatan agrowisata, maka dilakukan musyawarah dalam pengawasan berada pada tipe partisipasi untuk mencapai mufakat atas kontra yang terjadi terdorong (induced participation). tersebut. hal ini berarti masyarakat turut serta Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan agrowisata Top Apel Mandiri secara keseluruhan penjelasan tersebut, maka partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pengorganisasian, dalam pelaksanaan pengelolaan Desa Tulungrejo penggerakkan, hingga pada tahap pengawasan dapat dikatakan terletak pada tipe Partisipasi ditunjukkan pada tabel 1. Spontan (Spontaneous Participation). Tabel 1. Keterlibatan Masyarakat Dalam d. Pengawasan Pengelolaan Agrowisata Top Apel Mandiri Agrowisata Top Apel Mandiri dalam pengelolaannya melakukan evaluasi sebagai Pengelolaan Tipe Partisipasi penilaian terhadap kinerja yang telah dilakukan dalam tenggang waktu tertentu. Namun pada Top Paksaan Terdorong Spontan Apel Mandiri evaluasi belum berjalan dengan baik. Planning Pengelolaan agrowisata Top Apel Mandiri tidak (Perencanaan) memiliki agenda pasti untuk evaluasi rutin. Evaluasi hanya dilakukan ketika ada sebuah permasalah Organizing dalam pengelolaan agrowisata. Hal ini menunjukkan (Pengorganisasian) bahwa belum adanya pemantauan aktivitas agrowisata yang dilakukan secara rutin oleh Actuating pengelola di Top Apel Mandiri. (Penggerakan) Standar keberhasilan dalam pengelolaan agrowisata Top Apel Mandiri hanya terletak pada Controlling (Pengawasan) kesejahteraan masyarakatnya. Apabila melalui agrowisata ini masyarakat dapat terangkat secara Sumber : Hasil Penelitian, 2019 ekonomi maka pengelolaan agrowisata ini akan Berdasarkan tabel 1. dapat diketahui bahwa dianggap telah berhasil. Agrowisata Top Apel masyarakat dalam pengelolaan agrowisata Top Apel Mandiri memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk Mandiri pada tahap perencanaan berada pada tipe dikembangkan. Arochman Mustofa juga partisipasi terdorong, pada tahap pengorganisasian menyampaikan bahwa pelaksanaan agrowisata masyarakat berada pada tipe partisipasi spontan sementara ini kurang baik karena adanya begitupun pada tahap penggerakan. Partisipasi persaingan dengan agrowisata serupa di luar Desa masyarakat dalam pengembangan pariwisata akan Tulungrejo. Sedangkan mengenai hambatan dalam meningkat seiring dengan manfaat atau kontribusi pengelolaan agrowisata terletak pada kurangnya yang diterima masyarakat (Kampana, 2012) dana operasional karena semenjak didirikan sedangkan pada tahap pengawasan masyarakat dananya berasal dari uang pribadi ketua Top Apel berada pada tipe partisipasi terdorong. Mandiri sehingga sampai saat ini keperluan kantor seperti komputer belum ada. Hal tersebut 4. Dampak Keterlibatan Masyarakat Dalam menunjukkan bahwa pengelolaan agrowisata Top Pengelolaan Agrowisata Apel Mandiri belum berjalan secara optimal. a. Dampak Sosial Partisipasi masyarakat dalam pengawasan Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan dapat dilihat dari dominasi masyarakat pada saat agrowisata Top Apel Mandiri di Desa Tulungrejo pengambilan keputusan ketika diadakannya evaluasi menghasilkan dampak sosial baik yang berupa mengenai pengelolaan agrowisata Top Apel Mandiri, dampak positif maupun dampak negatif. Adapun yang pada saat ini masyarakat belum melakukan dampak positif dari keterlibatan masyarakat adalah rapat evaluasi secara rutin dan terjadwal untuk sebagai berikut: mengetahui perkembangan kegiatan pariwisata 1. Penambahan lapangan kerja, keberadaan yang ada. Masyarakat hanya melakukan pertemuan agrowisata Top Apel Mandiri mampu apabila ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Selain menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat itu agrowisata Top Apel Mandiri juga belum Desa Tulungrejo khususnya untuk yang masih memiliki standar keberhasilan yang belum pengangguran atau baru saja lulus sekolah. ditetapkan dan dibuat secara tertulis. Dalam hal ini Seluruh anggota Top Apel Mandiri merupakan terlihat adanya partisipasi pasif dalam masyarakat 88

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020

masyarakat Desa Tulungrejo itu sendiri. Top sumbangan dana atau ikut menyediakan Apel Mandiri tidak memberikan persyaratan tumpeng untuk selamatan. yang sulit untuk masyarakat yang ingin masuk 6. Keberadaan agrowisata di Desa Tulungrejo dalam keanggotaan karena pada dasarnya mampu membuat generasi muda menjadi tujuan dari pengelolaan agrowisata ini adalah tertarik dengan sektor pertanian. Semula untuk meningkatkan kesejahteraan petani dianggap sebagai profesi yang rendah masyarakat. dan berpenghasilan kecil. Namun dengan 2. Memberikan pengetahuan mengenai usaha di adanya agrowisata maka generasi mudanya bidang pariwisata, masyarakat yang tergabung banyak yang berminat untuk terlibat dalam dalam keanggotaan Top Apel Mandiri dapat sektor pertanian. Sebagian petani yang telah mempelajari bagaimana cara melakukan bekerjasama dengan Top Apel Mandiri adalah pelayanan terhadap wisatawan yang baik, cara petani-petani muda yang berusia sekitar 25-35 menjadi pemandu wisatawan, dan mempelajari tahun. tentang strategi pemasaran yang baik. Selain itu 7. Melalui keterlibatan masyarakat Desa masyarakat Desa Tulungrejo juga dapat Tulungrejo dalam pengelolaan agrowisata berinteraksi langsung dengan wisatawan. maka Desa Tulungrejo mendapat penghargaan sebagai juara IV pengembangan desa wisata terbaik tingkat nasional. Selain dampak positif di atas, keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan agrowisata juga menimbulkan dampak negatif. Adapun dampak negatif tersebut adalah : 1. Terjadi kesenjangan antara pihak Top Apel Mandiri ketika memilih masyarakat petani yang kebunnya bisa dijadikan sebagai lokasi agrowisata dengan masyarakat petani yang Gambar 3. Study Tour Keluarga Besar Top Apel kebunnya tidak bisa dijadikan lokasi Mandiri agrowisata karena kendala akses yang buruk. Sumber: Hasil Penelitian, 2019 Beberapa petani yang akses menuju kebun 3. Anggota Top Apel Mandiri akan mendapat apelnya tidak dapat dilewati mobil atau pelatihan mengenai pengembangan potensi mengalami kerusakan maka kebun dari petani desa dalam rangka mewujudkan masyarakat tersebut tidak akan bisa dijadikan lokasi berdaya dan sejahtera. Sehingga Desa agrowisata, oleh karena itu terkadang apabila Tulungrejo dapat meningkatkan kualitas jalan utama menuju kebun mengalami sumber daya manusianya. kerusakan maka petani-petani tersebut akan menyalahkan keberadaan agrowisata karena Agrowisata dapat meningkatkan kerukunan 4. banyak mobil berlalu-lalang yang dikendarai dalam bermasyarakat. Seperti dalam kegiatan untuk mengantar wisatawan menuju kebun. gotong-royong menjaga kebersihan, setelah ada Namun masalah tersebut tidak sampai agrowisata masyarakat semakin kompak 2. Munculnya persaingan yang tidak sehat antar karena adanya kesadaran yang lebih untuk sesama pengelola agrowisata di desa tetangga menjaga kebersihan, terlebih semenjak menjadi yaitu dengan Agrowisata Hijau Apel (bukan tempat wisata dan memiliki banyak wisatawan. nama sesungguhnya). pengelola Agrowisata selain itu,apabila ada kebun petani yang tidak Hijau Apel membuat paket wisata yang lebih memiliki pintu pagar maka pihak Top Apel murah dari Top Apel Mandiri agar dapat Mandiri akan bergotong royong untuk menarik banyak wisatawan untuk memilih membantu pembuatan pintu pagar. paket wisatanya, terkadang kebun apel yang 5. Top Apel Mandiri juga sering ikut membantu dijadikan lokasi agrowisata buahnya masih pembangunan yang ada di desa seperti ketika kecil dan kurang matang sempurna. Hal ini ada pembangunan masjid atau musolla maka berdampak pada Top Apel Mandiri karena pihak Top Apel Mandiri akan turut wisatawan tentu akan lebih memilih paket berpartisipasi dengan cara menyumbangkan wisata yang harganya lebih murah. Selain itu, sebagian uang kas kantor. Selain itu, ketika dalam pengelolaan Agrowisata Hijau Apel di Desa Tulungrejo sedang mengadakan acara Desa Bulukerto masyarakatnya tidak akan besar seperti selamatan desa, karnaval, dan terangkat perekonomiannya. lain-lain maka Top Apel Mandiri juga akan turut berpartisipasi dengan memberikan 89

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020 b. Dampak Ekonomi pengiriman menurun menjadi lima ton dalam sekali Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan pengiriman. Penurunan ini dipengaruhi oleh agrowisata Top Apel Mandiri di Desa Tulungrejo beberapa faktor seperti penurunan kesuburan juga menghasilkan dampak ekonomi baik yang tanah, adanya serangan hama mata kucing, hingga berupa dampak positif maupun dampak negatif. adanya agrowisata yang memungkinkan wisatawan Adapun dampak positif berdasarkan segi ekonomi untuk membeli apel langsung dari kebun petani dari keterlibatan masyarakat adalah sebagai berikut: sehingga tidak perlu melalui tengkulak. 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Desa Tulungrejo melalui naiknya penjualan hasil perkebunan apel mereka. Hal ini sesuai dengan tujuan dari Top Apel Mandiri yang ingin mengangkat taraf hidup masyarakat desa. Biasanya masyarakat hanya bisa pasrah dengan harga yang ditawarkan tengkulak namun melalui agrowisata masyarakat dapat turut serta untuk menentukan harga dengan berunding terlebih dahulu bersama pihak Top Apel Mandiri. Harga apel di tengkulak kurang lebih Rp. 10.000- Rp.15.000 untuk perkilonya sedangkan melalui agrowisata harga jual apel dapat terangkat menjadi Rp.20.000-Rp.30.000 perkilonya. Apabila kebun petani yang dijadikan lokasi agrowisata Top Apel Mandiri diborong maka petani akan diajak berunding untuk menentukan jumlah dan harga jualnya. Pada kebun dengan luas 2000-4000m2 biasanya petani akan Gambar 4. Tengkulak yang Menjual Apel Murah di mendapatkan hasil sebesar 30 juta maka melalui Pinggir Jalan agrowisata hasilnya mampu mencapai 40 juta Sumber : Hasil Penelitian, 2019 rupiah. 2. Masyarakat non petani juga turut merasakan Selain itu pasar apel di Kota Batu juga dampak positif dari kegiatan agrowisata di Desa mengalami penurunan wisatawan sehingga menjadi Tulungrejo karena dengan ramainya wisatawan sepi karena wisatawan lebih memilih untuk yang berkunjung maka membuka peluang untuk memetik apel sendiri karena dengan demikian masyarakat non petani terlibat dalam kegiatan wisatawan dapat memilih kualitas apelnya secara pariwisata misalnya dengan pembangunan villa langsung serta mendapat pengalaman mengenai atau homestay, kemudian membuat sebuah proses memanen apel. Saat ini banyak tengkulak rumah makan, menjual berbagai olahan khas yang memilih untuk menjual apel dipinggiran jalan Kota Batu, dan lain-lain. dengan membuka lapak kecil atau menjual melalui 3. Sebelumnya masyarakat hanya memiliki satu mobil pribadi. Para tengkulak kecil ini mentargetkan pekerjaan sebagai petani, peternak atau tidak wisatawan yang sedang dalam perjalanan menuju memiliki pekerjaan seperti ibu rumah tangga. Kota Batu atau wisatawan yang akan meninggalkan Sekarang masyarakat juga dapat mendapatkan Kota Batu. Apel yang dijual pun dipasarkan dengan penghsilan tambahan dengan menjadi tour harga yang murah agar wisatawan tertarik untuk guide, pembuat oleh-oleh dan pembuat membeli. kerajinan. Selain dampak positif di atas, keterlibatan IV. KESIMPULAN masyarakat dalam pengelolaan agrowisata juga Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dapat menimbulkan dampak negatif. Adapun dampak disimpulkan bahwa dalam pengelolaan agrowisata negatif tersebut adalah berkurangnya jumlah petik apel Top Apel Mandiri sebagian besar pengiriman apel keluar Kota Batu. Berdasarkan data masyarakat petani di Desa Tulungrejo telah yang diperoleh melalui tengkulak yang menjadi berpartisipasi secara aktif dalam usaha agrowisata langganan banyak petani di Kecamatan Bumiaji yang ini. Dalam proses pengorganisasian dan dimiliki oleh Sugeng terjadi penurunan pengiriman penggerakan masyarakat petani telah berpartisipasi apel keluar Kota Batu seperti ke Jakarta, Bandung, secara spontan sedangkan pada proses perencanaan Bali, Lamongan, dan Solo. Pada sekali pengiriman dan pengawasan masyarakat petani telah periode dua minggu dapat memasok hingga tujuh berpartisipasi secara terdorong. Sedangkan dampak ton apel, namun semenjak beberapa bulan ini dari usaha agrowisata ini banyak yang positif 90

Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 8 No 1, 2020 meskipun ada beberapa dampak negatifnya baik Tourism (Case Study Of Plaga Village, secara ekonomi maupun sosial. Badung, Bali). International Journal o Applied Sciences n Tpourism and Events. Bali. DAFTAR PUSTAKA Nazir, Moh, (1998), Metode Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia Adikampana, I. M., Sunarta, I. N., & Negara, I. M. K. Rahmatin, L. S., & Mahagangga, I. G. A. O. (2016). (2018). Arahan Produk Pariwisata Berbasis Wisata Museum Berbasis Edutainment Di Masyarakat Lokal Di Wilayah Jawa Timur Park Kota Batu, Jawa Perdesaan. Jurnal IPTA, 5(2), 92-101. Timur. Jurnal Destinasi Pariwisata Alfatianda, C. And Djuwendah, E.,(2017). Dampak ISSN, 2338, 8811. Ekowisata Dan Agrowisatav (Eko- Situmorang, M., & Suryawan, I. B. Tinjauan Potensi Agrowisata) Terhadap Sosial Ekonomi Agrowisata Di Kawasan . JURNAL Masyarakat Di Desa Cibuntu (Studi Kasus Di DESTINASI PARIWISATA, 5(1), 160-169. Desa Cibuntu, Kecamatan Pasawahan Tosun, (2004), Expected Nature of Community Kabupaten Kuningan, Jawa Barat). Jurnal Participation In Tourism Development, Ilmiah Mahasiswa Agroinfo Galuh, 3(3), pp. School of Tourism and Hotel Management, 434-443. Turkey Arida, S. (2008). Krisis lingkungan Bali dan peluang ekowisata.Input: Jurnal Ekonomi dan Internet: Sosial, 1(2). Atmaja, Cahyo Dwi.,(2016). Analisis Dampak Sosial BatuTimes,http://www.batutimes.com/baca/8387/ Ekonomi Agrowisata Petik Jeruk Terhadap 20171016/112303/berikutpasang-surut- Petani Jeruk (Studi Kasus di Desa Selorejo produktivitas-apel-batu-dari-tahun-ke- Kec. Dau Kab. Malang, Jawa Timur). tahun/ (diakses pada 1 april 2019) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang). MalangToday,https://malangtoday.net/malang- Bungin, B., 2007. Analisis data penelitian kualitatif. raya/batu/panen-raya-akhir-tahun-harga- PT RajaGrafindo Persada apel-kota-batu-anjlok-drastis/ (diakses Bungin, B.,(2012). Analisis Data Penelitian Kualitatif, pada 13 april 2019) Cetakan ke-8. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Indrianto, N. and Supomo, B., 1999. Metode DinasPUCiptaKarya,http://ciptakarya.pu.go.id/profil Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & /proil/barat/jatim/batu.pdf.(diakses pada Manajemen. Edisi Pertama. : tanggal 27 Maret 2019 ) BPFE. BPSKotaBatu,https://batukota.bps.go.id/publication Jannah, H. R., & Suryasih, I. A. Pengelolaan Desa /2016/09/26/a/statistik-daerah-kota-batu- Wisata Berbasis Masyarakat di Desa Mas, 2016.html (diakses pada tanggal 27 maret . JURNAL DESTINASI 2019) PARIWISATA, 7(1), 77-81. Kampana, I.M.A (2012). Optimalisasi Kontribusi

Pariwisata Ceking Terhadap Ekonomi Masyarakat Lokal. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 2(1), 109-222. Marwangi, G. A. P., & Anom, I. P. Strategi Pengembangan Desa Wisata Timpag Berbasis Masyarakat di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan Bali. JURNAL DESTINASI PARIWISATA,7(1), 66-72. Moleong, J., Lexy (1998), Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya: Bandung. Narimawati, Umi. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikatif.Buku.Agung Media. Bandung. 188 p. Narottama, N., Suarja, I.Ketut,. Lestari D., (2017), Tumpek Wariga as an Ecological Based Local Genius In Supporting Sustainable 91