STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MENJAGA

KEAMANAN DAN KETERTIBAN DI KABUPATEN

Skripsi Untuk memenuhi sebagian Persyaratan Untuk mencapai derajat Sarjana S-1

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh Muh. Alif E121 13 303

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

i

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa

Ta’ala, atas berkat dan limpahan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Kabupaten Poso” dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1) Program Studi

Ilmu Pemerintahan, Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi

Wasallam beserta keluarganya, para sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqamah dijalan-Nya hingga akhir zaman.

Setiap proses yang telah penulis lalui mulai dari awal kuliah hingga pada penyusunan skripisi memberikan pengalaman yang sangat berharga dan tidak terlepas dari doa serta dukungan kedua orang tua. Oleh karena itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan sangat berterima kasih kepada kedua orang tua penulis Ayahanda Muh. Alwi dan Ibunda

Sanatang yang senantiasa merawat serta memberi kasih sayang kepada penulis dan tak lupa menjadi motivator yang selalu memberikan nasihat dan

iii dukungan kepada penulis. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kebahagiaan yang tiada tara di dunia maupun di akhirat kelak. Tidak lupa kepada saudara penulis, Riswandi dan Fatur Rahman, terima kasih atas kehadiran kalian dikehidupan penulis. Semoga kita bisa menggapai cita-cita, agar mampu membahagiakan dan membanggakan kedua orang tua. Amin.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah.

Penulis menemukan berbagai hambatan dan tantangan, namun dapat teratasi berkat tekad dan upaya keras serta tentunya dukungan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati patutlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin

2. Bapak Prof. Dr. Andi Alimuddin Unde M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

3. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku ketua Departemen Ilmu

Politik dan Ilmu Pemerintahan

4. Ibu Dr. Hj. Nurlina, M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

5. Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si selaku Pembimbing I dan Ibu Dr.

Indar Arifin M.Si selaku Pembimbing II, yang tidak pernah jenuh

memberikan bimbingan, memotivasi, membantu, dan mendorong penulis

hingga mampu menyelesaikan skripsi ini

iv

6. Kepada para penguji penulis mulai dari Ujian Proposal sampai dengan

Ujian Skripsi terima kasih atas masukan dan arahannya.

7. Civitas Akademik FISIP Unhas, khususnya dosen Departemen Ilmu Politik

dan Ilmu Pemerintahan yang telah membimbing, mendidik, memberikan

pengetahuan dan nasihat-nasihat serta seluruh staf, para pegawai di

lingkup FISIP UNHAS.

8. Pemerintah Daerah Kabupaten Poso yang telah memberikan izin untuk

melakukan penelitian di Kabupaten Poso.

9. Terima Kasih untuk segala pihak yang terlibat dan berkontribusi dalam

hal ini Wakil Bupati Kabupaten Poso, Kepala Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik Kabupaten Poso beserta jajarannya, Kepolisian Resort

Kabupaten Poso dan Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten

Poso. Terima kasih atas segala dukungan dan bantuan serta meluangkan

waktunya kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian.

10. Kepada keluarga penulis yang senantiasa mendukung memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis.

11. Terima kasih kepada mahasiswa Ilmu Pemerintahan angkatan 2013

“Lebensraum”. Semoga penulis dapat mengambil pelajaran atas segala

pemikiran dan pengalaman yang kalian bagikan selama ini.

12. Serta kepada seluruh pihak yang tak kuasa penulis sebutkan satu

persatu, yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan studi Strata

Satu di Universitas Hasanuddin.

v

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, karenanya kritik dan saran yang membangun diharapkan oleh penulis.

Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, penulis berserah diri kepada-Nya.

Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 17 Juli 2018

Muh. Alif

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAN ...... i

LEMBAR PENGESAHAN ...... ii

KATA PENGANTAR ...... iii

DAFTAR ISI ...... vii

DAFTAR TABEL ...... x

DAFTAR MATRIKS ...... xi

DAFTAR GAMBAR...... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii

INTISARI ...... xiv

ABSTRACT ...... xv

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Latar Belakang Penelitian ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 6 1.3. Tujuan Penelitian ...... 6 1.4. Manfaat Penelitian ...... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 8 2.1. Tinjauan Strategi ...... 8 2.2. Tinjauan Pemerintah ...... 11 2.3. Tinjauan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat ...... 14 2.4. Tinjauan Terorisme ...... 16 2.1.1. Ciri-ciri Terorisme ...... 18 2.5. Kerangka Koseptual ...... 21

BAB III METODE PENELITIAN ...... 25 3.1. Lokasi Penelitian ...... 25

vii

3.2. Tipe dan Dasar Penelitian ...... 25 3.3. Informan Penelitian ...... 26 3.4. Sumber Data Penelitian ...... 28 3.4.1. Data Primer ...... 28 3.4.2. Data Sekunder ...... 29 3.5. Teknik Pengumpulan Data ...... 29 3.5.1. Studi Kepustakaan (library research)...... 29 3.5.2. Observasi ...... 29 3.5.3. Wawancara ...... 30 3.5.4. Penelusuran Data Online ...... 30 3.6. Teknik Analisis Data ...... 30 3.7. Definisi Operasional ...... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...... 32 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...... 32 4.1.1. Sejarah Kabupaten Poso ...... 32 4.1.2. Kondisi Geografis ...... 36 4.1.3. Kependudukan ...... 38 4.1.4. Potensi Kabupaten Poso ...... 41 4.1.5. Agama ...... 42 4.1.6. Pemerintahan Kabupaten Poso ...... 44 4.1.7. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso ...... 49 4.1.8. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso 53 4.2. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun 2012-2017 ...... 55 4.3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso ...... 69 4.3.1. Pendeteksian Dini ...... 73 4.3.2. Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai Aspek ...... 82

viii

4.3.3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama ...... 90 4.3.4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan Hukum...... 96 4.3.5. Implementasi Revolusi Mental ...... 105

BAB V PENUTUP ...... 116 5.1. Kesimpulan ...... 116 5.1.1. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun 2012-2017 ...... 116 5.1.2. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso ...... 116 5.2. Saran ...... 118

Daftar Pustaka ...... 119

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk dan Rasio Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Poso Tahun 2016 ...... 39 Tabel 4.2. S umber Daya Kabupaten Poso Tahun 2017…………………...41

Tabel 4.3. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Poso...….…………………………………………………………...42

x

DAFTAR MATRIKS

Matriks 4.1 Program Prioritas Kabupaten Poso Tahun 2017-2021 dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban ...... 48 Matriks 4.2 Daftar Nama-Nama Teroris Poso Tahun 2017 ...... 61 Matriks 4.3 Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di kabupaten Poso Tahun 2012-2017 ...... 66 Matriks 4.4 Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Kabupaten Poso Tahun 2016-2021 ...... 71 Matriks 4.5 Pendeteksian Dini ...... 79 Matriks 4.6 Analisis Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai Aspek ...... 87 Matriks 4.7 Analisis Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama ...... 93 Matriks 4.8 Analisis Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan Hukum ...... 103 Matriks 4.9 Analisis Strategi Implementasi Revolusi Mental ...... 112

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……………………………….……….….24 Gambar 4.1 Strategi Pendeteksian Dini ...... 81 Gambar 4.2 Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai Aspek...... 89 Gambar 4.3 Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama ...... 95 Gambar 4.4 Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan Hukum...... 104 Gambar 4.5 Strategi Implementasi Revolusi Mental ...... 114

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 9 Dan Nomor: 8 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat Lampiran II : Keputusan Bupati Poso Nomor: 188.45/0401/2017 Tentang Perubahan Atas Keputusan Bupati Poso Nomor 088.45/1110/2016 Tanggal 23 September 2016 Tentang Pembentukan Kepengurusan Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Poso Periode 2016-2021 Lampiran III : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran IV : Dokumentasi Penelitian

xiii

INTISARI

MUh. Alif, Nomor Induk Mahasiswa E12113303, Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin menyusun skripsi dengan judul Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Kabupaten Poso, dibawah bimbingan Bapak Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si sebagai Pembimbing I dan Ibu Dr. Indar Arifin,M.Si sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk aksi dan kondisi terorisme di Kabupaten Poso tahun 2012-2017, dan strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban pada kasus terorisme di Kabupataten Poso. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, serta dokumen dan arsip dengan menggunakan teknik analisis data dengan teknik kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penembakan dan pengeboman sebagai aksi terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban dari tahun 2012-2017 masih terjadi di daerah Kabupaten Poso. Kondisi terakhir, data jumlah anggota teroris pada tahun 2017 mengalami penurunan, dari empat puluh enam anggota teroris menjadi tujuh orang. Strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban khususnya terkait kasus terorisme di Kabupaten Poso adalah dengan melakukan pendeteksian dini, meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai aspek, meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakan hukum, dan implementasi revolusi mental.

Kata kunci: Strategi, Pemerintah Daerah, Kemananan dan Ketertiban, dan Terorisme

xiv

ABSTRACT

Muh. Alif, student identity number E12113303, Government Studies Program, Department of Political Science and Governmental Sciences, Hasanuddin University set essay with title “Strategy of Local Government in Maintaining Security and Order in Poso District”, under the guidance Dr. H. Andi Samsu Alam, M.Si as a Mentor II and Dr. Indar Arifin, M.Si as a Mentor II. The study aims to find out how forms of acts and conditions of terrorism in Poso District in 2012-2017, and the strategies undertaken by local governments in maintaining security and order in terrorism cases in Poso District. The research method used in this research is descriptive, data collection technique is done through observation, interview, and document and archive by using data analysis technique with qualitative technique. The results showed that shootings and bombings as acts of terrorism that disrupt security and order from 2012-2017 still occur in Poso District. The final condition, data on the number of terrorist members in 2017, the decline of forty-six terrorist members to seven people. The strategy of local government in maintaining security and order especially related to terrorism case in Poso Regency is by doing early detection, promote inter-religious harmony on various aspects, improving the quality of religious service for all believers, raising awareness of community law and law enforcement, and implementation of mental revolution.

Keywords: Strategy, Local Government, Security and Order, and Terrorism.

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Indonesia dikenal sebagai negara dengan masyarakat multikultural yang memiliki wilayah yang luas. Kondisi seperti ini membawa konsekuensi baik sebagai daya perekat atau penyatu maupun sebagai daya pemecah yang menyimpan potensi konflik antar sesama. Jika potensi ini dapat dikelola secara baik, akan memberikan kesejahteraan pada bangsa ini. Akan tetapi, jika dalam pengelolaannnya tidak baik serta diperburuk dengan efek negatif yang terdapat pada era modern seperti sekarang ini, maka hal tersebut akan menghasilkan konflik sosial1. Bahkan dalam berbagai kasus, efek negatif yang ditimbulkan telah memunculkan kelompok-kelompok radikal atau yang biasa dikenal dengan sebutan terorisme atas nama golongan, etnis, atau bahkan agama yang mana dapat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah .

Keamanan dan Ketertiban merupakan suatu kebutuhan dasar yang senantiasa diharapkan masyarakat dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari.

Oleh karenanya, masyarakat sangat menginginkan adanya perasaan dan lingkungan yang aman dari segala bentuk perbuatan, tindakan dan intimidasi yang mengarah dan menimbulkan hal-hal yang akan merusak tatanan

1 Sofyan Tan, Pendidikan Multikulturalisme: Solusi Ancaman Konflik Sosial Bangsa, (Antropologi Sosial Budaya Etnovisi, 2006), Vol. II, Hlm. 36

1 kehidupan bermasyarakat, yang dilakukan oleh orang-perorangan dan atau pihak-pihak tertentu lainnya.

Wacana yang cukup menyita perhatian mengenai persoalan keamanan dan ketertiban adalah munculnya kelompok teroris di wilayah

Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Poso, yang meyebabkan sering terjadinya konflik di daerah tersebut. Sejumlah aksi terorisme di Kabupaten

Poso baik itu pengeboman, penembakan ataupun pembunuhan bahkan kepada anggota kepolisian kerap terjadi di wilayah Kabupaten Poso.

Tercatat, antara tahun 2012-2017 berbagai bentuk aksi terorisme berupa penembakan dan pengeboman terhadap masyarakat sipil dan kepolisian maupun perusakan fasilitas umum kerap terjadi dan menimbulkan korban jiwa2. Kasus terbaru mengenai peristiwa kontak senjata yang terjadi pada

Senin (15/5/2017) di pegunungan Poso Kecamatan Poso Pesisir Utara antara kelompok terduga teroris Mujahidin Indonesia Timur dan tim Satuan

Tugas Operasi Tinombala merupakan contoh nyata dari kasus terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Meskipun aparat sudah berulang kali memburu dan menangkap anggota kelompok teroris ini, tetapi tetap saja terus berkembang dan aksi pengeboman dan penembakan tetap terjadi.

2 https://id.wikipedia.org/wiki/Mujahidin_Indonesia_Timur#2012- 2017:_Aksi_terorisme_dan_kejahatan_sporadis

2

Tidak dapat dipungkiri bahwa latar belakang sejarah konflik Poso pada masa lalu menjadikan wilayah Poso menjadi tempat yang startegis bagi para kelompok teroris untuk mengembangkan jaringan mereka. Hal ini bukan tanpa sebab, sewaktu konflik poso berkecamuk kelompok-kelompok ini melindungi masyarakat setempat dengan melawan Tibo Cs dimasa itu, sehingga sampai sekarang masyarakat cenderung permisif terhadap gerakan-gerakan dengan aliran tertentu, hal ini diungkapkan peneliti senior center for security and pearce studies (CSPS) Universitas Gajah Mada, Najib

Azka dalam nasional.republika.co.id. Sebagai contoh, kelompok teroris seperti Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Poso pimpinan Santoso mengadakan perekrutan dan pelatihan militer di daerah Tengah ini dan juga bertanggung jawab terhadap pelbagai aksi pengeboman3. Hal ini merupakan tantangan dan hambatan yang cukup berat dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

Kasus terorisme di Kabupaten Poso menjadi bahan yang sering diperbincangkan, karena berhubungan dengan ranah psikologis sosial yang menyangkut agama tertentu. Disadari atau tidak, aksi teror di Kabupaten

Poso adalah cermin nyata bahwa aksi teror bisa menjadi momok pemicu instabilitas keamanan dan ketertiban, bahkan dampaknya bukan hanya traumatik secara psikologis, tetapi juga secara sosial masyarakat. Dampak yang dapat ditimbulkan dari aksi dan ancaman terorisme akan memunculkan

3 Ansyaad Mbai, Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia, (: Squad Publising, 2014), Hlm. 30

3 sikap saling tidak percaya dan curiga antar umat beragama, serta kerusakan fisik dan mental masyarakat, sehingga mengganggu tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah disepakati dan tercantum dalam pancasila serta UUD 1945. Dari segi keamanan, adanya kasus penembakan dan pengeboman akan menimbulkan perasaan was-was dan kekhawatiran dari masyarakat untuk melaksanakan setiap aktifitasnya.

Melihat realiatas berbagai aksi teror yang mengganggu keamanan dan ketertiban serta akibat yang akan ditimbulkan kedepannya, tentunya harus ada aksi nyata dari pemerintah daerah Kabupaten Poso. Kebijakan negara pada kasus terorisme sudah cukup memadai dengan adanya UU No.

15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No. 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme menjadi Undang-Undang. Namun, hal ini perlu ditindaklanjuti dengan kemampuan untuk melaksanakan kebijakan tersebut sampai di daerah, khususnya daerah yang rawan akan kasus atau kejadian teror dengan menyusun strategi sebagai praktik dari kebijakan tersebut.

Strategi pemerintah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Poso dalam menumpas kelompok-kelompok teroris harus berpedoman pada

Inpres No. 2 Tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam

Negeri, yang mana diharapkan tidak ada ada lagi keragu-raguan bertindak, keterlambatan bertindak, dan tidak menangani konflik komunal, kekerasan dan terorisme secara tidak tuntas. Tentunya pemerintah daerah Kabupaten

4

Poso harus menyusun strategi dalam menjaga keamanan dan ketertiban khususnya terkait tindak pidana terorisme terorisme yang komprehensif dan mencakup penggunaan pendekatan keras (hard power) yang termanifestasikan dalam penegakan hukum dan pendekatan lunak (soft power) yang antara lain termanifestasikan dalam pendidikan publik dan pencegahan dini dalam mengatasi berbagai kejadian kekerasan yang terjadi daerahnya, demi penegakan hukum, keamanan dan ketertiban sosial kemasyarakatan.

Berbagai aksi teror yang berkepanjangan yang mengganggu stabilitas keamanan dan ketertiban, menyebabkan kondisi di daerah ini belum aman dan mengharuskan pemerintah daerah Kabupaten Poso untuk menyusun sebuah strategi yang komprehensif yang menyediakan dasar, orientasi, serta pengaturan bagi penyelenggaraan berbagai kebijakan untuk menanggulangi terorisme di daerah ini sehingga tidak berdampak negatif pada keamanan dan ketertiban, mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Kabupaten Poso”.

5

1.2. Rumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi pokok pembahasan adalah strategi dari pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Dalam membahas dan mengkaji lebih lanjut, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk aksi dan kondisi terorisme di Kabupaten Poso

tahun 2012-2017?

2. Bagaimana strategi pemerintah daerah dalam menjaga keamanan

dan ketertiban pada kasus terorisme di Kabupaten Poso?

1.3. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bentuk aksi dan kondisi terorisme di

Kabupaten Poso tahun 2012-2017 dan strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban pada kasus terorisme di Kabupataten Poso.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya,

dan dalam kajian keamanan dan ketertiban di daerah khususnya yang

berhubungan dengan kasus terorisme.

6

2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan atau evaluasi bagi pemerintah pada umumnya dan

pemerintah daerah pada khusunya dalam menyusun strategi dalam

menjaga keamanan dan ketertiban dari kasus terorisme di berbagai

wilayah Indonesia.

3. Manfaat metodologis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi

nilai tambah yang selanjutnya dapat dikomparasikan dengan

penelitian-penelitian ilmiah lainnya, khususnya yang mengkaji

keamanan dan ketertiban masyarakat.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep yang dipergunakan untuk menjelaskan lebih dalam, sehingga mengarah pada kedalaman pengkajian penelitian yang memiliki relevansi dengan proposal penelitian ini. Hal ini juga sebagai pendukung dalam rangka menjelaskan atau memahami makna di balik realitas yang ada. Dalam proposal ini penulis menggunakan tinjauan teori strategi, pemerintah, keamanan dan ketertiban masyarakat dan terorisme.

2.1. Tinjauan Strategi

Strategi berasal dari kata Yunani, yaitu strategos atau streteus dengan kata jamak strategi. Strategos memiliki generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal perang dalam membuat rencana untuk memenangkan perang4. Menurut (Heene dkk, 2010) Penggunaan kata strategos itu dapat diartikan sebagai perencanaan dan pemusnahan musuh- musuh dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang dimiliki.

Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh, dan terpadu yang mengaitkan keunggulan organisasi dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama organisasi dapat melalui

4 Jonathan Salusu, Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996), Hlm. 84

8 pelaksanaan yang tepat oleh organisasi5. Menurut SAKIP LAN-RI (Salusu,

1996) strategi adalah cara mencapai tujuan dan sasaran yang dijabarkan kedalam kebijakan-kebijakan dan program-program sebagai berikut:

a) Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman, pegangan,

atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan

program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan

dalam perwujudan sasaran, tujuan, serta visi dan misi pemerintah.

b) Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu

untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa

instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerja sama dengan

masyarakat, guna mencapai sasaran tertentu.

Penyusunan strategi kebijakan perlu memperhatikan beberapa aspek, diantaranya menetapkan prioritas, koordinasi, dan consensus builders.

Sebuah organisasi pasti memiliki keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu, diperlukan penetapan prioritas, kunci utama dari prioritas adalah kesadaran akan tahapan, yaitu hal yang perlu dikerjakan terlebih dahulu sebelum hal yang lain. Proses konstruksi strategi memainkan peranan yang penting, untuk membantu membentuk konsensus tidak hanya tentang wacana luas tentang masa depan sebuah organisasi serta tujuan jangka

5 Akdon, Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), Hlm. 13

9 pendek dan menengah, tapi juga merupakan bagian yang penting untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Pembangunan konsensus (consensus building) tidak hanya penting sebagai bagian untuk mencapai stabilitas sosial dan politik, tapi juga menggiring kepada “ownership” kebijakan dan institusi yang dapat meningkatkan peluang dalam mencapai tujuan.

Adapun tujuan dari strategi adalah untuk memenuhi sasaran yang diatur dalam kebijakan, dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan sebaik-baiknya. Sedangkan tujuan tersebut bisa offensive

(menyerang), bisa defensive (bertahan), ataupun bisa juga mempertahankan status quo politik. Adapun hasil yang diinginkan adalah memaksa musuh untuk menerima persyaratan yang dibebankan kepada mereka.

Berdasarkan penjelasan diatas, strategi dapat diartikan sebagai suatu seni dalam menyususun rencana suatu organisasi untuk memastikan tujuan dapat tercapai dan terlaksana dengan efektif. Strategi yang dimaksud adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mengatasi permasalahan pokok pembangunan daerah dan disesuaikan dengan lingkungan internal ataupun eksternal organisasi serta kemampuan dan sumber daya organisasi sehingga mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

10

2.2. Tinjauan Pemerintah

Lahirnya pemerintahan pada awalnya untuk menjaga suatu sistem ketertiban dalam suatu masyarakat, sehingga masyarakat tersebut dapat menjalankan aktifitasnya dengan aman. Dalam suatu kelompok, untuk menjaga pemenuhan hak dan kewajiban serta ancaman dari luar, maka harus ada yang memerintah. Menurut Rousseau (Ndraha, 2005) kekerasan

(kekuatan) tidak dapat menegakkan hak dan kewajiban, dan yang terkuat tidak akan pernah cukup kuat untuk menjadi “tuan”6. Oleh sebab itu, pemerintahan tidak dibangun atas dasar kekuatan kelompok semata antara satu dengan yang lainnya, melainkan dibangun atas dasar kontrak sosial.

Kontrak sosial yang dimaksud merupakan perjanjian antara pihak yang memerintah dengan yang diperintah, karena pada dasarnya manusia sebagai individu yang memiliki hak kebebasan sebagai hak pribadinya, akan tetapi sehubungan dengan perlu adanya individu lain untuk mengamankan harta bendanya, maka ia memberikan hak kepada individu atau kelompok lain untuk memerintah dengan tujuan utamanya mengamankan dan menjaga harta benda dari pihak yang diperintah. Seiring dengan perkembangan masyarakat modern yang ditandai dengan meningkatnya kebutuhan, peran pemerintah kemudian berubah menjadi melayani masyarakat.

Pemerintahan adalah suatu ilmu dan seni. Dikatakan sebagai seni karena berapa banyak pemimpin pemerintahan yang tanpa pendidikan

6 Taliziduhu Ndraha, Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005) Hlm. 227

11 pemerintahan, mampu berkiat serta dengan kharismatik menjalankan roda pemerintahan. Sedangkan dikatakan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, adalah karena memenuhi syarat-syaratnya yaitu dapat dipelajari dan diajarkan, memiliki objek, baik objek material maupun formal, universal sifatnya, sistematis serta spesifik (khas).

Pemerintahan berasal dari kata pemerintah, yang paling sedikit kata

“perintah” tersebut memiliki empat unsur yaitu, ada dua pihak yang terkandung, kedua pihak tersebut saling memiliki hubungan, pihak yang memerintah memiliki wewenang,dan pihak yang diperintah memiliki ketaatan.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah pasal 1 ayat 2 Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan, dan pada pasal 3 pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Pemerintah Daerah adalah satuan-satuan organisasi pemerintah yang berwenang untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari sekelompok yang mendiami suatu wilayah yang dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah. Pemerintahan dapat dipahami melalui dua pengertian:

12 disatu pihak dalam arti “fungsi pemerintahan” (kegiatan memerintah), di lain pihak dalam arti “organisasi pemerintahan” (kumpulan dari kesatuan- kesatuan pemerintahan). Fungsi pemerintahan ini secara keseluruhan terdiri dari berbagai macam tindakan pemerintahan: keputusan-keputusan, ketetapan-ketetapan yang bersifat umum, tindakan-tindakan hukum perdata dan tindakan-tindakan nyata. Hanya perundang-undangan dari penguasa politik dan peradilan oleh para hakim tidak termasuk di dalamnya7.

Pelaksanakan pemerintahan, yaitu pemerintah pusat dan daerah membagi urusannya masing-masing sesuai dengan Undang-Undang Nomor

23 Tahun 2014 terbagi menjadi 3 bagian, urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren dan urusan pemerintahan umum. Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain pusat dan domain daerah. Dalam urusan pemerintahan yang konkuren, pemerintah mempunyai urusan wajib sebagai berikut:

1. Pendidikan; 2. Kesehatan; 3. Pekerjaan umum dan penataan ruang; 4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman; 5. Ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat; dan 6. Sosial. Urusan dalam ketenteraman dan ketertiban serta perlindungan masyarakat, pemerintah daerah mempunyai peran dalam menjaga stabilitas

7 Philipus M. Hadjon, dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogjakarta: Gajahmada University Press, 2005), Hlm. 6

13 di daerahnya dan tidak berdampak pada stabiltas nasional, sesuai dengan

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Pada dasaranya pemerintah harus mempunyai cara bagaimana mempertahankan dari ancaman, tantangan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan ancaman secara lebih realistik. Untuk waktu yang dapat diperhitungkan ke depan, keamanan terhadap ancaman internal masih akan mendominasi pemikiran strategis di Indonesia. Pluralisme sosial, ketimpangan ekonomi, menjadikan upaya bina-bangsa menjadi soal serius. Bhinneka Tunggal lka adalah semboyan yang seharusnya ditafsirkan sebagai komitmen untuk menghormati keragaman, bukan untuk menciptakan keseragaman. Masalah pokok, seperti apa cara dari pemrintah daerah yang paling efektif dan efisien untuk menghadapi sumber dan watak ancaman-ancaman tertentu dan harus diketahui dengan pasti alasan timbulnya ancaman-ancaman tersebut8.

2.3. Tinjauan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

Pengertian keamanan sendiri dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Sadjijono, 2005) yang dimaksud “aman” adalah bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, tidak mengandung resiko, tenteram tidak merasa takut, terlindung dan tersembunyi. Dengan demikian, aman bersangkut paut dengan psikologis dan kondisi atau keadaan yang terbebas dari bahaya,

8 Kusnanto Anggoro, Keamanan Nasional, Pertahanan Negara dan Ketertiban Umum, Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional VllI, 2003, Hlm.6

14 gangguan, rasa takut maupun resiko9.

Adapun dalam Surat Menhankam/Pangab No.:Skep/B/66/I/1972, keamanan masyarakat diartikan sebagai suasana yang menciptakan pada individu manusia dan masyarakat perasaan-perasaan, sebagai berikut:

Perasaan bebas dari gangguan baik fisik maupun psychis;

Adanya rasa kepastian dan bebas dari kekhawatiran, keragu-raguan dan ketakutan;

a) Perasaan dilindungi dari segala macam bahaya;

b) Perasaan kedamaian dan ketenteraman lahiriah dan bathiniah.

Sedangkan pengertian ketertiban masyarakat, yang berasal dari kata

“tertib” berarti teratur atau tertata. Ketertiban mengandung arti suatu kondisi yang teratur atau tertata dengan tidak ada suatu penyimpangan dari tatanan yang ada. Ketertiban ini terkait dengan kepatuhan, karena dengan rasa patuh tidak akan terjadi penyimpangan, dengan tidak adanya penyimpangan maka berarti tertib. Ketertiban (Soedjono: 2005) adalah suasana bebas yang terarah, tertuju kepada suasana yang didambakan oleh masyarakat, yang menjadi tujuan hukum. Ketertiban tersebut merupakan cermin adanya patokan, pedoman dan petunjuk bagi individu di dalam pergaulan hidup.

Hidup tertib secara individu sebagai landasan terwujudnya tertib masyarakat, yang di dalamnya terkandung kedamaian dan keadilan.

9 Sadjijono, 2005, Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance, Yogyakarta, LB Laks Bang., Hlm. 49

15

Adapun pengertian keamanan dan ketertiban masyarakat menurut pengertian dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2002 bahwa:

“keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman yang mengandung kemampuan, membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat”.

Keamanan dan ketertiban masyarakat, adalah keadaan bebas dari kerusakan atau kehancuran yang mengancam keseluruhan atau perorangan dan memberikan rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran sehingga ada kepastian dan rasa kepastian dari jaminan segala kepentingan atau suatu keadaan yang bebas dari pelanggaran norma-norma hukum10.

2.4. Tinjauan Terorisme

Setelah Indonesia memasuki masa reformasi yang ditandai dengan tumbangnya orde baru, secara tidak langsung memfasilitasi beberapa kelompok radikal atau terorisme untuk muncul lebih militan dan lebih vokal, ditambah dengan liputan media, sehingga pada akhirnya gerakan ini lebih tampak.

Secara teoritis, teror atau terorisme tidak selau identik dengan kekerasan. Terorisme adalah puncak dari aksi kekerasan. Bisa saja

10 Ibid., Hlm. 50

16 kekerasan terjadi tanpa teror, tetapi tidak ada teror tanpa kekerasan.

Terorisme merupakan pandangan yang subyektif. Oleh karena itu, tidak mudah untuk membuat suatu pengertian mengenai terorisme yang dapat diterima secara universal oleh semua pihak. Akan tetapi, belum adanya pengertian secara universal mengenai definisi dari terorisme bukan berarti menghilangkan berbagai aksi dan dampak yang ditimbulkannya.

Menurut Rickard kata terorisme berasal dari bahasa perancis “le terreur” yang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan pemerintah dari hasil revolusi perancis (1789-1794) yang mempergunakan kekerasan secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40.000 orang yang dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah11.

Peneliti ilmu sosial mendefenisikan aksi terorisme sebagai kekerasan yang dikalkulasikan dan ditujukan kepada masyarakat sipil, termasuk personal keamanan dan militer yang tidak sedang bertugas, terjadi dalam kondisi damai, dan target-target simbolis lainnya yang dilakukan oleh agen- agen rahasia, untuk tujuan psikologis yaitu mempublikasikan masalah politik, agama, dan/atau intimidasi atau pemaksaan terhadap pemerintah atau masyarakat sipil agar menyetujuai mereka12.

Convention of Organization of Islamic Conference on Combating of

International Terorism (1999) mengartikan terorisme adalah tindakan

11 Muhammad Nursalim, dkk, Deradikalisasi Terorisme: Studi Atas Epistemologi. Model Interpretasi dan Manipulasi Pelaku Teror, (Lampung: IAIN Raden Intan Lampung, 2014), Hlm. 333 12 Sukawarsini Djelantik, Terorisme; Tinjaua Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasional, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010) Hlm. 21

17 kekerasan atau ancaman tindakan kekerasan terlepas dari motif atau niat yang ada untuk menjalankan rencana tindak kejahatan individu atau kolektif dengan tujuan menteror orang lain atau mengancam untuk mencelakakan mereka atau mengancam kehidupan, kehormatan, kebebasan, keamanan dan hak mereka atau mengeksploitasi lingkungan atau fasilitas atau harta benda pribadi atau publik atau menguasainya atau merampasnya, membahayakan sumber nasional atau fasilitas internasional, atau mengancam stabilitas, integritas teritorial, kesatuan politis atau kedaulatan negara-negara yang merdeka13. Sedangkan menurut Hafid Abbas (Dirjen

Perlindungan HAM Depkeh dan HAM RI) mengartikan terorisme sebagai pemakaian kekuatan atau kekerasan tidak sah melawan orang atau property untuk mengintimidasi atau menekan pemerintah, masyarakat sipil, atau bagian-bagiannya untuk memaksa tujuan sosial dan politik14.

2.4.1. Ciri-ciri Terorisme

Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Terorisme (sekarang UU No.15 Tahun 2003) terorisme adalah

perbuatan melawan hukum secara sistematis dengan maksud untuk

menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara dengan

membahayakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda dan

13 Muladi, Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia, (Jakarta: Habibie Center, 2002), Hlm. 174 14 Hermawan Sulistyo, Beyond Terorism, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002), Hlm. 3

18 kemerdekaan orang atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas sehingga terjadi kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral, peradaban, rahasia negara, kebudayaan, pendidikan, perekonomian, teknologi, perindustrian, fasilitas umum atau fasilitas internasional.

Ciri pengidentifikasian terorisme akan dapat memberikan pengenalan yang tunggal dan solid mengenai terorisme, agar dapat mudah dikenali dalam konteks operasinya. Dalam sudut pandang seperti tersebut, maka paling tidak ada lima (5) ciri identifikasi terorisme:

1. Terorisme, apapun metode yang digunakan, merupakan suatu

bentuk penggunaan kekerasan (oleh suatu kelompok) untuk

menekan pemerintah dan/atau masyarakat, agar menerima

tuntutan perubahan sosial maupun politik yang secara umum

bernuansa dan atau menggunakan cara-cara yang bersifat

radikal.

2. Sangat profesional dalam tugasnya dan mendapat

perlindungan yang ketat dari organisasi dan sebaliknya.

3. Secara organisatoris, baik dalam pembinaan, pengembangan

dan operasinya memiliki sayap operasional dilapangan.

19

4. Selalu mengadakan kerjasama yang melampaui batas wilayah

negara.

5. Penampilan para teroris sering mengecoh aparat.

Terorisme merupakan tindak pidana yang unik, karena motif

dan dan faktor penyebabnya sangat berbeda dengan motif tindak

pidana lainnya. Pemicu terorisme adalah pertentangan agama,

ideologi, etnis dan makin melebarnya jurang pemisah antara si

kaya dan si miskin. Disamping itu, tersumbatnya komunikasi antar

rakyat dengan pemerintah, jumlah penduduk yang melonjak tajam,

makin panjangnya barisan pengangguran, jumlah generasi frustasi

yang meningkat, munculnya orang-orang yang kesepian,

munculnya ideologi fanatisme baru, dan paham separatisme

merupakan ladang subur beraksinya terorisme15.

Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk

menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan

ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah

dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati

kehendak pelaku teror. Terorisme sebagai aksi kekerasan untuk

tujuan-tujuan pemaksaan kehendak, koersi dan publikasi yang

memakan korban masyarakat sipil yang tidak berdosa, pada

15 A.C. Manullang, Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim, (Jakarta: Panta Rhei, 2001) Hlm. 151

20

umumnya menunjukkan hubungan yang sangat erat dengan

politik.

Aksi terror dan kekerasan seringkali dilakukan oleh

kelompok-kelompok yang merasa dirugikan secara politik. Sudah

banyak dibuktikan bahwa politik dan terorisme berhubungan satu

sama lain. Jika arus komunikasi politik tersumbat, dalam artian

media massa maupun sistem perwakilan rakyat tidak efektif dan

tidak mampu memenuhi aspirasi rakyat, saat itulah terorisme

muncul. Terorisme bersumber dari rasa ketidakpuasan dan frustasi

politik16. Terorisme selalu identik dengan teror, kekerasan,

ekstriminitas dan intimidasi sehingga seringkali menimbulkan

konsekuensi negatif bagi banyak orang dan dapat menjatuhkan

korban yang banyak.

2.5. Kerangka Konseptual

Aksi terorisme yang terjadi di wilayah Kabupaten Poso tidak dipungkiri telah mengganggu keamanan dan ketertiban serta menimbulkan kerugian materil seperti rusaknya fasilitas umum maupun kerugian moril seperti timbulnya rasa kekhawatiran warga sekitar dan timbulnya kecurigaan antar kelompok. Adanya Inpres No. 2 Tahun 2013 tentang Penanganan

Gangguan Keamanan Dalam Negeri menjadi landasan hukum bagi pemerintah daerah untuk memberantas tindak pidana ini. Tentunya dalam

16 Sukawarsini Djelantik, Op.cit., Hlm. 4

21 menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dari aksi terorisme, pemerintah daerah Kabupaten Poso perlu berpedoman pada aturan ini, yaitu menyusun rencana aksi terpadu nasional dan pelaksanaan peningkatan efektifitas penanganan gangguan keamanan di daerahnya.

Pemerintah daerah Kabupaten Poso merumuskan upaya menanggulangi tindak pidana terorisme untuk menjaga keamanan dan ketertiban di daerah ini, baik itu dalam bentuk peraturan maupun program yang direncanakan dengan mengeluarkan Peraturan Bupati Poso No. 21 tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Poso tahun 2017, yang mana pada bagian Prioritas dan Sasaran Pembangunan

Daerah tahun 2017 memprioritaskan program pembinaan kerukunan umat beragama, program peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan serta program pengembangan wawasan kebangsaan, sebagai penegakan hukum, keamanan dan ketertiban sosial di Kabupaten Poso.

Selain mengacu pada Peraturan Bupati Poso No. 21 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Poso tahun 2017, untuk menjaga kemanan dan ketertiban, pemerintah Kabupaten Poso juga merumuskan strategi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten

Poso dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2017 tentang

Perubahan atas Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2016 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-

2021. Memaksimalkan peran FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama)

22 dengan mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan

Menteri Agama No. 9 dan 8 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan

Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan

Pendirian Rumah Ibadat juga perlu dilakukan.

23

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual

Pemerintah Daerah Kabupaten Poso

1. Inpres No. 2 Tahun 2013 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun

2006 3. Peraturan Daerah No. 4

Tahun 2017 4. Peraturan Bupati No. 21 Tahun 2016 Bentuk Aksi dan Kondisi 5. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Terorisme Tahun 2012-2017

Menteri Agama No. 9 dan 8 tahun 2006

Srategi Pemerintah Daerah Menjaga Keamanan dan Ketertiban 1. Pendeteksian Dini 2. Meningkatkan Kerukunan antar Umat

Beragama pada Berbagai Aspek 3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan

Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama 4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan Hukum 5. Implementasi Revolusi Mental

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di wilayah Kabupaten Poso, khususnya Kota

Poso sebagai pusat pemerintahan daerah ini. Pertimbangan bahwa dalam proses penyusunan strategi untuk penanganan gangguan keamanan dalam negeri khususnya menumpas tindak pidana terorisme, sehingga keamanan dan ketertiban dapat terjaga menjadi tanggung jawab dari kepala daerah sebagai ketua tim terpadu ditingkat daerah, sebagaimana yang tercantum dalam Inpres No. 2 tahun 2013 tentang Penanganan Gangguan Kemanan

Dalam Negeri.

Pemerintah daerah Kabupaten Poso selaku pembuat regulator, tentu harus cermat dalam menyusun strategi yang akan diterapkan dengan melihat kondisi serta faktor-faktor pendukung lainnya seperti lembaga yang berkaitan dan sumber daya manusia, sehingga dalam penerapannya strategi ini dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan mendapat dukungan dari masyarakat wilayah Kabupaten Poso.

3.2. Tipe dan Dasar Penelitian

1. Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yaitu suatu tipe

penelitian yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai

strategi Pemerintah Daerah dalam menjaga keamanan dan

25

ketertiban di Poso terkhusus pada pemberantasan tindak pidana

terorisme.

2. Dasar penelitian yang dilakukan adalah survei yaitu penelitian

dengan mengumpulkan dan menganalisis suatu peristiwa atau

proses tertentu dengan memilih data atau menemukan ruang

lingkup tertentu sebagai sampel yang dianggap representatif.

3.3. Informan Penelitian

Informan adalah orang-orang yang betul paham atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan dalam penelitian ini dipilih karena paling banyak mengetahui atau bahkan terlibat langsung dalam proses perencanaan, perumusan ataupun pelaksanaan strategi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel secara subjektif dengan maksud atau tujuan tertentu, yang mana menganggap bahwa informan yang diambil tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang akan dilakukan.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:

1. Wakil Bupati Kabupaten Poso.

Wakil Bupati Kabupaten Poso berperan sebagai ketua tim terpadu

ditingkat daerah yang mempunyai tanggung jawab dalam merumuskan

dan melaksanakan strategi untuk menciptakan keamanan di daerahnya

26 sebagaimana yang tercantum dalam Inpres No. 2 tahun 2013 tentang

Penanganan Gangguan Kemanan Dalam Negeri dan juga bertanggng jawab dalam meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat yang aman dan tertib.

2. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso merupakan salah satu satuan perangkat kerja daerah yang diberi tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Poso No. 13 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Keja

Lembaga Teknis Daerah pada pasal 5 ayat 3 poin b, dimana tugas pokoknya adalah melaksanakan urusan di bidang pengkajian masalah strategis untuk membina kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat dari ancaman dan bencana. Adapun yang menjadi informan dalam Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso adalah

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, kepala bidang Ideologi,

Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan Nasional dan kepala bidang

Ketahanan Nasional dan Budaya.

3. Polres Kabupaten Poso

Tatanan Negara Indonesia saat ini, Polres merupakan alat negara yang menjalankan fungsi pertahanan Negara dan kejahatan yang meresahkan mayarakat sehingga salah satu kebutuhan dasar masyarakat yaitu perasaan aman dan tenteram dalam menjalankan tugas

27

dan aktivitas sehari-hari. Adapun informan Polres Poso diwakili oleh

Kasat Binmas Polres Poso

4. FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kabupaten Poso

FKUB Kabupaten Poso adalah sampel yang representatif dari

Masyarakat dan dianggap memiliki informasi yang diperlukan dalam

penelitian ini. Dalam hal ini, tokoh agama khususnya yang tergabung

dalam Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Poso berperan

membantu melaksankan strategi pemerintah daerah dalam menjaga

kemanan dan ketertiban dari kasus terorisma yang mengatasnamakan

agama. Adapun Informan dari FKUB adalah Ketua dan wakil ketua FKUB

kabupaten Poso

3.4. Sumber Data Penelitian

Data dari penelitian ini, diproleh berdasarkan sumbernya, dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer, yaitu data yang akan diperoleh langsung dari

sumber asalnya atau di lapangan yang merupakan data empirik. Data

empirik yang dimaksud adalah hasil wawancara, dengan beberapa

pihak atau informan yang benar-benar berkompeten dan bersedia

memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dan relevan dengan

kebutuhan penelitian.

28

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari telaah bacaan

ataupun kajian pustaka, buku-buku, dokumen-dokumen, catatan-

catatan maupun laporan-laporan serta arsip-arsip yang resmi atau

lembaga terkait yang dapat mendukung data primer.

Penggunaan data tersebut dilakukan secara bersama-sama guna dimaksudkan agar saling melengkapi yang akan disesuaikan dengan keperluan penelitian dan selain itu dilakukan untuk memperbandingkan data yang akan diperoleh.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1. Studi Kepustakaan (library research)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca literatur-

literatur yang berhubungan tentang buku/artikel mengenai strategi

atau kebijakan keamanan dalam negeri khususnya mengenai

terorisme, serta dokumen-dokumen yang ada relevansinya dengan

topik yang dibahas dalam penelitian ini.

3.5.2. Observasi

Pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung

terhadap objek atau proses yang berkaitan dengan strategi

pemerintah daerah dalam menjaga keamanan dan ketertiban

khususnya mengatasi kasus terorisme di Kabupaten Poso.

29

3.5.3. Wawancara

Teknik pengumpulan data dimana peneliti secara langsung

mengadakan tanya-jawab dengan informan dengan menggunakan

pedoman wawancara, alat rekaman atau video.

3.5.4. Penelusuran Data Online

Data yang dikumpulkan seperti studi kepustakaan namun hal

yang membedakan hanya media tempat pengambilan data dan

informasi dengan memanfaatkan data online melalui internet.

3.6. Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan hasil yang obyektif dalam penelitian ini maka data yang didapatkan di lapangan akan dianalisa secara kualitatif. Hal ini didasari bahwa penelitian ini dinyatakan akan dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan, tanggapan-tanggapan, serta tafsiran yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, penelusuran data online dan studi kepustakaan, untuk memperjelas gambaran hasil penelitian.

3.7. Definisi Operasional

Setelah beberapa teori diuraikan dalam hal yang akan berhubungan dengan kegiatan penelitian ini, untuk mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian, maka disusun defenisi operasional yang dijadikan acuan dalam penelitian ini antara lain :

30

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Poso adalah lembaga yang bertugas

merumuskan dan melaksanakan strategi menjaga keamanan dan

ketertiban (penanganan kasus terorisme) di Kabupaten Poso.

2. Strategi pemerintah daerah adalah langkah-langkah yang yang

berisikan program-program dari pemerintah daerah Kabupaten Poso

untuk mengatasi permasalahan pokok pembangunan daerah dalam

hal ini terkait kasus terorisme dan disesuaikan dengan lingkungan

internal ataupun eksternal serta kemampuan dan sumber daya dari

pemerintah daerah sehingga mampu mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

3. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah keadaan yang bebas

dari kerusakan atau kehancuran yang mengancam individu maupun

secara keseluruhan masyarakat Kabupaten Poso dan memberikan

rasa bebas dari ketakutan atau kekhawatiran akibat aksi teror.

4. Terorisme adalah pemakaian kekuatan atau kekerasan untuk

memaksakan kehendak yang membahayakan nyawa, harta benda

dan menimbulkan kerusakan umum sehingga mengganggu kehidupan

yang aman dan tertib di wilayah Kabupaten Poso.

31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini, penulis akan mengungkapkan beberapa hasil penelitian yang telah didapatkan dilapangan yang berkenaan dengan strategi pemerintah daerah Kabupaten Poso dalam menjaga keamanan dan ketertiban.

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran dari lokasi penelitian sangat menunjang dalam memetakan strategi dalam melihat sesuatu, selain sebagai salah satu penunjang dalam pengumpulan data juga dapat memeberikan gambaran terperinci kondisi sosial budaya serta yang lainnya.

4.1.1. Sejarah Kabupaten Poso

Poso adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi

Tengah, yang memiliki sejarah panjang. Raja-raja yang ada didaerah

tersebut ternyata tidak lepas dari terbentuknya kabupaten ini. Pada

mulanya penduduk yang mendiami daerah Poso berada di bawah

kekuasaan Pemerintahaan Raja-Raja yang terdiri dari Raja Poso,

Raja Napu, Raja Mori, Raja Una-Una dan Raja yang satu

sama lain tidak ada hubungannya. Keenam wilayah kerajaan tersebut

tersebut dibawah pengaruh tiga kerajaan, yakni : Wilayah bagian

selatan tunduk kepada Kerajaan Luwu yang berkedudukan di Palopo,

sedangkan wilayah bagian utara tunduk dibawah pengaruh Raja Sigi

32

yang berkedudukan di Sigi (daerah Kabupaten Donggala) dan khusus

wilayah bagian timur, yakni daerah Bungku termasuk daerah

kepulauan tunduk kepada Raja Ternate17. Sejak tahun 1880

Pemerintah Hindia Belanda di Sulawesi Bagian Utara mulai

menguasai Sulawesi Tengah dan secara berangsur-angsur berusaha

melepaskan pengaruh Raja Luwu dan Raja Sigi di daerah

Poso.Tahun 1918 seluruh wilayah Sulawesi Tengah telah dikuasai

oleh Hindia Belanda dan mulailah disusun pemerintahan sipil.

Pemerintah Belanda wilayah Poso pada tahun 1905-1918 terbagi

dalam dua kekuasaan pemerintah, sebagian masuk wilayah

Keresidenan Manado, yakni Onderafdeeling (kewedanan)

dan Bungku, sedangkan kedudukan raja-raja dan wilayah

kekuasaannya tetap dipertahankan dengan sebutan Self Bestuure-

Gabieden (wilayah kerajaan) berpegang pada peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintahan Belanda yang disebut Self Bestuure

atau Peraturan adat kerajaan (hukum adat).

Pada 1919 seluruh wilayah Poso digabungkan dalam wilayah

Keresidenan Manado dimana wilayah Sulawesi Tengah terbagi dalam

wilayah yang disebut Afdeeling, yaitu : Afdeeling Donggala dengan ibu

kotanya Donggala dan Afdeeling Poso dengan ibu kotanya Poso yang

dipimpin maing-masing asisten residen. Sejak 2 Desember 1948,

17 BPS “Kabupaten Poso dalam Angka” 2012

33

daerah otonom Sulawesi Tengah terbentuk yang meliputi Afdeeling

Donggala dan Afdeeling Poso dengan Donggala dan Afdeeling Poso

dengan ibu kotanya Poso, yang terdiri dari tiga wilayah Onder

Afdeeling Chef atau lazimnya disebut pada waktu itu Kontroleur atau

Hood Van PoltselykBesture (HPB)18. Ketiga Onder Afdeeling ini

meliputi beberapa Landschap dan terbagi dengan beberapa distrik,

yakni:

a. Onder Afdeeling Poso, meliputi :

 Landschap Poso Lage berkedudukan di Poso

 Landschap Lore berkedudukan di Wanga

 Landschap Tojo berkedudukan di

 Landschap Una-Una berkedudukan di Una-Una.

b. Onder Afdeeling Bungku dan Mori, meliputi :

 Landschap Bungku berkedudukan di Bungku

 Landschap Mori berkedudukan di Mori.

c. Onder Afdeeling Luwuk, meliputi Landschap Banggai

berkedudukan di Luwuk.

Kemudian pada tahun 1949 setelah realisasi pembentukan

Daerah Otonom Sulawesi Tengah disusul dengan pembentukan

Dewan Perwakilan Rakyat Sulawesi Tengah. Pembentukan Daerah

18 http://id.wikipedia.org/Kab.Poso

34

Otonom Sulawesi Tengah merupakan tindak lanjut dari hasil muktamar raja-raja se-Sulawesi Tengah pada tanggal 13-14 Oktober

1948 di Parigi yang mencetuskan suara rakyat se-Sulawesi Tengah agar dalam lingkungan Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT).

Sulawesi Tengah dapat berdiri sendiri dan ditetapkan bapak

Rajawali Pusadan ketua Dewan Raja-raja sebagai Kepala Daerah

Otonom Sulawesi Tengah. Selanjutnya, melalui beberapa tahapan perjuangan rakyat Sulawesi Tengah melalui Dewan Perwakilan

Rakyat Sulawesi Tengah yang dipimpin oleh A.Y.Binol pada tahun

1952 dikeluarkan PP No.33 tahun 1952 tentang pembentukan Daerah

Otonom Sulawesi Tengah yang terdiri dari Onder Afdeeling Poso,

Luwuk, Banggai dan Kolonodale dengan ibukotanya Poso dan daerah

Otonom Donggala meliputi Onder Afdeeling Donggala, , Parigi dan Toli-Toli dengan ibukotanya Palu. Pada tahun 1959 berdasarkan

Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, Daerah Otonom Poso dipecah menjadi 2 (dua) derah Kabupaten yakni Kabupaten Poso dengan ibukotanya Poso dan Kabupaten Luwuk Banggai dengn ibukotanya Luwuk. Pada tahun 1999 daerah Kabupaten Poso dipecah menjadi 2 (dua) daerah Kabupaten, yaitu: Kabupaten Poso dengan ibukotanya Poso dan Kabupaten Morowali dengan ibukotanya

Kolonodale. Dan tahun 2004 daerah kabupaten Poso dipecah kembali menjadi 2 (dua) daerah kabupaten yaitu kabupaten Kabupaten Poso

35

dengan ibukotanya Poso dan Kabupaten Tojo Una-una dengan

ibukotanya Ampana.

4.1.2. Kondisi Geografis

1. Wilayah Kabupaten Poso

Kota Poso adalah ibu kota Kabupaten poso yang berada di

provinsi Sulawesi Tengah. Wilayah Kabupaten Poso membentang

dari arah tenggara ke barat daya dan melebar dari arah barat ke

timur. Posisi Kabupaten Poso terletak ditengah-tengah pulau

Sulawesi yang merupakan jalur strategis yang menghubungkan

Sulawesi Utara dengan Sulawesi Selatan serta Sulawesi Tenggara.

Letak wilayah Kabupaten Poso dapat dilihat dari berbagai aspek,

antara lain letak Astronomis, letak geografis dan letak geologis.

a) Letak Astronomi

Berdasarkan garis lintang dan garis bujur wilayah

Kabupaten Poso terletak pada kordinat 1 06’ 44, 892”- 2 12’

53,172” Lintang Selatan dan 120 05’ 96” – 120 52’ 4,8” Bujur

Timur19. Berdasarkan letak astronomisnya, panjang wilayah

Kabupaten Poso dari ujung barat sampai ujung timur diperkirakan

jaraknya kurang lebih 86,2 KM dan lebarnya dari utara ke selatan

dengan jarak kurang lebih 130 KM.

b) Letak Geografis

19 BPS “Kabupaten Poso dalam angka 2017”

36

Dilihat dari posisinya dipermukaan bumi letak wilayah

Kabupaten Poso secara umum terletak dikawasan hutan dan

lembah. Kawasan lainnya terletak di pesisir pantai yang sebagian

terletak diperairan Teluk Tomini dan Teluk Tolo.

c) Letak Geologis

Secara geologis wilayah Kabupaten Poso terletak pada

deretan pegunungan lipatan, yakni Pegunungan Fennema dan

Tineba di bagian barat, Pegunungan Takolekaju dibagian barat

daya, Pegunungan Verbeek dibagian tenggara, Pegunungan

Pompangeo dan Pegunungan Lumut dibagian timur laut.

2. Luas Wilayah

Luas wilayah Kabupaten Poso diperkirakan sekitar 8.712,25

KM2 atau 12,81 persen dari luas daratan Propinsi Sulawesi Tengah.

Bila dibandingkan dengan luas daratan kabupaten yang ada di

Provinsi Sulawesi Tengah, Kabupaten Poso menempati urutan keempat.

3. Batas Wilayah

Wilayah Kabupaten Poso dibatasi oleh batas alam yakni kawasan pantai dan pegunungan / perbukitan dengan batas administratif sebagai berikut:

. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Tomini dan : Provinsi Sulawesi Utara

37

. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan.

. Sebelah Timur : berbatasan dengan wilayah Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Morowali

. Sebelah Barat : bebatasan dengan wilayah Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong

Lage berbatasan dengan kecamatan Tojo Una-una. Dan pada belahan barat terdiri dari Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah dan

Lore Barat yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong. Sedangkan Kecamatan Pamona

Selatan dan Lore Selatan sebagian wilayahnya berbatsan dengan

Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Poso sebagian besar merupakan kawasan pegunungan dan perbukitan, maka ketinggian wilayah pada umumnya berada diatas 500 meter dari permukaan laut.

4.1.3. Kependudukan

Jumlah penduduk kabupaten Poso tiap tahun terus meningkat.

Jumlah ini merupakan hasil proyeksi penduduk berdasarkan hasil

Sensus Penduduk (SP) tahun 2010. Jumlah penduduk laki-laki mencapai 124.588 jiwa, sementara jumlah penduduk perempuan

116.224 jiwa. Jika di bandingkan tahun 2015 jumlah penduduk kabupaten Poso bertambah bertambah 2.23 persen atau sebanyak

5.046 jiwa.

38

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Poso Tahun 2016

Jenis Kelamin (Ribu) Sex (thousand) Rasio Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Jenis Subdistrict Kelamin Male Female Total Sex Ratio

(1) (2) (3) (4) (5) Pamona Selatan 10 989 10 169 21 158 108 Pamona Barat 5 638 5 108 10 746 110 Pamona 3 855 3 599 7 454 107 Tenggara Pamona Utara 7 368 6 694 14 062 110 Pamona 10 532 10 170 20 702 104 Pusalemba Pamona Timur 5 774 5 192 10 966 111 Lore Selatan 3 352 3 120 6 472 107 Lore Barat 1 680 1 552 3 232 108 Lore Utara 7 223 6 478 13 701 112 Lore Tengah 2 462 2 172 4 634 113 Lore Timur 3 055 2 549 5 604 120 Lore Peore 1 802 1 577 3 379 114 Poso Pesisir 11 834 11 314 23 148 105 Poso Pesisir 5 267 4 907 10 174 107 Selatan Poso Pesisir 9 372 8 682 18 054 108 Utara 11 954 11 369 23 323 105

39

Poso Kota 5 132 5 217 10 349 98 Selatan Poso Kota Utara 6 417 6 310 12 727 102 Lage 10 882 10 045 20 927 108 Kabupaten Poso 124 588 116 224 240 812 107

Sumber: Data Skunder, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rasio jenis kelamin Kabupaten Poso adalah 107, artinya tiap 100 penduduk perempuan ada sebanyak 107 penduduk laki-laki, dengan rasio jenis kelamin terbesar ada pada kecamatan

Lore Timur, yaitu sebanyak 120. Jumlah penduduk Kabupaten Poso pada tahun 2016 adalah 240. 812 jiwa, dengan kecamatan Poso Kota merupakan daerah yang memiliki penduduk terbanyak yaitu 23.323 jiwa.

Secara demografis Kabupaten Poso memiliki penduduk yang sangat plural dan memiliki perkembangan penduduk yang dapat dikatakan tinggi. Dampak dari ekonomi dalam bidang perdagangan dan transmigrasi serta imigrasi secara spontan menyebabkan daerah

Poso tidak hanya dialami oleh suku/agama tertentu melainkan pertemuan dari beberapa suku/agama.Suku Bugis, Makassar, Jawa,

Gorontalo yang merupakan mayoritas beragama . Suku

Minahasa, Toraja dan Tionghoa yang merupakan mayoritas

40 beragama Kristen. Suku Bali meurpakan mayoritas beragam Budha dan Hindu serta suku-suku lainnya. Yang menonjol dalam persoalan jumlah diantara penduduk pendatang adalah seperti, suku bugis, gorontalo, jawa dan bali.

4.1.4. Potensi Kabupaten Poso

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Poso memiliki tanah yang subur dengan curah hujan yang relatif tinggi, sektor ini menjadi andalan masyarakat.

Tabel 4.2. Sumber Daya Kabupaten Poso Tahun 2017

No. Sektor Sumber daya 1. Sektor Pertanian Padi sawah, coklat, cengkeh dan kelapa. 2. Sektor Industri Industri pengolahan kayu eboni.

3. Sektor Pariwisata Danau Poso, patung megalit, air terjun dan taman anggrek. 4. Sektor Perikanan Kelautan Perikanan laut dan perikanan darat.

5. Sektor Energi dan Emas, perak, tembaga, belerang, Pertambangan tanah urug, batu gamping, marmer, fosfat, lempung, biji besi, PLTA.

Sumber : Data Skunder, Kabupaten Poso dalam angka 2017

Melaui tabel 4.2 dapat dilihat bahwa wilayah Kabupaten Poso memiliki berbagai jenis sumberdaya alam sebagai aset daerah yang sangat potensial untuk dikembangkan guna menunjang pelaksanaan pembangunan dan peningkatan pendapatan daerah dalam rangka

41 otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Sektor pertanian juga merupakan penunjang sektor lainnya seperti sektor industri, perdagangan, serta jasa lainnya.

4.1.5. Agama

Searah dengan kebijaksanaan pembangunan, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa senantiasa ditumbuh kembangkan dalam membina kehidupan masyarakat serta mengatasi berbagai masalah sosial budaya.

Tabel 4.3. Jumlah Tempat Peribadatan menurut Kecamatan di Kabupaten Poso

Jumlah Tempat Peribadatan

Masjid Mushola Gereja Gereja Vihara Kecamatan Mosque Mushola Protestan Katholik Vihara Subdistrict Christian Catholic Church Church

(1) (2) (3) (4) (5) (6) Pamona 18 21 39 1 5 Selatan Pamona 1 - 26 3 10 Barat Pamona - - 23 1 6 Tenggara Pamona - 4 35 1 - Utara Pamona 1 1 56 1 2 Pusalemba Pamona 2 2 27 2 - Timur

42

Jumlah Tempat Peribadatan

Masjid Mushola Gereja Gereja Vihara Kecamatan Mosque Mushola Protestan Katholik Vihara Subdistrict Christian Catholic Church Church

Lore 1 1 18 - - Selatan Lore Barat 1 9 6 - - Lore Utara 16 6 30 - - Lore 1 - 18 - - Tengah Lore Timur 5 9 16 1 - Lore Peore 5 - 13 4 4 Poso 34 21 20 - 7 Pesisir Poso Pesisir 8 1 30 - 1 Selatan Poso Pesisir 15 8 22 - 15 Utara Poso Kota 24 9 2 - 17 Poso Kota 5 1 23 3 - Selatan Poso Kota 20 4 8 - - Utara Lage 11 6 48 1 - Kabupaten 168 103 460 18 67 Poso

Sumber: Data Skunder, Kementerian Agama Kabupaten Poso 2017

43

Dari sisi agama, melalui tabel 4.3 mayoritas tempat peribadatan

di Kabupaten Poso yaitu Gereja Protestan, yaitu sebanyak 460 gereja,

diikuti berturut-turut total 168 Masjid, 18 Gereja Katolik, dan 67 Pura.

4.1.6. Pemerintahan Kabupaten Poso

Wilayah administrasi Kabupaten Poso terdiri dari 19 kecamatan

yang membawahi 142 desa definitif, 28 yang berstatus kelurahan.

Pada tahun 2016 kabupaten Poso tidak mengalami pemekaran

wilayah. Jumlah Unit Pemukiman Transmigrasi pada tahun ini adalah

2 unit, yaitu terdapat di kecamatan Lage dan kecamatan Lore Peore.

Sementara pada tahun ini tidak terdapat desa persiapan. Kabupaten

Poso dipimpin oleh Bupati sebagai pihak eksekutif dan bertanggung

jawab penuh terhadap pemerintahan di Kabupaten Poso. Sedangkan

dalam urusan legislasi bupati dan DPRD melakukan kordinasi dalam

mebuat peraturan daerah. DPRD Kabupaten sebagai salah satu

lembaga daerah yang mengawasi terhadap jalannya pemerintahan,

terdiri atas wakil-wakil dari organisasi peserta pemilihan umum yang

dilaksanakan tahun 2014. Pada tahun 2016 keanggotaan masing-

masing adalah : anggota fraksi Demokrat 8 orang, Nasdem 2 orang,

Golongan Karya 5 orang, PDI-P 3 orang, dan Fraksi gabungan

sebanyak 10 orang, yang seluruhnya sebanyak 2820.

20 Kabuapaten Poso dalam Angka: Katalog 1102001.7204

44

Dibawah genta demokrasi dengan menjunjung tinggi hak kebebasan berpendapat dan memilih kabupaten Poso ikut serta mengadakan pemilihan kepala daerah secara langsung. Pemilihan umum Bupati Poso 2015 diselenggarakan pada tanggal 9 Desember

2015 untuk memilih Bupati dan Wakil Bupati Poso untuk periode 2016 hingga 2021. Pilkada sebelumnya digelar pada tahun 2010, yang dimenangkan oleh Piet Inkiriwang dan Toto Samsuri. Dinamika politik yang terus terjadi pada partai politik daerah, akhirnya menetapkan

Pilkada Poso 2015 diikuti oleh empat pasang calon, diantaranya Amdjad Lawasa dan Maxnover Kaiya, Frany

Djaru'u dan Abdul Gani Israil, Wirabumi Kaluti dan Yohanis Krisnajaya

Syaiban, serta Darmin A. Sigilipu dan Toto Samsuri. Pasangan

Darmin-Samsuri berhasil memperoleh suara terbanyak, sebesar

33.55% dari total suara, sekaligus menetapkan Darmin bersama

Samsuri sebagai pemenang Pilkada Poso serta bupati dan wakil bupati terpilih.

Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Poso

“Terwujudnya Kabupaten Poso Yang Damai, Adil dan Sejahtera Yang

Didukung Sumber Daya Manusia Yang Andal dan Bermartabat”

Pemahaman terhadap terhadap visi tersebut adalah sebagai berikut :

45

Damai : Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat diseluruh

wilayah Kabupaten Poso yang diliputi suasana

damai, aman dan tenteram tanpa rasa kuatir dan

takut.

Adil : Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat tanpa

diskriminasi yang meliputi suku, agama, jender,

golongan, ekonomi maupun paham politik. Adil juga

meliputi implementasi pelaksanaan pembangunan

yang berkeadilan secara proporsional di setiap

wilayah.

Sejahtera : 1. Terpenuhinya kebutuhan strategis bagi masyarakat

untuk meningkatkan martabat dan kapasitasnya.

2. Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk meningkatkan

kualitas hidup masyarakat.

Sumber daya manusia yang andal dan bermartabat :

1. Terciptanya SDM yang berkualitas pada semua

jenjang pendidikan, baik anak didik maupun

pendidik sehingga memiliki daya saing yang tinggi.

2. Terciptanya SDM aparatur Pememerintah Daerah

yang profesional dan kompeten.

3. Terciptanya masyarakat yang memiliki derajat yang

sama saling menghargai dan menghormati, toleran

46

tanpa membedakan latar belakang budaya, suku,

maupun agama.

Khusus permasalahan keamanan dan ketertiban di Kabupten

Poso, dalam rangka menciptakan kondisi kehidupan masyarakat diseluruh wilayah Kabupaten Poso yang diliputi suasana damai, maka perlu diperjelas tujuan dan sasaran dari visi pertama yaitu:

Tujuan : 1. Mewujudkan rasa aman, tenteram dan toleransi antar

umat beragama

2. Mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat

Sasaran : 1. Meningkatnya toleransi dan kerukunan antar umat

beragama dalam semangat Sintuwu Maroso

2. Meningkatnya ketentraman, ketertiban umum dan

perlindungan masyarakat

3. Meningkatnya wawasan kebangsaan masyarakat

Tentunya, permasalahan pokok pembangunan daerah

Kabupaten Poso dalam hal ini terkait pada persoalan keamanan dan ketertiban digunakan sebagai landasan untuk menentukan program yang akan ditetapkan, sebagaimana yang dimuat dalam RPJMD

Kabupaten Poso tahun 2016-2021.

47

Matriks 4.1 Program Prioritas Kabupaten Poso Tahun 2017-2021 dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban.

Permasalahan Pokok Program Kegiatan Goals Tahun Pembangunan Daerah Pengamalan Pengembangan Peningkatan nilai-nilai Wawasan Toleransi agama Kebangsaan dan dan sosial Kerukunan budaya dalam berbasis Kehidupan revolusi mental Beragama dan sintuwu maroso belum sepenuhnya POSO teraktualisasi CERDAS Ketentraman, Pemeliharaan Peningkatan Ceria, ketertiban, Kantrantibmas kerjasama Elok, 2017- 2017-2021 dan dengan Rapi, 2021 lingkungan Pencegahan aparat Damai, hidup, Tindak Kriminal keamanan Adil, kebersihan dalam teknik Sejahtera dan sanitasi pencegahan perkotaan serta kejahatan supremasi hukum dan HAM yang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik Sumber: Data Skunder, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021

Penyusunan kebijakan umum pembangunan Kabupaten Poso tahun 2016-2021 dikelompokkan sesuai bidang utama pengembangan program prioritas sebagaimana pada matriks 4.1 Dalam upaya

48 menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso Pemerintah daerah menetapkan program sekaligus akan menjadi semboyan pembangunan daerah Kabupaten Poso yang yang akan diwujudkan selama 5 (lima) tahun kedepan.

4.1.7 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso

Pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1970 Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik Kabupaten Poso berada di bawah Departemen

Dalam Negeri bernama bagian Keamanan dan Ketertiban. Pada tahun

1970 sampai dengan tahun 1980 berubah nama menjadi Direktorat

Khusus yang membidangi tugas – tugas politik dalam negeri yaitu

Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Pertahanan Keamanan

Nasional (Ipoleksosbud Hankamnas). Selanjutnya tahun 1990 berubah lagi menjadi Direktorat Sosial Politik dimana tugas pokok dan fungsinya juga menangani tugas pokok dalam negeri dan tugas tambahan seperti Badan Koordinasi Daerah (Bakorinda).

Tahun 1999 Direktorat Sosial Politik berubah lagi menjadi

Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten

Poso yang dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Poso

Nomor 27 tanggal 28 Agustus tahun 2000. Tahun 2008 sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 26 Juli tahun 2008 Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat

Kabupaten Poso berubah nama menjadi Badan Kesatuan Bangsa,

49

Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Poso, dimana tugas dan kewenangannya membidangi politik dalam negeri seperti Pemilu,

Pemilukada, Pilpres, LSM, Parpol, Ormas, OKP, Wawasan

Kebangsaan, Ekonomi dan Sosial Budaya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 Badan

Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten

Poso berubah nama menjadi Badan Kesatuan Bangsa dan Poltik

Kabupaten Poso (sampai saat ini) dimana tugas dan kewenangannya membidangi Politik Dalam Negeri, Ideologi dan Wawasan

Kebangsaan serta Ketahanan Sosial Budaya.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso yang merupakan salah satu satuan kerja perangkat daerah yang diberi tugas menyelenggarakan urusan Pemerintahan di Bidang Kesatuan

Bangsa dan Politik telah menetapkan Visi dan Misiya yaitu :

Visi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso:

“Terwujudnya Persatuan dan Kesatuan, Kestabilan Politik Masyarakat

yang Aman, Damai, Tertib dan Tentram di Kabupaten Poso”

Untuk mewujudkan visi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Poso, maka disusun misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan agar tercipta sistem politik

yang demokratis serta iklim kehidupan politik yang dinamis,

50

demokratis dan transparan yang ditopang oleh makin mantapnya

wawasan integritas dan ketahanan bangsa

2. Mewujudkan situasi dan kondisi daerah yang kondusif demi

lancarnya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

sesuai dengan jiwa semangat otonomi daerah

Berdasarkan visi dan misi diatas, Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Poso menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Tujuan

Mewujudkan sistem politik yang demokratis, serta iklim kehidupan yang dinamis dan terbuka yang ditopang oleh makin mantapnya wawasan integritas ketahanan bangsa.

2. Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan wawassan kebangsaan masyarakat.

3. Struktur Organisai Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Poso

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Tekhnis Daerah. Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso mempunyai susunan organisasi sebagai berikut :

51

1. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

2. Sekretariat, membawahi :

a. Sub Bagian Perencanaan Program

b. Sub Bagian Keuangan dan Aset

c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

3. Bidang Ideologi, Wawasan Kebangsaan dan Kewaspadaan

Nasional, membawahi :

a. Sub Bidang Bina Ideologi dan Bina Kebangsaan

b. Sub Bidang Kewaspadaan Nasional

4. Bidang Ketahanan Nasional dan Budaya, membawahi :

a. Sub Bidang Ketahanan Seni dan Budaya

b. Sub Bidang Ketahanan Ekonomi

5. Bidang Politik Dalam Negeri, membawahi :

a. Sub Bidang Partai Politik dan Pemilu

b. Sub Bidang Kelembagaan dan Pendidikan Politik

4.1.8. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

(PBM) Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan

Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan

Kerukunan Umat Beragama Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat

Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat merupakan salah satu kebijakan penting yang ditetapkan Pemerintah dalam rangka

52 memelihara kerukunan umat beragama. Forum Kerukunan Umat

Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. FKUB merupakan wadah yang strategis bagi upaya mewujudkan keharmonisan dan kesejahteraan umat. Hal ini tidak terlepas dari dari peran dan pelaksanaan tugas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagaimana diamanatkan dalam PBM.

Pada 18 Maret 2006 di Poso dibentuk Forum Komunikasi Antar

Umat Beragama (FKUB) kabupaten berdasarkan Keputusan Bupati

Poso Nomor: 18845/0849/2006 tentang Kepengurusan Forum

Komunikasi Antar Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso dan Drs.

Abdul Malik Syahadat menjadi ketua pertama FKUB. Yang menarik dari FKUB Kabupaten Poso ini pertama adalah namanya yang berbeda dengan FKUB Forum Kerukunan Umat Beragama, sementara di Poso adalah Forum Komunikasi Antar Umat Beragama meskipun singkatannya sama. Hal ini dapat dimaklumi karena forum tersebut dibentuk 3 (tiga) hari sebelum lahirnya Peraturan Bersama

Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun

2006 (21 Maret 2006). Pemrakarsa pembentukan FKUB adalah inisiatif bersama satgas, tokoh adat, tokoh masyarakat, perwakilan

53 majelis-majelis agama Kabupaten Poso. Cara pembentukan melalui ketua dan anggota formatur yang mewakili semua unsur yang ada di

Kabupaten Poso, sesuai dengan kesepakatan bersama. Melihat proses dirumuskannya FKUB yang lebih banyak lebih banyak dilakukan oleh para wakil dari majelis-majelis agama, dan difasilitasi oleh pemerintah mengindikasikan bahwa FKUB merupakan bentuk rekacipta kearifan lokal baru (institusional development) dalam upaya membangun tradisi untuk memenuhi kebutuhan sosial politik tertentu pada suatu masa itu.

Saat ini, FKUB Kabupaten Poso sesuai SK Bupati Poso No.

188.45/0401/2017 memiliki jumlah anggota sebanyak Sembilan belas

(19) orang anggota. Adapun ketua dan wakil ketua terdiri dari satu (1)

Ketua Umum, yaitu H. Yusuf Runa, S.Sos, dan empat (4) anggota sebagai wakil ketua antara lain, wakil ketua I yaitu Pdt. Budi Tarusu

S.Th, wakil ketua II yaitu Ibrahim Ismail S.Ag, MH.i, wakil ketua III yaitu Ir. Sukade Sutania, dan wakil ketua IV yaitu Yakin Ngguna,

S.Sos, M.Si, Adapun tugas dari FKUB menurut PBM adalah sebagai berikut:

1. Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

2. Menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

3. Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam

bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;

54

4. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan

kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan

kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan

5. Memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian

rumah ibadat.

FKUB Kabupaten Poso memiliki peran yang sangat penting

dalam kehidupan umat beragama, bahkan forum ini beperan aktif

dalam pelaksanaan strategi pemerintah daerah dalam menjaga

keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

4.2. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun

2012-2017

Aksi terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.

Berbeda dengan perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara peperangan seperti waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali merupakan warga sipil. Kegiatan

Terorisme mempunyai tujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan sehingga dengan demikian dapat menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidakpercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah daerah.

55

Wilayah Kabupaten Poso memiliki latar belakang sejarah konflik yang cukup panjang. Sederet konflik komunal Poso yang merenggut korban ribuan jiwa semakin membuat wilayah ini jadi basis utama para jihadis Indonesia, setelah kerusuhan Utara dan Ambon mereda. Lama setelah konflik

Poso didamaikan, sisa-sisa kelompok militan pun masih bertahan dan membuat basis-basis baru. Poso sebagai home base karena medan untuk para teroris seperti tempat pelatihan sangat mendukung. Banyak wilayah pegunungan hutan yang strategis untuk mereka jadikan tempat latihan dan persembunyian oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Mujahidin

Indonesia Timur atau yang disingkat menjadi MIT, adalah sebuah kelompok militan islam yang beroperasi di wilayah pegunungan Kabupaten

Poso dan bagian selatan Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi

Tengah di Indonesia. Setelah Santoso meninggal, pemimpin kelompok ini adalah Ali Kalora. MIT secara umum melakukan operasi mereka di daerah Sulawesi Tengah, khususnya di kabupaten Poso Operasi kelompok ini biasanya menimbulkan korban jiwa. Pemimpin MIT, Santoso, tewas pada kontak tembak pada 18 Juli 2016. Pada 14 September 2016, tangan kanan

Santoso, Basri, ditangkap bersama istrinya oleh Satgas Operasi Tinombala.

Santoso merupakan pimpinan yang anggota dari Abu Bakar Ba’asyrir, langkah awal yang dilakukan oleh Santoso dengan Ustadz Yasin yang tidak lain yaitu teman Santoso yaitu dengan membentuk proyek Uhud yang akan didirikan di Poso sebagai wilayah qoidah amaniah atau daerah yang

56 berbasis cikal bakal dari negara Islam21. Para kelompok santoso diwajibkan untuk melakuka perbuatan amaliyah yaitu dengan memerangi kaum kafir seperti yang dilakukan oleh Ryanto alias Ato Margono alias Abu Ulya yang mendapat tugas dari santoso untuk melakukan perbuatan amaliyah dengan membunuh orang yang dianggapnya memiliki prilaku yang buruk dan memasang bom di dekat gereja di Kelurahan Kawua Kecamatan Poso Kota

Selatan22.

Begitu hebat sekali pengaruh Santoso di kalangan MIT di Kabupaten

Poso Pesisir (khususnya Desa Tambarana dan Landangan tempat orangtua

Santoso), Ampana (Tojo Una-una), dan Parigi Moutong. Karena itu, penduduk wilayah itu menyambut jenazah Santoso yang tewas tertembak polisi dalam operasi penggerebekan pada 18 Juli 2016 sebagai pahlawan atau martir, dengan iring-iringan kendaraan.

Rentetan peristiwa serangkaian teror masih terjadi di daerah Poso sepanjang tahun 2012-2017. Kasus terorisme seolah tak mau berhenti membuat sebagian warga Poso tidak dapat hidup tenang dan dilanda oleh kekhawatiran. Poso kini seperti daerah yang menyimpan bara konflik yang entah kapan akan berakhir. Keadaaan Poso yang sekarang tidak ubahnya pesakitan seperti peristiwa konflik etnik horizontal sepanjang 1999-2000.

21 Ansyaad Mbai, loc.cit. 22 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor:629/Pid.Sus/2014/PN.Jkt.

57

Serangkaian aksi teror pada 2012 masih terjadi. Saat itu seorang warga biasa ditemukan tewas akibat penembakan misterius dan disusul dengan ledakan bom di garasi rumah warga di kelurahan Kawua. Pada 8

Oktober 2012, sasaran korban kekerasan adalah dua anggota Polres Poso yang diculik saat bertugas. Tak lama kemudian disiarkan dua anggota Polres tersebut ditemukan tewas terkubur di derah hutan Gunung Biru. Polisi menduga saat itu ada oknum ingin memercik konflik Poso kembali. Tidak terima dengan sejumlah aksi terror, polisi kemudian mengerahkan pasukan untuk menggelar operasi dan membidik sejumlah orang. Sesuai diberitakan oleh harian Kompas, 24 Oktober 2012, langkah operasi polisi bergerak cepat, yang berujung ditangkapnya sejumlah orang yang diduga terkait kelompok garis keras. Tidak hanya melakukan penangkapan, polisi berhasil menembak mati Jippo di Desa Kalora, Kecamatan Poso pesisir, karena diduga merupakan otak dari sejumlah kekerasan di Poso.

Lagi-lagi dendam amarah dari kelompok garis keras memanas.

Mereka membalas dengan meledakkan sebuah bom di kecamatan Poso

Kota, disusul serangkaian terror bom. Polisi saat itu segera bertindak mengejar para pelaku dan kembali menembak mati seorang tersangka bernama Kholid. Namun kekejadian itu membuat malang nasib polisi, mereka ternyata menembak mati seorang warga biasa. Hal ini memicu kemarahan warga. Ribuan warga merasa tidak terima dan menyerang

58 anarkis Mapolres Poso. Sejak saat itu Kota Poso lumpuh total sejak pagi hingga malam.

Polisi kembali kecolongan menangani kekerasan poso yang tidak kunjung berakhir. Empat personil Polda Sulawesi Tengah tewas tertembak misterius saat melintasi Desa Kalobara, Kecamatan Poso Pesisir Utara, dimuat di Harian Kompas Desember 2012. Polisi bergerak cepat melansir sekitar 24 buron, salah satunya ialah Santoso yang diduga otak dibelakang sejumlah serangkaian kekerasan dan pemimpin kelompok garis keras.

Namun terror bom seolah tak mau berhenti, polisi dikejutkan dengan kasus bom bunuh diri di Mapolres Poso di tengah digelarnya aksi penangkapan buron. Tidak mau dikatakan kewalahan menghadapi kelompok garis keras, polisi mengirim Densus 88 untuk menangkap sejumlah buronan. Selang sepekan dari aksi bom bunuh diri di Mapolres Poso, dimuat di harian kompas

Juni 2013 memberitakan aparat Densus 88 menembak mati Nurdin, warga

Kelurahan Gebang Rejo karena diduga tangan kanan jaringan Santoso.

Buntut dari peristiwa penembakan ini, warga menyerang Mapolres Poso karena warga menilai operasi dilakukan polisi nyatanya tak kunjung tuntas dan meresahkan keamanan warga. Aksi sepihak yang dilakukan warga membuat sebagian Kecamatan Poso Kota lumpuh sejak Senin sore hingga

Selasa pagi pada pekan itu.

Pada Desember 2014 dan Januari 2015, aksi penembakan masih kerap terjadi. Aksi terakhir yang terjadi pada pada 15 Januari 2015, yaitu

59 terjadi penembakan di perkebunan masyarakat wilayah Banua Ose Desa

Tangkura, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, yang diduga kelompok teroris Poso. Korbannya adalah Tomi Alipa (22 tahun) dan Aditia

Tetembu alias Papa Rine (55 tahun). Keduanya tinggal di Desa Tangkura

Kecamatan Poso Pesisir Selatan. Tomi ditemukan oleh ibunya sekitar satu kilometer dari kebun mereka sedangkan Papa Rine ditemukan warga setempat tak jauh dari ladangnya. Aksi kekerasan ini tak ayal membuat aparat keamanan harus bekerja lebih keras. Kalangan intelijen bahkan memperkirakan aksi kekerasan kelompok MIT masih akan terus berlangsung selama tahun 2015 ini.

Anggota Densus 88 Antiteror masih akan menjadi target serangan utama. Para kelompok teror itu mengobarkan perang melawan Densus 88 sebagai balasan terhadap teman-teman mereka yang telah didzolimi karena ditangkap, disiksa, dan ditembak mati. Pada tanggal 31 Maret 2017, sebuah ledakan keras diduga bom terjadi di tugu bundaran Jalan Pulau Sumatera atau tepatnya di depan lokasi bekas Pasar Sentral Poso, walaupun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, tetapi tetap mengganggu ketenangan warga sekitar. Selanjutnya pada tanggal 9 Juli 2017 sepanjang hari, terjadi dua teror yang terjadi di depan Mapolres Poso dan di depan sekolah yang berjarak sekitar 50 meter dari pos lalu lintas di bundaran SMA GKST,

60

Kelurahan Kasintuwu, Kecamatan Poso Kota Utara. Polres Poso menyebut ada pihak yang ingin mengacaukan keamanan yang berjaga di Poso23.

Upaya memutus mata rantai pergerakan teroris di Kabupaten Poso bukanlah pekerjaan yang mudah dan dan memakan waktu yang sebentar.

Harus ada kerjasama antar berbagai pihak agar dapat meminimalisir aktivitas para jaringan teroris tersebut. Tanpa kerjasama itu niscaya jaringan mereka akan terus berkembang. Intinya masyarakat harus proaktif bekerjasama dengan pemerintah daerah dan aparat keamanan terkait untuk memutus mata rantai jaringan teroris.

Matriks 4.2 Daftar Nama-Nama Teroris Poso Tahun 2017

Nama Asal Ket. Ali Ahmad alias Ali Kalora Poso DPO Qatar alias Farel Bima DPO Basir alias Romji Bima DPO Abu Alim Bima DPO Nae alias Galuh Bima DPO Kholid Bima DPO Muhammad Faisal alias Namnung Jawa DPO Taufik Buraga alias Upik Lawanga Poso Tewas Santoso alias Abu Wardah Poso Tewas Sabar Subagyo alias Daeng Koro Jawa Tewas Basri alias Bagong Poso Ditangkap Suharyono Hiban alias Yono Sayur Poso Tewas Firman alias Ikrima Poso Tewas Sucipto alias Cipto Ubaid Poso Tewas Adji Pandu Suwotomo alias Sobron Jawa Tewas Andika Eka Putra alias Hilal Poso Tewas Yazid alias Taufik Jawa Tewas Mukhtar alias Kahar Palu Tewas

23http://regional.kompas.com/read/2017/07/09/15572611/dua.teror.terjadi.di. poso.ada.surat.ancaman.untuk.polisi.

61

Nama Asal Ket. Firdaus alias Daus alias Barok alias Bima Tewas Rangga Askar alias Jaid alias Pak Guru Bima Tewas Abu Urwah alias Bado alias Osama Poso Tewas Mamat - Tewas Nanto Bojel - Tewas Can alias Fajar Bima Tewas Sogir alias Yanto Bima Tewas Herman alias David Bima Tewas Busro alias Dan Bima Tewas Fonda Amar Shalihin alias Dodo Jawa Tewas Hamdra Tamil alias Papa Yusran Poso Tewas Udin alias Rambo Malino Tewas Germanto alias Rudi - Tewas Anto alias Tiger - Tewas Agus Suryanto Farhan alias Ayun - Tewas Ibrahim Uighur Tewas Bahtusan Magalazi alias Farouk Uighur Tewas Nurettin Gundoggdu alias Abd Malik Uighur Tewas Sadik Torulmaz alias Abdul Aziz Uighur Tewas Thuram Ismali alias Joko Uighur Tewas Mustafa Genc alias Mus'ab Uighur Tewas Samil alias Nunung Poso Ditangkap Salman alias Opik Bima Menyerah umri alias Tamar Poso Menyerah Ibadurahman Bima Menyerah Syamsul Jawa Menyerah Mochamad Sonhaji Jawa Menyerah Irfan Maulana alias Akil Poso Menyerah Sumber: Analisis Data Skunder Tahun 2017

Data terakhir, jumlah anggota kelompok teroris hanya tersisa tujuh (7) orang dari empat puluh enam (46) orang dan mayoritas berasal dari luar kabupaten Poso yang bersembunyi di wilayah pegunungan Kabupaten Poso.

Tercatat lima (5) anggota dari kelompok ini berasal dari bima (NTB) yaitu

Nae alias Galuh, Qatar alias Farel, Basir alias Romzi, Abu Alim dan

Kholid, serta masing-masing satu (1) orang berasal dari pulau jawa dan

62

Kabupaten Poso, yaitu Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon, dan Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar. Kondisi Kabupaten

Poso saat ini dapat dikatakan kian kondusif. Selain selama setahun terakhir hanya ada dua sampai tiga kejadian yang mengganggu keamanan dan ketertiban, sisa-sisa dari kelompok ini setelah operasi Tinombala memilih untuk bersembunyi di daerah pegunungan. Hal ini sesuai dengan informasi dari T. Samsuri:

“Sekarang sisa tujuh dari empat puluh enam, sehingga sangat disayangkan itu yang membuat poso terkenal, kesannya tidak aman, padahal sebenarnya aman. Yang terjadi kasus-kasus seperti itu ya dipinggiran hutan sana, yang mana hanya terjadi apabila terjadi gesekan-gesekan dengan masyarakat, juga kadang-kadang gesekan dengan aparat”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018) Senada dengan hal ini, M. Masloman juga mengatakan:

“Sekarang itu sisa tujuh orang di hutan sana, dari bima lima orang, dari jawa satu orang”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018) Wilayah Kabupaten Poso memiliki keberagaman penduduk tergolong yang cukup majemuk, selain terdapat suku asli yang mendiami Poso,yaitu suku Pamona suku-suku pendatang pun banyak berdomisili di Poso, seperti dari Jawa, Bugis, Toraja, Gorontalo, Minahasa, Arab dan lain sebagainya. Ini dikarenakan Kota Poso berada di tengah-tengah jalur darat transportasi

Sulawesi. Pelancong yang berasal dari wilayah Selatan Sulawesi akan melewati Kota Poso untuk menuju bagian Utara Sulawesi, begitu juga sebaliknya. Secara faktual, daerah Poso yang masyarakat yang pluralis

63 dalam interaksinya tidak selalu berjalan baik, dalam interaksi sosial sering kali terjadi persinggungan sehingga menimbulkan “gesekan-gesekan” yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di daerah ini, seperti yang dikatakan oleh T. Samsuri:

“Ya memang kalau dari segi geografis, kabupaten poso ini ditusuk oleh dari berbagai kota, kalau dari manado, gorontalo, parigi, tembus ke poso. Dari palu juga tembus keposo biar lewat jalan yang lain, dari kendari juga tembus ke poso. Dari luwuk banggai, tojo una-una juga tembus ke poso. Begitu juga kalau orang Makassar kalau mau ke manado misalnya, kalau mendarat juga lewat poso. Jadi ada satu titik simpul akses di poso. Artinya apa, disitu rawan terjadi benturan antar budaya, karena tidak menutup kemungkinan juga terjadi transportasi isu, transformasi budaya, informasi baik yang bagus maupun yang sifatnya provokator. Poso juga punya laut, mau ditutup di darat, dari laut juga bisa masuk, dari udara juga bisa masuk ini yang harus kita antisipasi”. “Yang kita waspadai sekarang ini kalau ada pendatang yang bermukim di daerah poso, yang membawa keluarganya sehingga pada akhirnya membentuk rumpun dan pahamnya sendiri yang bisa berbenturan dengan dengan paham-paham lain yang sudah dulu di poso”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)

Kondisi geografis Kabupaten Poso yang umumnya pegunungan juga merupakan tempat yang ideal bagi para kelompok teroris untuk bersembunyi sehingga menyulitkan pemerintah daerah maupun aparat untuk mengidentifikasi atau melakukan pendekatan-pendekatan dengan kelompok ini, sesuai informasi dari dari kepolisian, M. Masloman:

“Ketujuh orang inikan (kelompok teror) mereka bergerilya di hutan, hutan ini mereka sudah kuasai, sementara kita ini aparat berada dibawah atau di kota, artinya hutan, jurang, tebing ini sudah dimereka kuasai, jadi untuk melakukan pendekatan atau penangkapan dengan hidup-hidup istilahnya butuh waktu”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)

64

Kasus terorisme yang terjadi di Kabupaten Poso cukup menyita perhatian, walaupun sudah jarang terjadi teror yang mengganggu keamanan dan ketertiban di daerah ini, tetapi telah berdampak negatif pada citra daerah

Kabupaten Poso, seperti yang dikatakan oleh T. Samsuri:

“Sebenarnya menyedihkan, saya kalau rapat atau ada pertemuan lain pasti ditanya bagaimana keamanan Poso. Sebenarnya sekarang poso aman. Saya pernah mau ke palu dapat orang yang bepergian tapi tidur di dijalan di darah poso malam-malam aman saja, tidak takut dengan masalah keamanan”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)

Melihat kondisi Kabupaten Poso pada saat ini, dapat dikatakan kasus- kasus atau kejadian-kejadian yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban khususnya kasus terorisme menurun drastis. Masyarakat kabupaten Poso saat ini lebih tenang dalam menjalankan aktivitasnya sehari- hari tanpa merasa khawatir mengenai keselamatannya, tidak seperti pada masa kasus terorisme baru mencuat hingga pada operasi tinombala berakhir. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Budi Tarusu:

“Kalau menurut saya, kita sudah maju selangkah, majunya kita itu kan hari ini masyarakat sekalipun masih ada sedikit cerita tentang terorisme ini, tetapi kita ini kan sudah berpikir tentang pembangunan yang nyata soal daerah ini. Apalagi dari segi non fisik, ketertiban dan keamanan sekarang jauh lebih baik daripada dulu. Tidak semua persoalan kemudian melebar kepersoalan antar kelompok, tidak lagi. Saya kalau kepalu biasa bawa mobil sendiri aman dijalan, tidak tergesa-gesa walaupun jalan subuh sendiri dan istirahat dijalan. Dan kelihatannya pemerintah langkah yang mereka tempuh sudah cukup lebih baik”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)

65

Matriks 4.3 Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di kabupaten Poso Tahun 2012-2017 Pernyataan Informan Uraian Analisis (Sumber) - Tanggal 8 Oktober Rangkaian peristiwa Peristiwa penembakan 2012, dua anggota penembakan dan dan pengeboman Polres Poso di culik pengeboman baik itu sebagai aksi teror dari saat bertugas dan kepada aparat tahun 2012-2017 masih ditemukan tewas Kepolisian maupun terjadi di daerah Poso terkubur di daerah kepada warga yang hutan Gunung Biru dilakukan oleh kelompok - Empat personil teroris di daerah Poso, Polda Sulawesi Sulawesi Tengah Tengah tewas sepanjang tahun 2012 tertembak di Desa hingga tahun 2017 Kalobara Kecamatan menyisakan duka Poso Pesisir Utara mendalam bagi warga pada Desember Poso. Kasus terorisme 2012 seolah tak mau berhenti - Juni 2013, aparat membuat sebagian Densus 88 warga Poso tidak dapat menembak mati hidup tenang dan Nurdin yang diduga dilanda oleh tangan kanan kekhawatiran. Poso kini jaringan Santoso seperti daerah yang - Tanggal 15 Januari menyimpan bara konflik 2015 terjadi yang entah kapan akan penembakan yang berakhir. dilakukan oleh Kelompok teroris Poso di perkebunan Desa Tangkura yang mengakibatkan dua warga meninggal dunia - 31 Maret 2017, ledakan bom terjadi di Jl. Pulau Sumatera walaupun tidak ada korban jiwa - 9 Juli 2017, dua teror terjadi didepan

66

Pernyataan Informan Uraian Analisis (Sumber) Mapolres Poso dan di depan Sekolah SMA GKST Kecamatan Poso Pesisir Sekarang sisa tujuh Kondisi keamanan dan Jumlah anggota teroris dari empat puluh ketertiban di Kabupaten pada tahun 2017 enam, sehingga Poso saat ini dapat mengalami penurunan, sangat disayangkan dikatakan kondusif. Hal dari empat puluh enam itu yang membuat ini berbanding terbalik anggota teroris menjadi poso terkenal, dengan citra yang tujuh orang. kesannya tidak aman, terbangun di masyarakat padahal sebenarnya diluar Kabupaten Poso. aman. (Wakil Bupati Hal ini dapat dibuktikan Kabupaten Poso) dari jumlah anggota kelompok teroris pada tahun 2017 mengalami penurunan, dari data terakhir jumlah anggota kelompok teroris di Kabupaten Poso tersisa tujuh orang. kalau dari segi Secara faktual, Letak Kabupaten Poso geografis, kabupaten Kabupaten Poso yang yang merupakan jalur poso ini ditusuk oleh merupakan daerah jalur transportasi dapat dari berbagai kota, transportasi dapat memberikan dampak kalau dari manado, berdampak negatif pada negatif pada gorontalo, parigi, keamanan dan perkembangan isu-isu tembus ke poso. Disitu ketertiban. Dalam yang sifatnya provokatif. rawan terjadi interaksi sosial, hal ini benturan, karena tidak dapat menimbulkan menutup kemungkinan “gesekan-gesekan”, juga terjadi seperti percampuran transportasi isu, kebudayaan dan transformasi budaya, perkembangan isu-isu informasi baik yang yang sifatnya provokatif bagus maupun yang yang dapat mengganggu sifatnya provokator. keamanan di daerah (Wakil Bupati Kabupaten Poso. Kabupaten Poso) Ketujuh orang inikan Kondisi geografis Kondisi geografis

67

Pernyataan Informan Uraian Analisis (Sumber) (kelompok teroris) Kabupaten Poso yang Kabupaten Poso mereka bergerilya di umumnya pegunungan berpengaruh pada hutan, hutan ini menyulitkan aparat pemberantasan tindak mereka sudah kuasai, untuk menangkap pidana terorisme sementara kita ini ketujuh orang kelompok aparat berada teror ini. Hal ini juga dibawah atau di kota, dikarenakan artinya hutan, jurang, pegunungan yang tebing ini sudah merupakan tempat mereka kuasai. (Kasat bersembunyi telah Binmas Polres Poso) mereka kuasai dan merupakan wilayah yang tepat untuk melakukan persembunyian dan pelatihan. Sumber: Analisis Data Primer 2018

Melihat kondisi Kabupaten Poso pada masa sekarang, melalui matriks

4.3 dapat dikatakan bahwa stabilitas keamanan dan ketertiban lebih baik.

Akan tetapi yang menarik perhatian adalah citra dari Kabupaten Poso pada saat ini masih identik dengan terorisme, hal ini tidak lepas dari berbagai kasus terorisme yang terjadi pada masa lampau. Kondisi geografis

Kabupaten Poso yang banyak memiliki daerah pegunungan juga berpengaruh pada proses pemberantasan terorisme sehingga menyulitkan kepolisian untuk menangkap teroris karena tempat kelompok ini bersembunyi telah mereka kuasai dan merupakan wilayah yang tepat untuk melakukan persembunyian, pelatihan, dan aksi teror. Selain kondisi geografis, letak Kabupaten Poso yang merupakan jalur transportasi yang dalam interaksi sosial, hal ini dapat menimbulkan “gesekan-gesekan”, seperti

68 percampuran kebudayaan dan perkembangan isu-isu yang sifatnya provokatif. Hal ini tentunya menjadi aspek negatif pada stabilitas keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

Kabupaten Poso kini seperti daerah yang menyimpan bara konflik yang entah kapan akan berakhir. Keadaaan Poso yang sekarang tidak ubahnya pesakitan yang dapat menghasilkan konflik etnik horizontal sepanjang 1999-2000 jika tidak ditanganai secara tepat. Penyelesaian konflik poso membutuhkan peran pemerintah sebagai mediasi untuk mengundang semua tokoh, agama, masyarakat, mulai dari daerah hingga pusat, untuk berdialog dan mencari solusi damai.

4.3. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban

pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso

Menurut Neil J. Smeler, berbagai faktor politik seperti kondisi ekonimi, politik, agama dan lain-lain memang dapat menimbulkan gerakan terorganisir dalam terorisme. Akan tetapi kondisi tersebut tidak menjamin adanya suatu tindakan kekerasan yang dilakukan oleh para terorisme terkecuali dengan diikuti oleh faktor-faktor lain, seperti doktrin ideologi keagamaan yang ditamankan oleh para pemimpin. Dengan adanya doktrin ideologi yang telah ditanamkan para pengikutnya maka hal tersebut dapat membuat terorisme melakukan tindakan kekerasan yang dapat mengancam seluruh masyarakat yang tidak dianggapnya dapat menghalangi tujuan mereka dan setiap orang yang dianggapnya telah menyalahi agama pun menjadi objek sasaran untuk

69 para teroris24. Aksi terorisme di kabupaten Poso yang mengatasnamakan agama juga disampaikan oleh M. masloman bahwa:

“Jadi berkaitan dengan kasus-kasus terorisme di kabupaten Poso ini sejak pasca kerusuhan kemarin, penegakan hukum 2007, mulai bermunculan aliran-aliran yang pada intinya melakukan teror-teror berupa kekerasan, ancaman, bahkan pembunuhan. Kemudian kasus- kasus yang terjadi di wilayah kabupaten poso ini memang pada umumnya dilakukan oleh para teroris karena berkaitan dengan pemahaman-pemahaman, paham-paham keagamaan to, sehingga kelompok-kelompok ini dia punya misi melawan pemerintah ingin mendirikan Negara islam”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)

Pemerintah daerah Kabupaten Poso menyadari bahwa pembangunan daerah tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa situasi yang kondusif. Situasi kondusif tersebut tidak mungkin terwujud tanpa penegakan hukum, keamanan dan ketertiban sosial kemasyarakatan dilaksanakan secara konsisten, sehingga suasana damai, aman dan tenteram tanpa rasa kuatir dan takut dapat dirasakan oleh masyarakat Kabupaten Poso. Dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso, penyusunan strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan yang selanjutnya dimuat dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Poso Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan

Daerah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021.

24 Ari Wibowo, Hukum Pidana Terorisme, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Hlm. 79

70

Matriks 4.4 Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan Ketertiban di Kabupaten Poso Tahun 2016-2021

No. Strategi Arah Kebijakan Sasaran Tujuan

1. Meningkatkan Peningkatan dan kerukunan antar penguatan umat beragama kerukunan internal pada berbagai maupun antar aspek umat beragama untuk Meningkatnya menciptakan Toleransi harmoni social kerukunan dan Peningkatan kesadaran jaringan lingkungan umat kerjasama antar beragama lembaga dalam Mewujudkan keagamaan semangat rasa aman, 2. Meningkatkan Peningkatan Sintuwu Maroso tenteram kualitas fasilitas dan nyaman pelayanan Keagamaan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama 3. Meningkatkan Peningkatan Meningkatnya kesadaran kesadaran ketentraman, hukum masyarakat dan ketertiban masyarakat dan kinerja aparat umum penegakkan hokum dan hokum perlindungan masyarakat 4. Implementasi Memperkuat Meningkatnya Mewujudkan revolusi persatuan dan wawasan wawasan Mental kesatuan bangsa kebangsaan kebangsaan masyarakat masyarakat Sumber: Data Skunder, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021

71

Pemerintah daerah Kabupaten Poso merumuskan strategi dan arah kebijakan perencanaan pembangunan daerah secara komprehensif untuk mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif (berdaya guna) dan efisien (berhasil guna) seperti pada matriks 4.4 dengan menerapkan strategi meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai aspek, meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan bagi seluruh pemeluk agama, meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakan hukum dan implementasi revolusi mental. Secara umum, untuk menjaga keamanan dan ketertiban dalam bingkai “Sintuwu maroso”, pemerintah daerah Kabupaten

Poso menetapkan tujuan dari strategi, yaitu mewujudkan rasa aman dan tenteram dan mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat. Hal ini tentunya juga mengupayakan sinergitas dari setiap pemangku kepentingan pembangunan, yaitu pemerintah daerah, masyarakat, tokoh agama, dan

Polri.

Teror atas dasar agama inilah yang menjadi pemantik sering terjadinya aksi pengeboman dan penembakan. Jika masyarakat terdoktrin atau terprovokasi bahwa agama tertentu sebagai sebab utama dalam berbagai aksi teror, maka upaya untuk mencegah berkembangnya kelompok teroris akan sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah daerah

Kabupaten Poso harus berupaya keras untuk menghapus anggapan penyebab aksi terorisme di Kabupaten Poso karena agama tertentu.

72

Pemerintah Kabupaten Poso menyusun strategi pencegahan terorisme dan pemikiran radikal dengan cara yang tepat, dengan lebih memperhatikan pendekatan lunak (soft power) yang antara lain termanifestasikan dalam pendidikan publik dan pencegahan dini dalam mengatasi berbagai kejadian kekerasan yang terjadi daerahnya. Hal ini didukung oleh Pdt. Budi Tarusu, dengan pernyataannya:

“Dalam pengamatan saya, upaya pemerintah ini sangat luar biasa dalam mengatasi kasus terorisme. Yang pertama dia langkah-langkah yang mereka lakukan kelihatannya sudah lebih halus. Jadi pemda berupaya untuk pembersihan didalam dulu. Kalau lalu itu kepolisian dengan angkat senjata untuk penanganan kasus-kasus ini, tapi sekarang lebih persuasif. Tentu ini belum selesai, tapi kita akan lihat hasilnya nanti ini kedepan. Pemerintah berupaya menempatkan posisinya sebagai pemerintah bagi semua, tidak hanya yang tidak anarkis, tapi juga pada kelompok-kelompok yang menempatkan diri sebagai teroris ini juga diperhatikan bahwa dia juga sebagai pemerintah bagi mereka. Nah diupayakan mereka bisa meninggalkan pemikiran itu”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018) Strategi yang dimaksud adalah langkah-langkah berisikan program- program indikatif untuk mengatasi permasalahan pokok pembangunan daerah yang dimaksud dalam program prioritas Kabupaten Poso tahun

2016-2021.

4.3.1. Pendeteksian Dini

Sebelum penerapan strategi untuk menjaga keamanan dan

ketertiban di Kabupaten Poso, pemerintah daerah Kabupaten Poso

berfokus terlebih dahulu dalam mencari informasi dari potensi dan

indikasi sekecil apapun kemungkinan timbulnya gangguan keamanan.

73

Ini harus diantisipasi oleh pemerintah Kabupaten Poso dengan penuh kepekaan dan kesiagaan. Bentuk upaya dari pemerintah dalam mencari informasi yang dapat menimbulkan aksi terorisme di

Kabupaten Poso adalah dengan melakukan upaya pendeteksian dini sebagai “modal” pemerintah atau faktor pendukung dalam penerapan strategi menjaga keamanan dan ketertiban.

Pendeteksiaan dini untuk menjaga keamanan dan ketertiban ialah kondisi kepekaan, kesiap-siagaan, antisipasi dimasyarakat dalam menghadapi kemungkinan timbulnya gangguan keamanan..

Pentingnya kewaspadaan keamanan diantisipasi secara dini dengan penuh kepekaan dan kesiagaan karena benturan sosial, agama, etnis, maupun ideologi setiap saat akan muncul, apalagi dengan bercermin dari sejarah Poso pada masa lalu yang mana benturan antar agama dan kasus terorisme yang terjadi hingga saat ini cukup mengganggu keamanan dan ketertiban di Kabupaten ini.

Dalam kerangka penegakan hukum, harus ada elemen pendeteksian dini sebelum tindak teroris terjadi dan penindakan atau pemrosesan secara hukum setelah tindakan teror terjadi. Tindakan ini diharapkan mampu mendeteksi gejala-gejala yang diprediksi akan menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban di Kabupaten

Poso. Di Kabupaten Poso, upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah tindakan terorisme yang mungkin terjadi, maka

74 dibentuk Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) sebagai instansi berwenang yang diketuai oleh Bupati Kabupaten Poso dan Kepala

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai sekretaris dengan melibatkan intelijen, seperti yang dikatakan oleh mahmudin Jamal:

“Kita juga ada dalam satu komunitas, namanya itu Kominda (Komunitas Inteleijen Daerah), nah ini bupati selaku ketua kemudian kesbang sebagai sekretaris, pelaksananya itu ada dari kesbang, dan intelijennya ada dari polisi, ada dari tentara, semua itu bekerja sama dalam Kominda”. (wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018) Forum ini merupakan koordinasi diantara unsur intelijen, seperti

BIN, Polri, TNI, serta Kejaksaan, sesuai dengan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen

Daerah. Hal ini juga sesuai dengan Inpres No. 2 Tahun 2013 tentang

Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri, yang diharapkan bahwa kepala daerah Kabupaten Poso tidak lagi ragu untuk bertindak mengatasi kasus yang mengganggu Keamanan dan ketertiban di daerahnya. Peran bupati dan wakil bupati kabupaten Poso akan sangat besar dan menentukan dalam proses penanganan masalah keamanan, karena instruksi tersebut pada intinya menginginkan adanya efektivitas penanganan gangguan keamanan di daerah.

Karakteristik kelompok yang sudah terpapar dengan narasi radikal adalah hanya mau mendengar dari pemimpin kelompoknya, atau orang dekat yang dipercaya. Jika langkah kontra narasi

75 dilakukan oleh pemerintah, terlebih yang mencerminkan kekuatan aparat bersenjata, maka tidak akan berhasil. Kontra narasi oleh pemerintah secara kelembagaan hanya akan menghabiskan waktu dan biaya. Maka dari itu, Kominda (Komunitas Intelijen Daerah), sangat berperan dalam mendeteksi dini isu-isu mengenai gerakan gerakan seperti ini dan segera menyusun strategi soft power

(pendekatan lunak) sehingga pemikiran-pemikiran radikal tidak meyebar ke masyarakat yang lain.

Kominda terus melakukan deteksi terhadap potensi - potensi gesekan di masyarakat. Laporan dan hasil dari identifikasi dari intelijen, ditindaklanjuti oleh pemerintah kabupaten dengan mengambil langkah yang akan ditangani oleh Badan Kesatuan Bagsa dan Politik

Kabupaten Poso dengan mengadakan pertemuan dengan kelompok masyarakat yang dimaksud atau dengan sosialisasi mengenai wawasan kebangsaan dan pancasila. Hal ini juga dapat melibatkan

FKUB untuk membahas polemik di masyarakat jika potensi gesekan menyangkut masalah agama. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Budi Tarusu:

“Ya mereka juga perlu untuk diayomi kepentingannya, tapi di arahkan saja, kalau ada tindakan-tindakan yang sifatnya anarkis, lebih kepada soal kekerasan, tentu pemerintah juga mendengar suara mereka, kalau bisa mereka dibuat meninggalkan itu. Hari ini segala sesuatu bisa dipercakapkan, lebih baik kita diskusikan, ada ketidakpuasan pada pemerintah disampaikan lewat jalurnya kan”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)

76

Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) Kabupaten Poso berperan dalam langkah awal untuk mengetahui isu-isu maupun tindakan-tindakan yang terjadi di tengah masyarakat yang berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso, Seperti yang diutarakan oleh T. Samsuri:

“Untuk mengantisipasi itu, untuk mengurangi gesekan, Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) selalu mengadakan rapat koordinasi untuk mendeteksi dini isu-isu yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang bisa mengganggu stabilitas keamanan daerah, terutama dari radikalisasi, dan juga pemikiran garis keras, kemungkinan juga ada pemikiran- pemikiran yang menumbuhkan terjadinya ketegangan dan juga menimbulkan ketegangan dan terganggunya stabilitas keamanan daerah. Ini selalu kita koordinasi”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)

Selain mendeteksi dini isu-isu yang terkait radikalisasi ditengah masyarakat sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan kedepannya., Kominda Kabupaten Poso juga berupaya mencari informasi mengenai hal-hal yang dapat memicu perkelahian antar kelompok. Strategi deteksi dini merupakan respon dari pemerintah daerah Kabupaten Poso untuk mencegah terjadinya aksi terorisme dan konflik di tengah masyarakat. Namun deteksi dini dan respons cepat terkait ancaman terorisme itu harus terus harus dilakukan secara continue dengan bekerjasama dengan berbagai pihak. Setelah pelaksanaan rapat koordinasi, Kominda memberikan informasi bupati/wakil bupati Kabupaten Poso maupun ke instansi yang akan tekait mengenai kebijakan yang berkenaan dengan deteksi dini dan

77 peringatan dini terhadap ancaman stabilitas keamanan di Kabupaten

Poso. Permasalahan yang berkembang selalu selalu direkomendasikan kepada bupati/wakil bupati Kabupaten Poso maupun ke instansi yang tekait. Seperti yang dijelaskan oleh mahmudin Jamal:

“Dari Kominda ini sebagian besar informasi kita dapatkan, contohnya ketika kita mau idul fitri atau natal, itu kita rapat kominda bagaimana informasi dari semua pihak terus hasilnya apa yang harus kita lakukan, pemerintah daerah apa yang harus lakukan. Biasanya itu ada edaran yang ditandatangani oleh bupati kapolres maupun FKUB, yang isinya biasanya masyarakat tidak boleh berbuat hal-hal yang menggganggu ketentraman”.

“Kita juga bekerja sama dengan BNN, kepala badan kesbang itu sebagai ketua harian pemberantasan narkoba di daerah, kita operasi dimana ada peredaran narkoba. Kenapa ini kita lakukan, karena embrio dari konflik itu berasal dari sini. Jadi kita menjaga jangan sampai terjadi lagi, pengalaman itu konflik poso berawa dari orang mabuk”. (wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018) Pendeteksian dini yang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui Kominda dengan berkolaborasi dengan intelijen sektoral lainnya merupakan faktor yang sangat penting dalam menghimpun informasi. Hal ini dilakukan guna lebih tanggap terhadap segala bentuk kerawanan daerah yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

78

Matriks 4.5 Analisis Pendeteksian Dini

Pernyataan Informan Uraian Analisis (Sumber) Kita juga ada dalam Untuk mendukung Kominda satu komunitas, strategi pemerintah Kabupaten Poso namanya itu Kominda daerah dalam menjaga sebagai unsur (Komunitas Inteleijen keamanan dan pendukung dari Daerah), nah ini ketertiban, maka strategi pemerintah bupati selaku ketua dibentuk Kominda daerah dalam kemudian kesbang Kabupaten Poso yang menjaga keamanan sebagai sekretaris, diketuai oleh bupati dan ketertiban. pelaksananya itu ada Kabupaten Poso dan dari kesbang, dan kepala Kesatuan intelijennya ada dari Bangsa dan Politik polisi, ada dari sebagai sekretaris tentara, semua itu serta anggota dari bekerja sama dalam Badan Kesatuan Kominda. (Kepala Bangsa dan Politik Badan Kesatuan sebagai pelaksana Bangsa dan Politik dari Kominda yang Kabupaten Poso) bekerja sama dengan intelijen dari Polisi dan tentara. Komunitas ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban khususnya yang terkait dengan kasus terorisme sebagai bagian dari strategi pemerintah daerah Kabupaten Poso. Untuk mengantisipasi Dalam rangka Kominda bertugas itu, untuk mengurangi menjaga keamanan mendeteksi isu gesekan, Kominda dan ketertiban di ditengah (Komunitas Intelijen Kabupaten Poso, masyarakat terkait Daerah) selalu Kominda selalu pemikiran radikal mengadakan rapat berupaya mendeteksi atau lainnya yang koordinasi untuk isu-isu yang dapat menimbulkan mendeteksi dini isu- berkembang di tengah konflik.

79

Pernyataan Informan Uraian Analisis (Sumber) isu yang terjadi di masyarakat terutama tengah-tengah yang berkaitan dengan masyarakat, yang pemikiran-pemikiran bisa mengganggu yang dapat stabilitas keamanan menimbulkan daerah. (Wakil Bupati ketegangan- Kabupaten Poso) ketegangan atau konflik seperti pemikiran radikal. Hal ini dilakukan guna lebih tanggap terhadap segala bentuk kerawanan daerah yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Dari Kominda ini Informasi-informasi Pendeteksian dini sebagian besar yang diperoleh berperan penting informasi kita Kominda sebagai hasil dalam mendukung dapatkan, contohnya dari pendeteksian dini strategi pemerintah ketika kita mau idul digunakan sebagai daerah dalam fitri atau natal, itu kita pertimbangan untuk menjaga keamanan rapat kominda menentukan kebijakan dan ketertiban. bagaimana informasi kedepannya. Hal ini dari semua pihak disesuaikan dengan terus hasilnya apa strategi pemerintah yang harus kita daerah dalam menjaga lakukan. (Kepala keamanan dan Badan Kesatuan ketertiban di Bangsa dan Politik Kabupaten Poso. Kabupaten Poso) Sumber: Analisis Data Primer 2018

Upaya mendeteksi dini yang dilakukan oleh Kominda Kabupaten Poso sesuai pada matriks 4.5 dapat digambarkan sebagai berikut:

80

Gambar 4.1 Strategi Pendeteksian Dini

Peraturan  Inpres No.2 Tahun 2013  Permendagri No. 11 Tahun 2006

Penindaklanjutan Kominda Pendeteksian Dini Informasi Kabupaten Poso

Mencari informasi ditengah masyarakat yang dapat menyebabkan pertikaian atau konflik

Strategi Pemerintah Daerah Dalam Menjaga Keamanan Dan Ketertiban

Sumber: Analisis Data Primer 2018 Kominda (Komunitas Intelijen Daerah) Kabupaten Poso sesuai

dengan gambar 4.1 selalu berupaya mencari informasi dan

mendeteksi isu-isu yang dapat mengarah pada pertikaian atau konflik

dan juga pemikiran-pemikiran radikal ditengah masyarakat. Hal ini

merupakan upaya pendeteksian dini yang dilakukan oleh pemerintah

daerah Kabupaten Poso untuk mendukung strategi yang diterapkan

81 pemerintah daerah dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

4.3.2. Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada

Berbagai Aspek

Peran pemerintah daerah harus ditingkatkan dalam mewujudkan keharmonisan kerukunan beragama. Peraturan Bersama

Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama nomor 9 dan 8 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah, wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat, pasal 6 ayat (1) memberikan tanggung jawab kepada kepala daerah dan wakil kepala daerah. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari T. Samsuri:

“Kemarin memang sempat itu mengarah keagama (kasus terorisme), nah untuk mengantisipasi itu, kita juga ada Forum kerukunan umat beragama juga dimaksimalkan karena kita menyadari masyarakat poso juga kurang lebih 38%nya muslim, 4%nya hindu, selebihnya nasrani. Ini kita jaga untuk menghindari benturan agama. FKUB ini didukung dengan APBD, sehingga jika ada indikasi yang mengarah keagama cepat kita atasi dengan melalui wadah ini. Itu semua kita wadahi dengan peranan dari FKUB ini”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)

Dialog antar umat beragama dilakukan sebagai sarana untuk menjaga kerukunan dan mengatisipasi terjadinya konflik sosial antar agama dan penyebaran paham radikal yang mengatasnamakan agama tertentu, seperti yang dikatakan oleh Budi Tarusu:

82

“Jadi kita ini kan forum kerukunan umat beragama, jadi tugas kita ini bagaimana menciptakan kerukunan antar agama. Kita kan ada koordinasi dengan wakil bupati, FKUB itu ada di bawahnya wakil bupati. Jadi peran kita hari ini itu, lebih banyak kita mengantisipasi supaya kejadian-kejadian teror ini tidak berkembang jadi kerusuhan seperti lalu”.

“Jadi kita kalau dapat informasi ada pertikaian antar kelompok yang kelihatannya dia bisa melebar segera, atau persoalan apa saja yang bisa jadi pemicu, segera kita atur bagaimana bagusnya langkah yang kita tempuh, segera kita atur. Jadi kita waspada jangan sampai ada masyarakat yang terpengaruh dengan yang di gunung-gunung sana”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018) Sikap yang harus dipahami bagi setiap anggota di FKUB

Kabupaten Poso dalam melakukan dialog antar agama, apapun bentuknya, diperlukan adanya sikap saling terbuka, saling menghormati dan kesediaan untuk mendengarkan yang lain. Sikap- sikap ini diperlukan untuk mencari titik temu antar agama di kabupaten Poso, karena masing-masing agama mempunyai karakteristik yang unik dan kompleks, seperti yang dikatakan oleh

Yusuf Runa:

“Kalau kami dari FKUB itu pertama kita itu memahami bahwa kebhinekaan itu adalah rahmat tuhan, kita berbangga bahwa bangsa Indonesia ini adalah plural, apakah dia punya suku, adat, bahasa atau dia punya agama kita harus bangga itu, kita harus pertahankan. Karena macam yang di timur tengah, dia Cuma satu suku disana tapi berkelahi juga dia. Jadi bagi kami itu di FKUB kita tidak mau terseret terbawa-bawa saling menghujat. Jadi kita punya prinsip agama kita walaupun berbeda tidak boleh saling mengganggu”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)

83

Hal ini didukung dengan pernyataan dari Budi Tarusu:

“Memang tokoh-tokoh agama sekarang harus punya pemikiran seperti itu (tidak saling mengganggu). Kita harus melakukan tindakan yang lebih luas lagi, tidak hanya mengurus umatnya di daerahnya masing-masing, tapi juga mengurus yang lain, harus berpikir keluar untuk perdamaian”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)

Pentingnya dialog antar umat agama inilah dijadikan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Poso dalam meningkatkan kerukunan dan menghadapi konflik sosial atau disintegrasi Sosial atas nama agama, seperti yang dikatakan oleh

Budi Tarusu:

“Yang jelas upaya pemerintah ini menurut saya dalam penindakan terrorisme ini sedikit berubah dari yang fisik (angkat senjata) jadi lebih ke soal pemberdayaan kalau menurut saya. Dan disitu kelihatannya sisi agama yang diupayakan jalan kan. Kalau tokoh-tokoh agama itu diupayakan mereka yang melakukan pendekatan yang tegabung dalam FKUB kan”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018) Strategi meningkatkan kerukunan antar umat beragama dengan melakukan dialog antar umat beragama menurut wakil bupati

Kabupaten Poso adalah adalah dengan memaksimalkan peran Forum

Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Poso dalam menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah- tengah masyarakat. Prosesnya berjalan dengan baik dan hasilnya sangat membantu untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di

84

Poso dan dapat mencegah terjadinya perpecahan lagi antara kedua kelompok-kelompok agama di Poso.

Berkenaan dengan tugas FKUB kabupaten Poso dalam pasal

Sembilan ayat (2) huruf d, melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat menurut PBM Nomor 9 dan 8 Tahun 2006. Hal ini dijelaskan oleh Yusuf Runa:

“Kita sosialisasi terutama masalah kebhinekaan dan kerukunanan umat beragama. Ada peraturan menteri agama no. 9 tahun 2006. Berikut sosialisasi mengenai aturan ini. Makanya yang kita hindari ini kalau ada paham-paham yang berbeda yang bisa memecah belah agama/antar agama atau pertentangan antar paham-paham. Intinya kita di FKUB ini merangkul semua agama, bukan memerangi karena kita tidak punya senjata, kita berikan penyadaran bahwa Poso ini bukan Cuma punya agama tertentu”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)

Adanya dialog antar umat beragama di Kabupaten Poso ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah Poso telah melakukan resolusi konflik dengan cara meminimalisir sebab-sebab konflik dan aksi-aksi terorisme dan berusaha membangun hubungan baru. Dialog antar umat beragama memiliki dampak positif bagi keragaman agama. Dilihat dari intern umat beragama dapat lebih menguatkan kemampuan menghayati dan mendalami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya dalam kehidupan sehari-hari dan tidak

85 terpengaruh pada provokasi-provokasi dari luar, seperti yang dikatakan oleh bapak Yusuf Runa:

“Kita tangkap itu bahwa pasti ada masalah, kenapa mereka jadi teroris. Barangkali paham mereka, barangkali juga juga ketidakpuasan, ini kita antisipipasi jangan sampai ini diseret ke agama. Mereka itu banyak dari luar karena medannya poso ini di gunung sana bagus untuk basembunyi, terus juga lalu sebagian dari kita melihat ada keluarga dibantai waktu rusuh, nah tentu ini yang gampang di masuki sama orang dari luar sana”.

Adanya peran dari FKUB diharapkan masyarakat dapat lebih memahami keberadaaan agama lain, hal senada diungkapkan oleh

Budi Tarusu:

“Kalau khusus penaggulangan terorisme ini, kalau saya lihat, fKUB ini waktu dia memang menjadi titik tumpu, menjadi harapan dimana pemerintah itu mengharapkan perannya, sehingga ada perbaikan dimasyarakat. Karena perannya bisa masuk ke dua agama ini, karena dulu yang bertikai ini ada dua agama kan, jadi peran dari FKUB ini vital”.

“kalau saya lihat juga hari ini kelihatannya Pemerintah Poso ini berupaya menggaet semua kelompok, pemerintah memang tidak bisa jalan sendiri, mereka memang butuh komunitas yang lain, apalagi komunitas agama itu memang yang harus digandeng. Jadi kita juga para tokoh agama ini berupaya supaya kita tidak mudah disulut, karena kalau kita mudah terbakar amarah, pasti ada pihak-pihak yang untung kan, dan itu kita saling mengingatkan antar lintas agama”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)

86

Matriks 4.6 Analisis Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai Aspek

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) Jadi, kita ini kan forum FKUB Kabupaten Poso FKUB hadir untuk kerukunan umat berupaya untuk meminimalisir beragama, jadi tugas menciptakan konflik yang kita ini bagaimana kerukunan antar umat mengarah pada menciptakan beragama dengan agama. kerukunan antar mengantisipasi agar agama. Jadi peran kasus-kasus terorisme kita hari ini itu, lebih yang telah terjadi di banyak kita Kabupaten Poso tidak mengantisipasi berkembang menjadi supaya kejadian- Konflik yang lebih luas, kejadian teror ini tidak baik itu konflik yang berkembang jadi sifatnya vertikal kerusuhan seperti maupaun konflik yang lalu. (wakil ketua bersifat horizontal yang FKUB Kabupaten mengarah pada agama Poso) seperti terjadi pada masa lalu di Kabupaten Poso. Kalau kami dari FKUB FKUB Kabupaten Poso Untuk itu pertama kita itu memahami bahwa meningkatkan memahami bahwa dalam menjaga kerukunan antar kebhinekaan itu keamanan dan umat beragama, adalah rahmat tuhan, ketertiban dengan FKUB harus kita berbangga bahwa kondisi masyarakat paham terlebih bangsa Indonesia ini yang plural, diperlukan dahulu mengenai adalah plural, apakah adanya sikap saling Khebinekaan di dia punya suku, adat, terbuka, saling Kabupaten Poso bahasa atau dia menghormati dan punya agama kita kesediaan untuk harus bangga itu, kita mendengarkan harus pertahankan. pendapat dari agama (ketua FKUB lain. Sikap-sikap ini Kabupaten Poso) diperlukan untuk mencari titik temu antar agama di kabupaten Poso.

87

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) Kita sosialisasi Mengadakan FKUB Kabupaten terutama masalah sosialisasi terutama Poso bertugas kebhinekaan dan masalah kebhinekaan mengadakan kerukunanan umat dan kerukunan antar sosialisasi beragama. Makanya umat beragama mengenai yang kita hindari ini menjadi tugas dari kebhinekaan dan kalau ada paham- FKUB Kabupaten kerukunan antar paham yang berbeda Poso. Hal ini umat beragama. yang bisa memecah dimaksudkan guna belah agama/antar menghindari paham- agama atau paham yang dapat pertentangan antar menimbulkan konflik paham-paham. (ketua atau gesekan antar FKUB Kabupaten agama dan paham- Poso) paham yang berbeda dalam agama. Kalau khusus Melihat kasus FKUB Kabupaten penaggulangan terorisme yang didasari Poso sebagai terorisme ini, kalau atas dasar agama penghubung antar saya lihat, fKUB ini tertentu, peran dari agama di waktu dia memang FKUB Kabupaten Poso Kabupaten Poso. menjadi titik tumpu, sangat vital karena menjadi harapan menjadi titik tumpu dimana pemerintah itu dalam menghadapi mengharapkan gesekan antar agama perannya, sehingga dan paham berbeda ada perbaikan dalam suatu agama dimasyarakat. Karena yang ada di Kabupaten perannya bisa masuk Poso. ke dua agama ini. ( wakil ketua FKUB Kabupaten Poso) Sumber: Analisis Data Primer 2018

Berdasarkan matriks 4.6, meningkatkan kerukunan umat beragama dapat digambarkan sebagai berikut:

88

Gambar 4.2 Strategi Meningkatkan Kerukunan antar Umat Beragama pada Berbagai Aspek

Peraturan  Perda No. 4 Tahun 2017  PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006

Straregi Terjaganya meningkatkan FKUB Keamanan kerukunan antar Kabupaten Poso dan Ketertiban umat beragama di Kabupaten pada berbagai Poso aspek

1. Dialog kebhinekaan dan kerukunan umat beragama. 2. Mediator paham-paham yang berbeda dalam suatu agama.

Sumber: Analisis Data Primer 2018

FKUB Kabupaten Poso sesuai dengan gambar 4.2 mempunyai

peran yang sangat penting yaitu harus mampu meminimalisir

“gesekan-gesekan” yang timbul ditengah masyarakat akibat masalah

agama. Mengingat konflik yang terjadi pada masa lampau dan kasus

terorisme yang terjadi di Kabupaten Poso sedikit banyak melibatkan

unsur kepercayaan. FKUB Kabupaten Poso memamahi bahwa

menjaga keamanan dan ketertiban dengan kondisi masyarakat

Kabupaten Poso yang plural, diperlukan adanya sikap saling terbuka

dan saling menghormati kelompok atau agama lain. Oleh karena itu,

89 tugas FKUB Kabuapaten Poso selalu mengadakan sosialisasi (dialog) masalah kebhinekaaan dan kerukunan antar umat beragama sesuai dengan PBM pasal 9 ayat 2 huruf d, serta menjadi penengah dari paham-paham yang berbeda dalam suatu agama, agar masyarakat

Kabupaten Poso dapat hidup berdampingan dengan aman dan tertib sesuai dengan PBM pasal 9 ayat 2 huruf a.

4.3.3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh

Pemeluk Agama

Berkenaan dengan kualitas pelayanan keagamaan di

Kabupaten Poso, pemerintah daerah perlu memaksimalkan peran dari tokoh agama untuk mengatasi persoalan komunikasi antar agama maupun antar komunitas agama dan terhindar dari konflik yang mengatasnamakan agama sebagaimana yang dimaksud oleh Budi

Tarusu:

“Saya ini kan ketua majelis klasis yang membawahi sepuluh gereja, ada dua puluh satu teman pendeta yang bekoordinasi dengan saya, jadi mereka untuk hubungan keluar saya yang jembatani, baik itu kepemerintah ke lintas agama yang lain, atau kemana, itu saya yang jembatani. kalau saya lihat juga hari ini kelihatannya pemerintah poso ini berupaya menggaet semua kelompok, pemerintah memang tidak bisa jalan sendiri, mereka memang butuh komunitas yang lain, apalagi komunitas agama itu memang yang harus digandeng. Jadi kita juga para tokoh agama ini berupaya supaya kita tidak mudah disulut, karena kalau kita mudah terbakar amarah, pasti ada pihak- pihak yang untung kan, dan itu kita saling mengingatkan antar lintas agama”.

90

FKUB Kabupaten Poso yang beranggotakan para tokoh agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) dalam PBM mempunyai tugas antara lain: melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat. Cara yang ditempuh untuk melakukan dialog, adalah dengan mengundang para tokoh dan pemuka lintas agama untuk berdialog berkenaan dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi masyarakat dan umat beragama di Kabupaten Poso, dengan tujuan untuk mencari jalan keluar atau untuk menyelesaikannya. Hal ini seperti pernyataan dari Yusuf Runa:

“Pertama kita itu dialog dan memediasi, jadi misalnya kalau ada yang kurang paham yang bisa memicu ketegangan ada gejala mau keributan kita harus panggil, kalau masalah agama kita panggil ahli agama, diusahakan supaya mereka bisa menerima”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan dari Budi Tarusu: “Tanggung jawab kita sebagai FKUB, kita berupaya untuk terjun langsung, untuk beberapa kegiatan. Kita di FKUB melakukan koordinasi beberapa hal, ada kemarin peristiwa di malei, anak-anak remajanya mau berarah ke konflik kelompok bahkan antar agama, kita langsung terjun kelapangan melakukan mediasi, dan membuat pertemuan untuk kedua kelompok yang bertikai ini, dan wabup juga hadir. Kami turut membantu menciptakan situasi yang aman dalam dalam tanggung jawab sebagai FKUB. Kita seringkali hadir dalam menjembatani, memfalisitasi pertemuan-petemuan, karena yang paling penting ini bagaimana masyarakat ini bisa dipertemukan, lalu kita beri beberapa masukan dan buat kesepakatan, kalau masalah hukum kita serahkan ke ranah hukum”. (wawancara dengan wakil ketua FKUB Kabupaten Poso, 20 Februari 2018)

91

Aspirasi yang pernah ditampung oleh FKUB antara lain berkaitan dengan pemulihan konflik di Poso, dan berkaitan dengan pendirian rumah ibadat sesuai dengan PMB pasal sembilan ayat (2) huruf e. Cara yang dilakukan FKUB adalah menemui atau bersilaturahmi dan melakukan audiensi dengan para pemuka dan tokoh agama dengan cara mengunjungi rumah-rumah mereka atau bertemu di tempat yang telah ditetapkan.mendirikan rumah ibadat.sebagaimana yang dikatakan oleh Yusuf Runa:

“Ini juga yang biasa bikin ricuh ini pendirian rumah ibadah, misalnya ada yang protes. Jadi ini dia punya tugas FKUB ini. Misalnya menurut FKUB salah satu syarat mendirikan rumah ibadah permanen tidak seenaknya, pertama itu katakanalah apakah tanahnya itu betul-betul bukan tanah bermasalah. Jadi jangan sampai membangun disitu digugat, kan bisa panjang masalah. Nah kemudian juga jemaahnya, jadi misalnya disatu tempat itu harus ada jamaahnya paling sedikit 40 KK (kepala Keluarga), baru diterima sama rankyat disitu 60 KK (kepala keluarga). Tapi ini biasa tidak terlalu berlaku di Poso. Contohnya di meko (Pamona barat), disana islam itu tidak terlalu banyak, tapi karena disana itu merupakan daerah lintasan, jadi dibikin mesjid dan yang bantu juga orang-orang Kristen disana, tentunya sudah berkonsultasi dengan kami FKUB”. (wawancara dengan ketua FKUB Kabupaten Poso, 16 Februari 2018)

FKUB Kabupaten Poso memiliki kewajiban memberikan rekomendasi terkait pendirian rumah ibadat sebagai maksud dari peningkatan dari pelayanan keagamaan sehingga menjaga menjaga harmonisasi dalam masyarakat serta lepas dari segala persinggungan internal masyarakat untuk menciptakan keadaan yang aman di daerah kabupaten Poso sesuai dengan pasal 15 dalam PBM yang berbunyi:

92

“Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis”. Strategi peningkatan kualitas pelayanan keagamaan demi terwujudnya Kabupaten Poso yang aman dan tertib merupakan upaya untuk menciptakan suatu kondisi bebas dari ancaman akan ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintahan utamanya pada persoalan agama dengan bercermin pada konflik poso pada masa lalu.

Matriks 4.7 Analisis Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) Saya ini kan ketua Dalam upaya Ketua atau tokoh majelis klasis yang meningkatkan kualitas agama yang membawahi 10 gereja, pelayanan tergabung dalam ada dua puluh satu keagamaan, peran FKUB berperan teman pendeta yang dari ketua atau tokoh penting dalam bekoordinasi dengan agama juga sangat hubungan internal saya, jadi mereka diperlukan, utamanya maupun eksternal untuk hubungan keluar untuk mengatasi agama. saya yang jembatani, persoalan-persoalan baik itu kepemerintah yang terjadi di internal ke lintas agama yang dan menjembatani lain, atau kemana, itu hubungan ekternal saya yang jembatani. seperti kepemerintah (wakil ketua FKUB atau keagama lain. Kabupaten Poso) Jadi misalnya kalau Peningkatan kulitas Penyelesaian ada yang kurang pelayanan masalah agama paham yang bisa keagamaan dapat harus melibatkan memicu ketegangan berupa penyelesaian tokoh agama ada gejala mau masalah akibat sebagai bentuk keributan kita harus ketidakpahaman pada nyata dari panggil, kalau masalah persoalan agama peningkatan

93

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) agama kita panggil ahli yang yang dapat kualitas pelayanan agama, diusahakan memicu ketegangan keagamaan di supaya mereka bisa atau ada indikasi yang Kabupaten Poso. menerima. (ketua akan memuncukan FKUB Kabupaten keributan dengan Poso) mengundang tokoh agama dalam rangka penyelesaiannya. Ini juga yang biasa FKUB Kabupaten Dalam bikin ricuh ini pendirian Poso juga mempunyai peningkatan rumah ibadat, misalnya tugas dalam pendirian kualitas pelayanan ada yang protes. Jadi rumah ibadat. Dalam keagamaan, ini dia punya tugas pendirian rumah FKUB juga terlibat FKUB ini. (ketua FKUB ibadat, masyarakat dalam pendirian Kabupaten Poso) Kabupaten Poso rumah ibadat, baik harus berkonsultasi itu dalam bentuk dengan FKUB untuk hubungan menghindari konsultasi kemungkinan protes maupun atau ketegangan yang rekomendasi. timbul dari pendirian rumah ibadat. Sumber: Analisis Data Primer 2018 Berdasarkan matriks 4.7, peningkatan kualitas pelayanan keagamaan dapat digambarkan sebagai berikut:

94

Gambar 4.3 Strategi Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh Pemeluk Agama

Peraturan  Perda No. 4 Tahun 2017  PBM No. 9 dan No. 8 Tahun 2006

Strategi Terjaganya FKUB meningkatkatkan Keamanan kualitas Kabupaten Poso dan Ketertiban pelayanan di Kabupaten keagamaan bagi Poso seluruh pemeluk agama

1. Menigkatkan peran tokoh agama dalam mengatasi persoalan internal agama. 2. Tokoh agama sebagai jembatan penghubung kepemerintah atau keagama lain. 3. Keterlibatan FKUB dalam pendirian rumah ibadat.

Sumber: Analisis Data Primer 2018

Sebagai bagian dari strategi meningkatkan kualitas pelayanan

keagamaan seperti yang tercantum dalam gambar 4.3, pemerintah

daerah Kabupaten Poso menyadari peran penting ketua atau tokoh

agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi di internal

koumunitas suatu agama serta menjadi jembatan penghubung

kepemerintah atau keagama lain seperti yang dimaksud pada PBM

95 pasal 9 ayat 2 huruf c. Oleh sebab itu, dalam penyelesaian masalah akibat ketidakpahaman pada persoalan agama yang yang dapat memicu ketegangan atau ada indikasi yang akan memuncukan keributan, harus melibatkan tokoh agama yang tergabung dalam

FKUB dalam rangka penyelesaiannya. Selain itu, peningkatan kualitas pelayanan keagamaan juga dapat berupa keterlibatan FKUB

Kabupaten Poso dalam pendirian rumah ibadat, baik itu dalam bentuk hubungan konsultasi maupun rekomendasi tertulis yang diatur dalam

PBM pasal 9 ayat 2 huruf e. Hal ini untuk menghindari kemungkinan protes atau ketegangan yang timbul dari pendirian rumah ibadat.

4.3.4. Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan

Hukum

Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai pemahaman atau kesadaran tentang apa hukum itu sendiri dan apa seharusnya hukum itu. Dengan meningkatkan kesadaran hukum dalam masyarakat, tentunya masyarakat akan mengetahui antara yang seharusnya dilakukan dan tidak seharusnya dilakukan. Kesadaran masyarakat tentang apa itu hukum berarti masyarakat sadar bahwa hukum merupakan perlindungan kepentingan antar sesama sehingga tidak ada ketakutan dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.

Permasalahan ketertiban dan keamanan bukan hanya tanggung pemerintah atau aparat keamanan. Akan tetapi, masyarakat

96 setempat juga mempunyai peran dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Maka dari itu, pemerintah daerah Kabupaten Poso juga merasa perlu meningkatkan kesadaran masyarakat akan kepedulian keamanan dan ketertiban khususnya pada permasalahan kasus terorisme, sehingga tidak terprovokosi dan tidak ikut serta mengambil bagian atau bergabung dengan kelompok teroris. Peningkatan kesadaran hukum di masyarakat Kabupaten Poso khususnya terkait permasalahan terorisme serta berbagai pemikirannya pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu:

a. Tindakan

Tindakan penyadaran hukum pada masyarakat mengenai

bahaya dari terorisme dapat dilakukan dengan menindak tegas

oknum-oknum yang terlibat dalam kasus terorisme, sehingga

secara tidak langsung dapat meningkatkan kesadaran hukum

masyarakat di Kabupaten Poso. Untuk penindakan kasus

terorisme di Kabupaten Poso, M. Masloman menjelaskan:

“Ditambah dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kepolisian yaitu melakukan pendekatan-pendekatan kepada mereka-mereka ini baik simpatisan yang masuk dalam daftar, dengan maksud tidak melakukan lagi kekerasan. Toh kalau mereka tetap melakukan upaya-upaya tindak kekerasan, tetap berlaku Undang-undang teorisme tadi”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)

97

Hal ini perlu dilakukan oleh aparat keamanan di Kabupaten

Poso untuk menjaga keamanan dan ketertiban sesuai dengan

Undang-undang No. 15 tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 2002 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-

Undang pada pasal 2 yang berbunyi:

“Pemberantasan tindak pidana terorisme dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini merupakan kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk memperkuat ketertiban masyarakat, dan keselamatan masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi hukum dan hak asasi manusia, tidak bersifat diskriminatif, baik berdasarkan suku, agama, ras, maupun antar golongan”. Upaya pemberantasan terorisme di Kabupaten Poso dengan penindakan hukum telah dilakukan dan cukup berpengaruh pada kuantitas serangan atau teror yang dilakukan oleh kelompok ini seperti yang dijelaskan oleh bapak M.

Masloman:

“Terakhir bentuk pemberantasan terorisme yaitu penindakan terhadap gembong teroris santoso, itu yang terakhir. Setelah dari itu tidak ada lagi bentuk teror atau ancaman, karena mereka itu sisa tujuh, inipun mereka ada di dalam huatan sana”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018) b. Pendidikan

Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat melalui pendidikan merupakan salah satu cara efektif khusunya bagi generasi muda, baik dengan melakukan sosialisasi maupun

98 pembinaan. Hal yang pelu diperhatikan dan ditanamkan dalam pendidikan adalah secara umum tentang bagaimana menjadi warga Negara yang baik dan tentang hak dan kewajiban seorang warga Negara utamanya dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik juga bekerja sama dengan Polres kabupaten Poso dalam mensosialisasikan pentingnya pengamalan pancasila dan pentingnya bela Negara kepada pelajar di sekolah-sekolah. Seperti yang dikatakan oleh

Jalaluddin:

“Misalnya kegiatan dengan penataran ketahanan bangsa dan cinta tanah air, itu berkaitan dengan wawasan kebagsaan, tapi ditjukan kepada siswa-siswa. Kalau kita, dalam rangka peningkatan wawasan kebangsaan dalam mencegah radikalisasi itu, kita sosialisasi mengenai pasti bela Negara, wawasan kebangsaan, atau ujaran kebencian dan kesiswa-siswa, keguru-gurunya, atau kemasyarakat luas juga biasa. Kita juga biasa bekerja sama dengan polisi, kalau sosialisasi ini. Artinya ini kan upaya dalam rangka mencegah radikalisme di Poso ini”. (wawancara dengan kepala bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan, badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018) Hal senada juga dikatakan oleh M. Masloman:

“Oh sering, di sekolah, dan yang melakukan sosialisasi ini bukan cuma dari kepolisian tapi juga bekerja sama dengan pemda. Kalau kita memang sasarannya pelajar. Dan Alhamdulillah, respon dari masyarakat sangat mendukung dengan acara sosialisasi ini, 95% mendukung”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)

99

Kepolisian Kabupaten Poso juga melakukan pembinaan terhadap terhadap mantan napi teroris. Orang atau kelompok yang sudah terpapar pemikiran radikal dan bertindak radikal perlu ditangani secara khusus agar kembali normal. Sasaran langkah ini tentu saja diperoleh dari hasil pemetaan terhadap orang/kelompok yang sudah berpikir dan berperilaku radikal. Pembinaan terhadap mereka dilakukan untuk membatasi ruang gerak oknum yang memiliki paham radikal ini tidak meluas kemasyarakat Seperti yang dikatakan oleh M. Masloman:

“Kita dari kepolisian melakukan pendekatan-pendekatan dengan maksud agar mereka tidak lagi terpengaruh dengan ajakan-ajakan di atas gunung ini, agar tidak lagi bertambah. Ini sebenarnya keluarganya sudah semua kita pegang, bahkan dari ex-napi-ter ini semua di pegang itu”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018) Selain dengan melakukan sosialisasi yang bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban dari pemikiran dan aksi terorisme, perlu juga adanya contoh dari penegak hukum dalam hal ini adalah kepolisian sebagai bagian dari proses pendidikan kepada masyarakat Kabupaten Poso. Oleh karena itu, Polres Poso juga mempunyai program polisi Madago Raya, seperti yang dijelaskan oleh M. Masloman:

100

“Makanya ada program polisi Madago Raya, polisi yang baik hati. Harapannya polisi lokal ini harus berada paling depan dalam kamtibmas. Hampir semua masyarakat sudah memahami ini”. (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso, 14 Februari 2018)

Polisi Madago Raya diambil dari bahasa Poso sendiri yang berarti Polisi yang baik hati. Implementasinya adalah Polisi harus hadir ditengah-tengah masyarakat dalam bentuk kegiatan apapun,Polisi sebagai panutan, contoh jika Polisi berbuat tidak baik maka akan merusak individu itu sendiri maupun organisasi.

Hal ini berdampak positif pada citra polisi di Kabupaten Poso, seperti yang dikatakan oleh M. Masloman:

“Kalau dulu memang sangat sulit, karena masyarakat belum menerima keberadaan dari polisi. Nah sekarang denga adanya program ini Madago Raya, itu polisi dicari terus”. Program Polisi Madago Raya yang diterapkan oleh Polres

Poso bukan hanya dimaksudkan untuk member contoh, tetapi juga sebagai bentuk bentuk silaturahmi dan menjalin komunikasi untuk mendekatkan diri antara Polri dengan masyarakat Kabupaten

Poso.

101

Matriks 4.8 Analisis Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan Hukum

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) Terakhir bentuk Operasi Tinombala Penindakan pemberantasan yang dilakukan, hukum terorisme yaitu sebagai bentuk berdampak penindakan terhadap pemberantasan tindak positif terhadap gembong teroris pidana terorisme yang pemberantasan santoso, itu yang mengakibatkan terorisme. terakhir. Setelah dari terbunuhnya pimpinan itu tidak ada lagi kelompok terorisme bentuk teror atau yaitu Santoso, cukup ancaman. (Kasat mempengaruhi Binmas Polres Poso) (mengurangi) kuantitas serangan (teror) yang dilakukan oleh kelompok teroris di Kabupaten Poso. Oh sering, di sekolah, Polres Poso juga Peningkatan dan yang melakukan bekerja sama dengan kesadaran sosialisasi ini bukan pemerintah daerah hukum yang cuma dari kepolisian dalam hal ini Badan dilakukan tapi juga bekerja sama Kesatuan Bangsa dan kepada dengan pemda. Kalau Politik untuk generasi muda kita memang mengadakan mendapat sasarannya pelajar. sosialisasi pentingnya respon positif Dan Alhamdulillah, pengamalan pancasila oleh masyarakat respon dari masyarakat dan bela Negara ke kabupaten Poso. sangat mendukung. pelajar di sekolah (Kasat Binmas Polres Kabupaten Poso.Ini Poso) dimaksudkan untuk menangkal paham yang bertentangan dengan pancasila untuk peningkatan kesadaran hukum kepada generasi muda dan mendapat sambutan yang positif oleh masyarakat...

102

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) Makanya ada program Sebagai upaya Program polisi polisi Madago Raya, peningkatan Madago Raya polisi yang baik hati. kesadaran hukum (polisi yang baik Harapannya polisi lokal masyarakat mengenai hati) ini harus berada paling bahaya dari tindak dimaksudkan depan dalam pidana terorisme, untuk memberi kamtibmas. Hampir Polres Poso contoh kepada semua masyarakat mengadakan program masyarakat sudah memahami ini. polisi Madago Raya mengenai (Kasat Binmas Polres (polisi yang baik hati) hukum di Poso) sebagai contoh dan Kabupaten menjadi bagian dari Poso. sosialisasi yang bertujuan menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso. Kalau dulu memang Dengan adanya program polisi sangat sulit, karena program polisi Madago Madago Raya masyarakat belum Raya, kepercayaan merubah citra menerima keberadaan masyarakat terhadap polisi menjadi dari polisi. Nah polisi di Kabupaten lebih baik. sekarang denga Poso meningkat. Hal adanya program ini ini berbanding terbalik madago raya, itu polisi dengan keadaan masa dicari terus. (Kasat lalu, yang mana polisi Binmas Polres Poso) tidak mendapatkan kepercayaan masyarakat. Sumber: Analisis Data Primer 2018

Meningkatkan kesadaran hukum kemasyarakat dan penegakan hukum di Kabupaten Poso sesuai pada matriks 4.8 dapat dijelaskan sesuai gambar berikut:

103

Gambar 4.4 Strategi Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Penegakan Hukum

Peraturan  UU No. 15 Tahun 2003  Perda No. 4 Tahun 2017

Strategi Terjaganya meningkatkan  Polres Poso Keamanan kesadaran hukum dan Ketertiban  Kesbangpol masyarakat dan di Kabupaten penegakan hukum Poso

1. Operasi Tinombala tahun 2016-2018. 2. Sosialisasi pentingnya pengamalan pancasila dan bela degara kepada pelajar. 3. Program polisi Madago Raya untuk merubah citra polisi menjadi lebih baik. Sumber: Analisis Data Primer 2018 Bentuk pemberantasan tindak pidana terorisme melalui

penegakan hukum seperti yang dimaksud pada gambar 4.4 adalah

dengan digelarnya operasi Tinombala dari tahun 2016-2018 untuk

memberantas terorisme sesuai dengan Undang-undang No. 15 tahun

2003. Operasi penindakan ini cukup berpengaruh positif dalam

penurunan jumlah anggota dari kelompok teroris maupun dalam

jumlah aksi teror yang terjadi di Kabupaten Poso. Selain melaui

penegakan hukum, dalam upaya menjaga keamanan dan ketertiban

di Kabupaten Poso, Kepolisian Resort Poso juga bekerja sama

104 dengan pemerintah daerah dalam hal ini Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik untuk mengadakan sosialisasi pentingnya pengamalan pancasila dan bela Negara kepada pelajar dengan maksud untuk meningkatkan kesadaran hukum dan mendapat respon yang positif di masyarakat. Selain itu, Polres Poso juga mengadakan program polisi

Madago Raya (polisi yang baik hati) untuk memberi contoh kepada masyarakat mengenai hukum di Kabupaten Poso serta untuk merubah citra polisi menjadi lebih baik.

4.3.5. Implementasi Revolusi Mental

Sebagai salah satu program prioritas nasional pemerintah

Indonesia, gerakan revolusi mental diperlukan untuk memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kabupaten Poso pada khususnya yang mengacu pada nilai-nilai integritas demi membangun budaya bangsa yang bermartabat dan membangun karakter anak bangsa berdasarkan pancasila. Hal ini diharapkan mampu diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek, baik itu aspek politik, ekonomi, dan aspek lainnya, utamanya dalam aspek keamanan dan ketertiban. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten

Poso perlu menciptakan harmonisasi dalam kehidupan masyarakat

Kabupaten Poso sebagai wahana atau bagian dari revolusi mental

105 yang penuh dengan keragaman budaya, adat istiadat, suku dan agama yang berpotensi dalam memicu terjadinya konflik sosial.

Mengingat pentingnya menjaga keamanan dan ketertiban di

Kabupaten Poso sebagai bagian dari revolusi mental, pemerintah

Kabupaten Poso menerapakan strategi implementasi revolusi mental yang dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 4

Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 8

Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunann Jangka Menengah

Daerah Kabupaten Poso Tahun 2016-2021. Dalam hal ini, strategi implementasi revolusi mental diterapkan oleh pemerintah Kabupaten

Poso dengan tujuan mewujudkan wawasan kebangsaan masyarakat demi mencapai visi pemerintah Kabupaten Poso yaitu Terwujudnya

Kabupaten Poso Yang Damai, Adil dan Sejahtera Yang Didukung

Sumber Daya Manusia Yang Andal dan Bermartabat.

Peran visi-misi ini mempunyai dampak yang positif dalam manajemen strategi suatu daerah. Pernyataan dalam visi dan misi yang jelas ini akan menuntun pemerintah derah maupun instansi yang terkait untuk merumuskan, merencanakan dan menjalankan strategi apa yang akan digunakan sehingga yang menjadi tujuan dari visi misi ini dapat tercapai. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh T. Samsuri:

106

“Sudah ada aturan tugas kita sebagai pemerintah daerah adalah pembangunan pemerintahan. Oleh karena itu dengan melihat kondisi saat ini, visi-misi bapak bupati dan saya itu, adalah mewujudkan Kabupaten Poso Yang Damai, Adil dan Sejahtera Yang Didukung Sumber Daya Manusia Yang Andal dan Bermartabat. Untuk mencapai visi itu, salah satu misi yaitu mencitakan rasa aman dalam masyarakat, karena kita menyadari masyarakat poso ini ada yang merasa kurang aman. Ini yang menjadi prioritas saya dengan pak bupati menciptakan rasa aman dalam bingkai budaya sintuwu maroso. Karena ini semboyan dari orang poso, kalau bersatu kita kuat, walaupun kita terdiri dari berbagai suku. Jadi kembali kita tarik budaya kebanggan daerah kita”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)

Keseriusan pemerintah daerah menggunakan soft power dalam mengatasi munculnya benih-benih terorisme ataupun memberikan penjelasan kepada masyarakat dapat dilihat dari misi pertama kepala daerah Kabupaten Poso, yaitu meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat yang damai, aman dan tenteram dalam bingkai Sintuwu

Maroso, yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat. Ini tercantum dalam Peraturan Bupati Poso Nomor 21

Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Kabupaten Poso Tahun 2017 pada bagian Prioritas dan Sasaran

Pembangunan Daerah. Sosialisai yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Poso sangat penting guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik dan bertambahnya paham radikal yang memancing aksi terorisme di kabupaten Poso. Sosialisasi mengenai radikalisme yang dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Poso merupakan salah satu strategi untuk menjadikan mereka yang tadinya memiliki

107 paham yang radikal (mendukung terorisme) sehingga tidak lagi memiliki paham yang radikal tersebut atau setidaknya tidak menindaklanjuti paham tersebut dalam tataran praktis (tindak teroris itu sendiri). Sosialisasi mengenai kebangsaan dan pancasila diharapkan mampu menanamkan cara hidup menghormati, tulus, dan toleran terhadap keanekaragaman budaya yang hidup di tengah- tengah masyarakat plural di Kabupaten Poso.

Sosialisasi-sosialisasi ini, diharapkan dapat membentuk mental masyarakat Kabupaten Poso dalam menghadapi benturan konflik sosial dan aksi teror, sehingga persatuan bangsa tidak mudah patah dan retak. Dalam kegiatan sosialisasi ini, yang paling berperan penting adalah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kabupaten Poso sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah.

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kabupaten Poso mempunyai program ketertiban masyarakat dan pengembangan wawasan kebangsaan sesuai dengan Rencana Kerja (RENJA)

Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Poso. Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik kabupaten Poso menyiapkan bahan perumusan kebijakan dibidang politik, ideologi, dan penanganan konflik di Kabupaten Poso, sesuai dengan yang dikatakan oleh Mahmudin Jamal:

108

“Kalau tugas kita, terbagi dalam berbagai bidang, yang pertama bidang wawasan kebangsaan, bidang ini bertugas untuk mengadakan pembinaan terhadap masyarakat secara bergantian, dari satu kecamatan, kita pindah ke kecamatan yang lain, yang kita anggap potensial terjadi atau ada benih- benih yang bertentangan dengan pancasila dan benih radikalisme. Itu kita datang, kita adakan pembinaan. Kita kumpul masyarakat kita kumpul pemudanya, kemudian kita sosialisasikan tentang menangkal bahaya laten radikalisme. Itu secara terus menerus kita lakukan”. “Itu kita lakukan terus, itu sepanjang kesbang ini masih ada, jadi setiap tahun itu kita pindah-pindah, kalau misalnya di kecamatan ini kita laksanakan, tahun depan itu kita pindah ke kecamatan lain. Nah ketika misalnya di kecamtan A terjadi keributan/potensi untuk terjadinya konflik kita amankan ini kecamatan, kita masuk dengan pembinaan, baik dengan pembinaan wawasan kebangsaan/pancasila, kerukunan umat beragama dan lain-lain. Jadi dari bidang agama kita masuk, dari bidang kebangsaan juga kita masuk”. (wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso, 12 Februari 2018) Hal ini juga ditambahkan dengan peryataan dari T. Samsuri: “Kita didalam kesbang, selalu mengadakan sosialisasi- sosialisasi yang dipetakan darah kita mana yang rawan, mana yang kondisi buruk. Sosialisasinya misalnya bagaimana kebersamaan didalam berbangsa dan bernegara, itu sangat penting”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018)

Tugas dan wewenang Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Kabupaten Poso berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun

2010 membidangi Politik Dalam Negeri, Ideologi dan Wawasan

Kebangsaan serta Ketahanan Sosial Budaya. Kesatuan Bangsa dan

Politik Kabupaten Poso bidang Ideologi dan Wawasan Kebangsaan untuk tahun 2017 merancang program kerja seperti penataran ketahanan bangsa dan cinta tanah air yang dilaksanakan di

109

Kecamatan Pamona Puselemba dan Kecamatan Poso Pesisir

Selatan, dan peningkatan toleransi dan kerukunan dalam kehidupan beragama yang dilaksanakan di Kecamatan Poso Pesisir Utara dalam upaya mengadakan sosialisasi-sosialisasi kepada masyarakat

Sosialisasi yang dilakukan pada intinya penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam bermasyarakat atau pengalaman sosial, identitas pribadi, maupun Negara serta mengamalkan pancasila. Dalam hal ini, adanya pengakuan yang menilai pentingnya aspek keragaman dalam dalam membentuk perilaku manusia yang terhindar dari pemikiran-pemikiran radikal. Seperti yang dilakukan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik bidang Ketahanan Sosial dan Budaya yang melakukan sosialisasi mengenai penyuluhan pencegahan paham yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila dan diadakan kecamatan

Poso Pesisir dan dihadiri oleh tujuh kecamatan. Hal ini dimaksudkan selain untuk pencegahan paham radikal di kecamatan-kecamatan ini, juga diharapkan adanya tukar pikiran antar masyarakat di kecamatan berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh Hasmila:

“Jadi satu kegiatan itu, sosialisasi tentang paham yang bertentangan dengan nilai pancasila kemarin dilaksanakan di wilayah kecamatan Poso Pesisir tetapi yang diundang, yang hadir itu tujuh kecamatan yang ada ada diwilayah poso dengan tokoh masyarakatnya, tokoh agamanya, pemudanya, nanti inshaallah kita mau adakan lagi di Pamona. Itupun nanti kita akan mengundang beberapa kecamatan untuk hadir”.

110

“Jadi yang akan hadir itu, misalnya kecamatan Poso Kota tempatnya, bukan cuma orang Poso Kota saja yang datang. Karena itu harus ada beberapa kecamatan yang hadir yang berdekatan supaya ada pembicaraan-pembicaraan (diskusi- diskusi), kita berrsama-sama antara satu kecamatan dengan kecamatan yang lain, untuk ada penyelesaian yang ada beberapa pihak. Jadi kalau di pamona nanti kita adakan namanya Pamona Bersaudara”. (wawancara dengan kepala bidang Ketahanan Sosial dan Budaya, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, 12 Februari 2018)

Pemerintah daerah Kabupaten Poso menyadari betul bahwa untuk menciptakan kondisi yang aman dan tertib di masyarakat, pemerintah jangan hanya terfokus kepada kelompok teroris yang masih bersembunyi di daerah pegunungan Kabupaten Poso, tetapi harus lebih memperhatikan kondisi dan isu-isu yang bersifat provokatif di tengah masyarakat. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya kelompok teroris di Kabupaten Poso dan juga menutup “celah” ditengah masyarakat untuk tidak terpengaruh atau mengikuti kelompok teroris baik yang berada di Kabupaten Poso ataupun diluar Kabuapaten Poso. Sikap ini juga diambil dengan mempertimbangkan faktor konflik Poso pada masa lalu yang menyangkut masalah agama. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh T. Samsuri:

“Yang menangani memang, karena mereka (kelompok teroris) juga bersenjata, punya keahlian perang bahkan kepolisian juga tidak mampu, maka ada pasukan Tinombala yang dari pusat, pasukan yang memang memburu yang melakukan teror”.

111

“Saya sendiri, kalau ada masalah-masalah yang timbul yang mungkin mengarah pada suku/agama, walaupun hari minggu, hari itu juga kita undang tokoh-tokoh agama atau tokoh masyarakat kita kumpul untuk melakukan tindakan-tindakan terhadap saudara-saudara kita yang memerlukan penjelasan- penjelasan lebih lanjut”. (wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso, 05 Februari 2018) Matriks 4.9 Analisis Strategi Implementasi Revolusi Mental

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) Kalau tugas kita, Bidang Ideologi, Sosialisasi terbagi dalam berbagai Wawasan Kebangsaan diadakan di bidang, yang pertama dan Kewaspadaan kecamatan yang bidang wawasan Nasional pada Badan dianggap kebangsaan, bidang ini kesatuan bangsa dan potensial terjadi bertugas mengadakan Politik memiliki tugas atau ada benih- pembinaan terhadap mengadakan benih yang masyarakat secara pembinaan kepada bertentangan bergantian, dari satu masyarakat. Sosialisasi dengan pancasila kecamatan, kita pindah atau pembinaan yang dan radikalisme ke kecamatan yang dilakukan diadakan di lain, yang kita anggap kecamatan-kecamatan potensial terjadi atau di daerah Kabupaten ada benih-benih yang Poso khususnya di bertentangan dengan wiliyah yang dianggap pancasila dan benih potensial terjadi atau radikalisme. (Kepala ada benih-benih yang Badan Kesatuan bertentangan dengan Bangsa dan Politik pancasila atau benih Kabupaten Poso) radikalisme. Jadi satu kegiatan itu, Kegiatan sosialisasi Bentuk sosialisasi tentang yang dilaksanakan oleh sosialisasi paham yang Badan Kesatuan dilakukan dengan bertentangan dengan Bangsa dan Politik di dengan metode nilai pancasila kemarin kecamatan Kabupaten diskusi dilaksanakan di Poso tidak hanya mengundang wilayah kecamatan mewajibkan masyarakat beberapa Poso Pesisir tetapi yang berada di kecamatan agar yang diundang, yang kecamatan tempat terjadi tukar hadir itu tujuh dilaksanakannya pikiran antar kecamatan. misalnya sosialisasi untuk datang. masyarakat

112

Pernyataan Informan Uraian Analisis (sumber) kecamatan Poso Kota Akan tetapi, juga turut kecamatan tempatnya, bukan mengundang berbeda. cuma orang Poso Kota kecamatan-kecamatan saja yang datang. yang berada Karena itu harus ada disekitarnya. Hal ini beberapa kecamatan dimaksudkan agar yang hadir yang terjadi diskusi-diskusi berdekatan supaya ada dan tukar pikiran antar pembicaraan- masyarakat kecamatan pembicaraan. (kepala berbeda guna bidang Ketahanan penguatan paham dari Sosial dan Budaya) nilai pancasila dan kesadaran akan pentingnya aspek keragaman dalam dalam membentuk perilaku yang terhindar dari pemikiran yang radikal. Saya sendiri, kalau ada Permasalahan yang Permaslahan masalah-masalah yang mengarah keagama mengenai agama timbul yang mengarah atau suku perlu mendapat pada suku/agama, diantisipasi oleh perhatian khusus walaupun hari minggu, pemerintah daerah pemerintah hari itu juga kita Kabupaten Poso daerah undang tokoh agama dengan melibatkan Kabupaten Poso. atau tokoh masyarakat, tokoh agama maupun kita kumpul untuk tokoh masyarakat. Hal melakukan tindakan ini dilakukan guna terhadap saudara- mencegah saudara kita yang berkembangnya memerlukan kelompok teroris di penjelasan lebih lanjut. Kabupaten Poso dan (Wakil Bupati juga menutup “celah” Kabupaten Poso) ditengah masyarakat untuk tidak terpengaruh. Sumber: Analisis Data Primer 2018

Bentuk implementasi dari revolusi mental di Kabupaten Poso sesuai dengan matriks 4.9 dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

113

Gambar 4.5 Strategi Implementasi Revolusi Mental

Peraturan  Perda No. 4 Tahun 2017  Perda No.13 Tahun 2010

Terjaganya

Kesbangpol Strategi Keamanan Kabupaten Poso implementasi dan Ketertiban revolusi mental di Kabupaten Poso

1. Sosialisasi pentingnya pancasila dan bahaya radikalisme di kecamatan Kabupaten Poso 2. Peserta sosialisasi dari berbagai kecamatan yang berdekatan agar terjadi tukar pikiran

Sumber: Analisis Data Primer 2018 Strategi implentasi revolusi mental bertujuan untuk

memperbaiki dan membangun karakter masyarakat Kabupaten Poso

pada yang mengacu pada nilai-nilai integritas demi membangun

budaya bangsa yang bermartabat dan berdasarkan pancasila

sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Daerah No. 4 tahun

2017. Gambar 4.5 menjelaskan bahwa Sebagai bentuk nyata dari

imlementasi revolusi mental, sosialisasi akan pentingnya nilai-nilai dari

pancasila dan dan bahaya radikalisme yang dilakukan oleh Badan

Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso sesuai dengan

114 tugasnya yang tercantum dalam Peraturan Daerah No. 13 tahun

2010. Sosilaisasi-sosialisasi ini dilaksanakan keberbagai daerah di

Kabupaten Poso khususnya di kecamatan-kecamatan yang dianggap potensial akan terjadi gesekan-gesekan ditengah masyarakat akibat dari adanya paham radikal dan paham-paham yang bertentangan dengan pancasila. Kegiatan sosialisasi ini juga dimakasudkan mempertemukan kecamatan-kecamatan yang jaraknya berdekatan agar terjadi interaksi dan tukar pikiran dalam penguatan paham dari nilai pancasila dan kesadaran akan pentingnya aspek keberagaman dalam suatu wilayah.

115

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pada penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1. Bentuk Aksi dan Kondisi Terorisme di Kabupaten Poso Tahun

2012-2017

Peristiwa penembakan dan pengeboman sebagai bentuk

aksi terorisme yang mengganggu keamanan dan ketertiban dari tahun

2012-2017 masih terjadi di daerah Kabupaten Poso. Letak Kabupaten

Poso yag merupakan jalur transportasi dapat memberikan dampak

negatif pada perkembangan isu-isu yang sifatnya provokatif. Selain

itu, kondisi geografis juga berpengaruh pada pemberantasan tindak

pidana terorisme. Data terakhir, jumlah anggota teroris pada tahun

2017 mengalami penurunan, dari empat puluh enam anggota teroris

menjadi tujuh orang.

5.1.2. Strategi Pemerintah Daerah dalam Menjaga Keamanan dan

Ketertiban pada Kasus Terorisme di Kabupaten Poso

1. Pendeteksian dini dengan berupaya mencari informasi

mengarah pada pertikaian dan pemikiran radikal yang

dilakukan oleh Kominda.

116

2. Meningkatkan kerukunan antar umat beragama pada berbagai

aspek dengan mengadakan sosialisasi mengenai kebhinekaan

dan kerukunan antar umat beragama dan penghubung antar

agama yang dilakukan oleh FKUB.

3. Meningkatkan Kuliatas Pelayanan Keagamaan bagi Seluruh

Pemeluk Agama berupa penyelesaian masalah agama yang

harus melibatkan tokoh agama yang tegabung dalam FKUB

juga terlibat dalam pendirian rumah ibadat baik dalam bentuk

hubungan konsultasi maupun rekomendasi tertulis.

4. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dan penegakan

hukum berupa penindakan hukum terhadap aksi terorisme dan

peningkatan kesadaran hukum yang dilakukan kepada

generasi muda mendapat respon positif oleh masyarakat.

5. Implementasi revolusi mental berupa sosialisasi diadakan oleh

Badan Kesatuan Bangsa dan Politik di kecamatan yang

dianggap potensial terjadi atau ada benih yang bertentangan

dengan pancasila dan radikalisme.

117

5.2. Saran

Saran yang dapat penulis berikan terhadap strategi pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kabupaten Poso adalah sebagi berikut:

1. Mempertahankan Kominda sebagai instansi berwenang, karena

sangat membantu dalam kepekaan, kesiap-siagaan, antisipasi

dimasyarakat dalam menghadapi kemungkinan timbulnya gangguan

keamanan dan ketertiban. Selain itu, juga perlu bekerja sama dengan

masyarakat guna lebih tanggap terhadap segala bentuk kerawanan

daerah yang berkaitan dengan keamanan dan ketertiban khususnya

terkait terorisme.

2. Melakukan pendekatan budaya dalam menjaga keamanan dan

ketertiban karena ilisofi hidup masyarakat Poso, Sintuwu Maroso

(ikatan persaudaraan yang kuat) dapat dianggap sebagai modal

dalam mengembalikan harmonisasi kehidupan masyarakat Poso,

kegiatan tersebut dapat berupa pengkajian terhadap temuan nilai-

nilai budaya, khususnya yang mencerminkan kebersamaan dan

integrasi.

118

Daftar Pustaka

Buku

Akdon. (2011). Manajemen Strategik untuk Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Djelantik, S. (2010). Terorisme; Tinjauan Psiko-Politis, Peran Media, Kemiskinan dan Keamanan Nasional. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Gie, T. L. (1968). Pertumbuhan Daerah Pemerintahan Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Hadjon, P. M., & dkk. (Yogyakarta). Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. 2005: Gajahmada University Press.

Heene, dkk. (2010). Manajemen Strategik Keorganisasian Publik. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Klinken, G. V. (2007). Perang Kota Kecil, Kekerasan Komunal dan Demokrasi di Indonesia . Jakarta: KTLV.

Manullang, A. (2001). Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim. Jakarta: Panta Rhei.

Mbai, A. (2014). Dinamika Baru Jejaring Teror di Indonesia. Jakarta: Squad Publising.

Muladi. (2002). Demorasi hak Asasi Manusia dan Reformasi Hukum di Indonesia. Jakarta: Habibie Center.

Ndraha, T. (2005). Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sadjijono. (2005). Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance. Yogyakarta: LB Laks Bang.

Salusu, J. (1996). Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit. Jakatra: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sulistyo, H. (2002). Beyond Terorism. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

119

Wibowo, A. (2012). Hukum Pidana Terorisme. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jurnal Anggoro, K. (2003). Keamanan Nasional. Pertahanan Negara dan Ketertiban Umum. Makalah Pembanding Seminar Pembangunan Hukum Nasional, Vol. VllI: 6

Nursalim, M, dkk. (2014). Deradikalisasi Terorisme: Studi Atas Epistemologi. Model Interpretasi dan Manipulasi Pelaku Teror:333.

Tan, S. (2006). Pendidikan Multikulturalisme: Solusi Ancaman Konflik Sosial Bangsa. Antropologi Sosial Budaya Etnovisi , Vol. II: 36.

Peraturan Undang-Undang

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Inpres No. 2 Tahun 2013

Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 9 dan 8 Tahun 2006

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006

Surat Menhankam/Pangab No.: Skep/B/66/I/1972.

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor: 629/Pid.Sus/2014/PN.Jkt.

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 4 Tahun 2017

Peraturan Daerah Kabupaten Poso Nomor 13 Tahun 2010

Peraturan Bupati Poso Nomor 21 Tahun 2016

120

Website https://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan-daerah-di-Indonesia. Diakses pada tanggal 03 Oktober 2017. Pukul 17.31 Wita. http://harianandalas.com/Berita-Utama/Terorisme-Kejahatan-Luar-Biasa- Musuh-Semua-Umat-Beragama. Diakses pada tanggal 11 September 2017. Pukul 09.30 Wita. https://id.wikipedia.org/wiki/Mujahidin_Indonesia_Timur#2012- 2017:_Aksi_terorisme_dan_kejahatan_sporadis. Diakses pada tanggal 17 Desember 2017. Pukul 20.16 Wita. http://nasional.kompas.com/read/2013/12/30/2203101/2013.Polri.Bekuk.12.T eroris.Jaringan.Santoso. Diakses pada tanggal 07 september 2017. Pukul 11.43 wita. http://regional.kompas.com/read/2014/03/03/1549215/Polisi.dan.Teroris.Bak u.Tembak.di.Poso. Diakses pada tanggal 07 September 2017. Pukul 08.13 Wita. https://nasional.tempo.co/read/875451/baku-tembak-di-poso-pesisir-2- terduga-teroris-dikabarkan-tewas. Diakses pada Tanggal 03 Oktober 2017. Pukul 20.00 Wita. http://regional.kompas.com/read/2017/07/09/15572611/dua.teror.terjadi.di.po so.ada.surat.ancaman.untuk.polisi. Diakses pada Tanggal 20 November 2017. Pukul 19.46 Wita.

121

Lampiran I

PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 DAN NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT

PERATURAN BERSAMA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR : 9 TAHUN 2006

NOMOR : 8 TAHUN 2006

TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun;

b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut agamanya; c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu; d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk- pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan, tidak menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum; e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan rukun, lancar, dan tertib; f. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama; g. bahwa daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai kewajiban . melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; h. bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional; i. bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat; j. bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya untuk pelaksanaannya di daerah otonom, pengaturannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; k. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j, perlu menetapkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat;

Mengingat : 1. Undang-Undang Penetapan Presiden Nomor I Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaandan/atau Penodaan Agama (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2726); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886); 4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4468); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1986 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 24 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3331); 8. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009; 9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 10. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dan terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2005; 11. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan Dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya; 12. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1/BER/MDN-MAG/1979 tentang Tatacara Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia; 13. Keputusan Menteri Agama Nomor 373 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota; 14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri; 15. Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama; MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan : 1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara RepublikTahun 1945. 2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama. 3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga. 4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap partai politik. 5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan. 6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan. 7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat. 8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat. BAB II

TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pasal 2 Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah. Pasal 3 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor wilayah departemen agama provinsi. Pasal 4 (1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban bupati/walikota. (2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Pasal 5 (1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama. (2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil gubernur. Pasal 6 1. Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi : a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota; b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; c. menumbuh kembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama; e. menerbitkan IMB rumah ibadat. 2. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota. 3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat. Pasal 7 (1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi: a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan; b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; dan c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan. (2) Tugas dan kewajiban lurah/ kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) meliputi a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama.

BAB III FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA Pasal 8 (1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. (3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultatif. Pasal 9 (1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas: a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat. (2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas : a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat; b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota; d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat. Pasal 10 (1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat. (2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB , kabupaten/kota paling banyak 17 orang. (3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di propinsi dan kabupaten/kota. (4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1(satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota. Pasal 11 (1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota. (2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas: a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama. (3) Keanggotaan Dewan Penasehat FKUB provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh gubernur dengan susunan keanggotaan: a. Ketua : wakil gubernur; b. Wakil Ketua provinsi : Kepala kantor wilayah departemen agama c. Sekretaris provinsi : kepala badan kesatuan bangsa dan politik d. Anggota : pimpinan instansi terkait. (4) Dewan Penasehat FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan: a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota; b. Wakil Ketua : kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota; d. Anggota : pimpinan instansi terkait. Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB IV PENDIRIAN RUMAH IBADAT Pasal 13 (1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh- sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah kelurahan/desa. (2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. (3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/ kota atau provinsi. Pasal 14 1. Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis 2. Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi : a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3); b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa; c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota. 3. Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat. Pasal 15 Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis. Pasal 16 (1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat. (2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 17 Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadat yang telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah.

BAB V IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG Pasal 18 (1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan : a. laik fungsi; dan b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat. (2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung. (3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. izin tertulis pemilik bangunan; b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa; c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota. Pasal 19 (1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan -gedung bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota. (2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun. Pasal 20 (1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat. (2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.

BAB VI

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Pasal 21

(1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh masyarakat setempat. (2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota. (3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak, dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat. Pasal 22

Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah dalam menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

BAB VII PENGAWASAN DAN PELAPORAN Pasal 23 (1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat. (2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat. Pasal 24 (1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. (2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.

BAB VIII BELANJA Pasal 25 Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal 26 (1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi. (2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat dikabupaten/kota didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota.

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 (1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan. (2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan paling lambat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan. Pasal 28 (1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku. (2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi. (3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara permanen dan/atau merniliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah ibadat dimaksud. Pasal 29 Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian rumah ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 21 Maret 2006

MENTERI AGAMA MENTERI DALAM NEGERI

TTD TTD

MUHAMMAD M. BASYUNI H. MOH. MA’RUF

Lampiran II

KEPUTUSAN BUPATI POSO NOMOR: 188.45/0401/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN BUPATI POSO NOMOR 088.45/1110/2016 TANGGAL 23 SEPTEMBER 2016 TENTANG PEMBENTUKAN KEPENGURUSAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA KABUPATEN POSO PERIODE 2016-2021

Lampiran III

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN

Lampiran IV

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan Wakil Bupati Kabupaten Poso

Wawancara dengan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Poso

Wawancara dengan Kasat Binmas Polres Poso

Wawancara dengan Ketua FKUB Kabupaten Poso

Wawancara dengan Wakil Ketua FKUB Kabupaten Poso