Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Tayub

Ocoh Suherti, Tarjo Sudarsono Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Budaya Bandung Jalan Buah Batu No. 212 Bandung 40265 Email: [email protected], [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this study is to explain the musical aesthetic of the ronggeng tayub performance, especially the Rincik-rincik song, which combines Sundanese and musical instruments (Banyu- masan). Ronggeng tayub is folk art in District Ciamis and surrounding. The study of Rincik-rincik song includes percussion techniques, song repertoire, song poetry, and the relationship between the community and the ronggeng tayub. This study uses a qualitative descriptive-analytical method. The techniques used in this study are observation, interview, and recording in order to obtain a more complete and comprehensive data validity. The performance of gending in ronggeng tayub presents the impression of simplicity, refl ecting the concept of the life of the people. Ronggeng tayub has a simple form of performance, blending, and communicative with the audience. Rincik-rincik is one of “special request” song from its audience, by which its gending is unique and dynamic, accompanied by a simple slendro.

Keywords: aesthetic, rincik-rincik, ronggeng tayub, artfolks

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini menjelaskan estetika musikal dalam pertunjukan ronggeng tayub, khususnya lagu Rincik-rincik yang dalam sajiannya terdapat perpaduan garap musi- kal karawitan Sunda dan karawitan Jawa (Banyumasan). Ronggeng tayub merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat di Kabupaten Ciamis dan sekitarnya. Penelaahan dilakukan melalui kajian teknik tabuhan, repertoar lagu, syair lagu, serta menelaah relasi masyarakat dengan seni karawitan dalam kaitannya dengan pertunjukan ronggeng tayub di wilayah perbatasan Ciamis-Cilacap. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif analisis kualitatif. Teknik mengumpulkan data dilakukan melalui observasi la- pangan yang didukung dengan wawancara dan perekaman kejadian guna mendapatkan validitas data yang lebih utuh dan menyeluruh. Sajian gending dalam lagu ini mengha- dirkan kesan kesedarhanaan yang mencerminkan konsep hidup masyarakat pendukung- nya. Ronggeng tayub memiliki bentuk pertunjukan yang sangat merakyat, menyatu, dan komunikatif dengan penontonnya. Lagu Rincik-rincik termasuk pada lagu “pesanan” dari penonton, sajian gendingnya khas, unik, dan dinamis dengan iringan instrumen gamelan salendro yang relatif sederhana.

Kata kunci: estetika musikal, rincik-rincik, ronggeng tayub, kesenian rakyat Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 359

PENDAHULUAN wujudnya. Misalnya, di daerah Majalengka Daerah-daerah yang berada di per- yang merupakan daerah perbatasan an- batasan dua wilayah budaya atau lebih, tara budaya Cirebon dan budaya Priangan, biasanya memiliki produk budaya khas, hidup bahasa Cirebon dan bahasa Sunda, berupa hasil campuran dari wilayah buda- yang keduanya digunakan sebagai bahasa ya yang dibatasinya. Bahasa, adat-istiadat, sehari-hari mereka (Suparli, Wawancara 15 serta produk budaya lainnya yang dimiliki Maret 2019, di Bandung). oleh masyarakat perbatasan mencerminkan Ketiga jenis percampuran budaya itu bi- adanya percampuran. Percampuran yang asanya terjadi di setiap daerah perbatasan, dimaksud dalam hal ini terdapat tiga jenis. serta berlaku untuk setiap produk budaya, Pertama, percampuran konsep, artinya termasuk kesenian, akibat adanya saling kedua budaya yang dibatasinya itu bercam- mempengaruhi. Begitu pula yang terjadi pur dan membentuk suatu wujud budaya di daerah Ciamis, yang letak geografi snya yang memiliki konsep tersendiri, sehingga berada di wilayah Jawa Barat bagian Timur memiliki identitas tersendiri yang berbeda yang berbatasan langsung dengan Kabu- dengan identitas budaya asalnya. Misalnya, paten Cilacap Jawa Tengah. daerah Cirebon dan Tegal, memiliki identitas Secara budaya, kedua etnis (Sunda dan budaya tersendiri, salah satunya bahasa yang Jawa) di Kabupaten Ciamis-Pangandaran digunakan di kedua daerah tersebut berbeda dengan wilayah Cilacap telah lama terjalin dengan bahasa Jawa dan bahasa Sunda se- hubungan secara baik, hubungan kedua et- bagai dua budaya yang dibatasinya. nis tersebut terjalin cukup harmonis teruta- Kedua, percampuran produk, artinya ma dari sisi bahasa dan keseniannya. Seperti kedua budaya yang dibatasinya itu ber- dikemukakan Koentjaraningrat (2007:91) campur dalam satu wujud produk budaya, bahwa proses sosial terjadi jika terdapat ke- tetapi ciri-ciri kedua budaya yang diba- lompok sosial dengan kebudayaan tertentu tasinya itu masih tampak dengan jelas. dihadapkan dengan kebudayaan asing, hal Artinya, percampuran itu masih bersifat tersebut disebut gejala akulturasi. Proses tempelan yang masih terlihat pemisahan tersebut terjadi pula pada produk-produk identitas budaya asalnya. Misalnya, ketika kesenian, salah satunya adalah kesenian masyarakat Majalengka berkomunikasi ronggeng tayub yang merupakan hasil akul- dengan menggunakan bahasa Sunda, ter- turasi dua budaya yakni Sunda dan Jawa. kadang masih menempelkan bahasa Cire- Daerah Ciamis saat ini terbagi men- bon. Contoh: Ngarasa bener téh cék déwékna jadi tiga wilayah pemerintahan, yaitu Ka- (Merasa benar itu menurut pribadinya). bupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Dalam kaidah bahasa Sunda, tidak ter- dan Kota Banjar. Daerah-daerah yang ber- dapat kata déwékna yang bermakna menun- batasan langsung dengan wilayah Jawa juk pribadinya orang ketiga. Walaupun ter- Tengah, di antaranya: Kabupaten Ciamis dapat kosa kata déwék, dalam bahasa Sunda bagian Utara yaitu wilayah Rancah dan sama dengan kata kuring yang artinya aku Tambaksari; Kota Banjar dan Ciamis ba- atau saya. gian Selatan (sekarang menjadi Kabupaten Ketiga, percampuran penggunaannya, Pangandaran) meliputi wilayah: Banjarsari, yaitu penggunaan setiap kosa kata yang Padaherang, Kalipucang, Pangandaran, Ci- berasal dari kedua daerah perbatasan digu- julang, Parigi dan sekitarnya. nakan oleh masyarakat sehari-hari, artinya Batas demografi s antara wilayah Cia- kedua budaya yang dibatasinya itu hidup mis dan Cilacap hanya ditandai oleh Sun- secara berdampingan tanpa perubahan gai Cijolang dan Sungai Citanduy yang Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 360 dapat dikatakan cukup dekat, sehingga sil akulturasi) hidup pula di daerah-daerah kehidupan sehari-hari dalam berinteraksi, perbatasan seperti antara Indramayu dan bersosialisasi, dan berkomunikasi antara Sumedang, serta antara Indramayu dan masyarakat Ciamis dan Cilacap berbaur Subang. menjadi satu. Oleh karena itu, interaksi Selain aspek bahasa, saling memenga- sosial, budaya, ekonomi dan politik nis- ruhi itu terletak pula pada jenis-jenis kese- caya terjadi. Tidaklah heran apabila di dae- nian yang berkembang di daerah Ciamis rah Ciamis, walaupun sebagai orang Jawa (Jawa Barat) dan daerah Cilacap (Jawa Te- Barat yang bahasa sehari-harinya menggu- ngah). Di daerah Ciamis terdapat kesenian- nakan bahasa Sunda, tetapi banyak yang kesenian Jawa yang hidup dan berkembang fasih menggunakan bahasa Jawa. Terutama berdampingan dengan kesenian Sunda, di daerah Banjar sampai ke wilayah Ciamis atau kesenian-kesenian Sunda yang dipe- Selatan, banyak yang menggunakan bahasa ngaruhi oleh kesenian-kesenian Jawa. Begitu campuran antara bahasa Sunda dan bahasa pula sebaliknya, di daerah Cilacap terdapat Jawa “kasar” yang dikenal dengan sebutan kesenian-kesenian Sunda yang hidup dan Jawa Réang (Yaya Suryadi, wawancara, 11 berkembang berdampingan dengan kese- Februari 2019 di Bandung). nian Jawa, atau kesenian-kesenian Jawa Slamet Suparno di dalam tulisannya yang dipengaruhi oleh kesenian Sunda. mengutip pernyataan dari Magnis, Koentja- Salah satu kesenian yang hidup dan ber- kembang di wilayah perbatasan tersebut raningrat, yakni menjelaskan seperti berikut: adalah kesenian ronggeng tayub. Kecamatan “Pulau Jawa semula terdapat empat bahasa Tambaksari dan Kecamatan Dayeuhluhur yang berbeda. Penduduk asli Jakarta ber- adalah dua wilayah perbatasan Jawa Barat bicara dalam suatu dialek bahasa Melayu yang biasa disebut Melayu-Betawi. Jawa dan Jawa Tengah yang menjadi pusat perkem- Barat bagian tengah dan selatan digunakan bangan kesenian ronggeng tayub. bahasa Sunda, sedangkan Jawa Timur ba- Berdasarkan sejarahnya, kesenian ini gian utara dan timur digunakan oleh imi- gran dari Madura yang tetap menggunakan masuk ke Tambaksari pada tahun 1936, yang bahasa Madura. Adapun di bagian Jawa dipelopori oleh Bapak Wilasri, tepatnya di lainnya orang berbicara bahasa Jawa, na- Dusun Margamulya Desa Karangpaningal mun demikian bahasa Jawa yang diguna- kan di daerah dataran rendah pesisir utara Kecamatan Tambaksari. Kesenian ronggeng Jawa Barat dari Banten sampai Cirebon, tayub berasal dari daerah Banyumas Jawa bukanlah bahasa Jawa yang sebenarnya. Tengah. Koentjaraningrat (1994: 211-212) Bahasa Jawa yang sebenarnya digunakan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan orang menjelaskan bahwa di Banyumas ada ke- Jawa adalah orang yang bahasa ibunya ba- senian yang disebut lengger atau Tayub hasa Jawa dalam arti yang sebenarnya. Jadi orang Jawa adalah penduduk asli bagian Banyumasan. Lengger merupakan tarian tengah dan timur pulau Jawa yang berba- yang menggambarkan wujud rasa syukur hasa Jawa, walaupun di wilayah–wilayah terhadap dewa-dewa kesuburan. itu juga hidup bukan orang Jawa” (Slamet, 2005: 140). Dari kesenian lengger inilah kemudian berkembang dan menghasilkan kesenian Pernyataan Slamet tersebut secara tidak baru di wilayah perbatasan Jawa Barat dan langsung menunjukkan bahwa bahasa-ba- Jawa Tengah yang dinamakan ronggeng hasa yang digunakan di daerah-daerah per- tayub. Menurut Caturwati (2006: 10), kata batasan Sunda–Jawa, salah satunya Jawa Ré- ronggeng artinya sebutan untuk penari ang, merupakan bahasa hasil percampuran, hiburan yang mempunyai kemampuan yang bukan bahasa Jawa sebenarnya. Se- dalam menari dan menyanyi (ngawih), se- bagai catatan, Jawa Réang (bahasa Jawa ha- perti dalam pertunjukan tayub dan ketuk Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 361 tilu. Sedangkan, menurut Sujana (2002: 2), belah rahim perempuan. Hal ini dipercaya tayub berasal dari dua kata, yaitu mataya akan menyuburkan tanah sehingga panen (bahasa Jawa) dan guyub. Mataya artinya melimpah. Kemudian pada pesta perka- menari, sedangkan guyub artinya keber- winan, mempelai pria diharuskan menari samaan. Tayub artinya kesenian hiburan dengan ronggeng, tiada lain dimaksudkan rakyat yang lebih cenderung untuk laki- untuk memperoleh kesuburan. laki yang mendatangkan para ronggeng. Di Kecamatan Tambaksari terdapat ku- Masuknya kesenian ronggeng tayub rang lebih 13 grup seni, sementara di Keca- yaitu melalui jalur perkebunan karet Belan- matan Dayeuhluhur terdapat 15 grup. Apa- da, mulai dari wilayah Desa Pesahangan bila dilihat dari peta perkembangannya, Kecamatan Cimanggu, Desa Sadabumi Ke- ronggeng tayub berasal dari daerah Ciamis. camatan Majenang, kemudian Desa Cijeruk Dengan demikian, ronggeng tayub meram- Kecamatan Dayeuhluhur, sampai ke Desa bah dan berkembang di Dayeuhluhur, bah- Karangpaningal Kecamatan Tambaksari. kan, dengan jumlah yang cukup banyak. Hal Latar belakang kesenian ini, yaitu ber- ini menunjukkan bahwa ronggeng tayub asal dari kebiasaan para petani dan para memengaruhi kehidupan budaya daerah pegawai perkebunan karet, ketika mereka Cilacap. Menurut Nasrullah (2015: 65), hal selesai bekerja dan mendapatkan bayaran, tersebut merupakan salah satu bukti ter- biasanya mereka mengadakan hiburan jadinya interaksi sosial di pedesaan, sebagai yang disebut tayuban. tayuban ini meru- kecenderungan seseorang atau kelompok pakan seni hiburan rakyat yang memper- untuk berperilaku sama dengan yang lain tontonkan kemahiran ronggeng dengan yang sama-sama digemari. penari laki-laki. Tarian ini disebut ibing Ronggeng tayub di daerah Banjarsari, kalangenan, yaitu tarian yang mempunyai Padaherang, Langkaplancar, Kalipucang, tujuan untuk kesenangan atau kepuasan Pangandaran, Parigi dan sekitarnya, lebih batin. Selain itu, disebut juga sebagai ibing dikenal dengan sebutan ronggeng kaler. pergaulan, yaitu tarian yang menggam- Dalam pertunjukan ini, penarinya terdiri barkan keakraban atau kerukunan antar- dari dua orang yaitu ronggeng dan penari masyarakat. Kesenian ini menjadi sarana laki-laki, dengan gamelan pengiring- hiburan masyarakat pedesaan. Masyara- nya lengkap disertai lagu-lagu kiliningan kat menjadikan hiburan tayuban untuk (Lubis & Darsa, 2015: 74). Sedangkan, di mengekspresikan diri dengan tujuan untuk daerah Ciamis Utara, yaitu daerah Tambak- mendapatkan kesenangan atau kepuas- sari sampai ke daerah Dayeuhluhur dan an batin (Sarim, wawancara, 25 Desember Majenang Kabupaten Cilacap, lebih akrab 2018 di Ciamis). dengan sebutan ronggeng tayub (Kurdi, Ronggeng tayub merupakan hiburan wawancara, 15 Desember 2016 di Ciamis). terpopuler di wilayah perbatasan Jawa Berbicara persoalan kesenian yang me- Barat dan Jawa Tengah, seperti di Kecamatan miliki identitas ronggeng, biasanya tidak Tambaksari dan Kecamatan Dayeuhluhur. terlepas dari persoalan mitos kesuburan, Kesenian ini biasa ditampilkan pada bersih yang dikaitkan dengan masyarakat perta- desa dan pesta perkawinan. Menurut Su- nian. Kabupaten Ciamis merupakan daerah harto (dalam Sujana, 2012: 112), pada upa- pertanian. Untuk itu, kesenian di dalamnya cara bersih desa yang harus pertama kali bersinergi pula dengan kegiatan pertanian. menari dengan ronggeng yaitu tetua atau Pertanian dan kesenian berpadu, salah sa- kepala desa. Babak ini dikenal dengan be- tunya bentuk kreativitas masyarakat pada dhah bumi yang melambangkan lelaki mem- seni ronggeng. Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 362

Ronggeng tayub sama seperti halnya Sampai dengan saat ini, ronggeng tayub dengan kesenian-kesenian ronggéng lain- masih menjadi pilihan masyarakat Tam- nya, merupakan kesenian yang substansi baksari dan daerah Ciamis lainnya, serta di estetikanya terletak pada unsur tari. Ketika daerah Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap. berbicara seni tari tidak terlepas dari perso- Di setiap pertunjukannya, baik di Ciamis alan musik atau karawitan yang berfungsi maupun di daerah Dayeuhluhur Kabupa- sebagai iringannya. Dalam hal ini, musik ten Cilacap, lagu Rincik-rincik adalah salah bukan sebagai pelengkap tapi menjadi un- satu lagu yang populer pilihan penonton sur yang sangat penting dalam sebuah ta- untuk selalu disajikan. Menilik fenomena rian. Dengan adanya unsur musik dalam itu, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih tarian akan menjadi sebuah nilai estetika jauh tentang estetika musikal lagu Rincik- yang tinggi. rincik sebagai fokus kajian percampuran Hal itu sebagaimana dikemukakan Su- seni Sunda dan seni Jawa pada karawitan parli, sebagai berikut. ronggeng tayub. Adapun aspek-aspek yang dikajinya, meliputi garap instrumentasi ”Penyajian karawitan harus menunjang tuntutan kepentingan estetika tari, yang dan garap melodi termasuk lirik lagunya. kehadirannya bukan hanya berfungsi se- bagai pemandu gerak, melainkan sebagai pembentuk nuansa, suasana, bahkan dapat METODE memperkuat karakteristik sebuah tarian. Metode yang digunakan dalam pene- Dalam karawitan tari tradisi Sunda, pe- litian ini adalah metode deskriptif analitis ngendali kepentingan teknis terletak pada waditra kendang, sedangkan komposisi kualitatif. Metode deskriptif merupakan lagu-lagu dapat mengusung terciptanya metode penelitian yang mempunyai tu- karakter, kesan, suasana dan nuansa yang juan untuk mendeskripsikan suatu hal diinginkan” (Wawancara, 20 April 2018). secara objektif, yaitu tentang objek yang Percampuran budaya dalam bentuk akan diteliti. Menurut Sugiyono (2015: 15), akulturasi seni merupakan sebuah kreati- metode penelitian kualitatif yaitu metode vitas masyarakat yang berasal dari manu- yang berdasarkan terhadap falsafah post- sia-manusia yang mendukungnya. Seba- positivism, digunakan untuk meneliti kon- gai seni yang hidup di perbatasan antara disi objek yang alamiah, peneliti menjadi Sunda dan Jawa, ronggeng tayub memiliki kunci dari instrumen penelitiannya, teknik keunikan, terutama yang terdapat pada ga- mengumpulkan data dilakukan secara tri- rap karawitan. Walaupun pada umumnya angulasi (gabungan), analisis data mempu- estetika karawitan ronggeng tayub adalah nyai sifat induktif atau kualitatif, dan hasil estetika karawitan Sunda, dalam beberapa penelitian lebih menitikberatkan makna repertoar di antaranya: lagu Rincik-rincik, daripada generalisasi. Sampak, Tole-tole atau Romo-romo, Caping Langkah-langkah dalam metode ini Gunung, memiliki dua “rasa” dan dua “war- adalah mengumpulkan data, mengolah na” yang melebur menjadi satu, sehingga data, dan menganalisis data. Teknik yang di- membentuk Sunda Kejawén, yaitu Sunda gunakan dalam penelitian ini adalah teknik yang memiliki rasa kejawa-jawaan. Elemen observasi, wawancara, dan dokumentasi. pembentuk munculnya rasa Sunda Kejawén itu adalah garapan instrumen (tabuhan HASIL DAN PEMBAHASAN masing-masing instrumen) mengadaptasi Seni sebagai ungkapan manusia ber- garap karawitan Sunda, serta melodi dan kembang sesuai dengan kondisi, pola ma- lirik lagu yang dibawakan pesinden meng- syarakatnya, demografi s dan sosio-kultural gunakan gaya karawitan Jawa. yang berlangsung di wilayahnya. Kesenian Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 363 ronggeng tayub yang berkembang di per- ruhi jalannya pertunjukan, karena sajian batasan Ciamis-Cilacap, kehadirannya ter- lagu-lagu dalam pertunjukan ronggeng gantung kedekatan antara masyarakat de- tayub biasanya sesuai dengan permintaan ngan kesenian yang ada di tengah-tengah lagu-lagu dari penonton. kehidupannya. Banyaknya ruang-ruang Pertunjukan ronggeng tayub di kedua interaksi dan komunikasi antara kesenian daerah perbatasan tersebut hampir sama. sehingga tumbuh penghayatan yang dalam Sajian lagu-lagunya adalah lagu tradisi dan tulus menjadi memiliki rasa cinta ter- Sunda dan sebagian lagu-lagu yang ber- hadap nilai-nilai estetiknya. nuansa Jawa. Kebiasaan-kebiasaan saling Kedekatan masyarakat dengan kese- menggemari dan saling menyenangi adalah nian di daerah perbatasan Jawa Tengah dan perilaku masyarakat pedesaan dalam me- Jawa Barat khususnya di daerah Kecamatan nyenangi seni tradisi. Tambaksari dan Kecamatan Dayeuhluhur Dalam buku Audiences A Sosiologi Theo- Cilacap dibuktikan melalui berbagai kegi- ry of Perfomance and Imaginanation, Nicho- atan yang berlangsung secara tradisional. las & Longhurst (1998: 127) menyatakan Kegiatan-kegiatan tradisi hajatan khitanan, bahwa: pernikahan, dan lain-lain, yang menjadi “Fans are skilled or competent in diff erent tradisi masyarakat adalah faktor pendu- modes of production and consumption; active kung utama yang menjadikan kesenian-ke- in their interaction with texts and in their pro- duction of new text; and communal in that they senian tradisional tumbuh dan berkembang construct diff erent communities based on their secara harmonis. Selain dalam peristiwa- links to the programmes they like (Penggemar peristiwa hajatan, mayoritas masyarakat di adalah mereka yang terampil dan kompe- ten dalam berbagai mode produksi, mereka perbatasan Kabupaten Ciamis dan Kabu- aktif dalam berinteraksi dengan teks dan paten Cilacap masih memegang nilai-nilai dalam produksi teks baru, komunal dalam adat istiadat, seperti masih mengadakan hal membangun komunitas yang berbeda berdasarkan tautan mereka ke dalam pro- upacara-upacara ritual sebagai ungkapan gram yang mereka sukai.”) rasa syukur. Contohnya, upacara nyuguh di Kampung Adat Kuta Desa Karangpa- Dengan demikian, seni merupakan ung- ningal Kecamatan Tambaksari dan upacara kapan atau ekspresi seseorang dengan cara nyacarkeun jalan di Dusun Linggaharja Desa menikmati setiap keindahan harmoni atau Mekarsari Kecamatan Tambaksari. Dalam kesatuan bentuk yang disajikan, serta mem- kegiatan tersebut, selalu dilengkapi dengan punyai tujuan untuk kesenangan atau kepu- sajian kesenian, salah satunya pertunjukan asan batin. ronggeng tayub. 1. Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Kesenian ronggeng tayub merupakan Ronggeng Tayub kesenian rakyat di perbatasan Jawa Tengah Pertunjukan ronggeng tayub di wi- dan Jawa Barat yang mengalami proses per- layah perbatasan Ciamis-Cilacap meru- campuran dan persinggungan, terutama pakan sajian seni rakyat yang di dalamnya dalam bentuk garap musikal dalam sajian tidak terlepas dari unsur tari dan karawi- lagu-lagunya. Masuknya lagu-lagu Jawa tan. ronggeng tayub memiliki bentuk per- pada kesenian ronggeng tayub merupakan tunjukan yang sangat merakyat, menyatu, pengaruh kebiasaan dari masyarakat, teru- dan komunikatif dengan penontonnya. tama seniman sebagai pelaku seni dan para Kesan tarian dan gending-gendingnya penonton di wilayah tersebut. Keterlibatan khas, unik, menarik, dan dinamis dengan penonton ketika berlangsungnya pertun- iringan instrumen gamelan salendro yang jukan ronggeng tayub sangat memenga- relatif sederhana, dalam artian jumlah wa- Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 364 ditra maupun kualitas gamelannya. Bentuk 2016: 20). Penyebutan lagu Ricik-ricik di dae- sajian karawitan maupun tariannya memi- rah Tambaksari dan Dayeuhluhur menjadi liki sifat yang spontan dan akrab dengan lagu Rincik-rincik, ada penambahan bentuk lingkungan, hampir meniadakan jarak fi sik konsonan “n”. maupun psikologis antara seniman dengan Sajian lagu Rincik-rincik dalam ronggeng penontonnya. tayub digarap dengan menggunakan teknik Sajian gending dalam ronggeng tayub tabuhan karawitan Sunda, sehingga lagu menghadirkan kesan kesedarhanaan yang Rincik-rincik tersebut telah memunculkan mencerminkan konsep hidup masyarakat “dua rasa” dan “dua warna”, yakni bentuk pendukungnya. Keterampilan para pena- lagu Jawa, namun digarap dengan teknik buh atau nayaga, pesinden, dan juru ibing tabuh Sunda. atau ronggeng, serta penonton sangat me- Supanggah (2009: 4) menjelaskan bah- nentukan jalannya sajian ronggeng tayub. wa garap adalah sebuah kreativitas dalam Para pelaku seni di kedua daerah perbatasan (kesenian) tradisi. Garap adalah sebuah Ciamis-Cilacap, tepatnya di Kecamatan sistem, garap melibatkan beberapa unsur Tambaksari dan Kecamatan Dayeuhluhur, atau pihak yang masing-masing saling ter- seolah-olah tidak ada jarak dalam bersosial- kait dan membantu. Beberapa unsur garap isasi dan berinteraksi. Grup-grup seni yang tersebut yaitu: (1) materi garap atau ajang ada di dua daerah tersebut sudah terbiasa garap, (2) penggarap, (3) sarana garap, (4) saling meminjam personal nayaga atau pe- prabot garap atau piranti garap, (5) penen- nabuh, terlebih untuk pesinden, penabuh tu garap, dan (6) pertimbangan garap. Oleh kendang, dan pengrebab, karena ketiga pe- karena itu, garap lagu Rincik-rincik dalam main tersebut memerlukan keterampilan pertunjukan ronggeng tayub merupakan khusus yang lebih mumpuni. sebuah proses garap musikal yang melibat- Sajian lagu-lagu dalam pertunjukan kan semua unsur-unsur tersebut di atas. ronggeng tayub, yaitu lagu-lagu buhun, Proses persinggungan garap lagu lagu-lagu kiliningan, lagu , lagu Rincik-rincik dalam sajian ronggeng ta- dangdutan, dan lagu-lagu kekinian sesuai yub berkaitan dengan persoalan seniman keinginan dan permintaan penonton. Se- dalam menyajikan sebuah karya seni. lain lagu-lagu tersebut, terdapat lagu-lagu Dalam hal ini Supanggah (dalam Waridi, Jawa yang sering tersaji, di antaranya Sam- 2005) menjelaskan bahwa seniman meru- pak, Eling-eling, Tole-tole, Waled, Dober, Ca- pakan unsur terpenting dalam garap. Apa- ping Gunung, dan Rincik-rincik. Masuknya bila tidak ada pengrawit (musisi), suatu pe- lagu-lagu Jawa tersebut, selain karena fak- nyajian karawitan (musik) jelas tidak akan tor geografi s wilayah perbatasan antara terwujud. Demikian juga dalam lagu Rincik- Jawa Barat dan Jawa Tengah, juga ada fak- rincik, dengan adanya kreativitas para seni- tor lain, yakni terdapat pengaruh dari ke- man, maka lagu tersebut akan tetap eksis senian yang serumpun dengan kasenian dan dinikmati oleh penonton. ronggeng tayub, yakni dari kasenian leng- ger atau Tayub Banyumasan yang berasal 2. Estetika Musikal Lagu Rincik-rincik dari daerah Banyumas. Kata estetika berasal dari bahasa latin Di antara lagu Jawa tersebut yang pa- “aestheticus” atau bahasa Yunani “aestheti- ling sering diminta oleh penonton adalah cos” yang merupakan kata yang bersumber lagu Rincik-rincik. Menurut Kartawi, lagu dari istilah “aishte” yang memiliki makna Ricik-ricik termasuk pada bentuk gending merasa. Menurut Gie (1976: 15), estetika uyon-uyun, lenggeran, ebegan (Kartawi, adalah hal-hal yang dapat diserap oleh pan- Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 365 ca indra atau sense perception. Secara umum, an sajian ronggeng tayub, busana yang yang disebut estetika adalah hal-hal yang digunakan maupun struktur lagu yang berkaitan dengan keindahan ataupun rasa, disajikan, sebagaimana penjelasan berikut. termasuk dalam bidang seni. (a) Gerak-gerak tari yang disajikan dalam Estetika karawitan tradisi, menurut ronggeng tayub tidak serta merta muncul Herdini (2014: 263), dalam konteks karawi- begitu saja, akan tetapi terdapat unsur his- tan tradisi Sunda, merupakan garap musi- torisnya baik secara geografi s, sosiologis, kal yang dibentuk oleh perpaduan antara dan kebiasaan masyarakat atau seniman se- nada yang bersifat melodis (saron, peking, tempat. Hal tersebut yang mengusung ter- rebab, sinden), dan nada yang tetap atau ciptanya sebuah gaya tari dalam ronggeng statis (kenong, goong), dari perpaduan tayub. (b) Aspek selanjutnya adalah kos- keduanya maka lahirlah apa yang disebut tum, ini juga mempengaruhi terhadap wirahma. Dalam penyajian gamelan Sunda identitas dari ronggeng tayub sendiri, se- terdapat tiga fungsi musikal, yaitu ber- bab koreografi tarian juga akan menentu- peran sebagai pembawa melodi (rebab, kan kostum yang akan dipakai oleh penari, peking, saron), pengatur irama (kendang), sehingga antara koreografi dengan kostum dan sebagai penanda siklus batas prase menjadi satu kesatuan dari sajian ronggeng melodi (kenongan & Goongan). Fungsi- tayub. (c) Hal yang sangat penting dalam fungsi musikal tersebut selalu hadir dalam pertunjukan ronggeng tayub adalah aspek ensamble karawitan Sunda, dan termasuk musikal (gending), kenapa unsur musikal pada tataran estetika normatif sifatnya uni- disebut sebagai aspek yang sangat penting, versal atau tetap. Selanjutnya, ditegaskan sebab dengan alunan gending sebuah tarian pula bahwa dalam permainan gamelan (dalam hal ini adalah ronggeng tayub) akan tradisi terdapat tiga prinsip pola tabuhan, semakin hidup, gerak-gerak yang disajikan yaitu prinsip saling mengisi (tabuhan saron akan diiringi dengan apik oleh musik atau 1-2), prinsif kelipatan dua (bonang-rincik, gending (aksentuasi, dinamika, karakter selentem, kenong), serta prinsip penyatuan tarian, dan lain-lain). Maka dari itu antara (tabuhan peking). Ketiga prinsip pola tabuh gerak, kostum, dan gending menjadi satu dalam permainan gamelan tersebut ter- kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam masuk pada tataran estetika instrumental sajian ronggeng tayub. yang dapat menghasilkan wujud (bentuk), 2. Struktur (konsepsi struktur per- bobot (isi) dan penampilan. Oleh karena tunjukan: awal, tengah, akhir). Penyajian itu, kaitannya dengan estetika musikal lagu ronggeng tayub mempunyai struktur per- Rincik-rincik, maka dapat ditelaah dari ben- tunjukan tersendiri, yaitu sebagai berikut. tuk garap tabuhannya dan syair lagunya, (a) Bubuka atau awalan, biasanya menyaji- dengan menganalisis letak perbedaan ga- kan gending dan Bubuka (lagu Dengkleung rap dari musikal lagu Jawa dengan garap atau Kembang Gadung), kemudian dilan- dalam karawitan Sunda. jutkan dengan ibing lulugu, dan diakhiri Selanjutnya, Djelantik (2001: 17) me- oleh sajian tarian dari yang punya hajat. (b) nyatakan bahwa semua benda atau setiap Tengahan, biasanya menyajikan tarian dari peristiwa kesenian mengandung tiga aspek para tamu kehormatan, tokoh masyarakat, yaitu: dilanjutkan dengan tarian atas permintaan a. Wujud para audience yang menyaksikan pertun- 1. Bentuk, selain gerak-gerak tari yang jukan tersebut (pada segmen ini biasanya bersifat spontan atau saka, juga adalah sua- akan muncul permintaan lagu Rincik-rincik tu kesatuan yang menjadi suatu perwujud- dari penonton, termasuk permintaan tarian Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 366 ronggeng amen). (c) Penutup, biasanya me- Rincik-rincik tersebut berasal dari Jawa Te- nyajikan lagu atau gending Mitra atau Ben- ngah (Banyumas), akan tetapi disajikan de- drong Petit tanpa adanya unsur tarian. ngan menggunakan pola tabuh gaya Sunda. b. Bobot atau Isi Hal ini membuktikan bahwa para pelaku (1) Suasana sajian ronggeng tayub ken- seni tersebut mempunyai keterampilan tal dengan ekspresi kegembiraan, karena yang luar biasa, sementara mayoritas para seluruh elemen yang menyaksikan pertun- pelakunya adalah seniman alam, dengan jukan ronggeng tayub, baik yang punya modal menonton dan mendengarkan saja. hajat ataupun penonton, bahkan pelaku (3) Sarana atau media. Pada pertunjukan seni (dalam hal ini adalah nayaga dan ronggeng tayub perangkat gamelan salen- penari) meluapkan ekspresi kegembiraan. dro merupakan sarana atau media ungkap (2) Ronggeng tayub disajikan pada aca- musikal yang utama, baik untuk mengiringi ra hajatan pernikahan, khitanan, syukuran lagu ataupun untuk mengiringi tarian. desa. Kehadiran pertunjukan ronggeng ta- yub ini memberikan dampak positif bagi Bentuk Gending Rincik-rincik sosialisasi dari setiap masyarakat yang Gending rincik-rincik dalam konteks menyaksikan pertunjukan ronggeng tayub karawitan Jawa termasuk kepada bentuk tersebut, sebab dengan adanya pertunjukan gending lancaran, yang dalam karawitan ronggeng tayub ini ada kaitannya dengan Sunda disebut bentuk gending rérénggong- peristiwa kehidupan masyarakat, seperti an, yang disajikan dalam embat (irama) ke- yang sudah disebutkan di atas. ring. Dengan demikian, dapat dikatakan (3) Pertunjukan ronggeng tayub ter- bahwa bentuk lancaran dalam karawitan dapat pesan-pesan moral yang sangat ber- Jawa adalah bentuk rérénggongan dalam arti bagi kehidupan masyarakat, misalnya karawitan Sunda memiliki estetika yang pesan kerukunan, kebersamaan, toleransi, sama. Hal itu pula yang menyebabkan kesederhanaan, sosialisasi, dan lain-lain. Gending rincik-rincik mudah diadaptasi c. Penampilan oleh para seniman di Ciamis. Adapun kon- (1) Bakat yang dimiliki oleh para seni- sepsi dasar gending rincik-rincik dapat dili- man baik penabuh gamelan, sinden, atau hat pada partitur berikut. penari (ronggeng) masing-masing mempu- nyai talenta atau bakat tersendiri. Artinya 1. Gending Ricik-ricik Banyumas bahwa setiap elemen yang terdapat dalam Patet : Nem sajian ronggeng tayub tidak serta merta ter- Irama : Kering saji begitu saja, akan tetapi semuanya mem- Laras : Salendro punyai dasar keterampilan yang sangat baik Balungan Gending: sesuai dengan bidang yang digelutinya. Buka : . 3 . 1 . 3 . 2 . 1 . (6) (2). Keterampilan (keterampilan yang . 1 . 6 . 3 . 2 . 5 . 3 . 2 . (1) khas atau skill), ada kaitannya dengan poin . 2 . 1 . 2 . 3 . 5 . 6 . 1 . (6) nomor satu di atas bahwa keterampilan Sumber notasi: Darno Kartawi Gending- setiap penyaji, baik pemain musik atau gending Banyumas (2016: 34). penari, sangat menentukan terhadap hasil dari pertunjukan ronggeng tayub tersebut. 2. Gending Rincik-rincik dalam Notasi Ada hal yang menarik dalam aspek ini, para Sunda (damina) pelaku seni dalam hal ini adalah nayaga Pangkat : . 3 . 5 . 3 . 4 . 5 . (1) menyajikan lagu dan gending rincik-rincik, . 5 . 1 . 3 . 4 . 2 . 3 . 4 . (5) yang sebagaimana kita ketahui bahwa lagu . 4 . 5 . 2 . 3 . 2 . 1 . 5 . (1) Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 367

Keterangan: Susunan notasi Jawa (Kepatihan) Susunan notasi Sunda (da mi na) 6 1 2 3 5 6 1 1 5 4 3 2 1 5 nem ji ro lu mo nem ji da la ti na mi da la

3. Pola Garap Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub Gending rincik-rincik Patet : Nem Irama : Kering Laras : Salendro Pangkat Bonang :

Bn:ki 4 4 5 5 4 4 5 1 3 2 (1) Bn:ka 4 4 5 5 4 4 5 1 3 2 (1)

Sr1 . 2 . 1 . 3 . 4 . 3 . 4 . 3 . 2

Sr2 . 2 . 1 . 3 . 4 . 3 . 4 . 3 . 2

Dm . 2 . 1 . 3 . 4 . 3 . 4 . 3 . 2

Kn . 3 . 1 . 3 . 4 . 3 . 4 . 3 . 2

. Bn:ka . r . r . r . r . r r . r . r . r . r . r . 2

Bn:ki 3 5 3 q . q 3 t r e . r e 5 r e . r 3 5 ew . w . Rc:ka r . r . 1 . r . r . 4 . r . r r . r . r . 2

Rc:ki 3 5 3 q . q 3 t e r . r e 5 e r . r 3 5 ew . w

P/G . P ... P ... P . P . P . g

Sr1 . 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 5 . 2 . 1

Sr2 . 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 5 . 2 . 1

Dm . 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 5 . 2 . 1

Kn . 3 . 2 . 3 . 5 . 3 . 5 . 2 . 1

Bn:ka . r . r . 3 . r . r . 5 . r . r . 5 . r . r . 2

Bn:ki 3 5 ew . w e t e t . t e 5 e t . t 3 5 e q . q

Rc:ka . 4 . 4 . 2 2 . 4 . 4 . 5 5 . 4 . 4 . 5 . 4 . 4 . 1

Rc:ki 3 5 ew . w e t e t . t e t e t . t e 5 e q . q

P/G . P ... P ... P . P . P . g Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 368

Keterangan • Tabuhan kempul 5 kali tabuhan sesuai Sr I = saron satu dengan garap karawitan Sunda. Sr II = saron dua Notasi tabuhan lagu rincik-rincik di Grup Dm = demung Surya Gumilang Kecamatan Tambaksari Kn = kenong sama dengan tabuhan pada Grup Mus- Bn Ka = bonang pakai tangan kanan tika Asih Kecamatan Dayeuhluhur Ka- Bn Ki = bonang pakai tangan kiri bupaten Cilacap, perbedaannya hanya PG = kempul dan goong terletak pada buka atau pangkatnya (5 5 5 5 5 1 3 2 1). Garap Waditra: • Goongan lagu Ricik-ricik Banyumas • Tabuhan waditra saron 1, saron dua, jatuh pada nada ji (1) dan nem (6) atau demung dan kenong digarap dengan dalam nada Sunda: da (1) dan la (5). teknik di balung dalam artian waditra Adapun garap lagu rincik-rincik pada ditabuh sesuai nada balungan gending Grup Mustika Asih (Dayeuhluhur-Ci- atau kerangka lagunya. lacap) dan Grup Surya Gumilang (Tam- • Tabuhan bonang dan rincik ditabuh baksari- Ciamis) jatuh pada nada: da dengan teknik dirajek (dimelodikan). (1) dan mi (2).

4. Notasi dan Syair Lagu rincik-rincik Lagu: rincik-rincik Laras: Salendro

....ttt5tttrt111 Rin - cik rin - cik rin - cik rin - cik rin - cik rin - cang

....444444432432 Di - pa - ke mah di - pa - ke pe - nya - wuk wa - yang

....5555..4345!! Jam - bu a - las yen jam - bu ne ku - ning

....5444544545!@ Pun la - was mah pun la - was ke - te - mu ma - ning

....5555..4345!! I - reng i - reng gam - pa gam - pa - ra - ne

....444444432432 Wong i - reng mah wong i - reng so - po a - ra - ne Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 369

Ireng-ireng gamparane. digarap dengan teknik dibalung, dalam ar- Wong ireng sopo arane tian waditra ditabuh sesuai nada balungan Jambu alas jambu kuning Wis lawas ketemu maning gending atau kerangka lagunya. Sedang- Jambu alas Palimanan kan tabuhan kenong ditabuh pada ketukan Wis lawas kulo kedanan Jambu alas Bandowati keempat pada tiap matra. Tabuhan bonang Wis lawas kulo ladeni dan rincik ditabuh dengan teknik dikem- Alok…2x Goongan prang atau digemyang. Tabuhan kempul tiga Ireng-ireng gamparane Bocah ireng sopo arane (3) kali tabuhan, yaitu pada matra kedua, Wong ireng sopo arane ketiga dan keempat masing-masing ditabuh Burung dara burung merpati pada ketukan kedua. Goong ditabuh pada Badan lara kepati-pati Jambu alas Palimanan matra empat, ketukan ke enambelas. Wis lawas kulo kedanan Garap tabuhan waditra gaya Sunda, yai- Wis lawas kulo kedanan 2x tu waditra saron satu, saron dua, demung, dan kenong, digarap dengan teknik diba- Keterangan: lung, dalam artian waditra ditabuh sesuai • Syair lagu disajikan berulang-ulang se- nada balungan gending atau kerangka la- suai dengan kebutuhan iringan tarian. gunya. Sedangkan tabuhan bonang dan • Syair lagu di atas menggunakan syair- rincik ditabuh dengan teknik dirajek (melo- syair berbahasa Jawa. Tetapi tidak mutlak di). Tabuhan kempul lima (5) kali tabuhan, menggunakan syair tersebut. Dalam hal ini sesuai dengan pola garap karawitan Sunda, biasanya pesinden melakukannya secara yaitu matra satu dan dua masing-masing improvisasi, biasanya syair lagu yang disa- ditabuh pada ketukan kedua, matra ketiga jikan lebih bebas sesuai dengan kemahiran ditabuh pada ketukan kedua dan ketukan individu pesindennya, yang penting sesuai ke-4, serta matra empat ditabuh pada ke- dengan patokan lagu atau ketukan lagu. tukan kedua. Goong ditabuh pada ketukan keempat di matra empat. Analisa Garap Tabuhan dan Syair Lagu rincik-rincik Syair lagu dilakukan berulang-ulang Goongan lagu ricik-ricik Banyumas jatuh sesuai dengan kebutuhan iringan tarian. pada nada ji (1) dan nem (6) atau dalam nada Syair lagu menggunakan syair berbahasa Sunda: da (1) dan la (5). Adapun garap lagu Jawa, melodi lagu menggunakan laras rincik-rincik pada sanggar seni Mustika Asih salendro yang disajikan sesuai dengan pa- (Dayeuhluhur–Cilacap) dan sanggar seni tokan lagu atau sesuai dengan jatuhnya Surya Gumilang (Tambaksari-Ciamis) jatuh nada Goongan. Struktur sajian lagu diawali pada nada: da (1) dan mi (2) perubahan dengan pangkat lagu, kemudian masuk nada sehingga jadi berubah karena vokal di pada arkuh lagu dan disajikan berulang- Banyumas (Jawa) lebih tinggi. ulang sesuai dengan kebutuhan. Tabuhan lagu rincik-rincik di sanggar seni Surya Gumilang Kecamatan Tambak- 5. Lagu Rincik-rincik sebagai Lagu Pesanan sari dan tabuhan pada sanggar seni Mus- Sebagaimana lazimnya dalam per- tika Asih Kecamatan Dayeuhluhur Kabu- tunjukan tayuban, orang yang akan me- paten Cilacap hampir sama, perbedaannya nari senantiasa memesan lagu kepada hanya terletak pada buka atau pangkat lagu. nayaga. Demikian pula dalam pertunjukan ronggeng tayub, lagu dipesan oleh siapa Garap Waditra: pun yang akan menari. Lagu yang dipesan Garap tabuhan waditra gaya Banyumas, biasanya sesuai dengan kebiasaan atau ke- yaitu waditra saron satu, saron dua, demung senangan seseorang yang akan menari itu, Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 370 karena tradisinya demikian. Oleh sebab itu, dan menarik. Klaim asli dan tidak asli, rombongan tayub harus menguasai banyak pada intinya hanyalah sebuah pernyataan lagu dengan berbagai genre musik mulai emosional yang tidak mengakui kenyata- dari lagu-lagu kiliningan, jaipongan, bah- an sebenarnya. Fitrah kesenian itu pada kan lagu-lagu . dasarnya sangat terbuka untuk menerima Rincik-rincik adalah salah satu di an- dan memberi. tara sekian banyak lagu yang ada dalam Seperti telah diketahui, bahwa sistem tari ronggeng tayub yang sangat diminati para dalam ronggeng tayub bersifat improvisasi. penari. Lagu tersebut sebenarnya bukan Para penari menari sekehendak dirinya de- lagu tradisional kiliningan Sunda, melain- ngan gerakan-gerakan sesuai dengan ke- kan lagu Jawa. Rincik-rincik sering dimain- mampuannya. Mereka menari tanpa susun- kan dalam seni ebeg di sekitar wilayah Cia- an gerak yang direncanakan. Oleh sebab mis dan Pangandaran (Banjar, Banjarsari, itu, struktur koreografi nya tidak berpola. dan daerah lainnya) sebagai lagu untuk Demikian pula tidak dikenal pakem gerak mengiring salah satu tari dalam pertun- dari setiap anggota tubuh. Kepala, tangan, jukan . Menurut Anastasya kaki, dan anggota tubuh lainnya, bergerak (2018: 5) di daerah Jampang, Sukabumi, tanpa mengindahkan aturan sebagaimana rincik-rincik juga dimainkan sebagai pengi- lazimnya tari-tari klasik yang serba terpola. ring tari cepet atau jae (sebutan lain untuk Tidak pula dikenal terminologi gerak dari seni kuda lumping). masing-masing anggota tubuh dan setiap Rincik-rincik adalah lagu “pesanan”. gerakan yang ditampilkan. Pola tari dan Oleh sebab itu, lagu tersebut hanya akan gerak seperti tersebut, dalam ronggeng ta- disajikan jika ada permintaan dari penonton yub disebut ibing saka. Maksudnya, yaitu yang akan menari. Suasana dan langgam saka inget, saka daek, saka panggih (seingat- lagunya menjadi dua rasa, yakni campuran nya, sesukanya, seketemunya). antara rasa Sunda dan Jawa. Lagu tersebut Dalam lagu rincik-rincik, para penari seperti lagu Jawa yang disundakan, atau senantiasa menyesuaikan irama gerakan sebaliknya. Oleh sebab itu, ketika men- dengan tepak kendang dari lagu tersebut. dengar lagu itu, kita dibawa ke dalam dua Mereka menari disertai ronggeng. Kadang- langgam kawih, Sunda-Jawa. Dalam hal kadang berpasangan, kadang-kadang me- ini mudah dimengerti, karena para pelaku nari sendiri-sendiri. Gerakannya seperti seninya tinggal di antara dua wilayah Tam- mincid cicing dan moyeg. Sewaktu-waktu baksari-Ciamis dan Dayeuhluhur-Cilacap. mereka melakukan gerakan silang, me- Persinggungan dua kehidupan budaya nyamping, atau incek muter (menari ber- itu telah menjadikan seni ronggeng tayub mempunyai ciri khas sendiri. Demikian sifat kehidupan seni secara umum, baik seni tradisional maupun seni modern. Eksistensinya senantiasa berada pada wilayah konsep “saling”, yakni saling ambil, saling memengaruhi, saling pinjam, saling tiru, bahkan saling menghidupkan dan mematikan, dan “saling” lainnya. Oleh sebab itu, pernyataan “asli” dan “tidak asli” suatu jenis kesenian senantiasa akan Gambar 1. Pola tarian ronggeng amen menjadi perdebatan yang sangat panjang (Sumber: Doksen ISBI Bandung, 2007) Panggung Vol. 29 No. 4, Oktober - Desember 2019 371

Gambar 2. Ibingan Lagu Rincik-rincik LS Mus- Gambar 3. Ibingan Lagu Rincik-rincik LS Surya tika Asih, Kecamatan Dayeuhluhur Cilacap Gumilang, Kecamatan Tambaksari Ciamis (Sumber: Dokumentasi Ocoh Suherti, 2019) (Sumber: Dokumentasi Ocoh Suherti, 2019) putar) kemudian salah satu bagian bahu- mengapa tarinya termasuk jenis tari komu- nya (kiri atau kanan) hampir dilekatkan nal atau massal. Tari dalam ronggeng amen satu sama lainnya. Pada gerakan ini, mere- senantiasa berkelompok. Para penarinya ka seperti saling menengok. Mereka mena- menari berputar dalam sebuah lingkaran. ri mengikuti irama kendang. Pola tarian dalam ronggeng tayub ber- Ketika lagu itu selesai, para penari mem- beda dengan pola tari ronggeng amen. berikan uang kepada ronggeng. Ada juga Pola tarian ronggeng tayub lebih meng- yang diberikan kepada salah seorang nayaga, arah kepada bentuk tari Pasangan antara biasanya kepada pengendang. Uang yang Ronggeng dan penari simpatisan yang ber- diberikan tersebut dalam tayuban dikenal asal dari penonton (lihat gambar 1, gambar dengan uang pamasak. 2, dan gambar 3). Perlu diketahui pula, bahwa ronggeng tayub yang berkembang di sebelah utara SIMPULAN Kabupaten Pangandaran, penyajiannya Rongeng tayub merupakan salah satu sangat berbeda dengan ronggeng tayub kesenian hiburan rakyat yang hidup dan yang berada di bagian selatan Kabupaten berkembang di daerah Kecamatan Tambak- Pangandaran. Oleh sebab itu, ronggeng sari Kabupaten Ciamis dan di daerah Keca- tayub yang hidup di wilayah utara Pa- matan Dayeuhluhur Kabupaten Cilacap Jawa ngandaran seringkali disebut juga sebagai Tengah, ronggeng tayub berfungsi sebagai ronggeng kaler. Di bagian selatan wilayah sarana hiburan pada acara-acara hajatan per- tersebut, ronggeng tayub lebih populer nikahan, khitanan maupun pada acara-acara dengan sebutan ronggeng amen. ritual tahunan. Pertunjukan ronggeng tayub Perbedaan yang mencolok dari kedua selain menyajikan lagu-lagu buhun, lagu jenis ronggeng itu terletak pada cara pe- jaipongan, dan lagu-lagu dangdutan, tersaji nyajian tari-tariannya. Tari-tarian yang ada pula lagu-lagu yang bernuansa Jawa. dalam ronggeng tayub di wilayah utara Lagu rincik-rincik adalah salah satu lagu sangat dipengaruhi oleh tari tayub Jawa Jawa yang paling sering dipesan dan ter- Tengah (Cilacap) dan tayub Priangan. De- saji dalam pertunjukan ronggeng tayub. ngan demikian, tarinya termasuk jenis tari Secara garap musikal lagu rincik-rincik pada individual. Sedangkan tari-tarian ronggeng ronggeng tayub memiliki sedikit perbedaan tayub yang hidup di bagian selatan Pangan- garap yang berbeda dengan garap lagu daran sangat dipengaruhi oleh cara menari aslinya lagu Ricik-ricik Banyumas. Bentuk ga- dalam ronggeng gunung. Itulah sebabnya rap lagu mengalami proses persinggungan Suherti, Sudarsono: Estetika Lagu Rincik-rincik dalam Pertunjukan Ronggeng Tayub 372 antara garap tabuhan Karawitan Jawa dan Kartawi, D. (2016). Gending-gending Banyu- garap tabuhan Karawitan Sunda, dan syair mas. Solo: Jurusan Karawitan ISI Su- lagu menggunakan bahasa Jawa perbatasan. rakarta. Pengidentifi kasian bentuk lagu, me- Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan Jawa. lalui kajian tabuhan maupun syairnya lagu Jakarta: Balai Pustaka. rincik-rincik dalam pertunjukan ronggeng Koentjaraningrat. (2007). Sejarah Teori Antro- tayub ini diharapkan dapat bermanfaat un- pologi II. Jakarta: UI Press. tuk menambah wawasan seni, khususnya Lubis, N. H., & Darsa, U. A. (2015). Perkem- dalam garap karawitan tari tradisi. bangan Ronggeng sebagai Seni Tra- disi di Kabupaten Pangandaran. Daftar Pustaka Panggung, 25 (1), 71-80. Anastasya, R. P. (2018). Tari Kulu-kulu dalam Nasrullah, J. (2015). Sosiologi Pedesaan. Ban- Kesenian Jae Grup Turonggo Seni Bu- dung: Pustaka Setia. doyo Desa Sidamulya Kecamata Ciemas. Nicholas, A., & Longhurst, B. (1998). Audi- Kab. Sukabumi. Skripsi pada Prodi ensces. London: SAGE Publications. Seni Tari Fakultas Seni Pertunjuk- Slamet, S. T. (2005). Pendekatan Sosiologis da- an Institut Seni Budaya Indonesia lam Penelitian Karawitan, Menimbang (ISBI) Bandung. Pendekatan & Pengkajian Musik Nusan- Caturwati, E. (2006). Perempuan & Ronggéng tara. Surakarta: ISI Press. (Di Tatar Sunda Telaahan Sejarah Bu- Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidik- daya). Bandung: Pusat Kajian Lintas an (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Budaya & Pembangunan Berkelan- dan R&D). Bandung: Alfabeta. jutan. Sujana, A. (2002). Tayub (Kalangenan Menak Djelantik. (2001). Estetika Sebuah Pengantar. Priangan). Bandung: STSI Press Ban- Bandung: MSPI (Masyarakat Seni dung. Pertunjukan Indonesia). Sujansa, A. (2012). Pergeseran Fungsi dan Gie, T. L. (1976). Garis Besar Estetik (Filsafat Bentuk Ronggéng di Jawa Barat. Keindahan). : UGM. Panggung, 22 (1), 108-121. Herdini, H. (2014). Konteks Karawitan Tradi- Supanggah, R. (2009). Bothekan Karawitan II. si, Estetika Karawitan Tradisi, Perkem- Surakarta: ISI Press. bangan Karya Inovasi Karawitan Sun- Waridi. (2005). Menimbang Pendekatan (Peng- da Tahun 1920-2008. Bandung: Su- kajian & Penciptaan Musik Nusantara). nan Ambu Press. Surakarta: Jurusan Karawitan STSI Surakarta.