BULAN MATI DI LANGIT UTARA : Pembangunan, Pemiskinan, dan Ironi Lumbung Padi PRESENTATION NAME KhaerulCompany Umam Noer Name PKWG UI ketika sang Maharaja gelisah

• Prasasti Tugu mencatat bahwa pada tahun 417 M, Maharaja Purnawarman memerintahkan membangun kanal Gomati dan Chandrabagha sepanjang 6.122 tombak (setara 24.448 m), yang diselesaikan dalam waktu 21 hari. Chandrabagha diyakini saat ini sebagai Kali Bekasi. • Artinya sejak abad ke-4, Bekasi adalah wilayah agraris. • Semua tinggal mimpi. Wilayah Bekasi dilanda dua masalah utama: pembangunan industri dan permukiman penduduk. Kabupaten Bekasi

• Kabupaten Bekasi adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, . Ibukotanya adalah Kota . Kabupaten ini berada tepat di sebelah timur , berbatasan dengan Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta di barat, Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Karawang di timur, serta Kabupaten di selatan. Kabupaten Bekasi terdiri atas 23 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. • Secara geografis, Kabupaten Bekasi sangat strategis, untuk pengembangan di kawasan pesisir dan kawasan industri sebagai peyanggah ibukota

Topografi

• Sebagian besar wilayah Bekasi adalah dataran rendah dengan bagian selatan yang berbukit-bukit. Ketinggian lokasi antara 0 – 115 meter dan kemiringan 0 – 250 meter. • 72% wilayah Kabupaten Bekasi berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan air laut. • Tingkat kepekaan tanah terhadap erosi cukup baik/stabil. Tingkat kepekaan ini diklasifikasikan tiga bagian yakni stabil (tidak peka), peka, dan sangat peka. • Sekitar 17.220,19 Ha (83,87%) dari luas lahan merupakan lahan stabil yang layak untuk dikembangkan untuk berbagai macam kegiatan perkotaan. • Seluas 3.127,02 Ha (15,23%) dari lahanya memiliki kondisi peka dan masih cukup layak untuk dibangun. Sedangkan di bagian selatan, lahnnya sangat peka terhadap erosi yakni sekitar 184,79 Ha (0,9%), kurang layak untuk dikembangkan. Air (dahulu)

• Adanya beberapa sungai yang melewati wilayah Kabupaten Bekasi merupakan potensi sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. • Di Kabupaten Bekasi terdapat 16 aliran sungai besar dengan lebar berkisar antara 3 sampai 80 meter, yaitu sebagai berikut Sungai Citarum, Sungai Bekasi, Sungai Cikarang, Sungai Ciherang, Sungai Belencong, Sungai jambe, Sungai Sadang, Sungai Cikedokan, Sungai Ulu, Sungai Cilemahabang, Sungai Cibeet, Sungai Cipamingkis, Sungai Siluman, Sungai Serengseng, Sungai Sepak dan Sungai Jaeran. • Saat ini kebutuhan air di Kabupaten Bekasi dipenuhi dari 2 (dua) sumber, yaitu air tanah dan air permukaan. Air tanah dimanfaatkan untuk pemukiman dan sebagian industri. Kondisi air tanah yang ada di wilayah Kabupaten Bekasi sebagian besar merupakan air tanah dangkal yang berada pada kedalaman 5 – 25 meter dari permukaan tanah, sedangkan air tanah dalam pada umumnya didapat pada kedalaman antara 90 – 200 meter. Air permukaan, seperti sungai, dimanfaatkan oleh PDAM untuk disalurkan kepada konsumennya, baik permukiman maupun industri. Cerobong di tengah sawah

• Dahulu perekonomian Kabupaten Bekasi ditopang oleh sektor pertanian dan perdagangan • Saat ini industri tulang punggung perekonomian Bekasi. • Banyak industri manufaktur yang terdapat di Bekasi, diantaranya kawasan industri Jababeka, Greenland International Industrial Center (GIIC), Kota Deltamas Kota Deltamas, EJIP, Delta Silicon, MM2100, BIIE dan sebagainya. • Kawasan-kawasan industri tersebut kini digabung menjadi sebuah Zona Ekonomi Internasional (ZONI) yang memiliki fasilitas khusus di bidang perpajakan, infrastruktur, keamanan dan fiskal.

Cerobong di tengah sawah

• LPE di atas rata pertumbuhan nasional, sekitar 6,29 • PDRB tertinggi se Jawa Barat, 13,36 % (kontribusi sektor industry sangat besar) • Kenaikan PDRB tidak berkorelasi positif dengan menurunnya angka kemiskinan (bandingkan dengan Kota dan Kota ) • Kelas menengah semakin bertambah • Limbah industri mengalir tak terkendali Sawah yang tak lagi menghasilkan padi

• Versi BPS (2014) menyebutkan: • Bahwa sebanyak 52,966 Ha (41,58%) adalah lahan pertanian, sedangkan sisanya 74,422 Ha (58,42%) adalah lahan kering, dengan 37,143 Ha diantaranya telah dimanfaatkan sebagai perumahan. • bahwa perubahan alihfungsi lahan pertanian sangat sedikit, pada tahun 2010 mencapai 53.584 Ha, menyusut 618 Ha, sehingga pada tahun 2012 hanya tersisa 52,966 Ha, artinya lahan pertanian cenderung stabil • terdapat data lonjakan penambahan lahan permukiman di lahan kering, pada tahun 2010 terdapat 20.935 Ha area permukiman, melonjak menjadi 30.052 Ha area permukiman pada 2011, dan kemudian melonjak lagi menjadi 37.143 Ha pada tahun 2012 • Artinya, hanya dalam waktu dua tahun saja telah terjadi alihfungsi lahan kering sebesar 16.208 Ha menjadi permukiman. Jika kita gabungkan antara alihfungsi lahan pertanian dan lahan kering, maka terjadi alihfungsi tanah sebesar 16.826 Ha hanya dalam waktu dua tahun.

Sawah yang tak lagi menghasilkan padi

• Faktanya

• Jika merujuk pada data kecamatan, pada tahun 2009, dari 4.952,57 Ha luas wilayah Babelan, sebanyak 1.608,41 Ha telah beralih fungsi menjadi permukiman, dan terus naik pada 2013 menjadi 2.504,77 Ha. Artinya, hanya dalam waktu lima tahun, telah terjadi perubahan fungsi lahan pertanian menjadi permukiman tidak kurang dari dari 896,36 Ha, atau rata-rata 180 Ha lahan beralihfungsi setiap tahunnya hanya di kecamatan Babelan.

• Babelan adalah wilayah pertanian. Jika disebutkan “menurut data” hanya sekitar 600an Ha lahan pertanian beralih fungsi dalam waktu lima tahun jelas merupakan pepesan kosong

Ancaman

Limbah dan Banjir Krisis Air bersih pencemaran air

Polusi Udara Pepesan kosong bernama pembangunan

• Rencana pembangunan dengan berfokus pada industri yang digadang- gadang akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan akan bermuara pada kesejahteraan rakyat pada dasarnya adalah mimpi di siang bolong.

• Bahwa utara Bekasi tergencet oleh dua kebijakan yang satu dan lainnya saling berkaitan. Masalah dari selatan adalah limbah yang mengalir bebas ke utara, bahwa industri yang dikembangkan di wilayah selatan Bekasi adalah industri yang menghasilkan limbah yang termasuk limbah berbahaya.

• Persoalan lain yang juga muncul di utara Bekasi adalah air bersih. Kesulitannya bukan hanya karena lahan serapan air yang semakin berkurang karena sawah telah berganti wajah menjadi perumahan, namun juga menyedotan air yang tidak terkendali. Harga mahal pembangunan

• Limbah menjadikan air permukaan di utara Bekasi tidak dapat digunakan. Air tanah dangkal (5-25 m) mustahil ditemukan (kalau pun ditemukan seringkali asin karena intrusi air laut. Maka kebutuhan air minum harus dari air tanah dalam atau membeli air minum isi ulang.

• Limbah pula menjadikan utara bekasi yang dahulu sebagai produsen padi, ikan dan sayur-mayur, kini harus mendatangkan padi, ikan dan sayuran dari daerah lain  rendahnya diversifikasi tanaman yang bisa ditanam.

• Perempuan menjadi korban paling utama dari pembangunan  dalam masyarakat dengan kultur yang menempatkan perempuan sebagai penanggungjawab penyedia kebutuhan rumah tangga, maka seluruh bebannya menjadi tanggungjawab perempuan.

• Pembangunan, alih-alih memberantas kemiskinan, justru mendorong pemiskinan yang lebih dalam, sistematis, dan massif.