<<

SRI MULIH PENDAWA SEBAGAI SARANA PELENGKAP GREBEG DI KERATON KASUNANAN

Sukatno Institut Seni Surakarta, Jalan Ki Hajar Dewantoro 19 Surakarta E-mail: [email protected]

Abstrak

Lakon Sri mulih Pendawa merupakan garapan baru yang menggabungkan lakon versi Jawa dengan versi Mahabarata. Keluarga Pendawa mengalami ketidak tenteraman karena dan Sardono murca bersama dengan lumbung padinya dari tempat penyimpanan. Dewi Sri bertempat di keraton Pundak Sitegal suatu keraton baru yang dipimpin seorang raksasa yang arif bijaksana. Untuk mengembalikan Dewi Sri sebagai lambang kemakmuran dan kebahagian hadir seorang tokoh Probokusuma berasal dari kahyangan Untoro Segoro yang mencari pengakuan putera janaka. Probokusumo akan diterima sebagai anak janaka jika dapat mengembalikan Dewi Sri. Atas pertolongan Burung Goh Endro Probokusuma dapat memboyong Dewi Sri setelah kembang Ajari Tangan dapat dibawa bersama Sardono. Kembalinya Dewi Sri dan Sardono bersama lumbung padi, Lesung dan alat penunbik padi ketempat penyimpanan sebagai tanda kemakmuran, kebahagianan dan ketenteraman keraton Amarta.

Sri Mulih Pendawa as Completory Facility of Grebeg Sekaten at Surakarta Kasunanan Palace

Abstract

Sri Mulih Pendawa play is a new performance that blends Javanese version play and Ma- habarata version. Pendawa families went through tumultuous life because Dewi Sri and Sar- dono were wrathful with their mill out of its storage. Dewi Sri dwelled in Pundak Sitegal palace, a new royal palace led by a noble and wise king. To return Dewi Sri as a of prosperity and happiness, a figure named Probokusuma came from Untoro Segoro , who searched for admittance of Janaka son. Probokusuma would be admitted as Janaka son if he could return Dewi Sri. By dint of Goh Endro bird, Probokusuma could carry away Dewi Sri after Sardono had brought Ajari Tangan flower. The return of Dewi Sri and Sardono with the rice mill, trough and rice masher to the storage represents prosperity, happiness, and convenience of Amarta royal palace.

Kata kunci: Sri Mulih, kulit, Sekaten, garapan baru.

PENDAHULUAN , Sasra dan Sri Mulih. Pada peringatan maulud Nabi Muhammad Di dalam pertunjukan wayang kulit Saw di keraton Surakarta 2013 diselengga- purwa terdapat banyak sumber ceritera rakan pertunjukan wayang kulit purwa yang digunakan. Sumber ceritera yang la- yang bertempat di Sitinggil Keraton Sura- zim di antaranya adalah versi Mabaharata, karta. Sejak tanggal 18 hingga 26 bulan Ja-

10 Sukatno, Sri Mulih Pendawa Sebagai Sarana Pelengkap Grebeg Sekaten Di Keraton ... 11 nuari 2013 setiap malam sekatenan diper- rinya setelah selesainya hajad Gunungan tunjukan pertunjukan wayang kulit yang Sekaten diperebutkan masyarakat? dilakukan oleh para abdi dan sentana dalem. Gerebeg Sekaten merupakan tradi- Lakon yang dipilih menyesuaikan dengan si keraton Surakarta dalam rangka mem- kebutuhan untuk peringatan yang bersi- peringati kelahiran nabi Muhammad Saw. fat ritual. Lakon Wirataparwa mengawali Perayaan Sekaten di Surakarta sebagai pe- pertunjukan. Kusus pada tanggal 24 ja- ristiwa multi dimensi. Tujuan diselengga- nuari 2013 yang bertepatan dengan kelahi- rakanya pertunjukan wayang di Sitinggil ran nabi Muhammad saw, pada siang hari keraton Surakarta adalah pertama untuk digelar pertunjukan wayang kulit dengan melestarikan budaya wayang yang telah lakon Sri Mulih Pendawa. Garapan lakon mendapatkan pengakuan internasioal se- memadukan konsep budaya Jawa dalam bagai peninggalan budaya masterpiece in- lakon Dewi Sri dengan versi Mahabarata. tangibel heritage di Paris tahun 2003. Kedua Penggarapan lakon didukung oleh sege- sebagai media dakwah , dan ketiga nap seniman dan seniwati yang tergabung sebagai sarana ekonomi, sarana hiburan dalam kerabat keraton. Dalam pertunju- dan sarana wisata. Keraton memiliki tang- kan terdapat berbagai konsep pertunjukan gung jawab moral untuk mengembangkan diantarannya konsep murca yaitu mening- kebudayaan dan syiar agama (Puger, wa- galkan tempat oleh karena sudah terabai- wancara 18 januari 2013). Keraton sebagai kan oleh pendukungnya, konsep badar yai- pendukung budaya Jawa dan pelindung tu kembalinya ujud semula setelah tokoh agama terutama Islam, wajib menyema- merubah ujud dirinya untuk penyamaran, rakkan syiar Islam. Para Sunan senantia- konsep mencari ketenangan hidup, keba- sa berusaha menyelaraskan lingkungan hagian hidup dan konsep persatuan dan budaya dengan membangun berbagai sa- kesatuan. rana, baik yang bersifat struktural mau- Keluarga Pendawa yang memerlu- pun kultural demi tercapainya syiar Islam kan kebahagian dengan selalu memeliha- (Dipo Kusuma, dalam Hadwiyah 2011: ra tradisi, menghormati leluhur ternyata 156). Dalam Sekaten masyarakat Islam melupakan Dewi Sri dan Sardono sebagai melakukan ritual sesuai ajarannya, mis- lambang kecukupan sandang dan pangan. alnya pengajian, syiar melalui ceramah, Para ksatria hatinya sedih jika kawula ke- pertunjukkan rebana dengan menyajikan kurangan sandang dan pangan. Para tokoh syair-syair islami, sholat berjama’ah, dan kemudian saling menginstropeksi diri dan pameran buku-buku Islam. Dengan de- meneliti perilaku yang dianggap menyim- mikian sekaten memberi arti penting da- pang. Ternyata para kawula dan kesatria lam perkembangan dakwah Islamiyah, Pendawa telah melupakan pada Dewi Sri terutama kepada masyarakat yang masih dan Sasdono dewa sandang dan pangan. peka terhadap tradisi kejawen, dapat lebih Dewi Sri telah pergi, murca meninggalkan mengenal dan memahami ajaran-ajaran Is- Pendawa karena telah banyak dilupakan lam. dalam arti tidak ditempatkan pada mes- Kehadiran gamelan sekaten di de- tinya. Dengan usaha yang gigih dan me- pan Masjid Agung oleh sebagian masyara- lalui perjuangan yang berat akhirnya dewi kat masih diyakini dapat memberi ‘berkah’ Sri kembali ketangan keluarga pendawa. dalam kehidupannya, bahkan dikeramat- Amarta kembali sejahtera, bahagia kecu- kan. Tersedianya seperangkat sesaji yang kupan sandang dan pangan. beraneka ragam bentuknya, misal berupa Permasalahannya adalah bagai- makanan, bunga-bungaan, bahkan terda- manakah penggarapan lakon Sri Mulih pat bedak dan pewangi lainya merupa- yang dipergunakan sebagai sarana pe- kan bukti atas kedalaman penghayatan nunjang gerebg Sekaten? Mangapa lakon keagamaanya. Sebagian masyarakat ma- Sri Mulih Pendawa yang dipentaskan di sih meyakini apabila mendapatkan salah Sitinggll keraton Surakarta pada siang ha- satu dari sesaji , akan mendapatkan berkah 12 HARMONIA, Volume 13, No. 1 / Juni 2013 yang bermacam-macam, misalnya awet muda, panennya subur, banyak rezeki, panjang umur dan berbagai bentuk berkah lainnya. Aktivitas mencari berkah dalam upacara shahadatain merupakan bentuk akulturasi budaya Islam-Jawa secara nyata yang masih berjalan dan berkembang. Ke- nyataan mencari berkah terlihat dari seba- gian masyarakat yang berusaha mengais rezeki dengan berjualan makanan berupa sego liwet, cabuk rambak yang kemudian menjadi bagian tradisi sekaten. Sebagi- an kelompok pedagang sengaja berjua- Gambar 1. Ki Dalang Ki Anom Sukatno lan setiap tahunnya untuk mendapatkan ‘berkah-Nya’ pada upacara sekaten, pada Keberadaan Islam khususnya di hal hidup kesehariannya mereka bertani, tanah Jawa berkaitan denan keinginan ke- usaha pande, pedagang hewan dan ber- raton untuk memperkuat legitimasinya. macam usaha lainnya. Penyebaran Islam di seluruh Jawa Kehadiran pertunjukan wayang ku- dan kemudian ke kepulauan lain di Indo- lit garapan baru yang dilakukan setelah nesia, dilakukan oleh mereka para ulama hajad Gunungan Sekaten sebagai pelen- yang tergabung dalam . gkap upacara merupakan perkembangan Kehadiran Wali Sanga merupakan bentuk baru yang sebelumnya belum ter- awal masuknya Islam dalam budaya Nu- jadi. Menurut Puger, pada jaman para wali santara, di mana kebudayaan Islam ber- sanga syiar ajaran Islam melalui pende- kembang di pusat-pusat pemerintahan. katan budaya. Pertunjukan wayang kulit Salah satu wali yang terkenal bagi orang sering dilakukan oleh Sunan Kalijaga di Jawa adalah Sunan Kalijaga, seorang ula- beberapa tempat tanpa meminta imba- ma yang sakti dan cerdas, budayawan lan jasa. Bagi warga yang membutuhkan yang santun dan seniman yang hebat. konon cukup dengan imbalan pengucapan Bahkan sebagian orang Jawa menganggap sumpah dengan membaca dua kalimah sa- sebagai guru agung dan suci di tanah Jawa hadat yang berati sebagai tanda masuk Is- (Purwadi, 2003: 150). lam. Untuk melestarikan budaya wayang Dakwah Sunan Kalijaga dalam pe- dan juga siar Islam, mulai tahun 2013 akan nyebaran ajaran Islam adalah dengan pen- diselenggarakan pertunjukan wayang dekatan sosial budaya, seperti pertunjukan yang bertempat di Sitingggil bersamaan wayang, upacara tradisi, tembang macapat dengan dibunyikannya gamelan Sekaten yang telah terlebih dahulu berkembang di depan masjid Agung (Puger, Pengantar dalam kehidupan masyarakat Jawa. Pertunjukan 18 Januari 2013). Berkaitan dengan proses spiritualime Islam di Indonesia merupakan Islam Jawa; �����������������������������������Islam dan kultur Jawa, sebagai pro- singkretis yaitu percampuran dengan bu- ses alkulturasi acapkali dianggap sebagai daya lama yang lebih dahulu ada seperti perilaku sinkretik, yang mana keduanya misalnya dengan kepercayaan Jawa, Hin- mengalami peristiwa akulturasi. Secara du, dan Budha. Saat ini terjadi akulturasi ekstrim ada yang berpendapat bahwa Is- dan asimilasi budaya. Sebagai contohnya lam dalam masyarakat Jawa telah menga- melalui gerebeg Sekaten dan upacara se- lami proses penjawaan yakni penyesuaian lamatan. ajaran Islam dalam kultur Jawa. Akultura- Sukatno, Sri Mulih Pendawa Sebagai Sarana Pelengkap Grebeg Sekaten Di Keraton ... 13 si bukan terletak pada intinya, tetapi pada vasi dapat dilakukan sebelum pelaksa- ‘kulit-kulitnya, yang lebih merupakan naanya dalam rangka memilih lakon dan pada perilaku ‘mualamah’ (Djojokusumo, kedua pada waktu pelaksanaan peneliti 1996: 222 dalam Hadawiyah 2013: 156). juga melihat animo penonton dari segenap Sunan Kalijaga tidak membongkar lapisan masyarakat yang menjejali tem- kebudayaan yang ada lalu mengganti de- pat pertunjukan. Dalam pertunjukan juga ngan yang baru, sebaliknya mengisi ruang didukung banyak seniman yang secara budaya untuk keperluan dakwah ajaran langsung terlibat maupun khusus datang Islam. untuk melihat. Pada saat adegan Cangik Islamisasi di Jawa memiliki keuni- Limbuk seniman dalang dilakukan oleh Pu- kan di mana Islam hadir bukan di lingkun- ger sebagai sesepuh yang mewakili kera- gan masyarakat yang sederhana dan tipis ton untuk menjalin hubungan dengan ma- kebudayaan, akan tetapi berjumpa dengan syarakat penonton. Setelah adegan Cangik masyarakat yang memiliki peradaban dan Limbuk peran dalang kembali diambil kebudayaan tinggi. Akulturasi keagamaan oleh Ki Anom Sukatno. Pada waktu ade- dan kebudayaan sebelumnya yaitu pra- gan Tengah alas Wono Tunggal dengan Hindu, Hindu, Budha, melahirkan konfi- beberapa tokoh panakawan, banyak se- gurasi kebudayaan yang mempengaruhi niman terkenal secara langsung ditunjuk spiritual dan moralitas masyarakat. untuk berpartisispasi seperti misalnya Ny Proses islamisasi membutuhkan Supadmi, Ny Sukesi. Pertunjukan wayang rentang waktu yang panjang, gradual, di keraton dalam rangka mauludan bersi- dan berhasil terwujud dalam satu tatanan fat ritual, semua pelaku seni dan panitia kehidupan masyarakat yang saling menggunakan samir warna kuning emas, hidup berdampingan. Akulturasi budaya semua yang datang terlibat dalam peris- merupakan ciri utama filsafat Jawa yang tiwa magis. Beberapa selingan disisipkan menekankan kesatuan, stabilitas, keama- untuk lebih bersifat hiburan dan tontonan. nan dan harmoni. Dalam etika kebijaksa- Berbagai aspek ikut menjadi obyek misal- nan hidup Jawa, pola hidup berporos pada nya aspek ekonomi, aspek hiburan, aspek dua kata kunci yaitu kerukunan dan hormat memperkuat status. Pada saat pertunju- (Magnis Suseno 2003: 38) kan berlangsung juga dilakukan pencata- tan oleh beberapa wartawan dan peneliti muda serta rekaman audio visual. Untuk lebih memperjelas peng- ambilan data juga dilakukan dengan wa- wancara. Dalam wawancara dilakukan dengan dua cara yaitu wawancara bebas dan terprogram. Wawancara bebas dilaku- kan terhadap beberapa informan dan nara sumber seperti kepada Gusti Puger, Gusti Bei dan sentana yang lain. Pada saat per- tunjukan juga terjadi dialog antara seni- man dalang dengan beberapa tokoh yang Gambar 2. Werkudara dalam adegan bermuara pada variasi pertunjukan. paseban Jaba Dalam pertunjukan wayang untuk kepentinga ritual dan hiburan yang baru Proses Kreativitas dalam menggarap la- pertamakali digelar di Sitinggil keraton kon Surakarta dokumentasi sangat penting. Dalam pertujukan wayang de- Beberapa catatan tertulis dan gambar di- ngan lakon Sri Mulih Pendawa peneliti perlukan untuk membantu dalam menga- juga adalah sebagai seniman dalang yang lisis data penelitian. Dokumentasi diban- melakukan pertunjukan sehingga obser- tu tenaga senior yang juga professional 14 HARMONIA, Volume 13, No. 1 / Juni 2013 diantaranya Suharji, Subandi dan staf au- dan Sardono segera kembali. Puntadewa dio visual. Beberapa hari sebelum pentas segera berganti busana untuk masuk ke dilakukan, seniman telah terlebih dahulu sanggar pamujan. berlatih, mengaransir gending yang akan Cangik memberikan wejangan kepada dilantunkan, sarasehan dengan semua kru Limbuk tentang hajadan dalem yang beru- yang akan melaksanakan kewajiban luhur. pa pentas wayang kulit. Beberapa ulasan dan sumbang pemikiran Menjalin hubungan dengan penonton ser- diuji coba serta dilakukan perekaman agar ta semangat untuk lebih melestarikan bu- pentas tetata rapi dan memenuhi harapan daya jawa. banyak orang yang melihat. Kegiatan pen- Sulukan: Ada ada Greget Kukusing Dupa tas untuk ritual di keraton memerlukan la- kumelun. tihan kusus. Adegan Paseban Jawi. STRUKTUR ALUR DRAMATIK LA- Musik : Lancaran Gambuh Pelog Nem. KON SRI MULIH PENDAWA Tokoh: Setyaki naik kuda didampingi prajurit ampyak. Udawa berjalan dikawal Jejer I : Keraton Amarta. prajurit ampyak, Werkudara Lumaksana Musik: Gending Karawitan. Magita Gita, Gatutkaca cancut taliwanda te- Tokoh: Puntadewa, Werkudara, Janaka, rus terbang. Nakula, Sadewa, Kresna, dan Baladewa Janturan dilanjutkan Sulukan ; Pathet Adegan Pudak Sitegal Nem. Ada-ada Girisa. Musik: Ladrang Moncer Slendro Nem Tokoh: Nila Dadi Kawaca, Emban, Ka- Inti cerita: Para pemimpin Amarta dalam rungkala, Nila Daksoko. keadaan prihatin karena Dewi Sri dan Sar- Inti ceritera: Negera Pudak Sitegal selalu dono meninggalkan keraton Amarta tanpa gemah ripah loh jinawi karena ditunggui meninggalkan pesan dan tanda-tanda ke- Dewi Sri. Emban melapor bahwa putera pergiaannya. Kresna menyarankan untuk mahkota Nila Daksoko ingin memperis- instropeksi, kemungkinan ada salah seo- teri Dewi Sri. Karungkala diperintah raja rang kerabat yang yang melupakan kedua memanggil Nila Daksoko dan menunggui dewa itu. Baladewa memberikan informa- kembang Ajari tangan supaya tidak di- si bahwa terdapat keelokan di negara Pu- ganggu musuh. dak Sitegal /ujung Bribik ada seorang raja Sulukan: Singgah-singgah disambung Sre- muda raksasa yang kekayaannya melebi- peg. Nila Daksoko datang menghadap Nila hi Amarta. Keseluruhan sandang pangan Dadi Kawaca. Nila Daksoko diperintah tercukupi. Kemungkinan Batari Sri dan raja untuk menghidari Dewi Sri. Nila Dak- Sardono berada disana, hal itu dapat di- soko menolak bahkan ingin mempersun- buktikan dengan sifat rajanya yang arif bi- ting. Nila dadi Kawaca marah, akhirnya jaksana mesikpun dari kelompok raksasa. Nila Daksoko diusir dari Pudak Sitegal. Werkudara usul mengadakan penelitan. Semua kesatria setuju. Adegan perang gagal Bedol Jejer dengan iringan gending Lad- Musik : Srepeg dan Sampak slendro. 6 rang Ubaya. Tokoh: Setyaki perang melawan pajurit Pudak Sitegal. Kedatonan Gatutkaca perang melawan prajurit Pudak Musik: Ladrang Bayem Tur Sitegal. Tokoh: Limbuk, Cangik, Drupadi, Punta- Sulukan: Bumi Gonjang –ganjing. dewa. Perang gagal, belum ada yang menang Inti ceritera: Puntadewa menyuruh Dru- maupun yang kalah. Semua tokoh mela- padi menyediakan tempat pamujan untuk kukan jalan persimpangan. memohon kepada Tuhan agar Dewi Sri Sukatno, Sri Mulih Pendawa Sebagai Sarana Pelengkap Grebeg Sekaten Di Keraton ... 15

Nila Daksoko berubah wujud menjadi ular Adegan Tengah alas Wana Tunggal yang menyemburkan bisanya kepada Pro- Sulukan: Sangsaya dalu araras, sanga bokusumo hingga pingsan. Kemudian, da- Gaya Surakarta. Disambut lagu Ilir-ilir tang Garuda Goh Indro yang membantu. slendro sanga. Ular penjelmaan Nila Daksoko dipatuk dan Musik : Gendhing Ketawang Gambir Sawit putus badannya. Nila Daksono melapor slendro sanga kepada Nilo Dadi Kawoco. Oleh karena Tokoh: Probokkusumo, , Gareng, bersalah justru Nila Daksoko ditelan oleh Petruk dan Bagong. raksasan Nila Dadi Kawaco. Lelagon Jineman uler Kambang, Bawa Caping Gunung jenggleng, bawa Kutut Manggung Adegan di tengah jalan . Sinom Nyamat Plg., gending ladrang Shola- Musik: Srepeg. watan Salamullah Shalatulah Sulukan; Tokoh: Dewi Sri, Nila Wati dan Proboku- Inti ceritera: Probokusumo hatinya sedih sumo. mengajak panakawan mencari Orang tu- Isi ceritera: Probokusumo telah dapat anya Janaka. mengalahkan Nila Daksoko, Dewi dimin- Sulukan: “Bumi Gonjang ganjing langit ke- ta bersedia diboyong ke Amarta. Dewi Sri lap kelap……………..oo”. Disambung poca- bersedia jika Probokusumo dapat men- pan diteruskan musik Srepeg. Kedatangan gambilkan kembang Ajari Tangan yang prajurit Pudak sitegal yang dipimpin oleh tersimpan di suatu tempat yang dijaga Cakil ,Gendir Penjalin. Terjadilah silang Simobarung. Dengan perantaraan Semar pendapat sehingga terjadi peperangan. mudah bagi Probokusumo untuk menda- Musik: Gending Lancaran Kemuda patkan Kembang Ajari Tangan, akan teta- Slendro. Sanga. pi pada waktu akan mengambil muncul Cakil terbunuh dengan kerisnya sendiri, seekor simobarung yang menerkam. De- semua prajurit Pudak Sitegal melarikan ngan cekatan Probokusumo mengarahkan diri. gendewa bajra berserta busurnya, segera Musik : Srepeg - Sampak dilepaskan kepada Simobarung. Simoba- Datang menghampiri Probokusumo dua rung badar atau berujud rupa dewa Sar- tokoh Amarta yaitu Kresna dan janaka. dono. Dewa Sardono bersedia bersama Inti ceritera: Janaka bersedia mengaku Probokusumo. Probokusumo sebagai anak jika dapat mengembalikan Dewi Sri dan Sardono Adegan Terakhir. Keraton Pudak Sitegal kepangkuan pendawa. Probokusumo di- Iringan: Srepeg manyura dampingi Semar, Gareng, Petruk dan Ba- Tokoh: Nila Dadi Kawoco, Karungkala. gong berangkat mencari Dewi Sri. Isi ceritera: Karungkala melapor bahwa kembang Ajari tangan direbut oleh Pro- Adegan Keputren Pudak Sitegal bokusumo. Nila Dadi Kawoco marah, Musik: Gending Ayak-ayak slendro. ma- terjadi peperangan. Oleh karena terkena nyura. jemparing Probokusumo berubah menja- Tokoh: Dewi Sri, Nila wati, Nila Daksoko. di gembung tanpa Sirah atau Lesung dengan Isi ceritera: Dewi Sri telah kerasan tinggal Alunya. Akhirnya Probokusumo meme- di Pudak Sitegal. nangkan peperangan dan melapor kepada Nila Daksoko merayu Dewi Sri agar Dewi Sri. Atas jasanya, Probokusumo di- bersedia menjadi isterinya. Dewi Sri me- calonkan menjadi suami Nila Wati, Dewi nolak, Nila Daksoko ingin memperkosa Sri dan Sardono diboyong ke Amarta. sehingga dewi Sri berlari dan dikejar Nila Daksono. Di dalam pelarian berjumpa Tayungan dengan Probokusumo dan mohon per- Musik: Srepeg Manyura. lindungan. Terjadilah peperangan antara Tokoh: Werkudara, Karungkala. Probokusumo melawan Nila Daksoko. Isi ceritera: Karung kala ikut bela pati. Ter- 16 HARMONIA, Volume 13, No. 1 / Juni 2013 jadi perang antara Werkudara melawan di Sitinggil Keraton Surakarta. Karungkala. Atas kerperkasaan Werkudara, Ka- Faktor Internal rungkala dapat dikalahkan dan badar atau 1. Pertunjukan wayang kulit melibatkan berubah wujud menjadi Lumbung Sila- banyak peraga untuk melibatkan di- jur. Dari ceritera lakon akhirnya terbukti rinya, terutama anggauta masyarakat bahwa semua tokoh Pudak Sitegal adalah yang telah memperoleh kekancingan penjelmaan dari seluruh perlengkapan pe- sebagai abdi dalem keraton sebagai nyimpanan padi yang menjadi wewenang pengemban budaya. Para seniman da- Dewi Sri dan Sardono. Dengan kemba- lang, pengrawit, pesinden dan pem- linya Dewi Sri dan Sardono ke pangkun- bantu lainya merasa puas jika dapat gan Pendawa, Amarta menjadi sejahtera berperan aktif menjadi peraganya. murah sandang dan pangan. Para seniman merasa terhibur dan mendapatkan legitimasi dari pihak ke- raton sebagai pengemban pendukung pusat budaya sehingga lebih menam- bah semangat untuk selalu berusaha mempertahankan pertunjukan wa- yang kulit oleh karena memuaskan ba- nyak lapisan masyarakat. 2. Pertunjukan wayang kulit dilaksana- kan baru dimulai tahun 2013, diharap- kan setiap tahun selalu diselenggarkan bertepatan dengan malam Sekaten, pemeranya dapat bergantian sehing- ga dapat menampung perkembangan Gambar 3. Pengrawit dan Penonton. selera anggauta masyarakatnya, da- lam pertunjukan wayang kulit untuk BERBAGAI FAKTOR PENDUKUNG kepentingan yang semi ritual simbo- DAN PENGHAMBAT lis yang penting semua yang terlbat Masyarakat selalu berubah yang merasa senang dan juga penontonnya disebabkan oleh berbagai faktor, di an- puas sehingga menambah daya tarik taranya karena pertambahan penduduk, masyarakat yang ingin menyaksikan bencana alam, dan konflik sosial. Setiap malam Sekaten. perubahan masyarakat berpengaruh pada 3. Seniman dalang dipilih yang relatife perubahan pola tata nilai yang berlaku. berbobot, tidak terlalu mementingkan Perubahan tata nilai mempengaruhi sele- ekonomi dan pendukung yang lain ra dalam kebudayaaan termasuk keseni- melibatkan warga masyarakat sehing- an. Perubahan masyarakat yang terjadi ga merupakan alat pergaulan yang disebabkan oleh dua faktor utama yaitu baik. faktor internal dan faklator eksternal (Su- 4. Seniman dalang yang mendalang ti- tarno 2005). Dalam pertunjukan wayang dak terbatas pada warga keraton akan kulit munculnya seni kemasan yang di- tetapi juga warga masyarakat yang te- buat ringkas, padat dan humoris untuk lah mendapatkan pengakuan dari pi- kepentingan pariwisata. Dalam konteks hak keraton sehingga dalam peristiwa pertunjukan wayang di Sitinggil keraton pertunjukan wayang lebih mengutana- Surakarta, pertunjukan wayang dilaksa- kan pengabdian kepada lingkungan is- nakan untuk lebih menambah daya tarik tana sebagai pendukung budaya yang masyarakat yang ingin melihat Sekatenan. ingin memberikian hiburan kepada Terdapat dua faktor yang mempengaruhi masyarakat Surakarta dan sekitarnya . terlaksananya pertunjukan wayang kulit 5. Pertunjukan wayang kulit telah men- Sukatno, Sri Mulih Pendawa Sebagai Sarana Pelengkap Grebeg Sekaten Di Keraton ... 17

dapatkan pengakuan internasional sentana dalem bertempat di Sitinggil Kera- sebagai warisan dunia non kebendaan ton pada siang hari mulai pukl 13.00 higga yang adiluhung bangsa sehingga perlu 17.00Wib. Pertunjukan wayang dimaksud- dilestarikan. kan untuk lebih melestarikan budaya Jawa dalam syiar Islam. Masyarakat disuguhi Faktor eksternal hiburan dan ritual bersama-sama sehing- 1. Masyarakat yang datang ke maleman ga lebih memberikan kesempatan kepada Sekaten merasa lebih mantap jika seti- kahayak yang lebih luas dalam mengisi ap tradisi mauludan selalu dimeriah- kehidupan. Banyak nilai yang dapat dipe- kan dengan kesenian yang diperaga- tik dengan pertunjukan wayang yang be- kan oleh masyarakat keraton. Warga risi ajaran tentang kehidupan. Masyarakat masyarakat yang datang haus hiburan dapat mencontoh kesatria yang menderita yang non komersial , pesta perayaan akibat melupakan kewajibannya. Dewi Sri maleman Sekaten akan lebih menarik dan Sardono sebagai lambang lumbung peminat. sandang dan pangan harus dijaga, ditem- 2. Pemerintah pengageng keraton di- patkan pada tempatnya, sehingga me- harapkan memberikan bantuan dan nambah ketenteraman dan kebahagiaan. pengarahan kepada warga untuk Dewi Sri meminta Probokusumo mem- nguri-uri kesenian, melestarikan wa- boyong kembang Ajari tangan merupakan risan budaya adiluhung dan setiap tanda sebagai anjuran bahwa untuk hidup tahun selalu memeriahkan peringatan berdekatan dengan sandang dan pangan dengan lebih mendekatkan diri pada diperlukan usaha dengan menggerakan masyarakat umum yang datang dari tanganya, memiliki kreativitas tinggi se- jauh untuk menyaksikan kiprah kera- hingga menghasilkan sesuatu yang ber- ton dalam partisipsinya terhadap syiar guna yang pada akhirnya mendapatkan agama yang diminati sebagian besar harta yang diinginkan. Prabu Nila Dadi masyarakat. Kawaca merupakan perubahan ujud dari 3. Dinas Pariwisata kota Surakarta dapat sebuah lesung tempat menumbuk padi. menggunakan wadah pertunjukan wa- Merupakan lambang jika Lesung tidak di- yang kulit sebagai daya tarik wisata. rawat akan menjadi berubah ujud, Lesung Pertunjukan wayang kulit di Sitinggil dengan padi merupakan kesatuan untuk keraton Surakarta akan menjadi tolok mewujudkan nasi. Warga masyarakat su- ukur kecintaan masyarakat terhadap paya dapat menangkap isi pesan dalam budaya adilhung dan koreksi untuk lakon yang dipentaskan dalam rangka meningkatkan pembinaanya. mengakhiri ritual, serta sedekah gunun- 4. Banyaknya penonton dari luar daerah gan dari keraton Surakarta. Pihak keraton selalu menambah gairah bagi anggau- menambah sedekah kepada masyarakat ta seniman dan keluarga besar keraton berupa pentas seni pertunjukan wayang untuk selalu berusaha memperbaikai di Sitinggil, merupakan wujud tanggung pertunjukaanya. jawabnya sebagai pusat budaya.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Pertunjukan wayang kulit dengan Amir, Hazim. 1994. Nilai-Nilai Estetika lakon Sri Mulih Pendawa merupakan ga- dalam Wayang. Jakarta: Pustaka Sinar rapan baru. Lakon diciptakan untuk me- Harapan nambah daya tarik masyarakat dalam Jazuli, M,. 2003. Dalang Negara dan Ma- rangka menghadiri peringatan maulud syarakat Sosiologi Pedalangan. Sema- nabi Muhammad Saw, dengan pekan raya rang: LIMPAD. Sekatenan keraton kasunanan Surakarta. ------2011. Sosiologi Seni. Surakarta: Pertunjukan dilaksanakan oleh abdi dan UNS Press. 18 HARMONIA, Volume 13, No. 1 / Juni 2013

Marjono, 2010. “Sanggit Catur Nartosabda Soetarno. 2005. Pertunjukan Wayang dan dan Manteb Sudharsono Dalam la- makna Simbolisme. Surakarta: STSI kon Kresna Duta”. Surakarta: ISI. Press Tesis S 2 Tidak dipublikasikan. Solichin, Waluyo, Sumari. 2007. Mengenal Murtiyoso, B. Sumanto, Suyanto. Kuwato. Tokoh Wayang. Surakarta: CV Asih 2007. Teori Pedalangan Bunga Rampai Jaya. Elemen Elemen Dasar Pakeliran. Sura- Solichin. 2010. Wayang. Masterpiece Seni karta: ISI . Budaya Dunia. Jakarta: Sinergi Persa- Padmosoekotjo. 1990. Silsilah Wayang Pur- datama Fondation. wa Mawa Carita. Jld VII tamat. Sura- Subandi, 2010. “Barathayuda Suluhan Gat- baya: PT Citra Jaya Murti. utkaca Gugur sebagai Pahlawan”. Purwadi, 1992. Serat Pedhalangan lampahan Dalam Harmonia Jurnal Pengetahuan Kresna Duta. Sukoharjo: CV. Cend- dan Pemikiran Seni Vol X edisi 2 erawasih. Semarang: UNNES. FPBS. Randyo, M. 2011. “Makna Simbolis Lakon Sudarko, 2003. “Plot Wayang Purwa dan Kangsa Adu Jago dalam Pertunju- Pandangan Hidup Orang Jawa. kan Wayang Kulit purwo”. Sema- Dalam Harmonia Jurnal Pengeta- rang: Harmonia Jurnal Pengetahuan huan dan Pemikiran Seni Vol IV No 3. dan Pemikiran Seni Vol XI edisi Juni . Semarang: UNNES FPBS. Rustopo, 2012. SENI PEWAY ANGAN Suparno, Slamet. 2009. Pakeliran Wayang KITA Dulu, Kini dan Esok, Bunga Purwa Dari Ritus Sampai Pasar. rampai. Surakarta: ISI Press Solo. Surakarta: ISI Press Solo.