ANALISIS PENAFSIRAN TAZKIYAH AN- M N M N N L M L N N

Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M. Ag) Dalam Bidang Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh: Yusrina Dyah Wulandari NIM. 217410798

Pembimbing: Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA Dr.Hj. Romlah Widayati, M.Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-Q ’ N N PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-Q ’ N ( Q) J K 2020 M/1441 H

KATA PENGANTAR

Masya , tak ada kata selain takjub dan selalu takjub dengan ayat- ayat Nya yang selalu membuat hati tergetar. Tak ada pula kata selain syukur atas nikmat dan iman yang Allah SWT hadirkan dalam jiwa. Al-Qur‟an selalu menghadirkan ketentraman dalam diri, dan ilmunya selalu senada dengan zaman, tak ada yang bisa menandinginya walaupun hanya satu ayat. Nabi Muhammad SAW membawa al-Qur‟an kepada seluruh umat sebagai penerang hingga akhir zaman kelak, shalawat pun selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, tak dapat kita baca al-Qur‟an hingga saat ini kecuali dengan perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para Sahabat, serta izin yang Maha Kuasa. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para Nabi dan dianugrahkan dengan mu‟jizat yang sangat dibutuhkan oleh umat.

Mustahil pembahasan ini selesai dengan kekuatan pembahas semata tak lain pembahsan ini selesai karena pertolongan Allah SWT melalui cara yang sangat istimewa, dengan dihadirkannya orang-orang istimewa yang selalu mendukung dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Segala puji bagi Allah SWT atas pertolongan yang tak pernah henti. Ucapan terimaksih juga dihaturkan kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Khuzaimah Tahido Yanggo, MA selaku Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA selaku Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Ahmad Syukron, MA selaku Kaprodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Pascasarjana IIQ Jakarta.

i

4. Bapak Dr. KH. Abdul Muhaimin Zen, MA dan Ibu Dr.Hj. Romlah Widayati, M.Ag sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan, dan kritik demi terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT hadiahkan segala rahmat dan kasih sayang Nya kepada Bapak serta Ibu sekeluarga.

5. Seluruh Dosen Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta terutama Dosen Pascasarjana IIQ Jakarta yang telah membagikan ilmunya dan telah memberikan motivasi dalam belajar sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa.

6. Pustakawan IIQ Jakarta, Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Umum UIN Jakarta, dan Rumah Mahasiswi Turki Ciputat “Lumina”, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis untuk membaca dan melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Muhammad Adi Kurniawan, S.Pd dan Ibu Indah Sukowati yang selalu membagun semangat dalam diri sehingga terpatri dan berapi, yang selalu tak henti untuk mendoakan hingga tercapainya impian, dan yang selalu menguatkan dengan berbagai dukungan. Semoga Allah SWT menghadiahkan surga Nya kelak. Allahummaghfil lî wa liwâlidayya warhamhumâ kamâ rabbayânî shaghîrâ.

8. Adik-adik tersayang, Hasna Salma Sabrina dan Ahmad Jauhar Burhannudin Yusuf yang selalu membuat bangkit dan maju untuk berusaha menjadi contoh yang baik.

9. Teman-teman Pascasarjana IIQ Jakarta angkatan 2018 khususnya Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir yang seperjuangan.

ii

10. Pembimbing dan teman-teman seperjuangan di Rumah Belajar Ciputat Molek, Angkatan 2012 PMDG Putri, Dershane Ciputat, dan YPI Sunan Muria, yang selalu memberikan motivasi serta dukungan demi terselesainya tesis ini.

11. Ucapan ribuan terimakasih kepada seluruh pihak yang ikut terlibat baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT yang akan membalas segala kebaikan yang mereka berikan kepada penulis.

Dalam penulisan tesis ini berbagai upaya telah penulis lakukan untuk memaksimalkan tesis ini menjadi karya ilmiah yang baik. Namun, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, maka tesis ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik konstruktif dari para pembaca demi karya yang lebih baik lagi.

Akhirnya, semoga jerih payah penulis ini dapat menjadi buah karya yang bermanfaat dan menjadi amal shalih yang mendapatkan ridla dari Allah SWT di akhirat kelak. Amin.

Jakarta, 01 Januari 2020

Yusrina Dyah Wulandari

iii

iv

v

vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...... i Pernyataan Penulis ...... iv Lembar Pengesahan Tesis ...... v Persetujuan Pembimbing ...... vi Daftar Isi ...... vii Moto ...... ix Lembar Transliterasi ...... x Abstrak ...... xii BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...... 1 B. Permasalahan ...... 11 1. Identifikasi Masalah ...... 11 2. Pembatasan Masalah ...... 11 3. Perumusan Masalah ...... 12 C. Tujuan Penulisan ...... 12 D. Kegunaan PenelitianKajian Pustaka ...... 13 E. Metodologi Penelitian ...... 14 F. Teknik dan Sistematika Penulisan ...... 16

BAB II: GAMBARAN UMUM TAZKIYAH AN NAFS

A. Pengertian Tazkiyah an nafs ...... 19 B. Kosa Kata Tazkiyah an nafs Dalam Al-Qur‟an ...... 36 C. Aspek-aspek Tazkiyah an Nafs ...... 38 D. Langkah-langkah Tazkiyah an Nafs ...... 42

vii

BAB III: PROFIL SAID NURSI DAN KITAB TAFSIR RISALAH AN NUR

A. Profil Badiuzzaman Said Nursi 1. Riwayat Hidup Said Nursi ...... 48 2. Latar Belakang Pendidikan dan Gurunya ...... 51 3. Kondisi Sosial Pada Masanya ...... 62 4. Kitab Tafsir dan Karya-karya Badiuzzaman Said Nursi ...... 68 B. Profil Tafsir Risalah an-Nur dan Karya-karyanya 1. Latar Belakang Penulisan ...... 78 2. Metodologi dan Corak Penafsiran ...... 80

BAB IV: ANALISIS PENAFSIRAN TAZKIYAH AN NAFS MENURUT BADIUZZAMAN SAID NURSI DALAM TAFSIR RISALA AN NUR

A. Penafsiran Tazkiyah an nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi 1. Memperkuat Iman ...... 88 2. Ibadah ...... 102 3. Mengambil Pelajaran Kisah-kisah Para Nabi ...... 118 4. Meninggalkan Perbuatan Tercela ...... 125 5. Melakukan Perbuatan Terpuji ...... 135 B. Relevansi Penafsirannya Dengan Kondisi Masa Kini 1. Terkikisnya Iman ...... 148 2. Meninggalkan Ibadah ...... 152 3. Hilangnya Kerukunan ...... 155 4. Banyaknya Kejahatan (Degradasi atau Penurunan Akhlak) ...... 158 5. Tidak Dapat Mengambil Pelajaran ...... 164

viii

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 171 B. Saran ...... 172 C. Lampiran ...... 173 D. Daftar Pustaka ...... 174

ix

MOTTO

ۡ َكنَف س َكَما َسَّوىػَٰها

Artinya: dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). (QS. Asy-Syams (91): 7)

ِ َّ ۡ ِ ۡ ۡ ِِ ۡ ۡ ِ إ َّف ٱللوَ ٱش تػََر ٰل م َن ٱؿ ُمؤ من َني أَنُف َسُهم َكأَـ َٰكَذلُم بأََّف َذلُُم

ۡ ٱؿ َجنَّة Artinya: Sesungguhnya Allah SWTtelah membeli dari orang- orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (QS. At-Taubah (9): 111)

x

LEMBAR TRANSLITERASI

th : ط a : ا

zh : ظ b : ب

„ : ع t : ت

gh : غ ts : ث

j ؼ : f : ج

h ؽ : q : ح

kh ؾ : k : خ

d ؿ : l : د

m : ـ dz : ذ

n : ف r : ر

w : ك z : ز

h : ق s : س

„ : ء sy : ش

y : م sh : ص

dh : ض

xi

Keterangan Vokal:

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah : a â .... : ai : ٲ م Kasrah : i : î au : م ... ك Dhammah : u

û : ك

xii

ABSTRAK

Bermula dari adanya fenomena buruk yang terjadi di masa kini atau era modern ini, yaitu perilaku tercela manusia yang mengakibatkan suatu perpecahan dan permusuhan, yang diakibatkan oleh hawa nafsu yang tidak terarah. Oleh karena itu penulis ingin mengkaji suatu pembahasan untuk mengobati perilaku-perilaku tercela tersebut dengan melakukan penyucian jiwa (Tazkiyah an Nafs). Karena pembahasannya terdapat unsur tasawuf di dalamnya, maka penulis akan menganalisis penafsiran tentang Tazkiyah an Nafs dari kitab tafsir Badiuzzaman Said Nursi yang berjudul Risalah an Nur, serta menganalisa metode penafsiran Said dan relevansinya dengan kondisi masa kini.

Penelitian ini menggunakan metode library research, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan mengumpulkan data pustaka dengan tema “Analisis Penafsiran Tazkiyah An-Nafs - ” Kemudian menggunakan metode analisis untuk menganalisa ayat-ayat bersangkutan dengan tema dari Mufasir tersebut.

Setelah melakukan penelitian, penulis telah menggambarkan bahwa Tazkiyah an Nafs menurut Said adalah penyucian jiwa dengan berbagai langkah- langkah terbaik. Langkah terbaiknya berupa peningkatan keimanan (tauhid, tidak menganggap dirinya suci dan abadi, berjalan di jalan Allah, dan mencintai segalanya karena Allah) dengan melakukan ibadah (sholat, puasa, zakat), mengambil i‟tibar dari kisah para Nabi (sabar, taubat, tawakkal), meninggalkan perbuatan tercela (sombong, iri, dengki, takabbur, riya‟ dan mengikuti bisiskan setan), dan yang terakhir adalah melakukan perbuatan terpuji (mempertahankan persaudaraan, mengingat kematian, ikhlas, dan meninggalkan hawa nafsu). Hal yang terpenting adalah harus meninggalkan dorongan hawa nafsu kepada keburukan, yang menjerumuskan manusia ke jurang kemaksiatan dan dosa.

Penafsirannya sangatlah cocok untuk memberikan solusi bagi jiwa yang terinfeksi seperti terkikisnya iman, penurunan akhlak, memecahbelah persaudaraan dan perilaku tercela (seperti iri, dengki, ghurur, takabbur, dan lain sebagainya) pada masa kini.

Penulis berharap hasil penelitiannya ini dapat berguna bagi penulis sendiri dan pembaca. Semoga peneliti lainnya dapat menambahkan hal-hal yang kurang dalam penelitian penulis. Dengan segala kekurangan semoga penelitiannya ini dapat diaplikasikan secara baik untuk kelangsungan kebaikan dunia dan akhirat.

xiii

ABSTRACT

Starting from the many despicable behaviors of humans as a result of undirected passions, then came the bad phenomena that occur in the present or modern era which resulted in division and strife. Therefore the author wants to review a discussion to treat these despicable behaviors by Tazkiyah an Nafs (purifying the soul). The discussion in this study contains elements in it, so the writer will analyze the interpretation of Tazkiyah an Nafs from the Badiuzzaman Said Nursi interpretation book entitled Risalah an Nur, and analyze Said's interpretation method and its relevance to the present conditions.

This research uses the library research method, which is a series of activities carried out by collecting library data with the theme "Interpretation Analysis of Tazkiyah An Nafs According to Badiuzzaman Said Nursi In Interpretation of Risalah An Nur" and then analyze the verses concerned with the theme of the Mufasir (Scholar who works on interpretation)

After conducting research, the author has described that Tazkiyah an Nafs according to Said is purification of the soul with the best steps, they are: increasing the faith (monotheism, do not consider himself holy and eternal, walk in the way of Allah, and love everything because of Allah) by performing worship (prayer, fasting, zakat), adjusting moral values from the stories of the Prophets (patient, repentance, resignation), leaving despicable deeds (arrogant, jealous, jealous, riya' and follow the whisper of the devil), and the last is doing commendable deeds (maintaining brotherhood, remembering death, sincerity, and leaving lust). The most important thing is to leave the impulse to evil, which plunges man to the brink of disobedience and sin.

His interpretation is very suitable to provide solutions for infected souls such as erosion of faith, declining morals, splitting brotherhood and despicable behavior (such as envy, jealousy, ego, etc.) at the present time.

The author hopes the results of this research can be useful for the writers themselves and readers. For other researchers, they are expected to be able to add things that are lacking in current research. In the future, this research is intended to be applied well in the afterlife.

xiv

الملخص ظهرت فعال ظواىر سيئة حتدث يف العصر احلايل أك احلديث كىي أخالؽ الناس السيئة اليت تسبب الشقاؽ كالتفرؽ كالعداء. لذلك قاـ ادلؤلف بالبحث حوؿ عالج ىذه األخالؽ الشائنة عرب تطهري الركح )تزكية النفس(. ألف البحث حيتوم على الصوفية، فسوؼ حيلل ادلؤلف تفسري ت زكية النفس لكتاب تفسري بديع الزماف سعيد نورسي رسالة النور، كحيلل طريقة تفسري سعيد كأمهيتو للظركؼ احلالية. يستخدـ ىذا البحث طريقة البحث ادلكتيب، كىي عبارة عن سلسلة من األنشطة ادلكتبية اليت يتم تنفيذىا جلعمع البيانات حتت عنواف "تحليل التفسير تزكية النفس عند بديع الزمان سعيد نورسي في تفسير رسالة .النور" مث حيلل اآليات القرآنية ادلتعلقة بادلوووع. بعد إجراءات البحوث، كصف ادلؤلف تازكية النفس عند سعيد أهنا تطهري الركح مع أفضل

اخلطوات. فأفضل اخل طوات ىي زيادة اإلمياف )التوحيد، ال يعترب نفسو مقد نسا كبقاء، كاحلياة يف سبيل اهلل، كحب كل شيء هلل( من خالؿ أداء العبادة )الصالة، كالصوـ، كالزكاة(، كأخذ االعتبار كاحلكم من قصص األنبياء )ادلريض، كالتوبة، كالتوكل(، كترؾ األفعاؿ الرذيلة )التكرب، كاحلسد، كالريا كاتب اع الشيطاف( كالقياـ باألععماؿ احملعمودة )احملافظة على األخوة، كذكر ادلوت، كاإلخالص، كترؾ الشهوة(. كأىم الشيء ىو ترؾ الشهوة كالرغبات من األفعاؿ السيئة اليت تغرؽ اإلنساف على شفا العصياف كاخلطيئة. يكوف التفسري طيبا كمناسبا بتلك ادلشكالت يف إعطاء احللوؿ لرأركاح ادلصابة ملل تناقص اإلمياف كاألخالؽ كالسلوؾ السيئ )ملل احلسد كالغركر كالتكرب كما أشبو ذلك( يف الوقت احلايل. يرجو ادلؤلف من ىذا البحث أف تكوف نتائجو مفيدة للكاتب نفسو كالقراء. كيرجو من البحوث األخرل أف تضيف ما من النقائص ذلذا البحث. مع كل أكجو القصور، يرجو أف يتم تطبيق ىذا البحث بشكل جيد للخريات يف الدنيا كاآلخرة.

الكلمات المفتاحية: تزكية النفس، رسالة النور.

xv

BAB I

ANALISIS PENAFSIRAN TAZKIYAH AN-NAFS MENURUT BADȊUZZAMȂN SAȊD NURSI DALAM TAFSIR RISȂLȂH AN NȖR

A. Latar Belakang Kecintaan manusia terhadap dunia seringkali membuat jiwanya bergejolak. Dengan kecintaanya terhadap dunia, ia lebih mementingkan dunia dibanding dengan akhirat. Akibatnya dia melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, meskipun dengan hal yang tidak baik. Pada dasarnya setiap perbuatan manusia memiliki suatu hal yang melatar belakanginya, contohnya adalah berkenaan dengan pembahasan penulis tesis ini yaitu tazkiyah an nafs atau bisa diartikan sebagai penyucian jiwa, jiwa yang harus disucikan adalah jiwa yang terdapat noda di dalamnya, seperti yang disebutkan oleh Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah Nafsi,1 membagi penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’), marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al- wan nisyah), was-was (al-was- wasah), frustrasi (al-ya’s), tama’, terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub), dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd). Di ambil dari satu akar permasalahan yaitu sombong (takabbur atau ujub) saja sudah menimbulkan beberapa bibit penyakit dalam jiwa seperti riya’, iri dan dengki, juga ingin selalu merasa dirinya yang paling baik, dan berusaha menjatuhkan yang lain, sehingga tidak mampu untuk menerima saran perbaikan dari sekitarnya.

Problematikanya adalah kenyataan yang sebenarnya pada saat ini, sering kali ditemukan beberapa bentuk penyimpangan manusia terhadap

1 As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, (Mesir, al-Hai’ah al-Misriyah, 1979), hal. 69 1

2 norma-norma, bahkan terhadap aturan Allah SWT sendiri, manusia melakukan berbagai cara untuk kebahagiaan sesaat meskipun cara yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan agama, maupun aturan hukum negara, norma norma, dan lain-lain.2

Zaman akan selalu berkembang dengan pupulasi keadaan dan kehidupan manusia, serta teknologi informasi tidak bisa dipungkiri dengan kemajuannya, contohnya yang terjadi sekarang adalah tersebarnya berita secara cepat tanpa mengetahui kepastiannya dan saksi yang ada, seperti hoax3 yang tersebar di media sosial, semakin banyak jiwa yang tidak mematuhi perintah agama4 dengan memberikan kesaksian palsu5 salah satunya di media

2 M. Rifqi Faldu Rahman, Udin Supriadi, dan Fahrudin, Model Pendidikan Tazkiyah an nafs Sebagai Upaya Membentuk Akhlak Mulia Santri Di Pondok Pesantren Al- Huda Kuningan Jawa Barat, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta’lim Vol. 15 No. 1-2017, hal: 38 3 Hoax dalam kamus Oxford (2017) diartikan sebagai suatu bentuk penipuan yang tujuannya untuk membuat kelucuan atau membawa bahaya. Hoaxdalam BahasaIndonesia berarti berita bohong, informasi palsu, atau kabar dusta. Sedangkan menurut kamus bahasa Inggris,hoaxartinya olok-olok, cerita bohong, dan memperdayakan alias menipu. 4 Dosa bisa didefinisikan sebagai hal yang dengan keburukan, kebatilan dan kejahatan, yang berlawanan dan bahkan bertentangan dengan kebaikan, (Nurul Mubin, Menyingkap Misteri Energi Dosa, Diva Press 2007, hal. 49) 5 Dalam Al-Qur’an ditemukan beberapa kata kunci tentang komunikasi negatif. Kata kunci ini pada saat yang sama juga mengisyaratkan tentang pentingnya sikap hati- hati, mawas diri dan cerdas literasi tentang media sosial," kata Prof Huzaemah: Pertama, qaul zur yang berarti perkataan buruk atau kesaksian palsu. Termasuk dalam kategori ini adalah memperindah suatu kebohongan atau tazyin al-kizb. Dalam Al-Qur’an QS Al-Hajj ayat 30, perintah menjauhi qaul zur tersebut disampaikan bersamaan dengan larangan menyembah berhala. "Kesaksian palsu merupakan dosa besar, sama dengan dosa syirik. Kedua, tajassus dan ghibah. Tajassus berarti mencari-cari kesalahan orang lain. Sementara ghibah adalah membicarakan aib atau keburukan orang lain. Mengutip QS Al-Hujurat ayat 12, menurut Huzaemah, para ulama sepakat bahwa mencari kesalahan orang lain dan menggunjing itu termasuk dosa besar dan para pelakunya harus segera bertaubat dan meminta maaf kepada orang yang bersangkutan.Ketiga, namimah atau mengadu domba. Maksudnya adalah membawa satu berita kepada pihak lain dengan maksud untuk mengadu domba dengan pihak lain. Kata kunci ini berkaitan dengan kata kunci pertama karena biasanya berita yang dibawa adalah berita bohong. Namimah juga bisa berarti provokasi untuk tujuan tertentu. Keempat, sukhriyah yang berarti merendahkan atau mengolok-ngolok orang lain. QS Al-Hujurat ayat 11 melarang orang beriman laki-laki atau perempuan mengolok-olok satu dengan yang lainnya. Boleh jadi yang diolok-olok lebih mulia di sisi Allah SWT," kata Prof Huzaemah. Lihat: http://www.nu.or.id/post/read/80750/empat-tuntunan-al--dalam-penggunaan-media- sosial 3 sosial,6 maka dari itu sehendaknya harus diiringi dengan penguatan iman dan pengetahuan agama. Terutama pada zaman sekarang haruslah diperhatikan bagaimana dampaknya media sosial pada kehidupan ini. Jika keimanan telah dipupuk dengan baik pasti jiwa menolak untuk melakukan hal yang buruk. Dengan keimanan yang kuat seorang akan mudah menerima masukan dari orang lain, namun dengan keimanannya dia mudah menerima masukan demi kebaikan.

Sebagaimana hal-hal yang terjadi seperti penyebaran hoax, korupsi, kolusi, nepotisme, balas dendam, men-zhalim-i sesama, mengadu domba, penjarahan kekayaan alam (berhutang pada generasi mendatang), dan juga hal- hal yang termasuk cinta terhadap dunia dan lain sebagainya. Karena akan memberikan corak dan warna lain tentang model penyimpangan dalam konteks moralitas masyarakat, individu dan sosial.7 Ataupun hal-hal yang sedang terjadi sekarang seperti persekusi atau perusak keadilan hal itupun juga termasuk dosa yang mana manusia haruslah segera memperbaikinya dengan membersihkan diri dari dosa-dosa tersebut, karena orang yang jernih hatinya tidak akan berbuat zhalim.

Ekses negatif dari kehidupan yang penuh tantangan ini menjadikan kotornya hati, kosongnya hati, bahkan kegersangan hati. Kekayaan dunia bisa dibeli dengan materi, tapi ketentraman hati tidak dapat dibeli dengan apapun terkecuali dengan dekatnya seorang hamba dengan Rabb-nya. Kedekatan seorang hamba kepada Rabb-nya bisa didapatkan dengan berbagai cara yang

6 Media menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Media merupakan alat atau sarana komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk yang terletak di antara pihak. Media sosial merupakan sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. 7 Nurul Mubin, Menyingkap Misteri Energi Dosa, (Jakarta: Diva Press 2007), hal: 69

4 bisa dilakukan oleh manusia, dan salah satunya dengan cara Tazkiyah an nafs yang mana dalam praktiknya ada dengan sebutan Riyadhoh an-nafs (berlatih jiwa), dengan tujuan mancari ridho Allah SWT dan sarana untuk ber-taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT.8

Adapula salah satu contoh yang dikutip dari cerita Nabi Ayyub a.s. yang terdapat dalam Al-Qur’an: ۡ ِ ِ ِ ۡ ِِٰ َوأَﻳﱡ َﻮب إذ َ�َد ٰى َرﺑﱠ ۥٓ ﻪُ أَّﱐ َﻣ ﱠﺴ َﲏ ﱡٱﻟﻀﱡﺮ َوأَ َﻧﺖ أَرَﺣُﻢ ﱠٱﻟﺮﲪ َﲔ

Artinya: dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang". (QS. Al- Anbiya’ (20): 83)

Poin pertama dari ayat tersebut menerangkan bahwa Nabi Ayyub as yang sedang menderita luka lahir, sedangkan manusia zaman ini sedang mengalami atau menderita luka batin, rohani dan juga hati. Seandainya keadaan manusia zaman ini dibalik dari penyakit batiniyahnya dibalik menjadi lahiriyah ataupun jika penyakit batiniyahnya itu dikeluarkan maka akan sangat tampak penuh luka-luka yang sangat parah, dan juga pastinya aneka penyakit yang jauh lebih parah dari apa yang diderita oleh Nabi Ayyub a.s. sebab dosa- dosa yang telah dilakukan manusia, begitu juga perkara-perkara syubhat yang menyerang pikiran-pikiran manusia, menyebabkan luka-luka di dalam hati dan membuat jiwa tidak bersih.9

8 Model Pendidikan Tazkiyah an nafs Sebagai Upaya Membentuk Akhlak Mulia Santri Di Pondok Pesantren Al- Huda Kuningan Jawa Barat, Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim Vol. 15 No. 1 - 2017, hal: 38-39 9 Badiuzzaman Said Nursi, Al-Lama’at: Menikmati Hidangan Langit, (Jakarta: Rabbani Press), hal: 14 5

Dan semestinya manusia di zaman ini haruslah mengambil pelajaran ataupun hikmah dari kisah-kisah tentang umat terdahulu yang sudah Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an, agar tidak melakukan hal yang sama bahkan lebih buruk lagi dari apa yang sudah dilakukan oleh umat terdahulu.

Penyakit hati sangatlah membahayakan karena penyakit hati dapat mengganggu kondisi jiwa seorang hamba dalam beriman kepada Rabb nya, contoh penyakit hati seperti iri hati, dengki, ujub, tak pernah bersyukur dan lain sebagainya, contohnya adalah bahwa kebanyakan manusia menyukai dan berbangga diri pada suatu pujian yang dilintarkan kepadanya namun hal itu belum tentu benar, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

ۡ ﱠِ ۡ ِ ِ ۡ ِ ۡ ۡ ۡ َﻻ َﲢ َﺴَﱠﱭ ٱﻟﺬ َﻳﻦ ﻳـَﻔَﺮُﺣ َﻮن ﲟَﺎٓ أَﺗَﻮاْ ﱠوُﳛﺒﱡ َﻮن أَن ُﳛَﻤ ُﺪواْ ﲟَﺎ َﱂ ﻳـَﻔَﻌﻠُﻮاْ ﻓََﻼ َﲢ َﺴَﺒـ ُﻨـﱠﻬ ﻢ ِ ِ ۡ ِۖ ۡ ِ ﲟََﻔ َﺎزة ّﻣ َﻦ ٱﻟَﻌَﺬاب َوَﳍُﻢ َﻋَﺬ ٌاب أَﻟﻴﻢ

Artinya: Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. (QS. Ali Imran (3): 188)

Said Nursi menafsirkan ayat di atas dengan tafsiran sebagai berikut: “Wahai diriku yang terjerumus dalam kesombongan, yang kagum pada kemasyhuran, yang mencari pujian dan sanjungan!”, dalam tafsirnya Ia menerangkan bahwasanya manusia layaknya adalah bersyukur dengan nikmat Allah SWT yang telah diberikan Allah SWT kepada dirinya dan bukan berbangga diri atas apa yang ia dapat, karena berbangga diri merupakan perbuatan tercela yang harus dihindari bahkan ditinggalkan.10

10 Badiuzzaman Said Nursi, al-Kalimat 1, (Jakartat: Anatolia prenada Media grup), hal: 291-292

6

Karena nafsu manusia bisa berubah dari yang baik menjadi buruk karena itu sebagai manusia haruslah bisa mengontrol diri dengan keimanannya dan melakukan perintah yang Allah SWT berikan. Seperti hal yang terjadi sekarang ini adalah ketidak rukunan masyarakat yang disebabkan karena saling menyalahkan dan merasa dirinya paling benar,11 seharusnya manusia (seperti aku) bertanya pada dirinya atau bertanya kepada hatinya sebelum melakukan hal yang buruk ataupun tidak sesuai dengan tuntunan agama. Hal inipun telah terjadi di beberapa penduduk Negeri yang mementingkan dan memikirkan dirinya sendiri yang paling benar akibat keinginan kepuasan dunia, padalah umat muslim itu bersaudara.

Contoh permusuhan orang beriman adalah menjadi pengikut fanatik aliran tertentu, adanya sifat keras kepala yang dapat menimbulkan kebencian, permusuhan, dan perselisihan di antara mereka, dan hal ini adalah hal sangatlah tidak dibenarkan dan bahkan hina serta berbahaya dan merupakan dosa bagi kehidupan rohani, sosial, dan pribadi. Dan hal ini termasuk racun dalam kehidupan umat manusia yang berakibat kehancuran.12

Dan untuk mengantisipasi hal-hal dari penyakit jiwa atau hati seorang hamba haruslah membersihkan dirinya dari hal-hal yang menyebabkannya terjerumus dalam keburukan nafs tersebut dan karena Allah SWT sangat menyukai orang-orang yang membersihkan diri, dengan melakukan tazkiyah atau pembersihan (pensucian) diri dan jiwa dengan cara memohon ampunan kepada Allah SWT atau bertaubat serta selalu bersyukur kepada Allah SWT.

11 Badiuzzaman Said Nursi, Menjawab yang tak Terjawab Menjelaskan yang tak Terjelaskan, c(Jakarta: Murai Kencana), hal: 353-354 12 Badiuzzaman Said Nursi, Menjawab yang tak Terjawab Menjelaskan yang tak Terjelaskan, (Jakarta: Murai Kencana), hal: 353-354 7

Maka dengan tazkiyah an nafs seorang hamba dapat menjadi hamba yang diridhoi oleh Allah SWT dan disayangi oleh Nya. Dan itulah hal yang terpenting yang harusnya manusia sekarang lakukan yaitu selalu membersihkan jiwanya dan hatinya agar tidak terjerumus dalam keburukan atau penyakit hati yang berakibat pada perilakunya, maka manusia haruslah menyadari dan selalu berinstropeksi diri akan semua kesalahannya karena kesalahannya itu akan menghambat perjalanannya menuju Tuhannya dan manusia harus mengejar ampunan Tuhannya dengan memperbanyak istighfar, Ar-Raghib Al-Ashfahani menerangkan mengenai istighfar, yaitu meminta ampunan dengan ucapan dan perbuatan. Maksudnya adalah bukan sekadar minta ampun sedangkan amal perbuatannya tidak pernah berubah dari dosa-dosa.13

Menurut al-Qusyairi (w. 465 H) tazkiyah an Nafs sangatlah dibutuhkan untuk mengantisipasi sulitnya hati dalam menerima hal baik, caranya adalah dengan dzikir dan fikir. Ia juga menyebutkan bahwa hal yang penting dalam memperbaiki diri menuju proses penyucian jiwa adalah dengan taqwa.14

Dari beberapa fenomena yang ada di atas tentang segala hal yang berkenaan dengan kotornya jiwa dan hati yang sedang melanda dunia ini, peneliti akan meneliti hal yang menyebabkan kotornya jiwa melakukan hal buruk dan apa yang dapat menyembuhkan kotornya hati maupun jiwa yang sedang menginfeksi penduduk bumi ini, dan caranya adalah dengan membersihkan jiwa atau disebut dengan Tazkiyah an nafs. Karena jiwa (nafs) akan berpengaruh pada bersihnya hati, karena perumpamaan hati sama dengan cermin, sesungguhnya selama cermin itu jernih dan bersih dari kotoran dan

13 Choiruddin Hadhiri Sp, Akhlak dan Adab Islami Menuju Pribadi Muslim Ideal, (Jakartat: PT Bhuana Ilmu Populer 2015), hal: 67 14 Al-Qusyairi, Lathaif al-Isyarat, (Beirur: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), juz.1, hal. 188

8 karat, ia dapat digunakan untuk mencerminkan segala sesuatu. Namun apabila permukaannya telah dipenuhi karat, maka tidak ada sarana untuk menjernihkannya kembali. Apabila kekuasaan kalbu telah lumpuh secara total, maka setanlah yang menguasainya, lalu sifat-sifat yang terpuji berbalik menjadi sifat-sifat yang tercela.15

Dimensi jiwa dalam kehidupan manusia sangat berpengaruh dalam membina perjalanan keimanan, keislaman dan keihsanan seorang muslim. Pentingnya wahana ruhani tersebut, yang berkaitan dengan jiwa, karen jiwa adalah eksistensi terdalam yang senantiasa membutuhkan konsumsi spiritual agar berkembang tumbuh sehat dan mandiri. Karena pendidikan seorang Muslim tidak akan maksimal tanpa pengolahan rasa jiwanya sampai pada tahap kesucian, kemuliaan dan keluhuran, maka harus dimulai dari tahap pertama yaitu penyucian jiwa, tahap inilah yang dalam istilah Bahasa arab disebut Tazkiyah an nafs.16

Secara etimologis istilah Tazkiyah an nafs terdiri dari dua kata, yaitu tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka yang berarti penyucian, pembersihan, dari membersihkan pikiran angan-angan yang kotor atau membersihkan dari nafsu amarah dan syahwat, sedangkan pengertian nafs adalah jiwa, jiwa yang bersifat latif (lembut), ruhani (immateril, abstrak) dan rabbani. Tazkiyah an nafs sangat erat kaitannya dengan (hati), karena dengan hati yang bersih maka seseorang bisa mengenal Rabb-Nya.

15 Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, Terjemahan Oleh Bahrun Abu Bakar, 2014, (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-3, t.th), hal. 256-257 16 Muhammad Habib F, Konsep Tazkiyah an nafs, (jurnal: Ta’dibi ISSN 2442-4994, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016), hal. 119 9

Ketenangan bathin hanya bisa dirasakan bagi orang orang yang senantiasa dalam hatinya terus mengingat Allah SWT.17

Dan dalam pembahasan tentang Tazkiyah an nafs ini peneliti akan membahas dengan menggunakan tafsir milik Ustadz Badiuzzaman Said Nursi, Ia adalah seorang Mufassir yang berasal dari desa Nurs18 dan penafsirannya sangatlah dalam dan bersifat sufistik yang sepadan dengan penelitian yang sedang diteliti oleh peneliti ini.

Alasan peneliti menggunakan penafsiran Said Nursi adalah karena menurut Muhammad Labib Syauqi dalam jurnalnya, Said Nursi merupakan seorang Penafsir dengan metode tahlily dan maudhu’i dengan corak imani, burhani, I’jazi, dan peneliti menemukan pemaparan ayat-ayat yang berkenaan dengan Tazkiyah an nafs sangatlah mendalam atau terkupas sampai akarnya dengan akar keimanan. Yang membuat ketertarikan peneliti dengan tafsir Risȃlah an Nȗr adalah karena pembahasannya sangat mengena di hati pembacanya dan ceritanya diibaratkan dengan berbagai permisalan agar mudah dimengerti oleh pembacanya. Dan dikarenakan Said adalah seorang Mufassir yang sangat cerdas, bahkan Said memiliki panggilan yaitu Badȋuzzamȃn19 yang artinya keajaiban zaman, Said terlahir dari seorang ayah yang sangat menjaga kehalalan segala sesuatu untuk keluarganya dan seorang ibu yang selalu terjaga dengan wudhu dalam mengasuhnya. 20

17 Model Pendidikan Tazkiyah an nafs Sebagai Upaya Membentuk Akhlak Mulia Santri Di Pondok Pesantren Al- Huda Kuningan Jawa Barat, Jurnal Pendidikan Agama Islam - Ta’lim Vol. 15 No. 1- 2017, hal: 39 18 Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, (Jakarta: Anatolia 2007), hal. 1 19 Muhammad Faiz, Risȃlah an Nȗr Dan Gerakan Tarekat di Turki: Peran Said Nursi Pada Awal Pemerintahan Republik, (jurnal: Al-A’raf-Vol. XIV, No. 1, Januari-Juni 2017), hal. 26 20 Muhammad Widus Sempo, Tajdid Sains Tauhidik Badiuzzaman Said Nursi dalam Kitab Rasail Nur (Jurnal Sultan Alauddin Sulaiman Shah, Vol. 4, Bil. 1 (2017), hal. 211

10

Said Nursi juga seorang yang memperjuangkan kebangkitan yang menyeluruh bagi semua umat manusia, membisikkan ke dalam pikiran dan jiwa mereka apasaja yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan modern dan tradisional serta mengadakan pelatihan-pelatihan rohani.21 Hal ini dilakukan guna membangun jiwa yang stabil dengan rohani yang cukup.

Bediuzzaman Said Nursi adalah seorang intelektual yang produktif dalam menghasilkan karya. Terbukti dengan karyakarya yang dihasilkan dan telah disebarluaskan. Masterpiece karya Nursi adalah Risȃlah an-Nȗr. Risalah al-Nȗr atau dikenal juga dengan "Kulliyȃt al-Rasȃ'il al-Nȗr" adalah kumpulan kitab tafsir yang ditulis oleh Said Nursi yang diberi nama "Risȃlah al-Nȗr " dengan berbagai tema dan pembahasan, termasuk pembahasan tentang Tazkiyah an nafs yang sangat terperinci. Adapun yang dimaksud Risaalah al- Nur adalah kumpulan tulisan Said Nursi secara keseluruhan, yang kemudian oleh Qasim al-Salihi diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan dicetak pada 10 jilid besar dan diterjemahkan oleh Sugeng Suharyanto dan beberapa lainnya pada beberapa bukunya dengan Bahasa Indonesia.22

Dalam menyusun kitabnya Said Nursi menggunakan metode analisis dan tematik atau tahlili dan maudu’i jika dilihat dari cara penyajiannya. Nursi menafsirkan kitabnya Risȃlah an-Nȗr secara tahlili pada kitab Tafsirnya Isyȃrat al-‘Ijȃz dan dengan metode tematis (tema-tema atau judul) yang ada. Kemudian dia memberi ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan tema dan menjadikan dasarnya, serta dijelaskan dan diberi kesimpulan.23 Dan hal ini

21 Badiuzzaman Said Nursi, Menjawab yang tak Terjawab Menjelaskan yang tak Terjelaskan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003), h. viii 22 Muhammad Labib Syauqi, Mengenal Risȃlah an Nȗr Karya Said Nursi dan Metodologi Penafsirannya (Jurnal: Maghza Vol. 2, No. 1 Januari-Juni 2017), hal. 110, lihat: Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi (Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki, (cet: pertama, Jakarta: Anatolia, 2007), hal. 111 23 Mengenal Risȃlah an Nȗr Karya Said Nursi dan Metodologi Penafsirannya (Jurnal: Maghza Vol. 2, No. 1 Januari-Juni 2017), hal. 110, lihat: Biografi Intelektual Bediuzzaman 11 sangatlah cocok dengan tema peneliti yang membahas tentang studi tokoh dengan ayat-ayat yang di bahas secara tematik. Selain itu kondisi keadaan yang disebutkan dalam penafsirannya sangatlah mirip dengan keadaan masyarakat pada saat ini.

Harapan peneliti adalah agar penelitiannya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri terutama dan semoga bermanfaat bagi khazanah keilmuan, pembaca, dan dapat digunakan sebagai panduan penelitian selanjutnya. Sehingga terdapat manfaat dalam penulisan ini untuk agama dan bangsa dan dapat memperbaiki akhlak manusia dalam bermuamalah kepada Rabb nya dan dengan sesama manusia.

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang ada beberapa masalah yang teridentifikasikan, yaitu:

a. Untuk mengetahui solusi bagi kejahatan yang sedang menjamur b. Untuk menganalisa penafsiran Tazkiyah an nafs menurut Baddiuzzaman Said Nursi c. Untuk mengetahui relevansi penafsiran Said Nursi dengan kondisi masa kini d. Untuk mengetahui kondisi psikologi masyarakat Indonesia dan dampaknya e. Untuk mengetahui kondisi psikologi orang yang melakukan larangan Allah SWT f. Untuk mengetahui macam-macam fenomena perbuatan manusia 2. Pembatasan Masalah

Said Nursi (Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki, (cet: pertama, Jakarta: Anatolia, 2007), hal. 118

12

Dari beberapa permasalahan yang telah diidentifikasikan oleh penulis, maka penulis memberikan pembatasan permasalahan sebagai berikut: a. Untuk mendeskripsikan penafsiran Tazkiyah an nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi dalam karyanya b. Untuk menganalisis relevansi penafsirannya dengan kondisi masa kini 3. Perumusan Masalah Dari hipotesa di atas yang sudah tertera dalam latar belakang masalah maka akan dirumuskan agar lebih terarah dan sistematis pada permasalahan: a. Bagaimanakah penafsiran Tazkiyah an nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi dalam karyanya? b. Bagaimanakah analisis penafsiran Tazkiyah An Nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi dalam tafsir Risȃlah an Nȗr? C. Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian terdapat tujuan di dalamnya, adapun tujuan yang mendasarinya adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penafsiran Tazkiyah an nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi dalam karyanya 2. Untuk menganalisis relevansi penafsirannya dengan kondisi masa kini D. Kegunaan Penelitian Harapan Penulis pada kajian ini adalah agar dapat memberi manfaat di kemudian hari, baik bagi kalangan akademisi maupun umum, sehingga hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangsih berupa: 13

1. Untuk membantu mengembangkan khazanah keilmuan Al-Qur’an dan tafsirnya, khususnya dalam memahami ayat-ayat tentang Tazkiyah an nafs. 2. Untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai sumber referensi bagi akademisi yang ingin melakukan penelitian dengan kajian yang serupa dan menjadi motivasi bagi akademisi yang ingin mengkaji tentang Tazkiyatun an nafs dalam Al-Qur’an menurut Badiuzzaman Said Nursi.

E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah data atau temuan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti dan yang mendasari penelitian yang sedang berlangsung.24 Dalam penelitian literatur, penulis menemukan beberapa karya yang memiliki bahasan tentang tokoh yang sama, antara lain: 1. Konsep Tazkiyatun Nafs Menurut Sa’id Hawa, tesis karya Junaidi Manik pada tahun 2012 di Universitas Muhammadiyah Surakarta, pembahasan ini menerangkan tentang Tazkiyatun nafs menurut ahli pemikiran Islam yaitu Said Hawa, dan tidak menerangkan tentang penafsirannya. Oleh karena itu pembahasan ini sangatlah berbeda dengan yang akan diteliti penulis yaitu Tazkiyah an Nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi dalam kitab tafsirnya Risalah an Nur. 2. Konsep Tazkiyat al-Nafs Dalam Al-Qur’an Perspektif Ahmad Mustofa Al-Maraghi Dalam Tafsir Al-Maraghi, dan Signifikansinya Terhadap Pendidikan Karakter di Indonesia,

24 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 254

14

tesis karya Moh. Kamilus Zaman di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2016, hal ini sangatlah berbeda dengan penelitian penulis, karena lebih menjurus ke dalam pendidikan karakter di Indonesia khususnya dan dari pendapat Mufassir yang berbeda pula. 3. Konseling Rational Emotive Behaviour Therapy (Rebt) Berbasis Tazkiyatun Nafs Untuk Meningkatkan Kualitas Hubungan Interpersonal, karya Dewi Nur Fatimah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penelitiannya lebih menjurus kepada pendidikan dan praktek lapangan, sedangkan penulis meneliti dari segi penafsiran dengan kajian pustaka. 4. Tafsir Kontemporer Bediuzzaman Said Nursi Dalam Risale-I Nur, Studi Kontruk Epistemologi, disertasi karya Dr. Sujiat Zubaidi pada tahun 2015 di UIN Sunan Ampel Surabaya, yang mana pembahasannya mengenai Said Nursi yang difokuskan tentang epistemology tafsir kontemporer Said Nursi yang berkaitan dengan metodologinya dan validitas kebenarannya, serta menjawab tentang bagaimana pemikiran Nursi terhadap metode penafsirannya dan relevansinya dengan perkembangan tafsir kontemporer. Perbedaannya dengan pembahasan peneliti adalah karena fokus pada hal yang berbeda walaupun sama dalam studi tokoh. 5. Pemikiran Said Nursi tentang Perdamaian, tesis karya Fathul Jannah di Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara Medan, penelitiannya adalah tentang studi tokoh yaitu Said Nursi yang difokuskan pada pemikirannya tentang perdamaian pada umat beragama di tengah konflik yang sedang terjadi di kehidupan masyarakat agar dapat diaplikasikan pada kehidupan 15

bermasyarakat dengan keadilan dan ruang berdialog yang baik. Sama halnya dengan penelitian ini yaitu studi tokoh namun tidak terfokus pada titik yang sama yaitu Tazkiyah an nafs. 6. Pemikiran Teologis Badiuzzaman Said Nursi, tesis milik Maria Ulfa Siregar mahasiswi UIN Medan tahun 2015, pembahasannya adalah studi tokoh yang difokuskan pada konsep teologis Said Nursi dalam pemikirannya yang tertuang dalam karya-karyanya. Yang membahas tentang aqidah tauhid dan keimanan dalam pemikirannya Said Nursi, dan digunakan dalam kebutuhan keimanan di zaman yang sekarang ini. Hal ini terdapat perbedaan fokus dengan penelitian yang akan dikaji peneliti yaitu Tazkiyah an nafs.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penitian Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis kualitatif dan tematik. Analisis adalah menghasilkan data, dengan penarikan kesimpulan yang didapatkan dari pemahaman seluruh data yang ada, baik dari segi pengamatan maupun dokumen-dokumen. Data tersebut berbentuk uraian yang dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan suatu kebenaran.25 Sedangkan tematik adalah menghimpun seluruh pembahasan yang memiliki tujuan sama, lalu hasilnya diukur dengan timbangan teori-teori akurat, sehingga dapat menyajikan tema secara utuh dan sempurna.26

25 Prasetyo Irawan, dkk, Metode Penelitian, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 8.29 26 Dr. Abdul Hayy al-Farmawi, al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudhu’i, terjemah: Drs. Rosihon Anwar, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hal. 44

16

2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan (Library research), yaitu usaha peneliti secara sistematis untuk menumpulkan informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan diteliti.27 Dimana data akan dihimpun dari beberapa sumber baik sumber primer maupun sekunder. Sumber primer antara lain: Al-Qur’an Al-Karim yang dalam hal ini merupakan objek kajian utama, termasuk kitab-kitab tafsir yang dikarang oleh beberapa mufassir, juga buku-buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh tersebut dan memiliki relevansi terhadap tema ini. Adapun sumber pendukung terdapat pada kitab-kitab hadis dan buku-buku serta jurnal dan koran yang memuat tentang penelitian ini sehingga mendukung pemahaman terhadap bahasan pokok.

3. Metode Analisis Data Karena penelitian ini difokuskan pada Al-Qur’an sebagai objek utama penelitian ini, maka metode analisis data yang utama adalah pendekatan ilmu tafsir, dengan menerapkan metode tafsir maudhu’i atau tematik, yang akan diupayakan dengan menghimpun ayat-ayat yang memuat tentang Tazkiyah an nafs dalam Al-Qur’an.28 Juga untuk mendapatkan pola pemikirannya hingga menghasilkan sebuah konsep. Dan selanjutnya di analisis sesuai kaidah yang ada dalam metode tafsir maudhu’i. Pendekatan lain yang akan digunakan adalah pendekatan historis. Pendekatan historis juga dimaksudkan untuk mengetahui asbab

27 Khatibah, “Penelitian Kepustakaan”, (dalam Jurnal Iqra‟, Vol. 05. No. 01 Mei 2011), h. 38 28 Muhammad Baqir ash-Shadr, Tafsir Maudhu‟i wa al-falsafah al-Ijtima‟iyah fi al- Madrosah Al-Qur’aniyah (Libanon: Daar al-„Alamiyah Bairut, 1989), h. 8 17

al nuzul Al-Qur’an karena hal ini akan memberi pengaruh dalam memahami teks Al-Qur’an.

Selain metode di atas, metode yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah deskriptif-analisis yang dimaksudkan untuk melukiskan keadaan obyek sebagaimana yang terjadi lalu menganalisis penafsiran tokoh yang dikaji oleh penulis sehingga akan menemukan sebuah konsep tersebut. Dan juga beberapa metode yang digunakan oleh penelitian ilmiah, karena selain Al-Qur’an sebagai objek utama penelitian ini menyangkut tentang Tazkiyah an nafs menurut Said Nursi yang merupakan kajian pokok. Sehingga dalam menganalisis data akan digunakan metode analisis-deskriptif.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Mengenai teknik penulisan tesis, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Proposal, Tesis, dan Disertasi yang dikeluarkan oleh Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2017.

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, dalam bab ini terdapat beberapa sub bab yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan, Tinjauan Kepustakaan.

BAB II berisi tentang pengertian Tazkiyah an Nafs menurut Bahasa dan ahli tasawwuf, kosa kata ayat-ayat Tazkiyah an Nafs dan langkah- langkahnya serta aspeknya.

BAB III berisi tentang riwayat hidup Badiuzzaman Said Nursi, karya- karyanya, dan metode penafsirannya.

18

BAB IV berisi tentang pengertian Tazkiyah an Nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi serta menjelaskan dan relevansinya terhadap kondisi masa kini

BAB V berisi kesimpulan, saran, dan penutup. 19

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Tazkiyah an Nafs dalam penafsiran Badiuzzaman Said Nursi adalah penyucian jiwa dengan cara menjaga hati dan jiwa dari terjangkitnya penyakit-penyakit buruk. Oleh karena itu Said menerapkan langkah- langkah untuk Tazkiyah an Nafs dari ayat-ayat Al-Qur’an yang meliputi, pertama yaitu, memperkuat iman, contohnya dengan menetapkan ketauhidan, tidak merasa suci dan abadi, mengimani taqdir, mencintai segala sesuatu karena Allah SWT, dan selalu berada di jalan Allah SWT. Kemudian langkah kedua adalah meliputi ibadah, dengan ibadah utama yaitu shalat, lalu puasa, dan zakat. Langkah yang ke tiga dengan mengambil pelajaran dari kisah para Nabi, yaitu sabar, tawakkal, dan taubat. Langkah ke empat adalah meninggalkan sifat tercela, seperti sombong dan mengikuti setan. Langkah kelima adalah melakukan perbuatan terpuji, seperti menjaga kerukunan, ikhlas, mengingat kematian, dan meninggalkan hawa nafsu. 2. Penafsirannya dapat dijadikan solusi untuk pengobatan atau terapi bagi jiwa yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengikuti hal- hal buruk yang bertentangan dengan agama, seperti orang yang turun imannya, meninggalkan ibadah, menghilangkan kerukunan, melakukan kejahatan, penurunan akhlak, putus asa, buruk sangka, dan lupa diri . Karena Said adalah seorang sufi maka penafsirannya pun menunjukkan langkah-langkah tasawwuf yang menjurus kepada peningkatan keimanan dengan dilakukan dengan penyucian jiwa dan taqarrub kepada Allah SWT.

171

172

B. Saran Al-Qur’an adalah sumber untuk segala hal dalam kehidupan dunia dan akhirat, dengan mengkajinya dan memahaminya melalui penafsiran sangatlah baik. Dalam pembahasan kali ini penulis mengkaji tentang Tazkiyah an Nafs dalam Al-Qur’an perspektif Badiuzzaman Said Nursi pada kitab tafsirnya Risalah an Nur, yang di dalamnya banyak sekali hal yang bermanfaat dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Saran bagi penulis setelahnya adalah agar dapat megkaji lebih dalam lagi khususnya dalam metode penafsiran Said yang terlihat sangat beda dari Mufassir lainnya, agar dapat mengembangkan kajian keilmuan tentang Risalah an Nur.

173

LAMPIRAN

Tabel ayat-ayat Tazkiyah an-Nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi QS. Al-Jatsiyah (45): 23 Tauhid QS. Al-Furqan (25): 43 QS. Al-Baqarah (2): 165 QS. An-Najm (53): 32 Tidak merasa QS. Al-Baqarah (2): 80, 111 suci QS. An-Nisa' (4): 49 Menyadari bahwa dirinya Memperkuat tidak abadi QS. Al-Qashash (28): 88 1 Iman QS. Al-Hijr (15): 21 Iman Kepada QS. Yasin (36): 12 Taqdir QS. An-Nisa' (4): 79 QS. Al-Qamar (54): 49 Mencintai sesuatu karena Allah QS. Al-Isra' (17): 23,24 Berjalan di jalan QS. Al-Fatihah (1): 7 Allah QS. An-Nisa' (4): 69 QS. An-Nisa' (4): 103 QS. Al-Hasyr (59): 19 Shalat QS. Al-Ankabut (29): 45 QS. Mu'minun (23): 97-98 Puasa QS. Al-Baqarah (2): 183, 185 2 Ibadah QS. At-Taubah (9): 111 QS. Ali Imran (3): 169 Zakat QS. Al-Baqarah (2): 154, 261 QS. Ar-Rahman (55): 60 QS. Yunus (10): 72 Mengambil QS. Al-Anbiya' (21): 83 Pelajaran Sabar QS. Az-Zumar (39): 10 3 Dari Kisah- Kisah Para QS. Al-Anbiya' (21): 84 Nabi Tawakkal QS. Yusuf (12): 23, 53

174

Taubat QS. Al-Anbiya' (21): 87 QS. Ali Imran (3): 188 Sombong QS. An-Nisa' (4): 79 Meninggalkan QS. Ibrahim (14): 7 4 Perbuatan Tercela QS. An-Nisa' (4): 76 Mengikuti bujuk rayu setan QS. An-Nahl (16): 98 QS. Al-Baqarah (2): 257 QS. Al-Hujurat (49): 10 Menjaga Kerukunan QS. At-Taghabun (64): 14 QS. Ali Imran (3): 134 Melakukan 5 Perbuatan Ikhlas QS. Al-Hasyr (59): 9 Terpuji Mengingat QS. Ali Imran (3): 185 Kematian QS. Al-Jumu'ah (62): 8 Meninggalkan QS. Asy-Syams (91): 7-9 Hawa Nafsu QS. Saba' (34): 12

DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shadr, Muhammad Baqir, Tafsir Maudhu‟i wa al-falsafah al-Ijtima‟iyah fi al-Madrosah al-Qur‟aniyah, Libanon: Daar al-„Alamiyah Bairut, 1989

An-Najar, Amir, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf, Jakarta: Pustaka Azzam, 2001

Al-Isfahani, Al-Raghib, Mu‟jam Mufradat al-Fazh al-Qur‟an, Beirut: Darul- Fikr

Al-Anshari, Ibnu Manzur Muhammad Ibnu Mukarram, Lisān al-„Arab, Juz 8, Kairo: Dar al-Misriyah li al-Ta‟lif wa al-Tarjamah, 1968

Al-Ghazali, Abu Hamid, Ma‟ārij al-Quds fī Madārij Ma‟rifah al-Nafs, Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1975

Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, Terjemahan Oleh Bahrun Abu Bakar, 2014, Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-3

Al-Razi, Imam Fakhr, at-Tafsir al-Kabir, Beirut: Dar Ihya‟ al-Turats al- „Arabi), cet. III, Jilid IX

Al-Daghamin, Ziyad Khalil, Akhlaqiyyat al-Aulamah wa Sabil Muwajahatika fi Fikr Badiuzzaman Said al-Nursi, dalam proceeding al-Aulamah wa al-Akhlaq fi Dau‟I Rasaili al-Nur, edit Ammar Gaedal, Baska Cile: Nesil-Matbaacilik, 20014

Anwar, M. Syafi‟I, Kemalisme dan Islam Sebuah Kaleidoskop, Jurnal Ulumul Qur‟an, Vol. 1, Jakarta: LSAF, 1989

173

174

Al-Ghazali, Ringkasan Ihya Ulumuddin, Terjemahan Oleh Bahrun Abu Bakar, 2014, Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo. Cetakan ke-3

Al-Farmawi, Dr. Abdul Hayy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu‟I, terjemah: Drs. Rosihon Anwar, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Al-Jailani, Abdul Qadir, tahqiq (penyunting): Syeikh Ahmad Farid al-Mazidi, Tafsir al-Jailani, jilid. 1, Pakistan: Maktabah Ma‟rufah, 2010

Biro Kajian Ilmiah Altinbasak, Badiuzzaman dan Dakwah Risalah an-Nur, cet: pertama, Altinbasak, Depok, 2012

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. III, 1994

Dwijayanti, Belinda, Tazkiyah an nafs in Classical and Modern Islamic Tradition, Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism, Vol. 4, No. 2, 2015

Esposito, John L, Ensiklopedia Oxford Dunia Islam Modern, Bandung: Penerbit Mizan, 2001

Faiz, Muhammad, Risalah an Nur Dan Gerakan Tarekat di Turki: Peran Said Nursi Pada Awal Pemerintahan Republik, jurnal: Al-A‟raf- Vol. XIV, No. 1, Januari-Juni 2017

Fahrudin, Tasawuf Upaya Tazkiyah an nafsi Sebagai Jalan Mendekatkan Diri Kepada Tuhan, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta‟lim, Vol. 12, No. 2, 2014 175

Gymnastiar, Abdullah, Menjaga Hati Meraih Cinta Ilahi, Bandung: Mizan, cet. 1, 2002

Hadhiri, Choiruddin, Akhlak dan Adab Islami Menuju Pribadi Muslim Ideal, cet: PT Bhuana Ilmu Populer 2015

Hawa, Said, Intisari Ihya‟ „Ulumuddin al-Ghazali “Mensucikan Jiwa”, Rabbani Press, 1995

Habib F, Muhammad, Konsep Tazkiyah an nafs, jurnal: Ta‟dibi ISSN 2442- 4994, Vol. 5, No. 2, Oktober 2016

Hamka, Tafsir al-Azhar, Singapura: Pustaka Nasional, 1993, Cet. III

Hamid, Muhsin Abdul, Al-Nursi Mutakallim al-„Asr al-Hadith, Kairo: Shirkah Sozler Li al-Nashr, 2002

Ismail, Ilyas dkk, Ensiklopedia Tasawuf , Bandung: Angkasa, jilid 1, 2008

Irawan, Prasetyo, dkk, Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka, 2009

Iyazi, Muhammad „Ali, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manahijuhum, Teheran: Mu‟assasah al-Thiba‟iyyah wa al-Nasr Wizarat al- Taqafah wa al-Irsyad al-Islami, 1373 H

J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2006

Khatibah, “Penelitian Kepustakaan”, dalam Jurnal Iqra‟, Vol. 05. No. 01 Mei 2011

Katsoff, Louis O, Elemen of Psilosofy, alih Bahasa Soeyono Soemargo dengan judul pengantar filsafat, Yogyakarta: Tiara Wicana, 1986, Cet. 1

176

Mubin, Nurul, Menyingkap Misteri Energi Dosa, Diva Press 2007

Mubarok, Ahmad, Psikologi Qur‟ani, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001

Masyhuri, Prinsip-Prinsip Tazkiyah an nafs dalam Islam dan Hubunganny dengan Kesehatan Mental, Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 37, No. 2, Juli-Desember 2012

Munawwir, al-Munawwir: Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, Cet. IV

Maimunah, Relevansi Metode dan Pendekatan Islam “Analisis Bediuzzaman Said Nursi dengan Pendidikan Islam Sekarang”, Jurnal Ilmiah Peuradeun: International Multidisciplinary Journal,Vol. II, No. 02, Mei 2014

Nursi, Said, Badiuzzaman, Al-Lama‟at: Menikmati Hidangan Langit, cet: Rabbani Press

Nursi, Said, Al-Maktubat, Tangerang Selatan: Risalah an Nur Press, cet. 1, 2017

Nursi, Badiuzzman Said, al-Syu‟a‟at, penerjemah Ihsan Qasim as-Salih, Qahirah: Sozler, 2004

Nursi, Badiuzzman Said, al-Matsnawi al-„Arabi al-Nuri, penerjemah Ihsan

Nursi, Badiuzzaman Said, Al-Lama‟at: Menikmati Hidangan Langit, Jakarta: Rabbani Press, 2010

Nursi, Badiuzzaman Said, Al-Maktubat, Jakarta: Risalah Nur Press, 2017 177

Nursi, Badiuzzaman Said, Al-Matsnawi An-Nuri “Menyibak Misteri, Keesaan Ilahi”, diterjemahkan oleh Fauzi Bahreisy, Jakarta: Anatolia, 2017

Nursi, Badiuzzman Said, Isyaratu al-„Ijaz, penerjemah Ihsan Qasim as-Salih, Qahirah: Sozler, 2004

Nursi, al-Khutbah al-Shimiyyah, terjemah Ihsan Qasim al-Sahili, Damaskus: Matba‟ah al-Barakat, 1409

Nursi, Bediuzzaman Said, Sirah Dzatiyyah, terjemah Ihsan Qasim Al-Sahili, Kairo: Sozler Nesriyat Tic, 2013

Rahman, M. Rifqi Faldu, Udin Supriadi, dan Fahrudin, Model Pendidikan Tazkiyah an nafs Sebagai Upaya Membentuk Akhlak Mulia Santri Di Pondok Pesantren Al- Huda Kuningan Jawa Barat, Jurnal Pendidikan Agama Islam -Ta‟lim Vol. 15 No. 1- 2017

Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedia al-Qur‟an: Tafsir Sosial Berdasarkan KonsepKonsep Kunci, Jakarta: Paramadina, 1996

Rangkuman Pengajian KH. Maimoen Zubair di Pesantren al-Anwar, Oase Jiwa, Tegal: Jagad Press, cet. 1, 2016

Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006

Said Nursi, Badiuzzaman, Al-Lama‟at: Menikmati Hidangan Langit, cet: Rabbani Press

Said Nursi, Badiuzzaman, al-Kalimat 1, cet: Anatolia prenada Media grup

178

Said Nursi, Badiuzzaman, Menjawab yang tak Terjawab Menjelaskan yang tak Terjelaskan, cet: Murai Kencana

St. Rahmatiah, Pemikiran Tentang Jiwa (al-Nafs) Dalam Filsafat Islam, jurnal: Sulesana, Vol. 11, No. 2, 2017

Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur‟an, Bandung: Mizan, 1970, Cet. VI

Syarif, Adnan Psikologi Qur‟ani, Jakarta: Pustaka , 2002, Cet. I

Shirazi, Dastaghib, Belajar Mencintai Allah Membasuh Jiwa, Memurnikan Cinta, Terjemahan oleh Satrio Pinandito dan Leinovar Bahfeyn, Depok: Pustaka Iman, 2009

Sempo, Muhammad Widus, Tajdid Sains Tauhidik Badiuzzaman Said Nursi dalam Kitab Rasail Nur (Jurnal Sultan Alauddin Sulaiman Shah, Vol. 4, Bil. 1 2017

Syauqi, Muhammad Labib, Mengenal Risalah an Nur Karya Said Nursi dan Metodologi Penafsirannya “Jurnal: Maghza Vol. 2, No. 1 Januari- Juni 2017”, hal. 110, lihat: Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki, cet: pertama, Jakarta: Anatolia, 2007

Salih, Ihsan Kasim, Said Nursi Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 Mmebebaskan Agama dari Dogmatisme 7 Sekularisme, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003

Taimiyah, Ibnu, Tazkiyah an nafs, Jakarta: Darussunnah press, 2010 179

Toprak, Binaz, Islam dan Perkembangan Politik di Turki, urnet Daver, dalam Islam dan Perkembangan Politik di Turki, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1999

Valiudin, Mill, Zikir dan Kontemplasi dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996, Cet. I

Voll, John Obert, Renewal and Reformation in the Mid-Twentieth Century, Bediuzzaman Said Nursi Religion in the 1950 th, The Muslim World Journal, Vol. 89, No. 3

Vahide, Sukran, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi “Transformasi Dinasti Usmani menjadi Republik Turki”, cet: pertama, Jakarta: Anatolia, 2007

Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung, 1989

Yusuf, Hamza, Purification of the Heart,, Bandung: Mizan, 2017

Zurcher, Erik J, Sejarah Modern Turki, terjemah: Karsidi Diningrat, Jakarta: Gramedia, 2003 https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/04/23/p7mww2313- mengenal-sosok-ulama-terkemuka-turki-said-nursi

LAMPIRAN

Tabel ayat-ayat Tazkiyah an-Nafs menurut Badiuzzaman Said Nursi QS. Al-Jatsiyah (45): 23 Tauhid QS. Al-Furqan (25): 43 QS. Al-Baqarah (2): 165 QS. An-Najm (53): 32 Tidak merasa QS. Al-Baqarah (2): 80, 111 suci QS. An-Nisa' (4): 49 Menyadari bahwa dirinya Memperkuat tidak abadi QS. Al-Qashash (28): 88 1 Iman QS. Al-Hijr (15): 21 Iman Kepada QS. Yasin (36): 12 Taqdir QS. An-Nisa' (4): 79 QS. Al-Qamar (54): 49 Mencintai sesuatu karena Allah QS. Al-Isra' (17): 23,24 Berjalan di jalan QS. Al-Fatihah (1): 7 Allah QS. An-Nisa' (4): 69 QS. An-Nisa' (4): 103 QS. Al-Hasyr (59): 19 Shalat QS. Al-Ankabut (29): 45 QS. Mu'minun (23): 97-98 Puasa QS. Al-Baqarah (2): 183, 185 2 Ibadah QS. At-Taubah (9): 111 QS. Ali Imran (3): 169 Zakat QS. Al-Baqarah (2): 154, 261 QS. Ar-Rahman (55): 60 QS. Yunus (10): 72 Mengambil QS. Al-Anbiya' (21): 83 Pelajaran Sabar QS. Az-Zumar (39): 10 3 Dari Kisah- Kisah Para QS. Al-Anbiya' (21): 84 Nabi Tawakkal QS. Yusuf (12): 23, 53

Taubat QS. Al-Anbiya' (21): 87 QS. Ali Imran (3): 188 Sombong QS. An-Nisa' (4): 79 Meninggalkan QS. Ibrahim (14): 7 4 Perbuatan Tercela QS. An-Nisa' (4): 76 Mengikuti bujuk QS. An-Nahl (16): 98 rayu setan QS. Al-Baqarah (2): 257 QS. Al-Hujurat (49): 10 Menjaga Kerukunan QS. At-Taghabun (64): 14 QS. Ali Imran (3): 134 Melakukan 5 Perbuatan Ikhlas QS. Al-Hasyr (59): 9 Terpuji Mengingat QS. Ali Imran (3): 185 Kematian QS. Al-Jumu'ah (62): 8 Meninggalkan QS. Asy-Syams (91): 7-9 Hawa Nafsu QS. Saba' (34): 12