1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL

“REVITALISASI NILAI BUDAYA DAN SEJARAH BAHARI BANTEN SEBAGAI NATIONAL CHARACTER BULIDING” Serang, 27 Maret 2019

Editor :

Ana Nurhasanah, M.Pd

Yuni Maryuni, M.Pd

M. Ilham Gilang, M.Pd

Nashar, M.Pd

Tb. Umar Syarif Hadi Wibowo, M.Pd

Prosiding Seminar Nasional ―Revitalisasi Nilai Budaya dan Sejarah Bahari Banten Sebagai National Character Buliding‖ ISBN 978-623-90565-5-1 Cetakan Pertama, April 2019

Diterbitkan oleh : Media Edukasi (Anggota IKAPI) Jalan Lingkar Caringin Cisoka Tangerang Banten Kode Pos 15730 E-Mail: [email protected]

© Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk apapun Tanpa ijin tertulis dari penerbit

2

PANITIA SEMINAR NASIONAL SEJARAH REVITALISASI NILAI BUDAYA DAN SEJARAH BAHARI BANTEN SEBAGAI NATIONAL CHARACTER BUILDING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA TAHUN 2019

Penanggung Jawab : Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd Pengarah : Dr. Suroso Mukti Leksono, M.Si Dr. Aan Hendrayana, M.Pd Dodi Firmansyah, M.Pd Ana Nurhasanah, M.Pd Ketua : Nashar, M.Pd Sekretaris : M. Ilham Gilang, M.Pd Anggota : 1. Yuni Maryuni, M.Pd 2. Eko Ribawati, M.Pd 3. Rikza Fauzan, M.Pd 4. Arif Permana Putra, M.Pd 5. Tb. Umar Syarif Hadi Wibowo, M.Pd Desain Sampul : Robi Rabbani Editor : M. Ilham Gilang, M.Pd Nashar, M.Pd Tb. Umar Syarif Hadi Wibowo, M.Pd

3

KATA PENGANTAR

Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menggelar Seminar Nasional dan Call for Papers dengan tema “Revitalisasi Nilai Budaya dan Sejarah Bahari Banten sebagai National Character Building”. Seminar nasional ini merupakan salah satu program dari Jurusan Pendidikan Sejarah Untirta. Seminar dibuka oleh sambutan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah, Ibu Ana Nurhasanah, M. Pd, dilanjutkan Dekan FKIP Untirta Bapak Dr. H. Aceng Hasani, M.Pd. Seminar dilaksanakan dalam dua sesi, yaitu sesi pleno dan sesi paralel. Pada sesi pleno hadir sebagai Pembicara Utama, yaitu Prof. Dr. Susanto Zuhdi, M.Hum, Pakar/Sejarawan Maritim dan Bahari Universitas Indonesia. Sementara itu, sesi paralel merupakan pemaparan makalah yang berasal dari berbagai perguruan tinggi, praktisi dan pakar yang dibagi dalam dua sub-tema, yaitu Penelitian Sejarah Maritim dan Nilai Budaya Dalam Pembelajaran Sejarah.

Ditinggalkannya kebudayaan maritim merupakan salah satu isu strategis yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, akademisi, maupun masyarakat umum. Wilayah Banten dapat dijadikan sebagai contoh kasus karena dalam sejarahnya, Banten adalah satu dari sekian kerajaan maritim besar di Nusantara. Namun, setelah takluk oleh Belanda, orientasi penguasa dan masyarakat Banten berubah menjadi masyarakat agraris dengan pandangan daratan sebagai pusat aktivitas ekonomi dan kebudayaan. Laut tidak lagi menjadi orientasi, laut sebagai latar depan dilupakan posisi dan nilai pentingnya. Arti penting permasalahan kelautan dan maritim yang kaitannya dengan sejarah dan pembangunan karakter nasional penting untuk terus dikaji secara komprehensif sehingga muncul ide dan solusi akan permasalahan pewarisan nilai dan identitas nasional.

Hadirnya buku prosiding ini sebagai upaya memberi sumbangan bagi khazanah perkembangan kemaritiman dalam konteks penelitian ilmu sejarah, pembelajaran sejarah dan pembelajaran maritim. Akhirnya, buku ini merupakan sedikit sumbangsih kami, para akademisi, pakar, dan praktisi pendidikan bagi keberlanjutan visi Indonesia sebagai ―Poros Maritim Dunia‖ dan pembangunan karakter nasional. Secara khusus pula, kami berharap dapat memberi sumbangan pemikiran bagi kemajuan Untirta dan pembangunan Provinsi Banten yang sedang bergeliat maju dengan kombinasi karakter “Jawara” yang “Berakhlakul Kharimah”.

Tim Penulis / Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Untirta,

Ana Nurhasanah, M.Pd

4

DAFTAR ISI

PENGETAHUAN BENCANA ALAM MASA LALU SELAT SUNDA : 7 ETNOPEDAGOGI SEBAGAI MITIGASI BENCANA Arif Permana Putra

KAJIAN NILAI PADA TOPONIMI NAMA-NAMA JALAN DI KOTA SERANG 13 SEBAGAI POTENSI SUMBER BELAJAR SEJARAH Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo dan Ana Nurhasanah

AKTUALISASI KESENIAN UBRUG SEBAGAI SALAH SATU KHASANAH 28 NILAI BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL BANTEN Eko Ribawati dan Agus Rustaman

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MELALUI ETHNOPEDAGOGY 48 (KAJIAN KEBUDAYAAN SUNDA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH) Rikza Fauzan dan Nashar

INTERNALISASI NILAI PATRIOTISME MELALUI PEMBELAJARAN 63 SEJARAH PADA PESERTA DIDIK KELAS X IPS DI SMA 1 PANCORAN MAS Yusuf Budi Prasetya Santosa dan Fahmi Hidayat

NILAI FILOSOFIS DALAM SEJARAH KOPERASI SEBAGAI IDENTITAS 69 NASIONAL Ahmad Habibi Syahid

PERANAN PEREMPUAN DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA 79 DI KASEPUHAN CITOREK Weny Widyawati dan Aan

PEMBELAJARAN SEJARAH MARITIM: WACANA DAN TANTANGAN 88 BAGI MASYARAKAT PESISIR Yuni Maryuni dan Muhammad Ilham Gilang

5

HUTAN LAHAN ULUN SAIBATIN BUDAYA PEREKONOMIAN 95 MASYARAKAT LOKAL DI PESISIR BARAT LAMPUNG Henry Susanto, Anisa Septianingrum, Sumargono

TRADISI GREBEG SUDIRO SEBAGAI PENGUATAN PENDIDIKAN 106 KARAKTER DAN PENGHARGAAN ATAS KEBHINEKAAN DI SURAKARTA Sumargono, Henry Susanto, Anisa Septianingrum

SEJARAH TSUNAMI DI SELAT SUNDA SEBAGAI DASAR 116 PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BANTEN Ferry Dwi Cahyadi

WAHYU SEBAGAI SUMBER SEJARAH 121 Aden Sutiapermana

PEMANFAATAN KAPAL KARAM SEBAGAI DESTINASI SELAM 129 DALAM KAIDAH CAGAR BUDAYA BAWAH AIR Agung Setyo Sasongko

6

7

PENGETAHUAN BENCANA ALAM MASA LALU SELAT SUNDA: ETNOPEDAGOGI SEBAGAI MITIGASI BENCANA

Arif Permana Putra Pendidikan Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jalan Ciwaru Raya No. 25 Serang, Banten [email protected]

Abstract : The aims of this study is to determine the knowledge of the sundanese strait disaster in the past, and identify ethnopedagogy as disaster mitigation. This study uses as qualitative approach. The result of this study are: (1) Knowledge of the natural disaster of the Sunda Strait due to the volcanic activity of Mount Krakatau. (2) Identifying Ethnopedagogy in disaster mitigation the west coast of Banten community is contained in cultural activities.

Keywords: Knowledge, Natural Disasters, Sunda Strait, Ethnopedagogy, Mitigation

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan bencana masa lalu Selat Sunda dan mengindentifikasi etnopedagogi sebagai mitigasi bencana. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa : (1) Pengetahuan bencana alam masa lalu Selat Sunda akibat aktivitas vulkanik Gunung Krakatau. (2) Mengidentifikasi Etnopedagogi dalam mitigasi bencana masyarakat pesisir barat Banten termuat dalam aktivitas budaya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Bencana Alam, Selat Sunda, Etnopedagogi, Mitigasi

Pendahuluan Tanggal 22 Desember 2018 Gunung sebagai zona subsduksi Selat Sunda. Anak Krakatau di Selat Sunda erupsi. (news.detik.com, 2013). Dampak erupsi Akibat letusan, tubuhnya longsor sekitar 64 terakhir Anak Krakatau harus menjadi hektar. Diperkirakan, volume runtuhnya pengingat bahwa bencana merupakan mencapai 150-180 juta meter kubik. ancaman nyata dan harus dikelola dengan Longsoran diyakini menciptakan tsunami sempurna. Selat Sunda yang menghantam wilayah pesisir Provinsi Lampung dan Banten. Kejadian bencana alam akan (www.mongabay.co.id, 2019). Potensi menimbulkan dampak fisik, sosial, ekonomi bencana alam ‗tsunami‘ di kawasan Selat dan lingkungan. Pengurangan resiko Sunda menurut Badan Meteorologi dan bencana dapat dilakukan dengan mitigasi Geofisika (BMKG) mengidentifikasi 3 baik melalui pembangunan fisik maupun sumber, yaitu Gunung Anak Krakatau, Zona meningkatkan pemahaman sadar bencana Graben, dan Zona Megathrust. Sumber masyarakat di Selat Sunda. Masyarakat potensial tsunami yang pertama, Gunung kawasan Selat Sunda pada kajian ini Anak Krakatau material longsor gunung difokuskan pada pesisir barat Banten mengakibatkan gelombang tsunami. Gunung meliputi Kabupaten Serang, Kabupaten Anak Krakatau masih aktif, erupsi dapat Pandeglang dan Kota Cilegon. terjadi yang juga dapat mengakibatkan Pesisir barat Banten memiliki potensi tsunami. Kedua, Zona Graben. Graben wisata dari Merak, Anyer, Carita, Labuhan, adalah istilah ilmiah untuk menyebut hasil Panimbang, Tanjung Lesung, hingga Sumur dari patahan kulit bumi. Ketiga, Megathrust di perbatasan Ujung Kulon Provinsi Banten yaitu lempeng tektonik Sunda Megathrust memiliki keindahan yang menarik untuk

8 dinikmati. Daya tarik wisata ini perlu sebagai data hasil wawancara bersama diimbangi dengan pengetahuan sadar berbagai pihak terkait konteks penelitian bencana bagi wisatawan. Kepala Pusat Data yang dilakukan dan data sekunder dari Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo berbagai institusi terkait penanganan Nugroho menyatakan korban meninggal akibat tsunami Selat Sunda pada 22 bencana. Teknik pengumpulan data dalam Desember 2018 mayoritas wisatawan penelitian ini dilakukan dengan wawancara (www.cnnindonesia.com, 2018). mendalam dan studi dokumentasi. Data analisis dengan metode yang dikemukan Bencana alam dipersepsikan sebagai oleh Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, sesuatu yang tidak terkontrol, salah satu alternatif pemberdayaan masyarakat dalam 2013), dengan langkah-langkah sebagai mitigasi bencana dengan pengetahuan berikut: (1) reduksi data, (2) penyajian data, sejarah kebencanaan lokal melalui dan (3) penarikan kesimpulan. etnopedagogi. Etnopedagogi merupakan praktik pendidikan yang menekankan Hasil dan Pembahasan produksi dan reproduksi local wisdom Katalog pengetahuan, pengalaman (Alwasilah, dkk., 2009: 16). Kearifan lokal masyarakat di pesisir barat Banten tentang mempunyai nilai pedagogis untuk mengatur mitigasi bencana belum tersedia. Oleh tingkah laku yang bermanfaat bagi karena itu, perlu penelusuran sejarah sebagai kepentingan bersama masyarakat. (Tilaar, upaya ketahanan dan kesiapsiagaan 2015: 24). Kearifan lokal merupakan produk masyarakat pesisir bar budaya pada masa lalu yang dapat terus menerus dijadikan pegangan hidup ditujukan at Banten dalam menghadapi untuk kesejahteraan masyarakat. Namun bencana alam. Dalam upaya demikian mitigasi bencana berbasis kearifan mengembangkan pemahaman masyarakat lokal belum secara optimal tersebar luas tentang sadar bencana, pendidikan karena rendahnya pengetahuan masyarakat. kebencanaan perlu pelibatan masyarakat secara aktif melalui pendekatan Berdasarkan rasional diatas, maka etnopedagogi. tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui pengetahuan bencana masa lalu 1. Pengetahuan Bencana Alam Masa Selat Sunda dan mengindentifikasi Lalu Selat Sunda etnopedagogi sebagai mitigasi bencana. Pengetahuan bencana alam masa lalu Metode Penelitian Selat Sunda akibat aktivitas vulkanik Gunung Krakatau. Tsunami Selat Sunda pada 22 Penelitian di lapangan dilakukan Desember 2018 bukan pertama kali terjadi. dengan menggunakan metode deskriptif Dari catatan sejarah, tsunami telah terjadi analisis dan pendekatan kualitatif, yaitu agar sejak tahun 416. Yudhicara dan K. Budiono dapat mendalami berbagai hal terkait (2018: 418) dalam Jurnal Geologi Indonesia pengetahuan masyarakat di Selat Sunda Volume III berjudul Tsunamigenik di Selat terutama pesisir barat Banten meliputi Sunda : Kajian terhadap Katalog Tsunami Soloviev menjelaskan sejumlah fakta terkait Kabupaten Serang, Kabupaten Padeglang, tsunami Selat Sunda. Tsunamigenik dan Kota Cilegon dalam mengenali bencana merupakan suatu kejadian di alam yang alam. Data diperoleh dari data primer berpotensi menimbulkan tsunami. Kejadian

9 tersebut berupa terganggunya air laut oleh longsoran pantai dan bawah laut atau sebab- kegiatan-kegiatan gunung api, gempa bumi, sebab lainnya.

Litografi Gunung Krakatau meletus pada 1883. (www.wikipedia.com).

Berdasarkan perspektif sejarah, di Selat Sunda dapat menyebabkan Selat Sunda telah berkali-kali terjadi terakumulasinya tegasan yang menyimpan bencana tsunami yang tercatat dalam katalog energi, dan kemudian dilepaskan setiap saat tsunami. Tsunami yang terjadi disebabkan berupa gempa besar yang dapat oleh beberapa fenomena geologi, diantaranya erupsi gunung api bawah laut menimbulkan tsunami. Krakatau yang terjadi tahun 416, 1883, dan Sepanjang sejarah letusan, busur 1928; gempa bumi pada tahun 1772, 1852, dan 1958; dan penyebab lainnya yang gunung api bawah laut Krakatau telah diduga kegagalan lahan berupa longsoran mengalami empat tahap pembangunan dan baik di kawasan pantai maupun di dasar laut tiga tahap penghancuran. Setiap tahap pada tahun 1851, 1883, dan 1889. penghancuran mengakibatkan terjadinya tsunami dengan kemungkinan potensi Kondisi tektonik Selat Sunda sangat peristiwa serupa akan terjadi antara tahun rumit, karena berada pada wilayah batas 2500 hingga 2700. Kondisi geologi dasar Lempeng India-Australia dan Lempeng laut Selat Sunda yang labil, terutama Eurasia, tempat terbentuknya sistem busur disebabkan oleh perkembangan struktur kepulauan yang unik dengan asosiasi palung geologi aktif yang membentuk terban, juga samudera, zona akresi, zona gunung api dan berpotensi menimbulkan bencana longsor cekungan busur belakang. Palung Sunda apabila dipicu oleh gempa bumi. Sementara yang menjadi batas pertemuan lempeng kondisi topografi pantai yang relatif terjal merupakan wilayah yang paling berpeluang dengan tingkat pelapukan yang tinggi di menghasilkan gempa-gempa besar. Adanya sekitar Teluk Semangko dan Teluk kesenjangan kegiatan gempa besar di sekitar Lampung, merupakan faktor lain yang

10 dapat menimbulkan bencana longsor hanya diingat oleh orang-orang di sekitar terutama apabila dipicu oleh curah hujan Krakatau. Karena letusannya berakibat pada yang tinggi antara bulan Desember hingga perubagan cuaca ekstrim pada beberapa tempat di belahan dunia. Cuaca ekstrim akan Februari. berakibat sangat fatal terhadap rantai Lebih jauh lagi, bahwa apabila kehidupan, termasuk rantai makanan pada suatu wilayah ekologi tertentu (Yogaswara, material longsoran jatuh ke laut, meskipun dalam Juliadi & Wachyudin, 2014: xv). sangat kecil dan bersifat lokal dapat juga Kegiatan Haul Kalembak diselenggarakan berpotensi mengakibatkan tsunami. oleh keluarga besar K.H. Asnawi Caringin Pengetahuan bencana dalam bentuk kearifan di Masjid Salafiah Caringin, yang lokal masyarakat dilakukan untuk mencegah merupakan masjid kuno yang dibangun jatuhnya korban jiwa dan menjadi pasca tsunami sebagai ganti dari bangunan masyarakat yang tangguh serta sadar akan masjid yang hancur terkena tsunami. Haul Kalembak di Labuhan dan Anyer sudah bencana. tidak diselenggarakan lagi, sementara 2. Etnopedagogi sebagai mitigasi peringatan tsunami akibat letusan Gunung bencana alam di Pesisir Barat Krakatau di Hawai Amerika masih Banten. diselenggarakan. (Najib dalam www.kabarbanten.com, 2019). Revitalisasi Etnopedagogi sebagai produksi dan dan reaktualisasi kearifan lokal ‗Tradisi reproduksi local wisdom. Etnopedagogi Haul Kalembak‘ pada masyarakat Pesisir merupakan praktik pendidikan berbasis Barat Banten perlu dilakukan sebagai upaya kearifan lokal dalam berbagai ranah serta mitigasi maupun daya tarik wisata budaya menekankan pengetahuan atau kearifan dalam membina masyarakat sadar bencana. lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang dapat diberdayakan demi b. Toponimi ‗Kadu Lampung‘ kesejahteraan masyarakat dimana kearifan Penelitian Herry Yogaswara tentang lokal tersebut terkait dengan bagaimana Budaya Sadar Bencana di Banten dan pengetahuan dihasilkan, disimpan, Mentawai (dalam Juliadi & Wachyudin, diterapkan, dikelola dan diwariskan. 2014: xv-xvi) menyatakan dalam proses (Alwasilah, 2009). Pemahaman masyarakat pengumpulan data, seorang siswa SMA pesisir barat Banten tentang kearifan lokal Negeri 1 Anyer menceritakan sebuah tempat dalam mitigasi bencana alam berupa yang bernama ‗Kadu Lampung‘. Kadu tsunami termuat dalam aktivitas budaya, Lampung adalah nama sebuah kebun durian, yaitu : dimana pada saat kejadian tsunami, a. Tradisi Haul Kalembak gelombang air laut hanya sampai di kebun durian tersebut, tidak sampai ke wilayah Penggalian ingatan kolektif pemukiman penduduk. Dari sisi jarak, kebun masyarakat pesisir barat Banten, beberapa durian Lampung cukup jauh dari pantai. komunitas di Labuan, Kabupaten Selain itu dari sisi topografi sudah masuk ke Pandeglang melaksanakan tradisi Haul wilayah perbukitan. Dari sisi jarak dan Kalembak. Haul Kalembak merupakan topografi, keduanya memberikan indikasi kegiatan untuk mengenang peristiwa betapa dahsyatnya tsunami yang diakibatkan meletusnya Gunung Krakatau pada tahun oleh letusan Gunung Krakatau. 1883, sebuah mega-disaster yang bukan

11

Masyarakat Pesisir Barat Banten Kesimpulan mengenal kearifan lokal toponimi ‗Kadu Lampung‘ melalui budaya tutur, guna Berdasarkan penelitian diatas, maka mengingatkan ancaman tsunami akibat perlu ditarik kesimpulan, Masyarakat pesisir aktivitas vulkanik Krakatau. Toponimi barat Banten telah memiliki pengetahuan ‗Kadu Lampung‘ menjadi tuntunan dalam bencana masa lalu Selat Sunda terkait meningkatkan budaya sadar bencana dan peristiwa erupsi Gunung Krakatau tahun representasi kearifan lokal kesadaran 1883. Aktivitas vulkanik Gunung Krakatau ekologis masyarakat. pada bulan Desember 2018 mengakibatkan tsunami Selat Sunda dengan korban c. Prasasti Krakatau di Pantai Carita meninggal mayoritas wisatawan. Dalam mengidentifikasi etnopedagogi sebagai Sebuah prasasti bersejarah mitigasi bencana masyarakat pesisir barat peringatan 100 tahun meletusnya Gunung Banten termuat dalam aktivitas budaya, Krakatau di Pantai Carita. Tepatnya prasasti berupa tradisi haul kalembak, toponimi yang terbuat dari batu granit warna hitam ‗Kadu Lampung‘, dan prasasti Krakatau di ukuran 60 x 100 cm itu berada di lokasi Pantai Carita. objek wisata pantai Karangsari, milik Pemkab Pandeglang. Isi prasasti tertera Daftar Pustaka kalimat puitis yang mengingatkan akan kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa. Buku ―Mengenang 100 tahun meletusnya Gunung Alwasilah, A. C., Suryadi, K., Tri Karyono. Krakatau 27 Agustus 1883. Semoga (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktek gemuruh gunturmu ~ Semoga kobaran api Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: kwahmu ~ Semoga gulung gelombangmu Kiblat Buku Utama. selalu mengingatkan kami kepada kebesaran Nya. Carita 27 Agustus 1993. Tertanda Juliadi, Wachyudin, N., 2014. Gubernur Jawa barat HA. Kunaefi dan Toponimi/Sejarah Nama-nama Tempat Menteri Pariwisata, Pos dan Komunikasi, H. Berdasarkan certa Rakyat. Disbudpar Achmad Taher‖. (Lukman Hakim, 2006: Provinsi Banten. 177). Prasasti ini memiliki nilai historis penting bagi perkembangan pariwisata di Lukman Hakim. 2006. Banten dalam Banten. Selain itu, Prasasti Krakatau baik Perjalanan Jurnalistik. Pandeglang: Divisi masyarakat Pesisir Barat Banten maupun Publikasi Banten Heritage. wisatawan perlu optimalisasi informasi dan publikasi untuk meningkatkan pemahaman Tilaar, H.A.R. 2015. Pedagogik Teoritis pengetahuan tentang bencana alam di Selat untuk Indonesia. Jakarta: Buku Kompas. Sunda. Internet Identifikasi pengetahuan dan CNN Indonesia. 2018. Korban Tewas etnopedagogi dalam pemberdayaan Tsunami Selat Sunda Mayoritas Wisatawan. masyarakat baik lokal maupun wisatawan https://www.cnnindonesia.com/nasional/201 perlu dilakukan dalam upaya mengurangi 81231145505-20-357548/korban-tewas- resiko bencana, serta meningkatkan tsunami-selat-sunda-mayoritas-wisatawan, kemampuan menghadapi bencana. diakses 13 Maret 2019.

12

Danu Darmajati. 2013. Sumber Potensi Tsunami Selat Sunda : Krakatau, Graben, Megathrust. https://news.detik.com/berita/d- 4382271/sumber-potensi-tsunami-selat- sunda-krakatau-graben-megathrust, diakses 13 Maret 2019. Donny Iqbal dan Taufik Wijaya. 2019. Tsunami Selat Sunda: Mitigasi dan Kesiapan Hadapi Bencana Harus Ada. https://www.mongabay.co.id/2019/01/17/tsu nami-selat-sunda-mitigasi-dan-kesiapan- hadapi-bencana-harus-ada/, diakses 13 Maret 2019. Kabar Banten. 2019. Haul Kalembak, Cara Masyarakat Caringin Peringati Tsunami dari Krakatau. https://www.kabar- banten.com/haul-kalembak-cara- masyarakat-caringin-peringati-tsunami-dari- letusan-krakatau/, diakses 13 Maret 2019. Wikipedia. 2019. 1883 Eruption of Krakatoa. https://en.wikipedia.org/wiki/1883_eruption _of_Krakatoa#/media/File:Krakatoa_eruptio n_lithograph.jpg, diakses 13 Maret 2019.

Jurnal Yudhicara dan K. Budiono (2018: 418) dalam Jurnal Geologi Indonesia Volume III berjudul Tsunamigenik di Selat Sunda : Kajian terhadap Katalog Tsunami Soloviev, https://www.neliti.com/publications/66560/t sunamigenik-di-selat-sunda-kajian- terhadap-katalog-tsunami-soloviev, diakses 13 Maret 2019.

13

KAJIAN NILAI PADA TOPONIMI NAMA-NAMA JALAN DI KOTA SERANG SEBAGAI POTENSI SUMBER BELAJAR SEJARAH

Tubagus Umar Syarif Hadi Wibowo dan Ana Nurhasanah Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIP, UNTIRTA [email protected] [email protected]

Abstrak: Toponimi nama-nama jalan di Kota Serang merupakan ruang memori yang menyimpan pengalaman masa lalu. Toponimi membawa keunikan nama-nama jalan di kota Serang, terutama nama jalan yang berunsur tokoh lokal baik dari periode dan status peranannya yang berbeda, ke dalam wilayah ‗cultural circulation‟, sehingga mengubah nama jalan menjadi objek pengetahuan yang dapat ‗diekplorasi‘ dan ‗dibaca.‘ Toponimi nama-nama jalan memiliki potensi untuk diintegrasikan dalam pembelajaran sejarah, sebagai upaya untuk memanusiakan narasi (the humanizing narratives), mengungkap nuansa sejarah, menghargai kepemimpinan para pendahulu; dan berempati melalui lensa dari pengalaman manusia. Hal ini untuk menunjukkan bahwa tokoh-tokoh lokal tersebut sebagai orang yang benar-benar ada dan bukan sebuah nama yang terisolasi (isolated names) dalam buku teks dan papan petunjuk nama jalan.

Kata Kunci: Toponimi Nama-Nama Jalan, Sumber Belajar Sejarah

Pendahuluan lama, sekolah Eropa, kantor pos, dan bank , hotel dan rumah-rumah (dinas) kolonial (Mufti Kota Serang sebagai ibukota Provinsi Ali & Tessa Eka Darmayanti, 2014). Banten menyimpan sketsa perjalanan sejarah yang sangat panjang. Kota ini adalah saksi bisu Kota Serang tidak hanya menjadi saksi bagi tumbuh berkembangnya corak kebudayaan bisu bagi tumbuh berkembangnya beragam dari beragam pengaruh, yaitu dari Hindu-Budha corak kebudayaan, tetapi juga menjadi ruang (Banten Girang); Islam (Kesultanan Banten); yang menjadi saksi bagi lahirnya manusia- kolonialisme (Belanda); hingga sekarang. manusia hebat atau tokoh-tokoh lokal yang Terutama pada masa kolonialisme, setelah berjuang untuk kedaulatan dan ideologi ditetapkan sebagai ibukota residensi Banten kebangsaan di tanah jawara. Tokoh-tokoh lokal pada tahun 1808, Serang secara perlahan tumbuh tersebut dapat dikenali dan diabadikan lewat menjadi sebuah kota kolonial yang paling ramai toponimi nama-nama jalan yang terdapat di Kota di Banten. Kemegahan bangunan Kantor Serang. Melalui toponimi nama-nama jalan, Residence Banten (sekarang Museum Negeri masyarakat Banten, khususnya pelajar dan Banten) mendorong munculnya gedung dan mahasiswa dapat belajar dari semangat juang bangunan-bangunan kolonial lainnya di Kota (patriotisme), serta menumbuhkan rasa Serang, pendopo Bupati Serang, gereja pasar kebanggaan bahwa Banten memiliki tokoh-

14 tokoh lokal yang berjasa besar bagi bangsa Indonesia.

Gambar. Peta Kota Serang

Kajian mengenai toponimi nama-nama Naif, jika seseorang tinggal, lahir dan jalan juga dapat dikembangkan dalam besar di suatu tempat atau bahkan sering pembelajaran sejarah. Toponimi atau asal-usul melewati nama-nama jalan tertentu, tapi belum nama tempat merupakan topik-topik sejarah bahkan tidak paham betul mengenai asal usul lokal yang terdekat, unik dan bersifat detail atau sejarah nama tempatnya sendiri. Hal ini seperti dalam istilah Rosihan Anwar disebut petite yang dikhawatirkan oleh Kepala Balitbangda histoire. Latar belakang penamaan suatu Provinsi Banten Moh Ali Fadillah mengatakan tempat/daerah tentu tidak lepas dari proses bahwa saat ini masyarakat mulai melupakan menemukan hal-hal yang khas yang dapat toponimi atau asal-usul penamaan sebuah daerah menjadi identitas suatu tempat/daerah. atau tempat yang menjadi ingatan kolektif suatu Pelacakan toponim tempat /daerah mempunyai masyarakat. (www.bantenraya.com). Toponimi peran dalam menelusur latar belakang nama-nama jalan bahkan nama perumahan di kesejarahan dan aktivitas atau kondisi awal saat Kota Serang harus bergelut dalam –meminjam tempat/daerah itu terbentuk (Titiek Suliyati, istilah (Reuben Rose-Redwood, et.al., 2011:1). (2010:462)- cultural arena dengan nama tempat yang menggunakan bahasa asing. Tidak sedikit

15 pengembang di Kota Serang yang menggunakan this: what do we do with a name like that? nama-nama asing untuk memberi toponim Do we scrap Tobair Vree altogether and call it-what?-The Cross? Crossroads? Or hunian yang dibangunnya, seperti Grand Serang do we keep piety with a man long dead, Residence dan Citraland Puri Serang. long forgotten, his name “eroded” beyond recognition, whose trivial little story Fenomena ini menuai keprihatinan dan nobody in the parish remembers? (Friel kekhawatiran akan lunturnya kepekaan dan 1981,53). kebanggaan pada bahasa nasional, yaitu Bahasa Maka penting kiranya dilakukan upaya-upaya Indonesia, terlebih lagi pada bahasa lokal. untuk mereduksi sikap ‗acuh tak acuh‘ dengan Padahal menurut Pasal 36 Undang-Undang cara meningkatkan pemahaman sejarah nama- Dasar Republik (hlm.29) menyebutkan Bahasa nama tempat dan membangun kepedulian untuk Indonesia wajib digunakan dalam nama geografi merasakan bagaimana para pendahulu yang di Indonesia dan bahasa lokal dihormati dan pertama kali mendiami wilayah tersebut dipertahankan oleh negara sebagai bagian dari meninggalkan jejak-jejak kebudayaan yang kebudayaan yang hidup dari bangsa Indonesia. pernah hidup pada masa lampau. Setiap nama tempat, sepertihalnya kampung Toponimi sarat nilai-nilai edukatif dan ataupun desa mempunyai sejarahnya sendiri- kultural. Penelitian Karen Heikkila (2010:105) sendiri yang unik dan menarik karena mereka terhadap nama lokal di Kanada menunjukkan mempunyai karakteristik masyarakat perspektif dari nama-nama yang menggunakan berdasarkan latar belakang historisnya (Sugeng bahasa lokal sebagai sarana mengkomunikasikan Priyadi, 2012:2). Oleh karena itu, jika situasi pengetahuan tentang alam, bahasa asli dan diatas dibiarkan terjadi pada generasi masa sejarah lisan. Penelitian ini juga menunjukkan depan, bukan tidak mungkin mereka akan hidup nilai toponimi adat setempat dalam pendidikan, dalam ‗alienasi tanda‘ yang menghadirkan terutama dalam konsep pengajaran navigasi, situasi ‗acuh tak acuh‘ pada hakikat nama pengajaran ekologi, menjelajahi perputaran tempat bahkan nama diri mereka sendiri musim, dan membangun kesadaran lingkungan (environtmental consciousness). Derek H. Perlulah direnungkan penggalan dialog Alderman & Joshua Inwood (2011) menyatakan dibawah ini tentang seorang yang melihat orang kapasitas nilai yang terkandung dalam toponimi, di sekelilingnya tidak tahu sejarah nama tempat: salah satu yang terpenting adalah memberikan I know the story because my grandfather ―clues‖ ataupun petunjuk bagi warisan sejarah told it to me. But ask Doalty-or Maire-or dan budaya suatu tempat dan wilayah. Bridget-even my father-even Manus-why it’s called Tobair Vree; and do you think Multamia RMT Lauder, dalam Seminar they‟ll know? I know they don‟t know. So Nasional Toponimi, menyebutkan bahwa the question I put to you, Lieutenant, is

16 toponimi memiliki kontribusi besar dalam pengetahuan dasar para siswa terkait pelestarian budaya dan peneguhan jati diri pemahaman yang baik dari tradisi mereka bangsa. Toponimi sering dapat bercerita. Mereka sendiri, keterampilan bertahan hidup di alam, dapat memberi kita petunjuk untuk kesadaran lingkungan dan pengetahuan pemandangan budaya dari masa lalu, mereka tradisional. juga dapat memberikan bukti urutan migrasi Metode Penelitian manusia dan permukiman di daerah, bahkan ketika waktu telah menghapus semua bukti fisik. Jenis penelitian ini adalah penelitian Selain itu, pelacakan arti dan asal-usul dari nama deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut spesifik yang diberikan penduduk setempat juga Sugiyono (2010:1), metode penelitian kualitatif membantu melestarikan warisan budaya adalah metode penelitian yang digunakan untuk setempat. meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Thornton, mengemukakan bahwa Penelitian ini menggunakan bukti dari sumber- toponimi 'membangkitkan berbagai asosiasi sumber yang didapat dari hasil studi pustaka dan antara mental dan fisik, menggambarkan studi lapangan sebagai tahapan untuk bagaimana orang belajar untuk "berpikir" pengumpulan data. Ragam sumber studi pustaka tentang lanskap dan bukan hanya "tentang hal yakni berupa sumber dari buku, jurnal ilmiah, itu." Nama tempat juga penting dalam artikel popular dan ilmiah yang terkait dengan menciptakan dan memelihara hubungan sejarah lokal di Banten, terutama biografi tokoh emosional dengan suatu tempat, bahkan dalam lokal yang diabadikan menjadi nama jalan; menghadapi keterasingan fisik dari tempat- sedangkan peta wilayah masing-masing tempat yang sama. Sebab toponimi membantu toponimi diambil dari peta perjalanan (travel masyarakat dalam membuat penilain moral dan map) Banten dan data digital yang berasal dari etika tentang (eksistensi) diri mereka sendiri dan Google Map. Selanjutnya, metode yang orang lain (Reuben Rose-Redwood, et.al., digunakan dalam penganalisisan data adalah 2010:458). metode kualitatif, yaitu mendeskripsikan Toponimi atau place-names, menurut keunikan toponimi nama jalan di kota serang Karen Ann Heikkila (2007), memiliki potensi dan potensinya sebagai sumber belajar sejarah untuk memperkaya pemahaman individu akan berdasarkan data yang telah dikumpulkan lingkungan lokal, sejarah dan penghargaan melalui studi pustaka dan studi lapangan. terhadap suatu tempat (sense of place). Karen Pemilihan ruang lingkup nama-nama Ann Heikkila berpendapat, bahwa diperlukan jalan yang dibahas yaitu nama-nama jalan kurikulum yang mengintegrasikan pembelajaran berdasarkan nama tokoh lokal. Hal ini dengan konten budaya lokal guna menciptakan dimaksudkan supaya generasi milenial dapat

17 mengenali dan memahami sejarah kehidupan Di lain pihak, toponimi memiliki dan perjuangan yang dialami oleh para tokoh segitiga (triangel) konsep yang lokal dalam membangun daerahnya. Sebagai dikemukakan oleh Susanto Zuhdi (2013), kajian awal, penelitian ini berfokus pada 22 yaitu ―bahasa sebagai pencerah‖ (language nama jalan berunsur tokoh lokal. Dua puluh dua as enlightenment); ―sejarah sebagai nama jalan ini adalah nama-nama yang pengingat‖ (history as remembrance) dan informasi tentang asal-usul nama nama jalannya ―tradisi sebagai kesinambungan‖ (tradition cukup lengkap berdasarkan sumber literatur, as continuity). Dalam segitiga konsep sementara nama-nama jalan lainnya masih tersebut tampak bahwa aspek linguistik, dianalasis dalam tataran asal-usul kata dengan sejarah, dan budaya/kultural menjadi bagian melakukan heuristik sumber dan belum tidak terpisahkan dari toponimi. Konsep dibuktikan dengan wawancara ke penduduk toponimi bukan sekadar sebuah konsep setempat. Hasil temuan ini diharapkan dapat nama an sich, tapi di dalamnya terkandung menjadi studi awal toponimi nama-nama jalan aspek lingusitik, sejarah, antropologi, berunsur tokoh lokal diKota Serang dan geografi yang sarat akan nilai moral dan menjadi rekomendasi kepada pemerintah daerah kultural. serta instansi pendidikan agar dapat Toponim dapat dilihat sebagai menggunakan toponimi nama-nama jalan ekspresi linguistik yang mempertautkan sebagai sumber belajar. gagasan manusia dengan obyek, seperti pada gunung, sungai, laut, selat, pulau dan Pembahasan sebagainya. Lisa Radding & John Western a. Pengertian Toponimi (2010:407) mengidentifikasikan toponimi Toponimi digolongkan sebagai sebagai ‗tanda‘ (―signs”) yang salah satu cabang dari onomastika, yaitu menghubungkan pengalaman hidup pengetahuan mengenai nama. (Jacub Rais manusia yang pernah tinggal di suatu [et.al]. 2008:53-54). Selain mempelajari tempat. Dalam konteks toponimi, ―Signs‖ masalah nama, ilmu ini juga mengkaji (John M.Echols & Hassan Shadily, pembakuan penulisan, ejaan, pengucapan 2005:526) dapat berarti ‗Isyarat‘ ataupun (fonetik), sejarah penamaan, serta korelasi sebagai ‗lampu‘ yang menjadi petunjuk nama dengan kondisi alam atau sumber untuk menelusuri jejak sejarah, sosial dan daya yang dimiliki sebuah unsur geografi kultural suatu tempat. (Ichwan M. Nasution, dkk (Ed.), 2004:66- Toponimi juga dapat ditelusuri dari 67). aspek semiotika atau studi tentang tanda- tanda, lambang atau simbol. Reuben Rose-

18

Redwood, et.al. (2010: 458) (pendekatan antropologi), nilai-nilai budaya mengungkapkan pendekatan semiotika dapat diturunkan dari generasi ke generasi. dapat mengekplorasi makna ataupun pesan Fokus sejarah adalah pada fakta dan dari komunikasi budaya yang disebarkan interpretasi. Melalui fakta sejarah manusia lewat sejumlah nama-nama tempat. mampu mengingat mengenai peristiwa, Terutama nama-nama tempat yang baik sebagai proses maupun strukturnya. dijadikan simbol peringatan Berdasar pada fakta itu manusia memberi (commemorative name) terhadap peristiwa makna bagi kehidupannya. Apakah di sana ataupun tokoh tertentu. Portabilitas (sifat terdapat makna yang berasal dari nilai-nilai mudah dibawa) simbol memungkinkan perjuangan, nilai-nilai kesetiakawananan orang untuk membungkus, menyimpan, dan (solidaritas), nilai persatuan dan menyebarkannya (budaya) dan sebagainya. Oleh karena setiap periode memungkinkan suatu budaya melestarikan sejarah memperlihatkan semangat atau jiwa apa yang dianggap penting dan berharga zaman (zeitgeist) masing-masing, maka untuk diturunkan. sejarah mempengaruhi pemberian nama Dalam pandangan Vygotsky, rupa bumi bahasa merupakan alat kultural yang paling Toponim merupakan bahan yang penting yang menghubungkan kognisi berpotensi menarik untuk dipelajari. siswa dengan objek-objek kulturalnya (Dale Bagaimana orang memandang dan H. Schunk, 2012:341). Toponimi menafsirkan ruang, bagaimana mereka memberikan kesempatan bagi dunia berorientasi di dalamnya, bagaimana pendidikan dalam pemeliharaan bahasa dan mereka menentukan batas-batas identitas, pembelajaran tradisi lisan, kedua isu apakah mereka masuk ke ruang pengalaman penting yang mendasari kelangsungan individu dan kolektif dan proyek (Slavomir budaya suatu tempat. Mengetahui nama- Bucher, et.al., 2013:24), bagaimana sistem nama tempat dan cerita dari tanah air nilai budaya memberitahukan apa yang seseorang adalah bagian dari mengetahui penting dan memberikan petunjuk-petunjuk bahasa dan warisan seseorang (Karen untuk memaknai eksistensi ruang di masa Heikkilä & Gail Fondahl, 2010:117). kini?. Studi yang dilakukan Paul Carters Selain memperlihatkan aspek dalam bukunya The Road to Botany Bay bahasa, toponim juga tidak lepas dari (1987), menunjukkan bagaimana toponimi sejarah, yang berfungsi sebagai membawa tempat-tempat tertentu ke dalam ―pengingat‖. Di dalam konteks pelestarian wilayah ‗cultural circulation‟, sehingga warisan budaya, melalui pendekatan tradisi mengubah ruang menjadi objek

19

pengetahuan yang dapat ‗diekplorasi‘ dan ‗dibaca‘ (Reuben Rose-Redwood, et. al., 2010:456).

Konsep Toponimi

Language as Enlightenment Masa Masa Bahasa sebagai alat kultural, Lampau REFLEKSI Kini

REKONSTRUKSI sign maupun clue

History as Remembrance

Gambar. Konsep visual Toponimi.

Kajian toponimi selain sangat Pepatah bijak mengatakan penting jika ingin memahami kebudayan ―mengunjungi suatu tempat adalah tempatan (lokal) (Lauder & Allan F.Lauder mengunjungi suatu nama― (Rudolf W. 2014: 5), juga terdapat beberapa manfaat Matindas, 2013). Bahkan Mengunjungi lain, antara lain yaitu: Kajian toponimi suatu tempat sangat penting untuk dapat menjelaskan arti nama dan latar menghargai esensi dari nama tempat belakang (alasan) masyarakat masa silam (toponimi) tersebut (Karen Heikkilä & Gail memberikan nama tertentu kepada suatu Fondahl, 2010:117). Tatkala ada seorang situs atau monumen; Kajian toponimi bertanya ―dimanakah Jalan Brigjen dapat menunjang penelitian historiografi Sjam‘un?‖ Dengan senang hati akan daerah atau sejarah lokal; Dapat menjadi menunjukkaan letaknya yang berada di salah satu pijakan awal untuk melakukan kawasan Alun-Alun Kota Serang, Provinsi penelitian arkeologi (survey, dokumentasi, Banten. Namun, pernahkah terfikir ataupun dan ekskavasi); Dapat membantu terlintas dalam benak kita sebuah memberikan informasi tambahan terhadap pertanyaan ―mengapa jalan itu diberi nama eksistensi situs pada masanya (Agus Aris Brigjend. Sjam‘un?‖ atau ―Siapakah Munandar, 2016:23) Brigjend. Sjam‘un?.‖ Pertanyaan yang b. Keunikan Toponimi Nama-Nama Jalan terkesan sangat sederhana ini menunjukkan di Kota Serang betapa dalamnya makna historis sebuah

20

‗nama‘ tempat, terutama nama jalan di Kota Menurut kajian yang dilakukan penulis Serang. Maka hendaknya ketika seorang dengan membandingkan data studi literatur bertanya tentang suatu tempat tidak dan observasi lapangan, diketahui bahwa berhenti pada kalimat pertanyaan geografis, nama-nama jalan di Kota Serang yang ‗dimana?‘, lebih ditelisik lagi dari kalimat berunsur tokoh-tokoh lokal dapat pertanyaan historisnya, ‗siapa?‘ ‗kapan?‘, diklasifikasikan berdasarkan masa atau dan ‗mengapa?‘. Dan disinilah kita melihat periode dan status atau peranan para tokoh padunya kedua ilmu ini dalam mendekati lokal dalam membangun ideologi objek kajian tertentu. kebangsaan di Provinsi Banten. Tabel Toponim nama-nama jalan di Kota berikut menunjukkan klasifikasi periode Serang yang diungkap dalam penelitian ini tokoh-tokoh lokal yang diabadikan menjadi berkaitan dengan sejumlah nama jalan yang toponim nama-nama jalan: berunsur nama tokoh-tokoh lokal di Banten.

No Nama Jalan Periode

1. Jalan Sultan Maulana Yusuf Jalan Sultan Ageng Tirtayasa

Jalan Maulana Hasanuddin Jalan Ki Tapa Kesultanan (Abad ke-15 sampai 18 Masehi) Jalan Ki Mas Jong Jalan Jiwantaka Jalan Nyi Mas Gamparan Jalan Tb. Buang Jalan Ki Sahal Jalan Syekh Nawawi Al Bantani 2. Jalan KH. Abdul Fatah Jalan Husein Djajadiningrat

Jalan Tubagus Achmad Khatib Jalan Tubagus Bakri Keresidenan – Kemerdekaan (Abad ke-18 Jalan Tubagus Soewandi sampai 1960 keatas) Jalan Tubagus Makmun Jalan Brigjend. KH Sjam‘un Jalan Yusuf Martadilaga Jalan Mayor Syafe‘i Jalan Oyong Ternaya Jalan Trips Jamaksari

Banten, terutama kota Serang, diketahui karakteristik tiap kebudayaan dan menjadi arena kultural bagi beragam corak para tokoh yang menjadi penggerak kebudayaan. Dari setiap periode dapat kebudayaan tersebut tentunya berfikir dan

21 bertindak sesuai jiwa zaman dan ikatan budaya pada masanya. Pada table diatas, komposisi periodik tokoh lokal Banten dapat dibagi ke dalam dua pembabakan zaman, yaitu periode Kesultanan Banten yang berlangsung sekitar abad ke-15 sampai ke-18 masehi. Ada 10 nama jalan yang mewakili tokoh lokal yang hidup pada periode Kesultanan Islam. Salah satunya adalah perempuan, yaitu Nyi Mas Gamparan. Sedangkan periode kedua adalah masa keresidenan sampai kemerdekaan (Abad ke-18 sampai 1960 keatas). Terdapat 11 tokoh lokal yang menjadi nama jalan. Tinimbang periode kesultanan, pada masa ini, banyak tokoh lokal yang dijadikan nama jalan, bahkan nama gang di wilayah Kota Serang.

Tabel berikut menunjukkan klasifikasi status atau peranan tokoh-tokoh lokal yang diabadikan menjadi toponim nama-nama jalan

22

No. Nama Jalan Status / Peranan 1. Jalan Maulana Hasanuddin Sultan pertama Banten 1526-1570

2. Jalan Sultan Maulana Yusuf Sultan kedua Banten 1570-1580

3. Jalan Sultan Ageng Tirtayasa Sultan keenam Banten 1651-1683

4. Jalan Ki Tapa Kiyai Tapa atau Penghulu Agung Mustafa merupakan bangsawan Kesultanan Banten

5. Jalan Ki Mas Jong Ajar Jong, Patih dari kerajaan Wahanten Girang yang memeluk Islam

6. Jalan Jiwantaka Pangeran Jiwantaka, bangsawan Kesultanan Banten

7. Jalan Nyi Mas Gamparan Perempuan bangsawan dari Balaradja

8. Jalan Tubagus Buang Ratu Bagus Burhan merupakan bangsawan Kesultanan Banten

9. Jalan Ki Sahal Ca.1780-1870); Guru dari Syekh Nawawi Al-Bantani

10. Jalan Syekh Nawawi Al Ulama kharismatik Banten Bantani 11. Jalan KH. Abdul Fatah (1912-1949); Pejuang kemerdekaan; anggota BPUPKI; Wakil Bupati Serang 1945-1949.

12. Jalan Husein Djajadiningrat 1886-1960; indolog pribumi pertama;Birokrat

13. Jalan Tubagus Achmad Khatib Residen Banten 1945-1950

14. Jalan Tubagus Bakri Residen Banten 1949-1951

15. Jalan (Letkol.) Tubagus Bupati Serang 1962-1968 Soewandi 16. Jalan Tubagus Makmun Ulama yang fasih membaca AL-Qur‘an dan fasih melagukannya (ahli quro).

17. Jalan Brigjend. KH Sjam‘un Bupati Serang 1945-1949; pendiri Ponpes. Al-Khairiyah

18. Jalan Yusuf Martadilaga Kepala Kepolisisan Keresidenan Banten

19. Jalan Mayor Syafe‘i Mayor (Anumerta) Tubagus Syafei, pejuang kemerdekaan Banten yang gugur pada tahun 1946

20. Jalan Entol Oyong Ternaya Bupati Serang 1950-1955

21. Jalan Trip Jamaksari Anggota Tentara Republik Indonesia Pelajar

22 Jalan KH. Sochari Ulama & pernah menjadi wedana Ciruas tahun 1945- 1949

dan peranan yang berbeda. Ada tiga tokoh Dari data tabel diatas, tokoh lokal lokal yang berstatus sebagai Sultan yang berjumlah 22 orang memiliki status Banten pada periode kesultanan, yaitu

23

Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan peranan tokoh lokal sebagai gambaran Maulana Yusuf, dan Sultan Ageng awal. Tirtayasa. Ketiga sultan ini memiliki Keunikan yang dapat ditelisik peran tersendiri dalam membawa pada toponimi dan dapat diterapkan kemajuan pesat bagi Kesultanan Banten. dalam pembelajaran, yaitu: pertama, gelar Sultan Maulana Hasanuddin dikenal dan nama lokal dari masing-masing tokoh sebagai peletak dasar berdirinya menunjukkan kekhasan budaya, kesultanan; Sultan Maulana Yusuf kekerabatan dan karakter lokalitas, seperti dikenal sebagai tokoh yang giat dalam tubagus, ki, mas, entol, maulana, membangun infrastuktur, seperti danau djajadiningrat syekh atau . Tasikardi, membangun perbentengan, dan Sebenarnya gelar tersebut merupakan membuka lahan persawahan; dan Sultan clues atau signs yang menandakan pada Ageng Tirtayasa dikenal sebagai keunikan kedua, status dan peranan. Gelar pemimpin yang membawa Banten dalam seperti Mayor, Brigjend, Letkol, atau Trip puncak kemajuannya sebagai kerajaan sebagai tanda bahwa peranannya identic yang maju di bidang perdagangan dan dengan bidang militer. Berbeda dengan pertanian. gelar seperti Kyai atau Syaikh yang Peranan tokoh lokal lainnya menandakan peranan tokoh di bidang sebagian besar dalam bidang militer, keagamaan; ketiga adalah nilai atau keagamaan dan birokrasi. Perpaduan karakter yang dapat kita gali dari ke-22 antara peranan dalam bidang militer, tokoh. Nilai yang dapat dikaji seperti, keagamaan dan birokrasi dapat kepemimpinan (leadership), religi, ditunjukkan dari sosok Brigjend. KH. pendidikan, dan patriotisme; keempat, Sjam‘un. Peran Brigjend.Kh.Sjam‘un perlu juga dibahas peranan perempuan dalam bidang militer yaitu dengan pejuang lokal, karena sepengamatan menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa penulis toponim nama jalan di Kota Badan Keamanan Rakyat (BKR); di Serang masih minim menjadikan tokoh bidang keagamaan, KH.Sjam‘un adalah perempuan lokal. TImbul pertanyaan, pendiri pondok AL-Khairiyah, apakah ini merupakan representasi dan Citangkil; dan perannya dalam bidang relasi kuasa patriarki pada toponomi birokrasi yaitu menjadi Bupati Serang nama-nama jalan di Kota Serang. Perlu 1945-1949. Pembahasan tentang peranan pembahasan lebih lanjut. tokoh lokal di berbagai bidang diatas c. Potensi Toponimi Nama-Nama Jalan membutuhkan uraian tersendiri di masa Sebagai Sumber Belajar Sejarah yang akan dating. Sehingga dalam Toponimi nama-nama jalan penelitian ini hanya dibahas beberapa berunsur tokoh lokal menyajikan banyak keunikan yang layak dikembangkan

24 dalam pembelajaran sejarah. Mengacu Selain itu, pelacakan dapat pada konsep yang dipaparkan oleh ditelusuri lewat tinggalan budaya Susanto Zuhdi di depan, maka keunikan berwujud tak benda. Aspek budaya yang toponimi nama jalan itu dapat dilihat dari intangible itu dapat bersifat abstrak, tiga aspek: Pertama, Toponimi nama- seperti konsep dan nilai, dan dapat pula nama jalan di Kota Serang sebagai bersifat konkret. Tetapi tidak dapat ekspresi linguistik dan alat kultural yang dipegang, seperti musik, tari, upacara dan mempertautkan kognisi siswa dengan lain-lain (Edi Sedyawati, 2006: 161). objek kulturalnya. Kedua, toponimi nama Aspek intangible itu, sebagaimana jalan di kota serang sebagai signs yang dikemukakan Uka Tjandrasasmita, salah menghubungkan sejarah dan pengalaman satunya tercermin dari nilai juang hidup manusia yang pernah tinggal dan masyarakat Banten yang dilandasi nilai- berjuang untuk kedaulatan bangsa, nilai agama (Tubagus Najib, 2013:8). mengekplorasi makna ataupun pesan dari Banyak nilai-nilai edukatif yang komunikasi budaya yang disebarkan dapat digali dari keunikan toponimi lewat sejumlah nama-nama jalan berunsur nama-nama jalan, salah satunya adalah tokoh lokal yang tidak terlepas dari toleransi dan empati sejarah. periode dan peranan dari masing-masing Pembelajaran berbasis toponimi nama- tokoh tersebut. nama jalan membuka cakrawala pelajar Ketiga, Sistem nilai-budaya yang atau mahasiswa untuk mampu hidup dapat digali, dipahami, dan dimaknai dari dalam keberagaman dan menerima the toponimi nama-nama jalan di Kota others (lian) di sisinya. Mereka dapat Serang. Setiap nama jalan mempunyai ciri menyadari bahwa Kota Serang tidaklah khas dalam sistem nilai-budaya, sesuai dibangun ‗sekali jadi‘ atau seperti kisah di dengan aktivitas penduduk yang negeri 1001 malam. Tapi Kota Serang terefleksikan dari perjalanan panjang dibangun dan berkembang atas sejarah nama jalan tersebut. Sistem nilai- perjuangan para pendahulu yang secara budaya itu terjabarkan dari warisan ikhlas berjuang mengorbankan jiwa dan budaya yang berbentuk tangible (benda) raga. maupun yang intangible (tak benda) (Edi Pembelajaran bermaterikan Sedyawati, 2006: 382). Warisan budaya toponimi nama-nama jalan di Kota Serang berbentuk tangible dapat dilihat dari berunsur tokoh lokal dapat dijadikan keberadaan bangunan (cagar budaya) sebagai usaha secara sadar dan terencana yang tersebar di beberapa jalan Husein dalam rangka merekonstruksi Djajadiningrat di daerah Kaujon, seperti pengetahuan dan pengalaman siswa untuk rumah Indis, babon aniem (gardu listrik). dapat membangun historical empathys, yaitu siswa diharapkan dapat memahami

25 bagaimana pendahulunya secara filosofis pendekatan yang digunakan akan berbeda memberikan nama kampung tersebut. sesuai dengan toponimi yang akan Juga dapat menganalisis situasi zaman dijadikan sumber belajar. Mungkin saja (zeitgeist) dan ikatan budaya bantuan ilmu lain seperti antropologi (kultuurgebundescht) yang dibutuhkan dalam kajian topon imi, mempengaruhi dalam pemberian nama seperti yang ada di Cirebon, banyak juga tersebut. toponimi yang berasal dari folklor atau Seperti yang diungkapkan Jacub cerita rakyat yang memiliki nilai - nilai Rais (2008:3), nama diberikan untuk kemanusiaan, sehingga dapat diambil tujuan identifikasi, komunikasi, dan makna dan ditanamkan kepada peserta informasi bagi sesama manusia. Senada, didik (Agus Mursidi & Dhalia Soetopo, toponimi nama-nama jalan di Kota Serang 2018:63). merupakan usaha menjembatani siswa Proses pembelajaran dengan dalam melakukan identifikasi, menggunakan toponimi dal am belajar komunikasi dan (berbagi) informasi lintas dapat dimulai dengan mengidentifikasi zaman, yaitu dengan melakukan langkah- toponimi yang ada dalam peta, lalu langkah saintifik. Dimulai dengan dikaitkan dengan konsep sejarah yang pertanyaan sederhana yang terlintas di sesuai dengan kompetensi yang harus benak siswa, "kok bisa Sultan Ageng dicapai. Lalu peserta didik Tirtayasa dijadikan nama jalan?". mengidentifikasi kebenaran dari toponimi Kemudian siswa mencari dan yang ada di lingkungannya dengan menginterpretasi fakta-fakta yang menjadi melakukan penelitian kecil, mereka petunjuk toponimi kampungnya tersebut. membuktikan sendiri dengan melakukan Dengan begitu, historical empathy siswa wawancara dan mengkaitkan sendiri dapat dibangun melalui serangkaian fenomena sejarah, budaya, lingusitik, dan pertanyaan kritis. Sebuah historical geografi yang ada dengan hasil empathy yang nantinya berdampak dalam wawancara. Selanjutnya peserta didik kehidupan sosial mereka, bahwa melakukan presentasi tentang apa yang kampungnya begitu penting untuk dijaga, didapatkan dari proses penelitian, dan karena menyimpan memori kolektif guru memberikan klarifikasi atau dalam sebuah nama atau toponimi. pemaknaan nilai - nilai yang terkandung Toponimi berpotensi untuk dalam latar belakang toponimi (Agus dijadikan sebuah sumber belajar, namun Mursidi & Dhalia Soetopo, 2018:64). dalam pelaksanaanya perlu menggunakan Potensi Toponimi menjadi pendekatan integrated antara geografi, sumber belajar sangat terbuka dan akan sejarah, linguistik dan filsafat (Ayanovna, bersifat lokal. Setiap kota atau kabupaten 2014:1060). Tentu disetiap daerah memiliki toponimi yang khas dan

26

memiliki nilai nilai yang dapat Untuk perkembangan toponimi ditransformasikan ke dalam pembelajaran selanjutnya masih perlu diteliti nama- sejarah. Guru tidak selalu menjadi nama jalan lain di seluruh wilayah kota pemberi informasi dalam mengungkap Serang, tidak hanya berunsur nama tokoh nilai - nilai yang ada dalam toponimi, lokal, tapi nama-nama jalan yang berdasar akan tetapi siswa dapat dikondisikan nama buah, hewan, peristiwa sejarah, dan untuk aktif menggali informasi yang ada lain sebagainya. Kajian toponimi dewasa di lingkungannya dan melakukan ini harus segera dilakukan terhadap nama- klarifikasi bersama- sama di kelas. nama tempat yang dipandang Melalui pembelajaran seperti itu, peserta mengandung nilai sejarah masa silam, didik akan semakin memahami kondisi sebab dalam masyarakat masa kini geografis-historis di lingkungannya (Agus terdapat kecenderungan untuk mengubah Mursidi & Dhalia Soetopo, 2018:64-65). nama-nama tempat yang tidak lagi dimengerti dengan nama-nama baru yang lebih kontekstual dengan kondisi Kesimpulan sekarang. Sebenarnya masyarakat juga Berdasarkan analisis toponimi tidak akan mengganti nama-nama arkais pada sejumlah lagu populer, penulis dari suatu tempat apabila mereka menyimpulkan beberapa hal yang di memahami nilai kesejarahan yang antaranya yaitu: pertama, terdapat terkandung pada nama itu.Namun, sejumlah nama-nama jalan yang diambil mereka memang tidak paham karena ahli dari nama tokoh lokal yang berasal dari yang mampu memberikan pemahaman periode yang berbeda dan memiliki sangat terbatas (Agus Aris Munandar, peranannya masing-masing dalam 2016:23) membangun ideologi kebangsaan di Banten. kedua, terdapat nilai-nilai Daftar Pustaka karakter luhur yang berpotensi dikembangkan dalam pembelajaran Buku sejarah, seperti nilai patriotsme, Agus Mursidi & Dhalia Soetopo. 2018. kepemimpinan, dan pendidikan. Nama- Toponimi Kecamatan Kabupaten nama jalan di Kota Serang sekaligus Banyuwnagi Pendekatan Historis. sebagai ruang untuk membentuk ingatan Jacub Rais [et.al]. 2008. Toponimi Indonesia: kolektif di masyarakat, serta representasi Sejarah Budaya yang Panjang dari kesadaran sejarah bagi generasi penerus, Permukiman Manusia dan Tertib supaya paham akan gagasan dari Administrasi. Jakarta: Pradnya pendahulunya. Paramita.

27

John M.Echols & Hassan Shadily. 2005. Review 100 (3):394-412, July 2010, Kamus Bahasa Inggris Indonesia. American Geographical Society of Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. New York. Karen Heikkilä. 2010. Indigenous toponyms as Mufti Ali & Tessa Eka Darmayanti. 2014. pedagogical tools: reflections from Sejarah Bangunan Pendopo Gubernur research with Tl‘azt‘en Nation, British Banten. Serang: Dinas Kebudayaan Columbia. Fennia 188: 1, pp. 105– Dan Pariwisata Provinsi Banten. 122. Helsinki. ISSN 0015-0010 Sugeng Priyadi. 2012. Sejarah Lokal Konsep, Reuben Rose-Redwood, Derek Alderman, Metode dan Tantangan. Yogyakarta: &Maoz Azaryahu. ―Geographies of Ombak. toponymic inscription: new directions in critical place-name studies‖. Jurnal Progress in Human Geography 34(4) Slavomir Bucher, et.al., ―The perception of (2010) pp. 453–470. identity through urban toponyms in Rudolf W. Matindas, ―Perkembangan the regional cities of Slovakia‖ Toponimi Di Indonesia‖. Makalah. Anthropological Notebooks 19 (3): Disampaikan pada acara Seminar 23–40. Slovene Anthropological Nasional Toponimi: Peran Toponimi Society 2013. Dalam Pelestarian Budaya Bangsa dan Pembangunan Nasional. Bandung, Makalah, Artikel Ilmiah Selasa, 25 Juni 2013.

Agus Aris Munandar. ―Toponimi dalam Susanto Zuhdi. ―Sejarah Sebagai Kajian Arkeologi‖ p.1-26. Makalah Pengingat Dan Pemakna‖ Makalah. Disampaikan pada acara dalam ―Seminar Nasional Toponimi: Seminar Nasional Toponimi: Peran Toponimi dalam Perspektif Ilmu Toponimi Dalam Pelestarian Budaya‖, Kamis, 3 November 2016, Budaya Bangsa dan Pembangunan Nasional. Bandung, Selasa, 25 Juni Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya 2013. Universitas Indonesia (FIB-UI). Titiek Suliyati. 2011. ―Melacak Sejarah Diselenggarakan atas kerja sama Pusat Pecinan Semarang MelaluiToponim‖. Penelitian Kemasyarakatan dan Artikel (hasil penelitian yang belum Budaya (PPKB FIB-UI) dengan dipublikasikan).Jurusan Sejarah Komunitas Toponimi Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas (KOTISIA). Diponegoro Internet Lisa Radding& John Western. ―What‘s In A https://serangkab.sikn.go.id/index.php/entol- Name? Linguistics, Geography, oyong-tarnaya-masa-menjabat-1950-1955 AndToponyms‖. The Geographical

28

AKTUALISASI KESENIAN UBRUG SEBAGAI SALAH SATU KHASANAH NILAI BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL BANTEN Eko Ribawati dan Agus Rustaman [email protected] [email protected] Pendidikan Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Abstrak: Menurut kamus bahasa Sunda, kata ubrug memiliki arti bangunan darurat, tempat bekerja sementara, untuk beberapa hari saja misalnya untuk kepentingan hajatan atau pesta. kesenian pantun bambu bisa anda jadikan sebagai informasi tambahan. Kemudian kata tersebut digunakan sebagai nama kesenian, mungkin karena pemain ubrug suka berpindah- pindah tempat dan membuat bangunan sementara manakala mereka mengadakan suatu pertunjukan. Oleh karena itu orang-orang menyebutnya sebagai pemain ubrug, pemain yang tinggal di tempat darurat. Berikut adalah sedikit ulasan mengenai budaya ubrug di Banten. Dalam artikel ini menggunakan teori tentang kebudayaan dan teori tentantg eksistensi nilai kebudayaan dalam dunia pendidikan. Metode yang yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang hanya mendeskripsikan materi dan kajiannya. Kesenian Ubrug ini pada dasarnya sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten dan hingga kini masih dilastarikan dengan baik oleh masyarakat Banten. Hanya saja dalam sejarahnya mengalami pergeseran makna pelaksanaanya, Ubrug di era sekarang cenderung ditampilkan dan disajikan dalam acara hajatan. Nilai-nilai budaya yang ada di Kesenian Ubrug juga bisa diimplementasikan di dunia pendidikan utamanya bagi generasi muda masyarakat Banten pada khususnya.

Kata Kunci : Kesenian Ubrug, Nilai Kesenian Ubrug dan Aktualisasi Kesenian Ubrug dalam Pendidikan

Pendahuluan Dalam kamus bahasa Sunda, kata Istilah ubrug diambil dari bahasa ubrug memiliki arti bangunan darurat, Sunda yaitu saubrug-ubrug yang memiliki tempat bekerja sementara, untuk beberapa arti campur baur. Dalam pelaksanaannya, hari saja misalnya untuk kepentingan kesenian ubrug ini kegiatannya memang hajatan atau pesta. kesenian pantun bambu bercampur, yaitu antara pemain atau bisa anda jadikan sebagai informasi pelaku dengan nayaga yang berada dalam tambahan. Kemudian kata tersebut satu tempat atau arena. pakaian adat digunakan sebagai nama kesenian, banten bisa anda jadikan sebagai informasi mungkin karena pemain ubrug suka tambahan. Namun, juga ada pendapat berpindah-pindah tempat dan membuat bahwa ubrug diambil dari kata sagebrug bangunan sementara manakala mereka yang artinya apa yang ada atau seadanya mengadakan suatu pertunjukan. Oleh dicampurkan, maksudnya yaitu antara karena itu orang-orang menyebutnya nayaga dan pemain lainnya bercampur sebagai pemain ubrug, pemain yang dalam satu lokasi atau tempat pertunjukan. tinggal di tempat darurat. Berikut adalah

29 sedikit ulasan mengenai budaya ubrug di Pandeglang seolah sudah menjadi salah Banten. satu tradisi wajib tahunan. Lain halnya dengan pendapat Mutia Kasim (dalam Walidat, 1997), yang menyebutkan A. Teori Kebudayaan bahwa ubrug diambil dari kata ngagebrug. Dalam literatur antropologi Dalam pertunjukan Ubrug, semua pemain, terhadap tiga istilah yang boleh jadi baik laki-laki maupun perempuan, tua semakna dengan budaya, yaitu cultur, muda, beserta para penonton sama-sama civilization, dan kebudayaan. Term kultur menempati satu tempat pertunjukan atau berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata sagebrug (bahasa Sunda). cultura (kata kerjanya colo, colere). Arti Dalam buku acara Pekan Teater kultur adalah memelihara, mengerjakan, Tradisional terbitan Pembinaan Kesenian atau mengolah. Soerjono soekarto Depdikbud bekerja sama dengan Dewan mengungkapkan hal yang sama. Namun, ia Kesenian Jakarta (27 September s.d. 1 menjelaskan lebih jauh bahwa yang Oktober 1977), istilah ―ubrug‖ senada dimaksud dengan mengolah atau dengan kata-kata saubrug-ubrug, mengerjakan sebagai arti kultur adalah sagebrugan, dan sagebrugna dalam bahasa mengolah tanah atau bertani. Atas dasar Sunda, yang berarti bertumpuk-tumpuk arti yang dikandungnya, kebudayaan dan tidak teratur. Penamaan demikian kemudian dimaknai sebagai segala daya karena isi cerita atau lawakan dalam dan kegiatan manusia untuk mengolah dan kesenian tersebut diungkapkan secara mengubah alam. spontan, tanpa sutradara. Pemain hanya Istilah kedua yang semakna atau hampir diarahkan masalah tema dan garis besar isi sama dengan kebudayaan adalah sivilisasi. cerita oleh pimpinan Ubrug. Adapun Sivilisasi (civilization) bersal dari kata rinciannya diserahkan kepada kreativitas latin, yaitu civis. Arti kata civis adalah masing-masing pemain. Kesenian Ubrug warga negara. Oleh karena itu S. takdir pun dapat dipertunjukkan pada sembarang alisyahbana menjelaskan bahwa sivilisasi waktu dan tempat, tidak teratur. Kesenian berhubungan dengan kehidupan kota yang ubrug sepanjang sejarah telah lebih progresif dan lebih halus. Dalam membuktikan eksistensinya, terbukti bahasa indonesia, peradaban dianggap hingga sekarang kesenian Ubrug masih sepadan dengan kata civilization. bertahan dengan bai di wiayah Banten, Berikut beberapa pengertian utamanya di daerah Pandeglang. di kebudayaan menurut S. Takdir Alisyahbana :

30

1. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan Tampaknya, pengertian kebudayaan yang yang kompleks yang terjadi dari cenderung integralistik itu juga ditema unsur-unsur yang berbeda-beda seperti oleh beberapa ahli di Indonesia. salah satu pengetahuan, kepercayaan, seni, buktinya adalah definisi kebudayaan yang hukum, moral, adat istiadat, dan dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan segala kecakapan yang diperoleh Soelaiman Soemardi. Mereka menjelaskan manusia sebagai anggota masyarakat. bahwa kebudayaan adalah semua hasil 2. Kebudayaan adalah warisan sosial karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya atau tradisi. masyarakat menghasilkan teknologi dan 3. Kebudayaan adalah cara, aturan, dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan jalan hidup manusia. oleh manusia untuk menguasai alam 4. Kebudayaan adalah penyesuaian sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya manusia terhadap alam sekitarnya dan dapat diabdikan untuk keperluan cara-cara menyelesaikan persoalan. masyarakat. Dengan demikian, 5. Kebudayaan adalah hasil perbuatan kebudayaan pada dasarnya adalah hasil atau kecerdasan manusia. karya, rasa, dan cita-cita manusia. 6. Kebudayaan adalah hasil pergaulan Rasa yang meliputi jiwa manusia, atau perkumpulan manusia. mewujudkan segala kaidah-kaidah dan Parsudi Suparlan menjelaskan bahwa nilai-nilai sosial yang perlu untuk kebudayaan adalah serangkaian aturan- mengatur masalah-masalah aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, kemasyarakatan dalam arti yang luas. rencana-rencana dan strategi-strategi yang Agama, ideologi, kebatinan, dan kesenian terdiri atas serangkaian model-model yang merupakan hasil ekspresi jiwa kognitif yang dimiliki manusia, dan yang manusia yang hidup sebagai anggota digunakannya secara selektif dalam masyarakat termasuk di dalamnya. Cipta menghadapi lingkungannya sebagaimana merupakan kemampuan mental, terwujud dalam tingkah laku dan tindakan- kemampuan berpikir orang-orang yang tindakannya. hidup bermasyarakat yang antara lain Pengertian kebudayaan tersebut menghasilkan filsafat serta ilmu hampir sama dengan pengertian pengetahuan. Cipta bisa berbentuk teori kebudayaan yang dijelaskan oleh Taylor murni dan bisa juga telah disusun sehingga yang banyak dikritik oleh peneliti lain dapat langsung diamalkan olehmasyarakat. karena kecenderungan integrasilistiknya Rasa dan cinta dinamakan pula dalam mendefinisikan budaya. kebudayaan rohaniah. Semua karya, rasa,

31 dan cipta, dikuasai oleh karsa orang-orang L.White: Pendidikan merupakan alat yang yang menentukan keguanaannya agar digunakan masyarakat melaksanakan sesuai dengan kepentingan sebagian besar kegiatannya sendiri dalam mengejar atau seluruh masyarakat. tujuannya. Demikianlah, selama masa Soerjono Soekarto menjelaskan damai, masyarakat dididik untuk damai, bahwa pendapat di atas mengenai tapi bila bangsa sedang berperang, kebudayaan dapat dijadikan sebagai masyarakat mendidik anggotanya untuk pegangan. Selanjutnya, ia menganalisis perang. Bukan masyarakat yang bahwa manusia sebenarnya mempunyai mengontrol kebudayaan melalui dua segi atau sisi kehidupan, sisi meterial pendidikan. Malah sebaliknya, pendidikan dan sisi spritual. Sisi material mengandung baik informal maupun formal adalah karya, yaitu kemampuan manusia untuk proses membawa tiap-tiap generasi baru ke menghasilkan benda-benda atau yang bawah pengontrolan sistem budaya. lainnya yang berwujud materi. Sis spritual Untuk jelasnya, kebijakan manusia mengandung cipta yang pendidikan ditentukan oleh individu- menghasilkan keindahan, kesusialan, individu, tetapi individu-individu hanya kesopanan, hukum, serta rasa yang alat melalui mana kekuatan-kekuatan menghasilkan keindahan. Manusia budaya mencapai tujuannya. Bila para berusaha mendapatkan ilmu pengetahuan pendidik memilih, kebudayaan memilih melalui logika, menyerasikan perilaku melalui mereka. Pandangan superorganis terhadap kaidah melalui etika, dan juga berimplikasi pada pengawasan mendapatkan keindahan melalui estetika. pendidikan yang ketat dari pemerintah Itu semua merupakan kebudayaan yang untuk menjamin bahwa guru-guru menurut soerjono soekarto dapat dijadikan menanamkan dalam diri generasi muda sebagai patokan analisis gagasan-gagasan, sikap-sikap, dan B. Implikasi Teori Kebudayaan keterampilan-keterampilan yang perlu bagi Terhadap Pendidikan kelanjutan kebudayaan. 1. Pandangan Superorganis Ada beberapa analisis kritis Pandangan superorganis terhadap pandangan ini, antara lain: mempunyai implikasi terhadap pendidikan, 1. Menurut F. Boas (1940) mengatakan yaitu: pendidikan merupakan sebuah bahwa kebudayaan tidak bergerak proses melalui mana kebudayaan sendiri tetapi merupakan ciptaan mengotrol orang dan membentuknya individu-individu yang hidup bersama. sesuai dengan tujuan kebudayaan. Menurut

32

Kebudayaan bukan sebuah entitas manusia dan bukan entitas yang berdiri yang mistis. sendiri, para pengikut konseptualis setuju 2. Pandangan superorganik boleh dikritik dengan pandangan bahwa anak-anak harus karena memisahkan kebudayaan dari mempelajari warisan budaya sesuai dengan manusia yang membangunnya. perhatiannya. Anak-anak harus 3. Orang juga bisa berkeberatan bahwa membangun gambaran sendiri tentang individu pada satu pihak, dan kebudayaan berdasarkan pengalamannya kebudayaan dilihat sebagai sendiri asal dia mengetes pengalaman superorganik pada pihak lain, tidak belajar dengan pengalaman belajar orang bisa dibandingkan, dan karena itu, lain dan asal saja dia mencapai suatu kemudian tidak bisa berinteraksi. gambaran yang objektif tentang Karena dengan cara bagaimanakah kebudayaan. secara empiris dapat ditentukan bahwa Walaupun begitu para konseptualis realitas superorganik masuk ke dalam tidak menyokong pandangan golongan kehidupan seseorang dan membentuk subjektivis bahwa anak-anak harus belajar prilakunya. semata-mata hanya kalau semangatnya 4. Keberatan utama adalah bahwa mendorongnya. Kebudayaan yang seperti walaupun kebudayaan menentukan itu mungkin bukan merupakan realitas banyak dari bentuk dan isi dari prilaku yang absolut, tetapi kebudayaan tersebut individu, kebudayaan tidak terdiri dari banyak pola perilaku terhadap menentukan prilaku secara mana individu-individu menyesuaikan diri, keseluruhan. sama seperti orang lain. Karena itu dia 5. Tidak dapat disangsikan, bahwa mesti mempelajari pola-pola ini, bukan apa kebudayaan adalah superorganis yang disukainya saja. dalam arti bahwa kebudayaan berumur Pendidikan dapat menjadi alat panjang dan sebagian besar dalam pembaruan sosial. Tidak bertanggung jawab dalam membentuk disangsikan, tidak ada kaum konseptualis prilaku manusia. Tetapi kebudayaan yang mengharapkan sekolah sebagai alat bukan sebuah satuan yang untuk perubahan sosial. Namun demikian, independen, punya sebab sendiri, dan banyak kaum konseptualis akan setuju, punya arah sendiri. bahwa walaupun sekolah mungkin tidak 2. Pandangan konseptualis sanggup merubah kebudayaan, tetapi Karena mereka memandang sekolah yang paling kurang dapat berbuat kebudayaan sebagai kualitas perilaku banyak untuk menciptakan opini yang

33 kondusif bagi perubahan, sebuah iklim kebudayaan yang diketahui mereka untuk yang perlu jika individu-individu yang mencapai tujuan-tujuan tersebut. inovatif harus mendapat pengikut-pengikut perubahan, dengan kata lain, mesti bersifat dan dengan demikian mengerakkan pola evolusi, bukan revolusi. Perubahan baru dan permanen. tersebut mesti dibimbing oleh asumsi- 3. Pandangan Golongan Realis asumsi dasar kebudayaan itu. Pandangan budaya realis terhadap ‗Metode Penelitian pendidikan lebih dekat dengan pandangan Dalam artikel ini menggunakan aliran-aliran pemikiran pendidikan yang metode kualitatif deskriptif yang terpercaya kepada pemyesuaian anak-anak dideskripsikan dari berbagai macam terhadap realita objektif, baik alamiah sumber dan literasi serta tulisan yang maupun budaya, dengan menanamkan berkaitan dengan pelaksanaan kesenian pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan- Ubrug baik yang dilakukan oleh ketrampilan tertentu yang telah dipilih oleh masyakakat Pandeglang Banten maupun kebudayaan. Pandangan golongan ini lebih pemerintah setempat serta implementasi berempati dibandingkan dengan kaum nilai-nilai Kesenian Ubrug dalam konseptualis, kaum realis menginginkan pendidikan. sistem pendidikan yang akan melatih individu untuk menimbang dan merubah Hasil dan Pembahasan kebudayaan mereka berdasarkan nilai-nilai A. Sejarah Singkat Kesenian Ubrug dasar mereka. Banyak pendidik tradisional Kesenian Ubrug jika menurut untuk mencapai tujuan ini dengan kajian sejarahnya sudah muncul dan mendidik generasi muda tentang apa yang berkembang pada zaman Kesultanan dianggap kebenaran dan nilai yang Banten. Data tertulis tertua yang permanen, dengan mengunakan nilai-nilai menerangkan tentang seni peran ada dalam yang ini generasi muda dapat mengatakan naskah Sejarah Banten yang di ceritakan perubahan social apa yang harus mereka oleh Sandimaya dan ditulis oleh bantu, hindari atau gerakkan. Golongan Sandisastra mengenai pertunjukan raket tradisional lain menganjurkan pendidikan (seperti wayang orang) dan Calung, ilmiah yang pokok, yang berguna bagi keterangan ini tertulis dalam Pupuh Sinom orang-orang muda jika mereka harus bait ke 21- 23. Hélène Bouvie dalam memilih tujuan-tujuan yang diizinkan oleh bukunya ‗Seni Musik Dan Pertunjukan kebudayaan yang ada, dan jika mereka Dalam Masyarakat Madura, menjelaskan akan menggunakan hukum-hukum bahwa Raket adalah sejenis pertunjukan

34 pendek tanpa topeng yang pada mulanya  Grebeg sabrang: adegan berdasarkan tarian dan nyanyian sewaktu pengelanaan raja klono bersama sewaktu menumbuk padi. Kemudian para patih untuk mencari putri yang dijadikan tarian keraton selewat-lewatnya akan dinikahi atau menaklukkan pada abad ke 14. Menurut satu hipotesis kerajaan lain. (gending gondo boyo lainnya asal-usulnya adalah topeng kecil. atau keras) Dari keterangan naskah tersebut di atas,  Perang grebeg: pertemuan antar menjelaskan mengenai pesta turun tanah panji dengan kerajaan sabrang Pangeran Anom atau Pangeran Surya (gending gondo boyo atau keras) (Sultan Ageng Titayasa) yang masih balita  Jejer katelu: adegan pertapaan / yang sangat dicintai oleh Kakeknya, Sultan kerajaan lain. (gending angleng Abul Mufakhir Abdul Kadir Kenari. atau kalem) Dalam pesta tersebut semua pemain  Potrojoyo-gunung sari (gending berasal dari golongan keraton maupun dari pedhat atau biasa) orang asing, tampilannya sendiri berbentuk  Adegan ulangan kerajaan pertama drama tari.  Jejer kalima: perang besar antar B. Pelaksanaan Kesenian Ubrug kedua kerajaan (gending gondo Pada pertunjukan raket, tiap-tiap boyo atau keras) adegannya dibagi secara runtut, sesuai Pada zaman Sultan yang ke 4 dengan pakem pertunjukan. Susunan kesultanan Banten, mulai digambarkan diantaranya : dalam sejarah mengenai bentuk kesenian  Jejer sepisan: adegan kerajaan jawa Banten walaupun tidak serinci secara / panji. Pada adegan ini sebelum lengkap seperti data-data tertulis yang ada para penari berdialog, dalang di daerah lain. Namun demikian mengucapkan janturan yang keterangan yang singkat ini dapat menggambarkan sifat keadilan raja memecahkan kebuntuan masa lalu yang memimpin negaranya dengan kesenian di Banten. Di gambarkan dalam makmur dan adil. (gending angleng naskah tersebut bentuk kesenenian antara atau kalem) lain: Gamelan Sakati, dan goong.  Grebeg jawa: pengembaraan panji Digambarkan adanya keriuhan dari suara (gending angleng atau kalem) kendang yang saling bersahutan pada acara  Jejer kapindo: adegan di kerajaan Sasapton. sabrang (gending setro atau agak Upacara Sasapton ini merupakan keras) ungkapan kegembiraan dari Sultan Abul

35

Mufakhir Abdul Kadir atas kelahiran Persebaran kesenian ubrug dimulai cucunya. Sehinga diadakan sebuah pesta dari Leuwi Damar – Cikeusal – Pagelaran besar-besaran setiap hari Sabtu di depan Pandeglang – Panimbang. Adapun di Keraton Surosowan, dan yang menjadi Serang, menurut Mahdiduri dan Yadi Nayaga dari kalangan para ponggawa. Hal Ahyadi dalam ―Ubrug Tontonan dan ini dimungkinkan, karena di keraton Tuntunan‖, ubrug berkembang dari Surosowan terdapat ruangan untuk alat- Kampung Prisen, Desa Kiara, Kecamatan alat kesenian yang disebut Panayagan Walantaka, dengan nama grupnya adalah Kesenian ubrug sering diistilahkan Cantel. Kesenian ubrug memadukan unsur dengan topeng. Ada dua pendapat tentang komedi, gerak/tari, musik, sastra (lakon), kesenian ubrug apabila dikaitkan dengan dengan pola permainan longgar. Pada kesenian topeng. Pendapat pertama, dasarnya kesenian ubrug terbagi atas kesenian ubrug tidak sama dengan empat bagian/babak yang istilahnya bisa kesenian topeng. Pendapat kedua, kesenian jadi agak berbeda untuk beberapa wilayah ubrug konon sama saja dengan topeng. di Banten. Salah satunya adalah Hanya saja, istilah ubrug digunakan di pembagian babak dengan istilah tatalu, wilayah-wilayah yang menggunakan nandung, bodoran, dan lalakon. Dalam bahasa Jawa Banten, sedangkan istilah perkembangannya, pementasan ubrug saat topeng digunakan di wilayah-wilayah ini sering tidak sesuai pakem. Artinya, budaya Sunda. pementasan ubrug bisa diselipi musik Adapun menurut Ensiklopedi modern untuk lebih menyesuaikan pada Sunda (2000: 672) yang dimaksud dengan keinginan penonton. Hal ini merupakan ubrug adalah semacam teater tradisional di salah satu cara agar kesenian ubrug tetap daerah Banten, dipentaskan di lapangan diminati. atau di halaman bangunan umum seperti Berikut adalah profil grup Cantel stasiun, diiringi gamelan. Ubrug termasuk yang merupakan grup ubrug tertua dan jenis teater tradisional yang konon tersohor di Kota Serang. Grup Cantel memiliki keserupaan dengan lenong sering dipanggil untuk pentas dari (Betawi), longser (Jawa Barat), ketoprak kampung ke kampung dalam rangka hajat (Jawa Tengah), dan ludruk (Jawa Timur). pernikahan atau sunatan. Pada saat Keserupaan tersebut terletak pada sifatnya pementasan di kampung, struktur yang anonim (tidak diketahui siapa pementasannya terdiri atas lima babak. penciptanya), dilakukan di arena terbuka, Babak pertama diisi dengan tatalu, babak dan mengandalkan improvisasi. kedua jaipongan, babak ketiga musik

36 modern (organ tunggal), babak keempat Tujuan atau target lalakon tidak lain bodoran, dan babak kelima lalakon. Tatalu penonton bisa terhibur dan memahami adalah berasal dari kata talu yang artinya jalan cerita yang dibawakan. Ubrug tabeuh, yaitu permainan instrumentalia sebagai bagian dari ritual (pernikahan atau sebelum pertunjukan dimulai, biasanya sunatan), dipentaskan di luar bulan sapar untuk mengumpulkan penonton. Gending- dan puasa karena pada bulan-bulan itu gending tatalu suasananya semarak dengan tidak pernah dilakukan hajatan. Lamanya tempo tandak dan cepat. Jaipongan pementasan untuk keperluan hajatan merupakan tari pergaulan yang minimal berkisar dua jam dan maksimal berdasarkan pada tarian rakyat ketuk tilu tiga jam, dimulai dari pukul 24.00 hingga yang memasukkan unsur-unsur penca 03.00 dinihari. Selain di kampung- dengan mengurangi unsur erotiknya yang kampung, sesekali grup Cantel juga dipopulerkan oleh Gugum Gumbira, Tati dipanggil untuk pentas di kantor-kantor Saleh, dan Euis Komariah menjelang ahir sebagai hiburan. Struktur pementasan di 1970-an. (Ensiklopedi Sunda, 2000: 296- kantor berbeda dengan di kampung. 297). Pementasan pada babak pertama diisi Bobodoran ‗lawakan‘ yakni dengan tatalu, babak kedua samyong, menampilkan tokoh ―pelawak‖. Tokoh ini babak ketiga tatalu, babak keempat menjadi ikon grup yang bersangkutan dan nandung, dan babak kelima lalakon. karenanya nama panggung alias julukan Pementasan di kantor biasanya dilakukan tokoh pelawak yang bersangkutan dalam rangka perpisahan pejabat, sekaligus menjadi nama grup. Sebut saja penyambutan tamu, atau peresmian Cantel yang merupakan nama panggung gedung baru. Adapun lamanya pertunjukan atau julukan dari Sukardi, menjadi nama berkisar tiga puluh menit. grup, yakni grup Cantel. Mang Cantel, Sebagaimana tradisi yang sudah demikian orang akrab menyapa, berlangsung turun-temurun, pementasan merupakan pemain ubrug terpopular di ubrug dalam suatu hajatan selalu diawali Kota Serang. Lawakannya menitikberatkan dengan menyediakan parawanten ‗sesajen‘ pada gesture tubuh. dan melakukan ritual nyuguh/ngukus Lalakon, merupakan inti ‗baca-baca doa/mantera‘ oleh tukang pementasan, yakni membawakan cerita ngukus. Ritual nyuguh dilakukan di depan sesuai judul. Judul yang dibawakan peralatan musik pengiring (waditra), terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh tepatnya di antara dua gong. Tujuan dari para aktornya sesaat sebelum pentas. ritual tersebut tidak lain untuk

37 memohonkan keselamatan, baik untuk ceritanya, selanjutnya sang sutradara grup ubrug itu sendiri, untuk yang membagi peran pada anggota grup. berhajat, maupun penonton. Isi dari Apabila kemudian diketahui jumlah sesajen di antaranya adalah: beras sepitrah pemainnya kurang maka ceritanya akan (lebih kurang tiga liter), kembang tujuh diganti dengan cerita lain yang sekiranya rupa, lawe (benang kanteh), kemenyan, cukup diperankan oleh anggota grup yang kopi pahit kopi manis, jawadah warna ada pada saat itu. tujuh rupa, bakakak hayam, dan uang a) Peralatan yang dibutuhkan saat sepuluh ribu. Semua jenis yang termasuk menampilkan seni ubrug dalam sesajen tersebut pada dasarnya Budaya ubrug di Banten adalah merupakan kebutuhan makhluk di alam seni teater rakyat yang juga diiringi dengan gaib yang diperkirakan memiliki kesukaan musik. Lantas apa saja peralatan yang yang sama dengan makhluk yang hidup di biasa di gunakan dalam melakukan alam nyata. pertunjukan ubrug? Peralatan atau waditra Cerita yang dibawakan grup ubrug pada yang digunakan saat pelaksanaan seni saat pentas di kampung-kampung berbeda ubrug adalah kendang besar, kendang dengan di kantor. Cerita yang dibawakan kecil, gong kecil gong angkeb (dahulu di di kampung-kampung cenderung bebas, sebut dengan katung anggun atau betutut), terkecuali kalau ada permintaan dari yang bonang, kecrek, rebab dan ketuk. Alat-alat punya hajat. Tema cerita bisa tentang ini dibawa oleh satu orang yang disebut keluarga, rukun warga, kejadian sehari- sebagai tukang kanco. Hal ini karena alat hari, atau hal-hal yang sifatnya aktual dan pemikulnya bernama kanco, yaitu tempat lain-lain. Yang pasti, apa pun ceritanya, di untuk menggantung alat-alat seni ubrug. setiap cerita selalu diselipi dengan pesan- b) Busana dalam seni ubrug pesan moral. Peran pencerita dilakukan Budaya ubrug di Banten juga oleh dalang. memiliki busana yang beragam. Hal ini Cerita yang akan dibawakan dalam suatu disesuaikan dengan peran masing-masing pementasan disampaikan oleh sutradara tokoh yang di bawakan nanti saat akan kepada anggota grupnya, sesaat menjelang melakukan pertunjukan. Hal ini tentunya pentas. Meskipun demikian tidak semua bermaksud atau memiliki tujuan agar anggota grup akan mendapat peran. peran lebih hidup sehingga dapat Sebaliknya, bisa juga grup itu kekurangan menghasilkan penampilan yang baik di pemain karena banyaknya peran yang mata penontonnya. Busana-busana tersebut harus dibawakan. Usai disampaikan meliputi, juru nadung yang mengenakan

38 pakaian hari lengkap dengan kipas yang dapat memberi inspirasi, pemahaman, digunakan pada waktu nandung. apresiasi, dan pengalaman estetis yang Kemudian tokoh yang memerankan esensial dalam proses penyadaran. Dalam pelawak atau bodor, pakaiannya kerangka teori sosial dan kebudayaan disesuaikan dengan fungsinya sebagai kritis, aktivitas seniman dapat dipahami pelawak yang harus membuat geli tidak hanya sebagai aktivitas ritual, namun penonton. Bagi nayaga tidak ada yang dilakukan seniman yang oleh Freire ketentuan, hanya saja harus mengenakan dikatakan sebagai ―aksi kultural‖ untuk pakaian yang rapi dan sopan. pembebasan. c) Tempat pentas seni ubrug Seni lebih berpihak pada rakyat Budaya ubrug di Banten biasanya atau lebih dikatakan seni kerakyatan, di gelar atau dilaksanakan pada sebuah menganalisis secara kritis segala bentuk halaman yang cukup luas dengan sebuah kebijakan, fenomena masyarakat sosial tenda seadanya cukup dengan daun kelapa dan budaya serta sistem yang ada untuk atau rumbia. Pada saat pertunjukan diperjuangkan agar lebih berpihak pada berlangsung, posisi penonton mengelilingi rakyat bukan sebagai ―rekayasa budaya‖ arena. Baru sekitar tahun 1955 budaya atau yang membuat rakyat tunduk pada struktur kesenian ubrugmenggunakan panggung yang ada. (Sachari 2002: 27). Dalam atau ruangan, baik yang tertutup atau Ubrug, beban pencapaian estetika para terbuka dimana para penonton dapat aktornya tidaklah seketat para aktor teater menyaksikan dari segala arah. modern. Ini disebabkan, Ubrug C. Nilai-Nilai Estetika & Moral Ubrug menerapkan ‗dramaturgi‘ yang longgar Dalam Pembentukan Karakter Bangsa bagi para aktornya. Di samping itu, tujuan 1. Nilai Estetika Ubrug utama lakon dalam pementasan Ubrug sangat sederhana, yakni selama penonton Freire mengatakan bahwa merasa terhibur dan mengerti dengan berekspresi melalui kesenian, hakekatnya jalannya cerita, maka tugas aktor selesai. juga memberi pendidikan kepada Selain itu, unsur-unsur instrinsik masyarakat secara lebih bermakna. Nilai- pemanggungan kedua teater tersebut juga nilai estetika sering hanya sebagai ada perbedaan. Untuk mendapatkan kreativitas seniman melalui media seni, gambaran jelas perbedaannya, akan namun dibalik itu, seni memiliki sisi lain dijelaskan lewat table berikut ini: yang penting bagi masyarakat, karena seni

39

Teater Teater Modern bahwa seorang aktor harus memiliki Tradisional kecakapan dalam membawakan perannya, (Ubrug) terlebih aktor merupakan corong utama Sumber Sastra Lisan Sastra Tertulis penyampai pesan lakon yang dipentaskan. Lakon Dalam pementasan Ubrug, kita tidak bisa Acuan Tokoh Dramaturgi mengharapkan adanya eksplorasi- Pemeranan sebelumnya eksplorasi yang dilakukan para aktornya (mimetis) dalam ruang, bentuk dan gerak seperti Jenis Improvisasi Hapalan lazimnya di teater modern, ini dikarenakan Dialog Ubrug sudah mempunyai aturan Pengarah Tak ada Sutradara (dramaturgi) sendiri. Meskipun muncul semacam eksplorasi ruang seperti fase-fase tata cahaya di atas, tak lebih dari sekedar penyesuaian teknologi. Dari tabel di atas, maka bisa disimpulkan bahwa dalam memberi Nilai estetis Ubrug bukanlah pada penilaian capaian estetis teater tradisional dramaturgi yang mereka anut, melainkan tidak bisa ditakar dengan standar teater faktor-faktor diluar itu yang mampu modern. Meskipun begitu, pemeranan membuat mereka bertahan dan diterima kedua teater tersebut adalah sama; aktor masyarakatnya. Pertama, kesederhanaan sebagai tubuh pencerita kesatu. Agak dalam menuangkan ide. Sewaktu memilih sedikit berbeda dengan pemeranan seni dan memainkan lakon, para aktornya sadar wayang (kulit ataupun golek). Dalang bahwa penonton tidak perlu dibebani selaku sutradara memanfaatkan media lain dengan suatu pemikiran besar, mereka untuk bercerita, berupa wayang (boneka) lebih disodorkan pada persoalan untuk menyampaikan cerita atau pesan keseharian mereka sendiri. Kedua, ikatan yang ingin disampaikan. Pemakaian media yang terjalin diantara personelnya lain itu, menempatkan wayang sebagai meskipun tidak mengikat, rasa tubuh pencerita kedua. kekeluargaannya sangat besar. Ketiga, mereka dalam menjalani profesi itu, tidak Suyatna Anirun dalam bukunya memiliki pretensi besar apapun selain menegaskan bahwa tugas utama seorang menghibur diri sendiri dari kepenatan aktor adalah membawakan peran sesuai sekaligus menghasilkan uang buat porsinya (Menjadi Aktor; 1998). Ini berarti tambahan biaya keluarganya. Mereka tidak

40 berpikir menjadi artis sinetron atau pun dipentaskan sehubungan dengan pesta film. Keempat, Karakteristik pementasan perkawinan yang di kabupaten Hulu Ubrug yang terbuka. Grup Ubrug manapun Sungai sering digabungkan dengan panen memastikan hal ini dalam upaya menjaring raya. Di daerah ini Mamanda tampak audiens, sebagai bentuk regenerasi sebagai media solidaritas masyarakat. penontonnya. Pertunjukan untuk memeriahkan panen raya dibayar dengan sistem jumputan 2. Peranan Ubrug di Masyarakat (Artikel; 2005). Dari pendapat-pendapat di atas dan dengan memerhatikan keterkaitan Sebagai sebuah produk pemikiran sejarah, dan kondisi Ubrug di Banten yang mewakili zamannya, Ubrug telah melewati pertumbuhan dan perkembangannya ruang dan waktu. Beberapa dekade telah berbarengan dan hampir sama dengan dilewatinya, begitu pula Ubrug telah teater tradisional daerah lain, maka bisa mendapatkan posisinya sesuai perlakuan digeneralisasikan bahwa Ubrug juga dan kebutuhan masyarakat penontonnya. memiliki fungsi yang serupa. Yakni: James Danandjaja mengungkapkan bahwa teater rakyat atau folklore berfungsi 1. Bagian dari upacara ritual sebagai alat pendidikan anggota masyarakat, sebagai alat penebal perasaaan Ubrug menjadi bagian kehidupan solidaritas kolektiva, sebagai alat yang agama dan budaya tradisi. memungkinkan orang biasa bertindak Misalnya pesta panen, perkawinan dengan penuh kekuasaan terhadap orang dan lain-lain. yang menyeleweng, sebagai alat untuk 2. Hiburan mengeluarkan protes terhadap ketidak Dari awal sampai akhir adilan, memberi kesempatan bagi pertunjukan Ubrug, penonton seseorang melarikan diri untuk sementara disuguhkan lelucon yang dari kehidupan nyata yang membosankan menghibur, iringan musik ke dunia hayalan yang indah. (Seni tradisional yang membuai, dan Pertunjukan Indonesia; 1993). suasana santai. Sementara, Ninuk Kleden dalam 3. Alat komunikasi tradisional tulisannya dengan mengambil contoh Ubrug sebagai alat komunikasi teater tradisional Mamanda, mengungkap tradisional sejak jaman penjajahan bahwa Mamanda Tubau maupun Belanda hingga sekarang. Ubrug Mamanda Pariuk secara tradisional

41

bisa diposisikan sebagai meninggalkan rumah. Dampak positifnya komunikator dalam menyampaikan adalah adanya proses penyerapan- pesan-pesan apa saja untuk penyerapan informasi terbaru mengenai khalayaknya dengan bahasa daerah peristiwa yang terjadi lingkungan mereka. yang mudah dicerna. Hanya saja hal itu tidak dibarengi upaya pemilahan program televisi dalam bentuk 3. Nilai-nilai Moralitas dalam Ubrug saringan nilai. Alhasil, banyak orang (khususnya anak-anak) menelan mentah- Moralitas, merupakan persoalan mentah informasi yang terinderai itu. semua orang Indonesia yang nota bene Rekonstruksi pemikiran baru yang menganut nilai tradisi ketimuran. dihasilkan media elektronik berbanding Persoalan ini sendiri mulai muncul dengan dekonstruksi nilai-nilai positif di berbarengan dengan masuknya ideologi- masyarakat. ideologi barat sejak jaman penjajahan belanda, dan lebih mencuat sekarang ini. Masalah moralitas juga menjadi Seiring dengan perkembangan teknologi perhatian pelaku Ubrug, hal itu dituangkan dunia yang semakin futuristik, ada nilai- lewat pementasan lakonnya. Lakon yang nilai positif dan negatif menyertainya. dibawakan menjadi sebuah corong kritik Reaksi berantai atas ‗meledak‘nya atau cermin atas perilaku-perilaku teknologi ditengah masyarakat begitu masyarakat di sekitar, tema yang diusung dahsyat dampaknya. Memicu tumbuhnya pun bukanlah tema-tema besar, melainkan media-media baru yang menyediakan sesuatu yang sederhana dan dialami informasi berbasis IT. Informasi yang hampir semua orang. Misalnya saja lakon disediakan pun beragam, mulai dari berjudul Indung Tere yang kerap pengetahuan, hiburan sampai peluang dibawakan grup Cantel. Kisah itu usaha. mengangkat perilaku ‗jahat‘ seorang ibu terhadap anak tirinya. Sementara sang Menjamurnya stasiun–stasiun suami (ayah anak itu) tidak mengetahui televisi swasta ikut andil dalam ‗kejahatan‘ istrinya. Dengan dalih, bahwa pembentukan karakter dan anak itu bukan anak kandungnya dan anak moralitas. Betapa tidak, televisi itu hanya menjadi beban bagi hidupnya, merupakan media terdekat di tengah maka sang istri tidak memiliki alasan keluarga; Bapak, ibu dan anak-anak bisa untuk memberi kasih sayang seperti pada dengan mudah menonton film, sinteron, anaknya sendiri dengan berita, dan reality show tanpa harus

42 memperlakukannya secara buruk. Di akhir (1972) yang dikutip Kanti Walujo (1995). cerita, sang istri tersadarkan bahwa Menurutnya hal-hal yang memungkinkan bagaimana pun dia dan anak itu sudah terjalinnya komunikasi (pesan) terdiri dari menjadi satu keluarga. beberapa faktor:

Pesan-pesan yang ingin disampaikan lewat 1. Adanya narasumber dan pendengar cerita itu sebagai berikut: (Source dan Receiver) 2. Terbentuknya keadaan yang  Perlakuan seperti itu masih kerap mengikat (Communication Binding terjadi di tengah masyarakat. Context)  Kekerasan dalam rumah tangga 3. Dalam satu ruang (Channel) menyebabkan semua anggota 4. Pesan yang ingin disampaikan keluarga menjadi korban. (Message)  Anak adalah amanat, meskipun 5. Situasi tertentu lingkungan sekitar posisinya hanya anak tiri (Spesific Setting Situation &  Anak mempunyai hak yang harus General Environment) dipenuhi. Source Comm Chan Mess Specif & unicati nel age ic Atau lakon Pondok Jodo Panjang Receiv on- Elem Elem Settin Baraya dari topeng putera Tolay yang mengangkat tema pentingnya menjalin erat er Bindin ents ents g Factor g Situat tali silaturahim, meskipun berjauhan dan berbeda status sosial. Begitulah Ubrug s Contex ion & t Gene secara sederhana menanggapi realita di masyarakat. Mengembalikan nilai-nilai ral Envir hidup rakyat ke tengah rakyat dengan cara rakyat. onme nt 4. Model Komunikasi dalam Ubrug Knowl Interacti Natur Ideas State edge, on of all e of and of Untuk menjelaskan peranan Ubrug ideas, the Medi conte things dalam diseminasi informasi publik, experie element a nt gener peneliti melakukan pendekatan teoritis nce s ally Anderson. Dalam bukunya, Introduction to Communication Theory and Practice

43

Attitud Effect Limit Orga State eleme es, of time s on nisati of the nts beliefs, audie on topic affecti values nce ng Needs, Process Selec Lang Imme settin wants, nature tivity uage diate g goals. of in & enviro Comm Public commu trans style nment unicati of nication missi on privat on of Abiliti e. stimu es li: Percep soun tion of d, other sight, elemen other ts s. .Interes Comple Deliv Audie Dari tabel di atas, peneliti ts xities ery nce merekonstruksi unsur-unsur eksternal due to eleme size Ubrug ke dalam rumusan Anderson untuk nature nts: mendapatkan deskripsi rinci tentang of spoke Ubrug. Penjabarannya sebagai berikut: process n, 1) Faktor-faktor yang mempengaruhi es writte perilaku komunikasi adalah sumber involve n, (source), dalam hal ini adalah aktor Ubrug. d in other Aktor Ubrug adalah seseorang yang commu s menyampaikan informasi publik melalui nication saluran (channel) pentas lakon kepada . penonton (receivers) aktor Ubrug sebagai Group Intera komunikator dalam diseminasi informasi & role ction publik sangat dipengaruhi oleh beberapa membe of faktor antara lain: rships other

44 a. Pengetahuan umumnya 2) Faktor-faktor yang (knowledge) baik mengenai seni mempengaruhi channel, dalam hal pemeranan maupun informasi publik ini Pementasan Uburg, antara lain: (ideas), dan pengalaman pentas 1. Sifat media (nature of media). Ubrug (experiences). Aktor Ubrug yang terikat pada Pakem, pedoman yang mempunyai pengetahuan umum harus diikuti oleh aktor Ubrug baik yang luas ditambah dengan dalam mengambil isi cerita maupun pengalaman pentas yang lama akan pesan-pesan filosofis yang memudahkan baginya untuk disampaikan ke dalam pagelarannya. menyampaikan informasi publik 2. Pementasan Ubrug di panggung yang mudah ditangkap. mempunyai penonton tertentu (limits b. Keterampilan seorang aktor Ubrug on audience). Pementasan Ubrug di dalam berkomunikasi desa-desa seringkali menyerap banyak (communication abilities) akan penonton. Dengan radius 5 km. Apabila mempengaruhi berhasil tidaknya publikasi pementasan Ubrug disiarkan proses komunikasi. Pesan-pesan baik melalui radio atau televisi, maka yang bersifat normative maupun jangkauan penontonnya akan lebih luas filosofis yang disampaikan aktor lagi. akan dipahami penontonnya kalau 3. Pementasan Ubrug yang bagus sangat pesan tersebut mudah dicerna. dipengaruhi oleh stimuli, yang berupa: c. Seorang aktor Ubrug harus a. Suara ( sounds) aktor Ubrug. Aktor mengetahui norma-norma yang yang baik dapat memainkan pelbagai berlaku (values) dalam hal ini karakter suara. mampu menjaga pakem. Di samping itu aktor Ubrug intensitas volume suaranya. harus memperhatikan adat istiadat b. Segi pemeranan (sight) aktor Ubrug masyarakat penanggapnya. Apabila harus mampu mengetahui dan norma-norma tersebut dilanggar menjalankan fungsi dan tugasnya di dapat mengakibatkan penontonnya panggung, sesuai dengan karakter bubar. masing-masing. d. Sampai saat ini grup-grup Ubrug di Banten belum membentuk persatuan 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam satu organisasi (group situasi dan lingkungan (specific member ships),

45

setting situation and general mereka. Hanya perlu 15 menit bagi environment): mereka untuk merembukkan alur cerita dan berbagi peran sesuai permintaan. Menyaksikan pementasan Ubrug di Misalnya saja tuan rumah meminta panggung, tentunya jauh lebih menarik cerita korban lumpur Lapindo, maka dibandingkan dengan menonton dari mereka segera mendiskusikan soal produk digital (VCD/DVD). Setiap lumpur Lapindo, dengan dasar kali pentas Ubrug, durasinya bisa informasi dari berita yang mereka mencapai 8 jam nonstop tanpa tonton. berhenti. Para penontonnya pun dapat leluasan menonton para nayaga atau b. Organization (Struktur juru nandung, di samping mereka juga pementasan) bisa membeli makanan dan minuman Pengadegan dalam Ubrug di sekitar panggung Ubrug. Bahkan dibagi dua, pertama lawakan tidak jarang, di lingkung penontonnya, (bodoran), kedua lakon satu babak. terjadi juga transaksi bisnis. Untuk lawakan, dialog-dialog 4) Faktor-faktor yang mempengaruhi tercipta dari juru kendang dan aktor pesan-pesan menurut Anderson adalah utama, terkadang disertai adanya permainan tubuh (pantomime) a. Ideas and content (Ide cerita) aktor utama yang dibantu dengan iringan musik (khususnya kendang Dalam membawakan cerita yang dan rebab), dalam seni Ubrug akan dibawakan, biasanya tergantung kendang bias di jadikan melodi. pada pesanan yang punya hajat. Inipun, Selain itu juga ada aktor lain yang mereka sudah menerakan pada tuan mendukung dan menguatkan rumah bahwa mereka sudah lelucon aktor utama. Untuk lakon, menyediakan beberapa cerita. Tidak seperti teater modern, dibuka jarang juga, tuan rumah meminta cerita dengan prolog, konflik dan epilog. di luar yang ditawarkan, dan mereka Setiap aktor memainkan karakter menyanggupinya. Hal ini tokohnya masing-masing. Lakon mengindikasikan bahwa aktor Ubrug yang dibawakan biasanya hanya sudah siap payung sebelum hujan. satu babak, artinya tidak ada Mereka mampu mengkondisikan dan pergantian latar atau pun property. membentuk cerita dari wawasan

46

c. Language and style (Bahasa) Sampai saat ini, penyampaian pesan pementasan Ubrug baru taraf Bahasa yang digunakan dalam lisan saja, belum ada yang pementasan Ubrug adalah Sunda mengolah dalam tulisan. Ini atau Jawa ‗Banten‘, tergantung dari dikarenakan mereka belum lingkungan grup Ubrug berdiam. menganggap penting Ada dua perbedaan penggunaan menuliskannya, baik itu bahasa Ubrug secara territorial, pengalaman ataupun sejarah dan untuk wilayah Tangerang, Banten struktur pementasannya. Mereka Selatan, bahasa yang digunakan masih mengandalkan daya ingat adalah Sunda. Sementara Banten (memori). Tengah dan Utara menggunakan bahasa Jawa ‗Serang‘. Kesimpulan Istilah ubrug diambil dari bahasa Setiap grup Ubrug di Banten Sunda yaitu saubrug-ubrug yang memiliki memiliki ciri khas dan gaya arti campur baur. Dalam pelaksanaannya, tersendiri. Nampak dari aktor kesenian ubrug ini kegiatannya memang utama dan gaya humornya. Di bercampur, yaitu antara pemain atau Serang, aktor Ubrug yang paling pelaku dengan nayaga yang berada dalam popular saat ini adalah Mang satu tempat atau arena. pakaian adat Cantel dengan gaya lawakannya banten bisa anda jadikan sebagai informasi menitik beratkan pada gesture tambahan. Namun, juga ada pendapat tubuhnya. Sementara di Tangerang, bahwa ubrug diambil dari kata sagebrug masyarakatnya mengenal Ocong yang artinya apa yang ada atau seadanya dengan gaya lawakannya dicampurkan, maksudnya yaitu antara menekankan pada dialog- nayaga dan pemain lainnya bercampur dialognya. Di banten Selatan ada dalam satu lokasi atau tempat pertunjukan. mang Kobet dengan gaya Kesenian Ubrug jika menurut kajian lawakannya hampir serupa dengan sejarahnya sudah muncul dan berkembang mang Cantel. pada zaman Kesultanan Banten. Data tertulis tertua yang menerangkan tentang d. Delivery elements: spoken, seni peran ada dalam naskah Sejarah written, others. Banten yang di ceritakan oleh Sandimaya dan ditulis oleh Sandisastra mengenai

47 pertunjukan raket (seperti wayang orang) https://bpsnt- dan Calung. Sebagaimana tradisi yang bandung.blogspot.com/2018/03/ubru sudah berlangsung turun-temurun, g.html (diakses tanggal 25 Maret 2019) pementasan ubrug dalam suatu hajatan selalu diawali dengan menyediakan parawanten ‗sesajen‘ dan melakukan ritual nyuguh/ngukus ‗baca-baca doa/mantera‘ oleh tukang ngukus

Daftar Pustaka Anonim. 2010. Tontonan dan Tuntunan Ubrug. Dinas Pendidikan Propinsi Banten : Lembaga Keilmuan dan Kebudayaan.

Anonim, Teori-Teori Kebudayaan. di http://tentangkomputerkita.blogspot. com /2010/01/bab-2.html . diakses pada tanggal 10 Oktober 2015. Ardhana, Wayan. 1986 . Dasar-dasar Kependidikan. FIP –IKIP Malang.

Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranti. 2005. Teori-Teori Kebudayaan. Kaniseus; Yogyakarta.

Arif. Teori Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Budaya. http://staff.blog.ui.ac.id/ arif51/2008 /11/11/teori-kebudayaan-dan-ilmu- pengetahuan-budaya. (diakses tanggal 10 Oktober 2015 ). https://sites.google.com/site/nimusinstitut/ bab-ii-nilai-nilai-estetika (diakses tanggal 25 Maret 2019). https://ilmuseni.com/seni-budaya/budaya- ubrug-di-banten (diakses tanggal 25 Maret 2019). https://budayajawa.id/sejarah- perkembangan-kesenian-ubrug- banten-pada-zaman-kesultan/ (diakses tanggal 25 Maret 2019).

48

INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL MELALUI ETHNOPEDAGOGY (KAJIAN KEBUDAYAAN SUNDA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH)

Rikza Fauzan dan Nashar Pendidikan Sejarah, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa [email protected] [email protected]

Abstrak: Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengkaji nilai kearifan lokal kebudayaan sunda dalam pembelajaran sejarah Penulisan ini dilatarbelakangi permasalah yang terjadi di lapangan dalam pembelajaran sejarah ialah anggapan yang mengatakan bahwa sejarah adalah pembelajaran yang menjenuhkan, membosankan, model pembelajaran yang monoton, dan kemampuan guru yang tidak optimal dalam melakukan pengembangan. Penggunaan model pembelajaran sejarah berbasis ethnopedagogy yang dekat dengan lingkungan siswa dapat dijadikan sebagai teladan dan contoh sebagai usaha untuk menumbuhkan nilai-nilai kearifan lokal bagi siswa untuk menjawab tantangan yang dihadapi dan menginternalisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Kebudayaan Sunda, Internalisasi Pembelajaran

Pendahuluan dalam kesehariannya. Hal itu dapat

Warisan budaya dan kearifan lokal, menjadi benteng dalam menghadapi dalam hal ini budaya, menjadi bagian globalisasi dengan tata nilai yang bersifat penting dalam menumbuhkan dan asing bagi tata nilai masyarakat adat. membangun jati diri. Budaya turut Akibatnya, banyak komunitas adat secara memberikan kontribusi yang besar dalam kultural teralienasikan „cultural alienated‟. membentuk karakter bangsa yang selama Ia terasing dari dirinya karena terpojokkan ini tergerus oleh pengaruh luar. Dari sudut dengan tata nilai baru, padahal mereka pandang tersebut bangsa Indonesia memiliki sistem kemasyarakatan tertentu sesungguhnya memiliki potensi sumber yang diikat oleh rasa solidaritas yang kuat daya atau keunggulan kompetitif karena sehingga menjadi satu kesatuan komunitas dikaruniai keanekaragaman budaya. dan identitas sebagai ciri mandiri masyarakat adat. Indonesia, ditandai dengan keragaman etnik dengan kemajemukan Umumnya orang sependapat bahwa tradisi atau adat istiadat yang dijalankan situasi dan kondisi kehidupan bangsa

49

Indonesia sedang carut-marut dan sangat yang dapat saya katakan, karena mereka memprihatinkan di hampir semua sendi- akan lebih mengenal budaya pop sendi kehidupan. Penyebabnya terdiri atas dibandingkan budaya daerah. Para banyak faktor yang jalin-menjalin melalui generasi muda akan lebih memilih Paris, proses yang panjang. Lebih tegasnya, Amerika, Korea, karena keindahan semua yang ada sekarang bukan sesuatu tempatnya, menonton konser musik yang tiba-tiba muncul begitu saja, dan idolanya, atau hanya sekedar shopping segala sesuatu tentunya ada sejarahnya. dibandingkan mengenal Baduy, Kampung Salah satu di antara banyak sebab yang Naga, Kampung Dukuh, Kampung ingin penulis kemukakan, adalah Cikondang dsb. Walaupun pemerintahan kurangnya kita bercermin dari peristiwa- mencanangkan sebuah program peristiwa sejarah. Akar masalahnya dapat kepariwisataan edukasi terhadap dicari pada cara pengajaran sejarah di komunitas-komunitas adat tetapi pada sekolah-sekolah selama ini yang tidak kenyataan hanya sedikit pihak yang komprehensif, sehingga membuat banyak berminat terhadap nilai-nilai yang dianut di antara kita kurang memiliki kesadaran oleh komunitas adat sejarah, dalam arti minimnya pemahaman Dalam cara pandang ecopedagogy akan asal-usul atas segala sesuatu yang para siswa harus diberdayakan untuk menimpa kita, serta kurangnya kesediaan memiliki pandangan kritis tentang memetik nilai yang terkandung di pembangunan berkelanjutan (sustainable dalamnya. Pada gilirannya kita menjadi development) dan keterbatasan sumber masyarakat yang kurang mampu daya alam, serta kemampuan beradaptasi mengelola kebersamaan berikut potensi- dengan lingkungan yang semakin berubah potensi konflik yang mungkin timbul, agar power (kuasa) melekat dalam diri terkait dengan kebhinekaan kita sebagai mereka sehingga tidak menjadi korban dari bangsa. hegemoni kelompok lain (Supriatna, 2012: Fenomena sosial yang terjadi pada 176). Pembelajaran sejarah berbasis kaum muda Indonesia lebih kepada bentuk ecopedagogy bertujuan untuk menyiapkan tergerusnya jati diri nasional dan peserta didik memiliki kompetensi atau tergantikan dengan jati diri baru bentukan kecerdasan ekologis. Kecerdasan yang dari globalisasi. Karena itu jika harus dimaksud adalah berupa pemahaman membahas pandangan kaum muda tentang pembangunan berkelanjutan, mengenai komunitas adat, tidak banyak pemahaman tentang semakin terbatasnya

50 sumber daya alam, kemampuan pengalaman masa lalu untuk memahami beradaptasi atau hidup selaras dengan apa yang terjadi pada masa sekarang. lingkungan yang menjunjung tinggi Secara tradisional tujuan pendidikan selalu keadilan demi menyiapkan generasi yang dikaitkan atas pandangan ―transmission of akan datang yang akan dihadapkan pada culture‖ (Hasan, 1997:13). Pandangan persoalan-persoalan ekologis (Supriatna, tersebut sebenarnya menghendaki 2012:180). Merujuk pendapat Goleman pendidikan sejarah sebagai pengetahuan (2012) dalam (Supriatna, 2013:18) bahwa yang diharapkan menjadi wahana untuk mengembangkan kecerdasan pendidikan untuk mencapai ―the glorious ekologis (ecoliteracy), menyarankan past‖ dalam arti agar generasi muda dapat pentingnya developing emphaty for all menghargai hasil karya agung di masa forms of life; anticipating unintended lampau terutama untuk memupuk rasa consequences; embracing sustainability as bangga (dignity) sebagai bangsa. a community practice); dan understanding Pandangan semacam ini dalam terminologi how nature sustains life. filasafat pendidikan disebut Dalam masa pembangunan dewasa ―perenialisme‖ (Supardan, 2004). ini, salah satu fungsi pendidikan adalah Perkembangan selanjutnya dalam mengembangkan kesadaran nasional pendidikan sejarah terjadi pergeseran dari sebagai daya mental dalam proses perenialisme ke esensialisme bahkan pembangunan nasional dan identitasnya. rekonstruksionisme sosial bergabung Struktur kepribadian nasional tersusun dari secara ekletik (Hasan, 1999:9). Pendidikan karakteristik perwatakan yang tumbuh dan sejarah tidak saja menjadi wahana melembaga dalam proses pengalaman memahami keagungan masa lampau dan sepanjang kehidupan bangsa. Dengan pengembangan kemampuan intelektual demikian kepribadian dan identitasnya tetapi juga menjadi wahana dalam upaya bertumpu pada pengalaman kolektif, yaitu memperbaiki kehidupan sosial, budaya, pada sejarahnya. Dalam konteks politik, dan ekonomi. Berpikir sejarah, pembentukan identitas bangsa, maka disatu sisi mampu menyelami masa lalu, pendidikan sejarah mempunyai fungsi mencoba memahami konteks jamannya yang fundamental (Kartodirdjo, 1989). (historical minded), dan pada bagian Hasan (1999) dalam tulisannya lainnya, memanfaatkan pemahaman ―Pendidikan Sejarah untuk Membangun tersebut menjadi proses ―memanusiakan‖ Manusia Baru Indonesia‖ membuat manusia, sehingga dapat bertindak lebih perspektif baru dengan berpijak kepada paham, humanioris, berperasaan, arif,

51 bijak, dan tentu menjadi penilaian serta bahwa unsur budaya daerah potensial pemikiran yang lebih jeli, teliti sekaligus sebagai local genius karena telah teruji kritis. Dengan kata lain, masa kini dan kemampuannya untuk bertahan sampai masa lalu dikontradiksikan menjadi awal sekarang dengan ciri-ciri sebagai berikut: sebuah perbandingan, dan sebuah 1. Mampu bertahan terhadap singkronisasi, agar dapat diperoleh budaya luar pemahaman yang serupa, sama, tanpa 2. Memiliki kemampuan mereduksi (mengurangi) makna masa lalu, mengakomodasi unsur-unsur dan menerapkan untuk kepentingan masa budaya luar kini agar lebih manusiawi. 3. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya A. Kearifan Lokal luar ke dalam budaya asli Pengertian kearifan lokal (local 4. Mempunyai kemampuan genius) secara keseluruhan dapat dianggap mengendalikan sama dengan Cultural Identity yang 5. Mampu memberi arah pada diartikan sebagai identitas budaya bangsa, perkembangan budaya. yang mengakibatkan bangsa bersangkutan Pemberdayaan melalui adaptasi menjadi lebih mampu menyerap dan pengetahuan lokal ini, termasuk di mengolah pengaruh kebudayaan yang dalamnya reinterpretasi nilai-nilai yang mendatanginya dari luar wilayah sendiri, terkandung dalam sejumlah peribahasa, sesuai dengan watak dan kebutuhan budaya, seni, dengan kondisi kontemporer pribadinya (Soebadio, 1986: 18-25). adalah strategi cerdas untuk memecahkan Pengertian kearifan lokal menurut problem sosial karena dalam banyak hal Sedyawati (1986:186-192) dapat problem sosial itu bersumber pada dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu: persoalan lokal juga. Masih menurut 1. Segala nilai, konsep dan teknologi Alwasilah di sejumlah daerah di Indonesia yang telah dimiliki suatu bangsa sesungguhnya ada sejumlah praktek sebelum mendapat pengaruh asing. tradisional atau etnopedagogik yang 2. Daya yang dimiliki suatu bangsa untuk terbukti ampuh. Sebut saja praksis kultural menyerap, menafsirkan, mengubah dan di kampung-kampung adat seperti mencipta sepanjang terjadinya kampung Baduy dan Naga yang teruji ―pengaruh asing‖. dalam melestarikan lingkungan sekitar Sementara itu Moendardjito dalam mereka. Local genius yang dimiliki oleh Ayatrohaedi (1986: 40-41) mengatakan

52 masyarakat tradisional Indonesia memiliki Berdasarkan hasil penelitian kelebihan untuk beradaptasi dengan Sundanologi yang dipimpin oleh Ekadjati lingkungan alam, sehingga alam tidak lagi (1980-1987) dikutip Rosidi (2010:56-60), menjadi musuh mereka melainkan bahwa pandangan hidup masyarakat Sunda dijadikan sebagai sahabat hidup selaras. tercermin dalam lima hal berikut: Kemampuan masyarakat lokal dalam 1. Pandangan hidup sebagai manusia membaca tanda-tanda alam menjadi secara pribadi sebuah kekuatan masyarakat lokal sebagai Orang Sunda berpandangan bahwa implikasi dari community practice manusia harus memiliki pandangan hidup (Goleman, 2012) yang baik, dan harus senantiasa sadar bahwa dirinya hanyalah sebagian kecil dari Kedudukan kearifan lokal penting alam semesta. Sifat-sifat yang dianggap dalam kehidupan berbangsa dan baik, antara lain, harus sopan, sederhana, bermasyarakat, karena merupakan berani, jujur, dan teguh pendiriannya kekuatan yang mampu bertahan terhadap dalam kebenaran dan keadilan, baik hati, unsur-unsur yang datang dari luar dan bisa dipercaya, menghormati dan mampu berkembang pada masa-masa menghargai orang lain, waspada, dapat mendatang. Hilang atau musnahnya mengendalikan diri, adil dan berpikiran kearifan lokal di masyarakat berarti pula luas, serta mencintai tanah air dan bangsa. memudarnya kepribadian masyarakat, Untuk mempunyai pandangan hidup yang sedangkan jika kearifan lokal mampu baik, harus punya guru yang akan bertahan dan berkembang menunjukkan menuntunnya ke jalan yang benar. Guru juga kuatnya kepribadian masyarakat dihormati dalam masyarakat Sunda. tersebut, sehingga menjadi penting usaha Bahkan Tuhan Yang Maha Esa disebut serta pemupukan dan pengembangan Sang Hyang Tunggal. Dalam naskah kearifan lokal pada seluruh aspek Sanghyang Siksa Kandang Karesian kehidupan masyarakat yang mencakup dikatakan bahwa orang dapat berguru gaya hidup masyarakat, pola dan sikap kepada siapa saja. Dianjurkan agar hidup masyarakat, persepsi masyarakat, bertanya kepada orang yang ahli dalam serta orientasi masyarakat bidangnya, teladani orang yang (Poespowardojo, 1986:32-33). berkelakuan baik, terimalah kritik dengan

hati terbuka, dan ambillah manfaat dari B. Pandangan Hidup Orang Sunda teguran dan manfaat oranglain. Sebagai Kearifan Lokal

53

2. Pandangan hidup tentang hubungan Semangat bekerja sama dalam manusia dengan masyarakat masyarakat harus dipupuk dan Tujuan hidup yang dianggap baik dikembangkan. Harus saling hormat dan oleh orang Sunda ialah hidup sejahtera, bertatakrama, sopan dalam berkata, sikap hati tenang dan tenteram, mendapat dan kelakuan. Harus saling menyayangi kemuliaan, damai, merdeka dan mencapai sesama anggota masyarakat. kesempurnaan di akhirat. Sejahtera berarti (http://satriawinarah.wordpress.com/2011/ hidup berkecukupan. Tenang dan tenteram 06/12/pandangan-hidup-orang-sunda/) berarti bahagia. Mendapat kemuliaan 3. Pandangan hidup tentang hubungan berarti disegani dan dihormati banyak manusia dengan alam orang, terhindar dari hidup hina, nista, dan Orang Sunda beranggapan bahwa tersesat. Hidup damai artinya rukun, akrab lingkungan alam memberikan manfaat dengan tetangga dan lingkungan. Orang yang maksimal kepada manusia apabila merdeka artinya terlepas dari ujian dan dijaga kelestariannya, dirawat serta terbebas dari hidup tanpa tujuan. Dan dipelihara dengan baik dan digunakan kesempurnaan akhirat adalah terhindar dari hanya secukupnya saja. Kalau alam kemaksiatan dunia dan ancaman neraka di digunakan secara berlebihan apalagi kalau akhirat. tidak dirawat dan tidak dijaga Untuk mencapai tujuan hidup itu kelestariannya, maka akan timbul orang harus taat kepada ajaran-ajaran malapetaka dan kesengsaraan. karuhun, pesan orangtua dan warisan Dalam Sanghyang Siksa Kandang ajaran yang tercantum dalam cerita-cerita Karesian, misalnya, terdapat ungkapan, pantun, dan yang berbentuk naskah seperti ―makan sekedar tidak lapar, minum Sanghyang Siksa Kandang Karesian. sekedar tidak haus, berladang sekedar Ajaran-ajaran itu punya tiga fungsi: 1. cukup untuk makan, dll‖ yang berarti tidak Sebagai pedoman dalam menjalani hidup; boleh berlebihan. Masyarakat adat 2. Sebagai kontrol sosial terhadap anjurkan agar ―siger tengah‖ atau ―siniger kehendak dan nafsu yang timbul pada diri tengah‖ yaitu tidak kekurangan tetapi tidak seseorang; 3. Sebagai pembentuk suasana berlebihan. Sama sekali bukan untuk dalam masyarakat tempat seseorang lahir, kemewahan melainkan hanya untuk tumbuh, dan dibesarkan yang secara tak memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan sadar meresap ke dalam air semua anggota demikian, tidak menguras atau memeras masyarakat.

54 alam secara berlebihan, sehingga terjaga menghargai mutu hasil kerja dari pada kelestariannya. kecepatan menyelesaikannya. Tidak 4. Pandangan hidup tentang hubungan menunda pekerjaan yang belum selesai, manusia dengan Tuhan apalagi menyerahkannya kepada orang Sejak pra-Islam, orang Sunda yang bukan ahlinya. Mau mengerjakan percaya bahwa adanya Tuhan dan percaya yang baik, meskipun pekerjaannya kasar. bahwa Tuhan itu Esa. Meskipun pernah Kesehatan dipelihara, makan cukup, memeluk agama Hindu, namun dewa- pakaian bersih dan pantas, punya dewa Hindu ditempatkan di bahwa Hyang kedudukan, punya harta kekayaan. Tidak Tunggal, Guriang Tunggal, atau Batara buru-buru menerima yang baru, yang Tunggal. Tuhan Maha Mengetahui, belum tentu baik dan tidak meninggalkan mengetahui apa yang diperbuat makhluk- yang berharga warisan nenek moyang. Nya, karena itu manusia wajib mengabdi Memperlihatkan rasa tanggung jawab, dan berbakti kepada Tuhan. Tuhan disebut tidak boros, selalu mengukur keinginan juga Nu Murbeng Alam (Yang Menguasai dan keperluan dengan penghasilan, dan Alam), Nu Mahawisesa (Yang Maha selalu hidup sederhana. Kreatif mencari Kuasa), Nu Maha Asih (Maha Pengasih), lapangan kerja sendiri dan percaya pada Gusti Hyang Widi (Yang Maha kekuatan sendiri, menyesuaikan diri Menentukan), Nu Maha Suci (Yang Maha dengan lingkungan, dengan perkembangan Suci), dan lain-lain. Tuhan menghidupi zaman dan dengan kebiasaan yang berlaku makhluk-Nya, memberi kesehatan, ditempat hidupnya. Berusaha mencapai memberi rizki, dan mematikannya pada hari depan yang lebih baik. Mempelajari waktunya ilmu sampai mendasar sehingga dapat (http://satriawinarah.wordpress.com/2011/ diamalkan. 06/12/pandangan-hidup-orang-sunda/). (http://satriawinarah.wordpress.com/2011/ 06/12/pandangan-hidup-orang-sunda/) (di 5. Pandangan hidup tentang manusia akses 2 April 2017). dalam mengejar kemajuan lahiriah dan batiniah Sependapat dengan hal di atas, Orang Sunda menghindari diungkapkan Garna (2008:186-187) persaingan, lebih mengutamakan mengenai pandangan hidup masyarakat kerjasama menuju kepentingan bersama. Sunda sebagai berikut: Lebih menghargai musyawarah. Bekerja Pandangan hidup Orang Sunda keras dan tidak mudah menyerah. Lebih mengandung berbagai hal tentang

55

manusia sebagai pribadi, hubungan mengilustrasikan filosofi salah satu unsur manusia dengan lingkungan lingkungan yaitu air bagi masyarakat masyarakat, dengan alam, dengan Tuhan dan tentang hakikat manusia Sunda, bahwa dalam masyarakat pertanian, dalam mengejar kemajuan rohaniah air adalah sumber hidup alam, dan dan kepuasan batiniah. … Alam bagi manusia adalah dunianya yang manusia tergantung dari alam. Dalam memberi ihktiar dan memelihara masyarakat pertanian, hidup manusia tidak kemanfaatan bagi proses kehidupan, bahwa ‗manuk hiber ku dapat dipisahkan dengan kehidupan alam. jangjangna, jalma hirup ku akalna‟ Hubungan alam dan manusia adalah (setiap makhluk memiliki caranya guna melangsungkan kehidupan) hubungan ibu dan anak. itu jelaslah kemampuan bentukan Pernyataan tersebut menjelaskan alam; dan dalam hubungan dengan orang lain, ‗jawadah tutung biritna bahwa Masyarakat Sunda tidak lepas dari sacara-sacarana‟ (menghargai alam, begitu dekat hubungan manusia kebiasaan orang lain walaupun kita dengan orang lain itu berbeda). dengan alam sehingga digambarkan seperti

ibu dan anak. Apa yang diajarkan alam Mengutip dari presentasi Bapeda Jabar (ibunya) dengan segala bentuk fasilitasnya (2010) bahwa filosofi masyarakat Sunda adalah untuk anaknya, saling menjaga dan yaitu: saling ketergantungan, dampaknya bagi Selain akrab dengan alam kehidupan bahwa segala sesuatunya ada lingkungan dan sesama manusia, manusia Sunda juga dekat dengan unsur kesengajaan dalam bentuk Tuhan yang menciptakan mereka perencanaan terhadap lingkungan (eko- dan menciptakan alam semesta tempat mereka berkehidupan desain). Apabila kita jabarkan, salah (Triangleoflife). Keakraban satunya pandangan masyarakat Sunda masyarakat Sunda dengan lingkungan tampak dari bagaimana terhadap air dan hubungannya dengan masyarakat Jawa Barat, khususnya bidang pekerjaan atau aktivitas manusia di pedesaan, memelihara kelestarian lingkungan. Tatanan Sunda. Dalam pandangan tersebut, tidak kehidupannya lebih lepas dari azas tritangtu yang dianut dari mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada pepatah; masyarakat Sunda dalam memaknai herang caina beunang laukna, ulah dunianya. Menurut Sumardjo (2011:29-31) unggut kalinduan ulah gedag kaanginan, sing katepi ku ati sing disebutkan bahwa: kahontal ku akal. Filsafat Sunda mengubah manusia

menjadi masyarakat transenden, di Filosofi kebudayaan masyarakat luar dunia ini yang mengatasi nilai lebih tinggi dari moralitas. Cara Sunda nyatanya tidak lepas dari alam. berfikir, aktivitas dan karya-karya Sebagai contoh saja, Sumardjo (2011:71) budayanya disusun dalam sistem hubungan tritangtu yang dapat

56

menjelaskan makna kausalitas sebagai air, manusia sebagai batu keberadaan. … Jadi kesatuan tiga (yang dapat digurat dalam tulisan, itu muasalnya dari transenden, pikiran), dan bumi sebagai tanah. sesuatu yang metakosmos. Kalau Dengan demikian ada kesatuan alam Sunda ini benar dan baik antara metakosmos, makrokosmos tentu pola hubungannya sama dan mikrokosmos (manusia ini). dengan metakosmos itu. Itulah …nyatalah bahwa ada rasionalitas kesatuan alam, antara langit, di balik penataan negara, penataan manusia dan bumi. Langit itu kampung, penataan rumah, Keresan, manusia itu pemikirannya penataan kabuyutan, penataan diri dan bumi ini Kawasa, yakni manusia sendiri, penataan alam menumbuhkan tanaman yang semesta. diperlukan manusia Sunda hidup sejahtera. Lebih jauh masyarakat Sunda melambangkan langit

LANGIT Dunia atas Air Resi

MANUSIA BUMI Dunia tengah Dunia bawah Batu Tanah Ratu Rama Gambar 2.1 Tritangtu Sunda dalam Pengaturan Kampung dan Negara (Sumardjo, 2011:71) Adanya tata wilayah sudah menjadi dijelaskan Garna (2008:205) sebagai adat namun tidak semua orang menyadari berikut: pesan yang tersirat dalam adat tersebut, Adat kebiasaan yang mengandung pedoman hidup atau norma (dalam) padahal dala adat tersimpan pesan atau bersikap dan bertingkah laku sosial makna yang harus kita kaji dan diambil serta individual pada hakikatnya sadalah pesan verbal (mungkin sisi baiknya. Mengenai makna yang juga oral) nenek moyang yang tersimpan pada adat kebiasaan itu diteruskan kepada ruang generasi mereka berada. Apabila

57

diungkapkan menurut susunan kata baiknya, tinggalkan atau buang yang dan pesan akan mengandung buruknya). banyak makna, yang sesuai atau tidaknya tergantung oleh keadaan Ekadjati (2009:17) dalam salah yang dihadapi oleh para pelaku satu bukunya yang bejudul Kebudayaan budaya. Sunda: Zaman Pajajaran, mengungkapkan Menurut Atja & Saleh Danasasmita bahwa diharapkan orang Sunda mengenal (1981: 9-10, 35-36), harus diingat bahwa dan menyadari asal-usul (bibit-buit) selalu ada ungkapan berpasangan dalam mereka, jerih-payah dan perjuangan hidup hidup manusia, seperti sengsara-sejahtera, leluhur mereka demi menggapai kehidupan buruk-baik, jelek-indah. Selanjutnya yang lebih maju dan baik, kelemahan dan Ekadjati (2009:184) mengungkapkan kekeliruan leluhur mereka dalam bahwa ajaran Jati-Sunda menganut paham menghadapi zaman, serta perkembangan berpasangan dalam kehidupan manusia kehidupan leluhur mereka secara (indah-jelek, baik-buruk, sejahtera- keseluruhan. Hal ini diharapkan dapat sengsara) dan memandang ada tiga faktor menumbuhkan identitas dan percaya diri (fisik, sikap, dan perbuatan) yang yang berkembang ke arah makin mempengaruhi kehidupan manusia. tumbuhnya kreativitas dan dinamika hidup Pribadi manusia, karena itu bervariasi mereka. ditentukan oleh campuran dua hal tersebut, C. Internalisasi Kabudayaan Sunda ada manusia utama yang ketiga faktornya Falsafah pendidikan yang positif, ada manusia noda dunia yang diwariskan oleh leluhur Sunda tercermin ketiga faktornya negatif, dan ada manusia dalam tiga kata sederhana, yaitu : cageur yang kepribadiannya di antara keduanya, (sehat), bageur (baik) dan pinter (cerdas). yaitu salah satu faktornya positif atau Dari urutan ketiga kata tersebut pinter negatif. Dengan demikian, pendidikan berada pada posisi terakhir setelah cageur melalui keteladanan yang digunakan oleh dan bageur. Maksud dari falsafah manusia Sunda masa itu bukan pendidikan Sunda tersebut, orang pinter itu berdasarkan kepada individu orang secara tidak sekedar pinter namun dia juga harus bulat, melainkan kepada unsur-unsur dari cageur (sehat) dalam artian sehat jasmani tiga faktor pribadi manusia tersebut. maupun rohani, serta dia juga harus bageur Ajaran ini dikenal oleh masyarakat Sunda (baik) dalam artian bageur secara jasmani sekarang dengan ungkapan ‗candak nu maupun secara rohani. Jika orang tersebut saena, kantunkeun nu awona‘ (ambil yang hanya cerdas namun dia tidak sehat dan baik, maka orang tersebut hanya akan bisa

58 minteran orang lain karena yang ada di dan mengabaikan pengontrolnya, yaitu benaknya adalah bagaimana memperoleh cageur dan bageur secara fisik dan mental keuntungan sedangkan dampak yang karena pendidikan yang diperlukan saat ini ditimbulkannya pada orang lain tidak adalah pendidikan yang mampu pernah menjadi bahan pertimbangannya. melahirkan generasi yang tidak sekedar Kenyataan yang terjadi saat ini, pintar dan mampu mengimbangi pendidikan di Indonesia lebih perkembangan ilmu pengetahuan dan mengedepankan pintar serta mengabaikan teknologi, namun juga harus cerdas serta sehat dan baik secara rohani karena yang mempunyai mental yang sehat dengan kata dilihat dan diprioritaskan cageur dan lain pendidikan yang mampu melahirkan bageur secara kasat mata atau jasmani Manusia Indonesia seutuhnya sesuai belaka. Kenyataan tersebut sangat berbeda dengan amanat UUD 1945. dengan kondisi kelompok masyarakat yang http://iwan1772.blogspot.com/2009/05/me kita anggap terbelakang, terasing, yaitu nuntut-ilmu-di-mata-leluhur-sunda.html kelompok masyarakat adat yang tidak Menurut Wiriaatmadja (2002) pernah menginjakkan kaki di sekolah dalam tulisannya yang berjudul karena tabu, pamali atau buyut dan belajar Pendidikan Sejarah di Indonesia: hanya diri orang tua atau yang dituakan, Perspektif Lokal, Nasional, dan Global namun mereka mampu memegang amanat menjelaskan bahwa dalam rangka karuhun untuk tetap menjaga pengembangan pengajaran sejarah agar keseimbangan dalam hidup. lebih fungsional dan terintegrasi dengan Pantas leluhur kita mengamanatkan berbagai bidang keilmuan lainnya, maka demikian karena keseimbangan dalam terdapat berbagai bidang yang seyogianya hidup sangat diperlukan agar kepintaran mendapat perhatian, yaitu: pertama, materi yang dimilliki tersebut dimanfaatkan demi pelajaran sejarah harus mampu kemaslahatan umat karena kontrol diri mengembangkan kecakapan sosial berupa yang diperoleh dari cageur dan bageur integritas dan jati diri siswa, sehingga secara rohani akan menjadi pengontrol saat terbentuk karakter peserta didik yang datang godaan untuk mencari keuntungan memiliki sikap nation hood, kebersamaan pribadi, keluarga dan golongan. dalam perbedaan, toleransi, empati, dan Itulah konsep pendidikan yang sikap-sikap positif lain yang berharga baik diwariskan leluhur Sunda, sebuah konsep bagi didinya, masyarakatnya, maupun pendidikan yang tidak hanya bangsanya. mengedepankan pintar secara fisik semata

59

Kedua, untuk menjawab tantangan Keempat, dalam proses masa depan, kreativitas dan daya inovatif pengembangan kematangan intelektualnya, diperlukan agar bangsa Indonesia bukan peserta didik perlu dipacu kemampuan sekedar manjadi konsumen IPTEK, berfikirnya secara logis dan sistematis. konsumen budaya, maupun penerima nilai- Dalam proses belajar mengajar, pengajar nilai dari luar secara pasif, melainkan harus memberi arahan yang jelas agar memiliki keunggulan komparatif dalam hal peserta didik dapat memecahkan suatu penguasaan IPTEK. Peserta didik perlu persoalan secara logis dan ilmiah. diberi kesempatan untuk belajar dengan Kelima, peserta didik harus diberi daya intelektualnya sendiri, melalui proses internalisasi dan keteladanan, dimana rangsangan-rangsangan baik yang berupa mereka dapat berperan aktif dalam pertanyaan-pertanyaan maupun penugasan, kegiatan belajar mengajar. Fenomena ini sehingga peserta didik dapat melihat suatu dalam hal-hal tertentu dapat membentuk hal dari berbagai sudut pandang dan dapat semangat loyalitas, toleransi, dan menemukan berbagai alternatif pemecahan kemampuan adaptabilitas yang tinggi. masalah yang dihadapi. Dalam hal pendekatan ini perlu Ketiga, peserta didik akan dapat diselaraskan dengan kegiatan proses mengembangkan daya kreativitasnya belajar mengajar yang memberi peluang apabila proses belajar mengajar kepada mereka untuk berprakarsa secara dilaksanakan secara terencana untuk dinamis dan kreatif. meningkatkan dan membangkitkan upaya Berdasarkan pemahaman tersebut, untuk kompetitif. Oleh karena itu, proses maka pembelajaran sejarah dapat belajar mengajar yang memberi peluang dikatakan sebagai suatu proses kegiatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan untuk mendorong dan merangsang subyek tugas secara kompetitif perlu belajar untuk mendapatkan pengetahuan disosialisasikan, kemudian juga perlu sejarah dan mengahayati nilai-nilai adanya penghargaan yang layak kepada kemanusiaan dan kesejarahan, sehingga mereka yang berprestasi. Hal ini akan membawa perubahan tingkah laku dan berdampak positif terhadap terbentuknya menumbuhkan kesadaran akan nilai-nilai rasa percaya diri pada peserta didik. Pada dalam ilmu sejarah. Kesadaran adalah gilirannya, pengalaman ini selanjutnya suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa dapat menjaga proses pembentukan untuk memahami keberadaan dirinya kemandirian. sebagai manusia, anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial, termasuk sadar

60 sebagai bangsa dan sadar sebagai makhluk 1. Memiliki kesadaran dan kepedulian ciptaan Tuhan (Sardiman, 1994:2). terhadap masyarakat atau Pengajaran nilai dalam ilmu sejarah lingkungannya, melalui pemahaman melalui proses pemberian nilai terhadap nilai-nilai sejarah dan (internalisasi nilai) dengan melalui tahapan kebudayaan masyarakat. yaitu penerimaan nilai, penganggapan atas 2. Mengetahui dan memahami konsep nilai, penilaian atas nilai, penghargaan atas dasar dan mampu menggunakan metode nilai, pengorganisasian nilai-nilai dan yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial pemeluk nilai (karakteristik nilai). Namun yang kemudian dapat digunakan untuk perlu diingat mengajarkan nilai hanya akan memecahkan masalah-masalah sosial. berhasil jika di pihak peserta didik ada 3. Mampu menggunakan model-model disposisi batin yang benar, yang antara lain dan proses berpikir serta membuat adalah sikap terbuka dan percaya, jujur, keputusan untuk menyelasaikan isu dan rendah hati, bertanggungjawab, berniat masalah yang berkembang di baik, setia, dan taat melaksanakan nilai- masyarakat. nilai disertai budi yang ceria. Nilai-nilai itu 4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan tidak dapat dipaksakan dari luar melainkan masalah-masalah sosial, serta mampu masuk ke hati kita secara lembut ketika membuat analisis yang kritis, hati secara bebas membuka diri (Atmadi, selanjutnya mampu mengambil 2000:38). tindakan yang tepat. Tujuan pembelajaran sejarah 5. Mampu mengembangkan berbagai adalah untuk mengembangkan siswa agar potensi sehingga mampu membangun peka terhadap masalah sosial yang terjadi diri sendiri agar survive yang kemudian di masyarakat, memiliki sikap mental bertanggung jawab membangun positif terhadap perbaikan segala masyarakat. ketimpangan yang terjadi, dan terampil Pada kesempatan ini fokus penelitian mengatasi setiap masalah yang terjadi diarahkan pada tujuan yang tertulis di sehari-hari baik yang menimpa dirinya nomor satu yaitu untuk mengembangkan sendiri maupun yang menimpa potensi siswa agar memiliki kesadaran dan masyarakat. Dari rumusan tujuan tersebut kepedulian terhadap masyarakat atau dapat dirinci bahwa tujuan pembelajaran lingkungannya, melalui pemahaman sejarah adalah untuk mengembangkan terhadap nilai-nilai sejarah dan potensi siswa agar: kebudayaan masyarakat.

61

Menurut Bloom dalam (Lubis, Atmadi, A dan Setiyaningsih, Y. (2000). Transformasi Pendidikan 2011:20) proses pembentukan dan Memasui Milenium Ketiga. pengembangan nilai-nilai pada anak didik Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. itu ada lima tahap. a) Receiving

(menyimak dan menerima). Dalam hal ini Danasasmita, S., dkk. (1987). Sewaka Dharma, Sanghyang anak menerima secara aktif, artinya anak Siksakandang Karesian, Amanat telah memilih untuk kemudian menerima Galunggung: Transkripsi dan Terjemahan. Bandung: Bagian nilai. Jadi pada tahap ini anak baru Proyek Penelitian dan Pengkajian menerima saja. b) Responding Kebudayaan Sunda (SUNDANOLOGI), Dirjen (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah Kebudayaan, Departemen P dan mulai bersedia menerima dan menanggapi K. secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan Ekadjati, E.S. (1984). Sejarah Sunda dan sendiri, yakni manut (menurut), bersedia Kebudayaannya. Jakarta: Giri Mukti Pusaka. menanggapi, dan puas dalam menanggapi. c) Valuing (memberi nilai), pada tahap ini Ekadjati, E.S. (1995). Kebudayaan Sunda (Suatu Pendekatan Sejarah). anak sudah mulai mampu membangun Jakarta: Pustaka Jaya. persepsi dan kepercayaan terkait dengan Ekadjati, E.S. (2009). Kebudayaan Sunda: nilai yang diterima. Pada tahap ini ada tiga Zaman Pajajaran (Jilid 2). tingkatan yakni: percaya terhadap nilai Jakarta: Pustaka Jaya. yang diterima, merasa terikat dengan nilai Hasan, S.H. (1999). ―Pendidikan Sejarah dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin untuk Membangun Manusia Baru Indonesia‖. Mimbar Pendidikan. dengan nilai yang diterima. d) Nomor 2/XVIII Tahun. 1999. Organization, dimana anak mulai Bandung: University Press IKIP Bandung. mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan perilaku. e) Characterization, atau Pembelajaran. Bandung: Rizqi karakterisasi nilai yang ditandai dengan Press. ketidakpuasan seseorang untuk Lubis, Z. (2011). Evaluasi Pendidikan mengorganisir sistem nilai yang Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. diyakininya dalam hidupnya yang serba Mundardjito. (1986). ―Hakikat Local mapan, ajeg, dan konsisten. Genius dan Hakikat Data Arkeologi‖. Dalam Ayat

Rohaedi. Kepribadian Budaya Daftar Pustaka Bangsa (Local Genius). Jakarta: Pustaka Jaya.

62

di Kota Bandung)‖. Disertasi Poespowardojo, S. (1986). “Pengertian pada Program Studi PIPS Kearifan Lokal dan Relevansinya Program Pascasarjana UPI dalam Modernisasi” dalam Bandung. Ayatrohaedi penyunting (1986). Kepribadian Budaya Bangsa Supriatna, E. (2012). ―Impementasi (Local Genius). Jakarta: Dunia Pembelajaran Sejarah yang Pustaka Jaya. Berbasis Religi dan Budaya di Kawasan Banten Lama (Suatu Rosidi, A. (2009). Manusia Sunda. Kajian Transformatif Nilai-nilai Bandung: Kiblat Buku Utama. Religi dan Budaya dalam Pendidikan Sejarah di SMA)‖. Rosidi, A. (2010). Masa Depan Budaya Disertasi pada Program Studi Daerah. Jakarta: Pustaka Jaya. PIPS Program Pascasarjana UPI Bandung. Rosidi, A. (2010). Mencari Sosok Manusia Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya. Supriatna, N. (2012). ―Ecopedagogy dan Green Curriculum dalam Sardiman. (2012). ―Pembelajaran Sejarah Pembelajaran Sejarah”. Dalam dan Pembangunan Karakter Pendidikan Sejarah Untuk Bangsa”. Dalam Pendidikan Manusia dan Kemanusiaan: Sejarah Untuk Manusia dan Refleksi Perjalanan Karir Kemanusiaan: Refleksi Akademik Prof. Dr. H. Said Perjalanan Karir Akademik Hamid Hasan, MA. Jakarta: Bee Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, Media Indonesia. MA. Jakarta: Bee Media Indonesia. Supriatna, N. (2013). ―Green History: Belajar dari Pengalaman Historis Sedyawati. (1986). ―Lokal Genius dalam Hubungan Manusia dengan Kesenian Indonesia‖ dalam Alam‖. Makalah pada Seminar Ayatrohaedi, penyunting (1986). Nasional Menyongsong Kepribadian Budaya Bangs Kurikulum Sejarah 2013 di (Local Genius). Jakarta: Dunia Universitas Negeri Jakarta Pustaka Jaya. (Jakarta, 18 Mei 2013).

Sumardjo, J. (2011). Sunda, Pola Internet Rasionalitas Budaya. Bandung: Kelir. Winarah, S. (2011). Pandangan Hidup Orang Sunda. [Online]. Tersedia: Supardan, D. (2004). ―Pembelajaran http://satriawinarah.wordpress.co Sejarah Berbasis Pendekatan m/2011/06/12/pandangan-hidup- Multikultural dan Perspektif orang-sunda/ (2 April 2017).

Sejarah Lokal, Nasional, Global, untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimental terhadap Siswa Sekolah Menengah Umum

63

INTERNALISASI NILAI PATRIOTISME MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH PADA PESERTA DIDIK KELAS X IPS DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PANCORAN MAS 1Yusuf Budi Prasetya Santosa, 2Fahmi Hidayat 1Pendidikan Sejarah Universitas Indraprasta PGRI, Jalan Nangka Raya, No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta Selatan [email protected] 2Pendidikan Sejarah Universitas Indraprasta PGRI, Jalan Nangka Raya, No. 58 C, Tanjung Barat, Jakarta Selatan hidayatlisa@gmailcom

Abstract : This study aims to determine the internalization of the value of patriotism throught historical learning in students of class X IPS at Muhammadiyah 1 High School Pancoran Mas. The methodology used in this reaserch is qualitative methodology. The techniques used are observation and interviews. The process of internalizing the value of patriotism in the learning process has not been programmed. Students don‘t understand how they apply the value of patriotism in their daily lives. In the process of learning history, teachers rarely mention the values of patriotism contained in every historical event. Keyword : value of patriotism, internalization, students, learning Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui internalisasi nilai patriotisme melalui pembelajaran sejarah pada peserta didik kelas X IPS di SMA Muhammadiyah 1 Pancoran Mas. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah metodologi kualitatif. Teknik yang digunakan ialah observasi dan wawancara. Proses internalisasi nilai patriotisme di dalam proses pembelajaran belum berjalan secara terprogram. Peserta didik tidak memahami bagaimana mereka mengaplikasikan nilai patriotisme dalam kehidupan mereka sehari-hari. Di dalam proses pembelajaran sejarah, guru jarang menyinggung mengenai nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah. Kata Kunci : nilai patriotisme, internalisasi, peserta didik, pembelajaran peserta didik dengan berbagai fakta dan Pendahuluan materi yang harus dihafalnya. Dengan kata Pelajaran sejarah oleh masyarakat lain, bukan seperti menuangkan segala pada umumnya sering dianggap bukanlah macam benda ke dalam wadah yang pelajaran yang penting. Hal ini kosong, melainkan untuk membina mental dikarenakan pelajaran sejarah dinilai hanya yang sadar akan tanggung jawab terhadap sebatas menghapal deret tahun, tokoh, hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada tempat dan urutan peristiwa yang masyarakat, bangsa dan negara (Nursid kemudian dituliskan kembali saat Sumaatmaja, 1982: 21). Di dalam hal ini, menjawab soal-soal ujian oleh peserta berarti pelajaran Sejarah merupakan upaya didik. Rowse (2014:54) menegaskan menerapkan teori, konsep, prinsip ilmu ―Sejarah adalah suatu mata pelajaran yang sosial untuk menelaah pengalaman, bernilai pendidikan tinggi‖. Pelajaran peristiwa, gejala, dan masalah sosial yang sejarah berhubungan dengan pembentukan secara nyata terjadi di masyarakat. kepribadian bangsa, kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia umumnya. Berbeda dengan mata pelajaran yang lain, pelajaran Sejarah merupakan Selain itu, pelajaran sejarah bukan pelajaran yang sulit untuk diaplikasikan bertujuan untuk memenuhi ingatan para secara langsung di kehidupan sehari-hari

64 peserta didik. Hal ini mengingat guru harus mampu memberikan interaksi kehidupan yang makin hari makin penuh belajar dan mengajar yang baik, terlebih dengan tantangan dan persaingan, baik dari lagi guru sejarah yang di samping bertugas dalam negeri maupun dari luar. Oleh mentransfer pengetahuan juga mentransfer karena itu, perlunya pelajaran Sejarah nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah diarahkan pada pembekalan kemampuan peristiwa sejarah (Muhammad, 2012: 3). peserta didik agar siap menghadapi tantangan zaman. Guru Sejarah dalam pembelajaran sebaiknya mampu memberikan atau Hal ini sejalan dengan pendekatan menerapkan nilai-nilai yang terkandung saintifik yang digunakan di dalam dalam sebuah peristiwa sejarah yang Kurikulum 2013. Pendekatan saintifik disampaikan disekolah. Nilai-nilai tersebut (scientific) disebut juga sebagai diharapkan dapat membentuk peserta didik pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik menjadi insan yang berakhlak mulia, menekankan bahwa materi pelajaran yang karakter dan setia kepada negara. diberikan harus berkaitan dengan kondisi yang dihadapi peserta didik dalam Metode Penelitian kehidupan sehari-hari. Dalam pendekatan Metodologi yang digunakan dalam atau proses kerja yang memenuhi kriteria penelitian ini ialah metodologi kualitatif. ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan Di dalam metodologi ini peneliti pelararan induktif (inductive reasoning) memposisikan didinya sebagai instrumen dibanding penalaran deduktif (deductive inti. Peneliti banyak menghabiskan waktu reasoning) (Musfiqon, 2015: 53). Di untuk melakukan pengamatan dan samping itu, proses pelajaran hendaknya memahami masalah. Metode ini bersifat diupayakan menghubungkan bahan deskriptif, dengan data yang lebih banyak pelajaran sejarah dengan kejadian aktual berupa kata daripada angka. Analisis untuk mendukung atau memperkuat penelitian ini dilakukan secara induktif. pemahaman peserta didik terhadap materi Selain itu, penelitian ini lebih menekankan yang telah diruangkan dalam kurikulum. proses daripada produk, sehingga lebih Pelajaran Sejarah idealnya tidak banyak mempertanyakan bagaimana dan membuat peserta didik mengalami mengapa daripada apa ( Zamroni, 1992:81 keterasingan, melainkan memberikan 82). pedoman dalam kehidupan melalui nilai- Penilitian ini merupakan penelitian nilai yang terkandung dalam setiap studi kasus (case study), yang bertujuan peristiwa sejarah yang dipelajari. Apabila untuk mempelajari secara intensif tentang pelajaran sejarah bertujuan untuk latar belakang keadaan sekarang, serta pembentukan kepribadian bangsa, maka interaksi lingkungan suatu unit sosial; pelajaran sejarah seharusnya menanamkan individu, kelompok, lembaga, atau nilai-nilai moral kepada peserta didik, masyarakat. Di dalam penelitian ini, yang bukan hanya penghafalan. Salah satu nilai menjadi instrumen utama adalah peneliti moral yang ditanamkan kepada peserta sendiri. Sumber data utama dalam didik adalah nilai patriotisme. penelitian ini ialah hasil observasi yang Akan tetapi, untuk penanaman dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini nilai-nilai patriotisme kepada peserta didik berlokasi di SMA Muhammadiyah 1 dibutuhkan guru sebagai fasilitator dan Pancoran Mas Depok dengan guru dan koordinator. Berdasarkan kompetensi peserta didik menjadi objek penelitian. profesional, tugas seorang guru tidak Teknik pengumpulan data dalam hanya mengajar, melainkan juga mengajar, penelitian ini adalah wawancara, observasi membimbing, dan mengarahkan. Seorang

65 serta dokumentasi. Hal ini dikarenakan Rumusan masalah di dalam penelitian ini, bagi penelitian kualitatif fenomena dapat antara lain: dimengerti maksudnya secara baik. Jika dilakukan interaksi dengan subjek melalui 1. Bagaimana usaha guru sejarah wawancara mendalam dan observasi pada melakukan Internalisasi nilai latar, dimana fenomena tersebut terjadi, di patriotisme melalui pembelajaran samping itu untuk melengkapi data sejarah pada peserta didik kelas x ips di diperlukan dokumentasi (tentang bahan- SMA Muhammadiyah 1 Pancoran Mas bahan yang ditulis oleh atau tentang ? subjek). Wawancara yaitu percakapan 2. Apa saja kendala yang dihadapi guru dengan maksud tertentu. Maksud sejarah dalam melakukan Internalisasi digunakannya wawancara antara lain: Nilai Patriotisme Melalui Pembelajaran Sejarah Pada peserta didik kelas x ips di a. Mengkonstruksi mengenai orang, SMA Muhammadiyah 1 Pancoran Mas kejadian, kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain- Hasil dan Pembahasan lain. Internalisasi Nilai Patriotisme Melalui b. Mengkonstruksikan kebulatan- Pembelajaran Sejarah Pada Peserta kebulatan demikian yang dialami masa Didik Kelas X IPS di SMA lalu Muhammadiyah 1 Pancoran Mas Pada penelitian ini teknik Pengajaran sejarah penting dalam wawancara yang digunakan peneliti adalah pembentukan jiwa patriotisme dan rasa wawancara mendalam. Maksudnya, kebangsaan. Suatu pengetahuan sejarah peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang ditunjang pengalaman praktis warga secara mendalam yang berhubungan negara yang baik di sekolah membantu dengan fokus permasalahan. Jadi, data- memperkuat loyalitas dan membantu anak- data yang dibutuhkan dalam penelitian anak menemukan dirinya dengan latar bisa terkumpul secara maksimal sedangkan belakang sejarah luas (Jarolimek, 1971). subjek peneliti dengan teknik Purposive Pembelajaran sejarah idealnya merupakan Sampling yakni pengambilan sampel upaya ekstraksi nilai-nilai kesejarahan, bertujuan, sehingga memenuhi yang termasuk di dalamnya ialah nilai kepentingan peneliti. patriotisme. Di dalam Kamus Besar Teknik Observasi dalam penelitian Bahasa Indonesia (KBBI), patriotisme kualitatif observasi diklarifikasikan merupakan sikap seseorang yang bersedia menurut tiga cara. Pertama, pengamat bisa mengobarkan segala-galanya untuk bertindak sebagai partisipan atau kejayaan dan kemakmuran tanah airnya nonpartisipan. Kedua, observasi dapat (KBBI:210). Syafrial (2010: 99), dilaksankan secara terus terang atau mendefinisikan bahwa patriotisme penyamaran. Ketiga, observasi yang merupakan sikap yang berani, pantang menyangkut latar penelitian dan dalam menyerah dan rela berkorban demi bangsa penelitian ini menggunakan teknik dan Negara. Menurut Budiyono observasi yang pertama di mana pengamat (2007:212), patriotisme adalah sikap yang bertindak sebagai partisipan. Selain itu berupaya menjaga kemerdekaan dengan digunakan juga teknik dokumentasi, untuk segala cara, termasuk dengan mengumpulkan data dari sumber mengorbankan jiwa dan raga. Patriotisme noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen adalah semangat cinta tanah air atau sikap dan rekaman. seseorang yang rela mengorbankan segala- galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

66

Jadi, patriotisme ialah sikap berani, seharusnya dapat mengambil nilai-nilai pantang menyerah dan rela berkorban patriotisme dari setiap peristiwa sejarah demi keutuhan bangsa dan negara. Nilai- yang mereka pelajari (wawancara Bapak nilai patriotisme di dalam pembelajaran Faishal Bagaskara, pada 21 Maret 2019). dapat peserta didik ambil dari berbagai Berdasarkan pemahaman yang dikuasai peristiwa sejarah melalui proses guru, guru semestinya menggali pembelajaran sejarah. Dari setiap peristiwa pemahaman makna baru hakikat sejarah yang dipelajari diharapkan peserta nasionalisme bangsa yang berpijak di atas didik dapat mengambil dan mengamalkan dasar negara, yaitu Pancasila. nilai-nilai patriotisme tersebut di dalam kehidupannya sehari-hari. Metode Internalisasi adalah upaya yang Pembelajaran dengan melibatkan Peserta harus dilakukan secara berangsur-angsur, didik sebenarnya sesuai dengan program berjenjang, dan istiqamah. Penanaman, pemerintah yakni dengan pendekatan pengarahan, pengajaran, dan Saintifik pada proses pembelajaran, salah pembimbingan, dilakukan secara satunya pembelajaran sejarah sebagai mata terencana, sistematis, dan terstruktur pelajaran yang mempunyai peranan dengan menggunakan pola dan sistem penting dalam hal menumbuhkan nilai tertentu (Ridlwan Nasir, 2010). patriotisme dalam diri peserta didik. Berdasarkan observasi dan wawancara di lokasi penelitian, peneliti menemukan Nilai-nilai patriotisme yang fakta bahwa proses internalisasi nilai-nilai ditanamkan kepada peserta didik melalui kesejarahan belum berjalan maksimal proses pembelajaran sejarah hendaknya bahkan cendrung tidak terlaksana. Belum mampu merubah sikap peserta didik. Hal maksimalnya internalisasi nilai patriotisme senada juga di pertegas oleh Soewarsono dalam proses pembelajaran sejarah bahwa pembelajaran sejarah disekolah disebabkan guru sejarah kurang baik diajarkan dengan tujuan memperkenalkan dalam membuat perencanaan peserta didik kepada riwayat perjuangan pembelajaran. Padahal persiapan manusia untuk mencapai kehidupan yang perencanaan pembelajaran merupakan hal bebas, bahagia, adil dan makmur serta yang penting karena mempengaruhi tujuan menyadarkan peserta didik tentang dasar dari pembelajaran. dan tujuan kehidupan manusia berjuang pada umumnya (Soewarsono, 2000: 31). Persiapan mengajar pada Berdasarkan pengertian tersebut, maka hakikatnya merupakan perencanaa jangka pembelajaran sejarah seharusnya tidak pendek untuk memperkirakan dan hanya sebatas kegiatan menghapal akan memproyeksikan tentang apa yang tetapi mampu memasukkan nilai dilakukan (Uno Hamzah, 1998). Rencana patriotisme dalam kehidupan sehari-hari proses pembelajaran meliputi silabus dan Peserta didik. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, Sebelum menanamkan nilai-nilai standar kompetensi, kompetensi dasar, kesejarahan seorang guru sejarah harus indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, mengerti dan paham apa arti serta makna materi ajar, alokasi waktu, metode nilai yang akan disampaikan kepada pembelajaran, kegiatan pembelajaran, peserta didik, seperti halnya pengertian penilaian hasil belajar dan sumber belajar. dari nilai patriotisme. Menurut Bapak Di dalam proses penelitian, peneliti Faishal, selaku guru sejarah kelas X IPS melakukan pengamatan terhadap rencana SMA Muhammadiyah 1 Pancoran Mas, pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang nilai patriotisme ialah suatu kesadaran dibuat oleh bapak Faishal selaku guru untuk meneruskan wacana para founding sejarah, serta implementasinya di father suatu bangsa. Peserta didik lapangan.

67

Di dalam proses pembelajaran patriotisme di dalam proses pembelajaran sejarah terlihat bahwa pembelajaran terlalu belum berjalan secara terprogram. berpusat pada Bapak Faishal dan buku Pembelajaran sejarah yang berlangsung teks. Di dalam proses eksplorasi, peserta masih menitikberatkan pada proses didik hanya dipersilakan untuk mengkaji mengingat dan menghapalkan. Kurangnya buku teks. Hal tersebut dikarenakan SMA kreatifitas guru dalam proses pembelajaran Muhammadiyah 1 Pancoran Mas melarang menjadi salah satu sebab utama belum para peserta didiknya untuk menggunakan maksimalnya proses internalisasi nilai- gawai pintar dalam proses pembelajaran. nilai patriotisme. Di dalam proses Kegiatan elaborasi yang dilakukan oleh pembelajaran sejarah, guru jarang Bapak Faishal juga hanya meminta peserta menyinggung mengenai nilai-nilai didik untuk mengulang kembali fakta-fakta patriotisme yang terkandung dalam setiap sejarah yang terdapat pada buku teks. peristiwa sejarah. Hal ini menjadikan Akibatnya peserta didik menjadi sulit peserta didik tidak mengerti hubungan untuk mengembangkan materi antara nilai patriotisme secara teori dan pembelajaran. Terlihat peserta didik kaku implementasinya dalam kehidupan mereka dalam memahami materi, karena sehari-hari. terbatasnya kesempatan untuk menciptakan jawaban-jawaban baru. Kesimpulan Proses pembelajaran ditutup dengan membuat sebuah kesimpulan secara Pelajaran sejarah merupakan bersama antara guru dan peserta didik dari pelajaran yang penting diberikan bagi materi yang telah dipelajari. peserta didik. Pelajaran sejarah melalui pembelajaran sejarah dapat membentuk Setelah proses pembelajaran selesai jiwa patriotisme dan kebangsaan dalam peneliti berkesempatan mewawancarai diri peserta didik. Pembelajaran sejarah beberapa peserta didik. Peserta didik yang yang baik tidak hanya menekankan kepada diwawancara tentang nasionalisme aspek kognitif saja, melainkan juga memiliki pemahaman sendiri-sendiri, memperhatikan aspek afektif dan namun banyak peserta didik yang psikomotor. Selama ini pembelajaran mengartikan pengertian nasionalisme sama sejarah yang berlangsung masih sebatas dengan pengertian peserta didik yang lain. menghapal dan berpusat kepada guru. Menurut Putri Nabila Noor, salah seorang Seharusnya pembelajaran sejarah juga peserta didik yang diwawancarai oleh fokus kepada upaya pengambilan nilai- peneliti , ―nasionalisme adalah rasa cinta nilai kesejarahan dari setiap peristiwa tanah air yang tinggi‖. Pengertian yang sejarah yang dipelajari. Salah satu nilai senada juga diungkapkan oleh Diva kesejarahan tersebut ialah nilai Maharani, dan Alif Ferdian yang patriotisme. merupakan peserta didik lainnya. Ketika peserta didik ditanya oleh peneliti Proses pembelajaran sejarah mengenai aplikasi nilai patriotisme dalam sebaiknya juga merupakan proses kehidupan sehari-hari, para peserta didik internalisasi nilai patriotisme kepada tidak bisa menjawabnya. Berdasarkan peserta didik. Namun, pembelajaran jawaban yang dikemukakan peserta didik sejarah di SMA Muhammadiyah 1 nampak peserta didik sulit menemukan Pancoran Mas yang dilakukan oleh Bapak korelasi antara pengetahuan nilai Faishal selaku guru sejarah belum berjalan patriotisme dan pengaplikasiannya. dengan maksimal. Pembelajaran sejarah yang berlangsung masih berpusat kepada Berdasarkan observasi dan Bapak Faishal dan buku teks. Peserta didik wawancara yang telah dilakukan oleh hanya menggunakan satu sumber belajar peneliti terlihat, proses internalisasi nilai yaitu buku teks. Peserta didik tidak

68 memiliki kesempatan mengembangkan Yaumi, Muhammad. 2012. Pembelajaran jawaban Berbasis Multiple Inteligences. Jakarta: Dian Rakyat. Peserta didik tidak memahami bagaimana mereka mengaplikasikan nilai Zamroni. 1992. Pengantar Pengembangan patriotisme dalam kehidupan mereka Teori Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana. sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara peserta didik mengerti secara teoritis apa Musfiqon dan Nurdyansyah. 2015. itu patriotisme, namun mereka tidak tahu Pendekatan Pembelajaran Saintifik. bagaimana menerapkan nilai patriotisme Sidoarjo: Nizamia Learning Center tersebut. Proses internalisasi nilai Wawancara : patriotisme di dalam proses pembelajaran yang berlangsung belum berjalan secara Nama: Faishal Bagaskara terprogram. Pembelajaran sejarah yang berlangsung masih menitikberatkan pada Jabatan : Guru Sejarah SMA proses mengingat dan menghapalkan. Muhammadiyah 1 Pancoran Mas Kurangnya kreatifitas guru dalam proses pembelajaran menjadi salah satu sebab Nama : Putri Nabila Noor utama belum maksimalnya proses Jabatan : Peserta Didik SMA internalisasi nilai-nilai patriotisme. Di Muhammadiyah 1 Pancoran Mas Kelas X dalam proses pembelajaran sejarah, guru IPS jarang menyinggung mengenai nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam setiap Nama : Diva Maharani peristiwa sejarah, walaupun guru yang bersangkutan mengerti definisi dari nilai Jabatan : Peserta Didik SMA patriotisme. Muhammadiyah 1 Pancoran Mas Kelas X IPS Daftar Pustaka Nama : Alif Ferdian Buku : Jabatan : Peserta Didik SMA Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-nilai Muhammadiyah 1 Pancoran Mas Kelas X Kepribadian dan Kejuangan Bangsa IPS Indonesia. Bandung: Alfabeta. Hamzah B. Uno, M. 2007. Model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif. Rawamangun: PT Bumi Aksara. Nursid Sumaatmadja. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni. Rowse, A.L. 2014. Apa Guna Sejarah. Depok: Komunitas Bambu. Syarbaini, Syahrial. 2010. Implementasi Pancasila Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

69

NILAI FILOSOFIS DALAM SEJARAH KOPERASI SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

Ahmad Habibi Syahid UIN Sultan Maulana Hassanuddin Banten [email protected]

Abstract: Indonesia has more than 56 million SME units, including cooperatives that are widely spread from Sabang to Merauke. The existence of a large number of cooperatives should be able to be a solution to the country's economic problems but in general, cooperatives are still considered weak and not yet integrated into a national economic power in the face of the global economy. In essence, cooperatives play an important role in national economic development, especially in economic development in the countryside. In other developing countries cooperatives have become a growth motor for many business activities, whereas in Indonesia this has not been fully realized. This paper discusses the effort to realize world-class Indonesian cooperatives in the perspective of a global economy. More specifically, this paper identifies the main constraints faced by cooperatives in Indonesia, then restores the existence of the community as a value of the cooperative philosophy.

Keywords: Philosophical Value, Global Economy, Cooperatives, National Identity

Abstrak: Indonesia memiliki lebih dari 56 juta unit UKM, termasuk kedalamnya koperasi yang tersebar luas mulai dari Sabang sampai dengan Merauke. Keberadaan koperasi dengan jumlah yang banyak, seharusnya sudah mampu untuk menjadi solusi dari persoalan ekonomi negeri ini, akan tetapi pada umumnya koperasi masih dinilai lemah dan belum terintegrasi menjadi suatu kekuatan ekonomi nasional dalam menghadapi ekonomi global. Pada hakikatnya koperasi memegang peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional, terutama dalam pembangunan ekonomi di pedesaan. Di Negara-negara berkembang lainnya koperasi menjadi motor pertumbuhan bagi banyak kegiatan bisnis, sedangkan di Indonesia hal tersebut belum dapat terwujud secara menyeluruh. Tulisan ini membahas tentang usaha mewujudkan koperasi Indonesia kelas dunia dalam perspektif ekonomi global. Lebih spesifik, tulisan ini mengidentifikasi kendala-kendala utama yang dihadapi koperasi di Indonesia, kemudian mengembalikan eksistensi masyarakat sebagai nilai filosofi koperasi.

Kata Kunci: Nilai Filosofis, Ekonomi Global, Koperasi, Identitas Nasional

70

Pendahuluan bertumbuhkembang dengan baik Koperasi memiliki peranan dalam mencapai tujuannya, yang sangat penting, terutama koperasi harus ditopang dengan sebagai motor penggerak kuat oleh sifat mental para pertumbuhan ekonomi nasional anggotanya yaitu ―solidarity & khususnya di daerah pedesaan. Hal individuality‖ (mental setiakawan ini ditegaskan dalam Undang- dan kesadaran pribadi). Kedua undang Dasar 1945 pasal 33 mental tersebut harus tertanam di bahwa koperasi merupakan badan setiap individu anggota koperasi. usaha berbasis pada kepentingan Mental setiakawan dinilai ekonomi anggotanya, wujud sebagai suatu mental yang mampu demokrasi ekonomi, dan gerakan untuk mendorong terjalinnya ekonomi rakyat yang berdasarkan kerjasama antara anggota koperasi atas asas kekeluargaan yang (sense of coorperation). bertujuan mewujudkan masyarakat Kerjasama yang terbangun antara adil, makmur, dan sejahtera. anggota koperasi merupakan Sejak UU perkoperasian jantung dalam menjalankan lahir yaitu sejak Proklamasi koperasi sebagai usaha bersama Kemerdekaan 17 Agustus 2014, dalam persamaan hak dan koperasi Indonesia belum kewajiban. Rasa setiakawan atau menunjukkan sebagai badan usaha biasa disebut solidaritas yang bertujuan mewujudkan merupakan filosofi dari bentuk masyarakat adil, makmur, dan masyarakat Indonesia asli yang sejahtera. Koperasi lebih terlihat tercermin dari sikap saling sebagai usaha bagi masyarakat di bergotongroyong yang spontan. pedesaaan. Berbeda dengan di Namun rasa setiakawan melalui Negara-negara berkembang kerjasama dalam menjalankan lainnya seperti Malaysia, koperasi akan menciptakan Singapura dan lainnya, koperasi persekutuan dalam masyarakat sudah menjadi kegiatan bisnis yang statis (mengandung berskala besar. kesementaraan dan kestatisan), Di dalam Pasal 33 UU sehingga perlu ditopang oleh 1945 yang disebutkan di atas mental kesadaran pribadi. bahwa koperasi dibangun Kesadaran pribadi akan berdasarkan tujuan untuk menjadikan koperasi lebih dinamis kepentingan anggotanya. Oleh dan rasa semangat untuk maju dari karena itu, agar dapat setiap anggotanya akan tetap ada.

71

Pada hakikatnya Indonesia melakukan kegiatan sebenarnya sudah memiliki konsep bergotongroyong tanpa merasa koperasi yang tidak dimiliki oleh dipaksa dengan persamaan hak Negara-negara lain yaitu tentang dan kewajiban. filosofi makna masyarakat. Dalam Oleh karena hal tersebut, Kamus Besar Bahasa Indonesia koperasi Indonesia seharusnya (KBBI) masyarakat (ma-sya-ra- sudah mampu menjadi koperasi kat) merupakan sejumlah manusia yang memiliki daya tarik yang dalam arti seluas-luasnya dan tinggi dalam membangun terikat oleh suatu kebudayaan perekonomian nasional di mata yang mereka anggap sama. Hal dunia, kalau saja eksistensi tersebut di atas yang menjadi masyarakat Indonesia diperkuat bahan pemikiran Agus Sunyoto dengan nilai filosofi masyarakat (penulis buku ―Suluk Sang itu sendiri. Artikel ini berusaha Pembaharu; Syaikh Siti Jenar). Ia menganalisa nilai filosofis dalam berpendapat bahwa hanya sejarah perkembangan koperasi di Indonesia lah yang memiliki Indonesia sebagai identitas konsep masyarakat yang menjadi nasional. dasar filosofi koperasi. Masyarakat menurut Agus Metode Penelitian Sunyoto berasal dari bahasa Arab Peneliti melakukan yang didasarkan pada kata S}irkah penelitian terkait tema sejarah dan yang artinya adalah identitas nasional dengna (شركة) koperasi. Istilah masyarakat dalam mengambil pembahasan nilai budaya Indonesia berbeda dengan filosofis dalam sejarah koperasi di istilah yang digunakan di Negara Indonesia sebagai identias nasional lain untuk menyebut kata menggunakan metode deskriptif masyarakat. Orang Inggris analisis. Metode ini digunakan menyebut sekumpulan orang peneliti dalam mendeskripsikan banyak menggunakan istilah kata sejarah koperasi di Indonesia dan people dan orang Arab menghubungkan nilai filosofis menggunakan istilah kata sebagai cerminan dari identitas artinya adalah nasional. Adapun penjabaran dari (مجتمع) ‘mujtama orang yang berkumpul. Sedangkan metode ini peneliti bagi dalam dua istilah masyarakat itu melekat jenis. Mencari sumber primer dengan budaya Indonesia di mana terkait dengan sejarah koperasi anggota masyarakat berkumpul dan rancangbangun koperasi di

72

Indonesia dengan tujuan dapat sebanyak 16%, dan Jerman menggali informasi terkait sejarah sebanyak 14%. Disusul oleh koperasi. Sedangkan pembacaan Jepang pada tempat keempat terhadap pustaka yang menunjang sebanyak 8% dan Belanda yang ada kaitannya dengan sebanyak 7% pada urutan kelima. pembahasan, peneliti jadikan Korea, Negara Asia lainnya berada sebagai metode sekunder. pada urutan ke-10 dengan 2% koperasinya ada pada tataran Hasil dan Pembahasan Global 300. Secara persentase, Sejarah Koperasi Indonesia posisi koperasi kelas dunia per- dalam Neraca Ekonomi Global negara dapat dilihat sebagaimana Sjarifuddin Hasan pada tabel di bawah ini (Sumber: menjelaskan bahwa kiprah Global 300 Report 2010). koperasi Indonesia terasa kurang kalau belum ada satu koperasipun Posisi Koperasi Kelas masuk dalam jajaran koperasi Dunia kelas dunia atau disebut Global 300 Co-operative, yang sejak Canada tahun 2012 berganti nama menjadi Korea World Cooperative Monitor. Ia Finland menambahkan bahwa selama ini Italy Swtzerland yang masuk dalam jajaran Global United Kingdom 300 Co-operative (2012 - sekarang Netherlands World Cooperative Monitor) Japan hanyalah Negara-negara di daratan Germany benua Eropa, Amerika dan hanya United States beberapa dari Asia seperti Jepang, France Korea, Singapur, dan belakangan 0% 10% 20% 30% ini India sudah mulai berkiprah Sumber: Global 300 Report dalam koperasi kelas 2010 dunia.(Hasan, 2013)

Dari daftar Global 300 Sjarifuddin menambahakan pada tahun 2011 yang lalu, Negara bahwa perlu adanya revisi tentang Perancis paling banyak jumlah criteria penetapan koperasi kelas koperasinya yang menduduki dunia. Gagasan tersebut ranking, yakni sebanyak 28%, disampaikan dalam peringatan the diikuti oleh Amerika Serikat

73

United Nations International Year Seharusnya dengan jumlah unit of Cooperatives di New York, koperasi yang banyak, mampu Amerika serikat. Ia menjelaskan untuk mensejahterakan bahwa tujuan pendirian koperasi anggotanya dan menjadi lapangan adalah bukan untuk mengejar kerja yang menjanjikan bagi keuntungan, akan tetapi kesejahteraan bersama. Namun memberikan manfaat yang lebih adanya kendala baik eksternal besar kepada kepentingan maupun internal yang menjadi anggotanya dalam penghalang hal tersebut. mengembangkan Lebih rinci Slamet Subandi usahanya.(Hasan, 2013) menjelaskan tentang pemetaan Di Indonesia, koperasi kendala yang dialami koperasi menjadi peran yang sangat penting Indonesia untuk mengembangkan terutama sebagai alat sosial untuk diri sebagai usaha rakyat yang penyerapan tenaga kerja guna mandiri antara lain adalah sulitnya mengatasi masalah pengangguran mengembangkan modal usaha, dan pengentasan kemiskinan. Oleh teknologi produksi yang belum karena itu, menurut Sjarifudin memadai, serta pemasaran dan koperasi-koperasi Indonesia harus informasi yang belum strategis. mampu masuk ke dalam koperasi Ketiga kendala tersebut dinilainya kelas dunia. Sehingga pengentasan sebagai indikasi dari belum pengangguran dan kemiskinan membaiknya iklim usaha di akan bisa teratasi, jika koperasi lingkungan koperasi Indonesia tidak lebih mengejar Indonesia.(Subandi, 2008) Iklim pendapatan tapi manfaat ekonomi usaha di lingkungan koperasi ini dan sosial yang dapat diberikan lah yang harusnya menjadi kepada para anggotanya. perhatian terutama oleh Menurut data yang ada di pemerintah. Kementerian Koperasi dan UKM Oleh karena itu dukungan (Menkop & UKM) yakni per 31 bagi iklim usaha yang kondusif Desember 2012, jumlah koperasi sangat diperlukan bagi mereka dari semua jenis yaitu produsen, pelaku usaha koperasi, sehingga konsumen, jasa, dan simpan dapat terbukanya peluang usaha pinjam di Indonesia tercatat serta lapangan tenaga kerja yang sebanyak 194.295 unit, dengan merata bagi para anggota koperasi. jumlah anggota mencapai 33,9 juta Sayangnya dewasa ini banyak orang.(Tambunan, 2013) pihak yang secara oratoritas

74

mengklaim kepedulian, Pada tahun 2013 kemarin, keberpihakan dan komitmennya Indonesia menjadi partisipan dari yang kuat pada ekonomi rakyat, kegiatan International Workshop akan tetapi pada kenyataannya dari on the World Cooperative sisi kebijakan operasional, masih Monitoring for Methology and banyak pula peraturan Tools Improvement and Proposal perundangan baik di tingkat pusat for Regional and National maupun di tingkat daerah, Cooperative Monitor kabupaten dan kota yang justru Establishment yang juga dihadiri menjadi penghalang bagi oleh beberapa wakil Negara terciptanya ekonomi rakyat yang ASEAN sebagai anggota dari maju dan berkembang. Sehingga ASEAN Cooperative Organization koperasi Indonesia dalam neraca (ACO), serta dihadiri oleh koperasi kelas dunia belum perwakilan European Research tercapai, walau pun demikian Institute on Cooperative and usaha dari berbagai pihak terutama Social Enterprises (EURICSE). pemerintah pusat perlu diapresiasi Dari sinilah cikal-bakal dalam meningkatkan kemunculan koperasi Indonesia di perkoperasian di negeri ini sebagai tingkat kelas dunia. Sjarifuddin solusi perekonomian yang pro Hasan sebagai Menteri Koperasi rakyat di Indonesia. dan UKM menjelaskan bahwa koperasi Indonesia harus masuk Nilai Filosofis Koperasi dalam dalam bagian anggota koperasi Ekonomi Global sebagai Suatu dunia. Identitas Nasional Namun menurut penulis Pada makalah ini, penulis sangat disayangkan kalau mencoba merumuskan tentang seandainya target mengejar gambaran koperasi Indonesia koperasi kelas dunia, namun tahun 2020 yang mampu bersaing mengabaikan tujuan utama dalam ekonomi global, serta pendirian koperasi sebagai bentuk mampu menjadi salah satu dari ekonomi rakyat yang bekerja bagian koperasi kelas dunia. sesuai dengan persamaan hak dan Namun mimpi koperasi untuk kewajiban. masuk dalam bagian koperasi Indonesia merupakan dunia, harus diimbangi dengan Negara yang banyak memiliki kesejahteraan bagi para potensi alam, sektor pertanian, anggotanya secara merata. maupun sektor industry menjadi

75

lahan investasi yang menjanjikan koperasi, serta penataan di negeri ini. Koperasi menjadi hubungan kerja antara primer salah satu organisasi yang banyak dan skunder koperasi. bermunculan di sektor tersebut, Pada point ketiga menurut tujuannya adalah memberikan penulis menjadi sangat penting. kesejahteraan secara merata bagi Hal ini justru yang akan para anggota atau serikat pekerja membangun koperasi menjadi di sektor tersebut. Salah satu lebih maju. Melakukan reposisi contoh adalah koperasi yang pada dasarnya bertujuan untuk banyak didirikan oleh serikat menjadikan bisnis utama yang petani, dengan tujuan keuntungan dikelola koperasi betul-betul yang akan didapatkan oleh para sejalan dengan kebutuhan anggota. anggotanya menjadi lebih terkelola Koperasi sudah harus ditangani dan sejahtera. oleh orang-orang professional Di bawah ini beberapa poin yang betul-betul tahu kemana yang disampaikan oleh Sjarifuddin bisnis koperasi ini dikembangkan. Hasan untuk menjadikan koperasi Manajemen sumber daya Indonesia masuk dalam percaturan manusia menjadi salah satu daya koperasi dunia:(Hasan, 2013) tarik yang harus lebih 1. Mengajak Negara-negara diperhatikan. Sumber daya ASEAN atau Negara-negara manusia yang memiliki potensi Asia Pasifik untuk berjuang yang baik akan mampu mengelola melakukan perubahan sumber daya alam, tenaga menjadi terhadap criteria dan tolak lebih berkembang. Begitu juga ukur penetapan koperasi- dengan pengelola koperasi koperasi kelas dunia. idealnya dilaksanakan oleh 2. Melakukan merger atau kalangan professional sehingga penggabungan sehingga tahu betul kemana koperasi akan mampu menjadikan koperasi dikembangkan. besar, kuat dan tangguh. Peningkatan potensi bagi Menurutnya hal ini banyak para anggota koperasi juga dilakukan oleh Negara-negara menjadi salah satu cara untuk asia seperti Jepang dan Korea. meningkatkan koperasi Indonesia 3. Mereposisi kelembagaan dan menjadi koperasi kelas dunia, serta bisnis koperasi, menyangkut mampu mewujudkan ECO 2020 penataan posisi, tugas dan yang mampu bersaing dalam fungsi perangkat organisasi tingkat ekonomi global.

76

Para anggota koperasi peningkatan kuantitas dan harus diberikan pengetahuan kualitas koperasi. tentang perkembangan koperasi 4. Menaruh kepercayaan penuh lokal serta koperasi kelas dunia. terkait kebijakan-kebijakan Pembekalan serta pelatihan- yang diambil oleh pemerintah pelatihan juga perlu diberikan pusat maupun daerah, kepada para anggota koperasi kabupaten dan kota sehingga secara merata. Hal ini sebagai para anggota mampu wujud penanaman identitas sosial memonitoring kinerja bagi masyarakat Indonesia. pemegang kebijakan. Di bawah ini, beberapa usulan penulis tentang Kesimpulan mewujudkan ECO 2020 menuju Penelitian terkait nilai koperasi kelas dunia antara lain fiolosif dalam sejarah koperasi di sebagai berikut: Indonesia sebagai identitas 1. Pembangunan sumber daya nasional pada dasarnya ditujukan manusia. Meningkatkan potensi dalam menwujudkan ECO 2020 masing-masing anggota (Exploring The Co-Operative merupakan hal yang harus Economy) menuju koperasi kelas dibangun pertama kali. Hal ini dunia. Tentunya hal ini harus disebabkan oleh asumsi bahwa diimbangi dengan kerja keras, menyelesaikan sesuatu harus di membangun potensi anggota, tangan ahli. menjalin kerjasama serta 2. Membangun meningkatkan kualitas koperasi networking/jaringan/sillaturrah Indonesia di samping mi yang kuat baik dari koperasi meningkatkan kuantitas. kecil sampai dengna koperasi Indonesia sebagai negara besar. Dari koperasi cabang yang besar tentunya harus sampai dengan koperasi pusat. memiliki identitas yang dapat Membangun jaringan atau menjadi ciri atau karakteristik bagi networking merupakan salah masyarakat. Penanaman nilai satu strategi yang mampu filosoifs bagi masyarakat menyerap informasi-informasi Indonesia pada konteks koperasi terkait tentang perkembangan menjadi penting oleh karena koperasi di tingkat dunia. koperasi memiliki peran dalam 3. Memberdayakan potensi sekitar pembangunan bangsa. Koperasi yang mampu mendongkrak juga turut andil dalam

77

pensejahteraan masyarakat Explorative Report 2012, Indonesia. Sehingga nilai filosofis Geneva: The International dalam sejarah koperasi di Co-operative Alliance. Indonesia dapat dijadikan sebagai International Co-operative identitas nasional. Alliance. 2012. Global 300 Report 2010: the Daftar Pustaka World‟s major Co- Anonymous. 2012. Keragaan operatives and mutual Calon Koperasi Skala businesses. Global 300 Besar Potensial, Report 2011. pdf. Nitro berdasarkan: Aset, Professional. Omset, dan Anggota. Limbong, Bernhard, 2010, Sekretariat Pengusaha Koperasi, Pengembangan Koperasi Jakarta: Penerbit Skala Besar. Margaretha Pustaka. Carpita, Maurizio. et al. 2013. Measuring the Economic Mathew, Mercy (ed.), 2009, Case and Social Dimensions of Studies on Business Cooperatives Worldwide: Environment – Vol. 1, the World Cooperative IBS Case Development Monitor Project. The Center, Andhra Pradesh, Jakarta Discussion India. Paper. Jakarta, 13 May Mutasowifin, Ali, 2013, 2013, pp. 1-3. ―Mengembalikan Jati Diri Halid, H.A.M. Nurdin, 1999, Koperasi‖, Kompas, Membangun Simbol, Opini, Rabu, 17 Juli, Meruntuhkan Mitos halaman 6. Marginal Koperasi, Pratomo, Tiktik Sartika, 2010, Jakarta: Forum Studi dan Ekonomi Koperasi, Solidaritas Koperasi Jakarta: Ghalia Indonesia. Indonesia. Sinaga, Pariaman, Urip Triyono, Hasan, Sjarifuddin, ―Mewujudkan Irsyad Muchtar, Zaenal Koperasi Kelas Dunia‖, Wafa, dan Slamet AW Jurnal Infokop, Vol. 23, (ed.), 2006, Berlayar No. 1, 2013. Mengarungi Sejuta ICA, 2012, Exploring the Co- Tantangan, Edisi B operative Economy,

78

(Biasa), Desember, Jakarta: Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Subandi, Slamet, ―Strategi Koperasi dalam Menghadapi Iklim Usaha yang Kurang Kondusif‖, Jurnal Infokop, Vol. 16, September 2008. Tambunan, Tulus, ―Identifikasi Rintangan Utama Bagi Koperasi Indonesia Menuju Koperasi Global‖, Jurnal Infokop, Vol. 23, No.1, Oktober 2013. Tambunan, Tulus, 2008, ―Prospek Perkembangan Koperasi di Indonesia ke Depan: Masih Relevankah Koperasi di Dalam Era Modernisasi Ekonomi‖, Laporan Penelitian, FE- USAKTI, Jakarta: Pusat Studi Industri dan UKM, Universitas Trisakti. Widiyati, Ninik, 2010, Manajemen Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta.

79

PERANAN PEREMPUAN DALAM PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA DI KASEPUHAN ADAT CITOREK

Weny Widyawati Bastaman dan Aan Pendidikan Sejarah, STKIP Setia Budhi Email: [email protected]

Abstrak: Keragaman budaya dan tradisi merupakan khazanah yang tidak ternilai sehingga telah mengantarkan bangsa ini kepada kekayaan nilai-nilai budaya. tradisi yang turun- temurun dan masih tetap dipertahankan hingga sek arang dalam lingkup wewengkon adat Citorek. Wewengkon merupkan suatu komunitas masyarakat yang mendiami suatu tempat yang terikat dalam suatu aturan yang dinamakan dengan masyarakat Adat kesepuhan, tradisi tersebut juga merupakan salah satu cara dalam meningkatkan solidaritas antara sesasma masyarakat untuk menjaga kelestarian tradisi tersebut dari modernisasi. Pelestarian tradisi menjadi sebuah keharusan bagi semua lapisan masyarakat Citorek, termasuk oleh kaum perempuan. Meskipun kaum perempuan mempunyai perbedaan dalam fungsi sosial dan serta perananya yang tidak terlalu menonjol. Karena dalam lingkungan keluarga, pria menjadi kepala keluarga mempunyai kekuasaan sebagai pemberi keputusan. Namun pelaksanaan dan pelestarian tradisi di adat wewengkon Citorek merupakan sebuah tradisi yang tidak bisa dilepaskan dari peran kaum perempuan dalam pelaksanaannya. Karena tradisi pada adat Wewengkon Citorek mencakup berbagai kebiasaan pribadi atau kebiasaan budaya masyarakat Citorek, termasuk juga terhadap perempuan. Kebiasaan tersebut tercermin dalam pelaksanaan tradisi mapag pare beukah, dimana peran perempuan ikut serta dalam pelaksanaannya dan bahkan melalui tradisi tersebut juga perempuan ikut serta melestarikan tradisi adat yang sudah ada. Selain sebagai tradisi turun temurun, tradisi juga merupakan salah satu cara untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa suatu saat tradisi tersebut terkikis bahkan hilang di zaman modern sekarang ini. Kata Kunci: Perempuan, Nilai-nilai Budaya,, Kasepuhan adat

Abstract: The diversity of cultures and traditions is an invaluable treasure that has led this nation to a wealth of cultural values. a tradition that has been passed down for generations and is still preserved up to sek arang within Citorek's adat wewengkon. Wewengkon is a community that inhabits a place that is bound by a regulation called the Indigenous people of loneliness, this tradition is also one of the ways to increase solidarity between the community sesasma to preserve the tradition from modernization. Preservation of tradition is a necessity for all levels of Citorek society, including by women. Even though women have differences in social functions and their roles that are not too prominent. Because in a family environment, a man who becomes the head of a family has power as a decision maker. However, the implementation and preservation of traditions in wewengkon Citorek customs is a tradition that cannot be separated from the role of women in its implementation. Because the tradition of the Wewengkon Citorek custom includes various personal habits or cultural habits of the Citorek community, including women. This custom is reflected in the implementation of the mapag pare beukah tradition, where the role of women participates in its implementation and even through these traditions women participate in preserving existing traditional traditions. Aside from being a hereditary tradition, tradition is also one way to increase community solidarity and integration, because it cannot be denied that one day the tradition was eroded and even disappeared in today's modern. Keywords: Women, Cultural Values, Traditional Kasepuhan

80

Pendahuluan budaya di Citorek, memang tidak bisa Adat Kesepuhan merupakan satu dianggap hal yang baru, karena keberadaan kesatuan sosial, histori, ekonomi dan perempuan dalam suatu komunitas social budaya. Sedangkan wilayah Adat tidak dapat dipisahkan. Seorang Kasepuhan Citorek dinamakan perempuan dapat menjadi guru bagi anak- Wewengkon Citorek mempunyai batas- anak dan di anggap mampu dalam batas wilayah yang jelas berdasarkan memberikan nasehat dan arahan sebagai titipan dari leluhurnya, kasepuhan adat pemegang teguh tradisi tetap terjaga citorek adalah satu kekayaan sejarah lokal lestarinya suatu kebudayaan, selain itu yang dimuliki kabupaten lebak, hal ini perempuan memiliki peranan yang sangat sesuai dengan penyataan Abdullah taufik penting dalam pembangunan masyarakat (1990) bahwa sejarah lokal dapat di yang bermoral. Karena melalui seorang definisikan sejarah dari suatu tempat perempan dalah kesehariannya yang ―Locality‖, yang batasannya ditentukan banyak disampaikan adalah nilai-nilai oleh ―perjanjian‖ yang diajukan penulis moral dan etika kehidupan. sejarah. Hal tersebut sejalan dengan Salah satu cara untuk pendapat Mulayana Agus dan Gunawan meningkatkan solidaritas dan integrasi Restu (2007: 2) Aspek lingkungan sekitar masyarakat Tradisi di desa Citorek (Neighborhood) merupakan batasan memang tidak dapat lepas bagi kehidupan keruangan terpenting dalam sejarah lokal. masyarakat Citorek itu sendiri. Khususnya Desa Citorek terletak di Kabupaten bagi keberadaan perempuan dalam Lebak, Kec. Cibeber, dan mempunyai 5 pelestarian tradisi tersebut bisa dilihat dari wilayah adat/kasepuhan yaitu: peranannya pada kegiatan sehari-hari

CITORE dalam menjaga tradisi atau dalam kegiatan K TIMUR tradisi di desa citorek. CITOREK CITOREK Peranan perempuan dalam tradisi BARAT TENGAH masyarakat Citorek tidak bisa dihilangkan begitu saja, meskipun peran perempuan CITOREK CITOREK SELATAN SABRANG tidak langsung nyata ada dalam struktur kelembagaan adat tapi keberadaan perempuan dalam proses tradisi di desa Selain para kokolot para Citorek sangat berpengaruh. Misalnya perempuan di kasepuhan adat citorek juga pada tradisi menganyam bambu, memiliki eksistensi dalam pelestarian penggunaan anyaman bambu bagi

81

masyarakat Citorek ini masih menganlisis kesaksian sejarah untuk dipertahankan hingga sekarang, terutama menemukan data autentikdan dapat pada tradisi mapag pare sering digunakan dipercaya serta usaha sintesis atas data untuk membungkus dodol atau jenis semacam itu menjadi kisah sejarah yang makanan lainnya. Tradisi anyaman bambu dapat dipercaya. ini sudah menjadi keharusan bagi kaum Tahapan dalam penelitian sejarah perempuan agar bisa mengikuti tradisi menurut Notosusanto dalam Sulasman yang diturunkan oleh orang tuanya. Oleh (2007:75) yaitu : karena itu tradisi anyaman bambu, selain 1. Heuristik, menghimpun jejakjejak masa lampau. merupakan tradisi masyarakat Citorek juga 2. Kritik, menyelidiki apakah jejak itu mempunyai fungsi dan kegunaan sejati baik bentuk maupun isinya. 3. Interpretasi, yaitu menetapkan diantaranya untuk keperluan pada makna dan saling berhubungan dari pelaksanaan tradisi. fakta yang diperoleh sejarah itu. 4. Penyajian, menyampaikan sistesis

yang diperoleh dalam sebuah kisah. Metode Penelitian Heuristik dalam peneilitin ini Metodologi yang dilakukan usaha untuk mencari dan mengumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan data dan sumber dari perpustakaan metode historis, metodologi menurut maupun kokolot dan masyarakat di Webster dalam Sjamsudin (2016:10) kampung adat citorek terkait mengenai adalah : peranan perempuan. Suatu keseluruhan (body) metode- metode, prosedur- Kritik dalam penelitian ini prosedur dan kosep-konsep kerja menyeleksi terhadap sumber mana saja aturan-aturan dan postulat- postulat yang digunakan oleh yang dapat digunakan dan dipercara ilmu Pengetahuan, seni atau karena menurut Dudung Abdurahman disiplin ,,B.Proses teknik atau pendekatan-pendekatan yang dalam Sulasman (2003:102). Sumber dipakai dalam pemecahan suatu sejarah dapat dilakukan dengan aman masalah atau masalah didalam pengerjaan sesuatu sesuatu atau ada 5 pertanyaan, yaitu: seperangkat prosedur ,,C. dasar 1. Siapakah yang mengatakan itu? teoritis dari suatu doktrin filsafat: 2. Apakah dengan satu atau cara premis-premis postulat-postulat lain kesaksian itu telah dirubah? dan konsep dasar 3. Apakah yang dimaksud dengan orang itu dengan kesaksisannya? Menurut Louis Gottchalk dalam 4. Apakah yang memberikan Dudung Abdurahman (1998:44) metode kesaksian itu seseorang saksi mata yang kompeten apakah ia sejarah adalah proses menguji dan mengetahui fakta itu?

82

5. Apakah saksi itu mengatkan yang perempuan (baik ibu rumah tangga sebenarnaya dan memberikan maupun para perempuan remaja) fakta yang diketahuinya? yang ikut dalam perayaan tradisi Maka dalam penelitian ini saya mapag pare beukah dan nganyam. dan rekan memilah siapa saja yang dapat Pada pelaksanaan tradisi mapag memberikan data yang sesuai kebutuhan pare beukah biasanya para kami, antara lain para sesepuh, istri dari perempuan terjun langsung pada pada kasepuhan, masyarakat atau ibu-ibu setiap pelaksanaannya yaitu yang selalu ikut terlibat ada setiap mempersiapkan segala kebutuhan kegiatan tradisi di kampung adat citorek. yang diperlukannya misalnya : Interpretasi penelititi mampu membuat makanan yang akan di menguraikan fakta-fakta sejarah yang arak ke sawah, membuat bakul, diperoleh. Selanjutnya menelaah, membuat hihid (kipas). Tidak menafsirkan dan menyimpulkannya. hanya itu saja pada saat perayaan Yang terakhir adalah menyajikan mapag pare beukah pun para informasi yang diperoleh secara perempuan ikut menyambit padi. sitematis. Sehingga dengan keikutsertaan Hasil dan Pembahasan para perempuan tersebut maka

Maka dari itu peran dan kedudukan keberadaan perempuan tidak hanya perempuan dalam tradisi wewengkon sebagai pelengkap sebuah tradisi tradisi desa Citorek akan tetap ada dalam saja melainkan juga berperan setiap pelaksanaannya, begitu juga dengan langsung dalam setiap dengan eksistensi perempuan dalam kegiatannnya. Dengan ikut pelestarian tradisi wewengkon tradisi desa berperan langsung maka eksistensi Citorek tetapi menyumbangkan melalui 2. perempuan dalam pelestarian peranannya sebagai perempuan baik dari tradisi wewengkon tradisi desa sejarahnya maupun dalam proses Citorek terlihat nyata melalui perkembangannya perempuan tetap ada, posisi dan peranannya. diantaranya : 3. Selain peranan tersebut, eksistensi 1. Keikutsertaan perempuan dalam perempuan dalam pelestarian setiap kegiatan tradisi yang tradisi wewengkon tradisi desa dilaksanakan masyrakat Citorek, Citorek juga dilakukan oleh para dalam pelaksanaannya eksistensi perempuan lainnya yaitu melalui ilmu pengetahuan dan kajian

83

tradisi-tradisi dalam bentuk karya Masyarakat kampung Citorek ilmiah, skripsi, website internet dan merupakan sekelompok masyarakat yang karya lainnya. Sehingga melalui menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi karya tersebut keberadaan tradisi di budaya leluhur mereka. Setiap terjadi tradisi wewengkon adat Citorek kegiatan yang berlangsung di masyarakat akan selalu terjaga keberadaannya selalu melihatnya kepada kerangka seiring dengan kedudukan pengetahuan yang bersumber dari tradisi perempuan pada masyarakat nenek moyang yakini, nilai kehidupan, wewengkon adat Citorek. dan norma adat yang menjadi tradisi dan 4. Pelestarian melalui perayaan tradisi budayanya. Maka dari itu setiap yang dilakukan pada saat hari besar pandangan hidup leluhur mereka harus agama atau saat penyambutan tamu dijaga dan dilestarikan secara turun istimewa. Pelestarian semacam ini temurun, begitu pula dalam tradisi biasanya dilakukan hanya pada masyarakat kampung Citorek. Istilah waktu tertentu saja yaitu pada hari melestarikan mencakup antara lain besar agama atau ada kegiatan desa pengertian memelihara, menjaga dan dalam menyambut tamu dari mempertahankan, serta membina dan pemerintah. Pada perayaan tradisi mengembangkan. Dengan demikian ini biasa lebih banyak dilakukan pelestarian berarti proses serta upaya- langsung oleh perempuan yang upaya aktif dan sadar bertujuan dari dibarengi dengan tarian-tarian. sekelompok masyarakat untuk Dengan demikian fungsi dan peran memelihara, menjaga dan yang diemban perempuan dalam mempertahankan, serta membina dan mayarakat Citorek mempunyai posisi yang mengembangkan tradisi tersebut, dalam penting pula, meski disadari bahwa ada hal ini pelestarian tradisi yang ada di perbedaan-perbedaan kodrati makhluk wewengkon adat Citorek. perempuan dan laki-laki secara jenis Oleh karena itu, dalam usaha kelamin dan konstruksi tubuh, namun pelestarian tradisi di wewengkon adat dalam konteks tradisi pada masyarakat Citorek maka masyarakat lokal di desa Citorek bahwa eksistensi dan peran kampung Citorek melibatkan diri mereka perempuan yang diembannya memiliki sendiri sebagai pelaku penting dalam kesetaraan, baik dalam posisinya maupun pelestarian tradisi. Adapun beberapa faktor tugasnya. yang mendukung upaya pelestarian tersebut diantaranya :

84

1. Pemerintah kaharuepna tina ngalestarikeun iyeu tradisi Salah satu faktor pendukung yang Citorek‖ sangat mempengaruhi pelestarian tradisi di Peran perempuan yang terjun wewengkon adat Citorek adalah peran dari langsung ke dalam sebuah masyarakat pemerintah pusat maupun daerah. untuk bersosialisasi dan menjalankan pemerintah melibatkan dan menggandeng peranannya karena masyarakat adat masyarakat setempat dalam upaya kasepuhan Citorek ini secara sosial pelestarian tradisi di wewengkon adat mempunyai hubungan kekeluargaan jiwa Citorek. Pemerintah memberikan kegotong royongan yang masih kuat kesempatan yang sama kepada masyarakat sehingga memiliki rasa terhadap segala dan para kasepuhan adat setempat untuk yang ada di daerahnya termasuk tradisinya. berpartisipasi dalam pengelolaan dan Menyadari perannya yang besar tersebut, pengembangan wisata di daerah Citorek maka perempuan juga ikut berperan dalam ―Kudu bisa kerjasama jeung kudu aya setiap kegiatan masyarakat dan kegiatan pangarti ti pamarentah, supaya tradisi di pelaksanaan tradisi yang ada di Citorek urang iyeu terutama keur pengembangan diantaranya tradisi mapag pare beukah dan jeung tina sarana, tuh contona doang nganyam. masyarakat baduy. Pan ayeuna baduy jadi Keikutsertaan kaum perempuan kasohor ku tradisi jeung budayana kusabab dalam tradisi mapag pare, khususnya ibu- aya campur tangan pamarentah. Mantakna ibu di kampung Citorek sibuk untuk pamarentah oge kudu bisa ngajaga jeung membuat tumpeng untuk suguhan yang ngadukung tradisi anu aya di Citorek dimakan oleh semua warga, pada malam iyeu.‖ hari sebgai rasa syukur atas datangnya 2. Masyarakat panen. Sehingga dengan mengikuti setiap Manusia memiliki hubungan erat pelaksanaan tradisi oleh kaum perempuan, dengan tradisi, begitu juga untuk maka bisa dikatakan menjaga dan ikut melestarikan tradisi di Citorek maka meneladani tradisi yang ada di Citorek ―partisipasi masyarakat urang keur ngajaga yaitu syukuran atau menyambut datangnya dan ngalestarikeun tradisi adat Citorek Dewi Sri (padi). Tidak hanya ibu-ibu saja kudu menunjang. Kumaha batur arek resep yang ikut serta dalam pelaksanaan tradisi ka tradisi urang, lamun urang geus teu tersebut, karena mereka sadar akan posisi peduli ka tradisi urang sorangan. Makana anak dan cucunya yang kelak akan masyarakat urang anu jadi patokan mengikuti tradisi yang mereka wariskan. Maka upaya yang dilakukan sebagai

85

bagian dari pelestarian kepada generasinya anaknya. proses mengajarkan tersebut yaitu dengan mengajak langsung anak- adalah bagian dari upaya melestarikan anaknya atau mengajak kaum muda tradisi agar tradisi tersebut bisa tetap perempuan untuk ikut serta mengenalkan dilaksanakan secara turun temurun. dan mengikuti tradisi tersebut. Melalui Upaya pelestarian tradisi tersebut pemberian contoh tersebut maka secara dilakukan secara nyata melalui pembuatan langsung anak atau generasi berikutnya alat. Misalnya dalam tradisi mapag pare akan meniru dan mampu meneruskan maka secara bergotong royong para tradisi Citorek. Selain itu juga upaya perempuan akan membuat anyaman dari dilakukan untuk melestarikan tradisi di daun kelapa (janur) dan irisan bambu Citorek yaitu : sebagai bahan pembuat boboko, bakul dan 1. Mengikuti upacara-upacara tradisi lainnya. Sehingga melalui dua tradisi 2. Mendirikan kelompok, sanggar tersebut maka kaum perempuan yang memperhatikann dan menjaga memberikan contoh kepada generasi keberadaan tradisi di Citorek penerusnya untuk bisa mencontoh dan 3. Menjaga tradisi di Citorek menjaga keberlangsungan tradisi tersebut Sedangkan dalam tradisi nganyam di Citorek. yaitu sebuah pemanfaatan bambu untuk Dari uraian di atas dapat diketahui kehidupan sehari-hari masyarakat Citorek bahwa, upaya pelestarian tradisi mapag yang dibuat seperti Bakul, Boboko, Sair pare dan nganyam oleh kaum perempuan (saringan) dan alat kebutuhan lainnya. Kasepuhan Citorek dilakukan secara Nganyman bagian dari seni yang langsung melalui contoh dan pelaksanaan. mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan Sehingga melalui upaya pelestarian masyarakat Citorek. Nganyman adalah tersebut diharapkan peran dan kedudukan menjaringkan atau menyilangkan bahan- perempuan dalam sebuah tradisi bahan dari tumbuhan (biasanya dari daun masyarakat Citorek tersebut akan menjadi kelapa, rotan dan irisan kecil bambu). bagian dari peran dan tanggungjawabnya Sehingga perempuan bukan sebatas sebagai bagian dari masyarakat adat pelengkap keluarga tetapi mereka juga Citorek. berperan aktif dalam meneruskan tradisi Sebagai suatu tradisi, maka tradisi mapag nganyam di Citorek. Dalam pelaksanaan pare beukah dan nganyam ini juga tradisi nganyam ini biasanya para kaum memiliki keunikan yang dibawanya yaitu : perempuan yang sudah menikah akan 1. Tradisi ini diadakan sudah turun mengajarkan tradisi tersebut kepada anak- temurun hingga sekarang

86

2. Dalam pelaksanaannya tradisi Tradisi mapag pare beukah dan mapag pare beukah dan nganyam nganyam sebagai salah satu tradisi yang ini dihadiri hampir seluruh warga harus di lestarikan melalui pengetahuan Citorek dan juga oleh kasepuhan dan memberikan contoh kepada generasi Citorek muda masyarakat Citorek. Sehingga 3. Keunikan tradisi mapag pare melalui pengetahuan tersebut akan beukah dan nganyam ini memiliki menjadikan tradisi mapag pare beukah dan nilai-nilai yang lekat dengan nganyam sebagai suatu hasil dari kehidupan masyarakat Citorek, kehidupan masyarakat Citorek baik diantara nilai-nilai yang didapat melalui pelaksanaannya, manfaat, dari tradisi mapag pare beukah dan sehingga kelestarian tradisi tersebut bisa nganyam yaitu : tetap terjaga dan menjadi ciri khas 1. Nilai Religius masyarakat desa Citorek Mapag pare beukah dan nganyam 5. Nilai Kesenian adalah bagian dari kebudayaan dan Nilai seni yang didapat dari tradisi kehidupan dari masyarakat Citorek, mapag pare beukah dan nganyam karena sehingga dalam pelaksanannya saling tradisi tersebut merupakan sarana yang berkaitan dengan unsur religu yaitu ketika digunakan oleh masyarakat citorek untuk akan memulai selalu di iringi doa yang mengekspresikan rasa keindahan dari bertujuan sebagai ungkapan syukur kepada dalam jiwa manusia yaitu melalui Allah SWT. perayaan mapag pare beukah yang diiringi 2. Nilai Etika tabuhan alat musik tradisional, dan juga Pada tradisi mapag pare beukah tradisi nganyam yang diperlukan tangan- dan nganyam dilaksanakan sesuai dengan tangan kreatif untuk bisa menyusun bambu aturan dan norma yang berlaku pada kecil agar bisa dibuat sesuai bentuk yang masyarakat Citorek dan di pertahankan diinginkan. dengan cara melakukan tradisi itu secara gotong-royong untuk mempertahankannya Kesimpulan 3. Nilai Sosial Eksistensi perempuan dalam pelestarian Dalam tradisi mapag pare beukah budaya di Citorek memang tidak bisa dan nganyam nilai sosial melekat dengan dianggap hal yang aneh ataupun sesuatu cara kehidupan masyrakat Citorek itu yang baru. Karena keberadaannya dalam sendiri proses tradisi di desa Citorek sangat 4. Nilai Pendidikan berpengaruh. Untuk itu peran dan

87

kedudukan perempuan dalam tradisi LAMPIRAN GAMBAR wewengkon tradisi desa Citorek akan tetap ada dalam setiap pelaksanaannya. Melalui Gambar: Diskusi antara baris kolot pada saat akan melaksanakan peranannya sebagai perempuan dalam mapag pare beukah. melestarikan adat lokalnya baik dari sejarah maupun dalam proses perkembangannya mereka tetap ada.

Daftar Pustaka

Abdullah, Taufik (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press

Dudung Abdurahman. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta. Ar- Ruzz Media Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya.

Kartonodirjo, Kuntowijyo, Purwanto dkk.

(2013). Sejarah Sosial : Konseptualisasi Model dan Tantangannya. Mulyana Agus dan Gunawan Restu. (2007). Lingkungan Sumber Terdekat; Sumber Belajar Searah Lokal, Sejarah Lokal dan Pembelajaran di Sekola. Bandung. Salamina Press. Priyadi. (2012) Sejarah Lokal; Konsep metode dan tantangannya. Yogyakarta. Ombak Sulasman. Metodologi Penelitian Sejarah. Bandung. Pustaka Setia Bandung. Sumber Gambar: Kegiatan para Arsip Desa Citorek, 2015, data adat yang perempuan dalam tradisi mapag pare terkumpul. beukah

88

PEMBELAJARAN SEJARAH MARITIM : WACANA DAN TANTANGAN BAGI MASYARAKAT PESISIR Yuni Maryuni dan Muhammad Ilham Gilang Pendidikan Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa [email protected] [email protected]

Abstrak: Tulisan ini merupakan kajian mengenai pembelajaran sejarah maritim melalui upaya reinterpretasi sejarah dan pengimplementasian nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Banten. Berdasarkan data yang diperoleh sampai dengan tahun 2018, guru sejarah di Banten belum memberikan materi sejarah bahari Banten dalam pembelajaran sejarah sebagai wujud implementasi mengembangkan materi ajar berbasis kearifan lokal dalam Kurikulum 2013. Belajar sejarah tidak harus berupa narasi rangkaian peristiwa yang ditulis secara sistematis dan hanya cukup diketahui dan dikenang begitu saja, namun sekecil apapun budaya masyarakat akan lebih bermakna jika diimplentasikan dalam kehidupan nyata dengan dihubungkan pada realitas, kebutuhan dan peluang usaha pada kehidupan saat ini. Tidak adanya materi bahari Banten dalam pembelajaran sejarah dikarenakan sulit dalam memperoleh referensi yang relevan. Tulisan ini membahas mengenai upaya memberikan wawasan pembelajaran sejarah berbasis kearifan lokal sebagai wacana alternatif yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sejarah yang bisa menjadi materi dalam pengembangan pendidikan kemaritiman dalam skala lebih luas. Kata Kunci : Pembelajaran Sejarah, Sejarah Maritim, Masyarakat Pesisir

Pendahuluan

Indonesia merupakan negara yang hingga kini Indonessia sebagai negara memiliki tidak kurang dari 17.000 pulau dan kepulauan terbesar di dunia belum mampu dikelilingi oleh laut. Di dalamnya terdapat menjadi negara maritim dengan indikator potensi sumberdaya hayati maupun non- bahwa Indonesia belum mampu hayati yang sangat besar. Potensi tersebut memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada dapat menjadi tulang punggung kekuatan di laut. ekonomi yang dapat diandalkan bagi Salah satu alasan mengapa potensi Indonesia dalam persaingan global. tersebut belum berkembang dan belum Sayangnya, potensi khas dan keunggulan dimanfaatkan secara optimal adalah karena kompetitif tersebut kurang tergarap dengan adanya beberapa kendala. Setidaknya ada baik (Asmani, 2012). Hasyim Djalal dalam enam kendala yang diduga menyebabkan Sulistiyono (2016: 82) menyatakan bahwa masalah tersebut. Pertama, kendala budaya.

89

Kedua, kendala dari sudut pandang sejarah Warisan Poros Maritim bangsa Indonesia. Ketiga, kendala dari Indonesia dianugrahi oleh letaknya bidang pembangunan ekonomi, sektor yang sangat strategis, terletak pada jalur kelautan sebagai anak tiri selama tiga dasa utama perdagangan laut para bangsa-bangsa warsa terakhir terutama karena keterbatasan di dunia. Jalur utama perdagangan laut di modal, sarana produksi, pengetahuan dan wilayah Indonesia tidak hanya satu laut, keterampilan. Keempat, sisi politis yang akan tetapi tiga laut dengan kategori ‗zona berkaitan dengan kebijakan pembangunan komersial‘ yakni, Kawasan Laut Sumatera, nasional. Kelima, dari sisi sosial, kesadaran Kawasan Laut Jawa dan Kawasan Laut Sulu. masyarakat untuk melindungi, menjaga Jalur laut ini membentuk bangsa Indonesia keseimbangan dan melestarikan ekosistem secara teologistik dan ekonomistik (Gilang, laut masih rendah, sehingga terjadi banyak 2018: 117). Tiga jalur perdagangan laut pengrusakan ekosistem laut untuk tersebut masuk dalam lima jalur kepentingan jangka pendek. Keenam, dari perdagangan laut utama di dunia yang sisi pendidikan. berkembang sejak Abad ke 14 yakni; (1) Dari enam kendala di atas penulis kawasan laut Sumatera -Teluk Benggala, menggarisbawahi pada kendala aspek Sailan, dan Birma-, (2) kawasan Laut Cina sejarah bangsa Indonesia dan kendala Selatan, (3) kawasan Laut Malaka, (4) pendidikan. Sudut pandang sejarah bangsa kawasan Laut Sulu -Pantai Barat Luzon, Indonesia ini yaitu, meredupnya kejayaan Mindoro, Cebu, Mindanao, dan Pantai Utara Nusantara sebagai negara bahari setelah Kalimantan-, dan (5) kawasan Laut Jawa Kerajaan Majapahit runtuh. Sementara itu, (Hall dalam Burhanuddin; 2003). dari sisi pendidikan, wawasan tentang Kawasan Laut Sumatera dan Laut maritim belum mendapatkan perhatian yang Cina Selatan digunakan oleh bangsa Cina maksimal dari pemerintah sebagai wahana dan India sejak Abad 3 M sebagai jalur sosialisasi pembangunan kelautan. Sehingga perdagangan untuk membawa komoditi menyebabkan rendahnya minat masyarakat dagang dari kedua wilayah tersebut. Hasil untuk mengembangkan bidang kemaritiman dari jalur perdagangan laut ini terjadi kontak (Haryanti, 2014). teologis antara para pedagang Cina dan India dengan masyarakat pribumi sehingga

muncul agama Hindu dan Budha . Hal ini

90

dapat dibuktikan dengan teori yang perdagangan laut tersebut. Di era ini berkembang seperti tercermin dari Teori harusnya bangsa Indonesia memiliki Waisya. Kawasan Laut Jawa dan Kawasan kesadaran sejarah akan nilai pentingnya Laut Malaka menjadi jalur masuk memanfaatkan letak strategis ini. Penggerak perdagangan muslim, sehingga masyarakat kesadaran sejarah yang utama melalui pribumi banyak pula yang beralih menjadi bidang pendidikan yang dimainkan seorang muslim, terutama di daerah pesisir peranannya oleh pendidikan sejarah melalui utara pantai Jawa termasuk daerah Banten. pembelajaran sejarah di kelas. Sifat ekonomistik masuk ke Indonesia dengan subyek utama para bangsa Pembelajaran Sejarah Maritim: Barat. Jalur Laut Malaka dan Laut Jawa Pentingnya Reinterpretasi Sejarah menjadi ‗jalur rempah‘ yang menjadi ajang Sejarah Indonesia tidaklah hanya berkembangnya merkantilisme sebagai mengenai wilayah pedalaman, namun kapitalisme klasik, lalu dilanjutkan dengan kehidupan masyarakat pesisir memiliki kolonialisme yang masuk pertama di peran penting dalam historiografi Indonesia. Indonesia. Para kapitalis-merkantilis ini Banten merupakan sebuah wilayah yang masuk pertama kali ke Indonesia melalui sebagian daerahnya adalah pesisir. Dalam pedagang-pedagang rempah-rempah catatan Sejarah Indonesia, pada abad ke 16- bersenjata, yang diawali oleh Portugis 17 M, Kerajaan Banten memiliki peranan kemudian Belanda yang diorganisasikan penting dalam perdagangan dunia yang dalam bentuk persekutuan dagang VOC tentunya dalam hal ini laut memiliki peran tahun 1602. yang signifikan pusat perdagangan dan Menelusuri akar sejarahnya, nyata pelayaran dunia. Selain letak yang strategis, bahwa Indonesia merupakan wilayah yang budaya masyarakat pesisir juga memiliki strategis dalam jalur perdagangan dunia. peran penting dalam kejayaan Kerajaan Pada saat ini pula jalur perdagangan tersebut Banten. Warisan pengetahuan masyarakat tidak kehilangan peranannya, komoditi pesisir akan efektif dan bermakna jika dagangan besar ekspor dan impor tetap diimplementasikan melalui pendidikan menggunakan Kapal Kargo yang terutama dalam mata pelajaran sejarah. menggunakan jalur laut. Pada sisi ini bangsa Namun secara faktual, guru sejarah di Indonesia merupakan pewaris sah atas jalur Banten tidak menyampaikan warisan

91

masyarakat pesisir Banten dalam kegiatan peserta didik bahwa Kerajaan Islam Banten pembelajaran. Sehingga pengetahuan siswa merupakan bentuk nyata Negara ‗Poros terhadap nilai-nilai bahari Banten Maritim‘. Alasannya ialah; Pertama, Banten dikhawatirkan akan hilang dalam memori sebagai pelabuhan besar. Kedua, Banten kolektif masyarakat. sebagai pasar internasional. Ketiga, Banten sebagai kota multikultural. Keempat, Banten Untuk menggugah kesadaran sejarah sebagai wilayah berdaulat penuh. perlu dikembangkan wacana baru atau interpretasi terhadap fakta-fakta sejarah Pertama, Banten sebagai pelabuhan dengan rasa kekinian yang menarik untuk besar. Banten memiliki pelabuhan besar dikonsumsi oleh peserta didik sebagai dapat dilacak menurut Meilink-Roelofsz generasi milenial. Implementasi ini dapat (2016: 396-397) yang menyebutkan terdapat dimasukkan pada Kompetensi Inti Sejarah laporan orang Belanda yang mencatat 8-10 (Peminatan) Sekolah Menengah Atas Jung (Kapal Dagang Abad 17) dengan bobot (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) kelas X, 80-100 ton, pedagang Perancis melaporkan pada ranah pengetahuan, yakni “Memahami 9-10 Jung, sementara itu dan pedagang dan menerapkan pengetahuan faktual, Inggris bernama Jourdain menyebutkan konseptual, prosedural dalamilmu sampai 6 Jung dengan tonase 300 ton. pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan Gambar 1 humaniora dengan wawasan kemanusiaan, Ilustrasi Pelabuhan Banten kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah”. Kompetensi Dasar Sejarah (Peminatan) Sekolah Menengah Atas

(SMA)/Madrasah Aliyah (MA), pada Kedua, Banten sebagai pasar Kompetensi Dasar 3.11 “Menganalisis internasional. Malaka jatuh kepada Portugis karakteristik kerajaan-kerajaan Islam di pada tahun 1511, setelahnya beberapa tahun Indonesia dan warisannya”. Penulis berselang, Banten menjadi pasar berpendapat perlu reinterpretasi kepada

92

internasional yang menjadi tujuan dari Makassar. Setiap bangsa tempat berbagai pedagang-pedagang dari peristirahatannya di dalam atau di luar mancanegara. Pada pedagang dunia yang benteng. melakukan aktivitas ekonomi terutama Keempat, Banten sebagai wilayah berasal dari wilayah Asia Barat dan Cina. berdaulat penu. Raja atau Sultan Banten Selain itu, para pedadang Eropa, seperti berdaulat penuh terhadap wilayah dan Belanda, Perancis dan Inggris. pelabuhannya. Hal ini ditandai bahwa Raja Gambar 2 memiliki wewenang untuk mengangkat para Peta Wilayah Masa Kejayaan pedagang dari berbagai Bangsa yang ada di Kerajaan Banten kota maupun pelabuhan Banten untuk menjadi pejabat public., mulai dari pejabat administrator sampai kepada penasihat. Jabatan tersebut seperti; Syahbandar, Penulis Istana, Penerjemah, Penimbang Barang. Jabatan Syahbandar dan Laksamana oleh raja diberikan kepada orang-orang Keling

Ketiga, Banten sebagai kota (sekarang India) yang berewenang multikultural. Banten sebagai kota mengelola bea masuk dan hak prioritas multikultural bisa dilacak dari tulisan Van dalam pembelian dan penjualan. Jabatan Leur (2015: 195-196) yang menyatakan Pejabat Administrasi dan Penulis Istana bahwa Banten sebagai pelabuhan penting diberikan kepada orang-orang Cina. Empat yang di dalam kota terdapat tempat-tempat dari enam penulis di istana Kerajaan Banten peristirahatan dari berbagai macam orang merupakan Cina, selain itu merak juga dari berbagai Negara dan bangsa. Orang- menjadi penerjemah bagi raja. Pejabat orang India dari berbagai macam anak penimbang barang diberikan kepada orang benua, orang-orang dari Pegu (sekarang Persia. Jabatan ini memiliki prioritas dalam Myanmar) dan Siam (sekarang Thailand), penjualan dan pembelian barang di pasar Persia, Arab, Turki, Cina. Selain itu, wilayah pelabuhan Banten, hal ini tentu seluruh nusantara juga hadir, yakni menguntungkan bagi para pedagang Persia Malaysia, Ternate, Banda, Banjar, Bugis dan tersebut. Seluruh pengangkatan dan penetapannya pejabat-pejabat tersebut

93

dilakukan oleh raja atau adipati. Para pejabat budaya lokal di Banten sejak dahulu. publik dari mancanegara tersebut duduk di Melalui reinterpretasi ini, materi sejarah dewan kerajaan meskipun dengan bobot Banten di kelas tidak berkutat pada perang yang ringan (Meilink-Roelofsz, 2016: 388). saudara antara Sultan Haji melawan Sultan Ageng Tirtayasa. Kehidupan maritim Gambar 3 Bendera Kerajaan Banten Indonesia dalam perspektif sejarah menjadi kajian yang perlu dieksplorasi karena perkembangan masyarakat Banten banyak berhubungan dengan laut. Pendayagunaan maritim sebagai kekuatan utamanya telah hadir sejak lama dan diwarisi oleh Kerajaan Banten. Laut juga yang membawa berbagai

pengaruh besar bagi corak kehidupan Kesimpulan masyarakat Banten sampai saat ini. Pembelajaran sejarah maritim merupakan Penggunaan reinterpretasi di atas upaya internalisasi untuk mengenalkan dapat menggugah kesadaran sejarah bahwa sejarah maritim secara luas di kalangan menjadikan Indonesia sebagai ‗Poros peserta didik. Melalui pembelajaran sejarah Maritim‘ bukanlah wacana utopis. Modal maritim, diharapkan terwujud kesepahaman sebagai Poros Maritim sudah menjadi bagian terhadap identitas bersama sebagai bangsa tak terpisahkan kehidupan masyarakat dan maritim dengan budaya bahari yang unggul.

Gilang, M.I. (2018). Indonesia, Bangsa Maritim Yang Unggul dalam DAFTAR PUSTAKA Membaca Potensi Maritim Indonesia Menuju Poros Indian Ocean Rim Asmani, Jamal., 2012. Pendidikan Association IORA. Jakarta: DPP HMPI. Berbasis Keunggulan Lokal, Jogjakarta: [Tidak diterbitkan]. Diva Press.

Haryanti , D. 2014. Pendidikan Anak Burhanuddin, S, et. al. (2003). Sejarah Usia Dini Berwawasan Maritim (Studi Maritim Indonesia. Bandung: Pusat Riset Kasus Di Paud Arraisyah Koba Bangka Wilayah Laut dan Sumberdaya Non-Hayati Tengah). TARBAWY. Jurnal Pendidikan Badan Riset Kelautan dan Perikanan Islam. Departemen Kelautan dan Perikanan.

94

Kuwado, F.J. (2014). Jokowi, Kapal Pinisi, dan Program Maritim Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://nasional.kompas.com/ read/09162021/23/07/2014/Jokowi.Kapal.Pi nisi.dan.Program. Maritim.Indonesia.

Lapian, A.B (2009). Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut. Jakarta: Komunitas Bambu.

Meilink-Roelofsz, M.A.P. (2016). Perdagangan Asia & Pengaruh Eropa di Nusantara Antara 1500-1630. Yogyakarta: Ombak.

Santosa, A.B., & Supriatna, E. (2008). Sejarah Pergerakan Nasional (Dari Budi Utomo 1908 Hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945). Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Singgih Tri Sulistiyono. (2016). Paradigma Maritim dalam Membangun Indonesia: Belajar dari Sejarah. Jurnal Lembaran Sejarah Volume 12 Number 2. Hal 81—108.

Syeirazi, M.K. (2013). Kebangkitan Indonesia 2045-1945: Pokok-pokok Pikiran Sarjana . Jakarta: LP3ES

Tigetige, A. (2016). Bukti-bukti Masuknya Islam ke Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://kisahimuslim.blogspot.co.id/06/2016/ bukti-buktimasuknya-islam-ke- indonesia.html

Van Leur, J.C. (2015). Perdagangan dan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

95

HUTAN LAHAN ULUN SAIBATIN BUDAYA PEREKONOMIAN MASYARAKAT LOKAL DI PESISIR BARAT LAMPUNG

Henry Susanto1, Anisa Septianingrum2, Sumargono3

1 Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung Email: [email protected]

2 Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung Email: [email protected]

3 Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this study was to understand Saibatin‘s culture perspective from West Lampung regarding forests related to the agricultural system, the causes of forest destruction in Bukit Barisan Selatan National Park, and the goverment‘s respone to efforts to save forests in Bukit Barisan Selatan National Park. This study uses qualitative methods that refer to an ethnographic writing. Operasional technical uses a genetic structuralism approach. The result: (1) the damage to the Bukit Barisan Selatan National Park forest was not caused by the economic activities of the ulun Saibatin community or the HPH businessmen; (2) forest damage caused by the law on forestry in West Lampung is not adhered to the evidence that there are many forest looting activities; and (3) the problem of unemployment of people living in forest conversion areas needs to be addressed immediately.

Keyword: culture, economic activity, forest destruction, ulun Saibatin.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk memahami perspektif ulun Saibatin dari Lampung Barat mengenai hutan terkait dengan hukum adat dan sitem pertaniannya; (2) penyebab kerusakan hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS); (3) peranan pemerintah dalam upaya penyelamatan hutan di TNBBS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang merujuk pada sebuah penulisan etnografi. Teknis operasional menggunakan pendekatan Strukturalis Genetik. Hasilnya, kerusakan hutan di kawasan TNBBS bukan disebabkan oleh aktivitas ekonomi masyarakat ulun Saibatin ataupun pengusaha HPH, perundang-undangan tentang kehutanan di Lampung Barat tidak ditaati dengan bukti banyaknya penjarahan hutan, dan masalah pengangguran penduduk yang tinggal di kawasan konversi hutan perlu segera diatasi.

Kata kunci: kebudayaan, aktivitas ekonomi, pengrusakan hutan, ulun Saibatin.

menghasilkan sesuatu. Kebudayaan secara garis besar terdiri dari tiga wujud, Pendahuluan yaitu: kebudayaan sebagai tata kelakuan Pengertian kebudayaan menurut Zoetmulder (1951: 7) adalah daya dari manusia, kebudayaan sebagai kelakuan budi atau kekuatan dari akal yang manusia, kebudayaan sebagai hasil kelakuan manusia (Koentjaraningrat, dibiasakan dengan proses belajar yang 1975:45). Tata kelakuan akan menjadi berlangsung dari waktu ke waktu sehingga memungkinkan manusia untuk pedoman bagi perilaku, dan pada mempunyai gagasan, berkarya, dan

gilirannya perilaku akan memunculkan menyesuaikan diri dengan segala hasil dari tingkah laku. kebutuhan kehidupan manusia. Persoalan nasib manusia saat ini dan Kebudayaan meliputi bagaimana kelanjutannya, dipercayai erat sekali mereka berpakaian, adat kebiasaan berhubungan dengan nasib alam saat ini perkawinan mereka dan kehidupan dan di kemudian hari. keluarga, pola-pola kerja mereka, upacara-upacara keagamaan dan Pengertian mengenai budaya yang pencarian kesenangan. Kebudayaan tidak aktif terhadap alam, secara ekstrim meliputi juga barang-barang yang mereka mungkinlah dapat ditafsirkan bahwa alam ciptakan dan yang bermakna bagi mereka adalah penyedia ―mangsa‖ bagi – busur dan anak panah, bajak, pabrik kehidupan manusia, dan bukanlah alam dan mesin, komputer, buku, tempat itu sendiri sebagai ―mangsa‖ kehidupan kediaman (Gidden, 1991: 31-32). Sejalan manusia. Berdasarkan tafsir tersebut, bisa dengan pendapat tersebut, Gazalba (1979 diasumsikan bahwa manakala budaya : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai berubah menjadi aktif (diaktifkan) ―cara berfikir dan cara merasa atau terhadap alam (alam menjadi ―mangsa‖ kebudayaan bathiniah yang menyatakan kehidupan manusia), maka yang akan diri dalam seluruh segi kehidupan terjadi adalah krisis alam dan selanjutnya sekelompok manusia, yang membentuk akan berdampak pada terjadinya krisis kesatuan social dalam suatu ruang dan nasib bagi manusia. satu waktu. Namun, budaya tidaklah bersifat Pengertian mengenai nasib manusia statis. Budaya juga mengalami pada kehidupan masyarakat agraris perkembangan dan perubahan seiring biasanya amat kuat bersumber dari dengan perjalanan waktu kehidupan budaya mereka yang tidak aktif terhadap manusia, baik karena dorongan dari alam sekelilingnya. Petani biasanya tidak dalam maupun dorongan dari luar. merasa tunduk terhadap alam; akan tetapi Interaksi antara komponen-komponen sebaliknya mereka juga tidak merasa budaya dapat memungkinkan timbulnya mampu untuk menundukkan alam orientasi-orientasi budaya yang baru, dan (Koentjaraningrat, 1975: 15). Akhirnya, demikian juga interaksi budaya dengan konsepsi bahwa untuk kesejahteraan pengaruh-pengaruh dari luar seringkali yang berkesinambungan orang itu harus dapat mempengaruhi orientasi sebuah hidup selaras dengan alam sangatlah kuat budaya (Kuntowijoyo, 1999). Orientasi mendasari pola pikir, tingkah laku, dan budaya terhadap alam yang semula wujud segala sesuatu yang mereka bersifat tidak aktif, dapat bergeser hasilkan. menjadi sebuah orientasi baru yang sifatnya aktif terhadap alam. Nilai-nilai Kebudayaan pada masyarakat keselarasan kehidupan manusia terhadap agraris dengan demikian jelas alam menjadi tak terjaga lagi sehingga mengajarkan bahwa kehidupan alam menjadi ―mangsa‖ habis-habisan manusialah yang harus menyesuaikan diri bagi kehidupan manusia. atau menyelaraskan dengan alam. Bukan sebaliknya, alam yang harus 97

Bukti konkret bahwa manusia baik mereka kelola. Apalagi Lampung Barat secara komunal maupun individu menjadi merupakan bagian dari konversi pemicu pergeseran orientasi dari pasif lingkungan alam Taman Nasional Bukit menjadi aktif menjadikan alam sebagai Barisan Selatan yang dilindungi mangsa terlihat dalam tindakan yang pemerintah. Meski demikian, kerusakan bermotif mencari sumber makanan. Salah kawasan mencapai 40% dari total luas satu tempat yang menyediakan kebutuhan hutan konversi yang ada. pangan bagi manusia tanpa perlu pengelolaan adalah hutan. Ekosistem Metode Penelitian yang hidup di hutan memberikan manfaat Tulisan ini mempergunakan metode untuk mendukung keberlangsungan hidup kualitatif di dalam menelusuri manusia. Sebab, selain menyediakan kebudayaan ulun Lampung Saibatin, kebutuhan pangan, hutan yang kaya juga sebagai sebuah pranata yang mengatur, menyediakaan kayu dan lahan untuk mengendalikan, dan memberi arah kegiatan pertanian. Permasalahannya, aktivitas kehidupan mereka. Aplikasi metode kualitatif ini merujuk pada tujuan hutan yang terlalu sering dijamah utama sebuah penulisan etnografi, yaitu terindikasi mengalami kerusakan. untuk memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan Setiap kali terjadi kasus kerusakan kehidupan, sehingga akan dapat diperoleh hutan, selalu saja penduduk sebagai informasi mengenai pandangan mereka peladang di sekitarnya yang dituding tentang dunianya (Spradley, 1997: 3). sebagai penyebabnya. Baik itu berupa Pengumpulan data pada penelitian ini kebakaran hutan maupun terjadinya dilakukan dengan cara, yaitu: penggundulan lahan hutan. Pandangan pengamatan terlibat (observasi partisipan) tersebut diperkuat dengan argumentasi dan dilengkapi wawancara mendalam (indepth interview). bahwa perladangan berpindah dianggap Semua aktivitas manusia pemerintah sebagai sumber api kebakaran merupakan respon dari subyek kolektif hutan dan penyebab terjadinya maupun individu dalam ruang dan waktu penebangan hutan secara liar. tertentu yang merupakan kreasi atau percobaan untuk memodifikas situasi Lingkup penelitian ini mengangkat (ruang dan waktu) yang ada agar cocok persoalan pembangunan yang dengan aspirasinya. World view menyangkut masalah hubungan antara (pandangan dunia) dengan demikian manusia dan hutan. Kajian yang dibahas merupakan struktur bermakna yang terikat oleh ruang dan waktu, dan oleh adalah sifat penyesuaian atau adaptasi karenanya bersifat historis (Goldman, petani tradisional Ulun Saibatin Lampung 1973: 156). Sudut pandang untuk Barat terhadap lingkungan hidupnya yang melihat sebuah world view (pandangan berdekatan dengan kawasan hutan. dunia) dengan jalan mencari struktur dari Pentingnya penelitian ini bertujuan untuk fakta kemanusiaan yang terikat oleh mencari penyebab kerusakan hutan. ruang dan waktu tertentu disebut dengan Sebab, selama ini penduduk Ulun pendekatan Strukturalism Genetic (Junus, 1986: 15). Saibatin selalu mendapat tuduhan atas Teknis operasional pendekatan kerusakan hutan yang terjadi karena Strukturalism Genetic, didasari dua sistem pertanian ladang berpindah yang asumsi kerangka hubungan, yaitu :

98

Pertama, terdapat hubungan antara makna lebih suka pergi merantau meninggalkan suatu unsur dengan unsur yang lain dalam desanya untuk mencari takdir sebuah aktivitas yang sama; Kedua, kehidupannya sendiri. hubungan tersebut membentuk jaring- jaring (struktur) yang saling mengikat Inti penduduk desa, dari sebuah (Goldmann, 1973: 156). Apabila kesatuan kolektif ulun Saibatin adalah para lelaki telah diketemukan, kemudian dianalisis anak tertua sebagai penguasa harta hubungannya dengan latar belakang sosialnya, akan diperoleh world view pusaka keluarga yang tidak terpecah- (pandangan dunia) dari sebuah aktivitas pecah. Mereka tetap tinggal di desa dan (Junus, 1986: 26). menyebabkan bahwa di setiap desa Validasi data yang diperoleh pada Saibatin tersebut terdapat suatu golongan dua kegiatan di atas kemudian diuji warga desa inti yang mantap, yang silangkan (crosscek), sehingga akan mempunyai rasa tanggung jawab yang diperoleh data yang benar-benar maksimal terhadap seluruh warisan harta mencerminkan atau mewakili pandangan (mind) kolektif Saibatin. Data-data yang pusaka keluarga (terutama tanah), dan diperoleh kemudian dianalisis yang merasakan suatu loyalitas yang berdasarkan prime etnografi, yaitu besar terhadap komunitinya. Kecuali dimulai dari unsur yang konkrit menuju mantap karena suatu mobilitas yang hal-hal yang lebih abstrak dengan minimal dari golongan inti penduduk mempergunakan logika perpikir dari desa, yang disebabkan oleh karena unsur induktif ke deduktif, sehingga akan diperoleh native‟s point of view dasar dalam struktur sosialnya, jumlah (pandangan pokok). penduduk desa juga mantap sepanjang masa oleh karena sistem sosial yang berlaku. Hasil dan Pembahasan Berpijak dari sistem kekerabatan ulun Orientasi Budaya dan Kehidupan Saibatin di Lampung Barat, maka secara Ekonomi teoritis jumlah penduduk inti desa Sebagaimana etnis Lampung pada sebagai petani pemilik tanah (lahan umumnya, ulun Saibatin menganut sistem pertanian) tidaklah bertambah. Demikian kekerabatan patrilinea-primogenitur, juga warisan pusaka keluarga dalam artinya bahwa seluruh harta pusaka tanah, bentuk tanah untuk pertanian tidaklah rumah, pekarangan, serta seluruh harta mungkin mengalami perluasan areal. kekayaan sebuah keluarga hanya akan Pertambahan dalam hal jumlah (bukan diwariskan pada anak laki-laki tertua luasan) berkenaan dengan tanah milik (Imron, 2001). Dengan demikian, harta memang dimungkinkan dengan jalan pusaka tanah tidak pecah terbagi-bagi. pembelian tanah dari klen lain. Namun, Anak laki-laki lainnya tidak mendapat yang demikian tersebut sangat jarang warisan harta pusaka, dan apabila mereka ditemui, mengingat bentuk penjualan tetap tinggal di desa sebagai petani, warisan tanah pusaka sangatlah jarang mereka hanya sebagai petani penggarap terjadi oleh sebab adanya rasa tanggung tanah pusaka yang dikuasai oleh kakak jawab atas ―nilai‖ warisan leluhur bagi laki-laki tertua mereka. Meskipun sebuah klen yang sangat dijunjung tinggi demikian, realitas di lapangan lebih oleh ulun Saibatin. banyak menunjukkan bahwa mereka 99

Aktivitas pertanian asli ulun pesisir barat Pulau Sumatera bagian Saibatin adalah berkebun dengan selatan, dan mempunyai pantai yang tanaman budidaya bernilai jual tinggi landai sebagai tempat persinggahan rute seperti: lada, kopi, cengkeh, damar dan pelayaran perdagangan beranting dari berladang (tanaman pangan). Kebun Malaka-Aceh-Minangkabau-Lampung- mereka bersifat komersial, sedangkan Jawa. Karakter pertanian ulun Saibatin pertanian ladang pada ulun Saibatin dengan demikian terbentuk dalam sifatnya adalah subsisten atau hanya konteks sebagai masyarakat pertanian di untuk pemenuhan kebutuhan pangan daerah lalu lintas perdagangan yang (tidak diperdagangkan). Perkebunan cenderung terbuka18 dan mudah dilakukan pada lahan-lahan pertanian dijangkau oleh konsumen kawasan luar yang diwarisi dari para primus interparis Lampung. (cikal-bakal) terdahulu di setiap pekon/tiyuh (kampung/desa) yang Daerah Lampung Barat dalam kuantitas luasannya tidak pernah kedudukannya sebagai daerah jalur bertambah dari dulu hingga sekarang, pelayaran perdagangan yang sedangkan perladangan pangan dilakukan menghubungkan Sumatera dan Jawa, secara berpindah gilir pada lahan-lahan serta ditopang dengan kondisi tanah yang hutan yang terletak tidak jauh dari aliran subur, telah membentuk penduduknya sungai. menjadi sebuah masyarakat interpreneur yang cukup maju. Pertanian tanaman Kebun-kebun ulun Saibatin bernilai ekonomis seperti: lada, cengkeh, biasanya letaknya dekat dengan areal damar, kopi, dan rotan, sangat hutan sejak para pioner pembuka sebuah berkembang di Lampung Barat. pekon/tiyuh, jauh sebelum republik ini Melimpahnya komoditi tanaman ada, dan bahkan jauh sebelum kedatangan ekonomis tersebut serta letak geografis kolonialisme Eropa di Lampung. Kebun- yang strategis menjadikan Lampung kebun tersebut dahulunya adalah bagian Barat sejak lama sebagai sebuah bandar lahan hutan yang subur yang dipilih dan perdagangan hasil tanaman-tanaman dianggap cocok untuk tanaman-tanaman bernilai ekonomis yang ramai. bernilai ekonomis oleh mereka. Sebenarnya, asal-usul kampung-kampung Sistem perladangan pada tanaman tua yang ada itupun dibentuk oleh para pangan dilakukan secara rotasi. pioner ulun Saibatin dengan jalan Perladangan tanaman pangan yang membuka lahan-lahan hutan yang ada dilakukan secara berpindah-pindah dari lokasi lahan yang satu ke lahan yang lain Mengenai aktivitas asli perkebunan merupakan salah satu aspek dari strategi tanaman bernilai jual tinggi pada ulun adaptasi ekologis dalam pertanian pangan Saibatin, kemungkinan besar tidak pada ulun Saibatin. Kearifan ekologis terlepas dari karakteristik daerah dalam sistem perladangan ini justru Lampung Barat yang selain luas dan terletak pada caranya yang berpindah- subur tanahnya, secara geografis terletak pindah lahan, tujuannya adalah pada posisi yang strategis. Lampung mengistirahatkan lahan tanah-hutan Barat merupakan daerah yang berada di ladang yang telah dibuka atau diolah

100

beberapa kali dalam siklus ladang, pula bentuk lahan-lahan perladangan ulun kemudian ditinggalkan dalam rentang Saibatin tidak beraturan, tidak waktu beberapa tahun sebelum sebagaimana sawah-sawah di Jawa. dipergunakan lagi sebagai lahan Pondok sederhana didirikan di dekat perladangan (Lahajir, 2001: 48). ladang dari kayu-kayu bekas tebangan beberapa tanaman keras yang ada di areal Perladangan pada ulun Saibatin calon ladang, untuk tempat tinggal hanya dilakukan pada lahan-lahan yang sementara selama berlangsungnya proses tidak jauh dari sungai atau tidak masuk penggarapan lahan hingga proses ke dalam hutan, juga kuantitas lahan yang pemanenan selesai. Hasil panen yang dipergunakan tidaklah besar. Perladangan diperoleh dibawa ke pekon/tiyuh tempat tanaman pangan pada ulun Saibatin yang domisili tetap mereka. sifatnya subsisten tentunya tidaklah memerlukan areal yang luas, sebab

jumlah kepala yang harus dihidupi A

cenderung stabil (tetap), yaitu penduduk B F E inti desa dan keluarganya. Sistem perladangan ulun Saibatin terdiri dari C aktivitas sebagai berikut: pemilihan D lahan, penebasan, pembakaran, penanaman padi, ngerepong. Tiga aktivitas yang pertama merupakan Gambar 1. Sistem Ladang Ulun Saibatin kegiatan pembersihan vegetasi-vegetasi lama, sedangkan dua aktivitas terakhir merupakan kegiatan kontrol terhadap Keterangan: vegetasi-vegetasi baru. Aktivitas-aktivitas tersebut tampak sebagaimana sebuah A= Pemilihan Lahan B= peniruan terhadap sistem suksesi Menebas C= Membakar pertumbuhan kembali secara alamiah, D= Penanaman Padi E= yaitu dengan adanya teknis pemutus-api Repong F= Pemilihan (firebreaks) sebagaimana yang dilihat Lahan Baru Untuk 3 - 4 kali pada setting lingkungan alam di sekitar mereka. Musim Tanam (2 tahun)

Pemilihan lokasi untuk lahan Persepsi tentang Hutan cenderung pada areal yang tidak terlalu jauh dari aliran sungai, dan yang letaknya Pandangan atau pemahaman ulun lebih rendah dari sungai tersebut. Saibatin mengenai hutan dapat diketahui Biasanya dipilih areal yang cukup dari kategori fungsi hutan bagi mereka. terbuka sehingga cukup sinar matahari Ulun Saibatin mempunyai anggapan dan sedapat mungkin menghindari lokasi bahwa hutan dan lahan harus dilihat yang banyak ditumbuhi tanaman keras kegunaannya secara bersamaan, artinya untuk memudahkan pengerjaan bahwa lahan tidak mempunyai makna pengolahannya. Oleh sebab itu biasanya apabila tidak dilihat sekaligus dengan hutannya. Bagi ulun Saibatin, makna 101

antara hutan dan lahan tidak terpisahkan. interparis pembuka daerah dan pendiri Dengan demikian, dalam hal klen. Kwantitas luasannya tidak pernah pemanfaatan lahan-hutan harus dilihat bertambah dari generasi ke generasi; (3) feadahnya secara bersama-sama. Hutan sebagai lahan ekonomis umum (lintas klen), yaitu hutan untuk diambil Pada konteks kehidupan ekonomi hasil non kayu-nya (damar, karet, rotan, ulun Saibatin, hutan mempunyai fungsi madu, dll); dan (4) Hutan repong, sebagai berikut: (1)Hutan sebagai lahan kepemilikannya umum dan hak subsisten, yaitu hutan untuk lokasi ladang pengambilan hasilnya juga bersifat umum padi dan pemenuhan kebutuhan kayu (lintas klen), bahkan orang asing yang untuk tempat tinggal sendiri. Ulun kebetulan sedang berada di hutan tersebut Saibatin pada dasarnya tidak menjadikan juga diperbolehkan mengambil buah- bahan pangan (beras) dan bahan buahan yang ada. bangunan (kayu) sebagai komoditi untuk diperjualbelikan; (2)Hutan sebagai lahan Konsep hutan yang identik dengan ekonomis klen, yaitu hutan untuk lahan habitat pepohonan seharusnya tetaplah perkebunan (kopi, cengkeh, lada, damar terjaga di dalam pemaknaan antara hutan dll). Hasil pemanfaatan hutan kategori dan lahan pada ulun Saibatin yang tinggal inilah yang diperdagangkan ulun di sekitarnya. Pemanfaatan hutan-lahan Saibatin; (3)Hutan sebagai lahan yang tidak sesuai dengan kedua kategori ekonomis umum (lintas klen), yaitu hutan fungsional tersebut di atas, dahulu untuk diambil hasil non kayu (damar, dianggap merupakan pelanggaran adat. karet, rotan, madu, dll) untuk Sanksi adat akan dijatuhkan pada si diperdagangkan; (4)Hutan repong yaitu pelaku. Pada ulun Saibatin, perilaku hutan buah-buahan (bekas lahan-lahan pemanfaatan yang menyimpang dianggap perladangan). Hasil buah-buahan yang merusak hutan dan dianggap pula dapat diambil dapat dimanfaatkan untuk dijual merusak kehidupan budaya dan ekonomi. (bersifat ekonomis) maupun untuk Bagi ulun Saibatin, kehidupan manusia dikonsumsi sendiri (bersifat subsisten). harus selaras (bijaksana) terhadap hutan- lahan. Selain berdasarkan fungsi, pemaknaan kesatuan antara hutan dan Pranata adat (para punyimbang) lahan dalam konteks kehidupan ekonomi pada zaman dahulu mengontrol secara ulun Saibatin, di dasarkan juga pada hak ketat kategori fungsi hutan-lahan di kepemilikan dan hak pemanfaatan hutan- lingkungan kolektif ulun Saibatin. lahan. Hak kepemilikan dan hak pakai Pranata adat kolektif ulun Saibatin hutan pada ulun Saibatin adalah sebagai berfungsi sebagai alat kontrol terhadap berikut: (1) Hutan sebagai lahan relasi antara norma adat Saibatin, subsisten, kepemilikannya umum dan hak kepentingan manusia Saibatin, dan pakainya juga umum. Bersifat lintas klen; lingkungan ekologinya (hutan-lahan). (2) Hutan sebagai lahan ekonomis klen, Namun, dewasa ini kategori tersebut kepemilikannya klen dan hak pakainya tidaklah ditaati lagi secara ketat karena klen. Bersifat klen oriented. Biasanya lemahnya kontrol pranata adat terhadap merupakan pusaka warisan para primus kategori pemanfaatan (fungsi) hutan.

102

Melemahnya fungsi ini erat kaitannya dengan adanya perubahan tata masyarakat di Lampung Barat, dari Kerusakan dan Alternatif Pelestarian sistem masyarakat adat ke sistem Saat terjadi kasus kerusakan hutan, masyarakat desa sesuai dengan UU No.5 selalu saja penduduk sebagai peladang di tahun 1979 tentang pemerintahan desa. sekitarnya yang dituding sebagai pelaku. Entah itu berupa kebakaran hutan maupun terjadinya penggundulan lahan hutan. Hal itu disebabkan oleh sistem Tabel 1. Kategori Hutan Pada Ulun perladangan berpindah yang dianggap Saibatin: pemerintah sebagai sumber api kebakaran hutan dan penyebab terjadinya penebangan hutan secara liar. Luas kawasan konversi hutan TNBBS (Taman Fungsi Komodit Kepem Hak Bentuk Nasional Bukit Barisan Selatan) di as ilikan Pakai wilayah Lampung Barat secara keseluruhan adalah 356.000 km2 (Santoso, 2001: 156). Sejak lama sudah Lahan Bahan Umum Umum Ladang berlangsung aktivitas perusakan hutan di Subsisten Pangan, Dan (Lintas (Lintas kawasan itu. Namun, aktivitas itu dapat Kayu dilihat semakin menghebat pada periode Klen) Klen) Hutan Banguna tahun 1997–1998 dan berlangsung terus n Belantara hingga sekarang. Aktivitas perusakan hutan yang dimaksud terutama adalah Lahan Kopi, Klen Klen Kebun kasus pencurian kayu dengan cara-cara Ekonomis Cengkeh, penebangan liar. Bukti-bukti di lapangan Klen Lada, dll. menunjukkan bahwa pada bagian tengah- tengah kawasan hutan TNBBS (Taman Lahan Damar, Umum Umum Hutan Nasional Bukit Barisan Selatan) banyak Ekonomis Rotan, Belantara dijumpai areal-areal yang gundul dengan bekas-bekas tebangan pohon-pohon. Umum Karet, (Lintas (Lintas Sekali lagi perlu ditekankan di sini bahwa Madu, Klen) Klen) Dan (lintas Repong kerusakan yang terjadi adalah pada di buah- areal-areal di bagian tengah hutan, bukan Klen) buahan pada areal di bagian tepian/pinggir hutan. Berdasarkan fakta-fakta dilapangan, (non kita tidak bisa juga menutup mata bahwa kayu) ada sebagian dari penduduk lokal ada yang terlibat dalam aktivitas negatif yang berlangsung. Persoalan yang ditemukan dalam proses pengambilan data di lapangan adalah kenyataan bahwa perekonomian penduduk tidak meningkat drastis ataupun membaik setelah adanya kasus penjarahan kayu-kayu hutan. Padahal nilai jual kayu hutan relatif mahal. Fakta baru ini menunjukkan Gambar 2. Relasi Aktivitas – Ekologi bahwa penduduk lokal yang terlibat – Norma Adat Pada Ulun Saibatin bukanlah dalang tunggal dalam kasus

103

kerusakan hutan. Tentunya membuka kolektifnya adalah orang-orang anggota peluang besar bahwa ada oknum-oknum keluarga inti dari kolektif tersebut. Bila dengan kepentingan politis maupun berpijak dari asumsi ini, tidaklah ekonomi yang menjadikan penduduk mungkin kerusakan hutan di kawasan lokal sebagai alat. Konsekuensinya, yang konversi TNBBS disebabkan oleh menerima hukuman bukan dalang yang aktivitas pertanian ladang berpindah. Hal mengkoordinir, tetapi orang-orang lokal ini mengingat bahwa yang melakukan yang menjadi suruhan para oknum. aktivitas berladang adalah keluarga Periode tahun 1997 – 1998 adalah penduduk inti dari pekon/tiyuh. masa puncak berlangsungnya krisis Sebagaimana sudah disebutkan di atas, ekonomi di Indonesia. Seluruh sektor orientasi budaya ulun Saibatin adalah kehidupan masyarakat terkena kehidupan yang selaras dengan alam, dampaknya. Biaya hidup semakin mahal, bukan kehidupan yang ―memangsa‖ dan sementara itu efisiensi dalam bentuk alam, sehingga Michon dan Boprard pengurangan tenaga kerja banyak (1986) memuji-muji ulun Saibatin di Krui dilakukan oleh sektor industri. karena cara mereka berkebun damar dan Pengangguran meningkat, sedangkan repong (agroforesty) yang sangat gaya hidup manusia yang biasanya fungsional, menyatu dengan ekosistem (sebelum periode 1997 – 1998) ―serasa‖ kehidupan jagat mereka. mapan sudah sulit untuk dirubah. Kerusakan hutan dewasa ini, Akibatnya jalan pintas dengan cara-cara sebagian besar sifatnya lebih disebabkan menerabas aturan seringkali dilakukan oleh problem pengangguran penduduk agar dengan cepat dapat memperoleh apa pada daerah di lingkungan sebuah yang disebut dengan ―uang‖. kawasan hutan. Pendekatan budaya Salah satu bentuk jalan pintas itu dengan demikian akan lebih mengena, adalah sangat mungkin juga berupa apabila pemerintah juga turut melibatkan aktivitas pencurian ataupun penjarahan pihak swasta (terutama pengusaha HPH kayu-kayu hutan yang semakin setempat bila ada), untuk berpartisipasi menghebat di dalam TNBBS di Lampung memecahkan problem pengangguran di Barat27. Aturan tidak lagi dihiraukan, dan daerah-daerah yang berada dalam sebuah aparat negara tak dipandang lagi. Hutan kawasan hutan. yang dalam konsep orientasi budaya ulun Saibatin adalah penyedia ―mangsa‖ bagi kehidupan manusia, berubah menjadi ―mangsa‖ bagi kehidupan manusia. Prinsip keselarasan hidup manusia dengan alam yang digariskan oleh nenek moyang telah dilanggar. Ulun Saibatin yang di dalam orientasi budayanya men- tabu-kan aktivitas menjual kayu hutan, mulai berani secara terang-terangan memperdagangkan kayu hutan. Menurut rumor yang berkembang, seberapa banyakpun jumlah kayu yang berhasil disediakan oleh seseorang, akan dengan mudah terjual secara tunai. Pembeli biasanya adalah orang-orang yang datang dari luar Lampung Barat. Masyarakat komunal yang masih memegang teguh orientasi budaya 104

Gambar 3. Alternatif Struktur Ketiga, Perundang-Undangan Pelestarian Hutan: kehutanan yang berlaku maupun keberadaan aparat pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan di TNBBS Kesimpulan Lampung Barat, ternyata kurang banyak Berdasarkan uraian di atas, terdapat berarti karena penjarahan masih saja beberapa kesimpulan yang bisa kita terjadi dan lolos dari pantauan. Ada ketengahkan di sini, yaitu: pertama, baiknya pemerintah menempuh adalah bahwa kerusakan hutan di Taman pendekatan budaya untuk paling tidak Nasional Bukit Barisan (TNBBS) di dapat mengurangi kasus-kasus Lampung Barat bukanlah disebabkan penjarahan kayu hutan di kawasan oleh aktivitas ekonomi asli ulun Saibatin TNBBS Lampung Barat. Fakta sejarah di daerah tersebut, baik itu aktivitas menunjukkan bahwa pada masa norma ekonomi mereka yang bersifat subsisten, adat Saibatin masih berlaku dan yang bersifat ekonomis, maupun yang wewenang pranata adat masih ada, di bersifat gabungan antara subsisten dan dalam mengatur interaksi antara ekonomis. Orientasi budaya ulun Saibatin penduduk dengan hutan yang ada di yang menggerakkan ketiga aktivitas Lampung Barat, kasus-kasus penjarahan ekonomi asli ulun Saibatin tersebut tidak hutan dapat diminimalkan. Bahkan, pernah memandang hutan sebagai masing-masing pada diri ulun Saibatin ―mangsa‖ bagi kehidupan ekonomi ada rasa tanggung jawab sebagai mereka, tetapi lebih memandang hutan ―pengawal‖ kelestarian hutan, mengingat sebagai penyedia ―mangsa‖ bagi bahwa hutan identik dengan kehidupan kehidupan ekonomi mereka. Orientasi ulun Saibatin. budaya ulun Saibatin adalah kehidupan Keempat, problem pengangguran yang selaras dengan alam. penduduk yang tinggal di sekitar kawasan Kedua, Kerusakan hutan TNBBS di konversi hutan perlu segera diatasi. Lampung Barat bukan pula disebabkan Pemerintah dapat menggandeng pihak oleh aktivitas pengusaha HPH yang tidak swasta (terutama bila di daerah setempat bertanggung jawab di daerah itu, karena terdapat usaha HPH) untuk diajak turut di TNBBS Lampung Barat tidak terdapat serta mengatasi masalah-masalah satu unit-pun usaha HPH. Kerusakan pengangguran di daerah yang berada di hutan yang terjadi lebih disebabkan kasus sekitar kawasan konversi hutan. Adanya pencurian maupun menjarahan yang kelengkapan pendekatan secara ekonomi intensitasnya sangat meningkat sejak ini, memungkinkan pendekatan budaya periode 1997 – 1998 (bertepatan dengan yang diterapkan akan lebih mengena. krisis ekonomi yang memuncak di negeri ini), yang dilakukan oleh penebang- penebang liar, sebagai dampak dari DAFTAR PUSTAKA kondisi kesulitan ekonomi dari para pelaku penjarahan kayu hutan tersebut. Gazalba, Sidi. 1979. Kebudayaan Pelaku penjarahan bukanlah penduduk Sebagai Ilmu. Jakarta: Pustaka Antara. inti desa dari banyak pekon/tiyuh ulun Saibatin yang ada di Lampung Barat, Giddens, Anthony. 1991. Sociology. meskipun tidak menutup kemungkinan Cambridge: Polity Press. pelakunya melibatkan sebagian dari anggota-anggota klen mereka yang Goldmann, Lucien. 1973. Genetic pulang kampung akibat krisis ekonomi Structuralism in the Sociology of yang berdampak pada kesulitan hidup Literature. Harmondsworth: mereka di daerah rantau. Penguin.

105

Imron, Ali, Perubahan Pola Perkawinan Bujujokh dan Semenda Pada Masyarakat Saibatin Lampung Barat, Tesis Program Pascasarjana UGM, 2001.

Junus, Umar. 1986. SosiologI Sastra, Persoalan Teori dan Metode. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia.

Koentjaraningrat. 1975. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Kuntowijoyo. 1999. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Lahajir. 2001 Etnologi Perladangan Orang Dayak Tunjung Linggang. Yogyakarta: Galang Press.

Hahiwang Harhong Nunas yaitu sebuah syair tradisi lisan mengenai Haghong= arang/cikal bakal, Nunas= tunas/generasi keturunan dari Penggawa Lima, sebagai Primus Interparis dan leluhur ulun Krui di Lampung Barat.

Santoso, Harianto, F. 2001. Profil Daerah Kabupaten dan Kota. Jakarta.

Spradey P. James. 1997. Metode Etnografi, Terj. The Etnographic Interview, Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Zoetmulder, P.J. 1951. Cultuur, Oost and West. Amsterdam: P.J. van der Peet.

106

TRADISI GREBEG SUDIRO SEBAGAI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN PENGHARGAAN ATAS KEBHINEKAAN DI SURAKARTA

Sumargono1, Henry Susanto2, Anisa Septianingrum3 1Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung Email : [email protected]

2Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung Email :[email protected]

3Dosen Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Lampung Email :[email protected]

Abstrakpersoalan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Alternatif yang banyak dikemukakan untuk mengatasi persoalan persoalan karakter bangsa dan kebhinekaan adalah pendidikan. Sebagai alternatif yang bersifat preventif pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat mengurai penyebab berbagai masalah karakter bangsa dan lebih menghargai makna keberagaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu usaha pengembangan pendidikan karakter dan kebhinekaan dapat digali dari budaya yang berkembang dalam lingkungan masyarakat sekitar yaitu nilai-nilai filosofis yang bersumber dari tradisi Grebeg Sudiro di Surakarta. Realitas dari Tradisi Grebeg Sudiromampu dihadirkan dalam kajian ilmu sosial di sekolah seperti dalam kajian sejarah dan kajian sosiologi, serta dapat digunakan sebagai penguatan pendidikan karakter dan kebhinekaan. Kata Kunci : Grebeg Sudiro, Pendidikan Karakter, Kebhinekaan.

Abstract : The national issue character is now in the public spotlight. Alternative many of which were put forward to address issues of national character and diversity is education. As a preventive alternative to education expected to develop the nation‘s young generation quality in various ways aspects that can unravel the various national character problems causes and more appreciate the meaning of diversity in the nation and state lifes. Wrong an effort to develop character education and diversity can be explored from culture that develops in the surrounding community environment, namely values philosophical originating from the Grebeg Sudiro tradition in Surakarta. Tradition Grebeg Sudiro can be reality presented in the study of social science in schools as historical studies or sociology studies, can be used as reinforcement character education and diversity.

Keywords : Grebeg Sudiro, Character Education, Diversity.

Pendahuluan karakter dan udaya adalah nilai yang bersumber dari Agama, Pancasila, dan Pendidikan adalah bagian dari proses Budaya. Implementasinya melalui semua manusia membangun dunia atau pelajaran, pengembangan diri dan budaya kebudayaannya. Pendidikan budaya dan sekolah. Seperti yang dijelaskan oleh Ki karakter bangsa merupakan inti dari suatu Hadjar Dewantoro dalam Sariyatun proses pendidikan. Nilai-nilai yang (2014:18) bahwa manusia akan benar- dikembangkan dalam dunia pendidikan

107

benar menjadi manusia kalau ia hidup Sekolah adalah wahana untuk dalam budayanya sendiri. proses pendidikan secara formal. Sekolah Persoalan karakter bangsa kini adalah bagian dari masyarakat karena itu menjadi sorotan tajam masyarakat. sekolah harus dapat mengupayakan Persoalan yang muncul di masyarakat pelestarian karakteristik atau kekhasan mulai tumbuhnya sikap-sikap anti lingkungan sekitar sekolah ataupun keragaman di kalangan siswa yang dapat daerah di mana sekolah itu berada. Untuk mengancam persatuan, kesatuan dan merealisasikan usaha ini, sekolah harus kebhinekaan di Indonesia menjadi topik menyajikan program pendidikan yang hangat di berbagai kesempatan. Berbagai dapat memberikan wawasan kepada alternatif penyelesaian atas persoalan peserta didik tentang apa yang menjadi karakter bangsa dan kebhinekaan telah karakteristik lingkungan di daerahnya diajukan seperti undang-undang, serta baik yang berkaitan dengan kondisi alam, peningkatan upaya pelaksanaan dan lingkungan sosial, dan lingkungan penerapan hukum lebih kuat. budaya maupun yang menjadi kebutuhan Alternatif yang banyak daerah. dikemukakan untuk mengatasi persoalan Salah satu usaha pengembangan persoalan karakter bangsa dan pendidikan karakter dan kebhinekaan kebhinekaan adalah pendidikan. dapat digali dari budaya yang Pendidikan dianggap sebagai alternatif berkembang dalam lingkungan yang bersifat preventif dalam peranannya masyarakat sekitar yaitu nilai-nilai membangun generasi baru yang lebih filosofis yang bersumber dari tradisi baik. Sebagai alternatif yang bersifat Grebeg Sudiro di Surakarta. Nilai preventif pendidikan diharapkan dapat filosofis dari tradisi Grebeg Sudiro mengembangkan kualitas generasi muda bersumber dari ethos dan semangat bangsa dalam berbagai aspek yang dapat kebersamaan dalam keberagaman serta mengurai penyebab berbagai masalah aspek pandangan hidup dari orang Jawa karakter bangsa dan lebih menghargai dan Tionghoa. Kata grebeg berarti makna keberagaman dalam kehidupan perayaan syukur budaya Jawa, sedangkan berbangsa dan bernegara. sudiro merpakan nama daerah yang Pendidikan karakter dan didominasi Tionghoa di Surakarta. multikultural di Indonesia amat perlu Perayaan ini selalu diadakan seminggu pengembangannya apa bila mengingat sebelum imlek. Kehadiranya dijadikan makin meningkatnya tawuran antar strategi esensialisme (essentialism), pelajar, memudarnya sikap hormat dimana simbol-simbol identitas Tionghoa kepada orang tua dan orang lain, serta sengaja dihadirkan dalam proses politik munculnya ketegangan dan kecurigaan pengakuan sebagai bagaian dari warga dalam relasi antar etnik ataupun agama Surakarta (Ivan Wibowo, 2008 :355). yang mengancam keberagaman dalam Lebih lanjut lagi dapat dipahami juga kesatuan kebhinekaan Indonesia. sebagai simbolisme dalam tradisi Berdasarkan kenyataan tersebut, lokalitas Jawa yang dilaksanakan penuh diperlukan program pendidikan yang kesadaran, pemahaman, penghayatan disesuaikan dengan potensi daerah. tinggi, dan dianut secara tradisional Dengan demikian peserta didik (Budiono Herusatoto, 2000). diharapkan memiliki perasaan cinta terhadap lingkungan, pemahaman dan Metode Penelitian pemeliharaan modal akan keterampilan dasar yang selanjutnya dikembangkan Penelitian ini merupakan lebih jauh lagi (Abdullah Idi, 2013 : 281- penelitian kualitatif yang diarahkan 282). kepada penggalian informasi mengenai nilai-nilai filosofis Tradisi Grebeg Sudiro 108

sebagai penguatan karakter dan terjadi menampilkan persoalan identitas penghargaan atas kebhinekaan di sebagai kunci memecahkan masalah Surakarta. Penelitian ini dilaksnakan di Tionghoa itu. Kampung Sudiroprajan dan sekitar Pasar Menurut Syamsuddin Haris Gedhe yang merupakan Kampung dalam Thung Ju Lan menjelaskan bahwa Pecinan kota Surakarta. Meski terjadi ketegangan dan kecurigaan dalam relasi pasang surut hubungan antara Etnis antar etnik ataupun antar agama keturunan Tionghoa dengan Jawa, namun barangkali memang masih ada dan kampung Sudiroprajan terjadi bersifat laten dalam realitas harmonisasi budaya antara Jawa- keberagaman bangsa Indonesia. Namun, Tionghoa hingga melahirkan budaya baru kecurigaan dan ketegangan dalam relasi ―Tradisi Grebeg Sudiro‖. Teknik sosio-kultural tersebut sebenarnya dapat pengumpulan data yang digunakan yaitu dihilangkan atau dikurangi secara Wawancara mendalam dan dokumentasi. signifikan jika elite non-negara seperti Sebagai analisis dan unit analisis dalam para pemimpin agama, adat, dan tokoh kajian ini adalah tokoh masyarakat masyarakat tetap berorientasi sebagai Kampung Sudiroprajan, pengelola penjaga dan pengawal keberagaman di Klenteng Tien Kok Sie, warga luar orientasi perburuan rente (rent masyarakat Pasar Gedhe dan masyarakat seeking) yang acapkali mengorbankan Kampung Sudiroprajan. Diantara mereka kepentingan kolektif bangsa (Thung Ju diambil sebagai informan dengan Lan, 2011: 64-65). menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kiranya pernyataan diatas, dapat Analisis data penelitian ini menggunakan menggambarkan dinamika waktu yang deskriptif analisis. membuka kesempatan saling mengenal budaya antara etnis Tionghoa dengan Hasil dan Pembahasan pribumi Jawa. Selanjutnya pada 2007, para tokoh masyarakat Sudiroprajan Kota Surakarta telah dikenal yang terdiri dari; pemuka Klenteng Tien sebagai kota dengan tingkat keragaman Kok Sie, serta elemen masyarakat suku, etnis, budaya, dan agama yang pedagang di Pasar Gedhe dan kelurahan menonjol. Dari beragam etnis yang ada, Sudiroprajan berembug hingga muncul orang keturunan Cina (Tionghoa) ide dan gagasan tradisi Grebeg Sudiro merupakan kelompok pendatang dengan (Wawancara dengan Bapak Sarjono perkembangan yang paling pesat selain pada tanggal 27 Agustus 2017). keturunan Arab. Orang-orang Tionghoa Grebeg Sudiro lahir bukan untuk tinggal di Sungai Pepe sekitar Pasar meredam konflik yang terjadi pada Gedhe dengan sebutan Kampung tahun 1998, karena gagasan tersebut Pecinan atau Sudiroprajan (Benny baru diwujudkan pada tahun 2007. Juwono, 1999:56) Dalam arus sejarah, Grebeg Sudiro lahir berangkat dari terdapat paradigma salah terhadap keprihatinan tokoh-tokoh masyarakat keberadaan etnis Tionghoa. Ketika mengenai adanya kemungkinan atau menyebut ―Cina‖ masyarakat pada potensi-potensi negatif yang dapat umummnya cenderung menilai dengan menggerus kerukunan di dalam sifat eksklusif dan kurang sosialisasi, masyarakat sehingga terjadi konflik menjadi hal yang didasarkan kepada yang didorong oleh sentiment terhadap mereka. Masih banyak alasan serupa etnis Tionghoa kembali terjadi terkait sifat negatif dari beberapa etnis (wawancara dengan Bapak Tomi pada Tionghoa, tetapi hal tersebut tanggal 10 Agustus 2017). digeneralisasi sehingga dianggap sifat Pada dasarnya, Grebeg Sudiro dari semua etnis Tionghoa (Justian mampu dijadikan media pembelajaran Suhandinata, 2009:317). Masalah yang

109

ilmu sosial di kehidupan nyata. Hal toleransi dan itikad baik, baik hati, tersebut sesuai dengan hakikat yang empati, tata cara dan etiket, sopan santun, menyatakan pembelajaran adalah proses bahagia/gembira, sehat, dermawan, interaksi antara peserta didik dengan persahabatan, pengakuan, menghormati, lingkungannya, sehingga terjadi berterima kasih. perubahan perilaku ke arah yang lebih Hal tersebut dapat menjelaskan baik (Mulyasa, 2002 : 100). bahwa Tradisi Grebeg Sudiro mampu Menurut Megawangi dalam dijadikan sumber belajar ilmu sosial di Sariyatun (2014 : 22) menjelaskan kehidupan nyata. Sebagai perayaan yang kualitas karakter meliputi Sembilan pilar, tercipta atas hasil integrasi kedua unsur yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaan- yang berbeda yaitu Tionghoa-Jawa, maka Nya, tanggung jawab, disiplin dan jelaslah bagaimana pendidikan karakter mandiri, jujur/amanah dan arif, hormat turut berperan. Antara ilmu sosial dengan dan santun, dermawan, suka menolong, pendidikan karakter merupakan hal yang dan gotong royong, percaya diri, kreatif terintegrasi. Kenyataan tersebut terbukti dan pekerja keras, kepemimpinan dan melalui pernyataan bahwa manusia adil, baik dan rendah hati serta toleran, adalah makhluk sosial. Tetapi pada cinta damai dan kesatuan. Sembilan penerapannya menjadi bukan sekedar karakter ini dapat dikembangkan dari sosial, melainkan berkarakter. Dalam nilai filosofis Tradisi Grebeg Sudiro yang implementasinya pengajar dapat meliputi empat pilar yakni karakter diri melakukan berbagai hal, diantaranya: (1) sendiri, karakter hubungannya dengan menerapkan metode pembelajaran yang orang lain, karakter hubungannya dengan melibatkan partisipasi aktif siswa; (2) lingkungan dan karakter hubungannya menciptakan lingkungan belajar yang dengan Tuhan. kondusif; (3) memberikan pendidikan Nilai-nilai luhur yang terkandung karakter secara eksplisit, sistematis, dan dalam tradisi grebeg sudiro dapat berkesinambungan dengan melibatkan dimanfaatkan dalam pembelajaran di aspek knowing the good, loving the good, sekolah. Jika guru mampu menghadirkan and acting the good; dan (4) tradisi grebeg sudiro yang sebenarnya memperhatikan keunikan peserta didik sudah melekat pada kehidupan siswa masing-masing dalam menggunakan sehari-hari pada pembelajaran, metode pembelajaran, yaitu kurikulum Internalisasi nilai karakter berbasis nilai yang melibatkan 9 aspek kecerdasan budaya tradisi Grebeg Sudiro dapat manusia (Sofyan A. Djalil dan Ratna dieksplorasi, diklarifikasi dan Megawangi, 2006). direalisasikan melalui pembelajaran di sekolah; (1) Ideologi; disiplin, hukum A. Realitas Grebeg Sudiro dan dan tata tertib, mencintai tanah air, Ilmu Sosial demokrasi, berani, setia 1. Grebeg Sudiro dalam Kajian kawan/solidaritas, rasa kebangsaan, Sejarah patriotik, warga negara produktif, Kuntowijoyo mendefinisikan martabat/ harga diri, setia/bela Negara; sejarah sebagai rekonstruksi masa lalu (2) Agama; iman kepada Tuhan Yang (Kuntowijoyo, 2013:14). Selanjutnya, Maha Esa, taat pada perintah Tuhan cinta sejarah yang diajarkan pada pendidikan agama, patuh pada ajaran agama, menengah atas merupakan sejarah beraklak, berbuat kebajikan, suka nasional. Dengan tegas Moh. Ali menolong dan bermanfaat bagi orang mengemukakan bahwa sejarah nasional lain, berdoa dan bertawakal, peduli perlu melukiskan: (1) pertumbuhan sifat terhadap sesama, berperikemanusiaan, kebangsaan sebagai bangsa Indonesia; (2) adil, bermoral dan bijaksana; (3) Budaya; perjuangan bangsa untuk bersatu dan

110

merdeka; (3) orang-orang besar serta 2. Grebeg Sudiro dalam Kajian aliran-aliran, paham yang mempengaruhi Sosiologi perjuangan itu, gerakan-gerakan massa Dalam kajian sosiologi, Grebeg yang menjadi dasar perjuangan; (4) Sudiro dapat dipaparkan menjadi dua perjuangan untuk mewujudkan cita-cita materi yaitu akulturasi dan integrasi. kehidupan sebagai bangsa bebas, adil, Apabila suatu kebudayaan mengalami makmur, dan bahagia.(Moh. Ali, 2005: pengaruh dengan kebudayaan lain dalam 350). Berdasarkan uraian tersebut, dapat periode hubungan yang lama, maka hal dimaknai bahwa inti pembelajaran tersebut dapat dikatakan sebagai sejarah adalah manusia. akulturasi (Sidi Gazalba, 1960 : 149). Grebeg Sudiro merupakan sejarah Melalui Grebeg Sudiro, akulturasi kontemporer, tetapi tetap saja dapat tercermin secara nyata. Gunungan yang ditarik suatu garis ke belakang. didentikan dengan Jawa, namun berisi Perayaannya menjadi pengembangan kue keranjang yang identik dengan etnis tradisi Buk Teko, yang sudah dirayakan Tionghoa dan perayaan Imlek. Bahan semenjak Sampeyan Dalem Ingkang dasar dari kue keranjang yang berupa Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku ketan melambangkan Tionghoa dan gula Buwana IX (1893-1939). Sangatlah jelas merah melambangkan Jawa. Keduanya bahwa Grebeg Sudiro memiliki suatu lengket yang bermakna mengakrabkan. keterkaitan dengan Keraton Kasunanan Penyajian setiap unsur didalamnya, dan riwayat Tionghoa di Surakarta. merupakan strategi simbolisme Jawa- Kehadiran etnis Tionghoa di Surakarta Tionghoa yang menarik untuk dikaji. yang melakukan kerjasama dengan Bukan hanya sebagai simbolisme, pasukan Sunan Kuning menjadi pemicu akulturasi juga ditampilkan dalam terjadinya Geger Pecinan (1742) dan toleransi. Kesenian khas seperti barongsai Bedah Kartasura (1745). Pasca peristiwa dan liong, hadir dalam musik dan gerakan tersebut terutama pada pemerintahan yang disesuaikan dengan selera lokal. kolonial Belanda, etnis Tionghoa di Surakarta diharuskan mengikuti peraturan pembatasan yang ditegaskan dalam wijkenstesel (surat tinggal) dan passenstesel (surat jalan). Pengelompokan etnis tersebut menjadikan Kota Surakarta menjadi rawan konflik maupun sentiment antar etnis Tionghoa dengan orang Jawa yang sudah terjadi selama 5 kali; mulai dari Geger Pecina 1742; Kong-Sing 1911; Krisis Pangan 1966; Pri-Non Pri 1980; Gambar 1 : Gunungan Kue Ranjang dan yang terakhir kerusuhan Mei 1998 pada tradisi Grebeg Sudiro (Sumargono, 2017 : 2). Etnis Tionghoa kerap disudutkan dalam berbagai Mengenai unsur yang kedua yaitu permasalahan hingga menjadi amukan integrasi. Kondisi kesatuan hidup massa. Hal tersebut menjadi suatu ironi, bersama dari aneka satuan sistem sosial karena dalam realitas kultural etnis budaya, kelompok etnis dan Tionghoa memiliki andil penting dalam kemasyarakatan untuk berinteraksi dan pengembangan kebudayaan Jawa bekerja sama, berdasarkan nilai-nilai dan (Rustopo, 2007 : 4). norma-norma dasar guna mewujudkan

fungsi sosial-budaya yang lebih maju dengan ciri kebhinekaan (Hendro

111

Puspito, 1989). Hal ini menjadi definisi religius; (3) menanamkan jiwa integrasi yang tepat terkait Grebeg kepemimpinan dan tanggung jawab Sudiro. Hal yang saling berbeda maupun peserta didik sebagai generasi penerus bertolak belakang, disatukan menjadi bangsa; (4) mengembangkan kemampuan sebuah identitas. Kirab budaya yang peserta didik untuk menjadi manusia menyajikan kesenian Tionghoa-Jawa, yang mandiri, kreatif, dan berwawasan seperti: barongsai, liong, lakon kebangsaan; dan (5) mengembangkan punakawan, prajurit keraton, lakon dewa- lingkungan kehidupan sekolah sebagai dewi agama Kong Hu Chu, lakon Sung lingkungan belajar yang aman, jujur, Go Kong, Solo Batik Carnival (SBC), penuh kreatif, dan persahabatan erat hingga jodhang budaya, keseluruhan dengan rasa kebangsaan tinggi serta mampu menggambarkan secara nyata penuh kekuatan (Agus Zaenul Fitri, 2012 integrasi yang sesungguhnya. Tirani : 24). ataupun pengkotakan telah runtuh. Kedua Pendidikan karakter dan unsur yang telah dipaparkan diatas, dapat kebhinekaan terintegrasi dengan dimensi dilihat keberhasilannya melalui indikator penting yang digambarkan dalam keterlibatan dan antusiasme terhadap beberapa tindakan, hal ini terkait perayaan ini. pembelajaran bahwa pengajar dan peserta didik bekerja sama dalam proses B. Realitas Grebeg Sudiro Dalam pembelajaran yang berorientasi pada Pendidikan Karakter dan tindakan bermakna (Sodiq Anshori, 2014 Kebhinekaan :70). Sebagai proses membentuk, Anas Salahudin menjelaskan bahwa menumbuhkan, mengembangkan, dan proses pendidikan karakter perlu mendewasakan kepribadian peserta didik, diajarkan melalui beberapa tahap, sangatlah tepat jika menggunakan media meliputi (a) knowing the good (ta‟alim), Tradisi Grebeg Sudiro. Hal ini didasarkan yaitu tahap memberikan pemahaman pada muatan aspek kebhinekaan yang tentang nilai-nilai agama/akhlak melalui tertuang dalam perayaan tersebut. dimensi akal, rasio, dan logika dalam Tradisi Grebeg Sudiro merupakan setiap bidangnya; (2) loving the good salah satu upaya untuk menyampaikan (taarbiyah), yaitu tahap menumbuhkan pesan-pesan mengenai keberagaman atau rasa cinta dan rasa membutuhkan nilai- kebhinekaan terutama masyarakat nilai kebaikan, melalui dimensi Surakarta. hal ini tercermin dalam ikon- emosional, hati, atau jiwa; dan (3) doing ikon budaya pada prosesi trades Grebeg the good (taqwim), yaitu tahap Sudiro seperti gunungan kue ranjang. mempratekkan nilai-nilai kebaikan Gunungan yang identik dengan melalui dimensi perilaku dan amaliah masyarakat Jawa sedangkan kue ranjang (Anas Salahudin, 2013 : 71). Hal lain menggambarkan etnis Tionghoa menyatu yang perlu diperhatikan dari pendidikan sebagai ikon budaya dalam tradisi Grebeg karakter adalah keterkaitan dengan Sudiro (wawancara dengan Bapak tujuannya, seperti yang diungkapkan Sarjono pada tanggal 27 Agustus 2017). Kemdiknas dalam Agus Zaenul Fitri, (1) Kue ranjang sendiri yang terbuat dari mengembangkan potensi tepung sehingga lengket bermakna kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai sebagai perekat serta rasanya yang manis manusia dan warga negara yang memiliki mencerminkan bahwa hubungan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; masyarakat antar etnis di Surakarta yang (2) mengembangkan kebiasaan dan menunjukkan sebuah keindahan karena perilaku peserta didik yang terpuji dan terasa manis (wawancara dengan Bapak sejalan dengan nilai-nilai universal Henry pada tanggal 5 September 2017). maupun tradisi budaya bangsa yang

112

Karakter cinta damai, kesatuan, dan sebagai penggerak pembelajaran untuk nasionalis, serta kebhinekaan dalam etnis, semua mata pelajaran; (c) menuntun dan budaya mampu diwujudkan dengan siswa untuk aktif mencari tahu bukan suatu percontohan konkret melalui diberi tahu (discovery learning); dan (d) tradisi. Kiranya itulah yang menjadi suatu menekankan kemampuan berbahasa ide dasar mengenai keterkaitan diantara sebagai alat komunikasi pembawa keduanya. Peserta didik diharapkan pengetahuan menuju pemikiran logis, mampu meneladan positivisme dalam sistematis, dan kreatif. Bertolak dari Tradisi Grebeg Sudiro dan uraian diatas, maka tidaklah salah apabila mempraktekkannya di kehidupan pengajar menggunakan model discovery sekolah. Kerukunan antara etnis learning. Hal ini diartikan sebagai Tionghoa dengan Jawa, mampu dijadikan pembelajaran berdasarkan penemuan penggambaran realitas kehidupan yang (inquiry based), konstruktivis, dan teori lebih luas kepada peserta didik. Yang bagaimana cara belajar aktif. Model terpenting adalah meneladani bagaimana pembelajaran yang diberikan kepada perbedaan tidak menjadi penghalang bagi peserta didik dihadirkan dalam skenario persatuan dan kesatuan dalam untuk memecahkan masalah mereka keberagaman. sendiri. Lebih lanjut, Buchari Alma C. Grebeg Sudiro: Tinjauan Ilmu menyebutkan bahwa discovery learning Sosial dalam Pendidikan membutuhkan pendekatan inkuiri yang Karakter dan Kebhinekaan bertitik tolak pada keyakinan dalam Perubahan kurikulum yang ada di rangka perkembangan peserta didik Indonesia, perlu diikuti dengan secara independen. Metode ini sangat penyesuaian model pembelajaran bagi membutuhkan partisipasi aktif dalam peserta didik. Peraturan Menteri penyelidikan secara ilmiah (Buchari Pendidikan dan Kebudayaan Republik Alma, 2010 : 59). Discovery learning Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 dapat direlevansikan dengan pengajaran tentang Kurikulum 2013 Sekolah ilmu sosial sekaligus pendidikan karakter. Menengah Atas/Madrasah Aliyah Selanjutnya ketiga hal tersebut, disatukan menjelaskan kurikulum yang berlaku dalam media Tradisi Grebeg Sudiro. sekarang, sangat menyarankan Bagaimana penerapannya? Berikut akan pendekatan scientific dengan model- disajikan skema alur penugasan. model pembelajaran inquiry based learning, discovery learning, project Gambar 2. Alur penugasan Grebeg based learning, dan problem based Sudiro learning (Kemdikbud, 2014 : 638). Peserta didik dituntut untuk lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sedangkan peran pengajar diminimalisir dan bersifat hanya mengarahkan atau sebagai fasilitator saja. Pada proses pembelajaran, ditemui karakteristik penguatan yang mencakup: (a) menggunakan pendekatan scientific melalui kegiatan litearasi, critical thinking (berpikir kritis), collaboration (kerja sama) dan kreativitas dengan tetap memperhatikan karakteristik peserta didik; (b)menggunakan ilmu pengetahuan

113

Pada tahap awal yaitu pengarahan diadakan seminggu sebelum Imlek. di kelas, pengajar memberi penjelasan Dalam penyajian proses pembelajaran, kepada peserta didik mengenai Tradisi Grebeg Sudiro dapat digunakan sebagai Grebeg Sudiro dan aspek yang perlu media pendidikan ilmu sosial sekaligus diobservasi. Aspek-aspek tersebut pendidikan karakter. Ilmu sosial menyangkut materi ilmu sosial yang dikaitkan dengan sejarah dan sosiologi, disajikan dalam permasalahan untuk sementara pendidikan karakter menjadi diselesaikan oleh peserta didik. suatu cerminan dari integrasi Tionghoa- Selanjutnya, dilakukan pembentukan Jawa yang dapat diteladani. Beberapa kelompok. Meskipun kemampuan alasan terhadap pentingnya penggalian individu dibutuhkan, namun pelaksanaan nilai-nilai filosofis dari Tradisi Grebeg dalam kelompok akan dirasa jauh lebih Sudiro melalui pembelajaran ilmu sosial tepat. Segala urusan yang berkaitan (sejarah dan sosiologi) adalah sebagai dengan ruang kelas telah diselesaikan, berikut; maka dilanjutkan dengan observasi secara 1) Pemahaman terhadap nilai filosofis langsung di lapangan. Peserta didik Tradisi Grebeg Sudiro akan diperkenankan menyaksikan Tradisi memperkuat pemahaman terhadap Grebeg Sudiro, mencari narasumber nilai-nilai kearifan lokal terhadap untuk melakukan wawancara, hingga nilai-nilai ke-Indonesiaan secara mengamati setiap unsur dalam perayaan menyeluruh. untuk memperoleh jawaban dari masalah 2) Adanya kenyataan bahwa terjadi yang disajikan. Pengajar juga dapat penyempitan makna pendidikan yang berpartisipasi dengan mengawasi kinerja hanya diarahkan untuk membentuk dan perilaku peserta didik. Observasi ini, pribadi cerdas individual semata dan akan menyadarkan kepada peserta didik mengabaikan aspek-aspek budaya menganai pentingnya ilmu sosial dan serta spiritualitas yang dapat penerapan pendidikan karakter dan membentuk karakter peserta didik, kebhinekaan di masyarakat. Setelah karakter bangsa, dan lebih memahami mereka memperoleh jawaban atas arti kebhinekaan bangsa. permasalahan, maka jawaban tersebut 3) Integrasi nilai filosofis tradisi grebeg disajikan dalam bentuk laporan tertulis sudiro merupakan strategi agar untuk dipresentasikan di depan kelas. pembelajaran ilmu social (sejarah dan Penulisan bertujuan untuk mengasah sosiologi) tidak terputus dari realitas kemampuan dalam berpikir analisis dan budaya Surakarta, sehingga menarik kritis. Sementara presentasi dijadikan dan bermakna bagi siswa. sebagai sarana pelatihan mengemukakan 4) Melalui metode discovery learning, pendapat dihadapan khalayak umum. peserta didik dapat melakukan Pada akhir penugasan, pengajar observasi terhadap Grebeg Sudiro memberikan suatu evaluasi. Hal ini secara aktif dan menyelesaikan bertujuan untuk memberi pemahaman permasalahan yang terjadi dengan yang lebih tepat dan jelas kepada peserta analisa kritis mereka. Pada akhirnya, didik terkait Tradisi Grebeg Sudiro dan pembelajaran melalui suatu fenomena hakikat sesungguhnya yang dapat nyata menjadi hal yang efektif dan dipelajari. patut untuk diterapkan dalam setiap proses pembelajaran. 5) Penggalian nilai filosofis dari tradisi Kesimpulan grebeg sudiro akan meningkatkan nilai-tambah cultural untuk ketahanan Tradisi Grebeg Sudiro merupakan budaya yakni karakter dan perayaan sebagai hasil perpaduan kebhinekaan bangsa. Tionghoa-Jawa. Perayaan ini biasanya

114

Dalam konteks ke-Indonesiaan Ivan Wibowo. 2008.Pemikiran pendidikan karakter dan kebhinekaan Tionghoa Muda, Cokin? So What Gitu adalah proses menyaturasakan sistem Loh. Jakarta: Komunitas Bambu. nilai kemanusiaan dan nilai-nilai budaya Indonesia dalam dinamika kehidupan Justian Suhandinata. 2009.WNI masyarakat, berbangsa dan bernegara. Keturunan Tionghoa dalam Stabilitas Pendidikan karakter bangsa merupakan Ekonomi dan Politik Indonesia. Jakarta: suatu proses pembudayaan dan PT Gramedia Pustaka Utama. transformasi nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai budaya bangsa yaitu tradisi Kementerian Pendidikan dan grebeg sudiro untuk melahirkan insan Kebudayaan.Peraturan Menteri atau warga negara yang berperadaban Pendidikan dan Kebudayaan Republik tinggi, dan warga negara yang Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 berkarakter. tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Daftar Pustaka Kuntowijoyo. 2013.Pengantar Ilmu Abdullah Idi. 2013. Pengembangan Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana. Kurukulum Teori & Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Moh. Ali.2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKIS. Agus Zaenul Fitri.2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Mulyasa. 2002.Kurikulum Berbasis Sekolah.Yogyakarta: Penerbit Ar-ruzz Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan media. Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Anas Salahudin. 2013.Pendidikan Karakter Pendidikan Berbasis Agama Rustopo.2007. Menjadi dan Budaya Bangsa.Bandung: Pustaka Jawa.Yogyakarta: Ombak. Setia Sariyatun. 2014. Redefinisi Nilai- Benny Juwono. 1999. Lembar nilai Filosofi Batik Klasik Melalui Sejarah: Masyarakat Cina di Indonesia Pembelajaran IPS Untuk Ketahanan pada Masa Kolonial (Etnis Cina di Budaya Lokal. Surakarta :Universitas Surakarta 1890-1927: Tinjauan Sosial Sebelas Maret. Ekonomi). Yogyakarta: UGM. Buchari Alma. 2010. Guru Sidi Gazalba. 1960.Pengantar Profesional Menguasai Metode dan Kebudayaan Sebagai Ilmu. Jakarta: Balai Terampil Mengajar. Bandung: Penerbit Pustaka. Alfabeta. Sodiq Anshori.2014. Kontribusi Budiono Herusatoto. Ilmu Pengetahuan Sosial dalam 2000.Simbolisme dalam Budaya Jawa. Pendidikan Karakter.Surabaya: Jurnal Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. Edueksos UT Surabaya.

Hendro Puspito.1989. Sosiologi Sofyan A. Djalil dan Ratna Sistematik.Yogyakarta: Kanisius. Megawangi.2006. Peningkatan Mutu Pendidikan di Aceh Melalui Implementasi Model Pendidikan Holistik Berbasis

115

Karakter.Makalah Orasi Ilmiah pada Rapat Senat Terbuka.

Sumargono. 2017. Grebeg Sudiro : Wujud Keberagaman Masyarakat Surakarta. Jakarta : Direktorat Sejarah.

Thung Ju Lan (ed). 2011.Nasionalisme Indonesia dan Keberagaman Budaya dalam Perspektif Politik, (Nasionalisme dan Ketahanan Budaya di Indonesia). Jakarta: LIPI Press dengan Yayasan Obor Indonesia.

Wawancara dengan Bapak Henry selaku Ketua Klenteng Tien Kok Sie pada tanggal 5 September 2017.

Wawancara dengan Bapak Sarjono selaku Tokoh Masyarakat Sudiroprajan pada tanggal 27 Agustus 2017.

Wawancara dengan Bapak Tomi Selaku Panitia Grebeg Sudiro 2016 pada tanggal 10 Agustus 2017.

116

SEJARAH TSUNAMI DI SELAT SUNDA SEBAGAI DASAR PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BANTEN

Ferry Dwi Cahyadi Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Kampus Serang, Universitas Pendidikan Indonesia. Jl.Ciracas Lama No.18, Serang, Kota Serang, Banten 42116 Email:[email protected]

Abstract: The tsunami disaster in the Sunda Strait on December 22, 2018 revived that Indonesia is a disaster-prone country. Banten, which has a maritime culture and history, and has been one of the regions affected by the Sunda Strait 2018 tsunami, needs to pay attention to disaster aspects in its maritime development. This study aims to describe historical data on tsunami events in the Sunda Strait and their implications for coastal development. Data were collected through literature review and analyzed descriptively. The results show that since 416 a tsunami has occurred in this region and development in the coastal areas needs to include aspects of disaster mitigation.

Keywords: tsunami, sunda strait, history, disaster

Abstrak: Bencana tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018 menyadarkan kembali bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana. Banten yang memiliki budaya dan sejarah maritim sejak dulu serta menjadi salah satu wilayah terdampak tsunami selat sunda 2018 perlu memperhatikan aspek kebencanaan dalam pembangunan kemaritimannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data sejarah kejadian tsunami di selat sunda dan implikasinya untuk pembangunan di pesisir. Data dikumpulkan melalui kajian literatur dan dianalisis secara deskriptif. Hasil menunjukkan bahwa sejak tahun 416 sudah terjadi tsunami di wilayah ini dan pembangunan di wilayah pesisir perlu memasukkan aspek mitigasi bencana.

Kata Kunci: tsunami, selat sunda, sejarah, bencana

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang Pendahuluan paling terdampak dari tsunami, seperti di Indonesia merupakan negara pesisir selatan Lampung dan barat rawan bencana tsunami. Tsunami Banten. Pesisir selatan Lampung dan biasanya dipicu oleh bencana alam barat Banten memiliki ancaman bencana gempabumi tektonik maupun vulkanik dari Gunungapi Anak Krakatau yang yang epicenternya berada di laut. berada di Selat Sunda (Hantoro dan Tsunami juga bisa terjadi karena adanya Rezaldy, 2015). longsoran material dan meteor yang jatuh ke laut sehingga menyebabkan Banten sebagai provinsi baru gelombang tinggi menuju daratan pantai. dengan sejarah dan budaya maritim yang

kuat perlu memperhatikan sejarah data sekunder dari instansi terkait kebencanaan yang pernah terjadi kebencanaan. Data yang terkumpul terutama di wilayah pesisir. Hal tersebut dideskripsikan agar mendapat gambaran dikarenakan pesisir merupakan kawasan mengenai jumlah kejadian bencana yang dinamis dan memiliki banyak tsunami dan rekomendasi kegiatan potensi sumberdaya alam. Kejadian mitigasi bencana tsunami di pesisir bencana dapat mengganggu Banten. pembangunan dan perekonomian Hasil Dan Pembahasan masyarakat serta kerugian-kerugian Berdasarkan penelusuran literatur lainnya. Tsunami sebagai salah satu dan data sekunder dari instansi terkait bencana yang terjadi di pesisir perlu diperoleh informasi bahwa terdapat 14 diketahui kejadian historisnya untuk kali kejadian tsunami di kawasan Selat dijadikan dasar pengambilan kebijakan Sunda (Tabel 1). Sumber bencana maupun perencanaan penataan ruang. Penelitian ini bertujuan untuk tsunami sebagian besar berasal dari memaparkan data historis kejadian erupsi Gunungapi Krakatau yang tsunami di selat sunda dan impilkasinya berada di tengah Selat Sunda untuk pembangunan di kawasan pesisir. (Gambar 1). Berdasarkan hal tersebut maka sudah menjadi suatu keharusan Metode Penelitian untuk mempertimbangkan aspek Penelitian ini dilakukan dengan mitigasi bencana tsunami dalam menggunakan data historis kejadian perencanaan pembangunan di bencana tsunami di Selat Sunda yang kawasan pesisir bagi pemerintah dikumpulkan dari berbagai literatur dan daerah di Banten.

Tabel 1. Tsunami di Selat Sunda Gunung Batuwara (sekarang Gunung Pulosari, Tahun Keterangan Pandeglang, Banten) sampai Gunung Rajabasa (Lampung 416 Catatan dari Kitab Raja Selatan, Lampung). Purwa (ditulis Penduduk bagian utara Ronggowarsito) tentang negeri Sunda sampai terjadinya erupsi Gunung Gunung Rajabasa tenggelam Kapi*, naiknya gelombang dan hanyut semua harta air laut dan membanjiri bendanya. *Gunung Kapi daratan negeri di timur diyakini oleh ahli adalah

118

Gunung Krakatau Purba Samudera Pasifik hingga ke yang erupsinya memisahkan Amerika Selatan. Di Sumatera dan Jawa. Indonesia sebanyak 36.000 orang meninggal dunia Oktober terjadi gempa bumi kuat di 1722 laut, yang dirasakan di 10 Di Cikawung di pantai Teluk Jakarta dan menyebabkan air Oktober Selamat Datang, teramati laut naik 1883 gelombang laut yang membanjiri pantai sejauh 75 24 Gempa bumi yang kuat m. Agustus dirasakan di Jakarta kurang Februari Lima bulan setelah kejadian 1757 lebih selama 5 menit. Pada 1884 erupsi Gunung api Krakatau, 2:05, selama goncangan tsunami kecil teramati di sekitar Selat Sunda, yang terkuat, angin diakibatkan oleh suatu erupsi dirasakan berasal dari timur gunung api. laut. Air sungai Ciliwung Agustus Teramati kenaikan meluap naik hingga 0,5 1889 permukaan air laut yang meter dan membanjiri Kota tidak wajar di Anyer, Jawa Jakarta Barat 26 Maret Kejadian erupsi gunung api 4 Mei Teluk Betung Lampung: 1928 Krakatau diiringi oleh 1851 Setelah terjadi dua kenaikan gelombang laut guncangan, dari kejauhan yang teramati di beberapa tempat di sekitar wilayah terdengar suara gemuruh. gunungap Kapal yang 17 Maret - 1930 tertambat dipelabuhan berderak sangat kencang. 19 Juni Teluk Betung Lampung: 1930 Gelombang pasang naik 1.5 Beberapa waktu kemudian, m di atas level pasang naik air surut sekitar 0.5 m, hari sebelumya. Pada hari yang sama, sekitar pukul namun setelah itu naik 13:30 gempa ringan setinggi 1 - 1.5 m. mengguncang Jakarta 16 Labuan: Dilaporkan adanya 18 Maret - Desember tsunami kecil 1863 1963 Pada 25 Desember 2018 26 erupsi gunung api Krakatau, dinyatakan 429 orang Agustus yang diikuti oleh gelombang meninggal, 1.485 orang 1883 tsunami. Ketinggian tsunami luka-luka, 154 orang hilang, maksimum teramati di Selat 22 16.082 orang mengungsi. Sunda hingga 30 meter di Desember Korban dan kerusakan yang atas permukaan laut, 4 meter 2018 terdampak ialah dari Kabupaten Pandeglang, di pantai selatan Sumatera, Kabupaten Serang, 2-2,5 m di pantai utara dan Kabupaten Lampung selatan Jawa, 1,5-1 m di Selatan, dan Kabupaten

119

Tanggamus

Sumber: BMKG (2018), Soloviev dan Go (1974), Yudhicara dan Budiono (2008). Kawasan pesisir barat Banten tsunami, penyuluhan maupun merupakan kawasan wisata mulai dari sosialisasi terkait risiko bencana Pantai Anyer, Pantai Carita, Pantai tsunami dan jalur evakusi nya. Labuan, Pantai Tanjung Lesung dan sebagainya. Selain itu juga terdapat aktivitas nelayan, pelabuhan, dan pemukiman penduduk. Sebagai kawasan wisata maka akan terdapat konsentrasi manusia sehingga penataan ruang di kawasan wisata saat ini perlu dikaji lebih lanjut untuk mengurangi dampak terjadinya bencana tsunami.

Kegiatan mitigasi bencana yang bisa dilakukan meliputi mitigasi struktural dan mitigasi non struktural.

Mitigasi struktural seperti pembuatan bangunan pemecah ombak (hard engineering), hutan pantai (greenbelt) sepeti mangrove (soft engineering) di kawasan wisata. Hal tersebut sebaiknya dilakukan beriringan dengan kegiatan wisata dan berbasis masyarakat sehingga dapat berkelanjutan (Jokowinaro, 2011). Mitigasi non struktural berupa perencanaan penataan ruang, mikrozonasi daerah rawan bencana

120

terhadap katalog Tsunami Soloviev. Jurnal Geologi Indonesia, 3(4), 241- 251.

Gambar 1. Episenter tsunami 416-2017 di Selat Sunda (BMKG, 2018)

Kesimpulan

Kejadian Tsunami di Selat Sunda berdasarkan literatur yang ada sudah terjadi sebanyak 14 kali sejak 416 hingga 2018. Pembangunan di kawasan pesisir Banten berbasis mitigasi bencana tsunami perlu dilaksanakan sebagai salah satu bentuk pengurangan risiko bencana tsunami.

Daftar Pustaka

BMKG. (2018). Katalog Tsunami Indonesia Per Wilayah (416-2017). BMKG: Jakarta. Hantoro, W.S dan Rezaldy, M.Y. (2015). Kerentanan dan Ketahanan Kawasan Selat Sunda. Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI: Bandung. Jokowinarno, D. (2011). Mitigasi Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir Lampung. Jurnal Rekayasa, 15(1), 13-20. Soloviev, S. L., dan Go, Ch.N. (1974). A catalogue of tsunamis on the western shore of the Pacific Ocean (173- 1968). Nauka Publishing House: Moscow. Terjemahan dalam bahasa Inggris oleh Canada Institute for Scientific and Technical Information, National Research Council. Yudhicara, dan Budiono, K. (2008). Tsunamigenik di Selat Sunda: Kajian

121

WAHYU SEBAGAI SUMBER SEJARAH Aden Sutiapermana Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Banten Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan gagasan wahyu sebagai sumber ilmu, termasuk sumber sejarah. Kajian ini dilatarbelakangi oleh dominasi positivistik dalam ilmu pengetahuan yang salah satunya mempengaruhi jenis-jenis sumber dalam metodologi penelitian sejarah. Padahal realitas yang ada tidak hanya bersifat inderawi namun juga ada eksistensi Tuhan yang menurunkan wahyu yang bersifat non-inderawi. Jika Tuhan dan wahyunya telah diyakini kebenarannya maka memungkinkan dijadikan rujukan dalam sumber sejarah disamping sumber- sumber yang empiris. Penelitian bersifat desktiptif dengan landasan teori rasionalisme dan empirisme guna mencari argumentasi pengakuan wahyu sebagai salah satu sumber dalam penelitian sejarah.

Kata Kunci: Sumber Sejarah, Wahyu, Rasionalisme, Empirisme

Pendahuluan selama 1300-1800 M. Tahap ini menurut

August Comte sebagai salah satu Comte merupakan bentuk lain dari tahap tokoh positivisme memandang bahwa pertama. Pada tahap ini, manusia sejarah perkembangan mentalitas manusia menganggap di dalam setiap gejala terdapat terdiri atas 3 tahap yang bersifat linier- kekuatan-kekuatan abstrak, namun manusia progresif. Tahap pertama, yaitu tahap tidak memiliki kemampuan untuk mencari teologis yanga berlangsung sebelum 1300M, sebab-akibat dari gejala-gejala tersebut. manusia memandang gejala-gejala di Tahap ketiga adalah tahap positifistik yang sekelilingnya secara teologis, dengan dimulai sejak 1800 M. Pada tahap ini kekuatan roh dewa-dewa atau Tuhan. Segala manusia meyakini bahwa dirinya memiliki fenomena yang ada dalam alam dan kemampuan berpikir guna mencari hukum- kehidupan selalu dikaitkan dengan kekuatan hukum kausal alam semesta dan kehidupan supranatural sebagai hasil dari tindakan manusia. Pada tahap ini apa yang diketahui langsung dari roh, dewa atau Tuhan semata. manusia semuanya berasal dari pengalaman Pada tahap ini keyakinan akan hal teologis inderawi atau data empiris. dianggap sesuatu yang absolut. Tahap Maksud kata ‗positif‘ dalam kedua adalah tahap metafisis yang terjadi positivisme ialah yang ‗ada‘ (ontologis)

122

hanya fakta-fakta yang dibatasi oleh serta membuat interpretasi dan sintesis atas observasi inderawi, sedangkan yang fakta-fakta tersebut menjadi kisah sejarah ‗negatif‘ yang mengarah pada metafisika yang dipercaya. (yang gaib) dianggap tidak memiliki Secara metodologis tahap penelitian eksistensi. Dengan begitu positivisme sejarah terdiri atas heuristik, kritik, memandang pengetahuan yang benar interpretasi, dan historiografi. Pada tahap hanyalah pengetahuan yang faktual. heuristik (pencarian sumber) kita selalu Pengetahuan yang melampaui fakta, yakni diarahkan mencari sumber yang bersifat metafisika, moral, teologi, estetika dan empiris yang terdiri atas sumber lisan, sebagainya, tidak shahih. Tahap positivisme tulisan dan benda. Sjamsuddin dan Ismaun inilah yang kita alami sekarang dan menjadi (1996: 61) mengatakan sumber sejarah ialah landasan berbagai bidang keilmuan, bahan-bahan yang dapat digunakan untuk termasuk ilmu sejarah. mengumpulkan informasi tentang peristiwa Sejarah sebagai kajian mengenai yang terjadi di masa lampau. Lebih lanjut masa lampau umat manusia memerlukan Sjamsuddin mengatakan mengenai sumber bukti-bukti terkait kehidupan atau persitiwa sejarah sebagai ―segala sesuatu yang yang terjadi pada manusia di masa lampau. langsung atau tidak langsung menceritakan Untuk itu sejarah memerlukan metode untuk kepada kita tentang suatu kenyataan atau mengungkap bukti-bukti tersebut. kegiatan manusia pada masa lalu (past Sebagaimana yang dikemukakan Gilbert J. actuality). Sumber sejarah merupakan Garragham bahwa metode penelitian sejarah bahan-bahan mentah (raw materials) sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip yang menyangkut segala macam evidensi sistematis untuk mengumpulkan sumber- (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia sumber sejarah secara efektif, menilai secara yang menunjukkan segala aktivitas mereka kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil- di masa lalu yang berupa kata-kata yang hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. tertulis atau kata-kata yang diciptakan Sejalan dengan itu Gottschalk memaknai (lisan)‖. metode sejarah sebagai proses menguji dan Berdasarkan penjelasan tersebut menganalisis secara kritis rekaman, metodologi sejarah modern terutama terkait dokumen-dokumen dan peninggalan masa sumber sejarah sangat kental dengan lampau yang otentik dan dapat dipercaya, paradigma positivistik. Hal ini terlihat dari

123

sumber serjarah yang terdiri atas lisan, pengetahuan (sejarah). Berdasarkan tulisan, benda yang kesemuanya merupakan kenyataan tersebut tulisan ini hendak sumber yang berasal dari sesuatu yang membuktikan bahwa keyakinan akan wahyu materi-inderawi seperti manusia (sumber bukan keyakinan an sich tetapi juga lisan dan tulisan) dan artefak (sumber memiliki basis epistemologi dalam filsafat benda). Padahal dalam Islam ada hal yang ilmu, termasuk dapat menjadi sumber wajib kita percayai selain dari yang dapat sejarah yang meyakinkan. kita indera (materi) yaitu eksistensi Tuhan Metode Penelitian yang termanifestasi dalam wahyu (Quran dan Sunah) yang betapapun di dalamnya Kajian mengenai metode penelitian tidak atau belum terbukti secara empiris. sejarah pada hakikatnya merupakan kajian Untuk hal-hal yang tidak atau belum terbukti filsafat ilmu yang diakhususkan pada secara empiris inilah biasanya sumber metode penelitian sejarah. Fokus penelitian wahyu akan tertolak secara ilmiah- ini ialah membangun argumen epistemologis positivistik. Padahal setiap muslim meyakini agar wahyu menjadi sumber (ilmu) sejarah. kebenaran wahyu secara mutlak baik Dengan begitu penelitian ini bersifat terbukti secara inderawi maupun tidak. Pada deskriptif melalui pena laran kritis. Sumber kenyataanya sumber-sumber penelitian yang yang digunakan ialah berdasarkan kajian banyak berkembang lebih menekankan kepustakaan. sumber-sumber fisik (materi) yang inderawi Hasil dan Pembahasan sebagaimana yang diyakini kalangan empirisme-positivistik. Epistemologi Ilmu: antara Rasionalisme Sedangkan wahyu yang diyakini dan Empirisme sebagai pengetahuan yang diperoleh dari Dalam filsafat Barat perseteruan yang ilahi melalui para nabi dan utusan-Nya mengenai jalan menuju pengetahuan selalu dianggap tidak memiliki basis yang kuat mengarah pada dua kutub: rasionalisme dan secara ilmiah-positivistik sehingga dianggap empirisme. Keduanya terlibat tarik menarik hanya bagian dari kepercayaan yang telah kesimpulan mengenai bagaimana matang dan menjadi keyakinan semata. sesungguhnya pengetahuan diperoleh Seolah wahyu tidak bisa dijadikan dasar manusia, apakah melalui akal (rasio) atau pijakan dalam penelitian dan sumber pengalaman inderawi (empiris). Kita akan

124

membahas keduanya sebelum akhirnya sebutan empirisme. Berbeda dengan membahas mana yang lebih shahih. rasionalisme yang beranggapan bahwa pengetahuan yang shahih diperoleh hanya Pada awalnya yang berkembang melalui rasio belaka, empirisme adalah rasionalisme yang digagas oleh beranggapan bahwa pengetahuan yang Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Aliran shahih harus bersumber dari pengalaman rasionalisme beranggapan bahwa (empeiria/ experience). Di Dunia Barat dan pengetahuan diperoleh hanya dari rasio atau perkembangan ilmu pengetahuan secara kesadaran kita, dan bukan dari kenyataan umum pandangan empirisme ini seolah material luarnya. Rasionalisme memandang menjadi satu-satunya pijakan dalam pengetahuan ada secara apriori, artinya menangkap realitas di dunia. Bertrand manusia dapat berpikir dan berasumsi Russel (dalam Lubis, 200(: 91) tentang segala sesuatu sebelum bertemu mengungkapkan bahwa fakta adalah segala dengan pengalaman (inderawi/empiris) dan sesuatu yang ada di alam ini. Fakta memiliki akhirnya membuat kesimpulan. peran sangat penting dalam ilmu Rasionalisme memandang keliru pengetahuan. Fakta adalah sesuatu yang pengetahuan yang diperoleh melalui dapat diobservasi sehingga pernyataan inderawi namun bukan berarti menolak tentang fakta itu dapat dibuktikan benara sama sekali pengalaman inderawi, salahnya secara empiris. rasionalisme lebih melihat pengalaman inderawi (empirisme) sebagai perangsang Pada perkembangan selanjutnya bagi akal dan pikiran. Kebenaran dan muncul pemikiran kritisisme yang digagas kesesatan ada dalam pikiran kita bukan apda oleh Emmanuel Kant melalui karya Critique barang yang dicerap oleh indera. of Pure Reason. Kant membedakan tiga macam pengetahuan, pertama, pengetahuan Selanjutnya perkembangan ilmu analitis, dimana predikat sudah termuat pengetahuan modern tidak hanya disambut dalam subyek atau predikat diketahui oleh gagasan rasionalisme di eropa daratan melalui suatu anaisis subjek. Misalnya (terutama Perancis) tetapi juga oleh para lingkaran itu bulat. Kedua, pengetahuan filsuf Inggris dengan mengembangkan sintesis a posteriori ketika predikat gagasan berpikir yang didasarkan pada dihubungkan dengan subjek berdasarkan pengalaman inderawi yang dikenal dengan pengalaman inderawi. Misalnya, ‗hari ini

125

sudah hujan‘ merupakan suatu hasil Allah mengemukakannya kepada para Malaikat lalu pengamatan inderawi. Dengan kata lain berfirman,‖Sebutkasnlah kepada-Ku setelah membuat observasi saya mengatakan nama-nama benda-benda itu jika kamu memang orang-oranag yang S=P. Ketiga, pengetahuan sintesis a priori benar!‖ Mereka menjawab, yang menegaskan bahwa kerja akal dan ―Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah pengalaman inderawi dibutuhkan secara Engkau ajarkan kepada kami. serempak. Ilmu pasti dan ilmu pasti bersifat Sesungguhnya Engkau Mahatau dan Mahabijaksana.‖ Allah berfirman, sintesis a priori. Pada intinya pemikiran ―Bukankah sudah Aku katakan kritisisme bukan suatu aliran epistemologi kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi baru namun hanya sintesa dari rasionalisme serta mengetahui apa saja yang kamu dan empirisme. Termasuk aliran positivistik tampakkan dan apa yang kamu smebunyikan?‖ yang didasarkan pada pola pikir empirisme. Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah Ayat tersebut menunjukkan bahwa manakah asas berpikir yang shahih pemikiran merupakan refleksi fakta terhadap rasionalisme ataukah empirisme? otak yang dikaitkan dengan informasi terdahulu yang telah ada di dalam otak Menjawab pertanyaan diatas terlebih manusia. Jadi yang harus ada dalam proses dahulu kita mendifinisikan apa itu berpikir? berpikir adalah akal, pencerapan inderawi, Kebanyakan pemikir dalam merumuskan dan informasi terdahulu. Dengan begitu epistemologi pengetahuan tidak diawali yang sesungguhnya terjadi dalam proses dengan mendefinisikan akal, proses berpikir berpikir manusia adalah rasionalisme karena dan metode berpikir. Mereka langsung berpikir merupakan aktivitas akal. Adapaun kepada metode berpikir yang menghasilkan pencerapan inderawi (empirisme) hanya dua kutub rasionalisme dan empirisme. merupakan bagian dari pengambilan Islam telah menunjukkan satu ayat yang informasi semata. Kemudian informasi mengisyaratkan mengenai proses berpikir tersebut masuk ke akal dan terjadilah proses yang juga menunjukkan posisi akal dan berpikir dalam akal manusia. Dengan kata indra dalam proses berpikir tersebut, berikut lain empirisme yang diartikan sebagai cara terjemahan QS al-Baqarah ayat 31-33: memperoleh informasi berdasarkan inderawi Allah telah mengajarkan [memberi hanya sebagai salah satu cara manusia dalam informasi] kepada Adam nama-nama mencari informasi terkait suatu hal. (benda-benda) seluruhnya, kemudian

126

Eksistensi Wahyu berdasarkan Dan suatu tanda (kekuasaan Allah Rasionalisme dan Kaitannya dengan yang besar) bagi mereka adalah Sumber Sejarah malam, Kami menanggalkan siang dari malam itu, lalu dengan serta Pengakuan wahyu sebagai sumber mertaa mereka berada dalam sejarah sesungguhnya didasarkan pengakuan kegelapan (TQS al-Mu‟minun: 91) atas eksistensi Tuhan. Jika secara empiris- positivistik Tuhan dan wahyu diragukan Sesungguhnya segala yang kalian maka tidak diakui sebagai sumber sejarah. seru selain Allah tidak akan pernah Berdasarkan metode berpikir yang bisa menciptakan seekor lalatpun, rasionalisme maka eksistensi Tuhan dapat walaupun mereka bersatu untuk dicapai dan wahyu diakui keshahihannya. menciptakannya. Bahkan jika lalat Secara rasional bukti eksistensi Tuhan itu merampas sesuatu dari mereka, bukan pada kenampakan fisik inderawi tiadalah mereka dapat merebutnya namun dari realitas dan keberadaan segala kembali dari lalat itu. Amat hal di alam semesta yang bukan ciptaan lemahlah yang menyembah dan amat manusia. Adanya realitas yang bukan lemah (pulalah) yang disembah. ciptaan manusia seperti keberadaan manusia (TQS al-Hajj: 73) itu sendiri, hewan, tumbuhan dan benda- Seandainya di langit dan bumi ada beda alamiah, pergantian siang dan malam, tuhan-tuhan lain selain Allah, bulan, bintang dan sebagainya merupakan tentulah keduanya pasti telah rusak bukti secara rasional adanya Sang Pencipta. binasa. (TQS al-Anbiya: 22). Pola pikir semacam ini diisyaratkan dalam Al-Quran melalui ayat-ayat berikut: Ayat-ayat tersebut mengarahkan kita agar berpikir rasional, berdasarkan akal, dan Maka hendaklah manusia bukan berdasarkan empirisme (inderawi) memperhatikan dari apa ia dalam memahami eksistensi Tuhan sebagai diciptakan? (TQS ath-Thariq: 5) Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam Maka apakah mereka tidak semesta. Namun jika menjadikan empirisme memperhatikan unta, bagaimana ia sebagai metode berpikir maka keberadaan diciptakan? (TQS al-Ghasyiyah: 17) Tuhan akan tertolak dan wahyu akan dinegasikan dari sumber sejarah. Empirisme

127

yang menghasilkan poitivistik-ilmiah cukup aktivitas akal maka rasionalisme merupakan dijadikan salah satu cara memperoleh proses berpikir, sedangkan empirisme yang informasi bukan sebagai metode berpikir. mendasarkan pada inderawi hanya bagian Itupun hanya terbatas pada realitas-realitas dari cara memperoleh informasi yang yang dapat tertangkap indera. Terhadap kemudian diproses oleh akal menjadi proses realitas yang tidak tertangkap indera kita berpikir. Tuhan yang bersifat inderawi tidak bisa mencari fakta-fakta yang menunjukkan dapat ditangkap melalui pencerapan eksistensi suatu zat dibalik fakta tersebut inderawi, sehingga metode yang tepat ialah melalui metode rasional. rasionalisme. Jika mendasarkan pada Banyak ayat Al-Quran yang empirisme maka Tuhan akan dinegasikan mengisahkan peristiwa-peristiwa sejarah dan wahyu tidak akan mendapat tempat baik yang dapat dibuktikan secara empiris dalam epistemologi ilmu. Namun pada masa sekarang berdasarkan sumber- berdasarkan metode rasionalisme yaitu sumber sejarah maupun yang sulit pendekatan akal Tuhan dapat diakui dibuktikan. Kisah Nabi Adam sebagai eksistensinya dengan cara melihat ciptaanya. manusia pertama misalnya hampir tidak bisa Dengan begitu wahyu sebagai kalam Tuhan dibuktikan secara empiris setidaknya patut dipercaya kebenarannya, termasuk smenetara ini, maka sejarawan lebih sebagai salah satu sumber sejarah. mempercayai fakta yang empiris misalnya Daftar Pustaka manusia purba yang meninggalkan artefak dan fosil sebagai bukti empiris. Padahal jika Abdurrahman, D. (2011). Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: kita menggunakan pendekatan rasional dan Ombak. memiliki kepercayaan penuh pada wahyu, Al-Nabhani, T. (2003). Hakikat Berpikir. sejarah nabi Adam dapat dijadikan kisah Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. sejarah yang dipercaya melebihi fakta Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. empiris. Jakarta: UI Press.

Kesimpulan Hardiman, F.B. (2011). Pemikiran- Pemikiran yang Membentuk Dunia Modern. Antara rasionalisme dan empirisme Jakarta: Erlangga. metode berpikir yang sesungguhnya adalah Kebung, K. (2011). Filsafat Ilmu rasionalisme. Sebab berpikir merupakan Pengetahuan. Jakarta: Prestasi Pustaka.

128

Lubis, A.Y. (2009). Epistemologi Fundasional. Bogor: Akademia.

Ritzer, G. (1996). Modern Sociology Theory. New York: McGraw-Hills Companies.

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarya: Ombak.

Soekanto, S. (1993). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

129

PEMANFAATAN KAPAL KARAM SEBAGAI DESTINASI SELAM DALAM KAIDAH CAGAR BUDAYA BAWAH AIR

Agung Setyo Sasongko Pendidikan Kelautan dan Perikanan Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Serang, Jl.Ciracas Lama No.18 Serang Banten Email : [email protected]

Abstract: Indonesia is the largest archipelago in the world. Two-thirds of its territory is sea. Development of a sustainable marine-based tourism is carried out by the efforts of the maritime culture by building synergies and strengthening maritime culture in the utilization and management of marine resources. The problem posed is currently against the conditions of the coral reef ecosystem as a result of a diving destination got worse due to the level of human behavior itself. on the other hand resources remains not optimal under water culture is exploited, often taken illegally. Indonesia is very rich in objects of Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) underwater Archaeological Heritage. Various cultural activities and maritime trade has left a rich data to reconstruct civilization in this nation. In fact is an effort to merekontruksi still face many challenges especially the difference in terms of point of view in the management of objects of the Boatload Sinking

Keywords : archeology of underwater , shipwreck , tourism potential

Abstrak : Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dua pertiga wilayahnya adalah laut. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan berbasis bahari dilakukan dengan upaya sinergi dengan membangun budaya maritim dan memperkuat budaya bahari dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan. Permasalahan yang ditimbulkan saat ini terhadap kondisi ekosistem terumbu karang sebagai akibat destinasi selam semakin memburuk akibat tingkat laku manusia itu sendiri. di sisi lain sumber daya tinggalan budaya bawah air belum optimal dimanfaatkan, bahkan seringkali diambil secara ilegal. Indonesia sangat kaya akan Benda Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) sebagai peninggalan Arkeologi Bawah air. Berbagai aktivitas budaya dan perdagangan maritim telah meninggalkan data yang melimpah untuk merekonstruksi peradaban bangsa ini. Kenyataanya adalah upaya untuk merekontruksi masih menghadapi banyak tantangan terutama perbedaan dalam hal sudut pandang dalam pengelolaan Benda Muatan Kapal Tenggelam tersebut oleh berbagai pihak. Ketersediaan sumber daya Tinggalan bawah air seperti kapal-kapal karam dan menurunya kualitas terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata selam, sekaligus upaya terhadap pelestarian warisan budaya bahari.

Kata Kunci : Arkeologi Bawah Air, Kapal Karam, Potensi Wisata Bahari

130

Pendahuluan budaya bawah air tersebut dapat dijadikan objek Wilayah Bahari Indonesia memiliki wisata yang menarik untuk dikunjungi para peninggalan arkeologi bawah air. Hal ini tidak wisatawan. Selain dapat dimanfaatkan untuk terlepas oleh aktifitas kelautan yang terjadi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan diperairan Indonesia. Sejarah Budaya Maritim pengelolaan yang tepat sangatlah mungkin Indonesia telah dimulai tidak kurang dari 4500 Indonesia menjadi tujuan utama wisata bahari tahun yang lalu, bersamaan dengan persebaran (wisata selam, snorkeling) dan wisata minat penutur bahasa Austronesia ke Nusantara dan khusus. Namun pemanfaatan terhadap situs Pasifik dari Pulau Formosa (taiwan). mereka bawah air ini perlu dilakukan dengan hati-hati bermigrasi dengan menggunakan balok-balok karena sifatnya yang tidak dapat diperbaharui kayu yng digabungkan dan kemudian melakukan (non renewable resources) dan sangat rapuh inovasi dalam teknologi pelayaran dengan terhadap ancaman dari luar baik karena kondisi membuat perahu bercadik yang cukup canggih alam maupun aktivitas manusia Ariadi et al, (Tanudirjo 2008). 2018). Kawasan Perairan Indonesia pada Arkeologi bawah air pertama kali zaman Perang dunia I dan II di gunakan sebagai dikenal pada permulaan abad XIX M, dimana ajang medan perang dan ditemukan sisa perang penyelam tradisional sering mendapatkan bangkai pesawat terbang dan kapal karam di artefak di bawah air ketika menyelam, hal ini wilayah laut kita. Sejak ratusan tahun lalu kemudian menarik perhatian para arkeolog di Indonesia banyak dilalui kapal dari berbagai tahun 1950 di mulailah pekerjaan eskavasi bangsa. Kapal-kapal tersebut berlayar dengan bawah air pertama kali di laut Mediterania tujuan antara lain berdagang, berkomunikasi, dengan metode penelitian arkeologi (Green, dan bermigrasi (Julianto et al, 2015). 2004). Dalam pelayaran tersebut tidak Salah satu kawasan yang memiliki semuanya berjalan dengan lancar, terkadang potensi situs peninggalan bawah air yang cukup banyak faktor yang menghambat, seperti menarik adalah Kepulauan Karimunjawa. perampokan dan cuaca buruk, sehingga kapal Banyaknya peninggalan budaya di Kepulauan menjadi karam. Melimpahnya tinggalan kapal Karimunjawa disebabkan oleh posisi yang tenggelam di kawasan perairan Nusantara dari strategis di kawasan tersebut yang berada di masa kolonial ditunjukkan dengan setidaknya tengah - tengah jalur pelayaran dan perdagangan ada 463 kapal tenggelam yang tercatat berada di Laut Jawa. Karimunjawa selalu menjadi perairan Indonesia saat ini. Dari jumlah tersebut pelabuhan transit pada 3 masa penting dalam baru sekitar 10% yang diketahui posisinya. sejarah Indonesia, yaitu 1.Pada masa kerajaan- Potensi kekayaan bahari berupa peninggalan kerajaan kuno dengan pelabuhan utama Tuban,

131

2.Masa Kesultanan Islam dengan pelabuhan konservasi di Karimunjawa, khususnya di utama Jepara, dan 3.Masa Kolonialisme Eropa Perairan Pulau Karimunjawa. dengan pelabuhan utama Semarang (Balai Arkeologi Yogyakarta, 2009). Metode Penelitian Tempat tenggelamnya kapal dan Penulisan Jurnal ini baru berupa peninggalan bawah air yang berada di daerah pendahuluan dalam memahami lebih dalam wisata bahari Karimunjawa membuat situs-situs fenomena baru yang berkembang, yaitu wisata ini berpotensi menjadi alternatif tujuan wisata selam. Metode yang digunakan adalah historis bawah air di perairan tersebut. Penyelaman yang bibliografis berupa kajian pustaka dengan ada tidak hanya untuk wisata, beberapa peneliti langkah kerja menghimpun, menyusun atau dan agen sertifikasi selam memanfaatkan situs mengklasifikasi, menganalisis, dan ini sebagai tempat penyelaman dengan koridor menginterpretasi data dan informasi dari konservasi. Di Indonesia saat ini situs kepustakaan yang terkumpul (Al Hamdani et al. peninggalan bawah air belum menjadi suatu 2015). daya tarik utama dalam wisata, apabila Kajian kepustakaan dilakukan melalui dibandingkan dengan daya tarik alam Indonesia pengumpulan data dan informasi yang relevan yang memang dikenal keindahan dan dengan masalah yang dikaji dengan keanekaragaman hayatinya. Kondisi pariwisata mengandalkan ketersediaan literatur terkini dan di Kepulauan Karimunjawa kini semakin hasil penelitian, khususnya yang terkait dengan berkembang, akan tetapi situs bawah air di pelestarian cagar budaya, tinggalan budaya Perairan Karimunjawa belum menjadi daya tarik kapal karam yang dikenal dengan Benda Muatan utama serta belum banyak berperan dalam Kapal Tenggelam (BMKT) serta pariwisata kegiatan pariwisata di Karimunjawa. Meskipun berbasis bahari, khususnya daya tarik wisata telah banyak wisatawan yang datang berkunjung selam. untuk melihat keindahan Karimunjawa namun pengelolaannya dirasa belum optimal. Hasil dan Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah Dalam berbagai sumber dan informasi mendeskripsikan dan menjelaskan situs-situs baik dalam dan luar negeri sering disebutkan bawah air dalam kaidah cagar Budaya dan bahwa wilayah perairan Indonesia pada masa keanekaragaman hayati di Taman Nasional lalu memiliki peran yang penting dalam arus Karimunjawa namun pengelolaannya dirasa lalu-lintas perdagangan, baik lokal maupun belum optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah antarnegara. Sejarah membuktikan bahwa posisi mendeskripsikan dan menjelaskan situs-situs geografis Kepulauan Indonesia yang terletak di bawah air dalam kaidah cagar Budaya dan antara Benua Asia dan Benua Australia, serta

132

diapit oleh dua samudera yaitu Samudera Hindia kesamaan dengan kriteria cagar budaya yang dan Samudera Pasifik yang merupakan jalur mencakup umur, buatan manusia, serta nilai pelayaran internasional dan medan pertempuran. yang yang terkandung di dalamnya. Menurut Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya UU No. 11 tahun 2010 pengganti UU No. 5 temuan arkeolog maupun bangkai sisa-sisa dari tahun 1992 tentang Cagar Budaya (CB), yang perang. Potensi luas perairan dan benda dimaksud dengan benda cagar budaya adalah arkeologi berupa kapal tenggelam beserta benda warisan budaya bersifat kebendaan berupa berharganya memiliki nilai strategis bagi benda, bangunan, struktur, situs, dan kawasan pembangunan nasional, khususnya pada bidang cagar budaya di darat dan/ atau di air yang perlu pendidikan, perekonomian, sosial dan budaya. dilestarikan keberadaannya karena memiliki Pemerintah baru menaruh perhatian terhadap nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pentingnya data dan informasi persebaran pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan BMKT di Indonesia sekitar tahun 1990-an. melalui proses penetapan. Terbatasnya anggaran dan sumber daya manusia Pemberian rekomendasi izin survei dan menjadikan kegiatan inventarisasi data izin pengangkatan BMKT sejak tanggal 11 mengenai perkiraan jumlah, jenis, bentuk, serta November 2011 hingga sekarang. Moratorium lokasi kapal karam tidak berjalan dengan itu sebagai tindak lanjut terbitnya UU Nomor 11 semestinya. Akibatnya, Pemerintah memiliki Tahun 2010 tentang Cagar Budaya dan data dan informasi keberadaan profil Benda Konvensi Internasional Perlindungan Tinggalan Muatan Kapal Tenggelam sangat terbatas. Kapal Bawah Laut/Air Tahun 2001. Kebijakan dan tenggelam atau shipwreck beserta benda peraturan tersebut diperkuat dengan Permen- berharga muatannya merupakan kapal kuno KP/2016 tahun 2016 tentang ketentuan yang tenggelam sebelum abad ke-20 hingga moratorium perizinan survei dan pengangkatan masa Perang Dunia II. Jumlah kapal tenggelam tinggalan budaya kapal tenggelam beserta di perairan Indonesia diperkirakan mencapai muatannya. hingga ribuan kapal (Mundardjito 2007). Pengelolaan situs cagar budaya kapal Kesimpulan tenggelam dimulai sejak tahun 1980-an hingga Peninggalan Arkeologi Bawah Air di sekarang. Pemerintah mengeluarkan peraturan Indonesia semestinya memberikan gambaran yang berorientasi pada upaya eksploitasi pentingnya pelestarian terhadap peninggalan (Economic Values). Dalam UU Nomor 5 Tahun tersebut. Dipertimbangkan pula dalam 1992 disebutkan, tinggalan budaya bawah air membangun kebijakan penanganan sumberdaya seperti kapal tenggelam beserta muatannya yang budaya maritim Indonesia antara lain adalah: tidak diketahui pemiliknya dianggap memiliki tujuan arkeologi, sifat data arkeologi, penelitian

133

yang berwawasan pelestarian, pemanfaatan dan antara berbagai kepentingan pelestarian dan tanggung jawabnya terhadap masyarakat luas, pemanfaatannya. serta pemberdayaan masyarakat lokal. Di Karimunjawa terjadi hubungan saling Daftar Pustaka menguntungkan yang saling menguntungkan Al Hamdani, Z, C Bjordal, V de Bruijn, B antara masyarakat lokal dengan Karimunjawa, Petraggi, Davidde, and CO. 2015. keberadaan situs kapal karam ―U-Boat‖ Guideline Manual 2: Best Practices for memiliki makna ekonomi, dan sosial-budaya. Locating, Surveying, Assessing, Masyarakat Karimunjawa mendapatkan Monitoring and Preserving Underwater keuntungan yang signifikan secara ekonomi Archaeological Sites. Netherlands: dengan keberadaan situs kapal karam U-boat, SASMAP Project, Amersfoort. sehingga dengan sendirinya masyarakat Ardiwidjaja. R.2017. Pelestarian tinggalan Karimunjawa secara swadaya melestarikan budaya bawah air: Pemanfaatan kapal keberadaan situs tersebut dengan perangkat karam sebagai daya tarik Wisata sosial-budaya dan politik tradisional yang selam. Amerta, Jurnal Penelitian dan mereka miliki. Pengembangan Arkeologi Vol. 35 (2),: Model pelestarian ini kiranya 75-148. berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu Julianto. E, Sulaiman. 2015. Aplikasi sistim contoh yang dapat diaplikasikan pada situs perlindungan katodik pada kapal tenggelam maritim lainnya dengan menyesuaikan karakter Sebagai benda cagar budaya. TEKNIS, Volume sosial masyarakat yang bersangkutan. Namun pada hakikatnya pekerjaan pelestarian dan 10, (1), 37 – 45. pemanfaatan sumberdaya budaya maritim Laksono, N.A dan Mussadun.2014. Dampak merupakan pekerjaan besar dan mahal yang Aktivitas Ekowisata di Pulau menuntut partisipasi dari berbagai pihak. Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Sehingga dibutuhkan sebuah jaringan kerjasama Masyarakat. Jurnal Teknik PWK Volume antara berbagai lembaga pemerintah, 3 (2) 262-273. masyarakat lokal, peneliti, akademisi, Laporan Penelitian Arkeologi. 2009. Melacak Budaya Bahari di Kepulauan pelestari, lembaga swadaya masyarakat, Karimunjawa Tahap II. Balai Arkeologi pengusaha dan berbagai stake holders Yogyakarta. Yogyakarta. lainnya yang komprehensif dan saling Mundardjito. 2007. Paradigma Dalam Arkeologi bersinergi sehingga terjadi keseimbangan Maritim. Wacana 9: 1-20.

134

Noerwidi S, 2007. Pemberdayaan Masyarakat pada Pelestarian Situs Bangkai Kapal ―USS Liberty‖, Tulamben, Bali. Human, Culture and Environment during Pleistocene in Java. 1-12. Ridwan H,N,N. 2015. Maritime archaeology in Indonesia: Resources, Threats, and Current Integrated Research. Journal Of Indo-Pacific Archaeology (36) 16-24. Tanudirjo, D, A. 2001. Wisata Arkeologi, antara Ilmu dan Hiburan. Jurnal Penelitian ―Memediasi Masa Lalu : Spektrum Arkeologi dan Pariwisata‖. Lephasi. Makassar.

135

136