Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, hlm.45-55

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA *

Edy Suandi Hamid 1 dan Y. Sri Susilo 2 1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Condong catur, Depok, Sleman, Yogyakarta 55283, Indonesia Telepon : +62 274 881546 2 Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya Yogyakarta Kampus II Gedung Bonaventura Jalan Babarsari 43, Yogyakarta 55281, Telepon : +62 274 487711 E-mail: [email protected]

Diterima 23 Nopember 2010 /Disetujui 7 Maret 2011

Abstract: This research aims to arrange the correct and operational strategies for developing small and medium enterprises (SMEs) in Daerah Istimewa Yogyakarta Province. It also needs to be known and analyzed the SMEs profile. Data used is primary and secondary data. Pri- mary data obtained through field surveys, while secondary data obtained from various publi- cation sources. Method of analysis used is descriptive approach. Associated with the various problems faced by SMEs, there are some strategies needed to overcome them. To develop the SMEs is not only charged to the SMEs themselves but also supported by all stakeholders. The support expected to come from business associations, colleges, related agencies in the area of regency/city governments in DIY. Moreover, government policy is needed to encourage SMEs development. The SMEs development in DIY basically is the acceleration of the SMEs trans- formation from formation phase to stabilization phase. Keywords: development strategy, SMEs, stakeholder, small industry

Abstrak: Penelitian ini bertujuan menyusun strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Profil UMKM juga perlu dikenali dan dianalisis. Penelitian ini menggu- nakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari survei lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber publikasi. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Berkaitan dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh UMKM, ada beberapa strategi untuk mengatasinya. Pengembangan UMKM tidak hanya oleh UMKM saja, tetapi juga harus didukung semua stakeholder. Dukungan diharapkan datang dari aso- siasi bisnis, perguruan tinggi, dan instansi terkait di kabupaten/kota di DIY. Kebijakan peme- rintah juga diperlukan untuk mendorong pengembangan UMKM. Pengembangan UMKM di DIY merupakan percepatan transformasi UMKM dari fase formasi menuju fase stabilisasi. Kata kunci: strategi pengembangan, UMKM, stakeholder, industri kecil

PENDAHULUAN ngalami peningkatan sebesar Rp40,75 triliun atau 28,49 persen yaitu dengan tercapainya angka sebesar Rp183,76 triliun atau 20,17 per- Pada tahun 2008, kontribusi Usaha Mikro Kecil sen dari total nilai ekspor nonmigas nasional dan Menengah (UMKM) terhadap pendapatan (www.bps.go.id). Selanjutnya pada tahun 2008, devisa nasional melalui ekspor nonmigas me- produk domestik bruto (PDB) nasional atas

harga konstan tahun 2000 sebesar Rp1.997,73 Diringkas dari hasil riset dengan judul “Studi Pengembang- triliun, kontribusi UMKM sebesar Rp1.165,26 an Model UMKM di Provinsi DIY” yang dilakukan oleh Tim Peneliti ISEI Cabang Yogyakarta. Riset ini dibiayai dari triliun atau 58,33 persen dari total PDB. Harga Pengurus Pusat ISEI Jakarta. konstan tahun 2000 nasional mengalami per- makanan, industri kerajinan kulit, industri kembangan sebesar Rp115,41 triliun atau 6,13 gerabah, dan industri kerajinan lainnya. Meto- persen dari tahun 2007. Kemudian pada tahun de pengumpulan data dilakukan dengan survei 2008, UMKM mampu menyerap tenaga kerja lapangan, wawancara mendalam, dan focus sebesar 90.896.270 orang atau 97,04 persen dari group discussion (FGD). Permasalahan yang di- total penyerapan tenaga kerja yang ada. Jumlah hadapi industri kecil antarkelompok industri ini meningkat sebesar 2,43 persen atau 2.156.526 mempunyai persamaan dan perbedaan. Persa- orang dibandingkan tahun 2007 (www.depkop. maan yang menonjol adalah kenaikan harga go.id). faktor produksi yang memaksa mereka me- Berdasarkan data tahun 2005, jumlah naikkan harga jual produk. Masalah yang lain UMKM di Provinsi Daerah Istimewa Yogya- adalah menurunnya tingkat produksi dan karta (DIY) sebanyak 93.854 unit atau sebesar employment. 99,98 persen dari total unit usaha yang ada di Dalam hal perbedaan masalah yang diha- wilayah tersebut (Astungkoro, 2010). Jumlah dapi tergantung dari jenis dan karaketristik tenaga kerja yang diserap oleh UMKM se- industri kecil. Ada yang menyatakan masalah banyak 37.260 orang atau sebesar 95,39 persen pokok yang dihadapi adalah kemampuan ber- dari total tenaga kerja yang diserap oleh unit saing di pasar, pemasaran produk, dan keterse- usaha di Provinsi DIY. Selanjutnya pada tahun diaan tenaga kerja terampil. Dalam hal dina- 2007, jumlah UMKM di Provinsi DIY menurun mika usaha, persamaan di antara mereka ter- menjadi 88.862 unit usaha, namun persenta- utama dalam diversifikasi produk. Pengusaha senya tetap sebesar 99,98 persen. Jumlah tenaga industri kecil melakukan diversifikasi dari sisi kerja yang terserap oleh UMKM pada tahun bahan baku dan hasil produksi. Perbedaan 2007 sebanyak 36.426 orang atau sebesar 96,04 dinamika usaha terjadi dalam hal diversifikasi persen dari total tenaga kerja. Penurunan usaha. Pengusaha industri kecil melakukan jumlah unit usaha dan tenaga kerja secara abso- diversifikasi usaha yang berbeda sama sekali lut tersebut terkait dengan terjadinya gempa dengan usaha sebelumnya, namun juga ada bumi yang terjadi pada tahun 2006. Berdasar- yang melakukan diversifikasi usaha yang kan data jumlah unit usaha dan tenaga kerja terkait dengan usaha sebelumnya. tersebut, maka UMKM di Provinsi DIY mem- Selanjutnya Sri Susilo (2007) melakukan punyai kontribusi yang penting dan strategis studi mengenai masalah dan dinamika usaha dalam perekonomian daerah. kecil dengan fokus pedagang klithikan di alun- Sehubungan dengan kontribusi UMKM alun selatan Kota Yogyakarta. Survei dilakukan tersebut, maka pemberdayaan dan pengem- terhadap 40 pedagang klithikan. Pengumpulan bangan UMKM menjadi hal yang perlu dilaku- data dilakukan dengan kuesioner dan wawan- kan secara berkesinambungan. Bagaimanakah cara mendalam. Analisis dilakukan dengan strategi pengembangan UMKM di Provinsi DIY pendekatan deskriptif. Masalah yang dihadapi yang seharusnya dilakukan? Jawaban dari per- oleh pedagang klithikan terutama dalam hal: tanyaan tersebut menjadi fokus penelitian ini. (1) Lokasi usaha; (2) Perijinan; (3) Modal usaha; Untuk menjawab, perlu ditelusuri terlebih da- (4) Kondisi cuaca; dan (5) Pasokan barang hulu berbagai masalah yang dihadapi oleh dagangan. Dinamika usaha yang dialami oleh UMKM di Provinsi DIY. Demikian pula perlu pedagang klithikan relatif statis atau sulit untuk dilihat strategi survival yang telah dilakukan berkembang. Hal ini terjadi karena keterbatasan oleh UMKM tetap mampu bertahan men- yang ada pada pedagang terutama dalam hal jalankan usahanya. modal dan lokasi usaha. Masalah dan Kinerja UMKM di Provinsi Kemudian Sri Susilo et al., (2008) melaku- DIY. Sri Susilo dan Sutarta (2004) melakukan kan kajian masalah dan kinerja industri kecil kajian masalah dan dinamika industri kecil pasca gempa di Kabupaten Bantul Provinsi pascakrisis ekonomi pada tahun 1998 di Pro- DIY. Survei dilakukan terhadap 100 pengusaha vinsi DIY. Besar sampel mencakup 200 unit yang tergolong industri skala kecil dan me- usaha yang mencakup industri pengolahan nengah (IKM). Periode survei dilakukan 6-7

46 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 45-55 bulan setelah terjadinya gempa 17 Mei 2006. karta. Survei dilakukan pada bulan Maret– Jenis IKM mencakup industri gerabah dan April 2005 terhadap 50 pedagang warung ang- keramik, industri kerupuk kulit, industri kringan. Pengumpulan data dilakukan dengan makanan tahu, industri genteng, dan industri survei dan wawancara mendalam. Analisis kerajinan kulit. Pengumpulan data dilakukan dilakukan dengan pendekatan deskriptif. Stra- dengan survei lapangan, wawancara menda- tegi atau tindakan yang dilakukan oleh peda- lam, dan focus group discussion (FGD). Analisis gang warung angkringan agar tetap mampu data dilakukan secara deskriptif. Masalah uta- bertahan dalam menajalan usahanya adalah: (1) ma yang dihadapi oleh pengusaha pasca gempa Melakukan diversifikasi barang dagangan dan adalah ketidakmampuan memenuhi kewajiban diversifikasi usaha. (2) Mentaati peraturan atau finansial terhadap pihak lain dan keterbatasan imbauan yang diberikan pihak kecamatan/ ke- untuk menambah modal. Masalah lain yang lurahan dan menjaga hubungan baik dengan dihadapi adalah menurunnya hasil produksi pihak lain (masyarakat sekitar dan pemasok/ dan pemasaran hasil produksi. Bagaimana de- juragan) agar tetap dapat berjualan di lokasi ngan kinerja usahanya? Dengan indikator usaha saat ini, serta ikut menjaga ketertiban kinerja tingkat produksi maka sebagian besar dan kebersihan di sekitar lokasi usaha. (3) Men- unit usaha (65 persen) mengalami penurunan, coba untuk adaptif terhadap perubahan ling- sedangkan 23 persen produksinya tetap, dan kungan, misalnya perubahan harga, yang mem- sebanyak 12 persen mengalami penurunan. pengaruhi usahanya. (4) Melayani pembeli atau Tarigan dan Sri Susilo (2008) melakukan pelanggan dengan baik, termasuk memberikan kajian masalah dan kinerja industri kecil pasca kesempatan menunda pembayaran. gempa untuk kasus industri kerajinan perak di Selanjutnya Sri Susilo dan Krisnadewara Kota Yogyakarta. Survei dilakukan terhadap 50 (2007) melakukan riset strategi bertahan indus- pengrajin perak dan pengumpulan data dilaku- tri pascagempa di Yogyakarta. Sampel merupa- kan dengan kuesioner dan wawancara menda- kan pengusaha atau pengrajin skala kecil. lam. Kegiatan survei lapangan dilakukan pada Survei mencakup industri gerabah dan kera- bulan Desember tahun 2006 atau 7 bulan sete- mik, industri makanan tahu, industri genteng, lah gempa 27 Mei 2006. Kesimpulan dari riset industri kulit, industri kerajinan perak, industri sebagai berikut: (1) Pengusaha/pengrajin perak kerupuk kulit, dan industri kerajinan patung/ menghadapi permasalahan yang terkait dengan sovenir. Pengumpulan data dilakukan dengan terganggunya kegiatan produksi karena adanya penyebaran kuesioner dan wawancara menda- kerusakan bangunan serta prasarana produksi; lam. Strategi yang diterapkan adalah: (1) Ber- (2) Terganggunya proses produksi menyebab- produksi dengan fasilitas/peralatan terbatas. kan berkurangnya jumlah produksi yang ber- (2) Berproduksi dengan jumlah bahan baku implikasi pada kemampuan melayani permin- terbatas. (3) Berproduksi dengan jumlah tenaga taan; (3) Penurunan permintaan pada giliran- kerja terbatas. (4) Berproduksi dengan modal nya akan mengurangi pendapatan dan ber- finansial terbatas. (5) Membuka shoow-room/ implikasi pada kemampuan memenuhi kewa- outlet. (6) Melakukan usaha sampingan. Dalam jiban finansial. Dari aspek kinerja, gempa bumi kasus pengusaha/pengrajin dalam riset ini menyebabkan: (1) Terjadinya rata-rata penu- masalah yang terjadi lebih dari sisi penawaran runan jumlah produksi sebesar 43,46 persen; (2) dari pada sisi permintaan. Oleh karena itu yang Rata-rata penurunan nilai penjualan sebesar 26 lebih penting adalah upaya percepatan pemu- persen. lihan kembali (recovery) dari usaha, dan hal Strategi Survival UMKM di Provinsi DIY. tersebut diawali dengan melakukan kegiatan Berikut kajian yang terkait dengan strategi produksi. Bagi pengusaha/pengrajin korban survival atau bertahan UMKM di Provinsi DIY gempa, suntikan berupa bantuan modal menja- dalam menghadapi kondisi lingkungan usaha di sangat berarti. Dengan tambahan modal yang berubah. Sri Susilo (2005) melakukan maka berbagai keterbatasan dalam kegiatan kajian strategi usaha mikro-kecil dengan kasus produksi dapat dikurangi/ditekan, sehingga pedagang warung angkringan di Kota Yogya- aktivitas produksi akan lebih lancar, dan pada

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil (Edy Suandi H dan Y. Sri Susilo) 47 gilirannya pasar dapat dilayani dengan baik. pulkan hasil wawancara dengan pengusaha/ pengrajin industri kecil dan berbagai pihak yang telah dipilih menjadi sampel atau respon- METODE PENELITIAN den. Pengertian data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pe- Studi ini merupakan penelitian kebijakan (policy ngumpul data dan dipublikasikan kepada ma- research) yang bertujuan untuk menggali berba- syarakat pengguna (Hanke dan Reitsch, 1998). gai informasi berkaitan dengan UMKM dalam Secara singkat dapat dikatakan bahwa data rangka memberikan rekomendasi pengambilan sekunder adalah data yang telah dikumpulkan kebijakan pengembangannya. Berbagai hal ber- oleh pihak lain (Kuncoro, 2009). Dalam riset ini kaitan lokasi, metode sampling, tahapan kerja, data sekunder diperoleh dari instansi atau dan metode analisis dijelaskan sebagai berikut. dinas terkait di lingkungan Pemerintah Pro- vinsi DIY. Lokasi Penelitian Riset mencakup wilayah 4 kabupaten (Bantul, Langkah/Tahapan Kerja Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul) dan kota Studi ini dilakukan secara cross sectional melalui Yogyakarta, Provinsi DIY, khususnya pada analisis data sekunder dan survei kepada para daerah-daerah sentra industri. Survei lapangan pelaku UMKM yang berlokasi di Provinsi DIY, dilakukan pada bulan Januari sampai dengan yang meliputi empat kabupaten dan kota Yog- Februari 2010. yakarta. Studi ini dilakukan dalam beberapa langkah kerja sebagaimana terlihat dalam Jenis dan Sumber Data Gambar 1. Jenis data yang dibutuhkan dalam studi ini ber- Responden dalam studi adalah para pelaku dasarkan sumbernya adalah data: (1) primer; dari berbagai jenis UMKM unggulan produktif dan (2) sekunder. Data primer biasanya diper- yang muncul dari tahap analisis data sekunder. soleh dengan survei lapangan yang mengguna- Dalam survei ini jumlah responden yang dijadi- kan semua metode pengumpulan data orisinal kan responden adalah 220 UMKM di Provinsi (Hanke dan Reitsch, 1998). Selanjutnya data DIY yang terdiri atas 4 kabupaten, yaitu Kabu- primer dapat didefinisikan sebagai data yang paten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten dikumpulkan dari sumber-sumber asli (Kun- Kulonprogo, dan Kabupaten Gunungkidul, coro, 2009). Dalam riset ini data primer dikum- serta Kota Yogyakarta. Sampel diambil secara purposive sampling (Sekaran and Bougie, 2010).

Analisis data sekunder

Survey lapangan

Analisis Deskriptif

Profil UMKM

Analisis SWOT Model Pengembangan UMKM di DIY

Rekomendasi Kebijakan

Gambar 1. Langkah Kerja

48 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 45-55 Metode Analisis Yogyakarta (34 unit usaha), Kabupaten Sleman (31 unit usaha) dan Kabupaten Kulonprogo (30 Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan unit usaha). Distribusi ini sesuai dengan jumlah pendekatan deskriptif. Analisis deskriptif mem- UMKM yang menjadi responden di masing- berikan gambaran pola-pola yang konsisten masing daerah tersebut. dalam data, sehingga hasilnya dapat dipelajari Tahun Berdiri UMKM. Berdasarkan hasil dan ditafsirkan secara singkat dan penuh mak- survei mayoritas UMKM di Provinsi DIY ber- na (Kuncoro, 2009). Dalam analisis deskriptif, diri sebelum tahun 1990 yaitu sebanyak 36 dilakukan interprestasi atas data dan hubungan persen, sedangkan UMKM yang berdiri sejak yang ada dalam penelitian tersebut. Di samping tahun 2001 sampai dengan tahun 2000 seba- itu juga dilakukan komparasi antara hasil nyak 33 persen sedangkan sisanya berdiri ta- penelitian dengan hasil-hasil penelitian terkait hun 2001-2010 sebanyak 31 persen. Melihat dan dilakukan korelasi antara hasil-hasil pene- kondisi objektif tersebut maka UMKM di litian tersebut dengan teori atau konsep yang Provinsi DIY berkembang sejak sebelum tahun relevan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Selan- 1990 (Gambar 2). Pada periode satu dasawarsa jutnya analisis secara deskriptif dapat juga terakhir, perkembangan UMKM juga meng- dilakukan dengan teknik statistik yang relatif gembirakan. Hal ini terbukti pada periode sederhana, seperti misalnya menggunakan ta- tersebut cukup banyak UMKM yang memulai bel, grafik, dan ukuran tendensi sentral yaitu usahanya. nilai rata-rata, nilai tengah, dan modus (Koun- tur, 2003). Dengan mengacu pada pengertian analisis deskriptif tersebut maka sekalipun 1 3 metode analisis yang digunakan dalam riset ini relatif sederhana, namun dapat memberikan 1 informasi yang memadai sesuai dengan tujuan 2 penelitian. 3 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber: Data primer (diolah) Profil Responden Gambar 2. Tahun Berdiri UMKM di Provinsi Besar Sampel/Jumlah Responden. Berbagai in- DIY formasi tentang UMKM di Provinsi D.I. Yogya- karta ditampilkan pada berbagai grafik berikut ini. Pada Tabel 1 dipaparkan komposisi seba- Bidang Usaha Utama Perusahaan nyak 220 unit usaha. Deksripsi UMKM menurut lapangan usahanya,

sesuai dengan klasifikasi yang dikeluarkan oleh

Disperindagkop dan UKM Provinsi Daerah Tabel 1. Besar Sampel Istimewa Yogyakarta pada tahun 2009 dapat No Wilayah Frekuensi UMKM dibagi dalam kelompok industri pertanian, 1 Kota Yogyakarta 34 industri nonpertanian, kerajinan, dan aneka 2 Kabupaten Kulonprogo 30 usaha (Gambar 3). 3 Kabupaten Sleman 31 Dari berbagai kelompok tersebut, maka 4 Kabupaten Bantul 70 UMKM di Yogyakarta terbanyak beroperasi 5 Kabupaten Gunungkidul 55 pada bidang usaha industri pada komoditas Total 220 yang berkaitan dengan produk pertanian. Hal Sumber: Data primer (diolah) ini tentu sangat dipengaruhi oleh berbagai hal, yaitu ketersediaan bahan baku, ketersediaan Besar sampel dari Kabupaten Bantul meru- SDM yang sesuai serta skala usaha yang cocok pakan jumlah terbesar (70 unit usaha), diikuti bagi pasar lokal dan regional. Predikat Yog- Kabupaten Gunungkidul (55 unit usaha), Kota

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil (Edy Suandi H dan Y. Sri Susilo) 49 yakarta sebagai kota pendidikan dan tujuan Pada tahun 2006 nilai penjualan sebesar pariwisata memiliki peran besar bagi berkem- Rp172,6 milyar dan meningkat menjadi Rp173,1 bangnya UMKM yang bergerak pada bidang milyar pada tahun 2008. Selanjutnya pada kerajinan. tahun 2009, nilai penjualan produk UMKM yang menjadi responden mencapai Rp174,6 milyar (Gambar 4). 11% 4 Penghasilan Lain di Luar Usaha. Sebagian 1 3 pelaku UMKM di Provinsi DIY juga mempu- 1 23% 43% Indus tri Makanan nyai penghasilan di luar usaha yang utama. 2 Indus tri Non Makanan Sebanyak 30 persen responden mengaku mem- 3 Kerajinan 4 Aneka Usaha punyai penghasilan di luar dari usahanya yang pokok. Sisanya sebanyak 70 persen responden 2 tidak mempunyai penghasilan selain dari usa- 23% Sumber: Data primer (diolah) hanya yang pokok. Dengan demikian sebagian besar pelaku UMKM mengandalkan penghasil- Gambar 3. Komposisi Kelompok Usaha UMKM an atau pendapatan dari usahanya yang pokok Menurut Bidang Usaha (Gambar 5). Adapun UMKM yang menghasilkan peng- hasilan lain di luar usaha utamanya mayoritas Selanjutnya komposisi menurut bidang berasal dari hasil usaha beternak (38 persen), usaha, industri pertanian/makanan mencakup bertani (25 persen), perdagangan (18 persen), industri tempe, tahu, , geplak, kerupuk, kemudian diikuti dari usaha konstruksi sebesar , serta aneka roti dan . Untuk 18 persen, seperti tersaji pada Gambar 5. industri non-pertanian/non-makanan menca- kup industri genteng, gamelan, mebel kayu, mebel bambu, dan industri konveksi. Kemu- 1 dian yang tergolong kerajinan di antaranya ke- 2 rajinan kulit, batik, perak, gerabah dan keramik. 1 Cakupan aneka usaha meliputi industri cindera 2 mata (ornamen batu, topeng kayu, serabut kelapa, bambu, hiasan dinding, lukisan batik, Sumber: Data primer (diolah) dan lukisan kulit). Nilai Total Penjualan Produk Tahun 2007- Gambar 5. Penghasilan Lain di luar Usaha 2009. Nilai Total penjualan produk rata-rata dari tahun ke tahun mengalami kenaikan mes- kipun relatif kecil. Masalah UMKM Provinsi DIY Untuk menentukan strategi pengembangan UMKM di Provinsi DI Yogyakarta secara tepat, maka atas dasar hasil survei dapat diketahui berbagai masalah yang dihadapi oleh pelaku UMKM. Berbagai masalah tersebut dapat dikla- sifikasikan dalam dua aspek, yaitu aspek inter- nal yang dihadapi dalam UMKM, dan aspek eksternal yang berasal dari luar UMKM. Des- kripsi ringkas hasil survei tentang kedua aspek tersebut dipaparkan pada Tabel 2. Temuan ini Sumber: Data primer (diolah) sejalan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Gambar 4. Rata-rata Nilai Total Penjualan Sri Susilo dan Sutarta (2004), Sri Susilo (2007), Produk 2007-2009 Sri Susilo et al., (2008), dan Tarigan dan Sri Susilo (2008).

50 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 45-55 Tabel 2. Berbagai Masalah Internal dan Eksternal UMKM di Provinsi DIY

No ASPEK INTERNAL ASPEK EKSTERNAL 1 Kurangnya kemampuan dalam melakukan inovasi Kesulitan memperluas pangsa pasar baru, produk khususnya pasar ekspor 2 Keterbatasan kapasitas produksi untuk memenuhi Ancaman produk-produk sejenis yang berasal permintaan pada waktu yang singkat (kasus-kasus dari impor, khsusunya produk dari China tertentu) 3 Terbatasnya ketersediaan sumber dana untuk Kondisi ekonomi yang kurang stabil sehingga pengembangan usaha sangat mempengaruhi harga bahan baku dan harga produk 4 Keterbatasan teknologi proses produksi sehingga Kondisi perbankan dengan tingkat bunga tinggi kualitas produk belum mampu memenuhi dan proses kredit yang berbelit permintaan pasar 5 Kualitas SDM yang belum memiliki Infrastruktur yang buruk sehingga menambah skill/keterampilan yang diperlukan sehingga biaya distribusi kualitas produk belum optimal

6 Kelemahan dalam membeli bahan baku, Kurangnya kontribusi pihak eksternal, seperti khususnya untuk memenuhi pembeli skala besar asosiasi, investor, dan pihak swasta lainnya (big buyer) dalam mendukung pengembangan UMKM

7 Tingkat harga produk yang relatif tinggi sebagai Kebijakan pemerintah yang kurang kondusif, akibat biaya produksi yang mahal khususnya dalam perpajakan

Sumber: Data primer (diolah)

Strategi Pengembangan UMKM di Provinsi meliputi: (1) Diferensiasi dan pengembangan DIY produk yang beorientasi kualitas; (2) Segmen- tasi pasar, khsusunya pada pasar domestik; (3) Berdasarkan masalah yang ditemukan dari ha- Pengembangan produksi berbasis sumber daya sil survei, yaitu aspek internal yang dihadapi local; (4) Pengembangan desain produk yang dalam UMKM, dan aspek eksternal yang ber- lebih variatif; (5) Pengembangan proses pro- asal dari luar UMKM, maka dilakukan analisis duksi dengan revitalisasi mesin dan peralatan berdasarkan pendekatan kekuatan, kelemahan, yang lebih modern; (6) Pengembangan produk peluang dan ancaman (SWOT) sehingga akan yang berdaya saing tinggi dengan muatan ciri ditemukan kebijakan yang perlu dilakukan oleh khas lokal; (7) Kebijakan kredit dengan bunga pemerintah serta strategi pengembangan yang lebih murah dan proses lebih sederhana; (8) Pe- perlu dilakukan oleh UMKM. ningkatan kualitas infrastruktur fisik maupun Berikut ini dipaparkan hasil analisis SWOT nonfisik; (9) Pengembangan promosi ke pasar dan arah kebijakan pengembangan dan strategi ekspor dengan media yang lebih modern; (10) pengembangan yang perlu dilakukan oleh pela- Peningkatan peran lembaga ekternal, asosiasi ku UMKM di Provinsi DIY. 1 pengusaha besar dalam pengembangan usaha Grand Strategy Pengembangan Berdasa- UMKM. rkan Analisis SWOT. Untuk menemukan ran- Rincian Strategi Pengembangan UMKM. cangan strategi pengembangan UMKM ynag Dalam menangani setiap proyek ataupun objek perlu dilakukan, maka dapat diderivasikan dari pengembangan industri, baik yang bersifat hasil analisis SWOT seperti dipaparkan pada pemecahan masalah (problem solving) maupun Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis SWOT ter- yang bersifat pengembangan ke depan (develop- sebut, maka strategi pengembangan UMKM ment oriented), strategi pengembangan yang di-

1 tempuh didasarkan kepada pola pendekatan Untuk referensi analisis SWOT lihat misalnya Rangkuti (2002) dan Pickton and Wright (1998). logis dan komprehensif melalui dua langkah

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil (Edy Suandi H dan Y. Sri Susilo) 51 Tabel 3. Rumusan Grand Strategy Berdasarkan Analisis SWOT Kekuatan (S) Kelemahan (W)

x Produk UMKM bersifat khas dan x Desain produk yang relatif unik sederahana x Ketersediaan bahan baku lokal x Mesin dan peralatan produksi x Ketersediaan tenaga kerja yang yang relatif tua memadai x Kurangnya kontribusi pihak eksternal Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O x Terbukanya peluang pasar x Diferensiasi dan pengembangan x Pengembangan desain produk ekspor dan domestik produk yang beorientasi kualitas yang lebih variatif x Peningkatan permintaan x Segmentasi pasar, khsusunya x Pengembangan proses produksi produk yang variatif dan pada pasar domestik dengan revitalisasi mesin dan berorientasi kualitas x Pengembangan produksi peralatan yang lebih modern berbasis sumber daya lokal

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T x Ancaman liberalisasi x Pengembangan produk yang x Pengembangan promosi ke pasar perdagangan, khususnya berdaya saing tinggi dengan ekspor dengan media yang lebih produk dari China muatan ciri khas lokal modern x Lingkungan makro, x Kebijakan kredit dengan bunga x Peningkatan peran lembaga perbankan dan infrastruktur lebih murah dan proses lebih ekternal, asosiasi pengusaha besar yang tidak kondusif sederhana dalam pengembangan usaha x Peningkatan kualitas UMKM infrastruktur fisik maupun non fisik

simultan yang saling sinergik, yaitu: (1) Mem- sebagai akibat dari terbatasnya sumber daya perkuat daya tarik faktor-faktor penyusun pada pembangunan dibandingkan dengan luasnya sisi permintaan terhadap produk-produk in- obyek binaan, maka ditempuh penetapan prio- dustri (Demand Pull Strategy) melalui berbagai ritas pembinaan UMKM atau fokus pengem- bentuk upaya yang sesuai dengan keadaan dan bangan. kebutuhannya; dan (2) Memperkuat daya du- Penerapan strategi pengembangan untuk kung faktor-faktor pendorong pada sisi ke- setiap jenis industri-industri yang diprioritas- mampuan daya pasok (Supply Push Strategy) kan itupun maksimal hanya akan mampu men- untuk memperlancar kegiatan produksi secara jangkau sekecil tingkat sentra industri kecil. berdaya saing, sesuai dengan kondisi dan kebu- Pendekatan sentra UMKM ditempuh sehu- tuhannya. bungan dengan kecenderungan era persaingan Pelembagaan upaya pengembangan mela- yang semakin menuntut bergesernya pola per- lui dua pendekatan tersebut dalam segi pe- saingan individual ke arah pola persaingan nguatan faktor-faktor pendorong bagi semua secara kolektif (collective competitiveness) menuju sektor/kelompok industri, ditempuh langkah- daya saing nasional dan global. Sebelum sesua- langkah yang dituangkan dalam program pe- tu obyek (misalnya sentra atau calon sentra ngembangan UMKM. Meskipun pendekatan industri kecil) ditetapkan untuk dijadikan pro- pengembangan seperti di atas dapat diterapkan yek pengembangan, perlu terlebih dahulu dini- di semua skala satuan obyek pembinaan dari lai bahwa obyek tersebut layak dikembangkan level sektor ataupun kelompok/cabang industri untuk dijadikan proyek ataupun sasaran kegiat- di tingkat nasional/daerah secara makro, sam- an. Kriteria kelayakannya utamanya didasarkan pai tingkat sentra industri dan unit usaha seca- kepada pertimbangan-pertimbangan: (1) Ke- ra mikro, namun atas pertimbangan efisiensi giatan produksinya berakar dari terdapatnya

52 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 45-55

Gambar 6. Deskripsi Kondisi Umum UMKM Berdasarkan Survei

SDA dan talenta masyarakat setempat misalnya eksternal. aset budaya kerajinan/seni tradisional; (2) Me- Selanjutnya berdasarkan masalah yang libatkan tenaga kerja yang banyak khususnya ditemukan dari hasil survei dan telah disajikan pada penduduk setempat; (3) Menghasilkan di muka, maka dapat digambarkan rangkuman nilai tambah agregat yang besar; (4) Dapat secara garis besar keterkaitan masalah yang memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai dihadapi oleh UMKM di Provinsi DIY, yang sektor terkait, khususnya di daerah yang ber- secara singkat dijelaskan pada Gambar 6. sangkutan; (5) Mempunyai prospek pasar yang Untuk mengatasi siklus masalah yang potensial dan berkelanjutan, apalagi pasar eks- dihadapi oleh UMKM maka harus dilakukan por; (6) Komponen-komponen kegiatan industri pemutusan siklus tersebut. Untuk UMKM di di dalamnya mempunyai prospek kelayakan Provinsi DI Yogyakarta yang sebagian besar finansial yang menjanjikan, sehingga hasil ke- bergerak pada bidang industri pengolahan non- giatan pembinaan akan dapat mewujudkan pertanian, untuk menciptakan produk baru, kegiatan usaha industri kecil menengah yang maka kunci strategi untuk mengatasi siklus secara komersial dapat berjalan dan tumbuh masalah tersebut adalah dengan memulai mela- berkembang secara mandiri dan sehat (tanpa kukan inovasi produk. Startegi ini bertujuan membebani pemerintah dengan subsidi mau- untuk, Pertama, meningkatkan kualitas produk pun biaya pembinaan terus menerus). sehingga akan mencipatakan pasar baru. Kedua, Berdasarkan uraian secara garis besar kebi- untuk menurunkan biaya produksi sehingga jakan dan strategi pengembangan tersebut, baik akan menurunkan harga jual poduk. Kedua dari aspek internal maupun eksternal, maka tujuan tersebut akan berimplikasi pada pening- dapat diklasifikasikan ke dalam masing-masing katan daya saing produk yang berujung pada aspek mikro yang dihadapi oleh UMKM. As- peningkatan penjualan dan pangsa pasar pek-aspek tersebut melipui aspek pemasaran, sehingga pendapatan akan meningkat. Secara ketersediaan modal, inovasi, bahan baku, per- singkat mekanisme tersebut dipaparkan pada alatan produksi, tenaga kerja, pengembangan Gambar 7. usaha dan kesiapan menghadapi lingkungan

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil (Edy Suandi H dan Y. Sri Susilo) 53

Gambar 7. Strategi Secara Umum Pengembangan UMKM

SIMPULAN bijakan dan strategi meliputi: (1) Berbagai pela- tihan dalam pengembangan produk yang lebih variatif dan beorientasi kualitas dengan ber- Dari hasil survei diperoleh beberapa masalah basis sumber daya lokal; (2) Dukungan peme- yang dihadapi oleh UMKM di Provinsi DIY, rintah pada pengembangan proses produksi antara lain: (1) Pemasaran; (2) Modal dan pen- dengan revitalisasi mesin dan peralatan yang danaan; (3) Inovasi dan pemanfaatan teknologi lebih modern; (3) Pengembangan produk yang informasi; (4) Pemakaian bahan baku; (5) berdaya saing tinggi dengan muatan ciri khas Peralatan produksi; (6) Penyerapan dan pem- local; (4) Kebijakan kredit oleh perbankan de- berdayaan tenaga kerja; (7) Rencana pengem- ngan bunga lebih murah dan proses lebih bangan usaha; dan (8) Kesiapan menghadapi sederhana sehingga akan mendukung percepat- tantangan lingkungan eksternal. Berkaitan de- an proses revitalisasi proses produksi; (5) Pe- ngan berbagai masalah yang dihadapai UMKM, ningkatan kualitas infrastruktur fisik maupun maka diperlukan strategi untuk mengatasinya. nonfisik untuk menurunkan biaya distribusi se- Untuk mengembangankan UMKM tentu saja hingga produk UMKM akan memiliki daya tidak hanya dibebankan pada UMKM sendiri saing lebih tinggi; (6) Dukungan kebijakan namun harus memperoleh dukungan seluruh pengembangan promosi ke pasar ekspor mau- stake-holders. Dukungan termaksud diharapkan pun domestik dengan berbagai media yang datang dari asosiasi pengusaha, perguruan lebih modern dan bervariatif. tinggi, dan atau dinas/instansi terkait di ling- kungan pemerintah kabupaten/kota dan Pro- svinsi. Di samping itu diperlukan kebijakan DAFTAR PUSTAKA pemerintah yang mendorong pengembangan UMKM. Pengembangan UMKM di DI Yogya- Astungkoro, R.M. 2010. Kebijakan dan Strategi karta pada dasarnya adalah percepatan trans- Pemberdayaan UMKM di Provinsi DIY. formasi UMKM dari fase formasi menuju fase Materi Diskusi, Diskusi Tengah Tahun stabilisasi. Dalam rangka pengembangan UMKM tersebut, maka direkomendasikan berbagai ke- 2010 Kerjasama FE UAJY dan ISEI Ca-

54 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011: 45-55 bang Yogyakarta. Yogyakarta 29 Juni Vol. 9 No. 1, Juni 2004, hal. 65–78. 2010. Sri Susilo, Y. 2005. Strategi Survival Usaha Hanke, J.E. and Reitsch, A.G. 1998. Business Mikro-Kecil (Studi Empiris Pedagang Wa- Forecasting. Sixth Edition. London: Pren- rung Angkringan di Kota Yogyakarta), tice-Hall International Ltd. Telaah Bisnis, Vol. 6 No. 2, Desember 2005, Kountur, R. 2003. Metode Penelitian untuk Pene- 161–178. litian Skripsi dan Tesis, Cetakan 1. Jakarta: Sri Susilo, Y., dan Krisnadewara, P.D. 2007. Penerbit PPM. Strategi Bertahan Industri Kecil Pasca Krisnadewara, P.D., dan Sri Susilo, Y. 2006. Per- gempa Bumi di Yogyakarta, Ekonomi dan masalahan Industri Kecil Pascagempa Bumi: Bisnis, Vol. 9 No. 2, Juni 2007, hal. 127– Survei pada Beberapa Industri di Kabupaten 146. Klaten, Jawa Tengah. Kinerja, Vol. 10, No. 2, Sri Susilo, Y. 2007. Masalah dan Dinamika Usaha hal. 162–171. Kecil: Studi Empiris Pedagang Klithikan Kuncoro, M. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & di Alun-alun Selatan Yogyakarta, Jurnal Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis Te- Ekonomi, Vol. 12 No. 01 Maret 2007, hal. sis?, Edisi 3, Cetakan 1. Jakarta: Erlangga. 64–77. Pickton, D.W., and Wright, S. 1998. What’s Sri Susilo, Y., Krisnadewara, P.D., dan Soeroso, SWOT in Strategic Analysis?, Strategic A. 2008. Masalah dan Kinerja Industri ke- Change, 7 (1998), pp. 101–109. cil Pascagempa: Kasus di Kabupaten Kla- ten (Jateng) dan Kabupaten Bantul (DIY), Rangkuti, F., (2002), Analisis SWOT Teknik Mem- Jurnal Akuntansi Bisnis dan Manajemen, bedah Kasus Bisnis, Cetakan III, PT. Jakarta: Vol. 15 No. 2, Agustus 2008, hal. 271–280. Gramedia Pustaka Utama. Tarigan, Y.P., dan Sri Susilo, Y. 2008. Masalah Sekaran, U., and Bougie, R. 2010. Research Me- dan Kinerja Industri Kecil Pascagempa: thod for Business: A Skill Building Approach, Kasus pada Industri Kerajinan Perak Ko- 5th Edition. USA: John Wiley and Sons Inc. tagede Yogyakarta, Jurnal Riset Ekonomi Singarimbun, M., dan Effendi, S., (Editor). 1989. dan Manajemen, Vol. 8 No. 2, Mei 2008, Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi, Ce- hal. 188–199. takan 1. Jakarta: LP3ES. http://www.depkop.go.id Sri Susilo, Y., dan Sutarta, A.E. 2004. Masalah http://www.bps.go.id dan Dinamika Industri Kecil Pasca Krisis Ekonomi, Jurnal Ekonomi Pembangunan,

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil (Edy Suandi H dan Y. Sri Susilo) 55