MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA (bagian dari penelitian disertasi)

Oleh :

Dini Rosmalia (Peserta Program Doktor, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB, Bandung / Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Pancasila, , [email protected] )

Abstrak

Lanskap budaya perkotaan merupakan suatu bentuk bentangan alam yang unik dan bersejarah, serta bernilai heritage. Menjaga warisan ini, berarti menjaga kelangsungan warisan untuk generasi mendatang. Lanskap budaya perkotaan merupakan topik yang dianggap penting pada akhir dekade ini, karena kota sebagai bukti dari intervensi manusia, melalui budayanya, terhadap bentangan alam. Selain itu kota juga merupakan bentuk fisik dari peradaban manusia yang paling maju. Salah satu bentuk lanskap budaya perkotaan di yang memiliki keunikan yang khas dan bersejarah, yaitu Kota Cirebon. Keunikan lanskap Kota Cirebon dapat terlihat dari elemen fisik kebudayaan kraton-kraton Cirebon yang tersebar di Kota Cirebon. Elemen-elemen fisik ini merupakan warisan Kerajaan Cerbon dari masa Syekh Syarif Hidayatullah yang hingga saat ini masih aktif digunakan sebagai tempat ritual kebudayaan masyarakat Cirebon. Elemen fisik tersebut terbagi dalam empat bentuk yaitu artefak, badan air, vegetasi, dan kawasan, yang tersebar di seluruh pelosok Kota Cirebon, sehingga berpotensi membentuk identitas kota. Akan tetapi potensi yang bernilai heritage ini ternyata kurang disadari oleh Pemerintah Kota Cirebon. Hal ini terlihat dari ‘Rencana Tata Ruang Kota Cirebon’ yang kurang mengakomodasi potensi tersebut. Untuk itu makalah ini, bertujuan mengidentifikasi elemen fisik Kraton yang ada di Kota Cirebon, dan mengungkapkan bagaimana elemen tersebut sebagai pembentuk ruang lanskap budaya Kota Cirebon. Metode penyajian makalah berupa deskripsi kualitatif, dengan teknik analisis data menggunakan metode interpretasi. Dari hasil penelitian terungkap bahwa persebaran kramat, yang merupakan elemen fisik kraton, rata-rata berada di wilayah pesisir. Pada umumnya, kramat-kramat tersebut berupa bangunan masjid dan makam yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sejarah keberadaan Kerajaan Cerbon dari masa Syekh Syarif Hidayatullah.

Kata kunci : elemen fisik kraton, Kraton-kraton Cirebon, lanskap budaya kota

PENDAHULUAN lanskap budaya perkotaan. Penyataan ini

sesuai seperti yang diungkapkan oleh Hough Lanskap budaya kota adalah gambaran (1990) dan Fowler (2003), bahwalanskap keunikan suatu bentang kota yang merupakan budaya perkota sebagai gambaran peradaban hasil intervensi manusia pada lanskap manusia yang paling maju dan murni, karena alaminya. Konsep lanskap budaya pertama kota merupakan wadah berbagai kebudayaa kali diperkenalkan oleh Sauer melalui masyarakat yang ditinggal dan hidup di makalah yang berjudul ‘the Morphology of dalamnya. Landscape’ pada tahun 1925. Menurut Sauer Dalam dekade saat ini lanskap budaya (1963), lanskap budaya merupakan hasil perkotaan yang unik dan khas semakin adaptasi manusia, dimana budaya sebagai alat populer. Hal ini terlihat dari kerapnya topik dan lanskap alami sebagai medianya. Adapun ini dibicarakan pada beberapa konferensi keragaman bentuk lanskap budaya pada suatu internasional. Masyarakat dunia semakin lanskap tergantung dari kekerapan tingkat menyadari bahwa lanskap budaya kota intervensi manusia terhadap alamnya. Salah merupakan warisan yang perlu dilestarikan. satu bentuk lanskap budaya yang dipandang Menjaga berlangsungan lanskap budaya yang sebagai bentuk yang paling murni yaitu

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 44 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

memiliki nilai heritage berarti menjadi bentuk kramat tersebut berupa bangunan, warisan bangsa untuk generasi mendatang. makam, badan air, dan benda-benda artefak. Keunikan lanskap budaya perkotaan Kramat-kramat kraton yang jumlahnya terbentuk dari elemen-elemennya, baik yang cukup banyak dan tersebar di seluruh penjuru bentuk fisik maupun non fisik, seperti yang Kota Cirebon, sebenarnya memiliki potensi dikatakan oleh O, Donnell (2010). Beliau baik dalam meningkatkan citra kota. Hal ini menambahkan bahwa kedua elemen tersebut karena kramat-kramat tersebut masih sebagai pencetus spirit masyarakatnya. digunakan masyarakat Kota Cirebon dan Elemen fisik berfungsi sebagai alat bantu dan sekitarnya sebagai tempat ritual tradisi wadah masyarakat saat melakukan aktifitas kebudayaan. Ritual-ritual tradisi kebudayaan budaya (elemen non fisik), dan juga sebagai ini telah menjadi bagian dari kehidupan penanda ruang. Selanjutnya menurut masyarakat kota yang tanpa disadari telah O'Donnell (2008), bentuk elemen fisik pada membentuk identitas Kota Cirebon saat ini. lanskap budaya perkotaan berupa organisasi Akan tetapi, potensi yang unik dan bernilai ruang, topografi, penggunaan lahan, sistem heritage ini ternyata kurang disadari oleh sirkulasi, kombinasi dari struktur bangunan, Pemerintah Kota Cirebon. Hal ini terlihat dari vegetasi, badan air, dan visual lanskap. ‘Rencana Tata Ruang Kota Cirebon’ yang Kota Cirebon merupakan salah satu kurang mengakomodasi potensi tersebut kota bersejarah yang memiliki keunikan yang (Gambar 1). Pada rencana Kawasan Strategis khas. Pada kota ini terdapat tiga kraton Kota (KSK), ruang budaya hanya ditentukan pecahan dari Kerajaan Cerbon yang pernah berdasarkan letak fisik kompleks kratonnya berjaya pada abad ke-15 hingga abad ke-18 saja, sedangkan posisi kramat sebagai wadah (Sulendraningrat, 1972; Sunardjo, 1983). ritual tradisi kebudayaan kurang mendapat Ketiga kraton tersebut, yaitu Kraton perhatian. Perencanaan ruang hanya Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. memperhitungkan aspek fisik saja tanpa Disamping kompleks kraton itu sendiri, mempertimbangkan aspek non fisik, aktifitas masing masing kraton juga memiliki berbagai ritual tradisi kebudayaan yang ditampung jenis elemen fisik yang masih terkelola pada kawasan ini. dengan baik hingga kini. Pada umumnya Ruang budaya merupakan ruang yang elemen fisik tersebut berbentuk kramat1 atau terbentuk tidak hanya karena adanya elemen dikenal juga sebagai kramat. Sebagian besar fisik kebudayaan, tetapi juga karena adanya kramat-kramat ini yang berasal dari periode aktifitas yang ditampungnya. Aktifitas Kerajaan Cerbon (Abad ke-15 – ke-18) dan kebudayaan tersebut meluber atau lebih luas sebagian kecil dibangun setelah Kerajaan dari wadahnya itu sendiri. Hal ini seperti yang Cerbon terpecah (Abad ke-18 – ke-19). Pada disampaikan oleh Sudaryono (2006), bahwa perkembangannya, kramat-kramat ini ada deliniasi suatu ruang yang didalamnya yang diakui sebagai milik bersama, dan ada mengandung keunikan tidak hanya ditentukan yang dimiliki oleh salah satu kraton. Bentuk- oleh hal-hal yang bersifat fisik saja, tetapi

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 45 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

batas deliniasi dapat terbentuk justru dari hal- meruang yang dialami seseorang sesaat hal yang bersifat non fisik, seperti rasa sebelum memasuki suatu lokasi.

Gambar 1 Rencana Tata Ruang Kota: Kawasan Strategis Kota Cirebon Tahun 2011-2031 Sumber Bapeda Kota Cirebon (2011)

Untuk itu makalah ini bertujuan yang merupakan bagian dari lanskap budaya mengidentifikasikan kramat-kramat kraton Kota Cirebon. yang merupakan elemen fisik kebudayaan sebagai elemen pembentuk ruang lanskap KOTA CIREBON SEBAGAI KOTA budaya Kota Cirebon. Identifikasi elemen KRAMAT BUDAYA fisik Kraton dilakukan dengan studi literatur, Kota Cirebon merupakan kota budaya, wawancara dengan narasumber kunci, dan dimana kebudayaannya berpusat pada 3 (tiga) observasi ke lokasi ritual dan kramat. Kraton. Wujud Kebudayaan Kraton-kraton Selanjutnya, dianalisis bagaimana elemen Cirebon ini berbagi dalam tiga bentuk, seperti fisik tersebut membentuk pola ruang heritage yang disampaikan oleh Koentjaraningrat

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 46 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

(2000), yaitu sistem pengetahuan dan filosofi Kramat-kramat tersebut yang terbagi dari adat istiadat Cirebon. Sultan sebagai dalam 4 (empat) kelompok berdasarkan pemimpin dan pemangku adat istiadat bentuk, yaitu 26 kramat berupa bangunan, 1 bertanggung jawab menjaga dan (satu) kramat berupa taman, 3 (tiga) kramat melestarikannya. Bentuk kedua, berupa berbentuk badan air (sumur), dan 1 (satu) aktifitas kebudayaan. Aktifitas ini diwujudkan buah berupa benda (pedati). Adapun kramat dalam beragam bentuk, seperti ritual, festival, yang berbentuk bangunan terbagi menjadi 5 ziarah, upacara, kesenian, dan sebagainya. (lima) bentuk berdasarkan fungsinya, yaitu 4 Kegiatan kebudayaan ini dilakukan oleh (empat) kompleks bangunan kraton, 7 (tujuh) Sultan hingga warganya, tergantung waktu masjid, 12 makam bangunan, 2 (dua) dan peristiwanya. Bentuk terakhir dari petilasan, dan 1 (satu) bangunan pintu kebudayaan Cirebon, yaitu wujud fisik, yang gerbang. berupa kramat, vegetasi, bentukan alam, dan Sebagaian besar Posisi ke-31 kramat sebagainya. kraton berada disepanjang pesisir Kota Salah satu bentuk yang paling kongkrit Cirebon. Hal ini sesuai seperti yang dari wujud kebudayaan adalah kramat. disampaikan oleh Adeng, et.al. (1998) bahwa Kramat merupakan salah satu bentuk kramat pada masa Kerajaan Cerbon, pusat kota artefak, hasil karya dari warga Kraton. Dari berada di sepanjang pesisir. Wilayah pesisir hasil identifikasi dari berbagai sumber dan ini sebagai pusat pemerintahan, observasi di lapangan, diketahui bahwa perkembangan perdagangan, agama dan kramat-kramat yang berada di wilayah Kota kebudayaan. Sebagai pusat perdagangan Kota Cirebon berjumlah 31 kramat (Tabel 1). Cirebon pernah menjadi bagian dari jalur Kramat-kramat berada dibawah pengelolaan perdagangan internasional, jalur sutra. Posisi Kraton Kasepuhan, Kanoman, dan ini menunjukan bahwa pada masa lalu Kacirebonan. Sebagian besar kramat-kramat wilayah pesisir ini selain menjadi pusat kota Kraton tersebut dibangun antara abad ke-15 juga sebagai pusat kebudayaan Cirebon hingga abad ke-18, yaitu pada masa Kejayaan (Gambar 3). Kerajaan Cerbon. Tabel 1 Jenis dan Lokasi Kramat

LOKASI JENIS NO. NAMA KRAMAT DESA / KECAMATAN KRAMAT KELURAHAN 1 Kraton Kacirebonan Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Kraton 2 Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Kraton 3 Kraton Kaprabonan Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Kraton 4 Kraton Kasepuhan Lemahwungkuk Kasepuhan Bangunan Kraton 5 Lawang Sanga Lemahwungkuk Kasepuhan Bangunan Pintu 6 Makam Jabang Bayi, Kesambi Kesambi Drajat Bangunan Makam 7 Makam Kejawaan Lemahwungkuk Pegambiran Bangunan Makam 8 Makam Pangeran Sapujagat Lemahwungkuk Kasepuhan Bangunan Makam 9 Makam Pangeran Suryanegara Harjamukti Harjamukti Bangunan Makam 10 Makam Panjang Sipung Simaja Kesambi Drajat Bangunan Makam 11 Makam Rambut Syekh Magelung Lemahwungkuk Panjunan Bangunan Makam

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 47 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

12 Makam Sidempet Pekalipan Jagasatru Bangunan Makam 13 Makam Syekh Lemahabang & Ki Datuk Harjamukti Kecapi Bangunan Makam 14 Makam Syekh Maulana Maghribi Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Makam 15 Makam Wiracula / Tan Sam Cay Kong Lemahwungkuk Panjunan Bangunan Makam 16 Makam / Pasarean Cibelok / Muara Tua Pegambiran Lemahwungkuk Panjunan Bangunan Makam 17 Makam/Pasarean Pangeran Drajat Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Makam 18 Masjid Abang Panjunan Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Masjid 19 Masjid Agung Sang Ciptarasa Lemahwungkuk Panjunan Bangunan Masjid 20 Masjid Baitul Karim/Pesambangan Lemahwungkuk Panjunan Bangunan Masjid 21 Masjid Jagabayan Lemahwungkuk Pegambiran Bangunan Masjid 22 Masjid Kejaksan Lemahwungkuk Pegambiran Bangunan Masjid 23 Masjid Pejalagrahan Pekalipan Jagasatru Bangunan Masjid 24 Masjid Kanoman Lemahwungkuk Lemahwungkuk Bangunan Masjid 25 Pedati Gede Lemahwungkuk Panjunan Benda 26 Petilasan Pangeran Drajat Pekalipan Jagasatru Bangunan Petilasan 27 Petilasan Sunan Kalijaga Harjamukti Kecapi Bangunan Petilasan 28 Sumur Ketandan Lemahwungkuk Kasepuhan Sumber Air Sumur 29 Cucimanah Sumber Air Sumur 30 Sumur Bandung Lemahwungkuk Lemahwungkuk Sumber Air Sumur 31 Taman Air Gua Sunyaragi Kesambi Sunyaragi Taman

Sumber: Hasil analisis (2013)

Gambar 3 Posisi Kramat-kramat Kraton di Kota Cirebon. Sumber: Hasil olahan (Rosmalia, 2013)

Hingga saat ini, kramat-kramat kraton tersebut pada umumnya terkait dengan yang berada di Kota Cirebon ini masih kebudayaan Islam, walau bukan merupakan berfungsi sebagai tempat ritual tradisi, baik kegiatan ibadah. Adapun Muhaimin (1995)2 untuk ritual budaya, maupun untuk ritual menyatakan bahwa ritual-ritual yang ibadah. Penyelenggaraan ritual-ritual tradisi diselenggarakan di kramat-kramat tersebut

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 48 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

oleh disebut sebagai ritual tambahan, yaitu pada kramat Kraton dilaksanakan pada waktu bukan ritual ibadah seperti yang tetapkan yang variatif, yaitu setiap bulan, setiap tahun, dalam rukun Islam (syahadat, shalat, zakat, dan ada juga yang diselenggarakan pada puasa, dan haji). Penyelenggaraan ritual-ritual kondisi tertentu (Tabel 2).

Tabel 2 Jenis dan Waktu Ritual derdasarkan Jenis Kramat Kraton

WAKTU RITUAL PESERTA NO. JENIS KRAMAT JML JENIS RITUAL (Kalender Aboge)3 RITUAL 1 Suro 1 Suro Bubur Suro 10 Suro Saparan Selama bulan Sapar Muludan 1-15 Mulud Sultan Nisfu Sya’ban 15 Sya’ban 1. a. Bangunan Kraton 4 Kerabat Sultan Rajaban 27 Rajab Warga Kraton Ramadhan Selama Bulan Poso Grebeg Syawal 7 Syawal Grebeg Agung 10 Besar Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon 1 Suro 1 Suro b. Bangunan Masjid 7 Warga Kraton Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon c. Bangunan Makam 12 Warga Kraton Ngunjung Tentatif sesuai kebutuhan Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon d. Bangunan Petilasan 2 Warga Kraton Ngunjung Tentatif sesuai kebutuhan e. Bangunan Pintu 1 Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon Warga Kraton 2. Taman 1 - - - Muludan Tanggal tertentu pada Bulad Mulud 3. Badan Air: Sumur 3 Warga Kraton Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon 4. Benda : Pedati 1 Kliwonan Setiap malam Jumat Kliwon Warga Kraton

Sumber: Hasil olahan (Rosmalia, 2013)

Dari 4 (empat) kategori kramat seperti dikategorikan sebagai kramat utama dan pusat yang ditunjukan pada Tabel 2, terlihat bahwa dari Kebudayan Cirebon. bangunan kraton merupakan kramat yang Disamping kraton yang merupakan paling penting. Dikarenakan, kraton selain kramat utama, ada kramat lainnya yang sebagai tempat tinggal sultan juga sebagai merupakan kramat pendukung. Kramat- tempat pengembangan dan pelestarian budaya. kramat tersebut berupa masjid, makam, Untuk itu ritual yang diselenggarakan di petilasan, taman, sumur, dan benda. Pada awal kraton lebih beragam dan dilaksanakan secara berdirinya, kramat-kramat pendukung ini rutin, dan juga saat penyelenggaraannya berfungsi sebagai penanda teritori Kerajaan hampir selalu melibatkan peserta yang cukup Cerbon. Akan tetapi sejalan dengan besar. Para peserta ritual yang terlibat mulai perkembangan jaman dan perubahan dari sultan, kerabat sultan hingga warga kekuasaan, selain sebagai penanda teritori kraton. Warga kraton yang hadir berasal dari masing-masing kraton, juga sebagai tempat berbagai wilayah di dalam dan luar Kota pelaksanaan ritual. Adapun keterhubungan Cirebon. Oleh karena itu kraton dapat antara kramat pendukung dan kramat utama

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 49 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

(Kraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebon), bentuk, warna, dan material Masjid Panjunan, selain dari cerita sejarah, dongeng, dan mitos, Masjid Sang Cipta Rasa, dengan Kraton dapat juga kesamaan ritual dan peserta yang Kasepuhan dan Kraton Kanoman. Penggunaan terlibat dalam penyelenggaraan ritual tradisi, batu bata ekspos pada pagar keliling, dan serta adanya kemiripan fisik pada bangunan bentuk candi bentar (gerbang masuk), serta kramat-kramat tersebut. Kemiripan fisik ornamen piring yang ditempel pada dinding antara kraton dan kramat lainnya, terlihat dari menjadi penanda keterhubungan antara bentuk fisik, material, dan warna yang kramat masjid dengan kraton-kraton (Gambar digunakan pada bangunan-bangunan tersebut. 4). Salah satu contohnya adalah kesamaan

Gambar 4 Kemiripan Fisik Kramat dengan Kraton Sumber: Kraton Kasepuhan (2010); Kraton Kanoman (2010); Rosmalia (2012)

Selain itu, keterhubungan antar kramat ngunjung atau ziarah, yang mereka lakukan juga dapat dilihat dari ritual yang sebelum atau sesuadah mereka caos 1 dan diselenggarakannya. Salah satu contohnya matur bekti 2 ke sultan di kraton yang yaitu ritual kliwonan. Pada umumnya, setelah diikutinya. melakukan ritual kliwonan di kraton-kraton, Keterhubungan antara kramat Kraton para pelaku ritual yang merupakan kerabat sebagai kramat utama dengan kramat-kramat dan warga kraton, kemudian melanjutkan lainnya, yang termasuk dalam kramat ritual tersebut kramat-kramat lainnya seperti pendukung, membentuk suatu ruang yang masjid, makam, serta petilasan yang mereka disebut sebagai heritagescape. Menurut Singh inginkan dan dianggap penting. Kegiatan ini dilakukan secara berurutan dari satu tempat ke 1 Caos yaitu silahturahmi kepada sesepuh atau orang yang dianggap sebagai panutan. tempat lainnya dalam malam Jumat Kliwon. 2 Matur bekti merupakan bentuk penyataan pengabdian warga terhadap sultannya, yaitu dengan membawa hasil Hal yang sama juga berlaku untuk ritual bumi untuk diberikan kepada sultan dan keluarganya saat caos atau silahturami dengan sultan

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 50 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

(2010), suatu ruang yang didalamnya terdapat Zona ini disebut juga sebagai ruang pusat situs-situs yang bersifat sakral dan kebudayaan. Selanjutnya, zona pendukung mengandung nilai spiritual, dapat disebut merupakan kawasan tempat kramat-kramat sebagai ruang sakral. Untuk itu ruang yang kraton berada. Kramat-kramat ini berfungsi bernilai heritage ini harus dijaga dan sebagai pendukung kebudayaan. Posisi zona dilestarikan keberadaannnya. pendukung mengelilingi zona utama, yang Pada kota Cirebon, ruang heritage berfungsi sebagai penyanggah kebudayaan. memiliki hirarkhi yang terbagi menjadi dua Beberapa kegiatan kebudayaan zona, yaitu zona utama dan zona pendukung diselenggarakan pada zona utama terkadang kebudayaan keraton Cirebon. Zona utama melebar hingga ke kawasan yang merupakan merupakan lokasi kraton-kraton sebagai zona pendukung. Gambaran posisi kedua zona kramat utama berada, meliputi Kelurahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Kasepuhan, Lemah Wungkuk, dan Pekalipan.

Gambar 5 Ruang Budaya Kota Cirebon Sumber: Hasil olahan (Rosmalia, 2014)

Kedua zona, zona utama dan zona aktifitas yang ditampungnya. Ruang-ruang ini pendukung kebudayaan menunjukan bahwa dapat menjadi gambaran kehidupan ruang kebudayaan kraton membentang di masyarakat kota Cirebon saat ini, dan juga sepanjang pesisir Kota Cirebon. Pola ruang menjadi saksi sejarah kejayaan Kerajaan yang terbentuk tidak hanya berdasarkan posisi Cerbon pada masa lalu. Oleh karena itu ruang- kramat saja tetapi juga berdasarkan pola ruang tersebut perlu dilestarikan

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 51 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

keberadaannya. Mempertahankan ruang-ruang kegiatan utama yang diselenggarakan di tersebut berarti meningkatkan citra Kota kraton. Cirebon sebagai Kota heritage. Penggabungan kedua zona (inti dan penyanggah) membentuk ruang yang bernilai KESIMPULAN heritage, selain karena kramat-kramat bernilai

Eksistensi Kota Cirebon sebagai kota sejarah, juga karena aktifitas yang budaya kurang terlihat pada saat ini. Hal ini ditampungnya mengandung unsur spiritual dikarenakan potensi kebudayaan yang dan filosofi yang tinggi. Untuk itu kedua zona berpusat pada tiga kraton (Kraton Kasepuhan, ini termasuk dalam kategori heritagescape Kanoman, dan Kacirebonan) yang kurang yang berpotensi untuk meningkatkan citra terakomodasi dengan baik. Hal ini terlihat dari Kota Cirebon, sehingga kelestariaannya patut perencanaan ruang Kota Cirebon saat ini. dijaga pada masa kini dan untuk generasi yang Hasil analisis menunjukan bahwa di dalam akan datang. Kota Cirebon terdapat 31 kramat yang masih DAFTAR PUSTAKA aktif digunakan sebagai wadah aktifitas kebudayaan, dengan pusat berada di wilayah Adeng, Kuswiah, W., Wiryono, H., & Erwantoro, H. (1998). Kota Dagang ke-tiga kraton, yaitu Kelurahan Kasepuhan, Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra. Lemah Wungkuk, dan Pekalipan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan lokasi kramat-kramat Fowler, P. (2003). World Heritage Cultural sebagai tempat penyelenggaraan ritual tradisi Landscape, 1992-2002: a Review and kebudayaan kraton, terbentuk ruang Prospect. Cultural Landscape: the Challenges of Conservation. World kebudayaan Kota Cirebon. Ruang ini terbagi Heritage 2002 Shared Legacy, Common dalam 2 (dua) tingkatan, yaitu ruang utama, Responsibility Associated Worldshops (hal. 16-32). Ferara: UNESCO, World sebagai pusat kebudayaan Cirebon, dan ruang Heritage Centre. pendukung yang berfungsi sebagai Hough, M. (1990). Out of Place: Restoring penyanggah. Pada ruang pusat kebudayaan Identity to Regional Landscape. New Haven & London: Yale University Press. (zona utama) terdapat tiga kraton yang Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu merupakan kramat utama. kraton ini berfungsi Antropologi (8 ed.). Jakarta: PT. Rineka sebagai pemangku adat istiadat Kebudayaan Cipta. Cirebon. Di dalam ruang ini beragam bentuk O'Donnell, P. M. (2008). Urban Cultural ritual diselenggarakan secara rutin, baik setiap Landscape and the Spirit of Place. ICOMOS 16th General Assembly & bulan maupun setiap tahun. Ruang pendukung Scientific Symposium (hal. 1-8). Quebec: yang berfungsi sebagai penyangga pada saat ICOMOS. kegiatan kebudayaan dilangsungkan pada Sauer, C. O. (1963). The Morphology of Landscape. Dalam C. O. Sauer, & J. ruang utama dan melebar ke zona pendukung. Leighly, Land and Life: A Selection From Pada ruang pendukung ini juga the Writing of Carl Ortwin Sauer (hal. 315-350). Berkley: University of diselenggarakan kegiatan-kegiatan California Press. kebudayaan yang sifatnya melengkapi Singh, R. P. (2010). Heritagescape and Cultural Landscape: Appraisal. (R. P.

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 52 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 12, No.3, November 2015

Singh, Penyunt.) City Centre, Gurgaon, Sunardjo, U. (1983). Meninjau Sepintas India: Shubhi Publications. Panggung Sejarah Pemerintahan kerajaan Cerbon 1479 - 1809. Bandung: Penerbit Sudaryono. (2006, April). Paradigma Tarsito. Lokalisme dalam Perencanaan Spasial. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Wiryomartono, A. B. (1995). Seni Bangunan 17(1), 28-38. dan Seni Bina Kota di Indonesia: Kajian mengenai konsep, struktur, dan elemen Sulendraningrat, P. S. (1972). Nukilan fisik kota sejak peradaban Hindhu-Budha Sedjarah Tjirebon Asli (3 ed.). Tjirebon, Islam hingga sekarang. Jakarta: Gramedia Jawa Barat: Sedjarah Tjirebon. Pustaka Utama.

Endnote

1 Kramat atau situs adalah daerah tempat temuan benda- benda purbakala (jaman kuno) (http://m.artikata.com/arti-346473-purbakala.htm 2 Ritual yang diselenggarakan di Cirebon terbagi dalam 2 (dua), ritual ibadah dan ritual adat. Ritual ibadah, ritual yang yang dilakukan dalam rangka pengabdian diri terhadap Allah SWT sesuai ajaran Agama Islam. Ritual adat, merupakan ritual tambahan diluar dari lima pilar (syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji) aktifitas ibadah yang diatur dalam kitab suci Al-Quran (Muhaimin, 1995). 3 Kalender Aboge, penggabungan sistem penaggalan Jawa (Saka) dengan sistem penanggalan Islam (Hijriyah). Penanggalan ini mulai diselenggarakan pada jaman Sultan Agung, pada tanggal 8 Juli 1633 Masehi.

IDENTIFIKASI ELEMEN FISIK KEBUDAYAAN KRATON SEBAGAI PEMBENTUK RUANG LANSKAP BUDAYA KOTA CIREBON - 53 -