Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012

PERKEMBANGAN DI INDONESIA

Zainal Arifin e-mail: [email protected] Program Doktor Kependidikan Islam UIN

Abstract This research is a library research which aims to describe the development of pesantren in Indonesia and how pesantren to address a tradition. The results showed that pesantren review of the way of addressing the tradition of divided into three, namely Salafi, Khalafi, and Modern. Every pesantren has traditions that are a little different. The difference is only in its emphasis on the tradition of the study of classical books and pesantren attempt in the face of the development of science and technology. In its development, emerging Islamic College model named Ma’had Aly. These institutions want to provide methodologies and general knowledge for graduated students of Salafi-Traditionalists, who generally have disadvantages in the field of methodology and Sciences.

Keywords: Salafy, Khalafi, Modern, and Ma’had Aly

Abstrak Penelitian ini adalah penelitian pustaka yang bertujuan mendeskripsikan perkembangan pesantren di Indonesia dari segi bagaimana cara pesantren dalam menyikapi tradisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pesantren ditinjau dari cara menyikapi tradisi dibagi menjadi tiga, yaitu Salafi, Khalafi, dan Modern. Setiap pesantren ini memiliki tradisi yang sedikit berbeda. Perbedaan ini hanya pada penekanan pada tradisi kajian kitab-kitab klasik dan upaya pesantren dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam perkembangannya, muncul model perguruan tinggi Islam yang dinamakan Ma’had Aly. Lembaga ini ingin memberikan bekal metodologi dan pengetahuan umum bagi lulusan dari pesantren Salafi-Tradisionalis, yang pada umumnya memiliki kelemahan dalam bidang metodologi dan ilmu-ilmu umum.

Kata Kunci: Salafy, Khalafi, Modern, dan Ma’had Aly

Pendahuluan Islam tertua di Indonesia. Pesantren dipandang Sutrisno mengutip pendapat Azyumardi sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam Azra, pesantren yang biasa disebut dengan indigenos karena tradisinya yang panjang di pondok pesantren atau juga dengan pendidikan Indonesia. Pesantren pada masa modern dan tradisional, sekalipun sudah banyak pesantren komtemporer umumnya didirikan oleh Kiai modern, merupakan lembaga pendidikan yang berafiliasi pada (NU)

40 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012

(Sutrisno, 2011: 56-57). tengah perubahan sosial serta perkemba- Pesantren juga menarik diperbincang- ngan ilmu pengetahuan dan teknologi era kan karena beberapa argumen ini. Pertama, modernisme. bahwa pesantren tumbuh dan berkembang pada masyarakat Islam. Kedua, pesantren Istilah Pesantren di Indonesia telah melewati perjalanan pan- Sebelum tahun 1960-an, pusat-pusat jang. Tidak lama setelah Islam masuk ke pendidikan pesantren di Indonesia lebih Kepulauan Nusantara, embrio cikal bakal dikenal dengan nama pondok. Istilah pon- munculnya pesantren mulai tumbuh. Ketiga, dok barangkali berasal dari pengertian as- Indonesia bukan hanya negara yang pen- rama-asrama para santri atau tempat tinggal duduknya muslim terbesar, melainkan juga yang dibuat dari bamboo, atau barangkali memiliki paling banyak pesantren di dunia. berasal dari kata Arab, funduq, yang artinya Keempat, banyak ilmuan dan tokoh nasional hotel atau asrama (Dhofier, 2011: 41). Hal pernah belajar di pesantren, seperti Idham senada juga disampaikan Manfred Ziemek Khalid, A. , Nurcholish Mad- mengutip pendapat Prasodjo S, pondok jid, (mantan Presiden (kamar, gubuk, rumah kecil) dipakai da- RI ke-4), (mantan ketua lam bahasa Indonesia dengan menekankan PBNU), Din Syamsuddin (ketua umum PP kesederhanaan bangunan.Mungkin juga ), dan Hidayat Nur Wahid “pondok” diturunkan dari kata Arab “fun- (mantan ketua MPR). duq” (ruang tidur, wisma, hotel sederhana) Seiring perkembangan ilmu pengeta- (Ziemek, 1986: 98-99). Dari pengertian ini, huan dan teknologi, muncul beberapa pe- istilah pondok berarti sebagai tempat tinggal santren yang mengembangkan dirinya untuk sederhana bagi santri yang belajar Islam. menghadapi perkembangan zaman. Dalam Perkataan pesantren berasal dari kata pertarungan tradisi era modernisme, ba- santri, yang dengan awalan pe di depan dan nyak pesantren yang masih tetap memper- akhiran an berarti tempat tinggal para santri. tahankan tradisi utamanya sebagai pesan- Profesor Johns seperti dikutip oleh Zamakh- tren tradisional, di sisi lain muncul beberapa sari Dhofier, berpendapat bahwa istilah santri pesantren yang mengembangkan dirinya berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru menjadi pesantren modern agar dapat bersa- mengaji, sedang C.C. Berg yang juga dikutip ing dalam pengembangan ilmu pengetahuan Dhofier, berpendapat bahwa istilah tersebut dan teknologi sebagaimana yang berkem- berasal dari istilah shastri yang dalam ba- bang di lembaga pendidikan model sekolah. hasa India berarti orang yang tahu buku-bu- Dalam makalah ini, penulis mencoba akan ku suci Agama Hindu, atau seorang sarjana mengupas perkembangan pesantren dari ahli kitab suci Agama Hindu. Menurut M. Salafiah, Khalaf, dan Modern hingga mun- Chaturverdi dan BN Tiwari, yang juga di- culnya Ma’had Aly serta problematikanya kutip Dhofier, kata Shastri berasal dari kata dalam mempertahankan tradisi di tengah- shastra yang berarti buku-buku suci, buku-

41 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 buku agama atau buku-buku tentang ilmu Islam di Indonesia, sistem tersebut telah pengetahuan. Dari asal-usul kata santri pula dipergunakan secara umum untuk pendidi- banyak sarjana berpendapat bahwa lembaga kan dan pengajaran agama Hindu di Jawa. pesantren pada dasarnya adalah lembaga Setelah Islam masuk dan tersebar di Jawa, pendidikan keagamaan bangsa Indonesia sistem tersebut kemudian diambil oleh Is- pada masa menganut agama Hindu Budha lam. Istilah pesantren sendiri seperti halnya yang bernama ”mandala” yang diislamkan mengaji bukanlah berasal dari istilah Arab, oleh para . Dari beberapa pendapat ini, melainkan dari India. Demikian juga istilah istilah pondok sama artinya dengan pesan- pondok, langgar di Jawa, di Minang- tren, yaitu sebagai tempat belajar santri. Se- kabau dan rangkang di Aceh bukanlah me- dangkan kata santri yang berasal dari shas- rupakan istilah Arab, tetapi dari istilah yang tri berarti guru agama, orang yang ahli da- terdapat di India (Steenbrink, 1986: 20-21). lam memahami kitab suci, ahli dalam ilmu Ramayulis berpendapat bahwa secara agama. garis besar, ada dua pendapat tentang asal- Ziemek mengutip pendapat Hamid A, usul pesantren sebagai institusi pendidikan kadang-kadang ikatan kata “sant” (manusia Islam. Pertama, pesantren adalah institusi baik) dihubungkan dengan suku kata “tra” pendidikan Islam, yang berasal dari tradisi (suka menolong), sehingga pesantren dapat Islam. Mereka berkesimpulan, bahwa pe- berarti “tempat pendidikan manusia yang santren lahir dari pola kehidupan tasawuf, baik-baik. Menurut keterangan Geertz yang yang kemudian berkembang di wilayah Is- dikutip Ziemek, santri mungkin diturunkan lam, seperti Timur Tengah dan Afrika Utara dari kata Sansekerta “Shastri” (ilmuwan yang dikenal dengan sebutan Zawiyat. Ke- Hindu yang pandai menulis), yang dalam dua, pesantren merupakan kelanjutan dari pemakaian bahasa modern memiliki arti tradisi Hindu Budha yang sudah mengalami yang sempit dan yang luas: proses islamisasi. Mereka melihat adanya “Artinya yang sempit ialah ‘seorang hubungan antara perkataan pesantren de- pelajar sekolah agama yang disebut ngan kata shastri dari bahasa Sanskerta. pondok atau pesantren’… Dalam arti- nya yang luas dan lebih umum kata Sebagaimana beberapa pendapat ahli yang santri mengacu pada seorang anggota dikutip Zamakhsari Dhofier dan Kareel A. bagian penduduk Jawa yang menganut Steenbrink di atas. Islam dengan sungguh-sungguh – yang Menurut Clifford Greertz, sebagaimana sembahyang, pergi ke masjid pada hari dikutip Ramayulis, terjadinya perbedaan di Jum’at dan sebagainya” atas disebabkan adanya tinjauan yang ber- Mengenai asal usul sistem pesantren, beda. Pendapat pertama menekankan pada Kareel A. Steenbrink berpendapat bahwa faktor latar belakang sejarah, sedangkan pendidikan pesantren dilihat dari segi ben- pendapat kedua, cenderung mengarahkan tuk dan sistemnya berasal dari India (Wir- tinjauannya kepada asal usul kata. Meskipun josukarto: 40). Sebelum proses penyebaran demikian, kedua pendapat itu tidak memuat

42 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 bantahan, bahwa pesantren sudah ada di disional (pesantren) sebagai berikut: Nusantara, sebelum bangsa Eropa datang ke 1. Adanya hubungan akrab antara kyai dan wilayah Nusantara sekitar abad XVI. Penulis santri lebih sepakat dengan pendapat kedua yang 2. Tradisi ketundukan dan kepatuhan mengatakan bahwa asal-usul pesantren se- seorang santri terhadap kyai bagai institusi pendidikan Islam merupakan 3. Pola hidup sederhana (zuhud) proses islamisasi dari tradisi Hindu-Budha 4. Kemandirian atau independensi yang dilakukan oleh para kyai, sebagaimana 5. Berkembangnya iklim dan tradisi tolong- yang dilakukan oleh para Wali Songo dalam menolong dan suasana persaudaraan melakukan islamisasi budaya Hindu-Budha 6. Displin ketat yang sebelumnya telah berkembang dan 7. Berani menderita untuk mencapai tujuan mengakar di lapisan masyarakat Indonesia, 8. Kehidupan dengan tingkat religiusitas misalnya: tradisi , wayangan, dan yang tinggi. lain sebagainya. Pola pendidikan di pesantren ini sangat khas dan menjadi pembeda dengan Pola Umum Pendidikan Islam Tradisional lembaga pendidikan yang lain. Pola ini (Pesantren) lebih menggambarkan bagaimana tradisi Menurut Haedari, dkk secara etimolo- di lingkungan pesantren yang menekankan gis, kata “tradisional” berasal dari kata dasar pada etika santri dalam belajar di pesantren. tradisi yang berarti tatanan, budaya, atau Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, yang hidup dalam sebuah komunitas ada sebagian tradisi pesantren di atas yang masyarakat. Karenanya, tradisional diarti- sudah ditinggalkan oleh santri, misalnya: kan konsensus bersama untuk ditaati serta pola hidup sederhana. Hal ini dapat dijunjung tinggi oleh sebuah komunitas dibuktikan banyaknya kasus hidup mewah masyarakat setempat. Kata tradisional juga santri, khususnya para santri yang tinggal di selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat pesantren modern. Ada sebagian pesantren peninggalan kebudayaan klasik, kuno, dan modern yang memberikan fasilitas tempat konservatif (Haedari, 2004: 13). tidur yang berbeda dengan santri yang lain, Pesantren sebagai salah satu bentuk pen- misalnya: ada yang 1 kamar dipakai 4 orang, didikan Islam tradisional karena pesantren ada juga 1 kamar digunakan 20 orang dengan sebagai lembaga pendidikan yang menjun- fasilitas yang berbeda, dan hal ini tidak jung tinggi dan melestarikan tradisi, budaya, terdapat di pesantren tradisional. Fasilitas tatanan kehidupan islami dalam proses pen- ini membuat para santri hidup layaknya didikan kepada santrinya. Sehingga, pesan- di rumah sendiri, dan bahkan cenderung tren memiliki pola pendidikan yang berbeda untuk hidup mewah. Tradisi hidup mewah dengan sekolah maupun madrasah. Amin pun kadang menjalar ke para pengasuh Haedari, dkk mengutip pendapat Mukti Ali, pesantren atau kyai, misalnya sebagian kyai beberapa pola umum pendidikan Islam tra- yang memiliki mobil mewah, walaupun itu

43 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 digunakan untuk urusan pesantren. (), dan kyai adalah lima elemen Menurut Mastuhu, sebagaimana diku- dasar tradisi pesantren. Ini berarti bahwa tip Amin Haedari,dkk sebagai sebuah lem- suatu lembaga pengajian yang telah berkem- baga pendidikan Islam tradisional, pesantren bang hingga memiliki kelima elemen terse- mempunyai empat ciri khusus yang menon- but berubah statusnya menjadi pesantren. jol. Mulai dari hanya memberikan pelajaran Pesantren yang paling sederhana bentuknya, agama versi kitab-kitab Islam klasik berba- menurut Ramayulis, di mana kyai menggu- hasa Arab, mempunyai teknik pengajaran nakan masjid atau rumahnya sendiri untuk yang unik yang biasa dikenal dengan me- tempat mengajar. Santri datang dari daerah tode sorogan dan bandongan atau wetonan, pesantren itu sendiri, namun mereka telah mengedepankan hafalan, serta mengguna- mempelajari ilmu agama secara kontinu dan kan sistem halaqah. Sampai sekarang, mo- sistematis (Ramayulis: 377). Santri model del pembelajaran ini masih tetap bertahan, seperti ini biasanya dinamakan pesantren khususnya di pesantren-pesantren tradisio- Kalong, artinya santri yang tidak menetap di nal, sebagai ciri khas bentuk pesantren yang pesantren. Biasanya santri tersebut tinggal masih mempertahankan tradisi-tradisi. Ada tidak jauh dari pesantren. Hal ini berbeda pepatah yang mengatakan bahwa “mem- dengan santri Mukim, yang biasanya ting- pertahankan tradisi lama yang baik dan gal/menetap di pesantren. mengambil tradisi baru yang lebih baik”. Dari kelima elemen tradisi pesantren Menurut penulis, metode pembelajaran tersebut, menurut Dhofier, kyaimerupakan di pesantren seperti sorogan, bandongan atau elemen yang paling esensial dari suatu pe- wetonan perlu direkonstruksi dengan cara santren. Ia seringkali bahkan merupakan mengembangkan budaya kritis bagi santri pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa per- dalam proses belajar mengajar. Budaya kri- tumbuhan suatu pesantren semata-mata ber- tis ini penting untuk membudayakan santri gantung pada kemampuan pribadi kyainya. bersikap kritis tapi santun dalam menyam- Kebanyakan para kyai beranggapan bahwa paikan pendapatnya, sehingga santri bukan suatu pesantren dapat diibaratkan sebagai hanya menerima apa adanya apa yang di- suatu kerajaan kecil di mana kyai merupa- sampaikan oleh kyai-nya. Budaya kritis juga kan sumber mutlak dari kekuasaan dan ke- akan melatih santri untuk lebih progresif da- wenangan (power an authority) dalam ke- lam mengembangkan ilmu pengetahuan, se- hidupan dan lingkungan pesantren. Tidak hingga tidak terjadi kejumudan dalam ber- seorang pun santri atau orang lain yang dapat pikir, dan santri juga dapat menjadi problem melawan kekuasaan kyai (dalam lingkungan solver bagi persolan masyarakat modern. pesantrennya) kecuali kyai lain yang lebih besar pengaruhnya. Para santri selalu meng- Elemen-ElemenTradisi Pesantren harap dan berpikir bahwa kyai yang dianut- Menurut Zamakhsari Dhofier, pondok, nya merupakan orang yang percaya penuh masjid, santri, pengajaran kitab Islam klasik kepada dirinya sendiri (self-confidence),

44 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 baik dalam soal-soal pengetahuan Islam, anaknya, memberikan nama, memimpin maupun dalam bidang kekuasaan dan mana- doa, dan sebagainya. jemen pesantren. Dalam masyarakat tradisionil, seorang Klasifikasi Pesantren: Salafi, Khalafi, dan dapat menjadi kyai atau disebut kyai karena Modern ia diterima oleh masyarakat sebagai kyai, Pada umumnya, pesantren dibagi men- karena orang datang minta nasehat kepa- jadi dua, yaitu Salaf dan Modern. Dalam danya, atau mengirimkan anaknya supaya makalah ini, penulis mengikuti pendapat Ra- belajar kepada kyai. Untuk menjadi kyai, mayulis yang mengklasifikasi pesantren dari tidak ada kriteria formal. Namun, Aboebakar segi cara menyikapi terhadap tradisi, dibe- Atjeh, sebagaimana dikutip Karel, menye- dakan menjadi tiga kategori, yaitu: Salafi, butkan beberapa faktor yang menyebabkan Khalafi, dan pesantren Modern. Ramayulis seseorang menjadi kyai besar, yaitu: penge- membedakan antara Khalafi dan Modern, tahuannya, kesalehannya, keturunannya, yang biasanya oleh sebagian kalangan umat dan jumlah muridnya. Vredenbregt mem- Islam disamakan. Pesantren-pesantren ini berikan skema yang hampir sama dengan memiliki corak tradisi yang berbeda-beda Aboebakar Atjeh, yaitu: keturunan (seorang yang dapat dijelaskan sebagai berikut: kyai besar mempunyai silsilah cukup pan- jang), pengetahuan agamanya, jumlah mu- 1. Pesantren Salafi ridnya, dan cara dia mengabdikan dirinya Secara etimologis kata “salaf” dalam pada masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Menurut penulis, gelar kyai bukanlah berarti sesuatu atau orang yang terdahulu, gelar yang didapatkan dari pendidikan for- ulama-ulama terdahulu yang saleh. Abdul mal tapi merupakan gelar yang diberikan Mughist mengutip pendapat ‘Irfan A. Hamid, oleh masyarakat bagi orang yang ahli agama secara terminologi khazanah Islam, “salaf” Islam dan umumnya memiliki pesantren. berarti ulama generasi sahabat, tabi’in, dan Gelar kyai diberikan masyarakat karena tabi’at at-Tabi’in yang merupakan kurun masyarakat percaya akan kompetensi se- terbaik pasca rasulullah saw (KBBI, 2002: orang kyai dalam mengemban amanah un- 982). tuk syiar agama Islam di masyarakat serta Menurut penulis, istilah pesantren Salafi pengembangan ilmu agama Islam di pesan- di tengah-tengah masyarakat mengandung tren. Sehingga, masyarakat percaya penuh dua pemahaman yang berbeda. Pertama, bahwa kyai adalah orang yang paling tahu pesantren Salafi dimaknai sebagai pesan- tentang ajaran Islam, sehingga para kyai tren tradisional yang tetap mempertahankan menjadi tempat permohonan fatwa tentang kitab-kitab klasik serta mengapresiasi bu- persoalan agama maupun persoalan ke- daya setempat. Kedua, pesantren Salafi di- hidupan sehari-hari, misalnya: menikahkan maknai sebagai pesantren yang secara kon-

45 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 sisten mengikuti ajaran ulama generasi sa- pesantren yang secara konsisten mengikuti habat, tabi’in, tabi’at tabi’in yang memiliki ajaran ulama generasi pertama yang memiliki kecenderungan pada penafsiran teks secara kecenderungan pada penafsiran teks yang normatif dan tidak/kurang mengapresiasi bu- bersifat literalistik/normatif. daya setempat, karena semua budaya harus Menurut Arif Subhan, sesuai dengan zaman para Salafush-Sholih, Salafi disebut juga Salafiyyah mengandung pengertian “pengikut yaitu sahabat, tabi’in, tabi’at tabi’in. generasi pertama muslim yang saleh” Menurut Ramayulis, pesantren Salafi– (as-salaf al-shalih). Ini mengandung model pesantren tradisional (pen.)–merupakan pengertian yang luas karena sebenarnya jenis pesantren yang tetap mempertahankan setiap muslim adalah pengikut generasi pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pertama muslim, yaitu Nabi Muhammad SAW, sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in. pendidikannya. Di pesantren ini, mata Akan tetapi, terdapat aspek penting pelajaran umum tidak diberikan. Tradisi dalam ideologi keagamaan Salafi yang masa lalu sangat dipertahankan. Pemakaian membedakan dengan yang lain, yaitu sistem madrasah hanya untuk memudahkan model penafsiran terhadap teks yang sistem sorogan seperti dilakukan di lembaga- bersifat literalistik. Model penafsiran inilah yang mengantarkan gerakan lembaga pengajian bentuk lama. Pesantren Salafi menjadi gerakan radikal dalam Lirboyo dan Ploso di Kediri Jawa Timur Islam. Misalnya, dalam memberikan serta Pesantren Maslakul Huda di Kajen Pati penafsiran tentang model pakaian Jawa Tengah agaknya dapat disebut sebagai Islami. Mereka berusaha sejauh contoh pesantren Salafi. Pesantren Salafi mungkin mengikuti cara berpakaian yang dipraktikkan Nabi SAW. Bagi kelihatannya menjadi dirinya sebagai benteng laki-laki biasanya mengenakan jubah utama dalam mempertahankan tradisi. dan kebanyakan memelihara jenggot, Sedangkan pesantren Salafi model sementara bagi perempuan mengenakan kelompok reformis, sebagaimana Abdul jubah dan jilbab – model cadar– yang Mughist mengutip pendapat Brink, menutup seluruh tubuhnya kecuali mata dan telapak tangan (Subhan, 2002: termonologi “salaf” menurut kaum reformis 281). yang dipelopori oleh Jamal ad-Din al- Salah satu model pesantren Salafi – Afghani, Muhammad Abduh di Mesir, dan sebagaimana perspektif kelompok reformis– Muhammad Abdul Wahab di Saudi Arabia di Indonesia adalah pesantren Hidayatullah bahwa paham Salafiyyah adalah ajaran ulama’ yang didirikan oleh Abdullah Said pertama generasi pertama yang konsisten secara literer kali di Balikpapan dan diresmikan oleh terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, mengikis Menteri Agama, Mukti Ali pada 5 Agustus habis bid’ah, khurafat, dan tahayyul serta 1976. Arief Subhan mencatat bahwa sejak klenik, senantiasa membuka pintu ijtihad semula tujuan pesantren Hidayatullah–yang dan menolak taklid “buta”. Dari pendapat dibayangkan pendirinya– adalah mencetak ini, yang dinamakan pesantren Salafi adalah banyak kader dakwah dan membentuk sebuah

46 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 komunitas yang mejadikan nilai-nilai Islam 2. Pesantren Khalafi sebagai landasan dalam relasi-relasi sosial. Pesantren Khalafi tampaknya mene- Dalam bahasa Abdullah Said hal ini disebut rima hal-hal yang baru yang dinilai baik di dengan “membentuk sebuah jamaah”. samping tetap memelihara tradisi lama yang Dari beberapa pendapat dan contoh baik. Pesantren sejenis ini memberikan mata pesantren model Salafi di atas, ada perbedaan pelajaran umum di madrasah dengan sistem antara model pesantren Salafi corak klasikal dan membuka sekolah-sekolah tradisional dan Salafi corak Puritan. Abdul umum di lingkungan pesantren. Walau de- Mughits berpendapat, mikian, pengajaran kitab-kitab Islam klasik Definisi yang paling elegan untuk masih tetap dipertahankan. Pesantren Tebu istilah “pesantren Salafi” adalah pesan- Ireng, Tambak Beras dan Rejoso di Jom- tren yang mengikuti jejak ajaran ulama generasi Salaf (abad I-III H) dan ulama bang Jawa Timur selain menyelenggarakan sesudahnya sebagai pengembangan pendidikan madrasah, juga membuka seko- (penafsiran) terhadap ajarannya. lah-sekolah menengah umum seperti SMTP Sedangkan definisi “pesantren tradisio- dan SMTA. Mereka juga memberikan pe- nal” adalah pesantren yang masih ngajaran. melestarikan warisan tradisi atau ajaran ulama terdahulu dan tradisi lokal yang Menurut penulis, pesantren Khalafi sudah melalui proses penyeleksian merupakan model pesantren yang mencoba de-ngan standar ajaran para ulama mengikuti perkembangan zaman dengan terdahulu (normatifitas agama). tetap mempertahankan tradisinya, yaitu Menurut penulis, di tengah-tengah mengkaji kitab-kitab klasik. Upaya pesan- masyarakat, istilah pesantren Salafi biasa- tren Khalafi agar dapat berkembang seiring nya digunakan oleh kelompok reformis un- dengan perkembangan ilmu pengetahuan tuk memberikan penekanan pada pesantren dan teknologi adalah diajarkannya ilmu- yang secara konsisten mengikuti ajaran ula- ilmu umum di lingkungan pesantren, yang ma Salafush Sholih, yaitu sejak zaman para biasanya pesantren ini membuka lembaga sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Sedang- pendidikan model madrasah maupun seko- kan untuk kelompok umat Islam tradisiona- lah untuk mengajarkan pelajaran umum. lis, biasanya lebih suka menggunakan isti- Biasanya, santri tetap tinggal di pesantren lah pesantren Salaf atau Salafiyyah, karena untuk mengikuti kajian kitab-kitab klasik di image pesantren Salafi lebih dekat dengan sore, malam, dan pagi setelah Shubuh, se- pemahaman Islam yang literal. Atau untuk telah itu mereka mengikuti pelajaran umum membedakannya, penulis memberikan is- di madrasah maupun sekolah. tilah Salafi-Modernis bagi pesantren Salafi 3. Pesantren Modern kaum reformis dan Salafi-Tradisionalis bagi Pesantren Modern di mana tradisi pesantren tradisional. Salaf sudah ditinggalkan sama sekali. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik tidak diselenggarakan. Sekalipun bahasa

47 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012

Arab diajarkan, namun penguasaanya pengetahuan dan memelihara tradisi tidak diarahkan untuk memahami bahasa (mengkaji kitab klasik) adalah ciri khasnya. Arab terdapat dalam kitab-kitab klasik. Kitab klasik menjadi kajian utama di Penguasaan bahasa Arab dan Inggris pesantren Salafi/Khalafi dan biasanya, ketika cenderung ditujukan untuk kepentingan- mengkaji kitab klasik tertentu sampai selesai kepentingan praktis. Pesantren Gontor (khatam). Misalnya: mengkaji kitab Tafsir Ponorogo walaupun sangat menekankan Jalalain sampai khatam. pengetahuan bahasa Arab dan Inggris, sudah Bagi pesantren modern, tidak lagi cukup lama meninggalkan pengajaran kitab- mengutamakan kajian kitab-kitab klasik kitab Islam klasik. Pesantren-pesantren dalam proses pembelajaran, tapi kitab- yang bercorak kekotaan seperti pesantren kitab berbahasa Arab yang ditulis oleh para As-Syafi’iyah di Jakarta, Pesantren Prof. tokoh muslim abad 20. Walaupun kadang Dr. di Padang, pesantren Zaitun di di pesantren Modern masih menggunakan Indramayu yang bercorak kampus modern sebagian kitab-kitab klasik, tapi bukan dan diwarnai dengan corak khas Islam. Para menjadi kajian utamanya, tapi hanya menjadi siswa dan mahasiswa di berbagai jurusan referensi tambahan dan tidak dikaji sampai ilmu dapat berdiskusi dalam lingkungan selesai (khatam). Di samping itu, pondok pesantren yang tidak lagi mengutamakan modern juga menekankan pada penguasaan pengajian kitab-kitab kuning. bahasa asing, seperti bahasa Arab dan bahasa Sebagaimana Arief Subhan merujuk Inggris dan budaya kedisplinan yang sangat pada pondok modern Gontor, bahwa referensi ketat. Penguasaan bahasa asing ini untuk utama dalam materi keislaman bukan kitab membekali para santri agar dapat bersaing di kuning, melainkan kitab-kitab baru yang dunia global dan dapat membaca kitab-kitab ditulis para sarjana muslim abad ke-20. Ciri kontemporer baik yang menggunakan bahasa khas pondok modern adalah tekanannya Arab maupun bahasa Inggris. yang sangat kuat kepada pembelajaran bahasa, baik bahasa Arab maupun Inggris. Ma’had Aly Ciri khas lain adalah aspek displin mendapat Dalam perkembangan pesantren, tekanan. Para guru dan santri diwajibkan muncul model perguruan tinggi Islam pasca berpakaian rapi dan berdasi. pesantren yang dinamakan Ma’had Aly. Menurut penulis, istilah Khalafi kadang Ma’had dapat diartikan sebagai pondok/ juga diartikan sebagai Modern, antonim pesantren, sedangkan Aly berarti tinggi. Pada dari istilah Salafi. Pesantren Khalafi juga umumnya, Ma’had Aly sebagai pendidikan berarti pesantren Modern. Tapi, dalam hal tahap lanjutan dari pesantren tradisional. ini Ramayulis membedakannya. Pendapat Lembaga ini diperuntukan bagi para santri Ramayulis tersebut ditekankan pada tradisi senior yang sudah mendapatkan modal awal kajian kitab-kitab klasik. Bagi pesantren materi keislaman dari kitab-kitab klasik, tapi Khalafi, mengikuti perkembangan ilmu mereka masih memiliki kelemahan dalam

48 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 hal metodologi. Menurut Marwan Saridjo, yang berposisi sebagai pengasuh pesantren program utama kegiatan Ma’had Aly pada berkeinginan untuk mendirikan suatu lembaga dasarnya menelaah dan membahas kitab- yang bertujuan untuk memaksimalkan potensi kitab klasik berbahasa Arab, baik dalam yang telah dimiliki oleh alumni pesantren bentuk bahtsul masail atau dalam bentuk Salaf. diskusi atau halaqah atas kandungan kitab- Santri-santri (calon mahasiswa) yang kitab dari berbagai perspektif sesuai dengan diterima adalah santri-santri yang berasal dari dinamika perkembangan situasi kontemporer lulusan pesantren Salaf atau yang mempunyai (Saridjo, 2011: 227). keahlian dalam membaca kitab kuning. Hal Agus Muhammad mengutip penelitian ini karena pesantren salaf secara dominan Marzuki Wahid, dkk tahun 2000, pendidikan menggunakan sistem pengajaran tradisional tinggi yang diselenggarakan Ma’had Aly (sorogan dan bandongan), pada akhirnya tidak lebih dan tidak kurang seperti pondok menghasilkan santri-santri yang dapat pesantren dengan berbagai kultur dan tradisi membaca kitab kuning. Santri-santri Ma’had yang melingkupinya. Hanya saja karena Aly Al-Hikam ini lebih dikenal dengan kekhususannya, dalam hal-hal tertentu sebutan santri mahasiswa karena dinisbatkan Ma’had Aly di berbagai pesantren diberi atas tempat mereka belajar. Pada hakekatnya, fasilitas khusus, seperti asrama, ruang kelas, mereka telah memiliki pengetahuan agama perpustakaan, dan sarana aktualisasi seperti yang luas, akan tetapi di sisi lain mempunyai penerbitan atau ceramah di luar pondok kekuarangan dalam bidang pengetahuan pesantren. Yang membedakan dengan yang umum dan metodologi. lain adalah metode pembelajarannya, yang Awalnya, pesantren ini dinamakan melibatkan santri sebagi subyek belajar, dan Ma’had Aly Al-Hikam. Akan tetapi tingkatan kitab kuning yang dikaji relatif menjelang pembukaan Ma’had Aly tinggi, serta cara mengkajinya secara lebih dilaksanakan, berbagai permintaan dari para kritis. peminat agar lulusan Ma’had Aly ini juga Salah satu model Ma’had Aly adalah mendapat pengakuan dari pemerintah yang Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ma’had berupa ijazah persamaan. Pada tahun 2003 Aly Al-Hikam Malang yang berdiri pada di-lounching-lah STAI “Ma’had Aly Al- tanggal 17 Desember 2003. Sebelum lembaga Hikam” Malang. Ditinjau dari sejarah sosial ini berdiri, Al-Hikam merupakan sebuah berdirinya Ma’had Aly ini karena didorong Pesantren Mahasiswa (PESMA). Lembaga oleh keinginan untuk memaksimalkan potensi ini merupakan lembaga pendidikan tinggi alumni dari pesantren salaf dengan penekanan yang menerima santri dan mahasiswa dari pada peningkatan pengetahuan umum dan pesantren salaf dan madrasah yang dijadikan metodologi untuk menjawab tantangan fokus inputnya (Maunah, 2009: 98). Setelah zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu perjalanan Pesantren Mahasiswa al-Hikam pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana sekitar 12 tahun, KH. A. Hasyim Muzadi diungkapkan dalam dokumentasi Ma’had

49 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012

Aly Al-Hikam sebagai berikut: dan sebagainya. Sedangkan yang tergolong Sebagai lembaga pendidikan agama, ilmu-ilmu umum misalnya: Bahasa Inggris, dengan sendirinya pesantren ikut Manajemen & Pendidikan, Bahasa Indone- tergugah untuk bersama-sama menjawab sia, Psikologi, Logika, komputer, dan seba- tantangan konkret (peng-integrasian ilmu dan moral). Modal untuk berpartisipasi gainya. kea rah tersebut memang dimiliki oleh Menurut penulis, tujuan dibentuknya pesantren. Kita bisa temukan bahwa model perguruan tinggi Islam pasca pesan- sebagai lembaga pendidikan agama tren (Ma’had Aly) sebagai tempat pengem- yang sudah berumur, pesantren memiliki bangan santri lulusan dari pesantren Salafi- khazanah keilmuan dan tradisi yang khas. Ini semua diperoleh dari hasil Tradisionalis, yang secara umum masih dialog yang kreatif dan penghayatan lemah dalam hal metodologi dan penguasaan yang intensif terhadap nilai dan norma ilmu umum dan teknologi. Dalam perkem- ajaran agama Islam dengan problem riil bangannya, Ma’had Aly mencoba menjadi- di masyarakat. Lebih jauh lagi, dalam kan dirinya sebagai Sekolah Tinggi Agama perspektif futuristik, kita juga melihat bahwa khazanah keilmuan pesantren Islam untuk mendapat pengakuan pemerin- yang kaya itu dapat dimanfaatkan untuk tah berupa ijasah setara dengan Strata Satu memberikan keseimbangan, baik pada (S1), sehingga lulusannya dapat diakui dan tataran konsep maupun dalam tataran bekerja di lembaga pemerintahan. praktis. Dalam tataran konsep, khazanah Akan tetapi, menurut Machasin, jika keilmuan pesantren sudah lebih dari cukup untuk mengintegrasikan ilmu dan Ma’had Aly ingin mengembangkan dirinya moral, sedangkan dalam tataran praktis, menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam, maka khazanah keilmuan pesantren dapat pengelolaan Ma’had Aly harus mengikuti memberikan rambu-rambu normatif aturan (UU Sisdiknas) dari pemerintah, mi- bagi perkembangan ilmu pengetahuan salnya terkait kurikulum. Tapi, pada umum- dan teknologi yang menjamin kehidupan nya, Ma’had Aly otonom dalam pengem- dan kehormatan umat manusia. bangan kurikulumnya sebagaimana tradisi STAI Ma’had Aly Al-Hikam Malang ini di pesantren, sehingga lulusannya tidak bisa mengkolaborasikan dua sistem pendidikan disetarakan dengan S1 sebagaimana di UIN, dan pengajaran, yaitu sistem pesantren dan IAIN, atau STAIN yang lain. Di samping itu kampus. Adapun Program Studi (prodi) yang juga, muncul beberapa model pendidikan diselenggarakan di lembaga ini adalah Prodi pesantren di kampus-kampus, seperti pe- Pendidikan Agama Islam jurusan Tarbiyah santren Sobron di UMS, pesantren di UIN program sarjana (S-1). Kurikulum yang di- Malang yang menamakan dirinya sebagai ajarkan di STAI Ma’had Aly Al-hikam ter- Ma’had Aly, tapi menurut Machasin, model diri dari ilmu agama dan ilmu umum. Yang seperti ini lebih cocok jika dinamakan seba- tergolong pada ilmu-ilmu agama misalnya: gai Ma’had Jami’ah atau Perguruan Tinggi Fiqh dan Tasauf, Ushul Fiqh, Hadis, Pen- Islam yang berada di kampus, kalau Ma’had didikan & Kajian Islam, Qur’an Hadis,

50 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012

Aly merupakan pesantren lanjutan dari pe- dalam proses belajar mengajar. Pesantren santren Salafi-Tradisionalis. Salafi-Tradisionalis lebih mengutamakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Simpulan saja, sehingga menjadi tempat reproduksi Dari pembahasan di atas, pesantren ulama yang paling sukses. Kelemahan di tinjau dari cara menyikapi tradisi dibagi pesantren Salafi-Tradisionalis adalah lulu- menjadi tiga, yaitu Salafi, Khalafi, dan sannya hanya menguasai ilmu-ilmu agama Modern. Setiap pesantren ini memiliki tradisi dan tidak menguasai ilmu-ilmu umum, yang sedikit berbeda. Perbedaan ini hanya sehingga mayoritas santri lulusan dari pada penekankan pada tradisi kajian kitab- pesantren ini tidak dapat bekerja di tempat- kitab klasik dan upaya pesantren dalam tempat publik/pemerintahan, seperti Pegawai menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan Negeri atau di perusahan/pabrik, karena dan teknologi. Dalam perkembangannya, mereka tidak memiliki ijasah sebagai wujud muncul model perguruan tinggi Islam pengakuan pemerintah. Akan tetapi, biasanya, yang dinamakan Ma’had Aly. Lembaga ini dalam proses pembelajaran di pesantren ini, ingin memberikan bekal metodologi dan santri dididik di samping menjadi ahli dalam pengetahuan umum bagi lulusan santri dari berdakwah juga berwiraswasta, sehingga pesantren Salafi-Tradisionalis, yang pada banyak lulusan dari pesantren ini selain jadi umumnya memiliki kelemahan dalam bidang kyai/ustadz juga sebagai pengusaha. metodologi dan ilmu-ilmu umum. Bagi pesantren Khalafi, perubahan Perkembangan pesantren Salafi, Khalafi, sosial dan pengembangan ilmu pengetahuan dan Modern kemudian Ma’had Aly ditinjau dan teknologi perlu diapresiasi, agar santri dari sejarah sosial dan kelembagaannya, juga dapat mengikuti perkembangan dipengaruhi oleh perubahan sosial dan zaman. Sehingga, pesantren ini membuka pengembangan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan model madrasah atau teknologi di zaman modern. Pesantren sekolah untuk memberikan bekal ilmu-ilmu sebagai lembaga pendidikan juga dituntut umum bagi para santrinya, sedangkan ilmu dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan agama di berikan di pesantren. Kelemahan yang seimbang bagi para santrinya. model pesantren Khalafi adalah santri akan Bagi pesantren Salafi-Tradisionalis, mendapatkan pelajaran yang lebih banyak, mempertahankan tradisi menjadi ciri baik di pesantren maupun di madrasah/ utamanya. Pesantren ini cenderung tidak sekolah. Pelajaran agama di pesantren juga terpengaruh oleh perubahan sosial dan kurang maksimal sebagaimana di pesantren perkembangan ilmu pengetahuan dan Salafi-Tradisionalis. Adapun kelebihannya, teknologi, khususnya dalam pengem- pesantren Khalafi dapat memberikan bangan kurikulum, pesantren ini tetap pendidikan yang seimbang bagi santrinya, mempertahankan kurikulum keislaman, yaitu ilmu agama dan ilmu umum. Di samping bahkan tidak memasukkan ilmu-ilmu umum itu, santrinya dapat melanjutkan di sekolah/

51 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012 madrasah/perguruan tinggi formal setelah sebagai tokoh pembaharu muslim Indonesia, santri tersebut lulus dari pesantren karena dan lain sebagainya. mereka mendapatkan ijasah dari madrasah/ Bagi Ma’had Aly, perubahan sosial sekolah yang didirikan pesantren. dan pengembangan ilmu pengetahuan dan Bagi pesantren Modern, perubahan teknologi perlu diapresiasi, agar santri dapat sosial dan pengembangan ilmu pengetahuan bersaing dengan lulusan perguruan tinggi dan teknologi harus diapresiasi, bahkan Islam yang lain. Tujuan utama didirikannya harus dikuasai agar santri dapat berperan Ma’had Aly adalah untuk memberikan bekal aktif dalam pembangunan Negara. Selain metodologi dan pengetahuan umum bagi santri itu, pesantren modern juga berupaya keras lulusan dari pesantren Salafi-Tradisionalis. agar santrinya memiliki wawasan yang luas Kelemahan Ma’had Aly terletak pada sikap tentang agama Islam dan ilmu pengetahuan, otonomi dalam pengelolaannya, khususnya sehingga di pesantren ini diajarkan ilmu dalam merumuskan kurikulum, sehingga agama dari kitab-kitab kontemporer bukan lulusan Ma’had Aly tidak bisa diakui oleh hanya kitab klasik, dan juga penguasaan pemerintah, karena tidak mendapatkan bahasa asing (khususnya bahasa Arab dan ijasah. Sebagaimana pendapat Machasin, Inggris) menjadi ciri utamanya agar santri jika Ma’had Aly ingin diakui lulusannya oleh dapat bersaing di dunia global. Walaupun pemerintah, Ma’had Aly harus mengikuti UU pesantren ini tidak mengikuti kurikulum Sisdiknas dalam merumuskan kurikulumnya, pemerintah sehingga tidak mendapatkan bukan seperti pesantren yang otonom. ijasah formal sebagaimana di pondok Modern Dalam kajian ini, perubahan sosial Gontor, tapi lulusannya diakui oleh pelbagai dan pengembangan ilmu pengetahuan dan perguruan tinggi, khususnya perguruan teknologi mempengaruhi perkembangan tinggi Islam baik di Indonesia maupun pesantren dari pesantren Salafi, Khalafi, Timur Tengah. Agar lulusannya diakui oleh Modern hingga Ma’had Aly. Setiap pesantren pemerintah/Negara lain, biasanya para santri mencoba mengembangkan lembaganya agar mengikuti ujian persamaan atau Mu’adalah. lulusannya diakui oleh pemerintah. Hal ini Dari hasil ujian ini, santri lulusan pesantren penting, karena zaman modern menuntut Modern dapat diterima oleh perguruan tinggi adanya bukti (ijasah) pengakuan sah dari Islam baik di Indonesia maupun luar negeri. pemerintah terhadap kompetensi setiap Sehingga, mereka dapat berperan aktif bagi lulusan dari lembaga pendidikan manapun. pembangunan bangsa Indonesia, misalnya Dari ijasah itu pula dapat digunakan untuk banyak lulusan santri Gontor yang menjadi mencari pekerjaan, baik di lingkungan pejabat/pimpinan Organisasi Masyarakat pemerintah maupun swasta. Dalam hal ini, (Ormas) Islam. Contoh: Hidayat Nur Wahid setiap pesantren telah mencoba agar santrinya mantan Ketua MPR dan mantan Ketua Umum dapat berperan bagi pembangunan Indonesia. Partai PKS, Din Syamsudin sebagai ketua Wa Allah a’lam bi- ash-Showab. umum Muhammadiyah, Nurcholis Madjid

52 Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 1, Juni 2012

___ Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Daftar Pustaka Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 A. Steenbrink, Kareel, Pesantren, Madrasah, Ziemek, Manfred, Pesantren Dalam Sekolah, Pendidikan Islam dalam Perubahan Sosial, terj. oleh Butche Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986 B. Soendjojo, Jakarta: Perhimpunan Dhofier, Zamakhsari, Tradisi Pesantren Pengembangan Pesantren dan Studi tentang Pandangan Hidup Kyai Masyarakat (P3M), 1986. dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES, 2011 Haedari, dkk, Amin Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Kompleksitas Global, Jakarta: IRD Press, 2004 Maunah, Binti, Tradisi Intelektual Santri, Yogyakarta: Teras, 2009 Mughits, Abdul, Kritik Nalar Fiqh Pesantren, Jakarta: Kencana, 2008 Muhammad, Agus, “Ma’had Aly: Pendidikan Tinggi Ala Pesantren”, dalam http://www.pondokpesantren. net/ponpren/index.php?option=com_ content&task=view&id=156 [30 Desember 2012, jam. 14.51 WIB] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012 Sutrisno, Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Fadilatama, 2011. Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia Abad ke-20, Pergumulan antara Modernisasi dan Identitas, Jakarta: Kencana, 2012 Saridjo, Marwan, Pendidikan Islam Dari Masa Ke Masa Tinjauan Kebijkan Publik Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia, Bogor: Yayasan Ngali Aksara dan al Manar Press, 2011

53