PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM TERPADU

Editor: Umi Muzayanah dan Wahab

i PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM TERPADU Penulis: Wahab, dkk. Editor: Umi Muzayanah dan Wahab Layout dan Desain Cover: Ibnu Abdillah dan Ahmad Bahauddin

Cetakan Pertama, Desember 2019 16 x 24 cm, xiv + 343 hlm. ISBN: 978-602-5963-71-1

Penerbit: CV. Arti Bumi Intaran Mangkuyudan MJ III/216 – Yogyakarta Telp./Facs.: (0274) 380228 Email: [email protected] Website: www.artibumiintaran.com Anggota IKAPI

Bekerjasama dengan

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang Jl. Untung Suropati Kav. 70, Bambankerep – Ngaliyan – Semarang, 50211 Telp. (024) 7601327, Facs. (024) 7611386 Email: [email protected] Website: www.blasemarang.kemenag.go.id

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Hak cipta dilindungi undang-undang Isi di luar tanggungjawab percetakan ii PENGANTAR EDITOR

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran wajib dalam struktur kurikulum nasional di setiap jenjang pendidikan. Selain Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), mata pelajaran PAI merupakan subjek yang sarat dengan pesan moral, baik moral yang bersifat vertikal (religiusitas) maupun pesan moral yang bersifat horisontal (sikap sosial). Oleh karena itu, PAI menempati posisi yang strategis dalam mewujdukan tujuan pendidikann nasional, yang salah satunya adalah membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam tataran praktis, pelaksanaan PAI di lembaga pendidikan jenjang dasar dan menengah mengalami pergeseran yang cukup siginifikan. Salah satunya ditandai dengan bertambahnya alokasi jam pelajaran (JP), yang semula hanya 2 JP per minggu menjadi 3 JP per minggu. Penambahanan jumlah JP memberikan peluang kepada guru dan siswa untuk berinteraksi lebih lama dalam pembelajaran PAI, baik yang bersifat teoretis maupun praktik. Selain itu, penambahan jumlah JP juga memberikan kesempatan kepada guru untuk berelaborasi dan melakukan diversifikasi metode pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih optimal. Pentingnya peran PAI dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah menjadi spirit para penyelenggara pendidikan untuk melakukan inovasi yang lebih menarik

iii minat masyarakat, khususnya inovasi yang relevan dengan tujuan diselenggarakannya Pendidikan Agama Islam. Apalagi, perkembangan pada era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang super canggih membawa dampak yang sangat siginifikan terhadap kehidupan manusia. Hadirnya beragam gadget sedikit banyak membawa perubahan pada pola interaksi sosial masyarakat, tidak hanya pada kalangan masyarakat dewasa, namun juga pada kalangan anak-anak. Kemudahan akses internet yang nyaris tanpa filter memberikan efek “ketagihan” bagi warganet yang kini merambah luas ke dunia anak-anak. Terjadinya disruptif teknologi di atas banyak membawa dampak negatif bagi anak-anak generasi milenial, yang berujung pada kecemasan orang tua terhadap pergaulan anak-anaknya. Maraknya kenakalan remaja dan pergaulan bebas di kalangan remaja menjadi warning bagi para orang tua atas dekadensi moral yang dapat mengancam anak-anak mereka. Inilah yang mendasari terjadinya parental choice of education yang semakin tampak pada beberapa dekade terakhir. Masyarakat pada saat ini memiliki kecenderungan untuk tidak lagi menjadikan sekolah umum pertama bagi anak-anaknya, namun banyak orang tua yang kini memilih , madrasah, atau sekolah yang menyematkan “Islam” dan “Islam Terpadu” sebagai branded sekolah mereka. Hal ini disadari merupakan peluang bagi sekolah swasta Islam untuk memberikan tawaran terbaiknya berupa kurikulum yang memberikan nilai lebih pada muatan nilai-

iv nilai Islam dibanding sekolah umum. Di antara sekolah yang saat ini bergeliat maju dan berkembang adalah sekolah dengan branded Islam Terpadu (IT). Sekolah Islam Terpadu (SIT) saat ini tumbuh subur di . Sekolah Islam Terpadu dimaknai sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum. Sistem pembelajaran pada SIT secara umum menerapkan fullday school, namun tidak sedikit pula sekolah IT yang menerapkan sistem pembelajaran boarding school. Keberadannya seolah menjadi jawaban atas kegelisahan masyarakat akan ancaman dekadensi moral yang sewaktu-waktu dapat membahayakan anak-anak mereka. Masyarakat, khususnya yang berada di kelas sosial menengah ke atas cenderung menggantungkan masa depan anak mereka kepada SIT, mulai dari jenjang SD, SMP, hingga SMA. Beberapa hal yang menjadi daya tarik sekolah IT adalah adanya muatan nilai-nilai Islam yang lebih kental dibanding sekolah umum sehingga mampu mengimbangi kebutuhan siswa atas pendidikan agama Islam yang hanya diberikan sebanyak 3 JP per minggu. Bahkan, salah satu karakteristik sekolah IT adalah melakukan internalisasi nilai-nilai Islam di dalam mata pelajaran umum, seperti Matematika, IPA, IPS, dan lainnya. Lantas bagaimana sesungguhnya implementasi PAI di sekolah IT dan bagaimana “keterpaduan” yang menjadi ciri khas SIT?. Buku Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Terpadu ini berisi kumpulan artikel yang berangkat dari

v penelitian “Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPIT di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan D.I. Yogyakarta”. Deskripsi tentang pelaksanaan PAI di sekolah Islam Terpadu tergambarkan dalam buku ini, yang dibatasi pada kajian PAI di jenjang SMPIT. Buku ini terdiri dari sebelas tulisan, yang ditulis oleh peneliti Balai Litbang Agama Semarang. Tulisan pertama merupakan karya dari Wahab, yang merupakan prolog dari buku bunga rampai ini. Melalui tulisan yang dibuatnya, Wahab berupaya memayungi tulisan-tulisan selanjutnya dengan kerangka konsep, metodologi, dan alat analisis yang mendekati seragam. Wahab juga menyajikan gambaran secara umum bagaimana pelaksanaan PAI, bagaimana keterpaduan kurikulum yang dikembangkan, dan varian kegiatan ekstrakurikuler yang relevan dengan PAI pada SMPIT yang menjadi lokus penelitian di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan D.I. Yogykarta. Umi Muzayanah menyoroti bagaimana antusiasme masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka ke SMPIT, sebagai bagian dari adanya parental choice of education. Di Surabaya, Umi menyebutkan setidaknya ada empat SMPIT yang sudah cukup “mapan” ditinjau dari eksistensinya. Namun demikian, SMPIT Al-Uswah dipilih sebagai objek kajian mengingat lokasi yang berada di tengah kota dan memiliki siswa yang cukup banyak. SMPIT Al- Uswah yang berada di bawah naungan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) ini mengacu pada kurikulum Dinas Pendidikan yang dipadukan dengan kurikulum khas JSIT. Pengembangan afeksi siswa di SMPIT Al-Uswah sebagian besar telah dilakukan melalui pengembangan kurikulum vi Islam terpadu. SMPIT Al-Uswah juga mengembangkan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) dengan menambah muatan Alquran Hadis dan Bahasa Arab. Masih di wilayah Jawa Timur, pelaksanaan PAI di SMPIT Bina Insan Cendekia (BIC) yang terletak di Kota Pasuran yang juga berada di bawah naungan JSIT menerapkan PAI sesuai dengan kurikulum kedinasan. Artikel yang ditulis oleh Siti Muawanah menyebutkan bahwa implementasi PAI di SMPIT BIC ditunjang pula oleh kegiatan pembiasaan yang sarat dengan nilai-nilai Islam. Selain itu, beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti Seni Kaligrafi dan Seni Qiroatul Qur’an turut mendukung pelaksanaan PAI, meski bukan dukungan secara langsung. A.M. Wibowo mengaitkan implementasi PAI di SMPIT Izzatul Islam Kabupaten Semarang Jawa Tengah dengan tantangan era disruptif, yang pada akhirnya melahirkan tantangan bagi pendidikan agama Islam. SMPIT Izzatul Islam mempersiapkan dan membekali siswanya melalui penguatan PAI, tidak hanya pada tataran intrakurikuler, melainkan juga melalui budaya sekolah yang Islami dan kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, pelaksanaan PAI juga dikuatkan dengan sistem pembelajaran boarding school yang diselenggarakan di SMPIT Izzatul Islam. Sesuai dengan visi sekolah, implementasi dan internalisasi pendidikan agama Islam dilakukan dalam rangka membentuk karakter Sholih, Ilmuwan, Pemimpin Kreatif dan Smart (SIPKS). Hal ini dilakukan sebagai upaya membekali siswa untuk menghadapi era disruptif.

vii Tulisan selanjutnya mendeskripsikan pelaksanaan PAI di SMPIT Ihsanul Fikri Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sebagaimana pada Sekolah-sekolah IT sebelumnya, melalui tulsiannya, Nugroho Eko Atmanto memaparkan bahwa SMPIT Ihsanul Fikri menerapkan “keterpaduan” antara pendidikan umum dan keagamaan. Keterpaduan dapat dijumpai pada pembelajaran dari aspek pengetahuan umum dan aspek karakter keagamaan, baik pembelajaran formal di sekolah maupun di asrama. Pembelajaran di sekolah dengan memadukan kurikulum nasional (43 jam) dan kurikulum lokal (14 jam). Keberadaan pendidikan di SMPIT Ihsanul Fikri tidak terlepas dari dukungan orang tua siswa dan masyarakat sekitar, serta dukungan yayasan. Pelaksanaan PAI di SMPIT Ar-Raihan Bantul dan SMPIT Masjid Syuhada Kota Yogyakarta dipaparkan melalui tulisan yang ditulis oleh Wahab. Pelaksanaan pembelajaran PAI di kedua sekolah IT ini secara umum sama dengan SMPIT lainnya, yaitu sebagian menggunakan Kurikulum 2013 dan sebagian lainnya menggunakan Kurikulum 2006. Selain kedua kurikulum tersebut, implementasi PAI di sekolah ini juga mengacu pada kurikulum khas yayasan/ sekolah dan kurikulum JSIT. Upaya memperkuat akhlak dan perilaku keagamaan siswa dilakukan melalui kegiatan- kegiatan pembiasaan sebagai upaya pengembangan dan penguatan ranah afektif dan psikomotorik siswa terkait dengan karakter dan perilaku keagamaan Islam. Tulisan berikutnya ditulis oleh Ahmad Muntakhib, yang memaparkan bagaimana pelaksanaan PAI di SMPIT Az-Zahra Demak. Ia banyak memberikan deskripsi terkait viii dengan budaya sekolah yang berkaitan erat dengan nilai- nilai Pendidikan Agama Islam. Budaya sekolah yang Islami termanifestasi dari tata tertib berupa kewajiban dan larangan siswa selama berada di lingkungan sekolah. Berbagai upaya telah dilakukan SMPIT Az-Zahra agar PAI dapat dilaksanakan secara maksimal. Di antaranya adalah dengan menerapkan sistem pembelajaran boarding school, memberikan perhatian khusus bagi siswa yang berpuasa, sentuhan rohani setiap habis salat berjamaah, dan tata tertib. Dandung Budi Yuwono melalui tulisannya mendeksirpsikan pelaksanaan PAI di SMPIT Al-Ikhlas Mantren Magetan. Dandung menyebutkan bahwa implementasi setiap mata pelajaran di SMPIT Al-Ikhlas Matren yaitu dengan cara memadukan antara komponen jasad, hati, dan otak yang disinergiskan dengan pemahaman Asmaul Husna. Evaluasi pengembangan kurikulum terus dilakukan dalam rangka melakukan penyesuaian terhadap kebutuhan kontekstual. Untuk itu, Yayasan Al-Ikhlas memiliki Biro Kelitbangan yang bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap pengembangan kurikulum sebagai acuan untuk pengembangan pada tahun selanjutnya. Tulisan selanjutnya berangkat dari peneltiian yang dilakukan di SMPIT Qurrota A’yun Kabupaten Ponorogo, yang ditulis oleh Muh. Isnanto. Ia menyoroti tentang aspek keterpaduan kurikulum yang dilakukan oleh SMPIT Qurrota A’yun. Implementasi PAI di sekolah ini menggunakan kurikulum Diknas, namun SMPIT ini juga memberikan pelajaran Hadis, Fikih, dan Akidah Akhlak

ix layaknya kurikulum Kementerian Agama. Hal menarik juga diselenggarakan oleh SMPIT Qurrota A’yun yaitu program every day with Alquran (tilawah dan tahfizh), pembinaan ibadah harian, pembinaan “mentoring” pekanan, pekan pahasa Arab dan English, mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa). Aji Sofanudin dan Mukhtarudin menulis tentang implementasi PAI di SMIT Insan Kamil Karanganyar. Sebagaimana beberapa SMPIT lainnya, sekolah yang dibahas dalam tulisan mereka juga tergabung dalam JSIT Indonesia. Impelemntasi PAI di SMPIT Insan Kamil Karanganyar mengacu pada model JSIT, dengan penambahan beberapa mata pelajaran yang mendukung PAI, yaitu Bahasa Arab, Tahfizh, dan Ke-IT-an. Sistem pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah ini adalah fullday school dan boarding school. Selain itu, kegiatan pembiasaan diri juga sudah tampak sebagai representasi dari PAI pada tataran praktis, yaitu salat berjamaah, salat duha, puasa Senin Kamis, pengajian , tahsin dan tahfizh, serta bina pribadi Islam (BPI). Zakiyah menulis epilog sebagai pungkasan dari isi buku ini. Ia banyak mengkaji SIT dalam diskursus penelitian terdahulu, termasuk penelitian-penelitian yang ditulis dalam buku ini. Zakiyah juga menambahkan bahwa keberadaan SIT merupakan fenomena penyediaan pendidikan yang difasilitasi masyarakat dan banyak diminati oleh orang tua siswa untuk menyekolahkan anak mereka di lembaga ini. Fenomena ini terbukti dg terus meningkatnya jumlah sekolah dengan model Islam Terpadu. x Kumpulan tulisan di atas memberikan gambaran bagaimana praktik pelaksanaan PAI di SMPIT yang memiliki ciri khas pada pengembangan kurikulum terpadu. Kajian tersebut penting dalam menambah wawasan terkait warna dan inovasi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Islam. Pengembangan afeksi yang dilakukan melalui kegiatan pembiasaan diri, budaya sekolah Islami, tahfizh, kontrol ibadah harian di rumah, turut menjadi program unggulan SMPIT yang menjadi daya tarik tersendiri yang tidak diberikan oleh sekolah umum. Hal ini tentu menjadi menarik apabila program-program pengembangan afeksi dapat diadopsi di sekolah umum, yang tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Dengan demikian, Pendidikan Agama Islam tidak hanya diberikan guru dan diterima siswa terbatas pada tataran kognitif saja, melainkan dapat menjadi pembiasaan yang dapat membentuk karakter religius dan sikap sosial siswa, tidak hanya di sekolah, melainkan juga di keluarga dan masyarakat. Penerbitan buku ini tidak terlepas dari konstribusi beberapa pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang yang telah memberikan dukungan penuh terhadap proses penerbitan, dari persiapan hingga pencetakan buku. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh pengelola SMPIT beserta yayasan yang menaunginya, yang telah dengan terbuka menerima para peneliti untuk melakukan penggalian data terkait dengan pelaksanaan PAI dan inovasi

xi yang dikembangkan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada JSIT selaku pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia yang telah memberikan ijin kepada SMPIT yang berada pada naungan JSIT sehingga proses penelitian berjalan dengan lancar. Secara khusus, terima kasih kami sampaikan kepada para penulis yang telah memberikan kontribusi tulisannya sehingga dapat menjadi referensi ilmiah bagi pemerhati dunia pendidikan. Tidak dipungkiri bahwa masih banyak kelemahan, kekurangan, dan keterbatasan yang dijumpai pada buku ini, yang diakibatkan karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, saran, kritik, dan masukan kami harapkan dari pembaca sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai modal berharga untuk penerbitan buku pada waktu yang akan datang.

Selamat membaca.

Editor

Umi Muzayanah dan Wahab

xii DAFTAR ISI

Pengantar Editor...... iii Daftar Isi...... xiii

PROLOG: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU (SMP IT) Wahab...... 1

PENGEMBANGAN AFEKSI SISWA MELALUI KURIKULUM ISLAM TERPADU PADA SMPIT AL-USWAH SURABAYA Umi Muzayana...... 23

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ISLAM TERPADU BINA INSAN CENDEKIA PASURUAN Siti Muawanah...... 55

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ERA DISRUPTIF DI SEKOLAH BERJEJARING SEKOLAH ISLAM TERPADU A.M. Wibowo...... 81

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SMPIT IHSANUL FIKRI PABELAN KABUPATEN MAGELANG Nugroho Eko Atmanto...... 115 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SMPIT AR RAIHAN BANTUL DAN SMPIT MASJID SYUHADA KOTA YOGYAKARTA Wahab...... 143

xiii i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU BOARDING SCHOOL AZ-ZAHRA DEMAK Ahmad Muntakhib...... 177

IMPLEMENTASI EKSTRAKURIKULER BERBASIS PESANTREN: KEKHASAN PADA SMPIT AL-IKHLAS MANTREN MAGETAN Dandung Budi Yuwono...... 211

MENEROPONG DINAMIKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPIT QURROTA A’YUN PONOROGO JAWA TIMUR Muh. Isnanto...... 241

KARAKTERISTIK KURIKULUM PADA SEKOLAH DI BAWAH JARINGAN SEKOLAH ISLAM TERPADU (JSIT) : Studi pada SMPIT Insan Kamil Karanganyar Aji Sofanudin dan Mukhtarudin...... 273

EPILOG: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ISLAM TERPADU DAN KEGAIRAHAN DALAM BERAGAMA Zakiyah...... 301

BIBLIOGRAFI...... 319 BIODATA PENULIS...... 335

xiv xv xvi PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM TERPADU

Editor: Umi Muzayanah dan Wahab

xvii xviii Umi Muzayanah

PENGEMBANGAN AFEKSI SISWA MELALUI KURIKULUM ISLAM TERPADU PADA SMPIT AL-USWAH SURABAYA

Umi Muzayanah

Pendahuluan Pendidikikan agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib dalam struktur kurikulum pendidikan nasional, mulai dari jenjang pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya. Dari definisi tersebut, terlihat jelas ciri khas yang membedakan pendidikan agama dengan mata pelajarana lainnya, dimana aspek sikap dan keterampilan menjadi tujuan pendidikan agama yang sejajar dengan aspek pengetahuan atau kognitif. Oleh karena itu, regulasi di Indonesia mewajbkan seluruh lembaga pendidikan pada jenjang dasar, menengah, dan pendidikan tinggi untuk menyelenggarakan pendidikan agama. Di Indonesia, kedudukan pendidikan agama, khususnya di satuan pendidikan diatur secara tegas melalui Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan turunannya. Hak siswa untuk mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh guru yang seagama secara eksplisit tertuang dalam salah satu pasal undang-undang tersebut. Dengan demikian, sistem pendidikan di Indonesia sejak jauh hari sudah mengakomodir pendidikan agama sebagai salah satu pendidikan yang wajib diselenggarakan

23 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

oleh setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan agama diharapkan dapat tercapai tujuan pendidikan nasional, yaitu membangun manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain menjadi tanggung jawab sekolah, pendidikan agama juga merupakan tanggung jawab keluarga sebagai salah satu upaya mengembangkan pendidikan moral di lingkungan keluarga dan masyarakat. Model pendidikan moral di tengah keluarga dapat dilakukan dengan penanaman nilai agama sejak dini dengan pembinaan akidah dan penanaman nilai-nilai, seperti bagaimana cara berbicara, berpakaian, memilih teman, dan akhlak baik lainnya (Komariah, 2011: 45). Penanaman pendidikan agama sejak usia dini mutlak diperlukan mengingat pentingnya fungsi pendidikan agama, yaitu sebagai fondasi dalam pembentukan perilaku dan moral anak, membentuk manusia yang percaya dan bertakwa kepada Allah SWT, dan sebagai fondasi utama dan berperan dalam pendidikan moral bagi pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya (Djaelani, 2013: 100). Mengingat pentingnya pendidikan agama bagi generasi muda, banyak bermunculan inovasi-inovasi di bidang pendidikan yang berkaitan dengan pendidikan agama. Salah satunya ditandai dengan munculnya sekolah-sekolah umum yang berlandaskan ajaran Islam, yang berupaya memadukan kurikulum nasional dengan nilai-nilai dan ajaran agama Islam. Dasar kemunculan sekolah-sekolah Islam tersebut di antaranya karena semakin maraknya kenakalan remaja yang berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi

24 Umi Muzayanah dan kemajuan era globalisasi. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang tua, khususnya di perkotaan yang saat ini lebih memilih sekolah Islam dibanding sekolah umum. Fenomena ini menujukkan adanya pergeseran minat orang tua untuk memilih sekolah bagi anaknya, atau dapat diistilahkan sebagai parental choice of education. Kecenderungan orang tua saat ini lebih memilih sekolah yang memberikan muatan keislaman lebih banyak dibanding sekolah umum. Salah satu sekolah yang menjadi “incaran” orang tua, khususnya yang berasal dari kelas sosial menengah ke atas, adalah sekolah-sekolah yang berlabel Islam Terpadu (IT). Secara umum, sekolah-sekolah IT menawarkan muatan pendidikan agama Islam yang lebih banyak dibanding sekolah umum, meski keduanya sama- sama berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum terpadu yang menjadi ciri khas sekolah IT berupaya memadukan kurikulum pendidikan nasional dengan kurikulum khas IT, yang memberikan penguatan PAI dan penguatan karakter religius melalui kegiatan pembiasaan diri. Untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana sekolah IT mengembangkan kurikulum Islam terpadu berbasis afeksi, dilakukan sebuah penelitian pada SMPIT Al-Uswah Kota Surabaya, yang merupakan salah satu sekolah di bawah Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Keberadaan SMPIT Al-Uswah yang terletak di pusat Kota Surabaya dapat menggambarkan bagaimana kiprah dan peran sekolah tersebut di tengah kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang dapat membentengi anak mereka

25 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

terhadap pengaruh buruk arus globalisasi. Tulisan ini disarikan dari sebuah penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan kurikulum Islam terpadu berbasis afeksi di SMPIT Al-Uswah Surabaya. Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, penelitian ini memposisikan peneliti sebagai instrumen utama dalam penggalian data, baik melalui wawancara, observasi, maupun telaah dokumen. Ketiga teknik pengumpulan data tersebut dilakukan untuk menjaring data-data yang berkaitan dengan PAI dan kurikulum Islam terpadu yang dikembangkan oleh SMPIT Al-Uswah Surabaya. Pergeseran Parental Choice of Education Pendidikan agama menjadi solusi sebagian besar masyarakat Indonesia di tengah kegelisahan mereka terhadap pengaruh negatif perkembangan teknologi. Sebagai contoh, kehidupan sosial anak-anak pada generasi saat ini, bahkan anak usia dini lebih sering berinteraksi dengan gadget dan dunia maya. Kurangnya interaksi sosial menyebabkan mereka merasa asing dengan lingkungan sekitar (Chusna, 2017: 328). Setidaknya ada tiga pengaruh negatif kemajuan teknologi bagi masyarakat di Indonesia, yaitu kemerosotan moral di kalangan remaja dan pelajar, meningkatknya kenakalan dan tindak menyimpang di kalangan remaja, dan perubahan pola interkasi antarmanusia (Ngafifi, 2014:42- 43). Bentuk-bentuk kenakalan pelajar dan remaja yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, khususnya internet di antaranya adalah perkelahian, perkataan yang kurang baik, penipuan, pemalsuan identitas, perbuatan asusila, dan berbohong pada orang tua (Budhyati MZ, 2012: 430).

26 Umi Muzayanah

Dampak negatif kamajuan teknologi yang menjadi faktor terjadinya kenakalan remaja tak elak menjadi kecemasan para orang tua, khususnya mereka yang memiliki anak di usia remaja. Fauziah, dkk melalui penelitiannya menyebutkan bahwa 76% orang tua yang memiliki anak remaja memiliki kecemasan pada kategori “sedang” terhadap fenomena kenakalan remaja (Fauziah, dkk: 2018: 58). Fenomena kenakalan remaja, derasnya arus kemajuan teknologi, dan terbukanya akses informasi yang nyaris tanpa batas tentunya berpengaruh terhadap perilaku orang tua dan masyarakat dalam memilih pendidikan bagi anaknya, atau diistilahkan sebagai parental choice of education. Pasca Orde Baru, pergeseran parental choice of education cukup marak terjadi di kalangan masyarakat muslim yang cenderung lebih memilih sekolah yang berbasis Islam dibanding sekolah umum. Fenomena ini sangat berbeda dengan masa sebelumnya, yang mana orang tua lebih bangga menyekolahkan anaknya ke sekolah yang tidak berbasis keagamaan Islam (Azra, 2002 dalam Suyatno, 2015: 122). Ahmad Watik menyebutkan pergeseran ini terjadi karena beberapa hal, yaitu: Pertama, terjadinya teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya loncatan revolusi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ked- ua, kecendrungan prilaku masyarakat yang lebih fungsional, dimana hubungan sosial hanya diliihat dari sudut kegunaan dan kepentin- gan semata. Ketiga, masyarakat padat informasi, dan keempat, ke- hidupan yang makin sistemik dan terbuka, yakni masyarakat yang sepenuhnya berjalan dan diatur oleh system yang terbuka (Ahmad Watik dalam Sukardi, 2014: 22). Pergeseran parental choice of education yang ditandai dengan berbondong-bondongnya masyarakat untuk menyekolahkan

27 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

anaknya ke sekolah Islam juga didasari pada kecemasan orang tua terhadap fenomena kenakalan remaja (Fatchurahman, 2012, dalam Suyatno, 2015: 122). Fenomena kenakalan saat ini menyebabkan banyaknya kasus Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat bahwa pada 2018 terdapat sebanyak 1.434 kasus ABH yang didominasi oleh kasus kekerasan seksual, yang mana anak laki-laki mendominasi sebagai pelaku dibanding anak perempuan (https://www.republika.co.id, 2019). Banyak hal yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja, di antaranya adalah terjadinya krisis identitas, kontrol diri yang lemah, keluarga dan perceraian orang tua, teman sebaya yang kurang baik, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik (Unayah dan Muslim Sabarisman, 2015: 132). Kecemasan orang tua terhadap maraknya kenakalan remaja mendorong mereka untuk membentengi anaknya dengan bekal ilmu agama yang cukup matang. Salah satunya dengan memilih sekolah-sekolah yang memberikan muatan nilai-nilai religius dan pendidikan karakter yang berlandaskan ajaran agama Islam, yang dapat mereka temukan di sekolah-sekolah berbasis keagamaan Islam, di antaranya adalah sekolah Islam terpadu (SIT). Sekolah Islam Terpadu (SIT) menempatkan nilai-nilai religius dan nilai-nilai luhur ketimuran serta pendidikan karakter sebagai pilar utama penyelenggaraan sistem pendidikan (Azra, 1988 dalam Suyatno, 2015: 122). Oleh karenanya, SIT memiliki daya tarik tersendiri bagi

28 Umi Muzayanah masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah ke atas. Sekolah IT tidak hanya menawarkan kualitas pendidikan pada aspek kognitif saja, melainkan juga memberikan penguatan afeksi siswa melalui muatan pendidikan Islam yang lebih banyak dibanding sekolah umum. Dinamika SIT di Indonesia Sekolah Islam Terpadu (SIT) dirintis sejak tahun 1980- an oleh para aktivis dakwah kampus yang berasal dari ITB, UI, dan universitas lainnya yang tergabung dalam Jamaah Tarbiyah. Sekolah IT dirintis atas dasar keprihatinan para aktivis dakwah kampus terhadap kondisi pendidikan di Indonesia, dimana strategi dakwah mereka adalah penyebaran ideologi Islam kepada para mahasiswa sebagai agen perubahan sosial (Zuly Qodir, 2019 dalam Frimayanti, 2015: 31-32). Pendirian SIT juga didasarkan pada alasan kekcewaan terhadap sistem pendidikan nasional yang dianggap gagal membentuk moralitas anak terhadap perngaruh buruk narkotika, pergaulan bebas, dan kekerasan (Hasan, 2012: 77; Yusup, 2017: 76; Kurnaengsih, 2015: 80). Kekecewaan ini banyak dirasakan oleh masyarakat perkotaan yang secara langsung menyaksikan pengaruh negatif dampak perkembangan teknologi bagi kehidupan mereka (Hasan, 2012: 77). Konsep sekolah Islam terpadu menurut Muhaimin (2003) merupakan perpaduan antara sekolah dan pesantren. Sedangkan menurut Rachmat Syarifudin (2015) konsep terpadu dimaknai sebagai keterpaduan antara sekolah (guru) dan keluarga (orang tua), keterpaduan dalam kurikulum, dan keterpaduan dalam konsep pendidikan

29 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

(Frimayanti, 2015: 29). Sekolah Islam terpadu menekankan pada penanaman mata pelajaran keagamaan seperti teologi (akidah), moral (akhlak), dan ibadah praktis, yang bertujuan mengembangkan karakter dan moralitas keislaman siswa yang diterapkan dalam cara berpikir, bersikap, dan praktik kehidupan sehari-hari (Kurnaengsih, 2015: 83). Dengan demikian, konsep sekolah Islam terpadu berupaya untuk memadukan kurikulum pendidikan nasional dengan pendidikan karakter yang kental dengan nuansa keislaman, dengan menggandeng orang tua dan guru untuk bersama- sama mendidik anak. Dinamika SIT di Indonesia berkembang cukup pesat, ditandai dengan maraknya kemunculan sekolah- sekolah berlabel IT, mulai jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA. Kemunculan SIT mendapat sambutan hangat oleh masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke atas di lingkup perkotaan yang menganggap kehadiran SIT sebagai solusi terbaik di tengah “ancaman” pengaruh buruk globalisasi bagi pendidikan anak mereka. Keberadaan sekolah IT yang semakin marak hadir di Indonesia sebagian berada di bawah satu payung Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), sebagian lainnya berada di bawah yayasan pendidikan Islam, baik yang berada di bawah naungan organsiasi tertentu seperti NU dan , atau yayasan pendidikan yang hanya bergerak di bidang pendidikan Islam. JSIT didirikan pada tahun 2003 dengan berlandaskan pada asas solidaritas, komunikasi, dan pemberdayaan SIT dan didaulat untuk mengkoordinir pendirian dan penyelenggaraan SIT (Suyatno, 2013 dalam Magdalena,

30 Umi Muzayanah

2016: 476). Hingga kini jumlah SIT yang terdaftar sebagai anggota JSIT mencapai 2.418 unit, dengan jumlah guru hampir mendekati angka 80 ribu orang (https://khazanah. republika.co.id, 2017). Visi yang diusung oleh JSIT adalah “menjadi pusat penggerak dan pemberdaya Sekolah Islam Terpadu di Indonesia menuju sekolah efektif dan bermutu” (https://jsit-indonesia.com). Selayang Pandang Kota Surabaya Kota Surabaya merupakan satu wilayah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki lima kecamatan dengan luas wilayah 326,81 km2. Sebagai ibukota provinsi, kepadatan penduduk Kota Surabaya cukup tinggi, dimana jumlah penduduk keseluruhan saat ini mencapai 2.765.487 jiwa sehingga kepadatan penduduk mencapai kurang lebih 8.462/km2 (BPS, 2018: 75). Untuk melihat jumlah penduduk Kota Surabaya berdasarkan agama yang dianut, data jumlah penduduk yang bersumber dari Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh BPS. Data versi Kementerian Agama menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kota Surabaya berjumlah 3.074.883 jiwa, mayoritas penduduk merupakan pemeluk agama Islam mencapai 85,2%. Selebihnya merupakan pemeluk agama Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, dan lainnya. Sebagai pusat kota di wilayah Jawa Timur, Kota Surabaya memiliki kemajuan yang paling pesat dibanding wilayah lain di Jawa Timur. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Surabaya yang menempati posisi paling tinggi di antara 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, yaitu mencapai angka 81,07 31 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

(https://surabayakota.bps.go.id, 2018). Lebih dari itu, Kota Surabaya juga merupakan satu dari tujuh kota metropolitan di Pulau Jawa selain Jakarta, Bandung, Bekasi, Tangerang, Semarang, dan Depok (Widiantono dan Ishma Soepriadi, 2009). Dilihat dari aspek pendidikan, keberadaan lembaga pendidikan dasar dan menengah tentunya berkontribusi besar bagi keberhasilan Kota Surabaya mencapai IPM yang cukup tinggi. Data lembaga pendidikan umum versi BPS berbeda dengan data lembaga pendidikan yang dirilis oleh Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksinkronan data versi BPS dan dapodik. Data lembaga pendidikan dasar dan menengah Kota Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Data Lembaga Pendidikan Dasar dan Menengah Kota Surabaya SD SMP SMA SMK Madrasah

BPS Dapodik BPS Dapodik BPS Dapodik BPS Dapodik MI MTs

680 671 349 328 134 143 103 103 159 46

Sumber: BPS, 2018 dan http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp/1/050000 Data lembaga pendidikan versi dapodik lebih detail memerinci jumlah lembaga pendidikan umum (non madrasah) berdasarkan status negeri dan swasta. Data tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Jumlah Lembaga Pendidikan Umum Berdasarkan Status Sekolah SD SMP SMA SMK Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 309 362 62 266 22 121 10 93

Sumber: http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/sp/2/056000

32 Umi Muzayanah

Data di atas menunjukkan bahwa proporsi antara sekolah negeri dan swasta di tingkat SD hampir seimbang meskipun masih lebih banyak sekolah swasta. Namun pada tingkat SMP hingga SMA/SMK, selisih antara sekolah negeri dan swasta semakin besar, dimana sekolah yang berstatus swasta sangat mendominasi. Pada tingkatan SMP, sekolah yang berstatus negeri hanya berjumlah 62 unit, sementara SMP swasta mencapai 266 unit, atau empat kali lipat dari jumlah sekolah negeri. Jumlah siswa pada tingkat SMP di Kota Surabaya mencapai angka 112.808 anak yang terbagi dalam 3.524 rombel. Dengan demikian, rata-rata rombel pada tingkat SMP terdiri atas dari 32 siswa, masih memenuhi jumlah maksimum siswa dalam rombongan belajar sesuai dengan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Jumlah guru jenjang SMP hingga saat ini berjumlah 6.389 orang (http:// dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id/guru/2/056000). Pertumbuhan SMP swasta di Kota Surabaya cukup pesat, yang ditunjukkan dengan rasio SMP negeri dan swasta mencapai 1:4. Keberadaan SMP swasta di Kota Surabaya cukup bervariasi, mencakup sekolah swasta yang bernaung di bawah yayasan umum dan yayasan keagamaan. Jumlah SMP yang berada di bawah yayasan keagamaan Islam mendominasi keberadaan SMP swasta di Kota Surabaya, dengan nama yang bervariasi, mulai dari SMP Islam, SMP Muhammadiyah, SMP Ma’arif, SMP Terpadu, SMP Unggulan, SMP Islam Terpadu (IT), dan SMP Islam lainnya yang langsung mencantumkan nama yayasan di belakangnya. Eksistensi SMP di bawah yayasan keagamaan Islam yang memiliki label Islam Terpadu (IT) di Kota Surabaya

33 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

masih relatif sedikit, yaitu berjumlah empat sekolah. Berikut data SMPIT yang ada di Kota Surabaya. Tabel 3. Data SMPIT di Kota Surabaya No. Kecamatan Nama Sekolah Rombel Siswa 1. Gubeng SMPIT Al-Uswah 10 281 2. Lakarsantri SMPIT AT-Taqwa 11 262 SMPIT Utsman 3. Lakarsantri 3 39 Bin Affan

4. Simokerto SMPIT Ar-Rayan 2 37 Sumber: http://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id Dari keempat SMPIT yang ada di Kota Surabaya, terdapat satu SMP yang berada di bawah JSIT, yaitu SMPIT Al-Uswah. Sementara tiga SMPIT lainnya berada di bawah yayasan pendidikan Islam di luar JSIT. Mengenal Lebih Dekat SMPIT Al-Uswah SMPIT Al-Uswah berada di bawah naungan Yayasan Ukhuwah Islamiyah yang berkedudukan di Kota Surabaya. Yayasan Ukhuwah Islamiyah berdiri pada tanggal 18 Januari 1990 berdasarkan Akta Notaris A. Kohar, SH No.108/1990, yang dalam perkembangannya diperbarui dengan Akta Notaris Wachid Hasyim, SH No.1/2006. Dasar pendirian terakhir ditandai dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: C-1561.HT.01.02.TH.2006. Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan, sosial, dakwah, dan ekonomi. Adapun lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan yayasan ini meliputi SDIT Al-Uswah, SMPIT Al-Uswah, SMAIT Al-Uswah, dan Pesantren Mahasiswa Ukhuwah Islamiyah. Sebagai salah satu sekolah yang bercirikan Islam, SMPIT Al-Uswah mengusung visi “Terwujudnya lembaga pendidikan yang membentuk generasi berkepribadian Islami berprestasi”. Upaya pencapaian visi tersebut dilakukan

34 Umi Muzayanah melalui misi yang dirumuskan, yaitu 1) meningkatkan pemahaman Islam yang sebenar-benarnya, pembiasaan ibadah dan penguatan hafalan Quran, 2) mengembangkan budaya sekolah berbasis karakter, prestasi, dan life skill, 3) menerapkan pendidikan Islam Terpadu (holistic) dan strategi pembelajaran berbasis multiple intelegence (Dokumen Kurikulum SMPIT Al-Uswah, 2018: 10). SMPIT Al-Uswah yang memiliki predikat akreditasi A ini berlokasi di Jalan Ngagel Tama Utara IV No. 1-8 Surabaya, berada di komplek perumahan yang tidak jauh dari pusat Kota Surabaya. Gedung SMPIT Al-Uswah terpisah dengan SDIT Al-Uswah dan SMAIT Al-Uswah. SMPIT Al-Uswah berdiri pada tanggal 20 Juni 2009 dengan dasar pemikiran adanya motivasi dan keinginan dari masyarakat, khususnya para orang tua siwa SDIT Al-Uswah untuk mendirikan SMPIT sebagai kelanjutan dari pendidikan yang diperoleh dari SDIT Al-Uswah. Saat ini, SMPIT Al-Uswah dipimpin oleh Anjaya Wibawana, S.Si. yang membawahi 35 pegawai, terdiri atas 27 orang guru, 3 orang pegawai, 2 orang tenaga cleaning service, dan 3 orang petugas keamanan. SMPIT Al-Uswah memiliki standar pendidik yang harus dimiliki oleh guru yang mengajar di sekolah ini. Standar pendidik di SMP-IT Al Uswah Surabaya adalah minimal pendidikan Strata 1 (S1), baik dari fakultas keguruan maupun non keguruan. Selain itu, guru SMPIT Al-Usawah harus memiliki kualitas akhlak dan ibadah yang bagus. Standar ini telah dipenuhi oleh seluruh guru di SMPIT Al-Uswah, yang dapat dilihat dari latar belakang pendidikan semua guru yang berpendidikan S1, baik yang berasal dari S1 bidang pendidikan maupun non kependidikan.

35 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

Kegiatan pembelajaran di SMPIT Al-Uswah diikuti oleh 11 rombongan belajar, dengan rincian kelas VII dan VIII masing-masing 4 rombel dan kelas IX terdiri atas tiga rombel. Jumlah siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah ini sebanyak 283 siswa, terdiri atas kelas VII sebanyak 100 anak, kelas VIII sebanyak 95 anak, dan kelas IX sebanyak 88 anak. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya, dengan peningakatan jumlah anak sebanyak 35 siswa (“Panduan Manajemen Mutu Tahun 2018-2019”) . SMPIT Al-Uswah memiliki program khusus yang menjadi ciri khas sekolah Islam, yaitu program pembelajaran Alquran yang dilakukan secara intensif sehingga siswa yang lulus minimal mampu menambah hafalan tiga juz dari sebelumnya. Selain itu ada pembinaan keislaman melalui kelompok kecil dan didampingi oleh kakak Pembina (Dokumen 1 SMPIT Al-Uswah). Kelompok kecil yang dimaksud biasanya terdiri atas 10-11 siswa, dimana masing- masing kelompok dibimbing oleh satu orang guru. Kegiatan berkelompok ini dilakukan pada saat pembelajaran Alquran dan Bina Pribadi Islami (BPI). Kurikulum SMPIT Al-Uswah Sebagai sekolah yang bernaung di bawah dinas pendidikan, SMPIT Al-Uswah mengacu pada kurikulum standar nasional dengan beberapa tambahan kurikulum yayasan dengan bertumpu pada tuntutan Kurikulum 2013. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut (Dokumen 1 SMPIT Al- Uswah):

• Kurikulum SMP-IT Al Uswah kelas VII-IX memuat tujuh mata pelajaran kelompok A, tiga mata pelajaran kelompok B, dan satu muatan lokal.

36 Umi Muzayanah

• Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs meru- pakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

• Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. • Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit. • Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 38 minggu. • SMP-IT Al Uswah merupakan fullday school, Senin hingga Ju- mat, masuk pkl. 07.10 pulang pkl. 15.30. Dalam implementasinya, kurikulum SMPIT Al-Uswah merupakan perpaduan antara kurikulum nasional dan kurikulum khas yayasan/sekolah. Secara lebih rinci, distribusi mata pelajaran dalam kurikulum SMPIT Al-Uswah sebagai berikut: Tabel 4. Struktur Kurikulum SMPIT Al-Uswah Alokasi waktu per minggu (JP) No. Nama Mata Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX 1. Pendidkan Agama Islam 2 2 3 2. PPKn 2 2 2 3. Bahasa Indonesia 5 4 4 4. Matematika 5 5 5 5. IPA 4 5 4 6. IPS 3 3 3 7. Bahasa Inggris 4 4 4 8. Penjaskes 2 2 2 9. Bahasa Jawa 1 1 1 10. Prakarya 2 2 2 11. Alquran 8 8 8 12. BPI/Halaqoh 2 2 2 13. Bahasa Arab 4 4 4 Sumber: Jadwal Pelajaran SMPIT Al-Uswah Surabaya Tahun Pelajaran 2018/2019 Selain kegiatan pembelajaran yang bersifat intrakurikuler, SMPIT Al-Uswah juga menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler, yang terdiri atas ekstrakurikuler

37 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

wajib dan pilihan. Seluruh siswa wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan bela diri (tapak suci) pada setiap jenjang kelas. Sedangkan ragam ekstrakurikuler pilihan terdiri dari robotik, tata boga, handycraf, badminton, multimedia, menggambar, dan futsal. Implementasi Pendidikan Agama Islam Implementasi Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengacu pada Kurikulum 2013 memiliki alokasi waktu 3 JP per minggu didasarkan pada standar kurikulum nasional. Pada implementasinya, beberapa sekolah Islam mengembangkan PAI menjadi beberapa mata pelajaran terpisah sesuai rumpun PAI. Pembelajaran PAI di SMPIT Al-Uswah diampu Ustaz Choirul Anwar yang memiliki latar belakang pendidikan S1 Syariah Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan lulus tahun 2017. Selain mengantongi ijazah S1, guru PAI juga memiliki pengalaman nyantri di Pondok Pesantren Al-Aziz Jember. Sebelum meraih gelar sarjananya, Ustaz Anwar pernah menempuh pendidikan D2 dengan mengambil jurusan Bahasa Arab pada Ma’had Umar Bin Khattab Surabaya. Sebagai guru yang masih relatif baru, Ustaz Anwar dipercaya mengampu mata pelajaran PAI untuk seluruh jenjang kelas, mulai dari kelas VII sebanyak 4 rombel, kelas VIII sebanyak 4 rombel, dan kelas IX sebanyak 3 rombel. Alokasi waktu yang disediakan untuk mapel PAI berbeda antara jenjang kelas VII, VIII, dan IX. Mapel PAI untuk kelas VII dan VIII dialokasikan 2 JP per minggu, sedangkan untuk kelas IX memperoleh alokasi lebih banyak, yaitu 3 JP per

38 Umi Muzayanah minggu. Dengan demikian, beban mengajar guru PAI di SMPIT Al-Uswah adalah 25 JP per minggu. Pembelajaran PAI, sebagaimana pembelajaran mapel lainnya dilakukan secara terpisah antara siswa putra dan siswa putri. Meski demikian, guru PAI yang berjenis kelamin laki-laki mengampu di seluruh kelas, baik kelas putra maupun kelas putri. Dalam proses belajar mengajar, guru PAI SMPIT Al-Uswah menggunakan buku pegangan guru yang diterbitkan oleh Quadran untuk kelas VII dan VIII, sedang untuk kelas IX menggunakan buku terbitan Platinum. Selain muatan PAI, terdapat rumpun PAI yang diberikan secara terpisah dan memperoleh porsi lebih banyak, yaitu Alquran dengan porsi 8 JP per minggu. Teknis pembelajaran dilakukan 2 JP per hari selama empat hari, dibuat berkelompok disesuaikan dengan kemampuan siswa. Tersedia sembilan orang guru Alquran, dimana satu orang guru bertugas membimbing satu kelompok siswa. Pembelajaran Alquran digunakan untuk muraja’ah dan menambah hafalan siswa. Pembelajaran Alquran yang menggunakan sistem halaqoh (berkelompok) membutuhkan tempat belajar lebih dari satu sehingga pembelajaran dilakukan di tempat-tempat yang agak longgar, misalnya sebagian di ruang kelas dan sebagian lagi di luar kelas. Selain muraja’ah dan menambah hafalan bagi anak, pembelajaran Alquran juga digunakan untuk memberikan muatan-muatan materi pada PAI yang berkaitan dengan baca tulis Alquran. Atau dengan kata lain, muatan PAI yang berkaitan dengan Alquran “dititipkan” dalam pembelajaran

39 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

Alquran. Hasil belajar Alquran ini masuk pada penilaian rapor siswa. Mata pelajaran lain yang masih terkait dengan PAI adalah Bina Pribadi Islami (BPI). Sebagaimana pada pembelajaran Alquran, teknis pembelajaran BPI juga dilakukan dengan sistem halaqoh atau berkelompok. Terdapat sekitar 15 orang guru yang selain mengajar mata pelajaran lain, mereka juga diberikan tanggung jawab untuk memberikan materi BPI pada siswa. Buku pegangan yang digunakan untuk mengajar BPI adalah Buku “Ar-Rasyad Penuntun Pembinaan Anak”, yang diterbitkan oleh Robbani Press. Materi yang terdapat pada buku ini adalah sebagai berikut. Tabel 5. Materi BPI dalam Buku Ar-Rasyad Kelas Materi

VII Alquran (Surat At-Tiin, Surat Al-Insyirah, Surat Adh-Duha, Ilmu Tajwid, Hukum Mmebaca Isti’adzah dan Basmalah, Hukum Bacaan Nun Mati/ Tanwin, Hukum Bacaan Mim Mati/Tanwin) Akidah (Syahadatain, Makna Illah, Makna yang Terkandung dalam Kalimat Laa Ilaha Illah) Hadis (Tolonglah Saudaramu, Mengajak Orang Lain kepadfa Kebaikan, Sebagian Dosa-dosa Besar) Sirah (Anas Bin Malik, Sa’id Bin ‘Amir, Thufail Bin Amru Ad-Dausi,Salman Al Farisi, Abdullah Bin Mas’ud,Abu Ayyub Al Anshari). Fikih (Mengusap, Shalatnya Orang Sakit, Shalat Bagi Musafir, Puasa Ramadhan) Akhlak (Meneladani Akhlak Nabi, Menepati Janji, Cinta Keluarga, Aku Cinta Islam, Syukur Kepada Allah, Adab di dalam Masjid, Adab Membaca Alquran) Keterampilan (Bermain Bulu Tangkis, Pertolongan Pertama pada Korban Tenggelam, Membuat Buletin dengan MS Word)

40 Umi Muzayanah

VIII Alquran (Surat Al-Lail, Surat Asy-Syam, Surat Al-Balad, Ghunnah, Qalqalah, Hukum Membaca Ra, Hukum Membaca Mad) Akidah (Jalan Mengenal Allah, Rasul dan Ciri-rinya, Kewajiban terhadap Rasul) Hadis (Memohon hanya Kepada Allah, Jalan Menuju Surga, Amar Ma’ruf Nahi Munkar) Sirah (Asma Binti Abu Bakar Pemilik Dua Selendang dari Surga, Aisyah Binti Thalhah Wanita yang Bersahaja dan Cerdas, Umar Bin Abdul Aziz Khalifah Adil yang Menyejahterakan Rakyatnya, Imam Abu Hanifah Seorang Ulama Cerdas Pematah Hujjah Atheis, Hasan Al-Bashri Teabiin dengan 1000 Nasihat). Fikih (Mandi, Shalat Qadha, Sutrah, I’tikaf, Zakat, Haji) Akhlak (Ghibah, Tidak Memotong Pembicaraan, Jangan Menghina, Menjaga Fasilitas Umum, Adab di dalam Majelis Ilmu, Komunikasi Ala Rasulullah SAW) Keterampilan (Olahraga Voli, Menegpak Indahnya Sayap Kreasi Teater, Keterampilan Komputer, Yoghurt Si Asam yang Kaya Nutrisi)

IX Alquran (Surat Al-Fajr, Surat Al-Ghaasyiyah, Surat Al-A’la, Hukum Bacaan Alif Lam, Makhrajul Huruf, Bacaan Imamah, Isymam, Naql, Tashil, dan Saktah, Tanda-tanda Waqaf) Akidah (Ghazwul Fikri, Tawazun (semibang dalam beragama), Bersaudara dalam Islam/Ukhuwah Islamiyah) Hadis (Karakteristik Muslim, Pahala setiap Amalan Tergantung Niatnya, Pintu-pintu Kebaikan) Sirah (Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonol, K.H. , KH Hasyim Ashari, Muhammad Natsir, Rahmah El-Yunusiyah, Buya , KH Abdullah Syafi’i). Fikih (Menstruasi, Macam-macam Sujud, Haji) Akhlak (Menghormati Orang yang Lebih tua, Menyayangi yang Lebih Muda, Tidak Namimah, Menjaga Fasilitas Pribadi, Adab Murid Kepada Guru, Adab Jual Beli, Adab Menjaga Rahasia) Keterampilan (Khitabah, Permainan Kekuatan, Permainan Beregu Olah Raga Bola Basket, Pertolongan Pertama Kecelakaan Patah Tulang) Sumber: Tim LKPA Ar-Rasyad, 2014.

Teknis pelaksanaan pembelajaran BPI dilakukan secara berkelompok, dimana pada jadwal mata pelajaran tidak mencantumkan nama mata pelajaran BPI, melainkan istilah halaqoh. Pada setiap kelompok dibekali dengan buku evalusi BPI yang memuat jumlah kehadiran siswa, acara inti halaqoh (pembukaan, tilawah, kultum, dan materi), evaluasi amal harian, kolom ringkasan kultum, dan ringkasan materi.

41 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

Pengembangan Kurikulum Berbasis Keterpaduan Berbicara tentang pengembangan kurikulum berbasis keterpaduan, tentu ada ciri khas dari setiap sekolah yang berlabelkan “Islam Terpadu”. Begitu pula dengan SMPIT Al-Uswah yang mengembangkan kurikulum keterpaduan berdasarkan standar sekolah/yayasan masing-masing. Untuk mengetahui keterpaduan yang dikembangkan oleh SMPIT Al-Uswah, berikut dipaparkan secara singkat. 1. Keterpaduan PAI dengan Kegiatan Intrakurikuler SMPIT Al-Uswah yang berada di bawah Yayasan Ukhuwah Islamiyah merupakan salah satu sekolah Islam yang masuk pada Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). Oleh karenanya, pengembangan kurikulum yang ada di sekolah ini mengacu pada standar mutu JSIT. Ruang lingkup kurikulum PAI JSIT memuat sedikitnya tiga subjek, yaitu 1) PAI, 2) Alquran, dan 3) Bahasa Arab. Untuk PAI, Alquran, dan Bahasa Arab masing-masing memperoleh porsi 4JP per minggu. Selain itu, ada juga materi BPI yang dialokasikan sebanyak 2 JP per minggu. Pelaksanaan keterpaduan PAI dengan kegiatan intrakurikuler lainnya di SMPIT Al-Uswah berupa pembelajaran Alquran, Bahasa Arab, dan BPI. Berikut gambaran pelaksanaan kegiatan intrakurikuler dari ketiga rumpun PAI tersebut. -- Alquran Hadis Pembelajaran Alquran di SMPIT Al-Uswah diberikan selama 8 JP per minggu, yang diselenggarakan selama empat hari, masing-masing 2 JP. Hal ini berlaku untuk

42 Umi Muzayanah seluruh jenjang kelas, mulai dari kelas VII, VIII, hingga kelas IX. Alquran diampu oleh sembilan orang guru yang telah ditunjuk untuk melakukan pembimbingan Alquran kepada siswa. Pelaksanaan pembelajaran Alquran dilakukan secara berkelompok, dimana anggota dalam kelompok disesuaikan berdasarkan ketercapaian hafalan Alquran mereka. Target pencapaian hafalan untuk tingkat SMPIT adalah 3 juz, yaitu juz 28 sampai juz 30. Keterpaduan PAI dengan Alquran adalah adanya materi-materi dalam PAI yang memiliki relevansi dengan Alquran yang pembelajarannya dititipkan pada pembelajaran Alquran. Sinergi antara mapel PAI dan Alquran tentu sesuai mengingat dalam materi PAI memuat beberapa rumpun, yaitu Alquran, Fikih, Akidah Akhlak, dan Sejarah Peradaban Islam. Metode yang digunakan dalam pembelajaran Alquran adalah Metode Qiroati Ummi. -- Bahasa Arab Pembelajaran Bahasa Arab di SMPIT Al-Uswah memperoleh porsi sebanyak 2 JP per minggu. Salah satu pengajar yang dipercaya mengampu Bahasa Arab adalah Ustazah Nurul Makrifah, yang merupakan alumni dari Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Meski bukan merupakan rumpun PAI, namun mata pelajaran Bahasa Arab sedikit banyak berperan pada penguasaan materi PAI, khususnya pada materi-materi yang berkaitan dengan standar kompetensi membaca ayat-ayat Alquran. Hal ini dikarenakan untuk pelajaran Bahasa Arab memiliki ruang lingkup istima’ (mendengar), muthala’ah (membaca), muhadatsah (berbicara), dan kitabah (menulis).

43 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

-- BPI Bina Pribadi Islami (BPI) merupakan muatan kurikulum khas dari JSIT. Meskipun materi yang diacu dalam Buku Ar-Rasyad mencakup ruang lingkup Alquran, Fikih, Akidah, Akhlak, Sirah, dan Keterampilan, namun pembelajaran BPI lebih menekankan pada pembentukan akhlak siswa. Pembelajaran BPI ini diampu oleh beberapa orang guru, dimana model pembelajaran dilakukan secara berkelompok. 2. Keterpaduan PAI dengan Budaya Sekolah dan Pembiasaan Diri Relevansi materi PAI dengan budaya sekolah dapat dilihat dari butir-butir budaya sekolah SMPIT Al-Uswah. Budaya sekolah yang dikembangkan di SMPIT Al-Uswah sebagai berikut: -- Belajar mengajar adalah ibadah. -- Menjaga ibadah fardhu dan membiasakan diri menjalankan iba- dah sunnah. -- Meningkatkan pemahaman Islam melalui pembimbing yang alim. -- Menerapkan sikap percaya diri dan rendah hati secara propor- sional. -- Membina hubungan yang ramah dan pelayanan terbaik dengan setiap orang. -- Membangun komunikasi efektif dan pendengar yang baik. -- Meningkatkan kapasitas diri untuk mengembangkan keilmuan dan kepemimpinan. -- Mampu mengendalikan diri dan mengatasi rasa cemas. Butir-butir yang dirumuskan dalam budaya sekolah di atas terimplementasi dalam ragam kegiatan pembiasaan diri. Kegiatan pembiasaan diri yang relevan dengan muatan PAI dapat digambarkan pada deskirpsi berikut.

44 Umi Muzayanah

Pertama, kegiatan penyambutan siswa di depan gedung sekolah. Penyambutan siswa dilakukan oleh beberapa ustaz dan ustazah yang bertugas berdasarkan jadwal. Siswa putri menyalami dan berjabat tangan kepada ustazah dan siswa putra menyalami dan berjabat tangan dengan ustaz. Kegiatan penyambutan ini rutin dilaksanakan setiap hari. Kedua, kegiatan bina kelas yang dilakukan secara klasikal dan komunal. Bina kelas klasikal dilakukan di ruang kelas masing-masing dengan dibimbing oleh wali kelas yang memang berkantor di dalam kelas. Rangkaian kegiatan bina kelas diawali dengan tilawah bersama sesuai dengan capaian kelas masing-masing. Selanjutnya dilakukan salat duha dan diakhiri dengan pemberian pengantar atau penguatan dan motivasi oleh wali kelas sebelum pembelajaran jam pertama dimulai. Sementara bina kelas yang bersifat komunal dilakukan secara berjenjang, yaitu kelas VII, VII, dan IX pada hari yang berbeda. Pelaksanaan bina kelas komunal ini didampingi oleh wali kelas masing-masing, dan bertempat di musala. Kegiatan ini diawali dengan salat duha, kemudian tilawah dan pemberian motivasi oleh salah satu ustaz/ustazah. Ketiga, kegiatan amal yaumi, merupakan kontrol kegiatan ibadah harian siswa, baik di sekolah maupun di rumah. Kontrol amal yaumi ini berupa lembar checklist yang diisi oleh siswa, yang mencakup: a) jamaah salat maghrib, b) jamaah salat isya, c) jamaah salat subuh, d) jamaah salat zuhur, e) jamaah salat asar, f) infak, g) qiyamul lail, h) tilawah, i) salat duha, j) bersih kamar. Hasil checklist ini akan direkap pada setiap bulan, dengan target pencapaian bulanan adalah 100%. Contoh laporan amal yaumi dapat dilihat pada gambar berikut.

45 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

Gambar 1. Laporan Amal Yaumi Bulanan

Sumber: Dokumentasi Peneliti Keempat, kegiatan salat zuhur dan asar berjamaah, yang diselenggarakan di musala. Pelaksanaan salat berjamaah dilakukan secara terpisah antara putra dan putri. Karena keterbatasan sarana dan hanya ada satu ruang musala, maka salat berjamaah bergantian putra dan putri. Dari sisi waktu, salat berjamaah yang dilakukan secara bergantian kurang efisien karena siswa putri harus menunggu giliran di serambi musala sehingga cukup banyak waktu yang terbuang. Sementara jamaah siswa putra tidak bisa optimal melakukan rangkaian salat jamaah, yang mencakup kegiatan salat sunat, salat zuhur berjamaah, doa, tilawah bersama, dan pemberian motivasi oleh siswa. Terbatasnya waktu menyebabkan tilawah atau bacaan Alquran hanya satu atau dua surat saja. Selain empat kegiatan di atas, terdapat beberapa butir tata tertib yang diberlakukan di SMPIT Al-Uswah yang relevan dengan PAI. Pertama, ketentuan seragam hari Jumat untuk siswa putra menggunakan baju koko dan siswa putri menggunakan baju gamis muslimah syar’i. Kedua, seragam putri panjang rok sampai mata kaki tidak ketat, ujung jilbab dipanjangkan siku tertutupi jilbab sehingga jilbab menutup bagian dada. Ketiga, rambut siswa putri tertutup oleh jilbab

46 Umi Muzayanah dan rapi sehingga tidak kelihatan atau keluar dari jilbab. Keempat, jadwal pagi tilawah bersama dan salat duha, zikir pagi dan doa. Jadwal sore salat asar berjamaah dan doa. Varian Ekstrakurikuler yang Relevan dengan PAI Kegiatan ekstrakurikuler di SMPIT Al-Uswah bervariasi, yang terdiri dari ekstrakurikuler wajib dan pilihan. Kegiatan ekstrakurikuler SMPIT Al-Uswah yang wajib diikuti oleh siswa adalah pramuka, bela diri tapak suci, leadership, public speaking, dan berenang. Jika dikaitkan dengan PAI, ada beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang memiliki unsur keterpaduan. Pertama, leadership, untuk membentuk siswa memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan dapat meneladani kepemimpinan Rasulullah. Kedua, public speaking, melatih siswa untuk memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik dan berani tampil di muka umum. Kemampuan ini tentu sangat dibutuhkan sebagai bekal siswa menjadi pendakwah Islam yang berkualitas. Ketiga, qori/qoriah dan tahfizh Alquran, mendidik siswa sebagai generasi Qurani, yang mampu membaca, menghafal, dan memahami isi Alquran dengan baik. Pengembangan Afeksi melalui Kurikulum Terpadu Sekolah Islam terpadu menyelenggarakan pendidikan dengan memadukan nilai ajaran Islam dalam struktur nasional dengan pendekatan yang efektif (https://jsit- indonesia.com/, 2019). Sekolah Islam terpadu yang tergabung dalam organsiasi JSIT berkomitmen menyelenggarakan pendidikan yang mengimplementasikan konsep pendidikan yang berdasarkan Alquran dan As-Sunah.

47 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

Untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran pada SIT-SIT yang berada di bawahnya, JSIT telah menetapkan standar mutu sekolah Islam terpadu, meliputi konsep SIT, standar kompetensi lulusan, standar isi atau kurikulum, standar pendidikan agama Islam, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar proses, standar pengelolaan, standar pembiayaan, standar kerjasama, standar pembinaan siswa, standar sarana dan prasarana, dan standar penilaian (JSIT Indonesia, 2017). Salah satu model pembelajaran yang menjadi ciri khas SIT adalah adanya keterpaduan antara pendidikan umum dengan pendidikan nilai-nilai agama Islam dalam suatu bangunan kurikulum (Yusrianti, 2016: 171). Bagi SIT yang berada di bawah JSIT, keterpaduan mata pelajaran umum dengan nilai-nilai pendidikan Islam mengacu pada standar isi yang telah dikembangkan oleh JSIT. Salah satu contoh keterpaduan pada mata pelajaran IPA Kelas VII SMP/MTs adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Contoh Standar Isi Mapel IPA yang dikembangkan JSIT

Kompetensi Inti 3 Kompetensi Inti 4 Penambahan Khas/SIT

3.1 Menerapkan 4.1 Konsep pengukuran Mengkaji tafsir Alquran konsep pengukuran berbagai besaran dengan surat Al-Qomar ayat 49 berbagai menggunakan satuan (Sesungguhnya Kami besaran dengan standar (baku). menciptakan segala menggunakan satuan sesuatu menurut standar (baku). ukuran) dan surat Al-Furqon ayat 2 (Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukuran- ukurannya dengan serapi-rapinya).

48 Umi Muzayanah

3.2 4.2 Menyajikan hasil Mengkaji tafsir Alquran Mengklasifikasikan pengklasifikasian makhluk surat Al Israa ayat 70: makhluk hidup dan hidup dan benda di Dan sungguh, “Kami benda berdasarkan lingkungan sekitar telah memuliakan anak karakteristik yang berdasarkan karakteristik cucu Adam, dan Kami diamati. yang diamati. angkut mereka di darat dan di laut, dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” Sumber: JSIT Indonesia, 2017: 84 Muatan nilai-nilai Islam ke dalam seluruh mata pelajaran tentunya bertujuan untuk mengembangkan karakter keislaman siswa, yang biasanya hanya diperoleh melalui pendidikan agama Islam (PAI) saja. Namun di sekolah- sekolah IT, seluruh mata pelajaran dikaitkan dengan nilai- nilai ajaran Islam yang terkandung di dalam Alquran dan As-Sunnah. Hal ini merupakan strategi yang dikembangkan JSIT untuk melakukan proses Islamisasi dalam proses pembelajaran. Konsep keterpaduan semacam ini sudah dilakukan di SMPIT Al-Uswah namun belum berjalan secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih sedikitnya RPP mata pelajaran umum yang secara eksplisit mengaitkan kompetensi inti dengan kurikulum kekhasan SIT. Beberapa guru mengakui karena beban administrasi yang cukup banyak sehingga acap kali guru belum memasukkan nilai- nilai khas SIT pada dokumen RPP sehingga internalisasi nilai-nilai Islam terkadang dilakukan secara spontan. Tidak hanya pada semua mata pelajaran, semua kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai Islam (Yusrianti, 2016: 171). Salah satu strategi

49 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

dan pendekatan yang diterapkan pada SIT yang bernaung di bawah JSIT adalah menerapkan aturan dan norma yang bersendikan nilai-nilai Islam dalam hal berperilaku, bertutur kata, berpakaian, berinteraksi, makan dan minum serta perilaku lainnya di lingkungan sekolah (JSIT Indonesia, 2017: 10). Sebagai sekolah yang bernaung di bawah JSIT, SMPIT Al-Uswah sudah menerapkan strategi tersebut ke dalam kegiatan habituasi atau pembiasaan. Misalnya saja kegiatan salat duha, salat zuhur dan asar berjamaah, implementasi ibadah harian baik di sekolah dan pemantauan ibadah harian di rumah, dan makan siang bersama. Strategi lain yang distandarkan oleh JSIT adalah memberlakukan tata tertib, norma, etika yang dibuat berdasarkan kepada etika dan nilai Islami (akhlak mulia dan kepatutan sosial (JSIT Indonesia, 2017: 11). Dari segi berpakaian misalnya, para siswa dan guru putri diwajibkan untuk mengenakan jilbab yang seluruhnya menutup dada. Untuk menjaga interaksi yang lebih syar’i, pembelajaran di kelas dilakukan secara terpisah antara putra dan putri. Dari paparan di atas sudah cukup jelas bahwa pengembangan afeksi siswa di SMPIT Al-Uswah sebagian besar telah dilakukan melalui pengembangan kurikulum Islam terpadu, meski masih perlu beberapa penyempurnaan. Selain dari strategi-strategi di atas, SMPIT Al-Uswah juga mengembangkan kurikulum pendidikan agama Islam (PAI) dengan menambah muatan Alquran Hadis dan Bahasa Arab. Pembelajaran PAI dan bahasa Arab dilakukan secara klasikal di kelas, sementara pembelajaran Alquran dilakukan secara halaqoh atau berkelompok dengan masing-masing dibimbing

50 Umi Muzayanah oleh satu orang guru. Pembelajaran Alquran menekankan pada tahsin, tilawah, dan tahfizh. Pengembangan kurikulim PAI inipun dilakukan berdasarkan standar Pendidikan Agama Islam yang dikeluarkan oleh JSIT. Penutup Pengembangan afeksi siswa melalui kurikulum Islam terpadu telah dilakukan di SMPIT Al-Uswah Surabaya. Sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah JSIT, SMPIT Al-Uswah telah berupaya untuk memenuhi standar mutu kekhasan sekolah IT, baik melalui kegiatan pembelajaran, habituasi, ekstrakurikuler, dan budaya sekolah. Namun demikian, masih terdapat kekurangan yang masih perlu penyempurnaan, khususnya yang berkaitan dengan dokumen RPP berbasis kekhasan SIT. Kurikulum Islam terpadu yang banyak dikembangkan oleh SIT menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat menengah. Hal ini dikarenakan SIT mampu membuktikan diri melalui kualitas pendidikan yang tidak hanya menekankan pada ranah kognitif saja, melainkan juga menitikberatkan pada kualitas afeksi keislaman siswa. Model pengembangan kurikulum Islam terpadu seyogyanya dapat diadopsi pula oleh sekolah-sekolah Islam non IT agar dapat bersama-sama mengembangkan dan memajukan pendidikan berbasis nilai- nilai Islam.

51 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Kota Surabaya dalam Angka 2018. Budhyati MZ, Arifah. 2012. “Pengaruh Internet terhadap Kenakalan Remaja”. Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III, Yogyakarta 3 November 2012. Halaman 426-434. Chusna, Puji Asmaul. 2017. “Pengaruh Media Gadget pada Perkembangan Karakter Anak”. Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan. Vol. 17 No. 2. Halaman 315- 330. Djaelani, H. Moh. Solikodin. 2013. “Peran Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Masyarakat”. Jurnal Ilmiah WIDYA. Vol. 1 No. 2. Halaman: 100-105. Dokumen Kurikulum SMPIT Al-Uswah. 2018. Fauziah, dkk. 2018. “Parent’s Anxiety Towards Juvenile Deliquency Phenomenon in Bandung Indonesia”. NurseLine Journal. Vol. 3 No. 2. Halaman 52-59. Frimayanti, Ade Imelda. 2015. “Latar Belakang Sosial Berdirinya Lembaga Pendidikan Islam Terpadu di Indonesia”, Al- Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 6. Halaman 27-45. Hasan, Noorhaidi. 2012. “Education, Young Islamists and Integrated Islamic Schools in Indonesia”. Studia Islamika. Vol. 19 No. 1. Halaman 77-111. “Indeks Pembangunan Manusia Priovinsi Jawa Timur Menurut Kabupaten/Kota”. Diakses tanggal 8 Juli 2019 melalui https:// surabayakota.bps.go.id/dynamictable/2018/04/24/27/

52 Umi Muzayanah

indeks-pembangunan-manusia-provinsi-jawa-timur- menurut-kabupaten-kota-2010-2017-metode-baru-.html JSIT Indonesia. 2017. Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu”. Edisi Keempat. Komariah, Kokom St. 2011. “Model Pendidikan Nilai Moral bagi Para Remaja Menurut Perspektif Islam”. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 9 No. 1. Halaman 45-54. “KPAI Terima Pengaduan 4.885 Kasus Anak Selama 2018”. Diakses tanggal 5 Juli 2019 dari https://www.republika. co.id/berita/nasional/umum/19/01/08/pl0dj1428-kpai- terima-pengaduan-4885-kasus-anak-selama-2018. Kurnaengsih. 2015. “Konsep Sekolah Islam Terpadu (Kajian Pengembangan Lembaga Pendidikan di Indonesia)”. Jurnal Risaalah. Vol. 1 No. 1. Halaman 78-84. Magdalena. 2016. Konstruksi Muslim Kaffah dalam Kurikulum Terpadu di Sekolah Islam Terpadu. Disampaikan pada Batusangkar International Conference 15-16 Oktober 2016. “Makna Terpadu pada SIT”. Diakses tanggal 8 Juli 2019 dari https://jsit-indonesia.com/sample-page/makna-terpadu- pada-sit/. Ngafifi, Muhamad. 2014. “Kemajuan Teknologi dan Pola Hidup Manusia dalam Perspektif Sosial Budaya”. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi. Vol. 2 No. 1. Halaman 33-47. “Pesat, Perkembangan Sekolah Islam Terpadu”. Diakses tanggal 8 Juli 2019 dari https://khazanah.republika.co.id/berita/ dunia-islam/islam-nusantara/17/07/15/ot3za2313-pesat- perkembangan-sekolah-islam-terpadu.

53 Pengembangan Afeksi Siswa Melalui Kurikulum Islam Terpadu Pada SMPIT Al-Uswah Surabaya

Sukardi. Akhmad. 2014. “Urgensi Public Relations Bagi Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam”. Al-Munzir. Vol. 7 No. 1. Halaman 20-29. Suyatno. 2015. “Sekolah Dasar Islam Terpadu dalam Konsepsi Kelas Menengah Muslim Indonesia”. ANALISA Journal of Social Science and Religion. Vol. 22 No. 01. Halaman 121-133. Tim LKPA Ar-Rasyad. 2014. Ar-Rasyad: Penuntun Pembinaan Akhlak. Jakarta: Robbani Press. Unayah, Nunung dan Muslim Sabarisman. 2015. “Fenomena Kenakalan Remaja dan Kriminalitas”. Sosio Informa. Vol. 1 No. 2. Halaman 121-140. Widiantono, Doni J dan Ishma Soepriadi. 2009. Menakar Kinerja Kota-kota di Indonesia. Diakses tanggal 8 Juli 2019 melalui http://tataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/ menakar%20kerja%202009.pdf. Yusrianti, Susi. 2016. “Strategi Pembelajaran PAI pada Kelas Awal di SDIT Bunayya Lhokseumawe”. Al-Mabhats. Vol. 1 No. 1. Halaman 168-177. Yusup, Muhammad. 2017. “Eksklusivisme Beragama Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Yogyakarta”. Religi. Vol. 13 No. 1. Halaman 75-96.

54 bh

BIODATA PENULIS BUNGA RAMPAI “PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP ISLAM TERPADU”

Wahab. Lahir di Semarang, 13 Oktober 1958. Jabatan yang disandangnya saat ini adalah Peneliti Ahli Utama pada Balai Litbang Agama Semarang. Studi S1 diselesaikannya pada IAIN Walisongo Semarang, S2 di Universitas Negeri Semarang, dan saat ini sedang menempuh program Doktor di Universitas Negeri Semarang. Diantara karya-karyanya adalah “Pengembangan Perangkat Pembelajaran PKn Berbasis Karakter dengan Model Pembelajaran Kooperatif pada Madrasah Tsanawiyah” diterbitkan oleh CV. Pustaka Rizki Putra Semarang; “Internalisasi Nilai- nilai Karakter Bangsa melalui Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Peserta Didik” diterbitkan oleh CV. Pustaka Rizki Putra Semarang; “Pergeseran Pondok Pesantren Salafiyah” diterbitkan oleh CV. Pustaka Rizki Putra; “Model Manajemen Pendidikan pada SMP IT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang” terbit pada Jurnal SMART Vol. 04 No. 01 Tahun 2018; “Pendidikan Agama Sekolah Luar Biasa pada SDLB-C Kertha Wiweka Kota Denpasar” terbit pada Jurnal Al-Qalam Vol. 23 No. 2 Tahun 2017.

Umi Muzayanah. Lahir di Banyumas tanggal 4 Januari 1978. Jabatan yang melekat padanya saat ini adalah Peneliti Muda pada Balai Litbang Agama Semarang. Studi S1 ia tempuh di Universitas Diponegoro Semarang dan S2 di Universitas Negeri Semarang. Karya yang pernah diterbitkan antara lain: “The Map of SMA/SMK Islamic Education Teachers’ Competencies in Central ” yang diterbitkan oleh Analisa: Journal of Social Science and Religion

335 Pendidikan Agama Islam di SMP Terpadu

Volume 3 Nomor 02 Tahun 2018 (tulisan kolaboratif); “Trend Beragama Remaja Era Milenial: Analisis Perilaku Siswa SMA di Jawa Tengah” terbit pada Jurnal Fikrah Vol. 6 No. 2 Tahun 2018; “Fungsi Komunikasi dalam Trannsmisi Nilai-nilai Keagamaan pada Organisasi Kerohanian Islam (Rohis) di SMA N 1 Purworejo” terbit pada Jurnal Komunika Vol. 12 No. 1 Tahun 2018; “The Role of The Islamic Education Subject and Local Tradition in Strengthening Nationalism of The Border” terbit pada ANALISA Journal of Social Science and Religion, Vol. 2 No. 1 July 2017; “Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Peran Lembaga Agama di Banyumas Jawa Tengah” terbit pada Jurnal SMaRT Vol. 02 No. 02 Desember 2016; “Kualitas Kinerja Pengawas Madrasah dalam Perspektif Guru dan Kepala Madrasah” terbit pada Jurnal Al-Qalam Vol. 22 No. 02 December 2016; “Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Pada Madrasah Ibtidaiah (MI) Keji Ungaran Jawa Tengah” terbit pada Jurnal Penamas Vol. 29 No. 02 September 2016. Selain artikel terbit pada jurnal, beberapa karya ilmiah lainnya terbit dalam prosiding, bunga rampai, dan monograf.

Siti Muawanah. Lahir di Grobogan, 5 Januari 1980. Pendidikan S1 ditempuh di IAIN (sekarang UIN) Walisongo Semarang, sedangkan S2 diselesaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini ia menjadi peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Di antara pikiran yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan adalah “Meaning Revealed: Grebeg Besar in Demak ” terbit di Studia Islamika PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Volume 13 Nomor 3 Tahun 2006; “Budaya Damai di Pesantren: Studi terhadap Al-Islam Gumuk” terbit di Jurnal Harmoni Puslitbang Kehidupan Kementerian Agama RI

336 Biodata Penulis

Volume 12 Nomor 2 Tahun 2013; “Menggali Multikulturalisme di Sekolah (Studi terhadap SMA Katolik Soverdi Badung) dalam Mulyani Mudis Taruna (Ed.) Pendidikan Multikultural di Pulau Dewata.Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2015; “Kejawen Spiritualism: The Actualization Of Moral Values in Paguyuban Suci Hati Kasampurnan in Cilacap, Central Java”, terbit di Jurnal El Harakah: Jurnal Budaya Islam UIN Maulana Malik IbrahimVolume 19 Nomor 2 Tahun 2017; dan “Pemikiran Pendidikan K. H. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”, terbit di Edukasi: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Agama RI Volume 16 No. 1 Tahun 2018. Dua tulisan yang terakhir adalah hasil kerja sama dengan Mustholehudin. Tulisan kolaboratif lain juga dapat ditemukan dalam artikel “The Map of SMA/SMK Islamic Education Teachers’ Competencies in Central Java” yang diterbitkan oleh Analisa: Journal of Social Science and Religion Volume 3 Nomor 02 Tahun 2018. Beberapa tulisannya juga dapat ditemukan dalam beberapa prosiding dan bunga rampai.

A.M. Wibowo. Lahir di Lampung Tengah pada tanggal 25 Desember 1977. Jabatannya sekarang adalah Peneliti Madya pada Balai Litbang Agama Semarang. Pendidikan S1 dan S2 ia tempuh di IAIN Walisongo Semarang. Lima judul karya ilmiah terakhirnya diantaranya adalah “Multikulturalisme Peserta Didik Muslim Di Yogyakarta”, terbit pada Jurnal Edukasi: Jurnal Penelitian Agama dan Keagamaan Volume 16 No 1 2018; “Political View and orientation of the Rohis members Toward The Form of the State”, terbit pada Analisa Journal of Social Science And Religion Vo 2 No 2 Tahun 2017; “Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis

337 Pendidikan Agama Islam di SMP Terpadu

Manuskrip Keagamaan (Analisis Heremeunetik Subyektif terhadap Serat Panitiboyo)”, terbit dalam Jurnal Al Qalam Volume 23 No 2 tahun 2016; “Madrasah Diniyah Di Tengah Kampung PSK”, terbit Jurnal Edukasia Islamika Volume 1 No. 1 Tahun 2016; “Gerakan Majelis tafsir Al Quran (MTA) dalam Konstelasi Kebangsaan Melalui Lembaga Pendidikan” dalam Bunga Rampai Radikalisme dan Kebangsaan Perspektif Pendidikan, diterbitkan CV. Arti Bumi Intaran Yogyakarta Tahun 2016.

Nugroho Eko Atmanto. Lahir di Kulon Progo tanggal 12 Okober 1973. Jabatan saat ini adalah Peneliti Muda pada Balai Litbang Agama Semarang. Studi S1 ditempuh di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S2 di IAIN Walisongo Semarang. Karya yang pernah diterbitkan antara lain: “Relevansi Konsep fajar dan Senja dalam Kitab Al Qanun Al Mas’udi bagi Penetapan Waktu Salat Isya’ dan Subuh” terbit dalam Jurnal Analisa Vol. 19 No. 01 Juni 2012; “Pendidikan Damai Melalui Pendidikan Agama pada Sekolah Menengah Atas di Daerah Pasca Konflik: Studi di SMA St. Fransiskus Asisi Bengkayang dan SMA Shalom Bengkayang” terbit pada Jurnal SMART Vol. 3 Nomor 2 Desember 2017; “Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Kudus” terbit pada Prosiding Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Vo. 3 No. 1 Tahun 2016; “Transmisi Ideologi dan Pemikiran Menuju Cita-Cita Syariah dan Khilafah (Studi Kasus Hizbut Tahrir Indonesia DPD Kota Malang)” terbit dalam Bunga Rampai Radikalisme dan Kebangsaan Kelompok Keagamaan (Perspektif Pendidikan) Tahun 2016; “Implementasi Matlak Wilayatul Hukmi dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah (Perspektif dan Muhammadiyah)” terbit dalam jurnal Elfalaky Vol. 1 No. 1 Tahun 2017.

338 Biodata Penulis

Ahmad Muntakhib. Lahir di Demak tanggal 12 Juli 1978. Jabatan yang disandang saat ini adalah Peneliti Pertama pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Ia menyelesaikan Pendidikan S1 di Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dan S2 di Pascasarjana UIN Walisongo Semarang. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan program doktoral pada institusi yang sama. Karya yang pernah diterbitkan berjudul Model manajemen Madrasah Ibtidaiyyah Yusuf Abdus Sattar Lombok barat dalam bunga rampai Tiga Pilar manajemen menuju Madarasah Ideal, Urgensi pendidikan Karakter dalam Kitab al-Arbain al-nawawiyyah dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia, Kesiapan Madrasah Aliyah dalam menghadapi akreditasi di Jawa tengah, dan Pendidikan agama pada Pendidikan Anak Usia Dini.

Dandung Budi Yuwono. Lahir di Pekalongan tanggal 14 November 1961. Jabatan yang melekat padanya saat ini adalah Peneliti Ahli Madya pada LPPM UIN . Studi S1 ia tempuh di Fakultas Ekonomi UNS, dan S2 di Antropologi Budaya FIB UGM. Karya yang pernah diterbitkan antara lain: “Budaya Seks di Balik Jeruji” penerbit Kurnia Kalam Semesta (2018); “Konstruksi Sosial Atas Warisan Budaya Sunan Kudus” terbit pada Jurnal SMaRT Volume 03 Nomor 1, Juni 2017; “Kontroversi Pemikiran Teks Keagamaan Kiai Abdul Mu’thi, Pondok Pesantren An- Najah, Magelang” terbit pada Jurnal Panangkaran Nomor 2, Juli- Desember 2017; “Memaknai Tradisi Istighosah Pasca Perusakan Makam Ndoro Purbo di Yogyakarta” terbit pada Analisa Journal of Social Science and Religion Volume 22 Nomor 02 Desember 2015; “Reproduksi Multikulturalisme di Tengah Pluralitas Masyarakat

339 Pendidikan Agama Islam di SMP Terpadu

Batak” terbit pada Harmoni Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 17 No. 2 Juli - Desember 2018.

Muh. Isnanto. Lahir di Boyolali pada tanggal 4 Juli 1967 adalah Peneliti Madya pada Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Gelar sarjana (S1) didapat dari Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (1992). Gelar Magister (S2) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) Program Studi Sosiologi UGM Yogyakarta (2004). Aktivitas lainnya di UIN Sunan Kalijaga adalah sebagai Dewan Penyunting “Musawa” Jurnal Studi Gender dan Islam (2015-sekarang), Redaktur Pelaksana Jurnal “Panangkaran” LPPM UIN Sunan Kalijaga (2017-sekarang), Pengelola PPGHA UIN Sunan Kalijaga (2015- sekarang), Kalijaga Institute for Justice (KIJ) UIN Sunan Kalijaga (2014-sekarang). Artikel yang pernah diterbitkan diantaranya adalah “Pemetaan Tema Penelitian pada Lembaga UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 1991-2012”, terbita pada Jurnal “Smart” Volume 03 No. 1, Juni 2017; “Indeks Keterbacaan Buku Aqidah Akhlak Kelas XI di Madrasah Aliyah Kabupaten Bantul Yogyakarta”, terbit pada Jurnal “Panangkaran” Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2017; “Gagasan dan Pemikiran Muhammadiyah tentang Kaderisasi Ulama (Studi Kasus tentang Ulama di Muhammadiyah)”, diterbitkan oleh Jurnal Aplikasia Volume 17, No. 2. Juli-Desember 2017; “Hakim Perempuan Sebagai Keniscayaan Dalam Penegakkan HAM”, Book Review di Jurnal Musawa Pusat Studi Wanita UIN Sunan Kalijaga Vol.14,No.2, Juli 2015; ”Harmonisasi Kurikulum: Literatur Klasik Dan Modern” (Studi tentang Pergeseran Literatur Di Pesantern Nurul Umah Yogyakarta) dalam Proseding, ISSN 2354-662X. Kemudian karya dalam bentuk buku diantaranya adalah “Jawara:

340 Biodata Penulis

Premodialisme dan Realitas Kekinian”, Yogyakarta, PT Kalam Kurnia Semesta, 2018, Buku ”Modul Mediasi Sengketa Keluarga”, Yogyakarta, PSW UIN Suka Tahun 2013. ISBN No. 978-602-1508- 25-1, “Menuju Hukum Keluarga Progresif, Responsif Gender, dan Akomodatif Hak Anak”, Yogyakarta: Suka Press-PSW UIN Suka- The Asia Foundation, Tahun 2013. ISBN 978-602-1326-01-5

Aji Sofanudin. Lahir di Tegal, 17 Desember 1978. Saat ini sebagai Senior Researcher pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. Program S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Jurusan PAI lulus Tahun 2002. Program S2 Magister Studi Islam UII Yogyakarta konsentrasi Islamic Research lulus Tahun 2009. Lulusan terbaik Program S3 Manajemen Kependidikan UNNES tahun 2016 dengan IPK 4,0. Disertasinya berjudul “Model Inovasi Pendidikan Berorientasi Mutu pada Madrasah Ibtidayah (Studi pada Madrasah Partnership, Madrasah Berbasis Pesantren, dan Madrasah Model)”. Beberapa tulisan populernya menghiasi media massa: Suara Merdeka dan Tribun Jateng. Berikut ini Karya Tulis Ilmiah (KTI) Aji Sofanudin yang terbit di Jurnal pada Tahun 2019, yaitu: “Kebijakan Kementerian Agama dalam Pelayanan Pendidikan Agama Kelompok Minoritas” terbit pada Jurnal PENAMAS Balai Litbang Agama Jakarta, Volume 32, Nomor 1, Januari - Juni 2019; “Best Practice Implementasi Kurikulum pada Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya”, diterbitkan oleh Jurnal SMART Balai Litbang Agama Semarang, Volume V, Nomor 1, Januari - Juni 2019; “Survey Akhlak Siswa SMA Negeri di Provinsi Jawa Tengah”, terbit pada Jurnal AL-QALAM, Balai Litbang Agama Makassar, Volume 25, Nomor 1 Januari - Juni 2019; “Curriculum Typology of Islamic Religion Education in Integrated Islamic School

341 Pendidikan Agama Islam di SMP Terpadu

(SIT)”, pada Jurnal EDUKASI Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI, Volume 17, Nomor 1 Januari - Juni 2019.

Mukhtaruddin. Lahir di Banyumas tanggal 6 Oktober 1954. Jabatan yang disandangnya pada saat menulis artikel ini adalah Peneliti Madya pada Balai Litbang Agama Semarang. Pendidikan S1 diselesaikan di IAIN Walisongo Semarang. Beberapa karya ilmiah yang sudah diterbitkan diantaranya adalah “Kerukunan Hidup Umat Beragama di Bali”; “Standarisasi Penguasaan Kitab Kuning”; “Kesiapan Madrasah dalam Menghadapi Akreditasi”; “Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Religi Pada Madrasah Tsanawiyah”; “Implementasi Pendidikan Ma’had ‘Aly”; dan “Pendidikan Kesehatan Reproduksi di SMA”. Karya- karya tersebut terbit dalam bentuk prosiding dan bunga rampai.

Zakiyah. Peneliti madya pada Balai Litbang Agama Semarang. Gelar Magisternya diperoleh dari dua perguruan tinggi, yaitu dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2006) dan the University of Queensland Australia (2014). Beberapa karya tulis ilmiah yang telah diterbitkan, antara lain: “Pendidikan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa: Pemenuhan Hak Siswa Penghayat di Sekolah (Jurnal Penamas, 2018); “Manuscripts in Sumenep Madura: the Legacy of Pesantren and its Ulama” (Jurnal Heritage of Nusantara, 2017); “Indeks Kualitas Pelayanan Pernikahan oleh KUA di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah” (Jurnal Al Qalam, 2017); “Cendekiawan Muslim dan Wacana Konflik Etnis di Kalimantan Barat” (Jurnal Panangkaran, 2017); “Mamacan di Desa Bayan Lombok Utara: Menjaga Tradisi Lokal dan Diseminasi

342 Biodata Penulis

Ajaran Islam” dalam buku: “Islam Kontemporer di Indonesia dan Australia” (diterbitkan oleh Australian Embassy Jakarta, Australia Global Alumni, PPIM UIN Jakarta, dan UIN FISIP. 2017); “Dewi Maleka; the Javanese Islam Manuscript” (Indonesian Journal of Islam and Muslim Society, 2016). “The Chronicle of Terrorism and Islamic Militancy in Indonesia” (Analisa Journal of Social Science and Religion, 2016); “Female Leadership in Indonesian Pesantren (Jurnal Penamas, 2016).

343