Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980

KEANEKARAGAMAN SIPUT (ORDO ARCHAEOGASTROPODA) DI ZONA EULITORAL PULAU SEMBILAN, KABUPATEN KOTABARU

Diversity of Snails (Archaeogastropod Order) at Eulittorale Zone of Pulau Sembilan, Kotabaru Regency

Hery Fajeriadi *, Muhammad Zaini, Dharmono Program Studi Magister Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry. 70123. Banjarmasin, Indonesia *Surel: [email protected]

Abstract There was no data on archaeogastropod snails at eulittoral zone of Pulau Sembilan, Kotabaru Regency. The aim of the research was to identify the snails inhabiting at the area mentioned above. Snails were collected from 20 plots and each plot was 1 m2. Data was analyszed to obtain the indekx diversity of Shannon-Wienner. Each snail was described qualitatively. There were 12 species of snails (519 individuals). The biodiversity index was 2,27 and was categorized moderate.

Keywords: Archaeogastropoda, biodiversity, eulittorale, index, snail

1. PENDAHULUAN pasang dan kering saat surut. Salah satu satwa yang ditemukan di zona eulitoral adalah , Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar atau lebih dikenal sebagai siput oleh masyarakat setelah Brazil. Keanekaragaman hayati tersebar luar luas. di daratan, dari kawasan pegunungan hingga pesisir Kedekatan masyarakat Pulau Sembilan pantai, dan di perairan baik perairan tawar dan dengan siput ialah dalam segi pemanfaatannya. perairan asin, dari perairan dangkal hingga perairan Masyarakat pulau ini memanfaatkan siput sebagai dalam. Menurut Tuheteru et al., (2014) salah satu lauk pengganti ikan pada saat sulit ikan. Selain itu, kelas satwa penting bagi perairan yang tersebar siput juga menjadi umpan mancing bagi nelayan luas dengan jumlah spesies besar adalah setempat. gastropoda. Siput di kawasan pesisir Pulau Sembilan Gastropoda merupakan kelas tersebar dari beragam, namun tidak ada data ilmiah terkait filum yang merupakan filum terbesar dengan nama spesies siput-siput itu. Penelitian kedua setelah arthropoda dalam invertebrata. dilakukan untuk untuk mengidentifikasi spesies dan Gastropoda merupakan hewan bertumbuh lunak, mengukur keanekaragaman siput ordo sebagian memiliki satu cangkang (univalvia) dan Archaeogastropoda di kawasan itu. Hasilnya dapat sebagian kecil tidak memiliki cangkang (siput digunakan sebagai sumber informasi pengelolaan telanjang). Gastropoda memiliki beberapa ordo, bagi masyarakat minimal melestarikannya sebagai salah satunya Archaeogastropoda. Ordo ini pengganti lauk saat musim sulit ikan. merupaan ordo terbesar dan penyebarannya lebih luas diantara ordo lain dalam kelas gastropoda. 2. METODE Kecamatan Pulau Sembilan Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu kawasan kaya Sampel diambil dari 20 plot yang setiap plotnya sumber daya lingkungan pantai di provinsi berukuran 1 m2 pada area sepanjang 100 m di zona Kalimantan Selatan (Badan Pusat Statistik eulitoral. Titik sampel ditentukan berdasarkan Kabupaten Kotabaru, 2016). Kecamatan Pulau kehadiran spesimen. Jika siput hadir, sampel siput Sembilan merupakan ekosistem pulau-pulau kecil, diambil dan dihitung jumlahnya. Spesimen siput aktivitas utama terjadi di kawasan pesisir, baik diidentifikasi berdasarkan pada panduan identifikasi manusia maupun satwanya. Kawasan pesisir terbagi dari Kusnadi et al. (2008), Quintero-Galvis & Castro menjadi beberapa zona, salah satunya zona (2013), Reid et al. (2004), eulitoral. Menurut Goltenboth et al., (2012) zona http://www.marinespecies.org/, dan eulitoral adalah zona antara, artinya terendam saat http://www.conchology.be/. Keanekaragamannya

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 150 Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980 dihitung sehingga diperoleh indeks Shannon- Aspek fisika yang dapat mempengaruhi Wienner. keberadaan gastropoda adalah suhu perairan. Berdasarkan hasil pengukuran parameter H’ = - Σ Pi ln Pi lingkungan, zona eulitoral Pulau Sembilan Kotabaru Pi = ni/N memiliki suhu yang berkisar antara 28-32oC. Keterangan: Menurut Febrita et al., (2015); Romdhani et al., ni = jumlah individu suatu spesies (2016) suhu dengan kisaran 25-32oC masih N = jumlah individu semua spesies Ln = logaritma natural tergolong normal bagi kehidupan gastropoda di perairan. Namun suhu tersebut sedikit lebih panas Tabel 1 Kategori indeks keanekaragaman jika dilihat berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang H’ Kategori indeks keanekaragaman Baku Mutu Air Laut bahwa suhu optimum biota laut > 3 Tinggi berkisar antara 28-30oC. Tuheteru et al., (2014) 1 ≤ n ≤ 3 Sedang menambahkan bahwa gastropoda tidak melakukan < 1 Rendah aktivitas makan pada saat air surut, hal ini bertujuan Sumber: Fachrul (2012) untuk menghindari interaksi langsung dengan perubahan temperatur dan parameter lingkungan Data parameter lingkungan diukur sebagai lain akibat pasang surut. pelengkap untuk menggambarkan kondisi Aspek fisika lain yang berpengaruh terhadap lingkungan, dan untuk membandingkannya dengan gastropoda ialah tekstur sedimen. Tekstur dasar parameter lingkungan optimum bagi jenis siput yang sedimen zona eulitoral Pulau Sembilan Kotabaru ditemukan. Parameter lingkungan diukur pada waktu terbagi menjadi sedimen pasir (78,71 %), debu (1,86 pagi, siang, dan malam untuk mewakili perubahan %), dan liat (19,43 %). Gastropoda di zona eulitoral lingkungan selama satu hari. Pulau Sembilan Kotabaru jarang ditemukan di substrat dasar perairan karena unsur liatnya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN tergolong sedikit. Kebanyakan gastropoda lebih 3.1 Indeks Diversitas memilih beraktivitas di batu-batuan, karena permukaan batu yang kasar membuat partikel Berdasarkan hasil observasi, spesies dengan jumlah lumpur mudah menempel. Tipe substrat tidak individu terbanyak adalah fulgurans (81 terlepas dari aspek biologinya dimana substrat yang individu), sedangkan spesies dengan jumlah individu berlumpur mengandung lebih banyak bahan paling sedikit adalah canalifera (5 organik. Menurut Febrita et al., (2015) gastropoda individu), dan jumlah individu seluruh jenis mencapai menyukai substrat dasar berlumpur karena 519 individu. Hasil perhitungan indeks diversitas teksturnya halus daripada substrat lain yang lebih siput ordo archaeogastropoda di kawasan eulitoral kasar. Tuheteru et al. (2014) menyatakan bahwa Pulau Sembilan Kotabaru yaitu H’ = 2,27. Angka substrat dengan ukuran partikel basar dan kasar indeks diversitas di atas menunjukkan bahwa memiliki kandungan bahan organik yang lebih diversitas siput pada kelompok tersebut memiliki sedikit dibandingkan dengan substrat dengan kategori sedang. Kategori indeks diversitas sedang partikel berukuran halus. Menurut Romdhani et al, menunjukkan bahwa kondisi lingkungan pada zona (2016) substrat berlumpur memiliki kandungan eulitoral Pulau Sembilan Kotabaru masih baik bagi organik yang banyak. habitat siput ordo archaeogastropoda. Selain aspek biologi dan fisika, ada aspek Aspek lingkungan biologis, fisika, dan kimia kimia lingkungan. Parameter kimia lingkungan dapat mempengaruhi keberadaan siput di suatu pertama yaitu kadar garam atau salinitas. habitat. Aspek biologis meliputi ketersediaan bahan Pengukuran salinitas didasari oleh adanya pengaruh organik yang menjadi sumber nutrisi bagi pasang surut dan rembesan air tawar ke zona kelangsungan hidup siput. Berdasarkan hasil uji eulitoral terhadap salinitasnya. Berdasarkan hasil laboratorium, sedimen di zona eulitoral Pulau pengukuran, salinitas air laut di zona eulitoral Pulau Sembilan Kotabaru hanya mengandung 0,11 % C- Sembilan Kotabaru berkisar antara 15-18 ppm. organik. Menurut Tuheteru et al. (2014) gastropoda Febrita et al. (2015) menyatakan bahwa salinitas air merupakan herbivora (pemakan tumbuhan) dan laut tidak berpengaruh terhadap kehidupan detritus fadel (pemakan detritus), sehingga gastropoda, karena gastropoda bersifat adaptif dan ketersediaan bahan organik sangat penting bagi toleran terhadap salinitas. kehidupannya. Parameter kimia lingkungan kedua yaitu derajat keasaman atau pH air laut. Derajat

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 151 Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980 keasaman merupakan salah satu parameter 3.2 Nerita fulgurans lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap makhluk hidup. Hasil pengukuran derajat keasaman Cangkang berjumlah satu, berbentuk oval, air laut pada zona eulitoral Pulau Sembilan Kotabaru berstruktur kuat, dan bepermukaan kasar. Panjang berkisar antara 8,1-8,6 atau tergolong basa. Hasil cangkang 2,3 cm; tinggi 1,2 cm; dan lebar 1,7 cm. pengukuran ini menunjukkan pH tersebut masih Arah putaran cangkang ke kiri dan 4 putaran. Mulut tergolong optimum, karena menurut Febrita et al. cangkang bergerigi 25 buah. Operculum berwarna (2015) pH optimum perairan laut berkisar antara 5 < putih kekuningan. Proboscis dengan siphon 0,5 cm. pH < 9. Namun pH tersebut sedikit lebih basa jika Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu 0,5 dibandingkan dengan Keputusan Menteri Negara cm. Tidak memiliki canal siphon. Panjang kaki 1,9 Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di Baku Mutu Air Laut yang menyatakan pH optimum pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang perairan laut bagi biota laut berkisar antara 7-8,5. garis pantai yang mengalami pasang surut. Berdasarkan pembahasan mengenai parameter lingkungan tersebut, dapat dikatakan bahwa parameter lingkungan masih berada pada rentang yang baik bagi kehidupan gastropoda di zona eulitoral Pulau Sembilan Kotabaru sehingga jumlah total individu gastropoda di zona tersebut agak banyak. Meski begitu, sebagian parameter lingkungan sudah mulai sedikit melampaui ambang batas optimum. Jika kondisi lingkungan terus melampaui ambang batas tersebut maka akan menjadi ancaman bagi keberadaan gastropoda.

Tabel 2 Jumlah individu dan indeks keragaman siput Foto: H. Fajeriadi Archaeogastropoda Gambar 1. Nerita fulgurans

Famili Spesies ∑ ind H’ 3.3 Nerita semirugosa Nerita fulgurans 81 0,16 Nerita semirugosa 73 0,14 Cangkang berjumlah satu dengan bentuk oval, Nerita polita 45 0,09 strukturnya kuat, dan permukaannya kasar. Ukuran Nerita insculpta 17 0,03 cangkang yaitu panjang 2,2 cm; tinggi 0,9 cm; dan Nerita plicata 10 0,02 lebar 1,6 cm. Arah putaran cangkang ke kiri Monodonta labio 60 0,12 sebanyak 4 putaran. Mulut cangkang tidak bergerigi. Monodonta canalifera 5 0,01 Memiliki operculum berwarna coklat pada bagian Echinolittorina jamaicensis 83 0,16 tengah, dan putih kekuningan pada bagian Fissurellidae Fissurella nimbosa 55 0,11 Fissurella barbadensis 50 0,10 sampingnya. Proboscis dengan siphon sepanjang Patellinidae Patella Sp 18 0,03 0,4 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, Patella rustica 22 0,04 yaitu 0,4 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki 519 2,27 berukuran panjang 1,8 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang Tabel 3 Data parameter lingkungan kawasan eulitoral mengalami pasang surut.

Hasil Ukur Parameter 3.4 Nerita polita Linnaeus, 1758 Pagi Siang Malam Lingkungan (Satuan) (07:21) (13:58) (21:00) Cangkang berjumlah satu, berbentuk oval, o Suhu ( C) 28 – 29 30 – 32 29 berstruktur kuat, dan berpermukaan licin. Panjang Kadar garam (ppm) 16 15 – 18 16 pH air 8,3 – 8,5 8,1 – 8,6 8,2 – 8,5 cangkang 1,7 cm; tinggi 1,3 cm; dan lebar 1,5 cm. Substrat pasir (%) 78,71 Arah putaran cangkang ke kiri 2 putaran. Mulut Substrat debu (%) 1,86 cangkang tak-bergerigi. Operculum berwarna coklat Substrat liat (%) 19,43 keemasan, dan pada bagian tengah aca corak C-org (%) 0,11 kehitaman. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,3 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 152 Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980

0,3 cm. Tidak memiliki canal siphon. Panjang kaki cangkang yaitu panjang 1,2 cm; tinggi 0,7 cm; dan 0,9 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di lebar 0,9 cm. Arah putaran cangkang ke kiri pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang sebanyak 2 putaran. Mulut cangkang bergerigi garis pantai yang mengalami pasang surut. sebanyak 4 buah. Memiliki operculum berwarna kuning terang pada bagian tengah, dan berangsur memutih ke arah samping. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,3 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu 0,3 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang 0,9 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang mengalami pasang surut, dan ada pula di padang lamun.

Foto: H. Fajeriadi Gambar 2. Nerita semirugosa

Foto: H. Fajeriadi Gambar 4. Nerita insculpta Recluz, 1841

Foto: H. Fajeriadi Gambar 3 Nerita polita Linnaeus, 1758

3.5 Nerita insculpta Recluz, 1841

Cangkang berjumlah satu dengan bentuk oval, strukturnya kuat, dan permukaannya licin. Ukuran cangkang yaitu panjang 1,2 cm; tinggi 0,7 cm; dan Foto: H. Fajeriadi lebar 0,9 cm. Arah putaran cangkang ke kiri Gambar 5. Nerita plicata Linnaeus, 1758 sebanyak 3 putaran. Mulut cangkang bergerigi sebanyak 3 buah. Memiliki operculum berwarna 3.7 Monodonta labio coklat gelap pada bagian tengah, dan coklat muda pada bagian tepinya. Proboscis dengan siphon Cangkang berjumlah satu dengan bentuk oval, sepanjang 0,3 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang strukturnya kuat, dan permukaannya kasar. Ukuran cangkang, yaitu 0,3 cm. Tidak memiliki canal siphon. cangkang yaitu panjang 3 cm; tinggi 2,1 cm; dan Kaki berukuran panjang 0,9 cm, tidak memiliki lebar 2,5 cm. Arah putaran cangkang ke kiri bysus. Biasanya ditemukan di pesisir pantai, sebanyak 4 putaran. Mulut cangkang bergelombang menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang sebanyak 11 buah. Memiliki operculum berwarna mengalami pasang surut. coklat keemasan. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,7 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang 3.6 Nerita plicata Linnaeus, 1758 cangkang, yaitu 0,7 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang 2,3 cm, tidak memiliki Cangkang berjumlah satu dengan bentuk oval, bysus. Biasanya ditemukan di pesisir pantai, strukturnya kuat, dan permukaannya kasar. Ukuran

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 153 Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980 menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang lebar 0,6 cm. Arah putaran cangkang ke kiri mengalami pasang surut. sebanyak 4 putaran. Mulut cangkang tidak bergerigi. Memiliki operculum berwarna coklat kehitaman. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,1 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu 0,1 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang 0,7 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang mengalami pasang surut.

Foto: H. Fajeriadi Gambar 6. Monodonta labio

3.8 Monodonta canalifera

Cangkang berjumlah satu dengan bentuk oval, strukturnya kuat, dan permukaannya kasar. Ukuran Foto: H. Fajeriadi cangkang yaitu panjang 3,3 cm; tinggi 2,7 cm; dan Gambar 8. Echinolittorina jamaicensis C.B. Adams, 1850 lebar 2,5 cm. Arah putaran cangkang ke kiri sebanyak 4 putaran. Mulut cangkang bergerigi 3.10 Fissurella nimbosa Linnaeus, 1758 sebanyak 11 buah. Memiliki operculum berwarna hitam kehijauan. Proboscis dengan siphon Cangkang berjumlah satu dengan bentuk pipih, sepanjang 0,6 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang strukturnya rapuh, dan permukaannya kasar. cangkang, yaitu 0,6 cm. Tidak memiliki canal siphon. Ukuran cangkang yaitu panjang 3,3 cm; tinggi 1,1 Kaki berukuran panjang 2,8 cm, tidak memiliki cm; dan lebar 2,6 cm. Tidak ada putaran cangkang. bysus. Biasanya ditemukan di pesisir pantai, Mulut cangkang tidak bergerigi. Tidak memiliki menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang operculum. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,2 mengalami pasang surut. cm. Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu

0,2 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang 2,1 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di dasar laut pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang mengalami pasang surut

3.11 Fissurella barbadensis

Cangkang berjumlah satu dengan bentuk pipih, strukturnya rapuh, dan permukaannya kasar dengan tonjolan berbentuk garis lurus dari tengah dorsal menuju tepi cangkang. Ukuran cangkang yaitu

Foto: H. Fajeriadi panjang 1,4 cm; tinggi 0,9 cm; dan lebar 1,1 cm. Gambar 7. Monodonta canalifera Tidak ada putaran cangkang. Mulut cangkang bergerigi sebanyak 23 buah. Tidak memiliki 3.9 Echinolittorina jamaicensis C.B. Adams, operculum. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,1 1850 cm. Ukuran siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu 0,1 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang 1,1 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya Cangkang berjumlah satu dengan bentuk oval, ditemukan di dasar laut pesisir pantai, menempel strukturnya rapuh, dan permukaannya licin. Ukuran pada batu di sepanjang garis pantai yang cangkang yaitu panjang 0,8 cm; tinggi 0,6 cm; dan mengalami pasang surut.

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 154 Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980

dasar laut pesisir pantai, menempel pada batu di sepanjang garis pantai yang mengalami pasang surut.

Foto: H. Fajeriadi Gambar 9 Fissurella nimbosa Linnaeus, 1758

Foto: H. Fajeriadi Gambar 11. Patella sp.

Foto: H. Fajeriadi Gambar 10 Fissurella barbadensis

3.12 Patella sp.

Cangkang berjumlah satu dengan bentuk pipih, Foto: H. Fajeriadi strukturnya kuat, dan permukaannya kasar. Ukuran Gambar 12. Patella rustica cangkang yaitu panjang 1,8 cm; tinggi 0,9 cm; dan lebar 1,4 cm. Tidak ada putaran cangkang. Mulut 4. SIMPULAN cangkang tidak bergerigi. Tidak memiliki operculum. Proboscis dengan siphon sepanjang 0,2 cm. Ukuran Total sampel 519 individu siput Ordo siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu 0,2 cm. Archaeogastropoda yang dikoleksi di zona eulitoral Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang Pulau Sembilan Kotabaru terdiri atas 12 spesies. 1,2 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di Indeks diversitas siput itu 2,27. Indeks itu dasar laut pesisir pantai, menempel pada batu di menunjukkan diversitasnya sedang atau kondisi sepanjang garis pantai yang mengalami pasang zona tersebut masih baik bagi habitat siput ordo surut. archaeogastropoda. Nerita fulgurans menjadi spesies mayoritas (81 individu) dan Monodonta 3.13 Patella rustica canalifera spesies minoritas (5 individu).

Cangkang berjumlah satu dengan bentuk pipih, 5. UCAPAN TERIMA KASIH strukturnya kuat, dan permukaannya kasar. Ukuran cangkang yaitu panjang 3,8 cm; tinggi 1 cm; dan Penulis utama menyampaikan terima kasih kepada lebar 3,3 cm. Tidak ada putaran cangkang. Mulut kedua orangtua, rekan-rekan kuliah, dan cangkang tidak bergerigi. Tidak memiliki operculum. masyarakat Pulau Sembilan Kotabaru yang Proboscis dengan siphon sepanjang 0,2 cm. Ukuran membantu kegiatan penelitian. siphon tidak sepanjang cangkang, yaitu 0,2 cm. Tidak memiliki canal siphon. Kaki berukuran panjang 2,6 cm, tidak memiliki bysus. Biasanya ditemukan di

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 155 Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611 Volume 3 Nomor 1 Halaman 150-156 April 2018 e-ISSN 2623-1980

6. DAFTAR PUSTAKA Quintero-Galvis J, Castro LR. 2013. molecular phylogeny of the Neritidae (Gastropoda: ) based Badan Pusat Statistik Kabupaten Kotabaru. 2016. on the mitochondrial genes cytochrome oxidase I Kabupaten Kotabaru dalam Angka. BPS (Coi) and 16s rRNA. Acta biol. Colomb., 18(2), 307- Kabupaten Kotabaru. 318. Fachrul MF. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Reid DG, Williams ST. 2004. The subfamily Littorininae Aksara, Jakarta. (Gastropoda: Littorinidae) in the temperate Febrita E, Darmawati, Astuti J. 2015. Keanekaragaman Southern Hemisphere: the genera Nodilittorina, Gastropoda dan Bivalvia hutan mangrove sebagai Austrolittorina and Afrolittorina. Records of the media pembelajaran pada konsep Australian Museum, 56(1), 75–122. keanekaragaman hayati Kelas X SMA. Jurnal Romdhani AM, Sukarsono, Susetyarini RE. 2016. Biogenesis, 11(2,:119-128. Keanekaragaman Gastropoda hutan mangrove Goltenboth F, Timotius KH, Milan PP, Margraf J. 2012. Desa Baban Kecamatan Gapura Kabupaten Ekologi Asia Tenggara: Kepulauan Indonesia. Sumenep sebagai sumber belajar biologi. Jurnal Salemba Teknika, Jakarta. Pendidikan Biologi Indonesia, 161-167. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tuheteru M, Notosoedarmo S, Martosupono M. 2014. Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Jakarta Distribusi Gastropoda di ekosistem mangrove. 2004. Prosiding Seminar Nasional Raja Ampat, A.151– Kusnadi A, Hernawan UE, & Triandiza T. 2008. Moluska A.156. Padang Lamun Kepulauan Kei Kecil. LIPI Press, Website: http://www.conchology.be/. Jakarta. Website: http://www.marinespecies.org/;

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 156