GAMBARAN HARGA DIRI SUKU BUGIS DALAM KONSEP SIRI NA
PASSE PADA TRADISI UANG PANNAI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi skripsi persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Disusun oleh : Riosty Dwiyanto.K F.111.15.0067
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG SEMARANG 2020 PERNYATAAN
i
Motto
APAPUN YANG KAMU LAKUKAN DAN KERJAKAN,
PERBUATLAH DENGAN SEGENAP HATI SEPERTI ITU
UNTUK TUHAN DAN BUKAN UNTUK MANUSIA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk,
ORANG TUA TERCINTA.
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasihnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “gambaran harga diri dalam konsep siri na passé pada tradisi uang pannai” dengan baik dan lancar. Penulis menyadari tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih setulusnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga telah
memberi kelancaran dan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Lucia Rini Sugiarti, S.Psi., M.Si., Psikolog, selaku Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Semarang.
3. Agung Santoso Pribadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Dosen Wali yang
telah meluangkan waktunya ditengah kesibukan yang ada dengan sabar
memberikan bimbingan, perhatian, dan saran yang berguna dari awal hingga
akhir sehingga tugas ini dapat terselesaikan dengan baik dan telah menuntun
penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas
Semarang.
4. SK Nawangsih, S.Psi., M.psi., Psikolog selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya yang dengan sangat sabar memberikan
bimbingan dan saran sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan tiada henti, baik dukungan
secara fisik, moral, dan material serta tidak pernah berhenti untuk selalu
mendoakan peneliti dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
vi
6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Semarang, yang telah
membantu memberikan dukungan dalam pembuatan skripsi.
7. Teman-teman fakultas Psikologi angkatan 2015, selaku teman seperjuangan,
terimakasih atas bantuan dan dukungan yang juga tiada henti dalam
pembuatan skripsi ini. Tetap semangat dan jangan pernah menyerah untuk
menjadi yang terbaik.
8. Subjek penelitian, yang merupakan teman-teman peneliti yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.
9. Informan penelitian, yang telah bersedia menjadi informan penelitian dan
bersedia meluangkan waktu untuk dapat di wawancarai.
10. Teman-teman Universitas Semarang di luar Fakultas Psikologi, terimakasih
atas dukungan dan doanya.
Peneliti dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati menyadari bahwa skripsi ini yang kurang jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, peneliti senantiasa mengharapkan dan menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang, Februari 2020
Penulis
vii
GAMBARAN HARGA DIRI SUKU BUGIS DALAM KONSEP SIRI NA PASSE PADA TRADISI UANG PANNAI A DESCRIPTION OF THE BUGIS TRIBAL SELF-ESTEEM IN THE CONCEPT OF SIRI NA PASSE IN THE PANNAI TRADITION
Riosty Dwiyanto.k Fakultas Psikologi Universitas Semarang [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memahami sosial yang terjadi dalam penerapan nilai uang pannai pada masyarakat suku Bugis di Sulawesi selatan. Uang pannai ialah syarat utama dalam melangkah keprosesi perkawinan . maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan uang pannai dalam sistem perkawinan suku Bugis, serta untuk mengetahui penerapan Uang Pannai yang terjadi dalam masyarakat suku bugis tersebut.. Hasil temuan penelitian ini menemukan bahwa gambaran uang pannai dipemahaman kaum remaja suku bugis dianggap sebagai suatu transaksi antara kedua calon keluarga. Pandangan ini tentunya keliru , sebab uang pannai bertujuan untuk mengetahui maksud ketulusan dari pihak laki-laki dan keseriusan pihak laki-laki untuk meminang pasangannya. Karena uang pannai ini adalah sebuah penghargaan untuk wanita, siri na passse berpengaruh untuk tradisi uang pannai karena konsep mengandung berfikir tentang rasa malu atau harga diri siri dan kasih sayang atau keperimanusiaan passé. Harga diri dalam tradisi uang pannai ini akan memunculkan tentang bagaimana perasaan yang luas ketika uang pannai bisa terpenuhi dan dipenuhi.
Kata Kunci : Harga diri, Siri Na Pacce, Uang pannai
Abstract This study aims to understand the social that occurs in the application of the value of pannai money to the Bugis tribe in South Sulawesi. Pannai money is the main requirement in stepping into the marriage process. therefore this study aims to find out how the position of pannai money in the Bugis tribal marriage system, as well as to find out the application of Pannai money that occurs in the Bugis tribe community. transaction between the two prospective families. This view is certainly wrong, because pannai money aims to find out the intentions of the sincerity of the men and the seriousness of the men to woo their partners. Because this pannai money is a tribute to women, siri na passse is influential for the tradition of pannai money because the concept contains thinking about the shame or dignity of siri and the affection or humanity of passé. Self- esteem in the tradition of pannai money will bring up about how broad feelings when pannai money can be fulfilled and fulfilled. Keywords: Self-esteem, Siri Na Pacce, Pannai money DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...... i
HALAMAN PERNYATAAN ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...... iii
MOTTO ...... iv
PESEMBAHAN ...... v
KATA PENGANTAR ...... vi
ABSTRAK ...... viii
DAFTAR ISI ...... ix
DAFTAR TABEL ...... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...... 1
B. Perumusan Masalah ...... 10
C. Tujuan Penelitian ...... 11
D. Manfaat Penelitian ...... 12
1. Secara Teoritis ...... 12
2. Secara Praktis ...... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Harga Diri ...... 13
1. Pengertian harga diri ...... 13
2. Ciri -ciri harga diri ...... 16
3. Faktor yang Memengaruhi Harga Diri ...... 18
B. Siri Na Passe ...... 20
C. Uang pannai ...... 23
D. Kerangka teori pemikiran ...... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kualitatif ...... 25
B. Fokus Penelitian ...... 27
C. Subjek Penelitian ...... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ...... 29
E. Teknik Analisis Data ...... 30
F. Keabsahan data ...... 32
G. Pertanyaan Penelitian ...... 33
BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah Penelitian ...... 36
B. Pra Penelitian ...... 37
C. Pelaksanaan Penelitian ...... 38
D. Identitas dan Latar Belakang Subjek Penelitian ...... 39
1. Subjek penelitian 1 ...... 39
2. Subjek penelitian 2 ...... 41
3. Informan penelitian 1 subjek 1 ...... 42
4. Informan penelitian 2 subjek 1 ...... 43
5. Informan penelitian 1 subjek 2 ...... 43
6. Informan penelitian 2 subjek 2 ...... 44
E. Hasil dan Temuan Penelitian ...... 45
1. Hasil temuan penelitian berdasarkan wawancara ...... 45
a. Hasil temuan wawancara berdasarkan subjek penelitian ..... 46
b. Hasil temuan wawancara berdasarkan informam ...... 51
F. Rangkuman Hasil Wawancara ...... 55
G. Uji Keabsahan Data...... 57 H. Analisis per Tema ...... 62 a. Analisis data subyek 1 berdasarkan tema...... 64 b. Analisis data subyek 2 berdasarkan tema...... 65
I. Pembahasan Umum ...... 67 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ...... 71 1. Gambaran Harga Diri pada Tradisi Uang Pannai ...... 71 B. Saran ...... 72 1. Bagi Subjek Penelitian ...... 72 2. Bagi Peneliti Lain ...... 73
DAFTAR PUSTAKA ...... 74
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Pelaksanaan Penelitian ...... 38
Tabel 2 Gambaran Harga Diri Suku Bugis pada Konsep Siri’na Passe Dalam Tradisi Uang Pannai ...... 46
Tabel 3 Tanggung Jawab ...... 47
Tabel 4 Prestasi Atas Kebanggaan ...... 48
Tabel 5 Menunjukkan Perasaan Emosi ...... 49
Tabel 6 Mampu Mempengaruhi Orang Lain ...... 50
Tabel 7 Deskripsi Gambaran Harga Diri Suku Bugis pada Konsep Siri’na Passe Dalam Tradisi Uang Pannai ...... 51
Tabel 8 Hasil Observasi Penelitian pada Subjek ...... 54
Tabel 9 Rangkuman Hasil Wawancara Gambaran Harga Diri Suku Bugis pada Konsep Siri’na Passe Dalam Tradisi Uang Pannai ...... 55
Tabel 10 Uji Keabsahan Subjek 1 ...... 57
Tabel 11 Uji Keabsahan Subjek 2 ...... 59
Tabel 12 Rangkuman hasil Analisis Per Tema ...... 62
DAFTAR LAMPIRAN
Verbatim Subjek 1 Wawancara 1
Verbatim Subjek 1 Wawancara 2
Verbatim Subjek 2 Wawancara 1
Verbatim Subjek 2 Wawancara 2
Verbatim Informan 1 Subjek 1 Wawancara 1
Verbatim Informan 2 Subjek 1 Wawancara 1
Verbatim Informan 1 Subjek 2 Wawancara 1
Verbatim Informan 2 Subjek 2 Wawancara 1
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karena terdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, bahasa daerah, serta agama yang berbeda- beda. Keanekaragaman terdapat di berbagai wilayah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Indonesia adalah negara yang melahirkan beragam suku bangsa dan dari suku-suku itulah yang membuat adanya ciri khas atau keunikan dari setiap suku yang berada di Indonesia
Dengan keanekaragaman kebudayaannya, Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Menurut Harsojo
(1999: 92). Kebudayaan itu adalah keseluruhan yang kompleks, yang dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, keseniaan, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuaan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Senada dengan Haviland dan soekadijo (1999: 13) bahwa kebudayaan dapat dianggap sebagai kelompok manusia. Pembakuan- pembakuan itu yang berlaku dalam masyarakat kelompok manusia. Pembakuan- pembakuan itu dipelajari dan tidak boleh melalui warisan biologis. Yang disebabkan oleh pembakuan-pembakuan itu menentukan atau setidak-tidaknya merupakan petunjuk untuk perilaku sehari hari anggota masyarakat, maka perilaku manusia itu pertama-tama adalah perilaku kebudayaan. Manifestasi
1
2
kebudayaan dapat berbeda-beda menurut tempatnya tetapi dalam pengertian antropologi tidak ada seseorang yang “lebih berbudaya” ketimbang orang lain.
Menurut Harsojo (1999: 94), pengertian kebudayaan terdapat 7 pokok yaitu a) bahwa kebudayaan terdapat antara umat manusia itu sangat beranekaragam. b) bahwa kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara sosial dengan pelajaran. c) bahwa kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologi, komponen psikologis, komponen sosiologi dari eksestasi manusia. d) bahwa kebudayaan itu terstruktur. e) bahwa kebudayaan itu terbagi dalam beberapa aspek. f) bahwa kebudayaan itu dinamis. g) bahwa nilai dalam kebudayaan itu relatif. Indonesia mempunyai sejumlah gambar kebudayaan yang sangat penting kita ketahui. Bangsa kita sendiri memiliki jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu dipertahankan.
Contoh kekayaan Indonesia yang dimiliki adalah kekayaan suku adat, dari banyaknya suku adat yang ada di Bangsa Indonesia ialah suku Bugis yang bertempat di Provinsi Sulawesi Selatan. Suku Adat Bugis di Sulawesi Selatan yang menempati kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Soppeng, Wajo,
SidenrengRappang, Pinrang, Pole Wali-Mamasa, Enrekang, Luwu, Pare-pare,
Barru, Pangkajene Kepulauan dan Maros yang masih menjalani adat-istiadat dengan kuat. Menurut Koentjaraningrat (1990: 195), bahwa adat-istiadat, norma dan hukum merupakan pedoman yang memberi arah dan orientasi terhadap hidup, bersifat amat umum. Sebaliknya, norma yang berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat khusus, sedangkan perumusannya biasanya amat terperinci, jelas, tegas dan tak meragukan. Hal itu memang harus demikian, sebab kalau 3
terlampau umum dan luas ruang lingkupnya, serta terlampau kabur perumusannya, maka norma tersebut tak dapat mengatur tindakan individu dan membingungkan individu bersangkutan mengenai prosedur serta cara bagaimanakah suatu tindakan itu sebaliknya dilaksanakan.
Salah satu bentuk unik dari suku Adat Bugis adalah perkawinan suku
Bugis dipandang sebagai suatu hal yang sakral, religius dan sangat dihargainya
(Agustar, 2018: 3). Perkawinan adalah suatu pola sosial yang disetujui, dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga. Perkawinan tidak hanya mencakup hak untuk melahirkan dan membesarkan anak, tetapi juga seperangkat kewajiban dan hak istimewa yang mempengaruhi banyak orang (Hurton dan
Hunt, 1987: 270). Bila membicarakan tentang perkawinan adalah suatu hal yang menarik karena akan melahirkan keluarga yang baru dan sebagai tempat yang menghasilkan sebuah keturunan. Menurut Agustar (2018: 3), perkawinan merupakan pertalian hubungan kekeluargaan antara pihak pria dan pihak wanita yang akan membentuk rukun keluarga yang lebih besar. Bagian normal dari pada kehidupan ini, perkawinan adalah ikatan yang paling mesra dari segala perhubungan manusia, perkawinan sangat terikat oleh oleh kehidupan sehingga seyogianyalah bila hal ini menjadi suatu hal yang terpentng dan lebih berarti dari pada segala ikatan hubungan antara manusia dengan Tuhan, hubungan perkawinan adalah bagian yang amat mulia dari pada kehidupan ini sehingga sukses dalam dalam hidup sering tergantung atas sukses dalam perkawinan.
Menurut Husamah (2015: 293) perkawinan adalah ikatan lahir batin antara 4
seorang pria dengan seorang seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.
Perkawinan merupakan salah satu budaya beraturan mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat. Namun, perkawinan di suku Bugis agak sedikit unik karna memiliki tradisi budaya mahar
(uang panai) dalam proses lamaran dan upacara perkawinan. Kita harus mengetahui bahwa mahar (uang panai) disuku Bugis ialah sejumlah uang yang wajib diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak wanita sebagai pemberian ketika akan melangsungkan perkawinan selain mahar. Pemberian uang merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh laki-laki ketika akan melangsungkan perkawinan yang ditentukan setelah adanya proses lamaran
(Agustar, 2018 : 5). Sealur dengan Rahayu dan Yudi (2015: 224), bahwa budaya panai merupakan proses penentuan jumlah uang belanja pesta perkawinan yang berasal dari daerah provinsi sulawesi selatan. Budaya ini dilakukan turun-temurun
Menurut Rahayu dan Yudi (2015: 225), seiring perjalanan waktu, uang panai ini telah menjadi momok tersendiri khususnya kaum muda. Fenomena lain yang munculkan kaum muda memandang bahwa uang panai ini sebagai hasil kesepakatan penentuan harga, sehingga budaya panai ini bersifat transaksional antara pihak pria dan pihak perempuan. bila secara sosial wanita dan dihormati, penghormatan yang dimaksud disini adalah rasa penghargaan yang diberikan oleh pihak calon pria kepada memberikan pesta yang sangat megah untuk pernikahaannya, seperti a) Kunjungan lamaran (madduta) pihak lelaki mengutus beberapa orang terpandang (keluarga atau orang terpayaan) b) Penyerahan uang 5
panai, uang yang harus diserahkan oleh pihak pria untuk keluarga wanita. c)
Mappaiseng dan Mattampa (menyebarkan berita dan menyampaikan undangan) kegiatan ini setelah memberikan uang panai dan telah membahas jadwal acara pernikahan. d) Mappatettong sarampo atau mendirikan bangunan. e) Mappasau botting dan cemme passili (merawat dan memandikan penganting) bentuk permohonan kepada Tuhan. f) Akad nikah. g) Mappanre temme dan mabrasanji atau malam khatam quran dan pembacaan kitab berzanji untuk rasa syukur kepada allah SWT. h) Resepsi atau pesta perkawinan. i) Mengantar pentin, bertujuan mempelai pria kerumah wanita untuk melaksanakan beberapa kegiatan. Dan inilah uang panai sangat diresahkan oleh pihak pria jika ingin melamar kekasihnya karena akan ketakutan jika tidak mampu memenuhi persetujuan dari pihak keluarga perempuan yang disebabkan uang panai terlalu mahal bagi pihak pria, ini juga meresahkan bagi pihak wanita yang selalu berfikir kalau kekasihnya tidak mampu memenuhi syarat yang ditetapkan keluarganya yang disebabkan penentuan harga panai yang sangat tinggi dapat ditentukan dari pendidikan terakhir perempuan, kecantikan, dan golongan kebangsawaan, atau melangkahi kakak pertamanya yang belum menikah, tetapi kemungkinan keluarga perempuan juga bermaksud untuk menguji keseriusan dari pihak pria seberapa seriusnya dia untuk kekasihnya. untuk menggaris menurut (Agustar, 2018: 6) menyatakan bahwa harga perempuan suku bugis yang utama adalah harga diri siri (malu), harga perempuan suku bugis tak tertukar dengan nilai apapun. Karena sisi lain suku Bugis sendiri sangat menjunjung tinggi tentang budaya siri harga diri. 6
Menurut (story, 2018) dalam gambaran uang pannai yang berada disalah satu kota disulawesi selatan menyatakan salah pihak laki-laki yang memberikan uang pannai hingga 1 milliar rupiah, ditambah 1 mobil alpard, rumah dan tanah yang seluas 1 hektar selain itu resepsi pernikahan juga dibilang mewah karena mengundang artis dangdut televisi swasta, semua dilakukan oleh pihak laki-laki sebagai bentuk penghargaan untuk pasangannya. Tetapi dalam penentuan uang pannai yang dibilang besar menyatakan bahwa ini adalah suatu hal yang lumrah karena dari sinilah bisa dilihat niat dan ketulusan pihak laki-laki untuk melamar pasangannya karena tradisi ini juga mengajarkan bahwa cinta adalah suatu hal yang mahal dan tidak sembarangan orang dapat memilikinya maka dari itu uang pannai ini cukup besar penetapannya supaya bisa memacu semangat pihak laki- laki dalam bekerja supaya uang pannai yang ditentukan dapat terpenuhi.
Menurut Syarif dkk (2016: 16) suku bugis meyakini bahwa manusia hanya bisa dipandang sebagai manusia bila ia memiliki harga diri sebagai perwujudan siri. Tanpa siri atau harga diri manusia tidak ada bedanya dengan binatang, dengan demikian siri merupakan kebutuhan dasar dalam memelihara dan mempertahankan harkat dan martabat kemanusiaan. Siri merupakan perwujudan harga diri seorang manusia, maka pantang bagi manusia bugis untuk disinggung rasa harga dirinya (siri’nya). Konsep budaya siri sangat mempengaruhi pola pikir dan sikap suku bugis dalam mengambil keputusan, ada tiga konsep siri atau harga diri yang sangat melekat di suku bugis yaitu a) siri ( harga diri ) dalam sistem budaya, adalah pranata pertahan harga diri ,kesuslilaan dan hukum serta agama sebagai salah satu nilai utama yang mempengaruhi dan 7
mewarnai alam pikiran, perasaan dan kemauan manusia. b) siri (harga diri) dalam sistem sosial, adalah mendimanisasi kesimbangan eksistensi hubungan individu dan masyarakat unutk menjaga keseimbangan kekarabatan. c) siri (harga diri) dalam system keperibadian adalah sebagai perwujudan konkret dalam di dalam akal budi manusia yang menjunjung tinggi kejujuran, keseimbangan untuk menjaga harkat dan martabat manusia. Selain itu siri (harga diri) di suku bugis sangat melekat di martabat keluarga karna meliputi sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar karna pantangannya adalah nyawa, maka suku bugis sangat mengharamkan sesuatu yang berbentuk salah dan sampai sampai membuat malu keluarga, apalagi dalam konteks pernikahan yang biasa disebut annyala yang berarti salah, anyala ada beberapa macam yaitu: silariang, nilariang, erangkale . yang biasa diwujudkan sebagai kawin lari (silariang) yang dilakukan antara kehendak sepasang pria dan wanita yang menimbulkan siri dikeluarganya, kawin lari (silariang) biasanya terjadi karena salah satu pihak keluarga yang tidak setuju antara hubungan asmara kedua pasangan. Seperti mahar atau uang panainya tidak tercukupi, perbedaan strata sosial dikedua pasangan tersebut atau wanita hamil diluar nikah sehingga mengambil jalan pintas yang biasa disebut kawin lari.
Nilariang istilah yang digunakan untuk kawin lari (silariang) hanya kehendak dari pihak lelaki. Erangkale adalah istilah yang digunakan untuk perempuan yang membawa atau menawarkan dirinya pada lelaki.
Konteks siri (harga diri) bisa terbagi atas empat kategori, yaitu (1) Siri’
Ripakasiri’, (2) Siri’ Mappakasiri’siri’, (3) Siri’ Tappela’ Siri , dan (4) Siri’ Mate
Siri’. 1) Siri’ Ripakasiri’ adalah yang berhubungan dengan harga pribadi, serta 8
harga diri dan martabat keluarga. Siri jenis ini adalah siri jenis tabu dan pantang untuk dilanggar karna taruhannya nyawa. Sebagai contoh dalam hal ini adalah membawa lari seorang gadis atau kawin lari (silariang). Maka pelaku kawin lari,baik dari pihak perempuan, dan pihak pria harus dibunuh terutama oleh pihak perempuan (gadis yang dibawah lari) karna telah mempermalukan keluarganya.
2) Siri’ Mappakasiri’siri’ bermakna jika kamu mempunyai harga diri atau malu maka jangan membuat dirimu atau keluargamu malu, makna ini juga bermaksud mencegah seseorang untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum, nilai nilai moral, adat istiadat, agama dan perbuatan yang dapat merugikan manusia dan kemanusiaan itu sendiri. 3) Siri’ Tappela’ Siri artinya rasa harga diri seseorang terusik karena sesuatu hal, semisalnya sesorang mempunyai utang dan telah berjanji akan membayarnya maka si pihak berutang akan berusaha untuk membayar utangnya dengan tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati, jadi masyarakat suku bugis yang masih memegang makna siri ketika berutang tidak perlu ditagih, karena tanpa ditagih sseorang akan datang sendiri untuk membayarnya. 4) Siri’ Mate Siri artinya orang yang sudah tidak mempunyai rasa malu atau iman sedikitpun, masyarakat bugis biasanya menyebut bangkai hidup karna tidak mempunyai harga diri sebagai manusia. Disamping konteks siri atau harga diri yang sangat dijungjung keras oleh masyarakat bugis ada budaya yang melahirkan belas kasihan yaitu budaya pacce/passé
(perikemanusian) passé lahir dari motivasi dari siri yang memelihara rasa kebersamaan dalam kedukaan dan penderitaan setiap anggota masyarakat.
Contohnya, bila seorang anak telah melakukan kawin lari maka akan dihapus 9
didaftar keluarga dan tidak dianggap lagi sebagai anggota keluarga. Namun, ketika orang tua mendengar anaknya hidup sensara dan tidak terurus lagi maka si anakpun diambil kembali, karena malu melihat anaknya menderita. Siri dan pacce mengandung hal positifnya karena menjunjung tinggi nilai kemanusiaan pada diri sendiri dan terhadap sesama
Seperti yang dikatakan oleh subyek S, 23 tahun, bahwa uang pannai adalah syarat utama melamar perempuaan, syarat ini sudah turun-temurun dilakukan oleh Suku Bugis. Patokan uang pannai yang tinggi dilakukan oleh perempuan masih tergolong wajar karna disamping itu maksud uang pannai ini untuk menguji calon pria, seberapa seriusnya subjek untuk melamar kekasihnya
(KB:S1/W1/B: 82-97). Uang pannai bisa ditentukan berdasarkan pendidikan, jenjang karir, dan bangsawan dengan ini nominal dari uang pannai bisa ditentukan
(KB:S1/W1/B: 75-78). Sama dengan subjek G 23 tahun, uang pannai adalah uang yang ditentuakan perempuan untuk laki-lakinya (KB:S2/W1/B: 8-12). Menentukan uang pannai ini dengan cara melihat pandidikan, gelar, golongan bangsawan perempuan (KB:S2/W1/B: 24-25). Penentuan ini untuk kelangsungan hidup pasangan seperti rumah, pesta pernikahan yang mau dilakukan dan lain-lain
(KB:S2/W1/B: 15-17).
Bila dilengkapi maksud uang pannai ini mempunyai dampak positif dan negatif, positifnya ialah untuk resepsi pernikahan berlangsung dan kelangsungan hidup pasangan dimasa depan, bisa juga mencegah pria untuk melakukan tindakan kekerasan yang mengakibatkan bercerainya suatu hubungan. Negatifnya, jika ketetapan dari pihak perempuan terlalu tinggi maka bisa menimbulkan kawin lari 10
(silariang), membuat pria melakukan tindakan kriminal supaya keinginannya bisa terwujud, stress, bunuh diri.
B. Rumusan Masalah
Harga diri pada konteks sosial budaya bugis dalam tradisi uang pannai sangatlah penting karena sesuai alur budaya, Harga diri merupakan suatu sistem nilai sosial-kultural dan kepribadian yang merupakan pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat, dan dapat disimpulkan dalam tradisi uang pannai ini, bahwa pada lamaran dan mahar yang diajukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang lumayan besar maharnya itu adalah sesuatu hal yang lumrah dan sehingga dapat menumbuhkan aktualisasi pihak laki-laki untuk terus berkerja secara maksimal dengan menggunakan potensi potensi yang ada pada dirinya secara maksimal
Namun hasilnya tidak sesuai dengan apa yang terdapat di lapangan, untuk saat ini ada beberapa pihak perempuan meninggikan maharnya untuk pihak laki-laki untuk sekedar dihargai dan dapat dipandang disekitar keluarganya maupun sosialnya, dan ini sudah bertolak belakang dengan tradisi uang pannai yang menetapkan mahar untuk pembuktian keseriusan pihak laki-laki meminang pihak perempuan sehingga bila dipandang budaya ini bersifat tranksasional antara pihak laki-laki dan pihak perempuan dan bisa juga dikatakan bahwa untuk saat ini tradisi uang pannai ini yang terlampau tinggi itu adalah ajang menumbuhkan harga diri, yang otomatis akan dipandang secara sosial derajatnya 11
dan menjadi omongan dikalangan keluarganya, secara tidak langsung, dari segi social, derajat perempuan meningkat. Karena bila anaknya mempunyai gelar pendidikan yang tinggi, mempuyai golongan bangsawan dan mempuyai wajah yang cantik itu akan menjadikan tolak ukur yang sangat penting dalam meninggikan uang maharnya dan jika tidak meninggikan maka derajat socialna akan biasa-biasa saja dan tidak ada pandangan yang berarti dikalangan sekitarnya.
1. Bagaimana gambaran harga siri suku bugis dalam konsep siri na passé
pada tradisi uang pannai?
C. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui latar belakang penelitian, maka penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana gambaran harga diri suku bugis pada konsep siri’ na passe dalam tradisi uang pannai
12
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Memberikan dan memperkenalkan tentang adat budaya Bangsa Indonesia,
khususnya Suku Bugis dalam lingkup psikologi lintas budaya, psikologi
sosial dan psikologi kepribadian.
2. Manfaat Praktis
Memberikan manfaat kepada peneliti selanjutnya untuk informasi tentang
gambaran harga diri suku bugis pada konsep siri na passe dalam tradisi
uang pannai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Harga Diri
1. Pengertian Harga Diri
Menurut Jordan dkk (2017: 1) bahwa harga diri adalah penilaian keseluruhan dari nilai diri seseorang. Ini mencerminkan sebuah kontinum, dengan orang-orang mulai harga diri “rendah” hingga “tinggi”. Seseorang yang memiliki harga diri rendah, dalam kasus-kasus ekstrem, secara aktif tidak menyukai diri seseorang sendiri dan merasa tidak berharga. seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi seperti diri sendiri dan sangat menyakini nilai bawaan seseorang sebagai individu,
Sedangkan Hill dkk (2018: 1) harga diri pada umumnya didefinisikan sebagai evaluasi diri yang sangat efisien yang terjadi secara tidak sengaja dan diluar kesandaran. Dalam hal ini, harga diri implisif, mengacu pada evaluasi diri yang relative otomatis. Namun, tidak jelas apakah harga diri tersirat atau implisif
(sebagaimana diukur secara umum) sebenarnya tidak disadari. Dengan demikian, harga diri implisit telah dikonseptualisasikan sebagai kekuatan asosiasi kognitif antara konsep diri seseorang dan evaluasi positif atau negatif.
Menurut Sarwono dan Meinarno (2015: 57) harga diri yang positif membuat orang dapat mengatasi kecemasan, kesepian, dan penolakan social.
Dalam hal ini, harga diri menjadi alat ukur sosial ( sociometer) untuk melihat
13
14
sejauh mana seseorang merasa diterima dan menyatu dengan lingkungan sosialnya. Dengan demikian, semakin positif harga diri yang dimiliki, semakin menunjukan bahwa seseorang semakin diterima dan menyatu dengan orang-orang disekitarnya.
Menurut Rogers (dalam Jarvis, 2007: 88) harga diri dapat didefinisikan sebagai seberapa besar ssorang menyukai diri sendiri. Rogers meyakini bahwa individu memiliki citra diri dalam pikirannya sekarang sebagai keadaan individu itu sekarang, sekaligus citra diri seseorang yang ideal, yaitu citra diri yang individu inginkan. Jika kedua citra itu kongruen (artinya, sama), individu itu akan mengembangkan harga diri yang baik. Perkembangan kongruen dan harga diri positif pada penghargaan positif bersyarat (unconditional positif regard) dari orang lain berupa penerima, cinta, dan kasih sayang.
Menurut Yosep (2009: 225) Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
Menurut Sarwono (2005: 107) bagi orang dengan harga diri rendah, kehadiran orang lain justru menurunkan prestasi. Akan tetapi, pada orang-orang ini kehadiran orang lain tidak berpengaruh jika individu sedang melakukan tugas- tugas yang sulit (karena hasilnya pasti rendah dan dapat dipahami mengapa rendah). Sebaliknya, orang-orang dengan harga diri tinggi terdorong untuk berpartisipasi sebaik-baiknya adanya orang lain, khususnya pada tugas-tugas yang
15
sulit. Individu ingin menunjukan kepada orang lain kemampuannya yang tinggi itu. Akan tetapi, pada tugas-tugas yang sederhana, justru mengalami pemalasan, karena kalau individu itu berhasil dengan baik pun, kesannya bukan kerena kemampuan individu itu sendiri, melainkan kerena mudahnya tugas. Sedangkan menurut Crocker dan Cornie Wolfie (dalam Myers, 2012: 65) bahwa kita akan memiliki harga yang tinggi jika kita merasa senang dan dominan (penampilan, kepandaian, dan lainnya) yang seseorang anggap penting bagi harga diri individu itu sendiri,”harga diri seseorang mungkin tergantung pada prestasi sekolah dan daya tarik fisik, sedangkan orang yang lain harga dirinya mungkin tergantung pada perasaan dicintai oleh Tuhan dan ketaatan pada norma moral”.
Menurut Myers (2012: 71) menyatakan harga diri adalah keseluruhan rasa akan nilai diri yang individu gunakan untuk menilai sifat dan kemampuan diri sendiri. Konsep diri seseorang ditentukan oleh banyaknya pengaruh, termasuk peran yang individu punyai, perbandingan yang seseorang buat, identitas sosial, bagaimana mengartikan orang yang menilai individu dan pengalaman keberhasilan dan kegagalan seseorang.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diketahui bahwa pengertian harga diri pada konsep siri na passe dalam tradisi uang pannai ini adalah sikap kognitif, emosi, kesuksesan, kemampuan, kompetensi dan perasaan berharga.
16
2. Ciri-ciri Harga Diri
Menurut Clark dkk, (1995: 11-12) ciri- ciri sesorang yang memiliki harga diri tinggi yaitu:
a. Bertindak mandiri
Membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang masalah seperti
pemanfaatan waktu, perkerjaan, pakaian, dan lain-lain danakan mencari
teman dan kesenangan sendiri
b. Menerima tanggung jawab
Bertindak dengan segeradan penuh keyakinan dan kadang-kadang menerima
tanggung jawab untuk tugas atau kebetuhan sehari-hari seperti mencuci
piring, menyapuhalaman, menghiburteman yang sedih tanpa disuruh.
c. Merasa bangga akan prestasinya
Menerima pengakuan terhadap prestasinya yang dicapai dengan gembira dan
bahkan kadang-kadang memuji diri sendiri.
d. Mendekati tantangan baru dengan penuh antusias
Tugas yang belum diketahui, belajar dan melakukan, mengumgkapkan kasih
sayang secara sepontan dan secara umum mengalami berbagai perasaan
emosi tanpa menyadarinya.
e. Menunjukan sederet perasaan dan emosi yang luas
Mampu tertawa, berteriak, menangis, mengungkapkan kasih saying secara
spontan dan secara umum mengalihkan berbagai perasaan emosi tanpa
menyadarinya
17
f. Mentolelir frustasi dengan baik
Mampu menghadapi frustasi dengan berbagai reaksi seperti mentertawakan
diri sendiri berteriak keras-keras dan sebagaimana dan dapat berbicara apa
saja yang membuat frustasi
g. Merasa mampu mempengaruhi orang lain
Merasa percaya diri akan kesan yang diperoleh dan mampu mempengaruhi
anggota keluarga, teman dan bahkan para pemimpin seperti guru, mentri,
direktur dan sebaiknya
Coopersmith (dalam Pervin dkk, 2012: 188) harga diri memiliki dua ciri-ciri antara lain:
a. Proses penilaian yang direfleksikan dari diri sendiri
b. Memandang diri sendiri berdasarkan pandangan orang lain dan
menggunakan opini untuk menilai diri sendiri
Selanjutnya, ini adalah ciri-ciri harga diri tinggi menurut Clemes dan
Bean (1995: 9-10) yaitu:
a. Merasa bangga akan prestasinya.
b. Bertindak mandiri.
c. Memudah memikul tanggung jawab.
d. Mentoleransi prustasi denganbaik.
e. Menerima tantangan baru dengan penuh semangat.
f. Merasa mampu mempengaruhi orang lain.
g. Menunjukan beragam emosi dan perasan yang luas
18
Menurut Gecas dan Schhwalbe (dalam Cast dan Burke, 2002: 1042) bahwa terdapat dua ciri- ciri yang digunakan dalam pengukuran harga diri, yaitu
a. Kompetensi
Kompetensi mengacuh pada sejara dimana individu melihat diri sendiri
sebagai individu yang mampu dan bermanfaat.
b. Keberhargaan
Keberhargaan mengacuh pada sejauh mana individu merasa bernilai.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diketahui bahwa ciri-ciri harga diri
pada konsep siri na passe dalam tradisi uang pannai ini adalah kemandirian,
tanggung jawab, bangga akan prestasi/pencapaian, menunjukkan perasaan
emosi yang luas, dan mampu mempengaruhi orang lain
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut Santrok (2007:187) Penampilan fisik secara khusus berkontribusi terhadap harga diri pada remaja. Konteks sosial seperti keluarga,kawan-kawan, dan sekolah memiliki pengaruh terhadap perkembangan harga diri remaja. Harga diri remaja dipengaruhi oleh kohort adalah efek yang terkait dengan saat kelahiran atau generasi seseorang namun tidak terkait dengan usia aktual. Prestasi juga dapat meningkatkan harga diri remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga diri remaja.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut secara umum dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang memengaruhi harga diri dapat dibedakan harga diri
19
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal seperti lingkungan sosial, sekolah, dankeluargamenjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan faktor eksternal seperti lingkungan sosial, sekolah, dan keluarga. Menurut Koeswara (1991: 124) mengatakan bahwa harga diri mempunyai dua faktor antara lain: a. Penghormatan atau penghargaan dari dirisendiri
Mencangkup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui atau yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya b. Penghargaan dari orang lain
Sedangkan menurut (Yosep, 2009: 256) bahwa penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang atas keberhasilannya.
Saat individu mencapai remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah mucul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan.
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
20
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Menurut Antai Otong (dalam Yosep, 2009: 225) self esteem dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan pungsi ego, dimana anak-anak yang dapat beradaptasi terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukan self esteem yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cenderung unutk mempersepsikan lingkungan negatif dan sangat mengecam. Mungkin pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.
B. Siri Na Passe
1. Pengertian Siri na Passe
Menurut hamid (dalam Rusdi dan Prasetyaningrum, 2015: 70-71) Siri’ na pace sendiri merupakan sebuah nilai budaya yang dijadikan pedoman oleh masyarakat etnis Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Siri’ berarti malu yang jika diartikan secara harfiah artinya harga diri. Sedangkan, pace berarti pedih dan secara harfiah diartikan sebagai rasa solidaritas dan tolong menolong. Budaya siri’ na pace merupakan bentuk dari perasaan halus dan suci dengan memegang teguh budaya siri’ na pace dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari akan menumbuhkan sikap positif
21
sesuai dengan nilai yang terdapat pada budaya ini. Siri’ na pace adalah individu akan bekerja untuk meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Individu jugaa kan berusaha mentaati peraturan yang berlaku di masyarakat. Menjaga amanah yang telah dipercaya akan kepada individu tersebut. Serta, individu akan menjunjung tinggi nilai – nilai kejujuran dalam bekerja. Dengan berpegang teguh pada budaya siri’ na pace seperti apapun resiko, akan diterimanya baik dalam menjalankan hidup maupun sikap atau perilakunya .Berdasarkan hal tersebut, siri’ na pace dapat dijadikan pedoman hidup untuk menumbukan sikap positif serta membuat hidup lebih berguna dan bermakna. Sehingga individu bekerja bukan karena hadiah atau imbalan yang diterima, tapi untuk mendapatkan kepuasandiri
Siri’ merupakan suatu system nilai sosiol-kultural dan kepribadian yang merupakan pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Siri’ merupakan kelayakan dalam kehidupan sebagai manusia yang diakui dan diperlakukan oleh sesamanya.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diketahui gambaran harga diri pada konsep siri na passe dalam tradisi uang pannai ini adalah harga diri yang merupakan suatu sistem nilai sosial-kultural dan kepribadian yang merupakan pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat, dan dapat disimpulkan dalam tradisi uang pannai ini, bahwa pada lamaran dan mahar yang diajukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang lumayan besar maharnya itu adalah sesuatu hal yang lumrah dan sehingga dapat menumbuhkan aktualisasi pihak laki-laki untuk terus berkerja secara
22
maksimal dengan menggunakan potensi potensi yang ada pada dirinya secara maksimal.
2. Indikator-indikator Siri na Passe
Menurut hamid (dalam Rusdi dan Prasetyaningrum, 2015: 73) memetakan
indikator-indikator dari nilai budaya siri’na pace.Pertama, aktualisasi diri
merupakan kesungguhan individu dalam bekerja secara maksimal dengan
menggunakan potensipotensi yang ada pada dirinya secara maksimal.Kedua,
adanya rasa malu dan rasa bersalah, yaitu adanya rasa malu dan rasa bersalah
yang sangat mendalam dialami oleh individu karena tidak mampu mentaati
aturan yang berlaku dalam masyarakat, tidak mampu menunjukkan
kepeduliannya terhadap sesama, dan tidak mampu menunjukkan sikap disiplin
dalam segala aktivitasnya.Rasa malu dan rasa bersalah yang dirasakan individu
juga sangat berpengaruh besar terhadap suasana hatinya. Ketiga, Kesetiaan,
bentuk dari kesetian ini adalah kemampuan dalam menjaga amanah yang telah
dipercayakan dan memegang teguh janji yang telah dibuat. Keempat, Kejujuran
yaitu terjadinya sinkronisasi antara pikiran, hati, perkataan, dan perbuatan
sehingga membuat individu berperilaku sesuai hati nurani dan kebenaran.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diketahui gambaran harga diri pada
konsep siri na passe dalam tradisi uang pannai ini adalah aktualisasi diri, rasa
malu dan bersalah, kesetian, dan kejujuran
23
C. Uang Pannai
Menurut (Agustar, 2018: 5) Uang pannai adalah sejumlah uang yang wajib diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak wanita sebagai pemberian ketika akan melangsungkan perkawinan selain mahar. Pemberian uang merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh laki-laki ketika akan melangsungkan perkawinan yang ditentukan setelah adanya proses lamaran. Jika lamaran telah diterima maka tahap selanjutnya adalah penentuan uang panaik yang jumlahnya ditentukan terlebih dahulu oleh pihak wanita yang dilamar dan jika pihak laki-laki menyanggupi maka tahap perkawinan selanjutnya bisa segera dilangsungkan.
Walaupun terkadang terjadi tawar menawar sebelum tercapainya kesepakatan jika pihak laki-laki keberatan dengan jumlah uang panaik yang dipatok.
Penetuan atau patokan uang mahar yang diajukan oleh pihak
perempuan kepaada pihak laki-laki bisa ditentukan dari pendidikan, golongan
bangsawan, jadi semakin tinggi pendidikan perempuan dan mempuanyai
golongan bangsawan maka semakin banyak uang mahar yang harus ditempuh
oleh pihak laki-laki.
Berdasarkan uraian tersebut perlu diketahui uang pannai pada konsep siri
na passe dalam tradisi ini adalah sejumlah uang yang wajib diberikan oleh pihak
laki-laki kepada pihak wanita sebagai pemberian ketika akan melangsungkan
perkawinan selain mahar.
24
D. Kerangka Teori Gambaran harga diri pada suku bugis pada konsep siri na passé dalam Tradisi uang pannai
Budaya Sulawesi Selatan
Lamaran
Di Suku Bugis
Uang Pannai
Pihak Perempuan Pihak Laki-Laki
Konsep Siri Na Passe
Harga Diri
Kemandirian Tanggung jawab Bangga akan pencapaian\prestasi Menunjukan perasaan yang luas Mampu mempengaruhi orang lain
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kualitatif
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Mengingat permasalahan yang cukup dinamis dan penuh makna. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode ini untuk menjelaskan dan memahami gambaran harga diri suku bugis pada konsep siri na passe dalam uang pannai yang sesuai dengan keadaan tantangan yang ada di suku bugis.
Model penelitian kualitatif yang akan peneliti lakukan adalah dengan metode kualitatif. Menurut Moleong (2004: 6) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan cara memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini dipandang mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalami sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.
Senada dengan (Strauss & Corbin, 2003: 5) menyatakan bahwa metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikit pun belum diketahui. Sedangkan menurut Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2007: 5) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
25
26
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Senada dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2007: 5) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya. Menurut Denzin dan Lincoln (Dalam
Herdiansyah, 2014: 7) penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mendalam mengenai organisasi atau peristiwa khusus kepada mendeskripsikan bagian permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi.
Penelitian ini juga bertujuan untuk menyediakan penjelasan tersirat mengenai struktur, tatanan, dan pola yang luas yang terdapat dalam suatu kelompok partisipan. Denzin dan Lincoln menegaskan bahwa penelitian kualitatif ditujukan unutk mendapatkan pemahaman mendasar melalui pengalaman firs-hand dari peneliti yang langsung berproses dan melebur menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan dengan subjek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenar-benarnya, apa adanya, dan catatan lapangan yang aktual.
Menurut Creswell (dalam Herdiansyah, 2014: 8) bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti. Menurut Moleong (dalam Herdiansyah, 2014: 9) penelitian yang bermaksud untuk memahami gambaran tentang apa yang dialami 27
oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya.
B. Fokus Penelitian
Gambaran harga diri suku bugis pada siri na passe dalam tradisi uang pannai adalah harga diri pada konteks sosial budaya Bugis dalam tradisi uang pannai sangatlah penting karena sesuai alur budaya, harga diri merupakan suatu sistem nilai sosial-kultural dan kepribadian yang merupakan pertahanan harga diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat, dan dapat disimpulkan dalam tradisi uang pannai ini, bahwa pada lamaran dan mahar yang diajukan oleh pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang lumayan besar maharnya itu adalah sesuatu hal yang lumrah dan sehingga dapat menumbuhkan semangat pihak laki-laki untuk terus berkerja secara maksimal dengan menggunakan potensi potensi yang ada pada dirinya secara maksimal
Fokus pada penelitian ini mengacu pada pertanyaan tentang bagaimana gambaran harga diri suku bugis dalam siri na passe pada tradisi uang pannai.
Gambaran harga diri dapat dilihat melalui ciri-ciri kemandirian, tanggung jawab, bangga akan prestasi/ kebanggaan, menunjukan emosi perasaan yang luas dan mampu mempengaruhi orang lain. Gambaran harga diri juga terbentuk berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi, meliputi konteks sosial seperti keluarga, sekolah, generasi atau keturunan orang tua, perstasi dan penghargaan yang didapat dari diri sendiri, penghargaan dari orang lain, dan tampilan bentuk tubuh. 28
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah hal yang penting karena merupakan keseluruhan badan atau elemen yang diteliti. Subjek penelitian pada penelitian naratif dapat saja individu, maupun masyarakat. Peneliti juga mempelajari secara intensif latar belakang dalam konteks sosial suatu kelompok masyarakat. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah dua orang. Adapun karakteristik subjek penelitian tersebut adalah:
1. Mahsiswa yang kuliah di Bandung dan berusia 22-23 tahun.
2. Subjek sudah memiliki pasangan.
3. Subjek sudah siap melangkah ke pelaminan atau siap untuk menikah.
4. Kedua subjek sudah menabung dan berkomitmen untuk saling membantu.
5. Subjek 1 sudah diberikan arahan dari orang tua pasangannya.
6. Subjek 1 sudah berjanji akan datang melamar pasangannya bila uang
pannainya sudah terpenuhi.
7. Subjek 2 sudah berkomitmen kepada pasangannya akan menunggu hingga
uang pannainya dipenuhi.
8. Subjek 2 juga akan membantu pasangannya menabung agar uang pannai
yang ditetapkan orang tuanya dapat terpenuhi.
Peneliti juga akan menggunakan informan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai gambaran harga diri suku bugis dalam konsep siri na passe pada tradisi uang pannai. Penggunaan informan penelitian dimaksudkan agar peneliti dapat memastikan bahwa data yang diberikan oleh subjek penelitian adalah data yang sesungguhnya. Dua orang informan yang digunakan dalam 29
penelitian yang akan digunakan berasal dari sahabat (subjek 1) dan (subjek 2), yang tentunya mengetahui pribadi dan sosial para subjek.
D. Teknik Pengumpulah Data
1. Wawancara
Metode pengumpulan data yang digunaksubyeklam penelitian ini adalah wawancara dan observasi. Wawancara adalah percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan wawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2004: 186).
Pengumpulan data pada dasarnya merupakan serangkaian proses yang dilakukan sesuai dengan metode penelitian yang dilakukan. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu metode
Wawancara. Metode Pengumpulan data melalui wawancara dalam penelitian ini umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan lebih mendalami suatu kejadian atau kegiatan subjek penelitian. Wawancara berfungsi sebagai metode pengumpulan data yang penting dan perlu dilakukan karena banyak hal yang tidak mungkin dapat diobservasi langsung, seperti perasaan, pikiran, motif, serta pengalaman masa lalu. Sehingga wawancara dapat dipandang sebagai cara untuk memahami atau memasuki perspektif orang lain tentang dunia dan kehidupan sosial seseorang (Suharsaputra, 2012: 214). Peneliti menggunakan panduan wawancara dalam bentuk wawancara semi terstruktur, di mana hanya pokok- pokok masalah yang dipersiapkan sementara pertanyaan diungkapkan pada saat terjadinya wawancara, sehingga bukan perangkat pertanyaan ilmiah yang 30
diucapkan sama persis untuk setiap wawancara, namun ada beberapa pertanyaan umum untuk mengejar cakupan topik yang luas.
2. Observasi
Metode kedua adalah metode observasi, Cartwright (dalam Herdiansyah,
2010: 131) mendefinisikan sebagai proses melihat, mengamati, dan mencermati serta “merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi non partisipan yaitu suatu proses pengamatan dimana peneliti tidak ikut dalam kehidupan subyek penelitian, dalam metode non partisipan ini menggunakan teknik non inclidental record yaitu pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan menurut waktu munculnya gejala, tidak dilakukan terus menerus, melainkan pada waktu tertentu, dan juga terbatas pada jangka waktu yang ditetapkan tiap-tiap kali pengamatan.
E. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data kualitatif, bogdan menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuaannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih yang mana penting dan 31
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data merupakan tahapan pertengahan dari serangkai tahap dalam sebuah penelitian kualitatif. Menurut (Herdiansyah, 2010: 158) menjelaskan bahwa inti analisis data baik dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatih adalah mengurai dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui dalam suatu perspektif ilmiah yang sama, sehingga hasil analisis data yang baik adalah data tepat dan dapat dimaknai sama atau relatif sama dan tidak bias atau menimbulkan perspektif yang berbeda- beda.
Menurut (Creswell, 2015: 264-265) bahwa analisa data pada kualitatif
yaitu :
1. Organisasi data, yaitu nmenciptakan dan mengorganisasikan file untuk data
2. Pembacaan atau memoing, yaitu membaca seluruh teks, membuat catatan pinggir dan membentuk kode awal.
3. Mendeskripsikan data menjadi kode dan temal, pada tahapan ini peneliti mendeskripsikan kasus atau fenomena yang dialami subjek kemudian menarik tema dari masing-masing kasus kejadian.
4. Mengklasifikasikan data menjadi kode dan tema, pada tahapan ini peneliti mengklasifikasi hasil deskripsi dari masing-masing kasus atau fenomena kedalam tema-tema yang sudah ditentukan. 32
5. Menafsirkan data menggunakan penafsiran langsung mengenai apa yang terjadi atau bagaimana fenomena terjadi.
6. Menyajikan dan memvisualisasikan data mengenai gambaran atau mendeskripsikan mandalam tengtang kasus atau fenomena menggunakan narasi, table atau gambar.
F. Keabsahan Data
Menurut Moleong (2016: 321) isu dasar dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana.Bagaimana peneliti membujuk agar pesertanya
(termasuk dirinya) bahwa temuan – temuan penelitian dapat dipercaya.. Tahap pengecekan keabsahan data, peneliti melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif pada interpretasi data yang telah diperoleh. Pada penelitian kualitatif untuk membuktikan validitas data dikenal dengan istilah kredibilitas. Fungsi dari kredibilitas adalah melaksanakan inkuiri secara mendalam sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai, menunjukan derajat kepercayaan diri hasil- hasil penemuan. Terkait hal tersebut teknik yang digunakan pemeriksaan atau pembuktian kredibilitas adalah sebagai berikut;
1. Triangulasi data
Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, tujuannya untuk pengecekan atau sebagai pembanding dari data tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber dan metode. Masing-masing teknik akan dijabarkan sebagai berikut: 33
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah teknik yang membandingkan dan mengecek
kembali tentang kepercayaan atau kebenaran suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
b. Triangulasi metode
Triangulasi metode terdapat dua macam, yaitu;
1) Pengecekan derajat kepercayaan atau kebenaran tentang penemuan hasil
penelitian dengan beberapa teknik pengumpulan data.
2) Pengecekan derajat kepercayaan atau kebenaran dari beberapa sumber data
dengan metode yang sama.
G. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dibuat berdasarkan ciri-ciri yang akan diungkap dan
memengaruhi, yaitu berupa:
1. Pertanyaan latar belakang subjek penelitian.
Pertanyaan Penelitian Latar Belakang Subjek
No. Pertanyaan Penelitian
a. Apa pertimbangan subjek menentukan jumlah uang pannai?
b. Bagaimana pendapat keluarga subjek tentang besaran jumlah uang pannai? 34
c. Seberapa penting uang pannai bagi subjek?
2. Pertanyaan terkait ciri-ciri harga diri
Pertanyaan Penelitian Ciri-Ciri Harga Diri
No. Ciri-Ciri Pertanyaan Penelitian
1. Apa alasan subjek memenuhi uang mahar? A Kemandirian 2. Bagaimana cara subjek mendapatkan uang pannai? 3. Sejauh mana keluarga subjek terlibat dalam menentukan uang pannai? 4. Upaya apa yang anda lakukan dalam memenuhi uang pannai? 5. Bagaimana keluarga pendapat keluarga dalam menentukan uang pannai? 6. Bagaimana dengan keluarga? Apakah ada kontribusi dari keluarga? 1. Seberapa besar subjek bertanggung jawab atas B Tanggung jawab pilihannya dalam menentukan uang pannai? 2. Apa saja yang subjek lakukan untuk menunjukan rasa tanggung jawab atas uang pannai? 3. Bagaimana cara subjek mempengaruhi pasangan subjek untuk bertanggung jawab atas uang pannai?
1. Seberapa penting subjek merasa perlu memenuhi C Prestasi atas besaran uang pannaiyang diminta oleh keluarga? kebanggaan 2. Apa untungnya pada pihak laki-laki, memenuhi uang pannai yang begitu besar? 3. Semisal uang pannai dari pihak laki-laki di terima, apa untungnya bagi pihak perempuan? 4. Bagaimana perasaan keluarga subjek ketika uang pannai terpenuhi? Menunjukkan 1. Apa subjek senang bila uang pannai yang D perasaan emosi ditentukan itu terpenuhi? Mengapa? yang luas 2. Bagaimana perasaan subjek ketika kesepakatan uang pannai gagal terpenuhi? 3. Apa yang subjek lakukan kemudian untuk mengatasi hal itu? 1. Apa yang subjek upayakan dalam mendapatkan 35
e Mampu uang pannai? mempengaruhi 2. Bagaimana cara subjek melakukannya? orang lain 3. Mengapa subjek melakukan itu semua? 4. Untuk apa subjek mengupayakan itu semua?
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
Orientasi kancah penelitian perlu dilakukan untuk mencapi sebuah tujuan penelitian yang telah direncanakan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri suku bugis dalam konsep siri na passe pada tradisi uang pannai yang berada disulawesi selatan.
Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian, yang berasal dari Sulawesi selatan, kota Pare-Pare yang dimana masing-masing subjek pada saat ini berdomisili dikota bandung. Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 22-23 tahun. Subjek sudah berencana untuk menikah dan sementara menabung untuk nantinya dipersiapkan sebagai uang pannai. Subjek juga sudah berkerja setelah lulus dibangku perkuliahan dan masih menunggu pasangannya untuk memenuhi uang pannainya, disamping itu subjek selalu menyemangati pasangannya dalam bekerja untuk memenuhi uang pannainya. peneliti juga akan menggunakan informan penelitian untuk mendapatkan informasi tentang makna harga diri dan siri na passe terhadap uang pannai yang berada dibugis yang berasal dari sahabat maupun teman subjek. Informan yang berpartisipasi dalam penelitian ini berasal dari kota yang sama yaitu Pare-Pare. Siri na pacce adalah konsep pemikiran utama suku bugis dalam berperilaku dan mengambil keputusan.
Karena siri merupakan perwujudan dari harga diri manusia, maka pantang suku bugis disinggung harga dirinya dan tanpa adanya siri atau harga diri sama saja
36
37
manusia kehilangan rohnya dan passé ialah rasa kemanusiaan atau rasa kasih sayang karena bisa berfungsi sebagai konsep pemikiran kebersamaan, kesetiaan, dan motivasi untuk berkeja sama. Pada tradisi uang pannai ini konsep siri na passé sangat berpengaruh besar dalam mengambil keputusan, karena uang pannai ini dapat melihat keseriusan pihak laki-laki.
Harga diri adalah keseluruhan rasa akan nilai diri yang individu gunakan untuk menilai sifat dan kemampuan diri sendiri. Konsep diri sesorang ditentukan oleh banyaknya pengaruh, termasuk peran yang individu punyai, perbandingan yang dibuat, identitas sosial seseorang, bagaimana individu mengartikan orang yang menilai sesorang dan pengalaman keberhasilan dan kegagalan sendiri.
Harga diri adalah adalah sikap kognitif, emosi, kesuksesan, kemampuan, kompetensi dan perasaan berharga. Harga diri disetiap orang tidak dapat ditentukan baik atau buruknya karena harga diri tergantung bagai mana individu meresapinya. Dan memaknai harga dirinya. Karena cara setiap orang dalam menemukan harga dirinya juga berbeda-beda
B. Pra Penelitian
Sebelum penetian ini dilakuakan, peneliti menyiapkan instrumen wawancara dan observasi yang akan digunakan selama proses penelitian. Peneliti mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan selama pelaksanaan penelitian, seperti alat tulis, kertas catatan dan ponsel untuk merekam. Peneliti menyusun
38
pedoman wawancara untuk mengungkap gambaran harga diri suku bugis dalam tradisi uang pannai.
Setelah peralatan serta pedoman wawancara dan observasi yang dibutuhkan peneliti kemudian menemui salah seorang subjek yaitu seorang remaja putri dan remaja putra yang mengalami tekanan dalam tradisi uang pannai dan bersedia berpartisipasi sebagai subjek penelitian.
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menjalin rapport terlebih dahulu dengan masing – masing subjek sehingga ada saling keterbukaan, kenyamanan dan kepercayaan antara peneliti dan subjek, sehingga peneliti memperoleh keterangan atau penjelasan informasi tentang gambaran tentang harga diri Suku Bugis dalam tradisi uang pannai. Setelah peneliti menjalin rapport dengan subjek, perlahan peneliti mulai menjelaskan tata cara selama proses penelitian berlangsung. Selain itu peneliti juga menjelaskan bahwa selama proses pengambilan data, seluruh data akan direkam menggunakan alat perekam suara (aplikasi). Setelah penelit menjelaskan mengenai tata cara selama proses penelitian, subjek diminta untuk mengisi lembar pernyataan kesiapan untuk menjadi subjek penelitian.
C. Pelaksaan Penelitian
Pengumpulan data pada masing-masing subjek dilakukan melalui wawancara langsung antara interviewer dan interviewee yang dilakukan secara pribadi sehingga dapat mengumpulkan informasi yang dipandang rahasia dari
38
sudut pandang interviewee. Bentuk wawancara yang digunakan adalah semi
terstruktuk yang dimana peneliti dapat mengembangkan hasil
wawancaranya mencamtumkan dalam kategori in-dept interview. Wawancara
dilakukan dengan mencantumkan pokok-pokok penting yang akan ditanyakan
didalam pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya, dimana
pokok- pokok pertanyaan disusun sesuai ciri-ciri yang akan ditanyakan. Selain itu
wawancara semi terstruktur dapat menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
dengan jalan meminta pendapat dari pihak yang diwawancara, dan ide-idenya.
Penelitian di mulai tanggal 28 desember 2018. Penelitian diawali dengan
melakukan observasi pada salah subjek yang pernikahannya tertunda akibat
uang mahar yang terlampau tinggi dikarnakan tidak mampu memenuhi syarat
yang sudah ditentukan. Kemudian dilanjutkan dengan mewancarai subjek dan
informan penelitian sebagai data pendukung, yang berasal dari orang terdekat
subjek. Selama proses observasi dan wawancara, peneliti menggunakan alat
bantu menggunakan ponsel yang berfungsi untuk merekam dan
mendokumentasikan data yang diperlukan selama penelitian berlangsung.
Tabel 1. Rincian Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Subjek Tempat Pertemuan Waktu Hari/Tanggal Keterangan /Informan Jum’at 28 Café 20.15-22.00 I Desember Rapport bandung WIB. 2018
Sabtu 7 Subjek 1 Kosan 10.00-12.00 II Desember Wawancara subjek WIB 2019 Sabtu 29 Café 19.00-21.00 I Desember Rapport Subjek 2 bandung WIB 2018
39
Sabtu 7 Kosan 19.00-19.30 II Desember Wawancara subjek WIB 2019 Sabtu 7 Kos 12.30-12.55 IP1S1 I Desember Wawancara informan WIB 2019 Sabtu ,7 Wawancara Kos 13.10-13.20 IP2S1 I Desember Informan WIB 2019 Sabtu 7 Wawancara Kos 19.45-20.15 IP1S2 I Desember Informan WIB 2019 Sabtu 7 Wawancara Kos 20.25-20.35 IP2S2 I Desember Informan WIB 2019
D. Identitas dan Latar Belakang Subjek Dan Informan Penelitian
1. Subjek Penelitian 1
a. Identitas Subjek
Nama/Inisial : SU
Usia : 22
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat tanggal lahir : ParePare 5 Maret 1997
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
b. Latar Belakang Subjek
Subjek adalah anak pertama dari dua bersaudara, SU memiliki adik sekarang masih SMA di Salah satu Sekolah di daerah ParePare, subjek berkuliah dibandung dan sekarang sudah memegangi gelar S1 atau sudah lulus dibangku
40
perkuliahan, subjek memiliki pacar dan sudah pacaran selama masih mengijak dibangku SMA dan subjek sudah saling kenal dengan keluarga perempuan atau pacarnya, karena sering main dirumah pacarnya. Subjek merasa sudah dapat kepercayaan dari orang tuanya karena sering ditanyakan apakah serius dengan anaknya, subjek sering mengobrol dengan orang tua pacarya kalau selepas mengantar pacarnya pulang dari sekolah, disitu subjek sering diberikan arahan untuk harus lebih lebih serius jika ingin bersama pacarnya, dan subjek perintah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik agar dikemudian hari bisa bertanggung jawab, subjek juga pernah bertanya soal uang pannai kepada keluarga pacarnya jika suatu hari nanti sudah siap untuk melamar pacarnya, tetapi orang tua atau keluarga pacarnya hanya berpendapat bahwa subjek mengurusi kuliahnya dulu dan mendapatkan kerja dulu baru datang melamar karena masih panjang tetapi subjek merasa terbeban jika suatu hari jika sudah merapasa mampu secara mental untuk melamar tetapi secara finansial masih belum akan merasakan kebingungan karena subjek selalu memikirkan bahwa uang pannai itu adalah suatu uang mahar yang tinggi apalagi subjek memimikirkan pacarnya akan mumpunyai patokan yang tinggi juga dikarenakan pacarnya mempunyai golongan bangsawan atau dianggap berada dilingkungan sosial dan ditambah lagi pacarnya sudah bergelar sarjana yang sama dengan subjek.
41
2. Subjek Penelitian 2 Identitas Subjek 2
a. Identitas Subjek
Nama/Inisial : D
Usia : 22
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : ParePare 24 juli 1997
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
b. Latar Belakang Subjek
Subjek adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara, Subjek memiliki adik yang masih duduk dibangku SMP dan seorang kakak yang sudah berkeluarga. Subjek sudah menamatkan kariernya dibangku perkuliahan,subjek sudah bergelar sarjana dan sudah memiliki pekerjaan setelah lulus dibangku perkuliahan. Subjek sendiri sudah memiliki pacar dan sudah 7 tahun pacaran semenjak duduk dibagku SMA, pacar subjek sudah berkerja semenjak subjek kelas 2 SMA, pacar subjek lebih tua
2 tahun dari subjek dan pernah sekali pacar subjek kerumah subjek untuk bercerita dengan keluarga subjek tentang perihal melamar, pacar subjek pernah menanyakan tentang apa saja yang harus disiapkan untuk melamar, keluarga subjek hanya menjawab kalau yang disiapkan adalah niat dan keyakinan untuk datang melamar dan pacar subjek pernah menanyakan soal uang pannai juga dan untuk itu keluarga subjek hanya mengatakan kepada pacar subjek untuk kerja yang benar dan menabung bila sudah mantap dengan keputusan dan sudah mapan,
42
maka bisa datang kembali untuk melamar dikarenakan subjek masih harus kuliah dan menunggu sampai selesai perkuliahannya.
3. Informan Penelitian 1 Subjek 1 (IP1S1)
a. Identitas Informan 1 Subjek1
Nama/Inisial : J
Usia : 22
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat tanggal lahir : ParePare 20 Oktober 1997
Agama :Islam
Status : Bekerja
b. Latar Belakang Informan 1 Subjek 1
Informan adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara informan lulusan salah satu universitas swasta di bandung dan saat ini sudah menuntaskan bangku perkuliahannya. Informan adalah sahabat dekat dari subjek karena informan sudah berteman dari kelas 1 SMA dan mereka saat ini satu kontrakan atau kos, informan beda universitas dan jurusan dengan subjek karena informan mempunyai minat jurusan berbeda dengan subjek, informan adalah teman cerita subjek tentang kehidupan subjek bahkan cerita asmara subjek.
43
4. Informan Penelitian 2 Subjek 1 (IP2S1)
a. Identitas Informan 2 Subjek 1
Nama/Inisial : DA
Usia : 20
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat tanggal lahir : ParePare 15 juni 1999
Agama :Islam
Status : Mahasiswa
b. Identitas Informan 2 Subjek 1
Informan adalah anak ke 3 dari 3 bersaudara informan adik dari informan
J dan masih berkuliah universitas di bandung yang masih menginjak semester 4, dan informan adik kelas subjek ketika masih duduk di Sekolah Menengah
Pertama atau SMA, informan satu kontrakan dengan subjek dan informan adalah salah satu teman cerita subjek tentang kehidupan subjek bahkan tentang cerita asmara subjek.
5. Informan Penelitian 1 Subjek 2 (IP1S2)
a. Identitas Informan 1 Subjek 2
Nama/Inisial : P
Usia : 22
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : ParePare 15 Februari 1997
44
Agama : Islam
Status : Bekerja
b.Identitas Informan 1 Subjek 2
Informan adalah teman dekat dari subjek semenjak duduk di bangku perkuliahan, awalnya informan tidak terlalu dekat waktu duduk di bangku SMA dan ketika informan dan subjek kuliah di kampus yang sama dan jurusannya juga sama, akhirnya informan dengan subjek memutuskan untuk 1 kontrakan selama duduk di bangku perkuliahan, dan informan mengetahui tentang cerita asmara subjek.
6. Informan Penelitian 2 Subjek 2 (IP2S2)
a. Identitas Informan 2 Subjek 2
Nama/Inisial : A
Usia : 23
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : ParePare 20 Mei 1996
Agama : Islam
Status : -
b. Identitas Informan 2 Subjek 2
Informan adalah teman kontrakan subjek dan teman kuliah, subjek dan informan sama-sama anak perantau dan berteman semenjak bertemu dikomunitas anak sulsel yang berada di kampusnya. Pada semester 1 subjek mengajak
45
informan untuk 1satu kontrakan dan menerima sampai mereka tamat di bangku perkuliahan, dan informan sering mendengar isi curhatan subjek ketika subjek sedang mendapatkan masalah.
E. Hasil Temuan Penelitian
1. Hasil Temuan Penelitian Berdasarkan Hasil Wawancara
Temuan pada subjek penelitian pembentukan identitas diri pada remaja yang memiliki keinginan untuk menikah diperoleh dari hasil pengkategorian terhadap data penelitian dengan menggunakan metode wawancara dua subjek dan dan informan. Pada penelitian ini yang digunakan singkatan tertentu. Pada penelitian ini akan digunakan singkatan singkatan tertentu untuk memudahkan dalam menemukan sumber hasil penelitian yang ada di lampiran, beberapa singkatan tersebut yaitu : KB yaitu kode berkas yang merupakan identitas dari hasil pelaksanaan penelitian, S yaitu subjek penelitian yang merupakan remaja putri yang diputus hubungan cinta oleh pacarnya, W yaitu pertemuan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan subjek maupun informan, IP yaitu informan penelitian sebagai data penunjang yang diperoleh dari subjek penelitian, B yaitu nomor pada baris yang termuat di dalam verbatim. Singkatan tersebut di atas bahwa data yang terdapat pada tabel hasil temuan penelitian dapat dilihat pada kode berkas yang tersedia.
46
a. Subjek Penelitian
1. Gambaran Harga Diri Suku Bugis Pada Konsep Siri’ na Passe Dalam Tradisi Uang Pannai Tabel. 2 Kemandirian Subjek Analisis Keterangan Subjek merasa harus berkerja lebih KB:S1/W2/B: 16-20 giat,untuk menunjukan sikapnya dia sebagai laki-laki yang serius.
Subjek merasa mempunyai tantangan KB:S1/W1/B: 75-78 dan tanggung jawab untuk segera melamar pacarnya ketika sudah mendapatkan pekerjaan
Subjek akan dibantu oleh KB:S1/W2/B: 16-20 keluarganya bila ada kesulitan S. 1 Subjek menjelaskan bagaimana uang KB:S1/W1/B: 82-97 pannai bekerja untuk mununjukan bagaimana keseriusan laki-laki dalam memperjuangkan pilihannya, dan subjek juga merasa dia harus berjuang dalam memenuhi kewajibannya sebagai laki-laki bila mana harus melamar kekasihnya
S. 2 Subjek menentukan mahar yang akan KB:S2/W2/B: 25-29 ditetapkan untuk pihak laki-laki berdasarkan keinginannya sendiri
Subjek berfikir bahawa uang pannai KB:S2/W2/B: 31-33 atau mahar yang ditetapkan adalah sesuatu yang baik
.Temuan pada tabel 2. Gambaran harga diri suku bugis pada siri na passe dalam tradisi uang pannai. Subjek merasa harus berkerja lebih giat dengan sendirinya dan mendapat bantuan dari keluarganya agar subjek dapat membuktikan perjuangannya kepada keluarga pihak perempuan bahwa subjek
47
dapat membuktikan keseriusannya. Dalam menentukan uang mahar, orang tua subjek 2 lah yang menentukan besarnya jumlah uang pannai supaya dapat melihat keseriusan pasangannya bila mana pasangan subjek benar menunjukan keseriusannya.
Tabel. 3 Tanggung Jawab
Subjek Analisis Keterangan Subjek merasa harus berkerja lebih KB:S1/W2/B: 16-20 giat,untuk menunjukan sikapnya dia sebagai laki-laki yang serius
Subjek akan dibantu oleh keluarganya KB:S1/W2/B: 24 bila ada kesulitan S. 1 Subjek merasa mempunyai tanggung KB:S1/W2/B: 38-42 jawab terhadap dirinya untuk pacarnya
Subjek sangat memengang komitmen janjinya janjinya terhadap pacarnya bila subjek akan menikahinya
S. 2 Subjek siap menunggu pihak laki-laki KB:S1/W2/B: 54-59 membawakan kabar baik, karena subjek telah menentukan uang pannai untuk pasangannya
Subjek selalu memberikan semangat KB:S2/W2/B: 39-43 dalam bentuk pskikologis seperti memberikan semangat terus menerus dan berdoa
Pihak keluarga juga membantu dalam KB:S2/W2/B: 47-49 membahas uang pannai atau mahar
48
Hasil temuan tabel 3. Pada subjek 1 menunjukan rasa tanggung jawabnya untuk pasangannya dengan setelah lulus dibangku perkuliahan, subjek langsung berkerja dan langsung menabung. Sebagai bentuk tanggung jawab karena Subjek ke 2 telah menentukan jumlah uang pannai, maka subjek 2 siap untuk menunggu kembali pasangannya untuk datang kembali menghadap orang tua subjek dan terus mendoakan pasangan subjek untuk tetap semangat.
Tabel. 4 Prestasi atas Kebanggan
Subjek Analisis Keterangan Subjek sangat memengang komitmen janjinya janjinya terhadap pacarnya S. 1 bila subjek akan menikahinya . Subjek KB:S1/W2/B: 54-59 percaya diri akan mampu memenuhi uang mahar tersebut
Subjek menunjukan hasil usahanya, KB:S1/W2/B: 45-48 bilamana dia serius dengan pacarnya
Perasaan subjek merasa senang bila KB:S2/W2/B: 53-55 kesepakatan sudah tercapai S. 2 Keluarga subjek juga merasa KB:S2/W2/B: 57-59 senang,bila sudah menemukan kesepakatan
Temuan pada tabel 4. Kedua subjek sama-sama mempunyai perasaan yang senang bilamana mahar sudah terpenuhi. Pada subjek 1 menunjukan kebanggannya dengan menjaga komitmen antara subjek dan pasangan subjek.
Disamping itu subjek 1 merasa percaya diri atas kemampuan memenuhi uang pannai. Pada subjek ke 2 menunjukan kebanggan dengan rasa bersyukur
49
dikarenakan bilamana mahar yang ditetapkan dan pasangan subjek dapat memenuhi semuanya pastinya subjek akan merasa senang.
Tabel. 5 Menunjukan Perasaan Emosi
Subjek Analisis Keterangan Subjek merasa sedih bila kesepakatan . KB:S1/W2/B: 75-77 tidak terpenuhi, tetapi perasaan subjek S. 1 akan terus berjuang untuk memenuhi kesepakatan yang telah dijanjikan
Perasaan subjek dalam berjuang KB:S1/W2/B: 87-89 memenuhi uang mahar adalah semangat meskipun kadang merasa lelah
S. 2 Subjek merasakan kegembiraan bila KB:S2/W2/B: 62-64 pacarnya sudah menyelesaikan tugasnya
Temuan pada tabel 5. Kedua subjek sama merasakan kegembiraan bila kesepakatan terpenuhi dan akan merasa sedih bila kesepakatan gagal terpenuhi. pada subjek 1 akan merasa sedih bila kesepakatan gagal terpenuhi. Dalam memenuhi uang pannai subjek 1 merasa senang dan semangat meskipun kadang merasa lelah. Subjek 2 merasakan senang bila pasangannya dapat memenuhi kesepakatan yang telah dibicarakan.
50
Tabel. 6 Mampu Mempengaruhi Orang Lain
Subjek Analisis Keterangan Subjek dapat meyakinkan KB:S1/W2/B: 81-83 keseriusan subjek dengan S. 1 komitmennya dan akan bekerja dan menabung Subjek selalu memberikan semangat KB:S2/W2/B: 47-49 dalam bentuk pskikologis seperti memberikan semangat terus menerus S. 2 dan berdoa
Subjek juga membantu pacar subjek KB:S2/W2/B: 81-86 dalam menabung
Temuan pada tabel 6.. Subjek 1 memberikan komitmen kepada pasangannya dan meminta pasangannya agar dia dapat mempercayainya. Subjek ke 2 memberikan semangat terus menerus kepada pasangannya dan subjek berjanji akan membantunya dengan cara ikut menabung bila mana pasangannya mengalami kesusahan.
51
b. Informan Penelitian
1. Gambaran Harga diri suku bugis dalam konsep siri na passé pada
tradisi uang pannai
Tabel. 7 Deskripsi Gambaran Harga diri suku bugis dalam konsep siri na passé pada tradisi uang pannai
Informan Analisis Keterangan Penenlitian Setelah kulah subjek langsung kerja KB/IP1S1/P1/B.25-26 untuk dapat memenuhi uang IPISI pannai yang akan ditetapkan
Setelah lulus subjek langsung KB/IP1S1/P1/B. 40-41 mencari kerja untuk mengumpulkan uang pannai
Subjek merasa penting untuk KB/IP1S1/P1/B. 44-46 memenuhi itu semua karena itu sudah janjinya untuk pasangannya
Subjek selalu memberikan kabar KB/IP1S1/P1/B. 51-53 kepada pasangannya dan kadang – kadang bila ada waktu subjek pulang kampong dan bertemu pasangannya
Subjek pernah bertengkar dengan KB/IP1S1/P1/B. 61-64 pasangannya tetapi tidak sampai menyerah
52
IP2S1 Subjek selalu memberikan perhatian .KB/IP2S1/P1/B. 37-40 kepada pacarnya, dan bila ada waktu kalau sudah ada waktu luang subjek pergi ke tempat pacarnya . Subjek sudah menabung sedikit demi KB/IP2S1/P1/B. 43-44 sedikit untuk pacarnya
Subjek kadang-kadang cerita dengan KB/IP2S1/P1/B. 50-55 temannya tentang keseriusannya untuk menikahi pacarnya
Subjek menunjukan keseriusannya KB/IP2S1/P1/B. 64-65 dengan kerja dan menabung untuk melihatkan pacarnya kalau subjek memang benar-benar serius
Subjek memberikan komitmen kepada KB/IP2S1/P1/B. 69-70 pasangannya bahwa subjek akan menikahinya
Subjek tidak pernah merasa menyerah KB/IP2S1/P1/B. 75-80 walaupun sedang marahan dengan pacarnya
IP1S2 Informan tidak mengetahui tentang KB/IP1S2/P1/B. 34-36 peran keluarga subjek dalam menentukan uang pannai
Subjek memberikan kepercayaan KB/IP1S2/P1/B. 44-45 kepada pasangannya agar dapat bersama terus
Subjek akan merasa senang bila uang KB/IP1S2/P1/B. 43-44 pannai yang dia tetapkan dapat terpenuhi
Subjek ingin melihat keseriusan KB/IP1S2/P1/B. 55-59 pasangannya dan disamping itu subjek juga memba tu pasangannya menab ung dalam mengumpulkan uang pannai
53
IP2S2 Subjek ditunggu sampai KB/IP2S2/P1/B. 45-49 menyelesaikan program studinya atau kuliahnya, sambil pasangannya kerja dan menabung
Subjek harus menyelesaikan KB/IP2S2/P1/B. 55-60 kulianya dulu dan menunggu pasangannya menabungsampai uang pannainya terpenuhi
Informan tidak mengetahui cara KB/IP2S2/P1/B. 66-69 keluarga subjek dalam menentukan uang pannai yang akan diberikan kepada pasangan subjek
Subjek membantu pasangan KB/IP2S2/P1/B. 75-78 menabung setelah subjek mendapatkan pekerjaan untuk membantu pasangan subjek dalam mengumpulkan uang pannai
Subjek komitmen dengan KB/IP2S2/P1/B. 82- 84 pasangannya untuk saling percaya bahwa subjek dan pasangannya akan menikah
Subjek dan pasangannya melakukan KB/IP2S2/P1/B. 87-88 semua itu untuk dapat menikah
Subjek akan merasa senang bila KB/IP2S2/P1/B. 92-95 uang pannai yang diberikan pasangannya dapat terpenuhi karen a subjek dan pasangannya sudah lama dan sama-sama berjuang
Temuan pada tabel 12. Menurut informan penelitian menunjukan reaksi yang berbeda-beda antar subjek yang memenuhi uang pannai dan subjek yang menentukan uang pannai. Subjek 1 Menunjukan rasa berjuang untuk cepat-cepat memenuhi uang pannai yang akan diberikan pada pasangannya dengan cara kerja
54
setelah lulus dibangku perkuliahan dan akan menabung agar dapat mengumpulkan uang pannainya atau uang maharnya. Pada subjek ke 2 harus menyelesaikan pendidikannya dulu sembari pasangannya bekerja dan menabung untuk uang pannainya nanti ketika pasangannya datang kembali untuk melamar subjek.
2. Hasil temuan pada penelitian berdasarkan observasi penelitian
Hasil observasi pada subjek penelitian harga diri remaja putri yang diputus hubungan cinta oleh pacarnya, di peroleh dari hasil pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan menggunakan metode observasi non partisipan.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa singkatan, antara lain:
CL yaitu catatan lapangan yang merupakan catatan dari hasil pelaksanaan penelitian, S yaitu subjek penelitian, P yaitu data observasi pada penelitian sebagai penunjang yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung, B yaitu baris yang termuat dalam verbatim. Singkatan tersebut berarti bahwa data yang terdapat dalam tabel temuan penelitian dapat dilihat dalam kode berkas.
Tabel. 8
Hasil Observasi Penelitian pada Subjek
Has il Ob ser vasi Sub jek 1 Membuka kepala CL/S1/P1/B. 3 Menundukan kepala CL/S1/P1/B. 5 Mengkerutkan jidat CL/S1/P1/B. 6 Minum CL/S1/P2/B. 2 Merapikan baju CL/S1/ P2/ B. 3 Senyum CL/S1/P2/B. 5 Hasil Observasi Subjek 2 Tangan merobek tisu CL/S2/P1/B. 2
55
Merapikan jilbab CL/S2/P1/B. 4 Menggerakkan tangan CL/S2/P1/B. 5 Menjilat bibir CL/S2/P1/B. 6 Duduk silang CL/S2/P2/B. 1 Menggerakkan bola mata subjek CL/S2/P2/B. 5-6 Memainkan heandphone CL/S2/P2/B. 8
F. Rangkuman Hasil wawancara
Tabel. 9
Rangkuman Hasil Wawancara Gambaran Harga Diri Suku Bugis
Pada Konsep Siri Na Passe Dalam Tradisi uang pannai
Tema Subjek 1 Subjek 2 Kemandirian Subjek merasa harus berkerja Subjek menentukan mahar lebih giat,untuk menunjukan yang akan ditetapkan untuk sikapnya dia sebagai laki-laki pihak laki-laki berdasarkan yang serius orangtuanya Tanggung jawab Subjek merasa mempunyai Subjek akan menunggu tanggung jawab terhadap kembali pihak laki-laki dirinya untuk pacarnya membawakan kabar baik,karena disamping itu subjek mau melihat ketulusan pihak laki-laki
Prestasi atas Subjek menunjukan hasil Perasaan subjek merasa kebanggan usahanya dengan bekerja, senang bila kesepakatan sudah bilamana dia serius dengan tercapai pacarnya
56
Menunjukan Subjek merasa sedih bila Subjek merasakan perasaan yang luas kesepakatan tidak kegembiraan bila pacarnya terpenuhi, tetapi perasaan sudah menyelesaikan tugasnya subjek akan terus berjuang untuk memenuhi kesepakatan yang telah dijanjikan
Mampu Subjek dapat meyakinkan Subjek juga membantu pacar mempengaruhi keseriusan subjek dengan subjek dalam menabung untuk orang lain komitmennya dan akan memenuhi uang pannai bekerja dan menabung pasangannya apabila sewaktu- waktu belum terpenuhi
57
G. Uji Keabsahan Data
Tabel 15
Uji Keabsahan Subjek 1
Uji keabsahan Subjek 1 Tema Subjek 1 IP1S1 IP2S1 Keterangan Kemandirian Subjek merasa harus Setelah lulus subjek langsung Subjek merasa harus berkerja lebih giat, untuk mencari kerja untuk berkerja lebih giat,untuk menunjukan sikapnya dia mengumpulkan uang pannai menunjukan sikapnya dia sebagai laki-laki yang serius KB/IP1S1/P1/B. 40-41 sebagai laki-laki yang Terkonfirmasi KB:S1/W2/B: 16-20 serius KB:S1/W2/B: 16-20 Tanggung Subjek sangat memengang Setelah tamat kuliah subjek Subjek sudah menabung jawab komitmen janjinya janjinya langsung kerja untuk dapat sedikit demi sedikit untuk terhadap pacarnya bila subjek memenuhi uang pannai yang pacarnya dan uang pannainya Terkonfirmasi akan menikahinya akan ditetapkan agar segera KB/IP2S1/P1/B. 43-44 KB:S1/W2/B: 54-59 menikahi pasangannya KB/IP1S1/P1/B. 25-26
58
Prestasi Subjek menunjukan hasil Subjek merasa penting untuk Subjek menunjukan atas usahanya dengan bekerja, memenuhi itu semua karena itu keseriusannya dengan kerja kebanggan bilamana dia serius dengan sudah janjinya untuk dan menabung untuk Terkonfimasi pacarnya pasangannya melihatkan pacarnya kalau KB:S1/W2/B: 45-48 KB/IP1S1/P1/B. 44-46 subjek memang benar-benar serius KB/IP2S1/P1/B. 64-65 Menunjukan Subjek merasa sedih bila Subjek pernah bertengkar Subjek tidak pernah merasa perasaan kesepakatan tidak terpenuhi, dengan pasangannya tetapi menyerah walaupun sedang emosi yang tetapi perasaan subjek akan tidak sampai menyerah marahan dengan pacarnya Terkonfirmasi luas terus berjuang untuk KB/IP1S1/P1/B. 61-64 KB/IP2S1/P1/B. 75-80 memenuhi kesepakatan yang telah dijanjikan KB:S1/W2/B: 75-77
Mampu Subjek dapat meyakinkan Subjek selalu memberikan Subjek memberikan mempengaruhi keseriusan subjek dengan kabar kepada pasangannya dan komitmen kepada orang lain komitmennya dan akan kadang –kadang bila ada waktu pasangannya bahwa subjek Terkonfirmasi bekerja dan menabung subjek pulang kampong dan akan menikahinya KB:S1/W2/B: 81-83 bertemu pasangannya KB/IP2S1/P1/B. 69-70 KB/IP1S1/P1/B. 51-53
59
Tabel 17.
Uji Keabsahan Subjek 2
Uji keabsahan Subjek 2 Tema Subjek 2 IP1S2 IP2S2 Keterangan Kemandirian Subjek menentukan Informan tidak mengetahui Informan tidak mengetahui mahar yang akan tentang peran keluarga subjek cara keluarga subjek dalam ditetapkan untuk pihak dalam menentukan uang pannai menentukan uang pannai yang Terkonfirmasi laki-laki berdasarkan KB/IP1S2/P1/B. 34-36 akan diberikan kepada orangtuanya pasangan subjek KB:S1/W1/B: 25-29 KB/IP2S2/P1/B. 66-69
Tanggung jawab Subjek akan menunggu kembali Subjek ingin melihat keseriusan Subjek membantu pasangan pihak laki-laki membawakan pasangannya dan disamping itu menabung setelah subjek kabar baik,karena disamping itu subjek juga memba tu mendapatkan pekerjaan untuk subjek mau melihat ketulusan pasangannya menabung dalam membantu pasangan subjek Terkonfirmasi pihak laki-laki mengumpulkan uang pannai dalam mengumpulkan uang KB:S2/W2/B: 39-43 KB/IP1S2/P1/B. 55-59 pannai KB/IP2S2/P1/B. 75-78
60
Prestasi atas Keluarga subjek juga merasa Subjek ingin m elihat keseriusan Subjek dan pasangannya kebanggan senang,bila sudah menemukan pasangannya dan disamping itu melakukan semua itu untuk kesepakatan subjek juga membantu dapat menikah KB:S2/W2/B: 57-59 pasangannya menabung dalam KB/IP2S2/P1/B. 87-88 Terkonfirmasi Subjek merasakan kegembiraan mengumpulkan uang pannai bila pacarnya sudah KB/IP1S2/P1/B. 55-59 menyelesaikan tugasnya KB:S2/W2/B: 62-64 Mampu membantu pacarnya bila ada kesulitan, KB:S2/W2/B: 69-70
61
Menunjukan Subjek merasakan Subjek akan merasa senang bila Subjek akan merasa senang perasaan emosi yang kegembiraan bila pacarnya uang pannai yang dia tetapkan bila uang pannai yang luas sudah menyelesaikan tugasnya dapat terpenuhi diberikan pasangannya dapat KB:S2/W2/B: 62-64 KB/IP1S2/P1/B. 43-44 terpenuhi karena subjek dan pasangannya sudah lama dan Terkonfimasi sama-sama berjuang KB/IP2S2/P1/B. 92-95
Mampu Subjek selalu memberikan Subjek memberikan Subjek komitmen dengan mempengaruhi orang semangat dalam bentuk saran kepercayaan kepada pasangannya untuk saling lain seperti memberikan semangat pasangannya agar dapat percaya bahwa subjek dan terus menerus dan berdoa bersama terus pasangannya akan menikah Terkonfirmasi KB:S2/W2/B: 47-49 KB/IP1S2/P1/B. 44-45 KB/IP2S2/P1/B. 55-60 Subjek juga membantu pacar subjek dalam menabung KB:S2/W2/B: 81-86
62
Berdasarkan analisis uji keabsahan data dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dipercaya keakuratan atas apa yang telah disimpulkan dan dipersepsikan oleh peneliti. Penelitian ini memberikan uraian laporan secara rinci, jelas, dan sistematis, selain itu penelitian ini telah melakukan proses keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian dengan pengarahan pembimbing.
H. Analisis Per Tema
Analisis per tema disusun berdasarkan rangkuman hasil wawancara yang mengungkap gambaran harga diri suku bugis dalam konsep siri na passé pada tradisi uang pannai. Oleh karena itu, peneliti menggabungkan rangkuman hasil wawancara kedalam table berikut.
Tabel 18
Rangkuman Hasil Analisis per Tema
Gambaran harga diri dalam konsep siri na passé pada tradisi uang pannai
Subjek mampu membuat pilihan dan mengambil
S1 keputusan dalam memenuhi uang panai dengan
bekerja lebih giat untuk membuktikan perjuangannya Kemandirian Subjek tidak mampu membuat pilihan dan mengambil
S2 keputusan. Dalam menentukan uang pannai, orang tua
subjek 2 lah yang menentukan besarnya jumlah uang
63
pannai
Subjek mampu bertindak dengan segera dan penuh
keyakinan dalam menerima tanggung jawab dengan S1 cara setelah lulus dibangku perkuliahan, subjek
langsung berkerja dan langsung menabung Tanggung jawab Subjek mampu bertanggung jawab atas keputusan
yang diambil, yaitu subjek siap untuk menunggu S2 kembali pasangannya untuk datang kembali
menghadap orang tua setelah menentukan uang pannai
Prestasi akan S1 Subjek menunjukkan kebanggaannya dengan menjaga kebanggaan komitmen antara subjek dan pasangan subjek
Subjek menunjukan kebanggaan dengan rasa S2 bersyukur
Subjek mampu menunjukkan emosi antusias ketika S1 Menunjukkan menerima tantangan uang pannai dari pasangannya
emosi yang luas Subjek mampu menunjukkan emosi senang bila uang S2 pannai terpenuhi
Subjek mampu mempengaruhi pasangannya dengan
Mampu S1 komitmen dan meminta pasangannya agar dapat
memengaruhi mempercayai subjek.
orang lain Subjek mampu mempengaruhi pasangannya dengan S2 memberikan semangat
64
Berdasarkan table diatas, dapat dijelaskan mengenai gambaran harga diri suku bugis dalam konsep siri na passé pada tradisi uang pannai. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Analisis data subjek 1 berdasarkan tema
Subjek sudah menjalin hubungan dengan pasangan subjek sejak duduk dibangku SMA. Subajek sampai sekrang masih menjalin hubungan atau pacaran.
Subjek sudah saling mengenal baik dengan keluarga perempuan sejak SMA
(KB:S1/W1/B: 32-34). Kadang-kadang subjek ditanya tentang keseriusan subjek dengan pasangannya (KB:S1/W1/B: 38-42). Subjek sering mecemaskan uang mahar yang akan ditetapkan oleh pihak keluarga perempuan ketika subjek sudah siap untuk melamar (KB:S1/W1/B: 45-46). Tetapi disini Subjek sangat memengang komitmen janjinya terhadap pasangannya bila subjek akan menikahinya (KB:S1/W2/B: 54-59). Subjek merasa harus berkerja lebih giat,untuk menunjukan sikapnya dia sebagai laki-laki yang serius (KB:S1/W2/B:
16-20). Subjek melakukan itu dikarenakan Subjek merasa mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya untuk pacarnya (KB:S1/W2/B: 38-42). Subjek menunjukan hasil usahanya dengan langsung bekerja setelah lulus kuliah, bilamana dia serius dengan pacarnya (KB:S1/W2/B: 45-48). Dengan ini Subjek sangat memengang komitmen janjinya janjinya terhadap pacarnya bila subjek akan menikahinya (KB:S1/W2/B: 54-59). Disinilah subjek merasa tertang dengan untunk memenuhi janjinya (KB:S1/W2/B: 67-68). Tetapi kadang-kadang Subjek merasa sedih bila kesepakatan tidak terpenuhi, tetapi perasaan subjek akan terus berjuang untuk memenuhi kesepakatan yang telah dijanjikan (KB:S1/W2/B: 75-
65
77). Dan disamping itu juga Subjek dapat meyakinkan keseriusan subjek dengan komitmennya dan akan bekerja dan menabung untuk dapat memenuhi syarat keluarga pasangannya (KB:S1/W2/B: 81-83).
b. Analisis data subjek 2 berdasarkan tema
Subjek sudah menjalani hubungan pacaran dengan pasangan sejak subjek masih SMA. Subjek sudah menjalani hubungan serius yang cukup lama dengan pasangannya. Pasangan subjek pernah datang kerumah subjek untuk bertemu dengan keluarga subjek untuk saling mengenal dan akrab. Pasangan subjek pernah berencana untuk menanyakan tentang keseriusan pasangan subjek tetapi untuk saat itu subjek harus melanjutkan pendidikannya dulu hingga selesai kuliah
(KB:S2/W1/B: 53-71). Pasangan subjek juga disuruh untuk kerja terlebih dulu sembari menabung jika sewaktu-waktu sudah siap untuk datang melamar
(KB:S2/W1/B: 80-81). Pacar subjek siap menunggu subjek hingga dapat menyelesaikan kuliahnya (KB:S2/W1/B: 80-81). Subjek meyakini bilamana keluarga subjek sudah menentukan mahar maka pasangan subjek dapat memenuhi permintaan keluarga subjek (KB:S2/W1/B: 103). Disamping itu subjek selalu berfikir bahwa keluarga subjek menguji kesabaran dan usaha pasangan subjek
(KB:S2/W1/B: 141-149). Dan Subjek tetap merasa optimis untuk yang terbaik buat pacarnya (KB:S2/W1/B: 166-169). Dalam menentukan uang pannai keluarga hanya berperan menentukan mahar untuk pihak lagi (KB:S1/W1/B: 25-29).
Subjek selalu berpendapat bahwa uang pannai atau mahar yang ditetapkan adalah sesuatu yang baik (KB:S2/W2/B: 31-33). Selagi subjek menunggu pasangan subjek mengumpulkan uang pannainya, subjek selalu member support yang baik
66
untuk pasangannya agar tetap semangat dalam bekerja (KB:S2/W2/B: 47-49).
Karena apa bila pasangan subjek dapat memenuhi uang pannai tersebut maka subjek dan keluarga subjek akan merasa senang dan bahagia karena sudah menyelesaikan tugasnya (KB:S2/W2/B: 62-64). Agar dapat meringankan tanggungan pasangan subjek maka subjek juga kerja dan membantu pasangan subjek menabung dengan keinginan membantu agar bisa cepat menikah
(KB:S2/W2/B: 81-86).
Berdasarkan uraian tersebut bahwa dapat disimpulkan bahwa kedua subjek mempunyai keinginan yang sama dan tindakan yang berbeda dalam menentukan uang pannai dan memenuhi uang pannainya. Pada subjek 1 memunculkan tanggung jawab dalam memenuhi uang pannai yang akan diberikan kepadanya dengan cara bekerja dan menabung sehingga subjek dapat segera menikahi pasangannya dan subjek juga dapat menunjukan keseriusannya terhadap keluarga pihak perempuan bahwa subjek benar serius menjalin hubumgan dengan pasangannya. Pada subjek 2 merasa penentuan uang pannai adalah suatu hal yang baik karena dapat menguji keseriusan pasangannya dalam mengumpulkan uang pannainya untuk lamarannya nanti.
67
I. Pembahasan Umum
Uang pannai adalah sejumlah uang yang wajib diberikan oleh pihak laki- laki kepada pihak wanita sebagai pemberian ketika akan melangsungkan perkawinan selain mahar. Pemberian uang merupakan salah satu langkah awal yang harus dilakukan oleh laki-laki ketika akan melangsungkan perkawinan yang ditentukan setelah adanya proses lamaran. Jika lamaran telah diterima maka tahap selanjutnya adalah penentuan uang pannai yang jumlahnya ditentukan terlebih dahulu oleh pihak wanita yang dilamar dan jika pihak laki-laki menyanggupi maka tahap perkawinan selanjutnya bisa segera dilangsungkan. Walaupun terkadang terjadi tawar-menawar sebelum tercapainya kesepakatan jika pihak laki-laki keberatan dengan jumlah uang panaik yang dipatok (Agustar, 2018: 5).
Siri’ na pace sendiri merupakan sebuah nilai budaya yang dijadikan pedoman oleh masyarakat etnis Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Siri’ berarti malu yang jika diartikan secara harfiah artinya harga diri. Sedangkan, pace berarti pedih dan secara harfiah diartikan sebagai rasa solidaritas dan tolong menolong. Budaya siri’ na pace merupakan bentuk dari perasaan halus dan suci dengan memegang teguh budaya siri’ na pace dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari akan menumbuhkan sikap positif sesuai dengan nilai yang terdapat pada budaya ini Menurut Hamid
(dalam Rusdi dan Prasetyaningrum, 2015: 70-71).
Siri’ na pace adalah individu akan bekerja untuk meningkatkan potensi yang ada pada dirinya. Individu juga akan berusaha mentaati peraturan yang
68
berlaku di masyarakat. Menjaga amanah yang telah dipercayakan kepada individu tersebut. Serta, individu akan menjunjung tinggi nilai – nilai kejujuran dalam bekerja.
Tradisi uang pannai dalam konsep siri na passé ini selaras dengan ungkapan yang dinyatakan oleh Myers (2012: 71) bahwa harga diri adalah keseluruhan rasa akan nilai diri yang kita gunakan untuk menilai sifat dan kemampuan kita.
Konsep diri kita ditentukan oleh banyaknya pengaruh, termasuk peran yang kita punyai, perbandingan yang kita buat, identitas sosial kita, bagaimana kita mengartikan orang yang menilai kita dan pengalaman keberhasilan dan kegagalan kita.
Tradisi uang pannai merupakan budaya di Suku Bugis yang sangat di junjung tinggi karena mempunyai makna tentang bagaimana cara melihat keseriusan pihak laki-laki untuk meminang pasangannya, berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang ditentukan oleh pihak perempuan, dan berkomitmen terhadap keputusan yang telah diungkapkan, tradisi ini juga bisa melihat bagaimana pihak perempuan dalam bertanggung jawab tasa pilihannya untuk menunggu calon pasangannya untuk memenuhi tuntutan yang telah ditentukan, dan bagaimana dia membantu pasangannya dalam memenuhi uang pannai yang ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui subjek 1 memenuhi semua ciri-ciri kemandirian tentang bagaimana subjek harus berkerja lebih giat untuk menunjukkan keseriusannya sebagai laki-laki yang serius. Namun subjek 2 belum memenuhi ciri-ciri tersebut dikarenakan yang menentukan uang
69
pannai adalah orang tuanya bukan subjek yang menentukan uang pannainya, karena dalam hal penentuan uang pannai, orang tua pihak perempuan sudah mengetahui gambaran rincian proses pernikahan yang memakan banyak biaya dan pada proses ini orang tua pihak perempuan tidak mau bila dipernikahan nantinya ada kekurangan karena proses dalam pernikahan mempunyai tahap-tahap yang lumayan banyak dari proses lamaran, penyerahan uang pannai hingga akad nikah sampai mengantarkan mempelai ke rumah baru.
Pada ciri-ciri tanggung jawab, subjek 1 dan subjek 2 sama-sama mampu memegang janjinya terhadap pasangannya. Subjek 1 sangat memengang komitmen terhadap janjinya untuk pasangannya bila subjek akan menikahinya.
Sedangkan subjek 2 mampu memegang komitmennya untuk menunggu pasangannya sampai uang pannai yang ditentukan orang tuanya bisa terpenuhi.
Pada ciri-ciri prestasi akan kebanggaan dapat disimpulkan subjek 1 dan subjek 2 mampu megang komitmen dengan menunjukkan hasil kerjanya kepada pasangannya dan merasa senang bila mana kesepakatan yang telah ditentukan orang tuanya dapat dipenuhi oleh pasangannya.
Ciri-ciri menunjukkan perasaan emosi yang luas terhadap pasangannya mampu dipenuhi subjek 1 dan subjek 2, bilamana subjek 1 merasakan kesedihan bila saat melamar tidak dapat terpenuhi tetapi subjek akan terus berusaha dan berjuang untuk memenuhi kesepakatannya. Sedangkan subjek 2 merasakan kegembiraan bila pasangannya sudah menyelesaikan tugasnya.
70
Subjek 1 dan subjek 2 mampu memenuhi ciri-ciri mampu mempengaruhi orang lain, subjek 1 dapat meyakinkan keseriusannya dengan menjaga komitmen terhadah pasangannya dan berjanji akan berkerja keras dan menabung. Subjek 2 selalu memberikan semangat dalam bentuk saran dan motivasi terus-menerus dan berdoa untuk pasangannya.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Gambaran Harga Diri
Suku Bugis Dalam Konsep Siri Na Passe Pada Tradisi Uang Pannai dapat subjek dipenuhi dengan baik meskipun ada salah satu subjek belum memenuhi salah satu ciri-ciri.
Pada penelitian ini terdapat kelebihan dan kelemahan serta kendala yang ditemukan saat proses penelitian. Kelebihan dalam penelitian ini adalah dapat mengetahui perilaku tentang konsep siri na passé pada tradisi uang juga dapat mengungkap lebih dalam nilai budaya yang diyakini oleh subjek. Kelemahan penelitian ini adalah berasal dari teman sosial subjek, sehingga informasi yang diberikan ada kemungkinan kurang mendalam sebagaimana jika informan penelitian berasal dari keluarga subjek. Sedangkan kendala dalam penelitian ini adalah jarak antara subjek dan peneliti yang cukup jauh sehingga beberapa kali penyesuaian jadwal pengambilan data wawancara terhambat.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Gambaran Harga Diri pada Tradisi Uang Pannai
Harga diri adalah salah satu faktor yang menentukan perilaku individu.
Sama seperti yang digambarkan pada diri masyarakat suku bugis yang sangat menjungjung tinggi tentang harga diri karena mereka berpendapat bahwa harga diri adalah bagian dari kehidupan mereka. Seperti dalam cara berperfikir, berperilaku, mengambil keputusan, dalam menyampaikan pendapat, dalam mengambil keputasan dan dalam bertanggung jawab atas pilihan yang mereka pilih. Semua mereka terapkan dalam harga diri, yang mereka sebut konsep siri na passé yang dapat di artikan harga diri dan kemanusian. Dan inilah mereka sangat menjaga tentang harga diri tersebut, karena peran harga diri pada penentuan uang mahar atau uang pannai sangatlah penting, dan yang kita tau uang pannai adalah sejumlah uang mahar yang diyeyapkan oleh pihak perempuan untuk diberikan untuk pihak laki-laki yang akan meminangnya sebagai pemberian ketika akan melangsungkan pernikahan, pemberian ini bisa dikatakan suatu langkah awal yang harus dilakukan oleh laki-laki ketika akan melangsungkan pernikahan yang ditentukan setelah adanya lamaran. Disini dapat dilihat bagaimana peran harga diri pihak perempuan dalam menentukan uang pannainya karena apabila pihak perempuan salah menentukan uang pannainya maka akan terjadi kesalahan di acara pernikahannya dan bisa saja terjadi omongan yang menimbulkan rasa malu
71
72
dikeluarganya yang membuat harga diri pihak keluarga terganggu. Maka tidak ada salahnya juga ketika uang pannai yang ditetapkan oleh pihak perempuan yang bisa dibilang cukup tinggi, karena bisa mencegah akan terjadinya hal tersebut.
Pada uang pannai ini pihak perempuan juga dapat melihat keseriusan pada pihak laki-laki yang akan meminangnya atau melamarnya, bila uang pannai sudah ditetapkan maka berusahalah pihak laki-laki mengumpulkan uang pannai yang sudah ditetapkan oleh pihak perempuan. Dan disinilah juga bisa melihat bagaimana usaha dan keseriusan pihak laki-laki dalam berjuang untuk dapat meyakinkan pihak perempuannya bahwa pihak laki-laki memang benar-benar serius dalam meminangnya. Tetapi penelitian ini menyatakan bahwa harga diri perempuan bukanlah harga transaksional karena yang utama adalah harga diri atau siri karena harga diri tidak dapat ditukar dengan nilai.
B. Saran
Saran yang dapat di berikan setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagi Subjek Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disarankan bisa
lebih berusaha dalam meyakinkan dirinya sendiri dan meyakinkan
pasangannya agar komitmen dapat dijaga dan dipegang oleh satu sama yang
lain. Dengan berkerja lebih keras dan dapat menabung sehingga dapat
73
menunjukan keseriusan untuk pasangannya. Individu juga dapat menyemangati
pasangannya agar tetap semangat dalam berkerja agar tuntutan dapat terpenuhi
.
2. Bagi Peneliti lain
Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti tentang budaya,
khususnya tentang gambaran harga diri suku bugis dalam konsep siri na passé
pada tradisi uang pannai agar dapat menggali informasi yang lebih mendalam,
yaitu dengan memperdalam teori-teori mengenai harga diri serta mempertajam
ciri-ciri dan faktor yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya, guna
melengkapi hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustar.(2018). Tradisi Uang Panaik Dalam Perkawinan Suku Bugis Pada Masyarakat Desa Sanglar Kecematan Reteh Kabupaten Indragiri Hilir . Riau : Universitas Riau
Cast, A.D., & Burke, P.J. (2002). A Theory of Self Esteem. Social Forces. Vol.80. No. 3. Hal 1041-1068. USA: The University of Not Carolina Press.
Clark, Aminah., Clemes, Harris & Bean, Reynold. Alih bahasa oleh Tjandrasa, Medd. Meitasari. (1995). Bagaimana meningkatkan harga diri remaja. Jakarta: Binarupa Aksara.
Creswell, Jhon.W., (2015). Penelitian Kualitatif Dan Desain Riset. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Harsojo, (1999). Pengantar Antropologi Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Haviland, William A ., dan Soekadijo, R.G. (1999). Antarpologi : edisi 4, jilid 1. Surakarta : Erlangga.
Herdiansyah, Haris. (2010). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Herdiansyah, Haris. (2014). Metodologi penelitian kualitatif.Jakarta : Salemba Humanika
Horton, Paul.B., dan Hunt, Chester.L., (1987). Sosiologi.Jakarta : Erlangga.
Husamah. (2015). Kamus Psikologi Super Lengkap. Yogyakarta : Cv. Andi Offeset. Hill., Virgil., Zeigler., (2018) Implicit Self-esteem. Springer international.
Jordan., Christian., (2017) H. Self Esteem. Springer international.
Jarvis, Matt. (2007). Teori-Teori Psikologi: Pendekatan Modern untuk MemahamiPerilaku, Perasaan & Pikiran Manusia. Bandung: Nusamedia.
74
75
Koentjaraningrat, (1990).Pengantar Ilmu Antarpologi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: PT. Eresco
Moleong, M.A Prof. Dr. Lexy J. (2004). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, M.A Prof. Dr. Lexy J. (2016). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong, Lexy.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja Rosdakarya Offset
Myers, G. David. (2012). Psikologi sosial. : Edisi 10, Buku 1. Jakarta : Salemba Humanikka
Pervin, Lawrence. A., Cervone, Daniel & John, Oliver. P. Alih Bahasa oleh Anwar, A. K. (2012). Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian edisi kesembilan. Prenadamedia Group: Jakarta.
Rahayu, Sri., dan Yudi (2015). Uang Nai’: Antara Cinta Dan Gengsi. Universitas Jambi
Rusdi., Mughny., IL., dan Prasetyaningrum., Susanti. (2015). Nilai budaya Siri Na Passe dan Perilaku Korupsi. VOL. 13 Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Santrock, J.W. (2007). Remaja: edisi 11, jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S.W. (2005). Psikologi Remaja . Jakarta: PT. Raharja Grafindo Jaya.
Sarwono, S.W dan Meinarno, E.A (2015). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Story., SA (2009, April 8). Wanita-wanita dengan uang pannai tertinggi disulawesi selatan [Video file]. Retrieved from http://youtu.be/h7amxbQQC6g
76
Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet., (2003) Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: Refika Aditama. Syarif, Erman., Dkk. (2016). Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis akassar Dalam Proses Pembelajaran Sebagai Salah Satu Strategi Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).Universitas Negri Malang.
Yosep, Ius. (2009). Keperawatan jiwa. edisi revisi. Bandung: PT. Refika Aditama.
Verbatim
Subjek 1 Wawancara 1
Verbatim
Subjek 1 Wawancara 2
Verbatim
Subjek 2 Wawancara 1
Verbatim
Subjek 2 Wawancara 2
Verbatim
Informan 1 Subjek 1 Wawancara 1
Verbatim
Informan 2 Subjek 1 Wawancara 1
Verbatim
Informan 1 Subjek 2 Wawancara 1
Verbatim
Informan 2 Subjek 2 Wawancara 1