ISSN 1858-1137

JURNAL ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN KOTA

VOLUME 14, NO. 1, MARET 2017

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF PADA KORIDOR Wulani Enggar Sari

BERUGAQ SEBAGAI IDENTITAS ARSITEKTUR DESA TANAH PETAK DAYE, UTARA Franseno Pujianto Yenny Gunawan,

GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN BENTENG ORANJE TERNATE Hery Purnomo Judi O. Waani Cynthia E.V. Wuisang

KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA TENGGARA TIMUR Ferdy Sabono

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI Indri A. Wirakusumah

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

\ ISSN 1858-1137

JURNAL ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN KOTA

VOLUME 14, NO. 1, MARET 2017

Penanggung Jawab Halaman Sampul ...... i Dr. Judy O. Waani, ST, MT Daftar Isi ...... ii

Redaktur Sekapur Sirih ...... iii Octavianus H.A. Rogi, ST, MSi Alvin J. Tinangon, ST, MT Ir. Joseph Rengkung, MT Artikel Ilmiah :

PERLETAKAN JALUSI ADAPTIF Penyunting / Editor PADA KORIDOR Ir. Deddy Erdiono, MT Wulani Enggar Sari ...... 1-11 Ir. Suryono, MT Ir. Pierre H. Gosal, MEDS BERUGAQ SEBAGAI IDENTITAS ARSITEKTUR DESA TANAH PETAK DAYE, Desain Grafis / Online Operator LOMBOK UTARA Hendriek H. Karongkong, ST, MT Franseno Pujianto Yenny Gunawan ...... 12-22 Sekretariat

Herry Siswoyo, AMaTA GAYA & KARAKTER VISUAL ARSITEKTUR Jenny Lumangkun KOLONIAL BELANDA DI KAWASAN Devly D. Lahama BENTENG ORANJE TERNATE Hery Purnomo Reviewer Judi O. Waani Cynthia E.V. Wuisang ...... 23-33 Prof. Dr. Ir. Jefrey I. Kindangen, DEA Prof. Dr. Ir. Sangkertadi, DEA Prof. Dr.Eng. Ir. T. Yoyok W. Subroto, MEng KONSEP RUMAH TUMBUH PADA RUMAH Dr.Ir. VG. Sri Rejeki, MT ADAT TRADISIONAL DUSUN DOKA, NUSA Dr. Ir. Linda Tondobala, DEA TENGGARA TIMUR Ferdy Sabono ...... 34-48 Dr. Veronica A. Kumurur, ST, Msi Dr.Eng. Pingkan P. Egam, ST, MT Dr. Aristotulus E. Tungka, ST, MT LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH C.E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Hab.Mgt, PhD Indri A. Wirakusumah ...... 49-60 Fela Warouw, ST, MSc, PhD

Pedoman Penulisan Naskah ...... iv

Penerbit Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115 e-mail : [email protected]

ii MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH

Oleh :

Indri A. Wirakusumah (Staf Pengajar Program Studi Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan, [email protected])

Abstrak

Arsitektur candi merupakan warisan kebudayaan yang masih dapat dikagumi kemegahannya hingga saat ini. Sejarah perkembangannya telah melampaui beberapa abad. Sepanjang perjalanan sejarah arsitektur klasik di Indonesia, candi telah mengalami berbagai macam zaman, Hal ini membentuk karakteristik bentuk candi yang berbeda-beda pada tiap periode. Tulisan ini akan membahas candi yang dibangun pada masa penting sejarah kebudayaan Indonesia yang ditandai dengan latar belakang sejarah menjelang runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad ke -15, yaitu candi Sukuh yang berlokasi di Desa Berjo, Karangnyar, Jawa Tengah, yang dibangun pada periode yang sama dengan runtuhnya kerajaan Majapahit. Majapahit adalah kerajaan besar pada bagian periode sejarah Indonesia, sehingga candi yang dibangun pada masa ini memiliki bentuk yang signifikan. Candi ini memiliki bentuk yang berbeda dengan candi-candi yang dibangun pada periode sebelumnya. Pada masa ini bentuk candi didominasi oleh susunan berundak yang diakui sebagai salah satu ciri bangunan pada budaya Megalitikum pra-Hindu Jawa, selain itu bangunan candi pada zaman ini kaya ornamen berbentuk relief dan arca yang menggambarkan alat reproduksi wanita dan pria sebagai simbol dua kutub. Perwujudan simbolik ini mengarah pada erotisme yang belum pernah ditemukan pada arsitektur candi masa sebelumnya. Hal ini terjadi sebagai akibat dari pengaruh kepercayaan Tantrayana. Tantrayana adalah kepecayaan yang menggabungkan antara Hindu dan Buddha (Siwa), pada kepercayaan ini banyak digunakan simbol pada ikonografi seni Buddha dan Hindu, selain itu kepercayaan ini juga dikenal bersifat magis dan penuh kerahasiaan. Fenomena ini menjadi menarik untuk ditelusuri lebih lanjut dengan tujuan untuk mengetahui asal mula pemikiran dan peristiwa yang menjadi latar belakang terbentuknya sosok arsitektur candi seperti pada masa akhir kerajaan Majapahit ini. Metoda penelitian memakai pendekatan kualitatif-deskriptif-interpretatif. Hasil temuan yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk candi pada masa akhir kerajaan Majapahit dipengaruhi oleh kepercayaan Tantrayana yang tengah berkembang pada masa tersebut, selain itu dialog juga terjadi dengan kepercayaan yang dianut oleh budaya lokal masyarakat Hindu Jawa. Akibat dari peleburan hal tersebut, maka menghasilkan bentuk yang merupakan hasil integrasi dari aspek aspek tersebut.

Kata Kunci : Candi, Tantrayana, Kerajaan Majapahit

1. PENDAHULUAN dengan pesat di Indonesia, salah satu kerajaan

yang terkenal adalah kerajaan Majapahit. Indonesia adalah negara dengan Kerajaan Majapahit berdiri pada abad kekayaan budaya yang beragam, salah satunya ke -11 hingga abad ke -15. Kerajaan ini adalah candi yang banyak terdapat di pulau tercatat dalam sejarah sebagai kerajaan Hindu- Jawa. Candi telah melewati berbagai periode Budha terakhir yang berdiri di Indonesia. dalam perjalanan sejarahnya. Berbagai Kemashyuran kerajaan ini terkenal se-Asia kepercayaan dan agama yang menyebar di Tenggara bahkan sampai ke Asia Selatan. Indonesia berkaitan erat dengan Candi yang dibangun saat masa akhir keanekaragaman bentuk candi. kekuasaan kerajaan Majapahit memiliki Candi dikenal sebagai bangunan suci karakteristik yang belum pernah terlihat pada dalam lingkup kerajaan Hindu-Budha di candi-candi yang dibangun sebelumnya di Indonesia yang berdiri pada abad 4 hingga . Secara sosok, candi ini tersusun abad ke -15 Sebelum Islam masuk, yang dari undakan yang menyerupai piramida, ditandai dengan berdirinya kerajaan Demak. sementara ornamen dan relief didominasi oleh Kerajaan Hindu-Budha tumbuh berkembang

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 49 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

lambang simbol reproduksi manusia secara dimaksudkan untuk mendapatkan eksplisit . pengalaman langsung terhadap objek, Fenomena ini sangat menarik untuk sehingga dapat memberikan deskripsi dikaji, karena bentuk candi pada masa akhir menyeluruh Majapahit ini sangat spesifik dan mengalami (3) Interpretasi dilakukan terhadap hasil dari transformasi yang cukup signifikan dari candi- analisis yang didapat untuk menjelaskan candi sebelumnya, maka dipilih candi Sukuh pengaruh yang mendominasi langgam sebagai kasus studi yang dapat mewakili arsitektur candi menjelang keruntuhan sosok candi yang dibangun pada periode ini. kerajaan Majapahit. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini bertujuan untuk menjawab hal tersebut. Maka, 3. ARSITEKTUR CANDI pertanyaan penelitian dapat dirumuskan Candi sebagai warisan budaya sebagai berikut : (1) Pengaruh apa saja yang Indonesia memiliki keunikan tersendiri. mempengaruhi langgam dan ornamen candi Bangunan ini didirikan untuk memenuhi Sukuh ? fungsi ritual ibadah, oleh karenanya bangunan Tujuan penelitian ini adalah untuk ini bersifat sakral. Masyarakat periode klasik mengetahui karakteristik sosok candi yang sangat memegang teguh aturan-aturan yang dibangun pada masa Majapahit akhir sebagai terkait dengan simbol- simbol kesucian. akibat dari pengaruh aliran dan budaya yang Candi di Nusantara dapat dibagi berkembang pada masa tersebut. menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok Jawa

Tengah bagian utara, kelompok Jawa Tengah 2. METODE PENELITIAN bagian selatan, dan kelompok Jawa Timur,

Penelitian ini menggunakan termasuk di dalamnya candi di Bali, Sumatera pendekatan kualitatif - deskriptif - Tengah, serta Sumatera Utara. Pembagian interpretatif. Adapun langkah-langkah kelompok ini berdasarkan agama yang penelitian akan ditempuh melalui 3 tahapan berkembang pada zaman tersebut, yaitu analisis, sebagai berikut : agama Hindu (terutama Shiwa), agama Budha (1) Melakukan studi literatur perihal arsitektur (Mahayana), dan aliran Tantrayana (baik yang candi dan aliran Tantrayana yang bersifat Hindu maupun Budha). berkembang di Nusantara menjelang Menurut Rahadhian (1999) tipe bentuk keruntuhan kerajaan Majapahit. Studi pada candi di Nusantara dibagi menjadi 2 jenis, tahap ini guna memahami secara lebih yaitu tipe menara dan tipe non-menara. Tipe dalam pemikiran yang menjadi latar non-menara dibagi lagi ke dalam beberapa belakang pemilihan sosok candi periode tipe, yaitu tipe stupa, tipe punden, tipe Majapahit akhir. pertirtaan, tipe gapura, dan goa (non candi). (2) Melakukan pengamatan di lapangan guna Candi punden juga diklasifikasikan menjadi mendapatkan data primer dan sekunder tipe punden tidak berundak, tipe punden yang lebih lengkap. Teknik survey berundak, dan tipe punden piramid. Tipe

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 50 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

punden piramid merupakan candi punden menilai bahwa keseimbangan dan dengan bentuk piramid terpancung. Bentuk kebahagiaan fisik dan mental dapat terjadi piramid ini layaknya mirip bentuk punden melalui kesadaran akan Ketuhanan berundak tetapi teras undakannya sudah tidak (nishreyas) dan material duniawi (abhyu terasa lagi, lebih merupakan bentuk masa daya). yang licin dengan tingkatan teras yang tidak Aliran Tantrayana ini sering dikaitkan kelihatan. dengan pengalaman seksual dan seringkali Berdasarkan klasifikasi yang dibuat disalahartikan sebagai sikap yang mengumbar oleh Rahadhian (1999), tipe candi Sukuh keinginan tersebut, sehingga pemahaman ini termasuk dalam klasifikasi candi punden dianggap sebagai sesuatu yang vulgar. Hal ini berundak. Punden berundak ini merupakan terkait dengan salah satu cara untuk tipologi yang tidak banyak ditemukan di mencapai keabadian dalam Tantrayana adalah Nusantara. Sosok ini diduga merupakan melalui eksplorasi tubuh, salah satunya adalah pengaruh kebudayaan megalitikum Jawa yang pengalaman seksual atau persetubuhan antara muncul kembali pada masa ini. pria dan wanita (Dasgupta, 1974). Namun, Selain itu, Soekmono (1991) menurut P.G. Yogi (1998), Tantrayana menjabarkan bahwa langgam Jawa Tengah sebetulnya meninggikan posisi wanita sebagai memiliki tatanan massa yang bersifat ibu. Dari pernyataan ini, tampaknya konsentrik dan formal, seperti terlihat pada Tantrayana menghargai proses awal Candi , sementara pada Candi kehidupan di bumi yang diciptakan melalui Sukuh tatanan lebih bersifat linear. wanita, oleh karenanya kepercayaan ini tampak mengedepankan ritual-ritual yang

selalu dihubungkan dengan hasrat seksual 4. ALIRAN TANTRAYANA antara pria dan wanita. Tantrayana adalah aliran yang Persentuhan aliran yang berasal dari berkembang dan tercatat pada tulisan di India, India ini sudah sejak berabad-abad lalu terasa Tibet dan Cina. Menurut P.G. Yogi (1998) di Nusantara, termasuk di dalamnya adalah dalam tulisannya berjudul An Analysis of filsafat, kesenian, dan agama. Agama Hindu Tantrayana (Vajrayana), Tantra berasal dan dan Budha telah berjalan secara selaras di disadari sebagai pengalaman yang sangat Nusantara, terbukti dari bukti arkeologis sensual yang dialami para praktisi Yoga atau candi-candi yang terdapat di tanah Jawa masih disebut Yogini. Tantrayana ini dipraktekan tetap berdiri sampai saat ini. Sebagai contoh oleh para Sadhaka, yang berarti orang yang adalah candi yang memiliki ciri ingin mencapai suatu tujuan. Tujuan dalam khas Hindu berdiri tidak jauh dari candi Sewu, hal ini adalah kemampuan untuk menjalani Plaosan, dan . Tidak ada bukti yang hidup secara seimbang, baik secara filosofis menguatkan bahwa satu kepercayaan berusaha dan secara agama atau kepercayaan. Pada menghancurkan kepercayaan yang lain. intinya tantrayana melihat adanya dualitas Kepercayaan Hindu dan Budha dapat dalam kepercayaannya, praktek Tantrayana selaras berdampingan di tanah Jawa, karena

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 51 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

keduanya dihubungkan oleh paham ajaran yang biasa disebut aliran Tantra kanan, Tantrisme. Menurut Slamet Mulyana (1979) sedangkan Mantrayana dan Mantranaya Tantrisme pernah mencapai puncak adalah aliran Tantra Buddha yang terkait kejayaannya di Jawa Timur, dan terbukti dengan mantra dan hal-hal gaib atau biasa mempengaruhi hampir semua bidang disebut aliran Tantra kiri. kebudayaan, seperti seni bangun dan seni Paham Tantrayana dapat dilihat sastra bernafaskan keagamaaan. jejaknya di Nusantara. Paham ini Tantrayana berkembang baik dan mengeksploitasi seluruh panca indera dan raga mencapai puncaknya di Jawa pada masa untuk mencapai tingkatan tertinggi atau biasa pemerintahan Raja Kertanegara (1268-1292 disebut moksha. Moksha adalah suatu kondisi M) di Singosari - Jawa Timur. Hal ini di mana seorang individu dianggap dapat disebutkan pada prasasti yang dipahatkan menghubungkan jiwanya dengan Tuhan. pada arca Aksobhya atau lebih dikenal sebagai Aliran ini berkeyakinan bahwa Joko Dolok berangka tahun 1289 Masehi. hubungan mereka dengan alam dan roh-roh Dalam prasasti tersebut dikatakan bahwa menjadi semakin kuat, pun mereka dapat Kartanegara mentahbiskan dirinya sebgai Jina bersatu dengan Tuhannya dengan cara tertinggi di pekuburan Wurare. melakukan ritual. Ritual yang dikenal di Kekuasaan Singosari dilanjutkan oleh Tantrayana terangkum dalam pancatattwa, Wijaya dengan mendirikan kerajaan yang terdiri dari mada atau madya, mamsa, Majapahit. Kerajaan ini mencapai puncak matsya, mudra, dan maithuna. kejayaannya di bawah pemerintahan Mada atau Madya memiliki arti berada Hayamwuruk, sehingga banyak candi yang pada jalan tengah, tidak terlalu lemah atau dipugar dan dibangun pada masa ini. terlalu keras, namun sering ditafsirkan kepada Sepeninggal Hayamwuruk, Majapahit kondisi tidak sadar atau mabuk. Mamsa dipimpin oleh Suhita, sebagai salah satu ditafsirkan menjadi pemakan daging dan keturunannya. Pada masa ini banyak tempat peminum darah. Matsya diartikan arti untuk melakukan ritual pemujaan yang menekan nafsu dan keinginan, mematikan dibangun, di antaranya adalah candi Sukuh semua indra, selanjutnya sering sebagai dan candi Cetha. Menurut Soekmono (1991) , keluwesan dan tidak kaku, disalahartikan bentuk-bentuk tersebut memiliki makna sebagai memakan ikan. Sementara, Mudra seperti lambang gaib. berarti penjiwaan yang mendalam, penuh Terkait dengan makna gaib, Pott tekad, yang kemudian ditafsirkan melakukan (1966) menambahkan bahwa Tantrayana biasa tarian hingga lelah. Sementara maithuna juga disebut dengan Vajrayana (Tantric adalah meleburkan pikiran kepada kosmis Buddhism), Mantrayana, atau Mantranay. yang kemudian diartikan dengan persetubuhan Dijabarkan lebih lanjut oleh J. Kats (1910), massal. Tantrayana adalah istilah segala sesuatu yang Masyarakat klasik Nusantara yang saat berhubungan dengan paham Tantric. itu tengah mengembangkan kepercayaan Vajrayana adalah paham Tantrayana Hindu animisme dan dinamisme, percaya terhadap

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 52 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

kekuatan-kekuatan gaib dan upacara-upacara didirikan pada abad 15 M, di bawah yang menggunakan ilmu magis. Mereka mulai pemerintahan Ratu Suhita, ratu Majapahit melakukan pengorbanan dengan yang memerintah tahun 1429-1446. Pada era menggunakan binatang untuk dipersembahkan ini kerajaan Majapahit tengah mengalami pada kekuatan yang menguasai alam semesta. kemunduran. Menurut I Gusti Ayu Surasmi (2007) Komplek candi ini menghadap ke barat perkembangan aliran Tantrayana ini menjadi dengan susunan halaman terdiri dari tiga teras pesat dikarenakan kepercayaan masyarakat yang berundak-undak. Relief yang terdapat di klasik Nusantara terhadap kepercayaan komplek tersebut juga melambangkan ketiga animisme dan dinamisme ini. dunia, yaitu dunia bawah dilambangkan dengan relief Bima Suci, dunia tengah

dilambangkan dengan relief Ramayana, 5. CANDI SUKUH, SOSOK ARSITEKTUR ZAMAN MAJAPAHIT Garudeya, dan Sudhamala, dunia atas AKHIR dilambangkan dengan relief

Tantrayana sebagai sebuah aliran yang Swargarohanaparwa. Penggambaran ketiga berkembang pada sejarah Nusantara dunia pada relief-relief tersebut menunjukan meninggalkan bukti fisik dalam sosok tahapan yang harus dilalui manusia untuk arsitektur candi. Candi Sukuh terletak di kaki mencapai nirwana. gunung Lawu. Komplek candi Sukuh

Gambar 1 Isometri kepercayaan kosmik Hindu Sumber : Tesis Rahadhian PH, 1999

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 53 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 2 Skema kepercayaan kosmik Budha Sumber : Diproses ulang dari http://indo-awesome.blogspot.co.id/2015/09/candi-borobudur.html diakses Januari 2017

Angka tiga melambangkan bahwa ke arah timur membelakangi gunung Lawu. semesta itu tersusun dari tiga tingkatan, Pada kosmologi masyarakat klasik, sumbu biasanya dunia bawah merepresentasikan barat melambangkan kematian sementara dewa-dewi tingkat bawah, dunia tengah sumbu timur melambangkan awal mulainya merepresentasikan dunia manusia, sedangkan kehidupan. dunia teratas melambangkan dewa-dewi tingkat tinggi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan surga. Hal ini biasa ditemukan dalam kepercayaan Hindu-Budha. Pada kepercayaan Hindu, alam dibagi menjadi tiga unsur kosmis, yaitu Bhurloka (dunia bawah), Bhuvarloka (dunia tengah), dan Swarloka (dunia atas). Demikian pula di dalam kepercayaan Buddha, dunia pun dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Kamadatu (alam kama), Rupadatu (alam yang berwujud), dan Arupadatu (alam tak berwujud). Candi Sukuh memiliki tatanan yang tidak biasa dijumpai. Biasanya candi memiliki tatanan simetri dan terpusat, Gambar 3 Tapak kompleks candi Sukuh sementara candi ini memiliki tatanan linear Sumber : Diproses ulang terbagi atas 3 halaman yang memiliki sumbu dari tesis Rahadhian PH (1999) imajiner mengarah pada Gunung Lawu. Pada halaman pertama atu halaman Bangunan ini memiliki pintu masuk di arah purwa, ciri yang sangat menarik ditemukan barat, menghadap ke gunung Lawu. relief yang menggambarkan alat kelamin pria Sementara bangunan utama candi menghadap dan wanita pada bagian lantai. Area ini tidak

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 54 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

boleh diinjak, menunjukkan derajat sakralitas wanita sebagai awal dari kreasi manusia. pada relief tersebut. Aliran ini memusatkan pemujaan terhadap Devi/Dewi Durga sebagai Ibu, lebih lanjut lagi wanita dianggap penyeimbang dan berpasangan dengan pria. Sebagai sakti (istri) Dewa Siwa, kedudukan Dewi Durga ini lebih ditonjolkan daripada dewa itu sendiri. Oleh karena itu, prosesi terciptanya kelahiran baru yang dimulai dari hubungan bertemunya wanita dan pria dianggap sakral pada kepercayaan ini.

Gambar 4 Relief pada lantai yang mengambarkan alat kelamin pria dan wanita Sumber: : https://laskarmim.wordpress.com/tag/lingga/ diakses pada Maret 2017

Simbol alat kelamin pria dan wanita mengukuhkan bahwa candi ini lebih banyak dipengaruhi kepercayaan Hindu, karena lambang lingga-yoni 1 merupakan ciri khas dari relief atau patung pada candi Hindu.

Selain simbol tersebut, sosok yang ditemukan pada candi ini adalah arca tanpa kepala yang sedang memegang alat kelaminnya yang berdiri tegak dan relief yang mempertontonkan alat genitalnya secara vulgar. Kesan vulgar ini sebetulnya sifatnya simbolis. Lambang lingga dan yoni diatikan sebagai proses terciptanya kehidupan, oleh karenanya, Tantrayana meninggikan posisi Gambar 5 Sosok patung dan relief pada candi Sukuh yang menggambarkan pornografi secara eksplisit Sumber: : http://log.viva.co.id/, 1 Lingga adalah sebuah objek yang tegak. Biasa disebut diakses pada Maret 2017 Phallus atau alat genital kaum pria. Objek ini melambangkan kesuburan. Yoni adalah pasangan dari lingga yang merupakan simbol dari alat genital kaum Pada kaki candi utama ditemukan relief wanita. Objek ini juga melambangkan kesuburan. yang berbentuk seperti tapal kuda, diprediksi

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 55 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

relief tersebut menggambarkan rahim wanita, Pada kepercayaan Hindu, penyu merupakan disimpulkan bahwa simbol-simbol yang manifestasi dari Dewa Wishnu. Selain itu digunakan pada candi ini benar menunjukkan sosok penyu ini dianggap sebagai dasar dunia, awal dari kreasi makhluk hidup. karena dunia dianggap bertumpu pada S.B Dasgupta (1974) menjelaskan tempurungnya yang kuat (Zimmer, 1972). bahwa kepercayaan Tantrayana ini juga lekat Oleh karenanya sosok ini diletakkan pada dengan yoga. Badan sebagai media untuk halaman teratas karena penyu memiliki mencapai nirwana ditekankan pada aliran perlambang salah satu reinkarnasi dari Dewa tantrayana ini, oleh karenanya relief pada Wishnu. Sosok penyu terlihat memiliki candi yang dipengaruhi tantrayana banyak tempurung yang terpenggal, sehingga menggambarkan eksplorasi bagian indera dan bentuknya menyerupai meja sesaji. badan manusia. Badan dianggap sebagai penjelmaan dari alam semesta atau mikrokosmos. Melalui cara eksplorasi bagian badan dan dibantu oleh proses secara psikologis dan biologis, maka keseluruhan tubuh manusia merupakan media (yantra) untuk menyadari mengenai kebenaran yang utama (ultimate truth) Gambar 7 Altar batu berbentuk penyu Sumber : http://www.karanganyarkab.go.id/ 20110628/candi-sukuh/ diakses pada Maret 2017

6. SOSOK CANDI SUKUH DAN PENGARUH MEGALITIKUM JAWA

Halaman pada komplek Candi Sukuh ini terbagi atas tiga bagian, candi utama terletak pada halaman teratas. Candi utama pada kompleks ini memiliki bentuk punden berundak yang memiliki kemiripan dengan

Gambar 6 candi yang ditemui di bangunan bangsa Maya Relief pada batu yang diduga seperti sosok rahim wanita dan Inca di Peru. Sumber: : Perletakan candi utama pada teras https://history1978.wordpress.com/2009/12/22/can di-sukuh-candi-paling-erotis-di-indonesia/, teratas merupakan simbol bahwa candi utama diakses pada Maret 2017 yang terletak pada teras teratas merupakan Selain itu, pada kompleks candi ini pencapaian tertinggi dari proses menuju ditemukan dua arca penyu yang terletak tepat keabadian dan kesempurnaan. di kaki candi utama. Sosok penyu ini memiliki arti yang signifikan pada banyak kepercayaan.

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 56 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Bentuk punden berundak pernah ditemukan di tanah Jawa pada situs gunung Padang di Cianjur, sampai saat ini situs tersebut dianggap sebagai situs punden berundak terbesar. Peninggalan ini membuktikan bahwa kebudayaan Megalitikum pernah berkembang di

Nusantara. Gambar 8 Candi utama pada kompleks Candi Sukuh Sumber : http://matabayangan.blogspot.co.id/ 2011/10/sejarah-candi-sukuh.html diakses pada Maret 2017

Sosok seperti punden berundak ini, bisa diduga sebagai simbolisasi dari Yoni, tidak menutup kemungkinan bahwa pada zaman itu terdapat sosok lingga tepat pada bagian atas yoni tersebut. Gambar 9 Pada gambar 9, candi utama pada Candi utama pada Kompleks Candi Cetha kompleks Candi Cetha memiliki massa Sumber : Diproses ulang dari https://kelanakecil.files.wordpress.com/ terletak tepat diatas bidang datarnya. Terkait 2015/02/p1050824.jpg, diakses pada Maret 2017 dengan Tantrayana yang merupakan penggabungan dari Budha (Siwa) dan Hindu, 7. GUNUNG SEBAGAI PUSAT komposisi massa ini melambangkan lingga- KOSMOLOGI yoni2. Berbagai kepercayaan menunjukkan Selain kental dengan nuansa simbolis bahwa gunung merupakan perlambang dari erotis, candi Sukuh mengadaptasi kebudayaan sesuatu yang dianggap suci, dalam hal ini Megalitikum pada masa Hindu-Jawa. dipercaya sebagai kediaman dewa-dewi. Beberapa pendapat mengatakan bahwa Candi Sukuh memiliki arah orientasi ke berdasarkan sosok candi Sukuh yang gunung Lawu. Membahas mengenai kaitan cenderung dibangun dan dipahat secara gunung dan kepercayaan pra-Hindu Jawa, “kasar”, tidak seperti candi lainnya yang menurut Paskaleva, 2010, Gunung Kailash dibangun sebelumnya, disebabkan oleh yang terletak di Tibet merupakan gunung kondisi politik kerajaan Majapahit yang yang dianggap suci oleh empat agama; yaitu terdesak oleh Demak Islam, sehingga pada Bön, Buddha, Hindu and Jain. Sementara, zaman itu tidak dapat dibangun candi yang Buddha Tantrayana pada khususnya percaya megah. bahan Gunung Kailash ini merupakan tempat tinggal dari Buddha Demchok, yang dipercaya sebagai kekuatan tertinggi . 2 Pada mitologi klasik Hindu-Buddha , Siwa dilambangkan dengan sosok Lingga

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 57 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 10 Skema arah orientasi candi Sukuh Sumber : Diproses ulang dari laporan skripsi Tiara Larissa (2015)

Orientasi candi menghadap ke arah tatanan massa yang linear dengan candi induk barat, merupakan manifestasi dari arah terletak di paling belakang, serta arca-arca dan kematian. Sementara halamannya meninggi ke obelisk yang diletakkan menyebar. arah timur, berorientasi pada matahari terbit. Berdasarkan hal tersebut, tampakanya candi Sumbu barat-timur ini merupakan warisan Sukuh memiliki pola yang berbeda dari zaman Hindu-Jawa. mayoritas candi yang dibangun berdasarkan kitab tersebut.

8. MANUSIA SEBAGAI PUSAT KOSMOLOGI

Vāstu Shastra adalah bentuk dasar dari kosmologi kepercayaan Hindu, susunan konsentrik dengan area bagian tengah merupakan pusat kosmos. Pusat kosmos dilambangkan dengan dewa Brahma. Konsep dasar tersebut disinergikan dengan gambar Gambar 11 manusia, di mana bagian pusar atau pusat Vāstu Shastra Sumber : www.wikipedia.com manusia ditempatkan di bagian tengah diakses bulan Februari 2017 disejajarkan dengan pusat kosmos. Hal ini menunjukkan bahwa konsep kosmologi disejajarkan dengan penggunaan tubuh manusia atau anthropomorfik sebagai perlambang kesucian. Tatanan linear pada kompleks candi ini memiliki aksis ke gunung Lawu, sehingga mandala yang bersifat konsentrik kurang tepat Gambar 12 apabila dipakai untuk menelaah tatanan Vāstu-Purusha Mandala kompleks candi ini. Candi Sukuh memiliki Sumber : Paskaleva, 2010

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 58 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Gambar 13 Mandala pada tatanan kompleks Candi Sukuh Sumber : Diproses ulang dari laporan skripsi Tiara Larissa, 2015

Pada komplek Candi Sukuh, masa 9. KESIMPULAN utama yaitu candi induk, dianalogikan sebagai Langgam candi Sukuh yang berbeda garbhagriha 3 (kepala). Kemudian sampai dengan candi-candi yang dibangun dengan halaman madya, bagian tersebut sebelumnya, memiliki perpaduan antara dianalogikan sebagai mandapa 4 (badan), pengaruh Tantrayana sebagai kepercayaan Sedangkan halaman purwa dianalogikan gabungan antara Buddha (Siwa) dan Hindu sebagai tungkai kaki, dengan gapura dengan kebudayaan Megalitukum Pra-Hindu sebagai gopuram 5 (kaki dewa). Jawa. Anomali pada tatanan massa candi Ditinjau dari ornamen pada candi ini, Sukuh yang menyimpang dari tatanan yang pengaruh Tantrayana jelas terlihat dari relief biasanya konsentris dan memusat merupakan pada candi ini yang mengeksplorasi alat adaptasi dari kepercayaan Hindu-Jawa, yang reproduksi manusia. Simbolisasi ini tidak memiliki aksis linear kearah gunung. bermaksud untuk mengarahkan pada sesuatu

yang sifatnya negatif, namun lebih kepada

upaya untuk menjelaskan bahwa persetubuhan antara pria dan wanita adalah gambaran yang 3 Garbhagriha adalah bangunan candi yang paling utama , dimana biasanya terdapat arca dewa atau dewi yang menunjukkan sakralitas terhadap proses diutamakan pada candi tersebut. Garbhagriha memiliki arti “rumah rahim” penciptaan kehidupan. Selain itu, tantrayana 4 Mandapa adalah struktur laksana serambi yang mempercayai bahwa tubuh manusia adalah menunjukkan jalan menuju candi utama 5 Gopuram adalah bangunan yang berada pada bagian luar media yang utama dalam pencapaian kompleks candi sekaligus sebagai area masuk. kebenaran yang paling tinggi (ultimate truth).

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 59 - MEDIA MATRASAIN ISSN 1858-1137 Volume 14, No.1, Maret 2017

Sementara ditinjau dari sosoknya, candi Program Studi Arsitektur. Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung. Sukuh ini berbeda dengan sosok candi Soekmono. (1991). Pengantar Sejarah sebelumnya yang berbentuk menara. Candi Kebudayaan Indonesia Jilid 2. Sukuh ini bentuknya punden berundak Yogyakarta: Kanisius. mengadaptasi sosok bangunan kebudayaan Surasmi, I Gusti Ayu. (2007). Jejak Tantrayana di Bali. Bali : Bali Media Megalitikum Pra-Hindu di Jawa. Adhikarsa.

Yogi, P.G. (1998) . An Analysis of

Tantrayana (Vajrayana). Namgyal Institut DAFTAR PUSTAKA of Tibetology, Gangtok, Sikkim

Dasgupta, SB (1974). An Introduction to Zimmer, Heinrich Robert. (1972). Myths and Tantric Buddhism. India: University of Symbols in Indian Art and Civilization. Calcutta. Princeton, NJ. Larissa, Tiara (2015) . Karakteristik Arsitektur Candi Masa Majapahit Akhir. Studi Kasus : Candi Sukuh dan Candi Cetha. Skripsi Halaman Web Program Studi Arsitektur Universitas http://indo- Katolik Parahyangan. awesome.blogspot.co.id/2015/09/candi- Mulyana, Slamet. (1979). Negarakertagama borobudur.html dan Tafsir Sejarahnya, Jakarta, Bhratara https://laskarmim.wordpress.com/tag/lingga Karya Aksara. http://log.viva.co.id/, Paskaleva, Elena. (2006). The Architecture of the Four Iwan Building Tradition as a https://history1978.wordpress.com/2009/12/2 Representation of Paradise and Dynastic 2/ candi-sukuh-candi-paling-erotis-di- Power Aspiration. Leiden : Off Page, indonesia/ Amsterdam http://matabayangan.blogspot.co.id/2011/10/s Pott, P.H. (1966). Yoga and Yantra, Their ejarah-candi-sukuh.html Interpretation and Their Significance for http://www.karanganyarkab.go.id/20110628/c Indian Archaeology, terjemahan, Rodney andi-sukuh/ Needham. Leiden: The Hague-Martinus Nijhoff. https://kelanakecil.files.wordpress.com/2015/0 2/p1050824.jpg, Rahadhian, P.H (1999). Kajian Tipo- Morfologi Arsitektur Candi di Jawa . Tesis www. wikipedia.com

LANGGAM ARSITEKTUR CANDI SUKUH - 60 -