Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 1

HALAL FOOD PADA HIDANGAN DI KECAMATAN SUKASARI BANDUNG

Ajeng Fatimah Noor Islami1, Sudewi Yogha1, Karpin1

Program Studi Pendidikan Tata Boga, Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan

[email protected]

Abstrak: Halal food merupakan hidangan maupun minuman yang boleh dikonsumsi menurut syariat Islam. Pada proses pengolahan, pemilihan bahan, tempat penyimpanan, sumber bahan baku yang digunakan harus berasal dari yang dibolehkan syariat Islam serta terhindar dari najis. Nasi goreng merupakan hidangan yang sangat digemari oleh masyarakat, namun banyak penjual yang masih menggunakan bahan dan bumbu yang tidak halal. Tingkat pengetahuan mengenai halal food merupakan faktor yang menentukan penjual menggunakan bahan-bahan tidak halal. Penelitian ini dilatarbelakangi karena sesuai dengan undang-undang no. 33 tahun 2014 mengenai jaminan produk halal dan pada tahun 2019 semua produk pangan wajib bersertifikat halal. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh data mengenai sejauh mana pemahaman para penjual nasi goreng mengenai halal food, serta pemaham para penjual nasi goreng mengenai pemilihan bahan dan bumbu halal. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu kuantitatif dengan melakukan survey dan instrument berupa test. Hasil penelitian ini menunjukkan para penjual nasi goreng yang berada di kecamatan Sukasari menguasai pengetahuan halal food. Sedangkan untuk pengetahuan dalam memilih bahan dan bumbu yang digunakan pada hidangan nasi goreng, penjual nasi goreng menguasai pengetahuan bahan dan bumbu halal. Namun kurangnya kesadaran mengenai halal food membuat para penjual tetap menggunakan bumbu-bumbu yang non halal. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan para penjual dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai halal food agar makanan yang disajikan terjamin status kehalalannya, serta untuk para konsumen lebih berhati-hati dalam memilih hidangan yang akan dikonsumsi, dan untuk lembaga terkait diharapkan mampu meningkatkan sosialiasasi kepada masyarakat mengenai pangan halal.

Kata kunci : Pengetahuan, Halal Food, Nasi Goreng

PENDAHULUAN membuat hidangan dengan konsep Kecamatan Sukasari merupakan halal food. Halal food merupakan salah satu kecamatan yang berada di makanan dan minuman yang Kota Bandung terdiri dari empat dibolehkan secara syariat Islam bukan kelurahan dengan luas lahan sebesar hanya bahan-bahan yang digunakan, 627,518 Ha. Mayoritas penduduk di melainkan teknik pengolahan, cara Kecamatan Sukasari menganut agama mendapatkan bahan yang aman untuk Islam. Terlihat dari data Dinas di konsumsi bagi kesehatan tubuh. Kependudukan dan Catatan Sipil tahun Untuk itulah penjual makanan harus 2017. Sebanyak 67.508 jiwa menjamin kehalalan thayyiban dari masyarakat di Kecamatan Sukasari suatu produk yang di jual. menganut agama Islam. Makanan yang dihasilkanpun harus Sebagai salah satu kota destinasi terbuat dari bahan-bahan yang wisata dengan mayoritas penduduk diperbolehkan oleh syariat Islam, beragama Islam tentunya para penjual sesuai dengan Undang-undang RI di bidang kuliner harus mampu No.33 tahun 2014 tentang Jaminan Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 2

Produk Halal (JPH) telah di tetapkan yang oleh masyarakat Tionghoa di sebagai landasan untuk menjamin bawa masuk ke Negara Indonesia. Oleh kepastian hukum pengaturan kehalalan sebab itu bumbu-bumbu khas Tionghoa suatu produk. Penyelenggaraan JPH juga ikut digunakan pada hidangan nasi diharapkan memberikan kenyamanan, goreng di Indonesia. keamanan, keselamatan dan kepastian Berdasarkan hasil studi ketersediaan produk halal bagi pendahulu melalui observasi yang masyarakat serta meningkatkan nilai peneliti lakukan ke berbagai penjual tambah bagi pelaku usaha untuk nasi goreng di wilayah Kecamatan memproduksi dan menjual produk Sukasari teramati dalam bumbu yang halal. Sehingga pemerintah digunakan penjual nasi goreng mewajibkan pada tahun 2019 semua menggunakan angciu. Terdapat produk obat dan makanan wajib beberapa alasan yang melatarbelakangi memiliki sertifikasi Halal yang diakui penjual menggunakan angciu sebagai oleh pemerintah. bumbu. Para penjual beranggapan Halalan Thayibban adalah kata bahwa angciu akan menguap dalam halalan (yang dibolehkan Allah SWT) proses pemasakan, sehingga zat diberikan kata sifat thayyiban. Artinya dimaksud tidak akan terdapat dalam makanan yang berguna bagi tubuh, hasil masakan sehingga hukum tidak merusak, tidak menjijikan, rasa makanan tersebut menjadi halal. Para enak, tidak kadaluarsa dan tidak penjual pula tidak memahami bahwa bertentangan dengan perintah Allah angciu merupakan bahan yang bersifat SWT karena tidak diharamkan khamar sehingga menganggap angciu sehingga kata thayyiban menjadi illah hampir sama dengan kecap. (alasan) dihalalkan sesuatu (Al-Qur’an Menurut Majelis Ulama dan Tafsirnya, jilid 1, hal. 247, Indonesia angciu, yang biasa Kemenag RI). digunakan sebagai penyedap rasa atau Salah satu hidangan yang pengempuk daging yang dimasak. banyak di jumpai di Kota Bandung Angciu juga memiliki istilah lain yaitu yaitu Nasi Goreng. Nasi goreng arak masak, arak merah, sari tape. merupakan hidangan popular di Angciu berasal dari alkohol dan Indonesia yang sangat di gemari oleh statusnya haram. Selain mengandung berbagai kalangan masyarakat seperti alcohol angciu juga bersifat khamr orang dewasa, remaja, bahkan kanak- yaitu memabukan serta membahayakan kanak. Hal ini terbukti dengan kesehatan tubuh. (halalmui.org) terpilihnya hidangan nasi goreng 1. Rumusan Masalah Penelitian sebagai hidangan terlezat nomor dua di Bagaimana halal food pada dunia melalu voting yang di lakukan hidangan nasi goreng di kecamatan oleh Cable News Network (CNN) pada Sukasari? tahun 2017. Hidangan nasi goreng 2. Tujuan Penelitian memiliki beberapa komponen Tujuan pada penelitian ini yaitu diantaranya nasi, bumbu, minyak, dan agar memperoleh informasi mengenai bahan pelengkap yang terdiri dari sejauh mana pengetahuan penjual nasi kecap, saus dan bahan isian. goreng mengenai halal food. (edition.cnn.com/travel). 3. Manfaat Penelitian Hidangan nasi goreng Dari segi teoritis penelitian ini di merupakan pengaruh negara Tionghoa harapkan mampu menunjukkan tingkat

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 3

pemahaman mengenai halal food di pengetahuan para penjual nasi goreng kalangan penjual hidangan nasi goreng yang berada di kecamatan Sukasari di Kecamatan Sukasari. Dan mengenai halal food. Test dibuat memberikan informasi mengenai berdasarkan kisi-kisi instrument yang kriteria halal food sesuai syariat Islam. telah disusun sebelumnya. Pada instrument penelitian ini METODE digunakan dua jenis test. Test pada Metode Penelitian yang digunakan tahap pertama yaitu menggunakan jenis pada penelitian ini yaitu metode survey soal pilihan ganda (multiple choice) dengan pendekatan kuantitatif. Teknik dengan empat pilihan jawaban, dan test yang digunakan pada penelitian ini kedua yaitu menggunakan pertanyaan yaitu survey dengan menggunakan tes yang menggunakan dua pilihan sebagai bentuk instrument. Survey jawaban pasti yang tersedia yaitu halal dilakukan pada saat penjual nasi dan tidak halal. goreng bekerja. Para penjual diberikan Pertanyaan yang akan disajikan instrument yang berisi soal tes untuk kepada responden harus melalui tahap kemudian di isi oleh para penjual validitas. Pada penelitian ini validitas dengan memilih jawaban yang paling dilakukan dengan cara Expert di anggap benar oleh para penjual. Judgement. Expert Judgement Pada penelitian ini populasi yang merupakan proses validitas dimana digunakan yaitu para penjual nasi para ahli memberikan pendapatnya goreng yang berada kecamatan tentang aspek yang telah disusun. Para Sukasari yang memiliki empat ahli kemudian memberikan kelurahan yaitu kelurahan Isola, pertimbangan mengenai tes yang akan Kelurahan Sukarasa, Kelurahan digunakan, untuk dilakukan perbaikan Sarijadi, dan Kelurahan Geger Kalong. atau pertanyaan dianggap baik untuk Berdasarkan hasil pengamatan digunakan dalam mengukur peneliti di lingkungan kecamatan pengetahunan halal food pada Sukasari jumlah penjual nasi goreng penelitian ini. sebanyak 60 penjual. Pada kelurahan Teknik analisa data dalam Geger Kalong terdapat 21 penjual nasi penelitian ini menggunakan analisis goreng, kelurahan Isola terdapat 14 deskriptif serta skala pengukuran yang penjual nasi goreng, kelurahan Sarijadi digunakan yaitu menggunakan Skala terdapat 16 penjual nasi goreng dan Guttman. Penggunaan Skala Guttman pada kelurahan Sukarasa terdapat 9 selain dapat berupa pilihan ganda juga penjual nasi goreng. dapat disusun berupa checklist. Pada Pada penelitian ini yang dilakukan instrument ini setiap jawaban benar oleh peneliti yaitu sensus. Sensus akan diberikan skor 1 dan setiap dilakukan dikarenakan peneliti tidak jawaban salah akan diberikan skor 0. melakukan teknik sampling, hal ini Data yang telah diperoleh akan karena seluruh anggota populasi yaitu diolah dengan presentase data yang penjual nasi goreng yang berada pada digunakan untuk membuat frekuensi wilayah kecamatan Sukasari dijadikan jawaban sehingga hasil test akan responden dalam penelitian ini. terlihat dalam bentuk persentase pada Teknik pengumpulan data yang di penelitian ini rumus persentase yang gunakan yaitu test. Test pada penelitian digunakan merujuk pada Sudjana ini digunakan untuk mengukur (2004, hlm. 129):

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 4

푓 푃 = × 100% mengkonversikan data kedalam skala 푛 100. Tujuan dilakukan penilaian ini Keterangan: agar mengukur pengetahuan penjual P = Persentase nasi goreng mengenai halal food. Data f = Frekuensi jawaban yang diperoleh kemudian ditafsirkan responden yang dicari menggunakan kriteria data yang n = Jumlah responden merujuk pada pendapat Riduwan 100 = Bilangan tetap (2010, hlm. 15):

Setelah hasil persentase didapatkan, Tabel 1. Penafsiran Data Persentase kemudian dapat tersebut di analisis Pengetahuan untuk kemudian ditafsirkan. Penafsiran Persentase Kriteria data dilakukan dengan menggunakan Penguasaan kriteria batasan berdasarkan jumlah responden yang menjawab. Data 81% - 100% Sangat dikuasai interval tersebut juga dianalisis dengan 61% - 80% Dikuasai menghitung perolehan skor jawaban 41% - 60% Cukup dikuasai berdasarkan skoring setiap jawaban 21% - 40% Kurang dikuasai dari responden, hal ini sesuai dengan 0% - 20% Tidak dikuasai yang dikemukakan oleh sugiyono (2014, hlm.95) berdasarkan skor yang HASIL DAN PEMBAHASAN telah ditetapkan maka akan diperoleh 1. Pengetahuan Halal Food Penjual skor maksimal yang selanjutnya dapat Nasi Goreng di Kecamatan diperoleh dalam bentuk persentase. Sukasari. Dari skor maksimal dan persentase Pengetahuan halal food penjual dapat dilakukan dengan batasan- nasi goreng merupakan sebuah batasan untuk penafsiran data. kemampuan yang dimiliki oleh penjual Setelah penafsiran tersebut, nasi goreng sebagai pelaku industri di untuk mendapatkan data yang jelas bidang jasa boga yang terdiri pemilihan terhadap jawaban responden dari bahan, penyimpanan bahan, pertanyaan yang diajukan kemudian pengolahan bahan, pengemasan, ditafsirkan dengan menggunakan pendistribusian hingga penyajian kriteria penafsiran data yang merujuk makanan. pada pendapat Riduwan (2010, hlm 184) yaitu: Persentase Pengetahuan Halal Food Setiap Responden 100% = Seluruhnya 7% 2% 13% 75% - 90% = Sebagian besar 51% - 74% = lebih dari setengahnya 45% 33% 50% = Setengahnya 25% - 49% = kurang dari setengahnya 24% - 1% = sebagian kecil Sangat Dikuasai Dikuasai 0% = tidak seorangpun. Cukup Dikuasai Kurang Dikuasai

Tidak Menguasai Data dianalasis untuk mengetahui kategori pengetahuan halal Gambar 1.1 Diagram pie rata-rata food penjual nasi goreng dengan pengetahuan halal food

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 5

Hasil penelitian menunjukkan keyakinan, prilaku, dan tindakan yang bahwa rata-rata persentase nilai dimiliki para responden. pengetahuan responden berkaitan dengan pengetahuan halal food adalah 2. Pemilihan Bahan dan Bumbu 65,2% yang berada pada kategori Halal. dikuasai. Namun sebanyak 13% atau sebesar 8 responden termasuk kedalam Tabel 1.2 Pengetahuan bahan dan kategori sangat menguasai bumbu halal dan non halal pengetahuan mengenai halal food. No. Nama Bahan Halal Tidak Sebanyak 33% responden atau 20 Halal orang penjual nasi goreng berada pada f % f % 1. Angciu 18 30 42 70 kategori dikuasai mengenai 2. Arak Masak 10 17 50 83 pengetahuan halal food. Sebanyak 45% 3. Mirin 23 38 37 62 atau 27 responden berada pada kategori 4. Hewan yang 0 0 60 100 cukup menguasai pengetahuan disembelih mengenai halal food. Sebanyak 7% tanpa sesuai responden atau 4 orang responden syariat Islam 5. Sosis tanpa 10 17 50 83 berada pada kategori cukup menguasai. label halal resmi Sebanyak 2% responden atau 1 orang MUI responden berada pada kategori tidak 6. tanpa 10 17 50 83 menguasai pengetahuan mengenai label halal resmi halal food. Berdasarkan hasil analisis MUI dapat disimpulkan bahwa pengetahuan halal food pada penjual nasi goreng di Pada tabel tersebut menunjukkan kecamatan Sukasari Bandung berada 30% (18 responden) atau kurang dari pada kategori dikuasai. setengahnya responden berpendapat Penelitian ini sesuai dengan bahwa angciu halal dan berada pada penelitian yang dilakukan oleh Nurul kategori kurang dikuasai, serta Fitria (2017) dengan judul “Persepsi sebagian kecil responden yaitu 10 Halal Food di Kota Bandung” responden (17%) berpendapat arak berdasarkan hasil penelitian tersebut masak termasuk kedalam kategori didapatkan kesimpulan bahwa bumbu halal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa persepsi halal maka pengetahuan sebagian kecil food produsen adalah baik, yang responden termasuk kedalam kategori artinya para produsen makanan dan tidak dikuasai. Sedangkan kurang dari minuman food street di kota Bandung setengah responden 38% (23 sudah memiliki persepsi baik terhadap responden) berpendapat bahwa mirin halal food melalui pengetahuan, merupakan termasuk kategori bumbu keyakinan, prilaku, dan tindakan yang halal. Bakso dan sosis merupakan dimiliki para responden produsen. bahan tambahan yang biasa digunakan Sedangkan pada persepsi halal food pada proses pembuatan nasi goreng, konsumen adalah sangat baik, yang berdasarkan data yang terdapat pada artinya para konsumen makanan dan tabel, sebagian kecil responden yaitu minuman di kota Bandung 10 responden (17%) berpendapat pada sudah memiliki persepsi baik terhadap masing-masing bahan yaitu bakso dan halal food melalui pengetahuan, sosis tanpa label halal resmi dari

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 6

Majelis Ulama Indonesia adalah bahan Indonesia angciu biasa digunakan makanan halal. sebagai penyedap rasa atau pengempuk daging yang dimasak. Angciu juga Tabel 1.3 Penggunaan bahan non halal memiliki istilah lain yaitu arak masak, pada hidangan nasi goreng. arak merah, sari tape dan lain-lain. No. Nama Bahan Digunakan Tidak Angciu berasal dari alkohol dan Digunakan statusnya haram, kandungan alkohol f % f % angciu adalah sekitar 15%. 1. Angciu 8 13 52 87 2. Arak Masak 0 0 60 100 Menurut para ulama di Komisi 3. Mirin 10 17 50 83 Fatwa MUI alkohol itu ada yang 4. Hewan yang 0 0 60 100 diharamkan, dan ada pula yang tidak disembelih haram. Selanjutnya, khamar yang tanpa sesuai dibuat dan diproses dari anggur, secara syariat Islam asholah, maupun dari yang selain 5. Sosis tanpa 26 43 34 57 label halal anggur, seperti tuak, minuman resmi MUI tradisional di Sumatra, atau sake di 6. Bakso tanpa 26 43 34 57 Jepang, secara eksplisit dan tegas label halal diharamkan dalam Islam. Dalam proses resmi MUI pembuatannya, mulai dari awal pengolahan, fermentasi sampai produk Berdasarkan tabel tersebut, jadi, memang dengan sengaja mengenai penggunaan bahan-bahan dimaksudkan untuk menghasilkan non halal yang digunakan pada proses minuman yang memabukkan, atau pembuatan nasi goreng menunjukkan khamar. (www.halalmui.com). 13% responden menggunakan angciu pada proses pemasakan, 17% respon KESIMPULAN menggunakan mirin, serta 43% penjual Berdasarkan penelitian yang dilakukan nasi goreng menggunakan bakso dan mengenai Pengetahuan Halal Food sosis tanpa label Halal untuk proses Penjual Nasi Goreng di Kecamatan pembuatan hidangan nasi goreng. Sukasari menunjukkan bahwa: Pengetahuan pemilihan bahan dan 1. Para penjual nasi goreng yang bumbu halal para penjual nasi goreng berada di kecamatan Sukasari di kecamatan Sukasari menunjukkan menguasai pengetahuan mengenai lebih dari setengah penjual nasi goreng halal food. menguasai pengetahuan dalam 2. Hampir seluruh penjual nasi goreng memilih bahan dan bumbu halal yang di kecamatan Sukasari menguasai akan digunakan. Namun, kurang dari pemilihan bahan dan bumbu yang setengah penjual nasi goreng yang termasuk kedalam kategori halal berada di kecamatan Sukasari dan non halal. menunjukkan kurang menguasai pengetahuan dalam memilih bumbu REFERENSI dan bahan halal. Hal ini terlihat dari Apriyantono, A. (2007). Makanan dan penjual nasi goreng yang masih Minumam Halal. Bandung : beranggapan bumbu-bumbu haram Kiblat Buku Utama seperti angciu, arak masak, mirin Arikunto, S. (2013). Prosedur termasuk kedalam kategori bumbu Penelitian. Jakarta : Rineke halal. Menurut Majelis Ulama Cipta

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 8, No. 1, April 2019 7

Departemen Pendidikan Nasional. Riduwan. (2010). Dasar-dasar (2017). Pedoman Penulisan Statistika. Bandung : Alfabeta Karya Ilmiah. Bandung: UPI