Jurnal Sosiologi 81 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

UNDERGROUD LGBT SOCIETY DI SEKITAR KOTA

Oleh: Ademi Sandy

Mahasiswa Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya Email : [email protected]

ABSTRAK Diskriminasi Terhadap Komunitas LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender) merupakan isu utama yang terjadi dalam masyarakat modern. Di antara para mahasiswa di Palangka Raya ada sedikit bagian dari mereka yang hidup dalam ketakutan bahwa suatu saat nanti identitas mereka akan terungkap, dan ketika itu terjadi mereka akan mendapatkan hukuman sosial yang mengerikan, dari lingkungan tempat tinggal mereka, juga dari masyarakat umum dimanapun mereka dikenal. Untuk kerahasiaan identitas mereka sebagai bagian dari Komunitas LGBT. Karena takut diketahui mereka berhasil membuat sistem “Bawah Tanah” untuk berinteraksi dengan sesama LGBT dalam aplikasi platform sosial bernama “Blued” dan juga melalui aplikasi itu mereka terkadang diam-diam mengatur hal seksual untuk dilakukan dalam kehidupan nyata. Pada artikel kali ini, penulis berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang komunitas LGBT bawah tanah di kalangan mahasiswa di seluruh Palangka Raya dan juga mungkin semua keseluruhan skema bawah tanah LGBT di Palangka Raya Secara umum dari mantan gay yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi di Palangka Raya yang sekarang ini yang masih dalam proses penyembuhan untuk hidup normal sebagai pria normal.

ABSTRACT: Discrimination Towards LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transexual) Community is a major issues that occurs in the modern society. Among all the university students in Palangka Raya there’s few of them, living under fear that maybe someday their identity may be exposed, and when that happen they’ll get a horrible social punishment, from their home enviroment, also from common society everywhere they known for their identity as part of LGBT Community. Under fear of being known they managed to create an “Underground” system to interact with fellow LGBT in a social platform app named “Blued” and also through that application they sometimes secretly arrange a sexual thing to do in real life. In this article, author managed to collect some information about the underground LGBT society among university students in all across Palangka Raya and also maybe all of Palangka Raya in common from former Gay person that still studying in one of university in Palangka Raya which now is currently in healing process to live normally as a straight sexual man. Keywords: LGBT, Discrimonation, Fear, Application, Gay, Underground

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 82 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

I. PENDAHULUAN Sejarah LGBT dan Ragam LGBT Setiap komunitas yang disebut dalam akronim LGBT telah berjuang untuk mengembangkan identitasnya masing-masing, seperti apakah, dan bagaimana bersekutu dengan komunitas lain; konflik tersebut terus berlanjut hingga kini. Akronim LGBT kadang-kadang digunakan di Amerika Serikat dimulai dari sekitar tahun 1988. Baru pada tahun 1990-an istilah ini banyak digunakan. Meskipun komunitas LGBT menuai kontroversi mengenai penerimaan universal atau kelompok anggota yang berbeda Sebelum revolusi seksual pada (biseksual dan transgender kadang-kadang tahun 1960-an, tidak ada kosakata non- dipinggirkan oleh komunitas LGBT), istilah peyoratif untuk menyebut kaum yang bukan ini dipandang positif. Walaupun singkatan heteroseksual. Istilah terdekat, “gender LGBT tidak meliputi komunitas yang lebih ketiga”, telah ada sejak tahun 1860-an, tetapi kecil (lihat bagian Ragam di bawah), akronim tidak diterima secara luas. Istilah pertama yang ini secara umum dianggap mewakili kaum banyak digunakan, “homoseksual”, dikatakan yang tidak disebutkan. Secara keseluruhan, mengandung konotasi negatif dan cenderung penggunaan istilah LGBT telah membantu digantikan oleh “homofil” pada era 1950-an mengantarkan orang-orang yang terpinggirkan dan 1960-an, dan lalu gay pada tahun 1970- ke komunitas umum. Aktris transgender an. Frasa “gay dan lesbian” menjadi lebih Candis Cayne pada tahun 2009 menyebut umum setelah identitas kaum lesbian semakin komunitas LGBT sebagai “minoritas besar terbentuk. Pada tahun 1970, Daughters of terakhir”, dan menambahkan bahwa “Kita Bilitis menjadikan isu feminisme atau hak masih bisa diganggu secara terbuka” dan kaum gay sebagai prioritas. Maka, karena “disebut di televisi.” Ada banyak ragam yang kesetaraan didahulukan, perbedaan peran antar mengganti susunan huruf dalam akronim ini. laki-laki dan perempuan dipandang bersifat LGBT atau GLBT merupakan istilah yang patriarkal oleh feminis lesbian. Banyak feminis paling banyak digunakan saat ini. Meskipun lesbian yang menolak bekerja sama dengan maknanya sama, “LGBT” punya konotasi kaum gay. Lesbian yang lebih berpandangan yang lebih feminis dibanding “GLBT” karena esensialis merasa bahwa pendapat feminis menempatkan “L” terlebih dahulu. Akronim lesbian yang separatis dan beramarah itu ini saat tidak meliputi kaum transgender merugikan hak-hak kaum gay. Selanjutnya, disingkat menjadi “LGB”. Huruf “Q” untuk kaum biseksual dan transgender juga meminta “queer” atau “questioning” (mempertanyakan) pengakuan dalam komunitas yang lebih besar. kadang-kadang ditambahkan (contoh, Setelah euforia kerusuhan Stonewall mereda, “LGBTQ”, “LGBTQQ”, atau “GLBTQ?”). dimulai dari akhir 1970-an dan awal 1980-an, Huruf lain yang dapat ditambahkan adalah terjadi perubahan pandangan; beberapa gay “U” untuk “unsure” (tidak pasti); “C” untuk dan lesbian menjadi kurang menerima kaum “curious” (ingin tahu); “I” untuk interseks; biseksual dan transgender. Kaum transgender “T” lain untuk “transeksual” atau “transvestit”; dituduh terlalu banyak membuat stereotip dan “T”, “TS”, atau “2” untuk “Two-Spirit”; biseksual hanyalah gay atau lesbian yang takut “A” atau “SA” untuk “straight allies” (orang untuk mengakui identitas seksual mereka.

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 83 Volume III, Edisi 2 Desember 2020 heteroseksual yang mendukung pergerakan Sejarah Diskriminasi LGBT di LGBT); atau “A” untuk “aseksual”. Ada pula yang menambahkan “P” untuk panseksualitas atau “polyamorous,” dan “O” untuk “other” (lainnya). Susunan huruf-huruf tersebut tidak terstandardisasi; huruf-huruf kurang umum yang telah disebutkan dapat ditambahkan dalam susunan apapun. Istilah yang beragam tidak mewakili perbedaan politis antar komunitas, tetapi muncul dari prarasa individu dan kelompok. Istilah panseksual, Indonesia di mata dunia terkenal dengan omniseksual, fluid, dan queer dianggap negara yang memiliki sistem demokrasi yang masuk ke dalam “biseksual”. Demikian pula, sangat baik, namun dengan demokrasi ini bagi beberapa orang istilah transeksual dan justru memicu timbulnya intoleransi yang tak interseks masuk ke dalam “transgender”, terbelenggu, tak terkecuali tindakan intoleransi meskipun banyak transeksual dan interseks besar-besaran terhadap kaum minoritas seperti yang menolaknya. “SGL” (“same gender kaum LGBT. LGBT adalah singkatan dari loving”, pecinta sesama jenis) kadang-kadang lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Di digunakan orang Afrika-Amerika untuk Indonesia khususnya di beberapa daerah memisahkan diri dari komunitas LGBT yang tertentu umumnya menolak keras keberadaan menurut mereka didominasi orang kulit putih. LGBT. Maka ketika membicarakan mengenai “MSM” (“men who have sex with men”, laki- hak-hak dasar warga negara, komunitas LGBT laki yang berhubungan seks dengan laki-laki) banyak menemukan kesulitan dan benturan secara sinis dipakai untuk mendeskripsikan sosial. Terlebih lagi jika kita melihat adat laki-laki yang berhubungan seks dengan laki- istiadat di Indonesia dan masyarakat yang laki lain tanpa merujuk pada orientasi seksual berpegang teguh kepada doktrin keagamaan mereka. Frasa “MSGI” (“minority sexual yang konservatif. Kaum LGBT dan mereka and gender identities”, identitas seksual dan yang menyuarakan hak-hak dasar komunitas gender minoritas) yang diperkenalkan pada kaum LGBT seringkali dianggap sebagai tahun 2000-an digunakan untuk merangkum perusak agama dan penyebab turunnya azab semua huruf dan akronim, namun masih belum Tuhan. Maka dari itu, tidak sedikit masyarakat banyak digunakan. Majalah Anything That yang membenci, menolak, takut, merasa jijik, Moves menciptakan akronim FABGLITTER bahkan mengucilkan dan menjauhi orang- (Fetish seperti komunitas gaya hidup BDSM, orang LGBT. Fenomena ini membuktikan Allies atau poly-Amorous, Biseksual, Gay, dengan jelas bahwa masyarakat Indonesia sulit Lesbian, Interseks, Transgender, Transsexual memberikan ruang untuk pemenuhan hak- Engendering Revolution (Revolusi Kelahiran hak kelompok LGBT ini sebagai bagian dari Transeksual) atau inter-Racial attraction warga negara Indonesia. Berbagai pelanggaran (ketertarikan antar ras)), tetapi istilah ini HAM mereka dapati, mulai dari kekerasan juga tidak banyak digunakan. Akronim lain verbal seperti cibiran, hingga kekerasan yang mulai menyebar pengunaannya adalah fisik seperti disiram air, ditelanjangi, bahkan QUILTBAG (Queer/Questioning, Undecided dibunuh masih terjadi, apalagi mereka yang (belum ditentukan), Interseks, Lesbian, Trans, dari kalangan transgender atau waria. Kasus Biseksual, Aseksual, Gay). Akan tetapi, istilah Diskriminasi LGBT di Indonesia Berikut ini juga belum umum. ini adalah beberapa contoh kasus LGBT di

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 84 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

Indonesia, yang bahkan beberapa di antaranya Pada September 2015, warga Bali disoroti oleh negara lain: dihebohkan dengan pernikahan pasangan dua pria dengan beda warga negara di Kasus hukum cambuk pasangan gay di sebuah hotel di daerah Ubud Kabupaten Aceh Gianyar, Bali. Pernikahan itu dihadiri seorang pemangku (pemimpin upacara agama Hindu) dan dihadiri oleh kedua orang tua salah satu mempelai pasangan sejenis itu. Tindakan pasangan ini membuat Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, naik pitam. Made Mangku menegaskan bahwa hal itu sangat dilarang, apalagi menurut agama Hindu. “Ndak boleh itu, di mana itu. Menurut agama Hindu sangat Pada tahun 2017 kemarin, terdakwa dilarang itu. Makannya pengin tahu di mana pasangan gay berinisial MH (20) dan persisnya lalu kita tegur. Kita sampaikan ke pasangannya, MT (24), menjalani hukuman Majelis Desa Pakraman atau Majelis Desa cambuk 80 kali cambukan di depan umum. Madya. Saya kira itu benar-benar satu aib lagi,” Pasangan itu didakwa melanggar Pasal 63 kata Made Mangku. Berita ini mengundang ayat 1 juncto Pasal 1 angka 28 Qanun Nomor kontroversi bagi pemberitaan dari media 6 Tahun 2014 mengenai hukum jinayah asing. Salah satunya berasal dari Australia, yang berbunyi, “Setiap orang yang dengan News.com.au. Dalam satu artikelnya, media sengaja melakukan perbuatan liwath diancam ini menuliskan judul ‘Controversy after gay hukuman paling banyak 100 kali cambuk atau marriage wedding in Bali’ sebagai tajuk denda paling banyak 1.000 gram emas murni pemberitaannya. Dituliskan dalam artikel itu, atau penjara paling lama 100 bulan. Kasat kemungkinan besar pasangan itu berasal dari Pol PP dan WH Kota , Yusnardi, Amerika Serikat dan Indonesia. menyatakan kasus liwath atau hubungan sesama jenis itu baru pertama kali ditemukan Penggerebekan pesta gay di setelah Qanun (Peraturan Daerah di Aceh) Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah mulai berlaku. Kejadian ini disorot media asal Inggris, BBC. Mereka menulis artikel berjudul ‘No place to hide for LGBT people in Indonesia’s Aceh province.’

Kasus pernikahan gay di Bali

Pada tahun 2017, terjadi penggerebekan pesta gay di Jakarta. Penggerebekan 141 pria diduga homoseksual, di ruko yang diduga sebagai lokasi pesta seks gay di Kelapa Gading, Jakarta Utara menjadi sorotan dunia. Media asing dari beberapa negara turut menyoroti peristiwa tersebut. Dari Asia, Media

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 85 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

Singapura, New Straits Times, menulis artikel lain, Ali dan Yusof (2011) mendefinisikan tersebut dengan judul ‘Indonesian police arrest penelitian kualitatif sebagai: Any 141 men in Jakarta over ‘gay party’. Dari investigation which does not make use of Australia, ABC News, melaporkan insiden itu statistical procedures is called “qualitative” dengan ‘Indonesia police arrest dozens in raid nowdays, as if this were a quality label in on Jakarta gay sauna’. Media Amerika Serikat, itself. Definisi dari Ali dan Yusof tersebut, New York Times, mengutip media ini dengan menekankan pada ketidakhadiran penggunaan judul ‘Indonesia Police Arrest 141 Men alat-alat statistik dalam penelitian kualitatif. Accused of Having Gay Sex Party’. Sementara Hal ini tentunya untuk mempermudah dalam BBC, dalam artikel berjudul ‘Indonesian police membedakan penggunaan metode kualitatif arrest 141 men over ‘gay sex party’, mengupas dengan penggunaan metode kuantitatif. berita ini, termasuk biaya Rp 185 ribu yang Karena metode kuantitatif bergantung pada harus dibayar para pengunjung yang juga penggunaan perhitungan dan prosedur analisis datang dari Singapura dan Inggris. Sedangkan statistika. Sementara itu, metode kualitatif media Inggris lainnya, The Guardian, memuat lebih menekankan pada pengamatan fenomena artikel ‘Indonesian police arrest more than 140 dan lebih meneliti ke subtansi makna dari men at alleged gay sauna party’. Selain 3 kasus fenomena tersebut. Analisis dan ketajaman tersebut, masih banyak sekali kasus–kasus penelitian kualitatif sangat terpengaruh pada diskriminasi terhadap LGBT di Indonesia. kekuatan kata dan kalimat yang digunakan. Juru bicara Komisi Hak Asasi Manusia PBB di Oleh karena itu, Basri (2014) menyimpulkan Jenewa, Swiss, Rupert Colville, menyatakan bahwa fokus dari penelitian kualitatif adalah hukum di Indonesia tidak adil karena para pada prosesnya dan pemaknaan hasilnya. pelaku LGBT yang ditangkap tidak terlibat Perhatian penelitian kualitatif lebih tertuju tindak kejahatan apapun. Menurut Colville, pada elemen manusia, objek, dan institusi, kaum LGBT di Indonesia ditangkap hanya serta hubungan atau interaksi di antara elemen- karena orientasi seksualnya dan dijerat dengan elemen tersebut, dalam upaya memahami undang-undang antipornografi yang selalu suatu peristiwa, perilaku, atau fenomena digunakan untuk menjerat penyuka sesama (Mohamed, Abdul Majid & Ahmad, 2010). jenis. Colville menegaskan memperlakukan Metode kualitatif membantu ketersediaan pelaku LGBT seperti penjahat hanya karena diskripsi yang kaya atas fenomena. Kualitatif orientasi seksualnya atau gender melanggar mendorong pemahaman atas substansi dari hukum internasional. Menurutnya, itu sama suatu peristiwa. Dengan demikian, penelitian saja merendahkan martabat mereka sebagai kualitatif tidak hanya untuk memenuhi manusia, pemaksaan menjalani pemeriksaan keinginan peneliti untuk mendapatkan medis juga merupakan bentuk perlakuan gambaran/penjelasan, tetapi juga membantu kejam dan tidak manusiawi, apalagi mereka untuk mendapatkan penjelasan yang lebih selalu dituduh terlibat pelacuran, yang dalam dalam (Sofaer, 1999). Dengan demikian, dalam kenyataannya tidak terbukti. penelitian kualitatif, peneliti perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai METOLOGI PENELITIAN terkait permasalahan yang akan ditelitinya. Metode Penelitian yang saya gunakan pada artikel ini adalah metode penelitian kualitatif. Definisi penelitian kualitatif dapat ditemukan pada banyak literatur. Antara

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 86 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

PEMBAHASAN Pikiran merupakan hal yang membedakan • Landasan Teori Yang Digunakan manusia dengan makhluk hidup lainnya karena Dalam Penelitian mind melalui proses berfikir. Mind akan muncul ketika simbol-simbol yang signifikan Teori yang penulis gunakan dalam digunakan dalam proses komunikasi. Mind penelitian ini adalah teori Interaksionisme adalah proses yang dimanifestasikan ketika Simbolik, yang berfokus pada padangan George individu berinteraksi dengan dirinya sendiri Herbert Mead dalam karyanya yang berjudul dengan menggunakan simbol-simbol signifikan “Mind, Self, and Society (1934)” Interaksi yaitu simbol atau gestur dengan interpretasi simbolik didasarkan pada ide-ide tentang atau makna. Mind juga merupakan komponen bagaimana individu melakukan interaksi individu yang menginteruspsi tanggapan dengan individu lainnya. Interaksi simbolik terhadap stimulus atau rangsangan. Dalam merupakan aktivitas yang menjadi ciri khas interaksi yang dilakukan manusia melakukan manusia yakni komunikasi dan pertukaran tindakan verbal dan nonverbal secara rutin simbol-simbol yang diberi makna. Dalam teori dan berkala. Penafsiran melalui pikiran ini ini melihat bahwa perilaku manusia dilihat akan membawa pada perkembangan manusia sebagai proses yang memungkinkan manusia yang lebih besar lagi. Pada dasarnya pikiran membentuk dan mengatur perilaku mereka yang akan membawa evolusi besar didalam dengan mempertimbangkan feedback dari perkembangan simbol dan makna yang dipakai orang lain. Perilaku seseorang dipengaruhi secara universal. oleh simbol yang diberikan oleh orang lain, demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka • Diri Pribadi (Self): kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, Menurut Mead self merupakan ciri khas maksud, dan sebaliknya dengan cara membaca manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk simbol yang ditampilkan oleh orang lain. Tiga hidup lainnya. Self atau diri adalah kemampuan konsep utama dalam teori interaksi simbolik untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah oleh Mead terdapat dalam bukunya yang objek dari perspektif yang berasal dari orang berjudul Mind, Self, and Society. Menurut lain, atau masyarakat. Diri muncul dan Mead tiga konsep tersebut diperlukan dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial saling mempengaruhi dalam menyusun teori dengan orang lain. Proses melihat diri sendiri interaksi simbolik. Berdasarkan tiga konsep melalui sudut pandang orang lain merupakan yang diungkapkan Mead, yaitu mind, self, cara yang efektif bagi individu untuk masuk dan society dapat dijabarkan sebagai berikut kedalam tatanan sosial karena dengan (Charon 1939): begitu individu akan mampu untuk menilai kekurangan ataupun kelebihan yang ada pada • Pikiran (Mind): dirinya. Mead membedakan self kedalam dua Pikiran menghasilkan suatu bahasa kategori yaitu “I” (saya) dan “me” (aku). Inti isyarat yang disebut sebagai simbol. Simbol- dari teori George Herbert Mead yang penting simbol yang memiliki arti bisa berbentuk adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu gerak gerik atau gesture dan juga dapat berupa dimana diri seorang manusia sebagai subyek bahasa. Pikiran adalah mekanisme penunjuk adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai diri (self-indication) untuk menunjukan makna obyek adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang kepada diri sendiri dan kepada orang lain dan bersifat non-reflektif yang merupakan respon berkembang dalam proses sosial komunikasi. terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 87 Volume III, Edisi 2 Desember 2020 pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan • Underground LGBT Society di Kampus reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun Sekitaran Palangka Raya pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah Penulis berhasil mendapatkan seorang menjadi “Me”. Mead mengemukakan bahwa narasumber yang bersedia untuk diwawancarai seseorang yang menjadi “Me”, maka dia mengenai topik ini. Namanya Garry (Nama bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap samaran) seorang mahasiswa aktif di salah normanorma, serta harapan-harapan orang satu kampus di wilayah Palangka Raya, lain. Sedangkan “I” adalah ketika terdapat sekarang Garry tengah menjalani proses ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah pemulihan untuk menjadi pria normal sepe. laku spontan dan kreativitas diluar harapan Garry mengatakan bahwa Komunitas LGBT dan norma yang ada (Burns, 1993). di sekitaran kampus di Palangka Raya dan di Palangka Raya secara umum masih bisa • Masyarakat (Society): dibilang cukup kecil dan mereka “ber-operasi” Masyarakat dalam konteks pembahasan secara diam-diam dan terstruktur juga teliti George Herbert Mead dalam teori dalam aksinya ketika ingin melakukan hal Interaksionisme Simbolik ini bukanlah berbau seksual. Garry mengatakan juga bahwa masyarakat dalam artian makro dengan segala kebanyakan interaksi mereka dilakukan struktur yang ada, melainkan masyarakat melalui satu aplikasi bernama “Blued” . dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi sosial tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi Mead dalam pembahasan ini, masyarakat itu sebagai pola- pola interaksi dan institusi sosial yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa Logo Aplikasi Blued masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam Aplikasi Blued adalah salah satu aplikasi masyarakat. Society merupakan kumpulan jejaring sosial khusus penyuka sesama jenis. dari berbagai macam aspek sosial yang Aplikasi ini bisa diunduh secara gratis di Google meliputi adat, suku bangsa, budaya, agama, Play atau iTunes Store. Kabarnya, aplikasi dan lain sebagainya. Sehingga perkembangan dengan 27 juta pengguna ini akan diblokir individu yang dilakukan melalui interaksi Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan lingkungan sekitar (society) akan sejak tahun 2016. Penulis sempat mencoba mempengaruhi pembentukan konsep diri mencari Aplikasi ini lagi di Google Playstore seseorang. Perkembangan masyarakat berjalan tapi ternyata aplikasi tersebut sudah tidak dinamis seiring dengan perkembangan pikiran ada. Namun setelah penelusuran lebih dalam, manusia (mind). Maka dari itu mind dan penulis menemukan fakta bahwa Aplikasi itu society merupakan suatu kesatuan yang tidak sudah berganti nama menjadi “Walla” (per dapat dipisahkan. 2021), kemungkinan besar pergantian nama aplikasi ini untuk melewati blokir “Bypass” di beberapa negara yang memblokir aplikasi Blued dari peredaran di negara mereka. Aplikasi tersebut sama saja dengan aplikasi media sosial lainnya. Terdapat beberapa fitur

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 88 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

untuk mem-follow dan di-follow. Blued juga pendapatnya mengenai kenapa Komunitas bisa membagikan foto serta melihat foto di LGBT di sekitar Kampus wilayah Palangka akun-akun pengguna Untuk mencari akun Raya, dan Palangka Raya secara umum teman bisa dilakukan berdasarkan nama akun bergerak secara underground dan diam-diam, pribadinya dan grup. Pada fitur grup dibagi Garry menjawab “Kebanyakan dari temen- berdasarkan beberapa kategori lagi seperti Gym temen pelangi (LGBT) melakukan semuanya & Sports, Food & Drink, Fashion & Beautyd, secara sembunyi-sembunyi begini itu karena serta beberapa kategori lainnya. Nantinya kebebasan kaum pelangi di indonesia masih pengguna bisa memilih mengikuti grup yang Cuma sekedar angan-angan. Masyarakat sering mereka inginkan dan meng-klik Apply to Join, menganggap bahwa mereka (LGBT) adalah atau pengguna bisa membuat grup baru sesuai kaum hina yang harus diasingkan dan tidak dengan kategori yang ada. Pada pencarian diterima sebagai bagian dari masyarakat. Itu berdasarkan akun pribadi, dibagi lagi ke dalam yang bikin temen-temen melakukan semuanya kategori pengguna yang sedang online, dekat secara underground karena takut preferensi dengan lokasi Anda, paling populer dan akun seksualnya yang menyimpang di mata baru. Di bawah setiap foto akun terdapat masyarakat ketahuan dan menyebabkan gosip keterangan seberapa jauh akun tersebut dengan tidak mengenakan beredar yang menyebabkan lokasi Anda sekarang. Terdapat pula fitur filter anggota keluarga dirugikan dan di lingkungan dengan kategori berdasarkan status hubungan kerja bisa terjadi pengucilan atau dalam kasus pengguna saat ini, usia, tinggi badan, berat terburuk pemecatan karena dianggap tidak badan dan kelompok etnis. Namun, tanpa sesuai dengan norma-norma mainstream perlu saling follow, para pengguna bisa di masyarakat.” Begitulah tangapan yang menggunakan fitur chatting, bisa melihat home diberikan Garry yang saya hubungi via Telepon akun lain dan menonton live streaming mereka. WhatsApp. Pengguna yang melihat bisa mengomentari atau memberi emoji. Untuk menghindari KESIMPULAN adanya perbuatan yang tidak baik pada setiap live streaming, Blued melarang streaming Kita tidak bisa menutup mata tentang yang berisi konten porno, kekerasan, atau kehadiran kaum LGBT disekitar kita, kegiatan lainnya. Garry mengatakan bahwa khususnya dalam hal ini di kota Palangka ada komunitas Gay khususnya bergerak secara Raya. Mereka melakukan semua interaksi Underground (Bawah Tanah) dan memiliki mereka secara underground adalah karena kode-kode tersendiri atau bahasa khusus dalam masyarakat sekarang tidak bisa menerima pembicaraan untuk topik topik seksual. Sistem kehadiran mereka sebagai masyarakat pergerakan mereka dimulai dari pembicaraan normal di masyarakat. Setiap kali mereka di aplikasi Blued tadi, selesai dari aplikasi itu berinteraksi, mereka takut ketahuan dan jika jika ada perjanjian untuk melakukan hal hal mereka ketahuan, bisa bisa mereka di rundung berbau seksual biasanya mereka lebih memilih di masyarakat dengan berbagai rumor atau untuk melakukannya di rumah atau kost pengucilan dari lingkungan sekitar mereka. pribadi. Tidak memungkinkan untuk mereka Hal-hal yang mereka lakukan biasanya melakukan kegiatan seksual di tempat seperti memiliki kode atau bahasa tersendiri dalam wisma atau hotel karena stigma dari masyarakat pelaksanaannya demi menjaga identitas mereka umum yang menganggap bahwa hal itu sudah supaya tidak ketahuan secara umum oleh terlihat mencurigakan karena dua lelaki check- masyarakat. Ditinjau dari teori Interaksionisme in disitu. Ketika Garry ditanya mengenai Simbolik George Mead di Mind, Self, and

Tema: Dinamika Respon Masyarakat Jurnal Sosiologi 89 Volume III, Edisi 2 Desember 2020

Society. Semua hal ini bermula dari pemikiran Project, T. S. (2011, Agustus 22). Summary: sekumpulan individu yang memikirkan Mind, Self, and Society. Retrieved from bagaimana perkumpulan mereka bisa menjadi thesociologyproject.wordpress.com: satu perkumpulan yang exclusive and secretive https://thesociologyproject.wordpress. (Ekslusif dan Terbatas, cenderung rahasia), com/2011/08/22/summary-mind-self- dan ketika mindset itu sudah terbentuk sistem and-society/ Suleman. (2018, January 18). [Opini] dari perkumpulan itu sudah terbentuk, maka Diskriminasi terhadap LGBT Masih mulailah datang individu yang merasa relate Terjadi di Indonesia. Retrieved from (merasakan hal serupa) ke dalam komunitas infid.id: https://www.infid.org/gallery/ mereka, karena society secara umum tidak bisa read/opini-diskriminasi-terhadap-lgbt- menerima kehadiran mereka di ruang publik, masih-terjadi-di-indonesia itulah sebabnya mereka membentuk society Tasya Paramitha, N. P. (2018, Januari 16). mereka sendiri. Menelusuri Aplikas Gay Blued. Retrieved from Viva.co.id: https:// www.viva.co.id/digital/997112- menelusuri-aplikasi-gay-blued DAFTAR PUSTAKA Wikipedia. (-, - -). LGBT. Retrieved from ID E-notes. (2018, OKtober 26). Mind, Self, Wikipedia: https://id.wikipedia.org/ Society (Study Guide). Retrieved from wiki/LGBT enotes.com: https://www.enotes.com/ Wikipedia. (-, - -). LGBT Community. topics/mind-self-society Retrieved from EN Wikipedia: Kemenkeu, D. (2019, Maret 6). Memahami https://en.wikipedia.org/wiki/LGBT_ Metode Penelitian Kualitatif. Retrieved community from djkn.kemenkeu.go.id: https:// www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/ baca/12773/Memahami-Metode- Penelitian-Kualitatif.html

Tema: Dinamika Respon Masyarakat