Article

Komunitas: International Journal of Exploiting of Natural Indonesian Society and Culture 12(2) (2020): 308-312 DOI:10.15294/komunitas.v12i2.24392 Resources as Livelihoods © 2020 Semarang State University, Indonesia p-ISSN 2086 - 5465 | e-ISSN 2460-7320 of The Border Citizens in http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas The , North UNNES JOURNALS Kalimantan

Nugroho Trisnu Brata¹, Harto Wicaksono², Didi Pramono³

1,2,3Department of Sociology and Anthropology, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Received: February 25th 2019; Accepted: March 01st 2020; Published: September 30th 2020

Abstract This study aims to discuss social values of political-economic activities in the community that lives in a village located on the state border and to study the narration of the community toward the existence of the state. This research uses a qualitative method, and the data is collected through observation and interview. The research location is in Sungai Limau Village, Sebatik Tengah District, Nunukan Regency, North Kaliman- tan Province. This paper shows that in Sebatik Island, especially in Sungai Limau Village, there is a change in the environment . There are many banana trees in that village. In the beginning, bananas are considered to have low economic value. But then, there is a creative idea from one of the local people, which is initiating a processed banana. After being processed, bananas turn out to have higher economic value. They see a marketing opportunity in Tawau City, , , across the state border, and it is hard for them to go through the border. For the local people, the state border is no longer considered a ‘sacred area’ and forbid- den to enter. Based on the research, it can be concluded that the environment may seem to have limitations in fulfilling people’s needs, but then, there is actually hidden potential of natural resources that can be pro- cessed to meet their needs.

Keywords economic value; to process; state border; state meaning

INTRODUCTION gunakan metode penelitian kualitatif, se- dangkan teknik pengumpulan data dengan Daerah perbatasan negara biasanya diasum- observasi dan wawancara. Lokasi penelitian sikan sebagai halaman belakang sebuah di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten rumah yang identik dengan terbelakang, Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Pen- kotor, dan tidak teratur. Begitu juga yang elitian dilakukan pada Bulan Juli 2019. terjadi di Provinsi Kalimantan Utara dapat Jika kita menyusuri jalan raya dari pu- ditemukan potret sebuah desa perbatasan sat keramaian/ perdagangan Pulau Sebatik yang identik dengan keterbelakangan. di Desa Sei Pancang di Kecamatan Sebatik Tulisan ini bertujuan membahas nilai- Utara ke arah barat melalui Kecamatan Se- nilai sosial dalam aktivitas ekonomi-politik pada masyarakat yang hidup di sebuah desa Corresponding author di perbatasan negara, dan kemudian beru- Jl. Raya Sekaran Gunungpati Semarang saha memahami bagaimana narasi warga Email terhadap eksistensi negara. Peneliti meng- [email protected] 309 N.T. Brata, H. Wicaksono, D. Pramono, Exploiting of Natural Resources as Livelihoods of The Border... batik Tengah, menuju Pelabuhan Bamban- RESULT AND DISCUSS gan di Kecamatan Sebatik Barat maka tam- pak pemandangan yang dihiasi berbagai Nilai-nilai sosial dan aktivitas pepohonan. Di Sebatik Timur yang berupa dataran rendah di kiri-kanan jalan dapat di- ekonomi-politik Wilayah Desa Sungai Limau, Kecamatan saksikan pohon-pohon kelapa dan sebagian Sebatik Tengah tempat penelitian ini dilak- kecil tanah sawah. Memasuki wilayah Seba- sanakan sebagian besar warganya menjadi tik Tengah yang mulai mendaki bukit maka petani di dataran tinggi di area bekas hutan. terlihat dataran tinggi berupa pegunungan Mereka bermukim di dua dusun yaitu Du- yang ditumbuhi oleh pohon-pohon kelapa sun Berjoko dan Dusun Sei Limau. Komo- sawit, pisang, durian, kakao, dan serai. Jalan diti pertanian yang menjadi andalan warga pegunungan yang berliku dan naik turun adalah kelapa sawit. Kebun-kebun kelapa berada di wilayah Sebatik Tengah dan Seba- sawit dimiliki dan dikelola oleh warga se- tik Barat. Jalan raya ini membentang sejajar bagai kebun pribadi. Komoditi hasil kebun dengan garis perbatasan darat yang mem- selanjutnya adalah kakao/coklat, durian, bujur dari timur ke barat, yang membelah pisang, rambutan, serai dan kelapa. Namun Pulau Sebatik menjadi wilayah Indonesia yang benar-benar menjadi andalan komo- dan Malaysia. Jalan negara ini dibangun diti kelapa sawit, karena memiliki nilai jual pada tahun 2010 dengan membelah hutan tinggi dan tidak mengenal musim berbuah karena wilayah Sebatik Indonesia ini dahulu sehingga panen dapat dilakukan berulang- adalah hutan primer dengan pohon-pohon ulang sepanjang tahun. Para petani menjual besar. hasil kebun mereka kepada para tengkulak Penduduk Sebatik pada awalnya ada- atau pedagang pengepul. Ada empat orang lah suku Tidung dan suku Dayak, karena tengkulak yang cukup dikenal dan dipercaya secara historis Sebatik menjadi wilayah Ke- oleh warga Desa Sungai Limau yaitu Faisal, sultanan Tidung yang pusat kerajaannya di Basik, Iwan dari Desa Ajikuning dan Sudi- daerah yang saat ini bernama Kabupaten rman dari Desa Maspul. Selain mereka be- Tidung kemudian berpindah ke Pulau Ta- rempat sebenarnya masih banyak tengkulak rakan, Provinsi Kalimantan Utara. Saat ini lain yang beroperasi di Sebatik tetapi jarang kedua penduduk asli ini banyak bermukim yang masuk ke wilayah Desa Sungai Limau. di Desa Bambangan, Kecamatan Sebatik Ketika hasil kebun sudah dipanen se- Barat yang berdekatan dengan pusat peme- lanjutnya petani menghubungi para teng- rintah Kabupaten Nunukan. Lambat laun kulak lewat handphone untuk bertanya har- datang rombongan perantau dari Sulawesi ga beli para tengkulak terhadap hasil kebun. Selatan dari suku Bugis dan sebagian kecil Dengan membandingkan harga yang paling suku Makasar. Mereka beraktivitas dalam tinggi kemudian petani bertransaksi lewat dunia perdagangan, transportasi kapal/ handphone. Oleh para petani, hasil kebun- perahu, penangkapan ikan, kemudian juga nya (terutama kelapa sawit, kakao, dan pi- pertanian kebun dan sawah dengan lebih sang) diletakkan di pinggir jalan raya agar dulu membabat hutan di Sebatik. Datang memudahkan tengkulak yang membawa juga perantau dari Nusa Tengggara Timur mobil pengangkut untuk mengambil hasil yang awalnya menjadi TKI di Malaysia ke- kebun itu. Seorang informan bernama Su- mudian pulang (sebagian dipulangkan) ke dirman bercerita bahwa kelapa sawit dari Indonesia. Mereka tidak kembali ke NTT kebunnya biasanya sekali panen kalau di- melainkan menyeberang perbatasan dan timbang kira-kira 500 kg dan tengkulak menetap di bekas hutan yang kemudian membeli dengan harga RMY 17 sen/kg (jika mereka babat, kini pemukiman ini bernama nilai tukar RMY 1= IDR 3.400, maka RMY17 Kampung Lourdes, di Desa Sungai Limau, sen= IDR 578). Harga 500 kg x IDR 578= Sebatik Tengah. IDR289.000. Setiap bulan Sudirman biasa- nya panen sawit 2 kali, jadi 2x500kg = 1.000

UNNES JOURNALS Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture 12(12) (2020): 308-312 310 kg (1 ton) dengan harga jual IDR 578.000 per Dalam bertransaksi jual beli hasil per- bulan. Itu harga di daerah atas (high land tanian ini terdapat nilai saling percaya da- area/Desa Sungai Limau), sedangkan harga lam harga dan proses penimbangan antara di daerah bawah (low land area/ Desa Ajiku- penjual dan pembeli. Masing-masing pihak ning atau Desa Sei Pancang) adalah RMY 20 memiliki kepercayaan terhadap mitra tran- sen/kg. Selisih harga 3 sen/kg ini karena ada saksi bahwa mereka tidak akan menipu dan biaya pengangkutan dari high land area ke merugikan mitra. Dalam bekerja termasuk low land area. Jadi transaksi menggunakan bertransaksi, nilai-nilai bekerja (work va- mata uang Ringgit Malaysia, komoditi itu lues) itu menduduki tempat yang penting. kemudian diangkut dan dijual ke Tawau, Studi mengenai bekerja yang dila- Sabah, Malaysia dan alat transaksinya juga kukan oleh Wallman (1979 dalam NT Bra- Ringgit Malaysia. ta,2012:282) menyebutkan bahwa manusia Hasil panen pisang setelah dipo- bekerja itu terkait dengan sembilan dimen- tong dari pohon maka pisang dijual dalam si. Satu dari sembilan dimensi itu adalah bentuk tandan, kemudian ditimbang oleh dimensi value, bahwa value (nilai) menu- tengkulak, dikurangi berat batang tandan rut Wallman bisa menentukan posisi sosial, pisang. Informan bernama Sudirman me- pribadi, atau tingkatan ekonomi orang yang miliki 0,5 hektar kebun pisang kepok. Oleh bekerja. Dalam pandangan Wallman, nilai tengkulak pisang dari kebun Sudirman di- itu dibutuhkan oleh masyarakat, individu hargai RMY 50 sen/kg (sekitar IDR 1.600/ atau aspek ekonomi yang mana nilai itu di- kg). Pisang dipanen jika sudah tua yaitu tentukan oleh kriteria moral atau material. ditandai warna kulit pisang hijau kehitam- Nilai saling percaya dalam bertransak- hitaman, belum sampai masak yaitu warna si di muka menjadi jaminan kepastian har- kulit pisang menguning. Harga RMY 50 sen ga jual sehingga petani merasa diuntungkan itu harga tertingi, kadang-kadang harga- dalam transaksi. Nilai saling percaya ini ke- nya di bawah itu. Biasanya berat satu tan- mudian menjadi alasan hanya empat orang dan pisang berkisar 10 kg sampai 15 kg atau tengkulak yang dipilih menjadi mitra jual seharga IDR 16.000 sampai IDR 24.000 per beli hasil kebun di Desa Sungai Limau, se- tandan pisang. Sekali panen pisang biasa- dangkan di seluruh Sebatik banyak terdapat nya antara 10 sampai 20 tandan pisang (har- tengkulak yang beroperasi namun mereka ga rata-rata IDR 20.000 x 10 tandan = IDR tidak dipercaya oleh para petani di Desa 200.000 sampai IDR 400.000). Cara men- Sungai Limau. jual pisang pun sama dengan cara menjual Aspek kepercayaan antara penjual dan kelapa sawit, ketika pisang sudah dipanen pembeli juga dapat dilihat sebagai sebuah kemudian petani menghubungi para teng- modal sosial yang ada di dalam masyara- kulak lewat handphone untuk bertanya kat sehingga aktivitas perekonomian dapat harga beli para tengkulak terhadap pisang. berjalan dengan lancer. Modal sosial adalah, Dengan membandingkan harga yang paling “Bagian dari kehidupan sosial--jaringan, tinggi kemudian petani bertransaksi lewat norma, kepercayaan--yang mendorong par- handphone dan pisang ditaruh dipinggir ja- tisipasi bertindak bersama secara lebih efek- lan selanjutnya diambil oleh tengkulak. Ke- tif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama lapa sawit dan pisang ditimbang di tempat (Robert Putnam,1996:56, John Field,2011:51). pengepulan dekat dermaga milik tengkulak Dengan adanya sikap saling percaya tanpa disaksikan oleh petani sebagai pen- maka pihak-pihak yang terlibat dalam ak- jual. Di low land area ini terdapat dermaga tivitas jual beli ini kemudian membangun (relatif kecil) untuk mengangkut komoditi sebuah jaringan (network) dalam rantai hasil pertanian dengan perahu menuju ke perdagangan hasil bumi. Petani sebagai pi- Tawau, Sabah Malaysia. Kelapa sawit biasa- hak penjual mendapat kepastian harga yang nya diangkut kapal di dermaga Sei Lale Salo, baik, dan pembeli/tengkulak mendapat ja- sedangkan pisang diangkut dari dermaga minan pasokan komoditi yang kemudian ia Sei Aji Kuning. “ekspor” ke pedagang di Tawau, Malaysia.

UNNES JOURNALS 311 N.T. Brata, H. Wicaksono, D. Pramono, Exploiting of Natural Resources as Livelihoods of The Border...

Dalam hal ini para petani maupun teng- Narasi warga terhadap eksistensi kulak melakukan aktivitas ekonomi-politik negara dengan basis nilai-nilai kepercayaan kemu- Seandainya proses mengolah pisang da- dian berlanjut pada jaringan perdagangan, pat berkesinambungan dan pangsa pasar dan menghindari tengkulak yang tidak di- di Tawau dapat dipelihara tentu pendapa- percaya dalam aktivitas perdagangan. tan penduduk perbatasan di Sungai Limau Sebenarnya pisang memiliki prospek dapat bertambah dan meningkatkan kese- sebagai komoditi unggul jika dijual dalam jahtaraan mereka. Mengapa produk olahan bentuk makanan olahan. Penjualan pisang pisang dan hasil pertanian diekspor ke Ma- dalam bentuk mentah nilai jualnya relatif laysia? Sebab, jika dijual di pasar Sebatik rendah, jika dibandingkan dengan menjual (Indonesia) sendiri tentu pasarnya sempit pisang dalam bentuk olahan. Informan ber- karena warga sebatik adalah masyarakat ag- nama Nurul Hidayah menceritakan bahwa raris yang daya belinya relatif rendah. Jika pisang dapat diolah menjadi; tepung pisang, didistribusikan ke luar provinsi Kalimantan nasi pisang, keripik pisang, keripik jantung Utara maka sentra perekonomian adalah pisang, keripik kulit pisang, dan lauk dari Kota Makasar atau Kota Surabaya, untuk bonggol/tunas pohon pisang. Pada tahun transportasi laut perlu waktu lima sampai 2013 dengan dipelopori oleh Hajah Suraidah enam hari baru sampai dan biayanya mahal (bidan) dan Mardin (kepala desa Sungai karena jaraknya jauh. Cara paling mudah Limau) pernah diadakan kursus membuat dan murah untuk memasarkan komoditi pisang olahan agar nilai jual pisang mening- dari Sungai Limau di Pulau Sebatik adalah kat. Instruktur kursus dari Kabupaten Nu- Bandar/Kota Tawau di Malaysia yang perlu nukan. Ada 25 orang ibu-ibu peserta kursus, waktu tempuh antara 15 menit sampai 20 karena mengolah pisang dianggap sebagai menit menggunakan speedboat. pekerjaan wanita atau ibu rumah tangga. Jalur perdagangan antara Sebatik In- donesia dengan Tawau adalah jalur perda- Pisang olahan memiliki peluang pasar gangan tradisional dalam arti sebuah jalur diekspor ke Kota Tawau di Malaysia. Dalam perdagangan yang melampaui batas logika bentuk kemasan berbagai makanan olahan perbatasan negara modern dengan segala dari pisang itu pernah dipamerkan dalam perangkatnya seperti pos pemeriksaan imi- sebuah expo di Tawau yang disponsori oleh grasi, pemeriksaan beacukai/custom, pa- pemerintah Kecamatan Sebatik Tengah. jak ekspor-impor, dan penggunaan paspor Ternyata makanan pisang olahan itu bany- secara ketat. Akan tetapi kadang-kadang ak diminati oleh konsumen. Tentu saja ha- jalur perdagangan lintas perbatasan ini ter- sil penjualan pisang olahan ini menambah lihat sakral dan menegangkan, yaitu adanya penghasilan bagi masyarakat. inspeksi oleh polisi Malaysia atau polisi In- Beberapa tahun berjalan ternyata pe- donesia yang diikuti dengan penangkapan luang bisnis pisang olahan ini meredup. pelaku perdagangan atau penangkapan ma- Hal ini terjadi karena tidak adanya jaminan syarakat pelintas perbatasan. Apalagi jika pemasaran yang stabil, karena masyarakat muncul ketegangan politik antara Jakarta mengolah pisang hanya berdasar pesanan dengan Kualalumpur tentu dampak kete- dari pedagang. Pedagang pun tergantung gangan terasa sampai di jalur perdagangan dari permintaan konsumen. Hambatan Sebatik-Tawau, walau hanya sementara. yang lain adalah tidak adanya kemampuan Ketegangan yang pernah terjadi misalnya atau peralatan yang dapat diandalkan un- merebaknya sengketa Blok Ambalat di ten- tuk menyimpan dan mengawetkan tepung gah laut, lepasnya Pulau dan Pulau pisang dan nasi pisang untuk waktu yang dari Indonesia, atau jaman konfron- lama, sehingga mudah busuk. Padahal te- tasi Indonesia versus Malaysia pada awal ta- pung pisang dan nasi pisang dapat menjadi hun 1960-an. makanan pokok pengganti beras dan memi- Dalam suasana politik Indonesia- liki pasar yang luas. Malaysia yang normal maka perbatasan ti-

UNNES JOURNALS Komunitas: International Journal of Indonesian Society and Culture 12(12) (2020): 308-312 312 dak terlihat sakral, perbatasan adalah area terjadi pergeseran pemaknaan terhadap profan yang boleh dilintasi oleh siapa saja- lingkungan, bahwa selain perkebunan sawit -bahkan oleh pelaku kejahatan seperti traf- dan perkebunan kakao di desa itu banyak ficking dan penyelundup narkoba/dadah/ tumbuh pohon pisang. Buah pisang awalnya drug. Oleh masyarakat setempat perbatasan dianggap bernilai ekonomi rendah kemudi- dilihat bukan sebagai pembatas melainkan an muncul pikiran kreatif dari tokoh ma- media penghubung. Peraturan hukum dan syarakat dengan membuat pisang olahan. perundang-undangan yang diberlakukan Setelah pisang diolah kemudian berubah baik di Indonesia maupun di Malaysia ada- menjadi bernilai ekonomi tinggi. Namun lah sebuah cara untuk mewujudkan kon- setelah menjadi makanan olahan mereka disi ideal. Namun dalam penerapannya di sulit memasarkan karena daerah mereka lapangan belum tentu aturan hukum itu adalah pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk sukses, sebab realitas di lapangan adalah ekonomi pasar. Mereka melihat peluang pe- kondisi itu sehari-sehari yang terjadi di da- masaran yaitu Kota Tawau, Sabah, Malaysia lam masyarakat dalam hal ini masyarakat di di seberang batas negara tetapi mereka ke- area perbatasan. Walaupun di seberang per- sulitan menyeberangi perbatasan. Di ten- batasan adalah wilayah Malaysia namun ba- gah kesulitan itu ternyata mereka mampu nyak penduduknya adalah keturunan masy- menyeberangi perbatasan dan memasarkan arakat Indonesia yang tidak jarang terikat produk makanan olahan mereka. Bagi war- dengan kerabat dan tempat asal mereka di ga setempat, kini perbatasan negara tidak Indonesia. Dalam konteks negara kesejah- lagi dianggap sebagai area yang sakral dan teraan maka aparatus negara jangan terlalu tabu dilintasi. Mereka tetap merasa WNI kaku dengan hukum, jangan main tangkap, namun tidak pantang mencari penghidu- jangan main larang, sebab hal itu bisa me- pan di Malaysia. rusak ekonomi rakyat dan kesejahteraan masyarakat di daerah perbatasan. Aktivitas masyarakat membuat pisang REFERENCES olahan dapat dipakai sebagai entry point un- Brata, N.T. 2012. “Korelasi Budaya Perkebunan dan tuk memahami dan menjelaskan dinamika Fenomena ‘Buruh Borong’ Perkebunan Sawit Di Kalimantan Barat”. Sumber: Jurnal Pendi- pembangunan sektor ekonomi di daerah dikan dan Kebudayaan, vol.18, no.3 (Septem- perbatasan negara. Fenomena pengolahan ber). pp. 280-293. Dipublikasikan oleh Badan dan pemasaran pisang hingga ke luar nege- Penelitian dan Pengembangan Kementerian ri juga dapat memberikan gambaran mak- Pendidikan dan Kebudayaan. URL: http://ju- rnaldikbud.kemdikbud.go.id/ na perbatasan dalam perspektif warga yang Brata, N.T. 2012. “Kualitas Layanan Pendidikan di Per- kadang-kadang berbeda dengan perspektif batasan Indonesia-Malaysia Sejak Berdirinya hukum negara. Provinsi Kalimantan Utara”, paper dipresen- Conclusion tasikan dalam forum The 2nd International Dari penelitian ini dapat disimpulkan Conference on Social Sciences and Humanities, diselenggarakan oleh Deputi Ilmu Sosial Dan bahwa lingkungan yang seakan memiliki Kemanusiaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan keterbatasan dalam mencukupi kebutu- Indonesia (LIPI), Jakarta: 23-25 Oktober 2018. han warganya, ternyata memiliki potensi Field, John. 2011. Modal Sosial, diterjemahkan dari So- sumber daya alam yang jika diolah ternyata cial Capital. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Pratiwi, H. A., (ed.). 2019. Sebatik Kau Bercerita, Se- mampu menjadi sumber penghidupan war- buah Kisah Pengabdian, di Teras Utara Negeri. ga. Tulisan ini menunjukkan bahwa di Pulau Yogyakarta: Buku Litera. Sebatik khususnya di Desa Sungai Limau

UNNES JOURNALS