AKULTURASI BUDAYA DALAM SYAIR SHALAWAT AHBABUL MUSTHAFA SURAKARTA

Khoiriyah1

Abstak Tulisan ini mengkaji fenomena akulturasi yang dimanfaatkan para pendakwah untuk menyiarkan agama lewat simbol-simbol kultural yang selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Kemampuan ini didakwahkan oleh tokoh karismatik Habib Syeikh Bin Abdul Qadir Assegaf dengan majelis Ahbabul Musthafa lewat lantunan syair-syair shalawat yang dipandu dengan musik tradisional maupun modern. Fenomena seni shalawat Ahbabul musthafa Surakarta merupakan kesenian yang mengintegrasikan tradisi pembacaan syair dalam shalawat (Arab dan Islam) dan syair Jawa/Indonesia dengan iringan musik di wilayah eks karesidenan Surakarta dan sekitarnya. Majelis ini berkembang dalam suatu komunitas budaya masyarakat yang merupakan ekspresi dari hidup dan kehidupannya, serta menjadi sumber inspirasi bagi tegaknya kehidupan spiritual, moral dan sosial.Dalam konteks ini, tradisi shalawatan yang dipentaskan menjadi satu implementasi ajaran agama yang tidak hanya terbatas pada bentuk ritus berupa aksi sosial kemasyarakatan yang sekaligus bersifat keagamaan dan mengandung unsur pendidikan, moral, spiritual, dakwah dan budaya kesenian (hiburan).

Kata Kunci: akulturasi budaya, syair shalawat Ahbabul Musthafa.

Abstract This paper examines the phenomenon of acculturation used by preachers to broadcast Islam through cultural symbols that are in line with the ability to capture and understand the community that will be included in the recognition of the Islamic world. This ability was

1 Dosen IAIN Surakarta

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 18 proclaimed by the charismatic figure Habib Syeikh Bin Abdul Qadir Assegaf with the Ahbabul Musthafa assembly through the chants of shalawat verses guided by traditional and modern music. The phenomenon of the art of shalawat Ahbabul musthafa Surakarta is an art that integrates the tradition of reading poetry in shalawat (Arabic and Islamic) and Javanese / Indonesian poetry with musical accompaniment in the former Surakarta residency and its surroundings. This assembly develops in a cultural community which is an expression of life and life, as well as a source of inspiration for the upholding of spiritual, moral and social life. In this context, the shalawatan tradition that is staged is one of the implementations of religious teachings that are not only limited to the form of rites. in the form of social action which is at the same time religious in nature and contains elements of education, morals, spirituality, preaching and cultural arts (entertainment).

Key words: Cultural acculturation, shalawat Ahbabul Musthafa A. Pendahuluan spiritual, moral dan sosial. Dalam Fenomena seni shalawat konteks ini, tradisi shalawatan yang Ahbabul musthafa Surakarta dipentaskan menjadi salah satu merupakan kesenian yang implementasi ajaran agama yang tidak mengintegrasikan tradisi pembacaan hanya terbatas pada bentuk ritus syair dalam shalawat (Arab dan Islam) berupa aksi sosial kemasyarakatan dan syair Jawa/Indonesia dengan yang sekaligus bersifat keagamaan dan iringan musik terbang di wilayah eks mengandung unsur pendidikan, karesidenan Surakarta dan sekitarnya.1 dakwah dan kesenian (hiburan). Majelis ini berkembang dalam suatu Surakarta merupakan kota komunitas budaya masyarakat yang majemuk dan pluralis yang terdiri atas merupakan ekspresi dari hidup dan berbagai istiadat, institusi sosial kehidupannya, serta menjadi sumber dan aliran keagamaan. Kemajemukan inspirasi bagi tegaknya kehidupan tersebut sebagai kenyataan kebebasan ekspresi masyarakat, namun rentan

1 Muhammad Subhan, ”Damai Bersama menimbulkan konflik kepentingan Alunan Shalawat,” dalam Majalah AULA edisi antara kelompok yang berbeda. April 2013/Jumadil Awal-Jumadil Akhir 1434 H, Kebudayaan itu sebuah keutuhan h. 9.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 19 sistemik, mulai dari nilai, norma, kepada rasul. Pembacaan shalawat dan moral, adat istiadat, hukum, hingga madaih menjadi tradisi keagamaan ekspresi kebudayaan.2Konsekuensi yang menjadi titik temu antara ajaran kemajemukan budaya merupakan dan budaya. Kemudian tradisi ini bagian tak terelakkan dari kehidupan berkembang dalam kehidupan manusia.Karena kebudayaan masyarakat dan menjadi pola rutinitas memungkinkan manusia memperoleh upacara/acara kemasyarakatan gerak harmonisasi, pemanusiaan keagamaan. Nilai spiritualitas menjadi manusia, dan gerak humanisasi makna dibalik shalawat dan madaih.2) peningkatan martabat manusia.Dalam Efita Sari5, menyatakan bahwa dalam konteks sosial telah terjadi proses novel al-karnak terdapat fakta sosial akulturasi budaya antara masyarakat kehidupan Najib Mahfudh yang Jawa yang mengugemi paguyuban merupakan bagian dari posisi sosial (perkumpulan) dengan penyampaian dan profesionalisme Najib Mahfudh pesan agama Islam sebagai sarana dalam masyarakat Mesir ketika itu.3) komunikasi sosial, sehingga secara Muhammad Hazin Mudzar6 otomatis keselarasan atau tertib menyatakan hasil penelitian (harmoni) sosial dapat terbina dengan menunjukkan bahwa cerpen tharidu baik.3 al-firdaus merupakan karya sastra Kajian tentang sosiologi sastra karnivalis, dimana hal itu tampak dari terutama sosiologi sastra arab dan seni berbagai perilaku eksentrik, syair shalawat telah banyak dilakukan. profanisasi tradisi yang dianggap Di antara penelitian-penelitian yang sakral dan hal-hal lain yang pernah dilakukan antara lain: 1) memungkinkan bermacam-macam Wildana Wargadinata4,penelitian ini suara memiliki porsi yang sama untuk membahas tentang shalawat, dimana mengungkapkan ideologinya. Ketiga orang-orang Arab menyebutnya penelitian tersebut menjadi dasar dengan istilah Madaih Nabawiyah. pijakan dalam penelitian ini.Persamaan Shalawat dan Madaih ini merupakan dari ketiganya adalah kajian sosiologi pengejawantahan atas rasa cinta sastra.Sedangkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah obyek

2 penelitian.Dalam penelitian ini M. Nasir Tamara, Agama dan Dialog Antar Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1996), h. fokusnya adalah nilai akulturasi 171. 3Ahmad Hartanto,”Agama dan Kehidupan: Pseudoreligi di Sekitar Kita,” dalam 5Efita Sari, Analisis Sosiologis pada Harian Umum Solo Pos, 21 Maret 2014, h. VII. Novel al-Karnak Karya Najib Mahfudh dan 4 Wildana Wargadinata, Sastra Implikasinya Terhadap Pembelajaran Telaah Penghormatan kepada Nabi Madaih Nabawiyah, Prosa, Skripsi, (Universitas Negeri Malang: Disertasi, (Surabaya: Program Pascasarjana IAIN Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, 2012). , 2009). Selain itu penelitian tentang 6Muhammad Hazin Mudzar, meneliti shalawat juga terdapat dalam Dudung dengan judul Cerpen Tharidu al-Firdaus Karya Abdurrahman, dkk.,Islam dan Budaya Lokal Taufiq al-Hakim (Studi Sosiologi Sastra dengan dalam Seni Pertunjukan Rakyat (Yogyakarta: Pendekatan Dialogisme Mikhail Bakhtin), Tesis, Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Yogyakarta, 2006), h. 35. Kalijaga Yogyakarta, 2013).

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 20 budaya dalam syair shalawatahbabul perhatian dari almarhum Al-Imam Al- musthafa sebagai media dakwah dan Arif billah, Al-Habib Anis bin Alwiy perwujudan harmoni sosial. Al-Habsyi “Imam Masjid Riyadh dan Penelitian ini mengkaji syair- pemegang maqom Al-Habsyi”. syair yang terdapat dalam shalawat Berawal dari dukungan beliau, Habib yang dikembangkan majelis Ahbabul Syekh bin Abdul Qodir Assegaf musthafa Surakarta yang lahir dan mensyiarkan sekaligus terbentuk dari proses akulturasi budaya mengumandangkan Shalawat Nabi yang cukup panjang, yang yang berawal di kota Solo. Dengan memberikan warna dan ciri khas pada penuh keyakinan dan niat lillahi tampilan pentasnya. Berbagai ajaran ta’ala, perkembangan syi’ar shalawat agama ikut menuansai karakter dan beliau sampai saat ini semakin kepribadian masyarakat. Syair-syair pesat.Namun hal ini juga tak terlepas yang dilantunkan atau ditembangkan dari peran serta Majelis Ahbabul dilafalkan dengan logat Arab dan Jawa Musthofa. yang sangat kental. Sementara muatan Majelis Ahbabul Musthofa isi (ajaran) yang dibawakan penuh sendiri berdiri sekitar tahun 1998 di dengan nilai-nilai ajaran Islam dan kota Solo, tepatnya di kampung budi pekerti luhur. Kondisi ini, pada Mertodranan. Berawal dari majelis gilirannya, jelas akan menjadi prospek Rotibul Haddad dan Burdah serta yang cukup strategis dan prospektif maulid Simthut Duror, Habib Syekh untuk dimanfaatkan kembali sebagai bin Abdul Qadir Assegaf memulai media pembumian nilai-nilai agama langkahnya untuk mengajak umat dan dan budi pekerti luhur masyarakat. dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar B. Paguyuban Shalawat Ahbabul Muhammad SAW melalui lantunan Musthafa shalawat.Perjalanan hidup Habib Pemimpin dan sekaligus kelahiran Solo, 20 September 1961, ini pendiri majelis shalawat Ahbabul cukup berliku.Beliau pernah jaya musthafa adalah Habib Syekh bin sebagai pedagang tapi kemudian Abdul Qodir bin Abdurrahman bangkrut. Di saat sulit itu, justru Sang Assegaf . Beliau adalah tokoh Alim Habib tampil melakukan dakwah dan Imam Masjid Assegaf yang berada menggunakan “kereta angin” ke di Pasar Kliwon kota Solo. Berawal pelosok-pelosok untuk melaksanakan dari Pendidikan dari guru besarnya tugas dari sang guru, almarhum Habib sekaligus Ayahanda, Habib Syekh bin Anis bin Alwi al-Habsyi, imam masjid Abdul Qodir Assegaf mendalami Ilmu Riyadh, Gurawan, Solo. Pada saat itu agama berlanjut ke paman beliau Alm. Habib Syekh bin Abdul Qadir Assegaf Habib Ahmad bin Abdurrahman juga sering diejek sebagai orang yang Assegaf yang datang dari Hadramaut. tidak punya pekerjaan dan habib jadi- Habib Syekh juga mendapat jadian. Namun Habib Syekh tidak pendidikan, dukungan penuh dan pernah marah atau mendendam kepada

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 21 orang yang mengejeknya.Justru Berkembangnya tradisi sebaliknya, beliau tetap tersenyum dan shalawat di masyarakat tidak terlepas terkadang berderma (memberi sesuatu) dari gagasan peran nabi sebagai kepada orang tersebut. wasilah bagi umatnya.Gagasan yang Meski berdakwah dalam menyatakan bahwa Nabi sebagai kondisi yang serba “pas-pasan”, tidak pemberi syafa’at atau wasilah, sudah jarang Sang Habib pun tetap berkembang sejak masa awal mengusahakan membawa nasi kenabian.Beberapa sajak pujian atas bungkus, untuk dibagi-bagikan kepada nabi yang dibuat oleh para pecinta nabi jama’ahnya di pelosok-pelosok memuat petunjuk tak langsung atas kampung. Taklimnya saat awal-awal pengharapan kaum adalah dari kampung ke kampung di muslimin.Walaupun dikalangan umat seputaran Solo dan Jawa Tengah, serta Islam sendiri terdapat perdebatan yang terkadang juga diselenggarakan di sangat sengit tentang makna syafa’at daerah Kebagusan.Kini dakwah Sang yang dikaitkan dengan keselamatan Habib tidak hanya bisa dinikmati oleh umat manusia.Dasar pemikiran adanya segelintir penduduk kampung saja, tapi syafa’ah terdapat dalil yang bervariatif sudah meluas ke berbagai daerah di dan banyak hadis yang dapat dijadikan tanah air dan bahkan di luar pedoman.7 negeri.Tembang-tembang shalawatnya Di tinjau dari sejarahnya pun telah beredar luas di dunia maya shalawat berkembang dan tertanam dan siap untuk diunduh, termasuk NSP sejak zaman Nabi Muhammad SAW (Nada Sambung Pribadi)-nya. yang terkenal dengan sebutan al- madaih al-nabawiyah atau bentuk C. Lirik Syair ShalawatAhbabul pujian yang dilantunkan untuk Musthafa Rasulullah.Ungkapan pujian yang Memahami tradisi shalawat digunakan sebagai bentuk ditinjau dari dua sisi, yakni sisi syar’i penghormatan kepada Nabi dari lubuk dan sisi budaya.Pada sisi syari’at hati yang paling dalam diwujudkan pengertian shalawat dalam sisi bahasa dalam bentuk karya sastra.Tradisi adalah do’a, sedangkan menurut istilah pujian kepada Nabi bukan hanya shalawat adalah shalawat Allah kepada disetujui oleh Nabi, tetapi beliau rasulNya, berupa rahmat dan mendorong untuk melakukan tradisi kemulyaan.Shalawat dari malaikat pujian itu.Sastra penghormatan kepada kepada Nabi berupa permohonan Nabi terus berkembang sesuai dengan rahmat dan kemuliaan kepada Allah variasinya. Sastra penghormatan untuk Nabi Muhammad, sementara kepada Nabi terkenal di Indonesia shalawat dari selain nabi berupa dengan sebutan shalawat, dalam karya ampunan dan rahmat.Shalawat kepada sastra terkenal dengan al-madaih al- orang-orang yang beriman adalah permohonan rahmat dan kemuliaan 7Said Aqil Siraj, Tasawuf Sebagai Kritik kepada Allah untuk Nabi. Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi (Bandungn: Mizan, 2006).

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 22 nabawiyah, dalam sastra Persia dan Misalkan jama’ah ahbabul Urdu dengan sastra na’tiyah, orang musthafa menggunakan bahasa sastra Turki menyebutnya burdah. yang dimodifikasi campuran bahasa Tradisi pengumpulan karya Arab dengan bahasa Jawa (sya’ir sastra pujian terhadap rasul, baik Jawa), Shalawat Khas Sang Habib berupa puisi, pidato, karya sastra, Yang “Menyihir”. Selain mencipta wasiat, prosa, sudah menjadi tradisi di sendiri, Habib Syekh juga kalangan ulama dan sastrawan membawakan (mempopulerkan) Arab.Tradisi ini biasanya dikenal kembali qashidah lama yang dikemas diwan yang berarti kumpulan puisi sedemikian rupa iramanya sehingga mutanabbi.Banyak sekali karya sastra barang “lama”(tradisional) itupun yang dihasilkan misalkan burdah, seakan menjadi “baru” dan lebih diba’, maulid, dan al-barjanzi. Di menggoda telinga (indah) untuk terus Indonesia, biasanya pada bulan puasa, mendengarnya, seperti yang ada pada dikaji beberapa karya sastra seperti shalawat Sya’ir Jawa “Padang hasyiyyah al-bajuri ‘ala matn al- Bulan”.9 burdah karya al-Islam Idrahim al- Setiap acara shalawatan, Bajuri, targhib al-mustaqin li bayan bersama Habib Syekh dan Ahbabul manzumat al-syayyid al-barzanji zain Musthafa pasti ada ketenangan dalam al-’abidin karya Muhammad Nawawi batin setiap syekhermania. Semua bin ‘Umar bin ‘Arabi, madarij al- shalawat yang syahdu menyejukkan su’ud ila ikhtisa’ al-burud karya hati ini terangkai indah dalam balutan Muhammad Nawawi al-Bantani.8 kekhusukan. Mulai dari lagu shalawat Seiring dengan perkembangan alangkah indahnya hidup zaman, bacaan shalawat mengalami ini,dilanjutkan dengan kisah sang rasul perkembangan dengan berbagai aliran dan turi putih,membuat syekhermania kontemporer, yakni diiringi jenis alat terhanyut dengan irama shalawat. musik kontemporer seperti keybord, Tetapi apakah syekhermania guitar, dan drum.Alunan dan irama mengetahui inti dari setiap shalawat lagu juga berkembang mengikuti yang dibawakan oleh Al Habib Syekh perkembangan zaman, sesuai dengan bin Abdul Qodir Assegaf. Berikut minat para pecinta musik, hingga beberapa sya’ir yang sering akhirnya tradisi ini menjadi diminati dilantunkan oleh Gus Wahid Maupun oleh semua kalangan.Begitu juga vokalis Ahbabul Musthafa yang lain penggunaan bahasa pujian tidak hanya bersama Habib Syekh. Berikut menggunakan bahasa Arab tapi juga beberapa lagu syair-syair shalawat; menggunakan bahasa daerah masing- 1. Lagu alangkah indahnya hidup ini. masing yang dapat dipahami para Didalam lagu alangkah jama’ah. indahnya hidup ini dapat

9Tentang sya’ir habib Syech lihat 8Lihat Aliy Faizal, terjemahan Syair Kumpulan Sholawat Qosidah Habib Syech Bin Burdah al-Busyairi. Abdul Qodir Assegaf.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 23 menggambarkan betapa kecintaan Lagu Rohatil karangan hamba-Nya akan Rasul Muhammad Habib Rizieq Shihab ini melantun SAW dan semoga kita dijadikan dengan syahdu,menggambarkan umat nabi agar mendapat kisah dari masa ke masa Rasul syafa’atnya. Karena hanya Nabi Muhammad SAW.Di shalawat Muhammad SAW yang bisa ini,kita diajarkan mengenai memberikan syafa’atnya kepada kehidupan Rasulullah dari masih hamba-Nya.Untuk itu marilah kita kandungan yang sudah ditinggal sering seringlah bershalawat kepada oleh ayahandanya,kemudian 6 beliau agar kita mendapatkan tahun di tinggal ibunda syafa’atnya di hari akhir kelak. Hal tercinta,hingga masa akhir ini juga mengingatkan umat dalam Rasulullah.Dalam shalawat ini sya’ir tersebut akandoa yang sulit kita diajak untuk meneladani kisah terkabul, jika tidak diawali dengan beliau. membaca shalawat kepada Nabi. Rohatil athyaru tasydu, bi Alangkah indahnya hidup layaa lil maulidi, ini wa bariqunnu riyabdu, min Andai dapat kutatap ma’aani Ahmadi wajahmu Wa bariqunnu riyabdu, Kan pasti mengalir air min ma’aani Ahmadi mataku bi layaa lil maulidi Karena pancaran Abdullah nama ayahnya ketenanganmu Aminah ibundanya Ya Rasulullah Ya Abdul Muthallib kakeknya Habiballah Abu Thalib pamannya Tak pernah kutatap Khadijah istri setia wajahmu Fathimah putri tercinta Ya Rasulullah Ya Semua bernasab mulia Habiballah Dari Quraisy ternama Kami rindu padamu Inilah Kisah Sang Rasul Ya Rasulullah Ya yang penuh suka duka Habiballah yang penuh Suka duka Terimalah kami sebagai Dua bulan di kandungan umatmu Wafat ayahandanya Ya Rasulullah Ya Tahun gajah dilahirkan Habiballah Yatim dengan kakeknya Kurniakanlah syafaatmu Sesuai adat yang ada Allahumma Solli Ala Disusui Halimah Muhammad Enam tahun usianya Ya Rabbi Solli Alaihi Wafat Ibu tercinta Wasallim yang penuh suka duka yang penuh Suka duka 2. Lagu kisah sang rosul Delapan tahun usia Kakek meninggalkannya Abu thalib pun menjaga

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 24 Paman paling membela Ojo ati serakah lan ojo Saat kecil menggembala celimut Dagang saat remaja Ojo buru aleman lan ojo Umur dua puluh lima ladak Memperistri Khadijah Wong ladak pan gelis mati, yang penuh suka duka lan ojo ati ngiwo yang penuh Suka duka Niruho wong mulyo, habaib Di umur ketiga puluh ulomo Mempersatukan bangsa Niyat hormat golek tsawab Saat peletakan batu ujar berkah kang minulyo Hajar aswad mulia Ojo sampe modo, ora keno Genap empat puluh tahun nyelo Mendapatkan risalah Luwih becik derek tindak Ia pun menjadi Rasul lampah pinuji minulyo Akhir para Anbiya Tembung alus ati ati, yang penuh suka duka yang penuh suka lungguhe ojo sembrono duka Sopo nandur bagus, bakal 3. Lagu pepali ki Ageng Selo panen ugo Lirik lagu ini menceritakan Seneng ayem bahagia, anak bahwa orang serakah itu tidak baik putu sak kluwargo Lamun dadi penggede, dan sangat dibenci oleh Allah SWT. printah anak buahe Sifat dari serakah ini menjadikan Ojo nganti keras kaku, sak manusia akan berburu dunia tanpa seneng karepe dewe memikirkan akhirat kelak. Harus Dadiyo siro pelindung, diingat bahwa kehidupan yang printah kelawan kiro kiro abadi hanya ada di akhirat Iling lan waspodo, dawuh kelak.Maka dari itu,jadilah kang utomo Senengno jiwamu lan atimu, syekhermania yang taat dengan ojo salah tompo ajaran Allah dan Rasulnya.Jadilah Pitutur kang luhur, printahe manusia yang taat menjalankan agomo perintah-Nya dan menjauhi laragan- Ojo simpang siur, tindak Nya. ngawur ndadekno sengsoro Allahumma sholli 'ala Dadiyo wong agung kang sayyidina minulyo, tumindak Muhammadin thibbil qulubi sempurno wadawa’iha Nindaki kewajiban, kanti Wa'afiyatil abdani wa dasar syifa'iha Akhlak bagus tumus, sabar Wa nuril abshori alus noto ati mapan wadhiya’iha Taat lan ngabekti, perintahe Wa ala alihi washohbihi gusti wasallim Nindakno ngibadah, netepi Pepali Ki Ageng Selo printah amal kang pinuji amberkahi Nyadong ridho rahmat lan Ojo gawe angkuh, ojo ladak syafa'at saking kanjeng lan ojo jail nabi.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 25 akeh kang apal 4. Lirik syair tanpo waton hadise Lirik syair tanpo waton ini seneng ngafirke menggambarkan betapa dunia marang liyane kafire dewe dak zaman sekarang sudah berubah. digatekke Sesama muslim saling yen isih kotor ati mengkafirkan,naudzubillah hi akale 2x minzalik. Dalam lagu yang dulunya gampang dipopulerkan oleh Almarhum KH kabujuk nafsu ini juga, umat angkoro diajarkan untuk bersyukur dengan ing pepahese gebyare dunyo nikmat apa yang diberikan oleh iri lan meri Allah SWT. sugihe tonggo mulo atine peteng lan nisto استغفر هللا ر ّب البرايا # استتغفر هللا 2x من الخطا يا ayo sedulur jo ngelaleake ربّي زدني علما نافعا # ووفّقني عمال wajibe ngaji sak صالحا pranatane يا رسول هللا سالم عليك # يا رفيع nggo ngandelake iman tauhide الشان و الدرج baguse sangu عطفة يا جيرة العالم # يا أهَيل الجود mulyo matine 2x والكرم kang aran sholeh baguse atine ngawiti ingsun kerono mapan nglarar syiiran sari ngelmune kelawan muji laku thoriqah lan maring pengeran makrifate kang paring ugo hakekat rohmat lan manjing rasane kenikmatan 2x rino wengine al quran tanpa pidungan qadim wahyu 2x minulyo duh bolo konco tanpa dinulis iso priyo wanito diwoco ojo mung ngaji iku wejangan syareat bloko guru waskito gur pinter den tancepake dongeng nulis ing jero dodo 2x lan moco kumantil ati lan tembe burine pikiran bakal sangsoro 2x

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 26 mrasuk ing Den gadang badan kabeh Alloh swargo jeroan manggone mukjizat rosul Utuh mayite ugo dadi pedoman ulese 2x minongko dalan Ya rasulalla manjinge iman salamun alaik 2x ya rafi asyani kelawan Allah waddaraji kang moho suci atwatayyaji kudu rangkulan ratalalami rino lan wengi ya uhai laljuu ditirakati diwal karami diriyadhahi dzikir lan suluk 5. Lagu / lirik nabi putra Abdullah jo nganti lali 2x Lirik ini menceritakan uripe ayem, dimana di shalawat nabi putra rumongso aman Abdullah ini bahwa nabi dununge roso tondo yen iman Muhammad SAW adalah nabi akhir sabar narimo zaman yang kelak akan najan paspasan memberikan syafa’atnya di hari kabeh tinakdir akhir. saking pengeran Nabi putra Abdullah 2x Nabiyullah Muhammad kelawan konco Nabi kekasih Allah dulur lan tonggo Nabiyullah Muhammad kang podho Manusia yang kucinta rukun ojo nesio Nabiyullah Muhammad iku sunahe rasul Manusia yang kupuja kang mulya Nabiyullah Muhammad nabi Muhammad Manusia idolaku panutan kito 2x Nabiyullah Muhammad ayo nglakoni Manusia pujaanku sekabehane Nabiyullah Muhammad Allah kang bakal Nabi penuntun ummat ngangkat drajate Nabiyullah Muhammad senajan asor toto Nabi pemberi Syafa'at dhohire Nabiyullah Muhammad ananging mulya Pemimpin di dunia maqom drajate Nabiyullah Muhammad 2x Pemimpin di akherat Lamun palastro Nabiyullah Muhammad ing pungkasane Kuharap dapat mimpi Ora kesasar roh Nabiyullah Muhammad lan sukmane Kuharap syafa'atmu Nabiyullah Muhammad

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 27 6. Lirik berkat shalawat maksiat akan shalawat badar ini dapat minggat menggetarkan seisi jiwa. Dalam Di shalawat yang ini, Habib makna turi putih ini terkandung mengajak kita untuk rahasia bahwa kelak manusia bershalawat,karena dengan menghadap Sang Khalik yang kita bershalawat semua kesusahan akan bawa hanya amal ibadah di dunia. dimudahkan,kekurangan akan dicukupkan, dan kebatilan akan Turi Putih, Turi Putih dihancurkan. Di sya’ir berkat Ditandur Ing Kebon Agung shalawat ini juga dapat Ana Cleret Tibo Nyemplung Mbok Iro Kembange Opo 3x menggambarkan kedahsyatan Wetan Kali, Kulon Kali 2x shalawat,sebagai contoh: berkat Tengah Tengah Tanduran shalawat Indonesia nikmat. Pari Saiki Ngaji Sesok Yo Ngaji Ayo kabeh masyarakat Iku Manut Poro 2x Bareng- bareng moco Tandurane Tandurane shalawat Kembang Marang kanjeng Nabi Kembang Kenongo Neng Muhammad Jero Guwo Berkat shlawat Maksiyat Tumpak Ane Kereto Jowo Minggat Rodo Papat Rupo Manungso Alhamdulillah awak’e sehat 2x Alhamdulillah awak’e kuat Bareng majlis Rotib Disamping shalawat yang Shalawat diciptakan sendiri oleh Syekh juga Berkat Shalawat Maksiyat dibacakan beberapa shalawat yang Minggat terkenal, yakni tradisi pembacaan Urip neng dunyo iku singkat shalawat al-habshi atau disebut Seng langgeng neng akherat simtuddurar yang berkembang Mulo ayo podo Shalawat pesat dikalangan habaib, keturunan Berkat Shalawat Maksiyat Nabi, keturunan Arab. Tradisi ini Minggat berkembang di masyarakat Pak camat nderek Shalawat keturunan Arab dengan penduduk Pak lurah nderek Shalawat pribumi, masyarakat sekitar Pasar Bareng-bareng karo Kliwon. Shalawat ini ditulis oleh masyarakat ulama terkenal keturunan Yaman Berkat Shalawat Maksiyat al-Habaib al-Imam al-‘Allamah Ali Minggat bin Muhammad bin Husayn al- Habsyi dan memiliki keturunan di 7. Lirik Turi Putih Indonesia. Di antara keturunan Di shalawat yang sya’ir beliau yang terkenal adalah putra awalnya dilantunkan irama Jawa bungsu al-Habib Alwi bin al-Habshi pendiri masjid Riyadh Surakarta. oleh vokalis Ahbabul Musthafa Tradisi pembacaan shalawat yaitu Gus Wahid,terasa sekali nariyyah juga sering kali dibaca kekuatan shalawat badar. Kekuatan dalam pertemuan-pertemuan

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 28 pengajian. Pembacaan shalawat ini di seputar daerah Solo Raya, bahkan mendorong semangat keagamaan pengikut group shalawat berkembang dan cinta pada Rasulullah. Shalawat di luar kota Solo. ini dibaca dengan maksud berdo’a Di samping faktor pendidikan, menyelesaikan problem kehidupan yang sulit dipecahkan, sehingga hal lain yang terpenting adalah asal tidak ada jalan lain selain aktivitas dan tradisi kampung yang mengembalikan persoalan pelik sudah berjalan secara turun temurun. mengadu kepada Allah SWT. Tradisi kampung ini terus melekat pada diri masyarakat yang tinggal di D. Budaya Shalawat Masyarakat kampung pinggiran kota Solo Raya Surakarta dan selalu ada kerinduan untuk Figur sosok Rasulullah menikmati tradisi pembacaan dihadirkan dalam diri manusia, sebagai shalawat. Meskipun mereka sudah suri teladan bagi umat manusia. Pada berada di lingkungan modern namun moment-moment tertentu diadakan tardisi ini terus dibawa dan acara-acara penting dibacakan dikembangkan. shalawat dengan berbagai variasi Selain itu, tradisi pembacaan tradisi yang mengakar di masyarakat. shalawat didukung faktor lingkungan Berbagai acara sebagaimana kota Surakarta itu sendiri, yang disebutkan dan masih banyak acara mayoritas di lingkungan keturunan kehidupan yang momentumnya Arab. Kota Surakarta menjadi tempat berbeda-beda, misalkan acara penting yang kondusif bagi keberlangsungan seperti pengajian-pengajian tradisi pembacaan shalawat, yang rata- keagamaan, menyambut tamu rata berprofesi sebagai pedagang. kehormatan, menyambut pengantin, Diperkotaan banyak ditemukan upacara pemberangkatan haji, dan kelompok-kelompok pengajian, acara pindah rumah. dzibaan dan shalawatan dengan Banyak faktor yang mendorong berbagai macamnya. Juga munculnya perkembangan bacaan shalawat dalam fenomena kajian agama yang ada di kehidupan bermasyarakat, antara lain masyarakat. Keinginan masyarakat pendidikan . Lembaga ini untuk memahami agama cukup tinggi. mengamalkan shalawatan kepada Masjid-masjid yang berdiri di setiap santrinya sebagai wujud rasa RT dan RW juga ikut serta pembelajaran kecintaan kepada menyemarakkan tradisi pembacaan Rasulullah dan menanamkan nilai shalawat, dengan agenda utamanya tradisi mencintai nabi dan nilai ritual adalah pengajian rutinan sebagai yang dapat meningkatkan nilai pembekalan tuntunan dan ajaran keimanan. Kebanyakan pengikut agama pada masyarakat. shalawat Habib Syekh, alumni Pengajian rutinan itu biasanya pesantren yang berada di sepanjang diisi dengan kajian kitab-kitab klasik daerah pantai utara atau derah dengan narasumber yang sudah kantong-kantong nahdliyyin yang ada berpengalaman dalam membina

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 29 masyarakat. Pengajian-pengajian yang sarana tawasul untuk mendapatkan diasuh oleh ustadz dan kiai, kegiatan barokah/berkah dan syafa’at. Mereka masyarakat di masjid-masjid diikuti yakin dengan memperbanyak shalawat dari berbagai kalangan. Kegiatan ini hidupnya akan diberkahi. mendorong semaraknya tradisi Penjelasan tersebut menjadi pembacaan shalawat yang tergabung bukti empiris bahwa tradisi shalawat dalam kelompok-kelompok pengajian sudah tertanam dalam mayarakat kota ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, bahkan dan pedesaan maupun masyarakat sampai kelompok anak-anak. Selain urban di lingkungan kota Solo. Bahkan pengajian rutinan, pada saat tertentu kota Solo dicanangkan sebagai kota juga diadakan pengajian dengan bershalawat. Gerakan ini dicanangkan mengangkat tema seseuai agenda, oleh walikota solo dengan misalkan peringatan maulid Nabi yang mengundang tokoh karismatik Habib membahas tentang keagungan Nabi. Syeikh dengan jargon “Solo Kota Organisasi massa keagamaan Shalawat”. Kegiatan ini diikuti oleh (NU) menjadi faktor ribuan jama’ah dan menjadi icon serta yang cukup dominan dalam merangkai salah satu potensi wisata religi. semua kegiatan dan tradisi masyarakat. Tahun kelima Festival Hadrah Munculnya tokoh-tokoh agama dari 2013 di Solo yang diikuti 7.000 orang, organisasi ini menambah gairah lebih semarak, Kamis (6/6). Bahkan kegiatan yang kadangkala mengalami Pemkot Surakarta, mencanangkan Solo pasang surut. Organisasi massa ini menjadi Kota Shalawat pertama di memiliki struktur organisasi yang Indonesia.Dalam sambutan sebelum lengkap yang dapat memenuhi memberangkatkan peserta festival kebutuhan hajat masyarakat. kesenian rebana untuk memperingati Umumnya kegiatan ngaji rutinan Isra’ Mi’raj Muhammad SAW itu, ngajinya dibarengi dengan kegiatan Wali Kota Surakarta, FX Hadi pembacaan shalawat. Jama’ah-jama’ah Rudyatmo berjanji mencanangkan thariqah yang ada di bawah NU juga Solo Kota Shalawat. Didampingi memberikan kontribusi terhadap Wakil Wali Kota, Achmad Purnomo, perkembangan tradisi pembacaan Pemkot akan memperjuangkan shalawat. Jama’ah thariqat predikat itu untuk pertama kali di kota mengadakan pembai’atan dan di Indonesia. "Seperti layaknya Solo pengajian-pengajian serta yang dikenal dengan Kota melaksanakan pembacaan shalawat. Keroncong," paparnya dibalas tabuhan Kultur masyarakat sebagian rebana dari peserta saat melepas di ada yang identik dengan tradisi NU, Lapangan Kota Barat itu. namun kelompok ini enggan disebut Tidak lama, ribuan peserta dari nahdliyyin. Kelompok ini melakukan 200 kelompok rebana se-Soloraya ritual ibadah mirip dengan NU. tersebut, berbaris rapi. Pawai dimulai Shalawat menjadi sarana untuk oleh pasukan Pokdarwis Kota menambah keyakinan keimanan dan Bengawan berpakaian khas Jawa,

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 30 kemudian tiga kereta kencana, peserta lokal merupakan jawaban kreatif yang berjalan kaki dan peserta dengan terhadap situasi goegrafis-politis, membawa alat musik rebana di atas historis dan situasional yang bersifat mobil terbuka. lokal yang mengandung sikap, “Antusiasme kelompok rebana pandangan dan kemampuan suatu di Soloraya, dari tahun ke tahun tidak masyarakat didalam mengelola pernah surut. Tahun lalu 6.000, lingkungan rohani dan jasmaninya. sekarang 7.000 orang," ungkap Ketua Semua itu merupakan upaya untuk Penyelenggara Festival Hadrah 2013, dapat memberikan kepada warga Sony Parsono. Menurutnya, peserta masyarakatnya suatu daya tahan dan festival dari Lapangan Kottabarat itu, daya tumbuh di wilayah dimana menyusuri Jalan Dr Moewardi, Jalan masyarakat itu berada. Kearifan lokal Slamet Riyadi dan Jalan Jenderal merupakan perwujudan dari daya Soedirman. Kemudian finish di tahan dan daya tumbuh yang halaman Balai Kota Surakarta. Di dimanifestasikan melalui pandangan sepanjang jalan, peserta melantunkan hidup, pengetahuan, dan berbagai shalawat nabi yang diiringi tabuhan strategi kehidupan yang berupa musik rebana. Bahkan di kawasan aktivitas yang dilakukan oleh kantor Bank Jateng, disajikan tarian masyarakat lokal untuk menjawab sufi dan atraksi bola api.Kepala Dinas berbagai masalah dalam pemenuhan Kebudayaan dan Pariwisata kebutuhan hidupnya, sekaligus (Disbudpar) Kota Surakarta, Widdi memelihara kebudayaannya. Srihanto mengharapkan, gelaran rutin Dalam pengertian itu, kearifan tiap tahunnya itu terus dijaga. Bahkan lokal sebagai jawaban untuk bertahan Pemkot berkomitmen menjaga dan menumbuhkan secara kelestarian kesenian Islam yang berkelanjutan kebudayaan yang terkenal di seluruh dunia, yakni didukungnya. Setiap masyarakat dengan alat musik yang khas berupa termasuk masyarakat tradisional, rebana itu. Bahkan, acara tersebut dalam konteks kearifan lokal seperti mampu meningkatkan jumlah itu, pada dasarnya terdapat suatu wisatawan ke Kota Bengawan proses untuk menjadi pintar dan tersebut. berpengetahuan. Hal itu berkaitan dengan adanya keinginan agar dapat E. Akulturasi Budaya Shalawat mempertahankan dan melangsungkan sebagai Kearifan Lokal kehidupan.Wujud kearifan lokal yang Pentingnya shalawat hadir di umumnya berkembang didaerah tengah masyarakat untuk pedesaan karena ada kebutuhan untuk mengembangkan budaya kearifan menghayati, mempertahankan dan lokal.Kearifan lokal adalah suatu melangsungkan hidup sesuai dengan bentuk kearifan lingkungan yang ada situasi dan kondisi serta kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat di dan nilai-nilai yang dihayati didalam suatu tempat atau daerah. Kearifan masyarakatnya.

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 31 Kadangkala pengetahuan lokal Islam dengan pendakwah-pendakwah biasa disebut dengan kearifan yang cekatan dan kegigihannya bisa masyarakat yang tidak relevan dan merangkul kearifan yang baik sebagai tidak memiliki kekuatan untuk bagian dari ajaran agama Islam memenuhi tuntutan kebutuhan sehingga masyarakat merasa enjoy produktivitas dalam dunia modern, menerima Islam menjadi agamanya. padahal pengetahuan lokal yang Sentuhan ajaran Islami dapat dianggap tidak rasional dan bersifat mewarnai berbagai ritual dan tradisi tradisional serta kerapkali dianggap lokal yang dilaksanakan oleh unik itu masih dijumpai dan masyarakat Indonesia, bukti berkembang didalam kehidupan keberhasilan dakwah Islam sebagai masyarakat, terutama di pedesaan Rahmatan Lil Alamin. Walaupun untuk menjawab perubahan masih ada diantara mereka terjadi lingkungan alam saat ini. Dalam perselisihan pendapat. Penyebabnya konteks itulah kearifan lokal menjadi adalah ada sebagian masyarakat yang bagian yang tidak terpisahkan dari menghendaki agar lahirnya Islam di kehidupan masyarakat.10 Indonesia layaknya Islam yang ada di Terbentuknya suatu kearifan Arab. Namun realita menunjukkan diilhami dari ide atau gagasan bahwa ritual dan tradisi lokal selalu seseorang ataupun perorangan. dilakukan oleh kalangan muslim Gagasan tersebut kemudian ditemukan tradisional pada umumnya, bukan dan dipadukan dengan gagasan orang hanya di Jawa, namun menyebar ke lain sehingga terciptalah satu gagasan seluruh pelosok nusantara.11 yang bersifat kolektif. Tujuannya Proses percampuran antara adalah untuk suatu kebaikan dan tradisi lokaldan Islam dalam keseimbangan sebuah komunitas. Baik kehidupan keagamaan masyarakat kemunitas kecil maupun komunitas yang bercorak Islam salah satunya yang lebih besar. Atau kemunitas tidak dapat dilepaskan dari peranan pedesaan dan juga komunitas suatu para wali sembilan (wali songo). masyarakat. Kearifan lokal akan terus Secara umum para wali songo bergerak dan berkembang seiring menyebarkan ajaran agama Islam dengan kemajuan manusianya melalui media dakwah yang telah terhadap cara berfikir, berperilaku dan disesuaikan dengan keadaan, adat bermasyarakat. istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai Kearifan ini tidak bisa yang berlaku di masyarakat.Walisongo dilepaskan dari keberadaan budaya telah mengajarkan sebuah tradisi pada lingkungan tersebut. Karena keagamaan yang transformatif dalam pelaksanaannya erat sekali (tahawwuli wa taghyiri). Proses dengan pelaksanaan budaya. Hadirnya Islamisasi yang dilakukan oleh

10Irwan Abdullah, Agama dan Kearifan 11Nor Huda, : Sejarah Lokal dalam Tantangan Global (Yogyakarta: Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana, 2008). Ar-Ruzz Media, 2007).

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 32 walisongo bukan sekedar mengajak keberkahan bagi seluruh penghuni masyarakat masuk Islam, tetapi juga rumah dan keluarga tersebut. Setelah mengubah struktur sosial masyarakat pembacaan shalawat acara diakhiri menuju tatanan sosial yang lebih adil, pembacaan do’a dan diakhiri dengan manusiawi dan juga berakar pada wejangan sesepuh agama. Pembacaan tradisi masyarakat setempat. shalawat burdah yang dijalankan pada Dalam hal ini, contoh tradisi acara tasyakuran pindah rumah kearifan lokal yakni pembacaan tersebut, memunculkan teori bahwa shalawat telah mengakar di masyarakat pembacaan shalawat sebagai bukti secara turun temurun,bahkan telah amal shaleh yang dijalankan dengan menjadi tradisi siklus kehidupan dalam bersandar pada ajaran yang dibawa menghadapi peristiwa-peristiwa oleh Rasulullah ada juga unsur penting dalam kehidupan masyarakat. pendidikan yang dikenalkan kepada Misalkan, pengajian-pengajian rutin di generasi penerus. masjid-masjid, maulidan, ziba’an, Tradisi pembacaan shalawat peristiwa tasyakuran pindah rumah, juga terjadi disaat menghadapi tardisi perkawinan, kelahiran, kematian, mapak bayi atau disebut acara aqiqahan, khitanan, peringatan- tingkeban. Ketika seorang istri telah peringatan hari besar Islam, bahkan dinyatakan hamil maka ada beberapa perkumpulan kolosal untuk politik.12 ikhtiar dan do’a diupayakan pihak Peristiwa pindah rumah keluarga agar bayinya lahir dengan merupakan tasyakuran dengan bacaan selamat, sempurna dan lahir dengan shalawatburdah. Keluarga normal, panjang umurnya, banyak mempercayakan pada sesepuh sebagai rizkinya, dan semoga kelak menjadi wakil keluarga yang dianggap sesepuh anak yang shaleh atau shalehah. Di dimohon untuk memimpin pembacaan samping itu juga upaya medis sesuai burdah. Disamping bacaan burdah dengan petunjuk kedokteran. Juga juga dibaca surat-surat al-qur’an serta upaya do’a sebagai upaya batin dengan shalawatnariyah. Pembacaan shalawat mengikuti nasihat agama sebagai sudah mentradisi, sehingga mulai landasannya. Misalkan tradisi disaat sesepuh sampai anak-anak semuanya anak dalam kandungan usia empat hafal bahkan menghayati makna bulan, saat ditiupkan ruh dan ketika bacaan shalawat yang usia kandungan memasuki usia tujuh dibacanya.Pembacaan shalawat ini bulan diadakan upacara tingkeban diakhiri dengan pembacaan do’a oleh denagn berdo’a menyongsong sesepuh, dengan harapan rumah yang kelahiran, di samping setiap malam akan ditempati, memberikan dimohonkan berkah dengan membaca surat Yusuf dan surat Maryam. 12Tentang tradisi Islam Jawa lihat karya Tingkeban mempunyai istilah Mohammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa: Ritual-ritual dan tradisi-tradisi tentang lain yakni mitoni. Acara ini menurut Kehamilan, Kelahiran, Pernikahan dan Kematian tradisi Jawa terdiri dari beberapa dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Islam tahapan; upacara mandi atau disebut Jawa (Yogyakarta: Narasi, 2010).

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 33 siraman, upacara brojolan, upacara berbagai peristiwa untuk dijadikan pengantin dengan kain penutup dada teladan bagi seluruh umat manusia.13 atau disebut kemben. Tradisi ini mempunyai makna F. Penutup: Refleksi Catatan Kritis simbolis.Tingkeban sebagai salah satu Dalam catatan sejarah tentang dari keberagaman budaya Bangsa siar Islam, akulturasi menjadi konsep Indonesia, sudah tidak asing lagi di dasar pembentukan peradaban Islam di masyarakat Solo, dan Nusantara.Konsep akulturasi sekitarnya. Menurut ilmu sosial dan dimainkan sedemikian rupa oleh para budaya, tingkeban dan ritual-ritual lain pedagang, yang ketika itu pula yang sejenis adalah suatu berperan sebagai mubaligh (wali) bentuk inisiasi, yaitu sarana yang penyiar Islam, sehingga Islam menjadi digunakan guna melewati suatu agama yang mudah diterima penduduk kecemasan. Dalam hal ini, kecemasan lokal di Nusantara.Pada waktu ketika calon orang tua terhadap terkabulnya itu, masih menjalangkan kebudayaan harapan mereka baik selama masa Hindu dan Budha, serta animisme dan mengandung, ketika melahirkan, dinamisme. Akulturasi, merupakan bahkan harapan akan anak yang bentuk modifikasi kebudayaan tampa terlahir nanti. Maka dari itu, dimulai menghilangkan kebudayaan asli. dari nenek moyang terdahulu yang Istilah akulturasi atau belum mengenal agama, menciptakan kulturisasi mempunyai berbagai arti di suatu ritual yang syarat akan makna berbagai para sarjana antropologi. tersebut, dan hingga saat ini masih Tetapi, semua sepaham bahwa itu diyakini oleh sebagian masyarakat merupakan proses sosial yang timbul Jawa. bila suatu kelompok manusia dengan Pembacaan sahalawat al- satu kebudayaan dihadapkan dengan barjanji juga dikumandangkan sebagai unsur-unsur kebudayaan asing, bentuk penghormatan pada Nabi sehingga dapat diterima dan diolah Muhammad SAW. Al-Barzanji atau kedalam kebudayaan sendiri tanpa Barzanji adalah suatu doa-doa, puji- menyebabkan hilangnya pujian dan penceritaan riwayat Nabi kepribadiankebudayaan asli. Proses Muhammad SAW yang biasa akulturasi ini dimaksudkan untuk dilantunkan dengan irama atau nada. mengola kebudayaan asing yang tidak Isi Berzanji bertutur tentang kehidupan menghilangkan unsur budaya asli Nabi Muhammad S.a.w yakni silsilah hingga bisa diterima oleh penganut keturunannya, masa kanak-kanak, kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, remaja, dewasa, hingga diangkat dalam teori akulturasi diartikan menjadi Rasul. Di dalamnya juga sebagai masuknya nilai-nilai budaya mengisahkan sifat-sifat mulia yang asing ke dalam budaya lokal dimiliki Nabi Muhammad S.a.w serta 13Selengkapnya lihat Ahmad Zainal Abidin, Barjanzi: Kitab Induk Peringatan Maulid Nabi SAW (Semarang: Toha Putra, tt).

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 34 tradisional.Budaya berbeda itu Kompromi kebudayaan ini bertemu, yang luar mempengaruhi pada akhirnya melahirkan, apa yang di yang telah mapan untuk menuju suatu pulau Jawa dikenal sebagai sinkretisme keseimbangan. Akulturasi sebagai atau Islam . Sementara di suatu kebudayaan dalam masyarakat pulau Lombok dikenal dengan istilah yang dipengaruhi oleh suatu Islam Wetu Telu.Islam dalam lintasan kebudayaan asing yang demikian sejarah telah menjadikan Islam tidak berbeda sifatnya, sehingga unsur dapat dilepaskan dari aspek lokalitas, kebudayaan asing tadi lambat laun mulai dari budaya Arab, Persi, Turki, diakomodasikan dan diintegrasikan ke India sampai Melayu. Masing-masing dalam budaya itu sendiri tampa dengan karakteristiknya sendiri, tapi kehilangan kepribadian dan sekaligus mencerminkan nilai-nilai kebudayaannya. ketauhidan sebagai suatu unity sebagai Konsep akulturasi benang merah yang mengikat secara dimanfaatkan oleh para penyiar untuk kokoh satu sama lain. Islam sejarah menyiarkan agama Islam di Nusantara. yang beragam tapi satu ini merupakan Keberhasilan proses Islamisasi di penerjemahan Islam universal ke Nusantara dengan konsep akulturasi dalam realitas kehidupan umat ini, memaksa Islam sebagai pendatang, manusia. untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang selaras dengan Daftar Pustaka kemampuan penangkapan dan Abdullah, Irwan,Agama dan Kearifan pemahaman masyarakat yang akan Lokal dalam Tantangan Global, dimasukinya dalam pengakuan dunia Yogyakarta: Sekolah Islam. Kemampuan Islam untuk Pascasarjana, 2008. beradaptasi dengan budaya setempat, Abdurrahman, Dudung, dkk., Islam dan memudahkan Islam masuk ke lapisan Budaya Lokal dalam Seni paling bawah dari masyarakat. Pertunjukan Rakyat, Yogyakarta: Akibatnya, kebudayaan Islam sangat Lembaga Penelitian Universitas dipengaruhi oleh kebudayaan petani Islam Negeri Yogyakarta, 2006. dan kebudayaan pedalaman, sehingga Abidin, Ahmad Zainal,Barjanzi: Kitab kebudayaan Islam mengalami Induk Peringatan Maulid Nabi transformasi bukan saja karena jarak SAW, Semarang: Toha Putra, tt. geografis antara Arab dan Indonesia, Faizal, Aliy,terjemahan Syair Burdah al- tetapi juga karena ada jarak kultural. Busyairi. Proses kompromi kebudayaan seperti Hartanto, Ahmad,”Agama dan ini tentu membawa resiko yang tidak Kehidupan: Pseudoreligi di sedikit, karena dalam keadaan tertentu Sekitar Kita,” dalam Harian seringkali mentoleransi penafsiran Umum Solo Pos, 21 Maret 2014. yang mungkin agak menyimpang dari Huda, Nor, Islam Nusantara: Sejarah ajaran Islam yang murni. Sosial Intelektual Islam di

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 35 Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz Surabaya: Program Pascasarjana Media, 2007. IAIN Sunan Ampel, 2009. Kumpulan Shalawat Qosidah Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf. Mudzar, Muhammad Hazin,Cerpen Tharidu al-Firdaus Karya Taufiq al-Hakim (Studi Sosiologi Sastra dengan Pendekatan Dialogisme Mikhail Bakhtin), Tesis, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2013. Sari, Efita,Analisis Sosiologis pada Novel al-Karnak Karya Najib Mahfudh dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Telaah Prosa, Skripsi, Universitas Negeri Malang: Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, 2012. Sholikhin, Mohammad, Ritual dan Tradisi Islam Jawa: Ritual-ritual dan tradisi-tradisi tentang Kehamilan, Kelahiran, Pernikahan dan Kematian dalam Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Islam Jawa, Yogyakarta: Narasi, 2010. Siraj, Said Aqil,Tasawuf Sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, Bandungn: Mizan, 2006. Subhan, Muhammad, ”Damai Bersama Alunan Shalawat,” dalam Majalah AULA edisi April 2013/Jumadil Awal-Jumadil Akhir 1434 H. Tamara, M. Nasir,Agama dan Dialog Antar Peradaban, Jakarta: Paramadina, 1996. Wargadinata, Wildana,Sastra Penghormatan kepada Nabi Madaih Nabawiyah, Disertasi,

Jurnal Intelegensia – Vol. 03 No. 01 Januari-Juni 2015 | 36