AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 9 No. 2 Tahun 2021)

DIVERSITY AND ABUNDANCE OF MACROZOOBENTHOS OF KELAGIAN LUNIK ISLAND WATERS PADANG CERMIN DISTRICT PESAWARAN REGENCY

Wahyu Hari Nugroho1 · Henni Wijayanti Maharani1 · Suparmono1

Ringkasan Kelagian Lunik Island is lo- The biodiversity of macrozoobenthos su- cated in Pesawaran Regency which has ch as the index of diversity and unifor- three ecosystems that are mangrove, se- mity in the waters of Kelagian Lunik agrass, and beaches ecosystems. These Island is relatively high and the domi- three ecosystems affect the survival of nant index is relatively low thereby the one of the biotas living on the substrate condition of the water can fit in the go- of the water that is macrozoobenthos. od category. Macrozoobenthos are invertebrate bi- ota that live on the base of the substra- Keywords macrozoobenthos, Kelagian Lunik te or inside the substrate. The role that Island, diversity, abundance is large enough in the aquatic ecosys- tem is to describe the organic matter that falls to the water base. It is the- PENDAHULUAN refore the research to study the diver- sity and abundance of macrozooben- Kabupaten Pesawaran merupakan sa- thos. This research was conducted in lah satu wilayah Pesisir Lampung yang December 2019 to January 2020 loca- memiliki beberapa ekosistem, misalnya ted on Kelagian Lunik Island, Padang ekosistem mangrove dan padang lamun. Cermin District, Pesawaran Regency, Salah satu pantai yang memiliki eko- Lampung Province. The method is pur- sistem tersebut adalah Pulau Kelagian posive sampling at five stations with Lunik. Ekosistem padang lamun me- three repetitions. The results show that rupakan ekosistem penting sebagai da- the highest abundance found in the spe- erah pemijahan, mencari makan, dan cies Tellina perna with 2880 ind/m3 on asuhan biota laut (Riniatsih et al., 2018). Station 1, Nassarius globosus with 1851 Berbeda dengan padang lamun, ekosis- ind/m3 on station 2, and Marshalora tem mangrove merupakan tanaman yang adversa with 1645 ind/m3, 2674 ind/m3, tumbuh di antara daratan dan lautan (Mar- and 1851 ind/m3 at stations 3, 4 and 5. paung et al., 2014) yang dihuni oleh kehidupan organisme pada bagian subs- 1) Program Studi Sumberdaya Akuatik Fakultas Perta- nian Universitas Lampung trat, salah satunya makrozoobentos (Mar- E-mail: [email protected] paung et al., 2014). Apabila pada ke- 914 Wahyu Hari Nugroho1 et al. dua ekosistem tersebut mengalami pe- nurunan kualitas dapat berdampak pa- da kelangsungan hidup salah satu biota yang hidup pada substrat perairan yai- tu makrozoobentos (Yusuf and Hando- oyo, 2004).

Makrozoobentos merupakan hewan in- vertebrata yang hidup di dasar permu- kaan substrat atau di dalam substrat. Berdasarkan tempat hidupnya organis- me ini dibedakan menjadi 2 yaitu epi- Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian fauna dan infauna. Epifauna adalah ke- lompok hewan bentos yang hidup di MATERI DAN METODE atas substrat perairan. Sedangkan, in- fauna yaitu sebaliknya atau yang hidup Penelitian ini dilaksanakan pada bulan di dalam substrat perairan (Nybakken Desember 2019 hingga Januari 2020 and Eidman, 1998). Karakteristik subs- dengan 3 kali frekuensi pengambilan trat yang dihuni yaitu jenis substrat ber- sampel dalam rentang 3 minggu seka- pasir, berlumpur, maupun berbatu. Per- li dan berlokasi di Pulau Kelagian Lu- anan yang dimiliki cukup besar dalam nik, Kecamatan Padang Cermin, Ka- ekosistem perairan yaitu menguraikan bupaten Pesawaran, Lampung. Peta le- materi organik yang jatuh ke dasar per- bih jelas dapat dilihat pada Gambar 1. airan. Aspek penentu pada pertumbuh- Pengambilan sampel menggunakan me- an organisme bentik dalam substrat ada- tode purposive sampling untuk menen- lah karbon organik. Karakteristik subs- tukan stasiun sesuai dengan tujuan pe- trat perairan dapat menjadi faktor pe- nelitian. Terdapat 5 stasiun dengan ja- nentu tingkat kepadatan dan komposi- rak antar stasiun disesuaikan pada lo- si makrozoobenthos karena organisme kasi penelitian, yaitu: tersebut memiliki kemampuan adapta- si yang berbeda tergantung pada jenis 1. Stasiun 1 di 5°38’34.8864"LS dan substrat pada perairan tersebut (Pamuji 105°13’57.1188"BT et al., 2015). 2. Stasiun 2 di 5°38’37.4172"LS dan 105°13’59.1096"BT 3. Stasiun 3 di 5°38’39.9876"LS dan Berdasarkan peran makrozoobentos di 105°13’58.2204"BT perairan yang keberadaannya dapat ter- 4. Stasiun 4 di 5°38’39.6564"LS dan ancam karena ekosistemnya kurang di- 105°13’54.4944"BT perhatikan, maka tujuan dari penelitian 5. Stasiun 5 di 5°38’37.3992"LS dan ini untuk mengetahui keanekaragaman 105°13’55.2864"BT. dan kelimpahan makrozoobentos yang terdapat di Perairan Pulau Kelagian Lu- Tiap stasiun dilakukan pengambilan sam- nik, Kecamatan Padang Cermin, Ka- pel makrozoobentos dan air sebanyak bupaten Pesawaran, Lampung. 3 kali pengulangan dengan frekuensi 3 Diversity Macrozoobenthos Kelagian Lunik Island 915 kali pengambilan sampel dalam jang- , Bivalvia, Polychaeta, En- ka waktu 3 minggu sekali (Desember teropneusta, Asteroidea, Crustacea, dan 2019, awal dan akhir Januari 2020). Sam- Sipunculidea, secara lebih jelas dari 3 pel makrozoobentos diambil menggu- kali pengambilan data dapat dilihat pa- nakan paralon berdiameter 4 inch di ke- da Gambar 2. Komposisi makrozooben- dalaman kurang lebih 20 cm. Sampel tos yang diperoleh pada Gambar 1 meng- substrat yang telah diambil menggunak- alami penambahan atau pengurangan an core sampler selanjutnya diletakkan pada saat pengambilan sampel berikut- ke saringan berukuran 1 mm. Sampel nya. Stasiun 1, 2 dan 5 memiliki kom- dalam saringan kemudian diberi sedi- posisi kelas yang sama pada pengam- kit air dan diayak untuk memisahkan bilan awal Januari tetapi mengalami pe- makrozoobentos dan substrat. Makro- ngurangan pada pengambilan akhir Ja- zoobentos yang tersaring kemudian di- nuari. Stasiun 3 selalu bertambah 1 ke- masukkan ke dalam plastik sampel dan las pada pengambilan berikutnya. Sta- diberi formalin 4% serta diberi label siun 4 selalu ditemukan 3 kelas pada sebagai tanda. Makrozoobentos yang di- setiap pengambilannya. Keberadaan spe- dapat kemudian dilakukan identifikasi sies makrozoobentos terendah diban- di Laboratorium Perikanan dan Kela- ding stasiun lainnya dapat dilihat pa- utan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, da stasiun 3 yang hanya memiliki 3 ke- Fakultas Pertanian Universitas Lampung. las saja yaitu Polychaeta, Bivalvia dan Data makrozoobentos kemudian diana- Gastropoda. Hal ini diduga karena pa- lisis kelimpahan, indeks keanekaragam- da stasiun 3 memiliki jarak yang jauh an dan keseragaman Shannon-Wiener, dari ekosistem mangrove dan padang indeks dominansi Simpson Indeks of Do- lamun dibanding stasiun lainnya. Eko- minance, serta analisis komponen uta- sistem mangrove menghasilkan bahan ma. Analisis data secara lengkap dija- organik yang tinggi oleh serasah (Fajri barkan sebagai berikut. and Kasry, 2013). Aspek penentu pada Menurut Maharani(2007) kelimpahan pertumbuhan organisme bentik dalam individu makrobenthos merupakan to- substrat adalah karbon organik. tal banyaknya individu spesies dari masing- masing stasiun dengan satuan kubik di- Penyebaran kelompok makrozoobentos hitung dengan persamaan, dapat dipengaruhi oleh faktor arus dan substrat perairan (Suparkan, 2017). Arus 2 Vbiota = πr t.n (1) sedang lebih disukai makroinvertebra- ta dibanding arus kuat dan lemah kare- dimana Vbiota adalah volume seluruh na dapat membawa bahan organik se- biota , π= 3.14, r adalah jari jari core bagai makanannya (Suhendra et al., 2019). sampler dan t adalah tinggi core sam- Menurut Odum(2019)apabila terjadi per- pler dan n banyaknya ulangan. ubahan pada kualitas air maka akan ber- pengaruh pada banyaknya populasi mak- rozoobentos yang berupa dominansi, ke- HASIL DAN PEMBAHASAN ragaman, dan kelimpahan. Terjadinya penambahan dan pengurangan kelas ti- Berdasarkan hasil pengamatan yang te- ap stasiun pada pengambilan bulan De- lah dilakukan diperoleh 7 kelas yaitu sember, awal dan akhir Januari diduga 916 Wahyu Hari Nugroho1 et al.

Kelas Gastropoda ditemukan pada se- luruh stasiun diduga karena terdapat eko- sistem mangrove yang menghasilkan bah- an organik yang tinggi oleh serasah (Fa- jri and Kasry, 2013). Banyaknya spesi- es dari kelas Gastropoda memiliki hu- bungan dengan substrat lumpur, liat, ting- ginya karbon organik, dan total bahan Gambar 2 Komposisi Makrozoobentos Berdasarkan organik (Fajri and Kasry, 2013). Hal Kelas ini didukung juga oleh pernyataan Ario and Handoyo(2002)bahwa melonjak- nya komposisi Gastropoda berhubung- dipengaruhi oleh perubahan arus per- an dengan sifat biologis dan ekologis- airan yang dapat membawa nutrien da- nya yaitu deposit feeder yang menye- ri stasiun satu ke stasiun lainnya, serta nangi daerah berlumpur dengan bahan perubahan parameter kualitas air juga organik yang tinggi. Berdasarkan ka- dapat mempengaruhi banyaknya popu- rakteristik stasiun yang diamati dapat lasi makrozoobentos. Pada data anali- dilihat pada tabel 1 bahwa pada stasi- sis kualitas air pengambilan ke-3 terja- un 1, 2, 4, dan 5 berada pada ekosistem di peningkatan pada beberapa parame- mangrove dan memiliki substrat pasir ter. Untuk data kelimpahan secara total berlumpur. dapat dilihat pada Tabel 1. Pengamatan telah dilakukan di 5 sta- siun dan didapatkan data spesies pada Kelimpahan makrozoobentos memili- masing-masing stasiun, kemudian di- ki perbedaan pada masing-masing sta- lanjutkan dengan melakukan analisis in- siun. Berdasarkan Tabel 1 dapat dili- deks keanekaragaman (H’), indeks ke- hat pada stasiun 1 kelimpahan makro- seragaman (E), dan indeks dominansi zoobentos tertinggi terdapat pada spe- (C), untuk data lebih jelas mengenai sies Tellina perna famili Tellinidae de- hasil analisis indeks tersebut dapat di- ngan nilai 2880 ind/m3. Pada stasiun 2 lihat lebih jelas pada Tabel 2. kelimpahan tertinggi ditunjukkan pada spesies Nassarius globosus dari famili Dapat dilihat pada Tabel 2 bahwa kea- dengan nilai 1851 ind/m3. nekaragaman makrozoobentos pada sta- Sedangkan pada stasiun 3, 4, dan 5 ke- siun 1 dan 2 berada pada rentang se- limpahan tertinggi berada pada spesi- dang hingga tinggi, stasiun 3 sangat ren- es Marshalora adversa dari famili Tri- dah hingga sedang, stasiun 4 rendah hing- phoridae dengan nilai masing-masing ga tinggi, dan stasiun 5 tinggi. Keane- 1645 ind/m3, 2674 ind/m3, dan 1851 karagaman terendah berada pada sta- ind/m3. Kelima stasiun rata-rata memi- siun 3 pengambilan Desember dengan liki kelimpahan spesies tertinggi pada nilai 0 karena hanya diperoleh 1 spesi- spesies yang masuk dalam kelas Gas- es hal ini diduga disebabkan oleh kegi- tropoda, dan untuk kategori kelimpah- atan manusia seperti wisata. Indeks ke- an kelas persentase kelimpahan terting- anekaragaman akumulasi dari seluruh gi diperoleh kelas Gastropoda pada se- stasiun didapat nilai H’>2 yang berarti luruh stasiun yang diamati. indeks keanekaragaman masuk dalam Diversity Macrozoobenthos Kelagian Lunik Island 917

Tabel 1 Kelimpahan Makrozoobentos di Pulau Kelagian Lunik

Kelimpahan (Ind/m3) Kelimpahan (Ind/m3) No Spesies No Spesies 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1 Siphonosoma cumanense 206 206 206 34 Hyalina californica 206

2 Sipunculus nudus 206 411 35 Marginella canaryensis 206

3 Sipunculus robustus 206 1028 36 Balcis grandis 206

4 Ptychodera flava 411 37 Melanella alba 206 411

5 Eunice sp 617 1234 411 1028 823 38 Mitra rosacea 206 411

6 Loripes lucinalis 823 206 206 206 206 39 Modulus modulus 411

7 Tellina alternata 206 40 Nassarius elegantissimus 206 411

8 Tellina lineata 206 41 Nassarius globosus 1851

9 Tellina perna 2880 617 617 1851 42 Nassarius multicostatus 206

10 Calcinus morgani 206 206 43 Nassarius semisulcatus 617 205

11 Macrophthalmus sp 411 206 44 Batillaria subcarinatus 206

12 Archaster typicus 206 45 Zeacumantus diemenensis 206

13 Pupa kirki 206 46 Chrysallida juliae 206

14 Pupa nitidula 206 823 47 Odostomia conoidea 206

15 Kelletia kelletii 206 48 Odostomia turrita 206

16 Nassaria perlata 206 206 49 Otopleura auriscati auriscati 823

17 Nassaria wanneri visayensis 617 50 Otopleura mitralis 206

18 Cancellaria albida 617 206 51 Pyramidella acus 206 411

19 Cerithium balteatum 206 52 Turbonilla jeffreysii 206

20 Cerithium dialeucum 823 53 Cylichnina umbilicata 411

21 Cerithium tenellum 206 54 Alvania parvula 206

22 Clypeomorus coralium 206 55 Cingula cingillus 206 411

23 Pseudovertagus aluco 206 56 Nucella lapillus 1028 206

24 Rhinoclavis aspera 206 57 Thais emarginata 206

25 Royella sinon 411 58 Marshallora adversa 1234 1028 1645 2674 1851

26 Conus ochroleucus ochroleucus 206 59 Triphora perversa 411 1234

27 Amaea splendida 411 60 Jujubinus montagui 206

28 Cirsotrema zelebori 206 61 Raphitoma concinna 206 411

29 Coroniscala magellanica 206 62 Raphitoma leufroyi 411 206

30 Epitonium clathrus 206 63 Gazameda madagascariensis 206

31 Epitonium irregularis 1234 64 Engina leucozona 206 823 206

32 Atys naucum 206 65 Pollia fragaria 206

33 Littoraria lutea 206 66 Rissoina bruguieri 411 206 1234 kategori tinggi (Soegianto, 1994). In- siun masih masuk pada kategori ren- deks keseragaman didapat pada selu- dah kecuali pada stasiun 3 pengambil- ruh stasiun berada pada kategori ting- an bulan Desember 2019. Hal ini di- gi kecuali pada stasiun 3 pengambilan karenakan pada stasiun 3 pengambil- bulan Desember 2019 masuk pada ka- an Desember hanya dijumpai 1 spesies tegori rendah karena hanya diperoleh saja. Indeks dominansi akumulasi yang 1 spesies. Indeks keseragaman akumu- didapat nilai tertinggi diperoleh pada lasi seluruh stasiun didapat nilai 0,75 stasiun 3 yaitu 0,1538 dan terendah pa- < E ≤ 1 yang berarti menurut Odum da stasiun 5 yaitu 0,0671. Menurut Bro- (2019) keseragaman berada pada kate- wer et al.(1998) jika nilai indeks do- gori tinggi di seluruh stasiun. Indeks minansi 0 < C < 0,5 berarti masuk ke dominansi didapat bahwa seluruh sta- dalam kategori rendah. Nilai indeks do- 918 Wahyu Hari Nugroho1 et al.

Tabel 2 Nilai Indeks H’, E, C Makrozoobentos di Pu- Hasil pengamatan yang diperoleh di Per- lau Kelagian Lunik airan Pulau Kelagian Lunik dapat di- No Stasiun Keanekaragaman (H’) Keseragaman (E) Dominansi (C) lihat pada Tabel 3 kecerahan perairan 1 1 (1) 18,892 0,9708 0,1605 yang diperoleh berkisar antara 35-50 2 1 (2) 23,947 0,9637 0,1003 cm, kemudian untuk kedalaman perair- 3 1 (3) 22,475 0,8762 0,1419 an sama persis dengan nilai kecerahan. 4 2 (1) 22,527 0,9395 0,1250

5 2 (2) 21,440 0,9311 0,1429 Suhu perairan berada pada rentang 28-

6 2 (3) 18,988 0,8642 0,1925 31,6 °C. Menurut Zahidin(2008) su-

7 3 (1) 0 0 1 hu perairan yang dapat ditoleransi ba- 8 3 (2) 19,073 0,9172 0,1806 gi pertumbuhan makrozoobentos bera- 9 3 (3) 14,105 0,7872 0,3373 da pada rentang 25-35˚C. pH yang di- 10 4 (1) 15,403 0,8597 0,2727 peroleh berada pada rentang 7,7-8,3. Me- 11 4 (2) 23,979 1 0,0909 nurut Lampiran III Keputusan Menteri 12 4 (3) 20,541 0,8566 0,1856

13 5 (1) 20,947 0,9534 0,1389 Negara Lingkungan Hidup Nomor 51

14 5 (2) 23,979 0,9086 0,1154 Tahun 2004 kadar pH yang baik untuk

15 5 (3) 24,434 0,9259 0,1021 biota air laut adalah kisaran 7-8,5. Ok- sigen terlarut (DO) yang telah diama- Tabel 3 Hasil Pengamatan Kualitas Air di Perairan ti pada tiap stasiun diperoleh rentang Pulau Kelagian Lunik 5,4-8,89 mg/l. Menurut Lampiran III

Stasiun Parameter Keputusan Menteri Negara Lingkung- 1 2 3 4 5 an Hidup Nomor 51 Tahun 2004 kadar Kecerahan (cm) 35-40 40-50 40-45 40 40-45 oksigen terlarut yang baik untuk bio- Suhu (°C) 28-30,7 29,5-30,8 30,6-31,3 30,5-31,6 29-31,6 ta air laut yaitu lebih dari 5 mg/l. Se- pH 7,7-8,3 7,9-8,2 8-8,2 8,2-8,3 7,8-8,3

DO (mg/l) 6,41-8,89 5,4-6,71 6,16-7,77 5,69-7,27 6,64-8,15 luruh stasiun diperoleh rentang salini-

Salinitas (‰) 25-27 25-27 25-27 26-27 27-28 tas antara 25-28 ‰. Menurut Izzah and Roziaty(2016) makrozoobentos dapat hidup pada rentang salinitas 15-45 ‰. minansi yang rendah serta indeks kea- Perubahan salinitas dapat dipengaruhi nekaragaman dan indeks keseragaman oleh faktor lingkungan seperti aliran su- yang tinggi menunjukkan kondisi per- ngai dan adanya curah hujan yang ting- airan dapat masuk pada kategori baik gi. Hal ini sesuai dengan kondisi pa- (Setiawan et al., 2016). Hal ini berar- da saat pengambilan data yang sudah ti seluruh stasiun tidak memiliki spesi- memasuki musim penghujan. Pada da- es tertentu yang jumlahnya terlalu ba- ta hasil pengamatan dapat dilihat bah- nyak dibanding spesies yang lain, yang wa semua parameter yang diperoleh di berarti jumlah individu untuk masing- perairan Kelagian Lunik masih masuk masing spesies relatif sama dan kuali- ke dalam baku mutu dan masih baik tas perairan termasuk kategori baik di bagi kehidupan makrozoobentos serta Perairan Pulau Kelagian Lunik. mendukung kehidupan hewan ini. Didapat hasil pengukuran kualitas air di Perairan Pulau Kelagian Lunik dian- Berdasarkan hasil pengamatan kualitas taranya yaitu pengukuran kedalaman, air yang telah diperoleh dari seluruh kecerahan, suhu, pH, oksigen terlarut stasiun nilainya masih termasuk baik (DO), dan salinitas yang dapat dilihat bagi kehidupan makrozoobentos kare- pada Tabel 3. na masuk ke dalam baku mutu. Jika Diversity Macrozoobenthos Kelagian Lunik Island 919

dan kecerahan diatas rata-rata, akan te- tapi nilai dominansi berada dibawah rata- rata dibanding stasiun lainnya, tinggi- nya nilai H’, E, dan kelimpahan ber- asal dari kelas gastropoda yang didu- ga karena terdapat padang lamun dan ekosistem mangrove pada stasiun ini yang menghasilkan bahan organik yang tinggi oleh serasah (Fajri and Kasry, 2013). Banyaknya spesies dari kelas Gas- tropoda memiliki hubungan dengan subs- trat lumpur, liat, tingginya karbon or- Gambar 3 Hasil Analisis Komponen Utama ganik, dan total bahan organik (Fajri and Kasry, 2013). Stasiun 3 memiliki dibandingkan antara hasil pengamatan kadar pH dan suhu diatas rata-rata hal kualitas air dan nilai indeks H’, E, dan ini diduga karena tidak terdapat naung- C akumulasi maka sangat wajar jika ni- an seperti ekosistem mangrove seperti lai indeks tersebut masuk pada kate- stasiun lainnya, akan tetapi nilai DO, gori keanekaragaman dan keseragam- salinitas, dan kelimpahan dibawah rata- an tinggi serta tidak terdapat spesies rata dibanding stasiun lainnya. Stasiun tertentu yang mendominasi. 4 memiliki nilai dominansi diatas rata- rata, akan tetapi nilai keanekaragaman, Berdasarkan hasil analisis komponen keseragaman, dan kecerahan dibawah utama keragaman dapat dijelaskan oleh rata-rata dibanding stasiun lainnya. komponen F1 dan F2. Diperoleh sebe- sar 53,04% pada komponen F1 dan 27,49% Parameter suhu berkorelasi positif ter- pada komponen F2. Sehingga secara ke- hadap pH,. Menurut Kapri et al.(2018)) seluruhan keragaman dapat dijelaskan suhu dan pH tak memiliki hubungan, oleh kedua komponen F1 dan F2 sebe- akan tetapi suhu dan pH perubahannya sar 80,53%. Untuk data lebih jelas da- searah yang berarti apabila suhu meng- pat dilihat pada Gambar 3. alami kenaikan makan pH juga akan Berdasarkan sebaran karakteristik ling- mengalami meningkat. Sedangkan pH kungan perairan yang diperoleh dapat dan suhu berkorelasi negatif terhadap dilihat pada Gambar 3 maka tiap-tiap kelimpahan, salinitas DO. Menurut Effen- stasiun dapat dikelompokkan berdasark- di(2000) organisme akuatik menyukai an karakteristik parameter yang dida- pH 7-8,5 dan perubahan sangat sensi- pat. Pada stasiun 1 memiliki kadar sa- tif bagi kehidupannya. Menurut Kap- linitas dan oksigen terlarut (DO) dia- ri et al.(2018) suhu memiliki hubung- tas rata-rata karena terdapat ekosistem an berlawanan dengan salinitas apabi- mangrove dan lamun sebagai penyum- la suhu meningkat maka salinitas ak- bang oksigen di perairan, akan tetapi an turun. Indeks dominansi berkorelasi kadar pH dan suhu dibawah rata-rata negatif terhadap keanekaragaman dan dibandingkan dengan stasiun lainnya. dominansi yang berarti apabila domi- Stasiun 2 dan 5 memiliki nilai keane- nansi rendah maka keanekaragaman dan karagaman, keseragaman, kelimpahan, keseragaman tinggi, sedangkan keane- 920 Wahyu Hari Nugroho1 et al. karagaman dan keseragaman berkore- tinjau dari sifat fisik-kimia dan mak- lasi positif. Hal ini didukung oleh per- rozoobentos. Berkala Perikanan Te- nyataan Maddupa(2016) nilai domi- rubuk, 41(1):37–52. nansi yang mendekati nol, menunjukk- Izzah, N. A. and Roziaty, E. (2016). an bahwa pada perairan tersebut tidak Keanekaragaman makrozoobentos ada biota yang mendominasi dan bi- di pesisir pantai desa panggung ke- asanya diikuti oleh nilai keseragaman camatan kedung kabupaten jepara. yang tinggi. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 2(2):140–148. Kapri, A. A., Koenawan, C. J., and SIMPULAN Jaya, Y. V. (2018). Pengaruh su- hu terhadap variabilitas fisika-kimia Berdasarkan hasil penelitian dapat di- di perairan teluk riau kota tanjungpi- simpulkan bahwa nilai keanekaragam- nang provinsi kepulauan riau. Mas- an dan keseragaman makrozoobentos ter’s thesis, Fakultas Ilmu Kelautan di Perairan Pulau Kelagian Lunik ma- dan Perikanan, Universitas Maritim suk pada kategori tinggi, sedangkan in- Raja Ali Haji. Kepulauan Riau. deks dominansi masuk kategori rendah. Maddupa, H. (2016). Modul pelatihan Hal ini menunjukkan bahwa Perairan teknik analisis kuantitatif data. Pulau Kelagian Lunik masih masuk da- Maharani, H. W. (2007). Kajian ku- lam kategori baik. Kelimpahan terting- alitas perairan di Pantai Kota Ban- gi diperoleh pada kelas gastropoda ka- dar Lampung berdasarkan komuni- rena perairan Pulau Kelagian Lunik me- tas hewan makrobenthos. PhD the- miliki substrat pasir berlumpur. sis, program Pascasarjana Universi- tas Diponegoro. Marpaung, A. A. F., Yasir, I., and Uk- Pustaka kas, M. (2014). The diversity of macrozoobenthos in the ecosystem Ario, R. and Handoyo, G. (2002). Ka- of silvofishery mangrove and natu- jian struktur komunitas makrozoo- ral mangrove in the boe coast ecoto- benthos sebagal bioindikator di per- urism area, takalar district, south su- airan muara sungai ketiwon, tegal. lawesi. International Journal of Bo- Ilmu Kelautan: Indonesian Journal norowo Wetlands, 4(1):1–11. of Marine Sciences, 7(1):17–22. Nybakken, J. W. and Eidman, H. M. Brower, J. E., Zar, J. H., Von Ende, (1998). Biologi laut: satu pendekat- C. N., et al. (1998). Field and labo- an ekologis. Gramedia. ratory methods for general ecology, Odum, E. P. (2019). Dasar-dasar eko- volume 4. WCB McGraw-Hill Bos- logi. Gajah Mada University Press. ton. Pamuji, A., Muskananfola, M. R., and Effendi, H. (2000). Telaah Kualitas Ain, C. (2015). Pengaruh sedi- air. Fakultas Perikanan dan Ilmu mentasi terhadap kelimpahan mak- Kelautan. Institut Pertanian Bogor. rozoobenthos di muara sungai be- Bogor. tahwalang kabupaten demak. Sain- Fajri, N. E. and Kasry, A. (2013). Ku- tek Perikanan: Indonesian Journal alitas perairan muara sungai siak di- of Fisheries Science and Technology, Diversity Macrozoobenthos Kelagian Lunik Island 921

10(2):129–135. Riniatsih, I., Hartati, R., Redjeki, S., and Endrawati, H. (2018). Studi kea- nekaragaman makrozoobentos pada habitat lamun hasil transplantasi de- ngan metode ramah lingkungan. Jur- nal Kelautan Tropis, 21(1):29–36. Setiawan, M. et al. (2016). Struktur komunitas ikan karang di barat pu- lau tarempa, pulau siantan, kabupa- ten kepulauan anambas. Soegianto, A. (1994). Ekologi Kuan- titatif: Metode analisis populasi dan komunitas. Surabaya: Usaha Nasio- nal. Suhendra, N., Hamdani, H., Sahidin, A., et al. (2019). Struktur komunitas makroinvertebrata di wilayah pantai berkarang karapyak pesisir pangan- daran. Jurnal Perikanan Kelautan, 10(1). Suparkan, Z. (2017). Keanekaragam- an makrozoobentos epifauna di wi- sata pantai akkarena dan tanjung ba- yang makassar. Master’s thesis, UIN Alauddin Makassar. Yusuf, M. and Handooyo, G. (2004). Dampak pencemaran terhadap kua- litas perairan dan strategi adaptasi organisme makrobenthos di perairan pulau tirangcawang semarang. Indo- nesian Journal of Marine Sciences, 9(1):41–49. Zahidin, M. (2008). Kajian kualitas air di muara sungai pekalongan Di- tinjau dari indeks keanekaragaman Makrobenthos dan indeks saprobitas Plankton. PhD thesis, Program Pa- scasarjana Universitas Diponegoro.

Kontribusi: Nugroho, W. H: Mengambil data Lapang- an, Analisis Data dan Menulis Hasil; Maharani, H. W: Pembahasan; Suparmono: Pembahasan.

922 Wahyu Hari Nugroho1 et al.