NILAI BUDAYA PINTU GEBANG CANDI KEDATON MUARA JAMBI

Oleh: Yola Katerina* *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas PGRI Palembang

ABSTRAK

Candi Kedaton Muara Jambi yang kaya akan peninggalannya memiliki nilai sejarah yang tinggi makna nilai budaya pada tata letak pintu gerbang candinya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah nilai budaya apakah yang terdapat pada pintu gerbang candi Kedaton Muara Jambi?. Tujuan dari penelitian ini yaitu: untuk mengetahui nilai budaya pintu gerbang pada candi Kedaton Muara Jambi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif Teknik pengumpulan data yaitu: dokumentasi, observasi, wawancara. Teknik analisis yaitu analisis interaktif, dengan beberapa komponennya antara lain pengumpulan data, reduksi data, display data verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian nilai budaya pintu gerbang candi Kedaton Muara Jambi merupakan nilai budaya peninggalan agama Budha dari kerajaan Mataram Kuno, Sriwijaya, dan Malayu pada abad ke 9-12 Masehi dapat dilihat dari bentuk bangunan atau arsitektur.

Kata Kunci: Nilai Budaya Pintu Gerbang, Candi Kedaton

A. PENDAHULUAN tenggara yang dibagi dua bagian yang terdiri dari sejumlah pulau nyaris sama. Ujung barat laut di wilayah besar dan kecil yang tersebar di sekitar Daerah Istimewa Aceh (sekarang bernama garis khatulistiwa, menempati posisi Nangroe Aceh-Darussalam) terletak pada geografis 95- 1410 BT dan 60 - 110 LS. Diapit garis lintang 5°35’ Lintang Utara dan ujung oleh dua Samudera yaitu Samudera Pasifik tenggara di wilayah Provinsi Lampung dan Samudera Hindia. Serta diapit oleh dua terletak pada garis lintang 5°56’ Lintang Benua yaitu Benua Australia dan Asia. Selatan (Utomo, 2012:3). Menjadikan Indonesia sangat strategis Di daerah wilayah Sumatera letaknya. Letak posisi strategis demikian itu tersebarlah wilayah kekuasaan Sriwijaya secara kalimatologis menimbulkan terutama di wilayah daerah Jambi, ini berlakunya suatu sistem angin tetap yang dibuktikan dengan adanya situs Muara bertiup dari benua Australia ke Asia dan dari Jambi sesudah terjadinya perubahan dinasti benua Asia ke Australia yang secara siklus San-Fo-Tsi dari wangsa Syailendra ke bergantian tiap tahun karena letaknya di wangsa Melayu, ibu kota San-Fo-Tsi yaitu garis khatulistiwa. Indonesia berada di Swarnabhumi telah berubah menjadi Chu bawah pengaruh iklim tropis (Riandini, chiang atau pelabuhan lama yang disebut 2009:2-3). Po-Lin-Fong. semenjak keruntuhan dinasti Sumatera merupakan salah satu Syailendra Palembang tidak lagi pulau dari enam buah pulau terbesar di berkedudukan sebagai ibukota (Ismail, dunia dengan luas daratnya sekitar 474.000 2003:151). kilometer persegi (termasuk kepulauan di Sejarah merupakan suatu proses sebelah Barat dan Timur Sumatera). perjuangan manusia dalam mencapai Merupakan pulau besar di bagian Barat tentang segala aktifitas yang di susun yang di bagi miring oleh secara ilmiah dengan memperhatikan urutan khatulistiwa. Keadaan ini disebabkan karena waktu, di beri tafsiran atau analisa kritis, pulau ini membentang dari barat laut ke sehingga mudah dimengerti dan dipahami.

33 Sejarah dapat memberikan gambaran dan diuraikan dengan kata-kata menurut tindakan maupun perbuatan manusia responden, apa adanya sesuai dengan dengan segala perubahannya (Darini, pertanyaan penelitiannya, kemudian 2016:7). dianalisis dengan kata-kata apa yang Muara Jambi merupakan sejarah melatar belakangi responden berperilaku peninggalan klasik pada masa kerajaan (berpikir, berperasaan, dan bertindak) Sriwijaya dan Melayu Kuno yang seperti itu tidak seperti lainnya, direduksi, dipergunakan dalam masa yang cukup ditriangulasi, disimpulkan (diberi makna oleh panjang sejak awal 7 hingga 15 M, ini peneliti), dan diverifikasi (dikonsultasikan dibuktikan dari kutipan sumber sejarah kembali kepada responden dan teman kekaisaran Cina dan Kerajaan Majapahit sejawat. Minimal ada tiga hal yang yang berpusat di wilayah Jawa Timur. Pada digambarkan dalam penelitian kualitatif, tahun 671 M, komplek situs percandian yaitu karakteristik pelaku, kegiatan, atau Muara Jambi pernah dikunjungi pendeta I- kejadian-kejadian yang terjadi selama tsing, yang pernah singgah di Shi-li-fo-she penelitian, dan keadaan lingkungan atau (Sriwijaya) dan Mo-lo-yue untuk mendalami karakteristik tempat penelitian berlangsung bahasa sansekerta selama beberapa bulan (Usman, 2014:130). untuk berangkat ke Nalanda-India (Mundardjito, 2009:1). Kompleks percandian C. HASIL DAN PEMBAHASAN ini terletak di Kecamatan Muara Sebo, Hasil Penelitian Kabupaten Muara Jambi, Indonesia 1. Letak Candi Kedaton Muara Jambi tepatnya di tepi sungai Batang Hari, sekitar Candi Kedaton terletak sekitar 1500 26 kilometer arah timur Kota Jambi di meter menuju arah Barat cari Candi Gedong pinggir sungai Batanghari (Ismail, 2, di sepanjang perjalanan menuju Candi 2003:153). Kedaton kita dapat melihat pada sisi kiri dan Candi Kedaton merupakan Candi kanan jalan sebagian besar sudah di terbesar di antara candi-candi yang lain di bangun warga sebagai tempat perkebunan Kompleks Percandian Muara Jambi. Candi yang di manfaatkan warga sebagai tempat ini baru mulai ditampakkan pada tahun bercocok tanam seperti, terong, timun, 1979. Letaknya sekitar 900 meter sebelah cabai, ranggam, pohon kopi, durian, duku, tenggara Candi Koto Mahligai, atau sekitar dan perkebunan karet. Untuk mencapai 1.580 meter di sebelah barat Candi Gedong lokasi situs Muara Jambi ketempat Candi II. Sungai Jambi yang merupakan pecahan Kedaton terdapat 2 akses jalan yang dari Sungai Amburan Jalo berada 60 meter digunakan, kendaraan roda dua (sepeda di Selatan, sedangkan 70 meter sebelah dan motor) maupun roda empat (mobil) utara candi mengalir Parit Buluh yang juga yang jaraknya tidak jauh dari pusat kota berhubungan dengan Sungai Jambi. Candi Jambi, akses jalan yang di tempuh kurang Kedaton memiliki luas 45.000 meter persegi, lebih sekitar 5 menit dari jalan raya. Jika atau sekitar 4,6 hektar,dengan pagar keliling memalui jalan kaki melewati jembatan dan yang membatasinya berukuran 215 x 250 sungai Sebo, di tempuh jarah sekitar 30 meter (Purwanti, 2013:18). Menit dari Kompleks percandian Muara Jambi melalui akses Sepeda atau motor B. METODE PENELITIAN yang melewati candi Gedong Dua dengan Metode penelitian deskriptif kualitatif, melalui jalan setapak yang menghubungkan yang menggunakan cara mengumpulkan Desa Muara Jambi dan Sengeti. karna ada sumber-sumber secara sistematis dan dua akses jalan yang biasa dilakukan untuk menggunakan sumber data secara sampai di Candi Kedaton. Waktu penelitian mendalam. Penelitian deskriptif kualitatif dilaksanakan selama 2 hari untuk mencoba

34 menyelusuri jalan, dari tanggal 17 Maret tempat pemakaman hanya berlaku bagi 2017 sampai 18 Maret 2017 (Catatan penganut agama Hindu. Dalam agama Observasi lapangan No.1 dan No.2). Buddha, candi merupakan peribadatan atau Wilayah Candi Kedaton dibatasi tempat pemujaan (Darini, 2016:58). tembok pagar keliling yang berukuran 200 x Bentuk candi-candi di Indonesia 230 membujur arah Utara Selatan. Tembok adalah punden berundak, dimana punden Candi Kedaton ini memiliki ketebalan berundak sendiri merupakan unsur asli dinding sekitar 1 meter, dan tinggi dinding Indonesia. pagar 232 Meter. Jarak dinding kekanal Berdasarkan bagian-bagiannya, bangunan Timur sekitar 9 Meter. (Catatan Observasi candi terdiri atas tiga bagian penting, antara Lapangan No.1). lain, kaki, tubuh, dan atap. Candi Kedaton baru mulai a) Kaki candi merupakan bagian bawah ditampakkan pada tahun 1979. Letaknya candi. Bagian ini melambangkan sekitar 900 meter sebelah barat candi dunia bawah atau bhurloka. Pada Gedong II. Candi Kedaton merupakan Candi konsep Buddha disebut kamadhatu. terbesar diantara candi-candi yang lain di Yaitu menggambarkan dunia hewan, Kompleks Percandian Muara Jambi. Candi alam makhluk halus seperti iblis, ini baru mulai ditampakkan pada tahun raksasa dan asura, serta tempat 1979. Letaknya sekitar 900 meter sebelah manusia biasa yang masih terikat tenggara Candi Koto Mahligai, atau sekitar nafsu rendah. Bentuknya berupa 1.580 meter. Sungai Jambi yang merupakan bujur sangkar yang dilengkapi dengan pecahan dari Sungai Amburan Jalo berada jenjang pada salah satu sisinya. 60 meter di Selatan, sedangkan 70 meter Bagian dasar candi ini sekaligus sebelah utara candi mengalir Parit Buluh membentuk denahnya, dapat yang juga berhubungan dengan Sungai berbentuk persegi empat atau bujur Jambi (Purwanti, 2013:18-19). Lingkungan sangkar. Tangga masuk candi sekitar candi ini masih sangat alami, karna terletak pada bagian ini, pada candi itu perlu penataan situs. Selain itu kegiatan kecil tangga masuk hanya terdapat penelitian dan pelestarian secara intensif, pada bagian depan, pada candi besar sebelum situs ini dikembangkan dan tangga masuk terdapat di empat dimanfaatkan. karna itu pengamanan di penjuru mata angin. Biasanya pada daerah ini perlu diberi prioritas tinggi kiri-kanan tangga masuk dihiasi (Mundardjito, 2009:26). ukiran makara. Pada dinding kaki Pada dasarnya Candi merupakan candi biasanya dihiasi relief flora dan istilah yang digunakan untuk menyebut fauna berupa sulur-sulur tumbuhan, semua bangunan peninggalan di Indonesia atau pada candi tertentu dihiasi figur yang dipengaruhi oleh arsitektur Hindu- penjaga seperti dwarapala. Pada Buddha. Istilah Candi dikaitkan dengan bagian tengah alas candi, tepat di Candika yaiu salah satu nama Dewi bawah ruang utama biasanya atau dewi kematian, sehingga Candi sering terdapat sumur yang didasarnya dikaitkan dengan kematian, makam atau terdapat pripih (peti batu). Sumur ini sebagai tempat untuk memuliakan raja yang biasanya diisi sisa hewan kurban telah meninggal. Terkait dengan fungsinya yang dikremasi, lalu diatasnya sebagai pemakaman, sebenarnya yang diletakkan pripih. Di dalam pripih ini tersimpan hanyalah pripih, yaitu sebagai biasanya terdapat abu jenazah raja wadah yang berisi antara lain zat-zat ragawi serta relik benda-benda suci seperti dari si mati seperti potongan rambut, kuku lembaran emas bertuliskan mantra, dan lain-lain. Pengertian candi sebagai kepingan uang kuno, permata, kaca,

35 potongan emas, lembaran perak, dan membentuk kurva limas yang menimbulkan cangkang kerang. efek ilusi perspektif yang mengesankan b) Tubuh candi adalah bagian tengah bangunan terlihat lebih tinggi. Pada candi yang berbentuk kubus yang atap dimahkotai stupa, ratna, wajra, atau dianggap sebagai dunia antara atau lingga semu. Pada candi-candi langgam, bhuwarloka. Pada konsep Buddha kemuncak atau mastakanya berbentuk disebut rupadhatu. Yaitu kubus atau silinder dagoba. Pada bagian menggambarkan dunia tempat sudut dan tengah atap biasanya dihiasi manusia suci yang berupaya ornamen antefiks, yaitu ornamen dengan mencapai pencerahan dan tiga bagian runcing penghias sudut. kesempurnaan batiniah. Pada bagian Kebanyakan dinding bagian atap dibiarkan depan terdapat gawang pintu menuju polos, akan tetapi pada candi-candi besar, ruangan dalam candi. Gawang pintu atap candi ada yang dihiasi berbagai ukiran, candi ini biasanya dihiasi ukiran seperti relung berisi kepala dewa-dewa, kepala kala tepat di atas-tengah pintu relief dewa atau bodhisatwa, pola hias dan diapit pola makara di kiri dan berbentuk permata atau kala, atau sulur- kanan pintu. Tubuh candi terdiri dari sulur untaian roncean bunga. garbagriha, yaitu sebuah bilik (kamar) Konsep dasar rancangan candi klasik yang ditengahnya berisi arca utama, Indonesia adalah keinginan menciptakan misalnya arca dewa-dewi, tiruan gunung pada pusat alam semesta, bodhisatwa, atau Buddha yang dipuja tempat roh para dewa dapat dibujuk untuk di candi itu. Di bagian luar dinding di menjelma menjadi patung atau lingga yang ketiga penjuru lainnya biasanya diberi ditempatkan dalam ruangan yang relung-relung yang berukir relief atau menyerupai gua. Arsitektur Indonesia Klasik diisi arca. Pada candi besar, relung paling awal terdiri atas tempat suci Hindu, keliling ini diperluas menjadi ruangan dibangun di gunung api di Jawa Tenah. tersendiri selain ruangan utama di Secara raga dan perlambang, bangunan ini tengah. Terdapat jalan selasar keliling bersandar pada kepercayaan bahwa untuk menghubungkan ruang-ruang gunung merupakan tempat kekuatan ini sekaligus untuk melakukan ritual adikodrati. Setelah “elit” yang berkuasa yang disebut pradakshina. Pada mulai membangun dengan batu, tempat lorong keliling ini dipasangi pagar bangunan mulai menyebar ke dataran langkan, dan pada galeri dinding rendah. Perluasan ini mungkin berasal dari tubuh candi maupun dinding pagar paduan semangat: keinginan membuat langkan biasanya dihiasi relief, baik tempat keagamaan lebih mudah dicapai yang bersifat naratif (berkisah) atau masyarakat umum dan pengakuan untuk pun dekoratif (hiasan). “elit” yang berkuasa bahwa hubungan dengan kekuasaan dewa secara nyata Atap candi adalah bagian atas candi menambah kekuasaan duniawi mereka. yang menjadi simbol dunia atas atau Beberapa prinsip dasar yang swarloka. Pada konsep Buddha disebut melatarbelakangi bentuk candi Indonesia arupadhatu. Yaitu menggambarkan ranah adalah kepercayaan pribumi pada kekuatan surgawi tempat para dewa dan jiwa yang yang ada dalam nenek moyang dan gunung. telah mencapai kesempurnaan Meski agama dan arsitektur India bersemayam. Pada umumnya, atap candi memainkan peran tambahan dalam terdiri dari tiga tingkatan yang semakin atas menghias dan bentuk baru dalam semakin kecil ukurannya. Sedangkan atap mengungkapkan konsep yang ada langgam terdiri atas banyak tingkatan yang sebelumnya, teori India tentang setangkup

36 sebagai unsur dasar tata semesta secara membatasinya berukuran 215 x 250 meter. nyata menambah konsep prasejarah Pada halaman pertama di sisi kiri dari arah Indonesia. Seni “klasik” menekankan pintu masuk terdapat kolam. Dihalaman setangkup dan penempatan unsur-unsur candi kedaton ini terdapat tembok-tembok secara tepat, masing-masing dengan tempat penyekat yang membagi halaman paling yang telah seluruhnya ditentukan dalam sedikit menjadi 9 halaman. Sistem susunan (Arismunandar, 2002:52). pembagiaannya terdapat di Candi Kompleks Candi Kedaton terletak Gempung, Candi Induk dan Candi Perwara sekitar 900 meter sebelah tenggara Candi berada di halaman terbesar yaitu halaman Kotomahligai, sekitar 1.580 meter disebelah VI. Selain Candi Induk dan Perwara, pada barat Candi Gedong II, dan 60 meter di kompleks percandian Kedaton ini di duga Selatan sungai Jambi. Disebelah utara candi masih terdapat Sembilan bangunan kuno pada jarak 70 meter mengalir parit buluh lagi yang belum ditampakan. Salah satu yang juga berhubungan dengan sungai yang belum ditampakkan diantaranya Jambi. Lingkungan situs Candi Kedaton ini berada di halaman I yang di perkirakan masih sebagian besar berupa hutan dan sebagai gapura, sehingga timbul asumsi pohon-pohon yang menjulang tinggi akan bahwa orientasi kompleks Candi Kedaton tetapi sebagian lagi sudah di manfaatkan sebenarnya menghadap ke Utara warga sebagi membuka bercocok tanam. (Purwanti, 2013:18-19). Di tepian Sungai. Sungai Jambi yang Keberadaan Candi Kedaton diketahui merupakan pecahan dari Sungai Amburan pertama pada tahun 1976 setelah Jalo berada 60 meter di Selatan, sedangkan diadakan kegiatan survei kepurbakalaan 70 meter sebelah Utara candi mengalir Parit dilingkungan Muara Jambi oleh Direktorat Buluh yang juga berhubungan dengan Perlindungan Pembinaan Sejarah dan Sungai Jambi. Purbakala. Kegiatan ini berhasil melakukan Sungai-sungai kecil dan parit-parit penggambaran dan pengukuran sementara yang beberapa diantaranya menunjukan luas lahan yang terluas dibandingkan tanda-tanda sengaja di buat tersebut percandiaan lainnya, yaitu 55.850 m2 dan seolah-olah memisahkan kelompok bangunan induknya berukuran 28,13 m x percandian disini tiga kelompok. Kelompok 25,5 m. keistimewaan lainnya adalah pertama telatak disebelah timurterdiri dari bangunan Induk diisi dengan kerikil-kerikil candi Aston, Candi Kembarbatu, Candi berwarna putih yang diambil dari Sungai Tinggi, dan Candi Gempung yang Batanghari bagian hulu (Purwanti, 2012:9). dipisahkan oleh sungai Melayu di sebelah Kompleks percandian Muara jambi barat dan utara, serta sungai Buluran di tepatnya candi kedaton memiliki bagian sebelah Selatan. Kelompok ke dua terdiri dalam struktur bangunan Bata yang dari Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan menggunakan batu kerakal sebagai bahan Candi Kedaton yang terletak di tengah, yang isian. Batu kerakal ini diisikan kedalam seolah-olah dipisahkan oleh sungai Melayu kamar-kamar berbentuk persegi yang di sebelah timur dan sungai Terusan di disisipkan khusus untuknya. Ukuran ruang sebelah barat. Kelompok ketiga adalah terbesar adalah 16,25 x 16,25 x 7,20 meter. Candi Kotomahligai yang terletak Jenis-jenis batuannya diantaranya basalt, menyendiri di ujung barat laut dengan batas kuarsa susu, andesit, obsidian, granit, sungai Berembang di sebelah barat kalsedon, dan konglomerat. Mengingat jenis (Mundardjito, 2009:37). batuan ini tidak pernah ditemukan di Muara Candi Kedaton memiliki luas 45.000 Jambi, diperkirakan berasal dari daerah meter persegi, atau sekitar 4,6 aliran sungai di Hulu Batanghari sekitar hektar,dengan pagar keliling yang pegunungan Duabelas atau pegunungan

37 Tigapuluh sekitar 118 kilometer lurus arah dengan kebudayaan Hindu-Buddha yang tenggara Muara Jambi. Sebagian batu berasal dari India telah menghasilkan isisan bangunan induk telah dikeluarkan kekayaan seni Indonesia yang beraneka pada tahun 1978 untuk menghindari ragam. Pengaruh itu berlangsung cukup pecahnya struktur dinding bata akibat lama yaitu dari abad pertama sampai abad beban yang berlebihan. Pada halaman ke-15. Pengaruh kebudayaan tersebut candi terdapat tembok-tembok penyekat sangat terasa di daerah Jawa, Bali, yang membagi halaman paling sedikit dan Sumatera. Di daerah- menjadi 9 ruang. Sistem pembagiannya daerah tersebut tersebar peninggalan- mirip dengan Candi Gempung. Bangunan peninggalan sejarah dari masa pengaruh induk dan perwara berada di halaman besar Hindu-Buddha yang berupa candi-candi berukuran 92 x 123 meter. sebagai bangunan keagamaan (Darini, Bangunan induk dan perwara Candi 2016:56). Kedaton ini berbeda dengan bangunan- Pada Situs Candi Kedaton Muara bangunan candi yang berada di daerah Jambi memiliki pintu gerbang utama yang jawa. bangunan induk dan perwara tidak menghadap ke Utara. Pintu gerbang candi memiliki garis lurus dengan pintu gerbang kedaton ini memiliki perbedaan yang utama Candi, ini diakibatkan karena adanya mencolok dibandingkan dengan 9 pintu tahapan dalam proses membangun atau gerbang lainnya yang terdapat pada Candi pembangunan pada lokasi candi Kedaton. Kedaton dan candi-candi lainnya di wilayah komplek percandian Muara jambi. Karna 2. Nilai Budaya Pintu Gerbang Candi dapat di lihat dari reruntuhan bangunan Kedaton Candi Kedaton yang merupakan pusat dari Nilai dapat diartikan sebagai tolak peninggalan keagamaan hindu-budha dari ukur dari pola pemikiran dan tindakan yang kerajaan Melayu, Sriwijaya, dan Mataram dilandasi oleh perubahan manusia dalam kuno yang terbesar di bagian wilayah Situs menentukan tujuan hidup. Nilai sangat Muara Jambi. berkaitan dengan suatu pilihan yang akan Kebudayaan Hindu Buddha di menjadi keputusan manusia untuk Indonesia telah berkembang sejak abad ke memutuskan hal-hal yang di anggap baik 5-16 Masehi, yaitu sejak dikenalkannya atau buruk dalam kehidupan. Begitu juga tulisan dari India pada abad ke 5 M sampai dengan nilai budaya yang merupakan suatu runtuhnya kerajaan Majapahit di Jawa konsep terdiri dari kebudayaan sehingga Timur. Bukti dikenalkannya tulisan membentuk suatu konsep yang bernilai dan ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur dianggap penting oleh suatu masyarakat. berupa tulisan yang diterakan pada batu Pada bangunan Candi Kedaton berbentuk tugu yang dikenal dengan Muara Jambi kita dapat mengetahui benar prasasti Yupa. Peninggalan-peninggalan atau tidaknya terdapat pengaruh dari patung-patung Budhis atau Shivait juga kebudayaan dari Melayu, Sriwijaya, dan ditemukan di Selatan, Sumatera Mataram Kuno, hal ini dapat di lihat dari Selatan, Pulau Bangka, Jember dan Jawa sudut bangunan dan pintu gerbang yang Barat. Bangunan Candi yang berasal dari menghadap langsung ke arah gunung dan abad ke-5 Masehi juga ditemukan aliran sungai untuk mempermudah kotakapur, pulau Bangka. Keberadaan melakukan aktifitas (Catatan Observasi bangunan candi di Kotakapur dan temuan Langsung 17-18 Maret 2017). arca wisnu menempatkannya sebagai bukti Dalam kebudayaan yang terdapat di tertua adanya pengaruh India di pulau Candi Kedaton Muara Jambi, memiliki Sumatera. Bahkan sejak abad ke-7-14 M, Kontak antara kebudayaan Indonesia sumatera termasyur dengan kerajaan

38 Sriwijaya yang pernah beribukota di bentuk yang berbeda dibandingkan dengan Palembang dan Jambi (Rangkuti, 2016:117- pintu-pintu yang terdapat pada bagian- 118). bagian pintu lainnya, ini dikarnakan pintu gerbang utama adalah pintu gerbang yang 3. Fungsi Pintu Gerbang Candi di yakini bahwa hanya orang-orang Kedaton bangsawanlah yang mempunyai tingkatan Pintu gerbang berfungsi sebagai derajat tertinggi yang mampu melewati pintu penghubung antara bangunan dengan jalan. utama. Pintu ini digunakan untuk jalan keluar masuk Dalam alam pikiran masyarakat kendaraan dan manusia. Pintu gerbang tradisional yang religious (religious man), adalah bagian dari macam-macam pintu manusia selalu membagi wilayahnya menurut fungsinya. Fungsi utama dari menurut keaktifannya. Keaktifan mana yang sebuah pintu gerbang adalah media keluar di sebut sebagai (sacred), dan mana yang masuk kendaraan atau manusia, yang dianggap sebagai (profane). Seperti berada pada posisi terdepan sebuah rumah disebutkan di atas bahwa di dalam ruang tinggal dan langsung menghubungkan antar yang, segalanya teratur, baik tingkah laku ruang luar rumah tinggal (jalan raya) dengan penghuninya amupun struktur halaman depan. bangunannya. Sedangkan di ruang yang Bangunan pintu gerbang adalah profane semuanya serba kacau (chaos) bangunan yang berfungsi sebagai pintu karena tidak atau belum disucikan. masuk ke kota, atau bangunan suci, atau Untuk memudahkan penataan ruang pemisah antara bagian yang dianggap ‘sakral’, maka ruang arus dibatasi. Dalam sakral dengan bagian yang dianggap wujud fisik, batas tersebut berupa profan.Dalam analisis morfologi, secara pagar/tembok keliling. Jadi pagar/tembok umum pintu gerbang dapat berbentuk pintu keliling dalam tata ruang keratin misalnya, gerbang tanpa atap (candi bentar/gapura tidak hanya berfungsi sebagai elemen untuk siblak) dan pintu gerbang beratap tujuan pertahanan/keamanan semata, tetapi (Paduraksa/kori agung). Satuan juga merupakan batas dari ruang terhadap pengamatan dalam analisis bentuk pada ruang yang ada di luarnya. Sedangkan pintu gerbang mencakup bentuk, ukuran, gerbang (pintu masuk) merupakan ambang arah hadap, bagian-bagiannya yang dapat peralihan dari daerah ke daerah. Di dalam dirinci dari bagian kaki, tubuh dan atap yang ruang yang dibatasi oleh tembok keliling merupakan komponen utama pada gapura, dibuat pengaturan ruang atau masa sedangkan yang merupakan komponen bangunan berdasarkan kalsifikasi yang pelengkapnya berupa tangga, pipa tangga, diatur dalam kosmografi (Handinoto, menara sudut dan kemuncak.Dalam analisis 2015:12-13). teknologi meliputi bahan dan teknik konstruksi. Bahan-bahan yang digunakan 4. Ragam Hias Pintu Gerbang Candi berupa batu bata, dalam pendirian gapura Kedaton dikenal beberapa teknik, yaitu teknik pasak, Ornament merupakan seni hias. teknik pasak puritan, teknik sambung Sebagai produk seni, ornament merupakan langsung, teknik sambungan dengan pasak ekspresi keindahan yang diaplikasikan dan teknik rubbing (gosok). Sama seperti dalam objek buatan manusia. Selain itu, teknik hias pada ragam hias arsitektural ornament juga merupakan produk bangunan suci, teknik hias (Idris, dkk, kebudayaan yang digunakan oleh 2015:7). pendukung kebudayaan tersebut dalam Dalam pintu gerbang utama candi kehidupan bersama. Ada banyak istilah Kedaton ini memiliki tingkatan, ukiran dan yang berkaitan dengan ornament istilah-

39 istilah diantaranya seni dekoratif (decorative buntut ikan dan dibawah badan terdapat art), atau seni hias, seni (art of ornament, hewan domba. Sehingga menambah ornamental art), ornament dan ragam hias keanggunan bentuk dari ciri pintu gerbang (Guntur, 2004:1). candi kedaton. Dalam pada ragam hias arsitektural Makara adalah sebuah atau gapura menggunakan teknik yang sama semacam hiasan pada kepala tangga dari dengan teknik pendirian gapura, sedangkan sebuah bangunan candi. Biasanya makara teknik hias pada ragam hias dekoratifnya itu berlanjut atau bersambung dengan kala, menggunakan teknik pahat. Masyarakat yang semacam hiasan di atas setiap pintu Bugis mengenal ragam hias yang berasal atau relung candi. Tangga sebuah candi dari benda-benda flora dan fauna meskipun biasanya di hiasi oleh dua buah Makara, dalam bentuk yang sederhana, selain untuk yaitu dikiri dan di kanan tangga stuttherheim keindahan, ada beberapa ragam hias yang berpendapat bahwa motif makara itu berasal membentuk makna dalam kehidupan suatu dari gambar buaya yang mukanya telah kebudayaan. Salah satunya ialah bunga disamarkan sedemikian rupa dengan parangreng (bunga melati), tumbuhan berbagai motif hiasan lainnya seperti, daun- menjalar yang tidak putus-putusnya, daunan, sulur-suluran, dan sebagainya. N.J. sehingga diumpamakan rezeki yang terus Krom berpendirian lain lagi dengan menerus tanpa putus (Idris, dkk, 2015:7). menyatakan bahwa motiv dasar sebuah Pintu gerbang yang terdapat di makara berasal dari gambar berkepala kompleks percandian Muara Jambi gajah berbadan ikan. khususnya Candi Kedaton ini memilik ragam Dalam daerah propinsi Jambi baru hias dan relif tersendiri yang berupa seni terdapat dua buah Makara candi yang ukir teratai di sudut pintu gerbang utama terbuat dari batu alam. Pertama di Solok luar. Relief merupakan suatu bentuk dari Sipin, Kotamadya Jambi. Ditemukan pada hiasan yang terdapat dalam karya arsitektur masa penjajahan Belanda dan kini berupa bangunan candi, pertirtaan, gua-gua, tersimpan di Museum Pusat Jakarta. punden berundak, pintu gerbang dan lain- Makara yang kedua terdapat di daerah lainnya. Dalam pengertian yang lebih luas Muara Jambi, hasil penggalian di samping relif merupakan bagian dari karya arsitektur, Candi Gempung. Dalam pengamatan selain memiliki nilai estiteka juga memiliki sepintas lalu, motif hiasan pada kedua nilai simbolis religious dan dapat makara itu hampir bersamaan. Dr. menentukan identitas keagamaan suatu Soekmono menyebutkan Makara dari Solok- karya arsitektur. Pada umumnya relif Sipin itu sebagian besar makara yang dipahatkan pada bidang datar baik dibagian terbesar di Indonesia yang mempunyai kaki, badan maupun atap bangunan, dan angka tahun yang sesuai dengan tahun pada bagian-bagian bangunan yang 1964 Masehi (Nazir, 1981:32-33). berperan sebagai bentuk keharmonisan bangunan candi (Idris, dkk, 2015:19) 5. Makna Simbolik (Pembatas) Pintu Selain terdapat seni ukir yang Gerbang Candi Kedaton berbentuk bunga teratai,di sisi luar pintu Menurut (Barger, 2010:27), Simbol gerbang juga terdapat satu mekara di adalah jenis tanda di mana hubungan antara bagian sebelah kiri, sedangkan di sebelah penanda dan petanda seakan-akan bersifat kanan tidak ditemukan adanya mekara. arbitrer. Suatu simbol merupakan sesuatu Makara yang terdapat di sebelah kiri yang memiliki signifikasi dan resonansi memiliki tinggi 48 Cm. makara bagian luar kebudayaan. Simbol tersebut memiliki ini memiliki tiga simbol yaitu simbol utama kemampuan untuk mempengaruhi dan bagian kepala berbentuk gajah, badan ular, memiliki makna mendalam. Sebagaimana

40 telah ditunjukan, para penganut Saussure dari makara yang memiliki lambang hewan memandang symbol secara konvensional. ikan, gajah, dan ular. berunsur keagamaan Kita mempelajari simbol dan hinddu- buddha. mengasosiasikannya dengan semua jenis Makna dari simbol yang terdapat di kejadian, pengalaman dan sebagainya yang nekara, yaitu: sebagian besar memiliki pengaruh a) Gajah emosional bagi kita dan orang lain. Simbol Gajah merupakan salah satu hewan keagamaan selalu berada pada puncak yang kerap dikaitkan dengan gunung dari pristiwa sejarah, legenda- keberadaan nekara sebagai salah legenda dan sebagainya dan memiliki satu produk dari budaya Dong kekuatan untuk mengarahkan pikiran dari Son.bahkan pemahatan sosok gajah sebagian besar seluruh materi. Karena itu, yang berbahan batu juga ditemukan symbol membantu kita untuk tanggap di Selatan diantaranya di terhadap sesuatu. Simbol-simbol membantu situs gunung Megang, disitus pulau kita mempertajam tingkah laku dan prestasi panggung, Lahat. Gajah di situs kebudayaan dan mempertimbangkan simbol dimaksud dipahatkan dalam posisi seakan-akan memiliki motivasi bahwa kita sebagai hewan tunggangan seharusnya tidak menekankan sifat seseorang. Di dalam pahatan ilmiahnya. Pemahaman kita tentang symbol tersebut diantaranya juga (dan jenis-jenis tanda lainnya) sering digambarkan lelaki memakai gelang tergantung pada apa yang kita terapkan tangan dan kak, pedang, dan nekara. pada simbol-simbol yang akan menjadi Hal tersebut menggambarkan bahwa budaya kita (Barger, 2010:28-29). gajah merupakan hewan yang Dari hasil penelitian dan pengamatan memiliki nilai tinggi, sehingga sangat serta penjelasan di atas bahwa simbol umum digunakan pada produk-produk merupakan hal yang terdapat di suatu budaya masa itu (Restiadi, 2012:159). bangunan atau benda untuk menandakan b) Ikan bangunan tersebut memiliki arti dan makna Ikan salah satu hewan yang dikaitkan tersendiri. Begitu juga yang terdapat pada dengan dunia bawah bagi masyarakat makna atau simbol pintu gerbang utama batak, sehingga hewan ini memiliki candi kedaton memiliki unsur religi atau status sosial yang rendah. dalam keagamaan hinddu-buddha. Dalam struktur hewan yang terkait dengan pemberian simbol di candi Hindu-Budha religi. Hewan ini (ikan) selain sebagai tidak semata-mata hanya memiliki makna persembahan dalam ritual juga semantis saja, melainkan juga sebagai dijadikan buah tangan kerabat yang suatu bentuk doa dalam wujud sebuah sosialnya lebih tinggi (tulang/hula) jika simbol-simbol yang di beri nama tertentu. hendak mengunjungi kerabat dalam Bangunan candi yang juga di anggap status sosial yang lebih rendah sebagai suatu tempat peribadatan, sudah (Boru/bere) sehingga ikan juga sewajarnya apabila semua unsur yang ada merupakan symbol penghormatan didalamya merupakan perwujudan doa dan sekaligus menunjukan status untuk Sang Dewa. Seperti yang kita ketahui bahwa si pembawa buah tangan itu bahwa masyarakat zaman dahulu memiliki memiliki status sosial yang lebih tinggi hubungan erat dengan kemurnian alam. Hal (Restiadi, 2012:170). tersebut terbukti bahwa dalam setiap fitur c) Ular yang ada dalam candi selalu dikaitkan Ular merupakan salah satu jenis dengan keadaan alam sekitar. Simbol yang hewan melata lainnya, yang juga terdapat pada pintu gerbang ini dapat di lihat kerap dipahatkan pada bangunan

41 megalitik, seperti yang terdapat di dan tulisan yang berbunyi mpu pasemah (Sukendar, 1984:14). Ular Dharmmawira. Prasasti angka tahun ini merupakan hewan yang ditakuti oleh ditemukan pada tahun 1902 dan pertama masyarakat karna bias/racunnya yang kali dibaca dan di terbitkan oleh Brandes mematikan. Pahatan ular lainnya (1902:34-36). Hiasannya berupa dua ditemukanpada situs batu gajah di raksasa yang masing-masing memegang Simalungun, yang dikaitkan dengan lingkaran tali di hadapan bahu kanannya, konsep dunia bawah yang mengacu dan satu raksasa lagi membiarkan memakai kepada tanah. Seperti diketahui tali cawat, subang, telinga, gelang tangan, masyarakat pada masa megalitik dan gelang kaki. Hiasannya yang memiliki dengan konsep dipahatkan pada makara yang menunjukan yaitu yang disimbolkan sebagai suatu gaya seni yang tinggi yang dapat di penguasa tanah, sehingga sejajarkan dengan gaya seni yang terbaik di keberadaan ular tersebut di Jawa yang berkembang pada abad ke- 8 indikasikan berkaitan dengan Masehi (Sulaiman, 1976:3). Dilihat ukuran kesuburan. makara yang cukup besar, menunjukan Ular atau hewan dengan bentuk yang berasal dari sebuah bangunan yang besar lebih menyeramkan juga (Utomo, 2011:61-62). digambarkan pada masyarakat Para ahli memperkirakan bahwa Situs tradisonal seperti masyarakat Hinddu Muara Jambi pada masanya (antara abad dan juga masyarakat tradisi megalitik. ke-12-13) merupakan pusat aktivitas agama Ular yang besar yang kerap di sebut Mahayana yang cukup ramai. Sisa-sisa naga tersebut direprentasikan bangunan yang merupakan bekas wihara sebagai hewan penguasa air/ hutan/ atau dharmmasala mengindikasikan lautan/ danau/ sungai. Oleh karna itu, banyaknya kaum agamawan yang hewan ini kerap dikaitkan dengan melakukan ritual peribadatan di pusat masyarakat yang banyak aktivitasnya keagamaan tersebut (Darini, 2016:46). pada areal yang mengandung air., Aliran agama Buddha Hinayana bermata pencarian sebagai nelayan merupakan aliran agama yang pada atau memiliki latar belakang awalnya berkembang pesat di Sriwijaya kehidupan bersinggungan langsung (Sumatera). Hal ini ditentukan dari sumber- dengan air (Restiadi, 2012:161). sumber Cina. Para pendeta Cina yang datang ke Sumatera dan Jawa justru Makna simbol makara yang terdapat mempelajari kitab-kitab agama Buddha pada pintu gerbang Candi Kedaton ini Hinayana. Namun demikian dalam merupakan tinggalan budaya situs dari perkembangannya aliran Hinayana ini justru Solok Sipin. Pada pintu gerbang Candi terdesak oleh perkembangan ajaran Buddha Kedaton sebenarnya terdapat empat buah Mahayana, baik di Jawa, maupun Sumatera. makara. Masing-masing berukuran tinggi Perkembangan aliran Buddha Mahayana di 1,10 meter, 1,21 meter, 1,40 meter, dan Sumatera dikuatkan dengan peninggalan- 1,41 meter, pada setiap sisi makara terdapat peninggalan material berupa monumen, hiasan raksasa yang seolah-olah. Setiap arca, relief maupun prasasti. Kemungkinan raksasa membawa tali dan sebuah tongkat besar aliran Mahayana yang meluas karena besar yang di bagi ujungnya yang terdapat adanya dukungan dari dinasti raja-raja yang kuntum bunga. kuat, yaitu Dinasti Syailendra. Di wilayah Salah satu dari empat buah makara Jambi banyak ditemukan benda-benda yang ditemukan dari Solok Sipin mempunyai kepurbakalaan dari bata. Oleh masyarakat pertanggalan 986 Saka atau 1064 Masehi setempat situs tersebut dinamakan Candi

42 Astanao, Candi Tinggi, Candi Gumpung, Muara Jambi, kecamatan Marosebo, Candi Kembar Batu, Candi Kedaton, Candi kabupaten Muara Jambi, provinsi Jambi. Gedong dan lain-lain (Darini, 2016:45-46). Candi dalam kosmologi Hinddu- DAFTAR PUSTAKA. Buddha merupakan simbol atau replika dari gunung Meru. Ekspresi gunung yang Barger, Arthur Asa. 2010. Pengantar menjulang tinggi dimaknai sebagai Semiotika. : Tiara penghubung bumi dan langit. Gambaran Wacana. lingkungan kosmos ditandai dari desain Darini, Ririn. 2016. Sejarah Kebudayaan halaman di tata bertingkat- Indonesia Hindu-Budha. Yogyakarta: tingkat dan memusat dengan halaman pusat Ombak. di Guntur. 2004. Ornamen Sebuah Pengantar. tempat tertinggi, candi sebagai lambing gun Surakarta: STSSI PRESS. ung Meru terletak di tengah sebagai pusat Handinoto. 2015. Perkembangan Kota di dunia. Dengan pengertian Jawa. Yogyakarta: Ombak. itulah, masyarakat pada waktu itu membang Arismunandar, Agoes, dkk. 2002. Arsitektur. un candi berharap dapat hidup sedekat Jakarta: PT. Widyadara. mungkin dengan pusat dan Idris, Muhamad, dkk. 2015. Modul Praktek dapat berkomunikasi dengan dunia Mata Kuliah Sejarah Indonesia 1. transcendental. Palembang: Universitas PGRI Palembang. D. SIMPULAN Ismail, Arlan. 2003. Periodisasi Sejarah Pintu gerbang candi Kedaton adalah Sriwijaya. Palembang: Unanti Press. salah satu nilai budaya yang tertinggi pada Mundardjito. 2009. Muara Jambi Dulu, masa persebaran agama Buddha yang Sekarang, dan Esok. Palembang: berasal dari abad ke 9-12 Masehi. Balai Arkeologi. Kebudayaan yang terkandung dalam pintu Nazir. 1980. Arkeologi Klasik Daerah Jambi. gerbang candi kedaton merupakan seni Jambi: Museum Negeri Provinsi kebudayaan bermutu tinggi dari peninggalan Jambi. kerajaan Mataram Kuno, Sriwijaya, dan Purwanti, Retno. 2013. Fungsi Halaman Malayu. Menurut observasi penulis Kompleks Candi Kedaton Muara menemukan fakta bahwa kebudayaan yang Jambi Kabupaten Muara Jambi terdapat di pintu gerbang candi kedaton Provinsi Jambi. Palembang: Jurnal lebih tinggi peradabannya dari pada candi- Siddhayantara. Vol. 18, No.1:18-26. candi yang berada disekitar situs Rangkuti, Nurhadi. 2016. Kerincimu perkomplekan Muara Jambi ini dibuktikan Kerinciku Dartaran Tinggi dalam dari luas dan bentuk bangunan pintu Perspktif Arkeologi. Yogyakarta: gerbang yang memiliki symbol makara, Ombak. tulisan kuno pada sudut pintu gerbang, serta Restiyadi, Andri. 2012. Fauna Dalam ragam hias teratai di sudut pintu gerbang kiri Arkeologi. Medan: Balai Arkologi. kanan yang melambangkan kejayaan pada Riandini, Nursanti. 2009. Zamrud masa peninggalan agama Buddha, dan Khatulistiwa Indonesia. Jakarta: Bee peninggalan pada masa kerajaan ini berupa Media Indonesia. bangunan candi yang terbuat dari Utomo, Bambang Budi. 2011. Kebudayaan bangunan-bangunan bata mengelompok di Zaman Klasik Indonesia di Batang suatu tempat yang dikelilingi tembok pagar Hari. Jambi: Dinas Kebudayaan dan keliling di kawasan candi Kedaton situs Pariwisata.

43 Usman, Husnaini, Purnomo Setiady Akbar. 2014. Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

44