BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Sepak bola bukan lagi sekedar joga bonito (permainan indah) dari para aktornya untuk menciptakan gol dan meraih kemenangan. Sepak bola juga tidak lagi sekedar pertandingan 2 x 45 menit (plus extra time dan adu penalti), tetapi sepak bola telah memberikan pelajaran terhadap refleksi manusia. Salah satunya tentang multikulturalisme. Sepak bola menjadi cabang olahraga yang paling multikultural dari cabang olahraga lainnya. Olahraga sepak bola sukses mengobrak-abrik sekat sosial, kultural, etnis, agama, ideologi, dan negara. Sepakbola merupakan salah satu olahraga yang paling populer di dunia saat ini. Dapat dikatakan bahwa setiap orang pasti mengenal sepakbola, sekalipun orang itu tidak menyukainya. Olah raga ini juga disebut sebagai olah raga yang paling merakyat karena hampir bisa ditonton oleh semua golongan dan lapisan dalam masyarakat.

Seperti halnya di negara-negara lain, di pun memiliki kompetisi sepak bolanya sendiri. Pada tahun 2009 lalu, untuk pertama kalinya digulirkan Indonesian

Super League (ISL) sebagai kompetisi tertinggi di Indonesia, yang diikuti 18 klub terbaik di Indonesia, yang mana pada perkembangannya kini di tahun 2018 kini diikuti

18 klub yang mengikuti liga dengan kasta tertinggi di Indonesia yang kini berubah

1

namanya menjadi ini adalah gambaran klub-klub profesional ke depannya

nanti, karena klub-klub tersebut selain telah terseleksi melalui jalur promosi-degradasi

setiap tahunnya, juga telah melewati proses verifikasi dari PT. Liga Indonesia Baru

selaku penyelenggara Gojel Liga 1, baik dari segi finansial, infrastrukstur, sumber daya

manusia (SDM), maupun legalitas.1

Setiap klub yang mengikuti Gojek Liga 1, diwajibkan berbentuk badan hukum

Perseroan Terbatas (PT) untuk memenuhi status legalitasnya. Tujuannya adalah agar

masing-masing klub tersebut berdiri sebagai sebuah subjek hukum yang mandiri, dan

memiliki kekayaan yang terpisah, karena adanya pemisahan fungsi antara para

pemegang saham perseroan dengan pengurus perseroan.2 Dengan demikian, pemegang

saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi dan tidak bertanggung jawab

atas kerugian melebihi nilai saham yang telah diambilnya.3 Hal ini penting, karena

belajar dari penyelenggaraan liga sepakbola di Indonesia yang ada sebelum ISL, di

mana beberapa klub masih memiliki hutang dan tunggakan gaji pemain pada saat

musim kompetisi liga selesai, kewajiban tersebut menjadi kewajiban bagi para pemilik

klub yang bersangkutan.

Di Indonesia sepak bola juga merupakan olahraga yang sangat digemari dan olah

raga ini disenangi semua orang. Hal ini disebabkan karena biaya yang diperlukan untuk

1 Robert Adhi Kusumaputra, "Semua Klub Wajib Memiliki Badan Hukum", http://bola. kompas.com/read/2011/08/03/15471074/Semua.Klub.Wajib.Memiliki.Badan.Hukum. 2 Erna Widjajati dan Yessy Kusumadewi, Pengantar Hukum Dagang, (: Roda Inti Media,2010), hlm. 56. 3 C.S.T Kansil dan Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 115.

2

menikmati permainan sepak bola sangat terjangkau oleh masyarakat. Di Indonesia juga sering diadakan kompetisi-kompetisi sepak boladan di setiap daerah mempunyai klub- klub yang menjadi andalan di daerahnya masing-masing. Hal ini secara tidak langsung dapat membangkitkan semangat masyarakat untuk mendukung klub masing-masing di daerahnya. Anggota masyarakat dalam mendukung klubnya masing-masing biasanya tergabung dalam kelompok atau komunitas supporter.

Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adakalanya tidak saling mengenal, dan memiliki sifat yang peka terhadap stimulus (rangsangan) yang datang dari luar4.

Suporter dan sepakbola sesuatu yang tidak bisa dipisahkan, dimana ada sepakbola disitu juga ada suporter, tidak memandang tua, muda, maupun anak-anak. Kecintaan mereka terhadap tim sepak bola yang dibelanya telah mengubah pikiran normal manusia. Berbagai atribut seperti kaos, bendera, maupun spanduk dengan berbagai warna kebesarannya merah, hijau, maupun biru telah menjadi simbol dan identitas mereka. Suporter merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang secara relatif tidak teratur dan terjadi karena ingin melihat sesuatu (spectator crowds).5

Kehadiran suporter bagi tim sepak bola tentu sangat diharapkan karena olahraga sepak bola sudah bukan sekedar olahraga dengan tujuan sempit yaitu menjaga kesehatan, melainkan sudah berkembang menjadi sebuah bisnis dan industri.

Kehadiran suporter akan membawa semangat tersendiri bagi para pemain, karena

4 Soeprapto, Materi Kuliah Sosiologi Hukum. Universitas Terbuka, Tangerang, 2012, Hlm. 32. 5 Soekanto, S. Sosiologi, Suatu Pengantar. (Jakarta: Rajawali Press. 1990). Hlm. 81

3

segala teknik, keterampilan, kecepatan, kemahiran, dan seni bermain bola dapat dinikmati oleh orang lain. Suporter ketika mendukung, menonton, dan menikmati pertandingan sepak bola tentunya berharap mendapat hiburan olahraga yang memadai dan segar. Dengan segenap pengorbanan berupa biaya tiket, parkir dan transport yang dikeluarkan suporter untuk menyaksikan secara langsung tim kebanggaannya berlaga di stadion. Dengan biaya yang dikeluarkan tentu supporter berharap mendapatkan imbalan yaitu tim kebanggaannya memenangkan pertandingan.

Keberadaan suporter merupakan hal vital bagi klub sepak bola, karena pendapatan klub berasal dari tiket masuk pertandingan, sponsor, dan penjualan pernak-pernik klub yang dibeli oleh para penggemar klub atau suporter. Dari pendapatan itu klub atau tim membiayai industri olahraga yang dikelolanya, biaya-biaya tersebut untuk menutup biaya operasional seperti belanja pemain, gaji pemain, dan biaya pertandingan. Maka itu suporter menjadi pilar pendapatan utama kebesaran klub sepak bola. Seharusnya para pengelola industri olahraga sepak bola memberikan perhatian serius dalam membina kualitas suporternya, kuantitas penting tapi kualitas juga tidak kalah penting.

Salah satu perilaku negatif suporter yang dampaknya benar-benar dirasakan oleh masyarakat adalah perilaku anarkis seperti tindak kekerasan/tawuran antar suporter, perusakan fasilitas umum dan melakukan tindakan kriminal seperti penjarahan di mana perilaku mereka ini tidak hanya merugikan mereka dan klub, tetapi juga berdampak pada masyarakat dengan menyisakan rasa takut/cemas masyarakat terhadap suporter sepakbola hingga masyarakatpun memunculkan stigma terhadap mereka, selain itu kerugian materil akibat kerusuhan suporter dan juga perusakan fasilitas umum tentunya

4

menjadi hal yang sangat disayangkan. Kerusuhan suporter bukan hal yang baru dalam dunia persepakbolaan. Gengsi dan harga diri mereka dipertaruhkan ketika tim kesayangannya bertanding. Suporter sebagai penyemangat disaat tim kesayangan mereka membutuhkan suntikan psikologis dengan nyanyian, tarian dan teriakan.

Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung tim kesayangannya kadangkala berubah menjadi kerusuhan atau tindak anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas umum. Perilaku suporter sepakbola ini dianggap sebagai wujud masalah sosial dan hukum karena dampak yang ditimbulkannya, baik itu yang berupa fisik seperti perusakan fasilitas umum dan non fisik yakni rasa takut/cemas masyarakat ketika bertemu suporter sepakbola.6

Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter, Di Indonesia pun kerusuhan supporter cenderung meningkat dan semakin anarkis. Pemicunya cukup kompleks, mulai dari fanatisme berlebihan kepada klub, soal wasit, kinerja panitia pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter. Saat pertandingan berlangsung sering kali para suporter tersebut sulit mengendalikan emosinya sehingga terjadi tindakan kekerasan antar suporter dan tidak sedikit pula mencederai pihak lain, bahkan melakukan perusakan fasilitas umum secara brutal yang mengarah pada tindakan anarkis. Adapun faktor yang mempengaruhi perilaku suporter sepak bola, yaitu:

6 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, Hlm. 83.

5

a. Kepemimpinan wasit.

Wasit dalam memimpin pertandingan sering disoroti sebagai pemicu perilaku

suporter sepak bola yang agresif yang dapat merugikan banyak kalangan.

Permasalahan tentang sudah menjadi masalah nasional. Wasit seringkali kurang

tegas dan ragu-ragu dalam mengambil keputusan, hal inilah yang menyebabkan

suporter kesebelasan merasa kesal dan kurang puas sebagai pelampiasan dari

keputusan wasit yang kurang tegas. b. Permainan kasar tim lawan.

Pertandingan sepak bola akan dapat dinikmati jika kedua kesebelasan

menunjukkan permainan yang cantik, semangat, dan enak ditonton. Suporter

sepak bola akan marah jika kesebelasan yang bertanding bermain kasar, sebagai

rasa ketidakpuasan maka para suporter sepak bola mulai berperilaku aktif yakni

melempari pemain yang bermain kasar (terutama pemain lawan) dengan botol

air mineral ataupun dengan berbagai cemooh. c. Kekalahan tim yang didukung.

Suporter sepak bola suatu kesebelasan sepak bola di surabaya khususnya dan

di Indonesia pada umumnya belum cukup dewasa untuk menerima kenyataan

yang terjadi di lapangan. Suporter sepak bola akan merasa puas dan senang bila

kesebelasan yang didukungnya menang. Suporter sepak bola akan kecewa,

kurang puas dan merasa terhina jika kesebelasan yang didukung mengalami

kekalahan. Inilah salah satu kelemahan suporter sepak bola di Palembang ketika

Sriwijaya FC vs Arema FC khususnya dan di Indonesia pada umumnya yang

6

masih belum dapat menerima kenyataan bila kesebelasan yang cintainya kalah

dalam pertandingan.

d. Overacting nya petugas keamanan.

Petugas keamanan sebenarnya adalah mengamankan jika ada suporter sepak

bola yang melakukan perbuatan yang merugikan kedua belah pihak kesebelasan

yang sedang bertanding. Namun, pada kenyataannya banyak kejadian yang

diakibatkan petugas keamanan, penuh kreatif, dan kreasi yang ditunjukkan oleh

suporter sepak bola dalam mendukung kesebelasannya yang kemudian dilarang

dengan cara yang kasar serta main pukul pakai tongkat. Petugas beranggapan

bahwa suporter sepak bola itu sebagai musuh, seandainya jika pandangan ini

diubah dengan beranggapan bahwa suporter sepak bola itu teman serta petugas

dapat mengarahkan mereka, tentu terjalin kerja sama yang baik antara petugas

keamanan dan suporter sepak bola.7

Dengan kekerasan berarti ada kekuatan yang membahayakan hukum.

Kepentingan hukum yang dilindungi disini ialah ketertiban umum. Oleh karena itu,

hakikat kekerasan itu mengganggu ketertiban umum. 8 Tindak kekerasan, kerusuhan,

jatuhnya korban baik luka atau tewas, rusak dan terganggunya ketertiban, tata sosial

sampai prasarana umum, merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola.

Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua

kelompok suporter, meskipun misi perdamaian sudah dilakukan banyak kelompok

7 Indriyanti, E. (2003). Hubungan Fanatisme dengan Agresifitas. Skripsi. Tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.Hlm 45 8 C.P.M Cleiren-J. F. Nijboer, Red., 1997, Strafrecht, Commentar, Hlm. 190.

7

suporter di Indonesia. Fanatisme yang berlebihan dari suporter dalam mendukung kesebelasan yang disayanginya kandangkala berubah menjadi kerusuhan atau anarkisme dengan merusak berbagai fasilitas stadion maupun fasilitas umum di sekitar stadion. Tindakan kerusuhan suporter ini semakin anarkis ketika terjadi gesekan antara dua kelompok suporter. Meskipun misi perdamaian selalu di dengungkan oleh berbagai kelompok suporter, akan tetapi tindak anarkis yang di lakukan oleh suporter bukannya mereda akan tetapi justru semakin menjadi-jadi.

Tindak kekerasan, kerusuhan, jatuhnya korban baik luka maupun tewas, rusak dan terganggunya ketertiban dan prasarana umum merupakan citra buruk yang melekat pada suporter sepakbola apabila konflik antar suporter masih terus terjadi. Sepakbola yang seharusnya menjadi sarana hiburan justru kemudian identik dengan kekerasan.

Persoalan di luar lapangan bukanlah wewenang PSSI melainkan aparat kepolisian.

Namun demikian, melalui komisi disiplin PSSI tetap memberikan sanksi kepada klub, suporter, pemain ataupun panpel yang melakukan pelanggaran.

Selain itu, kehadiran pendukung sepakbola seringkali memerikan dampak negative seperti saling serang antar pendukung dan memukili pendukung klub lain yang tidak disukainya.

Suporter adalah bagian penting dalam sepakbola. Saking pentingnya, hampir semua peraturan organisasi PSSI banyak yang mengatur tentang suporter, salah satunya adalah Peraturan Organisasi PSSI tentang Kode Disiplin PSSI. Dalam salah satu

8

pertimbangannya disebutkan bahwa penegakan disiplin adalah basis untuk meningkatkan kualitas persepakbolaan nasional.

Dalam hal ini penonton sepak bola memiliki peraturan yang terkait, adapun peraturan yang mengatur penonton sepak bola (supporter) dalam peraturan organisasi kode etik persatuan sepak bola seluruh Indonesia (PSSI) tahun 2018 yakni:

Pasal 1 Kode Disiplin PSSI ini ditetapkan dan diberlakukan dengan tujuan: (i) Mengatur dan menjelaskan jenis-jenis pelanggaran disiplin, (ii) Menetapkan tindakan berupa sanksi agar kode disiplin ditegakkan sehingga pertandingan dan kompetisi berjalan disiplin sesuai dengan Laws of the Game, berlangsung fair, respect dan sportif, (iii) Mengatur tentang organisasi, tugas, kewenangan, fungsi dan kewajiban badanbadan yang bertanggung jawab dalam membuat dan mengambil keputusan atas pelanggaran disiplin, (iv) Prosedur dan tata cara yang harus diikuti oleh badan-badan dan para pihak yang terkait dengan pelanggaran disiplin. Pasal 3 Para pihak yang tunduk terhadap Kode Disiplin PSSI Kode Disiplin PSSI berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sepak bola di Indonesia, khususnya, tetapi tidak terbatas pada: a. Anggota PSSI; b. Anggota dari Asosiasi Provinsi, Asosiasi Kabupaten/Asosiasi Kota PSSI; c. Klub non-anggota PSSI yang berpartisipasi dalam pertandingan atau kompetisi resmi; d. Ofisial; e. Lembaga terafiliasi PSSI; f. Pemain; g. Perangkat pertandingan; h. Perantara pemain berlisensi; i. Pengurus; 9

9 Pasal 70 Kode Disiplin PSSI tahun 2018.

9

Salah satu kerusuhan supporter sepakbola yang sangat merugikan klub adalah terjadi

pada tanggal 21 Juli 2018. Saat itu pendukung Sriwijaya FC tak terima ketika tim

kasayangan mereka menelan hasil buruk melawan Arema FC. Kejadian tersebut terjadi

pada akhir babak ke-2 dan supporter Sriwijaya FC yang berada di tribun utara kecewa

lalu melemparkan bangku ke dalam lapangan sebagai bentuk kekecewaan mereka. Dari

hasil penyelidikan dari pengawas PT Jakabaring Sport City menjelaskan rincian kursi

yang rusak tersebut adalah 335 kursi di tribun utara dan selatan telah rusak.10

Dalam kurun waktu dua hari kepolisian Polres Palembang berhasil

mengamankan 4 orang tersangka perusakan stadion tersebut. Dua tersangka FR (17)

dan PM (16) ditahan dan dijerat Pasal 170 KUHP tentang pengroyokan dengan

ancaman penjara 5 tahun 6 bulan penjara. Sementara dua tersangka lainnya yang

berinisial ND (16) dan RS (15) dijerat dengan Pasal 406 ayat (1) KUHP tentang

perusakan dengan ancaman penjara 2 tahun 8 bulan, namun dua tersangka tersebut

hanya dikenakan wajib lapor saja.

Tindak kekerasan yang dilakukan supporter sepak bola tersebut dikenakan sanksi

hukuman Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi:

1. Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2. Yang bersalah diancam: Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka;

10https://sport.detik.com/sepakbola/liga-indonesia/4147398/suporter-rusak-stadion-sriwijaya-fc- didenda-rp-150-juta

10

Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat; Dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut. 3. Pasal 89 tidak diterapkan. 11 Perusakan barang, luka dan mati sebagai akibat, berbeda dengan kerusakan barang (Pasal 406 KUHP), yang didalam Pasal 170 KUHP ini tidak disebutkan bahwa barang itu kepunyaan orang lain. Kepentingan umum tidak terganggu dengan merusak barang sendiri, jadi harus tahu bahwa yang dilindungi dalam Pasal 170 KUHP ini ialah ketertiban umum, yang kalau barang sendiri yang rusak berarti tidak mengganggu ketertiban umum yang akan dilindungi itu, jadi tidak perlu di pidana.12

Sedangkan perusakan barang yang dilakukan oleh ND dan RS tersebut sudah melanggat Pasal 406 KUHP terutama ayat (1) yang berbunyi:

(1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau, sebagian milik orang lain, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.13 Perilaku suporter sepakbola ini dianggap sebagai wujud masalah sosial dan hukum karena dampak yang ditimbulkannya, baik itu yang berupa fisik seperti kekerasan dan non fisik yakni rasa takut/cemas masyarakat ketika bertemu suporter sepakbola.14 Dengan kekerasan berarti ada kekuatan yang membahayakan kepentingan

11 Pasal 170 KUHP 12 Sianturi, Tindak Pidana di KUHP berikut aturannya, Alumni AHM – PTHM , Jakarta, Hlm. 503 13 Pasal 406 KUHP 14 Sianturi, Op. cit., p. 83.

11

hukum. Kepentingan hukum yang dilindungi di sini ialah ketertiban umum. Oleh karena itu, hakikat kekerasan itu mengganggu ketertiban umum.15

Terkait perusakan stadion ini sudah diatur dalam Kode Disiplin PSSI Pasal 70 tentang Tanggung jawab terhadap tingkah laku buruk penonton. Dan PT. Liga

Indonesia Baru (LIB) selaku operator liga telah mengatur secara khusus tentang perilaku suporter suatu klub. Secara lengkap melalui regulasi yang dibuat, LIB mengategorikan perilaku buruk suporter dalam hal-hal yang mengganggu pertandingan. Selain yel-yel, penggunaan kembang api, bom asap dan atribut lainnya diatur dalam pasal 51 Regulasi GoJek Liga 1 2018. Lebih lajut, merujuk pada regulasi tersebut, tanggung jawab klub atas ulah penontonnya juga dijabarkan dalam Kode

Disiplin PSSI. Ini dapat mengacu pada pasal 70 yang secara khusus mengatur tanggung jawab terhadap tingkah laku buruk penonton. Lebih lajut, merujuk pada regulasi tersebut, tanggung jawab klub atas ulah penontonnya juga dijabarkan dalam Kode

Disiplin PSSI. Ini dapat mengacu pada pasal 70 yang secara khusus mengatur tanggung jawab terhadap tingkah laku buruk penonton.

Pasal 70 Kode Disiplin PSSI

Tanggung jawab terhadap tingkah laku buruk penonton

Tingkah laku buruk yang dilakukan oleh penonton merupakan pelanggaran disiplin. Tingkah laku buruk penonton termasuk tetapi tidak terbatas pada; kekerasan kepada orang atau objek tertentu, penggunaan benda-benda yang mengandung api atau

15 Sianturi, Op. cit., p.190.

12

dapat mengakibatkan kebakaran (kembang api, petasan, bom asap (smoke bomb), suar

(flare), dan sebagainya), penggunaan alat laser, pelemparan misil, menampilkan slogan yang bersifat menghina, berbau keagamaan/religius atau terkait isu politis tertentu, dalam bentuk apapun (secara khusus dengan cara memasang bendera, spanduk, tulisan, atribut, choreo atau sejenisnya selama pertandingan berlangsung), menggunakan kata- kata atau bunyi-bunyian yang menghina atau melecehkan atau memasuki lapangan permainan tanpa seizin perangkat pertandingan dan panitia pelaksana.

Klub tuan rumah atau badan yang menunjuk atau mengawasi panitia pelaksana pertandingan tertentu bertanggung jawab atas tingkah laku buruk penonton sebagaimana diatur dalam ayat (1) diatas, terlepas daripada alasan lengahnya pengawasan panitia pelaksana pertandingan.

Klub tamu bertanggung jawab atas tingkah laku buruk sebagaimana diatur dalam ayat (1) diatas, oleh penonton yang merupakan kelompok pendukungnya, terlepas daripada lengahnya pengawasan oleh klub tersebut. Dalam hal pertandingan diadakan di tempat netral atau kedua klub tidak berposisi sebagai pelaksana atau tuan rumah dari pertandingan tersebut, kedua klub memiliki tanggung jawab yang sama.

Sanksi yang dapat dikenakan terhadap tingkah laku buruk penonton berdasarkan ayat (1) diatas adalah sebagaimana diatur dalam Lampiran 1 pada Kode Disiplin PSSI ini.16

16 Sianturi, Op. cit., p.191.

13

Pasal 70 ayat (2) dan ayat (3) Kode Disiplim PSSI jelas menuntut tanggung jawab klub pada perilaku buruk suporternya. Baik itu di kandang mereka sendiri, maupun di kandang lawan, dan hukuman yang diatur dalam Pasal 70 ayat (4) pun relative berat.

Denda kisaran 20-50 juta rupiah menanti. Bahkan yang terberat dapat dilakukan penutupan sebagian atau bahkan keseluruhan tribun stadion dari suporter.

Salah satu conntoh dari pelemparan kursi dan botol yang dilakukan oleh supporter sepakbola Sriwijaya FC akhirnya management mendapatkan hukuman dari Komite

Disiplin PSSI berupa denda. Hukuman yang diberikan tersebut sebesar Rp.

150.000.000,- dan penutupan tribun utara dan selatan selama lima pertandingan.

Pemberian hukuman tersebut sudah sesuai dengan peraturan yang ada dalam Kode

Disiplin PSSI. Pemberian hukuman tersebut diberikan melalui sesuai dengan regulasi melalui tahapan sidang komdis PSSI.

Hal tersebut dapat terlihat dari kerusuhan yang terjadi pada September 2018 di

Stadion Gelora Bandung Lautan Api antara pendukung Persib (Viking) dan Persija

(The Jak). Salah satu pendukung menjadi korban penganiayaan oleh supporter hingga hilang nya nyawa. Korban meninggal tersebut adalah

Haringga pendukung Persija Jakarta yang dikeroyok 10 orang yang merupakan supporter dari Persib Bandung. Haringga Sirilia adalah korban tewas ketujuh dalam aksi kekerasan yang mewarnai pertandingan sepak bola antara Persib melawan Persija, menurut catatan Save Our Soccer sejak 2012.17 Korban tewas dalam kurun waktu enam

17 SaveOurSoccer.com

14

tahun dari klub yang dijuluki Viking dan The Jak itu menambah panjang daftar korban jiwa pendukung sepak bola. Sejak tahun 1994 terdapat 70 korban jiwa suporter sepak bola di Indonesia.

Setelah kejadian tersebut PSSI mengambil tindakan dengan memberhentikan sementara Liga 1 dan mengambil 6 langkah evaluasi terhadap kejadian tersebut yaitu :

1) Komisi Disiplin PSSI akan melakukan investigasi terkait kasus kematian Haringga Sirilia 2) Membuat prosedur operasi standar (SOP) yang lebih jelas dalam rangka meredam dan menghentikan kegiatan-kegiatan merugikan 3) Melaporkan dan berkoordinasi dengan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) terkait dengan penghentian kompetisi Liga 1 4) Melakukan koordinasi dengan pihak terkait, yakni Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), Kemenpora, dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) 5) Melakukan koordinasi dengan aparat kepolisian untuk merumuskan bagaimana langkah terhadap penanganan kasus dan keamanan pertandingan 6) Melakukan konsolidasi dengan klub dan para supporter.18 Sanksi Komdis PSSI untuk Klub Persib:

1. Persib Bandung

- Nama kompetisi: Liga 1 2018 - Pertandingan: Persib Bandung vs Persija Jakarta - Tanggal kejadian: 23 September 2018 - Jenis pelanggaran: melakukan intimidasi kepada ofisial Persija pada saat MCM, melakukan sweeping, pengeroyokan dan pemukulan terhadap suporter Persija hingga tewas

18 Ibid.

15

- Hukuman: Sanksi pertandingan home diluar Pulau Jawa (Kalimantan) tanpa penonton sampai akhir musim kompetisi 2018 dan pertandingan home tanpa penonton di Bandung sampai setengah musim kompetisi tahun 2019.19 Dasar hukum dalam hukuman Persib Bandung yang telah melakukan pelanggaran

Kode Disiplin yaitu supporter Persib terbukti melakukan intimidasi kepada ofisial

Persija pada saat MCM (pertemuan teknis), melakukan sweeping, pengeroyokan dan

pemukulan terhadap supporter Persija hingga tewas sebelum pertandingan. Komdis

juga menilai panitia penyelenggara pertandingan gagal memberikan rasa aman dan

nyaman terhadap supporter yang datang menonton.

Selain itu Komite Disiplin memutuskan untuk memberikan hukuman kepada klub

Persib Bandung berupa sanksi pertandingan home du luar Pulau Jawa (Kalimantan)

tanpa penonton sampai akhir musim kompetisi 2018 dan pertandingan home tanpa

penonton di Bandung sampai setengah musim kompetisi tahun 2019.

Untuk suporter dan penonton, Komdis juga memberikan sanksi berupa larangan

untuk menyaksikan pertandingan Persib Bandung pada saat home maupun away serta

pertandingan Liga 1 lainnya sejak putusan ini ditetapkan sampai pada setengah musim

kompetisi 2019. Sementara untuk panitia penyelenggara pertandingan, sanksinya

adalah menghukum ketua panitia pelaksana pertandingan dan security officer berupa

larangan ikut serta dalam kepanitiaan pertandingan Persib Bandung selama 2 (dua)

tahun. Dan Panpel Persib Bandung juga didenda sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta

rupiah). Adapun untuk seluruh tersangka pengeroyokan Haringga Sirla, Komdis

19 Keputusan Komite Disiplin PSSI Liga 1 Nomor : 132/L1/SK/KD-PSSI/X/2018, Tertanggal 01 Oktober 2018 , dalam kasus pelanggaran disiplin Persib Bandung terkait Tingkah Laku Buruk Supporter dalam pertandingan Liga 1 2018 antara Persib Bandung vs Persija Jakarta, tanggal 23 September 2018.

16

memutuskan sanksi larangan menonton sepakbola di wilayah Republik Indonesia seumur hidup.

Hukuman yang dibebankan pada klub, jelas sangat merugikan klub itu sendiri.

Alangkah lebih baik bila klub bukan hanya bertanggung jawab dalam membayar denda yang diberikan, melainkan melakukan langgah-langkah antisipatif semisal merangkul para suporter dan melakukan gerakan sosialisasi tentang perilaku suporter. Sebab bagaimanapun juga, suporter adalah salah satu elemen besar dari suatu klub sepak bola, dan selayaknya ditempatkan sebagai bagian klub itu sendiri. Selain itu hukuman yang diberikan PSSI terhadap klub sampai saat ini juga belum bisa memberi efek jera terhadap supporter agar tidak mengulangi perbuatan mereka kembali. PSSI memberi denda berupa teguran, uang terhadap klub, dan hukuman berupa pertandingan tanpa kehadiran penonton hingga saat ini juga belum efektif.

Berdasarkan paparan di atas menarik untuk mengkaji kenapa klub sepakbola menjadi penanggung jawab ketika terjadi kerushan. Menurut penulis kenapa kasus ini tindak bisa dibawa keranah hukum nasional atau KUHP hanya Komdis PSSI dan tunduk kepada FIFA. Karena disatu sisi PSSI merupakan angggota dari Organisasi

Internasional yaitu FIFA, yang mana PSSI harus tunduk dan patuh pada statuta FIFA sebagai instrumen dasar pengaturan organisasi FIFA. Dalam Statuta FIFA pada Pasal

13 dan 17 dijelaskan bahwa keanggotaan FIFA adalah asosiasi tunggal bukan negara dan setiap anggota FIFA wajib menjaga indepedensinya dari pihak ketiga manapun.

PSSI sebagai anggota FIFA merupakan sebuah organisasi yang independen, independensi federasi tersebut dijelaskan dalam Statuta PSSI dan juga Statuta FIFA.

17

Dijelaskan bahwa keberadan organisasi tersebut mempunyai mekanisme kerja sendiri dan bebas dari intervensi pihak ketiga manapun. Statuta PSSI dalam Pasal 17 Statuta

FIFA menegaskan bahwa anggota FIFA haruslah independen terhadap tekanan dari pihak ketiga. Oleh sebab itu dalam penyelesaian kasus yang terjadi di stadion

Jakabaring Palembang PSSI hanya tunduk dalam statuta FIFA dan hanya menjalankan peraturan sesuai dengan Komdis PSSI dan pemerintah dilarang mencampuri ataupun mengintervensi aturan main dan semua sistem yang ada di tubuh federasi sepakbola.

PSSI dalam menjalankan tugasnya memiliki pegangan berupa kekuatan legitimasi yang PSSI miliki yaitu legitimasi sebagai federasi sah oleh AFF, AFC, FIFA.

Legitimasi tersebut yang berupa Statuta FIFA adalah modal penting PSSI untuk menjalankan sebuah kompetisi regular sekarang ini. Statuta FIFA ini begitu penting bagi PSSI sebagai pegangan untuk meyakinkan sponsor untuk mau memberikan dukungan secara optimal. Selain itu legitimasi yang dimiliki oleh PSSI juga dapat meyakinkan bagi peserta klub kompetisi sepakbola.

PSSI memiliki 3 organ yudisial yaitu Komisi Disiplin, Komisi Banding, dan

Komisi Etik. Seperti layaknya organ yudisial dalam sistem ketatanegaraan, ketiganya memiliki tugas dan kewenangan khas organ peradilan yaitu bersidang, mengadili, dan mengeluarkan putusan. Jika melihat sifat, kewenangan serta fungsi sesungguhnya 3 organ yudisial dalam PSSI memiliki peranan yang identik dalam konteks bernegara yaitu dalam ranah yudikatif. Posisinya haruslah merdeka dan independen, oleh karena sudah benar dan sudah ideal jika statuta menghendaki susunan ketiga komisi tersebut dipilih melalui mekanisme kongres.

18

Jika peradilan negara bertugas menegakkan hukum negara dengan kewenangan mengadili dan memutus perkara, demikian pula dengan kedua organ yudisial PSSI yaitu Komdis dan Komding.

Keduanya berkuasa untuk memutus seluruh kasus yang dianggap bertentangan dengan “hukum sepak bola” utamanya laws of the game dan statuta FIFA. Mencermati tugas dan fungsinya, maka tepatlah jika dalam kedua komisi ini muncul juga orang- orang yang memiliki latar belakang hukum. Walau acuannya berbeda antara hukum negara dan “hukum sepak bola”, prinsip penegakkan hukum serta logika kausalitas dalam putusannya itu bias dijalankan dengan adanya beberapa anggota Komdis yang bergelut dalam dunia hukum.

Sebernarnya dalam kedudukannya PSSI bisa saja dihukum dan diadili oleh peradilan negara. Dalam hal ini PSSI bisa saja mendapatkan hukuman dari menpora berupa sanksi administrasi atau yang biasa dikenal dengan nama pembekuan.

2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian diatas, pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

Mengapa klub sepakbola memiliki pertanggung jawaban terhadap perilaku supporter dalam hukum sepakbola ?

19

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan argumentasi hukum sebuah klub sepakbola kenapa memiliki pertanggung jawaban hukum terhadap perilaku supporter dalam hukum sepakbola.

4. Manfaat Penelitian

- Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian penulis berharap dapat mengembangkan pengetahuan dalam bidang hukum pidana agar dapat menjadi bahan refrensi bagi penelitian- penelitian yang lebih mendalam mengenai pertanggung jawaban klub terhadap kericuhan supporter sepakbola.

- Manfaat Praktis

Supporter sepakbola akan mengetahui bahwa tindakan kericuhan yang telah mereka akibatkan berdampak buruk dan bagi pelakunya dapat dikenakan hukuman pidana sesuai Pasal 170 KUHP & dan Pasal 406 KUHP, sehingga pihak klub sangat merasa rugi dalam bentuk finansial.

5. Keaslian Penulis

Tulisan penulis dengan judul “Pertanggung jawaban klub terhadap kericuhan supporter sepakbola” ini merupakan karya tulis asli dari penulis.

20

6. Metode Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian secara yuridis/ normatif, yaitu dengan menganalisis asas-asas hukum atau doktrin-doktrin hukum dimana penelitian ini hanya ditujukkan pada peraturan-peraturan tertulis.20

a. Jenis Penelitian.

Penulis menggunakan jenis penelitian secara yuridis/ normatif, yaitu dengan menganalisis asas-asas hukum atau doktrin-doktrin hukum dimana penelitian ini hanya ditujukkan pada peraturan-peraturan tertulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan undang-undang dasar 1945 dan undang-undang sebagai bahan hukum primer sehingga penelitian ini dikatakan penelitian normatif.

b. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

a) Pendekatan Undang-undang (statute approach), yaitu pendekatan dengan

menggunakan legislasi dan regulasi.21 Pendekatan yang dilakukan penulis

adalah dengan cara mempelajari konsistensi/kesesuaian antara Undang-Undang

Dasar dengan Undang-Undang, atau antara Undang-Undang yang satu dengan

Undang-Undang yang lain, dst.

20 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 24. 21 Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., Hlm.137.

21

b) Pendekatan Konseptual (conceptual approach), Pendekatan ini beranjak dari

pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu

hukum. Pendekatan ini menjadi penting sebab pemahaman terhadap

pandangan/doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum dapat menjadi pijakan

untuk membangun argumentasi hukum ketika menyelesaikan isu hukum yang

dihadapi. Pandangan/doktrin akan memperjelas ide-ide dengan memberikan

pengertian-pengertian hukum, konsep hukum, maupun asas hukum yang

relevan dengan permasalahan. a. Bahan Hukum

Jenis bahan Hukum dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tertsier. Dalam penelitian ini,

penulis menggunakan sumber bahan hukum yaitu:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, adalah bahan hukum yang bersifat mengikat

atau yang bersifat otoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan

hukum primer bersumber dari peraturan perundang–undangan,

yurisprudensi, atau putusan pengadilan. Bahan hukum primer yang

digunakan dalam penelitian Pertanggung Jawaban Klub Terhadap

Kerusuhan Suporter Sepakbola. Undang-undang Nomor 7 tahun

2012 tentang penanganan konflik sosial, Kitab Undang-undang

Hukum Pidana, dan Kode Disiplin PSSI tahun 2018.

2) Bahan Hukum Sekunder

22

Bahan hukum sekunder itu diartikan sebagai bahan hukum yang

tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer

yang merupakan hasil olahan pendapat atau pikiran para pakar atau

ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang

akan memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Yang

dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah

doktrin–doktrin yang ada di dalam buku, jurnal hukum dan

internet.22

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang dapat memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan

hukum tersier tersebut adalah media internet. Seperti contoh kasus

pengroyokkan yang mengakibatkan supporter Persija Jakarta

meinggal dunia ketika bertandang ke markas Persib Bandung.

1. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

a. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Didalam prosedur pengumpulan dan pengolahan bahan hukum,

penulis menggunakan prosedur penelitian studi pustaka, dalam hal

ini penulis melakukan dengan cara mempelajari, meneliti, dan

mengutip sumber hukum dari berbagai buku literatur dan peraturan

22 Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hlm.93.

23

perundang – undangan yang berlaku dan mempunyai hubungan

dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

b. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum yang penulis gunakan adalah analisis

kualitatif yaitu dengan cara menguraikan sumber hukum dalam

bentuk kalimat yang selanjutnya diadakan pembahasan terhadap

masalah yang diteliti, sehingga dari uraian tersebut dapat diambil

suatu simpulan terhadap pokok bahasan yang diteliti.

7. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulis dalam mengkaji dan menelaah skripsi yang berjudul “Pertanggung jawaban klub terhadap pelaku kerusuhan supporter sepakbola” dirasa perlu untuk menguraikan terlebih dahulu sistematika penulisan sebagai gambaran singkat skripsi. Adapun struktur penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Skripsi ini berisi 3 (tiga) Bab.

- Bab I berisi Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah,

Rumusah Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian dan Metode Penelitian.

- Bab II berisi tinjauan pustaka

- Bab III berisi analisis dan pembahasan

- Bab III berisi tentang penutupan kesimpulan dan saran.

24