Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 157 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 155 Panduan Lapangan MENGENAL SATWASATWA Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Anton Ario

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 1 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango/Anton Ario Jakarta/ Conservation International © Oktober 2010 156 hlm; 10 x 14 cm ISBN: 978 - 602 - 8901 - 02 - 4 Diterbitkan pertama kali oleh Conservation International (CI) Indonesia. Temuan, penafsiran dan kesimpulan yang disajikan dalam publikasi ini adalah milik penulis dan tidak secara langsung merefleksikan pendapat Conservation International (CI) Indonesia.

This publication has been supported by Conservation International (CI) Indonesia. The findings, interpretations, and conclusion expressed herein are those of the author and do not necessarily reflects the view of Conservation International (CI) Indonesia.

Penyusun: Anton Ario

Sumbar foto: © Conservation International Indonesia_Camera Trap, halaman: 39, 42, 43, 44, 47, 48, 52, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 60, 62, 63, 64, 66, 67, 68

© Anton Ario-CI: sampul depan dan belakang

© Anton Ario-CI, halaman:38, 40, 41, 45, 46, 49, 50, 51, 56, 61, 65, 72, 73, 88, 89, 90, 92, 94, 95, 96, 98, 99, 100,102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146

© Jarot Arisona-CI, halaman 69

© Asep Hermawan-Volunteer Eagle, halaman 91, 93, 97

© Tangguh-TNGGP, halaman 101

Conservation International Indonesia Jl. Pejaten Barat No 16 A Kemang, Jakarta 12550, INDONESIA Phone: (62 21) 7883 8624, 7883 8626, 7883 2564 Fax: (62 21) 780 6723 E-mail: ci-indonesia@conservation .org www.conservation.or.id

2 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KATA PENGANTAR

de awal dalam penyusunan buku ini adalah untuk mendokumentasikan berbagai hasil penelitian keanekaragaman I hayati khususnya satwa yang hidup di kawasan hutan Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Hasil-hasil penelitian tersebut sekiranya dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi masyarakat yang berkunjung di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB). Selain itu juga dapat berguna bagi para interpreter yang berperan sebagai corong informasi kepada masyarakat yang berkunjung di PPKAB.

Namun seiring dengan kebutuhan yang lebih luas, dan mengingat keterbatasan informasi mengenai keanekaragaman hayati khususnya satwa di TNGGP, maka diperlukan pula informasi yang cukup dari berbagai aspek kehidupan jenis satwa yang tidak hanya di jumpai di hutan Bodogol saja namun di seluruh kawasaan TNGGP. Hasil-hasil penelitian satwa yang dilakukan sejak tahun 1998 kini tertuang dalam bentuk buku panduan lapangan yang dapat berguna bagi semua pihak.

Buku ini berisi informasi mengenai keanekeragaman jenis satwa yang hidup di TNGGP khususnya jenis-jenis mamalia, reptil, amfiibi, burung dan ikan. Disusun secara sederhana agar mudah dipahami berbagai kalangan, dan juga dilengkapi foto-foto satwa untuk lebih mudah mengetahuinya di lapangan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 3 Dipublikasikannya buku panduan lapangan yang berjudul “Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango”, diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu informasi penting untuk rangkaian kegiatan pendidikan dan dapat memperkenalkan kekayaan hayati khususnya satwa mamalia, burung, reptil, amfibi dan ikan, kepada masyarakat luas agar tercipta kesadaran untuk tetap mempertahankan keberadaan satwa-satwa tersebut dalam hutan alam di kawasan yang berada di jantung Jawa Barat ini.

Ada kemungkinan jenis-jenis satwa yang hidup di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terlewati dalam buku ini, Jika ada yang menemukan informasi baru, apabila terdapat informasi yang terlewatkan, atau terdapat kesalahan teks maupun pengidentifikasian, maka masukan dan saran sangat diharapkan demi kesempurnaan buku ini.

Terima kasih dan selamat membaca,

Penyusun, Anton Ario

4 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango UCAPAN TERIMA KASIH

engan selesainya penulisan buku panduan lapangan yang berjudul Mengenal satwa Taman Nasional Gunung Gede DPangrango, penulis mengucapkan terima kasih kepada: DR. Jatna Supriatna, DR. Herwarsono Soedijo, dan Hermawan Widjayanto dari Conservation International Indonesia, atas kesempatan yang diberikan dalam menuangkan segala pikiran dan kemampuan dalam penulisan buku ini. Rekan-rekan Conser- vation International Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kepala Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kepala Bidang Wilayah Bogor, Kepala Resot Bodogol beserta jajaran Polisi Kehutanan, terima kasih atas bantuan yang diberikan. Rekan- rekan yang membantu dalam program monitoring flora dan fauna di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, antara lain: Asep Hermawan, Suhai, Caca, icas, omay, mulya, Chaerul yang membantu dalam penelitian Amfibi dan Reptil. Royani, Eryan Hidayat, Yosep Supardi, Arif, Elan, Adi, Didi, Irvan, Alwan, Eva, Neng Elis, Supian yang membantu dalam penelitian mamalia dan burung, Iip Latifah Syaefullah, Supian, Irfan Maulana, Asep Sumantri, Dede Rahmatullh dan Muhammad Abduh yang membantu lancarnya kegiatan-kegiatan pengumpulan data di lapangan. Rekan-rekan mahasiswa dari Universitas Indonesia, Uni- versitas Nasional, Institut Pertanian Bogor, Universitas Assafiiyah, dan Universitas Pakuan atas keterlibatannya dalam program moni- toring di Bodogol.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 5 KATA SAMBUTAN

ebagai salah satu taman nasional di Indonesia Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai tiga fungsi pokok Ssebagaimana diamanatkan UU No. 5 tahun 1990, yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekositemnya dalam bentuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya dan pariwisata alam.

Kawasan TNGGP memiliki luasan 21.975 ha. Walaupun kawasannya tidak terlalu luas ditinjau dari potensi yang terkandung didalamnya, TNGGP mampu memenuhi ketiga fungsi pokok taman nasional tersebut. Nilai-nilai penting yang terkandung di TNGP meliputi potensi keanekaragaman hayati, perlindungan fungsi hidro-orologi, potensi pariwisata alam dan lokasi yang strategis. Secara keseluruhan nilai penting demikian merupakan kesatuan utuh yang mencerminkan sosok TNGGP sebagai suatu “hot spot” keanekaragaman hayati dunia.

TNGGP merupakan salah satu kawasan kunci yang memiliki arti penting bagi upaya konservasi keanekaragaman hayati yang yang tersisa di ekosistem hutan pegunungan di Jawa Barat. Kawasan TNGGP dapat menjadi benteng terakhir dalam pelestarian keanekaragaman hayati khususnya jenis-jenis yang memiliki tingkat keterancaman yang tinggi. Hal ini ditandai dengan masih dijumpainya empat jenis satwa yang berstatus terancam punah yaitu Owa jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), dan Macan tutul Jawa (Panthera pardus melas).

6 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Penelitian dan pengkajian mengenai keanekaragaman hayati di TNGGP telah banyak dilakukan. Beberapa buku seri panduan mengenai flora TNGGP telah banyak diterbitkan, namun panduan pengenalan satwa di TNGGP masih sangat terbatas. Diperlukan informasi mengenai keanekaragaman jenis satwa dalam bentuk buku panduan lapangan pengenalan jenis-jenis satwa khususnya mamalia, burung, reptil, ampibi dan ikan. Oleh karena itu, kami selaku pengelola menyambut baik terbitnya Buku Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini.

Pada kesempatan ini, kami sampaikan apresiasi bagi para peneliti di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang telah memberikan kontribusi data dan informasi yang tentu berperan penting dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada penyusun dan semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat khususnya dalam upaya konservasi satwa di TNGGP, serta mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia.

Cibodas, Juli 2010 Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Ir. SUMARTO, MM NIP. 19610708 198703 1002

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 7 DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...... 3

Ucapan Terimakasih ...... 5

Kata Sambutan ...... 6

Pendahuluan ...... 10

Mengenal Satwa ...... 12

Mamalia ...... 14

Burung ...... 18

Reptil ...... 22

Amfibi ...... 29

Ikan ...... 32

8 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Mamalia di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango .. 34 Ordo Insektivora ...... 38 Ordo Scandentia ...... 43 Ordo Chiroptera ...... 49 Ordo Pholidota ...... 52 Ordo Artiodactyla ...... 53 Ordo Carnivora ...... 56 Ordo Primata ...... 68

Burung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ... 74

Reptil di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ...... 86 Ordo ...... 88

Amfibi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ..... 117 Ordo Gymnophiona ...... 119 Ordo Anura ...... 120

Ikan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ...... 138

Daftar Pustaka ...... 147

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 9 PENDAHULUAN

aman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu Taman Nasional tertua di Indonesia yang sekaligus Tjuga merupakan salah satu cagar biosfer yang ditetapkan oleh UNESCO dari enam cagar biosfer yang ada di Indonesia.

Taman Nasional ini menyimpan kekayaan flora dan fauna tidak terbatas, yang mendiami hutan pegunungan alami sebagai perwakilan dari hutan pegunungan hujan tropis di Indonesia. Berperan sebagai laboratorium alam, taman nasional ini menarik bagi para peneliti yang ingin mempelajari kehidupan satwa liar yang hidup didalamnya.

Sebagai kawasan konservasi, TNGGP berperan sebagai media informasi flora dan fauna bagi masyarakat. Dalam rangka meningkatkan peran tersebut, Balai TNGGP terus berupaya mengumpulkan informasi keanekaragaman hayati yang hidup di dalamnya, melalui kegiatan penelitian, yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga konservasi maupun lembaga akademik.

Sebagai salah satu mitra TNGGP, Conservation International Indo- nesia sejak 1998 berupaya mengembangkan program-program penelitian dalam rangka meningkatkan peran taman nasional ini dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati. Kegiatan inventarisasi jenis keanekaragaman hayati di TNGGP dan

10 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pemantauan (monitoring) jenis yang menjadi kunci (key ) dalam ekosistem kawasan menjadi hal penting bagi pengelola kawasan dalam pengambilan langkah-langkah kebijakan dalam upaya pengelolaan yang dilakukan terhadap jenis tersebut maupun habitatnya.

Berbagai penelitian keanekaragaman hayati baik flora dan fauna telah banyak di lakukan di kawasan TNGGP. Panduan pengenalan jenis flora yang hidup di TNGGP telah banyak diterbitkan. Namun panduan pengenalan jenis satwa masih belum banyak ditampilkan. Hal ini dikarenakan penelitian satwa relatif lebih sulit mengingat sifat mobilitas satwa liar cenderung lebih tinggi dan sulit untuk dijumpai.

Kesulitan-kesulitan dalam pengamatan di lapangan adalah mengetahui secara cepat terhadap jenis-jenis yang ditemukan, terlebih jenis-jenis tersebut memiliki sifat pergerakan yang cepat dan cenderung menghindar dari manusia. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan informasi dalam bentuk buku panduan lapangan mengenai kehidupan satwa di TNGGP.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 11 MENGENAL SATWA

atwa di dunia menempati ruang hidup sendiri-sendiri. Tersebar di seluruh muka bumi dari daerah yang dingin dengan sangat Ssedikit sinar matahari hingga daerah tropis yang kaya akan sinar matahari. Berukuran tubuh beragam dari yang berukuran kecil (mikroskopis) yang tidak dapat diliat dengan mata telanjang hingga yang berukuran besar. Keanekaragaman satwa banyak ditemukan di daerah tropis, karena daerah tersebut kaya akan sumber daya alam pendukung kehidupan satwa tersebut.

Umumnya dunia satwa terbagi menjadi dua kelas utama yaitu bertulang belakang (vertebrata), artinya satwa dalam golongan ini memiliki susunan struktur tulang yang lengkap sebagai penyusun tubuh. dan yang tidak bertulang belakang (invertebarata) seperti satwa keong, cacing dan lain sebagainya.

Keanekaragaman satwa terdiri dari beberapa kelas seperti mamalia, aves (burung), reptil, aphibi, ikan, serangga, molusca. Ada yang berperan sebagai satwa liar maupun satwa peliharaan seperti unggas (beberapa jenis burung, ayam dan bebek), namun satwa yang hidup di hutan lebih beragam.

Satwa-satwa yang hidup di hutan tropis saling keterkaitan dan ketergantungan satu sama lain sehingga membentuk suatu ekosistem yang komplek. Membentuk rantai makanan yang terdiri dari produsen, konsumen dan pengurai. Produsen disini berupa

12 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tumbuh-tumbuhan, konsumen berupa satwa karnivora maupun herbivora dan pengurai merupakan satwa berperan sebagai dekomposer seperti cacing, berbagai jenis serangga daln lain-lain.

Cara hidup satwa terdiri dari dua bentuk, pertama yang umumnya hidup sendiri (soliter), semi soliter dan membentuk kelompok. Satwa juga dalam kehidupannya mampu berkembang beradapatasi terhadap leingkungannya seperti dari jenis makanan, tempat hidup, pertahanan diri dan waktu aktifitas.

Berdasarkan dari jenis makanannya, satwa dibagi menjadi tiga yaitu pemakan daging (karnivora), pemakan tumbuhan (herbivora) dan pemakan segala (omnivora). Berdasarkan waktu aktivitasnya, satwa terbagi menjadi tiga bagian yaitu yang aktif pada malam hari (nokturnal), aktif pada siang hari (diurnal) dan aktif pada siang dan malam hari (krepaskular).

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 13 MAMALIA

amalia merupakan satwa bertulang belakang (vertebrata), dapat menyusui yang dicirikan dengan adanya kelenjar Msusu pada betina. Ada yang hidup di darat adapula yang di perairan. Ukuran tubuh mamalia juga beragam, dari yang berukuran kecil hingga yang besar. Mamalia muda sering sulit diidentifikasi, karena ukuran dan warnanya sering berbeda dengan yang dewasa. Mamalia muda dari jenis yang berukuran besar sering terlihat bersama dengan yang dewasa, tetapi dari jenis yang berukuran lebih kecil, seperti satwa pengerat atau kelelawar, individu mudanya sering terlihat sendirian. Sebagian besar mamalia melahirkan, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Monotremata tidak memilki puting susu, namun tetap memiliki kelenjar susu.

Ciri-ciri umum satwa mamalia antara lain: a. Bertulang belakang b. Badan ditutupi oleh rambut c. Berdarah panas (suhu badan tetap) d. Bernafas melalui paru-paru e. Mamalia betina melahirkan dan menyusukan anak, kecuali mamalia primitif seperti Platypus dan beberapa jenis di Austra- lia dan Papua Niugini f. Kebanyakan jenis memiliki empat tungkai, dua di belakang dan dua di depan, sayap atau lengan. g. Mempunyai jantung dengan 4 ruang

14 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango h. Mempunyai saraf tunjang i. Mempunyai cuping telinga j. Mempunyai kelenjar keringat

Beberapa satwa mamalia agak mirip dengan tipe satwa lainnya. Meskipun kelelawar dapat terbang, namun tidak dikelompokkan kedalam satwa burung, karena kelelawar tidak memiliki bulu seperti burung melainkan rambut, tidak memiliki paruh melainkan gigi dan dapat melahirkan anak. Begitu juga mamalia yang hidup di perairan, terkadang paus, lumba-lumba dan pesut sering disamakan dengan ikan, padahal mereka sesungguhnya adalah mamalia yang telah kehilangan hampir semua rambut dan tungkai belakangnya, dan kaki depannya yang diganti oleh sirip. Mamalia laut ini menghirup udara, melahirkan dan menyusui anaknya. Landak agak mirip dengan reptilia karena bersisik dan lidahnya panjang, tetapi sisiknya sebenarnya dibentuk dari rambut-rambut yang menggumpal.

Jenis-jenis mamalia dibedakan dari berbagai bentuk kehidupannya, antara lain:

1. Waktu Aktifitas Berdasarkan waktu aktivitasnya, mamalia terbagi menjadi tiga waktu yaitu yang aktif pada malam hari (nokturnal) seperti Kukang dan Tando. Mamalia yang aktif pada siang hari (diurnal), seperti Owa jawa dan Lutung. Mamalia yang aktif siang maupun malam hari (krepaskular), seperti Babi hutan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 15 2. Jenis makanan Berdasarkan dari jenis makanannya, mamalia dibagi menjadi tiga yaitu mamalia pemakan daging (karnivora) seperti Macan tutul, Kucing hutan, Musang. Mamalia pemakan tumbuhan (herbivora) seperti Kijang dan Kancil. Mamalia pemakan segala (omnivora) seperti Babi hutan.

3. Cara hidup Cara hidup satwa terdiri dari dua bentuk yaitu yang umumnya hidup tidak berkelompok (soliter), seperti Macan tutul, dan mamalia yang hidup berkelompok seperti Monyet ekor panjang. Pada hakekatnya tidak ada satu mamaliapun yang benar-benar hidup sendiri (soliter), karena pada saat-saat tertentu akan terjadi peristiwa hidup dengan tidak sendiri, terutama pada saat-saat saat berpasangan dan mengasuh anak. Oleh karena adanya pengecualian tersebut, sehingga biasanya dikatakan sebagai satwa semi soliter.

4. Tempat Hidup Mamalia selain hidup di daratan ada juga yang hidup di perairan, baik perairan tawar maupun laut. Mamalia yang hidup di daratan (teresterial) juga memiliki tempat hidup masing-masing. Ada yang sebagian besar hanya di pemukaan tanah seperti Kijang, Kancil. Ada yang hidup di atas pohon, seperti tupai dan Tando. Selain itu beberapa satwa mamalia juga menempati relung (niche) masing- masing, ada yang menempati lubang-lubang pohon, lubang tanah, lubang di batang pohon dan lain-lain.

16 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 5. Cara Adaptasi dan Pertahanan Diri Mamalia sangat baik dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, dan mampu mengembangkan kemampuan pertahanan diri sesuai kemampaun masing-masing. Karnivora besar seperti Macan tutul mengandalkan gigi-gigi taring yang besar dan cakaran yang kuat untuk melumpuhkan mangsa, Landak yang dapat mengandalkan rambut-rambut berduri yang tajam untuk melindungi diri, Trenggiling mampu menggulung tubuhnya apabila ada bahaya, Sigung yang dapat mengeluarkan gas berbau untuk mengusir pengganggu.

Mengetahui keberadaan mamalia Mamalia paling mudah dilihat di daerah terbuka. Tempat yang baik mencarinya adalah di sepanjang sungai-sungai, bukaan hutan, jalan setapak lebar. Banyak mamalia dapat ditemukan dari bunyi- bunyi yang ditimbulkan oleh gerakannya, mematahkan dahan- dahan, atau gemerisik dedaunan. Beberapa jenis memiliki suara yang khas, termasuk banyak primata, beberapa Bajing dan Kijang. Jejak yang ditinggalkan seperti tapak, suara, bau urine, kotoran, cakaran di pohon, merupakan tanda-tanda umum untuk mengetahui keberadaan mamalia secara tidak langsung di hutan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 17 BURUNG

urung adalah satwa bertulang belakang (vertebrata) yang berkembang biak dengan bertelur. Hampir seluruh tubuhnya Bberbulu, dan suhu tubuhnya antara 38o-45o celcius. Merupakan satwa yang sangat mengagumkan keanekaragaman jenis, rupa, dan warnanya. Apalagi beberapa jenis tertentu memiliki kicauan yang merdu dan enak didengar.

Masing-masing jenis memiliki ukuran dan warna yang berbeda, tetapi mereka semua mempunyai ciri yang sama yaitu mempunyai bulu, sepasang sayap, walaupun tidak semua burung dapat terbang. Selain itu juga mempunyai paruh yang keras sebagai pengganti gigi sesuai dengan jenis dan makanannya.

Ciri-ciri utama burung antara lain: a. Badan ditutupi oleh bulu b. Mempunyai paruh yang tidak bergigi dan dua kepak sayap c. Mempunyai sisik pada kakinya d. Bertelur dan telurnya dilindungi oleh cangkang keras e. Bernafas melalui paru-paru f. Berdarah panas

Jenis-jenis burung dibedakan berdasarkan ciri-cirinya. Burung yang memiliki paruh, kaki dan sayap yang berbeda maka makanan dan habitatnya pun sangat berbeda. Contohnya, burung yang mempunyai kaki berselaput seperti itik dan angsa, yang

18 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memungkinkannya bergerak dalam air. Burung pemangsa yang memiliki sayap lebar dan besar yang berguna untuk terbang melayang ketika mencari mangsa, paruhnya bengkok dan kuat serta kakinya dilengkapi dengan cakar tajam untuk mencengkeram mangsanya, contohnya adalah burung elang dan burung hantu.

Jenis burung yang saat ini diketahui dan merupakan burung terbesar adalah burung unta dengan tinggi sekitar 2,5 meter dan berat 150 kg, tetapi burung ini tidak dapat terbang. Sedangkan burung terkecil yang diketahui saat ini adalah burung kolibri lebah. Burung kolibri lebah ukurannya hanya sebesar jempol orang dewasa.

Burung berkembang biak dengan bertelur. Cangkang telur keras karena mengandung kapur. Beberapa jenis burung seperti burung maleo dan burung gosong, menimbun telurnya di tanah pasir yang bercampur serasah, tanah pasir pantai yang panas, atau di dekat sumber air panas. Burung-burung tersebut membiarkan panas alami dari daun-daun membusuk, panas matahari, atau panas bumi menetaskan telur-telur itu, persis seperti yang dilakukan kebanyakan reptil.

Kebanyakan burung membuat sarang dan menetaskan telur dengan mengeraminya di sarang. Sarang bisa dibuat secara sederhana dari tumpukan rumput, ranting, atau batu, atau sekedar kaisan di tanah berpasir agar sedikit melekuk, sehingga telur yang diletakkan tidak mudah terguling. Namun ada pula jenis-jenis burung yang membuat sarangnya secara rumit dan indah, atau unik, seperti rangkong dan walet.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 19 Jenis-jenis burung umumnya memiliki ritual berpasangan masing- masing. Ritual ini adalah proses untuk mencari dan memikat pasangan, biasanya dilakukan oleh burung jantan. Beberapa jenis tertentu, seperti burung merak, jantannya melakukan semacam tarian untuk memikat si betina.

Bagi manusia, burung memiliki nilai estetika dan ekonomi yang tinggi. Warna-warni dan kicauannya yang mengagumkan membuat manusia senang menjadikan burung sebagai satwa peliharaan yang ditempatkan dalam sangkar. Berbagai jenis burung tertentu seperti cendrawasih misalnya, sudah menjadi simbol prestise (gengsi) bagi sebagian orang kaya dan para pejabat. Di beberapa suku pedalaman, bulu-bulu burung yang berwarna-warni digunakan sebagai tanda pangkat kebangsawanan atau sebagai simbol-simbol dalam upacara religius.

Tingginya nilai ekonomi burung bagi manusia telah menyebabkan perdagangan satwa tersebut menjadi salah satu bisnis yang sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan dampak menurunnya populasi burung di alam, karena semakin tinggi permintaan pasar, maka semakin banyak burung yang ditangkap dari habitatnya. Banyak jenis-jenis burung di Indonesia yang terancam punah dan tidak sedikit yang sudah benar-benar punah.

Berbeda dengan kebanyakan orang, pengamat burung sejatinya menilai burung lebih dari sekedar emosi gengsi dan kepuasan pribadi semata. Mengamati burung yang hidup bebas di habitat alaminya menimbulkan sensasi romantisme tersendiri bagi pengamat

20 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango burung. Berjalan menembus hutan, mendaki gunung, menyusuri sungai, pedesaan, sawah dan ladang untuk sekedar mengamati burung merupakan sebuah petualangan dengan kepuasan yang tak terkira. Sebuah petualangan yang menimbulkan rasa respek terhadap alam dan kecintaan terhadap burung.

Rasa cinta seorang pengamat burung tidaklah sama dengan or- ang yang memelihara burung dalam sangkar. Kecintaan pengamat burung berpegang pada prinsip mencintai tanpa ingin memiliki. Seandainyapun jika ada rasa memiliki tidak dengan mengurungnya dalam sangkar, tetapi dengan membiarkan dan menjaganya untuk tetap hidup bebas lestari di habitat aslinya. Lebih dari itu, bagi para pemerhati dan ahli lingkungan, mengamati burung merupakan salah satu cara untuk membaca perubahan alam (bioindikator). Keberadaan atau ketiadaan burung tertentu disuatu daerah dapat menjadi tanda bertambah atau berkurangnya kualitas lingkungan daerah tersebut.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 21 REPTIL

eptil merupakan kelompok hewan ectothermic, yaitu hewan yang suhu tubuhnya sangat tergantung pada suhu Rlingkungan di sekitarnya. Reptil membutuhkan sumber panas dari luar tubuhnya untuk meningkatkan suhu tubuh agar dapat beraktivitas secara normal. Untuk meningkatkan suhu tubuh hingga mencapai suhu yang sesuai, biasanya reptil berjemur di bawah sinar matahari atau menyerap panas dari permukaan batu atau tanah yang hangat. Sebaliknya untuk menurunkan suhu tubuhnya atau mengatur suhu tubuhnya agar tetap optimum, reptil biasanya berlindung di bawah naungan atau mengubah bentuk tubuhnya untuk mengurangi penguapan. Regulasi suhu tubuh tersebut sangat ideal bagi reptil yang hidup di daerah tropik namun sangat tidak menguntungkan bagi reptil di daerah dingin.

Kulit reptil termodifikasi menjadi sisik yang bersifat impermeable (tidak tembus air) juga sangat penting untuk mengurangi hilangnya cairan tubuh. Regulasi suhu tubuh dan sisik yang impermeable memungkinkan bagi reptil teresterial untuk mengkoloni daerah yang gersang seperti padang pasir.

Reptil berkembang biak dengan bertelur (ovivar). Telur mereka biasanya ditinggalkan begitu saja oleh induknya dalam lubang khusus, ditimbun dalam tanah atau dibalik batu. Hanya beberapa jenis seperti ular phyton dan crocodiles yang melakukan pengasuhan (parental care), beberapa jenis bahkan mengerami telurnya. Ular

22 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango piton biasanya mengerami telur-telurnya dengan melingkar diantara telur-telurnya hingga menetas. Induk betina buaya menaruh telur- telurnya dalam lubang yang telah digalinya, kemudian ditimbun kembali. Selama menunggu telur-telurnya menetas, induk buaya betina senantiasa berada disekitar sarang. Menjaga telur-telurnya dari predator. Ketika telur-telurnya menetas, induk buaya membawa anak-anaknya ke sungai dengan memasukkan anak-anaknya ke dalam mulutnya. Beberapa jenis ular tidak bertelur, melainkan melahirkan anaknya (ovovivipar). Telur-telurnya dierami hingga menetas di dalam tubuh. Setelah telur menetas, anak-anaknya keluar dari kloaka (lubang muara tiga saluran: urine, feses, dan genital)

Beberapa jenis seperti kadal, toke, dan cicak memiliki kemampuan memutuskan ekornya untuk mengecoh predator. Kemampuan memutus ekor tersebut dikenal sebagai autotomi. Ekor baru biasanya segera tumbuh menggantikan ekor yang putus, namun biasanya ekor baru memiliki warna dan tekstur yang berbeda. Tidak jarang dijumpai kadal dengan dua atau tiga ekor. Hal tersebut disebabkan karena ekornya patah atau terluka, namun tidak sampai putus. Luka tersebut akan sembuh dan ekor baru akan segera tumbuh dari daerah luka.

Umumnya semua reptil adalah karnivora dan mengkonsumsi berbagai jenis hewan sebagai pakan atau mangsanya. Kelompok kadal, cicak dan toke umumnya mengkonsumsi serangga sebagai pakan, meski ada beberapa kadal bersifat herbivora. Kebanyakan penyu dan kura-kura herbivora, meski kebanyakan kura-kura Austra-

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 23 lia karnivora. Ular merupakan karnivora paling efisien dari seluruh reptil yang ada. Ular melengkapi dirinya dengan taring untuk membunuh dan beberapa dilengkapi dengan racun yang mematikan. Kebanyakan ular memakan mamalia kecil hingga yang besar.

Reptil yang hidup saat ini terdiri dari empat ordo, yaitu Crocodilia, Testudinata, Squamata, dan Rhyncocephalia.

1. ORDO CROCODILIACROCODILIA, bangsa buaya terdiri dari famili Aligatoridae (Aligator sp.) dan Crocodylidae (Crocodiles sp.)

2. ORDO TESTUDINATAA, bangsa penyu dan kura-kura. Terdiri dari empat famili, dua diantaranya yang umum adalah: Family Chelonidae; penyu (laut) seperti penyu hijau (Chelo- nia mydas) Family Chelidae: kura-kura (terestrial) dan bulus (air tawar)

3. ORDO SQUAMATA

3.1. SUB ORDO: SERPENTES (kelompok ular) Famili Typhlopidae (ular buta), yaitu kelompok ular kecil antara 20-75 cm, kepala bulat, tubuh licin dengan seluruh penampakan tubuh seperti cacing. Mata tereduksi hingga hanya tampak seperti titik hitam. Tidak berbahaya dan tidak berbisa. Banyak ditemukan di Australia.

Famili BoidaeBoidae, kelompok ular piton. Kelompok ini tidak memiliki taring bisa dan tidak beracun, namun beberapa

24 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki gigi-gigi yang besar. Panjang tubuh bervariasi antara 1-9 m. Kelompok ular Boidae memiliki lebih dari 30 sisik pada lingkar tubuh tengahnya. Ular-ular Boidae membunuh mangsanya dengan cara membelitkan tubuhnya yang berotot hingga mangsanya mati kehabisan nafas dan tulang remuk.

Famili ColubridaeColubridae, jenis-jenis ular yang tidak berbisa hingga berbisa lemah. Panjang tubuh bervariasi setiap spesiesnya antara 1-2 m. Sebagian besar anggotanya tidak bergigi bisa (aglypha), hanya sedikit yang memiliki gigi bisa tipe opistoglypha (tipe gigi bisa lemah). Gigi (taring) opistoglypha berukuran kecil, susah dibedakan dengan gigi-gigi lain, terletak di rahang atas bagian tengah. Jumlah sisik lingkar tubuh tengah kurang dari 30 sisik. Ekor umumnya silindris. Kebanyakan ular yang kita jumpai adalah dari jenis-jenis .

Famili ElaphidaeElaphidae, semua jenis ular yang tergolong dalam famili ini merupakan jenis-jenis ular berbisa, mulai dari lemah hingga kuat. Panjang tubuh bervariasi dari 30 – 400 cm. Sisik lingkar tubuh tengahnya antara 15-23 sisik. Memiliki taring bisa tipe proteroglypha. Tipe proteroglypha adalah gigi (taring) bisa yang ukurannya tidak terlalu besar terletak di rahang atas bagian depan. Taring tersebut kaku dan tidak bisa digerakkan. Di bagian depan taring terdapat lubang saluran tempat bisa di keluarkan. Ular bertipe gigi seperti ini sangat berbahaya karena bisanya tergolong racun syaraf (neurotoksin). Beberapa jenis melahirkan anak, selebihnya bertelur. Termasuk famili elaphidae adalah ular kobra dan ular welang.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 25 Famili ViperidaeViperidae, kelompok jenis-jenis ular berbisa kuat dengan tipe gigi (taring) bisa solenoglypha dengan bisa bersifat hemotoksin (racun yang merusak sel darah). Tipe gigi solenoglypha adalah gigi taring berukuran besar terletak di rahang atas bagian depan. Gigi taring tersebut dapat di lipat ke belakang ketika mulut tertutup dan dapat di gerakkan ke depan ketika ular hendak menyerang mangsanya. Ciri khas ular viperidae adalah memiliki kepala yang umumnya berbentuk segi tiga. Ular viperidae umumnya berukuran kecil dan berwarna coklat atau kelabu, sehingga seringkali sukar untuk dilihat. Termasuk ular viperidae adalah ular tanah atau ular bandotan puspo atau ular gibuk.

Famili Hydrophidae, kelompok jenis-jenis ular laut. Berbeda dengan ular-ular teresterial yang bentuk tubuhnya gilig, bentuk tubuh dan ekor ular laut memipih secara vertical (vertically com- pressed) seperti ikan. Bentuk tubuh dan ekor tersebut merupakan adaptasi agar dapat bergerak dengan mudah di air. Lubang hidung (nostril) terletak di bagian atas dan memiliki selaput penutup yang berguna ketika menyelam. Jenis-jenis ular Hydrophidae memiliki racun yang sangat kuat dan berbahaya.

Catatan: 1. Kebanyakan ular yang sering dijumpai adalah dari jenis- jenis ular tidak berbisa dari famili Colubridae dan Boidae. 2. Kecuali kobra, kebanyakan ular bersifat non agresif dan cenderung menghindar. Bahkan beberapa jenis berbisa dapat di pegang dengan lembut, namun akan menggigit ketika pegangan kita terlalu keras.

26 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jenis-jenis bisa ular A. NeurotoksinNeurotoksin, racun atau bisa syaraf. Racun ini menyerang sel-sel dan jaringan syaraf. Kematian korban biasanya disebabkan adanya kelumpuhan di bagian alat pernapasan dan rusaknya pusat syaraf (otak). Korban yang digigit ular dengan bisa neurotoksin tidak meresakan sakit pada bekas gigitan. Itu disebabkan karena sel-sel syarafnya rusak akibat racun tersebut.

B. Hemotoksin, racun atau bisa yang menyerang sel-sel darah dan sistem sirkulasinya. Di dalam hemotoksin terdapat enzim proteolitic yang mampu memecah pro- tein darah dan menyebabkan terjadinya penggumpalan darah. Selain itu juga terdapat enzim hyaluronidase yang menyebabkan rusaknya jaringan. Korban yang digigit ular dengan bisa hemotoksin akan merasakan sakit yang hebat di sekitar luka dan luka menjadi bengkak dan panas.

C. KardiotoksinKardiotoksin, racun atau bisa yang menyerang otot jantung. Bisa ular yang mengandung kardiotoksin akan segera masuk ke aliran darah dan menuju jantung dan merusak otot-otot jantung, sehingga korban akan mati akibat detak jantungnya yang berhenti seketika.

D. MyotoksinMyotoksin, racun atau bisa yang menyerang otot- otot tubuh. Korban yang terkena bisa myotoksin akan menyebabkan otot-otot tubuhnya kejang.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 27 Beberapa jenis ular seperti dari famili Elaphidae umumnya memiliki tipe neurotoksin, tetapi pada kobra dan ular-ular laut selain neurotoksin juga mempunyai bisa hemotoksin dan kardiotoksin. Sedangkan famili Viperidae umumnya memiliki bisa hemotoksin.

3.2.SUB ORDO: LACERTILIA (Kelompok kadal, toke, dan cicak) Family Gekkonidae, kelompok jenis-jenis toke. Reptil nokturnal yang memiliki kemampuan bersuara. Jari-jari kakinya berkembang sangat baik dan mampu memanjat atau bergantung secara vertical pada batang pohon atau tembok rumah. Contohnya toke dan cicak.

Family Varanidae, kelompok kadal dengan karakteristik sisik tubuh tumpul dan kasar. Kepala panjang dan rata dengan leher yang panjang. Lidah panjang dan bercabang dua, secara konstan terjulur keluar. Ekornya pajang dan ramping serta mudah terputus. Jari-jari kakinya berkembang baik dan dilengkapi dengan cakar. Contohnya biawak.

Famili , kelompok cicak terbang dan bunglon. Ciri-cirinya memiliki sisik tubuh yang kasar dan kadang berduri. Ekor panjang dan meruncing. Lidah lebar dan basah. Semua speciesnya diurnal dan bertelur.

Famili Scincidae (Lacertidae), kelompok kadal biasa. Ciri-cirinya memiliki sisik halus dan mengkilat. Ekor panjang dan mudah terputus.

28 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango AMFIBI

mfibi adalah definisi bagi sekelompok hewan semasa hidupnya hidup di darat dan di air. Amfibi yang hidup di Adunia terdiri dari tiga bangsa yaitu Caudata, Gymnophiona dan Anura. Di Indonesia, amfibi hanya dikenal dua yaitu Gymnophiona (cacing berkepala) dan Anura (katak).

Katak mudah dikenal dari tubuhnya yang khas dengan memiliki empat kaki, leher yang tidak jelas, matanya cenderung besar, dan tidak memeiliki ekor. Kaki belakang katak lebih panjang daripada kaki depan, hal ini berfungsi untuk melompat dan sangat efektif dalam menghindarkan diri dari pemangsa. Pada jari-jari katak umumnya berbentuk piringan yang pipih, dan kadang-kadang mempunyai lipatan kulit lateral lebar. Pada kelompok lainnya, ujung jari tersebut berbentuk gada.

Kaki depan terdiri dari empat jari, namun kaki belakang memiliki lima jari. Selaput kulit tumbuh di antara jari-jari, ada yang menutup hampir keseluruhan jari, namun ada yang hanya setengahnya saja. Selaput ini bervariasi dari tiap jenis. Kulitnya bervariasi dari halus pada beberapa katak sampai kasar. Dan tertutup oleh tonjolan- tonjolan berduri, yang biasanya pada kodok.

Amfibi menghuni habitat yang sangat bervariasi, dan tergenang di bawah permukaan air sampai yang hidup di puncak pohon yang tinggi. Kebanyakan hidup di kawasan hutan, karena membutuhkan

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 29 kelembaban yang cukup untuk untuk melindungi tubuh dari kekeringan. Beberapa jenis hidup di sekitar sungai dan lainnya tidak pernah meningalkan air. Jenis yang hidup di luar air biasanya datang mengunjungi air untuk beberapa periode, paling sedikit dalam musim berbiak dan selama perkembangbiakan.

Amfibi dapat dikelompokkan menurut pemisahan habitatnya. Habi- tat pertama selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, seperti dekat pemukiman, persawahan, ladang, sungai, kolam dan danau. Kategori kedua adalah jenis yang hidup di atas pepohonan. Kelompok ini terutama termasuk dalam suku katak pohon: Rhacophoridae. Jenis-jenis yang umum dijupai di dekat aliran sungai yang mengalir lambat maupun yang deras namun umumnya di aliran air yang jernih.

Kebanyakan Amfibi melakukan pembuahan di luar tubuh. Telur- telur katak akan menetas menjadi berudu dan menghabiskan waktu di air. Biasanya diperlukan waktu sepuluh hari sampai satu bulan bagi telur untuk menyelesaikan tahap larva sebelum muncul sebagai seekor katak kecil keluar dari air.

Semua amfibi adalah satwa karnivora. Makanannya terutama terdiri dari arthropoda, cacing dan larva serangga, terutama untuk jenis kecil. Jenis yang lebih besar dapat memakan binatang yang lebih kecil, seperti ikan kecil, udang, kerang, katak kecil atau katak muda, dan bahkan katak kecil atau ular kecil. Namun, kebanyakan berudu katak adalah herbivora.

30 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Amfibi tidak mempunyai alat fisik untuk mempertahankan diri. Sebagian besar katak mengandalkan kaki belakngnya untuk melompat dan menghindar dari bahaya. Jenis-jenis dari suku Megophrydae dan Bufonidae mempunyai kaki yang relatif pendek sehingga mereka tidak dapat melompat jauh untuk menghindari bahaya. Untuk menghindari pemangsanya, jenis-jenis Megophrydae umumnya menyarukan dirinya sesuai dengan habitatnya.

Alat lain yang terbukti sangat efektif adalah kulit beracun. Banyak jenis Bugonidae dan beberapa jenis Ranidae yang terkenal karena kelenjar racun kulitnya. Pada Bufonidae, kelenjar-kelenjar tersebut terletak pada kelenjar parotoid maupun sebagai kelenjar kulit yang tersebar di permukaan kulit dan tonjolan-tonjolan. Pada beberapa jenis, kelenjar tersebut kurang terlihat. Ada semacam kepercayaan bahwa kebanyakan katak itu beracun. Hal ini jelas tidak selalu benar. Walaupun semua jenis Bufonidae dan beberapa jenis lain memang beracun, terutama terhadap binatang kecil lain, racun ini tidak cukup kuat untuk mematikan manusia. Kodok beracun dapat dengan mudah dikenali dari baunya yang menyengat. Juga diketahui bahwa kodok beracun umumnya juga lebih mudah dikenal karena berwarna terang, yang biasanya disebut sebagai pewarnaan aposematik.

Katak seperti hewan lainnya memiliki kisaran kebutuhan akan faktor- faktor lingkungan yang spesifik setiap jenisnya. Keberadaan jenis- jenis katak yang umum dijumpai pada habitat yang terganggu merupakan indikasi awal bahwa suatu habitat mulai mengalami gangguan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 31 IKAN

kan merupakan kelompok vertebrata terbesar (terbanyak), yaitu sekitar 17.000 jenis atau 42,6% dari keseluruhan vertebrata di Idunia yang berjumlah sekitar 37.600 jenis. Secara umum, ikan dapat diartikan sebagai kelompok vertebrata akuatik poikilotermal (berdarah dingin) yang memiliki insang untuk bernapas dan bergerak dalam air dengan bantuan alat berupa sirip.

Distribusi ikan sangat luas, ikan dapat ditemukan hampir di seluruh bagian dunia mulai dari ketinggian 3800 m di atas permukaan laut yaitu di pegunungan Andes sampai kedalaman 10 km di Samudera Pasifik.

Bentuk tubuh ikan umumnya termodifikasi sedemikian rupa sesuai dengan habitatnya di air. Secara garis besar bentuk-bentuk ikan yang umum adalah: a. Depressed: bentuk ikan yang termodifikasi hidup di dasar air (misalnya ikan sapu-sapu). b. Compressed: bentuk ikan yang sangat baik untuk berenang cepat (misalnya ikan salmon). c. Fusiform: bentuk ikan seperti kapal selam (misal ikan tuna) d. Truncated: bentuk ikan seperti ikan matahari (Mola). e. Attenuated: bentuk ikan yang memanjang (misalnya sidat/ belut dan julung-julung), merupakan tipe yang kurang baik untuk berenang cepat.

32 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Alat gerak ikan berupa sirip terbagi menjadi dua macam, yaitu sirip median (tidak berpasangan) dan sirip lateral (berpasangan). Sirip median terletak di garis tengah tubuh umumnya pada bagian atas berupa sirip dorsal (pinna dorsalis), bawah berupa sirip anal (pinna analis), dan ujung posterior berupa sirip caudal/ekor (pinna caudalis). Sedangkan sirip lateral adalah sirip dada (pinnae pecto- rales) dan sirip perut (pinnae abdominales).

Berbagai jenis ikan memiliki bentuk dan ukuran sirip sedemikian rupa, sehingga setiap jenis ikan memiliki pola letak dan jumlah sirip yang khas, unik dan berbeda-beda satu sama lain sehingga dapat dijadikan sebagai petunjuk identifikasi jenis.

Berdasarkan habitatnya, secara garis besar ikan dapat dibedakan atas ikan perairan tawar dan ikan laut. Dari seluruh jenis ikan yang ada, sebanyak 29,2% merupakan ikan perairan tawar dan 70,8% merupakan ikan perairan laut.

Seperti hewan lainnya, ikan sangat bergantung pada faktor-faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik untuk bertahan hidup. Keberadaan dan kelimpahan jenis-jenis ikan tertentu dapat menjadi indikasi adanya perubahan faktor lingkungan seperti misalnya masuknya bahan pencemar ke perairan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 33 MAMALIA Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango hingga saat ini di ketahui terdapat lebih kurang 50 jenis mamalia yang termasuk dalam 9 bangsa (ordo) dan 19 suku (famili).

Daftar Jenis-Jenis Mamalia di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

No. Ordo/ Famili/ jenis Nama Asing Nama Lokal

RODENTIA

- Muridae 1. Rattus tanezumi Japan’s house rat Tikus rumah 2. Rattus exulans Polynesian rat Tikus Ladang 3. Rattus tiomanicus Malaysian field rat Tikus belukar 4. Mus vulcani Javan mouse Mencit jawa

- Sciuridae 5. Callosciurus notatus Plantain squirrel Bajing kelapa 6. Callosciurus orestes Black-Banded Squirrel Bajing kelabu 7. Ratufa bicolor Black giant squirrel Jelarang hitam 8. Hylopetes bartelsi Javan Flying Squirrel Bajing terbang jawa 9. Dremomys everetti Bornean Mountain Bajing gunung Ground Squirrel 10. Lariscus insignis Three-strip Ground Bajing tanah bergaris tiga squirrel 11. Lariscus hosei Four-Strip Ground l Bajing tanah bergaris empat Squirre 12. Rhinosciurus laticaudatus Shrew-faced Ground Bajing tanah moncong squirrel runcing

34 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Ordo/ Famili/ jenis Nama Asing Nama Lokal

- Hystricidae 13. Hystric javanica Javan porcupine Landak jawa

DERMOPTERA

-Cynocephalidae 14. Cynocephalus variegatus Flying Lemur Kubung Malaya

INSECTIVORA

-Erinaceidae 15. Hylomys suillus Small gymnure Cucurut babi

- Soricidae 16. Crocidura monticola Sunda shrew Cucurut kecil 17. Crocidura fuliginosa White toothed shrew Curucut gigi putih baluensis 18. Suncus murinus House shrew Munggis rumah

SCANDENTIA

- Tupaiidae 19. Tupaia javanica Javan tree shrew Tupai kekes 20. Tupaia montana Common Threshrew Tupai Gunung 21. Tupaia dorsalis Striped Threshrew Tupai bergaris 22. Tupaia tana Large Threshrew Tupai tanah

CHIROPTERA

- Pteropodidae 23. Chironax melanocephalus Black-capped fruit-bat Bukal kepala-hitam 24. Cynopterus brachyotis Lesser dog-faced Codot krawar fruit-bat

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 35 No. Ordo/ Famili/ jenis Nama Asing Nama Lokal

25. C. sphinx Short-nosed fruit-bat Codot barong 26. Eonycteris spelaea Javan-tailess fruit-bat Lalai kembang 27. Macroglossus sobrinus Greater long-tongued Cecadu pisang besar fruit-bat

PHOLIDOTA

- Manidae 28. Manis javanica Sunda pangolin Trenggiling

CARNIVORA

- Mustelidae 29. Amblonyx cinereus Asiatic short-clawed Sero ambrang otter 30. Martes flavigula Yellow-throated Musang Leher Kuning marten 31. Melogale orientalis Javan ferred badger Biul 32. Mydaus javanensis Sunda stink-badger Sigung

-Viverridae 33. Arctictis binturong Binturong Binturung 34. Arctogalidia trivirgata Small-stripped Musang akar palm-civet 35. Paradoxurus hermaproditus Common palm-civet Musang luwak 36. Prionodon linsang Banded linsang Linsang 37. Viverricula indica Small indian-civet Musang rase 38. Paguma larvata Masked palm Civet Musang galing

- Herpestidae 39. Hervestes javanicus Javan gold-spotted Garangan jawa mongoose

- Felidae 40. Panthera pardus melas Leopard Macan tutul / macan kumbang

36 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Ordo/ Famili/ jenis Nama Asing Nama Lokal

41. Prionailurus bengalensis Leopard cat Kucing hutan

-Canidae 42. Cuon alpinus Asian Wild Dog Ajag/Anjing hutan

ARTIODACTYLA

- Suidae 43. Sus scrofa (S. vittatus) Will boar Babi celeng

- Tragulidae 44. Tragulus javanicus Lesser mouse deer Pelanduk kancil

- Cervidae 45. Muntiacus muntjak Barking deer Kijang

PRIMATA

- Lorisidae 46. Nycticebus javanicus Javan slow loris Kukang jawa

- Cercopithecidae 47. Macaca fascicularis Crab-eating macaque Monyet ekor panjang 48. Presbytis comata Grizzled leaf monkey Surili 49. Trachypithecus auratus Ebony leaf monkey Lutung budeng

- Hylobatidae 50. Hylobates moloch Silvery javan gibbon Owa jawa

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 37 Ordo: Insectivora Famili: Soricidae

MUNGGIS RUMAH House shrew (Suncus murinus)

Klasifikasi Deskripsi Filum : Chordata Seluruh tubuh dan ekor berwarnah abu-abu Kelas : Mamalia kecoklatan seragam. Ekor gemuk, terutama Bangsa : Insectivora pada bagian pangkalnya, meramping pada Famili : Soricidae ujungnya. Marga : Suncus Jenis : Suncus murinus Kehidupan Biasanya terdapat di dalam atau dekat rumah.

Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa dan Sumatera

38 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango CURUCUT GIGI PUTIH White Toothed Shrew (Crocidura fuliginosa baluensis)

Klasifikasi kecoklatan, dengan sedikit atau tanpa Filum : Chordata rambut panjang. Kelas : Mamalia Bangsa : Insectivora Kehidupan Famili : Soricidae Terdapat di daerah pepohonan yang sedikit atau Marga : Crocidura daerah terbuka, di daerah berumput dan berbatu Jenis : Crocidura fuliginosa serta hutan lumut. Aktif pada malam hari (nokturnal) dan siang hari (diurnal). Memakan hewan-hewan artropoda dan cacing tanah. Deskripsi Tubuh bagian atas abu-abu kecoklatan tua; Penyebaran di Indonesia: bagian bawah agak lebih pucat. Ekor pulau Jawa, Sumatera dan .

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 39 Ordo: RODENTIA Famili: Muridae TIKUS RUMAH Japan’s House Rat (Rattus tanezumi)

Klasifikasi Warna rambut dada dan rambut pada perut Filum : Chordata tampak tidak terlalu mencolok warnanya. Kelas : Mamalia Bangsa : Rodentia Kehidupan Famili : Muridae Umumnya hidup disekitar pemukiman Marga : Rattus manusia, perkebunan didekat pemukiman. Jenis : Rattus tanezumi Aktif pada malam hari (nokturnal) kadang- kadang siang hari (diurnal). Makanan meliputi Deskripsi berbagai tumbuhan dan hewan kecil. Tubuh bagian atas beruban halus hingga kaki, bagian bawah biasanya agak lebih Penyebaran di Indonesia: pucat, coklat dengan dasar abu-abu kusam. tersebar luas di Indonesia

40 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TIKUS LADANG Polynesian Rat (Rattus exulans)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Biasanya hidup di pinggiran hutan, dekat Kelas : Mamalia persawahan hingga pemukiman. Sebagian Bangsa : Rodentia besar aktif pada malam hari (nokturnal). Famili : Muridae Makanannya adalah tumbuhan dan hewan Marga : Rattus kecil. Jenis : Rattus exulans Penyebaran di Indonesia: Deskripsi tersebar luas di Indonesia Tubuh bagian atas coklat, bagian bawah coklat abu-abu. Ekor juga seluruhnya gelap, atau gelap diatas dan agak lebih pucat dibawah.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 41 TIKUS BELUKAR Malaysian Field Rat (Rattus tiomanicus)

Klasifikasi 180 milimeter, ekor 80-110 mm, telapak kaki Filum : Chordata belakang 25-34 milimeter. Kelas : Mamalia Bangsa : Rodentia Kehidupan Famili : Muridae Umumnya hidup di semak belukar, antara Marga : Rattus daerah pemukiman dan hutan. Biasanya Jenis : Rattus tiomanicus aktif pada malam hari (nokturnal) dan sebagian besar hidup di atas permukaan Deskripsi tanah (teresterial), walaupun sering terlihat Jenis ini bercirikan khas pada warna rambut di belukar-belukar pendek. Makanan punggung tampak sangat kontras dengan meliputi berbagai tumbuhan dan hewan warna rambut dada serta perutnya. Rambut kecil. punggungnya berwarna kecoklatan, sedangkan rambut dada dan rambut perutnya Penyebaran di Indonesia: putih bersih. Panjang tubuhnya sekitar 100- pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

42 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ordo: SCANDENTIA Famili: Tupaidae

TUPAI KEKES Javan Tree Shrew (Tupaia javanica)

Klasifikasi berwarna kekuningan. Moncong runcing Filum : Chordata dan ekor berwarna hitam. Kelas : Mamalia Bangsa : Scandentia Kehidupan Famili : Tupaidae Umumnya hidup di pepohonan (arboreal) Marga : Tupaia terkadang di daratan (teresterial). Aktif pada Jenis : Tupaia javanica siang hari (diurnal). Makanannya berupa buah-buahan dan serangga. Deskripsi Tubuh bagian atas berwarna hitam, pada Penyebaran di Indonesia: bagian tengah berwarna coklat kekuningan. pulau Jawa, dan Sumatera. Pada bagian tenggorokan hingga perut

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 43 TUPAI GUNUNG Common Threshrew (Tupaia Montana)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Biasa hidup di hutan dari dataran rendah hingga Kelas : Mamalia pegunungan, juga di daerah perkebunan dekat Bangsa : Scandentia hutan. Aktif pada siang hari (diurnal) dan pal- Famili : Tupaiidae ing sering terlihat aktif disekitar pohon-pohon Marga : Tupaia tumbang dan dahan-dahan, pada vegetasi Jenis : Tupaia montana yang sedikit pohonnya atau dipermukaan tanah. Makanan utamanya adalah serangga Deskripsi dan artropoda lainnya, dan buah-buahan manis Rambut pada tubuh bagian atas berbelang- yang mengandung minyak. belang gelap dan pucat, terdapat bintik halus dan coklat kemerahan. Biasanya mempunyai Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, satu garis pucat pada kedua bahu. Sumatera dan Kalimantan

44 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Sciuridae

BAJING TERBANG JAWA Javan Flying Squirrel (Hylopetes bartelsi)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Hanya ditemukan di hutan pegunungan yang Kelas : Mamalia tinggi. Aktif pada siang hari (diurnal). Bangsa : Rodentia Makanannya berupa buah-buahan dan Famili : Sciuridae serangga. Marga : Hylopetes Jenis : Hylopetes bartelsi Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa Deskripsi Tubuh bagian atas coklat kehitaman, bagian bawahnya berwarna putih, bagian pipi berwarna abu-abu. Pada bagian tepi pelebaran kulit berwarna putih.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 45 JELARANG HITAM Black Giant Squirrel (Ratufa bicolour)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat dihutan dataran rendah hingga Kelas : Mamalia pegunungan. Biasanya muncul dari sarang Bangsa : Rodentia setelah fajar dan istirahat malam sebelum Famili : Sciuridae petang (diurnal). Sarangnya berupa Marga : Ratufa susunan ranting-ranting yang rapi dan agak Jenis : Ratufa bicolor bebentuk seperti bola, biasanya dibuat pada tajuk pohon yang tinggi. Sebagian Deskripsi besar aktif di pepohonan tinggi, dan turun Merupakan bajing pohon terbesar. Pola ke tanah hanya untk menyeberangi jarak warna bervariasi, tetapi tubuh bagian atas diantara tajuk-tajuk pohon. Makanan biasanya gelap di tengah dan bagian utamanya adalah biji-bijian, beberapa jenis bawah pucat. Ekor relatif besar dan panjang dedaunan dan kulit pohon. berwarna cerah. Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa dan Sumatera

46 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango BAJING-TANAH BERGARIS-TIGA Three-strip Ground squirrel (Lariscus insignis)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder. Aktif pada siang hari (diurnal) Bangsa : Rodentia biasanya aktif di atas permukaan tanah Famili : Sciuridae (teresterial). Makanan meliputi buah- Marga : Lariscus buahan dan serangga. Jenis : Lariscus insignis Penyebaran di Indonesia: Deskripsi pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Tubuh bagian atas berwarna coklat dengan tiga garis hitam disepanjang punggung, bagian bawah keputih-putihan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 47 Famili: Hystricidae LANDAK JAWA Javan Porcupine (Hystric javanica)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Umumnya aktif pada malam hari (nokturnal), Kelas : Mamalia makanannya berupa buah-buahan, akar- Bangsa : Rodentia akaran dan tunas. Rambut-rambut tajam Famili : Hystricidae pada landak merupakan alat pertahanan Marga : Hystric efektif dan akan berdiri apabila ada bahaya Jenis : Hystric javanica mengancam.

Deskripsi Penyebaran di Indonesia: Warna tubuh abu-abu kehitaman dengan pulau Jawa rambut tajam disekujur tubuh terutama bagian belakang yang lebih panjang, Rambut keras yang tajam umumnya lebih ramping. Tidak memiliki jambul, pada ujung rambut jarum ekor berwarna putih dan lebih pendek.

48 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ordo: Chiroptera Famili: Pteropidae CODOT KRAWAR Lesser Dog Faced Fruit Bat (Cynopterus brachyotis Muller 1838

Klasifikasi berkisar antara 88-90 mm dengan berat badan Filum : Chordata antara 30-35 gram. Kelas : Mamalia Bangsa : Chiroptera Kehidupan Famili : Pteropidae Hidup di hutan dataran rendah hingga pegu- Marga : Cynopterus nungan. Bertengger pada kelompok kecil di Jenis : Cynopterus brachyotis pepohonan, di bawah dedaunan, atau di gua- gua yang lebih terang. Aktif pada malam hari Deskripsi (nokturnal) dan tidur pada siang hari. Makanan Umumnya berwarna coklat sampai coklat utamanya buah-buahan kecil, menghisap kekuningan dengan kerah jingga tua lebih cairan buah dan daging buah yang lunak, tetapi terang pada jantan dewasa, dan kekuningan nektar dan tepung sari juga dimakan. pada betina. Anakan lebih abu-abu dengan Berpotensi sebagai penyebar biji yang baik. kerah tidak jelas. Tulang-tulang pada telinga dan sayap biasanya bertepi putih. Dua pasang Penyebaran di Indonesia: gigi seri bawah. Panjang tubuh lebih kurang pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 49 CODOT BARONG Short-Nosed Fruit-Bat (Cynopterus sphinx Vahl 1797)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Hidup di hutan dataran rendah hingga Kelas : Mamalia pegunungan. Bertengger pada kelompok Bangsa : Chiroptera kecil pada pepohonan, dibawah dedaunan, Famili : Pteropidae atau di gua-gua dan atap bangunan. Aktif Marga : Cynopterus pada malam hari (nokturnal) dan tidur pada Jenis : Cynopterus sphinx siang hari. Makanan utamanya buah- buahan kecil, menghisap cairan buah dan Deskripsi daging buah yang lunak, tetapi nektar dan Jenis ini berukuran lebih besar dari pada tepung sari juga dimakan. Cynopterus brachyotis. Panjang tubuh lebih kurang 99 m dengan berat badan 45 gram. Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, Bali, Lombok, , Nias, , Selayar dan Sangiang

50 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango LALAI KEMBANG Javan-Tailess Fruit-Bat (Eonycteris spelaea Dobson, 1871)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Bertengger pada koloni yang besar yang ribut Kelas : Mamalia di gua-gua, sering dalam kegelapan hampir Bangsa : Chiroptera total. Terbang jauh setiap hari mencari Famili : Pteropidae pepohonan yang sedang berbunah untuk Marga : Eonycteris memakan tepung sari dan nektar. Sebagai Jenis : Eonycteris spelaea penyerbuk yang penting bagi banyak pepohonan hutan termasuk durian. Deskripsi Tubuh bagian atas coklat abu-abu, bagian Penyebaran di Indonesia: bawah agak lebih pucat, kadang terdapat warna pulau Jawa, Nusa Tenggara dan Sumatera, kuning atau jingga di sekeliling leher. Rambut di Kalimantan, Sulawesi dan Maluku tubuh pendek. Moncong memanjang, gigi agak kecil. Jari kedua tidak bercakar.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 51 Ordo: Pholidota Famili: Manidae TRENGGILING Sunda Pangolin (Manis javanica)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Diketahui terdapat di hutan pegunungan, hutan Kelas : Mamalia sekunder, dan lahan perkebunan. Umumnya Bangsa : Pholidota aktif pada malam hari (nokturnal), tidur pada Famili : Manidae siang hari di dalam liang bawah tanah. Makanan Marga : Manis terdiri dari semut dan rayap yang diambil dari Jenis : Manis javanica sarangnya di pepohonan, diatas tanah atau di bawah tanah. Sarang serangga di buka dengan Deskripsi kaki yang bercakar kuat dan isinya dijilat Mamalia khas berwarna kecoklatan, dengan lidah yang panjang dan lengket. bersisik, dengan cakar panjang pada kaki depan. Kepala dan ekor panjang menipis Penyebaran di Indonesia: yang menggantung dibawah tubuh ketika pulau Jawa dan Sumatera berjalan diatas tanah. Ekor melingkari tubuh jika terganggu untuk melindungi bagian Status Konservasi: bawah tubuh yang tidak bersisik. Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus endangered species (terancam punah)

52 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ordo: Artiodactyla Famili: Suide BABI CELENG Wild Boar (Sus scrofa)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Hidup di hutan dataran rendah hingga Kelas : Mamalia pegunungan. Satwa yang hidup sepenuhnya Bangsa : Artiodactyla di atas permukaan tanah (teresterial) ini, aktif Famili : Suidae pada malam hari (nokturnal) namun aktif juga Marga : Sus pada siang hari (diurnal). Makanannya Jenis : Sus scrofa berupa buah-buahan yang jatuh dilantai hutan, cacing tanah. Deskripsi Seluruh tubuh ditutupi rambut berwarna Penyebaran di Indonesia: hitam. Kepala lebih pendek tanpa jenggot pulau Jawa dan Sumatera pada rahang bawah, tanpa kutil dan rambut keras memanjang di atas moncong. Pada Status Konservasi: anak warna tubuh terdapat corak garis Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus berwarna kuning kecoklatan yang least concern. memanjang dari leher hingga pangkal ekor.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 53 Famili: Tragulidae KANCIL Lesser Mouse Deer (Tragulus javanicus)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder, kadang memasuki kebun-kebun Bangsa : Artiodactyla dan semak belukar. Aktif pada malam hari Famili : Tragulidae (nokturnal) dan siang hari (diurnal). Marga : Tragulus Makanannya meliputi buah-buahan yang Jenis : Tragulus javanicus jatuh, pucuk-pucuk daun dan jamur. Beristirahat di tempat yang terlindung di Deskripsi bawah tajuk hutan. Tubuh bagian atas seluruhnya polos berwarna coklat. Bagian tengah tengkuk Penyebaran di Indonesia: biasanya lebih gelap daripada bagian tubuh pulau Jawa dan Sumatera. lainnya. Bagian bawah putih kecoklatan pucat di tengah dan bercak-bercak coklat Status Konservasi: tua yang khas pada tenggorokan yang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus terlihat dari samping seperti garis putih Data Deficient. tunggal dari dagu sampai dada.

54 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Cervidae KIJANG Barking Deer (Muntiacus muntjac)

Klasifikasi dan melengkung tajam di dekat ujungnya. Filum : Chordata Anakan biasanya berbintik-bintik putih, Kelas : Mamalia Bangsa : Artiodactyla Kehidupan Famili : Cervidae Satwa yang sepenuhnya hidup di atas Marga : Muntiacus permukaan tanah (teresterial) ini, aktif pada Jenis : Muntiacus muntjak siang hari (diurnal) dan malam hari (nokturnal). Makanannya meliputi dedaunan muda, Deskripsi rumput-rumputan dan buah-buahan yang Tubuh berwarna coklat kekuningan. Warna jatuh dan biji-bijian. lebih gelap sepanjang garis punggung. Pada bagian bawah keputih-putihan, atau abu- Penyebaran di Indonesia: abu. Bagian wajah lebih gelap dengan dua pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. garis memanjang berwarna hitam diatas mata. Ekor coklat tua diatas, putih dibawah. Status Konservasi: Jantan selain bertanduk, juga terpasang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus semacam paku kecil di dekat pangkal mulut least concern.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 55 Ordo: Carnivora Famili: Mustelidae

BERANG-BERANG/SERO Asiatic Short-Clawed Otter (Amblonyx cinereus)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Aktif pada siang hari (diurnal). Makanannya Kelas : Mamalia meliputi kepiting, udang-udangan dan Bangsa : Carnivora hewan bertubuh lunak (molusca). Terdapat Famili : Mustelidae di beberapa habitat dimana selalu ada air Marga : Amblonyx dan ditumbuhi pepohonan. Jantan dan Jenis : Amblonyx cinerea betina merupakan pasangan tetap.

Deskripsi Penyebaran di Indonesia: Tubuh bagian atas coklat tua atau coklat keabu- pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan abuan, bagian bawah agak lebih pucat. Dagu, tengkorak, pipi dan kedua sisi leher lebih terang. Status Konservasi: Jari hanya sebagian berselaput. Cakar pendek, Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus tidak memanjang melebihi ujung jari. rentan (vulnerable).

56 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango MUSANG LEHER KUNING Yellow-Throated Marten (Martes flavigula)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder, sering memasuki perkebunan Bangsa : Carnivora untuk mencari makanan. Aktif terutama pada Famili : Mustelidae siang hari (diurnal), tetapi kadang pada malam Marga : Martes hari (nokturnal). Gesit, bergerak cepat di atas Jenis : Martes falvigula tanah atau di tajuk pohon. Makanannya meliputi berbagai mamalia kecil, sarang Deskripsi lebah dan nektar. Beristirahat dalam lubang Tubuh relatif panjang dan ramping. Tubuh pohon dan pada dahan-dahan besar. bagian atas dan dibagian depan berwarna coklat, dari bagian tengah hingga ekor Penyebaran di Indonesia: berwarna coklat tua atau gelap. Pada dagu, pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. tenggorokan dan dada kekuningan, keputih- putihan, dibatasi oleh garis gelap dibelakang Status Konservasi telinga. Ekor panjang dan lentur dan Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus terkadang menggantung ke bawah, namun least concern juga dapat tegak keatas pada saat berjalan maupun berlari.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 57 BIUL Javan Ferret Badger (Melogale orientalis)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Hidup di hutan dataran rendah hingga Kelas : Mamalia pegunungan. Biasa hidup di atas permukaan Bangsa : Carnivora tanah (teresterial) dan aktif pada malam hari Famili : Mustelidae (nokturnal). Makanannya berupa cacing dan Marga : Melogale mamalia kecil seperti tikus. Jenis : Melogale orientalis Penyebaran di Indonesia: Deskripsi pulau Jawa dan Bali. Tubuh berwarna coklat, pada bagian atas terutama leher mendekati kepala berwarna Status Konservasi coklat tua. Ciri khasnya adalah adanya garis Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus putih pada bagian punggung dari kepala Data Deficient. hingga bagian tengah tubuh. Moncong berwarna putih, pada leher bagian bawah berwarna putih. Ekor tidak terlalu panjang dan umumnya berujung putih.

58 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango SIGUNG Sunda Stink-Badger (Mydaus javanensis)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi, tetapi lebih Kelas : Mamalia sering di hutan sekunder dan tempat terbuka, Bangsa : Carnivora misalnya kebun-kebun yang berdekatan Famili : Mustelidae dengan hutan. Umumnya aktif pada malam Marga : Mydaus hari (nokturnal) dan dijumpai di atas Jenis : Mydaus javanensis permukaan tanah (teresterial). Tidur di dalam liang dibawah tanah. Makanananya Deskripsi meliputi cacing tanah dan larva tonggeret, Warna tubuh hitam, dengan garis punggung yang diperoleh dengan menggali tanah putih. Panjang garis bervariasi tetapi yang lembek menggunakan moncong dan biasanya memanjang dari bagian atas cakarnya yang panjang. kepala sampai ekor. Moncong panjang. Sering terdeteksi keberadaanya melalui Penyebaran di Indonesia: baunya yang menyengat hingga beberapa pulau Jawa, Sumatera, dan kepulauan meter, yang disemprotkan dari kelenjar anal Natuna. satwa ini. Status Konservasi Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus least concern.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 59 Famili: Viverridae BINTURUNG Binturong (Arctictis binturong)

Klasifikasi sekunder, terkadang juga memasuki lahan Filum : Chordata perkebunan di dekat hutan. Umumya hidup Kelas : Mamalia di pepohonan (arboreal) namun kadang- Bangsa : Carnivora kadang juga aktif di atas permukaan tanah Famili : Viverridae (teresterial). Terutama aktif pada malam hari Marga : Arctictis (nokturnal). Bergerak perlahan di pepohonan, Jenis : Arctictis binturong menggunakan ekor untuk keseimbangan dan untuk berpegangan pada dahan-dahan Deskripsi ketika sedang makan. Makanannya meliputi Seluruh tubuhnya berwarna hitam dengan buah-buahan masak, terutama buah beringin, rambut berwarna keputih-putihan atau dan satwa mamalia kecil. kemerahan. Rambutnya kasar, panjang dan lebat terutama di dekat pangkal ekor. Penyebaran di Indonesia: Ekornya dapat digunakan untuk memegang pulau Jawa dan Sumatera pada dahan-dahan pohon (prehensil). Status Konservasi Kehidupan Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan rentan (Vulnarable).

60 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango MUSANG AKAR Small-Stripped Palm-Civet (Arctogalidia trivirgata)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder. Biasanya aktif pada malam hari Bangsa : Carnivora (nokturnal). Aktif di atas pohon (arboreal) Famili : Viverridae dan jarang turun ke permukaan tanah. Marga : Arctogalidia Pergerakannya sangat gesit. Makanannya Jenis : Arctogalidia trivirgata meliputi buah-buahan dan satwa mamalia kecil. Deskripsi Pola warna tubuh bervariasi dari hijau Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa sampai keabu-abuan. Warna pada wajah, dan Sumatera telinga dan kaki dan sebagian besar ekor kehitaman. Biasanya memiliki tiga garis Status Konservasi gelap, tipis atau serangkaian bintik yang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus padat berwarna gelap yang meluas ke least concern. sepanjang garis punggung dari leher sampai pangkal ekor. Umumnya tidak memiliki garis pucat dibawah hidung.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 61 MUSANG LUWAK Common Palm-Civet (Paradoxurus hermaphroditus)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder, perkebunan, dan sering terlihat di Bangsa : Carnivora dekat pemukiman manusia. Aktif pada Famili : Viverridae malam hari (nokturnal). Biasanya aktif di Marga : Paradoxurus daratan (teresterial) namun juga dapat aktif Jenis : Paradoxurus Hermaphroditus di pepohonan (arboreal). Makanannya meliputi buah-buahan, dedaunan, cacing Deskripsi tanah dan hewan bertubuh lunak (molusca). Warna tubuh bagian atas bervariasi dari coklat hingga abu-abu tua, pada bagian perut lebih Penyebaran di Indonesia: pucat. Umumnya pada bagian sisi tubuh pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan terdapat bintik-bintik hitam. Warna pada Sulawesi wajah, kaki dan ekor kecoklatan tua atau hitam. Biasanya ada tiga garis gelap yang Status Konservasi tidak jelas dan terputus-putus di sepanjang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus garis punggung. least concern.

62 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango MUSANG GALING Masked Palm-Civet (Paguma larvata)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Umum dijumpai di hutan pegunungan, Kelas : Mamalia namun kadang ke daerah perkebunan untuk Bangsa : Carnivora mencari makan. Aktif pada malam hari Famili : Viverridae (nokturnal), kadang-kadang juga aktif pada Marga : Paguma siang hari (diurnal). Beraktifitas di atas Jenis : Paguma larvata permukaan tanah (teresterial) tapi dapat juga aktif di pepohonan (arboreal). Makanannya Deskripsi berupa buah-buahan dan hewan-hewan Umumnya tubuh berwarna coklat tua. Pada kecil. bagian ujung ekor berwarna putih. Pada bagian wajah seperti memakai topeng Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, berwarna putih dari moncong hingga Sumatera dan Kalimantan belakang mata. Status Konservasi Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus least concern.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 63 LINGSANG Banded Linsang (Prionodon linsang)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder, perkebunan. Aktif pada malam Bangsa : Carnivora hari (nokturnal), aktif di atas permukaan Famili : Viverridae tanah (teresterial) namun kadang-kadang Marga : Prionodon di pepohonan (arboreal). Tidur siang hari Jenis : Prionodon linsang pada sarang yang dibuat didalam sebuah lubang di bawah tanah atau di dalam pohon. Deskripsi Makanannya meliputi mamalia kecil, Bentuk tubuh kecil, ramping dan seperti burung, reptilia, dan artropoda. kucing. Warna tubuh keputih-putihan. Pada tubuh bagian atas terdapat pola bintik-bintik Penyebaran di Indonesia: dan belang-belang coklat tua hingga hitam pulau Jawa dan Sumatera. tebal hingga pada bagian ekornya. Tidak seperti pada jenis musang (Viverridae) Status Konservasi lainnya, cakar dapat ditarik kedalam seperti Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus cakar kucing. least concern.

64 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango MUSANG RASE Small Indian-Civet (Viverricula indica)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan yang tinggi dan hutan Kelas : Mamalia sekunder, perkebunan. Aktif pada malam Bangsa : Carnivora hari (nokturnal) dan biasa hidup di atas Famili : Viverridae permukaan tanah (teresterial). Makanannya Marga : Viverricula berupa buah-buahan dan mamalia kecil. Jenis : Viverricula indica Penyebaran di Indonesia: Deskripsi pulau Jawa, Bali dan Sumatera Bentuk tubuh seperti jenis musang umumnya, moncong runcing. Warna tubuh abu-abu atau Status Konservasi coklat keputih-putihan dengan corak warna Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus coklat yang lebih tua di sekujur tubuhnya. least concern. Pada bagian ekor memiliki 6 – 9 belang hitam sempurna (seperti cincin) dan ujungnya pucat.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 65 Famili: Herpestidae GARANGAN JAWA Javan Gold-Spotted Mongoose (Hervestes javanicus)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Umumnya ditemukan di semak dan lapangan Kelas : Mamalia terbuka, daripada di hutan lebat. Aktif pada Bangsa : Carnivora malam hari (nokturnal) namun dapat juga Famili : Herpestidae pada siang hari (diurnal). Biasa hidup di atas Marga : Herpestes permukaan tanah (teresterial). Makanannya Jenis : Herpestes javanicus berupa cacing tanah, hewan bertubuh lunak (molusca), dan mamalia kecil. Deskripsi Warna rambut coklat kemerahan, warna kaki Penyebaran di Indonesia: sama dengan warna bagian punggung. pulau Jawa Ekor relatif lebih panjang. Status Konservasi: Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus least concern.

66 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Felidae MACAN TUTUL JAWA Javan Leopard (Panthera pardus melas)

Klasifikasi dikenal sebagai Macan kumbang. Filum : Chordata Kelas : Mamalia Kehidupan Bangsa : Carnivora Macan tutul dapat hidup dari hutan dataran Famili : Felidae rendah hingga dataran tinggi. Aktif pada malam Marga : Panthera hari (nokturnal) dan juga siang hari (diurnal). Jenis : Panthera pardus melas Umumnya bersifat hidup sendiri (soliter), namun akan terjadi peristiwa bersamaan antara jantan Deskripsi dan betina dewasa pada saat musim kawin Macan tutul memiliki ukuran tubuh yang dan pengasuhan anak oleh induk betina. bervariasi. Panjang tubuh berkisar antara 90 Sebagai satwa karnivora, Macan tutul - 150 cm dengan tinggi berkisar antara 60 - umumnya memangsa satwa dari satwa 95 cm. Berat badannya berkisar antara 40 - mamalia seperti, rusa, kijang, kancil, babi. 60 kg. Perbedaan sub spesies ini selain dari ukuran tubuh, juga perbedaaan warna dasar Penyebaran di Indonesia: rambut yang menutupi tubuh. Warna tubuh hanya ada di pulau Jawa pucat kecoklatan, kuning terang berikut dengan tutul-tutul hitam besar-kecil yang Status Konservasi: berpola di sekujur tubuhnya. Macan tutul juga Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus memiliki variasi warna lain yaitu hitam yang critically endangered (kritis).

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 67 KUCING HUTAN Leopard cat (Prionailurus bengalensis)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di hutan dataran rendah hingga Kelas : Mamalia dataran tinggi. Selain itu juga dapat ditemukan Bangsa : Carnivora di sekitar perkebunan. Biasanya aktif pada Famili : Felidae malam hari (nokturnal) dan siang hari (diur- Marga : Felis nal), umumnya hidup di atas permukaan tanah Jenis : Felis bangalensis (teresterial), aktif juga di pepohonan kecil (arboreal) dan merupakan pemanjat yang Deskripsi tangkas. Didalam hutan biasanya mereka Tubuh berwarna coklat muda hingga keme- tinggal di lubang pohon, goa kecil dan rahan atau kekuningan, dengan bintik-bintik diantara akar pohon. Makanan utama berupa hitam pada seluruh bagian tubuh bagian atas tikus, tupai, katak, kadal, dan serangga. termasuk ekor. Ukuran tubuh hampir sama dengan kucing kampung. Panjang tubuh Penyebaran di Indonesia: berkisar antara 40 – 43,5 cm, panjang ekor pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan berkisar antara 17,5 - 22 cm, berat tubuh berkisar antara 100-115 gram. Status Konservasi Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus least concern.

68 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ordo: Primata Famili: Lorisidae

KUKANG JAWA Javan Slow Loris (Nycticebus javanicus)

Klasifikasi memancarkan cahaya kemerahan dengan Filum : Chordata jelas apabila terkena cahaya pada malam hari. Kelas : Mamalia Bangsa : Primata Kehidupan Famili : Lorisidae Hidup di hutan pegunungan dan hutan Marga : Nycticebus sekunder, terkadang di daerah perkebunan. Jenis : Nycticebus javanicus Aktif pada malam hari (nokturnal) dan biasanya hidup diatas pohon (arboreal) yang berukuran Deskripsi kecil hingga yang besar. Makanannya berupa Kukang adalah primata bertubuh kecil, kekar, serangga dan buah-buahan yang berdaging. ekornya sangat pendek. Semua jari Satwa ini dalam pergerakannya dengan mempunyai kuku, kecuali jari kedua, yang memanjat perlahan-lahan dan hati-hati. memiliki cakar pendek. Pola warna umumnya coklat abu-abu pucat, dengan garis coklat dari Penyebaran di Indonesia: bagian atas kepala sampai bagian tengah pulau Jawa punggung atau pangkal ekor. Biasanya memiliki lingkaran berwarna gelap mengeliligi Status Konservasi: kedua mata. Rambut halus dan lebat. Mata Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus endangered species (terancam punah)

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 69 Famili: Cercopithecidae

MONYET EKOR PANJANG Crab-Eating Macaque (Macaca fascicularis)

Klasifikasi Filum : Chordata Kelas : Mamalia Bangsa : Primata Famili : Cercopithecidae Marga : Macaca Jenis : Macaca fascicularis

Deskripsi Warna tubuh coklat abu-abu, bagian bawah selalu lebih pucat. Jambang pipi sering mencolok. Bayi kehitaman. Kelompok sering dapat dideteksi dari jeritannya, yang umumnya berbunyi ‘kra”.

Kehidupan Dapat hidup dari hutan pesisir hingga pegunungan, bahkan juga ditemukan disekitar perkebunan. Aktif secara teratur keradaanya dapat menjadi hama bagi tanaman dari fajar hingga petang (diurnal). Sering komersial. berpergian dalam kelompok berang- gotakan 20 hingga 30 ekor atau lebih Penyebaran di Indonesia: terdiri dari 2-4 jantan dewasa. 6 -11 pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan betina dewasa dan selebihnya anakan. Makanan utamanya adalah buah- Status Konservasi: buahan matang dan makanan berupa Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus least hewan termasuk serangga. Terkadang concern.

70 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango SURILI Grizzled Leaf Monkey (Presbytis comata)

Klasifikasi Filum : Chordata Kelas : Mamalia Bangsa : Primata Famili : Cercopithecidae Marga : Presbytis Jenis : Presbytis comata

Deskripsi Umumnya warna tubuh Surili dewasa mulai dari kepala sampai bagian punggung hitam atau coklat dan keabuan. Sedangkan warna rambut jambul dan kepala berwarna hitam. Rambut yang tumbuh dibawah dagu, dada dan perut, bagian dalam lengan dan kaki dan ekor, berwarna putih. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat agak kemerahan. Anak yang baru lahir berwarna putih dan memiliki garis hitam mulai dari kepala dan sisanya 15% berbagai jenis makanan hingga bagian ekor. lain seperti serangga.

Kehidupan Penyebaran di Indonesia: Surili menempati hutran primer dan sekunder Endemik di pulau Jawa khususnya di bagian mulai dari hutan pantai hingga hutan Barat. pegunungan pada ketinggian sekitar 2000 meter diatas permukaan laut. Komposisi Status Konservasi pakan surili terdiri dari daun muda atau kuncup Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus daun (64%), buah dan biji (14%), bunga 7%, endangered species (terancam punah).

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 71 LUTUNG BUDENG Ebony Leaf Monkey (Trachypithecus auratus)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Terdapat di berbagai hutan dari dataran Kelas : Mamalia rendah hingga pegunungan. Aktif dari pagi Bangsa : Primata hingga sore hari (diurnal) dan umumnya Famili : Cercopithecidae hidup di pepohonan (arboreal). Makanan Marga : Trachipitecus utama berupa pucuk daun, terkadang juga Jenis : Trachipitecus auratus memakan buah-buahan dan serangga.

Deskripsi Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, Tubuh seluruhnya gelap, abu-abu metalik. Sumatera dan Kalimantan. Wajah abu-abu tua atau hitam. Kelihatan seluruhnya hitam dalam kondisi di lapangan. Status Konservasi: Anakan berwarna jingga terang. Dewasa Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus berwarna kemerahan. vulnerable (rentan)

72 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Hylobatidae

OWA JAWA Javan Silvery Gibbon (Hylobates moloch)

Klasifikasi Filum : Chordata Kelas : Mamalia Bangsa : Primata Famili : Hylobatidae Marga : Hylobates Jenis : Hylobates moloch

Deskripsi Tubuh Owa jawa seluruhnya ditutupi rambut yang berwarna kecoklatan sampai keperakan atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam. Muka seluruhya juga berwarna hitam, dengan alis berwarna abu-abu yang meneyerupai warna keseluruhan tubuh.

Kehidupan hingga 35 tahun. Owa jawa hidup di pohon Owa jawa hidup di hutan tropik, mulai dari (arboreal) dan jarang turun ke tanah. dataran rendah, pesisir, hingga pegunungan Pergerakan dari pohon yang satu ke pohon pada ketinggian 1.400 meter dpl. Lebih dari yang lain dengan bergelayutan (brakhiasi). 50% bagian yang dimakan berupa buah deserta bijinya, sisanya dapat berupa bunga, Penyebaran di Indonesia: dan daun muda dan serangga. Owa jawa endemik pulau Jawa, terutama di Jawa Barat hidup berpasangan dalam sistem keluarga dan sebagian di Jawa Tengah. (monogamy). Selain kedua induk, didalam keluarga juga terdapat 1-2 anak yang belum Status Konservasi: mandiri. Masa hamil primata ini antara 197- Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus 210 hari, Umumnya Owa jawa dapat hidup endangered species (terancam punah).

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 73 BURUNG Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diketahui terdapat lebih kurang 262 jenis burung yang termasuk dalam 48 suku (famili), seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Daftar Jenis-Jenis Burung Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

ACCIPITRIDAE

1 Accipter trivirgatus Crested Goshawk Elang alap jambul 2 Accipter soloensis Chinese Goshawk Elang alap cina 3 Accipter gularis Japanese Sparrow hawk Elang alap nipon 4 Accipter virgatus Besra Elang alap besar 5 Ictinaetus malayensis Elang hitam 6 Pernis ptilorhyncus Oriental Honey-buzzard Sikep madu

ALCEDINIDAEA

7 Alcedo atthis Common Kingfisher Raja udang erasia 8 Alcedo meninting Blue-eared Kingfisher Raja udang meninting 9 Halcyon chloris Collared Kingfisher Cekakak 10 Halcyon cyanoventris Javan Kingfisher Cekakak jawa

ALAUDIDAE

11 Mirafra javanica Australasian Lark Branjangan jawa

ANHINGIDAE

12 Anhinga melanogaster Oriental darter Pecuk ular asia

74 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

APOPIDAE

13 Collocalia linchii Cave-swiftlet Walet linci 14 Collocalia vulcanorum Vulcano swiflet Walet gunung 15 Collocalia esculenta Linchi swiftlet Walet sapi 16 Collocalia salangana Mossy-nest Swiftlet Walet sarang lumut 17 Collocalia maximus Black-nest Swiftlet Walet sarang hitam 18 Collocalia fuchipagus Edible-nest Swiftlet Walet sarang putih 19 Cypsiurus balasiensis Asian Palm-swift Walet palem asia 20 Hydrochous gigas Waterfall swift Walet raksasa 21 Hemiprocne longipennis Grey-rumped Treeswift Kapinis pohon 22 Apus alfinis Little Swift Kapinis rumah 23 Hirundapus caudacutus White Throated needletail Kapinis jarum Asia

ARDEIDAE

24 Ardeola speciosa Javan Pond-Heron Blekok sawah 25 Ixobrychus sinensis Yellow Bittern Bambangan kuning 26 Ixobrychus cinnamomeus Cinnamon Bittern Bambangan merah

BUCEROTIDAE

27 Aceros undulatus Wreathed Hornbill Julang emas 28 Buceros rhinoceros Rhinoceros Hornbill Rangkong badak

CAMPEPHAGIDAE

29 Pericrocotus miniatus Sunda minivet Sepah gunung 30 Pericrocotus cinnamomeus Small minivet Sepah kecil 31 Pericrocotus flammeus Sepah hutan 32 Lalage nigra Pied Triller Kapasan kemiri 33 Tephrodornis gularis Large Woodshrike Jingjing petulak

CHLOROPSEIDAE

34 Chloropsis cochinchinensis Blue-winged Burung daun sayap biru 35 Chloropsis sonneratia Burung daun besar

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 75 No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

36 Aegithina tiphia Cipoh kacat

CAPRIMULGIDAE

37 Caprimulgus indicus Grey Nightjar Cabak kelabu 38 Caprimulgus macrurus Large-tailed Nightjar Cabak maling 39 Caprimulgus pulchellus Salvadori’s Nightjar Cabak gunung

CAPOTONIDAE

40 Megalaima armillaris Orange-fronted Barbet Takur tohtor 41 Megalaima australis Blue-eared Barbet Takur tenggeret 42 Megalaima lineata Lineated barbet Takur bultok 43 Megalaima corvina Brown-throated barbet Bubut / Bututut 44 Megalaima haemacephala Coppersmith barbet Ungkut-ungkut 45 Megalaima javensis Black-banded barbet Tulung tumpuk

CHARADRIIDAE

46 Pluvialis fulva Pasific Golden-plover Cerek kernyut

COLUMBIDAE

47 Treron vernans Pink-necked Green Punai gading Pigeon 48 Treron oxygura Sumatran Green Pigeon Punai salung 49 Treron sphenura Wedge-tailed Green Punai gagak Pigeon 50 Chalcophaps indica Emerald Dove Delumukan zambrud 51 Ducula aenea Green Imperial Pigeon Pergam hijau 52 Ducula lacernulata Dark-backed Imperial Pergam punggung hitam Pigeon 53 Geopelia striata Zebra Dove Perkutut jawa 54 Macropygia emiliana Ruddy -Dove Uncal buah 55 Macropygia unchall Barred Cuckoo-Dove Uncal loreng 56 Ptilinopus melanospila Black-naped fruit-Dove Walik Kembang 57 Ptilinopus porphyreus Pink-headed fruit-Dove Walik kepala ungu

76 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

58 Macropygia ruficeps Little Cuckoo-Dove Uncal kouran 59 Streptopelia chinensis Spotted Dove Tekukur biasa 60 Streptopelia bitorquata Island Collared Dove Dederuk jawa

CUCULIDAE

61 micropterus Indian Cuckoo Kangkok 62 Cuculus canorus Common Cuckoo Kangkok erasia 63 Cuculus saturatus Kangkok ranting 64 merulinus Wiwik kelabu 65 Cacomantis sepulchralis Rusty-breasted cuckoo Wiwik unciung 66 Cacomantis sonneratii Banded Bay Cuckoo Wiwik lurik 67 Centropus bengalensis Lesser coucal Bubut alang-alang 68 Centropus cinencis Grater Coucal Bubut besar 69 Phaenicophacus tristis Green-billed Malkoha Kadalan kera 70 Phaenicophaeus javanicus Red-billed Malkoha Kadalan kembang 71 Surniculus lugubris Drongo Cuckoo Kedasi hitam 72 Eudynamys scolopacea Asian koel Tuwur Asia

CORACIIDAE

73 Eurystomus orientalis Dollarbird Tiong lampu biasa

CORVIDAE

74 Corvus enca Slender billed Crow Gagak hitam 75 Corvus macrorhynchos Large-billed Crow Gagak kampung 76 Cissa thallassina Short-tailed Magpie Ekek Geling 77 Crypsirina temia Racket-tailed Treepie Tangkar cetrong

DICAEIDAE

78 Dicaeum concolor Plain flowerpecker Cabai polos 79 Dicaeum trochileum Scarlet-headed Cabe Jawa flowerpecker 80 Dicaeum sanguinolentum Blood-breasted Cabai Gunung flowerpecker

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 77 No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

81 Dicaeum trigonostigma Orange-bellied Cabai-bunga api flowerpecker 82 Prionochilus percussus Crimson-breasted Pentis pelangi flowerpecker

DICRURIDAE

83 Dicrurus hottentottus Spangled drongo Srigunting mata putih 84 Dicrurus leucophaeus Ashy drongo Srigunting kelabu 85 Dicrurus macrocercus Black drongo Srigunting hitam 86 Dicrurus paradisius Greater racket-tailed Srigunting batu drongo 87 Dicrurus annectans Crow-billed drongo Srigunting gagak 88 Drongo remifer Lesser racket-tailed Srigunting kecil drongo

FRINGILLIDAE

89 Serinus estherae Mountain Serin Kenari melayu

FALCONIDAE

90 Falco moluccensis Spotted Kestrel Alap-alap sapi 91 Falco severus Oriental Hobby Alap-alap macan 92 Falco peregrinus Peregrine Falcon Alap-alap kawah 93 Microhierax fringillarius Black-thighed Alap-alap capung Falconet

HIRUNDINIDAE

94 Artamus leucorhynchus White-breasted Kekep babi woodswallow 95 Delichon dasypus Asian-house Martin Layang-layang rumah 96 Hirundo tahitica Pacific Swallow Layang-layang biasa 97 Hirundo rustica Barn Swallow Layang-layang batu 98 Hirundo striolata Striated swallow Layang-layang api

78 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

LANIIDAE

99 Lanius tigrinus Tiger Shrike Bentet loreng 100 Lanius cristatus Brown Shrike Bentet coklat 101 Lanius schach Long-tailed Shrike Bentet kelabu

MEROPIDAE

102 Merops philipinus Blue-tailed Bee-eater Kirik-kirik laut 103 Merops leschenaulti Chestnut-headed Kirik-kirik senja Bee-eater

MELIPHAGIDAE

104 Aethopygia siparaja Crimson Sunbird Burung madu merah 105 Aethopyga temmincki Temminck’s Sunbird Burung madu ekor merah 106 Aethopyga eximia White-flanked Sunbird Burung madu gunung 107 Aethopyga mystacalis Scarlet Sunbird Burung madu jawa 108 Anthreptes singalensis Ruby-Cheeked Sunbird Burung madu belukar 109 Anthreptes malacencis Plain-throated Sunbird Burung madu kelapa 110 Nectarinia sperata Purple-throated sunbird Burung madu pengantin 111 Nectarinia jugularis Olive-backed sunbird Burung madu sriganti

MUSCICAPIDAE

112 westermanni Little pied flycatcher Sikatan belang 113 Ficedula mugimaki Mugimaki Flycatcher Sikatan mugimaki 114 Ficedula hyperythra Snowy-browed Flycatcher Sikatan bodoh 115 Eumyias indigo Indigo flycatcher Sikatan ninon 116 Culicicapa ceylonensis Grey-headed flycatcher Sikatan kepala kelabu 117 Muscicapa dauurica Asian Brown Flycatcher Sikatan Bubik 118 Muscicapa ferruginea Ferruginous Flycatcher Sikatan besi 119 Rhypidura leucopygialis Silver-rumped swift Kapinis Jarum kecil 120 Rhypidura javanica Pied fantail Kipasan belang 121 Rhypidura euryura White-bellied Fantail Kipasan bukit 122 Eurylaimus javanicus Banded-Naped Monarch Kehicap ranting 123 Cyornis banyumas Hill Blue Flycatcher Burung cacing

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 79 No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

124 Hemipus hirundinaceus Black-winged Jingjing batu flycatcher-shrike 125 Tersiphone paradisi Asian paradise-Flycatcher Seriwang asia

MOTACILLIDAE

126 Motacilla cinerea Grey wagtail Kicuit batu 127 Motacilla flava Yellow Wagtail Kicuit kerbau 128 Dendronanthus indicus Forest Wagtail Kicuit hutan

NECTARINIIDAE

129 Arachnothera longirostra Little spider hunter Pijantung kecil 130 Arachnothera robusta Long-billed Spiderhunter Pijantung besar

ORIOLIDAE

131 Coracina larvata Sunda Cuckoo-Shrike Kepudang sungu Gunung 132 Coracina javensis Javan Cuckoo-Shrike Kepudang sungu jawa 133 Coracina fimbriata -Shrike Kepudang sungu kecil 134 Oriolus chinensis Black-naped Oriole Kepudang kuduk hitam 135 Oriolus cruentus Black and Crimson Oriole Kepudang dada merah 136 Irena puella Asian Fairy-bluebird Kacembang gadung 137 Platylophus galericulatus Crested Jay Tangkar Ongklet

PACHYCEPHALIDAE

138 Pachycephala grisola Whistler Kancilan bakau

PANDIONIDAE

139 Elanus caeruleus Black-winged Kite Elang tikus 140 Haliastur indus Brahminy Kite Elang bondol 141 Spilornis cheela Crested Serpent Eagle Elang ular bido 142 Spizaetus bartelsi Javan Hawk Eagle Elang Jawa 143 Spizaetus cirrhatus Changeable Hawk-eagle Elang brontok 144 Pandion haliaetus Osprey Elang tiram

80 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

PARIDAE

145 Parus major Great tit Gelatik batu kelabu

PHASIANIDAE

146 Arborophila javanica Chestnut-bellied Puyuh Gonggong Jawa patridge

PICIDAE

147 Picus puniceus Crimson winged Pelatuk kumis merah Woodpecker 148 Picus vittatus Laced woodpecker Pelatuk hijau 149 Picus mentalis Checker-Throated Pelatuk kumis kelabu Woodpecker 150 Dendrocopos macei Fulvous-Breasted Caladi ulam woodpecker 151 Dendrocopos moluccensis Sunda woodpecker Caladi tilik 152 Sasia abdormis Rufous piculet Tukik tikus

PITTIDAE

153 Pitta guajana Banded Pitta Paok pancawarna

PLOCEIDAE

154 Lonchura leucogastroides Javan munia Bondol jawa /pipit 155 Lonchura punctulata Scaly-breasted Munia Bondol peking 156 Lonchura maja White-headed Munia Bondol haji 157 Passer montanus Eurasian Tree Sparrow Burung gereja erasia 158 Padda oryzivora Sparrow Gelatik jawa 159 Amandava amandava Red Avadavat Pipit benggala 160 Erythrura hiperythra Tawny-breasted Bondol hijau dada merah Parrot-finch 161 Erythrura prasina Pin-tailed Parrot finch Bondol hijau binglis

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 81 No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

PODARGIDAE

162 Batrachostomus javensis Javan Frogmouth Paruh kodok jawa

PODICIPEDIDAE

163 Tachybaptus ruficollis Little Grebe Titihan telaga

PSITTACIDAE

164 Loriculus pussilus Yellow-throated Serindit Jawa hanging-Parrot 165 Psittacula alexandri Red-breasted parakeet Betet biasa

PYCNONOTIDAE

166 Alophoixus bres Finsch’s Bulbul Empuloh janggut 167 Pycnonotus aurigaster Sooty-headed bulbul Kutilang 168 Pycnonotus melanisterus Black-crested Bulbul Cucak kuning 169 Pycnonotus zeylanicus Straw-headed Bulbul Cucak rawa 170 Pycnonotus atriceps Black-headed Bulbul Cucak kuricang 171 Pycnonotus bimaculatus Orange-spotted Bulbul Cucak gunung 172 Pycnonotus goiavier Yellow-vented bulbul Cerucuk 173 Pycnonotus plumosus Olive-winged Bulbul Merbah belukar 174 Hypsipetes flavala Ashy Bulbul Brinji kelabu

RALIIDAE

175 Gallus-Gallus Red Junglefowl Ayam hutan merah 176 Gallus varius Green Junglefowl Ayam hutan hijau 177 Gallirallus striatus Slaty-breasted Rail Mandar padi sintar 178 Gallicrex cinera Watercock Mandar bontod 179 Porzana pusilla Baillon’s Crake Tikusan kerdil 180 Porzana fusca Ruddy-breasted Crake Tikusan merah 181 Porzana paykullii Band-bellied Crake Tikusan 182 Porzana cinerea White-browed Crake Tikusan alis putih 183 Amaurornis phoenicurus White breasted Waterhen Kareo padi

82 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

STRINGIFORMES

184 Bubo sumatranus Barred Eagle- Beluk jampuk 185 Ketupa ketupu Buffy Fish-Owl Beluk ketupa 186 Otus angelinae Javan Scops-Owl Celepuk jawa 187 Otus lempiji Sunda Scops-Owl Celepuk reban 188 Tyto alaba Barn Owl Serak jawa 189 Phodilus badius Oriental Bay Owl Serak bukit 190 seloputo Spotted Wood-Owl Kukuk seloputu 191 Strix leptogrammica Brown Wood-Owl Kukuk beluk 192 Glaucidium castanopterum Javan Owlet Beluk watu jawa

SCOLOPACIDAE

193 Tringa glareola Wood Sandpiper Trinil semak 194 Tringa hypoleucos Common Sandpiper Trinil pantai 195 Rostratula benghalensis Grater Painted-snipe Berkik kembang besar 196 Scolopax saturata Rufous Woodcock Berkik gunung merah 197 Gallinago stenura Pintail snipe Berkik ekor lidi

SILVIIDAE

198 Abroscopus superciliaris Yellow belled Warbler Cikrak bambu 199 Cisticola exilis Golden-headed Cisticola Cici merah 200 Cisticola juncidis Zitting cisticola Cici padi 201 Crocias albonotatus Spotted Crocias Cica matahari 202 Cettia vulcania Sunda Bush-warbler Ceret gunung 203 Phylloscopus borealis Arctic Warbler Cikrak kutub 204 Phylloscopus coronatus Eastern Crowned Warbler Cikrak mahkota 205 Orthotomus sepium Olive-backed tailorbird Cinenen kelabu 206 Orthotomus sutorius Common Tailorbird Cinenen pisang 207 Orthotomus cuculatus Mountain Tailorbird Cinenen gunung 208 Bradypterus seebohmi Russet Bush-Warbler Ceret kuning 209 Prinia familiaris Bar-winged Prinia Prenjak jawa 210 Prinia polychroa Brown prinia Prenjak coklat 211 Prinia flaviventris Yellow-bellied Prinia Prenjak rawa 212 Prinia inornata Plain Prinia Prenjak padi

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 83 No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

213 Pomatorhinus montanus Chestnut-backed Cica kopi melayu scimitar-babbler 214 Locustella lanceolata Lanceolated Warbler Kecici lurik 215 Locustella certhiola Pallas’s Grasshoper- Kecici belalang Warbler 216 Seicercus grammiceps Sunda Warbler Cikrak muda 217 Tesia superciliaris Javan tesia Tesia jawa

SITTIDAE

218 Sitta azurea Blue Munguk loreng 219 Sitta frontalis Velvet-fronted nuthatch Munguk beledu

STRURNIDAE

220 javanicus Javan Kerak kerbau 221 Aplonis minor Short-tailed Perling kecil 222 Aplonis panayensis Asian Glossy Starling Perling kumbang 223 Sturnus contra Asian Pied Starling Jalak suren

TIMALIIDAE

224 Alcippe pyrrhoptera Javan Fulvetta Wergan jawa 225 Malacocinla sepiarium Horfield’s Babbler Pelanduk semak 226 Malacopteron cinerum Scaly-crowned Babbler Asi topi sisik 227 Pellorneum pyrrogenys Temminck’s Babbler Pelanduk bukit 228 Pellorneum capistratum Black-capped Babbler Pelanduk topi hitam 229 thoracica White-bibbed tree Tepus leher putih babbler 230 Stachyris gramiceps White-breasted Tepus dada putih Tree-babbler 231 Stachyris erythroptera Chustnut-winged Babbler Tepus merbah-Sampah 232 Stachyris melanothorax Crescent-Chested Babbler Tepus pipi 233 Timalia pileata Chesnut-capped Babbler Tepus gelagah 234 Napothera macrodactyla Large Wren Brencet besar 235 Napothera epilepidota Eyebrowed Wren Brencet berkening 236 Pnoepyga pusilla Pygmy wren babbler Berencet kerdil

84 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

237 Psaltria exsilis Pygmy tit Cerecet jawa 238 Pteruthius flaviscapis White browed Shrike- Ciu besar babbler 239 Pteruthius aenobarbus Chesnut –fronted Shrike- Ciu kunyit Babbler 240 Garrulax rufifrons Rufous-fronted laughing Poksai kuda thrush

TURDIDAE

241 Zoothera sibirica Siberian Thrush Anis Siberia 242 Zoothera peronii Orange-headed Thrush Anis merah 243 Zoothera andromedae Sunda Thrush Anis hutan 244 Zoothera dauma Scaly Thrush Anis sisik 245 Turdus obscurus Eye-browed Thrush Anis kuning 246 Brachypteryx leucophyrys Lesser Short-wing Cingcoang coklat 247 Brachypteryx montana White-browed Short-wing Cingcoang biru 248 Megalurus palustris Striated Grassbird Cica koreng jawa 249 Cinclidium diana Sunda Blue Robin Cingciong biru 250 Cochoa azurea Javan cochoa Ciung mungkal jawa 251 Macronous flavicollis Grey-faced Tit-babbler Ciung air 252 Macronous gularis Striped Tit-Babbler Ciung air goring 253 Myophonus glaucinus Sunda Whistling Thrush Ciung batu kecil 254 Myophonus caeruleus Blue Whistling Thrush Ciung batu siul 255 Copsychus saularis Oriental magpie robin Kucica 256 Enicurus velatus Lesser forktail Meninting kecil 257 Trichastoma sepiarium Horsfield’s babbler Kancilan sunda 258 Saxicola caprata Pied Bushchat Decu belang

ZOSTEROPIDAE

259 Zosterops montanus Mountain White-eye Kacamata gunung 260 Zosterops flavus Javan white-eye Kacamata biasa 261 Zosterops palpebrosus Oriental White-eye Burung kacamata biasa 262 Lophozosterops javanicus Javan Grey-throated Opior jawa White- eye

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 85 REPTIL Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diketahui terdapat lebih kurang 30 jenis reptil yang termasuk dalam 7 suku (famili) yang terdiri dari 19 jenis ular (serpentes) dan 11 jenis kadal (Lacertilia), seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Daftar Jenis-Jenis Reptil di Taman Nasional Gunung Gede Pangango

No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

SERPENTES

- Colubridae 1 linnaei Common Red Ular tangkai 2 Calamaria lumbricoidea Variable Reed Snake Ular peliang 3 Calamaria schlegelli Pink Headed Reed Ular alang-alang Snake 4 Lycodon subcinctus Banded Wolf snake Ular peniru welang 5 Liopeltis baliodeirus Spotted-Ground Snake Ular bintik 6 Elaphe flavolineata Common Racer Snake Ular babi/ular kopi 7 Rhabdophis subminiatus Redneck Keelback Snake Ular picung 8 Ahaetulla prasina Green Vine Snake Ular pucuk 9 Aplopeltura boa Blunt-Headed Tree Snake Ular kepala tumpul 10 Pareas carniatus Slug Snake Ular siput 11 Dendrelaphis pictus Painted Bronze-Back Ular tampar Snake

-Boidae 12 Phyton reticulatus Retuculated Phyton Sanca kembang

86 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Famili/Nama jenis Nama asing Nama lokal

- Elapidae 13 Naja sputatrix Black Spitting Cobras Ular kobra 14 Ophiopohagus hannah King Cobras Ular anang 15 Bungarus candidus Malayan Krait Snake Ular weling 16 Bungarus fasciatus Banded Krait Snake Ular welang 17 Maticora bivirgata Red Bellied Long Ular cabe besar Glanded Snake

-Viperidae 18 Trimeresurus puniceus Flat-Nosed Pit Viper Ular bandotan 19 Agkistrodon rhodostoma Malayan Pit-Viper Ular tanah

LACERTILIA

-Gekkoidae 20 Hemidactylus frenatus Common House Geckoes Cicak rumah 21 Cosymbotus platyurus Flat Tailed Gecko Cicak hutan 22 Gecko gecko Common Tokay Gecko Tokek 23 Ptychoozon kuhlii Kuhl’s Flying Gecko Tokek purba

- Agamidae 24 Pseudocalotes Slender Beauty Bunglon tympanistriga 25 jubata Slender Agama Bunglon pohon 26 Gonocephalus kuhlii Angle Head Bunglon tanduk 27 Draco volans Flying Dragon Cicak terbang 28 Tachydromus sexlineatus Asian Grass Lizard Orok-orok/kadal pari

-Scincidae 29 Mabuya multifasciata East Indian Brown Kadal rumah Mabuya 30 Sphenomorphus sanctus Kadal pohon

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 87 Ordo: Squamata Famili: Colubridae ULAR BINTIK Spotted Ground Snake (Liopeltis baliodeirus Boie, 1827)

Klasifikasi: antara 9 - 12 mm, lebar kepala 6 – 8,5 mm, Filum : Chordata tinggi kepala 5 – 6 mm, panjang tubuh 250 Sub filum : Vertebrata – 295 mm, diameter tubuh 6,5 - 7 mm, Kelas : Reptilia panjang ekor 75- 105 mm, diameter ekor 2 Bangsa : Squamata - 5 mm, jumlah sisik bagian punggung (dor- Famili : Colubridae sal) 13, sisik bagian perut (ventral) 129 – 137, Sub familia : Colubrinae sisik dibawah ekor (sub caudal) 65 – 70. Marga : Liopeltis Jenis : Liopeltis baliodeirus Kehidupan Ular ini umum dijumpai di dataran rendah Deskripsi hutan hujan tropis. Termasuk ular yang aktif Kepala berbentuk bulat telur (oval), mata dan pada siang hari (diurnal) dan umum hidup di anak mata (pupil) terlihat jelas. Warna tubuh permukaan tanah (teresterial). Makanannya coklat kemerahan, pada bagian punggung berupa serangga. Berkembang biak dengan (dorsal) dan sisi tubuh (lateral) terdapat titik- cara bertelur (ovipar). Tergolong ular tidak titik kecil berwarna hitam dengan warna berbisa karena tidak memiliki gigi bisa kuning keputihan ditengahnya yang tersebar (aglypha). teratur sampai setengah bagian tubuh. Pada bagian perut (ventral) berwarna oranye. Penyebaran di IndonesiaIndonesia: Bentuk ekor runcing. Panjang kepala berkisar pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

88 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR KOPI Common Racer Snake (Elaphe flavolineata Schlegel, 1837)

Klasifikasi: tubuhnya. Pada bagian perut (ventral) tubuh Filum : Chordata berwarna putih susu dan bagian bawah ekor Sub filum : Vertebrata berwarna hitam. Bentuk sisik membulat. Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Kehidupan Famili : Colubridae Ular ini umumnya hidup di dataran rendah Sub familia : Colubrinae hutan hujan tropis, daerah pertanian hingga Marga : Elaphe di sekitar perkampungan. Aktif pada siang Jenis : Elaphe flavolineata hari (diurnal). Umum hidup di permukaan tanah (teresterial). Ular ini tergolong ular tidak Deskripsi berbisa karena tidak memiliki gigi bisa Kepala berbentuk bulat telur (oval). Pada (aglypha) namun sangat agresif. Makanannya tengkuk, belakang mata dan di atas rahang berupa cicak dan kadal kecil. Berkembang terdapat garis putih. Tubuhnya berwarna hitam biak dengan cara bertelur (ovipar). kecoklatan, pada bagian punggung (dorsal) terdapat garis kuning dan titik kecil berwarna Penyebaran di Indonesia: pulau putih yang tersebar teratur sampai setengah Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 89 ULAR KEPALA TUMPUL Blunt-Headed Tree Snake (Aplopeltura boa Boie, 1828)

Klaisfikasi Panjang kepala 125 mm, lebar kepala 7 mm, Filum : Chordata tinggi kepala 65 mm, panjang tubuh 290 mm, Sub filum : Vertebrata diameter tubuh 7 mm, panjang ekor 130 mm, Kelas : Reptilia diameter ekor 3 mm. Bangsa : Squamata Famili : Colubridae Kehidupan Sub familia : Paretinae Habitat ular ini di dataran rendah hingga Marga : Aplopeltura pegunungan hutan tropis. Ular ini termasuk aktif Jenis : Aplopeltura boa pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas pohon (arboreal). Ular ini sangat Deskripsi bersahabat dan tidak agresif. Makanannya siput Bentuk kepala hampir segi empat. Bagian dan keong. Tergolong ular yang tidak berbisa perisai atas kepala berwarna hitam, mata jelas karena tidak memiliki gigi bisa (aglypha). dan anak mata mata (pupil) bulat menonjol. Berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). Pada bagian rahang atas terdapat warna oranye. Tubuh berwarna putih susu, tedapat Penyebaran di IndonesiaIndonesia: bercak tubuh berwarna hijau, coklat dan pulau Jawa, Lombok, Sumatera dan bintik-bintik hitam (seperti kulit pohon). Kalimantan.

90 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR SIPUT Slug Snake (Pareas carniatus Boie, 1827)

Klasifikasi caudal) tunggal. Panjang kepala 9 mm, lebar Filum : Chordata kepala 45 mm, tinggi kepala 4 mm, panjang Sub filum : Vertebrata tubuh 105 mm, diameter tubuh 35 mm, panjang Kelas : Reptilia ekor 19 mm, diameter ekor 15 mm. Bangsa : Squamata Famili : Colubridae Kehidupan Sub familia : Paretinae Ular ini umum hidup di dataran rendah hutan Marga : Pareas hujan tropis. Ular ini dapat beradaptasi dengan Jenis : Pareas carniatus baik terhadap lingkungannya, sehingga sulit untuk di temukan. Makanan ular ini adalah Deskripsi keong dan siput. Aktif pada siang hari (diurnal) Bentuk kepala besar, mata jelas dan anak dan umum hidup di atas permukaan tanah mata (pupil) bulat. Warna tubuh kelabu dengan (teresterial). Tergolong ular yang tidak berbisa bintik-bintik hitam dan merah. Terdapat garis karena tidak memiliki gigi bisa (aglypha). merah muda pada bagian punggung (dorsal) Berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). dan terdapat garis-garis hitam vertical pada bagian sisi tubuhnya sampai ke ekor. Bentuk Penyebaran di IndonesiaIndonesia: sisik bulat dan tipe sisik di bawah perut (sub pulau Jawa dan Sumatera

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 91 ULAR PELIANG Variable Reed Snake (Calamaria lumbricoidea Bioe, 1827)

Klasifikasi dan hitam, pola seperti papan catur tapi tidak Filum : Chordata beraturan. Panjang kepala 8 – 8,5 mm, lebar Sub filum : Vertebrata kepala 4 – 4,5 mm, tinggi kepala 3,2 - 4 Kelas : Reptilia mm, panjang tubuh 23,2 - 190 mm, diam- Bangsa : Squamata eter tubuh 6,5 - 7 mm, panjang ekor 11 - 20 Famili : Colubridae mm, diameter ekor 4 mm. Sub familia : Calamariinae Marga : Calamaria Kehidupan Jenis : Calamaria lumbricoidea Ular ini hidup di dataran rendah hutan tropis dan bahkan ditemukan di kebun-kebun sayur. Deksripsi Termasuk ular yang aktif pada malam hari Bentuk kepala bulat telur (oval) dan pipih. (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan Terdapat garis horizontal pada bagian loreal tanah (teresterial). Makanannya serangga dan (sisik diantara hidung dan mata). Warna cacing. Tergolong ular yang tidak berbisa tubuh coklat dengan pola kawat kasa hitam karena tidak memiliki gigi bisa (aglypha). dari leher sampai ke ekor. Pada bagian sisi Berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). tubuh (lateral) terdapat titik-titik putih pada tiap sisik dan membentuk garis di tubuhnya. Penyebaran di IndonesiaIndonesia: Pada bagian perut (ventral) berwarna kuning pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan.

92 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR ALANG-ALANG Pink Headed Reed Snake (Calamaria schlegelli Cuvieri Jan, 1827)

Klasifikasi leher hingga ekor. Pada bagian perut (ven- Filum : Chordata tral) berwarna putih. Sub filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Kehidupan Bangsa : Squamata Ular ini hidup di dataran rendah hutan tropis Famili : Colubridae dan terkadang dekat hunian manusia. Sub familia : Calamariinae Termasuk ular yang aktif pada malam hari Marga : Calamaria (nokturnal) dan umum hidup di atas Jenis : Calamaria schlegelli permukaan tanah (teresterial). Makanannya serangga dan cacing. Tergolong ular yang Deksripsi tidak berbisa karena tidak memiliki gigi bisa Bentuk kepala bulat telur (oval) dan pipih. (aglypha). Berkembang biak dengan cara Warna tubuh biru kehitaman dengan pola bertelur (ovipar). kawat kasa hitam dari leher sampai ke ekor. Pada bagian sisi tubuh mendekati bagian Penyebaran di IndonesiaIndonesia: perut terdapat garis kuning memanjang dari pulau Jawa dan Bali.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 93 ULAR TANGKAI Common Red Snake (Calamaria linnae Bioe, 1827)

Klasifikasi belakang tubuh. Warna bagian perut (ventral) Filum : Chordata merah. Sisik bagian dubur (anal) tunggal dan Sub filum : Vertebrata sisik bagian perut (sub caudal) berpasangan. Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Kehidupan Famili : Colubridae Ular ini umum dijumpai di dataran rendah hutan Sub familia : Calamariinae tropis. Ular ini termasuk satwa yang aktif pada Marga : Calamaria malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas Jenis : Calamaria linnae pohon (arboreal). Makanannya berupa serangga dan cacing. Tergolong ular yang tidak berbisa Deskripsi karena tidak memiliki gigi bisa (aglypha). Warna bagian punggung (dorsal) kemerahan Berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). dengan corak kotak-kotak hitam berbentuk jajaran genjang dengan garis tepi berwarna Penyebaran di Indonesia: terang. Terdapat titik titik kecil pada bagian pulau Jawa, Sumatera, Nias, dan Sulawesi.

94 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR TAMPAR Painted Bronze-Back Snake (Dendrelaphis pictus Gmelin,1789)

Klasifikasi melewati mata. Tubuh bagian perut berwarna Filum : Chordata kekuningan atau kehijauan. Panjang tubuh Sub filum : Vertebrata dapat mencapai 120 cm. Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Kehidupan Famili : Colubridae Ular ini umum dijumpai di dataran rendah Sub familia : Boiginae hutan tropis. Ular ini termasuk satwa yang Marga : Dendrelaphis aktif pada siang hari hari (diurnal) dan umum Jenis : Dendrelaphis pictus hidup di atas pohon (arboreal). Makanannya berupa katak. Tergolong ular yang tidak Deskripsi berbisa karena tidak memiliki gigi bisa Bentuk tubuh ramping. Pada bagian (aglypha). Berkembang biak dengan cara punggung (dorsal) berwarna coklat kehijauan. bertelur (ovipar). Terdapat garis kuning pada bagian sisi tubuh (lateral) dan dibawah garis tersebut ada garis Penyebaran di IndonesiaIndonesia: berwarna hitam mendekati bagian perut pulau Jawa, Sumatera, Bali, Lombok, (ventral). Terdapat garis hitam dari kepala Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 95 ULAR PUCUK Green Vine Snake (Ahaetulla prasina Boie, 1827)

Klasifikasi bagian bawah perut (sub caudal ) berpasangan. Filum : Chordata Panjang tubuh dapat mencapai 152 cm. Sub filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Kehidupan Bangsa : Squamata Umumnya ular ini hidup didataran rendah Famili : Colubridae hutan tropis dan daerah perkebunan, Sub familia : Boiginae kadang-kadang di temukan di kebun hidup Marga : Ahaetulla di atas pohon (arboreal). Makanannya Jenis : Ahaetulla prasina berupa cacing, tokek dan kadal. Ular ini tergolong ular berbisa menengah dengan Deskripsi taring bisa berada di belakang rahang atas Bentuk kepala meruncing, dengan mata jelas (opistoglypha). Berkembang biak dengan dan anak mata (pupil) bulat. Warna tubuh bagian cara beranak (Vivipar). punggung (dorsal) berwarna hijau dan bagian perut (ventral) kuning muda dan terdapat garis Penyebaran di IndonesiaIndonesia: kuning pada sisi bagian sisi tubuh (lateral). Pada pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, sisik bagian dubur (anal) berpasangan dan sisik Lombok, Flores, Sumbawa dan Sulawesi.

96 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR PICUNG Redneck Keelback Snake (Rhabdophis subminiatus Schlegel, 1837)

Klasifikasi langsing, berbentuk agak silindris dan Filum : Chordata sedikit memipih, ekor berujung runcing. Sub filum : Vertebrata Pada bagian belakang mata, terdapat coreng Kelas : Reptilia hitam, berbentuk seperti tanda koma. Bangsa : Squamata Famili : Colubridae Kehidupan Sub familia : Colubrinae Umum dijumpai di hutan daerah dataran Marga : Rhabdophis rendah, dekat daerah perairan. Aktif pada siang Jenis : Rhabdophis subminiatus hari (diurnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Makanannya Deskripsi berupa serangga, cacing. Tergolong ular Bentuk kepala pada bagian ujung melonjong berbisa sedang dengan gigi bisa berada di dan pipih. Mata bulat dan besar dengan anak belakang rahang atas (ophistoglypha). mata (pupil) bulat berwarna hitam. Warna Berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). kepala kelabu dengan bagian tengkuk berwarna hitam, di belakang warna hitam Penyebaran di IndonesiaIndonesia: tersebut tedapat warna kuning. Badan pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 97 Famili: Boidae

SANCA KEMBANG Retuculated Phyton (Phyton reticulatus Schneider, 1801)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Umumnya hidup di hutan primer maupun Sub filum : Vertebrata sekunder, sering terlihat di daerah terbuka, Kelas : Reptilia sepanjang aliran sungai. Makanannya Bangsa : Squamata berupa mamalia dari ukuran kecil hingga Famili : Boidae besar seperti tikus, burung, ayam, kancil, Sub famili : Phytoninae kijang. Berkembang biak dengan cara Marga : Phyton bertelur (ovipar). Betina dapat bertelur hingga Jenis : Phyton reticulatus 124 butir dengan telur berbentuk bulat telur (oval). Anak yang baru menetas memiliki Deskripsi pajang 60-70 cm. Jenis ular ini merupakan Warna tubuh kuning coklat kehitaman ular yang tidak berbisa, namun lilitannya dengan membentuk kotak-kotak yang dapat mematikan. menyerupai kembang sehingga orang banyak menyebutnya dengan ular sanca Penyebaran di IndonesiaIndonesia: kembang. Panjang tubuh dapat mencapai pulau Jawa, Sumatera, Nias, Maluku, 10 m dan beratnya 200 kg Sumbawa, Sulawesi dan Kalimantan.

98 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Elapidae

ULAR WELING Malayan Krait Snake (Bungarus candidus Linnaeus,1758)

Klasifikasi semakin mengecil. Bagian perut (ventral) Filum : Chordata berwarna putih. Panjang tubuh berkisar Sub filum : Vertebrata antara 1 – 1,5 m. Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Kehidupan Famili : Elapidae Umum hidup di dataran rendah hingga Sub famili : Bungarinae pegunungan hutan tropis, juga dapat Marga : Bungarus ditemukan di sekitar persawahan. Gerakannya Jenis : Bungarus candidus gesit, aktif malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Deskripsi Jenis makanan ular ini adalah ular kecil, kadal, Kepala tumpul, agak oval dan berwarna katak. Siang hari bersembunyi di lubang- hitam. Mata berukuran kecil berwarna hitam lubang. Taring bisa tidak terlalu besar. Tergolong dan menjorok ke dalam. Badan ramping dan ular berbisa tinggi dengan taring bisa berada ujung ekor meruncing. Warna bagian di depan rahang atas (proteroglypha). punggung (dorsal) hitam berseling putih, dimana warna hitam dan putih tersebut tidak Penyebaran di Indonesia: sama ukurannya, semakin ke bagian ekor pulau Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 99 ULAR WELANG Banded Krait Snake (Bungarus fasciatus Scheider 1801)

Klasifikasi tersebut hampir sama ukurannya. Panjang Filum : Chordata tubuh berkisar antara 1, 6 – 2,0 m. Sub filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Kehidupan Bangsa : Squamata Umumnya hidup di hutan dataran rendah, Famili : Elapidae namun dapat juga hidup pegunungan hutan Sub famili : Bungarinae tropis. Biasanya ditemukan di liang tanah, di Marga : Bungarus celah bebatuan dan semak-semak. Aktif Jenis : Bungarus fasciatus malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Jenis Deskripsi makanan ular ini adalah ular kecil, kadal, katak. Kepala tumpul, agak oval dan berwarna Siang hari bersembunyi di lubang-lubang. hitam. Mata berukuran kecil berwarna hitam Taring bisa tidak terlalu besar. Tergolong ular dan menjorok ke dalam. Badan lebih padat berbisa tinggi dengan taring bisa berada di dengan penampang seperti segitiga dan depan rahang atas (proteroglypha). ujung ekor tumpul seperti terpotong. Warna bagian punggung (dorsal) dan bagian peruti Penyebaran di Indonesia: (ventral) terdapat warna hitam dan putih pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. berseling, dimana warna hitam dan putih

100 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR CABE BESAR Red Bellied Long Glanded Snake (Maticora bivirgata Boie, 1827)

Klasifikasi hitam membujur di bawahnya. Panjang Filum : Chordata tubuh dapat mencapai 1,5 m. Sub filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Kehidupan Bangsa : Squamata Umum hidup di dataran rendah, dijumpai di tepi Famili : Elapidae sungai yang banyak bebatuan, bersembunyi Sub familia : Elapinae diantara celah batu, kadang-kadang pada liang Marga : Maticora dibawah semak belukar. Umumnya aktif pada Jenis : Maticora bivirgata malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Makanannya Deskripsi berupa kadal, katak dan cicak. Tergolong ular Kepala ular ini membulat dan tipis, berbisa tinggi dengan gigi bisa berada di depan berwarna merah menyala dengan mata rahang atas (proteroglypha). Kelenjar bisa hampir kecil berwarna hitam. Badan berbentuk sepertiga dari panjang tubuh. Berkembang biak bulat panjang (silindris) dan ramping, dengan cara bertelur (ovipar). berwarna biru tua atau hitam kebiru-biruan. Pada sisi tubuh (lateral) terdapat sebuah Penyebaran di Indonesia: garis berwarna biru muda, dan sebuah garis pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 101 ULAR KOBRA Black Spitting Cobras (Naja sputatrix Cantor,1836)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Ular ini hidup di dataran rendah dan perbukitan Sub filum : Vertebrata hutan tropis. Dijumpai juga di daerah Kelas : Reptilia perkebunan, pertanian bahkan di perkam- Bangsa : Squamata pungan. Umum aktif pada malam hari Famili : Elapidae (nokturnal), umum hidup di atas permukaan Sub famili : Bungarinae tanah (teresterial). Biasanya ditemukan di Marga : Naja bawah tumbuhan semak dan batu atau daerah Jenis : Naja sputatrix cekungan di atas tanah. Makanannya berupa ular-ular jenis lain dan kadal. Ular ini sangat Deskripsi agresif dan tergolong ular berbahaya. Tergolong Kepala tumpul dan tebal, dengan sisik ular berbisa tinggi dengan taring bisa berada kepala tampak jelas. Mata besar dengan di depan rahang atas (proteroglypha). Cairan anak mata (pupil) berwarna hitam. Warna bisa ular ini dapat disemprotkan keluar dari tubuh bervariasi, ada yang berwarna hitam taring bisa. Berkembang biak dengan cara legam, coklat kemerahan, keabu-abuan bertelur (ovipar). atau coklat muda. Tubuh gemuk dan ekor berujung runcing. Panjang maksimum dapat Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, mencapai 1,6 meter. Bali, Lombok, Flores, Sumatera

102 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR ANANG King Cobras (Ophiophagus hannah Cantor,1836)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Ular ini hidup di dataran rendah dan perbukitan Sub filum : Vertebrata hutan tropis. Umumnya aktif pada malam hari Kelas : Reptilia (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan Bangsa : Squamata tanah (teresterial). Biasanya ditemukan di Famili : Elapidae bawah tumbuhan semak, bambu, dan batu Sub famili : Bungarinae atau daerah cekungan di atas tanah. Marga : Ophiophagus Makanannya berupa ular-ular jenis lain dan Jenis : Ophiophagus hannah kadal. Ular ini termasuk ular berbahaya. Tergolong ular berbisa tinggi dengan taring bisa Deskripsi berada di depan rahang atas (proteroglypha). Ular ini merupakan ular berbisa terbesar dan Berbeda dengan ular kobra, bisa pada ular ini terpanjang di dunia. Ciri khasnya adalah tidak dapat disemprotkan keluar dari taring bisa. adanya warna kuning pada bagian lehernya Berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). dan terlihat jelas apabila pada bagian lehernya dikembangkan. Ular ini juga Penyebaran di Indonesia: ditemukan di Bodogol dengan panjang tubuh Jawa, Sumatera, Nias, Sulawesi, Kalimantan. lebih kurang 3 meter.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 103 Famili: Viperidae

ULAR GIBUK/BANDOTAN PUSPO Flat-Nosed Pit Viper (Trimeresurus puniceus Kuhl, 1824)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Hidup di dataran rendah hutan tropis, juga Sub filum : Vertebrata dapat di temukan di daerah pertanian dan Kelas : Reptilia perkebunan. Aktif pada malam hari Bangsa : Squamata (nokturnal) dan umum hidup di atas pohon Famili : Viperidae (arboreal). Makanannya berupa tokek, Sub famili : Crotalinae kadal dan mamalia kecil. Tergolong ular Marga : Trimeresurus yang berbisa tinggi dengan taring bisa yang Jenis : Trimeresurus puniceus berada di bagian depan rahang atas (solenoglypha). Taring bisa ular ini dapat Deskripsi dilipat sejajar dengan rahang apabila tidak Tubuh berwarna coklat kemerahan dengan dipergunakan. Berkembang biak dengan bercak-bercak gelap dan terdapat corengan cara bertelur dan beranak (ovovipar). disisi belakang mata. Warna bagian perut (ventral) coklat dengan sederet titik-titik Penyebaran di Indonesia: kuning. Ekor berwarna kemerahan. Sisik pulau Jawa, Sumatera, dan kepulauan bagian dubur (anal) tunggal dan sisik bagian Natuna bawah perut (sub caudal) berpasangan.

104 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ULAR TANAH Malayan Pit-Viper (Agkistrodon rhodostoma Boie,1827)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Hidup di dataran rendah hutan tropis, juga Sub filum : Vertebrata dapat di temukan di daerah pertanian dan Kelas : Reptilia perkebunan. Makanannya berupa tokek, Bangsa : Squamata kadal dan mamalia kecil. Di alam ular ini Famili : Viperidae sangat sulit dibedakan dengan serasah Sub familia : Crotalinae dedaunan kering di lantai hutan. Aktif pada Marga : Agkistrodon siang hari (diurnal) dan umum hidup di atas Jenis : Agkistrodon rhodostoma permukaan tanah (teresterial). Tergolong ular yang berbisa tinggi dengan taring bisa yang Deskripsi berada di bagian depan rahang atas Kepala bagian atas berwarna coklat tua, (solenoglypha). Taring bisa ular ini dapat pada kiri dan kanan dibatasi dengan coreng dilipat sejajar dengan rahang apabila tidak berwarna putih. Kepala berbentuk segitiga. dipergunakan. Berkembang biak dengan Badan berbentuk gemuk dan pendek. Tubuh cara bertelur (ovipar). berwarna coklat muda hingga tua dengan corak seperti batik. Terdapat dua baris bintik Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, yang berbentuk segitiga berselang dikiri Sumatera dan Kalimantan. dan kanan bagian punggung (dorsal).

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 105 Famili: Scincidae KADAL RUMAH East Indian Brown Mabuya (Mabuya multifasciata Kuhl, 1820)

Klasifikasi bagian perut (ventral) warna lebih terang. Filum : Chordata Telinga dan mata tampak nyata. Memiliki Sub filum : Vertebrata jari tangan dan kaki masing-masing Kelas : Reptilia berjumlah lima yang juga dilengkapi cakar. Bangsa : Squamata Sub bangsa: Lacertilia Kehidupan Famili : Scincidae Jenis ini sangat umum dijumpai, tidak hanya Marga : Mabuya di hutan namun juga di sekitar pemukiman. Jenis : Mabuya multifasciata Aktif pada siang hari (diurnal) dan menghabiskan waktu sebagian besar di Deskripsi daratan (teresterial). Bentuk badan silindris. Warna tubuh bervariasi, umumnya coklat dengan bercak Penyebaran di Indonesia: tersebar hitam pada bagian punggung (dorsal). Pada luas di seluruh Indonesia

106 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KADAL POHON (Sphenomorphus sanctus Dumeril & Bibron, 1839)

Klasifikasi memanjang dari kepala hingga pangkal ekor. Filum : Chordata Pada bagian perut (ventral) warna lebih terang. Sub filum : Vertebrata Telinga dan mata tampak nyata. Memiliki ekor Kelas : Reptilia yang panjangnya setengah dari panjang Bangsa : Squamata tubuh. Memiliki jari tangan dan kaki masing- Sub bangsa : Lacertilia masing berjumlah lima yang juga dilengkapi Famili : Scincidae cakar. Marga : Sphenomorphus Jenis : Sphenomorphus sanctus Kehidupan Jenis ini sangat umum dijumpai di hutan. Aktif Deskripsi pada siang hari (diurnal) dan menghabiskan Bentuk badan silindris. Warna tubuh bervariasi, waktu sebagian besar di pohon (arboreal). umumnya coklat dengan warna hitam pada bagian punggung (dorsal). Terdapat garis Penyebaran di Indonesia: berwarna perak pada bagian punggung yang pulau Jawa dan Sumatera

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 107 Famili: Gekkonidae CICAK RUMAH Common House Geckoes (Hemidactylus frenatus Dumeril & Bibron, 1836)

Klasifikasi Sangat jelas. Jari-jari tangan dan kaki lebar Filum : Chordata dan memilki cakar. Jari-jari hampir setengahnya Sub filum : Vertebrata berselaput. Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Kehidupan Sub bangsa : Lacertilia Hampir setiap orang mengetahui jenis ini Famili : Gekkonidae karena umum dijumpai di bangunan- Marga : Hemidactylus bangunan pemukiman. Aktif pada malam Jenis : Hemidactylus frenatus hari (nokturnal) dan sering terlihat berada dekat lampu sambil menunggu mangsa Deskripsi berupa serangga yang mendekati lampu. Badan pipih arah lateral dan bertubuh lunak. Warna tubuh bervariasi dari berwarna coklat Penyebaran di Indonesia: muda hingga coklat tua. Mata dan telinga tersebar luas di seluruh Indonesia

108 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango CICAK HUTAN Flat Tailed Gecko (Cosymbotus platyurus Schneider, 1790)

Klasifikasi berwarna coklat terang hingga berwarna Filum : Chordata gelap hampir menyerupai kulit pohon. Jari- Sub filum : Vertebrata jari lebar dan bercakar. Jari-jari hampir Kelas : Reptilia setengahnya berselaput. Bangsa : Squamata Sub bangsa : Lacertilia Kehidupan Famili : Gekkonidae Umum dijumpai di hutan primer maupun Marga : Hemidactylus sekunder. Makanannya berupa serangga. Jenis : Cosymbotus platyurus Aktif pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas pohon (arboreal). Deskripsi Jenis ini tidak berbeda jauh dengan cicak Penyebaran di Indonesia: rumah. Badan pipih arah lateral. Tubuh tersebar luas di seluruh Indonesia

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 109 TOKEK Common Tokay Gecko (Gecko gecko Gray 1825)

Klasifikasi merah. Gigi tajam (acrodont), jari tidak Filum : Chordata berselaput dan berjumlah lima, sisik granu- Sub filum : Vertebrata lar, telinga (tympanum) terbuka. Kelas : Reptilia Bangsa : Squamata Kehidupan Sub bangsa : Lacertilia Jenis ini umum dijumpai di bangunan Famili : Gekkonidae pemukiman. Ciri khas adalah suara yang Marga : Gecko dikeluarkan keras dan menandakan Jenis : Gecko gecko keberadaanya. Aktif pada malam hari (nokturnal). Makanannya berupa serangga. Deskripsi Badan memipih kearah lateral seperti cicak Penyebaran di Indonesia: rumah namun berukuran lebih besar. Tubuh tersebar luas di seluruh Indonesia berwarna abu-abu bercorak bintik-bintik

110 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango TOKEK PURBA Kuhl’s Flying Gecko (Ptychozoon kuhli Boulenger, 1885)

Klasifikasi ekor. Pada sisi tubuh terdapat pelebaran kulit Filum : Chordata begitu juga pada bagian sisi-sisi ekor. Sub filum : Vertebrata Diantara jari-jari kaki dan tangan berselaput. Kelas : Reptilia Jenis ini sudah sangat jarang di jumpai. Bangsa : Squamata Sub bangsa : Lacertilia Kehidupan Famili : Gekkonidae Biasanya keluar pada malam hari (nokturnal). Marga : Ptychozoon Belum banyak informasi kehidupan dari jenis Jenis : Ptychozoon kuhli ini.

Deskripsi Penyebaran di Indonesia: Tubuh berwarna abu-abu dengan corak pulau Jawa, kepulauan Mentawai, Sumatera coklat tua di punggung dari kepala hingga dan Kalimantan

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 111 Famili: Lacertilidae

OROK-OROK/KADAL PARI Asian Grass Lizard (Tachydromus sexlineatus Daudin 1802)

Klasifikasi terdapat pada bagian sisi tubuh. Ekor berwarna Filum : Chordata hitam dan sangat pajang melebihi pajang Sub filum : Vertebrata tubuh. Sisik punggung berbentuk belah Kelas : Reptilia ketupat. Terdapat lubang pada pangkal paha Bangsa : Squamata yang disebut inguinal khususnya pada yang Sub bangsa : Lacertilia jantan. Famili : Lacertilidae Marga : Tachydromus Kehidupan Jenis : Tachydromus sexlineatus Biasa hidup di rerumputan dan semak- semak. Aktif pada siang hari (diurnal) dan Deskripsi umum hidup di atas permukaan tanah Badan memanjang dan ramping, lidah (teresterial). bercabang, terdapat sisik di seluruh tubuh. Warna bagian punggung hitam dengan garis Penyebaran di Indonesia: hitam di bawahnya. Warna hijau kekuningan pulau Jawa dan Sumatera

112 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Agamidae

CICAK TERBANG Flying Dragon (Draco volans Linnaeus, 1758)

Klasifikasi dengan cakar. Pada jantan ada terdapat hook Filum : Chordata di bagian leher bawah dan berwarna kuning. Sub filum : Vertebrata Kelas : Reptilia Kehidupan Bangsa : Squamata Umum dijumpai di hutan-hutan primer maupun Sub bangsa: Lacertilia sekunder, bahkan juga dijumpai disekitar Famili : Agamidae pemukiman. Aktif pada siang hari (diurnal) dan Marga : Draco umum hidup di atas pohon (arboreal). Untuk Jenis : Draco volans berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan cara meluncur dari satu pohon ke pohon Deskripsi lainnya dengan mengembangkan lapisan Tubuh berwarna coklat, mata dan telinga kulit yang terdapat pada sisi tubuhnya. jelas. Terdapat pelebaran kulit yang dapat Makanannya berupa serangga. dikembangkan dan dapat berguna untuk meluncur. Pada tangan dan kaki memilki Penyebaran di Indonesia: jari-jari berjumlah lima dan dilengkapi pulau Jawa dan Bali.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 113 BUNGLON Slender Beauty Lizard (Pseudocalotes tympanistriga Gray, 1831)

Klasifikasi coklat tua hingga ke ekor. Bentuk mulut Filum : Chordata memanjang. Gigi tajam, jari-jari bercakar, Sub filum : Vertebrata tipe sisik bersusun (imbricata). Telinga Kelas : Reptilia tertutup. Diantara jari tidak berselaput dan Bangsa : Squamata memiliki cakar pada setiap jarinya. Sub bangsa: Lacertilia Famili : Agamidae Kehidupan Marga : Pseudocalotes Umum dijumpai di hutan primer maupun Jenis : Pseudocalotes tympanistriga sekunder, bahkan di sekitar pemukiman. Aktif pada siang hari (diurnal) dan biasanya Deskripsi hidup di atas pohon (arboreal). Sisik pada bagian perut (ventral) lebih besar dari pada bagian punggung (dorsal). Penyebaran di Indonesia: Umumnya berwarna hijau dengan corak pulau Jawa dan Sumatera

114 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango BUNGLON POHON Slender Agama (Bronchocela jubata Dumeril & Bibron, 1837)

Klasifikasi tonjolan diatas mata dan memiliki sisik-sisik Filum : Chordata besar di sepanjang punggung (dorsal), yang Sub filum : Vertebrata dikenal sebagai sisir crest. Gigi tajam, tipe Kelas : Reptilia sisik bersusun (imbricata). Telinga tertutup. Bangsa : Squamata Sub bangsa : Lacertilia Kehidupan Famili : Agamidae Umum dijumpai di hutan primer maupun Marga : Bronchocela sekunder, bahkan di sekitar pemukiman. Jenis : Bronchocela jubata Aktif pada siang hari (diurnal) dan biasanya hidup di atas pohon (arboreal). Deskripsi Jenis ini hampir sama dengan Pseudocalotes Penyebaran di Indonesia: tympanistriga, namun yang membedakan pulau Jawa dan Sumatera adalah bentuk mulut yang tumpul, terdapat

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 115 BUNGLON TANDUK Angle Head (Gonocephalus kuhlii Schlegel, 1848)

Klasifikasi ukuran tubuh lebih besar, bentuk mulut lebih Filum : Chordata tumpul, memiliki sisik-sisik yang lebih besar Sub filum : Vertebrata terutama pada bagian leher bagian atas Kelas : Reptilia yang menyerupai tanduk. Gigi tajam, tipe Bangsa : Squamata sisik bersusun (imbricata). Telinga tertutup. Sub bangsa : Lacertilia Famili : Agamidae Kehidupan Marga : Gonocephalus Umum dijumpai di hutan primer maupun Jenis : Gonocephalus kuhlii sekunder, bahkan di sekitar pemukiman. Aktif pada siang hari (diurnal) dan biasanya Deskripsi hidup di atas pohon (arboreal). Jenis ini hampir sama dengan Bronchocela jubata, namun yang membedakan adalah Penyebaran di Indonesia: warna tubuh lebih berfariasi dan bercorak, pulau Jawa dan Sumatera

116 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango AMFIBI Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diketahui terdapat lebih kurang 23 jenis amfibi yang termasuk dalam 2 bangsa (ordo) yaitu Gymnophiona dan Anura, 6 suku (famili), seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Daftar Jenis-Jenis Amfibi di Taman Nasional Gunung Gede Pangango

No. Famili/ Jenis Nama Asing Nama Lokal

ORDO: GYMNOPHIONA

-Ichtyophiidae 1 Ichthyophis hypocyaneus Javan Caecillian Sesilia/cacing berkepala

ORDO: ANURA

-Magophryidae 2 Leptobrachium hasseltii Hasselt’s litter Katak serasah 3 Megophyris Montana Horned Frog Katak bertanduk

-Bufonidae 4 Leptophryne borbonica Hour Glass Toad Kodok jam pasir 5 Bufo biporcatus Crested Toad Kodo puru hutan 6 Bufo asper River Toad/Rough Toad Kodok budug sungai 7 Bufo melanostictus Asian Toad Kodok budug 8 Leptophryne cruentata Bleeding Toad / Fire Toad Kodok merah

-Mycrohylidae 9 Microhyla achatina Javan Chorus frog Percil jawa

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 117 No. Famili/ Jenis Nama Asing Nama Lokal

10 Microhyla palmipes Palmated Chorus Frog Percil berselaput

-Ranidae 11 Rana chalconota White-Lipped frog Kongkang kolam 12 Rana hosii Poisonous Rock Frog Kongkang racun 13 Rana nicobariensis Cricket Frog Kongkang jangkrik 14 Rana erythraea Green Paddy Frog Kongkang gading 15 Huia masonii Javan Torrent Frog Kongkang jeram 16 Fejervarya cancrivora Ricefield Frog Katak sawah 17 Fejervarya limnocharis Grass Frog Katak tegalan 18 Limnonectes kuhlii Kuhl’s Creek Frog Bangkong tuli 19 Limnonectes microdiscus Pygmy Creek Frog Bangkong kerdil 20 Limnonectes macrodon Stone creek frog Bangkong batu

-Rhacophoridae 21 Polypedates leucomystax Striped Tree Frog Katak pohon bergaris 22 Rhacophorus javanus Javan Tree Frog Katak pohon jawa 23 Rhacophorus reinwardtii Green Flying Frog Katak pohon hijau 24 Philautus aurifasciatus Gold-Striped Tree Frog Katak pohon emas

118 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Ordo: Gymnophiona Famili: Ichthyophiidae

SESILIA/ CACING BERKEPALA Javan Caecillian (Ichthyophis hypocyaneus Boie, 1827)

Klasifikasi garis berbentuk cincin (annuli) namun tidak Filum : Chordata terlihat utuh. Terdapat garis menyerupai Kelas : Amphibia kalung diantara kepala dan tubuh. Bangsa : Gymnophiona Famili : Ichthyophiidae Kehidupan Marga : Ichthyophis Hidup di tempat-tempat yang lembab, dibawah Jenis: : Ichthyophis hypocyaneus dedaunan, batang pohon, batu atau di lubang- lubang dekat sungai. Biasanya muncul keluar Deskripsi setelah hujan lebat. Makanannya terdiri dari Bentuk tubuh menyerupai cacing dengan cacing, larva serangga. bentuk kepala yang jelas. Mulut lebar dan mata berukuran kecil namun jelas terlihat. Penyebaran di IndonesiaIndonesia: Panjang tubuh berkisar antara 15-40 cm. endemik pulau Jawa Ekor sangat pendek. Warna tubuh umumnya coklat dengan garis terang berwarna kuning Status Konservasi diantara kedua sisi tubuh (lateral). Kulit halus Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus dan licin tanpa sisik, tubuh dipenuhi garis- Data Deficient.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 119 Ordo: Anura Famili: Bufonidae KODOK BUDUK Asian Toad (Bufo melanostictus Schneider, 1799)

Klasifikasi Warna tubuh umumnya kemerahan, bintil Filum : Chordata berwarna hitam atau coklat, dagu umumnya Sub filum : Vertebrata merah pada yang jantan. Jari-jari kaki Kelas : Amphibia berselaput renang separuhnya. Bangsa : Anura Famili : Bufonidae Kehidupan Sub famili : Bufoninae Umumnya berada di sekitar hunian manusia, Marga : Bufo tetapi ada juga ditemukan di hutan. Biasanya Jenis : Bufo melanostictus bersembunyi dibawah pepohonan besar dan bebatuan. Aktif pada malam hari (nokturnal) Deskripsi dan umum hidup di atas permukaan tanah Tubuh relatif sedang dengan ukuran jantan (teresterial). dewasa berkisar antara 55-80 mm, betina dewasa 65 – 85 mm. Kelenjar racun Penyebaran di IndonesiaIndonesia: (paratoid) tampak jelas. Tekstur kulit relatif pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan berkerut dengan bintil-bintil yang jelas. Sulawesi.

120 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KODOK BUDUK SUNGAI River Toad (Bufo asper Gravenhorst, 1829)

Klasifikasi kulit berwarna hitam pada bagian dagu. Filum : Chordata Tangan dan kaki dapat berputar dan Jari-jari Sub filum : Vertebrata kaki berselaput renang sampai ke ujung jari. Kelas : Amphibia Bangsa : Anura Kehidupan Famili : Bufonidae Umum hidup di hutan dataran rendah Sub Famili : Bufoninae hingga pegunungan. Biasanya hidup Marga : Bufo disepanjang tepi sungai, bersembunyi Jenis : Bufo asper dibawah bebatuan. Aktif pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas Deskripsi permukaan tanah (teresterial). Pada saat Tubuh relatif besar dengan panjang tubuh musim kawin, jantan akan memangggil dapat mencapai lebih kurang 20 cm. betina dari tepi sungai terutama pada saat Memiliki kelenjar racun (paratoid) yang bulan purnama. tampak jelas. Tekstur kulit kasar dan berbenjol yang diliputi bintil-bintil berduri. Penyebaran di IndonesiaIndonesia: Warna tubuh umumnya coklat tua, keabu- pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan abuan dan terlihat kusam. Biasanya memiliki Sulawesi.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 121 KODOK JAM PASIR Hour Glass Toad (Leptophryne borbonica Kuhl & van Hasselt, 1827)

Klasifikasi hitam dibelakang mata. Umum terdapat tanda Filum : Chordata seperti jam pasir pada bagian punggung. Sub filum : Vertebrata Kelas : Amphibia Kehidupan Bangsa : Anura Umumnya hidup di hutan dataran rendah Famili : Bufonidae hingga pegunungan dengan ketinggian Sub famili : Adenominae berkisar antara 600 hingga 1500 m di atas Marga : Leptophryne permukaan laut (dpl). Biasanya hidup di Jenis : Leptophryne borbonica daerah yang basah atau air yang jernih dan berarus lambat. Aktif pada malam hari Deskripsi (nokturnal) dan umum hidup di atas Berukuran relatif kecil, ukuran jantan dewasa permukaan tanah (teresterial). Meskipun berkisar antara 20-30 mm, betina dewasa berukuran kecil, namun jenis ini dapat berkisar antara 25-40 mm. Tekstur kulit kasar mengeluarkan suara yang cukup keras. dan berkeriput. Tidak memiliki kelenjar racun (paratoid) yang jelas. Warna tubuh coklat Penyebaran di IndonesiaIndonesia: keabuan. Pada bagian leher dan kaki pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. berwarna kecoklatan. Pada pangkal paha berwarna merah. Pada bagian perut (ventral) Status Konservasi: dari pinggang ke ujung jari kaki berwarna Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus merah. Kadang-kadang terdapat tanda segitiga least concern.

122 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KODOK MERAH Bleeding Toad / Fire Toad (Leptophryne cruentata Tschudi, 1838)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Umumnya hidup di hutan pegunungan. Aktif Sub filum : Vertebrata pada malam hari (nokturnal) dan hidup di Kelas : Amphibia atas permukaan tanah (teresterial). Biasanya Bangsa : Anura hidup di tepian sungai-sungai kecil atau Famili : Bufonidae sungai yang mengalir lambat. Kini jenis ini Sub famili : Adenominae sangat jarang di jumpai keberadaannya di Marga : Leptophryne Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jenis : Leptophryne cruentata Dalam daftar IUCN, jenis ini berstatus kritis (critically endangered). Deskripsi Jenis ini berukuran kecil dan ramping. Ukuran Penyebaran di Indonesia: tubuh jantan dewasa berkisar 20-30 mm dan endemik pulau Jawa. betina dewasa 25-40 mm. Tekstur kulit tertutup oleh bintil berupa butir kecil-kecil. Ujung jari Status Konservasi: tangan dan kaki agak membengkak. Warna Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus tubuh coklat kehitaman dengan sedikit bercak- critically endangered (kritis). bercak berwarna merah dan kuning.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 123 Famili: Megophryidae

KATAK SERASAH Hasselt’s litter frog (Leptobrachium hasseltii Tschudi, 1838)

Klasifikasi Permukaan perut keputih-putihan dengan Filum : Chordata bercak hitam. Jenis yang masih muda Sub filum : Vertebrata berwarna kebiru-biruan. Kelas : Amphibia Bangsa : Anura Kehidupan Famili : Megophryidae Umumnya hidup di hutan dataran rendah Sub famili : Leptobrachiinae hingga pegunungan. Biasanya dijumpai di Marga : Leptobrachium serasah lantai hutan. Aktif pada malam hari Jenis : Leptobrachium hasseltii (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Deskripsi Memiliki kepala yang besar, lebih besar Penyebaran di IndonesiaIndonesia: dari tubuh dan cenderung membulat. Mata pulau Jawa, Bali, Madura, dan pulau cenderung besar dan melotot. Ujung jari Kangean. bulat, ibu jari berselaput pada dasarnya. Ukuran jantan dapat mencapai 60 mm dan Status Konservasi: betina 70 mm. Tekstur kulit halus. Warna Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus punggung kehitaman dengan bercak-bercak least concern. bulat telur atau bulat yang lebih gelap.

124 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KATAK BERTANDUK Horned Frog (Megophrys montana Kuhl & van Hasselt 1822)

Klasifikasi bata, namun yang tua berwarna coklat Filum : Chordata kemerahan sampai coklat tua. Sub filum : Vertebrata Kelas : Amphibia Kehidupan Bangsa : Anura Umum dijumpai hutan pegunungan, Famili : Megophryidae kamuflase dengan sempurna diantara serasah Sub famili : Leptobrachiinae dedauan sehingga sulit untuk ditemukan. Aktif Marga : Megophrys pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup Jenis : Megophrys montana di atas permukaan tanah (teresterial). Biasanya diam tanpa bergerak apabila tidak tersentuh. Deskripsi Berukuran besar, kepala dan tubuh terlihat Penyebaran di IndonesiaIndonesia: kekar, moncong meruncing. Ciri utama pulau Jawa dan Sumatera (Sumatera Barat). adalah adanya tonjolan di atas mata yang menyerupai tanduk. Betina dapat mencapai Status Konservasi: 90 mm dan jantan sedikit lebih kecil. Pada Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus jenis yang masih muda berwarna merah least concern.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 125 Famili: Microhylidae PERCIL JAWA Javan Chorus frog (Microhyla achatina Tschudi, 1838)

Klasifikasi Kehidupan Filum : Chordata Umumnya hidup di hutan dataran rendah Sub filum : Vertebrata hingga pegunungan, terkadang juga di Kelas : Amphibia dekat hunian manusia. Makanannya berupa Bangsa : Anura semut dan rayap. Aktif pada malam hari Famili : Microhylidae (nokturnal) dan umum hidup di atas Sub famili : Microhylinae permukaan tanah (teresterial). Meskipun Marga : Microhyla berukuran kecil, namun mampu menge- Jenis : Microhyla achatina luarkan suara yang besar.

Deskripsi Penyebaran di IndonesiaIndonesia: Berukuran kecil dengan mulut menyempit, dan endemik pulau Jawa. mata berukuran kecil. Sepasang garis gelap berada di punggung. Jari-jari berselaput renang. Status Konservasi: Ukuran jantan 20 mm dan betina 25 mm. Tekstur Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus kulit halus tanpa berbintil. Warna coklat least concern. kekuningan dengan garis-garis kehitaman, dan pada bagian sisi tubuh terlihat lebih gelap.

126 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango PERCIL BERSELAPUT Palmated Chorus Frog (Microhyla palmipes Boulenger, 1897)

Klasifikasi berselaput renang. Tekstur kulit halus tanpa Filum : Chordata berbintil. Sub filum : Vertebrata Kelas : Amphibia Kehidupan Bangsa : Anura Hidup di hutan pegunungan hingga mencapai Famili : Microhylidae ketinggian 1500 m diatas permukaan laut Sub famili : Microhylinae dan dijumpai di daerah rerumputan. Makanan Marga : Microhyla berupa semut dan rayap. Aktif pada malam Jenis : Microhyla palmipes hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Deskripsi Jenis katak berukuran kecil dengan kepala Penyebaran di IndonesiaIndonesia: dan mulut kecil, ukuran tubuh kurang lebih pulau Jawa, Bali, Sumatera dan pulau Nias 18 mm. Jari tangan dan kaki membesar pada ujungnya. Warna kecoklatan dengan pola Status Konservasi: kepala anak panah ganda, pada bagian sisi Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus tubuh (lateral) berwarna kehitaman. Dua least concern. pertiga atau tiga perempat dari jari kakinya

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 127 Famili: Ranidae KONGKANG KOLAM White-Lipped frog (Rana chalconota Schlegel, 1837)

Klasifikasi biasanya coklat kekuningan. Bercak hitam Filum : Chordata selalu terdapat pada kebanyakan jenis ini Sub filum : Vertebrata yang tersebar di seluruh bagian punggung. Kelas : Amphibia Bangsa : Anura Kehidupan Famili : Ranidae Jenis ini hidup dari dataran rendah hingga Sub famili : Raninae pegunungan dengan ketinggian 1200 m Marga : Rana diatas permukaan laut. Kadang-kadang juga Jenis : Rana chalconota dijumpai di dekat hunian manusia. Umumnya berada dekat air seperti di kolam dan di sekitar Deskripsi aliran sungai, sering juga berada di atas Berukuran kecil hingga sedang. Kaki panjang tumbuhan yang berada di sekitar air. Aktif dan ramping, berselaput sepenuhnya pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup hingga ke ujung jari. Jari-jari tangan dan di atas permukaan tanah (teresterial). Jenis kaki melebar dengan jelas. jantan berkisar ini sangat berlimpah di Taman Nasional antara 30-40 mm dan betina 45-65 mm. Gunung Gede Pangrango. Tekstur kulit kasar dan relatif tertutup seluruhnya oleh bintil-bintil yang sangat Penyebaran di IndonesiaIndonesia: halus menyerupai kertas pasir. Warna pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

128 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KONGKANG RACUN Poisonous Rock Frog (Rana hosii Boulenger, 1891)

Klasifikasi jari kaki berselaput hingga ke bagian dasar. Filum : Chordata Tekstur kulit berbintil halus tanpa ada bintil- Sub filum : Vertebrata bintil yang lebih menonjol, permukaan Kelas : Amphibia bawah licin dan memiliki kelenjar racun Bangsa : Anura yang berbau. Famili : Ranidae Sub familia : Raninae Kehidupan Marga : Rana Umumnya hidup di hutan dataran rendah Jenis : Rana hosii hingga pegunungan yang mencapai 1100 m diatas permukaan laut. Biasa ditemukan Deskripsi di genangan seperti danau, kolam dan Bentuk tubuh ramping, berukuran sedang sekitar aliran sungai. Aktif pada malam hari hingga besar. Ukuran jantan dewasa (nokturnal) dan umum hidup di atas pohon berkisar antara 45-65 mm dan betina dewasa (arboreal). 85-100 mm. Umumnya berwarna hijau. Kaki belakang panjang dan ramping, jari-jari Penyebaran di IndonesiaIndonesia: tangan terdapat piringan datar yang jelas, pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 129 KONGKANG JERAM Javan Torrent Frog (Huia masonii Boulenger, 1884)

Klasifikasi marmer hitam yang jelas. Pada sisi kepala Filum : Chordata berwarna hitam di sekeliling lubang telinga. Sub filum : Vertebrata Kelas : Amphibia Kehidupan Bangsa : Anura Selalu dekat sungai yang berarus deras. Famili : Ranidae Selama bulan purnama jantan akan tinggal Sub familia : Raninae diantara rerumputan tidak jauh dari tepian Marga : Huia sungai. Aktif pada malam hari (nokturnal) dan Jenis : Huia masonii umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial), terkadang dijumpai berada di Deskripsi atas pepohonan dan bebatuan di tepi sungai. Berukuran sedang, jantan berukuran 30 mm dan betina berukuran 50 mm. Kaki ramping Penyebaran di IndonesiaIndonesia: dan sangat panjang dibandingkan kaki endemik pulau Jawa katak lainnya. Pada Jari-jari tangan dan kaki memiliki piringan yang lebar. Tekstur Status Konservasi: kulit halus dan berbintil. Tubuh berwarna Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus coklat hingga coklat tua dengan bintik vulnerable (rentan)

130 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KATAK SAWAH Ricefield Frog (Fejervarya cancrivora Gravenhorst, 1829

Klasifikasi yang kotor dengan bercak-bercak tidak simetris Filum : Chordata berwarna gelap. Pada bagian punggung Sub filum : Vertebrata terdapat warna putih yang memanjang dari Kelas : Amphibia ujung mulut hingga belakang tubuh. Bangsa : Anura Famili : Ranidae Kehidupan Sub famili : Dicroglossinae Banyak di jumpai di sawah-sawah. Jarang Marga : Fejervarya ditemukan di tepi sungai. Aktif pada malam Jenis : Fejervarya cancrivora hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Deskripsi Katak berukuran besar dengan lipatan-lipatan Penyebaran di IndonesiaIndonesia: atau bintil-bintil memanjang paralel dengan pulau Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. sumbu tubuh. Ukuran tubuh berkisar antara 100-120 mm. Tekstur kulit kasar, tertutup oleh Status Konservasi: bintil-bintil atau lipatan-lipatan memanjang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus dan menipis. Berwarna seperti warna lumpur least concern.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 131 KATAK TEGALAN Grass Frog (Fejervarya limnocharis Boie, 1835)

Klasifikasi lumpur dengan bercak-bercak yang lebih Filum : Chordata gelap yang kurang jelas namun simetris. Sub filum : Vertebrata Kelas : Amphibia Kehidupan Bangsa : Anura Hidup di dataran rendah meliputi daerah Famili : Ranidae sawah dan padang rumput, namun dapat juga Sub familia: Dicroglossinae hidup di pegunungan dengan ketinggian Marga : Fejervarya mencapai 800 m diatas permukaan laut. Aktif Jenis : Fejervarya limnocharis pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Deskripsi Berukuran relatif kecil, kepala runcing dan Penyebaran di Indonesia: pulau pendek, jari kaki setengah berselaput, tepat Jawa, Bali, Flores, Sumatera dan Kalimantan. sampai ruas terakhir. Ukuran jantan 50 mm dan betina 60 mm. Tekstur kulit berkerut, Status Konservasi: tertutup oleh bintil-bintil panjang yang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus tampak tipis. Warna tubuh kotor seperti least concern.

132 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango BANGKONG TULI Kuhl’s Creek Frog (Limnonectes kuhlii Tschudi, 1838)

Klasifikasi berkerut, tertutup rapat oleh bintilk-bintil Filum : Chordata berbentuk bintang yang tersebar di seluruh Sub filum : Vertebrata permukaan tubuh. Kelas : Amphibia Bangsa : Anura Kehidupan Famili : Ranidae Merupakan jenis yang umum hidup di Sub famili : Dicroglossinae daerah pegunungan. Biasa hidup di perairan Marga : Limnonectes yang dangkal dan mengalir tenang. Aktif Jenis : Limnonectes kuhlii pada malam hari (nokturnal) dan umum hidup di atas permukaan tanah (teresterial). Deskripsi Tubuh gemuk, kepala lebar, pelipis berotot, Penyebaran di IndonesiaIndonesia: terutama pada yang jantan. Ukuran tubuh pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan jantan dewasa 80 mm, betina dewasa 70 Sulawesi. mm. Warna hitam marmer di seluruh bagian punggung. Kaki sangat pendek dan berotot. Status Konservasi: Jari-jari kaki seluruhnya berselaput renang Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus sampai ke ujung jari. Tekstur kulit sangat least concern.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 133 BANGKONG KERDIL Pygmy Creek Frog (Limnonectes microdiscus Boettger, 1892)

Klasifikasi punggung diantara kaki depan. Tanda Filum : Chordata lainnya adalah terdapat garis berwarna Sub filum : Vertebrata hitam yang menghubungkan kedua mata Kelas : Amphibia pada bagian atas kepala. Bangsa : Anura Famili : Ranidae Kehidupan Sub famili : Dicroglossinae Hidup di hutan dataran rendah hingga Marga : Limnonectes pegunungan dengan ketinggian mencapai Jenis : Limnonectes microdiscus 1400 m diatas permukaan laut. Aktif pada malam hari (nokturnal) dan umum di jumpai Deskripsi di atas permukaan tanah (teresterial). Tubuh berukuran kecil, ukuran jantan dewasa dapat mencapai 35 mm dan betina Penyebaran di IndonesiaIndonesia: dapat mencapai dua kali ukuran jantan. pulau Jawa dan Sumatera bagian Selatan. Anggota tubuh cenderung panjang dan ramping. Tekstur kulit licin. Warna tubuh Status Konservasi: bagian atas coklat kemerahan dan bagian Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus perut putih kekuningan. Terdapat tanda W least concern. berwarna coklat gelap yang terlihat jelas di

134 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango BANGKONG BATU Stone Creek Frog (Limnonectes macrodon Dumeril & Bibron,1841)

Klasifikasi tanda “W” berwarna coklat gelap yang Filum : Chordata menghubungkan kedua mata pada bagian Sub filum : Vertebrata atas kepala. Kelas : Amphibia Bangsa : Anura Kehidupan Famili : Ranidae Hidup di hutan dataran rendah hingga Sub familia : Dicroglossinae pegunungan dengan. Aktif pada malam hari Marga : Limnonectes (nokturnal) dan umum di jumpai di atas Jenis : Limnonectes macrodon permukaan tanah (teresterial). Jenis ini biasa diambil sebagai makanan. Deskripsi Tubuh berukuran besar. Tekstur kulit licin. Penyebaran di IndonesiaIndonesia: Warna tubuh bagian atas coklat kemerahan pulau Jawa dan Sumatera bagian selatan. dan coklat kehitaman. Pada bagian perut berwarna putih kekuningan. Jari kaki Status Konservasi: semuanya berselaput sampai ke digit Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus terakhir dan ujungnya membesar. Terdapat vulnerable (rentan)

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 135 Famili: Rhacophoridae

KATAK POHON BERGARIS Striped Tree Frog (Polypedates leucomystax Gravenhorst, 1829)

Klasifikasi bintil-bintil atau lipatan. Kulit kepala menyatu Filum : Chordata dengan tenggorokan. Ujung jari-jari melebar Sub filum : Vertebrata menyerupai piringan. Jari tangannya setengah Kelas : Amphibia berselaput, dan jari kaki hampir separuhnya Bangsa : Anura berselaput. Famili : Rhacophoridae Sub famili : Rhacophorinae Kehidupan Marga : Polypedates Umum hidup di hutan dataran rendah hingga Jenis : Polypedates leucomystax pegunungan. Sering mendekat hunian manusia karena tertarik dengan serangga di sekeliling Deskripsi lampu. Aktif pada malam hari (nokturnal) dan Merupakan katak pohon berukuran sedang, umum hidup di atas pohon (arboreal), namun ukuran jantan dewasa 50 mm betina dewasa terkadang dijumpai di atas permukaan tanah. 80 mm. Berwarna coklat keabua-abuan. Terdapat variasi warna antara lain coklat gelap Penyebaran di IndonesiaIndonesia: atau coklat kekuningan dengan empat atau pulau Jawa, Bali, Lombok, Nusa Tenggara, enam garis membentang dari kepala hingga Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. selangkangan. Warna lain adalah coklat keabuan gelap atau kekuningan dengan bercak Status Konservasi: yang lebih gelap tersebar di seluruh tubuh. Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus Tekstur kulit seluruhnya halus tanpa adanya least concern.

136 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango KATAK POHON JAWA Javan Tree Frog (Rhacophorus javanus Boettger, 1893)

Klasifikasi tidak beraturan. Tekstur kulit permukaan Filum : Chordata punggung halus, pada bagian perut termasuk Sub filum : Vertebrata bagian bawah kaki berbintil kecil kasar. Jari Kelas : Amphibia tangan kira-kira setengah berselaput, semua Bangsa : Anura jari kaki kecuali jari keempat berselaput Famili : Rhacophoridae hingga kepiringannya. Sub familia : Rhacophorinae Marga : Rhacophorus Kehidupan Jenis : Rhacophorus javanus Umum hidup di hutan dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian Deskripsi mencapai 1500 m diatas permukaan laut. Katak pohon berukuran kecil sampai sedang, Aktif pada malam hari (nokturnal) dan biasa tubuh relatif gemuk dan memiliki mata yang hidup di pepohonan (arboreal). besar. Ukuran jantan dewasa 50 mm, betina dewasa 60 mm. Warna tubuh coklat atau Penyebaran di IndonesiaIndonesia: kemerahan, sampai ungu dengan bercak endemik pulau Jawa

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 137 KATAK POHON HIJAU Green Flying Frog (Rhacophorus reinwardtii Schlegel, 1840)

Klasifikasi sepenuhnya sampai ke piringan, berwarna Filum : Chordata hitam. Selaput renang tangan dan kaki Sub filum : Vertebrata berwarna hitam Kelas : Amphibia Bangsa : Anura Kehidupan Famili : Rhacophoridae Umum hidup di hutan dataran rendah hingga Sub familia : Rhacophorinae pegunungan hingga mencapai ketinggian Marga : Rhacophorus 1200 m diatas permukaan laut. Selain itu juga Jenis : Rhacophorus reinwardtii sering dijumpai disekitar hunian manusia. Aktif pada malam hari (nokturnal) dan dijumpai Deskripsi hidup di pepohonan (arboreal). Katak pohon berukuran kecil hingga sedang, berwarna hijau dan pada bagian sisi, tangan Penyebaran di IndonesiaIndonesia: dan kaki berwarna kuning atau oranye. pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Ukuran tubuh jantan berkisar antara 45-52 mm dan betina dewasa 55-75 mm. Tekstur Status Konservasi kulit halus pada bagian atas, perut dan sisi Dalam daftar IUCN (2009), jenis ini berstatus tubuh, bagian bawah kaki berbintil kecil Near Threatened kasar. Jari tangan dan kaki berselaput

138 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango IKAN Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diketahui terdapat lebih kurang 7 jenis ikan yang termasuk dalam 6 suku (famili), seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Daftar Jenis-Jenis Ikan di Taman Nasional Gunung Gede Pangango

No. Famili/ Jenis Nama Asing Nama Lokal

CYPRINIDAE 1 Puntius binotatus Ikan benteur 2 Rasbora lateristriata Ikan paray

SISORIDAE 3 Glyptothorax cf. platypogon Ikan kehkel

CHANNIDAE 4 Channa gachua Ikan gabus/bogo

MASTACEMBELIDAE 5 Macrognathus maculatus Ikan sili-sili/berod

BALITORIDAE 6 Nemacheilus cf. fasciatus Ikan jeuler

POECILIDAE 7 Poecillia reticulata Ikan brenyit

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 139 Famili: Cyprinidae IKAN BENTEUR (Puntius binotatus Cuvier & Valenciennes, 1842)

Deskripsi Tubuh pipih memanjang, mempunyai sungut dua pasang yang berkembang dengan baik. Gurat sisi (linea lateralis) sempurna. Duri terakhir sirip punggung (dorsal) bagian belakangnya bergerigi. Terdapat dua bercak hitam, satu terdapat di pangkal sirip punggung dan satu lagi pada pangkal sirip ekor.

Jenis ini dikenal penduduk dengan nama lokal beunteurbeunteur, dan merupakan ikan konsumsi yang bernilai sedang.

Penyebaran di IndonesiaIndonesia: pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumatra, Nias, Bangka, Belitung, Kalimatan.

140 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango IKAN PARAY (Rasbora lateristriata Bleeker, 1854)

Deskripsi Tubuh pipih memanjang, mulut kecil dan mengarah ke atas, rahang bawah mempunyai tonjolan pada ujungnya (symphysis knob). Tubuh bagian atas putih kecoklatan dan kekuningan pada bagian bawahnya. Sisik berukuran sedang, gurat sisi (linea lateralis) sempurna memanjang di bawah pertengahan tubuh. Ciri yang paling utama adalah terdapat garis warna hitam sempurna, mulai dari operkulum hingga pangkal sirip ekor, sirip ekor pinggirannya hitam suram, terdapat bercak hitam pada pangkal sirip anal, sirip anal pada yang muda berwarna kuning. Dikenal penduduk dengan nama parayparay. Merupakan ikan konsumsi bernilai sedang dan dapat dimanfaatkan sebagai ikan hias.

Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa (Bogor, Cipanas, Cisaat, Ciampea, Pangrango pada ketinggian 1000 m, Bandung, Garut, Purwakarta, Banyumas, Surabaya, Jember), Bali, Lombok, dan Sumbawa. Sumatra (Teluk Betung, Lahat, Payakumbuh, Maninjau) dan Kalimantan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 141 Famili: Sisoridae

IKAN KEHKEL (Glyptothorax cf. platypogon Valenciennes, 1840)

Deskripsi Tubuh berukuran kecil dengan butir-butir kasar di permukaan tubuh, memiliki sirip lemak, sirip punggung (dorsal) pendek, mempunyai 4 pasang sungut. Terdapat organ perekat yang terbentuk dari lipatan kulit memanjang diantara sirip dada. Karakter pembeda antar jenis adalah perbandingan panjang standar dan tinggi badan, perbandingan antara panjang dan tinggi pangkal ekor, serta pola warna. Badan berwarna pualam dengan sebuah garis samar- samar pada punggungnya.

Dikenal penduduk dengan nama kehkelkehkel.

Penyebaran di IndonesiaIndonesia: pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan

142 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Channidae

IKAN GABUS/BOGO (Channa gachua Hamilton, 1822)

Deskripsi Panjang tubuhnya dapat mencapai 30 cm. Tubuh bagian depan agak silindris. Sirip anal dan sirip ekor berwarna putih, terdapat pita warna gelap khususnya pada ikan berukuran kecil, sedangkan pada ikan dewasa samar-samar atau bahkan tidak ada. Warna tubuh kecoklatan, gelap pada bagian atas dan terang pada bagian bawahnya.

Dikenal oleh penduduk setempat dengan nama gabus/bogogabus/bogo. Bersifat predator bagi jenis ikan lainnya. Merupakan ikan ekonomis penting sehingga banyak ditangkap.

Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa, Madura, , Sumatra, Bangka, Belitung, Nias, dan Kalimantan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 143 Famili: Mastacembelidae

IKAN SILI-SILI/BEROD (Macrognathus maculatus Cuvier, 1831

Deskripsi Tubuh sangat pipih dan panjang, terdapat duri di sepanjang punggung, sirip punggung dan sirip anal. Pinggiran lubang hidung depan, memiliki 6 tonjolan halus seperti jari kecil. Sisik relatif besar dan dapat dilihat jelas dengan mata telanjang.

Dikenal penduduk setempat dengan nama sili-silisili-sili. Merupakan ikan konsumsi yang sekaligus juga dapat dikembangkan sebagai ikan hias, karena bentuk badan dan pola warnanya yang menarik.

Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa (Lebak, Bogor, Cipanas, Jasinga, Pelabuhan Ratu), Sumatra (Deli, Langkat, Solok, Payakumbuh, Wai Lima, Palembang), Belitung, dan Kalimantan.

144 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Famili: Balitoridae

IKAN JEULER (Nemacheilus cf. fasciatus Cuvier and Valenciennes, 1846)

Deskripsi Tubuh memanjang dan agak silindris, kepala membulat dengan moncong tumpul, mulut kecil. Memiliki 6 sungut, sepasang pada moncong dan dua pasang pada rahang atas. Sirip punggung (dorsal) letaknya berhadapan atau sedikit di belakang sirip perut (ventral), terdiri dari 3 duri dan 9 jari-jari bercabang. Sirip anal/dubur terdiri dari 3 duri dan 5 jari-jari bercabang, sirip ekor lebih panjang daripada kepala. Sisik kecil dan tidak terdapat sisik runcing pada batang ekor. Dikenal penduduk setempat dengan nama jelerjeler.

Penyebaran di Indonesia: pulau Jawa (Banten, Lebak, Jakarta, Ciampea, Bogor, Cianjur, Cikopo, Cipanas, Cisaat, Garut, Gombong, Kuningan, Ambarawa, Cilacap, Jember, Malang), Sumatera (Padang, Solok, danau Maninjau, Payakumbuh, Lahat, danau Toba) dan Kalimantan.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 145 Famili: Poecillidae

IKAN BRENYIT (Poecillia reticulata Peters, 1852)

Deskripsi Tubuh pipih memanjang, kepala agak silindris, sirip dada letaknya agak ke atas. Sirip ekor umumnya membulat. Ikan jantan berwarna terang dengan bintik-bintik hitam di atas sirip dubur (anal) dan di bawah sirip punggung (dorsal). Jenis ini memiliki beberapa variasi pola warna. Ikan jantan bisa mencapai panjang 3 cm, dan betinanya 6 cm. Dikenal oleh penduduk setempat sebagai brenyitbrenyit, merupakan ikan introduksi/pendatang dari Amerika Selatan dan Argentina Selatan.

Jenis ini mulanya didatangkan sebagai ikan hias dan juga untuk mengontrol nyamuk/ memakan jentik-jentik, saat ini dapat ditemukan di perairan, mulai air payau sampai air tawar. Di kalangan penggemar ikan hias, jenis ini dikenal dengan nama ‘Guppy’ dengan variasi bentuk sirip punggung dan sirip ekor disertai pola warna yang indah.

Penyebaran di Indonesia: tersebar luas di Indonesia

146 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1978. Proposed Gunung Gede-Pangranro national Park Management Paln, 1979-1983. Field Report of UNDP/ FAO. Nature Conservation and Wildlife Management Project, INS/73/013. Bogor.

Apririasari, L. 2002. Inventarisasi Jenis Ular di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Biologi Universi- tas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta.

Ario,A. 2001. Stasiun Penelitian Bodogol. Laporan Tahunan. Konsorsium, Jakarta.

Ario,A. 2002. Stasiun Penelitian Bodogol. Laporan Tahunan. Konsorsium, Jakarta.

Ario,A. 2004. Survei Mamalia dengan menggunakan perangkap kamera (camera trap) di Bodogol Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Conservation International Indonesia. Jakarta.

Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 1998. MT. Gede Pangrango Nacional Park. Vol.2.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 147 Boeadi, Suyanto, A. Suyanto dan S Adisoemarto. 1979. Cara sederhana mengenal tikus, 4-9 September 1979. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Deptan.

Bourrliere, F. 1975. Introduction mammals, Small and Large. The ecologycal Impliction Size, In Golley (Ed) Small mammals. Their productivity and population dynamics. International Biological Programe 5. Cambridge University Press, Lon- don.

Fujita, M.S. and M.D. Tuttle, 1991. Flying foxes (Chiroptera: Pteropodidae): threatened of key ecological and economical importance. Conser. Biol. 5: 455-463.

Harrison, J.L. 1954. The natural food of some rats and other mam- mals. Bul. Raffles Mus. 25: 157-165.

Haryono, Fahmi & Sopian Sauri. 1999. ICHTYOFAUNA DI PERAIRAN KAWASAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KONSERVASI ALAM BODOGOL (PPKAB)TN. GUNUNG GEDE –PANGRANGO, JAWA BARAT. Balitbang Zoologi, Puslitbang Biologi-LIPI

Kitchener, D.J, A. Gunnell and Maharadatunkamsi, 1990. Aspect of the feedingbiology of fruit bat (Pteropodidae) on Lombok Island, Indonesia. Mammals 54(4): 561-578.

Haryono. 1996. Pola sebaran dan kelimpahan jenis ikan pada

148 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tinggi penggalan berbeda di Lalut Birai, Kawasan Cagar Alam Kayan Mentarang. Terubuk XXII (65)38-49.

Helfman, G. S., B.B. Collette & D.E. Facey. 1997. The diversity of fishes. Blackwell Science, USA, 528 pp.

Hendarti, L., U. Hidayati & A. Saefudin. 1999. Pendidikan Lingkungan (Pending), The Common Agenda Roundtable Environmental Education Project in Indonesia. Prosiding Pendidikan Lingkungan, Cibinong-Bogor, 11-15 Nopember 1998, 102 pp.

Inger, R.F. 1966. The Systematic and Zoogeography of the am- phibia of . Fieldiana (Zool.) 52:1-402.

Iskandar, D.T. 1998. Amfibi Jawa dan Bali. LIPI-Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor.

Inger, R.F. & C.P. Kong. 1990. The freshwater fishes of North Borneo. Fieldiana Zoology (45), Chicago Natural History Museum, 268+47 pp.

Jhonson.J. 2005. Mamalia. Seri Intisari Ilmu. Erlangga, Jakarta.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan air tawar Indonesia Barat dan Sulawesi. Periplus Edi- tion, 293+84 pp.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 149 Lagler, K.F., J.E. Bardach & R.R. Miller. 1962. Ichtyology. John Wiley and Sons, New York-London, 545 pp.

Madesen, J.M. 1975. Aquarium fishes in color. Macmillan Publish- ing, New york, 248 pp.

MacKinnon, J., Phillips, K., van Balen, S. 1998. Seri Panduan Lapangan: burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan, Puslitbang Biologi LIPI-BirdLife International.

Malhotra, A. and Thorpe, R.S. 1997. New pespectives on the evolution of South-East. Asian pit vipers (genus Trimeresurus) from molecular studies. In: Venomous : Ecology, Evolution and Sankebite (Ed. R.S. Thorpe et al). Symposia of the Zoological Society of London, no. 70.

Nelson, J.S. 1994. Fishes of the world 3rd. John Wiley & Sons, Inc., New York, Toronto, , 600 pp.

Payne, J., Francis, C.M, & Phillips, K. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak dan Brunei Darussalam. WCS Indonesia Program, The Sabah Society & WWF , Kuala Lumpur.

Perret, S. 1995. Strategi keanekaragaman hayati global. PT. Gramedia, Jakarta, 271 pp.

Rachmatika, I. 1998. Fauna ikan S. Cikaniki, Taman Nasional Gunung

150 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Halimun. Berita Biologi 4(4):219-220.

Rachmatika, I & Haryono. 1999. Ikhtiofauna dan pengembangan perikanan di Taman Nasional Bentuang Karimun, Kalimantan Barat. Prosiding Rencana Pengelolaan Taman Nasional Bentuang Karimun: Usaha Menginteggrasikan Konservasi Kenakeragaman Hayati dengan Pembangunan Propinsi Kalimantan Barat, Pontianak 29 April-1 Mei 1998, 282-319 pp.

Roberts, T.R. 1989. The freshwater fishes of Western Borne (Kalimantan Barat, Indonesia). Memoirs of the California Academy of Science Number 14, 210 pp.

Roberts, T.R. 1993. The freshwater fishes of Jawa as observed by Kuhl and van Hasselt in 1820-23. Zoologische Verhandelingen 285: 1-94 pp.

Sidik, I. 1998. An inventory of and at Gunung Halimun National Park In : Research and conservation of biodiversity in Indonesia, Vol. IV. Gunung Halimun: The Last Submontane tropical Forest in West Java. (Eds. Simbolon et al). Bogor.

Smith, M.A. 1925. On a collection of reptiles and amphibians from Mt. Murud, Borneo. Sarawak Mus. Jour.,3,pp. 5-14, 1 pl.

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 151 Sudrajat, C. 1988. Inventarisai dan komposisi jenis tikus di Resort Hutan KPA Cibodas, Taman National Gunung Gede- Pangrango, Jawa Barat. Skripsi Sl Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Univ. Pakuan, Bogor.

Sugiharta, A. 1987. Variasi dan struktur populasi jenis-jenis tikus di Resort Cibodas bagian Taman Nasional Gunung Gede- Pangrango, Jawa Barat. Skripsi Sl, Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB, Bogor.

Suhono, B. 1986. Ular-Ular Berbisa di Jawa. Antar Kota. Jakarta

Supriatna, J dan Wahyono, H. 2000. Buku Panduan Lapangan Primata Indonesia. Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Jakarta,

Supriatna,J. 1981. Ular Berbisa Indonesia. Seri Pembangunan Desa. Bhratara Karya AKsara. Jakarta.

Suyanto, A., M. Yoneda, I. Maryanto, Maharadatunkamsi and J. Sugardjito, 1998. Checklist of the mammals of Indonesia. LIPI-JICA, Bogor. 34 p.

Suyanto.A.2001. Kelelawar Indonesia. Seri Panduan Lapangan. Puslitbang Biologi-LIPI.

Thohari, M., D. Duryadi and Kadar. 1985. A dominant species of Muridae and its population regulation in a forest Gede

152 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Mountain. Symposium_in_pest ecology pest management. BIOTROP. Bogor.

Thohari, M. and Y. Santosa, 1984. A priliminary study on the role of civet (Paradoxurus hermaphroditus) in the natural re- generation of palm (Pinanga kuhlii) and (Pinanga javana) at Gunung Gede-Pangrango National Park. BIOTROP SEAMEO. South-East Asian Regional Center for Tropical Biology. In Published.

Turner, R., S. Patmoprawiro and S. Martoprawiro, 1975. Dynamic of plague transmission cycle in Central Java. Bull. Pen. Kes. 3: 41. van der Zon, A.P.M. 1979. Mammals of Indonesia. UNDP/FAO National Park Development Project. Bogor. 152p.

Wahyono,E.H.&A.Ario.2000. Flora and fauna: An inventory and research technical practice in Bodogol Center of Education and Conservation. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango & Conservation International Indonesia Pro- gram, Jakarta

Weber, M. & L.F. de Beaufort. 1913. The Fishes of Indo-Australian Archipelago II (Malacopterygii, Myctopoidea, Ostariophysi: 1. Siluroidea). E.J. Brill, Leiden , 404 pp.

Weber, M. & L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of Indo-Australian

Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 153 Archipelago III (Ostariophysi: Cyprinoidea, Apodes, Synbranchi). E.J. Brill, Leiden, 455 pp.

Weber, M. & L.F. de Beaufort. 1962. The Fishes of Indo-Australian Archipelago XI (Scleroparei, Hypostomides, Pediculati, Plectognathi, Ophistomi, Discocephali, Xenopterygii). E.J. Brill, Leiden, 481 pp.

Whitten, A.J. and McCarthy, C. 1993. List of amphibians and rep- tiles of Jawa and Bali.Tropical Biodiversity I: 169-177.

Wiratno, Sasmitawidjaya, Kushardanto, Lubis. 2004. Valuation pf MT Gede Pangrango National Park. Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

154 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 155 156 Mengenal Satwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango