Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

KAJIAN FEMINISME DALAM FILM MADE IN DAGENHAM KARYA

Unpris Yastanti STIBA Nusa Mandiri [email protected]

Abstract

This study aims to identify feminism in Made In Dagenham movie directed by Nigel Cole. This study used content analysis implementing qualitative approach. Made In Dagenham movie was used as sources of data. The dialogs and the scenes in the movie were identified and classified as the data. This study revealed (1) the characterization of main character: Rational thinker, persistent woman, a caring woman, a good wife and mother (2) Feminism shown: the main character is being the fighter of woman’s right, brave to fight against the discrimination, and she has power to make a change in the country (3) Kinds of feminism in the movie were Liberal Feminism.

Keywords: feminsm, movie.

A. Pendahuluan Sastra merupakan bagian suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dikehidupan masyarakat. Karya sastra ini merupakan sebuah pengungkapan kehidupan yang dapat bersumber dari lingkungan sekitar, kehidupan yang dialaminya, disaksikan, didengar, dibaca bakan hasil imajinasi dari pengarangnya sendiri, kemudian melalui media tertentu hal tersebut disampaikannya kepada khalayak ramai dengan berbagai tujuan. Salah satu karya sastra yang sekarang ini masih banyak diminati dan termasuk media elektronik yang cukup tua adalah film. Dapat dikatakan masyarakat yang berbudaya pasti akan berinteraksi dengan film, karena film juga bagian dari hasil kreasi seni dan budaya. Didalam film terdapat unsur visual juga audio yang menyatu, yang membuat cerita lebih hidup. Selain itu, didalam film terdapat banyak hal yang bisa diungkapkan oleh pembuat film, baik dari segi penokohan karakternya, alurnya, settingnya juga mau dibuat seperti apa kisah dari cerita itu sendiri. Dalam hal ini pun, film ini bisa merupakan kisah yang diangkat dari kisah nyata seseorang ataupun pembuat film itu sendiri ataupun karya imajinasi dari pembuat film atau bahkan merupakan cerminan realitas suatau masyarakat atau kritikan dari fenomena-fenomena yang sedang terjadi di masyarakat seperti fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks yang menjadi dokumen yang berisi cerita dan gambar yang diiringi kata-kata bahkan music sehingga film merupakan produksi yang sangat kompleks. Sekarang ini keberadaan film sangat terasa penting di berbagai lapisan masyarakat, baik anak-anak muda, para orang tua bahkan anak-anak kecil sudah berinteraksi dengan film. Seiring dengan antusias masyarakat yang tinggi tentang film ini, maka sudah sewajarnya bermunculan hasil karya film-film yang sangat berkualitas dan unggulan sepanjang masa.

567

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

Salah satu film yang menarik yang patut ditonton sepanjang masa adalah film Made in Dagenham. Film ini bercerita tentang seorang perempuan yang memperjuangkan haknya dalam mendapatkan upah pekerja. Filmnya sendiri merupakan dramatisasi dari kisah nyata para buruh wanita di pabrik mobil Ford tahun 1968. Di tengah ribuan pegawai pabrik Ford yang saat itu merupakan salah satu pabrik dengan angka tenaga kerja terbesar di Inggris, dan memiliki pekerja rata-rata pria, dan terdapat juga 180an pegawai wanita, yang bertugas menjahit properti interior mobil Ford. Mereka mulai merasa tidak puas dengan kondisi tempat kerja mereka yang memprihatinkan serta status mereka yang dikategorikan ‘unskilled work‘ secara sepihak. Oleh karena itu, pemain utamanya, Rita O’Grady berjuang untuk mendapatkan haknya untuk ‘equal pay’ dengan pekerja laki-laki. Terdapat sisi feminisme disini yang ditunjukkan oleh pemain utamanya. Seperti pendapat Kasiyan dalam Sugihastuti dan Saptiawan (2007;86), feminisme sebagai gerakan perempuan muncul dalam karakteristik yang berbeda-beda yang disebabkan asumsi dasar yang memandang persoalan-persoalan yang menyebabkan ketimpangan gender. Sehingga dapat diasumsikan feminisme adalah sebuah paham/aliran yang berusaha memahami ketertindasan terhadap perempuan, dan mencari upaya bagaimana mengatasi ketertindasan itu. Oleh karena itu, seorang feminis adalah seseorang yang berusaha memahami posisi terhadap perempuan dan berupaya mengatasinya. Disini sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut lagi seperti apa segi feminisme yang digambarkan di film ini khususnya oleh pemain utama dan termasuk jenis feminisme apa yang terjadi. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai feminisme yang difokuskan pada pemain utama dalam film Made In Dagenham Karya Nigel Cole ini. Maka dari itu penulis memberi judul makalah ini yaitu” Kajian Feminisme dalam Film Made in Dagenham karya Nigel Cole”. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dirumuskan masalah berikut:1. Bagaimanakah penokohan Pemain utama dalam Film Made in Dagenham karya Nigel Cole?,2. Bagaimanakah Feminisme digambarkan pada Pemain utama dalam Film Made in Dagenham karya Nigel Cole? 3. Apakah jenis feminisme yang terdapat pada pemain utama dalam Film Made in Dagenham karya Nigel Cole?

B. Landasan Teori 1. Karakter Tokoh Utama Di dalam sebuah cerita yang menampilkan beberapa karakter didalamnya, pasti akan memiliki tokoh utama/karakter utama yang akan menjadi pusat dan sumber baik alur, plot, ataupun konflik-knflik yang bermunculan. Terdapat beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang tokoh utama ini, lebih detail akan dibahas berikut ini. Diyanni (2004:54) berpendapat

568

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

bahwa “Main character is an important figure at the center of the story’s action or theme.” Yang dapat diartikan bahwa karakter utama adalah sosok yang penting didalam sebuah film dan menjadi pusat cerita juga tema sebuah cerita. Dan menurut Klerer (2004:20) “First person narration renders the action as seen through a participating figure, who refers to herself or himself in the first person. First person narrations can adopt the point of view either of the protagonist or of a minor figure”. Dalam pendapat Klerer tersebut dapat dijabarkan bahwa karakter utama/ tokoh utama akan menjadi orang pertama yang mampu membuat karakternya ataupun karakter lainnya akan terlihat menjadi tokoh yang baik ataukah menjadi tokoh yang kurang ditonjolkan. Dan menurut Beaty et al (2002:102), “Main character is expectation, emotions and kind of world imagine that the character inhabit make up the major register of emotional responses to fiction”. Sehingga pemain utama adalah sesuatu yang utama yang diharapkan mampu mengilustrasikandan membawa emosional para penontonnya. . Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter utama atau tokoh utama dalam sebuah film, pusisi, cerita atau yang lainnya akan memegang peranan penting, sebagai pusat karakter, sebagai pemimpin karakter dan membuat cerita menjadi lebih hidup dan menarik serta dapat dilihat, dirasakan dan ditentukan dari ucapanya, tindakannya, atau unsur-unsur abstrak yang dimunculkan didalam film, misalnya emosinya, motivasinya, cita- citanya, keinginannya, romantisnya juga unsur lainnya. 2. Penokohan/Characterization Dalam sebuah cerita, karakter akan menjadi sumber atau pusat dari sebuah cerita. Didalam mengambarkan suatu karakter, maka akan ada proses penokohan didalam ceita tersebut. Berikut beberapa pendapat dari para ahli tentang penokohan. Corsini (2002:155) berpendapat bahwa “Characterization processes by which personality and character are developed in an individual through interaction with other members group.” Berdasarkan pendapat diatas, dapat diartikan bahwa penokohan dapat terlihat ketika karakter berinteraksi dengan karakter lain didalam cerita. Gill (1995:127) sependapat dengan Corsini, dimana Gill mengatakan bahwa “Characterisation is the way in which a character is created.” Yang dapat diasumsikan bahwa penokohan adalah suatu cara bagaimana suatu karakter diciptakan. Senada dengan pendapat diatas, Luke berpendapat seperti yang dikutip oleh Bronze (1989:94) “Characterization is the art making people in a story real.” Bahwa penokohan merupakan suatu seni untuk menciptakan seseorang agar terlihat nyata dalam sebuh cerita. Dalam pendapat tersebut dapat juga dijabarkan bahwa penokohan ini akan bergantung sekali dengan apa yang ingin dibuat oleh para pengarang

569

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

film. Mereka dapat menciptakan tokoh atau karakter sesuai dengan apa yang ingin mereka ciptakan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah suatu proses atau cara seorang pembuat film dalam menciptakan karakter yang mereka inginkan agar karakter tersebut terlihat nyata. Yang dapat terlihat ketika karakter tersebut berinteraksi dengan karakter lainnya misalnya dari ucapannya, tindakannya atau pemikiran-pemikirannya. 3. Feminisme Lips (200:13) mengatakan bahwa “Feminism comes in many different versions, but all of them share certain premises: the notion that inequalities between women and men should be challenged; that women’s experiences and concerns are important; that women’s idea, behaviors, and feelings are worthy of study in their own right.”. Disini Lips berpendapat bahwa feminism dapat berasal dari beberapa sebab dari ketidaksamaan laki-laki dan perempuan dan hal itu harus dilawan. Mereka meminta persamaan hak dalam berpendapat, bertindak, dan juga perasaan mereka. Lebih lanjut lagi, Wood (2001:4) mengatakan bahwa “My feminism means I’am against oppression, be it the oppression of women, men, people with disabilities, specific sexual identities, particular race–ethnicities, elderly people, children, animals, or our planet. I don’t think oppression and domination foster healthy lives for individuals or societies as a whole.” dalam pendapat tersebut, Wood mengatakan bahwa Feminisme adalah sebuah aksi melawan penindasan dalam segala aspek kehidupan tidak hanya tentang persamaan antar laki-laki dan perempuan. Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa feminism ini merupakan suatu gerakan atau aksi dari perempuan-perempuan yang terjadi karena beberapa hal, misalnya adanya ketimpangan gender, adanya perbedaan perlakuan terhadap wanita, adanya gesekan-gesekan ketidakadilan dan yang pasti perempuan menginginkan persamaan hak dengan laki-laki, dan lebih jauh lagi feminisme ini merupakan suatu tindakan dalam perlawanan ketidakadilan dalam segala aspek dalam kehidupan yang dapat dilakukan terhadap masyarakat langsung atau melalui jalur politik. 4. Jenis-Jenis Feminisme Wood (2001:69-75) menyebutkan tiga jenis feminisme, yaitu: a. Radical feminism, the first form of feminism which grew out of another social movement, new left politics which focused on protesting the Vietnam war, racial discrimination, and governmental abuses. b. Socialist feminism, this feminism sees the sexual division of labor as intrinsic to capitalist, it is assume that economic and material conditions are powerful sources of oppression.

570

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

c. Liberal feminism, in this era goes by various labels middle class feminism. Acting from the liberal ideology that women and men are alike in important respect and, therefore, entitle to equal rights and opportunities.

Dalam pendapat tersebut Wood membedakan feminism menjadi tiga hal, yaitu feminisme radikal, feminisme social, dan feminisme liberal. Untuk lebih detailnya lagi akan dibahas masing-masing jenis feminisme tersebut: a. Feminisme Radikal Sumiarni (2004:75) menyatakan “Feminisme radikal cenderung membenci pria sebagai individu maupun kolektif, dan mengajak wanita untuk mandiri, bahkan tanpa perlu keberadaan pria dalam kehidupan mereka. Feminisme menganggap tidak perlu adanya laki-laki baik secara individu atapun kelompok. Mereka beranggapan bahwa mereka dapat bersikap lebih mandiri tanpa adanya campur tangan laki-laki. Selanjutnya, menurut Saptari dan Holzner (1997:424) bahwa aliran ini melihat kategori sosial seks sebagai dasar perbedaan. Jenis feminisme ini menganggap bahwa sudut pandang seks yang dimiliki oleh masyarakat yang mempengaruhi perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa menurut aliran ini kekuasaan laki- laki atas perempuan, yang didasarkan pada pemilikan dan kontrol kaum laki-laki atas kapasitas reproduksi perempuan telah menyebabkan penindasan pada perempuan. Hal ini membuat ketergantungan perempuan secara fisik dan psikologis kepada laki-laki. Feminisme radikal ini beranggapan bahwa system patriarki dan perbedaan biologis yang menyebabkan terjadinya penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu, feminisme radikal mempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuk lesbianisme), sekisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi domestik-publik. Jadi penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual, adalah bentuk dasar penindasan terhadap perempuan. b. Feminisme Sosialis Sumiarni mengatakan bahwa “Feminisme sosialis melihat bahwa persoalan yang dialami perempuan berkaitan dengan tugas reproduksi sosial dan biologis mereka, sehingga perempuan harus dibebaskan dari tugas-tugasnya dilingkup privat, maka kerja mereka akan dihargai sama dengan pria.” Sumiarni,2004:78). Disini feminis melihat ketimpangan yang terjadi, perempuan banyak memegang tugas dan peranan di masyarakat. Mereka menutut untuk kesamaan hak. Menurut Fakih (2007:90) penindasan perempuan terjadi di kelas manapun, bahkan revolusi sosialis ternyata tidak serta merta menaikkan posisi perempuan. Disini feminisme tejadi diberbagai kelas social masyarakat, namun revolusi social yang dijalankan oleh feminisme belum memberikakan pengaruh yang cukup signifikan. Aliran ini menganggap bahwa konstruksi

571

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

sosial sebagai sumber ketidakadilan terhadap perempuan. Termasuk di dalamnya adalah stereotipe-stereotipe yang dilekatkan pada kaum perempuan. Kalau ingin memperoleh kebebasan, maka status dan fungsi dalam struktur harus berubah. Sikap rendah diri harus diubah menjadi percaya diri c. Liberal Feminisme Cudd and Andreasen (2005:7) mengatakan bahwa “Liberal feminist political action brought about many important changes in the situation of women.” Liberal feminisme akan membawa banyak perubahan bagi kehidupan wanita. Hepburn (2003:100) juga mengatakan bahwa “Liberal feminism sees government as a neutral institution.” Liberal feminisme menganggap parlemen-parlemen yang berada di pemerintahan harusnya memberikan kesempatan yang sama untuk para perempuan agar bisa mendapatkan kesempatan yang sama dalam politik. Madsen (2002:36) menambahkan “Liberal feminists support the equal rights amendment and other legislative acts to abolish sexual discrimination and to erode oppressive gender roles.” Disini Madsen menjelaskan bahwa liberal feminisme mendukung agar legislatif atau lembaga Negara membuat hukum yang mampu melindungi hak-hak yang sama antar laki-laki dan perempuan. Dari beberapa teori yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa liberal feminisme ini menekankan pada suatu Negara ataupun lembaga legilastif suatu Negara untuk menciptakan hukum-hukum yang melindungi dan memberikan kesamaan hak antar laki-laki dan perempuan dan memberikan kesempatan serta memperlakukan kesamaan hak antar laki-laki dan perempuan di dalam dunia perpolitikan dalam suatu negara.

C. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dalam bentuk content analysis. Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk mendapatkan hasil analisa, penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: mempersiapkan landasan teorinya, dari berbagai sumber, setelah itu mengindentifikasi sumber data, yaitu film Made in Dagenham karya Nigel Cole. Teknik analisis data dengan cara mengidentifikasi penokohan, penggambaran feminisme dan mengidentifikasi jenis feminisme yang terdapat pada pemain utama dalam film Made in Dagenham karya Nigel Cole.

572

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berikut akan diuraikan hasil analisa dari film Made in Dagenham karya Nigel Cole yang berfokus penokohan tokoh utama, feminismenya dan jenis femisnisme yang ditemukan, diperjelas dengan gambar-gambar dari film dan juga percakapan didalam film tersebut yang terkait. 1. Penokohan Tokoh Utama a. Pemikir yang Rasional

Gambar 1. Rita dan Keluarga sedang Berkumpul Sharon : “Here, dad, Martine Clarke’s got colour. I seen it!” Eddie : “Ooh, martin Clarke got colour, has she? We’ll go around her house and watch it after tea, won’t we? Her mom will be pleased. Look, we’ll have colour soon. Once you can rent them.” Rita : “Eddie, don’t promising colour. We haven’t even paid for the fridgeyet. And the three piece is still on tick. And now we got all this unrest at work.” (Dapur, 00:16:34-00:16:57) Rita dalam percakapan tersebut sangat tidak setuju apabila mereka membeli televisi baru dikarenakan masih ada yang harus dibayar. Terlihat jelas Rita menggunakan pikiran rasionalnya dalam bersikap. b. Perempuan Pemberani

Gambar 2. Rita Berbicara dengan Kepala Pabrik Rita : “Oh, no! I’m sorry... We’re not paying that game... We ain’t your men, remember! We’re us... and we won’t beaddressed in this manner. All those in favour of not onlymaintaining, but increasing our current industrial action by going to an immediate all out stoppage until we get the samerates of pay as the men!” Monty : “What?” Rita : “Well, why not? That’s what this dispute is really ab out, isn’tit?!We’re on

573

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

the lowest rate in the whole factory...despite the fact that we have got considerable skill. And there’sonly one possible reason for that.. It’s cause we’re women,and in the work place women get paid less that mrn, nomatter what skill they got!” “Which is why we gotta demand that from now on, there’s alevel playing field and rates of pay which reflect the job you do, not whether you’ve got a dick or not!” “This strike is about one thing and one thing only: fairness! Equal pay or nothing! All those in favour?” (Kantin Pabrik, 00:42:14-00:43:49. c. Peduli dengan Sesama

Gambar 3. Rita Mengunjungi Connie

Rita : “What are you talking about Connie?” Connie : “George is ill... you know that! He’s touched... the strike ustwhipping everything up... I’ve gotta put him first...” Rita : “Look, Connie... I know it’s hard”

(Rumah Connie, 01:02:47 - 01:04:06) Rita mengunjungi Connie dan memberikan dukungan untuk Connie. Disini terlihat bahwa Rita memang ssosok yang peduli dengan teman. d. Seorang Ibu juga Istri yang Baik

Gambar 4. Suami Rita, Eddie Mengantar Rita Eddie : “What’s this? A mothers meeting?” Rita : “Hey, cheeky sod... Are you alright?” Eddie : “How you getting on?” Rita : “Give us a half change...” Eddie : “Good luck...” Rita : “See you later...” (Halaman Pabrik, 00:27:46 – 00:27:53 )

574

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

Di dalam dialog tersebut, terlihat hubungan yang baik antar Rita dengan suaminya. Eddie memberikan dukungan atas apa yang istrinya perjuangkan, disitu terlihat Rita merupakan istri yang baik, dapat mengomunikasikan apa yang terjadi dengan suaminya. Sehingga suaminya tidak menentang apa yang diperjuangkannya.

Gambar 5. Rita Memperhatikan Tangan Anaknya Rita : “Graham... breakfast... Graham... you’re gonna be late!” Graham : “I don’t feel very well... ” Rita : “You’re not hot...” Graham : “It’s me stomach... ” Rita : “Ok, what’s wrong with your hand?” Graham : “I never done nothing... honest...” Rita : “Mr.Clarke again? It will be fine ok...” Graham : “Yeah...” Rita : “Have your breakfast and go and get dressed... I’ll deal with it... it’llbe fine...” (Dapur, 00:10:05-00:10:45) Percakapan ynag terjadi di dapur itu terjadi ketika sarapan. Rita meminta anaknya untuk segera bergegas agar tidak terlambat, dan ternayata anaknya berkata tidak enak badan. Kemudian Rita menemperhatikan apa yang terjadi pada anaknya, dan dia menemukan tangan anaknya memerah. Akhirnya, naknya mengakui kalau tanda merah tersebut berasal dari pukulan gurunya yang menghukumnya lagi. Disitu, Rita memberitahukan akan mengurusnya. Terlihat, bahwa Rita pun bertanggung jawab dan menjadi ibu yang baik untuk anaknya.

2. Feminisme Pada Tokoh Utama a. Memperjuangkan Hak Perempuan

Gambar 6. Rita dan Teman-temannya Berdemo di Depan Pabrik

575

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

Rita : “Close the gate!” Women : “Yeaaay...” Rita : “I know at least they know we’re serious, right? Not as helpless as they thought... come on then girl...!” Sandra : “No more seats today Mr.Ford” Connie : “Come on girls, lets get together...” Rita : “What if we form a line or something? Line up there...!” Connie : “Hold the banner up...!”

(Aula Ford 00 :28:18-00:28:46) Di dalam dialog tersebut dan juga dari gambarnya, Rita dan kawan-kawan seperjuangan mengadakan pemblokiran didapan pabrik Ford, Hl ini dilakukannya dalam memperjuangkan Hak-hak para pekerja perempuan yang menuntut upah yang sama dengan para pekerja laki-laki.

Gambar 7. Rita Berkampanye Menuntut Persamaan Upah Rita : “The time has come for all women to say “enough”!!! We do not and will not accept this any longer...!!!” (Dagenham, 00:47:22- 00:47:29) Di dalam monolog yang disampaikan oleh Rita, sangat terlihat Rita memperjuangkan hak para perempuan, mengajak paara perempuan untuk bersama-sama memperjuangkan hak mereka, agar semua tidak menerima keadaan begitu saja. b. Melawan Deskriminasi

Gambar 8. Rita Berbicara dalam Pertemuan

576

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

Rita : “I’m sorry Albert, but it is bollocks... Three hours we’ve Been sitting here, now and... That’s what matters to the girls? How you qualify to talk about that I don’t know! Here have a look at this...!!! there you put them together.. go on...!” Grant : “Ford property, I believe...” Rita : “Oh... Stop it! We have to take these pieces and work out how they go together. Because there ain’t no template, is there? We have totake them and sew them, all free hand into the finish article! The same with the door trim, and God knows what else. That is notunskilled work, which is how you’ve regarded us. Christ, you need to take an exam to get on our line...“ Hopkins : “Please, miss...” Rita : “No, it’s Mrs! O’Grady...” Hopkins : “Mrs.O’Grady, I understand your grievance...” Rita : “Well, I really don’t think you do... It is not difficult, thought. We’reentitled to semi skilled and the wages what go with it!” Hopkins : “Why you bring this to the meeting?” Rita : “Hang on! I’m not finish. And as regards to this queue jumping business, well, we put this complaint in months ago, didn’t we? It’s just, you’ve done nothing about it! And I know why... That’s because women have never beenon strike before, isn’t it? You just thought you could forget it and we’d all go away. Well, I’m sorry! But it isn’t gonna be that easy because we’re not going anywhere. We’re gonna do what we said we would. No more overtime and animmediate twenty four hour stoppage. And where it goes from here, that’s uo to you... If you’ll excuse we, I’ve really got to be going thank you very much...!” (Ruang Rapat, 00:21:11- 00:23:26) Rita sangat terlihat berani menyampaikan pendapat-pendapatnya terkait dengan deskriminasi yang telah Ford lakukan terhadap para karyawan perempuannya. Di sini Rita bersikap melawan dengan tegas akan tindakan tersebut.

Gambar 9. Rita Berpidato di Depan Konferensi Rita : My best friend lost her husband recently. He was a gunner in fifty Squadron in the RAF. He got shot down one time... on a raid to Essen and even though he was badly injured. I asked him, why he joined the RAF and he said... they got the best women. Which they did... well you gotta. And then he said, you have to do something that was a given... because it was matter of principle. You had to stand up... Go have to was right, otherwise you wouldn’t be able to look yourself in the mirror. “ When did that change? When did we, in this country start being happy. to do decide to stop fighting? I don’t think we ever did. But you’ve gotta back us up.

577

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

You’ve gotta stand up with us. We’re the working classes, the men and women. We’re not separated by sex. But only by those who are willing to accept injustice. And those like our friend George. Who are prepared to go into battle for what is right and equal pay for women is right... Thank you...!”

(Hotel Weymouth, 01:26:57 – 01:29:15 ) Pidato tersebut belangusng dikonferensi yang diselengarakan oleh Ford, yang hanya diikuti oleh para laki-laki. Tetapi dengan keberaniannya, Rita datang dan berbicara diatas Podium untuk menyampaikan pendapatnya. Disini Rita bersikap demikian karena ingin melawan perbedaan atau deskriminasi yang telah Ford lakukan. c. Berjuang Membuat Perubahan di Negara

Gambar 10. Rita menjadi Headline di Media Cetak Dengan dimuatnya Berita tentang Rita, maka yang telah Rita perjuangkan menjadi sorotan khalayak ramai. Dalam hal ini Rita dan teman-temannya akan mendapatkan dukungan dari seluruh warga untuk dapat melakukan perubahan yang selama ini mereka perjuangkan.

Gambar 11. memberikan Pengumuman Barbara : “Now ladies... can I help?” “Thank you gentleman... thank you very much... Iam Castle delighted to announce that following our talks this afternoon, the 187 Ford machinists will be going back to work on the first of July. They will receive an immediate pay rise of 7 pence an hour which will put them at 92 percent of the male rate. However, however this is not at all. As a result of our discussion, I can confirm that the government is in full support of creation of an equal pay act by the autumn of this year. I guarantee appropriate legislation will be put into place to ensure that... that act becomes law...! Thank you.”

(Di depan Kantor Westminster, 01:45:05- 01:45:59)

578

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

Rita akhirnya mendapat dukungan dari Barbara Castle, Seketaris Kenegaraan, sebagai perwakilan negara, yang mengatakan bahwa negara memberikan dukungan penuh atas apa yang mereka perjuangkan dan pemerintah memberikan aturan bahwa upah pekerja akan disamakan dengan upak pekerja laki-laki. Dan terjadilah perubahan seperti yang diharapkan dan diperjuangkan oleh Rita dan teman-temannya.

E. Kesimpulan Perkembangan karya sastra berjalan begitu pesatnya. Dan salah satu karya sastra yang sekarang ini masih banyak diminati dan termasuk media elektronik yang cukup tua adalah film. masyarakat yang berbudaya pasti akan berinteraksi dengan film, karena film juga bagian dari hasil kreasi seni dan budaya. Terdapat banyak hal yang bisa diungkapkan oleh pembuat film, baik dari segi penokohan karakternya, alurnya, settingnya juga mau dibuat seperti apa kisah dari cerita itu sendiri. Film ini bisa merupakan kisah yang diangkat dari kisah nyata seseorang ataupun pembuat film itu sendiri ataupun karya imajinasi dari pembuat film atau bahkan merupakan cerminan realitas suatu masyarakat atau kritikan dari fenomena-fenomena yang sedang terjadi dimasyarakat. Sehingga dapat disebut bahwa film adalah fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks yang menjadi dokumen yang berisi cerita dan gambar yang diiringi kata-kata bahkan musik. Sehingga film merupakan produksi yang sangat kompleks. Seiring dengan antusias masyarakat yang tinggi tentang film ini, maka sudah sewajarnya bermunculan hasil karya film-film yang sangat berkualitas dan unggulan sepanjang masa. Banyak film yang sudah dihasilkan oleh para pengarang yang kreatif, inovatif dan juga imajinatif, serta sensitif terhadap hal-hal yang terjadi didalam kehidupan ini. Banyak hal yang dapat kita pahami dan pelajari. Pun banyak kisah-kisah nyata yang diangkat. Yang dapat menginspirasi para penontonnya. Banyak hal yang dapat dipetik dan dinilai dari suatu film, selain menjadi hiburan bagi para penontonnya. Setelah dianalisa di dalam Film Made in Dagenham ini, penokohan pemain utama, Rita Rita O’Grady ditokohkan sebagai seorang yang berpikir rasional, mempunyai sifat optimistic, percaya diri, antusias, teagas dan focus pada tujuan utamanya, seorang perempuan yang berani dan gigih, sosok yang sederhana dan berpenampilan sopan, peduli dengan sesamanya, dan juga merupakan sosok yang sangat baik terhadap keluarga, suami dan anaknya. Berdasarkan pendekatan konteks, terdapat banyak karakteristik-karakteristik feminisme didalam film Made in Dagenham ini. Di sini pemain utamanya memperjuangkan Hak-hak Perempuan dalam mendapatkan upah yang sama dengan pekerja laki-laki, juga menghapus diskreminasi atau perbedaaan antar kaum laki-laki dan perempuan di negara tersebut, berbagai

579

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

cara ditempuhnya, baik demo di depan pabrik, datang ke konferensi juga mencari dukungan para anggota legislatif. Akhirnya perjuangan Rita juga teman-temannya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Pemerintah atau negara memberikan dukungan penuh atas apa yang mereka perjuangkan. Mereka mendapatkan upah yang sama dengan pekerja laki-laki. Dan terjadilah perubahan di pabrik tempat mereka bekerja juga di negara tersebut. Berdasarkan pemaparan karakteristik-karakteristik feminisme yang telah dianalisis dan diuraikan d iatas, sangat terlihat jelas bahwa jenis feminisme yang ada didalam film ini, Made in Dagenham, yang digambarkan pada pemain utamanya termasuk jenis feminisme liberal.

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M. H. 1999. .A Glossary of Literary Terms/Seventh Edition. United States Of America: Heinle&Heinle.

Beaty et al. 2002. The Norton Introduction to Literature. Shorter Eight Edition. New York: W.W Norton and company inc.

Bronze. Prentice Hall Literature. 1989. Englewood Cliffs. New Jersey. Prentice hall inc. USA.

Corsini, Ray. 2002. The Dictionary of Psychology. : Brunner – Routledge.

Cudd, Ann E and Robin O. Andreasen. 2005. Feminist Theory: A Philosophical Anthology. Australia: Blackwell Publishing, Ltd.

DiYanni, Robert. 2004. Literature: Reading Fiction, Poetry, and Drama. Compact Edition. New York: The McGraw-Hill Book Co.

Effendy, Onong Uchjana. 1986: Televisi Siaran, Teori dan Praktek. Bandung: Alumni.

Fakih, Mansour. 2007. Analisis Gender dan Trasformasi Sosial.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gill, Richard. 1995. Mastering English Literature 2nd Edition. Great Britrain: Mac Millan Press, Ltd.

Hepburn, Alexa. 2003. An Introduction to Critical Social Psychology. London: SAGE Publications, Ltd.

Klarer, Mario. 2004. An Introduction to Literary Studies. London & New York: Routledge.

Lips, Hilary M. 2003. A New Psychology of Women : Gender, Culture and Ethnicity2nd Edition. New York: McGraw Hill.

Madsen, Deboral L. 2000. Feminist Theory and Literary Practice. London: PlutoPress.

580

Seminar Nasional Language Education and Literature (LANGEL) ke-1 26 Oktober 2016

Saptari, Ratna dan Brigitte Holzner. 1997. Perempuan Kerja dan Perubahan Sosial: Sebuah Pengantar Studi Perempuan. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Stout, Richard and Kathryn Stout. 2002. Movie as Literature. Wilmington. Design-A-Study Publisher. USA.

Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan, Praktik Kritik Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumiarni, Endang. Jender dan Feminisme. 2004. Yogyakarta: Wonderful Publishing Company.

Wood, Julia T. 2001. Gendered Lives: Communication, Gender and Culture 4th Edition. USA: Wadsworth Thompson Learning, Inc.

581