KAJIAN YURIDIS PENGELOLAAN EKS BANDARA SELAPARANG OLEH PT. I JURIDICAL STUDY OF THE MANAGEMENT OF SELAPARANG FORMER AIRPORT BY PT. ANGKASA PURA I

Fransiska Lidya Rusphitawati Magister Ilmu Hukum Universitas Email : [email protected] Naskah diterima : 24/05/2013; direvisi : 13/06/2013; disetujui : 15/07/2013

Abstrt ac This research aimed to study or analyze the state capital participation in PT. Angkasa Pura as a legal body (Company of the state/ BUMN) based on the positive law of , to study and analyze the legal status of the former which managed out of its function and to study and analyze the assets hand over of former Selaparang airport which managed out of its function. This thesis occupied the juridical-normative and juridical-empiric research method. From several problem formulations concerning the management of the former Selaparang airport writer concludes that the capital participation on PT. Angkasa Pura as the company of the state (BUMN) based on Indonesia’s positive law particularly laid on the regulation of the government of the Republic of Indonesia number 38 of 1999 concerning addition on the state of Indonesia capital participation into the share of the state limited company (PERSERO) PT Angkasa Pura I and the regulation of the government number 19 of 2002 concerning addition on the state of Indonesia capital participation into the share of the state limited company (PERSERO) PT Angkasa Pura I. Legal status of the former Selaparang airport is still under the occupation of the transportation department which managed by PT Angkasa Pura I. The assets hand over of PT Angkasa Pura I is regulated in the regulation of the government number 38 of 2008 concerning management of property of the state/region. In fact in the management of the former Selaparang airport by PT Angkasa Pura I there is no assets hand over have been done. Keywords: Management, Former Selaparang Airport

Abstrak Maksud dan tujuan penelitian dalam ini adalah untuk mengkaji atau menganalisis penyertaan modal negara pada PT Angkasa Pura sebagai badan hukum (BUMN) berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia dan juga untuk mengkaji atau menganalisis status hukum Eks Bandara Selaparang yang sudah tidak dikelola sesuai fungsi, serta ntuk mengkaji atau menganalisis peralihan aset Eks Bandara Selaparang yang sudah tidak dikelola sesuai fungsinya. Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitia yuridis Normatif dan yuridis sosiologis. Dari beberapa rumusan masalah mengenai pengelolaan Eks Bandara Selaparang Oleh PT. Angkasa Pura I, dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai penyertaan modal pada PT. Angkasa Pura sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan hukum positif yang berlaku di Indonesia didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1995 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Angkasa Pura I, Peraturan Pemerintah No.40 tahun 1999 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Angkasa Pura I, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT.

IUS 385 Kajian Hukum dan Keadilan Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402

Angkasa Pura I. Sedangkan mengenai status hukum Eks Bandara Selaparang adalah masi milik Departemen Perhubungan yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura I. Untuk peralihan aset PT. Angkasa pura I diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, akan tetapi dalam pengelolaan Eks Bandara Selaparang oleh PT. Angkasa Pura I, sama sekali tidak ada peralihan aset yang dilakukan. Keyword : Pengelolaan Eks Bandara Selaparang

PENDAHULUAN kegiatan bisnis bagi perusahaan.”3

Perkembangan pre adaban umat manusia Selain itu, pembangunan nasional In- terus berjalan dan terus meningkat. Per­ donesia saat ini masih terfokus pada pem­ kembangan tersebut menghinggapi seluruh bangunan di bidang infrastruktur. Tidak bidang kehidupan manusia, termasuk bi­ dapat dipungkiri bahwa pembangunan­ dang ekonomi. Berbicara mengenai bidang ­bidang infrastruktur juga sangat mem- ekonomi, tidak lengkap jika tidak mem­ pengaruhi iklim investasi dan pertumbu- bahas mengenai kegiatan bisnis atau han ekonomi Indonesia selama ini. Dalam usaha karena kegiatan bisnis atau usaha rangka pelaksanaan pembangunan­ infra- merupakan kegiatan inti dari bidang struktur. ekonomi secara umum. Tentu saja pembangunan infrastruktur “Tujuan dan arah pembangunan nasional tersebut membutuhkan dana yang tidak sebagaimana ditetapkan dalam Program sedikit, di mana jumlahnya kian meningkat Pembangunan Nasional (Propenas) dari dari tahun ke tahun. Alokasi anggaran yakni, berusaha mewujudkan suatu untuk pembangunan infrastruktur yang masy ar­ akat adil dan makmur, yang masih terbatas menyebabkan kondisi infra­ akan diwujudkan melalui pembangunan struktur Indonesia saat ini masih dibilang di berbagai bidang di antaranya bidang tertinggal dengan negara-negara lain. ekonomi.”1 Kemudian, dalam rangka pelaksanaan “Kegiatan bisnis sendiri dapat didefinisi- investasi yang dilaksanakan oleh peme­ kan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh rintah, sebagaimana diatur dalam Pasal individu dan sekelompok orang (organ- 41 ayat (3) undang-undang Perbenda-ha- isasi) yang menciptakan nilai (create val- raan Negara, maka disusunlah Peraturan ue) melalui penciptaan barang dan jasa Pemerintah Nomor 8 tahun 2007 tentang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Investasi Pemerintah, yang kemudian di- dan memperoleh keuntungan melalui ganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor transaksi.”2 1 tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (selanjutnya disebut dengan PP Investasi “Dalam perkembangan dunia bisnis, Pemerintah). Investasi tersebut dilakukan ternyata tidak hanya berbicara mengenai untuk memperoleh manfaat ekonomi, sos- keuntungan dan kegiatan produksi saja, ial dan/atau manfaat lainnya. Berdasarkan namun belakangan muncul pandangan PP Investasi Pemerintah tersebut, disebut- bahwa lingkungan sosial merupakan kan bahwa Investasi Pemerintah dilakukan bagian penting dalam perkembangan dalam bentuk investasi surat berharga dan/ atau Invetasi Langsung. Investasi Lang-

1 Redaksi Sinar Grafika, Propernas, Sinar Grafika, , 2005, hlm. 27 3 Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasi- 2 FX Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, PT. Bina onal Dalam Penanaman Modal Asing (PMA) Di Indone- Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 3 sia, Bina Cipta, , 1970, hlm. 10

386 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ...... sung tersebut meliputi penyertaan modal batas. Sedangkan yang dimaksud dengan dan pemberian pinjaman. badan usaha adalah Badan Usaha swasta berbentuk Perseroan Terbatas, Badan Menurut Rudhy Prasetya dalam buku­ Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha nya Teori dan Praktik Perseroan Ter­ Milik Daerah (BUMD), dan Koperasi. batas, terkait dengan pelaksanaan prio­ ritas pembangunan nasional di bidang Angkasa Pura I merupakan salah satu infrastruktur, PP Investasi Pemerintah bentuk perusahaan Badan Usaha Milik telah mengatur mengenai hal tersebut di Negara ( BUMN ) yang ada di Indonesia. dalam Pasal 5, yaitu: Awalnya PT. Angkasa Pura I pertama kali didirikan dengan nama Perusahaan Negara (1)Investasi Langsung sebagaimana dimak­ Angkasa Pura “”, selanjutnya sud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b meliputi disebut “P.N. Kemayoran”, didirikan suatu bidang infrastruktur dan bidang lainnya. perusahaan negara sebagai termaksud (2)Investasi Langsung pada bidang lainnya dalam Undang-undang No.19 Prp tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 1960 tentang Perusahaan Negara terhadap ditetapkan oleh Menteri Keuangan.4 perusahaan-perusahaan milik negara yang berada di bawah lingkungan Departemen Berdasarkan ketentuan Pasal tersebut Perhubungan Udara. Perusahaan ini me­ jelas bahwa PP Investasi Pemerintah se­ rupakan kesatuan produksi yang bersifat: bagai aturan pelaksanaan undang-undang Perbendaharaan Negara telah meng­ 1. Memberi jasa dalam bentuk fasilitas akomodir perkembangan kebutuhan pe­ udara/darat dan lain-lain; nyediaan infrastruktur dalam rangka 2. Menyelenggarakan segala sesuatu bagi pembangunan nasional Indonesia, dalam kemanfaatan umum dalam bidang pe­ bentuk Investasi Langsung, khususnya layanan untuk perhubungan udara; penyertaan modal, selain bidang yang lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 3. Berusaha mendapatkan penghasilan Tentunya pelaksanaan Investasi Langsung yang wajar dari jasa-jasa dan pelayanan- tersebut dilaksanakan dengan prinsip pelayanan tersebut. 5 menitikberatkan pada sumber dana komer­ BUMN memegang peranan sangat sial/swasta serta meminimalkan sumber penting dalam perekonomian bangsa Indo­ dana pemerintah. Hal ini sesuai dengan nesia. Pembentukan BUMN merupa­kan konsekuensi logis bahwa peran pemerintah perwujudan dari peran Negara sebagai se benarn­ ya sebatas memberikan duku­ salah satu pelaku ekonomi di Indonesia ngan sebagai fasilitator dalam rangka serta mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi penyelenggaraan perekonomian nasio­ dalam pelaksanaan pembangunan nasional. nal guna mewujudkan kesejahteraan Mengenai penyertaan modal dalam rangka masyarakat. Pembentukan BUMN juga Investasi Langsung, telah didefinisikan merupakan perbuatan hukum perdata dalam PP Investasi Pemerintah, yaitu Negera Indonesia sebagai badan hukum bentuk Investasi Pemerintah pada Badan publik, sehingga pada saat yang bersamaan Usaha dengan mendapat hak kepemilikan, Negara Indonesia sebgaai badan hukum termasuk pendirian Perseroan Terbatas publik tunduk dan berlaku terhadapnya dan/atau pengambilalihan Perseroan Ter­ norma hukum perdata atau fungsi hukum

4 Rudhi Prasetya, Teori dan Praktik Perseroan Terba- 5 http://www.angkasapura1.co.id/isi.php?option= tas, Sinar Grafika Jakarta , 2011, hlm. 16 berap&id=138, 8 Januari 2013, Pukul 14.53 WITA.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 387 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402 privat, di mana seketika itu terjadi trans­ mengutamakan kebutuhan rakyat dan ke­ formasi fungsi maupun status hukum atas tenteraman serta kesenangan kerja dalam perbuatan hukum yang dilakukan Negera. Perusahaan menuju masyarakat yang Negara diperlukan sama dengan anggota adil dan makmur materiil dan spirituil. masyarakat biasa, dan dapat digugat dan Perusahaan ini dipimpin oleh suatu Direksi menggugat di depan pengadilan negeri yang terdiri dari seorang Presiden Direktur biasa. dengan dibantu oleh dua orang Direktur yang masing-masing bertanggung jawab Hal tersebut menunjukkan bahwa atas bidang operasi/teknis dan bidang BUMN merupakan sauatu badan hukum admi­nistrasi/komersil. yang dibentuk oleh badan hukum publik Negara, dengan memenuhi salah satu Untuk lebih meningkatkan efisiensi persyaratan penting terebentuknya suatu dan efektivitas pengusahaan bandar udara badan hukum, yaitu mempunyai kekayaan serta pelayanan kepada masyarakat maka terpisah, di mana yang dimaksud dengan pada tahun 1995 dipisahkan dari kekayaan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Negara dan dijadikan penambahan penyer­ negara dari BUMN untuk selanjutnya taan modal Negara ke dalam modal saham pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. didasarkan pada sistem APBN, namum Angkasa Pura I, yang terdapat pada Bandar pembinaan dan pengelolaanya didasarkan Udara Achmad Yani di , Bandar pada prinsip-pirinsip perusahaan yang Udara Pattimura di Ambon, dan Bandar sehat. Udara Selaparang di .

Dalam melaksanakan kegiatannya, Ne­ Untuk Bandara Selaparang sendiri me­ gara sebagai badan hukum publik diatur miliki panjang landasan 2.150 meter dan dengan peraturan perundang-undangan. lebar 40 meter, pada luas areal 68 hekatare, Selain­ dapat melakukan kegiatan sebagai dan terletak persis di Jantung pulau badan hukum publik, negara juga dapat Lombok tepatnya di jalan Adi Sucipto Kota me lakuk­ an kegiatan sebagai badan hu­kum Mataram. Bandara Selaparang Mataram perdata/privat, misalnya dalam hal me­ dioperasikan sejak tahun 1957, namun lakukan pembelian barang, negara tunduk di kelola oleh PT Angkasa Pura I, sejak 6 terhadap ketentuan hukum perdata, yaitu Agustus 1955 hingga ditutup 30 September dengan melakukan perjanjian. Sama 2011 atau selama 16 tahun operasional. 6 hal n­­ya dengan hal tersebut, pendirian Areal eks Bandara Selaparang masih Perseroan Terbatas (BUMN) oleh Negara di bawah naungan PT. Angkasa Pura I, juga tunduk terhadap hukum perdata, dengan keadaan terbengkalai dan belum di dalam hal ini berlaku ketentuan hukum manfaatkan kembali oleh pihak pengelola. perdata dan UU No. 40 tahun 2007 tentang PT. Angkasa Pura I pun mengakui adanya perseroan terbatas. Negara tidak dapat desakan dari pemerintah Kota Mataram, menggunakan kekuasaan sebagai subjek agar areal Bandara Selaparang itu segera hukum publik dalam hal ini, sehingga difungsikan, mengingat semenjak bandara tanggung jawab pengelolaan terhadap itu ditutup aktivitas perekonomian di Kota suatu BUMN merupakan tanggung jawab Mataram relatif menurun, akan tetepi negara sebagai subjek hukum perdata/ pemanfaatan areal Bandara Selaparang privat bukan sebagai badan hukum publik.

Dengan tujuan Perusahaan ialah untuk 6 turut membangun ekonomi nasional se­ http:///www/angkasa pura 1.co.id/isi.php? option=beberap&id=138, 8 Januari 2013, Pukul 13.33 suai dengan ekonomi terpimpin dengan WITA.

388 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ...... itu bukan hanya untuk jangka pendek, yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan melainkan jangka panjang. yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah Bertitik tolak dari apa yang telah pada badan usaha milik negara, badan diuraikan sebelumnya, maka dapat di­ usaha milik daerah, atau badan hukum rumuskan beberapa permasalahan yaitu : lainnya yang dimiliki negara.7 Bagaimanakah penyertaan modal negara kepada PT. Angkasa Pura I sebagai Badan Mengenai penyertaan Modal Pemerintah Usaha Milik Negara ( BUMN ) berdasarkan Pusat/Daerah diatur dalam Peraturan hukum positif yang berlaku di Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Bagaimanakah status hukum Eks Bandara 38 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan Selaparang yang sudah tidak dikelola Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang sesuai fungsinya ; serta Bagaimanakah per­ Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, alihan aset Eks Bandara Selaparang yang yang terdapat pada Pasal 62 ayat (1) tidak dikelola sesuai fungsinya mengenai penyertaan modal pemerintah pusat/daerah atas barang milik negara/ PEMBAHASAN daerah dilakukan dalam rangka pendirian, pengembangan, dan peningkatan kinerja A. Penyertaan Modal Negara Kepada PT. badan usaha milik negara/daerah atau Angkasa Pura I Sebagai Badan Usaha Milik badan hukum lainnya yang dimiliki negara/ Negara (BUMN) Berdasarkan Hukum daerah. Mengenai penyertaan modal Positif Yang Berlaku DI Indonesia pemerintah pusat/daerah sebagaimana Untuk penyertaan modal negara pada dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan PT. Angkasa Pura I Lombok, jika dilihat dari pertimbangan barang milik negara/daerah hukum positif yang ada di Indonesia, maka yang dari awal pengadaaannya sesuai pelaksanaan penyertaan modal tersebut dokumen penganggaran diperuntukkan diatur dalam Undang-Undang Republik bagi badan usaha milik negara/daerah Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang atau badan hukum lainnya yang dimiliki Perbendaharaan Negara, yang terdapat negara/daerah dalam rangka penugasan pada BAB VI (Pengelolaan Investasi) Pasal pemerintah atau barang milik negara/ 41 ayat 4 yang berbunyi : “Penyertaan daerah lebih optimal apabila dikelola oleh modal pemerintah pusat pada perusahaan badan usaha milik Negara/daerah atau negara/daerah/swasta ditetapkan dengan badan hukum lainnya yang dimiliki negara/ peraturan pemerintah. daerah baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. Pada Pasal 1 Peraturan pemerintah yang mengatur tentang penyertaan modal pada Penyertaan modal pemerintah pusat/ PT.Angkasa Pura I Lombok tersebut diatur daerah atas barang milik negara/daerah dalam Peraturan Pemerintah Republik diatur dalam Peraturan Pemerintah Repub­ Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 Atas lik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah yang berbunyi : Negara/Daerah, yang terdapat pada Pasal 63 ayat (1) dapat berupa: Penyertaan modal pemerintah pusat/ daerah adalah pengalihan kepemilikan 7 barang milik negara/daerah dan/atau Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 perubahan atas Peraturan Pemerintah uang yang semula merupakan kekayaan Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 389 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402 a. Tanah dan/atau bangunan yang telah berita acara serah terima barang setelah diserahkan kepada pengelola barang Peraturan Pemerintah ditetapkan.9 untuk barang milik negara dan gubernur/ Pemindahtanganan dalam bentuk pe­ bupati/walikota untuk barang milik nyertaan­ modal pemerintah pusat/daerah daerah; berupa tanah dan/atau bangunan yang b.Tanahawal pengadaannya direncanakan sejak awal pengadaannya sesuai dokumen untuk disertakan sebagai modal pemerin­ penganggaran diperuntukkan bagi badan tah pusat/daerah sesuai yang tercantum usaha milik negara/daerah atau badan dalam dokumen penganggaran; hukum lainnya yang dimiliki negara. c. barang milik negara/daerah selain tanah Untuk lebih meningkatkan dan me­ dan/atau bangunan.8 ngembangkan kegiatan usaha perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Angkasa Penyertaan modal pemerintah pusat Pura I, dipandang perlu melakukan pe­ atas barang milik negara (1) sebagaimana nambahan penyertaan modal Negara Re­ dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf publikIndonesia ke dalam modal saham a dilaksanakan dengan ketentuan sebagai Perusahaan­ Perseroan (PERSERO) PT berikut: Angkasa Pura I. Untuk melakukan pe­ a. Pengelola barang mengkaji perlunya nambahan penyertaan modal tersebut, penyertaan modal pemerintah berdasar­ berasal dari kekayaan Negara Republik kan pertimbangan dan syarat sebagaimana Indonesia yang dananya berasal dari dimaksud dalam Pasal 62; Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 1995/1996 yang di­ b. pengelola barang menetapkan tanah dan/ canangkan sesuai awal berdirinya PT. atau bangunan yang akan disertakan Angkasa Pura I pada tahun 1995. sebagai modal pemerintah sesuai batas kewenangannya; Untuk lebih lanjut mengetahui bagai­ mana penyertaan modal pada PT. Angkasa c. Proses persetujuan penyertaan modal Pura I sebagai Badan Usaha Milik Negara pemerintah dilaksanakan dengan ber­ (BUMN) berdasarkan hukum positif yang pedoman pada ketentuan Pasal 46 ayat berlaku di Indonesia, khususnya pada PT. (1) dan Pasal 48 ayat (1); Angkasa Pura I yang berupa fasilitas bandar d. Pengelola barang menyiapkan Rancangan udara pada Bandar Udara Selaparang Peraturan Pemerintah tentang Penyertaan khususnya. Modal Pemerintah Pusat dengan me­ Berdasarkan Peraturan Pemerintah libatkan instansi terkait; Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1995 e. Pengelola barang menyampaikan Tentang Penambahan Penyertaan Modal Rancangan Peraturan Pemerintah kepada Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Presiden untuk ditetapkan; Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Angkasa Pura I, yang terdapat pada BAB f. Pengelola barang melakukan serah terima I tentang Penambahan Penyertaan Modal barang kepada badan usaha milik negara/ pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : daerah atau badan hukum lainnya milik negara/daerah yang dituangkan dalam Terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1995

9 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2008 Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 8 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 ten- Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ tang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah Daerah.

390 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ......

kekayaan Negara yang tertanam pada tujuh rupiah delapan puluh enam sen), Bandar Udara Achmad Yani di Semarang, dengan rincian sebagaimana terlampir.11 Bandar Udara Pattimura di Ambon, dan Seiring dengan perkembangan, pada Bandar Udara Selaparang di Lombok, tahun 2002 terbitlah Peraturan Pemerintah dipisahkan dari kekayaan Negara dan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 dijadikan­ penambahan penyertaan Tentang Penambahan Penyertaan Modal modal Negara ke dalam modal saham Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Saham Perusahaan Perseroan (Persero) Angkasa Pura I. Sedangkan pada ayat PT Angkasa Pura I, yang pada Bab I (2) Nilai penambahan penyertaan modal mengenai Penambahan Penyertaan Modal Negara sebagaimana dimaksud dalam menyebutkan : ayat (1) sebesar Rp.76.535.997.213,89 (tujuh puluh enam miliar lima ratus tiga Pasal 1 puluh lima juta sembilan ratus sembilan puluh tujuh ribu dua ratus tiga belas Negara Republik Indonesia melakukan rupiah delapan puluh sembilan sen) penambahan penyertaan modal saham dengan rincian sebagaimana terlampir.10 Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Angkasa Pura I, yang didirikan Pada perkembangannya, terdapat Per­ berdasarkan Peraturan Pemerintah aturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1999, Nomor 5 Tahun 1992. tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Pasal 2 Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. (1)Penambahan penyertaan Negara modal Angkasa Pura I, yang terdapat pada : sebagaimana dimaksud dalam Pasal Pasal 2 1 berupa tanah, bangunan dan fasili­ tas penunjang pada Bandar Udara (1)Penambahan penyertaan modal Negara Ngurah Rai , Bandar Udara Juanda sebagaimana dimaksud dalam Pasal , Bandar Udara Hasanuddin 1 berupa fasilitas bandar udara pada Ujung Pandang, Bandar Udara Sepinggan Bandar Udara Ngurah Rai, Hasanuddin, ,­ Bandar Udara Sam Ratu­ Sepinggan, Sam Ratulangi, Adi Sutjipto, langi Menado, Bandar Udara Frans Adisumarmo, Selaparang, Achmad Yani, Kasiepo Biak, Bandar Udara Adisutjipto Pattimura, Frankaisiepo dan Syamsudin , Bandar Udara Adisumarmo Noor yang pembangunannya berasal dari , Bandar Udara Achmad Yani dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Semarang, Bandar Udara Syamsuddin Negara Tahun Anggaran 1996/1997; Noor Banjarmasin, Bandar Udara Se­ laparang Lombok, dan Bandar Udara (2)Nilai penambahan penyertaan modal Pattimura Ambon yang pembangunan Negara sebagaimana dimaksud dalam dan pengadaannya berasal dari Anggaran ayat (1) sebesar Rp 198.786.985.007,86 Pendapatan dan Belanja Negara Tahun (seratus sembilan puluh delapan milyar Anggaran 1992/1993 sampai dengan tujuh ratus delapan puluh enam juta Tahun Anggaran 1998/1999. sembilan ratus delapan puluh lima ribu (2)Nilai Penambahan penyertaan modal ­Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat

10 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1999, Pe- 38 Tahun 1995 Tentang Penambahan Penyertaan Modal nambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indone- Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Pe- sia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Per- rusahaan Perseroan (Persero) PT Angkasa Pura I sero) PT Angkasa Pura I

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 391 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402

(1) sebesar Rp 37.164.632.024,51 (tiga sesuai dengan lingkup bidang tugas dan puluh tujuh miliar seratus enam puluh kewenangannya masing-masing.13 empat juta enam ratus tiga puluh dua Jadi dalam hal penyertaan modal negara ribu dua puluh empat rupiah lima puluh kepada PT. Angkasa Pura I, dilakukan satu sen), dengan rincian sebagaimana secara berkala dan diatur dalam peraturan terlampir.12 pemerintah tersendiri secara rinci dan Pada Peraturan Pemerintah Republik berkesinambungan seperti yang sudah Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang dipaparkan di atas. Pe­­nam­bahan Penyertaan Modal Negara B. Status Hukum Eks Bandara Selaparang Republik­ Indonesia ke dalam Modal Yang Sudah Tidak Dikelola Sesuai Saham Perusahaan Perseroan (Persero) Fungsinya. PT Ang­kasa Pura I, pada BAB II mengenai Pelaksanaan Penambahan Penyertaan Bandar udara merupakan lapangan Modal pada Pasal 3 menyebutkan bahwa terbang yang digunkan untuk mendarat pelaksanaan­ penambahan penyertaan dan lepas landas pesawat udara, naik turun modal Negara ke dalam modal saham penumpang, dan/atau bongkar muat kargo Perusahaan­ Perseroan (PERSERO) PT dan/atau pos, serta dilengkapi dengan Angkasa Pura I sebagaimana dimaksud fasilitas keselamatan penerbangan dan dalam Pasal 1 dilakukan menurut ke­ sebagai tempat peribadahan antar moda tentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun trasportasi. 1995 tentang Perseroan Terbatas, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang Berdasarkan hasil wawancara yang suda tercantum dalam Peraturan Pemerintah penulis lakukan kepada Bapak Sudiharto, Nomor 12 tahun 1998 sebagaimana telah beliau menuturkan bahwa eks bandara diubah dengan Peraturan Pemerintah selaparang merupakan bandar udara yang Nomor 45 Tahun 2001, dan Peraturan dahulunya dikelola oleh Penerbangan Sipil Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001, serta (PENSIP) di bawah naungan Departemen peraturan perundang-undangan lainnya Perhubungan Republik Indonesia. Pada yang berlaku. tahun 1995 terbitlah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1995 Tentang Penam­ Pada Peraturan Pemerintah Republik bahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Indonesia Ke Dalam Modal Saham Per­ Penambahan­ Penyertaan Modal Negara usahaan Perseroan (Persero) PT Angkasa Republik Indonesia ke dalam Modal Pura I yang isinya Terhitung mulai tanggal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. 1 Oktober 1995 kekayaan Negara yang Angkasa Pura I, Bab III mengenai Ketentuan tertanam pada Bandar Udara Achmad Yani Penutup Pasal 4 disebutkan bahwa Ke­ di Semarang, Bandar Udara Pattimura di tentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi Ambon, dan Bandar Udara Selaparang di pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini Lombok, dipisahkan dari kekayaan Negara diatur oleh Menteri Keuangan dan Menteri dan dijadikan penambahan penyertaan Negara Badan Usaha Milik Negara baik modal Negara ke dalam modal saham secara bersama-sama atau sendiri-sendiri

12 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Penambahan Penyertaan Modal 19 Tahun 2002 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Pe- Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Pe- rusahaan Perseroan (Persero) Pt Angkasa Pura I rusahaan Perseroan (Persero) Pt Angkasa Pura I

392 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ......

Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT kota mataram, dengan bentuk membuka Angkasa Pura I.”14 sekolah penerbangan.15

Dalam hal ini, barang milik negara/daerah Bentuk-bentuk pemindahtanganan ber­ dapat ditetapkan status penggunaannya dasarkan Pasal 45 Peraturan Pemerintah untuk penyelenggaraan tugas pokok dan Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan fungsi kementrian negara/lembaga/satuan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik oleh pihak lain dalam rangka menjalankan Negara/Daerah, mengenai pemindah­ pelayanan umum sesuai tugas pokok dan tanganan, sebagai tindak lanjut atas peng­ fungsi kementrian negara/lembaga/satuan hapusan barang milik negara/daerah kerja peragkat daerah yang bersangkutan. meliputi :

Pengguna barang dan/atau kuasa 1. Penjualan pengguna barang wajib meyerahkan tanah 2. Tukar-menukar dan/atau bangunan yang tidak digunakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat 3. Hibah (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 4. Penyertaan modal pemerintah pusat/­ 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan daerah. Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Akan tetapi, berdasarkan hasil pe­ Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang nelitian kami melalui wawan cara yang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah kami lakukan kepada Bpk. Widi selaku pada Pasal 1 menyebutkan Pemanfaatan Inventory & Aset PT. Angkasa Pura I adalah pendayagunaan barang milik Lombok, beliau menyebutkan bahwa negara/daerah yang tidak dipergunakan Eks Bandara Selaparang masi dikelola sesuai dengan tugas pokok dan fungsi oleh PT. Angkasa Pura I, dengan cara kementerian/lembaga/satuan kerja perang­ memanfaatkan sebagian areal Eks Bandara kat daerah, dalam bentuk sewa, pinjam Selaparang untuk aktivitas sekolah pe­ pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun nerbangan­ Lombok Institute Flaying Tek­ serah guna/bangun guna serah dengan nologi (LIFT), dengan pertimbangan ber­ tidak mengubah status kepemilikan. bagai fasilitas yang diperlukan untuk Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun mendukung sekolah penerbangan sudah 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan tersedia. Jika terbukanya sekolah pener­ Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang bangan ini terealisasi, maka sekolah pe­ Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah nerbangan dikota Mataram akan menjadi pada Pasal 1 mengenai Pemindah tanganan sekolah penerbangan yang tebesar se Asia. merupakan pengalihan kepemilikan barang Jadi dalam ke adaan seperti ini areal Eks milik negara/daerah sebagai tindak lanjut Bandara Selaparang masi dioperasionalkan dari penghapusan dengan cara dijual, oleh PT. Angkasa Pura I, dan jika dilihat dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan mengenai status hukum dari Eks Bandara sebagai modal pemerintah. Selaparang tersebut adalah masi milik Departemen Perhubungan yang dikelola Dan berdasarkan pada Peraturan Peme­ oleh PT. Angkasa Pura I guna meningkatkan rintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya 15 Hasil wawancara dengan Bapak Widi selaku In- 14 Wawancara dengan bapak sudiharto, tanggal 18 ventory & Aset PT. Angkasa Pura I Lombok, tanggal 10 Mei 2013, pukul 15.00 WITA. April 2013, pukul 11.30 WITA.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 393 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah 2004 Pasal 49 ayat 3 yang berbunyi “Tanah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan dan bangunan milik Negara/Daerah yang Barang Milik Negara/Daerah, apabila tidak dimanfaatkan untuk kepentingan eks bandara Selaparang yang sudah tidak penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi di manfaatkan sesuai fungsinya akan instansi yang bersangkutan, wajib diserah­ dikembalikan kepada: kan pemanfaatannya kepada menteri Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota 1. Pengelola barang untuk barang milik untuk kepentingan penyelenggaraan tugas negara; atau pemerintahan Negara/Daerah.16 2. Gubernur/Bupati/Walikota melalui pe­ Jika memang terjadi peralihan aset Eks nge lola­ barang untuk barang milik daerah. Bandara Selaparang yang tidak diman­ Status hukum eks bandara selaparang faatkan sesuai fungsi oleh PT. Angkasa yang sudah tidak dikelola sesuai fungsinya Pura I, maka pemindahtangaanan atau berdasarkan analisa penulis adalah masi tindak lanjut dari penghapusan, adalah milik Departemen Perhubungan dan di­ tindakan meng-hapus barang milik kelola oleh PT. Angkasa Pura I, hal Negara/Daerah dari daftar barang dengan ini tercermin dari beberapa kali hasil menerbitkan surat keputusan dari pejabat wawancara yang penulis lakukan bahwa yang berwenang untuk membebaskan tidak ada peralihan aset papapun yang pengguna dan/atau kuasa pengguna barang menyebabkan berubahnya status hukum dan/atau pengelola barang dari tanggung Eks Bandara Selaparang Tersebut dan jawab administrasi dan fisik atas barang pada kenyataannya PT. Angkasa Pura I yang berada dalam penguasaannya,bentuk tersebut sudah mengupayakan pengelolaan tindak lanjut : eks bandara selaparang tersebut dengan 1. Penjualan melakukan kerjasama untuk membuka sekolah penerbangan yang saat ini lebih 2. Tukar-menukar dikenal dengan nama LIFT (Lombok 3. Hibah Institute Flaying Teghnoligi). 4. Penyertaan modal pemerintah/daerah C. Peralihan Aset Eks Bandara Selaparang Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Yang Tidak Dikelola Sesuai Fungsinya 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemindah tanganan merupakan pe­ Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang ngalihan­ kepemilikan barang milik Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, negara/daerah sebagai tindak lanjut dari pada Pasal 15 menyebutkan, Mengenai penghapusan dengan cara dijual, diper­ penyerahan barang milik Negara/Daerah tukarkan, dihibahkan atau disertakan se­ dapat ditetapkan status penggunaannya bagai modal pemerintah. untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga/satuan Mengenai Bagaimana peralihan aset kerja perangkat daerah, untuk dioperasikan Eks Bandara Selaparang yang tidak oleh pihak lain dalam rangka menjalankan dikelola sesuai fungsi oleh PT. Angkasa pelayanan umum sesuai tugas pokok dan Pura I, wajib diserahkan pemanfaatannya fungsi kementerian negara/lembaga/ atuan kepada menteri Keuangan/Gubernur/ kerja perangkat daerah yang bersangkutan.17 Bupati/Walikota untuk kepentingan pe­ nyelenggaraan­­ pemerintahan Negara/ 16 Undang-undang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Daerah sesuai dengan Undang-Undang Tahun 2004. 17 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

394 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ......

Dalam hal wewenang dan tanggung Akan tetapi tidak ada peralihan aset sama jawab penyerahan barang terdapat Pasal sekali yang dilakukan oleh PT. Angkasa 6 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Pura I Lombok kepada pihak lain guna 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan pengelolaan aset eks bandara Selaparang Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang seutuhnya, yang dianggap terbengkalai ter­ Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, sebut. yang menyebutkan: Menteri/pimpinan Salah satu narasumber yang kami wa­ lembaga selaku pimpinan kementerian wancarai adalah Bapak Stevanus Ambar, negara/lembaga adalah pengguna barang beliau menuturkan bahwa areal eks bandara milik Negara pengguna barang milik negara selaparang masi difungsikan walaupun berwenang dan bertanggung jawab untuk tidak maksimal, hal ini dilakukan agar menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak ada peralihan aset supaya aset eks tidak dimanfaatkan untuk kepentingan bandara selaparang tersebut masi dalam penyeleng-garaan tugas pokok dan pengawasan/pengelolaan PT. Angkasa fungsi kementerian negara/lembaga yang Pura I, akan tetapi pihak PT. Angkasa dipimpinnya kepada pengelola barang. Pura I akan segera melakukan kerjasama Pengguna barang dan/atau kuasa dengan pihak luar dalam memanfaatkan/ pengguna barang wajib meyerahkan tanah pengelolaan areal eks bandara selaparang dan/atau bangunan yang tidak digunakan tersebut. Saat ini hanya terdapat sekolah sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat penerbangan Lombok Institute Flaing (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun Teknologi (LIFT) dengan jumlah siswa 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan yang masi terbatas, hal ini dikarenakan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang kurangnya tenaga pengajar yang memadai, Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, serta kurangnya minat dari masyarakat kepada : khususnya masyarakat pulau Lombok sendiri. Dalam melakukan aktivitas sekolah a. Pengelola barang untuk barang milik penerbangan ini, pihak LIFT membangun negara; atau sendiri 2 buahruang kelas yang posisinya b. Gubernur/Bupati/Walikota melalui peng­ berada tepat disamping landasan pacu eks e lola­­ barang untuk barang milik daerah. selaparang tersebut.

Berdasarkan Pasal 18 Peraturan Pe­ Dalam aktivitasnya, pihak LIFT hanya merintah Nomor 38 Tahun 2008 Ten­ menggunakan areal eks bandara selaparang tang Perubahan Atas Peraturan Pemerin­ untuk pengenalan lokasi serta pemahaman tah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pe­ mengenai penerbangan, antariksa, dan ngelolaan Barang Milik Negara/Daerah kebandar udaraan yang meliputi segala Pengguna barang milik negara yang tidak sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan menyerahkan tanah dan/atau bangu­nan penyelenggaraan bandar udara dan kegiatan yang tidak dipergunakan untuk menyeleng­ lainnya dalam melaksanakan fungsi bandar garakan tugas pokok dan fungsi instansi udara untuk menunjang kelancaran, ke­ bersangkutan kepada pengelola barang amanan, dan ketertiban arus lalu lintas dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pesawat udara, penumpang, kargo dan/ pemeliharaan tanah dan/atau bangunan atau pos, keselamatan penerbangan, tempat dimaksud. perpindahan intra dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional

6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Nega- ra/Daerah

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 395 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402 dan daerah. Sedangkan dalam praktiknya Milik Negara/Daerah, Bangun Guna LIFT menggunakan bandar udara Ngurai Serah yang selanjutnya diangkat BGS Rai Bali sebagai tempat pengoprasian adalah­­ pemanfaatan tanah dan/atau pesawat udara yang kemudian akan bangunan ­milik Pemerintah Daerah oleh didaratkan untuk sementara di Bandar Pihak Ketiga membangun bangunan siap Udara Internasional Lombok. 18 pakai dan/atau menyediakan, menam­ bah sarana lain berikut fasilitas di atas Selain itu, dalam melaksanakan aktivi- tanah dan/atau bangunan tersebut dan tas sekolah penerbangan Lombok Institue mendayagunakannya selama kuru waktu Flaying Teknologi (LIFT) hanya dilakukan tertentu untuk kemudian setelah jangka beberapa kali dalam satu minggu. Akan waktu berakhir menyerahkan kembali tanah tetapi pendidikan yang diajar­ ­kan hanya dan bangunan dan/atau sarana lain berikut berupa teori bukan praktik. Untuk sarana fasilitasnya tersebut kepada Pemerintah penunjang kegiatan/ aktivitas sekolah pe­ Daerah. Penetapan mitra kerjasama nerbangan tersebut, pihak LIFT mem- Bangun Guna Serah dilaksanakan melalui bangun 2 buah ruang kelas di tanah PT. tender/lelang dengan mengikut sertakan Ang k­asa Pura I untuk menunjang aktivi- se kur­ ang-kurangnya 5 peserta/peminat, tas sekolah tersebut, akan tetapi apabila apabila diumumkan 2 kali berturut- dikemudian hari pihak LIFT melakukan turut peminatnya kurang dari 5, dapat pemutusan hubungan kerjasama dengan dilakukan proses pemilihan langsung atau PT. Angkasa Pura I Lombok, maka ban- penunjukan langsung melalui negosiasi gunan tersebut akan diserahkan kepada baik tekhnis maupun harga. PT.Angkasa Pur­ a I.19 Dasar perrtimbangan bangun guna Dari hasil wawancara tersebut, serah atas barang milik daerah yaitu : disimpulkan bahwa tidak ada peralihan aset kepada pihak manapun, akan tetapi dalam 1. barang milik daerah belum kasus ini terdapat suatu sistem yang disebut dimanfaatkan; sebagai Bangun Guna Serah (BGS), di mana 2. mengoptimalisasikan barang milik pengertian, tatacara pelaksanaannya, serta daerah; batas waktu dari BGS tersebut terdapat/ 3. dalam rangka efisiensi dan efektifitas; diatur dalam Peratura Pemerintah Nomor 4. menambah/ meningkatkan Penda­ 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas patan Daerah; dan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 5. menunjang program pembangunan 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik dan kemasyarakatan Pemerintah Negara/Daerah dan pada Peraturan Daerah.20 Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Dan persyaratan pelaksanaan Bangun Barang Milik Daerah. Guna Serah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Barang Milik Negara/Daerah : Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang

18 Hasil wawancara dengan bapak stevanus Ambar selaku AOD PT.Angkasa Pura I, tanggal 29 April 2013, pukul 19.15 WITA. 20 Peratura Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Ten- 19 Wawancara dengan Ibu Emi selaku bagian komer- tang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 sial PT.Angkasa Pura I Lombok, tanggal 11 April 2013, Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ pukul 09.20 WITA. Daerah

396 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ......

1. Gedung yang dibangun berikut fasilitas a. Nilai aset berupa tanah milik harus sesuai dengan kebutuhan Peme­ pemerintah daerah sebagai obyek rintah Daerah sesuai dengan tugas dan bangun guna serah ditetapkan sesuai fungsi. NJOP dan harga pasaran umum setempat dibagi dua, dan apabila dalam 2. Pemerintah Daerah memiliki tanah yang satu lokasi terdapat nilai NJOP dan belum dimanfaatkan. harga pasaran umum setempat yang 3. Dana untuk pembangunan berikut berbeda, dilakukan penjumlahan dan penyelesaian fasilitasnya tidak mem­ dibagi sesuai jumlah yang ada. bebani APBD. b. Apabila pemanfaatan tanah tidak 4. Bangunan hasil guna serah harus dapat merubah status penggunaan/pemanfa­ ­ dimanfaatkan secara langsung oleh Pihak atan (fungsi), di mana pola bangun guna Ketiga. serah dilakukan pembangunannya di bawah permukaan tanah, maka nilai 5. Mitra bangun guna serah harus mem­ tanahnya diperhitungkan separuh (50 punyai kemampuan dan keahlian. %) dari nilai sebagaimana dimaksud huruf a). 6. Obyek Bangun Guna Serah berupa ser­ tifikat tanah hak pengelolaan (HPL) c. Peruntukan bangun guna serah milik Pemerintah Daerah tidak boleh untuk kepentingan umum dan atau dijaminkan, digadaikan dan pemin­ kepentingan perekonomian/ per­ dahtangankan. dagangan.

7. Pihak Ketiga akan memperoleh Hak Guna d. Besaran nilai investasi yang Bangunan di atas HPL milik Pemerintah diperlukan/disediakan pihak ketiga. Daerah. e. Dampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan PAD. 8. Hak Guna Bangunan di atas HPL milik Pemerintah Daerah dapat dijadikan f. selama masa pengoperasian, tanah dan/ jaminan, diagunkan dengan dibebani hak atau bangunan tetap milik Pemerintah tanggungandan hak tanggungan dimaksud Daerah. akan hapus dengan habisnya hak guna g. penggunaan tanah yang dibangun harus bangunan. sesuai dengan Rencana Umum Tata 9. Izin mendirikan bangunan atas nama Ruang Wilayah /Kota (RUTRWK). Pemerintah Daerah. h. jangka waktu pengguna-usahaan paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak dimulai 10.Obyek pemeliharaan meliputi tanah masa pengoperasian. beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya. i. biaya penelitian, pengkajian, penaksir dan pengumuman lelang, dibebankan 11.Mitra kerja bangun guna serah membayar pada Anggaran Pendapatan dan kontribusi ke kas Daerah setiap tahun BelanjaDaerah. selama jangka waktu pengoperasian. j. pelaksanaan penelitian, pengkajian 12.Besaran konstribusi ditetapkan berdasar­ dilaksanakan oleh tim yang ditetapkan kan hasil perhitungan Tim yang dibentuk dengan Keputusan Kepala Daerah dengan memperhatikan antara lain :

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 397 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402

dengan SK Kepala Daerah dan dapat Barang Milik Daerah, Bangun guna serah bekerjasama dengan Pihak Ketiga. adalah pemanfaatan barang milik daerah k. biaya yang berkenaan dengan persiapan berupa tanah oleh pihak lain dengan dan pelaksanaan penyusunan­ surat cara mendirikan bangunan dan/atau perjanjian, konsultan pelaksana/ sarana berikut fasilitasnya, kemudian pengawas, dibebankan pada Pihak didayagunakan oleh pihak lain tersebut Ketiga.21 dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya diserahkan Pelaksanaan bangun guna serah atas kembali tanah beserta bangunan dan/ barang milik daerah ditetapkan dalam atau sarana berikut fasilitasnya setelah Surat Perjanjian yang memuat antara lain : berakhirnya jangka waktu. 1. pihak-pihak yang terikat dalam per­janjian; Mengenai Bangun Guna Serah menurut 2. obyek Bangun Guna Serah; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis 3. jangka waktu Bangun Guna Serah; Pengelolaan Barang Milik Daerah, diatur 4. pokok- pokok mengenai bangun guna dalam: Pasal 40 serah; (1)Bangun Guna Serah barang milik daerah 5. data barang milik daerah yang menjadi dapat dilaksanakan dengan ketentuan objek bangun guna serah; sebagai berikut: 6. hak dan kewajiban para pihak yang terikat a. Pemerintah Daerah memerlukan dalam perjanjian; bangunan­ dan fasilitas bagi pe­nye­ 7. jumlah/besarnya kontribusi yang harus leng gar­ aan pemerintahan daerah un- dibayar oleh Pihak Ketiga; tuk kepentingan pelayanan umum 8. sanksi; dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi; 9. Surat Perjanjian ditandatangani oleh pengelola atas nama Kepala Daerah dan b. tanah milik pemerintah daerah yang mitra kerjasama; telah diserahkan oleh pengguna kepada Kepala Daerah; dan 10.Persyaratan lain yang dianggap perlu.22 c. tidak tersedia dana Anggaran Penyerahan kembali bangunan/gedung Pendapatan dan Belanja Daerah beserta fasilitas kepada Pemerintah Daerah untuk penyediaan bangunan dan yang bersangkutan dilaksanakan setelah fasilitas dimaksud. masa pengoperasian yang dijanjikan berakhir yang dituangkan dalam bentuk (2)Bangun Guna Serah barang milik daerah Berita Acara. sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh pengelola setelah Sedangkan menurut Peraturan Menteri mendapat persetujuan Kepala Daerah. Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Pasal 41 (1)Penetapan mitra Bangun Guna Serah di­ 21 Peratura Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Ten- laksanakan melalui tender/lelang dengan tang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ mengikutsertakan sekurang-kurangnya 5 Daerah (lima) peserta/peminat. 22 Peratura Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Ten- tang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 (2)Mitra Bangun Guna Serah yang telah Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah ditetapkan selama jangka waktu pen-

398 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ......

goperasian, harus memenuhi kewajiban (9)Biaya pengkajian, penelitian dan pe­ sebagai berikut: ngumuman tender/lelang, dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja a. membayar kontribusi ke kas daerah Daerah. setiap tahun yang besarannya di­ tetapkan berdasarkan hasil per­ (10)Biaya yang berkenaan dengan persiapan hitungan tim yang dibentuk oleh dan pelaksanaan penyusunan Surat Kepala Daerah; Perjanjian, konsultan pelaksana/peng­ b. tidak menjaminkan, menggadaikan awas, dibebankan pada pihak pemenang. atau memindahtangankan objek Ba­ (11)Setelah jangka waktu pendayagunaan ngun Guna Serah; dan berakhir, objek bangun guna serah terlebih c. memelihara objek Bangun Guna dahulu diaudit oleh aparat pengawasan Serah; fungsional pemerintah daerah sebelum penggunaannya ditetapkan oleh Kepala (3)Objek bangun guna serah sebagaimana Daerah.23 dimaksud pada ayat (2) huruf b, berupa sertifikat hak pengelolaan milik Peralihan aset eks bandara selaparang Pemerintah Daerah. yang tidak dikelola sesuai fungsinya pasti akan dikembalikan atau diserahkan (4)Objek bangun guna serah berupa tanah terlebih dahulu kepada Departemen Per­ dan/atau bangunan tidak boleh dijadikan hubungan pusat, mengingat status eks jaminan dan/atau diagunkan. bandara selaparang tersebut adalah milik (5)Hak guna bangunan di atas hak pe­ ­Departemen Perhubungan dan dikelola oleh ngelolaan milik pemerintah daerah, dapat PT. Angkasa Pura I. Dalam pengelolaan eks dijadikan jaminan dan/atau diagunkan bandara selaparang yang dilakukan oleh PT. sesuai ketentuan peraturan perundang-­ Angkasa Pura I sampai saat ini, memang undangan. tidak ada peralihan aset sama sekali, hal ini dikarenaka eks bandara selaparang masi (6)Jangka waktu bangun guna serah paling melakukan aktivitas sekolah penerbangan lama 30 (tiga puluh) tahun sejak perjanjian Lombok Institue Flaying Teknologi (LIFT) ditandatangani. hanya dilakukan beberapa kali dalam (7)Bangun guna serah dilaksanakan satu minggu. Akan tetapi pendidikan berdasarkan surat perjanjian yang se­ yang diajarkan hanya berupa teori bukan kurang-kurangnya memuat: praktik. Untuk sarana penunjang kegiatan/ aktivitas sekolah penerbangan tersebut, a. pihak-pihak yang terikat dalam pihak LIFT membangun 2 buah ruang perjanjian; kelas di tanah PT. Angkasa Pura I untuk b. objek bangun guna serah; menunjang aktivitas sekolah tersebut, akan tetapi apabila dikemudian hari pihak c. jangka waktu bangun guna serah; LIFT melakukan pemutusan hubungan d. hak dan kewajiban para pihak yang kerjasama dengan PT. Angkasa Pura I terikat dalam perjanjian; dan Lombok, maka bangunan tersebut akan diserahkan kepada PT.Angkasa Pura I. e. persyaratan lain yang dianggap perlu; (8)Izin mendirikan bangunan bangun guna serah atas nama pemerintah daerah. 23 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 399 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402

Jika pada kenyataannya seperti di atas, Berdasarkan hasil penelitian bahwa Eks maka dapat dilihat bahwa pihak LIFT Bandara Selaparang masih dikelola oleh PT. melakukan kerjasama yang bisa disebut Angkasa Pura I, dengan cara memanfaatkan dengan Bangun Guna Serah, yang mana sebagian areal Eks Bandara Selaparang Bangu Guna Serah Tersebut memiliki untuk aktivitas sekolah penerbangan aturan tersendiri berdasarka peraturan Lombok Institute Flaying Teknologi (LIFT), pemerintah, akan tetapi pihak LIFT tidak Jadi dalam keadaan seperti ini areal Eks melakukan kerjasama tersebut dengan PT. Bandara Selaparang masi dioperasionalkan Angkasa Pura I sesuai prosedur yang sudah oleh PT. Angkasa Pura I , dan jika dilihat ada. mengenai status hukum dari Eks Bandara Selaparang tersebut adalah masih milik KESIMPULAN ­Departemen Perhubungan yang dikelola oleh PT. Angkasa Pura I. Penyertaan modal negara kepada PT. Angkasa Pura sebagai Badan Usaha Mi- Peralihan aset eks bandara Selaparang lik Negara ( BUMN ) berpedoman/diatur yang tidak dikelola sesuai fungsinya sudah berdasarkan hukum positif yang berlaku diatur dalam Undang-Undang Perbendaha- di Indonesia didasarkan pada Peraturan raan Negara Nomor 1 Tahun 2004 Pasal Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 ayat 3 yang berbunyi “Tanah dan ban- 38 Tahun 1995 Tentang Penambahan Pe- gunan milik Negara/Daerah yang tidak nyertaan Modal Negara Republik Indone- dimanfaatkan untuk kepentingan penye- sia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan lenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi Perseroan (Persero) PT. Angkasa Pura I. yang bersangkutan, wajib diserahkan pe- Pada perkembangannya, diberlakukan Per- manfaatannya kepada menteri Keuangan/ aturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1999 Gubernur/ Bupati/Walikota. Selain diatur tentang Penambahan Penyertaan Modal dalam undang-undang nomor 1 tahun 2004 Negara Republik Indonesia Ke Dalam tentang perbendaharaan negara, mengenai Modal Saham­ Perusahaan Perseroan (Per- peralihan aset tersebut, juga diatur dalam sero) PT. Angk­ asa Pura I, Pada tahun 2002 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun terbitlah Peraturan Pemerintah Republik 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Re- Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah publik Indonesia­ ke dalam Modal Saham pada Pasal 16 ayat (2) mengenai pengguna Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Ang- barang wajib meyerahkan tanah dan/atau kasa Pura I. bangunan yang tidak digunakan kepada pengelola barang untuk barang milik nega- Status hukum eks bandara Selaparang ra atau Gubernur/Bupati/Walikota melalui yang sudah tidak dikelola sesuai fungsinya, pengelola barang untuk barang milik dae- akan dikembalikan kepada pihak pengelola rah. barang untuk barang milik Negara.

Daftar Pustaka Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 165 FX Djumialdji, Perjanjian Pemborongan, PT. Bina Aksara, Jakarta, 1987, Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005,

400 IUS Kajian Hukum dan Keadilan Fransiska Lidya Rusphitawati | Kajaian Yuridis Pengelolaan Eks Bandara Selaparang ......

Redaksi Sinar Grafika, Propernas, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, Rudhi Prasetya, Teori dan Praktik Perseroan Terbatas, Sinar Grafika Jakarta , 2011, Sunaryati Hartono, Beberapa Masalah Transnasional Dalam Penanaman Modal Asing (PMA) Di Indonesia, Bina Cipta, Bandung, 1970, Peraturan Perundang-undangan Indonesia, Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960 (Lembaran Negara 1960-104) Indonesia, Undang-undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47) Indonesia, Undang-Undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ). (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70) Indonesia, Undang-Undang Perbendaharaan Negara Nomor 1 Tahun 2004. ). (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5) Indonesia, Undang–Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas ( PT ). (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106) Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1995 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Angkasa Pura I. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 63) Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,Hak Pakai.(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 58) Indonesia, Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1998 Perubahan Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 2000 Tentang Perusahaan Perseroan (Persero). (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3731) Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1999, Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Angkasa Pura I. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 85) Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Angkasa Pura I. (Lembaran Negara Republik Indonesia

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 401 Jurnal IUS | Vol I | Nomor 2 | Agustus 2013 | hlm, 385~402

Tahun 2002 Nomor 40) Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah.(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 14) Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20) Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah. Indonesia, Peraturan Menteri Agraria atau Kepala BPN No.9 Tahun 1999 Tata Cara Pemberian Dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan. Internet http://www.angkasapura1.co.id/isi.php?option=berap&id=138, 8 Januari 2013, Pukul 14.53 WITA. http:///www/angkasa pura 1.co.id/isi.php?option= beberap& id=138, 8 Januari 2013, Pukul 13.33 WITA. http:/www.websters.online.dictionary.#907, 4 Maret 2013, Pukul 16.02 WITA. Wawancara

402 IUS Kajian Hukum dan Keadilan