SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553

PENGEMBANGAN PURI AGUNG SEBAGAI DAYA TARIK WISATA SASTRA

Nyoman Dini Andiani, Ni Made Ary Widiastini, Nyoman Trisna Herawati 1,2 Jurusan Perhotelan (DIII), 3Jurusan Akuntansi (S1) Universitas Pendidikan Ganesha Email: [email protected]

Abstrak Adapun tujuan penelitian ini adalah pengembangan Puri Agung Singaraja sebagai daya tarik wisata sastra, yaitu melalui identifikasi potensai utama Puri Agung serta dilanjutkan dengan mengkemas karya- karya sastra sebagai daya tarik wisata sastra. Adapun beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahamanyang ada terhadap potensi yang dimiliki oleh Puri Agung Singaraja,yang mengakibatkan pengembangannya sebagai daya tarik wisata budaya belum dapat terlaksana secara optimal. Pada penelitian ini, khusus dikaji potensi utama dan potensi pendukung yang dapat dimanfaatkan oleh Puri Agung Singaraja sebagai daya tarik wisata budaya. Pada penelitian ini ditemukan karya sastra Anak Agung Pandji Tisna merupakan potensi utama yang dapat dimanfaatkan oleh puri dalam mengembangkan dirinya sebagai daya tarik wisata, yakni wisata sastra. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawan cara serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa dikenalnya karya-karya sastra Anak Agung Pandji Tisna seperti Sukreni Gadis , I Swasta Setahun di Bedahulu dan Ni Rawit Ceti Penjual Orang, telah membuat orang khususnya sastrawan dan pelajar tertarik untuk mempelajarinya. Sehingga dengan demikian, konsumen yang berkunjung ke puri tidak saja wisatawan namun juga para akademisi yang ingin mempelajari sastra khususnya karya sastra yang diwariskan oleh raja Buleleng terakhir yakni Anak Agung Pandji Tisna. Adapum luaran pada penelitian ini selain potensi utama dan potensi pendukung yang telah di identifikasi juga menghasilkan brosur yang memuat berbagai potensi Puri Agung Singaraja yang unik, khususnya karya-karya sastra yang telah dikenal luas. Dengan demikian diharapkan melalui penelitian ini, pengembangan Puri Agung Singaraja sebagai daya tarik wisata sastra yang memuat unsur budaya dapat berjalan secara optimal.

Kata Kunci: Puri Agung Singaraja, daya tarik wisata, sastra, Anak Agung Pandji Tisna

Abstract Puri Agung Singaraja was the regency of Buleleng administration during the royal era. Nowadays the castle has been developed as one of the cultural tourist attraction in Buleleng regency. However, the castle development as a cultural tourist attraction cannot be optimally implemented because of the lack aware of the potential owned by Puri Agung Singaraja. This research specifically examined the major potential and supporting potential that can be exploited by Puri Agung Singaraja as a cultural tourist attraction. A literature from Anak Agung Panji Tisna was found as a major potential that can be utilized by the castle in developing itself as a tourist attraction, the tourist literature. Famous literary works of Anak Agung Panji Tisna such as Sukreni Gadis Bali, I Swasta Setahun di Bedahulu and Ni Rawit Ceti Penjual Orang, has made people especially writers and students interested in learning it. This condition can be used as an opportunity for Puri Agung Singaraja to develop itself as a literary tourist attraction by gathering the literary works that can be used to attract tourists. Thus, people who visit the castle are not only tourists but also academics who want to study literature, especially literature that are passed by the last king of Buleleng, Anak Agung Pandji Tisna. This research also developed a brochure that contains a unique variety of Puri Agung Singaraja potential, specifically the works of literature that has been widely known. It is hoped that through this research, the development of Puri Agung Singaraja as a cultural tourist attraction may be optimized.

Keywords: Puri Agung Singaraja, tourist attraction, literature, Anak Agung Pandji Tisna

Singaraja sebagai tempat pertemuan para PENDAHULUAN raja di tahun 2005. Terbukanya Puri Agung Singaraja sebagai tempat tujuan Puri Agung Singaraja secara wisata di kabupaten Buleleng tidak lepas eksplisit mengembangkan dirinya sebagai dari aplikasi teori fungsionalisme struktural. daya tarik wisata pada tahun 2006 setelah Meminjam gagasan Talcot Parson tentang dilakukan renovasi puri pada tahun 2004 fungsionalisme struktural, dapat dipahami atas dana yang diterima oleh Presiden bahwa Puri Agung Singaraja sebagai suatu Megawati Soekarno Putri, pelebon raja sistem sosial akan melakukan berbagai terakhir (Anak Agung Panji Tisna) pada perubahan untuk mempertahankan dirinya tahun 2005 serta dijadikannya Puri Agung

691

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553

(Wirawan, 2012:26), yakni menjadikan peluang sekaligus kekuatan bagi dirinya sebagai ruang terbuka bagi pengembangan Puri Agung Singaraja wisatawan. Dalam hal ini Puri Agung sebagai tempat tujuan wisata. Karya sastra Singaraja juga memerlukan masukan sebagai keunggulan puri merupakan aset finansial dengan tujuan agar bisa bertahan yang patut dipertahankan sekaligus bahkan eksis dibandingkan dengan puri-puri dilestarikan. Dipertahankan oleh pihak puri, lainnya yang ada di daerah tersebut. sehingga keturunan puri patut memahami isi Meskipun menghadapi berbagai karya tersebut yang sarat dengan nilai-nilai permasalahan baik internal maupun kehidupan serta memberikan ruang khusus eksternal, namun Puri Agung Singaraja bagi karya-karya tersebut. Sedangkan hingga saat ini masih tetap ada dan dapat dilestarikan, pihak puri dapat mengemas dikunjungi oleh siapapun khususnya potensi ini menjadi wisata sastra yakni wisatawan. menjadikan Puri Agung Singaraja sebagai Puri Agung Singaraja yang berlokasi media pembelajaran tentang sastra, cukup jauh dari pusat kunjungan wisatawan khususnya novel dan berbagai cerita yang yakni Bali Selatan, tentu harus mengandung nilai-nilai kehidupan. Tulisan memperhatikan dengan baik potensi atau ini, khusus memaparkan tentang potensi modal budaya yang dimilikinya untuk sastra sebagai potensi utama dalam dikemas dan dikembangkan sebagai atraksi mengembangan puri menjadi tempat tujuan wisata budaya. Sebagai daya tarik wisata wisata, yakni wisata sastra. yang terletak di Bali Utara, Puri Agung Singaraja harus mampu memahami METODE kebutuhan wisatawan serta trend pariwisata Tulisan ini menjelaskan tentang yang berkembang. Berbekal modal budaya pengembangan Puri Agung singaraja yang kuat yakni sejarah puri, benda sebagai tempat tujuan bagi wisatawan atau peninggalan kerajaan dan konsumen umum yang ingin belajar tentang terpublikasikannya Anak Agung Panji Tisna sastra khususnya novel atau cerita yang sebagai Sastrawan Angkatan Pujangga memiliki nilai-nilai kehidupan. Pada Baru -1930, seharusnya Puri Agung penelitian ini dilakukan wawancara Singaraja mampu memanfaatkan potensi mendalam terhadap pihak puri serta dan modal dirinya sebagai kawasan wisata berbagai pihak yang terkait, dan studi budaya yang patut dikunjungi oleh pustaka untuk memahami potensi puri serta wisatawan, khususnya yang memiliki strategi yang dapat ditempuh oleh Puri motivasi untuk mempelajari sejarah dan Agung Singaraja untuk menjadikan dirinya kebudayaan suatu daerah. sebagai tempat tujuan wisata. Data yang Pengembangan puri sebagai tempat dperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif tujuan wisata dan media pelestarian budaya dan disajikan dengan cara informal dalam suatu daerah tentu akan memberikan bentuk deskriptif – naratif. berbagai manfaat atau implikasi baik sosial, ekonomi dan budaya. Meminjam gagasan PEMBAHASAN Munandar (2005:2) yang menyatakan RASIONAL PURI AGUNG SINGARAJA bahwa puri yang awalnya memang MEMBUKA DIRI SEBAGAI DAYA TARIK merupakan pusat seni dan kebudayaan, WISATA merupakan hal yang tidak dapat dibantahkan. Khusus pada Puri Agung Puri sebagai sistem sosial tidak bisa Singaraja, potensi karya sastra yang melepaskan dirinya dari ciri khas sistem dihasilkan oleh Anak Agung Panji Tisna sosial (Ritzer, 2012) yang menjelaskan sebagai raja Buleleng terakhir serta bahwa sistem mempunyai properti aturan keturunannya sesungguhnya merupakan dan saling ketergantungan, sistem akan modal utama bagi pengembangan puri berusaha mengarahkan dirinya kearah sebagai daya tarik wisata sastra yang mana keseimbangan, dan sistem cenderung karya novel tentang Sukreni Gadis Bali, I memelihara diri dan mengubah sistem dari Swasta Setahun di Bedahulu, dan cerita dalam. Memahami hal tersebut, maka jelas lainnya dapat dikemas menjadi daya tarik dapat dipahami alasan puri mengubah wisata, bahkan konsumennya tidak hanya dirinya menjadi ruang publik yang dalam hal wisatawan namun juga siswa dan ini adalah sebagai tempat tujuan wisata mahasiswa yang mempelajari sastra. yang menyuguhkan atraksi berupa unsur- Karya sastra sebagai potensi utama unsur kebudayaan. Hal ini tidak lepas dari perlu mendapat perlakuan yang khusus manfaat yang akan diharapkan tercapai dalam mengemas potensi tersebut menjadi yakni manfaat ekonomis, sosial dan budaya.

692

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553

Dalam sistem sosial, individu menduduki (wisatawan) dan membeli dan suatu tempat (status) dan bertindak sesuai mengkonsumsi produk (Suprapti, 2010:22), dengan norma dan aturan (Wirawan, pengelola puri bisa tahu apa yang bisa 2012:51), maka dalam tindakannya puri dikembangkan guna mendapatkan masukan senantiasa memperhatikan stratifikasi sosial finansial baik bagi dirinya maupun yang berlaku (Wirawan, 2012:53) sehingga masyarakat yang diajaknya bekerjasama. puri tetap berada pada posisi atas sekalipun Sehingga dengan melakukannya secara telah mengubah dirinya menjadi ruang rinci, maka manfaat ekonomis, sosial dan publik. Untuk mencapai tujuannya yakni budaya pun dapat dihasilkan. menjadi media pelestarian budaya Bali Puri ketika menjadikan dirinya bahkan menjadi pusat kebudayaan suatu sebagai tempat tujuan wisata, selain daerah, puri pun menerapkan teori AGIL mempertahkan segala sesuatu yang telah yang dikemukakan Parsons dengan cermat, dimiliki di dalamnya, juga memberikan dimana dalam integration puri senantiasa peluang bagi kesenian yang ada di melakukan koordinasi atau kesesuaian sekitarnya untuk bertahan dan berkembang. bagian-bagian dari sistem sehingga Hal yang paling banyak ditemukan adalah seluruhnya menjadi fungsional (Wirawan, adanya pementasan seni tari dan seni musik 2012:26). di areal puri pada waktu-waktu tertentu. Berubahnya sistem kepemerintahan Dengan demikian selain dapat menghibur di Indonesia yang menjadi negara republik, wisatawan yang berkunjung juga secara langsung telah mengambil alih memberikan manfaat berupa masukan kekuasaan para raja-raja termasuk di Bali finansial bagi kelompok atau sekaa sebagai pemimpin rakyat. Kekuasaan puri kesenian tersebut, sehingga kesenian- yang dipersempit lagi setelah adanya land kesenian yang ada dapat dipertahan hingga reform yang tercantum pada Undang- saat ini. Meminjam pemikiran Marx Undang Nomor 5 Tahun 1960 (Kalo, 2004), (Suyatno, 2013:17-22) tentang modal, pada akhirnya juga memengaruhi jumlah dalam hal ini puri dipercaya sebagai pihak pendapatan yang diperoleh puri setiap yang dapat membantu masyarakat untuk periodenya untuk mengumpulkan kekayaan melestarikan seni budayanya sekaligus karena lahan sebagian besar diambil oleh mendapatkan manfaat ekonomis dari tampil negara dan setiap masyarakat diberikan hak sebagai penari di puri. Dengan demikian dengan jumlah tertentu. Hilangnya otoritas pengembangan puri sebagai destinasi puri dan berkurangnya lahan yang dikuasai wisata budaya tidak semata-mata hanya oleh puri. mengakibatkan keuangan puri pun mampu memberikan kontribusi positip bagi mengalami penurunan. Namun kebutuhan dirinya sendiri, namun juga mampu hidup yang tetap bahkan bertambah, memberikan manfaat ekonomi, sosial dan membuat pihak puri harus jeli dan cermat budaya terhadap lingkungan masyarakat melihat peluang untuk dijadikan sebagai yang ada disekitarnya. sumber pendapatan. Menjadikan puri dan palebahan yang ada di dalamnya sebagai STRATEGI PENGEMBANGAN PURI tempat bagi wisatawan pun menjadi pilihan AGUNG SINGARAJA SEBAGAI DAYA (Widiastini, 2008). Puri harus melakukan TARIK WISATA banyak perubahan dalam dirinya apabila ia Kode Etik Pariwisata Dunia pasal 4 ingin tetap bisa bertahan bahkan eksis, ayat (2) mennyebutkan bahwa kegiatan dan sehingga menjadikan dirinya sebagai daya kebijakan pariwisata wajib diarahkan dalam tarik wisata pun menjadi pilihan yang tepat rangka penghormatan terhadap warisan terlebih di dukung dengan potensi sumber kekayaan seni, arkeologi, dan budaya yang daya manusia dan sumber daya budaya harus dilindungi dan diserahkan kepasa yang telah dimilikinya. generasi penerus (Prasiasa,2013:52). Puri Puri dalam mengembangkan dirinya Puri Agung Singaraja memiliki potensi yang sebagai daya tarik wisata bahkan menjadi dapat dikembangkan menjadi daya tarik media pelestarian seni budaya melakukan wisata budaya. Untuk memahami model berbagai analisis, mulai dari memahami pengembangan puri sebagai daya tarik potensi yang dimiliki puri, melakukan analisa wisata budaya maka pada penelitian ini terhadap kebutuhan pasar yang dalam hal beberapa aspek yakni : (1) potensi yang ini adalah wisatawan dan melakukan dimiliki oleh puri dan lingkungan sekitarnya; manajemen pengelolaan terhadap sumber (2) manajemen pengeloaan puri yang daya yang tersedia dengan baik. Dengan meliputi struktur kerja, pemanfaatan sumber melakukan riset kualitatif untuk memahami daya yang dimiliki, operasional dan kebutuhan tindakan dan perilaku konsumen pengelolaan keuangan; (3) sistem informasi

693

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553

dan pemasaran. Tiga hal ini dianggap penting untuk dikaji dengan dasar pemikiran bahwa puri dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata apabila puri didukung oleh pihak puri, pemerintah, pelaku pariwisata dan lingkungan sekitar puri. Berdasarkan temuan di lapangan, selain mengalami masalah internal juga kurang mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah daerah. Minimnya dana dan kurang pahamnya sistem jaringan puri terhadap pihak yang Bagan 1. Model Pengembangan Puri bisa diajak kerjasama dalam Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya mengembangkan puri sebagai daya tarik Bagan 1 diatas, dapat dijelaskan wisata budaya, menyebabkan Puri Agung bahwa pihak puri hendaknya melakukan Singaraja kurang berkembang hingga saat komunikasi dengan berbagai pihak yang ini. mampu membantu pengembangan puri Puri Agung Singaraja yang letaknya sebagai daya tarik wisata di Kabupaten sangat strategis yakni dilalui oleh wisatawan Buleleng, sehingga modal-modal yang yang datang ke Buleleng melalui pintu dimiliki puri dapat dimanfaatkan dengan baik selatan, seharusnya dapat menjadi objek untuk mengembangkan puri sebagai daya yang selalu dikunjungi oleh setiap tarik wisata. Pada konteks ini, peninggalan wisatawan. Menurunnya aktivitas paket city Anak Agung Pandji Tisna sebagai raja tour yang sempat berjalan baik di tahun Buleleng terakhir sesungguhnya merupakan 2006 menyebabkan puri semakin dilupakan, potensi utama puri dalam menjadikan padahal di depan puri telah jelas terdapat dirinya sebagai tempat yang patut untuk plang yang menyatakan bahwa puri adalah dikunjungi oleh wisatawan. Berbagai karya salah satu daya tarik wisata di kabupaten sastra yang dikenal hingga mancanegara, Buleleng. Hal ini disebabkan karena merupakan modal besar yang dapat berbagai faktor yakni kurangnya daya tarik dimanfaatkan oleh pihak puri untuk wisata yang disuguhkan pihak puri kepada memperkenalkan Puri Agung Singaraja konsumen. Kurangnya daya tarik wisata sebagai daya tarik wisata edukasi sastra. tersebut disebabkan karena pihak puri kurang memahami potensi yang dimilikinya, SASTRA DAN SENI POTENSI UTAMA sehingga perlu dilakukan komunikasi PURI SEBAGAI DAYA TARIK WIISATA dengan berbagai pihak yang mampu Anak Agung Pandji Tisna, sosok memberikan sumbang pemikiran dalam yang berperan penting dalam duni mengembangkan Puri Agung Singaraja pendidikan dan seni yang berkembang di sebagai daya tarik wisata. Kabupaten Buleleng. Berbagai Karya Sastra Puri dalam mengembangkan dirinya pun dilahirkannya dan membuat nama sebagai daya tarik wisata budaya harus Buleleng dikenal hingga ke mancanegara. mampu memenuhi kebutuhan wisatawan Sebuah prestasi yang mengagumkan. berupa atraksi wisata yang menarik.Untuk Menjadi pribadi yang cerdas tidak lepas dari itu, perlu adanya pemanfaatan dan pendidikan dan pergaulan yang ditekuni pengemasan modal-modal budaya yang oleh Anak Agung Pandji Tisna, sehingga dimiliki oleh puri untuk bisa menjadikan meskipun beliau tidak tamat di MULO dirinya sebagai daya tarik wisata di (setara dengan Sekolah Menengah Kabupaten Buleleng khususnya dan Bali Pertama) berbagai karya dapat dihasilkan umumnya. Dalam mengemas potensi yang dengan baik. Mampunya Anak Agung Pandji dimiliki pihak puri harus menjalin kerjasama Tisna menghasilkan karya-karya yang baik, dengan berbagai pihak. Bentuk model tidak lepas dari kemampuannya dalam pengembangan puri dapat diperlihatkan memahami berbagai bahasa sehingga pada model berikut. memudahkannya memperoleh berbagai informasi baik dari media cetak dan eletronik yang pada saat itu banyak menggunakan bahasa asing. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Gorda (2006: 7) sebagai berikut: “Meskipun ia tidak tamat di MULO Batavia, namun banyak pengalaman yang sangat penting dan tinggi

694

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553

nilainya yang diperoleh selama Pada konteks ini, Anak Agung Pandji Tisna mengikuti pendidikan. Di Lembaga merupakan sosok yang patut dipelajari baik pendidikan tersebutlah, Pandji Tisna kisah perjuangannya menjadi seorang remaja bergaul dengan berbagai sastrawan maupun karya sastra yang kalangan remaja priyayi dan orang- dipelajarinya. orang asing terutama Belanda di Pengembangan puri sebagai daya samping bangsa Eropa lainnya. tarik wisata sastra dan dijadikan sebagai Suasana pergaulan yang demikian media pembelajaran tentang sastra itu merupakan suasana yang sangat khususnya bertujuan untuk mengulas karya- kondusif bagi Pandji Tisna untuk karya Anak Agung Pandji Tisna maupun menekuni selain bahasa Belanda, tulisan keluarga puri lainnya yang dianggap juga bahasa Inggris, Jerman, dan menarik untuk dipelajari. Hal ini sesuai bahasa Perancis (Gorda, 2006: 7)” dengan gagasan Bourdieu yang menekankan pentingnya ranah dan modal Berdasarkan kutipan di atas, maka dalam melakukan suatu praktik(Takwin, tidak mengerankan jika Anak Agung Pandji 2009: xx – xxi). Puri Agung Singaraja Tisna mampu melahirkan karya-karya sastra sebagai ranah yang tepat dijadikan sebagai yang dikenal hingga ke mancanegara, media pembelajaran sastra karena Anak bahkan sebagai beliau dimasukkan sebagai Agung Pandji Tisna sebagai sastrawan penulis Pujangga Baru. Wawasan yang luas pertama di Bali merupakan raja Buleleng tentang kehidupan sosial, budaya, ekonomi yang dahulu tinggal di puri tersebut, hingga politik telah membuat Anak Agung sedangkan karya-karya sastranya Pandji Tisna mampu menulis berbagai novel merupakan modal intelektual sekaligus yang fenomenal, dan menarik untuk dibaca modal budaya yang dapat dijadikan daya hingga saat ini. Karya-karya sastra yang tarik wisata. telah dihasilkan oleh Anak Agung Pandji Tisna sebagai raja Buleleng terakhir inilah yang merupakan potensi utama bagi Puri Tradisi Magoak-goakan, Representasi Agung Singaraja dalam mengembangkan Perjuangan Raja Buleleng Pertama “Ki dirinya sebagai daya tarik wisata. Barak Panji” Magoak-goakan adalah seni Sukreni Gadis Bali, Ni Rawit Ceti Penjual permainan burung gagak, sebuah Orang dan I Swasta Setahun di Bedahulu, permainan yang dipolitisasi oleh Ki Barak Novel Peninggalan Anak Agung Pandji Panji yang ingin memekarkan daerah Tisna yang mendunia kekuasaannya. Di Desa Panji, Ki Barak Sangat pantas jika Anak Agung Panji membentuk pasukan yang dikenal Pandji Tisna mendapat gelar sastrawan dengan sebutan Truna Goak dengan Pujangga Baru. Karena kemampuannya anggota sebanyak 2000 orang. Pasukan yang luar biasa beliau telah berhasil yang terdiri dari perwira pilihan ini dipimpin melahirkan tiga karya yang dikenal sejak oleh Ki Gusti Tamblang Sampun dengan tahun 1930-an hingga saat ini, bahkan wakil pimpinan Ki Gusti Made Batan. novelnya masih sering dipelajari oleh Dengan bantuan Truna Goak, dan putra- berbagai pihak baik di dalam maupun di luar putra kerajaan, Ki Barak Panji berhasil negeri. Karya sastra yang diwariskan oleh menguasai Kerajaan Blambangan. Anak Agung Pandji Tisna sesungguhnya Sehingga dengan melihat tarian Magoak- merupakan potensi utama dalam goakan tersebut, maka akan teringat pula pengembangan puri sebagai daya tarik Raja Buleleng pertama yakni Ida Anak wisata budaya dengan mengkhususnya diri Agung Anglurah Pandji Sakti yang lebih pada pengembangan daya tarik wisata dikenal dengan sebutan Ki Barak Pandji sastra. Dalam hal ini, wisata sastra yang Sakti. dimaksud adalah menjadikan puri sebagai Supada (2013) menjelaskan sejarah media pembelajaran sastra yang unik Tradisi Magoak-goakan yang dimainkan dengan memadukan kegiatan pariwisata di pada saat ngembak geni (sehari setelah dalamnya. Seperti yang dikemukakan oleh perayaan hari raya Nyepi) yang di lakukan Ryan dalam Pitana dan Gayatri (2005: 67) oleh masyarakat Desa Panji sebagai berikut: yang mengemukakan bahwa salah atu “Tradisi Magoak-goakan berasal faktor pendorong bagi seseorang untuk dari Desa Panji, Kecamatan melakukan perjalanan wisata adalah Sukasada, Kabupaten Buleleng. educational opportunity yang bertujuan Permainan ini diperkirakan sudah untuk mempelajari sesuatu atau seseorang. ada pada masa pemerintahan Ki

695

SEMINAR NASIONAL RISET INOVATIF II, TAHUN 2014 ISSN : 2339-1553

Gusti Ngurah Panji Sakti di Pariwisata. Denpasar: Astabrata Buleleng. Konon kemunculan Bali permainan tradisional ini Kalo, Syafrudin. 2004. Pencetus Timbulnya dilatarbelakangi persoalan politik Sengketa Pertanahan Antara berkaitan dengan kekuasaan raja Ki Masyarakat Versus Perkebunan di Gusti Ngurah Panji Sakti ke Sumatra Timur Dari Jaman Blambangan Jawa Timur. Kolonial Sampai Reformasi. Diceritakan Raja Ki Gusti Ngurah Fakultas Hukum Pidana. Fakultas Panji Sakti hendak mau menyerang Hukum. Universitas Sumatra ke Blambangan, pada saat itulah Ki Utara. USU Digital Library. Tamblang Sampun mendapat Munandar, A.A. 2005. Istana Dewata Pulau perintah dari I Gusti Anglurah Panji Dewata Makna Puri Bali Ke 14 – untuk memanggil seluruh anggota 19. : Komunitas Bambu laskar Taruna Goak untuk Pitana, I Gde dan Gayatri, Putu G. 2005. berkumpul di halaman Puri Panji. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta:Andi Acara dimuali dengan upacara ritual Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi dari dan disusul pementasan tarian Sosiologi Klasik sampai “Baris Goak” yang ditarikan oleh 20 Perkembangan Terakhir orang anggota pasukan. Setelah itu Postmodern. ( Saut Pasaribu, Rh. dimulailah permainan “Magoak- Widada, Eka Adunigraha goakan” yaitu permaionan Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka “Madangdang-dangdangan” , yaitu Pelajar. permainan saling isi mengisi Supada, I Nyoman Buda. Tradisi Magoak- keinginan sadrasa antara anggota goakan di Desa Pakraman Panji, dalam permainan (Supada, 2013:hal Kecamatan Sukasada, kabupaten 2-3)” Buleleng (Analisis Bentuk, Fungsi dan Dengan demikian, tradisi tarian magoak- Makna). Tesis. Institut Hindu Dharma goakan merupakan seni budaya yang Negeri Denpasar diwariskan oleh pihak Puri Agung Singaraja Takwin, Bagus. 2009. “Proyek Intelektual yakni raja Buleleng pertama, yang tentunya Pierre Bourdieu: Melacak Asal- juga merupakan potensi yang dapat Usul Masyarakat, Melampaui dikembangkan menjadi daya tarik wisata Oposisi Biner Dalam Ilmu Sosial”. budaya. Beberapa hasil karya sastra Dalam Richard Harker, Cheelen tersebut bisa dikemas sebagai daya Tarik Mahar, dan Cris Wilkes. (Habitus X wisata sastra yang menarik bagi pangsa Modal) + Ranah = Praktik pasar minat khusus. Pengemasan produk Pengantar Paling Komprehensif karya sastra tersebut bias dituangkan dalam Kepada Pemikiran Pierre media promosi yaitu brosur. Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra. Hal xx-xxi PENUTUP Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Puri Agung Singaraja sebagai salah satu Dalam Tiga Paradigma Fakta daya tarik wisata di Kabupaten Buleleng Sosial, Definisi Sosial & Perilaku sesungguhnya memiliki potensi budaya Sosial. Jakarta: Kencana Prenada yang besar, khas dan unik. Potensi tersebut Media Group. yakni sastra dan seni budaya yang dimiliki oleh generasi puri terdahulu yang Internet: diwariskan tidak saja kepada pihak puri Hendri Pradiyanto. 2011. Analisis Novel namun juga kepada masyarakat Buleleng. “Sukreni Gadis Bali”. Karya sastra dan permainan Magoak- http://imtciputat.wordpress.com/2011/0 goakan yang dihasilkan atas kreatifitas raja 4/24/analisis-novel-sukreni-gadis-bali/ Buleleng dan keturunannya sesungguhnya Artawan , Gde. 2008. “Yang Feminis dan dapat dikembangkan menjadi daya tarik Humanis wisata yang unik dan tidak tersaingi oleh Mengenang Seabad A.A. Panji puri lainnya di Bali. Tisna”. http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/ DAFTAR PUSTAKA 2008/2/17/ce2.html., Gorda, I Gusti Ngurah. 2006. Biografi Anak Agung Pandji Tisna Raja Buleleng, Budayawan, Pendidik dan Pelopor

696