MODEL PENGEMBANGAN KAWASAN KONSERVASI LAUT UNTUK PULAU-PULAU KECIL (STUDI DI PULAU , KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT)

Anang Widhi Nirwansyah1), Nursakti Adhi P2)

1) MPPDAS, Fakultas Geografi –UGM, [email protected] 2) Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Sepuluh November

ABSTRAK

Wilayah perairan di kawasan timur menjadi salah satu wilayah dengan biodiversitas perairan lautnya. Potensi yang sangat besar kawasan perairan terkandung di dalamnya termasuk di wilayah perairan Pulau Boano, Kabupaten Seram Bagian Barat. Wilayah ini merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003, yang semula merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tengah yang kemudian menjadi Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Seram Bagian Timur. Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri dari 62 buah pulau, dengan jumlah pulau berpenghuni yakni 10 buah pulau, dan 52 buah pulau tanpa berpenghuni. Sebagian wilayahnya yang merupakan wilayah perairan laut memberikan ruang luas untuk pengembangan potensi perikanan laut yang dapat memberikan revenue terhadap ekonomi masyarakat.

Kata-kata Kunci :Pengembangan, Kawasan Konservasi, Pulau-Pulau Kecil

I. PENDAHULUAN sumber bahan makanan utama, khususnya Negara Kesatuan Republik Indonesia protein hewani, sejak berabad-abad lamanya (NKRI) merupakan negara kepulauan (Dahuri dkk., 2008). Perairan Indonesia dengan luas wilayah perairan terbesar memiliki peran sentral bagi ekosistem laut keempat di dunia. Hasil inventarisasi pulau dunia karena keberagaman dan keasliannya. yang dilakukan oleh Badan Informasi Semenjak digulirkannya ICZM pada Geospasial menunjukkan jumlah total pulau tahun 2002, pemerintah Indonesia telah adalah sebesar 13.446 pulau. Jumlah banyak melakukan langkah untuk mengelola tersebut didasarkan hasil survey dari tahun sumberdaya pesisirnya, termasuk 2007 hingga 2010 oleh Tim Nasional dibentuknya kementerian yang mengurusi Pembakuan Nama Rupabumi (Timnas permasalahan kelautan. Pemerintah pusat PNR). Hasil survey tersebut telah dilaporkan memberi perhatian dan prioritas pada ke United Nations Group of Expert on permasalahan kelautan dan membangun Geograpichal Names (UNGEGN) Kementerian Kelautan dan Perikanan pada (Menkokesra,2010). Wilayah pesisir tahun 1999 (Nirwansyah, 2012). Peraturan Indonesia yang kaya dan beragam ini memiliki semangat untuk sumberdaya alamnya telah dimanfaatkan mengembalikan kejayaan ekonomi maritim oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu Indonesia di tengah tantangan dan

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______55 permasalahan sosial ekonomi masyarakat pulau, dengan jumlah pulau berpenghuni pesisir yang masih hidup dalam bayang- yakni 10 buah pulau, dan 52 buah pulau bayang garis kemiskinan. tanpa berpenghuni. Sebagian wilayahnya Wilayah perairan di kawasan timur yang merupakan wilayah perairan laut Indonesia menjadi salah satu wilayah memberikan ruang luas untuk dengan biodiversitas perairan lautnya. pengembangan potensi perikanan laut yang Potensi yang sangat besar kawasan perairan dapat memberikan revenue terhadap terkandung di dalamnya termasuk di wilayah ekonomi masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan perairan Pulau Boano, Kabupaten Seram pada pasal 18 ayat 4 UU 32/2004 Bagian Barat. Wilayah ini merupakan salah menyatakan bahwa kewenangan untuk satu kabupaten hasil pemekaran berdasarkan mengelola sumber daya di wilayah laut yang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2003, meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi yang semula merupakan bagian dari dan pengelolaan kekayaan laut paling jauh wilayah Kabupaten Maluku Tengah yang 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah kemudian menjadi Kabupaten Maluku laut lepas dan/ atau ke arah perairan Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat dan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) Kabupaten Seram Bagian Timur. Kabupaten dari wilayah kewenangan provinsi untuk Seram Bagian Barat terdiri dari 62 buah kabupaten/ kota.

Gambar 1. (kiri) Pantai karst di Pulau Boano, (kanan) vegetasi yang masih alami di Pulau Boano(Hasil Survey : 2012)

Pemerintah daerah saat ini didorong menjaga kelestarian biodiversitas yang ada, untuk mengembangkan kawasan konservasi ditengah tekanan eksploitasi akan hasil laut laut sebagai salahsatu usaha untuk menjaga yang tengah mencapai angka kritis. kelestarian terumbu karang dan produksi Pengembangan kawasan perairan Pulau perikanan. Sampai saat ini telah terdapat47 Boano sebagai kawasan konservasi laut KKP hasil inisiatif daerah dan telah diperlukan untuk menjaga kestabilan mencapai luasan lebih dari 5 juta ha (Coral ekosistem ikan dan terumbu karang. Aspek Triangle Support Partnership, 2011). Disisi keberlangsungan serta peran serta lain inisiatif masyarakat untuk masyarakat juga diperlukan guna pengembangan Daerah Perlindungan Laut mengoptimalkan fungsi kawasan perairan (DPL) danDaerah Perlindungan Mangrove Pulau Boano bagi masyarakat di masa yang (DPM) juga didorong pemerintah hingga akan datang. Hasil kajian LIPI (2011) level desa. Potensi pengembangan kawasan menunjukkan bahwa hasil potensi Pulau konservasi laut ini tentu saja berperan dalam Boano ini merupakan ekosistem yang

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______56 kompleks dengan kombinasi berbagai jenis P2O-LIPI untuk citra satelit ASTER terumbu karang dan ikan hias. perekaman 17 September 2005; 2) Dinas Berdasarkan uraian di atas maka perlu Hidro-oseanografi TNI-AL untuk data untuk merumuskan model pengembangan prediksi pasang surut; 3) UPT-Balai kawasan konservasi untuk menjaga kondisi Konservasi Biota Laut Ambon, LIPI untuk ekosistem yang ada namun dengan tidak hasil expedisi dan publikasi tentang kondisi mengurangi potensi ekonomi masyarakat oseanografi Teluk Kotania dan Laut Seram. yang saat ini sebagian besar merupakan Pengukuran tingkat kerentanan di masyarakat nelayan tradisional dengan wilayah konservasi sangat terkait dengan tingkat ketergantungan akan hasil laut di fenomena perubahan iklim yang memicu sekitar pulau sangat tinggi. adanya kenaikan muka air laut. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan dan II. METODE PENELITIAN perkembangan biota laut yang ada di Kajian pembuatan model dalamnya termasuk ikan, dan terumbu pengembangan kawasan konservasi karang. Indeks Kerentanan Pesisir Coastal mangrove merupakan adaptasi dan Vulnerability Index (CVI) yang digunakan implementasi dari konsep Marine dihitung menurut kelompok wilayah, dimana Conservation Area (MCA), yang merupakan tergantung pada kemungkinan adanya jenis suatu daerah di laut (pesisir) yang ditetapkan dampak fisik (USGS,2009). Indeks ini untuk melestarikan sumberdaya laut. diberikan sebagai rasio dari total nilai Pengaturan zona-zona kegiatan yang dapat peringkat kerentanan parameter untuk nilai dan tidak dapat dilakukan, misalnya kerentanan setidaknya dari kelompok yang pelarangan kegiatan pertambangan lepas sesuai. Indeks Kerentanan Pesisir ini adalah pantai, perlindungan ikan, biota laut lain dan salah satu analisis sederhana dan sering ekologinya untuk menjamin perlindungan digunakan untuk menilai kerentanan pesisir yang lebih baik. Rasio luas Kawasan terhadap kenaikan muka air laut, khususnya Konservasi Laut di Indonesia saat ini belum terhadap erosi dana atu genangan (Gornitz optimal jika dibandingkan dengan luas total et.al, 1991). Peringkat CVI mengikuti dalam kawasan pesisir dan kelautan nasional. hal kontribusi fisik lingkungan terhadap Metode yang digunakan dalam kajian kenaikan permukaan laut terkait perubahan ini adalah dengan metode survey, termasuk pesisir: geomorfologi, kemiringan pantai, di dalamnya penggunaan GPS serta kenaikan permukaan laut (sea level rise), penggunaan data rekaman satelit ASTER perkembangan perubahan garis pantai, yang menjadi data sekunder. Data primer ketinggian pasang surut rata-rata dan tinggi diperoleh dari hasil pengukuran insitu pada gelombang rata-rata. Adapun rumus yang tiap stasiun di lapangan. Data sekunder digunakan untuk menghitung CVI adalah diperoleh dari beberapa sumber, yaitu; 1) sebagai berikut:

= 5 ݔܾݔܿݔ݀ݔ݁ܽ ܥܸܫ ඨ

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______57

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah desa sebanyak 89 desa. a. Gambaran Wilayah Keempat kecamatan yang dimaksud Secara geografis Kabupaten Seram diantaranya: Kecamatan Seram Barat Bagian Barat terletak pada dua wilayah dengan jumlah desa sebanyak 12 desa, yang secara fisik memiliki jarak yang Kecamatan Huamual Belakang relatif jauh, karenanya dalam kajian ini sebanyak 14 desa, Kecamatan wilayah kedua ini dimasukkan dalam 34 desa dan Kecamatan satu wilayah ekologis. Kedua wilayah sebanyak 29 desa dan peta administrasi yang dimaksud yaitu: wilayah di Pulau Kabupaten Secara astronomi Kabupaten Seram dan yang kedua Kepulauan Seram Bagian Barat untuk wilayah di Lucipara dengan batas sebagai berikut : kawasan pulau Seram batas koordinat 1. Sebelah Utara Berbatasan wilayah mulai dari 127o28’16,33” - dengan Laut Seram. 128o50’31,59” Bujur Timur dan o o 2. Sebelah Selatan Berbatasan 2 49’46,93” - 3 34’15,45” Lintang dengan Kota Ambon, Maluku Selatan. Sedangkan untuk wilayah Tengah dan Laut Banda. Kepulauan Lucipara batas koordinat wilayah mulai dari 127o27’7,64” - 3. Sebelah Barat Berbatasan 127o48’27,69” Bujur Timur dan dengan Kabupaten . 5o20’17,65” - 5o35’25,65” Lintang 4. Sebelah Timur berbatasan Selatan. dengan Maluku Tengah

Gambar 2. Pulau Boano (sumber : Google Earth, 2012)

Berdasarkan data BPS (2012) Kecamatan Taniwel memiliki 2 daerah komposisi luas wilayah kecamatan di desa yang berfungsi sebagai wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat adalah perkotaan pada kabupaten Seram sebagai berikut dimana wilayah terluas Bagian Barat. Sedangkan, ibukota adalah di Kecamatan Taniwel dengan Kabupaten Seram Bagian barat terletak total luas sebesar 1.915,12 hektar dan di kecamatan Seram Barat, tepatnya di memiliki 31 jumlah daerah desa. wilayah perkotaan Piru.

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______58

b. Kondisi Penduduk Penduduk terpadat terdapat di Penduduk di Kabupaten Seram Kecamatan Huamual Belakang dengan Bagian Barat yang merupakan wilayah total penduduk sebesar 26.580 jiwa dan pemekaran pada tahun 2003 merupakan terjarang yakni di Kecamatan Elpaputih wilayah dengan angka penduduk yang dengan penduduk hanya 5.111 jiwa. cukup besar. Total sejumlah 180.398 Tabel 1 berikut ini adalah data jumlah jiwa penduduk tinggal dan menghuni penduduk di Kabupaten Seram Bagian 11 kecamatan di wilayah tersebut. Barat tahun 2012.

Tabel 1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2012 No NamaKecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1 HUAMUAL BELAKANG 13453 13127 26580 2 KEPULAUAN 3089 2986 6075 3 SERAM BARAT 14596 13869 28465 4 HUAMUAL 20636 20294 40930 5 KAIRATU 13426 12889 26315 6 KAIRATU BARAT 5976 5655 11631 7 INAMOSOL 2849 2667 5516 8 AMALATU 6011 5530 11541 9 ELPAPUTIH 2689 2422 5111 10 TANIWEL 6655 5996 12651 11 TANIWEL TIMUR 2873 2710 5583 180398 Sumber : BPS (2012)

c. Kondisi Oseanografi bersifat harian, sesuai dengan kondisi pasang surut di perairan yang diamati. Arus merupakan perpindahan massa Pada saat air pasang arus pasut pada air dari satu tempat ke tempat lain, yang umumnya akan mengalir dari lautan disebabkan oleh berbagai faktor seperti lepas ke arah pantai, dan akan mengalir gradien tekanan, hembusan angin, kembali ke arah semula pada saat air perbedaan densitas, atau pasang surut. surut. Arus pasut yang dominan akan Di sebagian besar perairan, faktor ditemui di perairan selat antara Pulau utama yang dapat menimbulkan arus Seram dan Pulau Boano. yang relatif kuat adalah angin dan Hasil pengukuran profil arus di pasang surut. Arus yang disebabkan Pulau Marsegu dengan kecepatan oleh angin pada umumnya bersifat berkisar antara 17,7 – 22,4 cm/det (di musiman, dimana pada satu musim arus stasiun 1), dan 13,4 – 22,8 cm/det (di mengalir ke satu arah dengan tetap, dan stasiun 2). Arus di kedua stasiun ini pada musim berikutnya akan berubah mengalir ke selatan berlawanan dengan arah sesuai dengan perubahan arah arah angin yang berhembus dari arah angin yang terjadi. Pasang surut (pasut) tenggara hingga selatan dengan dilain pihak menimbulkan arus yang kecepatan 3 - 6 knot, menyebabkan arus di permukaan melemah. Perlawanan

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______59

arah arus dan angin menyebabkan menunjukkan arus di stasiun 1 mengalir permukaan laut bergelombang dengan ke arah 120 – 280°, dengan frekwensi tinggi mendekati 0,5 m, dan buih pada arus terbanyak ke selatan (190° – 199°), puncaknya. Diagram mawar arus dari dengan kecepatan maksimum 22,4 data mooring selama 60 menit pada cm/det. kedalaman 4 meter (Gambar 3),

Gambar 3. Diagram mawar arus stasiun 1 dan 2

d. PengambilanTransek ke utara yaitu, peach reef Pulau Sarani, Pengamatan dan pengukuran transek pantai utara Pulau Rafles dan Selat karang yang dilakukan dalam studi ini Valentine. Berikut ini tabel lokasi adalah perairan pantai barat dan utara pengambilan transek di Perairan sekitar Pulau Marsegu, dan perairan pesisir Pulau Boano (lihat tabel 2). barat pantai Boano dari selatan hingga

Tabel 2. Lokasi pengambilan sampel transek di sekitar pulau Boano No. Longitude (BT) Latitude (LS) Lokasi/Transek Stasiun 1 128° 2’ 50.70“ 3° 3’ 25.80“ Pantai Barat P. Marsegu (Transek 1) 2 128° 3’ 14.22“ 3° 2’ 38.82“ Pantai Utara P.Marsegu (Transek 2) 3 128° 50’ 36.00“ 3° 3’ 9.00“ Peach Reef P. Sarani (Transek 3) 4 128° 52’ 7.74“ 3° 2’ 42.96“ Pantai Utara P. Rafles (Transek 4) 5 128° 53’ 38.40“ 3° 2’ 53.94“ Selatan P. Kasuari 6 128° 55’ 49.20“ 3° 2’ 22.38“ Pintu Utara Selat Valentine 7 128° 55’ 32.94“ 3° 2’ 38.76“ Selat Valentine 8 128° 55’ 38.40“ 3° 2’ 30.48“ Selat Valentine (Transek 5) 9 128° 52’ 58.98“ 3° 2’ 30.66“ Pintu Selatan Selat Valentine Sumber : Hasil Survey (2012)

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______60

LIT (Line Intercept Transect) yang ind/ha, jenis-jenis ikan karang di atas dilakukan di lima (5) site pengamatan adalah dari family Pomacentridae. menjumpai sebanyak 198 spesies, 2169 Cirrhilabrus solorensis 257 ind/ha, individu ikan karang yang termasuk Cirhilabrus cyanopleura 245 ind/ha, dalam 27 family, dengan total nilai Pseudanthias huchti (171 ind/ha) dan kelimpahan ikan karang sebesar 12394 Pseudanthias tuka (160 ind/ha) jenis individu per hektarenya. Kelimpahan ikan karang dari family Serranidae dan total kelompok ikan mayor yakni Labridae yang memiliki kelimpahan sebesar 8040 ind/ha, family tertinggi. Jenis ikan karang yang Pomacentridae memiliki kelimpahan merupakn ikan pangan atau ikan tertinggi untuk kelompok mayor yakni konsumsi yang memiliki kelimpahan sebesar 4892 ind/ha Jenis Chromis tertinggi antara lain Pterocaesio pisang viridis merupakan jenis ikan karang 497 ind/ha, Caesio teres 360 ind/ha dan yang memiliki kelimpahan tertinggi, Pterocaesio tile 342 ind/ha. Dari family dibandingkan dengan jenis ikan karang Chaetodontidae jenis Chaetodon kleinii lainnya yakni sebesar 600 ind/ha-nya, memiliki kelimpahan tertinggi yakni kemudian Chromis ternatensis 342 sebesar 131 ind/ha dan Chaetodon ind/ha, Pomacentrus moluccensis 342 trifasciatus 102 ind/ha. 15 besar spesies ind/ha, Amblyglyphidodon curacao 331 ikan karang yang memiliki kelimpahan ind/ha, Pomacentrus lepidogenys 297 tertinggi ditampilkan dalam (Tabel 3). ind/ha, Abudefduf vaigiensis 114

Tabel 3. Hasil pengamatan terumbu di Pulau Boano Kelimpahan No Spesies (Jml individu/ha) 1. Chromis viridis 600 2. Pterocaesio pisang 497 3. Caesio teres 360 4. Pterocaesio tile 342 5. Chromis ternatensis 342 6. Pomacentrus moluccensis 342 7. Amblyglyphidodon curacao 331 8. Pomacentrus lepidogenys 297 9. Cirrhilabrus solorensis 257 10. Cirrhilabrus cyanopleura 245 11. Chromis weberi 165 12. Chaetodon kleinii 131 13 Abudefduf vaigiensis 114 14 Chromis retrofasciata 108 15. Chaetodon trifasciatus 102 Sumber : Survey (2012)

Hasil survey yang dilakukan juga lima site pengamatan sebesar 198 menunjukkan bahwa masing-masing spesies ikan karang tergambar lokasi lokasi menunjukan perbedaan baik Barat Pulau Marsegu jauh lebih tinggi jumlah family, jumlah spesies maupun dari empat lokasi transek lainnya yakni jumlah individu, dari total jumlah sebanyak 121 spesies, kemudian diikuti spesies ikan karang yang dijumpai di Patch reef Pulau Sarane Buano (107

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______61

spc) untuk site Utara P. Marsegu dan sebesar 227 individu. Dijumpainya Utara P. Rafles masing-masing 103 jumlah individu yang melimpah pada spesies spesies terrendah dijumpai pada site Patch reef P. Sarane disebabkan site pengamatan Teluk Valentine yakni kehadiran kelompok ikan mayor dari sebanyak 50 spesies. Pada tingkat family Pomacentridae, jenis family, Barat P. Marsegu dan Patch (Chromisternatensis, Chromis viridis reef P. Sarane memiliki jumlah dan Chromis weberi), Labridae jenis tertinggi masing-masing (23 family) (Cirrhilabrus cyanopleura dan sedangkan terendah juga dijumpai pada Cirrhilabrus solorensis), dan juga dari site pengamatan Selat Valentine, yakni kelompok ikan target dari family 13 family. Dari total jumlah individu Caesionidae, jenis (Pterocaesio pisang, sebesar 2169 individu terlihat site Pterocaesio tile, Caesio teres dan pengamatan Patch reef P. Sarane Caesio cuning) Lethrinidae, jenis memiliki jumlah individu tertinggi (Monotaxis heterodon) dalam jumlah yakni sebesar (714 ind) kemudian yang banyak. Grafik berikut diikuti site pengamatan Utara P. Rafles menunjukkan perbandingan family dan (433 ind), Utara P. Marsegu (414 ind) spesies hasil temuan dalam setiap dan terendah juga di jumpai pada site transek. pengamatan Selat Valentine yakni

Keterangan. (Tr.1) Barat Pulau Marsegu, (Tr.2) Utara. Pulau Marsegu, (Tr.3) Patch reef Pulau Sarane (Tr.4), Utara Pulau. Rafles, (Tr.5) Selat Valentine.

Gambar 4. Grafik distribusi spesies dan family ikan pada transek

e. Kawasan Konservasi Laut Pulau tempat yang cocok untuk perlindungan Boano bagi ikan maupun larva. Dengan Pulau Buano dengan luasan sebesar menjadikan Pulau Buano sebagai dengan luas wilayah daratan sekitar kawasan konservasi laut diharapkan 134,16 km2 hektar dengan panjang akan dapat membantu menyediakan pantai 88,27 km. Kondisi terumbu stok benih ikan pada kawasan laut karang pada areal tersebut sangat baik, disekitarnya. Selat Buano mempunyai sehingga tidak mampu menyediakan potensi perikanan yang cukup tinggi.

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______62

Dengan luasan Pulau Buano dan tangkapan kepiting bakau yang cukup perairan disekitarnya yang cukup luas besar. Laut jawa termasuk dalam laut untuk dilindungi. Pariwisata di sekitar dangkal dengan kedalaman kurang dari Pulau Buano sudah lama berjalan. 100 m, sehingga mempunyai potensi Tempat pariwisata berupa benteng perikanan yang cukup tinggi. Bersama portugis yang merupakan rekreasi dengan perairan Australia, laut sejarah dan rekreasi alam. Di Pulau Indonesia/Jawa potensi kepiting dan Buano sendiri terdapat makam syeh lobster termasuk yang tertinggi di Usman yang menjadi rekreasi religi dunia (Kinne, O. 1983). Kepiting bagi peziarah. Selain itu pulau bakau umumnya memijah di perairan Madalika sendiri mempunyai pesona laut. Arriolla dan Brick, dalam alam yang luar biasa. Sarana jalan Siahainenia (2008); Wijaya dkk. sudah tersedia di sekitar pantai dan (2010) menyatakan bahwa kepiting jalan menuju puncak pulau. Namun bakau bertelur akanbermigrasi dari kondisi perairan di Pulau Buano tidak perairan payau ke perairan laut untuk mendukung untuk wisata bawah air, memijah.Kepiting bakau merupakan meskipun dasar perairan di kawasan komoditi penting bagi nelayan di tersebut banyak ditumbuhi gorgonian kecamatan Keling, khususnya di yang berwarna-warni dengan bentuk sekitar perairan Pulau Buano. Musim yang sangat unik. Visibility merupakan kepiting biasanya dimulai pada Januari faktor utama yang menghambat hingga Juli. wisatawan untuk menikmati keindahan bawah air. Selain itu kuatnya arus dan f. Alternatif Pengembangan gelombang akan dapat membahayakan Kawasan Pulau Boano bagi perenang pemula. Oleh karena itu, Peruntukan tipe kawasan konservasi parameter ini termasuk dalam kriteria laut daerah terseleksi ditentukan Faktor Penghambat. dengan mengkaji seluruh data potensial Perairan Pulau Buano tidak fisik dan biologis yang ada memiliki spesies yang khas dan dibadingkan dengan kriteria penetapan. dilindungi oleh undang-undang. Kawasan konservasi laut daerah yang Perairan Pulau Buano merupakan sudah ditentukan tipenya tersebut habitat yang baik bagi kepiting bakau. selanjutnya ditentukan kategorinya Hal ini ditunjukkan dengan hasil seperti yang disajikan pada Tabel 4. Beberapa pilihan yang dapat bahwa kawasan tersebut lebih cocok diambil untuk menentukan bentuk untuk perlindungan terhadap ekosistem kawasan konservasi adalah kawasan atau keseluruhan biota yang ada dalam konservasi/perlindungan satu spesies kawasan. Analisis yang dilakukan penting atau kawasan koservasi untuk dengan GIS termasuk dengan ekosistem dan semua biota melibatkan unsur fisik ekosistem didalamnya. Mempertimbangkan data terumbu karang yang ada dihasilkan yang ada bahwa di perairan Pulau sebuah zonasi konservasi di Pulau Buano dan sekitarnya terdapat Boano sebagaimana ditunjukkan pada beberapa spesies penting untuk usaha Gambar 5. perikanan, maka dapat disimpulkan

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______63

Tabel 4. Matriks Perbandingan Penentuan KawasanKonservasiLaut KRITERIA PENETAPAN TIPE KAWASAN KONSERVASI LAUT KAWASAN KONSERVASI CB SB TB/TL TWB DPL SP LAUT DAERAH 1 2 3 4 5 6 EKOLOGI . KeanekaragamanEkosistem  . KeanekaragamanJenis Fauna  . KeanekaragamanJenis Flora . Keterwakilan . Keaslian . Ketergantungan . Produktivitas   MANFAAT . Luas Wilayah   . PemulihanKondisiAlam  EKONOMI . Pariwisata  . KepentinganBagiSpesies   . KepentinganBagiNelayan   Hasilanalisa (2014) Keterangan : . CB : CagarLaut/Bahari . SB : SuakaBahari . TB/TL : Taman Bahari, TL : Taman Laut . TWB : Taman WisataBahari . DPL : Daerah PerlindunganLaut . SP : Suaka Perikanan (Fish Sanctuary) : Kriteria yang Sesuai dengan Penilaian : Kriteria yang Diperbolehkan

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______64

Gambar5.ZonasiKonservasiLautuntukPulauBoano

Beberapa opsi perlakuan terhadap penyangga dengan luas 2.366 hektar wilayah perairan Pulau Boano yang merupakan area pengamanan ikan diantaranya mendasarkan pad dan terumbu karang. Serta di luar area pertimbangan area penangkapan ika tersebut merupakan zona pemanfaatan serta udang yang luas. Hal ini menjadi terbatas yang diperuntukkan bagi dasar untuk memberikan akses terbatas nelayan tradisional. Total luas zona kepada nelayan untuk melakuka pemanfaatan terbatas adalah sebesar penangkapan ikan dengan jumlah 3.678 yang tersebar di wilayah sisi luar terbatas. Namun demikian beberapa pulau dengan jarak 500 meter dari bibir lokasi dengan jumlah populasi ikan pantai. Hingga pada zone terluar yang yang kritis dilakukan zona inti dimana merupakan zona pemanfaatan terdapat tidak bisa dilakukan penangkapan serta ruang yang bebas bagi nelayan, maupun hanya bisa diakses untuk keperluan para wisatawan untuk menikmati penelitian. Zona inti sebagai zona keindahan Pulau Boano secara bebas konservasi memiliki luas sebesar 1.859 dengan memperhatikan kestabilan hektar yang terdiri pada bagian tepi ekosistem dan menjaga agar terumbu pantai Pulau Boano, sebagai zona karang tidak rusak. Tabel 5 berikut ini merah untuk dilakukannya memberikan penjelasan mengenai zona penangkapan. Sedangkan dibeberapa konservasi di Pulau Boano. titik dapat digunakan sebagai zona

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______65

Tabel 5. Rencana Zonasi Pengelolaan Kawasan Pulau Buano dan sekitarnya No Zona Luas (ha) Keterangan Mutlak dilindungi dan tidak boleh terjadi perubahan apapun didalamnya oleh aktivitas manusia. Kegiatan yang diperbolehkan hanya 1. Zona Inti 1.859 untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, inventarisasi, pemantauan perlindungan dan pengamanan. Zona yang diperuntukan bagi pengamanan 2. Zona Penyangga 2.366 zona inti sebagai upaya konservasi. Zona yang digunakan untuk pemanfaatan

Zona Pemanfaatan perikanan tangkap tradisional dengan 3. Terbatas menggunakan alat tangkap pasif yang ramah 3.678 lingkungan. Zona pemanfaatan perikanan yang sudah Zona berlangsung turun-temurun oleh masyarakat diluar zona- 4. Pemanfaatan setempat dengan menggunakan peralatan atau zona diatas (118.934 Ha) sarana prasarana pemanfaatan ramah lingkungan Sumber :Hasilanalisa (2014)

Suatu kawasan perlindungan penyangga mencapai 2.366 hektar. idealnya mampu melindungi biota Zona Pemanfaatan terbatas berjarak target baik pada fase kritis atau 500m hingga 1km dari garis pantai, keseluruhan fase hidupnya. Biosfir dengan total luas kawasan yang kawasan konservasi laut secara esensial direncanakan sebagai zona pemanfaatan tersusun atas tiga komponen yaitu: zona terbatas adalah sebesar 3.678 inti yang merupakan zona konservasi, hektar.Diluar kawasan tersebut adalah zona penyangga yaitu zona zona pemanfaatan dimana semua pemanfaatan sangat terbatas dan zona kegiatan dapat dilakukan di zona pemanfaatan atau zona transisi, pada tersebut, selama kegiatan tersebut tidak zona ini semua aktivitas diperbolehkan merusak atau membuat dampak negatif selama tidak merusak atau memberikan terhadap zona inti dan zona penyangga. dampak negatif pada zona inti atau zona Rencana zonasi dalam pengelolaan penyangga. kawasan Pulau Buano dan sekitarnya Salah satu alternatif untuk disajikan pada Tabel 5 sedangkan pembagian zona di Pulau Buano dan Gambar 5 menunjukkan peta rencana sekitarnya adalah zona inti yang zonasi Pulau Buano dan sekitarnya. meliputi kawasan disekitar Pulau Buano, teluk valentine, dan Pulau IV. KESIMPULAN Marsegu, Pulau Sarani dan Pulau Rafles hingga sejauh 200 m di titik Salah satu alternatif untuk pembagian terluar karang. Selanjutnya zona zona di Pulau Buano dan sekitarnya adalah Penyangga yang meliputi kawasan zona inti yang meliputi kawasan disekitar dengan lebar 500 m melingkari Pulau Buano, sejauh 200 m di titik terluar kawasan zona inti. Berdasarkan batasan karang. Selanjutnya zona Penyangga yang tersebut zona inti mencakup wilayah meliputi kawasan dengan lebar 500 m seluas 1.859 hektar dengan zona melingkari kawasan zona inti. Berdasarkan

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______66 batasan tersebut zona inti mencakup wilayah bukan-17508-pulau. Diakses pada 27 seluas 1.859 hektar dengan zona penyangga September 2014. mencapai 2.366 hektar. Zona Pemanfaatan Nirwansyah, Anang Widhi. 2012. terbatas berjarak 500 m hingga 1 km dari Mangrove-Community Contribution garis pantai, dengan total luas kawasan yang On Disaster Risk Reduction Due To direncanakan sebagai zona pemanfaatan Coastal Flood (A Case Study In terbatas adalah sebesar 3.678 hektar. Lawangrejo Village, Pemalang Regency). In Proceeding of DAFTAR PUSTAKA Ecosystem Based Disaster Risk Reduction of Faculty Geography. BPS. 2012. Kabupaten Seram Bagian Barat Reviewed by Dr. Udo Nehren. Dalam Angka. Kabupaten Seram Yogyakarta : Faculty of Geography. Bagian Barat: Publikasi BPS. Universitas Gadjah Mada. Coral Triangle Support Partnership. 2011. Siahainenia, L. 2008. Bioekologi Kepiting Progres Pengembangan Sistem Bakau (Scylla spp.) di Ekosistem Kawasan Konservasi Perairan Mangrove Kabupaten Subang Jawa Indonesia. USAID Project Number Barat. Disertasi S3. Sekolah GCP LWA # LAG-A-00-99-00048- Pascasarjana IPB. Bogor. 00. Undang-undang Republik Indonesia. Nomor Dahuri, Rokmin. Rais, Jacub, Sapta Putra 32 tahun 2004. Tentang. Ginting, M.J Sitepu. 2008. Pemerintahan daerah. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Undang-Undang Republik Indonesia. Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Nomor 40 tahun 2003 tentang Jakarta :Pradnya Paramita. Pembentukan Kabupaten Seram Gornitz V.M., White T.W. and Cushman Bagian Timur. R.M., 1991. Vulnerability of the U.S. Wijaya, Nirmalasari Idha. Yulianda, to future sea-level rise. In Proceedings Fredinan. Boer, Mennofatria dan of Seventh Symposium on Coastal Juwana, Sri. 2010. Biologi Populasi and Ocean Management. Long Beach, Kepiting Bakau (scylla serrata f.) di CA (USA), 1991, pp. 2354-2368. Habitat Mangrove Taman Nasional Haines. 2009. Assessing Kutai Kabupaten kutai timur. VulnerabilityAnnual Ocean and Coastal Program Manager’s Meeting Washington, DC 24 February 2009. Diunduhdari http://coastalmanagement.noaa.gov/ne ws/archivedmtgdocs/2009pmmarchiv e/Haines.pdf pada 2 Oktober 2014. Kinne, Otto. 1987. Marine Ecology: Ocean Management v.5. John Wiley & Sons Ltd. ISBN 9780471901594. Menkokesra. 2010. Di Indonesia Ada 13. 466 Pulau, Bukan 17.508 Pulau. Artikel. Diambil dari: http://2010.menkokesra.go.id/content/ di-indonesia-ada-13-466-pulau-

Geoedukasi Volume III Nomor 1, Maret 2014, Nirwansyah, A. W., dan Adhi, N., 55 - 67______67