SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan

LIANGAN SITE Data Variability, Chronology, and Spatial Aspect

Sugeng Riyanto

ABSTRACT The extensive early Mataram period (6th to 10th centuries A.D.) site of Liangan located on the slopes of the Sindoro volcano in has been under an ongoing long term research project by the Archaeological Centre since 2009. This project will continue from 2015 until 2019. The first term of excavations has disclosed numerous important data relating to the age, extent and nature of the site as well as former environmental, geological and environmental data. Spatial aspects of this important Ancient Mataram site which covers an area of more than 5 hectares relate to former residential, sacral and agricultural activities. Well- preserved carbonized organic remains are an important feature of the site that reflect both agricultural and dietary features suggesting the impact of a volcanic eruption.

Keywords: Liangan, Settlement site, Ancient Mataram

ABSTRAK Situs Liangan di Kabupaten Temanggung merupakan situs yang sedang diteliti oleh Balai Arkeologi Yogyakarta sejak 2009, dan akan dilanjutkan setidaknya hingga program jangka menengah ke-dua pada 2015-2019. Program penelitian jangka menengah pertama yang berkahir pada 2014 menghasilkan sejumlah data dan informasi mengenai Liangan sebagai situs permukiman. Hal itu tercermin dari keragaman data yang meliputi sruktur dan bangunan batu dan fitur lainnya, artefak, organik, serta data geologis dan lingkungan. Kronologi situs Liangan berada pada rentang abad ke-6 hingga abad ke-10 Masehi sehingga terkait dengan masa Mataram Kuno. Secara keruangan, situs Liangan meliputi area hunian, area peribadata, dan area pertanian.

Kata kunci: Liangan, Situs permukiman, Mataram Kuno

Tanggal masuk : 11-03-2015 Tanggal diterima : 14-04-2015

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 33

PENDAHULUAN penting berkaitan dengan peradaban Mataram Kuno, sekitar abad IX – X Pada 2000 Balai Arkeologi Masehi. Berdasarkan hasil tersebut Yogyakarta meninjau situs dengan direkomendasikan untuk menyusun didasarkan pada informasi warga program penelitian situs Liangan tentang ditemukannya struktur batu sebagai bagian program penelitian di halaman rumah seorang warga reguler Balai Arkeologi Yogyakarta. Dusun Liangan, Desa Purbosari, Sejak 2010 hingga 2014 situs Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Liangan menjadi salah satu situs Temanggung. Secara astronomis, unggulan yang dikembangkan dalam lokasi yang berada di tengah kerangka program jangka menengah permukiman tersebut terletak pada 0 0 pertama (2010 – 2014), jangka S7 15’ 01.8” E110 01’ 44.8” menengah ke-dua (2015 – 2019), dengan ketinggian dari permukaan dan seterusnya. Tahun 2014 adalah air laut sekitar 1.100 meter. tahap akhir dari program jangka Idenitifikasi oleh tim menyebutkan menengah pertama, berbagai data, bahwa struktur tersebut merupakan pengetahuan, dan informasi struktur yang dibangun dari balok- mengenai seluk beluk peradaban balok batu dan membentuk Liangan kuno berhasil diperoleh dan konstruksi yang cenderung disusun dalam berbagai bentuk, memanjang dengan orientasi vertikal 0 termasuk penjelasan hasil penelitian sekitar 80 atau hampir tegak pada waktu pelaksanaan ekskavasi (Rangkuti dan Baskoro D.T., 2000). di lapangan kepada pengunjung Belum ada penjelasan lebih jauh maupun media. atas temuan tersebut, namun diduga "Orang nantinya nggak cuma bahwa konstruksi seperti itu tahu candi, tetapi bisa tahu berkaitan dengan peradaban masa bagaimana nenek moyangnya hidup Mataram Kuna. Selain dari dulu". Kalimat tersebut adalah salah karakteristik bahan dan teknologi satu pernyataan yang beberapa tinggalan tersebut, Dusun Liangan penulis lontarkan di hadapan para juga berada pada kawasan lereng pewarta ketika penulis memimpin tim Sindoro yang memang menyimpan penelitian Balai Arkeologi banyak data arkeologi masa Yogyakarta di situs Liangan pada Mataram Kuna, sehingga temuan 2014. Kalimat tersebut oleh tersebut dikaitkan dengan masa Kompasdianggap kunci dalam itu(Riyanto, 2011: 45) proses penelitian sehingga dimuat di Delapan tahun kemudian, kompas.com, Senin, 24 November yaitu pada 2008, lahan di atas 2014, 07:30 WIB. Pengunjungdan perkampungan Dusun Liangan, bahkan wartawan yang ada di sana tepatnya di barat sungai, menjadi ketika itu awalnya tidak tertarik, lokasi galian tipe C, dan pada akhir bahkan tidak menaruh perhatian 2008 ditemukan data arkeologi pada data arkeologi yang sedang berupa talud, komponen bangunan diteliti pada kegiatan ekskavasi candi, arca, yoni, dan fragmen tersebut, padahal data itulah yang artefak keramik maupun tembikar. memicu semangat dan membuat Pada awal 2009 Balai Arkeologi gembira seluruh tim penelitian. Data Yogyakarta mengadakan peninjauan itu “hanyalah” permukaan tanah temuan tersebut serta dengan bercak-bercak arang di mengembangkan survei yang atasnya dan beberapa lubang, yang hasilnya adalah potensi Liangan tentu saja sangat berarti bagi sebagai situs yang kompleks dan

34 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

arkeolog dan sebaliknya tidak menyimpan potensi menarik bagi pengunjung maupun bencana.Keseluruhan data itulah wartawan, kecuali setelah dijelaskan yang menjadi sasaran penelitian maknanya. untuk dicari dan dikaji oleh Balai Hamparan tanah itu adalah Arkelogi Yogakarta pada program permukaan tanah terakhir tempat penelitian jangka menengah beraktifitas nenek moyang sebelum pertama, sejak 2010 hingga 2014, diguyur hujan pasir panas, kemudian dan akan dikembangkan pada abu panas, dan selanjutnya material program penelitian jangka piroklastik Gunung Sindoro yang menengah ke-dua pada 2015 hingga susul-menyusul menimbun 2019, dan seterusnya. Integrasi permukiman kuno Liangan, lebih dari sasaran penelitian arkeologi di 1000 tahun yang lalu. Lubang- Liangan sebagai situs permukiman lubang di permukaan tanah yang yang kompleks dan bukan sekedar berukuran sekitar 10-15 cm dengan situs candi sejalan dengan harapan kedalaman bervariasi antara 20-30 Boechari yang mengingatkan cm, membentuk jajarandalamdua adanya segi lain dari masalah baris, dan memanjang di permukaan percandian. Berikut ini kutipan tanah, adalah fitur bekas tiang kayu harapan tersebut:“Di dalam prasaran (lubang berbentuk persegi) dan tiang ini kami akan mengemukakan segi bambu (lubang berbentuk bundar). lain dari masalah percandian... Beberapa lubang masih menyisakan Mudah-mudahan prasaran ini dapat arang organik di dalamnya.Tidak memberi sumbangan pikiran bagi jauh dari tempat itu ditemukan para ahli arkeologi yang hendak potongan arang kayu yang diyakini mengadakan penggalian bagian dari tiang tersebut yang penelitianatas suatu peninggalan terbakar, patah, kemudian terlempar candi di masa-masa yang akan pada saat erupsi Gunung Sindoro. datang”(Boechari, 1977: 94). Wajah-wajah serius pengunjung dan Ada kegalauan yang muncul wartawan semakin tampak,bahkan setelah program penelitian jangka kekaguman pada buah karya nenek menengah pertama berakhir pada moyang itu tidak mampu 2014 dengan berbagai hasil disembunyikan dari raut mereka. penelitian berupa data dan Diselingi beberapa pertanyaan dan pengetahuan yang sudah diperoleh. penjelasan ilmiah oleh tim penelitian, Pemicu kegalauan tersebut adalah tampaknya makna data hasil data kunjungan ke situs Liangan dari ekskavasi tersebut semakin berbagai kalangan yang membuat mereka bangga dan memperlihatkan grafik terus naik, kagum pada peradaban kuno sementara dominasi data arkeologi Liangan yang tercermin pada yang ada di situs adalah bangunan kehadiran data arkeologi berupa fitur batuyang tidak tampak integrasinya dan data organik, selain candi. dengan data lainnya.Kondisi ini Keistimewaan situs Liangan dikarenakan situs Liangan masih memang bukan terletak pada candi dalam proses awal penelitian oleh dan bangunan batu lainnya, tetapi Balai Arkeologi Yogyakarta dan awal yang membuatnya istimewa adalah proses pelestarian oleh BPCB Jawa integrasi dengan data berupa fitur, Tengah, sehingga memang belum organik, artefak, serta lingkungan siap untuk dikunjungi. Sebagai lereng Sindoro yang potensial akibatnya, pengunjung hanya akan sebagai lokasi permukimannamun mendapatkan gambaran situs

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 35

Liangan sebagaimana yang tampak menggambarkan secara sestematis di lapangan yaitu struktur dan dan akurat mengenai populasi atau bangunan batu yang sepotong- bidang tertentu. Sementara itu, sepotongtanpa integrasi, apalagi menurut Sumanto (1995: 77) dengan data lain yang tidak berada penelitian deskriptif analitis berusaha di lapangan karena masih diteliti mendeskripsi dan menginterpretasi atau diamankan.Penelitian oleh apa yang ada; dapat mengenai Balai arkeologi Yogyakarta memang kondisi atau hubungan yang ada. dilakukan tahap demi tahap yang Dalam arkeologi terdapat tiga menghasilkan dan mengungkap dimensi utama dalam kajianya, yaitu situs Liangan bagaikan menyusun dimensi bentuk, dimensi waktu, dan mozaik peradaban sepotong demi dimensi ruang. Dalam sepotong hingga berwujud perkembangan disiplin arkeologi, sebagaimana yang dapat dilihat dimensi ruang (spatial) muncul sekarang, tentu saja termasuk data belakangan dibandingkan dimensi lain yang integral. Keragaman data bentuk (formal) maupun dimensi adalah kunci keistimewaan situs waktu (temporal) (Mundardjito, 2002: Liangan, dan secara khusus tulisan 70). Pandangan pada ketiga dimensi ini disusun untuk memaparkan hasil tersebut sebenarnya terkait dengan penelitian jangka menengah perubahan tekanan perhatiannya pertama dalam aspek ragam data, terutama dalam hal keruangan, yaitu kronologi, serta aspek keruangan. dari artifact oriented, kemudian site oriented, dan akhirnya region KERANGKA METODOLOGI oriented. Istilah ruang dalam kajian Kerangka dasar penelitian ini mengacu pada aspek keletakan, dalam program penelitian jangka lokasi, atau tempat ditemukannya menengah pertamadi Liangan benda arkeologi dan situs di adalah jenis penelitian deskriptif- permukaan bumi. Dalam wacana analitik dengan penalaran induktif. arkeologi, hal ini dikenal sebagai Dalam metode ini,antara lain konsep in situ (Mundardjito, 2002: dilakukan analisis berbagai data 71). arkeologi yang ditemukan di situs Dalam konteks kebudayaan, Liangan secara deskriptif untuk terdapat lima pendekatan penelitian menjelaskan hal-hal yang berkaitan permukiman yang sering digunakan dengan permasalahan penelitian di , yaitu meliputi dan bersifat lebih umum yaitu kebudayaan materi, fungsi situs, mengenai keragaman bentuk data, lingkungan, sejarah, dan etnografi kronologi, dan aspek keruangannya. (Said, 2006: 4-5). Pendekatan Danim (2002: 41) menggambarkan kebudayaan materi adalah yang bahwa penelitian deskriptif paling menonjol, meskipun secara dimaksudkan untuk mendeskripsikan kualitas dan kuantitas terbatas, suatu situasi atau area populasi karena peninggalan materi tertentu yang bersifat faktual secara merupakan yang paling kentara. Hal sistematis dan akurat. Pengertian ini karena peninggalan budaya yang sama mengenai penelitian materi dianggap mencerminkan deskriptif antara lain juga pranata dan gagasan yang dikemukakan oleh Azwar (1998: 5) terkandung di dalamnya. dan Haryono (1993: 10) yang pada Pendekatan ke-dua menempatkan intinya mengemukakan bahwa situs ibarat tempat kejadian perkara penelitian jenis ini bertujuan untuk atau TKP bagi detektif yang di

36 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

dalamnya terdapat benda-benda, mengatakan bahwa perkembangan konteks, dan hubungan-hubungan studi permukiman dalam arkeologi yang dapat menjadi dasar untuk terdapat tiga tingkatan dalam merekonstruksi peristiwa-peristiwa. analisis pola persebaran dan Situs dianggap sebagai ruang dan hubungan, yang meliputi tingkat tidak hanya diartikan sekedar mikro, semi mikro (atau meso), dan tempat, tetapi menjadi konsep untuk makro. Tingkat mikro mencakup memahami kerangka perilaku ruang sebuah bangunan yang di manusia masa lalu di situs tersebut. dalamnya meliputi persebaran Pada pendekatan ke-tiga, ruangan dan hubungan antarruang pandangan bahwa manusia di dalam satu bangunan yang antara tergantung pada lingkungan lain berguna untuk mengetahui alamnya harus diluruskan karena struktur sosial (keluarga) sesungguhnya hubungan antara berdasarkan data seperti hierarki manusia dan lingkungan alam juga ruang, fungsi ruang, dan gaya sebagai hubungan dalam hal bangunan. Hubungan antara unsur- manusia mempengaruhi dan unsur bangunan dengan komponen mengubah lingkungannya, walaupun lingkungan alam juga menjadi lingkungan dapat mempengaruhi perhatian guna mengetahui kearifan corak kebudayaan manusia. lingkungan dari masyarakat dalam Pendekatan sejarah, pedekatan ke- memanfaatkan sumberdaya alam empat, tentu saja mensyaratkan dan menyesuaikan diri terhadap adanya data sejarah baik tertulis lingkungan alam. Cakupan dalam maupun lisan yang dapat studi tingkat semi mikro adalah melengkapi studi arkeologi sebuah situs yang di dalamnya permukiman, dan digunakan dalam meliputi hubungan antara bangunan- konteks arkeologi sejarah. Meskipun bangunan yang antara lain bertujuan sebenarnya data sejarah juga untuk mengetahui struktur sosial terbatas, namun dengan strategi (komunitas), ekonomi, politik, dan analogi dalam pemanfaatannya, agama. Cakupan dalam tingkat pendekatan sejarah dapat berguna makro adalah satu wilayah melalui untuk menjelaskan gejala-gejala studi persebaran dan hubungan arkeologis. Terakhir, pendekatan antarsitus yang antara lain berguna etnografi, dalam hal ini adalah untuk mengetahui struktur sosial analogi etnografi, ada yang (masyarakat), politik, ekonomi, dan menganggap sebagai kaidah kemampuan teknologi (Mundardjito, tersendiri dan menjadi bagian dari 1990: 23). prosedur penelitian arkeologi. Dalam kerangka itu, fokus Meskipun etnografi mampu penelitian jangka menengah I memberikan kerangka umum untuk memang difokuskan pada studi pada referensi dalam penelitian arkeologi, tingkat mikro dan semi mikro. namun karena sering muncul Berkenaan dengan hal tersebut, subyektifitas etnograf maupun dalam proses penelitian, khususnya subyeknya, dan adanya bias oleh dalam pelaksanaan ekskavasi, faktor-faktor perubahan budaya yang sangat penting untuk harus diperhitungkan, maka dalam memperhatikan unsur-unsur hal ini arkeolog dituntut untuk selalu permukiman dalam skala mikro bersikap hati-hati (Said, 2006: 5-11). maupun semi mikro. Kisaran unsur David L. Clark (1977) yang dalam permukiman tingkat mikro dikutip oleh Mundardjito (1990: 22) masa klasik antara lain meliputi

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 37

lubang bekas tiang, fondasi, lantai, membungkus data arkeologi secara dinding, ruang-ruang, atap, jamban, insitu. Data fitur di situs Liangan sumur, selokan, lubang sampah, diuraikan berikut ini. limbah, gapura, artefak, ekofak, dan fitur lainnya. Dalam masa klasik, 1. Struktur dan Bangunan kisaran unsur permukiman pada Secara garis besar, data arkeologi tingkat semi mikro meliputi jaringan berupa struktur dan bangunan selokan, jaringan kanal, jaringan khususnya berbahan batu di Liangan jalan, bengkel industri, pasar, candi, meliputi (1) candi dan batur, (2) gapura, pagar, lahan pertanian, dan pagar dan talud, (3) jalan, selasar, sumberdaya alam (Mundardjito, dan tangga, (4) struktur boulder 1990: 29). yang membentuk terasan. Berikut ini uraian ringkas struktur dan RAGAM DATA bangunan tersebut. Liangan merupakan situs masa Mataram Kuno abad ke-9 – 10 (1) Candi dan Batur Masehi yang memiliki komponen Keberadaan candi dan batur di situs permukiman yang kompleks, yaitu Liangan hingga penelitian 2014 area hunian, area peribadatan Hindu terdiri atas Candi 1, Candi 2, Batur sebagimana dtunjukkan oleh temuan 1, Batur 2a, Batur 2b, Batur 2c, yoni dan lingga, area pertanian, dan Batur 2d, Batur 3, Batur 4, bangunan area perbengkelan (Riyanto, 2011: batu yang belum jelas apakah 57-58; Riyanto, 2013: 767). Area petirtaan atau candi, serta undakan hunian ditandai dengan atau terasan yang diperkuat dengan ditemukannya sisa rumah kayu, boulder. peralatan rumah tangga dari Keletakan bangunan batur keramik, tembikar, logam, dan batu. dan candi di situs Liangan pada peta Area peribadatan Hindu ditandai situasi situs adalah sebagai berikut. oleh bangunan candi Hindu, bangunan batur, dan peralatan peribadatan berupa genta perunggu dan arca. Area pertanian ditandai oleh sebaran yoni di bagian atas situs, peralatan pertanian dari logam, dan sisa padi yang hangus terbakar oleh materi vulkanik. Data arkeologi di situs Liangan yang meliputi unsur-unsur permukiman memang sangat beragam yang secara integral sekaligus mencerminkan peradaban di Liangan kuno. Berikut ini diuraikan keragaman data arkeologi tersebut.

Fitur Fitur dalam hal ini adalah data arkeologi yang tidak dapat Gambar 1. Keletakan bangunan batur dan dipindahkan tanpa merusak candi di situs Liangan matriksnya, sedangkan matriks adalah materi yang melekat atau

38 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Berikut gambaran candi dan batur tersebut yang ditemukan di situs Liangan hingga 2014.

Gambar 4. Batur 1, foto diambil tahun 2012

Batur 1 ditemukan tahun 2012. Batur berdenah bujur sangkar dengan ukuran 8,40 x 8,45 meter. Di lantai batur terdapat lubang bekas tiang berjumlah 12, dan di bagian Gambar 2. Candi 1, foto diambil tahun 2010 tengah lantai batur terdapat bentuk Candi 1 ditemukan pada altar. awal 2010. Bangunan ini berdenah bujursangkar dan berukuran 5,53 m x 5,53 m. Arah hadap candi 1 adalah timur laut, sebagaimana terindikasi pada letak tangganya. Foto diambil tahun 2010

Gambar 5. Batur 2a, 2b, 2c, dan 2d, foto diambil tahun 2013

Batur2a, 2b, 2c, dan 2d yang mendampingi bangunan candi adalah hasil ekskavasi secara bertahap sejak 2012 dan 2013. Gambar 3. Candi 2, foto dambil tahun 2014 Kecuali batur 2d, batur-batur ini dilengkapi dengan tangga di sisi Candi 2 yang ditemukan timur laut sehingga arah hadapnya tahun 2012 awalnya diduga batur sama dengan candi 1. karena baru sebagian tampak. Hasil Batur 2a berbentuk bujur ekskavasi pada 2014 menunjukkan sangkar dengan ukuran 6,57 x 6,58 bahwa bangunan ini adalah candi m2. Denah batur 2b berbentuk yang memiliki bilik batu. Bentuk persegi dengan ukuran 7,50 x 7,08 candi 2 adalah bujursangkar dengan m2. Batur 2c berdenah persegi ukuran 7,2 x 7, 2 meter. Arah hadap panjang dan berukuran 5,96 x 6,48 candi 2 adalah timur laut, m2. Denah batur 2d yang berbentuk sebagaimana terindikasi pada letak persegi panjang berukuran 5,98 x penampil biliknya. 6,48 m2.

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 39

Gambar 6. Batur 3, foto diambil tahun 2012 Gambar 8. Undakan atau terasan tanah, foto diambil tahun 2014 Batur 3 pasca-ekskavasi 2012, baru sebagian yang terbuka, Undakan atau terasan tanah oleh BPCB selanjutnya dibuka yang diperkuat dengan susunan seluruhnya. Bangunan ini rusak di boulder, hasil ekskavasi 2014. Dari bagian yang dekat dengan sungai, lima undakan, hanya bagian tengah diperkirakan kerusakan itu karena yang terdapat lubang-lubang bekas gerusan aliran sungai Liangan. tiang kayu dan bambu. Susunan Denah pasti tidak diketahui dan boulder paling bawah sekaligus salah satu sisinya berukuran merupakan talud, dan di bawahnya panjang 21, 24 meter. ditemukan bangunan batu yang belum dapat dipastikan apakah candi atau petirtaan.

Gambar 7. Batur 4, foto diambil tahun 2014

Batur 4 kondisinya sangat rusak sehingga tidak dapat diketahui Gambar 8. Bagian sudut bangunan batu, bentuk dan ukuran denahnya. foto diambil tahun 2014 Berdasarkan sisi terpanjang yang tersisa, diperkirakan batur ini Bangunan batu yang belum berukuran lebih dari 10 meter sisi dapat dipastikan apakah candi atau terpanjangnya. Batur 4 ditemukan petirtaan karena baru bagian sudut dalam ekskavasi 2014. yang ditemukan. Salah satu sisi bangunan dilengkapi dengan jaladwara yang terhubung dengan selokan kecil di atas bangunan. Bangunan batu ini ditemukan dalam ekskavasi 2014.

(2) Pagar dan Talud Keletakan pagar dan talud di situs Liangan pada peta situasi situs adalah sebagai berikut.

40 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Struktur yang menggunakan batu andesit ini berukuran lebar 1,34 meter, tinggi 1,65 meter, sedangkan berdasarkan singkapan pagar candi yang telah tampak mempunyai panjang ± 80 meter.

Gambar 11. Talud balok/lempeng batu yang menjadi pagar pemisah antara halaman I dengan halaman II area ibadah. Gambar 9. Keletakan pagar dan talud Foto diambil tahun 2014 di situs Liangan Kondisi struktur sudah tidak Berikut ini adalah uraian singkat utuh sebagai akibat terjangan materi mengenai pagar dan talud tersebut. vulkanik sewaktu erupsi Gunung Sindoro maupun aktivitas penambangan. Bahan penyusun struktur talud adalah batu sedimen (tufaan ?) berbentuk balok berukuran panjang 53-84 cm dan tebal 18 cm.

Gambar 10. Pagar candi, foto diambil tahun 2013

Pagar candi pertama ditemukan oleh Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2011. Gambar 12. Pagar lempeng batu, foto Pada waktu itu yang ditemukan diambil tahun 2013 adalah bagian ujung pagar. Hasil ekskavasi hingga 2014 menunjukkan bahwa pagar candi tidak mengelilingi Pagar lempeng batu ini bangunan candi tetapi hanya berupa pertama ditemukan oleh penambang bujuran yang berorientasi timur laut pada tahun 2012, dan pada 2013 – barat daya, sejajar dengan jalan dibuka melalui ekskavasi. Bahan batu. penyusun pagar adalah lempengan batu fufaan dan bagian atas

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 41

dilengkapi dengan penutup Hingga 2014 telah ditemukan berbentuk setengah lingkaran. dua struktur talud lempeng batu, Struktur yang berbentuk seperti yaitu tahun 2011 di dekat jalan batu huruf T ini merupakan penyekat dengan orientasi sejajar dengan beberapa area, yaitu jalan batu, jalan batu, dan pada ekskavasi 2012 pagar candi, dan pemisah antara di bagian atas situs. Selain halaman I dan halaman II (area kesamaan bahan dan kontruksinya, peribadatan). Ukuran pagar adalah kesamaan lainnya adalah konteks tinggi 1,75 – 2 meter, lebar 0,95 dengan sisa bangunan kayu yang meter, sedangkan dimensi panjang berada di atas talud. pagar lempeng batu terdiri dari dua Ukuran balok/lempeng batu sisi, yaitu sisi yang berorientasi timur penyusun struktur talud mempunyai laut – barat daya mempunyai panjang 42-82 cm, lebar 26-28 cm, panjang 4,20 meter dan sisi yang dan tebal 12 – 15 cm sehingga berorientasi barat laut – tenggara bentuknya mirip lempengan atau berdasarkan singkapan yang balok batu. Batu penutup talud nampak mempunyai panjang 2,60 mempunyai panjang 96-110 cm, meter. lebar 26-28 cm, dan tebal 12-13 cm. Sebagai catatan, struktur Batu fondasi talud mempunyai dengan bentuk dan bahan yang panjang 38-78 cm, lebar 20-22 cm, sama ditemukan pada tahun 2000 di dan tebal 11 -12 cm. tengah permukiman Dusun Liangan.

Gambar 13. Talud lempeng/balok batu yang Gambar 15. Talud boulder hasil penelitian sejajar dengan jalan batu, foto diambil 2012 (atas) dan pada waktu tahun 2013 ekskavasi 2013 (bawah)

Gambar 16. Konstruksi boulder yang Gambar 14. Talud lempeng / balok batu di tersambung pada talud balok/lempeng bagian atas situs, foto diambil tahun 2015 batu. Foto diambil tahun 2014

42 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Hingga penelitian 2014 Liangan yang menahan lereng bukit setidaknya telah ditemukan delapan paling atas dari area situs. struktur talud boulder di lokasi yang berbeda. Umumnya struktur talud (3) Jalan, Selasar, dan Tangga boulder tidak berada di bagian Keletakan data arkeologi tengah situs tetapi cenderung di berupa jalan, selasar, dan tangga di bagian atas atau tepi dari area situs Liangan pada peta situasi situs peribadatan. adalah sebagai berikut. Konstruksi berbahan boulder juga ditemukan sebagai kombinasi pada talud yang dibangun dari balok atau lempeng batu tufaan. Hal ini mengindikasikan adanya gejala renovasi yang dilakukan oleh masyarakat Liangan kuno pada masanya. Selain itu juga ditemukan konstruksi boulder yang tersambung dengan konstruksi talud berbahan balok batu tufaan. Satu struktur dengan bahan dan konstruksi yang berbeda tentunya memiliki arti tertentu, baik berkaitan dengan ketersediaan bahan maupun aspek lain yang belum diketahui

Gambar 18. Keletakan data arkeologi berupa jalan, selasar, dan tangga di situs Liangan

Berikut ini adalah uraian singkat mengenai fitur jalan, selasar, dan tangga yang ditemukan di situs Gambar 17.Talud kubus batu yang terletak Liangan hingga 2014. di barat sungai. Foto diambil tahun 2010

Disebut talud kubus batu karena pada awal ditemukan pada 2008, bahan yang tampak adalah batu-batu yang berbentuk menyerupai kubus. Struktur talud kubus batu dibangun dari balok- balok dan papan batu dan membentuk konstruksi yang cenderung memanjang dengan kemiringan sekitar 700dengan tinggi Gambar 19. Jalan tanah (ekskavasi 2014) sekitar 2 meter. Diduga talud ini dan jalan batu (ekskavasi 2012), foto merupakan talud utama di situs diambil tahun 2014

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 43

Jalan tanah dan jalan batu sebenarnya satu ruas, posisinya di Hingga 2014, di situs sisi timur area peribadatan dan Liangan telah ditemukan lima dipisahkan oleh pagar candi. Jalan tangga, seperti tampak pada foto, tanah berada di bagian ujung atas yaitu: (1) tangga boulder, berada di sepanjang sekitar 30 meter, ujung atas jalan tanah, (2) tangga sedangkan jalan batu tersambung talud berada di jalan batu dan dengan jalan tanah terus ke bawah dinding talud balok batu, (3) tangga dengan panjang yang sudah selasar timur, (4) tangga selasar tersingkap sekitar 100 meter. Diduga barat, dan (5) tangga yang jalan ini merupakan akses utama menghubungkan halaman III dan yang menghubungkan ruang-ruang halaman II (area ibadah). atau halaman-halaman yang ada di situs Liangan 2. Lubang Bekas Tiang

Jumlah fitur lubang yang ditemukan adalah 36, sebagian besar (33 lubang) berbentuk bundar, dan tiga lainya berbentuk persegi. Bentuk lubang ini menjadi indikasi adanya penggunaan dua bahan tiang yang berbeda, yaitu bambu untuk lubang berbentuk bundar, dan tiang kayu untuk lubang berbentuk Gambar 20. Selasar hasil ekskavasi pada persegi. Menarik perhatian bahwa 2012. Foto diambil tahun 2014 susunan lubang-lubang ini membentuk pola baris dua baris Selasar yang memanjang dengan orientasi menghubungkan halaman I dengan tenggara-barat laut. Tiga lubang halaman II dilengkapi dengan dua persegi yang kemungkinan bekas tangga dalam jarak ± 25 meter dan tiang kayu berada di bagian beberapa saluran air ini ditemukan samping,hal ini menandakan dalam ekskavasi tahun 2012. sebagai tiang penguat struktur yang Selasar di situs Liangan berupa berbahan bambu dan kayu. tatanan balok batu andesit secara Secara pasti belum dapat horisontal sepanjang ± 30 meter dan diketahui bentuk utuh dari struktur lebar ± 1,5 meter dengan orientasi bambu dan kayu yang membentuk tenggara – barat laut. jajaran memanjang sebanyak dua baris ini. Pembukaan kotak ekskavasi di sekitarnya, masih di dalam Lot atau Blok 1401, sangat penting artinya guna mendapatkan data lebih lengkap untuk mengetahui bentuk bangunan tersebut. Dugaan yang dapat dimunculkan adalah bentuk perancah yang ditopang oleh deretan pancang bambu dan bagian samping diperkuat dengan pancang Gambar 21. Lokasi struktur-struktur tangga kayu. Pada ketinggian tertentu yang ditemukan di situs Liangan. Foto dilengkapi dengan konstruksi bambu diambil tahun 2014 atau kayu yang rapat dalam posisi

44 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

mendatar yang digunakan sebagai dinasti Tang dari abad ke-9 hingga alas untuk menempatkan barang- abad ke-10 Masehi. Bentuk-bentuk barang tertentu (Tim Penelitian, barang keramik tersebut jika 2014b: 81). diurutkan berdasarkan kuantitas Pemikiran ini didukung maka meliputi guci, tempayan, dengan sejumlah temuan artefak mangkuk, guci kecil, teko, guci wadah berbahan keramik dan bercerat, pasu, serta bentuk lain tembikar yang posisi penemuannya seperti botol, cawan, cepuk, vas, berada di atas mainfield dan dan kendi. Kualitas keramik dapat beberapa artefak tersebut masih diketahui berdasarkan daerah menyisakan fragmen bambu yang asalnya atau tempat pembuatnya. menempel pada badan wadah. Barang keramik didominasi oleh Selain itu sebuah fragmen arang barang dari Guangdong kayu berbentuk persegi memanjang (Guangdongware), sementara ditemukan di bagian bawah terasan, barang dari Yue (Yueware) secara diduga karena patah kemudian kuantitas di bawah barang terlempar pada waktu kejadian Guangdong. Dengan demikian maka

Gambar 22. Fitur lubang-lubang hasil ekskavasi 2014. Foto diambil tahun 2014 erupsi Sindoro pada abad X Masehi. secara umum kualitas keramik Liangan tergolong kualitas Artefak menengah. Keragaman temuan artefak sebagai Berikut adalah contoh artefak cermin dinamika kehidupan keramik dari situs Liangan yang permukiman kuna Liangan sudah direkonstruksi dan dianalisis merupakan bahan sangat penting (Tim Penelitian, 2012b: 113-114). untuk menggambarkan secara integral dengan keberadaan fitur seperti candi, batur, pagar, dan talud. Secara umum ragam temuan situs Liangan hingga 2014 meliputi artefak keramik, tembikar, batu, dan logam (Tim Penelitian, 2014a).

1. Keramik Keramik yang ditemukan seluruhnya berasal dari Cina masa

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 45

Tahun : - Deskripsi: Guci dengan tepian/ bibir bulat dan rendah. Memiliki cucuk /cerat di bagian bahu (1 buah) berbentuk heksagonal (berukuran sekitar 2/3 cm ?) yang menghadap ke atas. Bentuk cerat semacam itu umum dibuat pada barang-barang masa Dinasti Tang. Glasir Coklat gelap (dark-brown glaze). Stoneware (bahan batuan)

Gambar 23. Temuan guci dengan bibir rendah dan membulat

Bentuk : Guci Asal : Cina, Guandong Ware Dinasti : Tang Abad : 9 – 10 M Tahun : - Deskripsi: Gambar 25. Temuan guci dengan tepian Guci dengan bibir rendah dan rendah dan tegak lurus membulat. Memiliki pegangan (4 buah) di bagian bahu horizontal. Bentuk : Guci Diameter dasar lebar. Glasir Asal : Cina, Guandong ware kehijauan (celadon glaze). Dinasti : Tang Stoneware (bahan batuan). Guci Abad : 9 – 10 M semacam ini ditemukan pula di situs Tahun : - Candi . Deskripsi : Tepian rendah dan berbentuk tegak lurus. Memiliki pegangan 4 buah horizontal pada bagian bahu. Diameter dasar lebar. Glasir hijau (green glaze). Stoneware (bahan batuan) 2. Tembikar Tembikar yang dianalisis memang baru sebagian, namun dari hasil analisis tersebut dapat dikenali beberapa hal penting tentang barang tembikar situs Liangan. Secara umum tembikar dibuat dari pasta Gambar 24. Temuan guci bercerat kasar dengan campuran pasir dan

sedikit di antaranya yang bercampur Bentuk: Teko/ guci bercerat (ewer) sekam. Teknik pembuatan umum Asal : Cina, Guandong ware/ roda putar dan beberapa di Yaozhao ware (?) antaranya dibuat dengan teknik Dinasti : Tang tekan atau gabungan antara teknik Abad : 9 – 10 M roda putar dan tekan. Hiasan

46 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

tembikar umumnya goresan upam Artefak Batu garis sejajar atau silang dan sedikit Untuk artefak batu, hasil analisis yang berhiaskan dengan teknik menunjukkan tingkat keragaman gores atau cungkil. Jenis barang yang rendah, yaitu meliputi pipisan, tembikar yang dapat dikenali hingga gandik, dan plat batu. Menarik untuk 2014 berdasarkan kuantitas adalah: dicatat bahwa gandik dan pipisan kendi, periuk, lampu, kowi, memilki ukuran yang tidak seragam penyangga wadah, cawan, dan meskipun secara umum bentuknya lainya berupa buyung, pasu, dan satu tipe. Variasi bentuk pipisan figurin burung (Tim Penelitian, 2012a terutama ada pada bagian ujung dan dan 2014a). bagian kaki. Beberapa gandik dan pipisan menunjukkan gejala jejak pakai yang cukup kentara, sehingga dipastikan barang-barang ini benar- benar pernah digunakan pada masa lalu. Selain itu, data arkeologi berbahan batu yang ditemukan di situs Liangan juga meliputi yoni, arca gajah, arca Ganesa (2 buah), arca wanita, arca manusia, dan satu butir manik-manik(Tim Penelitian, 2014a dan 2014b).

Gambar 26. Buyung utuh

Gambar 29. Pipisan dan gandik

Gambar 27. Fragmen leher kendi

Gambar 30. Manik-manik berbahan batu

Gambar 28. Periuk utuhan

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 47

Artefak Logam artefak logam situs Liangan Hasil analisis artefak logam setidaknya meliputi benda menunjukkan tingkat varian yang sebagaimana terlihat pada tabel tinggi dan dapat dikelompokkan berikut ini(Tim Penelitian, 2014a dan berdasarkan kategori tertentu. 2014b).: Berdasarkan kategorinya, maka

Tabel 1. Analisis temuan artefak logam

KATEGORI NAMA BENDA JUM BEN JUM KAT

alat bangunan angkor 7 7

cangkul (?) 1

alat pertanian parang 5 7

fr. sabit 1

buyung, bagian tepian sampai badan 1

mangkuk 4

panci 2 alat rumah 20 tangga pisau 2

talam 10

tangkai wadah 1

cungkil 3

kapak 5 alat / tukang fr. palu 6 28 alat pande tatah 10

tang 3

alat upacara giring-giring 1 1

lampu gantung 6 penerangan 7 tempat minyak 1

perhiasan cermin / darphana 1 1

pedang 3

senjata keris 3 10

tombak 4

UI UI 1 1

48 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Gambar 31. Alat pertanian berupa kapak besi, ditemukan oleh penambang pada Gambar 34. Fragmen lampu perunggu 2012. Foto tahun 2012 (lampu gantung ?), penemuan oleh penambang pada 2013. Foto tahun 2013

DataOrganik Secara umum data organik yang ditemukan di situs Liangan hingga 2014 meliputi beberapa jenis yang dapat dikelompokkan dalam kategori artefak, bahan pangan, komponen Gambar 32. Artefak logam kategori senjata bangunan, tanaman, tulang fauna, berupa mata tombak (bawah) dan lancipan serta fragmen rangka manusia. (atas) berbahan besi yang ditemukan Sebagian besar data organik penambang pada 2013. Foto diambil tersebut ditemukan oleh penambang pada tahun 2013 di ruang F dan sebagian lainnya merupakan hasil ekskavasi. Berikut ini adalah ringkasan mengenai data organik tersebut (Tim Penelitian, 2014a). (1) Pada kategori artefak, data organik meliputilembaran kain, kantong kain, lembaran yang diduga terbuat dari kulit kayu yang seluruhnya ditemukan dalam kondisi rapuh karena terbakar (2) Data organik kategori bahan

Gambar 33. Salah satu talam perunggu pangan meliputigabah, jagung, temuan penambang tahun 2013, bagian pala, kelapa, kluwak (?), dan biji- tengahnya berhias sangkha bersayap. Foto bijian juga ditemukan dalam tahun 2014 bentuk arang (3) Kategori komponen bangunan meliputifragmen kayu dalam berbagai bentuk dan ukuran yang jelas mengalami pengerjaan, bambu dalam bentuk utuh maupun anyaman, dan ijuk

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 49

(4) Benda-benda organik yang  Potensi bencana di situs termasuk kategori tanaman Liangan meliputi gempa meliputi kayu pohon dan bambu vulkanik, aliran piroklastik, yang tidak mengindikasikan awan panas, lahar dingin, pengerjaan sehingga diduga lahar panas, dan aliran lava. merupakan sisa pohon  Setidaknya ada dua bencana (5) Fragmen tulang faunayang yang pernah melanda Situs umumnya jenis bovidae Liangan dengan tingkat merupakan sisa konsumsi rendah-sedang hingga sebagaimana tampak pada tingkat tinggi atau berat. indikasi bekas potongan  Erupsi Gunung Sindoro sehingga secara hipotetik bukan menyebabkan Situs Liangan korban letusan meskipun terkuburoleh aliran piroklastik sebagian dalam kondisi terbakar bercampur dengan awan (6) Fragmen rangka manusia yang panas dan aliran lava yang ditemukan berupa tengkorak terus berlangsung, disusul bagian belakang, tulang satu dengan aliran lahar dingin potong panjang, dan geligi. Hasil dan membentuk Kali Langit analisis menunjukkan bahwa yang akhirnya memisahkan sisa rangka itu berjenis kelamin bangunan-bangunan di situs perempuan berumur sekitar 22 Liangan yang awalnya satu tahun. Berdasarkan buli-buli kesatuan keramik Cina dari masa Dinasti Tang abad IX Masehi, maka diperkirakan wanita tersebut sejaman dengan situs Liangan

Data Geologi Hasil kajian geologis di situs Liangan dan sekitarnya menunjukkan bahwa materi vulkanik Gunung Sindoro adalah faktor utama yang mengubur permukimanLiangankuno dengan beberapa spesifikasi sebagai berikut (Tim Penelitian, 2014a).  Endapan jatuhan piroklastik berselang-seling dengan lava dan aliran piroklastik, hal ini mencerminkan bahwa setiap kali letusan, gunungapi Sindoro selalu menghasilkan endapan jatuhan piroklastik  Bagian bawah situs Liangan berupa endapan jatuhan piroklastik yang tak teruraikan dengan penyebaran yang sangat luas, hampir 75% menutupi tubuh gunungapi Sindoro

50 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Gambar 35. Keletakan Situs Liangan terhadap Gunung Sindoro, Kali Progo, Kali Deres, dan Kali Langit pada peta topografi (diolah oleh Fadhlan S. Intan) KRONOLOGI rentang waktu ketika anasir Kronologi situs Liangan kebudayaan dari India yang diilhami didasarkan pada gaya bangunan oleh ide-ide dalam agama Hindu dan candi 1, khususnya profil bagian Buddha sangat menonjol dan cukup kaki, keramik, dan analisis carbon kuat dalam peradaban. Secara 14. Profil bagian kaki candi 1 yang formal masa klasik sebagai sebuah meliputi bentuk sisi genta, setengah kajian dalam arkeologi berada pada lingkaran, dan pelipit persegi adalah rentang waktu sekitar abad V – XVI gaya bangunan candi masa Masehi (Satari, 2002: 61). Secara Mataram Kuno di Jawa Tengah lebih spesifik, permukiman Liangan sekitar abad VIII – X Masehi. kuno dapat dimasukkan pada Temuan keramik yang seluruhnya kerangka kronologis masa Mataram berasal dari Cina masa Dinasti Tang Kuna karena masa ini berlangung mengacu pada kronologi sekitar sekurang-kurangnya dari abad VIII abad IX atau awal abad X Masehi hingga abad X di Jawa dan sering (Riyanto, 2013: 775). Hasildating dikaitkan dengan Dinasti Syailendra melalui analisis carbon pada sampel dengan Dapunta Selendra sebagai arang bambu dan kayu yang dicuplik cikal bakalnya (Sedyawati dkk., dari beberapa lokasi di situs Liangan 2012: 172-177). Kronologi situs menghasilkan angka kalender 587 Liangan yang berada di antara abad Masehi, 742 Masehi, 846 Masehi, VI hingga abad X Masehi jelas dapat 913 Masehi, dan 971 Masehi. Hal ini dimasukkan ke dalam kerangka menunjukkan bahwa permukiman sejarah Mataram Kuno tersebut, Liangan Kuno telah hadir setidaknya bahkan “menyisakan” dua abad lebih sejak abad VI hingga abad X awal. Berdasarkan hal itu maka Masehi. secara hipotetik, situs Liangan telah Rentang kronologis menjadi lokasi hunian sebelum sebagaimana dijelaskan di atas kerajaan Mataram Kuno “berdiri”. memberi arti bahwa situs Liangan merupakan situs masa klasik, khususnya jika mengacu bahwa masa klasik di Indonesia merupakan

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 51

ASPEK KERUANGAN sangat penting artinya dalam konsep Gambaran umum aspek keruangan ini. keruanganhingga penelitian 2014a Berdasarkan komponen adalah sebagai berikut. keruangan dan relasional antarruang maka diperoleh gambaran tentang dinamika prosesi ritual di area peribadatan situs Liangan. Gambaran hipotetik tersebut adalah sebagai berikut. Jika mulai dari candi 2 di halaman III (area F) prosesi dilanjutkan menuju halaman II (ruang B) melalui tangga. Prosesi kemudian dilanjutkan dari tangga ke batur 4 untuk kemudian menuju batur 3 melalui tangga selasar. Selanjunya, dari batur 3 prosesi utama dimulai dengan didahului prosesi di batur 2d, 2c, 2b, 2a, dan akhirnya sampai pada prosesi di candi 1. Selanjutnya, dari candi 1, seusai prosesi, maka keluar lewat tangga selasar untuk kemudian “singgah” di batur nomor 2. Terakhir adalah keluar dari area peribadatan melalui sela antara pagar candi dan pagar balok batu Gambar 36. GaAspek keruangan situs untuk turun melalui jalan batu atau Liangan hasil ekskavasi hingga 2014a naik juga melalui jalan batu (Tim Penelitian, 2014a). Penambahan data fitur, koreksi identifikasi batur 4 menjadi candi 2, serta komponen yang ditemukan pada 2014 menjadi kelengkapan penting untuk menyusun hubungan keruangan di situs Liangan, khususnya area peribadatan yang terdiri atas ruang F, ruang B, dan ruang A. Berdasarkan analisis keruangan, maka ketiganya dapat digambarkan sebagai kesatuan yang terintegrasi dalam satu area peribadatan yang membentuk tiga halaman. Ketiga halaman itu jika dimulai dari bawah, yaitu ruang F menjadi halaman III, ruang B menjadi halaman II, dan ruang A menjadi halaman utama atau halaman I. Penemuan tangga yang langsung menghubungkan ruang F dengan ruang di atasnya

52 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Gambar 37: Gambaran hipotetik urutan Gambar 38: Gambaran keruangan situs prosesi peribadatan berdasarkan komponen Liangan hingga ekskavasi 2014b dan formasi keruangan situs Liangan PENUTUP Hasil ekskavasi pada 2014b Sebagai penutup tulisan ringkas memunculkan pandangan baru mengenai ragam data, kronologi, mengenai fungsi ruang III dan IV dan aspek keruangan situs Liangan yang sebelumnya secara hipotetik ini, berikut diajukan beberapa sebagai ruang hunian, namun gagasan yang penting untuk setelah ditemukan candi 2 dan dilakukan di masa datang, bangunan di halaman IV pandangan khususnya berkaitan dengan tentang fungsi halaman sedikit penelitian dan pengelolaan situs berubah, yaitu sebagai hunian yang Liangan. Pertama, tentang menyatu dengan tempat awal pandangan dasar bahwa Liangan prosesi ibadah. Bukan hanya itu, bukanlah situs candi tetapi situs temuan tersebut juga membawa ke permukiman yang kompleks dan pemikiran bahwa ruang III dan IV harus menjadi landasan bagi seluruh sepenuhnya merupakan bagian dari stakeholders dalam menangani situs area ibadah, adapun dominasi Liangan. Keragaman data yang ragam temuan di tempat itu,seperti hadir jelas tidak dapat dibantah perkakas rumah tangga dan bahan merupakan pijakan pandangan makanan, kemungkinan merupakan dasar itu, sehingga seluruh data bagian dari kelengkapan prosesi. memiliki kedudukan dan peran yang Pandangan terakhir tidak sama secara integral, baik data sepenuhnya selaras dengan ragam berupa struktur dan bangunan batu, temuan yang mengindikasikan fitur lain, artefak, organik, serta data dinamika hunian seperti peralatan lingkungan geologis. Kronologi yang memasak, perlengkapan makan- menunjuk pada abad VI – X Masehi minum, senjata, alat-alat pertanian, adalah unik, bukan hanya karena dan bangunan-bangunan kayu. durasi hunian yang lama, yaitu

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 53

sekitar empat abad, tetapi juga (3) Konsep religi yang mencakup adanya indikasi hunian masa pra- “kepercayaan asli”, awal Mataram Kuna, bahkan tidak pengaruh Hindu, hingga masa menutup kemungkinan masa pra- Mataram Kuna Hindu. Keragaman data juga (4) Dinamika permukiman yang menjadi salah satu cermin dinamika berkenaan dengan pranata permukiman, setidaknya meliputi sosial, ekonomi, teknologi, dinamika hunian, dinamika keseharian, dan perbengkelan; peribadatan, dinamika pertanian, salah satunya adalah dengan dan sangat mungkin adanya mendalami karagaman temuan dinamika perbengkelan artefaktual melalui analisis yang sebagaimana tampak dari lebih spesifik kompleksitas dan rumitnya (5) Arkeobotani yang meliputi komponen maupun formasi aspek pertanian dan jenis-jenis keruangan situs Liangan. vegetasi maupun tanaman budidaya pertanian Kedua, berkaitan dengan arah dan (6) Arsitektur dan teknologi sipil sasaran penelitian yang harus yang secara khusus diarahkan disusun secara sistematis, bahkan untuk mendapatkan jika memungkinkan juga terukur. pengetahuan tentang struktur Hasil penelitian hingga 2014 tidak dan bangunan di situs Liangan bisa tidak, merupakan acuan bagi berkenaan dengan prinsip- kerangka penelitian tahap-tahap prinsip arsitektur dan teknologi berikutnya, acuan bagi kerangka bangunan pelaksanaan pelestarian, dan acuan (7) Geologi situs Liangan yang bagi kerangka pengembangan. merinci stratigrafi berkaitan Dalam kerangka penelitian, dengan kronologi letusan setidaknya terdapat tujuh aspek Gunung Sindoro, jenis dan yang perlu dijadikan sasaran kekuatan letusan, serta penelitian, yaitu: pengaruhnya pada situs Liangan dan situs-situs yang semasa, (1) Keruangan dan luasan situs, maupun pengaruhnya pada meskipun telah diperoleh lingkungan yang berada di gambaran tentang keruangan sekitarnya. situs namun berbagai permasalahan masih perlu dipecahkan, baik yang berkaitan Ketiga, berkaitan dengan arah dan dengan komponen keruangan, sasaran pengembangan, dalam hal adanya ruang-ruang yang masih ini setidaknya ada dua gagasan, tertimbun materi vulkanik, yaitu: tentang konsep tata ruang, serta gambaran keluasan situs yang (1) Konsep pengelolaan dan lebih akurat pengembangan yang meliputi (2) Kronologi dan kerangka pengelolaan data di lapangan historis yang mencakup baik data arkeologi seperti fitur, perkembangan dan fase-fase bangunan, dan data organik, permukiman serta kedudukan maupun data lingkungan seperti situs Liangan di dalam dinamika stratigrafi geologis sebagai peradaban Mataram Kuna, dokumen erupsi dan termasuk hubungan dengan kebencanaan, serta artefak- mancanegara ekofak dalam ruang khusus yang

54 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

didukung dengan dBase integral. Selain itu, sasaran tersebut juga mencakup pengembangan yang meliputi pengembangan sistem informasi situs Liangan dan

konsep pemanfaatan yang berkesinambungan dan partisipatoris dengan visi “Taman Konservasi Liangan”. Konsep ini antara lain meliputi penyusunan peta stakeholders, peta kecenderungan, peta potensi pendukung, peta problematika, serta analisis SWOT. Dengan demikian maka nantinya sektor-

sektor terkait dan seluruh sumberdaya terkait, bukan hanya situs, dapat dikembangkan bersama-sama secara integral (2) Transformasi pekerja tambang menjadi pekerja situs adalah usaha melalui kajian khusus manajemen sumberdaya arkeologi dan arkeologi publik

yang bertujuan untuk mengalihkan kegiatan warga Liangan yang tadinya bekerja sebagai penambang menjadi warga yang bekerja untuk kepentingan situs Liangan

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 55

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Boechari, 1977. “Candi dan Lingkungannya” dalam Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia. Jili VII, No. 2, Juli 1977, pp. 89 – 114

Bosch, F.D.K. 1974. Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu di Kepulauan Indonesia, terj. LIPI-KITLV. Jakarta: Bhratara.

Clark, David L. 1977. “Spatial Information in Archaeology”. Spatial Archaeology. London: Academic Press. Pp. 1-32

Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Haryono, Timbul. Metodologi dan Aplikasinya dalam Penelitian Arkeologi, dalamArtefak No. 13 Agustus 1993, pp. 9-14.

Mundardjito. 1990. “Metode Penelitian Permukiman Arkeologis”, Monumen, Karya Persembahan Untuk Prof. Dr. R. Soekmono. Depok: Lembaran Sastra Universitas Indonesia. Pp. 19-31.

Mundardjito. 2002. “Arkeologi Keruangan: Konsep dan Cara Kerjanya”, dalam Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Pp. 70 – 75.

Rangkuti, Nurhadi dan Baskoro DT. Laporan Peninjauan Situs Liangan, Temanggung, Jawa Tengah. 2000. Tidak terbit

Riyanto, Sugeng. 2011. “Integrasi Data, Gambaran Rekonstruktif, dan Kronologi Situs Liangan”, dalam Berita Penelitian Arkeologi. Nomor: 25, Pp 45-61

Riyanto, Sugeng. 2013. “Letusan Gunung Sindoro Mengubur Situs Mataram Kuno Liyangan”, dalam Arkeologi, Sejarah, dan Budaya. Prosiding Seminar Antarbangsa ke-2 Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam Melayu 26-27 November 2013 di Universiti Kebangsaan Malaysia. Bangi: Istitut Alam dan Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia. Pp. 767 - 781

Said, Chaksana A.H. 2006. “Permukiman dalam Perspektif Arkeologi”. Permukiman di Indonesia Perspektif Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Pp. 1-15

Satari, Sri Soejatmi. 2002. “Penyerapan dan Pemanfaatan Aspek Budaya Hindu- Buddha dalam Masyarakat Masa Kini”, dalam Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Arkeologi VII. Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Hlm. 61 – 63.

56 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58

Sedyawati, Edi et.al. 2012. “Dinasti, Agama, dan Moumen”. Indonesia Dalam Arus Sejarah, Kerajaan Hindu-Buddha. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Pp. 171-203

Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta. 2011. Laporan Penelitian Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak terbit.

Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta. 2012a. Laporan Penelitian Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak terbit.

Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta. 2012b. Laporan Penelitian Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak terbit.

Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta. 2014a. Laporan Penelitian Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak terbit.

Tim Penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta. 2014b. Laporan Peninjauan Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah. Tidak terbit.

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan (Sugeng Riyanto) 57

58 Berkala Arkeologi Vol.35 Edisi No.1 Mei 2015: 33-58