PELA8UII AN 8£DAS SADANG (1%2_198S)

T E S I S

Oiajukan S<>baga; Syanu un!uk Mt m JM: rult h Gtlar Magi.!u Humaniun

dal.m Program Studi Ihull S<>janoh Pada Pro~nm Pun Suj. na

Fakutta, Il mu Dudaya UniHrsilu Sumaltl'll UI.....

Olch

MARY ANA MAUK

157050001

PROGRAM ~"U OI (S-2) MAG1STI':R l UlU SF"JARA II

FAKUI.TAS lL:'oI U DUllA YA

UN IVEKSITAS SUMATEKA UTARA

MEOAN

1018

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PELABUHAN DEDAS SADANG (1962-1985)

TESIS

Oleh

I\1ARYANA I\1 A.l..IK

157050001

PROGRAM ST UD! (5-2) MAGISTER I.LMU SEJARAH

f AKULTAS ILMU BUDAVA

UNI VERSITAS SUMAn ;RA lITARA

MEOAN

20 18

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA _.1"'-- ...... _ w..-(Sll_'"

-.....-- (52) _,....

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dioj . ... -

...... MV.. S ...... LII> ~I ."-I_I

T......

T._ ......

~1tOGIlA ... STrPI "' ''GISff. . ~) II.. ... U SLI.. RAII ~-

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Pelabuhan Bebas Sabang 1962-1985”. Kajian ini menggunakan metode sejarah dalam proses penelitiannya. Pada proses pengumpulan sumber, digunakan sumber-sumber berupa arsip kolonial, laporan, buku, tesis dan studi lapangan berupa wawancara tentang aktivitas-aktivitas kepelabuhan di Pelabuhan Sabang. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan verifikasi berupa kritik intern dan ekstern untuk menemukan fakta-fakta. Fakta yang telah melalui proses verifikasi masih terpisah dan untuk merangkainya dilakukan tahap ketiga yaitu interpretasi. Setelah fakta-fakta itu saling berkaitan, maka dilakukan tahap terakhir yaitu menjadikannya sebagai sebuah tulisan melalui proses historiografi.

Kajian ini bertujuan untuk menjelaskan keberadaan dan aktivitas Pelabuhan Sabang. Untuk mendukung tujuan tersebut dijelaskan pula kondisi umum Pelabuhan Sabang pada masa penjajahan dan kondisi Pelabuhan Sabang pada masa kemerdekaan. Untuk mendukung penelitian ini, maka peneliti menggunakan konsep struktural dan pendekatan ekonomi.

Pelabuhan ini pada awalnya hanya sebuah daerah pengasingan yang berubah menjadi sebuah pelabuhan yang diperhitungkan di . Selain itu, Pelabuhan Sabang merupakan salah satu pelabuhan transito yang bertahan hanya pada masa Kolonial Belanda. Pelabuhan Sabang pada masa kemerdekaan difungsikan sebagai pelabuhan ekspor-impor. Jenis komoditas ekspor didominasi oleh hasil perkebunan dan hasil hutan serta hasil pertanian rakyat, sedangkan komoditas impor adalah barang kebutuhan masyarakat dan perusahaan- perusahaan terutama perusahaan perkebunan.

Pelabuhan Sabang sebagai pelabuhan terpenting di wilayah Sumatera bagian utara yang merupakan daerah yang strategis terhadap arus perdagangan. Hal ini membuat Pelabuhan Sabang eksis keberadaannya, hingga pada tahun 1985 Pelabuhan Bebas Sabang ditutup. Mundurnya Pelabuhan Bebas Sabang disebabkan beberapa faktor seperti kebijakan pemerintah dan maraknya penyelundupan.

Kata kunci : Pelabuhan bebas, Aktivitas pelabuhan.

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRACT

This thesis entitled "Sabang Free Ports 1962-1985". This study uses historical methods in its research process. In the process of collecting resources, the writer used many sources such as colonial archives, reports, books, theses and field studies like interviews on port activities at the port of Sabang. After the data has been collected then we do the verification of internal and external criticism to find the facts. The facts that have been through the verification process are still separated and to arrange those facts the writer did the third step which is the interpretation. After the facts are interrelated, then the writer did the final step through historiography process to make those facts as a transcription.

The purpose of this study is to explain the existence and activities of Sabang Port. To support that purpose the writer also explained the general condition of Sabang Port during the colonial period and the independence period. The writer also used the structural concept and economic approach to support this research.

The port that was originally just an exile area that turned into a valuable port in Aceh. In addition, Sabang Port is one of the transit ports that survived only in the Dutch Colonial period. Sabang Port in the independence period functioned as an export-import port. The types of export commodities are dominated by farm products, forest products, and also agricultural products, while imported commodities are the goods of society and companies, especially farm companies.

As the most important port in the northern region of , Sabang Port is a strategic area of market flows. This thing makes the existence of Sabang Port exist until in 1985 Sabang Free Port closed. The retreat of Sabang Free Port is due to several factors such as government policy and the rampant smuggling.

Keywords: Free ports, Port activities

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin saya panjatkan kepada Rabb Azza wa Jallah sebagai dari bentuk rasa syukur atas segala kenikmatan yang tidak pernah lepas dari jasad, ruh serta kehidupan yang saya jalani dalam dunia yang fana ini, dan salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada ruh junjungan alam Rasulullah Muhammad s.a.w.

Suatu kebahagian tersendiri bagi penulis ketika mampu menyelesaikan rangkaian penelitian dan penulisan tesis untuk memperoleh gelar Magister Humaniora di Program Studi Magister Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun judul penulisan ini adalah Pelabuhan Bebas Sabang (1962-1985). Dalam penyelesaian tesis ini, penulis merasakan banyak memperoleh bantuan serta bimbingan yang cukup berharga dari berbagai pihak, terutama staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis sendiri. Amiin Yaa Rabbal’alaamin.

Medan, Februari 2018 Penulis

Maryana Malik

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia kesehatan, kesempatan, kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuan tenaga, pikiran, serta bimbingan yang telah diberikan dalam menyelesaikan tesis ini :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara , sekaligus sebagai Ketua Tim Penguji yang telah

memberikan masukan.

2. Bapak Dr. Suprayitno, M. Hum., sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua

Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, nasehat dan motivasi

kepada penulis baik selama kuliah maupun pada saat mengerjakan penulisan

tesis ini.

3. Ibu Lila Pelita Hati, sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utarasekaligus anggota Tim Penguji yang

telah memberikan nasehat dan saran terhadap tesis ini.

4. Ibu Dra. Ratna, M.S., selaku anggota Pembimbing, terimakasih atas segala

arahan, bimbingan dan bantuan dalam penulisan tesis ini. Saran dan kritik Ibu

sangat berperan besar menuntun penulis dalam mengerjakan tesis ini.

5. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum., selaku anggota Tim Penguji yang telah

memberikan kritik, saran, dan koreksi terhadap tesis ini.

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6. Bapak Warjio, Ph.D, anggota Komisi Pembimbing, terimakasih atas segala

arahan, bimbingan dan bantuan dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Drs. Gustanto, M.Hum., selaku anggota Tim Penguji yang telah

memberikan kritik, saran, dan koreksi terhadap tesis ini.

8. Bapak Drs. Nuhung, M.A., Ph,D., selaku anggota Tim Penguji yang telah

memberikan kritik, saran, dan koreksi terhadap tesis ini.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Sejarah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, semoga ilmu yang

diberikan dapat penulis amalkan.

10. Jajaran Staf Akademik dan Pegawai di Fakultas Ilmu Budaya maupun

Program Studi Magister Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas dan informasi kepada

penulis, khususnya Kak Lyly dan Kak Tapi.

11. Arsip Nasional Republik (ANRI), Pusat Dokumentasi Aceh

(PDIA), Perpustakaan dan Arsip Aceh, Badan Pelestarian Nilai Budaya Aceh

(BPNB), Perpustakaan Wilayah di , Perpustakaan USU, yang

telah bersedia memberikan informasi dan data-data untuk penulisan tesis ini.

12. Keluarga besar Perpustakaan TLS Medan, terutama kepada kepala

perpustakan Bapak Edy Ikhsan yang sangat baik hati, Nde Mira yang selalu

perhatian, Bu Elly yang selalu memiliki nasihat dan cerita yang tak

terlupakan, Triko, Bang Yul, Pak Sangkot, Bu Nanun, Abang Fahri, Lia, yang

telah memberikan keceriaan serta suasana kekeluargaan, dan paket komplit

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepada penulis, yang selalu diingat baik canda, tawa, maupun nasehat yang

penulis dapatkan dari kalian semua.

13. Terima kasih juga penulis hanturkan kepada seluruh narasumber dalam

penulisan tesis ini yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan tesis

ini.

14. Kepada sahabatku Handoko, Kak Dara, Bang Alfian, Kak Ina, Kak Tiwi,

Bang Hairul, Kak Nisa, Kak Nina dan seluruh kawan-kawan

Mahasiswa/iProgram Studi Magister Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan, terima kasih atas masukan positif dan

pengalaman luar biasa yang telah kita lewati bersama, makan-makan, jalan-

jalan, ngobrol ngalur ngidul, hingga berfoto bersama, ini adalah kenangan

yang indah, semoga kita tetap menjadi sahabat baik selamanya.

15. Anak kontrakan 107 yang tercinta, Lia, Mawaddah, Edwin terima kasih yang

senantiasa memberi masukan, keceriaan serta dorongan semangat yang amat

besar bagi penulis. Tidak lupa pula kepada sahabatku Trian yang memberikan

bantuan serta semangat, dan kepada Bang Ari untuk semua motivasi,

pertemuan, kenangan dan do’anya.

16. Akhirnya, penulis ucapkan rasa terima kasih yang tiada kira dan rasa sayang

kepada kepada kedua orang tua penulis, Bapak Abdul Malik dan Ibunda

Wardiana yang telah melahirkan dan memberikan cinta kasih sayang yang tak

ternilai harganya, semoga Allah selalu memberikan karunia-Nya kepada

mereka. Kepada Abang dan Kakak yang selalu mendo’akan yang terbaik bagi

penulis, Mulya Hardi, Nur Anggreini Mutiahsari Baasalem, Marwansyah

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini.

Semua kebahagian ini penulis persembahkan untuk kalian yang tersayang.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak atas segala kontribusi yang diberikan dari semua pihak baik yang sudah disebutkan maupun yang belum, tak sempat tersebutkan karena adanya keterbatasan. Semoga kebaikan saudara- saudariku yang telah penulis terima sampai saat ini dapat terbalaskan oleh Allah

SWT.

Medan, Februari 2018

Penulis

Maryana Malik

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RIWAYAT HIDUP

Maryana Malik adalah anak bungsu dari pasangan Abdul Malik dan

Wardiana. Lahir di Takengon pada 26 April 1992. Pendidikan Sekolah Dasar Di

SD Buntul Kubu Takengon selesai tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama di

SMPN 1 Takengon selesai tahun 2007. Sekolah Menengah Atas di SMAN 4

Takengon selesai tahun 2010. Menyelesaikan Sarjana Strata Satu (S-1) di Jurusan

Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara, Medan tahun 2014.

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Abstrak ...... i Kata Pengatar...... iii Ucapan Terima Kasih...... iv Riwayat Hidup...... viii Daftar Isi ...... ix Daftar Tabel ...... xii Daftar Lampiran ...... xiii

BAB I PENDAHULUAN………………………………....…………………...... 1

1.1 Latar Belakang.....……………………………………....………….....1 1.2 Permasalahan…………………………………………….....………....6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………….....……....6 1.4 Teori dan Kerangka Konseptual……………………………….....…...8 1.5 Tinjauan Pustaka………………………………………………….....14 1.6 Metode Penelitian……………………………………………………17 1.7 Sistematika Penulisan………………………………………………..21

BAB II FAKTOR-FAKTOR BERDIRINYA PELABUHAN SABANG…....23

2.1 Kondisi Alam dan Lingkungan.……………………………………..23 2.1.1 Geografs...... 23 2.1.2 Iklim dan Angin………...………………………………..25 2.1.3 Topografi..………………...……………………………...26 2.1.4 Kondisi Tanah atau Geologi ……………………………..27 2.1.5 Kondisi Air dan Teluk...... ……………………………….28 2.2 Faktor Ekonomis...... 29 2.3 Faktor Politis...... 30

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III PELABUHAN BEBAS SABANG PADA MASA PENJAJAHAN...32

3.1 Sabang Pada Masa Pemerintahan Belanda…………………………..33 3.1.1 Lahirnya Pelabuhan di Sabang...... ……………………….35 3.1.2 Sabang Sebagai Daerah Kolenstation, Transito dan Trading Area.…………………………………………...... 37 3.1.3 Sarana dan Prasarana Pelabuhan Sabang…………………43 3.1.3.1 Dermaga……………………………………….43 3.1.3.2 Gudang………………………………………...43 3.1.3.3 Perkantoran……………………………………44 3.1.4 Pengelolaan dan Struktur Organisasi Pelabuhan Sabang…..45 3.1.5 Perdagangan………………………………………………..48

3.2 Sabang Pada Masa Pemerintahan Jepang……………………………49

BAB IV PELABUHAN BEBAS SABANG MASA KEMERDEKAAN……..55

4.1 Sabang Pada Masa Pemulihan 1945-1950…………………………..56 4.2 Dibukanya Kembali Pelabuhan Bebas Sabang 1959- 1963…………………………………………………..……………...62 4.3 Penduduk, Mata Pencaharian………………………………………..72 4.3.1 Penduduk…………………………………………………...72 4.3.2 Pemerintahan...... …………………………………………..74 4.3.3 Mata Pencaharian.………………………………………….77 4.4 Pengelolaan dan Struktur Organisasi Pelabuhan Sabang……………79 4.4.1 Komando Pelaksanaan Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang (KP4BS)…...……………………………….80 4.4.2 Struktrur………………………..…………………………..85 4.5 Infrastruktur………………………………………………………….89 4.5.1 Dermaga……………………………………………………89 4.5.2 Gudang……………………………………………………..92 4.5.3 Perkantoran, Perumahan, dan Fasilitas lainnya…………….95

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.6 Aktivitas Pelabuhan………………………………………………….98 4.6.1 Ekspor dan Impor…………………………………………..98 4.6.2 Pelayaran...... 110 4.6.3 Pendapatan...... 114 4.6.4 Pedagang Kecil atau Jengek………………………………119

4.7 Mundurnya Aktivitas Pelabuhan Bebas Sabang…………………...127

BAB V PENUTUP……………………………………………………………..141

5.1 Kesimpulan……………………………………………………………..141

5.2 Saran………………………………………………………………….....146

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..148

DAFTAR INFORMAN………………………………………………………...154

LAMPIRAN…………………………………………………………………….156

xvi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Sabang Secara Keseluruhan………………………...72 Tabel 2. Struktur Organisasi KP4BS………………………………………….....87 Tabel 3. Nilai Volume Perdagangan Sabang dengan Luar Negeri……………..104 Tabel 4. Nilai Impor Sabang dari Daerah Pabean menurut Daerah Asal 1965- 1967...... 107 Tabel 5. Nilai Impor Sabang dari Daerah Pabean menurut Daerah Asal 1968- 1970..……..………………………………………………………….108 Tabel 6. Volume Ekspor Produksi Sabang ke Luar Negeri 1965-1970 (Dalam Ton)………….…..…………………………………………………..109 Tabel 7. Perkembangan Kegiatan di Pelabuhan Sabang, 1977-1980……...... 111 Tabel 8. Daftar: Kapal Penumpang, Sabang-Balohan, Sabang-Ulee Lheue, Malahayati…………...………………………………………………...112 Tabel 9. Pemakaian Air Minum Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang 1971- 1980……..…….……………………………………………………….113 Tabel 10. Jumlah Pendapatan Dalam Tahun 1966…………...... ……………….115 Tabel 11. Jumlah Pendapatan Dalam Tahun 1967…………...... ……………….115 Tabel 12. Jumlah Pendapatan Dalam Tahun 1970…………...... ……………….116 Tabel 13. Jumlah Pendapatan Dalam Tahun 1980…………...... ……………….117

xvii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Peta Pulau Sabang

LAMPIRAN II : Peta Kota Sabang

LAMPIRAN III : Kantor N.V. Zeehaven en Kolenstation di Sabang

LAMPIRAN IV : Kapal Melintasi Teluk Sabang

LAMPIRAN V : Suasana di Pelabuhan Sabang

LAMPIRAN VI : Tempat Memperbaiki Kapal di Sabang

LAMPIRAN VII : Tempat Memperbaiki Kapal di Sabang

LAMPIRAN VIII : Beberapa Kapal Berlabuh di Pelabuhan Sabang LAMPIRAN IX : UUD RI Nomor 4 Tahun 1970 tentang Pembentukan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang

LAMPIRAN X : UUD RI Nomor 10 Tahun 1985 tentang Pencabutan UUD Nomor 4 Tahun 1970 tentang Pembentukan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang

xviii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan apa latar belakang penulisan Sabang, permasalahan, teori, telaah pustaka hingga metode dalam penulisan. Hal ini dapat membantu penulis untuk melengkapi penulisan ini.

1.1 Latar Belakang

Daerah yang strategis, seperti daerah maritim, merupakan pintu masuk atau pintu gerbang masuknya komoditas dan manusia yang dapat menjadi indikator perkembangan sosial, ekonomi dan pariwisata. Kegiatan ini menjadi sangat penting untuk perkembangan sebuah wilayah, baik untuk mendukung wilayah yang berada dipedalaman maupun di sekitar lautan. Salah satunya adalah kota Sabang yang memiliki sejarah yang menarik. Apalagi jika dikaitkan dengan pelabuhan bebas, maka ini adalah salah satu masa keemasan dari kota Sabang.

Perkembangan kota Sabang diawali dengan terbentuknya pelabuhan1 pada masa kolonial Belanda tahun 1896. Pembentukan pelabuhan ini memegang peranan penting karena dapat membawa perubahan, hal itu terlihat ketika para pedagang masuk, mereka tidak hanya menawarkan barang dagangan, namun juga akhirnya untuk menikmati keindahan alam.

1Pelabuhan adalah lingkungan kerja yang terdiri dari area daratan dan perairan yang dilengkapi dengan fasilitas tempat berlabuh dan bertambatnya kapal untuk terselenggaranya bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari suatu moda transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya. Lihat H.A. Abbas Salim, Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Jakarta : Pustaka Jaya, 1995, hal. 53.

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Awal mula dibentuknya pelabuhan Sabang adalah pada masa pemerintahan Belanda. Tujuan awal dibentuknya pelabuhan adalah untuk mempermudah gerak langkah pemerintah Belanda untuk menguasai daerah

Sabang dan juga sebagai tempat singgahnya atau transit kapal-kapal untuk mengisi batu bara yang berasal dari tambang batubara Ombilin di Sumatera Barat.

Pelabuhan juga menyediakan bahan bakar minyak yang dikirim dari Palembang2 dan menyediakan kebutuhan lainnya. Pada tahun 1896 pelabuhan Sabang di tetapkan sebagai Pelabuhan Bebas3 (Vrij-Haven/Free Port) "SABANG

MAATSCHAPPIJ". Pembukaan Pelabuhan Bebas Sabang pada mulanya di orientasikan kearah penyediaan bahan bakar "batu bara" yang diperlukan oleh kapal-kapal laut yang bermesin uap. Dalam perkembangan lebih lanjut Sabang merupakan suatu "Trading Area" yang penting dan cukup sibuk pada waktu itu.4

Keadaan Sabang menjadi ramai dikunjungi oleh kapal-kapal sebelum berangkat ke Eropa, terlebih dahulu singgah di Sabang untuk mengisi keperluan pelayaran samudera. Jepang mulai masuk ke Indonesia untuk memperluas daerah kekuasaannya hingga menaklukkan pemerintahan Belanda, maka beralihlah kekuasaan Belanda kepada kekuasaan Jepang. Perang Dunia Kedua pada tahun

2M.G. De Boer, Zeehaven en Kolenstation Sabang 1899-1924, Amsterdam: vervaardigd door L.Van Leer & CO, 1924, hal. 7.

3 Pelabuhan bebas adalah adalah pelabuhan yang dibebaskan dari pengawasan pabean oleh pemerintah karena alasan-alasan khusus. Pelabuhan bebas tidak termasuk daerah pajak bagi suatu negara. Kapal dari negara mana pun boleh masuk dan berniaga tanpa pembayaran bea masuk dan keluar. Jika barang-barang melalui perbatasan pelabuhan bebas menuju ke daerah pedalaman, barulah dikenakan bea dan cukai. Lihat Hasan Shadily, Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999, hal. 352.

4 Sjamsuddin Mahmud, dkk., Pelabuhan Bebas Sabang 1967, Banda Aceh: KITLV, 1968, hal. 6-7.

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1942 dengan masuknya Jepang ke daerah Aceh dan Sabang5, keadaan wilayah

Sabang porak poranda dan rusak berat, akibatnya pelabuhan bebas Sabang ditutup oleh pihak Jepang.6

Sejak tahun 1945, pelabuhan ini diusahakan kembali untuk dapat beroperasi sebagaimana awalnya. Setelah kemerdekaan, dan setelah daerah

Sabang melewati masa-masa yang krisis, pemerintah Republik Indonesia mulai memperhatikan pentingnya wilayah maritim dalam hal peningkatan perkembangan kota. Salah satunya Sabang dijadikan sebagai kota madya, yang dianggap telah dapat mengatur daerahnya.7 Namun hingga tahun 1960-an, barulah pelabuhan ini mendapatkan kembali statusnya sebagai pelabuhan bebas.

Setelah penetapan status pelabuhan bebas diberikan kepada Sabang, maka aktivitas pelabuhan mulai dibentuk kembali, yaitu melakukan perdagangan.

Perkembangan suatu pelabuhan juga tidak bisa dilepaskan dari aktivitas daerah seberang / foreland terutama bidang perdagangan dan pelayaran. Karena daerah seberang menawarkan hasil produk serta dapat meningkatkan masuknya arus kapal-kapal ke daerah Sabang. Perlahan-lahan aktivitas pelabuhan Sabang mulai ramai disinggahi oleh kapal-kapal dari luar negeri maupun dari dalam negeri.

Kegiatan ini membuat kota Sabang bangkit kembali setelah dihancurkan oleh

5 Ibid., hal.6-7.

6 M. Yusuf Rangkuti, “Sabang (1945-1965)”, Skripsi-S1 belum diterbitkan, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1986, hal. 44-45.

7 Ibid., hal 15-16.

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jepang, perbaikan infrastruktur dan ekonomi juga telah menjadikan kota ini menjadi lebih baik.

Oleh karena itu semakin besar mobilitas orang yang masuk ke suatu wilayah maka semakin berkembanglah aktivitas ekonomi di tempat itu.

Kehidupan pelabuhan membuat Sabang menjadi lebih hidup karena adanya perdagangan, para pekerja, jasa-jasa, dan aktivitas lainnya. Selain sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal di Sabang, seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai kota inipun dikenal karena keindahan alam sehingga mendatangkan wisatawan untuk datang ke Sabang.

Pada tahun 1970, Sabang ditetapkan sebagai pelabuhan bebas dan daerah perdagangan bebas. Pada masa ini aktivitas ekspor dan impor mengalami kenaikan yang sangat drastis, dan juga meningkatkan aktivitas ekonomi di pelabuhan lainnya. Banyak para pedagang yang mulai kembali aktivitasnya, seperti para jenggo ekonomi atau biasa disebut sebagai jengek. Tidak hanya para pedagang yang masuk ke daerah Sabang, namun banyak juga para wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam di sana.

Namun, kecemerlangan ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1985, pelabuhan bebas dan perdagangan bebas Sabang ditutup oleh pemerintah karena maraknya penyelundupan dan dibukanya Batam sebagai pelabuhan bebas dan sebagai daerah industri. Akibat dari hal ini, Sabang mengalami kemerosotan aktivitasnya, begitu juga dengan daerah seberang Sabang.

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Studi ini dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana pelabuhan bebas

Sabang pada masa kemerdekaan. Namun, sebelum mendapatkan ide untuk mengkaji hal itu, kajian-kajian sebelumnya telah membahas secara rinci bagaimana terbentuknya pelabuhan Sabang hingga menjadi Pelabuhan bebas dan bagaimana pelabuhan ini meredup, hal ini dapat kita lihat pada tulisan Jusuf

Walad membahas tentang pelabuhan yang berjudul Pelabuhan-Pelabuhan di

Daerah Istimewa Aceh, dalam buku ini menjelaskan bagaimana pelabuhan- pelabuhan hinterland yang melakukan aktivitas perdagangan, wisata dan lainnya terhadap Sabang.

Kemudian yang ditulis oleh Syamsuddin Mamud, dkk., yang berjudul

Pelabuhan Bebas Sabang 1967, dalam buku ini menjelaskan bagaimana Sabang pada masa pembentukan pelabuhan bebas oleh pemerintah Indonesia pada tahun

1962. Namun, buku ini merupakan sebuah laporan yang dijelaskan secara umum bagaimana gambaran sabang pada masanya.

Dalam skripsi yang ditulis oleh M.Yusuf Rangkuti, berjudul Sabang

(1945-1965) membahas bagaimana perkembangan Sabang pada masa kemerdekaan hingga masa demokrasi terpimpin, dalam tulisan ini juga membahas tentang pelabuhan bebas namun tidak ditulis secara rinci bagaimana pelabuhan menjadikan kota Sabang sebagai kota pelabuhan.8 Selain dari buku yang dijelaskan di atas, ada beberapa buku lainnya yang berkaitan dengan sejarah pelabuhan Sabang belum banyak yang membahas tentang kota pelabuhan, hanya beberapa yang menulis namun tidak dikajii secara rinci.

8 Ibid., hal: 16.

5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kajian ini menurut penulis masih belum banyak, oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti. Penulisan ini dilakukan untuk mengungkap bagaimana perkembangan Sabang, aktivitas terhadap pelabuhan dan perdagangan di Sabang.

Dari pemikiran diatas maka penelitian ini diberi judul “Pelabuhan Bebas Sabang

(1962-1985)”

1.2 Permasalahan

Dari uraian latar belakang masalah diatas maka fokus masalah dalam penulisan ini membahas tentang pelabuhan bebas di Sabang. Batasan waktu dalam penulisan ini adalah tahun 1962 hingga 1985. Tahun 1962 merupakan dibukanya kembali pelabuhan bebas oleh pemerinah setelah ditutup pada tahun 1942 karena masuknya Jepang ke Indonesia, dan tahun 1985 penutupan kembali pelabuhan bebas Sabang karena maraknya penyelundupan dan adanya persaingan antara pelabuhan lain, serta tidak tercapainya tujuan dari pelabuhan bebas itu.

Adapun permasalahan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor berdirinya pelabuhan Sabang ?

2. Bagaimana pelabuhan bebas Sabang pada masa penjajahan ?

3. Bagaimana pelabuhan bebas Sabang pada masa kemerdekaan (1962-

1985)?

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan penjelasan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya

dan berkembangnya pelabuhan Sabang.

2. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas pelabuhan bebas Sabang pada

masa penjajahan.

3. Untuk mengetahui aktivitas serta perkembangan pelabuhan bebas Sabang

pada masa kemerdekaan pada tahun 1962-1985, aktivitas sabang ini

setelah ditetapkannya sebagai pelabuhan bebas dan untuk mengetahui

bagaimana status pelabuhan bebas ini berakhir.

Adapun manfaat dari penelitian ini :

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan secara akademik, sehingga

dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam penelitian selanjutnya,

dan memperkaya literatur karya sejarah mengenai pelabuhan, serta dapat

memberikan wawasan terhadap para pembaca mengenai sejarah yang

berhubungan dengan pelabuhan.

2. Penelitian ini juga agar dapat memberikan informasi kepada masyarakat

dan para peneliti khususnya mengenai suatu daerah akan pentingnya

menjaga kelestarian.

3. Penelitian ini dapat menjadi sumber data informasi kepada pemerintah dan

sejarawan atau peneliti untuk dapat mengembangkan suatu daerah agar

dapat dikunjungi oleh para wisatawan-wisatawan.

7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.4 Teori Dan Kerangka Konseptual

Pelabuhan merupakan seaward gates, yaitu tempat bertemunya pedagang yang memasarkan komoditi hasil budaya hasil budidaya daratan yang dipertukarkan dengan komoditi dari kawasan seberang. Pelabuhan juga merupakan lingkungan kerja dan tempat berlabuh bagi kapal dan kendaraan air lainnya untuk menyelenggarakan bongkar muat barang, hewan, dan penumpang.

Rhoads Murphey membedakan pengertian pelabuhan menjadi dua, yaitu : pertama dengan konsep fisik sebagai tempat berlabuh yang disebut harbor, dan kedua dalam pengertian konsep ekonomi, yaitu sebagai tempat tukar menukar barang komoditi antara hinterland dengan foreland yang disebut port. Dalam bahasa Indonesia keduanya disebut dengan istilah pelabuhan yang mempunyai pengertian sebagai tempat berlabuhnya perahu atau kapal. Dalam pengertian ini dikenal 6 jenis pelabuhan, yaitu pelabuhan alam, pelabuhan bebas, pelabuhan darat, pelabuhan pantai, pelabuhan samudera dan pelabuhan transito.9 Dalam hal ini, pelabuhan Sabang memiliki ciri-ciri yang disebutkan oleh Murphey, aktivitas pelabuhannya dalam tukar menukar barang karena Sabang merupakan pelabuhan bebas dan pelabuhan alam yang dimiliki Sabang memudahkannya untuk menjadi daerah yang strategis dan terhindar dari pendangkalan.

Pengertian dari pelabuhan menurut Bambang Triatmodjo adalah pelabuhan merupakan bandar yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan untuk pelayanan

9 Sutejo K. Widodo, Ikan Layang Terbang Menjulang, Perkembangan Pelabuhan Pekalongan Menjadi Pelabuhan Perikanan 1900-1990, Yogyakarta : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang & The Toyota Foundation, 2000, hal.21.

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA muatan dan penumpang seperti dermaga, tambatan, dengan segala perlengkapannya.10 Pelabuhan juga merupakan suatu tempat yang dapat dijadikan sebagai suatu terminal utama dan memegang peranan penting terutama dalam menyediakan barang-barang, menampung produksi dan dapat meningkatkan pembangunan dalam daerah.11 Pelabuhan Sabang juga dibangun pada masa kolonial Belanda dan dijadikan sebagai aktivitas perdagangan, persinggahan kapal-kapal baik untuk mengisi air maupun batu bara dan adanya ekspor impor baik dalam negeri maupun luar negeri.

Pelabuhan merupakan sebuah sistem jaringan kerja yang saling terkait antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Kebutuhan perkembangan atau pemodrenan suatu pelabuhan sangat dibutuhkan karena efektivitasnya dan efesiensi pelabuhan terus meningkat. Untuk memenuhi hal ini, sebuah pelabuhan membutuhkan suatu yang dapat meningkatkan ekonominya baik untuk pelabuhan maupun perkembangan kotanya.12

Perkembangan suatu tempat atau daerah memiliki beberapa persyaratan untuk menjadi sebuah daerah yang baik. Menurut Horton dan Hunt, ada tiga syarat agar sebuah daerah bisa berkembang. Pertama, tersedianya air. Kedua, daerah yang subur, karenanya dapat memenuhi pangan warga kotanya. Ketiga,

10 Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Yogyakarta : Beta Offset, 1996, hal.3.

11 Jusuf Walad, dkk., Pelabuhan-Pelabuhan di Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh : Unsyiah, 1967, hal.1.

12 Indriyanto, “Peran Pelabuhan Dalam Menciptakan Peluang Usaha Pariwisata : kajian Historis Ekonomis”, makalah, disampaikan pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat Jurusan Sejarah fakultas Sastra UNDIP di Kabupaten Jepara tanggal 28 April 2005, hal.2- 3.

9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersedianya infrastruktur transportasi, salah satunya transportasi air (perahu dan kapal). Dalam daerah yang relatif luas, hidup seseorang sangat tergantung satu dengan lainnya. Transportasi sangat dibutuhkan untuk memindahkan orang atau barang. Dalam hal ini Sabang merupakan salah satu daerah yang melakukan aktifitas dengan menggunakan transportasi air.13 Dalam hal ini, Sabang memiliki syarat untuk menjadi sebuah daerah / kota pelabuhan yang baik.

Pelabuhan yang demikian merupakan sebagai daerah tukar menukar atau keluar masuk komoditas dari daerah penyangga atau daerah seberang.14 Dalam hal ini adanya hubungan antara suatu daerah dengan daerah seberang karena adanya aktivitas suatu pelabuhan. Seperti Sabang dengan daerah Banda Aceh dan daerah lainnya, yang sangat bergantung atau saling berhubungan dan dapat menarik kapal-kapal masuk dan memperdagangkan hasil dari daerah pedalaman ke

Sabang. Adanya hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, maka adanya satu keterkaitan terhadap perkembangan suatu pelabuhan, apakah akan meningkat, stagnan atau mengalami kemerosotan terhadap fungsi sebuah pelabuhan. Teori- teori di atas juga dapat membantu penulis dalam menjelaskan pad bab-bab yang berbeda.

13 Purnawan Basundoro, Pengantar Sejarah Kota, Yogyakarta : Ombak, 2012, hal. 23.

14 Rhoads Murphey, “On Evolution of the Port City”, dalam Frank Broeze (ed.), Brides of the Sea: Port Cities of Asia from the 16 th – 20 th Centuries, Kensington: New South Wales University Press, 1989, hal, 231.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut Bintarto15, selain mempunyai arti ekonomis, pelabuhan juga mempunyai arti budaya, politis, dan geografis. Arti ekonomis pelabuhan tampak dari fungsinya sebagai pusat berlangsungnya kegiatan pelayaran dan ekspor-impor serta kegiatan ekonomi yang terkait lainnya. Pelayaran dan perdagangan laut merupakan salah satu variabel yang menentukan sebuah indikasi tentang berfungsi atau tidaknya sebuah pelabuhan.16

Pengertian dari daerah/kota pelabuhan menurut Broeze, yaitu pelabuhan telah dijadikan sebagai pintu gerbang dan titik transit di arus global orang-orang, barang dan jasa. Daerah ini kemudian sebagai jendela dunia.17 Namun juga pelabuhan yang berfungsi tidak hanya sebagai pintu masuk komersial, tetapi juga sebagai pusat politik dan budaya, yang digambarkan sebagai "pelabuhan- pemerintahan". Namun, di antara kisah sukses pasca kolonial, pelabuhan Sabang yang dibentuk pada masa kolonial ini, dapat berdiri hingga saat ini walaupun terjadi pasang surut.

Adapun pelabuhan yang tergambar di Sabang, merupakan pelabuhan bebas dan daerah perdagangan bebas. Hal ini ditetapkan oleh kebijakan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan Sabang dan daerah sekitarnya. Aktivitas pelabuhan

Sabang sebagai daerah perdagangan bebas dan daerah pelabuhan bebas,

15 R. Bintarto, Beberapa Aspek Geografi , Yogyakarta: Penerbit Karya, 1968, hal. 33.

16 J.C. Van Leur, Indonesian Trade and Society, Bandung: Sumur Bandung, 1960, hal. 137-141.

17 Ooi Giok Ling, dkk., Beyond The Port City Development and Identity in 21st Century Singapore, Singapore: Prentice Hall, 2004, hal. 13.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mendatangkan para pedagang masuk dan adanya aktivitas ekonomi, sehingga adanya hubungan dagang antara daerah sekitar Sabang, daerah pabean Indonesia serta perdagangan dengan luar negeri. Pengertian pelabuhan bebas yaitu daerah perdagangan bebas yang biasanya meliputi seluruh daerah pelabuhan yang merupakan bagian pelabuhan di luar pabean untuk membongkar, menyimpan, dan membungkus kembali barang impor tanpa dikenakan bea masuk, dan mendapatkan biaya keluar dari yang membawa barang dari derah pelabuhan bebas ini. Dalam penelitian ini, pelabuhan Sabang ditetapkan oleh pemerintah sebagai pelabuhan bebas dan daerah perdagangan bebas. Hal ini dapat dilihat karena daerah Sabang merupakan wilayah yang strategis untuk dilintasi oleh kapal-kapal.

Pelabuhan bebas dan perdagangan bebas merupakan suatu bentuk perjanjian internasional yang dianggap memberikan landasan dan harapan baru bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang diarahkan dalam rangka percepatan peningkatan pendapatan suatu daerah.18 Pelabuhan Sabang melakukan perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri, yaitu perdagangan dalam negeri meliputi wilayah indonesia dan luar negeri melakukan perdagangan bebas dengan Eropa, Singapura, serta wilayah Asia dan wilayah Eropa lainnya. Dari aktivitas ini Sabang mendapatkan pendapatan untuk membangun wilayahnya.

Berdasarkan dari gagasan teoritis diatas, penulisan sejarah ini termasuk dalam penulisan kualitatif dan kuantitatif karena dalam penelitian ini akan mengkaji dan menggunakan data-data yang berbentuk tabel, gambar, foto-foto,

18 Hidayat, Syarif dan Agus Syarop Hidayat, Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khuus (KEK), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hal. 11.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan lainnya. Untuk itu akan menjawab pertanyaan-pertanyaan “apa dan bagaimana” untuk menjawabnya diperlukan suatu kajian dan analisis. Penelitian tentang pelabuhan ini digolongkan dalam kajian sejarah struktural.19 Pelabuhan memiliki sistem dan jenis sendiri pada bidang manajemennya. Memahami kajian struktural ini dapat dilihat dalam waktu yang lama, karena melihat perkembangan sesuatu hal harus diteliti secara jelas. Begitu pula dengan kota sabang, bagaimana kota sabang menjadi kota yang diperhitungkan dari daerah transtito hingga menjadi daerah pelabuhan bebas.

Kehidupan di pelabuhan ini tidak terlepas dari laut/sungai dan menggunakannya sebagai aktivitas menyeberang, oleh karena itu organisasi- organisasi dan manajemen pengelolaan yang mengatur aktivitas di pelabuhan.

Untuk mengkaji aktivitas yang ada di pelabuhan maka menggunakan teori struktural, yang mana membahas struktur organisasi, pengelolaan dan perencanaan pengembangan pelabuhan. Dalam mengkaji inilah digunakan teori dan konsep struktural, karena pelabuhan memiliki organisasi dan struktur. Kajian pelabuhan merupakan jenis sejarah maritim, karena selalu terkait dengan laut/sungai, walaupun fungsinya atau aktivitasnya hanya digunakan sebagai tempat menyeberang saja. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan yang dikemukakan oleh Marxian, secara terminologi dilakukan dari dasar hingga dapat

19 Analisis fungsional memberi perhatian pada “Struktur” , bukan orang. Dalam pelaksanannya, berbagai pendekatan terhadap masyarakat menggunakan konsepsi struktur yang tidak sama, paling tidak tiga di antaranya, pertama, didasarkan atau infrastruktur itu difahami menurut konteks ekonomi. Kedua, pendekatan structural- fungsionalis, merujuk pada suatu keluarga, negara, sistem hukum, dan lain-lain. Ketiga, menurut Calude Levi-Strauss melihat struktur pada pemikiran atau sistem pola fikir, kebudayaan. Lihat Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001, hal. 163-165.

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dipahami menurut konteks ekonomi.20 Adapun teori Struktural Fungsionalisme menurut konteks ekonomi adalah menjelaskan institusi ekonomi yang saling berkaitan satu sama lain dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, hal ini dimaksudkan terhadap pelabuhan memiliki sistem yang saling mendukung demi berjalannya kegiatan perekonomian.21 Kegiatan pelabuhan yang dapat mendukung perkembangan kota Sabang juga terlihat ketika adanya aktivitas ekonomi yang berjalan dengan baik.

Dengan demikian, penjelasan di atas dapat digunakan dalam menganalisa bagaimana menggambarkan pelabuhan sabang dan bagaimana aktivitas pelabuhan

Sabang Dalam penulisan ini juga menggunakan pendekatan ekonomi diharapkan berbagai gejala struktural di dalam perkembangan pelabuhan dapat dideskripsikan.

1.5 Tinjauan Pustaka

Saat menentukan penelitian tulisan berikut ini, terlebih dahulu penulis melakukan studi kepustakaan untuk dapat mendukung dan meningkatkan hasil penelitian tersebut. Ini dilakukan dengan cara mencari data serta memperbanyak referensi melalui arsip, jurnal, naskah, skripsi, artikel, serta buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber dari beberapa tulisan, penulis gunakan untuk mengkaji pelabuhan Sabang, yaitu buku yang tanpa nama

20 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001, hal. 163-165.

21 M.L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999, hal.420.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berjudul Sabang Bay Harbour and Coal Coy. LTD. Sabang (North Sumatra), menjelaskan tentang informasi-informasi pelabuhan Sabang, aktivitas pelabuhan pada tahun 1924.

Tulisan Sjamsuddin Mahmud, dkk, dalam buku Pelabuhan Bebas Sabang

1967 yang diterbitkan tahun 1968 oleh. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan Sabang serta pelabuhan Sabang yang berkembang pada masa dibukanya kembali pelabuhan bebas di Sabang. Buku ini juga menjelaskan bagaimana kehidupan masyarakat di Sabang, serta bagaimana kota Sabang menjadi kota yang dapat mendatangkan para wisatawan untuk menikmati keindahan alamnya.

Kemudian oleh Jusuf Walad, dkk dalam buku Pelabuhan-pelabuhan di

Daerah Istimewa Atjeh, suatu penyelilidikan tentang kemungkinan pembangunan ditinjau dari segi ekonomi dan tekhnik diterbitkan tahun 1967. Buku ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan pelabuhan hinterland dan sabang, serta bagaimana ekonomi Sabang dan daerah hinterland berkembang dengan adanya pelabuhan.

Tulisan Ibraihim Hassan dkk, dalam buku Pola Dasar Rencana

Pembangunan Lima Tahun Pelabuhan Bebas Sabang 1969-1973, diterbitkan tahun 1968 oleh Sabang Freeport Development Authority dan Atjeh Development

Board, dalam buku ini menjelaskan bagaimana perkembangan Sabang terhadap status Sabang sebagai pelabuhan bebas dan masuknya barang-barang ekspor dan impor sebagai salah satu yang menjadi faktor pembangunan daerah.

Sebuah laporan ditulis oleh Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan

Bebas Dengan Pelabuhan Bebas Sabang, yang berjudul Laporan Daerah

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perdagangan Bebas Dengan Pelabuhan Bebas Sabang 1980/1981, diterbitkan tahun 1981, menjelaskan bagaimana fungsi daerah perdagangan dengan pelabuhan bebas, dan menumbuhkan serta mengembangkan serta melancarkan prasarana fasilitas pelabuhan, pelayanan dan fasilitas lainnya.

Balai Arkeologi Medan juga menulis tentang Sabang Dalam buku Aceh dalam Perspektif Sejarah dan Arkeologi, diterbitkan tahun 2015, yang menjelaskan bagaimana kota sabang, perubahan-perubahan kota sabang baik dari material maupun alam.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, maka penelitian ini tidak hanya menggunakan disiplin ilmu sejarah saja namun menggunakan disiplin ilmu sosial lainnya. Seperti tulisan Bambang Triatmodjo dalam bukunya yang berjudul

“Pelabuhan” yang diterbitkan tahun 1996, dalam buku ini menjelaskan teori, fungsi dan manfaat dari sebuah pelabuhan. Juga tulisan Soedjono Kramadibrata dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan Pelabuhan” yang diterbitkan tahun

1985, yang bercerita tentang bagaimana sebuah pelabuhan dapat berkembang, dan kegiatan-kegiatan di pelabuhan yang dapat menghasilkan keuntungan.

Susanto Zuhdi juga bercerita tentang pelabuhan dalam bukunya yang berjudul Cilacap 1830-1942, Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa diterbitkan tahun 2016. Dalam buku ini membahas bagaimana keadaan suatu pelabuhan yang dari pelabuhan tidak diperhitungkan menjadi daerah yang sangat menguntungkan dan kembali lagi menjadi daerah yang dilupakan. Dalam buku ini menjelaskan bagaimana pembetukan pelabuhan menjadikan sebuah kota menjadi

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berkembang. Buku ini dapat dijadikan sebagai acuan atau contoh dalam penulisan terhadap kota Sabang.

Buku acuan lainnya yang ditulis oleh Sudirman, dkk., bejudul Sejarah

Pelabuhan Ulee Lheue diterbitkan tahun 2007. Buku ini membahas bagiamana proses terbentuknya pelabuhan, aktivitas ekonomiserha hubungan perdagangan dan pelayaran antara daerah sekitar, termasuk dengan Sabang.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa dan permasalahannya. Dengan kata lain, metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa sejarah (history as past actuality) menjadi sejarah sebagai kisah (history as written).22

Dalam menulis peristiwa sejarah pada masa lampau yang direalisasikan dalam bentuk penulisan sejarah (historiografi), tentu harus menggunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam usaha untuk mengumpulkan sumber-sumber atau bahan-bahan bagi sejarah secara efektif, kemudian menilainya secara kritis untuk selanjutnya menyajikannya dalam suatu sintesa dari hasil-hasilnya yang biasanya dalam bentuk tulisan.23

22 A.Sobana, HS, Metode Penelitian Sejarah, Bandung, tanpa penerbit, 2008, hal. 1.

23 Gilbert J. Garraghan, S.J., A Guide to Historical Method, New York : Fordham University Press, 1975, hal. 33.

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Secara umum metodologi dalam penelitian dalam bidang sejarah, yaitu heuristik, krtik, interpretasi, historiografi. Sumber yang akan dikumpulkan adalah sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian yang akan ditulis, sehingga akan diseleksi dan dianalisis data mana yang sesuai dengan penelitian yang akan dibahas dan ditulis.24

Pada tahap pertama (heuristik) merupakan tahap pencarian atau pengumpulan data menggunakan dua metode, yaitu pengumpulan data lewat penelitian kepusatakaan (library research), studi arsip dan observasi mengunjungi langsung lokasi dan dengan wawancara. Pengumpulan sumber tentang pelabuhan

Sabang, kota Sabang, masyarakat dan yang berhubungan dengan perkembangan perdagangan di pelabuhan Sabang yang telah di dapat dari Arsip Nasional

Republik Indonesia (ANRI), Arsip daerah di Badan Arsip Dan Perpustakaan

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Di dalam studi arsip ini, penulis mengumpulkan yang paling penting dari studi ini adalah yang berhubungan dengan Pelabuhan Sabang yaitu arsip Burgelijke Openbare Welken (BOW),

Algemeene Secretarie, Sekretariat Negara Republik Indonesia (Sekneg RI),

Sekretariat Wilayah Daerah (Setwilda).

Selain studi arsip, studi pustaka juga dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti buku-buku, skripsi, tesis, ataupun disertasi dan lainnya. Dengan telaah semacam ini penulis mendapat bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai perbandingan atau tolok

24 Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993, hal.77.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ukur terhadap bahan yang diperoleh di lapangan. Untuk mengumpulkan itu, peneliti mendapatkan dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yaitu buku M.G.De Boer yang berjudul Zeehaven en Kolenstation Sabang 1899-

1924, dan buku Sabang Bay Harbour and Coal COY. Ltd. Sabang (Nort

Sumatra). Mengunjungi Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) terdapat beberapa buku yaitu buku Laporan Daerah Perdagangan Bebas Dengan Pelabuhan

Bebas Sabang 1980/1981. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yaitu buku

Pelabuhan Bebas Sabang 1967, Perpustakaan Wilayah Banda Aceh yaitu Sabang

Dalam Angka Tahun 1976, Sabang Dalam Angka Tahun 1981, BPNB (Badan

Pelestarian Nilai Budaya) yaitu buku Sejarah Pelabuhan Ulee Lheue, Pelabuhan

Sabang Dalam Dinamika Perdagangan Abad XX The Dynamics Of Sabang Trade

Port In Xx Century, Perpustakaan Daerah Aceh yaitu buku Pelabuhan-Pelabuhan

Daerah Istimewa Aceh, Perpustakaan Tengku Luckman Sinar yaitu buku Aceh dalam Perspektif Sejarah dan Arkeologi.

Pengumpulan data dengan penelitian lapangan dilakukan dengan observasi pelabuhan di Sabang seperti mengunjungi kantor BPKS (Badan Pengusahaan

Kawasan Sabang), kantor syahbandar dan pelabuhan Sabang. Disamping itu dalam studi lapangan, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa informan, khususnya informan yang berhubungan langsung dengan aktivitas pelabuhan, yang mengerti bagaimana perkembangan pelabuhan dan tentang kota

Sabang. Adapun yang diwawancarai yaitu, Ramli, Elvi, M. Ilyas, Hendra

Setiawan, Bustana, Ridwan K.S, Marwan Sulaiman, Abu Bakar Sidik, Ibrahim.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua ialah tahap kritik sumber, untuk mendapatkan faktor kebenaran, keaslian data ataupun fakta yang diperoleh.

Dalam tahapan ini, penulis akan melakukan proses persiapan penelitian dengan membaca secara kritis terhadap sumber-sumber yang telah terkumpul untuk mencari dan mendapatkan keaslian sumber tersebut baik dari segi material maupun substansialnya. Kemudian melakukan kritik intern dan kritik ekstern.

Kritik ekstern menentukan bahwa dokumen yang kita hadapi adalah dokumen yang kita cari, kemudian krtitik intern membuktikan bahwa kesaksian yang diberikan oleh sumber memang dapat dipercaya. Crosscheck adalah satu hal yang dapat digunakan untuk mendapatkan kevalidan data. Dengan demikian, penulis akan mendapat wawasan dan pemahaman yang baik untuk menulis sebagai pedoman penelitian sejarah.

Setelah pengujian dan analisis data dilakukan, maka tahap ketiga adalah tahap interpretasi. Dalam tahap ini, data-data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya akan dianalisa oleh penulis untuk menghasilkan sebuah sintesis dari objek yang penulis teliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang memuat tahap interpretasi menjadi sangat vital. Berbagai fakta yang lepas satu sama lain harus dirangkaikan dan dihubungkan menjadi satu kesatuan yang selaras dan masuk akal. Tidak semua fakta dapat dimasukkan karena yang diambil hanyalah yang relevan.

Pada tahap terakhir (historiografi) merupakan tahapan sintesis yang telah diperoleh dijabarkan secara kronologis dan sistematis. Dalam hal ini, aspek

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kronologis menjadi perhatian utama penulis termasuk penulisannya yang harus sistematis.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun hasil penelitian ini ditulis atau disusun ke dalam lima (5) bab. Bab ke-I, yaitu merupakan pendahuluan, latar belakang penelitian, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kerangka dan teori konseptual, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab ke-II, menjelaskan mengenai faktor-faktor berdirinya pelabuhan

Sabang yang membahas tentang gambaran atau kondisi geofrafis Sabang, kemudian faktor politis dan faktor ekonomis Sabang.

Bab ke-III, Dalam bab ini membahas bagaimana latar belakang pelabuhan

Sabang pada masa Belanda yaitu pengelolaan, sarana dan prasara. Dalam bab ini juga menceritakan tentang bagaimana Sabang masa Jepang. Pada masa ini Jepang membombardir daerah Sabang sehingga membuat pelabuhan Sabang tidak beraktivitas dengan baik sehingga membuat perubahan yang sangat signifikan terhadap Sabang.

Bab ke-IV, kemudian, pada bab ini dibahas mengenai bagaimana pelabuhan Sabang dibentuk kembali pada masa kemerdekaan. Mulai dari dibentuknya kebijakan pemerintah, kemudian adanya konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia dan adanya usaha dari badan KP4BS, yang akhirnya dapa terbentuk kembali mejadi daerah pelabuhan bebas. Dalam bab ini juga akan menjelaskan tentang bagaimana aktivitas pelabuhan Sabang setelah ditetapkan sebagai

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pelabuhan bebas dan daerah perdagangan bebas. Dimulai dari pengelolaan, sarana dan prasarana, ekspor impor, serta perdagangan lainnya. Menjelaskan bagaimana kemunduran dari pelabuhan bebas Sabang.

Bab ke-V, merupakan bagian terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II

FAKTOR BERDIRINYA PELABUHAN SABANG

Pada bab ini membahas keadaan Sabang, yaitu letak geografis Sabang yang sangat strategis, dan memiliki struktur alam yang bagus, memiliki sumber mata air yang baik, serta iklam yang tropis. Keadan alam di Sabang juga sangat indah dengan memiliki pegunungan, bukit-bukit, danau, dan pantai yang indah.

2.1 Kondisi Alam dan Lingkungan

2.1.1 Geografis

Sabang merupakan salah satu kota yang berada di pulau Weh. Kata Weh berasal dari bahasa Aceh yaitu “Geupeu-Weh” yang artinya dipisahkan dari masyarakat di daratan Aceh. Pada masa kerajaan Aceh, Orang-orang yang dikenakan hukuman berat, akan diasingkan atau diusir ke pulau ini. Namun demikian bagi masyarakat dari daratan Aceh yang berkeinginan pergi ke pulau ini untuk membuka usaha, merupakan hal yang lazim. Biasanya masyarakat daratan membuka usaha yang pada umumnya menanam lada, dan merupakan usaha yang sangat berkembang. Dengan demikian, maka dibuka kebun-kebun lada yang biasanya dinamakan “seuneubok lada”.

Orang-orang yang memiliki “seunebok lada” tersebut berasal dari berbagai daerah di daratan Aceh, seperti Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara, dan lain- lain. Pada mulanya mereka merasa berbeda satu sama lain, namun berubah karena mereka menyadari bahwa mereka ternyata memiliki kesamaan. Atas dasar kesamaan inilah timbul istilah “Saban” yang berarti “sama hak”, dan sebutan itu

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang akhirnya melekat sebagai nama kota di pulau Weh yang berubah menjadi

“Sabang”.1

Setiap kesultanan membangun pelabuhan yang dalam arti hanya tempat berlabuh kapal-kapal atau sampan di tepi sungai yang sekaligus digunakan sebagai tempat tinggal dan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan ekonomi, serta sebagai pusat aktivitas kebudayaan sehingga muncul apa yang disebut dengan pelabuhan tradisional.2

Akan tetapi Sabang dan tentunya Balohan pada waktu itu belum dipergunakan sebagai pelabuhan. Sabang memiliki dua teluk yaitu teluk Balohan dan teluk Keuneukai. Pada waktu itu yang menjadi pelabuhan ialah daerah Paya

Keuneukai, karena daerah ini merupakan daerah yang terdekat dengan ujung daerah Aceh atau pelabuhan Ulee Lheue di daratan Aceh. Melalui Paya

Keuneukai, lada hasil produksi pulau Weh diekspor baik ke Aceh maupun langsung keluar negeri. Semua kebutuhan Pulau Weh, terutama keperluan bahan makanan, juga diimpor melalui pelabuhan Paya Keuneukai. Pada waktu itu pulau

Weh terbagi atas dua kemukiman yaitu Kemukiman Paya Keuneukai dan

Kemukiman Anoi Itam. Keduanya merupakan kemukiman yang tertua dipulau

Weh, sedangkan kota Sabang sendiri terletak dalam daerah Kemukiman Anoi

1 Sjamsuddin Mahmud, dkk., Pelabuhan Bebas Sabang 1967, Banda Aceh: KP4BS, 1968, hal. 5.

2 Adrian B. Lapian, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Jakarta: Penerbit Komunitas Bambu, 2008, hal. 95-112.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Itam.3 Kalau diperhitungkan jarak antara pelabuhan Paya Keuneukai dengan pelabuhan Balohan yang dibangun oleh pemerintahan Belanda tidak terlalu jauh dengan pelabuhan tradisional.

Secara geografis Kota Sabang terletak di Pulau Weh yang berada di bagian paling barat wilayah Negara Kesatuan Indonesia yang mempunyai posisi dan lokasi yang sangat strategis. Wilayah ini berbatasan dengan Selat Benggala di sebelah utara, Samudera Indonesia di sebelah selatan, Selat Malaka di sebelah timur dan Samudera Hindia di sebelah barat. Berada di jalur lalu lintas internasional, baik laut maupun udara, sehingga telah memposisikan Sabang sebagai pintu gerbang masuknya arus investasi, perdagangan dan jasa dari dalam dan luar negeri. Kota Sabang terletak pada koordinat: 05⁰35’00’’ Lintang Utara –

05⁰54’28’’ Lintang Utara dan 95⁰00’02’’ Bujur Timur – 95⁰22’36’’ Bujur

Timur.4

2.1.2 Iklim dan Angin

Sabang memiliki iklim tropis dengan suhunya rata-rata adalah 22º-29ºC dengan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Januari. Curah hujan rata- rata 44m/bulan dengan rata hujan 13 sampai dengan 200 hari hujan per tahun.

Curah hujan tersebut membuat Sabang menjadi sejuk dan biasanya angin bertiup

3 J.A.Kruijt, Poeloe Weh : Waarom Staats-Exploitatie Van Dit Eiland Af Te Keuren Is, s-Gravenhage: LOMAN & FUNKE, 1897, hal. 5-7.

4 Biro Pusat Statistik Sabang, Sabang Dalam Angka 1981, Sabang: Kantor Statistik, 1981, hal. 1-2.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sangat kencang sekali. Pada musim kemarau suhu rata-rata di Sabang berkisar

29º-32ºC, terjadi pada bulan Februari hingga bulan Mei. Ada juga suatu musim yang disebut dengan musim pancaroba. Pada musim pancaroba angin bertiup kencang sekali atau hujan deras sekali, yang terjadi secara tiba-tiba dan gelombangpun sangat besar. Keadaan suhu musim kemarau maksimum mencapai

33ºC.

2.1.3 Topografi

Tipologi wilayah Sabang terdiri dari perbukitan dan wilayah perairan dengan luas wilayah ±200 km².5 Kota Sabang terdiri dari lima buah pulau, yaitu:

Pulau Weh, Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako, dan Pulau Rondo. Diantara ke lima pulau tersebut, Pulau Weh yang beribukota Sabang merupakan Pulau yang terbesar dengan luas wilayah ±153 km² dan merupakan pusat ibukota. Pulau

Weh memang sangat ideal karena mempunyai dua buah danau yaitu Danau Laot dan Danau Paya Seunaro. Danau Aneuk Laot panjangnya ±1,5 km dan lebarnya

±250 meter. Danau yang terbesar adalah Danau Laot yang airnya sangat jernih serta dimanfaatkan untuk air minum. Danau ini tidak mempunyai hulu sungai.

Sabang dapat juga dibagi atas dua daerah yaitu daerah dataran tinggi, daerah yang meliputi perbukitan serta pegunungan, dan dataran rendah merupakan daerah disekitar pantai. Terdapat juga daerah rawa-rawa atau berpaya-paya di

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Aspek Geografi Budaya dalam Wilayah Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1983, hal. 64.

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sekitar pantai Sabang, dan juga mempunyai teluk.6 Di Sabang juga terdapat sumber air panas yaitu dekat Kampung Jamboi. Air panas ini dimanfaatkan masyarakat dan penduduk sekitarnya untuk mandi.

Gunung-gunung seperti Gunung Sarong Kris, Gunung Leumo, Gunung

Iboih, Gunung Koelam, Gunung Simeureugah, yang menjulang tinggi di pulau tersebut menjadikan Sabang lebih indah dan memiliki potensi menjadi daerah pariwisata.

2.1.4 Kondisi Tanah atau Geologi

Kondisi geologi Kota Sabang secara umum terbagi menjadi 2 sub bagian dimana diantara 2 sub bagian tersebut kondisinya sangat berbeda, dan pada umumnya terbentuk dari hasil letusan gunung berapi yang terdiri dari tufa andesit.

Jenis batuan ini mempunyai struktur yang tidak begitu stabil dan jika diberikan tekanan yang berlebih maka daya tahannya tidak begitu bagus. Bahkan jika diberikan tekanan sangat berlebih maka akan cepat terjadi perubahan struktur tanahnya.

Formasi batuan Kota Sabang terdiri dari batuan vulkanis seluas 70% dari luas wilayah, batuan sedimen seluas 27% dan endapan aluvial 3%. Secara umum kondisi geologis ini mempengaruhi kondisi geohidrologinya atau air yang berada di dalam tanah. Selanjutnya, dasar laut di sekitar Kota Sabang pada umumnya berbentuk palung sehingga cocok digunakan untuk pelabuhan, khususnya pelabuhan besar karena dapat disinggahi jenis kapal tangker. Berdasarkan

6 J. Groneman, Is Sabang Gezond, Jogyakarta : W. A. VAN DEB HUCHT & Co.1904, hal. 1-7.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penilaian jenis tanah sampai tingkat sub-group, tanah yang ada di Kota Sabang terdiri dari satu jenis tanah yaitu jenis Latosol.

2.1.5 Kondisi Air dan Teluk

Kota Sabang walaupun dikelilingi oleh lautan namun persediaan air bersih (tawar) untuk masyarakatnya tercukupi. Hal ini dikarenakan adanya sumber-sumber air yang biasa dimanfaatkan yang berasal dari air tanah, air permukaan, dan mata air. Sumber-sumber mata air bersih tersebut antara lain: mata air Ule Kareung dan beberapa danau seperti Danau Aneuk Laot, Danau Paya

Seunara, Danau Paya Karieng, Danau Paya Peuteupen, dan Danau Paya Seumusi.

Danau Aneuk Laot mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk menyuplai kebutuhan air bagi Kota Sabang. Ini dikarenakan danau tersebut mempunyai luas

3 km2 dengan kapasitas 7 (tujuh) juta ton air, serta debit airnya mencapai 28 liter per detik. Potensi lainnya adalah akan dibangunnya Waduk Paya Seunara.

Sekarang ini pengelolaan air minum di Kota Sabang dilakukan oleh dua perusahaan, masing-masing oleh PDAM dan PT. Pelabuhan Indonesia cabang

Sabang. Kapasitas air minum dapat memenuhi kebutuhan penduduk, kebutuhan industri, dan kebutuhan air kapal-kapal.7

Sabang memiliki teluk sebagai "titik yang menguntungkan" untuk sebuah pelabuhan. Teluk tersebut terbukti cukup dalam sehingga kapal-kapal besar dapat berbaring dan juga merupakan tempat yang sangat baik karena sangat terlindung.

Pada tahun 1884, lokasi penyimpanan batubara pertama berada di Teluk Balohan.

7 Churmatin Nasoichah, dkk., Aceh Dalam Persfektif Sejarah dan Arkeologi, Medan: Balai Arkeologi Medan, 2015,hal. 26.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada tahun 1887 sebuah survei topografi dan hidrografi baru dibuat dari pulau dan perairan pantai, yang menunjukkan bahwa pantai utara Teluk Sabang lebih baik daripada Teluk Balohan dalam berbagai hal. Dengan demikian, Teluk Sabang

(dengan kedalaman rata-rata antara 40 dan 50 meter) lebih dalam dari Teluk

Balohan dan, sebaliknya, ke teluk ini cocok untuk kapal yang lebih besar. Ada juga pasokan air yang lebih baik di Teluk Sabang.8

2.2 Faktor Ekonomis

Mulanya Sabang dilirik oleh pihak Belanda berkaitan dengan pembukaan

Terusan Suez pada tahun 1869. Jalur ini menyediakan jalan dari Laut Tengah ke

Laut Merah. Kapal uap dari Eropa dapat mengambil rute yang jauh lebih aman dan lebih pendek menuju Asia. Jalan sebelumnya panjang, sehingga memakan waktu yang lama dan tidak aman.

Melalui Terusan Suez kira-kira setengah dari jaraknya dan menemukan jalur itu yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Kemudian, kapal-kapal yang datang menuju Asia Tenggara didekati dari laut melalui Selat Malaka dan tidak melalui Selat Sunda dari barat daya. Menjelang akhir abad kesembilan belas,

Jalan Malaka menjadi sangat penting sebagai jalur utama laut untuk semua kapal dalam perjalanan mereka ke Asia. Kapal yang melewati Terusan Suez ke India pertama kali sampai ke Sumatera. Karena pergeseran jalan ini, Sumatera menjadi hal yang benilai bagi Belanda dan menjadikan Sabang sebagai tempat yang strategis.

8 Ibid., hal. 28

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Keadaan alam Sabang yang terlindung ini, yang memiliki kedalaman air cukup baik yang mana jarang terjadi pendangkalan air. Hal lain yang memperkuat posisi Sabang, pada abad kesembilan belas Sabang terbebas dari penyakit serius seperti kolera selama periode ini. Pada tahun 1898, wabah malaria menyebar secara perlahan melalui berbagai kota pelabuhan di Asia Tenggara. Misalnya, pada tanggal 14 Maret, Konsulat Singapura melaporkan bahwa Hong Kong telah terinfeksi. Kota seperti Calucutta, Jeddah dan kota lainnya. Selama periode ini juga ada laporan tentang wabah kolera kecil di Singapura.9 Fenomena ini bukanlah hal aneh terjadi di kota-kota pelabuhan, namun berbeda dengan Sabang, kota ini masih terhindar dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Ini dimungkinkan karena persediaan air yang baik yang dimiliki oleh Sabang dan kebersihan keseluruhan kota pelabuhan yang diawasi ketat oleh masyarakat.

2.3 Faktor Politis

Dibukanya Sabang atau Pulau Weh sebagai pelabuhan juga disebabkan peristiwa-peristiwa seperti perang Aceh. Melalui Terusan Suez, salah satu rute terpenting di dunia adalah melalui Selat Malaka. Perdagangan dan navigasi di sekitar Sumatera Utara adalah untuk meningkatkan aktivitas orang-orang Belanda di daerah yang bukan kekuasaan mereka. Pemerintah Belanda ingin menguasi

Sumatera dan termasuk Aceh sebagai daerah keuasaan. Belanda mulai melawan

Kesultanan Aceh dengan mengamankan Selat Malaka. Hal ini menyebabkan

9 Francic E. Hyde, Far Eastern Trade 1890-1914, London: Tanpa penerbit, 1973, hal. 21.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perang Aceh pada tahun 1873-1914, dan serangkaian peristiwa yang saling mengikuti ini akhirnya banyak berperan penting dalam penciptaan Sabang.10

Selama terjadinya perang Aceh, Belanda menetapkan Sabang sebagai daerah blokade untuk dapat melindungi selama perang. Hal ini, berarti adanya peningkatan yang signifikan dalam armada Belanda di daerah tersebut. Semua kapal perang telah disediakan, tidak hanya dengan persediaan dan amunisi, tapi terutama dengan batu bara. Pembentukan stasiun batubara di Sumatera Utara memiliki prioritas tinggi bagi Belanda. Ini menjelaskan kebutuhan dan alasan untuk pendirian stasiun batubara akhirnya Poeloe Weh atau Sabang terpilih. Satu penjelasan untuk ini adalah bahwa Poeloe Weh adalah sebuah pulau yang terlindungan dan alamnya memberikan keuntungan besar atas sebuah stasiun batubara di Aceh sendiri, yang rentan terhadap serangan.11

Hal inilah yang menjadikan Sabang sebagai daya tarik kepada para peneliti atau orang-orang Belanda yang datang kesana. Alam yang terbentuk secara alami inilah yang membuat mereka mau melakukan penelitian terhadap

Sabang dan membuka pelabuhan di Sabang.

10 J.A.Kruijt, op.cit., hal. 4.

11 Ibid.,hal. 5.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB III

PELABUHAN BEBAS SABANG PADA MASA PENJAJAHAN

Sabang pada awalnya menjadi sebuah daerah yang sangat diperhitungkan, yaitu dari daerah pembuangan atau daerah yang tidak diperhitungkan menjadi sebagai daerah pelabuhan bebas dan perdagangan bebas.

Sabang mengalami masa keemasan pada masa dibawah kekuasaan Belanda, keadaan kota ini sangat berubah setelah pelabuhan ini terbentuk. Sabang menjadi daerah kolenstation, transito pada kapal-kapal yang singgah untuk melanjutkan pelayaran selanjutnya.

Pada masa ini juga pembangunan Sabang mulai dilakukan, yaitu dengan membangun kebutuhan pelabuhan seperti dermaga, gudang, perkantoran dan fasilitas lainnya. Aktivitas ini dikelola oleh Sabang Maatschappij. Pelabuhan ini melayani keperluan bahan bakar berupa batubara, untuk keperluan bagi kapal- kapal yang singgah. Karena pada masa ini, kapal-kapal masih menggunakan batubara.

Aktivitas perekonomian Sabang ini mulai tidak stabil ketika mengalami krisis ekonomi, dan kondisi menjelang perang dunia kedua berpengaruh pula terhadap lalu lintas pelayaran, yaitu Jepang masuk ke Sabang. Pada masa ini

Sabang menjadi porak poranda, dan rusak berat sehingga kehidupan ekonomi

Sabang terancam lumpuh, dan banyak pedagang yang meningalkan kota Sabang.

Akibat dari pengeboman yang dilakukan Jepang, pelabuhan Sabang mengalami kerusakan dan pelabuhan Sabang ditutup.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.1 Sabang Pada Masa Pemerintahan Belanda

Terjadinya perang kolonial di Aceh1 pada tahun 1873, berpengaruh terhadap pentingnya posisi Sabang (Pulau Weh) bagi pemerintah Belanda dalam mempertahankan Atjeh en Onderhoorigheden (Aceh dan daerah kekuasaannya).

Pulau Weh yang ditumbuhi hutan lebat, memiliki pantai yang indah, tepat untuk dijadikan basis pertahanan militer Belanda dan sebagai daerah kawasan blokade dari pantai Aceh. Selain itu pulau ini sangat cocok sebagai tempat evakuasi bagi sipil dan militer Belanda yang menderita sakit dan terluka yang diakibatkan oleh perang. Letak pulau yang tinggi dari permukaan laut dan memiliki teluk yang dalam dan tanjung yang menonjol jauh sehingga cocok untuk dijadikan sebagai pelabuhan.

Di pantai utara terletak Teluk Balohan yang panjangnya 3.500 meter, dengan pintu masuk selebar 3.000 meter, kemudian secara bertahap mengecil hingga 1.000 meter. Teluk ini dapat dilayari pada segala musim. Kondisi yang

1 Menjelang tahun 1602, para pedagang bangsa Belanda tiba di pelabuhan Aceh untuk menjalin hubungan baik dengan kerajaan Aceh.1 Selama hubungan antara Aceh dan Belanda terjalin, Aceh mengalami masa masalah-masalah sendiri terkait hubungan antara sultan dan uleebalang. Pihak belanda memanfaatkan kondisi ini untuk menguasai wilayah Aceh secara sepenuhnya, namun karena terikat oleh perjanjian Traktat London yang mengenai pembagian wilayah jajahan antara Belanda dan Inggris, mereka masih menghormati kemerdekaan Aceh. Di pihak lain Belanda tampaknya berkeinginan untuk menjadikan Aceh sebagai bagian dari daerah jajahannya, terutama setelah pembukaan Terusan Suez tahun 1869 yang telah menempatkan Aceh pada posisi yang lebih strategis, hal ini merupakan sebagai pintu masuk ke Selat Melaka yang makin ramai dilayari semenjak pembukaan Terusan Suez ini. Namun, Belanda belum berani bertindak dalam hubungan perang terbuka karena mengingat kaitannya dengan Traktat London 1824. Lihat di buku Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977/1978, hal. 97-98.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA demikian membuat pemerintah Belanda memilih Sabang sebagai pelabuhan yang aman bagi parkir armada Angkatan laut Belanda dan tempat perbekalan perang bagi pasukan Belanda.2 Pelabuhan ini juga dipergunakan sebagai pelabuhan niaga atau sebagai pelabuhan transit lalu lintas kapal-kapal yang berlayar dari Singapura ke Eropa, sehingga pada waktu itu pelabuhan Sabang cukup dikenal oleh armada kapal-kapal asing lainnya terutama kapal-kapal dari Eropa yang akan berkunjung ke daratan Sumatera atau Aceh. Kapal-kapal tersebut akan tetap singgah di pelabuhan Sabang, baik waktu sedang berlayar menuju tempat tujuannya maupun pada waktu kembali, tetap singah di pelabuhan Sabang.3 Disini mereka mengisi bahan bakar bagi keperluan kapal yang akan mengadakan pelayarannya.

Letak Sabang yang sangat strategis sebagai tempat persinggahan bagi kapal-kapal yang melalui selat Malaka dalam perjalanan ke-dan dari Asia Timur, serta melalui Terusan Suez dan untuk yang datang pergi dari Tanjung Harapan.

Keadaan alam dan iklimnya yang menguntungkan bagi navigasi baik siang maupun malam. Sabang juga mampu berkompetisi dengan stasiun batubara yang

2 M.G. De Boer, Zeehaven en Kolenstation Sabang 1899-1924, Amsterdam: vervaardigd door L.Van Leer & CO, 1924, hal. 24.

3 Perkembangan lalu lintas kapal uap dunia menuntut kemudahan-kemudahan terhadap pelabuhan. Pada tahun 1873 untuk pertama kalinya di Hindia Belanda dibangun pelabuhan untuk Batavia yakni di Tanjung Priok yang diselesaikan pada tahun 1893. Pada waktu itu juga pekerjaan yang sama berjalan pula di Surabaya, Belawan, Emahaven (Padang) dan juga termasuk Sabang.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA telah ada seperti pelabuhan Colombo dan Singapura yang dikuasai Inggris terutama dalam duane (pengawasan) pengambilan batubara.4

3.1.1 Lahirnya Pelabuhan di Sabang

Sejak abad ke 17 Pulau Weh sudah dikenal sebagai tempat persinggahan kapal-kapal untuk mengisi perbekalan air tawar. Pada masa ini juga Belanda sudah mulai menguasai jalur-jalur perdagangan di pantai Aceh ditandai dengan keberadaan Belanda di Sabang sebagai satu daerah pemerintahanya. Hal ini dimulai sejak dibukanya terusan suez pada tahun 1865 yang membuat jalur selat

Melaka mendapatkan keberuntungan karena jalur pelayaran dunia tidak lagi harus melalui selat sunda atau pantai selatan Indonesia tapi dapat dipersingkat melalui jalur selat Malaka, hal ini membuat kedudukan orang-orang Belanda di Sabang menjadi kuat.

Pada tahun 1884 pemerintah kolonial Belanda mendirikan kolenstation

(stasiun pengisian bahan bakar batubara) di Balohan. Sabang dijadikan sebagai pelabuhan bebas, Pada tahun 1896 pemerintah Hindia Belanda meresmikan pelabuhan bebas Sabang (vrij haven) yang dikelola oleh Maatschappij zeehaven en kolenstation, yang lebih dikenal dengan nama Sabang Maatschappij. Sekaligus menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari titik terluar wilayah Hindia

Belanda untuk mengisi bahan bakar kapal (batubara).

4 Bart Krusemann, “Sabang: Haven In De Rimboe Analyse Van Een Kolenstation En Zeehaven In 1890-1941”, Tesis-S2 belum diterbitkan, Amsterdam: Universiteit Leiden, 2015, hal. 16.

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sabang dijadikan sebagai pelabuhan bebas, semata-mata berdasarkan kepentingan kebijakan moneter dalam negeri, tanpa niat memajukan perekonomian daerah hinterland-nya (Aceh Daratan). Walaupun demikian hasil yang dicapai cukup mengesankan. Di bawah pengelolaan Sabang Maatschappij perekonomian Sabang berkembang pesat.

Untuk mencapai perkembangan yang pesat ini, Sabang Maatschappij membuat kelengkapan pelabuhan, selain dermaga, dibangun pula gudang-gudang batu bara, derek untuk bongkar muat batu bara yang digerakkan tenaga listrik buatan pabrik Kruppt, Jerman. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja Belanda memasukkan tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk juga dari

Arab, Nias, Cina, Jawa.5 Sejak itulah Belanda di Sabang mencapai kejayaannya dan menjadikan pelabuhan Sabang sebagai pelabuhan besar di nusantara.

Dengan peralatan dan teknologi yang masih sederhana, anggaran dana terbatas dan dalam waktu dua tahun sejak peresmiannya, pelabuhan Sabang telah dikunjungi puluhan kapal setiap bulan. Sabang adalah pelabuhan kedua setelah

Tajung Priok yang dilengkapi dengan crane mekanis, serta memiliki hubungan telegrafis ke seluruh dunia. Selain itu Pelabuhan Sabang adalah satu-satunya pelabuhan di Hindia Belanda yang dilengkapi dengan dua jenis docking (galangan kapal), yaitu stasioner dock dan floating dock. Sabang adalah kota kedua setelah

Batavia yang memiliki fasilitas kolam renang, gedung bioskop dan fasilitas telepon umum di pinggir jalan.

5 Albina A.Rahman, Sabang (Dalam Lintasan Sejarah), Sabang: Sabang Heritage Society, 2015, hal. 24.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada awal abad 19 (tahun 1896) beberapa konstruksi penting dibangun di

Sabang. Dua mercusuar dibangun di pintu masuk teluk di pulau kecil, yaitu Pulau

Klah. Teluk ini mudah ditemukan dan dapat diakses dari laut dengan lebih baik.

Kemudian dibangun dua tumpukan sekrup untuk kapal-kapal, serta dok pelabuhan dengan kapasitas 2600 ton yang didatangkan dari Surabaya sebagai hadiah dari pemerintah, yang mendapatkan fasilitas-fasilitas perbaikan bagi kapal-kapal yang datang.6

Pada tahun yang sama pipa air diletakkan di danau danau air tawar

Aneuk Laot, sekitar 2 kilometer dari teluk sampai ke pelabuhan. Melalui pasokan air ini kapal bisa mendapatkan cukup air bersih. Pulau ini juga dihubungkan oleh kabel telegraf bawah laut dengan Ulee Lheu dan terhubung ke jaringan global.7

Pelabuhan Sabang menjadi salah satu pelabuhan Internasional yang modern dan memiliki fasilitas lengkap, antara lain instalasi air bersih, listrik, depot bahan bakar, crane, telekomunikasi, gudang dan galangan kapal.

Pada tahun 1897 pelabuhan Sabang telah berdiri pelabuhan batubara dan pelabuhan bebas untuk umum.

3.1.2 Sabang Sebagai Daerah Kolenstation, Transito dan Trading Area

Sabang mulai di perhatikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun

1877 ketika sebuah komisi yang terdiri dari seorang kepala staf, asisten residen dan seorang dokter mengunjungi pulau tersebut untuk mengadakan penelitian.

6 Mededeelingen en rapporten, Havenwezen no. 5 Nederlandsch-Indische Haven, Batavia, 1920, hal. 83.

7 Bart Krusemann, op.cit., hal. 20.

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh pemerintah kolonial Belanda di Kutaraja dikibarkan Bendera Belanda di

Balohan dan diangkat T. Daud yang diberi gelar “wakil pemerintaha Belanda”.8

Pada tahun 1887 firma De Lange & Co yang berkedudukan di Batavia mendirikan

Sabang Haven yang mendapat bantuan dari Nederlandsch Handel Maatschappij setelah firma tersebut mendapat konsesi dari pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan kolenstation di pelabuhan Sabang.

Tahun 1892 firma yang dipimpin oleh J.M.H. Van Oosterzee ini mengelola pangkalan dan gudang penimbunan batubara pada mulanya untuk kapal-kapal pemerintah dan angkatan laut Belanda. Pembangunan kolenstation ini baru selesai pada tahun 1895. Pembukaan pelabuhan bebas Sabang ini pada mulanya hanya melayani keperluan bahan bakar berupa batubara dan kebutuhan air bagi laut yang singgah di pelabuhan tersebut. Ini karena ekosistem Sabang kaya dengan variasi komponen sumberdaya alam. Sumberdaya alam yang paling penting adalah air dan tanah. Ada 2 jenis sumber daya air yang ada di Sabang, yaitu air permukaan dan air tanah dan sebagian besar yang digunakan adalah air permukaan, meliputi sungai, danau, mata air, sumur gali, dan rawa.9 Hal inilah yang digunakan masyarakat Sabang dan kapal-kapal yang bersandar ke Sabang.

Pada masa itu kapal-kapal masih mengandalkan batubara sebagai bahan bakar sehingga penyimpanannya memerlukan ruang batubara yang tidak begitu

8 Shabri, A, dkk., op.cit., hal. 27.

9 Churmatin Nasoichah, dkk., Aceh dalam Perspektif Sejarah dan Arkeologi, Medan: Balai Arkeologi Medan, 2015, hal. 34.

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA jauh jaraknya dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya sehingga dengan demikian dapat mengurangi jumlah batubara yang perlu diangkut.10

Pemerintah Hindia Belanda menginginkan Sabang selain sebagai stasiun penyimpanan batubara, sekaligus juga sebagai pelabuhan transito11 barang-barang terutama dari hasil pertanian Deli yang telah menjadi daerah perkebunan tembakau sejak tahun 1863. Pada tahun 1895 dilepaskan permuatan batubara pertama yang datang dari tambang batubara Ombilin Sumatera Barat. Kemudian pelabuhan juga menyediakan bahan bakar minyak yang dikirim dari Plaju

(Palembang), serta hasil perkebunan berupa lada, pinang dan kopra dari Aceh sendiri.12

Untuk melengkapi sarana dan prasaran pelabuhan pihak perusahaan dan pemerintah Belanda membangun kantor imigrasi, kantor pos dan telegraf, sentral radio, kantor penyitaan, rumah pejabat-pejabat dan pengawas, gudang-gudang, 2 perusahaan leding (satu milik pemerintah dan satunya lagi milik maskapai), w.c dan saluran air yang dialirkan ke laut, jalan-jalan, Sabang Hotel dan tempat tinggal bagi orang-orang Belanda yang bekerja di sana.

Sebagai pelabuhan bebas untuk perdagangan umun baru dibuka di Sabang pada tanggal 4 april 1896 sehingga Sabang mulai dikenal bagi lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia. Tahun 1899 sejumlah kapal bunker disediakan

10 Shabri. A, dkk., loc.cit., hal. 28.

11 Pelabuhan transito yaitu sebagai tempat penyimpanan barang dalam waktu yang lama, sementara menunggu penyaluran ke daerah tujuan atau pelayaran selanjutnya. Lihat dalam buku, Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Bandung : ITB, 2002, hal. 40.

12 M.G. De Boer, op.cit., hal. 8.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA oleh N.V. zeehaven en kolenstation Sabang. Perusahaan kemudian melengkapi lagi dengan dok dan bengkel reparasi bagi kapal-kapal yang berlalu lintas Eropa-

Hindia Belanda ini.

Pada tahun 1899 juga telah ada kabel bawah laut antara Sabang-Ulee

Lheue sehingga pulau Weh dapat ber-hubungan ke segala penjuru dunia. Setelah datang armada Inggris yang basis angkatan lautnya di Singapura, posisi Sabang ini menjadi sangat berarti bagi Belanda, menyaingi Singapura dan Colombo.

Sabang selalu mengalami perkembangan setelah dikelola langsung oleh

Nederlandsche Handel Maaschappij (dikenal dengan Sabang Maskapai).

Ditambah lagi dengan adanya lima lin pelayaran kapal-kapal Belanda di Hindia

Belanda yang sebahagian besar melalui Sabang yang tentunya mengakibatkan pelabuhan Sabang semakin ramai, rute tersebut adalah :

1. Rute Barat cepat, dari Batavia melewati Sinabang (untuk pos penumpang),

Ulee Lheue, Sabang, Sigli, Lhokseumawe, ke Penang dan kembali

ke Batavia.

2. Rute Barat lambat, dari Surabaya melalui Singkil, Pulau Banyak,

Sinabang, Tapak Tuan, Meulaboh, Calang, Sabang, Ule Lheue, Belawan,

menuju Penang dan Singapura dan dari sana kembali lagi ke Batavia.

3. Rute Timur, dari Batavia, melalui Singapura dan Penang melewati

Lhokseumawe, Sigli, Ulee Lheue, Sabang, Ulee Lheue, Calang,

Meulaboh, Tapak Tuan, Sinabang, Pulau Banyak, Singkil, selanjutnya ke

Batavia dan Surabaya.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Rute pelayaran yang tidak menurut kontrak, dari Penang melalui Belawan

ke Langsa, Idi, Lhokseumawe, Sigli, Ulee Lheue, Sabang dan dari sana

melewati Sigli, Lhokseumawe, Idi dan Langsa melalui Belawan kembali

ke Penang.

5. Rute pelayaran tidak menurut kontrak sekali seminggu, dari Penang

melewati Belawan ke Langsa dan kembali lagi ke Penang.13

Semakin banyak orang-orang Eropa yang tinggal di Sabang dan ramainya aktivitas lalu lintas pelayaran melalui pintu pulau tersebut maka pada tahun 1902 didirikan sebuah pabrik es, pembangkit tenaga listrik, bengkel untuk perbaikan kapal dan mesin, dan disekitar pelabuhan dibangun berbagai bangunan, seperti toko, kantor, perumahan, dan lain-lain, hal ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan. Tahun 1909 Sabang Maskapai mengembalikan semua harta miliknya kepada pemerintah Hindia Belanda, tidak dijelaskan sebabnya. Akan tetapi tidak lama kemudian pemerintah Hindia Belanda menyerahkan kembali kepada Sabang

Maskapai sebagai pacht untuk jangka waktu 50 tahun, yang berati jangka waktu pelabuhan bebas baru akan berakhir pada tahun 1960.14

Sabang adalah pelabuhan yang sangat modern dibandingkan dengan pelabuhan lain pada masa itu. Hal ini terbukti tidak hanya oleh konveyor karbon listrik, di mana seperlima dari pembelian dibeli pada tahun 1909, namun ketika penggunaan minyak bumi alih-alih batu bara meningkat oleh kapal uap pada awal abad ke-20, Sabang memulai dari hal ini. Pada tahun 1911, sebuah perjanjian

13 M.G. De Boer, op.cit., hal.34.

14 Ibid., hal. 38.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang ditandatangani dengan Royal Dutch Petroleum Society, yang kemudian ada

4000 ton dan 140 meter tangga minyak. Instalasi selesai pada tahun 1912, setelah itu dua lagi dibangun. Namun, batubara tetap sama pentingnya, dan pada tahun

1912, 900 ton bunker mekanis lainnya dibeli dengan mesin minyak yang bisa membawa batubara ke dalam bunker kapal dengan menggunakan boiler push-in

(pengeboran) dan dapat diperdalam. Hal ini memungkinkan 150 ton batu bara dipindahkan per jam.15

Selain itu, masyarakat Sabang bertindak sebagai pemodal untuk berbagai perusahaan di pulau ini, termasuk tahun 1913 untuk perkebunan lada.16 Sabang mulai mengadopsi bentuk kota pelabuhan. Perlahan, ada juga daerah pedalaman yang berkembang, dan Sabang mulai menjadi penghubung utama dalam lalu lintas pengiriman.

Pada tahun 1930 Sabang Maskapai mengalami perpecahaan dan kemunduran, juga sebagai akibat krisis ekonomi. Sejak itu perusahaan terpaksa melakukan penghematan besar-besaran dan sebagai akibatnya banyak dilakukan pemutusan hubungan kerja serta pengurangan upah. Beberapa industri ditutup, seperti pabrik triplek yang banyak menampung tenaga kerja. Kondisi menjelang perang dunia kedua berpengaruh pula terhadap lalu lintas pelayaran di Sabang.

15 Mededeelingen en rapporten, op.cit., hal. 85.

16 Bart Krusemann, op.cit., hal. 54.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.1.3 Sarana dan Prasarana Pelabuhan Sabang

3.1.3.1 Dermaga

Suatu pelabuhan sudah pasti memiliki dermaga untuk bertambatnya kapal atau perahu yang datang atau pergi dari dan ke pelabuhan. Sama halnya dengan Pelabuhan Sabang yang sudah pasti memiliki dermaga mengingat pelabuhan ini sering dikunjungi kapal-kapal maupun perahu-perahu dari daerah di sekitar Sabang. Sebuah dermaga kering 3000 ton di Surabaya, Jawa Timur, dipindahkan ke Sabang dan sebuah area kerja baja dan besi dibangun untuk membantu memperbaiki dan memperbaiki kapal dan mesin. Luas pelabuhan

Sabang kira-kira 177.825 meter persegi. Panjang dermaga sekitar 873 meter, dan dapat menampung 8 buah kapal secara sekaligus.

Disamping itu telah memiliki sepanjang 50 meter untuk keperluan dermaga minyak. Perlengkapan berupa pipa-pipa untuk menyalurkan air ke kapal, telah disediakan dua buah selang yang masing-masing berkekuatan 10 ton persaluran perjam.

3.1.3.2 Gudang

Pada tahun 1890, dan kemudian memulai pembangunan pelabuhan dan stasiun batubara di Teluk Sabang. Tiga tahun kemudian, pelabuhan dan stasiun batubara dibuka. Itulah sebabnya pelabuhan tersebut ditujukan terutama untuk kapal angkatan laut pada periode ini, lebih lanjut karena pada tahun 1892 sebuah kontrak disimpulkan untuk memasok batubara ke pemerintah Belanda dari tahun

1894 sampai 1902. Namun, Asosiasi Aceh juga memiliki rencana untuk untuk melayani sebagai stasiun bungker untuk barang dagangan.

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setelah pembukaan, pembangunan Sabang benar-benar bisa dimulai. Ini kemudian diperluas dengan perancah dan gudang, adapun luas gudangnya 10.000 m². Itu dikunjungi oleh J.W. IJzerman, Kepala Operasi Bidang Ombilinkolen.

Dengan adanya ide itu, pelabuhan Sabang pun naik ke tingkat yang lebih tinggi.

Ada dermaga dengan dua tangga batu bara dan pagar batu bara dibangun. Rencana ini dijabarkan oleh insinyur L. K. Lindhoudt pada tahun 1893. Pembangunan stasiun batubara Sabang menjadi lebih cepat selama periode ini.

3.1.3.3 Perkantoran dan fasilitas lainnya

Pada tahun 1896 beberapa konstruksi penting dibangun di Sabang. Dua mercusuar dibangun di pintu masuk teluk di pulau-pulau kecil Pulau Klah dan

Ujung Penimpuan, yang suaranya dinyalakan pada tanggal 25 Juli 1896. Teluk ini mudah ditemukan dan dapat diakses dari laut dengan lebih baik. Pada tahun yang sama pipa air diletakkan di danau danau air tawar Aneuk Laoet, sekitar 2 kilometer dari teluk sampai ke pelabuhan. Melalui pasokan air ini kapal bisa mendapatkan cukup air bersih. Pulau ini juga dihubungkan oleh kabel telegraf bawah laut dengan Ulee-Lheu dan terhubung ke jaringan global.

Fasilitas lainnya yaitu adanya bak air (yang terbuat dari

Bronze/perunggu) yang memiliki luas 800 m², kemudian ada bak air di pusat pemompaan air seluas 2,300 m³, dilengkapi dengan pipa-pipa air sepanjang

10.000 m, serta mesin pompa air 1 buah mesin pompa air (dongki) 40 HP dan 2

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mesin pompa keong a 40 HP, dan memiliki dok ±5.000 ton, perbengkelan Dok

±1.000 ton.17

Penginapan atau hotel diperluas pada tahun 1895 dengan gedung perkantoran, rumah-rumah yang telah diperbaiki untuk seorang administrator, staf

Eropa tiba dan ada tempat untuk pekerja dan kuli. Sejak awal, Sabang berusaha membuat semudah mungkin bagi orang Eropa yang ada di sana. Bagi mereka dan bagi pengunjung, masyarakat setempat didirikan, agar mereka bisa menghabiskan waktu.

3.1.4 Pengelolaan dan Struktur Organisasi Pelabuhan Sabang

Pada tanggal 25 November 1898, Pelabuhan N.V. dan Stasiun Batubara

Sabang di Batavia, yang disebut Masyarakat Sabang, didirikan, yang sebenarnya mengambil alih tugas Asosiasi Aceh. Modal baru dari N.V. berjumlah F 500.000,

- dan diinvestasikan oleh NHM dan dibagi menjadi 100 saham F 5.000. De Firma

De Lange en Co. Mengambil bagian di perusahaan untuk beberapa saham.

Sebagai direktur pengawas di dewan direksi, Mr. H.C. Soeters, C.H.C. Bijvanck,

A.H. Van Geijt (anggota dan sekretaris NHM) dan A.F de de Bruijn (perusahaan

De Lange dan Co). Ketua Dewan sementara Van Oosterzee, tapi setelah kembali ke Belanda dia diambil alih oleh Soeters. Perusahaan De Lange & Co. Telah berfokus hampir seluruhnya pada pengiriman ke angkatan laut dan pemerintah.

Perusahaan baru mulai melebarkan sayapnya. Dengan melewati sebuah N.V., ia juga memiliki modal yang diperlukan untuk mencapai hal ini. Sabang masih

17 M. G. De Boer, op. Cit., hal. 8-11.

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam tahap baru dibuka, tapi sudah mulai berkembang. Stasiun batubara yang berfungsi dengan baik dibangun, perancah dan gudang didirikan dan ada fasilitas yang luas untuk staf dan pengunjung.

Dengan dibangunnya Pelabuhan N.V. dan Stasiun Batubara Sabang, sebuah periode baru untuk Sabang dimulai. Pada tahap awal Sabang (1877-1896),

Sabang tidak lebih dari sekedar stasiun batubara: hampir seluruh perusahaan

Sabang bertujuan memasok kapal-kapal pemerintah Belanda. Perlahan, setelah berdirinya N.V., Sabang mulai berubah menjadi pelabuhan panggilan yang penting, didukung oleh modal baru yang diproduksi Sabang. Untuk mendukung hal ini, berbagai tindakan dilakukan oleh Masyarakat Sabang. Panduan untuk

Teluk Sabang diterbitkan dan didistribusikan di antara pegawai negeri dan perusahaan pelayaran. Komisioner dan agen khusus AS melakukan berbagai perjalanan ke, antara lain, Inggris, Singapura dan Rusia, dalam upaya untuk meningkatkan reputasi Sabang dan untuk menyelesaikan kontrak. Kegiatan ini sukses moderat.

Ada lebih banyak kapal asing ke Sabang, tapi perdagangan tumbuh perlahan. Hal ini jelas tercermin pada kenyataan bahwa pada tahun 1899 188 dari

242 kapal yang disebut di Sabang, yang waren.87 angkatan laut Belanda atau

Belanda-India Ada kapal Rusia dan Jerman datang ke Sabang tetapi kapal dagang dihindari belum Sabang . Sabang juga tidak memiliki lembaga bunker canggih untuk menarik kapal-kapal ini dan Sabang tidak dikunjungi oleh garis Belanda, seperti Rotterdam Lloyd, ke Eropa atau oleh kapal-kapal dari Royal Packet

Perusahaan (KPM).

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada tahun 1903, posisi tersebut ditawarkan kepada Mr. G. C. Quarles dari Ufford, mantan perwira maritim dan direktur 15 tahun Perusahaan Kapal Uap

Belanda. H.C. Soeters tetap menjadi ketua dewan direksi. Selanjutnya, Mr A.C.

Zeeman dan W. Fenenga menjabat sebagai supervisor di dewan direksi. Di NHM, sutradara konservatif Pieter Hartsen digantikan oleh Charles van Aalst yang energik. Van Aalst mengenal Sabang dan situasinya dengan baik dari agennya di

Singapura dan telah melakukan banyak hal untuk pengembangan Sabang. Dengan mempercayai direksi baru dan keinginan untuk menaikkan Sabang ke tingkat yang lebih tinggi, NHM meningkatkan modal Masyarakat Sabang dengan 500.000 gulden menjadi 2,5 juta gulden. Karena investasi NHM yang penting ini, dia mendapatkan banyak minat dalam masyarakat. Perusahaan perbankan NHM tumbuh dengan spektakuler pada tahun 1900-1913.18

 Daftar Nama Komisaris

J. Th. Viehoff (Pemerintah Komisaris) 1910

H. C. Soeters 1903-1913

W. Fenenga 1903

E. Heldring 1903-1908

A. C. Zeeman 1901

J. W. Van Aalst 1913

W. H. J. Oderwald 1915

Jhr. G. C. Quarles Van Ufford (Delegasi Komisaris) 1921

 Daftar Nama Direksi

Factorij Der Ned. Handel-Maatschappij 1899-1903

18 M.G. De Boer, op.cit., hal 30.

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jhr. G. C. Quarles Van Ufford 1903-1921

Jhr. H. L. Quarles Van Ufford 1921

 Daftar Nama Kepala Administrator Di Sabang

C. G. Vattier Kraane 1899-1906

L.L F. De Greve 1906-1916

H. Smitt 1916-1921

F.C. Baron Van Aersen-Beyeren Van Voshol 191019

3.1.5 Perdagangan

Pemerintah Belanda yang melakukan Sabang untuk pasokan batubara.

Sabang juga mulai memperluas pasokan batubara. Kunjungan Kapa-kapal pada masa ini perhari kurang lebih mencapai 20 pelayaran perhari. Sampai tahun 1899,

Sabang telah dibatasi untuk memasok kapal-kapal pemerintah dengan batubara

Ombilin (Sumatra Barat dekat Padang). Ia mulai menawarkan berbagai jenis batubara dan produk, seperti Cardiff Coal (Wales), Natal Coal (Afrika Selatan),

Batubara Ombilin (Sumatra Barat), Batubara Yuburi (Jepang), Batubara Australia,

Batubara Jepang, Batubara Bengal (India) dan beberapa batubara lainnya dalam ukuran yang lebih kecil.20

19 Ibid., hal. 47.

20 Ibid., hal. 34.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.2 Sabang Pada Masa Pemerintahan Jepang

Pada tahun 1942 kekuasaan Pemerintahan Hindia Belanda berakhir dan pemerintahannya beralih ke Jepang21. Pada tahun 1942, Jepang mendarat di

Sabang, telah mendarat juga di beberapa daerah lainnya, yaitu sebelah Timur Laut

Kutaraja dekat Ujong Batee, di sebelah Utara Langsa dekat Kuala Bugak dan dalam keresidenan Sumatera Timur di sebelah selatan Medan dekat Tanjung

Tiram.22

Pendudukan Jepang di wilayah Sabang terjadi sangat tenang. Ketika terjadinya perang pada 1941, Sabang baru saja mengalami suatu masa yang sangat mendalam. Pada tahun 1939, setelah Jerman menyerbu Polandia, empat buah kapal Jerman mencari perlindungan ke teluk Sabang. Tiga dari empat buah kapal itu jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1940 tanpa mengalami apa-apa. Kapal keempat yang bermuatan amunisi dan karenanya berlabuh di teluk lain, tepat pada waktunya telah ditenggelamkan oleh anak-anak buahnya.23

Pemboman Jepang yang berturut-turut itu telah melumpuhkan kehidupan perekonomian. Pekerja-pekerja yang bekerja di pelabuhan dan perusahaan “N.V.

Zeehaven en Kolenstation Sabang”24 dan para pedagang di pasar merasakan diri

21 Keinginan Jepang untuk membangun suatu imperium di Asia, telah meletuskan suatu perang di Pasifik. Pada tahun 1941, Jepang menyerang dan membom pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat terbesar di pasifik yaitu Pearl Harbor. Lihat Sartono Kartodirjo, Sejarah Nasional Indonesia, jilid VI, hal. 1.

22 A.J. Piekaar, Aceh dan Peperangan dengan Jepang, Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1998, hal. 75.

23 Arifin Bey, Pendudukan Jepang di Indonesia, Jakarta: Kesaint Blanc, 1987, hal. 145. 24 P.T Pelabuhan Laut dan Stasiun Batubara Sabang.

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mereka seperti tikus dalam perangkap. Bukit-bukit menghalangi pemandangan sehingga kapal-kapal terbang musuh sudah berada di pelabuhan sebelum tanda bahaya udara dapat dibunyikan. Segera diadakan perbaikan dengan menempatkan sebuah pos peninjau pada salah satu puncak tertinggi di pulau Sabang yang dihubungkan dengan telepon ke kota. Setelah terjadi pemboman yang pertama, banyak masyarakat melakukan ritual adat, yaitu diadakanlah kenduri tolak bala.

Sungguhpun demikian susah payah diperoleh tenaga-tenaga yang cukup untuk berbagai-bagai perusahaan guna memuat kapal-kapal masuk yang hendak berangkat. Karenanya dalam beberapa hal dianggap sangat perlu untuk menjalankan ketentuan-ketentuan pertahanan sipil.25

Setiap orang berusaha meninggalkan ibu kota wilayah, kebanyakan mereka itu pergi ke daerah yang mudah dijangkit malaria yaitu di Paya Seunara yang menyebabkan banyak yang terjangkit penyakit malaria. Mereka yang berani, pada sore hari kembali ke kota jika tidak ada lagi pemboman. Begitu juga dengan sebagian besar pegawai di rumah sakit jiwa dengan pasiennya sebanyak lebih kurang 1400 orang, pun telah menghilang. Akibatnya pasien-pasien itu dapat melarikan diri dan membuat huru-hara di dalam kota. Polisi lapangan tidak mampu menjalankan tugasnya. Keadaan itu baru dapat diatasi dengan

25 Hardi, Daerah Istimewa Aceh, Latar Belakang Politik dan Masa Depannya, Jakarta: Cita Panca Serangkai, 1993, hal.81.

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diadakannya penambahan sebuah brigade polisi lapangan dari Kuala Simpang yang berhasil melakukan tugas-tugasnya dengan baik.26

Pada tahun 1945, selama peperangan yang terjadi di Sabang, maka sabang mengalami pengeboman yang hebat, sehingga keadaan kota itu menjadi porak poranda dan rusak berat, sehingga menyebabkan melumpuhnya kehidupan kota

Sabang. Berita-berita tentang pengeboman di Sabang yang dilakukan musuh hingga berkali-kali menyebabkan banyak pedagang meninggalkan kota-kota sementara penduduk kampung tidak berani lagi pergi ke pasar melakukan aktivitas ekonomi. Sehingga kehidupan ekonomi rakyat terancam lumpuh.

Akibat pemboman yang dilakukan oleh Jepang, Sabang tidak dapat lagi digunakan sebagai pelabuhan. Jepang sendiri kemudian menutup pelabuhan

Sabang, sehingga Sabangpun menjadi sepi dari persinggahan kapal-kapal yang lewat berlayar di Samudera Hindia. Pada saat Perang Dunia II itu berlangsung tidak ada kegiatan ekonomi bahkan perekonomian dunia juga menjadi terhenti yang diakibatkan oleh perang yang dahsyat. Jepang hanya memusatkan perhatiannya untuk menguasai seluruh Hindia Belanda tanpa memikirkan bagaimana membenahi perekonomian.

Jepang menjadikan Sabang sebagai basis Angkatan Laut Jepang untuk mengontrol Selat Melaka dan selat itu menjadi sepi. Sedangkan angkatan perang

Amerika Serikat lebih banyak bergerak di Lautan Pasifik dan di daerah Indonesia bagian Timur.

26 Anthony Reid, Perjuangan Rakyat, Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra, Jakarta: Sinar Haparan, 1987, hal.175.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Karena letak Sabang sangat strategis, maka Jepang membuat Sabang sebagai basis Angkatan Laut ataupun pertahanan militer Jepang. Sabang juga merupakan basis pertahanan Laut dari Angkatan Laut Jepang yang kedua setelah pelabuhan Angkatan Lautnya di . Karena apabila pelabuhan Pearl

Harbour yang ada di Thailand diserang oleh pasukan sekutu, seperti Amerika,

Inggris dan lain-lain, maka bantuan akan didatangkan dari pangkalan Laut Jepang yang ada di Sabang.

Pelabuhan Sabang ditutup oleh Jepang karena Jepang takut diketahui kekuatannya oeh pihak pasukan Sekutu. Pelabuhan ini juga dijaga ketat oleh para serdadu Jepang. Bekas yang masih tertinggal adalah bekas-bekas pertahanan

Jepang seperti terowongan, benteng-benteng dan lain-lain. Di Sabang, pihak

Jepang hanya dapat membuat basis pendukung militernya yang bersifat untuk sementara dan dapat bermanfaat hanya untuk kebutuhan air minum bagi kapal- kapl Jepang. Dalam hai ini Jepang membuat suatu kekeliruan dengan merusak pelabuhan Sabang karena takut akan digunakan bagi Angkatan Laut Belanda.27

Ditutupnya daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas mengakibatkan para pedagang besar dan pedagang kecil pribumi maupun pedagang orang-orang Cina mengalami kemunduran ekonomi dan menjadi bangkrut. Mereka yang mulanya menjadi pedagang hebat, beralih mengungsi ke

27 M. Yusuf Rangkuti, “Sabang (1945-1965)”, Skripsi s1 belum diterbitkan, Medan: USU, 1986, hal. 47.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pedalaman dengan hidup bertani di Sabang, karena tidak ada peluang dalam hal perkonomian di perniagaan.28

Meskipun era kekuasaan Jepang secara historis hanya 3½ tahun, namun pengaruhnya terhadap kehidupan rakyat Sabang dan Aceh maupun Indonesia banyak hal yang telah menjadi pengaruhnya. Salah satunya kekuasaan Jepang memberi arah terhadap perkembangan sosial dan politik bangsa Indonesia.

Walaupun nilai negatif dari kependudukan Jepang lebih medalam yaitu menghancurkan kehidupan tradisional dan penghambat pertumbuhan sosial dan ekonomi.29

Bangsa Indonesia selama dijajah Belanda yang begitu lamanya, kemudian dikejutkan dengan datangnya kekuasaan Jepang. Keuntungan dari datangnya

Jepang adalah terbebasnya dari kekuasan Belanda yang selama tiga ratus tahun lamanya.30 Sabang ditinggalkan Jepang pada tahun 1945 dengan keadaan yang porak poranda dan masyarakat kembali ke daerah Sabang dengan sisa reruntuhan pelabuhan telah hancur. Walaupun Sabang telah mengalami kehancuran, namun

Sabang telah terlepas dari penjajahan kolonial Belanda dan fasis Jepang.

Sebelum Sabang dihancurkan oleh Jepang, Sabang merupakan daerah yang sangat menguntungkan bagi Belanda. Aktivitas Sabang dimulai ketika

Belanda datang dan mendirikan stasiun batubara disana. Aktivitas ini mulai

28 Ibid., hal. 49.

29 Alfian, Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh, Jakarta: LP3ES, 1977, hal. 58.

30 Harry J. Benda, Bulan Sabit dan Matahari Terbit, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980, hal. 240.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mendatangkan kapal-kapal besar dan kapal-kapal uap untuk mengisi batubara dan mengisi air di Sabang. Lambat laun, Sabang menjadi daerah transito dan daerah perdagangan. Perkembangan ini mejadikan Sabang sebagai kota yang menguntungkan, mulanya hanyalah daerah yang tidak diperhitungkan menjadi kawasan yang penting. Sarana dan prasarana mulai dibangun seperti, dermaga, gudang, perkantoran, hal ini untuk menunjang kebutuhan pelabuhan.

Sangat disayangkan bahwa Sabang pada akhirnya tidak tumbuh menjadi sebuah pelabuhan besar, Sabang terbatas dalam potensi pertumbuhannya. Namun, pada masa Sabang menjadi stasiun batubara, dan ini mempertahankan aktivitas pelabuhan ini untuk waktu yang lama. Namun, pada akhirnya peran ini tidak bertahan lama karena Belawan mulai berkembang dengan industri yang lebih modren. Alih-alih menanggapi reaksi Sabang, yang sepertinya banyak masalah pada masa ini, terutama disebabkan oleh krisis ekonomi pada tahun 1930-an, dan tidak lama kemudian masuk Jepang hingga menghancurkan apa yang dibanggakan oleh Belanda di Sabang, salah satunya pelabuhan.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB IV

PELABUHAN BEBAS SABANG MASA KEMERDEKAAN

Pada masa sebelumnya Sabang mengalami kehancuran dibawah kekuatan asing. Sabang mulai bangkit kembali dan membenah diri pada masa kemerdekaan dari pada penjajah, keadaan mulai kembali normal maka Sabang mulai dikunjungi untuk berdagang maupun untuk tempat berwisata.

Dibukanya kembali pelabuhan Sabang, yang dilakukan oleh tim dari

Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPES) untuk kemungkinan pembukaan kembali Sabang sebagai pelabuhan bebas. Bertepatan dengan konfrontasi dengan

Malaysia dan Singapura, telah mempercepat proses penetapan Sabang sebagai pelabuhan bebas. Untuk menyelenggarakan proyek pembangun pelabuhan bebas

Sabang dibentuk sebuah badan yang disebut Komando Pelaksana Pembangunan

Proyek Pelabuhan Bebas Sabang (KP4BS).

Keadaan pelabuhan pada masa ini tidaklah sama dengan masa Belanda, infrastruktur seperti dermaga, gudang dan fasilitas lainnya merupakan peninggalan dari pihak Belanda yang dipergunakan kembali bagian-bagian yang masih layak untuk dipakai dan memperbaiki bagian yang rusak akibat pengeboman masa Jepang.

Pada masa ini aktivitas pelabuhan Sabang melakukan ekspor dan impor, baik ke luar negeri maupun ke dalam negeri, yaitu barang-barang konsumsi, bahan-bahan baku dan barang modal. Selain ini, ada aktivitas lainnya yaitu pedagang kecil atau jengek. Para pedagang ini melakukan hilir mudik antara

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sabang dan Banda Aceh dengan membawa barang dari Sabang secara cangkingan atau kecil-kecilan seakan-akan seperti bukan barang dagangan, dan diperjual belikan kembali di Banda Aceh. Namun aktivitas pelabuhan bebas dan perdagangan bebas Sabang ditutup kembali oleh pemerintah karena maraknya penyelundupan dan dibukanya pelabuhan Batam, sehingga aktivitas pelabuhan tidak stabil dan tidak tercapainya tujuan pelabuhan ini dibentuk.

4.1 Sabang Pada Masa pemulihan 1945-1950

Meskipun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi berita ini terlambat sampainya di Aceh, karena jaringan perhubungan masih tetap di bawah kekuasaan Jepang dan pihak Jepang masih menguasai beberapa wilayah. Proklamasi kemerdekaan ini baru diketahui oleh rakyat Aceh pada akhir bulan Agustus 1945. Hal ini terjadi karena sulitnya komunikasi serta transportasi dan pihak Jepang masih menguasai beberapa wilayah.

Setelah berita proklamasi tersebar luas di Aceh dan Sabang pejabat tinggi wakil rakyat Aceh telah melaksanakan perintah sebagai daerah Indonesia yang merdeka. Semangat kemerdekaan ini, masyarakat Aceh termasuk Sabang dengan cepat menerima perkembangan nilai-nilai baru, seperti kemerdekaan, demokrasi dan lain-lain.1 Pada tahun selanjutnya, dibentuklah suatu pertahanan wilayah mengingat adanya agresi militer Belanda, yaitu untuk mempertahankan daerah

1 Alfian, Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh, Jakarta : LP3ES, 1977, hal. 59.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Aceh sehingga dibentuklah Daerah Militer dalam wilayah Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.

Semangat kemerdekaan pada tahun 1945 di Sabang dan Aceh diterima begitu spontan oleh masyarakat Sabang khususnya dan rakyat Aceh pada umumnya. Residen Aceh Teuku Nyak Arief berhasil membentuk suatu badan yang merupakan pertahanan lokal dengan nama Angkatan Pemuda Indonesia

(API) yang didirikan oleh Jepang. Pada tanggal 12 Oktober 1945 terbentuklah

API dan tersebar luas di desa-desa di Sabang.2 Untuk melengkapi API dibentuk suatu lembaga bernama Badan Penyokong API (BAPI) yang berfungsi mengumpulkan dana dan memperluas anggota API. Dengan berdirinya API dan

BAPI maka kemerdekaan dapat dipertahankan di Aceh dan Sabang.

Dalam hal kemiliteran, orang-orang Sabang sudah mahir karena mereka adalah bekas didikan militer Jepang. Di Sabang banyak terdapat bekas gyu-gun

Persenjataan mereka adalah bekas dari senjata tentara Jepang. Setelah Jepang mendengar berita kekalahannya lalu mereka meninggalkan senjata-senjatanya di pantai dan kemudian terjun ke laut melakukan bunuh diri atau disebut hara-kiri.

Hal itu terbukti pada perut-perut ikan hiu yang tertangkap oleh para nelayan setempat, banyak terdapat atau dijumpai bekas rambut manusia, sehingga hampir beberapa bulan masyarakat Sabang enggan untuk memakan hiu di sekitar tempat tersebut.3

2 Ibid., hal. 59.

3 A.J. Piekaar, op.cit., hal. 286.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Setelah kekuasaan Jepang berakhir, maka kapal-kapal Belanda dengan cepat kembali ke Sabang. Sabang merupakan satu-satunya wilayah daerah Aceh yang berhasil diduduki oleh sekutu/Belanda selama Revolusi Kemerdekaan. Pulau ini terletak di ujung paling Utara Sumatera dan jika dilihat dari segi kemiliteran memang sangat strategis, sebagai basis pertahanan terdepan dari arah Barat Laut

Indonesia.

Pada tanggal 25 Agustus 1945 armada Sekutu yang terdiri dari beberapa kapal perang Inggris telah berada di muka pelabuhan Sabang. Dalam pasukan ini ikut serta Kesatuan Marine Belanda dan juga Pemerintah Belanda yang menjadi bagian dari AMACAB (Allied Millitary Administration Civil Affairs Branch).

Pada hari itu juga Jepang menyerahkan Pulau Weh kepada Sekutu dan mengibarkan bendera Belanda di kota pelabuhan tersebut. 4

Pemerintah Hindia Belanda telah menguasai Sabang dengan jumlah sekutu yang besar, masyarakat Sabang pada umumnya tidak mungkin melakukan tindakan apa-apa selain dari menerima pemberitahuan dari tentara sekutu tersebut.

Semenjak itu, dengan dukungan sekutu, pemerintahan NICA ( Indies

Civil Administration) mulai dirintis di Sabang.

Dengan berhasilnya diduduki pulau Weh berarti pula Tentara NICA mempunyai basis pertahan yang kuat di ujung Barat Laut Indonesia. Dari sini, selama Revolusi Kemerdekaan, mereka selalu melancarkan operasi militer, melakukan pengawasan yang ketat di perairan Selat Malaka dan Samudera

4 Ibrahim alfian, dkk., Revolusi Kemerdekaan Indonesia di Aceh (1945-1949), Banda Aceh: DEPDIKBUD Aceh, hal. 59.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Indonesia, terutama dalam kaitan dengan usaha mereka untuk mendarat ke daratan

Aceh dan membendung kegiatan rakyat Aceh mengadakan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Namun usaha-usaha mereka itu dapat dikatakan selalu menemui kegagalan.5

Maksud Belanda langsung menduduki Sabang tetapi tidak masuk ke daratan Aceh adalah untuk menunggu waktu yang tepat. Belanda mengetahui bahwa memasuki daerah Aceh tanpa persiapan yang matang akan sangat berbahaya. Belanda bertahan di Sabang sampai tahun 1949.6

Dengan dilakukannya agresi militer Belanda I, pada tahun 1947, maka hampir seluruh wilayah Indonesia dilanda oleh serangan Belanda. Salah satunya daerah Aceh yaitu Kutaraja yang diserang oleh pesawat Belanda yang datang dari

Sabang. Sabang dijadikan Belanda sebagai tempat pertahanan mereka.7

Begitu juga ketika Belanda melakukan agresi militer yang kedua,

Belanda kembali menyerang daerah daratan Aceh dan berusaha untuk masuk namun usahanya tidak berhasil. Meskipun diteror dengan agresi militer pertama serta agresi militer Belanda kedua, Belanda tetap tidak berhasil menduduki

5 Ibid., hal. 60.

6 B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia, Jakarta: tanpa penerbit, 1985, hal. 75.

7 A.H. Nasution, Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia jilid V, Bandung; Angkasa, 1979, hal. 289.

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA wilayah Aceh, kecuali Sabang. Dalam hal ini, penduduk Sabang tidak dapat berbuat banyak karena besarnya jumlah kedatangan mereka.8

Setelah perundingan Konperensi Meja Bundar (KMB) pada tanggal 29

Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan pemerintah Indonesia. Akhirnya

Belanda meninggalkan Sabang. Setelah agresi militer Belanda yang kedua berakhir maka Belanda pun pergi meninggalkan daerah Sabang. Kemudian

Sabang menjadi sunyi karena menyisakan bekas peperangan yang membuat kota hancur, hal ini yang harus dibenahi kembali.

Seminggu setelah terjadinya pemulihan kedaulatan Indonesia itu, yakni pada tanggal 6 Januari 1950 dengan ketetapan Menteri Pertahanan Republik

Indonesia Serikat No. 9/M.P./50 (waktu itu Letnan Jenderal Hamengkubuono IX)

Pulau Weh diserahkan kepada Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat untuk dijadikan daerah pertahanan maritim. Ketetapan ini dipandang perlu karena mengingat pulau Weh penting untuk pertahanan maritim. Dalam ketetapan

Menteri Pertahanan tersebut selanjutnya dinyatakan bahwa penyerahan pulau Weh dari Angkatan Darat kepada Angkatan Laut harus sudah dilaksanakan sekitar pada tanggal 10 Januari 1950.9

Penyerahan ini adalah hanya dalam arti strategi pertahanan negara secara keseluruhan. Dalam penyerahan ini pihak Angkatan Darat diwakili oleh Hasballah

Hadji dan pihak Angkatan Laut oleh Kapten H. Margono. Akan tetapi berhubung

8 Ibid., hal. 300.

9 Sjamsuddin Mahmud, dkk., op. cit., hal. 7.

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan administratif yang bersangkut-paut dengan penyerahan harus diselesaikan lebih dahulu, maka secara singkat Pemerintah Republik Indonesia Serikat baru berkuasa penuh di pulau Weh setelah berlangsung penyerahan oleh Pemerintah

Sabang kepada Republik Indonesia Serikat, dalam hal ini Pemerintah Propinsi

Aceh pada tanggal 29 Maret 1950.

Dipihak pemerintah Sabang diwakili oleh Controleur KI. I Tabagus Duta

Wihardja yang didampingi oleh Asistent-Residen Moolenaar, Tarris dan

Vermeulen. Pemerintah Republik Indonesia Serikat dengan surat tugas dari

Gubernur Aceh pada tanggal 24 Maret 1950 No. 409/Um/Rah. Kemudian membentuk sebuah delegasi yang diketuai oleh Bupati Aceh Besar Zaini Bakry,

Talsya, Kepala bagian Dokumentasi/Publikasi sebagai Sekretaris dan anggota- anggotanya yaitu: M. Amin Ismail, Kepala Polisi Aceh Besar, M. Hasan Kepala

Penerangan Aceh Besar, Ahmad Kamil, Wedana untuk Sabang dan T. Abdullah

Paloh Kepala Polisi untuk Kewedanaan pulau Weh. Setelah selesai penyerahan tersebut, maka pulau Weh merupakan sebuah kewedanaan dalam lingkungan

Kabupaten Aceh Besar dengan Ibu kotanya Banda Aceh.10

Pada masa ini, kegiatan Sabang dalam bidang perekonomian mengalami penurunan, karena pelabuhan bebas Sabang tidak dapat lagi berjalan seperti masa sebelumnya. Keadaan yang tidak menentu ini membuat masyarakat Sabang merasa takut dan begitu juga masyarakat pendatang yang ingin mengadakan transaksi perdagangan. Barang-barang luar negeri yang dibawa oleh kapal-kapal tidak singgah lagi dikarenakan pada masa ini Sabang sedang tidak aman.

10 Ibid., hal. 8.

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Akibatnya kaum pedagang yang ada di Sabang mengalami kebangkrutan karena kurangnya daya jual dan daya beli. Hal itu disebabkan karena pelabuhan Sabang tidak berfungsi lagi sebagai pelabuhan perdagangan maupun pelabuhan bebas.

Karena keadaan Sabang yang belum begitu stabil dari keamaan dalam negeri

Indonesia.

Setelah keadaan dalam negeri Indonesia kembali normal, maka Sabang mulai ramai kembali dikunjungi untuk berdagang maupun untuk tempat berwisata. Sabang memiliki alam yang indah dan pelabuhan alam yang sangat menarik wisatawan asing. Status pulau Weh yang demikian itu terus berjalan sampai akhir tahun 1963.

4.2 Dibukanya Kembali Pelabuhan Bebas Sabang 1959-1963

Kehidupan masyarakat terutama perekonomian terus berkembang sesuai dengan kondisi pada tahun 1950 hingga 1959. Perdagangan antara Sabang dan

Singapura serta Malaysia berlangsung antara resmi dan tidak resmi. Maka terjadilah perdagangan barang-barang tanpa bea dan cukai, akhirnya terjadilah penyelundupan barang luar negeri yang banyak terdapat di Sabang. Banyak barang impor yang masuk melalui Sabang karena dibukanya pelabuhan Sabang.11

Hal ini sama dengan daerah seperti Pangkal Pinang dimana arus barang-barang dari Singapura dan Malaysia dapat masuk tanpa prosedur bea dan cukai. Malahan uang dollar Singapura dan uang Malaysia dipakai sebagai alat

11 Anonim, Sabang Sebagai Daerah Pariwisata, Sabang : Proyek Pengembangan Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang, 1984, hal.15.

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA transaksi jual beli barang-barang di samping uang rupiah. Namun hal ini tidak terjadi di Sabang, kecuali arus barang-barang saja yang tidak dapat dikontrol.

Pada umumnya kehidupan rakyat Sabang selalu tergantung terhadap kehidupan pelabuhan Sabang itu sendiri. Sabang yang telah lama menjadi daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas. Sejak Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1950, walaupun status Sabang sebagai daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas belum menentu, namun kedudukan daripada pelabuhan bebas dan perdagangan bebas tetap berlangsung. Kehidupan perekonomiannya tergantung dari arus perdagangan yang datang dari Malaysia dan Singapura.

Banyak barang-barang luar negeri yang masuk bebas ke Sabang seperti rokok, barang pecah belah, barang-barang elektronik serta barang-barang lainnya. Kapal- kapal Singapura hampir secara rutin masuk ke daerah pelabuhan Sabang.

Sabang dari tahun 1959 hingga tahun 1965 dalam kehidupan politik

Indonesia yang dikenal dengan Demokrasi Terpimpin. Pada akhir tahun 1960, presiden RI pertama Soekarno melengkapi ideologi negara Indonesia dengan sebutan ―Nasakom‖12. Setelah terjadi perubahan demi perubahan, Sabang seolah- olah tidak memperdulikan masa perubahan tersebut. Sabang sudah terbiasa dengan kehidupan yang terjelma sejak zaman kolonial Belanda dan penjajahan

Jepang.

Pemerintahan mencoba untuk mejelaskan status Sabang sebagai pelabuhan bebas. Walaupun demikian pemerintah seolah-olah membiarkan

12Nasakom yaitu doktrin tentang kesatuan dari ketiga unsur masyarakat Indonesia yakni Nasionalis, Agama dan Komunis (Na- Sa- Kom).

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keadaan Sabang sebagai pelabuhan dagang dengan pelabuhan bebas seperti melanjutkan kebijaksanaan politik pemerintahan kolonial Belanda. Keadaan itu terus berlarut-larut, kemudian pemerintah memberi status Sabang sebagai pelabuhan dagang dengan pelabuhan bebas. Sikap pemerintah dalam memberi kepercayaan kepada masyarakat Sabang demi mempertahankan kehidupan dan perekonomian masyarakat Sabang.

Pada sekitar tahun 60-an hingga pertengahan tahun 60-an kehidupan perekonomian Indonesia sangat rawan. Semua telah terpimpin seperti Demokrasi

Terpimpin begitu juga dengan kebijaksanaan ekonomi. Pada kenyataannya kehidupan perekonomian itu tidak terpimpin namun bertambah kacau dalam segala bidang. Dalam prakteknya ekonomi terpimpin berubah menjadi sistem lisensi yang hanya menguntungkan segelintir orang-orang yang dekat dengan istana.13

Lisensi adalah surat-surat yang memberi kuasa untuk mengekspor atau mengimpor barang-barang tertentu. Bagi siapa yang memiliki surat lisensi ini tidak mempunyai modal maka surat ini dapat diperjual belikan dengan harga yang lebih tinggi. Akhirnya surat ini menjadi barang dagangan yang dapat menguntungkan. Pada umumnya hanya orang-orang yang dekat dengan pejabat- pejabat istana yang dapat memperoleh lisensi ini. Hal ini telihat bahwa pemerintah

Indonesia belum ada kepercayaan terhadap pemerintah Sabang. Seolah-olah hanya

13 Sartono Kartodirjo, dkk., Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta : Dep. Par. dan Keb., 1975, hal. 110.

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dipegang oleh orang-orang yang dekat dengan penguasa tinggi, seperti presiden dan pejabat-pejabat.

Sabang sebagai daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas memberikan warna tersendiri pada kehidupan masyarakatnya. Mata pencaharian masyarakatnya pada umumnya adalah sebagai petani cengkeh dan petani kelapa serta nelayan. Kemudian pada umumnya penduduk Sabang bergerak di bidang usaha perdagangan yaitu dengan memanfaatkan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang. Akibat daripada sedikitnya jenis mata pencaharian masyarakatnya, maka akan memberi pengaruh kepada sempitnya lapangan kerja yang tersedia bagi masyarakat Sabang. Tanpa hal ini maka Sabang akan menjadi sepi dari pada perdagangan dan persinggahan kapal-kapal yang ingin berlayar di

Lautan Hindia yang menuju ke Eropah maupun negara-negara lainnya.

Selain Sabang diberikan status Pelabuhan bebas dan perdagangan bebas karena kebijakan pemerintah, namun alasan lainnya adalah karena adanya konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia. Konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia dan Singapura menyebabkan Sabang dibukanya status pelabuhan bebas dan daerah perdagangan bebas agar dapat disinggahin oleh kapal-kapal yang membawa barang-barang baik dari Hongkong, Jepang maupun

Taiwan. Sabang seolah-olah akan menggantikan kedudukan Jepang atau pelabuhan Singapura yang ramai disinggahi oleh kapal-kapal yang berlayar di

Lautan Hindia dan membawa barang-barang dagangan untuk dipasarkan di Asia.

Tujuanya agar pelabuhan bebas Sabang dapat menyaingi pelabuhan transito

Singapura.

65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada tahun 1960 sampai dengan tahun 1965 Indonesia terisolir dari dunia

Internasional, bahkan keluar dari anggota PBB (Persatuan Bangsa-bangsa). Pada tahun 1965 karena situasi keadaan Indonesia yang sangat buruk akibat terjadinya kemelut atau kerusuhan dalam negeri yang menimbulkan pertumpahan darah antara saudara atau antara partai-partai yang ada di Indonesia. Partai Komunis

Indonesia (PKI) adalah salah satu kekuatan politik yang dominan, maka merajalela di dalam pemerintahan Indonesia serta ikut dalam menentukan kebijaksanaan pemerintah. Akibatnya keadaan sosial, ekonomi dan politik di

Indonesia bertambah buruk yang lama kelamaan semakin subur. Hal ini membuat keuntungan pula bagi PKI untuk menanamkan kekuatanya di dalam tubuh pemerintah Indonesia.

Sabang pada masa Ekonomi Terpimpin dan Demokrasi Terpimpin itu mengalami keadaan yang berbeda dengan daerah yang lain-lainnya yang ada di wilayah Indonesia. Sabang bertambah ramai dikunjungi oeh kapal-kapal yang masuk membawa barang-barang yang bebas dari bea dan cukai ini, mengakibatkan banjir barang-barang luar negeri di pasaran Sabang dan ramai kaum pedagang yang datang dari luar Sabang untuk mengadakan transaksi jual beli barang. Hal ini sesuai dengan predikat status pelabuhan Sabang sebagai daerah perdagangan bebas dengan pelabuhan bebasnya. Namun daya beli dari masyarakat yang begitu rendah karena mengalami inflasi yang tinggi pada saat itu.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tingkat inflasi ini sampai mencapi 600% sehingga kehidupan ekonomi masyarakat sudah sangat mengalami pendapatan yang rendah14. Barang-barang kebutuhan pokok yang terutama seperti beras dan gula sudah tidak terjangkau oleh masyarakat lagi karena harganya yang begitu tinggi. Meskipun di Sabang banyak barang-barang impor yang masuk namun daya pembelinya masih kurang dan barang-barang ini banyak yang ditimbun atau dispekulasi oleh pedagang untuk menunggu situasi pasaran membaik, barulah dipasarkan oleh para pedagang.

Keadaan ekonomi semakin bertambah parah demikian menyebabkan situasi politik luar negeri Indonesia sudah condong kearah blok komunis, terutama dengan RRC (Republik Rakyat Cina) serta ditambah lagi konfrontasi dengan

Malaysia dan Singapura maka membutuhkan biaya yang sangat besar. Pemerintah mengalihkan perhatian rakyat dari keadaan ekonomi yang memburuk itu kepada usaha konfrontasi dengan Malaysia. Disamping itu hubungan Indonesia dengan

Cina semakin erat dan anti Amerika semakin menjadi-jadi. Pada masa ini Sabang menjadi daerah perdagangan bebas mengalami pasang surut dalam perdagangan karena situasi sengit dalam negeri.

Bersamaan dengan terjadinya konftrontasi dengan Malaysia, adanya usaha pembukaan pelabuhan bebas Sabang, pada bulan Maret 1963 oleh tim penelitian dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial (LPES) Fakultas

Ekonomi Universitas Syiah Kuala bekerja sama dengan gabungan pengusaha ekspor Sumatera membuat penelitian tentang kemungkinan pembukaan kembali

14 Sartono, op.cit., hal. 110.

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sabang sebagai pelabuhan bebas. Atas dasar penelitian itu, Pemda Aceh mendesak pemerintah pusat di Jakarta untuk membuka kembali status Sabang sebagai pelabuhan bebas. Bertepatan dengan situasi politik waktu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura, dan tindakan pemutusan segala hubungan perekonomian dengan Malaysia dan Singapura pada bulan

September 1963, telah menyebabkan dipercepatnya penetapan Sabang sebagai pelabuhan bebas sebagai kelanjutan dari rekomendasi yang sedang diproses pada waktu itu oleh pemerintah pusat.

Kemudian dibentuklah Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE) yang berarti pemerintahan yang memegang peranan penting dalam bidang ekonomi.15 Pada tanggal 16 Oktober 1963 dengan ketetapan Presiden Republik

Indonesia No. 10 tahun 1963 Sabang ditetapkan menjadi pelabuhan bebas (free port) dengan pelaksanaan diserahkan kepada Komando Tertinggi Operasi

Ekonomi (KOTOE).

Setelah presiden Republik Indonesia menetapkan Pelabuhan Sabang menjadi Pelabuhan Bebas (free port), No. 10 tahun 1963, tanggal 16 Oktober

1963 dan pelaksanaanya diserahkan kepada Komando Tertinggi Operasi Ekonomi

(KOTOE). Dengan menyatukan KOTOE ke dalam KOGAM (Komando Operasi

Ganyang Malaysia) maka pengurusan selanjutnya mengenai Pelabuhan Bebas

Sabang diatur oleh KOGAM. Setelah konfrontasi dengan Malaysia diakhiri,

KOGAM dengan sendirinya tidak diperlukan lagi, sehingga proyek ini kemudian

15 Mr. Soepardo, dkk., Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia, Jakarta: Dep. Par dan Keb., 1960, hal. 79.

68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berada di bawah Ketua Gabungan V KOTI (Komando Operasi Tertinggi). Dengan bubarnya KOTI, maka sekarang Proyek Pelabuhan Bebas Sabang dibawah

Menteri Negara Urusan Ekonomi Keuangan dan Industri.16

Seperti yang diketahui bahwa Sabang telah berkembang berdasarkan

Penetapan Presiden No. 10 Tahun 1963 dan Peraturan Presiden No. 22 Tahun

1964, selama 6 tahun lebih Sabang telah berkembang sebagai salah satu Leverage

Centre Ekonomi Nasional, khususnya perekonomian daerah hinterlandnya, tanpa suatu garansi objektif yang dilindungi undang-undang.17

Berhubung dengan penetapan kembali Sabang sebagai free port, maka

Pemerintah telah meningkatkan status pemerintahan Sabang sebagai Pelabuhan

Bebas, menjadi Daerah Tingkat II Kotapraja Sabang dengan Undang-undang No.

10 tahun 1965 tanggal 14 Juni 1965. Selanjutnya sejak berlakunya Undang-

Undang No. 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka sebutan Kotapraja berubah menjadi Kotamadya Sabang.18

Pada tahun 1967 dalam menyelenggarakan proyek pembangunan pelabuhan bebas Sabang telah dibentuk sebuah badan yang disebut Komando

Pelaksana Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang (KP4BS). Badan ini bertugas menyelenggarakan pembangunan dan bertanggung jawab atas terlaksananya pembanguna proyek pelabuhan bebas Sabang tersebut, seperti yang telah disebutkan diatas.

16 Sjamsuddin Mahmud, dkk., Pelabuhan Bebas Sabang 1967, Banda Aceh: KITLV, 1968, hal.13.

17 Jusuf Walad, op. cit., hal. 5.

18 Anonim, Monografi Pertanian Daerah Kotamadya Sabang, Banda Aceh: Dinas Pertanian Rakyat Daerah Istimewa Aceh, 1977, hal. 10.

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Untuk mengadakan persiapan terakhir, maka pada tanggal 25 Juni 1969 tiba di Sabang satu rombongan yang berjumlah 26 orang yang terdiri dari tim pemerintah yang diketuai oleh Prof. Dr. Subroto dengan jumlah anggota 12 orang, dan tim DPR-GR yang diketuai oleh M. Kasim AS dengan jumlah anggota 12 orang. Keadaan yang demikian mencapai puncaknya ketika pada tanggal 23

Desember 1969 Presiden Soeharto dan beberapa menteri dan pejabat negara lainnya mengunjungi Sabang. Akhirnya, pada tanggal 27 Maret 1970, keluar

Undang-Undang No. 3 Tahun 1970 tentang ketentuan pokok daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan Undang-undang No. 4 Tahun 1970 tentang daerah perdagangan bebas dengan pelabuhan bebas Sabang.19

Semenjak tahun 1970 perjuangan Sabang memasuki fase baru.

Rancangan undang-undang yang mengatur tentang status Sabang yang telah lama terkatung-katung telah diserahkan oleh DPR-GR20, yaitu dengan keluarnya undang-undang No. 3 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan undang-undang No.4 Tahun 1970 tentang daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang.21

Dengan keluarnya Undang-Undang No. 3 Tahun 1970 tentang ketentuan- ketentuan pokok daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 13, dan Undang-Undang No.4 Tahun

19 Shabri A., Migrasi dan Pluralitas Masyarakat di Kota Sabang, Banda Aceh: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh, 2002, hal. 44.

20 Dewan Perwakilan Rakyat – Gotong Royong.

21 Lihat lampiran VII.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1970 tentang daerah perdagangan bebas dengan pelabuhan bebas Sabang pasal 6, bahwa fungsi daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas adalah,

1. Mengusahakan persediaan (stockpiling) barang-barang konsumsi dan

produksi untuk perdagangan impor, ekspor, re-ekspor maupun industri.

2. Melakukan peningkatan mutu (up-grading), pengolahan (processing),

manufacturing, pengepakan (packing), pengepakan ulang (repacking), dan

pemberian tanda dagang (marking).

3. Menumbuhkan dan memperkembangkan industri, lalu lintas perdagangan

dan perhubungan.

4. Menyediakan dan memperkembangkan prasarana dan memperlancar

fasilitas pelabuhan, memperkembangkan pelabuhan, pelayaran,

perdagangan transito dan lain-lain.

5. Mengusahakan memperkembangkan kepariwisataan dan usaha-usaha

kearah yang menjadi shopping centre (pusat perbelanjaan).

Mengusahakan dan memperkembangkan kegiatan-kegiatan lainnya khususnya dalam sektor perdagangan, maritim, perhubungan, perbankan dan peransuransian.22

Sesuai dengan cirinya setiap pelabuhan bebas, telah pula ditetapkan bahwa pelabuhan bebas Sabang merupakan daerah luar pabean Indonesia, daerah rezim devisa dan daerah luar perpajakan bea dan cukai Indonesia.

22 Djamaluddin, loc. cit.

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.3 Penduduk, Mata Pencaharian

4.3.1 Penduduk

Tabel 1

Jumlah penduduk Sabang secara keseluruhan:

Tahun Jumlah Jiwa

1961 8.141

1965 13.465

1975 16.786

1980 23.821

1985 50.31223

Sumber: Badan Statistik Sabang.

Dari angka-angka di atas terlihat bahwa penduduk Sabang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1965 sampai tahun 1975 misalnya, terjadi pertambahan penduduk sebanyak 5.324 jiwa, dan dari tahun 1975 sampai

1980 pertambahan penduduk sebanyak 7.035 jiwa. Begitu juga ditahun berikutnya jumlah penduduk mengalami pertambahan. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk sangat pesat dalam kurun waktu lima tahun.

Sekitar tahun 1967, penduduk bertambah pesat karena adanya daya tarik

Sabang yang menjadi daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, oleh sebab

23 Badan Statistik Sabang, Sabang Dalam Angka Tahun 1976, Sabang: Tanpa Penerbit, 1976, hal. 13.

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA itulah Sabang dibanjiri oleh barang-barang impor dan terbuka mata pencaharian masyarakat Sabang dalam perdagangan.

Penduduk kota Sabang pada umumnya adalah pemeluk agama Islam dan sebagian kecil saja dari mereka yang merupakan pemeluk agama lain. Selain agama Islam, agama yang dianut oleh masyarakat Sabang adalah Protestan,

Katolik, Hindu dan Budha. Penganut agama Islam terdiri dari berbagai etnis, yaitu

Aceh, Minangkabau, Tapanuli, Mandailing, Jawa dan bahkan beberapa keturunan orang Cina. Penganut agama Protestan hanya terdiri dari penduduk etnis yang berasal dari Nias, Tapanuli utara. Penganut agama Katolik beberapa dari keturunan asli Indonesia dan juga ada dari Cina. Agama Hindu dan Budha ini khusus dianut oleh Cina.24

Mayoritas penduduk Sabang adalah suku Aceh, selebihnya para pedatang dari etnis Nias, Minangkabau, Cina, Tapanuli, Mandailing dan suku Jawa. Suku

Nias telah lebih lama berdiam di Sabang daripada pendatang lainnya. Jumlah orang Aceh kira-kira 15.855 jiwa, jumlah orang-orang dari Nias dan Tapanuli sekitar berjumlah 3.051 jiwa, dan Orang Cina seluruhnya yang berada di Sabang kira-kira 12.653 jiwa, sedangkan dari etnis lainnya kurang lebih 1.400 jiwa.25

Orang Cina pada umumnya adalah pedagang dan bermukim di tengah kota, dimana toko-toko mereka berada. Hampir 80% mereka ini memiliki rumah-

24 Sjamsuddin Mahmud, dkk., op.cit., hal. 108-110.

25 Badan Statistik Sabang, Sabang Dalam Angka Tahun 1978, Sabang: Tanpa Penerbit, 1978, hal. 54.

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rumah toko dan menjual makanan dan membuka warung-warung. Di Sabang mereka tidak menjual daging babi. Babi dilarang dipelihara ataupun diperjualbelikan di daerah Sabang. Orang-orang Minangkabau pada umumnya adalah pengusaha penginapan dan losmen-losmen, membuka restoran, berjualan nasi.26

Di Sabang terdapat basis Angkatan Laut sesuai dengan posisi Sabang yang terletak pada sebuah pulau dan pertahanan laut sangat memadai sebagai pangkalan Angkatan Laut. Tidak hanya itu di Sabang juga memiliki pelabuhan udara yang terletak di daerah kampung (Gampong) Cot Ba’u. Fungsinya sebagai pelabuhan Udara Militer (AURI) dan untuk umum. Dengan demikian Sabang bukan lagi daerah yang terpencil, karena semua fasilitas untuk mencapai Sabang sudah terpenuhi baik itu angkatan udara maupun angkatan laut. Mengenai pelabuhan di Sabang, termasuk pelabuhan alam terlindung dari gangguan gelombang dan arus laut, jadi tidak ada pengendapan lumpur maka tidak seberapa untuk dikeruk.

4.3.2 Pemerintahan

Di samping itu, mengenai tatanan pemerintahan Sabang semula sebagai bagian dari kerajaan Aceh dan berstatus sebagai daerah pengasingan atau pembuangan tawanan. Kemudian pada tanggal 14 Juli 1965 keluarlah Undang-

Undang No. 10 tahun 1965 tentang pembentukan Kotamadya Sabang dengan mengubah Undang-Undang No. 7 tahun 1965 tentang pembentukan Daerah

26 Dinas Pertanian, Monografi Pertanian Daerah Kotamadya Sabang, Banda Aceh: Dinas Pertanian Daerah Istimewa Aceh, 1977, hal. 25.

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, dengan memisahkan wilayah yang termasuk dalam Kewedanaan Sabang dahulu dari daerah Tingkat II

Kabupaten Aceh Besar dan menjadikannya suatu Daerah Tingkat II Kotamadya

Sabang sebagai suatu Daerah yang berhak mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri dan dibawahi oleh walikota.27

Menjadi pertimbangan disini tentunya untuk lebih mengintensifkan dan melancarkan usaha-usaha pemerintah di segala bidang agar sesuai dengan fungsi

Sabang sebagai Pelabuhan Bebas (Free-Port). Memang disini terlihat adanya tumpang tindih kewenangan antara KP4BS, sendiri dengan Kotamadya Sabang yaitu tidak ada perbedaan secara tegas bidang wilayah kekuasaan. Namun demikian dalam keadaan ini kerjasama diantara kedua otorita ini masih dapat dipelihara terus, walaupun ada kesulitan-kesulitan yang harus dialami dalam melaksanakan tugas sehari-hari.

Pembagian wilayah administrasi Sabang pada tahun 1965 masih menggunakan istilah kemukiman, gampong, mukim, dan sebagainya. Adapun tatanan pemerintahan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :

1. Kemukiman sebagai suatu wilayah yang dikepalai oleh seorang Kepala

Mukim.

2. Kampung (Gampong) sebagai bagian wilayah dari kemukiman

dikepalai oleh seorang Keuchik.

Dalam kemukiman terdapat beberapa kampung (Gampong). Jadi kemukiman ini sama dengan kecamatan dan dalam kecamatan terdapat beberapa

27 Syamsuddin Mahmud, op.cit.,hal. 61.

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA desa yang dikepalai oleh seorang lurah. Di daerah Aceh namanya ini adalah

Keuchik.

Sabang sebagai daerah Kotamadya memliki dua kecamatan atau yang disebut dengan kemukiman yaitu Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan

Sukakarya. Beberapa daerah Kemukiman dan Mukim yaitu :

 2 kemukiman dengan 4 daerah Mukim

 18 kampung dengan 18 Keuchik (Desa)

Dua kemukiman dengan empat daerah mukim itu adalah :

1. Kemukiman Sukakarya :

1) Kemukiman Sabang

2) Kemukiman Iboih

2. Kemukiman Sukajaya :

3) Kemukiman Paya Keunekai

4) Kemukiman Balohan

Setiap kemukiman itu terdapat kampung-kampung, yaitu :

1. Kemukiman Sabang, terdiri atas :

1) Kampung Kota Atas

2) Kampung Kota Bawah Barat

3) Kota Bawah Timur

4) Cot Ba’U

5) Ujung Karang

6) Anooi Itam

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7) Aneuk Laot

8) Ie Meule

2. Kemukiman Iboih, terdiri atas :

9) Iboih

3. Kemukiman Paya Keunekai, terdiri atas :

10) Krueng Raya

11) Paya Seunara

12) Batee Sok

13) Keunekai

14) Paya

15) Berawang

4. Kemukiman Balohan, terdiri atas :

16) Kampung Sukadamai

17) Cot Abeuk

18) Jaboi

4.3.3 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk kota Sabang pada umumnya berdagang dan membuka toko-toko atau kios-kios kecil dan juga menjadi pedagang perantara

(makelar). Barang dagangannya dijual kepada para pedagang kecil untuk dibawa ke luar derah Sabang. Selain itu, mata pencaharian penduduk yang tinggal di kampung-kampung terutama di daerah dataran rendah, mereka kebanyakan bertani atau bersawah dan berladang tadah hujan yaitu dengan memanfaatkan air pada musim hujan dan dibiarkan tidak diolah apabila musim kemarau.

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kota Sabang luasnya kira-kira 19 kilometer persegi dan 50% dari jumlah penduduk yang berdiam di kota Sabang. Selebihnya penduduk berdiam di desa- desa pulau Weh yang jumlah desa atau kelompok-kelompok masyarakat. Mereka juga yang berkelompok tinggal di sepanjang pesisir pantai di samping menangkap ikan mereka juga bertani.

Di pulau Weh keadaan tanahnya sangat sesuai sekali untuk penanaman tanaman keras, karena tanah yang subur untuk ditanami cengkeh dan kelapa, sehingga penduduk banyak menjadi petani cengkeh dan kelapa maupun tanaman keras lainnya. Para petani maupun nelayan hampir seluruhnya mereka semuanya terdiri dari orang-orang Aceh. Kaum pendatang yang berdatangan ke Sabang banyak bermukim di kota Sabang. Kurangnya penduduk bertani karena lahan yang sangat terbatas untuk pertanian. Tanah di pulau Weh yang kebanyakan bergunung-gunung dan berbukit-bukit tidak dapat untuk dijadikan lahan pertanian dan persawahan. Kalaupun ada hanya di dataran tinggi yang agak datar tanahnya, ada juga ladang atau sawah tadah hujan.28

Sabang pada masa daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas di sana terdapat barang-barang yang murah atau belum kena pajak dan cukai.

Barang-barang ini dibawa oleh kapal-kapal yang datang dari Malasyia dan

Singapura, ada juga yang langsung berdagang ke sana. Barang-barang ini biasanya barang kelontong, barang pecah-belah (Duralex), tekstil, rokok-rokok, dan makanan kaleng buatan luar negeri. Barang-barang ini biasanya

28 Dinas Pertanian, loc.cit., hal. 28.

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diperjualbelikan secara bebas di Sabang, tetapi barang ini tidak dapat dibawa ke luar dari daerah Sabang.

Ada juga sekelompok para pedagang yang umumnya datang dari

Sumatera Utara terutama dari sub etnis Batak-Toba dan dari Banda Aceh. Pada umumnya mereka adalah wanita-wanita (inang-inang) yang mengangkut barang- barang dagangan tersebut ke Banda Aceh sebagai barang cangkingan. Kadang- kadang jumlah yang besar, maka terjadilah barang-barang selundupan secara kecil-kecilan. Kelompok ini disebut sebagai istilah ―jengek‖ .

Ramainya penduduk di kota Sabang dikarenakan oleh faktor perdagangan baik secara legal maupun illegal. Oleh sebab itu muncul lapangan kerja seperti buruh-buruh pelabuhan, pegawai pelabuhan, pegawai pabean, pegawai imigrasi, pegawai pengisian minyak atau air minum untuk kapal-kapal yang berlabuh maupun kapal-kapal yang singgah.

Kegiatan lain masyarakat Sabang adalah mempunyai kapal-kapal kecil dan ferri untuk mengangkut penumpang dari pelabuhan Ulee Lhee ke Sabang pulang pergi setiap hari. Kapal ferri ini adalah milik pemerintah daerah Sabang.

4.4 Pengelolaan dan Struktur Organisasi Pelabuhan Sabang

Di pelabuhan bebas Sabang dan seluruh kepulauan Weh terdapat beberapa pengelolaan yang ikut menyelenggarakan kegiatan-kegiatannya, jaitu:

(1) Komando Pelaksana Pembangunan Projek Pelabuhan Bebas Sabang (KP4BS),

(2) Kotamadya Sabang, (3) Komando Sub Maritim Pangkalan Angkatan Laut

(Ko-Submarlanal 102), dan (4) Penguasa Pelabuhan (Port Authority). Semua

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kegiatan-kegiatan pengelolaan tersebut yang menyangkut dalam pembangunan

Sabang sebagai Pelabuhan Bebas dikoordinasikan oleh KP4BS.

4.4.1 Komando Pelaksana Pembangunan Projek Pelabuhan Bebas Sabang

(KP4BS).

Setelah Sabang resmi ditetapkan kembali sebagai Pelabuhan Bebas

(Free-Port), maka untuk menyelenggarakan pembangunan proyek tersebut terbentuklah Komando Pelaksana Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang

(KP4BS). Kemudian ditunjuk Kol. (L) Mas Wibowo sebagai komandan, yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan di pelabuhan.

Komandan Pelaksana Pembangunan Projek Pelabuhan Bebas Sabang bertanggung djawab langsung kepada Menteri Urusan Ekonomi, Keuangan dan

Industri. Ia bertugas untuk mengkoordinir semua bagian dan pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan projek Pelabuhan Bebas Sabang.

Dalam melaksanakan tugasnya ini ia dibantu oleh dua orang wakil komandan yaitu Bidang Perekonomian Umum dan Bidang Teknik Kepelabuhan. Masing- masing wakil ini mengurus dan melaksanakan tugas bagiannya masing-masing.

Pembantu Komandan KP4BS Urusan Perekonomian Umum melaksanakan tugas bidang industri dan perdagangan, bidang keuangan (finance), dan bidang produksi.29

Selanjutnya Pembantu Komandan KP4BS Urusan Teknik Pelabuhan melakukan tugas perencanaan dan pelaksanaan. Setelah Kol. (L) Mas Wibowo ditarik kepusat (Pem. Pusat) tanggal 31 Maret 1967, maka tugas sebagai

29 Jusuf Walad, op.cit., hal. 14.

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemimpin atau komandan dijabat oleh salah seorang wakilnya, yaitu Ir. Ibrahim

Abdullah sebagai pejabat sementara (caretaker). Ia menjabat sebagai pejabat sementara (caretaker) terhitung sejak 1 April 1967. Sebagaimana telah kita kemukakan diatas bahwa KP4BS merupakan suatu badan sebagai koordinator dalam pembangunan Sabang. Tiap tindakan dalam pembangunan yang menyangkut untuk mengembangkan pelabuhan bebas harus lebih dahulu dikonsultasikan kepada KP4BS. Disamping beberapa tugas dan wewenang penting dipegang sendiri, KP4BS menyerahkan sebahagian besar wewenang dan tugas-tugas pelaksanaan kepada pengelola-pengelola yang berhak masing-masing, yaitu Kotamadya Sabang, dan Penguasa Pelabuhan (Port Authority).

Hal ini dilakukan adalah untuk melancarkan pelaksanaan dan tidak bersifat birokrasi. Selanjutnya dalam aktivitas sehari-hari, tugas Pemerintah

Daerah Kotamadya Sabang yang menyangkut dengan pembangunan fisik dan langsung berhubungan dengan kesejahteraan masyarakat menjadi tanggungan

KP4BS didalam bidang pembiayaannya. Untuk itu KP4BS telah memberikan prioritas kepada sektor pendidikan, kesehatan, kebersihan kota, penerangan jalan dan rehabilitasi serta perawatan jalan-jalan di Sabang kepada Pemerintah Daerah

Kotamadya Sabang. 30

KP4BS mempunyai jumlah pegawai seluruhnya 19 orang, yaitu terdiri dari pimpinan, staf dan pegawai termasuk pesuruh dan pelayan. Pegawai-pegawai tersebut terbagi menurut bidang pembagian pekerjaan. Komandan dibantu oleh staf pimpinan dan beberapa tenaga ahli yang memimpin bagian-bagian. Bagian

30 Ibid., hal. 16.

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perundang-undangan dipimpin oleh Maj. (L) Sukrosumanto SH, bagian

Perdagangan, Industri dan Perpajakan dipimpin oleh R. Wachjoe Soedjadi, dan bagian Keuangan dan Personalia dirangkap oleh Maj.(L) Sukrosumanto SH.

Selanjutnya untuk pekerjaan pembantu pimpinan bagian, untuk bagian perdagangan dan perpajakan dilaksanakan oleh 6 orang pegawai, bagian keuangan

2 orang pegawai, bagian sekretariat/pribadi 1 orang pegawai, bahagian staf khusus

1 orang pegawai, bagian lembaga ilmu pengetahuan 1 orang pegawai, bagian keamanan/kebersihan termasuk pesuruh dan pelayan 5 orang dan bagian teknis pelabuhan 1 orang.31

Jumlah ini sebenarnya relatif lebih kecil dibandingkan dengan jumlah pekerjaan yang ada. Staf yang merupakan tenaga ahli ditarik dari berbagai jawatan

(depatermen) lainnya di Sabang, seperti Dwane/Bea-Cukai, P N Pelabuhan, dan

Angkatan Laut yang keseluruhannya dari pada tenaga staf ini masih merupakan tenaga diperbantukan. Pembagian tugas dilakukan dengan baik sesuai yang digariskan dalam bagan organisasi dan susunan personalia. Semua pekerjaan hubungan keluar (service) dapat diurus dengan cepat tanpa membuat prosedur yang sulit. Setiap orang yang mempunyai hubungan administrasi dengan KP4BS dapat diselesaikan dengan segera. Tetapi untuk tugas-tugas kedalam, yaitu terhadap tugas-tugas penyusunan statistik dan laporan masih memerlukan perhatian. Hal ini diakibatkan oleh karena disamping KP4BS merupakan suatu badan yang baru lahir, juga kurangnya tenaga kemampuan/skill yang membantu pimpinan dibidang itu.

31 Ibid., hal. 17.

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penguasa Pelabuhan (Port Authority) ini secara administratif berada di bawah Dirjen Perhubungan Laut, sedangkan secara operasional berada di bawah

KP4BS. Ia bertugas mengurus soal-soal pelabuhan sebagai suatu terminal point.

Penguasa Pelabuhan dalam kedudukan dan wewenangnya mengadakan integrasi

(pembaharuan) perencanaan dan penyusun rencana pekerjaan (operation programming) berdasarkan kebijaksanaan yang digariskan oleh Dirjen

Perhubungan Laut guna mewujudkan fungsi dan tugas pelabuhan sebagai terminal point. Didalam lingkungan kerja Pelabuhan sebagai terminal point diadakan ketentuan tentang:

a. Penyediaan fasilitas-fasilitas untuk umum dan pemerintah.

b. Pengaturan pembangunan (establishment), gudang-gudang tempat

penimbunan, penggunaan tanah, penyediaan air, listrik dan sebagainya

(pengadaan logistik) untuk pihak pemakaian pelabuhan.

c. Penyediaan fasilitas-fasilitas sosial untuk kesejahteraan dan ketenteraman

kerja dipelabuhan.

Penguasa Pelabuhan (Port Authority) di dalam daerah wewenangnya masing-masing:

a. Mengatur kegiatan terminal termasuk telekomunikasi, keamanan dan social

security sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Dirjen Perhubungan

Laut.

b. Mengawasi peraturan pelayaran lainnya dan maritim lainnya.

c. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan komersil dari perusahaan negara dalam

lingkungan Departemen Perhubungan Laut.

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Melaksanakan keputusan-keputusan, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk

dan pengumuman dari Dirjen Perhubungan Laut.32

Organisasi penguasa pelabuhan (Port Authority) sebagai terminal point disusun sebagai berikut:

a. Penguasa Pelabuhan sebagai penanggung jawab umum dan tunggal;

b. Staf operasi yang mengurus soal-soal operasional pelabuhan, keselamatan

pelayaran, kemacetan dan kesehatan pelabuhan.

c. Staf penyediaan jasa (service) yang mengurus soal-soal kapal penunda

alat-alat bongkar muat, bahan-bahan bakar, air, teknik pemeliharaan dan

pembangunan, tempat tinggal buruh, penyewaan tanah dan sebagainya.

d. Kesatuan keamanan.33

Demikianlah struktur organisasi Penguasa Pelabuhan di Pelabuhan Bebas

Sabang. Di dalam struktur organisasi KP4BS, Penguasa Pelabuhan secara operasional berada di bawah KP4BS, sedangkan di dalam kenyataannya Penguasa

Pelabuhan di pelabuhan bebas Sabang kurang mengikuti ketentuan tersebut.

Sudah tentu sesuai dengan penetapan Sabang sebagai pelabuhan bebas, maka seharusnya semua peraturan-peraturan dan kebijaksanaan Pusat harus disesuaikan dengan kedudukan Sabang sebagai pelabuhan bebas.

Penguasa Pelabuhan selalu harus tunduk kepada peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi Dirjen Perhubungan Laut yang pada dasarnya semua instruksi dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan berlandaskan pada visinya daratan

32 Ibid., hal.18.

33 Djamaluddin, op.cit., hal. 19.

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA maka jelas bahwa peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi tersebut tidak serasi dan seirama dengan perkembangan Sabang sebagai Pelabuhan Bebas.

Dari keterangan-keterangan tersebut diatas terdapat tiga unsur pengelolaan dipelabuhan bebas Sabang yang masing-masing mempunyai kewajiba yang berbeda, ditambah lagi dengan unsur Penguasa Pelabuhan (Port

Authority) yang secara administratif berada dibawah Dirjen Perhubungan Laut.

Tanpa kesadaran kerja sama yang terarah pada satu tujuan yaitu mensukseskan

Pelabuhan Bebas Sabang yang setaraf dengan pelabuhan bebas internasional, maka sukarlah bagi KP4BS untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya.

4.4.2 Struktur KP4BS

Adapun struktur dalam Pimpinan Dan Staf Komando Pelaksana

Pembangunan Projek Pelabuhan Bebas Sabang (Kp4bs), yaitu :

Pimpinan Dan Staf Kp4bs, Tahun 1967

1. Pimpinan:

a. Komandan : Kol.(L) Mas Wibowo (s/d 31 Maret 1967)

b. Caretaker Komd. : Ir. Ibrahim Abdullah (sejak 1 April 1967)

2. Staf Pimpinan:

1. Perundang-undangan : Maj. (L) Soekro Soemanto S.H.

2. Keuangan/Personil : Maj. (L) Soekro Soemanto S.H.

3. Public Relations : Djalaluddin, SH

4. Sekretariat : Ny. R.A. Kartini

5. Pembantu Khusus : Serma (L) A. Wahab Kasim

3. Pembantu Komandan Bahagian:

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Perekonomian Umum : Ir. Ibrahim Abdullah

Drs. Ek. Zein Hasjmy (sejak Nov. 1967)

2. Teknik : Ir. Mustafa S. (s/d Djuni 1967)

4. Perekonomian Umum :

1. Industri/Perdagangan : R. Wachjoe Soedjadi

2. Finance/Perpajakan : Hasan Bin Pungut

3. Perencanaan : Ir. Mustafa S. (s/d Djuni 1967)

4. Pelaksanaan : Sjamsul Bachri S.34

Pada tahun 1970 terjadi perubahan pada struktur susunan organisasi

Pelaksanaan Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang. Kepengurusan organisasi ini diantaranya Drs. Ek. Zein Hasjmy sebagai pegawai Daerah Provinsi

Daerah Istimewa Aceh yang diperbantukan pada Pelaksanaan Pembangunan

Proyek Pelabuhan Bebas Sabang. Namun untuk kebutuhan Pemerintahan Daerah itu, mereka ditarik kembali dari Sabang ke Banda Aceh.

Demikian pula pada tahun 1969, Public Relations Officer dipimpin oleh saudara Djalaluddin, SH, yang merupakan seorang pengajar di Universitas Syiah

Kuala, Darussalam-Banda Aceh yang juga diperbantukan pada Pelaksanaan

Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang. Tetapi pada tanggal 1 mei 1970

34 Jusuf Walad, op,cit., hal. 13.

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berhubung dengan tugasnya sebagai pengajar maka ditarik kembali oleh

Universitas Syiah Kuala.35

Disamping itu, pada tahun 1970 telah dikirim ke Jakarta 2 orang tenaga teknik untuk melakukan pelatihan menjadi teknisi pada Radio dan Televisi Niaga

Sabang. Dengan adanya Ferry Boat di Sabang, maka penerimaan sejumlah tenaga baru sebagai pegawai Pelaksana Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang.

Dengan demikian keadaan struktur pada organisasi ini pada tahun 1970, baik yang tetap maupun yang honor, sebagai berikut :

Tabel 2

Struktur Organisasi KP4BS

Pegawai Tetap Pimpinan Ir. Ibrahim Abdullah Administrator

Staf Ramli Ridwan SH. Kepala Bhg. Perdagangan/industri, merangkap UUD M. Daud Said Staf Teknik/pembangunan Drs. Zakaria Staf Public Relations Officer Karimin Benseh SH. Staf Public Relations Officer Pembantu Staf Syamsul Bachri S. Teknik Pembangunan Abdurrachman Rostam Staf Administrasi Hasballah Keuangan A.Wahab Kasim Keuangan Nakhoda Ferry Boat

35 Djamaluddin, Daerah Perdagangan Bebas Dengan Pelabuhan Bebas Sabang 1970, Sebuah Supplement Terhadap Pelabuhan Sabang 1967, Banda Aceh : P4BS dan Fak. Ekonomi Universitas Syiah Kuala, 1971. hal. 21.

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pegawai Ny. R. A. Kartini Sekretariat Faisal Fauza Public Relations/ Radio Abu Bakar Tekhnik Armia Teknik/Radio-TV Bambang S. Teknik Rojani Public Relations Parianan S. Public Relations Hartati Perdagangan Ny. Nur Amli Perdagangan Azhar Bhakti Perdagangan Ny. Ratna Chairumi Administrasi/keuangan Suparman Administrasi/keuangan Rustam Effendi Perdagangan T. Syarifuddin Perdagangan Cut Ni Agusni Perdagangan Pegawai Dasar Pegawai dasar berjumlah 9 orang, diantaranya pengemudi, pengantar surat, dan pelayan/penjaga malam. Pegawai Honor I.Staf Ahmad Daudy, MA Directorie Sabang Islamic Centre Drs. M. Ali Muhammad Directorie Sabang Islamic Centre Dliaudiin Hamdy Pimpinan Umum SRRM (Sabang Rural Reconstruction Movement) II.Pembantu Staff Marwansyah Nst. Manager Pilot Project Sabang Reconstruction Movement Ali Abdullah Teknik/Bangunan Saad Teknik/Listrik M. Hasan Basry Manager Pilot Proyek Peternakan Unggas Sabang Rural Reconstruction Movement Sulaiman Perdagangan Nana S. Ibrahim Direksi Radio Niaga Sabang M. Hasbi Kadir Kepala Ferry Boat

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA III.Pegawai Dasar Berjumlah 4 orang yang terdiri dari, 1 tukang cuci dan 3 bagian proyek unggas.

Pegawai Khusus I.Advisor Group Prof. A. Madjid Ibrahim Rektor Unsyiah Drs. Ibrahim Hasan,MBA Dekan Fakultas Ekonomi Mohd. Hasan Basry SH. Sek. Daerah Prov. Aceh II.Liaison Officer H. Di Murthala Anggota BPH Prov. Aceh Sjahnuran Umar Dep. Pendidikan dan kebudayaan. III. Keamanan I.T. Tjut Hasan

Sumber : BPS Sabang.

Dari uraian diatas bahwa administrator Pelaksana Pembangunan Proyek

Pelabuhan Bebas Sabang (P4BS) dalam Melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh semua staf dan seluruh pegawai tetap P4BS itu sendiri. Kemudian dibantu juga oleh tenaga honorer atau lembaga-lembaga yang sengaja dibentuk seperti,

Sabang Islamic Centre, Sabang Chamber of Commerce and Industry (SCCI),

Lembaga Ilmu Pengetahuan Sabang, Sabang Rural Contraction Movement

(SRRM), dan juga dibantu oleh staf khusus serta keamanan.36

4.5 Infrastruktur

4.5.1 Dermaga

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas - batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan

36 Ibid., hal. 23.

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Setiap pelabuhan pasti memiliki fasilitas-fasilitas untuk mendukung aktivitasnya. Fasilitas yang paling utama yaitu dermaga. Fungsi dermaga adalah untuk bertambatnya kapal-kapal agar dapat melakukan bongkar muat barang atau menaik turunkan penumpang dengan aman dan lancar.37

Sebagai pelabuhan yang sering disinggahi kapal-kapal besar maupun kapal-kapal kecil yaitu kapal-kapal Samudera, kapal lokal, kapal layar serta kapal tanker, pelabuhan Sabang wajib membangun dermaga yang merupakan tempat ditambatkan atau berlabuh di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.

Dermaga dan Apron di pelabuhan Sabang digabungkan. Apron merupakan halaman di atas dermaga yang terbentang di sisi muka dermaga sampai gudang laut atau lapangan penumpukan terbuka. Apron digunakan untuk menempatkan barang yang akan dinaikkan ke kapal atau barang yang baru saja diturunkan dari kapal. Bentuk Apron tergantung pada jenis muatan. Lebar apron di pelabuhan Sabang adalah 15 - 25 meter.

Luas pelabuhan Sabang kira-kira 177.825 meter persegi. Panjang dermaga sekitar 873 meter, tetapi dermaga yang dapat dipergunakan hanya sepanjang 423 meter. Selebihnya sepanjang 450 meter berada dalam keadaan

37 Nyoman Budiartha Raka Mandi, Pelabuhan : Perencanaan dan Perancangan Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai, Denpasar: Buku Arti, 2015,hal. 314.

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rusak berat sebagai akibat dari perang dunia kedua. Setelah dilaksanakan perbaikan-perbaikan sejak tahun 1964 sampai dengan tahun 1967, panjang dermaga yang dapat dipergunakan untuk melakukan kegiatan bongkar muat adalah 693 meter, dan dapat menampung tiga buah kapal secara sekaligus.

Disamping itu telah diperbaiki sepanjang 50 meter untuk keperluan dermaga minyak. Perlengkapan berupa pipa-pipa untuk menyalurkan air ke kapal, telah disediakan dua buah selang yang masing-masing berkekuatan 10 ton persaluran perjam.

Dapat ditambahkan bahwa selain dari pada perbaikan terhadap dermaga yang rusak, kondisi alam pelabuhan Sabang masih memungkinkan untuk perluasan dermaga yang cukup besar dimasa depan.

Kondisi perairan di Sabang merupakan salah satu dari suatu pelabuhan yang baik. Pelabuhan Sabang adalah pelabuhan alam yang terlindung, terletak diteluk Sabang yang merupakan sebahagian dari teluk yang besar. Pelabuhan ini terlindung dari gangguan alam seperti badai serta gelombang dan arus sehingga tidak membutuhkan suatu konstruksi pemecah gelombang (water breaker).

Pengendapan yang sering terjadi merupakan masalah dibanyak pelabuhan yang lain, tidak dijumpai di pelabuhan ini. Selain itu selisih antara pasang naik dan pasang surut tidak begitu berarti, yaitu sekitar 1,40 meter. Suatu keuntungan lainnya yang dijumpai di sana ialah konstruksi pelabuhan sangat sederhana.

Dengan hanya tambatan (dermaga) yang tidak terlalu jauh menjorok kelaut, karena telah memiliki kedalaman yang cukup tanpa harus melakukan pengerukan.

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.5.2 Gudang

Perlengkapan pelabuhan yang penting lainnya setelah dermaga adalah fasilitas pergudangan. Gudang digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu lama. Gudang biasanya dibuat jauh dari dermaga karena ruangan yang tersedia di dermaga biasanya terbatas dan hanya digunakan untuk keperluan bongkar muat dari dan/atau ke kapal.

Peranan pelabuhan sebagai tempat bongkar muat barang tidak terlepas dari bagaimana arus gerak pengangkutan barang-barang impor dan ekspor yang ada di tempat penyimpanan. Hal ini berarti gudang berperan dalam mengalokasikan jumlah barang yang harus diangkut ke kapal, dan bagaimana mendistribusikan ke kapal-kapal yang datang. Alasan ini disebabkan jadwal kapal yang datang tidak dapat dipastikan sehingga banyak barang-barang yang akan diangkut menumpuk di pelabuhan. Artinya, nilai atas barang akan berkurang jika terlalu lama disimpan dan nilai ekonomisnya semakin berkurang.38

Salah satu cara menyelesaikan masalah tempat penyimpanan barang- barang yang akan dibawa ke kapal laut, maka diperlukan gudang sebagai tempat penyimpanan barang-barang. Pembangunan gudang dilakukan pada daerah-daerah yang masih dalam wilayah cakupan pelabuhan. Gudang-gudang yang dibangun kemudian disewakan kepada pihak swasta maupun perusahaan pelayaran untuk tempat penyimpanan barang-barang sebelum diangkut dan dikirim ke kapal-kapal.

38 Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1987, hal. 87-92.

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perkembangan dan perluasan gudang di Sabang, selama 1964 hingga

1967 juga cukup memuaskan. Sebelum tahun 1964, Perusahaan Negara (PN) pelabuhan hanya memiliki 4 buah gudang yang memenuhi syarat-syarat pergudangan yaitu seluas 2.410 M². Sampai dengan tahun 1967 oleh Komando

Pelaksana Pembangunan Proyek Pelabuhan Bebas Sabang (KP4BS) telah diadakan perbaikan dan perluasan sehingga sekarang telah menjadi 10.483 M².

Dalam tingkat kegiatan perdagangan selama dibuka kembali Sabang sebagai pelabuhan bebas, maka gudang-gudang pelabuhan Perusahaan Negara

(PN) pelabuhan tersebut telah dapat melayani kebutuhan akan tempat penumpukan barang. Pemakaian dan penyewaan gudang-gudang tersebut rata-rata

60%, 56% dan 70% setiap bulan, masing-masing untuk tahun 1964, 1965 dan

1967. Selain itu gudang yang merupakan milik PN. Pelabuhan, juga terdapat gudang-gudang yang merupakan milik swasta dan pemerintah, yaitu :

1. Gudang BNI Unit-III seluas 960 m²

2. Gudang ATSC seluas 675 m²

3. Gudang CV. SAME seluas 716 m²

4. Gudang JASAU seluas 500 m²

5. Gudang ATJEH KONGSI seluas 800 m²

6. Gudang PT. DJAJA seluas 617 m²

7. Gudang PT. SABANG RIA seluas 195 m²

Perusahaan-perusahaan ekspedisi muatan kapal diantaranya ialah; PT.

ATSC, PT. JASAU, CV. Same. Perusahaan industri yang telah ada di Sabang sebenarnya belum dapat digolongkan sebagai sebuah industri yang berarti karena

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA aktivitasnya masih sangat kecil dan cara mengerjakannya pun masih sangat sederhana. Kalau kita melihat dipelabuhan-pelabuhan bebas lainnya perkembangan industri itu menunjukkan tendensi semakin pesat. Jika daerah belakangnya adalah daerah pertanian (perkebunan) maka disitu akan berkembang dengan pesat processing dan upgrading industries. Selanjutnya apabila disitu perdagangan transito telah berkembang baik maka akan tumbuh pula manufacturing industries.

Perkembangan industri di Sabang belum mendapat kemajuan walaupun

Sabang telah menjadi sebagai pelabuhan bebas, hal ini disebabkan terutama disamping Sabang sebagai pelabuhan bebas masih baru, penduduknya belum lagi mempunyai jiwa industrial-minded, juga disebabkan oleh status Free Port Sabang belum lagi dituangkan dalam bentuk Undang-Undang, sehingga hasrat orang untuk menanam modal disitu masih ragu-ragu. Sedangkan Bank yang terdapat di

Sabang ialah Bank Negara Unit I, Bank Negara Unit III, dan Bank Dagang

Nasional Indonesia. Perdagangan transito adalah merupakan suatu main-business dalam setiap pelabuhan bebas, termasuk pelabuhan bebas Sabang. Industri- industri perdagangan seperti upgrading dan processing-industries dengan sendirinya akan berkembang jika perdagangan transito melalui Sabang semakin bertambah maju. Tumbuhnya industri-industri ini kelak akan memperkuat kedudukan Sabang dalam mata rantai perdagangan internasional.39

Perusahaan seperti ATJEH KONGSI, PT. DJAJA, PT. SABANG RIA merupakan gudang yang digunakan sebagai barang impor dan ekspor yang datang

39 Sjamsuddin mahmud, op.cit., hal. 42.

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dari berbagai daerah, kemudian dialihkan ke gudang-gudang ini untuk dapat diproses dan barang-barang dapat bertahan lama. Barang-barang yang disimpan disini terdapat barang konsumsi, seperti makanan, pakaian, dan lainnya. Barang yang diekspor seperti rempah-rempah, hasil perkebunan, dan lainnya.

Hasil penyewaan gudang-gudang ini dapat dijadikan sebagai kebutuhan pelabuhan. Pemasukan keuangan sewa gudang merupakan salah satu pendapatan yang sangat mendorong pertumbuhan dan perkembangan pelabuhan. Alasan ini disebabkan hanya pihak pelabuhan yang menyediakan tempat simpan barang

(gudang) untuk disewa agar barang terjamin kualitas (mutu) dan kuantitas

(jumlah).

4.5.3 Perkantoran, Perumahan, dan Fasilitas lainnya

Fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat di pelabuhan Sabang yaitu adanya alat-alat bantu bongkar muat di pelabuhan seperti forklift atau alat pengangakat barang, truk dan kranderek kecil. Selain itu di pelabuhan ini juga memiliki pompa pengisian air. Hal ini sangat penting keberadaannya karena untuk mengisi pasokan air bersih ke kapal-kapal yang akan melakukan pelayaran.

Pelayaran yang dilakukan berhari-hari tentu saja membutuhkan air bersih untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, air minum dan lainnya. Hal ini sangat menguntungkan Sabang, karena kapal-kapal sebelum mengarungi Samudera

Hindia, maka tempat satu-satunya untuk pengisian air minum adalah di daerah

Sabang. Maksudnya, bahwa disini tersedia air minum tawar.

95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Prasarana lainnya yaitu dok, yang merupakan salah satu alat apung yang berguna sebagai tempat untuk membangun atau memperbaiki kapal. Alat ini telah ditarik ke Jakarta, dan ini menyebabkan kerugian yang besar bagi Sabang sebagai pelabuhan bebas. Pada awal tahun 1964, untuk keperluan fasilitas pelabuhan bebas Sabang, telah disediakan sebuah dok terapung yang berkapasitas 1.500 ton.

Panjang dok tersebut 116 m, lebar 20 m dan dalam maximum 4 m.

Dalam hubungan dengan perbaikan ringan/berat dari kapal-kapal selain milik Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), maka bahan-bahan baku dan lain-lain yang diperlukan dalam perbaikan tersebut seluruhnya harus disediakan oleh para pemilik kapal yang bersangkutan. Hal ini disebabkan oleh karena pihak

ALRI belum mampu untuk menyediakan bahan-bahan yang diperlukan. Demikian pula halnya di pelabuhan Sabang tidak ada fasilitas untuk kebutuhan alat-alat suku cadang kapal maupun tenaga-tenaga ahli perkapalan serta peralatan lainya yang sangat diperlukan untuk kapal-kapal besar maupun kapal-kapal modern.

Selain itu, fasilitas perkantoran dan perumahan sangat dibutuhkan di pelabuhan karena sebagai sarana penunjang untuk mengontrol kegiatan bongkar muat, ekspor-impor dan lainnya. Selain itu perkantoran juga berfungsi untuk perwakilan-perwakilan perusahaan-perusahaan dan pemerintahan yang ada di pelabuhan. Pembangunan loket untuk tempat penjualan karcis, kemudian dibangun juga sebuah ruang tunggu untuk para penumpang kapal, dan juga ada sebuah gedung ruang pemeriksaan penumpang yang datang sebagai ruang periksa duane. Serta dibangun listrik untuk menerangi pelabuhan.

96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mengenai perumahan ini dibangun oleh pemerintah yang berguna untuk menampung karyawan-karyawan pelabuhan termasuk kepala pelabuhan atau syahbandar. Pelayanan kebutuhan perumahan sangat memungkinkan selain untuk pegawai, kepala pelabuhan dan pengelola pelabuhan, juga pembangunan barak- barak yang sangat diperlukan bagi buruh-buruh pelabuhan dan pekerja kasar di pelabuhan.40 Hal ini tentu saja sangat diperlukan bagi pihak pengelola Pelabuhan

Bebas Sabang.

Pembangunan yang dibiayai oleh KP4BS, yaitu sebuah perumahan yang terdiri dari dua pavilyun dengan dua belas kamar. Dibantu oleh AKRI (Angkatan

Kepolisian RI) pada tahun 1966 dibangun sebuah asrama untuk kebutuhan pekerja pelabuhan dan keluarga. Kemudian dibantu oleh Direktorat Perhubungan Laut tahun 1966 membangun sebuah rumah petak untuk 6 keluarga. Pembangunan lainnya dibiayai oleh PT. PEPANA, Sabang Pura Djaja dan PT. Abad, tahun 1966 masing-masing membangun sebuah kantor permanen, dan beberapa bangunan untuk keperluan listrik, penampungan jemaah haji, dan pedagang, dibangun oleh perusahaan lainnya.41

40 A. Rasyid Asba, ―Buruh Pelabuhan Makassar: Gerakan Buruh dan Politik Regional‖ dalam Erwiza Erman dan Ratna Saptari (Ed.), Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan Bangsa, Jakarta: KITLV-Jakarta – NIOD – Pustaka Yayasan Obor Indonesia, 2013, hlm. 180-181.

41 Sjamsuddin Mahmud, op.cit., hal. 117.

97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.6 Aktivitas Pelabuhan

4.6.1 Ekspor dan Impor

Daerah perdagangan bebas dengan pelabuhan bebas Sabang dalam usahanya mendapatkan sebahagian dari perdagangan transhipment internasional telah menunjukkan kemajuan dalam tahun 1970.42 Fungsi Sabang sebagai pusat perdagangan transito dan pintu gerbang dalam lalu lintas perdagangan internasional, makin bertambah penting. Perkembangan perdagangan menunjukkan bahwasanya telah meningkat. Jumlah perputaran semakin meningkat pada tahun 1970 sejak dibukanya Daerah Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Sabang.

Produksi utama di Sabang adalah kopra. Penduduk Sabang secara keseluruhan hidup dari pertanian kelapa. Kira-kira 80% dari mereka merupakan petani kecil dengan areal pertanian rata-rata dua hektar luasnya, 9% terdiri dari petani sedang dengan areal pertanian seluas rata-rata 10 hektar dan hanya 1 % saja yang merupakan petani besar dengan areal pertanian seluas 21 hektar. Selama tahun 1967, sampai akhir September, menurut angka-angka dari KP4BS telah diekspor sebanyak 778.400 kg kopra hasil dari pulau Weh sendiri dengan harga tidak kurang dari US $80.000. Jumlah ini ternyata meliputi kira-kira 73 % dari seluruh jumlah ekspor produksi Sabang untuk tahun 1967.43

42 Setelah berlakunya Undang-undang No. 3 dan No. 4 Tahun 1970.

43 Sjamsuddin Mahmud, dkk., op.cit., hal. 40.

98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Produksi cengkeh menempati tempat nomor dua dari seluruh produksi barang ekspor setelah kopra. Dibandingkan dengan kelapa, cengkeh merupakan tanaman pertanian yang sudah ada sejak jaman Belanda dipulau Weh, yaitu mulai mendapat perhatian petani kembali sejak sepuluh tahun terahir ini. Berkat tanahnya yang subur, terutama bagi daerah-daerah yang tanahnya berasal dari batu-batuan volkanis serta curah hujan yang sesuai, maka di pulau Sabang telah berkembang tanaman cengkeh.44 Luas tanaman cengkeh di Sabang diperkirakan mencapai 1.000 Ha, dengan produksi untuk tahun 1980 sekitar 400 ton cengkeh kering. Dengan harga rata-rata Rp 8.000/Kg, maka penerimaan kotor sektor pertanian dari hasil cengkeh untuk tahun 1980 adalah 2 milyar rupiah, atau sekitar

Rp 134 ribu per-kapita, sebelum dikurangi dengan biaya produksi yang berupa penyusutan, obat-obatan dan bibit. Dengan besarnya pendapatan yang di peroleh dari hasil cengkeh ini, akan memberi makna tersendiri bagi kehidupan ekonomi dan sosial di pulau yang tidak terlalu luas ini. Hal ini pulalah yang menyebabkan, bahwa standar hidup di Sabang, lebih tinggi dibanding dengan kota-kota di Aceh daratan.45

Kapok dan pinang, walaupun merupakan bahan-bahan ekspor tiap tahun, tetapi bukan merupakan hasil pertanian yang penting. Hasil-hasil yang diekspor dari pulau Weh ini sesuai dengan pendapatan pertaniannya di desa-desa. Dari data yang telah dikumpulkan menunjukkan, bahwa dari seluruh areal pertanian 79% merupakan pertanian kelapa. Cengkeh dan tanaman keras lainnya meliputi luas

44 J.A.Kruijt, Poeloe Weh : Waarom Staats-Exploitatie Van Dit Eiland Af Te Keuren Is, s-Gravenhage: LOMAN & FUNKE, 1897, hal. 14.

45 Jusuf Walad., op.cit., hal. 28.

99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8% dari seluruh areal pertanian, padi 5% dan tanaman palawija (pisang, buah- buahan dan sayur-sayuran) 8%. Hal ini memberikan gambaran tentang hubungan antara penggunaan tanah pertanian, luas dan penghasilan petani pertahun serta persentase sumber-sumber income petani dari masing-masing jenis usaha pertanian di desa-desa.46

Sebagian besar perhatian petani hanya kepada tanaman kelapa karena ini yang dianggap dapat menjamin 90% dari seluruh sumber pendapatan dari pertanian, maka pulau Weh tidak self-producing dalam kebutuhan hidup penduduknya sehari-hari. Sebagian besar dari kebutuhan hidup pokok harus didatangkan dari tempat lain, terutama dari daratan Aceh. Termasuk yang didatangkan bahan-bahan yang paling vital seperti beras, daging, telur dan rempah-rempah. Bahkan sering juga berjenis seperti sayur-mayur perlu didatangkan dari Banda Aceh. Hal ini menggambarkan tentang betapa tergantungnya kota Sabang kepada pemasukan bahan-bahan kebutuhan pokok dan perbandingan dari beberapa harga bahan-bahan yang penting di pasar Sabang dan

Banda Aceh pada akhir tahun 1967. Bahan-bahan kebutuhan vital yang tidak dimasukkan dari luar ialah ikan dan beberapa macam buah-buahan, terutama pisang dan pepaya.47

Pulau Weh dapat menutupi kebutuhan ikannya tanpa memasukkan ikan dari luar. Ini terbukti karena 100% dari ikan yang dikonsumsikan di Sabang

46 Badan Statisik Sabang, op. cit., hal. 5.

47 Wawancara dengan Ilyas di Sabang, Mei 2017.

100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dihasilkan sendiri oleh nelayan-nelayan pulau Weh dan tidak terdapat perbedaan harga yang drastis antara ikan basah di Banda Aceh dengan di Sabang. Menurut laporan Dinas Perikanan Laut Kotamadya Sabang terdapat 877 orang nelayan dipulau Weh dalam tahun 1967. Dari seluruh jumlah nelayan ini 650 orang merupakan nelayan tetap. Selebihnya merupakan nelayan sambilan. Penangkapan ikan dilakukan dengan perahu, pukat, jala, bubu, jaring dan pancing, pada tahun

1967 memberikan hasil produksi ikan sebanyak kira-kira 460 ton atau kira-kira

1,3 ton perhari.48

Dalam produksi hutan, Sabang juga belum bisa menutupi kebutuhannya.

Bahan-bahan bangunan masih bergantung pada daratan Aceh. Hasil alam yang ada di Sabang, kebanyakan dari mereka digunakan sebagai kepentingan sehari- hari.

Sabang pada masa ini masih belumlah dianggap sebagai daerah perindustrian dan masih dalam hal memberikan jasa-jasa dalam perdagangan. Hal ini disebabkan karena pada awal dibentuknya pelabuhan bebas Sabang dan perdagangan bebas, wilayah ini masih tahap pembentukan kebijakan dan belum dituangkan dalam bentuk Undang-Undang. Sektor perdagangan merupakan lapangan usaha yang paling utama dan penting di Sabang dalam peningkatan pendapatan daerah ini.

48 Sjamsudin Mahmud, dkk., op.cit., hal. 41.

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Perdagangan dengan Luar Negeri

Perdagangan dengan luar negeri dari perdagangan impor dan ekspor.

Barang impor terdiri dari barang-barang konsumsi, bahan-bahan baku dan barang modal. Ekspor umumnya terdiri dari hasil produksi Sabang seperti kopra dan ikan.

Jika diperhitungkan impor dan ekspor ke luar negeri ternyata bahwa pola perdagangan Sabang dalam masa konfrontasi dengan Malaysia (1964 s/d 1966) lebih bersifat ―export oriented‖49, dimana barang-barang ekspor yang berasal dari daerah hinterland Sabang50 di ekspor melalui Sabang langsung ke negara-negara konsumen seperti Eropah, Amerika dan Jepang. Para eksportir telah memperoleh pengalaman baru dalam pelaksanaan ekspor tanpa melalui mata rantai yang terlalu panjang. Setelah konfrontasi berakhir, volume perdagangan tidak menurun malahan meningkat, pola perdagangan berubah menjadi ―import oriented‖51, dan arah perdagangan menjadi beralih ke Singapura dan Hongkong.

Perubahan pola perdagangan menjadi ―import oerinted‖ disebabkan karena impor dapat dilaksanakan atas dasar ―consignment‖52 dengan mengadakan

―stockpiling‖53 di Sabang, tanpa terlalu banyak memerlukan pembiayaan melalui

49 Yang dimaksud dengan ―Export oriented‖ disini yaitu pelabuhan ini mendominasi pengiriman barang keluar atau mengekspor barang ke luar negeri maupun dalam negeri.

50 Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Langsa, Lhokseumawe, Banda Aceh, dan daerah lainnya. 51 Yang dimaksud dengan ―Import oriented‖ disini yaitu pelabuhan ini mendominasi hanya sebangai penerima barang dari luar negeri maupun dalam negeri.

52 Consignment adalah suatu perjanjian dimana salah satu pihak menyerahkan sejumlah barangnya kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi tertentu.

53 Penimbunan barang.

102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bank, sedangkan untuk barang-barang di ekspor sulit dilakukan dengan cara yang demikian. Walaupun demikian, fungsi perdagangan transito untuk mendekatkan sumber produksi dan konsumsi telah dilaksanakan oleh Sabang walaupun belum begitu sempurna.54

Berubahnya pola ini disebabkan juga oleh beberapa faktor antara lain perdagangan dengan Singapura tidak memerlukan modal yang terlalu besar oleh karena ekspor dalam dilakukan dalam partai-partai atau jumlah-jumlah yang kecil, waktu perputaran modal lebih cepat, sistem dan tatacara perdagangan telah dikuasi benar-benar.

Barang-barang ekspor dari daerah hinterland relatif belum begitu banyak yang disalurkan melalui Sabang, oleh karena belum berkembangnya processing industries/industri yang memproses barang-barang di Sabang, sehingga barang- barang tersebut tidak mengalami upgrading/peningkatan mutu. Tambahan lagi dengan dibukanya semua pelabuhan pantai untuk perdagangan luar negeri, maka barng-barang dari daerah hinterland Sabang lebih menguntungkan untuk diekspor melalui Singapura. Dengan demikian fungsi Sabang sebagai ―commodity exchange‖ (bursa barang-barang ekspor) sampai dewasa ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Tabel dibawah ini menunjukkan angka-angka perkembangan impor dan ekspor Sabang.

54 Djamaluddin, Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan bebas Sabang 1970, Banda Aceh: P4BS, 1971, hal. 26.

103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 3

Nilai dan Volume Perdagangan Sabang dengan Luar Negeri

Tahun Ekspor Impor Total

1964 628.277,03 74.567,50 702.844,53 1965 1.055.417,53 574,987,62 1.630.405,15 1966 5.299.818,15 1.721.823,92 7.012.642,07 1967 3.724.088,24 4.852.637,50 8.478.724,74 1968 1.265.476,65 4.785.299,69 6.050.776,34 1969 294.389,35 7.426.455,63 7.720.844,35 1970/1971 287.513,69 10.939.839,22 11.227.352,91 1972 185,15 3.364,73 3.549,88 1973 130,31 2.907,75 3.038,06 1974 545,15 3.009,34 3.554,49 1975 279,72 2.540,91 2.820,63 1976 38,98 4.949,17 4.988,15 1977 35,37 6.406,39 6.441,76 1978 365,20 5.936,39 6.301,99 1979 1.883,09 9.129,68 11.012,77 1980 437,72 11.407,13 11.844,85 Sumber: Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang dan diolah dari angka-angka KP4BS. Kalau diperhatikan angka-angka yang ada pada tabel 3, terlihat bahwa nilai ekspor maupun impor ada kecenderungan meningkat dan menurun di setiap tahunnya. Misalnya, jika dibandingkan nilai ekspor ke luar negeri tahun 1964 dengan tahun 1966 telah meningkat lebih dari beberapa kali lipat, sedangkan jika ditinjau dari nilai impor dari luar negeri dalam waktu yang sama telah meningkat, namun tidak lebih besar dari angka hasil ekspor.

Dalam tahun 1967 nilai ekspor ke luar negeri menurun jika dibandingkan dengan tahun 1966. Ini merupakan gejala umum untuk ekspor Indonesia secara keseluruhan oleh karena adanya keragu-raguan yang bersifat sementara

(ketidakpastian sementara) terhadap pelaksanaan peraturan dalam Undang-

104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Undang 28 Juli 196755 dan merosotnya harga barang-barang ekspor terutama karet dan kopi. Sebaliknya nilai impor dari luar negeri meningkat cukup besar.

Bagian terbesar dari perdagangan Sabang berasal dari impor dari luar negeri. Impor Sabang dari luar negeri pada periode 1965 - 1967 mengalami peningkatan. Periode 1972 -1975 menggambarkan masa penurunan, namun periode 1975 – 1980 kembali meningkat, pola impor Sabang dengan luar negeri sejak tahun 1967-1980 tidak mengalami perubahan yang berarti.

Namun berbeda halnya dengan nilai ekspor yang mengalami naik turun.

Ekspor Sabang ke luar negeri hanya terdiri dari produksi Sabang sendiri yang terdiri dari kopra, minyak kelapa, bungkil (minyak kelapa), ikan. Peranan ekspor

Sabang ke luar negeri ini relatif masih kecil. Rata-rata ekspor hanya ±7% dari total perdagangan dengan luar negeri. Pola perdagangan Sabang dengan luar negeri selalu mengalami defisit, dalam pengertian impor selalu lebih besar dari pada ekspor. Dilihat dari tabel di atas perbandingan antara ekspor dan impor dengan luar negeri mengalami fluktuasi yang begitu besar. Hal ini menunjukkan bahwa gambaran terhadap perdagangan ekspor di Sabang belum stabil.

Sebaliknya jika dibandingkan dengan impor, maka fluktuasinya masih relatif kecil dapat dikatakan sedikit lebih stabil dari pada ekspor.

55 Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 10 tahun 1967 tanggal 28 Juli 1967 tentang penyederhanaan prosedur ekspor dan impor.

105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Perdagangan dengan Daerah Pabean56 Indonesia

Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai ialah agar Sabang menjadi

‖pintu gerbang‖, sebagai pusat lalu lintas perdagangan baik impor dari luar negeri maupun ekspor keluar negeri. Jadi selain terdapat konsentrasi kegiatan perdagangan, juga terdapat konsentrasi dari pada prasarana dan sarana lainnya.

Bidang impor dari luar negeri telah diperoleh kemajuan, tetapi dalam bidang ekspor ke luar negeri belum menunjukkan kemajuan yang berarti. Hal ini disebabkan karena impor dari daerah hinterland relatif kecil. Luasnya wilayah hinterland tergantung disatu pihak pada peranan yang dapat dimainkan oleh pintu gerbangnya dan dipihak lain pada jangkauan kemampuan daripada kegiatan usaha masyarakat dibagian hinterland untuk memanfaatkan pintu gerbangnya.

Jangkauan kemampuan ini bergantung kepada ongkos produksi dan ongkos transport.

Oleh karena itu tujuan jangka pendek yang ingin dicapai dalam rangka meningkatkan kegiatan ekspor keluar negeri (dan impor dari daerah hinterland) adalah perbaikan sistem transportasi dan komunikasi yang menghubungi pintu gerbang Sabang dengan pintu-pintu gerbang lainnya yang terdapat di daerah hinterland.

56 Daerah pabean adalah daerah yang mempunyai batas-batas tertentu seperti di bandar udara, pelabuhan laut, atau tempat lainnya yang sudah ditetapkan untuk lalu lintas barang yang berada dalam pengawasan bea dan cukai. Dengan memiliki tugas menetapkan dan melaksanakan seluruh kebijakan dan aturan teknis mengenai tata cara pelaksanaan kepabeanan dan cukai berdasarkan kebijkan yang berlaku. Seperti merumuskan tarif bea masuk dan keluar, merumuskan aturan atau prosedur pemeriksaan barang, dan lainnya. Hal ini dilakukan selain untuk sumber pendapatan negara, juga untuk melindungi produk dalam negeri, dan lain-lain. Lihat Herman Budi Sasono yang berjudul ―Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor‖, Yogyakarta: Cv. Andi Offset, 2012, hal. 107.

106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ditinjau dari pelabuhan asal barang impor dari Daerah Pabean Indonesia, untuk tahun 1965 impor hanya dilakukan melalui pelabuhan Ulee Lheue,

Lhokseumawe, Meulaboh dan Tanjung Priok. Lebih dari 50% dari nilai-impor dilakukan melalui pelabuhan Ulee Lheue. Dalam tahun 1966 yang memegang peranan penting adalah pelabuhan Belawan (US $1.696.535,02 = 28%), kemudian menyusul Lhokseumawe (US$1.069.528,11 = 18%), Ulee Lheue (US$832.830,64

= 14%) dan Pontianak (US $654.108,14 = 11 %). Dalam tahun 1967 peranan pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan asal impor telah berkurang, impor terutama berasal dari pelabuhan Ulee Lheue (US $809.415,50 = 25,2%), Lhokseumawe

(US $647.860,26) dan Kuala Langsa (US $635.741,16). Impor yang berasal dari pelabuhan Belawan hanya US $242.935,99.

Pelabuhan asal impor yang lain yang penting adalah Meulaboh dengan nilai-impor dari pelabuhan tersebut. Sinabang (US $136.330,73) dan pulau

Nias/Gunung Sitoli (US $134.497,24) yang terletak disepanjang pantai Barat pulau Sumatera. Seperti diketahui melalui pelabuhan Kuala Langsa terutama dikeluarkan karet dan kopi, dari Lhokseumawe kopra, kopi dan pinang dan melalui pelabuhan Meulaboh adalah kelapa sawit/intisawit dan karet. Perincian nilai-impor Sabang dari Daerah Pabean Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4 berikut di bawah ini.

Tabel 4

Nilai Impor Sabang dari Daerah Pabean menurut Daerah Asal

No Pelabuhan Asal 1965 1966 1967

107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 Ulee Lheue 434.643,74 832.830,64 809.415,50 2 Sigli - - - 3 Lhokseumawe 222.090,10 1.069.528,11 647.860,26 4 Kuala Langsa - 371.367,02 635.741,16 5 Meulaboh 49.135,09 256.755,92 285.306,65 6 Sinabang - 297.696,50 136.330,73 7 Susoh - - 58.303,84 8 Singkel - 4.846,24 - 9 Tapaktuan - 65.000 47.449,59

Aceh 705.868,93 2.898.024,43 2.620.407,73 Sumber: Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang dan diolah dari angka-angka KP4BS. Tabel 5 Nilai Impor Sabang dari Daerah Pabean menurut Daerah Asal

No Pelabuhan Asal 1968 1969 1970 1 Ulee Lheue 55.514,60 16.248,97 12.159,40 2 Sigli - - - 3 Lhokseumawe 500.375,83 - - 4 Kuala Langsa - - - 5 Meulaboh 98.527,97 5.935, 13.673,74 6 Sinabang 100.568,80 12.000, 1.437,10 7 Susoh - - - 8 Singkel - - - 9 Tapaktuan 25.540,78 - -

Aceh 780.527,78 34.183,97 27.270,24 Sumber: Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang dan diolah dari angka-angka KP4BS.

3. Komoditas ekspor dan Impor

Komoditas ekspor dari Pelabuhan Sabang sebagian besar didominasi oleh hasil-hasil Perkebunan. Adapun komoditas-komoditas yang di hasilkan dari hasil- hasil perkebunan itu merupakan hasil perkebunan maupun pertanian rakyat.

Komoditas lain adalah hasil hutan, perikanan dan lainnya. Adapun komoditas-

108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA komoditas dari perkebunan maupun pertanian rakyat adalah cengkeh, lada, kopi, kopra, teh, karet. Komoditas-komoditas dari hasil hutan adalah buah-buahan, seperti pinang, kemenyan, kulit manis, kapuk, emping, kacang kuning dan sebagainya. Sektor perikanan merupakan hal yang tidak dapat dikesampingkan di

Pelabuhan Sabang, komoditas-komoditas dari hasil olahan ikan seperti ikan basah dan lainnya. Serta komoditas lainnya yaitu minyak nilam, kulit biawak, timah, kambing hidup, kerbau hidup, kulit ular, kulit sapi, belerang, kain batik, dan lain sebagainya.57

Komoditas impor dari Pelabuhan Sabang merupakan barang-barang yang banyak dibutuhkan bagi kehidupan sehari-hari atau kebutuhan primer dan sekunder, walaupun terdapat juga beberapa kebutuhan tersier. Selain kebutuhan kehidupan sehari-hari, komoditas-komoditas yang diimpor ke Pelabuhan Sabang berupa kebutuhan maupun peralatan dan perlengkapan perkebunan dan pertanian.

Kebutuhan-kebutuhan kebutuhan primer adalah beras, sarden, mentega, keju, biskuit, susu, ikan, dan lainnya. Sedangkan untuk kebutuhan pelengkap atau sekunder barang-barang yang diimpor melalui Pelabuhan Sabang adalah barang- barang manufaktur yakni kawat, paku, besi, semen, triplek atau plat, serta perkakas alat-alat rumah tangga, setrika, pakaian bermerk, dan lainnya.58

Tabel 6

Volume Ekspor Produksi Sabang ke Luar Negeri 1965-1970 (Dalam Ton)

Jenis barang 1965 1966 1967 1968 1969 1970

57 Djamaluddin, op.cit., hal. 43.

58 Ibid., hal. 28-31.

109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Kopi 141,7 37,8 - 24,7 - - Kopra 756,1 400,- 1.003,6 692,- 857,9 942,- Karet 490,7 - - - - - Minyak Nilam - 0,020 - - - - Cengkeh - 5,- 58,6 15,10 8,5 49,- Pinang - - 3,- - - - Kacang Kuning - 52,- - - - - Lada 29,9 85, - 11,- - - Kulit Biawak - - 2,- - - - Timah - 1,8 - - - - Kambing Hidup - - - - 1,- - Kulit Manis - 7,5 - - - - Kerbau Hidup 0,01 - - - - - Teh - 0,7 - - - - Kapok 20,- - 3,5 - - - Kuningan - 1,7 - 7,9 - - Emping - 1,3 - - - - Kulit Ular - 2,- - - 0,01 - Kulit sapi - - - 1,9 - - Kemenyan - - - 31,- - - Belerang - - - 2,260* - - Kain batik - - - - 0,1 - Ikan basah ------

Jumlah 1.438,4 527,820 1.076,8 791 994,- 2.260* 881,2 (lebar) Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang.

4.6.2 Pelayaran

Besarnya nilai ekspor dan impor berdampak pada kemajuan pelayaran di

Pelabuhan Sabang. Sebagai pelabuhan, pulau Sabang terletak dalam jaringan rute perhubungan laut yang sudah terbentuk dan terletak dipintu gerbang Selat Malaka.

Pelayaran yang dilakukan di Pelabuhan Sabang dapat dibagi menjadi dua jenis yakni pelayaran antar pantai dan pelayaran antar pulau dan internasional.

Pelayaran internasional dan antar pulau yang dilakukan dari Pelabuhan Sabang

110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilakukan aktivitas pelayaran dari Pelabuhan Sabang ke pulau-pulau yang ada di sekitar Pulau Sumatera seperti Pulau Jawa, Kalimantan dan pulau-pulau kecil yang ada di Kepulauan Riau, sedangkan pelayaran internasional yang dilakukan dari Pelabuhan Sabang dilakukan dari Pelabuhan Sabang Penang, Singapura,

Malaka dan Eropah.

Pelayaran-pelayaran ini umumnya adalah pelayaran ekspor dan impor untuk mengangkut hasil-hasil perkebunan yang dikirim ke berbagai negara-negara yang ada di Benua Amerika dan Eropah dan mendatangkan barang-barang dari negara-negara lainya, dan kapal-kapal yang singgah mengambil atau mengisi air minum di Sabang, serta pelayaran terhadap penumpang antara Balohan dan Ulee-

Lheu. Berikut adalah aktivitas pelayaran melalui Pelabuhan Sabang:

Tabel 7

Perkembangan Kegiatan Di Pelabuhan Sabang, 1977 - 1980

Tahun Jumlah Jumlah Jumlah penumpang

kapal Bongkar Muat Naik Turun

1977 1.142 144.902 144.902 45.860 47.433

1978 1.251 155.480 123.198 67.150 72.166

1979 1.402 162.224 128.058 73.943 73.033

1980 1.658 189.436 154.318 93.340 93.249

Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang.

Pelayaran-pelayaran di atas, jika waktu panen hasil-hasil perkebunan tiba, maka Pelabuhan Sabang selalu sibuk dikunjungi kapal-kapal. Tidak hanya disibukkan dengan kapal perdagangan tapi disibukkan juga dengan kapal

111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA penumpang. Berikut adalah daftar pelayaran kapal penumpang melalui Pelabuhan

Sabang dengan nama kapal tiap perusahaan:

Tabel 8

Daftar: Kapal Penumpang, Sabang-Balohan, Sabang Ulee Lheue, Malahayati

Nama Kapal Tahun Ukuran Dibuat Pemilik Daya Angkut Ket Pembuatan DWT Penumpang Barang M.V. Kuala Batee 1970 138,84 Singapore KP4BS 240 70 Ton Ferry RT KM.Bratasenapc.2 1970 137,29 Semarang Pemda. 80 65 Ton Kapal RT TK. I Barang Aceh KM. Pulau 1974 360 Jakarta Pemda. 200 280 Kapal Simeulu RT TK. I Ton Barang Aceh KM. Gebari Baru 1957 70,16 Surabaya PT. 40 35 Ton Kapal RT Pembinaan Barang Pulau Weh Shipping Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang.

Untuk melayani arus penumpang dan barang interinsular (terutama Ulee

Lhee - Balohan) dioperasikan beberapa buah kapal yang umumnya dikelola oleh

P.T. Pembinaan Pulau Weh Shipping. Rata-rata jumlah penumpang per-bulan yang diangkut oleh P.T. Pembinaan Pulau Weh Shipping adalah 11.001 naik dan

11.868 turun. Namun menurut informasi yang diperoleh terdapat sekitar 10% tambahan penumpang baik yang menggunakan nota atau cara lainnya.

Diperkirakan untuk tahun 1981 sedikitnya akan terdapat sekitar 500 orang naik dan 500 orang turun per hari yang bepergian antara Balohan - daratan Aceh.

Umumnya dalam pelayaran terhadap penumpang ini yang digunakan adalah kapal-kapal kecil dan dari jenis kapal barang dan Ferry, keadaan kapal- kapal ini sudah mulai tidak mampu menampung arus penumpang dan barang yang

112

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA semakin meningkat. Karena itu tambahan kapal angkut penumpang dan barang yang baru dan dalam ukuran yang lebih besar untuk memperlancar aktivitas ini.

Tabel 9

Pemakaian Air Minum Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang 1971-1980

Kapal Jumlah Tahun Nasional Asing Jumlah pemakaian (Ton/M3)

1971 4.609 1.180 131.154 136.943 1972 2.999 633 122.381 126.033 1973 2.960 5.859 131.997 140.816 1974 4.583 744 133.432 138.759 1975 4.406 1.684 150.036 156.126 1976 3.986 1.403 153.469 158.858 1977 6.085 449 159.673 164.854 1978 5.833 1.688 157.333 164.854 1979 6.363 1.431 144.630 152.424 1980 4.356 1.262 152.039 158.337

Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang.

Telah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa, pelabuhan Sabang adalah dari jenis pelabuhan alam, terlindung dan cukup dalam. Hal ini mempunyai keuntungan operasional dan ekonomis. Sebagai contoh: bila sebuah kapal berlabuh di Belawan, kapal tersebut akan kehilangan space (jangka waktu) 20% karena di kapal yang berlabuh tersebut tidak dapat dimuat secara optimum. Jika dimuat penuh dikhawatirkan kapal kandas karena pelabuhan dangkal. Sebaliknya masalah kehilangan space (jangka waktu) ini tidak ada di Sabang.

Di Sabang terdapat 500 buah kapal-kapal ikan yang beroperasi di

Samudera Indonesia. Kapal-kapal ini akan lebih dekat mengambil supply (yang disediakan), air, bahan bakar, atau repair (perbaikan) di pelabuhan Sabang

113

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dibanding dengan ke Singapura. Hal lain yang terdapat di Sabang adalah, beberapa danau di pulau ini yang merupakan sumber air tawar, yaitu: Danau

Aneuk Laot panjang 1.500 m, lebar 250 m dan dalam 15-40 meter, Danau Paya

Seunara dengan ukuran 600 x 200 m2. Terdapat pula dua danau yang belum jelas luasnya yaitu danau Paya Kareung dan danau Paya Seumasi. Jarak masing-masing danau ini ke Sabang adalah:

Danau Aneuk Laot 1.800 m

Danau Paya Seunara 5.000 m

Danau Paya Kareung 8.750 m

Danau Seumasik 9.250 m

4.6.3 Pendapatan

Pelabuhan Sabang sebagai tempat keluar-masuknya arus barang tentu saja menerima pajak-pajak atau persen setiap barang yang keluar masuk melalui

Pelabuhan Sabang. Berbagai pendapatan dari pengoperasian pelabuhan yang dikelola kantor Douane Pelabuhan Sabang dari Departement Financien

(Departemen Keuangan) adalah berasal dari aktivitas pelayaran, perdagangan, dan lain-lainnya. Pendapatan itu terdiri dari berbagai pajak yaitu pajak impor, pajak ekspor, pajak penjualan, cukai, statistik untuk ekspor, statistik untuk impor, segel atau materai untuk statistik, uang barang masuk, uang barang keluar, segel barang masuk, segel barang keluar, persewaan gudan dan lain-lainnya.59

59 Sasono, op. Cit., hal. 200.

114

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tabel 10

Jumlah Pendapatan dalam tahun 1966

Jenis Penerimaan Jumlah penerimaan US $ Rupiah Pernyataan Export (PE) 481— 67,50 Pernyataan Import (PI) 351,50 - Pengesahan PE/PI 1.529 — - Bea masuk rokok - 3.806,19 mimuman Pendaftaran Perusahaan 182,— 300,— Pengesahan perdagangan 92,— 153,— /Industri pelayaran expedisi Pajak Kendaraan 269,26 1.620,— Bermotor Pajak Pembangunan - 13.487,09 Pajak Penjualan - 1.063,13 Pajak Pendapatan - 36.744,42 Pajak Balik Nama - 48.381,32 Pajak Bunga Asing - 519,27 Bunga Materai 50 2.749,99 Pembuatan Setifikat - 715,— Pajak Perseorangan - - Pajak Kekayaan 17 26.052 — Pendaftaran Gudang - termasuk kantor

Jumlah 3.680,76 135.658,91

Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang

Tabel 11 Jumlah Pendapatan dalam tahun 1967 Jenis Penerimaan Jumlah penerimaan US $ Rupiah Biaya Tata Laksana P E / L N 180,_ - Biaya Tata Laksana PE/DPI 475,50 - Biaya Tata Laksana P I / L U N 1.022,50 - Biaya Tata Laksana PI/DAP 144,50 - Biaya Tata Laksana PE/PI 3.583,_ -

115

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Biaya Pendaftaran Perusahaan/Gudang 451,_ 22.195,_ Biaya Pengesahan Pendaftaran Perusahaan 212,_ - Biaya Pendaftaran Kendaraan Bermotor 1.774,_ - Pembuatan Sertifkat 257,_ - Biaya Serifikat Asli 208,_ - Biaya Sertifikat Re-Export 30,_ - Biaya perubahan Dokumen 5.173,68 - Biaya Lanjutan Hasil Sabang Pasal I 29.491,08 - Biaya Lanjutan Hasil Sabang Pasal II 5.334,70 - Biaya Materai - 5.500 Penjualan bea masuk rokok/minuman/tembakau dan hasil bumi 23.159,50 - Biaya balik nama - 442.575,_ Pajak Perseroan - 6.206.295,30 Pajak Pendapatan - 333.352,57 Pajak Bangsa Asing - 4.88 Pajak Perseorangan - 2.217.983,44

Jumlah 72.431,46 9.664,471,25

Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang

Tabel 12 Jumlah Pendapatan dalam tahun 1970 Jenis Penerimaan Jumlah penerimaan US $ Rupiah Pajak Perseroan - 87.600.330,63 Pajak Pendapatan - 2.981.750,56 Pajak Kekayaan - - Pendaftaran Perusahaan 946.25 37.750,_ Retribusi Gudang - 45.242,50 Biaya balik nama Kendaraan Bermotor - 3.766.151,_ Biaya Materai - 19.393,75 Biaya Tatalaksana Import 6,129,_ - Biaya Tatalaksana Export 2,776,50 - Biaya Pembuatan Sertifkat 34,_ - Biaya Tatalaksana Serifikat Asli 51,_ - Biaya perubahan Dokumen - - Biaya Lanjutan Hasil Sabang Pasal I 16,324.20 52.436,65 Biaya Lanjutan Hasil Sabang Pasal II 1,738.77 45.875_ Pendaftaran Gudang 60,_ -

116

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Biaya Pendaftaran Kendaraan Bermotor 3,352.14 - Biaya Pengesahan 107,_ - Bea masuk rokok/minuman 16,101.45 - Penjualan buku Pelabuhan Bebas Sabang - 180.750,_ Dana pembangunan dan pemeliharaan T.V 429,27 - Jumlah 49,791.58 94.721.930.09

Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang

Tabel 13 Jumlah Pendapatan dalam tahun 1980

Jenis Penerimaan Jumlah penerimaan % Jasa Administrasi pembangunan 70, 79 Biaya lanjutan hasil Sabang 7,69 Bea Masuk 5,75 Biaya Tatalaksana 2,56 Retribusi 4,01 Ferry Service 8,04 Hotel dan Listrik 1,16 Biaya labuh 2,87 Bea Tambat 12,77 Sewa Gudang 18,45 Penjualan air 19,54 Sewa alat-alat 0,54 Pandu 38,92 Air Kapal 5,27 Lain-lain 1,65

Jumlah 12.471.802,20 Sumber: Badan Pengusahaan Pelabuhan Sabang

Pada tabel 10 yang menjadi sorotan pertama adalah penerimaan dari pendaftaran perusahaan dalam tahun 1966 penerimaan dari objek ini tidaklah menunjukkan angka yang menggembirakan jika dibandingkan dengan jumlah yang dihasilkan dari pendapatan lainnya. Ini disebabkan karena perkembangan industri pada tahun 1966 belum menunjukkan realisasinya. Rencana-recana

117

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pembangunan seperti rumah asap, penggilingan kopi, pengalengan ikan dan sebagainya masih belum terlaksana. Kemudian yang dihadapi oleh para pengusaha industri ialah belum adanya keamanan modal mereka yang akan ditanam dalam perusahaan tersebut berhubung situasi perekonomian pada umumnya di Indonesia yang tidak stabil. Keinginan dari pihak Luar Negeri baru dapat diharapkan sesudah adanya suatu Undang-Undang tentang Sabang benar- benar sebagai free-port dan dalam waktu yang cukup panjang. Setelah hubungan perdagangan dengan Malaysia pulih kembali sumber-sumber penerimaan KP4BS dari PE, PI, bea masuk, dan lain-lainnya menunjukkan angka yang meningkat.

Termasuk biaya-biaya masuk rokok dan minuman, hal ini karena banyaknya para pembeli dari daerah seberang atau Banda Aceh sehingga para pedagang yang berasal dari Sabang, maupun Banda Aceh membeli rokok dan minuman dari

Sabang.

Walaupun keadaan ekonomi indonesia tidak stabil, KP4BS dan pembangunan-pembangunannya tetap berjalan lancar bahkan dari pendapatan yang diterima cukup untuk membiaya pembangunan Projek yang tidak terlampau besar. Jumlah yang diterima untuk tahun 1967 dari biaya tata laksana dan

Produksi Sabang dan yang tidak dikenal asalnya dapat dilihat pada tabel 11.

Melihat dari tabel tersebut maka jumlah penerimaan yang terbesar adalah dari

Hasil Sabang pasal I dan pasal II. Kemudian mengenai pajak bea masuk rokok/minuman/tembakau dan hasil bumi, pajak kendaraan bermotor dan lain- lain. Sedangkan penerimaan rupiah yang terbesar adalah pajak Perseroan.

118

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penerimaan dari hasil Sabang Pasal I dan II ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya telah turun.

Adapun jumlah pendapatan KP4BS dalam tahun 1970, menunjukkan kenaikan daripada tahun sebelumnya. kenaikan ini dapat dicapai tentunya sesuai dengan kenaikan volume perdagangan yang terdapat di Sabang sendiri sebagai

Daerah Pelabuhan Bebas dan Daerah Perdagangan Bebas. Hal ini tercermin pada kenaikan sumber pendapatan yang diperoleh dari biaya tatalaksana, dan bea-bea lainnya. Pendapatan yang diperoleh dari biaya lanjutan hasil Sabang pasal 1 dan II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yang disebabkan karena penurunan export. Sedangkan pendapatan yang berasal dari pajak-pajak menunjukkan kenaikan dari tahun sebelumnya, yang tentunya ini disebabkan adanya profit dari pengusaha-pengusaha yang ada di Sabang serta efesiensi dalam pemungutan pajak itu sendiri dijalankan dengan baik.

Pada tahun 1980, Penerimaan Badan Pengusahaan Daerah Perdagangan

Bebas Dengan Pelabuhan Bebas Sabang berasal dari Jasa Administrasi

Pembangunan, lanjutan hasil Sabang, Bea masuk, Biaya Tatalaksana, Retribusi,

Ferry Service, hotel dan listrik. Namun sumbangan terbesar ternyata berasal dari jasa administrasi Pembangunan, disusul oleh biaya lanjutan hasil Sabang dan

Ferry Service.

4.6.4 Pedagang Kecil atau Jengek

Bersamaan dengan dibukanya Sabang sebagai pelabuhan bebas, timbul satu lapangan pekerjaan baru bagi sebagian anggota masyarakat, yaitu berdagang

119

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA secara kecil-kecilan. Mereka membeli barang-barangnya di Sabang kemudian dibawa dan dijual ke Banda Aceh.

Ketika akhir tahun 1963 Sabang resmi dibuka menjadi sebagai pelabuhan bebas, maka kegiatan perdagangan transito mulai ramai. Kegiatan impor dan ekspor menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan di sektor perdagangan ini ternyata telah membawa pengaruh yang besar terhadap lapangan penghidupan lainnya. Pertambahan penduduk di Kotamadya Sabang dari tahun ke tahun meningkat dengan mencolok sebagai akibat adanya mobilitas penduduk berupa migrasi dari daratan Pulau Sumatera ke Pulau Weh. Di samping mobilitas penduduk berupa migrasi dengan tujuan menetap, juga mobilitas penduduk bentuk lain yaitu berupa commuting, yaitu bentuk mobilitas penduduk yang melintas suatu batas wilayah di Sabang dalam jangka waktu minimum 6 jam dan kembali pada hari yang sama.60 Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat Aceh dengan sebutan jengek.

Istilah jengek yaitu kepanjangan dari jenggo ekonomi ini mulai populer di kalangan masyarakat Aceh terutama di Kotamadya Sabang dan Banda Aceh pada permulaan tahun 1970. Istilah ini pertama sekali digunakan oleh Ibrahim

Abdullah, selaku Administrator Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan

Bebas Sabang. Jengek adalah pedagang-pedagang kecil hilir mudik antara Sabang dengan Banda Aceh. Mereka membawa barang dagangannya dari Sabang61 ke

60 Ida Bagus Mantra, Mobilitas Penduduk pada Masyarakat Padi Sawah: Kasus Dukuh Kadirojo dan Piring, Jakarta: prisma, 1979, hal. 74. 61 Sebagai daerah perdagangan bebas dan berada di luar daerah pabean Indonesia.

120

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Banda Aceh62 secara cangkingan atau secara barang bawaan penumpang bukan dagangan.

Kegiatan semacam ini di daerah-daerah lain di Indonesia seperti kepulauan Riau, Belawan dan Tanjung Priok dikenal dan dilakukan oleh inang- inang. Perbedaannya adalah bahwa inang-inang terbatas dilakukan oleh wanita saja, sedangkan menjengek63 tidak terbatas oleh kaum wanita saja tetapi kaum laki-laki baik anak-anak maupun dewasa. Bahkan terdapat pula tunanetra dan yang cacat badan. Selain itu menjengek dapat dilakukan setiap hari oleh seorang jengek yang sama, karena jarak antara pelabuhan Sabang yaitu Balohan dekat dengan pelabuhan Ule Lheue di Banda Aceh, hanya lebih kurang 15 mil dan dapat ditempuh dalam 2½ jam, sehingga pada hari yang sama mereka sudah berada kembali ke Sabang. Sama seperti inang-inang juga, menjengek pada dasarnya adalah berusaha menghindari pembayaran pungutan bea masuk oleh Bea Cukai, atas barang-barang dagangannya.

Pelaku jengek ini terdiri dari beberapa macam suku, yaitu Aceh,

Tapanuli, Minang dan Jawa. Beberapa masyarakat Aceh menganggap kegiatan menjengek ini, suatu pekerjaan yang kurang terhormat. Meskipun demikian banyak terdapat jengek-jengek yang menjadi kaya, karena menjengek bahkan ada diantara mereka berhenti menjadi jengek, kemudian menjadi pedagang yang berhasil.

62 Daerah pabean.

63 Menjengek yaitu menunjukkan pekerjaannya dan isitilah ini familiar dikalangan masyarakat Aceh.

121

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jumlah jengek yang beroperasi antara Sabang dan Banda Aceh berkisar antara 200/300 orang. Jumlah ini bervariasi menurut keadaan atau keketatan pelabuhan yang dihadapi pada waktu-waktu tertentu baik di Balohan Sabang maupun di Ulee Lheue. Jenis-jenis Jengek dapat dikategorikan dalam empat jenis, yaitu :

a. Jengek yang memiliki modal sendiri

Termasuk jenis ini adalah mereka yang membeli langsung barang- barangnya di Sabang dengan mempergunakan modal sendiri. Untuk kemudian dibawa ke daratan Aceh melalui pelabuhan Ulee Lheue di Banda Aceh. Setibanya di luar pelabuhan Ulee Lheue barang dagangan tersebut dijual kepada para penadah yang banyak terdapat di sekitar daerah pelabuhan, ataupun dibawa langsung oleh jengek yang bersangkutan ke pasar jengek di Banda Aceh, atau ke toko-toko langganan mereka. Modal mereka berkisar antara Rp.10.000 s/d

Rp.50.000 per orang. Menjengek dengan modal sendiri banyak dilakukan oleh mereka dari suku Aceh dan Minang.

b. Jengek yang tidak mempergunakan modal sendiri

Untuk memperoleh barang-barang di Sabang mereka mempergunakan nota pesanan barang yang diberikan oleh pemilik-pemilik toko yang mempercayai mereka di Banda Aceh, terutama oleh pedagang-pedagang dari golongan etnis

Cina atau non-pribumi. Atas dasar nota pesanan barang tersebut pemilik-pemilik toko di Sabang mengeluarkan barang-barangnya untuk kemudian diserahkan kepada jengek. Jadi dalam hal ini terdapat pembelian barang secara kredit. Akan tetapi pada dasarnya pemberian kredit tersebut bukan kepada jengek melainkan

122

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepada pemilik-pemilik toko yang memberikan nota. Peranan jengek hanyalah perantara, dengan mendapat imbalan berupa ongkos bawa barang.

Total harga yang diberikan kepada jengek yang termasuk kategori ini adalah sekitar Rp.100.000 s/d Rp.200.000 dan ini sangat dipengaruhi pula oleh kesanggupan jengek itu sendiri. Hal ini sangat dipengaruhi oleh situasi, kondisi dan toleransi pihak petugas Bea Cukai serta ramalan-ramalan mereka mengenai keadaan esok hari di pelabuhan Balohan atau di Ulee Lheue. Kondisi ini maksudnya, para pedagang tidak ingin kegiatan menjengek ini diketahui oleh petugas Bea Cukai, apabila mereka tertangkap maka barang-barang yang mereka bawa akan disita oleh petugas.

Dalam pelaksanaannya, jengek kategori ini tidak membawa barang- barangnya sendiri mengingat jumlahnya yang banyak. Dalam hal ini tidak mungkin mengingat peraturan-peraturan yang berlaku mengharuskan mereka membayar lunas retribusinya terlebih dahulu.64 Agar dapat menembus barisan petugas Bea Cukai yang demikian ketat, baik di Balohan Sabang maupun di Ulee

Lheue, barang dibagi-bagi kepada rekan sesama jengek atau kepada siapa saja yang mau membawakan barang-barang mereka dengan sistem ―perongkosan‖ dan ongkos untuk setiap barang sudah ada kesepakatan di antara mereka dan berlaku untuk umum.

Dengan demikian satu orang jengek yang termasuk kategori ini di dalam prakteknya dapat melibatkan 10/20 orang jengek lainnya untuk membawa pesanan

64 Keputusan Presiden No. 47 Tahun 1971 Tentang Pungutan Retribusi terhadap Barang yang berasal dari Luar Negeri yang akan dimasukkan ke dalam Daerah Pabean Indonesia dari Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang.

123

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA barang-barang tersebut. Hal demikian dilakukan agar barang-barang yang dibawa oleh setiap jengek tetap merupakan barang cangkingan penumpang.

Jumlah jengek yang termasuk kategori ini adalah sekitar 10 s/d 15 persen saja dari seluruh jengek, dan sebagian besar mereka ini adalah berasal dari suku

Tapanuli khususnya Batak Toba.

c. Jengek campuran

Termasuk jenis ini adalah mereka yang di samping membeli barang dagangannya dengan modal sendiri, juga mengambil barang dari jengek yang termasuk kategori kedua dengan mendapat imbalan uang perongkosan. Hal ini dilakukan mengingat modal mereka sendiri relatif kecil dan barang dagangan yang dapat mereka bawa dari Sabang juga relatif sedikit.

Dengan demikian seorang jengek termasuk kategori ini dapat menambah pendapatannya karena di samping nanti mendapat keuntungan dari hasil penjualan barang-barangnya di Banda Aceh, juga mendapat uang tambahan sebagai imbalan membawa barang orang lain berupa ongkos bawa.

d. Jengek pancung

Pada dasarnya yang termasuk jenis ini adalah hampir sama dengan jengek tanpa modal. Perbedaannya, jengek pancung hanya membantu membawakan barang-barang kepunyaan seorang jengek kepercayaan pedagang- pedagang di Banda Aceh terbatas hanya dari luar pelabuhan sampai ke dalam pelabuhan saja atau sebaliknya. Jasa seorang jengek pancung sangat diperlukan oleh rekan-rekan mereka sesama jengek yang akan menuju Banda Aceh, saat membantu mereka membawakan barang-barangnya melewati pemeriksaan

124

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA petugas Bea dan Cukai, sehingga menimbulkan kesan seolah-olah barang-barang seseorang hanya berupa cangkingan saja yang jumlahnya tidak banyak.

Jengek pancung ada dua kelompok, masing-masing satu kelompok di

Balohan yang jumlahnya lebih kurang 15 s/d 25 orang, kelompok lainnya adalah mereka yang menunggu di Ulee Lheue. Seorang jengek pancung pada umumnya terdiri dari orang-orang yang sangat dekat dengan petugas, kuli pelabuhan, awak kapal yang kebetulan sedang merapat di pelabuhan yang sama. Dengan demikian mereka dapat lebih leluasa keluar masuk ruangan pemeriksaan Bea dan Cukai.

Jadi pada dasarnya seorang jengek pancung berperan sebagai jengek yang akan menuju pelabuhan Ulee Lheue dari Balohan Sabang, atau sebagai penumpang kapal yang akan keluar dari pelabuhan Ulee Lheue, dengan membawa barang cangkingan. Di pelabuhan Balohan Sabang seorang jengek pancung kadang- kadang bisa empat atau lima kali keluar masuk pelabuhan dengan setiap kali membawa dua buah tas penuh barang jengek dan setiap kali masuk mendapat upah atau imbalan sebesar Rp.500.

Berlainan halnya dengan jengek pancung di Ulee Lheue. Mereka sebelum kapal merapat sudah terlebih dahulu membeli karcis di pelabuhan yang merupakan pas untuk masuk daerah pelabuhan. Di sini peran jengek pancung seakan-akan menjemput seseorang yang akan tiba di pelabuhan Ulee Lheue. Hal demikian dimungkinkan karena sebagian dari jengek pancung ini terlebih dahulu telah mempunyai hubungan dengan rekan mereka sesama jengek yang akan datang dari Balohan Sabang.

125

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh karena itu pada waktu akan berangkat seseorang jengek telah pula membelikan satu atau beberapa karcis penumpang kapal yang akan berangkat hari itu. Karcis inilah yang akan dipergunakan oleh rekan mereka pada waktu pemeriksaan Bea Cukai terhadap barang-barang cangkingannya. Tanpa memiliki karcis kapal, agak sulit untuk ke luar serta membawa barang cangkingan.

Sama halnya dengan jengek pancung di Balohan, maka jengek pancung di Ulee Lheue juga terdiri dari mereka yang kenal dekat dengan pihak petugas, beberapa pegawai dari pelabuhan, kuli-kuli pelabuhan maupun petugas penjual karcis kapal di Ulee Lheue. Dengan demikian mereka lebih mudah ke luar masuk ruangan pemeriksaan dengan membawa barang-barang jengek. Jumlah mereka yang menunggu di Ulee Lheue lebih banyak daripada yang terdapat di Balohan bahkan mencapai 50 s/d 75 orang.

Kegiatan jengek-jengek membawa barang-barang dagangan eks-impor dari Sabang ke daerah pabean Indonesia pada prinsipnya untuk menghindarkan pungutan bea masuk atau retribusi dengan dalih sebagai barang bawaan penumpang untuk dipergunakan sendiri atau bisa dikenal sebagai barang cangkingan.

Memang terhadap barang cangkingan penumpang dari Balohan Sabang ke Ulee Lheue oleh para petugas Bea Cukai diberi kebijaksanaan tidak dipungut bea masuk sepanjang tidak melebihi harga US$ 1065. Kebijaksanaan ini pada dasarnya tidak berlaku terhadap jengek-jengek, karena mereka setiap hari pulang pergi antara Balohan ke Ulee Lheue sebagai pedagang. Oleh karenanya terhadap

65 Wawancara, dengan Abu Bakar Sidik, Sabang, Mei 2017.

126

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA barang-barang jengek tersebut dipungut bea masuk sesuai dengan peraturan yang berlaku tentang tarif bea masuk atas barang-barang dari luar negeri.66

4.7 Mundurnya Aktivitas Pelabuhan Bebas Sabang

4.7.1 Kebijakan Pemerintah Orde Baru

Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Dalam usaha pemerintahan untuk melakukan perubahan dalam struktur ekonomi

Indonesia melalui tahapan pembangunan, telah membawa pengaruh terhadap meningkatnya anggaran pembangunan antara lain dalam bentuk devisa.

Dalam ekonomi Indonesia, perdagangan memegang peranan penting yang tampak dampaknya dari sumbangan sektor perdagangan di dalam keseluruhan produksi nasional serta sumbangan di dalam penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat. Kegiatan perdagangan juga mempunyai arti yang penting ditinjau dari segi usaha pemeliharaan kestabilan harga bahan-bahan pokok dan peningkatan penerimaan kestabilan harga bahan-bahan pokok dan peningkatan penerimaan negara yang diperlukan.67

Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah negara tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka

66 Wawancara dengan M. Ilyas, Sabang, Mei 2017.

67 Zulkarnain Djamin, Perekonomian Indonesia: Tulisan Anne Booth yang berjudul Pertumbuhan dan Kemandekan dalam Era Pembangunan Bangsa: Penampilan Ekonomi Indonesia dari 1950-1965, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1989, hal. 94.

127

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA hubungan dagang tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.

Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan tiap negara tersebut. Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor, pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual barang antara pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili di negara yang berbeda.

Kebijakan Perdagangan internasional adalah suatu aturan yang dibentuk oleh badan badan tertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di Indonesia

128

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perdagangan Internasional juga terjalin dengan negara luar termasuk yang satu kawasan dengan Indonesia.68

Pesatnya perkembangan teknologi telah mendorong terjadinya kompleksitas hubungan atau transaksi dagang internasional, yang menembus batas-batas negara serta perbedaan sistem hukum, sistem politik dan lain-lain dari dan antar pelaku dalam perdagangan internasional. Kompleksitas tersebut dapat dilihat, misalnya dari transaksi yang berlangsung cepat, terjadinya persaingan dagang yang ketat baik perdagangan barang maupun jasa, yang kemudian menumbuhkan kebutuhan akan adanya suatu perdagangan bebas (free trade) yang dilangsungkan dengan fair, tanpa dibatasi dan atau diintervensi dengan pengenaan tarif, kuota, subsidi, kontrol nilai tukar, dan lain-lain yang bersifat proteksi dan dapat menghambat arus dan kelangsungan pedagangan tersebut.

Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang konsumsi merupakan barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, pakaian, minuman, susu, mentega, beras, dan daging. Bahan baku dan bahan penolong merupakan barang- barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik sebagai bahan baku maupun bahan pendukung, seperti kertas, kendaraan bermotor dan lainnya.69

Barang modal adalah barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin, suku cadang, komputer, pesawat terbang, dan alat-alat berat. Produk

68 Ibid., hal. 102.

69 Ibid., hal. 99.

129

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA impor Indonesia yang berupa hasil pertanian, antara lain, beras, terigu, kacang kedelai dan buah-buahan. Produk impor Indonesia yang berupa hasil peternakan antara lain daging dan susu.70

Sabang juga melakukan aktivitas perdagangan ekspor dan impor, oleh karena itu banyak orang-orang kelas menengah ke atas untuk mencari dan membeli barang-barang impor yang berkualitas terutama untuk barang yang bermerk (duralex, jonsonset, levis, philips, dll.).

Kegiatan ini di Sabang, selama tahun 1962 hingga 1970 sangatlah meriah atau ramai dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menikmati barang-barang luar negeri. Hal ini karena peralihan rezim orde lama ke orde baru. Rezim Orde Baru, pertama menegakkan tatanam masyarakat kapitalis dan melakukan konsolidasi struktur kelas yang ada dan otoritas politik beserta para pejabat; kedua dilatarbelakangi oleh proses konflik politik dan sosial serta koalisi yang melibatkan kelas dan kekuatan domestik dan kapital internasional.

Sebuah tatanan masyarakat yang telah dimulai sejak abad ke-18 sejak kedatangan bangsa Belanda, yakni mekanisme kehidupan sosial ekonominya di mana sebagian besar masyarakatnya berada di bawah pengaruh kaum minoritas dan sistem ekonomi yang terbuka terhadap kebebasan perdagangan. Cuma yang membedakannya dengan masa Orde Baru adalah bukanlah lagi bangsa Belanda melainkan pejabat negara (pemerintah), penguasaha domestik dan kerjasama dengan pengusaha asing. Oleh karenanya masa Orde Baru boleh disebut sebagai

70 Ibid., hal. 99.

130

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA masa neokolonial dikarenakan Indonesia masih berada pada tahap ekonomi prakapitalisme.71

Pada masa ini pemerintah membatasi gerak ekonomi, untuk menekan angka inflasi pada perekonomian. Dampak dari pembatasan gerak ekonomi ini yaitu, perdagangan internasional menjadi lesu akibat terjadinya kegiatan pembatasan kuota impor. Namun pada tahun 1970 hingga 1985, Sabang mengalami perubahan yang signifikan yaitu Sabang mulai sepi dikunjungi. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak lagi membatasi gerak perekonomian, sehingga ekspor dan impor lebih mudah dilakukan dan lebih mudah didapatkan di daerah lain selain Sabang.

4.7.2 Persaingan antara Pelabuhan

Penghasilan suatu pelabuhan bergantung pada keberhasilannya menarik daerah pedalaman untuk merebut produk ekspor maupun sebagai tempat pemasaran barang impor. Pelabuhan Sabang telah tidak lagi menjadi daerah yang strategi dalam hal ekspor dari daerah lain. Salah satunya disebabkan oleh dibukanya pelabuhan Batam sebagai daerah pelabuhan bebas.

Batam merupakan salah satu pulau yang berada di antara perairan selat

Melaka dan selat Singapura. Sejak abad ke-18, persaingan antara Inggris dan

Belanda sangatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat

Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan yang berada disana. Pulau

71 J. Thomas Lindblad, Fondasi Historis Ekonomi Indonesia, Yogyakarta: Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM dan Pustaka Pelajar, 2002, hal. 505.

131

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Batam berdekatan dengan Singapura, dan merupakan sebuah pulau yang letaknya sangat strategis di sebelah utara Indonesia dan terletak di jalur pelayaran

Internasional. Secara geografis Batam hanya berjarak ±12,5 mil laut dari

Singapura.72

Batam mulai dikembangkan sejak awal tahun 1970-an, sebagai basis logistik dan operasional untuk industri minyak dan gas bumi oleh .

Kemudian berdasarkan Kepres No. 41 tahun 1973, pembangunan Batam dipercayakan kepada lembaga pemerintah yang bernama Otorita Pengembangan

Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Otorita Batam. Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan peraturan

Pemerintah No. 34 tahun 1983, wilayah Batam yang merupakan bagian dari kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintah dan kemasyarakatan serta mendukung pembangunan yang dilakukan Badan

Perusahaan Batam.

Penetapan status Pulau Batam sebagai zona industri atas dasar Keputusan

Presiden No. 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam tidak saja membuat perubahan dalam pola kebijakan di bidang industri, dan bidang lainnya.

Dengan perubahan status tersebut, kebijakan pertanahan menjadi kewenangan

Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam, yang disebut Otorita Batam, dan sekarang berubah menjadi daerah Perdagangan Bebas atau Free Trade Zone.

72 Dahsyat Gafnesia, dkk., Pelabuhan Riau Hubungan dan Peranannya dengan Daerah-Daerah Hinterland Tahun 1700-1973, Tanjungpinang: BPSNT – Depbudpar, 2007, hal. 87.

132

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hal ini karena Batam merupakan daerah yang berada di ujung pulau Sumatera yang berdekatan dengan Malaysia dan negara maju Singapura membuatnya menjadi salah satu kawasan yang terhubung dalam jalur pelayaran Internasional.

4.7.3 Maraknya Penyelundupan

Di negara mana pun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan- badan usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tanpa mengindahkan kepentingan masyarakat banyak, apalagi peraturan yang berlaku. Dalam perdagangan ada saja golongan-golongan yang berusaha untuk meloloskan diri dari peraturan-peraturan pemerintah yang dianggapnya merugikan kepentingannya, ataupun untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan cara melanggar peraturan yang berlaku.

Di samping itu ada pula golongan yang berusaha untuk memindahkan kekayaan yang diperolehnya dari suatu daerah dengan menempuh cara yang illegal. Adanya di satu pihak tingkat harga umum yang tinggi, dilain pihak pemerintah telah menetapkan harga yang relatif rendah, maka akibatnya hasil ekspor tidak seimbang dengan biaya yang diperlukan (harga pokok), sehingga dengan demikian banyak yang mengalami kerugian. Kerugian yang disebabkan oleh ketidakseimbangannya penerimaan dan pengeluaran (harga pokok), barang- barang ekspor yang timbul sebagai akibatnya nilai rupiah menjadi tinggi terhadap mata uang asing.73

73 Amir, M.S., Ekspor impor : Teori dan Penerapannya, Jakarta: PPM, 2003, hal. 54.

133

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kemudian ada juga golongan yang tidak bertanggung jawab dengan sengaja berusaha melarikan atau memindahkan kekayaan alam Indonesia ke luar negeri. Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan atau barang-barang dari suatu negara ke negara lain, atau dari sebuah daerah ke daerah lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan.

Sebelum terjadinya konfrontasi dengan Malaysia, sering terjadi penyelundupan seperti karet daerah Kepulauan Riau ke Malaysia dan Singapura.

Hal ini dapat dipandang sebagai penyelundupan illegal.74 Ada pula yang penyelundupan yang seakan-akan seperti masuk dalam prosedur legal. Hal ini terjadi ketika para jengek-jengek yang membawa barang dari Sabang menuju

Banda Aceh, dengan membawa barang-barang yang seharusnya melalui pemeriksaan bea dan cukai, namun mereka mengelabui para petugas penjaga kelautan ini dengan membagi-bagi barangnya yang dibawa oleh beberapa orang untuk dibawa ke pulau seberang agar tidak ketahuan, dan hal ini dianggap menguntungkan bagi para pelaku jengek.75

Apabila ada jengek yang membawa barang terlalu banyak, serta jumlah barang yang dilarang oleh petugas ketahuan maka akan ditahan. Barang-barang itu dapat diambil kembali jika bea masuk barang-barang itu telah dilunasi. Dalam hal ini yang menguntungkan adalah para pengusaha yang berusaha untuk

74 Ibid., hal. 55.

75 Wawancara, dengan Ramli, Sabang, pada 8 Mei 2017.

134

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memindahkan barang eks-impor tersebut ke daratan Sumatera dengan keuntungan yang sebesar-besarnya.76

Di Banda Aceh Petugas Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan

Cukai Banda Aceh menemukan gula pasir impor illegal yang diimpor melalui

Pelabuhan Bebas Sabang. Ini sudah melanggar ketentuan Undang-Undang tentang

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.77

Pihaknya mensinyalir, barang ilegal yang berasal dari Malaysia dan

Thailand ini dibawa selain lewat pelabuhan bebas Sabang, juga menggunakan jalur lain yaitu beberapa pelabuhan tak resmi. Menurutnya, perairan Aceh banyak dimanfaatkan untuk barang impor ilegal, terutama melalui pelabuhan bebas

Sabang.78

Oleh karena isu-isu ini, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No.

10 Tahun 1985 Tentang Pencabutan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1970

Tentang Pembentukan Daerah Perdagangan Bebas Dengan Pelabuhan Bebas

Sabang79, Kenyataan menunjukkan bahwa tujuan dimaksud yaitu untuk memberi pengaruh besar dalam memajukan kegiatan ekonomi dalam negeri, tidak dapat terwujud di Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang, baik ditinjau secara regional maupun nasional.

76 Irchami Sulaiman, op.cit., hal. 126.

77 Wawancara, dengan Hendra Setiawan, Sabang, pada 8 Mei 2017.

78 Wawancara, dengan Marwan Sulaiman, Sabang, pada 8 Mei 2017.

79 Lihat Lampiran VIII.

135

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disamping itu adanya Daerah Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan

Bebas Sabang, telah menimbulkan beberapa dampak yang tidak menguntungkan.

Selain itu, adanya kenyataan bahwa wilayah di Sekitar sabang khususnya Aceh

Utara telah berkembang pesat sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang bahkan lebih lengkap dengan segala sarana dan prasarana perhubungan laut, darat, dan udara, komunikasi dan berbagai fasilitas lainnya, telah menjadikan peranan Sabang tidak lagi menguntungkan dari segi ekonomi, sosial, dan keamanan. Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, maka Daerah Perdagangan

Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang selanjutnya diarahkan untuk dikembalikan statusnya sebagai wilayah yang termasuk dalam daerah pabean

Indonesia, dalam Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang.80

Dengan kembalinya status Pelabuhan Sabang ke dalam daerah pabean

Indonesia, maka ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang

Nomor 5. Tahun 1974 dapat dilaksanakan dengan lebih baik di Kotamadya

Daerah Tingkat II Sabang. Akibat langsung dari pencabutan Undang-undang

Nomor 4 Tahun 1970 yang menyangkut kepentingan rakyat banyak perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan hal tersebut Daerah

Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang perlu dihapuskan dengan mencabut Undang-undang Nomor 4 Tahun 1970 tentang Pembentukan Daerah

Perdagangan Bebas dengan Pelabuhan Bebas Sabang.

80 Wawancara, dengan Ramli, Sabang, pada 9 Mei 2017.

136

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.7.4 Tidak Tercapainya Tujuan Dibentuknya Pelabuhan Bebas

Pengembangan wilayah juga harus memperhatikan pembangunan ekonomi daerah untuk dapat membantu pengembangan wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja untuk merangsang perkembangan ekonomi dalam sebuah wilayah.81

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah, beberapa negara di

Asean sudah menerapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) atau juga salah satunya adalah kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Perdagangan bebas dan pelabuhan bebas merupakan suatu bentuk perjanjian internasional yang dianggap dapat memberikan landasan dan harapan baru bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.82

Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas adalah wilayah dimana ada beberapa hambatan perdagangan seperti tarif dan kuota dihapuskan dan mempermudah urusan birokrasi dengan harapan menarik bisnis baru dan investasi asing. Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dapat didefenisikan sebagai sebuah kawan dengan batas-batas fisik yang jelas sehingga berakses terbatas di dalam wilayah suatu negara, yang dikecualikan dari peraturan

81 Lincolin Arsyad, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta: BPFE, 1999, hal. 3.

82 Syarif Hidayat dan Agus Syarop Hidayat, Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khuus (KEK), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, hal. 35.

137

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pabean setempat. Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas berfungsi sebagai sarana perdagangan bebas, bongkar muat dan penyimpanan barang, serta manufacturing dengan atau tanpa pembatas di sekelling wilayah, namun dijaga oleh petugas bea dan cukai.

Konsep perdagangan bebas dan pelabuhan bebas sebenarnya merupakan penerapan konsep perdagangan internasional negara-negara yang terlibat dalam perekonomian terbuka. Perekonomian terbuka yaitu mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri. Suatu negara baik yang negara maju mapun negara berkembang dipastikan memiliki hubungan internasional satu sama lain sehingga menciptakan peluang untuk melakukan hubungan perekonomian.83

Pelabuhan Sabang pada tahun 1970 merupakan masa kebangkitan

Sabang sebagai pelabuhan bebas. Pada masa-masa ini terjadi aktivitas ekspor dan impor.

Akibat dari ditutupnya pelabuhan bebas Sabang, maka aktivitas perdagangan dan pelayaran menjadi sepi. Tidak hanya pelabuhan Sabang yang sepi, tetapi juga pelabuhan Ulee Lheu. Jalur ini biasanya digunakan oleh jengek, dan pedagang lainnya, namun setelah ditutup hanya sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal nelayan dan hanya parawisatawan yang datang dan ikut menyeberang ke Sabang.84

83 N. Gregory Mankiv, Makroekonomi, Jakarta : Erlangga, 2007, hal. 10.

84 Rusdi Sufi, dkk., Sejarah Kotamadya Banda Aceh, Banda Aceh: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Budaya Aceh, 1997, hal. 79.

138

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Suatu perencanaan yang luar biasa, yang apabila benar-benar terlaksana secara keseluruhan selama masa 30 tahun, maka dapat dijadikan sebagai pendongkrak bagi kemajuan daerah. Tidak hanya Sabang dan Aceh, namun daerah-daerah lainnya.

Pelabuhan Sabang secara keseluruhan tidak dapat memenuhi tujuan dibentuknya pelabuhan bebas dan perdagangan, hal ini berkaitan dengan maraknya penyelundupan dan adanya persaingan antara pelabuhan lainnya. Pada akhirnya Sabang tidak lagi mengekspor barang dengan jumlah yang banyak namun lebih banyak melakukan impor.85

Namun, sebelum pelabuhan ini meredup, pelabuhan Sabang pada tahun

1962-1985 menjalani aktivitas kembali setelah Penetapan Presiden Republik

Indonesia No. 10, tanggal 16 Oktober 1963 sampai dengan akhir tahun 1985,

Dalam usia ini Sabang telah dapat menjalankan fungsinya sebagai Pelabuhan

Bebas, walaupun penuh dengan bermacam-macam kesulitannya. Sabang sebagai suatu Pelabuhan Bebas telah berfungsi sebagai: (1) pusat up-grading dan processing industries, (2) melayani perdagangan transito, (3) tempat penyediaan bahan bakar dan air, (4) pusat pasar dan (5) melayani parawisata.

Dari kelima fungsi-fungsi tersebut ada diantaranya telah terpenuhi dan ada pula yang belum dapat dilaksanakan. Kegiatan sebagai pusat up-grading dan processing industries belum terlaksana, mengingat fasilitas-fasilitas yang belum memadai untuk dapat menarik investor-investor swasta nasional maupun asing.

Kegiatan sebagai perdagangan transito umumnya telah menunjukkan

85 Wawancara, dengan M. Ilyas, Sabang, pada 9 mei 2017.

139

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perkembangan yang positif. Sebagai daerah penyediaan air untuk kapal-kapal yang berlabuh sudah agak memuaskan, juga semenjak pertengahan tahun 1967.

Selama tahap perkembangan dasar ini Pelabuhan Bebas Sabang telah dapat menyelesaikan perbaikan-perbaikan gudang yang telah rusak, pembangunan gudang-gudang baru, rehabilitasi dermaga, rehabilitasi penyediaan air, penambahan alat-alat bongkar-muat, pembangunan dok, perbaikan fasilitas- fasilitas listrik, perbaikan jalan-jalan umum dan pembangunan proyek telekomunikasi. Ekspor Sabang ke daerah pabean Indonesia sebagian besar tertuju ke pelabuhan-pelabuhan di Daerah Istimewa Aceh (Ulee Lheue, Sigli, Lho'

Seumawe, Kuala Langsa, Meulaboh, Sinabang, Susoh, dan Tapak tuan) dan

Sumatera Utara (Belawan dan Sibolga). Disamping itu tertuju pula ke pelabuhan- pelabuhan lainnya seperti Teluk Bayur, Tanjung Periok, Pontianak dan

Banjarmasin. Tidak hanya aktivitas ini yang ada di Sabang, namun kegiatan menjengek juga ada disini. Yaitu kegiatan membawa barang cangkingan untuk menghindari petugas dan biaya dari pihak dan cukai.

Namun, pada tahun 1985, Status Sabang sebagai daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dicabut dan ditutup oleh pemerintah Republik

Indonesia melalui Undang-undang No. 10 Tahun 1985, dengan alasan maraknya penyelundupan. Meredupnya aktifitas ini, Sabang pada akhirnya mengalami kemunduran yang terlihat dari segi ekonomi, dan setelah dikeluarkannya keputusan Presiden maka Sabang hanya dijadikan sebagai daerah wisata bagi orang-orang yang ingin berswisata menikmati keindahan alamnya.

140

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Secara georafis, pelabuhan Sabang awalnya hanyalah sebuah daerah yang dianggap sebagai daerah pengasingan atau sebagai tempat bagi orang-orang yang dianggap merugikan pemerintahan Belanda. Lambat laun pemerintah Belanda mulai memperhatikan Sabang karena memiliki geografis Sabang yang sangat strategis, dan memiliki struktur alam yang bagus, memiliki sumber mata air yang baik, serta iklim yang tropis. Keadan alam di Sabang juga sangat indah dengan memiliki pegunungan, bukit-bukit, danau, dan pantai yang indah.

Sabang dilirik oleh pihak Belanda berkaitan dengan pembukaan Terusan

Suez pada tahun 1869. Jalur ini menyediakan jalan dari Laut Tengah ke Laut

Merah. Kapal uap dari Eropa dapat mengambil rute yang jauh lebih aman dan lebih pendek menuju Asia. Kemudian, kapal-kapal yang datang menuju Asia

Tenggara didekati dari laut melalui Selat Malaka dan tidak melalui Selat Sunda dari barat daya. Menjelang akhir abad kesembilan belas, Jalan Malaka menjadi sangat penting sebagai jalur utama laut untuk semua kapal dalam perjalanan mereka ke Asia. Kapal yang melewati Terusan Suez ke India pertama kali sampai ke Sumatera. Karena pergeseran jalan ini, Sumatera menjadi hal yang benilai bagi

Belanda dan menjadikan Sabang sebagai tempat yang strategis.

Keadaan alam Sabang yang terlindung ini, yang memiliki kedalaman air cukup baik yang mana jarang terjadi pendangkalan air. Hal lain yang memperkuat posisi Sabang, pada abad kesembilan belas Sabang terbebas dari penyakit serius

141

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA selama periode ini. Fenomena ini bukanlah hal aneh terjadi di kota-kota pelabuhan, namun berbeda dengan Sabang, kota ini masih terhindar dari penyakit- penyakit yang berbahaya. Ini dimungkinkan karena persediaan air yang baik yang dimiliki oleh Sabang. Faktor inilah yang mendorong Sabang menjadi pelabuhan.

Pada tahun 1895 Belanda mendirikan sebuah depot batubara atau kolenstation dan selesai dibangun dengan kapasitas 25.000 ton yang berasal dari tambang batubara Ombilin di Sumatera Barat. Pelabuhan juga menyediakan bahan bakar minyak yang dikirim dari Palembang. Kapal uap dari berbagai negara singah untuk mengambil bahan bakar batubara, air segar, ataupun memanfaatkan fasilitas perbaikan kapal (docking).

Tahun 1896 Sabang dibuka sebagai pelabuhan bebas (vrij haven) untuk perdagangan umum dan sebagai pelabuhan transito barang-barang, sehingga

Sabang mulai dikenal oleh lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia. Dan sampailah pada masa kejayannya sebagai pelabuhan bebas yang bahkan sebelum

Perang Dunia ke-II pelabuhan Sabang sangat penting dibandigkan Singapura.

Pada tahun 1910 didirikan stasiun radio pemancar untuk kemudahan komunikasi antara Belanda dan wlayah koloninya, dan melepaskan ketergantungan telekomunikasi pada Inggris. Pada tahun 1920 Sabang telah dilengkapi fasilitas seperti Rumah Sakit, Rumah Sakit Jiwa, bandar udara, embarkasi dan karantina haji, mesjid gerja, perumahan standar Eropa, pembangkit listrik dan sanitasi air bersih, sekolah, serta failitas pelabuhan modern yang dilengkapi dengan pergudangan.

142

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pada masa Perang Dunia ke-II tahun 1942, Sabang diduduki oleh Jepang dan dijadikan basis pertahanan maritim wilayah barat yang terbesar di Sumatera.

Kemudian Sabang sebagai pelabuhan bebas ditutup dan pelabuhan Sabang dijadikan sebagai pelabuhan militer Jepang.

Sangat disayangkan bahwa Sabang pada akhirnya tidak tumbuh menjadi sebuah pelabuhan besar, Sabang terbatas dalam potensi pertumbuhannya. Namun, pada masa Sabang menjadi stasiun batubara, dan ini mempertahankan aktivitas pelabuhan ini untuk waktu yang lama. Namun, pada akhirnya peran ini tidak bertahan lama karena Belawan mulai berkembang dengan industri yang lebih modren. Alih-alih menanggapi reaksi Sabang, yang sepertinya banyak masalah pada masa ini, terutama disebabkan oleh krisis ekonomi pada tahun 1930-an, dan tidak lama kemudian masuk Jepang hingga menghancurkan apa yang dibanggakan oleh Belanda di Sabang, salah satunya pelabuhan.

Kemudian Indonesia merdeka tahun 1945, tetapi Sabang masih menjadi wilayah koloni Belanda dengan dijadikannya sebagai basis Belanda di Bagian barat Indonesia. Setelah konferensi Meja Bundar tahun 1949, pada tahun 1950

Belanda mengembalikan Sabang kepada pemerintah Indonesia.

Melalui keputusan Menteri Pertahanan Republik Indonesia Serikat

Nomor 9/MP/50, Sabang menjadi Basis Pertahanan Maritim Republik Indonesia.

Maka secara resmi TNI-AL masuk dan mengambil alih basis pertahanan maritim

Sabang Perusahaan Sabang maatschappij dialihkan. Prosesnya selesai pada tahun

1959 setelah semua asset Pelabuhan Sabang Maatschappij dibeli olh Pemerintah

Indonesia dan sebagiannya dibeli oleh masyarakat dan pengusaha Sabang saat itu.

143

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selama tahap perkembangan dasar ini Pelabuhan Bebas Sabang telah dapat menyelesaikan perbaikan-perbaikan gudang yang telah rusak, pembangunan gudang-gudang baru, rehabilitasi dermaga, rehabilitasi penyediaan air, penambahan alat-alat bongkar-muat, pembangunan dok, perbaikan fasilitas- fasilitas listrik, perbaikan jalan-jalan umum dan pembangunan proyek telekomunikasi.

Pada tahun 1963, Tim Peneliti dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh bekerja sama dengan gabungan pengurus eksport Indonesia Sumatera melakukan penelitian terhadap kemungkinan Sabang dibuka kembali menjadi pelabuhan bebas, karena letaknya sangat strategis dalam sektor perdagangan antar negara.

Dilatarbelakangi oleh senitimen anti Malaysia atau istilah ganyang Malaysia, kemudian melalui keputusan Presiden Nomor 10 tahun 1963, Sabang ditetapkan sebagai pelabuhan bebas (free port), dan pelaksanaanya diserahkan kepada

Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE).

Kemudian melalui peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 1964, dibentuklah seuatu lembaga Komando Pelaksana Pembangunan

Proyek Pelabuhan Bebas Sabang (KP4BS). Dengan dibentuknya free port Sabang maka ditingkatkanlah status Sabang menjadi Kotapraja pada tahun 1965 dengan

Undang-undang No.10 Tahun 1965.

Pada Tahun 1970, pemerintah mengeluarkan UU No. 3 Tahun 1970 dan

No. 4 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok daerah perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang untuk masa 30 tahun, dengan fungsi sebagai berikut :

144

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA  Mengusahakan persediaan (stock piling) barang-barang konsumsi dan

produksi untuk perdagangan impor, ekspor, reekspor, maupun industri.

 Melakukan peningkatan mutu (upgrading), pengolahan (processing),

manufacturing, pengepakan (packing), pengepakan ulang (repacking), dan

pemberian tanda dagang (marking).

 Menumbuhkan dan mengembangkan industri, lalu lintas perdagangan, dan

perhubungan.

 Menyediakan dan mengembangkan prasarana dan memperlancar fasilitas

pelabuhan, m,engembangkan pelabuhan, pelayaran, perdagangan transito,

dan lain-lain.

 Mengembangkan kepariwisataan dan usaha-usaha ke arah terjelma dan

terbinanya pusat pasar.

 Mengusahakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan lainnya khususnya

dalam sektor perdagangan, maritim, perhubungan, perbankan, dan

peransuransian.

Sebuah perencanaan yang luar biasa, yang apabila benar-benar terlaksana akan merupakan pendongkrak bagi kemajuan daerah. Tidak hanya Sabang dan

Aceh, tetapi juga daerah-daerah yang lain. Tetapi sebelum masa 30 tahun berlalu, pada tahun 1985, status Sabang sebagai daerah Perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang ditutup oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Undang- undang No. 10 Tahun 1985, dengan alasan maraknya penyelundupan dan akan dibukanya Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.

145

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Batubara menjadi hal yang paling utama sepanjang masa Sabang.

Pelabuhan itu juga merupakan awal perkembangan sebuah kota. Sabang juga merupakan daerah yang berkembang yang diawali dari perdagangan ekspor dan impor. Namun, melihat dinamika yang terjadi mulai dari masa Belanda, Jepang yang menjadikan Sabang sebagai tempat wilayah mempertahankan diri dari ancaman luar, hingga masa kemerdekaan, pelabuhan Sabang masih mengalami pasang surut terhadap perkembangannya. Pelabuhan Bebas Sabang ini jika diusahakan kembali menjadi pelabuhan Bebas Sabang yang berkembang karena perdagangan ekspor impor, maka akan sangat sulit jika dilihat dari persaingan pelabuhan bebas lainnya. Namun, Sabang memiliki alam yang sangat indah, hal ini dapat dijadikan untuk membangun Sabang sebagai wilayah pariwisata untuk lebih berkembang lagi.

Pelabuhan Sabang terancam beberapa kali keberadaannya melalui berbagai perkembangan, karena persaingan dari pelabuhan baru seperti Belawan,

Batam, melalui perang dunia. Untuk waktu yang lama, Sabang mampu beradaptasi dan berevolusi.

5.2 Saran

Saran saya sebagai penulis mengenai Pelabuhan Sabang adalah agar sarana dan prasarana di Pelabuhan Sabang dapat dikembangkan lagi.

Pembangunan sarana dan prasarana sangat penting bagi perkembangan pelabuhan itu sendiri. Program pemerintah saat ini yakni Indonesia sebagai poros maritim memiliki banyak program-program kerja salah satunya adalah membangun dan mengembangkan pelabuhan. Saya rasa program ini sangat cocok untuk

146

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengembangkan pelabuhan Sabang menjadi pelabuhan yang lebih besar, lebih maju dan tidak akan ditutup lagi.

Saran untuk kepentingan pengembangan ilmiah, disarankan agar kiranya pemerintah bekerja sama dengan instansi-instansi lain dan juga masyarakat untuk menghimpun data-data baik itu tulisan maupun lainnya tentang keberadaan dan aktifitas Pelabuhan Sabang. Demikian halnya juga dengan bangunan-bangunan peninggalan Kolonial Belanda agar ditata rapi, dirawat dan dipelihara dengan baik.

147

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA

ARSIP

Burgelijke Openbare Welken (BOW), 1899.

Algemeene Secretarie, 1901.

Undang-Undang Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1964.

Undang-Undang Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1964.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1970.

Undang-Undang Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1973.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1985.

BUKU, KARYA ILMIAH AKADEMIK

Alfian, Segi-Segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh, Jakarta: LP3ES, 1977.

Amir, M.S., Ekspor impor : Teori dan Penerapannya, Jakarta: PPM, 2003.

Anonim, Sabang Sebagai Daerah Pariwisata, Sabang: Proyek Pengembangan Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang, 1984.

______, Monografi Pertanian Daerah Kotamadya Sabang, Banda Aceh: Dinas Pertanian Rakyat Daerah Istimewa Aceh, 1977.

______, Sabang Bay Harbour and Coal COY. Ltd. Sabang (Nort Sumatra), Amsterdam : J.H. De Bussy, tanpa tahun.

Arsyad, Lincolin, Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta: BPFE, 1999.

Asnan, Gusti, Dunia Maritim Pantai Barat Sumatera, Jogjakarta : Ombak, 2007.

Lapian, Adrian B, Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17, Jakarta: Penerbit Komunitas Bambu, 2008.

148

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Badan Statistik Sabang, Sabang Dalam Angka Tahun 1976, Sabang: Tanpa Penerbit, 1976.

______, Sabang Dalam Angka Tahun 1978, Sabang: Tanpa Penerbit, 1978.

Basundoro, Purnawan, Pengantar Sejarah Kota, Yogyakarta : Ombak, 2012.

Benda, Harry J., Bulan Sabit dan Matahari Terbit, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.

Bey, Arifin, Pendudukan Jepang di Indonesia, Jakarta: Kesaint Blanc, 1987.

Bintarto, R, Beberapa Aspek Geograf,Yogyakarta: Penerbit Karya, 1968.

Biro Pusat Statistik Sabang, Sabang Dalam Angka 1981, Sabang: Kantor Statistik, 1981.

Boland, B.J., Pergumulan Islam di Indonesia, Jakarta: tanpa penerbit, 1985

Burke, Peter, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2001.

Callinicos, Alex, Social Theory : A Historical Introduction, Second Edition, Cambridge Polity Press, 2007

Daldjoeni, N, Geografi Kota dan Desa, Bandung : Alumni, 1987.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Sejarah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: Balai Pustaka, 1977/1978.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Aspek Geografi Budaya dalam Wilayah Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,1983.

De Boer, M.G, Zeehaven en Kolenstation Sabang 1899-1924, Amsterdam : vervaardigd door L.Van Leer & CO, 1924.

Djamaluddin, Daerah Perdagangan Bebas Dengan Pelabuhan Bebas Sabang 1970, Sebuah Supplement Terhadap Pelabuhan Sabang 1967, Banda Aceh : P4BS dan Fak. Ekonomi Universitas Syiah Kuala, 1971.

149

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Djamin, Zulkarnain, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1989.

Gafnesia, Dahsyat, dkk., Pelabuhan Riau Hubungan dan Peranannya dengan Daerah-Daerah Hinterland Tahun 1700-1973, Tanjungpinang: BPSNT – Depbudpar, 2007.

Garraghan, S.J., Gilbert J., A Guide to Historical Method, New York : Fordham University Press, 1975.

Groneman, J, Is Sabang Gezond, Jogyakarta : W. A. VAN DEB HUCHT & Co, 1904.

Hardi, Daerah Istimewa Aceh, Latar Belakang Politik dan Masa Depannya, Jakarta: Cita Panca Serangkai, 1993.

Hidayat, Syarif dan Agus Syarop Hidayat, Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

HS, A.Sobana, Metode Penelitian Sejarah, Bandung, tanpa penerbit, 2008.

Hyde, Francic E., Far Eastern Trade 1890-1914, London: Tanpa penerbit, 1973.

Indriyanto, “Peran Pelabuhan Dalam Menciptakan Peluang Usaha Pariwisata : kajian Historis Ekonomis”, Makalah, disampaikan pada Kegiatan Pengabdian Masyarakat Jurusan Sejarah fakultas Sastra UNDIP di Kabupaten Jepara tanggal 28 April 2005.

Jhingan, M.L, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999.

Kamaluddin, Rustian, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1987.

Kartodirjo, Sartono, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: Dep. Par. dan Keb., 1975.

______, Sejarah Nasional Indonsia, jilid VI, Jakarta: Balai Pustaka, 1977.

150

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ______, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia, 1993.

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 1995.

Kramadibrata, Soedjono, Perencanaan Pelabuhan, Bandung : ITB, 2002.

Kruijt, J.A, Poeloe Weh : Waarom Staats-Exploitatie Van Dit Eiland Af Te Keuren Is, s-Gravenhage: LOMAN & FUNKE, 1897.

Krusemann, Bart, “Sabang: Haven In De Rimboe Analyse Van Een Kolenstation En Zeehaven In 1890-1941”, Tesis-S2 belum diterbitkan, Amsterdam : Universiteit Leiden, 2015.

Leur, J.C. Van, Indonesian Trade and Society, Bandung : Sumur Bandung, 1960.

Lindblad, J. Thomas, Fondasi Historis Ekonomi Indonesia, Yogyakarta: Pusat Studi Sosial Asia Tenggara UGM dan Pustaka Pelajar, 2002.

Ling, Ooi Giok, dkk., Beyond The Port City Development and Identity in 21st Century Singapore, Singapore : Prentice Hall, 2004.

Mahmud, Sjamsuddin, dkk., Pelabuhan Bebas Sabang 1967, Banda Aceh : KITLV, 1968.

Mandi, Nyoman Budiartha Raka, Pelabuhan : Perencanaan dan Perancangan Konstruksi Bangunan Laut dan Pantai, Denpasar: Buku Arti, 2015.

Mankiv, N. Gregory, Makroekonomi, Jakarta: Erlangga, 2007.

Mantra, Ida Bagus, Mobilitas Penduduk pada Masyarakat Padi Sawah : Kasus Dukuh Kadirojo dan Piring, Jakarta: prisma, 1979.

Mededeelingen en rapporten, Havenwezen no. 5 Nederlandsch-Indische Haven, Batavia, 1920.

Menno, S, Antropologi Perkotaan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1991.

151

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Murphey, Rhoads, On Evolution of the Port City, dalam Frank Broeze (ed.), Brides of the Sea: Port Cities of Asia from the 16 th – 20 th Centuries, Kensington: New South Wales University Press, 1989.

Nasoichah, Churmatin, dkk., Aceh dalam Perspektif Sejarah dan Arkeologi, Medan: Balai Arkeologi Medan, 2015.

Piekaar, A.J., Aceh dan Peperangan dengan Jepang, Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh, 1998.

Rahman, Albina A., Sabang (Dalam Lintasan Sejarah), Sabang: Sabang Heritage Society, 2015.

Rangkuti, M.Yusuf, Sabang (1945-1965), Skripsi-S1 belum diterbitkan, Medan : Universitas Sumatera Utara, 1986.

Reid, Anthony, Perjuangan Rakyat, Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatra, Jakarta: Sinar Haparan, 1987.

Sasono, Herman Budi, Manajemen Pelabuhan dan Realisasi Ekspor Impor, Yogyakarta: Cv. Andi Offset, 2012.

Shabri. A, dkk., Migrasi dan Pluralitas Masyarakat di Kota Sabang, Banda Aceh: Balai Kajian Sejarah dan NIlai Tradisional Banda Aceh, 2002.

Shadily, Hasan, Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999.

Soepardo, Mr., dkk., Manusia dan Masyarakat Baru Indonesia, Jakarta: Dep. Par dan Keb., 1960.

Sudirman, dkk., Sejarah Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2007.

Sufi, Rusdi, dkk., Sejarah Kotamadya Banda Aceh, Banda Aceh : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Budaya Aceh, 1997

Triatmodjo, Bambang, Pelabuhan, Yogyakarta : Beta Offset, 1996.

TWH., Muhammad, Belanda Gagal Rebut P.Berandan, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI., 1997.

152

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Veer, Paul Van’t, De Atjeh-Oorlog, Amsterdam: Uitgeverij De Arbeiderspers, 1969.

Walad, Jusuf, dkk., Pelabuhan-Pelabuhan di Daerah Istimewa Aceh, Banda Aceh : Unsyiah, 1967.

______, Daerah Perdagangan Bebas Dengan Pelabuhan Bebas, Banda Aceh: Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Sosial Fakultas Ekonomi Unsyiah, 1978/1979.

Widodo, Sutejo K, Ikan Layang Terbang Menjulang, Perkembangan Pelabuhan Pekalongan Menjadi Pelabuhan Perikanan 1900-1990, Yogyakarta : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang & The Toyota Foundation, 2000.

Zuhdi, Susanto, Cilacap 1830-1942: Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di Jawa, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016.

153

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Daftar Informan

1. Nama : Ramli Alamat : Jln. Balai Kota, Sabang Usia : 72 tahun Pekerjaan : Masyarakat Adat Aceh

2. Nama : Elvi Alamat : Jln. Perdagangan, Sabang Usia : 81 tahun Pekerjaan : Kebudayaan dan Pariwisata

3. Nama : M. Ilyas Alamat : Jln. Merbabu, sabang Usia : 60 tahun Pekerjaan : Nelayan

4. Nama : Hendra Setiawan Alamat : Jln. Perdagangan, Sabang Usia : 79 tahun Pekerjaan : Kabag. BPS Sabang

5. Nama : Bustana Alamat : Jln. Peria Laot, Sabang Usia : 60 Tahun Pekerjaan : Pedagang

6. Nama : Ridwan K.S Alamat : Jln. Perdagangan Usia : 69 Tahun Pekerjaan : Masyarakat Adat Aceh

7. Nama : Marwan Sulaiman Alamat : Balohan Usia : 52 tahun Pekerjaan : Petugas Pelabuhan

8. Nama : Abu Bakar Sidik Alamat : Jln. Perdagangan, Sabang Usia : 63 Tahun Pekerjaan : Pedagang

154

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9. Nama : Ibrahim Alamat : Jln. Perdagangan, Sabang Usia : 71 tahun Pekerjaan : Petani

155

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAAIPIRAN I

--_. - -_- - .- \, ..,------_- . . - • or • • _ ~,• ------

" .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LA)1PIRAN II

, ,

! .E• I ~ " >:- s. ~ •~ •2 0

ro' ...... - Q!

Sumbu: J(oldui P'c'l'ustakaan \\-ila)ah Banda Acch

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Klionlor \. V. Z .... II,.. _ .. " 1I00.. "S(DriO ll di Slblnj[

S um~r : K(llrbi ANRI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMI'IKAN IV

- - - • •

SCIIDMr: "ol~ksl "NRJ

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LA.'1PIRA~ V

Sumber: Kolfklll ANRl

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LA\1PIRA'i \ I

.­ ·I-~"' .. - '-. _.~L. - -~, - ­

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LA:.1t>IKAN \ II

-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I.tIMPIRAN VIII

Dt~np. klpal btrlabuh di Prl.bub.n Sabang

\- l

Sumbfr: Koldui ANRI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PI/HIDE" ~EP'J8UIC INDOMSI,o.

UND"~G-l'iD \'C R[PUBUI.: r''OO''[s.",

'OMOR ~ T'" 11ll" 19"0 TE''T\.''C PU1 UENTUKA." OA[IU It P[II.Il.\CAl"C.\' BUiAS OE"CA." 1'[!..ABlIIA'

B~: 8~S ~~IU.'(;

DEI\G.\l" R,l. 1I '1 \ T TUIA ' " 'A"C ' IAIL\ [SA

L bah •." ..:meni~ s.J>.o~ d,n)-a"'",

.....

"-HIm ",0. :~ .., ... I~. pelabuhul lmebul leIM ......

bto<\;=bonl! _ ... ' _ ti~ ) .... 8 ...... UJljong kosi"'"" rkonorni .....QIl.I.I. ' ...... r..., rkonomi doerah: b. bah .... daIam """mok.... pornbangunan rkonomi na>iQnol poda

urnwnny'. k.!Ii-O ..... k<1!JOUtI p

Sobart; dari sop ~ dan .....-.;. daI.... .,... lu-. ~ ,"'..,....onaJ ~ d,~ dan dl..t... ~ ooboopi Ua

c. ","""-adal..,, ranp..a. .. -w.td!an r""pi ' .....buI dims. ~

kesi_ ~ ...~ bi....,... dilalubo dill_ ...,..; kb.isIdnya di

DoottaII I'enIogangan BoboIo dan ~obubaII 8cbu Icboih Nik dilokllk.. dI dAIom ncgeoi ...... I.. n di Saban"

d. "'""'" peml>

8ebu Saban~ okan l.bih InftIWlf,,"cm. dan m

~k ba&i ,...... ,.... rnoxlol ...oon.o1 dan .....& .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PI1ESIDEN REPU8UKINCK)NESu\ - 1-

<. bah_ lyon' ••) ...... b.Ji ptnur1julJ..an Pooe

denpn I'

him...... PoI<(lI.. 0..../1 ~ _ .... I'eIobIIhon _ lriIh d,pmu!l,.

[ bohw,,," ~ donlllj __1'<. I" PI . .... ,

M 10 ..... 1'16) don I'aot.... f'm;o;b M. n .... 1'J6oI1*do ___ "- d....,. >ebopI pmuiOjuI

...-...... t· '''gd_~ 14->"( I )U~No. ] """'" 1'10 --. Kciall_l_ Pokok o.nh 1'han &bM; .. boII __...un paal 14 1)'*1 (I) UIIdang.ulldang No.llahun

1970 ~"" I.ci''''HIl.n·~ .....'\WI !'ok" o.cnk 1'

Me •• • I. U...... 0... I,,",' ~ S.". ( I). pooaI 20 .,,. (I). pooaI 11 ')'" (I). -' 2J don pooaI]3: 2. K",",- '."iJ ~"YO"___ RaIr.)"II Sa,",."'" 1'00. XXIIL'MPR$lI966 •

3. U~ No. II '"".... 196' jwo<:Ic> UndIIIl"undon, No. 10 ...... 196'juncIo Undon ...... No. 6 rahun 195'1: 4. Undon,·\iIldan1 No.' tali .... 196'J. S. Undato ....ndIII. No.. 111oh .... 1

Me; .... uri ....." --. Pcmbenc ..... Oorn/; I'ti I _ .... _ ~ 1'doWIan"'" w..... 8A81 _.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

REPU8UK"'''''''''., INDONESIA

BAS I KI·;TEN1lJAN·KEI'[)"WAN PL\11IEf.,WKAN . .... , (I) L M ...... DoocnII PmbpIpn Bet. ""- ""......

dod,nioMl ...... JO (tip puI""l ...... doIpoI

di_ ...... ~ b. Dooenk .... ' I ..... EItbIIo ...... _ Bcboo s-,...... k wIuruII Pl!lobuhon _ se.., ...... an "U "-_ ... ,Ioy'" _to......

(2) Wi~ 1_ ~..-.IapJp1 -. """III" ""I...... IIeba> Soboni "",II",,!! 11"1 ... Woll. ""I... KJ .... ""Lou Rul>i .... ""I.., Seul .... K

kcuJ .... ~ ... pri. ~ I'\lLou \10. .... It. pm ..... ""IK'"II pula ...... ,...

(J) T.... pII~ pdobu/IIoo bd!ao di ...... ' P"" _ ~ ~ Iitboo s.to.,..-'" p~ s.boooa-­ be. hr. ,.... d,...... ''''''P"'-

(2) ...... ,."...... tcnebulbctt...... ,k.. dikota~ ,-p ,.",4 ~ ..... '. .. _ ""'-' _ BeNt Sobon&

_ ...... di"" ..... "'"".. d ..... PuooL

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ifi/,:;P-~~'jij ~~. PRESIDEN I!fPU6UK INDONESIA • ... " (1) T...,pu.,...,,,,,, k

d

_ fIdIM s-t ~ ...... "" mil ... (.2) M ...... \oUoI< ...... 1

p", "p'", BcbM ...... ~loIJuMB ~ Sat.,. __ lftcm_

l",... ,_ '

BAB II

KETENTllAN ·loO.l.i"OIT\J"'~ TUGAS. IVEWENANG, USAl'" OA'ITATA to;EIUA...... -. clan ,...,~""' = __ DoonaII Petd ....pn _-... hlolluMo BcbM s...... kepod& pdM'or_ ~ I) U ...... _.I00._ ..... ""'-__ o..ntI~_ SoI:>M dan PcIaIIuII .. IIebos ftdapnpn In,cml'H>noI don jrKlu..lri . .... ,

DooenIo 1' .. t I' ..... _ dntpn I'd...... Bebos SooIlorII ....,..w ..- _um puI>Il~ _ di""; tups _ dalam bidona p...... iI..... ~ , ...... u,.u k~_""""'" hmcri..... Y""I ...... be> ' Un ,.... 5 0)'11 (2) don ~ 10 iO)'OI (2) don

(4) U ' ...... ~ __ o...h POI '. .... BdJa don Pdobubon IIdooo......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESIOEN REPUIIU~ INDONESIA .....-, (I) ();ciaIom Docnh Pt. I ..... Ik'- *"- Ptloob I Ikto. w.,...... wHII1llo dol_ ~ .... pooIioIn ... dc> ... pcnionn-pcno...... kI...... ilibidaDa indoootri. pot

peii\iWOn. l""""il"'peo1>M~"" imi ...... mn don )&i ... I';. di«.. pk .... oIcIo Pcm.,.;.IaIo, (Z) PtIobanaan ....·\;«)1 ...... Po:mcriIiUh Docnh " .... Mod,. w.,. ... _ P i '- Docnh Pt. t...... sa:­ dcooopoo PrWouhoa Bet.. s.t.oa Iicbk --.; .... a ...

fIUIP"'- ~ Io.epoIo Docnh Propinoi DoontIi btionft

P... 19 (I) ...... tq;... !wil dari POJ"·pyoI. NtpI'I dil'lVlkwd ...... pooWI! 19 "y" (II U...... ,""'- K...... k_ "'*"" .,...." Pa I...... 8ebM ... PdoobuIIoot 6cloa. diIcoIIubn old! ~- (2) Don ... _ -...... dilionpot&M .....• ...... bot

pendopatan ~ ...... lI.nn)1 l

denpn Pellloulou !IrioN s.tooonil W>pa menpnn;i pcndoopoIan Po:mcriilllll o.e1III.

1101-1-1 .. a oM _'o. "' ..... _ ...... _, Docnh

P.. I...... IIdoIo dcooopoo Pclll" hm Bet. ~ ......

--os AdmisIn!ot ... ~ 00-putJ don Sri.mIriot. _~ ...

WI·kcpelj:l .... m di II... oIdt ()r..an.

BAB III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESIDEI>! REPUIIUK INooNESIA ••• BAB III.

t.: IITENTIJ AN· t;.ETINflj AN PE RAU HAN.

Peny.:rahan sq;al. wusan"'" DKfM " Padagangan Bebu doni"" p.,labuhan

Bcbu SabonS kq>Odo B.odan p~ o-v. ~pn Bcbu ~ ""Iobulw> Bebu Slbllnl di.tut old! Pemerintah "'I. Ikwan Danh I'Cfdapnlll" B Debao.

PaYl 12. Sambil meoonggu keluomyo ptr01UtSJ>-ptr01WV1 p"labonoan daripod. U..cIoniI·undang in., ..gal. pont"ron don ll/tU5a'l ...... 8"""i

""1_ Ikbu SobIinIl. r-'li Idah ado ..o.lumnyo. t

BABIV Ii:lITENTUAN· KETt.."NT\..- A"I PENlJ1lJI'.

Oidalom Danah -"11"'1!!""'" " Behos denl!3" ""1.",,1Ion Ikbao Si.bonll be.laku ..",... k...... ,·k .. em ..... yon, ,ennaIo;.,ub dalom Undonl- ",-.done Ikol<. DKrah P

Ilol·baI YOIIfI btlum "'"di.nn " dolom Undong-undang ini abn di.tur oeionjutnyo oleh ~n1Oh "'I. Dew .. ,

PuoI15,

UndO/W-undang ,ni_di~but Und&nll""ndonll Doe

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESIDEN REPU8lJI: INDONESIA . ,.

AlP' .....y. se\UIp ___ dapoI m

1:J;ahk..

DiWiilonghn dl JiIbrtI podIo ...... 27 Morrl1970 SEKIlETA1US N[Oo\RA R[P'U8Ut.. 1N00000BIA.

ALAMSJAH Moyor J

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESIDEN REPUBUK INDONfSlA • I'I:NJELAS.\N ... U.S

UNO..... O·lNDANG NOMOII ~ TAHUN 1971) n"TA"G DAERAH I'EIIOAOA>;()A ...• BEllAS 00.0..... '" I'EUUIUIIAN 8[11"", SAbA-.:o.

Ikn.., _...,... U~ ' ...... " ...... k .. __ DooInII Pt. 'c.-.- IJcboo, don ~obuhon 8e!.5 ...... d' ..... ' IOOUntI ~ don p"1~ d. Indoncsio 1""11 da!* oli_ "",... mel""uk ... !UnlPon)"ll oo dan ~lobuhan Bet. dMpn boB,. ""'... onf,on I'rmbo~""",, Limo TohI.oo.

T.....tiofo)"ll fasilioao 0...-. hrd ..... lIebM don ~obuhon s.t.s .. "",obooC k"';- lal ... linIa pet

..... --tom ,...... ~ <10'-> _ .... l

.- ~ ... II p. _ ..... k_ I"" , \ooj.. y_ bctotOi polo __ ......

__t-abn~ ......

Dori ...,; ...... r.. don ....p .w... 1al ...1_ )Ni t a .... a_, i=' ••~ lot, kepu'--' weto .... ~ _ Satoona mantoI

...... DoocnIh ~ _ ~ I'Nbuhan _ ...... 1toctno.....JI_ u_.. ~ __ K...... """·k ..... _ Polo"., DItnIo P=lapnpn 8ebooIo don

Pol."""",, Ik/oQ.

"'.."... .t.<&i ..... Dacoah PtnltpnIlM _ oXnpl ~II"""",, _ smonll penamo...... diarahbn kq>Mlo ...... -... opr IJooeroh l<.c ...... a,.. bogj ... yona onokin beoar

)Ni' I ·riBIoI·dotri~.~i ...... o..nh~)'L

U ...... ,""",ya;.Jah

Sftuoi __ u.... " _ t ...... ,, ____ Docnh I"u I. 'P' 8a.. don ,...':"',h= Bet., mob ...... __ o-w. Pc, I a ..' 8ebooIo _)VMkOOO

"yo ..... ~ )'IIli _ ...... ,.. _ sct.&iM ...... w- o-ah p., I .....' IJcboo, i ...... ~ _ k~ __

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESID£N REPU8L1~•• INDONES!A ilDIpI dcmlkJ... o..roII ...... '.. 8eb...... M ... ' , Bot... SobIns .toIoIo _I..,;r ...... ,...... _YMldi...... w...Io:I_ ...... PcmcruMah.

~ DMnIo P.. I P opn _ ...... 1'tI __ SabMot ....w. dooonIo 1_ ba,.., J ....k dan yane .. ,Ioy"""y' """j'WMi ,..,Ir.). ... K-...dyIo _. _. ooIoubunpn

~ ,upI dan _<'f!"",l'tmennll.h DIotnIo illl pco1" dilldol; .. pnoplW1lll w.l.eojalebih .... ~ ~onn ,.... IUl IC!!IatIi ~ ... _ .•n 1'_ ponIihom U...... inj.

6. PENJELASAN PASAL OEM I PASAt"

"-I I,

PaIaI In! ",..,ctopt. ... pcrnbcn1 ...... , o..n./o ~ ... _ ...... Pelobulw!

_ k

(~) ...lobuhM '"'"' Sob.D&,.an. ,.IM! ocIa. 8il. dl komlo:ll ... hari a .. d,l$pi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PRESIDEN REPU6U~ INDONESIA ..... ,. " C .... jCIOa...... Vide PaV"' ...n Urn"",.

_7.

0; ....""" "'P ",*,*",yo _ I'u • 1 '_• ...... ;.. Pa. ... ;, .... DwnoIo """"" 6 ___ u-w.,.... k.--lnnov.-o o.n.Io i.~ I>dal "",,yo ""'-Nei DwnoIo

_ iIu oItati ~.;.., oroIul ~ V.. ? ... _ .....,iri.

Sifiool don ..... __ .u....;q" ...... """'...... Dooonh Pt ...... po -...... (I) s.o-I pMaI I U.doao& ...... ,,-"_ I'0I001< ...... o-nIo I'u I. 'P' _ ... I'dooIocohIII a.to...... pcoj I • puaI , _ .....

~ _ ...... 1CrpihmC .-; .....crinya !do

Pa. ... ioillifl _ 101 .....,;.1 ...... ylllii ~ -* 1oi

(2) 0...... '-I.orj.a di ...k ...... ~~ ...... k_ i ...... -, ....."""""" 0I>b

I'u I, •• -. _""_.~" __ , t 1 • _DdooI: '*>tilt,...... puIoo pe/"'''-' int.MWc boIch ...... pa "', • peoN> ...... o.nM. ra..alI0. C .... ;.....

PMaI! I. PtIoboNMi dori puaI ini _ .... Pa.",""",, iICbrnboI-bm'

_ locrlooIuoo!yo U f ... f • ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

fif4 j(1'\~~1. i{il. .' ili~... ~....-

PIIE$IDEN ~ EPu eliK INDONESIA - II .

Komando Pcw,oan.... Pembangunan Pro)"" Polobohan IJebu SabanjI (K.I'4.B.SJ

djt>u~ deRgo

!'Hal 12. Mtl')jellil;"" ,..,IMg bffiakU"Y" p

...... 1". Pelak...... , dari pasol i~i dill1ur oblSO" PeralUfWl Pernerintah oeIombM_lomboinyo

...... bul.., ...~I .. l>ettakW\1. lJndan'.u...t.n. ,n1.

Kuli.,...: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAIIAN LEM IlARAN NEGARA

TAIIUN 1'17C YANG ' n ~ I J\11 DIClT\K ULANG

Sumber: Koldu i ANRI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LA'fP I RA~ \.

, " l " ,~ a, UNDAHG-IJNDAHG REPUBlIK INDONESIA HaMOR 10 TAHUN , .., TEHTANG P£HCAlIUT..... IJI'IO,\~DAMG HOMOR 4 TAHUN ,.TO TEI

• boIhw. ~ IIIama pemIjIIfJIuhn _til 0--. P.rc!aOl~ 8e~ """ P...... han gebo. .eII~~ uoM ..,... ~ ><-g"n ."" IInIlt I*~ onI...... d_ I'8rI\I ~'LII.I" ..... h.M' "11"-' _ boIgI neo-f _ "'pIII ".,wl ~ _ ~"-*'---- b ".",___ ,,1_' ~ wfnO ___ l*louftM (10 ell ..'" _ ~" ~ din ~...... doJot>tIn __ din '*'~ PIO'OoInII"'*' NIt'o",,1

c _ ~ g..... P.,Cleol1uloOlr 0-1/1 ~ 8ebM ...... ""' ...... 1 , .... , lflii (11 oon PoMi 20.,.., l ' l ~o....l~, 2 ~""'"'""II_ 1 T...... 1~70 -.g-.-I'c*d< 0->011 P.dagoo ___ ".., ,.--. SebM

3 U""""'~ HOmo< 5 r M"" ,g7~ -.ng _1IQIUiI< !'eo,4!lo,1IIwn III 0 .....

/.I[MUfUSIIAN

UHOo'oNG UNOANG R[PUBI.I!( iNDONESIA T!:'1

--.. ~ _ 4 T_ 1870 _'" P., ..... _ 0-.11 P...,...,.., _ IIengtin ~ __ s-.g l_1tII NtogWlI To/UI ' 070 _ 21 T.,_, leo,otNo .., HtogrI_ 28211

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

P .... 12

""'., ...... lIn I>I~I Mba\I8l .kibal _LIIY)'8 ~nc:lIong ini ~ ...

P ....IJ

Agar leliap orq ..-.ngoototluoroy• • meme<'o'ol.otobn penguno:iangan Unclling-Undang inI cl8ngan peo'"lT9I'tanny. d ...... lArrI>Ii,.n Nega<1I R~ Indoneill.

0isaII1

Dlundangkan oil Jitkartli pada Janggal2 Oklober 1985 MENTERIISEKRETARIS NEGAAA REPUBUK INDONESIA no SUDHARMONO. S H

LEMBARAN NEG.ot.RA REPUBLIK INDONESIA lAHUN 1965 NOMOR 61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PEMJELASAN ATAS UNOANG UNOMlG REPUSUK INDONESIA NOMDfll0 TAMUN lM5 TEHrANG PENCAIWTAN UNDANo.LINDANG ttOMOR. TAtlUN 1110 1 !.NT A..c I't:.M" ..n I..,""N D"""1V.11 I'l.ROACANGAN 1lt:.iiA.S DENGAN PELA8UHAN BEBAS SABANG

I. UMUU

~:CF M... ___ ~_3T"""lg1O 1InUorog ___ 0..... ~ _ ... _e... tu;.- "'*"" ,...,_ ..... ~ ....,., c-.r. PM' G '11M' _ dan -..... _ _ ..~ ... " ... odao ..'11 ...... - ...... ""'~ ..., ...

Vnluk h,",,...,ai NjuWI terHbut dlllNm Pnal13 U~ _ 3 T...... liTO O. "'''\1'' Pef.bul\lln OeDU Selleng. b

Oil '''''11''' adIInyOo ~ 1'en:I~1Itog." _ IIMIQIn ____ Soobang, -. " ••,' .... __ dIImcwI< \W'OQ _ ~ s..... IIu ...... I

peMloeCJoP_"'PIUI~"'onorni,...... __ ...... ____ dan _ ~ IIouI. -. dan .-... _ ..... tl~;:J!~' ~ te':t" Ii pol''''' ""''''!3!'\ ~~ ~ bgI,.,.".~ dIIo1 MIll ...... -.dan • i._' s.-. _ ..,; I.00'11 ,- "1".1'~ ...,._ ...... unWi ~ .w...n,_ ~ ~ ylltog _ -.. _ ..., ~_ • • -.. Kalil~e o-.h TongkeI ll s..ng

~ -va _UI p~ s.~ .. _-.a, pabooan~, ~a ~_!uIo! y...., _"'" -.. UOder1g·1R11ng NomDr 5 T...... 101'

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

· ,.

_I ~ cs.n __n UnaatISI.....a..na _ 4 TM) .... lt70y.ng.....,.,..ng1wl "'poerdsr""," I~;'y"'! barry";' po 1..... 1_ ti""I1"" ""'lWUh O""'III/Uh

BenIo ..",., .... _Ilut D_.h ~ ~ uI ~ _ 4 T.hI,oI 11170 tenIIIng p.,-...... a" ~~ ..... 6ioboo.

II, PA5Al. OE.t.tI PASAl ,-,--

TAAIBAHAN lEMBAAAN NfGARA REPU911K INOONES", Tf

Sum""r: I(olrbi ANRI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA