PENDIDIKAN JALAN TENGAH DI KERAJAAN SIAK (1915-1945)

Wilaela Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

This research discusses about what and how the educational system during the reign of the Sultan Syarif Kasim II in Siak. The finding of this research shows that after Hindia- Belanda regime opened the lower school such as Hollandsch Inlandsch School, Inlandsch School and Sekolah Desa, then the Sultanate also established some Islamic- based school such as Madrasah Taufikiyah, male school. In fact, his wife also opened some islamic-based school for girls that focused on girl specific skills and Madrasah Anisa. The opening of these schools was a sign showed by the Kingdom that they were not going along with colonialism and also it was percieved as a way to increase the popularity and influence of Siak Kingdom that had gradually decreased. At the end this action was being taken for the sustainability of the Malay Kingdom as the dissemination of and educatio.

Kata kunci: Kerajaan Siak, pendidikan, budaya Melayu,

merupakan suatu yang baru. Akan tetapi, Pendahuluan dalam semangat zaman (zeitgeitz), Sebelum Pemerintah Hindia sekolah perempuan (meisjesscholen) Belanda memperkenalkan sistem menjadi keniscayaan bagi Kerajaan Siak pendidikan modern pada awal abad ke- yang mengalami kemunduran dan 20, masyarakat Melayu di Kerajaan Siak dijuluki —het donkere zuiden“. Oleh (1723-1945) dapat dikatakan telah melek karena itu, menarik ketika pihak huruf Arab Melayu. Mereka telah kerajaan turut serta menggambil mengenal Pendidikan Agama Islam yang kebijakan menyelenggarakan berlangsung secara tradisional dan pendidikan. Sultan Syarif Kasim II sejak bersifat asli Indonesia (indigenous). dilantik pada tahun 1915 menaruh Kemudian tatkala Pemerintah Hindia perhatian yang besar terhadap Belanda memperkenalkan sekolah, pendidikan di wilayahnya. Apa dan reaksi masyarakat berbeda-beda, tetapi bagaimana pendidikan pada masa umumnya mereka menolaknya. kekuasaan Sultan Syarif Kasim II akan Mereka bukan menolak sistem dipaparkan berikut ini. pendidikan modern, tetapi mereka tidak setuju dengan sistem pendidikan Pembahasan gouvernement. Selain karena sistem itu A. Melek Pendidikan baru dan berbeda dari sistem tradisional, Hampir tidak ada persoalan juga karena pemerintah kolonial Belanda tentang kebebasan bagi kaum laki-laki adalah penjajah dan kafir. Apalagi dalam budaya patriarkhi, termasuk pendidikan tradisional dipandang tidak budaya Melayu. Memang perempuanlah menarik dan tidak memadai lagi dalam yang dihadapkan banyak pantang larang memenuhi tuntutan pendidikan dan keterbatasan karena pingitan atau bumiputera.Faktor lainnya adalah perempuan yang dicampur dengan anak pembatasan ke luar rumah. Akan tetapi, laki-laki juga menuai kontroversi karena pada umumnya perempuan Melayu sama berbagai keterbatasan sosial budaya dan dengan kaum laki-laki menerima Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015

pendidikan agama sejak anak-anak. Sebelum penduduk bumiputera Anak laki-laki dan perempuan pergi mengenal sistem pendidikan Barat yang mengaji ke rumah guru, tetapi ada juga, diperkenalkan oleh pemerintah kolonial, terutama anak-anak perempuan yang di berbagai daerah di Indonesia telah ada belajar mengaji dengan ibu mereka. pendidikan agama Islam. Pendidikan ini Kegiatan belajar agama anak-anak disebut pendidikan tradisional karena perempuan dijalani sampai menginjak sistem pelaksanaannya yang berbeda dewasa atau akil baligh. Dengan dengan pendidikan cara Barat yang demikian, laki-laki dan perempuan disebut dengan pendidikan modern. Melayu di Kerajaan Siak pada awal abad Pendidikan modern menurut Mestoko ke-20 umumnya pandai baca-tulis aksara (1986: 84) dan Sjamsuddin (1993: 4) Arab Melayu. menggunakan sistem pendidikan Barat yang diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Belanda, seperti pembagian kelas, lama pendidikan ditentukan, dan program pembelajarannya lebih terkoordinasi serta sistematis. Selain pelajaran agama, pendidikan tradisional di Kerajaan Siak juga menyinggung tentang sastra karena Istana Asseraya Hasyimiah di Siak Sri banyak hikayat atau syair yang beredar Indrapura (Lutfi, 1999: 388-389). Kegiatan membaca hikayat atau syair ini biasanya Kegiatan pendidikan biasanya berlangsung pada malam hari setelah berlangsung pada sore atau malam hari, anak usai mengaji. Pada umumnya, bertempat di rumah, dan menjadi pengajian agama diberikan oleh guru tanggung jawab para orangtua untuk laki-laki. Namun, ada juga guru mengajarkan anak-anak mereka. perempuan yang memberikan pengajian Pendidikan seperti ini biasanya disebut terutama kepada anak-anak perempuan belajar mengaji al-Qur‘an. Ada juga atau gadis dan anak laki-laki yang belum pendidikan yang diselenggarakan di menginjak usia dewasa (Pijper, 1987: rumah seorang guru dalam bentuk 16; Azra, 1999: vii, 108, 117-122). pengajian. Anak-anak Melayu juga Dalam praktiknya di langar dan mendapatkan pelajaran tentang nilai- surau, anak-anak dipisahkan berdasarkan nilai kehidupan yang diajarkan dengan jenis kelamin. Hanya di dalam lokal cara bersyair atau menyampaikan sederhana, anak laki-laki dan perempuan hikayat. Mereka juga sejak kecil sudah belum akil baligh berada di dalam lokal diajarkan adat sopan santun dan yang sama, duduk dalam kelompok bertingkah laku yang baik terhadap terpisah untuk belajar membaca al- orang tua, datuk dan nenek, serta . Pada mulanya hanya anak laki- saudara. Selain pendidikan agama yang laki yang belajar di surau. Baru pada dilangsungkan di sebuah rumah atau di tahun 1918 menurut kisah Hamka (1988: rumah seorang guru, di Kerajaan Siak 313), ada anak perempuan yang turut pendidikan agama juga dilangsungkan di belajar di surau, yaitu Rahmah el- surau atau di mesjid. Yunusiyah. Ini senada dengan B.Dari Tradisional ke Modern pandangan Azra, Afrianty, and Hefner 118

Wilaela: Pendidikan Jalan Tengah Di Kerajaan Siak (1915-1945)

(2007: 180) bahwa sampai tahun 1910- awal abad ke-20 dan jurang di antara an, lembaga pendidikan agama seperti keduanya cukup tajam. Ada pendidikan pesantren dan madrasah merupakan yang diselenggarakan oleh sekolah- lembaga hanya untuk kaum laki-laki. sekolah Belanda, dikelola secara teratur Fakta tersebut disimpulkan atau modern, tidak memberikan Lekkerkerker (1914: 871-876) bahwa pelajaran agama, dan menghasilkan Islam pada saat itu tidak simpatik golongan yang mendapat pendidikan terhadap pendidikan anak gadis. sekuler. Lainnya adalah pendidikan yang Penerimaan di sekolah diselengarakan oleh lembaga pendidikan modern dipengaruhi oleh tujuan sekolah. Islam, bertempat di surau, masjid, atau Sekolah-sekolah pertama yang didirikan lembaga kuttab, mengajarkan pelajaran dimaksudkan untuk mendidik pegawai agama saja dan bersifat tradisional. pemerintah. Konsekuensinya ada dua, Pendidikan tradisional kian lama kian pertama hanya anak laki-laki yang mundur terdesak oleh pendidikan Barat diterima dan kedua, hanya anak priyayi (Yunus, 1960: 199). yang diberikan prioritas utama. Organisasi-organisasi yang Pemerintah Belanda tak pernah dipandang modernis atau pembaharu mengeluarkan suatu peraturan yang seperti, Jami‘at al-Khair, al-Irsyad, merintangi penerimaan anak-anak Sarekat Islam, dan Muhammadiyah perempuan di sekolah. Sebaliknya juga berusaha mengurangi perbedaan antara mereka sangat hati-hati untuk menyuruh golongan terpelajar dari sekolah-sekolah anak perempuan bumiputera bersekolah Belanda dan golongan terpelajar dari takut kalau-kalau menyinggung adat lembaga pendidikan agama tradisional kebiasaan setempat (Stibbe, 1919: 109; (, 1971: 16; Azra, 1999: 36-37). Nasution, 1987:46-47). Muncullah pendidikan jalan tengah Sekalipun sistem pendidikan melalui pembaharuan pendidikan Islam Barat pada awal abad ke-20 kian di Indonesia menuju pendidikan modern, berkembang dan menjangkau kaum baik dengan mengadopsi sebagian saja bumiputera secara luas, terutama karena sistem pendidikan modern dan didorong oleh Politik Etis pemerintah menerapkannya kepada institusi kolonial, tetapi tidak berarti lembaga pendidikan Islam tradisional, maupun pendidikan Islam tradisional seperti dengan meniru sebagian besar sistem surau, mesjid, atau pesantren menjadi pendidikan barat, seperti membangun surut. Para orang tua di Sumatera Timur sekolah-sekolah yang mengajarkan lebih tertarik memasukkan anak-anak pengetahuan agama Islam dan mereka ke lembaga pendidikan agama pengetahuan umum. Muhammadiyah yang disebut lembaga kuttab. Tidak dengan Aisyiah (1917) misalnya, giat mengherankan lembaga ini tumbuh kian memperjuangkan pendidikan, baik untuk subur, antara lain di Bagan Siapi-Api laki-laki maupun untuk kaum yang merupakan wilayah Kerajaan Siak. perempuan, dengan membuka sekolah- Masih banyak orang tua yang sekolah yang mengajarkan pengetahuan menganggap bahwa memasukkan anak agama dan pengetahuan umum. ke sekolah pemerintah bertentangan dengan norma-norma agama dan adat. C.Mekanisme Pertahanan Diri dan Dapat dikatakan terdapat dua Upaya Mengangkat Marwah bentuk pendidikan di Indonesia pada 119

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015

Pendidikan menjadi bidang menjauhkan anak-anak dari norma perhatian Sultan Syarif Kasim II selama agama dan adat-istiadat Melayu. masa kekuasaannya (1915-1945). Di Pengajarannya pun sangat Belanda bidang pendidikan inilah ia dapat sentris. Kurikulum di HIS Siak Sri menyalurkan pendiriannya tentang Islam Indrapura tidak mencakup mata dan Nasionalisme. Pada saat ia dilantik pelajaran tentang sejarah karena sebagai Sultan ke-12 pada tahun 1915, dikhawatirkan dapat membangkitkan pendidikan modern yang ada di kesadaran murid akan tanah air. Tidak Kerajaan Siak sangatlah terbatas dan heran, jika sejak awal Sultan tidak hanya sekolah yang dikelola oleh menyukai kebijakan pemerintah kolonial Pemerintah Hindia Belanda atau terhadap sekolah Melayu berbahasa gouvernementscholen. Ada sebuah Belanda tersebut. Di sisi lain, ekses ke Hollandsch Inlandsche School (HIS), dalam, keberadaan lembaga pendidikan sekolah-sekolah desa (Volksscholen), Islam tradisional dilihat dari sistem dan Inlandsch Scholen di Siak Sri pengajarannya tidak efisien dan kurang Indrapura, Selat Panjang, dan Bagan bermutu. Ada keluhan masyarakat Siapi-Api (Plas, 1917: 122). Tidak lama tentang kondisi lembaga kuttab yang kemudian, ia segera mendirikan lembaga tidak dikelola dengan baik sehingga pendidikan Islam modern yang disebut cenderung merugikan murid; ekses dengan Madrasah Taufikiyah (1917). keluar, keberadaan pendidikan partikelir sangat tidak menguntungkan karena kecurigaan dan pembatasan pendidikan partikelir yang mulai dilakukan pemerintah kolonial melalui ordonansi. Oleh karena itu, dua tahun setelah Pemerintah Belanda mendirikan HIS Siak Sri Indrapura (1915), Sultan Syarif Kasim II segera mendirikan Madrasah Taufikiyah yang mengajarkan pengetahuan agama dan pengetahuan umum dengan sistem modern Di madrasah ini semangat nasionalisme mendapat tempat, bahkan murid-murid mengidolakan tokoh-tokoh pergerakan Sultan Syarif Kasim II (1893-1968) nasional Indonesia, terutama dari kalangan Muslim (Wilaela, 2012: 208- 1. Madrasah Khusus Laki- 210). Laki Masyarakat Siak, seperti para Sultan Syarif Kasim II pemuka masyarakat dan tokoh memahami dilema yang dihadapi organisasi tidak ketinggalan dalam rakyatnya pada waktu itu. Di satu sisi, merespon pendidikan modern. Mereka politik pendidikan Hindia Belanda baik juga segera membuka sekolah disengaja maupun tidak, telah partikelir, seperti HIS Muhammadiyah menyinggung sentimen keagamaan dan di Bagan Siapi-Api, Bengkalis dan nasionalisme penduduk bumiputera. Pekanbaru; dan HIS Taman Siswa Selat Pendidikan gouvernement telah Panjang. Masyarakat pun bisa menerima 120

Wilaela: Pendidikan Jalan Tengah Di Kerajaan Siak (1915-1945)

sistem pendidikan modern jalan tengah menenun, gadis-gadis biasanya bersyair ini. Sultan Syarif Kasim II memberikan dan bersenandung. Bersyair menurut perhatian kepada pendidikan partikelir U.U. Hamidi (2002: 134) adalah dengan rajin mengunjungi sekolah- kegiatan membacakan berbagai syair sekolah tersebut. Ia juga hampir dan hikayat dengan lagu yang merdu. menerapkan wajib belajar (leerplich) Syair dan hikayat yang dibacakan kepada penduduknya dan tidak biasanya banyak mengandung nilai-nilai menolerir para orang tua yang agama Islam dan memiliki manfaat bagi mengabaikan pendidikan anak-anak pendidikan. Dalam Atlas Kebudayaan mereka. Melayu Riau (al-Azhar et al., 2005: 69), Memang pendidikan jalan tengah bersenandung itu menyanyi lagu pelipur ini segera menemukan momentumnya lara yang biasa dilakukan oleh anak karena ketidaksukaan rakyat kepada muda di Bengkalis dengan perkataan politik pendidikan Hindia Belanda yang yang berisi kerinduan atau perasaan terkait dengan politik asosiasi yang sedih karena sedang berpisah (associatiepolitiek) (Dekker, 1913: 439- dengan kekasih atau karena lainnya. 446; Brugmans, 1938: 289-290; Bersenandung juga dilakukan untuk Hurgronje, 1977: 157). Apalagi sikap membuai dan menidurkan anak. Dapat enggan pemerintah kolonial Belanda dikatakan selain belajar agama, anak dalam memajukan pendidikan rakyat perempuan Melayu juga belajar Indonesia membuat kalangan keterampilan produktif, seperti nasionalisme dan kalangan Islam merenda, menyulam, atau menenun yang terutama, giat menyelenggarakan terkait dengan kebiasaan berkurung. pendidikan modern. Mereka setuju Seiring dengan semangat dengan sistem pendidikan modern yang pergerakan pada awal abad ke-20, diperkenalkan Belanda, tetapi mereka pendidikan (onderwijs) menjadi keberatan dengan sistem pendidikan tuntutan terkuat yang diajukan oleh gouvernement dan menolak subsidi kalangan bumiputera. Adapun pemerintah kolonial. Sekalipun pendidikan untuk anak perempuan demikian, menurut van Niel (2009: 310), (meisjesonderwijs), lambat laun dapat keberadaan sekolah-sekolah diterima di tengah masyarakat, Muhammadiyah umumnya diakui oleh walaupun tetap menuai kontroversi. pemerintah Belanda, tidak dipandang Setidaknya reaksi masyarakat berkisar sebagai sekolah liar (wilde scholen), dan pada perlu tidaknya perempuan diberikan subsidi. mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dari Sekolah Desa atau sekolah 2. Sekolah Khusus Perempuan Melayu Kelas Dua. Dalam sistem pendidikan Pertama, mereka yang tradisional, anak gadis sesungguhnya menginginkan perempuan perlu masuk telah mendapatkan berbagai sekolah modern yang terkait dengan pengetahuan dan keterampilan sebagai fungsi feminitas dan peran perempuan di bekal untuk kehidupan berumah tangga. ranah domestik. Bahkan kalau perlu ke satu keterampilan yang perlu jenjang yang lebih tinggi dari sekolah dimiliki oleh gadis-gadis Siak adalah rendah. Sebab, pendidikan bagi menenun atau menyulam yang dilatih perempuan akan mengarahkannya untuk tatkala mereka berkurung. Sambil menjadi ibu sejati, sebagai pendidik 121

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015

pertama dan utama bagi anak-anaknya. perempuan dan untuk mengakhiri Perempuan tidak hanya perlu kontroversi antara pendapat yang mengetahui cara mengurus rumah tangga membolehkan anak gadis mengenyam (huishouden) seperti pekerjaan dapur, pendidikan yang lebih tinggi dan mengurus orang sakit, mengasuh dan pendapat yang menyatakan bahwa anak mendidik anak (opvoeden) serta ilmu gadis cukup mengenyam pendidikan kesehatan (hygiene), tetapi juga rendah saja. pekerjaan tangan (handwerken) seperti Pendidikan jalan tengah ini jahit-sulam, dan menenun atau haruslah pendidikan khusus untuk anak membatik. Bahkan, anak perempuan perempuan saja (bukan ko-edukasi) dan perlu memiliki kemampuan berbahasa menyiapkan mereka sebagai calon ibu Belanda standard. Suami-suami pada rumah tangga dan pendidik bagi masa ini juga cenderung menyukai istri keluarga mereka kelak. Tengku Agung yang pintar, karena istri adalah kawan (1896-1929) kemudian membuka bermufakat dan bersepakat, dalam susah Sultanah Latifah School di Siak Sri dan senang. Indrapura, terletak persis di samping Kedua, mereka yang beranggapan Istana Asseraya pada tahun 1927. bahwa anak perempuan cukup Sekolah khusus perempuan ini setingkat bersekolah rendah (lagere scholen) sekolah desa tiga tahun yang setingkat Volkschool atau Gouvernement mengajarkan pelajaran membaca dan Inlandsch School saja. Sekolah tersebut menulis, mengajarkan cara mengurus dapat dijalani oleh anak-anak perempuan rumahtangga, melatih ketrampilan, sebelum mereka menginjak usia akil pendidikan budi pekerti dan Bahasa baligh dan harus berkurung. Hal ini Belanda. Pendidikan ketrampilan atau dapat menjelaskan mengapa jumlah pekerjaan tangan yang diistilahkan oleh murid laki-laki jauh melebihi murid Abdul Ghaban (Bintang Hindia, 4 Mei perempuan di semua jenjang pendidikan. 1929) dengan pendidikan asli anak Jumlah anak perempuan bersekolah di negeri itu diutamakan yang dapat Indonesia berdasarkan statistik tahun bernilai produktif yang sesuai dengan 1933/1934 belum setengah juta (yaitu peran gender kaum perempuan sebagai 546.809 orang) dari 17 juta lebih anak pengurus rumah tangga dan pendidik yang harus bersekolah. anak. Sikap defensif terhadap pendidikan barat dan keyakinan teguh terhadap apa yang pantang dan apa yang dibolehkan menurut adat membuat Tengku Agung permaisuri Sultan Syarif Kasim II mengupayakan bentuk dan tujuan pendidikan yang berbeda dari bentuk pendidikan tradisional yang sudah berlangsung cukup lama dan pendidikan modern yang dibawa oleh pemerintah kolonial. Bentuk pendidikan ini merupakan bentuk pendidikan jalan Tengku Agung (1896-1929) Pendiri Sultanah tengah, yang mengakomodir pendapat- Latifah School pendapat tentang pendidikan anak 122

Wilaela: Pendidikan Jalan Tengah Di Kerajaan Siak (1915-1945)

Usaha yang dilakukan oleh Rakyat. Sekalipun keberadaannya Tengku Agung dan didukung terhitung singkat, tetapi sekolah ini telah sepenuhnya oleh Sultan Syarif Kasim II berperan dalam diseminasi kerajinan ini mengikuti semangat zaman. tenun siak. Pendidikan untuk mendukung 3. Madrasah Khusus Perempuan kemandirian kaum perempuan telah Madrasah Annisa didirikan pada dilakukan oleh Kartini (1879-1904) dari tahun 1929 sebagai sekolah agama Jawa Tengah, kemudian Dewi Sartika khusus perempuan. Letak madrasah (1884-1947) dari Jawa Barat, Rohana yang terdiri dari tingkat ibtidaiyah 4 Kudus (1884-1974) dari Bukittinggi dan tahun dan tsanawiyah 3 tahun ini Rahmah el-Yunusiyah (1900-1969) dari terletak di depan alun-alun sejajar Padang Panjang. Ide Tengku Agung dengan tampak muka Istana Asseraya untuk mendirikan sekolah khusus (Muthalib, 83 tahun). Latar belakang perempuan diinspirasikan dari didirikan lembaga ini terkait dengan lawatannya ke Medan dan kenangannya keberadaan Sultanah Latifah School terhadap kehidupan masa kecilnya di yang dipandang tidak lagi sesuai dengan Tanjungpura, Langkat. Pada waktu itu, kebutuhan zaman, karena hanya hampir di setiap ibukota kerajaan di mengajarkan keterampilan, sementara Sumatera Timur terdapat sekolah khusus pendidikan agama hanya bersifat ekstra. perempuan, antara lain Sekolah Derma di Medan, ibukota Kerajaan Deli. Sultanah Latifah School bertujuan untuk meningkatkan kualitas perempuan Siak yang berperan penting dalam ranah domestik. Khusus untuk keterampilan menenun, menurut sumber lisan, Tengku Agung dan kemudian Tengku Maharatu bertindak sebagai guru. Mereka mengajarkan menenun di asrama (internaat) terutama kepada murid-murid yang menjadi dayang- dayang dan perempuan-perempuan yang tinggal di dalam lingkungan Istana Siak. Bangunan peninggalan Madrasah Annisa, berada Dalam biografi Masajo (Yusuf, 2007), di samping Istana Asseraya Hasyimiah, di Siak seorang murid Sultanah Latifah School, Sri Indrapura (Foto dokumen pribadi). dikisahkan ia pernah belajar menenun dari Tengku Agung. Hal senada Pembukaan Madrasah Annisa dituturkan oleh Encik Hasnah (71 tahun) dapat juga dilihat dalam perspektif yang mendapatkan keterampilan simbol perlawanan Sultan Syarif Kasim menenun dari neneknya, Hajah Aminah, II kepada penguasa Belanda. Hanya dan neneknya belajar menenun dari dalam bidang pendidikan sultan dapat Tengku Agung. Sultanah Latifah lebih banyak menunjukkan sikap anti School masih berdiri hingga bala tentara Belandanya. Sultan dan Tengku Jepang memasuki Siak Sri Indrapura Maharatu (lahir 1913), permaisuri pada tahun 1942. Sejak saat itu, sekolah setelah Tengku Agung mangkat, tersebut dialihkan sebagai Sekolah menerapkan pendidikan gratis bagi anak 123

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015

perempuan di Siak. Mereka mengadakan masyarakat yang mengadopsi sebagian kerja sama dengan Diniyah School Putri sistem pendidikan modern sehingga di Padang Panjang antara tahun 1934 menjadi madrasah, dan ada yang hingga tahun 1941 dan menjelang membuka sekolah dan mengadopsi Jepang masuk ke Siak. Kesejahteraan sebagian besar sistem pendidikan barat para guru, seperti penyediaan asrama dan memasukkan pendidikan agama dan pembayaran gaji langsung di bawah Islam. Bedanya dengan pendidikan yang pengawasan sultan dan permaisuri. diselenggarakan oleh pemerintah Di Madrasah Annisa diajarkan kolonial terletak pada mata pelajaran pelajaran agama meliputi membaca al- agama dan nilai-nilai keindonesiaan. Qur‘an, shalat, Rukun Islam, Berbagai ekses sosial budaya, Rukun Iman, Tauhid, , Hadis, dan agama dan kebangsaan yang dirasakan Kesenian Arab. Pengetahuan umum oleh masyarakat di Kerajaan Siak karena yang diajarkan meliputi ilmu bumi, anak-anak bumiputera bersekolah di menulis Bahasa Arab, Bahasa Melayu, sekolah pemerintah membuat mereka dan keterampilan perempuan. Murid- mendirikan sekolah partikelir. Sekolah- murid diajarkan pekerjaan tangan, sekolah teersebut merupakan jalan seperti menyulam, menerawang, tengah atas dilema terhadap kebutuhan menjahit, membuat perlengkapan anak- pendidikan modern tetapi tidak ingin anak seperti topi dan kaos kaki, dan belajar di sekolah Belanda. Alasannya lain-lain. Pada tingkat Tsanawiyah, didasari oleh perasaan kebangsaan dan ditambah mata pelajaran baru, seperti sentimen keislaman. Bahkan pendidikan Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, ilmu jalan tengah ini merupakan mekanisme ukur, beberapa keterampilan, dan lain- pertahanan diri mereka terhadap politik lain. Selain telah menerapkan sistem pendidikan Hindia Belanda yang erat kelas dan mata pelajaran tertentu yaitu terkait dengan politik asosiasi. pendidikan agama dan pendidikan Sultan Syarif Kasim II berinisiatif umum, Madrasah Annisa juga membuka lembaga pendidikan agama memberikan atau surat keterangan dengan sisitem modern yang dikenal tamat belajar bagi murid-murid yang dengan nama Madrasah Taufikiyah al- telah menamatkan pendidikannya di Hasyimiah (1917) sebagai jalan tengah sana. Madrasah Annisa ditutup dan untuk kekurangan pendidikan tradisional sekolahnya bersama dengan Madrasah yang diselenggarakan masyarakat dan Taufikiyah dijadikan MTsN Siak Sri pendidikan modern yang Indrapura. diselenggarakan pemerintah kolonial. Sekolah khusus perempuan bernama Simpulan Sultanah Latifah School (1927) juga Pendidikan modern yang dibuka sebagai jalan tengah antara diperkenalkan Pemerintah Hindia pendapat yang menganggap perempuan Belanda pada awal abad ke-20 disikapi perlu bersekolah modern bahkan ke berbeda-beda oleh masyarakat di jenjang yang lebih tinggi dengan Kerajaan Siak. Ada yang tetap pendapat sebaliknya bahwa perempuan mempertahankan pendidikan tradisional, cukup mengenyam pendidikan tetapi segera menjadi tidak menarik bagi tradisional dan pendidikan modern masyarakat luas dan dalam suasana tingkat rendah saja yang dapat dilakukan kebangkitan nasional tersebut. Ada juga sebelum akil baligh. Madrasah Annisa 124

Wilaela: Pendidikan Jalan Tengah Di Kerajaan Siak (1915-1945)

(1929) juga didirikan sebagai pelengkap Oxford: Princeton University dari kekurangan Sultanah Latifah School Press; pp. 172-198. dalam pendidikan agama Islam. Pendidikan jalan tengah pada masa Barnard, Timothy P. 2006. Pusat Sultan Syarif Kasim II ini merupakan Kekuasaan Ganda: Masyarakat sikap politis Pemerintah Landschap Siak dan Alam Siak dan Sumatra terhadap kolonialisme, untuk menaikkan Timur 1674-1827. Terjemahan pamor dan prestise kerajaan yang Sita Rohana. Pekanbaru: Unri menurun, dan untuk kontinuitas peran Press. dan fungsi kerajaan-kerajaan Melayu sebagai pengembang agama Islam dan Brugmans, I.J. 1938. Geschiedenis van pendidikan. het Onderwijs in Nederlandsch- Indie. Groningen-Batavia: J.B. Wolters‘ Uitgevers- Daftar Pustaka Maatschappij.

Algemen Verslag van het Inlandsch Onderwijs in Nederlandsch ______. 1987. Politik Pengajaran“, Indie over 1914. Eerste Deel dalam H. Baudet dan I.J. Tekst. Batavia: Landsdrukkerij. Brugmans. Politik Etis dan 1916. KITLV. Revolusi Kemerdekaan. Terjemahan Amir Sutaarga. Ali, A. Mukti. 1971. Beberapa Masalah Jakarta: Yayasan Obor Pendidikan di Indonesia. Indonesia; hlm. 176-194. Bagian Lampiran Rencana Pelajaran Pekerjaan Creutzberg en Hardeman. 1916. Het Tangan/Pertanian pada Onderwijs in Nederlandsch Madrasah Wajib Belajar 8 Indië. Drukkerij Korthuis: ”s Tahun. Jogyakarta: Nida. Gravenhage.

Al-Azhar et al. 2008. Atlas Kebudayaan Dekker, Deuwes. 1913. Assosiatie Melayu Riau. Pekanbaru: Unri. Politiek“, Koloniaal Tijdschrift. Tweede Jaargang. Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan EersteHalfjaar; pp. 439-446. Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Hamka. 1988. Ayahku: Riwayat Hidup Logos. Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama ______et al. 2007. Pesantren and di Sumatera. Cetakan Keempat. : Muslim Schools and Jakarta: Umminda. National Ideals in Indonesia“, dalam Robert W. Hefner and Harahap, Abdul Manan (79 tahun). Qasim Zaman. Pernah menjadi guru di Schooling Islam: The Culture Madrasah Taufikiyah dan and Politics of Modern Muslim Madrasah al-Nisa. Wawancara. Education. Princeton and 125

Sosial Budaya: Media Komunikasi Ilmu-Ilmu Sosial da n B u d a y a , Vol.12, No.1 Januari - Juni 2015

Siak Sri Indrapura, 1 November 2009. Nasution, S. 1987. Sejarah Pendidikan Indonesia. Edisi Kedua. Hasnah, Encik (1971).Tokoh Perempuan Bandung: Jemmars. Riau yang melestarikan Tenun Siak. Wawancara. Pekanbaru, Van Niel, Robert. 2009. Munculnya 30 Juni 2009. Elite Modern Indonesia. Terjemahan Zahara Deliar Noer. Hurgronje, C. Snouck. 1973. Islam di Cetakan Kedua. Jakarta: Dunia Hindia Belanda. Terjemahan. S. Pustaka Jaya. Gunawan. Kata Pengantar Taufik Abdullah. Jakarta: Pijper, G.F.1987. Politik Islam Bhratara. Pemerintah Belanda“, dalam H. Baudet dan I.J. Brugmans ______. 1977. The Ideal of Assosiation (peny.). Politik Etis dan 1911“, dalam Penders. Chr. Revolusi Kemerdekaan. Terj. L.M. (ed.& Translt). Indonesia: Amir Sutaarga. Jakarta: Selected Documents on Yayasan Obor Indonesia; hlm. Colonialism and Nationalism 238-271. 1830-1942. Queensland: University of Queensland; Plas, van der. 1917. Memorie van pp.157-165. Overgave (MvO) Gouverneur der Oostkust van Sumatra. Den Jamil, O.K. Nizami. 73 tahun.Ketua Haag: Nationaal Archief. LAM Siak dan Pengurus LAM Riau. Wawancara. Pekanbaru. Stibbe, D.G. (red.) 1919. Encyclopaedie 30 Oktober 2009. van Nederlandsch Indië. Tweede Druk. Deerde Dee. N- Lekkerkerker, C. 1914. Soema.‘s Gravenhage: Martinus Meisjesonderwijs, Coeducatie, Nijhoff. en Meisjesscholen voor de Inlandsche Bevolking in Suwardi, dkk. Sultan Syarif Kasim II Nederlandsch-Indie“, Kolonial Sultan Siak Sri Indrapura Tijdschrift. Van den 3en (1915-1945). Bengkalis: Pemda jaargaang tweede halfjaar; pp. Tingkat II Bengkalis; hlm 15- 865-884. 25.

Mestoko, Sumarsono et al. 1985. Yunus, Mahmud.1960. Sedjarah Pendidikan di Indonesia: Dari Pendidikan Islam di Indonesia. Jaman ke Jaman. Jakarta: Jakarta: Pustaka Mahmudiah. Depdikbud dan Balai Pustaka.

Muthalib, Rugayyah binti Lebai Abdul (84 tahun). Murid Madrasah al- Nisa. Wawancara. Siak Sri Indrapura, 1 Nov. 2009. 126