RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017

Bab 3

GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH KOTA PANGKALPINANG

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 1

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) Kota Pangkalpinang Tahun 2013-2017

3.1 KONDISI FISIK 3.1.1 Letak Geografis Keluarnya UU Nomor 27 Tahun 2000 meresmikan pembentukan Bangka sebagai provinsi baru sekaligus juga menetapkan Pangkalpinang sebagai Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain sebagai ibukota provinsi, Kota Pangkalpinang juga merupakan wilayah otonomi yang berdiri sendiri sebagai kota. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki dua pulau terbesar yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung, serta beberapa pulau kecil lainnya, diantaranya Pulau Lepar, Pulau Seliu, Pulau Mandanau, Pulau Nado, dan Pulau Batudinding. Secara geografis, posisi kota ini terletak pada garis 106° 4’ sampai dengan 106° 7’ Bujur Timur dan garis 204’ sampai 2010’ Lintang Selatan. Daerah ini terletak pada bagian timur Pulau Bangka dengan batas-batas sebagai berikut : a. sebelah utara berbatasan dengan desa pagarawan Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka b. sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan pangkalan baru Kabupaten Bangka Tengah c. sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka d. sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan Sebagai sebuah kota, Pangkalpinang merupakan daerah yang strategis sebagai pusat pembangunan. Hal ini disebabkan karena sebagai ibukota provinsi, Pangkalpinang memiliki beberapa fungsi sebagai pusat pengembangan pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Fungsi-fungsi tersebut adalah : 1. pusat pemerintahan dan permukiman penduduk; 2. pusat perdagangan dan industri; 3. pusat pelayanan sosial (pendidikan dan kesehatan) serta distribusi barang dan jasa;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 2

4. pusat administrasi penambangan timah, dan 5. pusat lembaga keuangan.

Untuk mengakomodasikan perkembangan kota inilah, maka Wilayah Kota Pangkalpinang yang sebelumnya hanya sebesar 31,7 km2 diperluas melalui Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1984 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pangkalpinang dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bangka, sehingga menjadi sebesar 89,4 km2, dan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Daerah Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Desa Selindung, maka luas wilayah Kota Pangkalpinang saat ini kurang lebih 118,408 km2. Namun berdasarkan kepada hasil perhitungan dari bakosurtanal dan perhitungan di lapangan luas Kota Pangkal Pinang sebenarnya kurang lebih sekitar 104 km2. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan perluasan Wilayah Pangkalpinang, kota yang sebelumnya terdiri dari 5 kecamatan ini, kemudian menjadi 7 kecamatan dengan 42 kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Gerunggang (6 kelurahan), Pangkalbalam (5 kelurahan), Tamansari (5 kelurahan), Rangkui (8 kelurahan), Bukit Intan (7 kelurahan), Gabek (6 Kelurahan) serta Girimaya (5 kelurahan). Dilihat dari presentase Kecamatan Bukit Intan merupakan kecamatan terluas di Kota Pangkalpinang yaitu sebesar 37.86 km2 ( 36%) dari luas Kota Pangkalpinang, sedangkan Kecamatan Tamansari merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu sebesar 2.64 km2 (2%) dari luas Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.1, gambar 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Kecamatan di Kota Pengkalpinang Tahun 2011 Luas Wilayah Presentase No Kecamatan Kelurahan (km2) (%) 1 Tamansari Rawa Bangun 0.23 0.22 Gedung Nasional 0.32 0.30 Opas Indah 0.83 0.79 Batin Tikal 0.35 0.33 Kejaksaan 0.90 0.85 2 Pangkalbalam Ampui 0.43 0.41 Lontong Pancur 0,93 0.88 Pasir Garam 0.74 0.70 Rejosari 0.79 0.75 Ketapang 0.48 0.46 3 Gabek Selindung Baru 1.44 1.36 Air Selemba 1.00 0.95 Gabek Satu 0,98 0.93 Gabek Dua 0,87 0.82 Selindung 8.10 7.67 Jerambang Gantung 5.44 5.15

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 3

Luas Wilayah Presentase No Kecamatan Kelurahan (km2) (%) 4 Rangkui Asam 0.76 0.71 Parit Lalang 0.94 0.89 Bintang 0.46 0.44 Melintang 0.35 0.33 Keramat 0.86 0.81 Mesjid Jamik 0.24 0.22 Pintu Air 0.48 0.45 Gajah Mada 0.68 0.64 5 Bukit Intan Semabung Lama 2.65 2.51 Bacang 3.92 3.71 Air Itam 3.43 3.25 Sinar Bulan 3.92 3.71 Temberan 16.67 15.78 Air Tawar 4.27 4.04 Pasir Putih 3.00 2.84 6 Gerunggang Kacang Pedang 1.04 0.98 Tuatunu 28.18 26.67 Bukit Merapin 1.50 1.42 Bukit Sari 0.63 0.59 Taman Bunga 0.65 0.62 Air Kelapa Tujuh 2.45 2.32 7 Girimaya Sriwijaya 0.39 0.36 Bukit Besar 0.50 0.47 Batu Intan 1.21 1.41 Semabung Baru 1.54 1.45 Pasar Padi 1.31 1.07 Jumlah 105.67 100.00 Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

Gambar 3.1 Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Kecamatan di Kota Pengkalpinang Tahun 2011

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah kecamatan dan luas Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada Gambar 3.2 (Peta Administrasi Kota Pangkalpinang).

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 4

Gambar 3.2 Peta Administasi Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 5

3.1.2 Topografi

Kota Pangkalpinang memiliki kondisi topografi relatif datar, dengan kelandaian rata-rata 0 sampai 15%, hanya di beberapa tempat yang topografinya bergelombang dan berbukit - bukit yaitu di bagian Barat dan Selatan (Bukit Girimaya dan Bukit Menara).

Ketinggian tanah umumnya rendah yaitu berkisar 0 – 30 M di atas permukaan laut, hanya sebagian kecil yang memiliki ketinggian di atas 30 meter dari permukaan laut yaitu sekitar Bukit Giri, Bukit Merapin dan Bukit Baru Disekitar pesisir pantai dan sungai masih berupa rawa-rawa dan ditumbuhi pohon bakau.

Secara morfologi Kota Pangkalpinang miring ke arah Timur dan cekung dibagian tengah, dimana bagian pusat kota lebih rendah dari bagian Barat, Utara dan Selatan, sehingga pada musim hujan di bagian pusat kota sering terjadi banjir, kondisi ini menjadi kendala utama dalam pengembangan kota. Sedangkan daerah yang tidak terkena banjir terutama daerah bagian barat dan selatan yaitu bukit Girimaya dan bukit menara dengan ketinggian diatas 20 sampai 30 meter diatas permukaan laut. Kondisi kemiringan lahan sangat berpengaruh dalam pengembangan suatu wilayah. Ada beberapa klasifikasi kemiringan lereng, menurut Direktorat Jendral Kehutanan, Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Datar (kurang dari 8 %), kemiringan ini akan dapat mendukung penggunaan yang paling intensif, segala macam usaha pertanian dan kegiatan non pertanian 2. Sedang/berombak (antara 8 – 15 %), masih dapat mendukung penggunaan tanah untuk permukiman dan pertanian, tetapi memerlukan pengelolaan yang hati-hati. 3. Agak berat/Bergelombang (antara 15 – 25 % ), usaha pertanian terbatas, banyak investasi diperlukan. 4. Berat/berbukit (antara 25 – 45 %), vegetasi penutup sangat diperlukan, karena sangat mudah dipengaruhi erosi.

5. Sangat Berat bergunung (diatas 45 %), kemungkinan mudah terjadi longsor, baik untuk hutan lindung.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 6

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.2 Kemiringan Lereng di Kota Pengkalpinang Kelerengan No Kecamatan Kelurahan 0-2% 2-5% 5-15% 1 Tamansari Rawa Bangun √ Gedung Nasional √ Opas Indah √ √ Batin Tikal √ √ Kejaksaan √ √ 2 Pangkalbalam Ampui √ √ Lontong Pancur √ √ Pasir Garam √ √ Rejosari √ √ Ketapang √ √ 3 Gabek Selindung Baru √ √ √ Air Selemba √ √ Gabek Satu √ √ Gabek Dua √ √ Selindung √ √ Jerambang Gantung √ √ √ 4 Rangkui Asam √ √ Parit Lalang √ √ Bintang √ √ Melintang √ √ Keramat √ √ Mesjid Jamik √ √ Pintu Air √ √ Gajah Mada √ √ 5 Bukit Intan Semabung Lama √ √ Bacang √ √ √ Air Itam √ √ Sinar Bulan √ √ Temberan √ √ Air Tawar √ √ Pasir Putih √ √ 6 Gerunggang Kacang Pedang √ √ √ Tuatunu √ √ √ Bukit Merapin √ √ Bukit Sari √ √ Taman Bunga √ √ Air Kelapa Tujuh √ √ 7 Girimaya Sriwijaya √ √ Bukit Besar √ √ Batu Intan √ √ Semabung Baru √ √ √ Pasar Padi √ √ Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 7

Gambar 3.3 Peta Topografi Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 8

3.1.3 Geologi

Tanah di daerah Kota Pangkalpinang mempunyai pH rata-rata di bawah 5 dengan jenis tanah podzolik merah kuning, regosol, gleisol dan organosol yang merupakan pelapukan dari batuan induk. Sedangkan pada sebagian kecil daerah rawa jenis tanahnya asosiasi Alluvial-Hydromorf dan Glayhumus serta regosol kelabu muda yang berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

Keadaan tanah yang demikian kurang cocok untuk ditanami padi, tetapi masih memungkinkan untuk ditanami palawija. Pada daerah pinggiran, yaitu Desa Tuatunu dan Desa Air Itam cukup potensial menghasilkan lada dan karet. Kondisi geologi umum di daerah ini; formasi yang tertua adalah batu kapur berumur Permo Karbon, menyusul Slate berumur Trias Atas dan terakhir Intrusi Granit berumur setelah Trias Jura. Susunan batuan granit bervariasi dari granit sampai dioditik dengan inklusi mineral berwarna gelap yaitu Biotit dan ada kalanya Amfibol Hijau. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 dan gambar 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.3 Geologi di Kota Pengkalpinang Geologi No Kecamatan Kelurahan 1 2 3 4 5 1 Tamansari Rawa Bangun √ Gedung Nasional √ Opas Indah √ √ Batin Tikal √ Kejaksaan √ √ 2 Pangkalbalam Ampui √ √ Lontong Pancur √ √ Pasir Garam √ √ Rejosari √ √ Ketapang √ √ 3 Gabek Selindung Baru √ √ Air Selemba √ √ Gabek Satu √ √ √ Gabek Dua √ √ √ Selindung √ √ Jerambang Gantung √ √ 4 Rangkui Asam √ √ √ Parit Lalang √ √ Bintang √ √ Melintang √ √ Keramat √ √ Mesjid Jamik √ Pintu Air √ √ Gajah Mada √ √ 5 Bukit Intan Semabung Lama √ √ Bacang √ √ √ √ Air Itam √ √ √ √ Sinar Bulan √ √ √ √ Temberan √ √

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 9

Geologi No Kecamatan Kelurahan 1 2 3 4 5 Air Tawar √ √ Pasir Putih √ √ 6 Gerunggang Kacang Pedang √ √ Tuatunu √ √ √ Bukit Merapin √ √ Bukit Sari √ √ Taman Bunga √ √ Air Kelapa Tujuh √ √ 7 Girimaya Sriwijaya √ √ √ Bukit Besar √ √ √ Batu Intan √ √ Semabung Baru √ √ √ Pasar Padi √ √ Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013 Ket : 1 = Lempung organik, Pasir Halus, Lumpur Organik 2 = Lempung Pasir Berkerikil 3 = Lempung Pasiran 4 = Lempung, Pasir, Kerikil 5 = Perselingan Batu Lempung dan Lempung Pasiran

3.1.4 Iklim dan Curah Hujan

Iklim daerah Kota Pangkalpinang tergolong tropis basah type A dengan variasi hujan antara 241,4 mm per bulan selama tahun 2011, dengan jumlah hari hujan rata-rata 18 hari setaip bulannya. Bulan yang terkering adalah bulan September. Hawa di daerah ini dipengaruhi oleh laut, baik angin maupun kelembabannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Rata-rata Curah Hujan, Hari Hujan, Arah Angin, Kecepatan Angin Rata-Rata di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Kecepatan No Bulan/Tahun Curah Hujan Hari Hujan Arah Angin Angin 1 Januari 253.1 27 BL 3.3 2 Februari 309.9 16 BL 3.0 3 Maret 228.5 25 BL 2.2 4 April 356.2 23 BL 2.0 5 Mei 343.9 23 TGR 2.6 6 Juni 271.6 15 TGR 4.1 7 Juli 91.1 10 TGR 5.1 8 Agustus 43.6 5 TGR 6.1 9 September 76.6 4 TGR 6.1 10 Oktober 31.9 20 TGR 2.9 11 November 35.9 19 BD 1.5 12 Desember 268.5 24 BL 1.5 Rata-rata 241.4 18 TGR/BL 3.4 Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 10

Gambar 3.4 Peta Geologi dan jenis tanah Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 11

Suhu udara di Kota Pangkalpinang selama tahun 2011, bervariasi antara 23.3ºC – 32.3ºC, dengan suhu minimum 24.0 ºC dan maksimum 31.0 ºC, rata-rata suhu udara yaitu 26,9 ºC. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5 Rata-rata Suhu Udara, Minimum dan Maksimum di Kota Pangkalpinang (OC) Tahun 2011 No Bulan/Tahun Minimum Maksimum Rata-rata 1 Januari 23.6 29.9 26.0 2 Februari 23.3 30.4 26.2 3 Maret 23.4 30.5 26.1 4 April 23.7 30.8 26.6 5 Mei 24.2 31.5 27.2 6 Juni 24.4 31.2 27.3 7 Juli 24.3 30.9 27.2 8 Agustus 24.4 31.6 27.7 9 September 24.5 32.3 28.1 10 Oktober 24.2 31.4 27.1 11 November 23.9 31.0 26.7 12 Desember 23.8 29.9 26.1 Rata-rata 24.0 31.0 26.1 Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

Rata-rata kelembabannya berkisar antara 73,0 – 87,0 persen. Angin bergerak setiap hari dengan arah dari Timur pada siang hari dan dari Barat pada malam hari. Rata-rata kecepatan angin cukup bervariasi setiap bulannya yaitu 2,6 knot pada bulan Mei, yang terendah pada bulan November dan Desember sebesar 1,5 knot dan yang tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 6,1 knot. Untuk lebih jelasnya mengenai rata-rata curah hujan, hari hujan, arah mata angin dan kecepatan angin di Kota Pangkalpinang tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.6 Rata-rata Tekanan Udaran, Kelembaban dan Penyinaran Matahari di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Kelembaban Penyinaran Tekanan No Bulan/Tahun Udara Rata- Matahari Udara Rata Rata-rata (%) 1 Januari 1008.50 84.0 33.8 2 Februari 1008.90 83.0 53.0 3 Maret 1008.70 85.0 35.3 4 April 1009.20 85.0 43.1 5 Mei 1009.10 84.0 59.7 6 Juni 1009.30 80.0 59.5 7 Juli 1009.50 78.0 71.9 8 Agustus 1009.80 74.0 89.0 9 September 1010.20 73.0 82.8 10 Oktober 1009.20 81.0 5.5 11 November 1009.00 84.0 47.5 12 Desember 1009.40 87.0 24.5 Rata-rata 1009.23 81.5 55.0 Sumber : Pangkalpinang dalam angka tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 12

3.1.5 Hidrologi

Di wilayah Kota Pangkalpinang terdapat beberapa sungai, pada umumnya sungai-sungai kecil yang ada di wilayah ini bermuara ke Sungai Rangkui. Di samping Sungai Rangkui terdapat juga Sungai Pedindang di bagian selatan. Kedua sungai ini berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota yang kemudian mengalir ke Sungai Baturusa dan berakhir di Laut Cina Selatan. Sungai-sungai ini selain berfungsi sebagai saluran utama pembuangan air hujan kota, juga befungsi sebagai prasarana transportasi sungai dari pasar ke Sungai Baturusa dan terus ke laut.

Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong kacang Pedang ke Sungai Rangkui yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930-an. Pada dasarnya wilayah kota Pangkalpinang kalau dilihat morfologinya berbentuk cekung dimana bagian pusat kota lebih rendah, sehingga keadaan ini memberikan dampak negatif, yaitu rawan banjir terutama pada musim hujan atau pengaruh pasang surut air laut melalui Sungai Rangkui yang membelah Kota Pangkalpinang.

Adapun daerah yang tidak pernah tergenang terletak di sebelah Utara, Barat dan Selatan kota. Sedangkan daerah Timur yang berbatasan dengan Sungai Rangkui dan Laut Cina Selatan dan bagian tengah kota yang dilalui oleh sungai Rangkui sering tergenang oleh air pasang (rob), daerah yang tergenang tersebut terutama Kecamatan Rangkui, Pangkal Balam dan Taman Sari. Sungai Baturusa dan Sungai Rangkui selain berguna untuk mengalirkan air hujan juga dimanfaatkan untuk sarana transportasi air, terutama oleh para nelayan dan pedagang ikan di kota Pangkalpinang karena Sungai Rangkui ini melalui pusat kota di samping pasar Kota Pangkalpinang. Anak Sungai Rangkui merupakan kanal pengairan dari pintu air kolong Kacang Pedang ke Sungai Rangkui.

Sumber air untuk air bersih pada umumnya dari air tanah di samping Kolong Kacang Pedang dan Kolong Kace. Air tanah pada umumnya relatif mudah di dapat karena air permukaannya relatif dangkal sekitar 4 sampai 6 meter dari permukaan tanah, hanya saja kondisinya kurang baik karena beberapa bagian wilayah Kota Pangkalpinang adalah bekas penambangan timah selain itu sumber air permukaan letaknya cukup jauh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 13

Gambar 3.5 Peta Hidrologi Kota Pengkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 14

3.1.6 Rawan Bencana a. Gempa Bumi Gempa bumi merupakan salah satu fenomena alam (natural hazard) yang sering terjadi di . Dampak dari gempa bumi, selain korban jiwa adalah kerusakan infrastruktur, dan bangunan permukiman lainnya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi, dipengaruhi olek karakteristik tanah/batuan setempat, di samping karakteristik guncangan (ground shaking) yang dihasilkan oleh suatu besaran kegempabumian (magnitude).

Ditinjau dari aspek tektonika secara regional bagian Indonesia Timur, Kota Pangkalpinang dan Pulau Bangka pada umumnya, merupakan daerah busur luar (back arc) yang jauh dari daerah mandala tumbukan (subduction zone). Kondisi ini menunjukkan bahwa Wilayah Kota Pangkalpinang jauh dari pusat gempa. Berdasarkan peta zona seismik, Wilayah Kota Pangkalpinang termasuk dalam zona dengan percepatan gempa (g) 0,20 – 0,40.

b. Banjir Sebagaimana menurut hukum air dan gravitasi, wilayah yang berpotensi banjir, adalah daerah dataran rendah. Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi sekunder, daerah banjir adalah Kecamatan Rangkui dan Kecamatan Tamansari.

Daerah ini, pada bagian permukaannya dibentuk oleh lempung hingga lanauan (berdasarkan proses pengendapan, butiran yang lebih halus dan ringan diendapkan pada bagian paling atas). Lapisan lempung lanauan ini, bersifat tidak meluluskan air, khususnya pada endapan aluvium sungai. Banjir di daerah ini umumnya disebabkan meluapnya air sungai pada musim penghujan karena tidak mampu menampung kapasitas air. Sungai-sungai yang menjadi langganan; banjir adalah Sungai Rangkui (membelah Kota Pangkalpinang), Sungai Selindung dan meander Sungai Baturusa. Pada kondisi normal, genangan air di sungai tersebut di atas maupun rawa yang terbentuk di sekitar bantaran S. Baturusa, cepat surut. Namun, pada saat air laut sedang pasang, air sungai akan tertahan dan membalik ke arah hulu. Dalam kondisi demikian, air genangan banjir menjadi lambat surutnya.

Wilayah peka bencana alam merupakan wilayah yang sering atau mempunyai potensi bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi di Kota Pangkalpinang adalah banjir. Kawasan rawan bencana banjir terutama yang berdekatan dengan sungai Rangkui dan laut Natuna. Lebih kurang 10 % dari wilayah Kota Pangkalpinang (89 Ha) terutama di pinggir Sungai Rangkui, berada 25 cm di bawah air laut. Jika Sungai Rangkui banjir sedang Laut Natuna pasang maka banjir tidak dapat dielakan dan terjadi genangan yang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 15

cukup lama dan luas terutama daerah pusat kota yaitu meliputi Kecamatan Rangkui dan Pangkalbalam serta Tamansari, dimana letaknya lebih rendah dari bagian Barat, Utara dan Selatan, hal inilah yang menjadi kendala utama bagi Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 dan gambar 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.7 Rawan Bencana Banjir di Kota Pengkalpinang Rawan Bencana No Kecamatan Kelurahan Banjir 1 Tamansari Rawa Bangun √ Gedung Nasional √ Opas Indah √ Batin Tikal Kejaksaan √ 2 Pangkalbalam Ampui √ Lontong Pancur √ Pasir Garam √ Rejosari √ Ketapang √ 3 Gabek Selindung Baru √ Air Selemba Gabek Satu Gabek Dua Selindung √ Jerambang Gantung 4 Rangkui Asam √ Parit Lalang √ Bintang Melintang √ Keramat Mesjid Jamik Pintu Air √ Gajah Mada √ 5 Bukit Intan Semabung Lama Bacang Air Itam Sinar Bulan Temberan √ Air Tawar √ Pasir Putih 6 Gerunggang Kacang Pedang Tuatunu Bukit Merapin Bukit Sari Taman Bunga Air Kelapa Tujuh 7 Girimaya Sriwijaya Bukit Besar Batu Intan Semabung Baru Pasar Padi Sumber : Hasil Analisis, tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 16

Gambar 3.6 Peta Rawan Bencana Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 17

c. Gerakan Tanah

Berdasarkan studi geologi Kota Pangkalpinang, gerakan tanah jarang terjadi, karena sebagian besar daerah pemetaan umumnya datar, dan walaupun berbukit batuannya relatif masih segar dan masif. Secara teoritis, daerah yang berpotensi untuk terjadi gerakan tanah (longsoran) pada suatu daerah dipengaruhi beberapa faktor, antara lain :

1. Kemiringan dan tinggi lereng (mulai dari > 9% atau > 25%);

2. Sifat dan mekanik tanah;

3. Keairan, menyangkut muka air tanah (tekanan hidrostatis);

4. Jenis litologi, khususnya fraksi halus (lempung dan lanau);

5. Struktur geologi, mikro (celah, batas bidang diskontinu), makro (patahan, kekar, dsb);

6. Kegempabumian, goncangan menimbulkan keretakan dan ketidakstabilan;

7. Pengaruh aktivitas manusia, antara lain pemotongan lereng;

8. Tata guna lahan, penggundulan hutan.

d. Erosi Secara umum, erosi terbagi dalam dua jenis, yaitu : Erosi Permukaan dan Erosi Sungai. Mekanisme tejadinya erosi permukaan disebabkan oleh aliran air permukaan (surface water run off) pada lapisan tanah atau batuan yang kurang padu dan mudah luruh apabila terkena air. Erosi sungai adalah erosi secara lateral atau ke arah samping kelokan sungai (meandering) yang tajam membentuk huruf C atau pada sungai lurus namun dalam dan tebingnya membentuk huruf V atau U. Erosi sungai cenderung meningkat pada musim penghujan, karena jumlah/debit dan permukaan air sungai bertambah, sehingga energi untuk menggerus semakin besar. Akibat dari erosi sungai ini, adalah hilangnya beban penyangga samping pada tebing yang bersangkutan, sehingga tebing akan menjadi tidak stabil atau stabilitas tebing terganggu, selanjutnya akan menyebabkan terjadinya longsoran. Erosi sungai dapat dijumpai pada muara Sungai Baturusa (Kecamatan Pangkalbalam) dan Sungai Selindung yang tersusun oleh endapan Aluvium Sungai (Qas).

e. Abrasi Abrasi adalah erosi atau kikisan pantai yang disebabkan oleh gelombang laut. Abrasi terjadi pada satuan satuan aluvium (Qa) dan satuan tanjung genting (TRt), yakni disekitar Pantai Pasir Padi dan Tanjung Bunga. Pada Bulan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 18

Januari, Mei, Juli dan Nopember, di mana kecepatan angin (dari arah Timur Laut) dapat mencapai kecepatan 18 knot/jam. Akibatnya adalah, energi dan tinggi gelombang Laut Cina Selatan bertambah dan gejala abrasi semakin meningkat.

f. Perosokan Tanah Gejala perosokan terjadi apabila lapisan tanah yang lunak dengan kompresibilitas tinggi, menyangga beban yang melebihi daya dukung, maka kemungkinan besar akan terjadi perosokan (settlement). Daerah yang mempunyai kecenderungan mengalami perosokan adalah daerah bekas rawa alami dan bekas galian tambang timah yang tidak direklamasi secara semestinya. Sebagai contoh, area bekas kolong yang ditimbun secara sembarangan dapat menimbulkan perosokan, semakin dalam kolong yang ditimbun, semakin besar pula potensi perosokan.

Perosokan dapat menjadi kendala atau faktor penghambat dalam perencanaan pengembangan fisik ataupun penataan ruang. Oleh karena itu, lokasi perencanaan struktur bangunan, harus memperhatikan kondisi lokasi tapak (bekas rawa/kolong atau bukan), sehingga kerusakan dan kerugian dapat dihindari atau dikurangi.

3.1.7 Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan di Kota Pangkalpinang meliputi kawasan peruntukan zona lindung dan zona budidaya. Zona lindung di kawasan perencanaan meliputi hutan lindung, daerah resapan air, zona perlindungan setempat, zona rawan bencana dan ruang terbuka hijau yang berfungsi lindung, sedangkan zona budidaya yang tedapat di Kota Pangkalpinang di dominasi oleh pertaniaan lahan basah dan perkebunan tanaman tahunan, selain itu zona budidaya di Kota Pangkalpinang di peruntukan untuk hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, pertaniaan lahan kering, perikanan dan permukiman. Berdasarkan identifikasi lapangan pola kecenderungan perkembangan kegiatan perkotaan seperti berkembangnya zona permukiman, perdagangan, sarana pelayanan umum di Kota Pangkalpinang berkembang secara linier di sepanjang jaringan jalan utama pembentuk struktur ruang di Kota Pangkalpinang. Lebih jelanya mengenai penggunaan lahan di Kota

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 19

Pangkalpinang dapat di lihat pada Tabel 3.8 dan Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 di bawah ini.

Tabel 3.8 Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Kecamatan No Penggunaan Lahan Bukit Pangkal Taman Rangkui Gerunggang Intan Balam Sari 1 Lahan Sawah 2 Lahan Kering a. Pekarangan 601 1862 1309 118 466 b. Tegal 9 258 578 408 c. Ladang 50 d. Pengembalaan/Padang 1 155 Rumput e. Sementara Tidak di 17 100 200 Usahakan f. Ditanami Kayu-kayu hutan 8 g. Hutan 140 h. Perkebunan 5 15 545 i. Lain-lain 111 370.5 887.5 12.5 1526 3 Lahan Lainnya a. Rawa-rawa 27 822 309 609 b. Tambak 7.5 167.5 112.5 2.5 10 c. Kolam 1.5 1 5 6 Jumlah 787 3654 3556 133 3710 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Gambar 3.7 Grafik Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 20

Peta 3.8 Penggunaan Lahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 21

3.2 KONDISI DEMOGRAFI Aspek kependudukan dan sosial budaya merupakan faktor penting dalam penyusunan tata ruang. Dengan aspek ini diharapkan dapat diketahui perkembangan dan laju pertumbuhan penduduk wilayah perencanaan, sehingga perkiraan penduduk pada masa yang akan datang lebih mudah dilakukan. Sedangkan faktor sosial budaya diharapkan dapat membantu dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan di wilayah perencanaan. Pola pertumbuhan penduduk di Kota Pangkalpinang akan berpengaruh terhadap pola kebutuhan lahan di masa mendatang. Dalam pembahasan tentang aspek kependudukan beberapa hal yang penting untuk dikemukakan antara lain jumlah penduduk, pertambahan dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut struktur umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Jumlah penduduk terbanyak di Kota Pangkalpinang pada tahun 2007 adalah di Kecamatan Rangkui dengan jumlah penduduk mencapai 39.778 Jiwa, sedangkan Kecamatan Tamansari merupakan kelurahan dengan jumlah penduduk terendah di Kota Pangkalpinang dengan jumlah penduduk 12.343 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini.

Tabel 3.9 Jumlah Penduduk di Kota Pangkalpinang Tahun 2007- Tahun 2011 Jumlah Penduduk Kota Pangkalpinang No Kecamatan Luas 2007 2008 2009 2010 2011 1 Tamansari 2.64 12343 12027 12067 13.117 22389 2 Pangkalbalam 3.38 33379 38003 38417 41.055 20612 3 Gabek 17.83 25523 4 Rangkui 4.76 40983 39778 39447 39.938 36109 5 Bukit Intan 37.86 35865 37442 38761 43.325 29728 6 Gerunggang 34.45 32680 29732 31759 37.323 35841 7 Girimaya 4.75 19708 Jumlah 105.67 155250 156982 160451 174758 189910 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Pada tahun 2011 kecamatan yang merupakan wilayah terpadat di Kota Pangkalpinang adalah Kelurahan Gerunggang dengan penduduk mencapai 35841 Jiwa dan Kecamatan Girimaya merupakan kecamatan terendah jumlah penduduknya dengan jumlah mencapai 19708 jiwa. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk Kota Pangkalpinang mempunyai jumlah penduduk yang beragam, terutama pada beberapa kecamatan mempunyai jumlah penduduk yang besar dibanding dengan kecamatan lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena beberapa kelurahan tersebut mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi seperti perdagangan dan jasa, pemerintahan, kelengkapan fasilitas baik pendidikan, kesehatan dan peribadatan selain itu juga terdapat

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 22

beberapa kecamatan merupakan hasil pemekaran dari kecamatan yang berada di Kota Pangkalpinang sehingga terdapat peningkatan penduduk di beberapa Kecamatan di Kota Pangkalpinang. Untuk laju pertumbuhan penduduk dinyatakan dalam bentuk persen (%) yang merupakan angka yang menunjukan besarnya persentase perubahan penduduk dari satu tahun ke tahun berikutnya. Laju pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh angka kelahiran, kematian dan migrasi. Angka persentase digunakan untuk menghitung/ memperkirakan/ memproyeksikan jumlah penduduk untuk waktu yang akan datang.

3.2.1 Distribusi Penduduk Distribusi penduduk merupakan sebaran penduduk pada sebuah wilayah, ini ditandai oleh jumlah penduduk yang tersebar, di Kota Pangkalpinang konsentrasi penduduk yang cukup tinggi pada umumnya tersebar di wilayah kelurahan yang selama ini menjadi pusat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data terakhir Kecamatan Dalam Angka Kota Pangkalpinang dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperoleh tahun 2011, jumlah penduduk di Kota Pangkalpinang berjumlah 189.910 jiwa yang tersebar di 7 kecamatan dan 42 kelurahan. Dilihat dari penyebaran penduduknya, penduduk di Kota Pangkalpinang terbanyak tersebar di Kecamatan Rangkui dengan jumlah 36.109 jiwa atau sebesar 19,01%. Penyebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Girimaya dengan jumlah 19.708 jiwa atau hanya sebesar 10,38 % dari jumlah keseluruhan penduduk di Kota Pangkalpinang. Untuk lebih jelasnya Distribusi penduduk di Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.10 Distribusi Jumlah Penduduk Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Luas Jumlah Penduduk Distribusi No Kecamatan (km2) (jiwa) Tahun 2011 Penduduk 1 Tamansari 2.64 22389 11.79 2 Pangkalbalam 3.38 20612 10.85 3 Gabek 17.83 25523 13.44 4 Rangkui 4.76 36109 19.01 5 Bukit Intan 37.86 29728 15.65 6 Gerunggang 34.45 35841 18.87 7 Girimaya 4.75 19708 10.38 Jumlah 105.67 189910 100.00 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.2.2 Kepadatan Penduduk Kepadatan Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 dengan kepadatan penduduk mencapai 1797.20 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk yang tinggi di Kecamatan Tamansari disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk namun luas wilayahnya

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 23

tergolong paling kecil dibandingkan kecamatan lainnya. Selain itu, tingginya kepadatan penduduk di Kecamatan Tamansari besar kemungkinan disebabkan oleh banyaknya lahan terbangun sehingga terjadi pemusatan permukiman dan kegiatan perkotaan lainnya di kecamatan ini. Kegiatan perdagangan dan jasa merupakan jenis kegiatan yang relatif terfokus di kecamatan Tamansari.

Kecenderungan pertambahan jumlah penduduk serta sebaran kepadatan penduduk seperti dijelaskan di atas, perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota terutama dalam pengembangan Kota Pangkalpinang kedepan. Ditambah lagi perubahan status menjadi Ibukota Provinsi akan memberikan banyak konsekuensi terutama pada penataan pemanfaatan ruang. Salah satu faktor penyebab tingkat kepadatan ini antara lain ditunjang dengan kelengkapan fasilitas yang tersedia baik berupa kegiatan pendidikan, kesehatan, perdagangan dan lain-lain. Dengan keadaan ini, menjadi daya tarik bagi penduduk luar untuk melakukan aktifitas perekonomian ataupun aktifitas lainnya. Sehingga perlu ada intervensi pemerintah untuk melakukan tindakan baik insentif ataupun disinsentif, baik berupa pengenaan pajak, memperketat perizinan, pemberlakukan KDB-KLB terutama central-cental kegiatan, ataupun dengan pengalihan sebagian kegiatan kedaerah lain yang masih berbatasan. Faktor kepadatan ini berpengaruh pada pola penggunaan lahan, tipe lingkungan, dan fasilitas-fasilitas/sarana-sarana transportasi dan sarana komunikasi. Secara rinci jumlah dan kepadatan penduduk Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.9 di bawah ini

Tabel 3.11 Kepadatan Penduduk Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah Kepadatan Luas No Kecamatan Penduduk (jiwa) Penduduk (km2) Tahun 2011 (jiwa/Km²) 1 Tamansari 2.64 22389 8480.68 2 Pangkalbalam 3.38 20612 6098.22 3 Gabek 17.83 25523 1431.46 4 Rangkui 4.76 36109 7585.92 5 Bukit Intan 37.86 29728 785.21 6 Gerunggang 34.45 35841 1040.38 7 Girimaya 4.75 19708 4149.05 Jumlah 105.67 189910 1797.20 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012 dan hasil analisis Tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 24

Gambar 3.9 Peta Kepadatan Penduduk di Kota Pangkalpinang Tahun 2011

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 25

3.2.3 Struktur Penduduk Dalam pembahasan tentang aspek kependudukan beberapa hal yang penting untuk dikemukakan antara lain jumlah penduduk, pertambahan dan perkembangan penduduk, kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut struktur umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Struktur penduduk dilakukan untuk mengetahui komposisi penduduk di Kota Pangkalpinang berdasarkan penduduk menurut umur, penduduk menurut tingkat pendidikan, penduduk menurut mata pencaharian, penduduk menurut jenis kelamin dan penduduk menurut agama.

A. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu salah satunya dapat diklasifikasikan dari segi biologis, yaitu jenis kelamin dan umur. Jenis kelamin dan umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi. Angka sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk pria dalam setiap 100 penduduk wanita. Data jumlah penduduk Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 mencapai 189.910 jiwa dengan Struktur penduduk laki-laki sebesar 95.987 jiwa (50, 54 %) dan jumlah penduduk perempuan mencapai 93.923 jiwa (49,46 %). Artinya, perbandingan antara jumlah penduduk pria dan wanita di wilayah ini hampir sama banyak, dengan sedikit dominasi oleh jumlah penduduk pria, dari rasio jenis kelamin ini maka terlihat bahwa penduduk Kota Pangkalpinang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki, adapun sek ratio terbesar terdapat di Kecamatan Pangkalbalam dan Kecamatan Gerunggang dengan sex ratio mencapai 104, sedangkan Kecamatan Gabek merupakan kecamatan dengan sex ratio terrendah yaitu sebesar 95, bila dirinci per kecamatan tidak semua kecamatan di Kota Pangkalpinang mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.12 dan gambar 3.10 di bawah ini.

Tabel 3.12 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah No Kecamatan Laki-laki (%) Perempuan (%) Penduduk (jiwa) Sex Ratio Tahun 2011 1 Tamansari 11366 11.84 11023 11.74 22389 101 2 Pangkalbalam 10602 11.05 10010 10.66 20612 104 3 Gabek 12553 13.08 12970 13.81 25523 95 4 Rangkui 18039 18.79 18070 19.24 36109 98 5 Bukit Intan 15077 15.71 14651 15.60 29728 101 6 Gerunggang 18477 19.25 17364 18.49 35841 104 7 Girimaya 9873 10.29 9835 10.47 19708 98 Jumlah 95987 50.54 93923 49.46 189910 102 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012 dan hasil analisis Tahun 2013

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 26

Grafik 3.10 Grafik Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kota Pangkalpinang Tahun 2011

B. Struktur Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Struktur penduduk menurut kelompok umur dapat menunjukkan beberapa indikator kependudukan, yaitu jumlah angkatan kerja (usia produktif), angka ketergantungan, potensi pergerakan penduduk, dan sebagainya. Proyeksi ini sangat diperlukan, terutama untuk memperkirakan aspek-aspek sebagai berikut :

 Potensi tenaga kerja yang tersedia dan perkiraan kesempatan kerja yang harus disediakan serta beberapa kebijakan yang harus dirumuskan  Perkiraan penyediaan/alokasi fasilitas sesuai dengan kebutuhan Struktur penduduk berdasarkan kelompok umur terbagi kedalam 16 (enam belas) kelompok umur, masing-masing kelompok tersebut dapat dibagi kembali dalam jenis usia produktif dan usia non produktif, Usia produktif merupakan usia yang termasuk kelompok umur 15-19 tahun, 20-24 tahun, 25-29 tahun, 30- 34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun, usia 45-49 tahun dan usia 50-54 tahun sedangkan usia non produktif adalah kelompok 0-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 dan kelompok >55 tahun. Struktur penduduk menurut umur dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok usia produktif dan kelompok usia non-produktif. Kota Pangkalpinang memiliki 62.99% usia non-produktif dan 37.01% usia produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Menurut Umur tahun 2011.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 27

Tabel 3.13 Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Kelompok No Laki-laki Perempuan Jumlah Umur 1 0-4 9391 8805 18196 2 5-9 8575 8080 16655 3 10-14 7407 7095 14502 4 15-19 7583 7373 14956 5 20-24 9360 9126 18486 6 25-29 10375 9742 20117 7 30-34 8810 7743 16553 8 35-39 6936 6306 13242 9 40-44 5756 5410 11166 10 45-49 4984 4863 9847 11 50-54 4676 4487 9163 12 55-59 3513 3232 6745 13 > 60 2026 1956 3982 14 65-69 1170 1303 2473 15 70-74 922 1036 1958 16 75+ 827 1381 2208 Jumlah 92311 87938 180249 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

C. Struktur Penduduk Berdasarkan Agama Dari tahun ke tahun Kota Pangkalpinang selalu berupaya untuk meningkatkan sarana dan fasilitas peribadatan serta rasa tentram dalam menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing individu. Hai ini tercermin dari meningkatnya tempat peribdataatan secara total, rasa aman dalam menjalankan ibadahnya dan sebagainya.

Prosentase penduduk Kota Pangkalpinang menurut agama yang dipeluk pada tahun 2011 sebesar 167624 jiwa (80,54 persen) , Katolik sebesar 7972 jiwa (3,83 persen), Kristen 7497 jiwa (3,60 persen), Hindu 80 jiwa (0,04 persen), Budha sebesar 16303 jiwa (7,83 persen), Konghucu sebesar 8403 jiwa (4,04 persen) dan agama lainnya sebesar 236 jiwa (0,1 persen). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.14 di bawah ini.

Tabel 3.14 Jumlah Penduduk berdasarkan Agama di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Agama Jumlah Penduduk Prosentase 1 Islam 167624 80.54 2 Kristen Katolik 7972 3.83 3 Kristen Protenstan 7497 3.60 4 Hindu 80 0.04 5 Budha 16303 7.83 6 Konghuchu 8403 4.04 7 Dan lain-lain 236 0.11 Jumlah 208115 100.00 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 28

3.2.4 Adat Istiadat/Budaya Masyarakat Kota Pangkalpinang masih menjunjung tinggi adat istiadat, walaupun sudah membuka diri dengan budaya luar, namun msyarakat Kota Pangkalpinang masih tetap menjungjung tinggi nilai – nilai tradisi, budaya serta kearifan lokal. Bahasa harian yang digunakan masyarakat Kota Pangkalpinang adalah bahasa Melayu, dengan dialek dan pelafalan yang majemuk. Seperti telah dijelaskan pada penjelasan sebelumnya, agama yang paling banyak dianut adalah agama Islam. Namun demikian pengaruh agama Kong Hu Cu masih sangat dominan terutama pada penduduk yang berketurunan Cina. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya bangunan-bangunan Klenteng yang digunakan sebagai tempat peribadatan oleh penduduk yang beragama Kong Hu Cu. Meskipun tergolong minoritas jika dibandingkan para penganut lain, kegiatan keagamaan Kong Hu Cu cukup mengundang perhatian dan turut mewarnai kekayaan kebudayaan Kota Pangkalpinang.

Di Kota Pangkalpinang diskriminasi antara warga Indonesia asli dengan warga negara keturunan asing dalam hal ini keturunan Cina hampir tidak ada. Mereka hidup saling berdampingan, saling menolong, saling membaur dalam kegiatan sosial ekonomi serta sama-sama berusaha dan bekerja dalam kegiatan pengembangan Kota Pangkalpinang. Hal ini merupakan satu potensi yang perlu terus dikembangkan guna meningkatkan proses pembangunan.

Mengingat penduduk etnis Cina relatif cukup banyak di Kota Pangkalpinang, maka perkembangan kegiatan-kegiatan dari adat Cina cukup berkembang dan berjalan pada setiap tahunnya. Kegiatan-kegiatan bernuansa adat kepercayaan Cina tersebut justru menjadi daya tarik tersendiri, tidak hanya untuk penduduk setempat melainkan juga bagi para penduduk luar Kota Pangkalpinang terutama bagi wisatawan yang sedang berkunjung. Adapun beberapa kegiatan adat Cina yang ditemui di Kota Pangkalpinang adalah : 1. Tahun Baru Imlek; 2. Cap Go Me;

3. Sembahyang Kubur (Ceng Beng); 4. Sembahyang Kue Cang (Pek Cun); 5. Sembahyang Rebut; 6. Sembahyang Bulan (Pesta Lentera).

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 29

3.3 KONDISI SARANA PELAYANAN UMUM Kondisi sarana dan prasarana berfungsi untuk mendukung kegiatan dan mobilitas masyarakat setempat, guna mengetahui hal tesebut maka dilihat berdasarkan sebagai berikut :

3.3.1 Sarana Peribadatan Sarana peribadatan yang terdapat di Kota Pangkalpinang adalah sebanyak 98 unit langgar, 85 unit masjid, 9 gereja Kristen Protestan, 7 Gereja Kristen Katolik, 9 vihara dan 4 Kelenteng. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.15 Jumlah Sarana Peribadatan Tahun 2011.

Tabel 3.15 Jumlah Sarana Peribadatan Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah Sarana Peribadatan Gereja Gereja Pura Vihara Lainnya Jumlah No Kecamatan Langgar/ Mesjid Kristen Kristen (kelenteng) Mushola Protestan Katolik 1 Tamansari 7 15 3 0 0 0 0 25 2 Pangkalbalam 22 14 4 3 0 5 0 48 3 Gabek 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Rangkui 16 21 1 3 0 1 1 43 5 Bukit Intan 17 28 1 1 0 3 3 53 6 Gerunggang 23 20 0 0 0 0 0 0 7 Girimaya 0 0 0 0 0 0 43 Jumlah 85 98 9 7 0 9 4 212 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.3.2 Sarana Pendidikan Jumlah sarana pendidikan di Kota pangkalpinang untuk semua tingkatan pada tahun 2011 mengalami sedikit perubahan. Pada tingkat SD/sederajat mancapai 87 buah (68 SD Negeri, 17 SD Swasta dan 2 Madrasah Ibtidaiyah). Jumlah SMP sederajat 25 buah (11 SMP Negeri, 13 SMP Swasta dan 1 MTs) dan jumlah SMA/sederajat sebanyak 14 buah (5 SMU Negeri, 8 SMA Swasta dan 1 MA), SMK sederajat sebanyak 8 buah (SMK Negeri 4 buah dan SMK Swasta sebanyak

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 30

4 buah), serta terdapat juga lembaga pendidikan pra sekolah sebanyak 40 buah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.16 di bawah ini.

Tabel 3.16 Jumlah Sarana Pendidikan Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah Sarana Pendidikan Nama Umum Agama No Kecamatan TK SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta 1 Rangkui 6 13 2 3 2 2 2 - 2 1 1 1 2 Bukit Intan 7 10 3 2 4 1 2 1 1 - - - 3 Girimaya 4 8 4 1 2 - 1 1 1 - - - 4 Pangkalbalam 4 8 3 1 1 - 1 - - 1 - - 5 Gabek 4 9 1 1 1 1 ------6 Tamansari 6 5 2 - - - - 1 - - - - 7 Gerunggang 9 15 2 3 3 1 2 1 - - - - Jumlah 4 68 17 11 13 5 8 4 4 2 1 1 Total (Negeri + 40 85 24 13 8 2 1 1 Swasta) Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Untuk perguruan tinggi di Kota Pangkalpinang sudah terdapat 12 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, dapat di lihat pada tabel 3.17 sebagai berikut :

Tabel 3.17 Perguruan Tinggi di Kota Pangkalpinang No Nama Perguruan Tinggi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) PERTIBA 2. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) PERTIBA 3. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IBEK 4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) ABDI NUSA 5. Akademi Kebidanan (AKBID) Bunga Bangsaku Bangka 6. Akademi Kebidanan (AKBID) BABEL 7. Akademi Kebidanan (AKBID) Citra Delima 8. Akademi Keperawatan (AKPER) Pemda 9. Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan 10. AMIK Atma Luhur 11. Universitas Terbuka 12. Universitas Bangka Belitung (UBB), Rektorat Sumber : Buku Putih Sanitas (BPS) Kota Pangkalpinang Tahun 2012

3.3.3 Sarana Kesehatan Dalam system kesehatan nasional dan rencana pokok program pembangunan jangka panjang bidang kesehatan, telah digariskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan serajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu tujuan dari pemabngunan nasional. Banyak hasil di bidang kesehatan masyarakat telah dicapai namun masih banyk pula yang perlu di tingkatkan. Bila di bandingkan degan profil kesehatan tahun sebelumnya, beberapa hasil kegiatan upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan cukup mengalami peningkatan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 31

namun ada juga yang dilaksanakan cukup mengalami hambatan. Hal ini memberikan gambaran menganai derajat keseatan masyarakat yang ditinjau dari pola penyakit, gizi masyarakat dan angka kematian. Derajat kesehatan juga dipengaruhi/didukung olah situasi demografi dan lingkungan. Jumlah rumah sakit di Kota Pangkalpinang sebanyak 3 buah yang terdiri dari 1 Rumah Sakit Pemerintah yakni RSUD Kota Pangkalpinang dan Rumah Sakit DKT, serta RS Swasta yakni RS Bakti Timah dan RS Bakti Wara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.18 di bawah ini.

Tabel 3.18 Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Sarana Kesehatan Pemerintah Swasta Jumlah 1 Rumah Sakit 1 2 3 2 Balai Pengobatan 0 6 6 3 Rumah Sakit Bersalin 0 7 7 4 Puskesmas Induk 9 0 9 5 Puskesmas Pembantu 19 0 19 6 Puskesmas Keliling 8 0 8 7 Praktek Dokter 0 20 20 8 Praktek Bidan 0 18 18 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.4 KONDISI PRASARANA TRANSPORTASI Transportasi merupakan urat nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam memperkokoh ketahanan nasional. Sistem Transportasi yang handal, berkemampuan tinggi, efektif dan efisien dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah, pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yang muaranya meningkatkan daya saing nasional. Transportasi yang berupa jalan raya, terminal dan jembatan merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan wilayah. Sistem jaringan pergerakan merupakan hal utama yang harus ada dalam pengolahan sumber daya alam, pengangkutan dalam kegiatan produksi dan distribusi, mendukung pergerakan barang dan orang, pembentuk struktur ruang dan lain sebagainya. Dalam pengembangan suatu wilayah, jaringan pergerakan mempunyai peran yang sangat penting, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah. Dengan semakin mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan merangsang, membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan membuka isolasi wilayah, sehingga wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya. Dalam pengembangan suatu wilayah, jaringan pergerakan mempunyai peran yang sangat penting, yaitu memudahkan interaksi antar wilayah. Dengan semakin

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 32

mudahnya interaksi antar wilayah, maka akan diperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan kewilayahan (membuka keterisolasian dengan wilayah lainnya), karena hubungan antar wilayah yang semakin mudah akan merangsang, membangkitkan pergerakan penduduk, kegiatan ekonomi dan membuka isolasi wilayah, sehingga wilayah tersebut akan semakin berkembang, yang pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan ekonominya.

3.4.1 Perhubungan Darat

Perhubungan darat adalah melalui jalan raya baik untuk angkutan dalam kota maupun luar kota, termasuk juga angkuta sungai, danau dan penyeberangan. Panjang jalan di Kota Pangkalpinang tahun 2011 cenderung mengalami penambahan bila di bandingkan tahun sebelumnya. Dalam wilayah pulau Bangka kendaraan/sarana angkutan yang digunakan di pulau ini berupa bus, truk, pick up, oplet. Sarana angkutan lainnya adalah sepeda motor, jeep dan sedan.

a. Kondisi Jaringan Jalan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Merujuk pada Udang-undang tersebut, berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan dibedakan atas arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan, fungsi tersebut dibedakan menjadi jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder.

 Jalan arteri primer adalah menghubungkan secara berdaya guna antarpusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah;  Jalan kolektor primer adalah menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan local;  Jalan lokal primer menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan local dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 33

 Jalan lingkungan primer adalah menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di alam lingkungan kawasan perdesaan;  Jalan arteri sekunder adalah menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua;  Jalan kolektor sekunder sebagaimana dimaksud adalah menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.  Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan;  Jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan. Selain itu, kondisi jalan di Kota Pangkalpinang tidak terlerpas dari masalah kemacetan yang menimbulkan dampak serta pengaruh terhadap kelancaran pergerakan lalu lintas, secara umum kemacetan tersebut ditimbulkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1) Bangkitan pergerakan kendaraan yang tinggi terutama pada jam-jam tertentu yang diakibatkan oleh adanya kawasan perdagangan dan jasa serta perkantoran maupun sarana pelayanan umum. 2) Adanya persimpangan-persimpangan yang tidask dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas yang memadai sehingga terjadi kemacetan yang memusat dan mencapai waktu yang cukup lama. 3) Tidak tersedianya lahan parkir yang memadai terutama di sekitar kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran dan sarana pelayanan umum sehingga kendaraan yang berhenti memarkir dibadan jalan dan mengurangi kinerja jalan. 4) Kurangnya disiplin pemakai jalan dalam mematuhi peraturan lalulintas. Untuk lebih jelas kondisi jaringan jalan yang teridentifikasi di Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada tabel 3.19 s/d tabel 3.21 di bawah ini.

Tabel 3.19 Panjang Jalan Menurut Pemerintah yang Berwenang di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Jalan Panjang Jalan (km) 1 Jalan Negara 2 Jalan Provinsi 3 Jalan Kabupaten/Kota 338.713 Jumlah 338.713 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 34

Tabel 3.20 Panjang Jalan Menurut Lapisan Permukaan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Jalan Panjang Jalan (km) 1 Jalan Hotmix 306.506 2 Jalan Lapen 7.808 3 Jalan Tapyt - 4 Jalan Batu Pecah - 5 Jalan Tanah Purus 24.399 Jumlah 338.713 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Tabel 3.21 Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Jalan Panjang Jalan (km) 1 Baik 193.066 2 Sedang 101614 3 Rusak 33.87 4 Rusak Berat 10.16 Jumlah 338.713 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Jaringan jalan disusun untuk mewujudkan pelayanan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Kota Pangkalpinang, dan mengarahkan pertumbuhan wilayah terutama pada wilayah pengembangan baru dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya daerah. Sistem jaringan jalan yang ada di Kota Pangkalpinang terdiri dari: 1) Jalan Kolektor Primer Fungsi Jalan kolektor Primer terhadap transportasi Kota Pangkalpinang adalah jalan-jalan yang menghubungkan kota tersebut dengan kota-kota besar lainnya dalam ibukota provinsi, atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antara satu PKW dengan PKW dalam satu provinsi, atau ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar Pusat Pelayanan Kota (Primer) dalam wilayah Kota Pangkalpinang. Penetapan ruas jalan kolektor primer saat ini di Kota Pangkalpinang, terdiri atas :

Kolektor Primer 1 1) Jalan Raya – Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Mayor Syafri Rahman – Jalan Soekarno-Hatta; dan 2) Jalan Masjid Jamik – Jalan Depati Amir

Kolektor Primer 2

1) Jalan Solihin GP; 2) Jalan Yos Sudarso – Jalan Laksamana Malahayati; 3) Jalan Depati Hamzah;

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 35

4) Jalan Aleksander – Jalan Pulau Bangka; 5) Jalan R.E Martadinata; 6) Jalan PPI; 7) Jalan Pulau Pelepas; 8) Jalan Pulau Ketawai; 9) Jalan Ahmad Rasidi Hamzah;

2) Jalan Kolektor Sekunder

Fungsi jalan kolektor sekunder terhadap transportasi Kota Pangkalpinang adalah ruas-ruas jalan yang melayani pergerakan dari pusat sekunder dengan pusat sekunder lainnya. Ruas jalan yang akan ditetapkan sebagai jalan Kolektor Sekunder antara lain: 1) Jalan Abdullah Bursyah; 2) Jalan Adyaksa; 3) Jalan Ahmad Yani; 4) Jalan Air Mangkok; 5) Jalan Air Mawar; 6) Jalan Basuki Rahmat; 7) Jalan Batin Tikal; 8) Jalan Batu Kaldera; 9) Jalan Batu Nirwana; 10) Jalan Batu Nirwana II; 11) Jalan Cendrawasih; 12) Jalan Cut Nyak Dien; 13) Jalan Fatmawati; 14) Jalan Girimaya; 15) Jalan Kalamaya; 16) Jalan Kampung Melayu; 17) Jalan Kemang I; 18) Jalan Kurma; 19) Jalan Letkol Saleh Ode; 20) Jalan M. Saleh Zainuddin; 21) Jalan Mustika; 22) Jalan Pahlawan 12; 23) Jalan Ratna Raya; 24) Jalan Ratu Tunggal; 25) Jalan Raya Pasir Padi; 26) Jalan Stania; 27) Jalan Tegal; dan 28) Jalan Tirta Dharma.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 36

3) Jalan Lokal Sekunder Fungsi jalan lokal sekunder terhadap transportasi Kota Pangkalpinang adalah ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar jalan kolektor sekunder dengan jalan kolektor sekunder. Ruas jalan jalan lokal sekunder yang ditetapkan antara lain seluruh jalan selain yang telah disebutkan sebelumnnya. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi jaringan jalan di Kota Pangkalpinang dapat di lihat pada gambar 3.11 di bawah ini.

4) Prasarana dan Sarana Angkutan Umum Kota-kota yang sustainable secara ekonomi, sosial dan lingkungan adalah visi kota yang diperkuat oleh pelayanan angkutan umum sebagai tulang punggung pergerakan mayoritas penduduk, berdaya sain dan memberikan kontribusi terhadap rendahnya biaya transportasi penduduk. Secara umum, kota-kota dibagi menurut jenis angkutannya berupa angkutan individu dan angkutan massal, memiliki ciri operasi angkutan umum:  Kota Kecil: Angkutan umum terdiri dari Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek.  Kota Menengah: Angkutan umum, terdiri dari Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan bus sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek  Kota Besar: Angkutan Massal, terdiri dari Sistem Transit, Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu: becak dan ojek  Kota Metropolitan: Angkutan Massal, terdiri dari Mass Rapid Transit (MRT), Bus Besar, Bus Sedang, Angkutan Kota (Angkot) dan Bus Sedang, Angkutan Individu.

Tipologi Angkutan Umum

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 37

Gambar 3.11

Peta jaringan Jalan di Kota Pangkalpinang

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 38

Trayek Angkutan adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel 3.22 s/d tabel 3.23 di bawah ini.

Tabel 3.22 Jumlah Kendaraan Roda Empat dan Roda Dua yang terdaftar di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Kendaraan Jumlah 1 Kendaraan Roda Empat 19463 1. Mobil Penumpang 11991 a. Sedan 1260 b. Jeep 2166 b. Minibus 8565 c. St Wagon 2. Mobil Beban 7316 a. Truck 2777 b. Tangki c. Pick Up 4539 d. Ambulance 3. Mobil Bus 156 a. Bus 57 b. Mikro Bus 99 2 Kendaraan Roda Dua 110271 Sepeda Motor 110271 Scooter Trail Jumlah 129734 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

Tabel 3.23 Lalu Lintas Penumpang Menurut Trayek/Jurusan yang Menggunakan Fasilitas Perum Damri di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah Jumlah Penumpang No Trayek Armada Berangkat Datang 1 P. Pinang-Mentok 5 16905 14013 2 P. Pinang-Belinyu 2 6123 4325 3 P. Pinang –Tepus 1 1828 5041 4 P. Pinang-Tj Tedung 1 3242 5413 5 P. Pinang-Rias 3 16206 9720 6 P. Pinang – Batu Kelumpang 2 7927 5049 7 P. Pinang –Baki 1 2163 3969 8 P. Pinang-Jebus 3 7569 10800 Jumlah 18 61963 58330 Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

5) Kondisi Terminal

Untuk menunjang kelancaran perpindahan orang dan/atau barang serta keterpaduan intramoda dan antarmoda di tempat tertentu, dapat dibangun dan diselenggarakan terminal. Terminal eksisting yang akan dikembangkan yaitu Terminal Girimaya (Kelurahan Girimaya Kecamatan Girimaya), Terminal Kampung Keramat (Kelurahan Kampung Keramat Kecamatan

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 39

Rangkui), dan. Terminal yang dikembangkan di Kota Pangkalpinang adalah terminal penumpang dan/atau terminal barang.

6) Kondisi Pedestrian Menurut Rapoport (1991), pedestrian sebagai pengguna jalur pedestrian dalam melakukan aktivitasnya diwarnai dengan perilaku sosial (with activities of socialibility), menunjukkan dimungkinkannya kegiatan lain selain pedestrian. Jalur pejalan kaki di Kota Pangkalpinang dibagi menjadi dua kelompok aktivitas pelayanan publik, yaitu sistem pedestrian dan sistem sirkulasi kendaraan. Jalur pedestrian terdapat di kedua sisi tepi jalan membentuk jalur linier mengikuti jaringan jalan.

Hampir di semua penggal jalan di Kota Pangkalpinang, pedagang formal dan PKL menempati sebagian atau semua area jalur pedestrian untuk bedagang, sehingga mengakibatkan pejalan kaki tidak leluasa melakukan aktivtas, di lain pihak PKL akan lebih mudah menjangkau konsumen terutama untuk pedestrian. Jalur pedestrian di Kota Pangkalpinang tidak jelas pemanfaatannya baik sebagai kebutuhan publik maupun kebutuhan privat. Selain berfungsi sebagai area PKL, jalur pedestrian juga berfungsi sebagai area parkir, hal tersebut sangat rentan Berdasarkan hasil observasi lapangan diketahui bahwa jalan yang telah memiliki pedestrian terdiri dari :

1. Jalan Sudirman dan 2. Jalan Ahmad Yani 3. Sepanjang sisi utara taman merdeka. 4. Kawasan Mendara Kelurahan Kejaksaan Kecamatan Tamansari

Fenomena jalur pejalan kaki yang terdapat di Kota Pangkalpinang, antara lain: 1) Bedasarkan Fungsi  Konflik fungsi, yaitu terdapat fungsi hunian dan komersil, serta konflik fungsi pedestrian antara pedestrian dengan PKL dan elemen yang terdapat di jalur pedestrian.  Penumpukan aktivitas pada fungsi-fungsi tertentu, sehingga terjadi kepadatan aktivitas, seperti di depan fasilitas pelayanan (sekolah, kantor, dan lain-lain) serta pasar.  Jalur pedestrian yang berfungsi untuk pejalan kaki, dengan adanya PKL, membuat pejalan kaki turun ke jalan raya. 2) Berdasarkan ruang dan massa  Pemanfaatan bangunan semaksimal mungkin untuk bangunan, sehingga tidak terdapat setback bangunan, serta ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan untuk parkir dan penghijauan.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 40

 Pedestrian yang sempit (±0,5 - 1,5 meter) tidak terlindung dari matahari (panas), tidak nyaman, dan tidak terdapat tempat pemberhentian untuk duduk dan beristirahat sejenak. 3) Berdasarkan sirkulasi dan traffic  Tidak terdapatnya kantong parkir, sehingga parkir berada pada badan jalan pada kedua sisi jalan.  Pemanfaatan pedestrian oleh PKL khususnya pada malam hari dan parkir becak yang mengakibatkan pedestrian terpaksa berjalan pada badan jalan yang mengganggu arus lalu lintas.  Kepadatan tinggi pada waktu-waktu tertentu karena sebagian besar kawasan merupakan kawasan komersil.  Tempat pemberhentian moda ilegal, yaitu pemberhentian angkutan kota yang mengganggu arus sirkulasi.

7) Kondisi Parkir Ketersediaan ruang parkir merupakan kebutuhan mutlak daerah perkotaan khususnya di pusat-pusat kegiatan warga kota. Sistem parkir menggunakan badan jalan (on street parking) diterapkan di beberapa ruas jalan utama. Pengembangan sistem parkir sebagai bagian dari manajemen transportasi diarahkan untuk mengurangi penggunaan badan jalan sebagai ruang parkir, sehingga kapasitas jalan dapat dipergunakan secara maksimal. Beberapa prinsip pengembangan perparkiran yang diterapkan adalah sebagai berikut : 1. Off street parking, yaitu pengembangan dengan sistem parkir khusus yang tidak menggunakan badan jalan. Pengembangan sistem ini terutama di pusat pemerintahan kota, perkantoran dan pusat-pusat kegiatan komersial;

2. On street parking, yaitu pengembangan sistem perparkiran yang menggunakan badan jalan yang ada. Sistem ini harus dibatasi dan hanya diberlakukan di lokasi pemukiman atau jalan-jalan lingkungan. Sistem ini tidak direkomendasikan diterapkan di rusas-ruas jalan utama. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa di Kota Pangkalpinang telah terdapat parkir yang terdiri dari dari parkir off street dan parkir on street, pada umumnya parkir on street terdapat pada area perkantoran dan area perdagangan.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 41

3.4.2 Perhubungan Laut Angkutan laut merupakan salah satu akses arus keluar maupun masuk penumpang dan barang dari dan menuju Kota Pangkalpinang. Pintu gerbang perhubungan laut di Kota Pangkalpinang adalah Pelabuhan Pangkalbalam, yang dikelola oleh PT. (Persero) Pelindo II Cabang

Pangkalbalam. Pelabuhan Pangkalbalam memiliki : Kapasitas : 2000 DWT Letak : 4 Km dari muara Sungai Baturusa Status : Entry Sea Port (1948) Dilayani : CIQ (Countainer System 40 (feet)

Adapun pelabuhan itu sendiri terdiri dari : Pelabuhan Umum

Pelabuhan Pangkalbalam menjadi pelabuhan antar pulau baik penumpang maupun barang, yang berlokasi di Kelurahan Lontong Pancur dan Kelurahan Ketapang (Kecamatan Pangkalbalam);

Pelabuhan Khusus  pangkalan pendaratan ikan dari segi intensitas dan kapasitas pendaratan ikan di Kelurahan Temberan Kecamatan Bukit Intan; dan  pelabuhan khusus pendukung industri di Kelurahan Temberan Kecamatan Bukit Intan.

Sedangkan untuk jalur pelayaran dari pelabuhan tersebut meliputi jalur regional antar pulau dimana secara umum jalur pelayaran terdiri atas :  Jalur pelayaran pangkal pinang – (Begitupun sebaliknya)

 Jalur pelayaran pangkalpinang – (Begitupun sebaliknya)  Jalur pelayaran pangkalpinang – (Begitupun sebaliknya) Untuk lebih jelasanya mengenai arus kunjungan kapal di Pelabuhan Pangkalbalam Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 3.24 di bawah ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 42

Tabel 3.24 Arus Kunjungan Kapal Berdasarkan Jenis Pelayaran Di Pelabuhan Pangkalpinang Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah No Jenis Pelayaran Satuan Kunjungan 1 Melalui Dermaga Umum a. Pelayaran Luar Negeri Unit 161 GT 209130 b. Pelayaran Dalam Negeri Unit 2317 GT 2.750.065 c. Pelayaran Rakyat Unit 394 GT 75964 d. Pelayaran Perintis Unit - GT - e. Kapal Negara Unit - GT - 2 Dermaga Khusus f. Pelayaran Luar Negeri Unit 58 GT 41872 g. Pelayaran Dalam Negeri Unit 962 GT 58027 h. Pelayaran Rakyat Unit GT i. Pelayaran Perintis Unit GT j. Kapal Negara Unit GT Sumber : Kota Pangkalpinang dalam Angka, tahun 2012

3.4.3 Perhubungan Udara Meskipun lokasi bandar udara depati Amir bukan terletak di Kota Pangkalpinang akan tetapi kota pangkalpinang termasuk kedalam wilayah pengaruh (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbanagan) dari Bandara Depati Amir tersebut. Daerah yang termasuk kedalam wilayah KKOP adalah Kecamatan Bukit Intan yang dipengaruhi :

1. Kawasan Lepas landas 2. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

3. Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Luar Untuk penggunaan lahan wilayah yang termasuk kedalam KKOP, diatur oleh otoritas bandar udara sebagaimana tertuang dalam pasal 229 Undang-Undang no.1 tahun 2009 tentang penerbangan.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 43

3.5. KONDISI PEREKONOMIAN 3.5.1 Perkembangan Ekonomi (PDRB) Kota Pangkalpinang Pada tahap awal pembangunan ekonomi suatu daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi ini mengandung unsur dinamis yaitu adanya perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, penggunaan indikator kinerja perekonomian daerah yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan pertumbuhan ekonomi (economic growth) sampai saat ini masih digunakan untuk memantau perbaikan ekonomi suatu daerah.

Produk Domestik Reional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan produksi (Production Approach), yaitu perhitungan PDRB didasarkan pada total nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dalam kurun waktu satu tahun dengan menggunakan harga konstan (Constant Price). Oleh karena itu Produk Domestik Regional Bruto adalah suatu indikator makro yang menggambarkan kondisi ekonomi di suatu wilayah pada satuan tertentu. PDRB atas dasar harga tetap atau konstan pada tahun tertentu bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB dari tahun ke tahun, dan laju perekonomian secara riil yang menunjukkan kenaikan/penurunanya yang tidak dipengaruhi oleh adanya perubahan harga. PDRB ini dilihat dari sudut sektoral ekonomi / lapangan usaha, yang menunjukkan besarnya kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah dari proses produksi dari setiap kegiatan ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau Gross Regional Domestic Product (GRDP) Kota Pangkalpinang adalah nilai output yang diproduksi/dihasilkan di dalam Wilayah Kota Pangkalpinang, mencakup output dari faktor produksi milik domestik (orang dan perusahaan penduduk dalam wilayah kota ini) dan output dari faktor produksi orang luar wilayah (orang dan perusahaan luar kota yang bekerja/beroperasi di dalam wilayah). Dengan demikian PDRB Kota Pangkalpinang merupakan seluruh nilai barang jadi dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Pangkalpinang. Oleh karena itu PDRB mencerminkan ekonomi wilayah atau seluruh lapangan usaha yang terdapat dalam wilayah tersebut yang selanjutnya biasa dipakai sebagai salah satu indikator penting mengenai perkembangan dan pertumbuhan perekonomian suatu wilayah bila diamati dalam periode tertentu, sekaligus sebagai dasar bagi penghitungan pendapatan perkapita penduduk suatu wilayah yang dalam hal ini adalah Kota Pangkalpinang. Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota Pangkalpinang atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 berjumlah Rp. 3,732 Triliyun atau meningkat sebesar 14,72 % terhadap PDRB tahun 2010 sebesar 3,253 triliyun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.25 s/d tabel 3.26 di bawah ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 44

Tabel 3.25 Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011 No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 Pertanian 125,933 129,361 134,041 150674 172721 208295 234297 2 Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 0 0 0 3 Industri pengolahan 135096 156234 176887 204067 212275 237719 256200 4 Listrik,gas dan air bersih 28517 31967 36459 38738 42654 50761 58544 5 Bangunan/konstruksi 103993 117710 135314 169348 184648 213235 239485 6 Perdagangan,hotel dan restoran 714531 774660 848790 990180 1075683 1289791 1500540 7 Pengangkutan dan komunikasi 157949 171167 195398 230243 238041 269419 301085 8 Keuangan Persewaan 126057 148117 157342 167333 177307 215767 259518 9 Jasa-jasa 307876 376486 430264 515112 637091 768002 882134 Produk Domestik Regional 1699951 1905703 2114494 2465695 2740420 3252990 3731804 Bruto (PDRB) Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Tabel 3.26 Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011 No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 Pertanian 99090 100154 101220 102790 104110 105541 106542 2 Pertambangan dan penggalian 0 0 0 0 0 0 0 3 Industri pengolahan 99095 106599 114766 122186 125132 12963 132049 4 Listrik,gas dan air bersih 9658 9946 10627 10954 11710 13218 14176 5 Bangunan/konstruksi 74145 79980 85576 92814 96434 100337 105791 6 Perdagangan,hotel dan restoran 387065 400489 415598 430269 448706 476993 507428 7 Pengangkutan dan komunikasi 90577 93628 99282 106037 107791 113222 119970 8 Keuangan Persewaan 92824 101060 106062 111845 117287 127199 140751 9 Jasa-jasa 156470 168368 179812 193018 209531 230318 252791 Produk Domestik Regional 1008924 1060224 1112943 1169914 1220701 1296467 1379499 Bruto (PDRB) Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Di Kota Pangkalpinang lapangan sektor ”pertambangan” relatif tidak memberikan kontribusi terhadap PDRB, tidak demikian halnya dengan sektor ”listrik, gas, dan air bersih” telah memberikan kontribusinya terhadap PDRB meskipun relatif kecil. Sebagai satu-satunya Kota di Provinsi Bangka Belitung, Pangkalpinang yang luas wilayahnya hanya sekitar 1% dari total wilayah Bangka Belitung memang dalam konstelasi pembangunan nasional lebih dikonsentrasikan untuk konsep pembangunan daerah yang mengandalkan peran sektor-sektor ”industri pengolahan”, ”perdagangan”, ”jasa”, dan ”pariwisata” dalam perekonomiannya. Jika dilihat dari lapangan usahanya, maka penyumbang PDRB terbesar pada tahun 2011 ini adalah sektor perdagangan sebesar 40,21 persen diikuti sektor jasa – jasa sebesar 23,64 persen dan sector angkutan san komunikasi sebesar 8,07%.

Untuk lebih jelas mengenai perkembangan distribusi PDRB menurut lapangan usaha dapat melihat Tabel 3.27 s/d tabel 3.28 di bawah ini.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 45

Tabel 3.27 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011 No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 Pertanian 7.41 6.79 6.34 6.11 6.30 6.40 6.28 2 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 Industri pengolahan 7.95 8.20 8.37 8.28 7.75 7.31 6.87 4 Listrik,gas dan air bersih 1.68 1.68 1.72 1.57 1.56 1.56 1.57 5 Bangunan/konstruksi 6.12 6.18 6.40 6.87 6.74 6.56 6.42 6 Perdagangan,hotel dan restoran 42.03 40.65 40.14 40.16 39.25 39.65 40.21 7 Pengangkutan dan komunikasi 9.29 8.98 9.24 9.34 8.69 8.28 8.07 8 Keuangan Persewaan 7.42 7.77 7.44 6.79 6.47 6.63 6.95 9 Jasa-jasa 18.11 19.76 20.35 20.89 23.25 23.61 23.64 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Produk Domestik Regional 100.00 Bruto (PDRB) Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Tabel 3.28 Distribusi Presentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011 No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 Pertanian 9.82 9.45 9.09 8.79 8.53 8.18 7.72 2 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 Industri pengolahan 9.82 10.05 10.31 10.44 10.25 10.00 9.57 4 Listrik,gas dan air bersih 0.96 0.94 0.95 0.94 0.96 1.02 1.03 5 Bangunan/konstruksi 7.35 7.54 7.69 7.93 7.90 7.74 7.67 6 Perdagangan,hotel dan restoran 38.36 37.77 37.34 36.78 36.76 36.79 36.78 7 Pengangkutan dan komunikasi 8.98 8.83 8.92 9.06 8.83 8.73 8.70 8 Keuangan Persewaan 9.20 9.53 9.53 9.56 9.61 9.81 10.20 9 Jasa-jasa 15.51 15.88 16.16 16.50 17.16 17.77 18.32 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Produk Domestik Regional 100.00 Bruto (PDRB) Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

Bila ditinjau dari sisi pertumbuhan PDRB per lapangan usaha, dapat dilihat bahwa lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran serta bangunan memiliki tren yang paling stabil, sedangkan untuk keenam jenis lapangan usaha lainnya memiliki tren yang fluktuatif. Sebelum terjadi krisis ekonomi, peranan sektor industri terus mengalami peningkatan dan secara perlahan menggeser peranan sektor-sektor lainnya. Selain itu, sektor bangunan seperti dikatakan sebelumnya, memiliki tren pertumbuhan yang cenderung stabil dan selalu positif. Tingginya pertumbuhan pada sektor ini disebabkan karena adanya pembangunan perkantoran untuk pemerintah provinsi. Di samping itu proyek pembangunan atau perbaikan jalan, jembatan, waduk, perumahan penduduk, dan bangunan lainnya makin bertambah jumlahnya seiring dengan terbentuknya Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi yang baru.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 46

3.5.2 Laju Pertumbuhan Ekomoni (LPE) Kota Pangkalpinang Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) atau Economic Growth pada umumnya sering digunakan adalah pertumbuhan ekonomi atas dasar harag konstan, karena menggambarkan pertumbuhan produksi riil untuk barang maupun jasa yang dihasilkan dari masing-masing sektor ekonomi/lapangan usaha. Dengan demikian angka pertumbuhan merupakan suatu indikator yang cukup relevan untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah pada periode waktu tertentu, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang strategis untuk meningkatkan pembangunan daerah dan memacu pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi secara riil pada tahun 2005-2011 untuk masing- masing sektor ekonomi/lapangan usaha di Kota Pangkalpinang, pertumbuhannya berkisar 7-35% hampir untuk beberapa sektor lapangan usaha. secara berturut- turut yaitu : keuangan persewaan; perdagangan, hotel dan restoran; Listrik, gas dan air bersih; Jasa-jasa; pertanian; Bangunan/konstruksi; pengangkutan/konstruksi; dan industry pengolahan. Dengan demikian pada periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi Kota Pangkalpinang jauh di bawah angka laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi relatif pertumbuhan perekonomian Pangkalpinang demikian tentunya dapat dikatakan tidak terlalu menggembirakan mengingat Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi ini, yang seharusnya relatif lebih dominan dalam mempengaruhi keadaan perekonomian pada wilayah provinsi. Kinerja relatif perekonomian Kota Pangkalpinang terhadap Provinsi yang rendah ini sudah selayaknya harus menjadi perhatian sungguh-sungguh dari seluruh pemangku kepentingan dalam wilayah ini terutama Pemerintah Kota Pangkalpinang. Secara lengkap laju pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor ekonomi/lapangan usaha dan sub lapangan usaha atas dasar harga berlaku, di Kota Pangkalpinang untuk tahun 2005 -2011 dapat dilihat pada tabel 3.29 s/d tabel 3.30 di bawah ini.

Tabel 3.29 Laju Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011 No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 Pertanian 8.99 2.72 3.62 12.41 14.63 20.60 12.48 2 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 Industri pengolahan 13.94 15.65 13.22 15.37 4.02 11.99 7.77 4 Listrik,gas dan air bersih 35.13 12.10 14.05 6.25 10.11 19.01 15.33 5 Bangunan/konstruksi 20.11 13.19 14.96 25.15 9.03 15.48 12.31 6 Perdagangan,hotel dan restoran 16.53 8.42 9.57 16.66 8.64 19.90 16.34 7 Pengangkutan dan komunikasi 20.10 8.37 14.16 17.83 3.39 13.18 11.75 8 Keuangan Persewaan 13.22 17.50 6.23 6.35 5.96 21.69 20.28 9 Jasa-jasa 17.72 22.28 14.28 19.72 23.68 20.55 14.86 12.10 10.96 16.61 11.14 18.70 14.72 16.49 PDRB) Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 47

Tabel 3.30 Laju Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha, 2005-2011 No L A P A N G A N U S A H A 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 Pertanian 1.36 1.07 1.06 1.55 1.28 1.37 0.95 2 Pertambangan dan penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 Industri pengolahan 7.66 7.57 7.66 6.47 2.41 3.60 2.86 4 Listrik,gas dan air bersih 7.17 2.98 6.85 3.07 6.90 12.88 7.25 5 Bangunan/konstruksi 8.07 7.87 7.00 8.46 3.90 4.05 5.44 6 Perdagangan,hotel dan restoran 3.73 3.47 3.77 3.53 4.28 6.30 6.38 7 Pengangkutan dan komunikasi 3.60 3.37 6.04 6.80 1.65 5.04 5.96 8 Keuangan Persewaan 5.43 8.87 4.95 5.45 4.87 8.45 10.65 9 Jasa-jasa 8.64 7.60 6.80 7.34 8.55 9.92 9.76 5.08 4.97 5.12 4.34 6.21 6.40 Produk Domestik Regional 5.09 Bruto (PDRB) Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

3.5.3 Pendapatan Perkapita Kota Pangkalpinang Pendapatan per kapita Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 mencapai Rp/ 19.020.984 atau meningkat 11,46 persen terhadap tahun 2010. Peningkatan ini sekaligus mengindikasikan mulai terjadinya perbaikan pendapatan masyarakat dari tahun sebelumnya.

Bila dibandingkan dengan pendapatan perkapita menurut harga berlaku, perkembangan terlihat bahwa dari tahun 2002 terjadi perbaikan dan diikuti tahun- tahun selanjutnya yang bergerak secara linier hingga mencapai kenaikan cukup tinggi di tahun 2008 yakni naik sebesar 16,59 persen dan turun di tahun 2009 sebesar 4,39 persen. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 3.31 di bawah ini.

Tabel 3.31 Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita Kota Pangkalpinang (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Berlaku, 2005-2011 No Rincian 2005 2006 2007 2008 2009r 2010* 2011** 1 PDRB (juta Rp) 1699951 1905703 2114494 2465695 2740420 3252990 3731804 2 Penyusutan (juta/Rp) 84445 89216 93657 110540 121381 149043 161096 PDRB Atas Dasar Harga 2020837 2355156 2619039 3103947 3570708 3 Pasar (juta/Rp) 1615506 1816487 Pajak Tidak Langsung Neto 71463 86467 99977 121591 142176 4 (juta/Rp) 64285 68957 PDRB Atas Dasar Biaya 1949374 2268688 2519063 2982356 3428532 5 Faktor (juta/Rp) 1551221 1747530 Jumlah Penduduk 158751 164083 169577 174758 180250 6 Pertengahan Tahun (jiwa) 148555 153576 7 PDRB Perkapita (Rp) 11443245 12408857 13319560 15027121 1610329 18614254 20703489 Pendapatan Regional 12279441 13826468 14854978 17065635 19020984 8 Perkapita (Rp) 10442067 11378924 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012 *) Angka Perbaikan, **) Sementara, r= revisi

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 48

3.5.4 Sub Sektor Perekonomian Kota Pangkalpinang Struktur ekonomi di Kota Pangkalpinang sangat ditentukan oleh potensi sumberdaya alam yang dimiliki maupun tingkat pendidikan dan daya saing penduduknya. Kondisi ekonomi di Kota Pangkalpinang yang akan dibahas, antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan pertambangan dan bahan galian. a. Tanaman Bahan Makanan Tanaman Bahan Makanan (tabama) yang diusahakan petani di Kota Pangkalpinang adalah tanaman palawija (ketela pohon, ketela ambat, jagung, kacang tanah, sayuran dan buah-buahan). Pada tahun 2011 sebagain besar jenis tanaman bahan makanan mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan. Sedangkan untuk jenis buah-buahan angka yang terjadi cukup fluktuasi. Peningkatan ini dimungkinkan sebagai dampak dari peningkatan pada luas panen. Sedangkan upaya intensifikasi yang dilakukan pada tahun 2011 reletif masih minimal, karena pola pertanian konvesional. Kondisi ini dimungkinkan kaena mahalnya biaya saprodi dan dimungkinkan karena Kota Pengkalpinang merupakan daerah rural sehingga pembangunan di sub sektor tanaman pangan menjadi kuang mendapat perhatian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.32 s/d tabel 3.36 di bawah ini.

Tabel 3.32 Produksi Tanaman Pangan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jenis Tanaman Pangan (Ton) No Bulan/Tahun Ketela Ketela Kacang Jagung Pohon Rambat Tanah 1 Januari 8,6 0 20 0 2 Februari 9 0 3,6 0 3 Maret 0 9 14,5 0 4 April 0 0 19 0 5 Mei 0 0 0 0 6 Juni 0 0 14 0 7 Juli 10 9 3,5 1,5 8 Agustus 14 0 4 0 9 September 0 0 16 0 10 Oktober 0 0 4 0 11 November 8 0 4 0 12 Desember 29 0 7 0 Jumlah 78,6 18 109,6 1,5 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 49

Tabel 3.33 Luas Tanam, Luas Panen dan Jumlah Produksi Obat-obatan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jenis Luas Luas Produksi No Tanaman Tanam Panen (ton 1 Jahe 35 10 12 2 Laos 1256 112 566 3 Kencur 1056 35 740 4 Kunyit 1095 68 591 Jumlah 3442 225 1909 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

Tabel 3.34 Luas Tanam, Luas Panen dan Jumlah Produksi Tanaman Hias di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Luas Luas Produksi No Jenis Tanaman Tanam Panen (ton 1 Anggrek 566 251 1783 2 Kuping Gajah 0 0 0 3 Gladiol 0 0 0 4 Haliconia 250 117 1074 5 Krisan 40 40 40 6 Palem 370 165 1088 7 Sedap Malam 45 15 198 8 Garbera 65 150 98 9 Anyelir 19 19 20 10 Kenanga 0 0 0 11 Mawar 40 20 515 12 Melati 70 30 675 Jumlah 1465 807 5491 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

Tabel 3.35 Jumlah Produksi Sayuran di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Luas No Jenis Tanaman Tanam 1 Cabe 20.3 2 Bayam 48.1 3 Terong 12.7 4 Lobak 0 5 Kangkung 64.9 6 Ketimun 49.8 7 Kacang Panjang 151.2 8 Sawi/Persai 41.5 9 Tomat 10 Lainnya Jumlah 388.5 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 50

Tabel 3.36 Luas Tanam dan Jumlah Produksi Tanam Buah-buahan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Tanaman Luas Tanam Produksi (ton) 1 Alpokat 466 19.0 2 Belimbing 164 20.9 3 Duku/Langsat 171 4 Durian 1153 14.4 5 Jambu Biji 434 45.0 6 Jeruk 296 4.2 7 Mangga 685 15.8 8 Manggis 1360 12.1 9 Nangka 10 Campedak 357 28.3 11 Nanas 3416083 297.3 12 Pepaya 1745 38.2 13 Pisang 8204 166.9 14 Rambutan 23022 15.6 15 Salak 2295 4.6 16 Sawo 158 3.3 17 Sirsak 77 1.7 18 Melinjo 229 0.9 19 Sukun 136 12.8 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

b. Peternakan Populasi ternak selama lima tahun terakhir cukup berfluktuasi, baik pada ternak besar, ternak kecil maupun unggas. Pada tahun 2011 populasi ternak kecil dan unggas terjadi peningkatan yaitu masing-masing sebesar 15,66 persen dan 35,16 persen. Sedangkan untuk populasi ternak besar mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 32,96 persen dari tahun lalu. Untuk lebeh jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.37 s/d tabel 3. 39 di bawah ini.

Tabel 3.37 Populasi Ternak Besar, Kecil dan Unggas di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Ternak (ekor) Tahun 2011 1 Ternak Besar a. Sapi Potong 829 b. Kerbau 26 c. Kuda 0 d. Sapi Perah 111 2 Ternak Kecil a. Kambing 222 b. Domba 0 c. Babi 923 3 Unggas a. Ayam Pedaging 2702271 b. Ayam Petelur 4200 c. Ayam Buras 196074 d. Itik 1349 e. Burung Puyuh 7200 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 51

Tabel 3.38 Populasi Daging di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Ternak (ton) Tahun 2011 1 Ternak Besar a. Sapi Potong 1590,62 b. Kerbau 0 c. Kuda 0 d. Sapi Perah 0 2 Ternak Kecil a. Kambing 34,60 b. Domba 0 c. Babi 264,34 3 Unggas a. Ayam Pedaging 4235,16 b. Ayam Petelur 0 c. Ayam Buras 686,79 d. Itik 16,09 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

Tabel 3.39 Populasi Telur Menurut Jenis Unggas di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Ternak (ton) Tahun 2011 1 Ayam Buras 56,205 2 Ayam Petelur 27,54 3 Itik 10,87 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

c. Perikanan Sebagai bagian dari daerah Pulau Bangka yang dikelilingi laut, maka Kota Pengkalpinang yang letaknya berbatasan dengan Laut Cina Selatan menjadikannya sebagai salah satu daerah sentra produksi ikan laut. Selain itu sebagian kecil masih ada petani nelayan yang mengusahakan penangkapan ikan di sungai. Sedangkan usaha pertambakan umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang telah berbadan hukum. Pada tahun 2011 jumlah produksi ikan di Kota Pangkalpinang sebesar 243499,2 ton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.40 di bawah ini.

Tabel 3.40 Jumlah Produksi Perikanan di rinci Menurut Jenisnya di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 No Jenis Ternak (ekor) Tahun 2011 1 Tambak 170 2 Perikanan Darat Perairan Umum 34,5 Kolam 30,5 Sawah 0 Keramba 5,2 3 Perikanan Laut 243259,0 4 Budidaya Laut 0 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 52

3.6 KONDISI INFRASTRUKTUR KECIPTAKARYAAN 3.6.1 Permukiman Sarana perumahan/hunian berupa rumah merupakan salah satu sarana yang sangat erat hubungannya dengan perkembangan perkotaan. Sarana hunian merupakan salah satu sarana yang harus disediakan oleh pemerintah sehingga dapat diarahkan dan dikendalikan perkembangannya. Perkembangan perumahan di Kota Pangkalpinang cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk Kota Pangkalpinang maka kebutuhan akan rumah menjadi sesuatu yang sangat vital dan perlu mendapat perhatian dari pemerintah. Perhatian pemerintah setempat terhadap masalah perumahan ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya permintaan akan perumahaan mengingat dengan status Ibukota Provinsi Kepulaun Bangka Belitung, Kota Pangkalpinang memiliki potensi dan daya tarik sehingga mengundang orang untuk datang dan tinggal. Sebagai contoh akan kebutuhan perumahan ini adalah adanya peningkatan jumlah pegawai pemerintahan tingkat Provinsi yang lokasi kantornya direncanakan terletak di wilayah Kota Pangkalpinang. Sudah barang tentu dengan adanya penambahan jumah tenaga kerja dalam hal ini pegawai pemerintahan Provinsi akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan perumahan. Jika diperhatikan kondisi lapangan di Kota Pangkalpinang, pengadaan perumahan selama ini sebagian besar diselenggarakan oleh masyarakat, dan sebagian kecil yang pengadaannya oleh pemerintah. Penyelenggaraan dan pengadaan perumahan oleh masyarakat atau swasta boleh saja dilaksanakan asalkan tidak menyalahi peruntukan lahan yang seyogyanya telah direncanakan oleh pihak pemerintah kota. Secara umum lokasi perumahan penduduk cenderung menyebar di seluruh kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah Kota Pangkalpinang. Konsentrasi permukiman penduduk terjadi di pusat kota dan sekitarnya yang tergolong memiliki tingkat kepadatan tertinggi. Kondisi ini dapat ditemui di Kecamatan Tamansari. Selain itu permukiman cenderung terkonsentrasi juga di sepanjang jalan yang menuju ke arah Bandar udara Depati Amir. Bahkan di ruas jalan tersebut, ditemukan kawasan perumahan yang tergolong elit untuk masyarakat menengah ke atas. Kondisi penduduk miskin di Kota Pangkalpinang dapat dilihat dari jumlah rumah tangga miskin atau KK miskin. Berdasarkan hasil pendataan dari Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang, pada tahun 2011 jumlah rumah tangga miskin di Kota Pangkalpinang sebanyak 4.070 jiwa. Secara lebih lengkap

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 53

kondisi rumah tangga miskin di Kota Pangkalpinang dapat dilihat pada tabel 3.41 di bawah ini.

Tabel 3.41 Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Jumlah Keluarga Miskin (KK) Nama Kecamatan

Rangkui 546 486 761 Bukit Intan 577 562 679 Girimaya 479 225 515 Pangkalbalam 559 641 539 Gabek 525 546 444 Tamansari 438 391 407 Gerunggang 662 431 725 TOTAL 3786 3282 4070 Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2011

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk Kota Pangkalpinang, belum dapat sepenuhnya diimbangi dengan pemenuhan prasarana dan sarana serta layanan umum yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat yang berdampak pada tumbuhnya kawasan-kawasan kumuh. Lokasi kawasan kumuh di Kota Pangkalpinang berdasarkan Keputusan Walikota Pangkalpinang tentang penetapan lokasi kawasan kumuh Nomor 628/KEP/BAPPEDA/XII/2010 dapat di lihat pada tabel 3.42 berikut.

Tabel 3.42 Lokasi Kawasan Kumuh di Kota Pangkalpinang No Lokasi Luas Kawasan 1. Kelurahan Ketapang, Kecamatan Pangkalbalam ± 12 Ha 2. Kelurahan Lontong Pancur, Kecamatan Pangkalbalam ± 8 Ha 3. Kelurahan Gedung Nasional, Kecamatan Tamansari ± 4,5 Ha 4. Kelurahan Opas Indah, Kecamatan Tamansari ± 4,5 Ha 5. Kelurahan Pasar Padi, Kecamatan Rangkui ± 4 Ha 6. Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rangkui ± 3 Ha 7. Kelurahan Parit Lalang, Kecamatan Rangkui ± 5,5 Ha 8. Kelurahan Kacang Pedang, Kecamatan Gerunggang ± 7,9 Ha 9. Kelurahan Taman Bunga, Kecamatan Gerunggang ± 4 Ha 10. Kelurahan Semabung Lama, Kecamatan Bukit Intan ± 5 Ha Sumber : Buku Putih Sanitas (BPS) Kota Pangkalpinang Tahun 2012

3.6.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan Untuk mewujudkan penataan ruang yang optimal perlu diawali dari pemanfaatan ruang yang tepat dan terpadu dalam wilayah kota, hanya saja dalam implementasinya pasti ada penyimpangan-penyimpangan dan ke tidak teraturan dalam penggunaan lahannya, hal ini merupakan permasalahan yang ada pada setiap kota, begitu pula dengan Kota Pangkalpinang.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 54

Ditinjau dari pemanfaatan ruangnya, permasalahan-permasalahan yang ada di Kota Pangkalpinang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

 Masih belum teraturnya pemanfaatan ruang kota, hal ini terlihat dari perkembangan fisik terpusat di pusat kota dan masih banyak lahan-lahan kosong yang belum terbangun.

 Ketidakteraturan pemanfaatan ruang di daerah pusat kota sehingga perlu optimasi pemanfaatan lahan di pusat kota.  Masalah pasar tradisional yang kurang memadai untuk menampung para pedagang, sehingga para pedagang cenderung memanfaatkan badan jalan yang secara otomatis menganggu pergerakan lalu lintas.  Kuasa penambangan timah Diperlukan konsolidasi/penataan ulang khususnya di kawasan pusat kota dan pemanfaatan lahan secara optimal pada lahan-lahan kosong serta membuka akses untuk lahan-lahan yang terhalang oleh kolong.

3.6.3 Penyehatan Lingkungan Permukiman

a. Listrik Pembangunan kelistrikan ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan dan perkotaan, mendorong dan merangsang kegiatan ekonomi penduduk yang lebih produktif, seperti kegiatan industri. Listrik di Kota Pangkalpinang berasal dari pembangkit yang lokasinya berada di kabupaten Bangka. Dari tahun ke tahun hingga tahun 2008 jumlah pelanggan didaerah ini terus meningkat. Namun di tahun 2009 jumlah pelanggan mengalami penurunan sebesar 0,01 persen (6 pelanggan) yang disebabkan menurunnya jumlah pelanggan pada kelompok tarif usaha /hotel sebesar 2,33 persen. Walaupun jumlah pelanggan menurun, namun jumlah VA tersambung meningkat sebesar 2,89 persen sedangkan jumlah kWh yang terjual mencapai 152.758.595 kWh. Pada tahun 2010 jumlah pelanggan mengalami peningkatan, jumlah kWh yang terjual mencapai 172.952.155 kWh. Pada tahun 2011 jumlah VA tersambung mengalami peningkatan sebesar 72,55 persen, dengan jumlah kWh yang terjual mencapai 215.581.414 kWh. Dari Neraca daya PLN Merawang hanya tersedia ±70% permintaan efektif (terpasang). Akibatnya untuk kebutuhan industri, dunia usaha tidak dapat dilayani, sebab untuk pelayanan rumah tangga dan pemukiman saja tidak mencukupi. Kondisi ini menjadi masalah yang menghambat investasi baik investasi baru maupun ekspansi yang sudah ada.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 55

b. Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pangkalpinang merupakan satu satunya perusahaan BUMD di daerah ini yang mensuplai air bersih ke rumah- rumah, tempat usaha dan sebagainya. Jumlah pelanggan air minum yang tercatat selama tahun 2009 adalah sebanyak 2.920 unit atau menurun sebesar 9,49 persen. Penurunan ini terjadi tiap tahunnya mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Penurunan jumlah pelanggan (khususnya pelanggan rumahtangga) dimungkinkan karena sering terjadinya kemacetan air akibat adanya kebocoran pipa dan sumber air yang mulai berkurang karena musim kemarau. Selain itu masyarakat yang berhenti berlangganan ini sebagian karena telah memiliki sumur air sendiri dengan cara membuat sumur bor. Pada tahun 2011 porsi terbanyak pelanggan adalah rumah tangga (91,20 persen), perusahaan, pertokoan dan industri (6,48 persen) dan sisanya 2,23 persen adalah hotel, instansi pemerintah, badan sosial, rumah sakit dan sebaginya. Dengan kondisi makin menurunnya persediaan air dan tingginya tingkat kebocoran, maka Kota Pangkalpinang masuk kategori sebagai daerah sulit/kekurangan air.

c. Drainase Kota Pangkalpinang merupakan kota yang berbentuk cekungan di mana permukaan tanahnya bergelombang dan berbukit-bukit. Di pusat kota merupakan daerah cekungan dan terdapat beberapa aliran sungai yang merupakan muara dari sungai-sungai kecil seperti Sungai Rangkui, Sungai Pedindang, Saluran Linggarjati dan Saluran Lembawai I, dan Saluran Lembawai II. Pelayanan sistem drainase di Kota Pangkalpinang dapat dibedakan atas drainase alamiah dan drainase buatan di sepanjang tepi jalan yang merupakan saluran pengumpul sekunder dan saluran tersier. Drainase yang ada menggunakan sungai/parit yang dapat dikatakan sebagai saluran utama (primer) dan merupakan penampungan dari saluran sekunder dimana saluran sekunder merupakan penampungan dari saluran tersier. Sebagai suatu kawasan perkotaan, Kota Pangkalpinang merupakan daerah pengaruh pasang surut, terutama di pusat kota dan sepanjang Sungai Rangkui mendekati hilir. Saluran drainase yang ada sudah cukup memadai dengan konstruksi beton, tetapi dengan besarnya sedimentasi pada Sungai Rangkui dan pengaruh pasang surut air laut menyebabkan di beberapa tempat terjadi genangan.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 56

d. Limbah Untuk produksi limbah, setiap manusia diasumsikan memproduksi limbah cair sejumlah 0,2 lt/org/hr. Angka ini merupakan angka perhitungan yang ideal dari setiap penduduk pada kelas kota sedang. Sehingga didapatkan asumsi produksi limbah di Kota Pangkalpinang ini sejumlah 32.090 lt/hr dari hasil perhitungan kebutuhan ideal produksi limbah setiap manusia dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Pangkalpinang tahun 2011. Sistem yang saat ini umum diterapkan di Kota Pangkalpinang adalah sistem pembuangan setempat (on-site sanitation). Sebagian besar masyarakat di Kota Pangkalpinang telah menggunakan Jamban pribadi dengan sub sistem berupa cubluk atau tangki septik, sedangkan sebagian kecil masyarakat (terutama yang tinggal di bantaran sungai) masih menggunakan sungai yang ada sebagai tempat membuang limbahnya. Selain di daerah perumahan, sistem on-site dengan sub sistem tangki septik digunakan juga di tempat-tempat fasilitas umum seperti perkantoran, pertokoan, terminal, pendidikan dan lain-lain. Kemampuan daya resap tanah untuk sebagian besar Kota Pangkalpinang cukup memadai, ditinjau dari masih cukup luasnya lahan non urban yang tersedia. Dengan jumlah penduduk dan persoalan morfologi daratan yang dipengaruhi pasang surut air laut, maka Kota Pangkalpinang dinilai sudah waktunya memerlukan pengolahan limbah cair berupa sewerage system dan sewerage treatment untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan berupa pencemaran terhadap air.

e. Sampah Aktivitas perkotaan, baik dunia usaha maupun rumah tangga, turut ditunjang oleh kesiapan prasarana dan sarana kota yang memadai. Beberapa indikator prasarana dan sarana perkotaan yang dapat dijadikan ukuran adalah kelistrikan, air minum, perhubungan, telekomunikasi, terutama prasarana persampahan yang kesiapan sarana dan prasarana tersebut dapat menjadi katalisator aktivitas penduduk dan dunia usaha. Sistem Pengangkutan sampah di Kota Pangkalpinang umumnya menggunakan sistem pengangkutan berantai dengan lokasi pembuangan akhir sampah berada di luar area perkotaan. Di area perkotaan umumnya terdapat kotak- kotak sampah yang diangkut secara teratur oleh Dinas Kebersihan dan Kebakaran.

Timbulan sampah di Kota Pangkalpinang berkisar 452 m3/hari atau. Dengan jumlah penduduk Kota Pangkalpinang sebanyak 189.910 jiwa pada tahun 2011, maka timbulan sampah rata-rata sebesar 2,88 L/orang/hari. Sumber penghasil sampah yang dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Kebakaran Kota Pangkalpinang terdiri dari sampah permukiman, pasar,

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 57

kawasan perdagangan/pertokoan, perkantoran, terminal, pelabuhan laut, jalan protokol, hotel, restoran, sampah domestik rumah sakit dan puskesmas, serta sampah industri. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah/volume sampah Kota yang di hasilkan di Kota Pangkapinang Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 3.43 di bawah ini.

Tabel 3.43 Jumlah/Volume Sampah Kota yang di hasilkan di Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Volume Sampah M3 No Bulan/Tahun Sampah Sampah Jumlah Organik Anorganik Sampah 1 Januari 3588 2608 6196 2 Februari 3406 2475 5881 3 Maret 3540 2867 6407 4 April 4187 2634 6821 5 Mei 4127 2597 6724 6 Juni 4170 2624 6794 7 Juli 4247 2670 6917 8 Agustus 4283 2692 6975 9 September 4168 2617 6785 10 Oktober 4285 2692 6977 11 November 4754 3091 7845 12 Desember 4671 3042 7713 Jumlah 49426 32609 82035 Sumber : Kota Pangkalpinang Dalam Angka, Tahun 2012

Permasalahan mengenai masalah persampahan dai Kota Pangkalpinang :  Pelayanan pengelolaan sampah untuk penduduk pada Kota Pangkapinang masih perlu dilakukan pembenahan.  Kota Pangkalpinang bila dihitung berdasarkan persentase penduduk yang belum terlayani pengelolaan sampah adalah sebesar 32,2%.

 Pengelolaan sampah di Kota Pangkalpinang saat ini masih menginduk pada sistem pengelolaan sampah dari Dinas Kebersihan dan Kebakaran Kota Pangkalpinang. Pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Kebakaran Kota Pangkalpinang tersebut belum optimal karena wilayah layanannya belum mencapai seluruh Kota Pangkalpinang, pelayananya hanya mencapai jalan-jalan besar saja yang meliputi kawasan perumahan terstruktur, fasilitas perdagangan, perkantoran dan fasilitas umum lainnya.  Penduduk yang tidak mendapatkan pelayanan dari Dinas Kebersihan dan Kebakaran Kota Pangkalpinang akan membuang sampahnya dengan membuat lubang-lubang penampungan kemudian menimbunnya atau membakar. Ada juga yang langsung membuang sampah ke sungai sehingga apabila musim penghujan datang, kumpulan sampah ini dapat menghalangi aliran hujan dan akibatnya akan terjadi banjir.

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 58

3.6.4 Kelembagaan Dalam rangka meningkatkan kelancaran penyelenggaraan pengendalian pemanfaatan ruang dengan tujuan memaksimalkan pendayagunaan aparat pembangunan di Kota Pangkalpinang, maka identifikasi kelembagaan dalam pengelolaan pembangunan merupakan masukan penting terhadap proses pengendalian pemanfaatan ruang selanjutnya. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam kemampuan kelembagaan dan pengelolaan pembangunan ini meliputi kemampuan aparatur pemerintah dalam mengelola tugas dan bidang masing- masing, serta tingkatan peran di dalam mekanisme pembangunan selama ini. Permasalahan yang sering timbul dalam pelaksanaan program RPIJM yaitu RPIJM merupakan rencana koordinasi integrasi antara rencana daerah dan rencana sektoral oleh sebab itu kewenangan yang di berikan seharusnya lintas sektoral antara satu instansi dengan instansi yang lain sehingga tidak terjadi tumpang tindih atau ketidak sinkronisasi antar instansi. Pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan azas dekonsentrasi, desentralisasi, dan tugas bantuan harus dilihat sebagai suatu kesatuan sistem administrasi penyelenggaraan Pemerintahan dalam pengelolaan pembangunan di daerah, termasuk pembangunan pemanfaatan ruang. Organisasi aparatur pelaksana pembangunan dalam hal ini struktur kewenangan yang khusus bertugas mengelola pembangunan di daerah. Pemerintahan dan pengelolaan pembangunan di wilayah Kota Pangkalpinang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan instansi- instansi terkait sesuai dengan kewenangan masing-masing. Untuk kebutuhan peningkatan kelembagaan penataan ruang, pemerintah daerah seringkali menemui hambatan berupa tidak tersedianya cukup tenaga yang berorientasi pembangunan di dalam konsistensi dan komplementaritas antara rencana pusat dan daerah. Dengan demikian di dalam pengelolaan pembangunan dan penataan ruang diperlukan peningkatan kemampuan aparatur harus dilihat dari kepentingan penyelenggaraan dan pemecahan masalah dalam menjalankan tugas pembangunan.

3.6.5 Pembiayaan Suatu rencana yang dirumuskan bagi tindak lanjut pembangunan suatu daerah pada prinsipnya harus pula mencerminkan kemampuan akan pembiayaan untuk perwujudan rencana tersebut. Kemampuan akan pembiayaan berarti menunjukkan besarnya penerimaan/penghasilan pemerintah daerah yang bersangkutan, oleh karena pelaksanaan rencana sebagian besar akan menjadi beban pemerintah daerah. Permasalahan yang sering timbul akibat pembiayaan yaitu pemerintah lebih mengutamakan pembiayaan daerah yaitu yang berasal dari pusat (APBN) juga berasal dari daerah (APBD). Penerimaan pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bagi hasil pajak/bukan pajak. PAD terdiri dari : pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lainnya, dan tidak mengandalakan dari sumber lain (investor).

RPIJM KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2013-2017 3- 59