EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA

MISKIN DI KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN

BARAT KABUPATEN ASAHAN

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

DISUSUN OLEH :

CITRA GUSTIANDA

090902013

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh: Nama : Citra Gustianda NIM : 090902013 Judul : Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan

DOSEN PEMBIMBING

Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D NIP. 19630319 199303 1 001

KETUA DEPARTEMEN

Hairani Siregar, S.Sos, M.SP NIP. 19710927 1998101 20 001

DEKAN FISIP USU \

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si 19680525 199203 1 002

Universitas Sumatera Utara DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Citra Gustianda Nim : 090902013

ABSTRAK Evaluasi Pelaksanaan Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan Kemiskinan merupakan suatu akar permasalahan yang tidak bisa kita abaikan di . Dengan melonjaknya angka kependudukan di Indonesia maka dengan ini kebutuhan akan hidup semakin lama semakin tajam. Krisis perekonomian yang terjadi di Indonesia pemerintah yang memiliki peranan bagi setiap hal yang timbul dan mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat, memandang bahwa awal dari masalah kemiskinan adalah melonjaknya angka kependudukan. Pemerintah dengan ini membuat suatu program yaitu program beras untuk keluarga miskin atau disingkat dengan raskin. Program ini bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dan atas dasar pemenuhan hak untuk masyakat miskin akan kebutuhan pangannya.

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat

Kabupaten Asahan yang dipilih sebagai salah satu lokasi penelitian program beras untuk keluarga miskin yang sering disebut dengan raskin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik penggumpulan data, studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi.

Universitas Sumatera Utara Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data bahwa Evaluasi Pelaksanaan

Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan

Kisaran Barat Kabupaten Asahan adalah pelaksanaan baik. Hasil perhitungan dikatakan pelaksanaan baik dilihat dari beberapa pengukuran yang telah dilakukan yaitu dari input sebanyak 0,273 dari process sebanyak 0,64 dari output sebanyak

0,683 dan dari impact 0,37.

Kata kunci : evaluasi, pelaksanaan, raskin.

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITY OF NORTH SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Citra Gustianda Nim : 090902013

ABSTRACT The Evalution of implementation program of rice to poor families in the village of Kisaran Baru sub-district Kisaran Barat Regency Asahan Poverty is a root cause that we can not ignore in Indonesia. With a soaring population figures in Indonesia, with the need to live more and more sharply.

Economic crisis in Indonesia that the government has a role to any matters arising and destabilize society, the view that poverty is the beginning of a surge in population numbers. Government hereby makes the program a program of rice to poor families or shortened by Raskin. The program aims to reduce poverty and on the basis of the fulfillment of the right to food needs of poor communities.

This research study was held in the village of Kisaran Baru sub-district

Kisaran Barat Regency Asahan as one of the locations of rice research program for poor families who are often referred to with Raskin. Research study using descriptive method with qualitative approach. To obtain necessary data, this research study using data collection technique and field study which consists of questionnaire, interview and observation.

The conclusions obtained throught analysis of the data that The Evalution of implementation program of rice to poor families in the village of Kisaran Baru sub-

Universitas Sumatera Utara district Kisaran Barat Regency Asahan is implementation of good. The calculation result is implementation of good viewied from several measurements that have been made, input as of 0,273 from process as of 0,64 from output as of 0,683 and from impact 0,37.

Keywords :evaluation, implementation, raskin.

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bismillahirrahmaanirarahim

Puji dan syukur penulis hanturkan kepada-Mu ya Allah atas selesainya penulisan skripsi ini. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempurnaan Nikmat dan Rahmat-Nya berupa kesehatan, kekuatan, kesabaran dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan masa kuliah di Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara dan merampungkan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan

Program Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan

Kisaran Barat Kabupaten Asahan”. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang- orang yang senantiasa mengukikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan baik material maupun moril dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menghanturkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis

yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabaran dan

Universitas Sumatera Utara memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih pak,

sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya.

4. Kepada Bapak lurah dan seluruh pegawai kantor di Kelurahan Kisaran Baru

Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan, terimakasih sudah

mengizinkan saya untuk melakukan penelitian.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara, terimakasih untuk segala ilmu

pengetahuan selama perkulihan dan dengan segala jasa-jasanya.

6. Teristimewa kepada Ibunda dan Ayahanda tercinta Hasnita dan Iwan, yang

tak pernah lelah memberikan doa, semangat dan motivasi dengan sepenuh

hati kepada kami anak-anaknya sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan

sarjana di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa juga buat adik-adik saya Widia Gustiasari dan Ibnu Rayhan

yang telah menjadi penyemangat untuk saya dan beserta kepada seluruh

keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada

saya untuk menyelesaikan pendidikan saya.

8. Terimakasih buat teman dan sahabat kessos 2009 yang seperjuangan dengan

saya selama menempuh jalur pendidikan sarjana ini. Terutama buat sahabat

saya “22nk’Community” Ezwin Fahmi Daulay, Mita Novianty, Eren

Harikhasenda, Farid Iskandar, Raihana, Okto Praeka, dan Eka Hermawan

yang selama ini selalu ada buat saya, terimakasih buat waktunya yang kita

lalui bersama-sama, aku senang kenal dengan kalian, love u bbebe-bbebeku.

Dan buat teman saya Irene Simanjutak, Windy Safutry, Intan Dirja Laila,

Universitas Sumatera Utara Kartini Zalukhu, dan Melvira Novira Sari dan seluruh anak kessos 2009.

Maaf yang namanya tidak disebut. Terimakasih buat kalian semua.

9. Terimakasih juga buat adik-adik saya stambuk 2010, 2011, dan 2012 kessos.

Senang berkenalan dengan kalian dan senang menjadi keluarga besar kalian

di kessos.

10. Terimakasih buat sahabatku Sri Fusanti makasih dukungannya walau

mulutnya jabirnya mintak ampun, makasih sudah menemani saya dari zaman

SMA dan makasih buat sepupu kesayangan Rizka Dinda Amelia Hrp.

Terimakasih juga buat teman kost kak Ayu Karmila, adek Ayu Pratiwi Hrp,

Dian Yulis Wulandari dan bang Mustafa (pacar kak ayu).

11. Terakhir terimakasih buat lelakiku yang selalu memberi dukungan dan

motivasinya ^__^.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahan rahmat dan karunianya serta membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi.

Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk itu sangat diharapkan masukannya. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial kedepannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Oktober 2013

Penulis,

Citra Gustianda

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………......

DAFTAR BAGAN ………………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN...... 1

1.1. Latar Belakang ...... 1

1.2. Perumusan Masalah ...... 13

1.3. Pembatasan Masalah ...... 13

1.4. Tujuan Penelitian ...... 14

1.5. Manfaat Penelitian...... 14

1.6. Sistematika Penulisan...... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...... 16

2.1. Evaluasi ...... 16

2.1.1. Pengertian Evaluasi ...... 16

2.1.2. Fungsi Evaluasi ...... 17

2.1.3. Proses Evaluasi ...... 18

2.1.4. Tahapan Evaluasi ...... 19

2.2. Pengertian Program...... 20

Universitas Sumatera Utara 2.2.1. Evaluasi Program ...... 20

2.3. Kebijakkan ...... 21

2.3.1. Pengertian Kebijakkan ...... 21

2.3.2. Tahap-tahap kebijakkan ...... 22

2.3.3. Analisis Kebijakkan ...... 24

2.4. Kemiskinan ...... 28

2.4.1. Pengertian Kemiskinan ...... 28

2.4.2. Aspek-aspek Kemiskinan ...... 30

2.4.3. Gejala-gejala Kemiskinan ...... 30

2.4.4. Ciri-ciri Kemiskinan ...... 31

2.4.5. Keluarga Miskin ...... 33

2.5. Program Beras Miskin Untuk Keluarga Miskin ...... 36

2.5.1. Pengelolaan dan Pengorganisasian ...... 37

2.5.1.1 .Tim Koordinasi Raskin Pusat ...... 38

2.5.1.2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi ...... 40

2.5.1.3. Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota ...... 41

2.5.1.4. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan ...... 43

2.5.1.5. Tim Koordinasi Raskin Desa/Kelurahan ...... 44

2.5.1.6. Satker Raskin ...... 46

Universitas Sumatera Utara 2.5.2. Perencanaan dan Penganggaran ...... 47

2.5.2.1. Perencanaan ...... 47

2.5.2.2. Pagu raskin ...... 47

2.5.2.3. Penetapan RTS-PM ...... 48

2.5.2.4. Penetapan Titik Distribusi ...... 50

2.5.2.5. Penetapan Titik Bagi ...... 50

2.5.2.6. Penganggaran ...... 50

2.5.3. Mekanisme Pelaksanaan ...... 51

2.5.3.1. Penyedian Beras ...... 51

2.5.3.2. Rencana Penyaluran ...... 51

2.5.3.3. Pola Penyaluran Raskin ...... 51

2.5.3.4 Pendistribusian ...... 52

2.5.3.5. Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) raskin

...... 53

2.5.4. Pengendalian dan Pelaporan ...... 54

2.5.4.1. Pengendalian ...... 54

2.5.4.2. Pelaporan ...... 56

2.5.5. Sosialisasi ...... 57

2.5.6 Pengaduan Masyarakat ...... 57

Universitas Sumatera Utara 2.6. Kesejahteraan Sosial ...... 58

2.6.1. Pengertian kesejahteraan Sosial ...... 58

2.7. Kerangka Pemikiran ...... 60

2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operational ...... 62

2.8.1. Defenisi Konsep ...... 62

2.8.2. Defenisi Operasional ...... 63

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 65

3.1. Tipe Penelitian ...... 65

3.2. Lokasi Penelitian...... 65

3.3. Populasi dan Sampel ...... 65

3.3.1. Populasi ...... 65

3.3.2. Sampel...... 66

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...... 67

3.5. Teknik Analisis Data...... 68

BAB IV DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN ...... 71

4.1. Sejarah ...... 71

4.2. Kondisi Geografis...... 77

4.3. Kondisi Demografis ...... 78

4.4. Lahan dan Bangunan ……...... 82

Universitas Sumatera Utara 4.5. Sumber Air dan Penerangan ...... 82

4.6. Sarana dan Prasarana ...... 82

4.7. Sistem Struktur Pemerintah Kelurahan Kisaran Baru ...... 84

BAB V ANALISIS DATA ...... 85

5.1. Kharakteristik Umum Responden ...... 85

5.2. Evaluasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin ...... 92

5.2.1. Masukan (input) ...... 92

5.2.2. Proses (process) ...... 101

5.2.2.1. Tepat Jumlah …...... 101

5.2.2.2. Tepat Harga ..…...... 106

5.2.2.3. Tepat Waktu …...... 108

5.2.2.4. Tepat Administrasi …...... 110

5.2.2.5. Tepat Kualitas …...... 113

5.2.2.6. Tepat Distribusi …...... 115

5.2.3. Keluaran (output)...... 116

5.2.4. Pengaruh (impact) ...... 119

5.3. Analisis Kuantitatif ...... 122

5.3.1 Masukan (input) ...... 122

5.3.2 Proses (process) ...... 123

Universitas Sumatera Utara 5.3.3 keluaran (output) ...... 124

5.3.2 Dampak (impact) ...... 124

BAB VI PENUTUP …………………...... 127

6.1. Kesimpulan ...... 127

6.2. Saran …………...... 128

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………...... 78 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...... ………...... 79 Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama …...... ……...... 79 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...... ………...... 80 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Keluarga Miskin ………. 81 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………...... 86 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ...... ………...... 86 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama …...... ……...... 87 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ...... ………...... 88 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ………...... 89 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah anak ………...... 90 Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ………...... 91 Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan ………...... 91 Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Perbulan ………...... 92 Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah ...... 93 Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan kendaraan apa yg dimiliki …...... 94 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan jenis lantai bangunan tempat tinggal ...... 95 Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan jenis dinding tempat tinggal ...... 95 Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan sumber penerangn rumah tangga ………...... 96 Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan sumber air minum ………...... 97 Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan pernah mengkonsumsi makanan sebagai berikut ………...... 98 Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan frekuensi mengkonsumsi daging/susu/ayam …...... 99 Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan dimanakah bapak/ibu berobat ketika sakit ………...... 100

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan informasi tentang jumlah beras ………...... 101 Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan berapa jumlah beras …...... 102 Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan berapa jumlah potongan yang bapak/ibu keluarkan perbulan ketika menerima raskin ………...... 103 Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan jika jawaban bapak ibu “tidak” maka brapa kebutuhan beras untuk keluarga anda selama sebulan ………...... 104 Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan beras mencukupi kebutuhan selama sebulan ………...... 105 Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah yang harus bapak/ibu keluarkan untuk membeli raskin ………...... 106 Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan biaya tambahan untuk menebus raskin ...... 107 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan tanggal berapakah menerima raskin ………...... 108 Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan bulan terakhir menerima raskin ………...... 108 Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan menerima raskin secara rutin tiap bulan ………...... 109 Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan darimana bapak/ibu mendapatkan kartu raskin ………...... 110 Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan pendistribusian dan penyaluran sudah berjalan baik ………...... 110 Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan layanan dalam pendistribusian raskin ………...... 111 Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan tempat pengambilan raskin ………...... 112 Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan pelayanan petugas raskin ………...... 112 Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan kualitas beras ………...... 113 Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan kelayakan beras………...... 114 Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan pengambilan bantuan ………...... 115 Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan terbantu tidaknya dengan adanya program ini ………...... 116

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan meningkatnya pendapatan keluarga ………...... 116 Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan cukup tidaknya pengahasilan keluarga ………...... 117 Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan pendapatan yang didapat sudah sesuai harapan ………...... 118 Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan adakah peran serta dalam program tersebut ………...... 119 Tabel 5.42 Distribusi Responden Berdasarkan kemudahan yang dalam mengurus administrasi ………...... 120 Tabel 5.43 Distribusi Responden Berdasarkan adakah kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ………...... 120 Tabel 5.44 Distribusi Responden Berdasarkan kehidupan setelah berjalan program raskin………...... 121

Universitas Sumatera Utara DAFTAR BAGAN

Tabel 2.1 Bagan Alir Pikiran ………...... 61 Tabel 4.1 Bagan Struktur Pemerintahan Kelurahan Kisaran Baru ……...... 84

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN Surat Keputusan Doping ………...... ACC Seminar ……...... ACC Sidang ……......

Daftar Riwayat Hidup ......

Universitas Sumatera Utara BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pertanian di Indonesia yang selama ini telah berjalan ternyata tidak serta merta berjalan sebagaimana mestinya. Karena secara teoritis melalui industrialisasi sector pertanian akan menciut dimana tenaga kerja akan terserap oleh kota-kota besar namun demikian sector pertanian yang menciut tetap menghasilkan pangan yang cukup dengan kualitas yang tinggi (Wisnusaputra,2006). kondisi pertanian yang katanya berkelanjutan di Indonesia, sampai saat ini jusrtu boleh di bilang pertanian kita boleh di bilang berjalan di tempat tidak ada perubahan yang berarti tidak seperti pada saat BIMAS gencar di laksanakan. Lalu bagaimana fakta yang terbentuk pada tahun 2009 bahwa Negara Kita Indonesia berhasil melakukan swasemabada. Benar atau tidaknya kita sebagai masyarakat Indonesia dapat menilai sendiri (http://turindraatp.blogspot.com/2010/01/sejarah-bimas.html di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 21.41 WIB).

Tahun 1965 (masa Orde Baru) terjadi adaptasi yang baru dan ini merupakan tonggak berdirinya BIMAS dan INMAS di Indonesia. Dengan hasil 2,5 % pertahun menjadi 6% pertahun dalam kurun waktu hanya 6 tahun yaitu pada tahun 1965 –

1971. Tahun 1973 areal lahan intensifikasi pertanian mencapai 4,2 juta Ha (56% dari areal persawahan di Indonesia) atau 73% areal pesawahan di pulau jawa. Kondisi ini berdapak kepada penentu kebijakan pada saat itu Presiden Soeharto di mana pada tanggal 10 April 1972 memberi peringatan kepada departemen pertanian agar target pada repelita I sebanyak 15,7 juta ton di tinjau kembali. Presiden Soeharto memperringatkan agar penogkatan produksi beras tidak menimbulkan over supply.

Sehingga kejadian ini segera di tindak lanjuti oleh departem pertanian yang pada

Universitas Sumatera Utara akhirnya tanggal 4 mei 1972 target produksi pertanian (dalam hal ini beras) di pandang perlu untuk dikurangi. Sehingga puncak dari program kejayaan BIMAS yang berkelanjutan sejak tahun 1965 menimbulkan efek yang luar biasa dimana pada tahun 1984 Bangsa Indonesia mengalami swasembada pangan (khususnya beras) dan mendapat pengakuan dari dunia internasional melalui FAO. Hingga tahun 1993 selama 25 tahun kenaikan produksi beras di Indonesia mencapai 240% hingga menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengekspor beras dari sebelumnya bangsa pengimpor beras terbesar.

Peningkatan Kesejahteraan Rakyat menjadi prioritas dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang meliputi 5 (lima) sasaran pokok yaitu: pengurangan kemiskinan dan pengangguran, pengurangan kesenjangan antar wilayah, peningkatan kualitas manusia, perbaikan mutu lingkungan hidup, dan pengelolaan sumberdaya alam, serta peningkatan infrastruktur. Dalam implementasinya, prioritas utama pembangunan nasional diberikan kepada pemeliharaan kesejahteraan rakyat, penataan kelembagaan dan pelaksanaan Sistem

Perlindungan Sosial. Sasaran yang hendak dicapai melalui prioritas ini antara lain adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat miskin, sehingga angka kemiskinan dapat diturunkan menjadi 10,5 % – 11,5 % pada tahun

2012 (Pedoman Umum Penyaluran RASKIN 2012).

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), berkurang 0,89 juta orang (0,53 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen).

Selama periode Maret 2011-Maret 2012, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sekitar 399,5 ribu orang (dari 11,05 juta orang pada Maret 2011 menjadi

10,65 juta orang pada Maret 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 487

Universitas Sumatera Utara ribu orang (dari 18,97 juta orang pada Maret 2011 menjadi 18,48 juta orang pada

Maret 2012). Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2011 sebesar 9,23 persen, menurun menjadi 8,78 persen pada Maret 2012. Begitu juga dengan penduduk miskin di daerah perdesaan, yaitu dari 15,72 persen pada Maret

2011 menjadi 15,12 persen pada Maret 2012 (http://www.bps.go.id/?news=940 di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 14.04 WIB).

Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2012, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap

Garis Kemiskinan sebesar 73,50 persen, tidak jauh berbeda dengan Maret 2011 yang sebesar 73,52 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai

Garis Kemiskinan di perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, gula pasir, daging ayam ras, tempe, tahu, mie instan, bawang merah, dan cabe merah.

Sedangkan, komoditi yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, bawang merah, tahu, dengan tambahan kopi dan cabe rawit. Komoditi bukan makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan adalah biaya perumahan, pendidikan, angkutan, listrik, dan bensin, sedangkan di perdesaan sendiri adalah biaya perumahan, listrik, kayu bakar, bensin, dan pendidikan.

Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan internasional, yaitu Universal Declaration of Human Right (1948),

Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit 1996,

Millennium Development Goals (MDGs). Bahkan dalam kesepakatan MDGs dunia

Universitas Sumatera Utara internasional telah mentargetkan pada tahun 2015 setiap negara termasuk Indonesia telah sepakat menurunkan kemiskinan dan kelaparan sampai separuhnya.

Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam memerangi kemiskinan dan kelaparan antara lain angka kemiskinan baru berhasil diturunkan dari 16,66% pada tahun 2004 menjadi 12,5% pada tahun 2011, jumlah orang miskin sebesar 31,02 juta jiwa pada tahun 2010 masih cukup tinggi, tingkat pengangguran dipandang masih cukup tinggi, meskipun telah berhasil diturunkan dari 11,24% pada tahun 2005 menjadi 6,56% pada bulan Agustus 2011, jumlah daerah tertinggal yang tersebar di berbagai wilayah masih cukup tinggi. Untuk menghadapi permasalahan tersebut maka Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012 mengusung tema Percepatan dan

Perluasan Pertumbuhan Ekonomi yang inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan

Kesejahteraan Rakyat.

Indonesia, 95% dari jumlah penduduknya mengkonsumsi beras sebagai pangan utama, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun (BPS,

2011), bahkan sebelumnya mencapai 139,15 Kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh diatas rata-rata konsumsi dunia yang hanya sebesar 60 Kg/kapita/tahun.

Juga diatas rata-rata konsumsi beras negara tetangga seperti Malaysia sebesar 80

Kg/kapita/tahun, Thailand 70 Kg/kapita/tahun, dan Jepang 58 Kg/kapita/tahun.

Dengan demikian Indonesia menjadi negara konsumen beras terbesar di dunia. Beras menjadi komoditas nasional yang sangat strategis. Instabilitas perberasan nasional akan mengakibatkan gejolak dalam berbagai aspek kehidupan baik sosial, politik maupun ekonomi.

Kemiskinan menjadi alasan yang sempurna rendahnya Human Development

Index (HDI), Indeks Pembangunan Manusia Indonesia. Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih sangat rendah, dibandingkan dengan kualitas

Universitas Sumatera Utara manusia di Negara negara lain di dunia. Berdasarkan Human Development Report

2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka HDI Indonesia adalah 0,692.

Angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 87,9 persen, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65 persen, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar US$

3.230. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke-111 dari 177 negara

(www.ekonomirakyat.org diakses pada tanggal 20 mei 2013 puku 19.45 WIB).

Indonesia sudah melaksanakan banyak kebijakan dan program untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan capaian Tujuan Pembangunan

Milenium-nya (MDGs). Tantangan pertamanya untuk mencapai sasaran itu adalah memilih kebijakan dan program yang tepat diantara banyak pilihan yang ada.

Memilih kebijakan dan program baru, diantara faktor-faktor lain tergantung pada pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan program-program pengentasan kemiskinan sebelumnya atau yang sedang berjalan. Pada gilirannya, hal ini memerlukan sistem pengawasan (monitoring) yang kuat dan evaluasi berkualitas tinggi. Pada saat yang sama, sistem pengawasan dan evaluasi yang dapat diandalkan hanya berguna jika keluaran (output), hasil/manfaat (outcome) dan dampak (impact) yang diharapkan itu jelas, dapat tercapai dan terukur, dan indikator-indikator pengentasan kemiskinan ditentukan dari awal. Menentukan hal-hal tersebut adalah pekerjaan yang menantang. Hal ini memerlukan antara lain peningkatan pemahaman dan keterampilan pada para analis kebijakan dan program di lingkungan pemerintah tentang pengawasan dan evaluasi yang efektif, ditambah kemampuan dan keinginan untuk memanfaatkan evaluasi guna memperkuat program-program yang ada.

Universitas Sumatera Utara Melihat masih tingginya angka kemiskinan, penanggulangan kemiskinan adalah sebuah kebijakan strategis yang mau tidak mau diambil oleh pemerintah selaku agen pembangunan yang bertanggung jawab atas terselenggaranya perbaikan sosial pada segenap lapisan masyarakat. Namun demikian, upaya penanggulangan kemiskinan penduduk itubersegi banyak. Analisis masalahnya tidak hanya layak ditujukan pada perspektif masyarakat yang menerima program perbaikan sosial ekonomi. Tidak kurang pentingnya adalah perlunya memberi perhatian khusus pada dinamika aparat pelaksana program itu sendiri (Sarman, 2000:1).

Program Beras untuk Keluarga Miskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Pada

2008, Raskin menargetkan penyediaan 2,77 juta ton beras bagi 19,1 juta rumah tangga miskin dengan total biaya subsidi Rp 7,8 triliun. Setiap rumah tangga menerima 145 kg beras selama 10 bulan dengan harga tebus Rp1.600 per kilogram di titik distribusi. Penyaluran raskin hingga titik distribusi menjadi tanggung jawab

Bulog, sementara penyaluran dari titik distribusi kepada rumah tangga sasaran menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (Kemenkokesra, Pedoman Umum

Raskin 2008, 2007).

Program Beras Untuk Keluarga Miskin yang sebelum tahun 2002 bernama

Operasi Pasar Khusus (OPK). Sebagai salah satu program penanggulangan kemiskinan, dalam rangka perlindungan sosial melalui pengurangan beban pengeluaran masyarakat miskin dan merupakan pendukung program lainnya seperti perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan dan peningkatan produktivitas.

Tujuan program Beras Untuk Kelurga Miskin menurut Bulog (2010) adalah untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangan (beras) keluarga miskin dan sekaligus

Universitas Sumatera Utara diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, selain itu juga untuk meningkatkan/membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka meningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga melalui enjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Sasaran Program Beras Untuk Keluarga Miskin Tahun 2012, adalah: berkurangnya beban pengeluaran 17,5 juta RTS dalammencukupi kebutuhan pangan beras, melaluipendistribusian beras bersubsidi sebanyak 180kg/RTS/tahun atau setara dengan 15 kg/RTS/bulandengan harga tebus Rp 1.600 per kg netto di TD.

Ternyata dalam pelaksanaan program Beras Untuk Rakyat Miskin ini justru terjadi banyak persoalan. Diantaranya adalah masalah dalam hal tidak tepat sasaran, tidak tepat jumlah, tidak tepat kualitas, dan tidak tepat harga. Selain itu dari sisi administratif juga ditemukan masalah bahwa munculnya keterlambatan penyetoran uang hasil pembelian beras kepada bulog. Jika dilihat sepintas seolah-olah masalah tersebut adalah masalah distribusi. Namun jika dilhat secara mendalam masalah telah muncul sejak sosialisasi. Sosialisasi yang dilakukan tidak optimal telah menimbulkan cara pandang yang salah tentang program Raskin. Pada tahap yang lain, yaitu pendataan, ada bukti yang cukup kuat bahwa cara dan hasil indentifikasi penerima manfaat kurang dapat diterima oleh masyarakat setempat. Demikian juga halnya dengan masalah distribusi, khususnya dari titik distribusi terakhir kepada penerima manfaat, terjadi banyak masalah. Akibatnya muncul berbagai penyimpangan di satu sisi dan protes dari masyarakat luas di sisi lain.

Memandang hal diatas dimana program beras untuk keluarga miskin yang diharapkan agar masyarakat miskin tidak mengalami kekurangan pangan dan membuat kesejahteraan mereka bisa sedikit terjamin. Tetapi ternyata di dalam

Universitas Sumatera Utara pengimplementasiannya justru program Raskin banyak terjadi persoalan dan penyimpangan. Kendati demikian, bila dicermati program Beras Untuk Keluarga

Miskin merupakan program yang paling efektif dibanding program-program lain dalam penanggulangan kemiskinan. Sementara dalam program raskin, sumber masalah utama terletak pada sosialisasi, pendataan dan distribusi serta tidak adanya institusi lokal khusus yang menangani raskin tersebut. Hal tersebut membuat program tersebut tidak berjalan dengan layak.

Realisasi Beras Untuk Keluarga Miskin selama 2005 - 2009 berkisar antara

1,6 juta ton - 3,2 juta ton. Dengan harga tebus Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan

Rp.1.600/kg sejak tahun 2008, Program Beras Untuk Rakyat Miskin bukan hanya telah membantu rumah tangga miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga stabilitas harga. Program Beras Untuk Rakyat Miskin telah mengurangi permintaan beras ke pasar sekitar 18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg menjadi Rp.1.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 – 5.500/kg. Dampak Raskin terhadap stabilisasi harga terlihat pada saat Program Beras Untuk Rakyat Miskin hanya diberikan kurang dari

12 bulan (seperti pada tahun 2006 = 11 bulan dan tahun 2007 = 10 bulan). Harga beras akhir tahun 2006 dan awal 2007 serta akhir tahun 2007 dan awal 2008 meningkat tajam. Pada saat itulah, pemerintah melakukan Operasi Pasar Murni

(OPM) dan Operasi Pasar Khusus dari Cadangan Beras Pemerintah (OPK -CBP)

(www.bulog.co.id diakses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.58 WIB).

Keberhasilan Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator enam

Tepat (6 T), yaitu Tepat Sasaran, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat

Universitas Sumatera Utara Administrasi, dan Tepat Kualitas. Pedoman Umum ( Pedum ) Penyaluran Raskin merupakan panduan pelaksanaan Raskin untuk mencapai 6 Tepat, yang mencakup

Pengelolaan dan Pengorganisasian, Perencanaan dan Penganggaran, Mekanisme

Pelaksanaan, Pengendalian dan Pelaporan serta Sosialisasi. Pedum ini juga mengakomodasi inisiatif dan kebijakan operasional lokal yang bertujuan memperlancar pelaksanaan distribusi Raskin di daerah yang disesuaikan dengan kondisi dan keterbatasan masing-masing daerah. Pelaksanaan selanjutnya diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (Juknis) di tingkat Kabupaten/Kota.

Jumlah penduduk miskin di bawah Garis Kemiskinan di Sumatera Utara

(Sumut) Maret 2010 sebesar 1.490.900 orang (11,31 persen). Demikian Kepala BPS

Sumut Drs Alimuddin Sidabalok kepada wartawan dalam jumpa pers di kantornya.

Dikatakannya, bila dibandingkan dengan penduduk miskin Maret 2009 berjumlah

1.499.700 orang (11,51 persen), berarti jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumut berkurang sebanyak 8.800 orang atau persentasenya berkurang sebesar 0,20 poin.

Sedangkan selama periode Maret 2009–Maret 2010, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 9.800 orang (0,27 persen), sementara di daerah perkotaan bertambah sekitar 1.000 orang namun persentasenya berkurang sebesar 0,11 poin.

Lebih lanjut diutarakannya, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak berbeda. Pada Maret 2010, penduduk miskin berada di daerah perdesaan sebesar 11,29 persen dan di daerah perkotaan sebesar 11,34 persen.

Menurutnya, penurunan jumlah penduduk miskin di Sumut mengindikasikan dampak dari program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah cukup berperan dalam menurunkan penduduk miskin di daerah ini. Dalam kesempatan itu juga dipaparkannya, besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi garis

Universitas Sumatera Utara kemiskinan, karena penduduk miskin memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan (www.indonesia.go.id di akses pada tanggal 20 mei

2013 pukul 19.35 WIB).

Salah satu yang sering terjadi dalam suatu kebijakkan adalah karena tidak dipahaminya atau adanya kesalahan persepsi daripada aktor. Aktor tingkat pemda terbagi atas level atau layer (lapisan pemerintahan). Contohnya seperti kurang layaknya beras yang diberikan kepada keluarga miskin tersebut. Berasnya bisa dikatakan tidak layak untuk dimakan karena beras juga mengandung kutu dan bau.

Ada lagi permasalahan yang sering terjadi yaitu, bantuan tersebut kurang sasarannya.

Seharusnya kelurga miskin tersebut ia tidak dapat dikarenakan banyak hal ada berasnya sudah di jual oleh kepala kelurahan atau pejabat yang berwenang dan ada juga yang ia nya tidak terdata.

Keterlambatan-keterlambatan datangnya bantuan tersebut bisa juga memicu permasalahan yang ada. Keterlaterlambatan datang di karenakan banyak pihak yang ingin mendapatkan upah-upah oleh bantuan tersebut yang bisa dikatakan sebagai uang capek. Banyak lagi permasalahan yang terjadi yang membuat penulis tertarik untuk menelitinya. Masyarakat juga tahu apa yang selama ini menjadi hak nya dan kewajibannya.

Ini salah satu contoh masalah yang terjadi di Kabupaten Asahan adalah penyaluran beras miskin di Kabupaten Asahan belum berjalan. Tertundanya penyaluran beras bagi rumah tangga sasaran (RTS) itu karena Bupati Asahan Taufan

Gama Simatupang belum menandatangani surat permintaan ke Badan Urusan

Logistik (Bulog). Hal itu disampaikan Kabag Ekonomi Kabupaten Asahan Fahmi

Almadani saat dikonfirmasi METRO, Senin (11/2). Menurut Fahmi, permintaan alokasi raskin bagi RTS di Kabupaten Asahan tinggal menunggu tanda tangan Bupati

Universitas Sumatera Utara yang kemudian di diteruskan ke Bulog dan penyalurannya akan dilakukan untuk dua bulan (alokasi Januari dan Februari, red).

Fahmi meminta kepada masyarakat untuk bersabar dan penyaluran raskin akan segera dilaksanakan bila surat permintaan itu sudah ditanda tangani bupati.

“Alokasi disesuaikan dengan jumlah RTS yang ada dan itu sudah ada ketentuannya,” kata Fahmi. Terpisah Kepala Bulog Sub Divre III Kisaran melalui Bagian Pelayanan

Publik Sutrisman ketika dikonfirmasi mengatakan, Bulog pada prinsifnya siap untuk menyalurkan raskin, karena stok cukup tinggal lagi hingga hari ini pihaknya belum menerima permintaan dari pemerintah termasuk Asahan

(http://www.metrosiantar.com/2013/penyaluran-raskin-terganjal-tanda-tangan- bupati/ di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 22.04 WIB).

Salah satu pemerintah daerah di Indonesia, lebih tepatnya salah satu pemerintah daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Daerah

Kabupaten Asahan. Menurut data demografis Kabupaten Asahan berdasarkan dari sumber BPS Kabupaten Asahan (2010) pada tahun 2009 setelah terpisah dengan

Kabupaten Batu Bara, jumlah penduduknya diperkirakan 700.606 jiwa yang tersebar pada 25 kecamatan dengan 177 desa dan 27 kelurahan dengan luas wilayah daratan

3.719,45 Km² (371.945 Ha) dengan tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan

188,36 jiwa per Km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan sebesar 70,58 persen dan sisanya 29,42 persen tinggal di daerah perkotaan.

Jumlah rumah tangga sebanyak 168.019 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata- rata dihuni oleh sekitar 4,2 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk dari tahun

2000-2009 sebesar 1,71 persen.

Dilihat dari kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar

35,17 persen, persentase penduduk usia 15-64 tahun sebesar 60,74 persen dan

Universitas Sumatera Utara persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 4,09 persen yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar 64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang penduduk usia non produktif. Total penduduk keluarga miskin di Kabupaten Asahan diperkirakan sebanyak 36.737 keluarga di tahun 2008 (Berita Sore, 2009) atau diperkirakan 14,92 persen di tahun

2008 dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan (Kabar Indonesia,

2008). Pengeluaran rata-rata per kapita/ bulan penduduk Asahan tahun 2009, pada golongan pengeluaran kurang dari Rp. 200.000 sebanyak 5,11 persen, golongan pengeluaran Rp. 200.000 sampai Rp. 299.999 sebanyak 26,66 persen. Kemudian pada golongan pengeluaran Rp. 300.000 sampai Rp. 399.999 sebanyak 25,39 persen, golongan pengeluaran Rp. 400.000 sampai Rp. 499.999 sebanyak 15,99 persen dan sebesar 26,85 persen golongan pengeluaran rumah tangga diatas Rp. 500.000. Pola konsumsi rumah tangga berupa pengeluaran untuk makanan sebesar Rp. 274.630 dan pengeluaran untuk bukan makanan sebesar Rp. 187.974 per kapita/ bulan (BPS, Kab.

Asahan,2009).

Kecamatan Kisaran Barat menurut sumber resmi Pemerintah Kabupaten

Asahan (Pemkab Asahan, 2013) merupakan salah satu kecamatan dari 25 kecamatan di Kabupaten Asahan dengan jumlah penduduk sekitar 64.021 jiwa atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 13.847 Rumah Tangga yang tersebar di 13 Kelurahan dengan luas wilayah 32,96 Km2. Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh pihak kecamatan dan BPS Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa penduduk yang dikategorikan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Kisaran Barat diperkirakan sebanyak 2.740 RTM (Kabar Indonesia, 2008).

Universitas Sumatera Utara Kelurahan Kisaran Baru menurut sumber resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten

Asahan (BPS. Kab. Asahan, 2013) merupakan salah satu kelurahan dari 13 kelurahan di Kecamatan Kisaran Barat dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 sekitar 5393 jiwa atau dengan jumlah rumah tangga sekitar 2074 Rumah Tangga yang tersebar di

7 Lingkungan dengan luas wilayah ± 69 Ha. Program Raskin juga dilaksanakan di

Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat sebanyak 146 Kepala Keluarga yang tersebar di 7 Lingkungan, dengan melihat kondisi yang ada maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program

Beras Untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran

Barat Kabupaten Asahan“.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut:

“Bagaimana pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di kelurahan kisaran baru kecamatan kisaran barat kabupaten asahan?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan perhatian pada fenomena penelitian, maka perlu kiranya ditetapkan pembatasan masalah sebagai berikut:

a. Penelitian tentang evaluasi pelaksanaan program beras untuk keluarga

miskin ini lebih difokuskan pada proses pelaksanaan, melalui kajian

khusus pada bagaimana pihak kelurahan dalam mengevaluasi

pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan

Kisaran Baru Kecamatan Kisaran barat Kabupaten Asahan.

Universitas Sumatera Utara b. Proses implementasi CSR yang dilakukan oleh PT. Sorikmas Mining

di desa Banua Rakyat diteliti secara rinci mulai dari sosialisasi,

perencanaan sampai dengan implementasi program. Proses evaluasi

pelaksanaan yang di lakukan pihak kelurahan di teliti secara rinci

mulai dari input, process, output, impact.

c. Kajian pelaksanaan program dilakukan untuk setiap program, meliputi

penyedian beras, rencana penyaluran, pola penyaluran,

pendistribusian, pembayaran PHB.

d. Analisis data lebih difokuskan pada kualitas pelaksanaan, baik untuk

setiap tahapan dan bidang maupun secara umum atau menyeluruh

sehingga dapat teridentifikasi kualitasnya dalam bentuk klasifikasi

sangat baik, baik, biasa saja, buruk, dan sangat buruk.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat

Kabupaten Asahan.

1.5. Manfaat Peneltian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka:

a. Pengembangan konsep dan teori-teori pemberdayaan program Beras Untuk

Keluarga Miskin.

b. Pengembangan model-model pemberdayaan program Beras Untuk Keluarga

Miskin.

Universitas Sumatera Utara 1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini dapat disajikan dalam 6 (enam) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan ob jek

yang diteliti, kerangka, defenisi konsep dan kerangka operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang

berhubungan dengan masalah objek yang akan di teliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian

beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Evaluasi

2.1.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000 : 220). Evaluasi adalah suatu upaya untuk mengukur secara obyektif terhadap pencapaian hasil yang telah dirancang dari suatu aktifitas atau program yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang mana hasil penilaian yang dilakukan menjadi umpan balik bagi aktifitas perencanaan baru yang akan dilakukan berkenaan dengan aktifitas yang sama di masa depan (Yusuf dalam Siagian dan Agus, 2010 : 116).

Selanjutnya H. Weis (dalam Jones, 2001) mengemukakan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang manfaat atau efektifitas suatu program melalui indikator yang khusus, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan (Siagian dan Agus, 2010 : 117).

Berdasarkan definisi yang telah di paparkan pengertian evaluasi yang dikemukakan diatas maka dapat diartikan bahwa evaluasi adalah sebagai suatu proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya. Dimana hasil dari penilaian yang dilakukan akan menjadi suatu umpan balik untuk perencanaan baru

Universitas Sumatera Utara yang akan dilakukan. Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

2.1.2. Fungsi Evaluasi

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara lain :

1. Evaluasi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai kinerja

kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat

dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan

seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu dan target tertentu telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai

yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

mendefinisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi

tentang tidak memadainya Kinerja Kebijakan dapat memberi sumbangan

pada perumusan ulang masalah kebi-jakan. Evaluasi dapat pula menyumbang

pada definisi alternatif kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan

menunjukkan bahwa alternatif kebijakan yang diunggulkan sebelumnya perlu

dihapus dan diganti dengan yang lain (Dunn, 1999 : 609).

Dari fungsi-fungsi evaluasi yang telah dikemukakan beberapa ahli, kita dapat kesimpulan tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.

Universitas Sumatera Utara Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Beberapa istilah yang serupa dengan evaluasi itu, yang intinya masih mencakup evaluasi, yaitu di antaranya:

1. Measurement, pengukuran diartikan sebagai proses kegiatan untuk

menentukan luas atau kuantitas sesuatu untuk mendapatkan informasi atau

data berupa skor mengenai prestasi yang telah dicapai siswa pada periode

tertentu dengan menggunakan berbagai tekhnik dan alat ukur yang relevan.

2. Tes, secara harfiah diartikan suatu alat ukur berupa sederetan pertanyaan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan, tingkah laku, potensi,

prestasi sebagai hasil pembelajaran.

3. Assessment, suatu proses pengumpulan data dan pengolahan data tersebut

menjadi suatu bentuk yang dapat dijelaskan. (Dunn dalam Suharto, 2008 : 8).

2.1.3. Proses Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi terdiri dari dua tahap :

1. Pra Kegiatan

Pertama-tama evaluasi dilakukan baik oleh individu maupun team,

penting untuk mengetahui atau menyelidiki perubahan-perubahan,

kebijaksanaan-kebijaksanaan dan arah prioritas sebelum saat itu dan dimasa

mendatang untuk mengetahui apakah program yang sedang dievaluasi

tersebut masih relevan dan diperlukan.

2. Kegiatan Evaluasi

Dalam melakukan proses evaluasi selama evaluasi ada beberapa etik

birokrasi yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang erat hubungannya

dengan tugas-tugas evaluasi diantaranya adalah:

Universitas Sumatera Utara a. Semua tugas dan tanggung jawab pemberi tugas dan pemberi

tugas harus jelas.

b. Pengertian dan konotasi yang tersirat dalam evaluasi yaitu

mencari kesalahan harus dihindari.

c. Kegiatan evaluasi dimaksudkan disini adalah membandingkan

rencana dengan pelaksanaan dengan melakukan pengukuran-

pengukuran kwantitatif /kualitatif totalitas program secara

teknis.

d. Team yang melakukan evaluasi adalah pemberi saran/nasehat

kepada manajemen, sedangkan pendayagunaan saran/nasehat

tersebut serta pembuat keputusan atas dasar nasehat/saran-

saran tersebut berada ditangan manajemen program.

e. Dalam proses pengambilan keputusan yang telah didasarkan

atas data-data/penemuan teknis perlu dikonsultasikan sebaik

mungkin karena menyangkut kelanjutan program.

f. Hendaknya hubungan dan proses selalu didasari oleh suasana

konstruktif dan obyektif serta menghindari analisa-analisa

subyektif (Firman, 1990 : 59).

2.1.4. Tahapan Evaluasi

untuk kepentingan praktis, ruang lingkup evaluasi secara sederhana dapat dibedakan atas 4 kelompok (Azwar,1996: 12) yakni:

1. Penilaian terhadap masukan (input) yaitu penilaian yang menyangkut

pemanfaatan berbagai sumber daya, baik sumber dana, tenaga dan sumber

sarana.

Universitas Sumatera Utara 2. Penilaian terhadap proses (process) yaitu penilaian yang lebih dititikberatkan

pada pelaksanaan program, apakah sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan atau tidak. Proses yang dimaksud disini mencakup semua tahap

administrasi, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, dan aspek

pelaksanaan program.

3. Penilaian terhadap keluaran (output) yaitu penilaian yang dapat dicapai dari

pelaksanaan suatu program.

4. Penilaian terhadap dampak (impact) yaitu penilaian yang mencakup pengaruh

yang ditimbulkan dari pelaksanaan suatu program.

2.2. Program

Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya suatu program, maka segala rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, maka program adalah unsur pertama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena dalam program telah dirangkum berbagai aspek, seperti:1. Adanya tujuan yang mau dicapai 2. Adanya berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut. 3. Adanya prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan prosedur yang harus dilewati. 4. Adanya pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan 5. Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas (Wahab dalam Siagian dan Agus, 2010 :

117).

Universitas Sumatera Utara 2.2.1. Evaluasi Program

Evaluasi program merupakan suatu langkah, yaitu awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Jika ditinjau dari aspek tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap suatu program dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menetapkan prioritas

terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan atas cara mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan

pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, di dalamnya meliputi apakah

pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada

perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya

direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis

hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan

(Siagian dan Agus, 2010 : 118).

2.3. Kebijakan

2.3.1. Pengertian Kebijakkan

Kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang berasal dari bahasa

Inggris. Kata policy diartikan sebagai sebuah rencana kegiatan atau pernyataan mengenai tujuan-tujuan, yang diajukan atau diadopsi oleh suatu pemerintahan, partai politik, dan lain-lain. Kebijakan juga diartikan sebagai pernyataan-pernyataan mengenai kontrak penjaminan atau pernyataan tertulis. Pengertian ini mengandung arti bahwa yang disebut kebijakan adalah mengenai suatu rencana, pernyataan

Universitas Sumatera Utara tujuan, kontrak penjaminan dan pernyataan tertulis baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, partai politik, dan lain-lain. Dengan demikian siapapun dapat terkait dalam suatu kebijakkan

Tuntutan-tuntutan kebijakan adalah tuntutan-tuntutan yang dibuat oleh aktor- aktor swasta atau pemerintah, ditujukan kepada pejabat-pejabat pemerintah dalam suatu sistem politik. Keputusan kebijakan dipengertiankan sebagai keputusan- keputusan yang dibuat oleh pejabat-pejabat pemerintah yang mengesahkan atau memberi arah dan substansi kepada tindakan-tindakan kebijakan publik. Sedangkan pernyataan-pernyataan kebijakan adalah pernyataan-pernyataan resmi atau artikulasi- artikulasi kebijakan publik. Hasil-hasil kebijakan lebih merujuk pada manifestasi nyata dari kebijakan, yaitu hal-hal yang sebenarnya dilakukan menurut keputusan- keputusan dan pernyataan-pernyataan kebijakan. Adapun dampak-dampak kebijakan lebih merujuk pada akibat-akibatnya bagi masyarakat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan yang berasal dari tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah.

2.3.2. Tahap-tahap Kebijakan

Dalam pembuatan kebijakan terdapat tahap-tahap yang harus dilewati agar suatu kebijakan dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik. Kebijakan yang dimunculkan sebagai sebuah keputusan terlebih dahulu melewati beberapa tahap penting. Tahap-tahap penting tersebut sangat diperlukan sebagai upaya melahirkan kebijakan yang baik dan dapat diterima sebagai sebuah keputusan. Tahap-tahap dalam kebijakan tersebut yaitu:

1. Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah dimasukkan dalam agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh pembuat kebijakan dalam tahap formulasi kebijakan. Dari

Universitas Sumatera Utara berbagai masalah yang ada tersebut ditentukan masalah mana yang

merupakan masalah yang benar-benar layak dijadikan fokus pembahasan.

2. Adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif yang ditawarkan, pada akhirnya akan

diadopsi satu alternatif pemecahan yang disepakati untuk digunakan

sebagai solusi atas permasalahan tersebut. Tahap ini sering disebut juga

dengan tahap legitimasi kebijakan (policy legitimation) yaitu kebijakan

yang telah mendapatkan legitimasi. Masalah yang telah dijadikan sebagai

fokus pembahasan memperoleh solusi pemecahan berupa kebijakan yang

nantinya akan diimplementasikan.

3. Implementasi kebijakan

Pada tahap inilah alternatif pemecahan yang telah disepakati tersebut

kemudian dilaksanakan. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali

menemukan berbagai kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan

secara terencana dapat saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan

berbagai faktor yang sering mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

Kebijakan yang telah melewati tahap-tahap pemilihan masalah tidak serta

merta berhasil dalam implementasi. Dalam rangka mengupayakan

keberhasilan dalam implementasi kebijakan, maka kendala-kendala yang

dapat menjadi penghambat harus dapat diatasi sedini mungkin.

4. Evaluasi kebijakan

Pada tahap ini, kebijakan yang telah dilaksanakan akan dievaluasi,

untuk dilihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu

memecahkan masalah atau tidak. Pada tahap ini, ditentukan kriteria-

kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan telah meraih

Universitas Sumatera Utara hasil yang diinginkan. Pada tahap ini, penilaian tidak hanya menilai

implementasi dari kebijakan. Namun lebih jauh, penilaian ini akan

menentukan perubahan terhadap kebijakan. Suatu kebijakan dapat tetap

seperti semula, diubah atau dihilangkan sama sekali.

2.3.3. Analisis Kebijakkan

Analisis kebijakan merupakan penelitian sosial terapan yang secara sistematis disusun dalam rangka mengetahui substansi dari kebijakan agar dapat diketahui secara jelas informasi mengenai masalah-masalah yang dijawab oleh kebijakan dan masalah-masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari penerapan kebijakan.

Ruang lingkup dan metode analisis kebijakan umumnya bersifat deskriptif dan faktual mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat suatu kebijakan. Penelitian kebijakan sedapat mungkin melihat berbagai aspek dari kebijakan agar dapat menghasilkan informasi yang lengkap. Informasi mengenai masalah-masalah yang dijawab oleh kebijakan serta masalah-masalah yang ditimbulkan dari penerapan kebijakan menjadi fokus dari analisis kebijakan.

Sudarwan Danim menyatakan bahwa proses penelitian kebijakan pada hakikatnya merupakan penelitian yang dimaksudkan guna melahirkan rekomendasi untuk pembuat kebijakan dalam rangka pemecahan masalah sosial. Kegiatan penelitian ini dilakukan untuk mendukung kebijakan. Sudarwan Danim secara jelas menyatakan hasil yang ingin dicapai dari penelitian kebijakan yaitu menghasilkan rekomendasi yang mungkin diperlukan pembuat kebijakan dalam rangka pemberian solusi terhadap masalah-masalah sosial. Selain itu, penelitian kebijakan perlu dipahami sebagai bentuk dukungan kepada kebijakan itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara Rekomendasi yang dihasilkan dari proses penelitian kebijakan dapat berupa dukungan penuh terhadap kebijakan, kritik dan saran mengenai bagian mana dari kebijakan yang perlu diperbaiki, atau dapat juga berupa rekomendasi agar kebijakan tidak lagi diterapkan. Karakteristik dari penelitian kebijakan secara terperinci dijelaskan oleh Allen D. Putt dan J. Fred Springer. Mereka menyatakan bahwa penelitian kebijakan dicirikan sebagai penelitian yang terfokus pada manusia, plural, multi-perspektif, sistematis, berhubungan dengan keputusan, dan kreatif.

Penelitian mengenai kebijakan berkaitan erat dengan manusia dan permasalahannya. Hasil yang ingin dicapai dari penelitian kebijakan yaitu mengenai informasi yang diformulasikan dalam bentuk rekomendasi dalam rangka pemecahan masalah yang terkait dengan kebijakan. Karakteristik plural dari penelitian kebijakan berasal dari hubungan penelitian dengan manusia. Penelitian kebijakan tidak dapat dipisahkan dari konflik nilai dan kepentingan terdapat dari interaksi manusia.

Karakteristik yang plural meniscayakan adanya pendekatan penelitian yang juga plural, dalam arti multi-perspektif. Informasi yang diformulasikan dalam bentuk rekomendasi sebagai hasil yang ingin dicapai oleh penelitian kebijakan mengharuskan adanya pendekatan yang menyeluruh sehingga informasi yang dihasilkan juga dapat berupa rekomendasi yang sesuai dengan kondisi yang ada.

Sebagai sebuah penelitian, penelitian kebijakan harus secara sistematis disusun berdasarkan prosedur penelitian sebagai upaya untuk memperoleh informasi terkait dengan kebijakan.

Penelitian kebijakan selalu terkait dengan keputusan. Keputusan yang dihasilkan berasal dari rekomendasi yang disampaikan. Keputusan dapat berupa keputusan untuk tetap melanjutkan kebijakan, keputusan untuk memperbaiki kebijakan atau keputusan untuk menghapus atau tidak melanjutkan kebijakan.

Universitas Sumatera Utara Informasi yang berkaitan dengan kebijakan berupa masalah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan kinerja kebijakan. Analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur umum yang lazim dipakai dalam pemecahan masalah manusia, yaitu: definisi, prediksi, preskripsi, deskripsi dan evaluasi. Masing-masing dari informasi kebijakan berkaitan dengan prosedur kebijakan.

Analisis kebijakan dapat dilaksanakan dengan beberapa bentuk. Menurut

Dunn terdapat tiga bentuk analisis kebijakan, yaitu:

1. analisis kebijakan prospektif

analisis kebijakan prospektif adalah analisis kebijakan yang

mengarahkan kajiannya pada konsekuensi-konsekuensi kebijakan

sebelum suatu kebijakan diterapkan. Model ini dapat disebut sebagai

model prediktif.

2. analisis kebijakan retrospektif

analisis kebijakan retrospektif adalah analisis kebijakan yang

dilakukan terhadap akibat-akibat kebijakan setelah suatu kebijakan

diimplementasikan. Model ini biasanya disebut sebagai model evaluatif.

3. analisis kebijakan integratif

analisis kebijakan integratif adalah bentuk perpaduan antara analisis

kebijakan prospektif dan analisis kebijakan retrospektif. Bentuk analisis

kebijakan prospektif memiliki kelemahan karena hanya berkutat pada

analisis kebijakan yang mengarahkan perhatian pada konsekuensi

kebijakan sebelum kebijakan diterapkan. Pun dengan bentuk analisis

kebijakan retrospektif yang hanya memfokuskan kajiannya pada

konsekuensi kebijakan setelah kebijakan diterapkan. Maka analisis

kebijakan seharusnya menggunakan bentuk kebijakan integratif, yaitu

Universitas Sumatera Utara dengan memadukan antara analisis kebijakan prospektif dan analisis

kebijakan retrospektif.

Pada umumnya, analisis kebijakan memfokuskan kajiannya pada tiga hal.

Ketiga fokus tersebut merupakan pijakan yang dipedomani dalam melakukan analisis kebijakan. Tiga fokus tersebut, yaitu:

1. Definisi masalah sosial

2. Implementasi kebijakan

3. Akibat-akibat kebijakan

Dengan memfokuskan kajian pada ketiga hal diatas, proses analisis kebijakan akan berusaha mendefinisikan secara jelas permasalahan yang akan menjadi fokus kajian untuk ditanggulangi oleh kebijakan. Setelah masalah yang menjadi fokus kajian analisis kebijakan ditentukan, analisis kebijakan bertugas menentukan kebijakan yang sesuai dengan masalah sehingga masalah dapat dipecahkan dengan baik.

Kebijakan yang telah ditetapkan dan diimplementasikan tentu menghasilkan konsekuensi dalam bentuk akibat-akibat. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa akibat positif dan atau akibat negatif. Untuk itulah, analisis kebijakan mengupayakan upaya prediktif dengan meramalkan akibat yang dapat ditimbulkan sebelum kebijakan diimplementasikan dan atau sesudah kebijakan diimplementasikan.

Dengan demikian, analisis kebijakan selalu berkaitan dengan hal-hal sebelum dan sesudah kebijakan ditetapkan dan diimplementasikan. Analisis kebijakan berusaha memberikan definisi yang jelas mengenai kedudukan suatu masalah kebijakan, prediksi yang berkaitan dengan kebijakan, rekomendasi atau preskripsi yang mungkin dapat bermanfaat bagi kebijakan, deskripsi atau pemantauan terhadap kebijakan, dan evaluasi mengenai kebijakan. Semuanya berjalan sebagai proses yang

Universitas Sumatera Utara runtut dan sistematis dalam rangka mendukung kebijakan yang bertujuan untuk mengatasi masalah (http://fuadinotkamal.wordpress.com/2012/03/24/kebijakan-dan- analisis-kebijakan/ diakses pada tanggal 29 mei 2013 pukul 23.11 WIB).

2.4. Kemiskinan

2.4.1. Pengertian Kemiskinan

Untuk memahami masalah kemiskinan kita perlu memandang kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan kemiskinan sebagai suatu proses. Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup dibawah atau lenih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia disebabkan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu mencapai taraf kehidupan yang dianggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

(Siagian, 2012 : 2:3).

Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makan dan non makan, yang disebut dengan garis kemiskinan (Poverty Line) atau batas kemiskinan (Poverty Threshold). Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi serta aneka barang dan jasa lainnya. (BPS dan Depsos

2002).

Bappenas (2000) mendefenisikan kemiskinan dalam 3 kriteria, yaitu :

Universitas Sumatera Utara 1. Berdasarkan Kebutuhan Dasar Suatu ketidakmampuan (lack of

capabilities) seseorang, keluarga, dan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan,

pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan

sanitasi. Ketidakmampuan ini akan mengakibatkan rendahnya

kemampuan fisik dan mental seseorang, keluarga dan masyarakat

dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Berdasarkan Pendapatan. Suatu tingkat pendapatan atau pengeluaran

seseorang, keluarga, dan masyarakat berada di bawah ukuran tertentu

(garis kemiskinan). Kemiskinan ini terutama disebabkan oleh

rendahnya penguasaan asset seperti lahan, modal, dan kesempatan

usaha.

3. Berdasarkan Kemampuan Dasar. Suatu keterbatasan kemampuan

dasar seseorang dan keluarga untuk menjalankan fungsi minimal

dalam suatu masyarakat. Keterbatasan kemampuan dasar akan

menghambat seseorang dan keluarga dalam menikmati hidup yang

lebih sehat, maju dan berumur panjang. Juga memperkecil

kesempatan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

kehidupan masyarakat dan mengurangi kebebasan dalam menentukan

pilihan terbaik bagi kehidupan pribadi.

Dari kedua pengertian diatas kemiskinan dapat diartikan sebagai kondisi dari seseorang, keluarga, dan masyarakat yang berada di bawah nilai standar kebutuhan minimum yang tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum antara lain: pangan, sandang, perumahan, pelayanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan air bersih dan sanitasi.

Universitas Sumatera Utara 2.4.2. Aspek-Aspek Kemiskinan

Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian tentang aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu :

1. Kemiskinan bersifat multi dimensi. Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep

yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang

beranekaragam.

2. Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Kemajuan atau kemuduran pada salah satu aspek dapat

mengakibatkan kemajuan atau kemuduran pada aspek lainnya.

3. Kemiskinan itu adalah fakta yang teukur. Kondisi kehidupan manusia

memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan

untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup

secara wajar.

4. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun

kolektif. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi

manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia,

baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah (Siagian, 2012:

12-15)

2.4.3. Gejala-Gejala kemiskinan

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelurusan gejala-gejala kemiskinan seperti :

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi. Salah satu pendekatan untuk

mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan, apa alat atau

Universitas Sumatera Utara faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan

pencaharian itu.

2. Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal

banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah,

bunga tabungan dan lain-lain. Angka ketergantungan tentu sangat

berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan

kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia

sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif.

3. Kekurangan gizi. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung

dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu

dapat hidup secara layak.

4. Pendidikan yang rendah. Di era modern ini, pendidikan di anggap

sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap

sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat (Siagian, 2012:

16-19).

2.4.4. Ciri-Ciri Kemiskinan

Suatu studi menunjukkan ada 5 (lima) ciri-ciri kemiskinana, yaitu :

1. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak

memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas,

modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk

melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata

pencahariannya.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang

untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.

Universitas Sumatera Utara 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai

tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan

berpengaruh terhadap wawasan mereka.

4. Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan

kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang

sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam

berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat.

5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi

tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai.

Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa

yang makin deras. Artinya, laju investasi diperkotaan tidak sebanding

dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari

derasnya arus urbanisasi (Siagian, 2012: 20-23).

Identik dengan ciri-ciri kemiskinan sebagaimana telah dikemukan, Emil

Salim mengemukakan 5 karakteristik kemiskinan, yaitu

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor-faktoe sendiri.

2. Penduduk miskin pada umumnya juga tidak mempunyai kemungkinan

untuk memperoleh asset produksi jika dengan kekuatan sendiri.

3. Penduduk miskin pada umumnya memliki tingkat pendidikan yang

rendah.

4. Banyak diantara penduduk miskin tidak mempunyai fasilitas sehingga

hidupnya tidak layak.

5. Diantara penduduk miskin terdapat kelompok denga usia relatif muda

dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai

(Salim, 1972).

Universitas Sumatera Utara 2.4.5. Keluarga Miskin

Menurut Ajit Ghose dan Kcit Griffin bahwa kemiskinan berarti kelaparan, kekurangan gizi, ditambah pakaian dan perubahan yang memadai, tingkat pendidikan yang rendah, tidak ada atau sedikit sekali kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang elementer. Pada dasarnya orang-orang atau penduduk perkotaan yang mengalami kemiskinan menurut Emil Salim (1980) aktor kemiskinan atau mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki beberapa ciri :

1. Mereka umumnya tidak memiliki faktor produksi modal, atau keterampilan

sehingga kemampuan memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.

2. Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai mengenyam tingkat sekolah

dasar. Waktu mereka tersisa habis untuk mencari nafkah, termasuk anak-anak

dari mereka yang miskin tidak dapat menyelesaikan sekolah, karena harus

mencari tambahan penghasilan atau menjaga adik-adiknya di rumah,

sehingga secara umum turun-temurun mereka terjerat dalam keterbelakangan

di bawah garis kemiskinan ini.

3. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak

mempunyai keterampilan (skill) atau pendidikan, sehingga kota di banyak

negara sedang berkembang tidak siap menampung gerak urbanisasi-

urbanisasi tersebut.

Ketiga ciri yang dikemukakan oleh Emil Salim tersebut mengindikasikan ketidakberdayaan seseorang atau aktor yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Dengan demikian parameter yang dapat dijadikan sebagai landasan adalah mereka hidup dalam struktur dan kultur yang senantiasa telah diwariskan dari satu generasi ke generasi penerusnya (Sismudjito dalam Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial

2004:136-138).

Universitas Sumatera Utara Kriteria Rumah Tangga Miskin menurut Badan Pusat Statistika yaitu :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter per orang.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/ bambu/ kayu

murahan.

3. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/

kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa di plester.

4. Tidak mempunyai fasilitas tempat buang air besar/ bersama-sama

dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga bukan listrik.

6. Sumber air minum diambil dari sumur/ mata air tidak terlindungi/

sungai/ air hujan.

7. Tidak pernah mengkonsumsi daging/ susu/ ayam per minggu atau

hanya dalam satu kali seminggu.

8. Tidak pernah membeli pakaian baru untuk setiap RT dalam setahun

atau tidak pernah membeli/hanya satu stel dalam setahun.

9. Makanan dalam sehari untuk setiap RT hanya sekali makan/ dua kali

makan dalam sehari.

10. Tidak mampu membayar untuk berobat ke puskesmas/ poliklinik

untuk berobat.

11. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga; Petani dengan luas

tanah 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan,

atau pekerjaan lainnya dengan berpendapatan dibawah Rp

600.000/bulan.

12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga keluarga tidak sekolah/

tidak tamat SD/ hanya tamat SD.

Universitas Sumatera Utara 13. Kepemilikan aset/ tabungan tidak punya tabungan/ barang yang

mudah dijual minimal Rp 500.000 seperti sepeda motor, emas, ternak,

kapal, atau barang modal lainnya.

Adapun yang menjadi karakteristik penduduk miskin menurut LP3S

adalah :

1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.

2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan

kekuatan sendiri.

3. Tingkat pendidikan umumnya rendah.

4. Banyak diantara mereka yang tidak mempunyai fasilitas.

5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau

pendidikan yang memadai.

6. Makan dua atau sekali tetapi jarang makan telor dan daging (makanan

bergizi).

7. Tidak bisa berobat ketika sakit.

8. Memiliki banyak anak atau satu rumah dihuni banyak keluarga atau dipimpin

kepala keluarga perempuan.

Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas. Keluarga dalam arti sempit didefenisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang belum dewasa/ belum kawin. Sedangkan, defenisi keluarga dalam arti luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu, dan anak-anaknya. Jadi yang dimaksud dengan keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu rumah yang standar

Universitas Sumatera Utara ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok dasar seperti sandang, pangan dan papan.

2.5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin

Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyedia beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima 15 Kg beras setiap bulan dengan harga

Rp. 1.000 per kilogram di titik distribusi. Selain itu tujuan Raskin juga memberikan bantuan pangan/ beras kepada keluarga miskin dalam rangka mengatasi masalah kekurangan gizi makro masyarakat guna memenuhi kebutuhan pangan pokoknya penjualan beras pada tingkat harga bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan.

Tujuan program Raskin berdasarkan Pedum adalah menguangi beban pengeluaran rumah tangga miskin melalui pemberian bantuan pemenuhan sebagiam kebutuhan pangan dalam bentuk beras.

Program Raskin memiliki ciri spesifik yaitu :

1. Tidak disalurkan melalui pasar umum, tetapi penjualan langsung

kepada penerima manfaat (bersubsidi).

2. Jumlah beras yang disediakan tidak tergantung pada permintaan pasar,

tetapi berdasarkan kepada penerimaan jumlah keluarga penerima

manfaat Raskin.

3. Tindak pelaksanaanya, Raskin melibatkan berbagai instansi sehingga

untuk memperlancar operasinya perlu adanya petunjuk pelaksanaan.

Program Raskin ditujukan kepada keluarga miskin dan rawan pangan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan pemerintahan. Penerima manfaat yaitu

Universitas Sumatera Utara keluarga miskin didesa/kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, yang menjadi penerima manfaat dari program ini adalah :

a. Keluarga Prasejahtera (KPS) alasan ekonomi yaitu keluarga yang

belum dapat memenuhi indikator KPS yang ditetapkan oleh BKKBN,

dengan bobot pengkategorian lebih ditentukan pada alasan ekonomi

indikator keluarga prasejahtera alasan ekonomi yaitu :

1) Pada umumnya anggota keluarga belum mampu makan dua

kali sehari.

2) Anggota keluarga belum memiliki pakaian yang berbeda untuk

dirumah, bekerja/sekolah dan berpergian.

3) Bagian lantai yang terluas dari tanah.

b. Keluarga Sejahtera 1 (KS I) alasan ekonomi yaitu keluarga yang

belum memenuhi indikator KS I yang dietapkan oleh BKKBN,

dengan bobot pengkategorian lebih ditekankan pada alasan ekonomi,

indikatornya adalah :

1) Paling kurang seminggu sekali keluarga makan

daging/ikan/telur.

2) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang

satu stel pakaian baru.

3) Luas tanah rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap

penghuni/jiwa.

2.5.1. Pengelolaan dan Pengorganisasian

Dalam rangka pelaksanaan Program Raskin tahun 2012 perlu diatur organisasi pelaksana Program Raskin. Untuk mengefektifkan pelaksanaan program

Universitas Sumatera Utara dan pertanggungjawabannya maka dibentuk Tim Koordinasi Raskin di Pusat sampai

Kecamatan dan Pelaksana Distribusi Raskin di Desa/Kelurahan/pemerintahan yang setingkat. Penanggung jawab Program Raskin adalah Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat. Penanggung jawab pelaksanaan Program Raskin di Provinsi adalah Gubernur, di Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota, di Kecamatan adalah

Camat dan di Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah atau Kepala pemerintah yang setingkat.

2.5.1.1. Tim Koordinasi Raskin Pusat

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin Nasional dan membentuk Tim Koordinasi Raskin

Pusat.

a. Tugas:

Melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi dan pengendalian

dalam perumusan kebijakan, perencanaan, penganggaran, sosialisasi,

monitoring dan evaluasi

b. Fungsi:

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Pusat

mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin.

2) Penetapan Pagu Raskin.

3) Penyusunan Pedoman Umum Penyaluran Raskin.

4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.

5) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim

Koordinasi Raskin Provinsi.

Universitas Sumatera Utara 6) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di

Provinsi dan Kabupaten/Kota.

c. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Pusat :

Tim Koordinasi Raskin Pusat terdiri dari Pengarah, Pelaksana dan

Sekretariat. Pengarah terdiri dari: Ketua dari unsur Kementerian Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Anggota terdiri dari unsur Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Dalam Negeri,

Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial,

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Perum BULOG.

Pelaksana terdiri dari: ketua, wakil ketua/ketua bidang dan anggota. Ketua

Pelaksana adalah Deputi Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan Perumahan

Rakyat Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Wakil Ketua

I/Bidang Kebijakan Perencanaan adalah Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas;

Wakil Ketua II/Bidang Kebijakan Anggaran adalah Direktur Anggaran III, Ditjen

Anggaran Kementerian Keuangan; Wakil Ketua III/Bidang Pelaksanaan dan

Distribusi adalah Direktur Pelayanan Publik Perum BULOG; Wakil Ketua

IV/Bidang Fasilitasi, Monitoring dan Evaluasi, dan Pengaduan adalah Direktur

Usaha Ekonomi Masyarakat Ditjen PMD Kementerian Dalam Negeri. Anggota Tim terdiri dari unsur-unsur Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat,

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian

Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian,

BPS, BPKP, dan Perum BULOG.

Universitas Sumatera Utara

2.5.1.2. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Gubernur bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Provinsi .

a. Kedudukan.

Tim Koordinasi Raskin Provinsi adalah pelaksana Program Raskin di

Provinsi, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Gubernur.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Provinsi mempunyai tugas melakukan

koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan distribusi,

monitoring dan evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta

melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin Provinsi

mempunyai fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penganggaran Program Raskin di

Provinsi.

2) Penetapan Pagu Raskin Kabupaten/Kota.

3) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Penyaluran

Raskin.

4) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin.

5) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di

Kabupaten/Kota.

Universitas Sumatera Utara 6) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim

Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

7) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin

Pusat.

d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Provinsi

Tim Koordinasi Raskin Provinsi terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Tim Koordinasi Raskin Provinsi beranggotakan unsur- unsur instansi terkait di Provinsi antara lain Sekretariat Provinsi, Bappeda,

Badan/Dinas/Lembaga yang berwewenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas

Sosial, BPS Provinsi, Badan/Dinas/Kantor yang berwewenang dalam ketahanan pangan, Kantor Perwakilan BPKP dan Divisi Regional/Sub Divisi Regional Perum

BULOG, serta lembaga lain sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

2.5.1.3. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota

Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota .

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota adalah pelaksana Program

Raskin di Kabupaten/Kota, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung

jawab kepada Bupati/Walikota.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota mempunyai tugas melakukan

koordinasi perencanaan, anggaran, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran,

Universitas Sumatera Utara monitoring dan evaluasi, menerima pengaduan dari masyarakat serta

melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi. c. Fungs

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:

1) Perencanaan dan penganggaran Program Raskin di Kabupaten/

Kota.

2) Penetapan Pagu Kecamatan.

3) Pelaksanaan verifikasi data RTS-PM.

4) Penyusunan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyaluran Raskin

di Kabupaten/Kota.

5) Fasilitasi lintas pelaku dan sosialisasi Program Raskin di

Kabupaten/ Kota.

6) Perencanaan penyaluran Raskin.

7) Penyelesaian administrasi dan HPB Raskin.

8) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Program Raskin di

Kecamatan, Desa/Kelurahan.

9) Pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Tim

Koordinasi Raskin Kecamatan dan Pelaksana Distribusi

Raskin di Desa/ Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

10) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin

Provinsi. d. Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota

Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari penanggung jawab,

ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi,

Universitas Sumatera Utara pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan

masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Bupati/Walikota.

Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota terdiri dari unsur-unsur

instansi terkait di Kabupaten/Kota antara lain Sekretaris Daerah, Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan/Dinas/Lembaga yang

berwewenang dalam pemberdayaan masyarakat, Dinas Sosial, BPS

Kabupaten/Kota, Badan/Dinas/Kantor yang berwewenang dalam ketahanan

pangan, Divre/Subdivre/ Kansilog Perum BULOG dan lembaga terkait

lainnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.

2.5.1.4. Tim Koordinasi Kecamatan

Camat bertanggungjawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk Tim Koordinasi Raskin Kecamatan .

a. Kedudukan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan adalah pelaksana Program Raskin

di Kecamatan, yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada

Camat.

b. Tugas

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai tugas merencanakan,

melaksanakan, mengendalikan, sosialisasi, monitoring dan evaluasi Program

Raskin di tingkat Kecamatan serta melaporkan hasilnya kepada Tim

Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Tim Koordinasi Raskin

Kecamatan mempunyai fungsi:

Universitas Sumatera Utara 1) Perencanaan penyaluran Raskin di Kecamatan.

2) Pelaksanaan verifikasi data RTS-PM.

3) Fasilitasi lintas pelaku, sosialisasi Raskin di Kecamatan.

4) Penyediaan dan pendistribusian Raskin.

5) Penyelesaian administrasi dan HPB Raskin.

6) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Raskin di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

7) Pembinaan terhadap Pelaksana Distribusi Raskin di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat.

8) Pelaporan pelaksanaan Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota.

9) Struktur dan Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari penanggungjawab, ketua, sekretaris, dan beberapa bidang antara lain: perencanaan, sosialisasi, pelaksanaan penyaluran, monitoring dan evaluasi, serta pengaduan masyarakat, yang ditetapkan dengan keputusan Camat.

Keanggotaan Tim Koordinasi Raskin Kecamatan terdiri dari unsur-unsur instansi terkait di tingkat Kecamatan antara lain Sekretariat Kecamatan, Seksi

Kesejahteraan Sosial, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dan Satker Raskin.

2.5.1.5. Pelaksanaan Distribusi Raskin di desa/kelurahan

Kepala Desa/Lurah/Kepala pemerintahan setingkat bertanggung jawab atas pelaksanaan Program Raskin di wilayahnya dan membentuk pelaksana distribusi

Raskin tingkat desa/kelurahan.

a. Kedudukan

Universitas Sumatera Utara Pelaksana Distribusi Raskin berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Kepala Desa/Lurah/Pemerintahan setingkat. b. Tugas

Pelaksana Distribusi Raskin mempunyai tugas memeriksa, menerima

dan menyerahkan beras, menerima uang pembayaran HPB serta

menyelesaikan administrasi. c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pelaksana Distribusi Raskin di

Desa/Kelurahan/Pemerintahan setingkat mempunyai fungsi:

1) Pemeriksaan dan penerimaan/penolakan Raskin dari Satker

Raskin di TD. Untul desa/kelurahan yang Titik Distribusinya

tidak berada di desa/kelurahan, maka petugas yang memeriksa

dan menerima/menolakan Raskin diatur dalam Petunjuk

Teknis.

2) Pendistribusian dan penyerahan Raskin kepada RTS-PM di

Titik Bagi (TB).

3) Penerimaan HPB Raskin dari RTS-PM secara tunai dan

menyetorkan ke rekening Bank yang ditunjuk Divre/Subdivre/

Kansilog Perum BULOG atau menyetor langsung secara tunai

kepada Satker Raskin.

4) Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu Berita

Acara Serah Terima (BAST) dan Daftar Realisasi Penjualan

Beras sesuai model DPM-2 dan melaporkan ke Tim Raskin

Kecamatan.

Universitas Sumatera Utara 5) Memfasilitasi pelaksanaan Mudes/Muskel guna menetapkan

data RTS-PM.

2.5.1.6. Satker Raskin

a. Kedudukan

Satker Raskin berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada

Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG sesuai tingkatannya.

b. Tugas

Satker Raskin mempunyai tugas memeriksa, mengantar dan

menyerahkan Raskin kepada Pelaksana Distribusi, menyelesaikan

administrasi Raskin, menerima uang pembayaran HPB dan menyetorkan

HPB Raskin kepada Bank koresponden (Bank yang ditunjuk oleh

Divre/Subdivre/Kansilog) atau menerima tanda bukti setor pembayaran HPB

Raskin.

c. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Satker Raskin mempunyai

fungsi:

1) Pengantaran dan penyerahan Raskin ke pelaksana distribusi di

TD.

2) Penggantian Raskin yang ditolak oleh RTS-PM karena tidak

memenuhi standar kualitas.

3) Penerimaan HPB Raskin dari Pelaksana Distribusi Raskin dan

menyetorkan ke rekening HPB BULOG atau menerima tanda

bukti setor pembayaran HPB Raskin.

Universitas Sumatera Utara 4) Penyelesaian administrasi penyaluran Raskin yaitu Delivery

Order (DO), BAST, Rekap BAST di Kecamatan (model

MBA-0) dan pembayaran HPB (tanda terima/kuitansi dan

bukti setor bank).

5) Pelaporan pelaksanaan tugas, antara lain: realisasi jumlah

penyaluran beras, setoran HPB dan BAST di wilayah kerjanya

kepada Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG

secara periodik setiap bulan.

2.5.2. Perencanaan dan Penganggaran

Perencanaan dan penganggaran Program Raskin 2012 mengacu pada

Undangundang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2012.

Khusus untuk Program Raskin, proses perencanaan dan penganggarannya secara rinci diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang Subsidi Beras Bagi

Masyarakat Berpendapatan Rendah.

2.5.2.1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan yang diatur dalam Pedum ini meliputi penetapan Pagu

Raskin dan RTS-PM Nasional hingga Desa/Kelurahan.

2.5.2.2. Pagu Raskin

a. Penetapan Pagu:

1) Penetapan pagu Raskin Nasional didasarkan pada data RTS hasil

PPLS-11 BPS. Pagu Raskin untuk setiap Provinsi ditetapkan oleh

Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Perlindungan Sosial dan

Universitas Sumatera Utara Perumahan Rakyat selaku Ketua Pelaksana Tim Koordinasi

Raskin Pusat.

2) Pagu Raskin untuk setiap Kabupaten/Kota ditetapkan oleh

Gubernur, berdasarka pagu Raskin Nasional.

3) Penetapan pagu Raskin untuk setiap Desa/Kelurahan ditetapkan

oleh Bupati/Walikota, berdasarkan pagu Raskin Provinsi.

b. Pagu Raskin di suatu wilayah baik di Desa/Kelurahan, Kabupaten/Kota dan

Provinsi yang tidak dapat didistribusikan, tidak dapat dialihkan ke wilayah

lain.

c. Apabila pagu Raskin di suatu wilayah tidak dapat diserap sampai dengan

tanggal 31 Desember 2012, maka sisa pagu tersebut tidak dapat

didistribusikan pada tahun 2013.

d. Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat membuat

kebijakan untuk menambah pagu raskin bagi rumah tangga yang dianggap

miskin dan tidak termasuk dalam data RTS hasil PPLS-11 BPS. Kebijakan ini

didanai oleh APBD sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

2.5.2.3. Penetapan RTS-PM

a. RTS yang berhak mendapatkan Raskin adalah RTS yang terdaftar dalam

PPLS-11 BPS, sebagai RTS-PM di Desa/Kelurahan.

b. Dalam rangka mengakomodasi adanya dinamika RTS di Desa/Kelurahan,

maka Tim Koordinasi Raskin perlu mengadakan Musyawarah Desa (Mudes)/

Musyawarah Kelurahan (Muskel) untuk menetapkan kebijakan lokal:

1) Melakukan verifikasi nama RTS hasil PPLS-11 BPS yang sudah

meninggal, tidak layak atau pindah alamat keluar Desa/Kelurahan.

Universitas Sumatera Utara Untuk kepala RTS-PM yang meninggal dunia diganti oleh salah satu

anggota rumah tangganya. Sedangkan untuk Rumah Tangga tunggal,

RTS-PM yang pindah alamat dan Rumah Tangga yang tidak layak

lagi maka digantikan oleh Rumah Tangga miskin yang dinilai layak.

2) Rumah Tangga miskin yang dinilai layak untuk menggantikan RTS-

PM pada butir 1 di atas adalah diprioritaskan kepada Rumah Tangga

miskin yang memiliki anggota Rumah Tangga lebih besar terdiri dari

balita dan anak usia sekolah, kepala Rumah Tangganya perempuan,

kondisi fisik rumahnya kurang layak huni, berpenghasilan lebih

rendah dan tidak tetap.

3) Pelaksanaan Mudes/Muskel dapat dilaksanakan sepanjang tahun

berjalan sesuai dengan kebutuhan.

4) Hasil verifikasi Mudes/Muskel dimasukkan dalam daftar RTS-PM

sesuai model DPM-1 yang ditetapkan oleh Kepala Desa/Lurah dan

disahkan oleh Camat. Selanjutnya RTS-PM hasil verifikasi diberikan

kartu Raskin sebagai identitas penerima Raskin.

5) Hasil verifikasi RTS-PM dilaporkan oleh Camat kepada Tim

Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

6) Rumah tangga miskin yang dinilai layak oleh Pemerintah Provinsi dan

Kabupaten/Kota serta belum terdaftar sebagai RTS-PM hasil PPLS-11

BPS, maka dapat diberikan Raskin Daerah yang bersumber dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

7) Perubahan jumlah RTS-PM di setiap Desa/Kelurahan tidak

diperbolehkan mengubah pagu wilayah setempat.

Universitas Sumatera Utara 2.5.2.4. Penetapan Titik Distribusi (TD)

Lokasi TD bertempat di Desa/Kelurahan atau di tempat lain atas kesepakatan tertulis antara Pemerintah Kabupaten/Kota dan Divre/Subdivre/ Kansilog Perum

BULOG setempat.

2.5.2.5. Penetapan Titik Bagi (TB)

Lokasi TB adalah tempat hasil kesepakatan antara Pemda dengan RTS-PM setempat.

2.5.2.6. Penganggaran

a. Anggaran subsidi Raskin disediakan dalam DIPA APBN Tahun 2012.

b. Biaya operasional Raskin dari gudang BULOG sampai dengan TD menjadi

tanggung jawab Perum BULOG.

c. Biaya operasional penyaluran Raskin dari TD sampai ke RTS-PM menjadi

tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur lebih lanjut dalam

Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis masing-masing daerah.

d. Untuk meningkatkan efektivitas penyaluran Raskin dari Titik Distribusi

kepada RTSPM, maka Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota berperan

memberikan kontribusi untuk memperlancar pelaksanaan Program Raskin.

e. Biaya penyelenggaraan Program Raskin termasuk biaya sosialisasi,

koordinasi, monitoring, evaluasi dan Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)

yang dipergunakan untuk mendukung Tim Koordinasi Raskin Pusat dibiayai

dari APBN dan/atau BOP Perum BULOG.

Universitas Sumatera Utara f. Kegiatan Tim Koordinasi Raskin Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan,

Pelaksana Distribusi Raskin dan Satker Raskin dibiayai dari APBD dan/atau

BOP Perum BULOG.

2.5.3. Mekanisme Pelaksanaan

2.5.3.1. Penyedian Beras

Perum BULOG berkewajiban menyediakan beras dengan jumlah dan waktu yang tepat serta kualitas sesuai dengan Inpres Perberasan yang berlaku.

2.5.3.2. Rencana Penyaluran

Tim Koordinasi Raskin Provinsi dan Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota menyusun rencana penyaluran yang meliputi waktu, jumlah dan jadwal pendistribusian untuk mengatasi kendala geografis, infrastruktur dan sarana transportasi, perkembangan harga serta kebutuhan beras RTS-PM. Penyediaan beras di setiap gudang Perum BULOG disesuaikan dengan rencana penyaluran Raskin di wilayah kerjanya, sehingga kelancaran proses penyaluran Raskin dapat terjamin.

2.5.3.3. Pola Penyaluran Raskin

Penyaluran Raskin dapat dilakukan secara reguler melalui Kelompok Kerja

(Pokja) atau dengan cara lain melalui:

1) Warung Desa (Wardes);

2) Kelompok Masyarakat (Pokmas).

3) Padat Karya Raskin.

Pembentukan Wardes dan Pokmas mengacu pada Pedoman Khusus yang telah disusun sedangkan Padat Karya Raskin akan diatur kemudian.

Universitas Sumatera Utara 2.5.3.4. Pendistribusian

1. Bupati/Walikota/Ketua Tim Koordinasi Raskin Kab/Kota /Pejabat yang

ditunjuk oleh Bupati/Walikota menerbitkan Surat Perintah Alokasi (SPA)

kepada Kadivre/Kasubdivre/KaKansilog Perum BULOG berdasarkan pagu

Raskin dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

2. Berdasarkan SPA, Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG

menerbitkan SPPB/DO beras untuk masing-masing Kecamatan atau

Desa/Kelurahan kepada satker Raskin.

3. Kepala Gudang melakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas Raskin sebelu

keluar dari gudang dan diserahkan kepada satker Raskin.

4. Berdasarkan SPPB/DO, Satker Raskin mengambil beras di gudang Perum

BULOG dan menyerahkannya kepada Pelaksana Distribusi Raskin di TD.

5. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan atau Pelaksana Distribusi melakukan

pemeriksaan kualitas dan kuantitas Raskin yang diserahkan oleh Satker di

TD.

6. Apabila terdapat Raskin yang tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan

dalam Inpres Perberasan, maka Tim Koordinasi Raskin Kecamatan atau

Pelaksana Distribusi atau Penerima Manfaat harus menolak dan

mengembalikannya kepada Satker Raskin untuk diganti dengan kualitas yang

sesuai.

7. Pelaksana Distribusi Raskin menyerahkan Raskin kepada RTS-PM sebanyak

15 kg/RTS/bulan dan dicatat dalam formulir DPM-2. Selanjutnya DPM-2

dilaporkan kepada Tim Raskin Kecamatan.

Universitas Sumatera Utara 8. Apabila di TB jumlah RTS melebihi data RTS-PM hasil PPLS-11 BPS, maka

Pokja Raskin tidak diperkenankan untuk membagi Raskin kepada rumah

tangga yang tidak terdaftar dalam DPM-1.

9. Pemerintah Kabupaten/Kota harus mendistribusikan Raskin dari TD ke TB

sampai ke RTS-PM.

10. Apabila diperlukan, Kepala Desa/Lurah dapat mengikutsertakan RT/RW

dalam pendistribusian Raskin dari TD sampai ke RTS-PM.

11. Apabila terdapat alokasi Raskin yang tidak terdistribusikan kepada RTS-PM,

maka harus dikembalikan ke Perum BULOG untuk dikoreksi administrasi

penyalurannya.

2.5.3.5 Pembayaran Harga Penjualan Beras (HPB) Raskin

a. Pembayaran HPB Raskin dari RTS-PM kepada Pelaksana Distribusi Raskin

dilakukan secara tunai sebesar Rp1.600,00/kg.

b. Uang HPB Raskin yang diterima Pelaksana Distribusi Raskin dari RTS-PM

harus langsung disetor ke rekening HPB BULOG melalui bank setempat oleh

Pelaksana Distribusi yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dalam Petunju

Pelaksanaan/Petunjuk Teknis sesuai dengan kondisi setempat atau dapat

diserahkan kepada Satker Raskin yang kemudian langsung disetor ke

rekening HPB BULOG.

c. Atas pembayaran HPB Raskin tersebut, dibuatkan Tanda Terima Hasil

Penjualan Raskin (TT-HP Raskin) rangkap 3 (tiga) oleh Satker Raskin. HPB

Raskin yang disetor ke bank oleh Pelaksana Distribusi Raskin harus disertai

bukti setor asli. TTHP Raskin diberikan kepada Pelaksana Distribusi Raskin

setelah dilakukan konfirmasi ke bank yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara d. Pelaksana Distribusi Raskin tidak dibenarkan menunda penyerahan HPB

Raskin kepada Satker Raskin atau rekening HPB BULOG di bank.

e. Apabila Pelaksana Distribusi Raskin melakukan perbuatan melawan hukum,

maka Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota akan mencabut penunjukan

sebagai Pelaksana Distribusi Raskin dan melaporkan kepada penegak hukum.

Untuk kelancaran penyaluran Raskin selanjutnya, maka Kepala Desa/Lurah

menunjuk pengganti Pelaksana Distribusi Raskin.

f. Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/ Kelurahan harus

membantu kelancaran pembayaran HPB Raskin, atau dapat memberikan dana

talangan bagi RTS-PM yang tidak mampu membayar tunai.

2.5.4. Pengendalian dan Pelaporan

2.5.4.1. Pengendalian

a. Indikator kinerja

Indikator kinerja program Raskin ditunjukkan dengan tercapainya

target 6 Tepat, yaitu: Tepat Sasaran Penerima Manfaat, Tepat Jumlah, Tepat

Harga, Tepat Waktu, Tepat Administrasi dan Tepat Kualitas.

1) Tepat Sasaran Penerima Manfaat: Raskin hanya diberikan

kepada RTS-PM hasil Mudes/Muskel yang terdaftar dalam

DPM-1.

2) Tepat Jumlah: Jumlah beras Raskin yang merupakan hak RTS-

PM sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu 15

kg/RTS/bulan atau 180 kg/RTS/tahun.

3) Tepat Harga: Harga tebus Raskin adalah sebesar

Rp1.600,00/kg netto di TD.

Universitas Sumatera Utara 4) Tepat Waktu: Waktu pelaksanaan penyaluran beras kepada

RTS-PM sesuai dengan rencana penyaluran.

5) Tepat Administrasi: Terpenuhinya persyaratan administrasi

secara benar, lengkap dan tepat waktu.

6) Tepat Kualitas: Terpenuhinya persyaratan kualitas beras sesuai

dengan kualitas beras BULOG. b. Monitoring dan Evaluasi

1) Monitoring dan evaluasi Program Raskin bertujuan untuk mengetahu

ketepatan realisasi pelaksanaan Program Raskin dan

permasalahannya.

2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh Tim

Koordinasi Raskin Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

3) Waktu pelaksanaan monitoring dan evaluasi Program Raskin

dilakukan secara periodik atau sesuai dengan kebutuhan.

4) Hasil monitoring dan evaluasi dibahas secara berjenjang dalam Rapat

Tim Koordinasi Raskin Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan

Kecamatan sesuai dengan lingkup dan bobot permasalahannya untuk

ditindaklanjuti, serta sebagai bahan pertimbangan dalam

penyempurnaan program.

5) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan metode kunjungan

lapangan, rapat koordinasi dan pelaporan. c. Pengawasan

Pengawasan pelaksanaan penyaluran Raskin dilaksanakan oleh BPKP,

Kemenko Kesra bersama-sama dengan Ditjen PMD Kemendagri sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara 2.5.4.2. Pelaporan

a. Pelaksana Distribusi Raskin melaporkan pelaksanaan Program Raskin kepada

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan secara periodik setiap bulan model

Laporan Bulanan (LB).

b. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melaporkan pelaksanaan Program Raskin

kepada Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota secara periodik setiap

triwulan sesuai model Laporan Triwulan-0 (LT-0).

c. Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melaporkan pelaksanaan Program

Raskin kepada Tim Koordinasi Raskin Provinsi secara periodik setiap

triwulan sesuai model LT-1.

d. Tim Koordinasi Raskin Provinsi melaporkan pelaksanaan Program Raskin

kepada Tim Koordinasi Raskin Pusat dengan tembusan seluruh wakil ketua

pelaksana Tim Koordinasi Raskin Pusat secara periodik setiap triwulan sesuai

model LT-2.

e. Laporan Akhir Pelaksanaan Program Raskin Tahun 2012 dibuat oleh Tim

Koordinasi Raskin Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota pada akhir tahun.

f. Secara Internal Subdivre/Kansilog melaporkan realisasi pelaksanaan

penyaluran Raskin secara mingguan kepada Kadivre setiap hari Jumat dan

akhir bulan sesuai model ML-1. Divre melaporkan realisasi distribusi Raskin

di wilayahnya secara mingguan, setiap hari Selasa kepada Kantor Pusat

Perum BULOG sesuai model ML- 2.

g. Perum BULOG melaporkan pelaksanaan pendistribusian Raskin kepada

Ketua Tim Koordinasi Raskin Pusat setiap bulan.

Universitas Sumatera Utara 2.5.5. Sosialisasi

Sosialisasi Program Raskin adalah kegiatan untuk memberikan informasi yang lengkap dan benar kepada seluruh pihak terkait dengan Program Raskin secara berjenjang untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Program Raskin sehingga dapat mencapai target 6 (enam) Tepat.

1) Sosialisasi Program Raskin dilakukan secara berjenjang dari Tim Koordinasi

Raskin Pusat sampai ke RTS-PM.

2) Tim Koordinasi Raskin Pusat melakukan sosialisasi kepada Tim Koordinasi

Raskin Provinsi.

3) Tim Koordinasi Raskin Provinsi melakukan sosialisasi kepada Tim

Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota.

4) Tim Koordinasi Raskin Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi kepada Tim

Koordinasi Raskin Kecamatan.

5) Tim Koordinasi Raskin Kecamatan melakukan sosialisasi kepada Pelaksana

Distribusi.

6) Pelaksana Distribusi melakukan sosialisasi kepada RTS-PM. Metode

sosialisasi dapat dilakukan melalui media massa, cetak, elektronik dan media

lainnya, serta pertemuan secara langsung kepada semua pemangku

kepentingan secara berjenjang.

2.5.6. Pengaduan Masyarakat

1. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) merupakan bagian dari Tim Koordinasi

Raskin Pusat di bawah koordinasi Kementerian Dalam Negeri.

Universitas Sumatera Utara 2. UPM di Provinsi dan Kabupaten/Kota di bawah koordinasi Badan yang

membidangi pemberdayaan masyarakat dengan membentuk sekretariat

sebagai tempat pengaduan.

3. Pengelola UPM bertugas untuk menerima, menyelesaikan, mendistribusikan

pengaduan masyarakat kepada instansi yang terkait untuk menindak

lanjutinya.

4. Pengaduan masyarakat tentang pelaksanaan Program Raskin dapat

disampaikan secara langsung kepada Sekretariat UPM Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota.

2.6. Kesejahteraan Sosial

2.6.1. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Menurut UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial mendefenisikan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritiual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Sedangkan menurut Walteral Friedlander (1961). “Kesejahteraan Sosial” adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan dan keluarga masyarakatnya. Definisi di atas menjelaskan :

1. Konsep Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem atau “organized system”

yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.

Universitas Sumatera Utara 2. Tujuan dan sistem tersebut ialah untuk mencapai tingkat kehidupan yang

sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan,

kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara, meningkatkan “kemampuan

individu” baik dalam masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya

(Muhidin 1992:1)

Berdasarkan definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Kesejahteraan

Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosional, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.

Dalam mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilakukan penyelenggaraan kesejahteraan sosial, pasal 5 ayat 1 adalah sebagai berikut : “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada:

1) Perseorangan

2) Keluarga

3) Kelompok

4) masyarakat

Pasal 5 ayat 2 adalah sebagai berikut : “Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial:

1) kemiskinan

2) ketelantaran

3) kecacatan

4) keterpencilan

Universitas Sumatera Utara 5) ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku

6) korban bencana

7) korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi (Depsos RI, 2009).

Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi yaitu :

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya

kebutuhankebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial.

2. Institusi, yakni arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga

kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha terorganisir untuk

mencapai kondisi sejahtera (Suharto, 2009 : 2).

2.7. Kerangka Pemikiran

Program raskin adalah program nasional yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui penyediaan beras bersubsidi. Setiap rumah tangga menerima

15 kg beras setiap bulan dengan harga Rp 1.600 per kilogram di titik distribusi.

Program ini merupakan kelanjutan program OPK yang diluncurkan pada Juli 1988.

Tujuan Program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran RTS melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk beras. Kinerja Program

Raskin ditunjukkan dengan tercapainya target 6T, yaitu Tepat Sasaran Penerima

Manfaat, Tepat Jumlah, Tepat Harga, Tepat Waktu, Tepat Administrasi dan Tepat

Kualitas. Keseluruhan program yang dibuat pemerintah pasti membutuhkan tahap evaluasi dari masyarakat di dalam pelaksanaannya. Begitu juga program Raskin yang

Universitas Sumatera Utara di buat pemerintah di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten

Asahan.

Untuk memperjelas alur pemikiran diatas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1

Bagan Alir Pemikiran

PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN

KELUARGA MISKIN KELURAHAN KISARAN BARU KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN

Evaluasi program dilihat dari :

1. Input

2. Process

3. Output

4. impact

Pelaksanaan Program :

1. Penyedian beras

2. Rencana penyaluran

3. Pola penyaluran

4. Pendistribusian

5. Pembayaran PHB

Universitas Sumatera Utara 2.8. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.8.1. Defenisi Konsep

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defensi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumlah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:112).

Untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seseorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna-makna konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.

Secara konsep defenisi disini diartikan sebagai batasan arti. Defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian

(Siagian, 2011: 138)

Adapun batasan konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Evaluasi Adalah sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk

melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan

program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai

oleh program tersebut.

2. Program Beras Untuk Keluarga Miskin adalah suatu program nasional

yang bertujuan membantu rumah tangga miskin dalam memenuhi

kecukupan kebutuhan pangan dan mengurangi beban finansial melalui

penyediaan beras bersubsidi.

Universitas Sumatera Utara 3. Keluarga miskin adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang

mempunyai hubungan biologis yang hidup dan tinggal dalam satu

rumah yang standar ekonominya lemah atau tingkat pendapatannya

relatif kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok dasar seperti

sandang, pangan dan papan..

4. Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran barat Kabupaten Asahan.

2.8.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mangamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisai dari konsep- konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi, 2009: 120).

Perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Defenisi operasional sering disebut sebagai proses operasionalisasi konsep. Operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Defenisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel dapat diukur (Siagian, 2011: 141).

Adapun yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Input

2. Process

3. Output

4. Impact

Adapun yang menjadi ruang lingkup kegiatan evaluasi program adalah ;

1. Penyedian beras

Universitas Sumatera Utara 2. Rencana penyaluran

3. Pola penyaluran

4. Pendistribusian

5. Pembayaran PHB

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang ingin diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur- unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh tentang pelaksanaan program Beras Untuk Keluarga Miskin di

Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat

Kabupaten Asahan. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian dilokasi ini adalah karena ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan program Beras Untuk Keluarga

Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 155). Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyelidik tertarik.

Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki ciri dan

Universitas Sumatera Utara tidak secara mendua (Silalahi, 2009:253). Berdasarkan pengertian diatas maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyakat Kelurahan Kisaran Baru

Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan yang menerima program Beras Untuk

Keluarga Miskin dari pemerintah, yang terdiri dari 7 Lingkungan yang didalamnya terdapat 2074 Kepala Keluarga (Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013), ada 146 keluarga miskin yang mendapatkan bantuan tersebut dan nantinya akan ditarik sampel dalam penelitian ini.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari yang bersifat representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung (Siagian, 2011: 156). Sampel adalah seperangkat prosedur untuk pemilihan unit-unit dari populasi yang dijadikan sebagai sampel

(Silalahi, 2009:255). Jika jumlah sampel lebih dari 100 maka yang di ambil adalah

10-20% dari jumlah populasi dan ini dianggap representatif. Maka yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari populasi yakni keluarga. Jumlah seluruh keluarga adalah sebanyak 2074 KK, 146 Keluarga yang mendapatkan bantuan program Beras Untuk Keluarga Miskin, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 KK.

Rumus :

N

n =

N.d² + 1

Keterangan: n : Jumlah sampel

Universitas Sumatera Utara N : Jumlah Populasi

D : Presisi (tingkat penarikkan sampel di tetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan

95%)

Penyelesaian :

146 146 n = =

146.0,1² + 1 2,46

= 59, 34

= 60 maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 KK.

Teknik penarikan sampel adalah cara yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dalam rangka pemilihan sebagian atau sejumlah dari populasi dimana ciri–ciri populasi terwakili dalam sampel sehingga dimungkinkan untuk merumuskan generalisasi yang berkaitan dan berlaku bagi populasi secara keseluruhan (Siagian,

2011). Untuk menjamin keterwakilan populasi dan sampel, maka penulis menerapkan teknik penarikkan sampel acak sederhana (simple random sampling technique). Penulis secara teliti memilih masyarakat yang menerima bantuan dari program beras untuk keluarga miskin yang telah dilaksanakan oleh Kelurahan

Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Untuk bermaksud tersebut, penulis secara khusus melakukan diskusi dengan kepala kelurahan Kisaran

Baru.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang di butuhkan dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara 1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut

masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, jurnal dan karya tulis

lainnya.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan

turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam rangka

studi lapangan ini, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan terhadap objek dan fenomena

yang berkaitan dengan penelitian.

b. Wawancara, yaitu percakapan atau tanya jawab yang

dilakukan pengumpul data dengan responden sehingga

responden memberikan data atau informasi yang diperlukan

dalam penelitian.

c. Penyebaran kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data

dengan responden sehingga peneliti memperoleh data dan

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing, yaitu dengan meneliti data-data yang di peroleh dari penelitian.

2. Koding, yaitu mengklarifikasi jawaban-jawaban menurut macamnya.

Universitas Sumatera Utara 3. Membuat kategori untuk mengklarifikasi agar data mudah dianalisi dan

disimpulkan serta untuk menjawab masalah yang ditemukan dalam penelitian

sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat disingkat.

4. Menghitung frekuensi yaitu dengan menghitung besar frekuensi data pada

masing-masing kategori.

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan tegas, maka data tentang evaluasi pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin yang disajikan dalam bentuk tabel tunggal kemudian dianalisis dengan menggunakan skala likert. Dalam hal ini penulis menetapkan skoring data dengan kategori sebagai berikut:

1. Nilai -1 sampai dengan -0,33 : Pelaksanaan Buruk

2. Nilai > -0,33 sampai dengan 0,33 : Pelaksanaan Biasa Saja (Netral)

3. Nilai > 0,33 sampai dengan 1 : Pelaksanaan Baik

Dalam rangka menarik kesimpulan secara akurat tentang bagaimana evaluasi program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran

Barat Kabupaten Asahan ditentukan interval berdasarkan tiga kelas yang sudah dikemukakan sebagai skala pengukuran, yakni:

Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Interval (i) = Jumlah Kelas

1 – (-1) i = 3 = 0,66

Dengan demikian Kuantifikasi data kualitatif melalui skala likert menggunakan kriteria sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara 1. Nilai -1 sampai dengan -0,33 : Pelaksamaam buruk

2. Nilai > -0,33 sampai dengan 0,33 : Pelaksanaan Biasa Saja (netral)

3. Nilai > 0,33 sampai dengan 1 :Pelaksanaan Baik

Universitas Sumatera Utara BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah

Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1912 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan ASAHAN. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah

“Tanjung” yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar

Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.

Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri

Raja Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I.

Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan

Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya. Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai

Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda.

Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30

September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang

Universitas Sumatera Utara berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Onder Afdeling Batu Bara

2. Onder Afdeling Asahan

3. Onder Afdeling Labuhan Batu.

Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya.

Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:

1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang.

2. Distrik Kisaran.

3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.

Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur yaitu:

1. Self Bestuur Indrapura

2. Self Bestuur Lima Puluh

3. Self Bestuur Pesisir

4. Self Bestuur Suku Dua ( Bogak dan Lima Laras ).

Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan

Belanda. Pemerintahan Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu

Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik

Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.

Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17

Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan.

Universitas Sumatera Utara Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan

Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada. Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh

Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu:

1. Kewedanan Tanjung Balai

2. Kewedanan Kisaran

3. Kewedanan Batubara Utara

4. Kewedanan Batubara Selatan

5. Kewedanan Bandar Pulau.

Kemudian setiap tahun tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Jadi

Kabupaten Asahan. Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:

1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan

2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati

3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih

Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari ;

a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :

1) Kecamatan Tanjung Balai

2) Kecamatan Air Joman

3) Kecamatan Simpang Empat

4) Kecamatan Sei Kepayang

Universitas Sumatera Utara b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :

1) Kecamatan Kisaran

2) Kecamatan Air Batu

3) Kecamatan Buntu Pane

c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu :

1) Kecamatan Medang Deras

2) Kecamatan Air Putih

d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu:

1) Kecamatan Talawi

2) Kecamatan Tanjung Tiram

3) Kecamatan Lima Puluh

e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu :

1) Kecamatan Bandar Pulau

2) Kecamatan Pulau Rakyat

3) Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.

Berdasarkan keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963

Tanggal 16 Pebruari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari

Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya

Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak Kota Kisaran lebih strategis untuk wilayah Asahan. Hal ini baru teralisasi pada tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980, Lembaran

Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.

Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor

26 Tahun 1982. Dengan adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-

Universitas Sumatera Utara 432 tanggal 27 Januari 1986 dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3 (tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :

1. Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi :

a. Kecamatan Medang Deras

b. Kecamatan Air Putih

c. Kecamatan Lima Puluh

d. Kecamatan Talawi

e. Kecamatan Tanjung Tiram

2. Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi :

a. Kecamatan Air Joman

b. Kecamatan Meranti

c. Kecamatan Tanjung Balai

d. Kecamatan Simpang Empat

e. Kecamatan Sei Kepayang

3. Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi:

a. Kecamatan Buntu Pane

b. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge

c. Kecamatan Air Batu

d. Kecamatan Pulau Rakyat

e. Kecamatan Bandar Pulau

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan

Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1983 tentang

Pembentukan, Penyatuan, Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II

Asahan telah dibentuk 40 ( empat puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, yang peresmian

Universitas Sumatera Utara pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera

Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7

Agustus 1996.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara

Nomor 138/ 814.K/Tahun 1993 tanggal 5 Maret 1993 telah dibentuk Perwakilan

Kecamatan di 3 (tiga) Kecamatan, masingmasing sebagai berikut :

1. Perwakilan Kecamatan Sei Suka di Kecamatan Air Putih

2. Perwakilan Kecamatan Sei Balai di Kecamatan Tanjung Tiram

3. Perwakilan Kecamatan Aek Kuasan di Kecamatan Pulau Rakyat.

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Asahan no. 323 tanggal 20 September

2000 dan Peraturan Daerah Kabupaten Asahan no. 28 tanggal 19 September 2000 telah menetapkan tiga kecamatan perwakilan yaitu Kecamatan Sei Suka, Aek Kuasan dan Sei Balai menjadi kecamatan yang Definitif. Kemudian berdasarkan Peraturan

Bupati Asahan Nomor 9 Tahun 2006 tanggal 30 Oktober 2006 dibentuk 5 (lima ) desa baru hasil pemekaran yaitu :

1. Desa Tomuan Holbung, pemekaran dari desa Huta Padang, Kec. BP

Mandoge

2. Desa Mekar Sari, pemekaran dari desa Pulau Rakyat Tua, Kec. Pulau Rakyat

3. Desa Sipaku Area, pemekaran dari desa Simpang Empat, kec. Simpang

Empat

4. Desa Sentang, pemekaran dari desa Lima Laras, kec. Tanjung Tiram

5. Desa Suka Ramai, pemekaran dari desa Limau Sundai, kec. Air Putih.

Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan Undang-undang RI Nomor 5 tahun

2007 tanggal 15 Juni 2007 tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara, Kabupaten

Universitas Sumatera Utara Asahan dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Wilayah

Asahan terdiri atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara 7 kecamatan. Tanggal 15 Juni

2007 juga dikeluarkan keputusan Bupati Asahan Nomor 196-Pem/2007 mengenai penetapan Desa Air Putih, Suka Makmur dan Desa Gajah masuk dalam wilayah

Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan. Sebelumnya ketiga desa tersebut masuk dalam wilayah kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara, namun mereka memilih bergabung dengan Kabupaten Asahan.

Kelurahan Kisaran Baru merupakan keluarahan yang ada di Kecamatan

Kisaran Barat Kabupaten Asahan yang berada 0,5 km dari pusat Kabupaten Asahan.

Kantor Kelurahan Kisaran Baru beralamatkan di jalan Diponegoro, dahulunya kantor kelurahan Kisaran Baru beralamatkan di jalan Malik Ibrahim. Beberapa tahun silam kantor tersebut pindah karena disebabkan di pecah duanya Kelurahan Kisaran Baru.

4.2. Kondisi Geografis

Kelurahan Kisaran Baru merupakan salah satu kelurahan dari 13 kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Kisaran Barat yang letaknya disebelah barat Kota

Kisaran. Luas wilayahnya ±69 Ha . Batas-batas Kelurahan Kisaran Baru adalah sebagai berikut:

− sebelah utara dengan Kelurahan Mekar Baru

− sebelah selatan dengan Kelurahan Sendang Sari, Tegal Sari

− sebelah timur dengan Kelurahan Kisaran Kota

− sebelah barat dengan Kelurahan Sei Renggas

Universitas Sumatera Utara 4.3. Kondisi Demografis

Dari data 02 januari 2013 tercatat jumlah penduduk Kelurahan Kisaran Baru sekitar ± 5393 jiwa. Berdasarkan jumlah kepala keluarga sekitar ± 2074 Kepala

Keluarga. Dari data yang terkumpul dapat diinformasikan mengenai gambaran umum kependudukan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Laki-laki 2.589 48

2. Perempuan 2.804 52

Jumlah 5393 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 4.1 menunjukkan distribusi penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2.589 jiwa (48%) dan distribusi penduduk berjenis kelamin perempuan 2.804 jiwa (52%) yang terdaftar di Kantor Kelurahan Kisaran

Baru. Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah penduduk berdasarkan berjenis kelamin perempuan adalah penduduk yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki di kelurahan ini.

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0 – 15 2.063 38,25

2. 15 – 65 3.239 60,05

3. 65 ke atas 91 1,7

Jumlah 5393 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 4.2 menunjukkan distribusi penduduk usia antara 0-15 tahun sebanyak 2.063 jiwa (38,25%), usia antara 15-65 sebanyak 3.239 jiwa (60,05%) dan usia 65 ke atas sebanyak 91 jiwa (1,7%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan usia paling banyak adalah usia antara 15-65 tahun sebanyak 3.239 jiwa (60,05%) dan distribusi penduduk paling sedikit adalah usia antara 65 tahun keatas sebanyak 91 jiwa (1,7%) di kelurahan ini.

Tabel 4.3

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 4.420 81,95

2. Kristen Katholik 519 9,62

3. Kristen Protestan 42 0,8

4. Budha 399 7,39

5. Hindu 13 0,24

Jumlah 5393 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi penduduk beragama Islam sebanyak 4.420 jiwa (81,95%), penduduk beragama Kristen

Khatolik sebanyak 519 jiwa (9,62%), penduduk beragama Kristen Protestan sebanyak 42 jiwa (0,8%), penduduk beragama Budha sebanyak 399 jiwa (7,39%) dan penduduk yang beragama Hindu sebnayak 13 jiwa (0,24%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan agama paling banyak adalah penduduk beragama Islam sebanyak 4.420 jiwa (81,95%) dan distribusi penduduk paling sedikit adalah penduduk beragama Hindu sebanyak 13 jiwa (0,24%) di kelurahan ini.

Tabel 4.4

Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. PNS 272 5,04

2. ABRI 54 1,00

3. Karyawan Swasta 431 7,99

4. Wiraswasta/pedagang 489 9,1

5. Petani 18 0,33

6. Pertukangan 35 0,64

7. Pensiunan 43 0,8

8. Nelayan 5 0,09

9. Pemulung 15 0,27

10 Jasa 1.521 28,20

11.. Belum Bekerja/Masih Sekolah 2.510 46,54

Jumlah 5393 100

Sumber : Kelurahan Kisaran Baru, 2013

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa penduduk pekerjaan sebagai PNS sebanyak 272 jiwa (5,04%), penduduk pekerjaan sebagai ABRI sebanyak 54 jiwa (1,00%), penduduk pekerjaan sebagai Karyawan Swasta sebanyak

431 jiwa (7,99%), penduduk pekerjaan sebagai pedagang sebanyak 489 jiwa (9,1%), penduduk pekerjaan sebagai Petani sebanyak 18 jiwa (0,33%), penduduk pekerjaan sebagai Pertukangan sebanyak 35 jiwa (0,64%), penduduk pekerjaan sebagai pensiunan sebanyak 43 jiwa (0,8%), penduduk pekerjaan sebagai nelayan sebanyak 5 jiwa (0,09%), penduduk pekerjaan sebagai pemulung sebanyak 15 jiwa (0,27%), penduduk pekerjaan sebagai dibidang Jasa sebanyak 1.521 jiwa (28,20%), dan penduduk berjumlah sebanyak 2.510 jiwa (46,54%) adalah penduduk belum bekerja, masih sekolah, masih anak-anak dan selain disebutkan dari nomor 1 sampai nomor

11. Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan paling banyak adalah penduduk pekerjaan sebagai jasa sebanyak 1.521 jiwa (28,20%) di kelurahan ini.

Tabel 4.5

Distribusi Penduduk Berdasarkan Kategori Keluarga Miskin

No Lingkungan Jumlah (jiwa) Persentase(%)

1. 1-7 597 100

Jumlah 597 100

Sumber : Kelurahan Kisaran baru, 2013

Data yang disajikan pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa penduduk kategori keluarga miskin di Lingkungan I sampai 7 adalah 597 jiwa (100%) di kelurahan ini.

Universitas Sumatera Utara 4.4. Lahan dan Bangunan

Kelurahan Kisaran Baru dengan luas wilayah ±69 Ha terdapat sebagai berikut:

1. Ladang : - Ha

2. Perkebunan : - Ha

3. Perumahan dan pemukiman : 45 Ha

4. Lahan bangunan lainnya : 24 Ha

4.5. Sumber Air dan Penerangan

Kelurahan Kisaran Baru terdapat beberapa sumber air dan penerangan bagi penduduk sebagai berikut:

1. Perusahaan Air Minum (PAM) : 1874 KK

2. Pompa/ sumur bor : 150 KK

3. Sumur biasa : 50 KK

4. Perusahaan Listrik Negara (PLN) : 2064 KK

5. Non PLN : 10 KK

4.6. Sarana dan Prasarana

Kelurahan Kisaran Baru terdapat berbagai macam sarana dan prasarana, mulai jalan, tempat ibadah, kesehatan beserta tenaga kesehatan, pendidikan, olahraga dan lain-lain sebagai berikut:

1. Aspal beton : - Km

2. Aspal biasa : 69 Ha

3. Tanah : - Km

4. Masjid : 2 unit

Universitas Sumatera Utara 5. Mushalla : 5 unit

6. Gereja : 6 unit

7. Pura : 2 unit

8. Vihara : 3unit

9. Puskesmas : 1 unit

10. Posyandu : 5 unit

11. Lapangan Olahraga : - unit

12. Kesenian dan budaya : 1 unit

Universitas Sumatera Utara 4.7. Sistem Struktur Pemerintahan Kelurahan Kisaran Baru

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Lurah dibantu oleh Sekretaris Lurah dan juga dibantu kepala-kepala bagian yang menangani bidang masing- masing, seperti Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan, Kepala Urusan

Umum, Kepala Urusan Kesra dan Kepala Urusan Perekonomian. Selain itu dibatu oleh posisi struktur pemerintahan kelurahan yang paling bawah adalah Kepala

Lingkungan.

STRUKTUR PEMERINTAHAN KELURAHAN KISARAN BARU

KEPALA LURAH

SEKRETARIS LURAH

Ka. Ka. Ka. Ka. Pembangunan Umum Kesra Perekonomian

Kepling Kepling Kepling Kepling Kepling Kepling Kepling 1 2 3 4 5 6 7

Universitas Sumatera Utara BAB V

ANALISIS DATA

5.1. Kharakteristik Umum Responden

Pada bab ini penulis menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan. Kuesioner tersebut diisi oleh responden yang menjadi sampel. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya dalam metode penelitian bahwa sampel yang diambil sebanyak 60 responden. Sampel ini diambil berdasarkan teori, jika jumlah sampel lebih dari 100 maka yang di ambil 10-20% dari jumlah populasi dan ini dianggap representatif, maka diambil 20% dari N, N = populasi = sampel yang menjadi penerima bantuan program beras miskin untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan

Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Pengambilan sampel bertujuan menggambarkan respon para responden atas pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin. Agar tujuan ini tercapai maka diperlukan data yang valid dan benar-benar terjamin kebenarannya berdasarkan pengalaman yang dialami oleh responden tersebut.

Sebelum melakukan analisis dan mengevaluasi data, maka terlebih dahulu akan dijelaskan beberapa data mengenai identitas umum responden baik menurut jenis kelamin, usia, agama, pendidikan terakhir, suku, jumlah anak, pekerjaan dan pendapatan perbulan. Hal ini nantinya akan dipergunakan untuk memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai hal-hal yang ditelaah nantinya

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Laki-laki 46 76,7

2. Perempuan 14 23,3

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa distribusi responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 responden (76,7%) dan distribusi responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 responden (23,3%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan berjenis kelamin laki-laki adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden berjenis kelamin perempuan di dalam penelitian ini.

Tabel 5.2

Distribusi responden berdasarkan usia

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 35 – 40 9 15

2. 41 – 59 46 76,7

3. 60 ke atas 5 8,3

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa distribusi responden usia antara 35-40 tahun sebanyak 9 responden (15%), usia antara 41-59 tahun sebanyak

46 responden (76,7%), usia 60 ke atas sebanyak 5 responden (8,3%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan usia paling banyak adalah

Universitas Sumatera Utara usia antara 41-59 tahun sebanyak 46 responden (76,7%) dan distribusi jumlah responden paling sedikit adalah usia 60 tahun ke atas sebanyak 5 responden (8,3%) di dalam penelitian ini.

Tabel 5.3

Distribusi responden berdasarkan agama

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Islam 57 95

2. Kristen protestan 1 1,7

3. Kristen katholik 0 0

4. Hindu 0 0

5. Budha 2 3,3

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa distribusi responden beragama Islam sebanyak 57 responden (9%), responden beragama Kristen Protestan sebanyak 1 responden (1,7%), responden beragama kristen khatolik dan hindu tidak ada, respon yang beragama budha sebanyak 2 responden (3,3%). Jadi dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan agama paling banyak adalah beragama Islam sebanyak 57 responden (95%) dan distribusi jumlah responden paling sedikit adalah beragama Kristen protestan sebanyak 1 responden (1,7%) di dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4

Distribusi responden berdasarkan suku

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 15 25

2. Melayu 10 16,7

3. Jawa 32 53,3

4. Minang 1 1,7

5. tionghoa 2 3,3

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan suku batak sebanyak 15 responden (25%), responden suku melayu sebanyak 10 responden (16,7%), responden suku jawa sebanyak 32 reseponden

(53,3%), responden suku minang sebanyak 1 responden (1,7%) dan responden suku tionghoa sebanyak 2 responden. Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan suku adalah suku jawa yang sebanyak 32 responden (53,3%) paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah suku minang sebanyak 1 responden (1,7%) di dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5

Distribusi responden berdasarkan pendidikan

No kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Sd 8 13,3

2. Smp 15 25

3. Sma 37 61,7

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pendidikan sd sebanyak 8 responden (13,3%), responden berdasarkan pendidikan smp sebanyak 15 responden (25%) dan distribusi responden berdasarkan pendidikan sma sebanyak 37 responden (61,7%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan pendidikan sma adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden berdasarkan pendidikan sd di dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6

Distribusi responden berdasarkan jumlah anak

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Tidak punya 1 1,7

2. 1 1 1,7

3. 2 5 8,3

4. 3 20 33,3

5. 4 21 35

6. 5 10 16,6

7. 6 1 1,7

8. 7 1 1,7

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa distribusi responden jumlah anak yang tidak memiliki anak sebanyak 1 responden (1,7%), responden yang mempunyai anak 1 sebanyak 1 responden (1,7%), responden yang memiliki anak 2 sebanyak 5 responden (8,3%), responden yang memiliki anak 3 sebanyak 20 responden (33,3%), responden yang memiliki anak 4 sebanyak 21 responden (35%), responden yang memiliki anak 5 sebanyak 10 responden (16,6%). Responden yang memiliki anak 6 sebanyak 1 responden (1,7%) dan responden yang memiliki anak 7 sebanyak 1 responden (1,7%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan jumlah anak yang memiliki 4 anaklah yang respondennya paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang tidak memiliki anak , yang mempunyai anak 1, 6 dan 7 di dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Petani 1 1,7

2. Buruh 17 28,3

3. Pedangang 29 48,3

4. Pns 0 0

5. Lain-lainnya 13 21,7

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pekerjaan petani sebanyak 1 responden (1,7%), responden berdasarkan pekerjaan buruh sebanyak 17 responden (28,3%), responden berdasarkan pedangang sebanyak 29 responden (48,3%), responden berdasarkan pns sebanyak 0, reponden berdasarkan lain-lainnya sebanyak 13 responden (21,7%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan pekerjaan sebagai pedangang adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden berdasarkan pekerjaan pns di dalam penelitian ini.

Tabel 5.8

Distribusi responden berdasarkan status perkawinan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Menikah 59 98,3

2. Belum menikah 1 1,7

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa distribusi responden status perkawinan menikah sebanyak 59 responden (98,3%) dan distribusi responden berdasarkan yang belum menikah sebanyak 1 responden (1,7%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan status perkawinan yang menikah adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden berdasarkan status perkawinan yang belum menikah di dalam penelitian ini.

5.2. Evaluasi Program Beras Untuk Keluarga Miskin

5.2.1 Masukan (input)

Tabel 5.9

Distribusi responden berdasarkan penghasilan perbulan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. < Rp.500.000 6 10

2. Rp.500.000 – Rp.1.000.000 48 80

3. >Rp. 1.000.000 10 10

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.9 menunjukkan bahwa distribusi berdasarkan pengahasilan perbulan >< Rp.500.000 sebanyak 6 responden (10%), responden yang penghasilannya Rp.500.000 – Rp.1.000.000 sebanyak 48 responden

(80%) dan distribusi responden yang pengahasilannya >Rp. 1.000.000 sebanyak 10 responden (10%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan penghasilan Rp.500.000 – Rp.1.000.000 adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden berdasarkan penghasilan< Rp.500.000 di dalam penelitian ini. Menurut Badan Pusat Statistik kriteria orang yg dikatakan

Universitas Sumatera Utara mikin berpenghasilan dibawah Rp. 600.000/bulan sebenarnya disini banyak yang berpenghasilan Rp.500.000 – Rp.1.000.000, tetapi kenapa bisa mendapatkan bantuan karena ada anggota keluarganya banyak dan ada juga kriteria lainnya yang menurut

Badan Pusat Statistik dan akhirnya mereka mendapatkan bantuan. Disisi lain mereka juga serba kekurangan karna kebutuhan hidup yang terus meningkat tajam.

Tabel 5.10

Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan rumah

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Milik pribadi 17 28,3

2. Menyewa 40 66,7

3. Lainnya 3 5

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan status kepemilikan rumah milik pribadi sebanyak 17 responden (28,3%), responden berdasarkan menyewa sebanyak 40 responden (66,7) dan distribusi responden yang berdasarkan lainnya sebanyak 3 responden (5%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan menyewa adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden berdasarkan lainnya di dalam penelitian ini. Menurut Badan pusat Statistik yang memiliki rumah tidak bisa dikatakan sebagai orang miskin karen aorang miskin itu tidak memiliki rumah.

Kebanyakn dari mereka mengkontrak rumah atau bahkan menumpang di rumah orang. Bisa dikatakan pihak kelurahan kurang teliti dalam memberi bantuan.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11

Distribusi responden berdasarkan kendaraan apa yang dimiliki

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. sepeda 42 70

2. sepeda motor 18 30

3. lainya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan kepemilikan kendaraan pribadi yang menjawab sepeda ada sebanyak 42 responden (70%), distribusi responden yang menjawan sepeda motor ada sebanyak

18 responden (30%) dan yang menjawab lainnya ada 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan jawaban sepeda adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang menjawab sepeda motor di dalam penelitian ini. Disini kendaraan pribadi mereka berbentuk sepeda dan sepeda motor. Sama halnya kepemilikan rumah Badan Pusat

Statistik juga memiliki kriteria keluarga miskin atau tidak memiliki kendaraan pribadi. Adapun kenpihak kendaraan pribadi hanyalah sepeda. Sepeda yang nilai atau harganya murah. Apabila memiliki kendaraan berarti pihak kelurahan kurang teliti dalam memberi bantuan.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.12

Distribusi responden berdasarkan jenis lantai bangunan tempat tinggal

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Tanah 0 0

2. Semen 60 100

3. Kayu murahan 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis lantai tanah sebanyak o responden (0%), responden berdasarkan jenis lantai semen 60 responden (100%) dan distribusi responden berdasarkan jenis lantai kayu murahan sebanyak 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan jenis lantai yang terbuat dari semenlah yang tertinggi di dalam penelitian ini.

Tabel 5.13

Distribusi responden berdasarkan jenis dinding bangunan tempat tinggal

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Bambu 0 0

2. Rumbia 0 0

3. Lainy 60 100

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.13 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan jenis dinding bambu dan rumbia sebanyak 0 responden (0%), responden berdasarkan jenis dinding yang lainnya yang terbuat dari kayu berkualitas rendah

Universitas Sumatera Utara sebanyak 19 responden (31,7%) dan distribusi responden berdasarkan jenis dinding yang terbuat dari tembok tanpa plester sebanyak 41 responden (86,3%) dan digubung menjadi lainnya. Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan jenis tembok tanpa plester adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang berdasarkan jenis dinding yang terbuat dari bambu dan rumbia di dalam penelitian ini

Tabel 5.14

Distribusi responden berdasarkan sumber penerangan rumah tangga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Listrik 60 100

2. Bukan listrik 0 0

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.14 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan sumber penerangan rumah tangga yang menjawab listrik sebanyak 60 responden (100%) dan distribusi responden yang menjawab bukan listrik dan lainnya sebanyak 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan sumber penerangan degan listrik adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden lainnya di dalam penelitian ini.

Tabel 5.15

Universitas Sumatera Utara Distribusi responden berdasarkan sumber air minum

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Sumur 26 43,3

2. Sungai 34 56,7

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.15 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan sumber air minum yang dari sumur sebanyak 26 responden (43,3%), distribusi responden sungai sebanyak 34 responden (56,7%) dan yang menjawab lainya 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan yang menggunakan air sungai adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden sumur di dalam penelitian ini.

Menurut Badan Pusat Statistik. Kriteria rumah tangga miskin adalah sumber air minum yang diambil dari sumur/ mata airtidak terlindungi / sungai / air hujan. Dari hasil data yang ada peserta menerima bantuan banyak menggunakan air sungai dan air sumur.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.16

Distribusi responden berdasarkan pernah mengkonsumsi makananan sebagai

berikut

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Daging, ayam, susu 60 100

2. Ayam dan susu 0 0

3. Lainya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.16 menunjukkan bahwa distribusi responden yang mengatakan pernah memakan daging , ayam , susu sebanyak 60 responden

(100%) dan distribusi responden yang mengatakan hanya memakan ayam dan susu saja sebanyak 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan yang mengatakan pernah adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang mengatakan tidak pernah di dalam penelitian ini. Disini dapat dilihat bawah dari pertanyaan yang di berikan responden ada yang pernah memakan ketiga makanan tersebut dan artinya masyarakat tidak begitu miskin.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17

Distribusi responden berdasarkan frekuensi mengkonsumsi daging/susu/ayam

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Setiap hari 2 3,3

2. Seminggu sekali 20 33,3

3. Lainnya 38 63,4

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.17 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan frekuensi konsumsi yang mengatakan setiap hari sebanyak 2 responden

(3,3%), responden yang mengatakan seminggu sekali sebanyak 20 responden

(33,3%) dan distribusi responden yang mengatakan lainnya sebanyak 38 responden

(63,4%) mereka mengkonsumsinya sebulan sekali atau bahkan dua bulan sekali. Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan yang mengatakan lainnya adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang mengatakan setiap hari di dalam penelitian ini. Ditinjauan pustaka disebutkan bahwa kriteria rumah tangga miskin menurut Badan Pusat Statistik adalah tidak pernah mengkonsumsi daging/susu/ayam perminggu atau hanya dalam satu kali seminggu. Di lihat ditabel yang ada hasilnya ada yang mengkonsumsi seminggu sekali bahkan lebih dari seminggu sekali.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18

Distribusi responden berdasarkan dimanakah bapak / ibu berobat ketika sakit

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. puskesmas 50 83,3

2. dukun/orang pintar 10 16,7

3. lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.18 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan berobat ke puskesmas sebanyak 50 responden (83,3%), distribusi responden yang mengatakan berobat kedukun atau ke orang pintar sebanyak 10 responden (16,7%), dan yang menjawab lainnya 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan yang berobat ke puskesmas adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang mengatakan yang berobat ke dukun / orang pintar di dalam penelitian ini.

Kadang kemampuan orang untuk berobat berbeda-beda tetapi sekarang puskesmas sudah merakyat. Pemerintah membuat kebijakan untuk berobat murah bahkan gratis untuk orang yang miskin karena mereka berhak untuk sehat.

Universitas Sumatera Utara 5.2.2. Proses (Process)

5.2.2.1. Tepat jumlah

Tabel 5.19

Distribusi responden berdasarkan informasi tentang jumlah beras

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Kantor kelurahan 60 100

2. Kantor kecamatan 0 0

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.19 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan darimana bapak dan ibu mendapatkan informasi tentang jumlah beras yang mengatakan di kantor kelurahan sebanyak 60 responden (100%) dan distribusi responden yang mengatakan dikantor kecamatan dan lainnya yang menjawab sebanyak 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan darimana bapak dan ibu mendapatkan informasi tentang jumlah beras yang mengatakan di kantor kelurahan adalah responden paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan jumlah responden yang mengatakan di kantor kecamatan di dalam penelitian ini. Sebab kecamatan sebelumnya menugaskan kepala kelurahan untuk mengurus semua urusan tentang bantuan program ini dan pihak kelurahan yang menginformasikan kepada warga yang berhak mendapatkannya.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20

Distribusi responden berdasarkan berapa jumlah beras yang

diterima/bulan

No Kategori frekuensi Persentase (%)

1. 15 kg 60 100

2. 10 kg 0 0

3. Lainya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.20 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan jumlah beras yang diterima perbulan yang menjawab 15 kg sebanyak

60 responden (100%), distribusi responden yang menjawab 10 sebanyak 0 responden (0%) dan yang menjawab lainnya ada 0 responden (0%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi jumlah responden berdasarkan yang menjawab 15 kg lebih banyak daripada yang menjawab 10 kg. Jadi penerima raskin yang mendapatkan bantuan membeli beras yang telah disediakan. Didalam buku pedoman yang dikeluarkan oleh perum bulog. Beras yang di keluarkan sebanyak 15 kg. Disini para penerima bantuan memang benar-benar mendapatkan 15 kg/bulan.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.21

Distribusi responden berdasarkan berapa jumlah potongan yang bapak/ibu

keluarkan perbulan ketika menerima raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Rp. 2000 46 76,7

2. Rp. 3000 14 23,3

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.21 menunjukkan bahwa distribusi berdasarkan pertanyaan. Responden yang menjawab Rp.2000 sebanyak 46 responden

(76,7%), responden yang menjawab Rp.3000 ada sebanyak 14 responden (23,3%) dan yang menjawab lainnya ada 0 responden (0%). Jadi, lebih banyak yang menjawab Rp.2000 daripada Rp.3000 disini menunjukkan bahwa beras yang disalurkan secara jujur dan sedikit yang mendapatkan potongan. Disini ditanyakan apakah ada potongan saat mengambil bantuan. Beberapa responden menjawab yang mendapatkan potongan. Nominalnya sudah disebutkan dia tabel 5.21 dan mereka pun menyebutkan dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan untuk biaya administrasi dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.22

Distribusi responden berdasarkan jika jawaban bapak/ibu “tidak”,

maka berapa kebutuhan beras untuk keluarga anda selama satu bulan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 30kg 43 71,7

2. 15kg 17 28,3

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.22 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan tersebut responden yang menjawab mencukupi sebanyak 43 responden (71,7%), responden yang menjawab tkurang mencukupi sebanyak 17 responden (28,3%) dan yang menjawab lainnya ada 0 responden (0%). Disini dapat dilihat disini bahwa sebagian keluarga memang banyak menggunakan beras untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Beras yang diberikan pemerintah sebagai bantuan belum cukup untuk membantu mereka tetapi setidaknya sudah meringankan beban keluarga miskin.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.23

Distribusi responden berdasarkan

beras mencukupi kebutuhan selama satu bulan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Mencukupi 42 70

2. Kurang mencukupi 18 30

3. Tidak mencukupi 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.23 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan beras murah yang diberikan ini mencukupi kebutuhan selama satu bulan.

Responden yang menjawab mencukupi sebanyak 42 responden (70%), responden yang menjawab tkurang mencukupi sebanyak 18 responden (30%) dan yang menjawab lainnya ada 0 responden (0%). Disini dapat dilihat bahwa sebagian bantuan yang diberikan dapat mencukupi kebutuhan keluarga dalam 1 bulan dan ada juga yang menjawab kurang mencukupi. Itu dikarenakan banyak anggota keluarga yang dipenuhi kebutuhan hidupnya. Terkadang memang benar beras yang hanya cuma 15 kg/bulan untuk menghidupi 4 orang anak pastilah tidak mencukupi.

Universitas Sumatera Utara 5.2.2.2 Tepat Harga

Tabel 5.24

Distribusi responden berdasarkan jumlah yang harus bapak/ibu keluarkan

untuk membeli raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Rp. 1.600/kg 60 100

2. Rp. 1.500/kg 0 0

3. Rp. 1.400/kg 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.24 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan jumlah yang harus bapak/ibu keluarkan untuk membeli raskin . Yang menjawab Rp. 1.600/kg ada sebanyak 60 responden (100%), yang menjawab

Rp.1.500/kg sebanyak 0 responden (0%) dan menjawan Rp. 1.400/kg sebanyak 0 responden (0%). Menunjukkan bahwa harga yang telah ditentukan oleh pusat benar- benar diberitahukan dengan benar kepada para penerima bantuan dan menunjukkan kinerja di kantor kelurahan kisarab baru sangat baik. Di dalam tinjauan pustaka sudah dituliskan bahwa harga beras untuk keluarga miskin sebesar Rp. 1600/kg.

Dibuku pedoman yang dikeluarkan oleh perum bulog harganya juga sama. Dari hasil penelitian mereka menjawab hal yang sama.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.25

Distribusi responden berdasarkan biaya tambahan untuk menebus raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Ada 0 0

2. Tidak ada 60 100

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.25 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan apakah biaya tambahan untuk menebus raskin yang menjawab ya sebanyak 0 responden (0%) dan yang menjawab tidak ada 60 responden (100%).

Dari hasil ini menunjukkan bahwa pegawai di kantor kelurahan tidak memperlakukan sebagai biaya tambahan yang selalu menjadi hal yang menakutkan bagi penerima bantuan tersebut. Karena untuk menebus beras tersebut tak jarang dari mereka yang mengutang dulu kepada tetangga atau sanak family mereka. Apalagi harus dibuat biaya tambahan. Sungguh makin membuat mereka kebingungan dan susah.

Universitas Sumatera Utara 5.2.2.3 Tepat Waktu

Tabel 5.26

Distribusi responden berdasarkan tanggal berapakah menerima raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. 1 – 10 0 0

2. 11 – 20 60 100

3. 21 – 30 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.26 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan setiap tanggal berapakah bapak/ibu menerima raskin yang mejawab dari tanggal 1- 10 sebanyak 0 responden (0%), yang menjawab tanggal 11 – 20 sebanyak

60 responden (100%) dan yang menjawab 21 – 30 sebanyak 0 responden.

Berdasarkan informasi yang penulis dapat dari bapak lurah kisaran baru memang membenarkan pembagian jatah raskinnya atau minggu kedua biasanya raskin disalurkan.

Tabel 5.27

Distribusi responden berdasarkan bulan terakhir menerima raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Februari 2 3,3

2. Maret 2 3,3

3. Lainnya 56 93,4

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 5.27 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan kapan bulan terakhir bapak/ibu menerima raskin yang menjawab bulan february sebanyak 2 responden (3,3%), maret 2 responden juga (3,3%), dan lainnya

56 responden (93,4%). Menunjukkan bahwa setiap bulannya ada yang berbeda ada yang ngambil dan tidak. Yang menjadi pertanyaannya ada kemana sisa beras yang tidak diambil tersebut dari pengakuan bapak lurah beras tersebut diserahkan kepada yang tidak mampu juga dengan cara mereka mencari yang kurang mampu dan menyuruh mereka apakah mereka mau membeli beras tersebut.

Tabel 5.28

Distribusi responden berdasarkan menerima raskin secara rutin tiap bulan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Ya 37 61,7

2. Tidak 23 38,3

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.31 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan apakah bapak/ibu menerima raskin setiap bulan secara rutin tiap bulan yang menjawab ya ada sebanyak 37 responden (61,7%), yang menjawab tidak ada sebanyak 23 responden (38,3%) dan menjawab lainnya 0 responden (0%).

Menunjukkan ada beberapa responden yang tidak secara rutin menggambil bantuan yang telah disalurkan. Padahal pemerintah sudah bersusah payah mengsubsidi mereka yang seharusnya diberi bantuan. Terkadang mereka juga memberikan alasan kenapa kadang tidak menggambil beras tersebut. Mereka mengatakan karna tidak punya uang untuk menebus beras tersebut.

Universitas Sumatera Utara 5.2.2.4 Tepat Administrasi

Tabel 5.29

Distribusi responden berdasarkan darimana bapak/ibu mendapatkan kartu

raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Kantor kelurahan 60 100

2. Kantor kecamatan 0 0

3. Lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.29 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan apakah bapak/ibu mendapatkan kartu raskin yangm menjawab kantor kelurahan ada 60 responden (100%), yang menjawab tidak ada 0 responden (0%) dan yang menjawab lainnya ada 0 responden (0%), artinya semua penerima bantuan mempunyai kartu raskin untuk mempermudah kelurahan dalam mendata peserta yang menerima bantuan dan kartu tersebut diperoleh dari kelurahan.

Tabel 5.30

Distribusi responden berdasarkan pendistribusian dan penyaluran sudah

berjalan baik

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 60 100

2. Kurang baik 0 0

3. Tidak baik 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 5.30 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan yang di tabel 5.30 yang menjawab baik ada sebanyak 60 responden (100%) dan yang menjawab kurang baik dan tidak baik ada 0 responden

(0%) artinya pelayanan yang diberikan pegawai dikelurahan berjalan dengan baik dan semoga program ini juga dapat menjadi sebuah bantuan yang berguna bagi masyarakat miskin yang benar-benar membutuhkannya dan membuat mereka tidak malas bekerja untuk menafkaho keluarganya.

Tabel 5.31

Distribusi responden berdasarkan layanan dalam pendistribusian raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Mudah 56 93,3

2. Cukup mudah 4 6,7

3. Tidak mudah 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.31 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan bagaimana layanan dalam pendistribusian raskin responden yang menjawab mudah sebanyak 56 responden (93,3%), cukup mudah sebanyak 4 responden (6,7%) dan tidak mudah ada 0 responden. Artinya bisa dikatakan mudah dalam layanan pendistrbusian raskin dari kelurahan kisaran baru. Mudah dikatakan karena tidak terlalu rumit secara administrasi sehingga tidak ada kendala dalam mendistribusikan bantuan beras tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.32

Distribusi responden berdasarkan tempat pengambilan raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Mudah 52 86,7

2. Cukup mudah 8 13,3

3. Tidak mudah 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.32 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan apakah tempat pengambilan raskin mudah dijangkau yang menjawab mudah sebanyak 52 responden (86,7%) cukup mudah 8 responden (13,3%) dan tidak mudah 0 responden (0%) dari hasil penelitian memang benar pengambilan untuk bantuan ini sangat mudah dimana kantor kelurahannya berada disekitar kota yang tidak jauh dari lingkungannya. Artinya para penerima bantuan sangat mudah untuk mengambilnya apabila ada yang menjawab mudah biasanya itu para lansia yang sulit untuk menggambilnya karna kondisi tubuh yang tidak sehat.

Tabel 5.33

Distribusi responden berdasarkan pelayanan petugas raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 56 93,3

2. Cukup baik 4 6,7

3. Tidak baik 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 5.33 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan apakah petugas raskin memberikan pelayanan yang baik dan yang menjawab baik ada sebanyak 56 responden (93,3%), cukup baik 4 responden (6,7%) dan yam=ng menjawab tidak baik ada 0 responden (0%) artinya pelayanan yang diberikan oleh petugas sangat baik. Memang seharusnya petugas kelurahan bersikap ramah karna mereka memang abdi masyarakat yang melayani masyarakat dalam menyelesaikan permasalahannya contohnya dalam bantuan beras ini.

5.2.2.5 Tepat Kualitas

Tabel 5.34

Distribusi responden berdasarkan kualitas beras

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 60 100

2. kurang baik 0 0

3. buruk 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.34 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan apakah menurut anda kualitas beras sudah cukup baik. Responden yang menjawab baik ada sebanyak 60 responden (100%), yang menjawab kurang baik sebanyak 0 responden (0%) dan menjawab buruk ada sebanyak 0 responden (0%).

Dari hasil wawancara kemarin dengan responden awalnya saja beras tersebut tidak baik karna banyak kutunya tapi kedepannya beras sudah dikatakan cukup baik dan mudah-mudahan akan lebih baik lagi dan harapan mereka adalah penambahan jumlahnya.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.35

Distribusi responden berdasarkan kelayakan beras

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Layak 60 100

2. kurang layak 0 0

3. tidak layak 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.35 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan apakah menurut anda berasnya layak untuk dikonsumsi. Responden yang menjawab layak ada sebanyak 60 responden (100%), yang menjawab kurang layak ada 0 responden (0%)yang menjawan tidak layak ada 0 responden (0%) dan

Dari hasil penelitian awalnya beras tersebut bisa dikatakan tidak layak karna banyak kutu dan batu yang terdapat diberas tersebut. Tapi kedepannya berasnya menjadi layak untuk dikonsumsi.

Universitas Sumatera Utara 5.2.2.6 Tepat Distribusi

Tabel 5.36

Distribusi responden berdasarkan penggambilan bantuan

No Kategori frekuensi Persentase (%)

1. Kantor kecamatan 0 0

2. Kantor kelurahan 60 100

3. lainnya 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.36 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan dimanakah bapak/ibu menggambil bantuan beras dari pemerintah. Responden yang menjawab kantor kecamatan ada sebanyak 0 responden

(0%), kantor kelurahan sebanyak 60 responden (100%), dan lainnya sebanyak 0 responden (0%). Artinya seluruh penerima bantuan menggambil bantuan yang diberikan dikantor kelurahan dan sesuai dengan apa yang ada dipetunjuk teknis yang telah dikeluarkan oleh PERUM BULOG melalui buku pedoman yang diedarkan.

Universitas Sumatera Utara 5.2.3 Keluaran (output)

Tabel 5.37

Distribusi responden berdasarkan terbantu tidaknya dengan program ini

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. terbantu 60 100

2. biasa saja (tidak berpendapat) 0 0

3. tidak terbantu 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.37 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan apakah anda merasa terbantu oleh program beras untuk keluarga miskin. Responden yang menjawab terbantu sebanyak 60 responden

(100%), menjawab biasa saja 0 responden (0%) dan menjawab tidak terbantu ada 0 responden (0%). Keluarga miskin sangat-sangat merasa terbantu oleh program ini mereka sudah mensyukuri karna pemerintah masih memperhatikan hidup mereka yang miskin dan mereka amat senang karna pemerintah masih memikirkan nasib mereka yang susah tersebut.

Tabel 5.38

Distribusi responden berdasarkan meningkatnya pendapatan keluarga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Meningkat 46 76,7

2. Biasa saja (tidak berpendapat) 14 23,3

3. Tidak meningkat 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 5.38 menunjukkan bahwa distribusi responden pertanyaan apakah pendapatan bapak/ibu meningkat setelah dilaksanakannya program beras untuk keluarga miskin. Responden yang menjawab ya ada sebanyak

46 responden (76,7%) dan yang menjawab tidak ada sebanyak 14 responden

(23,3%). Sebagian dari penerima yang merasa meningkat pendapatannya setelah ada program bantuan ini dan ada juga yang menjawab biasa saja karna bagi mereka program ini tidak cukup membantu mereka.

Tabel 5.39

Distribusi responden berdasarkan cukup/tidaknya penghasilan keluarga

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Mencukupi 52 86,7

2. Biasa saja (tidak berpendapat) 8 13,3

3. Tidak cukup 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.39 menunjukkan bahwa distribusi responden pertanyaan setelah adanya program raskin apakah penghasilan bapak/ibu mencukupi kehidupan anda. Responden yang menjawab mencukupi ada sebanyak 52 responden

(86,7%), yang menjawab biasa saja sebanyak 8 responden (13,3%) dan yang menjawab tidak mencukupi ada 0 responden (0%). Masing-masing penerima bantuan memiliki jawaban masing-masing ada yang berpendapat bahwa penghasilannya cukup setelah ada program ini dan ada pula yang berpendapat tidak mencukupi.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.40

Distribusi responden berdasarkan pendapatan yang di dapat sudah sesuai

harapan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Sesuai 7 11,7

2. Biasa saja 53 88,3

3. Tidak sesuai 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.40 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan apakah peningkatan pendapatan ini sudah sesuai dengan harapan bapak/ibu. Responden yang menjawab sesuai ada sebanyak 7 responden

(11,7%), biasa saja sebanyak 53 responden (88,3%), dan menjawab tidak sesuai 0 responden (0%). Artinya lebih banyak yang menjawab biasa saja daripada sesuai.

Dapat dikatakan pemerintah harus lebih bijak lagi atau mentinjau kembali program ini agar hasilnya dapat sesuai dengan yang diinginkan untuk mensejahterkan rakyat tidak mampu.

Universitas Sumatera Utara 5.2.4 Pengaruh (impact)

Tabel 5.41

Distribusi responden berdasarkan adakah peran serta dalam program tersebut

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Ada 0 0

2. Biasa saja (tidak perpendapat) 60 100

3. Tidak ada 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.41 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan adakah peran serta bapak/ibu dalam program beras untuk keluarga miskin. Responden yang menjawab ada sebanyak 0 responden (0%) dan yang menjawab tidak ada sebanyak 60 responden (100%). Dapat dilihat kelurahan kurang melibatkan peran serta dari warga yang menerima bantuan tersebut. Ini dikarenakan pihak kelurahan kurang mempercayai warga dalam membantu mereka dalam program tersebut atau ada hal lain yang tidak diperbolehkan oleh pihak kelurahan untuk melibatkan warga.

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.42

Distribusi responden berdasarkan kemudahan yang dalam mengurus

administrasi

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Ada 10 16,7

2. Biasa saja 50 83,3

3. Tidak ada 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.42 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan adakah kemudahan yang dalam mengurus administrasi setelah diadakannya program beras untuk keluarga miskin. Responden yang menjawab ada sebanyak 10 responden (16,7%), biasa saja sebanyak 50 responden

(83,3%) dan tidak ada sebanyak 0 responden (0%). Artinya kemudahan yang didapatkan biasa saja. Karena menurut para responden pihak kelurahan juga tidak pernah mempersulit untuk hal-hal yang terkait dengan administrasi.

Tabel 5.43

Distribusi responden berdasarkan adakah kemudahan dalam memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Ada 39 65

2. Biasa saja 21 35

3. Tidak ada 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Universitas Sumatera Utara Data yang disajikan pada tabel 5.43 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan adakah kemudahan bapak/ibu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari setelah diadakannya program beras untuk keluarga miskin.

Responden yang menjawab ada sebanyak 39 responden (65%) , biasa saja sebanyak

21 responden (35%) dan yang menjawab tidak ada sebanyak 0 responden (0%).

Kemudaha-kemudahan yang didapat memang sudah ada di kantor kelurahan Kisaran baru sebelum adanya program ini.

Tabel 5.44

Distribusi responden berdasarkan kehidupan setelah berjalan program raskin

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 44 73,3

2. Cukup baik 16 26,7

3. Tidak baik 0 0

Jumlah 60 100

Sumber: Kantor Kelurahan Kisaran Baru, 2013.

Data yang disajikan pada tabel 5.48 menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan pertanyaan bagaimana kehidupan bapak/ibu setelah berjalannya program raskin ini. Responden yang menjawab baik ada sebanyak 44 responden (73,3%), cukup baik sebanyak 16 responden (26,7%) dan tidak baik 0 responden (0%).

Kehidupan yang baik masing-masing para responden yang merasakan. Sejauh ini mereka merasakan kehidupan yang baik setelah pemerintah memberikan bantuan berupa bantuan beras.

Universitas Sumatera Utara 5.3. Analisis Kuantitatif evaluasi pelaksanaan program beras untuk keluarga

miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat

Kabupaten Asahan

Pada bagian 5.2 telah dilakukan analisis statistik deskriptif yang menghasilkan proporsi dalam bentuk persentase atas data lapangan, mulai dari masukan (input), proses (process), keluaran (ouput) dan pengaruh (impact). Melalui analisis tersebut sudah dapat diketahui kecenderungan bagaimana evaluasi pelaksanaan program Beras untuk Keluarga Miskin di Kelurahan Kisaran Baru

Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan. Seperti telah disinggung setiap sajian data dalam bentuk tabel, evaluasi pelaksanaan program Beras untuk Keluarga Miskin di Keluarahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan tergolong baik. Hal ini terlihat dari kecenderungan persentase yang cukup tinggi dari aspek- aspek yang diharapkan.

Namun demikian, analisis statistik deskriptif dalam bentuk sederhana tersebut belum secara tegas menyatakan atau menggambarkan bagaimana evaluasi pelaksanaan program terserbut di keluarahan. Untuk itu, penulis melengkapi analisis data penelitian dengan menggunakan skala likert. Kuantifikasi data kualitatif melalui skala likert menggunakan kriteria sebagai berikut:

1. Nilai -1 sampai dengan -0,33 : evaluasi buruk

2. Nilai > -0,33 sampai dengan 0,33 : evaluasi biasa saja (netral)

3. Nilai > 0,33 sampai dengan 1 : evaluasi baik

5.3.1 Masukan (input)

Terdapat sepuluh pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena yang sebenarnya, yaitu pertanyaan nomor ,

Universitas Sumatera Utara 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19. Data kuantitatif diperoleh melalui perkalian kuantitas opsi jawaban yang terdistribusi dari 1 sampei dengan -1 , sehingga diperoleh angka sebagai berikut:

a. 271 x 1= 271

b. 222 x 0 = 0

c. 107 x -1= -107

Diperoleh angka 164/600 = 0,273. Dengan demikian pelaksanaan masukan

(input) program beras untuk keluarga miskin yang dilakukan di Kelurahan Kisaran

Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan tergolong “evaluasi biasa saja

(netral)”.

5.3.2 Proses (process)

Terdapat 18 pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena yang sebenarnya, yaitu pertanyaan nomor 20, 21,

22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, dan 37. Data kuantitatif diperoleh melalui perkalian kuantitas opsi jawaban yang terdistribusi dari 1 sampai dengan -1, sehingga diperoleh angka sebagai berikut:

a. 754 x 1 = 754

b. 270 x 0 = 0

c. 56 x -1 = -56

Diperoleh angka 698/1080 = 0,64 . Dengan demikian pelaksanaan proses

(process) program beras untuk keluarga miskin yang dilakukan di Kelurahan

Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan tergolong “evaluasi baik”.

Universitas Sumatera Utara 5.3.3 keluaran (output)

Terdapat empat pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena yang sebenarnya, yaitu pertanyaan nomor 38, 39,

40, dan 41. Data kuantitatif diperoleh melalui perkalian kuantitas opsi jawaban yang terdistribusi dari 1 sampei dengan -1, sehingga diperoleh angka sebagai berikut:

a. 165 x 1 = 165

b. 75 x 0 = 0

c. 0 x -1 = 0

Diperoleh angka 165/240 = 0,683 . Dengan demikian pelaksanaan keluaran

(output) program beras untuk keluarga miskin yang dilakukan di Kelurahan Kisaran

Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan tergolong “evaluasi baik”.

5.3.4 Dampak (impact)

Terdapat empat pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara akurat menggambarkan fenomena yang sebenarnya, yaitu pertanyaan nomor 42, 43,

44, dan 45. Data kuantitatif diperoleh melalui perkalian kuantitas opsi jawaban yang terdistribusi dari 1 sampei dengan -1, sehingga diperoleh angka sebagai berikut:

a. 89 x 1 = 89

b. 151 x 0 = 0

c. 0 x -1 = 0

Diperoleh angka 89/240 = 0,37 . Dengan demikian pelaksanaan dampak

(impact) program beras untuk keluarga miskin yang dilakukan di Kelurahan Kisaran

Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan tergolong “evaluasi baik”.

Universitas Sumatera Utara Jika kuantitatif data dilakukan secara menyeluruh dengan menggunakan skala likert, maka dapat dilihat secara rata-rata evaluasi pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten

Asahan yakni :

Masukan (input) + proses (process) + keluaran (output) + dampak (impact)

4

= 0,273 + 0,64 + 0,683 + 0,37

4

= 0,49 ( evaluasi baik )

Untuk mengetahui apakah hasil dari efektivitas terhadap program tersebut maka ditentukanlah interval kelas sebagai berikut :

Interval (i) = Nilai atas – Nilai Bawah

Jumlah kelas

i = 1-(-1)

3

i = 2

3

= 0,66

Universitas Sumatera Utara

Negatif Netral Positif

-1 -0,66 -0,33 0 0,33 0,66 1

Universitas Sumatera Utara BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis, seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Maka pada bab ini penulis membuat kesimpulan dan mengemukakan beberapa saran yang berkaitan dengan evaluasi program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran

Barat Kabupaten Asahan. Berdasarkan hasil analisis data statistik sederhana atau yang sering dinamakan dengan statistik deskriptif menghasilkan proporsi atau persentase yang menunjukkan kecenderungan kea rah positif, atau secara menyeluruh menghasilkan persentase di atas 50% untuk informasi-informasi positif.

Hal ini menunjukkan bahwa evaluasi pelaksanaan program Beras untuk Keluarga

Miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan secara umum adalah baik.

Selanjutnya, analisis data kuantitatif dengan menggunakan skala likert menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun sepuluh pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya

secara akurat menggambarkan masukan (input) program yang sebenarnya

menghasilkan angka 0,273 yang berarti bahwa pelaksanaan program beras

untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat

Kabupaten Asahan tergolong “netral”.

2. Adapun delapan belas pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya

secara akurat menggambarkan fenomena proses (process) yang sebenarnya

menghasilkan angka 0,64 yang berarti bahwa pelaksanaan program program

Universitas Sumatera Utara beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran

Barat Kabupaten Asahan tergolong “evaluasi baik”.

3. Adapun empat pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara

akurat menggambarkan keluaran (output) yang sebenarnya menghasilkan

angka 0,683 yang berarti bahwa pelaksanaan program beras untuk keluarga

miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten

Asahan tergolong “evaluasi baik”.

4. Adapun empat pertanyaan dalam kuesioner yang kuantifikasi datanya secara

akurat menggambarkan dampak (impact) yang sebenarnya menghasilkan

angka 0,37 yang berarti bahwa pelaksanaan program beras untuk keluarga

miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten

Asahan tergolong “evaluasi baik”.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah disajikan sebelumnya telah kita ketahui bahwa secara umum dan menyeluruh, pelaksanaan program beras untuk keluarga miskin di Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat

Kabupaten Asahan memang sudah tergolong baik. Namun demikian, pihak kelurahan tidak boleh berpuas hati dan tidak melakukan penyempurnaan program.

Pihak kelurahan harus menyadari bahwa tingkat kebutuhan masyarakat semakin meningkat, demikian halnya dengan sifat kritis masyarakat juga semakin meningkat. Oleh karena itu, pihak kelurahan disarankan untuk melaksanaan evaluasi program melalui penelitian berkenaan dengan tingkat kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat dan tingkat kepuasan masyarakat sehubungan dengan evaluasi program tersebut.

Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian yang dilaksanakan secara berkala dan obyektif harus digunakan sebagai referensi dalam melakukan perbaikan kegiatan di masing-masing bidang. Bahkan jika perlu penambahan bidang kegiatan, sesuai dengan perkembangan yang ada. Hanya dengan penyempurnaan program beras yang dilakukan secara berkesinambungan, citra perusahaan dalam diri masyarakat dapat terbangun secara positif, sehingga operasional kelurahan senantiasa dapat berjalan dalam suasana yang nyaman.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2000. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial (Dasar-Dasar Pemikiran). PT Raja Grafindo. Jakarta. Aji, Firman. B. 1990. Perencanaan dan Evaluasi (PDE).. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. PT. Bumi Aksara : Jakarta

Arikunto, suharsimi. 2006. Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi VI – Agustus 2006. Rineka Cipta, Jakarta. BPS, 2010. Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010.

Dunn, William. 1999. Pengantar analisis kebijakan publik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Munthe, Hikmah. 2009. Evaluasi Program Beras Miskin (Raskin) Di Lingkungan X Kelurahan Sitirejo I Kecamatan Medan Kota. USU Repository. Nurdin, fadhil. 1990. Pengantar studi kesejahteraan sosial. PT. Angkasa Bandung

Pedoman Umum Penyaluran RASKIN 2012

Kemenkokesra, Pedoman Umum Raskin 2008, 2007

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. Medan. Grasindo Monoratama.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial – Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan. Grasindo Monoratama. Siagian, M. & Agus, S. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: Fisip USU Press. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

William. 1999. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Universitas Sumatera Utara

Sumber Lain : http://turindraatp.blogspot.com/2010/01/sejarah-bimas.html di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 21.41 WIB. http://www.bps.go.id/?news=940 di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 14.04 WIB. http://www.metrosiantar.com/2013/penyaluran-raskin-terganjal-tanda-tangan-bupati/ di akses pada tanggal 09 juni 2013 pada pukul 22.04 WIB. www.ekonomirakyat.org diakses pada tanggal 20 mei 2013 puku 19.45 WIB. www.bulog.co.id diakses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.58 WIB. www.indonesia.go.id di akses pada tanggal 20 mei 2013 pukul 19.35 WIB.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Hasil Skala Likert No 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 Respo 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 nden 1 0 0 1 0 - 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 0 0 1 0 - 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 3 0 0 0 0 - 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 - 0 1 0 - 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 5 1 - 0 0 - 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 6 - 1 1 0 - 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 7 0 - 0 0 - 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 8 0 0 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 9 0 0 0 0 - 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 10 0 0 0 0 - 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 11 0 - 0 0 - 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 12 0 0 0 0 - 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 13 0 0 1 0 - 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0

Universitas Sumatera Utara 1 1 14 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 15 0 0 1 0 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 16 0 0 1 0 - 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 17 0 0 1 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 18 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 19 0 1 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 20 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 21 0 0 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 22 0 1 0 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23 0 1 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 24 - 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 25 0 1 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 26 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 27 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara 28 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 29 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 30 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 31 0 1 1 0 - 1 1 1 - 0 1 1 0 0 0 1 0 0 - 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 32 0 0 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 33 1 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 34 1 1 0 0 - 1 1 1 - 0 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 35 0 1 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 36 0 1 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 37 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 38 0 1 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 39 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 40 0 0 1 0 - 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 41 0 1 0 0 - 1 1 1 - 0 1 1 1 0 0 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 42 1 1 0 0 - 1 1 1 - 0 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0

Universitas Sumatera Utara 1 1 1 43 0 1 0 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 44 1 0 0 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 45 0 1 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 46 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 47 - 1 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 48 0 1 1 0 - 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 49 0 0 1 0 - 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 50 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 0 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 51 0 0 0 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 0 1 1 0 0 - 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 52 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 53 0 0 0 0 - 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 54 1 0 0 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 55 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 56 - 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1

Universitas Sumatera Utara 57 0 1 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 58 - 0 1 0 - 1 1 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 59 0 0 1 0 - 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 - 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 60 0 0 1 0 - 1 0 1 - 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 Rata- 0 0 0 0 - 1 0 1 - 0 1 1 0 0 0 1 0 0 - 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 rata , , , 1 , 0 , , , , 0 , , , , , , , , , , 1 2 7 4 , 2 7 7 7 , 6 9 8 9 7 8 1 1 6 6 3 3 3 6 3 6 1 9 1 3 6 3 6 6 1 6 5 6

Universitas Sumatera Utara DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Citra Gustianda Tempat/ Tanggal Lahir : Kisaran, 19 Agustus 1991 Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Hamka Gg. Senangin No: 32 Kelurahan Kisaran Baru Kecamatan Kisaran Barat Kabupaten Asahan 21216 Handphone : 081260053391 Alamat Email : [email protected] Pendidikan : 1. TK Swasta Al-washilyah Kisaran 2.SD Swasta Al-washliyah Kisaran (1998-2003) 3. SMP Negeri 1 Kisaran (2003-2006) 4. SMA Negeri 1 Kisaran (2006-2009) 5. Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial (2009) Anak ke : 1 dari 3 bersaudara Nama orangtua : Ayah : Iwan Ibu : Hasnita Saudara : 1. Widia Gustiasari 2. Ibnu Rayhan

Universitas Sumatera Utara