Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

FUNGSI MITOS SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER: STUDI MITOS KOLONG WEWE

SUGIHASTUTI Pembina Utama Muda/Lektor Kepala/IV-C Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Nomor HP: 085729512340 dan 081328247945

ABSTRAK Sastra tradisional meliputi fabel, dongeng rakyat, legenda, epos, dan mitos. Mitos merupakan salah satu sastra tradisional yang sering bertema tentang dewa-dewa atau kekuatan supernatural, yang melebihi batas-batas kemampuan manusia. Kata mitos berasal dari bahasa Yunani, mythos, yang artinya cerita rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau penganutnya (wikipedia.com). Mitos inilah yang oleh kebanyakan orang dianggap dapat dipakai sebagai media pendidikan karakter bagi anak. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, rumusan masalah yang dikemukakan adalah fungsi mitos sebagai media pendidikan karakter. Terdapat beberapa tema yang ditemukan oleh mitografer, yaitu (1) Para pencipta dan supernatural. (2) Asal-usul dunia/alam. (3) Asal-usul fenomena alam. (4) Asal-usul binatang dan manusia. (5) Asal-usul kondisi manusia. (6) Hal-hal yang dapat dan/atau untuk dipertimbangkan. Jika mitos diceritakan ulang pada waktu dan keadaan yang berbeda, mitos memiliki fungsi yang berbeda pula. Sebuah kebudayaan juga menceritakan mitos yang berbeda pada waktu yang berbeda dengan merespons perubahan budaya dan politik. Walaupun sangat penting meletakkan setiap mitos sesuai dengan konteks budaya untuk memahami pandangan tentang dunia yang sangat berbeda dari orang-orang yang berbeda pula, mitos tetap memiliki keunikan dan fungsinya masing-masing. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analitik-deskriptif. Mitos Kolong Wewe dikenal luas di masyarakat Malang, Jawa Timur; khususnya di Desa Talok, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Mitos lisan ini hidup turun-temurun dan belum ditransliterasikan secara formal. Belum ada dokumentasi tertulis, selain yang sudah dikerjakan nonformal dan belum diterbitkan oleh Carly Arifaatul M dan disempurnakan oleh Sugihastuti (2014). Mitos Kolong Wewe berfungsi sebagai media pendidikan karakter moral. Karakter moral seseorang dianggap terdiri dari kebajikan. Akan tetapi, dalam pandangan Blasi (1985) merupakan hal yang berguna membedakan kebajikan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kebajikan tingkat rendah adalah kecenderungan tertentu, yang muncul dalam daftar sifat-sifat terpuji yang disukai oleh pendidik karakter, termasuk misalnya empati, kasih sayang, keadilan, kejujuran, kedermawanan, kebaikan, ketekunan, dan sebagainya. Biasanya daftar ini menggambarkan kecenderungan untuk merespons dengan cara tertentu dalam situasi yang sangat spesifik. Sangat mudah untuk menghasilkan kantong-kantong kebajikan ini. Bahkan, orang segera melihat bahwa daftar ini sering berbeda satu sama lain, selalu panjang, dan dapat dengan mudah diperluas, dan umumnya tidak sistematis. Sebaliknya, kebajikan tingkat tinggi memiliki generalitas yang lebih besar dan sangat mungkin diterapkan di banyak situasi. Kata kunci: mitos, pendidikan karakter, Kolong Wewe

243 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

BAGIAN I PENDAHULUAN dipakai dalam kitab-kitab dan bukan merupakan bahasa sehari-hari. Arti lain 1.1 Latar Belakang sastra adalah kesusastraan. Orang juga Sastra pada umumnya merupakan mengategorikan kitab suci Hindu dan istilah untuk menyebut sastra bagi orang kitab ilmu pengetahuan sebagai sastra dewasa. Bagi kelompok umur tertentu, dalam arti leksikal. Dalam pengertian misalnya kelompok umur remaja, ada klasik, sastra artinya pustaka, primbon istilah sastra remaja. Demikian juga, pada yang berisi ramalan, hitungan, dan kelompok umur anak-anak, ada istilah sebagainya. Dalam arti klasik pula, sastra sastra anak. merupakan tulisan dan/atau huruf. Sebagaimana halnya sastra pada Sastra anak sebagai karya sastra yang umumnya, yang memiliki beberapa genre, dikonsumsi oleh anak-anak pada rentang sastra anak pun demikian. Sastra anak usia bayi sampai dengan remaja ini adalah sastra anak-anak dengan rentang termasuk juga buku-buku berkualitas, pembaca dan tema/strukturnya mulai baik berupa prosa, drama, maupun puisi. ‘dikonsumsi’ oleh bayi sampai dengan Sastra anak menawarkan dua hal utama, batas awal remaja. Yang disebut dengan yaitu kesenangan dan pemahaman bayi adalah anak yang belum lama lahir. (Lukens, 1999:10). Sastra anak adalah Ada bayi merah, yaitu bayi yang baru saja sastra yang secara emosional-psikologis dilahirkan. Arti kiasan lain dari kata bayi dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak merah adalah kanak-kanak anyir, yaitu yang berangkat dari fakta konkret, yang bayi yang baru saja dilahirkan. Konon dapat diimajinasikan (Nurgiyantoro, sastra anak merupakan salah satu media 2005:6). Sastra anak adalah sastra yang jitu bagi penanaman pendidikan karakter berbicara tentang apa saja yang sejak bayi hingga remaja. Sastra anak menyangkut masalah kahidupan ini dianggap sebagai salah satu media sehingga mampu memberikan informasi pendidikan karakter anak. dan pemahaman yang lebih baik tentang Adapun yang dimaksud dengan kehidupan itu sendiri kepada anak remaja adalah anak-anak yang sudah (Nurgiyantoro, 2004:107). mulai dewasa atau sudah sampai umur Mitos merupakan salah satu genre untuk kawin dan/atau menikah. Remaja sastra anak. Lukens (1999:14) artinya muda atau pemuda. Jika disebut mengemukakan beberapa alasan perlunya sebagai remaja kencur, itu arti kiasannya pembicaraan genre, yaitu (1) memberikan adalah remaja yang belum cukup umur. kesadaran kepada kita bahwa pada Kalau ada kalimat, “Ia sekarang sudah kenyataannya terdapat berbagai genre remaja,” itu artinya bahwa ia bukan selain cerita atau lagu-lagu bocah yang kanak-kanak lagi. Dikategorikan sebagai telah familiar, telah dikenal, dan telah kanak-kanak artinya periode diakrabi; (2) elemen struktural sastra perkembangan anak adalah periode masa dalam tiap genre berbeda; (3) prasekolah dasar, yaitu usia antara 2—6 memperkaya wawasan terhadap adanya tahun. Kanak-kanak berarti juga belum kenyataan sastra yang bervariasi, yang berpengalaman atau masih sangat muda. kemudian dapat dimanfaatkan untuk Dalam psikologi, ada batas awal umur memilihnya bagi anak. Genre sastra anak remaja yaitu 12 tahun. Rentang umur bayi ada beberapa macam, yaitu realisme, fiksi sampai dengan remaja inilah yang formula, fantasi, sastra tradisional, puisi, merupakan konsumen sastra anak. fiksi dan nonfiksi dengan masing-masing Dalam arti leksikal, sastra merupakan genre memiliki beberapa jenis lagi. Salah bahasa, kata-kata, gaya bahasa yang satu genre itu adalah sastra tradisional.

244 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

Sastra tradisional meliputi fabel, tertentu yang dapat menghambat dongeng rakyat, legenda, epos, dan mitos. kehidupan penderitanya. Mitos merupakan salah satu sastra Mitos dapat pula dikategorikan tradisional yang sering bertema tentang sebagai folklor, yaitu (1) adat-istiadat dewa-dewa atau kekuatan supernatural, tradisional dan cerita rakyat yang yang melebihi batas-batas kemampuan diwariskan secara turun-temurun, tetapi manusia. Kata mitos berasal dari bahasa tidak dibukukan; (2) ilmu adat-istiadat Yunani, mythos, yang artinya cerita rakyat tradisional dan cerita rakyat yang tidak yang menceritakan kisah berlatar masa dibukukan. Mitos termasuk folklor lisan, lampau, mengandung penafsiran tentang yaitu folklor yang diciptakan, alam semesta dan keberadaan makhluk di disebarluaskan, dan diwariskan dalam dalamnya, serta dianggap benar-benar bentuk lisan; misalnya termasuk juga terjadi oleh yang empunya cerita atau bahasa rakyat, teka-teki, puisi rakyat, penganutnya (wikipedia.com). Mitos cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. inilah yang oleh kebanyakan orang Mitos merupakan sesuatu yang dianggap dapat dipakai sebagai media diyakini bangsa dan masyarakat tertentu, pendidikan karakter bagi anak. yang pada intinya menghadirkan kekuatan-kekuatan supernatural. Mitos berbicara tentang hubungan manusia 1.2 Rumusan Masalah dengan dewa-dewa atau antardewa, dan Berdasarkan latar belakang hal itu merupakan suatu cara manusia penelitian di atas, rumusan masalah yang menerima dan menjelaskan keberadaan dikemukakan adalah fungsi mitos sebagai dirinya yang berada dalam perjuangan media pendidikan karakter. tarik-menarik antarkekuatan baik dan jahat (Nurgiyantoro, 2005:173). Dalam arti leksikal, supernatural berarti ajaib, 1.3 Landasan Teori dan Metode tidak dapat diterangkan dengan akal sehat, Dalam arti leksikal, mitos adalah gaib, dan adikodrati. Kebenaran mitos itu cerita suatu bangsa tentang dewa dan patut dipertanyakan, terutama melalui pahlawan zaman dahulu, mengandung cara pandang logis dewasa ini. Akan penafsiran tentang asal-usul semesta tetapi, pada umumnya masyarakat alam, manusia, bangsa, dan sebagainya. menerima kebenaran mitos itu tanpa Mitos mengandung arti mendalam yang mempertanyakannya kembali. Gaib diungkapkan dengan cara gaib. Ilmu artinya tidak kelihatan, tersembunyi, dan tentang bentuk sastra yang mengandung tidak nyata. Mitos merupakan kegaiban, konsepsi dan dongeng suci mengenai yaitu perihal gaib, aneh, rahasia, dan kehidupan dewa dan makhluk halus sebagainya. dalam suatu kebudayaan disebut mitologi. Mitos sering dikaitkan dengan Di dalam khazanah sastra anak, jauh cerita tentang berbagai peristiwa dan sebelum sastra anak berkembang di kekuatan, asal-usul dunia atau tempat, , dikenal dengan populer fenomena alam, asal-usul binatang dan mitologi Yunani, yaitu kumpulan legenda manusia, dan lain-lain. Mitos Yunani tentang dewa-dewa dan pahlawan menggunakan bahasa puitis, simbolis, Yunani yang disebarkan secara lisan. metafora, dan alegori untuk Orang yang menderita fobia terhadap mengekspresikan hal-hal yang dirasakan mitos disebut mitofobia. Penyakit manusia, tetapi tidak sepenuhnya kejiwaan yang disebut dengan fobia ini dipahami (Allyn dan Bacon, 2004). merupakan ketakutan yang sangat Allyn dan Bacon (2004) lebih berlebihan terhadap benda atau keadaan lanjut menjelaskan tentang mitos secara panjang lebar berikut ini. Mitos dan

245 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

kepercayaan membantu masyarakat untuk manusia. Ketiga, mitos memberikan memahami dunia mereka. Mitos pengetahuan yang dibutuhkan manusia berkonsentrasi pada isu-isu besar dari untuk tetap bersentuhan dengan waktu- awal hingga akhir dunia dan segala waktu yang sakral untuk pembaharuan; isinya, hidup dan mati, baik dan buruk, misalnya melakukan berbagai acara dan tempat serta kewajiban manusia selama festival, tahun baru, inisiasi, untuk menghormati Tuhan dan sesama. panen, dan upacara penyembuhan, Istilah mitologi merujuk pada hubungan memperbarui dunia, dan menjamin kompleks dari mitos-mitos yang keberlangsungan berbagai budaya. menyusun cerita yang menjadi dasar Keempat, mitos memberikan contoh dari sistem kepercayaan masyarakat. kebiasaan manusia, membantu manusia Ketika menjadi bagian dari sistem untuk bertahan hidup di lingkungan dan kepercayaan, mitos dan cerita keagamaan kelompok asli mereka. Nilai-nilai sosial tidak hanya menjadi sebuah cerita fiksi, mengekspresikan konsep-konsep namun sangat vital, merupakan sebuah keagamaan dan dibuat berdasarkan cerita kenyataan. Melalui kebudayaan atau yang berkembang di masyarakat sebagai sistem kepercayaan, cerita-cerita itu sebuah kenyataan mistis. Cerita-cerita itu mungkin dilihat sebagai sebuah kebenaran berfungsi sebagai fondasi sosial. Kelima, atau alegori. Cerita-cerita itu signifikan mitos memberikan keterangan tentang dan spesifik secara kebudayaan, meskipun tempat-tempat ritual dan sakral; seperti jumlah dan contoh universal. Wilayah cerita tentang “Kerbau Putih”, tokoh lokal berpengaruh pada tema mitos. perempuan yang memberi tahu Sioux Kebudayaan dan sistem sosial tertentu tentang arti dari pipa suci. Keenam, juga berpengaruh pada mitos. Pencipta agama dan kepercayaan dibantu dengan (Tuhan/Dewa) mungkin hidup di sebuah mitos. Mitos membantu untuk desa di langit, seperti desa di bumi. mengekspresikan dan membuat persatuan Terdapat empat definisi besar tentang dalam suatu kelompok masyarakat. mitos dalam American Herritage Ketujuh, mitos memberikan pemahaman Dictionary (2000) yang merefleksikan tentang apa yang dianggap fakta dan empat jalan/cara yang biasa dilakukan. catatan sejarah oleh masyarakat. Pengertian di atas merupakan pengertian Kedelapan, mitos tidak hanya yang pertama. menceritakan masa lalu, tetapi juga apa Fungsi mitos bermacam-macam. yang akan terus terjadi. Kesembilan, Sejak zaman Plato dan Aristoteles, orang mitos menceritakan asal-muasal manusia berusaha untuk memahami makna dan dan masyarakat. Kesepuluh, mitos fungsi mitos. Beberapa peneliti memberikan legitimasi atas keberadaan menegaskan bahwa mitos memiliki fungsi struktur politik dan sosial, seperti sosial dan politik di dalam kelompok batasan/aturan, strata sosial, dan tertentu, sedangkan yang lain lebih pemimpin. Kerajaan Roma, misalnya, memfokuskan diri pada kepercayaan dan menggunakan kesan Jupiter, dewa fungsi psikologis manusia itu sendiri. Di berkekuatan petir, sebagai perumpamaan bawah ini adalah beberapa gagasan kekuatan Roma. Kesebelas, pada masa representatif tentang fungsi sosial dan kerusuhan/perang, mitos memperkuat politik dari mitos. cita-cita yang menghilang, melemah, atau Pertama, mitos menyediakan berubah dalam suatu kelompok media konkret untuk mengekspresikan masyarakat. gagasan dan nilai-nilai abstrak. Kedua, Beberapa fungsi spiritual dan mitos memberikan cerita yang asli, psikologis dari mitos untuk manusia tentang dunia, fenomena alam yang unik, sebagai individu dijelaskan melalui tingkah manusia, atau adat kebiasaan beberapa gagasan berikut ini. (1) Mitos

246 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

membangkitkan rasa kagum dan syukur BAGIAN II MITOS KOLONG pada misteri hidup. (2) Mitos WEWE mengidentifikasi tempat hidup manusia di dunia dan membantu mereka untuk menjawab pertanyaan, “Siapa saya?”; “Siapakah masyarakat saya?” (3) Mitos 2.1 Mitos Kolong Wewe membimbing kita untuk keluar dari Mitos ini dikenal luas di kesendirian dan berbagi pandangan masyarakat Malang, Jawa Timur; dengan dunia. (4) Mitos membantu khususnya di Desa Talok, Kecamatan manusia untuk memahami hubungan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa antara observasi alam dan kelompok Timur. Mitos lisan ini hidup turun- masyarakat. (5) Mitos mengeluarkan kita temurun dan belum ditransliterasikan dari kebiasaan berpikir menggunakan secara formal. Belum ada dokumentasi bahasa dan bagaimana cara tertulis, selain yang sudah dikerjakan merepresentasikan kenyataan. (6) Mitos nonformal dan belum diterbitkan oleh memberikan contoh tentang kegiatan Carly Arifaatul M dan disempurnakan manusia. oleh Sugihastuti (2014). Mitos Kolong Terdapat beberapa tema yang Wewe selengkapnya dapat dilihat di ditemukan oleh mitografer (peneliti Lampiran. mitos). Berikut ini adalah beberapa tema Mitos tentang area atau lokasi yang sering ditemui dalam berbagai tempat rimbunnya pohon beringin besar mitos di dunia. (1) Para pencipta dan yang angker dan rimbunnya rumpun supernatural. (2) Asal-usul dunia/alam. bambu masih kuat dianggap sebagai (3) Asal-usul fenomena alam. (4) Asal- tempat tinggal Kolong Wewe. Kolong usul binatang dan manusia. (5) Asal-usul Wewe dimitoskan sebagai sosok kondisi manusia. (6) Hal-hal yang dapat perempuan berwajah buruk, berambut dan/atau untuk dipertimbangkan. Jika panjang yang acak-acakan, dan berbuah- mitos diceritakan ulang pada waktu dan dada besar yang menggelantung panjang keadaan yang berbeda, mitos memiliki ke bawah. Kolong Wewe memangsa fungsi yang berbeda pula. Sebuah korban pada malam hari di area angker kebudayaan juga menceritakan mitos dan berpohon besar. Lokasi angker yang berbeda pada waktu yang berbeda merupakan lokasi atau area yang tampak dengan merespons perubahan budaya dan seram dan tidak semua orang dapat politik (Levy, 1998). menjamahnya karena dianggap berhantu. Walaupun sangat penting Dalam arti kiasan, kata angker berarti meletakkan setiap mitos sesuai dengan tampak menyeramkan atau menakutkan. konteks budaya untuk memahami Mitos Kolong Wewe ini merupakan mitos pandangan tentang dunia yang sangat yang memberikan contoh tentang kegiatan berbeda dari orang-orang yang berbeda dan atau aktivitas manusia. Makna tema pula, mitos tetap memiliki keunikan dan yang dapat diangkat dari pemahaman fungsinya masing-masing. mitos ini adalah hal-hal yang dapat Metode yang digunakan dalam dan/atau untuk dipertimbangkan. analisis ini adalah metode analitik- deskriptif.

2.2 Fungsi Mitos sebagai Media Pendidikan Karakter Apakah mitos Kolong Wewe ini berfungsi sebagai media pendidikan

247 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

karakter? Jawaban atas pertanyaan ini siluman. Kolong Wewe merupakan hantu dapat diuraikan sebagai berikut. yang jahat. Hantu yang jahat disebut juga Kebanyakan budaya melihat sebagai hantu denah. Posisinya biasanya bahwa akar kehidupan mereka berasal berada di pohon-pohon besar, dan pohon- dari Sang Pencipta. Kolong Wewe pun pohon besar itu merupakan pohon hutan. diciptakan oleh Sang Pencipta sebagai Kolong Wewe disebut juga sebagai hantu makhluk halus, yang kadang-kadang rimba, yaitu hantu yang menjadi penjaga berteman dengan manusia, dan kadang- atau penghuni rimba. kadang pula memusuhinya. Makhluk Kolong Wewe juga disebut merupakan sesuatu yang dijadikan atau sebagai siluman karena makhluk halus ini yang diciptakan oleh Tuhan, misalnya merupakan makhluk halus yang sering manusia, binatang, dan tumbuh- menampakkan diri sebagai manusia atau tumbuhan. Makhluk halus adalah binatang. Mitos Kolong Wewe makhluk yang dianggap hidup di alam dijelmakan sebagai makhluk halus berupa gaib, yang berada di luar alam fisik, manusia, perempuan muda nan cantik. misalnya setan dan jin. Orang sering Dalam arti kiasan, kata ‘siluman’ berarti mengategorikan ‘wewe’ sebagai makhluk tersembunyi tidak kelihatan. “Pasukan halus, setan, atau jin. Wewe adalah hantu siluman” dan “biaya siluman” berarti perempuan. Adapun arti hantu adalah roh biaya yang sulit dipertanggungjawabkan, jahat yang dianggap terdapat di tempat- seperti uang suap, dan sebagainya. tempat tertentu. Dalam mitos Kolong Wewe, si Kata kiasan ‘disapa hantu’ artinya makhluk halus itu mengajak manusia demam sepulang berjalan-jalan, misalnya untuk bersamanya yang diketahui bahwa sesudah mandi di sungai atau sesudah dia berada di dunia lain. Dunia itu bermain-main di panas matahari. Frasa biasanya juga merupakan dunia malam. kiasan ‘seperti hantu’ artinya rupanya Malam merupakan waktu setelah matahari sangat buruk. Ada peribahasa yang terbenam hingga matahari terbit. Malam menggunakan kata ‘hantu’, yaitu “Takut buta adalah waktu malam yang sangat di hantu, terpeluk ke bangkai”, artinya gelap. Kata malam buta bersinonim mendapat kesusahan atau kecelakaan dengan larut malam. “Kelam bagai malam karena takut akan sesuatu yang dua puluh tujuh” merupakan peribahasa sebenarnya tidak perlu ditakuti. yang artinya suatu hal atau perkara yang Hasil pemaknaan atas Kolong sangat gelap, tidak ada bayangan sedikit Wewe ini menunjukkan bahwa sebagai pun bagaimana akan memeriksa dan wewe, Kolong Wewe merupakan hantu menyelidikinya. haru-haru. Hantu haru-haru merupakan Hampir tidak pernah diceritakan hantu yang suka menculik orang dan Kolong Wewe bergentayangan pada siang membawanya ke tempat yang sukar hari. Makna dan fungsi mitos ini bagi tercapai. Sebagai hantu haru-haru, Kolong anak-anak adalah agar mereka tidak Wewe juga merupakan hantu jembalang, berlarut-larut bermain-main di tempat yaitu hantu penunggu di berbagai atau di angker/rawan sampai malam hari. Ada suatu tempat. Kata lain dari hantu waktu-waktu tertentu saat anak-anak jembalang adalah hantu puaka atau hantu belajar/bersekolah, bermain-main, salat tanah. Kolong Wewe bukan hantu air, dan mengaji, beristirahat, dan bukan hantu sungai, atau bukan hantu berkegiatan lain. Bermain-main yang danau, melainkan hantu tanah. tidak mengenal waktu tidak baik bagi Kadangkala KolongWewe dikategorikan pendidikan karakter anak. sebagai hantu bunian, yaitu hantu yang Pertanyaan atas mitos Kolong berupa orang halus yang tinggal di hutan. Wewe merupakan salah satu dari Orang menyebut hantu bunian ini sebagai beberapa pertanyaan tentang mitos.

248 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

Apakah mitos menjadi hal yang penting mentransliterasikannya. Dengan tradisi dalam sebuah kebudayaan? Apakah mitos tulisan, kemungkinan variasi formulaik membentuk budaya tersebut secara mitos terkurangi. Tradisi tulisan lebih langsung atau tidak langsung? menstabilkan interpretasi dan tidak akan Bagi dunia pendidikan karakter mudah berubah drastis seiring dengan pada anak, mitos Kolong Wewe menjadi perkembangan waktu. Melalui tradisi penting untuk mendidik anak. Dalam hal tulisan, fungsi mitos sebagai media yang berkait dengan keagamaan, mitos ini pendidikan karakter lebih mudah mengajarkan saatnya tertib mengatur diaplikasikan. waktu untuk beribadah. Jika saatnya Ketika mitos diceritakan secara waktu salat magrib tiba, waktu rembang lisan, akan terdapat banyak versi. Versi petang merupakan waktu melepas semua bercerita pun variatif dan dapat berubah aktivitas bermain di luar rumah untuk untuk menyesuaikan diri dengan anak-anak segera pulang dan beribadah perubahan masyarakat. Yang ditulisnya salat magrib. Jika tidak, anak-anak akan pun juga versinya dapat berubah sesuai mendapat sanksi dengan diculik Kolong dengan perubahan pandangan masyarakat Wewe. Magrib adalah waktu salat wajib atas mitos itu. Tidak semua alur yang menjelang matahari terbenam sampai diceritakan dalam mitos itu penting. lenyapnya sinar merah di ufuk barat. Kemampuan kita untuk memahami dan Ada sebutan yang lebih populer, memaknai mitos juga dibatasi dan/atau yaitu digondol Kolong Wewe. Kata dipengaruhi oleh sudut pandang kita. digondol artinya dibawa dengan mulut. Setiap budaya itu selalu berubah dan Arti kiasan kata digondol adalah dibawa beberapa variasi mitos akan terus ada. lari. Adapun arti leksikal kata culik Mitos menyampaikan beberapa adalah ambil anak atau orang untuk tujuan pembelajaran tentang psikologis dan cara tertentu. Kolong Wewe itu menculik adaptasi yang membuat kita mampu hidup anak-anak dalam arti melarikannya harmonis dengan alam dan kerangka dengan maksud tertentu, misalnya untuk budaya. Demikian kira-kira fungsi mitos dimangsa dan diperdaya di atas pohon Kolong Wewe dapat dipahami dan tempat makhluk halus itu berada. dimaknai. Melalui mitos ini kita mampu Mitos Kolong Wewe ini mengutarakan dan diperkaya oleh makna membentuk budaya masyarakat setempat dan pemahaman akan kenyataan yang secara tidak langsung untuk tertib sarat dengan moral. Ketika nanti, mengatur waktu. Bahkan, mitos ini misalnya, mitos Kolong Wewe ini tidak berfungsi menjadi bagian dari kehidupan lagi berfungsi dalam suatu kelompok beragama masyarakat tempat mitos itu budaya masyarakat, mitos ini biasanya dipercayai. Di dalam mitos ini, terlihat diubah, dihilangkan, atau digantikan. bahwa mitos tradisional itu masih Kedekatan kita dengan mitos memiliki nilai-nilai budaya, masih hidup Kolong Wewe ini memberikan karena dipercayai, dan masih merupakan pemahaman tentang orang lain dan diri bagian penting dari kebudayaan sendiri. Dengan mempelajari berbagai masyarakat. Implikasinya adalah macam mitos, kita jadi menyadari nilai- masyarakat belajar, menceritakan, nilai yang membentuk kita dalam memberikan, dan mengadaptasinya untuk kehidupan ini. Hal inilah yang kita memfungsikan mitos menjadi media bagikan kepada orang lain, termasuk pendidikan karakter. membagikannya kepada anak-anak dalam Mitos Kolong Wewe pada proses pendidikan karakter mereka. Hal mulanya merupakan tradisi lisan; yang ini pulalah yang membuat penikmat mitos melalui studi ini telah dijadikan tradisi menjadi pribadi yang unik, yang dapat tulisan, yaitu dengan

249 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

memaknai fungsinya demi kekayaan suatu cerita Kolong Wewe ini kehidupan. memberikan ajaran moral. Kolong Wewe Mitos Kolong Wewe merupakan bermuatan moralitas, artinya mitos ini sumber yang kaya akan perumpamaan memuat sesuatu yang berhubungan dalam kehidupan. Mitos memberikan dengan etiket atau adat sopan santun. kepuasan kepada pendengar dan Mitos pun berfungsi sebagai pembacanya karena menggunakan media pendidikan moral dan/atau karakter bahasa-sastra, simbol-simbol puitis yang anak. Lingkungan dan masyarakat sastra berfungsi dalam pendidikan karakter anak, melalui mitos memainkan peranan seseorang. penting untuk memasukkan ke dalam diri anak norma-norma moral dan norma- norma kemasyarakatan yang mengatur kehidupan sosial manusia. Demikian juga fungsi mitos Kolong Wewe seperti dapat 2.3 Identitas-Diri Moral dibaca pada Lampiran. Ambisi yang dimiliki oleh Norma bermain-main pada ranah kebanyakan orang tua terhadap anak-anak yang aman, norma bermain-main pada mereka biasanya mencakup waktu yang semestinya, norma perkembangan watak moral yang penting. kedispilinan mengatur waktu, norma Kebanyakan orang tua ingin beribadah, norma patuh dan tunduk pada membesarkan anak-anak untuk menjadi orang tua, norma bermusyawarah dan jenis tertentu, orang-orang yang memiliki menerima pendapat orang lain yang sifat-sifat yang diinginkan dan patut benar, dan yang lain-lain termaknai dari dipuji, yang kepribadiannya dikarunia mitos Kolong Wewe ini. Moralitas dengan pedoman etika yang kuat. Dalam disiplin, misalnya, merupakan sikap situasi pilihan yang menentukan, kita ketaatan dan/atau kepatuhan kepada berharap bahwa anak-anak kita aturan, tata tertib, dan sebagainya. melakukan hal yang benar karena alasan Norma beribadah, misalnya, yang tepat. Bahkan, ketika dihadapkan sebagai muatan pendidikan karakter pada pada kecenderungan yang kuat untuk anak juga termaknai dari mitos Kolong melakukan sebaliknya, mereka Wewe ini. Ibadah adalah perbuatan untuk melakukannya karena alasan yang tepat. menyatakan bakti kepada Allah Swt., Misalnya, pembentukan moral anak yang didasari ketaatan mengerjakan merupakan salah satu tujuan dasar dari perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. pendidikan formal. Kata lain yang bersinonim dengan kata Moral berarti ajaran tentang baik ‘ibadah’ adalah ‘ibadat’. Anak yang tidak buruk yang diterima umum mengenai taat beribadah tepat pada waktunya akan perbuatan, sikap, kewajiban, dan mendapat sanksi digondol wewe. Dalam sebagainya. Kata yang bersinonim Islam, salat merupakan ibadah badaniah, dengan kata ‘moral’ adalah akhlak, budi yaitu ibadah yanng dilakukan secara fisik. pekerti, dan susila. Ada arti lain dari kata Ibadah ini merupakan ibadah wajib, yang ‘moral’, yaitu kondisi mental yang dalam Islam merupakan ibadah yang membuat orang tetap berani, bersemangat, diwajibkan; jika dikerjakan mendapat bergairah, berdisiplin, dan sebagainya. pahala dan jika tidak dikerjakan berdosa. Moral ini merupakan isi hati atau keadaan Muatan moral ini merupakan fungsi mitos perasaan sebagaimana terungkap dalam Kolong Wewe sebagai media perbuatan. Moral juga merupakan ajaran pembentukan karakter anak. Anak kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu diwajibkan beribadah tepat waktu. Anak cerita. Nah, pengertian moral sebagai diwajibkan menjalankan ibadah, ajaran kesusilaan, yang dapat ditarik dari menunaikan segala kewajiban yang

250 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

diperintahkan Allah Swt. Dalam makna dituntut oleh hukum moral, atau ketika yang lain lagi, moralitas ibadah ini adalah perilaku itu dilakukan dengan alasan segala usaha lahir dan batin sesuai dengan moral yang jelas. Perihal sudah waktunya perintah Tuhan untuk mendapatkan untuk berhenti bermain-main sepak bola kebahagiaan dan keseimbangan hidup, karena sudah tiba saatnya mendirikan baik untuk diri sendiri, keluarga, salat magrib adalah contoh dari hal ini. masyarakat, maupun terhadap alam Jika itu dilanggar, pasti ada sanksi moral, semesta. Sebagai ibadurahman, manusia yaitu digondol Kolong Wewe. merupakan hamba-hamba Allah Swt., Mitos Kolong Wewe ini sarat yang harus berdibadah kepada-Nya. dengan peringkat identitas-diri moral. Kolong Wewe musuh manusia yang Sarat artinya penuh dan berat karena beribadah. Makhluk halus ini selalu berisi muatan atau karena banyak isinya. berupaya menyesatkan manusia dari Taylor (1989), misalnya, mengatakan petunjuk Tuhan. Kolong Wewe bahwa menjadi diri tidak dapat dilepaskan merupakan iblis, roh jahat, atau setan, dari dan berada dalam ruang isu-isu yang selalu menggoda pembentukan moral. Kukuh sebagai anak pasangan moral dan karakter manusia. muslimin dan muslimah akan menjadi diri Nucci dan Narvaez (2008) yang berada dalam ruangan isu-isu mengatakan bahwa pembentukan moral moralitas keislaman. Ajakan Ibunda adalah masalah pembangunan karakter. Kukuh untuk setiap magrib tiba menuju Pembentukan moral adalah masalah musala bersalat-jamaah merupakan ruang mengembangkan disposisi yang isu-isu moralitas keislaman. Musala memungkinkan seseorang untuk merupakan tempat salat, yang orang juga menjalani kehidupan yang baik. Manusia, menamainya sebagai langgar atau surau. juga anak-anak, berkembang sebagai Seorang ibu yang bijak, sebagai muslimah pribadi (person) ketika mempunyai sifat yang taat, Ibunda Kukuh merupakan kebajikan. Kebajikan adalah sesuatu yang sosok agen moral. Ayah dan Ibunda mendatangkan kebaikan, keselamatan, Kukuh merupakan sosok pasangan suami- keberuntungan, dan sebagainya. istri sebagai agen moral, yang akan Kebajikan ini merupakan perbuatan baik. membentuk identitas-diri moral anaknya Pembentukan moral juga dengan, antara lain, setiap petang merupakan soal perkembangan kognisi. bersalat-jamaah dan mengaji di musala. Kognisi adalah kegiatan atau proses Salat merupakan rukun Islam kedua, memperoleh pengetahuan, termasuk berupa ibadah kepada Allah Swt., wajib kesadaran, perasaan, dan sebagainya atau dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, usaha mengenali sesuatu melalui dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, pengalaman sendiri. Dalam bidang sosial, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan perihal kognisi ini merupakan proses, salam. Si anak yang belum mukalaf ini, pengenalan, dan penafsiran lingkungan berumur 8 tahun, dididik dan dibentuk oleh seseorang. Hasil pemerolehan moralitasnya melalui ajakan untuk salat pengetahuan merupakan kognisi. tepat waktu dan berjamaah serta mengaji Pembentukan moral adalah di musala. Si anak tergoda oleh masalah membangun kecakapan kehendaknya dalam kebebasan dan pertimbangan yang canggih untuk pengaruh nafsu sehingga hal itu menyelesaikan sifat-sifat dilemmatis mengerahkan kekuatannya untuk tidak kehidupan kita, tetapi dengan cara yang tunduk pada agen moral. Sanksi pun sesuai dengan sudut pandang moral. mengenainya yaitu datangnya Kolong Perilaku manusia adalah jelas bermoral, di Wewe yang menyengsarakannya. Dia bawah pandangan ini, ketika ia sesuai ditelanjangi makhluk halus itu dan dengan kewajiban-kewajiban yang ditempatkannya di atas pohon pada posisi,

251 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

tempat, dan situasi yang membahayakan tinggi. Tekad (willpower) sebagai kontrol- dan mencelakakannya. dirinya merupakan kotak-peralatan Tokoh Kukuh dan Ibunda Kukuh keterampilan yang memungkinkan pada mitos Kolong Wewe ini merupakan pengaturan-diri dalam memecahkan dua sosok identitas moral. Penjelasan masalah. Ketika Kukuh tidak pulang Blasi (1984) mengenai identitas moral sampai malam tiba, dia bertekad-diri, tidak jauh dari model-diri tindakan yang memungkinkan pengaturan-diri moralnya. Misalnya, jika pertimbangan untuk mencarinya di ranah-angker karena moral sangat penting untuk diri-esensial, menduga si anak telah digondol oleh integritas diri akan bergantung pada Kolong Wewe. Terlihat Ibunda Kukuh apakah seseorang konsisten diri dalam adalah sosok yang mampu memecahkan tindakan. Ibunda Kukuh merupakan sosok masalah, menetapkan tujuan, insan yang konsisten diri dalam tindakan. memfokuskan perhatian, menghindari Dia selalu melarang anaknya untuk penyimpangan, menolak gagasan, dan bermain-main sampai larut petang. Dia tetap pada tugas, teguh pada kemaunan, sampai-sampai khawatir atas dan disiplin diri. Semua ini merupakan ketidakamanan anaknya ketika ada keterampilan tekadnya. kemungkinan digondol Kolong Wewe, Dalam mitos Kolong Wewe ini yang pengertian itu sudah tercamkan di juga terdapat pendidikan karakter moral, benaknya sejak kecil. Mitos itu begitu bahwa ada integritas, seperti tercermin dipercayainya dan benar kemudian pada sosok Ibunda Kukuh. Ibunda Kukuh menimpa anaknya. adalah sosok seorang ibu yang menjadi Mitos Kolong Wewe berfungsi seseorang dalam arti sebenarnya. Ia sebagai media pendidikan karakter moral. terbuka pada dirinya sendiri, Karakter moral seseorang dianggap terdiri bertanggung-jawab, akuntabel-diri, tulus, dari kebajikan. Akan tetapi, dalam dan menghindari penipuan diri. Semua ini pandangan Blasi (1985) merupakan hal merupakan disposisi integritasnya. yang berguna membedakan kebajikan Integritas dirasakannya sebagai rasa tingkat tinggi dan tingkat rendah. tanggung jawab ketika seseorang itu Kebajikan tingkat rendah adalah membatasi diri dengan tindakan-tindakan kecenderungan tertentu, yang muncul sadar dengan pengendalian-diri dan dalam daftar sifat-sifat terpuji yang mengejar tujuan moralnya. Integritas disukai oleh pendidik karakter, termasuk dirasakan sebagai identitas ketika misalnya empati, kasih sayang, keadilan, seseorang mengilhami pembangunan kejujuran, kedermawanan, kebaikan, makna-diri dengan keinginan moral. ketekunan, dan sebagainya. Biasanya Demikianlah, fungsi mitos daftar ini menggambarkan kecenderungan sebagai salah satu pembentukan karakter untuk merespons dengan cara tertentu anak, khusus pada studi mitos Kolong dalam situasi yang sangat spesifik. Sangat Wewe. Terima kasih. mudah untuk menghasilkan kantong- kantong kebajikan ini. Bahkan, orang segera melihat bahwa daftar ini sering berbeda satu sama lain, selalu panjang, Yogyakarta, 11 Maret dan dapat dengan mudah diperluas, dan 2015 tepat Ulang Tahun Perkawinan ke- umumnya tidak sistematis. Sebaliknya, 31. kebajikan tingkat tinggi memiliki generalitas yang lebih besar dan sangat mungkin diterapkan di banyak situasi. Ibunda Kukuh mempunyai karakter moral berupa kebajikan tingkat

252 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

------. 1985. “The Personality” dalam M.W. Berkowitz & F. Oser (Eds.). Moral Education: Theory and Application. New York: Wiley.

Lukens, Rebecca J. 1999. A Critical Handbook of Children’s Literature. New York: Longman.

Nucci, Larry P & Darcia Narvaez. 2008. Handbook of Moral and Character Education. New York: Routledge.

Nurgiyantoro, Burhan. 2004. “Sastra Anak: Persoalan Gender” dalam Humaniora Volume 16 Nomor 02, Juni. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.

------. 2005. Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Taylor. C. 1989. Sources of the Self: The Making of Modern Identity. Cambridge: Harvard University Press.

Tim Penyusun Kamus. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

http://www.wikipedia. com

DAFTAR PUSTAKA

Allyn & Bacon. 2004. Anthology of Traditional Literature. Boston: Judith V Leechner

Blasi, A. 1984. “Moral Identity” dalam W.M. Kurtines & J. Gewirtz (Eds.) Morality: Moral Behavior and Moral Development. New York: Wiley.

253 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

hanya berupa tulang kerangka manusia dan/atau binatang. adalah hantu yang konon berjenis kelamin perempuan, suka mengambil anak kecil atau mengganggu wanita yang baru saja melahirkan. Pada suatu hari, Kukuh, anak LAMPIRAN laki-laki berumur delapan tahun, duduk di kelas 2 SD, bermain-main dengan taman- teman sebayanya di dekat barongan itu. MITOS KOLONG WEWE Mereka bermain-main bola dengan riang- gembiranya. “Kuh, ayo pulang. Aku mau Diceritakan Ulang dan Ditrasliterasi mandi terus mengaji di musala.” Ajak oleh Carly Arifaatul M dan Alfi, teman Kukuh. Sugihastuti (2014) “Nanti saja ah, lagi seru nih. Kan kita menang. Sebentar lagi, deh.” Jawab Kukuh dengan semangat masih ingin bermain. Akhirnya mereka bermain Pada dahulu kala di sebuah desa hingga waktu mulai gelap. bernama Desa Sentong, ada barongan atau “Kuh, udah mau magrib, nih. Ayo hutan pohon/rumpun bambu yang angker. pulang! Aku takut kalau main di sini terus Di tengah hutan itu ada sebuah pohon sampai malam.” Kata Bagus, teman beringin yang sangat besar dan dianggap Kukuh yang lain. Bagus pun cepat-cepat sebagai rumah para makhluk halus. berkemas akan pulang. Berbagai makhluk halus hidup di dalam “Kamu takut apa, sih? Takut pohon beringin besar itu, seperti sama barongan itu? Wong nggak ada apa- Genderuwo, Tuyul, Jerangkong, apa kok di sana.” Kukuh mengambil Kuntilanak, dan Kolong Wewe. Barongan bolanya dan merasa jengkel serta merasa itu merupakan tempat warga desa sebal dengan teman-teman yang menebang rumpun-rumpun bambu yang mengajaknya pulang. Pada akhirnya sudah tua untuk membuat kerajinan, Kukuh ikut pulang juga dengan teman- seperti kurungan ayam, besek, dan temannya karena tidak memungkinkannya sebagainya. Warga Desa Sentong pun bermain bola sendirian. “Ya, udah, ayo selalu merawat hutan tersebut agar pulang.” Mereka pulang ke rumah Genderuwo yang dipercaya sebagai masing-masing dan langit mulai gelap. penguasa hutan itu tidak marah. Warga Di rumah terlihat Ibunda Kukuh desa selalu meletakkan sesaji berupa sedang bersiap-siap menuju musala kembang tujuh warna, kemenyan, rokok sambil menunggu kepulangan Kukuh dari klobot, bubur/jenang merah-putih, dan bermain-main bola dengan teman- ayam berbulu hitam/putih di bawah pohon temannya. Hampir setiap hari mereka beringin untuk menghormati Genderuwo. mempunyai kebiasaan berangkat ke Konon, Genderuwo adalah hantu musala bersama-sama. Seraya Ibunda serupa manusia yang tinggi besar dan Kukuh menunggu si anak, Kukuh terlihat berbulu lebat. Adapun Tuyul adalah berlari-lari kecil menuju halaman rumah makhluk halus yang konon berupa bocah dengan pakaian kotor. berkepala gundul, dapat diperintah oleh “Kuh, kamu itu, dasar, tidak tahu orang yang memeliharanya untuk mencuri waktu. Ini sudah jam berapa? Sudah dekat uang, dan sebagainya. Jerangkong magrib, nih. Cepat sana mandi! Ayo, kita merupakan makhluk halus yang wujudnya cepat ke musala.” Kata Ibunda Kukuh.

254 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

“Aku tidak ikut salat berjamaah ke rumah masing-masing dan berjanji ke musala, ah, Bu. Capek.” Jawab Kukuh akan bertemu di dekat barongan untuk yang langsung masuk ke rumah melewati bermain bola lagi. sisi sang Ibunda yang sedang Pada waktu yang mereka menunggunya. janjikan, setelah makan siang, Kukuh “Kamu! Sejak kemarin beralasan berpamitan kepada Ibunda. capek terus. Makanya, Ibu sudah bilang, “Bu, aku main dulu, ya, sama Alfi bukan. Jangan bermain-main sampai dan Bagus.” Pamit Kukuh. petang. Apa kamu mau diculik Kolong “Pulangnya jangan sore-sore. Wewe dari barongan sana?” Kemarin kamu dicari sama Pak Muslim.” “Kolong Wewe apa sih, Bu? Sahut Ibunda Kukuh yang sedang meracik Wong di sana nggak ada apa-apa. Kukuh masakan untuk makan malam. nggak takut sama gituan.” Kukuh Dengan senangnya Kukuh malahan masuk ke kamar. Ibunda Kukuh berjalan ke arah barongan sambil hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menenteng bola kesayangannya. Di sana melihat kelakuan anak lelaki semata sudah ada Alfi dan Bagus. Mereka wayangnya itu. Sang Ibu kemudian menunggu Kukuh dengan wajah cemas menutup pintu rumah dan berangkat dan merasa takut-takut, sambill melirik ke menuju musala. area barongan. Mereka lega melihat Pada keesokan harinya, setelah Kukuh datang karena dianggapnya Kukuh pulang sekolah, Kukuh mengajak Alfi dan adalah teman sebaya yang pemberani dan Bagus bermain-main bola lagi di dekat mampu menentramkannya dari rasa barongan itu, tapi Alfi menolaknya. ketakutan. Kukuh yang bergairah main “Jangan bermain di situ, ah. bola tidak peduli pada langit yang mulai Kemarin Bapakku bercerita kalau di gelap. Alfi pun yang paling penakut sudah barongan itu ada Kolong Wewe, yang terlihat cemas dan mulai tidak tenang. suka menculik anak-anak, apalagi anaka- “Kuh, ayo pulang, gelap nih! anak yang suka bermain-main sampai hari Kata Alfi mengajak Kukuh pulang. gelap.” Kata Alfi. Kukuh pun tersenyum “Takut apa sih, kamu itu. Nggak mendengarnya. ada apa-apa di situ. Kata Kukuh. Lalu “Kok malahan tertawa, Kuh? terdengarlah suara perempuan tertawa Kamu nggak takut, apa, diculik Kolong terkekeh-kekeh dari kejauhan. Alfi dan Wewe? Tanya Bagus. Bagus pun kaget bukan kepalang. “Kalian itu anak laki-laki, kan. “Suara apa itu, Kuh? Kamu Masak iya, anak laki-laki takut sama dengar kan Gus? Tanya Alfi dan Bagus Kolong Wewe. Masak, iya, kalian takut pun mengangguk kuat. “Kuh, kamu sama cerita begituan. Orang tua kita itu dengar nggak suara tawa itu tadi?” cuma mau bikin kita takut biar cepet “Suara apa” Aku nggak denger pulang ke rumah terus mengaji.” Kilah suara apa-apa kok.” Jawab Kukuh Kukuh. Alfi dan Bagus saling bersikeras. berpandangan melihat Kukuh tidak Alfi dan Bagus akhirnya merasa takut mendengar cerita tentang memutuskan untuk pulang duluan. Kolong Wewe itu. “Udahlah, yuk, kita Mereka takut mendengar suara kekeh bermain-main bola lagi di sana aja. Nanti tawa perempuan. Sementara itu, Kukuh sebelum magrib kita pulang jika kalian masih merasa bermalas-malasan pulang. ketakutan.” Kata Kukuh menguatkan hati Dia tidak ingin dimarahi ibunya. teman-temannya. Rencananya akan pulang selepas azan “Aku nggak takut kok.” Sahut magrib ketika ibunya sudah berangkat ke Alfi dan Bagus sambil mengangguk- musala. angguk kecil. Akhirnya, mereka pulang

255 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

Ketika Kukuh sedang bersantai Kukuh duduk di ruang tamu seraya dia sambil tidur-tiduran di rumput, ia menuju ke dapur untuk mengambil mendengar ada langkah kaki mendekat. makanan yang akan disuguhkan kepada Dia bangun segera dan melihat-lihat Kukuh. Kukuh merasa senang sekeliling, tetapi tidak terlihat apa pun. menyantapnya karena Ibunda jarang Ketika kembali bertiduran, tiba-tiba memasak ayam goreng untuknya. Hanya muncul sesosok perempuan cantik di sesekali ketika dapat memotongnya sampingnya. Kukuh pun kaget bukan sendiri. Keluarga Kukuh yang petani lebih kepalang karena merasa tidak melihat sering mengonsumsi lauk nabati dan sosok siapa pun yang mendekat. sayur-sayuran daripada lauk hewani. “Hai, Adek kok belum pulang? “Makanlah, Dek. Mbak senang Ini kan sudah hampir malam.” Tanya ada yang mau datang dan menemani perempuan cantik itu. Kukuh pun terkejut Mbak di sini. Kata perempuan itu sambil sambil bergetaran karena perempuan memandang Kukuh yang dengan lahap cantik itu tidak pernah dilihatnya di desa menyantap ayam goreng suguhan itu. pada waktu-waktu sebelumnya. Pada suapan terakhir, tiba-tiba “Nanti aja, ah. Mbak. Aku malas Kukuh merasa pusing. Dia mengedip- pulang sekarang karena pasti diajak Ibu ngedipkan matanya. Yang dilihat di salat magrib dan mengaji di musala. depannya adalah sesosok nenek tua, Jawab Kukuh. Perempuan cantik itu berwajah buruk, dengan buah dada besar mengangguk-angguk saja mendengar yang menggelantung ke bawah sampai- jawaban Kukuh. sampai hampir menyentuh tanah. Kukuh “Kalau gitu, ikut Mbak aja yuk. berteriak kuat-kuat, terutama ketika Main ke rumah Mbak, yuk.” Ajak menyadari bahwa dia sedang berada di perempuan itu. atas pohon beringin besar di barongan itu. “Emangnya rumah Mbak di Dia tidak berada di rumah yang rasa- mana? Kok aku nggak pernah lihat Mbak rasanya dia masuki tadi. Kukuh pun di desa?” Tanya Kukuh heran. berteriak-teriak histeris ketakutan. “Rumah Mbak di dalam barongan Sementara itu, si nenek tua buruk rupa itu itu. Mbak emang jarang ke luar rumah. pun tersenyum menyeramkan. Giginya “Emang di dalam barongan itu yang berderet hitam menyeringai. Kuku- ada rumah? Kata orang-orang di desa, kukunya pun juga berwarna hitam. barongan itu angker. Kok, Mbak berani- Rambutnya putih terurai acak-acakan beraninya tinggal di situ” Kukuh kian memanjang. heran. “Ini Kukuh di mana, Pak. Ke “Itu bohong, kok. Barongan itu mana, Pak? Udah jam segini belum juga nggak angker, Dek. Ya, udah, ikut Mbak pulang.” Tanya Ibunda Kukuh kepada aja yuk. Nanti Mbak kasih ayam goreng suaminya yang juga baru pulang dari yang lezat.” Bujuk perempuan itu dan musala. Ibunda Kukuh merasa bingung Kukuh pun dengan mudahnya percaya karena sudah waktu isya Kukuh belum kemudian mengikuti ajakan perempuan juga pulang. itu. “Mungkin dia masih main-main Mereka pun masuk ke dalam dengan Alfi dan Bagus, Bu.” Jawab barongan. Kukuh sama sakeli tidak takut Bapak Kukuh menenangkan. Tidak ke sana apalagi yang mengajaknya berapa lama terlihat Afli yang baru pulang seorang perempuan cantik. Kukuh kaget mengaji di musala melintas di depan bukan main karena di dalam barongan itu rumah Kukuh. “Alfi, le!” Panggilnya. ada sebuah rumah yang tidak besar, tetapi “Iya, Pakde. Ada apa?” Alfi sangat bagus. Mereka pun masuk ke segera mendekat ke arah Bapak Kukuh. dalam rumah. Perempuan itu menyuruh

256 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

“Tadi kamu main sama Kukuh bersahutan memanggilnya. Sampai di nggak, le? Kok dia belum pulang sampai tengah hutan, di dekat pohon beringin jam segini. Tanya Ibunda Kukuh dan Alfi besar, orang-orang melongokkan kepala pun kaget seketika. ke atas pohon beringin besar sambil “Iya, Bude. Tadi Kukuh bermain semakin keras memukul-mukul peralatan dengan saya dan Bagus. Tapi kami pulang dapur dan memangil-manggil nama duluan sebelum waktu magrib karena mau Kukuh. Disahutlah panggilan itu oleh salat magrib dan ngaji.” Jawab Alfi suara teriakan dari atas pohon. sambil takut-takut cemas. “Astaqfirullah, itu Kukuh, Mbah “Nah, kalian bermain di mana Po!” Salah seorang warga desa berteriak sore tadi” Tanya Bapak Kukuh. sambil telunjuknya mengarah ke dahan “Di dekat barongan, Pakde.” atas pohon beringin itu. Ibunda dan Bapak Jawab Alfi sambil gemetaran. Kukuh pun kaget melihat anaknya “Astaqfirullah. Jangan-jangan bertelanjang, tidak memakai selembar Kukuh digondol Kolong Wewe, Pak!” pakaian pun. Mbah Po segera bersemedi Ibunda Kukuh histeris bertanya-tanya kilat dan merapalkan kalimat-kalimat karena Kolong Wewe itu dipercayainya magis disertai jampi-jampi di bawah ada sejak dia kecil. pohon beringin itu. Mbah Po pun Tidak berapa lama warga desa menyuruh beberapa orang agar memanjat gempar dan berkumpul di depan rumah pohon beringin untuk menurunkan Kukuh Kukuh. Mereka juga ikut khawatir atas dengan hati-hati. keberadaan Kukuh. Beberapa orang Saat Kukuh diturunkan, ia terlihat membawa alat-alat dapur, seperti panci, linglung dan stres. Kukuh lupa atas wajan, ketel, dan lain-lain. Ada juga yang segala-galanya karena bingung atau memukul kentongan. Mereka terlalu asyik memikirkan sesuatu; dia berbondong-bondong menuju barongan linglung. Kukuh mengalami stres, yaitu bersama sesepuh desa bernama Mbah Po. gangguan atau kekacauan mental dan Mereka mempercayai bahwa malam itu emosional yang disebabkan oleh faktor Kukuh digondol Kolong Wewe karena luar; dia mengalami ketegangan. bermain di dekat barongan sejak sebelum Ketegangan itu bahkan merupakan magrib sampai malam belum pulang. ketegangan negatif sehingga Kukuh “Kalian semua segera bunyikan mengalami disstres. Ibunda Kukuh segera alat-alat perkakas dapur itu sambil berdoa memeluk dan menenangkannya. Bapak dan memangil-manggil nama Thole Kukuh memakaikan jaketnya untuk Kukuh. Isya Allah, Thole Kukuh nanti menutup badan Kukuh yang telanjang itu. ketemu”. Menurut pandangan Mbah Po, Mereka kemudian pulang ke rumah. Thole Kukuh sudah diculik Kolong Sebelumnya, Mbah Po berkomat-kamit Wewe ke pohon beringin besar di tengah lagi di bawah pohon beringin untuk barongan itu. merapalkan mantra. “Nggih, Mbah, tolong nggih Setelah kejadian itu, Kukuh pun Mbah, saya minta tolong supaya Kukuh kapok; dia pun jera untuk tidak akan ketemu.” Kata Ibunda Kukuh sambil berbuat lagi bermain-main di barongan terisak. Mereka pun serentak menuju dan sampai larut petang, bahkan larut malam. masuk barongan sambil memukul-mukul Dia tidak mau lagi bermain-main di lokasi peralatan dapur itu seraya memanggil- itu sampai larut melewati waktu salat manggil nama Kukuh. magrib. Sejak peristiwa Kukuh digondol “Kukuh, Kukuh, Thole Kukuh!” Kolong Wewe itu, dia rajin salat tepat Teriak sejumlah warga desa saling waktu dan mengaji.

257 ISBN: 978-602-361-004-4 Seminar Nasional Sastra, Pendidikan Karakter dan Industri Kreatif Surakarta, 31 Maret 2015

258 ISBN: 978-602-361-004-4