V o l u m Volume 10 Nomor 1, Juni 2010 ISSN. 1411-9250 e

1 0

N o m o

r JURNAL

1 ,

J u n PEMBANGUNAN PEDESAAN i

2 0 1 0 JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT J U R N A L

P E M B A N G U N A N

P E D E S A A N

Diterbitkan oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman I S S N .

1 Volume Halaman Purwokerto, ISSN 4

1 JPP Nomor 1 1 10 1-60 Juni 2010 1411-9250 - 9 2 5 0 JPP JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT ISSN. 1411-9250 Volume 10 Nomor 1, Juni 2010

Media informasi pengelolaan sumber daya pedesaan yang memuat karya ilmiah hasil penelitian. Artikel telaah (review) diterbitkan atas undangan ISSN 1411-9250.

Penanggungjawab Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Ketua Penyunting Totok Agung D.H.

Penyunting Pelaksana Loekas Soesanto Paulus Israwan Setyoko Rawuh Edy Priyono Sugito Dwi Nugroho Wibowo

Redaksi Pelaksana Anwaruddin Jarot Santoso Herminanto Rolina Dewi

Staf Administrasi Priyo Saptono Bambang Warsito Sri Amurwani Onneng Purwati

Alamat Penyunting dan Redaksi: Jl. Dr. Soeparno, Kampus Grendeng II, Purwokerto 53122; Telp/Faks: 0281-625739; E-mail: [email protected]; Homepage: http// www.unsoed.ac.id.

Jurnal Pembangunan Pedesaan (JPP) diterbitkan sejak April 2001 oleh Lembaga Penelitian (Lemlit) Universitas Jenderal Soedirman.

Penyunting menerima sumbangan artikel yang belum pernah dimuat dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 spasi ganda sebanyak 12-15, dengan format seperti tercantum pada halaman belakang (Pedoman Penulisan Naskah). Naskah dikirim lewat pos disertai soft copy dalam CD atau via e-mail. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lain sesuai JPP.

Isi di luar tanggung jawab penerbit.

Gambar sampul depan: Dokumentasi penelitian Murwito et al.: Pengaruh Dosis Pemupukan ... (Halaman 47- 52). JPP JURNAL PEMBANGUNAN PEDESAAN JOURNAL OF RURAL DEVELOPMENT ISSN. 1411-9250 Volume 10 Nomor 1, Juni 2010

DAFTAR ISI 1. Keragaman Genetika Ikan Betutu (Oxyleotris sp.) dari Waduk Panglima Soedirman Banjarnegara dan Waduk Rawapening (Genetic Diversity of Betutu (Oxyleotris sp.) in General Soedirman Dam at Banjarnegara and Rawa Pening Basin at Salatiga City) ...... 1 - 6 Oleh: Muh. Nadjmi Abulias dan Dian Bhagawati

2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Apel dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Batang Atas Okulasi Durian (The Effect of Apple Extract and NPK Fertilizers on Growth of Up Stem Burian Budding) ...... 7 - 13 Oleh: A.H. Syaeful Anwar dan Achmad Iqbal

3. Pelaksanaan Program Kredit Usaha Peningkatan Kesejahteraan Kelompok Usaha Ekonomi Produktif Ibu Rumah Tanggah Miskin Pedesaan di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Implementation of Program of Welfare Improvement Business Credit for Productive Economic Business Group of Rural Poor Housewife in Bantul Regency Yogyakarta Province) ...... 14 - 22 Oleh: Hari Walujo Sedjati

4. Kajian Potensi Sumber Air Tanah untuk Irigasi di Kawasan Cekungan Air Tanah Purwokerto-Purbalingga Berdasarkan Resistivitas Batuan Bawah Permukaan (Potency Study of Groundwater Resources for Irrigation in Purwokerto-Purbalingga Groundwater Reservoir Area Based on Resistivity of Subsurface Rocks Formation) ...... 23 - 32 Oleh: Sehah dan Hartono

5. Screening Klon-klon Hasil Seleksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada Musim Penghujan terhadap Produksi Klampok Brebes Jawa Tengah (Clones Screening Resulted from Shallot (Allium ascalonicum L.) Selection in The Rainy Season Brebes Klampok Production of ) ...... 33 - 38 Oleh: Sartono Putrasamedja

6. Potensi Jamur Entomopagen Beauveria bassiana Vuill. untuk Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Potency of The Entomopathogenic Fungus Beauveria bassiana Vuill. for Controlling Armyworm (Spodoptera litura F.) ...... 39 - 46 Oleh: Ratri Wibawanti dan Herminanto

7. Pengaruh Dosis Pemupukan terhadap Hasil Tiga Kultivar Cabai Merah (The Effect of Fertilizer Dosages on Yield of Three Cultivars of Sweet Pepper) ...... 47 - 52 Oleh: Murwito, Sakhidin, dan Ponendi Hidayat

8. Kemungkinan Pengembangan Ternak pada Daerah Lahan Kritis di Kabupaten Banyumas (The Possibility of Livestock Development on Critical Land in ) ...... 53 - 60 Oleh: S.N.O. Suwandyastuti KERAGAMAN GENETIKA IKAN BETUTU (Oxyleotris sp.) DARI WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN BANJARNEGARA DAN WADUK RAWA PENING SALATIGA GENETIC DIVERSITY OF BETUTU (Oxyleotris sp.) IN PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAM AT BANJARNEGARA REGENCY AND RAWA PENING BASIN AT SALATIGA CITY

Oleh: Muh. Nadjmi Abulias dan Dian Bhagawati Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Kampus UNSOED Grendeng Purwokerto, e-mail: [email protected] (Diterima: 21 Januari 2009; disetujui: 8 Pebruari 2010)

ABSTRACT A knowledge concerning genetic diversity of betutu is vital as a basis for their conservation. This research aimed to know genetic diversity of betutu (Oxyleoris sp.) in General Soedirman Dam located in Banjarnegara Regency and Rawa Pening Basin in Salatiga City. The perceived variable was isozyme polymorphism. Horizontal starch gel electrophoresis was used to visualize isozymes band pattern. The result is expected provide data for their management and to avoid adverse effect of inbreed pressure on the next generation. The result of showed that population of betutu from Soedirman Dam could express 12 of loci and five of them were polymorphic. The population from Rawa Pening could visualize a number of 10 loci and four of them were polymorphic. These proved that betutu population from Soedirman Dam had higher genetic diversity than those from Rawa Pening Basin. This implied that the population from Soedirman Dam could be used as local genetic resources.

Key words: Characteristic of meristic bilateral, diversity of genetic, fish of betutu (Oxyleotris sp.)

PENDAHULUAN populasi tersebut. Jika dibandingkan dengan Ikan betutu (Oxyeleotris sp) merupakan variasi morfologi, data hasil studi variasi salah satu jenis ikan liar air tawar dari familia genetik relatif bebas dari pengaruh faktor Gobiidae yang mempunyai potensi cukup besar lingkungan. Menurut Suryadi (2002), studi sebagai komoditas ekspor ke berbagai negara. tentang variasi genetik merupakan aspek yang Namun, hingga kini ketersediaannya belum sangat penting dalam pelestarian dan juga dapat memenuhi peluang tersebut karena pemanfaatan plasma nutfah. sepenuhnya masih bergantung kepada hasil Beberapa isozim yang lazim digunakan penangkapan di alam (Nyuwan, 2000). dalam studi variasi genetik, khususnya pada Evaluasi karakter dari suatu populasi ikan, antara lain esterase (EST), peroksidase dapat dilakukan dengan studi analisis protein (PER), dan malat dehidrogenase (MDH) (protein elektroforesis) ataupun melalui studi (Permana et al., 2004). Pada ikan sidat, morfometrik. Kedua cara tersebut dapat isozim, EST, dan PER dilaporkan dapat digunakan untuk menentukan keragaman divisualisasikan dengan baik (Susanto et al., genetika dalam struktur populasi (Taniguchi & 2004). Sugama, 1990). Berdasarkan hasil penelitian Abulias Studi genetika pada suatu populasi dan Bhagawati (2006), diperoleh informasi spesies organisme dimaksudkan untuk bahwa populasi ikan betutu di waduk Penjalin memberikan evaluasi mengenai variasi genetik Brebes, dapat mengekspresikan isozim ACP,

Keragaman Genetik Ikan Betutu ... (Abulias dan Bhagawati) 2

AAT, EST, PER, dan MDH dengan baik. sumber genetik lokal. Akan tetapi, dari tujuh lokus yang tervisualisasi, maka nilai polimorfisme lokus METODE PENELITIAN dan heterozigositas rata-rata yang dimiliki Pengumpulan b etutu d ari w aduk adalah nol. Dengan demikian, dapat dikatakan Pangsar Soedirman Banjarnegara dan waduk bahwa pada populasi ikan betutu di waduk Rawa Pening Salatiga dilakukan secara Penjalin Brebes, tidak terdapat keragaman purposive sampling. Sampel ikan yang genetik. Hal itu terjadi diduga berkaitan diperoleh diseleksi dan dibedakan dalam dua dengan menurunnya ukuran populasi dan kelompok berdasarkan sifat morfologinya adanya isolasi geografis yang menghalangi (simetri dan asimetri). Masing-masing berlangsungnya aliran gen (gene flow) dari kelompok selanjutnya dianalisis keragaman sumber genetik lain. Oleh karena itu, perlu genetiknya berdasarkan interpretasi pola pita dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan isozim (AAT, ADH, MDH, EST, ACP, dan keragaman genetik ikan betutu di kawasan PE R) ya ng di pe ro le h de ng an te kn ik waduk Penjalin tersebut. elektroforesis gel pati horizontal. Keragaman Salah satu upaya yang dapat ditempuh genetik dilihat berdasarkan polimorfisme untuk meningkatkan keragaman genetik ikan lokusnya dan kekerabatan genetik diketahui betutu di waduk Penjalin yaitu dengan berdasarkan analisis kluster menggunakan mengalirkan gen dari sumber genetik lain. metode UPGMA (Unweighted Pair Group Untuk mendukung upaya mendapatkan sumber Method with Arithmetic Average) melalui genetik lokal yang mempunyai keragaman program Numerical Taxonomy and tinggi, maka telahdilakukan penelitian untuk Multivariate System (NTSYS) versi 2.0. mengetahui keragaman genetik ikan betutu asal waduk Panglima Soedirman dan Rawa Pening HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan visualisasi pola pita isozimnya, Menurut Purwanto et al. (2002), studi yang didukung dengan kajian karakter identifikasi dengan ciri morfologi kurang morfologinya. Dasar pemilihan lokasi tersebut akurat karena dasar yang digunakan adalah karena dari hasil survei pendahuluan diketahui fenotipe. Dengan demikian, keanekaragaman bahwa pada waduk Panglima Soedirman dan yang terlihat merupakan keanekaragaman Rawa Pening juga terdapat ikan betutu. fenotipe yang masih dipengaruhi oleh faktor Indriani et al. (2002) menyatakan lingkungan. Andreas et al. (2000) dan bahwa semakin tinggi variasi genetik plasma Purwanto et al. (2002) menyatakan bahwa nutfah, semakin besar peluang untuk memper- sebagai penanda molekuler dalam studi oleh organisme dengan sifat yang diinginkan. identifikasi, maka isozim tidak dipengaruhi Berkaitan dengan upaya mencari sumber oleh lingkungan. genetik lokal yang mempunyai keragaman Karakterisasi genetik pada suatu genetik tinggi, maka telah dilakukan penelitian populasi mencakup proporsi lokus polimorfik, yang bertujuan untuk mengetahui keragaman jumlah rata-rata alel per lokus, heterozigositas, genetik ikan betutu asal waduk Soedirman dan dan jarak genetik. Jarak genetik diukur atas Rawa Pening berdasarkan analisis isozim, dasar frekuensi alel rata-rata untuk semua sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai lokus pada suatu populasi (Neil, 1978).

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 1, Juni 2010, hal. 1-6 3

Be rd as ar ka n at as pi ta -p it a ya ng dicapai adalah 0,417 (41,7%). Betutu simetris tervisualisasikan pada gel elektroforesis dapat mampu memvisualisasikan 10 lokus dan 5 dihitung frekuensi alel pada masing-masing lokus yang bersifat polimorfis, sehingga dera- lokus. Hasil perhitungan frekuensi alel serta jat polimorfisnya adalah 0,50 (50%). Betutu polimorfisme lokus pada betutu simetris dan asimetris juga mampu memvisualisasikan 10 asimetris asal waduk Soedirman dan Rawa lokus dan 5 lokus bersifat polimorfis. Dengan Pening secara keseluruhan dapat dilihat pada demikian, derajat polomorfis antar betutu Tabel 1 dan 2. simetris dan asimetris pada populasi waduk Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel Soedirman nilainya sama, yaitu 0,50 (50%). 1) diketahui bahwa betutu asal waduk Nilai polimorfisme lokus yang diperoleh Soedirman dapat memvisualisasikan 12 lokus menggambarkan tingkat keanekaragaman dan 5 di antaranya bersifat polimorfis, yaitu genetik populasi betutu asal waduk Soedirman. isozim PER, MDH-2, EST, ADH, dan AAT, Tabel 2 merupakan rangkuman hasil sedangkan lokus lainnya bersifat monomorfis. perhitungan polimorfisme lokus dari populasi Atas dasar sejumlah lokus yang bersifat betutu asal Rawa Pening. Lokus yang dapat polimorfis, maka derajat polimorfisme yang divisualisasikan sebanyak 10 buah dan 4 di

Tabel 1. Hasil Perhitungan Jumlah Lokus, Jumlah Genotip, Frekuensi Alel, dan Polimorfisme Lokus Ikan Betutu Asal Waduk Soedirman

Asal Lokus Jumlah Genotipe Frekuensi Alel No. S Po*) Populasi Enzim AA Aa aa A a 1. a. Simetris PER 4 1 0 5 0,90 0,10 P 2. MDH-1 4 0 0 4 1,00 0,00 M 3. MDH-2 4 1 0 5 0,90 0,10 P 4. MDH-3 5 0 0 5 1,00 0,00 M 5. EST 0 1 4 5 0,10 0,80 P 6. ADH 4 1 0 5 0,90 0,10 P 7. ACP-1 2 0 0 2 1,00 0,00 M 8. ACP-2 5 0 0 5 1,00 0,00 M 9. ACP-3 5 0 0 5 1,00 0,00 M 10. AAT 0 5 0 5 0,50 0,50 P 11. b. Asimetris PER 0 5 0 5 0,50 0,50 P 12. MDH-1 5 0 0 5 1,00 0,00 M 13. MDH-2 4 1 0 5 0,90 0,10 P 14. MDH-3 4 1 0 5 0,90 0,10 P 15. EST 0 5 0 5 0,50 0,50 P 16. ADH 0 5 0 5 0,50 0,50 P 17. ACP-1 3 0 0 3 1,00 0,00 M 18. ACP-2 3 0 0 3 1,00 0,00 M 19. ACP-3 5 0 0 5 1,00 0,00 M 20. AAT 0 5 0 5 0,50 0,50 P Keterangan: A = alel dengan migrasi cepat (fast allele), a = alel dengan migrasi lambat (slow allele), N = jumlah individu yang memvisualisasikan pita, M= monomorf, dan P = polimorf.

Keragaman Genetik Ikan Betutu ... (Abulias dan Bhagawati) 4 antaranya merupakan lokus polimorfis, derajat lebih rendah dibandingkan yang simetris. Hal polimorfis yang dapat dicapai sebesar 0,40 ini mengingat pada betutu asimetris tersebut (40%). Betutu simetris dan asimetris mampu telah mengalami kecacatan organ meristis sejak mengekspresikan 9 lokus dan masing-masing 3 dilahirkan, sehingga dimungkinkan terdapat di antaranya merupakan lokus polimorfis, beberapa gen yang telah hilang maupun meng- sehingga kelompok tersebut memiliki derajat alami mutasi yang dapat mengakibatkan tingkat polimorfis sebesar 0,333 (33,3%). keragaman genetiknya menurun. Menurut Betutu simetris dan asimetris asal Clarke (1992), kestabilan perkembangan waduk Soedirman mempunyai derajat organ-organ berpasangan pada hewan polimorfisme lokus yang sama, yaitu 0,5. Nilai berhubungan erat dengan tingkat keragaman tersebut lebih tinggi dari yang dicapai oleh genetiknya. Young et al. (1995) menyatakan betutu simetris dan asimetris asal Rawa Pening bahwa adanya asimetri bilateral pada ikan yang mencapai 0,333. Hasil tersebut rainbow trout, signifikan dengan peningkatan memberikan gambaran bahwa tidak ada homozigositas pada ikan tersebut. perbedaan keragaman genetik antara betutu Pencapaian hasil perhitungan derajat simetris dan asimetris. Semestinya, betutu polimorfisme serta heterozigositas dari kedua asimetris memiliki derajat polimorfisme yang populasi betutu tersebut perbedaannya tidak

Tabel 2. Hasil Perhitungan Jumlah Lokus, Jumlah Genotip, Frekuensi Alel, dan Polimorfisme Lokus Ikan Betutu Asal Waduk Rawa Pening

Asal Lokus Jumlah Genotipe Frekuensi Alel No. S Po*) Populasi Enzim AA Aa aa A a 1. a. Simetris PER 5 0 0 5 1,00 0,00 M 2. MDH-1 5 0 0 5 1,00 0,00 M 3. MDH-2 5 0 0 5 1,00 0,00 M 4. MDH-3 5 0 0 5 1,00 0,00 M 5. EST 4 0 0 4 1,00 0,00 M 6. ADH 0 2 3 5 0,20 0,80 P 7. ACP-1 2 0 0 2 1,00 0,00 M 8. ACP-2 0 4 1 5 0,40 0,60 P 9. ACP-3 0 1 4 5 0,10 0,90 P 10. AAT 3 0 0 3 1,00 0,00 M 11. b. Asimetris PER 0 2 2 4 0,25 0,75 P 12. MDH-1 4 0 0 4 1,00 0,00 M 13. MDH-2 5 0 0 5 1,00 0,00 M 14. MDH-3 5 0 0 5 1,00 0,00 M 15. EST 0 5 0 5 0,50 0,50 M 16. ACP-1 2 5 0 2 1,00 0,00 M 17. ACP-2 3 0 0 3 1,00 0,00 M 18. ACP-3 5 0 0 5 1,00 0,00 M 19. AAT 1 3 0 4 0,333 0,667 M Keterangan: A = alel dengan migrasi cepat (fast allele), a = alel dengan migrasi lambat (slow allele), N = jumlah individu yang memvisualisasikan pita, M = monomorf, dan P = polimorf.

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 1, Juni 2010, hal. 1-6 5 terlalu banyak (1,7%). Akan tetapi, nilai heterozigositas. tersebut sudah dapat memberikan informasi bahwa betutu asal waduk Soedirman memiliki KESIMPULAN DAN SARAN keragaman genetik yang lebih baik daripada Kesimpulan populasi Rawa Pening. Hal itu dapat dipahami 1. Derajat polimorfis yang dimiliki oleh karena tingkat eksploitasi betutu di Rawa betutu simetris dan asimetris Soedirman Pening lebih tinggi daripada di waduk nilainya sama (0,5). Begitu juga dengan Soedirman, sehingga jumlah populasi terbatas betutu simetris dan asimetris Rawa Pening, dan keadaan tersebut berakibat turunnya nilainya sama (0,33). Akan tetapi, derajat keragaman genetik akibat terjadinya kasus polimorfis yang dicapai oleh betutu Rawa silang dalam. Pening (0,400) masih lebih rendah Menurut Matondang et al. (2001), daripada betutu Soedirman (0,417). keragaman genetik dapat terjadi karena adanya 2. Populasi betutu asal waduk Soedirman perubahan nukleotida penyusun DNA. memiliki keragaman genetik yang lebih Perubahan itu mungkin dapat memengaruhi baik daripada populasi Rawa Pening, fenotipe suatu organisme yang dapat dilihat sehingga dapat digunakan sebagai sumber secara langsung atau dari reaksi individu genetik lokal. terhadap lingkungan tertentu. Secara umum, Saran keanekaragaman genetik suatu populasi dapat Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terjadi karena adanya mutasi, rekombinasi atau dengan menyilangkan ikan betutu antarpopulasi migrasi gen dari suatu tempat ke tempat lain. (Brebes, Banjarnegara, dan Salatiga) untuk Di samping itu, struktur genetik suatu populasi mendapatkan informasi keragaman genetik dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keturunannya. Di samping itu, juga untuk besarnya populasi, cara reproduksi individu, me nd uk un g up ay a ko ns er va si me la lu i dan seleksi. restocking. Hadie (2001) menyatakan bahwa penurunan keanekaragaman genetik dapat DAFTAR PUSTAKA disebabkan oleh founder effect, genetic drift, Abulias, M.N. dan D. Bhagawati. 2006. dan inbreeding. Kecilnya populasi akan meng- Keragaman genetik Populasi Ikan Betutu arah kepada founder effect, yaitu terjadinya (Oxyeleotris sp.) Di Perairan Waduk Penjalin Brebes. Laporan Penelitian silang dalam yang berakibat rusaknya Fundamental. Fakultas Biologi keanekaragaman genetik. Tidak adanya UNSOED, Purwokerto (tidak penambahan materi gen baru dari populasi lain dipublikasikan). akhirnya akan mengacu kepada penghanyutan Hadie, W. 2001. Konservasi: Strategi Etik dan genetik (genetic drift). Penurunan populasi Pendekatan Analisis genetika Molekuler, berpotensi meningkatkan peluang terjadinya Kasus pada Lele Lokal Clarias batrachus di Pulau Jawa. Makalah Falsafah Sains, silang dalam (inbreeding), yang akan Program Pasca sarjana IPB, Bogor. meningkatkan homozigositas atau menurunnya

Keragaman Genetik Ikan Betutu ... (Abulias dan Bhagawati) 6

Hadie, W., L. Pouyaud & L.E. Hadie. 1998. Prentice, H.C. 1984. Enzyme Polymorphism, Implementasi genetika Molekuler pada Morphometric Variation, and Population Ikan Lele Clarias batrachus untuk Structure in a Restricted Endemic Silene Keberlanjutan Usaha Budidayanya. J. Diclinis (Caryophillaceae). Biological Penel. Sains dan Teknologi. Edisi Journal of the Linnean Society 22:125- Khusus. FMIPA, UNILA, 350-355. 143. . 2000. Strategi Konservasi Melalui Purwanto, E., E. Sukaya, Setianto, dan H. Pendekatan Analisi mt-DNA: Kasus pada Santoso. 2002. Identifikasi Berdasar Ikan Lele (Clarias batracus) di Pulau Penanda Isozim terhadap Plasma Nutfah Jawa. Prosiding Seminar Nasional Jeruk Besar (Citrus maxima Merr.) Di Keanekaragaman Hayati Ikan. p:115-120. Blora Jawa Tengah. Bio SMART 4(2):44- 47. Indriani, F.C., L. Soetopo, Sudjindro, dan A.N. Sugiharto. 2002. Keragaman Richardson, B.J., P.R. Baverstock, and M. Genetik Plasma Nutfah Kenaf (Hibiscus Adams. 1986. Allozyme Electrophoresis; cannabicus L.) dan Beberapa Spesies a Handbook for Animal Systematic and yang Sekerabat Berdasarkan Analisis Population Studies. Academic Press, Isozim. Biosains 2(1):29-39. North Ryde. Nuryanto, A., N. Sugiri, D.S. Sjafei, dan Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci M.F. Rahardjo. 2002. Pola Pita Beberapa Identifikasi Ikan. Binacipta, Bandung. Enzim Otot Ikan Nilem dari Dua Habitat Sastra, D.R. 2002. Analisis Keragaman Berbeda. Sains Akuatik 5(2):38-44. Genetik Tanaman Kentang (Solanum Nuryanto, A., Soemarjanto dan Indarmawan. tuberosum L.) dengan Penanda Isozim 2003. Analisis Kekerabatan Filigenetik dan Morfologi. Prosiding Seminar Bekicot (Achatina sp) dari Kabupaten Teknologi untuk Negeri 26-28 Maret. , Banjarnegara, Purbalingga, Badan Pengkajian dan Penerapan dan Banyumas. Laporan Penelitian Teknologi Vol. II :23-28. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto. Savolainen, O. 1994. Genetics Varitions and (tidak dipublikasikan). Fitness: Onservation Lesson for Pines. Nyuwan, S.B. 2000. Ikan Betutu Masih In: Conservation Genetics. Loeschcke, Menangkap dari Alam. Trubus Juli 2000. V., J. Tomiuk, and S.K. Jain (Eds). Basel, Boston, Berlin. 27-36. Permana, I.G.N., S.B. Moria, Haryanti, dan K. Sugama. 2001. Pengaruh Domestikasi Sulistiyono, A. 2003. Skrining Beberapa terhadap Variasi Genetik pada Ikan Enzim untuk Identifikasi Anguilla sp Di Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Kawasan Segara Anakan Cilacap. Skripsi. Dideteksi dengan allozyme Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto electrophoresis. Jurnal Penelitian (tidak dipublikasikan). Perikanan 7(1):25-29. Taniguchi, N. and K. Sugama. 1990. Genetic Permana, I.G.N., S.B. Moria, dan Haryanti. Variation and Population Structure of Red 2004. Keragaman Biokimia dan Karakater Sea Bream in The Coastal Waters of Morphometrik pada Rajungan (Potunus Japan and The East China Sea Nipon pelagicus) Bali dan Sulawesi Selatan. Suisan Gakkaishi. Formerly Bull. Japan Makalah. Disampaikan pada Seminar Soc. Sci. Fish 56(7). Nasional Biologi. FMIPA - ITS, Surabaya. Tanggal 25 September 2004.

Jurnal Pembangunan Pedesaan Volume 10 Nomor 1, Juni 2010, hal. 1-6