GAYA KEPEMIMPINAN AKTOR POLITIK

(Studi Terhadap Kepemimpinan Anies Baswedan dalam Kebijakan Penataan

Kawasan Tanah Abang Tahun 2018)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Ahmad Nur Najmawan NIM: 11141120000041

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 1440 H/2018 M

ABSTRAK

Nama : Ahmad Nur Najmawan Judul : ELIT POLITIK DAN KEBIJAKAN PUBLIK: Studi Terhadap Gaya Kepemimpinan Anies Baswedan dalam Kebijakan Penataan Kawasan Tanah Abang Tahun 2018. Skripsi ini berusaha mengalisis gaya kepemimpinan Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tahun 2018. Gaya kepemimpinan Anies Baswedan sangat mempengaruhi kebijakan yang lahir untuk penataan kawasan Tanah Abang. Lahirnya kebijakan ini berdasarkan Instruksi Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 melahirkan pro-kontra dalam masyarakat dan menimbulkan kritik-kritik dari lembaga negara lain khisusnya yang terkait dengan pengelolaan kawasan Tanah Abang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data dan wawancara dengan narasumber kemudian di analisa secara deskriptif. Dalam mengalisis pro-konta dalam masyarakat di kawasan Tanah Abang penulis menggunakan teori unsur-unsur kebijakan publik. Sedangkan, untuk mengalisis gaya kepemimpinan Anies Baswedan penulis menggunakan teori gaya kepemimpinan dengan pendekatan yang dilakukan pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat berekerja secara efektif dan mendapatkan hasil maksimal. Hasil penelitian ini menjelaskan kepemimpinan Anies Baswedan menerapkan gaya kepemimpinan Laissez Faire yang terlalu memberikan pendelegasian wewenang, tidak kompeten, kurang komunikasi, gaya bicara retorik, dan melanggar hukum. Kebijakan penataan kawasan Tanah Abang banyak merugikan stakeholders yang sudah berada lama di kawasan Tanah Abang seperti pedagang kios Blok G dan sopir mikrolet yang mengalami penurunan omzet secara derastis. Untuk itu banyaknya tuntutan dari banyak pihak yang merasa dirugikan termasuk lembaga negara seperti Polda Metro Jaya karena tidak diajak untuk berdiskusi sebelum kebijakan ini dirilis. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini belum berjalan secara efektif karena banyak menimbulkan permasalahan baru.

Kata Kunci: Kebijakan, Penataan Kawasan Tanah Abang, Anies Baswedan, Gaya Kepemimpinan, Pro-Kontra

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan keinginan dan kekuatan bagi seluruh umat manusia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban dalam rangka melengkapi syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian penulis tidak akan muncul tanpa adanya berkat pertolongan

Allah SWT dan bantuan berbagai pihak, hingga akhirnya skripsi ini dapa diselesaikan.

Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Iding Rosyidin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu PolitikFakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Suryani, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Ahmad Bakir Ihsan, M.Si., selaku dosen pembimbing. Terimakasih telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, saran, nasihat, dan

semangat serta motivasi yang selalu diberikan dalam menyempurnakan skripsi.

v

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa

disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala dedikasinya yang telah

memberikan banyak ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.

6. Kepada orang tua, Etin Nurhaetin Ningrum, M.Si., yang selalu medoakan

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, serta karena kerja keras

beliau penulis dapat sampai kepada titik ini.

7. Kepada narasumber yang memberikan data dan informasi kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini anata lain; Dominikus dalu

(Plt. Ketua Ombudsman Jakarta Raya), Maznar Thahir (Ketua Koperasi

pedagang blok g Tanah Abang), Mustofa (Supir mikrolet M08), Julius Sagala

(Kepala Seksi UKM Dinas UMKM DKI Jakarta), Kombes Budiyanto

(Kasubdit Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya), Agustianus Fabiam (Kepala

Seksi Pengendalian dan Oprasional Dinas Perhubungan DKI Jakarta), Isan

(PKL di jalan Jatibaru)

8. Kepada senior-senior di kampus yang selalu membimbing penulis selama

berjuang dan berkuliah di FISIP UIN Jakarta, yaitu Fajar Fachrian, Rizki

Ahmad Zainuri, Gerry Novandika Age, Sopian Hadi Permana, Travelio Ryan

Agusta, Putri Nurafifah, Aldo Serena, Luthfi HB, Hijri Prakasa Sofyan Hadi

dan lain-lain masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu-persatu serta

tidak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada mereka.

9. Kepada kawan-kawan Ilmu Politik 2014 yaitu, Barri, Guntur, Alvin ,

Aufarmario, Hisyam, Aprijal, Rizky Sinulingga, Rizky Ikhwani, Mardiyulloh,

vi

Milla, Anita, Wova, Igman, Fahmil, Yaser, Hammardan, Reno , M. Faried,

Deny, Yodi, Indra, Ezha, Rudi, Mahlizar, M. Fariz, Anisa NR dan kawan-

kawan lainnya.

10. Kepada kawan-kawan seperjuangan HMI Komfisip yaitu, Ahmad Rizky

Furqon, Adi Saputra, Aden, Abyan, Sultan, Syauqi, Rapli, Firman, Kacang,

Ahong, Irpun, Chivalry, Irul, Redi dan lain-lain

11. Kepada teman-teman yang banyak membantu penulis yaitu, Ina Triana, Alfian,

Wida, Naufal abs dan lain-lain

12. Kepada teman-teman KKN UNITED 77 yaitu Avia, Laras, Jambrong, Mega,

Dony, Dedy, Iyung, Munzir,Fergy, Tasya, Habibah dan lain-lain.

Tanpa adanya mereka, penulis tidak yakin penelitian ini dapat selesai dengan baik. Penulis berterima kasih dengan sepenuh hati, semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka. Namun demikian, penulis bertanggungjawab penuh atas segala kekurangan dalam penelitian ini, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciputat, 17 September 2018

Ahmad Nur Najmawan

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME···················································· i PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ················································· ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ·············································· iii ABSTRAK ························································································· iv KATA PENGANTAR ············································································ v DAFTAR ISI ·····················································································viii

BAB I PENDAHULUAN ········································································ 1 A. Pernyataan Masalah ······································································· 1 B. Pertanyaan Penelitian ····································································· 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ························································· `7 D. Tinjauan Pustaka ··········································································· 8 E. Metode Penelitian ·········································································12 F. Sistematika Penulisan ····································································14

BAB II KERANGKA TEORI ·································································16 A. Teori Kebijakan Publik ··································································17 A1. Pengertian Kebijakan Publik ·······················································17 A2. Unsur-Unsur Kebijakan Publik ····················································18 a. Tujuan Kebijakan ································································18 b. Masalah/Latar Belakang ························································19 c. Tuntutan ···········································································19 d. Dampak ···········································································20 e. Sarana atau Alat Kebijakan ····················································21 B. Teori Elit ···················································································22 C. Teori Kepemimpinan ·····································································24 C1. Pengertian Kepemimpinan ·························································21 C2. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire ···············································26

BAB III PROFIL ANIES BASWEDAN DAN SEJARAH JAKARTA ···············28 A. Profil Anies Baswedan ···································································28 A1. Biografi Anies Baswedan ··························································28 A2. Anies Baswedan dan Dunia Pendidikan ··········································30 A3. Anies Baswedan Terjun ke Dunia Politik ········································32

viii

B. Sejarah Jakarta ············································································38 B1. Gambaran Umum Tentang Jakarta ················································37 B2. Gambaran Tentang Tanah Abang ·················································39 B3. Pedagang Kaki Lima di Tanah Abang ············································41

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN ANIES BASWEDAN DALAM UNSUR KEBIJAKAN PENATAAN PEDAGANG KAWASANTANAH ABANG ··················· 44 A. Pro Kontra Kebijakan Penataan Kawasan Tanah Abang ···························45 A1. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima ·············································· 46 A2. Kebijakan Rekaya Lalu Lintas di Kawasan Tanah Abang ···························· 59 A3. Sarana dan Alat Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ······················· 59 B. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Gubernur Anies Baswedan dalam Kebijakan Penataan Kawasan Tanah Abang ··········································76 B1. Pendelegasian Wewenang ··························································77 B2. Tidak Kompeten ·····································································79 B3. Gaya Bicara Retorik ·································································81 B4. Kurang Komunikasi ·································································82

BAB V PENUTUP ················································································85 A. Kesimpulan ················································································85 B. Saran ························································································88

DAFTAR PUSTAKA ············································································89

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.A.1 Peta Jalan Jatibaru Raya……………………………………..61

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan Ibukota Negara Republik

Indonesia yang menjadi sumber pusat perhatian publik dari seluruh daerah. Terdapat banyak hal yang mendorong orang-orang ingin merasakan hidup lebih baik dan memilih bermigrasi ke Ibukota Republik . Ibukota Negara Republik

Indonesia menjadi primadona untuk memperbaiki taraf hidup karena dinilai memiliki

Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi dibandingan daerah lain.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diukur dari pencapaian pembangunan manusia berdasarkan beberapa komponen dasar dari kualitas hidup. Dalam ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui tiga dimensi dasar, lain; umur panjang dan kesehatan, pengetahuan, serta kehidupan yang layak. Dari tiga dimensi tersebut, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi. Pertama seperti dimensi umur panjang dan sehat. Hal ini digunakan untuk ukuran angka harapan hidup. Kedua, dalam mengidentifikasi dimensi pengetahuan dipakai alat ukur angka melek huruf dan rata- rata lama sekolah. Ketiga, dalam mengidentifikasi dimensi hidup layak memggunakan alat ukur kemampuan daya beli masyarakat terhadap kebutuhan pokok dan komoditas barang lainnya. Hal tersebut, dihitung dari rata-rata pendpatan per- kapita.1

1 BPS DKI Jakarta, “Indeks Pembangunan Manusia”, https://jakarta.bps.go.id, 11 Februari 2018.

1

Menurut data BPS, Provinsi DKI Jakarta merupakan wilayah yang memiliki

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang paling tinggi mencapai 79,60 (tumbuh

0,77% dibanding 2015). Pada 2017, BPS DKI Jakarta mengeluarkan data angka harapan hidup, yaitu 72,48 tahun. Selanjutnya, komponen angka harapan lama sekolah, yaitu 14 tahun, dan kompoten rata-rata lama sekolah adalah 10, 8 tahun.

Dalam pengeluaran perkapita masyarakat DKI Jakarta dapat mencapai Rp. 17,48 juta perbulan.2

Masih banyak masalah yang harus diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta. Menurut data dari survei yang dilakukan oleh Qlue, terdapat 10 besar permasalahan yang sangat dikeluhkan oleh warga DKI Jakarta.3 Pada 2017, quarter pertama Qlue mengeluarkan data hasil dari laporan masyarakat DKI Jakarta terkait permasalahan yang banyak terjadi di lingkungannya. Setelah diakumulasi bahwa terdapat 10 besar permasalahan yang hadir, yaitu pertama parkir liar, kedua sampah, ketiga pedagang kaki lima, keempat iklan liar, kelima jalan rusak, keenam fasilitas umum rusak, ketujuh macet, kedelapan banjir, kesembilan penerangan jalan umum, dan kesepuluh pelanggaran.4

Dari permasalahan tersebut, harus dicari solusinya untuk menata pedagang kaki lima (PKL) agar tertata rapi serta tidak merampas pekerjaan. Hal ini menjadi tugas berat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Gubernur Anies Baswedan dikarenakan

2 Eduardo Simorangkir, “Kualitas Hidup Manusia di Jakarta Paling Tinggi di Indonesia”, https://finance.detik.com, 17 April 2017. 3. Redaksi Tri , “Definis Qlue”, https://tri.co.id, 11 Februari 2018. 4 Rizal Adiputra, “10 Permasalahan Yang Paling Banyak Dilaporkan”, http://www.esquire.co.id, 11 April 2017.

2

permasalahan PKL memang menjadi salah satu tuntutan masyarakat agar wilyah DKI

Jakarta menjadi layak untuk dipandang oleh kalangan internasional.

Wilayah pasar Tanah Abang memiliki permasalahan yang beragam. Di antaranya adalah penanganan informal pedagang kaki lima dan kemacetan arus lalu lintas dari beberapa tahun terakhir. 5 Hal ini membuat Gubernur Anies Baswedan membuat agenda prioritas untuk melaksanakan kebijakan Instruksi Gubernur Nomor

17 Tahun 2018 terkait penataan kawasan Tanah Abang. Terdapat kurang lebih 372 pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di tengah jalan Jatibaru Raya Tanah

Abang. Mulai Jumat 27 Desember 2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menfasilitasi PKL untuk berjualan. Bahkan, Gubernur Anies yang menempatkan tenda berwarna-warni. Hal ini mengakibatkan proses rekayasa lalu lintas berlangsung mulai jam 8 pagi hingga jam 6 sore. Dalam menfasilitasi PKL perlu ditutupnya jalan

Jatibaru Raya di depan stasiun Tanah Abang. Maksud dari Gubernur Anies, agar seluruh pihak yang memiliki kepentingan bisa ter-akomodasi.6

Semenjak dikeluarkan kebijakan tersebut tentu mengakibatkan pro-kontra yang luar biasa bagi para elemen-elemen yang berkecimpung di Tanah Abang. Jika dianalisis maka terdapat banyak yang terkena imbas dari kebijakan penataan PKL yang dikeluarkan oleh Gubernur Anies, seperti PKL, pedagang kios, pejalan kaki,

5 Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, “Potensi Wilayah”, https://kecamatantanahabang.jakarta.go.id, 11Februari 2018. 6 Yunizafira Putri, “Jurus Anies Tata Tanah Abang, Siapa Yang Diuntungkan?”, http://news.liputan6.com, 23 Desember 2017..

3

angkutan umum, dan kendaraan bermotor. Hal ini membuat berbagai respon dari banyak masyarakat mengenai penataan Tanah Abang menjadi semerawut.7

Hal lainnya, banyak pendapat yang mengatakan bahwa kebijakan yang diterapkan oleh Gubernur Anies tidak sesuai dengan peruntukannya seperti trotoar dan bahu jalan. Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) POLDA Metro Jaya berpendapat bahwa kebijakan penggunaan jalan Jatibaru untuk relokasi PKL tidak tepat karena menimbulkan problem kemacetan baru yang makin parah terutama pada jam sibuk

Tanah Abang. Untuk itu Dirlantas POLDA Metro Jaya menyarankan untuk Gubernur

Anies bersama Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk mengkaji ulang kebijakan ini agar tidak menimbulkan permasalahan baru.8

Ombudsman Republik Indonesia sebagai badan yang punya kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggaraan Negara pun ikut angkat bicara mengenai polemik penataan PKL di

Tanah Abang ini9. Ombudsman RI berpendapat bahwa kebijakaan penataan PKL

Tanah Abang ini terdapat potensi maladministrasi10 karena melanggar kebijakan itu dapat bertentangan dengan UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan

7 Shintaloka Pradita, “Suara Pro-kontra penataan Tanah Abang Ala Anies-Sandi”, https://tirto.id, 25 Desember 2017. 8 Akhdi Martin Pratama, “Polisi Minta Kebijakan Penutupan Jalan di Tanah Abang Dikaji Ulang”, http://megapolitan.kompas.com, 29 Desember 2017. 9 Ombudsman Republik, “Sekilas Ombudsman”, http://www.ombudsman.go.id/, 13 Februari 2018. 10 Maladministrasi adalah perilaku melawan hukum, melampaui wewenang, menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian kewajiban hukum dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara negara dan pemerintah yang menimbulkan kerugian materil dan atau immaterial bagi masyarakat dan perseorangan (UU No. 37 Tahun 2008 Bab 1 Angka 3).

4

Daerah tentang Ketertiban Umum. Selain itu, Kebijakan tersebut juga merugikan stakeholder (pemangku kepentingan) lain, seperti pemilik toko yang rugi karena kebijakan yang tidak berpihak kepadanya.11

Pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah, menilai kebijakan perlu dikaji, karena kebijakan itu melanggar aturan fungsi jalan seperti di Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 Tentang

Ketertiban Umum. Kebijakan program kurang tepat dan perlu dikaji ulang karena keberadaan PKL yang berjualan dengan menutup jalan akan mengganggu fungsi jalan. Meskipun Gubernur boleh menetapkan daerah atau lokasi PKL tetapi hal ini bertabrakan dengan peraturan perundang-perundangan.12

Setelah berjalannya protes yang cukup besar maka Gubernur Anies

Baswedan yang juga sebagai elit politik dalam merancang kebijakan pun angkat bicara mengenai hal ini. Gubernur Anies mengatakan bahwa nanti akan dibicarakan kembali dengan mengkaji kebijakan ini. Dalam tahap transisi ini Gubernur Anies ingin melihat skala besar Tanah Abang dan membuat kebijakan yan pas dan tepat sasaran kepada seluruh stakeholder yang ada.13

Selain kebijakan Penataan PKL Tanah Abang Gubernur Anies juga mengeluarkan beberapa kebijakan yang mengundang polemik dan sorotan terhadap

11 Priska Sari Sartiwi, “ Ombudsman Sebut Permasalahan Tanah Abang Rawan Maladministras”, https://www.cnnindonesia.com, 29 Desember 2017. 12 Glery Lazuardi, “Kebijakan penataan Tanah Abang dinilai melanggar Perda Ketertiban Umum”, http://www.tribunnews.com, 22 Desember 2017. 13 Nursita Sari “Anies: Kami Paham Aspirasi Sopir Angkot Tanah Abang Nanti Dibicarakan Lagi”, http://megapolitan.kompas.com, 22 Januari 2018.

5

masyarakat. Kebijakan ini dinilai cenderung merubah kebijakan dari pada Gubernur terdahulu. Kebijakan tersebut antara lain; pertama legalisasi becak, kedua hak guna bangunan pulau reklamasi, ketiga penambahan honor Tim Gubernur Untuk

Percepatan Pembangunan (TGUPP), keempat pencabutan larangan motor melintas di

Jalan Thamrin.14

Anies Baswedan sebagai Gubernur yang merupakan elit politik mencoba melakukan terobosan baru yang cukup berani. Hal ini menjadi polemik yang terjadi dalam masyarakat bagaimana gaya kepemimpinan Anies Baswedan dalam kebijakan penetaan kawasan Tanah Abang menjadi menarik dan penting untuk dikaji secara ilmiah.

Karena gaya seorang pemimpin sebagai elit politik turut mendeterminasi cara bagaimana kebijakan tersebut diformulasikan dan diimplementasikan. Gaya kepemimpinan merupakan sebuah pendekatan yang dibentuk seorang pemimpin untuk memimpin, mempengaruhi dan menggerakkan sumber daya manusia yang dipimpin agar bekerja secara baik serta efektif untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan.15

Berdasarkan pernyataan masalah di atas menjadi penting untuk meneliti kepemimpinan Anies Baswedan terhadap kebijakan penataan kawasan Tanah Abang.

Pada penelitian ini, penulis mengambil tema “Elit Politik dan Kebijakan Publik: Studi

14 Nancy Junita, “ Tiga Bulan Menjabat 5 Kebijakan Anies-Sandi Tuai Kontroversi”, http://jakarta.bisnis.com, 17 Januari 2017. 15 Sondang Siagian, Teori dan Paraktek Kepemimpinan, (Jakarta, Rineka Cipta, 1989), h. 15.

6

Terhadap Kepemimpinan Anies Baswedan dalam Kebijakan Penataan Kawasan

Tanah Abang Tahun 2018”.

B. Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian lebih terarah dan terfokus, penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini melalui pertanyaan sebagai berikut;

1. Mengapa Kebijakan Anies Baswedan Dalam Penataan Kawasan Tanah Abang

Menimbulkan Pro-Kontra Bagi Stakeholder Tanah Abang?

2. Bagaimana Stakeholder Memandang Gaya Kepemimpinan Anies Baswedan

Dalam Kebijakan Penataan Kawasan Tanah Abang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pro-kontra bagi stakeholder yang terjadi dalam

kebijakan penataan kawasan Tanah Abang.

b. Untuk mengetahui dan menganalisis gaya kepemimpinan Anies

Baswedan sebagai Gubernur Provinsi DKI Jakarta dalam

kebijakan penataan kawasan Tanah Abang.

7

2. Manfaat Penelitian

a. Pengembangan studi ilmu politik mengenai gaya kepemimpinan,

khususnya gaya kepemimpinan Anies Baswedan terhadap

kebijakan penataan kawasan Tanah Abang.

b. Penulis mengharapkan dari hasil penelitian yang penulis kaji dapat

menjadi sebuah sumbangan pemikiran dalam ilmu politik bagi

mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

serta masyarakat umum, dalam perspektif kepemimpian dan

kebijakan terhadap Anies Baswedan.

D. Tinjauan Pustaka

Beberapa penelitian sebelumnya membantu penulis dalam menganalisis fenomena gaya kepemimpinan. Beberapa hasil penelitian jurnal, skripsi, dan tesis tersebut penulis gunakan sebagai tinjauan pustaka. Pertama, jurnal yang ditulis oleh

Abu Naim dari Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Banyuwangi 16 . Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana Gus dur menjadi kepala negara serta kepala pemerintahan yang unik karena sangat fenomenal. Gus Dur dianggap fenomenal karena kebijakan-kebijakannya sangat kontroversi seperti me-resuffle jajaran kainet pada saat itu yang di huni oleh para petinggi partai pendukung pemerintahannya, selain itu yang tidak kalah fenomenal ia juga membubarkan departemen penerangan.

16 Abu Naim, “Tipologi Kepemimpinan Gus Dur”, Jurnal Darussalam Vol. 6 No.1 September 2014.

8

Dalam hal protokoler ia juga sangat nyeleneh karena membiarkan warga bebas masuk ke istana negara. Oleh karena itu dalam penelitian ini masayarakat menganggap bahwa Keppemimpinan Gus dur seperti nyeleneh dan kontroversi namun baik menurut kacamata masyarakat. Sedangkan yang diteliti oleh penulis gaya kepemimpinan elit politik Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang tahun 2018.

Kedua, jurnal yang ditulis M. Rijal. R program studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin Makasar17.

Pada penelitian ini membahas gaya kepemimpinan Bupati Pinrang, yaitu H. A. Aslam

Patonangi menggunakan gaya kepemimpinan demokratis dalam pemerintahannya memberikan insentif atau bonus kepada bawahanny yang bekerja secara maksimal dan berprestasi. H. A Aslam memiliki jiwa sosial yang tinggi kepada bawahan dan seluruh warga kabupaten Pinrang, pengambilan keputusan secara musyawarah, terbuka, dan menerima ide/saran dari bawahan. Terdapat persamaan dalam penelitian tersebut dengan penulis yaitu mengenai gaya kepemimpinan. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah meneliti tentang gaya kepemimpinan elit politik Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tahun

2018.

17 M. Rijal, “Analisis Gaya Kepemimpinan Bupati dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Di Kabupaten Pinrang”, Jurnal Ilmu Pemerintahan” Vol. 6 No. 1 Januari 2013.

9

Ketiga, jurnal yang ditulis oleh A. Zulkarnain dan Syamsuddin Haris Sekolah

Pascasarjana Universitas Nasional18. Dalam penelitiannya hadir sebagai fenomena baru dalam politik di Indonesia. Joko Widodo telah melewati sebanyak dua kali pemilihan walikota Solo pada tahun 2005 dan 2010, dan merasakan satu kali pemilhan Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2012, serta Pemilu Presiden 2014, telah berhasil menghantarkannya duduk di istana Presiden. Model dan gaya kepemimpinan politik Joko Widodo yang biasa menemui masyarakat dengan blusukan menciptakan banyak tanggapan di masyarakat. Banyak masyarakat Melihat metode blusukan yang di populerkan Joko Widodo banyak mendapat perhatian dari masyarkat karena bisa bertatap muka dan mendengar langsung keinginan masyarakat. Sedangkan yang diteliti oleh penulis gaya kepemimpinan elit politik Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tahun 2018.

Keempat, tesis yang ditulis oleh Reza Langi Sofwana Program Studi Ilmu

Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia tahun 2014.19

Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai fenomena baru gaya kepemimpinan politik dalam hal ini Joko Widodo dan pertimbangan-pertimbangan dalam pembuatan gaya kepemimpinannya tersebut. Sebagai kepala daerah Joko Widodo mempunyai peran yang sangat penting dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Media sebagai alat penyebaran informasi kepada masyarakat dimanfaatkan sebgai publisitas

18 A. Zulkarnain dan Syamsuddin Haris, “Fenomena Blusukan Dalam Model Kepemimpinan Politik Jokowi”, Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan Vol. 13 No. 1 2017. 19 Reza Langi Sofwana, Gaya Kepemimpinan Joko Widodo (2005-2013), (Depok; Universitas Indonesia, 2014).

10

kepemimpinan Jokowi karena gaya kepemimpinan selama menjabat kepala derah di

Solo dan DKI Jakarta yang dinilai baik. Dalam menganalisi kepemimpinan Joko

Widodo penelitian ini menggunakan teori Kepemimpinan Populis dan teori

Sosialisasi Politik sebagai pisau analisis. Gaya kepemimpinan politik Joko widodo yang dianggap merakyat dan populis dianalisis berdasarkan popularitas yang tinggi dimiliki Joko Widodo di mata publik. Terdapat persamaan dalam penelitian tersebut dengan penulis yaitu mengenai gaya kepemimpinan. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah meneliti tentang gaya kepemimpinan elit politik

Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tahun 2018.

Kelima, skripsi dengan nama peneliti Linda Yuliawati program studi Ilmu

Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Jakarta tahun

201620. Pada penelitian ini membahas gaya kepemimpinan Prabowo dalam partai

Gerindra dengan gaya kepemimpinan karismatik yang didukung oleh garis keturunan merupakan tokoh legendaris, serta keberaniannya dalam mengorbankan diri dan pengambilan resiko sebagai pemimpin yang bertanggung jawab. Gaya kepemimpinan transformasional dengan meyakinkan visi dan misi yang jelas, memperlihatkan keyakinan terhadap pengikutnya serta gaya kepemimpinan otoriter yang melekat pada

Prabowo. Sedangkan yang diteliti oleh penulis gaya kepemimpinan elit politik Anies

Baswedan dalam penataan kawasan Tahan Abang tahun 2018.

20 Linda Yuliawati, Implementasi Gaya Kepemimpinan Prabowo dalam Partai Gerinda, (Jakarta: UIN Jakarta, 2016).

11

E. Metode Penelitian

E1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif-naratif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku manusia yang dapat dianalisis dan diarahkan pada individu secara utuh.21 Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan fakta-fakta yang berkaitan dengan tema lalu menganalisanya untuk menjawab pertanyaan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dalam mengkaji permasalahan yang diteliti mengenai gaya kepemimpinan Anies Baswedan dalam dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tahun 2018.

E2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data antara lain; a. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data, yaitu dengan cara penulis mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada pihak yang berkompeten.

Tujuan wawancara adalah mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau menguji hipotesis. 22 Penulis melakukan beberapa wawacara kepada pihak yang

21 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 82. 22 Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015), h. 362.

12

berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini penulis mewawancari beberapa narasumber antara lain; Dominikus dalu (Plt. Ketua Ombudsman Jakarta Raya),

Kombes. Budiyanto (Kasubdit. Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya), Agustianus

Fabiam (Kepala Seksi Pengendalian dan Oprasional Dinas Perhubungan DKI Jakarta),

Julius Sagala (Kepala Seksi UKM Dinas UMKM DKI Jakarta), Maznar Thahir

( Ketua Koperasi pedagang Blok G Tanah Abang), Mustofa (Supir mikrolet M08 dan salah satu penggagas demo di balaikota), dan Isan (Pedagang kaki lima di Jalan

Jatibaru Raya). b. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan berupa buku, jurnal, data-data yang terkait dengan penelitian ini yang dapat memberikan keterangan informasi yang bersifat tertulis ataupun tidak. Dokumentasi digunakan untuk mempermudah peneliti mencari hasil penelitian dari permasalahan dan menjabarkan secara detail terkait dengan gaya

Anies Baswedan dalam dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tahun 2018.

E3. Teknik Analisis Data

Teknik yang penulis gunakan ialah deskriptif analitis. Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data dimulai dengan bekerja menggali dan mengumpulkan data-data terkait dari teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis. Setelah data terkumpul maka dilanjutkan kepada tahap reduksi data, yaitu proses mentransformasi dari data yang didapat, seperti mentranskripkan hasil dari wawancara-wawancara yang telah dilakukan, dokumentasi dan dilanjutkan dengan

13

pengolahan data.23 Pengolahan data ini dilakukan dengan cara mengelompokkan data kedalam beberapa kategori, menjelaskan kedalam bagian-bagian, melakukan perpaduan, menyusun ke dalam teori dan menggabungkam dengan temuan penting untuk dipelajari, dan terakhir adalah membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.24 Selain itu data-data yang telah di dapat akan dianalisis oleh teori gaya kepemimpinan dan kebijakan publik yang terdapat dalam kerangka teoretis.

F. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan, penulis membagi kedalam lima bab yaitu;

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini diuraikan tentang segala hal yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yaitu pernyataan masalah, pembatasan dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, dan metode penelitian terkait gaya kepemimpinan Anies Baswedan.

BAB II KERANGKA TEORI. Pada bab ini berisi teori gaya kepemimpinan dan teori kebijakan publik sebagai pisau analisis yang digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian.

BAB III PROFIL ANIES BASWEDAN DAN SEJARAH DKI JAKARTA.

Bab ini merupakan gambaran umum penelitian tentang profil Anies Baswedan dan

23 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, (: Erlangga, 2009), h. 147. 24 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta Bandung, 2006), h. 275.

14

profil Kecamatan Tanah Abang secara umum, termasuk keberadaan PKL yang ada di kawasan tersebut.

BAB IV ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN ANIES BASWEDAN

DALAM KEBIJAKAN PENATAAN KAWASAN TANAH ABANG. Pada bab ini berisi hasil penelitian terkait pro kontra kebijakan penataan kawasan Tanah Abang dan analisis mengenai gaya kepemimpinan Anies Baswedan dalam penataan kawasan Tanah Abang dengan menggunakan teori gaya kepemimpinan dan kebijakan publik.

BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dianggap perlu dari hasil penelitian ini.

15

BAB II

KERANGKA TEORI

Pemimpin sangat berpengaruh dalam menggerakkan roda organisasi yang dipimpinnya. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara pastilah memiliki pemimpin di setiap lini keorganisasian dalam lingkup besar maupun kecil.

Dalam Pemerintahah Provinsi terdapat Gubernur yang menjadi pemimpin sekaligus sebagai elit politik merupakan pihak yang memerihtah daerah agar mencapai tujuannya. Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi elit penguasa yang dapat membuat kebijakan publik.

Pada organisasi pemerintahan pemimpin hadir sebagai pembuat kebijakan dimana segala macam kebijakan yang dikeluarikan bisa diimplementasikan secara tepat agar bisa dinikmati oleh seluruh warga dan masyarakat serta stakeholder yang ia pimpin. Kepemimpinan pada pemerintahan sangatlah erat dengan kebijakan, begitupun di DKI Jakarta seorang Guberbernur Anies Baswedan membuat sebuah kebijakan penataan kawasan Tanah Abang yang memberikan pengaruh luar biasa bagi stakeholder yang berada di kawasan Tanah Abang tersebut. Hal ini dikarenakan oleh gaya kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dalam membuat serta mengimplementasikan kebijakan tersebut. Untuk itu, penulis bermaksud membahas mengenai gaya kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan sebagai elit politik dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang.

16

A. Teori Kebijakan Publik

A1. Pengertian Kebiajakan Publik

Dalam setiap sistem politik di tataran pemerintahan pusat maupun daerah harus mengeluarkan kebijakan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Terdapat kebijakan pentaan kawasan Tanah Abang pada tahun 2018 menjadi angin segar bagi para stakeholder di Tanah Abang. Kebijakan yang dikeluarkan dengan Instruksi

Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 menjadi babak baru dalam menata kawasan Tanah

Abang agar lebih baik.

Berbicara mengenai kebijakan publik pertama-tama perlu memahami konsep mengenai definisi kebijakan dan definisi publik. Untuk dapat menyimpulkan bahwa kebijakan publik sangat erat berkaitan bidang yang di desain sebagai bidang publik.

Ide yang terkandung dalam kebijakan publik merupakan pandangan bahwa ada suatu ruangan yang dominan dalam kehidupan yang bukan privat atau muni dimiliki oleh individual. 1

Definisi publik berasal dari bahasa Yunani dan Romawi kuno. Dari bahasa

Romawi kuno publik berasalah dari kata res publica, sedagkan dari bahasa Yunani berawal dari kata koinion yang bisa diartikan sebagai publik. Publik dianggap suatu yang penting karena mempunyai ruang yang cukup luas dalam tatanan masyarakat terutama di negara demokrasi. Ruang publik (public sphare) merupakan suatu ruang yang dominan dan bisa diakses secara bersama dan dapat diatur dan diintervesi

1 Wayne Parsons, Public Policy Pengantar Teori dan Prakitk Analisis Kebijakan, (Jakarta: Kencana, 2001), h. 3.

17

pemerintah dengan aturan sosial yang disepakati secara bersama dan sangat berpengaruh terhadap domain kehidupan bersama.2

Menurut Thomas R. Dye bahwa kebijakan publik merupakan studi yang membahas apa yang dilakukan pemerintah, mengepa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibatnya dari tindakan tersebut. Ia juga menyebutkan bahwa pemerintah dalam melaksanakan kebijakan publik bagaimana kebijakan yang dipilih untuk dilakukan atau tidak.3

A2. Unsur-Unsur Kebijakan Publik

Dalam menganalisis sukses atau tidaknya kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang perlu menggunakan teori unsur-unsur kebijakan publik sebagai pisau analisis.

Hal ini kemudian mencoba untuk menggambarkan secara detai bagaimana gambaran kebijakan yang ingin memperbaiki kondisi Tanah Abang.

Kebijakan publik sebagai sistem yang merupakan lahir karena bukan sebagai keinginan individu maupun keinginan kelempok tertentu saja. Kebijakan publik bisa lahir karena beberapa unsur-unsur yang bisa menjadikan kebijakan publik tersebut penting. Selain itu melaui proses kebijakan, terdapat tahap-tahap identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, impelementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

Unsur-unsur kebijakan publik menurut Said Zainal Abidin antara lain:4

2 Wayne Parsons, Public Policy Pengantar, h. 3. 3 Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori Proses dan Studi Kasus, (Yogyakarta: Media Presindo, 2007), h.15. 4 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humatika, 2012), h.

18

a. Tujuan Kebijakan

Semenjak dikeluarkannya Instruksi Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 banyak masyarakat Tanah Abang yang bertanya-tanya untuk apa kebijakan ini dibuat. Bahwa dapat dipahami lahirnya kebijakan publik pasti mempunyai tujuan dan arah kebijakan yang jelas dan ingin dicapai. Jika kebijakan publik tidak memiliki tujuan apa-apa maka tidak perlu dikeluarkan kebijakan publik. Kebijakan yang baik memiliki tujuan yang baik pula. Tujuan kebijakan yang baik minimal punya tiga kriteria untuk dicapai yaitu rasional dan realistis (rational and realistic), jelas (clear), berorientasi kedepan

(future oriented) .5 b. Masalah

Tanah Abang merupakan kawasan yang sangat strategis, hal ini menjadikan

Tanah Abang yang banyak di kunjungi orang banyak terdapat masalah yang sampai sekarang belum bisa diseselesaikan. Masalah merupakan unsur yang sangat penting jika ingin menentukan suatu kebijakan publik. Jika para pemangku kebijakan salah dalam menentukan masalah apa yang sebenarnya terjadi maka produk kebijakan publiknya pun dapat menimbulkan kegagalan dalam mengatasi masalah. Untuk itu sangat penting para pemangku kebijakan publik untuk bisa mendifinisakan latar belakang terlebih dahulu agar kebijakan publik yang akan dikeluarkan akan menjadi pemecah masalah (problem solver) yang teapat dalam mengatasi permasalahan yang telah muncul dalam masyarakat.6

5 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 26. 6 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 27.

19

c. Tuntutan

Beberapa stakeholder di kawasan Tanah Abang merasa dirugikan atas dilaksanakan kebijakan penataan kawasan Tanah Abang. Dalam kondisi masyarakat yang sudah dianggap maju partisipasi merupakan elemen penting dalam sebuah tatanan masyarakat. Partisipasi masyarakat bisa berbentuk tuntutan dan dukungan bahkan bisa jadi kritik. Tuntutan dalam suatu masyarakat muncul karena dua penyebabnya, yang pertama karena terabaikannya kepentingan suatu kelompok dalam proses perumusan kebijakan sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dirasakan kurang disetujui atau merugikan kepentingan mereka. Hal ini disebabkan karena mereka kurang punya akses dalam merumuskan kebijakan atau bisa jadi mereka kalah saing dengan kelompok lain yang lebih kuat di dalam proses pemebntukan kebijakan publik. Kedua dikarenakan munculnya tuntutan baru yang menyusul setelah tujuan tercapai atau suatu problematika dapat diselesaikan. Hal ini terjadi dalam masyarakat karena perubahan perilaku masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru yang dianggap penting.7 d. Dampak

Pasca beberapa waktu kebijakan penataan kawasan Tanah Abang mulai diterapkan, beberapa masyarakat merakasan kondisi yang berbeda. Hal tersebut juga membuat dampak positif dan negatif bagi masyarakat di Tanah Abang. Dampak merupakan unsur yang muncul ketika kebijakan publik yang sebelumnya mencapai

7 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 28.

20

target tertentu, dimana dampak merupakan tujuan lanjutan yang dihasilkan oleh sebuah kebijakan yang sudah berjalan. Dalam ilmu ekonomi dampak merupakan pengertian pengaruh ganda (multiplier effect). Dalam suatu tidakan kebijakan publik mempunyai pengaruh yang lebih besar dari pada tujuan awal yang dicanagkan oleh pemerintah. Biasanya kebijakan yang berdampak sangat besar dan mempunyai cakupan yang luas adalah kebijakan di bidang ekonomi terutama di bidang moneter dan fiskal. Kebijakan eknonomi sangat berdampak sangat luas bisa membuat masyarakat menjadi semakin sejahtera ataupun sebaliknya jika tidak dikaji dengan baik bisa menimbulkan kemiskinan.8 e. Sarana atau alat kebijakan

Dalam menerapkan kebijakan kawasan Tanah Abang Gubernur Anies mengintruksikan satuan kerja perangkat daerah untuk melaksanakan kebijakan ini.

Implementasikan sebuah kebijakan pasti dibutuhkan sebuah sarana atau alat agar kebijakan yang dikeluarkan tepat sesuai sasaran. Beberapa contoh sarana kebijakan publik ialah: kekuasaan, insentif, pengembangan kemapuan, dan simbolis. Sarana merupakan unsur penting dalam mengimplementasi kebijakan publik karena sarana merupakan hal yang mendukung dalam proses implementasi kebijakan publik agar tepat sasaran.9

Sarana kebijakan kekuasaan ialah menggunakan wewenang dalam membuat kebijakan selain itu dapat menggunakan insentif kepada stakeholder agar mau

8 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 27. 9 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 30

21

mengikuti kebijakan tersebut. Selain itu pengembangan kemampuan menjadi penting karena sumber daya yang akan merasakan dampak akan memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Sedangkan sarana simbolis merupakan pemberian penghargaan berupa tanda jasa bagi semua pihak yang telah mensukseskan kebijakan publik.

B. Teori Elit

Anies Baswedan merupakan Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang menjadi pihak pemerintah yang mengeluarkan kebijakan penetaan kawasan Tanah Abang.

Gubernur sebagai elit politik diharapkan mampu membuat kebijakan yang menjadi solusi bagi permasalahan-permasalahan yang hadir di Tanah Abang.

Kata elit berasal dari bahasa inggris elite yang juga berwal dari dari latin yaitu eligere yang dapat diartikan sebgai memilih. Teori elit berasal dari hasil diskusi para ilmuan sosial antara lain: Schumpeter (ekonom), Lasswell (ilmuan politik), dan C.

Wright Millss (sosiolog). Mereka pendapatkan pandangan-pandangan tentang teori elit dari para pemikir Eropa masa awal munculnya fasisme seperti Vilfredo Pareto dan Geneato Mosca.10

Pada dasarnya teori elit menerangkan bahwa setiap masyarakat terbagi menjadi dua bagian luas. Pertama, sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya memnduduki poisi dan memerintah. Kedua, sejumlah besar massa atau

10S.P. Varma, Teori Politik Modern, (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), h. 200.

22

rakyat yang ditakdirkan untuk diperintah oleh segelintir kelompok manusia yang menjadi pemerintah.11

Terdapat dorongan elit politik atau kelompok-kelompok elit untuk memainkan pernana aktif dalam politik. Hal ini disesbabkan karena terdapat dorongan kemanusiaan yang tidak bisa dihindarkan atau diabaikan untuk meraih kekuasaan politik. Menurut para elit politik, kekuasaan merupakan cara sosialisasi serta penanaman nilai-nilai guna menemukan ekspresi bagi pencapaian kekuasaan tersebut.

Untuk itu banyak orang yang yang berusaha agar menjadi elit politik dalam masyarakat.

Menurut pandangan Vilferdo Pareto, dalam setiap masyarakat ada gerakan yang tak dapat ditahan oleh individu-individu elit-elit kelas atas hingga kelas bawah.

Pada kelas bawah mereka berlomba-lomba untuk menjadi elit kelas atas untuk bisa menjadi elit kelas atas. Sedangkan, para kelas atas berusaha bagaimana untuk mempertahankan agar tetap menjadi elit.12

Pareto juga menganggap terdapat kelas-kelas tertentu dalam masyarakat dimana mereka dikategorikan dengan indeks tertentu. Pada masyarakat biasanya biasanay indeks ekonomi dan sosial yang paling menonjol, untuk itu individu yang memiliki indeks ekonomi dan sosial yang tinggi dapat menjadi elit kelas atas.

11 S.P. Varma, Teori Politik, h. 201. 12 S.P. Varma, Teori Politik, h. 201.

23

Sedangkan individu yang memiliki indeks yang tidak terlalu tinggi mereka bisa menjadi elit kelas bawah.13

Gaetano Mosca berpendapat bahwa dalam masyarakat terbagi kedalam dua kelas yaitu kelas yang memerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang memerintah biasanya kelas yang lebih sedikit karena memegang fungsi politik, monopoli kekuasaan serta menikmati keuntungan-keuntungan yang di dapatnya dari kekuasaan yang ia gunakan. Disamping itu terdapat kelas kedua yang jumlahnya lebih besar diatur dan dikontrol oleh kelas pertama dalam sebuah proses yang disebut pemerintahan yang legal.14

Terdapat karakterisitik yang membedakan elit atau bukan adalah kecakapan untuk memimpin dan menjalankan kontrol politik. Bahwa kecakapan sangat berpengaruh dalam tataran elit yang mengurusi pemerintahan dan sangat memberdakan antara pemerintah dan rakyat yang di perintah. Jika elit penguasa tidak punya kecakapan maka sangat mungkin elit tersebut akan digantikan oleh kelas yang baru.

C. Teori Kepemimpinan

C1. Pengertian Kepemimpinan

Jabatan Gubernur merupakan jabatan elit politik yang akan menjadi pemimpin

DKI Jakarta selama 1 peiode. Kepemimpinan Anies Baswedan sebagai Gubenernur

13 S.P. Varma, Teori Politik, h.204. 14 S.P. Varma, Teori Politik, h.205.

24

DKI Jakarta diuji apakah mampu sebagai jawaban dari harapan seluruh warga DKI

Jakarta agar memajukan Ibukota sesuai dengan visi-misi yang dibuatnya.

Pengertian pemimpin (leader) adalah orang yang dapat mengarahkan anggotanya dengan wibawanya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.

Sondang Siagian mempunyai pendapat bahwa

“Pemimpin dibentuk dan ditempa” (leaders are made). Pada hakikatnya pemimpin yang efektif dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan posisi kepemimpinan kepada yang bersangkutan untuk melaukan pembelajaran dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melaui berbagai kegiatan pendidikan kepemimpinan. Efektifitas kepemimpnan dapat dipelajari dengan pelatihan yang terarah secara terus-menerus untuk menemukan gaya kepemimpinan yang diapandangnya paling cocok dengan presepsi dan kepribadiannya.15

Kepemimpinan ialah sebagai orang atau kelompok yang memimpin yang memiliki seluruh usaha dan seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasarannya.

Berdasarkan kemampuan pemimpin akan disegani dan dihormati kepemimpinannya oleh orang yang dipimpinnya dan mempunyai wibawa di kalangan kelompoknya.

Kepempimpinan biasanya erat dalam kaitannya dengan usaha/kegiatan memimpin, kemampuan untuk menjalankan usaha tersebut, dan wibawa yang menyebabkan orang dianggap mampu untuk memimpin.16

Menurut Kartini Kartono teori kepemimpinan adalah

“Penggeneralisasian satu seri perilaku pemimpin dan gaya-gaya kepemimpinannya dengan menonjolkan latar belakang historis, asal-muasal timbulnya kepemimpinan, tugas, pokok, dan fungsinya dan etika profesi kepemimpinan. Teori kepemimpinan

15 Sondang Siagian, “Teori dan Paraktek Kepemimpinan”, (Jakarta, Rineka Cipta, 1989), h. 10. 16 J. Riberu, “Dasar-Dasar Kepemimpinan”, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992), h. 1-2.

25

pada umumnya berupaya untuk memberikan penerangan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan menjelakan beberapa segi antara lain adalah: latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan, asal usul munculnya seorang pemimpin, tipe dan gaya kepemimpinan, syarat-syarat kepemimpinan” 17

C2. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire

Pemimpin juga manusia biasa yang mempunya sifat, kebiasaan, watak, dan kepribadian sendiri yang unik dan khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang bisa jadi menjadi ciri khusus yang membedakannya dari orang lain. Gaya atau style pasti mewarnai keseharian kehidupan yang mempengaruhi sangat besar perilaku dan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpan merupakan sebuah pendekatan yang dibentuk seorang pemimpin untuk memimpin, mempengaruhi dan menggerakkan sumber daya manusia yang dipimpin agar bekerja secara baik serta efektif untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan18.

Menurut pemulis adapun gaya kepemimpinan yang dipakai oleh Gubenrnur

Anies cocok ialah gaya kepemimpinan Laissez Faire karena sesuai dengan gaya memimpin ketika dalam penerapan penataan kawasan Tanah Abang. Secara detail penulis akan bahas pada bab iv mengenai gambar gaya kepemimpinan Gubenernur

Anies.

Kepemimpinan Laissez Faire menurut Kartono merupakan:

“Kepemimpinan ini ditunjukkan oleh seorang tokoh yang sebenarnya kurang cakap mengurus dan banyak pendelegasian wewenang serta tanggung jawab dan pekerjaannya kepada bawahan atau kepada seluruh anggotanya. Ia seorang “pemimpin” yang daianggap simbol dengan segala macam hiasannya. Biasanya ia kurang memiliki keterampilan teknis sedangkan kedudukan sebagai pemimpin

17 Kartini Kartono, “ Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?”, (Jakarta: Raja Grafindo, 1983), h. 6. 18 Siagian, Teori dan Praktek, h. 15.

26

(direktur, ketua dewan, presiden, Gubernur, walikota, kepla, komandan, dan lain lain) dimungkinkan oleh sistem nepotisme atau lewat praktik yang dianggap curang untuk mendapatkan posisis tersebut. Pemipin ini bisa jadi dikendalikan oleh orang lain agar memuluskan kepentingannya.19”

Di sisi lain ia mempunyai sedikit keterampilan teknis namun disebakan oleh karakternya yang lemah dan tidak sesuai pada pendiriannya bahkan tidak punya prinsip yang tegas yang akhirnya berakibat tidak munculnya kewibawaan yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin. Ia juga dianggap kurang kompeten dalam mengkoordinasikan setiap lini-lini organisasi yang ia pimpin karena lemahnya karakter dan keterampilan yang ia punya oleh karena itu biasanya organisasi yang pimpin oleh pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan laissez faire kurang berjalan dengan baik dan tidak dapat mencapai tujuannya.

Secara umum gaya kepemimpinan Laissez Faire meliputi, Pertama, Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan. Kedua, Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan. Ketiga, Kebijakan teknis lebih banyak dibuat oleh para bawahan. Keempat, Pemimpin hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya. Kelima, Hampir tiada pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan, atau kegiatan yang dilakukan oleh bawahan.

.

19 Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, h. 76.

27

BAB III

PROFIL ANIES BASWEDAN DAN SEJARAH DKI JAKARTA

A. Profil Anies Baswedan

A1. Biografi Anies Baswedan

Anies Rasyid Baswedan merupakan nama lengkap dari Anies Baswedan, pria kelahiran 7 Mei 1969 di Kuningan, Jawa Barat merupakan putra dari pasangan

Rasyid Baswedan dan Aliyah. Anies lahir dari keluarga intelektual dimana sang ayah

Rasyid Basedan meruapakan aktivis pergerakan dan juga sebagai akademisi, ayah

Anies merupakan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Sedangkan ibunya Aliyah merupakan profesor di bidang sosial ekonomi Universitas

Islam Indonesia. Hidup di tengah-tengah keluarga yang mempunyai kultur intelektual yang tinggi sangatlah mempengaruhi kehidupan Anies. Anies kecil sebagai anak sulung gemar mengikuti kakeknya AR Baswedan menjadi juru ketik dalam urusan surat menyurat yang dilakukan oleh kakeknya AR Baswedan yang ditujukan ke berbagai pihak.1

Darah biru pemikir mengalir dalam diri Anies Baswedan yang merupakan cucu dari atau biasa disapa AR Baswedan yang merupakan salah satu tokoh nasionalis dan pendiri Republik Indonesia. AR Baswedan sendiri merupakan keturuan arab yang dilahirkan di Surabaya pada tahun 1908. AR

1 Tim Divaro dan Yugha E, Petarung Politik Profil Capres Cawapres RI 2014, (Jakarta; Erlangga, 2014), h. 20.

28

Baswedan menggagas pertemuan pemuda-pemuda keturunan arab untuk bergabung bersama orang-orang pribumi dalam usaha merebut kemerdekaan dari Belanda pada tahun 1945. Selain itu, kakeknya turut berkontribusi dan mencatatkan namanya sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI). Setelah merdeka AR Baswedan pun dipercaya untuk mengsisi jabatan- jabatan penting yaitu Menteri Muda Penerangan RI pada kabinet Sjahrir, Anggota

Badan Pekerja Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota parlemen, dan anggota dewan konstituante.2

Pada saat usia remaja Anies Baswedan sudah menujukkan kapasitasnya sebagai pemimpin dan tumbuh sebagai remaja yang aktif dalam berbagai kegiatan yang positif. Pada saat mengenyam pendidikan di bangku SMA 2 Yogyakarta, Anies muda diamanatkan menjadi ketua OSIS, selain itu ia juga mengikuti kegiatan dalam program pertukaran pelajar AFS ke Amerika. Setelah lulus dari bangku SMA 2

Yogyakarta Anies melanjutkan perkuliahan ke Universitas Gadjah Mada (UGM)

Yogyakarta pada tahun 1989. Di dunia kampus ia pun menjadi aktivis mahasiswa namun beda dengan aktivis mahasiswa lain yang identik dengan demonstrasi, ia lebih memilih kepada jalan aktivis mahasiswa berbasis literasi dan penelitian. Selain aktif melakukan penelitian di PAU (Pusat Antar Universitas), Anies juga aktif dalam organisasi intra kampus seperti senat mahasiswa dan organisasi ekstra kampus seperti

Himpunan Mahasiswa Islam di Universitas Gadjah Mada.

2 Tim Divaro dan Yugha E, Petarung Politik, h. 21.

29

Anies kemudan melanjutkan Master di Universitas Maryland, College Park,

AS dengan mendapatkan beasiswa. Di negeri paman sam, Anies harus hidup hemat dan rajin belajar untuk terus dapat meneruskan kuliah. Dalam program beasiswa mewajibkan Anies untuk mendapatkan nilai diatas standar, hal inilah yang harus membuat Anies bertahan disana. Maka kemudian Anies Baswedan harus terus- menurus menimba ilmu dan membaca banyak buku untuk memdukung pendididkannya. Gelar Master tidaklah cukup dan puas bagi Anies atas ilmu yang ia telah peroleh di Amerika. Selanjutnya membuat Anies ingin kembali mengenyam pendidikan Doktoral dengan fokus kajian ilmu politik Northen Illionis University,

Amerika Serikat. Sama seperti program Master, program Doktoral Anies juga mendpatkan beasiswa dari universitas yang sama. Ia berhasil menyelesaikan studi

Doktoral nya dengan waktu yang cepat sehingga ia dapat lulus pada tahun 2004.

Disertasi yang ia tulis ialah berjudul “Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di

Indonesia”. Pada saat masih kuliah di Amerika ia juga sering menulis berbagai jurnal mengenai islam dan politik di Indonesia.3

A2. Anies Baswedan dan Dunia Pendidikan

Anies Baswedan punya prestasi yang gemilang di dunia pendidikan, dimana pada tahun 2007 Anies terpilih menjadi rektor Univeritas Paramadina. Hal ini bisa dikatakan luar biasa karena Anies manggantikan posisi yang ditinggali oleh Nurcholis

Madjid (Cak Nur) yang merupakan rektor sebelumnya. Cak Nur merupakan pemikir

3 Adhe Riyanto, The True Wisdom 4 Pribadi Unik Anies Bawedan, Dahalan Iskan, , Mahfud MD, (Yogyakarta: Kanal Publika, 2012), h. 25.

30

yang telah menyumbangkan ide dan gagasan mengenai keislaman dan keindonesiaan yang pemikirannya telah diakui di kalangan pemikir-pemikir nasional maupun internasional. Selain itu Anies dianggap sebagai rektor termuda yaitu ia baru menginjak usia 38 tahun dan sudah dipercaya untuk memimpin Universitas

Paramadina. Di bawah kepemimpinan Anies bersama tiga pembatu rektor yaitu

Wijayanto, Totok Sofijanto, dan Bima Santosa mereka berhasil menghadirkan terobosan program-program baru contohnya program beasiswa, pembentukan berbagai lembaga „think-tank‟ baru, riset-riset yang berkualitas, dan kuliah anti korupsi pertama yang diselenggrakan oleh perguruan tinggi swasta di Indonesia.

Buah manisnya ia dipercaya kembali untuk mempimpin Universitas Paramadina dari tahunn 2011 hingga 2015.

Anies Baswedan menggagas sebuah program Indonesia Mengajar yang terinspirasi dari pengalamannya saat masih menjadi mahasiswa UGM pada tahun

1990-an. Ia banyak belajar dari rektor UGM periode 1986-1990 Prof. Dr. Koesnadi

Hardjasoemantri yang akrab disapa pak Koes. Di tahun 1950-an Prof. Dr. Koesnadi

Hardjasoemantri membuat program bernama pengerah tenaga mahasiswa (PTM) yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah khususnya luar jawa dimana tingkat pendidikan masih rendah.4

Sekitar tahun 2009, Anies bersama tim mulai membentuk konsep Indonesia

Mengajar dan mencobanya. Hal ini sangat disambut baik oleh banyak sponsor yang melihat ketulusan program ini. Selain ini program Indonesia mengajar pun sangat

4 Tim Divaro dan Yugha E, Petarung Politik, h. 25.

31

disambut baik oleh banyak sarjana baru yang lulus dari perguruan tinggi ternama di

Indonesia. Setelah dilatih dan diberi pengarahan para pengajar muda pun ditempatkan di kawasan terpencil di hampir seluruh pelosok nusantara. Anies kemudian menjadi ketua Yayasan Indonesia Mengajar ingin program ini meningkatkan kualitas pendidikan indonesia dan anak muda Indonesia yang menjadi agen perubahan tersebut. Ia juga berpendapat bahwa Indonesia akan sanggup berpijak dan mengabdi bagi kepentingan nasionalnya di tingkat dunia, demi memenuhi janji kemerdekaan bagi rakyatnya. 5

Anies yang dianggap memiliki integritas yang tinggi dipercaya untuk mengurai benang kusut dalam kasus bocornya surat perintah penyidikan (sprindik) kasus korupsi proyek hambalang atas nama tersangka Anas Urbaningrum. Ketua

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menunjuk Anies menjadi ketua komite etik

KPK pada februari 2013. Setelelah bekerja secara serius Anies dan timnya berhasil mengurai kasus ini dan memberikan rekomendasi kepada ketua KPK yang pada saat itu dijabat oleh Abraham Samad.6

A3. Anies Baswedan Terjun ke Dunia Politik

Karir politik seorang Anies Baswedan dimulai saat tahun 2013 bermula saat partai Demokrat mengadakan konvensi calon presiden yang akan maju dari partai

Demokrat pada tahun 2014. Anies yang dianggap tokoh pendidikan yang

5 Tim Divaro dan Yugha E, Petarung Politik, h. 26. 6 Tim Divaro dan Yugha E, Petarung Politik, h. 27.

32

transformatif masuk dalam radar partai Demokrat untuk menjadi calon presiden yang akan diusung oleh partai yang dipimpin oleh tersebut.

Anies yang sempat dicibir banyak orang terkait keikutsertaannya dalam konvensi calon presiden partai demokrat menanggapi dengan santai. Ia dianggap telah meninggalkan dunia pendidikan yang telah membesarkan namanya selama ini untuk terjun menjadi calon presiden. Anies menanggapinya dengan santai, ia berpendapat bahwa ikut konvensi calon presiden partai demokrat hanya untuk memenuhi undangan komite konvensi partai demokrat. Dengan banyaknya cibiran yang datang kepada Anies mengaku siap dan terus melanjutkan proses pencalonan yang dilakukan oleh partai demokrat.7

Pada 2014 merupakan tahun politik dimana terdapat Pemilihan Umum legislatif maupun Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Nama Anies yang merupakan mantan peserta calon Presiden Partai Demokrat ditunjuk oleh Tim

Pemenangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden pasangan nomor urut 2 Joko

Widodo-Jusuf Kalla menjadi juru bicara. Anies yang dinilai punya pengaruh positif di bidang pendidikan pada kaum muda diharapkan menjadi salah satu faktor pendukung elektoral dalam kaum muda. Sosok Anies yang muda, visioner dan tranformatif bisa menjangkau para pemilih yang suka terhadap sosok Anies. Anies pun sepakat untuk bergabung dan menjadi tim juru bicara pasangan nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf kala di pemilihan Presiden 2014 karena ia berniat ingin mendukung orang baik dalam

7 Ratih Keswara, “Ini Alasan Anies Baswedan Ikut Konvensi Partai Demokrat”, https://nasional.sindonews.com, 6 September 2013.

33

pemilihan Presiden ini. Dalam pemilihan Presiden kali ini Joko Widodo-Jusuf Kalla bertarung melawan pasangan nomor urut 1 yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.8

Pasca kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dalam Pemilihan

Presiden 2014, Anies diminta untuk menjadi anggota Tim Transisi. Anies menduduki posisi Deputi Tim Transisi Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra). Anies fokus terhadap dua poin utama dalam janji kampanye Jokowi-JK dalam permasalahan kompleks pembagunan manusia yang terkait pendidikan dan kesehatan. Dari permasalahan tersebut janji kampanye Jokowi-JK adalah Kartu Indonesia Pintar

(KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Dalam tim bidang kesra, Anies telah menghasilkan beragam wacana, solusi, dansaran untuk kebijakan bagi pemerintahan

Joko Widodo-Jusuf Kalla ke depan. 9

Pada Oktober 2014 Presiden Joko Widodo mengumumkan jajaran kabinet yang akan membantu Presiden dalam bekerja selama satu periode kedepan. Nama

Anies Baswedan masuk kedalam jajaran kabinet yang dinamai kabinet kerja tersebut.

Anies ditunjuk oleh Presiden sebagai Menteri Pendidikan Menengah dan

Kebudayaan. Hal ini karena sudah tidak diragukan lagi bahwa kapasitas Anies dalam dunia pendidikan yang telah menjadi rektor Universitas Paramadina, mendirikan gerakan Indonesia mengajar dan banyak relawan yang terjun dalam program yang digagas Anies tersebut.

8 Indra Akuntono, “Anies Baswedan Jadi Jubir Tim Pemenangan Jokowi-JK”, https://nasional.kompas.com, 23 Mei 2014. 9 Tim Okezone, “Nih Selengkapnya Perjalanan Karier Politik Anies yang Kian Melambung Tinggi”, https://news.okezone.com, 10 April 2017.

34

Selama menjabat sebagai Menteri, Anies banyak melakukan terobosan- terobosan untuk pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah kebijakan Anies untuk mengubah hasil Ujian Nasional (UN) tidak lagi menjadi penentu kelulusan seorang pelajar. Hal ini menjadikan agar UN tidak lagi ditakuti oleh para pelajar dan pelajar bisa melewati UN dengan baik. Selanjutnya, Anies telah merubah kebijakan mengenai kurikulum 2013 dan mengembalikan kembali kepada kurikulum yang lama, hal ini karena kurikulum 2013 tidak cocok untuk diterapkan.10

Setelah satu tahun lebih menjabat sebagai Menteri Pendidikan Anies dinilai kurang mampu dalam mengimplementasikan program-program Jokowi –JK untuk mendistribusi secara merata Kartu Indonesia Pintar (KIP). Anies selama jadi Menteri dianggap yang kurang penting dalam memperbaiki pendidikan akhirnya Presiden

Jokowi me-reshuffle Anies Baswedan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan digantikan oleh .11

Dicopot dari jabatan menteri bukan akhir dari karir politik seorang Anies

Baswedan. Pada bulan september 2016 Anies Baswedan mendeklarasikan menjadi calon Gubernur DKI Jakarta yang berpasangan dengan Sandiaga Uno. Anies-Sandi didukung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera dalam bertarung di

10 Yulistyo Pratomo, “Gebrakan Anies Baswedan Selama Jadi Menteri”, https://www.merdeka.com, 28 Juli 2016. 11 Ihsanuddin, “ Diganti, Anies Baswedan Dinilai Sedikit Melenceng Dari Visi Presiden” diakses dari https://nasional.kompas.com, pada tanggal 6 Agustus 2016.

35

Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta melawan -Djarot

Syaiful Hidayat dan -Silvyana Murni.12

Pencalonan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sangat positif karena mereka dianggap sebagai representasi umat Islam DKI Jakarta. Pada putaran pertama Anies-

Sandi berhasil menjadi ururtan kedua dibawah pasangat Basuki-Djarot, karena tidak ada yang mencapai suara 50% maka Pilkada diadakan untuk putaran kedua. Seteah pemilihan putaran kedua berlangsungsetelah dilakukan penghitungan oleh KPU, pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berhasil mengungguli pasangan calon

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan . Total keseluruhan suara di Provinsi DKI Jakarta, pasangan Anies -Sandi sebanyak 3.240.987 atau sekitar

57.96%. sedangkan pasangan Ahok - Djarot memperoleh suara sebanyak 2.350.366 atau sekitar 42.04%.13

Setelah resmi menjabat sebagai Gubernur bersama Sandiaga Uno sebagai wakil Gubernur, Anies mencoba menyelesaikan permasalahan-permasalahan ibukota sesuai janji-janji kampanyenya seperti membuatkan rumah tinggal bagi warga Jakarta

(Rumah Dp 0 Rupiah), pembagian kartu jakarta pintar plus, dan yang paling penting penataan kawasan Tanah Abang.

12 David Oliver Purba, “Anies Nyatakan Ikut Pilkada DKI Jakarta”, https://megapolitan.kompas.com, 23 September 2016. 13 Fachrur Rozie, “KPU Tetapkan Anies-Sandi pemenang pada Pilkada DKI 2017 Hari Ini”, https://www.liputan6.com, 5 Mei 2017.

36

B. Sejarah Jakarta

B1. Gambaran Umum Tentang Jakarta

Setelah ditelusuri dari sejarahnya Jakarta terkenal sebagai kota pelabuhan sejak abad ke 12. Jakarta sempat beberapa kali berganti nama mulai dari sunda kelapa hingga batavia. Secara geopolitik letak Jakarta sangat strategis karena dekat dengan

Bogor yang merupakan ibukota kerajaan Padjajaran. Kerajaan Padjajaran yang memilliki pelabuhan sunda kelapa ini memiliki kebudayaan yang berbeda dari Jawa

Tengah dan Jawa Timur 14

Pada Abad ke-16 dan ke-17 mulai muncul ketertarikan bangsa-bangsa Eropa untuk melakaukan kegiatan komersial di kepulauan Indonesia. Mereka mencoba mencari rempah-rempah yang sangat menguntungkan jika dijual ke Eropa. Oleh kareana itu banyak negara-negara Eropa yang mencari rempah-rempah di kepulauan nusantara. Belanda memandang bahwa tidak ada kawasan yang se-strategis Jayakarta untuk mendirikan usaha dagang. Akhirnya Jakarta dijadikan pusat perdagangan dan disitu pula lah berdiri kantor usaha dagang belanda yaitu VOC.15

Setelah indonesia berhasil merdeka dari jajahan penjajah. Pada saat itu pusat perjuangan yang dilakukan pejuang Indonesia dari kalangan tua dan muda berpusat di

Jakarta. Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dengan perjuangan seluruh elemen rakyat akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan di luar rumah Bung

Karno Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 pada tanggal 17 Agustus 1945. Hal ini

14 Susan Blackburn, Jakarta Sejarah 400 Tahun, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), h. 5. 15 Blackburn, Jakarta Sejarah, h. 7-11.

37

menjadi sejarah untuk Jakarta oleh karena itu pasca kemerdekaan di tahun 1945

Jakarta dijadikan oleh para pendiri bangsa sebagai ibukota Negara Republik

Indonesia yang sah.16

Berdasarkan data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(Bappeda) secara Geografis letak dan gambaran umum mengenai kawasan Jakarta antara lain:

Luas wilayah DKI Jakarta adalah 650 km2 yang terletak pada 106°22‟42" BT sampai 106°58‟18" BT dan 5°19‟12" LS sampai 6°23‟54" LS. Dengan ketinggian tanah 0 – 10 m di atas permukaan laut (dari titik 0 Tanjung Priok) dan 5 – 50 m diatas permukaan laut, dari banjir kanal sampai batas selatan DKI Jakarta. DKI Jakarta terbagi atas 5 wilayah Kota administrasi yaitu kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas

126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta

Timur dengan luas 187,73 km2, dan satu Kabupaten administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan

Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa. Tercatat bahwa penduduk Jakarta dari tahun ke tahun meningkat, pada tahun 2000 berjumlah 8.347.100 jiwa. Di tahun 2012

16 Blackburn, Jakarta Sejarah, h. 201-202.

38

penduduk Jakarta meningkat menjadi 9.862.100 jiwa dan tahun 2014 tercatat mencapai 10.075.300 jiwa.”17

B2. Gambaran Umum Tentang Tanah Abang

Tanah Abang merupakan salah satu kecamatan tersebesar di Provinsi DKI

Jakarta. Selain itu Tanah Abang pun merupakan salah satu surga perbelanjaan tekstil tersebesar di Indonesia dan salah satu yang terbesar di Asia. Terletak di pusat jantung ibukota negara Tanah Abang tentu memiliki sejarah panjang dan menjadi daerah yang banyak di kunjungi oleh banyak orang dari dalam negeri maupun luar negeri.

Menurut Rachmat Ruchiat nama Tanah Abang berasal dari:

“Nama Tanah Abang diberikan oleh orang-orang mataram yang bermarkas disana dalam rangka penyerbuan kota Batavia tahun 1628. Pasukan mataram tidak hanya datang melalui pasukan laut di utara, tetapi melaui pasukan darat di selatan. Kemungkinan besar pasukan mataram itulah yang memberi nama Tanah Abang karena tanahnya berwarna abang yang artinya merah dalam bahasa jawa. Menurut versi lain, nama Tanah Abang mulai mencuat dan dikenal publik pada tahun 1648 dimana pada saat itu ada konlomerat keturunan Tionghoa bernama Phom Bingham, mendapatkan izin dari pimpinan VOC untuk mendapatkan hak pengelolaan hutan di kawasan Tanah Abang itu sendiri. Selain itu ia diberi izin untuk mengelola hutan dan membuka kanal untuk sarana pengangkut untuk bekerja pada Phom Bingham ketika mengelola hutan di kawasan tersebut.”18

Kanal yang dibangun Phom Bingham masih dipakai hingga saat ini yaitu menjadi selokan sepanjang jalan Tanah Abang timur hingga jalan Abdul Muis di sebelah barat pasar Tanah Abang. Phom Bingham dulu pernah tinggal di sebelum pindah ke Batavia, ia pun juga akrab dengan orang-orang Banten. Selain itu ia juga mebuat kebun tebu dengan pabrik gula yang dilangkapi dengan mesin

17 Bappeda DKI Jakarta, “Statistik Jumlah Penduduk”, http://bappedajakarta.go.id, 5 April 2018. 18 Rachmat Ruchiat, Asal Usul Nama Tempat di Jakarta, (Depok: Komunitas Bambu, 2011), h. 163.

39

penggilingnya, ia juga lah yang menamai kawasan ini dengan nama yang kita kenal sekarang Tanah Abang.19

Pada 1966 Kecamatan Tanah Abang dibentuk berdasarkan Keputusan

Gubernur DKI Jakarta Nomor : Ib.3/I/1/1966 tanggal 12 Agustus 1966 tentang

Pembentukan Kota Administratif Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Provinsi

DKI Jakarta, serta Administratif Kecamatan Tanah Abang masuk dalam wilayah

Kotamadya Jakarta Pusat.

Berdasarkan data yang diakses dari website kecamatan Tanah Abang, sedikit gambaran wilayah Kecamatan Tanah Abang merupakan salah satu dari 8 (delapan)

Kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Pusat terletak pada Bujur Timur

160.48‟66” dan Lintang Selatan 6 0 22‟14” serta berada pada ketinggian 2,60 M diatas permukaan laut, dilalui beberapa sungai besar dan kecil seperti sungai Banjir

Kanal, sungai Cideng, Sungai Krukut. Pada musim penghujan beberapa lingkungan di wilayah Kecamatan Tanah Abang sering mengalami banjir seperti Kelurahan

Petamburan, Karet Tengsin, Bendungan Hilir dan sebagian kelurahan lain walaupun hanya terlintasi genangan pada waktu musim hujan.” 20

Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 1251 Tahun

1986: Kecamatan Tanah Abang mempunyai luas wilayah 930,85 Ha (9,31 Km2) dengan rincian: pertama Kelurahan Kampung : 73,40 ha (0,73 Km2), kedua

Kelurahan Kebon Kacang : 71,00 ha (0,71 Km2), ketiga Kelurahan Kebon Melati :

19 Ruchiat, Asal Usul Nama, h. 165. 20 Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, “Profil Kecamatan Tanah Abang”, https://kecamatantanahabang.jakarta.go.id, 5 April 2018.

40

125,63 ha (1,26 Km2), keempat Kelurahan Petamburan : 90,10 ha (0.90 Km2), kelima

Kelurahan Karet Tengsin : 153,43 ha (1,55 Km2), keenam Kelurahan Bendungan

Hilir : 158,16 ha (1,58 Km2), ketujuh Kelurahan Gelora : 259,13 ha (2,59 Km2).21

B3. Pedagang Kaki Lima di Tanah Abang

Dalam berbagai daerah pedagang kaki lima dianggap permasalahan kompleks yang tidak habis-habis ketika coba diselesaikan permasalahannya. Pedagang kaki lima diibaratkan seperti jamur yang jika tidak dicabut sampai ke akar-akarnya maka akan tumbuh kembali bahkan semakin banyak. Hal demikian pun terjadi di ibukota

Neagara Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta.

Asal usul penyebutan pedagang kaki lima merupakan berawal dari jumlah luas trotoar yang dibuat oleh belanda yang seluas hanya 1,5 meter saja (lima kaki).

Menurut William Liddle aturan trotoar yang seluas lima kaki justru bersasal dari bahasa inggris yaitu five foot (lima kaki). Sementara sumber lain mengatakan bahwa istilah pedangang kaki lima merupakan pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda ditambahkan dengan kaki pedagang maka berjumlah lima, maka disebutlah pedgang kaki lima.22

Menurut para ahli ekonomi, banyaknya tenaga kerja dan terbatasnya lapangan pekerjaan penyebab utama banyaknya orang menjadi PKL. Bahasa sederhananya, banyak penduduk Indonesia yang tidak kebagian lapangan pekerjaan

21 Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, “Profil Kecamatan Tanah Abang”, https://kecamatantanahabang.jakarta.go.id, 5 April 2018. 22 Gilang Permadi, Peadagang Kaki Lima: Riwayat Mu Dulu Nasib Mu Kini, (Jakarta: Yudhistira, 2007), h. 4

41

di pabrik-pabrik atau kantor-kantor, lalu memilih jadi PKL. Selain modalnya murah kareana tidak harus meyewa kios dan menjadi PKL juga tidak membutuhkan ijazah sekolah seperti melamar pekerjaan lainnya.23

Jika dirangkum, penyebab banyak munculnya PKL adalah: pertama kesulitan ekonomi jika berkaca belakang telah terjadi krisis keuangan hebat yang disebut krisis moneter yang terjadi sekitar tahun 1997-1999 yang mngakibatkan harga-harga barang melonjak tinggi. Banyak orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan mereka untuk menganggur. Lalu banyak diantara mereka yang memilih untuk menjadi PKL. Kedua, sempitnya lapngan pekerjaan dan banyaknya pengangguran karena sangat terbatasnya lapangan kerja.

Mereka yang tidak memiliki pekerjaan banyak yang memilih menjadi PKL karena tidak membutuhkan banyak modal dan tidak perlu menyewa / membeli kios atau took. Hal ini agar mereka dapat mencari uang untuk keluarganya. Ketiga, urbanisasi atau perpindahan orang dari desa ke kota. Banyak orang desa yang mencoba peruntungannya datang ke kota-kota besar tanpa membawa modal yang cukup seperti keahlian, pendidikan, dan materi yang besar untuk memulai usaha. Karena menjadi

PKL tidak butuh modal yang besar mereka memilih untuk menjadi PKL.24

Pada zaman dahulu pasar Tanah Abang buka hanya pada hari sabtu dan sempat disebut dengan nama pasar sabtu. Pasar Tanah Abang didirikan Yustinus

Vinck pada 30 Agustus 1735. Pasar Tanah Abang sempat dihancurkan dalam

23 Permadi, Peadagang Kaki Lima, h. 6.

24 Permadi, Peadagang Kaki Lima h. 7.

42

peristiwa Chineezenmoord tahun 1740. Tahun 1881, dimulailah pembagunan kembali pasar Tanah Abang. Pada tahun yang sama mulailah diberlakukan pasar buka dua hari, yaitu hari rabu dan sabtu. Lambat laun aktivitas jual beli di pasar Tanah Abang berkembang pesat setelah dibuatnya stasiun Tanah Abang yang membuat transportasi penunjang bisnis tekstil yang ada disana.karena sangat ramai dan banyak menghasilkan pundi-pundi uang maka pasar Tanah Abang dibuka setiap hari dan dibungunlah banyak tempat-tempat perdaangan seperti yang dapat dilihat sekarang25

Pedagang yang terdapat di pasar Tanah Abang sangat beraneka rupa, namun mayoritas aktivitas perdaganagan disini lebih pada perdaganan tekstil. Pasar Tanah

Abang sendiri terdiri dari beberapa pusat perbelanjaan seperti mall, pasar, dan yang banyak pedagang kaki lima. Menurut media kompas yang telah mewawancarai beberapa orang yang telah berjualan di Tanah Abang bahwa para pedagang kaki lima sudah berada di Tanah Abang semenjak 30 puluh tahun yang lalu. Hal ini disebabkan karena sangat ramainya kawasan perbelanjaan Tanah Abang.26

25 Sherly Puspita, “ Cerita Para Pedagang Tentang Pasar Tanah Abang Tempo Dulu”, https://megapolitan.kompas.com, 31 Oktober 2017. 26Sherly Puspita, “Sejak 30 Tahun yang Lalu di Pasar Tanah Abang Sudah Ada PKL Liar” https://megapolitan.kompas.com, 31 Oktober 2017.

43

BAB IV

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN ANIES BASWEDAN DALAM

KEBIJAKAN PENATAAN KAWASAN TANAH ABANG

Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan dan mengkorelasikan teori yang penulis jelaskan pada bab dua dengan hasil penelitian lapangan yang penulis temukan. Pembahasan pertama penulis mencoba menganalisis dan memaparkan proses terjadinya kebijakan hingga dampak yang dihasilkan oleh kebijakan tersebut dengan menggunakan teori unsur-unsur kebijakan publik. Analisis yang dilakukan oleh penulis berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dari proses penelitian lapangan melalui proses wawancara dengan Ombudsman Jakarta Raya, Direktorat Lalu Lintas

Kepolisian Daerah Metro Jaya (Dirlantas POLDA Metro Jaya), Dinas Perhubungan

DKI Jakarta, Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah (UMKM) dan Perdagangan DKI

Jakarta, dan dokumen rekaman digital yang penulis peroleh dalam wawancara Najwa

Shihab dengan Gubernur DKI Jakarta dalam acara Mata Najwa.

Penulis juga mengalisa gaya kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dengan mencari informasi di lapangan dan mengkorelasikan dengan teori gaya kepemimpinan dan teori elit yang telah dijelaskan pada bab dua. Penulis mengalisa temuan-temuan yang terdapat di lapangan melalui wawancara narasumber yang merupakan para stakeholder di kawasan Tanah Abang yaitu, pedagang pasar Blok G, sopir mikrolet M08, dan pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya yang merupakan

44

unsur yang paling representatif karena mereka merupakan stakeholder yang paling merasakan dampak dari kebijakan ini.

A. Pro Kontra Kebijakan Penataan Kawasan Tanah Abang

Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah umumnya mengalami tanggapan dari masyarakat. Tanggapan tersebut tergantung pada persepsi dan kepentingan masayarakat dan biasanya menjadi reaksi yang tidak sama dalam rangka menanfaatkan dampak positif dan atau menghindarkan dan memperkecil akibat negatif dari suatu kebijakan.1

Tanggapan yang diutarakan oleh masyarakat pastinya beragam, dalam sebuah kebijakan banyak yang menolak namun tidak sedikit yang mendukung. Dalam hal ini bahwa pemerintah dalam setiap mengeluarkan kebijakan bagi masyarakat luas tidak bisa menyenangkan semua pihak yang mempunyai kepentingan berbeda. Para pemegang kepentingan (stakeholder) tentu akan menyikapi kebijakan tersebut beragam tergantung bagaimana kepentingannya dalam kebijakan tersebut. Jika kepentingan tersebut terpenuhi, maka stakeholder yang merasa terakomodir cukup duduk manis dan menikmati kebijakan yang ada, jika ada stakeholder yang tidak terakomodir maka bukan tidak mungkin timbul protes-protes kepada pemerintah agar kiranya mengubah kebijakan yang sesuai dengan kepentingannya agar kepentingannya terpenuhi.

1 Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Salemba Humatika, 2012), h.9.

45

Dalam kasus kebijakan penataan kawasan Tanah Abang sebagaimana yang sudah dibahas pada awal penelitian ini bahwa kebijakan penataan pedagang kaki lima di tengah Jalan Jatibaru Raya yang mengakibatkan penutupan jalan, penulis mencoba mengeksplorasi kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Anies Basedan tersebut dengan teori unsur-unsur kebijakan yang dijelaskan pada bab dua.

Kebijakan penataan kawasan Tanah Abang lahir atas inisiatif Gubernur DKI

Jakarta dengan dikeluarkannya Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 17 Tahun

2018 Tentang Penataan Kawasan Tanah Abang. Gubernur Anies Baswedan memberikan instruksi kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta terkait seperti Walikota Jakarta Pusat, kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah serta Perdagangan, kepala Dinas Perhubungan,

Kepala Dinas Lingkungan Hidup, kepala Dinas Bina Marga, kepala Satuan Polisi

Pamong Praja, dan Direktur PT. Transjakarta untuk melaksakan kebijakan penataan pedagang kaki lima di kawasan Tanah Abang.2

A1. Kebijakan Penataan Pedagang Kaki Lima

Kebijakan penataan kawasan Tanah Abang hadir karena ingin menyelsaikan permasalahan yang cukup kompleks di kawasan Tanah Abang. Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta mencoba terobosan baru dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sangat kronis yang terdapat di Tanah Abang. Tanah

Abang sebagai pusat perdagangan grosir yang sangat besar biasa diibaratkan seperti

2 Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 17 Tahun 2018.

46

gula, di mana banyak semut yang pasti mengejar gula tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Semut-semut tersebut diibaratkan seperti manusia yang banyak berkumpul di Tanah Abang dengan berbagai kepentingan yang ada. Banyaknya manusia-manusia yang mencari penghidupan menjadi masalah tersendiri untuk Tanah

Abang.

Dinas Perhubungan DKI Jakarta juga mengungkapkan bahwa permasalahan

Tanah Abang juga berkaitan permasalahan perekenomian dan transportasi.

Pertama kawasan Tanah Abang itu pusat perbelanjaan paling besar, yang kedua kawasan Tanah Abang itu diliat dari titik posisi secara geografis dan demografis dia berada di sentral yang mana sentral itu merupakan sentral transportasi untuk menyambung ke transportasi lain. Saya ambil contoh stasiun Tanah Abang itu kan semua bertumpu disana, jadi ada kawasan perbelanjaan yang besar dan ada kawasan transportasi yang besar untuk sekedar transit atau memang tujuannya mau ke Tanah Abang, demikian banyak juga pengusaha-pengusaha dari kalangan bawah tengah hingga atas yang memang dia memiliki tempat usaha yang jual belinya ada di Tanah Abang. Ini yang melatar belakangi Pemprov DKI agar mengemas kawsan Tanah Abang agar terakomodir dalam sisi perekonomian, transpotasi 3

Dalam studi kasus kebijakan penataan kawasan di Tanah Abang, banyak masayarakat yang belum paham mengenai kebjakan tersebut. Kebijakan penataan ini memang sangat jauh berbeda dari kebijakan-kebijakan penataan Tanah Abang pada era sebelum-sebelumnya yang dianggap belum maksimal dalam mengatasi permasalahan Tanah Abang.

Dengan segala permasalahan yang ada di kawasan Tanah Abang seperti kemacetan dan pedadang kaki lima yang semrawut mendorong Anies Baswedan yang

3 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam (Kepala Seksi Pengendalian dan Oprasional Dinas Perhubungan DKI Jakarta) tanggal 23 Mei 2018 di kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

47

pada saat kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini dikeluarkan 27 Desember

2017, masih baru dua bulan menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.

Penataan kawasan Tanah Abang menjadi penting bagi Gubernur Anies Baswedan karena Tanah Abang merupakan salah satu kawasan sentral di ibukota Negara

Republik Indonesia ini. Tujuan dikeluarkannya kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang ini adalah untuk mengurai kemacetan yang ada di kawasan Tanah Abang dan mengatur pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar.4

Dalam kebijakan penutupan jalan ini di desain sedemikian rupa agar para pedagang kaki lima dapat berjualan di tengah jalan Jatibaru Raya. Sebelum adanya kebijakan ini para pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar Jalan Jatibaru Raya, kemudian trotoar tersebut dikembalikan kepada fungsi awalnya untuk pejalan kaki. Kemudian para pedagang dipindahkan ke tengah jalan. Anies Baswedan mengatakan dalam wawancara bersama Najwa Shihab:

Jadi pedagang itu ada di trotoar kanan-kiri, sekarang sisi trotoar ini jadi kosong sehingga orang keluar dari stasiun kereta api bisa jalan, mereka yang ke toko-toko leluasa dan mereka yang jualan di trotoar dipindahkan ke tengah jalan5

Tujuann dipindahkan para pedagang kaki lima ke tengah jalan bertujuan untuk menstrelisasi trotoar dari para pedagang kaki lima. Jika trotoar sudah steril dari pedagang kaki lima maka pejalan kaki yang turun dari stasiun kereta bisa berjalan dengan lancar. Oleh karena itu kebijakan menaruh pedagang kaki lima di tengah

4 Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018. 5 Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018.

48

jalan Jatibaru Raya solusi yang paling cocok untuk memperbaiki carut-marut yang ada di Jalan Jatibaru Raya.

Di lapangan kenyatan itu ada dan karena itu harus kita tata, jadi kita bereskan itu sastu-satu, pertama kita bereskan dulu soal trotoranya kita bereskan dulu trotoarnya. Dan jika ada yang mengatakan hari ini macet, sebentar kalo mau membandingkan antara sekarang dan dulu bukan hanya sekarang saja. Dulu jualannnya lebih berani ratusan ribu orang jalnnya terhambat karena PKL, sekarang ratusan ribu orang bisa jalan dengan leluasa. Lalu kemudian pedagang kaki lima nya di tengah lalu kemdudiann nanti kita tata berikutnya termasuk penanggungjawab Satpol PP disana 6

Pedagang kaki lima yang berjualan di tengah berjumlah sebanyak 372 tenda, tenda-tenda tersebut diberikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kepada para pedagang kaki lima yang biasa berjualan di trotoar di sekitar Jalan Jatibaru Raya.

Para pedagang tersebut tidak hanya berasal dari Jalan Jatibaru Raya saja, namun banyak juga yang berasal dari temapat lain namun masih memasuki kawasan Tanah

Abang.7

Terdapat dua rencana konsep yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta yaitu jangka menengah dan jangka panjang. Jika diurai maka jangka menengah ini merupakan proses relokasi pedagang kaki lima yang terdapat di jalan

Jatibaru Raya dan Blok G ke tempat yang nanti akan disediakan oleh pemerintah.

Kemudian gedung Blok G akan dibagun kembali dengan memperbaiki fasilitas- fasiltas yang ada, namun hingga saat ini pemerintah belum menyediakan tempat sementara yang akan menjadi lokasi berjualan para pedagang kaki lima tersebut.

6 Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018. 7 Wawancara Pribadi Julius Sagala (Kepala Seksi UKM Dinas UMKM DKI Jakarta) tanggal 7 Mei 2018 di kantor Dinas Koperasi UMKM DKI Jakarta.

49

Konsep jangka panjang dan jangka menengah ini belum jelas kapan akan dilakukan dan seperti apa yang diutarakan oleh Dinas Perhubungan DKI Jakarta:

“Terus terang belum sampai pada kearah sana, karena ini bukan hanya anggaran dinas perhubungan tapi juga ada keterkaitan dengan anggran SKPD lain misalnya P.D pasar jaya, Dinas Bina Marga. Terus terang kita belum mengetahui kapan program ini mulai dan kapan target selsainya.”8 Dari ungkapan diatas bahwa konsep ini belum jelas akan dilaksanakan kapan karena terkait anggaran dan SKPD terkait belum siap. Dalam jangka waktu kedepan selagi semua SKPD melakukan persiapan maka kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang akan tetap seperti ini.

Bagi para pedagang kaki lima yang berjualan di jalan Jatibaru Raya kebijakan penataann kawasan Tanah Abang ini menguntungkan untuk mereka. Dalam wawancara pribadi dengan Isan salah satu pedagang kaki lima yang berjualan di

Jalan Jatibaru Raya, ia berpendapat bahwa:

“Ya bagus ya soalnya kan kita tau Tanah Abang ini kan pusat bisnis terkenal dimana- mana yang belanja bukan dari indonesia aja, skalanya internasional dari malaysia ada, Thailand, filipina sampe Afrika belanjanya kesini. Dan buat saya tidak masalah, rata-rata kan yang berjualan disini yang punya KTP DKI Jakarta. Ya kebanyakan yang berjualan di tenda-tenda sisni juga kebanayakan masyarakat sini.”9

Dari penuturan Isan bahwa para pedagang kaki lima yang berjualan di Jalan

Jatibaru Raya merasa mendapatkan dampak yang menguntungkan. Tanah Abang yang juga merupakan pusat grosir terbesar di Asia dianggap sah-sah saja jika para pedagang kaki lima berjualan di tengah jalan raya. Isan juga berpendapat bahwa

8 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

9 Wawancara Pribadi dengan Isan (Pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya) tanggal 23 Mei 2018 di Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang.

50

orang-orang yang berjualan disisni ya merupakan orang yang berhak dengan memiliki KTP DKI Jakarta, jadi tidak ada masalah untuk kebijakan penataan pedagang kaki lima di Tanah Abang ini. Selain itu pendapatan para pedagang kaki lima yang berjualan di jalan Jatibaru Raya pun meningkat hingga dua kali lipat atau

100% dari lokasi mereka berjualan terdahulu. Oleh karena itu para pedagang kaki lima yang berjualan merasa mendapat dampak yang menguntungkan atas kebijakan ini.

Disisi lain terdapat beberapa pihak mendapatkan dampak yang merugikan.

Stakeholder pertama yang mendaptkan dampak merugikan adalah pedagang kios di pasar Blok G Tanah Abang. Menurut Maznar Thahir (Ketua Koperasi Pasar Blok G

Tanah Abang) berpendapat bahwa:

“Jadi dampak dari kebijakan ini sangat berdampak untuk kami pedagang Blok G, kami jadi susah dan omzet kami turun bisa sampai 60 persen karena orang lebih memilih belanja di jalan Jatibaru daripada naik ke atas. Masyarakat jadi susah sampai pada demo kok mokrolet demo, mikrolet demo, tukang ojek demo, warga demo, pedagang demo juga semua orang jadi susah.”10

Sangat jelas bahwa para pedagang Blok G merupakan stakeholder yang paling terekena dampak merugikan secara ekonomi. Dalam pengamatan seacara langsung oleh penulis bahwa kondisi pasar Blok G Tanah Abang cenderung sepi di hari biasa dan hari libur. Dari perkataan Maznar Thahir bahwa memang para pembeli lebih memilih belanja di Jalan Jatibaru Raya.

10 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir.

51

Kemerosotan omzet yang luar biasa hingga 60 persen menjadi alasan utama bagi para pedagang Blok G mengalami dampak yang merugikan. Dari dampak yang dihasilkan ini membuat inisiatif para pedagang Blok G yang dipimpin Maznar Thahir untuk melakukan protes kepada Gubernur DKI Jakarta, namun protes tersebut belum mendapatkan hasil yang konkret.

Partisipasi masyarakat menjadi penting dalam sebuah proses kebijakan dalam konsep partisipasi bisa dalam bentuk tuntutan dan dukungan. Biasanya tuntutan tersebut muncul dari masyarakat yang terbaikan kepentingannya. Dalam hal ini biasanya masyarakat yang terbaikan kepentingannya tidak terlibat dalam perumusan kebijakan tersebut.11

Pedagang pasar Blok G ialah pihak yang melakukan protes kepada Gubernur

Anies Baswedan setelah dikeluarkannya kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Posisi pasar Blok G yang tidak jauh dari lokasi Jalan Jatibaru Raya yang ditutup dan ditempatkannya para pedagang kaki lima mebuat para pedagang di pasar Blok G terkena dampak yang cukup berarti.

Melalui ketua koperasi pasar pedagang Blok G, Maznar Thahir menjelaskan bahwa kebijakan ini kebijakan yang tidak benar. Dia berpendapat bahwa:

“Saya rasa kebijakan ini adalah kebijakan yang kurang tepat, seharusnya dalam menentukan kebijakan harus mencakup seluruhnya, yang seharusnya berperan ini kan pedagang Blok G yang tadinya merupakan pedagang kaki lima yang dibina oleh Pemprov. Kebijakan yang dibuat ini ia (Gubernur anies) meminta pendapatnya ke

11 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h.28.

52

preman. Jadi aksi premanisme ini sebetulnya sudah tidak ada, namun dibikin-bikinlah PKL di jalan Jatibaru, sebenarnya PKL sudah tidak ada.”12

Penjelasan Maznar Thahir selaku ketua koperasi pedagang pasar Blok G beperndapat bahwa kebijakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak memperhatikan pedagang-pedagang yang ada di Blok G, Pemerintah Provinsi harusnya membina pedagang Blok G yang memang berasal dari pedakang kaki lima dan dibina oleh pemerintah. Ia juga menambahkan harusnya pedagang kaki lima sudah tidak ada, pedagang kaki lima hanya dijadikan alasan untuk Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta dalam membuat kebijakan ini.

Dalam surat No. 03/Koppas.KJ/TA/II/2018 yang ditujukan kepada Gubernur

DKI Jakarta dengan perihal hal: jeritan pedagang pasar Blok G atas kebijakan

Gubernur DKI Jakarta menutup Jalan Jatibaru Raya untuk menata pedagang kaki lima

Tanah Abang menjelaskan bahwa mereka ingin diperhatikan oleh Gubernur karena mereka terkena dampak yang besar karena kebijakan ini. Mereka ingin diajak bersama membahas masa depan pasar Blok G dengan Gubernur DKI Jakarta. Selain itu mereka juga ingin bahwa penataan pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya untuk ditinjau kembali atau segera dibatalkan.

Lewat koperasi pasar pedagang Blok G mereka mencoba mengadu ke balaikota untuk melakukan audiensi dengan Gubernur atau Wakil Gubernur, namun menurut ketua koperasi pasar Blok G tidak ada tanggapan yang baik oleh Gubernur

12 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir ( Ketua Koperasi pedagang Blok G Tanah Abang) tanggal 1 Mei 2018 di pasar Blok G Tanah Abang.

53

atau Wakil Gubenur. Pedagang Blok G cukup kesal dengan kebijakan penataan kaawasan Tanah Abang ini dan lebih lagi protes mereka tidak ditanggapi dengan baik karena Gubernur Anies tidak bersedia melakukan audiensi dan dialihkan kepada bidang perekonomian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.13

Setelah protes mereka tidak didengarkan oleh Gubernur mereka tidak menyerah, akhirnya mereka memberikan laporan kepada Ombudsman Perwakilan

Jakarta.

“Ya reaksi kami sampai mengadu ke Ombudsman, kalo ada aduan ke Ombudsman kan berarti sudah parah. Orang yang belanja sudah tidak naik lagi ke Blok G atas kamu bisa lihat sendiri tuh. Sebetulnya dulu orang itu ramai naik ke atas”14

Pengaduan yang dilakukan oleh oleh ketua koperasi pedagang pasar Blok G akhirnya diterima dan kemudian akan diproses oleh lembaga Ombudsman Perwakilan Jakarta Raya. Dalam proses pemeriksaan kebijakan penataan Tanah Abang, kepala Ombudsman Jakarta Raya Dominikus Dalu berpendpat bahwa: “Jadi Ombudsman perwakilan Jakarta raya bekerja dengan dua cara, yang pertama pasif menerima laporan dari masyarakat dan selanjutnya kami proaktif itu mandatnya undang-undang ombudsman. Khusus untuk Tanah Abang kami pasif karena kami melakukan rangkaian proses pemeriksaan berdasarkan laporan masyarakat, yaitu ketua koperasi pedagang pasar Blok G Tanah Abang, mereka mengeluhkan omzet mereka yang turun derastis pasca jalan Jatibaru dibuka untuk para PKL. Dari situ Ombudsman melakukan pertama tentunya kami melihat laporan ini memenuhi syarat formil dan materil itu mandatnya undang undang ombudsman. Setelah kami melakukan verifikasi secara formil dan materil ternyata dua syarat ini terpenuhi mereka yang secara legal standing memenuhi syarat karena itu hak mereka sebagai warga negara. Kemudian yang kedua ada dimensi pelayanan publik oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini sebagai terlapor, sehingga atas dasar formil dan materil kami menindaklanjuti laporan. Dalam mekanisme ombudsman jika ada laopran yang masuk sudah memenuhi syarat tadi kami akan melakukan investigasi atau pemeriksaan. Untuk kasus Tanah Abang pemeriksaan itu kami lakukan beberapa cara, yaitu pertama kami melakukan pemeriksaan lapangan ada tim kami yang turun ke lapangan, kita periksa kondisi pasar Blok G, kondisi jalan Jatibaru, kemudian beberapa hal di lapangan yang terkait dengean penataan kawasan

13 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir. 14 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir.

54

Tanah Abang. Kedua kami melakukan pemeriksaan tertutup, tertutup ini ada metodologi yang dilakukan ombudsman untuk menggali data. Kemudian yang ketiga kami melukukan pemeriksaan dengan mengundang semua instansi terkait dengan penataan kawasan Tanah Abang dari jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta seperti Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, Dinas Kopreasi UMKM dan Perdagangan, PD. Pasar Jaya, dan Dirlantas Polda Metro Jaya karena ini terkait dengan fungsi jalan. Kemudian tentunya kita melihat telaah peraturan terkait mengenai penataan kawasan PKL. Dari rangkaian proses yang ombudsman lakukan kami menyimpulkan ada maladministrasi disana.”15

Setelah dilakukan pemeriksaan Ombudsman Jakarta Raya menemukan adanya kebijakan yang maladministrasi. Dalam proses pemeriksaannya tentu Ombudsman

Jakarta Raya melakukan berbagai metode yang ilmiah dalam menentukan maladministrasi atau tidaknya dalam sebuah proses kebijakan.

Ombudsman Jakarta Raya menjelaskan bahwa ada empat maladministrasi yang mereka temukan dalam kebijakan penataan Tanah Abang, antara lain: pertama perbuatan melawan hukum, kedua penyimpangan prosedur, ketiga kurang kompeten, keempat pengabaian kewajiban hukum.16

Dari empat maladministrasi yang ditemukan oleh Ombudsman Jakarta raya bahwa pada intinya instruksi Gubernur banyak menabrak aturan-aturan yang sudah ada. Menurut pendapat Dominikus Dalu antara lain:

“Instruksi Gubernur atau bagian dari diskresi pemerintah kalau tidak ada peraturan tertulis terkait dengan suatu kebijakan, permasalahannya terkait penataan Tanah Abang ada sekian banyak aturan yang terkait mulai undang-undang jalan hingga undang-undang lalu lintas yang terdapat dalam peraturan pemerintah, peratuaran Gubernur, dan peraturan daerah terkait tata ruang semua ada disitu sehingga menurut hemat Ombudsman tidak pada tempatnya mengeluarkan Instruksi Gubernur (ingub).

15 Wawancara Pribadi dengan Dominikus dalu (Plt. Ketua Ombudsman Jakarta Raya) tanggal 23 April 2018 di Kantor Ombudsman Jakarta Raya. 16 Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan “Dugaan Maladministrasi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta terkait penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang” disusun oleh Ombudsman Jakarta Raya Tahun 2018.

55

Dari situ kan terdapat maladministrasi nih maka kami Ombudsman perwakilan Jakarta bilang ke pak Gubernur melalui laporan akhir pemeriksaan setidak-tidaknya membuat empat langkah atau tindakan korektif supaya jangan terjadi lagi maladministrasi. 17

Ombudsman Jakarta Raya memandang bahwa kebijakan yang dikeluarkan melalui Instruksi Gubernur tidak kuat jika diabndingkan peraturan-peraturan lain yang sudah ada seperti Peraturan Gubernur, Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah, dan Undang-Undang yang lebih dahulu hadir. Instrukdi Gubernur No. 17 Tahun 2018 ini tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah diciptakan terlebih dahulu, oleh kareana ini Ombudsman Jakarta Raya memandang terdapat malaministrasi dalam kebijakan ini.

Selain itu, Ombudsman Jakarta Raya menganalisis bahwa terdapat banyak dampak yang merugikan para stakeholder di Tanah Abang. Hal ini di kemukakan oleh Dominikus Dalu Kepala Ombudsman Jakarta Raya dalam wawancara pribadi antara lain:

“Dampak yang pertama yang seharusnya gaboleh terjadi, suatu kebijakan yang dibuat dengan menabrak aturan itu presedennya kurang baik. Kita menghargai ada itikad baik beliau untuk memberi perlindungan kepada PKL supaya mereka mendapatkan haknya untuk memperoleh kehidupan ekonomi tapi tidak dengan cara meberikan mereka ruang melaului Instruksi Gubernur untuk berjualan di jalan umum, itu namanya melanggar aturan maladministrasi. Kedua hak masyarakat untuk mengunakan jalan umum disana menjadi terhambat, kan harusnya lalu lintas kendaraan lewat jalan Jatibaru otomatis dengan ditutupnya jalan Jatibaru walaupun dari jam 8 pagi hinga jam 6 sore tapi kan itu akses untuk jalan umum karena di undang-undangnya bilang bahwa jalan umum tapi dipakai untuk fungsi lain tapi sifatnya sementara itu dalam empat hal pertama kareana ada kepentingan strategis nasional, kedua untuk kegiatan seni budaya jalan boleh ditutup, untuk kegiatan keagamaan, keempat untuk kegiatan olah raga misalnya car free day tapi sifatnya hanya sementara. Nah ini dari mulai bulan desember 2017 setidak tidaknya sampai sekarang berartikan sifatnya permanen nah ini tidak boleh terjadi merugikan. Belum lagi kita bicara mengenai hak pejalan kaki, disana ada

17 Wawancara Pribadi dengan Dominikus dalu.

56

pedestarian tuh ditutup separuhnya. Belum lagi kita bicara mengenai hak pelapor kita, dengan dibukanya di depan orang akan tidak belanja kedalem Blok G nya mati omzet menurun jauh. Maka Ombudsman perlu menyampaikan itu. Belum lagi kita bicara mengenaihak sopir angkot, ya kan mereka juga protes tuh. Dalam menangani laporan fokus kami ke pedagang Blok G yang penting hak-hak mereka terpenuhi tapi kami tidak obyektif kalo hanya menilai dampak untuk Blok G saja sekalian saja supaya kalau mau menata itu komperehensif.18

Ombudsman Jakarta raya menjelaskan bahwa banyak sekali dampak yang merugikan para Stakeholder yang ada di. Dampak yang dihasilkan selebihnya sama dengan para pedagang Blok G yang mengalami penurunan omzet dan sopir mikrolet

M08 yang harus memutar arah dan kekurangan penumpang. Selain itu Ombudsman

Jakarta Raya juga memperhatikan stakeholder lain seperti pejalan kaki. Hak-hak pejalan kaki perlu diperhatikan karena mereka pun sama seperti stakeholder yang lainnya yaitu punya kepentingan mengakses jalan untuk kepentingan mereka menuju tempat lain.

Melihat adanya maladministrasi tentunya ombudsman juga punya solusi berupa;19

1. Adanya evaluasi secara detail dan penempatan yang tepat untuk kawasan Tanah

Abang sesuai dengan fungsinya dengan mentaati peraturan yang berlaku agar

tidak terjadi maladministrasi yang terjadi pada saat ini meliputi:

a. Membuat rancangan induk atau Grand Design Kawasan Tanah Abang,

dengan menerima banyak masukan dari berbagai pihak untuk

memperoleh rancangan yang terbaik;

18 Wawancara Pribadi dengan Dominikus dalu. 19 Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan “Dugaan Maladministrasi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta terkait penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang” disusun oleh Ombudsman Jakarta Raya Tahun 2018.

57

b. Melaksanakan perencanaan penataan PKL secara tepat guna mulai

dari pendataan, penetapan lokasi, pemindahan dan penghapusan

lokasi, peremajaan dan perencanaan penyediaan ruang, serta

pembinaan dan pendampingan;

c. Merevitalisasi fungsi pasar Blok G serta melakukan pembinaan dan

pemberdayaan para pedagang untuk meningkatkan aktivitas

perdagangan;

d. Mengembalikan fungsi Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang sesuai

fungsinya untuk lalu lintas kendaraan dan tersedianya jalur

pedestarian untuk pejalan kaki.

2. Menetapkan masa transisi untuk mengatasi maladministrasi yang telah terjadi saat

ini dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari dengan

melibatkan partisipasi semua pemangku kepentingan sesuai tugas dan fungsinya

masing-masing, agar kepada para PKL di Jalan Jatibaru Raya memiliki

kesempatan untuk mendapatkan tempat berjualan yang representatif untuk

peningkatan kesejahteraan tanpa melanggar hukum.

3. Menggunakan fasilitas lalu lintas dengan sebaik-baiknya dengan

memanfaatkankan Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan tugas dan

fungsi instansi terkait sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 37

Tahun 2011 tentang Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

4. Membuat proyek penataan kawasan Tanah Abang menjadi sebuah kawasan

percontohan secera efektif, tertib lalu lintas dan jalan raya, pedestrian yang

58

nyaman bagi pejalan kaki sebagai wujud pelayanan publik yang baik berstandar

tinggi, agar dicontoh kota-kota lain yang ada di Indonesia dan menjadi contoh

kawasan lain di Jakarta.

5. Pelaksanaan tindakan korektif sebagaimana poin 1, 2, 3 dan 4 di atas merupakan

satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat mengesampingkan satu dan yang lain

sebagai bagian dari penyelesaian yang menyeluruh atas tindak lanjut LAHP ini.

Tindakan korektif yang disarankan oleh Ombudsman Jakarta Raya merupakan saran yang imparsial artinya bahwa tindakan korektif ini tidak bisa dilakukan secara terpisah. Pemerintah DKI Jakarta sempat menemui Ombudsman dalam rangka membahasa mengenai tindakkan korektif yang dikeluarkan oleh

Ombudsman, namun sampai sekarang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya ingin mengkaji terlebih dahulu, eksekusinya nanti bagaimana hasil kajian yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

A2. Kebijakan Rekayasa Lalu Lintas di Kawasan Tanah Abang Dalam merumuskan permasalahan para pembuat kebijakan harus cermat dalam menentukan masalah apa yang sebenarnya terjadi untuk membuat produk kebijakan publiknya yang dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. 20

Menganalisis masalah menjadi penting dalam membuat kebijakan jika tidak maka produk kebijakan publik tersebut tidak akan tepat sasaran.

20 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 27.

59

Menurut Gubernur Anies Baswedan bahwa lahirnya kebijakan ini karena banyaknya orang yang datang ke Tanah Abang. Dalam pernyataannya ia berkata sebagai berikut dalam wawancara bersama Najwa Shihab:

“Saya ingin menjelaskan sedikit kenapa kita melakukan kebijakan ini, Tanah Abang itu pusat untuk kegiatan perbelanjaan tapi juga pusat kegiatan pindah transportasi. Stasiun kereta api Tanah Abang dari barat, timur, utara semua kesana, 178.000 perhari orang disana dan mereka keluar di depan Jalan Jatibaru Raya kemudian disitu ada pasar juga. Jadi yang ingin kita lakukan adalah mengelola lalu lintas orang yang datang memalui stasiun Tanah Abang dan kegiatan perbelanjaan bisa dikelola dengan baik”21

Sependapat dengan atasannya,

Dari dua pernyataan yang dikeluarkan oleh Gubernur Anies Baswedan dan

Dinas Perhubungan DKI Jakarta bahwa menegaskan Tanah Abang merupakan daerah yang sentral di ibukota ini karena merupakan pusat perdagangan terbesar di Indonesia dan sentral transportasi kereta. Terdapat banyak pusat perbelanjaan di Tanah Abang baik yang dikelola oleh swasta maupun dikelola pemerintah melalui P.D Pasar Jaya yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Selain itu padatnya volume kendaraan yang biasa terjadi di kawasan Tanah

Abang terjadi karena banyaknya kendaraan bermotor yang masuk untuk berbelanja.

Kendaraan bermotor yang masuk ke Tanah Abang juga variatif mulai dari mobil pribadi, motor, angkutan umum hingga mobil box untuk kegiatan bongkar muat barang yang ada disekitar pasar Tanah Abang. Kegiatan bongkar muat yang terjadi di

21 Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018.

60

pinngir jalan di kawasan pasar Tanah Abang terkadang juga menggangu arus lalu lintas yang ada.

Tepat di Jalan Jatibaru Raya terdapat stasiun kereta, di mana sekitar 178.000- an orang perhari menuju stasiun Tanah Abang untuk melakukan aktivitasnya di

Tanah Abang atau hanya sekedar transit dan menuju tujuan lain22. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena selain lalu lintas kendaraan bermotor ternya lalu lintas orang juga perlu diperhatikan.

Gambar 1.A.1:

Peta Jalan Jatibaru Raya

22 Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018.

61

Pada saat kebijakan ini belum diterapkan bahwa aktivitas di Jalan Jatibaru

Raya sangatlah padat. Menurut pengamatan lapangan Dinas Perhubungan DKI

Jakarta banyak terjadi pelanggaran selama Jalan Jatibaru Raya itu dibuka,

“Selama ini memang Tanah Abang ini banyak sekali pelanggaran, dari mulai tugasnya Satpol PP yang membiarkan PKL nya banyak dan tidak menampung yang akhirnya mengokupasi trotoar. Angkutan umum yang tidak menaik turunkan penumpang pada tempatnya, dan menunggu penumpang terlalu lama atau bahasa lapangannya ngetem.”23

Pelanggaran demi pelanggaran pun sangat mudah terjadi karena lemahnya pengawasan atau penindakkan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta.

Penindakkan pun sering dilakukan namun nyatanya kurang efektif, seperti mencabut rumput yang tidak sampai pada akarnya maka rumput itu akan tumbuh lagi dengan sangat cepat.

Hal demikian pun sangat sering terjadi di kawasan Jalan Jatibaru Raya dimana para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bertugas dalam penindakkan pelanggaran di Tanah Abang sudah banyak menemukan pelanggaran dan melakukan penindakkan, setelah dilakukan penindakkan tidak lama kemudian pelanggaran itu akan muncul kembali. Dinas Perhubungan pun menyatakan bahwa penegakkan dan penindakkan sudah tidak efektif lagi.

“Kita sudah coba pola itu (penegakkan dan penertiban) pengalaman kami sebelumnya itungan berapa menit bahkan detik mereka akan kembali lagi berdagang atau angkot kemablai lagi ngetem, dan pola itu tidak bisa dilakukan dalam waktu yang 24 jam, karena kan kami punya anggota dan mereka itu manusia ya berkerja dengan sesuai jam ketentuan dong 8 jam kerja aturan undang-undang tenaga kerja seperti itu ga mungkin 24 jam”24

23 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

24 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

62

Pola-pola penertiban dan penindakkan dirasa tidak efektif lagi. Tindakan untuk menertibkan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di jalan Jatibaru Raya dianggap sia-sia karena setelah dilantukan penindakkan nanti akan muncul lagi pelanggaran yang serupa dengan orang yang serupa juga. Maka dari itu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan kebijakan ini agar jalan Jatibaru lebih efektif untuk pejalan kaki yang melintas dari stasiun Tanah Abang untuk melakukan aktivitasnya di Tanah Abang. Selain itu memberikan wadah bagi para pedakang kaki lima untuk berjualan di tengah jalan agar tidak mengokupasi trotoar untuk pejalan kaki, hal ini berimbas pada penutupan jalan yang akhirnya tidak bisa dilewati kendaraan bermotor. Proses penguraian kemacetan yang terjadi di kawasan Tanah Abang dilakukan dengan cara melakukan rekayasa lalu lintas yang terbagi menjadi dua metode.

Metode yang pertama adalah pengalihan Jalan Jatibaru Raya untuk sementara waktu.

Metode yang kedua yaitu re-reouting trayek angkutan umum yang melintasi kawasan

Tanah Abang.25

Untuk waktu yang diberlakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berlaku dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00. Pukul 15.00 jalan Jatibaru Raya kembali dibuka kembali untuk bagian barat dan menjelang magrib sekitar pukul 18.00 Jalan

Jatibaru Raya ibuka kembali secara utuh. Hal ini dilakukan ketika jalan Jatibaru Raya dialihkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan sarana transportasi massal untuk bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat yang berkunjung ke kawasan Tanah

Abang. Transportasi massal yang disiapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah bus Transjakarta sebanyak 15 buah yang dinamakan Tanah Abang Explorer. Bus

25 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

63

Tanah Abang Explorer tersebut ditujukan mengangkut penumpang yang mulai turun dari stasiun Tanah Abang yang ingin menuju pasar-pasar atau blok-blok tertentu yang ada di Tanah Abang. Selain itu fasilitas bus Tanah Abang Explorer ini tidak dipungut biaya atau gratis, selain ditujukan untuk mengantar pengunjung ke tempat-tempat perbelanjaan di kawasan Tanah Abang bus ini juga berfungsi sebagai bus pengumpan untuk masyarakat yang ingin menggunakan angkutan umum lain yang berada di kawasan Tanah Abang seperti mikrolet, angkutan kota, ojek online, transjakarta, metro mini, dan lain lain.26

Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta dalam kebijakan penataan Tanah

Abang ini bukan menutup jalan, melainkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hanya mengalihkan Jalan Jatibaru Raya.

“Hal yang dilakukan itu bukan menutup jalan, kita hanya mengalihkan, kalo menutup jalan ya benar-benar ditutup dan tidak ada akses sama sekali dan tidak ada alternatif sama sekali, yang kita lakukan hanyalah pengalihan. Kalo pengalihan dalam waktu tertentu itupun diatur dalam aturan bukan penutupan jalan. Menurut pengertian saya, bahasa yang namanya menutup hal yang tadinya terbuka jadi tertutup dan tidak ada jalan sama sekali, akses kalo sudah ditutup berarti sudah tidak ada jalan lagi. Kalo kita bicara konteksnya rekayasa pengalihan dan rekayasa lalu lintas berarti tidak tertuju pada penutupan, namanya rekayasa hal yang dibuat, hal yang diperbaharui, hal yang direncakan plan a plan b. Masih ada jalan lain yang bisa ditempuh, alternatif-alternatif jalan pun masih ada. Kita sampaikan misallnya dia tidak boleh masuk jalan Jatibaru pada jam sekian sementara waktu kita alihkan dia melewati fly over, berarti kan ada alternatif itu bukan penutupan jalan, kalo ada lagi yang mau melintas lewat Jatibaru raya kita persilahkan dengan menggunakan transportasi umum.” 27

Pernyataan dari narasumber dalam wawancara tersebut menunjukkan bahwa yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bukanlah menutup jalan

26 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam. 27 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

64

seperti yang banyak diberitakan media ataupun banyak menjadi pro-kontra dalam masyarakat. Hal ini menjadi dasar bagi Dinas Perhubungan agar tidak melanggar undang-undang tentang pengggunaan jalan.

Dalam penjelasan yang dilakukan oleh Gubernur Anies bahwa rekayasa lalu- lintas di Jalan Jatibaru Raya ini dilakukan karena alasan berikut:

“Sebetulnya jika komentar itu di jalan Jatibaru itu pas, karena kita melakukan rekayasa di jalan Jatibaru Raya, coba lihat jalan Jatibaru 10 sudah tidak ada lagi jalan 100% diapakai untuk perdanganan bertahun-tahun ga ada diisukan jalan itu dipakai untuk perdagangan Jatibaru 10 persis disampingnya. Jadi memang ini adalah satu solusi yang akan menimbulkan keseimbangan baru, lalu artinya apa yang selama ini terbiasa dengan pola rute kendaraan bergeser, yang selama ini terbiasa dengan jalan kaki ada pergeseran yang tadinya mau ke grosir ada pergeseran, jadi memang perlu waktu untuk menyesuaikan karena ini tata kelola baru yang sedang kita lakukan”28

Dari pertanyaan Gubernur Anies Baswedan bahwa Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta ingin kebijakan ini menjadi solusi yang tepat karena ingin menggeser pola- pola yang ada di Tanah Abang. Pola yang rute kendaraan yang tadinya melewati

Jalan Jatibaru Raya digeser dan tidak melewati Jalan Jatibaru Raya karena menimbulkan penumpukkan volume kendaraan yang padat. Selain itu pola pejalan kaki yang tadinya ingin ke grosir dengan berjalan kaki pola digeser menjadi dengan fasilitas transportasi massal yang disiapkan oleh pemerintah. Jadi pola-pola pergeseran ini yang diingan oleh Gubernur Anies agar terciptanya keseimbangan baru yang ada di kawasan Tanah Abang ini.

Sementara Gubernur Anies Baswedan pada mulanya ketika ditanya Najwa

Shihab tidak menampik bahwa kebijakan yang ia telah lakukan adalah menutup jalan,

28 Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018.

65

dalam wawancara bersama Najwa Shihab, Anies Baswedan ditanya mengenai rekomendasi dari Dirlantas Polda Metro Jaya tentang pembukaan Jalan Jatibaru Raya agar dibuka kembali ia membandingkan bahwa banyak jalan yang di tutup di DKI

Jakarta. Ia mengatakan:

“Hal yang menarik begini banyak yang berbicara tentang jalan ditutup, saya ingin sampaikan disamping kedutaan inggris jalan ditiutup disamping kedutaan amerika jalan ditutup dan satu lagi nih di jalan Pasar Baru yang sekarang disebut Pasar Baru dipakai 100 % untuk kegiatan perdagangan”.29 Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Gubernur Anies Baswedan mengamini bahwa kebijakan yang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan penutupan jalan di Jalan Jatibaru Raya. Hal demikian dipertegas dengan memberikan contoh jalan yang ditutup di area lain yang ada di Provinsi DKI Jakarta.

Permasalahan kebijakan penutupan jalan memang menjadi hal yang bukan baru di DKI Jakarta ini, namun kembali mencuat kembali pada masa Gubernur Anies menjabat menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah sekian lama tidak muncul ke permukaan, untuk itu kebijakan penutupan ruas jalan di jalan Jatibaru Raya mendapatkan atensi serius dari media dan masyarakat. Selain itu juga menimbulkan pro-kontra dalam masayarakat Tanah Abang secara khusus dan masyarakat DKI

Jakarta secara umum.

Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan bahwa konsep penataan ini akan dilanjutkan dengan konsep dengan jangka menengah hingga hingga jangka panjang.

29Najwa Shihab, “Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018.

66

“Pertama kebijakan ini saya sudah jelaskan jangka pendek, jangka menengah kita merelokasi dulu pedagang yang ada di Blok G sedang proses rekolasi tidak jauh dari lokasi situ, kemudian setelah relokasi pedagang Blok G kita revitalisasi kawasan Blok G artinya kita bangun lagi dan kita percantik lagi pasarnya nah pedagang yang direlokasi kembali ke pasar Blok G. Jangka panjangnya dengan TOD (tansit oriented development) jadi dimana distu semua akan menyambung, ada kawasan hunian, ada kawasan perdagangan, ada kawasan transit segala macem nah itu yang dirubah. Konsep TOD itu merupakan dimana penataan konsep bangnan mengikuti penataan konsep transportasi tadinya kan terbalik, bangun dulu baru ada transportasi dulu kalo sekarang transportasi dulu baru yang bangun ini akan ngikutin, jadi semuanya akan terkoneksi. Kalau Blok G sudah jadi pedagang semuannya akan masuk Blok G, pedagang yang ada jalan Jatibaru raya nanti akan dibangun skybridge, skybridge dari stasiun Tanah Abang yang menghubungkan Blok G dengan Blok F. Nanti masyarakat konsepnya tidak lagi melewati jalan setelah turun stasiun mereka melewati skybridge dimana skybridge ini diisi oleh para PKL. Hal ini banyak yang baru dipahami nya separuh, tetapi kalo secara konsep pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan tanpa sebab dan tanpa proses pasti ada sebab dan ada prosesnya kebijakan itu.30 Konsep jangka panjang dari kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini menjadikan kawasan ini beorientasi pada transportasi. Pemerintah melakukan langkah

Transit Oriented Development (TOD), konsep ini merupakan menjadikan kawasan yang mengikuti konsep transportasi yang ada di Tanah Abang. Pusat perbelanjaan dan bangunan yang ada disana harus mengikuti pola pembangunan transportasi massal yang akan dibentuk oleh pemerintah. Setelah itu akan dibangun insfrastruktur pendukung seperti jembatan layang (skybridge) yang akan menghubungkan dari blok ke blok lain, dalam jembatan layang tersebut akan diisi oleh pedagang kaki lima yang berjualan di tengah jalan Jatibaru raya.

Kebijakan yang mengalami pro-kontra dalam masyarakat sudah pasti memiliki dampak yang sangat luar biasa, begitupun dengan kebijakan penataan kawasan Tanah Abang dimana para stakeholder mendaptkan dampak yang cukup

30 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

67

signifikan. Terdapat perbedaan dampak bagi para stakeholder di Tanah Abang, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.

Selain para pedagang Blok G Tanah Abang terdapat stakeholder yang mengalami dampak merugikan. Para sopir mikrolet M08 lah yang mengalami dampat merugikan, hal ini diutarakan oleh Mustafa selaku sopir mikrolet M08, ia mengatakan bahwa:

“Sangat merasakan dampak yang luar biasa dari sebelum ditutup jalan ini, dampaknya membuat pusing sopir angkot karena jalan yang dilalui harus memutar dan tidak ada penumpangnya dan sangat mengurangi pendapatan sopir angkot. Saya keberatan dengan kebijakan ini mungkin bukan hanya untuk saya saja, buat PKL berat, buat masyarakat masyarakat Tanah Abang juga berat dan merasaka dirugikan juga karena jalan ini ditutup.”31

Dari pemaparan Mustafa bahwa dampak yang dihasilkan dari sopir mikrolet

M08 sangat luar biasa sekali, sehari-hari biasanya mikrolet M08 melewati jalan

Jatibaru Raya untuk menaik-turunan penumpang. Setelah adanya kebijakan ini M08 tidak bisa mengakses jalan ini dan harus memutar jalan. Selain memutar jalan sopir mikrolet pun mengalami permasalahan yaitu pengurangan omzet pendapatkan karena biasa menaik-turunkan penumpang di Jalan Jatibaru Raya. Menurut Mustafa dampak dari kebijakan ini tidak hanya dirasakan oleh para sopir Mikrolet tetapi juga dirasakan oleh banayak elemen masayarakat yang terdapat di Tanah Abang.

Terdapat juga dampak kemacetan yang bertambah akibat dari kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Menurut Kombes. Budiyanto (Kasubdit.

31 Wawancara Pribadi dengan Mustofa.

68

Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya) dalam wawancara pribadi bersama penulis. Ia menuturkan bahwa:

“Kalau secara empiris, sekarang kita dihadapkan pada masalah-masalah kemacetan ya. Permasalahan tersebut kenapa timbul yang jelas pertama karena perkembangan kendaraan bermotor dengan pembangunan infrastruktur sangat tidak sepadan. Di satu pihak pertumbuhan kendaraan bermotor bisa sampai 12% di pihak lain permbangunan infrastruktur hanya 0,1% dan tingkat kesadaran masyarakat masih rendah mungkin juga tingkat penegakan hukum belum maksimal. Ya bisa dilihat saja kalo seperti itu artinya pengurangan insfrastruktur ya makin macet kan.”32

Tanah Abang yang sudah macet sehari-hari karena kebijakan ini semakin macet karena pengurangan insfratruktur jalan, apalagi jalan Jatibaru ini merupakan salah satu jalan yang menjadi perlintasan banyak kendaraan. Menurut pengamatan lapangan penulis menelusuri jalan-jalan di Tanah Abang, kondisi jalan-jalan raya semakin padat diakibatkan penumpukkan kendaraan yang dialihkan dari Jalan

Jatibaru Raya.

Dalam perjalanannya kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini terdapat banyak tuntutan-tuntutan yang lahir dari masyarakat karena kepentingannya kurang terakomodir, selain itu ada juga masyarakat yang menjadi pemegang kepentingan

(stakeholder) yang selama ini kepentingannya terakomodir namun setelah dikeluarkannya kebijakan ini maka kepentingannya terganggu. Selain masyarakat terdapat beberapa instansi pemerintah yang berkecimpung dalam kebijakan itu juga memberikan beberapa tuntutan setelah kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini dikeluarkan.

32 Wawancara Pribdadi dengan Kombes. Budiyanto.

69

Seperti halnya pedagang pasar di Blok G, sopir mikrolet M08 trayek jurusan

Tanah Abang-Kota yang merupakan angkutan umum yang melintas di Jalan Jatibaru

Raya. Karena ditutupnya Jalan Jatibaru Raya mereka akhirnya memutar rute dan tidak melewati Jalan Jatibaru Raya. Hal ini cukup menyebabkan dampak yang luar biasa bagi para sopir mikrolet tersebut.

Sejak diberlakukannya kebijakan ini mereka yang biasa menaik-turunkan penumpang di Jalan Jatibaru Raya akhirnya merasa dirugikan atas kebijakan tersebut.

Akhirnya mereka melakukan protes demontrasi yang cukup besar di depan balaikota.

Namun protes dan aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para sopir mikrolet tersebut tidak ada tanggapan atau itikad yang baik dari Gubernur Anies Baswedan atau

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Menurut pedapat dari Mustafa salah satu orang yang menggagas aksi demonstrasi di balaikota tersebut belum ada tanggapan yang konkrit dari Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta. Mustafa menuturkan bahwa:

“Hanya janji-janji saja yang diucapkan, dia mengalihkan demo tersebut. Kita kan hanya minta jalan itu dibuka kembali, dan dia bilang supir mikrolet harus pake ok- otrip. Kemarin sudah mulai berjalan uji coba, cuman mudah mudahan tidak berjalan program ok-otrip. Kalo program itu jelas sih gapapa malah belum tentu jelas, karena banyak ok-otrip yang gagal di masalah pembayaran”.33

Pemerintah dalam menanggapi protes yang dilakukan sopir mikrolet tidak menanggapi dengan konkret, menurut pendapat Mustafa bahwa pemerintah hanya

33 Wawancara Pribadi dengan Mustofa (Supir mikrolet M08 dan salah satu penggagas demo di balaikota) tanggal 1 Mei 2018 di Tanah Abang.

70

melakukan janji-janji saja dan memberikan solusi yang mereka inginkan. Padahal yang mereka inginkan hanyalah Jalan Jatibaru Raya dibuka kembali.

“Tegakkan janji dia lah, ini kan sudah berapa bulan, udah mau lebaran loh masa masih ditutup aja. Ya kita kan masyarakat kan harus dituntut taat hukum, coba pemerintah tegakkan hukum bisa ga tuh tidak melanggar hukum. Apakah sudah bener jalan ini ditutup buat dagang?”34

Tidak banyak yang mereka tuntut dari Gubernur DKI Jakarta, mereka hanya ingin hukum ditegakkan dengan membuka Jalan Jatibaru Raya. Mereka juga ingin

Pemerintah memberikan contoh yang baik dalam hukum. Dengan hal ini mereka juga bisa melakukan aktivitas di jalan Jatibaru Raya dengan melewati jalan itu.

Pihak kepolisian sebagai apartaur pengatur lalu lintas juga angkat bicara mengenai dikeluarkannya kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Menurut

Kombes. Budiyanto (Kasubdit. Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya) dalam wawancara pribadi bersama penulis ia menuturkan bahwa:

“Saya tidak ada kapasitas berbcara kebijakan itu benar atau tidak kita berbicara masalah aturan hukum sajalah, di dalam UU no. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan jalan, prinsip bahwa penggunaan jalan di luar fungsi jalan itu diperbolehkan tapi untuk kegiatan-kegiatan misalnya olah raga, budaya, termasuk kegiatan kesenian. Namun bahwa penggunaan jalan diluar itu harus ada ijin pihak kepolisian itu kan diatur dalam pasal 128 UU no. 22 tahun 2009.”

Dirlantas Polda Metro jaya pun juga memberikan tangapan mengenai kebijakan tersebut tidak sesuai dengan undang-undang jalan yang sudah berlaku yaitu UU No. 22 tentang lalau lintas dan jalan dimana kegiatan untuk berjulan tidak di perbolehkan untuk menutup jalan raya. Jikalau pun ingin melakukan penutupan jalan maka harus ada perizinan dari kepolisian.

34 Wawancara Pribadi dengan Mustofa.

71

Mengenai izin dari kepolisian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang taat prosedur, menurut Kombes. Budiyanto (Kasubdit. Gakkum Dirlantas Polda Metro

Jaya) mengenai perizinan tentang menutup jalan antara lain:

“Memang kita dilibatkan pada saat sudah launching, pada saat perumusan kebijakan memang tidak dilibatkan. Pada saat launching baru dilibatkan dan setelah itu bebrapa kali dilibatkan dalam rapat”35

Sangat jelas bahwa Dirlantas Polda Metro jaya sebagai aparat pengatur lalu lintas tidak dilibatkan saat kebijakan ini dirumuskan dan baru dlibatkan ketika kebijakan ini sudah launching. Hal ini berarti bahwa perizinan yang dilakukan

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta baru dikoordinasikan setelah kebijakan ini dilaksanakan.

Dirlantas Polda Metro Jaya telah mengirimrmkan surat kepada Gubernur

Anies Baswedan yang berisi beberapa poin mengenai kebijakan Tabah Abang, antara lain:

“Bahwa apabila membuat suatu kebijakan yang dikemudian hari akan berdampak kepada masalah-masalah lalu lintas harusnya dari awal perencanaan Polisi dilibatkan, penggunaan jalan penyelenggaraan diluar fungsi jalan harus mendapatkan ijin dari pihak kepolisian, penempatan PKL pada lokasi yang layak dan tidak melanggar undang-undang yang berlaku, melakukan evaluasi dan pengkajian yang lebih komperehensif baik dari aspek sosial ekonomi dan hukum sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang baru, meingkatkan pelayanan angkutan umum yang dapat menuju tempat perbelanjaan, dan mengemballikan dan mengoptimalkan kembali fungsi jalan untuk mengurangi dampak kemacetan lalu lintas” 36

Rekomendasi yang dikeluarkkan oleh Dirlantas Polda Metro Jaya tentu mengedepankan kajian ilmiah dari berbagai aspek terutama aspek hukum. Hal ini

35 Wawancara Pribdadi dengan Kombes. Budiyanto (Kasubdit. Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya) tanggal 19 Mei 2018 di Kantor Polda Metro Jaya. 36 Wawancara Pribdadi dengan Kombes. Budiyanto.

72

dikarenakan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini tidak sesuai dengan hukum yang berlaku.

Dari banyaknya stakeholder yang memberikan tanggapan atau protes terhadap kebijakan penataan kawasan Tanah Abang terdapat kesamaan mengenai tuntuan yaitu agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuka kembali Jalan Jatibaru Raya difungsikan sebagai fungsi jalan, menempatkan pedagang kaki lima pada tempat yang sesuai (bukan di jalan raya), dan tegakkan hukum yang berlaku agar kebijakan yang dikeluarkan pemerintah harus selaras dengan hukum atau aturan yang sudah ada.

A3. Sarana dan Alat Kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Suatu kebijakan diimplementasikan dengan menggunakan sarana-sarana yang ada. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan yang dikeluarkan dapat mencapai target atau sasaran yang diinginkan. Beberapa contoh sarana kebijakan publik ialah; kekuasaan, insentif, pengembangan kemampuan, simbolis, dan perubahan dari kebijakan itu sendiri. Sarana atau alat kebijakan merupakan hal yang mendukung dalam proses implementasi kebijakan publik agar tepat sasaran.37

Sarana kebijakan kekuasaan ialah menggunakan wewenang dalam membuat kebijakan selain itu dapat menggunakan insentif kepada stakeholder agar mau mengikuti kebijakan tersebut. Selain itu pengembangan kemampuan menjadi penting karena sumber daya yang akan merasakan dampak akan memiliki kemampuan yang dibutuhkan. Sedangkan sarana simbolis merupakan pemberian penghargaan berupa tanda jasa bagi semua pihak yang telah mensukseskan kebijakan publik.

37 Zainal Abidin, Kebijakan Publik, h. 32.

73

Gubernur Anies Baswedan sangat paham dalam penggunaan sarana atau alat dalam mengimplementasi kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Dalam kebijakan ini Gubernur menggunakan kekuasaannya dengan mengeluarkan Instruksi

Gubernur Nomor 17 Tahun 2018.

Sangat jelas bahwa Gubernur Anies dengan kekuasaanya sebagai Gubernur mengintrusikan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk memgimplementasikan kebijakan Gubernur antara lain:38

1. Walikota Jakarta Pusat untuk mengoordinasikan semua kegiatan penataan

kawasan Tanah Abang dengan semua pihak;

2. Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan

Provinsi DKI Jakarta agar bertanggung jawab melaksanakan pembinaan dan

pengawasan terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) untuk melakukan usahanya

dengan tertib di KawasanTanah Abang;

3. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta bertanggung jawab

terhadap ketersediaan layanan shuttle bus, melaksanakan pengaturan ojek

online dan ojek pangkalan sehingga tersentralisasi di tempat yang disediakan,

melaksanakan pengawasan terhadap angkutan umum agar berhenti di tempat

yang disediakan, menempatkan petugas pengaturan lalu lintas sehingga

tercipta lalu lintas yang lancar, melaksanakan penertiban terhadap parkir liar

38 Instruksi Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Penataan Kawasan Tanah Abang.

74

yang mengganggu kelancaran arus lalu lintas serta menyediakan rambu dan

marka sesuai kebutuhan;

4. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta agar bertanggung

jawab terhadap kebersihan lokasi dan pemantauan kualitas udara di Kawasan

Tanah Abang;

5. Kepala Dinas Bina Marga Provinsi DKI Jakarta agar bertanggung jawab

terhadap prasarana jalan di Kawasan Tanah Abang;

6. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi DKI Jakarta agar bertanggung

jawab metakukan penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

melakukan usahanya di sepanjang trotoar KawasanTanah Abang; dan

7. Direktur Utama PT Transportasi Jakarta agar bertanggung jawab terhadap

ketersediaan layanan shuttle bus dan berkoordinasi dengan Dinas

Perhubungan Provinsi DKI Jakarta.

Instruksi Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 sangat menggambarkan bahwa

Gubernur Anies Baswedan bahwa ingin setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait dapat terlibat untuk mengimplementasi kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang ini. Gubernur Anies jelas menggunakan sarana atau alat kebijakan yang ada dengan baik agar kebijakan ini bisa terimplementasi.

Julius Sagala (Kepala Seksi UKM Dinas UMKM DKI Jakarta) menuturkan bahwa:

75

“Dalam kebijakan penataan pedagang kaki lima di Tanah Abang ini kita sebagai pelaksana kebijakan tersebut hanya melakukan arahan dari Gubernur saja, itulah yang sesuai dengan harapan pak Gubernur untuk saat ini.”39

Menurut penuturan diatas bahwa memang kebijakan ini diarahkan langsung oleh Gubernur, para satuan kerja perangkat daerah lah yang menegerjakan tahap teknisnya.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa Gubernur Anies dapat menginstruksikan berbagai satuan perangkat kerja daerah dengan penjelasan yang sangat umum untuk terlaksananya kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Dalam pemaparannya para satuan kerja perangkat daerah yang diwawancara oleh penulis sepakat bahwa

Gubernur Anies Baswedan memberikan arahan atau instruksi dengan menggunaan sarana kebijakan kekuasaan.

Dari berbagai pemaparan narasumber yang merupakan para stakeholder hanya sedikit yang pro terhadap adanya kebijakan penataan kawasan Tanah Abang. Di lain hal lebih banyak stakeholder yang mendapatkan dampak yang merugikan dan menyatakan kontra terhadap kebijakan ini. Dapat disimpulkan bahwa kebijakan penataan kawasan Tanah Abang belum efektif dalam pelaksaannya.

B. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire Gubernur Anies Baswedan dalam

Kebijakan Penataan Kawasan Tanah Abang

Setelah dijelaskan secara detail bagaimana kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang penulis baru dapat menganalisa gaya kepemimpinan Gubernur Anies

39 Wawancara Pribadi Julius Sagala

76

Baswedan dalam kebijakan ini. Tentu suatu gaya kepemimpinan sangat berpengaruh kepada individu dalam menentukan arah organisasi yang ia pimpin sehingga gaya kepemimpinan juga sangat mempengaruhi seorang pemimpin dalam menentukan kebijakan apa yang akan dibuatnya. Setiap pemimpin yang memimpin pemerintah dari tingkat pusat hingga daerah pasti memiliki gaya kepemimpinannya masing- masing dalam melaksakan roda pemerintahan serta mengeluarkan kebijakan.

Gubernur Anies Baswedan sebai elit politik memakai gaya kepemimpinan

Laissez Faire dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang. Hal ini dapat dijelaskan dengan gambaran umum mengenai gaya kepemimpinan Laissez Faire yang penulis jelaskan pa bab dua. Setelah dianalisis bahwa gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh gubernur Anies sebagai berikut:

B1. Pendelegasian Wewenang

Pendelegasian merupakan penugasan tanggung jawab yang baru kepada para bawahan serta otoritas tambahan untuk melaksanakannya. Aspek utama pendelegasian mencakup keragaman dan besaran tanggung jawab yang diperkenkan dalam memutuskan bagaimana menjalankan tanggung jawab tersebut. Selain itu pendelegasian juga bisa mencakup otoritas mengambil tindakan dan melaksanakan keputusan tanpa persetujuan terlebih dahulu.40

Dalam pemaparan Agustianus Fabiam (Kepala Seksi Pengendalian dan

Oprasional Dinas Perhubungan DKI Jakarta) yang merupakan salah satu anak buah

Gubernur Anies di jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Ia menuturkan bahwa:

40 Gary Yuki, Kepemimpinan dalam Organisasi, (Jakarta: Indeks, 2015), h. 119.

77

“Yang pasti yang namanya seorang Gubernur dia harus memikirkan kebijakan itu secara general, itu kan seorang pucuk pimpinan. Dia punya arah kemana tinggal anak-anak buah dan staf-stafnya seperti dinas-dinas dan SKPD yang lain bekerja memikirkan secara teknis dan memberikan masukan. Semua pasti terlibat, ini bukan bicara ide murni pak Gubernur, yang namanya seoarang pemimpin dia hanya berbicara saya mau A bagaimana A itu harus terwujud ya harus melalui D C B samapai dengan ke A, siapa yang memikirkan langkah B C D ya jajarannya, jadi dalam satu visi yang jelas dijelaskan oleh jajarannya. Ya jadi dalam pola manajemen kepemimpinan seperti itu, ga mungkin pucuk pimpinan harus memikirkan secara detail berapa jumlah PKL yang ada di jalan Jatibaru.”41

Menurut pemaparan Agustianus bahwa Gubernur Anies hanya memikirkan konsep utama, yang harus memikirkan konsep secara detail adalah anak buahnya atau satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Arahan yang diberikan Gubernur tidaklah teknis yang mendetail, untuk pengerjaan teknis di lapangan biarlah para satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang mengekseskusi.

Berdasarkan informasi tersebut, bahwa narasumber melihat bahwa Gubernur

Anies mendelegasikan penuh untuk urusan teknis di lapngan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Gubernur hanya menjelaskan pola penataan yang sangat umum, dan menyerahkan segala kondisi yang ada di lapangan untuk menjadi tanggung jawab penuh satuan kerja perangkat daerah terkait.

Penulis menilai bahwa Gubernur Anies pun memang kurang paham mengenai hal yang sangat teknis dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang yang seharusnya secara weweanang dan tanggung jawab adalah punya Gubernur karena lahirnya kebijakan ini karena Instruksi Gubernur Nomor 17 Tahun 2018 yang

41 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

78

langsung dikeluarkan oleh Gubenur. Penting bagi Gubernur sebagai pucuk pimpinan pemerintah untk paham bagaimana kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

B2. Tidak Kompeten

Kepemimpinan yang kompeten merupakan upaya mengatasi masalah sifat dengan menggunakan kepemimpinan sebagai kumpulan keterampilan yang dapat dikembangkan. Terdapat tiga keterampalian untuk menjadi pemimpin yang kompeten, pertama teknis, kedua manusia, dan ketiga konseptual.42

Dari tiga keterampilan yang menjadi syarat untuk kepemimpinan yang kompeten bahwa Gubernur Anies hanya memiliki keterampilan konseptual. Ia kurang memiliki keterampilan teknis dan keterampilan manusia yang menadi dua pilar penting untuk kompetensi kepemimpinan terutama dalam kepemimpinan Pemerintah dalam skala yang besar yaitu Provinsi.

Tidak kompetennya Gubernur Anies dalam kebijakan penataan kawasan

Tanah Abang ini berdsarkan penelitian penulis di lapangan, berdasarkan wawancara dengan Maznar Thahir ia berpendapat bahwa:

“Gaya dia ini selama jadi Gubernur dalam kebijakan Tanah Abang ini ngacak ngacak doang bisanya, ngacak-ngacak kebijakan yang sudah bagus. Tanah Abang itu udah bagus loh, udah rapih sama Jokowi dan Ahok satupun kaki lima udah ga ada. Sekarang PKL diacak-acak lagi dan dia melanggar peraturan, itu kebijakan konyol.”43

Berdasarkan pendapat ini narasumber merupakan korban dari dampak tidak kompetennya Gubernur Anies dalam kebijakan penataan Tanah Abang, ia juga bahwa

42 Peter G. Northouse, Kepemimpinan Teori dan Praktik (Jakarta: Indeks, 203), h. 31. 43 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir.

79

menilai bahwa Gubernur Anies hanya mengacak-acak kebijakan yang sudah ada terdahulu dan kebijakan terdahulu mengenaai penataan kawasan Tanah Abang lebih baik dibandingkan kebijakan Gubernur Anies ini. Bahkan narasumber juga sekilas membandingkan gaya kepemimpinan Gubernur Anies dengan pemimpin DKI Jakarta sebelumnya yaitu Basuki Thahaja Purnama.

Dalam Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan (LHAP) Ombudsman Jakarta Raya dalam dugaan maladministrasi kebijakan penataan kawasan Tanah Abang menjelaskan bahwa terdapat dua point tidak kompetennya Gubernur Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini, antara lain:

“Gubernur DKI Jakarta bersama Dinas UKM serta Perdagangan belum mengantisipasi dampak dari penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya. Dimana kebijakan tersebut menimbulkan dampak yang merugikan secara ekonomi terhadap pedagang Pasar Blok G Tanah Abang. Hal ini tidak selaras dengan tugas Dinas UKM serta Perdagangan dalam melaksanakan pembangunan, pengembangan, dan pembinaan usaha mikro, kecil, dan menengah serta perdagangan sesuai Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 266 Tahun 2016. Kemudian, Gubernur DKI Jakarta dalam perencanaan penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya tidak mimiliki perencanaan yang matang, terkesan terburu-buru dan parsial. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum memiliki Rencana Induk Penataan PKL dan peta jalan PKL di Provinsi DKI Jakarta.”44

Dengan berkomentarnya Ombudsman Jakarta Raya tentang tidak kompetennya Gubernur Anies terlihat jelas bahwa memang ia belum menguasai dengan baik keterampilan-keterampilan untuk menjadi pemimpin yang kompeten.

Hal ini dikarenakan Gubernur Anies belum menguasai keterampilan teknis dan keterampilan manusia.

44 Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan “Dugaan Maladministrasi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta terkait penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang” disusun oleh Ombudsman Jakarta Raya Tahun 2018.

80

B3. Gaya Bicara Retorik

Seorang pemimpin sangat dipengaruhi oleh bagaimana gaya bicara mereka dalam menggunakan taktik mempengaruhi. Perkataan yang sangat menginspirasi yang didasrkan pada emosi dan perkataan yang merusak seperti memberikan rasa takut bisa dipengaruhi dengan cara yang merusak. Gaya bicara yang menggunakan teknik retorika untuk mempengaruhi bisa saja tidak tulus. Taktik retorika seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan bersama, bukan untuk mengeksplotasai orang lain demi kepentingan pribadi.45

Gubernur Anies Baswedan merupakan orang yang dianugerahi gaya bicara yang baik dan luar biasa. Hal ini karena ia sudah terbiasa dan terlatih berbicara di depan umum dan di forum-forum ilmiah karena ia pun seorang akademisi.

Kemampuan gaya bicara retorik juga digunakan dalam kebijakan kawasan Tanah

Abang ini.

Gaya biacara yang retorik ini merupakan cara tersendiri bagi Gubernur Anies

Baswedan untuk menghargai orang lain. Hal ini diperkuat dengan pernyataan

Agustianus Fabian mengungkapkan bahwa:

“Kalo berbicara gaya kepemimpinan ya masing-masing pemimpin punya gaya tersendiri. Kalo khusus pak anies saya selaku anak buahnya berpendapat bahwa pak Anies tipe pemimpin yang berbicaranya juga kepada jajarannya memanusiakan manusia atau mengorangkan”46

Dari informasi diatas bahwa memang terlihat Gubernur Anies Baswedan sangat selektif dalam berbicara. Artinya bahwa ia ingin bahwa lawan bicara nya tidak

45 Northouse, Kepemimpinan Teori dan Praktik, h. 202 46 Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam.

81

ingin tersinggung atau menyudutkan orang lain. Hal ini ditujukan agar Gubenur

Anies ingin menjadi pemimpin yang ramah bagi bawahan dan rakyatnya oleh karena itu dari gaya biacar yang retorik tentu selalu menggunakan kata-kata yang sangat pantas bagi orang lain

Terdapat tanggapan lain mengenai gaya bicara Gubernur Anies yang retorik,

Maznar Thahir berpendapat bahwa:

“Dia itu (Gubernur anies) Cuma bisa bersilat lidah aja, ngomong bisa dia kalo ceramah di forum dia jago. Orang gabisa memmimpin kaya gitu kok”47

Bahwa tanggapan berbeda yang dilontarkan narasumber mengenai gaya bicara

Gubernur Anies dianggap berbeli-belit dan terkesan tidak tegas. Hal ini dikarenakan dari gaya bicaranya yang tidak memeberi kepastian alias menggantung dan membuat dirinya dan pedagang pasar Blok G bingung. Menurutnya orang seperti Gubernur

Anies tidak cocok menjadi pemimpin karena gaya bicaranya.

B4. Kurang Komunikasi

Dalam pengambilan keputusan untuk mengimplementasikan kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini Gubernur Anies Baswedan kurang berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait yang berada di kawasan Tanah Abang seperti pedagang pasar Blok G, sopir mikrolet M08, dan Polda Metro Jaya yang merupakan para stakeholder yang ada di Tanah Abang.

Pihak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun mengklaim bahwa mereka telah melakukan komunikasi terhadap pihak-pihak terkait atau stakeholder yang ada di

47 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir.

82

Tanah Abang, Julius Sagala (Kepala Seksi UKM Dinas UMKM DKI Jakarta) mengungkapkan bahwa:

“Kalo komunikasi itu memang sudah dilakukan ya, karena kita sudah melakukan rapat koordinasi. Kan kita melaukan penataan PKL yang ada di jalan Jatibaru ya, jadi ya kita ditugaskan untuk melakukan penataan PKL yang ada disekitar itu.”48

Dari informasi yang didapatkan oleh narasumber bahwa memang Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta telah melakukan rapat koordinasi dengan para pedagang terkait.

Namun hal tersebut dengan pernyataan Maznar Thahir, ia mengakatan bahwa:

“Seharusnya dulu pas mau dibikin kebijakan ini koperasi Blok G pasar lah yang berperan kami harusnya diundang ke balaikota dan memberikkan masukan, Kami ini di Blok G ga dianggap pedagang sama dia, dianggap mayat hidup aja kali ya sama tuh orang, sebanyak apapun kita protes tidak ada yang di dengarkan. Dia minta pendapatnya ke preman bukan ke pedagang”49

Dari perkataan narasumber bahwa memang dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini para stakeholder pun tidak dilibatkan. Artinya Gubernur

Anies hanya melibatkan Satuan kerja perangkat daerah dan memberikan pendelegasian wewenang terhadap mereka. Kurangnya komunikasi dengan para pedagang karena kurangnya penelitian lapangan sebelum merumuskan kebijakan penataan kawasan Tanah Abang tersebut.

Selain itu kurangnya komunikasi Gubernur Anies pasca berjalannya kebijakan ini. Terdapat protes dari para sopir mikrolet yang melakukan demonstrasi di balaikota, namun aksi protes itu tidak ditanggapi serius oleh Gubernur Anies.

48 Wawancara Pribadi Julius Sagala. 49 Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir.

83

Menurut pemaparan Mustofa salah salah sopir Mikrolet yang menggagas aksi tersebut, adalah;

“Banyak tuntutan masyarakat juga ga ditanggapin tutup mata dan tutup telinga aja dia, ya gimana dia aja kan katanya dia yang punya Jakarta tapi kan kalo ga ada masyarakat ga mungkin tuh dia jadi pemimpin Jakarta. Bahkan sampai kemarin Polda sampe memberikan masukan tetep aja ga ada tanggapannya hanya tutup mata doang tuh Gubernur”50

Dari pemaparan narasumber tersebut memang jelas bahwa tidak ada itikad baik dari Gubernur Anies untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat dari mulai kebijakan itu sebelum dibuat hingga kebijakan tersebut menghasilkan dampak yang luar biasa. Oleh karena itu dalam gaya kepemimpinan Gubernur Anies dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang kurangnya komunikasi dengan para stakeholder yang ada.

Dari beberapa gambaran tentang gaya kepemimpinan Laissez Faire merupakan indikator utama penulis dalam menentukan gaya kepemimpinan yang digunakan Gubernur Anies Baswedan dalam kebijakan penataan kawasan Tanah

Abang ini. Gaya yang digunakan Gubernur Anies Baswedan karena sangat sesuai dengan gaya kepemimpinan Laissez Faire.

50 Wawancara Pribadi dengan Mustofa.

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan penataan kawasan Tanah Abang lahir atas inisiatif Gubernur DKI

Jakarta dengan dikeluarkannya Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 17 Tahun

2018. Tujuan dikeluarkannya kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini tentunya ingin mencoba menyelesaikan permasalahan yang ada di kawasan Tanah Abang seperti kemacetan dan pedagang kaki lima yang semrawut.

Kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini mengalami pro-kontra dalam masyarakat terutama stakeholder yang berada di kawasan Tanah Abang. Selama kebijakan ini berjalan dari mulai 27 Desember 2017 hingga sekarang menimbulkan banyak tanngapan dari berbagai elemen masayarakat bahkan lembaga Negara.

Penjelasan beberapa unsur kebijakan publik dalam kebijakan penataan kawasan

Tanah Abang ini terdapat beberapa poin. Tujuan dari kebijakan ini ialah menyelesaikan permasalahan yang ada di kawasan Tanah Abang seperti kemacetan dan pedagang kaki lima yang semrawut. Dalam kenyataan di lapangan, kebijakan tersebut tidak menyelesaikan permasalahan yang ada, bahkan menimbulkan permasalahan baru, inilah yang menyebabkan kontra terhadap kebijakan Gubernur

Anies Baswedan. Sementara dari aspek latar belakang kebijakan, yang melatar belakangi adalah Tanah Abang yang merupakan pusat perbelanjaan tekstil terbesar di

Indonesia dan pusat transportasi kereta di Jakarta. Jalan Jatibaru Raya merupakan jalan di Tanah Abang terdapat banyak pelanggaran, pola penindakan sudah tidak

85

efektif lagi oleh karena itu kebijakan penataan kawasan Tanah Abang dengan pola yang baru harus dilakukan. Selain itu banyak juga para pedagang yang tadinya tidak terakomodir karena adanya kebijakan ini maka mereka bisa berjualan di tempat yang disediakan oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat kebijakan ini didukung (pro) oleh sebagian stakeholder yang ada di kawasan Tanah Abang.

Berikutnya merupakan unsur tuntutan setelah diimplementasikan kebijakan ini terdapat banayak tuntutan dari stakeholder yang berada di kawasan Tanah Abang seperti pedagang pasar Blok G yang terkena dampak penurunan omzet dan sopir mikrolet M08 yang harus memutar rute yang berakibat pada kurangnya mendpatkan penumpang, selain itu ada beberapa tanggapan dan saran mengenai kebijakan ini dari

Ombudsman Jakarta Rya dan Polda Metro Jaya untuk mengkoreksi kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini. Selain itu adanya unsur dampak dalam kebijakan ini yang dirasakan para stakeholder di kawasan Tanah Abang, ada yang merasakan dampak menguntungkan seperti para pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya, namun tidak sedikit dampak yang merugikan terasa oleh para stakeholder lain seperti pedagang Blok G dan sopir mikrolet M08. Disamping itu bertambahnya volume kendaraan yang ada di Tanah Abang membuat kawasan ini menjadi biang kemacetan.

Terakhir, dalam kebijakan penataan kawasan Tanah Abang ini Gubenur Anies baswedan menggunaan unsur sarana atau alat kebijakan berupa kekuasaan cukup efektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan dalam mengintruksikan bawahannya satuan kerja perangkat daerah dan memberikan wewenang kepada mereka untuk mengimplementasikan kebijakan ini.

86

Dalam menganalisis penelitian ini, penulis juga menggunakan teori gaya

kepemimpinan. Gaya kepemimpan merupakan sebuah pendekatan yang dibentuk

seorang pemimpin untuk memimpin, mempengaruhi dan menggerakkan sumber daya

manusia yang dipimpin agar bekerja secara baik serta efektif untuk mencapai suatu

tujuan yang telah direncanakan. Penulis menemukan bahwa gaya kepemimpinan

Gubernur Anies Basedan dalam kebijakan penataan Kawasan Tanah Abang ini ialah

gaya kepemimpinan Laissez Faire. Dalam kebijakan ini Gubernur Anies yang

mendelegasikan wewenang kepada bawahannya dalam hal teknis tidak kompeten dan

kurang komunikasi dengan stakeholder yang ada, hal ini kemudian menimbulkan

kebijakan yang tidak sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang penulis jelaskan, terdapat saran yang

penulis ingin sampaikan sebagai berikut:

1. Gubernur Anies Baswedan agar mengkaji ulang secara komprehensif dengan

imdikator-indikator seperti kajian ekonomi, hukum, dan politik guna meninjau

kembali kebijakan penataan kawasan Tanah Abang. Selain itu perlunya

dibuka kembali Jalan Jatibaru Raya sebagaiman menegmbalikan fungsi jalan

raya. Selanjutntya Gubernur Anies juga perlu meningkatkan komunikasi

terhadap tuntutan stakeholder yang ada agar mereka terakomodir

kepentingannya dengan baik.

87

2. Setelah penelitian ini dilakukan bahwa perlu adanya penelitian lanjutan untuk

kepentingan akademik dalam memperoleh penjelasan yang lebih

komprehensif mengenai gaya kepemimpinan elit politik dalam kebijakan

publik.

88

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abidin, Said Zainal. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humatika, 2012.

Blackburn, Susan. Jakarta Sejarah 400 Tahun.. Jakarta: Komunitas Bambu, 2011.

Divaro, Tim dan Yugha E. Petarung Politik Profil Capres Cawapres RI 2014. Jakarta; Erlangga, 2014.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Handoyo, Eko. Kebijakan Publik. Semarang: Penerbit Widya Karya, 2012.

Idrus, Muhammad. Metode Penelitian Ilmu Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Erlangga, 2009.

Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?”. Jakarta: Raja Grafindo, 1983

Langi Sofwana, Reza. Gaya Kepemimpinan Joko Widodo (2005-20130. Depok; Universitas Indonesia, 2014.

Martono, Nanang. Metode Penelitian Sosial: Konsep-Konsep Kunci. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.

Parsons, Wayne. Public Policy Pengantar Teori dan Prakitk Analisis Kebijakan. Jakarta: Kencana, 2001.

Permadi, Gilang. Peadagang Kaki Lima: Riwayat Mu Dulu Nasib Mu Kini. Jakarta: Yudhistira, 2007.

Riberu, J. Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1992.

Riyanto, Adhe. The True Wisdom 4 Pribadi Unik Anies Bawedan, Dahalan Iskan, Sandiaga Uno, Mahfud MD. Yogyakarta: Kanal Publika, 2012.

Ruchiat, Rachmat. Asal Usul Nama Tempat di Jakarta. Depok: Komunitas Bambu, 2011.

Siagian, Sondang. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

89

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung, 2006. Varma, S.P. Teori Politik Modern. Jakarta: Raja Grafindo, 2007.

Winarno, Budi. Kebijakan Publik: Teori Proses dan Studi Kasus. Yogyakarta: Media Presindo, 2007.

Yuliawati, Linda. Implementasi Gaya Kepemimpinan Prabowo dalam Partai Gerinda. Jakarta: UIN Jakarta, 2016.

Jurnal

Naim, Abu. “Tipologi Kepemimpinan Gus Dur”. Jurnal Darussalam Vol. 6 No.1 September 2014.

Rijal, M. “Analisis Gaya Kepemimpinan Bupati Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kabupaten Pinrang”. Jurnal Ilmu Pemerintahan” Vol. 6 No. 1 Januari 2013.

Zulkarnain, A dan Haris, Syamsuddin . “Fenomena Blusukan dalam Model Kepemimpinan Politik Jokowi”. Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan Vol. 13 No. 1 2017.

Sumber Elektronik

Adiputra, Rizal. “10 Permasalahan Jakarta Yang Paling Banyak Dilaporkan”, http://www.esquire.co.id, 11 April 2017.

Akuntono, Indra. “Anies Baswedan Jadi Jubir Tim Pemenangan Jokowi-JK”, https://nasional.kompas.com, 23 Mei 2014.

DKI Jakarta, Bappeda. “Statistik Jumlah Penduduk”, http://bappedajakarta.go.id, 5 April 2018.

DKI Jakarta, BPS. “Definisi Indeks Pembangunan Manusia” https://jakarta.bps.go.id, 11 Februari 2018.

Ihsanuddin. “Diganti, Anies Baswedan Dinilai Sedikit Melenceng dari Visi Presiden” https://nasional.kompas.com, 6 Agustus 2016.

90

Junita, Nancy “ Tiga Bulan Menjabat 5 Kebijakan Anies-Sandi Tuai Kontroversi”, http://jakarta.bisnis.com, 17 Januari 2017.

Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, https://kecamatantanahabang.jakarta.go.id, pada 5 April 2018.

Keswara, Ratih. “Ini Alasan Anies Baswedan Ikut Konvensi Partai Demokrat”, https://nasional.sindonews.com, 6 September 2013.

Lazuardi, Glery. “Kebijakan penataan Tanah Abang Dinialai Langgar Perda Ketertiban Umum”, http://www.tribunnews.com, 22 Desember 2017.

Martin Pratama, Akhdi. “Polisi Minta Kebijakan Penutupan Jalan di Tanah Abang Dikaji Ulang”, http://megapolitan.kompas.com, 29 Desember 2017.

Oliver Purba, David. “Anies Nyatakan Ikut Pilkada DKI Jakarta 2017”, https://megapolitan.kompas.com, 23 September 2016.

Pratomo, Yulistyo. “Gebrakan Anies Baswedan Selama Jadi Menteri”, https://www.merdeka.com, 28 Juli 2018.

Puspita, Sherly. “Cerita Para Pedagang Tentang Pasar Tanah Abang Tempo Dulu”, https://megapolitan.kompas.com, 31 Oktober 2017.

Puspita, Sherly. “Sejak 30 Tahun yang Lalu di Pasar Tanah Abang Sudah Ada PKL Liar”, https://megapolitan.kompas.com, 31 Oktober 2017.

Putri, Yunizafira. “Jurus Anies Tata Tanah Abang, Siapa Yang Diuntungkan”, http://news.liputan6.com, 23 Desember 2017.

Redaksi Tri, Tim. “Definisi Qlue,” https://tri.co.id, 11 Februari 2018.

RI, Ombudsman, “Sekilas Ombudsman RI”, https://Ombudsman.go.id, 13 Februari 2018.

Rozie, Fachrur. “KPU Tetapkan Anies-Sandi menang pada Pilkada DKI 2017 Hari Ini”, https://www.liputan6.com, 5 Mei 2017.

Sari Sartiwi, Priska. “Ombudsman Sebut Penataan Tanah Abang Rawan Maladmimistrasi”, https://www.cnnindonesia.com, 29 Desember 2017.

Sari, Nursita. “Anies: Kami Paham Aspirasi Sopir Angkot Tanah Abang, Nanti Dibicarakan Lagi”, http://megapolitan.kompas.com, 22 Januari 2018.

91

Shihab, Najwa. Wawancara Mata Najwa dengan Gubernur Anies Baswedan Tentang 100 Hari Anies-Sandi”, https://www.youtube.com, 24 Januari 2018.

Shintaloka, Pradita. “Suara Pro-kontra Penataan Pasar Tanah Abang Ala Anies- Sandi” , https://tirto.id, 25 Desember 2017.

Simorangkir, Eduardo. “Kualitas hidup manusia di DKI Jakarta Paling Tinggi di indonesia”, https://finance.detik.com, 17 April 2017.

Tanah Abang, Kecamatan. “Profil Kecamatan Tanah Abang” , https://kecamatantanahabang.jakarta.go.id, 5 April 2017.

Tim Okezone. “Nih Selengkapnya Perjalanan Karir Politik Anies Yang Kian Melambung Tinggi”, https://news.okezone.com, 10 April 2017.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Agustianus Fabiam (Kepala Seksi Pengendalian dan Oprasional Dinas Perhubungan DKI Jakarta) tanggal 23 Mei 2018 di kantor Dinas Perhubungan DKI Jakarta.

Wawancara Pribadi dengan Dominikus dalu (Plt. Ketua Ombudsman Jakarta Raya) tanggal 23 April 2018 di Kantor Ombudsman Jakarta Raya.

Wawancara Pribadi dengan Isan (Pedagang kaki lima di Jalan Jatibaru Raya) tanggal 23 Mei 2018 di Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang.

Wawancara Pribadi Julius Sagala (Kepala Seksi UKM Dinas UMKM DKI Jakarta) tanggal 7 Mei 2018 di kantor Dinas Koperasi UMKM DKI Jakarta.

Wawancara Pribdadi dengan Kombes. Budiyanto (Kasubdit. Gakkum Dirlantas Polda Metro Jaya) tanggal 19 Mei 2018 di Kantor Polda Metro Jaya.

Wawancara Pribadi dengan Maznar Thahir ( Ketua Koperasi pedagang Blok G Tanah Abang) tanggal 1 Mei 2018 di pasar Blok G Tanah Abang.

Wawancara Pribadi dengan Mustofa (Supir mikrolet M08 dan salah satu penggagas demo di balaikota) tanggal 1 Mei 2018 di Tanah Abang.

92

Laporan

Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan “Dugaan Maladministrasi yang dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta terkait penataan PKL di Jalan Jatibaru Raya Tanah Abang” disusun oleh Ombudsman Jakarta Raya Tahun 2018.

93